analisis deskriptif pemasaran cpo indonesia

Upload: ziezah-shawol-onew

Post on 02-Mar-2016

135 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

analisis

TRANSCRIPT

  • ANALISIS DESKRIFTIF PEMASARAN EKSPOR MINYAK

    SAWIT MENTAH (CPO) INDONESIA

    Musnaini

    Dosen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Jambi

    Kampus Pinang Masak

    Jl. Raya Jambi-Bulian KM. 15 Mendalo Darat, Jambi

    E-mail : [email protected]

    ABSTRAK

    Pemasaran ekspor minyak sawit mentah Indonesia memiliki hampir 45%

    pangsa pasar dunia setelah ekportir CPO dari Malaysia. Permintaan CPO dunia

    semakin meningkat karena CPO memiliki produk Hulu yang sangat variatif untuk

    dunia industry kosmetik, industry pangan, sebagai subtitusi bahan bakar minyak

    dan produk turunan yang lain. Semakin besarnya peluang pasar global untuk

    ekportir CPO Indonesia, untuk hal tersebut penelitian eksplorasi ini menggunakan

    metode analisis statistika deskriftif untuk melihat tren perkembangan pangsa pasar

    global CPO Indonesia di pasar dunia, dengan teknik sampling purposive

    sampling terhadap Perusahaan eksportir yang sudah terdaftar di bursa

    perdagangan luar negeri b2b.com dan Deperindag tahun 2011. Dari hasil analisis

    deskriftif membuktikan bahwa perkembangan ekspor CPO Indonesia tren ekspor

    yang baik dan signifikan meningkat terhadap pangsa pasar ekpor CPO Indonesia

    sebesar 42%. Pangsa pasar global untuk ekspor CPO dan keunggulan Indonesia

    biaya produk 50 % jauh lebih rendah di bandingkan pesaing, ini membuktikan

    bahwa CPO Indonesia mampu bersaing dengan Malaysia dan CPO Indonesia di

    prediksikan dapat mengusai pangsa pasar global di tahun 2010-2015, asalkan,

    ekspor, produsen CPO dan Perkebunan sinergis memperbaiki kualitas CPO sesuai

    dengan standar pasar global, perbaikan system distribusi dan strategi pemasaran

    Internasional.

    Kata kunci : Kinerja pemasaran, ekspor, CPO, pasar global, keunggulan bersaing.

    ABSTRACT

    Indonesia had almost 45% world market share for crude palm oils (CPO) export, after Malaysia. The world CPOs demand was increasing because of the variety product of CPO for cosmetic industry, food industry , substitution of oil

    fuel and other derivatives. Considering the bigger opportunity of Indonesian

    CPOs exporter, this exploration study used descriptive statistics analysis to find the trend of global market share development of Indonesian CPO. The result of

    this study proved that development of Indonesian CPOs export was a good and significantly decreasing. The global market share and competitive advantage of

    Indonesian CPO export was lower than the competitor. It proved that Indonesian

    CPO was able to compete with Malaysian CPO and was predicted to gain global

    market share in 2010 2015, if the exporter, CPO produser and farmer tried to

  • improve CPO quality to meet the global market standard, improved distribution

    system and international marketing strategy.

    Keyword : marketing performance, export, CPO, global market, competitive

    advantage.

    PENDAHULUAN

    Dari tahun 1975an Indonesia lebih intensif melakukan pengembangan

    budidaya kelapa sawit dan melakukan pemasaran ekspor minyak sawit mentah

    (Crude Palm Oil / CPO) ke berbagai negara di dunia. Hingga tahun 1998-2003

    perkembangan ekspor CPO Indonesia mulai mengalami penurunan sehingga

    berada pada posisi kedua setelah Malaysia dalam menguasai pangsa pasar dunia,

    dan tahun 2006-2009 menunjukkan trend yang fluktuatif.

    Ekspor CPO merupakan komoditi andalan ekspor nonmigas ternyata masih

    menghadapi banyak tantangan serta rintangan, dan sedang mengalami penurunan

    kinerja ekspor. Berdasarkan perkembangan pangsa pasar ekspor minyak sawit

    mentah (Crude Palm Oil /CPO) yang dikuasai Indonesia, pada tahun 2008 dan

    2009 dalam tabel 1 di bawah ini:

    Tabel 1. Perkembangan Pangsa Pasar Ekspor Minyak Sawit Mentah

    Indonesia

    No Negara Tujuan

    Ekspor

    Thn 2008 Thn 2009 Perubahan

    1 Belanda 51% 13% 38% Menurun

    2 India 48% 53% 5% Mningkat

    3 Jerman Barat 11% 4% 7% Menurun

    4 Italia 8% 1% 9% Menurun

    5 Pakistan 5% 4% 1% Menurun

    6 Spanyol 45 2% 23% Menurun

    7 Kenya 3% 0 -

    8 RRC 3% 7% 4% Meningkat

    9 Denmark 1% 0.06 0.04 % Menuru

    10 Bangladesh 0 4% Pasar Baru

    11 Singapura 14% 54% 47% meningkat

    12 Pantai gading 0 1% Pasar Baru

    13 Malaysia 13.2% 10% 3.2% Menurun

    14 Lain-lain 14% 3% 11% Menurun

    Perbandingan Produksi dan Ekspor CPO Indonesia dengan Malaysia

    Penyediaan Produksi (1000 Ton) Ekspor (1000 Ton)

    2008 2009 2008 2009

    Dunia 20.934 43.575 42.470 37.611

    Indonesia 8.380 7.700 6.982 10.940

    30% 33% 24% 28%

    Malaysia 15.057 21.809 9.747 21.733

    51% 50% 62% 61%

  • Sumber: Oil World Annual 1998 dan 2009; BPS& KPB. (Lampiran 9-13 : 198-

    205)

    Dari data tabel 1, membuktikan bahwa jumlah produksi CPO tidak

    mempengaruhi jumlah penguasaan pangsa pasar global. Malaysia hanya

    memberikan kontribusi produksi CPO di dunia sampai 51%, sedangkan pangsa

    pasar yang dimiliki lebih besar dari kapasitas produksi Malaysia. Kekurangan

    produksi untuk memenuhi pangsa pasarnya, Malaysia melakukan impor dari

    Indonesia sebanyak 10 % dari total ekspor Malaysia di pasar global. Dari data di

    atas maka penelitian ini memberikan gambaran mengenai kinerja ekspor CPO

    Indonesia. Dengan demikian tujuan Penelitian ini adalah untuk menggambarkan

    dan menganilisis tren perkembangan ekspor CPO Indonesia dan Pangsa pasar

    CPO di pasar Global.

    METODE PENELITIAN

    Pendekatan penelitian

    Metode statistik deskriftif bertujuan untuk memperoleh gambaran hasil

    jawaban responden melalui analisa data frekuensi untuk data yang berbentuk skala

    nominal, dan untuk melihat apakah ada data yang bersifat outlier dari data

    kualitatif, atau untuk mengkoreksi data yang salah dalam pengkodean sehingga

    data tersebut harus di perbaiki, serta penjelasan secara frekuensi dan prosentase

    dari masing-masing variabel obsrvable (Wibowo. A. 2004).

    Sampel Penelitian

    Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara Purposive Sampling,

    dimana sampel diambil berdasarkan pada kriteria-kriteria yang telah di rumuskan

    terlebih dahulu (Silalahi. 2003. 40). Perumusan kriteria yang dibuat terhadap

    obyek penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian.

    Kriteria sampel dalam hal ini penelitian, yaitu:

    1. Terdaftar di Departemen Perdagangan dan Industri Indonesia, dan serta terdaftar di bursa perdagangan luar negeri (b2b.com) sebagai eksportir minyak

    sawit mentah di pasar ekspor.

    2. Melakukan pemasaran ekspor minyak sawit mentah, lebih dari satu negara di dunia dalam kurun waktu >15 tahun.

    3. Mempunyai < 300 Orang pekerja; Aset $15 Juta; Omset < $15 Juta/Tahun (Bank Dunia (2003) dalam ( Bayu K. danJulian 2003; Styles 1998; and

    Ramseshan 1999).

    Unit analisisnya (responden) yang dijadikan sumber informasi terhadap adalah 35

    perusahaan ekportir minyak sawit mentah Indonesia.

    Jenis Data

  • Ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer

    dan data sekunder yang sesuai dengan kebutuhan penelitian adalah:

    1. Data sekunder, merupakan data yang telah diolah lebih lanjut dan dilaporkan oleh pihak lain (BPS, Depperindag, Bank Indonesia, Gapki, KBP dan Oil

    World Annual, media cetak, dan internet), dalam bentuk tabel atau diagram,

    maupun laporan yang sudah dipublikasikan dari periode 2007-2009, untuk

    memperkuat dan mendukung penjelasan untuk hasil penelitian

    2. Dokumentasi, data yang diperoleh melalui web side dari masing-masing perusahaan dan dokumentasi dari departemen atau lembaga yang terkait

    dengan penelitan seperti BPS, Depperindag, Bank Indonesia, Gapki, KBP dan

    Oil World dan media cetak, serta internet dalam bentuk tabel atau diagram,

    maupun laporan atau data yang sudah dipublikasikan dari tahun 2007-2009.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Deskriptif Kebijakan Ekspor Minyak Kelapa Sawit Mentah Indonesia

    Kebijakan perdagangan ekspor minyak sawit mentah Indonesia secara

    komprehensif dikeluarkan pada tahun 1974 yang mengawali era baru pelaksanaan

    tata niaga minyak sawit mentah Indonesia, dan seiring perkembangan

    perdagangan di pasar global, maka kebijakan perdagangan ekspor minyak sawit

    mentah juga mengalami penyesuaian.

    Penyesuaian kebijakan pemerintah dalam upaya meningkatkan

    pengembangan ekspor minyak sawit mentah Indonesia, seiring dengan

    perkembangan kebijakan globalisasi, dan liberalisasi perdagangan. Kebijakan

    pemerintah Indonesia dituangkan dalam keputusan keputusan dari tahun 1974 sampai tahun 2000 dapat dilihat dalam tabel 2, dibawah ini:

    Tabel 2 Kebijakan Perdagangan Ekspor Minyak Sawit Mentah (Crude Palm

    Oil / CPO) Indonesia, Periode 1974-1999

    Th KEBIJAKAN KETERANGAN

    1974 1. Menteri Pertanian No. 334/KPts/UM/7/1974.

    2. Menteri Perindustrian, No. 358/M/SK/7/1974

    3. Menteri Perdagangan&Koperasi, No. 247/KPB/VII/1974

    Pelaksanaan perdagangan ekspor

    Minyak Sawit

    1978 1. Menteri Pertanian No. 251/KPts/UM//1978. 2. Menteri Perindustrian, No.

    15/M/SK/5/1978

    3. Menteri Perdagangan&Koperasi, No.23/KPB/V/1978

    4. SKB tgl 5 Mei & 16 Des 1978

    Penyeediaan sebagian hasil

    Produksi minyak sawit untuk

    Industri dalam negeri.

    Memperjelas kewajiban, dan

    wewenang masing-masing menteri

    yang menangani produksi, distribusi

  • 5. Menteri Pertanian No. 764/KPts/UM/12/1978

    6. Menteri Perindustrian, No. 358/M/SK/12/1978

    7. Menteri Perdagangan&Koperasi, No. 275/KPB/XII/1978

    dan pengadaan CPO Indonesia

    1990 1. Menko Ekuin/Wasbang tgl 10 oktober 1990. No. S-181/M.Ekuin/1990.

    2. PakJun tgl 26 Sept 1990.

    1. Peninjauan kembali kebijakan

    tata niaga minyak kelapa sawit

    mentah.

    2. Adanya kesenjangan harga CPO

    resmi dengan harga ekspor.

    1991 1. Menteri Pertanian No. 340/KPts/KB.320/6/1991.

    2. Menteri Perindustrian, No. 50/M/SK/6/1991

    3. Memteri Perdagangan&Koperasi, No. 136/KPB/VI/1991

    1.Penggunaan CPO sebagai bahan

    baku Industri minyak goreng &

    Produk lanjutan bagi perusahaan

    yang memilki SIUP.

    2. Mekanisme Non tarif ke

    mekanisme tarif (PE&PET).&

    (BM&BMT)

    1994 Menteri Keuangan, No. 439/KMK.017/1994 Tentang pengenaan Pajak ekspor

    atas CPO, RDB-PO, Crude Olein &

    RDB Olein.

    1999 Menteri Keuangan, No. 189/KMK.017/1999 Penetapan HPE & Perhitungan PE

    berdasarkan FOB yang

    tercantumdalam pemberitahuan

    ekspor barang (FEB)

    1999 Menteri Keuangan, No. 189/KMK.017/1999

    Tgl 3 Juni 1999

    Penetapan tarif PE biji kelapa sawit

    (30%), CPO (30%), & Produk

    trunananya (0-26%)

    2000 1. Menteri Keuangan SK No.387/KMK 017/2000 (tgl

    12 September 2000)

    2. Dirjen Perdagangan LN Deperindag. SE No. 182 /

    DJPLN/IX/2000

    Perubahan Tarif PE Minyak Sawit

    dari 10 % turun menjadi 5 %.

    Sumber: Data sekunder (Deperindag. 1974-2001) diolah ,2010.

    Deskriptif Saluran Distribusi dan Sistem Perdagangan Ekspor CPO

    Indonesia

    BUMN / PR

    KONSUMEN

    INDUSTRI IMPORTIR AGEN KPB

    SWASTA

  • Gambar 2. Saluran Distribusi Minyak Sawit Mentah Indonesia

    Sumber: Hendrati (1997: 39).

    Sedangkan sistem perdagangan dan kesepakatan umum dilakukan dalam

    ekspor minyak sawit mentah Indonesia, sebagai berikut:

    1. System counter trade (imbal dagang) dengan produk tertentu. 2. System contrack Forward (sistem ijon) menjual dengan jumlah dan harga

    tertentu.

    3. Penjualan Phisik/counter purchasing dan System Tolling, adanya tawar menawar dipasar FOB, perantara ekspor akan mendapatkan fee penjualan.

    4. System Offset, yaitu ekspor sebagai pengganti kerugian penjualan. 5. System Buy back, yaitu ekspor dengan sistem pesanan. 6. System Switch bading, tambahan ekspor untuk pengganti kerusakan produk

    ekspor lain, (kerusakan karet = ekspor minyak sawit mentah).

    Deskriptif Perkembangan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia

    Berdasarkan fakta bahwa perkembangan budidaya perkebunan kelapa sawit

    dunia terus meningkat pesat, dapat dilihat dalam tabel 3 dibawah ini:

    Tabel 3: Luasan Areal Kelapa Sawit Dunia (000 ha)

    Negara 1980 1990 2009 Pertumbuhan (%)

    Indonesia 230 617 2.014 12.6

    Thailand 15 94 199 7.8

    Malaysia 805 1748 2.941 5.5

    Colombia 27 81 1134 5.2

    Lain-lain 151 527 1231 3.3

    Nigeria 220 270 760 2.9

    Ivory Coast 100 128 539 0.8

    Total 1756 3.463 6.563 6.6

    Sumber: Yusof Basiroen, et.al. dalam Usahawan (2003)

    Dari table 3, terlihat bahwa perkembangan luasan areal perkebunan kelapa

    sawit dunia semakin meningkat antara 2-13% pertahun. Perluasan areal

    perkebunan kelapa sawit dunia, akan berdampak positif dan mendukung

    keberlanjutan produksi minyak sawit mentah dunia, sehingga penawaran akan

    semakin besar dan akan mampu memenuhi permintaan industri hilir kelapa sawit

    di pasar global yang terus meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan produksi CPO

    maka dibutukan pabrik kelapa sawit (PKS), dapat dilihat dalam tabel 4, dibawah

    ini:

  • Tabel: 4 Proyeksi kebutuhan Pabrik Minyak Sawit Mentah (PKS)

    Uraian Kapasitas PKS

    Luas lahan yang ada (Ha) 956.046

    Perkiraan produksi TBS (ton) 22.945.104

    PKS dibutuhkan (ton/jam) 3.824

    Kapasitas PKS terpasang (ton/jam) 2.032

    Kekurangan PKS (ton/jam) 1.792

    Jumlah PKS yang diperlukan (30 ton/jam) 60

    Sumber; Risza (2002) di olah Tahun 2010

    Dari tabel 4 di atas, menunjukkan bahwa di Riau masih kekurangan PKS

    sekitar 60%, kebutuhan pabrik kelapa sawit semakin meningkat seiring dengan

    meningkatnya produktifitas perkebunan kelapa sawit. Dari proyeksi tahun 2002 di

    Riau membutuhkan PKS sebanyak 60 buah, dari data tahun 2003 di Riau hanya

    ada 26 pabrik minyak sawit, maka Riau kekurangan 34 buah pabrik minyak sawit.

    Ini ironis sekali, terus melakukan penambahan luas perkebunan, namun kurang

    melakukan pengembangan investasi dalam pabrikasi, dan infrastruktur

    pengelolahan tandan buah segar kelapa sawit untuk di proses menjadi minyak

    sawit mentah yang mempunyai kualitas tinggi

    Peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit dunia akan berdampak pada

    peningkatan penyediaan dan produksi minyak sawit mentah dunia. Berdasarkan

    Studi Oil World Annual (1998) dalam Glastra et al (2002) mengenai

    perkembangan produksi minyak sawit dunia, dari tahun 1980 dan diprediksi

    hingga tahun 2020, dapat dilihat dalam deskriftif dibawah ini.

    Deskriptif Trend Produksi dan Harga Minyak Sawit Mentah Indonesia

    Prospek CPO Indonesia untuk menjadi pengekspor nomor satu dunia tahun

    2010 masih berpeluang besar, asalkan Indonesia bisa mengatasi penurunan pangsa

    pasar dan penjualan ekspor minyak sawit mentah di pasar gloIbal. Dengan

    memperkuat posisi kedua Indonesia, dan meningkatkan produksi dan harga ekspor

    minyak sawit mentah Indonesia (Oil Word Annual, 2003).

    Tabel 5: Perkembangan Produksi CPO Dunia (X 1000 Ton)

    Tahun Nigeria Indonesia Malaysia Lain-lain Total

    1980 433 721 2.576 879 4.549

    1985 307 1.243 4.133 1.215 6.832

    1990 580 2.413 6.092 1.858 10.943

    1995 780 4.731 7.596 2.256 15.363

    2000 1.016 7.465 8.751 2.730 19.962

    2005 1.297 9.891 9.901 3.154 24.243

    2010 1.623 12.293 11.052 3.603 28.571

    1015 1.995 14.438 11.595 4.067 32.095

    2020 2.412 17.137 12.009 4.548 36.106

    Perbandingan Produksi dan Ekspor CPO Indonesia dengan Malaysia

    Penyediaan Produksi (1000 Ton) Ekspor (1000 Ton)

  • 1997 2001 1997 2001

    Dunia 17.934 23.575 12.470 17.611

    Indonesia 5.380 7.700 2.982 4.940

    30% 33% 24% 28%

    Malaysia 9.057 11.809 7.747 10.733

    51% 50% 62% 61%

    Sumber: Oil World Annual diolah 2010

    Dari tabel 5. Terlihat bahwa produksi minyak sawit dunia terus meningkat,

    untuk kontribusi terbesar produksi sampai tahun 2000, Malaysia sekitar 49%,

    Indonesia sekitar 42% dan Nigeria sekitar 9% dari total produksi minyak sawit

    mentah dunia. Pada tahun 2001 produksi Malaysia meningkat menjadi 51% dan

    ekspor sebesar 61%, sedangkan produksi Indonesia hanya 33% dan ekspor hanya

    28%, tetapi Malaysia masih unggul untuk produksi dan ekspor.

    Indonesia di prediksi pada tahun 2010 akan memberikan kontribusi terbesar

    dalam produksi minyak sawit mentah dunia, dan hal ini akan berdampak pada

    penguasaan pangsa pasar ekspor dunia di masa yang akan datang. Keunggulan

    kapasitas produksi, akan menyebabkan besarnya penawaran produk pada pasar

    domestik dan pasar global, dan produksi massal akan menurunkan biaya

    operasional, sehingga harga pasar akan lebih rendah di bandingkan pesaing, maka

    permintaan akan meningkat (Alston J.M. 1991).

    Data BPS menunjukkan bahwa prosentase perkembangan produksi dan

    ekspor minyak sawit mentah Indonesia masih relatif rendah di bandingkan dengan

    yang dilakukan oleh Malaysia dalam tabel 6 dibawah ini:

    Tabel 6: Perkembangan Produksi dan Ekspor Minyak Sawit Mentah

    Indonesia dan Malaysia Tahun 1997-2003 (000 Ton)

    Tahun / Year

    Suply &

    Demand

    2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 %

    Growth

    Produksi :

    Malaysia

    Indonesia

    9.069

    5.476

    8.319

    5.930

    10.554

    6.456

    10.842

    7.000

    8.378

    11.804

    11.909

    9.084

    13.354

    9.842

    48%

    35%

    Ekspor:

    Malaysia

    Indonesia

    7.490

    2.968

    7.465

    1.479

    8.911

    3.299

    9.081

    4.110

    10.618

    4.903

    10.886

    6.334

    12.248

    6.386

    57.3%

    43.6%

    Sumber: Oil World Annual .1998 dan 2002 & BPS (Lampiran 6:195), diolah

    tahun 2010.

    Dari tabel 6 menunjukkan bahwa perkembangan produksi Indonesia

    meningkat sampai 35 %/tahun, dan ekspor meningkat hampir 44%/tahun dari total

    pertumbuhan produksi minyak sawit mentah dunia sekitar 24 juta ton, dengan

    jumlah penyerapan minyak sawit mentah di pasar global mengalami pertumbuhan

    ekspor lebih dari 10 juta ton pertahun.

  • Perkembangan laju produksi minyak sawit mentah (Crude Palm Oil /CPO)

    Indonesia dari tahun 2000-2003, terlihat pada grafik 1 dibawah ini:

    Grafik 1. Trend Perkembangan Laju Produksi Minyak Sawit Mendat

    (Crude Palm Oil/CPO) Indoensia dari tahun 2000-1009

    Sumber : BPS-Komisi Minyak Sawit Indonesia tahun 1997-2009

    Dari grafik 1, tersebut menunjukkan bahwa laju produksi perkebunan

    besar swasta terus meningkat cepat dari periode 2005-2009, memberikan

    kontribusi terbesar dan laju produksi perkebunan rakyat cenderung meningkat

    sejak tahun 2006, sedangkan laju produksi perkebunan besar negara relatif rendah

    dari total produksi minyak sawit Indonesia. Alokasi produksi perkebunan besar

    negara (BUMN/PR) hampir 100% untuk penyediaan dan pemenuhan kebutuhan

    domestik. Sedangkan produksi perkebunan besar swasta lebih berorientasi pada

    memenuhi permintaan pasar global.

    Menurut Muhammad Said Didu (2001), Indonesia masih memiliki peluang

    besar untuk menguasai pasar global, walaupun persaingan global mulai sangat

    kompetitif. Malaysia memiliki keunggulan dalam melakukan promosi, saluran

    distribusi, dan teknologi pabrikasi berteknologi tinggi. Apabila dikaji dari

    perkembangan harga ekspor minyak sawit mentah, Indonesia mengalami ketidak

    seimbangan harga antara ekspor dan impor, seperti terlihat dalam table 3: dibawah

    ini:

    Tabel 7: Perkembangan Harga Minyak Sawit mentah Indonesia

    Tahun Harga Ekspor CPO (US$ / Ton) Harga Impor CPO (US $/Ton)

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    20052006

    20072008

    2009

    18.5 20.4 25.3 29.135.4

    PTPN

    PBS

  • 2003 367.28 531.44

    2004 546.34 -

    2005 311.97 512.82

    2006 262.12 165.00

    2007 219.78 -

    2008 318.03 276.02

    2009 482.65 622.36

    Sumber:BPS& KPB 1997-2003 (Lampiran 8:197), diolah 2010.

    Dari data tabel 7, terlihat bahwa perubahan harga ekspor minyak sawit

    Indonesia, mulai menurun setelah mencapai harga tertinggi tahun 2004 sebesar

    US$. 546.34/ton, dan penurunan harga ekspor minyak sawit mentah belum bisa di

    prediksi berapa lama terjadinya (Derom Bangun,2004). Menurut Kepala Badan

    Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) Bustami (2000) dan Oil World Annual

    (2002) memprediksi perkembangan produksi dan ekspor CPO Indonesia akan

    menguasai pangsa pasar dunia pada tahun 2010.

  • Grafik 2: Perkembangan Harga Minyak sawit Dunia tahun 1993-2002

    Sumber :Oil World Annual dalam Glastra Rob (2002)

    Dari tabel 7 dan Grafik 2, menunjukkan bahwa penurunan harga tidak

    menyebabkan peningkatan terhadap permintaan impor pasar global, terbukti pada

    tahun 1998 harga minyak sawit mentah dunia sekitar US$.500 / ton, dan

    permintaan impor dunia sebesar 11.518 ton, menurun sekitar 11% di bandingkan

    permintaan impor CPO dunia tahun 1997 sebesar 12.250 ton, dengan harga sekitar

    US $ 550/ton. Harga terendah terjadi pada tahun 2000 2001, sehingga vegetable oil group meningkatkan harga pasar global sekitar 50%, upaya membantu

    peningkatan harga ekspor minyak sawit mentah dunia untuk periode 2002 sampai

    2003, harga tinggi akan memberikan insentif terhadap investasi perkebunan baru.

    Deskriptif Trend Eksport Import Minyak Sawit Mentah Indonesia

    Setelah terjadi krisis ekonomi di Asia perkembangan harga minyak sawit

    dunia cenderung menurun, tetapi permintaan cenderung meningkat setiap tahun di

    pasar global, dapat dilihat dalam tabel 8 dibawah ini:

  • Tabel 8: Import Minyak Sawit Mentah di Pasar Dunia Tahun 1997-2001 (1000

    Ton)

    Negara Konsumsi Minyak Sawit Mentah (kg)

    2005 2006 2007 2008 2009 Growth %

    1. India 2. PR China 3. Pakistan 4. Netherlands 5. United Kingdom 6. Egypt 7. Germany 8. Japan 9. Singapore 10. USA 11. Other

    1.469

    1.860

    1.144

    606

    456

    367

    420

    370

    427

    135

    4.996

    1.672

    1.373

    1.114

    693

    474

    408

    389

    357

    328

    116

    4.594

    3.257

    1.347

    1.052

    748

    542

    511

    394

    365

    400

    143

    5.185

    3.651

    1.764

    1.107

    776

    572

    524

    445

    373

    367

    165

    5.490

    3.433

    2.055

    1.325

    985

    612

    525

    503

    394

    333

    171

    7.187

    3.3

    1.6

    9.1

    61.8

    10.2

    7.6

    6.1

    3.1

    81.0

    0.6

    Total 12.250 11.518 13.944 15.234 17.523 2.9

    Sumber Oil Word Annual dalam Glastra Rob (2002).

    Prosentase perkembangan volume dan nilai ekspor minyak sawit mentah

    Indonesia periode 1997-2003, dapat dilihat dalam tabel 5.9 sebagai berikut:

    Tabel 9: Prosentase Peningkatan Ekspor Minyak Sawit Mentah Indonesia

    periode 1997-2003 di pasar global

    Uraian

    (%)

    Tahun/year (%)

    2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

    Volume 13% 16% 19% 17% 21% 28% 34%

    Nilai 19.% 16% 18% 23% 29% 31% 37%

    Harga US$

    /ton

    482.65 546.34 311.97 262.12 219.78 318.03 367.28

    Sumber: Data sekunderBPS (lampiran 12-15:201-209). Diolah tahun 2010.

    Dari tabel.9, bahwa kontribusi dari ekspor minyak sawit pada tahun 1997-

    2003, mengalami perubahan yang tidak sama, penurunan ekspor terjadi tahun

    1998. Dilihat dari pertumbuhan volume dan pertumbuhan nilai ekspor di setiap

    tahun lonjakan peningkatan ekspor minyak sawit mentah dengan pertumbuhan

    volume ekspor antara 13% - 34% pertahun, dan pertumbuhan nilai ekspor antara

    16%-37% pertahun.

    Produksi menurun sekitar 35% disebabkan kebakaran dan kebijkan

    penurunan permintaan pasar Eropa dan Amerika, karena standarisasi tidak

    mencukupi FFA 3%. Sehingga prosentase pertumbuhan pangsa pasar minyak

    sawit mentah Indonesia mengalami perubahan dipasar global, dapat dilihat dalam

    tabel 10 dan 11 dibawah ini.

  • Tabel 10. Prosentase Perkembangan Ekspor CPO Berdasarkan Negara

    Tujuan Ekspor Periode 1997-2003

    Tahun Prosentase Penguasaan Pangsa pasar

    Asia Germany Afrika Ocenia Amerika Eropa

    2007 57% 44% 3% 0.22% 3% 39%

    2008 62% 30% 2% 0 0.74% 35%

    2009 76% 37% 3% 0 0.24% 21%

    Sumber: Data sekunder (Lampiran 10&11:199-200 13&14:202-207), diolah tahun

    2010

    Tabel.11: Penguasaan Pangsa Pasar Jerman tahun 1995-2001 (1000 Ton)

    CPO Total Indonesia

    Volume

    Share Malaysia

    Volume

    Share Other Volume Share

    2006

    2007

    2008

    2009

    475.8

    463.2

    504.7

    610.5

    183.1

    145.3

    236.3

    267.7

    38%

    31%

    49%

    44%

    169.9

    215.0

    177.9

    194.7

    36%

    46%

    35%

    32%

    116.5

    119.3

    103

    148.1

    26%

    22%

    18%

    24%

    Sumber : Oil World Annual dalam Glastra 2010

    Berdasarkan tabel 10. Perubahan pangsa pasar ekspor berdasarkan negara

    tujuan, menunjukkan bahwa perkembangan ekspor ke negara-negara Asia antara

    28-76%/th, Eropa 21%-70%, dan Jerman antara 31-58%, sebabkan karena

    Malaysia lebih berkonsentrasi pada pasar USA dan Ocenia, sehingga ekspor

    minyak sawit mentah Indonesia ke USA dan Ocenia mengalami penurunan

    permintaan antara 3%/tahun. Penurunan permintaan ini di sebabkan elastisitas

    permintaan di pengaruhi oleh tingkat pendapatan, regulasi pemerintah, bea masuk

    tinggi, dan standar kualitas FFA

  • infrastruktur pabrik kelapa sawit, hal ini berpengaruh terhadap hasil

    produkstifitas minyak mentah kelapa sawit.

    4. Trend harga minyak sawit mentah di pasar global stabil antara $.300-500/tonb dalam kondisi krisis perekonomian global

    DAFTAR PUSTAKA

    Alston J.M. 1991. Reseach benefit in a multimarket setting: A reviw. Journal of

    the Australia Agricultural Economic Society. Vol. 59. No.1.

    Aulakh. P.S, Kotabe M; Teegen H. 2000; Dolli; Evangelista 1994; Reid 1983.

    Export strategies and performance of firm from emerging economies:

    evidence from Brazil, Chili and mexico. Journal of Academy of

    Management. Vol.43. No.3

    Anindita R. 2002. Economic effects of trade liberalization on the Indonesian

    coffee, coconut and rubber industries. Dissertation. University of the Los

    Banos. Los Banos the Philippines.

    Bayu K. 2003. Pemberdayaan UKMB Indonesia, Simposium. IPB. Bogor

    Indonesia

    Biro Pusat Statistik. 2003. Statistik Perdagangan Luar Negeri. Jakarta.

    Biro Pusat Statistik. 2003. Statistik Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia. 1997-

    2003. Jakarta.

    Bustami (2000) .Ekspor CPO Malaysia 2001 akan Naik 3%. Bisnis Indonesia

    http://www. Yahoo.com. 30/10/00. 9:45 AM.Dant P. Rajiv & Scsiul L.P.

    1992. Conflicit resolution processes in contractual channels at distribution.

    Journal of Marketing. Vol 56 No.38

    Darmansyah (2003), analisa pengaruh dan hambatan terhadap kinerja ekspor

    batik dan batik garmendi kota Surakarta. Tesis. Universitas Brawijaya.

    Malang. Indonesia.

    Dirjenbun.1995. Strategi & Pengembangna perkebunan kelapa sawit. Seminar

    Nasional. Medan.

    Glastra R; Wakker E; Richert W. 2002. Oil Palm Platations anda Deforestation in

    Indonesia. What Role Do Europe and Germany Play?.Dlk. Mediadesign,

    Dreiech, Germany.

    Halwani, H & Prijono Tjiptoherijanto.1993. Perdagangan Internasional Pendekatan Ekonomi Mikro & Makro Ghalia Indonesia. Jakarta.

    Hendrati Ignatia Martha.1997. Pengaruh Kebijakan Perdagangan dalam Ekspor

    CPO Indonesia 1972 1995. Tesis. Universitas Indonesia. Jakarta. Jhingan ML.1993. Ekonomi Pembangunan & Perencanaan. Radja Grafindo

    Persada. Jakarta.

    Muhammad Said Didu 2000. Ekspor Non Migas: Harapan & Tantangan. P.38 -

    40. No 28. Juni. Jakarta.

    Oil World Annual (2003). Indonesia Dimension of Growth. World Bank Annual

    Report. No 15383 IND. Washington, May 7. AALI. 2003. Ekspor CPO

    7M03 Melonjak 400,5 %. http//www.Yahoo.com.Sept,11,2004.9:06 am.

  • Oil World Annual. 1998. ISTA Mielke GmbH.Hamburg

    Oil World Annual. 2001-2002 ISTA Mielke GmbH.Hamburg

    Rizsa S. Ir. 1995. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius.

    Yogyakarta.

    Silalahi. A. Gabriel. 2003. Metodologi Penelitian dan Studi Kasus. CV. Citra

    Media. Sidoarjo.

    Suryana, A. 1986. Trade Prospects of Indonesian Palm Oil in the International

    Market Fats and Oils, Raleight. Norht Carrolina State University

    Susila; Sudiyarto. 1995. Model Ekonomi Minyak Sawit Dunia. Pengkajian dan

    Pengembangan Agribisnis Perkebunan. Buku III. Indonesia.

    Susilowati, SH. 1989. Pasar Minyak Sawit Dunia dan Kaitannya dengan Ekspor

    Minyak Sawit Indonesia. Thesis. ITB. (tidak dipublikasikan

    Wibowo Arif 2004.Informasi Perkembangan Minyak Sawit & Produksi Sawit.

    Ipard MDEX Com htttp//www.Google.com. 17 Juni. 10:35. AM.