proses produksi cpo for mhs
DESCRIPTION
Proses Produksi CPOTRANSCRIPT
19/09/2013
1
PROSES PENGOLAHAN
KELAPA SAWIT
Mata Kuliah Pengelolaan limbah Agroindustri
Oleh
Edhi Sarwono,ST., M.Eng
Proses Pengolahan
Untuk melakukan Proses Pengolahan dari TBS hingga menjadi CPO dan kernel harus melewati beberapa tahapan/stations yaitu : � 1. Station Timbangan � 2. Station Loading Ramp � 3. Station Sterilization � 4. Station Threshing � 5. Station Pressing � 6. Station Clarification � 7. Station Kernellary
19/09/2013
2
2. Station Loading Ramp A. Umum
Suatu kesepekatan bersama bahwa kwalitas CPO yang baik berasal dari kwalitas TBS yang baik.
Sebelum di proses maka TBS perlu dilakukan Grading untuk mendapatkan hasil olah dan mutu yang baik.
B. Fungsi dan Tujuan
Fungsi utama dari Loading Ramp adalah untuk penampungan sementara TBS yang dikirim dari kebun sebelum diproses.
Disamping itu juga berfungsi untuk memudahkan pemasukan TBS kedalam lori.
C. Lori
Lori adalah suatu alat untuk untuk menampung TBS, yang dibuat sedemikian rupa sehingga mempermudah proses perebusan dalam strilizer dan juga
3. Station Sterilizer A. Umum
Proses Sterilizasing adalah suatu proses pemasakan TBS dengan menggunakan panas dari uap / steam . B. Fungsi dan Tujuan Fungsi-fungsi sterilizer diantaranya : • Mematangkan TBS supaya mudah memisahkan antara Janjangan dengan Brondolan. • Mensterilkan atau mengnonaktifkan Enzym-enzim yang akan menaikan FFA pada CPO • Melunakan Brondolan sehingga memudahkan proses pemisahan daging buah dari nut pada digester. • Mengurangi kadar air pada Nut sehingga memudahkan proses pemecahan nu pada Ripple Mill.
19/09/2013
3
4. Station Thressing A. Umum
Proses Thressing adalah suatu proses pelepasan Brondolan dari tandanya dengan cara dibanting didalam Drum yang berputar. Drum yang berputar tersebut dalam Proses Pengolahan Kelapa Sawit disebut Threser. Brondolan dan janjang kosong akan terpisah yaitu brondolan yang sudah lepas akan lewat kisi-kisi Threser dengan bantuan Conveyor dan Elevator dibawah ke Station Press, sedangkan Janjang kosong dengan bantuan empty Bunch Conveyor dibawah tempat pembuangan Janjangan kosong.
B. Operasi Station Thressing Pada operasi station Thresing yang sangat penting untuk diperhatikan yaitu Pengumpan Threser Drum dengan menggunakan Tippler ya.
Bila umpan berlebih maka akan mengakibatkan :
Proses pemisahan antara brondolan janjang kosong tidak sempurna (Fruit losses akan tinggi).
Umpan kedigester akan belebih dan sehingga akan terjadi recycle brondolan, hal ini menyebabkan kerusakan daging buah dan loses jadi tinggi.
C. USB (Unstrip Bunch)
USB adalah suatu proses pembrondolan yang tidak sempurna, karena masih ada brondolan yang terikut tandan. Berondolan tersebut akan terikut keluar bersama janjang kosong.
USB ini bisa terjadi dikarenakan beberapa hal :
Kwalitas TBS yang diproses kurang baik (Buah mentah, Hard Bunches lebih tinggi dari standart)
Proses perbusan kurang baik
Umpan ke Threser berlebihan
19/09/2013
4
5. Station Pressing
Umum
Proses pada station ini merupakan proses pemisahan minyak dari ampas press (press
Cake).
Peralatan utama pada station Pressing adalah DIGESTER DAN SCREW PRESS,
sedangkan peralatan lain adalah Crude Oil Gutter,Vibrating Screen, Crude Oil Tank dan Cake Breaker Conveyor.
Operasi Pada Station Pressing 1. Digester/Mesin pengaduk
Fungsi Mesin Digester • Untuk melepaskan daging buah (mesocarp) dari nut, serta melepaskan sel-sel minyak dari daging buah dengan cara mencabik,mengaduk brondolan. • Menghomogenkan/melumatkan sebelum diumpankan ke Press. Maksud pelumatan tersebut agar didapat effisiensi tinggi pada proses pressing .
2. Mesin Press Fungsi dan tujuan mesin press adalah mengekstraksi Crude Oil dari
daging buah yang telah dicabik. Prinsip kerja Screw Press
Fruit mash yang dipress berada dibagian tengah dari 2 (dua) skrew yang berputar yang berlawanan arah, Screw tersebut terdapat didalam sangkar press (pres Cage) yang berlobang-lobang.
Minyak yang berasal dari fruit mash mengalir lewat lobang pres
cage, Sedangkan ampas press berjalan keluar seiring putaran
Screw Press sampai diluar ruang pressing. Selanjutnya minyak
jatuh dan mengalir ke COT (Crude Oil Tank). Sedangkan ampas
press jatuh ke CBC 3. Crude oil Gutter
Fungsi dari Crude Oil Gutter adalah untuk menampung dan mengalirkan minyak Crude oil hasil pressan, ke COT.
4. Dilution Water ~ Air Pengencer/ Dilution Water harus minimal 90 oC - 95 oC ~ Beberapa acuan untuk proses pengenceran ini : ~ Rekomendasi Stork adalah ratio pencampuran antara water dilution dengan Crude Oil adalah 1 : 1 (50 % dilution water terhadap Crude Oil)
2. Mesin Press
19/09/2013
5
5. Depericarper
• Depricarper Colom berfungsi untuk memisahkan antara Fibre dan Nut berdasarkan prinsip kerja perbedaan berat jenis. Press Cake yang telah diaduk selama dalam vacum pada depricarper Colom akan terpisah yaitu Nut akan jatuh ke polishing Drum dan fibre yang berat jenisnya kecil akan terisap dan jatuh di Fibre Cyclone.
• Pemisahan antara nut dan fibre berdasarkan perbedaan berat jenis dari fibre dan nut, sehingga membedakan kecepatan angkat dari dua benda tersebut.
• Fibre akan terangkat keatas dengan kecepatan udara angin 6 m/detik
• Nut akan terangkat keatas dengan kecepatan 16 m/detik.
• Dalam praktek dilapangan kecepatan udara sekitar 12 m/detik pada kolom velocity Box dan hal ini sudah cukup untuk melakukan pemisahan antara Nut dan Fibre.
7. STATION KERNEL RECOVARY U M U M
Ampas press yang dihasilkan oleh mesin press terdiri dari Fibre dan nut. Untuk mendapatkan kernel maka perlu dilakukan proses pemisahan antara fibre dan nut terlebih dahulu. Selanjutnya dari nut yang telah dipisahkan diproses lebih lanjut pada Station Kernel Recovary untuk memperoleh kernel.
Nut yang sudah dibersihkan pada Polishing Drum selanjutnya dimasukan kedalam Nut silo.
�Dari Nut silo nut diumpankan ke Ripple Mill dan terjadi proses pemecahan nut. Hasil dari mesin Ripple Mill adalah pecahan shell/cangkang sehingga kernel terpisah dari cangkangnya dalam suatu campuran massa yang disebut Cracked Mixer.
�Cangkang yang terdapat pada Cracked Mixer dipisahkan pada peralatan Low Teneera Dust Separation (LTDS) I dan II dengan cara hisapan fan. Shell yang terhisap masuk ke Shell Bin dan selanjutnya digunakan sebagai bahan bakar Boiler.
�Cracked Moxer yang masih belum terpisah pada proses LTDS I dan II dimasukan kedalam Hydrocyclone Drum, untuk memisahkan shell dan kernel.
�Kernel yang telah dipisahkan dibawah ke Kernel silo untuk dilakukan pengeringan dan selanjutnya dimasukan kedalan Kernel Bin dan siap untuk dipasarkan
19/09/2013
6
OPERASI PADA STATION KERNEL
Ada empat tahapan yang penting dalam operasi
Station Kernel yaitu :
� 1. Tahap Pengkondisian Nut.
� 2. Tahap pemecahan Nut.
� 3. Tahap pemisahan antara kernel dan shell
� 4. Pengeringan kernel
FUNGSI DAN PERALTAN STATION KERNEL
1. Pengkondisian Nut
�Tujuan utama pengkondisian Nut adalah untuk melekangkan atau melepaskan kernel dari keliling shell nut, sehingga akan menaikan efektivitas pemecahan nut dan menghindari losses kernel yang disebabkan oleh kernel pecah, Nut pecah.
� Metode yang dilakukan adalah memasukan panas kedalam inti kernel dan hal ini akan melepaskan kernel dari sekeliling cangkang. Kondisi ini dapat terjadi pada proses-proses sebelumnya diantaranya :
� Perebusan.
� Digester
Nut Grading Fungsi dari Nut grading untuk memisahkan Nut sesuai dengan ukuran diameter yang terbagi dalam tiga fraksi sebelum dipecah pada Ripple Mill.
19/09/2013
7
2. Pemecahan Nut
Proses pemcahan Nut dilakukan pada mesin Pemecah nut
yaitu RIPPLE MILL. Hasil dari ripple mill ini adalah pecahan
nut sehingga kernel terpisah dari cangkangnya dalam suatu
campuran yang disebut Cracked Mixer.
Pada Ripple mill ini umpan diusahan harus konstan dan
tidak berlebihan untuk itu sebelum riplle mill dipasang
mesin pengatur yaitu Vibrator.
3. Pemisahan Kernel dan Cangkang
Pemisahan kernel dan cangkang dilakukan pada
LTDS I dan II dan dilanjutkan dengan proses
pemisahan di Hydro Cyclone.
� A. Low Tenerra Dust Separation (LTDS) � Prinsip kerja dari LTDS sama dengan prinsip kerja Fibre Cyclone. Dimana pada LTDS ini debu, cangkang ringan, fibre dan kernel pecah akan terpisah dari kernel. Debu, cangkang ringan, fibre dan kernel pecah terangkat keatas dan masuk kedalam Cyclone LTDS dan akhirnya masuk shell bin untuk dijadikan bahan bakar Boiler.
19/09/2013
8
B. Hydro Cyclone
Proses pemisahan pada Hydro Cyclone menggunakan media air, dimana mempunyai umpan dari sisa proses LTDS. Kernel pecah dan cangkang dipisah dengan suatu pusaran air yang dihasilkan oleh daya pompa. Kernel pecah yang memiliki density lebih ringan dari cangkang akan terpisah, dimana kernel akan masuk ke tromol kernel dan cangkang akan masuk ke tromol cangkang, selanjutnya kernel ditransfer ke kernel silo , sedangkan shell ditransfer ke shell bin untuk bahan bakar Boiler.
4. Pengeringan Kernel
Proses pengeringan ini dilakukan pada kernel silo/ Kernel
drier yang dilengkapi dengan saluran-saluran udara untuk melewatkan udara panas.
19/09/2013
9
5. Bin Kernel
Bin kernel berfungsi untuk menampung kernel hasil proses dan siap untuk dijual. Disamping itu juga berfungsi untuk memudahkan pengaturan keluarnya kernel dari Bin kernel ke Truck-truck atau dalam karung.
8. STATION KLARIFIKASI Station klarifikasi adalah station untuk melakukan proses pemisahan dan penjernihan CPO yang dihasilkan dari pressan. CPO dari proses ekstraksi masih mengandung sejumlah air, sludge dan lumpur. Untuk mendapatkan minyak CPO yang memiliki standart mutu yang ditentukan maka dilakukan proses penjernihan atau proses klarifikasi. Pada dasarnya mekanisme dari proses klarifikasi berlangsung dengan prinsip pengendapan berdasarkan berat jrnis dan gaya centrifugal. Selama proses klarifikasi berlangsung temperatur yang ideal untuk memudahkan proses pemisahan adalah 90 - 100o
Temperatur yang terlalu tinggi akan menyebabkan mutu minyak yang dihasilkan kurang baik,. Sedang temperatur yang terlalu rendah akan menyulitkan dalam proses pemisahan minyak dengan Sludge.
19/09/2013
10
Pemanfaatan air limbah Industri
minyak sawit
• Pemanfaatan limbah cair industri minyak sawit
salah satunya adalah dengan memanfaatan
kandungan bahan-bahan organik dan unsur –
unsur lain yang terdapat dalam limbah cair
minyak sawit untuk dapat dimanfaatan
sebagai pupuk / substitusi pupuk bagi
tanaman kelapa sawit.
Karakteristik LCPKS
Sumber : PPKS dalam IPB (2000)
19/09/2013
11
Volume limbah cair yang besar
No. Tahun Produksi TBS (Ton/Tahun)
Limbah Proses Pengolahan TBS Jenjang Kosong (ton) Limbah Cair (m3)
1. 2. 3. 4. 5. 6.
2000 2001 2002 2003 2004 2005
55.169,00 123.879,00 158.211,00 222.731,00 293.924,00 314.206,00
11.585,49 26.014,59 33.224,31 46.773,51 61.724,04 65.983,26
30.342,95 68.133,45 87.016,05 12.502,05
161.658,20 172.813,30
Sistem penanganan limbah cair
19/09/2013
12
Sistem penanganan limbah cair
1. Fat pit
Limbah cair yang dihasilkan dari kondensat sterilizer,
sludge separator, purifier langsung ditampung dan
didiamkan dalam kolam fat pit. Air limbah didalam
kolam fat pit ini dapat memisahkan minyak dan air
berdasarkan berat jenis lapisan atas dari limbah yang
mengalir dialirkan kembali ke bagian pembersihan
(clarifled). Selanjutnya air limbah yang sedikit
mengandung minyak dialirkan ke dalam kolam
penampungan.
19/09/2013
13
Sistem penanganan limbah cair
2. Cooling pond
Karakteristik LCPKS memiliki suhu 60 - 80°C,
maka dilakukan penurunan suhu pada kolam
pendingin sampai dengan suhu limbah
mendekati suhu lingkungan agar dapat diproses
lebih lanjut dengan sistem biologi anaerob
Sistem penanganan limbah cair 3. Kolam Anaerob
• Kolam anaerob terdiri dari 4 (empat) kolam,
yang disusun secara paralel dengan spesifikasi
ukuran bervariasi.
• Pada prinsipnya system pengolahan limbah
yang digunakan adalah multiple feeding,
system perombakan secara anaerobik yang
tidak membutuhkan oksigen dalam proses
perombakan bahan organic yang ada,
perombakan ini memerlukan bakteri an-
aerob.
19/09/2013
14
• Secara teoritis proses an-aerobik dimulai
dengan :
– tahapan hidrolis dan pengasaman, yaitu
perombakan substrat berupa bahan organic makro
molekul seperti protein, karbohidrat dan lemak oleh
mikroba yang mengandung enzim ekstra seluler
(hydrolase).
– Tahapan selanjutnya adalah pembentukan asam-
asam mudah menguap (pengasaman/acidogenesis).
Polimer-polimer setelah dihidrolisa menjadi
monomer yang sederhana akan dirombak lagi
menjadi asam-asam sederhana seperti asam
propionate, butirat atau asetat, etanol, gas
karbondioksida dan methan.
4. Land aplications
Setelah dilakukan pengolahan melalui IPAL dan
telah memenuhi syarat untuk Land Application,
maka Limbah Cair tersebut dialirkan ke areal
yang diaplikasi melalui jaringan pipa yang telah
didisain dengan kondisi lapangan.
19/09/2013
15
Metode Land Aplication
• Beberapa cara aplikasi limbah cair yang
dikenal antara lain :
– Metode Sprinkler,
– Metode Flatbed,
– Metode Parit Memanjang (Long Bed),
– Metode Parit atau Alur (Furrow)
– Metode Tangki atau Traktor.
Metode Sprinkle
19/09/2013
16
Metoda Sprinkler
• Metoda ini dipakai untuk lahan yang relatif datar atau sedikit
bergelombang. LCPMS dialirkan menuju parit yang sudah
disediakan untuk mengendapkan partikel padat yang terlarut
di dalamnya agar tidak menyumbat nozzle sprinkler. Setelah
diendapkan dialirkan ke dalam bak yang dilengkapi pompa
dan dialirkan melalui pipa PVC ke setiap titik sprinkler. Sejauh
ini cukup memadai untuk menjaga LCPMS tidak keluar ke
lingkungan masyarakat.
• Kelemahan dan metoda ini adalah sering tersumbatnya nozzle
oleh lumpur, sehingga areal menjadi becek dan di samping
pembangunannya yang mahal.
Metode Flatbed
19/09/2013
17
Metoda “Flatbed”
• Metoda ini dipakai pada areal bergelombang
dan dibuat di antara baris pohon, yaitu pada
gawangan mati. Sistem koneksi antara satu
flatbed dengan flatbed lainnya dihubungkan
dengan menggunakan saluran semacam parit
kecil hingga LCPMS dapat mengalir dan
“flatbed” posisi tertinggi sampai ke terendah
(ini disebut juga sistem overflow)”.
• Data dan peta topografi penting sekali untuk
menentukan letak out-let yang pertama dalam
satu baris flatbed.
• Berdasarakan hasil penelitian RISPA (1990)
pengendalian limbah cair PKS sebelum dan
sesudah perlakuan bakteri anaerob dengan
waktu penahanan hidrologis (WPH) 30 hari
pada limbah cair (LCPKS) sebagian besar
limbah tersebut mengalami penurunan kadar
parameter tetapi masih diatas baku mutu yang
disarankan.
19/09/2013
18
• Metoda Parit Memanjang (Longbed)
Sistem ini hampir sama dengan sistem flatbed,
perbedaannya pada panjang flatbed dan
panjangnya bergantung tingkat kemiringan
areal. Areal yang tingkat kemiringannya hampir
sama cukup dibuat satu longbed yang
memanjang.
Dengan sistem ini per baris tanaman (± 300 m)
terdiri dan 5 hingga 6 longbed. Sistem koneksi
antar longbed sama seperti sistem pada flatbed,
yaitu menggunakan saluran kecil seperti parit.
Metoda Parit atau Alur (furrow)
• Terdapat dua macam sistem yang digunakan, yaitu
parit yang lurus dan berliku-liku. Parit yang lurus
tepat digunakan pada areal yang sedikit memiliki
topografi miring. Parit berliku digunakan pada areal
yang curam dan berbukit. Tujuan dibuatnya parit
yang berliku adalah untuk memperlambat laju
kecepatan LCPMS hingga dapat memperkecil bahaya
erosi, misalnya longsor.
• Kelemahan sistem ini adalah parit sering tertimbun
dengan lumpur asal dan LCPKS atau pengikisan tanah
dan bagian atas parit dan juga kemungkinan akan
memotong sistem perakaran karena dibuat lebih
dalam dibandingkan sistem flatbed dan Iongbed.
19/09/2013
19
Metoda Tangki atau Traktor
• Sistem ini dilakukan dengan mengangkut
langsung LCPMS dari kolam IPAL
menggunakan tangki masuk ke areal melalui
jalan panen dan dengan menggungakan
pompa selanjutnya dipompakan langsung ke
areal tanaman kelapa sawit.
• Kelemahan sistem ini adalah akan
menyebabkan LCPMS teraplikasi sampai ke
jalan panen, sebab LCPKS langsung
dipompakan ke tumpukan pelepah atau pada
gawangan mati.
Metoda Tangki atau Traktor
19/09/2013
20
Persyaratan Land Aplication LCPKS
a. BOD tidak boleh melebihi 5000 mg/liter;
b. nilai pH berkisar 6-9;
c. dilakukan pada lahan selain lahan gambut;
d. dilakukan pada lahan selain lahan dengan permeabilitas lebih
besar 15 cm/jam;
e. dilakukan pada lahan selain lahan dengan permeabilitas
kurang dari 1,5 cm/jam;
f. tidak boleh dilaksanakan pada lahan dengan kedalaman air
tanah kurang dari 2 meter; dan
g. pembuatan sumur pantau
• Air limbah yang dihasilkan dari industri kelapa sawit dapat dimanfaatkan untuk pemupukan pada tanah perkebunan karenaair limbah tersebut pada kondisi tertentu masih mengandung unsur-unsur hara yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
• Pemupukan dengan air limbah ini pada umumnya dilakukan dengan mengalirkan air limbah yang berasal dari kolam penanganan limbah ke parit-parit yang ada di perkebunan.
Akan tetapi di sisi lain, pemanfaatan air limbah pada tanah juga secara potensial menimbulkan pencemaran lingkungan atau bahkan akan menyebabkan kematian tanaman kelapa sawit di kawasan pemanfaatan air limbah itu sendiri.
19/09/2013
21
• Kajian land aplication
• Lanjt ke kajian........
Kajian land aplication a) Pengkajian air limbah pada tanah perlu dilakukan karena adanya potensi akumulasi
bahan pencemar dalam tanah serta kemampuan tanah dalam menetralisasi air
limbah terbatas dan berbeda-beda tergantung pada karakteristik tanah seperti
permeabilitas tanah, komposisi dan sifat kimia tanah.
b) Selain itu, pengkajian dimaksudkan untuk mengetahui rona awal sebagai data
dasar dalam penentuan ada tidaknya pencemaran dan dalam pengelolaan
pemanfaatan selanjutnya.
c) Pada kenyataannya dalam menentukan ada atau tidaknya pencemaran tanah
diperlukan waktu yang relatif panjang karena tanah memiliki kemampuan
penyanggaan yang tinggi untuk meredam pengaruh luar. Akan tetapi agar
pengkajian pemanfaatan air limbah segera mendapat kepastian status hukum,
maka ditetapkan waktu pengkajian selama minimal 1 (satu) tahun di mana dalam
kurun waktu tersebut kecenderungan adanya pencemaran dan atau perusakan
lingkungan dapat diketahui.
19/09/2013
22
KAJIAN LAND APLICATION Ref. KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 28 TAHUN 2003
1. Setiap pemrakarsa yang akan memanfaatkan air limbah dari industri minyak
sawit pada tanah di perkebunan kelapa sawit wajib mengajukan permohonan
pengkajian pemanfaatan kepada Bupati/Walikota.
2. Persyaratan minimal untuk pelaksanaan pengkajian pemanfatan air limbah, yaitu
a.pengaruh terhadap pembudidayaan ikan, hewan dan tanaman;
b. pengaruh terhadap kualitas tanah dan air tanah;
c. pengaruh terhadap kesehatan masyarakat;
d. BOD tidak boleh melebihi 5000 mg/liter;
e. nilai pH berkisar 6-9;
f. dilakukan pada lahan selain lahan gambut;
g. dilakukan pada lahan selain lahan dengan permeabilitas lebih besar 15 cm/jam;
h. dilakukan pada lahan selain lahan dengan permeabilitas kurang dari 1,5 cm/jam;
i. tidak boleh dilaksanakan pada lahan dengan kedalaman air tanah kurang dari 2
meter;
j. areal pengkajian seluas 10 – 20 persen dari seluruh areal yang akan digunakan untuk
pemanfaatan air limbah;
k. pembuatan sumur pantau.
KAJIAN LAND APLICATION
3. Pelaksanaan pengkajian pemanfaatan air
limbah industri minyak sawit pada tanah di
perkebunan kelapa sawit dilakukan minimal
selama 1 (satu) tahun.
4. Pengkajian pemanfaatan air limbah industri
minyak sawit pada tanah di perkebunan
kelapa sawit hanya dilakukan 1 (satu) kali
pada lokasi dan tempat yang sama.
19/09/2013
23
TATA CARA PENGKAJIAN
Land Aplication
1. Pemrakarsa wajib terlebih dahulu memberitahukan rencana kegiatan Pengkajian
Pemanfaatan Air Limbah (Land Application) kepada Bupati/Walikota dengan
menyampaikan surat pemberitahuan beserta usulan rencana pengkajian.
Selanjutnya Bupati/Walikota menyampaikan usulan pengkajiankepada Instansi
yang bertanggung jawab.
2. Pemrakarsa harus menetapkan luas seluruh lokasi lahan yang akan digunakan
untuk pemanfaatan air limbah.
3. Pemrakarsa harus menetapkan luas lokasi yang akan digunakan untuk pengkajian
adalah 10 - 20 persen dari seluruh luas lahan yang diusulkan
4. Pemrakarsa harus menetapkan luas lokasi yang akan digunakan untuk lahan
kontrol adalah 1 – 5 persen dari seluruh luas lahan yang diusulkan
5. Lahan pengkajian dan lahan kontrol harus merupakan bagian dari lahan yang akan
mengalami pemanfaatan air limbah pada tanah dan memiliki karakteristik, jenis
dan usia tanam pohon yang sama.
6. Metode pemanfaatan air limbah pada tanah adalah metode irigasi dengan flatbed
system, furrow system, dan long bed system dll.
7. Menentukan dosis, debit dan rotasi pemanfaatan sebagai berikut :
19/09/2013
24
A. Pemanfaatan Limbah padat PKS
1. Tandan kosong sawit :
– Aplikasi janjang sawit
– Komposting
2. Fibre :
� Bahan bakar boiler
3. Cangkang :
� Bahan bakar boiler
� Pengerasan jalan
4. Sludge (decanter klarifikasi, IPAL)
�Substitusi pupuk
�Peninggihan tanggul IPAL
19/09/2013
25
B. Pemanfaatan limbah gas PKS • Limbah berupa gas merupakan limbah yang berasal dari
pembakaran pembakaran serat dan cangkang pada boiller.
• Limbah debu dari abu pembakaran serat dan cangkang di boiler
sebelum dibuang bebas ke udara dikendalikan dengan
pemasangan dust collector sistem hidrocyclone untuk
menangkap debu ikatan dalam sisa gas pembakaran, kemudian
dialirkan melalui cerobong asap (stack).
• Debu dari dust collector sistem pengendalinya ada 2 sistem yaitu
kering dan basah. Debu / abu yang keluar dari dust collector
dikontakkan dengan air sehingga debu tertangkap/terlarut
dengan air.
• Selanjutnya debu /abu yang bercampur dengan air dilakukan
proses dewatering di ash pit.
• Pemanffaatannya secara reguler ditampung dan dibuang ke
lapangan untuk penimbunan daerah rendah atau jalan sekitar
kebun.
C. Pemanfaatan limbah air PKS 1. Air condensate sterilizer
(pemanfaatan untuk Dilution water klarifikasi)
– Station klarifikasi adalah station untuk melakukan proses
pemisahan dan penjernihan CPO yang dihasilkan dari mesin press.
CPO dari proses ekstraksi masih mengandung sejumlah air, sludge
atau lumpur. Untuk mendapatkan minyak CPO yang memiliki
standart mutu yang ditentukan maka dilakukan proses
penjernihan atau proses klarifikasi.
– Pada dasarnya mekanisme dari proses klarifikasi berlangsung
dengan prinsip pengendapan berdasarkan berat jenis dan gaya
centrifugal. Selama proses klarifikasi berlangsung temperatur
yang ideal untuk memudahkan proses pemisahan adalah 90 - 100o
– Temperatur yang terlalu tinggi akan menyebabkan mutu minyak
yang dihasilkan kurang baik,. Sedang temperatur yang terlalu
rendah akan menyulitkan dalam proses pemisahan minyak
dengan Sludge.
19/09/2013
26
2. Air limbah pabrik, pemanfaatan untuk :
a. Land aplication
b. biogas
Pemanfaatan limbah cair untuk
Biogas Mekanisme pengaliran air limbah PKS adalah :
1. Fat pit
Limbah cair yang dihasilkan dari kondensat sterilizer,
sludge separator, purifier langsung ditampung dan
didiamkan dalam kolam fat pit.
Air limbah didalam kolam fat pit ini dapat memisahkan
minyak dan air berdasarkan berat jenis lapisan atas dari
limbah yang mengalir dialirkan kembali ke bagian
pembersihan (clarified). Selanjutnya air limbah yang
sedikit mengandung minyak dialirkan ke dalam kolam
penampungan (cooling pond).
19/09/2013
27
Pemanfaatan limbah cair untuk
Biogas
2. Cooling pond
Karakteristik LCPKS memiliki suhu 60 - 80°C,
maka dilakukan penurunan suhu pada kolam
pendingin sampai dengan suhu limbah
mendekati suhu lingkungan agar dapat diproses
lebih lanjut dengan sistem biologi anaerob
Pemanfaatan limbah cair untuk
Biogas 3. Kolam Anaerob
• Kolam anaerob terdiri dari 4 (empat) kolam,
yang disusun secara paralel dengan spesifikasi
ukuran bervariasi.
• Pada prinsipnya system pengolahan limbah
yang digunakan adalah multiple feeding,
system perombakan secara anaerobik yang
tidak membutuhkan oksigen dalam proses
perombakan bahan organic yang ada,
perombakan ini memerlukan bakteri an-
aerob.
19/09/2013
28
Pemanfaatan limbah cair untuk
Biogas
• Untuk pemanfaatan limbah cair, untuk
menghasilkan biogas maka limbah yang
digunakan adalah limbah yang berasal dari
kolan fat pit.
• Setelah proses pada digester biogas, barulah
slude dialirkan ke kolam limbah.
• Secara teoritis proses an-aerobik dimulai
dengan :
– tahapan hidrolis dan pengasaman, yaitu
perombakan substrat berupa bahan organic makro
molekul seperti protein, karbohidrat dan lemak oleh
mikroba yang mengandung enzim ekstra seluler
(hydrolase).
– Tahapan selanjutnya adalah pembentukan asam-
asam mudah menguap (pengasaman/acidogenesis).
Polimer-polimer setelah dihidrolisa menjadi
monomer yang sederhana akan dirombak lagi
menjadi asam-asam sederhana seperti asam
propionate, butirat atau asetat, etanol, gas
karbondioksida dan methan.
19/09/2013
29
• Secara garis besar proses pembentukan biogas
Sbb :
Tahap Hidrolisis
• Pada tahap hidrolisis, bahan organik
dienzimatik secara eksternal oleh enzim
ekstraselular (selulose, amilase, protease dan
lipase) mikroorganisme. Bakteri memutuskan
rantai panjang karbohidrat komplek, protein
dan lipida menjadi senyawa rantai pendek.
Sebagai contoh polisakarida diubah menjadi
monosakarida sedangkan protein diubah
menjadi peptida dan asam amino (Gunnerson
and Stuckey, 1986).
19/09/2013
30
Tahap Asidifikasi (Pengasaman) • Pada tahap ini bakteri menghasilkan asam, mengubah
senyawa rantai pendek hasil proses pada tahap hidrolisis
menjadi asam asetat, hidrogen (H2) dan karbondioksida.
• Bakteri tersebut merupakan bakteri anaerobik yang dapat
tumbuh dan berkembang pada keadaan asam. Untuk
menghasilkan asam asetat, bakteri tersebut memerlukan
oksigen dan karbon yang diperoleh dari oksigen yang terlarut
dalam larutan.
• Pembentukan asam pada kondisi anaerobik tersebut penting
untuk pembentuk gas metana oleh mikroorganisme pada
proses selanjutnya. Selain itu bakteri tersebut juga mengubah
senyawa yang bermolekul rendah menjadi alkohol, asam
organik, asam amino, karbondioksida, H2S, dan sedikit gas
metana (Demirbas, 2008).
Tahap Pembentukan Gas Metana
• Pada tahap ini bakteri metanogenik
mendekomposisikan senyawa dengan berat molekul
rendah menjadi senyawa dengan berat molekul
tinggi. Sebagai contoh bakteri ini menggunakan
hidrogen, CO2 dan asam asetat untuk membentuk
metana dan CO2.
• Bakteri penghasil asam dan gas metana bekerjasama
secara simbiosis. Bakteri penghasil asam membentuk
keadaan atmosfir yang ideal untuk bakteri penghasil
metana. Sedangkan bakteri pembentuk gas metana
menggunakan asam yang dihasilkan bakteri
penghasil asam. Tanpa adanya proses simbiotik
tersebut, akan menciptakan kondisi toksik bagi
mikroorganisme penghasil asam.
19/09/2013
31
Ada tiga kelompok dari bakteri dan yang
berperan dalam proses pembentukan biogas,
yaitu:
1. Kelompok bakteri fermentatif: Steptococci,
Bacteriodes, dan beberapa jenis
Enterobactericeae
2. Kelompok bakteri asetogenik: Desulfovibrio
3. Kelompok Arkhaebakteria dan bakteri
metanogen: Mathanobacterium,
Mathanobacillus, Methanosacaria, dan
Methanococcus
Digester Biogas
19/09/2013
32
Digester Biogas
Digester Biogas
19/09/2013
33
1. Penyimpanan bersifat sementara, Menyimpan limbah B3 maksimal 90 hari (penyimpanan > 90 hari bila limbah B3 yang dihasilkan < 50 kg/hari dan adanya persetujuan)
2. Lokasi (bebas banjir, tdk rawan bencana, diluar kawasan lindung, jarak minimm antar lokasi dengan fasilitas umum 50 m)
3. Memiliki catatan Limbah B3 (jumlah dan jenis) 4. Kemasan
- sesuai dengan karakteristik limbah - kondisi baik - simbol & label (Kepka No. 05/1995)
5. Rancang bangun tempat penyimpanan - sesuai dengan karakteristik limbah - lantai kedap & landai ke arah pit pengumpul - minimisasi potensi leachate (atap) - ventilasi memadai - pit pengumpul
6. Disesuaikan dengan jumlah & karakteristik limbah B3 7. Kondisi (tidak ada ceceran, lantai bersih dll) 8. Memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) 9. Memiliki Emergency Response System (ERS) 10. Memiliki Izin penyimpanan sementara 11. Melaporkan kegiatan penyimpanan limbah B3
Persyaratan Penyimpanan Sementara LB3
Ref. KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-01/BAPEDAL/09/1995
Ketentuan dalam bagian ini berlaku bagi penghasil limbah B3 yang melakukan kegiatan penyimpanan sementara yang dilakukan di dalam lokasi pabrik/fasilitas.
Tata Cara Penyimpanan Limbah B3
a) Penyimpanan limbah B3 yang dikemas
1) Penyimpanan kemasan harus dibuat dengan sistem blok.
Setiap blok terdiri atas 2 (dua) x 2 (dua) kemasan sehingga
dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap
kemasan sehingga jika terdapat kerusakan kecelakaan dapat
segera ditangani.
2) Lebar gang antar blok harus memenuhi persyaratan
peruntukannya. Lebar gang untuk lalu-lintas manusia
minimal 60 cm dan lebar gang untuk lalu-lintas kendaraan
pengangkut (forklift) disesuaikan dengan kelayakan
pengoperasiannya
19/09/2013
34
Persyaratan Bangunan Penyimpanan Limbah B3
1) Bangunan tempat penyimpanan kemasan limbah B3 harus:
a. memiliki rancang bangun dan luas ruang penyimpanan yang sesuai dengan
jenis, karakteristik dan jumlah limbah B3 yang dihasilkan/akan
disimpan;
b. terlindung dari masuknya air hujan baik secara lanmgsung maupun tidak
langsung;
c. dibuat tanpa plafon dan memiliki sistem ventilasi udara yang memadai
(gambar 5) untuk mencegah terjadinya akumulasi gas di dalam ruang
penyimpanan, serta memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah
masuknya burung atau binatang kecil lainnya ke dalam ruang
penyimpanan;
c. memiliki sistem penerangan (lampu/cahaya matahari) yang memadai untuk
operasional penggudangan atau inspeksi rutin. Jika menggunakan lampu, maka
lampu penerangan harus dipasang minimal 1 meter di atas kemasan dengan
sakelar (stop contact) harus terpasang di sisi luar bangunan.
d. dilengkapi dengan sistem penangkal petir.
e. pada bagian luar tempat penyimpanan diberi penandaan (simbol) sesuai
dengan tata cara yang berlaku.
2. Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan
tidak retak. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun ke arah bak penampungan
dengan kemiringan maksimum 1%. Pada bagian luar bangunan, kemiringan lantai
diatur sedemikian rupa sehingga air hujan dapat mengalir ke arah menjauhi
bangunan penyimpanan.
3. Tempat penyimpanan yang digunakan untuk menyimpan lebih dari 1 (satu)
karakteristik limbah B3, maka ruang penyimpanan:
a) harus dirancang terdiri dari beberapa bagian penyimpanan, dengan
ketentuan bahwa setiap bagian penyimpanan hanya
diperuntukkan menyimpan satu karakteristik limbah
B3, atau limbah-limbah B3 yang saling cocok
b) antara bagian penyimpanan satu dengan lainnya harus dibuat tanggul
atau tembok pemisah untuk menghindarkan tercampurnya
atau masuknya tumpahan limbah B3 ke bagian penyimpanan lainnya.
c) setiap bagian penyimpanan masing-masing harus mempunyai bak
penampung tumpahan limbah dengan kapasitas yang memadai.
d) sistem dan ukuran saluran yang ada harus dibuat sebanding dengan
kapasitas maksimum limbah B3 yang tersimpan sehingga cairan
yang masuk ke dalamnya dapat mengalir dengan lancar ke tempat
penampungan yang telah disediakan.
19/09/2013
35
4. Sarana lain yang harus tersedia adalah:
a. Peralatan dan sistem pemadam kebakaran;
b. Pagar pengaman;
c. Pembangkit listrik cadangan;
d. Fasilitas pertolongan pertama;
e. Peralatan komunikasi;
f. Gudang tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan;
g. Pintu darurat;
h. Alarm;
Gambar syarat 1 & 2
19/09/2013
36
3. Penumpukan kemasan limbah B3 harus mempertimbangkan
kestabilan tumpukan kemasan. Jika kemasan berupa drum
logam (isi 200 liter), maka tumpukan maksimum adalah 3
(tiga) lapis dengan tiap lapis dialasi palet (setiap palet
mengalasi 4 drum). Jika tumpukan lebih dari 3 (tiga) lapis
atau kemasan terbuat dari plastik, maka harus dipergunakan
rak.
4. Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan
terluar terhadap atap dan dinding bangunan penyimpanan
tidak boleh kurang dari 1 (satu) meter.
Gambar syarat 3 & 4
19/09/2013
37
5. Kemasan-kemasan berisi limbah B3 yang
tidak saling cocok harus disimpan secara
terpisah, tidak dalam satu blok, dan tidak
dalam bagian penyimpanan yang sama.
Penempatan kemasan harus dengan syarat
bahwa tidak ada kemungkinan bagi limbah-
limbah yang tersebut jika terguling/tumpah
akan tercampur/masuk ke dalam bak
penampungan bagian penyimpanan lain.
b. Penempatan tangki
Penyimpanan limbah cair dalam jumlah besar disarankan
menggunakan tangki dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Disekitar tangki harus dibuat tanggul dengan dilengkapi
saluran pembuangan yang menuju bak penampung.
2) Bak penampung harus kedap air dan mampu menampung
cairan minimal 110% dari kapasitas maksimum volume
tangki.
3) Tangki harus diatur sedemikian rupa sehingga bila
terguling akan terjadi di daerah tanggul dan tidak akan
menimpa tangki lain.
4) Tangki harus terlindung dari penyinaran matahari dan
masuknya air hujan secara langsung.
19/09/2013
38
Bak penampung
Tanggul Secondary containment
Sistem sirkulasi Penyimpanan LB3