konsep ibadah dalam islam

25
KONSEP IBADAH DALAM ISLAM Disusun Oleh : Didi Kurniawan 111.04.1023 Teknik Elektro

Upload: didi-kurniawan

Post on 25-Jul-2015

995 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep Ibadah Dalam Islam

KONSEP IBADAH DALAM ISLAM

Disusun Oleh :

Didi Kurniawan

111.04.1023

Teknik Elektro

Institut Sains dan Teknologi Akprind

Yogyakarta

2012

Page 2: Konsep Ibadah Dalam Islam

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka

kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Konsep Ibadah dalam

Islam “.

Penulisan ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk

menyelesaikan tugas mata kuliah pendidikan kewarganegaraan. Dalam penulisan

makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis

penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu

kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan

pembuatan makalah ini.

Akhirnya kami sebagai penulis berharap semoga Allah memberikan pahala

yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan

semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal’Alamiin.

Bantul , 1 April 2012

penyusun

2

Page 3: Konsep Ibadah Dalam Islam

Daftar Isi

Kata pengantar 2

Daftar isi 3

BAB I PENDAHULUAN 4

I.1. Latar Belakang 4

I.2. Rumusan Masalah 5

I.3. Tujuan 5

BAB II PEMBAHASAN 6

II.1. Pengertian Ibadah 6

II.2. Tujuan Ibadah 11

II.3. Ruang lingkup Ibadah dan Hubungannya dengan kehidupan 12

II.4. Pembagian Ibadah 13

BAB III KESIMPULAN 16

Daftar Pustaka 17

3

Page 4: Konsep Ibadah Dalam Islam

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Hidup manusia dibumi ini bukanlah suatu kehidupan yang tidak mempunyai

tujuan dan matlamat dan bukan pula melakukan sesuatu mengikut kehendak perasaan

dan keinginan tanpa ada batas dan tanggungjawab. Tetapi penciptaan makhluk

manusia di bumi ini adalah mempunyai suatu tujuan dan tugas risalah yang telah

ditentukan dan ditetapkan oleh Allah Tuhan yang menciptanya.

Tugas dan tanggung jawab manusia sebenarnya telah nyata dan begitu jelas

sebagaimana terkandung di dalam al-Quran yaitu tugas melaksanakan ibadah

mengabdikan diri kepada Allah dan tugas sebagai khalifah-Nya dalam makna

mentadbir dan mengurus bumi ini mengikut ketentuan Allah dan peraturan- Nya.

Firman Allah swt.:

“Dan Aku Tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah

(menyembah) kepada Ku”. (Az-Zaariyaat: 56)

Firman Allah swt.:

“Dan Dialah yang menjadikan kamu khalifah (penguasa-penguasa) di bumi dan Dia

meninggikan sebahagian kamu atas sebaha-gian (yang lain) beberapa darjat untuk

mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu”. (al-An’aam: 165)

Tugas sebagai khalifah Allah ialah memakmurkan bumi ini dengan mentadbir

serta mengurusnya dengan peraturan dan ketentuan Allah. Tugas beribadah dan

mengabdi diri kepada Allah dalam rangka melaksanakan segala aktivitas pengurusan

bumi ini yang tidak terkeluar dari garis panduan yang datang dari Allah swt. dan

dikerjakan segala kegiatan pengurusan itu dengan perasaan ikhlas karena mencari

kebahagian dunia dan akhirat serta keridhaan Allah.

4

Page 5: Konsep Ibadah Dalam Islam

Allah swt. telah menyediakan garis panduan yang lurus dan tepat kepada

manusia dalam rangka pengurusan ini. Allah dengan rasa kasih sayang yang lebih

kepada manusia diturunkannya para rasul dan bersamanya garis panduan yang

diwahyukan dengan tujuan supaya manusia itu boleh mengurus diri mereka dengan

pengurusan yang lebih sempurna dan bertujuan supaya manusia itu dapat hidup

sejahtera dunia dan akhirat.

I.2. Rumusan Masalah

1. Apa arti dari ibadah itu sendiri?

2. Apa tujuan ibadah?

3. Apa ruang lingkup Ibadah dan Hubungannya dengan kehidupan?

4. Apa saja pembagian ibadah?

I.3. Tujuan

1. Agar kita tahu apa arti ibadah.

2. Agar kita tahu ibadah yang benar.

3. Agar kita tahu mengapa kita beribadah.

4. Agar kita senantiasa beribadah dan tidk meninggalkannya.

5

Page 6: Konsep Ibadah Dalam Islam

BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Pengertian Ibadah

Kalimat ibadah berasal daripada kalimat `abdun’. Ibadah dari segi bahasa

berarti patuh, taat, setia, tunduk, menyembah dan memperhambakan diri kepada

sesuatu.

Dari segi istilah agama Islam pula ialah tindakan, menurut, mengikut dan

mengikat diri dengan sepenuhnya kepada segala perkara yang disyariatkan oleh Allah

dan diserukan oleh para Rasul-Nya, dengan berbentuk suruhan atau larangan.

Perintah Allah dan Rasul-Nya ini hendaklah ditunaikan dengan perasaan

penuh sadar, kasih dan iman kepada Allah, bukan karena terpaksa atau karena yang

lain dari cinta kepada-Nya.

Para Nabi dan Rasul merupakan hamba Allah yang terbaik dan sentiasa

melaksanakan ibadah dengan penuh kesempurnaan di mana setiap arahan Tuhannya,

mereka patuhi dengan penuh perasaan iman dan kasih serta mengharap keridhaan dari

Tuhannya. Mereka menjadi contoh teladan yang paling baik kepada kita semua dalam

setiap pekerjaan dan amalan sebagaimana yang dianjurkan oleh al-Quran itu sendiri.

Firman Allah swt. :

“Sesungghnya bagi mu, apa yang ada pada diri Rasulullah itu contoh yang paling

baik”. (al-Ahzab: 21)

Orang yang memperhambakan dirinya (beribadah) kepada Allah mereka akan

senantiasa patuh dan tunduk kepada kehendak dan arahan Tuhannya, sama ada dalam

perkara yang ia suka atau yang ia tidak suka dan mereka mencintai dan mengasihi

6

Page 7: Konsep Ibadah Dalam Islam

Allah dan Rasul-Nya lebih dari yang lain-lainnya. Mereka mengasihi makhluk yang

lain hanyalah karena Allah semata-mata, tidak karena yang lain Kasihkan kepada

Rasulullah saw. pula karena ia membawa Risalah Islam, imankan kepada Rasulullah

saw. hendaklah mengikuti sunahnya sebagaimana firman Allah swt.:

“Katakanlah (wahai Muhammad) sekiranya kamu kasihkan Allah maka ikutilah

aku (pengajaranku) nescaya Allah akan mengasihi kamu dan mengampunkan dosa-

dosa kamu”. (Al-Imran: 31)

Dan andainya kecintaan kamu kepada selain Allah dan Rasul-Nya itu mengatasi dan

melebihi dari kecintaan dan kasih kepada yang lain; Allah akan turunkan azab-Nya

kepada manusia yang telah meyimpang dari ketentuan-Nya. Firman Allah swt.:

“Katakanlah (Muhammad) jika ibu bapa kamu, anak-anak kamu, saudara

mara kamu, suami isteri kamu, kaum keluarga kamu, harta benda yang kamu

usahakan, perniagaan yang kamu bimbangkan kerugiannya, dan rumahtangga yang

kamu sukai itu lebih kamu kasihi daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad untuk

agama Allah, maka tunggulah (kesiksaan yang akan didatangkan) oleh Allah. Dan

Allah tidak memberi hidayah kepada orang-orang fasik”. (At-Taubah: 24)

Ibadah Sebagai Sarana Hablu minallah dan Habu minannas

Setiap ibadah dalam Islam, apakah itu shalat, membayar zakat, melaksanakan

puasa, dan menunaikan haji, memiliki dua dimensi. Pertama, kegiatan ibadah

dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban atau penggilan Allah SWT, dalam rangka

hablum minallah. Kedua, ibadah yang dilakukan oleh hamba Allah itu memiliki

implikasi sosial. Dimensi kedua ini mengarah pada implikasi hablum minallah

terhadap hablum minannas.

Dalam dimensi kewajiban, ibadah shalat (lima waktu), membayar zakat,

menjalankan puasa, dan menunaikan haji merupakan ibadah yang wajib hukumnya

(fardlu ‘ain); artinya setiap muslim wajib melaksanakan ibadah-ibadah itu, kecuali

haji; ibadah haji wajib hukumnya bagi seorang muslim yang mampu untuk

menunaikannya.

7

Page 8: Konsep Ibadah Dalam Islam

Dalam ajaran Islam, ibadah shalat merupakan ibadah yang sangat penting. Karena

sangat pentingnya shalat, maka shalat dipandang sebagai tiang agama. Shalat,

digariskan sebagai ibadah yang mampu mencegah umat muslim dari perbuatan keji

dan munkar, memiliki dimensi sosial, antara lain, mendidik umat manusia untuk

berlaku demokratis. Sewaktu melaksanakan ibadah shalat berjamaah di musholla atau

masjid, antar kaum muslimin tidak ada perbedaan, tidak ada perbedaan antara si kaya

dan si miskin, bawahan dan atasan, kaum elit dan rakyat biasa dan sebagainya.

Seseorang yang paling awal datang ke mushola atau masjid untuk shalat berjamaah,

dia memiliki hak untuk menempatkan diri pada barisan terdepan. Implikasi sosial

lebih lanjut bisa dilihat bila seorang muslim kembali ke tengah-tengah masyarakat,

dia akan mendahulukan atau memperhatikan hak orang lain ketimbang hak yang

dimilikinya. Ini berarti bahwa dia tidak akan merasa menang sendiri, dia tidak akan

merasa pintar sendiri, dia tidak akan merasa benar sendiri, dia rame ing gawe sepi ing

pamrih (tidak melakukan korupsi dan manipulasi, karena dua perbuatan ini mengarah

kepada pengambilan sesuatu yang bukan menjadi haknya), dan sebagainya.

Demikian pula, ibadah puasa juga mendidik kaum muslimin untuk tidak

berburuk sangka (prejudice), tidak melakukan pembedaan (discrimination), dan

sejenisnya terhadap sesama umat manusia. Hal ini didasarkan pada salah satu unsur

puasa adalah menahan lapar dan dahaga. Perasaan lapar dan dahaga merupakan

masalah keseharian yang dihadapi oleh orang-orang miskin, namun bukan menjadi

masalah bagi orang-orang berada. Pada tataran tertentu, seseorang yang berasal dari

kelompok orang berada akan dapat merasakan apa yang dirasakan oleh saudara-

saudaranya yang berada di bawah garis kemiskinan, yaitu perasaan lapar dan dahaga.

Hal ini, sebenarnya, mengajarkan pada umat manusia untuk tidak berburuk sangka,

melakukan diskriminasi atau pembedaan terhadap sesama umat.

Implikasi sosial yang dipancarkan oleh ibadah zakat bisa timbul dari hikmah

ibadah puasa. Seperti diketahui dan dirasakan bahwa setiap orang yang berpuasa pasti

mengalami rasa lapar dan dahaga. Dengan mengalami sendiri bagaimana rasanya

lapar dan dahaga sewaktu berpuasa itu, maka orang-orang, katakanlah, dari kalangan

kaya terlatih untuk merasakan derita lapar dan dahaga sebagaimana yang dialami oleh

golongan fakir-miskin dalam hidup keseharian mereka. Ajaran ini diharapkan dapat

menimbulkan rasa belas kasihan dan sifat penyantun si kaya terhadap si miskin. Pada

waktu-waktu selepas puasa, diharapkan bahwa si kaya atas kemauannya sendiri akan

selalu mengulurkan tangan, memberikan pertolongan dan bantuan baik secara

8

Page 9: Konsep Ibadah Dalam Islam

material maupun non-material. Bantuan-bantuan itu bisa berupa infaq, sedekah dan

zakat (materi) dan nasihat, dorongan moril dan sejenisnya (non-materi). Dalam

kehidupan bernegara, ajaran ini menggariskan kepada para pemegang kekuasaan

untuk mengarahkan segala kebijakan (ekonomi, politik, dan sosial budaya, dan

sebagainya) demi kepentingan orang banyak, khususnya orang miskin, wong cilik

bukan demi kepentingan untuk mencari popularitas dalam rangka mempertahankan

kekuasaan mereka.

Implikasi sosial yang terpancar dalam ibadah haji, antara lain, adalah

terciptanya persaudaraan sesama umat Islam dari seluruh pelosok dunia dan sekaligus

merupakan syiar Islam yang luar biasa. Setiap musim haji tiba, sejumlah besar umat

Islam yang berasal dari seluruh penjuru dunia berbondong-bondong ke tanah suci

untuk menunaikan ibadah haji. Momen ibadah haji ini bisa dimanfaatkan sebagai

syiar Islam dan sekaligus sebagai sarana untuk menjalin persaudaraan sesama muslim

sedunia. Usai menunaikan ibadah haji, seorang muslim dapat memanfaatkan momen

ibadah yang telah dilaksanakan itu sebagai titik tolak untuk mengembangkan tali

persaudaraannya dengan sesama umat muslim, dengan umat sebangsa di tanah airnya

secara lebih baik.

Ibadah haji, sebagaimana dinyatakan oleh Ustadz Fauzan Abidin merupakan

ibadah yang dimaksudkan untuk mensucikan diri dari: kotoran lahiriah, kotoran

bathiniah, kotoran pikiran dan kotoran sosial. (Radar Banjarmasin, 31 Januari).

Seorang muslim yang telah menunaikan ibadah haji berarti yang bersangkutan telah

memenuhi lima rukun Islam. Dia adalah seorang muslim yang telah tersucikan dari

segala kotoran sebagaimana dijelaskan oleh Ustadz tersebut.

Bila ibadah dalam kerangka hablum minallah memiliki implikasi sosial

(hablum minnas) yang positif, dan bila nilai-nilai baik yang terkandung di dalamnya

tertanam secara kokoh dan terpadu dalam diri seorang muslim dan secara terus

menerus diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara maka Insya Allah berarti dia adalah mukmin, muslim dan sekaligus

muhsin.

Dalam ajaran Islam, hubungan antar manusia (hablum minannas) yang

terbimbing melalui ibadah (hablum minallah) telah diatur secara sangat rapi. Dalam

kerangka hubungan antar manusia, ajaran Islam menggariskan pola persaudaraan

sesama muslim ( ukhuwah al- Islamiyah atas dasar al muslimu akhul muslim),

persaudaraan sesama warga bangsa (ukhuwah al- wathaniyah), dan persaudaraan

9

Page 10: Konsep Ibadah Dalam Islam

sesama manusia (ukhuwah al-basyariyah). Dalam hal ini, para mukminin, muslimin

dan muhsinin yang telah menunaikan lima rukun Islam (bukan hanya rukun Islam ke

lima) menjadi harapan kita semua untuk menjadi pelopor dalam mengemban ajaran

Allah SWT, bahwa: “Islam adalah rahmat bagi sekalian alam”, yang di samping

dengan tetap menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT, secara sosial

mereka akan senantiasa, antara lain, menjaga kelestarian, keselarasan, keharmonisan

di muka bumi ini.

Dominasi dalam arti positif , misalnya, dapat kita lihat dalam ajaran Islam di

mana hubungan antar manusia (hablum minannas) telah diatur sedemikian rapinya

sehingga dominasi pihak yang mayoritas, kuat, kaya, berpengaruh atau sejenisnya

harus diupayakan menjadi hal yang positif dan diridhai oleh Allah S.W.T. Dalam

pandangan Islam, orang atau kelompok orang yang dominan, kuat, kaya, atau

berpengaruh bisa saja melakukan dominasi tetapi harus dalam kerangka untuk

melindungi atau mengayomi pihak lain yang lemah. Orang kaya yang secara ekonomi

dominan harus melindungi atau mengayomi pihak yang miskin dengan cara

memberikan sedekah, santunan, zakat, pekerjaan atau sejenisnya. Dalam dunia kerja

hubungan antara majikan dan buruh dalam ajaran Islam tidak berimplikasi pada

dominasi majikan terhadap buruh, seperti yang diisyaratkan oleh sistem kelas model

kapitalisme.

Seperti diuraikan di atas, ajaran Islam menggariskan pola persaudaraan sesama

muslim, persaudaraan sesama warga bangsa, dan persaudaraan sesama manusia.

Dengan demikian jikalau kaum muslimin menjadi kekuatan yang dominan maka tidak

ada alasan bagi mereka untuk melakukan penindasan, penekanan, intimidasi,

perampasan hak atau sejenisnya terhadap kelompok lain yang lemah atau minoritas.

Sebab, ajaran Islam menunjukkan bahwa semua umat manusia di bumi ini, tanpa

memandang rasa, suku dan agama, adalah saudara.

Dalam pandangan Islam, jikalau terjadi dominasi yang mengarah pada penindasan,

intimidasi, pemaksaan, perampasan hak dan sejenisnya, berarti di sana terjadi pula

pengingkaran terhadap ajaran Islam bahwa : “Islam adalah rahmat bagi sekalian

alam”, dan terhadap hakikat manusia sebagai Allah S.W.T, yang antara lain untuk

menjaga kelestarian, keselarasan, keharmonisan di muka bumi ini.

II.2. Tujuan Ibadah

10

Page 11: Konsep Ibadah Dalam Islam

Sebagaimana kita ketahui dan maklum bahawa pengutusan manusia ke dunia

ini tidak lain melainkan untuk beribadah (memperhambakan diri) kepada al-Khaliq,

Allah Yang Maha Pencipta dan juga kita telah mengetahui bahawa pengertian ibadah

dalam Islam merangkumi semua bidang amalan dalam kehidupan manusia.

Dan di sini timbul pertanyaan kenapa kita mengabdi menyembah Allah dan

apakah matlamat ibadah itu ? Apakah ada faedah untuk-Nya atau apa faedah yang

boleh didapati oleh seseorang hamba yang menyembah-Nya ?

Jawabannya ialah bahwa Allah swt. Yang Maha Suci dan Maha Tinggi tidak

mendapat sembarang faedah dari ketaatan orang yang menyembah-Nya dan tidak

memberi mudarat sedikitpun dari keengganan orang yang menentang dan ingkar

kepada perintah-Nya.

Begitu juga tidak menambahkan kuasa keagungan pemerintahan-Nya oleh

puji-pujian orang yang memuji-Nya dan tidak mengurangi keagungan kekuasaan-Nya

oleh keingkaran orang-orang yang mengengkari perintah-Nya.

Ini karena Allah Maha Kaya dan mempunyai segala-galanya karena semua

yang ada di alam ini menjadi milik-Nya belaka sedangkan kita manusia adalah satu

dari makhluk Allah yang banyak itu, makhluk manusia ini terlalu kecil, hina dan

miskin, serba kekurangan dan sentiasa berjanji dan memerlukan kepada-Nya.

Allah, Dialah Tuhan Maha Pemurah, Maha Mulia, Maha Penyayang serta

bersifat Maha Memberi kepada semua makhuk-Nya dan Dia tidak menyuruh kita

mengerjakan sesuatu melainkan perkara itu mendatangkan kebaikan bagi makhluk itu

sendiri.

Firman Allah swt. maksudnya:

“Sesungguhnya Kami telah kurniakan hikmat (ilmu pengetahuan) kepada

Luqman supaya dia bersyukur kepada Allah dan sesiapa yang bersyukur, sebenarnya

dia bersyukur dagi faedah dirinya sendiri dan sesiapa yang ingkar, sesungghnya

Allah Maha Kaya lagi Terpuji”. (Luqman: 12)

Dari itu kita wajiblah mensyukuri segala nikmat dan karunia Allah swt.

kepada kita semua yang mana sekiranya kita hendak menghitugnya sudah tentu kita

tidak mampu untuk berbuat demikian, begitulah besar dan banyaknya pemberian

Allah kepada kita semua sebagai makhluk-Nya.

11

Page 12: Konsep Ibadah Dalam Islam

II.3. Ruang lingkup Ibadah dan Hubungannya dengan kehidupan

Sebgaimana yang dijelaskan di atas nyatalah ibadah itu itu bukanlah sesempit

apa yang dipahami oleh sebahagian dari kalangan manusia yang tidak dapat

memahami kesempurnaan Islam itu sendiri di mana pada anggapan mereka Islam itu

hanya suatu perbicaraan pasal akhirat (mati) dan melakukan beberapa jenis ibadah

persendirian tidak lebih dari itu. Begitu juga bila disebut ibadah apa yang tergambar

hanyalah masjid, tikar sembahyang, puasa, surau, tahlil, membaca al-Quran, doa, zikir

dan sebagainya yaitu kepahaman sempit disekitar ibadah-ibadah khusus dan ritual

sahaja tidak lebih dari itu. Kepahaman seperti ini adalah akibat dari serangan

pahaman Sekular yang telah berakar umbi ke dalam jiwa sebahagian dari kalangan

orang-orang Islam.

Islam adalah suatu cara hidup yang lengkap dan sempurna, yang merangkumi

semua bidang kehidupan dunia dan akhirat, di mana dunia merupakan tanaman atau

ladang yang hasil serta keuntungannya akan dituai dan dinikmati pada hari akhirat

kelak.

Ibadah dalam Islam meliputi semua urusan kehidupan yang mempunyai

paduan yang erat dalam semua lapangan hidup dunia dan akhirat, tidak ada pemisahan

antara kerja-kerja mencari kehidupan di muka bumi ini dan hubungannya dengan

balasan akhirat. Islam mengajarkan kepada kita setiap apa juga amalan yang

dilakukan oleh manusia ada nilai dan balasan sama ada pahala atau siksa. Inilah

keindahan Islam yang disebut sebagai ad-Deen yang lengkap sebagai suatu sistem

hidup yang boleh memberi kesejahteraan hidup penganutnya di dunia dan di akhirat.

Dengan kata lain setiap amalan atau pekerjaan yang membawa manfaat

kepada individu dan masyarakat selama ia tidak bercanggah dengan syarak jika

sekiranya ia memenuhi syarat-syaratnya, seperti dikerjakan dengan ikhlas karena

Allah semata-mata bukan karena mencari kepentingan dan mencari nama serta ada

niat mengharapkan balasan dari manusia atau ingin mendapat pujian dan sanjungan

dari manusia; maka amalan-amalan yang demikian akan mejadi ibadah yang diberi

pahala di sisi Allah swt di akhirat kelak, insya’-Allah.

Berdasarkan kepada konsep ibadah tersebut maka setiap perbuatan

pertolongan baik kepada orang lain seperti membantu orang sakit, tolong

merengankan beban dan kesukaran hidup orang lain, memenuhi keperluannya,

12

Page 13: Konsep Ibadah Dalam Islam

menolong orang yang teraniaya, mengajar dan membimbing orang yang jahil adalah

ibadah.

Termasuk juga dalam makna ibadah ialah setiap perbuatan, perkataan manusia

zahir dan batin yang disukai dan diredai oleh Allah swt. Bercakap benar, taat kepada

orang tua, amanah, menepati janji, berkata benar, memenuhi janji keperluan orang

lain adalah ibadah.

Menuntut ilmu, menyuruh perkara kebaikan dan mencegah segala kejahatan,

berjihad, memberi pertolongan kepada sesama manusia, dan kepada binatang, berdoa,

puasa, sembahyang, membaca al-Quran semuanya itu juga adalah sebahagian dari

ibadah.

Begitu juga termasuk dalam pengertian ibadah iman kepada Allah dan Rasul-

Nya, melaksanakan hukum-hukum Allah, sabar menerima ujian, bersyukur menerima

nikmat, reda terhadap qadha’ dan qadar-Nya dan banyak lagi kegiatan dan tindakan

manusia yang termasuk dalam bidang ibadah.

Kesimpulannya ruang lingkup ibadah dalam Islam adalah terlalu terlalu luas

yang merangkumi semua jenis amalan dan syiar Islam dari perkara yang sekecil-

kecilnya seperti cara makan, minum dan masuk ketandas hinggalah kerja-kerja

menguruskan kewangan dan pentadbiran negara semuanya adalah dalam makna dan

pengertian ibadah dalam arti kata yang luas apabila semuanya itu dikerjakan dengan

sebaik-baiknya dengan menurut adab dan peraturan serta memenuhi syarat-syaratnya.

II.4. Pembagian Ibadah.

Untuk memudahkan bahasan dan perbincangan kita berhubung dengan ibadah

ini, ulama-ulama Islam membagikan ibadah kepada dua bagian sebagai berikut:

1. Ibadah khusus.

2. Ibadah Umum.

Ibadah khusus ialah semua amalan yang tercantum dalam bab al-Ibadaat yang

utamanya ialah sembahyang, puasa, zakat dan haji.

Ibadah Umum pula ialah segala amalan dan segala perbuatan manusia serta

gerak-gerik dalam kegiatan hidup mereka yang memenuhi syarat-syarat berikut:

1) Amalan yang dikerjakan itu di akui oleh syariat dan sesuai dengan Islam.

2) Amalan tersebut tidak bercanggah dengan syariat, tidak zalim, khianat dan

sebagainya

13

Page 14: Konsep Ibadah Dalam Islam

3) Amalan tersebut dikerjakan dengan niat ikhlas semata-mata karena Allah swt. tidak

riak, ujub dan um’ah.

4) Amalan itu hendaklah dikerjakan dengan sebaik-baiknya.

5) Ketika mengerjakan amalan tersebut tidak lalai atau mengabaikan kewajiban

ibadah khusus seperti sembahyang dan sebagainya.

Firman Allah swt.:

“Lelaki yang tidak dilalaikan mereka oleh perniagaan atau jual beli dari

mengingati Allah, mendirikan sembahyang dan mengeluarkan zakat mereka takut

kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang”. (An-

Nur: 37)

Amalan-Amalan yang Tidak Menjadi Ibadah

Dilihat dari syarat-syarat di atas, nampaklah kepada kita bahwa sesuatu

amalan yang dikerjakan oleh seseorang begitu sukar sekali untuk mencapai

kesempurnaan dalam makna ibadah dengan artikata yang sebenar-benarnya mengikut

syarat-syarat dan ketentuan tersebut di atas, oleh itu kita hendaklah bersungguh-

sungguh dalam mengusahakan amalan kita supaya dapat mencapai matlamat ibadah

yang sempurna dengan menyempurnakan segala syarat-syaratnya.

Dan kita hendaklah sentiasa meneliti dan memperhatikan dengan sungguh-

sungguh agar kita tidak tertipu dengan amalan kita sendiri; dengan menyangka kita

telah banyak melaksanakan amal ibadah dengan sempurna tetapi pada hakikatnya

tidak demikian, kita takut akan tergolong ke dalam golongan manusia yang tertipu

dan sia-sia amalan kita dan apa yang kita dapat hanyalah penat dan lelah. Ini karena

kita melakukan amalan dan kerja-kerja kebajikan itu tidak menepati dan tidak selari

dengan ketentuan dan syarat-syarat ibadah dan amal soleh yang dikehandkki itu.

Dari itu disamping kita melaksanakan segala amalan zahir dengan sempurna

mengikut petunjuk dari Rasulullah saw. apa yang lebih penting lagi ialah kita

membetulkan amalan batin yaitu amalan hati supaya betul yaitu niat dengan ikhlas,

amalan itu semata-mata karena Allah tidak karena yang lain dari-Nya. Dan kita juga

hendaklah sentiasa menjaga keikhlasan hati kita ini dari penyakit-penyakit yang boleh

merusakannya seperti riak, ujub, sum’ah, takabur dan sebagainya.

Kesimpulan secara mudah ialah seorang lelaki yang memakai pakaian untuk

menutup aurat dari kain sutra, dan perempuan yang berpakaian meliputi badannya

14

Page 15: Konsep Ibadah Dalam Islam

tetapi masih menampakan susuk badannya masih lagi tidak dinamakan ibadah, atau

seorang menderma dengan tujuan supaya dipuji dan digelar sebagai dermawan atau

seorang yang rajin bersembahyang dengan niat tujuan supaya digelar sebagai ahli

ibadah oleh manusia; itu semua tidak termasuk dalam makna ibadah yang diterima

oleh Allah swt.

Dengan demikian jelaslah kepada kita segala amalan yang tidak memenuhi

syarat-syarat di atas itu tidak dikira sebagai ibadah. Niat dan tujuan serta matlamat

adalah sangat penting dalam sesuatu amalan di samping amalan tersebut tidak

bercanggah serta diakui sah oleh syariat Islam.

15

Page 16: Konsep Ibadah Dalam Islam

BAB III

Kesimpulan

Sebagaimana yang telah kita paham sebelum ini ruang lingkup ibadah itu

adalah terlalu luas sebagaimana yang telah dijelaskan yaitu ibadah merupakan semua

kegiatan hidup manusia itu sendiri yang sesuai dengan syariat Islam yang suci dan

murni itu, oleh itu bolehlah diartikan ibadah dalam Islam bermula sejak dari adab-

adab masuk ketandas mengerjakan qadha’ janji sampai kepada bagaimana cara

mengurus kewenangan dan mentadbir negara.

Kegiatan hidup manusia ini akan termasuk ke dalam makna ibadah yang diberi

ganjaran dan pembalasan pahala baik di akhirat apabila ia menepati dengan kehendak

syariat, tidak menyeleweng dari kehendak dan ketentuan Allah swt. dikerjakan

mengikut peraturan dan syarat-syaratnya, disertai pula dengan niat yang betul dan

ikhlas semata-mata dilakukan karena mencari keridhaan Allah swt. tidak karena yang

lain dari-Nya, menghindarkan diri dari perasaan riak, (menunjuk-nunjuk), ingin dipuji

dan terkenal sebagai orang yang rajin, tekun, orang baik dan ingin disebut-sebut

sebagai ahli ibadah oleh orang ramai dan juga suka berbangga dengan memberi tahu

kepada orang lain akan amal kebajikannya. Ia juga hendaklah menghindarkan diri dari

merasa bangga karena ia telah banyak berbuat kebajikan dan berbuat amal ibadah.

Oleh sebab itu ibadah dalam Islam bukanlah tertuju kepada amalan-amalan

ibadah yang ritual semata seperti sholat, zikir, puasa, haji dan sebagainya yang

disebut sebagai ibadah khusus, tetapi ibadah juga mencakup kerja-kerja

kemasyarakatan dan sosial, mencari rezki, ibadah sekiranya dilakukan menurut cara

dan kehendak Islam serta niat dari hati yang ikhlas semata-mata karena Allah swt.

16

Page 17: Konsep Ibadah Dalam Islam

Daftar pustaka

www.google.com

Pendidikan Agama Islam untuk SMK

17