bab ii kajian teori - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6694/5/2013-2-2-86207-153409050-bab2... ·...

37
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Profil Profil menurut kamus bahasa Indonesia (2011:428) adalah pandangan, gambaran, sketsa biografi, grafik atau ikthisar yang memberikan fakta tentang hal khusus. Sifat-sifat yang tersedia dalam jenis profil tertentu. Setiap profil dikaitkan dengan definisi profil. Sebagai contoh, definisi profil bisa berisi sifat-sifat berikut: nama, usia, jenis kelamin, alamat, dan sebagainya. Menurut peneliti bahwa profil adalah pandangan atau sosok, maka pada penelitian ini di fokuskan pada gambaran tentang taman penitipan anak (TPA) yang ada di Al-Wathaniyah Kelurahan Ipilo Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo yang meliputi layanan pendidikan, layanan pengasuhan, layanan kesehatan dan gizi, sarana dan prasarana serta administrasi. 2.2 Konsep Taman Penitipan Anak (TPA) 2.2.1 Pengertian Taman Penitipan Anak (TPA) Taman Pentitipan Anak (TPA) menurut Miftakhul Jannah Gayamsari (2000: 22) adalah wahana belajar yang menggunakan sistem Beyond Center and Circle Time (BCCT) dan pembinaan kesejahteraan anak yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu selama orangtuanya berhalangan atau tidak memiliki waktu yang cukup dalam memberikan pendidikan dan mengasuh anaknya karena bekerja atau sebab lainnya. Menurut Daycare (1990 : 77-78) adalah sarana pengasuhan anak dalam kelompok, biasanya dilaksanakan pada saat jam kerja. daycare merupakan upaya

Upload: phungtuyen

Post on 06-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Profil

Profil menurut kamus bahasa Indonesia (2011:428) adalah pandangan,

gambaran, sketsa biografi, grafik atau ikthisar yang memberikan fakta tentang hal

khusus. Sifat-sifat yang tersedia dalam jenis profil tertentu. Setiap profil dikaitkan

dengan definisi profil. Sebagai contoh, definisi profil bisa berisi sifat-sifat berikut:

nama, usia, jenis kelamin, alamat, dan sebagainya. Menurut peneliti bahwa profil

adalah pandangan atau sosok, maka pada penelitian ini di fokuskan pada gambaran

tentang taman penitipan anak (TPA) yang ada di Al-Wathaniyah Kelurahan Ipilo

Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo yang meliputi layanan pendidikan, layanan

pengasuhan, layanan kesehatan dan gizi, sarana dan prasarana serta administrasi.

2.2 Konsep Taman Penitipan Anak (TPA)

2.2.1 Pengertian Taman Penitipan Anak (TPA)

Taman Pentitipan Anak (TPA) menurut Miftakhul Jannah Gayamsari

(2000: 22) adalah wahana belajar yang menggunakan sistem Beyond Center and

Circle Time (BCCT) dan pembinaan kesejahteraan anak yang berfungsi sebagai

pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu selama orangtuanya berhalangan

atau tidak memiliki waktu yang cukup dalam memberikan pendidikan dan

mengasuh anaknya karena bekerja atau sebab lainnya.

Menurut Daycare (1990 : 77-78) adalah sarana pengasuhan anak dalam

kelompok, biasanya dilaksanakan pada saat jam kerja. daycare merupakan upaya

yang terorganisasi untuk mengasuh anak-anak di luar rumah mereka selama

beberapa jam dalam satu hari bilamana asuhan orang tua kurang dapat dilaksanakan

secara lengkap. Dalam hal ini, pengertian daycare hanya sebagai pelengkap

terhadap asuhan orang tua dan bukan sebagai pengganti asuhan orangtua.

Taman Penitipan Anak (TPA) yang dikenal dengan nama Day Care Center,

pada perkembangannya menggunakan berbagai macam istilah yaitu Tempat

Penitipan Anak, Sarana Penitipan Anak, Sarana Bina Balita, dan Panti Penitipan

Anak. Di Indonesia keberadaan Taman Penitipan Anak sebetulnya bukan baru

sekarang ini melainkan sudah ada sejak jaman Belanda, meskipun pada saat itu

khusus untuk buruh-buruh perkebunan. Itu sebabnya hingga saat ini penitipan anak

banyak berada di perkebunan. Sedangkan pemerintah baru mulai merintis Taman

Penitipan Anak pada tahun 1964 dengan nama Taman Penitipan Anak Kampung

Melayu Jakarta Timur, selanjutnya menyusul pendirian Taman Penitipan Anak

Pertiwi yang juga berlokasi di Jakarta. (Depsos, 2002:20)

Taman Penitipan Anak sekarang ini dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe.

Pertama, tipe pengasuhan penuh (Full Day Care) yaitu penitipan anak yang

dilaksanakan dengan kegiatan-kegiatan berupa penyuluhan, pelayanan, dan

pendidikan dengan stimulasi psikomotorik dan psikososial secara penuh. Kedua,

tipe setengah pengasuhan (Semi Day Care) yaitu penitipan anak yang dilaksanakan

dengan kegiatan-kegiatan berupa hanya penyuluhan atau pelayanan saja ataupun

pendidikan dengan stimulasi psikomotorik dan psikososial saja.

Ketiga, tipe pengasuhan sewaktu-waktu (Insidental Day Care) yaitu penitipan anak

yang dilaksanakan dengan kegiatan-kegiatan berupa penyuluhan, pelayanan, dan

pendidikan dengan stimulasi psikomotorik dan psikososial sewaktu-waktu bila

diperlukan sesuai dengan kebutuhan orangtua. (Wahyuti, 2003:30-32).

Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian TPA, maka penulis

dapat menyimpulkan bahwa pengertian TPA adalah sarana yang dapat membantu

para orang tua yang memiliki kesibukan diluar rumah, sehingga anak-anak mereka

dititipkan di tempat penitipan anak, dengan tujuan mendapatkan pengasuhan yang

lebih baik lagi karena TPA memiliki beberapa tipe pengasuhan yang baik.

Sarana penitipan anak ini biasanya dirancang secara khusus baik program,

staf, maupun pengadaan alat-alatnya. Tujuan sarana ini untuk membantu dalam hal

pengasuhan anak-anak yang ibunya bekerja. Semula sarana penitipan anak

diperuntukkan bagi ibu dari kalangan keluarga kurang beruntung, sedangkan

sekarang sarana ini lebih banyak diminati oleh keluarga tingkat menengah dan atas

yang umumnya disebabkan kedua orangtuanya bekerja. Menurut Daycare (1990 :

80).

Dari hasil rapat koordinasi "usaha kesejahteraan anak" departemen sosial

Republik Indonesia, dikemukakan pengertian Tempat Penitipan Anak (TPA)

sebagai berikut: Lembaga sosial yang memberikan pelayanan kepada anak-anak

balita yang dikuatirkan akan mengalami hambatan dalam pertumbuhannya, karena

ditinggalkan orang tua atau ibunya bekerja. Pelayanan ini diberikan dalam bentuk

peningkatan gizi, pengembangan intelektual, emosional dan sosial. Menurut

Daycare (1990 : 80).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Taman Penitipan

Anak adalah wahana pelayanan pendidikan dan pembinaan kesejahteraan anak atau

lembaga yang melengkapi peranan keluarga dalam merawat dan mengasuh anak

selama orangtua tidak di tempat atau berhalangan.

Menurut Papousek (dalam Newman 1970:101) Keuntungan TPA,

adalah; (1) Lingkungan lebih memberikan rangsangan terhadap panca

indera, (2) Anak-anak akan memiliki ruang bermain (baik di dalam maupun

diluar ruang) yang relatif lebih luas bila dibandingkan ruang mereka

sendiri,(3) Anak-anak lebih memiliki kesempatan berinteraksi atau

berhubungan dengan teman sebaya yang akan membantu perkembangan

kerja sama dan ketrampilan berbahasa, (4) Para orang tua dari anak-anak

mempunyai kesempatan saling berinteraksi dengan staf TPA yang

memungkinkan terjadi peningkatan ketrampilan dan pengetahuan dan tata

cara pengasuhan anak, (5) Anak akan mendapat pengawasan dari pengasuh

yang bertugas, (6) Pengasuh adalah orang dewasa yang sudah terlatih, (7)

Tersedianya beragam peralatan rumah tangga, alat permainan, program

pendidikan dan pengasuh serta kegiatan yang terencana, (8) Tersedianya

komponen pendidikan seperti anak belajar mandiri, berteman dan mendapat

kesempatan mempelajari berbagai ketrampilan.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1990 tentang Pendidikan

Prasekolah ditegaskan bahwa penitipan anak adalah sarana pengembangan anak

dini usia yang menyelenggarakan pendidikan dan layanan kesejahteraan anak. Dari

sisi pendidikan, penitipan anak menjadi tanggungjawab Menteri Pendidikan

Nasional, sedangkan dari sisi kesejahteraan anak menjadi tanggung jawab Menteri

Sosial. Dalam hubungan itu, Depsos (2002:55) menegaskan bahwa yang dimaksud

Taman Penitipan Anak (TPA) adalah lembaga pelayanan pengganti sementara yang

mengambil tanggung jawab secara luas ketika orangtua bekerja, yang meliputi

pelayanan sosialisasi anak, pengembangan perilaku anak, pendidikan anak,

kesehatan anak, kegiatan bermain, kegiatan pengisian waktu luang dan pelayanan

sosial kepada orangtua/keluarga seperti pelayanan konsultasi anak dan keluarga

ketika anak membutuhkan pelayanan tambahan.

Depdiknas (2003:81) mengartikan Taman Penitipan Anak sebagai salah

satu bentuk pendidikan anak dini usia pada jalur pendidikan non formal yang

menyelenggarakan program pendidikan bagi anak dini usia sejak usia 3 bulan

sampai dengan 6 tahun dan anak yang memerlukan pengasuhan dan perlindungan

ketika orangtuanya berhalangan.

Tempat penitipan anak adalah fasilitas yang sangat berguna, terutama bagi

para orangtua yang harus sering meninggalkan anak mereka yang masih kecil

karena bekerja, namun tidak memiliki alternatif yang bagus untuk menitipkan anak

(misalnya karena tidak ada anggota keluarga lain, tetangga yang bisa dipercaya atau

tidak memiliki pengasuh), mungkin ada juga di antara anda yang berpikir “untuk

apa bayar mahal buat menitipkan anak di TPA? Bukankah itu pemborosan?” Jika

anda hanya membayangkan bahwa tempat penitipan anak adalah hanya sekedar

tempat untuk menitipkan anak selama anda bekerja tanpa ada manfaat apa-apa,

tentu anggapan itu keliru. Depdiknas (2003:81)

Adapun Papousek (dalam Newman 1970:99) mengemukakan bahwa

kelemahan TPA adalah sebagai berikut ; (a) Pengasuhan yang rutin di TPA kurang

bervariasi dan sifatnya kurang memperhatikan pemenuhan kebutuhan masing-

masing anak secara pribadi karena pengasuh kurang memiliki waktu yang cukup,

(b) Anak-anak ternyata seringkali kurang memperoleh kesempatan untuk mandiri

atau berpisah dari kelompok, (c) Sosialisasi lebih mengarah pada kepatuhan

daripada otonomi, d) Para orang tua cenderung melepaskan tanggung jawab mereka

sebagai pengasuh kepada TPA, (e) Kurang diperhatikan kebutuhan anak secara

individual, berganti-gantinya pengasuh yang seringkali menimbulkan kesulitan

pada anak untuk menyesuaikan diri dengan pengasuh, (f) Anak mudah tertular

penyakit dari orang lain.

Menurut Jalal, F. (2002:4-8) bahwa perempuan terlahir dalam tiga

kesempatan. Kesempatan pertama terlahir sebagai dirinya sendiri (bayi

perempuan). Kesempatan kedua terlahir sebagai seorang istri. Ketiga terlahir

sebagai seorang ibu. Bagi yang telah terlahir dikesempatan ketiga ini, tentunya bisa

merasakan bagaimana suka dan dukanya menjadi Ibu. Seorang Ibu memiliki peran

ganda, harus menjadi Ibu yang sesungguhnya sekaligus berkarir. Beragam alasan

yang dikemukakan, mengapa mereka harus menjalani dua hal tersebut. Salah

satunya adalah demi mempersiapkan masa depan terbaik si kecil, para Ibu itu rela

membagi waktu mereka. Antara keluarga dan karir. Solusi lain ialah

mempercayakan anak mereka kepada lembaga penitipan anak. Lebih dikenal

dengan sebutan TPA.

2.2.2 Dasar Hukum dan tujuan Taman Penitipan Anak (TPA)

2.2.2.1 Dasar Hukum Taman Penitipan Anak (TPA)

Penyelenggaraan program TPA di Indonesia mengacu pada aturan dan

kebijakan yang dikeluarkan pemerintah sebagai berikut; (a) UUD 1945, (b) UU.

No. 4 Tahun 1974 mengenai Kesejahteraan Anak, (c) UU. No. 23 Tahun 2002

mengenai Perlindungan Anak, (d) UU. No. 20 Tahun 2003 mengenai Sistem

Pendidikan Nasional, (e) PP. No. 19 Tahun 2005 mengenai Standar Pendidikan

Nasional, (f) Peraturan menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 58

Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, (g) Rencana strategis

Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009. M. Hariwijaya dan Bertiani

(2007:20-21).

Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 58

tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yang menetapkan

beberapa standar Penyelenggaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),

sebagaimana tertuang dalam pasal 1 ayat (1) Permendiknas tersebut, yaitu: (a)

Standar tingkat pencapaian perkembangan, (b) Standar pendidik dan tenaga

kependidikan, (c) Standar isi, proses, dan penilaian; dan (d) Standar sarana dan

prasarana, pengelolaan dan pembiayaan.

a. Standar tingkat pencapaian perkembangan Menggambarkan pertumbuhan dan

perkembangan yang diharapkan dicapai anak pada rentang usia tertentu.

Perkembangan anak yang dicapai : aspek pemahaman nilai-nilai agama dan

moral, fisik, kognitif, bahasa dan sosial emosional Pertumbuhan : pemantauan

kesehatan dan gizi.

b. Standar pendidik dan tenaga kependidikan, pendidik PAUD pada jalur

pendidikan formal (TK/RA), terdiri atas guru dan guru pendamping, sedangkan

pendidik PAUD pada jalur nonformal (KB/TPA), terdiri atas guru, guru

pendamping, dan pengasuh. Tenaga kependidikan pada pendidikan formal

terdiri atas : Pengawas, Pengelola, Tenaga Administrasi, dan Petugas

Kebersihan.

c. Standar isi, proses, dan penilaian : Standar Isi antara lain; 1. Struktur Program :

Lingkup Pengembangan Meliputi : a. Nilai-nilai agama dan moral b. Fisik c.

Kognitif d. Bahasa e. Sosial Emosional Dilakukan secara terpadu dengan

pendekatan tematik, Standar Proses antara lain ; Perencanaan 1. Pengembangan

Rencana Pembelajaran Perencanaan Semester, Rencana Kegiatan Mingguan

(RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH), dan Standar Penilaian antara lain

; teknik penilaian : pengamatan, penugasan unjuk kerja,pencatatan

anekdot,dialog, laporan orang tua, dokumentasi hasil karya anak, deskripsi profil

anak Proses penilaian dilakukan secara berkala, intensif, bermakna, menyeluruh

dan berkelanjutan.

d. Standar sarana dan prasarana, pengelolaan dan pembiayaan ; Standar sarana dan

prasarana haruslah aman, nyaman, terang, memenuhi kriteria kesehatan bagi

anak dan sesuai tingkat perkembangan anak.

Menurut Setiawan (2002:77) bahwa untuk mendukung

mewujudkan anak usia dini yang berkualitas, maju, mandiri,

demokrasi, dan berprestasi, maka filsafat pendidikan di TPA dapat dirumuskan

menjadi: Tempa, Asah, Asih, Asuh.

1. Tempa

Tempa adalah untuk mewujudkan kualitas fisik anak

usia dini melalui upaya pemeliharaan kesehatan, peningkatan mutu gizi,

olahraga yang teratur dan terukur, serta aktivitas jasmani sehingga anak

memiliki fisik kuat, lincah, daya tahan dan disiplin tinggi.

2. Asah

Asah berarti memberi dukungan kepada anak untuk dapat belajar melalui

bermain agar memiliki pengalaman yang berguna dalam mengembangkan

seluruh potensinya. Kegiatan bermain yang bermakna, menarik, dan

merangsang imajinasi, kreativitas anak untuk melakukan, mengekplorasi,

memanipulasi, dan menemukan inovasi sesuai dengan minat dan gaya belajar

anak.

3. Asih

Asih pada dasarnya merupakan penjaminan pemenuhan kebutuhan anak

untuk mendapatkan perlindungan dari pengaruh yang dapat merugikan

pertumbuhan dan perkembangan, misalnya perlakuan kasar, penganiayaan fisik

dan mental dan ekploitasi.

4. Asuh

Melalui pembiasaan yang dilakukan secara konsisten untuk membentuk

perilaku dan kualitas kepribadian dan jati diri anak dalam hal; a). Integritas, iman,

dan taqwa; b). Patriotisme, nasionalisme dan kepeloporan; c). Rasa tanggung

jawab, jiwa kesatria, dan sportivitas; d). Jiwa kebersamaan, demokratis, dan tahan

uji; e). Jiwa tanggap (penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi), daya kritis

dan idealisme; f). Optimis dan keberanian mengambil resiko; g). Jiwa

kewirausahaan, kreatif dan profesional.

2.2.2.2 Tujuan Taman Penitipan Anak (TPA)

Menurut Setiawan (2002:42-45) bahwa tujuan layanan program di TPA itu

antara lain:

a. Memberikan layanan kepada anak usia 0 – 6 tahun yang terpaksa ditinggal

orang tua karena pekerjaan atau halangan lainnya.

b. Memberikan layanan yang terkait dengan pemenuhan hak-hak anak

untuk tumbuh dan berkembang, mendapatkan perlindungan dan kasih

sayang, serta hak untuk berpartisipasi dalam lingkungan sosialnya.

Tujuan Taman Penitipan Anak seperti ditegaskan Depsos (2002:17) adalah

untuk:

1) Terjaminnya tumbuh kembang anak berupa pengasuhan, rawatan,

dan pembinaan melalui proses sosialisasi dan pendidikan anak

sebaik mungkin;

2) Tersedianya kesempatan bagi anak untuk memperoleh kelengkapan

asuhan, rawatan, pembinaan dan pendidikan yang baik sehingga

dapat terjamin kelangsungan hidup, tumbuh kembang, perlindungan

dan partisipasi bagi anak;

3) Terhindarnya anak dari kemungkinan memperoleh tindakan

kekerasan atau tindakan lain yang akan mengganggu atau

mempengaruhi kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak serta

pembentukan kepribadian anak;

4) Terbantunya orangtua/keluarga dalam memantapkan fungsi

keluarga, khususnya dalam melaksanakan pembinaan kesejahteraan

anak di dalam dan di luar keluarga.

Dengan demikian, lembaga pelayanan ini merupakan upaya preventif dalam

menghadapi kekhawatiran keterlantaran melalui asuhan, perawatan, pendidikan,

dan bimbingan bagi anak balita. Mengacu pada penegasan di atas, dapat dikatakan

bahwa Taman Penitipan Anak bertujuan untuk memberikan pelayanan pendidikan

dan pembinaan kesejahteraan bagi anak dini usia untuk mencapai pertumbuhan dan

perkembangan yang optimal.

2.2.3 Prinsip dan manfaat Taman Penitipan Anak (TPA)

2.2.3.1 Prinsip Taman Penitipan Anak (TPA)

Menurut Patmonodewo (2002: 36-39) yaitu Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD) yang diterapkan dalam program TPA didasarkan atas prinsip-prinsip

berikut; (1) Berorientasi pada kebutuhan anak, (2) Sesuai dengan perkembangan

anak, (3)Sesuai dengan keunikan setiap individu, (4) Kegiatan belajar dilakukan

melalui bermain, (5) Anak belajar dari yang konkrit ke abstrak, dari yang sederhana

ke yang kompleks, dari gerakan ke verbal, dan dari diri sendiri ke social, (6) Anak

sebagai pembelajar aktif, (7) Anak belajar melalui interaksi social, (8)

Menyediakan lingkungan yang mendukung proses belajar, (9) Merangsang

munculnya kreativitas dan inovatif, (10) Mengembangkan kecakapan hidup anak,

(11) Menggunakan berbagai sumber dan media belajar yang ada di lingkungan

sekitar, (12) Anak belajar sesuai dengan kondisi sosial budayanya, (13)

Melibatkan peran serta orangtua yang bekerja sama dengan para pendidik di

lembaga PAUD, (14)

stimulasi pendidikan bersifat menyeluruh yang mencakup semua aspek

perkembangan.

2.2.3.2 Manfaat Taman Penitipan Anak (TPA)

Keberadaan Tempat Pendidikan Anak (TPA) sangat dirasakan manfaatnya

bagi orang tua. Apalagi bagi orang tua yang keduanya sama-sama bekerja. TPA

berfungsi sebagai tempat penitipan anak, bisa memberikan rasa ketenangan dalam

melaksanakan tugas seseorang juga punya andil cukup besar, dalam meningkatkan

kualitas tumbuh kembang anak. Alasannya, selama 6-7 jam, setiap harinya diasuh

di TPA, bisa tercipta sumber daya manusia berkualitas. Anak dapat bersosialisasi

dengan baik. Banyak teman dan lebih mandiri. Depdiknas. (2003:41).

Bagi setiap orang tua yang masing-masing bekerja, sangat memerlukan

sebuah Tempat Penitipan Anak (TPA). Selama bekerja, sedangkan di rumah tidak

punya pengasuh. Di TPA bisa mendapatkan pengasuhan dan pengawasan

kesehatan. Orang tua lebih tenang dalam melaksanakan dan meningkatkan efesiensi

kerja di tempat tugas masing-masing. Adanya program Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD) TPA, merupakan tepat yang cocok untuk meningkatkan pola asuh.

Depdiknas. (2003:43).

Sebuah tempat penitipan anak yang dikelola dengan baik akan menjadi

sarana yang sangat bermanfaat tidak hanya bagi keamanan dan keadaan anak

selama anda tinggal, namun juga bagi perkembangannya. Berikut beberapa manfaat

positif dari TPA yang bagus (selain menjaga dan merawat anak anda):

1) Anak belajar untuk berdisiplin. Hal ini karena staf TPA biasanya

menerapkan program dengan susunan jadwal agar semua anak bisa

beraktifitas bersama, misalnya jadwal untuk bermain di luar, makan

makanan ringan dan makan siang, sholat bagi yang Muslim dan

sebagainya.

2) Anak menjadi lebih pandai dalam bersosialisasi. Hal ini karena

mereka bertemu dengan anak-anak lain sebayanya di TPA dan harus

berinteraksi dalam berbagai hal, misalnya saat ikut bermain dalam

program permainan, saling meminjamkan mainan dan buku dan

sebagainya. Hal ini belum tentu terjadi di rumah, terutama jika si

anak tidak banyak bertemu dengan anak seumurnya di lingkungan

rumah.

3) Anak menjadi lebih mandiri. Walaupun anak diasuh oleh staf TPA,

tetapi mereka juga diajar untuk lebih mandiri, misalnya dalam hal

makan sendiri, membuka dan memakai sepatu, meminjamkan

mainan atau buku kepada teman lain dan sebagainya.

4) Anak tanpa sadar bisa mengembangkan kemampuan bahasa, karena

didorong oleh interaksi bersama staf TPA dan anak-anak lain. Staf

TPA juga bisa melatih anak dalam hal berkomunikasi, misalnya

dengan meminta mereka mengucapkan kata-kata sopan seperti

‘terima kasih’ dan meminta maaf jika berbuat salah.

Peran sebagai “keluarga pengganti” mengandung makna bukan mengambil

alih atau menghilangkan tanggungjawab dan fungsi keluarga sepenuhnya,

melainkan hanya mengganti untuk sementara waktu selama orangtua berhalangan

dalam memberikan asuhan, rawatan, perlindungan, dan pendidikan sehingga anak

terhindar dari stagnasi proses tumbuh kembang yang pada gilirannya dapat

mempengaruhi perkembangan kepribadian anak secara keseluruhan.

Secara umum, bentuk lembaga yang berperan sebagai “keluarga pengganti” dapat

dibedakan menjadi dua yakni Taman Penitipan Anak dan lembaga bukan Taman

Penitipan Anak yang sebagian dari kegiatannya adalah layanan pengasuhan anak.

Banyak contoh lembaga yang bukan Taman Penitipan Anak tetapi sekarang tumbuh

subur adalah full day school, sebuah lembaga pendidikan sekolah dan prasekolah

yang diselenggarakan hampir satu hari penuh.

Lembaga ini tetap memberlakukan jam sekolah, seperti lembaga pendidikan

lainnya, hanya saja setelah selesai jam sekolah anak-anak diberikan kegiatan

ekstrakurikuler termasuk istirahat dan makan siang. Contoh lainnya adalah

penitipan anak di pusat-pusat perbelanjaan yang memberikan layanan pengasuhan

dalam hitungan jam selama orangtua anak berbelanja. Depdiknas. 2003:46-47).

Taman Penitipan Anak sebagai “keluarga pengganti” diharapkan

memberikan pembinaan kesejahteraan dan pelayanan pendidikan bagi anak usia

dini untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. (Depdiknas,

2003:50). Karena itu, Taman Penitipan Anak dalam penyelenggaraannya selain

melaksanakan kegiatan pengasuhan selama waktu tertentu juga perlu melaksanakan

kegiatan pendidikan yang mengacu pada acuan menu pembelajaran PADU.

(Wahyuti, 2003:28-37).

Ini menunjukkan bahwa Taman Penitipan Anak bukan hanya untuk

peningkatan kesejahteraan anak tetapi juga untuk mengembangkan berbagai

potensi anak sejak dini dalam waktu tertentu sebagai persiapan untuk hidup dan

dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam pelaksanaanya, Taman

Penitipan Anak menyelenggarakan layanan berupa pemberian makan/minum,

pemeliharaan kesehatan, pemeriksaan dokter secara berkala, penimbangan berat

badan, pemberian vitamin, bimbingan rohani, bimbingan prilaku dan budi pekerti

anak, pengembangan kognitif anak, serta pengembangan sosialisasi anak.

Penegasan ini menunjukkan bahwa Taman Penitipan Anak memberikan layanan

holistik berupa layanan kesehatan, gizi, dan pendidikan secara terpadu, sehingga

kebutuhan dasar anak balita dalam proses tumbuhkembangnya dapat terpenuhi.

(Depsos, 2002:17)

Pengelompokan lainnya adalah pengelompokan berdasarkan lingkungan

atau berlokasi yaitu penitipan anak yang berlokasi di lingkungan perkantoran dan

perumahan serta di lingkungan perkebunan. Pengelompokan lainnya berdasarkan

penyelenggara atau pengelola lembaganya antara lain oleh lembaga pemerintah,

organisasi masyarakat, yayasan, lembaga swadaya masyarakat, dan perorangan.

(Setiawan, 2002:35).

Fungsi Taman Penitipan Anak seperti ditegaskan Depsos (2002:22) adalah

sebagai:

1) Pengganti fungsi orangtua sementara waktu. Kehadiran TPA adalah

untuk menjawab ketidakmampuan keluarga (karena kesibukannya)

dalam menjalankan beberapa fungsi yang seharusnya dilakukan.

Fungsi tersebut antara lain sosialisasi, pendidikan prasekolah

(pembelajaran prasekolah), asuhan, perawatan, dan pemeliharaan

sosial anak;

2) Informasi, komunikasi, dan konsultasi di bidang kesejahteraan

anak usia prasekolah. Dalam hal demikian, kehadiran TPA adalah

sebagai sumber informasi, komunikasi, dan konsultasi tentang

anak usia prasekolah beserta keluarganya kepada mereka yang

membutuhkan;

3) Rujukan, yaitu TPA dapat digunakan sebagai penerima rujukan

dari lembaga lain (pihak lain) dalam perolehan pelayanan bagi anak

usia prasekolah dan sekaligus melaksanakan rujukan ke lembaga

lain;

4) Pendidikan dan penelitian, yaitu TPA dapat digunakan sebagai

tempat pendidikan dan penelitian serta sarana untuk magang bagi

mereka yang berminat tentang anak balita.

Tempat penitipan anak (TPA) atau daycare kini keberadaannya kian

marak. Biasanya TPA ini dimanfaatkan oleh banyak orang tua yang tidak bisa

memiliki waktu banyak untuk merawat dan mengurus anak di rumah karena

keduanya bekerja. Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh orang tua dengan

menitipkan anaknya di tempat penitipan anak. Karena biasanya tempat penitipan

anak mempunyai program yang mengajarkan banyak pengetahuan, wawasan serta

keterampilan yang bisa meningkatkan kemampuan anak, jadi bukan hanya bermain.

Disamping itu, anak akan belajar bersosialisasi dengan adanya teman – teman

sebaya di tempat itu. Depsos (2002:23).

2.3 Kegiatan Layanan

Sebagaimana yang diuraikan bahwa TPA merupakan salah satu bentuk

PAUD nonformal dengan fungsi ganda, yaitu layanan pengasuhan dan layanan

pendidikan, layanan kesehatan gizi, layanan sarana prasarana dan administrasi.

Pengertian PAUD nonformal adalah kelembagaan PAUD yang tidak diformalkan.

Organisasi maupun kurikulumnya lebih bersifat fleksibel sesuai dengan kebutuhan

masyarakat itu sendiri. Hal itu, menurut M. Solehhudin (1997:56) bahwa

pendidikan prasekolah (sekarang dikenal dengan PAUD) memiliki karakteristik

dan cara belajar tersendiri, program pendidikannya tampak tidak terstruktur,

bersifat informal, dan bahkan kelihatan solah-olah ”tidak terencana”.

Karakteristik di atas hanya salah satu wujud dari pendekatan pendidikan

anak usia dini yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Sekarang ini,

seiring perkembangan, jalur PAUD nonformal pun dewasa ini telah memiliki

organisasi dan kurikulum yang lebih baik, sehingga mampu mencapai tujuan-

tujuannya, baik tujuan kelembagaannya maupun tujuan pendidikan nasional itu

sendiri, M. Solehhudin (1997:56). Di taman penitipan anak, sebelum mengadakan

proses pembelajaran pada anak sebaiknya memiliki perencanaan kegiatan

pembelajaran yang mengarah keproses pembelajaran sehingga anak maupun

pendidik tidak merasa jenuh, dan dengan adanya perencanaan kegiatan

pembelajaran maka seluruh tujuan yang diarahkan pada anak akan tercapai sesuai

dengan kemampuan anak itu sendiri.

2.3.1 Layanan Pendidikan

Berikut ini ada beberapa perencanaan kegiatan pembelajaran terkait dengan

pendidikan anak didik, antara lain sebagai berikut :

1. Persiapan Pembelajaran

Pada awal perencanaan kegiatan pembelajaran seharusnya diadakan

persiapan terlebih dahulu baik dari pendidik maupun pada anak didik agar lebih

terprogram dengan baik semua proses pembelajaran sebelum memasuki

perencanaan berikutnya. Pada persiapan pembelajaran terdapat beberapa bagian

antara lain sebagai berikut: a). Perencanaan pembelajaran dilaksanakan bedasarkan

atas tema-tema yang dekat dengan kehidupan anak. Dikembangkan dalam silabi

atau satuan kegiatan (mingguan atau harian) dengan menggunakan pendekatan

menyeluruh dan terpadu, b). Satuan kegiatan mingguan dan harian disusun oleh

Pendidik yang mengacu pada Acuan Menu Pembelajaran yang berdasarkan aspek-

aspek perkembangan anak sesuai dengan usia dan kemampuan anak,

c). Pembelajaran menggunakan pendekatan metode PAUD (Sentra dan lingkaran),

dengan menyusun rencana kegiatan yang dimaksudkan untuk memberi arah dalam

menentukan; 1) Kemampuan anak yang ingin dikembangkan, 2) Topik dan

kegiatan main yang akan dilakukan, 3) Alat dan bahan main yang perlu disiapkan,

4) Waktu yang dibutuhkan dalam kegiatan, d). Kegiatan Main, yakni ; 1) Kegiatan

main untuk anak usia 2-3 tahun mencakup main sensorimotor dan main peran, 2)

Kegiatan main untuk anak usia 4-6 tahun mencakup main sensorimotor, main peran

dan main pembangunan.

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Setelah melalui tahap persiapan pembelajaran, maka dilanjutkan dengan

pelaksanaan pembelajaran, berikut ini adalah penjabaran pada saat memasuki

pelaksanaan pembelajaran :

Anak yang bergabung dalam TPA dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Waktu

1) Full Day Care (anak dititipkan sehari penuh) dari jam 07.30 s.d 16.00

2) Half Day Care (anak dititipkan hanya setengah hari) dari jam 07.30 s.d.

14.00

3) Insidental Day Care (anak dititipkan sewaktu-waktu) sesuai dengan

kebutuhan dari orangtua.

b. Kegiatan dalam satu hari

Kegiatan anak di TPA dapat diatur sebagai berikut:

1) Kegiatan Penyambutan

Kegiatan ini merupakan transisi anak dari rumah untuk melakukan kegiatan

pembelajaran di TPA.

2) Kegiatan anak bermain bebas

3) Kegiatan anak di Sentra Bermain

Kegiatan ini dilakukan anak bersama Pendidik yang mencakup :

a) Penataan lingkungan bermain

b) Pijakan sebelum bermain

c) Pijakan selama bermain

d) Pijakan sesudah bermain atau mengulang kembali setelah bermain (recalling

) dan

e) Membereskan/merapikan kembali

4) Makan Bersama

5) Tidur Siang/Istirahat

6) Mandi sebelum pulang ke rumah.

7) Kegiatan untuk menyerahkan anak kepada orangtua.

3. Proses Pembelajaran

Pada proses pembelajaran pendidik maupun anak didik, ada beberapa anak

dibagi sesuai sentra yang di laksanakan oleh pendidik pada anak, Bermain

merupakan kegiatan utama yang dilakukan anak dalam melakukan interaksi dengan

lingkungannya untuk membangun pengetahuan anak, adapun metode pembelajaran

di Taman Penitipan Anak (TPA) melalui bermain, bermain dapat diterapkan dalam

3 jenis yaitu; (1) main sensorimotor, (2) main peran, (3) main pembangunan.

Kegiatan anak di TPA dapat diatur sebagai berikut: (1) Kegiatan penyambutan, (2)

Kegiatan ini merupakan transisi anak dari rumah untuk melakukan kegiatan

pembelajaran di TPA, (3) Kegiatan anak bermain bebas, (4) Kegiatan anak di sentra

bermain.

Kegiatan ini dilakukan bersama pendidik yang mencakup ; (1) Penataan

lingkungan bermain, (2) Pijakan sebelum bermain, (3) Pijakan selama bermain, (4)

Pijakan seusai bermain atau mengingat kembali setelah bermain (recalling) dan, (5)

Mebereskan/merapikan kembali, (6) Makan bersama, (5) Tidur siang/istirahat, (6)

Mandi sebelum pulang ke rumah, (7) Kegiatan untuk menyerahkan anak kepada

orang tua. Hariwijaya dan Bertiani (2007:41-42).

Pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran maka, anak harus melalui

beberapa kegiatan antara lain dari kegiatan awal, kegiatan inti, istirahat dan

kegiatan akhir, pada pelaksanaan pembelajaran anak didik dapat juga diajarkan

tentang lingkungan bermain bagi anak, berikut ini ada beberapa kegiatan yang pada

anak di taman penitipan anak :

a. Penataan Lingkungan Bermain

Pada sentra bermain anak lebih memilih lingkungan sekolahnya

dan sebelum anak dan orang tua datang, siapkan tempat yang memungkinkan

anak dapat bermain dan bergerak dengan nyaman. Perhatikan kebersihan ruangan.

Tempatkan mainan di tempat yang akan digunakan bermain anak.

b. Saat anak datang

Satu orang Pendidik menyambut anak-anak datang di depan rumah atau taman

penitipan anak (TPA), Pendidik yang lain di dalam ruangan untuk menyiapkan

sarana belajar yang akan digunakan dan memimpin kegaiatan pembukaan.

c. Anak main di luar

Setelah waktu yang ditentukan tiba, anak diajak dalam lingkaran, untuk

menyanyikan lagu anak-anak dan berdoa pembukaan lalu menyebutkan kegiatan

pembuka yang akan dilakukan. Satu Pendidik yang memimpin dan Pendidik

satunya memberi contoh. Kegiatan main ini dilakukan paling lama 30 menit.

d. Transisi

Setelah anak main, anak-anak dikumpulkan kembali dalam lingkaran. Pendidik

menanyakan pendapat anak tentang permainan atu kegiatan yang dilakukannya.

Setelah semua anak mengemukakan pendapatnya, anak secara bergiliran

dipersilakan untuk minum dan ke kamar kecil. Sambil menunggu anak-anak selesai

seluruhnya, satu Pendidik mengajak menyanyi, satu Pendidik lainnya mengecek

tempat main (Pijakan lingkungan bermain). Setelah semua anak berkumpul,

Pendidik duduk diantara anak-anak. Salah satu Pendidik bersiap-siap untuk

membacakan cerita dari buku cerita sesuai dengan tema yang diajarkan pada

pertemuan hari itu.

e. Kegiatan di Sentra

Pijakan pengalaman sebelum bermain (lebih kurang 5 menit), Pendidik

memberi salam kepada anak-anak, mengaitkan tema hari ini dengan kehidupan

anak sehari-hari.

1. Pendidik bercerita (lebih kurang 15 menit)

Pendidik mulai membacakan tema dari buku cerita yang ditentukan hari ini dan

bercerita yang dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah bercerita Pendidik

meminta anak untuk merefleksikan kejadian-kejadian yang dialami dalam tiga hari

belakangan ini. Bila anak banyak tidak perlu semua diberi giliran untuk

mengemukakan pendapatnya cukup 4-5 anak saja. Setelah itu Pendidik

memperkenal-kan tempat main, dan menyampaikan aturan-aturan bermain,

termasuk cara menggunakan alat-alat, waktu memulai dan waktu selesai (start dan

finish). Jika dirasa anak telah siap untuk main, Pendidik menggunakan transisi

berdasarkan warna baju, usia anak, huruf depan nama anak dan lain-lain.

2. Pijakan pengalaman selama bermain (minimal 60 menit)

Pendidik berkeliling diantara anak, memberi contoh cara main pada anak yang

belum bisa menggunakan bahan/ alat, memberi dukungan berupa pernyataan positif

tentang pekerjaan yang dilakukan anak, memancing dengan pertanyaan terbuka

untuk memperluas cara main anak, memberikan bantuan pada anak yang

membutuhkan. Pendidik mendorong anak untuk mencoba di tempat lainnya.

Sehingga anak memiliki pengalaman main yang kaya (densitas). Pendidik juga

mencatat apa yang dilakukan oleh anak meliputi jenis main, tahap perkembangan,

tahap sosial pada lembar penilaian Pendidik dan jangan lupa menuliskan nama dan

tanggal pada lembar kerja anak. Bila waktu tinggal 5 menit, Pendidik

memberitahukan pada anak-anak untuk bersiap-siap menyudahi kegiatan mainnya.

3. Pijakan pengalaman setelah bermain (minimal 15 menit)

Bila waktu main habis, Pendidik memberitahukan saatnya membereskan.

Membereskan dengan melibatkan anak-anak. Bila 75% bahan main sudah

dirapihkan kembali, sa-tu orang Pendidik membantu membereskan baju anak yang

basah, sedang Pendidik lainnya membereskan se-mua mainan hingga kembali pada

tempatnya. Bila anak sudah rapi, satu orang Pendidik duduk membuat lingkaran

sambil bernyanyi. Sedang Pendidik yang satu setelah membereskan, menyiapkan

makanan untuk anak. Setelah semua anak duduk dalam lingkaran, Pendidik

menanyakan pada setiap anak tentang kegiatan main yang dilaku-kannya. Setelah

semua anak berbicara, Pendidik mena-nyakan kembali pengalaman main yang

dilakukan tadi.

f). Makan Bersama (lebih kurang 30 menit)

Sebelum makan, Pendidik mengajak berdoa sebelum makan, dan menghitung

jumlah anak dan makanan yang tersedia. Lalu menyebutkan satu nama masing-

masing anak. Pendidik menyebutkan bentuk, warna, bahan yang dipakai, cara

pembuatan makanan. Gizi yang dikandung, dan siapa yang membuat dan kaitkan

dengan pelajaran yang telah diperoleh dan tema hari ini, jangan lupa anak-anak juga

diberitahukan cara-cara makan yang baik dikaitkan dengan budi pekerti dan atau

adat ketimuran.

Anak-anak dipersilakan makan bersama dengan tertib tidak saling mengganggu

dan ajarkan menghargai Tuhan dan sesama. Jika masih ada kelebihan makanan

tawarkan kepada anak lain yang ingin tambah tetapi bila banyak anak yang ingin

tambah tetapi makanan terbatas berikan kesempatan kepada anak untuk mengatasi

bersama.

Selesai makan ajak anak berdoa setelah makan dan ajak anak untuk mengemasi

tempat makan dan alat-alat makan yang kotor untuk memasukkan ke tempat cuci

piring. Pendidik yang satu mengemasi tempat dan yang satunya mengajak anak

dalam lingkaran.

g. Transisi/penutupan (minimal 10 menit)

Setelah anak berkumpul Pendidik mengajak anak-anak berdoa dan mendoakan

anak yang tidak masuk karena sakit atau alasan lain agar dapat bergabung bersama

lagi serta menyanyikan lagu untuk mengakhiri

pembelajaran. Pendidik menyampaikan rencana belajar dan menye-butkan tema

untuk pertemuan berikutnya serta meng-anjurkan untuk bermain bersama adik atau

kakak atau orangtua di rumah masing-masing.

h. Persiapan Tidur Siang

Pendidik bersama Pengasuh mengajak anak untuk bergan-ti pakaian serta cuci

tangan dan kaki, agar dapat nyaman dalam tidur.

i. Tidur Siang

Untuk menghindari berebut saat mau tidur, anak-anak diberi pengertian agar

anak yang sudah besar dapat tidur sendiri tidak harus ditunggu Pengasuh. Gunakan

cara dengan memutarkan kaset dongeng atau lagu pengantar tidur.

Tata Tertib TPA, antara lain ; (1) Ananda hadir di sekolah pukul 07.20 kegiatan di

mulai pukul 07.30, (2) Ananda dibawakan snack yang mengenyangkan (tidak boleh

mie instant, dan sejenis chiki), (3) Ananda dibawakan minimal 1 stel pakaian untuk

ditinggal di sekolah, (4) Ananda dibawakan sandal, sikat gigi, pasta gigi, sabun

mandi cair, dan shampo anak, (5) Ananda dibawakan bekal makan, susu, dan dot,

(6) Ananda tidak diperkenankan membawa uang dan perhiasan yang berlebihan, (7)

Ananda sebaiknya tidak membawa mainan dari rumah, (8) Selama pembelajaran

pengantar tidak diperbolehkan menunggu di dalam maupun di luar ruangan, kecuali

selama proses penyesuaian.(9) Jika tidak masuk sekolah, memberitahu sekolah

lewat telepon, (10) Pembayaran infak bulanan selambat-lambatnya tanggal 10 tiap

bulannya.

Menurut Hariwijaya dan Bertiani (2007:41-42), maka dalam mengelola

pembelajaran, di Taman Penitipan Anak (TPA) harus memperhatikan aspek-aspek

sebagai berikut:

1) Keterlibatan anak, dalam hal ini prinsip pembelajaran harus berpusat kepada

aktivitas belajar anak.

2) Layanan program, yang disesuaikan dengan satuan pendidikan masing-masing,

yakni; (a) Taman Penitipan Anak, dilaksanakan 3-5 hari dengan layanan

minimal 6 jam atau dalam satu tahun 144-160 hari atau 32-34 minggu,

(b) Kelompok Bermain (KB) dilaksanakan setiap hari atau minimal 3 kali

seminggu dengan jumlah jam minimal 3 jam atau dalam satu tahun 144 hari

atau 32-34 minggu, (c) Satuan PAUD sejenis (SPS) minimal satu minggu

sekali dengan jam layanan 2 jam. Kekuaran jam layanan pada SPS dilengkapi

dengan program pengasuhan yang dilakukan orang tua sehingga jumlah

layanan keseluruhan setara dengan 144 hari dalam satu tahun, (d) Taman

Kanak-Kanak (TK) dilaksanakan minimal 5 hari seminggu dengan jumlah

layanan minimal 2,5 jam. Dalam satu tahuan 160 hari layanan atau 34 minggu.

3) Kegiatan insidental/semester/Tahunan Antara lain meliputi; a) Kunjungan

luar, seperti kunjungan ke museum, mesjid, kantor pos, kantor polisi, dan

lainnya, b) Pengenalan pekerjaan, yakni mengenalkan profesi dengan

mendatangkan atau mengunjungi narasumber yang relevan, seperti dokter,

tukang pos, kepala desa, dan sebagainya, c) Peringatan Hari Besar (PHB),

Dalam memperingati hari besar dapat dilakukan dengan mengadakan

perlombaan, panggung seni, parade, dan lainnya, d) Bakti Sosial Seperti

melaksanakan kegiatan bersih-bersih lingkungan, mengunjungi panti asuhan,

rumah jompo, dan lainnya.

e) Kegiatan bersama orang tua, Orang tua dapat juga menjadi narasumber, guru

pendamping atau guru bantu, f) Kesehatan Misalnya dengan pemeriksaan

kesehatan gigi dan pemeriksaan kesehatan umum, g) Media Audio Visual

Dengan menggunakan media audio visiual dalam mengetengahkan tema atau

materi pembelajaran, dan pembelajaran di laksanakan berdasarkan kurikulum

yang ada.

4. Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi

dan bahan belajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Taman Pengasuhan Anak (TPA) dalam model ini merupakan salah satu bentuk

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada jalur nonformal yang menyelenggarakan

program pendidikan sekaligus pengasuhan dan kesejahteraan sosial terhadap anak

sejak usia 1 tahun sampai usia 6 tahun. TPA Holistik berarti seluruh kebutuhan anak

(kesehatan, gizi, pendidikan, perlindungan, berkembang dan mempertahankan

kelangsungan hidup) dilayani di dalam penyelenggaraan TPA. Budaya lokal adalah

akal, budi dan daya yang hidup dan berkembang pada suku bangsa disuatu daerah

baik dalam wujud abstrak (tidak nyata) maupun kongkrit (nyata). M. Hariwijaya

dan Bertiani (2007:35-36).

Menurut M. Hariwijaya dan Bertiani (2007:33-34), ada beberapa prinsip-

prinsip dasar pengembangan kurikulum Taman Penitipan Anak (TPA), antara lain;

1. Prinsip-prinsip Dasar pengembangan kurikulum TPA

Dalam hal prinsip-prinsip pengembangan kurikulum TPA mengacu pada

kurikulum PAUD secara umum. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini,

menetapkan beberapa prinsip pengembangan kurikulum TPA meliputi; a) Bersifat

komprehensif, artinya kurikulum harus menyediakan pengalaman belajar yang

meningkatkan perkembangan anak secara menyeluruh dalam berbagai aspek

perkembangan, b) Didasarkan pada perkembangan secara bertahap, sehingga

proses pembelajaran harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan usia anak dan

tahapan perkembangan anak, c) Melibatkan orang tua sebagai pendidik utama,

sehingga peran orang tua dalam menyusun rancangan kegiatan pembelajaran harus

ditingkatkan agar tujuan PAUD lebih terarah dan tepat sasaran, d) Melayani

kebutuhan anak, yakni mampu mengembangkan kemampuan, kebutuhan, minat,

potensi setiap anak, e) Merefleksikan kebutuhan dan nilai-nilai yang dalam

masyarakat, f) Mengembangkan standar kompetensi anak sebagai upaya

menyiapkan lingkungan belajar anak, g) Mewadahi layanan anak berkebutuhan

khusus, sehingga semboyan pendidikan untuk semua dapat dilaksanakan, h)

Menjalin kemitraan dengan keluarga dan masyarakat, i) Memperhatikan kesehatan

dan keselamatan anak, khususnya di lingkungan sekolah, j) Menjabarkan prosedur

pengelolaan lembaga yang diungkapkan kepada masyarakat sebagai bentuk

akuntabilitas, k) Manajemen sumber daya manusia yang terlibat dalam lembaga

pendidikan anak usia dini, l) Penyediaan sarana dan prasarana yang optimal dan

mampu menunjang proses pembelajaran.

Pada pengelolaan kegiatan layanan di taman penitipan anak (TPA) terdapat

ruang lingkup kurikulum di taman penitipan anak (TPA), berikut ini menurut M.

Hariwijaya dan Bertiani (2007:40-42), Kurikulum taman penitipan anak (TPA)

mencakup seluruh aspek perkembangan anak, yakni: (1) Nilai agama dan moral, (2)

Fisik, motorik kasar, motorik halus dan kesehatan fisik, (3) Kognitif: pengetahuan

umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola, konsep bilangan, lambang

bilangan dan huruf, (4) Bahasa: bahasa yang diterima dan didengar, bahasa untuk

mengungkapkan hasil fikiran/perasaan, dan keaksaraan, (5) Sosial emosional.

Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum menu generik atau acuan lainnya

yang sesuai.

2.3.2 Layanan Pengasuhan

Program pendidikan pada taman penitipan anak (TPA), merupakan wahana

pendidikan anak usia dini untuk membantu meletakkan dasar kearah perkembangan

sikap, pengetahuan, ketrampilan, daya cipta yang diperlukan anak, dalam

menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta pertumbuhan dan perkembangan

selanjutnya sekaligus untuk mempersiapkan anak memasuki pendidikan

selanjutnya. Adapun pengelompokkan usia pada kegiatan pengasuhan dan bermain

di TPA dilakukan dengan cara dikelompokkan berdasarkan usia, dengan

pengelompokkan sbagai berikut ; a) kelompok usia 3 bulan - < 2 tahun, b) kelompok

usia 2 tahun - < 4 tahun, c) kelompok usia 4 tahun - < 6 tahun. Apabila jumlah anak

dalam kelompok usia tersebut banyak, maka dapat dibuat kelompok kecil sebagai

berikut; a) 3 bulan - < 12 bulan, b) 12 bulan, , c) 18 bulan - < 24 bulan, d) 2 tahun

– 3 tahun, e) 3 tahun - < 4 tahun, f) 4 tahun - < 5 tahun, g) 5 tahun - < 6 tahun,

jumlah anak dalam kelompok di sebuah lembaga TPA disesuaikan dengan

kemampuan lembaga dengan memperhatikan jumlah guru/guru

pendamping/pengasuh yang tersedia dan luas ruangan yang dimiliki, alokasi

sebagai berikut; 1) TPA Full day (6 – 8 jam per hari, minimal 3 kali dalam

seminggu), 2) TPA setengah hari (4-5 jam perhari, minimal 3 kali dalam seminggu),

3) TPA non reguler; 1-3 jam perhari.

Pada ratio guru/guru pendamping dengan anak disesuaikan dengan

kelompok usia yang dilayani; a) kelompok usia 0 - < 1 tahun 1 guru : 4 anak, b)

kelompok usia 1 - < 2 tahun 1 guru : 6 anak, c) kelompok usia 2 - < tahun 1 guru :

8 anak, d) kelompok usia 3 - < 4 tahun 1 guru : 10 anak, e) kelompok usia 4 - < 5

tahun 1 guru : 12 anak, f) kelompok usia 5 - < 6 tahun 1 guru : 15 anak.

Apabila dalam kelompok usia tertentu jumlah anak melebihi ratio tersebut,

maka jumlah anak melebihi ratio tersebut, maka jumlah guru dilipatkan. Contoh

jumlah anak usia 1 – < 2 tahun berjumlah 9 anak, maka jumlah guru yang

membimbing sebanyak 2 orang. Berarti ratio guru dan anak. Hariwijaya dan

Bertiani (2007:40-42).

Komponen Kurikulum TPA menurut M. Hariwijaya dan Bertiani (2007:33-

34), antara lain sebagai berikut ;

a. Peserta didik

Sasaran pendidikan anak usia dini khususnya TPA adalah anak yang berada

di sekurang-kurangnya berusia 3 bulan sampai 6 tahun, dengan prioritas anak yang

kedua orang tuanya bekerja.

b. Pendidik

Pendidik di taman penitipan anak (TPA) ada yang sebagai guru pendidik, guru

pendamping, dan pengasuh, adapun kewajiban sebagai guru pendidik, guru

pendamping dan pengasuh antara lain menjadi teladan bagi pembentukan karakter

anak, mengembangkan rencana pembelajaran sesuai dengan tahap perkembangan

anak.

c. Pengelola

Pengelola TPA minimal mempunyai kualifikasi lulusan SMA dan mempunyai

sertifikat pelatihan PAUD, serta telah berpengalaman menjadi guru PAUD minimal

selama 2 tahun. Kompetensi yang harus dimiliki sama dengan kompetensi

pendidikan TPA, serta kewajibannya adalah: (1) Mengelola Rencana Anggaran

Belanja Lembaga, (2) Mengelola dan mengembangkan lembaga dalam pelayanan

pendidikan, pengasuhan dan perlindungan, (3) Mengkoordinasikan pendidik dalam

melaksanakan tugas di lembaganya, (4) Mengelola sarana dan prasarana yang

dimiliki lembaga, (5) Menjalin kerjasama dengan lembaga lainnya. DiTaman

Penitipan Anak (TPA) Holistik Berbasis Budaya Lokal adalah suatu upaya layanan

TPA yang diselenggarakan dengan upaya memenuhi seluruh kebutuhan anak

(kesehatan, gizi, pendidikan, pengasuhan, perlindungan, berkembang dan

mempertahankan hidup) dengan menekankan nilai-nilai budaya lokal dalam setiap

langkah-langkah pembelajarannya. M. Hariwijaya dan Bertiani (2007:35-36).

2.3.3 Layanan Kesehatan Gizi

Di Taman Penitipan Anak (TPA), sangat mengutamakan layanan-layanan

yang dapat memberikan yang terbaik bagi anak didiknya, contohnya seperti adanya

layanan kesehatan dan gizi bagi anak, berikut ini ada penjelasan tentang layanan

kesehatan dan gizi di Taman Penitipan Anak (TPA) ;

Menurut M. Hariwijaya dan Bertiani (2007:45-46), bahwa layanan

kesehatan dan gizi di taman penitipan anak adalah sebagai berikut;

1. Layanan Kesehatan

Pada layanan kesehatan terdapat beberapa penjelasan sebagai berikut ;

a).Layanan kesehatan di TPA dilakukan secara langsung dan tidak langsung,

b).Layanan kesehatan langsung berupa pemeriksaan kesehatan anak yang dilakukan

oleh tenaga medis secara berkala misalnya pemeriksaan gigi, pemberian vitamin A,

penimbangan, imunisasi dan penanganan darurat. Untuk kegiatan ini lembaga TPA

dapat bekerja sama dengan Posyandu atau Puskesmas terdekat.c). Layanan

kesehatan tidak langsung berupa pemeliharaan kebersihan lingkungan dan alat

main, pengatuan cahaya dan ventilasi, ketersediaan air bersih untuk kegiatan

bermain ataupun untuk toileting, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular,

penyehatan lingkungan, dsb.

2. Layanan Gizi

Pada layanan gizi di taman penitipan anak terdapat beberapa uraian seperti

berikut ini; a). Layanan gizi dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan gizi

yang seimbang bagi anak di TPA, b). Layanan gizi dilakukan melalui pemberian

makanan yang sehat dan bergizi tinggi, dengan memperhatikan variasi makanan,

catatan kebutuhan dan sensitivitas jenis makanan untuk setiap anak, c). Sangat

dianjurkan bagi para pengelola TPA untuk mengkonsulasikan menu gizi seimbang

dengan petugas kesehatan gizi terdekat.

2.3.4 Indikator Keberhasilan Taman Penitipan Anak (TPA)

Menurut M. Hariwijaya dan Bertiani (2007:40-41), bahwa indikator

keberhasilan sebuah TPA antara lain; (1) Tingkat kehadiran anak mencapai 80%,

(2) Tingkat kehadiran pendidik/pengasuh mencapai 90%, (3) Program berjalan

sesuai dengan visi, misi dan tujuan lembaga, (4) Memiliki ratio pendidik sesuai

dengan yang ditetapkan, (4) Kualiifikasi pendidik/pengasuh minimal mencapai

60%, (5) Memiliki kurikulum, perencanaan program, hasil perkembangan anak

yang diadministrasikan dengan baik, (6) Tersedia sarana 3 (tiga) jenis main

(sensorimotorik, peran dan pembangunan) sesuai dengan tahapan perkembangan

anak, (7) Data pribadi (tumbuh kembang) anak terekam dengan baik. Pada

keberhasilan ditaman penitipan anak (TPA) ada kaitannya dengan sarana dan

prasarana di TPA tersebut karena tanpa sarana dan prasarana yang memadai maka

indikator keberhasilan taman penitipan anak (TPA) tidak akan berhasil.

2.3.5 Layanan Sarana dan Prasarana

Salahsatu aspek yang harus mendapat perhatian utama dari setiap

administrasi pendidikan adalah mengenai sarana dan prasarana pendidikan seperti

tempat belajar dan prasarana belajar. Adapun pada prasarana belajar terdapat

gedung, ruangan, sarana belajar, dan alat permainan begitupun pada alat permainan

terbagi menjadi alat permainan yang diluar ruangan dan alat permainan yang

didalam ruangan. Depdiknas (2008:12-13).

2.3.6 Administrasi

Adapun prosedur perizinan suatu kelembagaan TPA, antara lain; (1) Setiap

lembaga TPA berkewajiban untuk mendaftarkan lembaganya ke Dinas Pendidikan

c.q Bidang Pendidikan Non-Formal di wilayahnya. TPA yang sudah terdaftar dpat

memberikan layanan kepada anak-anak sesuai ketentuan, (2) Lembaga TPA yang

telah memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditentukan dalam buku pedoman ini

dapat mengajukan diri untuk memperoleh izin operasional. Izin operasional diatur

oleh daerah setempat, (3) Lembaga TPA yang telah memiliki program yang

permanen dan pendidikan yang sesuai dengan ketentuan dalam Standar PAUD,

berhak mengajukan akreditasi lembaga PAUD Non-Formal.

Menurut M. Solehhudin (1997:60), bahwa administrasi yang harus

dilengkapi pada saat pendirian TPA, adalah mencakup: Administrasi kelembagaan;

(1) Visi, misi, dan tujuan lembaga yang disusun oleh Pengelola dan Pemilik

Yayasan; (2) Struktur Kepengurusan;(3) Surat-surat berharga: Izin Pendirian dari

Pejabat yang Berwenang, Akta Kepemilikian/Akta Kerjasama/Izin Penggunaan

Bangunan, Izin Oparsional, dsb Administrasi ketenagaan, mencakup ; (1) Data

tenaga pendidik: nama, tempat/tanggal lahir, jenis kelamin, pendidikan, mulai

bertugas, bertugas di kelompok apa, dan pelatihan yang diterima; (2) Data

pengelola: Nama, tempat/tanggal lahir, jenis kelamin, pendidikan,mulai bertugas,

dan pelatihan yang diterima; (3) Data tenaga administratif: nama, tempat/tanggal

lahir, jenis kelamin, pendidikan, mulai bertugas, dan pelatihan yang diterima;(4)

Data petugas lainnya bila ada. Administrasi Anak, meliputi; (1) Buku induk:nama

anak, tempat dan tanggal lahir, anak ke berapa, nama orang tua, pekerjaan orang

tua, tanggal masuk; (2) Buku catatan perkembangan anak/buku raport. Administrasi

Keuangan, mencakup; (1) Buku kas/bank; (2) Buku Pengeluaran dan Penerimaan;

(3) Kartu Pembayaran/iuaran dari peserta didik; (4) Buku inventaris barang; (5)

Buku untuk kearsipan lainnya. Administrasi Program, meliputi; (1) Rencana

kegiatan semester, bulanan, harian; (2) Formulir pendaftaran calon peserta didik;

(3) Buku komunikasi/penghubung antara pendidik dan orangtua; (4) Jadwal

kegiatan bermain; (5) Pernyataan orangtua; (6) Buku daftar hadir untuk anak; (7)

Buku daftar hadir untuk pendidik dan pengasuh; (8) Buku tamu; dan (9) Buku

agenda kegiatan.

2.4 Dampak Taman Penitipan Anak (TPA)

Seorang anak di masa modern sekarang ini sangat membutuhkan arahan,

perhatian dari orang tua sangat diperlukan. Karena semakin bertambahnya umur

seorang anak akan membuat dia ingin tahu lebih jauh tentang apa yang mereka ingin

ketahui.

Dengan berkembangnya teknologi sekarang dibutuhkanlah orang tua yang

dapat mengawasi, mendidik serta memberikan arahan yang baik terhadap anaknya

agar anak tersebut tidak mengarah ke hal-hal yang negatif. Karena orang tua yang

sudah tidak memperhatikan anaknya mungkin moral anak tersebut bisa rusak

karena pengaruh-pengaruh dari luar yang menjerumuskannya. Tidak mungkin ada

orang tua yang ingin anaknya menjadi tidak benar/hancur karena kesalahan yang

seharusnya tidak dilakukan, maka peranan orang tua sangat lah penting dimana

seorang anak harus mendapatkan perhatian yang cukup dan tidak memberikan

perhatiannya terlalu berlebihan,karena apabila seorang anak mendapat perhatiaan

yang berlebihan akan membuat mereka susah untuk bersosialisasi dan selalu

bergantung kepada orang tua. Hariwijaya dan Bertiani (2007:41-42)

Sebagai orang tua latihlah seorang anak agar selalu bisa bertanggung jawab

dengan hal-hal yang mereka dapatkan, dengan begitu anak akan terbiasa untuk

selalu bertanggung jawab dengan apa yang mereka lakukan. Dan Sebagai orang tua

yang baik, jangan melihat keburukan atau kebaikan. Namun lihatlah dari tata cara

bergaul sang anak, dengan siapa bergaul, bagaimana luas pergaulannya. Bukan

sekedar untuk membatasi sang anak dalam bergaul namun diharapkan impian

melihat anak sukses mengarungi kehidupan tanpa mengalami kesalahan dalam

pergaulan baik dilingkungan keluarga, atau lingkungan luar menjadi sebuah

kenyataan.

Manfaatnya kembali ke orang tua, sebab sang anak lalu menjadi orang yang

menghargai kedua orang tua. perlu diingat oleh kedua orang tua adalah jika seorang

anak atau remaja kurang mendapatkan perhatian dari orang tua, besar kemungkinan

dia akan menjadi seorang anak dan remaja yang temperamental. Sang anak menjadi

bebas dalam melakukan segala hal, baik itu dalam hal kebaikan maupun keburukan.

Sebagai orangtua seharusnya memiliki kemampuan untuk memusatkan perhatian

pada perilaku positif serta tak lupa pada perilaku buruk sang anak. Hariwijaya dan

Bertiani (2007:44-45).

Menurut Hariwijaya (2007:33) bahwa dampak di taman penitipan anak akan

membawa pengaruh pada masa depan si kecil dengan berbagai cara. Sebenarnya di

balik dampak tersebut terdapat banyak manfaat yang akan didapat si kecil di tempat

penitipan yang mungkin tidak terpikirkan, antara lain; anak dapat bersosialisasi

dengan yang lain, anak tidak merasa gelisah jika berjauhan dengan orang

tuanya, anak sudah siap memasuki dunia sekolah tanpa ada rasa malu, anak

sudah dapat mentaati peraturan sekolah.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi

penelitian ini adalah mengenai profil atau gambaran sebuah lembaga terutama di

TPA Al-Wathaniyah, dan yang menjadi penelitian utama adalah tentang

pengelolaan kegiatan layanan di TPA Al-Wathaniyah, layanan pendidikan layanan

pengasuhan, layanan sarana dan prasarana dan administrasi.

2.5 Kajian yang relevan

Judul : Profil PAUD Al-Madina

Oleh : Yahya Ahmad

Tahun : 2011

Hasil Penelitiannya : bahwa Paud Al Madina merupakan tempat lahirnya berbagai

inovasi pembelajaran Al Qur’an, Paud Al madina salah satu PAUD yang ada di

Wonosobo yang integral dengan pembelajaran membaca al qur’an yaitu dengan

metode Qiroati dan Yanbu’a, Menjadi tempat studi banding berbagai lembaga

pendidikan, Menjadi trend setter pengelolaan PAUD, memiliki 119 anak didik, dan

memiliki tenaga pendidik sebanyak 9 orang yang sudah menyandang gelar sarjana

PAUD.

Tempat Kegiatan dan Waktu Kegiatan ; a. Sebagai rintisan pendidikan anak

pra sekolah PAUD AL MADINA yang baru saja dibentuk maka untuk mengadakan

aktifitas bermain sambil belajar, PAUD AL MADINA mulai Tahun ajaran 2010 /

2011 satu lokasi dengan SD Al Madina yaitu di Jl. Raya Kalibeber KM.01 Perum

Argopeni Indah Wonosobo. b. Kegiatan rintisan pendidikan anak pra sekolah

PAUD AL MADINA yaitu sudah dimulai sejak Tahun 2007 tepatnya mulai Tahun

ajaran baru yaitu pada bulan Juli 2008. c. Proses kegiatan belajar mengajar (PBM)

dilaksanakan empat kali untuk kelompok bermain ( Kelas Aisyah ) dan satu Minggu

untuk kelas setara TK ( Untuk Kelas Khotijah, RA dan Kelas Fatimah,RA ),

sedangkan waktu kegiatan dimulai jam 07.15 s/d 11.00 WIB. Dan memiliki sumber

Pendanaan yaitu PAUD AL MADINA Wonosobo membutuhkan dana sebagai dan

investasi dalam rangka perkembangannya PAUD tersebut membutuhkan dana

sekitar Rp 33.500.000,- ( Terbilang : Tiga puluh tiga juta lima ratus ribu rupiah )

Proyeksi penerimaan dan pengeluaran pada PAUD AL MADINA Wonosobo

selama satu tahun anggaran. Pada tahun pertama penyelenggara PAUD AL

MADINA sumber penerimaan diperkirakan berasal dari siswa – siswi dan para

donator.