36550801200909482

8
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR Bab ini berisi tentang struktural sastra, sosiologi sastra, dan kera Pendekatan struktural dilakukan untuk melihat keterjalinan unsur-unsur in yang membangun karya sastra itu sendiri. Pendekatan sosiologi sastra digu untuk menilai karya sastra dengan lingkup yang lebih luassebagai upaya mengungkap makna cerita secara keseluruhan. Hal ini dilakukan sebagai usa untuk mengupas dan menjabarkan tentang apa yang tersirat, apa tujuannya, amanat apa yang hendak disampaikan dalam naskah lakon Gulipat . A. Kajian Pustaka 1. Struktural Sastra Pendekatan struktural adalah pendekatan yang dibatasi pada ka sendiri terlepas dari masalah pengarang dan pembaca. Karya sastra dipanda sebagai suatu kebulatan makna dari bangunan strukturnya yaitu tema, alur, penokohan, dan gaya bahasa (Atar emi, 1!!"# $%&. Berkaitan dengan pendapat Atar emi tersebut 'achmat joko Pradopo (1!)%# 11)-11!& menyatakan bah*a pada prinsipnya karya sastra mer sebuah struktur, yakni struktur yang merupakan susunan unsur yang bersist yang antara unsur satu dan lainnya menunjukan hubungan atau kaitan timbal dan saling menentukan. Keutuhan unsur dalam karya sastra itu buk merupakan kumpulan atau tumpukan hal atau benda yang berdiri sendiri, melainkan hal-hal itu saling terkait, berkaitan dan bergantung.

Upload: aulia-melly-melanie

Post on 04-Oct-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jghfhhjnb

TRANSCRIPT

BAB II

18

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Bab ini berisi tentang struktural sastra, sosiologi sastra, dan kerangka pikir. Pendekatan struktural dilakukan untuk melihat keterjalinan unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra itu sendiri. Pendekatan sosiologi sastra digunakan untuk menilai karya sastra dengan lingkup yang lebih luas sebagai upaya mengungkap makna cerita secara keseluruhan. Hal ini dilakukan sebagai usaha untuk mengupas dan menjabarkan tentang apa yang tersirat, apa tujuannya, dan amanat apa yang hendak disampaikan dalam naskah lakon Gulipat.A. Kajian Pustaka

1. Struktural SastraPendekatan struktural adalah pendekatan yang dibatasi pada karya itu sendiri terlepas dari masalah pengarang dan pembaca. Karya sastra dipandang sebagai suatu kebulatan makna dari bangunan strukturnya yaitu tema, alur, latar, penokohan, dan gaya bahasa (Atar Semi, 1993: 67).

Berkaitan dengan pendapat Atar Semi tersebut Rachmat Djoko Pradopo (1987: 118-119) menyatakan bahwa pada prinsipnya karya sastra merupakan sebuah struktur, yakni struktur yang merupakan susunan unsur yang bersistem, yang antara unsur satu dan lainnya menunjukan hubungan atau kaitan timbal balik dan saling menentukan. Keutuhan unsur dalam karya sastra itu bukan hanya merupakan kumpulan atau tumpukan hal atau benda yang berdiri sendiri, melainkan hal-hal itu saling terkait, berkaitan dan bergantung. Lebih lanjut Teeuw (1984:135-136) menjelaskan bahwa analisis struktural pada prinsipnya adalah analisis yang bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetil dan mendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Bukan saja penjumlahan dari gejala-gejala yang berhubungan dengan aspek waktu, aspek ruang, penokohan, point of vieuw, sorot balik, dan apa saja, tetapi yang penting justru sumbangan yang diberikan oleh semua gejala semacam itu pada keseluruhan makna, dalam keterjalinan dan keterikatan antara berbagai tataran.

Jean Piaget menurut parafrase Hawkes menunjukan tiga aspek konsep struktural. Pertama, gagasan keseluruhan (wholness), dalam arti bahwa bagian-bagian atau unsurnya menyesuaikan diri dengan seperangkat kaidah intrinsik yang menentukan baik keseluruhan struktur maupun bagian-bagiannya. Kedua, gagasan transformasi (transformation), struktur itu menyanggupi prosedur-prosedur transformasi yang terus-menerus memungkinkan pembentukan bahan-bahan baru. Ketiga, gagasan keteraturan yang mandiri (self regulation), yaitu tidak memerlukan hal-hal di luar dirinya untuk mempertahankan prosedur transformasinya, struktur itu otonom terhadap rujukan sistem lain (Teeuw, 1984: 141).Analisis struktural sebuah karya sastra dapat dilakukan dengan mengidentifikasikan, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik yang meliputi tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Hubungan antar unsur itu saling menentukan dan mempengaruhi dalam membentuk sebuah totalitas, pemaknaan yang padu (Burhan Nurgiyantoro, 1995: 37).

Pendekatan struktural memandang karya sastra sebagai sosok yang berdiri sendiri, mengesampingkan unsur di luar karya sastra. Karya sastra yang dipandang bermutu, manakala karya tersebut mampu menjalin unsur-unsur secara padu dan bermakna, unsur-unsur itu terdiri dari unsur dalam teks seperti ide, tema, plot, latar, watak, tokoh, gaya bahasa, dan sebagainya, yang membentuk sebuah hubungan yang estetis (Suwardi Endraswara, 2003: 52).Berdasarkan uraian di atas yang dimaksud dengan pendekatan struktural adalah pendekatan yang dilakukan dengan mengidentifikasikan, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik yang meliputi tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain dan bertujuan membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetil dan mendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. 2. Sosiologi SastraKarya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat oleh status sosial tertentu. Sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium, bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang, yang sering menjadi bahan sastra, adalah pantulan hubungan seseorang dengan orang lain atau dengan masyarakat (Sapardi Djoko Damono, 1984: 1).Pengertian di atas mengandung suatu pengertian bahwa antara sastrawan, sastra, dan masyarakat terjadi hubungan yang erat. Pengarang sebagai anggota masyarakat dalam menciptakan karyanya tidak bisa lepas dari kehidupan sebagai suatu kenyataan sosial. Oleh karena itu tidak heran apabila suatu karya sastra bisa mengandung gagasan yang mungkin dimanfaatkan untuk menumbuhkan sikap sosial tertentu atau bahkan untuk mencetuskan peristiwa sosial tertentu (Sapardi Djoko Damono, 1984: 2).Uraian di atas menunjukan bahwa studi terhadap karya sastra menyangkut studi sosial atau sosiologi. Antara sosiologi dan sastra keduanya saling melengkapi. Sastra sebagaimana halnya sosiologi berurusan dengan manusia. Pendekatan terhadap karya sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan inilah oleh beberapa penulis disebut sosiologi sastra (Sapardi Djoko Damono, 1984: 2).Sosiologi sastra adalah penelitian terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan keterlibatan struktur sosialnya. Dengan demikian, penelitian sosiologi sastra, baik dalam bentuk penelitian ilmiah maupun aplikasi praktis, dilakukan dengan cara mendeskripsikan, memahami, dan menjelaskan unsur-unsur karya sastra dalam kaitannya dengan perubahan-perubahan struktur sosial yang terjadi di sekitarnya (Nyoman Kutha Ratna, 2003: 26).Sosiologi sastra dalam meneliti sebuah karya sastra dapat menitik beratkan pada pengarang, teks sastra, maupun pada masyarakat pembaca. Laurenson dan Swingewood dalam Suwardi Endraswara (2003: 79), berpendapat bahwa pada prinsipnya terdapat tiga perspektif berkaitan dengan sosiologi sastra. Pertama, penelitian yang memandang karya sastra sebagai dokumen sosial yang di dalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut diciptakan. Kedua, penelitian yang mengungkap sastra sebagai cermin situasi sosial penulisnya. Ketiga, penelitian yang menangkap sastra sebagai manifestasi peristiwa sejarah dan keadaan sosial budaya (Suwardi Endraswara, 2003: 79).Sosiologi sastra memahami karya seni sebagai kesatuan yang utuh. Artinya, sebagai gejala alamiah yang secara totalitas, pertama, ditopang oleh pengarang, semestaan yang diacu, dan masyarakat pembaca. Kedua, yang lebih utama, karya seni tersebut, secara hakiki adalah totalitas yang otonom (Nyoman Kutha Ratna, 2003: 292-293). Dalam analisis sosiologi terhadap karya sastra terdapat struktur dialogis yang dapat ditelusuri melalui tataran makrostruktur yang menyediakan berbagai informasi dialogis antara karya sastra dengan masyarakat, misalnya: karya sastra dengan pengarang, penerbit, patronase, dan masyarakat pembaca (Nyoman Kutha Ratna, 2003: 143).Penelitian terhadap naskah lakon Gulipat ini termasuk dalam klasifikasi sosiologi sastra yang mempermasalahkan pada teks sastra atau karya sastra itu sendiri, dengan memandang karya sastra sebagai dokumen sosial yang di dalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut diciptakan. Pokok penelaahannya adalah semua yang tersirat dalam karya sastra itu, tujuannya, dan amanat yang hendak disampaikannya (Sapardi Djoko Damono, 1984: 3). Dalam rangka menelaah semua yang tersirat dalam karya sastra itu, tujuannya, dan amanat yang hendak disampaikan, tentu saja harus melakukan penelaahan terhadap unsur-unsur sosial yang hadir dalam situasi dialogis sebuah karya sastra, yang dikonfigurasikan melalui struktur naratif, tersebar dalam sistem wacana dan citra bahasa, sehingga seolah-olah menjiwai totalitas karya (Nyoman Kutha Ratna, 2003: 26).Berdasarkan uraian di atas yang dimaksud dengan pendekatan sosiologi sastra adalah, penelitian terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan karya sastra sebagai cerminnan gambaran kehidupan dan permasalahan sosial masyarakat pada waktu karya sastra itu dibuat, serta keterlibatan struktur sosial dalam sebuah karya sastra.B. Kerangka PikirBagan 1 : Kerangka Pikir Analisis Sosiologi Sastra Naskah Lakon Gulipat.

Karya sastra merupakan hasil dari penciptaaan yang menarik. Karya sastra memiliki bahasa yang khas, kekhasan bahasa sastra tersebut mempunyai kesatuan, keseluruhan, dan kebulatan makna, yang terjalin rapi dari hubungan unsur-unsur pembangunnya, sehingga menjadi sebuah karya yang memiliki tujuan dan bersifat estetis.

Karya sastra lahir bukan dalam kekosongan budaya. Sastra adalah ekspresi kehidupan manusia yang tak lepas dari akar masyarakatnya. Melalui karya sastra dapat dilihat bagaimana masyarakat bekerja, bagaimana pola kerjanya, dan bagaimana mereka melangsungkan hidupnya. Dalam kaitan ini, sastra merupakan sebuah refleksi lingkungan sosial budaya yang merupakan satu tes dialektika antara pengarang dengan situasi sosial yang membentuknya atau merupakan penjelasan suatu sejarah dialektik yang dikembangkan dalam karya sastra (Suwardi Endraswara, 2003: 78). Karya sastra lahir sebagai hasil interaksi pengarang dengan masyarakat. Ide utama yang dimiliki pengarang menjadi sumbu utama yang dipicu oleh kondisi dan situasi sosial kehidupan masyarakat atau realitas objektif yang melingkupi pengarang. Sebagai bentuk penghayatan terhadap realitas lingkungan sosialnya, pengarang merespon dan mengolah apa yang didengar, dilihat dan dirasakannya melalui sebuah hasil penciptaan yang diwujudkan dalam sebuah karya fiksi.Sosiologi sastra meneliti karya sastra dengan mempertimbangkan keterlibatan struktur sosialnya. Sosiologi sastra dalam rangka menelaah semua yang tersirat dalam karya sastra itu, tujuannya, dan amanat yang hendak disampaikan, tentu saja harus melakukan penelaahan terhadap unsur-unsur sosial yang hadir dalam situasi dialogis sebuah karya sastra secara intrinsik.Naskah lakon Gulipat sarat akan problem-problem sosial yang menarik, aktual, dan relevan dengan masyarakat saat ini. Dengan teori sosial peneliti berusaha mengupas dan menjabarkan masalah problem-problem sosial tersebut yang meliputi kemiskinan, kejahatan, dan pelacuran. Bertujuan untuk menemukan sebab-sebab yang melatarbelakangi terjadinya problem-problem sosial tersebut tanpa perlu menekankan pada pemecahan atau jalan keluar dari problem sosial tersebut, dengan terlebih dahulu melakukan penelaahan terhadap struktur unsur-unsur pembangun karya sastra yang dikonfigurasikan melalui struktur naratif, tersebar dalam sistem wacana dan citra bahasa, sehingga menjiwai totalitas karya, sebagai upaya dalam mengungkap makna cerita secara keseluruhan.Naskah Lakon Gulipat

Analisis Struktural

Situasi dan Struktur Sosial

Analisis Problem-Problem Sosial

11