bab ii kajian teoretis dan hipotesis...

39
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Kemampuan Berbahasa Lisan Menurut Chaplin ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Sedangkan menurut Robbins kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek (dalam ian.wordpress.com, 2010). Adapula pendapat lain menurut Mohammad Zain dalam Milman Yusdi (2010 : 10) mengartikan bahwa Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kakuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan berdasarkan usaha diri sendiri yang melalui hasil latihan atau praktek. Bahasa adalah pengunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang memiliki arti (www.id.wikipedia.org/bahasa Indonesia). Menurut para ahli, bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan (pendapat, perasaan, dan lain-lain) dengan menggunakan simbol-simbol yang disepakati bersama, kemudian kata dirangkai berdasarkan urutan membentuk kalimat yang bermakna, dan mengikuti aturan atau tata bahasa yang berlaku dalam suatu komunitas atau masyarakat (Kurnia, dkk, 2007). Menurut william A. Haviland (dalam carapedia.com) Bahasa adalah suatu sistem bunyi yang jika 8

Upload: duongkhuong

Post on 07-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

8

BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 Kajian Teoretis

2.1.1 Hakikat Kemampuan Berbahasa Lisan

Menurut Chaplin ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat,

kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu

perbuatan. Sedangkan menurut Robbins kemampuan bisa merupakan

kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek

(dalam ian.wordpress.com, 2010). Adapula pendapat lain menurut Mohammad

Zain dalam Milman Yusdi (2010 : 10) mengartikan bahwa Kemampuan adalah

kesanggupan, kecakapan, kakuatan kita berusaha dengan diri sendiri.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

adalah kesanggupan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan berdasarkan

usaha diri sendiri yang melalui hasil latihan atau praktek.

Bahasa adalah pengunaan kode yang merupakan gabungan fonem

sehingga membentuk kata dengan aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang

memiliki arti (www.id.wikipedia.org/bahasa Indonesia). Menurut para ahli,

bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan

(pendapat, perasaan, dan lain-lain) dengan menggunakan simbol-simbol yang

disepakati bersama, kemudian kata dirangkai berdasarkan urutan membentuk

kalimat yang bermakna, dan mengikuti aturan atau tata bahasa yang berlaku

dalam suatu komunitas atau masyarakat (Kurnia, dkk, 2007). Menurut william A.

Haviland (dalam carapedia.com) Bahasa adalah suatu sistem bunyi yang jika

8

Page 2: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

9

digabungkan menurut aturan tertentu menimbulkan arti yang dapat ditangkap oleh

semua orang yang berbicara dalam bahasa itu.

Berdasarkan pengertian bahasa di atas dapat disimpulkan bahasa adalah

suatu sistem bunyi yang digunakan sebagai media komunikasi untuk

menyampaikan pesan yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk

kata dan kemudian dirangkai menjadi kalimat yang menimbulkan arti dan dapat

ditangkap oleh semua orang.

Menurut Bastian (2011) pada artikel pengertian bahasa, fungsi bahasa,

serta ragam bahasa, ragam bahasa lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan

melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan

dapat membantu pemahaman (dalam tugas manajemen.blogspot.com). Menurut

Rytha (2012) pada artikel pengertian ragam bahasa lisan dan ragam bahasa

tulisan, ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap dengan fonem

sebagai unsur dasar (dalam rita-susanti.blogspot.com).

Berdasarkan pengertian bahasa lisan di atas dapat disimpulkan bahwa

bahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan alat ucap dan berkaitan dengan ruang

dan waktu.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa

kemampuan berbahasa lisan adalah kesanggupan seseorang untuk menggunakan

sistem bunyi dengan baik sebagai media komunikasi untuk menyampaikan pesan

dari berupa fonem menjadi kata, kemudian kata menjadi kalimat yang memiliki

arti dan dapat ditangkap oleh semua orang yang dihasilkan oleh alat ucap serta

berkaitan dengan ruang dan waktu.

Page 3: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

10

Perkembangan kemampuan bahasa erat kaitannya dengan perkembangan

kemampuan berpikir seseorang. Komunikasi berarti pertukaran pikiran dan

perasaan. Agar dapat berkomunikasi dengan baik, maka anak harus menggunakan

bahasa yang bermakna bagi orang yang diajak berkomunikasi. Sebaliknya, anak

pun harus memahami bahasa yang digunakan orang lain. Oleh karena itu,

diperlukan kemampuan berbahasa yang jelas dan dapat dipahami oleh orang lain

(Kurnia, dkk, 2007).

Menurut Raka Annurfaida (2011) pada artikel 7 aspek penting pendidikan

anak pada usia dini kemampuan berbahasa adalah aspek terpenting dalam

kehidupan manusia. Tanpa adanya kemampuan bahasa, seseorang tidak akan bisa

berkomunikasi dengan lingkungan sosialnya. Kemampuan bahasa seorang anak

juga berkaitan erat dengan kemampuan membacanya. Faktanya, dalam 7 tahun

pertama kehidupan seorang anak, dia memiliki kemampuan fenomenal dalam

mempelajari bahasa. Bahkan seorang balita dapat mempelajari beberapa bahasa

sekaligus secara bersamaan. Oleh karena itu, sangat tidak bijak bagi orang tua jika

tidak memanfaatkan kesempatan yang sangat luar biasa yang hanya datang sekali

dalam seumur hidup ini dan hanya memiliki jangka waktu yang sangat pendek ini.

Untuk melatih kemampuan bahasa pada balita, orang tua harus berbicara sesering

dan sebanyak mungkin. Penting juga bagi orang tua untuk membacakan buku

cerita pada balitanya. Sebuah cerita yang sama tersebut harus dibacakan secara

berulang-ulang setiap hari selama beberapa bulan, sebelum Anda mulai

membacakan cerita baru untuknya. Cerita baru ini juga harus dibacakan berulang-

ulang selama beberapa bulan lamanya. Karena kemampuan berbahasa balita

Page 4: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

11

tergantung pada kemampuannya mengulang kata-kata, kalimat dan struktur

bahasa yang sama yang diajarkan kepadanya (dalam ibu dan balita.com).

2.1.2 Unsur Bahasa

Adapun unsur bahasa adalah sebagai berikut (Wikipedia bahasa Indonesia.com) :

1. Fonem yaitu unsur terkecil dari bunyi ucapan yang bisa digunakan untuk

membedakan arti dari satu kata. Contohnya kata ular dan ulas memiliki

arti yang berbeda karena perbedaan pada fonem /er/ dan /es/. Setiap bahasa

memiliki jumlah dan jenis fonem yang berbeda-beda.

2. Morfem yaitu unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan

dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat

berbentuk imbuhan. Misalnya pada kata praduga memiliki dua morfem

yaitu /pra/ dan /duga/. Kata duga merupakan kata dasar penambahan

morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada kata duga.

3. Sintaksis yaitu penggabungan kata menjadi kalimat berdasarkan auran

sistematis yang berlaku pada bahasa tertentu. Dalam bahasa Indonesia

terdapat aturan SPO atau Subjek-Predikat-Objek. Aturan ini berbeda pada

bahasa yang berbeda, misalnya pada bahasa Belanda dan Jerman aturan

pembuatan kalimat adalah kata kerja selalu menjadi kata kedua dalam

setiap kalimat. Hal ini berbeda dengan bahasa Inggris yang menjadi kata

kerja diletakkan bukan pada urutan kedua dalam suatu kalimat.

4. Semantik; mempelajari arti dan makna dari suatu bahasa yang dibentuk

dalam suatu kalimat.

Page 5: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

12

5. Diskurs; mengkaji bahasa pada tahap percakapan, paragraf, bab, cerita

atau literatur.

2.1.3 Karakteristik Bahasa

Bahasa memiliki karakteristik yang menjadikannya sebagai bentuk khas

komunikasi. Ada beberapa karakteristik bahasa seperti berikut (Umar, 2010 : 3 -

4) :

1. Sistematik, artinya bahasa memiliki suatu cara menggabungkan bunyi-

bunyian maupun tulisan yang bersifat teratur, standar dan konsisten.

2. Arbitrari, yaitu bahwa bahasa terdiri dari hubungan-hubungan antara

berbagai macam suara dan visual, objek, maupun gagasan.

3. Flesibel, artinya bahasa dapat berubah sesuai dengan perkembangan

zaman.

4. Beragam artinya dalam hal pengucapan, bahasa memiliki berbagai variasi

dialek atau cara. Perbedaan dialek terjadi dalam pengucapan, kosa kata,

dan sintaks. Semula, perbedaan dialek ditentukan oleh daerah

geografisnya, namun sekarang ini kelompok sosial yang berbeda dalam

suatu masyarakat menggunakan dialek yang berbeda pula.

5. Kompleks yaitu bahwa kemampuan berpikir dan bernalar dipengaruhi oleh

kemampuan menggunakan bahasa yang menjelaskan berbagai konsep, ide

maupun hubungan-hubungan yang dapat dimanipulasi saat berpikir dan

bernalar.

Page 6: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

13

Menurut Farichin (2011) pada artikel karakteristik pembelajaran bahasa

indonesia bahwa karakteristik pembelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai

berikut :

1. Pembelajaran dilakukan secara terintegrasi atau terpadu, mengingat bahasa

merupakan sistem.

2. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan komunikatif.

3. Kegiatan pembelajaran mendasarkan diri pada teori pemerolehan bahasa.

4. Pelaksanaan pembelajaran lebih menekankan pada komponen praktik

berbahasa daripada teori kebahasaan.

5. Pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual.

6. Dalam pembelajaran, baik “yang diajarkan” maupun “media ajarnya”

sama, yaitu bahasa Indonesia.

2.1.4 Bentuk Bahasa

Bromley menyebutkan empat macam bentuk bahasa yaitu menyimak,

berbicara, membaca dan menulis. Kemampuan berbahasa berbeda dengan

kemampuan kemampuan berbicara. Bahasa merupakan suatu sistem tata bahasa

yang relatif rumit dan bersifat semantik, sedangkan kemampuan berbicara

merupakan suatu ungkapan dalam bentuk kata-kata. Bahasa ada yang bersifat

reseptif (dimengerti, diterima) maupun ekspresif (dinyatakan). Contoh bahasa

reseptif adalah mendengarkan dan membaca suatu informasi. Yang termasuk

dalam bahasa reseptif adalah keterampilan menyimak dan membaca. Sedangkan

contoh bahasa ekspresif adalah bebicara dan menuliskan informasi untuk

Page 7: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

14

dikomunikasikan kepada orang lain. Yang termasuk dalam bahasa ekspresif ilah

berbicara dan menulis (Umar, 2010 : 5).

Menurut Iffah Al Fahima (dalam pelangi-iffah, 2011) pada artikel

pengertian dan manfaat keterampilan berbahasa bahwa aspek-aspek keterampilan

berbahasa yaitu sebagai berikut : 1). Mendengarkan, 2). Berbicara, 3). Membaca,

dan 4). Menulis.

Menyimak, berbicara, membaca dan menulis melibatkan proses kognitif

(berpikir) dan kosa kata yang sama. Namun demikian ada beberapa perbedaan

dari keempat bentuk bahasa tersebut adalah sebagai berikut (Umar, 2010) :

1. Anak menerima dan mengekspresikan bahasa dengan cara yang unik dan

bersifat individual. Perbedaan tersebut meliputi kosa kata dan intonasi

suara yang digunakan anak.

2. Penerimaan dan pengeskpresian bahasa terjadi dengan kecepatan yang

berbeda. Menulis memakan waktu yang lebih lama dibandingkan

menyimak, berbicara dan membaca.

3. Bentuk bahasa berbeda sesuai dengan daya tahan relatifnya. Membaca dan

menulis melibatkan tinta yang dapat dibaca kembali, diperbaiki dan

direfleksikan dalam jangka waktu yang lebih lama dibandingkan dengan

berbicara. Menyimak dan berbicara bersifat sementara, kecuali direkam

atau difilmkan untuk dapat dipergunakan lagi. Dengan demikian

pemahaman terhadap bahasa ekspresif melalui menyimak berbeda dengan

pemahaman bahasa tertulis melalui membaca.

Page 8: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

15

4. Bentuk bahasa berbeda dalam kandungan dan fungsinya. Bahasa yang

digunakan dalam diskusi secara verbal seringkali berbeda dengan bahasa

yang digunakan dalam tulisan. Pilihan kata yang dipakai dalam berbicara

akan berbeda dengan yang dipakai dalam menulis.

2.1.5 Fungsi Bahasa

Bromley menyebutkan lima macam fungsi bahasa (Umar, 2010 : 6 - 8)

sebagai berikut :

1. Bahasa menjelaskan keinginan dan kebutuhan individu.

2. Bahasa dapat merubah dan mengontrol perilaku.

3. Bahasa membantu perkembangan kognitif.

4. Bahasa membantu mempererat interaksi dengan orang lain.

5. Bahasa mengeskpresikan keunikan individu.

2.1.6 Fungsi Pengembangan Kemampuan Berbahasa pada Anak TK

Bahasa sebagai sarana kegiatan berkomunikasi memegang peranan yang

sangat penting dalam kehidupan manusia sebagai ungkapan hasil pemikiran

seseorang kepada orang lain agar dapat dipahami. Depdiknas (2001 : 105) fungsi

pengembangan kemampuan berbahasa pada anak di TK (dalam malpalenisatriana,

2009) pada artikel konsep pemahaman membaca dini dan keterkaitannya dengan

metode bercerita dengan gambar :

a. Sebagai alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan. Komunikasi sangat

penting dalam tumbuh kembang anak sebab anak yang tak dapat

Page 9: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

16

berkomunikasi dengan baik akan mengalami kesulitan saat berkomunikasi

dengan lingkungan. Sehingga sangat diperlukan anak untuk mempelajari

bahasa dengan baik dan benar.

b. Sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual anak.

Kemampuan intelektual anak dapat dikembangkan salah satunya dengan

berbahasa. Misalnya dapat diperoleh dengan membaca atau bertukar

pendapat dan pengetahuan dengan orang lain.

c. Sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi anak. Dengan memiliki

kemampuan berbahasa, anak dapat mengembangkan ekpresinya misalnya

marah, senang, sedih, gembira, ceria, dan lain-lain. Contoh lain yaitu saat

anak mendengarkan cerita atau membaca buku cerita, anak dapat ikut

merasakan dan mengekpresikan perasaan-perasaan yang ia rasakan saat

membaca atau mendengarkan cerita.

d. Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada

orang lain. Misalnya perasaan senang bisa berubah menjadi riang dan

gembira sesuai dengan kondisi dan keadaan saat itu serta anak pun dapat

mengungkapkan ide-ide kepada orang lain sehingga dapat terjalin tukar

pendapat antara anak dan lawan bicaranya.

2.1.7 Tugas-Tugas Perkembangan Bahasa

Page 10: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

17

Menurut Yusuf (2004 dikutip dalam arid wijaya digilib.unimus.ac.id)

dalam berbahasa anak dituntut untuk menuntaskan atau menguasai empat tugas

pokok yang satu sama lainnya saling berkaitan. Keempat tugas pokok

perkembangan bahasa adalah :

a). Pemahaman. Yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain. Jika

tidak memiliki kemampuan atau tidak mampu memahami makna dari

ucapan orang lain maka tidak akan terjalin komunikasi yang baik.

b). Pengembangan perbendaharaan kata. Perbendaharaan kata anak-anak

berkembang dimulai secara lambat pada usia dua tahun pertama, kemudian

mengalami tempo yang cepat pada usia pra sekolah dan terus meningkat

setelah anak masuk sekolah. Ini disebabkan karena lingkungan pergaulan

anak yang semakin meningkat dan juga materi pelajaran bahasa yang ia

peroleh dari sekolah semakin berkembang serta adanya media yang ada di

lingkungannya seperti koran, majalah, televisi, radio dan lain sebagainya.

c). Penyusunan kata-kata menjadi kalimat. Kemampuan menyusun kata-kata

menjadi kalimat pada umumnya berkembang sebelum usia dua tahun.

Bentuk kalimat pertama kalimat tunggal (kalimat satu kata) dengan disertai

gesture (bahasa tubuh) untuk melengkapi cara berfikirnya. Misalnya saat

anak hendak meminta air minum kepada orang yang lebih tua dia akan

mengucapkan kata “air” disertai dengan bahasa tubuh dengan arti minum

air.

d). Ucapan. Kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar

melalui imitasi (peniruan) terhadap suara-suara yang didengar anak dari

Page 11: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

18

orang lain (terutama orang tua). Kejelasan ucapan itu baru tercapai pada usia

sekitar tiga tahun. Hasil studi tentang suara dan kombinasi suara

menunjukkan bahwa anak mengalami kemudahan dan kesulitan dalam

huruf-huruf tertentu. Huruf yang mudah diucapkan yaitu huruf hidup (vokal)

a, i, u, e, o dan huruf mati (konsonan) b, m, n, p dan t sedangkan yang sulit

diucapkan adalah huruf mati tunggal : z, w, s, g dan huruf rangkap (diftong)

: st, str, sk dan dr.

2.1.8 Prinsip-Prinsip Pengembangan Kemampuan Bahasa Anak

Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan guru dan orang tua untuk

mengetahui pengembangan dan kemampuan berbahasa anak. Prinsip-prinsip

pengembangan kemampuan bahasa anak sebagaimana tertera dalam depdiknas

(2000 : 14) dikutip oleh malpalenisatriana, 2009 yaitu :

1). Pendidik lebih mengutamakan pengembangan penguasaan kosa kata,

kemampuan menyimak dan berkomunikasi sebelum permainan membaca

diberikan. Alasannya yaitu jika anak lebih dulu diajarkan membaca maka

anak akan mengalami kesulitan dalam berbahasa. Maka dari itu perlunya

mengutamakan penguasaan kosa kata, kemampuan menyimak dan

berkomunikasi agar anak dapat mengekspresikan perasaan-perasaan yang

dimilikinya. Seorang bayi pun saat ia merasakan hal-hal yang tidak

menyenangkan hatinya ia akan menangis.

2). Mendeteksi atau melacak kemampuan awal anak dalam berbahasa. Prinsip

ini dilakukan agar pendidik dapat memperhatikan perkembangan bahasa

Page 12: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

19

anak secara individual. Hasil kegiatan ini diharapkan dapat diperoleh

kemampuan berbahasa anak serta mengelompokkan berdasarkan

kemampuan yang relatif sama.

3). Merencanakan kegiatan bermain dan alat permainan sederhana melalui

kegiatan bercakap-cakap, bercerita atau menyampaikan cerita (story

telling), membacakan cerita (story reading) dan bermain peran (role play).

4). Mengkomunikasikan kegiatan keberbahasaan anak pada orang tua

termasuk kegiatan permainan membaca permulaan.

5). Menentukan sarana permainan yang diambil dari lingkungan sekitar dan

dikenal anak.

6). Menggunakan perpustakaan anak sebagai sarana yang dapat merangsang

dan menumbuhkan minat baca anak.

7). Menata lingkungan kelas dengan berbagai kosa kata dan nama benda yang

memungkinkan anak melihat dan berkomunikasi tentang benda-benda itu.

8). Menggunakan gambar-gambar sederhana yang dikenal anak untuk

mengenalkan berbagai bentuk kata atau kalimat sederhana.

2.1.9 Tahap Perkembangan Bahasa

Menurut Asrori (2009 : 143 - 144) dilihat dari perkembangan umur

kronologis yang dikaitkan dengan perkembangan kemampuan berbahasa individu,

maka tahapan perkembangan bahasa dapat dibedakan ke dalam tahap-tahap

berikut ini :

Page 13: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

20

a. Tahap Pralinguistik atau meraban (0,3-1,0 tahun)

Pada tahap ini anak mengeluarkan bunyi ujaran dalam bentuk ocehan

yang mempunyai fungsi komunikatif. Pada umur ini anak mengeluarkan

berbagai bunyi ujaran sebagai reaksi terhadap orang lain yang ada di

sekitarnya sebagai upaya mencari kontak verbal.

b. Tahap Holofrastik atau kalimat satu kata (1,0-1,8 tahun)

Pada usia sekitar 1 tahun anak mulai mengucapkan kata-kata. Satu kata

yang diucapkan oleh anak-anak ini harus dipandang sebagai suatu kalimat

penuh mencakup aspek intelektual maupun emosional sebagai cara untuk

menyatakan mau tidaknya terhadap sesuatu.

c. Tahap kalimat dua kata (1,8-2,0 tahun)

Pada tahap ini anak mulai memiliki banyak kemungkinan untuk

menyatakan kemauannya dan berkomunikasi dengan menggunakan kalimat

sederhana yang disebut dengan istilah “kalimat dua kata” yang dirangkai

secara tepat.

d. Tahap pengembangan tata bahasa awal (2,0-5,0 tahun)

Pada tahap ini anak mulai mengembangkan tata bahasa, panjang

kalimat mulai bertambah, ucapan-ucapan yang dihasilkan semakin kompleks,

dan mulai menggunakan kata jamak. Penambahan dan pengayaan terhadap

sejumlah dan tiap kata secara berangsur-angsur meningkat sejalan dengan

kemajuan dan kematangan perkembangan anak.

Page 14: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

21

e. Tahap pengembangan tata bahasa lanjutan (5,0-10,0 tahun)

Pada tahap ini anak semakin mampu mengembangkan struktur bahasa

yang lebih kompleks lagi serta mampu melibatkan gabungan kalimat-kalimat

sederhana dengan komplementasi, relativasi, dan konjungsi. Perbaikan dan

penghalusan yang dilakukan pada periode ini mencakup belajar mengenai

berbagai kekecualian dari keteraturan-keteraturan tata bahasa dan fonologi

dalam bahasa terkait.

f. Tahap kompetensi lengkap (11,0-dewasa)

Pada akhir masa kanak-kanak, yang kemudian memasuki masa remaja

dan dewasa, perbendaharaan kata terus meningkat, gaya bahasa mengalami

perubahan, dan semakin lancar serta fasih dalam berkomunikasi. Keterampilan

dan performansi tata bahasa terus berkembang ke arah tercapainya kompetensi

berbahasa secara lengkap sebagai perwujudan dari kompetensi komunikasi.

2.1.10 Tujuan Perkembangan Kemampuan Berbahasa Anak

Kuntjojo (2011) dalam Kunt34.blogspot.com masa perkembangan bicara

dan bahasa yang paling intensif pada manusia terletak pada masa usia dini,

tepatnya pada tiga tahun dari hidupnya, yakni suatu periode dimana otak manusia

berkembang dalam proses mencapai kematangan (Siti Aisyah et el, 2007). Masa

usia dini merupakan masa keemasan (golden age) di sepanjang rentang usia

perkembangan manusia. Montessori (Sujiono, 2009) menyatakan bahwa masa

tersebut merupakan periode sensitif (sensitive period), di mana anak secara

khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya.

Page 15: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

22

Berdasarkan fakta sebagaimana dikemukakan oleh para ahli di atas maka

harus ada lingkungan yang kondusif, yang mengupayakan pengembangan

berbahasa anak, termasuk anak usia pra sekolah secara intensif. Pengembangan

kemampuan berbahasa anak (Direktorat Pembinaan TK dan SD, 2007) dilakukan

dengan tujuan sebagai berikut :

1). Agar anak dapat mengolah kata secara komprehensif.

2). Agar anak dapat mengekspresikan kata-kata dalam bahasa tubuh yang

dapat dipahami oleh orang lain.

3). Agar anak mengerti setiap kata yang didengar dan diucapkan, mengartikan

dan menyampaikan secara utuh kepada orang lain.

4). Agar anak dapat berargumentasi, meyakinkan orang melalui kata-kata

yang diucapkannya.

2.1.11 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa

Menurut Asrori (2009 : 146 - 147) ada tiga aliran yang menjelaskan

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu :

1. Aliran Nativisme; berpandangan bahwa perkembangan kemampuan

berbahasa seseorang ditentukan oleh faktor-faktor bawaan sejak lahir yang

diturunkan oleh orang tuanya. Dengan demikian, jika memang orang

tuanya memiliki kemampuan berbahasa yang baik dan cepat, maka

perkembangan kemampuan bahasa anaknya pun juga akan baik dan cepat.

Begitu juga sebaliknya.

Page 16: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

23

2. Aliran Empirisme atau behaviorisme; berpandangan bahwa perkembangan

kemampuan berbahasa seseorang itu tidak ditentukan oleh bewaan sejak

lahir melainkan ditentukan oleh pross belajar dari lingkungan sekitarnya.

3. Aliran Konvergensi; pandangan bahwa perkembangan kemampuan bahasa

seseorang merupakan konvergensi atau perpaduan dari bawaan dan proses

belajar dari lingkungannya. Faktor bawaan yang kuat pengaruhnya

terhadap perkembangan bahasa seseorang adalah aspek kognitif. Adapun

faktor lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa

seseorang adalah besarnya kesempatan yang diperoleh untuk melakukan

proses belajar dari lingkungannya.

Menurut Asrori (2009 : 147 - 148) secara rinci dapat diidentifikasi

sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu :

1. Kognisi; tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu akan

mempengaruhi cepat-lambatnya perkembangan bahasa individu tersebut.

2. Pola komunikasi dalam keluarga; dalam suatu keluarg yang pola

komunikasinya banyak arah atau interaksinya relatif demokratis akan

mempercepat perkembangan bahasa anggota keluarganya ketimbang yang

menerapkan pola komunikasi dan interaksi sebaliknya.

3. Jumlah anak atau anggota keluarga; suatu keluarga yang memiliki anak

dengan jumlah yang banyak atau anggota keluarga di dalamnya banyak

akan lebih mempercepat perkembangan bahasa anak karena di dalamnya

akan terjadi komunikasi yang bervariasi daripada keluarga yang hanya

Page 17: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

24

memiliki anak tungal dan tidak ada anggota keluarga lainnya selain

keluarga inti.

4. Posisi urutan kelahiran; seorang anak yang posisi urutan kelahirannya di

tengah akan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang anak sulung

atau anak bungsu karena anak tengah memiliki arah komunikasi ke atas

maupun ke bawah, sedangkan anak sulung hanya memiliki arah

komunikasi ke bawah saja dan anak bungsu hanya memiliki arah

komunikasi ke atas saja.

5. Kedwibahasaan (bilingualism); anak yang dibesarnkan dalam keluarga

yang menggunakan bahasa lebih dari satu akan lebih bagus dan lebih cepat

perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya menggunakan satu

bahasa saja karena anak terbiasa menggunakan bahasa secara bervariasi.

2.1.12 Ciri-Ciri Ragam Bahasa Lisan

Menurut Azul (2012) pada artikel ragam bahasa lisan dan bahasa tulis ada

enam ciri-ciri ragam bahasa lisan yaitu (dalam azul-jellyfish.blogspot.com) :

1. Langsung. Dalam berkomunikasi, seseorang diharapkan dapat bertemu

langsung dengan orang yang diajak bicara.

2. Tidak terikat ejaan bahasa Indonesia tetapi terikat situasi pembicaraan.

Dalam berkomunikasi, seseorang diharapakan dapat mengetahui situasi

dan kondisi dan menggunakan bahasa sehari-hari dengan orang yang

diajak bicara.

Page 18: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

25

3. Tidak efektif. Dalam berkomunikasi, seseorang terkadang menggunakan

bahasa sehari-hari sehingga banyak menggunakan kalimat yang bersifat

basa-basi dengan orang yang diajak bicara.

4. Kalimatnya pendek-pendek. Dalam berkomunikasi, seseorang terkadang

menggunakan bahasa yang menurut orang lain sudah mengetahui

maksudnya.

5. Kalimat sering terputus dan tidak lengkap. Dalam berkomunikasi,

seseorang terkadang menggunakan bahasa yang menurut orang lain sudah

mengetahui maksudnya.

6. Lagu kalimat situasional. Dalam berkomunikasi, seseorang terkadang

harus mengerti situasi yang ada pada dengan orang yang diajak bicara atau

keadaan sekitarnya.

2.1.13 Unsur Kemampuan Berbahasa Lisan

Dalam berbahasa lisan tercangkup 2 aspek yaitu menyimak dan

berbicara.seperti yang telah diungkapkan pada latar belakang bahwa

perkembangan bahasa pada peserta didik di TK lebih menekankan pada

mendengar atau menyimak dan berbicara.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003 : 710), mengartikan bahwa

menyimak adalah mendengarkan apa yang diucapkan atau dibaca orang lain

secara seksama sedangkan berbicara adalah beromong, bercakap, dan berbahasa.

Page 19: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

26

Dalam buku bahan ajar pengembangan kemampuan berbahasa anak oleh

Umar (2010) menurut Bromley ada 3 macam jenis menyimak yang dapat

dikembangkan untuk anak TK yaitu :

1). Menyimak informatif atau mendengarkan informasi untuk

mengidentifikasi dan mengingat fakta-fakta, ide-ide dan hubungan-

hubungan.

2). Menyimak kritis; lebih dari sekedar mengidentifikasi dan mengingat fakta,

ide dan hubungan. Kemampuan ini membutuhkan kemampuan untuk

mengenali apa yang didengar dan membuat sebuah keterangan tentang hal

tersebut dan membuat generalisasi berdasarkan apa yang didengar.

3). Menyimak apersiatif adalah kemampuan untuk menikmati dan merasakan

apa yang didengar.

Menurut Resmini (2005) pada artikel strategi meningkatkan kemampuan

berbicara merupakan proses yang kompleks karena melibatkan berpikir, bahasa,

dan keterampilan sosial. Oleh karena itu, kemampuan berbahasa lisan merupakan

dasar utama dari pengajaran bahasa karena kemampuan berbahasa lisan (1)

merupakan mode ekpresi yang sering digunakan, (2) merupakan bentuk

kemampuan pertama yang biasanya dipelajari anak-anak, (3) merupakan tipe

kemampuan berbahasa yang paling umum dipakai (dalam file.upi.edu).

Kemampuan menyimak berkaitan erat dengan kemampuan berbicara.

Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung

atau merupakan komunikasi tatap muka. Dikatakan demikian karena

Page 20: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

27

membutuhkan 2 orang yang secara langsung bertatap muka yang saling

mendengarkan dan saling bertukar pendapat.

Menurut Resmini (2005) pada artikel strategi meningkatkan kemampuan

berbicara keterkaitan antara berbicara dan menyimak tersebut dapat terlihat dari

hal-hal berikut (dalam file.upi.edu) :

a. Ujaran (Speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru

(imitasi); oleh karena itu, model atau contoh yang disimak serta direkam

oleh sang anak penting dalam penguasaan serta kecakapan berbicara.

Dengan kata lain memerlukan media yang tepat dalam proses

menyimak.

b. Kata-kata yang akan dipakai serta dipelajari oleh sang anak biasanya

ditentukan oleh perangsang (stimulus) yang ditemuinya.

Misalnya dalam siaran televisi, radio, percakapan orang dewasa,

cerita yang dibacakan guru atau orang tua, dan media lain yang dapat

menjadi stimulus.

c. Ujaran sang anak mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan dalam

masyarakat tempatnya hidup; hal ini terlihat nyata dalam ucapan, intonasi,

kosa kata, penggunaan kata-kata, dan pola-pola kalimat.

Maka dari itu diperlukan penggunaan bahasa yang baik dan benar

oleh orang dewasa yang berada di rumah maupun masyarakat tempatnya

hidup.

d. Anak yang masih kecil lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh

lebih panjang dan rumit daripada kalimat yang diucapkannya.

Page 21: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

28

Ini dibuktikan dalam situasi dimana anak yang sedang

mendengarkan nasihat dari orang tuanya. Ia akan sangat memahami

kalimat yang diucapkan oleh orang tuanya sekalipun kalimat itu sangat

panjang dan rumit.

2.1.14 Proses Pembiasaan Berbahasa Khususnya Menyimak dan Berbicara

Adapun yang menjadi prosesnya yaitu (dalam buku pedoman

pembelajaran bidang pengembangan bahasa di TK, 2010) :

a. Melakukan kontak mata ketika mendengar atau mulai berbicara.

b. Memberi perhatian ketika mendengarkan sebuah cerita.

c. Merespons sumber bunyi atau suara.

d. Menggunakan kata-kata yang sopan ketika berbicara dengan orang lain.

e. Menyampaikan pesan sederhana dengan akurat.

f. Membuat permintaan sederhana.

g. Merespons ketika diajak berbicara atau ditanya.

h. Memulai pembicaraan dengan teman sebaya dan orang dewasa.

i. Berkomunikasi secara efektif dalam situasi tertentu.

j. Menggunakan bahasa untuk menjelaskan tujuan sederhana.

k. Berbicara tentang pengalaman pribadi, perasaan dan ide.

l. Berpartisipasi dalam cerita, lagu dan irama.

m. Berpartisipasi dalam dramatisasi dari cerita yang terkenal.

n. Menceritakan kembali cerita dan peristiwa tertentu secara sederhana.

o. Membuat cerita sendiri dan memerankannya.

Page 22: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

29

p. Menggabungkan suara dengan pola irama tertentu.

q. Membedakan antara bunyi suara dan irama dalam kata-kata.

2.1.15 Keuntungan Ragam Bahasa Lisan

Adapun keuntungan dari ragam bahasa lisan ialah sebagai berikut (dalam

wartawarga.gunadarma.ac.id, 2012) :

a. Dapat bertemu langsung. Komunikasi berlangsung antara 2 orang secara

langsung atau bertatap muka tanpa menggunakan perantara.

b. Tidak salah pengertian. Apa yang menjadi maksud dari topik pembicaraan

tidak akan mengalami salah pengeritian karena saling bertatap muka.

c. Situasi pembicaraan santai. Antara pembicara dengan pendengar akan

tercipta suasana yang santai dan tidak tegang ataupun mengalami

kebingungan.

d. Mengetahui situasi yang sebenarnya. Dikarenakan komunikasi dilakukan

secara langsung atau bertatap muka maka yang mendengarkan ucapan

lawan bicaranya dapat mengetahui situasi yang sebenarnya mengenai topik

pembicaraan yang dibicarakan.

2.1.16 Kelemahan Ragam Bahasa Lisan

Adapun kelemahan dari ragam bahasa lisan ialah sebagai berikut (dalam

wartawarga.gunadarma.ac.id, 2012) :

a. Boros, biaya, waktu dan tenaga. Dikatakan demikian karena di pembicara

harus mendatangi lawan bicara untuk menyampaikan pesan, tempat

Page 23: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

30

tinggal lawan bicara yang jauh, menghabiskan waktu dan tenaga untuk

dapat menyampaikan pesan secara langsung.

b. Terkadang tidak dapat bertemu langsung. Tidak dapat bertemu langsung

karena orangnya tidak berada di tempat, saling terlewat, dan lain

sebagainya yang dapat menyebabkan tidak dapat bertemu langsung.

c. Banyak basa-basi. Biasanya sebelum membicarakan maksud dan tujuan, si

pembicara harus berbasa-basi dulu sebelum masuk ke inti pembicaraan.

d. Tidak dapat diulang kembali. Bisanya akan terlupakan bagian-bagian yang

menjadi isi pembicaraan atau bahkan dilupakan sama sekali. Sehingga jika

ada orang lain lagi yang hendak membicarakan hal tersebut, tidak dapat di

ulang karena sudah lupa sama sekali atau ada bagian-bagian dari isi

pembicaraan yang tidak di ingat lagi.

e. Harus mengetahui situasi dan kondisi yang ada. Jika hendak

menyampaikan pesan kepada orang lain, kita harus memperhatikan situasi

dan kondisi si lawan bicara apakah memungkinkan untuk di ajak berbicara

mengenai hal tersebut.

2.1.17 Hakikat Kegiatan Bercerita

2.1.17.1 Pengertian Cerita

Menurut Mustakim (2005) bahwa, cerita mempunyai makna yang luas bila

dari segi bentuk dan isi cerita. Dari segi bentuk cerita, dimaknai bahwa cerita

adalah cerita fantasi/hayalan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat (folklore),

cerita benar-benar terjadi seperti dalam sejarah (history), cerita dalam imajinasi

Page 24: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

31

penulis/pengarang (fiction). Dari segi isi cerita terdapat cerita tentang

kepahlawanan, cerita ilmu pengetahuan, cerita keagamaan, dan cerita suka dan

duka pengarang. Hal ini berarti bahwa cerita sudah sejak dulu ada disampaikan

secara lisan, kemudian berkembang terus menjadi bahan cetakan berupa buku,

kaset, video kaset, dan film/cinema.

Adapun cerita anak, menurut Mustakim (2005) dibedakan dengan cerita

untuk anak. Cerita anak adalah cerita tentang kehidupan anak baik suka dan

dukanya dalam keluarga dan masyarakat. Sedangkan cerita untuk anak adalah

cerita diperuntukkan bagi anak, baik cerita yang menyangkut kehidupan anak

maupun bukan cerita anak, seperti cerita tentang binatang, cerita para tokoh-tokoh

yang berjasa bagi bangsanya, cerita tentang alam, dan cerita tentang kepercayaan.

Kedua cerita ini bermanfaat untuk pendidikan dan pembentukan pribadi anak.

2.1.17.2 Pengertian Bercerita

Menurut Bachri (2005), bercerita adalah menuturkan sesuatu yang

mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan

dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, bercerita dalam konteks komunikasi

dapat dikatakan sebagai upaya mempengaruhi orang lain melalui ucapan dan

penuturan tentang sesuatu (ide). Sementara dalam konteks pembelajaran anak usia

dini, bercerita dapat dikatakan sebagai upaya untuk mengembangkan potensi

kemampuan berbahasa anak melalui pendengaran dan kemudian menuturkannya

Page 25: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

32

kembali dengan tujuan melatih keterampilan anak dalam bercakap-cakap untuk

menyampaikan ide dalam bentuk lisan.

Sejak diakuinya eksistensi Taman Kanak-Kanak di Indonesia tahun 1950,

Kurikulum untuk TK hingga tahun 2003 telah berganti, mulai Kurikulum 1968,

Kurikulum 1975, Kurikulum 1985, Kurikulum 1994, dan Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Dari lintasan kurikulum ini, cerita memperoleh porsi yang cukup

signifikan baik sebagaai metode berupa bercerita (storytelling) maupun materi

pendidikan dan pembelajaran berupa cerita atau dongeng (story and folk).

Menurut Musfiroh (2005), bahwa kegiatan bercerita dalam Kurikulum

Berbasis Kompetensi memenuhi kriteria ciri-ciri pembelajaran TK yakni,

memberikan pengalaman psikologis dan linguistik pada anak, sesuai minat anak,

menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan anak, hasil belajar

(melalui cerita) bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna,

mengembangkan keterampilan berpikir anak dengan permasalahan yang dihadapi,

dan menumbuhkan kepekaan sosial, toleransi, komunikasi, dan tanggapan

terhadap gagasan atau perasaan orang lain.

Sebagai seorang guru yang menggunakan strategi bercerita untuk

pembelajaran, maka perlu memahami berbagai teori belajar yang dapat

dimanfaatkan bagi kegiatan bercerita. Salah satu diantaranya adalah yang

dikemukakan oleh J.J Rousseau, yang memandang bahwa anak perlu diberi

kebebasan untuk berkembang apabila ia mendapatkan kesempatan dan

bimbingan-bimbingan yang tepat. Sebagaimana sebuah biji yang akan tumbuh

dengan baik jika mendapat pupuk yang cukup, iklim yang sesuai, sinar matahari

Page 26: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

33

yang cukup serta perawatan yang memadai. Menurut teori ini bahwa

perkembangan fisik, sosial, emosional dan intelektual setiap anak mengikuti

jadwal yang telah ada dalam dirinya sebelum dilahirkan. Setiap anak akan

berkembang secara optimal apabila ia berada dalam lingkungan yang sesuaai.

Dalam hubungannya dengan kegiatan bercerita, teori ini dapat ditampilkan

melalui pemahaman guru terhadap kematangan anak, dengan memperhatikan

sampai dimanakah kemampuan anak meyerap cerita? Sampai dimanakah ia

mampu mengolah pikir dan perasaannya melalui cerita? Sehingga guru dapat

menentukan bentuk, format dan tingkat kompleksitas cerita yang akan

disampaikan.

Selanjutnya B.F Skinner berpendapat bahwa teori yang dikembangkannya

didasarkan pada hubungan antara perilaku yang muncul pada anak dengan

konsekuensi-konsekuensinya. Sebagai contoh, jika sebuah perilaku yang muncul

segera diikuti oleh konsekuensi yang menyenangkan, maka perilaku tersebut akan

lebih sering muncul. Menurut teori ini bahwa penggunaan konsekuensi-

konsekuensi yang menyenangkan dapat digunakan untuk merubah perilaku.

Dalam kegiatan bercerita, teori ini dapat ditampilkan melalui perilaku

yang dimunculkan oleh tokoh-tokoh dalam cerita yang dapat diamati dan diambil

sebagai pelajaran oleh anak. Jika yang dimunculkan dengan sifat positif kemudian

di ikuti konsekuensi bahwa sifat positif itu akan menyenangkan, maka anak akan

dengan mudah meengadopsi sifat dan perilaku tokoh positif tersebut, demikian

pula sebaliknya. Tokoh jahat yang diikuti dengan peemberian konsekuensi berupa

Page 27: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

34

hukuman dan penderitaan, maka anak akan cenderung meninggalkan sifat dan

perilaku tokoh tersebut.

Di samping itu, teori perkembangan (developmental theory) yang

dikembangkan oleh Piaget, mengemukakan bahwa anak akan mampu

mengembangkan pengetahuan mereka berdasarkan hasil interaksi dengan

lingkungan. Teori ini memandang anak bukan sebagai subyek yang pasif

melainkan secara aktif meengorganisasikan pengalaman mereka sehingga

akhirnya pengetahuan itu akan menyusun struktur mental dan menjadikannya

semakin kompleks melalui : Konsep asimilasi yaitu menjelaskan proses

menyatukan informasi yang datang dengan skema atau kategori-kategori yang

telah ada sebelumnya pada diri anak. Contoh : informasi tentang anjing laut akan

disatukan oleh anak dengan konsep anjing yang telah dimilikinya dengan ciri

yang sama yakni menggonggong; Konsep akomodasi yaitu menjelaskan skema

baru yang terbentuk sebagai akibat dari masuknya informasi baru dan skema lama

yang telah dimiliki anak. Contoh : konsep anjing yang diterima, membuat skema

baru bahwa anjing tidak hanya terdapat di darat taapi juga di laut; Konsep

equilibrium yaitu keseimbangan dapat terjadi dalam proses menyatukan antara

informasi baru dengaan skema lama yang dimiliki. Contoh : pengakomodasian

konsep anjing akan menjadikan anak memiliki konsep anjing dengan semakin

meluas jika hal tersebut dapat diterima oleh anak. Jika tidak maka akan terjadi

ketidakseimbangan dan informasi awal (asimilassi) menjadi bagian yang akan

dihilangkan anak.

Page 28: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

35

Dalam hubungannya dengan bercerita, teori ini dapat ditampilkan melalui

strategi yang dipilih oleh guru dalam menyusun cerita. Perlu diperhatikan logika-

logika yang akan dipakai dalam cerita agar anak dapat menerima pembelajaran

melalui cerita sesuai dengan skema berfikir anak.

Lebih lanjut, Robert M. Gagne (dalam Nasution) berpendapat bahwa

terdapat empat fase dalam belajar yang meliputi : 1) fase Apprehending

(pengenalan), terjadi ketika seorang anak meemperhatikan stimulus tertentu

kemudian menangkap artinya dan memahami maknanya. Dengan demikian

sebuah stimulus dapat dipersepsikan dengan berbagai cara; 2) fase acquistion

(perolehan), terjadi sebagai kelanjutan fase apprehending untuk memberikan

”kesanggupaan” yang diperoleh seseorang untuk melakukan sesuatu yang belum

diketahui sebelumnya setelah makna dan arti diketahui, siswa akan melakukan

sejumlah kalkulasi sebagai akibat dari pemahaman makna sebelumnya; 3) fase

storage (penyimpanan), terjadi apabila kemampuan dan pengalaman baru hasil

fase sebelumnya kemudian disimpan. Penyimpanan ini memiliki dua jenis yakni

penyimpanan ingatan jangka pendek (short term memory) dan penyimpanan

ingatan jangka panjang (long term memory), tergantung pada seberapa besar

informasi yang disimpan dan seberapa besar pula pengaruhnya bagi kehidupan

siswa; 4) fase retreival (penampilan), terjadi jika seandainya ingatan yang telah

disimpannya dibutuhkan dan kemudian dikeluarkan lagi untuk dmanfaatkan

dalam berbagai bentuk, biasanya untuk memberikan jawaban atas pengalaman

hidup yang terjadi.

Page 29: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

36

Dalam kegiatan bercerita juga akan mengikuti alur fase-fase dalam belajar

tersebut. Melalui respon yang dimunculkan atas cerita guru sebagai stimulus anak

menangkap arti, makna dan pesan baik terucap maupun yang tersirat sebagai

penangkapan arti dan pemahaman makna dari pendengar cerita (pengenalan),

yang kemudian penangkapan makna ditafsirkan untuk memunculkan persepsi

tertentu. Kemudian anak akan melakukan perhitungan melalui kesanggupan atas

makna yang baru saja berhasil ”diterjemahkannya” (perolehan). Proses

selanjutnya berdasarkan cerita yang disampaikan oleh guru, anak akan melakukan

penyimpanan berdasarkan kemampuan dan kepentingan anak massing-masing.

Kedalaman penyimpanan materi sangat tergantung pada kebutuhan anak untuk

dimanfaatkan kembali kelak jika ia memerlukan proses pengambilan kembali

(penampilan), juga akan sangat bergantung pada kondisi yang sama ketika pesan

itu disimpan.

Teori konstruktivisme berpendapat bahwa anak belajar bahasa secara

individu menemukan dan mentransfer informasi yang ada padanya. Teori ini

menekankan pengajaran terpusat pada anak. Guru membantu mengembangkan,

anak menemukan fakta, konsep atau prinsip. Aplikasi teori ini dalam kegiatan

bercerita bahwa dalam pemahaman cerita melalui melalui kegiatan

mengaapresiasikan cerita, anak menemukan isi cerita melalui pemusatan

perhatian. Sebagai suatu teori dan strategi pembelajaran, maka anak diberi

kesempatan untuk belajar menemukan sendiri dan secara aktif. Hal ini sejalan

dengan pendapat dari Wilcox (1993) dengan strategi pembelajaran penemuan

(dalam Mustakim, 2005).

Page 30: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

37

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, yang dimaksud dengan

kegiatan bercerita adalah suatu strategi pemberian pengalaman kepada anak

melalui cerita yang disampaikan secara lisan oleh guru dengan menggunakan

buku cerita, gambar, bermain peran, maupun boneka.

2.1.17.3 Startegi Pembelajaran Anak Taman Kanak-Kanak Melalui

Kegaiatan Bercerita

2.1.17.3.1 Pengertian Strategi Pembelajaran

Edward Antahony dalam buku Teaching by Principles, An Interactive

Approach to Lenguange pedagogy karangaan Brown, membedakan antara

Approach, method and technique. Approach atau pendekatan adalah

sekumpulan/set dari asumsi yang berhubungan dengan sifat dasar dari bahasa,

pembelajaran dan pengajaran. Sedangkan method atau metode, diuraikan sebagai

sebuah keseluruhan rencana untuk presentasi sistematik dari bahasa yang

didasarkan atas suatu pendekatan yang dipilih. Serta technique atau teknik

merupakan aktivitas khusus yang nyata di dalam kelas yang merupakan

konsistensi/kesesuaian dengan sebuah metode dan disesuaikan dengan pendekatan

yang diambil.

Westphal (1979) yang dikutip oleh Tarigan (1989) member batasan istilah-

istilah silabus, pendekatan (approach), strategi dan metode sebagai berikut :

Silabus mengacu kepada isi pokok bahasan suatu pelajaran atau rangkaian

pelajaran serta urutan penyajiannya; Pendekatan secara ideal merupakan dasar

teoritis yang menentukan cara-cara memperlakukan atau meembicarakan silabus;

Page 31: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

38

Strategi/teknik adalah kegiatan instruksional pribadi seperti yang terjadi di dalam

kelas; Metode merupakan gabungan ketiga faktor di atas, walaupun beberapa

kombinasi memperlihatkan kesamaan yang nyata dalam tujuan pelajaran daripada

yang lain-lainnya. Ketiga unsur tersebut (silabus, pendekatan, strategi/teknik)

digabung dengaan test aktuaal dan bahan pengajaran terpilih serta gaya pribadi

sang guru, dapat dikatakan membangun suatu metode yang utuh. Dengan

perkataan lain, istilah metode seperti yang dimaksud disini mengimplementasikan

suatu hierarki prioritas yang disusun oleh sang guru atau sang perencana.

Khususnya pada strategi pembelajaran, dalam setiap kegiatan yang

dilakukan guru, harus mempertimbangkan secara cermat strategi apa yang akan

digunakan untuk memudahkan anak belajar. Startegi pembelajaran ini sangat

beraneka ragam dalam bentuk kegiatan, tingkat formalitas, tingkat kesulitan dan

pola kegiatannya.

2.1.17.3.2 Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak

Menurut Koestelnik (1999) yang dikutip Masitoh (2005) bahwa, terdapat

berbagai strategi pembelajaran umum yang dapat digunakan di lembaga-lembaga

pendidikan anak usia dini umumnya dan anak Taman Kanak-Kanak khususnya.

Strategi pembelajaran umum tersebut adalah : 1) meningkatkan keterlibatan

indera; 2) mempersiapkan isyarat lingkungan; 3) analisis tugas; 4) bantuan orang

yang lebih berpengalaman (scaffolding); 5) praktik terbimbing; 6) undangan /

ajakan; 7) refleksi tingkah laku; 8) refleksi kalimat; 9) contoh atau modeling; 10)

Page 32: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

39

penghargaan efektif; 11) menceritakan/menjelaskan/menginformasikan; 12) do-it-

signal; 13) tantangan; 14) pertanyaan, dan 15) kesenyapan.

Mengacu pada strategi pembelajaran umum, selanjutnya Kostelnik (1999)

mengemukakan tujuh jenis strategi pembelajaran khusus yang dapat dijadikan

dasar untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran pada

pendidikan anak usia dini umumnya dan anak Taman Kanak-Kanak khususnya.

Strategi pembelajaran ini relevan untuk digunakan pada anak-anak yang berusia

3-8 tahun. Jenis-jenis strategi pembelajaran khusus tersebut adalah : a) kegiatan

eksploratori (exploratory activities); b) penemuan terbimbing (guided discovery);

c) pemecahan masalah (problem solving); d) diskusi (discussion); e) belajar

kooperatif (cooperative learning); f) demonstrasi (demonstration) dan; g)

pengajaran langsung (direct instruction).

Kegiatan Eksploratori. Menurut Tylor (1993) yang dikutip Masitoh dkk

bahawa, kegiatan eksploratori memungkinkan anak untuk mengembangkan

penyelidikan langsung melalui langkah-langkah spontan, belajar membuat

keputusan tentang apa yang dilakukan, bagaimana cara melakukannya, dan kapan

melakukannya. Melalui kegiatan eksploratori anak-anak menemukan sesuatu yang

berhubungan dengan dirinya sendiri dan memilih kegiatan yang sesuai dengan

minatnya. Dalam kegiatan ini anak mengambil prakarsa untuk melakukan

kegiatan.

Penemuan Terbimbing. Tujuannya adalah agar anak-anak dapat membuat

hubungan dan membangun konsep melalui interaksi dengan benda dan manusia.

Guru harus merencanakan pengalaman bagi anak agar mereka dapat menemukan

Page 33: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

40

sesuatu. Peranan anak adalah membangun pengetahuan bagi dirinya sendiri,

membuat pilihan dan keputusan, melakukan percobaan, mengalami,

memunculkan pertanyaan dan menemukan jawabannya. Peranan guru adalah

untuk menyediakan alat dan informasi yang diperlukan, yang dapat mendukung

kemajuan belajar anak melalui pengembangan kemampuan yang berkaitan.

Pemecahan Masalah. Melalui strategi ini anak-anak merencanakan,

meramalkan, mengamati hasil-hasil tindakannya dan merumuskan kesimpulan

kesimpulan dari hasil-hasil tindakannya. Peranan guru adalah sebagai fasilitator.

Masalah-masalah yang paling baik untuk dipecahkan anak-anak adalah tentang

hal-hal yang berkaitan dengan dirinya melalui berbagai cara, memberikan peluang

kepada mereka untuk mengumpulkan informasi yang konkret dan mengandung

lebih dari satu kemungkinan untuk memecahkannya.

Diskusi. Metode diskusi adalah salah satu strategi pembelajaran yang

menunjukkan interaksi timbale balik atau berbalas-balasan antara guru dengan

anak; guru berbicara kepada anak; anak berbicara kepada guru; dan anak

berbicara kepada anak lainnya. Peran guru dalam strategi diskusi tidak

membimbing percakapan anak-anak, akan tetapi mendorong mereka untuk

mengemukakan gagasannya sendiri, dan mengkomunikasikannya serta

mengembangkan gagasan tersebut secara lebih luas kepada orang lain, yaitu

teman-teman atau gurunya.

Belajar Kooperatif. Salah satu hal yang memberikan kemudahan bagi guru

untuk mengembangkan strategi ini adalah karena pada anak-anak usia TK aspek

perkembangan sosialnya sedang berkembang dengan pesat. Mereka senang

Page 34: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

41

berteman, bermain bersama, dan bekerja dalam kelompok kecil. Dalam

menggunakan strategi belajar kooperatif guru menekankan peningkatan aspek

keterampilan sosial anak dalam mengerjakan tugas-tugas. Keterampilan social

meliputi hal-hal memahami tugas, mendengarkan orang lain sebagai pasangan

atau teman, memanggil pasangan dengan namanya, berbicara denga kata-kata

yang sopan, mengambil giliran, menawarkan bantuan, dan menghargai orang lain.

Demonstrasi. Merupakan strategi pembelajaran yang dilaksanakan dengan

cara memperlihatkan bagaimana proses terjadinya atau cara bekerjanya sesuatu

dan bagaimana tugas-tugas itu dilaksanakan. Ketika guru mendemonstrasikan

sesuatu, arah kegiatan juga diberikan kepada anak. Yang perlu diperhatikan guru

ketika mendemonstrasikan sesuatu, adalah ia harus melakukan pengamatan

terhadap kegiatan yang dilaksanakan anak-anak didiknya.

Pengajaran Langsung. Strategi ini lebih dari sekedar menceritakan atau

menunjukkan sesuatu yang sederhana kepada anak, tetapi merupakan gabungan

dari modeling, analisis tugas, penghargaan yang efektif, menginformasikan, do-it-

signal, dan tantangan. Supaya lebih menarik perhatian anak-anak, pengajaran

langsung harus dilengkapi dengan teknik-teknik yang menarik pula misalnya

menggunakan gerak tubuh, ekpresi dan mimic wajah yang sesuai dengan hal yang

sedang disajikan, membuat kesalahan yang disengaja sebagai humor, kejutan-

kejutan dan kesungguhan atau antusiasme guru. Sebagai implementasi dari

strategi pembelajaran ini di kelas, salah satunya dapat dilakukan melalui bercerita

bagi anak usia dini khusunya anak Taman Kanak-Kanak. Melalui kegiatan ini

anak dilatih memfungsikan alat pendengarannya untuk mendengarkan cerita dari

Page 35: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

42

guru hingga diharapkan anak mampu mengkomunikasikan apa yang telah

didengarnya dengan bahasa yang sederhana. Di samping itu, lewat cerita yang

didengarnya anak belajar tentang nilai-nilai moral yang terkandung dalam isi

cerita tersebut hingga menjadi suatu pembelajaran moral yang sangat penting buat

perkembangan hidupnya.

2.1.17.3.3 Kegiatan Bercerita Sebagai Salah Satu Strategi Pembelajaran

Bahasa Anak TK

Aspek pengembangan anak usia dini pada lembaga Taman Kanak-Kanak

sangat luas dan hal tersebut dapat dicapai dengan strategi yang beragam. Salah

satu diantaranya adalah dengan melakukan kegiatan bercerita.

Penggunaan bercerita sebagai salah satu strategi pembelajaran di Taman

Kanak-Kanak haruslah memperhatikan hal-hal berikut ini : (a) Isi cerita harus

berkaitan dengan dunia kehidupan anak TK, sehingga mereka dapat lebih

memahami dan dapat menangkap isi cerita tersebut, karena membahas mengenai

hal-hal yang tidak asing bagi mereka; (b) Kegiatan bercerita diusahakan dapat

memberikan perasaan gembira, lucu, dan mengasyikkan sesuai dengan dunia

kehidupan anak yang penuh suka cita; (c) Kegiatan bercerita harus diusahakan

menjadi pengalaman bagi anak TK yang bersifat unik dan menarik, yang

menggetarkan perasaan anak, serta dapat memotivasi anak untuk mengikuti cerita

itu sampai tuntas.

Menurut Moeslichatoen (1996) yang dikutip oleh Masitoh dkk bahwa, ada

beberapa macam teknik bercerita yang dapat dipergunakan antara lain : guru dapat

Page 36: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

43

membaca langsung dari buku gambar, menggunakan papan flannel, menggunakan

boneka, bermain peran dalam suatu cerita. Sebelum melaksanakan kegiatan

bercerita, anak-anak yang mengikuti kegiatan bercerita duduk di lantai

mengelilingi ibu guru yang duduk di kursi kecil. Anak-anak itu akan

mendengarkan ibu guru bercerita. Sedangkan tiga kelompok yang lain duduk di

meja lain dengan kegiatan yang bercerita, misalnya : kelompok yang satu

melakukan kegiatan menggambar, kelompok yang satu lagi melakukan kegiatan

melepas kertas, sedangkan kelompok yang terakhir melakukan kegiatan

membangun atau membentuk palstisin. Dengan demikian masing-masing

kelompok akan memperoleh kesempatan melakukan kegiatan yang sama.

Menurut Masitoh dkk (2005), sebelum melaksanakan kegiatan bercerita,

guru harus terlebih dahulu menetapkan rancangan prosedur/langkah-langkah yang

harus dilalui dalam bercerita. Berikut ini akan diuraikan langkah-langkah yang

haru ditempuh guru dalam menerapkan kegiatan bercerita di kelas. Meliputi : (1)

menetapkan tujuan dan tema cerita. Contoh : Tujuan : Menanamkan kebiasaan

hidup hemat dan tolong menolong sesame teman. Tema : Menabung. Selanjutnya

guru mulai mempelajari isi cerita, memahami urutan cerita serta perwatakan

tokoh-tokoh yang ada dalam cerita tersebut; (2) meenetapkan bentuk bercerita

yang dipilih. Misalnya, bercerita dengan meembaca langsung dari buku cerita,

menggunakan ilustrasi gambar, menggunakan papan flannel, menceritakan

dongeng, dan sebagainya. Untuk tema cerita menabung ini dipilih bentuk bercerita

dengan membaca buku cerita.guru harus dapat memilih buku cerita yang sesuai

dengan tujuan dan tema yang telah dipilih sebelumnya; (3) menetapkan bahan dan

Page 37: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

44

alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita. Sesuai dengan bentuk bercerita

yang telah dipilih yakni bercerita dengan membaca buku, maka guru menyiapkan

buku yang sesuai dengan tema cerita serta memperlihatkan pada anak gambar-

gambar yang ada pada buku tersebut; (4) menetapkan rancangan langkah-langkah

kegiatan bercerita, antara lain : mengkomunikasikan tujuan dan tema cerita,

mengatur tempat duduk, kegiatan pembukaan, pengeembangan cerita, menetapkan

teknik beertutur yang akan digunakan, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan

yang berkaitan dengan isi cerita; (5) menetapkan rancangan penilaian kegiatan

bercerita. Rancangan penilaian ini mengacu pada rancangan pelaksanaan kegiatan,

serta tujuan dan tema yang telah dipilih sebelumnya. Berkenaan dengan tema

menabung, guru dapat menggali pengalaman anak berkaitan dengan kebiasaan

anak dalam menabung atau apa yang akan mereka lakukan dengan uang tabungan

mereka serta apa yang akan mereka lakukan jika menemui orang yang dalam

kesulitan serta membutuhkan uang segera. Tanggapan dan jawaban mereka

merupakan petunjuk atas pemahaman mereka atas isi cerita.

2.2 Kajian yang Relevan

Hadisetyo dalam PTK dengan judul “Meningkatkan Kemampuan

Berbahasa Lisan Anak Didik Melalui Metode Bercerita Pada Kelompok B Di

Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Vii Purnamandala Kecamatan Wonosobo

Kabupaten Wonosobo Semester I Tahun Pelajaran 2009 – 2010” dengan hasil

peenelitian (hadisetyo, 2009) :

Page 38: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

45

Berdasarkan analisis data diperoleh hasil pada pra siklus : kemampuan

berbahasa lisan 10 anak didik kategori tinggi, 8 anak didik kategori sedang dan 5

anak didik kategori rendah. Siklus I kemampuan berbahasa lisan 14 anak didik

kategori tinggi 5 anak didik kategori sedang dan 4 anak didik kategori rendah.

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka

dapat disimpulkan bahwa penerapan / penggunaan metode, bercerita dapat

meningkatkan kemampuan berbahasa lisan. Selain hal tersebut ada persepsi dn

kesan siswa yang signifikan terahadap penerapan / penggunaan metode bercerita.

Selain itu sekolah, pengambil kebijakan, peneliti lain dapat menggunakan sebagai

bahan kajian untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut tentang perbaikan

pembelajaran guna meningkatkan kualitas poses belajar mengajar.

2.3 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian kajian teoritis di atas, maka hipotesis tindakan

penelitian ini adalah : Jika menggunakan kegiatan bercerita maka kemampuan

berbahasa lisan pada anak kelompok A TK Negeri Pembina Kecamatan Sipatana

Kota Gorontalo akan berkembang.

2.4 Indikator Kinerja

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila dari jumlah anak 20 memiliki

kemampuan berbahasa dengan baik, berkembang dari 4 orang anak atau 20%

menjadi 18 orang anak atau 90%. Dan sisa 2 orang anak yang berlum berkembang

Page 39: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS …eprints.ung.ac.id/5854/9/2013-1-86207-153408125-bab2...Sebagai alat untuk mengembangkan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain. Misalnya

46

tidak akan dibiarkan begitu saja tetapi akan terus dibimbing dengan perhatian

khusus agar kemampuan berbahasa mereka dapat berkembang dengan baik.