4. bab 1 cva

8
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007), stroke adalah penyebab kecacatan dan kematian yang utama, dimana stroke merupakan suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian (Batticaca, 2008 : 56). Mereka yang bertahan biasanya sangat rentan terhadap kemunduran, gangguan fungsional akibat stroke (misalnya paralisa, afasia, disfasia, ataksia, defisiensi persepsi dan perilaku, dan depresi) ditambah lagi dengan gaya hidup yang terus menerus tidak normal dan gangguan tidak biasa lainnya sangat menghambat kegiatan pasien sehari – hari (Rusin, 1990; Siebens, 1990, dalam Siegler & Whitney, 2000 : 108), sehingga banyak penderita stroke menjadi stres akibat kecacatan yang ditimbulkan setelah 1

Upload: pharahjojow

Post on 17-Dec-2015

224 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bab 1 cva

TRANSCRIPT

5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Data Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007), stroke adalah penyebab kecacatan dan kematian yang utama, dimana stroke merupakan suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian (Batticaca, 2008 : 56). Mereka yang bertahan biasanya sangat rentan terhadap kemunduran, gangguan fungsional akibat stroke (misalnya paralisa, afasia, disfasia, ataksia, defisiensi persepsi dan perilaku, dan depresi) ditambah lagi dengan gaya hidup yang terus menerus tidak normal dan gangguan tidak biasa lainnya sangat menghambat kegiatan pasien sehari hari (Rusin, 1990; Siebens, 1990, dalam Siegler & Whitney, 2000 : 108), sehingga banyak penderita stroke menjadi stres akibat kecacatan yang ditimbulkan setelah serangan stroke (Redaksi Agromedia, 2009 : 1). Berdasarkan pengalaman praktek klinik peneliti di Ruang Saraf Rumkital Dr. Ramelan Surabaya, peneliti menemukan bahwa pada pasien Stroke dengan penurunan kemampuan aktivitas kehidupan sehari hari merasa bosan, tertekan, dan pasrah dengan keadaan yang dialami karena tidak mampu beraktivitas secara mandiri, sehingga terjadinya penurunan kemampuan aktivitas kehidupan sehari hari pada pasien Stroke yang dapat mengakibatkan stress dalam hal ini belum dapat dijelaskan.

Data yang dirilis oleh Yayasan Stroke Indonesia menyatakan, pada tahun 2004, beberapa penelitian di sejumlah rumah sakit menemukan pasien rawat inap yang disebabkan stroke berjumlah 23.636 orang, sedangkan yang rawat jalan atau yang tidak dibawa kedokter/ rumah sakit tidak diketahui jumlahnya (Waluyo, 2009 : 4). Data Riskesdas 2007 menyebutkan, angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) meningkat dari 41,7 persen pada tahun 1995 menjadi 49,9 persen pada tahun 2001 dan 59,5 persen pada tahun 2007, sedangkan di Jawa Timur prevalensi stroke masih cukup tinggi yaitu 0,8% dan khusus untuk wilayah kota Surabaya prevalensi penderita stroke adalah 0,7% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2003), dengan menggunakan metode observasional dan pendekatan cross sectional , menunjukkan responden yang melakukan aktivitas mandiri sebanyak 3 orang (7,7%) dan tidak mandiri 36 orang (92,3%) yang terdiri dari tidak mau mandiri 28 orang (77,8%) dan tidak mampu mandiri 8 orang (22,2%). Berdasarkan studi dokumenter buku registrasi didapatkan data pada bulan Februari April 2013 jumlah pasien sebanyak 135 orang pasien, dengan perincian, 89 orang pasien CVA Infark (65,92 %), 9 orang pasien CVA Bleeding (6,66 %) , 18 orang pasien dengan Hemiparese (13,33 %), 2 orang pasien dengan Paraparese (1,48%), 2 pasien Tetraparese (1,48 %), dan 1 orang pasien dengan Monoparese (0,74%), rata rata pasien per bulan sebanyak 45 orang pasien. Menurut Smeltzer & Bare, (2002 dalam Muttaqin, 2008 ; 234) Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak). Pasien stroke sering ditandai dengan adanya sebagian kelemahan tubuh (hemiplegi), mulut mencong, bicara pelo dan gangguan psikologis seperti depresi atau perubahan tingkah laku. Pasien stroke menjadi depresi karena mengalami kelumpuhan sehingga tidak bisa melakukan aktivitas kehidupan sehari hari/ Activity Daily Living dan penderita stroke sangat tergantung kepada keluarganya dalam meningkatkan kemampuan pasien untuk mandiri, meningkatkan rasa percaya diri pasien, meminimalkan kecacatan pada stroke ( Rosita, et al, 2012). Perawat merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan untuk mampu menjelaskan peran dan fungsinya secara optimal dalam membantumengatasi masalah ini. Dalam menjalankan fungsi ini tidak lepas dari upaya preventif perawat dalam memberikan penyuluhan terhadap pasien, keluarga serta menyarankan dalam upaya promosi kesehatan. Tugas perawat pada asuhan keperawatan tersebut antara lain mencarikan jalan keluar untuk menyelesaikan permasalahan yang dialami klien, meningkatakan koping individu, memberikan perawatan yang intensif diantaranya eperti memonitor tanda-tanda vital pasien, pantau tingkat kesadaran, kaji statu nutrisi, melakukan ROM, dan mobilisasi, memberikan diit klien, menjaga kebersihan klien dan perawatan aktivitas aktivitas sehari-hari, serta kolaborasi dengan tim kesehatan lain karena dengan penanganan yang terlambat akan berdampak besar akan keselamatan jiwa pasien. Peran perawat sangat diperlukan dalam meningkatkan kualitas hidup pasien. Sebagai pengelola perawat memiliki tanggung jawab dlam pengaturan kegiatan keperawatan. Sebagai pengelola perawat memiliki tanggung jawab dalam pengaturan kegiatan, sebagai pelaksanan perawat diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang optimal dan dituntun untuk mampu memberikan informasi dan pengetahuan.Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pencegahan yang tepat pada penderita stroke merupakan hal yang penting dan pengetahuan tentang patofisiologi stroke sangat berguna untuk menentukan pencegahan tersebut, angar dapat menurunkan angka kematian dan kecacatan.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, kami tertarik membuat laporan kasus dengan judul Asuhan Keperawatan pada Tn. K dengan diagnosa medis Stroke Infark di Pavilliun VIIB Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.1.2Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Tn. K dengan diagnosa medis Stroke Infark di Pavilliun VIIB Rumkital Dr. Ramelan Surabaya?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi Asuhan Keperawatan pada Tn. K dengan diagnosa medis Stroke Infark di Pavilliun VIIB Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.1.3.2 Tujuan Khusus1. Melakukan pengkajian pada Tn. K dengan diagnosa medis Stroke Infark di Pavilliun VIIB Rumkital Dr. Ramelan Surabaya 2. Menegakkan diagnosa keperawatan sesuai dengan hasil pengkajian pada Tn. K dengan diagnosa medis Stroke Infark di Pavilliun VIIB Rumkital Dr. Ramelan Surabaya3. Memberikan rencana keperawatan pada Tn. K dengan diagnosa medis Stroke Infark di Pavilliun VIIB Rumkital Dr. Ramelan Surabaya4. Melakukan tindakan keperawatan pada Tn. K dengan diagnosa medis Stroke Infark di Pavilliun VIIB Rumkital Dr. Ramelan Surabaya5. Melakukan evaluasi pada Tn. K dengan diagnosa medis Stroke Infark di Pavilliun VIIB Rumkital Dr. Ramelan Surabaya15