4. bab i - 3

21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada konferensi internasional tentang kependudukan dan pembangunan (ICPD Kairo, 1994) disepakati perubahan paradigma dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi lebih kearah pendekatan kesehatan reproduksi dan kesetaraan gender. (BKKBN) Sejalan dengan perubahan paradigma kependudukan dan pembangunan di atas program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia juga mengalami perubahan orientasi dari nuansa demografis menjadi nuansa kesehatan reproduksi yang di dalamnya terkandung pengertian bahwa KB adalah suatu program yang dimaksudkan untuk membantu pasangan atau perorangan dalam mencapai tujuan reproduksinya. Hal ini mewarnai program KB era baru di Indonesia. (BKKBN) Memasuki era otonomi daerah yang digulirkan sejak tahun 1999 dengan dikeluarkannya Undang-undang nomor 23 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah terjadi restrukturisasi organisasi di hampir semua instansi pemerintah di daerah termasuk KB. Semula instansi yang menangani KB di daerah yaitu BKKBN Kabupaten/Propinsi dan masih dibawah kendali BKKBN Pusat, sejak otonomi daerah instansi yang menangani KB diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah daerah. Ada yang digabungkan di dinas lain ada yang dipertahankan. 1

Upload: cuwinih

Post on 25-Jul-2015

89 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 4. BAB I - 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada konferensi internasional tentang kependudukan dan pembangunan

(ICPD Kairo, 1994) disepakati perubahan paradigma dari pendekatan

pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi lebih kearah pendekatan

kesehatan reproduksi dan kesetaraan gender. (BKKBN)

Sejalan dengan perubahan paradigma kependudukan dan pembangunan di

atas program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia juga mengalami perubahan

orientasi dari nuansa demografis menjadi nuansa kesehatan reproduksi yang di

dalamnya terkandung pengertian bahwa KB adalah suatu program yang

dimaksudkan untuk membantu pasangan atau perorangan dalam mencapai tujuan

reproduksinya. Hal ini mewarnai program KB era baru di Indonesia. (BKKBN)

Memasuki era otonomi daerah yang digulirkan sejak tahun 1999 dengan

dikeluarkannya Undang-undang nomor 23 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah

terjadi restrukturisasi organisasi di hampir semua instansi pemerintah di daerah

termasuk KB. Semula instansi yang menangani KB di daerah yaitu BKKBN

Kabupaten/Propinsi dan masih dibawah kendali BKKBN Pusat, sejak otonomi

daerah instansi yang menangani KB diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah

daerah. Ada yang digabungkan di dinas lain ada yang dipertahankan.

Mempertimbangkan sudut pandang laki-laki dan motivasinya merupakan

bagian penting dari kegiatan program. Kontrasepsi yang digunakan oleh laki-laki

memungkinkan mereka untuk berbagi tanggung jawab keluarga berencana dengan

pasangan perempuannya. Layanan KB mungkin perlu disesuaikan secara spesifik

untuk memenuhi kebutuhan klien laki-laki. Aktivitas-aktivitas untuk mendorong

keterlibatan laki-laki mencakup konseling pasangan, promosi kondom, waktu

khusus untuk laki-laki di fasilitas kesehatan, sesi kelompok sebaya dan informasi

kesehatan reproduksi di kelompok sosial laki-laki. Libatkan laki-laki dalam

program KB untuk meningkatkan penerimaan program di dalam masyarakat dan

meningkatkan pengakuan terhadap isu-isu kesehatan reproduksi lain seperti

pencegahan dan pengobatan IMS dan HIV. (BPLAL, 2010)

1

Page 2: 4. BAB I - 3

B. Tujuan Manfaat

1. Untuk mengetahui tentang Partisipasi Pria dalam KB

2. Untuk mengetahui tentang Kebijakan Partisipasi Pria dalam KB

3. Untuk mengetahui tentang Program dan Kegiatan Partisipasi Pria dalam

KB

C. Manfaat

1. Manfaat Ilmiah

Merupakan manfaat bagi ilmu kesehatan sebagai materi dasar yang

membantu dalam pemecahan masalah KB pria.

2. Manfaat Praktis

Dapat digunakan sebagai panduan di dalam konsep Partisipasi Pria dalam

Keluarga Berencana

2

Page 3: 4. BAB I - 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Partisipasi Pria dalam ber KB

Partisipasi pria adalah tanggung jawab pria dalam keterlibatan dan

kesertaan ber KB dan Kesehatan Reproduksi, serta prilaku seksual yang sehat dan

aman bagi dirinya, pasangannya dan keluarganya (BKKBN, 2009).

Bentuk nyata dari partisipasi pria tersebut adalah: sebagai peserta KB,

mendukung dan memutuskan bersama istri dalam penggunaan kontrasepsi,

sebagai motivator KB merencanakan jumlah anak dalam keluarganya (BKKBN,

2009).

Pemberdayaan pria dalam KB dan kesehatan reproduksi memerlukan

pemahaman terhadap faktor-faktor yang mendorong rendahnya tingkat partisipasi

pria tersebut. Rendahnya kesertaan dalam program KB dan Kesehatan Reproduksi

pada prinsipnya karena faktor:

a) Kondisi lingkungan sosial, budaya, dan masyarakat yang masih

menganggap partisipasi pria belum atau tidak penting dilakukan.

b) Pengetahuan dan kesadaran pria serta dukungan keluarganya dalam

ber KB rendah.

c) Keterbatasan penerimaan serta aksesibilitas terhadap pelayanan KB

dan Kesehatan Reproduksi pria.

B. Kebijakan Operasional

Berdasarkan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai serta strategi untuk

mencapainya maka ditetapkan kebijakan operasional sebagai berikut (BKKBN,

2004):

a. Peningkatan dukungan baik secara politis, sosial, budaya kepada

keluarga yang lebih mengutamakan pendekatan atau kegiatan advokasi,

promosi dan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) secara intensif kepada

para pengambil keputusan, tokoh masyarakat (TOMA) / tokoh agama

(TOGA) dan sasaran antara yang strategis lainnya, termasuk seluruh

anggota keluarga.

3

Page 4: 4. BAB I - 3

b. Promosi dan konseling untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran

para pria melalui peningkatan intensitas dan kualitas kegiatan promosi dan

konseling KB dan kesehatan reproduksi dengan penekanan / tema sentral

“Pria bertanggung jawab”.

c. Promosi dan konseling untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran

masalah kesetaraan dan keadilan gender.

d. Peningkatan kualitas pelayanan dan aksesbilitas pelayanan kesehatan

bagi pria untuk meningkatkan kesertaan dan peran serta pria dalam KB

dan kesehatan reproduksi, terutama dalam pemeliharaan kesehatan dan

kelangsungan hidup ibu dan anak.

C. Program dan Kegiatan

1. Fokus program dan kegiatan

Untuk mencapai tujuan dan sasaran kinerja program peningkatan

partisipasi pria maka penyelenggara program peningkatan kualitas provider

dengan mempertimbangkan perlindungan bagi klien dan provider, merumuskan

sistem untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Adapun fokus program dan

kegiatannya sebagai berikut:

a. Fasilitas pelayanan meliputi:

- Tempat pelayanan di tempat kerja

- Peningkatan sarana dan pra sarana Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)

- Peningkatan jaringan pelayanan rujukan

- Peningkatan peran serta karyawan dan buruh sebagai motivator KB dan

Kesehatan reproduksi

- Peningkatan kualitas kegiatan promosi dan konseling KB dan Kesehatan

Reproduksi

4

Page 5: 4. BAB I - 3

b. Petugas pelayanan meliputi:

- Peningkatan kemampuan dan keterampilan provider dalam melakukan

promosi dan konseling pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang

berwawasan gender

- Peningkatan komitmen politis dan operasional kepada pengambil

keputusan

- Pengembangan jaringan komunikasi, promosi dan konseling KB dan

Kesehatan Reproduksi dengan mempertajam segmentasi sasaran

c. Calon / peserta program, meliputi:

- Peningkatan pengetahuan, kesadaran dan perilaku remaja dalam

Kesehatan Reproduksi yang berwawasan gender.

- Peningkatan pengetahuan dan kesadaran serta perilaku pria, perempuan

dalam KB dan Kesehatan Reproduksi yang berwawasan gender.

- Peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku para pengelola program.

2. Pokok-pokok program dan kegiatan

a. Program advokasi dan promosi

b. Program komunikasi interpersonal dan konseling.

c. Program peningkatan kualitas provider.

d. Program pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi di tempat kerja.

e. Program peningkatan kesetaraan gender dan keadilan gender.

Dari berbagai program-program yang ada diatas, tiap-tiap program

memiliki banyak kegiatan yang dapat dilaksanakan agar tercapai tujuan yng

diinginkan.

D. Kondisi saat ini yang perlu mendapat perhatian

1. Pengetahuan PUS tentang metode KB pria rendah.

Secara umum pengetahuan tentang metode Kontrasepsi modern sudah

meningkat pada tahun 2003. Tingkat pengetahuan wanita pernah kawin

dan berstatus kawin mencapai 98,5%, sedangkan pria sebesar 96,3%.

5

Page 6: 4. BAB I - 3

Namun demikian pengetahuan mereka tentang metode kontrasepsi pria

masih rendah. Pengetahuan wanita pernah kawin dan berstatus kawin

tentang vasektomi 39%, sedangkan pengetahuan prianya 31,9%.

Pengetahuan wanita tentang kondom sebesar 76,3% dan pengetahuan

prianya sebesar 82,3% (SDKI 2002-2003).

Secara umum pengetahuan PUS tentang metode kontrasepsi tradisional

masih rendah. Tingkat pengetahuan wanita pernah kawin dan berstatus

kawin 41,6% , sedangkan pria sebesar 37%. Pengetahuan wanita pernah

kawin dan berstatus kawin tentang metode pantang berkala 33,9% dan

senggama terputus 26,1%. Sedangkan pengetahuan pria tentang pantang

berkala 30% dan senggama terputus 22,9%.

Rendahnya tingkat pengetahuan PUS tentang metode kontrasepsi pria

antara lain disebabkan:

KIE yang dilakukan lebih banyak pada sasaran wanita.

Media KIE, konseling yang tersedia, informasi yang diberikan oleh

petugas, dan di tempat pelayanan, masih terlihat minimnya

informasi-informasi tentang partisipasi pria dalam KB dan KR

yang tersedia.

Terbatasnya cakupan promosi/KIE partisipasi pria dalam KB/KR

karena dukungan dana hanya terbatas pada PHLN pada propinsi

dan kabupaten tertentu.

Terbatasnya pengetahuan dan kemampuan para pengelola, kader

dalam melakukan KIE KB Pria.

Masih minimnya penggunaan media elektronik sebagai media

promosi KB pria.

2. Kesertaan pria dalam ber KB belum sesuai harapan.

Walaupun secara persentasi kesertaan pria dalam KB dan kesehatan

reproduksi masih belum menggembirakan, namun sejak dicanangkan

keinginan program untuk meningkatkan partisipasi pria khususnya

kondom sudah menampakkan perubahan yang cukup positif.

6

Page 7: 4. BAB I - 3

Tingkat penerimaan suami dilihat dari kesertaan ber KB diperkotaan dan

pedesaan menunjukkan di pedesaan sebagian besar suami lebih cenderung

memilih vasektomi sedangkan diperkotaan cenderung memilih kondom.

Rendahnya kesertaan pria dalam ber KB antara lain disebabkan oleh:

Adanya pandangan bahwa KB adalah urusan wanita atau istri.

Tingginya unmeet need disebabkan, antara lain rendahnya kualitas

dan aksesibilitas terhadap informasi dan pelayanan KB, serta

missed opportunity pelayanan KB pada pasca persalinan.

Pilihan KB pria hanya dua, yang satu mempunyai stigma negatif

(kondom), yang satunya operasi (vasektomi).

Penelitian terhadap kontrasepsi baru pria (suntik KB pria) sampai

saat ini belum menunjukkan hasil.

Kurangnya dukungan dari para tokoh tentang KB pria, yang

seharusnya menjadi contoh bagi masyarakat setempat

3. Terbatasnya aksesibilitas pria terhadap pelayanan KB/KR.

Adanya kemudahan dan ketersediaan sarana pelayanan berdampak positif

terhadap penggunaan suatu alat kontrasepsi. Menurut suami pelayanan KB

pria yang paling disukai adalah dekat dengan rumah (48,85%), sebanyak

12,8% menginginkan tempat pelayanan dengan transportasi yang mudah,

biaya terjangkau (9,9%), fasilitas lengkap (9,3%), dilayani dengan tenaga

ahli (9%), dan dapat menjaga privasi (2,2%). Sedangkan tempat

memperoleh pelayanan KB pria adalah Rumah Sakit, Puskesmas, dan RS

Swasta.

Terbatasnya akses ke tempat pelayanan disebabkan antara lain oleh:

Citra terhadap tempat pelayanan KB/KR yang dipersepsikan

sebagai tempat pelayanan untuk wanita.

Kurangnya tenaga terlatih untuk vasektomi.

Mutasi dokter terlatih terlalu cepat.

Kurangnya motivasi provider untuk pelayanan vasektomi

Kurangnya persediaan peralatan dan medical suplay untuk

vasektomi

7

Page 8: 4. BAB I - 3

Kurangnya persediaan logistik kondom

Kurangnya cakupan pelayanan vasektomi dan kondom.

4. Belum optimalnya dukungan terhadap upaya peningkatan partisipasi pria.

Petugas dan pengelola KB dilapangan umumnya merespon positif dan

mendukung pelaksanaan peningkatan partisipasi pria dalam ber KB,

namun demikian karena keterbatasan sumber dana dan tenaga program ini

masih belum menjadi prioritas utama dengan istilah lain important but not

urgent.

Masih adanya keraguan dari pihak pengelola, petugas, provider, maupun

tokoh agama bahkan sebagian besar dari klien terhadap pelayanan

vasektomi. Karena vasektomi sampai saat ini masih menjadi perbincangan

dan perdebatan dikalangan TOGA dan TOMA.

Belum optimalnya dukungan pengambil keputusan, TOMA dan TOGA

disebabkan oleh:

Kurangnya advokasi

Rendahnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya partisipasi

pria dalam ber KB.

Kurang mantapnya pelaksanaan mekanisme operasional dalam

penggarapan KB pria oleh para pengelola, yang seharusnya bisa

dilakukan dalam setiap aspek program KB Nasional.

E. Strategi

1. Strategi Penggarapan Wilayah

Strategi ini bertujuan untuk memberikan fokus sasaran agar

penyelenggaraan peningkatan partisipasi pria dalam KB dan Kesehatan

Reproduksi dapat dilaksanakan secara optimal, efektif, dan efisien.

Grand strategi ini dikembangkan menjadi strategi khusus yaitu:

Pemanfaatan data dan informasi

Keberpihakan pada keluarga rentan

Perhatian khusus pria

8

Page 9: 4. BAB I - 3

2. Strategi Advokasi

Strategi advokasi bertujuan untuk mendapatkan dukungan dari para

pengambil keputusan dari berbagai tingkatan di wilayah kerja masing-

masing terhadap partisipasi pria dalam KB dan Kesehatan Reproduksi.

Salah satu unsur penting dalam strategi advokasi adalah menentukan

tahapan program advokasi yang akan dilaksanakan. Tahapan ini

dilakukan berdasarkan situasi tingkat penerimaan partisipasi pria

dalam KB dan Kesehatan Reproduksi di wilayah masing-masing.

Tahapan ini dapat dibagi menurut perluasan jangkauan, pembinaan dan

pelembagaan.

Strategi advokasi dilakukan antara lain melalui strategi-strategi sebagai

berikut:

Penggalangan

Kerjasama dengan media massa

Advokasi dalam program peningkatan partisipasi pria dalam KB

adalah suatu rangkaian komunikasi strategis yang dirancang secara

sistematis dan dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.

Advokasi akan efektif mencapai tujuan apabila menggunakan 5

kunci/pendekatan sebagai berikut:

Melibatkan para pemimpin sektor terkait.

Membangun kemampuan diri para pengelola program.

Membangun kemitraan.

Bekerjasama dengan media massa.

Memobilisasi komunitas kelompok.

Sasaran advokasi terdiri dari sasaran kunci, sasaran utama, dan sasaran

tidak langsung.

3. Strategi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

9

Page 10: 4. BAB I - 3

Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan

perilaku Stake holders (PUS, Provider, Pengambil keputusan) tentang

partisipasi pria dalam KB dan Kesehatan Reproduksi yang disusun

berdasarkan strategi penggarapan wilayah. Grand strategi ini

dikembangkan menjadi strategi-strategi khusus yaitu:

Pemosisian Citra pria dalam ber KB

Promosi

Kemandirian

Saluran distribusi

4. Strategi Pelayanan

Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan keterjangkauan dan kualitas

pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi bagi pria sehingga diperoleh

pelayanan KB yang memuaskan bagi klien. Grand strategi pelayanan

ini dibagi menjadi strategi meningkatkan keterjangkauan dan strategi

meningkatkan kualitas pelayanan. Strategi meningkatkan

keterjangkauan ini harus ditunjang dengan strategi khusus yaitu:

Keterjangkauan fisik

Keterjangkauan ekonomi

Keterjangkauan psikososial

Keterjangkauan pengetahuan

Keterjangkauan administrasi

Strategi meningkatkan kualitas pelayanan ini harus ditunjang dengan

strategi khusus yaitu:

Pilihan metode kontrasepsi

Informasi bagi klien

Kemampuan teknis

Hubungan antara pribadi

Kontinuitas pelayanan

Kecocokan dan penerimaan terhadap pelayanan

5. Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia

10

Page 11: 4. BAB I - 3

Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia

sehingga dapat memberikan kontribusi yang positif dari orang-orang

yang terlibat dalam mencapai upaya peningkatan partisipasi pria dalam

KB. Grand strategi ini dilakukan dengan 2 cara yaitu melalui BKKBN

dan melalui Mitra Kerja.

a. Melalui BKKBN

Melalui BKKBN ini dimaksud untuk melihat sejauhmana

kekuatan dan kelemahan SDM yang ada di BKKBN dalam

upaya meningkatkan partisipasi pria. Untuk pengembangan dan

pemberdayaan dari sumber daya manusia tersebut dapat

dilakukan berbagai strategi khusus yakni:

Meningkatkan kreativitas.

Membentuk hubungan yang harmonis antar unit kerja.

Pemberian wewenang yang sesuai dengan kemampuan

pegawai.

b. Melalui Mitra Kerja

Melalui mitra kerja tujuannya adalah melihat sejauhmana

peluang dan ancaman eksternal yang ada di BKKBN dalam

upaya meningkatkan partisipasi pria dalam KB. Pengembangan

SDM dari mitra kerja di luar BKKBN difokuskan pada sisi

penyediaan pelayanan yaitu bagaimana SDM yang ada diluar

BKKBN dapat memberikan pelayanan/konseling metode

kontrasepsi. SDM ini terdiri dari dokter, perawat, bidan, kader,

dan sektor terkait dalam peningkatan partisipasi pria dalam ber

KB. Untuk mencapai hal tersebut perlu dilakukan strategi

khusus dalam pengembangan dan pemberdayaan SDM yang

meliputi:

Benchmarking

Magang

Kemitraan

6. Strategi Pembinaan

11

Page 12: 4. BAB I - 3

Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan kemampuan

pengelola serta pelaksanaan program dalam melakukan KIE dan

pelayanan KB/KR pria sehingga kinerjanya tercapai sesuai yang

diharapkan. Untuk mencapai hal tersebut perlu dilakukan strategi

khusus sebagai berikut:

Pembentukan perangkat tata laksana.

Pemberian penghargaan kepada para pelaksana program.

Melakukan pemantauan terhadap proses perencanaan sampai

pelaksanaan program.

7. Strategi Dukungan Operasional

Strategi ini bertujuan agar upaya peningkatan partisipasi pria dalam

KB mendapat dukungan operasional yang memadai sehingga berjalan

sesuai yang diharapkan. Dukungan operasional ini meliputi:

Informasi manajemen program KB nasional

Strategi jaminan ketersediaan kontrasepsi

Pendidikan dan pelatihan

Pembiayaan operasional dilapangan

F. KB untuk laki-laki dalam pandangan fiqih

Islam mencita-citakan lahirnya generasi bangsa yang kuat dan tangguh

dalam segala bidang. Al-qur’an dan hadist-hadist Nabi mengingatkan umat

manusia agar tidak melahirkan generasi yang lemah baik secara spiritual, sosial

ekonomi, maupun budaya. Salah satu upaya untuk melahirkan generasi yang

unggul dan tangguh adalah mengatur jarak kelahiran atau yang dalam bahasa fiqih

disebut tandhimu an-nasl, dan dengan menggunakan alat kontrasepsi yang dalam

istilah fiqih disebut dengan man’u al-hamli.

Sampai saat ini telah banyak alat-alat kontrasepsi untuk upaya pencegahan

kehamilan. Alat-alat kontrasepsi itu antara lain adalah pantang berkala, kondom,

pil KB, suntik KB, IUD, tubektomi dan vasektomi. Alat kontrasepsi ini pada

umumnya digunakan oleh para istri.

12

Page 13: 4. BAB I - 3

Sementara alat kontrasepsi bagi laki-laki masih sangat terbatas. Sebab

itulah KB pria masih dianggap sebagai sesuatu yang tabu dikalangan masyarakat.

Partisipasi laki-laki untuk memasang alat kontrasepsi dalam menyukseskan

program keluarga berencana di Indonesia masih rendah. Penyebab utamanya

adalah faktor kultur masyarakat dan juga pandangan tafsir agama.

Salah satu bentuk alat kontrasepsi untuk pria adalah vasektomi.adanya

perbedaan antara yang pro dan kontra terhadap MOP berangkat dari perbedaan

mereka dalam menentukan apakah MOP bersifat permanen dan tidak dapat

dipulihkan. Kelompok yang menganggap MOP tidak dapat dipulihkan maka

mereka menyatakan bahwa MOP itu haram. Sementara yang menyatakan MOP

dapat dipulihkan menyatakan bahwa MOP mubah. Dengan melihat lebih

banyaknya efek yang ditimbulkan, jika seorang istri yang menggunakan alat

kontrasepsi. Memang ternyata lebih utama, pria seharusnya ber KB.

13

Page 14: 4. BAB I - 3

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Partisipasi pria adalah tanggung jawab pria dalam keterlibatan dan

kesertaan ber KB dan Kesehatan Reproduksi, serta prilaku seksual yang

sehat dan aman bagi dirinya, pasangannya dan keluarganya

Secara persentasi kesertaan pria dalam KB dan kesehatan reproduksi

masih belum menggembirakan, namun sejak dicanangkan keinginan

program untuk meningkatkan partisipasi pria khususnya kondom sudah

menampakkan perubahan yang cukup positif

B. Saran

Diharapkan kritik dan saran dari pembaca yang akan membantu kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.

14