memahami konsep islam tentang

38
KONSEP ISLAM TENTANG HARTA A. Pendahuluan Adalah fitrah manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara lahiriyah maupun batiniah. Hal ini mendorong manusia untuk senantiasa berupaya memperoleh segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan lahiriyah identik dengan terpenuhinya kebutuhan dasar (basic needs) berupa sandang, pangan dan papan. Tapi manusia tidak berhenti sampai disitu, bahkan cenderung terus berkembang kebutuhan- kebutuhan lain yang ingin dipenuhi. Segala kebutuhan itu seolah-olah bisa terselesaikan dengan dikumpulkannya Harta sebanyak-banyaknya. Istilah HARTA, atau al-mal dalam al-Qur’an maupun Sunnah tidak dibatasi dalam ruang lingkup makna tertentu, sehingga pengertian al-Mal sangat luas dan selalu berkembang. Kriteria harta menurut para ahli fiqh terdiri atas : pertama,memiliki unsur nilai ekonomis.Kedua, unsur manfaat atau jasa yang diperoleh dari suatu barang. Nilai ekonomis dan manfaat yang menjadi kriteria harta ditentukan berdasarkan urf (kebiasaan/ adat) yang berlaku di tengah masyarakat.As-Suyuti berpendapat bahwa istilah Mal hanya untuk barang yang memiliki nilai ekonomis, dapat diperjualbelikan, dan dikenakan ganti rugi bagi yang merusak atau melenyapkannya. Dengan demikian tempat bergantungna status al-mal terletak pada nilai ekonomis (al-qimah) suatu barang berdasarkan urf. Besar kecilnya al-qimah dalam harta tergantung pada besar ekcilnya anfaat suatu barng. Faktor manfaat menjadi patokan dalam menetapkan nilai ekonomis suatu barang. Maka manfaat suatu barang menjadi tujuan dari semua jenis harta. 1. Rumusan masalah a. Bagaimanakah konsep islam tentang harta?

Upload: ovan-oval-sanksniper

Post on 24-Jun-2015

163 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Memahami Konsep Islam Tentang

KONSEP ISLAM TENTANG HARTA

A. Pendahuluan

Adalah fitrah manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara lahiriyah

maupun batiniah. Hal ini mendorong manusia untuk senantiasa berupaya memperoleh segala

sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan lahiriyah identik dengan

terpenuhinya kebutuhan dasar (basic needs) berupa sandang, pangan dan papan. Tapi

manusia tidak berhenti sampai disitu, bahkan cenderung terus berkembang kebutuhan-

kebutuhan lain yang ingin dipenuhi. Segala kebutuhan itu seolah-olah bisa terselesaikan

dengan dikumpulkannya Harta sebanyak-banyaknya.

Istilah HARTA, atau al-mal dalam al-Qur’an maupun Sunnah tidak dibatasi dalam

ruang lingkup makna tertentu, sehingga pengertian al-Mal sangat luas dan selalu

berkembang. Kriteria harta menurut para ahli fiqh terdiri atas : pertama,memiliki unsur nilai

ekonomis.Kedua, unsur manfaat atau jasa yang diperoleh dari suatu barang.

Nilai ekonomis dan manfaat yang menjadi kriteria harta ditentukan berdasarkan urf

(kebiasaan/ adat) yang berlaku di tengah masyarakat.As-Suyuti berpendapat bahwa istilah

Mal hanya untuk barang yang memiliki nilai ekonomis, dapat diperjualbelikan, dan

dikenakan ganti rugi bagi yang merusak atau melenyapkannya.

Dengan demikian tempat bergantungna status al-mal terletak pada nilai ekonomis (al-

qimah) suatu barang berdasarkan urf. Besar kecilnya al-qimah dalam harta tergantung pada

besar ekcilnya anfaat suatu barng. Faktor manfaat menjadi patokan dalam menetapkan nilai

ekonomis suatu barang. Maka manfaat suatu barang menjadi tujuan dari semua jenis harta.

1. Rumusan masalah

a. Bagaimanakah konsep islam tentang harta?

b. Adakah hubungan antara ayat-ayat alqur’an dengan harta?

c. Bagaimana metode memperoleh dan membelanjakan harta?

2. Tujuan

a)    Dapat mengidentifikasi ayat-ayat alqur’an yang berkaitan dengan harta.

b)   Dapat memahami konsep islam tentang harta.

c)    Dapat mengetahui metode memperoleh dan membelanjakan harta.

B. PENGERTIAN HARTA

Istilah HARTA, atau al-mal dalam al-Qur’an maupun Sunnah tidak dibatasi dalam

ruang lingkup makna tertentu, sehingga pengertian al-Mal sangat luas dan selalu

berkembang. Kriteria harta menurut para ahli fiqh terdiri atas : pertama,memiliki unsur nilai

ekonomis.Kedua, unsur manfaat atau jasa yang diperoleh dari suatu barang.

Nilai ekonomis dan manfaat yang menjadi kriteria harta ditentukan berdasarkan urf

(kebiasaan/ adat) yang berlaku di tengah masyarakat.As-Suyuti berpendapat bahwa istilah

Page 2: Memahami Konsep Islam Tentang

Mal hanya untuk barang yang memiliki nilai ekonomis, dapat diperjualbelikan, dan

dikenakan ganti rugi bagi yang merusak atau melenyapkannya.

Dengan demikian tempat bergantungna status al-mal terletak pada nilai ekonomis (al-

qimah) suatu barang berdasarkan urf. Besar kecilnya al-qimah dalam harta tergantung pada

besar ekcilnya anfaat suatu barng. Faktor manfaat menjadi patokan dalam menetapkan nilai

ekonomis suatu barang. Maka manfaat suatu barang menjadi tujuan dari semua jenis harta.

C. PANDANGAN ISLAM MENGENAI HARTA

Pandangan Islam mengenai harta dapat diuraikan sebagai berikut:

Pertama, Pemiliki Mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka bumi ini adalah

ALLAH SWT. Kepemilikan oleh manusia bersifat relatif, sebatas untuk melaksanakan

amanah mengelola dan memanfaatkan sesuai dengan ketentuanNya (QS al_Hadiid: 7).

Dalam sebuah Hadits riwayat Abu Daud, Rasulullah bersabda:

‘Seseorang pada Hari Akhir nanti pasti akan ditanya tentang empat hal: usianya

untuk apa dihabiskan, jasmaninya untuk apa dipergunakan, hartanya darimana didapatkan

dan untuk apa dipergunakan, serta ilmunya untuk apa dipergunakan’’.

Kedua, status harta yang dimiliki manusia adlah sebagai berikut :

1. harta sebagai amanah (titipan) dari Allah SWT. Manusia hanyalah pemegang amanah

karena memang tidak mampu mengadakan benda dari tiada.

2. Harta sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan manusia bisa menikmatinya dengan

baik dan tidak berlebih-lebihan ( Ali Imran: 14). Sebagai perhiasan hidup harta sering

menyebabkan keangkuhan, kesombongan serta kebanggaan diri.(Al-Alaq: 6-7).

3. Harta sebgai ujian keimanan. Hal ini menyangkut soal cara mendapatkan dan

memanfaatkannya, apakah sesuai dengan ajaran Islam atau tidak (al-Anfal: 28)

4. harta sebagai bekal ibadah, yakni untuk melaksankan perintahNyadan melaksanakan

muamalah si antara sesama manusia, melalui zakat, infak, dan sedekah.(at-

Taubah :41,60; Ali Imran:133-134).

Ketiga, Pemilikan harta dapat dilakukan melalui usaha (‘amal) ataua mata pencaharian

(Ma’isyah) yang halal dan sesuai dengan aturanNya. (al-Baqarah:267)

‘’Sesungguhnya Allah mencintai hambaNya yang bekerja. Barangsiapa yang bekerja

keras mencari nafkah yang halal untk keluarganya maka sama dengan mujahid di jalan

Allah’’ (HR Ahmad).

‘’Mencari rezki yang halal adalah wajib setelah kewajiban yang lain’’(HR Thabrani)

‘’jika telah melakukan sholat subuh janganlah kalian tidur, maka kalian tidak akan

sempat mencari rezki’’ (HR Thabrani).

Keempat, dilarang mencari harta , berusaha atau bekerja yang melupakan mati (at-

Takatsur:1-2), melupakan Zikrullah/mengingat ALLAH (al-Munafiqun:9), melupakan sholat

dan zakat (an-Nuur: 37), dan memusatkan kekayaan hanya pada sekelompok orang kaya saja

(al-Hasyr: 7)

Page 3: Memahami Konsep Islam Tentang

Kelima: dilarang menempuh usaha yang haram, seperti melalui kegiatan riba (al-

Baqarah: 273-281), perjudian, jual beli barang yang haram (al-maidah :90-91), mencuri

merampok (al-Maidah :38), curang dalam takaran dan timbangan (al-Muthaffifin: 1-6),

melalui cara-cara yang batil dan merugikan (al-Baqarah:188), dan melalui suap menyuap

(HR Imam Ahmad).

D. KEPEMILIKAN HARTA

Di atas telah disinggung bahwa Pemilik Mutlak harta adalah Allah SWT. Penisbatan

kepemilikan kepada Allah mengandung tujuan sebagai jaminan emosional agar harta

diarahkan untuk kepentingan manusia yang selaras dengan tujuan penciptaan harta itu

sendiri.

Namun demikian, Islam mengakui kepemilikan individu, dengan satu konsep khusus,

yakni konsep khilafah. Bahwa manusia adalah khalifah di muka bumi yang diberi kekuasaan

dalam mengelola dan memanfaatkan segala isi bumi dengan syarat sesuai dengan segala

aturan dari Pencipta harta itu sendiri.

Harta dinyatakan sebagai milik manusia, sebagai hasil usahanya. Al-Qur’an

menggunakan istilah al-milku dan al-kasbu (QS 111:2) untuk menunjukkan kepemilikan

individu ini. Dengan pengakuan hak milik perseorangan ini, Islam juga menjamin

keselamatan harta dan perlindungan harta secara hukum.

Islam juga mengakui kepemilikan bersama (syrkah) dan kepemilikan negara.

Kepemilikan bersama diakui pada bentuk-bentuk kerjasama antar manusia yang bermanfaat

bagi kedua belah pihak dan atas kerelaan bersama. Kepemilikan Negara diakui pada asset-

asset penting (terutama Sumber Daya Alam) yang pengelolaannya atau pemanfaatannya

dapat mempengaruhi kehidupan bangsa secara keseluruhan.

E. METODE MEMPEROLEH DAN MEMBELANJAKAN HARTA

Untuk memperoleh harta dapat ditempuh dengan beberapa cara dengan prinsip

sukarela, menarik manfaat dan menghindarkan mudarat bagi kehidupan manusia,

memelihara nilai-nilai keadilan dan tolong menolong serta dalam batas-batas yang diizinkan

syara’(hukum ALLAH)

Di antara cara memperoleh harta dapat disebutkan yang terpenting:

a. Menguasai benda-benda mubah yang belum menjadi milik seorang pun.

b. Perjanjian-perjanjian hak milik seperti jual-beli, hibah (pemberian/.hadiah), dan wasiat

c. Warisan sesuai dengan aturan Islam

d. Syuf’ah, hak membeli dengan paksa atas harta persekutuan yang dijual kepada orang lain

tanpa izin para anggota persekutuan yang lain.

e. Iqtha, pemberian dari pemerintah

f. Hak-hak keagamaan seperti bagian zakat, bagi ‘amil, nafkah istri, anak, dan orang tua.

Page 4: Memahami Konsep Islam Tentang

Cara memperoleh harta yang dilarang ialah yang bertentangan dengan prinsip-prinsip

tersebut di atas, yaitu memperoleh harta dengan cara-cara yang mengandung unsur paksaan

dan tipuan yang bertentanga dengan prinsip sukarela, seperti merampas harta orang lain,

menjual barang palsu, mengurangi ukuran dan timbangan, dan sebagainya. Kemudian

memperoleh hartanya dengan cara yang justru mendatangkan mudharat/keburukan dalam

kehidupan masyarakat, seperti jual beli ganja, perjudian, minuman keras, prostitusi,dan lain

sebagainya. Atau memperoleh harta dengan jalan yang bertentangan dengan nilai keadilan

dan tolong menolong, seperti riba, meminta balas jasa tidak seimbang dengan jasa yang

diberikan. Juga menjual barang dengan harga jauh lebih tinggi dari harga yang sebenarnya,

atau bisa dikatakan mengambil kesempatan dalam kesempitan.

Mengenai pembelanjaan harta, Islam mengajarkan agar membelanjakn hartanya

mula-mula untuk mencukupkan kebutuhan dirinya sendiri, lalu untuk memenuhi kebutuhan

keluarga yang menjadi tanggungannya, barulah memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam

pemenuhan kebutuhan ini, Islam mengharamkan bermegah-megah dan berlebih-lebihan

(Israf dan mubazir). Karena sifat ini cenderung kepada penumpukan harta yang

membekukan fungsi ekonomis dari harta tersebut.

Untuk itulah pada satu takaran tertentu harta dikenai wajib zakat. Zakat merupakan

implementasi pemenuhan hak masyarakat dan upaya memberdayakan harta pada fungsi

ekonomisnya.

Ringkasnya, aturan dalam memperoleh harta dan membelanjakan harta, didasarkan

pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

Prinsip Sirkulasi dan perputaran. Artinya harta memiliki fungsi ekonomis yang harus

senantiasa diberdayakan agar aktifitas ekonomi berjalan sehat. Maka harta harus berputar

dan bergerak di kalangan masyarakat baik dalam bentuk konsumsi atau investasi.sarana

yang diterapkan oleh syari’at untuk merealisasikan prinsip ini adalah dengan larangan

menumpuk harta, monopoli terutama pada kebutuhan pokok, larangan riba, berjudi,

menipu.

Prinsip jauhi konflik. Artinya harta jangan sampai menjadi konflik antar sesama manusia.

Untuk itu diperintahkan aturan dokumentasi, pencatatan/akuntansi, al-isyhad/saksi,

jaminan (rahn/gadai).

Prinsip Keadilan. Prinsip keadilan dimaksudkan untuk meminimalisasi kesenjangan

sosial yang ada akibat perbedaan kepemilikan harta secara individu. Terdapat dua metode

untuk merealisasikan keadilan dalam harta yaitu perintah untuk zakat infak shadaqah, dan

larangan terhadap penghamburan (Israf/mubazir).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menegur:

Seorang hamba berkata: “Hartaku! Hartaku!”

Sesungguhnya yang menjadi (harta) miliknya tidak lain hanya tiga:

(1) Apa yang dia makan hingga habis,

(2) Apa yang dipakai hingga lusuh dan

Page 5: Memahami Konsep Islam Tentang

(3) Apa yang dia sedekahkan maka ia disimpan sebagai pahala untuk akhirat.

Apa jua selain itu (bukanlah hartanya kerana) dia akan pergi (mati)

dan meninggalkannya kepada manusia.[3]

Muslim dalam Shahihnya, hadis no: 2959 (Kitab al-Zuhud wa al-Raqa’iq).

F. Bahaya harta, tergantung sifat dan perbuatan kita terhadapnya:

1. Lebih banyak harta, lebih keras hisabnya

Nabi SAW bersabda, ”Harta sebagai kenikmatan yang akan dimintai pertanggungan

jawabnya.” (Tirmidzi, Ibnu Majah)

Allah SWT berfirman, ”Kemudian pasti kamu akan ditanya tentang semua nikmat yang

telah kamu rasakan di dunia.” (At-Takatsur:8)

Sabda Nabi SAW, ”Halalnya dunia itu hisab dan haramnya itu adzab.” (Ibnu Abidunya)

2. Timbul penyakit cinta dunia dan melalaikan Akherat

Sabda Nabi SAW, ”Kemanisan dunia adalah kepahitan akherat. Dan pahitnya dunia

adalah manisnya akherat.” (Thabrani, Baihaqi, Hakim)

Sabda Nabi SAW lainnya, ”Cinta dunia adalah induk segala kesalahan.” (Baihaqi)

Pada hakikatnya semua harta yang ada di langit dan di bumi adalah milik Allah.

Sebagaimana dalam firmanNya :

Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. dan jika

kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya

Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah

mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya;

dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. ( Q.S Al Baqarah 284 )

Orang – orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: “Kami ini adalah anak-anak Allah dan

kekasih-kekasih-Nya”. Katakanlah: “Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-

dosamu?” (kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu

adalah manusia(biasa) diantara orang-orang yang diciptakan-Nya dan menyiksa siapa

yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. dan kepunyaan Allah-

lah kerajaan antara keduanya. dan kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu). ( Q.S Al –

Maidah : 18 )

Orang – orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu

mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk

(yang benar)”. dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah

pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong

bagimu.( Q.S Al Baqarah : 120 )

Konsekwensi logis dari ayat di atas adalah:

1. Manusia bukanlah pemilik mutlak tapi dibatasi oleh hak – hak Allah, maka wajib

baginya untuk mengeluarkan sebagian kecil hartanya untuk berzakat dan ibadah

lainnya.

Page 6: Memahami Konsep Islam Tentang

2. Harta perorangan boleh digunakan untuk umum dengan syarat pemiliknya

memperoleh imbalan yang wajar.

3. Cara – cara pengambilan manfaat harta mengarah kepada kemakmuran bersama.

Pelaksanaannya dapat diatur oleh masyarakat melalui wakil – wakilnya

Pada dasarnya harta mempunyai sifat yang saling bertolak belakang. Kadang-kadang

dapat menyelamatkan pemiliknya, namun tak sedikit pula mencelakakan. Oleh sebab itu

Islam telah mengatur bagaimana caranya seorang muslim dapat memanfaatkan harta yang

dimilikinya itu agar berguna bagi kehidupan dunia dan akhirat. Belumlah lengkap jika harta

itu hanya dinikmati untuk kepentingan duniawi dan sama sekali tidak berpengaruh pada

kehidupan akhirat. Keduanya harus mendapat porsi yang seimbang.

Harta bukanlah suatu tujuan hidup. Bukan suatu sebab untuk mencapai kebahagiaan.

Kalau seseorang menempatkan harta sebagai tujuan hidup dan menganggap segalagalanya,

maka ia akan sering mendapatkan kesulitan daripada kedamaian hati.

Tujuan hidup adalah melaksanakan suatu kewajiban-kewajiban. Adapun harta benda

yang kita miliki merupakan sarana untuk mendukung pelaksanaan kewajiban-kewajiban itu.

Kita beribadah perlu harta. Orang tak akan bisa membangun masjid, menyantuni yatim

piatu, berzakat dan bersedekah dan berangkat haji tanpa didukung oleh sarana harta benda.

Kadang-kadang orang menjadi tergila-gila oleh harta benda. Ia membanting tulang dan

memeras keringat, tak kenal siang atau malam, tak kenal kawan atau lawan asal tujuannya

tercapai. Kalau harta sudah didapat, Ia ingin lebih banyak lagi… dan ingin terus bertambah.

Kesibukannya memburu harta membuat dirinya lupa terhadap kewajiban. Ibadahnya

menjadi malas. Bahkan hatinya menjadi kikir. Harta yang terkumpul sangat dicintainya

sehingga enggan mengeluarkan sedekah atau berzakat. Orang-orang yang demikian ini

justru menjadi budak Hartanya sendiri.

Sangatlah beruntung orang kaya yang mampu mengendalikan harta kekayaannya.

Dimanfaatkan untuk jalan kebaikan, gemar bersedekah, berzakat, menunaikan ibadah haji,

infak, menyantuni yatim piatu dan sebagainya. Semakin banyak hartanya semakin sering

pula ia bersyukur kepada ,Allah. Ibadahnya pun menjadi lebih tekun. Orang-orang yang

demikian ini sadar kalau harta yang didapatkan semata-mata karena kemurahan Allah

sehingga dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

Dalam kitabnya, Al Maal Fil Islam, DR. Muhammad Mahmud Bably berpendapat

bahwa harta tercela menurut Islam yaitu harta yang dijadikan obyek tujuan, dan bagi pemilik

harta menjadikan harta itu sebagai perlindungan terhadap harta yang ditimbunnya atau yang

disembunyikannya. Kemudian menahan terhadap orang lain dan pemanfaatan harta yang

seharusnya beredar dari tangan yang satu ke tangan lainnya. Sehingga akan timbul sifat kikir

atau memejamkan mata. Sebagaimana pula agama Islam melarang sifat yang berlebih-

lebihan dan sifat mubadzir, dan Islam mengajak kepada sifat cukup atau seimbang dalam

segala hal.

Page 7: Memahami Konsep Islam Tentang

Allah berfirman, “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) mereka tidak

berlebih-lebihan dan tidak (pula) kikir tetapi (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara

yang demikian.

Oleh sebab itu untuk mendapatkan rejeki yang halal, harta yang barokah dan terus

bertambah maka mulai sekarang kita harus berhati-hati dalam berikhtiar. Mencari, nafkah

atau rejeki itu gampang-gampang susah. Kadang-kadang seseorang sudah berhati-hati,

namun suatu ketika Ia lengah sehingga memungut harta yang tidak halal, atau cara

mencarinya melanggar syariat Islam.

Sesungguhnya harta yang baik adalah jika diperoleh dari cara yang halal dan

dimanfaatkan menurut tempatnya. Sebuah hadis riwayat lbnu Umara ra. dijelaskan bahwa

Rasulullah saw. pernah bersabda, “Dunia itu bagaikan tumbuh tumbuhan yang menarik.

Barangsiapa yang mencari harta dunia dari harta yang halal, kemudian dibelanjakan sesuai

dengan haknya, maka Allah Taala akan memberi pahala dan akan dimasukkan ke surga. Dan

barangsiapa yang mencari harta dunia, bukan dari harta yang halal dan dibelanjakan bukan

pada haknya, maka Allah akan menempatkan ke dalam tempat yang hina. Dan banyak orang

yang ambisi dalam mencari di jalan Allah dan Rasulnya yang masuk ke dalam api neraka

pada hari Kiamat.”

Harta itu pada hakikatnya halal. Namun bisa saja berubah menjadi tercela dan

mencelakakan pemiliknya. Sebab jika seseorang mencarinya dengan cara yang tidak halal,

maka kedudukan harta itu menjadi haram. Apabila harta haram itu dimakan maka sari-sari

makanan akan bercampur menjadi darah. Kalau sudah bercampur dengan darah dan setiap

saat mengalir ke sekujur tubuh, maka sulitlah seseorang untuk mensucikan sesuatu yang

haram itu. Pada akhirnya kelak di akhirat akan menjadi siksaan baginya.

Perlulah disadari bahwa sesungguhnya harta itu pada dasarnya merupakan sarana dan

ladang bagi kehidupan akhirat. Barangsiapa yang mendapatkannya dengan cara halal, lalu

dimanfaatkan untuk kebaikan, misalnya menafkahi keluarga, sebagian disisihkan untuk fi

sabilillah, maka harta akan menjadi sangat bermanfaat. Kelak akan menjadi penolong di

akhirat.

Tak sedikit pula orang yang secara berlebih-lebihan beramal sedekah. Ia mendapatkan

harta dan cara yang tidak halal, kemudian terkumpul dan menjadi kaya. Jika berzakat

diundangnya wartawan untuk mengekspos amalannya itu. Jika menyumbang pembangunan

masjid, ia berharap panitia mengumumkannya. Lalu masyarakat memuji-mujinya sebagai

orang yang sangata dermawan. Dan ia merasa sangat puas mendengar pujian itu. Maka

amalan dan penggunaan harta seperti itu sangat dicela oleh Allah. Selain cara mendapatkan

harta itu tidak halal, hatinya juga dicemari oleh riya’, mengharap pujian dari sesama

manusia. Itulah yang dimaksudkan dalam hadis bahwa banyak orang yang ambisi mencari

jalan Allah namun yang didapatkan hanyalah api neraka.

Harta menurut pandangan Islam merupakan suatu kebaikan; bukan suatu keburukan.

Ada sebagian golongan orang yang menilai bahwa harta dunia itu hanyalah menjadi

Page 8: Memahami Konsep Islam Tentang

penghalang bagi amal ibadah Mereka Kemudian menghindarinya. Berpakaian

compangcamping makan hanya sesuap. Ia lebih banyak berpuasa dan sama sekali tidak

memiliki harta yang disimpannya Orang-orang “sufi” menilai lain terhadap harta benda itu

sehingga mereka selalu mengaggap sebagai suatu keburukan. Padahal sebenarnya harta

benda itu merupakan suatu kebajkan.

Orang-orang yang lemah iman akan menilai, hartanya dengan angka matematika.

Mereka hanya menggunakan logika; akalnya. Padahal akal manusia itu tidak menjangkau

ilmu dan kehendak Allah. Mereka mengira dengan berperilaku kikir, hartanya akan awet dan

tidak berkurang Mereka bekerja keras membanting tulang. Dengan semakin rajin bekerja,

hartanya semakin bertambah Akhirnya ia menjadi kikir sekali. Sebab dengan bersikap kikir

dia yakin hartanya akan terpelihara Namun jika dibuat untuk bersedekah atau dikeluarkan

untuk zakat, menurut perhitungan matematika hartanya akan berkurang.

Mereka lupa bahwa harta atau rejeki itu bukan hanya semata-mata karena jerih

payahnya Banyak orang yang bekerja membanting tulang, tetapi yang didapat hanya Sedikit.

Ada pula yang bekerja dengan ringan, tanpa mengeluarkan keringat namun kekayaannya

semakin banyak. Jadi Allahlah yang sangat berperan dalam memberi harta itu. Manusia

hanya berikhtiar saja. Mereka tidak menyadari bahwa harta yang dikeluarkan untuk sedekah

itu sesungguhnya tidaklah berkurang, melainkan terus bertambah. Secara logika, hal yang

demikian ini tidak dapat dijangkau oleh akal manusia Namun kenyataannya, orang-orang

yang gemar bersedekah bukan bertambah miskin, namun hartanya semakin banyak. Orang-

orang yang mau berpikir dan punya kadar keimanan tinggi, tentu akan menggunakan harta

yang menjadi miliknya itu secara benar. Rasulullah saw, bersabda, “Hanya ada dua hal yang

tidak termasuk sifat dengki, yaitu seorang yang diberi harta kemudian terdorong untuk

menunaikan secara benar. Dan seseorang yang diberi ilmu oleh Allah kemudian ia

menghukumi dengan ilmunya serta mengajarkannya.” HR. Bukhari.

Orang yang tergila-gila terhadap harta benda, menganggap bahwa harta itu adalah

segala-galanya. Kecintaannya mengalahkan anak dan istrinya. Bahkan demi harta, tak

Sedikit orang mengorbankan akidahnya. Tepatlah jika Allah berfirman bahwa harta benda

itu sesungguhnya adalah perhiasan kehidupan dunia bagi orang-orang yang tertipu dan bagi

yang suka menjadi budakharta itu sendiri dan mereka yang melupakan perbuatan demi

akhirat. Dalam surat Al-Kahfi ayat 46 dijelaskan, “Harta dan anak-anak adalah perhiasan

kehidupan dunia.”

Banyak ayat-ayat di dalam Al-Quran yang menyinggung masalah kesenangan manusia

terhadap harta benda. Karena mereka tergila-gila sehingga lupa dan keluar dari tujuan hidup

yang sebenarnya. Mereka terlena, mengira dunia adalah kehidupan yang penuh dengan

kesenangan-kesenangan. Mereka tidak ingat lagi kalau ada kampung yang lebih kekal yaitu

akhirat. Mereka terlena jika kelak ada surga dan neraka. Surga tempat kebahagiaan yang

kekal dan neraca tempat siksaan yang tiada berakhir.

Page 9: Memahami Konsep Islam Tentang

Sesungguhnya seorang mukmin tidak dikatakan sebagai mukmin yang sebenar-

benarnya kecuali jika dia telah menundukkan dirinya untuk menerima dan menjalankan

syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di antara kewajiban paling besar dari kewajiban-

kewajiban yang Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan, adalah kewajiban menunaikan

zakat.

Bahkan kewajiban ini merupakan rukun Islam yang ketiga dan senantiasa diiringkan

penyebutannya dengan kewajiban shalat dalam banyak ayat di dalam Al-Qur’an. Oleh

karena itu wajib bagi setiap muslim yang terpenuhi pada dirinya syarat-syarat yang

mewajibkan zakat untuk menunaikannya. Seperti orang yang memiliki emas atau perak,

maka wajib baginya untuk mengeluarkan zakatnya apabila emas dan perak yang dimilikinya

telah mencapai nishab serta setelah melewati haul (yaitu satu tahun) juga masih mencapai

nishab. Adapun besarnya zakat yang harus dikeluarkan adalah 2,5% (dua setengah persen)

dari berat emas atau perak yang dimilikinya.

Begitu pula orang yang memiliki uang senilai nishab emas atau perak, maka wajib

untuk dikeluarkan zakatnya apabila setelah satu tahun jumlah uang yang dimilikinya masih

mencapai nishab. Namun apabila uang yang dimilikinya tidak pernah mencapai nishab maka

tidak ada kewajiban untuk dikeluarkan zakatnya, meskipun dia mendapatkan gaji setiap

bulannya.

Begitu pula jika uang yang dimilikinya telah mencapai nishab, namun sebelum satu

tahun uang tersebut (sebagian atau seluruhnya) telah dipakai sehingga tidak lagi mencapai

nishab atau sebelum melewati satu tahun si pemilik uang tersebut meninggal dunia, maka

tidak ada kewajiban untuk dikeluarkan zakatnya. Adapun lebih lengkapnya tentang hal-hal

yang berkaitan dengan zakat maka bisa dipelajari atau ditanyakan dalam majelis-majelis

ilmu.

Kewajiban zakat, memiliki faedah dan maslahat yang besar. Di antaranya adalah

sebagai bentuk bantuan kepada fakir miskin dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

Begitu pula, untuk membersihkan jiwa orang yang mengeluarkannya sehingga memiliki

sifat kasih sayang, kepedulian, serta terbebas dari sifat yang tercela seperti bakhil, kikir, dan

semisalnya. Disamping itu, kewajiban zakat ini juga bisa menghilangkan pada diri fakir

miskin sifat iri, dengki, serta menginginkan apa yang dimiliki orang lain. Sehingga dengan

ditunaikannya kewajiban zakat ini, akan terwujud hubungan yang penuh kasih sayang dan

saling menghormati terutama di antara orang yang kaya dengan fakir miskin.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dalam firman-Nya:

Page 10: Memahami Konsep Islam Tentang

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, yang dengan zakat itu kamu akan

membersihkan mereka (dari akhlak yang jelek) dan menyucikan mereka (sehingga memiliki

akhlak yang mulia) serta berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)

ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”(At-

Taubah:103)

Termasuk juga dari hikmahnya adalah bahwa kewajiban zakat akan menjadi sebab

bertambahnya atau semakin barakahnya harta orang yang mengeluarkannya.

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“Dan apa saja yang kamu keluarkan (di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala), maka Allah akan

menggantinya dan Dia-lah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (Saba’:39)

Ketahuilah bahwasanya seorang muslim yang mengingkari kewajiban zakat,

sebagaimana diterangkan para ulama, dia dihukumi sebagai orang kafir yang keluar dari

agamanya. Adapun orang yang meyakini kewajibannya namun tidak mau mengeluarkan

zakat karena bakhil atau pelit, maka dipaksa untuk mengeluarkannya zakatnya.

Namun apabila dipaksa juga tidak bisa dilakukan, maka penguasa berhak untuk

memeranginya, sebagaimana hal ini telah dilakukan oleh para sahabat radhiyallahu‘anhum.

Demikian hukuman bagi orang yang tidak mau mengeluarkan zakatnya di dunia.

Bahkan mungkin pula Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menimpakan berbagai musibah

sebagai hukuman lainnya atas mereka di dunia. Adapun hukumannya di akhirat, Allah

Subhanahu wa Ta’ala telah sebutkan di dalam firman-Nya:

Page 11: Memahami Konsep Islam Tentang

“Maka janganlah sekali-kali orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan

kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka.

Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu

akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala

warisan (yang ada) di langit dan di bumi, dan Allah mengetahui apa yang kalian kerjakan.”

(Ali ‘Imran: 180)

Berkaitan dengan ayat ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Barangsiapa yang diberi harta oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala namun tidak mau

menunaikan zakatnya, pada hari kiamat hartanya akan dijadikan sebagai ular jantan yang

aqra’ (banyak mengandung racun pada kepalanya), yang berbusa pada kedua sudut

mulutnya. (Ular itu) dikalungkan pada lehernya pada hari kiamat, kemudian akan

mencengkeram (tangan orang tersebut) dengan kedua rahangnya kemudian berkata: ‘Aku

hartamu, aku harta simpananmu…’.” (HR. Al-Bukhari)

Di dalam ayat lainnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak, serta tidak menafkahkannya pada

jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa

yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar

Page 12: Memahami Konsep Islam Tentang

dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka:

‘Inilah harta benda kalian yang kalian simpan untuk diri kalian sendiri. Maka rasakanlah

sekarang (akibat dari) apa yang kalian simpan itu’.” (At-Taubah: 34-35)

Ayat ini pun telah dijelaskan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalamsabdanya:

�ار� ن م�ن� �ح ص�ف�ائ �ه ل صف�ح�ت� �ام�ة� �ق�ي ال �و�م ي �ان� ك �ذ�ا إ � �ال إ ق�ه�ا ح� �ه�ا م�ن ؤ�د�ي ي � ال ف�ض�ة� � و�ال ذ��ه�ب� ص�اح�ب� م�ن� م�ا

�ان� ك � �و�م ي ف�ي� �ه ل �د�ت� ع�ي أ د�ت� �ر� ب �م�ا ل ك ،ه و�ظ�ه�ر ه �ن �ي ب و�ج� ه �ب ن ج� �ه�ا ب �و�ى ك ف�ي �م� ج�ه�ن �ر� نا ف�ي� �ه�ا �ي ع�ل ح�م�ي� ف�أ

�ار� الن �ل�ى إ �م�ا و�إ �ة� ن �ج� ال �ل�ى إ �م�ا إ ،ه �ل �ي ب س� ر�ى ف�ي �اد� �ع�ب ال �ن� �ي ب ق�ض�ى ي �ى ت ح� �ة� ن س� �ل�ف� أ �ن� ي خ�م�س� ه م�ق�د�ار

“Tidaklah orang yang memiliki emas ataupun perak, yang tidak menunaikan haknya

darinya (mengeluarkan zakatnya) kecuali pada hari kiamat nanti akan dijadikan

lempengan-lempengan dari neraka kemudian dipanaskan di dalam neraka lalu dibakarlah

dahi, lambung, dan punggungnya. Setiap lempengan itu dingin, akan dipanaskan kembali

(untuk menyiksanya) pada hari yang satu hari ukurannya 50.000 tahun, sehingga

diputuskan hukuman di antara hamba. Maka diketahui jalannya, ke surga atau ke neraka.”

(Muttafaqun ‘alaih, dan ini lafadz Al-ImamMuslimrahimahullahu)

Sebagimana ibadah yang lainnya, zakat juga merupakan kewajiban yang telah

ditetapkan aturannya di dalam syariat. Baik yang berkaitan dengan jenis harta yang harus

dizakati maupun orang-orang yang berhak menerimanya. Oleh karena itu, tidak

diperbolehkan bagi seseorang untuk menetapkannya dari dirinya sendiri tanpa ada landasan

dari Al-Qur’an ataupun hadits yang shahih. Seperti menetapkan adanya zakat pada harta

yang berupa rumah, tanah, kendaraan, dan yang semisalnya, padahal tidak ada dalil yang

menunjukkan hal tersebut. Meskipun hal ini bukan berarti tidak menganjurkan pemiliknya

untuk bersedekah membantu meringankan saudaranya yang tidak mampu. Bahkan hal ini

tentunya sangat dianjurkan. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala akan bersama dengan

orang-orang yang berbuat baik.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyebutkan dalam haditsnya:

: . : خ�ر اآل� �قو�ل و�ي �فHا ل خ� �ف�قHا من �ع�ط� أ �هم� الل ح�دهم�ا� أ �قو�ل ف�ي �ن� �ز�ال �ن ي �ان� م�لك � �ال إ �ه� ف�ي �اد �ع�ب ال �ح ص�ب ي � �و�م ي م�ن� م�ا

�فHا �ل ت Hا ك مم�س� �ع�ط� أ �هم� الل

“Tidaklah ada satu hari pun yang seorang hamba berada di dalamnya kecuali pada pagi

harinya turun dua malaikat, salah satunya berdoa: ‘Ya Allah, berikanlah kepada orang yang

bersedekah pemberian yang lainnya.’ Sedangkan yang satunya lagi mengatakan: ‘Ya Allah,

berikanlah kepada orang yang tidak bersedekah kehancuran apa yang dimilikinya.”

(Muttafaqun ‘alaih)

Adapun tentang siapa saja yang berhak menerima zakat, Allah Subhanahu wa Ta’ala

telah menyebutkan di dalam firman-Nya:

Page 13: Memahami Konsep Islam Tentang

“Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang

miskin, amil zakat, para muallaf (yang dilembutkan) hati mereka (untuk menerima Islam),

untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang terlilit hutang, untuk orang-orang yang

berjihad, dan untuk musafir yang mendapatkan kesulitan dalam perjalanan, sebagai suatu

ketetapan yang diwajibkan Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (At-

Taubah: 60)

Dari ayat tersebut, kita mengetahui bahwa orang yang kaya atau telah mampu untuk

memenuhi kebutuhannya sehari-harinya untuk makan, minum, serta tempat tinggal dan

semisalnya, tidak boleh baginya untuk menerima zakat.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

�ر� �ث �ك ت �س� �ي ل و�� أ �ق�ل� ت �س� �ي ف�ل ا، Hج�م�ر �ل أ �س� ي �م�ا �ن ف�إ ا HرP �ث �ك ت �اس� الن �ل� أ س� م�ن�

“Barangsiapa meminta-minta kepada orang untuk memperbanyak hartanya, maka

sesungguhnya tidaklah yang dia minta kecuali bara api. Maka mungkin dia meminta sedikit

atau dia meminta banyak (tergantung sebanyak apa dia memintanya).” (HR. Muslim)

Disamping itu, menurut pendapat sebagian besar para ulama, zakat juga tidak boleh

diberikan untuk pembangunan masjid, madrasah serta untuk membiayai acara-acara taklim

atau pengajian, dan yang semisalnya.

Jangan sampai kita menyalahgunakan harta zakat atau membuat aturan baru terkait

dengan kewajiban yang mulia ini. Bahkan kita harus senantiasa ingat bahwa sebaik-baik

perkataan adalah kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sebaik-baik petunjuk adalah

petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Adapun sejelek-jelek perkara adalah

aturan ibadah yang diada-adakan, dan perbuatan tersebut adalah bid’ah, dan setiap bid’ah

adalah sesat.

Page 14: Memahami Konsep Islam Tentang

G. Ayat-Ayat Al Qur’an Beserta Artinya dan Tafsir Yang Menerangkan Tentang Harta

- QS. ALI IMRAN

Ayat : 186

Artinya :

Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. dan (juga) kamu

sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu

dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang

menyakitkan hati. jika kamu bersabar dan bertakwa, Maka Sesungguhnya yang demikian

itu termasuk urusan yang patut diutamakan.

TAFSIR AL-QUR’AN

Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw, dan pengikutnya

akan ujian sebagaimana mereka telah uji dengan kesulitan di peperangan Uhud. Mereka

akan diuji lagi mengenai harta dan dirinya. “sesungguhnya kamu akan diuji mengenai

hartamu dan dirimu. Kamu akan berkorban dengan hartamu menghadapi musuhmu untuk

menjunjung tinggi jerajat umatmu. Kamu akan meningkatkan perjuangan yang

mengakibatkan hilangnya keluarga, teman-teman seperjuangan yang dicintai untuk

membela yang hak. Kamu akan difitnah oleh orang yang diberi kitab dan dan orang-orang

yang mempersekutukan Allah. Kamu akan mendengar dari mereka hal-hal yang

menyakitkan hati, mengganggu ketentraman jiwa seperti fitnah zina yang dilancarkan

oleh mereka terhadap siti’aisyah. Ia tertinggal dari rombongan Nabi saw ketika kembali

dari satu peperangan, disuatu tempat karena mencari kalungnya yang hilang, kemudian

datang safwan bin Mu’atta menjemputnya. Orang-orang yang munafik menuduh ‘Aisyah

berzina dengan safwan.

TAFSIR AL- MISBAH

Perlu digarisbawahi dari redaksi ayat di atas, bahwa Allah menjadikan ujian

dalam hal yang berkaitan dengan agama, sebagai ujian yang paling berat. Harta dan jiwa,

pada tempatnya dikorbankan, jika agama telah tersentuh kehormatannya.

Di atas dikemukakan bahwa ayat ini mengandung hiburan. Hal ini dapat diuraikan

dari dua segi. Yang pertama, karena ayat ini menetapkan bahwa ujian merupakan

keniscayaan untuk semua orang. Sehingga siapa yang dihadapkan pada ujian , hendaknya

Page 15: Memahami Konsep Islam Tentang

dia menyadari bahwa dia bukan orang pertama dan terakhir mengalaminya. Ujian dan

bencana yang dialami banyak orang akan menjadi lebih ringan dipikul dibandigkan bila

ujian itu menimpa seorang. Yang kedua, penyampaian tentang keniscayaan ujian,

merupakan persiapan mental menghadapinya, sehingga kedatangannya yang telah terduga

itu, menjadikannya lebih ringan untuk dipikul.

- QS : AL-ANFAL

Ayat : 28

Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan

Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar

TAFSIR AL-QUR’AN

Pada ayat ini Allah SWT menerangkan pula agar supaya kaum muslimin

mengetahui bahwasanya harta dan anak-anak mereka itu adalah cobaan. Maksudnya ialah

bahwa Allah memberikan harta benda dan anak-anak yang banyak itu menambah

ketaqwaan kepada Allah. Menyukuri nikmatnya serta melaksaanakan hak dan kewajiban

seperti yang telah ditentukan Allah. Apabila seseorang muslim di berikan harta kekayaan

oleh Allah kemudian ia mensyukuri nikmat itu dengan membelanjakan menurt ketentuan-

ketentuan Allah berarti memenuhi kewajiban-kewajiban yang telah di tentukan Allah

terhadap mereka. Tetapi apabila dengan kekayaan yang mereka peroleh kemudian

mereka bertambah tamak dan berusaha menambah kekayaannya dengan cara yanng tidak

khalal serta enggan menafkahkan hartanya berarti orang yang demikian ini adalah orang

yang mengingkari nikmat Allah.

TAFSIR AL-MISBAH

Dan ketahuilah, bahwa harta kamu sedikit atau banyak dan demikian juga anak-

anak kamu hanyalah hal-hal yang dijadikan oleh Allah sebagai cobaan untuk menguji

kesungguhan kamu mensyukuri nikmat Allah dan memenuhi panggilan Rasul. Ia juga

menjadi cobaan untuk melihat kesungguhan kamu menyerahkan amanat yang beriman

dititipkan manusia kepada kamu. Karena itu jangan sampai anak dan harta menjadikan

kamu melanggar, sehingga kamu mendapat siksa, dan ketahuilah bahwa kalau bukan

Page 16: Memahami Konsep Islam Tentang

sekarang, maka sebentar lagi kamu akan memperoleh ganjaran sebagai imbalan

kesyukuran kamu karena sesungguhnya di sisi Allah terdapat pahala yang amat besar.

- QS AL-MA’ARIJ

Ayat : 24-25

Artinya :

(24).  Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, (25).  Bagi orang

(miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau

meminta),

TAFSIR AL-QUR’AN

Dismping mengerjakan salat untuk mengingat dan menghambakan diri kepada

Allah, manusia memperintahkan agar selalu meneliti harta yang telah dianugrahkan Allah

kepadanya; apakah dalam harta itu telah atau belum ada hak orang miskin yang meminta-

minta, dan orang miskin yang tidak mempunyai sesuatu apa pun. Jika ada hak mereka,

segera mengeluarkan hak itu. Karena dia percaya bahwa selama ada hak orang lain dalam

hartanya itu, berarti hartanya belum lagi suci, Allah SWT. Berfirman: ambillah zakat dari

sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.

TAFSIR AL-MISBAH

Ayat-ayat di atas menyatakan bahwa: dan orang-orang dalam harta mereka ada

hak yakni bagian tertentu yang mereka peruntukkan bagi orang-orang yang butuh yang

meminta dan yang tidak mempunyai apa-apa tetapi enggan dan malu meminta dan juga

orang-orang yang mempercayai keniscayaan hari pembalasan, sehingga mempersiapkan

bekal.

Sementara ulama memahami makna baqqun ma’lum atau hak tertentu dalam arti

zakat, karena zakat adalah kewajiban yang telah tertentu kadarnya. Ulama lain

Page 17: Memahami Konsep Islam Tentang

memahaminya dalam arti kewajiban yang ditetapkan sendiri oleh yang bersangkutan

selain zakat dan yang mereka berikan secara suka rela dan jumlah tertentu kepada fakir

miskin. Ini karena ayat di atas dikemukakan dalam konteks pujian, dan tentu saja

pendapat kedua ini lebih menonjol sifat terpujinya.

- QS : AT-TAUBAH

Ayat : 103

Artinya :

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan

mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)

ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.

TAFSIR AL-QUR’AN

Menurut riwayat Ibnu Jarir bahwa Abu Lubabah dan kawan-kawannya yang

mengikatkan diri ditiang-tiang masjid dating kepada Rasulullah SAW seraya berkata: Ya

Rasulullah, inilah harta benda kami yang merintangi kami untuk turut berperang.

Ambillah harta itu dan bagi-bagikanlah, serta mohonkanlah ampun untuk kami atas

kesalahan kami. Rasulullah menjawab: Aku belum diperintahkan untuk menerima

hartamu itu, maka turunlah ayat ini. Perintah Allah SWT pada permulaan ayat ini

dituinjukan kepada Rasul- Nya, yaitu agar Rasullullah SAW mengambil sebagian dari

harta benda mereka itu sebagai sedekah atau zakat, untuk menjadi bukti tentang benarnya

taubat mereka, karena sedekah atas zakat tersebut akan membersihkan diri mereka dari

dosa yang timbul karena mangkirnya mereka dari peperangan dan untuk mensucikan diri

mereka dari sifat “ cinta harta” yang mendorong mereka untuk mangkir dari peperangan

itu. Selain itu sedekah atau zakat tersebut akan membersihkan diri mereka pula dari

semua sifat-sifat jelek yang timbul karena harta benda, seperti kikir, tamak, dengki, dan

sebagainya.

TAFSIR AL-MISBAH

Menurut Ulamah perintah ayat ini sebagai perintah wajib atas penguasa untuk

memungut zakat. Tetapi mayoritas ulamah memahaminya sebagai perintah sunnah. Ayat

ini juga menjadi alasan bagi ulamah untuk menganjurkan para penerima zakat agar

mendoakannya setiap yang memberi zakat dan menitipkannya untuk disalurkan kepada

yang berhak.

Page 18: Memahami Konsep Islam Tentang

Allah berfirman “Allah menerima taubat dari hamba-hambanya dan mengambil

sedekah-sedekah ”mengisyaratkan bahwa kehidupan atau hubungan timbale balik

hendaknya didasarkan oleh take and give. Memang, dalm kehidupan nyata, hal tersebut

seyogyanya terjadi, yakni sebanyak anda menerima, sebnyak itu pula anda memberi.

- QS : AZ-ZARIYAT

Ayat 19

Artinya :

Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang

miskin yang tidak mendapat bagian.

TAFSIR AL-QUR’AN

Ayat ini menjelaskan bahwa di samping mereka melaksanakan shalat yang wajib

dan sunnah, mereka juga selalu mengeluarkan infaq fisabilillah dengan mengeluarkan

zakat wajib atau sumbangan derma atau sokongan sukarela karena mereka memandang

bahwa harta-harta mereka itu ada hak fakir miskin yang meminta dan orang miskin yang

tidak meminta bagian karena merasa malu untuk meminta.

Ibnu jarir meriwayatkan sebuah hadist dari Abu hurairah ra bahwa Nabi

Muhammad saw pernah menerangkan siapa yang tergolong orang miskin itu. Dengan

sabdanya yang berarti’’ Bukanlah orang miskin itu yang dapat ditolak atau disuruh

pulang dengan pemberian sebiji atau dua biji kurma atau sesuap atau dua suap makanan.

Beliau ditanya,’’(jika demikian). Siapakah yang dinamakan miskin itu?” Beliau

menjawab, “Orang tidak mempunyai apa yang diperlakukan dan yang tidak dikenal

tempatnya sehingga tidak diberikan sedekah kepadanya itulah orang yang mahrum

tidakdapat bagian”. 265)

Di dalam Al-qur’an terdapat tiga kelompok ayat yang selalu berdampingan tidak

dapat dipisahkan yaitu perintah untuk shalat dan mengeluarkan zakat. Perintah supaya

taat kepada Allah dan Rasullnya, dan perintah untuk bersyukur kepada Allah dan kedua

ibu bapak. Setelah Allah SWT menerangkan sifat-sifat orang yang bertakwa, maka Allah

menjelaskan bahwa mereka itu melihat dengan hati nurani tanda-tanda kekuasaan Allah

pada alam kosmos. Pada alam semesta yang melintang disekelilingnya, di bumi dan di

langit sehingga memiliki ketenangan jiwa sebagai tanda seorang yang sudah makrifat

kepada Allah SWT.

TARSIR AL-MISBAH

Page 19: Memahami Konsep Islam Tentang

Ayat diatas mengisyaratkan tiga keistimewaan siapa yang dilukiskan sifatnya disini.

Pertama mereka hanya tidur sedikit di waktu malam pada saat orang biasanya tidur. Ini

mereka isi dengan ibadah kepada Allah SWT antara lain dengan salat tahajud. Yang

kedua, setelah malam akan berakhir yakni menjelang subuh mereka beristighfar. Ini

mengisyaratkan betapa besar rasa takut mereka kepada Allah, kendati ibadah mereka

sudah sedemikian banyak. Dan yang ketiga adalah mewajibkan atas diri mereka sendiri

pengeluaran harta di mana orang biasannya kikir mengeluarkan yang diwajibkan atasnya.

QS AN-NISA’

Ayat : 29

Artinya :

29.  Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu

dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-

suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu[287]; Sesungguhnya Allah

adalah Maha Penyayang kepadamu.

TARSIR AL-QUR’AN

Pada ayat ini Allah SWT menerangkan pula bagaimana seharusnya setiap orang yang

beriman bersikap terhadap hak-hak dan milik orang lain. Allah SWT melarang

mengambil harta orang lain dengan jalan yang batil(tidak benar), kecuali dengan

perniagaan yang suka sama  suka.

Menurut ulama tafsir, larangan memakan harta orang lain dalam ayat ini mengandung

pengertian yang luas dan dalam, antara lain :

1. Agar islam mengakuai adanya hak milik perorangan yang berhak mendapatkan

perlindungan dan  tidak dapat diganggu gugat.

2. Hak milik perorangan itu apabila banya, wajib dikeluarkan zakatnya dan

kewajiban lainnya untuk kepentingan agama, negara dan sebagainya.

3. Sekalipun seseorang mempunyai harta yang banyak dan banyak pula orang yang

memerlukannya dari golongan –golongan yang memerlukannya dan golongan-

golongan yang berhak menerima zakatnya, tetapi harta orang itu tidak boleh

diambil begitu saja tanpa seijin pemiliknya atau tanpa menurut prosedur yang sah.

Page 20: Memahami Konsep Islam Tentang

Kemudian Allah menerangkan bahwa mencari harta di bolehkan dengan cara berniaga

atau berjual beli berdasar suka sama suka tanpa suatu paksaan. Karena jual beli yang

dilakukan dengan paksaan tidak sah walaupun ada bayaran atau penggantinya.

Kemudian ayat 29 ini diakhiri dengan penjelasan : bahwa Allah melarang orang-prang

yang beriman memakan harta yang batil dan membunuh orang lain atau membunuh diri

sendiri itu karena kasih sayang Allah kepada hamba Nya,demi kebahagiaan hidup mereka

di dunia dan akhirat.

TAFSIR AL-MISBAH

Allah mengigatkan, wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan, yakni

memperoleh harta yang merupakan sarana kehidupan kamu, di antara kamu dengan jalan

perniagaan yang berdasarkan kerelaan di antara kamu, kerelaan yang tidak melanggar

ketentuan agama. Karena harta benda mempunyai kedudukan di bawah nyawa, bahkan

terkadang nyawa dipertaruhkan untuk memperoleh atau mempertahankankannya, maka

pesan ayat ini selanjutnya adalah dan janganlah kamu membunuh diri kamu sendiri, atau

membunuh orang lain secara tidak hak karena orang lain adalah sama dengan kamu, dan

bila kamu membunuhnya kamupun terancam dibunuh, sesungguhnya Allah terhadap

kamu Maha penyayang.

QS : AL-ANFAL

Ayat : 28

Artinya :

Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan

Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.

TAFSIR AL-QUR’AN

Pada ayat ini Allah SWT menerangkan pula agar supaya kaum muslimin mengetahui

bahwasanya harta dan anak-anak mereka itu adalah cobaan. Maksudnya ialah bahwa

Allah   memberikan harta benda dan anak-anak yang banyak itu menambah ketaqwaan

kepada Allah. Menyukuri nikmatnya serta melaksaanakan hak dan kewajiban seperti

yang telah ditentukan Allah. Apabila seseorang muslim di berikan harta kekayaan oleh

Allah kemudian ia mensyukuri nikmat itu dengan membelanjakan menurt ketentuan-

ketentuan Allah berarti memenuhi kewajiban-kewajiban yang telah di tentukan Allah

Page 21: Memahami Konsep Islam Tentang

terhadap mereka. Tetapi apabila dengan kekayaan yang mereka peroleh kemudian

mereka bertambah tamak dan berusaha menambah kekayaannya dengan cara yanng tidak

khalal serta enggan menafkahkan hartanya berarti orang yang demikian ini adalah orang

yang mengingkari nikmat Allah.

TAFSIR AL-MISBAH

Kegembiraan itu dilukiskan oleh Nabi Muhammad saw. Dalam satu ilustrasi’’ Seorang

musafir di tengah padang pasir kehilangan unta dan bekalnya. Letih sudah dia mencari,

sampai harapannya pupus, dan dia tertidur di bawah naungan sebuah pohon. Tapi, ketika

matanya terbuka, tiba-tiba dia menemukan di hadapannya unta dan bekalnya yang hilang

itu. Betapa gembiranya, sampai-sampai sambil memegang kendali untanya, dia berseru

keseleo lidah, “Wahai Tuhan, Engakau hambaku dan aku Tuhan-Mu.” Kegembiraan

Allah menerima taubat hamba-Nya, melebihikegembiraan sang musafir. Demikian sabda

Nabi saw. Sebagai diriwayatkan oleh pakar hadits Imam Muslim.

QS AL-BAQOROH

Ayat : 188

Artinya :

188.  Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara

kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada

hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu

dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui.

TAFSIR AL-QUR’AN

Pada ayat ini allah melarang agar jangan memakan harta orang lain dengan jalan yang

batil. Yang dimaksud dengan “memakan”disini ialah mempergunakan atau

memanfaatkan sebagaimana yang biasa dipergunakan dalam bahasa arab dan bahasa

lainnya dan yang dimaksud dengan “batil”ialah dengan cara yang tidak menurut hukum

yang telah ditentukan Allah.

Para ahli tafsir mengatakan banyak hal-hal yang dilarang, yang termasuk dalam

lingkungan bagian pertama dari ayat ini , antara lain :

1. Memakan Riba’

2. Menerima zakat bagi orang yang tidak berhak menerimanya

Page 22: Memahami Konsep Islam Tentang

3. Makelar-makelar yang melaksanakan penipuan terhadap pembeli atau penjual

Kemudian pada ayat ke dua atau bagian terakir dari ayat ini Allah SWT melarang

membawa urusan harta kepada hakim dengan maksud untuk mendapatkan sebagian harta

dari orang lain dengan caa yang batil, dengan menyogok atau memberikan sumpah palsu

atau saksi palsu.

Rasulullah saw bersabda :

Artinya :

“sesungguhnya saya adalah manusia, dan kamu membawa perkara untuk saya

selesaikan. Barangkali diantara kamu ada yang lebih pintar berbicara sehingga saya

memenangkannya, berdasarkan alasan-alasan yang kedengarannya baik ”maka barang

siapa yang mendapatkan keputusan hukum dari saya untuk mendapatkan bagian dari

harta saudaranya (yang bukan haknya)kemudian ia mengambil harta itu, maka ini

berarti saya memberikan sepotong api neraka kepadanya” (mendengar ucapan

itu)keduanya saling bertangisan dan masing-masing berkata : saya bersedia meng

ihlaskan harta bagian saya untuk teman saya. Lalu Rosulullah memerointahkan :

“pergilah kamu berdua dengan penuh dengan rasa persaudaraan dan lakukanlah undian

dan terimalah bagianmu masing-masing menurut hasil undian itu dengan penuh

keihlasan.”

Kesimpulan :

1. Tidak boleh memakan harta orang lain dengan cara yang tidak sah

2. Tidak boleh menyogok dan menerima sogokan untuk memperoleh sesuatu yang

tidak sah, dan membuat sumpah palsu dan menjadi saksi palsu.

TAFSIR AL-MISBAH

Salah satu yang terlarang, dan sering dilakukan dalam masyarakat, adalah menyogok.

Dalam ayat ini diibaratkan dengan perbuatan menurunkan timba ke dalam sumur untuk

memperoleh air. Timba yang turun tidak terlihat oleh orang lain, khususnya yang tidak

berada di dekat dumur. Penyogok menurunkan keinginannya kepada yang berwenang

memutuskan sesuatu, tetapi secara sembunyi-sembunyi dan dengan tujuan mengambil

sesuatu secara tidak ah. Janganlah kamu memakan harta kamu di antara kamu dengan

jalan yang batil dan menurunkan timbamu kepada hakim, yakni yang berwenang

memutuskan, dengan tujuan supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta

orang lain itu dengan jalan berbuat dosa, padahal kamu telah mengetahui buruknya

perbuatan itu.

Sementara ulama memahami penutup ayat ini sebagai isyarat tentang bolehnya member

sesuatu kepada yang berwenang bila pemberian itu tidak bertujuan dosa, tetapi bertujuan

mengambil hak pemberi sendiri. Dalam hal ini, yang berdosa adalah yang menerima

bukan yang member. Demikian tulis al-Biqa’I dalam tafsirnya. Hemat penulis, isyarat

Page 23: Memahami Konsep Islam Tentang

yang dimaksud tidak jelas bahkan tidak benar, walau ada ulama lain yang membenarkan

ide tersebut sepertia ash-Shan’ani dalam buku hadistnya, Subul as-salam

QS AL-MUNAFIQUN

Ayat : 9

Artinya :

(9). Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari

mengingat Allah. barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang

yang merugi.

TAFSIR AL-QUR’AN

Allah SWT menerangkan bahwa janganlah karena kesibukan mengurus harta benda yang

memperhatikan persoalan anak-anak menyebabkan manusia itu lalai dari kewajiban

kepada Allah atau tidak memuanaikan kewajiban yang telah diwajibkan atasnya.

Hendaknya perhatian mereka itu terhadap dunia dan akhirat seimbang, sebagaimana

tertuang dalam sebuah Asar, yang artinya kerjakanlah urusan duniamu, seakan-akan

kamu akan hidup selama-lamanya, dan kerjakanlah urusan akhiratmu, seakan-akan mati

pada esok harinya.7)

Allah SWT bersabda yang artinya “tiadalah lebih baik diantara kamu orang yang

meninggalkan dunianya untuk akhiratnya, dan tidak pula (orang meninggalkan)

akhiratnya karena urusan dunianya, sehingga ia melakukan kedua-duanya, karena

sesungguhnya dunia itu jalan ke akhirat dan janganlah kamu sekalian menjadi beban atas

manusia.72)

Disini letak keistimewaan dan keunggulan agama yang dibawa oleh junjungan kita Nabi

Muhammadsaw yaitu agama islam. Agama yang tidak menghendaki umatnya

matrialistis, yang semua pikiran dan usahannya hanya ditujukan untuk mengumpulkan

kekayaan dan kenikmatan dunia, seperti halnya orang-orang yahudi. Agama yang tidak

pula membenarkna umtnyahanya mementingkan akhirat saja, tenggelam dalam

kerohanian, menjauhkan diri dari kelezatan hidup, membujang terus dan tidak kawin

sebagaimana halnya orang-orang nasrani.

Page 24: Memahami Konsep Islam Tentang

Allah berfirman dalam ayat yang bersamaan, yang artinya “katakanlah;” siapakah yang

mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkannya untuk hamba-hambanya

dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?”.73) dan dalam ayat yang lain

pula Allah berfirman yang artinya “Hai anak adam pakailah pakaianmu yang indah di

setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.

Allah swt menegaskan pada akhir ayat ini bahwa orang-orang yang sangat mementingkan

urusan dunia dan meninggalkan kebahagiaan akhirat, berarti telah mengundang murka

Allah. Mereka akan merugi karena menukar sesuatu yang kekal abadi dengan sesuatu

yang akan fana dan hilang lenyap.

QS AT-TAGHABUN

Ayat 15

Artinya :

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-

lah pahala yang besar.

TAFSIR AL-QUR’AN

Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa cinta terhadap harta anak adalah cobaan.

Kalau kita tidak hati-hati, akan mendatangkan bencana. Tidak sedikit orang, karena

cintannya yang berlebihan kepada harta dan anaknya., berani berbuat yang bukan-bukan,

melanggar ketentuan agama. Dalam ayat ini harta didahulukan dari anak Karena ujian

dan bencana harta itu lebih besar, sebagaimana firman Allah dalam ayat yang lain yang

artinya “ Ketahuila! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas karena dia

melihat dirinya serba cukup.104)

Kalau manusia itu dapat menahan diri, tidak akan berlebih cintannya kepada harta dan

anaknya, tetapi cintannya kepada Allah lebih besar daripada cintanya kepada yang

lainnya. Maka ia akan mendapat pahala yang besar dan berlipat ganda.

TAFSIR AL-MISBAH

Kata fitnah yang penulis terjemahkan dengan ujian, dipahami oleh Thahir ibn ‘Asyur

dalam arti “kegoncangan hati serta kebingungannya akibat adanya situasi yang tidak

sejalan dengan siapa yang menghadapi situasi itu.” Karena itu ulama ini menambahkan

Page 25: Memahami Konsep Islam Tentang

makna sabab (penyebab) sebelum kata fitnah yakni harta dan anak-anak dapat

menggoncangkan hati seseorang. Ulama ini kemudian member contoh dengan keadaan

Rasull saw. Yakni satu ketika beliau sedang melakukan khutbah Jum’at, tiba-tiba cucu

beliau Sayidinna al-Hasan dan Sayyidina al-Husain ra. Dating berjalan terbata-bata,

terjatuh lalu berdiri. Maka rasul saw. Turun dari mimbar dan menariknya lalu beliau

membaca “innama Amwalukum Wa auladukum ftnah” dan bersabda; “Aku melihat

keduannya, dan aku tidak sabar”, kemudian setelah itu beliau melanjutkan khutbah beliau

(HR. Abu daud melalui Buraidah)

KESIMPULAN

Istilah HARTA, atau al-mal dalam al-Qur’an maupun Sunnah tidak dibatasi dalam ruang

lingkup makna tertentu, sehingga pengertian al-Mal sangat luas dan selalu berkembang.

Kriteria harta menurut para ahli fiqh terdiri atas : pertama,memiliki unsur nilai

ekonomis.Kedua, unsur manfaat atau jasa yang diperoleh dari suatu barang.

Pandangan Islam mengenai harta dapat diuraikan sebagai berikut:

Pertama, Pemiliki Mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka bumi ini adalah

ALLAH SWT.

Kedua, status harta yang dimiliki manusia adlah sebagai berikut :1. harta sebagai amanah

(titipan) dari Allah SWT. Manusia hanyalah pemegang amanah karena memang tidak

mampu mengadakan benda dari tiada.2. Harta sebagai perhiasan hidup yang

memungkinkan manusia bisa menikmatinya dengan baik dan tidak berlebih-lebihan ( Ali

Imran: 14). Sebagai perhiasan hidup harta sering menyebabkan keangkuhan,

kesombongan serta kebanggaan diri.(Al-Alaq: 6-7). 3. Harta sebgai ujian keimanan. Hal

ini menyangkut soal cara mendapatkan dan memanfaatkannya, apakah sesuai dengan

ajaran Islam atau tidak (al-Anfal: 28) 4. harta sebagai bekal ibadah, yakni untuk

melaksankan perintahNyadan melaksanakan muamalah si antara sesama manusia,

melalui zakat, infak, dan sedekah.(at-Taubah :41,60; Ali Imran:133-134).

Ketiga, Pemilikan harta dapat dilakukan melalui usaha (‘amal) ataua mata pencaharian

(Ma’isyah) yang halal dan sesuai dengan aturanNya. (al-Baqarah:267)

Keempat, dilarang mencari harta , berusaha atau bekerja yang melupakan mati (at-

Takatsur:1-2), melupakan Zikrullah/mengingat ALLAH (al-Munafiqun:9), melupakan

sholat dan zakat (an-Nuur: 37), dan memusatkan kekayaan hanya pada sekelompok orang

kaya saja (al-Hasyr: 7)

Kelima: dilarang menempuh usaha yang haram, seperti melalui kegiatan riba (al-

Baqarah: 273-281), perjudian, jual beli barang yang haram (al-maidah :90-91), mencuri

merampok (al-Maidah :38), curang dalam takaran dan timbangan (al-Muthaffifin: 1-6),

melalui cara-cara yang batil dan merugikan (al-Baqarah:188), dan melalui suap menyuap

(HR Imam Ahmad).

Page 26: Memahami Konsep Islam Tentang

Di antara cara memperoleh harta dapat disebutkan yang terpenting: a. Menguasai benda-

benda mubah yang belum menjadi milik seorang pun. b. Perjanjian-perjanjian hak milik

seperti jual-beli, hibah (pemberian/.hadiah), dan wasiat. c. Warisan sesuai dengan aturan

Islam. d. Syuf’ah, hak membeli dengan paksa atas harta persekutuan yang dijual kepada

orang lain tanpa izin para anggota persekutuan yang lain. e. Iqtha, pemberian dari

pemerintah. f. Hak-hak keagamaan seperti bagian zakat, bagi ‘amil, nafkah istri, anak,

dan orang tua.

Ayat-Ayat Al Qur’an Harta QS. ALI IMRAN Ayat : 186, QS : AL-ANFAL Ayat : 28,

QS AL-MA’ARIJ Ayat : 24-25 QS. AT-TAUBAH Ayat : 103, QS : AZ-ZARIYAT Ayat

19, QS AN-NISA’ Ayat : 29, QS : AL-ANFAL Ayat : 28, QS AL-BAQOROH Ayat :

188, QS AL-MUNAFIQUN Ayat : 9, QS AT-TAGHABUN Ayat 15