document22

103
i KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN DI KELAS II SMP TERBUKA KECAMATAN TEMPURAN KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang Oleh WISMONO SARI HIDAYAT 1124000023 FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN 2005

Upload: pustaka78

Post on 05-Dec-2014

47 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Document22

i

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN DI KELAS II

SMP TERBUKA KECAMATAN TEMPURAN KABUPATEN

MAGELANG

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

WISMONO SARI HIDAYAT

1124000023

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

2005

Page 2: Document22

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian

skripsi pada:

Hari : Kamis

Tanggal : 11 Agustus 2005

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Achmad Munib, S.H, M.Si. Drs. Kunaryo Hadikusumo, MPd.

NIP. 130371112 NIP. 130259808

Mengetahui,

Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

Drs. Haryanto

NIP. 131404301

Page 3: Document22

iii

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan

Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri

Semarang pada :

Hari : Kamis

Tanggal : 11 Agustus 2005

Panitia Ujian :

Ketua Sekretaris

Drs. Siswanto, M.M. Dra. Nurrusa’adah M.Si.

NIP. 130515769 NIP. 131469642

Anggota Penguji :

Pembimbing I Penguji I

Drs.Achmad Munib, S.H, M.Si. Drs. Sukirman, M.Si.

NIP. 130371112 NIP. 131570066

Pembimbing II Penguji II

Drs.Kunaryo Hadikusumo, M.Pd. Drs. Achmad Munib, SH. M.Si.

NIP. 130259808 NIP. 130371112

Penguji III

Drs. Kunaryo Hadikusumo, M.Pd.

NIP. 130259808

Page 4: Document22

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

“Seorang humanis sejati adalah orang yang dalam usahanya untuk berdiri

menemukan tempat berpijak bagi orang lain, yang dalam mencapai upaya cita-citanya

membantu orang lain dalam mencapai cita-cita mereka sendiri” (Confucius)

“Orang tua adalah hakim yang paling adil, tempat mengadu yang paling memahami,

serta matahari kasih yang kehangatan sinarnya terasa sampai ruang terdalam dari

setiap langkah perjuangan kita” (Karl Marx)

PERSEMBAHAN :

Bapak dan Ibu yang menginginkan anak-anaknya menjadi seorang sarjana

Kakak, adik serta keponakan tercinta

Anita Sari beserta keluarga

TP 2000 dan Lithium

Almamater

Page 5: Document22

v

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini merupakan hasil karya saya

sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya.

Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk

berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 2 Agustus 2005

Wismono Sari Hidayat

Page 6: Document22

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, taufik dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi guna

memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari kesulitan dan berbagai hambatan, namun

berkat bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak dapat terwujud. Pada

kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Dr. Ari Tri Soegito, SH., M.M., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah

memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti kuliah di UNNES.

2. Drs. Siswanto, M.M., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Semarang yang telah memberi izin dan rekomendasi, sehingga penelitian (skripsi)

ini dapat dilaksanakan.

3. Drs. Haryanto, Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Universitas

Negeri Semarang yang telah memberi kepercayaan kepada penulis untuk

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Drs. Achmad Munib, S.H, M.Si., dosen pembimbing I yang telah memberikan

kritik, saran dan masukan penting untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Drs. Kunaryo Hadikusumo, M.Pd., dosen pembimbing II yang juga telah

memberikan kritik, saran dan masukan penting terhadap skripsi ini.

Page 7: Document22

vii

6. Kepala Sekolah SMP Terbuka yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk

melakukan penelitian pada sekolah yang dipimpinnya.

7. Ita Rahmawati, S.Pd., guru pamong SMP Terbuka Kecamatan Tempuran yang

telah banyak membantu peneliti dalam memberikan informasi tentang

pembelajaran keterampilan yang dilaksanakan di SMP Terbuka Kecamatan

Tempuran Kabupaten Magelang.

8. Semua pihak yang telah memberikan motivasi dan bantuan dalam penulisan

skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan menjadi amal

kebaikan dan mendapat balasan dari Allah SWT. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, 2 Agustus 2005

Penulis

Page 8: Document22

viii

SARI

Hidayat, Wismono Sari. 2005. Keefektifan Pembelajaran Keterampilan di SMP

Terbuka Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang”. Skripsi jurusan

Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. FIP. UNNES. Pembimbing I. Drs.

Achmad Munib, S.H., M.Si., Pembimbing II. Drs. Kunaryo Hadikusumo,

M.Pd.

Wajib belajar adalah salah satu cara pemerintah untuk meningkatkan

pemerataan pendidikan bagi masyarakat dengan tetap mempertahankan mutu dan

hasil pendidikan yang akan diperoleh peserta didik. Untuk menanggulangi

keterbatasan Sekolah Menengah Pertama dalam menampung siswa lulusan Sekolah

Dasar yang sedemikian banyak, pemerintah membuat sebuah terobosan yaitu dengan

mendirikan SMP Terbuka yang hanya diperuntukkan bagi siswa yang memiliki

permasalahan tertentu. SMP Terbuka adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama yang

dirancang khusus untuk melayani para siswa pada usia 13-15 tahun yang tidak dapat

mengikuti pelajaran seperti biasa pada SMP reguler setempat, karena alasan ekonomi,

transportasi, kondisi geografis, atau kendala waktu untuk membantu orang tua dalam

bekerja. Bekal kemampuan keterampilan pra-vokasional yang bermanfaat bagi

tamatan SMP Terbuka yang tidak melanjutkan pelajaran ke jenjang sekolah

menengah diharapkan mereka akan lebih siap untuk memasuki dunia kerja atau terjun

ke masyarakat. Permasalahan yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah

seberapa tingkat keefektifan pembelajaran keterampilan di SMP Terbuka Kecamatan

Tempuran.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa tingkat keefektifan

pembelajaran keterampilan di SMP Terbuka Kecamatan Tempuran Kabupaten

Magelang. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SMP Terbuka

Kecamatan Tempuran yang berjumlah 30 siswa yaitu terdiri atas 26 siswa perempuan

dan 4 siswa laki-laki.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara nyata kemampuan siswa SMP

Terbuka Tempuran dalam matapelajaran keterampilan telah mencapai standar

kompetensi, yang ditunjukkan dari hasil uji t-test sebesar 2,079 dengan probabilitas

0,047 < 0,05. Rata-rata kemampuan siswa mencapai 2,4802 dan apabila

dibandingkan dengan skor tertinggi 3, maka penguasaan siswa pada keterampilan tata

busana mencapai 83%. Tingginya penguasaan keterampilan ini menunjukkan bahwa

pembelajaran keterampilan yang dilaksanakan di SMP Terbuka telah efektif.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan bahwa pembelajaran

keterampilan yang dilaksanakan di SMP Terbuka Kecamatan Tempuran Kabupaten

Magelang efektif dapat diterima oleh siswa, sehingga siswa mampu untuk

menghasilkan produk berupa jahitan yang diproduksi pada saat pelaksanaan praktik

keterampilan.

Setelah dilakukannya penelitian di SMP Terbuka Tempuran tentang

pembelajaran keterampilan, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:

Page 9: Document22

ix

1. Perlu adanya peningkatan proses pembelajaran dengan cara mencari strategi

pembelajaran baru dalam proses pembelajaran agar memperoleh hasil yang

lebih optimal dalam pembelajaran keterampilan.

2. Perlu adanya penambahan jam pelajaran pada materi praktik keterampilan,

karena dengan penambahan jam pelajaran siswa akan lebih menguasai alat

dan menambah kecakapan siswa dalam berkreasi serta akan lebih

meningkatkan ketuntasan belajar siswa.

Page 10: Document22

x

DAFTAR ISI

Halaman

Bagian Awal Skripsi

Halaman Judul ............................................................................................................. i

Persetujuan Pembimbing ............................................................................................. ii

Pengesahan................................................................................................................ iii

Pernyataan................................................................................................................. iv

Motto dan Persembahan............................................................................................ v

Kata Pengantar .......................................................................................................... vi

Sari ............................................................................................................................ viii

Daftar Isi ................................................................................................................... ix

Daftar Lampiran........................................................................................................ xii

Daftar bagan, gambar, dan tabel ............................................................................... xiii

Bagian Pokok Skripsi

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah......................................................................... 1

B. Permasalahan.......................................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian.................................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian.................................................................................. 8

E. Penegasan Istilah .................................................................................... 9

BAB II LANDASAN TEORI................................................................................... 11

A. Hakikat Pembelajaran ............................................................................ 11

1. Pengertian Belajar ............................................................................... 11

2. Pengertian Mengajar ........................................................................... 12

B. Pengertian Pembelajaran ........................................................................ 14

Page 11: Document22

xi

C. Tujuan Pembelajaran.............................................................................. 16

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar............................................ 18

E. Pendidikan Keterampilan ....................................................................... 23

1. Keterampilan Dalam Pembelajaran .................................................... 23

2. Cara Penilaian ..................................................................................... 25

3. Standar Kompetensi Pembelajaran Keterampilan............................... 27

4. Tujuan dan Strategi Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan........... 28

5. Kriteria Perintisan ............................................................................... 33

6. Perintisan Pelaksanaan dan Jenis Pembelajaran Keterampilan Pra-

vokasional ............................................................................................ 34

F. Pendidikan Keterampilan Untuk Menjalani Kehidupan (Skills Education

for Life) ................................................................................................... 36

G. Kerangka Berpikir .................................................................................. 45

H. Hipotesis................................................................................................. 47

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................... 48

A. Rancangan/Desain Penelitian.................................................................. 48

B. Populasi Penelitian.................................................................................. 49

C. Variabel Penelitian.................................................................................. 50

D. Metode Pengumpulan Data..................................................................... 51

E. Analisis Data........................................................................................... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................................... 55

A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 55

1.Pembelajaran Keterampilan di SMP Terbuka Tempuran .................... 55

2. Keefektifan Pembelajaran Keterampilan di SMP Terbuka Tempuran 62

B. Pembahasan............................................................................................. 74

Page 12: Document22

xii

BAB V SIMPULAN DAN SARAN......................................................................... 77

A. Simpulan ................................................................................................. 77

B. Saran ....................................................................................................... 78

Bagian Akhir Skripsi

Daftar Pustaka........................................................................................................... 79

Lampiran ................................................................................................................... 81

Page 13: Document22

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian ...................................................... 78

Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ............................. 79

Lampiran 3 Angket Observasi ............................................................................... 80

Lampiran 4 Transkrip Hasil Observasi ................................................................... 90

Lampiran 5 Uji Ketuntasan Pembelajaran Siswa................................................... 96

Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian....................................................................... 106

Page 14: Document22

xiv

DAFTAR

BAGAN, GAMBAR DAN TABEL

Halaman

Daftar Bagan

Bagan 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar............................................... 22

Bagan 2. Posisi Pengembangan Life Skills dalam Pengembangan School Based

Management, Community Based Education and Broad Based Education 39

Bagan 3. Tahap-tahap Pengembangan Life Skills .................................................... 40

Daftar Gambar

Gambar 1. Diagram Pie Persentase Ketuntasan Siswa pada Matapelajaran

Keterampilan........................................................................................... 69

Daftar Tabel

Tabel 1. Kriteria Kemampuan Siswa dalam Pembelajaran Keterampilan ............... 60

Tabel 2.Deskriptif Kemampuan Siswa dalam Pembuatan Pola ............................... 60

Tabel 3. Hasil Uji Ketuntasan Kemampuan Siswa dalam Membuat Pola ............... 62

Tabel 4. Deskriptif Kemampuan Siswa dalam Pembuatan Pola ............................. 63

Tabel 5. Hasil Uji Ketuntasan Kemampuan Siswa dalam Memotong Pola............. 63

Tabel 6. Deskriptif Kemampuan Siswa Dalam Mengoperasikan Alat .................... 64

Tabel 7. Hasil Uji Ketuntasan Kemampuan Siswa Dalam Mengoperasikan Alat .. 65

Tabel 8. Deskriptif Kemampuan Siswa dalam Menjahit ......................................... 66

Tabel 9. Hasil Uji Ketuntasan Kemampuan Siswa dalam Menjahit ........................ 66

Tabel 10. Deskriptif Kemampuan Siswa dalam Mengobras.................................... 67

Tabel 11. Hasil Uji Ketuntasan Kemampuan Siswa dalam Mengobras .................. 67

Page 15: Document22

xv

Tabel 12. Deskriptif Kemampuan Siswa pada Matapelajaran Keterampilan .......... 68

Tabel 13. Hasil uji Ketuntasan Kemampuan Siswa dalam Matapelajaran

Keterampilan........................................................................................... 68

Tabel 14. Rata-rata Kemampuan Siswa dalam Setiap Komponen........................... 70

Tabel 15.Hasil Uji Anova......................................................................................... 70

Page 16: Document22

xvi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia pada

umumnya dan anak pada khususnya. Sebenarnya pendidikan telah dilaksanakan

sepanjang sejarah manusia, sebab pendidikan sendiri adalah perbuatan kodrati

bagi manusia.

Sekolah adalah salah satu tempat untuk memperoleh pendidikan, dengan

beragam pengetahuan baru yang diberikan oleh pendidik. Namun ironisnya dari

masa ke masa pendidikan di Indonesia tidak menghasilkan lulusan yang dapat

diandalkan sesuai dengan kebutuhan pada masa sekarang, bahkan pendidikan

dapat dikatakan sebagai penghasil para pengangguran.

Untuk meningkatkan pendidikan masyarakat yang sedemikian rendah dan

tertinggal, pemerintah telah merintis program Wajib Belajar (Wajar) 9 tahun,

yakni 6 tahun di SD dan ditambah 3 tahun di SMP. Wajib belajar adalah salah

satu cara pemerintah untuk meningkatkan pemerataan pendidikan masyarakat

dengan tetap mempertahankan mutu dan hasil pendidikan yang akan diperoleh

peserta didik. Untuk menanggulangi keterbatasan Sekolah Menengah Pertama

dalam menampung siswa lulusan Sekolah Dasar yang sedemikian banyak,

pemerintah membuat sebuah terobosan yaitu dengan mendirikan SMP Terbuka

yang hanya diperuntukkan bagi siswa yang memiliki permasalahan tertentu.

Page 17: Document22

xvii

Membantu pekerjaan orang tua adalah alasan yang menjadi persoalan

pada saat sekarang ini untuk tidak bersekolah, aktivitas tersebut mendapat

dukungan dari orang tua mereka dalam keluarga karena terbatasnya penghasilan

orang tua untuk membiayai anak bersekolah dan sebaliknya anak dituntut untuk

dapat menambah penghasilan dalam keluarga, sebenarnya hal tersebut dapat

dilakukan tanpa mengabaikan makna pendidikan.

Di Indonesia banyak anak mulai bekerja pada usia yang masih sangat

muda, yaitu pada usia enam tahun atau tujuh tahun dengan alasan untuk

membantu meringankan beban orang tua (Depdiknas, 2002:34).

SMP Terbuka adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama yang dirancang

khusus untuk melayani para siswa pada usia 13-15 tahun yang tidak dapat

mengikuti pelajaran seperti biasa pada SMP reguler, karena alasan ekonomi,

transportasi, kondisi geografis, atau kendala waktu untuk membantu orang tua

bekerja, jenis pekerjaan dalam membantu orang tua yang mereka lakukan pada

umumnya sesuai dengan kadar kemampuan menurut perkembangan mereka

masing-masing di antaranya adalah membantu orang tua berkebun, bekerja di

sawah, ladang, warung, menjajakan koran, menyemir sepatu, yang hasilnya

mereka gunakan untuk menambah keuangan keluarga atau ditabung sendiri.

Berbagai ragam kendala tersebut merupakan fenomena dan gambaran secara

nyata dari kebanyakan siswa di SMP Terbuka yang sebenarnya tetap berkeinginan

untuk belajar hingga meraih jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Page 18: Document22

xviii

Penyelenggaraan SMP Terbuka yang mulai dirintis pada tahun ajaran

1979/1980 merupakan perwujudan dari salah satu amanat Pembukaan UUD 1945

yang menyatakan bahwa salah satu tujuan dibentuknya Pemerintah Negara

Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut dipertegas

lagi dalam UUD 1945 Pasal 31 Ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap warga

negara berhak mendapat pendidikan; ayat (2) pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang selanjutnya Undang-

Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

pada Bab II Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dengan diberlakukannya Wajar 9 tahun oleh pemerintah, tujuan

pendidikan SMP pun diharapkan dapat dicapai secara utuh sebagaimana

mestinya, yaitu: memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk

mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga

negara serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah

(Depdiknas, 2002:3). Data statistik persekolahan dari tahun ke tahun

menunjukkan, bahwa angka melanjutkan siswa yang dapat sampai ke jenjang

perguruan tinggi hanya sekitar 11,6%. Ini berarti, bahwa sebagian besar siswa

Page 19: Document22

xix

(88,4%) tidak melanjutkan pendidikannya karena berbagai alasan (Depdiknas,

2002:6).

Data pada tahun pelajaran 2003/2004 menunjukkan bahwa siswa SMP

kelas tiga peserta EBTA yang dinyatakan tamat adalah sekitar 96,75% dari

2.503.987 siswa dan sebagian dari mereka adalah siswa SMP Terbuka yaitu

sejumlah 125.376 siswa, Jumlah siswa SMP Terbuka yang melanjutkan ke

jenjang SMA/SMK sejumlah 7,34% ini berarti menunjukkan bahwa hampir

semua siswa tamatan SMP Terbuka tidak melanjutkan pendidikannya

(Depdiknas, 2004:22).

Tidak dapat dipungkiri, bahwa sebagian besar tamatan SMP Terbuka tidak

dapat melanjutkan pelajaran lagi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, karena

kondisi sosial ekonominya yang kurang menguntungkan. Di samping miskin harta

mereka pada umumnya juga miskin informasi. Setelah tamat SMP Terbuka,

kebanyakan mereka langsung terjun ke dunia kerja atau ke lingkungan

masyarakat untuk mencari nafkah sendiri atau terus bekerja membantu orang

tuanya sebagaimana yang pernah mereka alami sejak masa kanak-kanak.

Kenyataan demikian memang memprihatinkan, akan tetapi di balik itu

pada diri para siswa SMP Terbuka sesungguhnya memiliki potensi etos kerja

yang secara positif dapat dikembangkan lebih lanjut. Dalam hal ini sebenarnya

SMP Terbuka dapat juga dipandang sebagai lahan yang subur untuk persemaian

etos kerja tersebut. Berdasarkan kenyataan itu sebagai langkah antisipasi,

pemerintah merasa berkewajiban untuk memikirkan cara yang terbaik agar

Page 20: Document22

xx

potensi tersebut dapat diwujudkan melalui semacam latihan khusus pendidikan

keterampilan pra-vokasional yang sesuai dengan keinginan atau minat para siswa

tersebut.

Dengan memberikan bekal kemampuan keterampilan pra-vokasional yang

bermanfaat bagi tamatan SMP Terbuka yang tidak melanjutkan pelajaran ke

jenjang pendidikan menengah, diharapkan mereka dapat lebih siap untuk

memasuki dunia kerja atau terjun ke masyarakat. Berawal dari pemikiran tersebut

Pemerintah telah merintis pelaksanaan Program Pendidikan Keterampilan Pra-

vokasional bagi para siswa SMP Terbuka. Program ini direncanakan untuk dapat

dilaksanakan pada semua SMP Terbuka secara bertahap. Jenis pendidikan

keterampilan pra-vokasional yang akan dipilih dan cara melaksanakannya di

sekolah, diserahkan sepenuhnya kepada masing-masing sekolah yang

bersangkutan. Pemberian kewenangan ini sejalan dengan kebijakan Manajemen

Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) yang telah mulai dirintis

pelaksanaannya oleh Direktorat SMP sejak tahun 1999 dengan tujuan untuk lebih

memandirikan sekolah.

Program Pendidikan Keterampilan yang akan diberikan kepada para siswa

SMP Terbuka ini adalah pendidikan keterampilan yang sifatnya masih pra-

vokasional, untuk bekal persiapan ke arah keterampilan kejuruan atau

keterampilan vokasional. Tujuannya adalah untuk memberikan bekal

keterampilan dasar yang praktis dan sederhana sesuai dengan taraf perkembangan

usia siswa SMP, namun manfaatnya dapat langsung dinikmati oleh mereka.

Page 21: Document22

xxi

Pemberian bekal keterampilan praktis ini dilaksanakan dengan menerapkan

potensi wirausaha melalui unit produksi di sekolah masing-masing atau yang ada

di lingkungan setempat, untuk memperoleh pendapatan tambahan. Dengan

mengikuti latihan-latihan pendidikan keterampilan pra-vokasional tersebut para

siswa bukan saja diharapkan akan terampil mengerjakan tugas-tugas sampai

dengan menghasilkan produk tertentu, akan tetapi juga mampu untuk

memasarkan produk-produk yang dihasilkannya.

Dalam pelaksanaan pengentasan masalah pendidikan pemerintah

mengadakan sebuah program dalam rangka palaksanaan Broad Based Education

yang berorientasi pada kecakapan untuk hidup yang terdapat dalam kurikulum

pendidikan SMP Terbuka. Tugas sekolah sebagai subsistem pendidikan adalah

melaksanakan pendidikan formal untuk mengembangkan potensi kecakapan

hidup.

Ada empat jenis pendidikan kecakapan hidup (Life Skills Education) yang

harus dibekalkan kepada siswa SMP Terbuka. Keempat jenis pendidikan

kacakapan yang diberikan untuk mempersiapkan anak didik agar dapat memiliki

kemampuan untuk menjalani kehidupan atau kemampuan untuk menjalani hidup,

keempat pendidikan tersebut adalah Personal Skills Education, Social Skills

Education, Environmental Skills Education, Vocational atau Occupational Skills

Education. Secara garis besar strategi pelaksanaan Program Pendidikan

Keterampilan bagi siswa SMP Terbuka adalah sebagai berikut.

Page 22: Document22

xxii

Fenomena di lapangan menunjukkan, bahwa pada setiap SMP Terbuka

terdapat beberapa Tempat Kegiatan Belajar (TKB) yang lokasinya berjauhan

antara yang satu dengan lainnya dan pada umumnya memiliki lingkungan yang

berbeda pula. Berdasarkan fenomena itu pendekatan yang dipakai dalam

pelaksanaan Program Pendidikan Keterampilan bagi Siswa SMP Terbuka ini

tentu saja bukan pendekatan berbasis sekolah (School Based Approach),

melainkan menggunakan pendekatan berbasis TKB (Learning Centre Based

Approach) yang sifatnya sangat kontekstual.

Apabila pada kabupaten yang bersangkutan terdapat SMP Program

Keterampilan dan letaknya masih dalam jangkauan transportasi siswa yang

kurang lebih sama jauhnya dengan jarak ke Sekolah Induk, maka dalam

melaksanakan program ini SMP Terbuka tersebut hendaknya berkoordinasi

dengan SMP Program Keterampilan.

Program Pendidikan Keterampilan ini ada yang dapat dilakukan secara

mandiri oleh TKB yang bersangkutan, tetapi ada pula yang perlu dilakukan

bersama dengan institusi pasangan. Dalam melaksanakan program ini di samping

harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan setempat, masalah pemasaran harus

menjadi salah satu bagian dari program keterampilan itu sendiri (production and

marketing package). Bila perlu keterampilan pemasaran ini dapat dilaksanakan

melalui jalinan kemitraan (partnership).

Berdasarkan hasil studi tersebut akan ada tiga skenario yang mungkin

dapat dikembangkan dalam pelaksanaan Program Pendidikan Keterampilan bagi

Page 23: Document22

xxiii

siswa SMP Terbuka, yaitu skenario nilai tambah, skenario adopsi dan skenario

inovasi.

Kecamatan Tempuran adalah salah satu kawasan industri di Kabupaten

Magelang, salah satu jenis industri yang banyak terdapat di Kecamatan Tempuran

adalah industri textile serta banyak pula perusahan konfeksi yang berdiri di

kawasan tersebut. Berdasarkan asumsi tersebut SMP Terbuka Tempuran memilih

keterampilan tata busana sebagai jenis pembelajaran keterampilan yang dipilih.

B. Permasalahan

Berdasarkan dari uraian dan pokok-pokok pemikiran tersebut, maka

permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah:

“Seberapa tingkat keefektifan pembelajaran keterampilan bagi siswa kelas dua

pada SMP Terbuka di Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang?”

C. Tujuan Penelitian.

Dari rumusan diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran keterampilan di SMP Terbuka

Kecamatan Tempuran Kabupatem Magelang.

2. Untuk mengetahui seberapa tingkat keefektifan pembelajaran keterampilan

bagi siswa kelas dua di SMP Terbuka di Kecamatan Tempuran Kabupaten

Magelang.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah:

Page 24: Document22

xxiv

1. Manfaat Teoretis: Menambah wawasan tentang pendidikan keterampilan di

SMP Terbuka di Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang.

2. Manfaat Praktis: Sebagai bahan bagi para pendidik untuk lebih mengaktifkan

proses belajar dan mengajar pada muatan lokal keterampilan.

3. Manfaat bagi peneliti: menambah pengetahuan tentang proses pembelajaran

khususnya dalam pembelajaran keterampilan di SMP terbuka di Kecamatan

Tempuran Kabupaten Magelang.

E. Penegasan Istilah

1. Keefektifan

Menurut Poerwadarminta (1980:250), keefektifan berasal dari kata efektif

yang berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya). Secara harfiah keefektifan

badat diartikan bersifat mempunyai daya guna dan membawa hasil/berhasil

guna. Keefektifan biasanya digunakan dalam menejemen dan pendidikan,

misalnya keefektifan suatu program.

Dengan demikian keektifan dapat diartikan sebagai suatu ukuran yang

menyatakan seberapa jauh tindakan atau usaha yang mendatangkan hasil guna

dan dapat mencapai tujuan. Untuk menentukan keefektifan suatu

usaha/tindakan perlu diadakan evaluasi. Keefektifan dalam penelitian ini

adalah efek yang ditimbulkan akibat adanya dayaguna dan membawa hasil

didalam pembelajaran keterampilan.

2. Pembelajaran

Page 25: Document22

xxv

Menurut Burhannuddin (1996:14) pembelajaran adalah suatu proses

kegiatan guru dan siswa untuk mencapai tujuan tertantu. Dalam proses

pembelajaran unsur tujuan, bahan, metode dan penilaian merupakan suatu

kebulatan yang tidak dapat dipisah-pisahkan, mengajar tanpa penilaian adalah

pincang.

3. Keterampilan

Keterampilan menurut kamus besar bahasa indonesia adalah kecakapan

untuk menyelesaikan tugas. Dalam penelitian ini keterampilan adalah

matapelajaran yang diikuti oleh siswa dalam mengikuti pembelajaran

disekolah SMP Terbuka.

4. SMP Terbuka

SMP Terbuka adalah sekolah lanjutan tingkat pertama yang didirikan

dalam rangka pengentasan wajib belajar sembilan tahun oleh pemerintah,

SMP Terbuka disediakan untuk menampung siswa yang tidak mampu

melanjutkan ke SMP reguler dikarenakan masalah biaya dan masalah

geografis tempat tinggal siswa yang terlalu jauh dengan SMP biasa/reguler.

Page 26: Document22

xxvi

BAB II LANDASAN TEORI

Hakikat Belajar dan Mengajar

Pengertian belajar

Di antara para ahli memberikan definisi mengenai belajar terhadap

beberapa persamaan dan perbedaan. Persamaan dan perbedaan tersebut pada

dasarnya bergantung dari sudut penekanan dalam proses belajar itu sendiri.

Beberapa ahli memberikan pengertian belajar, antara lain sebagai berikut:

a. Winkel (1991:61) belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan pengetahuan,

pemahaman, keterampilan, serta nilai sikap yang mana perubahan tersebut

bersifat relatif konsisten dan berbekas.

b. Waridjan et all (1989:36) belajar sebagai proses berupaya untuk

memperoleh perubahan tingkah laku.

c. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada

diri seseorang. perubahan sebagai hasil dari berbagai bentuk seperti

perubahan, pemahaman, sikap tingkah laku, keterampilan, kecakapan,

kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang lain yang ada pada individu

yang belajar (Sudjana, 1989:71).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas. maka belajar dapat diartikan

sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari latihan dan

pengalaman.

Page 27: Document22

xxvii

Kegiatan belajar itu selalu menunjukkan suatu proses perubahan

tingkah laku atau pribadi, seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman

tertentu. Dengan kata lain bahwa seseorang dapat dikatakan belajar apabila:

1) Dengan belajar itu orang akan memperoleh pengalaman yang sangat

berguna untuk perkembangan pribadinya.

2) Terjadinya perubahan tingkah laku pada subjek belajar, yaitu perubahan

untuk memperbaki perilaku yang keliru menjadi suatu perilaku yang baik

dan benar.

3) Perubahan terjadi secara sadar, terarah dan bersifat positif.

Seseorang yang belajar semakin lama akan dapat mengerti akan

hubungan dan perbedaan bahan-bahan yang dipelajari, dan setingkat dapat

membuat suatu bentuk yang mula-mula belum ada atau memperbaiki bentuk-

bentuk yang telah ada.

Pengertian Mengajar

Mengajar adalah membimbing kegiatan belajar siswa, mengatur dan

mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat

mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar (Sudjana,

1996:7).

Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Tidak hanya

menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Mengajar adalah segala

upaya yang disengaja dalam memberi kemungkinan bagi siswa untuk

Page 28: Document22

xxviii

terjadinya suatu proses belajar sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan

(Ali, 1984:4).

Sasaran akhir dari proses pengajaran adalah siswa belajar, sehingga perlu

adanya upaya untuk mengantarkan siswa menuju pencapaian tujuan. Tujuan

dicapai melalui proses pengajaran. Burton yang diterjemahkan oleh Ali

(1984:4) menyatakan bahwa mengajar adalah upaya dalam memberi

perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa

agar terjadi proses belajar.

Slameto (2003:35) menyatakan adanya beberapa teori tentang pengertian

mengajar:

a. Definisi lama: mengajar ialah penyerahan kebudayaan berupa

pengalaman-pengalaman dan kecakapan kepada anak didik atau usaha

mewariskan kebudayaan masyarakat pada generasi berikut sebagai

generasi penerus.

b. Definisi DeQueljoe dan Gazali dalam Slameto (2003:35) mengajar adalah

menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan

tepat.

c. Defini modern: mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses

belajar.

d. Definisi Kilpatrik dalam Slameto (2003:35) mengajar adalah usaha guru

menempatkan anak/siswa untuk menghadapi kesulitan dan berusaha

memecahkannya atau mencari jalan keluar.

Page 29: Document22

xxix

e. Definisi Howard dalam Slameto (2003:35) mengajar adalah aktivitas

untuk mencoba menolong, membimbing seseorang mendapatkan,

mengubah, atau mengembangkan skill, attitude, ideals, appreciations, dan

knowledge.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

pengertian mengajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memberikan

bimbingan atau pengetahuan kepada orang lain.

Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran atau proses belajar dan mengajar adalah perpaduan dari dua

aktivitas yaitu aktivitas mengajar dan aktivitas belajar. Aktivitas mengajar yang

menyangkut peranan seorang guru dalam konteks mengupayakan terciptanya

jalinan komunikasi harmonis antara pengajar itu sendiri dengan si belajar.

Belajar merupakan suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan pada diri

seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru, berkat

pengalaman dan latihan (Hamalik, 1984:25). Pengertian lain belajar yang

dinyatakan oleh Sadiman (1993:1) adalah suatu proses yang kompleks yang

terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, dan adanya perubahan

tingkah laku dalam diri orang tersebut yang menyangkut perubahan yang bersifat

pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut

nilai sikap (afektif).

Dalam melaksanakan proses pembelajaran banyak faktor yang

mempengaruhi berhasil atau tidaknya kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini

Page 30: Document22

xxx

menurut Suryabrata (1989:101-102) dibedakan menjadi dua golongan, yaitu

faktor individu dan faktor sosial. Yang termasuk faktor individu antara lain faktor

kematangan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi. Sedangkan yang

termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/lingkungan masyarakat maupun

lingkungan sekolah yang antara lain meliputi: guru dan lembaga pendidikan, alat-

alat yang diperlukan dan dipergunakan dalam mengajar serta motivasi sosial.

Suatu pengajaran akan berhasil secara lebih baik apabila seorang guru

mampu mengubah diri siswa dalam arti luas yakni menumbuhkembangkan

keadaan siswa untuk belajar, sehingga dari pengalaman yang diperoleh siswa

selama ia mengikuti proses pembelajaran tersebut sangat dirasakan manfaatnya

secara langsung bagi perkembangan pribadi siswa.

Strategi belajar dan mengajar merupakan pola umum dari perbuatan guru

dan siswa di dalam perwujudan kegiatan pembelajaran, sehingga didalamnya

tercipta sejumlah peristiwa yang memungkinkan anak dapat mentransfer materi

belajar secara optimal.

Metode mengajar yang paling utama banyak digunakan dalam sebagian

besar pendekatan yang berorientasi pada siswa adalah metode individual. Banyak

bahan pelajaran yang disesuaikan dengan metode belajar individual tersebut agar

lebih tersusun dan lebih interaktif, walaupun sesungguhnya dalam hal ini tidak

begitu perlu.

Dalam proses pembelajaran siswa terlibat langsung, sehingga siswa dituntut

keaktifannya dalam proses pembelajaran. Siswa disebut objek karena

Page 31: Document22

xxxi

pembelajaran tercipta setelah ada beberapa masukan dari guru selain kesiapan

siswa itu sendiri sangat diperlukan untuk terciptanya proses pembelajaran. Hal

tersebut lebih ditegaskan dalam pernyataan Ali (1990:14), bahwa mengajar adalah

penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar,

sebab di dalam mengajar terdapat berbagai macam komponen seperti tujuan,

materi, siswa dan semua sarana dan prasarana pembelajaran yang tersedia dan

diperlukan.

Tujuan Pembelajaran

Proses pembelajaran yang efektif ditandai dengan adanya pencapaian

tujuan, oleh karena itu. sebelum proses pembelajaran dimulai, guru perlu

merumuskan tujuan pembelajaran yakni pembelajan umum dan khusus (TPU dan

TPK). TPU merupakan tujuan umum yang menyangkut berbagai pokok bahasan

sedangkan TPK merupakan penjabaran dari TPU yang yang diwujudkan dalam

bentuk satuan pelajaran. Hamalik (1984:77) merumuskan konsep tujuan

pembelajaran adalah menitikberatkan pada tingkah laku siswa atau perbuatan

sebagai output (keluaran) pada sisi masing-masing siswa yang perlu diamati.

Dengan demikian proses pembelajaran memberikan dampak tertentu pada tingkah

laku siswa.

Bloom yang diterjemahkan oleh Hamalik (1984:19) merinci tujuan

pembelajaran yang mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif dan

psikomotor. Aspek kognitif tersebut memiliki enam tingkatan, yaitu:

Page 32: Document22

xxxii

1. Knowledge (pengetahuan), contoh tujuan yang terkait dengan kemampuan

mengingat, menghafal, menyebut ulang dan meniru.

2. Comprehension (pemahaman), contoh tujuan yang terkait dengan tujuan

untuk mengerti, menyatakan kembali bentuk lain dan menginterpretasi.

3. Application (penerapan), contoh tujuan yang berkaitan dengan penerapan

teori, prinsip dan informasi.

4. Analysis (analisis), contoh tujuan yang berkaitan dengan penggabungan

bagian-bagian wadah.

5. Synthesis (sintesis), contoh tujuan yang berkaitan dengan menentukan suatu

kriteria tertentu pada suatu kegiatan.

6. Evaluation (evaluasi), contoh tujuan yang berkaitan dengan menentukan suatu

kriteria tertentu pada suatu kegiatan.

Manfaat yang tampak dengan merumuskan tujuan pembelajaran yang secara

jelas adalah:

a) Pembelajaran lebih baik dan efektif.

b) Hasil belajar akan dapat dicapai lebih efisien.

c) Metode mengajar yang sesuai dapat dipilih secara lebih mudah.

d) Cara menyusun alat evaluasi lebih mudah.

e) Hasil evaluasi akan lebih baik.

Teori belajar digunakan oleh guru untuk mengajarkan berbagai konsep

materi pelajaran. Sebab dalam proses pembelajaran berpedoman teori-teori

belajar. Pemanfaattan teori belajar sangat penting sekali bagi guru, dalam rangka

Page 33: Document22

xxxiii

mengintegrasikan antara pengalaman lapangan dengan teori-teori yang terdapat

dalam pembelajaran.

Waridjan et all (1989:108), menggolongkan teori belajar ke dalam dua

pokok pandangan, yaitu :

Behavioristik yang melahirkan Teori Koneksionisme dan Teori

Kondisioning. Teori belajar koneksionisme diciptakan oleh Thorndike dalam

Waridjan et all (1989:108) yang berpendapat bahwa belajar merupakan proses

pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respons. Menurut Thorndike,

ada tiga hukum pokok dalam belajar, yaitu:

Law of Readiness (Hukum Kesiapan).

Bila respon terdapat stimulus didukung kesiapan untuk bertindak, maka

respon itu memuaskan.

Law of Exercise (Hukum Latihan).

Makin sering suatu koneksi S-R dipraktikkan maka koneksi itu makin erat,

setiap praktik yang berhasil perlu disertai oleh hadiah (reward).

Law of Effect (Hukum Akibat)

Bila mana terjadi koneksi antara S-R dan diikuti dengan kedaan yang

memuaskan, maka koneksi itu lebih kuat. Sebaliknya bila koneksi itu diikuti

dengan kadaan yang tidak memuaskan, maka kekuatan koneksi itu menjadi

berkurang.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Page 34: Document22

xxxiv

Purwanto (1997:102) faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibedakan

menjadi dua golongan:

Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual

antara lain:

Faktor kematangan/pertumbuhan.

Faktor kematangan pada diri seseorang ditentukan oleh usia, semakin

lama usia kita semakin bertambah begitupun seharusnya dengan

kematangan kita mulai dari kapasitas cara berpikir maupun kematangan

jasmani kita, faktor usia sangatlah penting untuk seorang anak didik dalam

menerima pelajaran. Misalnya kita mengajarkan ilmu pasti usia anak kelas

tiga sekolah dasar adalah usia yang paling tepat untuk memulai mata

pelajaran tersebut, demikianpun seterusnya semakin matang usia cara

berpikirpun akan semakin meningkat.

Kecerdasan.

Di samping kematangan, dapat tidaknya seseorang mempelajari sesuatu

dengan berhasil baik ditentukan oleh taraf kecerdasan seseorang.

Kenyataan menunjukkan kepada kita, meskipun anak yang berumur empat

belas tahun ke atas pada umumnya telah matang untuk mempelajari ilmu

pasti, tetapi tidak semua anak-anak tersebut pandai dalam ilmu pasti.

Demikian pula dalam mempelajari mata pelajaran dan kecakapan-

kecakapan lainnya. Tidak semua anak pandai pada pelajaran menghitung

dan tidak juga semua anak pandai dalam pelajaran sosial. Jelas bahwa

Page 35: Document22

xxxv

dalam belajar kecuali kematangan, inteligensi pun turut memegang

peranan.

Latihan

seseorang karena terlatih dan seringkali mengulangi sesuatu, maka

kecakapan dan pengetahuan yang dimilikinya dapat semakin dikuasainya.

Sebaliknya, tanpa latihan apa yang telah kita miliki akan menjadi

berkurang atau hilang. Karena dengan latihan kita seringkali mengalami

sesuatu.

Motivasi

Motivasi sebagai motor penggerak aktivitas apabila motornya tidak ada

maka aktivitas tidak akan terjadi. Motivasi belajar sangat erat

hubungannya dengan tujuan yang hendak dicapai oleh individu yang

sedang belajar itu sendiri. Bila seseorang yang sedang belajar itu

menyadari bahwa tujuan yang hendak dicapai berguna atau bermanfaat

baginya maka motivasi belajar akan muncul dengan kuat.

Faktor pribadi.

Di samping faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, faktor pribadi

seseorang turut pula memegang peranan dalam belajar. Tiap orang

mempunyai sifat-sifat kepribadian yang berbeda/masing-masing. Sifat

pribadi yang terdapat dalam diri seseorang sedikit banyak mempengaruhi

sampai di manakah hasil belajarnya akan dicapai. Termasuk ke dalam

sifat-sifat kepribadian ini ialah faktor fisik kondisi badan dan kesehatan.

Page 36: Document22

xxxvi

Faktor yang berada di luar individu yang kita sebut faktor sosial antara lain:

Keluarga

Di dalam sebuah keluarga di antara satu keluarga dengan keluarga yang

lain pasti mempunyai perbedaan. Ada keluarga yang miskin ada pula yang

kaya, ada keluarga yang terdiri atas ayah/ibu yang terpelajar ada pula yang

tidak, ada yang memiliki cita-cita yang tinggi bagi anak-anaknya ada yang

biasa saja. Suasana keluarga yang bermacam-macam tersebut mau tidak

mau harus dijalani dan anak. Termasuk dalam sebuah keluarga tersedianya

fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar turut memegang peranan

penting.

Guru dan cara mengajar

Tinggi rendahnya pengetahuan guru, cara guru mengajar, sikap dan

kepribadian seorang guru dan bagaimana cara seorang guru mengajar

sangatlah penting dalam menentukan hasil belajar siswa di sekolah.

Karena guru adalah faktor terpenting dalam pembelajaran di sekolah.

Alat-alat belajar dan mengajar.

Faktor guru dan cara mengajar tidak dapat kita lepaskan dari ada tidaknya

alat-alat pelajaran yang ada di sekolah. Sekolah yang memiliki alat

pengajaran yang lengkap dan didukung oleh kecakapan seorang guru

dalam mengoperasikannya akan turut menentukan bagaimana hasil belajar

siswa dapat tercapai.

Kesempatan dan lapangan

Page 37: Document22

xxxvii

Jarak antara sekolah dengan rumah yang terlalu jauh dan memerlukan

perjalanan yang memakan waktu sehingga akan cukup melelahkan.

Banyak pula siswa yang tidak dapat belajar dengan hasil yang baik dan

tidak dapat mempertinggi belajarnya akibat tidak adanya kesempatan yang

disebabkan oleh sibuknya pekerjaan setiap harinya.

Motivasi sosial.

Faktor motivasi sangat penting dalam keberhasilan belajar karena belajar

merupakan suatu proses yang timbul dari dalam, apabila seorang guru atau

orang tua memberikan motivasi kepada anak maka timbullah dari dalam

anak itu dorongan atau hasrat untu belajar dengan lebih baik anak dapat

menyadari arti penting belajar apabila diberi rangsangan dan motivasi

yang baik. Motivasi sosial dapat pula timbul dari lingkungan sekitar

seorang anak tinggal dari tetangga, teman bermain. Pada umumnya

motivasi semacam ini diterima anak dengan sengaja maupun tidak

sengaja.

Di samping itu menurut Purwanto (1997:107) masih ada faktor lain yang

dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar pada setiap orang dapat diikhtiarkan

sebagai berikut:

Alam

Lingkungan Sosial

Luar Kurikulum/bahanpelajaran

Instrumental Guru/pengajar

Sarana dan fasilitas

Administrasi/manajemn

Faktor

Page 38: Document22

xxxviii

Dalam Fisiologi Kondisi fisik

Kondisi Panca Indra

Psikologi Bakat

Minat

Kecerdasan

Motivasi

Kemampuan Kognitif

Bagan 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar

Pendidikan Keterampilan

Keterampilan dalam pembelajaran

Keterampilan adalah kemampuan melakukan sesuatu, secara fisik dan

mental yang secara relatif mudah dipraktikkan secara terpisah (Dunne &

Wragg diterjemahkan oleh Jasin, 1996:42).

Sedangkan menurut Sudjana (1996:17) keterampilan adalah pola

kegiatan yang bertujuan, yang memerlukan manipulasi dan koordinasi

informasi yang dipelajari. Keterampilan bergerak dari yang sangat sederhana

ke yang sangat kompleks.

Keterampilan merupakan matapelajaran yang memberikan kesempatan

kepada siswa untuk terlibat dalam berbagai pengalaman apresiasi maupun

pengalaman berkreasi untuk menghasilkan suatu produk berupa benda nyata

yang bermanfaat langsung bagi kehidupan siswa. Dalam matapelajaran

Keterampilan, siswa melakukan interaksi terhadap benda-benda produk

kerajinan dan teknologi yang ada di lingkungan siswa, dan kemudian

berkreasi menciptakan berbagai produk kerajinan maupun produk teknologi,

Page 39: Document22

xxxix

sehingga diperoleh pengalaman konseptual, pengalaman apresiatif dan

pengalaman kreatif.

Orientasi mata pelajaran keterampilan adalah memfasilitasi pengalaman

emosi, intelektual, fisik, konsepsi, sosial, estetik, artistik dan kreativitas

kepada siswa dengan melakukan aktivitas apreasiasi dan kreasi terhadap

berbagai produk benda di sekitar siswa yang bermanfaat bagi kehidupan

manusia, mencakup antara lain; jenis, bentuk, fungsi, manfaat, tema, struktur,

sifat, komposisi, bahan baku, bahan pembantu, peralatan, teknik kelebihan

dan keterbatasannya. Selain itu siswa juga melakukan aktivitas memproduksi

berbagai produk benda kerajinan maupun produk teknologi melalui yang

sistematis dengan berbagai cara misalnya meniru, mengembangkan dari benda

yang sudah ada atau membuat benda yang baru.

Pendidikan keterampilan adalah mata pelajaran yang berisi kemampuan

konseptual, apresiatif dan kreatif produktif dalam menghasilkan benda produk

kerajinan dan atau produk teknologi yang memberikan penekanan pada

penciptaan benda-benda fungsional dari karya kerajinan, karya teknologi

sederhana, yang bertumpu pada keterampilan tangan (Depdiknas, 2004:6).

Pendekatan keterampilan menekankan pada bagaimana siswa belajar,

bagaimana perolehannya, sehingga dipahami dan dapat dipakai sebagai bekal

untuk memenuhi kebutuhannya dalam kehidupannya di masyarakat.

Kurikulum yang berorientasi pada materi dan tujuan sekarang

tampaknya sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman. Perlu ditambahkan

Page 40: Document22

xl

satu pemikiran lain, yaitu bagaimana memproses hasil belajar berupa konsep

dan fakta yang sudah diperoleh itu, untuk mengembangkan diri, untuk

menemukan sesuatu yang baru. Dengan konsep dan fakta yang tidak banyak,

tetapi dipahami betul, dapat diproses untuk menguasasi dan atau menemukan

konsep atau fakta yang lebih banyak. Justru pemberian konsep dan fakta yang

terlalu banyak, dapat menghambat kreativitas siswa.

Menurut Sudjana (1996:17) keterampilan dapat dibedakan menjadi dua

macam yaitu psikomotor dan intelektual. Keterampilan psikomotor antara lain

adalah menggergaji, mengecat tembok, menari, mengetik. Sedangkan

keterampilan intelektual ialah memecahkan soal hitungan, melakukan

penelitian, membuat kesimpulan dan sebagainya. Namun, sebenarnya hampir

semua keterampilan terdiri atas kedua unsur tersebut. Hanya saja ada

keterampilan yang lebih menonjol unsur psikomotornya sedangkan

keterampilan yang lain lebih menonjol unsur intelektualnya.

Cara Penilaian

Ketepatan penilaian yang dilakukan sekolah terutama yang berkaitan

dengan penilaian kelas, memperlihatkan pencapaian hasil belajar siswa.

Penilaian tersebut mempengaruhi pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar

yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran.

Penilaian dan kegiatan pembelajaran bermuara pada penguasaan

kompetensi yang diharapkan. Selama ini pelaksanaan penilaian di kelas

kurang mampu menggambarkan kemampuan siswa yang beragam karena cara

Page 41: Document22

xli

dan alat yang digunakan kurang sesuai dan kurang bervariasi. Karena

keterbatasan kemampuan dan waktu, penilaian cenderung dilakukan dengan

menggunakan cara dan alat yang lebih menyederhanakan tuntutan perolehan

siswa (Depdiknas, 2004:5)

Adapun cara penilaian pembelajaran keterampilan adalah sebagai

berikut:

A. Aspek yang dinilai : Kognitif ( Kecerdasan )

Psikomotorik (Keterampilan gerak)

Afektif ( Kerajinan, Keaktifan di kelas,

Kerjasama, Kerapian catatan dan

Kedisiplinan ).

B. Jenis Tagihan Blok. : Kuis, TR, Portofolio dan Ulangan

C. JenisFrekuensi : Kuis = .........Kali

TR = …….Kali

Tugas = …….Kali

Portofolio = …….Kali

Ulangan Harian = …….Kali

Ulangan Blok = …….Kali

D. Bobot Kelompok Penilaian Kelas : Kuis = ……..

TR = …….

Tugas = …….

Portofolio = …….

Ulangan Harian = …….

Rata-rata penilaian kelas = (Rata-rata skor kuis + rata-rata skor TR

x….+ rata-rata skor tugas x …+ skor portofolio x …+ rata - rata ulangan

harian x …. ): ….

Page 42: Document22

xlii

E. Penilaian berkala/Penilaian Blok :

Rata-rata hasil Penilaian blok = ( Skor ulangan blok 1 + skor

ulangan blok 2 ): 2

F. Rata-rata Nilai Akhir = 0,25 rata-rata hasil penilaian kelas +

0,75 rata-rata hasil penilaian blok.

Standar Kompetensi Pembelajaran Keterampilan

Kemampuan Keterampilan yang dipilih dalam Standar Kompetensi ini

dirancang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa agar dapat

berkembang secara optimal, serta memperhatikan pula perkembangan

pendidikan keterampilan di dunia sekarang ini. Untuk mencapai kompetensi

tersebut dipilih materi-materi keterampilan dengan memperhatikan struktur

keilmuan, tingkat kedalaman materi, serta sifat esensial materi dan

keterpakaiannya dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2003:9). Secara

rinci, standar kompetensi untuk jenjang SMP/MTs adalah sebagai berikut:

a. Kerajinan

Mengkomunikasikan, menciptakan dan menyajikan benda pakai yang

menggunakan berbagai material dan teknik tertentu dalam lingkup lingkungan

setempat, budaya nusantara dan mancanegara.

b. Teknologi

Mengkomunikasikan, menciptakan dan menyajikan teknologi

pengawetan makanan, teknologi pembuatan makanan dan model benda yang

digerakkan dengan tenaga listrik arus lemah (baterai).

Page 43: Document22

xliii

Tujuan dan Strategi Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan

Program Pendidikan Keterampilan yang akan diberikan kepada para

siswa SMP Terbuka ini adalah pendidikan keterampilan yang sifatnya masih

pravokasional, untuk bekal persiapan ke arah keterampilan kejuruan atau

keterampilan vokasional. Tujuannya adalah untuk memberikan bekal

keterampilan dasar yang praktis dan sederhana sesuai dengan taraf

perkembangan usia siswa SMP, namun manfaatnya dapat langsung dinikmati

oleh mereka. Pemberian bekal keterampilan praktis ini dilaksanakan dengan

menerapkan potensi wirausaha melalui Unit Produksi di sekolah masing-

masing atau yang ada di lingkungan setempat, untuk memperoleh pendapatan

tambahan. Dengan mengikuti latihan-latihan pendidikan keterampilan pra-

vokasional tersebut para siswa bukan saja diharapkan akan terampil

mengerjakan tugas-tugas sampai dengan menghasilkan produk tertentu akan

tetapi juga mampu untuk memasarkan produk-produk yang dihasilkannya.

Menurut Departemen Pendidikan Nasional dalam buku program

pendidikan keterampilan bagi SMP Terbuka disebutkan bahwa tujuan

penyelenggaraan program keterampilan pada SMP Terbuka adalah:

a. Menumbuhkan apresiasi siswa terhadap keterampilan kerja sebagai dasar

pembentukan etos kerja bangsa Indonesia tingkat dini.

b. Memberikan dasar keterampilan, yang apabila melanjutkan ke sekolah

menengah akan lebih berminat dan lebih siap untuk melanjutkan ke SMK

dengan sistem pendidikan sistem ganda.

Page 44: Document22

xliv

c. Memberikan bekal dasar keterampilan, yang apabila tidak melanjutkan

pendidikan telah memiliki bekal dasar untuk menjadi anggota masyarakat

yang produktif.

Secara garis besar strategi pelaksanaan Program Pendidikan

Keterampilan bagi siswa SMP Terbuka adalah sebagai berikut:

1) Fenomena di lapangan menunjukkan, bahwa pada setiap SMP Terbuka

terdapat beberapa Tempat Kegiatan Belajar yang lokasinya berjauhan

antara yang satu dengan lainnya dan pada umumnya memiliki lingkungan

yang berbeda pula. Berdasarkan fenomena itu pendekatan yang dipakai

dalam pelaksanaan Program Pendidikan Keterampilan bagi Siswa SMP

Terbuka ini tentu saja bukan pendekatan berbasis sekolah, melainkan

menggunakan pendekatan berbasis TKB yang sifatnya sangat kontekstual.

2) Berdasarkan pendekatan yang berbasis TKB tersebut, pada prinsipnya

setiap TKB hanya diperbolehkan untuk memilih 1 (satu) jenis

keterampilan yang paling sesuai dengan kebutuhan kondisi setempat.

Namun demikian bila memang telah tersedia sumber daya pendukung

yang dapat menjamin keterlaksanaan serta kesinambungannya, maka TKB

tersebut dapat mengusulkan tambahan satu jenis keterampilan lagi yang

berbeda. Jadi pada sebuah TKB yang sangat potensial dapat memilih

maksimal 2 (dua) jenis keterampilan.

3) Apabila pada kabupaten yang bersangkutan terdapat SMP Program

Keterampilan dan letaknya masih dalam jangkauan transportasi siswa

Page 45: Document22

xlv

yang kurang lebih sama jauhnya dengan jarak ke Sekolah Induk, maka

dalam melaksanakan program ini SMP Terbuka tersebut hendaknya

berkoordinasi dengan SMP Program Keterampilan.

4) Program Pendidikan Keterampilan ini ada yang dapat dilakukan secara

mandiri oleh TKB yang bersangkutan, tetapi ada pula yang perlu

dilakukan bersama dengan institusi pasangan. Dalam hal pelaksanaan

dengan institusi pasangan, maka perintisan ke arah kerja sama yang

mantap perlu dilakukan seawal mungkin.

5) Dalam melaksanakan program ini di samping harus benar-benar sesuai

dengan kebutuhan setempat, masalah pemasaran harus menjadi salah satu

bagian dari program keterampilan itu sendiri (production and marketing

package). Bila perlu keterampilan pemasaran ini dapat dilaksanakan

melalui jalinan kemitraan (partnership).

6) Untuk memilih calon TKB Perintis yang lain hendaknya didasarkan pada

hasil studi lapangan terhadap beberapa SMP Terbuka yang bukan saja

memenuhi syarat jumlah siswa berdasarkan data dan informasi pada

Direktorat SMP, akan tetapi juga memenuhi kriteria lainnya.

7) Berdasarkan hasil studi tersebut akan ada tiga skenario yang mungkin

dapat dikembangkan dalam pelaksanaan Program Pendidikan

Keterampilan bagi siswa SMP Terbuka, yaitu skenario nilai tambah,

skenario adopsi dan skenario inovasi.

a) Skenario nilai tambah

Page 46: Document22

xlvi

Skenario ini didasarkan pada asumsi, bahwa dalam masyarakat

sekitar TKB sudah ada keterampilan masyarakat yang dapat diajarkan

kepada siswa SMP Terbuka. Skenario ini dapat diterapkan jika aspirasi

keterampilan yang sudah dimiliki. Skenario ini dapat dikatakan layak

jika program keterampilan yang diajarkan kepada siswa SMP Terbuka

lebih memberikan hasil yang lebih besar dan sistem pemasaran yang

lebih efisien.

b) Skenario adopsi

Skenario ini didasarkan pada asumsi, bahwa siswa menginginkan

pendidikan keterampilan yang berbeda dari yang sudah ada pada

masyarakat sekitar TKB. Skenario ini dapat dipertimbangkan jika:

1. Keterampilan yang sudah ada pada masyarakat sekitar telah

jenuh yaitu tidak memungkinkan untuk dilakukan

pengembangan lebih lanjut melalui SMP Terbuka

2. Terdapat dukungan orang tua kepada siswa untuk mengikuti

program Pendidikan Keterampilan yang diajarkan di TKB

3. Dana yang dihibahkan oleh Direktorat SMP mencukupi untuk

menyediakan prasarana yang diperlukan untuk

menyelenggarakan program Pendidikan Keterampilan di TKB,

atau jika dana tersebut tidak mencukupi, ada komitmen dari

pemerintah desa atau kecamatan setempat untuk memberikan

kompensasi kekurangan dana.

Page 47: Document22

xlvii

c) Skenario inovasi

Skenario ini didasarkan pada asumsi, bahwa siswa SMP Terbuka

menginginkan Pendidikan Keterampilan yang baru dan memanfaatkan

teknologi menengah, misalnya keterampilan memperbaiki radio atau

keterampilan menggunakan komputer, atau program Pendidikan

Keterampilan yang tidak tersedia pada masyarakat sekitar TKB.

Program Pendidikan Keterampilan ini mempunyai tingkat

keterlaksanaan yang paling rendah dibandingkan dengan dua scenario

terdahulu. Namun demikian skenario ini dapat juga dilaksanakan

dengan syarat:

1) Orang tua siswa bersedia memberikan dukungan dana dan

menjamin anaknya tidak akan putus sekolah.

2) Pemerintah desa atau kecamatan setempat mempunyai komitmen

untuk membantu dana atau tenaga dan menjamin kesinambungan

program Pendididkan Keterampilan yang akan diajarkan di TKB.

3) Jaminan dari siswa, bahwa mereka akan mengikuti kegiatan

belajaran di SMP Terbuka sampai tamat.

Pelaksanaan ketiga skenario tersebut harus didukung oleh:

a. Guru Pamong yang mempunyai dua jenis keahlian, yaitu ahli

dalam pendidikan keterampilan tertentu dan ahli dalam pemasaran

hasil atau produk pendidikan keterampilan.

Page 48: Document22

xlviii

b. Kemampuan Guru Bina untuk melakukan pemantauan dan

penilaian.

c. Komitmen Kepala Sekolah Induk untuk memberikan bantuan

dalam mengelola Pendidikan Keterampilan di TKB, tetapi tidak

bersifat intervensi Komitmen Guru Bina dan Kepala Sekolah

Induk menjadi sangat penting artinya dalam rangka pelaksanaan

evaluasi keberhasilan program ini di masa depan.

Kriteria pemilihan perintisan

Kriteria calon SMP Terbuka/TKB yang akan menjadi perintis untuk

melaksanakan Program Pendidikan Keterampilan adalah TKB yang siswanya

berjumlah 30 orang atau lebih dan berada pada SMP Terbuka yang jumlah

keseluruhan siswanya mencapai 100 orang atau lebih. Kriteria pendekatan

TKB ini perlu dijadikan acuan, karena tempatnya dekat dengan tempat tinggal

siswa, sehingga kehadiran siswa sehari-hari untuk mengikuti program ini

dapat lebih terjamin. Sedangkan kriteria jumlah siswa dimaksudkan agar

tercapai efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program.

Oleh karena itu makin besar jumlah siswa pada suatu TKB makin besar

pula kemungkinannya untuk terpilih sebagai calon pelaksana. Di samping

pendekatan TKB dan jumlah siswa, yang juga menjadi kriteria dalam memilih

calon adalah potensi dari sekolah tersebut untuk dapat mengembangkan lebih

lanjut Program Pendidikan Keterampilan yang dipilih, baik dari segi

ketersediaan sumber daya manusia sebagai pelaksana maupun ketersediaan

Page 49: Document22

xlix

sumber daya selebihnya berupa bahan baku di sekitar sekolah sehingga dapat

terjamin kesinambungannya. Agar diperoleh data dan informasi yang lebih

akurat sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, berdasarkan data SMP

Terbuka tahun 2000/2001, Direktorat SMP mengadakan indentifikasi yang

lebih mendalam ke TKB yang secara statistik memenuhi persyaratan jumlah

siswa, namun dapat diamati lebih jauh ketersediaan sumber dayanya.

Perintisan Pelaksanaan dan Jenis Pendidikan Keterampilan Pra-vokasional

Pelaksanaan Program Pendidikan Keterampilan bagi Siswa SMP

Terbuka akan dilaksanakan secara bertahap. Kegiatan ini diawali dengan

melakukan perintisan pertama lebih dulu pada 182 lokasi SMP Terbuka/ TKB

di 11 provinsi (6 di Jawa, yaitu Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa

Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur, dan 5 di Luar Jawa, yaitu Sumatera

Barat, Jambi, Lampung, Sulawesi Selatan dan Bali). Pada provinsi yang

jumlah kabupaten/kotanya mencapai 10, maka di setiap kabupaten

direncanakan ada 1 SMP Terbuka yang akan melaksanakan program

perintisan pendidikan keterampilan. Sedangkan pada provinsi yang besar

seperti Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, maka jumlah perintisannya

disesuaikan secara proporsional, agar seluruhnya tidak melebihi 100

Sekolah/TKB. Pemilihan 11 provinsi ini di samping mempermudah

pemantauan perkembangannya selama masa perintisan juga memiliki jumlah

siswa yang cukup besar.

Page 50: Document22

l

Hasil yang diharapkan dari program ini adalah terselenggaranya dengan

baik Pendidikan Keterampilan Pra-vokasional sebagai pengembangan atau

penerapan Kurikulum Muatan Lokal bagi siswa-siswa SLTP Terbuka sesuai

dengan lingkungan setempat yang sumber daya pendukungnya, seperti

narasumber, peralatan pendidikan, bahan-bahan dan pemasarannya telah

tersedia dimasing-masing lokasi SLTP Terbuka. Program Pendidikan

Keterampilan Pra-vokasional tersebut meliputi antara lain:

a. Keterampilan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga yang mencakup:

(1) Tata Boga (2) Tata Busana (3) Tata Rias dan (4) Tata Graha.

b. Keterampilan Pertanian yang mencakup: (1) Pertanian (2) Peternakan

(3) Perikanan Darat (4) Agronomi dan (5) Perkebunan.

c. Keterampilan Kerajinan Tangan yang mencakup: (1) Anyaman (2)

Ukiran (3) Keramik (4) Pengolahan Batu Akik (5) Sablon (6)

Pembuatan Barang-barang Souvenir (7) Pembuatan Paving block dan (8)

Pembuatan Genting Tradisional dan Aneka Keterampilan lainnya.

d. Keterampilan Teknik yang mencakup: (1) Pertukangan Kayu (2) Bubut

Kayu (3) Pertukangan Besi (4) Elektronika dan (5) Otomotif.

e. Keterampilan Jasa yang mencakup: (1) Mengetik dan Pembukuan

Sederhana

f. Keterampilan Maritim yang mencakup: (1) Pengolahan Ikan Laut; dan

(2) Pengemasan Ikan Laut.

Page 51: Document22

li

Jenis-jenis keterampilan tersebut memang masih sangat terbatas

jumlahnya. Oleh karena itu di dalam pelaksanannya di lapangan masih

terbuka kemungkinan untuk dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan

keterampilan yang hidup di dalam masyarakat setempat.

PENDIDIKAN KETERAMPILAN UNTUK MENJALANI KEHIDUPAN

(Skills Education for Life)

Life Skills merupakan salah satu fokus analisis dalam pengembangan

kurikulum pendidikan yang menekankan pada kecakapan hidup atau bekerja.

Program pendidikan life skills adalah pendidikan yang dapat memberikan

bekal keterampilan yang praktis, terpakai, terkait dengan kebutuhan pasar kerja,

peluang usaha dan potensi ekonomi atau industri yang ada di masyarakat. life

skills memiliki cakupan yang luas, berinteraksi antara pengetahuan yang diyakini

sebagai unsur penting untuk menjalani hidup lebih mandiri (Anwar, 2004:42)

Menurut Anwar (2004:43) Tujuan pendidikan life skills adalah

(1) mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk

memecahkan masalah yang dihadapi, (2) memberikan kesempatan kepada

sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan

prinsip pendidikan berbasis luas, dan (3) mengoptimalkan pemanfaatan sumber

daya di lingkungan sekolah dengan memberi peluang pemanfaatan sumber daya

yang ada di masyarakat, sesuai dengan prinsip menejemen berbasis sekolah.

Esensi dari pendidikan life skills adalah untuk meningkatkan relevansi

pendidikan dengan nilai-nilai kehidupan nyata, baik preservatif maupun progresif.

Page 52: Document22

lii

Ciri pembelajaran life skills adalah (1) terjadi proses identifikasi

kebutuhan belajar, (2) terjadi proses penyadaran untuk belajar bersama, (3) terjadi

usaha bersama, (4) terjadi proses penguasaan kecakapan personal, sosial,

vokasional, akademik, menejerial, kewirausahaan, (5) terjadi proses pemberian

pengalaman dalam melakukan pekerjaan dengan benar, menghasilkan produk

bermutu, (6) terjadi proses saling belajar dari ahli, (7) terjadi proses

penilaian kompetensi dan (8) terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau

membentuk usaha bersama (Depdiknas, 2003:21)

Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dikondisikan dengan

pemilihan warga belajar dan lingkungannya. Dalam hal ini ada tiga metode

pembelajaran yang dapat dipilih, yaitu: (1) metode pembelajaran individual (2)

metode pembelajaran kelompok, dan (3) metode pembangunan masyarakat

(Sudjana, 1993:35).

Dalam pemilihan metode pembelajaran perlu mempertimbangkan

beberapa faktor, yaitu: (1) tujuan pembelajaran, (2) bahan belajar, (3) manusia

(warga belajar dan fasilitator), (4) waktu, dan (5) fasilitas kegiatan alat bantu

belajar (Sudjana, 1993:36).

Direktorat Pendidikan Menengah Umum (2002:47), menuliskan ada

beberapa prinsip dalam pelaksanaan life skills education, yaitu:

Etika sosio religius bangsa yang berdasarkan nilai-nilai pancasila dapat

diintegrasikan.

Page 53: Document22

liii

Pembelajaran menggunakan prinsip learning to know, learning to do, learning to

be, learning to live together and learning to cooperate.

Pengembangan potensi wilayah dapat direfleksikan dalam penyelenggaraan

pendidikan.

Penetapan manajemen berbasis masyarakat, kolaborasi semua unsur terkait yang

ada dalam masyarakat.

Paradigma learning for life dan school for work dapat menjadi dasar kegiatan

pendidikan, sehingga mempunyai pertautan antara dunia kerja.

Penyelenggaran pendidikan harus senantiasa mengarahkan peserta didik agar: (1)

membantu mereka menuju hidup sehat berkualitas, (2)

mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang lebih luas, dan (3)

memiliki akses untuk menuju standar hidupnya secara layak.

Selain melayani program akademik sekolah harus mampu menyediakan

paket atau program pembelajaran yang memiliki jaminan kepemilikan life skills

yang diorientasikan kepada penguasaan spesific occupational skills. Program ini

diharapkan memiliki manfaat nilai tambah yang karena sebab tertentu tidak

mampu mengikuti jenjang pendidikan lebih lanjut. Keterkaitan ketiga konsep

tersebut dalam posisi pengembangan life skills dapat digambarkan sebagai

berikut:

Page 54: Document22

liv

Broad Based

Education

Life Skills

School Based Community Based

Management Education

Bagan 2. Posisi Pengembangan Life Skills dalam pengembangan School Based

Management, Community Based Education and Broad Based Education (Ditjen

Dikmenum, 2002:43)

Pendidikan berbasis life skills menurut Slamet (2002:25) sebaiknya

ditempuh melalui lima tahap, yaitu:

a) Didefinisikan dari hasil penelitian, pilihan-pilihan nilai dan dugaan para ahli

tentang nilai-nilai kehidupan yang berlaku.

b) Informasi yang diperoleh dikembangkan untuk kompetensi life skills yang

menunjukkan kemampuan, kesanggupan dan keterampilan untuk menjaga

Page 55: Document22

lv

kelangsungan hidup dan perkembangannya dalam dunia yang sarat

perubahan.

c) Kurikulum/program dikembangkan berdasarkan kompetensi life skills yang

telah dirumuskan yang memungkinkan dapat diajarkan/ dikembangkan

kepada peserta didik disusun berdasarkan kompetensi yang telah dipilih.

d) Penyelenggaraan life skills perlu dilaksanakan dengan jitu agar kurikulum

berbasis life skills dapat dilaksanakan secara cermat.

e) Evaluasi life skills perlu dibuat berdasarkan kompetensi yang telah

dirumuskan pada langkah kedua. Karena evaluasi pembelajaran dirumuskan

berdasarkan kompetensi, maka penilaian terhadap prestasi belajar peserta

didik tidak hanya dengan tertulis, melainkan dengan unjuk kerja.

Secara skematis, berikut dipaparkan secara ringkas alur pikir

pengembangan pendidikan berbasis life skills.

Nilai-nilai Kehidupan Nyata

Pengembangan Kompetensi

Life Skills

Pengembangan Kultur Life Skills

Pengembangan Evaluasi

Berdasarkan Kompetensi Life Skills

Bagan 3. Tahap-tahap pengembangan Life Skills

Menurut Depdiknas (2002:6-12) ada beberapa konsep dasar pendidikan

keterampilan untuk menjalani kehidupan (Life Skills Education), yaitu:

1. Perjalanan Hidup

Page 56: Document22

lvi

Dalam seseorang menjalani hidupnya, sejak lahir seseorang dibekali

berbagai potensi untuk dapat mengenali teka-teki dalam hidupnya melalui

daya fisik, daya pikir, dan daya kalbunya untuk berkarya sesuai dengan

kodratnya. Hal ini dapat dilogikakan dengan antara lain, misalnya untuk

potensi hidup di air bagi ikan, potensi terbang bagi burung. Upaya untuk

mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri pribadi setiap orang dikenal

dengan nama mendidik. Mendidik yang dilakukan oleh keluarga atau

masyarakat secara alamiah disebut sebagai pendidikan informal. Sedangkan

yang dilakukan secara bersistem melalui sekolah disebut dengan pendidikan

formal.

2. Keterampilan untuk Menjalani Kehidupan

Kata terampil dapat diartikan sebagai mampu dan cekatan serta cakap

dalam menyelesaikan tugas. Sedangkan kata keterampilan berarti kecekatan

dan kecakapan untuk menyelesaikan tugas.

Secara umum “life skills” dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan

keterampilan yang ada pada diri seseorang untuk menempuh perjalanan hidup

atau untuk menjalani kehidupan mulai dari masa kanak-kanak sampai dengan

akhir hayatnya

Kemampuan keterampilan untuk menjalani kehidupan ini pada awalnya

berkembang secara alamiah secara pendidikan informal pada keluarga atau

masyarakat. Kemudian secara formal upaya untuk mengembangkan dan

memperkuat potensi yang telah ada ini dirancang dengan sistematis untuk

Page 57: Document22

lvii

diberikan kepada anak didik melalui pendidikan di sekolah sebagai alokasi

jam pelajaran tertentu pada setiap minggunya.

3. Jenis-jenis Keterampilan untuk Menjalani Kehidupan

Secara garis besar ada empat jenis pendidikan keterampilan hidup atau

“life skills education” yang perlu dibekalkan kepada siswa. Keempat jenis

pendidikan keterampilan bertujuan untuk mempersiapkan siswa agar memiliki

kemampuan untuk menempuh perjalanan hidup itu, ialah: Personal Skiils

Education, Social Skills Education, Environmental Skills Education, dan

Vocational Skills Education.

“Personal Skills Education” adalah pendidikan keterampilan yang

diberikan kepada siswa untuk mampu mengaktualisasikan jati dirinya sebagai

manusia. “Social Skills Education” adalah pendidikan keterampilan yang

diberikan kepada siswa untuk mampu bergaul dengan baik dengan sesama

manusia. “Environmental Skills Education” adlah pendidikan ketermpilan

yang diberikan kepada siswa untuk menjaga lingkungannya. Sedangkan

“Vocational Skills Education” adalah pendidikan keterampilan yang diberikan

kepada siswa agar mampu menguasai jenis pekerjaan tertentu untuk bekal

bekerja mencari nafkah yang halal sebagai salah satu kewajiban dalam

menempuh perjalanan hidupnya di kelak kemudian hari.

4. Keterampilan untuk Menemukan Jati Diri

Personal Skills atau keterampilan untuk menguasai jati diri sendiri yaitu

suatu kemampuan yang perlu dimiliki oleh seseorang untuk dapat

Page 58: Document22

lviii

mengaktualisasikan jati diri dan menentukan kepribadian dengan cara

menguasai raga dan kalbu. Personal Skills dapat dapat dikategorikan kedalam

empat cabang kemampuan, yaitu: kemampuan yang bersifat raga atau fisik,

kemampuan yang bersifat intelektual, kemampuan yang bersifat emosional,

dan kemampuan yang bersifat spiritual.

5. Keterampilan Untuk Bermasyarakat

Social Skills atau kemampuan untuk bermasyarakat diperlukan

seseorang untuk menguasai cara menghadapi, cara berhubungan atau cara

berdialog dengan sesama manusia.

Keterampilan untuk berdialog dengan sesama manusia diperlukan untuk

mandapatkan ridho sesama manusia dengan berkomunikasi dengan sesama

manusia seperti dalam mewujudkan bakti kepada kedua orang tua, dalam

menjalani kasih sayang, dalam hidup bertetangga. Dalam bahasa sehari-hari

keterampilan bermasyarakat ini disebut dengan kemampuan bergaul dengan

orang lain. Hasil dari keterampilan berdialog ini antara lain adalah dapat

menghargai perbedaan, dapat menghormati orang lain, dapat bekerja sama,

dapat toleran atau tenggang rasa, dapat memberi maaf, dapat berbagi suka dan

duka, dapat menyesuikan diri, dsb.

6. Keterampilan untuk Memelihara Lingkungan

Environmental Skills atau keterampilan untuk menghargai lingkungan

diperlukan oleh orang lain untuk menguasai cara menghadapi, cara

berhubungan atau cara berdialog dengan lingkungan sebagai tempat manusia

Page 59: Document22

lix

berdiri untuk menginjakkan dan melangkahkan kakinya dalam menempuh

perjalanan hidup.

Keterampilan untuk berdialog dengan lingkungan alam diperlukan untuk

memelihara melestarikan keberadaan lingkungan alam. Hasil dari

keterampilan berdialog dengan lingkungan alam antara lain adalah dapat

menjaga kebersihan lingkungan, dapat memelihara kebersihan lingkungan,

memelihara ketertiban lingkungan serta dapat memelihara keaslian

lingkungan.

7. Keterampilan untuk Memperoleh Pekerjaan

Keterampilan untuk bekerja mencari nafkah sebagai salah satu

kewajiban dalam menjalani kehidupan yang disebut Vocational Skills.

Vocational Skills dapat digambarkan sebagai keterampilan manusia untuk

memperoleh penghasilan yang halal untuk menopang kelancaran perjalanan

hidupnya. Banyak sekali ragam bidang keterampilan untuk bekerja yang telah

bersedia dan ada yang sedang berkembang atau masih akan dikembangkan

lagi, yang dapat diperoleh atau dikuasai, baik melalui pendidikan formal

disekolah atau kursus maupun pendidikan non formal di dalam keluarga atau

masyarakat. Sebagai contoh untuk bidang Vocational Skills, antara lain

adalah: bidang boga, busana, kerajinan tangan, pertanian, senitari, seni musik,

seni lukis dll. Untuk melaksanakan keterampilan ini dibutuhkan dukungan

kemampuan fisik, kemampuan intelektual, kemampuan emosional dan

kemampuan spiritual.

Page 60: Document22

lx

8. Keterkaitan Kemampuan Antar Keterampilan

Keempat jenis keterampilan ini, yaitu personal skills, social skills,

inveronmental skills dan vocational skills bersifat komplementer, saling

melengkapi antara yang satu dengan lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari

ada seseorang yang menonjol dalam menguasai salah satu kemampuan

keterampilan, namun kurang dalam penguasaan keterampilan lainnya. Ada

juga kemampuan keterampilannya secara merata untuk kesemuanya.

Tetapi yang lebih baik adalah yang memiliki keterampilan seimbang

dalam menguasai keempat keterampilan tersebut. Adapun yang terbaik adalah

penguasaan yang bukan saja seimbang, akan tetapi juga selaras atau personal

skills, social skills, environmental skills karena dengan keseimbangan dan

keharmonisan itulah yang mampu mewujudkan hidup.

KERANGKA BERPIKIR

SMP Terbuka adalah salah satu lembaga pendidikan yang berorientasi

pada kecakapan untuk hidup dengan tidak mengubah sistem yang ada dan juga

tidak untuk memproduksi pendidikan yang hanya sebagai latihan kerja.

Pendidikan kecakapan untuk hidup justru memberikan kesempatan pada setiap

siswa untuk memperoleh bekal keterampilan atau keahlian yang dapat dijadikan

sebagai sumber penghidupannya.

Dengan adanya program pendidikan keterampilan tersebut diharapkan

akan memberikan bekal dasar yang dapat dijadikan bekal sebagai keterampilan

Page 61: Document22

lxi

atau keahlian yang dapat dijadikan sebagai sumber penghidupannya. Pendidikan

keterampilan yang diharapkan kepada siswa adalah agar siswa terampil dalam hal

tata busana sehingga siswa mempunyai keterampilan khusus apabila siswa tidak

melanjutkan pada Sekolah Menengah. Demikian juga dengan tujuan yang lain

yaitu siswa tidak akan mewarisi pekerjaan orang tuanya pada saat ini. Jika orang

tuanya dalam kondisi miskin misalnya pembuat batu bata, bukanlah ia harus

mewarisi kemiskinan orang tuanya tersebut.

Dalam pembelajaran keterampilan di SMP Terbuka siswa diberikan

kesempatan serta kebebasan sepenuhnya dalam pengoperasian peralatan praktik.

Setelah mengikuti pembelajaran keterampilan di SMP Terbuka diharapkan siswa

akan akan menguasai beberapa hal tentang tata busana di antaranya adalah siswa

mampu membuat dan memotong pola, menjahit, mengobras dengan benar.

Kebanyakan lulusan SMP Terbuka langsung terjun ke dunia kerja atau ke

lingkungan masyarakat untuk membantu orang tua mereka bekerja mencari

nafkah. Karena kekhawatiran tersebut pemerintah melalui Direktorat Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama mencoba menyuguhkan kepada siswa yang tidak

melanjutkan pendidikan di sekolah regular tersebut, yaitu melalui latihan-latihan

khusus yang dapat memenuhi keinginan atau minat para siswa, namun juga harus

sesuai dengan kondisi sosial ekonomi kondisi budaya serta kondisi kebutuhan

masyarakat setempat.

Page 62: Document22

lxii

HIPOTESIS

Berdasarkan kajian teoretis dan kerangka berpikir tersebut, maka ditetapkan

sebuah hipotesis bahwa: pelaksanaan pembelajaran keterampilan pada SMP

Terbuka Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang efektif terhadap ketuntasan

belajar siswa.

Page 63: Document22

lxiii

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara yang digunakan dalam kegiatan penelitian

sehingga pelaksanaan penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Hal-hal

yang dibahas dalam bab 3 ini antara lain: rancangan penelitian, sample dan populasi

penelitian, metode pengumpulan data, validitas dan reabilitas pengumpulan data dan

analisis data.

A. Rancangan/Desain Penelitian

Dalam penelitian, untuk mendapatkan hasil yang optimal setiap penelitian

harus menggunakan metode yang tepat. Ditinjau dari permasalahan penelitian ini

bersifat kuantitatif. Yang bertujuan untuk melukiskan atau mendeskripsikan

kondisi atau variabel situasi sebagaimana adanya, atau melukiskan fenomena

seobjektif mungkin (Latunussa, 1988:55).

Menurut Arikunto (1996:14) Ada tiga persyaratan penting dalam

mengadakan penelitian yaitu: sistematis, berencana dan mengikuti konsep ilmiah.

1. Sistematis: dilaksanakan menurut pola tertentu, dari yang paling sederhana

sampai yang paling kompleks sehingga tercapai tujuan secara efektif dan

efisien

2. Berencana: dilaksanakan dengan adanya unsur kesengajaan dan sebelumnya

telah dipikirkan langkah-langkah pelaksanaannya.

Page 64: Document22

lxiv

3. Mengikuti konsep ilmiah: yaitu mulai dari awal sampai dengan akhir kegiatan

penelitian mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan, yaitu prinsip yang

digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

Metode penelitian digunakan untuk mencari kebenaran secara ilmiah yaitu

dengan mengolah, menganalisis data yang sudah dikumpulkan.

B. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002:108). Dalam

pengertian di atas terkandung 4 (empat) hal pokok, yakni isi, kesatuan atau unit,

tempat atau ruang, dan waktu. Dengan empat aspek tersebut maka jenis,

karakteristik dan jumlah populasi dapat ditetapkan.

Dilihat dari jumlahnya populasi dapat dibedakan menjadi :

1. Populasi terhingga, adalah populasi yang terdiri atas elemen atau unsur

yang memiliki batas.

2. Populasi tak terhingga, adalah populasi yang terdiri atas elemen atau unsur

dengan jumlah yang sukar dicari batasnya.

Sedangkan apabila dilihat dari sifatnya, populasi dapat dibedakan

menjadi:

a) Populasi yang bersifat homogen, adalah populasi yang unsur-unsurnya

memiliki sifat sama, sehingga tidak perlu dipersoalkan jumlahnya secara

kuantitatif.

Page 65: Document22

lxv

b) Populasi yang bersifat heterogen adalah populasi yang unsur-unsurnya

memiliki sifat atau keadaan yang bervariasi, kualitatif maupun secara

kuantitatif.

Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai populasi adalah siswa-siswa

kelas II SMP Terbuka Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang yang

berjumlah 30 siswa, terdiri dari 26 siswa perempuan dan 4 siswa laki-laki.

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu

penelitian (Arikunto, 2002:96). Variabel dalam penelitian ini merupakan variabel

tunggal yaitu Pembelajaran Keterampilan di SMP Terbuka.

Adapun indikator-indikator yang dipergunakan untuk mengetahui seberapa

besar kadar keefektifan pembelajaran keterampilan kelas 2 SMP Terbuka di

Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang, meliputi:

1. Membuat pola

2. Pemotongan pola

3. Mengoperasikan alat

4. Menjahit dan

5. Mengobras

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Metode Observasi

Page 66: Document22

lxvi

Observasi dilakukan untuk mencermati kegiatan sekolah yang

berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran keterampilan di SMP Terbuka

Tempuran Kabupaten Magelang, Penggunaan teknik observasi sangat penting

dalam penelitian, karena peneliti dapat melihat secara langsung keadaan,

suasana, kenyataan yang sesungguhnya terjadi dilapangan.

Menurut True (1983) yang diterjemahkan oleh Nugroho (1993:18),

observasi adalah kegiatan mengamati sesuatu tanpa mempengaruhi dan secara

simultan mencatat atau merekamnya untuk bahan analisis.

Menurut Payton (1984) yang diterjemahkan oleh Nugroho (1993:18-

19), penggunaan teknik observasi dalam penelitian ini memiliki empat

maksud, yaitu: menggambarkan “setting” yang diamati, kegiatan-kegiatan

yang terjadi pada “setting” tersebut, individu-individu yang berperan dalam

kegiatan tersebut dan makna dibalik layar kegiatan peran serta orang-orang

yang terlibat. Observasi dilaksanakan dengan mengamati sambil membuat

catatan secara selektif terhadap pelaksanaan pembelajaran keterampilan SMP

Terbuka di Kecamatan Tempuran. Observasi yang digunakan dalam

penelitian ini bersifat “nonpartisipan” dengan maksud bahwa peneliti tidak

terjun langsung dalam proses pembelajaran tetapi peneliti hanya mengamati

sambil mencatat hasil pengamatan. Observasi ini digunakan lembar obervasi

dengan penilaian secara bertingkat dari skor 1 sampai skor 3. Skor 1 untuk

penilaian dengan kriteria tidak menguasai, skor 2 untuk kriteria kurang

Page 67: Document22

lxvii

menguasai dan skor 3 untuk kriteria menguasai (sesuai standar

kompetensinya).

2. Metode dokumentasi

Bentuk yang digunakan untuk mengumpulkan data cara ini berupa

dokumen-dokumen terpilih yang mendukung pencapaian hasil penelitian

secara optimal.

Metode dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data-data sekunder

dari dokumen-dokumen yang mungkin ada dapat mendukung perolehan data

dalam penelitian ini. Studi dokumentasi dilakukan dengan menelusuri catatan

yang ada di daerah penelitian baik yang dimiliki sekolah maupun pihak-pihak

yang berkenaan dengan sekolah tersebut.

Teknik dokumentasi digunakan untuk menjaring data aspek kesejarahan,

berkaitan dengan berdirinya, berkaitan dengan aspek fisik dan dokumen

administrasi, dengan menelusuri data arsip atau dokumen yang berada di

kantor (Moleong, 2001:161).

E. Analisis Data

Metode analsis data yang digunakan ada dua tahap yaitu analisis deskriptif

dan analisis statistik inferensial karena untuk menggambarkan kemampuan siswa

dalam praktik tata busana. yang kemudian dinyatakan dalam bentuk rata-rata

Page 68: Document22

lxviii

n

s

x t 0µ−

=

skor. Rata-rata tersebut selanjutnya dibandingkan dengan rata-rata ideal dengan

kriteria sebagai berikut.

Mean tertinggi = 3

Mean terendah = 1

Rentang = Mean tertinggi – mean terendah

= 3 – 1 = 2

Panjang kelas interval = Rentang : banyak kelas interval

= 2 : 3 = 0, 67 dibulatkan 0,7

Dengan panjang kelas interval 0,7 maka dibuat kelas interval sebagai berikut

No Interval Kriteria

1 1,0 < M < 1,7 Tidak sesuai dengan standar kompetensi

2 1,7 < M < 2,3 Kurang sesuai dengan standar kompetensi

3 2,3 < M < 3,0 Sesuai dengan kompetensi

Analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji secara nyata apakah

kemampuan siswa telah sesuai dengan standar kompetensi yang ditentukan atau

belum. Dalam hal ini, statitik yang digunakan yaitu uji t atau uji mean dengan µ0

= 2,3 sebagai batas minimal dikatakan sesuai dengan kompetensi. Rumus yang

digunakan sebagai berikut.

(Sudjana, 1992: 227)

Page 69: Document22

lxix

keterangan:

t : t hitung

x : rata-rata skor

µ0 : Tetapan pembanding

s : standar deviasi

n : jumlah siswa

Dengan hipotesis yang diuji

Ho : µo > 2,3 (sesuai dengan standar kompetensi)

Ha : µo < 2,3 (belum sesuai dengan standar kompetensi)

Ha diterima yang berarti belum sesuai dengan standar kompetensi apabila thitung <

-ttabel atau diperoleh thitung bertanda negatif dan probbabilitas < 0,05.

Sedangkan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan dari setiap

komponen digunakan uji Anova. Karena dalam penelitian ini terdapat lebih dari

dua variabel.

Page 70: Document22

lxx

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, untuk mengetahui seberapa besar tingkat

keefektifan pembelajaran keterampilan di SMP Terbuka Tempuran, dengan

menggunakan teknik dan prosedur analisis yang telah ditetapkan dalam metode

penelitian ini, serta memperhatikan seluruh indikator-indikator dari sub variabel

yang meliputi kegiatan praintruksional, kegiatan intruksional dan kegiatan

evaluasi.

Kondisi real atau fenomena yang terjadi di lapangan, peneliti berusaha

menggali dengan melakukan pengamatan langsung berdasarkan lembar observasi

yang telah peneliti tentukan pada saat dilaksanakannya ujian praktik di SMP

tersebut. Data yang dikumpulkan melalui observasi digunakan sebagai dasar

analisis lebih lanjut dari penelitian ini. Data tersebut disajikan dalam bentuk

deskriptif persentase, dengan melakukan analisis deskriptif dari masing-masing

indikator instrumen. Adapun penyajian hasil analisis tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Pembelajaran Keterampilan di SMP Terbuka Tempuran

Pembelajaran keterampilan yang dilakukan di SMP terbuka Tempuran dilaksanakan pada kelas II dan kelas III. Setiap

seminggu dilaksanakan selama 3 kali pertemuan dengan alokasi waktu 3 jam setiap pertemuan yang dilaksanakan di

Sekolah Induk. Jenis materi pembelajaran keterampilan yang dilaksanakan berupa tata busana (menjahit).

Page 71: Document22

lxxi

Untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran keterampilan tersebut, tersedia fasilitas 20 unit mesin jahit manual, 2 mesin

jahit listrik, 2 alat obras, 1 alat bordir yang berada di 1 ruang laboratorium keterampilan. Di samping fasilitas yang cukup,

didukung oleh tenaga pengajar yang berkompeten di bidang tata busana.

Guru pamong yang mengajar keterampilan menjahit sebanyak 2 orang. Sebagai panduan pembelajaran keterampilan

menjahit digunakan kurikulum yang berasal dari Depdiknas.

Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru secara umum terbagi menjadi tahap persiapan, proses pembelajaran dan

evaluasi.

a. Tahap Persiapan

Sebelum dilaksanakannya pembelajaran guru melakukan penjajakan terlebih dahulu

kepada siswa, dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan

dengan siswa maupun materi yang akan disampaikan misalnya menanyakan apakah

siswa pernah mengoperasikan mesin jahit, mengoperasikan mesin bordir dan lain

sebagainya. Pengayaan materi dasar juga dilakukan guru yaitu dengan cara sedikit

mengulang materi yang telah mereka peroleh pada kelas satu dengan cara

memberikan pertanyaan seputar materi dasar yang telah diperoleh tersebut.

Guru menyiapkan materi-materi yang akan disampaikan pada proses pembelajaran

yang sesuai dengan modul yang telah ditentukan oleh pemerintah serta menyiapkan

materi tambahan yang sesuai dengan kondisi masyarakat sekitar yang

memungkinkan siswa untuk mendapatkan pekerjaan pada nantinya. Misalnya di

Kecamatan Tempuran terdapat banyak pabrik tekstil dengan begitu di wilayah

tersebut banyak berdiri perusahaan konveksi yang membutuhkan tenaga yang

berpengalaman. Dengan begitu SMP Terbuka tersebut lebih condong untuk

memberikan keterampilan menjahit kepada siswa.

Setelah guru menyiapkan materi guru mengenalkan kepada siswa alat-alat yang akan

mereka gunakan sebagai alat praktik, perkenalan mulai dari alat dan perlengkapan

yang menunjang kegiatan praktik b. Kegiatan pembelajaran

Pada awal pembelajaran guru memberikan materi kepada kepada siswa berupa teori, yang diharapkan sebagai

dasar untuk siswa sebelum melaksanakan praktik. Hal yang pertama materi yang diberikan adalah tentang

kegunaan alat mulai dari mesin jahit, mesin obras dan mesin bordir. pembelajaran berikutnya guru secara satu

persatu menerangkan materi sesuai dengan modul yang telah ada. Siswapun diberi kesempatan untuk bertanya

apabila ada hal yang kurang siswa pahami, setelah selesai pemberian materi. Pada saat itu guru

menginstruksikan pada siswa untuk mulai mencoba mengoperasikan alat sesuai dengan teori yang telah

disampaikan oleh guru, dalam kegiatan awal siswa diberi tugas atau meteri menjahit garis secara lurus pada

saat itupun guru memberikan penjelasan/pengarahan secara langsung dalam praktik cara menjahit dengan benar

kepada siswa. Dengan penjelasan tersebut diharapkan siswa mempunyai kemampuan yang cukup untuk

melaksanakan praktik pada tingkat selanjutnya. Setelah tahap tersebut pada pembelajaran menjahit siswa diberi

materi bertahap yaitu pembuatan pola mulai mengukur, menggaris dan memotong bahan. Tahapan tersebut

Page 72: Document22

lxxii

dilaksanakan beberapa kali sampai siswa dapat menghasilkan potongan yang sesuai rapi dan benar. Tahapan

tersebut berkelanjutan sampai dengan materi pembuatan produk. Pada tahap selanjutnya sebelum guru

memberikan penjelasan kesempatan kepada siswa secara mandiri agar siswa dapat mengamati dan memahami

materi praktik dari awal sampai akhir yang dicontohkan dengan cara bertanya kepada guru apabila ada hal yang

belum diketahui. Kegiatan belajar yang dilakukan secara mandiri diharapkan dapat memberikan keleluasaan

untuk mempelajari materi sesuai dengan tingkat pemahaman masing-masing siswa. Dengan cara tersebut,

siswa dapat mengulang kembali materi-materi yang dirasa kurang jelas atau belum paham sampai siswa

tersebut menguasai.

Pada tahapan teori akhir siswa diharapkan sudah mampu untuk membuat karya yang dilaksanakan dengan

mandiri misalnya membuat kemeja bordir, menjahit sampai dengan kegiatan akhir yaitu obras.

c. Evaluasi Pendidikan Keterampilan

Evaluasi adalah suatu kegiatan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai siswa.

Evaluasi belajar di SMP Terbuka di lakukan melalui:

1) Tengerjaan tugas, merupakan satu kesatuan dengan modul kegiatan

siswa.

2) Tes akhir modul, yaitu tes yang diberikan kepada siswa apabila telah

selesai mempelajari satu modul, untuk mengetahui seberapa jauh

kemampuan siswa dalam memahami isi modul. Pelaksanaan tes akhir

modul dikerjakan secara individual yang bertempat pada sekolah

induk. Tes akhir modul berfungsi sebagai ulangan harian. Tes ini

menjadi tanggung jawab guru bina, tetapi guru bina dapat

melimpahkannya kepada guru pamong mulai dari pelaksanaan tes

sampai menghasilkan nilai. Soal-soal tes akhir ini tersedia didalam

modul

3) Tes akhir unit, tes ini juga merupakan ulangan harian diambil dari

beberapa modul dalam satu unit, artinya modul-modul yang masih

dalam satu bahasan dikelompokkan menjadi satu unit, sebagaimana tes

Page 73: Document22

lxxiii

akhir modul ini dilaksanakan di sekolah induk, dalam tes akhir unit ini

disusun oleh guru bina dan pemeriksaannya pun menjadi tanggung

jawab guru bina.

4) Tes praktik, dilaksanakan sebagai salah satu alat evaluasi juga untuk

mengetahui seberapa tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang

telah disampaikan oleh guru, tes praktik dilaksanakan setiap akhir

tahun pembelajaran.

5) Tes akhir semester, dilaksanankan pada sekolah induk dengan waktu

yang bersamaan dengan pelaksanaan tes di SMP regular karena materi

pertanyaan yang dikerjakan siswa di SMP terbuka sama dengan yang

dikerjakan oleh siswa SMP regular karena SMP terbuka mempunyai

status yang sama dengan SMP regular yaitu SMP Negeri.

2. Kefeektifan Pembelajaran Keterampilan di SMP Terbuka Tempuran

Keefektifan pembelajaran keterampilan di SMP Terbuka Tempuran

dapat dilihat dari hasil observasi yang dilakukan oleh observer yaitu guru. Hal

ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa guru pada mata pelajaran

keterampilan tata busana lebih berkompeten untuk menilai siswa, di samping

itu guru lebih banyak mengetahui kondisi siswa. Untuk menghindari

subyektivitas guru dalam menilai siswa, digunakan komponen-komponen

penilaian yang disesuaikan dengan kurikulum yang digunakan. Berikut ini

diuraikan tentang hasil penilaian siswa tentang keterampilan menjahit yang

terbagi menjadi lima komponen yaitu kemampuan siswa dalam membuat

pola, pemotongan pola, mengoperasikan alat, menjahit dan mengobras. Dari

Page 74: Document22

lxxiv

setiap komponen terdiri dari indikator-indikator sebagai dasar penilaian

kemampuan siswa. Setiap indikator terdiri dari item-item observasi dengan

skor 3 yang berarti sesuai dengan standar kompetensi, skor 2 berarti kurang

sesuai dengan standar kompetensi dan skor 1 tidak sesuai dengan standar

kompetensi. Berdasarkan skor-skor tersebut untuk menilai kemampuan siswa

dari setiap komponen digunakan rata-rata skor, dan tingkatan kemampuan

siswa dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut.

Tabel 1. Kriteria Kemampuan Siswa dalam Pembelajaran Keterampilan

No Interval Kriteria

1 1,0 < M < 1,7 Tidak sesuai dengan standar kompetensi

2 1,7 < M < 2,3 Kurang sesuai dengan standar kompetensi

3 2,3 < M < 3,0 Sesuai dengan kompetensi

a. Pembuatan Pola

Kemampuan siswa dalam pembuatan pola dapat dilihat dari kesesuaian ukuran,

kesesuaian bentuk, kebersihan dan kerapihan. Rata-rata dari keempat indikator

tersebut dapat dilihat dari hasil analisis deskriptif berikut.

Tabel 2. Deskripsi Kemampuan Siswa dalam Pembuatan Pola

One-Sample Statistics

30 2.3745 .5752 .1050

30 2.3621 .5682 .1037

30 2.4118 .5892 .1076

30 2.3824 .5898 .1077

30 2.3827 .5716 .1044

Kesesuaian ukuran

Kesesuaian bentuk

Kebersihan gambar

Kerapihan

Pembuatan pola

N Mean Std. Deviation

Std. Error

Mean

Sumber: Data Primer diolah tahun 2005

Page 75: Document22

lxxv

Berdasarkan rata-rata pada tabel di atas, rata-rata kemampuan siswa

pembuatan pola mencapai 2,3827 pada kategori sesuai dengan standar

kompetensi. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata hasil pola yang dibuat

siswa sudah sesuai dengan ukuran, bentuk, gambarnya bersih dan hasilnya

rapi. Untuk menguji rata-rata tersebut secara nyata telah sesuai dengan

standar kompetensi maka digunakan one sample test dengan bantuan

program SPSS release 10. Dalam pengujian tersebut sebagai nilai minimal

dikatakan sesuai dengan standar kompetensi yaitu 2,3, sehingga apabila

rata-rata kelas yang diperoleh siswa secara nyata > 2,3 maka dapat

disimpulkan bahwa kemampuan siswa telah menacapai standar

kompetensinya. Berpedoman pada acuan tersebut, maka hipotesis yang

diuji:

Ho : µ > 2,3 (sesuai standar)

Ha : µ < 2,3 (tidak sesuai dengan standar)

Apabila Ha diterima, maka secara nyata bahwa kemampuan siswa belum

mencapai batas ketuntasan atau standar kompetensinya. Dalam analisis

one sample test menggunakan program SPSS, Ha diterima yang berarti

kemampuan siswa belum mencapai standar kompetensi ditunjukkan dari

nilai thitung yang bertanda negatif dengan probabilitas kurang dari 0,05.

Page 76: Document22

lxxvi

Hasil uji ketuntasan belajar siswa berkaitan dengan kemampuan dalam

membuat pola dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil Uji Ketuntasan Kemampuan siswa dalam membuat pola

One-Sample Test

.709 29 .484

.599 29 .554

1.039 29 .307

.765 29 .451

.792 29 .435

Kesesuaian ukuran

Kesesuaian bentuk

Kebersihan gambar

Kerapihan

Pembuatan pola

t df Sig. (2-tailed)

Test Value = 2.3

Sumber: Data Primer diolah tahun 2005

Berdasarkan data tersebut tampak bahwa nilai thitung dari setiap indikator

tidak ada yang bertanda negatif dan nilai probabiltias < 0,05, sehingga

dapat disimpulkan Ho diterima, yang berarti kemampuan siswa dalam

pembuatan pola secara nyata telah mencapai standar kompetensi.

b. Pemotongan Pola

Kemampuan siswa dalam pemotongan pola dapat dilihat dari kesesuaian

ukuran, kesesuaian bentuk, kebersihan dan kerapihan. Rata-rata dari

keempat indikator tersebut dapat dilihat dari hasil analisis deskriptif

berikut.

Page 77: Document22

lxxvii

Tabel 4. Deskriptif Kemampuan Siswa dalam Pembuatan Pola

One-Sample Statistics

30 2.3156 .7288 .1331

30 2.2911 .7298 .1332

30 2.3511 .7105 .1297

30 2.3193 .7155 .1306

Kesesuian pola

Ukuran pola dengan bahan

Kerapian hasil pemotongan

Pemotongan pola

N Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

Sumber: Data Primer diolah tahun 2005

Berdasarkan tabel di atas, rata-rata kemampuan siswa dalam pemotongan pola

mencapai 2,3193 pada kategori sesuai dengan standar kompetensi. Untuk

mengetahui ketuntasan kemampuan siswa dalam memotong pola dapat dilihat

pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil uji ketuntasan kemampuan siswa dalam memotong pola

One-Sample Test

.117 29 .908

-.067 29 .947

.394 29 .696

.147 29 .884

Kesesuaian pola

Ukuran pola dengan bahan

Kerapian hasil pemotongan

Pemotongan pola

t df Sig. (2-tailed)

Test Value = 2.3

Berdasarkan tabel di atas diperoleh thitung = 0,147 dengan probabilitas

0,884 > 0,05, yang berarti Ho diterima, yang berarti secara nyata

kemampuan siswa telah mencapai standar kompetensi, artinya hasil

potongan pola sesuai dengan polanya, ukuran pola sesuai dengan bahan,

potongan pola rapi yaitu sesuai dengan garis.

Page 78: Document22

lxxviii

c. Mengoperasikan Alat

Kemampuan siswa dalam mengoperasikan alat dapat dilihat dari

kemampuan siswa dalam mengoperasikan berbagai alat dalam tata busana,

seperti mengoperasikan mesin jahit kaki, mesin jahit dinamo, mesin zig-

zag, mesin obras dan mesin bordir, yang hasilnya tampak pada lampiran

dan terangkum pada tabel 6.

Tabel 6. Deskriptif Kemampuan Siswa dalam Mengoperasikan Alat

One-Sample Statistics

30 2.6500 .3691 6.738E-02

30 2.6250 .3757 6.860E-02

30 2.4833 .5331 9.733E-02

30 2.6167 .4488 8.194E-02

30 2.2000 .6103 .1114

30 2.5150 .3895 7.111E-02

Mesin jahit kaki

Mesin jahit dinamo

Mesin Zig-zag

Mesin obras

Mesin bordir

Mengoperasikan alat

N Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

Berdasarkan tabel di atas, rata-rata kemampuan siswa dalam mengoperasikan alat

mencapai 2,5150 pada kategori sesuai dengan standar kompetensi. Untuk

mengetahui ketuntasan kemampuan siswa dalam mengopersikan alat dapat dilihat

dari hasil uji t sebagai berikut.

Page 79: Document22

lxxix

Tabel 7. Hasil Uji Ketuntasan Kemampuan Siswa dalam

Mengoperasikan Alat

One-Sample Test

5.194 29 .000

4.738 29 .000

1.884 29 .070

3.865 29 .001

-.898 29 .377

3.024 29 .005

Mesin jahit kaki

Mesin jahit dinamo

Mesin Zig-zag

Mesin obras

Mesin bordir

Mengoperasikan alat

t df Sig. (2-tailed)

Test Value = 2.3

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa nilai thitung sebesar 3,024 dengan

probabilitas 0,005 < 0,05 yang berarti Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan

kemampuan siswa dalam mengoperasikan alat telah sesuai dengan standar

kompetensinya yaitu mampu mengoperasikan mesin jahit kaki, mesin jahit

dinamo, mesin zig-zag, mesin obras dan mesin bordir dengan baik.

d. Menjahit

Kemampuan siswa dalam menjahit dapat dilihat dari tingkat kerapihan jahitan,

lurus tidaknya jahitan dan kebersihan hasil jahitan. Rata-rata kemampuan siswa

dari ketiga indikator tersebut tampak pada tabel 8.

Page 80: Document22

lxxx

Tabel 8. Deskripsi Kemampuan Siswa dalam Menjahit

One-Sample Statistics

30 2.5156 .5692 .1039

30 2.4533 .5265 9.613E-02

30 2.6000 .5161 9.423E-02

30 2.5230 .4979 9.091E-02

Kerapihan

Lurus tidaknya jahitan

Kebersihan

Kemampuan menjahit

N Mean Std. Deviation

Std. Error

Mean

Berdasarkan tabel di atas, rata-rata kemampuan siswa dalam menjahit mencapai

2,5230 pada kategori sesuai dengan standar kompetensi. Untuk mengetahui

ketuntasan kemampuan siswa dalam menjahit dapat dilihat dari hasil uji t sebagai

berikut.

Tabel 9. Hasil uji Ketuntasan Kemampuan Siswa dalam Menjahit

One-Sample Test

2.074 29 .047

1.595 29 .122

3.184 29 .003

2.453 29 .020

Kerapihan

Lurus tidaknya jahitan

Kebersihan

Kemampuan menjahit

t df Sig. (2-tailed)

Test Value = 2.3

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa nilai thitung sebesar 2,453 dengan

probabilitas 0,020 < 0,05 yang berarti Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan

kemampuan siswa dalam menjahit telah sesuai dengan standar kompetensinya

yaitu menghasilkan jahitan yang rapi, lurus sesuai dengan garis pola dan bersih.

Page 81: Document22

lxxxi

e. Mengobras

Kemampuan siswa dalam mengobras dapat dilihat dari kondisi benang,

banyaknya kain yang terpotong, dan kebersihan dan kerapihan. Rata-rata

kemampuan siswa dari keempat indikator tersebut tampak pada tabel 10.

Tabel 10. Deskripsi Kemampuan Siswa dalam Mengobras

One-Sample Statistics

30 2.6444 .4869 8.889E-02

30 2.6667 .4795 8.754E-02

30 2.8111 .3467 6.329E-02

30 2.5222 .5302 9.680E-02

30 2.6611 .4129 7.538E-02

Kondisi benang

Banyaknya potongan

Kebersihan

Kerapihan

Kemampuan mengobras

N Mean Std. Deviation

Std. Error

Mean

Berdasarkan tabel di atas, rata-rata kemampuan siswa dalam mengobras mencapai

2,6611 pada kategori sesuai dengan standar kompetensi. Untuk mengetahui

ketuntasan kemampuan siswa dalam mengobras dapat dilihat dari hasil uji t

sebagai berikut.

Tabel 11. Hasil Uji Ketuntasan Kemampuan Siswa dalam Mengobras

One-Sample Test

3.875 29 .001

4.189 29 .000

8.075 29 .000

2.296 29 .029

4.791 29 .000

Kondisi benang

Banyaknya potongan

Kebersihan

Kerapihan

Kemampuan mengobras

t df Sig. (2-tailed)

Test Value = 2.3

Page 82: Document22

lxxxii

Berdasarkan tabel di atas diperoleh thitung sebesar 4,791 dengan probabilitas 0,000,

sehingga dapat diimpulkan Ho diterima yang berarti secara nyata kemampuan

mengobras siswa sudah sesuai standar kompetensi.

Secara keseluruhan kemampuan siswa dalam mata pelajaran keterampilan di SMP

Terbuka Tempuran mencapai 2,4802 dalam kategori sesuai dengan kompetensi

(lihat tabel 12).

Tabel 12. Deskripsi Kemampuan Siswa pada Matapelajaran Keterampilan

One-Sample Statistics

30 2.4802 .4747 8.666E-02

Kemampuan

siswa pada

keterampilan tata

busana

N Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang ketuntasan siswa dapat dilihat dari uji

ketuntasan melalui statsitik t berikut ini.

Tabel 13. Hasil Uji Ketuntasan Kemampuan Siswa dalam Matapelajaran

Keterampilan

One-Sample Test

2.079 29 .047

Kemampuan siswa

pada keterampilan

tata busana

t df Sig. (2-tailed)

Test Value = 2.3

Page 83: Document22

lxxxiii

Berdasarkan tabel di atas diperoleh thitung 2,079 dengan probabilitas 0,047 < 0,05,

yang berarti secara nyata kemampuan siswa pada mata pelajaran keterampilan

telah sesuai dengan standar kompetensinya (> 2,3).

Berdasarkan dari data yang diperoleh ternyata dari 30 siswa, terdapat 18 siswa

atau 60% yang telah tuntas belajar (> 2,3) dan 12 siswa atau 40% mempunyai

rata-rata skor < 2,3 atau dalam kategori belum tuntas, seperti pada diagram pie

berikut.

Ketuntasan

Tuntas

Belum tuntas

Gambar 4. Digram Pie Persentase Ketuntasan Siswa pada mata pelajaran

keterampilan

Berdasarkan hasil observasi dapat dirangkum rata-rata dari setiap komponen

seperti pada tabel 14.

Page 84: Document22

lxxxiv

Tabel 14. Rata-rata Kemampuan Siswa dari Setiap Komponen

Descriptives

Kemampuan siswa

N Mean Deviation Standart

Membuat pola 30 2.3827 .5716

Memotong pola 30 2.3193 .7155

Mengoperasikan alat 30 2.5150 .3895

Menjahit 30 2.5230 .4979

Mengobras 30 2.6611 .4129

Total 150

Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan dari setiap komponen dapat dilihat

dari hasil uji anova seperti pada tabel 15.

Tabel 15. Hasil Uji Anova

ANOVA

Kemampuan siswa

2.135 4 .534 1.895 .114

40.856 145 .282

42.991 149

Between Groups

Within Groups

Total

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa nilai Fhitung = 1,895 dengan probabilitas

0,114 > 0,05 yang berarti secara nyata tidak ada perbedaan rata-rata kemampuan

dari setiap komponen. Ini berarti bahwa kemapuan dari setiap komponen dari

keterampilan tata busana tersebut sama yaitu dalam kategori tuntas.

B. Pembahasan

Page 85: Document22

lxxxv

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara nyata kemampuan siswa

SMP Terbuka Tempuran dalam mata pelajaran keterampilan telah mencapai

standar kompetensi, ditunjukkan dari hasil uji t sebesar 2,079 dengan probabilitas

0,047 < 0,05. Rata-rata kemampuan siswa mencapai 2,4802 dan apabila

dibandingkan dengan skor tertinggi 3, maka penguasaan siswa pada keterampilan

tata busana mencapai 83%. Tingginya penguasaan keterampilan ini menunjukkan

bahwa pembelajaran keterampilan yang dilaksanakan di SMP terbuka telah

efektif.

Keefektifan pembelajaran keterampilan ini tidak lain karena adanya

proses pembelajaran yang dilakukan secara lebih optimal. Hal ini sesuai dengan

tujuan diselenggarakannya program SMP terbuka yaitu untuk memberikan bekal

keterampilan dasar yang praktis dan sederhana sesuai dengan taraf

perkembangan usia siswa SMP, namun manfaatnya dapat langsung dinikmati

oleh mereka. Hal ini dilakukan mengingat sebagian besar siswa yang mengikuti

program SMP terbuka berasal dari golongan ekonomi kurang mampu.

Berdasarkan hasil observasi ternyata proses pemebalajaran keterampilan

di SMP Terbuka Tempuran dilaksanakan tiga kali pertemuan setiap minggunya.

Setiap pertemuan disediakan waktu 3 jam pelajaran di ruang laboratorium

keterampilan. Materi pembelajaran berupa teori dan praktik. Sebagai penunjang

agar siswa dapat belajar teori secara mandiri digunakan modul yang dapat

dibawah ke rumah. Keaktifan siswa pada proses pembelajaran ini lebih

ditekankan. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran teori, guru hanya

Page 86: Document22

lxxxvi

menjelaskan bagian-bagian yang dianggap siswa belum mengetahui setelah

mempelajari modul di rumah. Setelah materi teori dirasa tuntas, maka yang lebih

penting adalah siswa melaksanakan praktik atau latihan sesuai dengan urutan

teori yang dipelajarinya. Praktik yang diajarkan khusus tata busana berupa

membuat pola, memotong pola, mengoperasikan alat, menjahit dan mengobras.

Penekanan dalam pembelajaran ini adalah siswa dituntut untuk

melakukan praktik atau lebih ditekankan pada kemampuan psikomotornya.

Hubungan dua arah antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa

terlaksana dengan baik. Hal ini ditunjukkan dari hasil observasi pada saat

pembelajaran, siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang dirasa

kurang dipahami siswa.

Setiap kegiatan praktik yang dilakukan oleh siswa, guru memberikan

penjelasan/pengarahan secara langsung dalam kegiatan praktik tersebut. Dengan

penjelasan tersebut siswa dapat mengetahui letak kesalahan dan hasil-hasil

latihan secara benar. Materi yang disampikan bertahap yaitu pembuatan pola

mulai mengukur, menggaris dan memotong bahan yang dilaksanakan beberapa

kali sampai siswa dapat menghasilkan potongan yang sesuai rapi dan benar.

Tahapan pembelajarna terus berlanjut sampai dengan suswa dapat menghasilkan

produk. Kegiatan belajar dilakukan secara mandiri sehingga memberikan

keleluasaan untuk mempelajari materi sesuai dengan tingkat pemahaman masing-

masing siswa. Dengan cara tersebut, siswa dapat mengulang kembali materi-

Page 87: Document22

lxxxvii

materi yang dirasa kurang jelas atau belum paham sampai siswa tersebut

menguasai.

Dengan pembelajaran yang lebih mengutamakan keaktifan siswa dan

menekankan pada siswa untuk melakukan sendiri sesuai dengan teori yang

dipelajari ternyata mampu berpengaruh terhadap penguasaan siswa yang tinggi.

Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan Sudjatmiko (2003:15) dalam kerucut

pengalaman belajar yaitu siswa akan mencapai hasil belajar 10% dari apa yang

dibaca, 20% dari apa yang didengar, 30% dari apa yang dilihat, 50% dari apa

yang dilihat dan didengar, 70% dari apa yang di katakan dan 90% dari apa yang

dikatakan dan dilakukan.

Pembelajaran keterampilan yang dilaksanakan di SMP Terbuka

Tempuran lebih menekankan pada kemampuan psikomotor, yaitu berupa latiha-

latihan keterampilan yang harus dikuasai siswa. Sejalan dengan uraian di atas,

maka secara teorits siswa akan mencapai hasil 90% karena siswa mempraktikkan

teori dengan cara melakukakan sendiri.

Page 88: Document22

lxxxviii

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil simpulan

antara lain:

1. Pembelajaran keterampilan yang dilakukan di SMP Terbuka Tempuran dalam

kategori efektif. Kemampuan siswa SMP Terbuka Tempuran dalam mata

pelajaran Keterampilan telah mencapai standar kompetensi, ditunjukkan dari

hasil uji t sebesar 2,079 dengan probabilitas 0,047 < 0,05.

2. Besarnya keektivan pembelajaran keterampilan yang dilaksanakan di SMP

Terbuka Tempuran mencapai 83%. Tingginya keefektifan pembelajaran

keterampilan tersebut karena didukung oleh fasilitas peralatan tata busana

yang memadai, guru pamong yang sesuai dengan bidang keahlian tata busana,

dan dalam pembelajarannya menggunakan sistem modul dan siswa

melaksanakan praktik di ruang laboratorium. Guru dalam pembelajaran

bersifat fasilitator dan memberikan penjelasan jika siswa mengalami kesulitan

dalam melaksanakan praktik.

Page 89: Document22

lxxxix

B. Saran

Setelah dilakukannya penelitian di SMP Terbuka Tempuran tentang

pembelajaran keterampilan, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:

3. Perlu adanya peningkatan proses pembelajaran dengan cara mencari strategi

pembelajaran baru dalam proses pembelajaran agar memperoleh hasil yang

lebih optimal dalam pembelajaran keterampilan.

4. Perlu adanya penambahan jam pelajaran pada materi praktik keterampilan,

karena dengan penambahan jam pelajaran siswa akan lebih menguasai alat

dan menambah kecakapan siswa dalam berkreasi serta akan lebih

meningkatkan ketuntasan belajar siswa.

Page 90: Document22

xc

DAFTAR RUJUKAN

Ali, Mohamad. 1984. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru.

-----------------. 1990 Konsep dan Penerapan CBSA dalam Pengajaran. Bandung :

Sarana Pancakarya.

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :

Rineke Cipta.

-----------------. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Balitbang Depdiknas. 2002. Hasil Pendataan Ulang SMP Terbuka, Jakarta:

Depdiknas.

Burhannuddin. 1996. Pengantar Paedagogik. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2002. SMP Terbuka Selayang Pandang. Jakarta: Depdiknas.

------------. 2002. Program Pendidikan Keterampilan SLTP Terbuka Dalam Rangka

Pelaksanaan Broad Based Education Yang berorientasi Untuk Hidup.

Jakarta: Depdiknas.

-------------. 2003. Standar Kompetensi Matapelajaran Keterampilan SMP/MTS.

Jakarta: Depdiknas.

-------------. 2004. Program Pendidikan Keterampilan Bagi Siswa SMP Terbuka.

Jakarta: Depdiknas.

Ditjen Dikmenum. 2002. Pendidikan Berbasis Luas dengan Pembelajaran Kecakapan

Hidup (Konsep dan Dasar Pelaksanaannya). Iakarta: Depdiknas.

Hamalik, Oemar. 1984. Media Pendidikan. Bandung : Citra Adity Bakti.

Jasin, Anwar. 1996. Pembelajaran Efektif. Jakarta: Grasindo.

Latunussa, Izaak. 1988. Penelitian Pendidikan (Suatu Pengantar), Jakarta:

Depdikbud.

Poerwadarminta. 1980. Kamus Lengkap Bahasa Inggris-Indonesia. Bandung: Hasta.

Page 91: Document22

xci

Purwanto, Ngalim. 1997. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung.

Rosdakarya.

Sadiman, Arief Sukadi. 1993. Madia Pendidikan. Bandung : Citra Adity Bakti.

Slamet, PH. 2002. Pendidikan Kecakapan Hidup (Konsep Dasar). Dalam Jurnal

pendidikan dan Kebudayaan Nomor 037. Jakarta. Balitbang Diknas.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT

Rineke Cipta.

Sudjana, Nana. 1996. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar dan Mengajar.

Bandung: Sinar Baru.

-------------------. 1989. Teknologi Pengajaran. Bandung : Sinar Baru.

Sudjana. 1992. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Sudjana, D. 1993. Strategi Pembelajaran Dalam Pendidikan Luar Sekolah. Bandung:

Nusantara Press.

Suryabrata, Sumadi. 1989 Proses Belajar Mengajar Mengajar di Perguruan Tinggi.

Yogyakarta : Andi Offset.

Tim pengembangam MKDK. 1989. Psikologi Belajar. Semarang : IKIP Semarang

Press.

Winkel. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia.

Page 92: Document22

xcii

LEMBAR OBSERVASI KETERAMPILAN TATA BUSANA SMP TERBUKA

KECAMATAN TEMPURAN KABUPATEN MAGELANG

Nama Siswa :

Nomor Absen :

A. Pengoperasian Alat

Skor penilaian kemampuan siswa dalam pengoperasian alat

1. Mengoperasikan mesin jahit kaki

a. Siswa dapat menjalankan mesin jahit

(a) mesin berjalan teratur/ seirama dengan ayunan kaki

(b) mesin berjalan tersendat sebanyak 5 kali

(c) mesin berjalan tersendat lebih dari 5 kali

b. Siswa menjahit lurus sesuai rader

(a) Jahitan lurus sesuai rader rapid an teratur

(b) Jahitan keluar dari rader kurang dari 4 bagian

(c) Jahitan keluar dari rader lebih dari 4 bagian

c. Kondisi jarum mesin selama siswa menjahit

(a) Jarum tidak patah sampai pekerjaan selesai

(b) Jarum patah kurang dari 4 kali sebelum pekerjaan selesai

(c) Jarum patah lebih dari 4 kali sebelum pekerjaan selesai

d. Kondisi benang selama siswa menjahit

(a) Benang sama sekali tidak putus sampai pekerjaan selesai

(b) Benang putus kurang dari 4 kali sebelum pekerjaan selesai

(c) Benang putus lebih dari 4 kali sebelum pekerjaan selesai

2. Mengoperasikan mesin jahit dynamo

a. Siswa mengoperasikan mesin jahit dynamo

(a) Mesin berjalan teratur/ tidak tersendat-sendat sampai pekerjaan selesai

(b) Mesin berjalan tersendat-sendat kurang dari 5 kali sebelum pekerjaan

selesai

Page 93: Document22

xciii

(c) Mesin berjalan tersendat-sendat lebih dari 5 kali sebelum pekerjaan

selesai

b. Siswa menjahit lurus sesuai rader

(a) Jahitan lurus sesuai rader, rapi dan teratur

(b) Jahitan keluar dari rader kurang dari 4 bagian

(c) Jahitan keluar dari rader lebih dari 4 bagian

c. Kondisi jarum mesin selama siswa menjahit

(a) Jarum tidak patah sampai pekerjaan selesai

(b) Jarum patah kurang dari 4 kali sebelum pekerjaan selesai

(c) Jarum patah lebih dari 4 kali sebelum pekerjaan selesai

d. Kondisi benang selama siswa menjahit

(a) Benang sama sekali tidak putus sampai pekerjaan selesai

(b) Benang putus kurang dari 4 kali sebelum pekerjaan selesai

(c) Benang putus lebih dari 4 kali sebelum pekerjaan selesai

3. Mengoperasikan mesin jahit zigzag

a. Mengingat tanda atau symbol dalam mesin

(a) Semua tanda atau symbol dalam mesin jahit dapat diingat siswa

(b) Lebih dari setengah tanda atau symbol mesin dapat diingat siswa

(c) Kurang dari atau setengah dari tanda atau symbol mesin dapat diingat

siswa

b. Hasil jahitan menggunakan mesin zigzag

(a) Jahitan lurus sesuai dengan pola

(b) Jahitan melebihi pola 1 sampai dengan 2 cm

(c) Jahitan melebihi pola lebih dari 2 cm

4. Mengoperasikan mesin obras

a. Kestabilan menjalankan mesin

(a) Mesin berjalan teratur/ tidak tersendat-sendat sampai pekerjaan selesai

(b) Mesin berjalan tersendat-sendat kurang dari 5 kali sebelum pekerjaan

selesai

Page 94: Document22

xciv

(c) Mesin berjalan tersendat-sendat lebih dari 5 kali sebelum pekerjaan

selesai

b. Obrasan yang dihasilkan sesuai rader

(a) Obrasan lurus rapi dan teratur

(b) Obrasan keluar dari rader kurang dari 4 bagian

(c) Obrasan keluar dari rader lebih dari 4 bagian

c. Kondisi jarum mesin selama siswa mengobras

(a) Jarum tidak patah sampai pekerjaan selesai

(b) Jarum patah kurang dari 4 kali sebelum pekerjaan selesai

(c) Jarum patah lebih dari 4 kali sebelum pekerjaan selesai

d. Kondisi benang selama siswa mengobras

(a) Benang sama sekali tidak putus sampai pekerjaan selesai

(b) Benang putus kurang dari 4 kali sebelum pekerjaan selesai

(c) Benang putus lebih dari 4 kali sebelum pekerjaan selesai

5. Mengoperasikan mesin border

a. Kestabilan menjalankan mesin

(a) Mesin berjalan teratur/ tidak tersendat-sendat sampai pekerjaan selesai

(b) Mesin berjalan tersendat-sendat kurang dari 5 kali sebelum pekerjaan

selesai

(c) Mesin berjalan tersendat-sendat lebih dari 5 kali sebelum pekerjaan

selesai

b. Siswa menjahit lurus sesuai rader

(a) Jahitan lurus rapi dan teratur

(b) Jahitan keluar dari rader kurang dari 4 bagian

(c) Jahitan keluar dari rader lebih dari 4 bagian

c. Kondisi jarum selama membordir

(a) Jarum tidak patah sampai pekerjaan selesai

(b) Jarum patah kurang dari 4 kali sebelum pekerjaan selesai

(c) Jarum patah lebih dari 4 kali sebelum pekerjaan selesai

Page 95: Document22

xcv

ISTRUMEN PENELITIAN

Pembelajaran Keterampilan di SMP Terbuka Kecamatan Tempuran

Pilih jawaban dengan memberi tanda (√ ) Pada kolom jawaban yang tersedia

Apabila siswa dalam menyerap materi sangat kesulitan Pilih kolom SS

Apabila siswa dalam menyerap materi kesulitan Pilih kolom S

Apabila siswa dalam menyerap materi mudah Pilih kolom M

Apabila siswa dalam menyerap materi sangat mudah Pilih kolom SM

A. Keterampilan Tata Busana

NO. Pernyataan SS S M SM

1. Pengetahuan siswa terhadap teori life

skill tata busana

2. Pengetahuan siswa tentang pengertian

teknik menghias kain

3. Pengetahuan siswa tetang mesin jahit

4. Pengetahuan jahit menjahit

5. Keterampilan siswa dalam meghias kain

6. Kemampuan siswa dalam pengenalan

alat

7. Kemampuan siswa mengoperasian alat

8. Kemampuan siswa dalam perawatan

alat

9. Kemampuan siswa menggambar pola

dasar dasar rok

10 Kemampuan siswa dalam merubah pola

dasar rok

11. Kemampuan siswa dalam menggambar

pola dasar blus

12. Kemampuan siswa dalam merubah pola

dasar blus

Page 96: Document22

xcvi

13. Kemampuan siswa dalam menggambar

pola celana

14. Kemampuan siswa dalam menggambar

pola kemeja

15. Kemampuan siswa dalam memotong

pola dengan benar

16. Kemampuan siswa dalam membuat pola

dasar skala ¼

17. Kemampuan siswa dalam membuat

pola dasar rok dengan ukuran

sesungguhnya.

18. Kemampuan siswa memotong kain

dengan benar

19. Kemampuan siswa menjahit dasar

dengan kertas

20. Kemampuan siswa dalam menjahit

kertas

21. Kemampuan siswa menjahit dengan

benar dengan kain perca

22. Kemampuan siswa menjahit lurus

dengan kain perca

23. Kemampuan siswa menjahit dengan

lurus

24. Kemampuan siswa dalam menjahit

ombak

25. Kemampuan siswa dalam menjahit siku

26. Kemampuan siswa dalam menjahit

lancip

27. Kemampuan siswa dalam menjahit ring

28. Kemampuan siswa dalam menjahit

Page 97: Document22

xcvii

dengan benar

29. Kemampuan siswa dalam menghias kain

dengan benar

30. Kemampuan siswa dalam mengobras

ISTRUMEN PENELITIAN

Pembelajaran Keterampilan di SMP Terbuka Kecamatan Tempuran

Pilih jawaban dengan memberi tanda (√ ) Pada kolom jawaban yang tersedia

Page 98: Document22

xcviii

Apabila siswa dalam menyerap materi sangat kesulitan Pilih kolom SS

Apabila siswa dalam menyerap materi kesulitan Pilih kolom S

Apabila siswa dalam menyerap materi mudah Pilih kolom M

Apabila siswa dalam menyerap materi sangat mudah Pilih kolom SM

B. Keterampilan Sablon

1. Pengetahuan siswa tentang teori life

skill keterampilan sablon

2. Pengetahuan siswa tentang sablon

3. Kemampuan siswa dalam menyerap

materi praktik

4. Kekampuan siswa dalam hal pengenalan

alat

5. Kemampuan siswa dalam hal

pengenalan bahan

6. Kemampuan siswa dalam mengolah

obat afdruk

7. Kemampuan siswa dalam melakukan

penyaringan obat afdruk kedalam sceen

8. Kemampuan siswa dalam melakukan

Pengeringan dengan benar

9. Kemampuan siswa dalam menyusun alat

pengeringan

10. Kemampuan siswa dalam melakukan

Penyinaran

11. Kemampuan siswa dalam melaksanakan

pembangkitan (mencuci)

12. Kemampuan siswa dalam Kemampuan

siswa dalam Tursir

13. Kemampuan siswa dalam pengeringan

terakhir

14. Kemampuan siswa dalam Teknik cetak

15. Kemampuan siswa dalam Mancetak

warna kedua

16. Kemampuan siswa dalam Mencetak

warna ketiga

17. Kemampuan siswa dalam Anleg

(memberi batasan)

18. Kemampuan siswa dalam Kontruksi

susunan warna

19. Kemampuan siswa dalam Menyusun

warna diatas benda yang tebal

Page 99: Document22

xcix

20. Kemampuan siswa dalam Menyusun

warna diatas benda yang tipis

21. Kemampuan siswa dalam Menggunakan

warna sembur/ campuran

22. Kemampuan siswa dalam Menghapus

dengan benar

Page 100: Document22

c

DOKUMENTASI PENELITIAN

Page 101: Document22

ci

Page 102: Document22

cii

Page 103: Document22

ciii