3305.docx

18
1 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP IMUNISASI TT DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS JAMBU KABUPATEN SEMARANG Ida Wijayanti 1) , Heni Setyowati 2) , Yuliaji Siswanto 3) Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Email : up2m@akbidngudiwaluyo ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP IMUNISASI TT DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS JAMBU KABUPATEN SEMARANG. Penggunaan Imunisasi yang penting pada wanita usia subur dan ibu hamil adalah Imunisasi TT yang berguna untuk mencegah terjadinya tetanus.. Hal ini timbul akibat masih rendahnya cakupan pelayanan antenatal dan imunisasi TT selama hamil. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap imunisasi TT dengan pemberian imunisasi TT pada ibu hamil di Puskesmas Jambu Kabupaten Semarang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan rancangan Cross Sectional. Populasi pada penelitian ini adalah ibu hamil pada bulan juli 2013 sebanyak 70 orang sedangkan sampel yang diteliti sebanyak 70 responden pengambilan data menggunakan teknik sampling jenuh yaitu cara pengambilan sampel dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel yang berjumlah 70 respoden. teknik Sampling.pengumpulan data menggunakan kuesioner dan telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisia statistic menggunakan analisis uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil dalam kategori cukup sebanyak 26 orang (37,1%). Distribusi frekuensi sikap dengan sikap positif sebanyak 44 orang (62,9%) dan proporsi kelengkapan imunisasi TT dalam kategori lengkap sebanyak 50 orang (71,4%). Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pemberian imunisasi TT dengan p value 0,011 dan terdapat hubungan antara sikap dengan pemberian imunisasi TT dengan p value: 0,026. Kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap imunisasi TT dengan pemberian imunisasi TT pada ibu hamil di puskesmas jambu kabupaten Semarang tahun 2013 Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Pemberian Imunisasi TT Daftar pustaka : 25 (2000-2012) Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Imunisasi TT dengan Pemberian Imunisasi TT Pada Ibu Hamil di Puskesmas Jambu Kabupaten Semarang

Upload: riniadriani6817

Post on 10-Nov-2015

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP IMUNISASI TT DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS JAMBU KABUPATEN SEMARANG

Ida Wijayanti1), Heni Setyowati2), Yuliaji Siswanto3)Akademi Kebidanan Ngudi WaluyoEmail : up2m@akbidngudiwaluyo

ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP IMUNISASI TT DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS JAMBU KABUPATEN SEMARANG. Penggunaan Imunisasi yang penting pada wanita usia subur dan ibu hamil adalah Imunisasi TT yang berguna untuk mencegah terjadinya tetanus.. Hal ini timbul akibat masih rendahnya cakupan pelayanan antenatal dan imunisasi TT selama hamil. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap imunisasi TT dengan pemberian imunisasi TT pada ibu hamil di Puskesmas Jambu Kabupaten Semarang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan rancangan Cross Sectional. Populasi pada penelitian ini adalah ibu hamil pada bulan juli 2013 sebanyak 70 orang sedangkan sampel yang diteliti sebanyak 70 responden pengambilan data menggunakan teknik sampling jenuh yaitu cara pengambilan sampel dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel yang berjumlah 70 respoden. teknik Sampling.pengumpulan data menggunakan kuesioner dan telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisia statistic menggunakan analisis uji chi square.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil dalam kategori cukup sebanyak 26 orang (37,1%). Distribusi frekuensi sikap dengan sikap positif sebanyak 44 orang (62,9%) dan proporsi kelengkapan imunisasi TT dalam kategori lengkap sebanyak 50 orang (71,4%). Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pemberian imunisasi TT dengan p value 0,011 dan terdapat hubungan antara sikap dengan pemberian imunisasi TT dengan p value: 0,026.Kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap imunisasi TT dengan pemberian imunisasi TT pada ibu hamil di puskesmas jambu kabupaten Semarang tahun 2013

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Pemberian Imunisasi TT Daftar pustaka : 25 (2000-2012)

ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ATTITUDE ABOUT TT IMMUNIZATION WITH TT IMMUNIZATION GIVING ON PREGNANT WOMEN AT JAMBU HEALTH CENTER SEMARANG REGENCYThe useful immunization for women in reproductive age or those who are pregnant is TT immunization that prevents toward tetanus. This caused by still low coverage of antenatal care and TT immunization during pregnancy.This study aims to find the correlation between knowledge and attitude about TT immunization with TT immunization giving on pregnant women at Jambu health center Semarang Regency. This study used descriptive analytical design with cross sectional approach. The population in this study was pregnant women during july 2012 as many as 70 women. Data sampling in this study used total sampling technique as many as 70 pregnant women. Data instrument used questionnaires.The results of this study indicate that the pregnant womens knowledge in the category of sufficient as many as 26 women (37.1%). Frequency distribution for the attitude indicates to positive as many as 44 women (62.9%) and the proportion of the TT immunization in the category of complete as many as 50 people (71.4%). There is a correlation between knowledge and attitude with TT immunization giving with p-value of 0.011 and 0.026, respectively.It is can be concluded that there is a correlation between knowledge and attitude about TT immunization with TT immunization giving on pregnant women at Jambu Health Center Semarang Regency in 2013.

Keywords: Knowledge, Attitude, TT Immunization giving Bibliography: 25 (2000-2012)

11Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Imunisasi TT dengan Pemberian Imunisasi TT Pada Ibu Hamil di Puskesmas Jambu Kabupaten SemarangPENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan, serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh (Depkes RI, 2005). Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli serta disusun dalam satu program kesehatan dengan perencanaan terpadu yang didukung oleh data dan informasi epidemiologi yang valid (Depkes RI, 2005).Salah satu indikator keberhasilan derajat kesehatan adalah dengan melihat Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) Indonesia masih tertinggi di Asia. Tahun 2007 kematian ibu melahirkan mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini 9,5 kali lebih besar dari Malaysia. Bahkan 2,5 kali lipat dari indeks Filipina (Depkes, 2008).Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu sebanyak 307/ 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 35/1000 kelahiran hidup. Sedangkan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 Angka Kematian Bayi sebesar 9,17/1.000 kelahiran hidup (Dinkes Jateng, 2008). Sehingga didapatkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 8,1/1000 kelahiran hidup (Dinkes Semarang, 2008). Adapun tiga faktor utama presentase penyebab kematian ibu melahirkan yaitu perdarahan menempati presentase tertinggi penyebab kematian ibu (28 %), hipertensi saat hamil atau preeklamsia atau eklampsia menepati presentase tertinggi kedua penyebab kematian ibu (24%), sedangkan presentase tertinggi ketiga penyebab kematian ibu melahirkan adalah infeksi (11%) dan salah satu terjadinya infeksi yaitu akibat dari tetanus toxoid (Depkes, 2008).Berdasarkan laporan WHO yang bekerja sama dengan Departemen Kesehatan RI, tetanus masih merupakan penyebab utama kematian dan kesakitan maternal dan neonatal. Kematian akibat tetanus di negara berkembang 135 kali lebih tinggi dibanding negara maju (Depkes RI WHO, 2006).Penelitian Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) selama tahun 2006 menunjukkan bahwa dari seluruh Angka Kematian Bayi yang ada, 39 persen kematian terjadi pada masa neonatal penyebab kematian utamanya bagi bayi di Indonesia adalah tetanus neonatorum (9,8%), gangguan kelahiran sebelum waktunya (4,3%), dipteri, pertusis dan morbili (3,3%) (Sarimawar, 2006). Sedangkan di wilayah Kota Mataram pada tahun 2009 ditemukan 1 kasus Tetanus Neonatorum dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 7 kasus Tetanus Neonaturum (Dikes Mataram 2010). Hal ini timbul sebagai akibat masih rendahnya cakupan pelayanan antenatal dan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) selama kehamilan.Tetanus dapat terjadi pada saat kehamilan maupun persalinan. Seseorang yang pernah terserang tetanus tidak akan memiliki kekebalan secara alami dan bisa terinfeksi lagi, karena itu penting dilakukan imunisasi (Azrul A, 2002). ImunisasiTT diberikan kepada seorang wanita yang sedang hamil, antibodi yang terbentuk di tubuhnya dilewatkan ke janinnya. Antibodi ini melindungi bayi terhadap tetanus selama proses kelahiran dan selama beberapa bulan setelahnya, imunisasi TT juga melindungi ibu bayi terhadap tetanus (WHO, 2010). Faktor-faktor penyebab tetanus pada bayi yaitu pemberian imunisasi tetanus toxoid pada ibu hamil tidak dilakukan atau tidak lengkap, tidak sesuai ketentuan program, pertolongan persalinan tidak memenuhi bersih tangan, bersih alas dan bersih alat, perawatan tali pusat yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan (Yuni, 2008).Program imunisasi TT pada wanita hamil di Indonesia, biasanya diberikan 2 kali, karena dianggap belum terimunisasi secara sempurna (5 kali). WUS yang sekarang ada adalah generasi yang belum menjalani imunisasi lengkap Tetanus. Data menunjukkan bahwa di negara Indonesia masih banyak terjadi kasus tetanus baik pada bayi maupun ibu setelah melahirkan. Jadi sangat wajar apabila pemerintah melalui Kantor Urusan Agama (KUA) agar mewajibkan para calon wanita yang menikah untuk diberikan imunisasi TT. Banyaknya tempat persalinan yang kurang bersih dan steril menjadi penyebab utama terjadinya tetanus. Jadi pada dasarnya, tujuan imunisasi TT sebelum menikah dilakukan agar ketika ibu hamil lalu melahirkan ditempat yang tidak bersih dan steril tidak mengakibatkan terkena tetanus saat tali pusar bayi diputuskan. (Depkes RI 2003)Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang tahun 2004 2011, cakupan imunisasi Tetanus Toxoid tahun 2004 TT1 dan TT2 sebesar (63,93%) dan (58,18%), tahun 2005 masing-masing 75,07% dan 67,79% , tahun 2006 masing-masing 86,28% dan 82,24%, tahun 2007 masing-masing 101,68% dan 96,23%, tahun 2008 masing-masing 92,14% dan 85,13%, tahun 2009 masing-masing 87,12% dan 83,44%, tahun 2010 masing-masing 83,94% dan 79,6% dan tahun 2011 masing-masing 79,3% dan 75,9%. Angka ini menurun, dapat dilihat bahwa dari tahun 2004-2006 cakupan TT1 Dan TT2 terus mengalami peningkatan dan mencapai angka cakupan tertinggi di tahun 2007 sebesar (101,68%) dan (96,23%) sedangkan mulai tahun 2011, angka cakupan TT1 dan TT2 terus mengalami penurunan sebanyak 22,38% - 20,33% karena cakupan yang rendah dan perlu diketahui bahwa angka tersebut mencerminkan ibu hamil yang dilayani Imunisasi TT (Profil Dinkes, 2011)Menurut Notoatmodjo 2007, perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor diantaranya yaitu faktor predisposisi, faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang terkait dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya. Dari faktor-faktor di atas, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pemberian imunisasi TT pada ibu hamil yaitu diperlukannya pengetahuan dan kesadaran ibu tentang manfaat imunisasi TT, karena imunisasi TT baik untuk kekebalan tubuh terhadap infeksi tetanus karena ibu tahu bahwa imunisasi TT akan memberikan kekebalan pada ibu sendiri dan janinnya. Dimana tingkat pengetahuan akan mempengaruhi perilaku individu. Semakin banyak pengetahuan ibu tentang pentingnya kesehatan maka akan makin tinggi tingkat kesadaran ibu untuk berperan serta dalam kegiatan posyandu atau imunisasi (Depkes RI, 2007). Program imunisasi TT juga dapat berhasil jika ada usaha yang sungguh-sungguh dari orang yang memiliki pegetahuan dan komitmen yang tinggi terhadap imunisasi (Muhammad, 2002).Dari data di Puskesmas Jambu Kabupaten Semarang, pada bulan Oktober 2012 yang terdiri dari 10 Desa di dapat 225 ibu hamil, dari 225 ibu hamil se-Kecamatan Jambu, untuk cakupan TT I dan TT II dapat dilihat dalam grafik di bawah ini :

Grafik 1.1 Cakupan Imunisasi TT

Dari studi pendahuluan yang di lakukan di Puskesmas Jambu, pada bulan Oktober 2012 dapat dilihat dalam grafik dari 10 desa cakupan yang rendah dari 10 desa tersebut adalah Desa Rejosari, Desa Gondoriyo dan Desa Bedono (Data PKM Jambu, 2012). Dari data yang dapat diambil dari 3 desa yang cakupan imunisasi TT rendah terdapat 59 ibu hamil, diantaranya Desa Rejosari ada 4 ibu hamil, Desa Gondoriyo ada 22 ibu hamil dan Desa Bedono ada 26 ibu hamil (Data PKM Jambu, 2012). Dari studi Pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Jambu, pada bulan Oktober 2012 dari 10 ibu hamil 7 diantaranya tidak mengetahui pengertian dari imunisasi TT, Jadwal imunisasi TT, manfaat imunisasi TT, efek samping imunisasi TT dan tempat penyuntikan imunisasi TT. Oleh karena itu berdasarkan pada masalah diatas dan di wilayah Puskesmas Jambu Kabupaten Semarang termasuk daerah dengan angka cakupan imunisasi TT yang kurang dari target sasaran yaitu minimal 70% dan juga belum ada yang melakukan penelitian di wilayah Puskesmas Jambu maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Imunisasi TT dengan Pemberian Imunisasi TT Pada ibu hamil di Puskesmas Jambu Kabupaten Semarang.

METODE PENELITIAN

Definisi Operasional NoVariabelDefinisi OperasionalAlat UkurHasilSkala

1Bebas :a. Pengetahuan

Kemampuan ibu hamil dalam menjawab dengan benar tentang Imunisasi TT meliputi Pengetahuan, penyebab, manfaat , cara pencegahan, jadwal, dan cara pemberian munisasi TT.Kuesioner yang terdiri dari 11 pertanyaan dengan dua pernyataan yaitu benar dan salah dan dengan ketentuan :Benar : 1Salah : 0 Dengan kategoriBaik : 8-11Cukup : 7-9 Kurang baik : 0,60 di Puskesmas Jambu Kabupaten Semarang untuk variabel pengetahuan diperoleh nilai sebesar 0,856 lebih besar dari 0,60 sedangkan variabel sikap diperoleh nilai sebesar 0,844 lebih besar dari 0,60 sehingga instrument tersebut dinyatakan reliable.Analisa data penelitian ini menggunakan analisis univariat untuk mendefinisikan setiap variabel secara terpisah dengan cara membuat frekuensi dari masing-masing variabel. Analisis bivariat untuk menguji variabel-variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat

Etika penelitian

Penelitian dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari institusi pendidikan kemudian mengajukan permohonan ijin kepada tempat penelitian dan setelah mendapat persetujuan baru melaksanakan penelitian.Kuesioner diberikan kepada responden dengan menekankan masalah etik yang meliputi:

1. Informed consent (lembar persetujuan)Sebelum dilakukan pengambilan data penelitian, calon responden diberi penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian yang dilakukan. Apabila calon responden bersedia untuk diteliti maka calon responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak boleh memaksa dan tetap menghormatinya. Jika di tengah pengisian kuesioner responden ingin mengundurkan diri maka diperbolehkan mengundurkan diri, dan kuesioner yang telah diisi tidak akan diikutkan dalam pengolahan data.2. Anonymity (tanpa nama)Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden dalam pengolahan data penelitian. Peneliti akan menggunakan nomor atau kode responden 3. Confidentiality (kerahasiaan)Informasi yang diberikan oleh responden serta semua data yang terkumpul dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hal ini tidak akan dipublikasikan ataupun diberikan kepada orang lain tanpa seijin responden.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden a. UsiaTabel 4.1Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia di Puskesmas Jambu Kabupaten Semarang NoUsiaFrekuensiPersentase (%)

13534,3

Total70100,0

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 20 35 tahun yaitu sejumlah 58 responden (82,9%) dan paling sedikit berumur >35 tahun yaitu sejumlah 3 responden (4,3%).

b. PendidikanTabel 4.2Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di Puskesmas Jambu Kabupaten Semarang NoPendidikanFrekuensiPersentase (%)

1SD34,3

2SMP1521,4

3SMA5274,3

Total70100,0

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pendidikan SMA yaitu sejumlah 52 responden (74,3%) dan paling sedikit berpendidikan SD yaitu sejumlah 3 responden (4,3%).c. PekerjaanTabel 4.3Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan pekerjaan di Puskesmas Jambu Kabupaten Semarang NoPekerjaanFrekuensiPersentase (%)

1IRT6187,1

2Swasta912,9

Total70100,0

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu sejumlah 61 responden (87,1%) sedangkan yang bekerja swasta sejumlah 9 responden (12,9%).d. ParitasTabel 4.4Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan paritas di Puskesmas Jambu Kabupaten Semarang NoParitasFrekuensiPersentase (%)

1Primipara3347,1

2Multipara3752,9

Total70100,0

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa paritas dengan multipara sebanyak 37 responden (52,9%) dan paritas dengan primipara sebanyak 33 responden (47,1%).

2. Univariata. PengetahuanTabel 4.5Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Puskesmas Jambu Kabupaten Semarang PengetahuanFrekuensiPersentase (%)

Kurang2130,0

Cukup2637,1

Baik2332,9

Total70100,0

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan cukup sebesar 26 responden (37,1%), sedangkan responden paling sedikit dengan pengetahuan kurang yaitu sebanyak 21 responden (30,0%).b. SikapTabel 4.6Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap di Puskesmas Jambu Kabupaten Semarang SikapFrekuensiPersentase (%)

Negatif2637,1

Positif4462,9

Total70100,0

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai sikap positif yaitu sebanyak 44 responden (62,9%). c. Pemberian ImunisasiTabel 4.7Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemberian Imunisasi di Puskesmas Jambu Kabupaten Semarang Pemberian ImunisasiFrekuensiPersentase (%)

Tidak lengkap2028,6

Lengkap 5071,4

Total70100,0

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden lengkap dalam pemberian imunisasi yaitu sebanyak 50 responden (71,4%).2. Analisis Bivariata. Hubungan antara Pengetahuan terhadap Imunisasi TT dengan Pemberian Imunisasi TT pada Ibu Hamil di Puskesmas Jambu Kabupaten Semarang

Tabel 4.8 Tabulasi silang antara Pengetahuan terhadap Imunisasi TT dengan Pemberian Imunisasi TT pada Ibu Hamil di Puskesmas Jambu Kabupaten SemarangPengetahuanPemberian ImunisasiTotal

Tidak lengkapLengkap

F%f%f%

Kurang 1152,41047,621100,0

Cukup 623,12076,926100,0

Baik 313,02087,023100,0

Total 2028,65071,470100,0

p value = 0,0112=8,935Tabel 4.8 menunjukkan bahwa persentase responden yang tidak lengkap pemberian imunisasinya dengan pengetahuan kurang sebanyak 11 responden (52,4%) dan pemberian imunisasi dengan lengkap dengan kategori baik sebesar 20 responden (87,0%). Uji statistik dengan Chi Square didapatkan 2=8,935 dengan p value=0,0110,05 sehingga Ho di tolak yang artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan terhadap imunisasi TT dengan pemberian imunisasi TT pada Ibu Hamil di Puskesmas Jambu Kabupaten Semarang.b. Hubungan antara Sikap terhadap Imunisasi TT dengan Pemberian Imunisasi TT pada Ibu Hamil di Puskesmas Jambu Kabupaten SemarangTabel 4.9 Tabulasi silang antara Sikap terhadap Imunisasi TT dengan Pemberian Imunisasi TT pada Ibu Hamil di Puskesmas Jambu Kabupaten SemarangSikapPemberian ImunisasiTotal

Tidak lengkapLengkap

f%f%f%

Negatif 1246,21453,826100,0

Positif 818,23681,844100,0

Total 2028,65071,470100,0

p value = 0,0262=4,97Tabel 4.9 menunjukkan bahwa persentase responden yang tidak lengkap pemberian imunisasinya dengan sikap negatif sebanyak 12 responden (46,2%) dan pemberian imunisasi lengkap dengan kategori positif sebanyak 36 responden (81,8%) Uji statistik dengan Chi Square didapatkan 2=4,97 dengan p value=0,0260,05 sehingga Ho di tolak artinya ada hubungan yang signifikan antara sikap terhadap imunisasi TT dengan pemberian imunisasi TT pada Ibu Hamil di Puskesmas Jambu Kabupaten Semarang.

Pembahasan

1. Gambaran Pengetahuan Ibu hamil Tentang Imunisasi TT di Puskesmas Jambu Kabupaten Semarang Hasil penelitian terhadap 70 responden menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi Tetanus Toksoid di Puskesmas Jambu, dalam katagori cukup yaitu sebanyak 26 responden (37,1%) dalam katagori kurang sebanyak 21 responden (30,0%). Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang imunisasi TT dalam kategori cukup.Responden tidak mengetahui tentang pengertian imunisasi TT yaitu pemberian kekebalan terhadap penyakit tetanus kepada ibu hamil dan bayi yang dikandungnya, kedua manfaat imunisasi yaitu dapat memberikan kekebalan terhadap ibu sehingga pada saat melahirkan ibu dan bayi terhindar dari penyakit tetanus. Hal tersebut di dukung oleh tingkat pendidikan ibu. Pendidikan responden sebagian besar pendidikan menengah yaitu SD (4,3%), SMP (21,4%), dan SMA (74,3%). Pendidikan responden yang baik merubah pola pikir dan menambah pengalaman-pengalaman baru sehingga pengetahuan ibu tentang suatu hal dalam hal ini tentang Imunisasi TT akan bertambah.Kerja merupakan suatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan ibu bermacam-macam, berkembang dan tumbuh bahkan sering sekali tidak disadari oleh seseorang. Ibu yang aktif melakukan kegiatan di kota besar seperti bekerja di kantor atau pabrik, menjalankan usaha pribadi sebagai tambahan penghasilan serta dalam kegiatan social yang menyita banyak waktu di luar rumah (Prasetyono,2009)Pekerjaan ibu juga diperkirakan dapat mempengaruhi pengetahuan dan kesempatan ibu dalam melakukan Imunisasi TT . Pengetahuan ibu yang bekerja lebih baik dibandingkan dengan pengetahuan ibu yang tidak bekerja, semua ini disebabkan karena ibu yang bekerja mempunyai akses yang banyak sedangkan ibu yang tidak bekerja sudah sibuk dengan pekerjaan rumahnya.akan tetapi tidak menutup kemungkinan ibu yang tidak bekrjapun dapat meningkatkan pengetahuannya melelui media elektronik atau media massa Dan sebagian responden adalah ibu rumah tangga sebanyak 61 orang (87,1%).Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Hunclok (1998), semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan timbul karena pengalaman dan kematangan jiwa sebagian responden berusia 20-35 tahun sebanyak 58 orang (82,9%).Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita (BKKBN, 2006). Menurut Prawirohardjo (2009), paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara. Sebagian responden dalam kategori multipara sebanyak 37 responden (52,9%). Hal ini seharusnya karena mereka sudah mendapatkan Imunisasi TT lengkap dan untuk pengetahuannya seharusnya sudah lebih baik namun karena keterbatasan waktu untuk mengurus anak dan keluarganya sehingga untuk memperdalam pengetahuanya hanya sebatas itu saja. Jadi berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Imunisasi Tetanus Toksoid di Puskesmas Jambu paling banyak pada katagori cukup yaitu sebanyak 26 responden (37,1%). Kemungkinan hal tersebut dipengaruh oleh faktor pendidikan responden yang sebagian besar SMA, sebagian besar responden tidak bekerja, usia responden sebagian besar 20-35 tahun dan paritas dengan multipara.2. Gambaran Sikap Ibu hamil tentang Imunisasi TT di Puskesmas Janbu Kabupaten SemarangHasil penelitian menunjukkan bahwa sikap ibu hamil tentang Imunisasi TT didapatkan hasil bahwa 44 orang (62,9%) mempunyai sikap Positif terhadap Imunisasi TT. Terutama pada sikap mengenai pemberian imunisasi TT, manfaat imunisasi TT. Hal ini terjadi karena beberapa faktor eksternal seperti faktor lingkungan dan social budaya dimana faktor lingkungan disini yaitu mengharuskan mereka untuk imunisasi TT walaupun mereka belum mengetahui tentang Imunisasi TT. Tetapi lingkungan mereka mewajibkan untuk melakukan Imunisasi TT karena merupakan suatu syarat yang harus dipenuhi sebelum menikah supaya mendapatkan kartu untuk diajukan ke KUA. Kemudian pengaruh orang lain seperti tenaga kesehatan yang menganjurkan untuk Imunisasi TT pada tahap selanjutnya. Karena dari faktor tersebut meskipun ibu memiliki pengetahuan cukup namun karena dua faktor tadi sikap ibu positif dan status Imunisasi TT lengkap. 3. Analisa Bivariata. Pengetahuan dengan pemberian Imunisasi TTDalam hubungan pengetahuan ibu hamil terhadap Imunisasi TT dapat diketahui bahwa ibu yang imunisasinya tidak lengkap dengan pengetahuan yang kurang sebanyak 11 responden (52,4%) dan pemberian imunisasi dengan pengetahuan baik sebanyak 20 responden (87,0%) hal ini dapat dilihat bahwa paling banyak dengan pemberian imunisasi lengkap dan pengetahuan baik. Hasil uji statistik chi square didapatkan 2=8,935 dengan p value 0,011 yang jika dibandingkan dengan nilai = 0,05 , dapat diartikan hipotesis nol (Ho) ditolak Ini berarti ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan pemberian imunisasi TT di puskesmas Jambu kabupaten semarangHal ini terjadi karena sebagian besar pengetahuan responden baik, mereka mampu menyikapi dengan baik, menurut responden dengan pengetahuan baik Imunisasi merupakan suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. karena berdasarkan informasi yang mereka peroleh dari berbagai media dan kuesoiner yang diberikan mengenai Imunisasi TT sebagian responden menjawab dengan benar. Sikap tersebut terbentuk karena responden memiliki pengetahuan yang baik, dimana seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik maka akan mampu menyikapi segala hal dengan baik pula.Menurut penelitian Rosalina Wulandari mengenai hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu hamil tentang Imunisasi TT dengan status Imunisasi TT ibu hamil di kelurahan rejomulyo wilayah puskesmas karang doro semarang timur tahun 2009, didapatkan bahwa hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan dari 20 sampel adalah mempunyai tingkat pengetahuan baikDari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan seseorang tentang suatu obyek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan obyek yang diketahui maka akan timbul sikap makin positif terhadap Imunisasi TT.

b. Sikap dengan pemberian Imunisasi TTDalam hubungan antara sikap ibu hamil terhadap pemberian imunisasi TT, diketahui hasil analisa ibu yang memiliki sikap negative sebanyak 12 responden (46,2%) berperilaku kurang dan pemberian imunisasi lengkap dengan sikap positif sebanyak 36 orang (81,8%) dalam melakukan imunisasi TT.Hasil uji statistik chi square didapatkan 2=4,97 dengan p value = 0,026 yang jika dibandingkan nilai = 0,05 maka p value < 0,05 sehingga hipotesis nol (Ho) di tolak Sehingga Ini berarti ada hubungan antara sikap ibu hamil dengan pemberian imunisasi TT di puskesmas Jambu kabupaten semarangHal ini menunjukkan bahwa baik buruknya tindakan seorang dalam melakukan Imunisasi TT tergantung dari pada reaksi atau respon dari orang itu sendiri. Jika sikap seorang ibu bersikap baik maka tindakan Imunisasi TT akan baik pula.Apabila individu memiliki sikap yang mendukung terhadap suatu stimulus atau objek kesehatan maka ia akan mempunyai sikap yang menerima, merespon, menghargai, bertanggung jawab. Sebaliknya, bila ia memiliki sikap tidak mendukung terhadap suatu objak maka ia akan memiliki sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakkan atau tidak setuju ( Notoatmodjo, 2007).Hasil penelitian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007) bahwa sikap itu merupakan reaksi atau respon seseorang yang baik atau buruk terhadap suatu atau stimulus atau objek, jadi dengan adanya sikap yang baik maka akan ada reaksi baik pula terhadap suatu objek.Berdasarkan uraian diatas dijelaskan bahwa pengetahuan seseorang selalu mempengaruhi sikap, sikap ini lahir sebagai stimulus yang menghendaki adanya reaksi balik dari individu.PENUTUP

Kesimpulan

1. Pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi Tetanus Toksoid di Puskesmas Jambu kabupaten Semarang , dalam katagori baik dalam katagori cukup sebanyak 26 (37,1%) 2. Sikap ibu hamil tentang imunisasi Tetanus Toksoid di Puskesmas Jambu kabupaten Semarang, dalam katagori sikap positif sebanyak 44 (62,9%) 3. Pemberian Imunisasi TT di Pusesmas jambu kabupaten Semarang dalam katagori katagori lengkap sebanyak 50 (71,4%).4. Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT dengan pemberian imunisasi TT, dengan nilai p-value = 0,011 ( = 0,05) artinya nilai p