repository.radenintan.ac.idrepository.radenintan.ac.id/6992/3/bab i 2 3 4 5.docx · web viewbab i....

132
BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Penegasan judul ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai judul yang penulis teliti, agar tidak mengalami kesalahan penafsiran maka penulis akan menguraikan secara rinci. Judul skripsi ini adalah : “KOMUNIKASI VERBAL DALAM PEMBINAAN AKHLAK PADA ANAK USIA DINI DI BUSTANUL ATHFAL V KEL. SINDANGSARI KAB. LAMPUNG UTARA”. Komunikasi verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa juga dapat dianggap sebagai kode verbal. 1 Bahasa dapat didefinisikan sebagai simbol, dengan aturan untuk mengkombinaskan antara simbol-simbol tersebut, yang dapat dimengerti dan dipahami oleh suatu komunitas atau kelompok itu sendiri. Komunikasi verbal adalah 1 Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Bandung: Rema Rosdakarya,2005), h..340

Upload: others

Post on 03-Feb-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul

Penegasan judul ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai judul yang penulis teliti, agar tidak mengalami kesalahan penafsiran maka penulis akan menguraikan secara rinci. Judul skripsi ini adalah : “KOMUNIKASI VERBAL DALAM PEMBINAAN AKHLAK PADA ANAK USIA DINI DI BUSTANUL ATHFAL V KEL. SINDANGSARI KAB. LAMPUNG UTARA”.

Komunikasi verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa juga dapat dianggap sebagai kode verbal.[footnoteRef:2] Bahasa dapat didefinisikan sebagai simbol, dengan aturan untuk mengkombinaskan antara simbol-simbol tersebut, yang dapat dimengerti dan dipahami oleh suatu komunitas atau kelompok itu sendiri. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan symbol atau kata-kata, baik yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun tulisan.[footnoteRef:3] [2: Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Bandung: Rema Rosdakarya,2005), h..340] [3: Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001) cet. Ke-4, h.95]

Komunikasi verbal yang penulis maksud adalah komunikasi menggunakan kata-kata dengan pendekatan komunikasi persuasif. Komunikasi persuasif adalah komunikasi yang bertujuan untuk mengubah atau mempengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator.[footnoteRef:4] Karena komunikasi persuasif merupakan bentuk ajakan dari seseorang terhadap orang lain, atau da’i terhadap mad’u dalam hal ini peneliti menjadikan guru yang berperan sebagai da’i atau komunikator dan murid sebagai mad’u atau komunikan. Proses dakwah yang dilakukan da’i dan mad’u di sini adalah dakwah dalam menyampaikan ajaran agama khususnya akhlak, dalam hal ini disampaikan banyaknya lewat proses belajar dan mengajar. [4: Wikipedia, “Komunikasi Persuasif”, diakses dari https://id.m.wikipedia.org, pada tanggal 18 Maret 2019,pukul 21.31]

Pembinaan menurut Hanmudah Abdul Al-ati adalah suatu usaha untuk membimbing anak mengenai agama dan pengembangan kepribadian yang dilakukan dengan sabar, berencana, tersusun dan bertanggungjawab atas terwujudnya kondisi yang lebih baik dari keadaan sebelumnya sehingga dapat bermanfaat bagi diri, masyarakat dan alam sekitarnya[footnoteRef:5]. Pembinaan menurut Departemen Agama RI adalah sebagai suatu usaha yang dilakukan secara sadar, berencana, teratur dan terarah serta bertanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian dengan segala aspeknya.[footnoteRef:6] [5: Hanmudah Abdul Al-ati, Keluarga Muslim, (Surabaya: .Bima Ilmu,1984), h.1.] [6: Depag RI, Pola Pembinaan Mahasiswa IAIN, (Jakarta:Depag RI Ditjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Direktorst Pembinan Perguruan Tinggi Agama Islam, 1993), h.6.]

Pembinaan yang penulis maksud adalah kegiatan bimbingan yang dilakukan guru terhadap anak murid secara intens di setiap kegiatan belajar mengajar melalui obrolan dan pemahaman seperti tata cara berdoa, hafalan surat-surat pendek, shalat dan lainnya yang sesuai ajaran agama islam, karena jika seorang anak telah diajarkan tentang norma-norma agama senantiasa mereka akan selalu berfikir dalam melakukan sesuatu yang telah dilarang oleh Allah swt.

Menurut Ibn Maskawih yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Abudin Nata M.A. Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menolongnya untuk .melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.[footnoteRef:7] Sedangkan Imam Al-Ghazali mengartikan akhlak sebagai sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.[footnoteRef:8] [7: Prof.Dr.H.Abuddin Nata M.A, Akhlak Tasawuf, (.Raja Grafido Persada,2003), h.3.] [8: Ibid, h.3]

Membina Akhlak ialah proses pembuatan, tindakan, penanaman nilai-nilai perilaku budi pekerti, tingkah laku baik terhadap Allah swt, sesama manusia, diri sendiri dan alam sekitar yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh kebahagian hidup di dunia dan di akhirat.[footnoteRef:9] [9: Zainal ma’arif, Pembekalan Akhlak Remaja, http//www.binailmu.multipy.com/2011/0501/p02s06/-mu.html, diakses (29 Oktober 2018)]

Dapat disimpulkan dari pengertian diatas pembinaan atau cara seseorang penanaman,membangun nilai-nilai budi pekerti, tinglah laku untuk lebih baik lagi sehingga membentuk akhlak yang lebih baik pula. Dalam konteks membina anak bermakna usaha yang ditempuh seorang guru untuk menjadikan siswanya lebih baik terhadap akhlaknya. Baik bersikap terhadap diri sendiri, orang lain, lingkungan sekolah maupun masyarakat disekitarnya.

Dari penjelasan demi penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa, yang penulis maksud bahwa komunikasi memiliki arti proses pertukaran informasi, pendapat, pikiran antara dua orang atau lebih untuk memperoleh tujuan yang sama. Pada komunikasi verbal yaitu komunikasi atau suatu jenis percakapan atau penyampaian pesan, informasi dari seseorang kepada orang lain, yang dilakukan menggunakan kata,bahasa baik secara lisan atau tulisan. Komunikasi verbal dengan pendekatan persuasif adalah proses penyampaian pesan baik lisan maupun tulisan, dengan tujuan untuk mengubah atau mempengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Karena itu komunikasi verbal diperlukan dalam pembinaan akhlak pada anak usia dini. Karena pembinaan akhlak adalah cara, usaha, penanaman nilai-nilai perilaku budi pekerti, perangai, tingkah laku. Penulis juga mengaplikasikan komunikasi verbal dalam pembinaan akhlak, komunikasi yang dilakukan oleh da’i dan mad’u di Lembaga dakwah bidang pendidikan pada Taman Kanak-kanak secara verbal, salah satunya menggunakan bahasa penuh ajakan, kesabaran, kelembutan, yang dilengkapi dengan bahasa tubuh dan media seperti gambar, dalam proses pembelajarannya guna membina akhlak mad’u tersebut. Seperti cara bersikap, dan cara berbicara, sampai cara bersosialisasi. Mad’u adalah anak usia dini, anak usia dini yang dimaksud oleh penulis adalah anak berusia berkisar 4-6 Tahun.

B. Alasan Memilih Judul

Adapun yang menjadi alasan dalam pemilihan judul ini adalah:

1. Adanya ketertarikan penulis untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi verbal dalam pembinaan akhlak pada anak usia dini di Bustanul Athfal V Jl.Hasan Kepala Ratu No.1073 Kel.Sindangsari Kab. Lampung Utara dan setiap pendidik dapat memberikan pembinaan lebih jauh dan mendalam terhadap moral, bakat, hobi dan kegemaran anak-anak usia dini, demi kehidupan anak dikemudian hari.

2. Masalah dapat menambah wawasan bagi mahasiswa, dosen, guru-guru, serta orang tua dalam pembinaan akhlak anak mulai dari usia dini serta judul ini relevan dengan jurusan yang penulis ambil, yaitu komunikasi penyiaran Islam.

C. Latar Belakang

Deddy Mulyana menyatakan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan antar individu. Pesan tersebut akan berupa perilaku verbal seperti ucapan, maupun perilaku non verbal seperti ekspresi wajah.[footnoteRef:10] [10: Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif, Suatu Pendekatan Lintas Budaya , (Bandung: Rosda Karya, 2004), h. 3.]

Komunikasi sudah menjadi kebutuhan makhluk hidup. Dalam menerapkan komunikasi pada setiap orang berbeda-beda, baik dilihat dari segi usia. Penerapan komunikasi dengan anak pada usia dini tentunya berbeda dengan orang dewasa Anak dalam masa usia dini membutuhkan banyak stimulus dalam kehidupannya agar mereka mampu menyerap segala bentuk informasi dengan baik. Anak-anak masih sulit menyerap informasi yang bersifat baku.

Pembelajaran adalah membelajarkan peserta didik menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.[footnoteRef:11] Sedangkan pembelajaran pada anak usia dini dilakukan melalui kegiatan bermain yang dipersiapkan oleh pendidik atau da’i dengan menyiapkan materi (konten) dalam proses belajar. Lewat pembelajaran serta pembinaan secara terus menerus yang dilakukan oleh seorang da’i terhadap mad’u di Taman Kanak-kanak (TK), maka diharapkan terbentuknya akhlak yang baik. [11: Syaiful Sagala, Etika & Moralitas Pendidikan (Jakarta: Prenadamedia, 2013), h.61.]

Pembinaan merupakan segala usaha yang berupa kegiatan yang berhubungan dengan penyuluhan, pelaksanaan, pengarahan, pengembangan dan pengendalian atas segala kemampuan atau sifat dan pandangan hidup atas sasaran yang dituju.[footnoteRef:12] Pembinaan disini juga merupakan usaha yang dilakukan dengan teratur dan terarah untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap serta keterampilan objek yang dididik dengan tindakan berupa pengarahan,bimbingan dan pengembangan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pengenalan dan pembinaan akhlak pada anak usia dini sangat diperlukan agar sejak dini ia sudah memperoleh bekal pengetahuan akhlak yang baik untuk membentuk pribadinya di kemudian hari. Sebab, anak pada usia dini mudah sekali terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya. [12: S.Hidayat, Pola Pembinaan Generasi Muda, (Surabaya: tp,1975), h.2.]

Menurut Imam Ghazali Ihya Ulumuddin menyatakan akhlak adalah daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan yang spontan tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Jadi, akhlak merupakan sikap yang melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku dan perbuatan.[footnoteRef:13] [13: Anwar, Akhlak Tasawuf, (Jakarta; Pustaka Setia, 2010), h.34.]

Akhlak sudah menjadi bagian dari identitas seseorang, jika ia menunjukkan perilaku yang baik, orang akan memberikan penilaian yang positif tentang dirinya, begitu pula sebaliknya. Akhlak juga dapat membawa seseorang dalam kehidupannya di masyarakat, dengan akhlak perilaku yang baik seseorang akan memperoleh citra yang baik pula sehingga memiliki tempat yang baik didalam kehidupan bermasyarakat, namun jika ia berperilaku buruk, maka citranya menjadi buruk dan sangat sulit diterima oleh masyarakat.

Jika tidak sedari dini seseorang dibekali yang baik mengenai akhlak dan bagaimana cara berperilaku yang baik terhadap dirinya maupun orang lain, maka hal itu bisa menimbulkan penyimpangan perilaku di kemudian hari. Karena akhlak biasa dikaitkan dengan perilaku, yang memiliki pengaruh besar dalam kehidupan seseorang. Seperti dari pergaulan yang buruk perilaku tawuran antar pelajar, sampai maraknya pelajar yang terjerumus kasus narkotika, sebagaimana yang sering kita lihat di berbagai media pemberitaan.

Faktor terbesar penyebab hal itu terjadi, minimnya pengetahuan mereka tentang akhlak atau perilaku dalam sudut pandang agama, dan kurangnya perhatian orangtua terhadap anak karena orang tua sibuk memenuhi segala kebutuhan hidup (tuntutan ekonomi), menjadi salah satu faktor mengapa saat ini banyak terjadi penyimpangan perilaku dan jelas sekali terlihat betapa buruknya akhlak dan tingkah laku mereka dalam bermasyarakat.

Penunjang utama untuk menghindari penyimpangan perilaku tersebut merupakan penanaman akhlak dari orang tua dirumah. Membentuk anak yang berakhlak baik dimulai dari rumah kita masing-masing dengan cara antara lain, mendidik diri kita untuk menjadi orang tua yang dapat mendidik anak-anak kita secara benar, contohnya dalam hal ajaran agama, dari orang tua sendiri harus mampu menunjukkan keseharian yang baik seperti solat lima waktu, bertutur kata yang baik, tidak menunjukkan pertengkaran keluarga di depan anak.

Cara menanggulangi hal tersebut adalah dengan membangun komunikasi yang baik menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam kehidupan, begitu pula dalam hal mengenalkan dan membina nilai-nilai akhlak pada anak, dan hal tersebut bisa dilakukan ketika mereka memasuki usia sekolah. Karena disekolah anak akan menemukan berbagai pengalaman baru, seperti teman dan lingkungan yang baru (asing) bagi mereka.

Anak pada usia dini adalah anak-anak yang sedang berada dalam masa tumbuh kembang baik secara fisik maupun motorik. Lingkungan baru, teman baru sehingga menjadi pergaulan yang baru bisa menimbulkan berbagai efek bagi dirinya. Hal ini dikarenakan setiap orang memiliki karakter yang berbeda-beda. Cara berbicara, cara berjalan, bahkan cara mereka melihat sesuatu atau orang lain disekitarnyapun berbeda-beda. Perbedaan tersebut tak jarang menimbulkan perselisihan di antara mereka.

Pada anak usia dini, bertengkar dengan teman bermain sebayanya mungkin terlihat biasa dan wajar-wajar saja. Permasalahannyapun sederhana, karena ingin bermain di ayunan yang sama atau karena ingin duduk di kursi yang sama. Tapi lain halnya jika anak sudah beranjak remaja, permasalahan sederhana bisa menjadi rumit karena hanya keegoisan semata. Disanalah pentingnya pengenalan dan pembinaan akhlak sejak usia dini. Karena pada usia tersebut memori anak- anak sangat mudah menyerap dan merekam informasi, serta mudah di latih dan di arahkan untuk terbiasa bersikap dan berprilaku dengan baik sampai dikemudian hari.

Bentuk komunikasi yang digunakan tentu berbeda dengan komunikasi orang dewasa pada umumnya, anak-anak lebih suka bersenang-senang, penuh ramah tamah tanpa paksaan, belajar menggunakan banyak media, dalam melakukan proses komunikasi verbal. Oleh karena itu, di Taman Kanak-kanak kita seringkali melihat dan mendengar da’i berkomunikasi secara verbal dan non verbal dengan mad’u dalam melakukan proses dakwah tidak hanya menyampaikan materi atau teori lewat tatap muka lalu menyampaikan secara informatif saja. Melainkan dengan teknik komunikasi persuasif atau ajakan, penuh dengan kesabaran, dan lemah lembut. Seperti yang penulis temukan pada lembaga pendidikan Bustanul Athfal V Jl. Hasan Kepala Ratu No.1073 Kel. Sindangsari Kab. Lampung Utara yang didirikan pada tahun 1989 dengan inisiatif Ibu Dwi Zubaidah yang merupakan salah satu TK Islam yang hadir dengan memperkenalkan akhlak kepada anak didik melalui hadist maupun ayat yang disampaikan dengan beragam metode sehingga memperkaya pengetahuan anak maupun orang tua, tidak hanya mengenai akhlak, tapi juga mengenai hadist itu sendiri.

Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin melihat lebih jauh bagaimana proses Komunikasi Verbal dalam Pembinaan Akhlak pada anak usia dini di Bustanul Athfal V Kel.Sindangsari Kab. Lampung Utara.

D. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah yakni:

1. Bagaimanakah proses komunikasi verbal pada anak usia dini dalam pembinaan akhlak di Bustanul Athfal V Kel.Sindangsari Kab. Lampung Utara?

2. Apakah faktor penghambat dan pendukung pada komunikasi verbal dalam penerapannya?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Teoritis

Untuk mengkaji kesesuaian teori yang digunakan dengan masalah penelitian.

b. Tujuan Praktis

Untuk mengetahui proses komunikasi verbal serta penerapannya di Bustanul Athfal V. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam kegiatan komunikasi tersebut.

2. Manfaat Penelitian

a. Diharapkan dari penelitian ini dapat memberi kejelasan tentang penggunaan komunikasi verbal terhadap pembinaan akhlak pada anak usia dini.

b. Diharapkan dari penelitian ini memperoleh informasi yang akurat mengenai pembinaan akhlak pada anak usia dini.

F. Metode Penelitian

Untuk dapat memahami dan memudahkan pembahasan masalah yang telah dirumuskan, serta untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka perlu adanya metode penelitian yang cocok dan sesuai untuk menyimpulkan. Agar penelitian ini berjalan, data-data yang lengkap dan tepat maka diperlukan metode-metode sebagai berikut

1. Jenis dan sifat penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (1992) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan,tulisan dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat dan atau organisasi tertentu dalam suatu keadaan konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan holistik.[footnoteRef:14] [14: V.Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press,2014), h,19.]

Jika ditinjau dari sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif, artinya penelitian yang semata-mata melukiskan keadaan suatu objek menurut apa adanya. Dari pengertian ini, maka penelitian yang penulis gagas hanya ditujukan untuk melukiskan kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan.

2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah seluruh objek atau penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki dan diteliti.[footnoteRef:15] Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.[footnoteRef:16] [15: Suharsimi, Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Bina Aksara,2003),h. 115] [16: Sugiono, metode penelitian kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), h.80]

Jadi populasi merupakan sesuatu yang didalam dirinya mengandung subjek dan objek penelitian. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini berjumlah 33 orang yang terdiri dari 10 guru dan 23 murid. Dengan jumlah ruang 2 kelas yaitu TK 0 Kecil berjumlah 20 orang dari umur 4 tahun dan TK 0 Besar berjumlah 23 orang dari umur 5 tahun.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.[footnoteRef:17] Dalam peneliian ini, tidak semua populasi akan dijadikan sumber data, melainkan dari sumber data saja. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode non random dengan jenis purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu.[footnoteRef:18] [17: Sugiono, MetodePenelitian (Mixed Method) (Bandung: Alfabeta, 2014), h.120.Cet.5] [18: V.Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press,2014), h,72]

Berdasarkan pendapat diatas, maka kriteria populasi untuk dijadikan sampel penelitian adalah:

1) Murid anak usia dini Bustanul Athfal V Sindangsari Kotabumi dari umur 5-6 tahun yang aktif di kelas, karena mereka sudah bisa memahami pertanyaan.

2) Peserta didik yang mempunyai prestasi di tempat belajarnya.

3) Peserta didik yang daftar hadir nya maksimal hanya tiga kali alfa.

4) Guru Bustanul Athfal V Sindangari Kotabumi yang memegang mata pelajaran agama tentang akhlak.

Jadi dari kriteria tersebut yang akan dijadikan sampel adalah anak usia dini sebanyak 6 orang terdiri dari 4 murid dan 2 guru agama tentang akhlak akidah Aisyiyah Bustanul Athfal V Sindangsari Kotabumi.

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini berupa data lapangan maupun pustaka. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi:

a. Data Primer (pokok)

Primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau objek yang diteliti.[footnoteRef:19] Dalam hal ini data primer yang diperoleh peneliti bersumber dari lapangan pada Bustanul Athfal V Kel. Sindangsari Kab. Lampung Utara yang melibatkan guru sebagai da’i, serta anak usia dini sebagai mad’u. [19: Moh Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia,2009),h.60]

b. Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu data yang mendukung data penelitian. Pengumpulan data ini diperoleh dari buku, jurnal, dan judul-judul lain yang berkaitan dengan judul yang dimaksud.

4. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik penelitian lapangan (Field Reserch) yang mana penulis membutuhkan penelitian lansung kelapangan. Sedangkan dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yang menjelaskan maksud dari sumber data yang diperoleh. Oleh karena itu, peneliti dalam proses pengumpulan data harus memilih dan menerapkan teknik pengumpulan data yang terkandung dalam natural setting tersebut secara konprehensip, sehingga harus dipilih dan diterapkan teknik penelitian yang relevan dengan objek materialnya.

Pengumpulan data pada penelitian ini antara lain dengan observasi, interview dan dokumentasi. Adapun penjabaran dari ketiga teknik tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah proses pengamatan. Merupakan penelitian dengan melakukan pengamatan menyeluruh pada sebuah kondisi tertentu. Tujuan penelitian ini untuk mengamati dan memahami perilaku kelompok orang maupun individu pada keadaan tertentu.[footnoteRef:20] [20: Ibid., h.2.]

Peneliti menggunakan metode ini sebagai pelengkap data untuk mencari data-data tentang komunikasi verbal da’i pada mad’u yaitu dengan cara proses pendekatan, bagaimana penyampaian pesan dan materi pembelajaran yang dilakukan serta mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam melakukan komunikasi verbal da’i dan mad’u.

b. Wawancara

Interview merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam metode survey melalui daftar pertanyaan yang diajukan secara lisan terhadap responded.[footnoteRef:21] Penelitian ini juga merupakan proses untuk memperoleh informasi dengan cara tanya jawab secara tatap muka antara peneliti (sebagai pewawancara dengan atau tidak menggunakan pedoman wawancara) dengan subyek yang diteliti.[footnoteRef:22] [21: Rosady Ruslan, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), h.23.] [22: Ibid., h.23.]

Metode ini digunakan sebagai metode yang paling utama dalam mengumpulkan data, karena metode ini penulis anggap cara yang paling tepat dan praktis untuk menghimpun data yang diperlukan, dengan demikian informasi yang berkaitan dengan masalah dapat diperoleh dengan tepat, yakni untuk mengetahui proses pelaksanaan komunikasi verbal dalam melakukan pembinaan akhlak di Bustanul Athfal V Kel. Sindangsari Kab. Lampung Utara.

Interview dilakukan langsung pada da’i di Bustanul Athfal V Kel. Sindangsari Kab. Lampung Utara dan dibantu beberapa informan. Informan lain seperti mad’u murid TK itu sendiri.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah rekaman peristiwa yang lebih dekat dengan percakapan, menyangkut persoalan pribadi dan memerlukan interpretasi yang berhubungan sangat dekat dengan konteks rekaman peristiwa tersebut.[footnoteRef:23] [23: Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 142-143.]

Metode ini dilakukan untuk mengambil data-data pendukung untuk melengkapi penelitian yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti seperti keadaan monografi TK, sejarah dan data semua perangkat di Bustanul Athfal V Kel. Sindangsari Kab. Lampung Utara dan apa saja kegiatan yang dilakukan.

5. Analisis Data

Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam analisis data kualitatif yang menghasilkan data yakni analisis data yang tidak diadakan angka-angka sebagai bahan menarik kesimpulan melainkan kesimpulan ditarik dasar kualitas kepercayaan data yang masuk.[footnoteRef:24] [24: Muhammad Djali Faroek, Metode Penelitian, (Jakarta: Bunga Rampai, 2013), h. 39.]

Pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dimana peneliti menggunakan cara berfikir dedukatif, yakni pengambilan kesimpulan yang bersifat dari umum ke khusus, pengetahuan khusus yang dimaksud disini adalah temuan tentang komunikasi verbal yang digunakan da’i serta faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan akhlak pada anak usia dini di Bustanul Athfal V Kel.Sindangsari Kab. Lampung Utara.

BAB II

KOMUNIKASI VERBAL DALAM

PEMBINAAN AKHLAK PADA ANAK USIA DINI

A. Pengertian Komunikasi

Komunikasi secara etimologi berasal dari kata communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran dari communis yaitu sama, dalam arti sama makna mengenai suatu hal.[footnoteRef:25] Menurut Harold Laswell, komunikasi adalah proses yang menggambarkan siapa, mengatakan apa, dengan cara apa, kepada siapa, dengan efek apa. Frista armanda dalam kamus lengkap bahasa Indonesia berpenakan komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud akan dipahami.[footnoteRef:26] [25: Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2000), Cet.4, h. 3-4.] [26: Frista Armanda W, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. (Lintas Media Jombang), h.596.]

Deddy Mulyana menyatakan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan antar individu. Pesan tersebut akan berupa perilaku verbal seperti ucapan, maupun perilaku non verbal seperti ekspresi wajah.[footnoteRef:27] [27: Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif, Suatu Pendekatan Lintas Budaya , (Bandung: Rosda Karya), 2004, h. 3.]

Dari pengertian diatas akan penulis simpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi melalui pertukaran pikiran dari satu orang kepada orang lain, sehingga akan mengubah sikap, pendapat dan menciptakan saling pengertian, baik dilakukan secara lisan ataupun ekpresi wajah.

Dalam berkomunikasi ada beberapa unsur yang menjadi syarat ketentuannya yaitu pengirim pesan (komunikator), penerima pesan (komunikan), pesan, saluran komunikasi dan media komunikasi, efek komunikasi, umpan balik (feedback).

B. Komunikasi Verbal

1. Pengertian Komunikasi Verbal

Menurut Deddy Mulyana, “simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal.” Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.

“Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol atau kata-kata, baik yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun tulisan.”

Komunikasi verbal dapat dibedakan atas komunikasi lisan dan komunikasi tulisan. Komunikasi lisan dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana seorang pembicara berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk mempengaruhi tingkah laku penerima. Sedangkan komunikasi tulisan ialah apabila keputusan yang akan disampaikan oleh pimpinan itu disandikan dengan simbol-simbol kemudian dikirimkan kepada karyawan yang dimaksudkan. Komunikasi tertulis ini dapat berupa memo, surat, buku petunjuk, gambar, maupaun laporan. Sedangkan komunikasi lisan dapat berupa tatap muka, melalui telepon, radio, televisi dan lain-lain. “Lambang verbal adalah semua lambang yang digunakan untuk menjelaskan pesan-pesan dengan memanfaatkan kata-kata (bahasa). Komunikasi verbal ini dapat dilangsungkan dengan kata-kata seperti: ceramah, berbicara, diskusi dan lain-lain. Bisa juga dengan menggunakan tulisan, surat, buku, majalah, koran, dan lain-lain”.[footnoteRef:28] [28: Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005). h. 340.]

2. Klasifikasi Komunikasi Verbal

a. Komunikasi verbal melalui lisan dapat diartikan dimana seseorang melakukan interaksi secara lisan dengan pendengar untuk mempengaruhi tingkah laku penerima. Komunikasi verbal melalui lisan, dapat dilakukan dengan cara bertatap muka langsung antara komunikator dengan komunikan seperti berpidato atau ceramah. Komunikasi verbal melalui lisan juga bisa dilakukan dengan media, contohnya percakapan di telepon.

b. Komunikasi verbal melalui tulisan tidak dapat dilakukan secara tatap muka langsung antara komunikan dengan komunikator. Penyampaian pesan komunikasi verbal melalui tulisan dapat dilakukan dengan media surat, gambar, grafik, atau lainnya.

3. Teori Komunikasi Verbal

Menurut para ahli ada tiga teori sehingga orang bisa memiliki kemampuan verbal. Teori pertama adalah operant conditioning, teori ini menekankan teori stimulus dan respon yang menyatakan bahwa jika suatu organism dirangsang oleh stimuli dari luar, orang akan cenderung memberi reaksi. Teori kedua dinamakan teori kognitif, teori ini menekankan kompetensi bahasa pada manusia lebih dari apa yang ditampilkan. Teori ketiga disebut teori penengah, teori ini menekankan bahwa manusia dalam mengembangkan kemampuan bahasanya tidak saja bereaksi terhadap stimuli yang diterima dari luar tapi juga dipengaruhi oleh proses internal yang terjadi dalam dirinya.[footnoteRef:29] [29: Hafied Canggara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998),h.103]

Ketiga teori ini menjelaskan bahwa manusia akan meningkatkan komunikasi verbal dengan alasan masing-masing dan tekanan yang sama, tentunya harus melalui proses belajar. Manusia tidak dapat berfikir, tanpa komunikasi verbal, karena komunikasilah yang mempengaruhi persepsi dan pola pikir seseorang.

4. Proses Komunikasi Verbal

Dalam proses komunikasi verbal atau komunikasi bahasa sebagai lambang verbal paling banyak dan paling sering digunakan, oleh karena hanya bahasa yang mampu mengungkapkan pikiran kominikator mengenai hal atau peristiwa, baik yang konkret maupun yang abstrak, yang terjadi masa kini, masa lalu dan masa yang akan datang. Kita dapat menelaah pikiran Socrates dan Aristoteles yang hidup ratusan tahun sebelum masehi, dari buku-buku berkat kemampuan bahasa.

Bahasa mempunyai dua jenis pengertian yang perlu dipahami oleh para komunikator. Yang pertama yaitu pengertian denotatif, yang kedua pengertian konotatif. Perkataan yang denotatif adalah yang mengandung makna sebagaimana tercantum dalam kamus(diotonary meaning) dan diterima secara umum oleh kebanyakan orang yang sama kebudayannya dan bahasanya. Perkataan yang denotatif tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda pada komunikan ketika diterpa pesan-pesan komunikasi. Sebaliknya apabila komunikator menggunakan kata-kata konotatif. Kata-kata konotatif mengandung pengertian emosional atau evaluatif. Oleh kareana itu dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda pada komunikan.

Khusus dalam komunikasi lisan, para pakar komunikator harus memperhatikan apa yang disebut oleh Casagrande : para-language yang barangkali dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi para-bahasa. Yang dimaksukan dengan para-bahasa ini adalah berbagai hal yang mengiringi pengucapan kata-kata ketika seeorang berbicara atau berpidato, misalnya gaya bicara, tekanan nada, volume suara, logat, dan lain sebagainya. Andaikata kita berada disuatu ruangan, lalu kita mendengar suara orang yang sedang bercakap-cakap, walaupun anda tidak melihatnya, kita akan dapat menerka suara iu dari seorang wanita atau laki-laki, anak atau dewasa, terpelajar atau tidak, jawa atau batak, dan lain sebagainya

Demikianlah bahasa sebagai lambang verbal penyangdang pikiran komunikator ketika ia menyampaikan pesannya kepada komunikan dalam proses komunikasi.[footnoteRef:30] [30: Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Adtya Bakti,2003),h.33]

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan ketika kita berkomunikasi menggunkan bahasa, yaitu:

1. Keterbatasan jumlah kata yang tersedia unuk mewakili objek

Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu: orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata tesedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi bukan realias itu sendiri. Dengan demikian kata-kata pada dasarnya, bersifat persial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak. Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis, misalnya baik-buruk, kaya-miskin, pintar-bodoh, dan sebagainya. Kesulitan menggunakan kata yang tepat juga kita alami ketika kita ingin mengungkapkan perasaan. Pesan verbal biasanya, lebih lazim kita gunakan untuk menerangkan sesuatu yang bersifat faktual deskriptif-rasional. Akan tetapi, untuk mengungkapkan sesuatu yang sangat efektif dan pribadi, kita biasanya lebih mengandalkan pesan nonverbal. Contoh perasaan sayang seorang ibu kepada anaknya akan lenih bermakna bila diungkapka dengan senyuman, tatapan mata, atau sentuhan daripada kata-kata semata.

2. Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual

Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata mempresentasikan persepsi dan iterprestasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda pula.

3. Kata-kata mengandung bias budaya

Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena dunia ini terdapat berbagai kelompok manusia dengan budaya dan sub budaya yang berbeda, tidak mengeherankan bila terdapat kata-kata yang kebetulan sama atau hampir sama tetapi dimaknai secara berbeda, atau kata-kata yang berbeda namun dimaknai secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari budaya yang berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketika mereka menggunakan kata yang sama.[footnoteRef:31] [31: Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2001),h.245]

5. Proses Komunikasi Verbal Dengan Pendekatan Persuasif

Persuasif merupakan komunikasi dimana pesan-pesan yang dikirimkan diharapkan mampu mengubah sikap, kepercayaan dan perilaku pihak penerima. Simons (1976:21) mndefinisikan persuasi sebagai komunikasi manusia yang dirancang untuk mempengaruhi orang lain dengan mengubah kepercayaan, nilai, atau sikap mereka. [footnoteRef:32] [32: Bambang S. Ma’arif, Komubikasi Dakwah, Paradigma Untuk Aksi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h.16]

a. Metode-metode dengan menggunakan komunikasi persuasif:

1) Metode Asosiasi, adalah penyajian pesan komunikasi dengan jalan menumpangkan pada suatu peristiwa yang actual, atau sedang menarik perhatian dan minat massa.

2) Metode Integrasi, kemampuan untuk menyatukan diri dengan komunikasi dalam arti menyatukan diri secara komunikatif, sehingga tampak menjadi satu, atau mengandung arti kebersamaan dan senasib serta sepenanggungan dengan komunikan baik dilakukan secara verbal maupun non verbal.

3) Metode pay-off, adalah kegiatan mempengaruhi orang lain dengan jalan melukiskan hal-hal yang menggembirakan dan menyenangkan perasaannya atau memberi harapan, dan sebaliknya dengan menggambarkan hal-hal yang menakutkan atau menyajikan konsekuensi yang buruk dan tidak menyenangkan perasaan.

4) Metode icing, yaitu metode menyajikan indah sesuatu, sehingga menarik siapa yang menerimanya. Metode icing ini juga disebut sebagai metode manis-maniskan atau mengulang metode persuasif dengan jalan menata rupa sehingga komunikasi menjadi menarik.

b. Teknik Persuasif

1) Teknik “Red Herring”

Teknik komunikasi persuasif “red herring” berasal dari nama jenis ikan yang hidup di samudera Atlantik Utara. Jenis ikan ini terkenal dengan kebiasannya dalam membuat gerak tipu ketika diburu oleh binatang lain atau oleh manusia. Dalam hubungannya dengan komunikasi persuasif. Teknik “red herring” adalah seni seorang komunikator untuk meraih kemenangan dalam perdebatan dengan menggelakkan argumentasi lemah untuk kemudian mengalihkannya sedikit demi sedikit ke aspek yang dikuasinya guna dijadian senjata ampuh untuk menyerang lawan. Jadi teknik ini digunakan pada saat komunikator berada dalam posisi terdesak.[footnoteRef:33] [33: Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah (Bandung: Remaja Rosdakarya,,2010), h.126]

2) Teknik “Pay off idea”

Suatu usaha untuk mempengaruhi orang lain dengan memberikan harapan yang baik atau mengiming-imingi hal-hal yang baik saja, bahwa pada hari akhir nanti akan ada pembalasan, sesuai dengan ayat yang ada dalam Al-quran bahwa bagi orang yang melakukan amal baik selama di dunia maka ia akan meraih kebahagiaan diakhirat nanti dengan dimasukkan ke dalam surga Allah dan kekal di dalamnya. Allah SWT akan ridha kepada orang-orang yang melakukan amal baik.

3) Teknik “Fear Arousting”

Usaha menakut-nakuti orang lain atau menggambarkan konsekuensi buruknya, sesuai dengan ajaran Islam yang terkandung dalam Al-quran dan hadist bahwa bagi orang yang durhaka kepada Allah dan orang-orang kafir konsekuensinya yaitu akan mendapat siksaan di akhirat nanti.

Teknik komunikasi “fear arousting” adalah usaha menakut-nakuti orang lain atau menggambarkan konsekuensi buruknya. Dalam konteks, ajaran agama Islam, teknik ini secara eksplisit dan inplisit terkadang terkandung di dalam Al-quran dan hadist. Hal tersebut diindikasikan dengan banyaknya ayat yang menggambarkan konsekuensi berupa siksaan di akhirat nanti bagi orang kafir dan orang durhaka kepada Allah SWT. [footnoteRef:34] [34: Ibid, ]

C. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran kepada peserta didik agar memiliki pemahaman terhadap sesuatu dan membuatnya menjadi seorang manusia yang kritis dalam berfikir.

Pendidikan juga merupakan usaha sadar yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, juga sesuatu yang tidak akan dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan serta kebijaksanaan.[footnoteRef:35] [35: Mursid, Pengembangan Pembelajaran PAUD, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017), h.50]

1. Pendidikan Anak Usia Dini

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional berkaitan dengan pendidikan anak usia dini tertulis pada pasal 28 ayat 1 yang berbunyi “pendidikan anak usia dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun dan bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar.” Selanjutnya pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 14 ditegaskan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidian untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memilki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.[footnoteRef:36] [36: Ibid]

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakkan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar). Kecerdasan daya pikiran, daya, cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual) sosial emosional (sikap dan perilaku serta beragama),bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Contohnya, ketika menyelenggarakan lembaga pendiidkan seperti kelompok bermain (KB), taman kanak-kanak (TK), atau lembaga PAUD yang berbasis pada kebutuhan anak.

Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:

a. Tujuan utama : untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.

b. Tujuan Penyerta : untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah. Rentangan anak usia dini menurut pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.[footnoteRef:37] [37: Ibid.,]

2. Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir), daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual, sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap yang dilalui oleh anak usia dini. Pendidikan anak usia dini merupakan suatu proses tumbuh kembang yang ditujukan kepada anak secara menyeluruh yang mencakup aspek fisik dan non fisik yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani, motorik, akal fikir, emosional, dan sosial yang tepat dan benar agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.[footnoteRef:38] [38: Agus Dariyo, Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama, (Jakarta: Refika Aditama, 2007), h.41.]

Pernyataaan para ahli itu menegaskan pendidikan anak usia dini memang memilki sejumlah ciri khusus yang membedakannya dari pendidikan yang dialami anak pada tahap selanjutnya yaitu pendidikan dasar. Ciri khusus itu adalah, pendidikan anak usia dini:

1) Menumbuh kembangkan seluruh segi kemanusiaan anak, dalam konteks kecerdasaan ini berrati menembangkan kecerdasan inteleqtual (IQ, Intelligence Quotient), kecerdasan emosional (EQ, Emotional Quotient), kecerdasaan spiritual (SQ, Spiritual Quotient), kecerdaan majemuk, dan bentuk-bentuk kecerdasan lainnya.

2) Mendahulukan aktvitas yang mendorong partisipasi aktif anak agar anak merasakan berbagai pengalaman yang melibatkan seluruh aspek kemanusiannya, psikis dan fisik, jiwa raga dan seluruh indranya.

3) Menjadikan bermain sebagai roh bagi proses pembelajaran karena bagi anak yang sedang tumbuh bermain sama dengan belajar.

4) Menjadikan seni dan pendidikan fisik sebagai menu utama yang dilaksanakan dalam suasana yang penuh kegembiraan, menyenangkan dan bebas.[footnoteRef:39] [39: Nusa Putra,Ninin Dwilestari, Penelitian Kualitatif PAUD, (Jakarta: Rajawali Pers,2016),h.61.]

D. Pengertian Pembinaan Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Kata akhlak berasal dari bahasa arab khuluq yang jamaknya akhlaq. Menurut bahasa, akhlak artinya perangai, tabiat, dan agama. Secara sempit, pengertian akhlak akan diartikan dengan kumpulan kaidah untuk menempuh jalan yang baik, jalan yang sesuai untuk menuju akhlak, pandangan akhlak tentang kebaikan dan keburukan.[footnoteRef:40] [40: Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Pustaka Setia 2010), h.33.]

Menurut Imam Ghazali Ihya Ulumuddin menyatakan akhlak adalah daya kekuatan (sifat) yang tertanama dalam jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan yang spontan tanpa memerlukan pertimbangan pikiran. Jadi, akhlak merupakan sikap yang melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku dan perbuatan.[footnoteRef:41] [41: Ibid. h. 34.]

Ibn Al-jauzi menjelaskan bahwa al-khuluq adalah etika yang dipilih seseorang. Dinamakan khuluq karena etika bagaikan khalaq (karakter) pada dirinya. Dengan demikian, khuluq adalah etika yang menjadi pilihan dan diusahakan seseorang. Adapun etia yang sudah menjadi tabiat bawaannya dinamakan al-khaym.[footnoteRef:42] Dari definisi tersebut disimpulkan bahwa suatu perbuatan atau sifat akan dikategorikan akhlak apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: [42: Ibid, h. 11.]

Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya. Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa saat melakukan perbuatan yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur, mabuk, atau gila. Ketiga, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Keempat, perbutaan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesumgguhnya, bukan main-main, berpura-pura, atau larena bersandiwara.[footnoteRef:43] [43: Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung : PT Remaja Rodakarya, 2006), h. 151-152.]

Akhlak juga akan dikenal dengan istilah etika dan moral. Istilah itu sama-sama menentukan nilai baik, buruk sikap, dan perubahan manusia. Perbedaanya terletak pada standar masing-masing. Bagi akhlak standarnya ialah Al-Quran dan Assunah, bagi etika standarnya ialah adat kebiasaan yang umum berlaku dimasyarakat.[footnoteRef:44] [44: Ibid.,]

Sedangkan Ahmad Amin mengatakan bahwa ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan manusia yang akan dinilai baik atau buruk. Tetapi tidak semua amal baik atau buruk itu akan dikatakan perbuatan akhlak. Banyak perbuatan yang tidak akan disebut akhlak. Dan tidak akan dikatan baik atau buruk. Perbuatan manusia yang dilakukan tidak atas dasar kemaunnya atau pilihannya seperti bernafas, berkedip, berbolak-balik hati, dan kaget ketika tiba-tiba terang setelah sebelumnya gelap tidaklah disebut akhlak, karena perbutan tersebut yag dilakukan tanpa pilihan.[footnoteRef:45] [45: Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf Dan Karakter Mulia, (Jakarta: Rajawali pers, 2014), h.5.]

Definisi-definisi akhlak tersebut secara substansial tampak saling melengkapi, dan darinya kita akan melihat lima ciri yang terakan perbutan akhlak, yaitu:

Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jia seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannnya, jika kita mengatakan si A misalnya sebagai orang berakhlak dermawan, maka sikap dermawan tersebut telah mendarah daging, kapan dan dimanapunsikapnya itu dibawa, sehingga menjadi identitas yang membedakan dirinya dengan orang lain.

Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila.

Al-Quran adalah sumber utama dan mata air yang memancarkan ajaran Islam, hukum-hukum Islam yang mengandung serangkaian pengetahuan tentang akidah, pokok-pokok akhlak dan perbuatan dapat dijumpai sumber yang aslinya di dalam Al-Quran.[footnoteRef:46] Diantaranya : [46: Ibid, h.31-32.]

Artinya: Sesungguhnya Al-Quran ini memberikan petunjuk kepada(jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala besar. (Q.S Al-Isra:9)

Amat jelas bahwa dalam Al-Quran terdapat banyak ayat-ayat yang mengandung pokok-pokok aqidah keagamaan, terutama akhlak dan prinsip-prinsip perbuatan.

2. Pengertian Pembinaan Akhlak Anak

Pembinaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang yang membina;alat untuk membina;proses, cara, perbuatan membina.[footnoteRef:47] Pembinaan menurut Hammudah Abdul Al-ati adalah usaha untuk membimbing anak mengenai agama dan pengembangan kepribadian yang dilakukan dengan sabar, berencana , tersusun, dan bertanggungjawab atas terwujudnya kondisi yang lebih baik dari keadaan sebelumnya sehingga akan bermanfaat bagi diri, masyarakat, dan alam sekitarnya[footnoteRef:48]. Pembinaan menurut Departemen Agama RI adalah sebagai suatu usaha yang dilakukan secara sadar, berencana, teratur dan terarah serta bertanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian dengan segala aspeknya.[footnoteRef:49] [47: “Arti Kata Bina” (on-line), tersedia di: http://kbbi.web.id/bina.html (04 Desember 2018)] [48: Hammudah Abdul Al-ati, Keluarga muslim, (Surabaya : Bina Ilmu,1984), h.1.] [49: Depag RI, Pola Pembinaan Mahasiswa IAIN, (Jakarta:Depag RI Ditjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Islam,1993), h.6.]

Seorang individu mempunyai akhlak, awalnya adalah hasil dari bimbingan orang tuanya dalam lingkungan keluarga, pengaruh yang sengaja dan tidak disengaja akan akan diperoleh melalui pengamatan panca indera, yang masuk dalam pribadi anak atau individu. Selain itu dalam lingkungan sekolahnnya, pengaruh yang sengaja dibentuk oleh guru dalam mendidik anak yang akan membentuk karakter anak.

Oleh karena itu akhlak merupakan sebagian cermin dari tingkah laku individu, maka keberadaan akhlak harus ditanamkan sejak dini, kemudian untuk tetap dibina serta diarahkan karena akhlak merupakan penuntun manusia agar akan hidup bahagia baik di dunia maupun akhirat.

Pembinaan yang penulis maksud juga merupakan kegiatan bimbingan yang dilakukan seorang guru terhadap anak didiknya secara intents yang dilakukan melalui kegiatan belajar mengajar, khususnya dalam menyampaikan lewat komunikasi non verbal. Guna membina akhlak anak seperti sholat, mengaji yang sesuai dengan ajaran agama Islam, karena jika anaka sudah diajarka dengan norma-norma agama maka mereka seantiasa akan selalu berfikir dalam melakukan sesuatu yang telah dilarang oleh Allah SWT.

3. Metode Pembinaan Akhlak

Dalam kamus umum bahasa indonesia, metode diartikan dengan cara yang teratur dan terpikirkan baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Adapun metode pendidikan akhlak adalah :

1. Metode keteladanan

Yang dimaksud dengan metode keteladanan yaitu suatu metode pembinaan dengan cara memberikan contoh yang baik kepada seseorang baik di dalam ucapan maupun perbuatan. (Syahidin, 1999:135).

2. Metode Pembiasaan

Pembiasaan menurut M.D Dahlan seperti dikutip oleh Hery Noer Aly merupakan “proses penanaman kebiasaan”. Sedang kebiasaan (habit) ialah cara-cara bertindak yang persistent, uniform dan hampir-hampir otomatis (hampir tidak disadari oleh pelakunya) (Noer Aly, 1994: 134).

3. Metode Memberi Nasihat

Abdurrahman al-Nahlawi sebagaimana dikutip oleh Hery Noer mengatakan nbahwa yang dimaksud dengan nasihat adalah “penjelasan kebenaran dan kemashalatan dengan tujuan menhindarkan orang yang dinasehati dari bahaya serta menunjukkannya ke jalan yang mendatangkan kebahagian dan manfaat (Noer Aly, 1999: 190).

Dalam metode memberi nasihat ini da’i mempunyai kesempatn yang luas untuk mengarahkan mad’u kepada berbagai kebaikan dan kemashlatan umat. Diantaranya dengan menggunakan kisah-kisah Qur’aini, baik kisah Nabawi maupun umat terdahulu yang banyak mengandung pelajaran yang dapat dipetik.

4. Metode Motivasi dan Intimidasi

Metode ini akan sangat efektif apabila dalam penyampaiannya menggunakan bahasa yang menarik dan meyakinkan pihak yang mendengar. Oleh hendaknya da’i bisa meyankinkan mad’u nya ketika menggunakan metode ini. Namun sebaliknya apabila sebaliknya apabila bahasa yang digunakan kurang menyakinkan. Maka akan membuat mad’u tersebut malas memperhatikannya.

5. Metode Persuasi

Penggunaan metode persuasi ini dalam dakwah islam menandakan bahwa pentingnya memperkenalkan dasar-dasar rasional dan logis kepada mad’u agar mereka terhindar dari meniru yang tidak didasarkan pertimbangan rasional dan pengetahuan.

6. Metode Kisah

Metode kisah merupakan salah satu upaya untuk menyampaikan materi lewat memberi pelajaran dari kejadian di masa lampau. Apabila kejadian tersebut merupakan kejadian yang baik, maka harus diikutinya, sebaliknya apabila kejadian tersebut kejadian yang bertentangan deng agama Islam, maka harus dihindari.[footnoteRef:50] [50: Agus Ruswandi, Membelajarkan Pendidikan Islam Bagi Anak, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006),h.16]

4. Bimbingan dan Penyuluhan Anak di Sekolah

Sesuai dengan arti dari pembinaan di atas bahwa sama hal nya dengan bimbingan. Maka beberapa cara dapat dilakukan untuk terujudnya bimbingan dan penyuluhan anak khususnya di lembaga pendidikan :

1. Secara berkelompok dimasa seorang pembimbing menghadapi sekelompok anak yang akan dibimbingnya, mungkin saja pembimbing ingin membantu menyelesaikan masalah:

a. Sekelompok anak dengan masalah yang sama,

b. Seorang anak, dibantu melalui sekelompok anak tersebut.

2. Secara indvidual dimana pembimbing membantu seorang anak didik dengan menghadapi anak langsung dengan persoalannya, jadi antara empat mata saja.[footnoteRef:51] [51: Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Membimbing, (Jakarta: BPK Gunung Mulia: 1995),h.22]

Pelaksanaan bimbingan di sekolah meliputi anak didik, sekolah, guru, dan orangtua murid.

Dalam hal melayani anak didik di sekolah, seorang pembimbing dapt berbuat berbagai usah dalam membantu anak didik:

a. Membantu dalam memahami tingkah laku orang lain.

b. Membantu anak supaya hidup dalam kehidupan yang seimbang antara aspek fisik, mental dan sosial.

c. Membantu proses sosialisasi dan sikap sensitif terhadap kebutuhan orang lain.

d. Membantu anak untuk mengembangkan pemahaman diri sesuai dengan kecakapan, minat, pribadi, hasil belajar dan kesempatan yang ada.

e. Membantu murid-murid untuk mengembangkan motif-motif intrinsik dalam belajar, sehingga dapat mencapai kemajuan yang berarti dan bertujuan.

f. Memberikan dorongan dalam pengarahan diri, pemecahan masalah, pengambilan keputusan.

g. Menegmbangkan nilai dan sikap secara menyeluruh, serta perasaan sesuai dengan penerimaan diri.

h. Membantu anak didik untuk memperoleh kepuasan pribadi dalam penyesuaian diri secara maksimal terhadap masyarakat.[footnoteRef:52] [52: Ibid,. h.25]

D. Tinjauan Pustaka

Dalam melakukan penelitian ini penulis mengadakan suatu telaah kepustakaan, penulis menemukan skripsi yang memilki kemiripan judul yang akan penulis teliti, judul skripsi tersebut antara lain:

a. Pada tahun 2017, Niswatun Ulmi, NPM 13410010074, mahasiswi jurusan Komunikasi Penyiaran Islam di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Raden Intan Lampung, tahun 2013, dengan judul “Komunikasi Verbal dan Non Verbal Dalam Proses Tahfidz Al Quran (Studi Pada Santri Pon-pes Madinatul Ilmi Kec.Pagelaran Kab.Pringsewu). Masalah yang dibahas adalah bagaimana peran komunikasi verbal dan non verbal dalam proses tahfidz Al-Quran dan apa saja faktor pendukung dan penghambat nya. Berdasarkan penelitian Niswatun Ulmi disimpulkan bahwa proses komuikasi verbal dan non verbal dalam kegiatan tahfidz Al-Quran yang berupa bahasa lisan, pesan kinesik, maupun pesan artifaktual belum berjalan dengan baik, karena beberapa hambatan dari pihak komunikator, komunikan, sarana prasarana maupun lingkungan yang menjadi penyebab kurang efektifnya program tersebut.[footnoteRef:53] [53: Niswatun Ulmi, Komunikasi Verbal Non Verbal Dalam Proses Tahfidz Al Quran(Studi Pada Santri Pon-pes Madinatul Ilmi KecPagelaran Kab.Pringsewu), Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam,2017]

b. Pada tahun 2014, Andi Violetta Nibella, NIM 10805100195, mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi di UIN Raden Intan Lampung, tahun 2010, dengan judul “Peran Komunikasi Verbal dan Non Verbal dalam Penanaman Akhlak pada Anak Usia Dini di Taman Kanak-kanak Islam Al Muttaqin”. Masalah yang dibahas adalah bagaimana penerapan komunikasi verbal dan non verbal dan peranannya dalam penanaman akhlak pada anak usia dini. Berdasarkan penelitian Andi Violleta disimpulkan bahwa komunikasi verbal dan non verbal memiliki peran yang sangat penting dalam penanaman akhlak pada anak usia dini di TK Islam Al Muttaqin. Penggunaan dengan intensitas yang baik dan terus menerus secara bertahap mampu memberikan dampak positif pada diri anak, terlihat dari efek komunikasi yang ditimbulkan baik dalam sisi kognitif, afektif, maupun behavioral.[footnoteRef:54] [54: Andi Violetta Nibella, Peran Komunikasi Verbal dan Non Verbal dalam Penanaman Akhlak pada Anak Usia Dini di Taman Kanak-kanak Islam Al Muttaqin, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, 2014]

Berdasarkan judul-judul diatas yang membuat penulis menjadikan tinjauan pustaka karena letak pembahasannya mendekati sama yaitu tentang komunikasi verbal. namun yang membedakan dengan penelitian penulis yaitu pada objek penelitian yaitu anak usia dini. Perbedaan spesifik lainnya yaitu bentuk komunikasi verbal pada penelitian penulis yaitu menggunakan pendekatan persuasif atau ajakan.

BAB III

GAMBARAN UMUM BUSTANUL ATHFAL V

A. Gambaran Umum Bustanul Athfal V

1. Sejarah Berdirinya Bustanul Athfal V

Sebagai warga Aisyiyah Sindangsari dalam setiap pengajian-pengajian bergilir di cabang dan ranting aisyiyah selalu diadakan di TK Asyiyah, Ibu Dwi Zubaidah tersentuh hati untuk membina anak bangsa dengan mendirikan satu Taman Kanak-kanak. Pada tahun 1989 terwujud, dengan alasan karena melihat situasi anak-anak di Kelurahan Sindangari Kabupaten Lampung Utara khususnya anak usia dini dari umur 4-6 tahun, yang perlu akan wadah belajar dan pembinaan akhlak, maka berdirilah TK Aisyiyah V. Pada saat itu gedungnya masih menumpang dirumah warga di samping kampus Muhammadiyah Kotabumi tahun 1990, dipinjamkan salah satu gedung di lingkungan kampus Muhammadiyah dengan jumlah murid 26 orang, dan guru 3 orang, mengenai sarana dan prasarana dicicil dan hingga sekarang, didapatkan dari wakaf tanah dengan swadya masyarakat dan donatur Muhammadiyah hingga saat ini mempunyai gedung sendiri.

Bustanul Athfal V atau yang lebih dikenal dengan nama Aisyiyah Bustanul Athfal V merupakan salah satu TK Muhammadiyah yang berada diwilayah Lampung Utara, tepatnya di Jl.Hasan Kepala Ratu No.1073 Kelurahan Sindangsari Kecamatan Kotabumi Kota. Berdirinya TK berazaskan Islam ini juga dikarenakan kepedulian dan rasa tanggung jawab dari pengurus dalam membangun, memberdayakan serta menjaga lingkungan yang difokuskan pada anak-anak usia dini.[footnoteRef:55] [55: Dokumen Bustanul Athfal V, dicatat tanggal 08 April 2019]

Dengan tujuan pendirian yaitu:

a. Memenuhi kebutuhan masyarakat

b. Membantu persiapan anak didik ke jenjang selanjutnya

c. Membina dan menanamkan pendidikan Islam sejak dini[footnoteRef:56] [56: Lili Yuldiantri, Kepala Aisyiyah Bustanut Athfal V, Wawancara 08 April 2019]

2. Visi dan Misi Bustanul Athfal V

a. Visi Taman Kanak-kanak Asyiyah Bustanul Athfal V

“Mewujudkan taman Kanak-kanak unggul berkarakter dalam kecintaan terhadap Allah SWT, kejujuran, disiplin, kerja keras, toleransi, cinta damai, peduli lingkungan, cinta bangsa dan tanah air “

b. Misi

1) Menyelenggarakan pendidikan yang mewujudkan perilaku kecintaan terhadap Allah SWT dengan memegang kepada kaidah-kaidah agama Islam

2) Mewujudkan TK Aisyiyah V sebagai sekolah yang didukung kelengkapan sarana prasarana yang berkualitas dalam menunjang kegiatan belajar mengajar

3) Menciptakan proses belajar mengajar yang dinamis dan realistis dalam menanamkan kemampuan dasar, berilmu, beriman dan bertaqwa

3. Tujuan Bustanul Athfal V

a. Peningkatan kualitas pembelajaran dengan mengutamkan pelayanan prima

b. Peningkatan pemenuhan sarana prasarana sekolah guna meningkatkan mutu layanan pendidikan

c. Meningkatkan pembiasaan yang santun sesuai dengan kaidah Islam, pada semua warga disekolah

d. Meningkatkan penguatan dukungan internal dan eksternal yang bertujuan untuk memberikan kontribusi terhadap pengembangan mutu sekolah

e. Meningkatkan kegiatan ektrakulikuler disekolah, aktif mengikuti lomba disekolah maupun luar sekolah[footnoteRef:57] [57: Dokumen Aisyiyah Bustanul Athfal V, dicatat tanggal 08 April 2019]

4. Strategi dan Motto Bustanul Athfal V

a. Strategi Bustanul Athfal

1) Memperkenalkan dasar-dasar agama dan pengalamannya

2) Memperkenalkan norma dan peraturan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat serta menumbuhkan disiplin dan perilaku hidup sehat dan bersih

3) Mengembangkan potensi dalam rangka meningkatkan kemampuan keterampilan dan kreativitas serta membantu karakter anak didik

4) Memperkenalkan teknologi informasi sejak dini

5) Memberikan bekal kepada anak untuk memasuki sekolah dasar

b. Motto Bustanul Athfal V

“Tanamkan Imam Diwaktu Kecil Berakhlak Mulia Setelah Dewasa”[footnoteRef:58] [58: Dokumen Aisyiyah Bustanul Athfal V, dicatat tanggal 08 April 2019]

5. Struktur Organisasi Bustanul Athfal V

Dalam upaya membangun citra yang baik, dan kualitas yang baik Bustanul Athfal V membentuk struktur kepengurusan yang bertujuan untuk membagi tugas dan pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan skill guna mencapai visi, misi dan tujuan TK.

Bustanul Athfal V sudah berjalan 3 kepengurusan organisasi. Kepengurusan pertama dipegang oleh Ibu Dwi Zubaidah dari tahun 1989 selama 10 tahun, pada masa jabatannya sebagai kepala sekolah Ibu Dwi telah membangun 2 kelas dengan jumlah murid 26 orang dan 3 guru, murid dikelompokkan dengan TK 0 besar dari umur 4 tahun berjumlah 10 orang dan 0 kecil dari umur 5-6 tahun berjumlah 16 orang. Kepengurusan kedua dipegang oleh Ibu Suhaila S.Pd dari tahun 1999 selama 10 tahun, murid bertambah 33 orang, dengan jumlah 2 kelas TK 0 kecil 12 orang dan TK 0 besar 21 orang. Adapun pembangunan yang dilakukan pada saat masa jabatan Ibu Suhaila kelengkapan dan penyempurnaan taman bermain. Pada tahun 1999 hingga sekarang kepengurusan dipegang oleh Ibu Lili Yuldiantri S.Pd. Jumlah murid bertambah menjadi 40-43 orang per tahun nya. Jumlah peserta didik 3 tahun terakhir tahun 2016-2017 berjumlah 40 orang, TK 0 kecil 20 orang dan TK 0 besar 20 orang, tahun 2017 2019 berjumlah 33 orang, TK 0 kecil 27 orang dan TK 0 besar 30 orang, tahun 2018-2019 berjumlah 43 orang, TK 0 kecil 20 orang dan TK 0 besar 23 orang. Pembangunan yang dilakukan pada masa jabatan Ibu Lili adalah kelengkapan media pembelajaran seperti buku, poster, tape, dan lainnya.

Uraian Tugas Pengurus TK Aisyiyah V

a. Kepala TK Aisyiyah V

1) Mengatur dan mengawasi segala kegiatan belajar mengajar

2) Mengurus sistem organisasi sekolah

3) Mengurus segala hal yang berkaitan dengan administrasi sekolah

4) Memberikan materi kepada anak didik (mengajar)

b. Sekertaris

1) Membantu kepala TK dalam menurus dan mengawasi segala kegiatan belajar dan mengajar

2) Membantu kepala TK mengurus hal yang bersifat administratif disekolah

c. Tenaga Pendidik/Guru

1) Menyiapkan rencana kegiatan mingguan

2) Menyiapkan rencana kegiatan harian

3) Memberikan materi ajar kepada anak didik

d. Operator

1) Memeriiksa dan mengoperasikan alat[footnoteRef:59] [59: Dokumen Aisyiyah Bustanul Athfal V, dicatat tanggal 08 April 2019]

6. Profil Bustanul Athfal V

a. Rencana Pengembangan

1) Jangka Pendek

a) Pembinaan tingkat sekolah

b) Melengkapi alat permainan di dalam kelas

c) Melengkapi kegiatan belajar dan mengajar

d) Perbaikan gizi bekerja sama dengan dinas kesehatan

2) Jangka menengah

a) Pelatihan peningkatan profesional guru

b) Melengkapi sarana bermain diluar kelas

c) Mencapai visi dan misi sekolah

3) Jangka panjang

a) Penyelesaian gedung sekolah

b) Menambah ruang lokal, kantor dan sarananya

c) Tempat berwudhu yang permanan

d) Mengganti atap sekolah dari genteng ke genteng baja ringan

e) Memplafon sekolah dan mengkramik lantai

b. Fasilitas Yang Tersedia

1) Perpustakaan

a) Buku-buku petunjuk TK

b) Buku-buku bidang pengembangan anak

c) Buku-buku iqro

d) Majalah-majalah yang menunjang perkembangan anak d TK

2) Arena bermain

a) Perosotan, ayunan, putaran, titian, enjotan

b) Bongkar pasang, permainan bolling, balok-balokkan

c) Tempat berwudhu dan cuci tangan

Ada [footnoteRef:60] [60: ]

7. Program Kegiatan Bustanul Athfal V

a. Kegiatan belajar dan mengajar

Kegiatan belajar dan mengajar merupakan kegiatan paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh kinerja dari proses belajar mengajar. Proses belajar dan mengajar merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antara manusia yaitu antara orang ysng belajar disebut siswa dan orang yang mengajar disebut guru.

Menurut Lili Yuldiantri S.Pd selaku Kepala Taman kanak-kanak, mengatakan:

“Dalam proses belajar dan mengajar guru akan menghadapi siswa yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga guru dalam proses belajar mengajar tidak akan lepas dengan masalah hasil belajar siswanya”[footnoteRef:61] [61: Lili Yuldiantri, Kepala Asyiyah Bustanul Athfal V, Wawancara pada tanggal 10 April 2019]

Taman kanak-kanak mulai beroperasi setiap hari Senin-jumat, dari pukul 07.30/sd 11.00 WIB. Adapun kegiatan rutin dar awal hingga akhir, memulai sekolah hingga pulang sekolah. Lebih lanjut peneliti konfirmasi dengan Ibu Lili beliau menjelaskan sebagai berikut:

1) Berjabat tangan dan mengucapkan salam

Kegiatan ini dilakukan murid saat sampai di TK pada pagi pukul 07.30 WIB dan siang hari pada pukul 11.00 WIB jam pulang sekolah kepada guru di ruang kelas, saat hendak keluar kelas.

2) Baris sebelum masuk kelas

Baris dilakukan murid di lapangan pada hari senin untuk melakukan upacara hari senin. Selain hari senin, yaitu selasa-jumat murid hanya baris di koridor kelas sebelum masuk kelas. Kegiatan baris ini dilakukan oleh guru dengan cara menggiring murid dengan ramah.

3) Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan

Berdoa dilakukan murid di dalam kelas pada saat sebelum memulai belajar,

4) Mencuci tangan sebelum makan

Mencuci tangan penting dilakukan murid sebelum makan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan. Makan dilakukan pada saat jam istirahat kelas pukul 09.30 WIB. Mencuci tangan dilakukan di air keran dekat toilet kelas. Sebelum makan murid diajak untuk melakukan doa sebelum makan.

5) Pemeriksaan kuku, rambut (1x seminggu)

Guru melakukan pemeriksaan kuku yang panjang, rambut yang tebal dan panjang (anak laki-laki) terhadap murid pada saat sebelum masuk kelas murid baris di koridor kelas, biasanya dilakukan seminggu 1 kali pada hari Rabu.

b. Kegiatan pengembangan diri

Kegiatan pengembangan diri pada Aisyiyah Bustanul Athfal V Sindangsari kegiatan yang bertjuan memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat setiap peserta didik. Pengembangan diri terdiri atas dua bentuk kegiatan, yaitu terprogram dan terpercaya.

Menurut salah satu guru yang melakukan praktek dengan anak didik diluar jam belajar mengajar di kelas mengatakan:

“Proses pembelajaran yang aktif, kreativ, inovatif, efektif dan menyenangkan dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berfikir kritis, dan menemukan hal-hal baru.”[footnoteRef:62] [62: Lisdiana, Guru Aisyiyah Bustanul Athfal V, Wawancara pada tanggal 10 April 2019]

1) Qur’an (TPA)

Mengajarkan anak mengaji adalah bentuk pembinaan akhlak yang sangat jelas karena anak ditanamkan nilai-nilai cinta akan Tuhan Yang Maha Esa lewat bacaan ayat al-quran juga rendah hati.

Kegiatan TPA di Aisyiyah Bustanul Athfal dilakukan setiap hari, di dalam kelas diawal sebelum memulai belajar, seperti membaca surat-surat pendek Al-Ikhlas, An-Nass, Al-Falaq dan lainnya, dilakukan setelah membaca doa sebelum belajar. Caranya guru yang memulai mengaji dengan menyebutkan satu per satu ayat lalu diikuti murid.

2) Seni musik drumband

Lewat jiwa seni kreatif dan kerja tim, guru dapat menanamkan nilai-nilai seperti toleransi dan cinta damai, juga percaya diri.

Kegiatan musik drumband dilakukan setiap hari Rabu dan Sabtu. Setelah jam belajar namun 30 menit sebelum jam pulang sekolah, dilakukan di lapangan TK. Kegiatan ini dilakuakan ketika mendekati penampilan saja, biasanya dilakukan H-2 minggu.

3) Seni tari

Lewat jiwa seni guru menanamkan nilai kerjasama, disiplin, tanggung jawab, dan cinta budaya. Kegiatan seni tari dilakukan setiap hari Selasa dan Senin. Setelah jam belajar namun 30 menit sebelum jam pulang sekolah, dilakukan di lapangan TK. Kegiatan ini dilakuakan ketika mendekati penampilan saja, biasanya dilakukan H-2 minggu.

4) Seni lukis

Lewat jiwa seni guru dapat menanamkan nilai tanggung jawab dan kerja keras. Kegiatan seni lukis dilajukan setiap hari Kamis dan Jumat. Setelah jam belajar namun 30 menit sebelum jam pulang sekolah, dilakukan di lapangan TK. Kegiatan ini dilakuakan ketika mendekati penampilan saja, biasanya dilakukan H-2 minggu.

c. Program Kegiatan Bustanul Athfal (Terlampir)

Program kegiatan belajar tentang akhak yang diterapkan di Bustanul Athfal V sebagai berikut:

1. Metode bercerita

Ibu Suhaila S.Pd selaku guru agama akidah akhlak menggunakan metode bercerita, dilakukan di kelas pada jam pelajarannya hari Senin. Karena bercerita cenderung efektif dan mudah untuk dimengerti oleh anak, sehingga pesan-pesan yang disampaikan akan lebih mudah dicerna. Selain itu anak pada umumnya sangat suka mendengar dongeng atau cerita yang didramatisir. Cerita yang disampaikan guru berkaitan dengan pembinaan akhlak seperti menceritakan tentang kisah-kisah nabi yang yang harus diteladani, bercerita tentang kisah kancil dan lainnya. Sehingga membuat murid tertarik lalu meneladaninya. Dilakukan di kelas di jam belajar mengajar.

“Murid paling suka ketika diceritakan dongeng, karena membuat mereka ingin tahu lalu paham untuk mereka terapkan di kehidupan sehari-hari”[footnoteRef:63] [63: Suhaila, Guru Aisyiyah Bustanul Athfal V, Wawancara pada tanggal 11 April 2019]

2. Metode bernyanyi

Lagu memudahkan mereka mengingat dan menerima pesan-pesan agama yang diberikan, membuat mereka senang dan tidak jenuh dalam belajar. Maka metode bernyanyi diterapakan oleh Ibu Yuli Fitriah yang juga merupakan guru agama tentang akhlak, menyampaikan materi di kelas pada jam belajar nya hari Kamis. Salah satunya menyampaikan materi tentang asmaul husna dengan cara bersenandung, diawali dengan guru lalu diikuti oleh murid.

“Bernyanyi juga cara yang efektif dalam memberikan materi tentang akhlak dan agama karena tersirat untuk disampaikan namun bisa begitu diterima murid melihat kegiatan sehari-hari seperti akhlak berkata jujur dan lainnya”[footnoteRef:64] [64: Yuli Fitriah, Guru Aisyiyah Bustanul Athfal V, Wawancara pada tanggal 12 April 2019]

B. Komunikasi Verbal Dalam Pembinaan Akhak Pada Anak Usia Dini

Pada setiap arus kegiatan program yang telah diselenggarakan, komunikasi merupakan hal yang sangat penting sebagai alat untuk dapat berbagi informasi maupun menjakin silahturahmi.

Aisyiyah Bustnul Athfal V telah menerapkan sistem komunikasi sejak berdirinya taman kanak-kanak. Komunikasi yang dibangun antara tenaga pengajar dan anak didik, baik dalam peraturan yang berlaku maupun dalam proses kegiatan di dalamnya. Komunikasi yang digunakan pada hal demikian yaitu komunikasi verbal, berupa bahasa komunikasi yang sopan dan santun, diantaranya bahasa lisan, tertulis, perintah dan ajakan.

Komunikasi verbal merupakan wujud komunikasi yang umum digunakan oleh setiap manusia dalam berinteraksi antara satu orang dengan orang lain. Oleh karena itu sangat penting untuk seorang anak didik mempelajari mengenai komunikasi verbal, dan untuk seorang tenaga pengajar melakukan dan mengajarkan komunikasi verbal. Yang dimaksud komunikasi verbal adalah komunikasi yang dilakukan menggunakan simbol-simbol atau kata-kata, baik lisan maupun tulisan.

Komunikasi verbal menjadi awal proses dalam melakukan segala kegiatan, karena banyaknya tentang interaksi.

Salah satu guru mengatakan:

“Yang namanya komunikasi pasti dilakukan kalau tidak semua kegiatan tidak akan terlaksana. Apalagi komunikasi verbal, komunikasi lisan yang mana anak didik kalau tidak diajak bicara bagaimana ingin mengerti tentang pelajaran, bagaimana ingin dibina akhlaknya, dan tentunya penuh kesabaran dan keramahtamahan.”[footnoteRef:65] [65: Yuli Fitriah, Guru Aisyiyah Bustanul Athfal V, Wawancara pada tanggal 15 April 2019]

Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan salah satu guru yaitu Ike Handini, menyatakan bahwa pada proses kegiatan dalam menunjang pembinaan akhlak di Aisyiyah Bustanul Athfal V telah menerapkan komunikasi verbal, yaitu: Proses pembinan akhlak dengan komunikasi bahasa lisan lewat teknik dan metode persuasif.[footnoteRef:66] [66: Suhaila, Guru Aisyiyah Bustanul Ahfal V, Wawancara pada tanggal 15 April 2019]

Karena komunikasi verbal adalah karakteristik khusus dari manusia. Kemampuan yang efektif sangat penting dilakukan, sebab dengan adanya komunikasi verbal memungkinkan terciptanya tujuan pengembangan dalam membina akhlak anak usia dini.

Adapun bentuk komunikasi verbal dalam pembinaan akhlak pada anak usia dini yang dilakukan seorang guru harus menggunakan teknik atau metode persuasif, lewat pogram-program berikut.

a. Bernyanyi

Bernyanyi merupakan kegiatan menyampaikan materi lewat irama dalam menanamkan akhlak pada anak, serta nilai-nilai keIslaman dan ketakwaan. Melalui lagu daya imajinasi anak ditumbuhkan. Lagu memudahkan mereka mengingat dan menerima pesan-pesan agama yang diberikan, membuat mereka senang dan tidak jenuh dalam belajar. Memilih lagu yang tepat dan bermakna Islami bagi anak bagian yang penting. Karena itu guru dituntut untuk lebih selektif dalam memilih kata/mengggunakan bahasa, dan lebih kreatif dalam menyisipkan nilai-nilai agama dalam lagunya.

b. Mengenal Tuhan melalui agama yang dianutnya dengan bercerita

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menceritakan kisah-kisah Islami, kisah Nabi dan sahabat kepada anak didik untuk dapat pemahaman tentang Tuhan dan agama yang dianutnya. Seperti halnya yang dilakukan Aisyiyah Bustanul Athfal setiap hari selasa dan rabu dikelas diselipkan bercerita tentang kisah-kisah Nabi, mengenal nama-nama Tuhan, yang dikemas dengan ringan kepada murid.

Salah satu murid Aisyiyah Bustanul Athfal V saat ditanya tentang pengetahuannya mengenai Tuhan mengatakan:

“Setiap dikelas membaca asmaul husna, asmaul husna itu kita mengenal nama-nama Allah. Kalau Allah maha pengasih dan penyanyang Allah yaRahman-yaRahim.”[footnoteRef:67] [67: Putri, Murid Aisyiyah Bustanul Athfal V, Wawancara pada tanggal 15 April 2019]

c. Meniru gerakan ibadah

Dalam mengajak ibadah atau sholat perlu disertai dengan praktek karena itu dapat memberi petunjuk yang lebih jelas kepada anak didik dan disertai penjelasan setiap bacaan sholat. Caranya guru mempraktikan satu per satu gerakan sholat lalu diikuti murid hingga murid benar-benar hafal untuk melakukan sendiri.

“Sudah bisa sholat, tapi belum hafal semua bacaan nya masih belajar dengan ibu guru”[footnoteRef:68] [68: Gema Alvaro, Murid Aisyiyah Bustanul Athfal V, Wawancara pada tanggal 11 April 2019]

d. Mengenal perilaku baik dan buruk dengan pembendaharaan kata sifat

Dalam hal ini seorang guru mampu menjelaskan kepada anak didik apa saja perilaku terpuji yang harus ditekuni dan perilaku tercela yang harus dihindari, dan memberikan pembendaharaan kata sifat-sifat tersebut seperti kata nakal, pelit, baik hati, berani, jelek dan sebagainya. Dalam menjelaskan bisa mencontohkan dari kisah-kisah Islami atau nabi dan sahabat terdahulu dan menunjukkan konsekuensi buruk tentang akhlak buruk.

e. Lalu membiasakan diri berperilaku baik

Tidak pernah menunjukkan perilaku buruk sedikitpun terhadap anak didik, bahkan ketika menemukan anak yang sulit diatur, dalam menegur anak tersebut tunjukkan sosok guru yang sabar dan lembut. Mengajarkan kepada anak rasa berbagi dan tolong menolong. Bisa dilakukan sambil bermain.

“Seperti dalam hal tolong menolong, saat salah satu anak ada yang terjatuh di tempat bermain, lalu anak yang lain di ajak untuk membantu anak yang terjatuh tadi untuk bangun. Contoh lainnya, sifat kikir bisa kita mencontohkan dengan cara mengajak anak berbagi bekal kepada sesama temannya, artinya seorang anak dituntut tidak boleh berperilaku pelit atau kikir”[footnoteRef:69] [69: Yuli Fitriah, Guru Aisyiyah Bustanul Athfal V, Wawancara pada tanggal 15 April 2019]

f. Mencintai lingkungan sekitar

Mengajak anak bercocok tanam dan dijelaskan bahwa tumbuhan juga merupakan makhluk hidup, dan membuang sampah pada tempatnya. Ada bantuan media yang digunakan komunikator(guru) seperti tulisan berupa spanduk yang ditempelkan di pohon “Cintai Aku”, atau gambar di spanduk “Seseorang yang sedang membuang sampah ditempat sampah”.

g. Kegiatan spontan yang dilakukan tidak terjadwal dalam kejadian khusus

Seperti mengajarkan anak untuk berbagi makanan, meminta maaf untuk mengajarkan tanggung jawab atas kesalahan sendiri, melerai pertengkaran, mengajak anak didik mengunjungi kawan apabila ada yang sakit, infak jika ada keluarga teman yang meninggal dunia.

“Kata ibu guru kalau teman ada yang gak bawa makanan kita harus kasih kasih sebagian makanan kita, nanti Allah sayang sama kita kalau kita mau berbagi.”[footnoteRef:70]Salah satu murid ditanya, saat sedang membuka bekal makanannya. [70: Juwita, Murid Aisyiyah Bustanul Athfal V, Wawancara pada tanggal 15 April 2019]

h. Hafalan surat-surat pendek

Menghafal merupakan usaha untuk meresapkan sesuatu kedalam pikiran agar selalu ingat, sehingga dapat mengucapkannya kembali diluar kepala. Surat-surat pendek merupakan ayat Al-Quran, yang mana Al-Quran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada utusannya dan menjadi ibadah bagi yang membacanya.

Menurut salah satu guru yang melakukan proses belajar mengajar di dalam kelas mengatakan :

“Setiap kegiatan untuk menstimulasi perkembangan potensi anak, perlu menfaatkan berbagai media dan sumber belajar, antara lain lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh tenaga pengajar. Penggunaan berbagai media dan sumber belajar dimaksudkan agar anak dapat berekplorasi dengan benda-benda di lingkungan sekitarnya.”[footnoteRef:71] [71: Yuli Fitriah, Guru Aisyiyah Bustanul Athfal V, Wawancara pada tanggal 15 April 2019]

Seorang guru dalam mengajak anak agar mau menghafal yaitu bisa dibantu dengan alat atau media pendukung seperti gambar petunjuk-petunjuk solat dalam bentuk poster,surat pendek dalam bentuk poster, surat, audio cd, dan lain sebagainya, atau bisa mengaitkan sebuah surat pendek dengan alam sekitar. Contohnya, Surat Al-Lail 1-3 tentang siang dan malam yang sangat erat dengan sehari-hari yang kita alami.[footnoteRef:72] [72: Observasi, Kegiatan Belajar Mengajar Aisyiyah Bustanul Athfal V, pada tanggal 12 April 2019]

Salah satu murid Aisyiyah Bustanul Athfal V saat ditanya tentang praktek shalat mengatakan:

“Aku sudah bisa sholat lima waktu, ada subuh,zuhur,ashar,magrib dan isya. Kata bu guru nomor telepon Allah 24434. Subuh 2 rakaat, zuhur 4 rakaat, ashar 4 rakaat, magrib 3 rakaat, terus isya 4 rakaat”.[footnoteRef:73] [73: Dika Muhammad, Murid Aisyiyah Bustanul Athfal V, Wawancara pada tanggal 15 April 2019]

i. Pendekatan personal

Dalam melakukan proses belajar mengajar ataupun kegiatan pengembangan diri, penting sebelumnya atau penunjangnya yaitu pengenalan lebih dalam terhadap anak didik, dengan cara melakukan pendekatan.

Yang dimaksud disini adalah pendekatan seoang guru terhadap anak didik. Seperti diluar jam belajar mengajar ataupun pengembangan diri, pada saat jam istirahat, ada anak yang tidak melakukan apa-apa, tidak melakukan permainan atau tidak sedang berkumpul dengan teman-temannya. Maka wajib seorang guru melakukan pendekatan pada saat itu, bertanya kepada anak tersebut apa yang sedang ia lakukan, menagapa tidak bermain, apa yang sedang dipikirkan anak tersebut, dengan penuh kesabaran layaknya seorang ibu dengan anaknya dirumah. Sehingga anak tersebut ingin membuka suara, dan mulai leluasa untuk bercerita, dari sana seorag guru bisa mmeberikan solusi terhadap anak didik, sehingga tidak ada lagi masalah atau hal yang dipendam oleh anak didik. Hal tersebut bisa membentuk karakter atau akhlak pada anak menjadi lebih baik lagi.

Salah satu guru yang sering melakukan pendekatan lebih dalam terhadap anak didik nya mengatakan:

“Ada anak yang justru lebih ingin cerita disini dengan gurunya, biasanya ada faktor dari keluarga yang kurang memperhatikan anaknya, sehingga anak juga ada yang terganggu kesehatan mental nya, maka disitu ita sebagai guru memberikan pengertian yang halus tehadap anak”[footnoteRef:74] [74: Suhaila, Guru Aisyiyah Bustanul Athfal V, Wawancara pada tanggal 08 April 2019]

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi Verbal Dalam Pembinaan Akhlak Pada Anak Usia Dini

1. Faktor Pendukung

Pada hasil penelitian yang penulis lakukan ada yang menjadi faktor pendukung dalam berlangsungnya komunikasi verbal, diantaranya:

a. Tenaga pengajar

Tenaga pengajar atau guru di Aisyiyah Bustanul Athfal V Sindangsari Kotabumi merupakan tenaga pengajar yang berkualitas tidak hanya dari segi pengajaran, tapi juga dari pengabdian mereka dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan anak usia dini.

Kepala Aisyiyah Bustanul Athfal V, Ibu Lili Yuldiantri S.Pd sudah mengajar sejak awal berdirinya Taman Kanak-kanak. Ibu Mariana sendiri selaku guru sudah mengajar hampir 15 tahun berlatar belakang pendidikan guru taman kanak-kanak, ada juga yang sudah memperoleh gelar sarjana Pendidikan Anak Usia Dini.[footnoteRef:75] [75: Dokumen Aisyiyah Bustanul Athfal V, pada tanggal 08 April 2019]

b. Media

Media atau sarana prasarana yang mendukung di Aisyiyah Bustanul Athfal V dalam proses penyampaian pesan secara verbal, seperti panggung, boneka, poster-poster, gambar-gambar, vcd dan dvd, dan tape. Karena dengan adanya media komunikasi, penerapan pesan lebih mudah disampaikan kepada anak. Sehingga anak lebih mudah mengerti dan memahami maksud dari pesan yang disampaikan.

2. Faktor Penghambat

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, keterbatasan bentuk media yang menjadi faktor penghambat dalam penyampaian pesan secara verbal. Seperti yang dikutip dalam wawancara dengan Ibu Meri Erliyanti selaku guru kelas :

“Hambatannya biasanya di media praktikum/peraga komunikasi, jadi kadang kita gunakan yang praktis saja, alhamdulilah walaupun bentuk medianya sederhana insyaAllah bisa dimengerti sama anak-anak”.[footnoteRef:76] [76: Suhaila, Guru Aisyiyah Bustanul Athfal V, Wawancara pada tanggal 08 April 2019]

Keterbatasan bentuk media merupakan hal yang dirasakan sebagai hambatan oleh guru sebagai komunikator, hal tersebut sangat dirasakan terutama saat anak-anak dihadapkan dengan praktek yang membutuhkan media-media tertentu yang tidak dimilki TK, atau terkadang media tersebut sulit untuk didapatkan. Contohnya seperti praktikum bercocok tanam alat seperti cangkul kecil yang aman untuk anak, digantikan dengan gelas plastik.

BAB III

GAMBARAN UMUM BUSTANUL ATHFAL V

D. Gambaran Umum Bustanul Athfal V

8. Sejarah Berdirinya Bustanul Athfal V

Sebagai warga Aisyiyah Sindangsari dalam setiap pengajian-pengajian bergilir di cabang dan ranting aisyiyah selalu diadakan di TK Asyiyah, Ibu Dwi Zubaidah tersentuh hati untuk membina anak bangsa dengan mendirikan satu Taman Kanak-kanak. Pada tahun 1989 terwujud, dengan alasan karena melihat situasi anak-anak di Kelurahan Sindangari Kabupaten Lampung Utara khususnya anak usia dini dari umur 4-6 tahun, yang perlu akan wadah belajar dan pembinaan akhlak, maka berdirilah TK Aisyiyah V. Pada saat itu gedungnya masih menumpang dirumah warga di samping kampus Muhammadiyah Kotabumi tahun 1990, dipinjamkan salah satu gedung di lingkungan kampus Muhammadiyah dengan jumlah murid 26 orang, dan guru 3 orang, mengenai sarana dan prasarana dicicil dan hingga sekarang, didapatkan dari wakaf tanah dengan swadya masyarakat dan donatur Muhammadiyah hingga saat ini mempunyai gedung sendiri.

Bustanul Athfal V atau yang lebih dikenal dengan nama Aisyiyah Bustanul Athfal V merupakan salah satu TK Muhammadiyah yang berada diwilayah Lampung Utara, tepatnya di Jl.Hasan Kepala Ratu No.1073 Kelurahan Sindangsari Kecamatan Kotabumi Kota. Berdirinya TK berazaskan Islam ini juga dikarenakan kepedulian dan rasa tanggung jawab dari pengurus dalam membangun, memberdayakan serta menjaga lingkungan yang difokuskan pada anak-anak usia dini.[footnoteRef:77] [77: Dokumen Bustanul Athfal V, dicatat tanggal 08 April 2019]

Dengan tujuan pendirian yaitu:

d. Memenuhi kebutuhan masyarakat

e. Membantu persiapan anak didik ke jenjang selanjutnya

f. Membina dan menanamkan pendidikan Islam sejak dini[footnoteRef:78] [78: Lili Yuldiantri, Kepala Aisyiyah Bustanut Athfal V, Wawancara 08 April 2019]

9. Visi dan Misi Bustanul Athfal V

c. Visi Taman Kanak-kanak Asyiyah Bustanul Athfal V

“Mewujudkan taman Kanak-kanak unggul berkarakter dalam kecintaan terhadap Allah SWT, kejujuran, disiplin, kerja keras, toleransi, cinta damai, peduli lingkungan, cinta bangsa dan tanah air “

d. Misi

4) Menyelenggarakan pendidikan yang mewujudkan perilaku kecintaan terhadap Allah SWT dengan memegang kepada kaidah-kaidah agama Islam

5) Mewujudkan TK Aisyiyah V sebagai sekolah yang didukung kelengkapan sarana prasarana yang berkualitas dalam menunjang kegiatan belajar mengajar

6) Menciptakan proses belajar mengajar yang dinamis dan realistis dalam menanamkan kemampuan dasar, berilmu, beriman dan bertaqwa

10. Tujuan Bustanul Athfal V

f. Peningkatan kualitas pembelajaran dengan mengutamkan pelayanan prima

g. Peningkatan pemenuhan sarana prasarana sekolah guna meningkatkan mutu layanan pendidikan

h. Meningkatkan pembiasaan yang santun sesuai dengan kaidah Islam, pada semua warga disekolah

i. Meningkatkan penguatan dukungan internal dan eksternal yang bertujuan untuk memberikan kontribusi terhadap pengembangan mutu sekolah

j. Meningkatkan kegiatan ektrakulikuler disekolah, aktif mengikuti lomba disekolah maupun luar sekolah[footnoteRef:79] [79: Dokumen Aisyiyah Bustanul Athfal V, dicatat tanggal 08 April 2019]

11. Strategi dan Motto Bustanul Athfal V

c. Strategi Bustanul Athfal

6) Memperkenalkan dasar-dasar agama dan pengalamannya

7) Memperkenalkan norma dan peraturan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat serta menumbuhkan disiplin dan perilaku hidup sehat dan bersih

8) Mengembangkan potensi dalam rangka meningkatkan kemampuan keterampilan dan kreativitas serta membantu karakter anak didik

9) Memperkenalkan teknologi informasi sejak dini

10) Memberikan bekal kepada anak untuk memasuki sekolah dasar

d. Motto Bustanul Athfal V

“Tanamkan Imam Diwaktu Kecil Berakhlak Mulia Setelah Dewasa”[footnoteRef:80] [80: Dokumen Aisyiyah Bustanul Athfal V, dicatat tanggal 08 April 2019]

12. Struktur Organisasi Bustanul Athfal V

Dalam upaya membangun citra yang baik, dan kualitas yang baik Bustanul Athfal V membentuk struktur kepengurusan yang bertujuan untuk membagi tugas dan pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan skill guna mencapai visi, misi dan tujuan TK.

Bustanul Athfal V sudah berjalan 3 kepengurusan organisasi. Kepengurusan pertama dipegang oleh Ibu Dwi Zubaidah dari tahun 1989 selama 10 tahun, pada masa jabatannya sebagai kepala sekolah Ibu Dwi telah membangun 2 kelas dengan jumlah murid 26 orang dan 3 guru, murid dikelompokkan dengan TK 0 besar dari umur 4 tahun berjumlah 10 orang dan 0 kecil dari umur 5-6 tahun berjumlah 16 orang. Kepengurusan kedua dipegang oleh Ibu Suhaila S.Pd dari tahun 1999 selama 10 tahun, murid bertambah 33 orang, dengan jumlah 2 kelas TK 0 kecil 12 orang dan TK 0 besar 21 orang. Adapun pembangunan yang dilakukan pada saat masa jabatan Ibu Suhaila kelengkapan dan penyempurnaan taman bermain. Pada tahun 1999 hingga sekarang kepengurusan dipegang oleh Ibu Lili Yuldiantri S.Pd. Jumlah murid bertambah menjadi 40-43 orang per tahun nya. Jumlah peserta didik 3 tahun terakhir tahun 2016-2017 berjumlah 40 orang, TK 0 kecil 20 orang dan TK 0 besar 20 orang, tahun 2017 2019 berjumlah 33 orang, TK 0 kecil 27 orang dan TK 0 besar 30 orang, tahun 2018-2019 berjumlah 43 orang, TK 0 kecil 20 orang dan TK 0 besar 23 orang. Pembangunan yang dilakukan pada masa jabatan Ibu Lili adalah kelengkapan media pembelajaran seperti buku, poster, tape, dan lainnya.

Uraian Tugas Pengurus TK Aisyiyah V

e. Kepala TK Aisyiyah V

5) Mengatur dan mengawasi segala kegiatan belajar mengajar

6) Mengurus sistem organisasi sekolah

7) Mengurus segala hal yang berkaitan dengan administrasi sekolah

8) Memberikan materi kepada anak didik (mengajar)

f. Sekertaris

3) Membantu kepala TK dalam menurus dan mengawasi segala kegiatan belajar dan mengajar

4) Membantu kepala TK mengurus hal yang bersifat administratif disekolah

g. Tenaga Pendidik/Guru

4) Menyiapkan rencana kegiatan mingguan

5) Menyiapkan rencana kegiatan harian

6) Memberikan materi ajar kepada anak didik

h. Operator

2) Memeriiksa dan mengoperasikan alat[footnoteRef:81] [81: Dokumen Aisyiyah Bustanul Athfal V, dicatat tanggal 08 April 2019]

13. Profil Bustanul Athfal V

c. Rencana Pengembangan

4) Jangka Pendek

e) Pembinaan tingkat sekolah

f) Melengkapi alat permainan di dalam kelas

g) Melengkapi kegiatan belajar dan mengajar

h) Perbaikan gizi bekerja sama dengan dinas kesehatan

5) Jangka menengah

d) Pelatihan peningkatan profesional guru

e) Melengkapi sarana bermain diluar kelas

f) Mencapai visi dan misi sekolah

6) Jangka panjang

f) Penyelesaian gedung sekolah

g) Menambah ruang lokal, kantor dan sarananya

h) Tempat berwudhu yang permanan

i) Mengganti atap sekolah dari genteng ke genteng baja ringan

j) Memplafon sekolah dan mengkramik lantai

d. Fasilitas Yang Tersedia

3) Perpustakaan

e) Buku-buku petunjuk TK

f) Buku-buku bidang pengembangan anak

g) Buku-buku iqro

h) Majalah-majalah yang menunjang perkembangan