2.jurnal ilmiah keperawatan stikes hang tuah surabaya vol.2 no.1 desember 2011.compressed

87

Upload: orang-indonesia

Post on 26-Dec-2015

74 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

scribs

TRANSCRIPT

Page 1: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed
Page 2: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed
Page 3: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

JURNAL ILMIAH KEPERAWATAN

Diterbitkan oleh STIKES Hang Tuah Surabaya bekerjasama dengan Persatuan PerawatNasional Indonesia (PPNI) Propinsi Jawa Timur dan Asosiasi Institusi PendidikanTinggi Tenaga Kesehatan (AIPTINAKES) wilayah Jawa Timur.

Pelindungdr. H. Moch. Djumhana, Sp.M

Penanggung JawabNs. Nuh Huda, M.Kep, Sp.KMB

Pemimpin RedaksiMeiana Harfika, S.KM

SekretarisTaufan Agung Prasetya, S.Sos

BendaharaNenny Andriani, SEAnggota RedaksiNs. Setiadi, M.Kep

Ns. Diyah Arini, M.KesNs. Dhian Satya Rahmawati, M.Kep

Ns. Diyah Sustrami, M.KesLela Nurlela, S.Kp

Promosi dan DistribusiNs. Christina Yuliastuti, S.Kep

Ns. Antonius Catur Sukmono, S.KepNs. Ninik Ambar Sari, S.Kep

Jadual PenerbitanTerbit tiga kali dalam setahun

Penyerahan NaskahNaskah merupakan hasil penelitian dan kajian pustaka Ilmu Keperawatan yang belumpernah dipublikasikan/diterbitkan paling lama 5 (lima) tahun terakhir. Naskah dapatdikirim melalui e-mail atau diserahkan langsung ke Redaksi dalam bentuk rekamanCompact Disk(CD) danprint-out 2 eksemplar, ditulis dalamMS Wordatau denganprogram pengolahan data yang kompatibel. Gambar, ilustrasi, dan foto dimasukandalam file naskah.

Penerbitan NaskahNaskah yang layak terbit ditentukan oleh Dewan Redaksi setelah mendapatrekomendasi dari Mitra Bestari. Perbaikan naskah menjadi tanggung jawab penulis dannaskah yang tidak layak diterbitkan akan dikembalikan kepada penulis

Alamat RedaksiSTIKES Hang Tuah Surabayad/a Rumkital Dr. Ramelan Surabaya Jl. Gadung No. 1 SurabayaTelp. (031) 8411721, 8404248, 8404248, Fax (031) 8411721

Page 4: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

UCAPAN TERIMA KASIH DAN PENGHARGAANKEPADA :

Prof. Dr. Hj. Rika Soebarniati, dr, S.KMGuru Besar Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Ketua Umum Assosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Tenaga Kesehatan (AIPTINAKES)Jawa Timur

Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons)Staf Pengajar Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Airlangga

Manajer Rumah Sakit Pendidikan Universitas Airlangga

Dr. Bambang Widjanarko Otok, M.SiStaf Pengajar dan Kepala Laboratorium Statistika Sosial dan Bisnis Jurusan Statistika

Fakultas MIPA Institut Tekhnologi Surabaya

Ah. Yusuf, S.Kp, M.KesKetua PPNI Provinsi Jawa Timur

Staf Pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

Selaku penelaah (Mitra Bestari) dari Jurnal Ilmiah KeperawatanSTIKES Hang Tuah Surabaya

Page 5: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Jurnal IlmiahKeperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya yang memuat hasil penelitian-penelitiandalam bidang keperawatan telah selesai di cetak.

Dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan berkembang dengan sangat cepat.Perkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi khususnya dalam bidang keperawatansangat di tentukan oleh hasil kajian dan penelitian secara ilmiah. Penelitian dalambidang keperawatan yang dilakukan dengan baik, cermat dan akurat dimana kemudianhasilnya disusun dengan sistematika yang benar dan disebarluaskan tentunya menjadistimulus terhadap perkembangan ilmu keperawatan itu sendiri.

Bertolak dari pandangan diatas maka STIKES Hang Tuah Surabaya merasaperlu memberikan wadah bagi para Dosen/Peneliti dalam bidang keperawatan baikdosen STIKES Hang Tuah sendiri maupun dari dosen luar untuk menyebarluaskan hasilpenelitiannya.

Diharapkan Jurnal Ilmiah Keperawatan yang diterbitkan oleh STIKES HangTuah ini mampu menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan danmenambah motivasi bagi para Dosen– dosen yang lain agar melakukan penelitian.

Atas nama civitas akademika STIKES Hang Tuah Surabaya saya mengucapkanselamat atas terbitnya Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya,semoga Jurnal ini bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, Desember 2011STIKES Hang Tuah Surabaya

Ketua,

dr. Moch. Djumhana, Sp.MKolonel Laut (Purn)

Page 6: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

DAFTAR ISI

Jurnal Ilmiah Keperawatan..................................................................................... iUcapan Terima Kasih dan Penghargaan................................................................. iiKata Pengantar........................................................................................................ iiiDaftar Isi .................................................................................................................vii

Persepsi Perawat Terhadap Pengkajian Resiko Luka TekanMetode Braden Dan Waterlow Di Unit Perawatan BedahPujiarto...................................................................................................................1

Hubungan Lama Menstruasi Terhadap Perubahan HB MahasiswiStikes Hang Tuah Surabaya Yang Tinggal Di AsramaMoch. Djumhana....................................................................................................11

Pengaruh Teknik Relaksasi Progresif Otot Terhadap Kecukupan TidurLansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Budhi Luhur YogyakartaMerry Kristiana, Abdul Majid, Thomas Aquino E. Amigo......................................21

Hubungan Antara Komunikasi Teraupetik Perawat Dan Tingkat KecemasanPada Klien Pre Operasi Di Ruang Pre Med ICU Anestesi RUMKITALDr. Ramelan SurabayaNuh Huda................................................................................................................27

Kualitas Hidup Perempuan Yang Mengalami Histerektomi SertaFaktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Di Wilayah DKI Jakarta:Study Grounded TheoryR. Khairiyatul Afiyah, Setyowati , Imalia Dewi Asih..............................................34

Pemberian Jambu Merah Terhadap Peningkatan TrombositPada Anak DHFSetiadi.....................................................................................................................42

Pengaruh Elevasi Ekstremitas Bawah Terhadap Proses PenyembuhanUlkus Diabetik Di Wilayah Banten Tahun 2010Indah Wulandari, Krisna Yetti, Rr.Tutik Sri Hayati...............................................52

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Kanker PayudaraPada Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dalam Deteksi Dini (SADARI)Dya Sustrami ..........................................................................................................61

Karakteristik Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Instalasi Rawat InapPenyakit Dalam Rumah Sakit Mohammad Hoesin PalembangMeiana Harfika.......................................................................................................73

Page 7: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

PERSEPSI PERAWAT TERHADAP PENGKAJIAN RESIKO LUKATEKAN METODE BRADEN DAN WATERLOW

DI UNIT PERAWATAN BEDAH

Pujiarto¹

Abstract : The focus of this study how the nurses perception in assessment risk of the pressureulcers Braden and Waterlow Method at surgery care unit Dr. Hi. Abdul Moeloek HospitalLampung Province.This research usespre-experimentpostest only design with 30 nurses. Theyhave been given training about study of the pressure ulcers risks using Braden and WaterlowMethod, before answered the questionnaire. Perception base on the Braden Method that isperceived difficult are sensory perception and humidity, while perception according toWaterlow Method description and category score are ratio weight to high, neurogical deficit,drugs, skin type, and risk area which is seen. The statistical test result byChi squareshowp value = 0.201with α = 0.05, therefore it can be concluded that there is no differentiation inthe nurses perceptions base on Braden and Waterlow Methods. Both are perceived as easy.

Key words : Nurse perception, assesment risk pressure ulcer, Braden Method, WaterlowMethod, surgical care unit.

Latar Belakang

Luka tekan (Pressure Ulcers)adalah kerusakan pada kulit pada posisitidur yang lama yang disebabkan olehtekanan, perlukaan dan gesekan ataudari gabungan penyebab tersebut(European Pressure Ulcer AdvisoryPanel, 1998 dalam Kottner, 2009).Langkah utama pencegahan terjadinya

luka tekan adalah keakuratanpengkajian resiko terjadinya luka tekansehingga perawat dapat menetapkan danmelaksanakan intervensi untukpencegahan (Bergstrom, Demuth, &Braden, 1987 dalam Kottner 2009).

Biaya yang dibutuhkan untukpenyembuhan luka tekan sangat tinggi,dikarenakan perawatan dirumah sakityang lama, yang tentunya memiliki

konsekuensi sosial dan ekonomibagi seluruh keluarga pasien,kemungkinan terburuk adalah pasiendapat meninggal karena septikemia(Morison, 2004). Berdasarkan hasilsurvey di Amerika Serikat biaya yangdibutuhkan untuk perawatan pasienyang menderita luka tekan berkisarantara $ 500– 400.000 ( Rp. 5000.000–400.000.000 ), jumlah ini bervariasitergantung dari derajat luka tekan dankomplikasi yang dialami pasien (Curtis,Allman & Hill, 2007). Sedangkan biayayang dibutuhkan untuk tindakanpencegahan luka tekan tidak mencapaisetengah dari biaya yang dipakai untukmengobati luka tekan tersebut. Pasienyang mengalami luka tekan dapatmenuntut pertanggung jawaban darirumah sakit karena kelalaian dalamperawatan pasien, ganti rugi £ 100.000dapat diberikan kepada seorang

1

Page 8: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

penuntut yang dikabulkan tuntutannya(Silver, 1987 dalam Morison, 2004).

Luka tekan merupakan masalahyang sering terjadi di rumah sakit diAmerika Serikat yaitu berkisar 3– 11%pada unit perawatan akut dan 24% padaunit perawatan jangka panjang (Ayello,2003). Menurut Port (2005, dalam LeMone 2008) insiden luka tekan dirumah sakit mencapai 8% dan insidenluka tekan di unit perawatan jangkapanjang berkisar 2,4– 23%. Kejadianluka tekan pada pasien yang dirawat diruang ICU rumah sakit di Pontinakmencapai 33% (Suriadi, 2007),kemudian angka kejadian luka tekanperiode November sampai denganDesember 2009 di Rumah Sakit Umumdaerah Dr. Hi. Abdul Moeloek(RSUDAM) Propinsi Lampung padaunit perawatan bedah : Ruang mawar(bedah wanita 50%, Ruang gelatik(bedah orthopedic) 48%, dan ruangkutilang (bedah pria) 12,8%.

Identifikasi pasien yang beresikotinggi mengalami luka tekan sangatpenting untuk efektifitas dalampenatalaksanaan luka tekan karenasangat menentukan strategi dantindakan yang digunakan dalampencegahan terjadinya luka tekan.Untuk mendukung pengkajian resikoluka tekan diharapkan menggunakanpanduan pengkajian dengan skala yangdirekomendasikan untuk dapatdiaplikasikan pada praktikal klinik(Stechmiller et al., 2008).

Metode pengkajian resiko lukatekan yang sering digunakan antara lainadalah metode Braden dan Waterlow.Metode waterlow pertama kalidiperkenalkan di Inggris tahun 1985,terdiri dari 10 item yaitu : jenis kelamindan umur, perbandingan bentuk/beratbadan dan tinggi badan, kontinen atau

eliminasi, resiko khusus/malnutrisijaringan, mobilitas, deficit neurologis,obat-obatan, jenis kulit dan daerahresiko yang terlihat, bedah atau traumamayor, nafsu makan. Setiap itemmempunyai nilai antara 0 sampaidengan 8 total score antara 2 sampaidengan 69, kesimpulan dari penilaianbila score diatas 10 “ resiko ” , score

diatas 15 “ resiko tinggi”, dan score

diatas 20 “ sangat resiko tinggi”

(Waterlow, 1985). Metode waterlowdirancang pertama kali untuk upayamenyempurnakan skala Norton denganmemasukkan lebih banyak parameterdidalamnya antara lain memasukkanfactor nutrisi, pengkajian tipe kulit,predisposisi penyakit, dan gangguankardiovaskuler, yang dapat ikutmendorong terjadinya iskemia jaringan(Morison , 2004).

Metode Braden pertama kalidiperkenalkan di Amerika serikat tahun1987 terdiri dari 6 item yaitu : persepsi– sensori, kelembaban, aktivitas,mobilitas, nutrisi, gesekan. Setiap itemmempunyai nilai antara 1 sampaidengan 4 total score antara 6 sampaidengan 23, kesimpulan dari penilaianbila score 18-15 “ resiko ringan ”, score

14-13 “ resiko sedang”, score 12-10 “

resiko tinggi” dan score 9 atau kurang “

sangat beresiko”

( Ayello dan Braden, 2002 )..

Berdasarkan beberapa hasilpenelitian tentang validitas instrumenpengkajian resiko luka tekan antara lainuntuk skala Braden diruang ICUmempunyai sensitivitas 83% danspesifitas 90% dan dinursing homemempunyai sensitivitas 46% danspesifitas 88% (Bergstrom et al., 1994dalam Bell J, 2009), sedang di unitorthopepedic mempunyai sensitivitas64% dan spesifitas 87% (Langemo etal., 1991 dalam Bell J, 2009), dan di

2

Page 9: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

unit Cardiothorasic mempunyaisensitivitas 73% dan spesifitas 91%(Barnes et al., 1993 dalam Bell J, 2009).Skala Waterlow mempunyaisensitivitas 73% dan spesifitas 38%(Smith, 1989 dalam Bell J, 2009). SkalaNorton di unit orthopedic mempunyaisensitivitas 50% dan spesifitas 31%(Smith, 1989 dalam Bell J, 2009).

Instrumen pengkajian resikoluka tekan dengan metode Braden danWaterlow merupakan alat yang baru,sebagai alat yang baru digunakanadanya kecanggungan penggunaannyaadalah hal yang mungkin dapat terjadidan kondisi tersebut dapat menurunkanefektifitas alat tersebut, sehinggamendorong peneliti untuk menelitibagaimana penilaian perawat terhadappengkajian resiko luka tekan denganmetode Braden dan Waterlow padaunit perawatan bedah Rumah SakitUmum Daerah Dr, Hi. Abdul MoeloekPropinsi Lampung.

Tujuan penelitian adalah untukmengidentifikasi persepsi perawatterhadap pengkajian resiko luka tekanMetode Braden dan Waterlow,Mengidentifikasi persepsi perawatterhadap deskripsi kategori pengkajianresiko luka tekan Metode BradendanWaterlow, Mengidentifikasi persepsiperawat terhadap penetapan skor padasetiap butir kategori dan skor akhirpengkajian resiko luka tekan MetodeBraden dan Waterlow, Mengidentifikasiperbedaan persepsi perawat terhadappengkajian resiko luka tekan MetodeBraden dan Waterlow.

Bahan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakandesain pra-eksperimenpostest onlydesign.Dalam rancangan ini perlakuanatau intervensi yang dilakukan (Xi),kemudian dilakukan pengukuranobservasi ataupostest(Oii). Rancanganini sering juga disebut “The one shotcase study, untuk meneliti persepsiperawat terhadap pengkajian resiko lukatekan Metode Braden dan Waterlow.Perawat yang bekerja diunit perawatanbedah RSUDAM berjumlah 60 perawatdan yang memenuhi kriteria inklusipenelitian adalah 54 perawat, untukmengambil 30 responden penelitimenggunakan tekhnik pengambilansampelsimple random samplingyaitudengan cara mengundi kelima puluhempat perawat dengan menuliskannyakedalam kertas dan digulung kemudiandimasukkan kedalam gelas yangtertutup kemudian dikeluarkan sebanyak30, kemudian 30 perawat yang terambildijadikan sampel pada penelitian ini.

Penelitian ini dilakukan diRumah Sakit Umum Daerah Dr. Hi.Abdul Moeloek Propinsi Lampung yangmerupakan rumah sakit daerah diPropinsi Lampung. Penelitian dilakukandi unit perawatan penyakit bedah daritanggal 3 Mei– 5 Juni 2010.Pengumpulan data dalam penelitian inimenggunakan 2 jenis lembarpengumpulan data dalam bentukkuisioner yaitu : Kuisioner 1 : Tentangpersepsi perawat terhadap MetodeBraden, yaitu berisi pertanyaan tentangpersepsi tentang deskripsi kategori,menilai skor, dan menilai skor akhir dankesimpulan yang bersisi 13 pertanyaan.Kuisioner 2 : Tentang persepsi perawatterhadap Metode Waterlow, yaitu berisipertanyaan tentang persepsi tentangdeskripsi kategori, menilai skor, dan

3

Page 10: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

menilai skor akhir dan kesimpulan yangberisi 21 pertanyaan.

Analisis yang digunakan padapenelitian adalah analisis univariatdigunakan untuk menggambarkandistribusi frekuensi dan proporsi daripersepsi perawat terhadap MetodeBraden dan Waterlow. Analisis bivariatdengan menggunakanChi Squareuntukmengetahui apakah ada perbedaanpersepsi perawat terhadap pengkajianresiko luka tekan Metode Braden danWaterlow.

Hasil Penelitian danPembahasan

3.1. Persepsi perawat terhadap Deskripsikategori Metode Braden

Tabel 3.1 Distribusi Persepsi perawat terhadapdeskripsi kategori Metode Braden

Terlihat pada tabel 3.1 persepsi perawatterhadap deskripsi kategori MetodeBraden, persepsi persepsi terhadapdeskripsi kategori yang dipersepsikansulit oleh perawat adalah kategoripersepsi sensori, yaitu persepsi sensoridipersepsikan sulit oleh 16 responden(53,3%) dan yang mempesepsikanmudah adalah 14 responden (46,7%),sedangkan kategori kelembaban, nutrisi,mobilitas, aktifitas, dan gesekan lebihdari 50% responden mempersepsikanmudah.Menurut teori luka tekan dapatdisebabkan karena pasien tidak mampumerasakan atau mengkomunikasikannyeri yang dirasakan akibat tekanancenderung untuk mengalami luka tekan,pada pasien yang mengalami gangguanstatus mental karena stroke, traumakepala, penyakit otak organic,Alzheimer desease, atau masalahkognitif lainnya beresiko untukterjadinya luka tekanan namun merekatidak bisa mengatakan pada orang lain

untuk membantu mereka merubahposisi bahkan ada yang tidak mampumerasakan nyeri atau tekanan(Ignatavicius dan Workman, 2006).Menurut Stuart dan Sundeen (1995),ada lima faktor yang mempengaruhipersepsi, yaitu : (1) Perhatian yangselektif, (2) Ciri-ciri rangsang ataustimulus, (3) Nilai-nilai dan kebutuhanindividu, (4) Pengalaman terdahulu, (5)Kebutuhan dan status emosional.

Persepsi sulit 53,3% terhadapkategori sensori persepsi dikarenakanperawat sulit untuk melakukanpengkajian rasa nyeri pasien, pasientidak bisa mengkomunikasikannyakepada perawat, factor lain bisa karenapengalaman terhadap pengkajianpersepsi sensori karena dari tigaruangan, hanya satu ruangan yangbanyak pasiennya mengalamipenurunan kesadaran karena ciderakepala yaitu diruang bedah

pria/kutilang.

3.2 Persepsi perawat terhadap Skor kategoriMetode Braden

Tabel 3.2Distribusi Persepsi perawatterhadap skor kategori Metode Braden

No Skor kategoriMetode Braden

Persepsiperawat

Frekuensi(n)

Prosentase (%)

1 Skor kategoriPersepsi sensori

SulitMudah

1812

6040

2 Skor kategoriKelembaban

SulitMudah

1713

56,743,3

3 Skor kategoriNutrisi

SulitMudah

228

6,793,3

4 Skor kategoriMobilitas

SulitMudah

129

3,396,7

No

Deskripsi kategoriMetode Braden

Persepsiperawat

Frekuensi

(n)

Prosentase

(%)1 Deskripsi kategori Persepsi

sensoriSulitMudah

1614

53,346,7

2 Deskripsi kategoriKelembaban

SulitMudah

1416

46,753,3

3 Deskripsi kategori Nutrisi SulitMudah

228

6,793,3

4 Deskripsi kategoriMobilitas

SulitMudah

129

3,396,7

5 Deskripsi kategoriAktifitas

SulitMudah

228

6,793,3

6 Deskripsi kategoriGesekan

SulitMudah

327

1090

4

Page 11: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

5 Skor kategoriAktifitas

SulitMudah

129

3,396,7

6 Skor kategoriGesekan

SulitMudah

228

6,793,3

Terlihat pada tabel 3.2 persepsi perawatterhadap skor kategori Metode Braden,persepsi skor kategori yangdipersepsikan sulit adalah persepsisensori dan kelembaban. Persepsiterhadap skor kategori persepsi sensoridipersepsikan sulit oleh 18 responden(60%) dan dipersepsikan mudah oleh 12responden (40). Persepsi skor kategorikelembaban dipersepsikan sulit oleh 17responden (56,7%) dan dipersepsikanmudah oleh 13 responden (43,3%),sedangkan skor kategori lainnyadipersepsikan mudah oleh perawat.

Skor kategori persepsi sensoriadalah 1 “Tidak dapat merasakan

nyeri”, 2 “Gangguan sensori pada

setengah permukaan tubuh”, 3

“Gangguan sensori pada 1 atau 2

ekstremitas”, 4 “ Tidak ada gangguan

sensori” dipersepsikan cukup sulit oleh

perawat karena pasien mungkin tidakbisa mengkomunikasikan kepadaperawat, beberapa factor lain yang dapatmempengaruhi persepsi perawat antaralain perhatian terhadap kategori,kurangnya pengalaman dalam menilaipersepsi sensori, atau latar belakangpendidikan perawat.

Skor kategori kelembabanadalah 1 “Selalu terpapar oleh keringatatau urine (kulit basah)”, 2 “Kulit

lembab”, 3 “Kulit kadang-kadanglembab”, 4 “Kulit kering”. Penetapan

skor kelembaban dipersepsikan perawatkarena sulit membadakan antara kulitlembab dan kulit kadang-kadanglembab, dari wawancara denganbeberapa responden perawat sulit saatmembedakan pada skor kulit lembabdan skor kulit kadang-kadang lembabhal ini dikarenakan pengalaman perawat

dalam mengkaji kelembaban kulitpasien.

3.3 Persepsi perawat terhadap Skor akhirdan kesimpulan Metode Braden

Tabel 3.3 Distribusi Persepsi perawat terhadapMetode Braden menetapkan skor akhir dankesimpulanNo Menetapkan

skorakhir dankesimpulanMetode Braden

Persepsiperawat

Frekuensi(n)

Prosenta

se(%)

1 Menetapkan skorakhir dankesimpulan

SulitMudah

129

3,396,7

Terlihat pada tabel 3.3 persepsi perawatdalam menetapkan skor akhir dankesimpulan Metode Braden dipersepsimudah oleh perawat yaitu 96,7%.

3.4 Persepsi perawat terhadap Deskripsikategori Metode Waterlow

Tabel 3.4Distribusi Persepsi perawat terhadapdeskripsi kategori Metode WaterlowNo Deskripsi kategori

Metode WaterlowPersepsiperawat

Frekuensi(n)

Prosentase(%)

1 Deskripsi kategoriJenis kelamin danumur

SulitMudah

327

1090

2 Deskripsi kategoriPerbandingan beratbadan terhadap tinggibadan

SulitMudah

1812

6040

3 Deskripsi kategoriInkontinensia

SulitMudah

1119

36,763,3

4 Deskripsi kategoriMobilitas

SulitMudah

525

16,783,3

5 Deskripsi kategoriResikokhusus/malnutrisijaringan

SulitMudah

1416

46,753,3

6 Deskripsi kategoriDefisit neurologis

SulitMudah

1614

53,346,7

7 Deskripsi kategoriObat - obatan

SulitMudah

1614

53,346,7

8 Deskripsi kategoriJenis kulit dan daerahresiko yang terlihat

SulitMudah

1713

56,743,3

5

Page 12: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

9 Deskripsi kategoriBedah atau traumamayor

SulitMudah

822

26,773,3

10 Deskripsi kategoriNafsu makan

SulitMudah

426

13,386,7

Terlihat pada tabel 3.4 diatas persepsiperawat terhadap deskripsi kategoriMetode Waterlow, kategori yangdipersepsikan sulit oleh perawat adalahperbandingan berat badan terhadaptinggi badan, deficit neurologis, obat-obatan, dan jenis kulit dan daerah resikoyang terlihat. Perbandingan berat badanterhadap tinggi badan dipersepsikanoleh 18 responden (60%) dan yangmempersepsikan mudah 12 responden(40%), deficit neurologis dipersepsikansulit oleh 16 responden (53,3%) danyang mempersepsikan mudah 14responden (46,7%), obat-obatandipersepsikan sulit oleh 16 responden(53,3%) dan yang mempersepsikanmudah 14 responden (46,7%), jeniskulit dan daerah resiko yang terlihatdipersepsikan sulit oleh 17 responden(56,7%) dan yang mempersepsikanmudah 13 responden (43,3%),sedangkan kategori lainnyadipersepsikan mudah oleh perawat.

Menurut Vangilder et al., (2008)melakukan penelitian untuk melihathubungan antara prevalen luka tekan,indek masa tubuh dan berat badansurvey ini dilakukan dengan melihatlaporan kejadian luka tekan di AmerikaSerikat tahun 2006-2007 hasil penelitianmenunjukkan bahwa prevalensi lukatekan lebih tinggi pada pasien denganindek masa tubuh rendah, dan juga padapasien yang berat badan kurang danberat badan lebih.

Kategori perbandingan beratbadan terhadap tinggi badandipersepsikan sulit oleh perawat karenauntuk mengetahui perbandingan beratbadan terhadap tinggi badan harus

menghitung terlebih dahulu sedangkanalat hitung seperti kalkulator tidaktersedia di ruangan. Hal lain bisa karenapengalaman perawat dan tingkatpendidikan.

Kategori deficit neurologisdipersepsikan sulit oleh perawat karenadalam pengkajian perawat kurangmemahami kondisi pasien yangmengalami gangguan neurologisterutama pada ruang bedah wanita danruang orthopedic yang sedikit pasiennyamengalami deficit neurologis.

Kategori obat-obatandipersepsikan sulit oleh perawatdimungkinkan karena dalam pengkajianperawat kurang memahami jenis obat-obatan yang diberikan ke pasien karenaobat-obatan dalam instrument ini jarangdiberikan pada pasien di unit perawatanini.

Kategori Jenis kulit dan daerahresiko yang terlihat dipersepsikan sulitoleh perawat dimungkinkan karenakesulitan dalam melihat ataumembedakan jenis kulit dankelembabannya disini perawat harusmelihat dan mempalpasi langsung kulitpasien.

3.5 Persepsi perawat terhadap Skor kategoriMetode WaterlowTabel 3.5 Distribusi Persepsi perawat terhadapSkor kategori Metode WaterlowNo Skor kategori

Metode WaterlowPersepsiperawat

Frekuensi(n)

Prosentase(%)

1 Skor kategori Jeniskelamin dan umur

SulitMudah

426

13,386,7

2 Skor kategoriPerbandingan beratbadan terhadaptinggi badan

SulitMudah

1713

56,743,3

3 Skor kategoriInkontinensia

SulitMudah

1218

4060

4 Skor kategori Sulit 4 13,3

6

Page 13: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

Mobilitas Mudah 26 86,75 Skor kategori

Resikokhusus/malnutrisijaringan

SulitMudah

1317

43,356,7

6 Skor kategoriDefisit neurologis

SulitMudah

1713

56,743,3

7 Skor kategori Obat- obatan

SulitMudah

1614

53,346,7

8 Skor kategori Jeniskulit dan daerahresiko yang terlihat

SulitMudah

1812

6040

9 Skor kategoriBedah atau traumamayor

SulitMudah

921

3070

10 Skor kategori Nafsumakan

SulitMudah

426

13,386,7

Terlihat pada tabel 3.5 diatas persepsiperawat terhadap skor kategori MetodeWaterlow, persepsi terhadap skorkategori yang dipersepsikan sulit olehperawat adalah perbandingan beratbadan terhadap tinggi badan, deficitneurologis, obat-obatan, dan jenis kulitdan daerah resiko yang terlihat.Perbandingan berat badan terhadaptinggi badan dipersepsikan oleh 17responden (56,7%) dan yangmempersepsikan mudah 13 responden(43,3%), deficit neurologisdipersepsikan sulit oleh 17 responden(56,7%) dan yang mempersepsikanmudah 13 responden (43,3%), obat-obatan dipersepsikan sulit oleh 16responden (53,3%) dan yangmempersepsikan mudah 14 responden(46,7%), jenis kulit dan daerah resikoyang terlihat dipersepsikan sulit oleh 18responden (60%) dan yangmempersepsikan mudah 14 responden(40%),, sedangkan skor kategori lainnyadipersepsikan mudah oleh perawat.Skor kategori perbandingan berat badanterhadap tinggi badan adalah Rata– rata( 20 – 24,9)– (0), Diatas rata– rata (25– 29,9) – (1), Obesitas (>30)– (2),Dibawah rata – rata (<20) – (3).Penentuan skore perbandingan beratbadan terhadap tinggi badan adalahdipersepsikan cukup sulit oleh perawat

karena dalam penentuan skornyaperawat harus menghitung terlebihdahulu perbandingan berat badan tinggibadan pasien.Skor kategori deficit neurologis adalahDiabetes, MS, CVA, Motorik/sensorikparaplegi (4-6). Penentuan skore deficitneurologis adalah dipersepsikan cukupsulit oleh perawat karena dalampenentuan skornya perawat harusmenentukan kapan memberikan skornilai 4-6 pada kategori tersebut.

Skor kategori obat-obatan adalah pasienmendapat terapi Sitotoksik, steroid, antiinflamasi, anti koagulan (4). Penentuanskore obat-obatan adalah dipersepsikancukup sulit oleh perawat karena dalampenentuan skornya perawat harusmemahami obat-obatan yang diberikanke pasien.

Skor kategori Jenis kulit dan daerahresiko yang terlihat adalah Sehat(0), Tipis (1), Kering (1), Edema (1),Lembab atau demam (1), Pucat (Lukatekan stage 1) (2), Luka tekan stage 2,3, atau 4 (3). Penentuan skore kulit dandaerah resiko yang terlihat adalahdipersepsikan cukup sulit oleh perawatkarena dalam penentuan skornyaperawat harus memahami kondisipasien dan skor setiap item tidakberurutan.

3.6 Persepsi perawat terhadap Skor akhirdan kesimpulan Metode Waterlow

Tabel 3.6 Distribusi Persepsi perawat terhadapMetode Waterlow dalam menetapkan skor akhirdan kesimpulanNo Menetapkan

skorakhir dankesimpulanMetodeWaterlow

Persepsiperawat

Frekuensi(n)

Prosentase(%)

1 Menetapkanskorakhir dankesimpulan

SulitMudah

1218

4060

7

Page 14: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

Terlihat pada table 3.6 diatas persepsiperawat dalam menetapkan skor akhirdan kesimpulan Metode Bradendipersepsi mudah oleh perawat yaitu60%.

3.7 Persepsi perawat terhadap MetodeBraden dan Waterlow

Tabel 3.7 Distribusi Persepsi perawat terhadapMetode Braden dan WaterlowNo Metode

PengkajianPersepsiperawat

Frekuensi(n)

Prosentase(%)

1 MetodeBraden

SulitMudah

1218

4060

2 MetodeWaterlow

SulitMudah

1317

43,356,7

Terlihat pada tabel 3.7 persepsi perawatterhadap Metode Braden yangmempunyai persepsi sulit adalah 12responden (40%) sedangkan yangmempunyai persepsi mudah adalah 18responden (60%). Persepsi perawatterhadap Metode Waterlow yangmempunyai persepsi sulit adalah 13responden (43,3%) sedangkan yangmempunyai persepsi mudah adalah 17responden (56,7%). Metode Braden danMetode Waterlow sama – samadipersepsikan mudah oleh perawat diunit perawatan bedah.

3.8 Persepsi perawat terhadapperbedaan Metode Braden danWaterlow

Tabel 3.8 Distribusi perbedaan persepsi perawatterhadap Metode Braden dan Waterlow

Persepsi

Braden

Persepsi Waterlow Total OR

(95

%

CI)

P

va

lu

e

Sulit Mudah

n % n % n %

Suli

t

Mu

dah

3

10

25

55,6

9

8

75

44,4

12

18

100

100

0,26

0,05

1,32

0,

2

Jumlah

13 43,3 17 56,7 30 100

Terlihat pada tabel 3.8 hasil analisisperbedaan persepsi Metode Braden danWaterlow diperoleh bahwa MetodeBraden dan Metode Waterlow sama-sama dipersepsikan mudah oleh perawatunit perawatan bedah. Hasil uji statistikdiperoleh nilaip = 0,201 maka dapatdisimpulkan tidak ada perbedaanpersepsi perawat terhadap MetodeBraden dan Waterlow. Dari hasilanalisis diperoleh pula nilai OR = 0,267,artinya persepsi perawat terhadapMetode Braden mempunyai peluang0,267 kali lebih mudah dibandingkandengan Metode Waterlow.

Implikasi Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini sangat bermanfaatbagi perawat di unit perawatan bedahuntuk melakukan pengkajian resiko lukatekan pada pasien-pasien yang beresikomengalami luka tekan denganmenggunakan metode Braden maupunWaterlow, metode Bradendipersepsikan relative lebih mudahdibanding dengan metode Waterlow,metode braden yang dipersepsikan lebihmudah oleh perawat dapat menjadistandar dalam melakukan pengkajianresiko luka tekan khususnya di unitperawatan bedah. Selain itu, hasilpenelitian ini juga dapat digunakanuntuk mengembangkan ilmu dalambidang keperawatan, khususnyamasalah pengkajian resiko luka tekan.

Simpulan

Persepsi perawat terhadap MetodeBraden dan Waterlow sama-samadipersepsikan mudah oleh perawat,diperoleh nilai p value = 0,201denganα = 0,05 maka dapat disimpulkan tidak

ada perbedaan persepsi perawat

8

Page 15: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

terhadap Metode Braden dan Waterlow,kedua metode sama-sama dipersepsikanmudah oleh perawat Dalam penelitianini ada beberapa deskripsi kategori danskor kategori dari masing– masingmetode pengkajian resiko luka tekanyang dipersepsikan sulit oleh perawat.

DAFTAR PUSTAKA

Ariawan, I. (1998).Besar dan metodesampel pada penelitiankesehatan. Depok : JurusanBiostatistik dan KependudukanFKM UI. Tidak dipublikasikan.

Ayello, E.A. (2003). Predictingpressure ulcer risk. Diambil dari:http://www.medscape.com/viewarticle/450041. tanggal 20Januari 2010

Bergstrom, N., Demuth, Pj., & Braden.Bj. (1988).A clinical trial of thebraden scale for predictingpressure sore risk. Diambil dari:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/3594150 tanggal 21Januari 2010

Braden. Bj., (2001).Braden scale forpredicting pressure sore risk.Diambil dari :http://rgp.toronto.on.ca/torontobest practice/bradenscale forpredictingpressuresorerisk.pdf.tanggal 20 Januari 2010

Bryant. R.A. (2000).Acute & chronicwounds. Nursing management.2nd edition. USA. Mosby Inc.

Craven, F.R, & Hirnle, J.C. (2007).Fundamentals of nursing:Human health and function.(5 thed). Philadelphia: Lippincottwilliam & Wilkins.

Curtis, A.R., Allman, R., & Hill, Ci.(2007). Pressure ulcerprevention and treatment.Diambil dari :http://www.alabamacme.uab.edu/courses/geriatric/pressureulcer/D0416 G.html. tanggal 22Januari 2010.

Ignatavicius, D.D., & Workman, M.L.(2006). Medical surgicalnursing ; Critical thinking forcollaborative care. 5th edition.Philadelphia ; W.B. SoundersCompany.

Knox, D.M., (1999). Care bodytemperature, skin temperatureand interface pressure :Relationship to skin integrity innursing home resident. Diambildari :http://findarticles.com/p/articles/mi_9a3964/13_199906/oi_48857776.tanggal 23 Januari 2010

Kottner, J., Dassen. T., Tannen, A.,(2008). Inter- and intraraterreliability of the Waterlowpressure sore risk scale: Asystematic review. Diambil dari :http://www.sciencedirect.com.Tanggal 20 Januari 2010

Kottner, J., Dassen. T., (2009).Pressureulcer risk assessment in criticalcare: Interrater reliability andvalidity studies of the Bradenand Waterlow scales andsubjective ratings in twointensive care unitsDiambil dari

Page 16: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

www. Elsevier.com/ijns Tanggal20 januari 2010.

Le Mone, P., & Burke, K. (2008).Medical surgical nursing ;Critical thinking in client care.4th edition. USA ; Pearsonprentice hall

Morison. J., (2004).Manajemen luka.Edisi 1. Jakarta. Penerbit BukuKedokteran EGC.

Potter. P., Perry. A., (1997)Fundamental of nursing :concepts, Process, and Practice.

(4 th ed). St. Louis. CV. Mosby YearCompany

Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L.,& Cheever, K.H., (2008).Textbook of medical surgical nursing; Brunner & Sudarth’s. 11th

edition. Philadelphia ; LippincottWilliams & Wilkins

¹ Staf Pengajar Akademi KeperawatanPanca Bhakti, Bandar Lampung

9

Page 17: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

HUBUNGAN LAMANYA MENSTRUASI TERHADAPPERUBAHAN HB

MAHASISWI STIKES HANG TUAH SURABAYAYANG TINGGAL DI ASRAMA

Moch. Djumhana¹

Abstract: Woman's monthly menstrual period, menstrual blood expenditure experience bywomen is different. The amount of menstrual blood out of every woman is generally between25-60 ml, it can affect the change of Hb value, it is checked prior to menstruation and post Hbmenstruation. The purpose of this study is investigate the changes of Hb on the respondentsbefore and after menstruation on Hang Tuah Surabaya STIKES students who live in adormitory.The research design uses a type of observational analytic cohort, the population is studentsSTIKES Hang Tuah who live in the dormitory, by a probability sampling technique that is usedsimple random sampling, with a total sample of 42 respondents. The measurement use in thisstudy are observation sheets and Hb-meter.Pearson’s test is used for analysis with meaningdegree P value < 0,005.The results obtained shows that the duration of menstruation at almost half the respondents is 7days with 1 change Hb. The result has shows that it is no significant relationship betweenduration ofmenstruation with a change in Hb with a value of ρ 0.000 (ρ <0.005).

The duration of menstruation affects Hb recommend for menstruating women to consume anutrious food so Hb level remains normal.

Keywords: Menstruation, Haemoglobin.

Latar Belakang

Menstruasi adalah pelepasandinding rahim (endometrium) yangdisertai dengan perdarahan dan terjadisetiap bulannya kecuali pada saatkehamilan. Menstruasi yang terjaditerus menerus setiap bulannya disebutsebagai siklus menstruasi(BiohealthIndonesia, 2007). Menstruasibiasanya dimulai antara umur 10 dan 16tahun, tergantung pada berbagai faktor,termasuk kesehatan wanita, statusnutrisi, dan berat tubuh relatif terhadaptinggi tubuh. Jumlah darah menstruasiyang keluar pada setiap wanita berbeda-beda namun umumnya antara 25-60 ml(Dita Andira, 2010:30).

Wanita yang berumur kurang dari pada35 tahun akan kehilangan darah lebihbanyak berbanding wanita yangberumur 35 tahun ke atas (Aulia, 2009:23). Dari semua golongan wanitaterutama remaja mempunyai resikopaling tinggi menderita anemia, karenapada masa ini terjadi peningkatankebutuhan serta adanya menstruasi(Tarwoto, Wasdinar, 2007: 12).

Perkiraan prevelensi anemia diIndonesia menurut Husaini, dkk dalambuku asuhan keperawatan pada kliendengan gangguan sistem hematologi(Wiwik Handayani, Andi SulistyoHaribowo, 2008: 38). Anak prasekolah30-40%, anak usia sekolah 25-35%,dewasa tidak hamil 30-40%, hamil 50-

Page 18: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

12

70%, Laki-laki dewasa 20-30%, pekerjaberpenghasilan rendah 30-40%. Untukangka prevelensi anemia di dunia sangatbervariasi, bergantung pada geografidan taraf sosial ekonomi masyarakat.Dari hasil studi pendahuluan padamahasiswi STIKES Hang TuahSurabaya tentang hubungan lamanyamenstruasi terhadap perubahan Hbdiketahui dari 4 orang mahasiswa yangmengalami menstruasi pada bulanjanuari (2010), didapatkan hasil: Nn.Ssaat menstruasi Hb 12,3g/dl dan setelahmenstruasi Hb12,2g/dl, Nn.Il saatmenstruasi Hb 11g/dl dan setelahmenstruasi Hb11g/dl, Nn. Dm saatmenstruasi Hb 10g/dl dan setelahmenstruasi Hb 9,5g/dl, dan Nn. M saatmenstruasi Hb 10g/dl dan setelahmenstruasi Hb 9g/dl, dan mereka rata-rata mengalami penurunan Hb pada saatmenstruasi.

Menstruasi atau haid mengacukepada pengeluaran secara periodikdarah dan sel-sel tubuh dari vagina yangberasal dari dinding rahim wanita.Menstruasi merupakan bagian dariproses reguler yang mempersiapkantubuh wanita setiap bulannya untukkehamilan. Daur ini melibatkanbeberapa tahap yang dikendalikan olehinteraksi hormon yang dikeluarkan olehhipotalamus, kelenjar dibawah otakdepan, dan indung telur. (Keikos.Bizwomen stuffs, 2007). Sel darah merahyang matang mengandung 200-300 jutahemoglobin (Tarwoto, Wasdinar, 2007:16). Zat besi merupakan unsur utamahemoglobin, pada tubuh orang dewasakira-kira mengandung sebanyak 50 mgbesi per 100 ml darah. Total kebutuhanzat besi kira-kira antara 2-6 gr,tergantung berat badan dan kadarHbnya (Tarwoto,Wasdinar, 2007: 27).Selama masa haid kehilangan zat besirata-rata 24 mg, kekurangan zat besimengakibatkan kekurangan hemoglobin(Hb), kadar hemoglobin dalam darah

yang rendah dikenal dengan istilahanemia (Tarwoto, Wasdinar, 2007: 12).Remaja memeliki resiko tertinggiterkena anemia hal ini disebabkanketidakseimbangan antara asupan gizidan aktifitas yang dilakukan, pola hidupremaja putri berubah dari yang semulaserba teratur menjadi kurang teratur,misalnya sering terlambat makan ataukurang tidur dan kehilangan darah yangdisebabkan oleh perdarahan menstruasi(Eli, Neil, and Paul, 2008). Ada banyakpenyebab anemia diantaranya yangpaling sering adalah perdarahan, kuranggizi, gangguan sumsum tulang,pengobatan kemoterapi danabnormalitas hemoglobin bawaan(Nurudin Jauhari, 2008). Manifestasiklinis tergantung dari kecepatankehilangan darah akut atau kronikanemia, umur dan ada tidaknyapenyakit. Kadar Hb biasanyaberhubungan dengan manifestasi klinis,bila Hb 10-12 g/dl biasanya tidak adagejala, manifestasi klinis biasanyaterjadi apabila Hb antara 6-10 g/dldiantaranya dyspnea (kesulitanbernapas, napas pendek), palpitasi,keringat banyak, keletihan dan apabilaHb kurang dari 6 g/dl manifestasi klinisseperti keadaan umum pucat, keletihanberat, kelemahan, nyeri kepala, demam,dispnea, dan lain-lain. (Tarwoto,Wasdinar, 2007: 38-39).

Anemia merupakan kejadianyang paling banyak diantara gangguandari darah terutama terjadi pada negara-negara berkembang dan negara miskinhal ini sangat berkaitan dengan tingkatkonsumsi gizi masyarakat, penyerapanzat besi yang tidak optimal dankehilangan darah yang disebabkan olehperdarahan menstruasi yang banyak,perdarahan akibat luka, perdarahankarena penyakit tertentu. Manifastasianemia juga bermacam-macam untukmencegah agar tidak terjadi anemiapada wanita terutama pada remaja

Page 19: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

13

dengan mengkonsumsi makanan yangbergizi, atau memperbaiki menumakanan, konsumsi bahan makanantinggi zat besi, seperti susu, daging, dansayuran hijau harus ditingkatkan,memberikan konseling untuk membantumemilih bahan makanan dengan kadarbesi yang cukup secara rutin pada usiaremaja, memberikan pengetahuan(kognitif) seperti tindakan petugaspemberi pendidikan kesehatan dalammeningkatkan pengetahuan kliendiantaranya adalah menjelaskan,memberikan informasi, menyarankan,mendiskusikan masalah kesehatan kliententang pentingnya gizi, memenuhikebutuhan zat besi yang optimal.Mengubah atau memperbaiki perasaan(afektif), perubahan afektif misalnyaadanya perubahan sikap, pendapat,keyakinan dan nilai-nilai yang dimilikiklien. Meningkatkan keterampilan(psikomotor), kegiatan untukmeningkatkan keterampilan sepertimendemonstrasikan, bermain peran,simulasi latihan kerja. Dengan latarbelakang diatas, maka perlu dilakukanpenelitian guna mengetahui kadarhemoglobin (Hb) pada wanita terutamaremaja saat mengalami siklusmenstruasi.

Bahan dan MetodologiPenelitian

Desain penelitian merupakanrencana penelitian yang disusunsedemikian rupa sehingga peneliti dapatmemperoleh jawaban terhadappertanyaan peneliti (Setiadi, 2007: 127).Pada penelitian ini menggunakanmetode penelitian observasional analitikdengan jeniscohortyaitu penelitian noneksperimen yang paling baik dalammengkaji hubungan antara faktor resikodengan efek (Setiadi, 2007: 142).

Populasi dalam penelitian iniadalah seluruh mahasiswi yang tinggal

di asrama sebanyak 47 orang (tahun2010). Sampel dalam penelitian iniadalah sebagian mahasiswi yang tinggaldi asrama sebanyak 47 orang (tahun2010). Pada penelitian ini tekniksampling yang digunakan adalahprobability sampling yakni simplerandom sampling. Random samplingadalah pengambilan sampel dilakukansecara acak (Setiadi, 2007: 182).

Variabel dalam penelitian terdiridari 2 yatu variabel independent dandependen. Variabel independent adalahvariable yang nilainya menentukanvariabel lain, suatu kegiatan stimulusyang dimanipulasi oleh penelitimenciptakan suatu dampak padavariabel dependen (Nursalam, 2003:102). Dalam penelitian ini variabelindependennya adalah lamanya siklusmenstruasi. Dalam penelitian inivariabel dependennya adalah perubahanHb.

Instrumen penelitian yangdigunakan dalam penelitian adalahlembar observasi dan Hb meter (sahli).Lembar observasi pada penelitian iniada 2 macam yaitu lembar demografiyang terdiri dari beberapa pertanyaanyang harus dijawab dengan caramembubuhkan tanda contreng (√ ) pada

salah satu jawaban yang terjadi padaresponden dan lembar observasi yangdiisi oleh peneliti sendiri. Hb meter(sahli) digunakan untuk mengukur Hbpada saat sebelum menstruasi dansesudah menstruasi, pemeriksaan kadarhemoglobin (Hb) yang dilakukandengan cara membandingkan secaravisual warna dengan alat standar.

Data dari hasil pemeriksaan Hbyang telah terkumpul diperiksa ulanguntuk mengetahui kelengkapannya .Setelah data lengkap datadikelompokkan dan di tabulasiberdasarkan sub variabel yang diteliti.Untuk menguji hipotesa digunakan ujiKorelasi Pearson’s dengan tingkat

Page 20: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

14

kemaknaan 5%. Apabila P < 0,05artinya Ho ditolak dan H1 diterima yangberarti ada hubungan antara lamanyamenstruasi terhadap perubahan Hb padamahasiswi STIKES Hang TuahSurabaya yang tinggal di Asrama..

Hasil Penelitian

1. Lamanya MenstruasiTabel 1 Distribusi Nilai Lamanya

Menstruasi Responden

No LamanyaMenstruasi

Jumlah Prosentase

1 4 1 2.4%

2 5 3 7.1%

3 6 7 16.7%

4 7 30 71.4%

5 8 1 2.4%

Jumlah 42 100%

Dari tabel 1 menunjukkanbahwa sebagian besar lamanyamenstruasi pada responden adalah 7hari sebanyak 30 orang (71.4%),sedangkan responden yang lamamenstruasinya 6 hari sebanyak 7 orang(16.7%), lama menstruasinya 5 harisebanyak 3 orang (7.1%), lamamenstruasinya 4 hari sebanyak 1 orang(2.4%), dan yang lama menstruasinya 8hari sebanyak 1 orang (2.4%).

2. Perubahan Hb (Sebelum danSesudah Menstruasi)

Tabel 2 Distribusi Perubahan HbSebelum dan SesudahMenstruasi

No

Perubahan Hb

Jumlah Prosentase

1 0.2 2 4.8%2 0.3 1 2.4%3 0.5 4 9.5%4 0.8 1 2.4%5 1 27 64.3%

6 1.5 2 4.8%7 2 4 9.5%8 5 1 2.4%

Jumlah 42 100%

Dari tabel 2 diatas terlihatbahwa dari 42 responden di dapatkannilai Hb sebelum menstruasi padaresponden adalah 12 gr/dl sebanyak 17orang, 11 gr/dl 10 orang, 10 gr/dlsebanyak 6 orang, 12.5 gr/dl sebanyak 5orang, 14 gr/dl sebanyak 2 orang, 10.5gr/dl sebanyak 1 orang, dan 11.5 gr/dlsebanyak 1 orang. Sedangkan nilai Hbsesudah menstruasi pada responden didapatkan 11 gr/dl sebanyak 14 orang,10 gr/dl sebanyak 12 orang, 9 gr/dlsebanyak 5 orang, 11.5 gr/dl sebanyak 3orang, 9.5 gr/dl sebanyak 2 orang, 9.2gr/dl sebanyak 1 orang, 10.2 gr/dlsebanyak 1 orang, 10.5 gr/dl sebanyak 1orang, 11.3 gr/dl sebanyak 1 orang, 12gr/dl sebanyak 1 orang, dan 12.3 gr/dlsebanyak 1 orang. Dan perubahan Hbpada responden didapatkan perubahanHb 1 sebanyak 27 orang, perubahan Hb0,5 sebanyak 4 orang, perubahan Hb 2sebanyak 4 orang, perubahan Hb 0.2sebanyak 2 orang, perubahan Hb 1.5sebanyak 2 orang, perubahan Hb 0.3sebanyak 1 orang, perubahan Hb 0.8sebanyak 1 orang, perubahan Hb 5sebanyak 1 orang.

3. Hubungan antara LamanyaMenstruasi Dan Perubahan Hb

Tabel 3 Hubungan Lamanya MenstruasiTerhadap Perubahan Hb

No

LamaMenst

Perubahan Hb

%0,2

0,3

0,5

0,8

11,5

2 5

1 4 hari 12,4%

2 5 hari 1 1 17,1%

3 6 hari 1 3 1 216,7%

4 7 hari24

2 471,4%

Page 21: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

15

5 8 hari 12,4%

Jumlah 2 1 4 127

2 4 1100%

Nilai uji korelasi o¡\‒†›‹☂† ρ = 0,000

Dari tabel 5.3 diatas terlihatbahwa dari 42 responden didapatkansebagian besar lamanya menstruasiadalah 7 hari dengan perubahan Hb 1sebanyak 24 orang, perubahan Hb 2sebanyak 4 orang, perubahan Hb 1,5sebanyak 2 orang. Lama menstruasi 6hari dengan perubahan Hb 0,5 sebanyak3, perubahn Hb 1 sebanyak 2 orang,perubahn Hb 0,2 sebanyak 1 orang,perubahn Hb 0,8 sebanyak 1 orang.Lama menstruasi 5 hari denganperubahn Hb 0,2 sebanyak 1orang,perubahn Hb 0,3 sebanyak 1 orang,perubahan Hb 0,5 sebanyak 1 orang.Lama menstruasi 4 hari denganperubahn Hb 1 sebanyak 1 orang. Danlama menstruasi 8 hari dengan perubahnHb 5 sebanyak 1 orang.

Setelah dilakukan uji statistikdengan menggunakan uji korelasipearson’s untuk mengetahui seberapabesar hubungan yang terjadi diantaradua veriabel ditemukan hasil ρ = 0,000

(P value < 0,05) yang berarti H1diterima, sehingga terdapat hubunganantara lamanya menstruasi danperubahan nilai Hb pada mahasiswiSTIKES Hang Tuah Surabaya yangtinggal di Asrama Putri.

Pembahasan

1. Lamanya Siklus Menstruasi

Hasil penelitian dari 42responden menunjukkan sebagian besarlamanya menstruasi pada respondenadalah 7 hari sebanyak 30 orang(71.4%), sedangkan responden yanglama menstruasinya 6 hari sebanyak 7orang (16.7%), lama menstruasinya 5hari sebanyak 3 orang (7.1%), lama

menstruasinya 4 hari sebanyak 1 orang(2.4%), dan yang lama menstruasinya 8hari sebanyak 1 orang (2.4%).

Menstruasi berlangsung kira-kira sekali sebulan sampai wanitamencapai usia 45-50 tahun, sekali lagitergantung pada kesehatan danpengaruh-pengaruh lainnya. Panjangrata-rata daur menstruasi adalah 28 hari,panjang daur dapat bervariasi pada satuwanita selama saat-saat yang berbedadalam hidupnya dan bahkan dari bulanke bulan bergantung pada berbagai haltermasuk kesehatan fisik seperti padakehamilan, kelelahan,sindrom turner,penyakit-penyakit pada ovarium(indung telur), berat badan turun dengancepat, olah raga berat, minum obat-obattertentu, selain itu pada penyakitkejiwaan sepertianorexia nervosa(padawanita dewasa yang takut gemuk),emosi, dan nutrisi wanita yangbersangkutan (Annia Kissanti, 2008:15). Menstruasi sangat dipengaruhioleh hormon, hormon-hormonreproduksi berperan penting dalamproses pematangan dan pengeluaran seltelur. Jika kadar hormon tidakseimbang, maka sel telur yang matangtidak ada, dan seorang perempuan tidakakan mengalami menstruasi.

Penting bagi wanita untuk selalumempertahankan pola makan yangsehat untuk mengurangi efek negatifyang sering dialami saat menstruasi. Halini didukung dengan data hasilpenelitian didapatkan bahwa nafsumakan mahasiswi yang tinggal diasrama selama menstruasi tidakmengalami perubahan sebanyak 18orang (43%), dan frekuensi pola makanresponden hampir seluruhnya adalah 3kali sehari sebanyak 34 orang (81%).Menurut Sinsin (2008: 5) yang dimanasiklus menstruasi yang normal adalahlamanya antara 3-7 hari. Jumlah darahmenstruasi yang keluar pada setiapwanita pun berbeda, namun umumnya

Page 22: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

16

antara 25-60 ml (Dita Andira, 2010:30). Sementara mereka yang mengalamimenstruasi yang lebih berat akankehilangan darah lebih banyak,Sementara dalam darah yang terbuangterkandung zat besi yang sangatdibutuhkan tubuh. Jika seseorangmengalami kekurangan zat besi makagejala yang umum timbul berupa lelah,pucat, rambut rontok, mudah marah,lemah, dan gangguan fungsi pertahanantubuh. Untuk mencegahnya, sebaiknyasetiap wanita mecukupinya denganmengonsumsi makanan yangmengandung zat besi.

Sebagian besar lamanyamenstruasi pada mahasiswi STIKESHang Tuah Yang tinggal di asramaadalah 7 hari yang didukung dengandata yaitu sebanyak 30 orangmengalami siklus menstruasi sebanyak7 hari. Pengeluaran darah menstruasi initerdiri dari fragmen-fragmen kelupasanendometrium yang bercampur dengandarah yang banyaknya tidak tentu,biasanya darah yang keluar adalahdarah cair tetapi apabila kecepatanaliran darahnya terlalu besar bekuandengan berbagai ukuran sangatmungkin, bila perdarahan disertaigumpalan darah menunjukkan terjadiperdarahan banyak yang dimanakeadaan tersebut merupakan keadaanyang abnormal pada menstruasi danpengeluaran darah yang banyakbiasanya terjadi pada hari ke dua danketiga menstruasi, hari ke empat tambahberkurang dan pada hari berikutnyaakan bertambah berkurang, menstruasidianggap berhenti jika tidak ada lagikesan darah merah yang keluar darirahim. Dari data yang didapatkan bahwaumur pertama kali menstruasi(menarce) responden adalah berumur 13- 15 tahun pada umur tersebut hormonyang dominan adalah estrogen yangdimana hormon estrogen tersebut sangat

penting karena menyebabkan terjadinyapertumbuhan dan perkembangan tandaseks sekunder.

2. Nilai Perubahan Hemoglobin (Hb)Sebelum dan Sesudah Menstruasi

Hasil penelitian dari 42responden di dapatkan nilai Hb sebelummenstruasi pada responden adalah 12gr/dl sebanyak 17 orang, 11 gr/dl 10orang, 10 gr/dl sebanyak 6 orang, 12.5gr/dl sebanyak 5 orang, 14 gr/dlsebanyak 2 orang, 10.5 gr/dl sebanyak 1orang, dan 11.5 gr/dl sebanyak 1 orang.Sedangkan nilai Hb sesudah menstruasipada responden di dapatkan 11 gr/dlsebanyak 14 orang, 10 gr/dl sebanyak12 orang, 9 gr/dl sebanyak 5 orang, 11.5gr/dl sebanyak 3 orang, 9.5 gr/dlsebanyak 2 orang, 9.2 gr/dl sebanyak 1orang, 10.2 gr/dl sebanyak 1 orang, 10.5gr/dl sebanyak 1 orang, 11.3 gr/dlsebanyak 1 orang, 12 gr/dl sebanyak 1orang, dan 12.3 gr/dl sebanyak 1 orang.Dan perubahan Hb pada respondendidapatkan perubahan Hb 1 sebanyak27 orang, perubahan Hb 0,5 sebanyak 4orang, perubahan Hb 2 sebanyak 4orang, perubahan Hb 0.2 sebanyak 2orang, perubahan Hb 1.5 sebanyak 2orang, perubahan Hb 0.3 sebanyak 1orang, perubahan Hb 0.8 sebanyak 1orang, perubahan Hb 5 sebanyak 1orang.

Menurut Eli Neil dan Paul,2008. Terdapat beberapa faktor yangmempengaruhi kadar Hb turun padaremaja yaitu kurangnya zat besi dalammakanan yang dikonsumsi, pola hidupremaja putri berubah dari yang semulaserba teratur menjadi kurang teratur,misalnya sering terlambat makan ataukurang tidur. Beberapa faktor kebiasaandan sosial budaya turut memperburukkondisi anemia di kalangan perempuanIndonesia, antara lain kebiasaan dietuntuk mengurangi berat badan, budaya

Page 23: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

17

atau kebiasaan di keluarga seringmenomor duakan perempuan dalam halmakanan (Detiksport.com, 2009).

Ada perbedaan nilai Hb padaresponden dari sebelum menstruasi dansesudah menstruasi sebagian besarmereka mengalami penurunan Hbnya 1,Komponen-komponen dari Hb adalahprotein dan hem, dimana komponenhem ini akan di pecah menjadi besi danbilirubin, besi banyak terdapat padamakanan yang berasal dari sumberhewani seperti daging, ikan, unggas,makanan laut, sayur-sayuran hijau danbuah-buah. Namun dari hasilwawancara sebagian besar pararesponden mengaku bahwa merekalebih sering mengkonsumsi makanandari luar yang dimana nilai zat besinyakurang, hal ini mungkin disebabkankarena rasa yang ada pada makananyang disediakan oleh asrama kurangcocok dengan lidah mereka walaupunnilai gizinya baik, serta terkadangmereka merasa bosan dengan makananyang disediakan asrama dan inginmengkonsumsi makanan dari luar, halini mungkin salah satu penyebab kadarHb responden mengalami penurunanyang diakibatkan kurangnya diet yangmengandung zat besi.

3. Hubungan Antara LamanyaMenstruasi dan Perubahan Hb

Dari hasil uji statistik denganmenggunakan uji korelasiPearson’s

dinyatakan dengan nilai signifikansi ρ =

0,000 dengan kemaknaan P < 0,05 yangmenunjukkan ada hubungan lamanyamenstruasi terhadap perubahan Hb.

Menstruasi merupakan bagiandari proses regular yang mempersiapkantubuh wanita setiap bulannya untukkehamilan, daur ini melibatkanbeberapa tahap yang dikendalikan olehinteraksi hormon yang dikeluarkan olehhipotalamus kelenjar dibawah otak

depan dan indung telur (Annia Kissanti,2008: 15).

Pengeluaran darah menstruasiterdiri dari fragmen-fragmen kelupasanendrometrium yang bercampur dengandarah yang banyaknya tidak tentu.Biasanya darahnya cair, tetapi apabilakecepatan aliran darahnya terlalu besar,bekuan dengan berbagai ukuran sangatmungkin ditemukan. Terdapatperbedaan antara wanita satu dan yanglainnya, pada hari pertama menstruasitidak keluar begitu banyak, pada hariselanjutnya hari kedua dan ketigabertambah banyak, pada hari keempattambah berkurang dan pada hari kelimahampir kering, pada hari keenam darahkering langsung. Akan tetapi perludiingat, kadang sering kali keluarnyalendir bercampur sedikit darah berwarnacoklat mungkin berlarut selamabeberapa hari, hal ini biasa terjadi.Menstruasi dianggap berhenti jika tidakada lagi kesan darah merah yang keluardari rahim (Aulia. 2009: 23). Jumlahdarah menstruasi yang keluar padasetiap wanita berbeda-beda namunumumnya antara 25-60 ml, sebanyakapapun darah yang keluar asalkan masihdalam batas normal hal ini tidak akanmenyebabkan anemia (Dita Andira,2010: 30). Konsentrasi Hb normal 14gr/dl dan kandungan besi Hb 3,4 mg perg, volume darah ini mengandung 12-29mg besi dan menggambarkankehilangan darah yang sama dengan 0,4sampai 1,0 mg besi untuk setiap harisiklus tersebut atau 150 sampai 400 mgper tahun.

Dalam setiap bulannya wanitamengalami menstruasi yang dimanapengeluaran darah menstruasi itu dapatmempengaruhi kadar Hb, jumlah darahmenstruasi yang keluar pada setiapwanita juga berbeda-beda, hemoglobinmerupakan protein berpigmen merahyang terdapat dalam sel darah merah,hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam

Page 24: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

18

sel darah merah merupakan proteinyang mengandung zat besi, jika wanitamengalami menstruasi yang lama secaratidak langsung wanita tersebut akanmengeluarkan darah yang banyak,untuk setiap kali siklus menstruasidigambarkan bahwa wanita akanmengalami kehilangan besi antara 0,4-1mg untuk setiap hari siklus, apabilawanita mengalami siklus menstruasiyang lama wanita tersebut akan semakinbanyak besi yang dikeluarkan dengansemakin banyaknya besi yangdikeluarkan akan menyebabkanperubahan kadar Hb mengingat Hbmerupakan protein yang mengandungzat besi, bila saat menstruasi wanitatidak mengkonsumsi diet yang banyakmengandung zat besi maka wanitatersebut akan mengalami kekuranganzat besi, jika keadaan tersebut dibiarkanakan berbahaya untuk itu dianjurkanwanita-wanita yang mengalamimenstruasi untuk selalu mengkonsumsidiet yang mengandung banyak zat besisehingga kadar Hb tetap normal. Halini dapat diartikan bahwa semakinlamanya menstruasi responden semakinbanyak pula darah yang dikeluarkanakibatnya perubahan nilai Hb semakinturun.

Simpulan

Berdasarkan data analisis dariverifikasi hipotesis, dapat diambilkesimpulan sebagai berikut:1. Lamanya menstruasi pada

mahasiswi STIKES Hang TuahSurabaya yang tinggal di asramaadalah sebagian besar 7 hari.

2. Nilai perubahan Hb sebelum dansesudah menstruasi pada mahasiswiSTIKES Hang Tuah Surabaya yangtinggal di asrama adalah sebagianbesar perubahan Hbnya adalah 1.

5. Ada hubungan lamanya menstruasiterhadap perubahan Hb pada

mahasiswi STIKES Hang TuahSurabaya yang tinggal di asrama,hal ini berdasarkan hasil uji statistikkorelasiPearson’s dengan ρ = 0,000

dengan tingkat kemaknaan ρ < 0,05.

Saran

1. Respondena. Untuk mahasiswi STIKES

Hang Tuah diharapkan untuktetap santai dalam menghadapikuliah terutama saat ujian agartidak mengalami gangguandalam siklus menstruasi

b. Dianjurkan bagi mahasiswiyang mengalami menstruasiuntuk mengkonsumsi diet yangmengandung nutrisi sehinggakadar Hb tetap normal

2. InstitusiLebih meningkatkan kualitasmakanan yang ada di asrama baikkomposisi makanan, rasa darimakanannya maupun pengaturanmenu makanan..

3. Peneliti SelanjutnyaPerlu adanya penelitian lanjuttentang mengidentifikasi asupanmakanan selama 24 jam padamahasiswi STIKES Hang TuahSurabaya yang tinggal di Asramadengan siklus menstruasi.

DAFTAR PUSTAKA

Agus. (2009). Pertumbuhan SomatikRemaja,http://www.Agusjakaswara’s

Blog.com. Tanggal di akses: 7Maret 2009: 20.00

Andira, Dita. (2010). Seluk – BelukKesehatan Reproduksi Wanita,Jogjakarta: A+ Plus Books.

Page 25: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

19

Anonimity. (2009). Pertumbuhan DanPerkembangan Masa Remaja,http//www. Dolter-MedisBlog.com. Tanggal Di Akses: 8Maret 2009: 20.00

Aulia. (2009). Wjib Diketahui SemuaWanita Kupas TuntasMenstruasi Dari A Sampai Z,Yogyakarta : Milestone.

Biohealthworld. (2009). SiklusMenstruasi Wanita. Error!Hyperlink reference not valid..Tanggal di akses: 27 Juli 2009:10.00

Buku Kompetensi I. (2006).Pembelajaran Praktik KlinikKeperawatan Kebutuhan DasarMahasiswa Tidak DiPublikasikan. Surabaya:STIKES Hang Tuah.

Handayani, Wiwik., dan Andi Sulistyo,H. (2008).Asuhan KeperawatanPada Klien Dengan GangguanSistem Hematologi,Jakarta :Selamba Medika.

Hestiantoro, Andon., Et All. (2008).Masalah Gangguan Haid DanInfertilitas, Jakarta : BalaiPenerbit FKUI.

Kissanti, Annia. (2008).Buku PintarWanita Kesehatan DanKecantikan,Jakarta: Araska.

Manuaba, Ida Bagus Gde. (1999).Memahami KesehatanReproduksi Wanita, Jakarta:Arcan.

Neil, Eli dan Paul. (2008). Remaja PutriDan Anemia, http://www.BlogatWordpress.com. Tanggal diakses: 27 juli 2009: 13.00.

Nurudin Jauhari. (2008), Hemoglobin.http://www.BlogDokter.com.

Tanggal di akses: 27 juli 2009:10.00

Nursalam. (2003). Konsep DanPenerapan MetodologiPenelitian Ilmu KeperawatanPedoman Skripsi, Tesis DanInstrumen PenelitianKeperawatan,Jakarta : SalembaMedika.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2005).Metodologi PenelitianKesehatan, Jakarta: RinekaCipta.

Qittun. (2009). Konsep DasarMenstruasi.http://www.QittunBlog.com.Tanggal di akses: 27 Juli 2009:10.06

Rabe, Thomas. (2003).Buku Saku IlmuKandungan, Jakarta :Hipokrates.

Saryono., dan Waluyo, Sejati. (2009).Sindrom PremenstruasiMengungkap Tabir SensitifitasPerasaan MenjelangMenstruasi,Yogyakarta : NuhaMedika.

Setiadi. (2007).Konsep & PenulisanRiset Keperawatan,Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sisin, Iis. (2008).Masa Kehamilan DanPersalinan, Jakarta: PT. ElexMedia Komputindo.

Soebroto, Ikhsan. (2009).Cara MudahMengatasi Problem Anemia,Yogyakarta: Bangkit!.

Soetjiningsih. (2004). TumbuhKembang Remaja DanPermasalahannya,Jakarta: CV.Sagung Seto.

Tarwoto., dan Wasdinar. (2007).BukuSaku Anemia Pada Ibu hamil

Page 26: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

20

Konsep Dan Penatalaksanaan,Jakarta : Trans Info Media.

Yuliarti, Nurheti. (2009).A to Z WomanHealth Beauty Panduan SehatDan Cantik Bagi Wanita,Yogyakarta: C.V Andi Offset(penerbit ANDI).

¹ Dosen Program Studi IlmuKeperawatan STIKES Hang TuahSurabaya

Page 27: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI PROGRESIF OTOTTERHADAP KECUKUPAN TIDUR LANSIA DI PANTI SOSIAL

TRESNA WERDHA UNIT BUDHI LUHUR YOGYAKARTA

Merry Kristiana 1, Abdul Majid 2, Thomas Aquino E. Amigo3

Abstract : Elderly is a closing period of life, i.e. a period characterized by the departing ofsomeone from useful times. It is predicted that on 2010 the number of elders in Indonesia is 24people (9.77%) (WHO, 2010), while in Yogyakarta it is 14%—the highest throughout thecountry after Central Java (11.6%) and South Celebes (9.05%). During the aging, a sleepingpattern among the elders undergoes typical changes differentiating it from that of youngerpeople, i.e. 6 hours a day. According to Nugroho (2000), the age group of 40 years old is onlyfound in 7% of cases on sleeping problems (they can only sleep no more than 5 hours a day).However, the age group of 70 years is found in 22% of the same cases.Objective of this study isto find out the effect of muscle progressive relaxation technique on sleeping adequacy amongelders in Social House “Tresna Werdha” of “Budhi Luhur” Unit, Yogyakarta. The study used aquantitative method with a quasi-experimental design and one-group pre- and post-test design.The sample used was collected by using a simple random sampling with the number of sample62 people. The instrument of collectingdata was questionnaire. Data analysis was carried out using the t-test analysis, i.e. a paired t-test.The level of sleeping adequacy among elders before they were given the muscle progressiverelaxation technique was in a moderate category of 67.7% and after they were given the muscleprogressive relaxation technique increased to be 93.5%. Result of the t-test indicates thatp=0.0001. There was a significant effect of the muscle progressive relaxation technique onsleeping adequacy among elders in Social House“Tresna Werdha” of “Budhi Luhur” Unit,

Yogyakarta, with a significance level of 0.0001.

Keywords: Muscle progressive relaxation technique, sleeping adequacy, elder

Latar Belakang

Usia tua adalah fase akhir darirentang kehidupan. Segmen lansia daritotal populasi Amerika terus tumbuhlebih cepat dibanding populasi lainnya.

Proyeksi Biro Sensus AmerikaSerikat menunjukan bahwa pada tahun2030 akan terdapat lebih banyak lansiayang berusia diatas 65 tahun (22%)dibanding berusia 18 tahun (21%).Dengan peningkatan populasi lansia,

berarti lebih banyak orang yang hidupsangat tua (Smeltzer, 2001)

Pada tahun 2000, kira-kira 10%dari penduduk dunia berusia 60 tahunatau lebih. Berdasarkan proyekkependudukan United Nations MediumVariant, turunnya angka fertilitas danmortalitas menyebabkan peningkatanpopulasi penduduk hingga 20% padatahun 2050. Ini berarti bahwa 400 jutaorang lanjut usia tinggal di negara-negara maju dan lebih dari 1,5 milyarberada di negara-negara yang kurangmaju. (WHO, 2003). Jumlah lansia diIndonesia pada tahun 2006 mencapai

Page 28: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

±19 juta yaitu sekitar 8,90% dari totalpenduduk Indonesia (Oktovida, 2009).Pada tahun 2010 diperkirakan jumlahlansia di Indonesia sebanyak 24 jutajiwa atau 9,77% (WHO, 2010). Jumlahlansia di Yogyakarta pada akhir 2007adalah sebanyak 48.092 orang atau10,59% dari jumlah penduduk kotaYogyakarta sebanyak 453.925 jiwa.Pada tahun 2010 diperkirakan jumlahlansia di Daerah IstimewaYogyakarta(DIY) mencapai 14% yang merupakantertinggi se-Indonesia setelah JawaTengah (11,6% dan Sulsel 9,05%).

Selama penuaan, pola tidur padalansia mengalami perubahan-perubahanyang khas yang membedakannyadengan orang yang lebih muda.Perubahan-perubahan tersebutmencakup kelatenan tidur, terbangunpada dini hari, dan peningkatan jumlahtidur siang. Jumlah waktu yangdihabiskan untuk tidur yang lebih dalamjuga menurun. Terdapat suatu hubunganantara peningkatan terbangun selamatidur dengan jumlah total waktu yangdihabiskan untuk terjaga dimalam hari(Stanley, 2002).

Menurut Nugoroho (2000)bahwa kelompok usia 40 tahun, hanyadijumpai 7% kasus yang mengeluhmengenai masalah tidur (hanya dapattidur tidak lebih dari 5 jam sehari), akantetapi kelompok usia 70 tahun dijumpaisebanyak 22% kasus yang sama.Temuan lainnya bahwa pada kelompoklanjut usia ternyata lebih banyakmengeluh terbangun lebih awal daripukul 05.00 pagi dan terdapat 30%kelompok usia 70 tahun yang banyakterbangun pada malam hari. Angkatersebut ternyata tujuh kali lebih besardibandingkan dengan kelompok usia 20tahun.

Banyak faktor yangmempengaruhi kemampuan seseoranguntuk memperoleh istirahat dan tiduryang cukup. Dalam kesehatan

komunitas dan rumah, perawatmembantu klien mengembangkanperilaku yang kondusif terhadapistirahat dan relaksasi (Perry, 1999).Latihan relaksasi dapat menimbulkanperasaan sehat dan bugar denganmenciptakan keadaan rileks yangsebenarnya menghambat kekhawatirandan reaksi stress negative (Goliszel,2005).

Di PSTW jumlah lansia padabulan Januari 2011 sebanyak 73 orangyang rata-rata lansia yang berumur 60tahun atau lebih. Lanjut usia yangberjenis kelamin perempuan berjumlah57 orang dan lansia yang berjeniskelamin laki-laki berjumlah 16 orang.Setelah dilakukan studi pendahuluansalah satu perawat mengatakan bahwalansia di PSTW tersebut hampir semuamengalami gangguan pada kecukupantidurnya. Hal tersebut disebabkan padausia lanjut terjadi penurunan berbagaifungsi baik secara fisiologi(seperti:sistem neurologis) maupunpsikologi (kecemasan).

Bahan dan MetodelogiPenelitian

Penelitian menggunakan jenispenelitian kuantitatif dengan desainpenlitian eksperimental design jenisPre-Experimental Design denganrancangan One-group pre-post tesdesign, yaitu mengungkapkan hubungansebab akibat yang dilaksanakan padasatu kelompok dengan melakukanobservasi sebelum dilakukan intervensi,kemudian diobservasi setelah intervensiuntuk mengetahui akibat dari perlakuan(Sugiyono, 2008).

Penelitian dilakukan pada bulan29 Mei- 20 Juni 2011 di PSTW UnitBudhi Luhur Yogyakarta. Teknikpengambilan sampel menggunakanmetode simple random sampling.Sampel yang diambil adalah 62 orang.

22

Page 29: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

Sampel yang dikehendaki adalah bagiandari populasi terjangkau yang ditelitisecara langsung dan sesuai dengankriteria inklusi dan ekslusi. Sampelyang diambil adalah lansia yangmemenuhi kriteria inklusi, yaitu:1. Besar sampel yang akan diambildalam penelitian ini Lansia yang berusia45 tahun atau lebih (≥ 45 tahun)

2. Lansia yang tinggal di lingkunganPSTW3. Lansia yang bersedia menjadiresponden

Sampel yang tidak diambiladalah yang memenuhi kriteria eksklusiyaitu: lansia yang sedang sakit.

Variabel penelitian adalah faktadan angka yang dapat dijadikan bahanuntuk menyusun suatu informasi,informasi adalah hasil pengolahan datayang dipakai untuk keperluan(Arikunto, 2009). Variabel penelitianterbagi atas 3 yaitu:a. Variabel independen atau bebas

adalah variabel yang menjadi sebabperubahan atau timbulnya variabledependen. Variabel ini dikenaldengan nama variabel bebas yangartinya bebas dalam memengaruhivariabel lain. Variabel independenpada penelitian ini adalah teknikrelaksasi progresif. Alat ukur yangdigunakan adalah lembar kerja teknikrelaksasi progresif yang diadopsi dariFitri (2010).

b. Variabel dependen adalah variabelyang dipengaruhi atau menjadi akibatkarena variabel bebas. Variabeldependen dalam penelitian ini adalahkecukupan tidur. Alat ukur yangdigunakan adalah kuesionermenggunakan skala Guttman yangterdiri dari 13 item pertanyaandengan kategori 1=Ya dan 0 =Tidakyang dikategorikan Ya (Cukup) danTidak (Tidak cukup). Skor danjumlah yang diperoleh 13menunjukan kecukupan tidur

terpenuhi. Skala pengukuran adalahrasio.

Cara pengolahan data untukmemperoleh data mengenai pengaruhteknik relaksasi progresif otot terhadapkecukupan tidur lansia menggunakankuesioner dengan pertanyaan tertututpsebanyak 13 item pertanyaan (berisitentang kecukupan tidur). Untukmemperoleh data mengenai teknikrelaksasi progresif otot menggunakanlembar kerja teknik relaksasi progresifotot yang diadopsi dari Fitri (2010).

Pengolahan dan analisa datadilakukan dengan editing, coding,transferring, dan tabulating. Kemudiandilanjutkan dengan analisa univariat danbivariat yang menggunakan rumuspaired t-test.

Hasil Penelitian

Hasil yang diperoleh daripengaruh teknik relaksasi progresif ototterhadap kecukupan tidur lansia diPSTW Unit Budhi Luhur Yogyakarta.

Diagram 4.1. Distribusi Frekuensi Kecukupan Tidur LansiaPada SaatPre Testdi Panti Sosial Tresna Werdha Unit

Budhi Luhur Yogyakarta Tahun 2011.

Berdasarkan diagram 4.1,menunjukkan bahwa sebagian besarresponden mempunyai tidur yang cukupyaitunsebanyak 67,7% (42 orang),sedangkan responden yang tidak cukuptidur sebanyak 32,2% (20 orang).

UVKVOD

RQKROD cukup

tidur

tidakcukuptidur

23

Page 30: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

Diagram 4.2. Distribusi Frekuensi KecukPada SaatPost Testdi Panti Sosial TrBudhi Luhur Yogyakarta Tahun 2011.

Berdasarkan diagrmenunjukkan bahwa sebaresponden mengalami tidursebanyak 93,5% (58 orang(4 orang) responden yang tidur setelah melakukan tekniprogresif.

Analisis bivariapenelitian ini menggunakapaired t-test guna mencateknik relaksasi progresif otkecukupan tidur lansia di Budhi Luhur Yogyakarta. Hkecukupan tidur pada lasebagai berikut:Tabel 4.2 Distribusi Responden PengaruProgresif Otot Terhadap Kecukupan TidUnit Budhi Luhur Yogyakarta.

Kecukupantidur

Rata-rata

n SD

Pre Test 9,29 62

Post Test 7,74 62

Berdasarkan hasil tes pada data kecukupan tdan post test pada pelaksarelaksasi progresif otot mbahwa nilai rata-rata kecukupalansia pada saatpre t9,29(tidak cukup) dan nikecukupan tidur lansia patestadalah sebesar 7,74 (cukupvalue sebesar 0,0001 lebi0,05 (p<0,05), sehingga Ho ini berarti bahwa ada pengasignifikan pelaksanaan tekniprogresif otot terhadap keclansia di PSTW Unit BYogyakarta.

XRKTOD

UKTODOO

cukupan Tidur Lansia Tresna Werdha Unit.

diagram 4.2,ebagian besar

dur yang cukupang) dan 6,5%ng tidak cukupteknik relaksasi

riat dalamnakan analisiancari pengaruhf otot terhadapdi PSTW Unit. Hasil analisislansia adalah

aruh Teknik Relaksasiidur Lansia di PSTW

StandarDeviasi

p

2,99 0,0001

sil uji paired t-n tidur pre testksanaan teknik menunjukkanecukupan tidur test sebesarnilai rata-rata

pada saatpostcukup). Nilaip

ebih kecil dariHo ditolak. Halpengaruh yangeknik relaksasiecukupan tidurBudhi Luhur

Pembahasan

Penelitian bermengetahui pengaruh tprogresif otot terhadap klansia di PSTW UnitYogyakarta.

Berdasarkan hdiperoleh data sebanyorang) lansia yang sedangkan lansia yang tisebanyak 32,2% (20 ormenunjukan bahwa masiyang tidurnya belum cusatu faktor penyebabnyalansia belum melaksrelaksasi progresif ototitu faktor yang mempengaruhi kecukupkarena faktor usia. Famempengaruhi kecuseseorang karena saat usmaka akan terjadi penurutubuh salah satunya adasehingga terjadi pengurgelombang lambat tstadium 4 yang disebabotak akan bergerak lebihgelombang delta pada ti50% dan tidur seseorang (tidak nyenyak), gemenurun, dan meningkterbangun pada malameningkatnya fragmenta

Berdasarkan hasisetelah dilakukan teprogresif kecukupan tidurdiketahui sebagian bemengalami tidur yang c93,5% (58 orang) dan 6responden yang tidakdengan p=0,0001 yang pengaruh pemberian teprogresif terhadap kelansia di PSTW UnitYogyakarta. Hasil inibahwa lansia yang tidamengalami penurunan ya

cukuptidur

tidakcukuptidur

23

bertujuan untukuh teknik relaksasi

p kecukupan tidurnit Budhi Luhur

hasil pretestanyak 67,7% (42g cukup tidur,g tidak cukup tidur

20 orang). Hal iniasih banyak lansia

cukup yang salahbnya adalah karena

ksanakan teknikotot, namun selaing juga dapat

ukupan tidur adalahFaktor usia bisacukupan tidur

t usia semakin tuanurunan fungsi daridalah fungsi saraf

pengurangan tidurterutama pada

babkan gelombangbih cepat sehingga tidur kurang daring akan bermimpigelombang alfa

ngkatnya frekuensialam hari atauntasi.

hasil post testatauteknik relaksasitidur pada lansiabesar responden

g cukup sebanyakn 6,5% (4 orang)

dak cukup tidurg berarti terdapat

n teknik relaksasikecukupan tidurnit Budhi Luhurini menunjukkantidak cukup tidurn yang berarti yaitu

24

Page 31: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

hanya sebesar 6,5% dari totalresponden.

Adanya penurunan gangguantidur yang dirasakan oleh lansia,menunjukkan gangguan tidur semakinsedikit dirasakan dan dialami lansia. Halini merupakan hasil dari tercapainyatingkat relaksasi otot dan kondisi fisikyang baik pada lansia. Salah satu faktoryang berpartisipasi dalam penurunanangka ketidakcukupan tidur adalahdengan pemberian teknik relaksasiprogresif otot pada lansia yangdilakukan menggunakan posisi yangdisesuaikan dengan kondisi lansia.

Hasil analisis uji paired t-testdiperoleh nilaip value sebesar 0,0001lebih kecil dari 0,05 (p<0,05), hal iniberarti bahwa ada pengaruh yangsignifikan teknik relaksasi progresif ototterhadap kecukupan tidur lansia diPSTW Unit Budhi Luhur Yogyakarta.Hasil ini menunjukkan bahwakecukupan tidur yang dialami lansiamerupakan hasil dari teknik relaksasiprogresif otot yang diberikan kepadalansia.

Simpulan

Berdasarkan analisa univariat danbivariat serta pembahasan pada Bab IV,dapat disimpulkan bahwa :1. Berdasarkan hasil pretest, masih

banyak lansia yang tingkatkecukupan tidur dalam kategoritidak cukup yaitu sebanyak 32,2%(20 orang)

2. Setelah dilakukan post testpelaksanaan teknik relaksasiprogresif otot, maka angkakecukupan tidur lansia dalamkategori cukup yang ditandaidengan jumlah lansia yang tidakcukup tidur yaitu 6,5% (4 orang).

3. Ada pengaruh yang signifikanteknik relaksasi progresif ototterhadap kecukupan tidur lansia di

PSTW Unit Budhi LuhurYogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, S. C. 2001.Buku AjarKeperawatan medical BedahEdisi 8. EGC. Jakarta

Oktovida, D. 2003.Hubungan AntaraLingkungan Rumah sakit DenganPemenuhan Kebutuhan IstitahatTidur Anak Prasekolah YangDirawat Inap di InstalasiKesehatan Anak RS DR SardjitoYogyakarta. Skripsi, FK, UGM.Yogyakarta

Stanley, M., Beare, Patricia Gaunlett.2007. Buku Ajar keperawatanGerontik. EGC. Jakarta.

Nugroho, W,. 2000. KeperawatanGerontik Edisi 2. EGC. Jakarta

Perry & Potter. 2005.FundamentalKeperawatan. EGC. Jakarta

Goliszel, A., 2005. 60 SecondManajemen Stres. PT BhuanaIlmu Populer. Jakarta

Sugiyono. 2007. Metode PenelitianKuantitatif dan Kualitatif danR&D. Alfabeta. Bandung

Arikunto,S., 2009. ManajemenPenelitian, Rineka Cipta. Jakarta.

Fitri, N, N., 2010. Pengaruh TeknikRelaksasi Progresif TerhadapInsomnia Pada Lanjut Usia diDusun Blunyah Gede KelurahanSinduadi Kecamatan MlatiKabupaten Sleman Yogyakarta.,Skripsi, FK, UGM. Yogyakarta

25

Page 32: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

1 Mahasiswa S 1 KeperawatanUniversitas Respati Yogyakarta² Dosen Poltekes Yogyakarta³ Dosen Universitas Respati Yogyakarta

26

Page 33: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWATDAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRE OPERASI

DI RUANG PRE MED ICU ANESTESI RUMKITALDr. RAMELAN SURABAYA

Nuh Huda¹

Abstract : Anxiety is signal awaking human being, anxiety warn danger existence menacingand enabling somebody to overcome threat. Anxiety a lot of met of client experiencinginspection, client and treatment to experience operation To lessen anxiety one of them is withtherapeutic communications by nurse. The target of this Research to know relation existencebetween terapeutc communications by nurse and mount anxiety of client pre operate forThe research design use methodCross Sectional, sampling method used is theNonRandom Sampling, the samples taken as much 19 responder that is client pre operate forin Pre Med ICU Anaesthesia room of Rumkital Dr. Ramelan Surabaya. Researchconsisted by two variable that is free variable is therapeutic communications andveriable nurse trussed is anxiety. This Elite data is analysed by using testSpearmanCorelationwith the significant level meaning ρ < 0,05.Result of this research express therapeutic communications by nurse goodness that is as much10 client (53%) from 19 responder. While level of anxiety responder experience of light anxietylevel as much 11 client (58%) from 19 responder. From obtained statistical test of result there isrelation between therapeutic communications nurse and mount anxiety at client pre operate forin Pre Med ICU Anaesthesia room of Rumkital Dr. Ramelan Surabaya with level signifikan0,05 (ρ < 0,00) and r = 0,913 meaning there is relation which significant.

See this research hence need effective communications use improvement existence by nurse inassisting minimization mount anxiety.

Keyword : communications terapeutik, mount anxiety

Latar Belakang

Kecemasan adalah suatu sinyalyang menyadarkan manusia, kecemasanmemperingatkan adanya bahaya yangmengancam dan memungkinkan seseorangmengambil tindakan untuk mengatasiancaman. Sensasi cemas sering dialamioleh hampir semua manusia. Perasaantersebut ditandai rasa ketakutan yangdifus, tidak menyenangkan dan samar–

samar, seringkali disertai oleh gejala

otonomik. Kumpulan gejala tertentu yangditemukan selama kecemasan cenderungbervariasi dari orang ke orang (Ayub SaniIbrahim, 2003 : 30). Kecemasan banyakditemui pada klien yang menjalanipemeriksaan dan perawatan dalam bidangkesehatan (Ayub Sani Ibrahim, 2003 : 20).Salah satunya kecemasan yang terjadipada klien Pre Operasi di Ruang Pre MedICU Anestesi Rumkital Dr. RamelanSurabaya, klien umumnya mengalami

Page 34: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

cemas terhadap segala hal yangberhubungan dengan operasi.

Secara signifikan kecemasanmempengaruhi 5– 7% populasi umum dan25% atau lebih pada populasi klien dalambidang medis, pada waktu yang tidakditentukan (Ayub Sani Ibrahim, 2003 :76). Data yang didapat dari ruang Pre MedICU Anestesi Rumkital Dr. RamelanSurabaya klien pre operasi pada tahun2007 bulan Januari sebanyak 333 klien,Februari sebanyak 271 klien dan Maretsebanyak 290 klien. Data tersebutdisimpulkan hanya dari kecemasanpenyakit klien dan kecemasan yang timbuldari segi komunikasi perawat tidak terdatadengan nominal. Kesimpulan yang didapatdari wawancara perawat dan klien, rata–

rata semua klien mengalami kecemasanterhadap pembedahan yang akandilakukan, rasa sakit yang akan dirasakanselama dan sesudah dilakukanpembedahan, adanya infeksi dankemungkinan komplikasi yangditimbulkan akibat pembedahan bahkankematian bisa terjadi dimeja operasi. Halini terjadi pada klien yang baru pertamakali ataupun yang kedua kali dilakukannyapembedahan. Dari studi pendahuluan yangdilakukan dengan cara acak pada 10 klienPre operasi di ruang Pre Med ICUAnestesi Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.Pada tanggal 4 Juni 2006 didapatkan datayang menunjukkan cemas berat ada 2 kliendengan diagnosa Fraktur Colles danTumor Mammae sinistra, cemas sedangada 6 klien dengan diagnosa Fraktur DigitiManus II Dextra, Criptomanus, FibrotikPenis, Struma Nodusa, Hemorroid danNeurofibrom, sedangkan cemas ringan ada2 klien dengan tindakan AV Shunt.

Orang berbeda pandangan dalammenanggapi bedah sehingga responnyaberbeda – beda pula. Cemas Anestesibiasanya adalah maut, “tidur terus dan

tidak bangun lagi” (Barbara C. long, 1996

: 6). Faktor – faktor yang dapatmempengaruhi timbulnya kecemasan

biasanya bersumber dari : Adanyaancaman terhadap keselamatan diri,misalnya tidak menemukan integritas diri,tidak menemukan status dan prestise, tidakmemperoleh pengakuan dari orang lain,serta ketidaksesuaian pandangan diridengan lingkungan nyata. Manifestasigejala perifer dari kecemasan yangditimbulkan oleh klien pre operasi adalahseperti ; mual, muntah, diare, pusingmelayang, tensi meningkat, nadimeningkat, hiperhidrosis, hiperrefleksia,palpitasi, midriasis pupil, gelisah, sinkop,rasa gatal di anggota gerak, tremor,frekwensi urine yang tidak terkontrol,gangguan tidur. (Ayub Sani Ibrahim, 2003: 32). Dengan adanya komunikasi yangefektif oleh perawat diharapkankecemasan klien dapat berkurang salahsatunya berupa pemberian pengertian daninformasi melalui komunikasi terapeutik.

Situasi operasi merupakan situasiyang diwarnai suasana cemas, baik bagiklien dan kelurganya. Sehingga peranperawat dan tenaga kesehatan lain perlumemberi perhatian dalam upayamengurangi kecemasan sekaligusmenurunkan resiko operasi yang dapattimbul karena klien tidak kooperatif. Olehkarena itu, adanya komunikasi selamamasa operasi terutama pre operasi sangatdiperlukan bagi klien. Dalam hal iniperawat memakai dirinya secara terapeutikdengan menggunakan tehnik komunikasiagar perilaku klien berubah kearah yangpositif seoptimal mungkin. Komunikasiyang kurang antara petugas kesehatan danklien dapat mengakibatkankesalahpahaman, pemahaman yang rendahtentang operasi, peningkatan kecemasandan ketakutan, serta partisipasi klien dankeluarga yang rendah pada situasi operasi(Ayub Sani Ibrahim, 2003 : 98). Melaluikomunikasi terapeutik diharapkan perawatdapat menghadapi, mempersepsikan,bereaksi dan menghargai keunikan klien(Mundakir, 2006 : 115).

28

Page 35: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

Bahan dan Metodologi Penelitian

Desain yang digunakan dalampenelitian ini adalah korelasional dengantujuan untuk mengungkapkan hubunganantara variabel yang mengacu padakecenderungan bahwa variasi suatuvariabel diikuti oleh variabel yang lain(Nursalam dan S. Pariani, 2001) denganpendekatancross sectionalyaitu penelitianuntuk mempelajari dinamika korelasiantara faktor– faktor resiko efek, dengancara pendekatan observasi ataupengumpulan data sekaligus pada suatusaat (PointTime Approach) artinya setiapsubjek penelitian hanya diobservasi sekalisaja dan pengukuran dilakukan terhadapsuatu karakter atau variabel subyek padasaat pemeriksaan (Notoatmojo, 2002 : 145– 146).

Variabel Dalam penelitian initerdiri dari dua variabel yaitu variabelbebas dan variabel terikat. variabelindependennya adalah komunikasiterapeutik perawat di ruang Pre Med ICUAnestesi Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.variabel dependennya adalah tingkatkecemasan klien Pre Operasi diruang PreMed ICU Anestesi Rumkital Dr. RamelanSurabaya

Dalam penelitian ini populasinyaadalah semua klien yang dirawat di ruangPre Med ICU Anestesi Rumkital dr.Ramelan Surabaya pada periode Juli 2007.Sampel yang diambil adalah sebagianklien dirawat di ruang Pre Med ICUAnestesi Dr. Ramelan Surabaya, Juli 2007.Tehnik pengambilan sampel yangdigunakan dalam penelitian ini adalahnonprobability sampling dengan purposivesampling yaitu dengan tehnik penetapansampel dengan cara memilih sampeldiantara populasi sesuai dengan yangdikehendaki peneliti sehingga sampeltersebut dapat mewakili karakteristikpopulasi (Nursalam, 2001: 98).

Alat pengumpul data dengankuesioner tertstruktur berdasarkan konsepteori. Untuk mengetahui hubungan dalampenelitian ini peneliti menggunakan ujikorelasi spearman dengan tingkatkemaknaanp < 0,05 artinya bila 0,05Ho ditolak dan H1 diterima yang berartiada hubungan antara komunikasiterapeutik dan tingkat kecemasan klien properasi di ruang ICU Anestesi Rumkital Dr.Ramelan Surabaya.

Hasil Penelitian

1. Komunikasi Terapeutik perawatTabel 1 Distribusi Frekwensi Komunikasi

Terapeutik perawat di Pre Med ICUAnestesi Rumkital

KomunikasiTerapeutik

perawat

Frekwensi Persentase

BaikCukupKurang

1081

53 %42%5%

Total 19 100%

Pada tabel 1 diatas didapatkanbahwa 10 responden (53%) menyatakankomunikasi perawat baik, 8 responden(42%) menyatakan bahwa komunikasiperawat cukup dan 1 responden (5%)menyatakan komunikasi perawat kurang.

2. Tingkat KecemasanTabel 2 Distribusi Frekwensi Tingkat

Kecemasan Responden di RuangPre Med ICU Anestesi Rumkital

Tingkatkecemasan

Frekwensi Persentase

Tidak cemasCemas ringan

Cemassedang

Cemas berat

01171

0%58%37%5%

Total 19 100%

29

Page 36: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

Pada hasil penelitian pada tabel 2diatas didapatkan bahwa tingkatkecemasan sebagian besar mengalamikecemasan ringan sebanyak 11 responden(58%), sebanyak 7 responden (37%)mengalami cemas sedang dan sebanyak 1responden (5%) mengalami cemas beratsedangkan tidak ada responden yang tidakcemas.

3. Hubungan antara komunikasiterapeutik perawat dan tingkatkecemasan klien

Tabel 3 Hubungan Antara KomunikasiTerapeutik Perawat dan TingkatKecemasan

Komunikasi terapeutik

kecemasan Total

cemasringan

cemassedang

cemasberat

baik 10 0 0 10

53% 0% 0% 53cukup 1 7 0 8

5% 37% 0% 42kurang 0 0 1 1

0% 0% 5% 5%

Total 11 7 1 19

58% 37% 5% 100%

Hasil UjiKorelasi

Spearman

P = 0.05α =

0.913

Dari hasil diatas berdasarkandistribusi frekwensi hubungan antarakomunikasi terapeutik perawat dan tingkatkecemasan klien pre operasi di ruang PreMed ICU Anestesi Rumkital Dr. RamelanSurabaya terlihat bahwa perawatmelakukan komunikasi terapeutik yangbaik pada responden mengalami cemasringan ada 10 responden (53%), perawatyang melakukan komunikasi terapeutikyang cukup pada responden mengalamicemas ringan ada 1 responden (5%), yangmengalami cemas sedang ada 7 responden(37%), sedangkan perawat yangmelakukan komunikasi terapeutik kurang

pada klien mengalami cemas beratsebanyak 1 responden (5%).

Berdasarkan uji statistik korelasispearman di dapatkan adanya hubunganantara komunikasi terapeutik perawat dantingkat kecemasan klien pre operasi.Probabilitas yang diperoleh sebesar ρ =

0,05 yang lebih kecil dari ρ < 0,05 yang

berarti hipotesa nol ditolak dan hipotesakerja diterima dengan koefisien sebesar0,913 yang berarti terdapat hubungan yangsignifikan antara komunikasi terapeutikperawat dan tingkat kecemasan klien preoperasi di ruang pre med ICU AnestesiRumkital Dr. Ramelan Surabaya.

Pembahasan

1. Komunikasi Terapeutik PerawatBerdasarkan hasil penelitian

diperoleh bahwa komunikasi terapeutikperawat baik sebanyak 10 responden(53%), komunikasi terapeutik perawatcukup sebanyak 8 responden (42%) dankomunikasi terapeutik perawat kuranghanya 1 responden (5%).

Melihat hasil diatas diketahuibahwa komunikasi perawat sangat pentingdalam membantu memberikan informasitentang hal– hal yang tidak di ketahuiklien dan membantu mengatasi masalahklien karena pada dasarnya komunikasiterapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar bertujuan dankegiatannya di pusatkan untukkesembuhan klien (Heri Purwanto, 2003).Hubungan terapeutik antara perawat danklien adalah hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar menukar perilaku,perasaan, pikiran dan pengalaman dalammembina hubungan yang terapeutik.Banya factor yang mempengaruhi proseskomunikasi antara lain : usia, jeniskelamin dan pendidikan.

Tingkat pengetahuan akanmemperngaruhi komunikasi yang dilakukan (Nurjannah, 2001 : 36).

30

Page 37: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

Sedangkan menurut Notoraharjo yang dikutip oleh Nursalam (2001) mengatakanbahwa semakin tinggi tingkat pendidikanseseorang akan semakin baik pulapengetahuannya dan akan lebih mudahuntuk menerima informasi tentangkeadaannya sehingga seseorang akan lebihmengerti tentang cara penatalaksanaanterhadap penyakitnya baik hal yang akanmemperberat maupun hal untukmengendalikan kecemasannya denganmekanisme koping yang efektif,sebaliknya seseorang dengan pendidikanrendah akan sulit menerima atau meresponinformasi dan pertanyaan yangmengandung bahasa verbal dengan tingkatpengetahuan yang lebih tinggi. Untuk ituperawat perlu mengetahui tingkatpengetahuan klien sehingga perawat dapatberinteraksi dengan baik dan akhirnyadapat memberikan asuhan keperawatanyang tepat pada klien.

2. Tingkat KecemasanKlien pre operasi di ruang Pre Med

ICU Anestesi Rumkital Dr. RamelanSurabaya paling banyak mengalamikecemasan tingkat ringan ini ditunjukkanpada tabel 5.2 dengan prosentase 58% (11responden), megalami kecemasan sedangsebanyak 37% (7 responden), sedangkanyang mengalami kecemasan beratsebanyak 5% (1 responden).

Seseorang yang merasa cemasbiasanya dikaitkan dengan kondisinya,lingkungan yang baru, kurangnyainformasi, pola pengobatan serta biayapengobatan. Seseorang yang mengalamikecemasan sedang masih dapatmelaksanakan aktivitas hidup sehari– hari.Dan yang perlu diperhatikan adalahmencegah jangan sampai klien beradadalam kecemasan berat maupun panickarena tingkat pada tingkat ini wawasanindividu terhadap lingkungan sangatmenurun dan sudah tidak mampumengontrol dirinya (Ibrahim, 2003 : 58).

Respon seseorang terhadap stressmemiliki tingat adaptasi yang berbedasehingga jika ia tidak mampu mengatasimasalah maka akan timbul respon maladaptif yang berupa kecemasan. Akantetapi setiap orang berbeda dalammenyesuaikan dirinya terhadap stress, haltersebuit dapat dipengaruhi oleh usia, jeniskelamin dan tingkat pengetahuan(Maramis, 2004 : 69).

Dari faktor pendidikan menurutBoewer yang di kuitp oleh Nursalam(2001), pendidikan seseorang sangatmenentukan kecemasan. Klien denganpendidian tinggi akan lebih mampumengatasi kecemasan denganmenggunakan koping yang efektif dankonstruktif daripada seseorang denganpendidikan rendah. Faktor yang dapatmenimbulkan kecemasan adalahlingkungan. Lingkungan dapat membantuseseorang mengintegrasikan pengalamanyang menimbulkan stress dan mengadopsistrategi koping yang berhasil. Hal ini dapatdipahami karena dirawat di rumah sakitmerupakan pengalaman yang tidakmenyenangkan bagi tiap individu sehinggadapat menimbulkan suatu kecemasan.

3. Hubungan Komunikasi TerapeutikPerawat dan Tingkat Kecemasan.

Dari hasil pengolahan data padasub bab 5.1.4 tabel 5.3 diperoleh hasilbahwa hubungan komunikasi terapeutikdan tingkat kecemasan menunjukkantingkat kemaknaan (ρ < 0,00) dengan

koefisien korelasi α = 0,913, artinya ada

hubungan yang kuat antara komunikasiterapeutik perawat terhadap tingkatkecemasan klien.

Dalam memberikan asuhankeperawatan, komunikasi secara terapeutikmemegang peranan penting dalammembantu memecahkan masalah klien,karena komunikasi yang ditujukan untukkesembuhan klien sehingga dalampelaksanaanya proses komunikasi dapatmemberikan informasi dan membantu

31

Page 38: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

klien untuk mengatasi persoalan yangdihadapi pada tahap perawatan.

Komunikasi terapeutik perawatmempengaruhi tingkat kecemasan klienpre operasi. Hal ini disebabkan karenaklien pre operasi membutuhkan informasidan penjelasan tentang keadaanya dantindakan yang akan dilakukan olehperawat. Kecemasan yang terjadi padaklien yang ada di ruang pre med ICUAnestesi Rumkital Dr. Ramelan Surabayaterjadi karena adanya suatu ancamanterhadap diri klien sepertiketidakberdayaan dan kehilangan kendalipada diri klien dan kecemasan semacamini akan terus berkelanjutan danmenyebabkan klien pre operasi salahmenafsirkan status kesehatan mereka.Untuk membantu meningkatkan perasaanpengendalian diri pada klien salah satunyadapat melalui pemberian informasi danpenjelasan. Pemberian informasi ini dapatdilakukan dengan baik apabila didukungoleh pelaksanaan komunikasi yang efektifoleh perawat.

.Simpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :1. Rata rata komunikasi perawat di ruang

Pre Med ICU Anestesi Rumkital Dr.Ramelan Surabaya adalah baik

2. Rata rata klien Pre Operasi di RuangPre Med ICU Anestesi Dr. RamelanSurabaya mengalami cemas sedang.

3. Hasil Uji statistic korelasi Spearmanmenunjukkan terdapat hubungan yangsignifikan antara komunikasiterapeutik perawat dan tingkatkecemasan klien Pre Operasi di RuangPre Med ICU Anestesi Dr. RamelanSurabaya.

Saran

1. Diharapkan perawat mampumelaksanakan komunikasi terapeutiksecara efektif terhadap klien preoperasi dalam memberikan asuhankeperawatan secara professional

2. Diharapkan Rumah Sakit senantiasameningkatkan mutu pelayanankesehatan yang dilakukan perawatkhususnya sikap dan komunikasiterapeutik perawat.

3. Bagi peneliti selanjutnya agarpenelitian ini dapat dijadikan suatugambaran dalam penelitianselanjutnyaguna mendapatkan hasilyang lebih baik karena hasil penelitianini tidak bisa mewakili populasi, hanyamewakili sampel yang diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

Arwani (2002), Komunikasi DalamKeperawatan,Jakarta: EGC.

Ayub Sani Ibrahim (2003), Panik Neurosis danGangguan Cemas, Jakarta : PT. Dua As– As

Anas Tansuri (2006), Buku Saku KomunikasiDalam Keperawatan, Jakarta : EGC

Barbara C. Long (1996), Perawatan MedikalBedah I, Bandung : Yayasan IKAPI

Barbara J, Gruendemann (2005), Buku AjarKeperawatan Perioperatif, Volume 1,Jakarta: EGC.

H. Syamsuri Adam (1998), PraktekKeperawatan Medikal Bedah, Bandung: Yayasan LAPK

Hudak dan Gallo (1997), Keperawatan Kritis,pendekatan Holistik, Jakarta : EGC

Keliat, Budi Ana (1996), Hubungan Perawatdan Klien. Jakarta :EGC

Monica Ester (2005), Pedoman PerawatanPasien, Jakarta: EGC.

32

Page 39: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

Mundakir (2006), Komunikasi KeperawatanAplikasi Dalam Pelayanan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Notoatmojo (2002), Metodologi PenelitianKesehatan, Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmojo, (2005),. Metodologi PenelitianKesehatan Edisi Revisi V, Jakarta :Rineka Cipta

Nursalam & S. Pariani (2001), MetodologiPenelitian, Jakarta : Sagung Seto

Oswari E. (1993), Bedah dan Perawatannya,Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Setiadi (2007), Konsep dan Penulisan RisetKeperawatan, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suryani (2005), Komunikasi Terapeutik,Jakarta :EGC

Stuart & Sundeen (1998), Keperawatan JiwaBuku Saku, Edisi 3, Jakarta : BalaiPustaka

Sugiono (2001), Statistika Untuk Penelitian,Bandung : CV Alfa Beta

¹ Staf Dosen Departemen Medikal BedahStikes Hang Tuah Surabaya

33

Page 40: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

KUALITAS HIDUP PEREMPUAN YANG MENGALAMIHISTEREKTOMI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHINYADI WILAYAH DKI JAKARTA:STUDY GROUNDED THEORY

R. Khairiyatul Afiyah 1, Setyowati2 , Imalia Dewi Asih3

Abstract : Hiysterctomy is a surgery that cutting out the uterus. It causes physical, psychologyand social effects. The purpose of this research is to develop a new concept of quality of lifeamongst women with hysterectomy. The grounded theory method was used with tenparticipants that recruited through a purposive sampling method. The result shows that there areinternal and external factors that influence the quality of life and perceptions of women makethem feel better in biological, psychological, social and spiritual aspects of their lifes. Thisresearch recommends to that nurses to apply biological, psiychological, social, spiritual supportfor women with hysterectomy as an aspect of nursing service.

Keywords : Hysterectomy,

Latar Belakang

Histerektomi adalah suatutindakan pengangkatan uterus dengancara pembedahan (Hickey & Lumsden,2000). Histerektomi bukan merupakansatu-satunya tindakan yang dilakukanuntuk mengatasi permasalahan padaorgan reproduksi, terutama bagiperempuan yang masih menginginkananak. Namun tindakan ini adalahtindakan yang tepat dan terbaik untukmengatasi penyakit pada organreproduksi secara permanen (Bobak &Jensen, 2005).

Data dari bagian ObstetriGinekologi Rumah Sakit CiptoMangunkusumo Jakarta menunjukkanbahwa setiap tahun kurang lebih 230tindakan histerektomi dilakukan denganbermacam-macam tujuan sepertimengatasi perdarahan dan kanker

serviks (Gozali, Junisaf &Santoso, 2002). Histerektomi banyakdialami oleh wanita usia produktif. Usiawanita yang mengalami histerektomiberada dalam rentang usia 20-49 tahun(Berek, 1996). Dampak histerektomipada perempuan yang mengalaminyayaitu pada fisik, psikologi dan sosial.Beberapa dampak tersebut salingmempengaruhi karena denganhisterektomi perempuan akankehilangan organ reproduksi yangsangat berharga. Kehilangan tersebutakan mempengaruhi keadaan psikologimereka seperti cemas, ketakutan danakhirnya mengalami depresi. Perasaandepresi yang diakibatkan oleh hilangnyasimbol kewanitaanya membuatperempuan mengalami perasaan yangtidak jelas sehingga dapat mengancamperannya terutama didalam masyarakattradisional yang sangat menghargaiterhadap nilai seorang perempuan

Page 41: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

(Farooqi, 2007; Carlson, 1997; Bayram& Beji, 2009).

Perasaan dan anggapan kurangsempurna sebagai perempuan karenahisterektomi akan menimbulkanpermasalahan dan dilema yang sangatpelik dan bersifat patologis yang akanterjadi disepanjang kehidupannya.Salah satu permasalahan yang banyakditakutkan adalah perpisahan denganpasangannya. Keadaan ini merupakanlangkah terberat dan penyebab depresiyang dialami oleh perempuan pascahisterektomi khusunya bagi perempuanyang belum pernah melahirkan seoranganak (Hickey & Lumsden, 2000).

Depresi merupakan dampaktersering karena histerektomi. Salahsatu penyebabnya adalah karenakehilangan fungsi reproduksi daninfertil. Beberapa perempuanmengatakan merasa “sedih” setelah

tindakan histerektomi, ini dibuktikanoleh beberapa perempuan yang terlihatmenangis tanpa diketahui penyebabnyasetelah empat hari sampai satu minggupasca histerektomi (Flory,. et al, 2005;Katz, 2002).

Dampak dari histerektomi akanmemberikan pengaruh besar terhadapkualitas hidup, ini dapat terlihatbagaimana perempuan dalammenjalankan kehidupannya sepertibagaimana individu dalam beraktivitas,berhubungan sosial dan berinteraksiterhadap lingkungannya. Semua haltersebut dapat menyebabkan perubahanperilaku sehari-hari yaitu perubahangambaran diri akan mengakibatkan rasatidak percaya diri, perilaku menarik diri,tidak percaya terhadap Tuhan danakhirnya perilaku melukai diri sendiri(Farooqi, 2005; Flory., et al,. 2005;Uzun., et al, 2009).

Pada umumnya tindakanhisterektomi berdampak terhadapkualitas hidup, pernyataan ini diperkuatoleh penelitian dari Bayram & Beji,(2009) yang mengidentifikasi bahwatindakan histerektomi memberikandampak kecil pada peningkatankualitas hidup yang lebih baik dalamwaktu yang lama termasuk kesehatanmental.

Kualitas hidup perempuan yangmengalami histerektomi memberikanhasil berbeda pada setiap individu haltersebut seperti yang dikatakan Bayram& Beji, (2009) menyatakan bahwadampak histerektomi terhadap kualitashidup perempuan dipengaruhi olehbeberapa faktor yaitu; seberapa besarkeluhan yang dirasakan sebelumtindakan histerektomi, hasil tindakanhisterektomi yaitu hasil yang baik akanmeningkatkan kualitas hidup sertakualitas personal yaitu fisik, psikologis,hubungan sosial dan lingkungan yangbaik dapat meningkatkan kualitas hidup.

Bahan dan MetodelogiPenelitian

Penelitian menggunakanpendekatan kualitatif dengan desaingrounded theory dengan tujuanmengembangkan suatu konsep tentangkualitas hidup pada perempuan yangmengalami histerektomi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.Prosedur sampling yang digunakanpurposive sampling, jumlah partisipan10 orang, menggunakan tekhnikwawancara dan observasi dengananalisa data dari Strauss & Corbin(1998).

35

Page 42: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

Hasil Penelitian

Setelah peneliti memperolehdata penelitian yang teridentifikasi darihasil wawancara, observasi perilaku,catatan lapangan dan telaah literatur,peneliti kemudian menganalisanya danmemperoleh sepuluh tema. Adapunsepuluh tema yang diperoleh dalampenelitian ini tentang kualitas hidupperempuan yang mengalamihisterektomi serta faktor-faktor yangmempengaruhinya adalah :

Persepsi tentang histerektomi.

Histerektomi yang dikemukakan olehsebagian besar partisipan adalah bahwadengan histerektomi menghilangkansemua keluhan-keluhan utama sepertiperdarahan, nyeri, anemia. Hal tersebutsesuai dengan konsep dari Rock &Jones III (2008), Hickey & Lumsden,2000 tentang tujuan dari histerektomiadalah mengurangi keluhan danmeningkatkan kesehatan.Berikut ini beberapa ungkapanpartisipan :“Keluhan-keluhan yang dulu sebelumhisterektomi sudah tidak terasa “(P-1).

.Keluhan awal pasca histerektomi.Penurunan produksi hormon estrogendapat menyebabkan gejalapremenopause yaitu merasa kedinginan,produksi keringat meningkat, palpitasi,sakit kepala, nyeri otot, kelelahan,insomnia. penurunan respon seksualkarena bekas luka pada jaringan saatoperasi dapat mengganggu aliran darahke organ genital dan banyak syarafdisekitar organ genital mengalamikerusakan saat operasi sehinggamengakibatkan gangguan pada saatberhubungan sek (Yongkin & Davis,2004).

Gejala gangguan psikologi yang seringterjadi setelah histerektomi adalahdepresi dan stres, karena beberapaperempuan beranggapan bahwa uterusadalah sumber perasaan dan anggapantersebut dapat mempengaruhi kesehatanmental (Katz, 2002).

Berikut ini beberapa ungkapanpartisipan:“yang paling dirasakan 3 bulan

aktivitas hubungan suami istri tidakberani,4 bulan setelah pasca operasibaru berhubungan suami istri tapisakitnya luar biasa “( P-1).

Keluhan lanjut pasca histerektomi.Dampak psikologis dari tindakanhisterektomi adalah pada umumnyareaksi perempuan yang mengalamihisterektomi akan merasakan suatukehilangan yang diikuti reaksikesedihan. Secara umum dampak darihisterektomi adalah pada fisik,psikologi, dan sosial senada yangdikatakan Rock & Jones III (2008)tentang efek tindakan histerektomi yangmemberikan dampak yang sangatkompleks pada individu.

Berikut ini adalah beberapa ungkapandari partisipan :“BB meningkat sampai 10 kg, keringatkeluar banyak, berhubungan suamiisteri tapi sakitnya luar biasa, terasaserret” (P-1)

Aktivitas sehari-hari berjalannormal.setelah mengalami tindakanhisterektomi aktivitas sehari-hari tidakmengalami perubahan yang artinyatidak ada masalah apapun yangberkaitan dengan bagaimana aktivitassehari-hari dirumah ataupun ditempatkerja pada perempuan yang mengalamihisterektomi senada yang dikatakanoleh Hennesy., et al (2006) salah satu

36

Page 43: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

dimensi dari kualitas hidup adalahkemampuan fungsional yang beraribagaimana individu dapatmemfungsikan dirinya dalam kehidupansehari-hari yang diaplikasikanbagaimana indivdu melakukan aktivitasbaik dirumah, lingkungan serta ditempatkerja.Beberapa ungkapan dari partisipansebagai berikut :”rutin tiap hari masuk pagi..bisanyatiap hari ada saja rapat, .tapi anehnyasaya tuh gak merasakan apa-apabagaimanan gitu capek-capek gitumalah sekarang saya agak marukkerja ya” (P-9)

Peningkatan kesejahteraan spiritual.Peningkatan spiritual sebagai salah satumekanisme koping yang efektif dalammenerima suatu masalah. Peningkatanspiritual yang dilakukan seseorang atausumber spiritual yang berasal dari oranglain merupakan modal dalammemberikan dukungan dan kekuatanuntuk menghadapi menghadapi situasiatau masalah dalam kehidupan termasukperistiwa kehilangan. Dengan adanyakekuatan tersebut seseorang mempunyaisuatu harapan, semangat dalammenghadapi hidupnya.Berikut beberapa ungkapan dariparisipan :“Malah saya lebih enak saya bisaberibadah kapanpun, bisa puasa penuhselama tiga taun akhir-akhir ini, bisaberibadah dengan penuh”(P-8

Hubungan sosial baik.Hal ini terlihat dari ungkapan yangdinyatakan oleh partisipan adalahsebagai berikut :”Tapi kita kalau ada undangan kalau

ada waktu pasti kita datangyangpenting silaturrahmi tetep dengantetangga” (P-4)Orientasi masa depan.

Beberapa partisipan yang mengatakansaat ini dirinya sangat dibutuhkanpasen-pasen diruangan ditempatpartisipan bekerja, hal tersebut sesuaidengan konsep Hennesy,.et al (2006),salah satu dari dimensi kualitas hidupadalah orientasi masa depan.Beberapa ungkapan dari partisipansebagai berikut :“Saya ingin hidup saya bermanfaatuntuk orang lain meski sudah gakpunya rahim “( P-2)”pasen-pasen saya masih sangatmembutuhkan saya” (P-9)

Hubungan interepersonal baik.Lima dari sepuluh partisipanmengatakan hubungan seksual dengansuami tidak ada masalah, namun duadari sepuluh partisipan mengatakanpenurunan hasrat untuk berhubunganseksual. Hal tersebut sesuai dengankonsep dari Hennesy., et al. (2006),tentang salah satu dimensi kualitashidup adalah kehidupan seksual yangtermasuk gambaran terhadap dirinyasendiri.

Berikut beberapa ungkapan partisipan:“Sekarang ya, setelah HT itu gairahseksual saya semakin gila “(P-8)“ biasanya liburan kita sering ke

Bandung”(P-8)

Faktor internal dan faktor eksternalyang mempengaruhi kualitas hidup padaperempuan yang mengalamihisterektomi. Faktor internal yangmempengaruhi kualitas hidup padaperempuan yang mengalamihisterektomi adalah komitmen dan sikapoptimis dan adaptasi terhadapperubahan pasca histerektomi. Faktoreksternal yang mempengaruhi kualitashidup pada perempuan yang mengalamihisterektomi adalah dukungan sosialdan informasi kesehatan tentanghisterektomi dan permasalahannya.

37

Page 44: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

Berikut beberapa ungkapan partisipan :” pengen kualitas hidup saya lebihbaik,ya kesehatan jasmani dan rohani”

(P-5).“tapi tidak seelastis dulu ya...sudahberkurang,,,tapi bisa menggunakantrik-trik suami isteri tanpamenggunakan obat apapun” (P-7).Beberapa ungkapan yang ditunjukkan

oleh partisipan :

“saya ini kan mau operasi...harusnya

kan mereka ngupas dulu bagaimanatindakannya nanti” (P-6)”kalau ini memang yang terbaik buat

isteri saya, ya dilakukan.,kalau suamipokoknya apapunyang penting sayasehat “(P-3).

Skema Hasil penelitianGrounded Theory; Kualitas hidupperempuan yang mengalami histerektomi serta faktor-faktoryang mempengaruhinya

Pembahasan

Hasil penelitian inimenunjukkan keluhan awal yangdirasakan perempuan pascahiterektomi adalah adanya gangguanpada fisik dan gangguan padapsikologi, gangguan-gangguan yangdialaminya berkaitan dengangangguan terhadap kebutuhan dasarmanusia, seperti gangguan eliminasialvi, sehingga hal tersebut dapatmempengaruhi kualitas hidupnyasaat itu.

Penelitian ini menunjukkanhasil bagaimana kualitas hidupperempuan yang mengalamihisterektomi. Kualitas hidup yangditunjukkan oleh perempuan yangmengalami histerektomi setelahsatu tahun sampai saat ini adalahdalam kondisi baik, perempuanyang mengalami kondisi yang baikpasca histerektomi, merasakanbahwa keluhan-keluhan utama yangdirasakan sebelum histerektomiseperti nyeri perut, perdarahanbanyak saat menstruasi, nyeri saatberhubungan seksual dengan suamisudah tidak pernah dirasakan lagi.

Kualitas hidup pada perempuanyang mengalami histerektomi akanmempengaruhi bagaimanapersepsinya. Persepsi yang baikdidapatkan dalam penelitian ini,yang ditunjukkan oleh sebagianbesar partisipan bahwa histerektomiyang dialami partisipanmeningkatkan status kesehatan danmenghilangnya keluhan utama.Semua yang dialami partisipansetelah histerektomi akanmemberikan suatu gambaranterhadap histerektomi. Senadadengan hasil penelitian dari

Faktor internal yangmempengaruhi kualitas hiduppasca histerektomi :

Komitmen dansikap optimis

Adaptasi terhadapperubahan pasca

Faktor eksternal yangmempengaruhi kualitashidup pasca histerektomi:

Dukungansosial

Informasi

Keluhanawal pascahisterektomi

Persepsitentanghisterektomi

Keluhanlanjut pascahisterektomi

Aktivitas sehari-hari berjalannormal

Peningkatankesejahteraanspiritual

Hubungansosial baik

Hubunganinterpersonaldalam keluargabaik

Orientasimasadepan

38

Page 45: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

Silverstein, (2002) yangmenunjukkan bahwa histerektomimeningkatkan kenyamanan hiduppasien.

Kondisi kesehatan yangdialami pada perempuan pascahisterektomi dalam penelitian iniakan mempengaruhi bagaimanaperempuan dapat berinteraksidengan baik terhadap lingkungansosialnya serta aktivitas sehari-hari.Dalam penelitian ini sebagian besarpartisipan masih aktif berhubungandengan lingkungan sekitarnyaseperti masih aktif kumpul dengantetangga hanya untuk ngobrol-ngobrol saja dan mengikutipengajian rutin dan yasinanbersama-sama dengan tetangga.

Hubungan interpersonal yangteridentifikasi dalam penelitian iniadalah hubungan interpersonalpartisipan dengan pasangannya yangberkaitan dengan hubungan seksualdengan suaminya. Teridentifikasidalam penelitian ini bahwa sebagianbesar partisipan mengungkapkanhubungan seksual dengan suaminyaberjalan normal tidak ada gangguan,cenderung meningkat namun adasebagian kecil partisipan yangmengatakan mengalami penurunanhasrat untuk berhubungan seksual.Hubungan kehangatan dalamkeluarga dirasakan oleh sebagianbesar partisipan pasca histerektomi.

Tindakan histerektomi yang dialamiperempuan dalam penelitian inimemberikan dampak positif padaaspek spiritual dalam bentukpeningkatan kesejahteraan spiritual.Selain hubungan spiritual yangberkaitan dengan sang pencipta,partisipan juga mengatakan bahwasaat ini lebih sabar, lebih pasrah dan

menyadari bahwa Tuhan masihsayang pada dirinya dan partisipanjuga menganggap bahwahisterktomi yang dialaminya adalahjalan untuk lebih dekat kepadaTuhan. Peningkatan spiritual yangberhubungan dengan sesamamanusia tergambar pada sikapdengan membagi dan memberikankebahagiaan dan kasih sayangkepada keluarga dan orang lainpartisipan meyakini bahwahidupnya saat ini harus bermanfaatbuat orang lain.

Namun, kualitas hidup baik yangsudah dirasakan oleh perempuanyang mengalami histerektomisampai saat ini, disertai juga dengandirasakannya keluhan-keluhanringan yaitu keluhan lanjut padafisik dan psikologi pascahisterektomi. Keluhan-keluhan yangdirasakan dianggap oleh partisipansebagai efek dari menopause danproses menua.

Faktor eksternal yangmempengaruhi kualitas hidup padaperempuan yang mengalamihisterektomi dalam penelitian iniadalah pemberian pendidikankesehatan tentang histerektomi danpermasalahannya dan dukungansosial.

Informasi tentang histerektomi danpermasalahannya sangat dibutuhkanpada semua individu yangmengalami histerektomi tanpamelihat latar belakang pendidikandan pekerjaan, hal tersebutditunjukkan oleh karakteristikpartisipan dalam penelitian ini yangsebagian besar adalah perawat danbidan, kenyataannya mereka masihbelum mengerti tentang histerktomidan mereka mengungkapkan bahwa

39

Page 46: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

pada saat divonis untuk histerektomimereka sangat membutuhkaninformasi tersebut.

Taylor, 1999) menyatakan bahwadukungan sosial adalah informasidari orang lain bahwa ia dicintai dandiperhatikan, memiliki harga diridan dihargai serta merupakan bagiandari jaringan komunikasi dankewajiban bersama. Sumber danbentuk dukungan yang biasaditunjukkan adalah bagaimanaorang lain yang akan berinteraksidengan individu sehingga individutersebut dapat merasakankenyamanan secara psikologis danfisik.

Komitmen dan sikap optimis sertaadaptasi terhadap perubahan pascahisterektomi merupakan faktorinternal yang mempengaruhikualitas hidup pada perempuan yangmengalami histerektomi. Komitmendan sikap yang ditunjukkanpartisipan adalah bagaimana dapatmempertahankan atau meningkatkankualitas hidupnya dengan didasarioleh harapan hidup yang dimilikoleh partisipan. Harapan hidup yangdiungkapkan sebagian besarpartisipan dalam penelitian iniadalah ingin lebih baik dan lebihsehat. Hal tersebut sesuai dengankonsep tentang dimensi kualitashidup Jennifer, et all (1999) yaitubahwa dimensi kualitas hidup yangbaik adalah bagaimana orientasimasa depan individu, kehidupanseksual, termasuk gambaranterhadap diri sendiri dan fungsidalam bekerja.Komitmen dan sikap optimis akanmempengaruhi proses adaptasiindividu terhadap perubahan yangdialaminya akibat histerektomi.Proses adaptasi ditunjukkan oleh

partisipan dengan cara melakukanupaya yang berasal dari kesadarandiri serta melakukan suatu perilakulebih baik yang bersifat mengurangidampak yang lebih besar sertabersifat pencegahan dengan tujuankualitas hidup perempuan yangmengalami histerektomi tetap baik.

Kesimpulan

Histerektomi adalahpengangkatan uterus dengan carapembedahan. Ini menyebabkandampak pada fisik, psikologi dansosial. Tujuan penelitian ini adalahuntuk mengembangkan suatukonsep baru tentang kualitas hiduppada perempuan yang mengalamihisterektomi. Penelitian inimenggunakan metodegroundedtheory dengan 10 partisipan,pengambilan partisipan dengan carapurposive sampling. Hasil penelitianmenunjukkan adanya faktor internaldan eksternal yang mempengaruhikualitas hidup dan persepsiperempuan yang membuat merekamerasa lebih baik pada biopsiko,sosial dan spiritual didalamkehidupan mereka. Penelitian inimerekomendasikan pada perawatuntuk mengaplikasikan dukunganbiopsiko, sosial dan spiritual dalamkasus ini yaitu sebagai bentukpelayanan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKABayram, G.O,. & Beji, N.K. (2009).

Psychosexual adaptation andquality of life afterhysterectomy. Originalpaper. DOI 10.1007/s11195-009-9143-y.http://www.springerlink.com/diperoleh tanggal 23 Februari,2010.

40

Page 47: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

Berek, J.S. (1996).Novak’s

gynecology.(12th ed).Pennsylvania: Pierce GraphicServices, Inc.

Bobak, Lowdermik, Jensen, (2003).Maternity Nursing. (4ed).Mosby: Year Book, Inc.

Carlson, K.J. (1997). Outcomes ofhysterectomy. The NewEngland Journal ofMedicine.Volume 347: 1360-1362.

Clark, C.R. & Smith, A. (1998).Womens health: A primaryhealth care approach.Philadelphia.Maclenan+Petty.

Farooqi, Y.N. (2005). Depressionand anxiety in patientsundergoing hysterectomy.Journal of PakistanPsiychiatric Society. Vol 2(1):13-6.

Flory, N,. Bissonnette, F,. Binih,Y.M. (2005). Psychososialeffect of hysterectomy.Journal Psychosom. Res.Vol5 (10-13).

Ghozali, S., & Junizaf, et al. (2004).Perangai seksual pascahisterektomi total.IndonesiaJ. Obstet Gynecol.24(2):82-84.

Hickey, M. & Lumsden, M.A.(2000). Complete womenshealth. London:Hammersmith.

Katz, A. (2002). Sexuality afterhysterectomy. JOGNN. 31(22-23)

Uzun, R,. Savas, A,. Ertunc, D,.Tok, E., Dilek, S; The effectabdominal hysterectomyperfomed for uterineleiomyoma on quality of live.Turkiye Klinikleri J.Gycinecol. Obstet.9(1), 1-6.

Silverstein, D.K. (2002) :Hysterectomy status and lifesatisfaction in older women.Journal of womens health &gender-based medicine.Volume 11, Number 2.ihttp://web.ebscohost.com/.diperoleh tgl 2 juli 2010

Strauss, A. & Corbin, J, (1998).Basics of qualitative researchtechniques and proceduresfor developing groundedtheory. (2nd ed). New Delhi:SAGE Publication, Inc.

Yongkin, E.Q. & Davis, M.S.(2004). Womens health aprimary care clinical guide.New Jersey: Pearson.

1 : Staf pengajar Stikes YarsiSurabaya2: Staf Dosen Fakultas IlmuKeperawatan Universitas Indonesia3 SKp.,MSN3: Staf Dosen FakultasIlmu Keperawatan UniversitasIndonesia

41

Page 48: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

PEMBERIAN JAMBU MERAH TERHADAP PENINGKATANTROMBOSIT PADA ANAK DHF

Setiadi¹

Abstract : Dengue hemoragic fever is an infection diseases caused byaedes aegepty.There are various methods for medication and treatment dengue hemoragic, farmocologisand non pharrmacological method. There are two of treatment non pharrmacological redguava juice. This research had the purpose to know the trombocyte increase in the patientwho administered with the red guava juice.Design of this research was the quasy experiment with control time design usingpurposive sampling nonprobabilty approach. The population proportion of 20 respondentswith 10 groups of control and 10 intervention group, statistical analysis using t-test and t-independen.From the result of the research it was obtained that did not administered with red guavajuice the average was trombocyte, 14.300, while the increase average administered redguava juice was 76.100, the result ofρ test 0,00 (ρ <0,05). That is there was effect of red guava administering to the trombocyte

number increase on the DHF sufferes.Implication of the research was that the red guava administering can be use one of drinkchoicces can be consumen to increase trombocyte numbers in the DHF sufferer.

Keyword:DHF,RedGuavaJuice,trombocyte.

Latar belakang

DHF adalah suatu penyakityang disebabkan oleh virusdenguetipe 1-4, sifat dari virus dengueantara lain berbentuk batang,termolabil, sensitif terhadapinaktivasi, stabil pada suhu 700celcius. Dan ditularkan melaluigigitan nyamuk Aedes Aegptydanbeberapa spesies lainnya. Virus inimasuk kedalam pembuluh darah danmenyerang bagian dinding pembuluh

darah. Pada penderita DHF terjadipeningkatan sistem komplemenakibat aktivasi kompleks antigenvirus-antibodi. DHF banyak dijumpai di masyarakat penyakit inidapat menyerang semua orang(Soegeng, 2006). Dari data awaldidapatkan pada tahun 2010 dipuskesmas Sedati Sidoarjo sejumlah99 orang menderita DHF

Pengobatan DHFberkonsentrasi pada peningkatantrombosit dengan caramengembalikan permeabilitasvaskuler ke kondisi normal lagi.Salah satu pengobatan yang dapatmeningkatkan trombosit yaitudengan menggunakan ekstrak jambu

Page 49: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

merah (Soegeng, 2004 : 121).Berbagai penelitian menunjukkanekstrak daun jambu merah dan jambumerah bisa menekan aktivasikomplemen.

Angka kesakitan DHF diIndonesia cenderung meningkat,mulai 50 kasus per 100.000penduduk dengan kematian sekitar 1-2% (Kompas, 2010). Tahun 2004DHF mengalami insiden peningkatanyang cukup tinggi sehingga padabulan februari 2004 pemerintahmenetapkan keadaan luar biasa(KLB) pada kasus DHF. DHFmerupakan penyakit musiman danpenyakit yang berbahaya. (Somarmo,2000). Berdasarkan data yangdidapat dari dinas kesehatan Sidoarjopada tahun 2009 dengan jumlahpenduduk 1.705.528 terdapat 172penderita DHF pada anak dan 11penderita DHF meninggalsedangkan pada tahun 2010 denganjumlah penduduk 1. 778.221 terdapat404 penderita DHF pada anak,penderita yang meninggal pada tahun2010 sebanyak 10 orang. Pada tahun2010 terdapat peningkatan jumlahpenderita DHF . Sedangkan dipuskesmas sedati kecamatangedangan kabupaten Sidoarjo padatahun 2010 jumlah penderita DHFterdapat 99 penderita tahun 2011bulan januari terdapat 9 penderitaDHF.

Virus dengue ditularkanmelalui gigitan nyamuk AedesAegepty dan masuk kedalampembuluh darah. Trombosit danendotel diperkirakan mempunyaiperan penting dalam patogenesis,berdasarkan kenyataan bahwa padaDHF terjadi trombositopenia disertaipeningkatan permeabilitas kapiler.Trombositopenia (jumlah trombosit< 100.000/µL) merupakan salah satukriteria laboratoris disamping

peningkatan hematokrit >20% darikriteria diagnosis DHF menurutWHO (2007). Para penelitimenyebutkan bahwa derajattrombositopenia pada penderitademam berdarah cenderungberhubungan dengan beratnyapenyakit . Manifestasi klinis dariinfeksi virus dengue yang palingditakutkan adalah terjadinyaperdarahan dan kebocoran plasma.yang dapat menyebabkan syok.Perdarahan dapat terjadi akibatadanya trombositopenia dangangguan fungsi trombosit. Penelitilain menyebutkan adanya gangguanfungsi trombosit. Ditemukankomplek imun dipermukaantrombosit diduga sebagai penyebabterjadinya agregasi trombosit yangkemudian akan dimusnakan olehsistem retikuloendotelia, terutamadalam limpa dan hati.

Pengobatan DHF padadasarnya masih bersifatsupportifatausimtomatisberdasarkan kelainanutama yang terjadi yaitu berupaperembesan plasma akibat darimeningkatnya permeabilitasvaskuler. Cairan awal sebagaipengganti volume plasma dapatdiberikan garam isotonik atau ringerlaktat. Belum ada usaha pengobatanyang bersifat kuratif, baik dalammengatasi terjadinya perdarahan atautrombositophenia maupun dalammengatasi kebocoran plasma. Jambumerah merupakan salah satualternatif dalam percepatanpenyembuhan penyakit DHF.

Kandungan dalam jambumerah salah satunya senyawaquarcentin golongan flavonoid,sitokin yang berfungsi meningkatkankekenyalan pembuluh darah.Senyawa yang diduga berperanpenting adalah quarcentin darigolongan flavonoid. Senyawa ini

43

Page 50: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

bekerja meningkatkan jumlahsitokin. Di dalam tubuh sitokinberperan meningkatkan kekenyalanpembuluh darah sekaligusmeningkatkan sistem pembekuandarah. Menurut Prof dr Sumalikepala pusat studi bahan alam, dimanaquarcentinbekerja dengan caramenghambat enzim pembentuk RNAvirus dengue. RNA berperan dalamsintesis protein. Jika pembentukanvirus RNA terganggu, virus dapatmati sehingga jumlah trombositdalam darah dapat meningkat.

Berdasarkan penelitian yangtelah dilakukan dan beberapa tahunterakhir penggunaan jambu merahdan ekstrak daun jambu biji untukpengobatan DHF terutama dalammeningkatkan jumlah trombositmulai banyak digunakan baik olehmasyarakat maupun dikalangandunia kedokteran. Hal ini bisadisampaikan kepada tenagakesehatan, penderita DHF, dankeluarga penderita bahwa jambumerah dapat digunakan sebagaipengobatan DHF dan terapitambahan. Pemberian terapitambahan jambu merah padapenderita DHF dengan memberikandemonstrasi tentang cara pengolahanserta konsumsi sehingga penderitadapat dengan mudah memanfaatkanbuah jambu merah untukmeningkatkan trombosit. harganyarelatif murah karena bahannyamudah didapat, efek sampingnyahampir tidak terasa. Salah satutanaman yang mempunyai efekmeningkatkan trombosit adalahjambu merah.

Bahan dan MetodelogiPenelitian

Penelitian ini menggunakanrancangan Quasy-Experimental

dengan metodecontrol time desainuntuk mengetahui pengaruhpemberian jambu merah terhadappeningkatan trombosit pada anakDHF Penelitian ini terdapat duaresponden yaitu kelompokeksperimen yang diberikan intervensidan kelompok kontrol yang tidakdiberikan intervensi. Pemilihankelompok eksperimen dan kelompokkontrol dipilih secara tidak randomdan sesuai dengan keinginan peneliti.Pengukuran dilakukan kepada keduakelompok diawali denganpre-testsetelah itu diberikan perlakuankemudian dilakukan pengukurankembali(post-test).Metode time desain dapatdigambarkan sebagai berikut(Aziz,2010: 43).

Populasi dalam penelitian iniadalah keseluruhan penderita DHFanak yang (+) menderita DHF padaperiode bulan april sampai denganbulan juni sejumlah 20 orang. Hal inisesuai dengan pendapat Notoatmodjo(2010) yang mengatakan bahwaseluruh populasi adalah keseluruhanobjek penelitian atau objek yangditeliti tersebut adalah populasipenelitian. Sampel dari penelitian iniadalah sebagian penderita DHF padaanak, sejumlah 20 orang diPuskesmas Sedati Sidoarjo. Tekniksampling yang digunakan dalampenelitian ini adalahNonprobabilitysampling dengan metodepurposivesampling yaitu teknik penentuansampel dengan pertimbangan tertentusesuai yang dikehendaki peneliti(Setiadi, 2007: 183)

Pada penelitian ini terdapatdua variabel yaitu variabelindependentdan variabeldependent.Variabel indipendent nya adalahpemberian jus jambu merah padakelompok perlakuan dan kelompokintervensi. Variabeldependentnya

44

Page 51: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

adalah jumlah trombosit sebelum dansesudah perlakuan baik padakelompok intervensi maupun padakelompok kontrol.

Instrumen pengumpulan datadalam penelitian ini yang digunakanadalah cek laboratorium padapengukuran trombosit. Untukpemberian jus jambu merahmenggunkan gelas ukur, dan lembarobservasi yang dikembangkanberdasarkan jumlah normaltrombosit.

Setelah didapatkan sampel,dibagi menjadi dua kelompok sesuaidengan kriteria inklusi yaitukelompok perlakuan dan kelompokkontrol. Kedua kelompok didatajumlah trombosit awal (pre test) satuhari sebelum diberikan intervensijambu merah yaitu pada bulan april2011. pengukuran jumlah trombositawal (pre test) dilakukan pagi haripukul 08.00-09.00 WIB. Kemudianpada bulan april 2011 kelompokperlakuan diberikan jus jambumerah selama tiga hari denganfrekuensi dua kali sehari (pagi, sore).Setelah dilakukan intervensipemberian jus jambu merah selama 3hari maka diteruskan denganpengukuran jumlah trombosit dengancek darah akhir(post test) padapukul 08.00-09.00 WIB..

Untuk mengetahui hubunganatau derajat kerataan antara variabelpemberian jus jambu merah terhadappeningkatan trombosit pada anakDHF digunakan uji t test. Tujuan daripenelitian ini adalah untukmengetahui pengaruh pemberianjambu merah terhadap peningkatantrombosit pada penderita DHF diPuskesmas Sedati Sidoarjo. Untukvariabel status trombosit, data yangdiperoleh akan dikelompokkan danditabulasi frekuensi dalam bentukmutlak dan angka korelatif %. Data

yang sudah dianalisa diuji denganmenggunakan data Uji-t dua sampelberpasangan uji ini memiliki fungsiuntuk mengetahui perbedaansebelum & sesudah dilakukanperlakuan sampel/kelompokperlakuan. Hasilnya uji-t sampelberpasang adalah ρ = 0,05 maka ada

perbedaan jumlah trombosit sebelumdan sesudah dilaksananakanpemberian jus jambu merah. Untukuji-t sampel bebas untukmengetahui perbedaan pada duasampel/kelompok perlakuan hasilnyauji homogen varians ρ = 0,05 , maka

varians homogen, maka uji t-2sampel bebas adalah liat barispertama adalah ρ ≤ 0,05 maka jusjambu merah efektif terhadappeningkatan trombosit pada anakDHF.

Variabel penelitian meliputijumlah trombosit kelompok yangtidak diberikan jus jambu merah dankelompok yang diberikan jus jambumerah .

Hasil Penelitian

Variabel penelitian meliputijumlah trombosit kelompok yangtidak diberikan jus jambu merah dankelompok yang diberikan jus jambumerah .

1. Jumlah Trombosit KelompokYang diberikan jus jambu merahTabel 1 Jumlah Trombosit padakelompok Yang diberikan jus jambumerah Jambu Merah

Noresp

Jumlah trombositSelisihjumlah

trombosit

Meanpeningk

atantrombos

it

Pre Post

45

Page 52: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

12345678910

90.00067.00040.00090.00099.00095.00084.00098.00099.00074.000

240.000160.000200.000150.000150.000150.000122.000150.000125.000150.000

150.00093.000160.00060.00051.00055.00038.00052.00026.00076.000

76.100

Dari tabel 1 menunjukkanjumlah peningkatan trombosit padakelompok yang diberikan jus jambumerah, peningkatan mulai darijumlah trombosit terendah 26.000µsampai dengan 160.000µ denganrata-rata peningkatan jumlahtrombosit 76.100µ. Pada kelompokyang diberikan jus jambu merahsemua responden mengalamipeningkatan jumlah trombosit.

2. Jumlah Trombosit KelompokYang tidak diberikan jus jambumerahTabel 2 Jumlah Trombosit padaKelompok yang tidak diberikan jusjambu merah

Noresp

Jumlah trombositSelisihjumlah

trombosit

Meanpeningkatantrombosit

Pre Post

12345678910

98.00068.00086.00084.00095.00090.000100.00090.000100.00084.000

150.000122.00095.00084.00099.00090.000101.00098.000100.00099.000

52.00054.0009.00004000010008000015.000 14.30

Dari tabel 5.2 menunjukkanjumlah peningkatan trombosit padakelompok yang tidak diberikan jusjambu merah yaitu dari yang tidakmengalami peningkatan samapaidengan peningkatan 54.000µ.Dengan rata-rata peningkatan jumlahtrombosit 14.300µ. Sebanyak 7responden dari 10 sampel kelompokyang tidak diberikan jus jambumerah yang mengalami peningkatanjumlah trombosit dan 3 respondendari 10 sampel kelompok yang tidakdiberikan jus jambu merah tidakmengalami peningkatan jumlahtrombosit.

3. Pengaruh Jambu Merahterhadap peningkatan Trombosit

Tabel 3 Group Statistik Trombosit

Trombosit Mean SD SE N

Yang tidakdiberikan jusjambu merah

14.300 20.60 6.51 10

Yangdiberikan jusjambu merah

76.100 45.53 14.53 10

t- independent: ρ = 0,00 (ρ <0,05)

Pada tabel 3 rata-rata jumlahtrombosit pada kelompok yangdiberikan jus jambu merah adalah76.100 dengan Standart Deviation45.537408, sedangkan untukkelompok yang tidak diberikan jusjambu merah jumlah rata-ratatrombosit 14.300 denganStandartDeviation 20.609868. hasil uji t-testdan t-independen statistik dihasilkanρ = 0,00 ( ρ < 0,05 ) artinya ada

perbedaan signifikan rata-rata jumlahtrombosit pada pasien yang diberikanjambu merah dengan yang tidakdiberikan.

46

Page 53: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

Pembahasan

1. Jumlah Trombosit KelompokYang Diberikan Jus JambuMerah

Pada kelompok yangdiberikan jus jambu merah sebelumdilakukan intervensi jumlahtrombosit nilai terendahnya 40.000dan nilai tertingginya 240.000.sedangkan setelah diberikan jusjambu merah jumlah trombosit nilaiterendahnya 125.000 dan nilaitertingginya 240.000 hasil penelitianpada kelompok intervesi terdapat 10responden klien DHF didapatkandata, nilai rata-rata peningkatanjumlah trombosit adalah 76.100.

Kenaikan jumlah trombositpada responden yang diberikan jusjambu merah dipengaruhi olehbanyak faktor yaitu pada kelompokyang diberikan jus jambu merahpenderita telah mendapatkan jusjambu merah 2 kali sehari 1000 mlselama 3-4 hari, jumlahpeningkatannya tinggi dibandingkandengan kelompok yang tidakdiberikan jus jambu merah , dapatdilihat dari rata-rata jumlahtrombosit yang tidak diberikan jusjambu merah dan yang diberikan jusjambu merah peningkatan rata-ratatrombosit pada kelompok yangdiberikan jus jambu merah 76.100.

sedangkan rata-rata padakelompok yang tidak diberikan jusjambu merah adalah 14.300sehingga dapat disimpulkan antarakelompok yang tidak diberikan jusjambu merah dengan kelompokyang diberikan jus jambu merahpeningkatannya lebih tinggi danlebih cepat kelompok yang diberikanjus jambu merah dibandingkandengan kelompok yang tidakdiberikan jus jambu merah .

2. Jumlah Trombosit KelompokYang Tidak Diberikan JusJambu Merah

Pada kelompok yang tidakdiberikan jus jambu merah jumlahtrombosit nilai terendahnya 68.000dan nilai tertingginya 100.000.sedangkan setelah dilakukanobservasi pada kelompok yangtidak diberikan jus jambu merahdidapatkan hasil penelitian padakelompok yang tidak diberikan jusjambu merah dengan 10 respondenklien DHF didapatkan data, nilaijumlah trombosit yang tidakmengalami peningkatan atau tetapdan nilai peningkatan trombosittertinggi 54.000 dengan nilai rata-rata peningkatan pada kelompokyang tidak diberikan jus jambumerah rata-rata peningkatantrombosit 14.300.

Kenaikan jumlah trombositpada responden kelompok yangtidak diberikan jus jambu merahdipengaruhi oleh banyak faktorterutama pada DHF nonsyok DHFgrade I dan grade II, sedangkanpada grade III dan grade IV tidakterjadi perbedaan. Hal inidisebabkan karena pada kondisisyok akan terjadi hipoksia jaringan,sehingga akan mempengaruhiproses absorsi dan distribusi dariobat yang diberikan peroral padaklien, pada klien grade III danGrade IV proses kerusakanendotelium vaskuler dan kebocoranplasma lebih berat sehinggatrombosit yang terbentuk banyakterpakai di endotel pembuluh darah( Soegeng, 2006).

Ada banyak hal penyebabterjadinya DHF berdasarkan hasilpenelitian para peneliti sebelumnyamenunjukkan adanya hubunganperubahan iklim, kelembapan,kepadatan larve Aedes Agepty,

47

Page 54: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

perilaku bersih dan sehat yangbelum terwujud dan lingkunganhidup yang belum memadai.Mengendalikan lingkungan denganpemberantasan sarang nyamuk,pengelolaan sampah padat,modifikasi tempatperkembangbiakan nyamuk danperbaikan desain rumah sepertimenguras bak mandi sekurang-kurangnya satu minggu sekali,menutup dengan rapat tempatpenampungan air.

Hasil uji t-independenyang didapatkan menunjukkanbahwa terdapat perbedaaan jumlahtrombosit antara kelompok yangtidak diberikan jus jambu merah danyang diberikan jus jambu merahjumlah trombosit pada kelompokyang tidak diberikan jus jambumerah Sebelum yang diberikan jusjambu merah jumlah trombositantara kelompok yang diberikan jusjambu merah dan kelompok yangtidak diberikan jus jambu merahtidak terdapat perbedaaan, tetapisetelah diberikan jus jambu merahselama 3 hari terdapat perbedaanpada kedua kelompok. Padakelompok yang tidak diberikan jusjambu merah menunjukkanpeningkatan jumlah trombositdengan rata-rata 14.300 sedangkanpada kelompok yang diberikan jusjambu merah menunjukkan rata-ratapeningkatan 76.100. Setelah yangdiberikan jus jambu merah antarakelompok yang tidak diberikan jusjambu merah dan kelompok yangdiberikan jus jambu merahmenghasilkanρ = 0,00 (ρ <0,05) dari

hasil uji t-tes independen adaperbedaan yang diberikan jus jambumerah jambu merah terhadappeningkatan trombosit padapenderita DHF Di Puskesmas SedatiSidoarjo.

3. Pengaruh Pemberian JambuMerah Terhadap PeningkatanTrombosit

Berdasarkan hasil ujit- testindependent menunjukkan nilaiρ =0.00 (ρ <0,05) artinya secara

statistik pemberian jus jambu merahberpengaruh terhadap peningkatantrombosit. Analisa perbandingankedua kelompok, yaitu yang tidakdiberikan jus jambu merah dan yangdiberikan jus jambu merah jumlahrata-rata trombosit pada kelompokyang diberikan jus jambu merahlebih besar dari pada kelompok yangtidak diberikan jus jambu merahhanya 14.300. Pada kelompok yangdiberikan jus jambu merahdidapatkan hasil rata-rata trombosit76.100µ. Padahal kedua kelompokmendapatkan terapi cairan yangsama.

Pemberian jambu merahdidapatkan bahwa tanin danquarcentin yang terkandung dalambuah dan daun jambu biji merahdapat meningkatkan proliferasi dandeferensiasi megakariosit dalamsumsum tulang. Buah jambu bijimerah mengandung senyawaquarcentin dari golongan flavonoidsenyawa yang diduga berperanpenting. Senyawa ini bekerja dalammeningkatkan senyawa sitokin. Didalam tubuh, sitokon berperanmeningkatkan kekenyalan pembuluhdarah sekaligus mengaktifkan sistempembekuan darah. Menurut prof Drsumali, quarcentin bekerja dengancara menghambat enzim pembentukRNA virus dengue, RNA berperansintesis protein. Jika pembentukanRNA virus terganggu, virus matisehingga jumlah trombosit dapatmeningkat. Kadarquarcentindi daunjambu biji lebih banyak dari padadibuahnya.

48

Page 55: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

Pada penderita demamberdarah terjadi peningkatan sistemkomplemen akibat aktivasi komplekantigen virus-antibodi. Peningkatanini menyebabkan lepasnyaanafilaktosin suatu mediator kuatterjadinya peningkatan permeabilitas.Peningkatan permaebilitas vaskulerdan gangguan hemostasis.Peningkatan permeabilitas vaskulermenyebabkan terjadinya kebocoranplasma dan dapat menimbulkansyok. Hal ini yang paling ditakutkansehingga pengobatan DHFberkonsentrasi pada caramengembalikan permeabilitasvaskuler kekondisi normal lagi.Oleh karena itu, aktivasi komplemenyang berlebihan harus di tekan.Berbagai penelitian menunjukkanbuah dan daun jambu biji merahdapat menekan aktivasi komplemen.(Soegeng, 2004).

Jambu biji mengandungberbagai mineral dan vitamin,Kandungan vitamin C jambu biji 100gram 2-3 kali lebih tinggi dari jerukdengan berat yang sama. Buah jambumerah bermanfaat untukmemperbaiki kapiler supaya tidakterjadi kebocoran. Oleh karena itupencegahan pecahnya kapiler dapatdilakukan dengan minum jus jambubiji secara rutin jika sudah munculkecurigaan, bahwa demam berdarahsedang beraksi di dalam tubuh.Likopen dalam jambu biji lokalmerah mempunyai banyak manfaatkarena bersifat antioksidan.Jambu biji merah adalah suatubentuk terapi herbal yang dapatmeningkatkan trombosit pada DHF.Yang diberikan jus jambu merahjambu biji merah yang diberikandalam bentuk jus yang dapatmenimbulkan peningkatan trombosit.Buah jambu biji digunakan untukmeningkatkan trombosit darah,

sehingga banyak digunakan untukmelawan DHF (Dengue hemoragicfever). Berdasarkan hasil penelitian,telah berhasil diisolasikan suatu zatflavonoid dari daun jambu biji danbuah jambu biji yang dapatmemperlambat penggandaan(replika) human immunodeficiencyvirus (HIV) penyebab penyakitAIDS. Zat ini bekerja dengan caramenghambat pengeluaran enzimreserved transriptaseyang dapatmengubah RNA virus menjadi DNAdi dalam tubuh manusia.

Simpulan

Berdasarkan hasil temuanpenelitian dan hasil pengujian padapembahasan yang dilaksanakan,maka dapat disimpulkan sebagaiberikut:1. Peningkatan jumlah trombosit

pada kelompok yang diberikan jusjambu merah rata-rata jumlahtrombosit 76.100µ pada penderitaDHF Di Puskesmas SedatiSidoarjo.

2. Peningkatan jumlah trombositpada kelompok yang tidakdiberikan jus jambu merah rata-rata jumlah trombosit 14.300µpada penderita DHF DiPuskesmas Sedati Sidoarjo.

3. Ada pengaruh pemberian jambumerah terhadap peningkatanjumlah trombosit pada penderitaDHF Di Puskesmas SedatiSidoarjo.

Saran

Berdasarkan temuan hasilpenelitian, beberapa saran yangdisampaikan pada pihak terkaitadalah sebagai berikut:

49

Page 56: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

1. Bagi masyarakatJambu merah dapat digunakansebagai pencegahan danpengobatan Dengue HemorgicFever.

2. Bagi Tenaga KesehatanJambu merah merupakan terapitambahan, sehingga terapi dasaryaitu pemberian replacementcairan harus tetap diberikan sesuaidengan protap yang ada. Danmasih diperlukan penelitian yanglebih lanjut.

3. Bagi Peneliti SelanjutnyaDisarankan bagi penelitiselanjutnya untuk mengambiljudul “perbandingan percepatan

peningkatan jumlah tromboitdengan pemberian jambu merahdan sari kurma pada penderitaDHF”.

DAFTAR PUSTAKA

Ainul, R. K. (2010). Sayur BuahSehat MengenalKandungan`Dan KhasiatUntuk Menjaga KesehatanTubuh. Yogyakarta: PionorMedia.

Alimul, A.H. (2010). MetodePenelitian KesehatanParadigma Kuantitatif.Surabaya: Health Bookspublising.

Arikunto, S. (2002). ProsedurPenelitian Suatu PendekatanPraktek. Jakarta: RinekaCipta.

Boedina, S. K. (2010). ImunologiDiagnosis Dan ProsedurLaboratorium Edisi Kelima.Jakarta: Fakultas KedokteranIndonesiaUniversitasIndonesia

Emma W. (2008). Jus buah dansayuran. Jakarta: PenebarSwadaya.

Hadinegoro, SR. (2000).Imunopatogenesis DemamBerdarah Degue. Jakarta:Universitas Indonesia.

Herliana, L.F. (2010). 33 MacamBuah-Buahan UntukKesehatan. Bandung: Alfabeta

Hoffbrand. A.V. (2005). Kapitaselekta hematologi. Jakarrta:EGC

Nasirudin, M. (2005). PengaruhPemberian Ekstrak DaunJambu Biji TerhadapPeningkatan JumlahTrombosit Kasus DemamBerdarah Dengue Pada Anak.Universitas Airlangga

Notoatmodjo, S.(2010). MetodologiPenelitian Kesehatan. Jakarta :PT.Rineka Cipta.

Nursalam. (2009). Konsep DanPenerapan Metode PenelitianIlmu Keperawatan. Jakarta:Salemmba Medika.

Soegijanto, S. (2006). Demamberdarah dengue edisi kedua.Surabaya: Airlanggauniversity.

Setiadi. (2007). Konsep DanPenulisan Riset Keperawatan.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Universitas Indonesia. (2007). Ilmukesehatan anak. Jakarta:Infomedika.

Sumarmo, PS (2000). MasalahDemam Berdarah DiIndonesia. Dalam: Sri RezekiHH, Hindra Is. Demam

50

Page 57: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

Berdarah Dengue. Jakarta:Universitas Indonesia.

Suwarno, A. (2010). 9 Buah DanSayur Tangkal Penyakit.Jakarta: Liberpus.

Tim editor EGC. (1996). KamusKedokteran Dorlan. Jakarta:EGC

Utami, P. (2009). Solusi sehat.Tanggerang: Agro MediaPustaka. Sebagian daftarpustaka nya aa yang blummasuk

¹ Dosen Program Studi IlmuKeperawatan STIKES Hang TuahSurabaya

51

Page 58: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

PENGARUH ELEVASI EKSTREMITAS BAWAHTERHADAP PROSES PENYEMBUHAN ULKUS DIABETIK

DI WILAYAH BANTEN TAHUN 2010

Indah Wulandari 1, Krisna Yetti 2, Rr.Tutik Sri Hayati 3

Absract : One of Diabetes Mellitus complications, is ulcer. Process of diabetical ulcushealing influenced by internal factors and external factors. The internal factors are age,nutrition, some chronic diseases, blood glucose, growthfactor, blood cholesterol, and circulation. The external factor are able to influence likeinfection, diabetes history, smoking, and hypertension history. This research is aim to get adescription about “influence of elevation of lower extremity to diabetic ulcer healing process

in Banten". This research using quasi experiment method withnonequivalent control groupdesign approach.Sample in this research were diabetes mellitus patients with ulcer, consist of7 respondents as control group and 6 respondent as intervention group. Univariat analysisshowed that score of healing process between group with elevation more better than groupwithout elevation. The result of bivariat analysis showed that lower extremity elevation weresignificantly associated with diabetic ulcer healing process (p value 0,003). Nurse should beelevate the lower extremity with diabetic ulcer at around 10 minutes after activity more than15 minutes. Summary of this research are the average of healing process of ulcus diabetic atgroup without elevation is higher to elevation group. Besides that, there are not relatedbetween vascularisation, blood glucose rate, infection, nutrition, diabetes history, andsmoking history to healing process of diabetic ulcus.

Keywords: Lower extremity elevation, diabetic ulcer, wound healing process.

Latar Belakang

Diabetes mellitus adalah suatukelompok penyakit metabolik denganhiperglikemia akibat defek sekresiinsulin, kerja insulin, atau keduanya(American Diabetic Association,2007). Komplikasi jangka panjang daridiabetes melitus salah satunya adalahulkus diabetik (15%) (ADA, 2007;Clayton, 2009) dan 85% merupakanpenyebab terjadinya amputasi padapasien diabetes melitus (Clayton,2009). Lebih lanjut Clayton (2009),Jeffcoate (2003) dan Frykberg (2000)

mengungkapkan bahwa komplikasilanjut ulkus diabetik adalah terjadinyainfeksi.

Salah satu penyebab terjadinyaulkus diabetik adalah akibat penurunansirkulasi ke perifer yang dipengaruhioleh tingginya kadar glukosa dalamdarah dan penyakit arterial periferyaitu aterosklerosis (Sumpio, 2000;Jeffcoate, 2003; Clayton, 2009).Penurunan perfusi ke perifermenyebabkan kematian (nekrosis)jaringan dan menyebabkan iskemikperifer dan beresiko kejadian ulkusdiabetik serta mempengaruhipenyembuhan ulkus (Sumpio, 2000).Hipoperfusi perifer menyebabkanpenurunan suplai oksigen, nutrient, dan

Page 59: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

mediator pelarut yang membantuproses penyembuhan ulkus danterjadinya gangren (Sumpio, 2000).Evaluasi proses penyembuhan ulkusdilakukan setiap kali ganti balutandengan menilai luas dan kedalamanulkus serta eksudasi dari ulkus(Frykberg, 2002; Jeffcoate, 2003;Delmas, 2006; Kruse, 2006; Clayton,2009). Evaluasi dilakukan untukmenilai bagaimana kemajuan prosespenyembuhan ulkus. Pengukurankemajuan proses penyembuhan ulkusdapat dilakukan dengan menggunakanhealing index yaitu denganmembandingkan hasil pengukuran haripertama dengan hari berikutnya yangdiikuti selama proses penyembuhanulkus terjadi (Bozan et al, 2006).Semakin tinggihealing index, makasemakin besar kemajuan prosespenyembuhan ulkus.

Penatalaksanaan ulkus diabetikdiperlukan agar fase penyembuhanulkus dapat difasilitasi dengan baik.Terdapat tiga prinsip utamamanajemen ulkus diabetik yaitudebridement, off-loading, dan kontrolinfeksi (Jeffcoate, 2003; Delmas, 2006;Kruse, 2006; Clayton, 2009) danistirahat (Frykberg, 2002; Cavanagh,2005). Lebih lanjut Frykberg (2002)dan Simon, et al (2004) menambahkanelevasi ekstremitas bawah yangmengalami ulkus sebagai salah satumanajemen ulkus diabetik.

Elevasi ekstremitas bawahbertujuan agar sirkulasi perifer tidakmenumpuk di area distal ulkussirkulasi dapat dipertahankan(Frykberg, 2002). Elevasi ekstremitasbawah dilakukan setelah pasienberaktivitas atau turun dari tempattidur. Saat turun dari tempat tidur,walaupun kaki tidak dijadikan sebagaitumpuan, namun akibat efek gravitasimenyebabkan aliran darah akancenderung menuju perifer terutamakaki yang mengalami ulkus. Elevasiekstremitas bawah dilakukan untuk

mengatasi efek tersebut (Frykberg,2002).

Selain elevasi ekstremitasbawah, manajemen ulkus lain yangdapat mempengaruhi prosespenyembuhan ulkus adalah off-loading. off-loading adalah upayamencegah stress mekanikal akibattekanan pada ulkus (Slater, 2001).Tujuan off-loading adalah mencegahpenekanan pada ulkus danmeredistribusikan tekanan dari ulkuske area yang lebih luas (Keast, 2000).Tekanan yang berlebih pada ulkusakan menyebabkan terhambatnya fasepenyembuhan ulkus sehingga ulkussulit sembuh dan berkembang menjadigangrene (Frykberg, 2002; Kruse,2006). Saat terjadi ulkus pasien tidakdiperbolehkan menggunakan kaki yangmengalami ulkus sebagai tumpuanberjalan atau beraktivitas. Salah satumetoda yang digunakan untukoff-loading adalah penggunaan kruk ataukursi roda saat beraktivitas (Jeffcoate,2003; Delmas, 2006; Kruse, 2006;Clayton, 2009).

Manajemen ulkus diabetikkaki diabetik salah satunya adalahelevasi ekstremitas bawah yangmengalami ulkus. Elevasi ekstremitasbawah bertujuan mengembalikansirkulasi perifer akibat efek gravitasisaat kaki diturunkan dari tempat tidur.Elevasi ekstremitas bawah seperti apayang diperulkusn agar penyembuhanulkus dapat terjadi merupakan hal yangakan diteliti lebih lanjut.Menilik hal di atas, maka masalahdalam penelitian ini adalah :“Bagaimanakah pengaruh elevasiekstremitas bawah terhadap skorhealing index perkembangan ulkusdiabetik di Wilayah Banten?”.

Bahan dan Metode Penelitian

Desain penelitian yangdigunakan dalam penelitian ini adalahkuasi eksperimen dengan pendekatan

53

Page 60: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

nonequivalent control group design.Desain kuasi eksperimen merupakandesain penelitian untuk mengetahuipenyebab dan efek intervensi(LoBiondo-Wood & Haber, 2006)terhadap variabel dependen setelahmemanipulasi variabel independen(Polit & Hungler, 1999).Nonequivalent control group designdigunakan untuk membandingkan duakelompok subjek penelitian, yaitukelompok kontrol dan kelompokintervensi (Polit & Hungler, 1999).

Besar sampel didapatkan berdasarkanwaktu penelitian selama 6 minggudengan tehnik pengambilan sampelmenggunakannonprobability samplingdengan metodaconvenience sampling.Total sampel di akhir penelitian adalah13 responden dengan perincian 7responden masuk kelompok kontroldan 6 responden masuk kelompokintervensi.

Selama proses penelitian, penelitimemberikan perlakukan yang samakepada semua responden (right tojustice dan right to fair treatment).Walau pada kelompok kontrol padaawal penelitian tidak dilakukan elevasikaki, namun setelah penelitiantindakan tersebut diberikan setelahmelihat hasil yang signifikan pada ujistatistik (beneficence). Data respondendijaga kerahasiaannya dan disimpandalam file computer yang hanya bisadiakses oleh peneliti (right to privacy).

Hasil Penelitian

Jumlah responden yang tidakdilakukan elevasi ekstremitas bawahsebanyak 7 orang (53,8%) danresponden yang dilakukan elevasiekstremitas bawah sebanyak 6 orang(46,2%). Rerata proses penyembuhanulkus diabetik pada pasien diabetesmelitus di kelompok intervensi lebihbesar dibandingkan di kelompok

kontrol. Pada kelompok intervensirerata skorhealing indexsebesar 0,213dengan standar deviasi 0,082. Pada alfa5% diyakini bahwa rerata skorhealingindex antara 0,127 sampai dengan0,299. P value pada uji statistikmenunjukkan nilai 0,003 yang berartiterdapat perbedaan yang signifikanantara proses penyembuhan ulkusdiabetik pada kelompok dengan elevasiekstremitas bawah dan kelompok tanpaelevasi ekstremitas bawah.

Tabel 1Distribusi Frekuensi Proses PenyembuhanUlkus Diabetik Pada Pasien Diabetes Melitusdi Wilayah Banten Tahun 2010 (n1=7, n2=6)

Kelompok Mean SDMin-Mak

95%CI

Tanpaelevasi

0,083 0,039 0,02-0,15

0,046-0,119

Elevasi 0,213 0,082 0,11-0,32

0,127-0,299

Jika dilihat dari klasifikasi ulkuskelompok intervensi dan kelompokkontrol bervariasi dari derajat 2 sampaiderajat 4. Proses penyembuhan ulkusdiabetik tertinggi pada kelompokkontrol yang dinilai denganhealingindex sebesar 0,15. Hasil pengamatanulkus menunjukkan perbaikan prosespenyembuhan ulkus terutama padakelompok intervensi, walaupun padasetiap kelompok mengalami perubahanskor healing index. Pada kelompokintervensi, edema dan nyeri yangdirasakan di awal menurun di akhirpenelitian .Tabel 2Pengaruh Elevasi Ekstremitas Bawah terhadapProses Penyembuhan Ulkus Diabetik diWilayah Banten Tahun 2010 (n1=7, n2=6)

KelompokMean

SD SEpValue

n

Tanpa elevasiekstremitasbawah

0,083

0,039

0,015

0,003

7

Dengan elevasiekstremitasbawah

0,213

0,082

0,034 6

54

Page 61: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

Gambar 1.Proses Penyembuhan Ulkus Diabetik denganNilai Healing IndexTerbesarpada Kelompok Tanpa ElevasiHari rawatpertama

Hari rawatketujuh

7 mei 2010 14 Mei 2010

Gambar 2Proses Penyembuhan Ulkus Diabetik denganNilai Healing IndexTerbesarpada Kelompok ElevasiHari rawat pertama Hari rawat

ketujuh24 Mei 2010 31 Mei 2010

Hasil penelitian juga menunjukkantidak terdapat hubungan yangbermakna antara variabel perancuvaskularisasi perifer, kadar glukosadarah, infeksi, status nutrisi, riwayatdiabetes, dan riwayat merokok denganproses penyembuhan ulkus. Walaupunterdapat perubahan kadar glukosadarah serta nutrisi pada awal dan akhirpenelitian, namun saat dicari hubungandengan proses penyembuhan ulkustidak didapatkan. Hal ini terjadikemungkinan karena jumlah sampelyang sedikit dengan kekuatan uji 1,1 %sehingga tidak didapatkan hasil yangsignifikan.

Pembahasan

Frykberg (2002) mengungkapkanbahwa salah satu intervensimengembalikan perfusi setelah pasien

diabetes dengan ulkus beraktivitasadalah elevasi ekstremitas bawah. Padapenelitian ini, kelompok intervensidipantau selama 3 kali shift dinas olehpeneliti dan asisten peneliti dalampelaksanaan elevasi ekstremitasbawahnya. Semua responden padakedua kelompok dapat melakukanmobilisasi ke kamar mandi.

Dalam mobilisasi ditekankanagar responden tidak memberikantekanan berlebih pada kaki yangmengalami ulkus dan diharuskanmenggunakan kursi roda, kruk, ataubantuan keluarga. Dalampelaksanaannya ada juga respondenyang tidak optimal melakukan off-loading dengan alasan sulit bergerakatau tidak biasa atau karenaketerbatasan alat. Namun setelahdimotivasi sebagian besar respondenmau menggunakan alat bantu gerakUntuk mengantisipasi kekurangan alatpeneliti menyarankan respondenmenggunakan tongkat.

Elevasi ekstremitas bawah bergunauntuk mengembalikan aliran darah danmengurangi tekanan di bagian distalekstremitas (Seeley, 2004). Aktivitas>15 menit dapat meningkatkan tekananke distal sebesar 20% sehinggameningkatkan resiko terjadinya edemaperifer. Edema akan meningkatkantekanan area distal dan mengurangiperfusi akibat penekanan arterial.Dengan elevasi ekstremitas bawah,tekanan tersebut dapat dikurangi.

Hasil penelitian tersebut tidaksama dengan hasil penelitian yangdilakukan Park, et al (2010) tentangapakah elevasi ekstremitas bawahmerupakan posisi optimal terhadappenyembuhan ulkus diabetik. Padapenelitian tersebut Parkmembandingkan penyembuhan ulkusdiabetik yang dengan posisi elevasiekstremitas bawah menggunakanempat bantal dengan merendahkan

55

Page 62: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

posisi kaki 30-35 cm di sampingtempat tidur.

Hasil penelitiannyamenunjukkan penyembuhan ulkusdiabetik antara merendahkan posisikaki lebih baik dibandingkan posisielevasi ekstremitas bawah. PenilaianPark dengan menggunakantrans-cutaneous partial oxygen tension(TcpO2) sebelum dan setelahintervensi.

Hal yang mempengaruhiperbedaan hasil antara penelitian Parkdengan penelitian di Banten salahsatunya adalah pemilihan evaluasidalam menilai variabel independen.Pada penelitian di Banten, variabelindependennya adalah skorhealingindex yang digunakan untuk menilaiproses pe nyembuhan ulkus diabetik.Sedangkan pada penelitian yangdilakukan Park, et al (2010) yangmenjadi acuannya adalah tekananoksigen perifer sebelum dan setelahpenelitian.

Pada kasus ulkus diabetik,penyebab terbesar adalah masalah padavena yaitu sekitar 80-85% (Simon, etal, 2004). Namun pada diabetesmelitus, penyebab umumnya adalahkarena penyakit arterial perifer dancampuran antara masalah di vena danarterial (mix ulcer) (Obermeyer, et al,2008). Oklusi yang timbul di venaakibat thrombus dari arterial maupunmurni akibat gangguan pembekuandarah menyebabkan refluks venamassif dan menghambat penyembuhanulkus. Penelitian oleh Obermeyer, et al(2008) menunjukkan bahwa masalaharterial dapat menyebabkan masalah divena yang ditunjukkan dengan nilaiABI yang < 0,8.Terdapat beberapa hal yang didapatdari penelitian terkait kadar glukosadarah adalah persepsi yang salahtentang diet dan kecemasan respondenselama perawatan. Sebagian besarresponden baik pada kelompok kontrolmaupun kelompok intervensi tidak

mau makan. Alasannya mereka takutgluksoa darahnya meningkat danakhirnya ia lama menjalani perawatan.Padahal menurut Clayton (2009) danLemone & Burke (2004), asupan dietyang tidak adekuat menyebabkanterpicunya sekresi glucagon,meningkatnya glukoneogenesis,sehingga meningkatkan kadar glukosadarah.

Variabel perancu lain yangtidak mempunyai signifikansi denganproses perkembangan ulkus diabetikadalah kadar glukosa darah. Hasil ujistatistik menunjukkan nilai p sebesar0,144. Artinya tidak terdapat hubunganantara kadar glukosa darah denganperkembangan ulkus diabetik. Hal initentunya berbeda dengan hasilpenelitian Margolis (2000) yangmemasukkan kadar glukosa darahsebagai salah satu variabel yangmenghambat penyembuhan ulkus.Demikian pula dengan artikel yangditulis Keast (2000), Falanga (2005),atau Pearson (2006) yang jugamengaitkan hiperglikemi sebagai salahsatu faktor penghambat penyembuhanulkus.

Hal ini kemungkinandisebabkan oleh karena jumlahresponden yang kecil yang tidakmenggambarkan hasil yangsesungguhnya. Selain itu fluktuasikadar glukosa darah antar kelompokdan adanya rentang nilai glukosa darahyang besar antara nilai terendah dantertinggi mungkin menyebabkan hasiluji statistik yang demikian.

Terdapat beberapa hal yangdidapat dari penelitian terkait kadarglukosa darah adalah persepsi yangsalah tentang diet dan kecemasanresponden selama perawatan. Sebagianbesar responden baik pada kelompokkontrol maupun kelompok intervensitidak mau makan. Alasannya merekatakut gluksoa darahnya meningkat danakhirnya ia lama menjalani perawatan.Padahal menurut Clayton (2009) dan

56

Page 63: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

Lemone & Burke (2004), asupan dietyang tidak adekuat menyebabkanterpicunya sekresi glucagon,meningkatnya glukoneogenesis,sehingga meningkatkan kadar glukosadarah.

Variabel perancu lain yangtidak mempunyai signifikansi denganproses perkembangan ulkus diabetikadalah kadar glukosa darah. Hasil ujistatistik menunjukkan nilai p sebesar0,144. Artinya tidak terdapat hubunganantara kadar glukosa darah denganperkembangan ulkus diabetik. Hal initentunya berbeda dengan hasilpenelitian Margolis (2000) yangmemasukkan kadar glukosa darahsebagai salah satu variabel yangmenghambat penyembuhan ulkus.Demikian pula dengan artikel yangditulis Keast (2000), Falanga (2005),atau Pearson (2006) yang jugamengaitkan hiperglikemi sebagai salahsatu faktor penghambat penyembuhanulkus.

Hal ini kemungkinan disebabkan olehkarena jumlah responden yang kecilyang tidak menggambarkan hasil yangsesungguhnya. Selain itu fluktuasikadar glukosa darah antar kelompokdan adanya rentang nilai glukosa darahyang besar antara nilai terendah dantertinggi mungkin menyebabkan hasiluji statistik yang demikian.Terdapat beberapa hal yang didapatdari penelitian terkait kadar glukosadarah adalah persepsi yang salahtentang diet dan kecemasan respondenselama perawatan. Sebagian besarresponden baik pada kelompok kontrolmaupun kelompok intervensi tidakmau makan. Alasannya mereka takutgluksoa darahnya meningkat danakhirnya ia lama menjalani perawatan.Padahal menurut Clayton (2009) danLemone & Burke (2004), asupan dietyang tidak adekuat menyebabkanterpicunya sekresi glucagon,meningkatnya glukoneogenesis,

sehingga meningkatkan kadar glukosadarah.Variabel status nutrisi jugamenunjukkan hasil tidak signifikandengan proses perkembangan ulkusdiabetik. Hasil uji statistikmenunjukkan nilai p sebesar 0,195sebelum penelitian dan 0,211 setelahpenelitian. Artinya tidak terdapathubungan antara status nutrisi denganskor healing index perkembanganulkus diabetik. Hal ini tidak sesuaidengan penelitian yang dilakukan olehMacKay & Miller (2003) atauKempest, et al (2010), yangmenyatakan bahwa penyembuhanulkus sangat dipengaruhi oleh statusnutrisi.Jika dianalisa lebih lanjut, hasil ujistatistik menunjukkan rerata nilai IMTpada kelompok kontrol dan kelompokintervensi > 20. Nilai ini termasukkategori normal. Namun jika melihatnilai CI 95%, nilai terendah padakelompok kontrol maupun kelompokintervensi masuk dalam kategorimalnutrisi karena nilai IMT < 20. Halini terjadi kemungkinan karena jumlahsampel yang kecil dan tidakmenggambarkan kondisi sebenarnya.Selain itu terdapat nilai ekstrim baikpada kelompok kontrol maupunkelompok intervensi.

Pada penelitian ini juga tidak melihatkomponen nutrien yang mengalamiperubahan dikarenakan keterbatasanpeneliti. Walaupun pada kenyataannyastatus nutrisi dapat dilihat melaluibeberapa indikator seperti kadar Hb,kadar albumin, kadar asam folat,vitamin A, vitamin C, Zinc, atauglukosamin. Peneliti hanyamenggunakan IMT sebagai indikatorstatus nutrisi namun tidak melihatkomponen nutrien dalam penelitian ini.

Variabel infeksi menunjukkan hasil ujistatistik nilai p sebesar 0,175. Hasilmenunjukkan infeksi tidak signifikan

57

Page 64: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

terhadap skor healing indexperkembangan ulkus diabetik. Hal inibertentangan dengan hasil penelitianyang dilakukan oleh Emerson (2010).Jika dilihat rerata, rerata respondendengan kultur positif lebih besar(0,166) dibandingkan dengan rerataresponden dengan kultur negatif(0,106). Kemungkinan hal tersebutdisebabkan karena pada kelompokkontrol maupun kelompok intervensiskor healing index mengalamiperbaikan. Peneliti berasumsi bahwahal ini terkait dengan faktor lain yangdikontrol dalam penelitian ini yaituoff-loading dan perawatan ulkusdengan metodamoist.

Pearson (2006) mengungkapkanpemilihan balutan dan jenis perawatanulkus mempengaruhi prosespenyembuhan ulkus. Metodaperawatan ulkus dengan konsepmoistmenyebabkan suasana lembab tetapterjaga sehingga eksudat dapat terseraplebih baik (Pearson, 2006; Benbow,2010). Selain itu tindakan nekrotomiyang berkala juga membantumembuang jaringan nekrotik yangmenghambat penyembuhan ulkus.

Implikasi PenelitianSaat penelitian, peneliti menemukanbahwa respon responden cukupantusias saat melihat kondisi lukanyayang menjadi lebih baik. Namun di sisilain, pengetahuan akanpenatalaksanaan ulkus diabetik dikalangan petugas kesehatan belumterlihat baik. Salah satu tindakan yangdapat dilakukan perawat di lapanganadalah melakukan tindakan elevasiekstremitas bawah pada pasiendiabetes melitus dengan ulkus setiapkali pasien mobilsiasi >15 menit.Elevasi dapat dilakukan dengan alatkhusus elevasi ekstremitas bawah ataumenggunaan sumber daya yang adaseperti tumpukan bantal atau selimutuntuk menopang pangkal paha.

Penerapan metodamoist di lain pihak,tidak dijadikan pilihan utama saatmenemukan pasien dengan kondisiulkus yang buruk. Alasan utamanyaadalah efesiensi biaya tidak mungkindijangkau oleh pasien dengankarakteristik tertentu. Padahal manfaatyang didapatkan cukup besar. Padapelaksanaan off-loading pun tidakdiketahui banyak oleh petugaskesehatan di pelayanan. Pasienseringkali tidak diperhatikan apakah iamenggunakan kursi roda dalamaktivitasnya, walaupun alat tersebuttersedia di ruangan. Karena itupenggunaan metoda sederhana elevasiekstremitas bawah denganpenggunaan balutanmoist dan tanpaelevasi aktivitas merupakan hal yangperlu diperhatikan dalampenatalaksanaan ulkus diabetik.

Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan rerataproses perkembangan ulkus diabetikpada kelompok intervensi lebih tinggisebesar 0,213 dibandingkan dengankelompok kontrol yaitu 0,083.Pelaksanaan elevasi ekstremitas bawahmenunjukkan hasil yang signifikan (Pvalue 0,003) terhadap prosespenyembuhan luka. Perawat sebaiknyamelakukan elevasi pada ekstremitasbawah yang mengalami ulkus diabetikselama 10 menit setiap pasienmelakukan aktivitas > 15 menit.

Selain itu perlu dilakukan penelitianlebih lanjut terhadap faktor perancuyang dapat mempengaruhi prosespenyembuhan ulkus diabetik. Dalammelaksanakan elevasi ekstremitasbawah, perlu pula diperhatikanoff-loading dan memilih metodamoistdalam perawatan ulkus diabetik.

58

Page 65: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association.(2007). Diagnosis andclassification of diabetesmellitus. Diabetes Care.

Armstrong, D.G., Lavery, L.A.,Bushman, T.R. (1998). Peakfoot pressures influence thehealing time of diabetic footulcers treated with total contactcasts. Journal of RehabilitationResearch andDevelopment, 35(1), 1-5. Maret5, 2010, from AcademicResearch Library. (DocumentID: 26709923).

A.Yu. Modin. (2003). Effect of gravityon blood distribution and flowin large vessels of healthyhumans. Human Physiology.April 1, 2010.

Baranoski, S. (2008). Choosing awound dressing part 1. April 11,2010. www.nursing2008.com

Benbow, M. (2010). Wound Swabsand Chronic Wounds. PracticeNurse.

Bozan, M.E., Altinel. L., I Kuru,Maralcan., G. & et al. (2006).Factors that affect the healingindex of metacarpallengthening: a retrospectivestudy. Journal of OrthopaedicSurgery, 14(2), 167-71. Maret5, 2010, from ProQuest Healthand Medical Complete.(Document ID: 1155936311).

Bryant, R., Nix, D. (2007). Acute andChronic Wounds: CurrentManagement Concept. 3rdEdition. St. Louis: MosbyElsevier.

Brunner & Suddarth’s. (2005).

Textbook of Medical-SurgicalNursing. 10th Edition. E-Book.

Cavanagh, P.R., Lipsky, B.A.,Bradbury, A.W., Botek, G.(2005). Treatment for DiabeticFoot Ulcers. Lancet. Februari 10Februari, 2010

Clayton, W. Jr. (2009). A Review ofThe Pathophysiology ,Classification, and Treatment ofFoot Ulcers in Diabetic Patients.Januari, 27 2010 melaluiProQuest Health and MedicalComplete.

Craven, R. F., Hirnle, C.J. (2000).Fundamentals of NursingHuman health and Function.Philadelphia: LippincottWilliam & Wilkins

Dealey, C. (2005). The Careof Wound:A Guide Corners. 3rd Ed.Australia: Blackwell.

Dix, F.P., Reily, David, M.C., et al.(2005). Effect of leg elevation,venous velocity, and ambulatoryvenous pressure in venousulceration. Phlebology. London:The Royal Society of MedicinePress.

Emerson, E. (2010). Healing Slowedby Bacteria Talk. Science News.Washington. Juni 27, 2010.

Falanga, V. (2005). Wound Healingand Its Impairment in TheDiabetic Foot. Boston:thelancet.

Farnsworth, J., & Paulman, P. (2005).Diabetic Foot Ulcer and PoorCompliance: How would youtreat? . Family Medicine GrandRounds. June 22, 2010.

59

Page 66: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

http://stg.jfponline.com/pdf%2F5409%2F5409JFP_FMGrandRounds.pdf

Frykberg, R.G, Armstrong, D., Giurini,J., et al. (2000). Diabetic FootDisorders A Clinical PracticeGuideline. The Journal of Footand Ankle Surgery.

Grenon, S.M., Gagnon, J., Hsiang, Y.(2009). Ankle-brachial index forassessment of peripheral arterialdisease. The New EnglandJournal of Medicine. April 6,2010. www.nejm.org

Hunt, D. (2007). Diabetes: Foot Ulcersand Amputations. BMJ. Januari12, 2010.http://clinicalevidence.bmj.com/ceweb/conditions/dia/0602/0602_background.jsp.

Jeffcoate, W.J., Harding, K.G. (2003).Diabetic Foot Ulcers.Departement od Diabetes andEndrocrinology, City Hospital,Nottingham : The Lancet.Online Published February,2003. February 10, 2010.

Keast, D., & Orsted, H. (2008). TheBasic Principles of WoundHealing. Journal of Poediatry.February 10, 2010.

http://www.pilonidal.org/pdfs/Principles-of-Wound-Healing.pdf.

¹ Penulis adalah dosen ProgramStudi Ilmu Keperawatan STIKESFaletehan Serang Banten

² Penulis adalah dosen ProgramStudi FIK UI

³ Penulis adalah dosen ProgramStudi FIK UI

60

Page 67: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

Latar Belakang

Payudara merupakan salah satuorgan yang sangat penting, baik darisegi fungsinya maupun estetika. Akantetapi bagian tubuh ini berpotensiterjangkit oleh kanker. Kankerpayudara merupakan salah satu kankeryang paling banyak menyerang padakaum perempuan yang mendudukiperingkat kedua setelah kankerleher rahim.

Namun diprediksi pada 20-30tahun ke depan, penderita kankerpayudara di Indonesia akan meningkat,sebaliknya kanker leher rahim akan

menurun angka kejadiannya. Sehinggapenyakit ini menimbulkan rasa takutyang amat besar bagi kebanyakanperempuan, terutama bagi mereka yangmengeluhkan ada benjolan padapayudaranya. (Wibisono, 2009 : 72)

Kanker adalah kelompok penyakit,dimana sel-sel tubuh yang bergenerasimengalami pemisahan dan mati ketikasel menua sehingga digantikan sel-selbaru. Tetapi ketika sel-sel baru terustumbuh, jumlahnya tidak terkendalisehingga membentuk tumor. Jikatumor itu semakin besar dan ganas itudapat digolongkan sebagai kanker.Kanker dapat tumbuh dibagian

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATANTENTANG KANKER PAYUDARA

PADA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM DETEKSIDINI (SADARI)

Dya Sustrami¹

Abstract : Breast cancer is one of the most attacking cancer in women who rankedsecond. Breasts ca are able to be cured at an early stage, but in fact breast cancer is usuallyfound at an advanced stage. One way to do that early detection efforts to find early-stagecancers that are still to be cured, so it can reduce mortality by BSE but still much lessknown breast cancer and BSE detection techniques. For that researchers want toinvestigate "The Effect of Health Education About Breast Cancer In Science And AttitudeMother In Early Detection (BSE) IN West Randu RT 05 RW 12 Gang II" This study usedexperimental design techniques quasy sampling using probability sampling simple randomsampling, sample size was of 44 respondents. Kesahatan independent variable is healtheducation. Dependent variable is the knowledge and attitudes. Data were analyzed usingwillcoxon signed rank test and Mann Whitney test with significance level 0.05. Theresults showed no significant effect of health education on knowledge (p = 0.000 and z =-4.130a) and attitude (p = 0.000 and z = - 2.72a) from Wilcoxon signed rank test test andtest results reinforced with whiney mann post-test resulted in knowledge (p = 0.000 and z= -4938) and attitude (p = 0.000 and z = -4692). From the results of her study is expectedto increase knowledge about breast cancer and the importance of BSE in a way to followhealth counseling, seek information through print and electronic media.

Key words: Health education, knowledge, attitudes, early detection of breastcancer(BSE)

Page 68: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

manapun, terutama bagian yangmempunyai banyak jaringan sel. Salahsatunya adalah payudara.

Kanker payudara terjadi karenaadanya pertumbuhan danperkembangan sel abnormal yangmuncul pada jaringan payudara.Payudara terdiri dari dua tipe jaringanyaitu jaringan glandular (kelenjar) danjaringan stromal (penopang). Jaringankelenjar mencangkup kelenjar susu(lobules) dan saluran susu (the milkpassage, milk duct). Sedangkanjaringan penopang meliputi jaringanlemak dan jaringan serat konektif.Payudara juga dibentuk oleh jaringanlymphatik, sebuah jaringan yang berisisistem kekebalan yang bertugasmengeluarkan cairan kotoran selular(Putri, 2009 : 38).

Jumlah penderita kanker payudaradi dunia terus mengalami peningkatan,baik pada daerah dengan insiden tinggidi Negara-negara Barat, maupun padainsiden rendah seperti di banyakdaerah di Asia. Satu laporan penelitianpada tahun 1993 memperkirakanbahwa jumlah kasus baru di dunia padatahun 1985 mencapai 720.000 orang,terdiri atas 422.000 di Negara majudan 298.000 di Negara berkembang.

Angka insiden tertinggi dapatditemukan pada beberapa daerah diAmerika Serikat (mencapai di atas100/100.000 ; berarti ditemukan lebih100 penderita dari 100.000 orang).Kemudian diikuti dengan beberapanegara Eropa Barat (tertinggi Swiss73,5/100.000). Untuk Asia, masihsekitar antara 10-20/100.000 (contohpada daerah tertentu di Jepang 17,6 /100.000 ; Kuwait 17,2/100.000 ; danCina 9,5/100.000) yang menarik angkaini akan berubah bila populasi daridaerah dengan insiden rendahmelakukan migrasi ke daerah denganinsiden yang lebih tinggi, suatu buktibahwa faktor lingkungan juga berparanpada proses terjadinya kanker.(Purwoastuti, 2008 : 13)

Di Indonesia, kanker payudaramerupakan salah satu kanker yangpaling banyak menyerang padaperempuan yang menduduki peringkatkedua setelah kanker leher rahim.Menurut data angka dari Poli OnkologiSatu Atap (POSA) RSU dr. Soetomojuga merangkak naik pada tahun 2004,sebanyak 4.675 pasien kankerpayudara mengunjugi POSA, tahun2005 jumlahnya melonjak menjadi5.597 pasien dan pada tahun 2006dengan beberapa bulan masih tersisaangkanya sudah mencapai 5.652 pasienoleh sebab itu, SADARI sangatpenting dianjurkan kepada masyarakatkarena hampir 86% benjolan dipayudara ditemukan olah penderitasendiri (www.acehforum.or.id/perangi-kanker-payudradikutip pada safitri danafiyah, 2008 : 15). Pada tahun 2004 diRandu Barat RT 05 RW 12 Gang IISurabaya didapatkan jumlah penderitakanker payudara sebanyak 1 pasien.

Ada beberapa perempuan, yangmempunyai resiko terkena kankerpayudara. Faktor resiko terkenakanker payudara. Faktor resiko ini bisaberasal dari dalam atau luar. Faktordari dalam adalah adanya riwayat padakeluarga yang menderita kankerpayudara. Faktor lainnya, hormonestrogen yang berlebihan dalam tubuh,menstruasi pertama terlalu dini, yaitukurang dari 12 tahun, melahirkanpertama diatas 30 tahun, tidakmenikah, tidak menyusui, menopauseyang terlambat, terapi hormon yangberlebihan. Sedangkan faktor resikodari luar diantaranya terlalu banyakmengkonsumsi lemak, pola makanantidak baik, merokok, minum alkohol,polusi dan lain-lain. (Wibisono, 2009 :73)

Untuk menentukan lokasi tumor,payudara dibagi menjadi 4 (empat)kuadran dan 1 daerah sentral, sebagaiberikut:1. Kuadran lateral (pinggir) atas

merupakan lokasi yang paling

62

Page 69: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

sering terkena 44%.2. Kuadran lateral bawah sekitar 16%.3. Kuadran medial (tengah) atas

sekitar 15%.4. Kuadran medial bawah merupakan

lokasi yang paling jarang terkena4%.

5. Dearah sentral adalah sekitarputting susu (areola) sekitar 21%.

(Purwoastuti, 2008 : 19)Jadi bila ditemukan benjolan

disekitar payudara, sebaiknya sesegeramungkin dikonsultasikan ke dokter.Hal ini perlu dilakukan karena tidaksemua benjolan yang timbul disekitarpayudara adalah kanker. Semakincepat dikonsultasikan ke dokter makadapat teridentifikasi hasilnya sehinggadapat diketahui benjolan tersebutadalah kanker atau bukan. Sehinggadapat dilakukan pengobatan secaradini. Tapi bila terlambat untukmendeteksi dini dan sudah diketahuidalam stadium terakhir maka tidakmenutup kemungkinan akan berakhirpada kematian.

Untuk mencegah terjadinyapenyakit kanker payudara dapatdilakukan dengan cara : pengobatanatau terapi yang dilakukan tergantungpada stadium kanker yang akandiobati/diterapi; bisa dilakukan dengancara operasi, radiasi, pemberiankemoterapi , radioterapi (penyinaran),maupun hormon (Purwoastuti, 2008 :20). Namun demikian usaha-usahauntuk penemuan dini (early detection)dapat dilakukan dengan baik denganmengikutsertakan masyarakat melaluidengan cara memberikan penyuluhan .Karena masyarakat masih belum tahutentang kanker payudara dan resikodari kanker payudara bila tidak segeradiatasi akan berakibat pada kematian.

Apabila kanker payudaraditemukan dalam stadium dini danmendapatkan terapi secara tepatsehingga kanker payudara itu dapatdiatasi dengan cara melakukantindakan pemeriksaaan payudara

sendiri (SADARI) yang sangatbermanfaat bagi kaum perempuan.Untuk itu SADARI ini harusditerapkan serta diharapkan akan lebihbanyak kasus dapat di cegah dalamstadium lebih dini. Fenomena diatasmelatarbelakangi penelitian denganjudul Pengaruh Pendidikan KesehatanTentang Kanker Payudara PadaPengetahuan Dan Sikap Ibu DalamDeteksi Dini (SADARI) Di RanduBarat RT 05 RW 12 Gang II Surabaya.

Bahan dan Metode Penelitian

Pada penelitian inimenggunakan eksperimen semu (quasy- experiment) yaitu untuk mencaripengaruh variabel bebas (independenvariable) dan variabel tergantung(dependen variable) pada duakelompok, dimana pada suatukelompok perlakuan diberikanpendidikan kesehatan sedangkankelompok kontrol tidak. Pada keduakelompok akan diawali dengan pretest, dan setelah pemberian perlakuandiadakan pengukuran kembali posttest.K-A 01 P02K-B 01 -02Keterangan :K-A : Subjek (Ibu) PerlakuanK-B : Subjek (Ibu) kontrol- : Tidak diberi perlakuanP : Perlakuan01 : Pengukuran pertama (sebelumperlakuan pendidikan kesehatan)02 : Pengukuran kedua (setelahperlakuan pendidikan kesehatan)

Dalam penelitian ini akandiambil sampel dengan target Ibu-ibuyang sudah menikah dengan usia 20–

60 tahun, berpenduduk tetap di RanduBarat RT 05 RW 12 Gang II Surabaya,ibu-ibu yang tidak terkena tumor ataukanker payudara, bisa membaca dan

63

Page 70: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

menulis, bersedia untuk kooperatif sehinggga dapopulasi homogen.

Teknik samplidigunakan pada penemenggunakan “ Probability

dengan metode “ Simpl

Sampling “ yaitu pengambi

dilakukan secara acak. Carjika anggota populsihomogen. (Setiadi, 2007 : 182

Analisa data adalapemberian arti dan maknayang terkumpul guna mmasalah penulis. Data dayang telah dikumpulkaulang untuk mengetahui isinya. Setelah data lengdikumpulkan dan berdasarkan sub-variabel kemudian dilakukan pedengan bantuan programfor windows menggunakan Wilcoxon Signed Rank Mann Whitney untuk seberapa pengaruhnya kesehatan tentang kankepada pengetahuan dan sikadeteksi dini (SADARI) di RT 05 RW 12 Gang II dekemaknaan p < 0,05.

Hasil Penelitian

Tingkat Pengetahuan Deteksi Dini (SADARIDan Sesudah Diberikan Kesehatan Tentang Payudara

a. Tingkat PengetahuaKelompok Perlakuan.

k diteliti dandapat disebut

pling yangpenelitian inility Sampling ”

mple Random

mbilan sampel

ara ini dipakaipopulsi dianggap, 2007 : 182).

dalah kegiatankna pada data memecahkandari kuesionerkan diperiksa

hui kelengkapanlengkap, data

ditabulasibel yang diteliti

penghitunganm SPSS 16,0

kan uji statistikk Test dan

uk mengetahuia pendidikannker payudarasikap ibu dalamdi Randu Barat dengan tingkat

Ibu DalamRI) Sebelum

an Pendidikang Kanker

huan Padan.

Gambar 1: Diagram silifrekuensi sampel menupendidikan kesehataperubahan tingkat pententang kanker payudaradini (SADARI)

Kesimpulan dari atas mbahwa tingkat pengekelompok perlakuan tingkat pengetahuannyHal ini dapat dilihaprosentasepre testyang tingkat pengetahuannyasebesar 41% sedangkaprosentase post test tingkat pengetahuanmempunyai kreteria pensebesar 91 % dikarendilakukan post test tediberikan intervensi memberikan penyulukanker payudara dalam d

silinder distribusinurut perbedaan

hatan terhadappengetahuan ibu

udara dalam deteksi

menggambarkanngetahuan padan menunjukkan

nnya meningkat.ihat dari hasilang menunjukkanya masih cukupgkan dari hasilst menunjukkan

huannya yangpenilaiannya baikrenakan sebelum

terlebih dahulunsi dengan cara

uluhan tentangm deteksi dini.

64

Page 71: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

b. Tingkat Pengetahuakelompok Kontrol.

Gambar 2: Diagram silindefrekuensi sampel menurpengetahuan pada kelomsebelum dan sesudah pendidikan kesehatan tentpayudara

Kesimpulan damenggambarkan bahwkelompok kontrol mtingkat pengetahuanpre ttest tidak mengalami kreteria penilaiannya maHal ini dapat disebakelompok kontrol tidak intervensi sebelum dilakuka

ahuan pada

linder distribusinurut tingkat

ompok kontrolsudah diberikan

tentang kanker

dari atasbahwa pada

menunjukkanpre testdan post

i perubahan,masih kurang.babkan pada

dak diberikanukanpost test.

Sikap Ibu Dalam (SADARI) Sebelum DDiberikan PendidikanTentang Kanker Payud

a. Sikap Pada Kelompo

Gambar 3: Diagram silifrekuensi sampel menurkelompok perlakuan sesudah diberikan kesehatan tentang kanke

Dari kesimpulan sikap pada kelompomenunjukkan peningkadapat dilihat dari hasil test dan post testyang sikap yang kebanyakan baik prosentasepre testsedangkanpost test sdikarenakan sebelum dtest terlebih dahulintervensi dengan carapenyuluhan tentang kadalam deteksi dini.

b. Sikap pada kelompok

Deteksi Dini Dan Sesudahkan Kesehatan

ayudara

pok Perlakuan.

silinder distribusinurut sikap padan sebelum dann pendidikan

nker payudara

n diatas bahwapok perlakuan

gkatan. Hal inisil prosentasepreng menunjukkann dalam kategorist sebanyak 50%

sebanyak 95% dilakukan posthulu diberikanara memberikankanker payudara

pok Kontrol.

65

Page 72: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

Gambar 4: Diagram silindefrekuensi sampel menurutkelompok perlakuan sesesudah diberikan kesehatan tentang kanker pa

Hal ini dapat disebakelompok kontrol tidak intervensi sebelum dilakuka

Pembahasan

Tingkat Pengetahuan Deteksi Dini (SADARIDan Sesudah Diberikan Kesehatan Tentang Payudara

Pada tabel mtingkat pengetahuan Ibu (SADARI) sebelum dadiberikan pendidikan tentang kanker payudakelompok perlakuanpre dilakukan intervensinilainya dalam kategoripada kelompok kontrol pakebanyakan nilainya dala

linder distribusinurut sikap pada

sebelum danpendidikan

r payudara

sebabkan padadak diberikanukanpost test.

Ibu DalamRI) Sebelum

an Pendidikang Kanker

menunjukkanu deteksi dinidan sesudah

n kesehatanyudara. Pada

pre testsebelumkebanyakan

ori cukup danol padapre test

alam kategori

kurang. Pada pengukudengan kuesioner tingkapeneliti menemukan mpaling banyak belum diresponden pada pengetpayudara dalam d(SADARI) antara lmengenai pengertian,tahap awal serta tindakapada penyakit kankkeluhan yang oleh pasienlanjut, urutan penyakitsering diderita oleh mengenai berapa lapengobatan secara pengertian BCT dalpengobatan kanker ptentang SADARI kepanjangan, tujuannypemeriksaannnya.Sedangkan pada kelompada post test setependidikan kesehatanpeningkattan yaitu kebdalam kategori baik materi penyuluhan kesehatan tentang kandalam deteksi dinimencakup tentang pekuesioner dalam pengetaresponden dapat menjawbenar, dibandingkan denkontrol post testyang tpendidikan kesehatan nilainya masih dalam kamasih sama padappermasalahannya banybelum mengerti tentang kanker payudara dalam(SADARI).Berdasarkan hasil tertingkat pengetahuan diberikan pendidikan kekelompok perlakuan lebih baik dibandingkakelompok kontrol yang tpendidikan kesehatan. merupakan hasil dari terjadi setelah orang penginderaan terhadap

ukuran pre testngkat pengetahuann masalah yang dimengerti olehgetahuan kanker

deteksi dinilain masalah

an, tanda-tandandakan pencegahan

nker payudara,sien pada stadiumkit kanker yang

h kaum wanita,lamanya cara

a radioterapi,dalam tindakan

payudara, danRI meliputinnya, dan cara

ompok perlakuansetelah diberikantan mengalamikebanyakan nilaik karena dalamn pendidikankanker payudaradini (SADARI)

pertanyaan darietahuan sehingga

njawabnya dengandengan kelompokg tidak diberikanan kebanyakan kategori kurang

pre test dannyak respondenang pengetahuanlam deteksi dini

tersebut bahwan ibu yang

n kesetahan padan hasil nilainyandingkan dengan

g tidak diberikann. Pengetahuanri tahu dan iniang melakukan

dap suatu objek

66

Page 73: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

tertentu (Notoatmodjo, 1997). Adapunbeberapa faktor-faktor yangmempengeruhi pada kelompokperlakuan yang diberikan pendidikankesehatan meliputi :1) Umur dapat mempengaruhipengetahuan dari 22 respondenmenunjukkan bahwa yang kebanyakanberusia 41– 50 tahun sebayak 9 orang(41%), 7 orang (32%) berusia 31- 40tahun dan 11 orang (25%) berusia 20-30 tahun. Pada usia responden yangkebanyakan 41-50 tahun yang apabiladiberikan penyuluhan pendidikankesehatan masih dapat menerima ataumerespon materi yang diberikandengan baik. Seiringnya denganpertambahan usia dalam cara berpikirpun bertambah. Sehingga kemampuanseseorang untuk mengembangkanpengetahuan pun akan meningkat. Usiamerupakan tingkat kebiasaanseseorang semakin bertambah usiaseseorang maka kebutuhan merekameningkat. Karena pengetahuan yangdidapatkan, bukan hanya berasal darilingkungan, tingkat pendidikan tetapipengalaman pun dapat menghadapirealita kehidupan yang menujupematangan pikiran.2) Pendidikan dapat mempengaruhitingkat pengetahuan dengan tingkatpendidikan terakhir pada respondenyang kebanyakan respondenberpendidikan SLTA sebanyak 50%(11 orang), berpendidikan SD 32% (7orang), SLTP 9% (2 orang), danPerguruan Tinggi 9% (2 orang). Padapendidikan terakhir responden yangkebanyakan adalah SLTA sehinggadalam pemberiaan pendidikankesehatan tentang materi yangdiberikan sesuai dengan tingkatpendidikan yang dimiliki olehkebanyakan responden tersebut.Tentunya dapat mempengaruhiseseorang dalam membuka cakrawalapengetahuannya. MenurutKuntjoroningrat yang dikutip Mubarak(2007) bahwa makin tinggi pendidikan

seseorang semakin mudah pula merekamenerima informasi, dan padaakhirnya makin banyak pulapengetahuan yang dimilikinya.Pengetahuan sangat erat kaitannyadengan pendidikan dimana denganseseorang yang berpendidikan tinggidiharapkan orang tersebut semakinluas pula pengetahuannya, tetapi perluditekankan bahwa bukan berartiseseorang yang berpendidikan rendah,mutlak berpengetahuan rendah pula.Jadi sangatlah penting suatupendidikan bagi setiap orang untukmendapatkan informasi.3) Pekerjaan responden jugamempengaruhi dengan tingkatpengetahuan yang kebanyakanresponden tidak bekerja sebesar 50%(11 orang), pekerjaan yang sebagaipengawai swasta 41% (12 orang),buruh/pengawai tidak tetap 9% (2orang), dan PNS 0%. Sehingga banyakresponden yang tidak bekerja dapatdihubungkan dengan mempunyai luangwaktu banyak untuk mencari danmembaca tentang informasi tentangkanker payudara.4) Informasi, juga dapatmempengaruhi pengetahuanberdasarkan Cara MendapatkanInformasi Tentang Kanker Payudarapada kelompok perlakuan dari 22responden menunjukknan bahwamayoritas dapat innformasi dari tenagakesehatan sebesar 36% (8 orang).Infomasi adalah kemudahan kita untukmemperoleh suatu informasi dapatmembantu mempercepat seseoranguntuk memeperoleh pengetahuan yangbaru.

Dari hasil penelitian didapatkanbahwa setelah ibu diberikanpendidikan kesehatan tentang kankerpayudara dalam deteksi dini(SADARI) terjadi peningkatanpengetahuan menjadi lebih baikdibandingkan kelompok yang tidakdiberikan pendidikan kesehatan.Dengan demikian semakin tinggi

67

Page 74: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

tingkat pengetahuan seseorang tentangkanker payudar maka diharapkan akanmempengaruhi perubahan sikap dalamdeteksi dini kanker payudara(SADARI).

Sikap Ibu Dalam Deteksi Dini(SADARI) Sebelum Dan SesudahDiberikan Pendidikan KesehatanTentang Kanker Payudara

Pada tabel menunjukkan sikap Ibudeteksi dini (SADARI) sebelum dansesudah diberikan pendidikankesehatan tentang kanker payudara.Pada kelompok perlakuan pre testsebelum dilakukan intervensikebanyakan dalam kategoripenilaiannya baik sebanyak 11 sampel.Pada kelompok kontrol pada pre testkebanyakan dalam kategoripenilaiannya sikap cukup. Padapengukuranpre testkedua kelompokdengan kuesioner peneliti menemukanmasalah yang sama paling banyakbelum dimengerti oleh respondendalam pengambilan sikap yang benartentang kanker payudara dalamdeteksi dini (SADARI) yaitu masalahmengenai bagaimana cara-carapemeriksaan payudara sendiri denganbenar sedangkan pada kelompokperlakuan pada post test setelahdiberikan intervensi mengalamipeningkattan pada banyaknya sampelyang nilainya dalam kategori baiksehingga ibu dapat mengambil sikapyang benar tentang kanker payudaradalam deteksi dini (SADARI),dibandingkan dengan kelompokkontrol post test yang tidak diberikanintervensi kebanyakan penilaiannyamasih dalam kategori cukup masihsama pada pre test danpermasalahannya banyak respondenbelum mengerti tentang pengambilansikap yang benar tentang kankerpayudara dalam deteksi dini(SADARI).

Berdasarkan hasil tersebut bahwa sikapibu yang diberikan pendidikankesetahan pada kelompok perlakuanhasil nilainya lebih baik dibandingkandengan kelompok kontrol yang tidakdiberikan pendidikan kesehatan. Haltersebut dipengaruhi oleh pengetahuanibu yang baik sehingga sikap yangditampilkan juga baik. Faktor-faktoryang menpengaruhi meliputi :1) Infomasi adalah kemudahan kitauntuk memperoleh suatu informasi darimedia dapat membantu mempercepatseseorang untuk memperolehpengetahuan yang baru sehingga sikapjuga mempengaruhi.2) Status Pekerjaan Ibu yang mayoritastidak berkerja (50%) dapatdihubungkan dengan banyak luangwaktu untuk membaca dan mencariinformasi tentang kanker payudara.Berdasarkan teori yang dikemukakanoleh Saifuddin Azwar (2009)menyatakan bahwa pembentukan sikapdipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu1) Pengalaman pribadi, individusebagai orang yang menerimapengalaman, orang yang melakukantanggapan atau penghayatan, biasanyatidak akan melepaskan pengalamanlain yang terdahulu, yang relevan.2) Faktor budaya yang dianut olehIbu. Budaya yang dianut oleh Ibumempengaruhi dalam teknikmelakukan detaksi dini kankerpayudara (SADARI).3) Pengaruh media masa sebagaisarana komunikasi mempunyaipengaruh besar pada pembentukanopini dan kepercayaan seseorang.Adanya informasi yang baru dapatmemberikan landasan kognitif barubagi terbentuknya sikap terhadap haltersebut.

4) Lembaga agama dan lembagapendidikan sebagai suatu system yangmempunyai pengaruh dalampembentukan sikap karena merupakan

68

Page 75: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

dasar pengertian dan konsep moralserta konsep pengetahuan dalam diriseseorang yang dianggap penting.Sikap Ibu dalam teknik melakukandeteksi dini kanker payudara(SADARI) dipengaruhi olehpengetahuan ibu yang baik, danpengalaman ibu yang akan bereaksimembentuk pola sikap tertentuterhadap berbagai objek yang dihadapi.

Perbedaan Pengetahuan Dan SikapIbu Dalam Deteksi Dini (Sadari)Sebelum Dan Sesudah DiberikanPendidikan Kesehatan TentangKanker Payudara

Uji wilcoxon signed rank-testpada kelompok kontrol denganmembandingkan tingkat pengetahuansebelum intervensi (pre-test) dengansetelah intervensi (post test)menghasilkan p = 0,109. Dan padasikap sebelum intervensipre-testdengan setelah post-test yangmenghasilkan p = 0,785. SedangkanUji wilcoxon signed rank-testpadakelompok perlakuan denganmenghubungkan tingkat pengetahuansebelum intervensipre-test dengansetelah intervensi post-test yangmenghasilkan p = 0,000. Dan padasikap sebelum intervensipre-testdengan setelah post-test yangmenghasilkan p = 0,000. Hal inimenunjukkan bahwa ada perbedaanpada tingkat pengetahuan dan sikappada kelompok perlakuan pre test danpost test yang diberi intervensi dengancara memberikan penyuluhan tentangkanker payudara dalam deteksi dini(SADARI) pada kelompok perlakuan.Hasil penelitian ini diperkuat denganhasil pengujian statistik lain yangberfungsi untuk mengetahui apakahada perbedaan antara tingkatpengetahuan dan sikap antarakelompok perlakuan dengan kelompokkontrol yaitu dengan ujimann whitney.

Hasil uji mann whitneypada kelompokperlakuan post-test setelah intervensidengan membandingkan kelompokkontrol post-test setelah intervensimenghasilkan p = 0,000 pada tingkatpengetahuan. Sedangkan pada sikapdengan menggunakan uji mannwhitney pada kelompok perlakuanpost-test setelah intervensi denganmembandingkan kelompok kontrolpost-test setelah intervensimenghasilkan p = 0,000. Hal inimenunjukkan bahwa terdapatperbedaan pada tingkat pengetahuandan sikap setelah perlakuan dengancara memberikan penyuluhan tentangkanker payudara dalam deteksi dini(SADARI) pada kelompok perlakuandan kelompok kontrolpost-test.Dalam tabel 5.4 tersebut juga dapatdilihat bahwa pengetahuan Ibusebelum diberikan pendidikankesehatan pada kelompok perlakuanberada dalam kategori cukup dan padakelompok kontrol dalam kategorikurang. Pada kelompok perlakuanmengalami peningkatan setelahdiberikan pendidikan kesehatanmenjadi baik dibandingkan dengankelompok kontrol yang tidak diberikanpendidikan kesehatan tidak terdapatpeningkatan hasil yaitu peningkatanpengetahuan yang kurang. Berdasarkanhasil tersebut, hal tersebut dipengaruhioleh beberapa faktor antara lain :1) Peningkatan pengetahuan yangdiberikan melalui pendidikankesehatan yang optimal denganpemberian materi yang terdiri daripengertian, faktor-faktor resiko, tandadan gejala, cara pencegahan, carapengobatan, cara teknik-teknikSADARI.2) Metode yang digunakan yaituceramah, Tanya jawab, demontrasi.3) Media yang dipakai melaluipenyebaran leaflet, pemberian materimelalui LCD, Laptop.4) Subyek sasaran yang latarbelakangnya pendidikan relatife baik

69

Page 76: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

yaitu sebagian besar SLTA/sederajat(43%).Pengetahuan merupakan dominan yangsangat penting untuk terbentuknyasikap seseorang, karena apabilapenangkapan sikap baru melalui prosesyang didasari oleh pengetahun makasikap tersebut akan menjadi lebih baik.Dalam melakukan pencapaianpengetahuan didapatkan dari mediacetak,media elektronik, dan tenagakesehatan dimana permasalahan pokokyaitu pada input yang merupakanmasalah menyangkut subyek atausasaran dengan berbagai latar belakangseperti tingkat pendidikan dari sasaran.Tingkat pengetahuan seseorang akanmempengaruhi sikap dimana apabilapengetahuan dipahami, maka akantimbul suatu sikap seseorang yangtinggi kesadaran untuk berperan serta.Pada dalam tabel 5.5 mnenunjukkanbahwa sikap Ibu sebelum diberikanpendidikan kesehatan pada kelompokperlakuan dan kelompok kontrolberada dalam kategori baik. Padakelompok perlakuan mengalamipeningkatan setelah diberikanpendidikan kesehatan menjadi sangatbaik dibandingkan dengan kelompokkontrol yang tidak diberikanpendidikan kesehatan tidak terdapatpeningkatan masih dalam sikap yangbaik. Hal tersebut ditandai dengan 1)Ibu yang dipilih menjadi kelompokperlakuan dapat mengikuti kegiatanpendidikan kesehatan dari awal sampaiakhir dengan penuh perhatian (100%antusias terhadap materi penyuluhandan tidak ada peserta yangmeninggalkan tempat), 2) Ibu mampumenjawab pertanyaan yang diberikanoleh pemberi materi pada sesi evaluasi(dari 10 pertanyaan 100% dapatdijawab secara sederhana), pada sesitanya jawab yang disediakan olehpemberi materi banyak pertanyaanyang disampaikan berkenaan denganmasalah yang dihadapi tentang kankerpayudara dalam deteksi dini

(SADARI) (dari 22 peserta yang hadir5 orang peserta (ibu) mengajukanpertanyaan).Menurut Depkes RI (1990:7)mendeskripsikan bila pengetahuaantelah dipahami maka akan timbulsikap untuk berpartisipasi. Dalamproses pendidikan kesehatan dapatterjadi perubahan sikap dalam berbagaitindakan: 1) Menerima (receiving)yaitu subjek mau memperhatikanstimulus yang diberikan (objek).2) Merespon (responding) yaitumemberikan jawaban apabila ditanya,mengerjakan dan menyelesaikan tugasyang diberikan.3) Menghargai (valuing) mengajakorang lain untuk mengerjakan ataumendiskusikan suatu masalah, 4)bertanggung jawab atas segala sesuatuyang dipilihnya dengan segala resiko(Notoatmodjo, 2003: 126). Adanyainformasi yang baru memberikanlandasan kognitif baru bagiterbentuknya sikap terhadap haltersebut.Dari hasil penelitian didapatkan bahwasetelah Ibu-Ibu diberikan pendidikankesehatan tentang kanker payudaradalam deteksi dini (SADARI) terjadipeningkatan pengetahuan dan sikapmenjadi lebih baik dibandingkankelompok yang tidak diberikanpendidikan kesehatan. Hal inidisebabkan karena melalui pendidikankesehatan yang merupakan upayauntuk mempengaruhi mengajak Ibu-Ibu agar lebih memahami konseptentang kanker payudara dalam deteksidini (SADARI) dengan menggunakanmedia dan metode sebagai penunjangpendidikan kesehatan akanmeningkatkan pengetahuan, yangdimana semakin banyak pengetahuandiharapkan semakin baik sikap Ibudalam melakukan teknik-teknikSADARI.

70

Page 77: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

Simpulan

1. Pengetahuan Ibu dalam deteksidini (SADARI) tentang kankerpayudara di Randu Barat RT 05RW 12 Gang II Surabaya.Sebelum diberikan pendidikanpada kelompok perlakuan beradadalam kategori cukup dankelompok kontrol berada dalamkategori kurang. Setelah diberikanpendidikan kesehatan padakelompok perlakuan mengalamiperubahan menjadi baikdibandingkan dengan kelompokkontrol yang tidak diberikanpendidikan kesehatan tidakmengalami perubahan.

2. Sikap Ibu dalam deteksi dini(SADARI) tentang kankerpayudara di Randu Barat RT 05RW 12 Gang II Surabaya. Ibusebelum diberikan pendidikanpada kelompok perlakuan beradadalam kategori sikap yang baiksedangkan kelompok kontrolberada dalam kategori sikap yangcukup. Setelah diberikanpendidikan kesehatan mengalamipeningkatan jumlah respondenpada kelompok perlakuan sikapyang baik dibandingkan dengankelompok kontrol yang tidakdiberikan pendidikan kesehatantidak mengalami perubahan hasil.

3. Pendidikan kesehatan kankerpayudara memberikan perbedaanpada pengetahuan dan sikap ibudalam deteksi dini (SADARI). Halini dapat dikatakan secara tidaklangsung pendidikan kesehatanberpengaruh pada pengetahuandan sikap ibu dalam deteksi dini(SADARI).

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. (1999).Psikologi sosial,Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, S. (2006). ProsedurPenelitian Suatu PendekatanPraktik, Jakarta : Rineka Cipta

Brunner, Suddarth. (2002).Buku AjarKeperawatan Medikal BedahEdisi 8, Jakarta : Arcan

Mardiana, L. (2004).Kanker PadaWanita : Pencegahan danPengobatan dengan TanamanObat, Jakarta : PenebarSwadaya

Mubarak, W. I , Bambang A. S,Khoirul R, Siti P. (2006).IlmuKeperawatan Komunitas 2,Jakarta : CV Sagung Seto

Mubarak, W. I . (2007).PromosiKesehatan Sebuah PengantarProses Belajar Mengajardalam Pendidikan, yogyakarta :Graha Ilmu

Mubarak, W. I ,Nurul C. (2009).IlmuKeperawatan Komunitaspengantar dan teori, Jakarta :Salemba Medika.

Nazir, M. (2005). MetodologiPenelitian, Jakarta : GhaliaIndonesia

Niven, N. (2000).Psikologi Kesehatan: Pengantar untuk Perawat danProfesional Kesehatan lain,Jakarta : EGC

Nursalam. (2008). Konsep danPenerapan MetodologiPenelitian Ilmu Keperawatan,Jakarta : Salemba Medika

Nursalam dan Ferry E. (2008).Pendidikan dalamKeperawatan, Jakarta :Salemba Medika

71

Page 78: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

Puswoastuti, E. (2008). KankerPayudara : PencegahanDeteksi Dini, Yogyakarta :Kanisius

Putri, N. (2009).Deteksi Dini KankerPayudara, Yogyakarta : AuraMedika

Riduwan, Akdon. (2006).Rumus dandata dalam Aplikasi Statistika,Bandung : Alfabeta

Roeskoprodjo, S, Aryo, D. P,Darmawan. K, E.UHutagalung, Rochani. S,Chaula. L.S, Muclis. R,Kukuh.B.R, Murzinal. D .(1995).Kumpulan Kuliah IlmuBedah, Jakarta : BinarupaAksara

Soesanto,W. (2008). BiostatistikPenelitian KesehatanBiostatistik dengan Komputer(SPSS 16 For Windows).Surabaya : Perc. Duatujuh

Suliha, U, Herawani, Sumiati, Yeti. R .(2001). Pendidikan Kesehatandalam Keperawatan, Jakarta :EGC

Sunaryo. (2004). Psikologi untukKeperawatan, Jakarta : EGC

Wibisono, N. (2009).Melawan KankerPayudara : Pencegahan danPengobatan, Jakarta : RestuAgung

Widayatun, T.R. (1999).IlmuPerilaku, Jakarta : CV. SagungSeto.

¹ Dosen Program Studi IlmuKeperawatan STIKES Hang TuahSurabaya

72

Page 79: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2DI INSTALASI RAWAT INAP PENYAKIT DALAM

RUMAH SAKIT MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

Meiana Harfika¹

Abstract : Diabetes melitus adalah salah satu penyakit degeneratif yang menjadi ancamankesehatan penduduk dunia pada saat ini. Jumlah penderita diabetes terus meningkat seiringdengan berubahnya pola makan dan gaya hidup. Pada tahun 2000, jumlah penduduk duniayang menderita diabetes 171 juta jiwa dan diperkirakan jumlah ini akan terus meningkatmenjadi 366 juta pada tahun 2030. Penelitian yang dilakukan antara tahun 2001 dan 2005 didaerah Depok dan di Makasar didapatkan prevalensi diabetes tipe 2 yang cukup fantastik.

Dengan mengambil sampel dari populasi diabetes di Rawat Inap Bagian Penyakit DalamRSMH Palembang Periode 1 Januari 2007– 31 Desember 2007, dilakukan suatu penelitiandeskriptif untuk mengetahui karakteristik penderita diabetes dan terapi yang sering diberikanpada penderita dibetes tipe 2 di RSMH Palembang. Penelitian dilakukan pada bulan januari–

juni 2008. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data dari rekam medis.Dari hasil penelitian pada 86 sampel didapatkan distribusi penderita diabetes tipe 2

terbanyak pada usia 45-59 tahun yaitu 40 orang (46,51%) dan lebih banyak perempuan yakni57 orang (66,28%). Distribusi kadar gula darah yang terbanyak yaitu≥ 200 mg/dL sebanyak

66 orang (76,74%). Distribusi IMT yang terbanyak yakni pada kelompok berat badan lebihdengan resiko sebanyak 36 orang (41,86%). Komplikasi yang tersering adalah gangrendiabetik yaitu sebanyak 36 orang (41,86%). Dan Insulin merupakan terapi yang paling seringdiberikan yakni sebanyak 57 orang (66,27%).

Diperlukan adanya program penyuluhan mengenai diabetes oleh pihak terkait kepadamasyarkat menekan kenaikan jumlah penderita diabetes serta dapat mencegah komplikasi danmenurunkan angka kematian.

Kata kunci : Karakteristik, Diabetes Melitus

Latar Belakang

Diabetes melitus adalah salahsatu penyakit degeneratif yang menjadiancaman kesehatan penduduk duniapada saat ini.

Jumlah penderita diabetes terusmeningkat seiring dengan berubahnyapola makan dan gaya hidup. Padatahun 2000, jumlah penduduk duniayang menderita diabetes 171 juta jiwadan diperkirakan jumlah ini akan terus

meningkat menjadi 366 juta pada tahun2030.

Untuk Indonesia, WHOmemprediksikan kenaikan jumlahpenderita diabetes dari 8,4 juta padatahun 2000 menjadi sekitar 2,3 jutapada tahun 2030.2 Jumlah inimenjadikan

Indonesia menempati urutanterbesar ke-4 dalam jumlah penderitadiabetes melitus setelah India, Chinadan Amerika Serikat.1

Page 80: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

Penelitian yang dilakukanantara tahun 2001 dan 2005 di daerahDepok didapatkan prevalensi diabetestipe 2 sebesar 14,7%. Demikian jugadi Makasar didapatkan prevalensidiabetes yang mencapai 12,5% padaakhir tahun 2005.3 Angka ini cukupfantastik dan butuh perhatian khusus.

Diabetes melitus tipe 2 terjadikarena kegagalan relatif sel β dan

resistensi insulin.4 Sebenarnya diabetestipe 2 tidak terlalu berbahaya apabilakadar glukosa darah dapat terkontroldengan baik. Tetapi apabila tidakterkontrol dengan baik maka akanmenimbulkan banyak komplikasi yangcukup fatal. Diabetes tipe ini seringmenjadi penyebab kebutaan, amputasi,gagal ginjal, penyakit jantung koroner,bahkan dapat menyebabkan kematian.

Melihat jumlah penderitadiabetes melitus yang tinggi dan terusmeningkat akhir-akhir ini terutamadiabetes tipe 2 serta komplikasi yangditimbulkannya maka perlu diadakanpenelitian tentang karakteristikdiabetes melitus tipe 2 dan terapinyauntuk mendapatkan gambaran yanglebih jelas sehingga dapat menekankenaikan jumlah penderita diabetesserta dapat mencegah komplikasi danmenurunkan angka kematian.

Diabetes Melitus adalah suatukelompok penyakit metabolik dengankarakteristik hiperglikemia yang terjadikarena kelainan sekresi insulin, kerjainsulin atau kedua-duanya. (ADA2005)

Diabetes melitus tipe 2 atauNon Insulin Dependent DiabetesMellitus (NIDDM) disebabkankegagalan relatif sel β dan resistensi

insulin. Resistensi insulin adalahturunnya kemampuan insulin untukmerangsang pengambilan glukosa olehjaringan perifer dan untukmenghambat produksi glukosa oleh

hati. Sel β tidak mampu mengimbangiresistensi insulin ini sepenuhnya,artinya terjadi defisiensi relatif insulin.Ketidakmampuan ini terlihat dariberkurangnya sekresi insulin padarangsangan glukosa, maupun padarangsangan glukosa bersama bahanperangsang sekresi insulin lain. Berartisel β pankreas mengalami desensitisasi

terhadap glikosa.4

Faktor Resiko Diabetes2

a.Faktor resiko yang tidak bisadimodifikasi

Ras dan etnik

Riwayat keluarga dengan diabetes(anak penyandang diabetes).

Bila salah satu orang tua mendritadiabetes maka kemungkinanditurunkannya penyakit diabetes keanak-anaknya 1:20.5

UmurResiko untuk menderita intoleransiglukosa meningkat seiring denganmeningkatnya usia. Usia≥ 45 tahun

harus dilakukan pemeriksan diabetesmelitus.

Dalam studi epidemiologi, baik yangdilakukan secara cross-sectionalmaupun longitudinal, menunjukkanprevalensi diabetes maupun gangguantoleransi glukosa naik bersamabertambah umur, dan membentuksuatuplateaudan kemudian menurun.

Patofisilogi diabetes yang timbul padausia lanjut belum dapat diterangkanseluruhnya, namun dapat didasarkanatas 4 faktor yang muncul oleh prosesmenunya sendiri. Faktor yang pertamakarena adanya perubahan komposisitubuh yaitu penururnan jumlah masaotot dari 19% menjadi 12%, disampingpeningkatan jumlah jaringan lemakdari 14% menjadi 30%, mengakibakanmenurunnya jumlah serta sensitivitasreseptor insulin. Faktor yang keduaadalah turunnya aktivitas fisik yang

74

Page 81: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

akan mengakibatkan penurunan jumlahreseptor insulin yang siap berikatandengan insulin sehingga kecepatantranslokasi GLUT-4 juga menurun.Kedua hal tersebut akan menurunkanbaik kecepatan maupun jumlahambilan glukosa. Faktor yang ketigayaitu perubahanlife-style dan faktoryang keempat adalah perubahan neuro-hormonal, khususnya insulin-likegrowth factor-1 (IGF-1) dandehydroepandrosteron (DHEAS)plasma.6

Riwayat melahirkan bayi denganberat badan lahir bayi > 4000 gramatau riwayat pernah menderita DMgestasional (DMG).

Riwayat lahir dengan berat badanrendah, kurang dari 2,5 kg. Bayi yanglahir dengan berat badan rendahmempunyai resiko yang lebih tinggidibanding dengan bayi lahir denganberat badan normal.

b. Faktor resiko yang bisadimodifikasi

Berat badan lebih (IMT > 23kg/m2).

Risiko diabetes melitus akanmeningkat secara linier sesuai denganpeningkatan IMT. Berat badan lebihakan meningkatkan angka kejadiandiabetes melitus 3-4 kali dibandingkanorang dengan IMT normal.7

Pada penelitian yang dilakukan diAmerika pada 11.400 wanitamenunjukkan bahwa wanita denganIMT antara 25-26,9 kg/m2 berisikomenderita diabetes melitus tipe 2delapan kali lebih besar diabandingkandengan wanita dengan IMT < 22kg/m2.

Diabetes pada orang yang obesitasdidasari oleh resistensi insulin. Padapasien obesitas, terjadi gangguankepekaan jaringan terhadap insulinakibat kurangnya reseptor insulin yang

terdapat pada membran sel yangresponsif terhadap insulin.

Kurang aktivitas fisik.

Hipertensi (≥ 140/90 mmHg).

Dislipidemia (HDL ≤ 35 mg/dL

dan atau trigliserida≥ 250 mg/dL).

Diet tak sehat (unhealthy diet).Diet dengan tinggi gula dan rendahserat akan meningkatkan resikomnderita prediabetes dan DM tipe2.

Pada dasarnya, pengelolaan DMdimulai dengan pengaturan makandisertai dengan latihan jasmani yangcukup selama beberapa waktu (2-4minggu). Bila setelah itu kadar glukosadarah masih belum dapat memenuhikadar sasaran metabolik yangdiinginkan, baru dilakukan intervensifarmakologik dengan obat-obat antidiabetes oral atau suntikan insulinsesuai dengan indikasi. Dalam keadaandekompensasi metabolik berat,misalnya ketoasidosis, DM denganstres berat, berat badan yang menurundengan cepat, insulin dapat segeradiberikan.

Edukasi

Diabetes Tipe 2 biasa terjadi pada usiadewasa, suatu periode dimana telahterbentuk kokoh pola gaya hidup danperilaku. Pengelolaan mandiri diabetessecara optimal membutuhkanpartisipasi aktif pasien dalam merubahperilaku yang tidak sehat. Timkesehatan harus mendampingi pasiendalam perubahan perilaku tersebut,yang berlangsung seumur hidup.Keberhasilan dalam mencapaiperubahan perilaku, membutuhkanedukasi, pengembangan keterampilan(skill), dan motivasi yang berkenaandengan:

Makan makanan sehat;Kegiatan jasmani secar teratur;

75

Page 82: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

Menggunakan obat diabetes secaraaman, teratur, dan pada waktu-waktu yang spesifik;Melakukan pemantauan glukosadarah mandiri dan memanfaatkanberbagai informasi yang ada;Melakukan perawatan kaki secara

berkala;Mengelola diabetes dengan tepat;Mengembangkan sistempendukung dan mengajarkanketerampilan;Dapat mempergunakan fasilitasperawatan kesehatan.

Edukasi (penyuluhan) secaraindividual dan pendekatan berdasarkanpenyelesaian masalah merupakan intiperubahan perilaku yang berhasil.Perubahan perilaku hampir samadengan proses edukasi danmemerlukan penilaian, perencanaan,implementasi, dokumentasi, danevaluasi.Untuk penentuan status gizi, dipakaiBody Mass Index = Indeks MassaTubuh (IMT).

Klasifikasi IMT (Asia Pasific)

KlasifikasiIMT(Asia

Pasific)

Lingkar Perut

<90cm(pria)

<80cm(wanita)

>90cm(pria)

>80cm(wanita)

Risk of co-morbidities

BB Kurang<18,5BBNormal18,5-22,9BBLebih>23,0- Denganrisiko : 23,0-24,9- Obes

RendahRata-rata

MeningkatSedangBerat

Rata-rataMeningkat

SedangBeratSangatberat

I :25,0-29,9- Obes II

: ≥ 30

Untuk kepentingan klinik praktis, danmenghitung jumlah kalori, penentuanstatus gizi memanfaatkan rumus Broca,yaitu:

Status gizi:BB kurang, bila BB < 90% BBIBB normal, bila BB 90-110% BBIBB lebih, bila BB 110-120% BBIGemuk, bila BB >120%

BBI

Bahan dan Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalahpenelitian deskriptif yang bersifatretrospektif.

Penelitian dilakukan di lembagarekam medik Rumah Sakit MohammadHoesin Palembang.

Penelitian dilakukan pada bulanMei 2008 sampai dengan Juni 2008.

Data yang digunakan dalampenelitian adalah data sekunder yangberasal dari rekam medik yangdikumpulkan secara retrospektifterhadap semua penderita diabetesmelitus tipe 2 yang dirawat di instalasirawat inap penyakit dalam RumahSakit Mohammad Hoesin Palembang.Selama periode 1 Januari 2007 sampai31 Desember 2007 berdasarkan rekammedik.

Populasi dari penelitian ini tidakseluruhnya dijadikan sampel. Hal inidikarenakan ketidaklengkapan datarekam medik dan mengingatketerbatasan waktu. Dari 592 penderitadiabetes melitus tipe 2 yang dirawat

Berat Badan Idaman (BBI) = (TB-100)– 10%

IMT = BB(kg)/TB(m2)

76

Page 83: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

instalasi rawat inap RSMH Palembangperiode 1 Januari– 31 Desember 2007diambil sampel dengan menggunakanformula sehingga didapatkan 86 oranguntuk jumlah sampel yang akanditeliti. Pengambilan sampel penelitiandilakukan dengan menggunakan teknikrandom sampling.

Hasil dan Pembahasan

Populasi dari penelitian ini tidakseluruhnya dijadikan sampel. Hal inidikarenakan ketidaklengkapan datarekam medik dan mengingatketerbatasan waktu yang dimiliki olehpeneliti. Dari 592 penderita diabetesmelitus tipe 2 yang dirawat di instalasirawat inap RSMH Palembang periode1 Januari– 31 Desember 2007 diambilsampel dengan menggunakan formulasehingga didaptkan 86 orang untukjumlah sampel yang akan diteliti.Pengambilan sampel penelitiandilakukan dengan menggunakan teknikrandom sampling.

Karakteritik Sosiodemografi

Usia

Tabel 1. Distribusi Penderita Diabetes Tipe2 Berdasarkan Usia (n=86)

KelompokUsia (tahun)

Jumlah Persentase

30 – 44 11 12,79

45 – 59 40 46,51> 60 35 40,70Jumlah 86 100

Hal ini sesuai dengan faktor risikodiabetes yang disebutkan dalamkepustakaan yang menyebutkan bahwakelompok usia≥ 45 tahun mempunyai

risiko yang besar untuk mengalamiintoleransi glukosa. Dalam studiepidemiologi, baik yang dilakukansecara cross-sectional maupunlongitudinal, menunjukkan prevalensidiabetes maupun gangguan toleransiglukosa naik bersama bertambah umur,

dan membentuk suatuplateau dankemudian menurun.Patofisilogi diabetes yang timbul padausia lanjut belum dapat diterangkanseluruhnya, namun dapat didasarkanatas 4 faktor yang muncul oleh prosesmenunya sendiri. Faktor yang pertamakarena adanya perubahan komposisitubuh yaitu penururnan jumlah masaotot dari 19% menjadi 12%, disampingpeningkatan jumlah jaringan lemakdari 14% menjadi 30%, mengakibakanmenurunya jumlah serta sensitivitasreseptor insulin. Faktor yang keduaadalah turunnya aktivitas fisik yangakan mengakibatkan penurunan jumlahreseptor insulin yang siap berikatanberikatan dengan insulin sehinggakecepatan translokasi GLUT-4 jugamenurun. Kedua hal tersebut akanmenurunkan baik kecepatan maupunjumlah ambilan glukosa. Faktor yangketiga yaitu perubahanlife-style danfaktor yang keempat adalah perubahanneuro-hormonal, khususnyainsulin-like growth factor-1 (IGF-1) dandehydroepandrosteron (DHEAS)plasma.

Jenis Kelamin

Tabel 2. Distribusi Penderita Diabetes Tipe2 Berdasarkan Jenis Kelamin (n=86)

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 29 33,72

Perempuan 57 66,28

Jumlah 86 100

Didapatkan rasio penderita laki-lakidan perempuan sekitar 1 : 2. Keadaanini berbeda dengan teori yangmenyebutkan otot rangka laki-lakilebih resisten terhadap insulindibandingkan perempuan.

77

Page 84: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

Riwayat Keluarga

Tabel 3. Distribusi Penderita Diabetes Tipe2 Berdasarkan Riwayat Keluarga (n=86)

Riwayat Keluarga Jumlah PersentaseAda 12 13,95Tidak Ada 30 34,89Data Tidak Lengkap 44 51,16Jumlah 86 100

Dari 86 sampel, terdapat 44 data yangtidak lengkap mengenai riwayatkeluarga. Berdasarkan tabel 8 diatas,dapat dilihat bahwa jumlah penderitayang juga memiliki keluarga yangmenderita diabetes sebanyak 12 orang(13,95%), sementara sisanya sebanyak30 orang (34,89%) tidak memilikikeluarga yang menderita diabetes.Menurut kepustakaan adanya riwayatkeluarga merupakan salah satu faktorrisiko diabetes. Penyakit diabetesmelitus tipe 2 dapat diturunkan secaragenetik. Bila salah satu orang tuamenderita diabetes maka kemungkinanditurunkannya penyakit diabetes keanak-anaknya 1:20. Hasil penelitianlain menyebutkan jika seorangpenderita diabetes melitus tipe 2 makakemungkinan penyakit ini menurunpada keluarga penderita tersebutsebesar 10% - 15%. Dari penelitian initidak dapat dilihat apakah ada faktorketurunan yang mempenguruhitimbulnya panyakit diabtes melitusatau tidak, karena data yang tidaklengkap lebih dari 50%.

Indeks Massa TubuhTabel 4. Distribusi Penderita Diabetes Tipe2 Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (n=86).Indeks Massa Tubuh(IMT)

Jumlah Persentase

Berat Badan Kurang 10 11,63Berat Badan Normal 35 40,70Berat Badan LebihDengan Resiko

36 41,86

Obes I 4 4,65Obes II 1 1,16Jumlah 86 100*Sumber klasifikasi IMT: WHOWPR/IASO/IOTF dalam The Asia-Pacific

Perspective: Redefining Obesity and itsTreatment.

Hal ini sesuai dengan faktor risikodiabetes yang disebutkan dalamkepustakaan yang menyebutkan bahwasalah satu faktor risiko diabetes adalahberat badan lebih atau IMT > 23kg/m2. Diabetes pada orang yangmempunyai berat badan lebih(obesitas) didasari oleh resistensiinsulin. Pada pasien dengan beratbadan lebih (obesitas), terjadigangguan kepekaan jaringan terhadapinsulin akibat kurangnya reseptorinsulin yang terdapat pada membransel yang responsif terhadap insulin.Risiko diabetes melitus akanmeningkat secara linier sesuai denganpeningkatan IMT. Berat badan lebihakan meningkatkan angka kejadiandiabetes melitus 3-4 kali dibandingkanorang dengan IMT normal. Hal ini jugaterlihata pada penelitian lain yangdilakukan di Amerika pada 11.400wanita menunjukkan bahwa wanitadengan IMT antara 25-26,9 kg/m2

berisiko menderita diabetes melitustipe 2 delapan kali lebih besardiabandingkan dengan wanita denganIMT < 22 kg/m2.

Keterbatasan Penelitian

Data pada beberapa rekam medikkurang lengkap sehingga menyulitkanpendataan dan penghitungan gunamencapai ketepatan penelitian.

SimpulanBerdasarkan penelitian deskriptif

mengenai karakteristik penderitadiabetes melitus tipe 2 dan terapinya diinstalasi rawat inap penyakit dalamRSMH Palembang periode 1 Januari2007 – 31 Desember 2007. Frekuensipenderita diabetes tipe 2 terbanyakpada kelompok usia 45-59 tahun yaitusebanyak 40 orang (46,51%) dan lebihbanyak perempuan yakni 57 orang(66,28%) daripada laki-laki.

78

Page 85: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

Frekuensikadar gula darah sewaktuterbanyak pada penelitian ini yaitu≥200 mg/dL yakni sebanyak 66 orang(76,74%). Pada penelitian ini tidakdapat dilihat distribusi penderitaberdasarkan riwayat keluarga karenadata yang ada tidak lengkap.Berdasarkan Indeks Massa Tubuh, parapenderita diabetes tipe 2 lebih banyakyang memiliki berat badan lebihdengan resiko yaitu sebanyak 36 orang(41,86%). Insulin adalah terapi yangpeling sering diberikan pada penderitadiabetes yakni sebanyak 52 orang(64,20%).

SaranPara pihak terkait diharapkanmengadakan penyuluhan kepadamasyarakat tentang penyakit diabetesterutama mengenai cara pencegahnnya.Perlu dilakukanya pemeriksaan rutinterhadap orang-orang yang memilikifaktor resiko tinggi diabetes melitusdan orang-orang yang telahterdiagnosa diabetes untuk mencegahberbagai komplikasi yang berbahaya.Peneliti menyarankan untuk dilakukanpenelitian lebih lanjut mengenaikarakteristik penderita diabetes denganmengambil sampel di luar rumah sakitatau langsung di dalam masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Wild, Sarah, dkk.Global Prevalenceof Diabetes. Diabetes Care.Volume 27. Number 5. 2004

PERKENI. Konsensus Pengelolaandan Pencegahan DiabetesMelitus Tipe 2 di Indonesia2006. Jakarta: PB.PERKENI.2006

Suyono, Slamet. Diabetes Melitus DiIndonesia. Dalam: Sudoyo, AruW, dkk. Ilmu Penyakit Dalam,Jilid III. Jakarta: Pusat

Penerbitan Ilmu Penyakit DalamFK UI. 2006.

Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta,Jilid I. Edisi III. Jakarta: MediaAesculapius FK UI. 1999.

Rochmah, Wasilah. Diabetes MelitusPada Usia Lanjut. Dalam:Sudoyo, Aru W, dkk. IlmuPenyakit Dalam, Jilid III.Jakarta: Pusat Penerbitan IlmuPenyakit Dalam FK UI. 2006.

Witjaksono, Fiastuti. Obesitas BukanLagi Tanda Kemakmuran.Jakarta. 2005

Gustaviani, Reno. Diagnosis danKlasifikasi Diabetes Melitus.Dalam: Sudoyo, Aru W, dkk.Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III.Jakarta: Pusat Penerbitan IlmuPenyakit Dalam FK UI. 2006.

Guyton, dan Hall. Buku Ajar FisiologiKedokteran. Jakarta : EGC.1997.

Shahab, Alwi. Komplikasi Kronik DMPenyakit Jantung Koroner.Dalam: Sudoyo, Aru W, dkk.Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III.Jakarta: Pusat Penerbitan IlmuPenyakit Dalam FK UI. 2006.

Shahab, Alwi. 2003. Disfungsi EndotelPada Diabetes Melitus.http://www.rsmhplg.com

Pandelaki, Karel. Retinopati Diabetik.Dalam: Sudoyo, Aru W, dkk.Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III.Jakarta: Pusat Penerbitan IlmuPenyakit Dalam FK UI. 2006.

79

Page 86: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed

¹ Dosen Program Studi IlmuKeperawatan STIKES Hang TuahSurabaya

80

Page 87: 2.Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya Vol.2 No.1 Desember 2011.Compressed