3. konsep kependudukan dalam islam

102
KEPENDUDUKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM Disusun oleh: Disusun oleh: Kelompok 3 Lu’lu’ul Jannah 101011014 Muhammad Agus Zaini 101011018 Alif Kurnia Masita 101011125 Nila Yuniwati 101011127 Oki Dwi Hartanti 101011169 Aida Erna Mahmudah 101011188 Ummu Nafisah 101011213 1

Upload: aida-erna

Post on 02-Jan-2016

515 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

konsep

TRANSCRIPT

Page 1: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

KEPENDUDUKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Disusun oleh:

Disusun oleh:

Kelompok 3

Lu’lu’ul Jannah 101011014

Muhammad Agus Zaini 101011018

Alif Kurnia Masita 101011125

Nila Yuniwati 101011127

Oki Dwi Hartanti 101011169

Aida Erna Mahmudah 101011188

Ummu Nafisah 101011213

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2012

1

Page 2: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

DAFTAR ISI

Halaman Judul …………………………………………………………… iDaftar Isi………………………………………………………………….. iiBAB 1 Pendahuluan ……………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang………………………………………………… 1 1.2 Tujuan ………………………………………………………… 3BAB 2 Pembahasan…....………………………………………………….. 4

2.1 Konsep Kependudukan……………………………………….. 42.1.1 Konsep Kependudukan secara Umum..………………… 42.1.2 Konsep Kependudukan secara Islam.…………………... 5

2.2 Berbagai macam aspek Kependudukan dalam Islam………… 72.2.1 Pernikahan ………….………………………………….. 7

2.2.1.1 Definisi Pernikahan…………………………….. 72.2.1.2 Pandangan islam tentang Pernikahan ………….. 72.2.1.3 Tujuan Pernikahan dalam islam ……………….. 102.2.1.4 Tata cara perkawinan dalam Islam……………... 18

2.2.2 Perceraian ……………………………………………… 252.2.2.1 Pengertian perceraian…………………………... 252.2.2.2 Bentuk-bentuk perceraian dalam islam………… 262.2.2.3 Proses terjadinya perceraian menurut UU

No.1/1974……………………………………… 29 2.2.3 Kontrasepsi ……...…………………………………….. 35

2.2.3.1 Anggapan untuk memiliki banyak anak……….. 362.2.3.2 Jenis kontrasepsi………………………………. 372.2.3.3 Pandangan Al Qur’an dan Hadis terhadap alat

kontrasepsi…………………………………….. 402.2.3.4 Hukum Halal Haram alat Kontrasepsi………… 422.2.3.5 Penggunaan Alat Kontrasepsi yang Diperbolehkan

dan yang Dilarang oleh Islam………………….. 442.2.4 Aborsi ………………………………………………….. 45

2.2.4.1 Pengertian Aborsi……………………………… 452.2.4.2 Bahaya Aborsi untuk Kesehaan……………….. 462.2.4.3 Aborsi menurut Hukum Islam………………… 48

BAB 3 Penutup …………………………………………………….…….. 583.1 Kesimpulan ………………………….………………………. 583.2 Saran …………….................................................................... 59.

Daftar Pustaka…………………………………………………………….. 60

2

Page 3: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsep penduduk menurut BPS adalah penduduk merupakan semua

orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6

bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi

bertujuan menetap. Penduduk adalah orang atau sekelompok orang yang

tinggal di suatu tempat. Kependudukan merupakan suatu hal yang berkaitan

dengan jumlah, ciri utama, pertumbuhan, persebaran, morbilitas, kualitas,

kondisi kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi, sosial budaya,

agama serta lingkungan hidup penduduk.

Tingginya tingkat kriminalitas, angka putus sekolah, kemiskinan yang

melanda dimana-mana seringkali dihubungkan dengan ledakan jumlah

penduduk. Pertambahan penduduk yang seperti deret ukur berbanding terbalik

dengan tersedianya sumber daya yang jauh lebih kecil. Maka ketika ledakan

penduduk tersebut tidak diantisipasi dengan bijak, permasalahan ketersediaan

akses pendidikan dan lapangan kerja menjadi potensi gejolak sosial pada saat

mendatang. Ketika lapangan kerja sulit diakses oleh masyarakat akibat

ledakan penduduk yang tajam, maka yang terjadi adalah kemiskinan yang juga

turut meningkat. Ini karena kebutuhan dasar mereka (right based) tidak bisa

tercukupi. Selain permasalahan kemiskinan, yang tidak kalah penting adalah

rusaknya ekologi yang kemudian mengganggu keseimbangan alam. Hal ini

menandakan adanya hubungan yang erat antara masalah ke-ummat-an, sosial

3

Page 4: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

dan juga lingkungan. Maka dari itu, Islam tidak hanya mengatur kesalehan

ritual semata, tetapi juga pada aras kesalehan sosial. Masalah sosial di

Indonesia tidak bisa terlepas dari konteks keislaman. Ini dikarenakan Islam

menjadi agama mayoritas bagi masyakat Indonesia.

Dalam Islam, pendidikan menempati posisi yang sangat penting.

Bahkan mencarinya menjadi kewajiban yang dibebankan pada setiap orang,

dari kecil sampai ia menghembuskan nafas terakhirnya. Di lain kesempatan,

ayat yang pertama kali turun kepada Muhammad SAW adalah ayat yang

memperintahkan umat Islam untuk membaca, yaitu al-alaq. Ini menjadi

pertanda bahwa Islam tidak menganggap remeh bangunan pendidikan bagi

umatnya. Aspek kesehatan juga menjadi perhatian penting dari Islam. Karena

dengan adanya umat yang sehat maka produktifitas keumatan akan menjadi

lancar. Maka dari sini Islam akan mampu bersuara lebih saat umatnya

mengutamakan kesehatan. Kondisi perekonomian juga menjadi perhatian

dalam mengatasi permasalahan kependudukan ini. Seringkali kepadatan

penduduk berbanding lurus dengan kondisi perekonomian suatu masyarakat.

Semakin padat penduduk, biasanya semakin sulit kondisi perekonomian

masyarakat tersebut. Islam dalam memandang perekonomian ini

meletakkannya dalam dua ranah, yaitu ikhtiar dan tawakkal.

Selain permasalahan-permasalahan di atas, permasalahan moral juga harus

menjadi perhatian yang serius dalam isu-isu kependudukan. Merosotnya moral

masyarakat Indonesia ini karena semakin lunturnya sikap solidaritas

masyarakat. Jurang antara penduduk kelas menengah atas dan penduduk kelas

4

Page 5: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

menengah atas semakin lebar. Monopoli pasar yang sedemikian dan juga

semakin tidak pedulinya anggota masyarakat yang satu dengan yang lain.

1.2 Tujuan

a. Mengetahui dan memahami konsep kependudukan dalam islam

b. Mengetahui berbagai aspek kependudukan

c. Memahami bagaimana pandangan islam terhadap pernikahan,

perceraian, kontrasepsi, dan aborsi

5

Page 6: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Kependudukan

2.1.1 Konsep Kependudukan secara umum

Pertumbuhan penduduk dalam suatu nagara/bangsa merupakan

sebuah fenomena yang memang sewajarnya terjadi. Kondisi itu dimulai

ketika manusia pertama yang turun ke bumi yaitu Nabi Adam As dan

kemudian diikuti pertumbuhan manusia yang terus meningkat hingga

sekarang. Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan penduduk atau

populasi, yang dapat diukur baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Perkembangan penduduk meliputi beberapa faktor diantaranya mortalitas,

fertilitas, migrasi, dan berbagai macam aspek yang lain.

Berbagai macam faktor seperti fertilitas, mortalitas dan migrasi,

dapat berkontribusi menimbulkan dinamika penduduk. Dinamika

penduduk sendiri merupakan suatu proses perubahan penduduk secara

terus menerus yang mempengaruhi jumlahnya. Lain halnya dengan

dinamika kependudukan yang merupakan perubahan kependudukan untuk

suatu daerah tertentu dari waktu ke waktu. Jadi dapat disimpulkan bahwa

perubahan penduduk itu pasti terjadi, baik bersifat konstan maupun

fluktuatif.

Di Indonesia yang merupakan salah satu negara yang notabene

sedang berkembang di dunia, termasuk kedalam negara yang memiliki

pertumbuhan penduduk yang sangat cepat. Hal tersebut dapat kita lihat

6

Page 7: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

dari data berikut ini, tahun 1971 jumlah penduduk indonesia masih 119

juta jiwa, tapi setelah 41 tahun jumlah pertumbuhan penduduk kita

mecapai 100 % (SP). Pertumbuhan penduduk yang terjadi tentu akan

mempengaruhi berbagai aspek kehidupan apalagi jika tidak terkontrol.

Salah satu contoh adalah aspek ekonomi, jika pertumbuhan

penduduk semakin banyak maka akan membutuhkan tenaga kerja untuk

menmpung SDM tersebut. Lain lagi dari aspek politik, perkembangan

penduduk akan memberikan pengaruh langsung terhadap jumlah suara

rakyat yang semakin banyak dan tentunya berbanding lurus dengan

konflik-konflik baru yang akan muncul. Dari aspek sosial juga terkena

imbasnya, dengan perkembangan penduduk yang semakin meningkat,

secara tidak lansung akan mereduksi norma-norma di masyarakat.

2.1.2 Konsep Kependudukan secara islam

Dalam islam konsep kependudukan merupakan salah satu aspek

yang sangat diperhatikan, karena hal ini menyangkut manusia yang pada

dasarnya diturunkan ke bumi sebagai seorang khalifah/pemimpin. Salah

satu bukti bahwa masalah kependudukan dan segala aspeknya menjadi

sebuah konsen islam adalah dengan dibahasnya berbagai macam hal

tentang kehidupan manusia dalam kitab Al-quran. Salah satu contoh nya

adalah tentang kehidupan seorang wanita yang kemudian dijelaskan secara

jelas dalam Al-quran surat An-nisa.

Pertambahan pendudukan di Indonesia semakin lama semakin

menunjukkan peningkatan perekonomian negara, pertambahan penduduk

lebih cepat, sedangkan perekonomian negara jauh lebih tertinggal. Jika

7

Page 8: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

kondisi tersebut tidak segera ditanggulangi, maka dikhawatirkan akan

berpengaruh negatif terhadap pembangunan nasional. Di samping itu,

pemerintah akan semakin kewalahan dalam menyediakan berbagai macam

fasilitas primer dan sekunder bagi masyarakat. Oleh karena itu ada

beberapa program yang dijadikan sebagai upaya dalam megurangi

pertembuhan penduduk salah satunya adalah KB (Keluarga Berencana).

Seperti yang sudah dijelaskan diatas, sebenarnya islam sudah

mengatur berbagai macam hal tentang masalah kependudukan. Beberapa

hal yang diatur oleh islam dan sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-

hari diataranya KB (Keluarga Berencana), Pil, IUD, dan berbagai cara

tradisional lainnya. Pada prinsipnya berbagi masalah yang muncul akibat

ledakan penduduk, dapat dilakukan berbagai program untuk kemslahatan

umat, hal sesuai dengan kaidah fiqhiyah yang berbunyi :

ف� �ص�ر� ت � �م�ام اإل� ع�ل�ى �ة� ي ع� الر� �وط� م�ن �ح�ة� �م�ص�ل �ال ب

“Kebijaksanaan imam (pemerintahan) terhadap rakyatnya bisa

dihubungkan dengan (tindakan) kemaslahatan.”

Pertimbangan kemaslahatan umat (rakyat) dapat dijadikan dasar

pertimbangan untuk menetapkan hukum Islam menurut mazdhab Maliki.

8

Page 9: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

2.2 Berbagai macam Aspek Kependudukan dalam Islam

2.2.1 Pernikahan

2.2.1.1 Definisi Pernikahan

Perkawinan atau nikah menurut bahasa ialah berkumpul dan

bercampur. Menurut istilah syarak pula ialah ijab dan qabul

(‘aqad) yang menghalalkan persetubuhan antara lelaki dan

perempuan yang diucapkan oleh kata-kata yang menunjukkan

nikah, menurut peraturan yang ditentukan oleh Islam.

Perkataan zawaj digunakan di dalam al-Quran bermaksud

pasangan dalam penggunaannya perkataan ini bermaksud

perkahwinan Allah s.w.t. menjadikan manusia itu berpasang-

pasangan, menghalalkan perkawinan dan mengharamkanzina.

       Persoalan perkawinan adalah persoalan yang selalu aktual

dan selalu menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini

bukan hanya menyangkut tabiat dan hajat hidup manusia yang

asasi saja tetapi juga menyentuh suatu lembaga yang luhur dan

sentral yaitu rumah tangga. Luhur, karena lembaga ini

merupakan benteng bagi pertahanan martabat manusia dan

nilai-nilai ahlaq yang luhur dan sentral. Perkawinan bukanlah

persoalan kecil dan sepele, tapi merupakan persoalan penting

dan besar. ‘Aqad nikah (perkawinan) adalah sebagai suatu

perjanjian yang kokoh dan suci.

2.2.1.2 Pandangan Islam tentang Pernikahan

9

Page 10: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

Agama Islam adalah agama fithrah, dan manusia

diciptakan Allah Ta’ala cocok dengan fitrah ini, karena itu

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyuruh manusia menghadapkan

diri ke agama fithrah agar tidak terjadi penyelewengan dan

penyimpangan. Sehingga manusia berjalan di atas fithrahnya.

Perkawinan adalah fitrah kemanusiaan, maka dari itu Islam

menganjurkan untuk nikah, karena nikah merupakan gharizah

insaniyah (naluri kemanusiaan).

A. Islam Menganjurkan Nikah

Islam telah menjadikan ikatan perkawinan yang sah

berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai satu-satunya

sarana untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang sangat

asasi, dan sarana untuk membina keluarga yang Islami.

Penghargaan Islam terhadap ikatan perkawinan besar sekali,

sampai-sampai ikatan itu ditetapkan sebanding dengan separuh

agama. Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu berkata : “Telah

bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :

“Artinya : Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi

separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada

Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi” . 

B. Islam Tidak Menyukai Membujang 

10

Page 11: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu berkata : “Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk nikah

dan melarang kami membujang dengan larangan yang keras”.

Dan beliau bersabda :

“Artinya : Nikahilah perempuan yang banyak anak dan

penyayang. Karena aku akan berbangga dengan banyaknya

umatku dihadapan para Nabi kelak di hari kiamat.” 

       Pernah suatu ketika tiga orang shahabat datang bertanya

kepada istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang

peribadatan beliau, kemudian setelah diterangkan, masing-

masing ingin meningkatkan peribadatan mereka. Salah

seorang berkata: Adapun saya, akan puasa sepanjang masa

tanpa putus. Dan yang lain berkata: Adapun saya akan

menjauhi wanita, saya tidak akan kawin selamanya …. Ketika

hal itu didengar oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau

keluar seraya bersabda :

“Artinya : Benarkah kalian telah berkata begini dan begitu,

sungguh demi Allah, sesungguhnya akulah yang paling takut

dan taqwa di antara kalian. Akan tetapi aku berpuasa dan aku

berbuka, aku shalat dan aku juga tidur dan aku juga

mengawini perempuan. Maka barangsiapa yang tidak

menyukai sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku” . 

11

Page 12: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

C. Kedudukan Pernikahan dalam Islam

1. Wajib kepada orang yang mempunyai nafsu yang kuat

sehingga bisa menjerumuskannya ke lembah maksiat

(zina dan sebagainya) sedangkan ia seorang yang

mampu.disini mampu bermaksud ia mampu membayar

mahar(mas kawin/dower) dan mampu nafkah kepada

calon isterinya. 

2. Sunah kepada orang yang mampu tetapi dapat mengawal

nafsunya.

3. Harus kepada orang yang tidak ada padanya larangan

untuk berkahwin dan ini merupakan hukum asal

perkawinan

4. Makruh kepada orang yang tidak berkemampuan dari segi

nafkah batin dan lahir tetapi sekadar tidak memberi

kemudaratan kepada isteri.

5. Haram kepada orang yang tidak berkempuan untuk

memberi nafkah batin dan lahir dan ia sendiri tidak

berkuasa (lemah), tidak punya keinginan menikah serta

akan menganiaya isteri jika dia menikah.

2.2.1.3 Tujuan Pernikahan dalam Islam

1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia Yang Asasi

12

Page 13: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

Di tulisan terdahulu [bagian kedua] kami sebutkan bahwa

perkawinan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk

memenuhi kebutuhan ini yaitu dengan aqad nikah (melalui

jenjang perkawinan), bukan dengan cara yang amat kotor

menjijikan seperti cara-cara orang sekarang ini dengan

berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi, homo, dan

lain sebagainya yang telah menyimpang dan diharamkan oleh

Islam.

2. Untuk Membentengi Akhlak Yang Luhur

Sasaran utama dari disyari’atkannya perkawinan dalam

Islam di antaranya ialah untuk membentengi martabat manusia

dari perbuatan kotor dan keji, yang telah menurunkan dan

meninabobokan martabat manusia yang luhur. Islam

memandang perkawinan dan pembentukan keluarga sebagai

sarana efefktif untuk memelihara pemuda dan pemudi dari

kerusakan, dan melindungi masyarakat dari kekacauan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Artinya : Wahai para pemuda ! Barangsiapa diantara

kalian berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah

itu lebih menundukan pandangan, dan lebih membentengi farji

(kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka

hendaklah ia puasa (shaum), karena shaum itu dapat

membentengi dirinya”. (Hadits Shahih Riwayat Ahmad,

13

Page 14: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Darimi, Ibnu Jarud dan

Baihaqi).

3. Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami

Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Islam membenarkan

adanya Thalaq (perceraian), jika suami istri sudah tidak sanggup

lagi menegakkan batas-batas Allah, sebagaimana firman Allah

dalam ayat berikut :

“Artinya : Thalaq (yang dapat dirujuki) dua kali, setelah itu

boleh rujuk lagi dengan cara ma’ruf atau menceraikan dengan

cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali dari

sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau

keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum

Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang

diberikan oleh istri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum

Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang

melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang

dhalim”. (Al-Baqarah : 229).

Yakni keduanya sudah tidak sanggup melaksanakan

syari’at Allah. Dan dibenarkan rujuk (kembali nikah lagi) bila

keduanya sanggup menegakkan batas-batas Allah. Sebagaimana

yang disebutkan dalam surat Al-Baqarah lanjutan ayat di atas :

“Artinya : Kemudian jika si suami menthalaqnya (sesudah

thalaq yang kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya

hingga dikawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami

14

Page 15: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi

keduanya (bekas suami yang pertama dan istri) untuk kawin

kembali, jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan

hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah,

diterangkannya kepada kaum yang (mau) mengetahui “. (Al-

Baqarah : 230).

Jadi tujuan yang luhur dari pernikahan adalah agar suami

istri melaksanakan syari’at Islam dalam rumah tangganya.

Hukum ditegakkannya rumah tangga berdasarkan syari’at Islam

adalah WAJIB. Oleh karena itu setiap muslim dan muslimah

yang ingin membina rumah tangga yang Islami, maka ajaran

Islam telah memberikan beberapa kriteria tentang calon

pasangan yang ideal :

a. Harus Kafa’ah

Kafa’ah Menurut Konsep Islam

Pengaruh materialisme telah banyak menimpa orang

tua. Tidak sedikit zaman sekarang ini orang tua yang

memiliki pemikiran, bahwa di dalam mencari calon

jodoh putra-putrinya, selalu mempertimbangkan

keseimbangan kedudukan, status sosial dan keturunan

saja. Sementara pertimbangan agama kurang mendapat

perhatian. Masalah Kufu’ (sederajat, sepadan) hanya

diukur lewat materi saja.

15

Page 16: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

Menurut Islam, Kafa’ah atau kesamaan,

kesepadanan atau sederajat dalam perkawinan,

dipandang sangat penting karena dengan adanya

kesamaan antara kedua suami istri itu, maka usaha

untuk mendirikan dan membina rumah tangga yang

Islami inysa Allah akan terwujud. Tetapi kafa’ah

menurut Islam hanya diukur dengan kualitas iman

dan taqwa serta ahlaq seseorang, bukan status sosial,

keturunan dan lain-lainnya. Allah memandang sama

derajat seseorang baik itu orang Arab maupun non

Arab, miskin atau kaya. Tidak ada perbedaan dari

keduanya melainkan derajat taqwanya (Al-Hujuraat :

13).

“Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami

menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang

perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa

dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu

di sisi Allah ialah orang-orang yang paling bertaqwa di

antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui

lagi Maha Mengenal”. (Al-Hujuraat : 13).

Dan mereka tetap sekufu’ dan tidak ada halangan

bagi mereka untuk menikah satu sama lainnya. Wajib

bagi para orang tua, pemuda dan pemudi yang masih

16

Page 17: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

berfaham materialis dan mempertahankan adat istiadat

wajib mereka meninggalkannya dan kembali kepada

Al-Qur’an dan Sunnah Nabi yang Shahih. Sabda

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :

“Artinya : Wanita dikawini karena empat hal :

Karena hartanya, karena keturunannya, karena

kecantikannya, dan karena agamanya. Maka hendaklah

kamu pilih karena agamanya (ke-Islamannya), sebab

kalau tidak demikian, niscaya kamu akan celaka”.

(Hadits Shahi Riwayat Bukhari 6:123, Muslim 4:175).

b. Shalihah

Memilih Yang Shalihah

Orang yang mau nikah harus memilih wanita yang

shalihah dan wanita harus memilih laki-laki yang

shalih.

Menurut Al-Qur’an wanita yang shalihah ialah :

“Artinya : Wanita yang shalihah ialah yang ta’at

kepada Allah lagi memelihara diri bila suami tidak ada,

sebagaimana Allah telah memelihara (mereka)”. (An-

Nisaa : 34).

Menurut Al-Qur’an dan Al-Hadits yang Shahih di

antara ciri-ciri wanita yang shalihah ialah :

“Ta’at kepada Allah, Ta’at kepada Rasul, Memakai

jilbab yang menutup seluruh auratnya dan tidak untuk

17

Page 18: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

pamer kecantikan (tabarruj) seperti wanita jahiliyah

(Al-Ahzab : 32), Tidak berdua-duaan dengan laki-laki

yang bukan mahram, Ta’at kepada kedua Orang Tua

dalam kebaikan, Ta’at kepada suami dan baik kepada

tetangganya dan lain sebagainya”.

Bila kriteria ini dipenuhi Insya Allah rumah tangga

yang Islami akan terwujud. Sebagai tambahan,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan

untuk memilih wanita yang peranak dan penyayang

agar dapat melahirkan generasi penerus umat. 

4. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah

Menurut konsep Islam, hidup sepenuhnya untuk beribadah

kepada Allah dan berbuat baik kepada sesama manusia. Dari

sudut pandang ini, rumah tangga adalah salah satu lahan subur

bagi peribadatan dan amal shalih di samping ibadat dan amal-

amal shalih yang lain, sampai-sampai menyetubuhi istri-pun

termasuk ibadah (sedekah).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Artinya : Jika kalian bersetubuh dengan istri-istri kalian

termasuk sedekah !. Mendengar sabda Rasulullah para shahabat

keheranan dan bertanya : “Wahai Rasulullah, seorang suami

yang memuaskan nafsu birahinya terhadap istrinya akan

mendapat pahala ?” Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab

: “Bagaimana menurut kalian jika mereka (para suami)

18

Page 19: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

bersetubuh dengan selain istrinya, bukankah mereka berdosa .?

Jawab para shahabat :”Ya, benar”. Beliau bersabda lagi :

“Begitu pula kalau mereka bersetubuh dengan istrinya (di

tempat yang halal), mereka akan memperoleh pahala !”. (Hadits

Shahih Riwayat Muslim 3:82, Ahmad 5:1167-168 dan Nasa’i

dengan sanad yang Shahih).

5. Untuk Mencari Keturunan Yang Shalih

  Tujuan perkawinan di antaranya ialah untuk melestarikan

dan mengembangkan bani Adam, Allah berfirman :

“Artinya : Allah telah menjadikan dari diri-diri kamu itu

pasangan suami istri dan menjadikan bagimu dari istri-istri

kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki

yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada

yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?”. (An-Nahl : 72).

Dan yang terpenting lagi dalam perkawinan bukan hanya

sekedar memperoleh anak, tetapi berusaha mencari dan

membentuk generasi yang berkualitas, yaitu mencari anak yang

shalih dan bertaqwa kepada Allah.Tentunya keturunan yang

shalih tidak akan diperoleh melainkan dengan pendidikan Islam

yang benar. Kita sebutkan demikian karena banyak “Lembaga

Pendidikan Islam”, tetapi isi dan caranya tidak Islami. Sehingga

banyak kita lihat anak-anak kaum muslimin tidak memiliki

ahlaq Islami, diakibatkan karena pendidikan yang salah. Oleh

19

Page 20: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

karena itu suami istri bertanggung jawab mendidik, mengajar,

dan mengarahkan anak-anaknya ke jalan yang benar.

Tentang tujuan perkawinan dalam Islam, Islam juga

memandang bahwa pembentukan keluarga itu sebagai salah satu

jalan untuk merealisasikan tujuan-tujuan yang lebih besar yang

meliputi berbagai aspek kemasyarakatan berdasarkan Islam

yang akan mempunyai pengaruh besar dan mendasar terhadap

kaum muslimin dan eksistensi umat Islam.

2.2.1.4 Tatacara Perkawinan dalam Islam

Islam telah memberikan konsep yang jelas tentang tata cara

perkawinan berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah yang Shahih

(sesuai dengan pemahaman para Salafus Shalih -peny), secara

singkat penulis sebutkan dan jelaskan seperlunya :

1. Khitbah (Peminangan)

Seorang muslim yang akan menikahi seorang muslimah

hendaknya ia meminang terlebih dahulu, karena dimungkinkan

ia sedang dipinang oleh orang lain, dalam hal ini Islam melarang

seorang muslim meminang wanita yang sedang dipinang oleh

orang lain (Muttafaq ‘alaihi). 

2. Aqad Nikah

Dalam aqad nikah ada beberapa syarat dan kewajiban

yang harus dipenuhi :

20

Page 21: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

a. Adanya suka sama suka dari kedua calon mempelai.

b. Adanya Ijab Qabul.

a) Syarat ijab

1. Pernikahan nikah hendaklah tepat

2. Tidak boleh menggunakan perkataan sindiran

3. Diucapkan oleh wali atau wakilnya

4. Tidak diikatkan dengan tempoh waktu seperti mutaah.

5. Tidak secara taklik (tiada sebutan prasyarat sewaktu

ijab dilafazkan)

Contoh bacaan Ijab: Wali/wakil Wali berkata kepada

calon suami:"Aku nikahkan/kahwinkan engkau

dengan Delia binti Munif dengan mas

kahwinnya/bayaran perkahwinannya sebanyak Rp.

300.000 tunai".

b) Syarat qabul

1. Ucapan mestilah sesuai dengan ucapan ijab

2. Tiada perkataan sindiran

3. Dilafazkan oleh calon suami atau wakilnya (atas

sebab-sebab tertentu)

4. Tidak diikatkan dengan tempoh waktu seperti

mutaah(seperti nikah kontrak)

21

Page 22: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

5. Tidak secara taklik(tiada sebutan prasyarat sewaktu

qabul dilafazkan)

6. Menyebut nama calon isteri

7. Tidak diselangi dengan perkataan lain

Contoh sebuatan qabul(akan dilafazkan oleh calon

suami): "Aku terima nikah/perkahwinanku dengan

Delia binti Munifdengan mas kahwinnya/bayaran

perkahwinannya sebanyak Rp. 300.000 tunai" ATAU

"Aku terima Delia binti Munif sebagai isteriku".

c) Adanya Mahar

Mahar (atau diistilahkan dengan mas kawin) adalah

hak seorang wanita yang harus dibayar oleh laki-laki yang

akan menikahinya. Mahar merupakan milik seorang isteri

dan tidak boleh seorang pun mengambilnya, baik ayah

maupun yang lainnya, kecuali dengan keridhaannya.

Allah Berfirman: “Dan berikanlah mahar (maskawin)

kepada perempuan yang kamu nikahi sebagai pemberian

yang penuh kerelaan”. 

Jenis mahar:

a. Mahar misil : mahar yang dinilai berdasarkan

mahar saudara perempuan yang telah berkahwin

sebelumnya.

22

Page 23: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

b. Mahar muthamma : mahar yang dinilai

berdasarkan keadaan, kedudukan, atau ditentukan

oleh perempuan atau walinya.

d) Adanya Wali

Yang dikatakan wali adalah orang yang paling dekat

dengan si wanita. Dan orang paling berhak untuk

menikahkan wanita merdeka adalah ayahnya, lalu

kakeknya, dan seterusnya ke atas. Boleh juga anaknya dan

cucunya, kemudian saudara seayah seibu, kemudian

saudara seayah, kemudian paman. 

Ibnu Baththal rahimahullaah berkata, “Mereka (para ulama)

ikhtilaf tentang wali. Jumhur ulama di antaranya adalah

Imam Malik, ats-Tsauri, al-Laits, Imam asy-Syafi’i, dan

selainnya berkata, “Wali dalam pernikahan adalah ‘ashabah

(dari pihak bapak), sedangkan paman dari saudara ibu,

ayahnya ibu, dan saudara-saudara dari pihak ibu tidak

memiliki hak wali.” 

Syarat wali:

a. Islam, bukan kafir dan murtad

b. Lelaki dan bukannya perempuan

c. Baligh

d. Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan

23

Page 24: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

e. Bukan dalam ihram haji atau umrah

f. Tidak fasik

g. Tidak cacat akal fikiran, terlalu tua dan

sebagainya

h. Merdeka

i. Tidak ditahan kuasanya daripada membelanjakan

hartanya

e) Adanya Saksi-saksi

Syarat-syarat saksi:

a. Sekurang-kurangya dua orang

b. Islam

c. Berakal

d. Baligh

e. Lelaki

f. Memahami kandungan lafaz ijab dan qabul

g. Boleh mendengar, melihat dan bercakap

h. Adil (Tidak melakukan dosa-dosa besar dan tidak

berterusan melakukan dosa-dosa kecil)

i. Merdeka

3. Walimah

Walimatul ‘urusy hukumnya wajib dan diusahakan

sesederhana mungkin dan dalam walimah hendaknya diundang

orang-orang miskin. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

24

Page 25: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

bersabda tentang mengundang orang-orang kaya saja berarti

makanan itu sejelek-jelek makanan.

Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Artinya : Makanan paling buruk adalah makanan dalam

walimah yang hanya mengundang orang-orang kaya saja untuk

makan, sedangkan orang-orang miskin tidak diundang.

Barangsiapa yang tidak menghadiri undangan walimah, maka

ia durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya” . 

4. Sebab Haram Nikah:

Perempuan yang diharamkan menikah dengan lelaki

disebabkan keturunannya (haram selamanya) dan ia dijelaskan

dalam Al-Qur’an: “Diharamkan kepada kamu mengahwini ibu

kamu, anak kamu, adik-beradik kamu, emak saudara sebelah

bapa, emak saudara sebelah ibu, anak saudara perempuan bagi

adik-beradik lelaki, dan anak saudara perempuan bagi adik-

beradik perempuan.” : 

a. Ibu

b. Nenek sebelah ibu mahupun bapa

c. Anak perempuan & keturunannya

d. Adik-beradik perempuan seibu sebapa atau sebapa

atau seibu

e. Anak perempuan kepada adik-beradik lelaki

mahupun perempuan, iaitu semua anak saudara

perempuan25

Page 26: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

f. Emak saudara sebelah bapa (adik-beradik bapa)

g. Emak saudara sebelah ibu (adik-beradik ibu)

Perempuan yang diharamkan menikah dengan lelaki

disebabkan oleh susuan ialah: 

a. Ibu susuan

b. Nenek dari sebelah ibu susuan

c. Adik-beradik perempuan susuan

d. Anak perempuan kepada adik-beradik susuan

lelaki atau perempuan

e. Emak saudara sebelah ibu susuan atau bapa susuan

Perempuan mahram bagi lelaki kerana persemendaan ialah: 

a. Ibu mertua dan ke atas

b. Tiri

c. Nenek tiri

d. Menantu perempuan

e. Anak tiri perempuan dan keturunannya

f. Adik ipar perempuan dan keturunannya

g. Emak saudara kepada isteri

h. Anak saudara perempuan kepada isteri dan

keturunannya

26

Page 27: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

2.2.2 Perceraian

2.2.2.1 Pengertian Perceraian

Kehidupan manusia masa kini yang semakin modern dan

maju sedikit demi sedikit telah mengurangi kesakralan

pernikahan. Banyak sekali perceraian atau pisah ranjang yang

terjadi antara pasangan dalam rumah tangga. Dan kurangnya

usaha yang cukup berarti yang dilakukan untuk

mempertahankan rumah tangga yang telah dibangun sekian

lama. Egosentris yang menyelimuti individu-individu modern

membuat nilai agamis tidak melebihi nilai duniawi.

Secara harfiah, definisi perceraian merupakan pemutusan

terhadap ikatan pernikahan baik secara agama maupun secara

hukum. Namun dalam Islam, arti perceraian tidaklah

semudah pernikahan. Banyak tahap yang harus dilalui ketika

perceraian benar-benar dilakukan. Dalam Al-Qur’an Surat

Ath-Thalaq, yang dipergunakan sebagai Undang-Undang

Perkawinan. Bahwa perceraian hanya akan terjadi ketika ada

saksi dan melalui tiga tahap, yaitu talak 1, talak 2, dan

kemudian talak 3. Definisi lain perceraian dalam istilah fiqih

disebut talaq atau furqah. Talak berarti pembuka ikatan atau

membatalkan perjanjian. Sedangkan menurut syara’ ialah

melepaskan ikatan perkawinan dengan mengucapkan lafadz

talaq atau yang semakna dengannya.

27

Page 28: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

Dan menurut beberapa para ulama’ ada yang memberi

pengertian talaq ialah melepaskan ikatan nikah pada waktu

sekarang dan yang akan datang dengan lafadz talaq atau

dengan lafadz yang semakna dengan itu. Dalam istilah fiqih,

perkataan talaq mempunyai dua arti yaitu arti yamg sudah

umum dan arti yang khusus. Talaq menurut arti yang umum

ialah segala bentuk perceraian baik yang dijatuhkan oleh

suami yang ditetapkan oleh hakim maupun perceraian yang

jatuh dengan sendirinya atau perceraian karena meninggalkan

salah satu pihak. Talaq dalam arti khusus ialah perceraian

yang dijatuhkan oleh suami. Jadi perceraian itu putusnya

ikatan perkawinan akibat kesengajaan yang disengaja oleh

suami atau istri dengan sadar atau tidak terpaksa.

2.2.2.2 Bentuk-Bentuk Perceraian dalam Islam

Terdapat beberapa bentuk perceraian menurut Hukum

Islam, yaitu:

1) Talak adalah perceraian antara suami isteri, atas kehendak

suami dan merupakan bentuk perceraian yang umum terjadi di

Indonesia Bentuk talak ditinjau dari beberapa kali dijatuhkan

adalah:

a) Talak  Raj’i, yaitu talak yang dijatuhkan satu kali dan

suami dapat rujuk, yang termasuk talak raj’i adalah:

28

Page 29: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

(1) Talak satu dan talak dua, tetapi tidak memakai

suatu pembayaran dan mereka telah melakukan

hubungan suami isteri.

(2) Perceraian dalam bentuk talak yang dijatuhkan

oleh Hakim Pengadilan Agama berdasarkan

proses Illa yaitu suami bersumpah tidak akan

mencampuri isterinya.

(3) Perceraian dalam bentuk talak yang juga

dijatuhkan oleh Pengadilan Agama berdasarkan

persamaan pendapat dua hakim karena proses

syiqaq dari suami isteri tetapi tidak pakai iwadh.

b) Talak Bain kecil atau talak bain shugra yaitu talak yang

tidak boleh rujuk lagi, tetapi keduanya dapat

berhubungan kembali menjadi suami isteri sesudah habis

tenggang waktu iddah dengan jalan melalui proses

perkawinan kembali.

c) Talak bain besar atau kubra yaitu:

(1) Talak yang dijatuhkan ketiga kalinya dimana

suami isteri tidak dapat rujuk dan kawin lagi

diantara mereka, sebelum si isteri dikawini lebih

dahulu oleh orang lain.

(2) Perceraian karena li’an (tuduhan berzina) antara

bekas suami isteri tidak dapat lagi kawin untuk

selama-lamanya.

29

Page 30: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

2) Ta’lik  talak artinya talak yang digantungkan terjadinya

terhadap suatu peristiwa tertentu sesuai dengan perjanjian.

3) Khuluk atau Mubaro’ah adalah bentuk perceraian atas dasar

persetujuan kedua belah pihak  dan merupakan

keistimewaan dalam Islam, karena sebelum Islam si isteri

dalam prakteknya tidak mempunyai hak apapun juga untuk

minta diceraikan. Khuluk dalam bahasa Arab ialah

menanggalkan pakaian, dalam peristiwa ini artinya

melepaskan kekuasaannya sebagai suami dan memberikan

kepada isterinya dalam bentuk talak,

sedangkan Mubaro’ah artinya baik suami maupun isteri

sama-sama  membebaskan diri yaitu suami membebaskan

dirinya dari kekuasaan sebagai suami sedangkan isterinya

membebaskan dirinya pula sebagai isteri, dengan syarat

harus ada persetujuan bebas dari suami dan isteri tersebut

dan pemberian iwadh (pembayaran sejumlah uang) oleh

isteri kepada suami sebagai penebus/pengembalian mahar

yang dulu pernah diterima isteri.

4) Fasakh adalah suatu lembaga perceraian karena tertipu atau

karena tidak mengetahui sebelum perkawinan bahwa isteri

yang telah dinikahinya itu ada cacat celanya atau salah satu

pihak merasa tertipu atas hal-hal yang belum diketahui

sebelum berlangsungnya perkawinan. Perkawinan yang

telah ada adalah sah dengan segala akibatnya dan dengan

30

Page 31: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

difasakhkannya oleh Hakim Pengadilan Agama maka

bubarlah hubungan perkawinan itu.

5) Illa’ adalah salah satu bentuk perceraian yang berarti suami

bersumpah bahwa tidak akan mencampuri isterinya dan dia

tidak menalak atau menceraikan isterinya (seakan-akan

menggantung isterinya tidak bertali), berarti membuat

isterinya menderita.

6) Zhihar adalah seorang suami bersumpah, bahwa isterinya

itu sama dengan punggung ibunya, hal ini berarti ungkapan

khusus bagi orang di tanah Arab yang berarti dia tidak akan

mencampuri isterinya lagi karena isterinya diibaratkan

sama dengan ibunya.

7) Li’an merupakan sumpah laknat yaitu sumpah yang

didalamnya terdapat pernyataan bersedia menerima laknat

Tuhan, hal ini terjadi apabila suami menuduh isteri berbuat

zina, padahal tidak mempunyai saksi kecuali dirinya

sendiri. Dalam keadaan biasa (diluar perkawinan)

seharusnya ia dikenai hukuman menuduh zina

tanpa saksi   yang cukup.

2.2.2.3 Proses Terjadinya Perceraian Menurut UU No. 1 / 1974

Pada prinsipnya ajaran Islam maupun hukum perkawinan

nasional terdapat adanya suatu persamaan pandangan mengenai

perceraian. Baik dalam hukum Islam maupun hukum

perkawinan nasional sama-sama membenci terjadinya

31

Page 32: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

perceraian (cerai hidup). Kalau ditinjau dari tujuan pernikahan

yaitu membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan

kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan

demikian perceraian merupakan kegagalan dalam mewujudkan

cita-cita dalam berumah tangga tersebut.

Apabila dilihat dari tujuan yang sakral dan agung tersebut,

maka secara moral semua yang telah menikah mempunyai

kewajiban untuk menyelamatkan perkawinan dari kehancuran.

Akan tetapi kesadaran yang demikian belum tentu dimiliki oleh

semua pasangan suami istri sehingga masih banyak dari mereka

yang menggunakan jalan perceraian dalam mengatasi masalah

keluarga.

Dengan melihat kondisi masyarakat yang demikian maka

pemerintah mempunyai kewajiban untuk membentuk suatu

aturan agar percerain dapat ditekan bahkan kalau mungkin

dihindarkan sama sekali. Usaha-usaha tersebut dapat dilihat

dari terbentuknya:

1) Undang-Undang perkawinan No.1 tahun 1974

2) Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975

3) Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1983

Dengan terbentuknya UU Nomor 1 tahun 1974 maka segala

permasalahan yang berkaitan dengan pernikahan harus dapat

dipertanggung jawabkan dengan undang-undang terebut

beserta peraturan-peraturan lain yang mendukungnya.

32

Page 33: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

Sebenarnya pemerintah juga menyadari bahwa pernikan dan

perceraian adalah permasalahan pribadi, baik yang menyangkut

kehendak bersama atau sepihak (perceraian). Akan tetapi

pemerintah memandang perlu ikut campur tangan agar

hubungan di antara keduanya mendapat kepastian hukum.

Berkenaan dengan masalah perceraian dalam UU No.1

tahun 1974 telah diatur sebagai berikut:

1) Pasal 38 :

Perkawinan dapat putus karena

a) Kematian

b) Perceraian dan

c) Atas keputusan pengadilan

Putusnya perkawinan karena kematian dari salah satu pihak

tidak akan menimbulkan permasalahan, karena kematian

sendiri bukan atas kehendak. Namun putusnya perkawinan

karena perceraian maupun keputusan pengadilan perlu diatur

lebih lanjut.

2) Pasal 39 ayat 1:

Perceraian hanya dapat dilakukan didepan sidang

pengadilan yang bersangkutan dan berusaha dan tidakberhasil

mendamaikan kedua belah pihak. Perceraian yang harus

melalui sidang pengadilan mempunyai dampak yang positif

bagi umat Islam. Memang syari’at Islam tidak menentukan

bahwa kalau perceraian harus di depan sidang pengadilan.

33

Page 34: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

Namun karena hal ini lebih banyak mendatangkan keutamaan

maka umat Islam wajib mengikutinya.

Meskipun undang-undang perkawinan mengatur adanya

perceraian, namun apabila dipelajari dengan seksama dan

sungguh-sungguh di dalamnya tersirat adanya suatu pesan

perceraian tersebut merupkan suatu kegagalan dalam upaya

untuk mendapatkan kebahagiaan. Untuk menghindarkan

kesalahpahaman terhadap Undang-undang No.1 tahun 1974,

pemerintah dalam hal ini Departemen Agama telah membentuk

suatubadan yang disebut BPPPP (Badan Penasiahat

Perkawinan dan Pencegahan Perceraian). Badan tersebut

berusaha mengharmoniskan hubungan antara suami dan istri

agar suami tidak dengan mudah menjatuhkan talak dan istripun

tidak mudahmintai cerai.

Dalam hal tata cara perceraian undang-undang tersebut

menyebutkan:

1) Pasal 39 pasal 3

Tata cara perceraian didepan sidang pengadilan diatur

dalam peraturan tersendiri.

2) Pasal 40

(1) Gugatan perceraian diajukan kepada pengadilan

(2) Tata cara mengajukan gugatan tersebut pada ayat (1)

pasal ini diatur dalam peratursn perundang-undangan

tersendiri.

34

Page 35: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

Kalau melihat ketentuan-ketentuan yang mengatur adanya

perceraian, maka disini dpat ditarik kesimpulan bahwa

perceraiann itu digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu :

1) Perceraian karena talak

2) Perceraian karena gugat

Perceraian karena talak, yang disebut perceraian karena

talak ialah suatu bentuk perceraian yang dijatuhkan oleh pihak

suami setelah mendapat keputusan hakim. Adapun tata caranya

adalah sebagai berikut:

1) Pasal 14

Seorang suami yang telah melangsungkan pernikahan

menurut agama Islam, yang akan menceraikan istrinya

mengajukan surat ke pengadilan tempat tinggalnya,

yangberisi pemberitahuan bahea ia bermaksud menceraikan

istrinya disertai dengan alasan-alasannya serta meminta

kepada pengadilan agar diadakan sidang untuk keperluan

itu.

2) Pasal 15

Pengadilan yang bersangkutan mempelajari isi surat yang

dimaksud dalam pasal 14, dan dalam waktu selambat-

lambatnya 30 hari memanggil pengirim surat dan juga

istrinya untuk meminta penjelasan tentang segala sesuatu

yang berhubungan dengan maksud percerian itu.

3) Pasal 16

35

Page 36: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

Pengadilan hanya memutuskan untuk mengadakan sidang

pengadilan untuk menyaksikan perceraian yang dimaksud

pasal 14 apabila terdapat alasan-alasan seperti yang

dimaksud PP pasal 19 dan pengadilan berpendapat bahwa

antara suami istri yang bersangkutan tidak mungkin lagi

didamaikan untuk hidup rukun lagi dlam rumah tangga.

4) Pasal 17

Sesaat setelah dilakukan sidang pengadilan untuk

menyaksikan perceraian yang dimaksud dalam pasal 16.

Ketua pengadilan membuat surat keterangan tentang

terjadinya perceraian. Surat iru dikirimkan kepada pegawai

pencatat di tempatperceraian itu terjadi untuk diadakan

pencatatn perceraian.

5) Pasal 18

Perceraian itu terjadi terhitung pada saat perceraian itu

dinyatakan didepan sidang pengadilan.

Di dalam Islam, Rasulullah SAW pernah bersabda,

“Tindakan halal tetapi paling dilaknat Allah adalah perceraian.”

Ketika pernikahan tersebut membuat seseorang atau masing-

masing pasangan yang menikah merasa tersiksa secara lahir

dan bathin akibat sebuah ikatan bersama, maka dihalalkan bagi

mereka untuk melakukan perpisahan rumah tangga. Dan di

dalam firman Allah SWT di surah An Nisa ayat 19

36

Page 37: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

menyebutkan “Pergaulilah isterimu dengan baik, sekiranya

kamu benci kepada mereka, boleh jadi ada yang kamu benci itu

Tuhan akan menjadikan kebaikan yang banyak padanya”.

Ayat Al-Quran dan Hadis di atas ini dengan jelas

memberikan kita penjelasan bahawa perceraian merupakan

suatu perkara yang paling dibenci oleh Allah swt. Agama Islam

tidak mengalakkan umatnya bercerai berai, kerana ia akan

mengakibatkan implikasi yang negatif kepada pasangan itu

sendiri, anak-anak, keluarga mahupun masyarakat umumnya.

Amanah dan tanggungjawab ini hanya dapat dilaksanakan

oleh kedua pasangan suami isteri dengan baik dan sempurna,

jika keduanya menjadikan dasar ikatan atau perjanjian yang

suci ini dengan bersumberkan iman dan taqwa kepada Allah

swt. Selagi kedua pasangan ini menjadikan sumber pegangan

mereka berpandukan dengan ajaran Islam, Insya Allah tujuan

dan matlamat perkahwinan yang didambakan akan berkekalan

hingga ke akhir hayat mereka.

2.2.3 Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari dua suku kata, yaitu kontra yang berarti

mencegah atau melawan, dan konsepsi adalah pertemuan antara sel

telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang

mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah

menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat dari

pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.

37

Page 38: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

Prisip dari alat kontrasepsi adalah mengusahakan agar tidak

terjadi evolusi, melumpuhkan sperma, dan menghalangi pertemuan

sel telur dengan sperma. Dari prinsip-prinsip tersebut kemudian

pelaksanaanya dapat dilakukan dengan berbagai metode dan cara,

diantaranya adalah: AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim), susuk

KB, pil KB, suntikan KB, kondom, dan lain sebagainya.

Meskipun program KB telah diperbolehkan dalam Islam, namun

tidak berarti dalam pelaksanaannya diperbolehkan mengggunakan

sembarang alat kontrasepsi. Dalam Islam alat kontrasepsi atau 

�ح�م�ل� ال �ع� م�ن �ل� ائ sebagaimana و�س� yang sering digunakan dalam

program KB, ada yang diperbolehkan dan dilarang.

2.2.3.1 Anggapan untuk Memiliki Banyak Keturunan

Ma’qil bin Yasar radhiallahu ‘anhu berkata: Seseorang

datang menemui Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu ia

berkata: “Sesungguhnya aku mendapatkan seorang wanita

cantik dan memiliki kedudukan, namun ia tidak dapat

melahirkan anak, apakah boleh aku menikahinya?” Nabi

Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidak boleh.” Orang

itu datang lagi kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

mengutarakan keinginan yang sama, namun Nabi Shallallahu

‘alaihi wa sallam tetap melarangnya. Kemudian ketika ia datang

untuk ketiga kalinya, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda:

�م�م �أل ا �م� �ك ب �ر� �اث م�ك ��ي �ن ف�إ �و�د� �و�ل ال الو�د�و�د� و�ج�و�ا �ز� ت

38

Page 39: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

“Nikahilah oleh kalian wanita yang penyayang lagi subur

(dapat melahirkan anak yang banyak) karena sesungguhnya aku

berbangga-bangga dengan banyaknya kalian di hadapan umat-

umat yang lain.”

2.2.3.2 Jenis Kontrasepsi

Metode kontrasepsi dapat dikelompokkan menurut

pemakaiannya (laki-laki atau perempuan), metodenya

(sederhana atau modern), tujuan pemakaian (menunda

kehamilan, mengatur kehamilan, untuk mengakhiri kesuburan).

Secara global, alat kontrasepsi terbagi dalam tiga bagian besar.

Yaitu kontrasepsi mekanik, hormonal, dan kontrasepsi mantap.

1) Kontrasepsi Mekanik

Dinamakan mekanik karena sifatnya sebagai pelindung.

Maksudnya adalah kontrasepsi ini mencegah bertemunya

sperma dan sel telur dalam rahim. Ada 4 jenis kontrasepsi yang

termasuk dalam kategori kontrasepsi mekanik:

a) Kondom

Kondom terbuat dari bahan karet yang tipis dan elastis.

Bentuknya seperti kantong. Fungsi kondom untuk

menampung sperma sehingga tidak masuk ke dalam vagina.

Perlindungan tersebut efektif 90 persen. Rata-rata, dari 100

pasangan dalam setahun, sekitar 4 wanita yang hamil

b) Diafragma

39

Page 40: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

Diafragma terbuat dari bahan karet dan agak tebal.

Kontrasepsi ini dimasukkan ke dalam vagina, semacam

sekat yang dapat mencegah masuknya sperma ke dalam

rahim. Karena bahannya lebih tebal dari kondom, sehingga

tidak mungkin bocor.

c) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

Alat Kontrasepsi dalam Rahim/AKDR/IUD lebih dikenal

dengan nama spiral. Berbentuk alat kecil dan banyak

macamnya. Ada yang terbuat dari plastik seperti bentuk

huruf S (Lippes Loop). Ada pula yang terbuat dari logam

tembaga berbentuk seperti angka tujuh (Copper Seven) dan

mirip huruf T (Copper T). Selain itu, ada berbentuk sepatu

kuda (Multiload).

AKDR dimasukkan ke dalam rahim oleh dokter dengan

bantuan alat. Benda asing dalam rahim ini akan

menimbulkan reaksi yang dapat mencegah bersarangnya sel

telur yang telah dibuahi di dalam rahim. Alat ini dapat

bertahan dalam rahim selama 2-5 tahun,

d) Spermisida

Spermisida merupakan senyawa kimia yang dapat

melumpuhkan sampai membunuh sperma. Spermisida dapat

berbentuk busa, jeli, krim, tablet vagina, tablet, atau aerosol.

Sebelum melakukan hubungan seksual, alat ini dimasukkan

ke dalam vagina. Setelah kira-kira 5-10 menit hubungan

40

Page 41: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

seksual dapat dilakukan. Penggunaan spermisida ini kurang

efektif bila tidak dikombinasi dengan alat lain, seperti

kondom atau diafragma.

2) Kontrasepsi Hormonal

Kontrasepsi hormonal menggunakan hormon progesteron

sampai kombinasi estrogen dan progesteron. Penggunaan

kontrasepsi hormonal dilakukan dalam bentuk pil, suntikan,

atau susuk. Pada prinsipnya, mekanisme kerja hormon

progesteron adalah mencegah pengeluaran sel telur dari

indung telur, mengentalkan cairan di leher rahim sehingga

sulit ditembus sperma, membuat lapisan dalam rahim

menjadi tipis dan tidak layak untuk pertumbuhan hasil

konsepsi, saluran telur menjadi lambat sehingga

mengganggu saat bertemunya sperma dan sel telur. Ada

beberapa kontrasepsi yang termasuk dalam kategori ini:

a) Pil atau Tablet

Cara menggunakannya, diminum setiap hari secara teratur.

Ada dua cara meminumnya yaitu sistem 28 dan sistem

22/21. Untuk sistem 28, pil diminum terus tanpa pernah

berhenti (21 tablet pil kombinasi dan 7 tablet plasebo).

Sedangkan sistem 22/21, minum pil terus-menerus,

kemudian dihentikan selama 7-8 hari untuk mendapat

kesempatan menstruasi. Jadi, dibuat dengan pola pengaturan

haid (sekuensial).

41

Page 42: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

b) Suntikan

Kontrasepsi suntikan mengandung hormon sintetik.

Penyuntikan ini dilakukan 2-3 kali dalam sebulan. Suntikan

setiap 3 bulan *(Depoprovera)*, setiap 10 minggu

*(Norigest)*, dan setiap bulan *(Cyclofem)*.

c) Implant / Susuk

Implant dipasang di bawah kulit pada lengan kiri atas.

Bentuknya seperti tabung kecil atau pembungkus silastik

(plastik berongga) dan ukurannya sebesar batang korek api.

Susuk dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul.

Susuk tersebut akan mengeluarkan hormon tersebut sedikit

demi sedikit. Jadi, konsep kerjanya menghalangi terjadinya

ovulasi dan menghalangi migrasi sperma.

3) Kontrasepsi Mantap

Kontrasepsi mantap dipilih dengan alasan sudah merasa

cukup dengan jumlah anak yang dimiliki. Caranya, suami-

istri dioperasi (vasektomi untuk pria dan tubektomi untuk

wanita). Tindakan dilakukan pada saluran bibit pada pria

dan saluran telur pada wanita, sehingga pasangan tersebut

tidak akan mendapat keturunan lagi.

2.2.3.3 Pandangan Al-Qur’an dan Hadist terhadap Alat

Kontrasepsi

1) Pandangan Al-Qur'an tentang alat kontrasepsi

42

Page 43: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang memberikan petunjuk

yang perlu kita laksanakan dalam kaitannya dengan alat

kontrasepsi diantaranya ialah :

Surat An-Nisa’ ayat 9:

عليهم خافوا ضعافا ذرية خلفهم من تركوا لو الذين وليخششش

سديدا واليقولوا فليتقواالله

“Dan hendaklah takut pada Allah orang-orang yang

seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak

yang lemah. Mereka khawatir terhadap kesejahteraan

mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa

kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan

perkataan yang benar”.

Selain ayat diatas masih banyak ayat yang berisi petunjuk

tentang pelaksanaan alat kontrasepsi diantaranya ialah surat

al-Qashas: 77, al-Baqarah: 233, Lukman: 14, al-Ahkaf: 15,

al-Anfal: 53, dan at-Thalaq: 7.

Dari ayat-ayat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

petunjuk yang perlu dilaksanakan dalam penggunaan alat

kontrasepsi antara lain, menjaga kesehatan istri,

mempertimbangkan kepentingan anak, memperhitungkan

biaya hidup brumah tangga.

2) Pandangan Hadist tentang alat kontrasepsi

Dalam Hadits Nabi diriwayatkan:

43

Page 44: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

الناس لتكففون عالة تدرهم أن من خير أغنياء ورثك تدر إنك

( عليه( متفق

“sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli

warismu dalam keadaan berkecukupan dari pada

meninggalkan mereka menjadi beban atau tanggungan

orang banyak.”

Dari hadits ini menjelaskan bahwa suami istri

mempertimbangkan tentang biaya rumah tangga selagi

keduanya masih hidup, jangan sampai anak-anak mereka

menjadi beban bagi orang lain. Dengan demikian pengaturan

kelahiran anak hendaknya dipikirkan bersama.

2.2.3.4 Hukum Halal-Haram Alat Kontrasepsi

Ada 3 macam penggunan alat pencegah kehamilan:

1) Penggunaan alat yang dapat mencegah kehamilan untuk

selamanya.

Hukumnya penggunaan alat yang dapat mencegah kehamilan

untuk selamanya yaitu tidak boleh, sebab menghentikan

kehamilan berarti mengakibatkan berkurangnya jumlah

keturunan. Hal ini jelas bertentangan dengan anjuran

Rasulullah untuk memperbanyak jumlah umat islam, selain itu

bisa saja anak-anak yang sudah ada meninggal dunia,

akibatnya akan lebih parah dengan hidup tanpa keturunan.

Apabila seseorang membatasi kelahiran karena alasan

duniawi, takut rizki misalnya, maka ia benar-benar telah

44

Page 45: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

keliru. Karena Rabbul ‘Izzah berfirman dalam kitab-Nya yang

mulia:

ق�ه�ا ر�ز� الله� ع�ل�ى � �ال إ ر�ض�� �أل ا ف�ي Lة� د�اب م�ن� م�ا و�

“Dan tidak ada satu makhluk melata pun di bumi ini kecuali

Allah-lah yang menanggung rizkinya.” (Hud: 6)

Dan juga firman-Nya:

�م� �اك �ي و�إ ق�ه�ا ز� �ر� ي الله� ق�ه�ا، ر�ز� �ح�م�ل� ت � ال Lة� د�اب م�ن� Nن� ي� �أ و�ك

“Berapa banyak hewan yang tidak dapat membawa

(mengurus) sendiri rizkinya tapi Allah lah yang memberikan

rizkinya dan juga memberikan rizki kepada kalian.” (Al-

Ankabut: 60)

2) Penggunaan alat yang dapat mencegah kehamilan, namun

sifatnya hanya sementara.

Misalnya seorang wanita ingin mengatur jarak kehamilannya

menjadi 2 tahun sekali untuk meringankan dirinya dalam

mengasuh anak-anak dan atau anggota keluarganya yang lain,

maka hal ini diperbolehkan. Dengan syarat atas izin suami dan

penggunaan alat itu tidak membahayakan dirinya. Dalilnya

adalah para sahabat dulu melakukan ‘azl terhadap istrinya

untuk menghindari kehamilan dan Nabi tidak melarang

perbuatan tersebut.

3) Penggunaan alat yang berfungsi membunuh embrio

manusia

45

Page 46: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

Hukum penggunaan alat kontrasepsi yang bertujuan untuk

membunuh embrio manusia adalah haram atau tidak boleh.

Contoh: IUD/spiral.

2.2.3.5 Penggunaan Alat Kontrasepsi yang Diperbolehkan dan

yang Dilarang oleh Islam

1) Alat kontrasepsi yang diperbolehkan

Ada beberapa macam cara pencegahan kehamilan yang

diperbolehkan oleh Islam antara lain, menggunakan pil,

suntikan, spiral, kondom, diafragma, tablet vaginal, tisue. Cara

ini diperbolehkan asal tidak membahayakan nyawa ibu. Dan

cara ini dapat dikategorikan kepada azl yang tidak

dipermasalahkan hukumnya. Sebagaimana hadits Nabi :

( ) . . مسلم رواه ينهها فلم م ص الله وسول عهد على نعزل كنا

Kami dahulu dizaman Nabi  SAW melakukan azl, tetapi

beliau tidak melarangnya.

Selain itu juga terdapat beberapa kriteria dalam Islam untuk

penggunaan atau alat kontrasepsi yang diperbolehkan. Hal ini

terdapat lima kriteria yang terkait dengan penggunaan alat

kontrasepsi, yaitu

a) Cara kerjanya, apakah mengatur kehamilan atau

menggugurkan kehamilan (isqat al-haml)?

b) Sifatnya, apakah ia hanya pencegahan kehamilan sementara

atau bersifat pemandulan permanen (ta’qim)?

46

Page 47: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

c) Pemasangannya, Bagaimana dan siapa yang memasang alat

kontrasepsi tersebut? (Hal ini berkaitan dengan masalah

hukum melihat aurat orang lain).

d) Implikasi alat kontrasepsi terhadap kesehatan penggunanya.

e) Bahan yang digunakan untuk membuat alat kontrasepsi

tersebut.

Jadi, alat kontrasepsi yang dibenarkan menurut Islam adalah

yang cara kerjanya mengatur kehamilan, bersifat sementara

(tidak permanen) dan dapat dipasang sendiri oleh yang

bersangkutan atau oleh orang lain yang tidak haram

memandang auratnya (suami) atau oleh orang lain yang pada

dasarnya tidak boleh memandang auratnya tetapi dalam

keadaan darurat ia dibolehkan. Selain itu bahan pembuatan

yang digunakan harus berasal dari bahan yang halal, serta tidak

menimbulkan implikasi yang membahayakan (mudlarat) bagi

kesehatan.

2) Alat kontrasepsi yang dilarang

Ada juga cara pencegahan kehamilan yang dilarang oleh Islam,

yaitu dengan cara merubah atau merusak organ tubuh yang

bersangkutan. Cara-cara yang termasuk kategori ini antara lain,

vasektomi, tubektomi, aborsi. Hal ini tidak diperbolehkan

karena hal ini menentang tujuan pernikahan untuk

menghasilakn keturunan.

2.2.4 Aborsi

47

Page 48: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

2.2.4.1 Pengertian Aborsi

Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal

dengan istilah “abortus”. Berarti pengeluaran hasil konsepsi

(pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup di

luar kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari

janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.

Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu:

1. Aborsi Spontan / Alamiah berlangsung tanpa tindakan apapun.

Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur

dan sel sperma.

2. Aborsi Buatan / Sengaja adalah pengakhiran kehamilan sebelum

usia kandungan 28 minggu sebagai suatu akibat tindakan yang

disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi

(dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak). 

3. Aborsi Terapeutik / Medis adalah pengguguran kandungan

buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Sebagai contoh,

calon ibu yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah

tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat

membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya.

Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak

tergesa-gesa.

2.2.4.2 Bahaya Aborsi untuk Kesehatan

Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan

maupun keselamatan seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan

48

Page 49: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia “tidak merasakan apa-

apa dan langsung boleh pulang”. Hal tersebut merupakan

informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama

mereka  yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan

kehamilan yang sudah terjadi.

Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan

aborsi:

1.   Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik

Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada

beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita, yaitu:

a. Kematian mendadak karena pendarahan hebat

b. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal

c. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar

kandungan

d. Rahim yang sobek (Uterine Perforation)

e. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan

menyebabkan cacat pada anak berikutnya

f. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon

estrogen pada wanita)

g. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)

h. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)

i. Kanker hati (Liver Cancer)

49

Page 50: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

j. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan

menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan

hebat pada saat kehamilan berikutnya

k. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi

(Ectopic Pregnancy)

l. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)

m. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

2. Resiko gangguan psikologis

Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi

dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik,

tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan

mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi

sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau

PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions

Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion

Review (1994). Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan

aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut ini:

a. Kehilangan harga diri (82%)

b. Berteriak-teriak histeris (51%)

c. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)

d. Ingin melakukan bunuh diri (28%)

e. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)

f. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)

50

Page 51: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi

akan dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama

bertahun-tahun dalam hidupnya.

2.2.4.3 Aborsi Menurut Hukum Islam

Abdurrahman Al Baghdadi (1998) dalam bukunya

Emansipasi Adakah Dalam Islam halaman 127-128 menyebutkan

bahwa aborsi dapat dilakukan sebelum atau sesudah ruh (nyawa)

ditiupkan. Jika dilakukan setelah setelah ditiupkannya ruh, yaitu

setelah 4 (empat) bulan masa kehamilan, maka semua ulama ahli

fiqih (fuqoha) sepakat akan keharamannya. Tetapi para ulama

fiqih berbeda pendapat jika aborsi dilakukan sebelum

ditiupkannya ruh. Sebagian memperbolehkan dan sebagiannya

mengharamkannya.

Pendapat yang memperbolehkan aborsi sebelum peniupan

ruh, antara lain Muhammad Ramli (w. 1596 M) dalam kitabnya

An Nihayah dengan alasan karena belum ada makhluk yang

bernyawa. Ada pula yang  memandangnya makruh, dengan

alasan karena janin sedang mengalami pertumbuhan.

Pendapat yang mengharamkan aborsi sebelum peniupan

ruh antara lain Ibnu Hajar (w. 1567 M) dalam kitabnya At

Tuhfah dan Al Ghazali dalam kitabnya Ihya` Ulumiddin. Bahkan

Mahmud Syaltut, mantan Rektor Universitas Al Azhar Mesir

berpendapat bahwa sejak bertemunya sel sperma dengan ovum

(sel telur) maka aborsi adalah haram, sebab sudah ada kehidupan

51

Page 52: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

pada kandungan yang sedang mengalami pertumbuhan dan

persiapan untuk menjadi makhluk baru yang bernyawa yang

bernama manusia yang harus dihormati dan dilindungi

eksistensinya. Akan makin jahat dan besar dosanya, jika aborsi

dilakukan setelah janin bernyawa, dan akan lebih besar lagi

dosanya kalau bayi yang baru lahir dari kandungan sampai

dibuang atau dibunuh  (Masjfuk Zuhdi, 1993, Masail Fiqhiyah

Kapita Selekta Hukum Islam, halaman 81; M. Ali Hasan, 1995,

Masail Fiqhiyah Al Haditsah Pada Masalah-Masalah

Kontemporer Hukum Islam, halaman 57; Cholil Uman, 1994,

Agama Menjawab Tentang Berbagai Masalah Abad Modern,

halaman 91-93; Mahjuddin, 1990, Masailul Fiqhiyah Berbagai

Kasus Yang Yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini, halaman

77-79).

Pendapat yang disepakati fuqoha, yaitu bahwa haram hukumnya

melakukan aborsi setelah ditiupkannya ruh (empat bulan),

didasarkan pada kenyataan bahwa peniupan ruh terjadi setelah 4

(empat) bulan masa kehamilan. Abdullah bin Mas’ud berkata

bahwa Rasulullah SAW telah bersabda :

“Sesungguhnya setiap kamu terkumpul kejadiannya dalam perut

ibumu selama 40 hari dalam bentuk ‘nuthfah’, kemudian dalam

bentuk ‘alaqah’ selama itu pula, kemudian dalam bentuk

‘mudghah’ selama itu pula, kemudian ditiupkan ruh kepadanya.”

(HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, dan Tirmidzi)

52

Page 53: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

Maka dari itu, aborsi setelah kandungan berumur 4 bulan adalah

haram, karena berarti membunuh makhluk yang sudah bernyawa.

Dan ini termasuk dalam kategori pembunuhan yang

keharamannya antara lain didasarkan pada dalil-dalil syar’i

berikut. Firman Allah SWT:

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena

kemiskinan. Kami akan memberikan rizki kepada mereka dan

kepadamu.” (TQS Al An’aam : 151)

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut

miskin. Kami akan memberikan rizki kepada mereka dan

kepadamu.” (TQS Al Isra` : 31 )

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah

(membunuhnya) melainkan dengan (alasan) yang benar

(menurut syara’).” (TQS Al Isra` : 33)

“Dan apabila bayi-bayi yang dikubur hidup-hidup itu ditanya

karena dosa apakah ia dibunuh.” (QS At Takwir : 8-9)

Berdasarkan dalil-dalil ini maka aborsi adalah haram pada

kandungan yang bernyawa atau telah berumur 4 bulan, sebab

dalam keadaan demikian berarti aborsi itu adalah suatu tindak

kejahatan pembunuhan yang diharamkan Islam.

Adapun aborsi sebelum kandungan berumur 4 bulan, seperti telah

diuraikan di atas, para fuqoha berbeda pendapat dalam masalah

ini. Akan tetapi menurut pendapat Abdul Qadim Zallum (1998)

dan Abdurrahman Al Baghdadi (1998), hukum syara’ yang lebih

53

Page 54: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

rajih (kuat) adalah sebagai berikut. Jika aborsi dilakukan setelah

40 (empat puluh) hari, atau 42 (empat puluh dua) hari dari usia

kehamilan dan pada saat permulaan pembentukan janin, maka

hukumnya haram. Dalam hal ini hukumnya sama dengan hukum

keharaman aborsi setelah peniu¬pan ruh ke dalam janin.

Sedangkan pengguguran kandungan yang usianya belum

mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh (ja’iz) dan tidak apa-

apa. (Abdul Qadim Zallum, 1998, Beberapa Problem

Kontemporer Dalam Pandangan Islam: Kloning, Transplantasi

Organ, Abortus, Bayi Tabung, Penggunaan Organ Tubuh Buatan,

Definisi Hidup dan Mati,  halaman 45-56; Abdurrahman Al

Baghdadi, 1998, Emansipasi Adakah Dalam Islam, halaman

129 ).

Dalil syar’i yang menunjukkan bahwa aborsi haram bila usia

janin 40 hari atau 40 malam adalah hadits Nabi SAW berikut :

“Jika nutfah (gumpalan darah) telah lewat empat puluh dua

malam, maka Allah mengutus seorang malaikat padanya, lalu

dia membentuk nutfah tersebut; dia membuat pendengarannya,

penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulang belulangnya.

Lalu malaikat  itu bertanya (kepada Allah),’Ya Tuhanku, apakah

dia (akan Engkau tetapkan) menjadi laki-laki atau perempuan ?’

Maka Allah kemudian memberi keputusan…” (HR. Muslim dari

Ibnu Mas’ud RA)

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda :

54

Page 55: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

“(jika nutfah telah lewat) empat puluh malam…”

Hadits di atas menunjukkan bahwa permulaan penciptaan

janin dan penampakan anggota-anggota tubuhnya, adalah

sete¬lah melewati 40 atau 42 malam. Dengan demikian,

penganiayaan terhadapnya adalah suatu penganiayaan terhadap

janin yang sudah mempunyai tanda-tanda sebagai manusia yang

terpelihara darahnya (ma’shumud dam). Tindakan penganiayaan

tersebut merupakan pembunuhan terhadapnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka pihak ibu si janin,

bapaknya, ataupun dokter, diharamkan menggugurkan

kandungan ibu tersebut bila kandungannya telah berumur 40

hari.Siapa saja dari mereka yang melakukan pengguguran

kandungan, berarti telah berbuat dosa dan telah melakukan tindak

kriminal yang mewajibkan pembayaran diyat bagi janin yang

gugur, yaitu seorang budak laki-laki atau perempuan, atau

sepersepuluh diyat manusia sempurna (10 ekor onta),

sebagaimana telah diterangkan dalam hadits shahih dalam

masalah tersebut. Rasulullah SAW bersabda :

“Rasulullah SAW memberi keputusan dalam masalah janin

dari seorang perempuan Bani Lihyan yang gugur dalam keadaan

mati, dengan satu ghurrah, yaitu seorang budak laki-laki atau

perempuan…” (HR. Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah

RA) (Abdul Qadim Zallum, 1998).

55

Page 56: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

Sedangkan aborsi pada janin yang usianya belum mencapai

40 hari, maka hukumnya boleh (ja’iz) dan tidak apa-apa. Ini

disebabkan bahwa apa yang ada dalam rahim belum menjadi

janin karena dia  masih berada dalam tahapan sebagai nutfah

(gumpalan darah), belum sampai pada fase penciptaan yang

menunjukkan ciri-ciri minimal sebagai manusia.Di samping itu,

pengguguran nutfah sebelum menjadi janin, dari segi hukum

dapat disamakan dengan ‘azl (coitus interruptus) yang

dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kehamilan. ‘Azl

dilakukan oleh seorang laki-laki yang tidak menghendaki

kehamilan perempuan yang digaulinya, sebab ‘azl merupakan

tindakan mengeluarkan sperma di luar vagina perem¬puan.

Tindakan ini akan mengakibatkan kematian sel sperma,

sebagaimana akan mengakibatkan matinya sel telur, sehingga

akan mengakibatkan tiadanya pertemuan sel sperma dengan sel

telur yang tentu tidak akan menimbulkan kehamilan.

Rasulullah SAW telah membolehkan ‘azl kepada seorang

laki-laki yang bertanya kepada beliau mengenai tindakannya

menggauli budak perempuannya, sementara dia tidak

mengingin¬kan budak perempuannya hamil. Rasulullah SAW

bersabda kepa¬danya :

“Lakukanlah ‘azl padanya jika kamu suka ! ” (HR.

Ahmad, Muslim, dan Abu Dawud)

56

Page 57: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

Namun demikian, dibolehkan melakukan aborsi baik pada

tahap penciptaan janin, ataupun setelah peniupan ruh padanya,

jika dokter yang terpercaya menetapkan bahwa keberadaan janin

dalam perut ibu akan mengakibatkan kematian ibu dan janinnya

sekaligus. Dalam kondisi seperti ini, dibolehkan melakukan

aborsi dan mengupayakan penyelamatan kehidupan jiwa ibu.

Menyelamatkan kehidupan adalah sesuatu yang diserukan oleh

ajaran Islam, sesuai firman Allah SWT :

“Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia,

maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia

semuanya.” (TQS Al Maidah : 32)

Di samping itu aborsi dalam kondisi seperti ini termasuk pula

upaya pengobatan. Sedangkan Rasu¬lullah SAW telah

memerintahkan umatnya untuk berobat. Rasulullah SAW

bersabda :

“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla setiap kali menciptakan

penyakit, Dia ciptakan pula obatnya. Maka berobatlah kalian !”

(HR. Ahmad)

Kaidah fiqih dalam masalah ini menyebutkan :

“Idza ta’aradha mafsadatani ru’iya a’zhamuha dhararan

birtikabi akhaffihima”

“Jika berkumpul dua madharat (bahaya) dalam satu

hukum, maka dipilih yang lebih ringan madharatnya.” (Abdul

57

Page 58: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

Hamid Hakim, 1927, Mabadi` Awaliyah fi Ushul Al Fiqh wa Al

Qawa’id Al Fiqhiyah, halaman 35).

Berdasarkan kaidah ini, seorang wanita dibolehkan

menggugurkan kandungannya jika keberadaan kandungan itu

akan mengancam hidupnya, meskipun ini berarti membunuh

janinnya. Memang mengggugurkan kandungan adalah suatu

mafsadat. Begitu pula hilangnya nyawa sang ibu jika tetap

mempertahankan kandungannya juga suatu mafsadat. Namun tak

syak lagi bahwa menggugurkan kandungan janin itu lebih ringan

madharatnya daripada menghilangkan nyawa ibunya, atau

membiarkan kehidupan ibunya terancam dengan keberadaan

janin tersebut (Abdurrahman Al Baghdadi, 1998).

Pendapat yang menyatakan bahwa aborsi diharamkan sejak

pertemuan sel telur dengan sel sperma dengan alasan karena

sudah ada kehidupan pada kandungan, adalah pendapat yang

tidak kuat. Sebab kehidupan sebenarnya tidak hanya wujud

setelah pertemuan sel telur dengan sel sperma, tetapi bahkan

dalam sel sperma itu sendiri sudah ada kehidupan, begitu pula

dalam sel telur, meski kedua sel itu belum bertemu. Kehidupan

(al hayah) menurut Ghanim Abduh dalam kitabnya Naqdh Al

Isytirakiyah Al Marksiyah (1963) halaman 85 adalah “sesuatu

yang ada pada organisme hidup.” (asy syai` al qa`im fi al ka`in al

hayyi). Ciri-ciri adanya kehidupan adalah adanya pertumbuhan,

gerak, iritabilita, membutuhkan nutrisi, perkembangbiakan, dan

58

Page 59: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

sebagainya. Dengan pengertian kehidupan ini, maka dalam sel

telur dan sel sperma (yang masih baik, belum rusak) sebenarnya

sudah terdapat kehidupan, sebab jika dalam sel sperma dan sel

telur tidak ada kehidupan, niscaya tidak akan dapat terjadi

pembuahan sel telur oleh sel sperma. Jadi, kehidupan (al hayah)

sebenarnya terdapat dalam sel telur dan sel sperma sebelum

terjadinya pembuahan, bukan hanya ada setelah pembuahan.

Berdasarkan penjelasan ini, maka pendapat yang

mengharamkan aborsi setelah pertemuan sel telur dan sel sperma

dengan alasan sudah adanya kehidupan, adalah pendapat yang

lemah, sebab tidak didasarkan pada pemahaman fakta yang tepat

akan pengertian kehidupan (al hayah). Pendapat tersebut secara

implisit menyatakan bahwa sebelum terjadinya pertemuan sel

telur dan sel sperma, berarti tidak ada kehidupan pada sel telur

dan sel sperma. Padahal faktanya tidak demikian. Andaikata

katakanlah pendapat itu diterima, niscaya segala sesuatu aktivitas

yang menghilangkan kehidupan adalah haram, termasuk ‘azl.

Sebab dalam aktivitas ‘azl terdapat upaya untuk mencegah

terjadinya kehidupan, yaitu maksudnya kehidupan pada sel

sperma dan sel telur (sebelum bertemu). Padahal ‘azl telah

dibolehkan oleh Rasulullah SAW. Dengan kata lain, pendapat

yang menyatakan haramnya aborsi setelah pertemuan sel telur

dan sel sperma dengan alasan sudah adanya kehidupan, akan

bertentangan dengan hadits-hadits yang membolehkan ‘azl.

59

Page 60: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kependudukan merupakan suatu hal yang berkaitan dengan

jumlah, ciri utama, pertumbuhan, persebaran, morbilitas, kualitas, kondisi

kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi, sosial budaya, agama

serta lingkungan hidup penduduk.

Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan penduduk atau

populasi, yang dapat diukur baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Perkembangan penduduk meliputi beberapa faktor diantaranya mortalitas,

fertilitas, migrasi, dan berbagai macam aspek yang lain. Islam sudah

mengatur berbagai macam hal tentang masalah kependudukan.

sesuai dengan kaidah fiqhiyah yang berbunyi :

ف� �ص�ر� ت � �م�ام اإل� ع�ل�ى �ة� ي ع� الر� �وط� م�ن �ح�ة� �م�ص�ل �ال ب

60

Page 61: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

“Kebijaksanaan imam (pemerintahan) terhadap rakyatnya bisa

dihubungkan dengan (tindakan) kemaslahatan.”

Islam telah menjadikan ikatan perkawinan yang sah berdasarkan

Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai satu-satunya sarana untuk memenuhi

tuntutan naluri manusia yang sangat asasi, dan sarana untuk membina

keluarga yang Islami. Pernikahan bertujuan untuk memenuhi tuntutan

naluri manusia yang asasi, untuk membentengi akhlak yang luhur dan

untuk menegakkan rumah tangga yang islami

Perceraian adalah sesuatu yang halal tapi dibenci oleh Allah,

perceraian bisa terjadi karena banyak sebab dan memiliki tata cara yang

berbeda antara satu dengan lainnya.

Kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan

sebagai akibat dari pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel

sperma tersebut. Kontrasepsi pada dasarnya diperbolehkan asalkan

tidak membahayakan penggunanya dan tidak menyebabkan

pemandulan secara permanen.

Aborsi adalah pengguguran janin sebelum janin itu lahir sebaagai

bayi, dalam islam aborsi hukumnya haram kecuali karena alasan

tertentu seperti alasan medis yang membahayakan nyawa sang ibu atau

sebelum janin menampakkan tanda-tanda kehidupan dan sebelum

ditiupkan ruh.

3.2 Saran

dalam menghadapi kehidupan khususnya dalam hal kependudukan

islam telah mengaturnya dengan sangat jelas. Baik dalam hal pernikahan,

61

Page 62: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

perceraian, kontrasepsi maupun aborsi islam telah mengaturnya dengan

jelas. Aturan-aturan yang ada dalam islam berujuan untuk kemaslahatan

umat manusia, oleh karena itu hendaknya mausia menggunakan aturan

aturan tersebut agar hidupnya selalu dalam kebenaran dan mendapatkan

yang terbaik di dunia dan akhirat.

DAFTAR PUSTAKA

http://app.syariahcourt.gov.sg/syariah/frontend/

AbtDivorce_IslamicViewOnDivorce_M.aspx [diakses pada 12 september

2012

http://denchiel78.blogspot.com/2010/04/perkawinan-menurut-hukum-

islam.html [diakses pada 14 September 2012]

http://koswara.wordpress.com/2007/07/01/konsep-pernikahan-dalam-

islam/ [diakses pada 14 September 2012 ]

http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-perkawinan-pernikahan-dan-

dasar-tujuan-nikah-kawin-manusia [diakses pada 14 September 2012]

http://rachmatariyadi.blogspot.com/2011/05/alat-kontrasepsi-dalam-

perspektif-hukum.html#!/2011/05/alat-kontrasepsi-dalam-perspektif-

hukum.html [diakses pada 12 September 2012]

http://seputarpernikahan.com/favorit/definisi-perceraian-dalam-islam/

[diakses pada 12 september 2012]

62

Page 63: 3. Konsep Kependudukan Dalam Islam

http://ustirahmawati.wordpress.com/2010/07/08/perceraian/ [diakses pada

13 september 2012]

http://windahidayatulhabibah.blogspot.com/2012/05/makalah-keluarga-

berencana-dalam.html#!/2012/05/makalah-keluarga-berencana-dalam.html

[diakses pada 12 September 2012]

http://www.aborsi.org/definisi.htm [diakses pada 13 september 2012]

http://www.aborsi.org/resiko.htm [diakses pada 13 september 2012]

http://www . aninovianablogspotcom.blogspot.com/2010/12/perceraian-

menurut-hukum-islam.html [diakses pada 14 september 2012]

http://www.anneahira.com/tujuan-pernikahan-11202.htm [diakses pada 14

september 2012]

http://www.gaulislam.com/aborsi-dalam-pandangan-hukum-islam

[diakses pada 13 September 2012]

63