2013-1-86207-153409166-bab2-26072013091223

15
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Peran Guru 2.1.1 Pengertian Peran Peran adalah perilaku atau lembaga yang punya arti penting bagi struktur sosial. Dalam hal ini maka, kata peranan lebih banyak mengacu pada penyesuaian diri pada suatu proses. Menurut Poerwadarminta (2004 -734) peran adalah sesuatu yang jadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama (dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa). Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa peran adalah tugas yang menjadi tanggung jawab seseorang melaksanakan sesuatu. Peran yang dimaksud adalah peran guru dalam mengembangkan disiplin anak. 2.1.2 Pengertian Guru Pengertian guru menurut Undang-undang Guru dan Dosen adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UUD, 2006: 2). Pendapat senada dikemukakan Mulyasa (2003: 100) bahwa guru atau tenaga pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan melakukan pengabdian kepada masyarakat terutama pada pendidik di perguruan tinggi.

Upload: barce-rumkabu

Post on 06-Nov-2015

4 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Bab III

TRANSCRIPT

  • 1

    1

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Hakekat Peran Guru

    2.1.1 Pengertian Peran

    Peran adalah perilaku atau lembaga yang punya arti penting bagi struktur

    sosial. Dalam hal ini maka, kata peranan lebih banyak mengacu pada penyesuaian

    diri pada suatu proses. Menurut Poerwadarminta (2004 -734) peran adalah sesuatu

    yang jadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama (dalam terjadinya

    sesuatu hal atau peristiwa).

    Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa peran

    adalah tugas yang menjadi tanggung jawab seseorang melaksanakan sesuatu.

    Peran yang dimaksud adalah peran guru dalam mengembangkan disiplin anak.

    2.1.2 Pengertian Guru

    Pengertian guru menurut Undang-undang Guru dan Dosen adalah pendidik

    profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

    melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini

    jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UUD,

    2006: 2). Pendapat senada dikemukakan Mulyasa (2003: 100) bahwa guru atau

    tenaga pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan

    melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan

    pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan melakukan

    pengabdian kepada masyarakat terutama pada pendidik di perguruan tinggi.

  • Pengertian guru berdasarkan Tut Wuri Handayani yaitu guru disebut

    pamong yang didefinisikan sebagai pemimpin yang berdiri dibelakang untuk tetap

    mempengaruhi dengan member kesempatan kepada anak didik untuk berjalan

    sendiri, dan tidak terus-menerus dicampur atau diperintah atau dipaksa (Rahmat

    dan Husain, 2012: 4). Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling

    penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi anak didik, guru

    sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Disekolah

    guru merupakan unsur yang sangat mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan

    selain unsur anak didik dan fasilitas lainnya. Keberadaan guru memegang peranan

    penting dalam pencapaian tujuan pendidikan khususnya pendidikan anak.

    Demikian pula Sukadi (2007: 9-10) mengemukakan bahwa guru dapat

    diartikan sebagai orang yang tugasnya mengajar, mendidik, dan melatih peserta

    didik, serta memenuhi kompetensi sebagai orang yang patut digugu dan ditiru

    dalam ucapan dan tingkah lakunya. Ini berarti seorang guru bukan saja bertugas

    mentransfer nilai gagasan kepada anak tetapi juga memiliki kemampuan

    profesional dan memiliki tingkah laku yang patut diikuti dan ditiru oleh anak

    didiknya. Dalam pengertian lain menurut Mulyasa (2006: 37) bahwa guru adalah

    pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta, dan

    lingkungannya.

    Menurut Saondi dan Suherman (2010: 4) bahwa guru sebagai pekerja

    hanya berkemampuan yang meliputi pengusaan materi pelajaran, pprofesional

    keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara menyesuaikan diri dan

    berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya, disamping itu guru harus

  • merupakan pribadi yang berkembang dan bersifat dinamis. Guru merupakan salah

    satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan yang mempunyai

    posisi strategis maka setiap usaha peningkatan mutu pendidikan perlu

    memberikan perhatian besar kepada peningkatan guru baik dalam segi jumlahnya

    maupun mutunya.

    Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru adalah seorang tenaga

    profesional dan terdidik yang memperoleh kepercayaan untuk melaksanakan tugas

    mendidik dan mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan

    mengevaluasi anak didik setelah mengikuti proses pembelajaran di sekolah untuk

    mencapai tujuan yang diharapkan.

    2.1.3 Pengertian Peran Guru

    Peran guru sangat vital bagi pembentukan kepribadian, cita-cita, dan visi

    misi yang menjadi impian hidup anak didiknya dimasa depan. Dibalik kesuksesan

    anak didik, selalu ada guru yang memberikan inspirasi dan motivasi besar pada

    dirinya sebagai sumber stamina dan energi untuk selalu belajar dan bergerak

    mengejar ketertinggalan, menggapai kemajuan, meorehkan prestasi spektakuler

    dan prestisius dalam panggung sejarah kehidupan manusia. Menurut Fakhruddin

    (2012: 35) bahwa salah atu peran guru adalah terciptanya serangkaian tingkah

    laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu tertentu, serta

    berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan anak

    menjadi tujuannya. Ini semua dilakukan oleh seorang guru dengan semangat dan

    jiwa ingin memberikan yang terbaik kepada anak-anak didiknya.

  • Untuk lebih memahami tentang peran guru, Asmani (2013: 39-54)

    menyebutkan beberapa peran guru antara lain:

    1. Educator (pendidik)

    Tugas pertama guru adalah mendidik murid-murid sesuai dengan materi

    pelajaran yang diberikan kepadanya. Sebagai seorang educator, ilmu adalah syarat

    utama. Membaca, menulis, berdiskusi, mengikuti informasi, dan responsif

    terhadap masalah kekinian sangat menunjang peningkatan kualitas pendidikan.

    2. Leader (pemimpin)

    Guru juga seorang pemimpin kelas. Karena itu, ia harus bisa menguasai,

    mengendalikan, dan mengarahkan kelas menuju tercapainya tujuan pembelajaran

    yang berkualitas. Sebagai seorang pemimpin, guru harus terbuka, demokratis,

    egaliter, dan menghindari cara-cara kekerasan. Seorang guru harus suka

    mengedepankan musyawarah dengan murid-muridnya untuk mencapai

    kesepakatan bersama yang dihargai semua pihak. Ia juga harus suka mendengar

    aspirasi murid-muridnya mengenai pembelajaran yang disampaikan.

    3. Fasilitator

    Sebagai fasilitator, guru bertugas memfasilitasi murid untuk menemukan

    dan mengembangkan bakatnya secara pesat. Menemukan bakat anak didik bukan

    persoalan mudah, ia membutuhkan eksperiementasi maksimal, latihan terus

    menrus, dan evaluasi rutin. Menurut Mulyasa (dalam Asmani, 2013: 42) guru

    sebagai fasilitator harus memiliki tujuah sikap sebagai berikut: 1) Tidak

    berlebihan mempertahankan pendapat dan keyakinannya atau urang terbuka 2)

    Dapat lebih mendengarkan anak didik, terutama tentang aspirasi dan perasaannya.

  • 3) Mau dan mampu menerima ide anak didik yang inovatif, kreatif, bahkan

    bahkan yang sulit sekalipun. 4) Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap

    hubungan dengan anak didik seperti halnya terhadap vahan pembelajaran. 5)

    Dapat menerima komentar balik (feadback), baik yang bersifat positif maupun

    negatif, dan menerimanya sebagai pandangan yang konstruktif terhadap diri dan

    perilakunya. 6) Toleran terhadap kesalahan yang diperbuat anak didik selama

    proses pembelajaran. 7) Menghargai anak didik meskipun biasanya mereka sudah

    tahu prestasi yang dicapainya.

    4. Motivator

    Sebagai seorang motivator, seorang guru harus mampu membangkitkan

    semangat da mengubur kelemahan anak didik bagaimanapun latar belakang hidup

    keluarganya. Bagaimanapun kelam masa lalunya, dan bagaimanapun berat

    tantantangannya. Sebagai seorang mativator, guru adalah psikolog yang

    diharapkan mampu menyelami psikologi anak didiknya, sehingga mengetahui

    kondisi lahir batinnya.

    5. Administrator

    Sebagai seorang guru, tugas administrasi sudah melekat dalam dirinya,

    dari mulai melamar menjadi guru, kemudian diterima dengan bukti surat

    keputusan yayasan atau kepala sekolah. Dalam mengajar, guru harus mengabsen

    terlebih dahulu, mengisi jurnal kelas dengan kelas dengan lengkap, mulai dari

    nama, materi yang disampaikan, kondisi anak didik dan tanda tangan.

  • 6. Evaluator

    Sebaik apapun kualitas pembelajaran, pasti ada kelemahan yang perlu

    dibenahi dan dismpernukan. Disinilah pentingnya evauasi seorang guru. Dalam

    evaluasi ini, guru bisa memakai banyak cara, dengan merenungkan sendiri proses

    pembelajaran yang diterapkan, meneliti kelemahan dan kelebihan, atau dengan

    cara yang lebih objektif, meminta pendapat orang lain, misalnya kepala seolah,

    guru yang lain dan muridnya.

    2.2 Hakikat Kecerdasan Sosial Anak

    2.2.1 Pengertian Kecerdasan

    Menurut Samatowa (2010: 39) bahwa kecerdasan merupakan pengetahuan

    tentang otak manusia dan kepekaannya terhadap ragam budayanya. Kecerdasan

    saat ini tidak lagi hanya diartikan sebagai kecerdasan rasional yang bsersifat logis

    analitis, matematis, praktis. Menurut Anwar dan Ahmad (2009: 21-22) bahwa

    anak-anak yang memiliki kecerdasan yang tinggi mempunyai ciri-ciri sebagai

    berikut:

    1. Memiliki kelincahan dalam berpikir seperti tanggap terhadap sesuatu,

    memiliki daya ingat yang baik dan efektif walaupun masih kecil dapat

    berkonsentrasi dalam waktu lama pada hal-hal menarik minat mereka.

    2. Mempunyai semangat bersaing yang tinggi baik bersaing terhadap diri sendiri

    maupun terhadap orang lain, memiliki keinginan besar untuk selalu lebih baik,

    maupun memotivasi diri sendiri.

    3. Cepat menemukan perbedaan-perbedaan dan mudah menangkap sesuatu yang

    tidak biasa.

  • 4. Dapat menggunakan kesadaran yang tinggi untuk mengumpulkan informasi

    dengan cepat dan hal ini dapat memungkinkan mereka untuk cepat belajar dari

    pengalaman termasuk meniru perilaku orang lain.

    5. Memiliki kepekaan yang tinggi, lebih responsif dan membutuhkan pendekatan

    yang lembut dan pujian yang cukup, juga memiliki emosi yang baik.

    6. Keinginan belajar yang tinggi dari sumber apapun.

    7. Memiliki rasa ingin tahu yang besar melalui pertanyaan-pertanyaan yang

    dikeluarkan secara aktif dan berkesinambungan.

    8. Kemampuan bertahan menghadapi frustasi

    9. Mampu mengendalikan diri, mengatur suasana hati dan menjaga beban stress

    agar tidak melumpuhkan kemamuan berpikir.

    10. Mempunyai latar belakang membaca yang cukup.

    2.2.2 Kecerdasan Sosial

    Samsudin (2008: 17) menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran

    dikenal paradigma baru tentang multi kecerdasan. Kecerdasan kini tidak hanya

    dipahami sebagai sekedar keceradasan intelektual (IQ) melainkan kecerdasan

    sosial juga perlu dipahami. Menurut Yus (2012: 10) bahwa kecerdasan sosial

    (interpersonal) adalah kecerdasan yang berkaitan dengan keterampilan dan

    persepsi dalam membina hubungan dengan orang lain.

    Sedangkan perkembangan sosial menurut Isjoni (2011: 30) adalah

    perkembangan perilaku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan

    masyarakat dimana anak itu berada. Hal senada dikemukakan oleh Samsudin

    (2008: 18) bahwa kecerdasan sosial merupakan kemampuan untuk berelasi atau

  • berhubungan serta memahami orang lain dari luar dirinya. Perkembangan sosial

    anak merupakan hasil belajar, bukan hanya sekedar kematangan. Perkembangan

    sosial diperoleh anak melalui kematangan dan kesempatan belajar belajar dari

    berbagai respon terhadap dirinya. Bagi anak TK, kegiatan bermain menjadikan

    fungsi sosial anak semakin berkembang. Tatanan sosial yang baik dan sehat serta

    dapat membantu anak dalam mengembangkan konsep diri yang positif akan

    menjadi perkembangan sosialisasi anak menjadi lebih optimal. Menurut Isjoni

    (2011) bahwa ciri sosial anak pada masa anak adalah mudah bersosialisasi dengan

    lingkungannya. Dengan bersosialisasi terhadap lingkungan, anak akan lebih

    mudah dalam berinteraksi dengan orang lain. Interaksi tersebut merupakan ciri

    dari perkembangan kecerdasan sosial pada anak usia dini.

    Berdasarkan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan

    sosial adalah kemampuan anak untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan atau

    orang lain sebagai bentuk hubungan sosial terhadap sesama.

    2.2.3 Karakteristik Kecerdasan Sosial

    Adapun karakteristik kecerdasan sosial berdasarkan umur menurut Mini

    (2010: 54) adalah sebagai berikut:

    1. 12 < 18 bulan. 1) Menunjukkan reaksi marah apabila merasa terganggu,

    seperti permainannya diambil. 2) Menunjukkan reaksi yang berbeda terhadap

    orang yang baru dikenal. 3) Bermain bersama teman tetapi sibuk dengan

    mainannya sendiri. 4) Memperhatikan/mengamati teman-temannya yang

    beraktivitas.

  • 2. 18 < 24 bulan. 1) Mengekspresikan berbagai reaksi emosi (senang, marah,

    takut, kecewa). 2) Menunjukkan reaksi menerima atau menolak kehadiran

    orang lain. 3) Bermain bersama teman dengan mainan yang sama. 4)

    Berekspresi dalam bermain peran (pura-pura).

    3. 2

  • ialah kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik, yakni sebagai guru.

    Berdasarkan kedudukannya sebagai guru ia harus menunjukan kelakuan yang

    layak sebagai guru menurut harapan masyarakat. Apa yang dituntut dari guru

    dalam aspek etis, intelektual dan sosial lebih tinggi dari pada yang dituntut orang

    dewasa lainnya. Guru sebagai pendidik dan pembina anak didik harus menjadi

    teladan, di dalam maupun diluar sekolah. Guru senantiasa sadar akan

    kedudukannya, dimana dan kapan saja ia akan selalu dipandang sebagai guru yang

    harus memperlihatkan kelakuan yang dapat layak untuk ditiru oleh masyarakat,

    khususnya oleh anak didik.

    Peranan guru yang dimaksud disini adalah berkaitan dengan peran guru

    dalam proses pembelajaran anak usia dini. guru merupakan faktor penentu yang

    sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang

    peranan dalam proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran merupakan inti

    dari proses pendidikan secara keseluruhan. Menurut Rusman (2012: 58) bahwa

    peranan guru meliputi banyak hal, yaitu guru dapat berperan sebagai pengajar,

    pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan belajar, perencana

    pembelajaran, supervisor, motivator, dan sebagai evaluator. Oleh karena seorang

    guru dapat memahami perannya dalam proses pembelajaran.

    Tugas dan peran guru sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangat

    kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif didalam

    kelas, yang lazim disebut proses belajar mengajar. Guru juga bertugas sebagai

    administrator, evaluator, konselor, dan lain-lain sesuai dengan sepuluh kompetensi

    (kemampuan) yang dimilikinya. Menurut James B. Brow (dalam Suryosubroto:

  • 2009: 2) bahwa tugas dan peran guru antara lain: menguasai dan mengembangkan

    materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari,

    mengontrol dan mengevaluasi kegiatan anak.

    Menurut Moon (dalam Uno, 2010. 22-27) bahwa ada beberapa peran guru

    dalam pembelajaran anak usia dini yaitu sebagai berikut:

    a. Guru sebagai perancang pembelajaran

    Guru dituntut untuk berperan aktif dalam merencanakan PBM dengan

    memperhatikan berbagai kompenen dalam sistem pembelajaran yang meliputi:

    a) membuat dan merumuskan TIK, b) menyiapkan materi yang relevan dengan

    tujuan, waktu, fasilitas, perkembangan ilmu, kebutuhan dan kemampuan anak,

    c) merancang metode yang disesuaikan dengan siatuasi dan kondisi anak, d)

    menyediakan sumber belajar, e) berperan sebagai mediator.

    b. Guru sebagai pengelola pembelajaran

    Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan

    fasilitas bagi bermacam-bermacam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan

    tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan anak dalam

    menggunakan alat-alat belajar dan membantu anak untuk memperoleh hasil

    yang diharapkan.

    c. Guru sebagai pengarah pembelajaran

    Guru harus senantiasa berusaha menimbulkan, memelihara, dan meningkatkan

    motivasi anak untuk belajar.

  • d. Guru sebagai evaluator

    Tujuan utama penilaian adalah untuk melihat tingkat keberhasilan efektivitas

    dan efisiensi dalam proses pembelajaran.

    e. Guru sebagai konselor

    Sesuai dengan peran guru sebagai konselor adalah ia diharapkan akan dapat

    merespons segala masalah tingkah laku yang terjadi dalam proses

    pembelajaran.

    f. Guru sebagai pelaksana kurikulum

    Artinya guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam upaya mewujudkan

    segala sesuatu yang telah tertuang dalam suatu kurikulum resmi.

    g. Guru dalam pembelajaran yang menerapkan kurikulum berbasis lingkungan

    Peranan guru dalam kurikulum berbasis lingkungan dituntut untuk

    mengaktifkan anak dalam belajar, memiliki pengetahuan, sikap dan

    keterampilan yang memadai.

    Secara lebih rinci Slameto (2010: 97) menyebutkan peran guru sebagai

    berikut:

    a) Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan

    baik jangka pendek maupun jangka panjang.

    b) Member fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar memadai.

    c) Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi setiap sikap, nilai-nilai dan

    penyesuaian diri.

    Berdasarkan jenis-jenis peran guru yang telah disebutkan di atas, maka

    peran guru dalam penelitian ini akan difokuskan pada peran guru sebagai

  • perancang pembelajaran, pengelola pembelajaran, pengarah pembelajaran, dan

    sebagai konselor.

    2.4 Gambaran tentang Sekolah Minggu

    Sekolah Minggu merupakan suatu wadah yang terdiri dari orang-orang dan

    orang-orang itu penting: MURID & GURU. Murid= diajar dan bertumbuh

    mencapai sasaran yang ditetapkan. Guru=pengajar, pendidik dan pemberi teladan.

    Homrighausen (2005: 33).

    Visi dan Misi dirumuskan berdasarkan Pengajaran Agama, baik dalam

    Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Demikian juga Visi dan Misi Sekolah

    Minggu berdasarkan pada pandangan Alkitab (Perjanjian Lama) tentang

    pentingnya Pengajaran atau pendidikan anak berdasarkan Ulangan 6:4-9. dan

    Dalam Perjanjian baru, yaitu pengajaran Tuhan Yesus, Pengajaran rasul Paulus

    dan pengajaran Jemaat yang mula-mula. Apakah Visi dan misi Sekolah Minggu?

    Ayat berikut ini akan menolong dalam merumuskan suatu visi dan Misi

    sekolah minggu, Biarkah anak-anak itu datang kepadaKu, jangan menghalang-

    halangi mereka,sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan

    Allah ( Markus 10:14, Mat. 19:14 dan Lukas 18:16).

    Tujuan Sekolah Minggu dalam Buku Pendidikan Agama Kristen,

    dirumuskan bahwa tujuan Pendidikan Agama Kristen kepada anak-anak dalam

    sekolah minggu, antara lain: Pertama, Supaya mereka mengenal Allah sebagai

    pencipta dan pemerintah seluruh alam ini, dan yesus Kristus sebagai Penebus,

    pemimpin dan penolong mereka. Kedua, Supaya mereka mengerti akan

    kedudukan dan panggilan mereka selalu anggota-anggota Gereja Tuhan, dan

  • sukaa turut bekerja bagi perkembangan gereja di bumi ini. Ketiga, Supaya meeka

    mengasihi sesamanya oleh karena Tuhan telah mengasihi mereka sendiri.

    Keempat, supaya meerka insaf akan dosanya dfan selalu mau bertobat pula, minta

    ampun dan pembearuan hidup pada Tuhan.

    2.5 Kajian Penelitian yang Relevan

    Adapun yang menjadi kajian penelitian yang relevan diantaranya ol;eh

    Rizka Fitria Sari. Peranan Guru dalam Membimbing Kecerdasan Sosial Anak di

    TK Aisyiyah Bustanul Athfal Sapen Yogyakarta. Skripsi; Fakultas Tarbiyah UIN

    Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1)

    Peranan guru yang terdapat di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Sapen diantaranya

    adalah: peran guru sebagai ahli instruksional yaitu guru menyusun satuan kegiatan

    harian, kedua: guru sebagai motivator, guru sebagai model, guru sebagai

    pembimbing, dan guru sebagai pengarah. (2) faktor pendukung dalam pelaksanaan

    peranan guru dalam membimbing kecerdasan sosial anak adalah kerjasama yang

    baik antar guru serta kepiawaian dalam mengatasi anak didik.

    Selanjutnya oleh Atik Prasetyaningsih. Peran Pendidik dalam

    Pembentukan Kecerdasan Sosial Anak di Play Group Among Putro Ngemplak

    Sleman Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: 2009. Hasil penelitian menunjukan: (1)

    Materi yang diajarkan pendidik dalam pembentukan kecerdasan sosial anak di

    Play Group Among Putro antara lain adalah interaksi sosial terhadap pendidik,

    interaksi sosial terhadap teman sebaya (2) Peran pendidik dalam pembentukan

    kecerdasan sosial anak di Play Group Among Putro antara lain adalah peran

    pendidik sebagai pengarah, pendidik sebagai pembimbing, pendidik sebagai

  • pendorong, dan pendidik sebagai pemantau. (3) Langkah-langkah yang dilakukan

    pendidik dalam pembentukan kecerdasan sosial anak di Play Group Among Putro

    antara lain adalah pendidik mengajarkan interaksi sosial setiap saat kepada anak

    didiknya tanpa harus diajarkan dalam satu mata pelajaran khusus, pendidik

    memberikan pembelajaran mengenai interaksi sosial dalam bentuk praktis,

    pendidik menggunakan metode keteladanan, pembiasaan, dan metode cerita,

    pendidik memberikan nasehat dan teguran kepada anak didiknya serta pendidik

    bekerjasama dengan orang tua dalam membentuk kecerdasan sosial anak.