proses produksi cpo for mhs

38
19/09/2013 1 PROSES PENGOLAHAN KELAPA SAWIT Mata Kuliah Pengelolaan limbah Agroindustri Oleh Edhi Sarwono,ST., M.Eng Proses Pengolahan Untuk melakukan Proses Pengolahan dari TBS hingga menjadi CPO dan kernel harus melewati beberapa tahapan/stations yaitu : 1. Station Timbangan 2. Station Loading Ramp 3. Station Sterilization 4. Station Threshing 5. Station Pressing 6. Station Clarification 7. Station Kernellary

Upload: rany-any

Post on 03-Dec-2015

252 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Proses Produksi CPO

TRANSCRIPT

Page 1: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

1

PROSES PENGOLAHAN

KELAPA SAWIT

Mata Kuliah Pengelolaan limbah Agroindustri

Oleh

Edhi Sarwono,ST., M.Eng

Proses Pengolahan

Untuk melakukan Proses Pengolahan dari TBS hingga menjadi CPO dan kernel harus melewati beberapa tahapan/stations yaitu : � 1. Station Timbangan � 2. Station Loading Ramp � 3. Station Sterilization � 4. Station Threshing � 5. Station Pressing � 6. Station Clarification � 7. Station Kernellary

Page 2: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

2

2. Station Loading Ramp A. Umum

Suatu kesepekatan bersama bahwa kwalitas CPO yang baik berasal dari kwalitas TBS yang baik.

Sebelum di proses maka TBS perlu dilakukan Grading untuk mendapatkan hasil olah dan mutu yang baik.

B. Fungsi dan Tujuan

Fungsi utama dari Loading Ramp adalah untuk penampungan sementara TBS yang dikirim dari kebun sebelum diproses.

Disamping itu juga berfungsi untuk memudahkan pemasukan TBS kedalam lori.

C. Lori

Lori adalah suatu alat untuk untuk menampung TBS, yang dibuat sedemikian rupa sehingga mempermudah proses perebusan dalam strilizer dan juga

3. Station Sterilizer A. Umum

Proses Sterilizasing adalah suatu proses pemasakan TBS dengan menggunakan panas dari uap / steam . B. Fungsi dan Tujuan Fungsi-fungsi sterilizer diantaranya : • Mematangkan TBS supaya mudah memisahkan antara Janjangan dengan Brondolan. • Mensterilkan atau mengnonaktifkan Enzym-enzim yang akan menaikan FFA pada CPO • Melunakan Brondolan sehingga memudahkan proses pemisahan daging buah dari nut pada digester. • Mengurangi kadar air pada Nut sehingga memudahkan proses pemecahan nu pada Ripple Mill.

Page 3: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

3

4. Station Thressing A. Umum

Proses Thressing adalah suatu proses pelepasan Brondolan dari tandanya dengan cara dibanting didalam Drum yang berputar. Drum yang berputar tersebut dalam Proses Pengolahan Kelapa Sawit disebut Threser. Brondolan dan janjang kosong akan terpisah yaitu brondolan yang sudah lepas akan lewat kisi-kisi Threser dengan bantuan Conveyor dan Elevator dibawah ke Station Press, sedangkan Janjang kosong dengan bantuan empty Bunch Conveyor dibawah tempat pembuangan Janjangan kosong.

B. Operasi Station Thressing Pada operasi station Thresing yang sangat penting untuk diperhatikan yaitu Pengumpan Threser Drum dengan menggunakan Tippler ya.

Bila umpan berlebih maka akan mengakibatkan :

Proses pemisahan antara brondolan janjang kosong tidak sempurna (Fruit losses akan tinggi).

Umpan kedigester akan belebih dan sehingga akan terjadi recycle brondolan, hal ini menyebabkan kerusakan daging buah dan loses jadi tinggi.

C. USB (Unstrip Bunch)

USB adalah suatu proses pembrondolan yang tidak sempurna, karena masih ada brondolan yang terikut tandan. Berondolan tersebut akan terikut keluar bersama janjang kosong.

USB ini bisa terjadi dikarenakan beberapa hal :

Kwalitas TBS yang diproses kurang baik (Buah mentah, Hard Bunches lebih tinggi dari standart)

Proses perbusan kurang baik

Umpan ke Threser berlebihan

Page 4: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

4

5. Station Pressing

Umum

Proses pada station ini merupakan proses pemisahan minyak dari ampas press (press

Cake).

Peralatan utama pada station Pressing adalah DIGESTER DAN SCREW PRESS,

sedangkan peralatan lain adalah Crude Oil Gutter,Vibrating Screen, Crude Oil Tank dan Cake Breaker Conveyor.

Operasi Pada Station Pressing 1. Digester/Mesin pengaduk

Fungsi Mesin Digester • Untuk melepaskan daging buah (mesocarp) dari nut, serta melepaskan sel-sel minyak dari daging buah dengan cara mencabik,mengaduk brondolan. • Menghomogenkan/melumatkan sebelum diumpankan ke Press. Maksud pelumatan tersebut agar didapat effisiensi tinggi pada proses pressing .

2. Mesin Press Fungsi dan tujuan mesin press adalah mengekstraksi Crude Oil dari

daging buah yang telah dicabik. Prinsip kerja Screw Press

Fruit mash yang dipress berada dibagian tengah dari 2 (dua) skrew yang berputar yang berlawanan arah, Screw tersebut terdapat didalam sangkar press (pres Cage) yang berlobang-lobang.

Minyak yang berasal dari fruit mash mengalir lewat lobang pres

cage, Sedangkan ampas press berjalan keluar seiring putaran

Screw Press sampai diluar ruang pressing. Selanjutnya minyak

jatuh dan mengalir ke COT (Crude Oil Tank). Sedangkan ampas

press jatuh ke CBC 3. Crude oil Gutter

Fungsi dari Crude Oil Gutter adalah untuk menampung dan mengalirkan minyak Crude oil hasil pressan, ke COT.

4. Dilution Water ~ Air Pengencer/ Dilution Water harus minimal 90 oC - 95 oC ~ Beberapa acuan untuk proses pengenceran ini : ~ Rekomendasi Stork adalah ratio pencampuran antara water dilution dengan Crude Oil adalah 1 : 1 (50 % dilution water terhadap Crude Oil)

2. Mesin Press

Page 5: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

5

5. Depericarper

• Depricarper Colom berfungsi untuk memisahkan antara Fibre dan Nut berdasarkan prinsip kerja perbedaan berat jenis. Press Cake yang telah diaduk selama dalam vacum pada depricarper Colom akan terpisah yaitu Nut akan jatuh ke polishing Drum dan fibre yang berat jenisnya kecil akan terisap dan jatuh di Fibre Cyclone.

• Pemisahan antara nut dan fibre berdasarkan perbedaan berat jenis dari fibre dan nut, sehingga membedakan kecepatan angkat dari dua benda tersebut.

• Fibre akan terangkat keatas dengan kecepatan udara angin 6 m/detik

• Nut akan terangkat keatas dengan kecepatan 16 m/detik.

• Dalam praktek dilapangan kecepatan udara sekitar 12 m/detik pada kolom velocity Box dan hal ini sudah cukup untuk melakukan pemisahan antara Nut dan Fibre.

7. STATION KERNEL RECOVARY U M U M

Ampas press yang dihasilkan oleh mesin press terdiri dari Fibre dan nut. Untuk mendapatkan kernel maka perlu dilakukan proses pemisahan antara fibre dan nut terlebih dahulu. Selanjutnya dari nut yang telah dipisahkan diproses lebih lanjut pada Station Kernel Recovary untuk memperoleh kernel.

Nut yang sudah dibersihkan pada Polishing Drum selanjutnya dimasukan kedalam Nut silo.

�Dari Nut silo nut diumpankan ke Ripple Mill dan terjadi proses pemecahan nut. Hasil dari mesin Ripple Mill adalah pecahan shell/cangkang sehingga kernel terpisah dari cangkangnya dalam suatu campuran massa yang disebut Cracked Mixer.

�Cangkang yang terdapat pada Cracked Mixer dipisahkan pada peralatan Low Teneera Dust Separation (LTDS) I dan II dengan cara hisapan fan. Shell yang terhisap masuk ke Shell Bin dan selanjutnya digunakan sebagai bahan bakar Boiler.

�Cracked Moxer yang masih belum terpisah pada proses LTDS I dan II dimasukan kedalam Hydrocyclone Drum, untuk memisahkan shell dan kernel.

�Kernel yang telah dipisahkan dibawah ke Kernel silo untuk dilakukan pengeringan dan selanjutnya dimasukan kedalan Kernel Bin dan siap untuk dipasarkan

Page 6: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

6

OPERASI PADA STATION KERNEL

Ada empat tahapan yang penting dalam operasi

Station Kernel yaitu :

� 1. Tahap Pengkondisian Nut.

� 2. Tahap pemecahan Nut.

� 3. Tahap pemisahan antara kernel dan shell

� 4. Pengeringan kernel

FUNGSI DAN PERALTAN STATION KERNEL

1. Pengkondisian Nut

�Tujuan utama pengkondisian Nut adalah untuk melekangkan atau melepaskan kernel dari keliling shell nut, sehingga akan menaikan efektivitas pemecahan nut dan menghindari losses kernel yang disebabkan oleh kernel pecah, Nut pecah.

� Metode yang dilakukan adalah memasukan panas kedalam inti kernel dan hal ini akan melepaskan kernel dari sekeliling cangkang. Kondisi ini dapat terjadi pada proses-proses sebelumnya diantaranya :

� Perebusan.

� Digester

Nut Grading Fungsi dari Nut grading untuk memisahkan Nut sesuai dengan ukuran diameter yang terbagi dalam tiga fraksi sebelum dipecah pada Ripple Mill.

Page 7: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

7

2. Pemecahan Nut

Proses pemcahan Nut dilakukan pada mesin Pemecah nut

yaitu RIPPLE MILL. Hasil dari ripple mill ini adalah pecahan

nut sehingga kernel terpisah dari cangkangnya dalam suatu

campuran yang disebut Cracked Mixer.

Pada Ripple mill ini umpan diusahan harus konstan dan

tidak berlebihan untuk itu sebelum riplle mill dipasang

mesin pengatur yaitu Vibrator.

3. Pemisahan Kernel dan Cangkang

Pemisahan kernel dan cangkang dilakukan pada

LTDS I dan II dan dilanjutkan dengan proses

pemisahan di Hydro Cyclone.

� A. Low Tenerra Dust Separation (LTDS) � Prinsip kerja dari LTDS sama dengan prinsip kerja Fibre Cyclone. Dimana pada LTDS ini debu, cangkang ringan, fibre dan kernel pecah akan terpisah dari kernel. Debu, cangkang ringan, fibre dan kernel pecah terangkat keatas dan masuk kedalam Cyclone LTDS dan akhirnya masuk shell bin untuk dijadikan bahan bakar Boiler.

Page 8: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

8

B. Hydro Cyclone

Proses pemisahan pada Hydro Cyclone menggunakan media air, dimana mempunyai umpan dari sisa proses LTDS. Kernel pecah dan cangkang dipisah dengan suatu pusaran air yang dihasilkan oleh daya pompa. Kernel pecah yang memiliki density lebih ringan dari cangkang akan terpisah, dimana kernel akan masuk ke tromol kernel dan cangkang akan masuk ke tromol cangkang, selanjutnya kernel ditransfer ke kernel silo , sedangkan shell ditransfer ke shell bin untuk bahan bakar Boiler.

4. Pengeringan Kernel

Proses pengeringan ini dilakukan pada kernel silo/ Kernel

drier yang dilengkapi dengan saluran-saluran udara untuk melewatkan udara panas.

Page 9: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

9

5. Bin Kernel

Bin kernel berfungsi untuk menampung kernel hasil proses dan siap untuk dijual. Disamping itu juga berfungsi untuk memudahkan pengaturan keluarnya kernel dari Bin kernel ke Truck-truck atau dalam karung.

8. STATION KLARIFIKASI Station klarifikasi adalah station untuk melakukan proses pemisahan dan penjernihan CPO yang dihasilkan dari pressan. CPO dari proses ekstraksi masih mengandung sejumlah air, sludge dan lumpur. Untuk mendapatkan minyak CPO yang memiliki standart mutu yang ditentukan maka dilakukan proses penjernihan atau proses klarifikasi. Pada dasarnya mekanisme dari proses klarifikasi berlangsung dengan prinsip pengendapan berdasarkan berat jrnis dan gaya centrifugal. Selama proses klarifikasi berlangsung temperatur yang ideal untuk memudahkan proses pemisahan adalah 90 - 100o

Temperatur yang terlalu tinggi akan menyebabkan mutu minyak yang dihasilkan kurang baik,. Sedang temperatur yang terlalu rendah akan menyulitkan dalam proses pemisahan minyak dengan Sludge.

Page 10: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

10

Pemanfaatan air limbah Industri

minyak sawit

• Pemanfaatan limbah cair industri minyak sawit

salah satunya adalah dengan memanfaatan

kandungan bahan-bahan organik dan unsur –

unsur lain yang terdapat dalam limbah cair

minyak sawit untuk dapat dimanfaatan

sebagai pupuk / substitusi pupuk bagi

tanaman kelapa sawit.

Karakteristik LCPKS

Sumber : PPKS dalam IPB (2000)

Page 11: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

11

Volume limbah cair yang besar

No. Tahun Produksi TBS (Ton/Tahun)

Limbah Proses Pengolahan TBS Jenjang Kosong (ton) Limbah Cair (m3)

1. 2. 3. 4. 5. 6.

2000 2001 2002 2003 2004 2005

55.169,00 123.879,00 158.211,00 222.731,00 293.924,00 314.206,00

11.585,49 26.014,59 33.224,31 46.773,51 61.724,04 65.983,26

30.342,95 68.133,45 87.016,05 12.502,05

161.658,20 172.813,30

Sistem penanganan limbah cair

Page 12: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

12

Sistem penanganan limbah cair

1. Fat pit

Limbah cair yang dihasilkan dari kondensat sterilizer,

sludge separator, purifier langsung ditampung dan

didiamkan dalam kolam fat pit. Air limbah didalam

kolam fat pit ini dapat memisahkan minyak dan air

berdasarkan berat jenis lapisan atas dari limbah yang

mengalir dialirkan kembali ke bagian pembersihan

(clarifled). Selanjutnya air limbah yang sedikit

mengandung minyak dialirkan ke dalam kolam

penampungan.

Page 13: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

13

Sistem penanganan limbah cair

2. Cooling pond

Karakteristik LCPKS memiliki suhu 60 - 80°C,

maka dilakukan penurunan suhu pada kolam

pendingin sampai dengan suhu limbah

mendekati suhu lingkungan agar dapat diproses

lebih lanjut dengan sistem biologi anaerob

Sistem penanganan limbah cair 3. Kolam Anaerob

• Kolam anaerob terdiri dari 4 (empat) kolam,

yang disusun secara paralel dengan spesifikasi

ukuran bervariasi.

• Pada prinsipnya system pengolahan limbah

yang digunakan adalah multiple feeding,

system perombakan secara anaerobik yang

tidak membutuhkan oksigen dalam proses

perombakan bahan organic yang ada,

perombakan ini memerlukan bakteri an-

aerob.

Page 14: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

14

• Secara teoritis proses an-aerobik dimulai

dengan :

– tahapan hidrolis dan pengasaman, yaitu

perombakan substrat berupa bahan organic makro

molekul seperti protein, karbohidrat dan lemak oleh

mikroba yang mengandung enzim ekstra seluler

(hydrolase).

– Tahapan selanjutnya adalah pembentukan asam-

asam mudah menguap (pengasaman/acidogenesis).

Polimer-polimer setelah dihidrolisa menjadi

monomer yang sederhana akan dirombak lagi

menjadi asam-asam sederhana seperti asam

propionate, butirat atau asetat, etanol, gas

karbondioksida dan methan.

4. Land aplications

Setelah dilakukan pengolahan melalui IPAL dan

telah memenuhi syarat untuk Land Application,

maka Limbah Cair tersebut dialirkan ke areal

yang diaplikasi melalui jaringan pipa yang telah

didisain dengan kondisi lapangan.

Page 15: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

15

Metode Land Aplication

• Beberapa cara aplikasi limbah cair yang

dikenal antara lain :

– Metode Sprinkler,

– Metode Flatbed,

– Metode Parit Memanjang (Long Bed),

– Metode Parit atau Alur (Furrow)

– Metode Tangki atau Traktor.

Metode Sprinkle

Page 16: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

16

Metoda Sprinkler

• Metoda ini dipakai untuk lahan yang relatif datar atau sedikit

bergelombang. LCPMS dialirkan menuju parit yang sudah

disediakan untuk mengendapkan partikel padat yang terlarut

di dalamnya agar tidak menyumbat nozzle sprinkler. Setelah

diendapkan dialirkan ke dalam bak yang dilengkapi pompa

dan dialirkan melalui pipa PVC ke setiap titik sprinkler. Sejauh

ini cukup memadai untuk menjaga LCPMS tidak keluar ke

lingkungan masyarakat.

• Kelemahan dan metoda ini adalah sering tersumbatnya nozzle

oleh lumpur, sehingga areal menjadi becek dan di samping

pembangunannya yang mahal.

Metode Flatbed

Page 17: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

17

Metoda “Flatbed”

• Metoda ini dipakai pada areal bergelombang

dan dibuat di antara baris pohon, yaitu pada

gawangan mati. Sistem koneksi antara satu

flatbed dengan flatbed lainnya dihubungkan

dengan menggunakan saluran semacam parit

kecil hingga LCPMS dapat mengalir dan

“flatbed” posisi tertinggi sampai ke terendah

(ini disebut juga sistem overflow)”.

• Data dan peta topografi penting sekali untuk

menentukan letak out-let yang pertama dalam

satu baris flatbed.

• Berdasarakan hasil penelitian RISPA (1990)

pengendalian limbah cair PKS sebelum dan

sesudah perlakuan bakteri anaerob dengan

waktu penahanan hidrologis (WPH) 30 hari

pada limbah cair (LCPKS) sebagian besar

limbah tersebut mengalami penurunan kadar

parameter tetapi masih diatas baku mutu yang

disarankan.

Page 18: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

18

• Metoda Parit Memanjang (Longbed)

Sistem ini hampir sama dengan sistem flatbed,

perbedaannya pada panjang flatbed dan

panjangnya bergantung tingkat kemiringan

areal. Areal yang tingkat kemiringannya hampir

sama cukup dibuat satu longbed yang

memanjang.

Dengan sistem ini per baris tanaman (± 300 m)

terdiri dan 5 hingga 6 longbed. Sistem koneksi

antar longbed sama seperti sistem pada flatbed,

yaitu menggunakan saluran kecil seperti parit.

Metoda Parit atau Alur (furrow)

• Terdapat dua macam sistem yang digunakan, yaitu

parit yang lurus dan berliku-liku. Parit yang lurus

tepat digunakan pada areal yang sedikit memiliki

topografi miring. Parit berliku digunakan pada areal

yang curam dan berbukit. Tujuan dibuatnya parit

yang berliku adalah untuk memperlambat laju

kecepatan LCPMS hingga dapat memperkecil bahaya

erosi, misalnya longsor.

• Kelemahan sistem ini adalah parit sering tertimbun

dengan lumpur asal dan LCPKS atau pengikisan tanah

dan bagian atas parit dan juga kemungkinan akan

memotong sistem perakaran karena dibuat lebih

dalam dibandingkan sistem flatbed dan Iongbed.

Page 19: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

19

Metoda Tangki atau Traktor

• Sistem ini dilakukan dengan mengangkut

langsung LCPMS dari kolam IPAL

menggunakan tangki masuk ke areal melalui

jalan panen dan dengan menggungakan

pompa selanjutnya dipompakan langsung ke

areal tanaman kelapa sawit.

• Kelemahan sistem ini adalah akan

menyebabkan LCPMS teraplikasi sampai ke

jalan panen, sebab LCPKS langsung

dipompakan ke tumpukan pelepah atau pada

gawangan mati.

Metoda Tangki atau Traktor

Page 20: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

20

Persyaratan Land Aplication LCPKS

a. BOD tidak boleh melebihi 5000 mg/liter;

b. nilai pH berkisar 6-9;

c. dilakukan pada lahan selain lahan gambut;

d. dilakukan pada lahan selain lahan dengan permeabilitas lebih

besar 15 cm/jam;

e. dilakukan pada lahan selain lahan dengan permeabilitas

kurang dari 1,5 cm/jam;

f. tidak boleh dilaksanakan pada lahan dengan kedalaman air

tanah kurang dari 2 meter; dan

g. pembuatan sumur pantau

• Air limbah yang dihasilkan dari industri kelapa sawit dapat dimanfaatkan untuk pemupukan pada tanah perkebunan karenaair limbah tersebut pada kondisi tertentu masih mengandung unsur-unsur hara yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman.

• Pemupukan dengan air limbah ini pada umumnya dilakukan dengan mengalirkan air limbah yang berasal dari kolam penanganan limbah ke parit-parit yang ada di perkebunan.

Akan tetapi di sisi lain, pemanfaatan air limbah pada tanah juga secara potensial menimbulkan pencemaran lingkungan atau bahkan akan menyebabkan kematian tanaman kelapa sawit di kawasan pemanfaatan air limbah itu sendiri.

Page 21: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

21

• Kajian land aplication

• Lanjt ke kajian........

Kajian land aplication a) Pengkajian air limbah pada tanah perlu dilakukan karena adanya potensi akumulasi

bahan pencemar dalam tanah serta kemampuan tanah dalam menetralisasi air

limbah terbatas dan berbeda-beda tergantung pada karakteristik tanah seperti

permeabilitas tanah, komposisi dan sifat kimia tanah.

b) Selain itu, pengkajian dimaksudkan untuk mengetahui rona awal sebagai data

dasar dalam penentuan ada tidaknya pencemaran dan dalam pengelolaan

pemanfaatan selanjutnya.

c) Pada kenyataannya dalam menentukan ada atau tidaknya pencemaran tanah

diperlukan waktu yang relatif panjang karena tanah memiliki kemampuan

penyanggaan yang tinggi untuk meredam pengaruh luar. Akan tetapi agar

pengkajian pemanfaatan air limbah segera mendapat kepastian status hukum,

maka ditetapkan waktu pengkajian selama minimal 1 (satu) tahun di mana dalam

kurun waktu tersebut kecenderungan adanya pencemaran dan atau perusakan

lingkungan dapat diketahui.

Page 22: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

22

KAJIAN LAND APLICATION Ref. KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 28 TAHUN 2003

1. Setiap pemrakarsa yang akan memanfaatkan air limbah dari industri minyak

sawit pada tanah di perkebunan kelapa sawit wajib mengajukan permohonan

pengkajian pemanfaatan kepada Bupati/Walikota.

2. Persyaratan minimal untuk pelaksanaan pengkajian pemanfatan air limbah, yaitu

a.pengaruh terhadap pembudidayaan ikan, hewan dan tanaman;

b. pengaruh terhadap kualitas tanah dan air tanah;

c. pengaruh terhadap kesehatan masyarakat;

d. BOD tidak boleh melebihi 5000 mg/liter;

e. nilai pH berkisar 6-9;

f. dilakukan pada lahan selain lahan gambut;

g. dilakukan pada lahan selain lahan dengan permeabilitas lebih besar 15 cm/jam;

h. dilakukan pada lahan selain lahan dengan permeabilitas kurang dari 1,5 cm/jam;

i. tidak boleh dilaksanakan pada lahan dengan kedalaman air tanah kurang dari 2

meter;

j. areal pengkajian seluas 10 – 20 persen dari seluruh areal yang akan digunakan untuk

pemanfaatan air limbah;

k. pembuatan sumur pantau.

KAJIAN LAND APLICATION

3. Pelaksanaan pengkajian pemanfaatan air

limbah industri minyak sawit pada tanah di

perkebunan kelapa sawit dilakukan minimal

selama 1 (satu) tahun.

4. Pengkajian pemanfaatan air limbah industri

minyak sawit pada tanah di perkebunan

kelapa sawit hanya dilakukan 1 (satu) kali

pada lokasi dan tempat yang sama.

Page 23: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

23

TATA CARA PENGKAJIAN

Land Aplication

1. Pemrakarsa wajib terlebih dahulu memberitahukan rencana kegiatan Pengkajian

Pemanfaatan Air Limbah (Land Application) kepada Bupati/Walikota dengan

menyampaikan surat pemberitahuan beserta usulan rencana pengkajian.

Selanjutnya Bupati/Walikota menyampaikan usulan pengkajiankepada Instansi

yang bertanggung jawab.

2. Pemrakarsa harus menetapkan luas seluruh lokasi lahan yang akan digunakan

untuk pemanfaatan air limbah.

3. Pemrakarsa harus menetapkan luas lokasi yang akan digunakan untuk pengkajian

adalah 10 - 20 persen dari seluruh luas lahan yang diusulkan

4. Pemrakarsa harus menetapkan luas lokasi yang akan digunakan untuk lahan

kontrol adalah 1 – 5 persen dari seluruh luas lahan yang diusulkan

5. Lahan pengkajian dan lahan kontrol harus merupakan bagian dari lahan yang akan

mengalami pemanfaatan air limbah pada tanah dan memiliki karakteristik, jenis

dan usia tanam pohon yang sama.

6. Metode pemanfaatan air limbah pada tanah adalah metode irigasi dengan flatbed

system, furrow system, dan long bed system dll.

7. Menentukan dosis, debit dan rotasi pemanfaatan sebagai berikut :

Page 24: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

24

A. Pemanfaatan Limbah padat PKS

1. Tandan kosong sawit :

– Aplikasi janjang sawit

– Komposting

2. Fibre :

� Bahan bakar boiler

3. Cangkang :

� Bahan bakar boiler

� Pengerasan jalan

4. Sludge (decanter klarifikasi, IPAL)

�Substitusi pupuk

�Peninggihan tanggul IPAL

Page 25: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

25

B. Pemanfaatan limbah gas PKS • Limbah berupa gas merupakan limbah yang berasal dari

pembakaran pembakaran serat dan cangkang pada boiller.

• Limbah debu dari abu pembakaran serat dan cangkang di boiler

sebelum dibuang bebas ke udara dikendalikan dengan

pemasangan dust collector sistem hidrocyclone untuk

menangkap debu ikatan dalam sisa gas pembakaran, kemudian

dialirkan melalui cerobong asap (stack).

• Debu dari dust collector sistem pengendalinya ada 2 sistem yaitu

kering dan basah. Debu / abu yang keluar dari dust collector

dikontakkan dengan air sehingga debu tertangkap/terlarut

dengan air.

• Selanjutnya debu /abu yang bercampur dengan air dilakukan

proses dewatering di ash pit.

• Pemanffaatannya secara reguler ditampung dan dibuang ke

lapangan untuk penimbunan daerah rendah atau jalan sekitar

kebun.

C. Pemanfaatan limbah air PKS 1. Air condensate sterilizer

(pemanfaatan untuk Dilution water klarifikasi)

– Station klarifikasi adalah station untuk melakukan proses

pemisahan dan penjernihan CPO yang dihasilkan dari mesin press.

CPO dari proses ekstraksi masih mengandung sejumlah air, sludge

atau lumpur. Untuk mendapatkan minyak CPO yang memiliki

standart mutu yang ditentukan maka dilakukan proses

penjernihan atau proses klarifikasi.

– Pada dasarnya mekanisme dari proses klarifikasi berlangsung

dengan prinsip pengendapan berdasarkan berat jenis dan gaya

centrifugal. Selama proses klarifikasi berlangsung temperatur

yang ideal untuk memudahkan proses pemisahan adalah 90 - 100o

– Temperatur yang terlalu tinggi akan menyebabkan mutu minyak

yang dihasilkan kurang baik,. Sedang temperatur yang terlalu

rendah akan menyulitkan dalam proses pemisahan minyak

dengan Sludge.

Page 26: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

26

2. Air limbah pabrik, pemanfaatan untuk :

a. Land aplication

b. biogas

Pemanfaatan limbah cair untuk

Biogas Mekanisme pengaliran air limbah PKS adalah :

1. Fat pit

Limbah cair yang dihasilkan dari kondensat sterilizer,

sludge separator, purifier langsung ditampung dan

didiamkan dalam kolam fat pit.

Air limbah didalam kolam fat pit ini dapat memisahkan

minyak dan air berdasarkan berat jenis lapisan atas dari

limbah yang mengalir dialirkan kembali ke bagian

pembersihan (clarified). Selanjutnya air limbah yang

sedikit mengandung minyak dialirkan ke dalam kolam

penampungan (cooling pond).

Page 27: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

27

Pemanfaatan limbah cair untuk

Biogas

2. Cooling pond

Karakteristik LCPKS memiliki suhu 60 - 80°C,

maka dilakukan penurunan suhu pada kolam

pendingin sampai dengan suhu limbah

mendekati suhu lingkungan agar dapat diproses

lebih lanjut dengan sistem biologi anaerob

Pemanfaatan limbah cair untuk

Biogas 3. Kolam Anaerob

• Kolam anaerob terdiri dari 4 (empat) kolam,

yang disusun secara paralel dengan spesifikasi

ukuran bervariasi.

• Pada prinsipnya system pengolahan limbah

yang digunakan adalah multiple feeding,

system perombakan secara anaerobik yang

tidak membutuhkan oksigen dalam proses

perombakan bahan organic yang ada,

perombakan ini memerlukan bakteri an-

aerob.

Page 28: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

28

Pemanfaatan limbah cair untuk

Biogas

• Untuk pemanfaatan limbah cair, untuk

menghasilkan biogas maka limbah yang

digunakan adalah limbah yang berasal dari

kolan fat pit.

• Setelah proses pada digester biogas, barulah

slude dialirkan ke kolam limbah.

• Secara teoritis proses an-aerobik dimulai

dengan :

– tahapan hidrolis dan pengasaman, yaitu

perombakan substrat berupa bahan organic makro

molekul seperti protein, karbohidrat dan lemak oleh

mikroba yang mengandung enzim ekstra seluler

(hydrolase).

– Tahapan selanjutnya adalah pembentukan asam-

asam mudah menguap (pengasaman/acidogenesis).

Polimer-polimer setelah dihidrolisa menjadi

monomer yang sederhana akan dirombak lagi

menjadi asam-asam sederhana seperti asam

propionate, butirat atau asetat, etanol, gas

karbondioksida dan methan.

Page 29: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

29

• Secara garis besar proses pembentukan biogas

Sbb :

Tahap Hidrolisis

• Pada tahap hidrolisis, bahan organik

dienzimatik secara eksternal oleh enzim

ekstraselular (selulose, amilase, protease dan

lipase) mikroorganisme. Bakteri memutuskan

rantai panjang karbohidrat komplek, protein

dan lipida menjadi senyawa rantai pendek.

Sebagai contoh polisakarida diubah menjadi

monosakarida sedangkan protein diubah

menjadi peptida dan asam amino (Gunnerson

and Stuckey, 1986).

Page 30: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

30

Tahap Asidifikasi (Pengasaman) • Pada tahap ini bakteri menghasilkan asam, mengubah

senyawa rantai pendek hasil proses pada tahap hidrolisis

menjadi asam asetat, hidrogen (H2) dan karbondioksida.

• Bakteri tersebut merupakan bakteri anaerobik yang dapat

tumbuh dan berkembang pada keadaan asam. Untuk

menghasilkan asam asetat, bakteri tersebut memerlukan

oksigen dan karbon yang diperoleh dari oksigen yang terlarut

dalam larutan.

• Pembentukan asam pada kondisi anaerobik tersebut penting

untuk pembentuk gas metana oleh mikroorganisme pada

proses selanjutnya. Selain itu bakteri tersebut juga mengubah

senyawa yang bermolekul rendah menjadi alkohol, asam

organik, asam amino, karbondioksida, H2S, dan sedikit gas

metana (Demirbas, 2008).

Tahap Pembentukan Gas Metana

• Pada tahap ini bakteri metanogenik

mendekomposisikan senyawa dengan berat molekul

rendah menjadi senyawa dengan berat molekul

tinggi. Sebagai contoh bakteri ini menggunakan

hidrogen, CO2 dan asam asetat untuk membentuk

metana dan CO2.

• Bakteri penghasil asam dan gas metana bekerjasama

secara simbiosis. Bakteri penghasil asam membentuk

keadaan atmosfir yang ideal untuk bakteri penghasil

metana. Sedangkan bakteri pembentuk gas metana

menggunakan asam yang dihasilkan bakteri

penghasil asam. Tanpa adanya proses simbiotik

tersebut, akan menciptakan kondisi toksik bagi

mikroorganisme penghasil asam.

Page 31: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

31

Ada tiga kelompok dari bakteri dan yang

berperan dalam proses pembentukan biogas,

yaitu:

1. Kelompok bakteri fermentatif: Steptococci,

Bacteriodes, dan beberapa jenis

Enterobactericeae

2. Kelompok bakteri asetogenik: Desulfovibrio

3. Kelompok Arkhaebakteria dan bakteri

metanogen: Mathanobacterium,

Mathanobacillus, Methanosacaria, dan

Methanococcus

Digester Biogas

Page 32: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

32

Digester Biogas

Digester Biogas

Page 33: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

33

1. Penyimpanan bersifat sementara, Menyimpan limbah B3 maksimal 90 hari (penyimpanan > 90 hari bila limbah B3 yang dihasilkan < 50 kg/hari dan adanya persetujuan)

2. Lokasi (bebas banjir, tdk rawan bencana, diluar kawasan lindung, jarak minimm antar lokasi dengan fasilitas umum 50 m)

3. Memiliki catatan Limbah B3 (jumlah dan jenis) 4. Kemasan

- sesuai dengan karakteristik limbah - kondisi baik - simbol & label (Kepka No. 05/1995)

5. Rancang bangun tempat penyimpanan - sesuai dengan karakteristik limbah - lantai kedap & landai ke arah pit pengumpul - minimisasi potensi leachate (atap) - ventilasi memadai - pit pengumpul

6. Disesuaikan dengan jumlah & karakteristik limbah B3 7. Kondisi (tidak ada ceceran, lantai bersih dll) 8. Memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) 9. Memiliki Emergency Response System (ERS) 10. Memiliki Izin penyimpanan sementara 11. Melaporkan kegiatan penyimpanan limbah B3

Persyaratan Penyimpanan Sementara LB3

Ref. KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-01/BAPEDAL/09/1995

Ketentuan dalam bagian ini berlaku bagi penghasil limbah B3 yang melakukan kegiatan penyimpanan sementara yang dilakukan di dalam lokasi pabrik/fasilitas.

Tata Cara Penyimpanan Limbah B3

a) Penyimpanan limbah B3 yang dikemas

1) Penyimpanan kemasan harus dibuat dengan sistem blok.

Setiap blok terdiri atas 2 (dua) x 2 (dua) kemasan sehingga

dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap

kemasan sehingga jika terdapat kerusakan kecelakaan dapat

segera ditangani.

2) Lebar gang antar blok harus memenuhi persyaratan

peruntukannya. Lebar gang untuk lalu-lintas manusia

minimal 60 cm dan lebar gang untuk lalu-lintas kendaraan

pengangkut (forklift) disesuaikan dengan kelayakan

pengoperasiannya

Page 34: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

34

Persyaratan Bangunan Penyimpanan Limbah B3

1) Bangunan tempat penyimpanan kemasan limbah B3 harus:

a. memiliki rancang bangun dan luas ruang penyimpanan yang sesuai dengan

jenis, karakteristik dan jumlah limbah B3 yang dihasilkan/akan

disimpan;

b. terlindung dari masuknya air hujan baik secara lanmgsung maupun tidak

langsung;

c. dibuat tanpa plafon dan memiliki sistem ventilasi udara yang memadai

(gambar 5) untuk mencegah terjadinya akumulasi gas di dalam ruang

penyimpanan, serta memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah

masuknya burung atau binatang kecil lainnya ke dalam ruang

penyimpanan;

c. memiliki sistem penerangan (lampu/cahaya matahari) yang memadai untuk

operasional penggudangan atau inspeksi rutin. Jika menggunakan lampu, maka

lampu penerangan harus dipasang minimal 1 meter di atas kemasan dengan

sakelar (stop contact) harus terpasang di sisi luar bangunan.

d. dilengkapi dengan sistem penangkal petir.

e. pada bagian luar tempat penyimpanan diberi penandaan (simbol) sesuai

dengan tata cara yang berlaku.

2. Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan

tidak retak. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun ke arah bak penampungan

dengan kemiringan maksimum 1%. Pada bagian luar bangunan, kemiringan lantai

diatur sedemikian rupa sehingga air hujan dapat mengalir ke arah menjauhi

bangunan penyimpanan.

3. Tempat penyimpanan yang digunakan untuk menyimpan lebih dari 1 (satu)

karakteristik limbah B3, maka ruang penyimpanan:

a) harus dirancang terdiri dari beberapa bagian penyimpanan, dengan

ketentuan bahwa setiap bagian penyimpanan hanya

diperuntukkan menyimpan satu karakteristik limbah

B3, atau limbah-limbah B3 yang saling cocok

b) antara bagian penyimpanan satu dengan lainnya harus dibuat tanggul

atau tembok pemisah untuk menghindarkan tercampurnya

atau masuknya tumpahan limbah B3 ke bagian penyimpanan lainnya.

c) setiap bagian penyimpanan masing-masing harus mempunyai bak

penampung tumpahan limbah dengan kapasitas yang memadai.

d) sistem dan ukuran saluran yang ada harus dibuat sebanding dengan

kapasitas maksimum limbah B3 yang tersimpan sehingga cairan

yang masuk ke dalamnya dapat mengalir dengan lancar ke tempat

penampungan yang telah disediakan.

Page 35: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

35

4. Sarana lain yang harus tersedia adalah:

a. Peralatan dan sistem pemadam kebakaran;

b. Pagar pengaman;

c. Pembangkit listrik cadangan;

d. Fasilitas pertolongan pertama;

e. Peralatan komunikasi;

f. Gudang tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan;

g. Pintu darurat;

h. Alarm;

Gambar syarat 1 & 2

Page 36: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

36

3. Penumpukan kemasan limbah B3 harus mempertimbangkan

kestabilan tumpukan kemasan. Jika kemasan berupa drum

logam (isi 200 liter), maka tumpukan maksimum adalah 3

(tiga) lapis dengan tiap lapis dialasi palet (setiap palet

mengalasi 4 drum). Jika tumpukan lebih dari 3 (tiga) lapis

atau kemasan terbuat dari plastik, maka harus dipergunakan

rak.

4. Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan

terluar terhadap atap dan dinding bangunan penyimpanan

tidak boleh kurang dari 1 (satu) meter.

Gambar syarat 3 & 4

Page 37: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

37

5. Kemasan-kemasan berisi limbah B3 yang

tidak saling cocok harus disimpan secara

terpisah, tidak dalam satu blok, dan tidak

dalam bagian penyimpanan yang sama.

Penempatan kemasan harus dengan syarat

bahwa tidak ada kemungkinan bagi limbah-

limbah yang tersebut jika terguling/tumpah

akan tercampur/masuk ke dalam bak

penampungan bagian penyimpanan lain.

b. Penempatan tangki

Penyimpanan limbah cair dalam jumlah besar disarankan

menggunakan tangki dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Disekitar tangki harus dibuat tanggul dengan dilengkapi

saluran pembuangan yang menuju bak penampung.

2) Bak penampung harus kedap air dan mampu menampung

cairan minimal 110% dari kapasitas maksimum volume

tangki.

3) Tangki harus diatur sedemikian rupa sehingga bila

terguling akan terjadi di daerah tanggul dan tidak akan

menimpa tangki lain.

4) Tangki harus terlindung dari penyinaran matahari dan

masuknya air hujan secara langsung.

Page 38: Proses Produksi Cpo for Mhs

19/09/2013

38

Bak penampung

Tanggul Secondary containment

Sistem sirkulasi Penyimpanan LB3