3 produk yang dihasilkan dari cpo

12
3 PRODUK YANG DIHASILKAN DARI CPO Keberadaan minyak kelapa sawit sebagai salah satu sumber minyak nabati relatif cepat diterima oleh pasar domestik dan pasar dunia. Peningkatan konsumsi minyak nabati dalam negeri terlihat dari tahun 1987 hingga tahun 1995, permintaan lokal akan minyak nabati naik dengan laju rata-rata 5.6% per tahunnya. Dalam rangka mengantisipasi melimpahnya produksi CPO, maka diperlukan usaha untuk mengolah CPO menjadi produk hilir. Pengolahan CPO menjadi produk hilir memberikan nilai tambah tinggi. Produk olahan dari CPO dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu produk pangan dan non pangan. Produk pangan terutama minyak goreng dan margarin. Produk non pangan terutama oleokimia yaitu ester, asam lemak, surfaktan, gliserin dan turunan-turunannya. Berikut ini akan dijelaskan produk-produk yang dihasilkan CPO dan prosesnya. A. Minyak Goreng 1. Pengertian Minyak Goreng Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya digunakan untuk menggoreng bahan makanan (Wikipedia, 2009). Minyak goreng berfungsi sebagai pengantar panas, penambah rasa gur ih, dan penambah nilai kalori bahan pangan. 2. Proses Pengolahan Minyak Goreng

Upload: arbotomomarbun

Post on 28-Dec-2015

159 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Produk yang dihasilkan dari pengolahan CPO

TRANSCRIPT

Page 1: 3 Produk Yang Dihasilkan Dari Cpo

3 PRODUK YANG DIHASILKAN DARI CPO

Keberadaan minyak kelapa sawit sebagai salah satu sumber minyak nabati relatif cepat

diterima oleh pasar domestik dan pasar dunia. Peningkatan konsumsi minyak nabati dalam

negeri terlihat dari tahun 1987 hingga tahun 1995, permintaan lokal akan minyak nabati naik

dengan laju rata-rata 5.6% per tahunnya.

Dalam rangka mengantisipasi melimpahnya produksi CPO, maka diperlukan usaha

untuk mengolah CPO menjadi produk hilir. Pengolahan CPO menjadi produk hilir

memberikan nilai tambah tinggi. Produk olahan dari CPO dapat dikelompokkan menjadi dua

yaitu produk pangan dan non pangan. Produk pangan terutama minyak goreng dan margarin.

Produk non pangan terutama oleokimia yaitu ester, asam lemak, surfaktan, gliserin dan

turunan-turunannya. Berikut ini akan dijelaskan produk-produk yang dihasilkan CPO dan

prosesnya.

A. Minyak Goreng

1. Pengertian Minyak Goreng

Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang

dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya digunakan untuk

menggoreng bahan makanan (Wikipedia, 2009). Minyak goreng berfungsi sebagai

pengantar panas, penambah rasa gur ih, dan penambah nilai kalori bahan pangan.

2. Proses Pengolahan Minyak Goreng

Minyak goreng sawit adalah minyak fraksi cair berwarna kuning kemerahan yang

diperoleh dengan cara fraksinasi minyak kelapa sawit kasar (Crude Palm Oil) yang telah

mengalami proses pemurnian. CPO adalah minyak berwarna jingga kemerah-merahan

yang diperoleh dari pengempaan mesokarp kelapa sawit. Secara keseluruhan proses

penyulingan minyak kelapa sawit tersebut dapat menghasilkan 73% olein, 21% stearin,

5% PFAD (Palm Fatty Acid Distillate) dan 0.5% buangan.

Page 2: 3 Produk Yang Dihasilkan Dari Cpo

Gambar 1. Diagram alir dan peralatan yang dipergunakan dalam pengolahan minyak

goreng dengan bahan baku CPO serta produknya

Proses pengolahan minyak goreng tersebut adalah :

1. Pemurnian

Proses pemurnian minyak sawit ini dibagi menjadi 4 tahap, yaitu:

(a) Degumming

Degumming adalah proses pemisahan getah yang terdiri dari fosfatida, protein,

karbohidrat dan resin tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam CPO. Proses

ini dilakukan dengan menambah air, uap air atau asam fosfat. Setelah bahan pengotor

terpisah dari minyak maka dilakukan sentrifusi. Suhu yang digunakan adalah 32ᴼC –

50ᴼC agar kekentalan minyak berkurang dan gum mudah terpisahkan.

Page 3: 3 Produk Yang Dihasilkan Dari Cpo

(b) Netralisasi

Proses netralisasi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan soda api,

alkali karbonat, kapur dan bahan kimia lainnya. Yang banyak digunakan adalah soda

api karena pertimbangan biaya dan efisiensi, soda api dapat menetralkan asam lemak

bebas, menghilangkan sebagian zat warna dan lendir yang tidak hilang saat

degumming.

Untuk engurangi kehilangan minyak saat netralisasi maka perlu diperhatikan

konsentrasi alkali, waktu dan suhu netralisasi. Jika konsentrasinya terlalu tinggi

menyebabkan reaksi dengan trigliserida sehingga mengurangi rendemen minyak dan

meningkatkan jumlah sabun yang terbentuk.

(c) Pemucatan

Proses pemucatan atau bleaching dimaksudkan untuk menghilangkan zat warna

pada minyak sawit adalah karoten. Proses ini dapat berpengaruh negatif karena dapat

merusak antioksidan alami dan komponen sinergisnya seperti tokoferol, karotenoid

dan fosfolipida yang dapat menurunkan stabilitas minyak terhadap oksidasi.

Pemucatan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

1. Pemucatan dengan cara oksidasi

Oksidasi terhadap zat warna akan mengurangi kerusakan trigliserida, akan tetapi asam

lemak tidak jenuh cenderung membentuk perioksida, karena adanya proses oksidasi.

Bahan kimia yang digunakan disini adalah larutan perioksida 30-40% dari jumlah

bahan.

2. Pemucatan dengan panas

Pemanasan minyak dalam ruangan vacum pada suhu relatif tinggi mempunyai

pengaruh pemucatan yang sangat baik.

3. Pemucatan dengan cara reaksi reduksi

Pemucatan dengan cara ini kurang efektif karena warna yang hilang akan timbul

kembali jika bereaksi dengan udara.

(d) Deodorisasi

Deodorisasi bertujuan untuk menghilangkan bau yang tidak dikehendaki dan

menghilangkan asam lemak bebas. Cara yang digunakan adalah metode destilasi.

Minyak hasil proses pemucatan dimasukan ke dalam ketel deodorisasi dan dipanaskan

pada suhu 200-250˚C pada tekanan 1 atm dan selanjutnya dialiri uap panas selama 4-6

Page 4: 3 Produk Yang Dihasilkan Dari Cpo

jam. Pemakaian suhu tinggi digunakan untuk menguapkan bau sedangkan

pengurangan tekanan bertujuan untuk mencegah hidrolisa oleh uap air.

Tekanan uap zat bau sangat rendah sehingga untuk menghilangkannya

diperlukan suhu tinggi. Namun suhu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada

minyak sehingga diupayakan menurunkan suhu destilasi dengan pemberian gas inert

(uap air kering).

2. Fraksinasi

Fraksinasi adalah proses pemisahan antara fraksi padat yaitu stearin dengan fraksi

cair yaitu olein. Setelah proses degumming suhu diturunkan 60˚C menjadi 30˚C

selama 3-4 jam sampai terbentuk Kristal. Pada akhir pembentukan Kristal

ditambahkan larutan detergen dan magnesium sulfat sehingga permukaan Kristal yang

terbentuk dilapisi oleh detergen dan memisahkan dengan olein cair. Fraksi cair

dipisahkan dengan sentrifugasi sehingga diperoleh olein serta campuran stearin dan

detergen . pemisahan antara stearin dan detergen dilakukan dengan sentrifugasi.

Menurut pengamatan, titik kritis pada pengolahan minyak goreng ini terdapat

pada pemucatan (bleaching) karena proses ini dapat berpengaruh negative yaitu dapat

merusak antioksidan alami dan komponen sinergisnya seperti tokoferol, karotenoid

dan fosfolipida sehingga dapat menurunkan stabilitas minyak terhadap oksidasi.

Proses pemucatan yang lebih baik adalah dengan pemanasan karena antioksidan,

tokoferol, dan karotenoid stabil terhadap panas.

3. Pengemasan

4. Pengepakan

B. Margarine

1. Pengertian Margarin

Margarin adalah produk lemak minyak seperti mentega yang di buat dengan cara

menghidrogenasi minyak atau lemak nabati. Secara sepintas lalu, margarin dan mentega

hampir sama, sehingga banyak orang awan yang tidak bisa membedakannya. Padahal

secara teksture dan organoleptik, margarin sangat berbeda dari mentega. Baik dari segi

warna, rasa ataupun titik leleh. Margarin memiliki teksture yang lebih padat dan kaku

daripada mentega. Warna yang lebih kuning dan lebih stabil di suhu ruang sehingga tidak

mudah meleleh.

Page 5: 3 Produk Yang Dihasilkan Dari Cpo

Karena terbuat dari minyak/lemak nabati, maka kandungan asam lemak yang terdapat

dalam margarin lebih banyak mengandung asam lemak tidak jenuh dari pada lemak

jenuhnya. Dengan tingginya kadar asam lemak tidak jenuh, margarin lebih menyehatkan

karena mempunyai kadar kolesterol yang rendah. Minyak lemak nabati yang biasanya di

gunakan untuk membuat margarin adalah lemak/minyak kelapa sawit. Karena terbuat dari

lemak minyak nabati yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, harga margarin biasanya lebih

murah daripada mentega.

2. Proses Pengolahan Margarin

1. Tahap Netralisasi

Netralisasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak

atau lemak dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi

lainnya sehingga membentuk sabun (soap stock). Netralisasi dengan kaustik soda

(NaOH) banyak dilakukan dalam skala industri, karena lebih efisien dan lebih murah

dibandingkan dengan cara netralisasi lainnya.

2. Tahap Bleaching (pemucatan)

Pemucatan ialah suatu proses pemurnian untuk menghilangkan zat-zat warna yang

tidak disukai dalam minyak. Pemucatan dilakukan dengan mencampur minyak dengan

sejumlah kecil adsorben, seperti bleaching earth (tanah pemucat), dan karbon aktif. Zat

warna dalam minyak akan diserap oleh permukaan adsorben dan juga menyerap

suspensi koloid (gum dan resin) serta hasil degradasi minyak misalnya peroksida.

(Ketaren, 1986).

3. Tahap Hidrogenasi

Hidrogenasi adalah proses pengolahan minyak atau lemak dengan jalan

menambahkan hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga akan

mengurangi ketidakjenuhan minyak atau lemak, dan membuat lemak bersifat plastis.

Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjenuhkan ikatan rangkap dari rantai karbon

asam lemak pada minyak atau lemak. Proses hidrogenasi dilakukan dengan

menggunakan hydrogen murni dan ditambahkan serbuk nikel sebagai katalisator.

Nikel merupakan katalis yang sering digunakan dalam proses hidrogenasi daripada

katalis yang lain (palladium, platina, copper chromite). Hal ini karena nikel lebih

Page 6: 3 Produk Yang Dihasilkan Dari Cpo

ekonomis dan lebih efisien daripada logam lainnya. Nikel juga mengandung sejumlah

kecil Al dan Cu yang berfungsi sebagai promoter dalam proses hidrogenasi minyak.

Gambar 2. Tahapan pembuatan margarin

4. Tahap Emulsifikasi

Proses Emulsifikasi ini bertujuan untuk mengemulsikan minyak dengan cara

penambahan emulsifier fase cair dan fase minyak pada suhu 80oC dengan tekanan 1

atm. Terdapat dua tahap pada proses Emulsifikasi, yaitu :

a. Proses pencampuran emulsifier fase minyak

Emulsifier fase minyak merupakan bahan tambahan yang dapat larut dalam minyak

yang berguna untuk menghindari terpisahnya air dari emulsi air minyak terutama

dalam penyimpanan. Emulsifier ini contohnya Lechitin sedangkan penambahan b-

karoten pada margarine sebagai zat warna serta vitamin A dan D untuk menambah

gizi.

Page 7: 3 Produk Yang Dihasilkan Dari Cpo

b. Proses pencampuran emulsifier fase cair

Emulsifier fase cair merupakan bahan tambahan yang tidak larut dalam minyak. Bahan

tambahan ini dicampurkan ke dalam air yang akan dipakai untuk membuat emulsi

dengan minyak. Emulsifier fase cair ini adalah :

• garam untuk memberikan rasa asin TBHQ sebagai bahan anti oksidan yang

mencegah teroksidasinya minyak yang mengakibatkan minyak menjadi rusak dan

berbau tengik

• Natrium Benzoat sebagai bahan pengawet (Bailey’s,1950). Vitamin A dan D akan

bertambah dalam minyak. Selain itu minyak akan berbentuk emulsi dengan air dan

membentuk margarin. Beberapa bahan tambahan seperti garam, anti oksidan dan

Natrium benzoat juga akan teremulsi dalam margarin dalam bentuk emulsifier fase

cair. (Bailey’s,1950).

C. Biodiesel

1. Pengertian Biodiesel

Biodiesel adalah bioenergi atau bahan bakar nabati yang dibuat dari minyak

nabati, turunan tumbuh-tumbuhan yang banyak tumbuh di Indonesia seperti kelapa

sawit, kelapa, kemiri, jarak pagar, nyamplung, kapok, kacang tanah dan masih

banyak lagi tumbuh-tumbuhan yang dapat meproduksi bahan minyak nabati (BBN)

dan dalam penelitian ini bahan bakar nabati berasal dari minyak kacang tanah

setelah mengalami beberapa proses seperti ektraksi, transesterifikasi diperoleh

metil ester (biodiesel), kemudian biodiesel dicampur dengan bahan bakar solar.

Hasil campuran itu disebut B10,B20 dengan tujuan agar bahan bakar B10, B20 ini

mempunyai sifat-sifat fisis mendekati sifat-sifat fisis solar sehingga B10 B20 dapat

dipergunakan sebagai pengganti solar.

2. Proses Pengolahan Biodiesel

Pembuatan biodiesel melalui proses transesterifikasi dua tahap, dilanjutkan

dengan pencucian, pengeringan dan terakhir filtrasi, tetapi jika bahan baku dari

CPO maka sebelumnya perlu dilakukan esterifikasi.

a. Transesterifikasi

Proses transesterifikasi meliputi dua tahap. Transesterifikasi 1 yaitu

pencampuran antara kalium hidroksida (KOH) dan metanol (CH30H) dengan

Page 8: 3 Produk Yang Dihasilkan Dari Cpo

minyak sawit. Reaksi transesterifikasi I berlangsung sekitar 2 jam pada suhu 58-

65°C. Bahan yang pertama kali dimasukkan ke dalam reaktor adalah asam

lemak yang selanjutnya dipanaskan hingga suhu yang telah ditentukan. Reaktor

transesterifikasi dilengkapi dengan pemanas dan pengaduk. Selama proses

pemanasan, pengaduk dijalankan. Tepat pada suhu reactor 63°C, campuran

metanol dan KOH dimasukkan ke dalam reactor dan waktu reaksi mulai

dihitung pada saat itu. Pada akhir reaksi akan terbentuk metil ester dengan

konversi sekitar 94%. Selanjutnya produk ini diendapkan selama waktu tertentu

untuk memisahkan gliserol dan metil ester. Gliserol yang terbentuk berada di

lapisan bawah karena berat jenisnya lebih besar daripada metil ester. Gliserol

kemudian dikeluarkan dari reaktor agar tidak mengganggu proses

transesterifikasi 2. Selanjutnya dilakukan transesterifikasi 2 pada metil ester.

Setelah proses transesterifikasi 2 selesai, dilakukan pengendapan selama waktu

tertentu agar gliserol terpisah dari metil ester. Pengendapan 2 memerlukan

waktu lebih pendek daripada pengendapan 1 karena gliserol yang terbentuk

relatif sedikit dan akan larut melalui proses pencucian.

b. Pencucian

Pencucian hasil pengendapan pada transesterifikasi 2 bertujuan untuk

menghilangkan senyawa yang tidak diperlukan seperti sisa gliserol dan metanol.

Pencucian dilakukan pada suhu sekitar 55°C. Pencucian dilakukan tiga kali

sampai pH campuran menjadi normal (pH 6,8-7,2).

c. Pengeringan

Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan air yang tercampur dalam

metil ester. Pengeringan dilakukan sekitar 10 menit pada suhu 130°C.

Pengeringan dilakukan dengan cara memberikan panas pada produk dengan

suhu sekitar 95°C secara sirkulasi. Ujung pipa sirkulasi ditempatkan di tengah

permukaan cairan pada alat pengering.

d. Filtrasi

Tahap akhir dari proses pembuatan biodiesel adalah filtrasi. Filtrasi

bertujuan untuk menghilangkan partikel-partikel pengotor biodiesel yang

terbentuk selama proses berlangsung, seperti karat (kerak besi) yang berasal dari

Page 9: 3 Produk Yang Dihasilkan Dari Cpo

dinding reactor atau dinding pipa atau kotoran dari bahan baku. Filter yang

dianjurkan berukuran sama atau lebih kecil dari 10 mikron.