2011 summary kesiapan lpp lps dalam penyiaran tv digital

17
Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Yogyakarta | 2012 1 EXECUTIVE SUMMARY KESIAPAN LEMBAGA PENYIARAN TV DALAM MENGHADAPI PENYIARAN TV DIGITAL DI KOTA YOGYAKARTA, KOTA SEMARANG, DAN PROV BALI Abstrak Adanya kebijakan pengalihan teknologi penyiaran dari sistem analog ke digital menimbulkan beberapa konsekuensi yang harus dihadapi banyak pihak. Lembaga penyiaran TV merupakan salah satu pihak yang mengalami dampak sangat kuat. Migrasi penyiaran analog ke digital tidak semata peralihan bentuk penyiaran. Namun dapat merubah tatanan organisasi, sumber daya, proses bisnis, keuangan, teknologi, hingga pemasaran. Bagaimana kesiapan lembaga penyiaran publik di daerah dan lembaga penyiaran lokal dalam menghadapi migrasi penyiaran digital adalah permasalahan yang diangkat dalam kajian ini. Dengan mengambil lokasi di Lembaga Penyiaran TVRI daerah dan LPS Lokal di Kota Yogyakarta, Kota Semarang, dan Prov. Bali. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif dengan metode deskriptif. Namun, penelitian ini juga didukung dengan data kuantitif. Hasil Penelitian ini menunjukkan adanya potensi Lembaga Penyiaran TVRI daerah dan Lembaga Penyiaran Swasta Swasta Lokal dan kesiapannya pada empat aspek, yakni aspek infrastruktur teknologi, aspek Sumber Daya Manusia (SDM), aspek program, aspek pemasaran, dan aspek anggaran, kesemuanya dalam menghadapi penerapan kebijakan penyiaran televisi digital. Kata kunci: lembaga penyiaran TV, penyiaran TV digital, teknologi, sumber daya manusia, program siaran, pemasaran, anggaran 1. PENDAHULUAN Media penyiaran sebagai salah satu bentuk media massa memiliki ciri dan sifat yang berbeda dengan media massa lainnya. Sesama media penyiaran, misalnya antara radio dan televisi (TV), bahkan memiliki berbagai perbedaan dalam hal sifatnya. Media massa TV meskipun sama dengan radio dan film sebagai media massa elektronik, tetapi mempunyai ciri dan sifat yang berbeda, terlebih lagi dengan media massa cetak seperti surat kabar dan majalah. Media cetak dapat dibaca kapan saja tetapi TV hanya dapat dilihat sekilas dan tidak dapat diulang. Secara umum, TV merupakan salah satu media massa yang mendapat tempat di hati masyarakat Indonesia. Berdasarkan data statistik indikator sosial budaya tahun 2009, persentase penduduk diatas 10 (sepuluh) tahun yang menonton TV mencapai 90,27% (www.bps.go.id , diakses tanggal 22 Juli 2011, pukul: 09.37). Data lain menyebutkan bahwa jumlah pemirsa TV Indonesia bertambah hampir 300 ribu orang pada 2010 menjadi 6.299.000 orang dari 6.500.000 orang. Kenaikan ini disebabkan karena jumlah masyarakat yang mendapat akses menonton TV semakin banyak dan semakin murahnya harga pesawat TV. Demikian hasil monitoring TV Audience Measurement di 10 kota

Upload: enzo-albantani

Post on 27-Dec-2015

60 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

011 Summary Kesiapan Lpp Lps Dalam Penyiaran Tv Digital

TRANSCRIPT

Page 1: 2011 Summary Kesiapan Lpp Lps Dalam Penyiaran Tv Digital

Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Yogyakarta | 2012

1

EXECUTIVE SUMMARY

KESIAPAN LEMBAGA PENYIARAN TV DALAM MENGHADAPI PENYIARAN TV DIGITAL DI KOTA YOGYAKARTA, KOTA SEMARANG, DAN PROV BALI

Abstrak

Adanya kebijakan pengalihan teknologi penyiaran dari sistem analog ke digital menimbulkan beberapa

konsekuensi yang harus dihadapi banyak pihak. Lembaga penyiaran TV merupakan salah satu pihak

yang mengalami dampak sangat kuat. Migrasi penyiaran analog ke digital tidak semata peralihan

bentuk penyiaran. Namun dapat merubah tatanan organisasi, sumber daya, proses bisnis, keuangan,

teknologi, hingga pemasaran. Bagaimana kesiapan lembaga penyiaran publik di daerah dan lembaga

penyiaran lokal dalam menghadapi migrasi penyiaran digital adalah permasalahan yang diangkat

dalam kajian ini. Dengan mengambil lokasi di Lembaga Penyiaran TVRI daerah dan LPS Lokal di Kota

Yogyakarta, Kota Semarang, dan Prov. Bali. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif dengan metode

deskriptif. Namun, penelitian ini juga didukung dengan data kuantitif. Hasil Penelitian ini menunjukkan

adanya potensi Lembaga Penyiaran TVRI daerah dan Lembaga Penyiaran Swasta Swasta Lokal dan

kesiapannya pada empat aspek, yakni aspek infrastruktur teknologi, aspek Sumber Daya Manusia

(SDM), aspek program, aspek pemasaran, dan aspek anggaran, kesemuanya dalam menghadapi

penerapan kebijakan penyiaran televisi digital.

Kata kunci: lembaga penyiaran TV, penyiaran TV digital, teknologi, sumber daya manusia, program

siaran, pemasaran, anggaran

1. PENDAHULUAN

Media penyiaran sebagai salah satu bentuk media massa memiliki ciri dan sifat yang berbeda

dengan media massa lainnya. Sesama media penyiaran, misalnya antara radio dan televisi (TV), bahkan

memiliki berbagai perbedaan dalam hal sifatnya. Media massa TV meskipun sama dengan radio dan film

sebagai media massa elektronik, tetapi mempunyai ciri dan sifat yang berbeda, terlebih lagi dengan

media massa cetak seperti surat kabar dan majalah. Media cetak dapat dibaca kapan saja tetapi TV

hanya dapat dilihat sekilas dan tidak dapat diulang.

Secara umum, TV merupakan salah satu media massa yang mendapat tempat di hati

masyarakat Indonesia. Berdasarkan data statistik indikator sosial budaya tahun 2009, persentase

penduduk diatas 10 (sepuluh) tahun yang menonton TV mencapai 90,27% (www.bps.go.id, diakses

tanggal 22 Juli 2011, pukul: 09.37). Data lain menyebutkan bahwa jumlah pemirsa TV Indonesia

bertambah hampir 300 ribu orang pada 2010 menjadi 6.299.000 orang dari 6.500.000 orang. Kenaikan

ini disebabkan karena jumlah masyarakat yang mendapat akses menonton TV semakin banyak dan

semakin murahnya harga pesawat TV. Demikian hasil monitoring TV Audience Measurement di 10 kota

Page 2: 2011 Summary Kesiapan Lpp Lps Dalam Penyiaran Tv Digital

Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Yogyakarta | 2012

2

besar (Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang, Bandung, Makassar, Yogyakarta, Palembang, Denpasar, dan

Banjarmasin) terhadap penonton TV usia 5 tahun ke atas (http://swa.co.id/2011/02/apa-yang-

masyarakat-indonesia-tonton-di-2010/, diakses tanggal 22 Juli 2010, pukul: 10.26). Jumlah ini

kemungkian akan terus meningkat dibanding pendengar radio ataupun pembaca surat kabar yang

memiliki kecenderungan menurun dari tahun ke tahun.

Seiring dengan meningkatnya jumlah penonton siaran TV, jumlah lembaga penyiaran TV pun

semakin bertambah dan tidak menjadi monopoli lembaga penyiaran TV tertentu. Hingga saat ini,

terdapat satu lembaga penyiaran TV publik nasional (LPP TVRI), 10 (sepuluh) lembaga penyiaran swasta

(LPS) TV berjaringan, dan 115 lembaga penyiaran swasta TV lokal. Berdasarkan data Direktorat

Penyiaran ( Sumber: Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika), jumlah pemohon

penyelenggara stasiun TV per bulan Desember 2010 mencapai 799 permohonan dan baru 291 IPP yang

sudah disetujui. Salah satu kendala dalam proses perizinan adalah semakin terbatasnya sumber daya

frekuensi yang tersedia saat ini. Dibandingkan dengan media informasi lain seperti telepon, teknologi TV

cenderung lambat beralih ke teknologi digital yang lebih efisien dalam penggunaan spektrum frekuensi.

Oleh karena itu, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika berupaya mengalihkan

siaran analog yang telah ada selama ini menuju siaran digital.

Era menuju penyiaran digital ditandai dengan pembentukan Tim Nasional Migrasi Sistem

Penyiaran Analog ke Digital melalui Keputusan Menteri Nomor: 03B/Kep/M.Kominfo/01/2006. Tim

nasional bertugas merumuskan proses migrasi, mencari strategi yang tepat dalam porses transisi

lembaga penyiaran menuju siaran digital, serta merekomendasikan standarisasi penyiaran digital di

Indonesia. Berdasarkan rekomendasi Tim Nasional tersebut, teknologi penyiaran digital Indonesia

mengadopsi teknologi DVB-T yang diterapkan di Eropa berdasarkan Peraturan Menteri (Permen)

Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Nomor: 7/P/M.Kominfo/3/2007. TVRI kemudian melakukan soft

launching siaran TV digital sebagai tanda dimulainya era penyiaran TV digital pada 13 Agustus 2008.

Dalam upaya migrasi ke penyiaran digital, Kementerian Kominfo telah melakuan tindakan diantaranya

mengeluarkan moratorium atau penghentian sementara permohonan izin bagi penyelenggara siaran TV

analog, merumuskan road map migrasi penyiaran digital, dan mengeluarkan kerangka dasar

penyelenggara penyiaran TV digital tetap tidak berbayar (free to air)1.

Migrasi dari siaran TV analog menjadi siaran TV digital membawa perombakan yang besar pada

lembaga penyiaran TV. Lembaga penyiaran TV dituntut siap untuk mengadakan perubahan dalam

bidang manajemen terkait dengan administrasi, teknologi, dan pasar sebelum penghentian (cut off)

1 Peraturan Menteri Kominfo No. 39/PER/M.KOMINFO/10/2009

Page 3: 2011 Summary Kesiapan Lpp Lps Dalam Penyiaran Tv Digital

Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Yogyakarta | 2012

3

siaran TV analog. Penyiaran TV digital tidak akan bisa diakses selama industri penyiaran digital,

diantaranya lembaga penyiaran TV, belum siap memberikan layanan siaran digital. Kesiapan lembaga

penyiaran TV ini perlu menjadi perhatian bagi Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai satu

kesatuan mata rantai penyiaran digital yang tak terpisahkan.

Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Yogyakarta sebagai

salah satu Unit Pelaksana Teknis dibawah Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia,

Kementerian Kominfo memiliki tugas pokok dan fungsi dalam hal pengkajian dan pengembangan bidang

komunikasi dan informatika. Salah satu aspek dalam bidang komunikasi dan informatika adalah

penyiaran digital. Untuk itu, BPPKI Yogyakarta mengkaji kesiapan lembaga penyiaran TV (LPP TVRI

Daerah dan LPS Lokal) dalam menghadapi penyiaran TV digital di Provinsi Bali (Denpasar), Provinsi Jawa

Tengah (Semarang), dan Provinsi DIY (Yogyakarta).

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang berusaha menekankan

pada pemaknaan dari suatu fenomena yang secara spesifik berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Pola

pikir yang dalam penelitian ini adalah bagaimana lembaga penyiaran TV mempersiapkan diri

menghadapi migrasi penyiaran digital yang ditetapkan pemerintah melalui Kemkominfo dalam roadmap

penyiaran TV digital. Beberapa latar belakang telah mendorong beberapa negara termasuk Indonesia

untuk migrasi menuju penyiaran digital. Proses migrasi berdampak pada kesiapan lembaga penyiaran TV

lokal dalam proses implementasi penyiaran digital.

Berdasarkan konsep manajemen dan manjemen penyiaran, penelitian ini berfokus pada

kesiapan LPP TVRI Daerah dan LPS Lokal dalam menghadapi penyiaran TV digital ditinjau dari aspek

manajemen yang meliputi administrasi yang terdiri dari SDM dan finansial, proses bisnis terdiri dari

program dan pemasaran, serta teknologi. Dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Administrasi lembaga penyiaran TV, meliputi aspek sumber daya manusia (SDM) dan

aspek anggaran (finansial).

2. Sumber daya manusia (man), yaitu kesiapan dan kompetensi SDM yang dibutuhkan di

era penyiaran TV digital oleh lembaga penyiaran TV.

3. Finansial (money), yaitu kesiapan finansial lembaga penyiaran TV dalam menghadapi era

penyiaran TV digital

Page 4: 2011 Summary Kesiapan Lpp Lps Dalam Penyiaran Tv Digital

Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Yogyakarta | 2012

4

4. Proses bisnis lembaga penyiaran TV, yaitu prosedur atau alur kerja lembaga penyiaran

TV dalam menghadapi penyiaran TV digital. Termasuk di dalamnya adalah pemasaran

(market) dan program (material)

5. Teknologi penyiaran digital (machines), yaitu kesiapan penggunaan teknologi penyiaran

di era penyiaran TV digital

Teknik penggalian data, menggunakan metode triangulasi. Beberapa metode yang digunakan

antara lain melalui observasi, wawancara, kuesioner, dan dokumen atau kepustakaan. Wawancara

mendalam dilakukan pada para pengambil keputusan di lembaga penyiaran terkait pengelolaan

lembaga penyiaran TV dan kesiapan menghadapi program migrasi sistem analog ke digital. Sementara

observasi dilakukan untuk menelusuri dan mengetahui keberadaan dan potensi yang dimiliki lembaga

penyiaran secara fisik yang meliputi, potensi infrastruktur teknologi, manajemen administrasi, program.

Selain observasi dan wawancara, penggalian data juga dilakukan melalui menghimpun data dengan

kuesioner untuk mengetahui pemahaman SDM pendukung pengelolaan terhadap potensi lembaga

penyiaraan saat ini dan prospek perkembangan menghadapi sistem penyiaran digital.

Lokasi penelitian di tiga provinsi yang menjadi wilayah kerja BPPKI Yogyakarta, meliputi Provinsi

DIY, Jawa Tengah, dan Bali. Sesuai topik penelitian tentang implementasi penyiaran TV digital, maka

secara lebih spesifik, lokasi penelitian adalah LPP TVRI Daerah dan LPS Lokal yang berada di Yogyakarta

(DIY), Semarang (Jawa Tengah), dan Denpasar (Bali) yaitu:

Yogyakarta : TVRI Yogyakarta, Jogja TV, dan Adi TV

Semarang : TVRI Jawa Tengah, TV-Ku, ProTV, dan Cakra TV

Denpasar : TVRI Bali, Dewata TV, Alam TV, dan BMC TV

3. HASIL PENELITIAN

3.1. Kesiapan Sumber Daya Manusia (MAN)

1. Realitas Lembaga Penyiaran Televisi Di Daerah

Dalam Konsep Sistem Penyiaran TV di Daerah, ada tiga kategori lembaga penyiaran televisi

dilihat dari sisi Pengelolaan SDM nya :

TVRI di daerah yang didanai oleh APBN dan atau APBD (sebagai TV Publik) : TVRI

Denpasar (Bali), TVRI Jawa Tengah, TVRI Yogyakarta

TVRI (di daerah) yang dibiayai oleh anggaran pemerintah (APBN) dan atau pemerinah

daerah (APBD), tidak memiliki otonomi mutlak dalam pengelolaan SDM (utamanya

dalam merekruit calon-calon pegawai), sehingga kadang menjadi tidak sesuai antara

Page 5: 2011 Summary Kesiapan Lpp Lps Dalam Penyiaran Tv Digital

Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Yogyakarta | 2012

5

tenaga yang diperlukan dengan distribusi pegawai yang diberikan. Perlu adanya

recruitmen SDM sesuai dengan kompetensi dan perlu adanya adjustment yang jelas.

(sumber: 3 pengelola SDM di TV RI Bali; Jateng dan Yogyakarta). Dari kondisi yang

demikian, maka prospek terhadap kesiapan menghadapi kebijakan TV DIGITAL,

menjadi sangat menggantungkan pada kebijakan TVRI pusat.

TV lokal yang mengembangkan visi Pendidikan (Non Komersial) : TV KU (Semarang),

ADi TV (Yogyakarta)

Lembaga penyiaran TV yang berorientasi pada pengembangan pendidikan, karena

tidak bersifat profit oriented, dan permodalan mendapatkan subsidi dari yayasan

lembaga pendidikan maka dalam pengelolaan SDM mengikuti alur kebutuhan yang

ada, sebagian besar SDM yang mendukung produk siarannya berasal dari mahasiswa

universitas setempat, dan hanya sebagian kecil dari luar kampus.

Menurut penyelenggara lembaga penyiaran TV pendidikan ini, mereka tidak

mengedepankan kebutuhan tenaga yang professional, karena memang ada fungsi

pendidikannya dan pengkaderan tenaga-tenaga broadcash. Sehingga bisa saja

kebutuhan tenaga (SDM) menyertakan tenaga mahasiwa atau anak sekolah yang

sedang mengikuti program PKL. Meski demikian, dalam menghadapi kebijakan TV

digital, tetap optimis menyesuaikan kebutuhan.

TV lokal yang berorientasi sebagai lembaga Profit (Komersial) : Dewata TV; Alam TV;

BMC (Bali), Cakra TV; Pro TV (Jawa Tengah), Jogja TV (Yogyakarta)

Sementara pada lembaga penyiaran TV Lokal, pengembangan SDM tentu menjadi

indikator yang diutamakan. Hal ini relevan dengan semangat lembaga ekonomi yang

berbasis pada “produk dan profit.” Tanpa mengedepankan SDM yang memiliki

provesionalitas yang tinggi (berbasis kompetensi), dikhawatirkan akan berdampak

pada penurunan kualitas produk siaran.

Sebagian besar karyawan TV lokal masih tergolong tenaga-tenaga muda yang baru

lulus dan kompeten di bidangnya. Untuk meningkatkan kompetensi terutama bagi

penguasaan sarana penyiaran digital, beberapa stasiun TV lokal mengadakan

pelatihan.

Page 6: 2011 Summary Kesiapan Lpp Lps Dalam Penyiaran Tv Digital

Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Yogyakarta | 2012

6

2. Kesiapan SDM Lembaga Penyiaran TV di Daerah Menghadapi Migrasi Ke TV Digital

Pengetahuan Terhadap Adanya Sosialisasi Kebijakan Program TV Digital

SDM di lembaga penyiaran pada umumnya telah mengetahui adanya kebijakan

pemerintah tentang program TV Digital di tanah air. Namun demikian secara

operasional mereka kurang mengetahui detail dari program tersebut. Ini bisa

diindikasikan jika sosialisasi program TV digital, masih sebatas dipermukaan.

Sementara untuk materi secara mendalam tentang prospek ke depan masih harus

dilakukan sosialisasi lebih lanjut oleh masing-masing lembaga penyiaran, jika akan

mulai ditindaklanjuti.

Menurut penuturan beberapa narasumber dari para pengelola lembaga penyiaran di 3

daerah penelitian terungkap bahwa mereka baru memahami pada tataran kebijakan

secara umum. Selanjutnya untuk implementasinya mereka masih sangat memerlukan

kejelasan dari fihak Kemkomifo. Oleh karenanya, pengetahuan yang belum lengkap

atas rencana kebijakan TV digital, menjadi belum disosialisasikan lebih lanjut ke jajaran

staf pelaksana di lembaga penyiaran TV di daerah. Hal ini berakibat pada belum

meratanya pemahaman adanya program kebijakan TV digital di masing-masing

karyawan (staf pelaksana) LP TV di daerah.

Pengetahuan Terhadap Perubahan Struktur Baru TV Digital

Dengan adanya pola baru sistem TV digital, beberapa TV daerah mengatakan akan

terjadinya perubahan struktur di lembaga penyiaran. Hal ini terkait dengan adanya

program-program baru yang akan berkembang. Sementara di TV daerah lain

mengungkapkan tidak akan ada perubahan struktur, karena pada dasarnya perubahan

sistem dari analog ke digital tidak berkait langsung perubahan struktur kelembagaan.

Pengetahuan Terhadap Perubahan Uraian Tugas Di Era TV Digital

Seperti pada pemahaman terhadap perubahan struktur organisasi yang masih terjadi

kesenjangan diantara para karyawan, demikian juga pada aspek perubahan Jobdecs,

ternyata mereka pun masih mengalami kesenjangan. Di satu sisi mereka sebesar 39,8

persen mengatakan akan ada perubahan Jobdecs. Kemudian di sisi yang lain sebanyak

60,2 persen juga mengatakan belum tahu terhadap hal tersebut.

Page 7: 2011 Summary Kesiapan Lpp Lps Dalam Penyiaran Tv Digital

Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Yogyakarta | 2012

7

3.2. Kesiapan Anggaran (MONEY)

Untuk mendukung pekerjaan sesuai dengan tugas dari masing-masing departemen atau bagian,

lembaga penyiaran tentunya memerlukan adanya dana pemasukan atau penerimaan. Hal ini

bisa diketahui dari beberapa sumber pemasukan dana yang mencakup, Sumber anggaran/

modal, Pemasukan dari iklan, Pemasukan dari sponsor dan Investasi dari luar

lembaga/perusahaan. Dalam kebanyakan lembaga penyiaran, masalah anggaran ditangani oleh

bagian keuangan.

1. Anggaran Lembaga Penyiaran Publik (LPP) TVRI

TVRI adalah lembaga penyiaran non komersial yang mendapatkan anggaran dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dan khusus TVRI Bali menerima anggaran dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) meskipun jumlahnya kecil. Hal ini berarti

bahwa TVRI tidak berorientasi untuk mencari keuntungan melainkan pelayanan publik.

Sebagai LPP yang dibiayai negara, jadi sangat bergantung pada negara. TVRI diperbolehkan

menyiarkan iklan baik iklan masyarakat maupun iklan komersial. Namun, pemasukan dari

iklan juga tidak banyak. Meskipun pemasukan tidak terlalu banyak, TVRI daerah juga

melakukan kerjasama dengan Pemda setempat. Secara umum, pengeluaran anggaran di

TVRI adalah gaji pegawai, pekerjaan operasional masing-masing bidang/bagian dan

pengadaan peralatan baru, namun demikian pihak manajemen tidak memberikan

penjelasan secara rinci.

2. Pembahasan Anggaran Lembaga Penyiaran Swasta (LPS) Lokal

Secara umum pemasukan tv lokal terdiri dari sumber anggaran/modal, pemasukan dari

iklan, pemasukan dari sponsor, pemasukan dari penjualan program dan investasi dari luar

lembaga/perusahaan. Anggaran yang selama ini dirasa paling besar bagi TV lokal adalah

biaya operasional, sedangkan anggaran pengeluaran lainnya adalah untuk pembelian

peralatan dan biaya produksi program.

3.3. Kesiapan Program Siaran (MATERIAL)

Program siaran merupakan bagian terpenting dalam industri penyiaran TV. Program siaran

adalah produk utama yang ditawarkan kepada pemirsa TV. Program siaran yang disukai oleh

pemirsa akan mendatangkan iklan yang berarti menambah pemasukan bagi stasiun TV. Terdapat

beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam merencanakan program siaran yaitu (1) visi dan

Page 8: 2011 Summary Kesiapan Lpp Lps Dalam Penyiaran Tv Digital

Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Yogyakarta | 2012

8

misi stasiun TV, (2) karakteristik wilayah jangkauan siaran, (3) karakteristik pemirsa TV, serta (4)

anggaran yang dibutuhkan untuk proses produksi program siaran. Meskipun semua stasiun TV

menyuguhkan jasa yang sama, program siaran, visi dan misi yang diusung jelas berbeda.

Stasiun TV lokal lebih mendekatkan diri dengan entitas kelokalan tempat ia berdiri. Kedekatan

emosional dengan daerah yang menjadi jangkauan siarannya menjadi proyeksi utama dalam

perumusan visi dan misi. Hal ini berkorelasi erat dengan karakteristik pemirsa lokal yang menjadi

target audien utama.

1. Program Siaran Saat Ini di Stasiun TV Lokal

Tiga dari empat stasiun TV lokal serta TVRI Bali, mengangkat budaya lokal sebagai komiditi

utama dalam program siarannya.

“BMC ini muncul karena (adanya) kekuatan lokal. Kita memang ingin memberdayakan potensi lokal. Bali ini kan sebenarnya terkenal dengan budayanya. Ritme agama dan

liturgi budayanya tipis (perbedaannya). Segmentasi budaya dan agama hampir tidak bisa dibedakan. Kita melihatnya sebagai komiditi yang bisa dieksplore untuk ditampikan ke

masyarakat Bali (melalui layar kaca)” (Direktur BMC, Raden Julianto)

Program siaran unggulan yang ditayangkan stasiun TV lokal di Bali mayoritas memasukkan

unsur budaya. Bahkan program siaran di luar kategori unggulan pun kental dengan nuansa

budaya. BMC, Dewata TV, dan TVRI Bali mengangkat segmen budaya sebagai komiditi

industri penyiaran yang layak diangkat di layar kaca dalam berbagai kemasan. Kondisi yang

sama juga terjadi di stasiun TV lokal Kota Yogyakarta, Kota Semarang, TVRI Semarang, dan

TVRI Jogja. Sedangkan untuk program siaran berita, stasiun TV lokal lebih mengutamakan

berita lokal karena audiensnya adalah masyarakat lokal yang membutuhkan informasi

seputar wilayahnya yang tidak akan didapat dari stasiun TV nasional. Keengganan

menyiarkan isu nasional bukan semata memenuhi kebutuhan masyarakat lokal tapi juga

memenuhi keinginan investor. Investor dalam hal ini adalah penanam modal dan pemasang

iklan yang keberatan dengan pengangkatan isu nasional oleh stasiun TV lokal karena tidak

akan diminati oleh audiens yang masyarakat lokal

2. Sumber Program Siaran Stasiun TV Lokal

Dari hasil penelusuran di lapangan, sebagian besar stasiun TV lokal telah mampu

memproduksi program siaran sendiri meski kapasitasnya baru sekitar 60% hingga 70%.

Sisanya diperoleh dari berbagi program siaran dengan stasiun TV lokal lain dalam

jaringannya. Beberapa stasiun TV lokal yang diteliti memiliki jaringan dengan pihak lain

Page 9: 2011 Summary Kesiapan Lpp Lps Dalam Penyiaran Tv Digital

Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Yogyakarta | 2012

9

seperti BMC berjaringan dengan Sun Network, JogjaTV dan Semarang CakraTV berjaringan

dengan Balipost Group (BaliTV), ProTV berjaringan dengan MNC Group, dan TVRI Jateng,

Bali, serta Jogja sharing dengan TVRI Pusat. Sedangkan stasiun TV lokal lainnya

mengusahakan sumber program siaran dari kerjasama antar instansi seperti Suara Merdeka

Group (TVKU), Voice of America, pemerintah daerah, dan perusahaan.

Jarang ditemukan stasiun TV lokal yang mengambil program siaran dari rumah produksi,

perusahaan film besar, dan perusahaan sindikasi. Salah satunya JogjaTV yang tidak

mengambil program siaran dari rumah produksi karena kualitas dan kontinuitas konten

siaran yang belum bisa dipenuhi. Alih-alih mengambil program siaran dari rumah produksi,

stasiun TV lokal lebih sering melibatkan masyarakat dalam pembuatan program siaran

tertentu secara langsung. Misalnya, kelompok kesenian masyarakat diminta tampil dalam

satu segmen acara tertentu seperti yang dilakukan DewataTV, JogjaTV, TVRI Jogja, dan

CakraTV.

3. Program Siaran di Era Siaran TV Digital

Meski telah mengikuti sosialisasi migrasi TV analig ke TV digital, belum semua stasiun TV

lokal memahami esensi dari peralihan ini. Opini yang terbentuk baru pada tataran dasar

yaitu perbaikan kualitas gambar dan jumlah program siaran yang meningkat. Atau dengan

kata lain, perubahan pada sisi teknologi penyiaran. Beberapa stasiun TV lokal dengan

gamblang mengungkapkan hal tersebut. Bahwa migrasi ke penyiaran TV digital ansich

adalah peralihan menuju teknologi penyiaran digital.

“Kalau dibikin program atau kontennya bagus masyarakatnya pasti akan (bilang) bagus ya nggak. Konten itu masalah tekniknya, (konten) digital akan jauh lebih bagus, (lebih)

jelas. Bapak bandingkan TV hitam putih sama TV warna, bagaimana kan lebih seneng TV warna kan gitu ya ngak. Terus bandingkan TV warna analog dengan TV warna digital

pasti lebih bagus TV warna digital” (Amir Rabik, CEO AlamTV)

Kondisi dimana stasiun TV lokal belum memahami “new experience” yang didapatkan

pemirsa dari siaran TV digital telah diprediksikan sebelumnya,

“Teknologi DTV itu di desain untuk menimbulkan experience baru dalam menikmati dunia penyiaran. Knowledge ini yang belum ada di dunia penyiaran. Karena mereka saat

ini baru dalam menyiapkan siaran karena kanalnya penuh mereka harus beralih ke digital.”(Eka Indarto, Praktisi Telematika)

Migrasi ke siaran TV digital berarti beralih ke media baru (new media) dimana terjadi

evolusi layanan penyiaran yang memandang penyiaran TV sebagai layanan. Dengan kanal

Page 10: 2011 Summary Kesiapan Lpp Lps Dalam Penyiaran Tv Digital

Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Yogyakarta | 2012

10

yang sangat banyak tersebut, konten siaran harus dipersiapkan betul dan berbeda

formatnya dengan konten siaran di era TV analog.

Namun, ada stasiun TV lokal yang telah memahami perubahan konten siaran di era TV

digital bahkan telah merencanakan format program siaran yang ditawarkan. Stasiun

Semarang CakraTV memandang konten siaran di era TV digital akan berbeda dari siaran TV

analog dimana penyelenggara bisa mengeksplorasi format siaran sesuai dengan keinginan

pemirsa TV.

“ (Kami) sudah (me)pikirkan program-program apa yang akan kita angkat di penyiaran DTV. Yang penting, kita sudah memikirkan bagaimana proses transisi analog (ke) digital.

Dari segi transmisi, maupun program. Kita juga sudah memikirkan (akan) setengah analog setengah digital.”(Dedi, Penanggung Jawab Teknik Semarang CakraTV)

Semarang CakraTV telah memahami karakteristik siaran TV digital dimana diharapkan

siaran akan ditangkap dengan baik pada kondisi mobile. Sehingga, perlu direncanakan

konten siaran pada kondisi mobile yang mampu ditangkap perangkat bergerak serta dapat

dinikmati oleh pengguna. Maka muncullah ide membuat program siaran indoor dan

outdoor dimana program siaran indoor ditujukan untuk perangkat penerima TV box yang

dinikmati dalam jangka waktu lama. Sedangkan program siaran outdoor, karena dinikmati

dalam kondisi bergerak, hanya memiliki rentang waktu siar yang singkat dan bersifat

menghibur. Konsep semacam ini sejalan dengan panduan migrasi siaran TV analog ke

digital yang diberikan ITU. ITU yang mendeskripsikan konten siaran TV digital untuk fixed

user berbeda dengan mobile user. Dimana konten siaran fixed user bersifat long form

(ditayangkan dalam durasi panjang) dan semi interaktif. Sedangkan konten siaran mobile

user bersifat short form (ditayangkan dalam durasi singkat) dan fully intercative. Indonesia

yang mengadopsi teknologi DVB-T2, memungkinkan rencana tersebut terwujud. Tetapi saat

ini, regulasi yang ada baru mengatur penyiaran TV digital free to air dan ditangkap

perangkat tidak bergerak.

Melalui edaran dan sosialisasi, TVRI daerah telah memahami proses migrasi ini dan pada

gilirannya juga akan berubah. Menyikapi hal tersebut, stasiun TVRI di daerah memiliki

pandangan yang beragam. Meski pun mengalami kendala dalam banyak hal, TVRI Bali telah

merencanakan program siaran di era TV digital. TVRI Bali akan merencanakan program

penyiaran digital tentang budaya, olahraga, dan pendidikan. Sedangkan TVRI Jogja

menyiapkan tim IT yang akan merumuskan program siaran dan mekanisme lainnya yang

akan dipersiapkan di era TV digital.

Page 11: 2011 Summary Kesiapan Lpp Lps Dalam Penyiaran Tv Digital

Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Yogyakarta | 2012

11

TVRI Jawa Tengah memandang kehadiran siaran TV digital sebagai sesuatu yang bagus dan

diterima. Namun, beberapa kendala yang dihadapi oleh TVRI Jawa Tengah menjadikan

siaran TV digital bukan prioritas program kerja.

Pemancar yang dimilik TVRI Jawa Tengah mayoritas masih berbasis UHF sehingga

jangkauan siarnya terbatas dan tidak dapat diterima dengan baik oleh pemirsa Jawa

Tengah. Lemahnya kekuatan transmitter TVRI Jawa Tengah akan berpengaruh pula pada

kualitas gambar yang diterima.

Kualitas gambar yang dihasilkan TVRI Jawa Tengah belum baik. Kualitas gambar yang

buruk tentunya akan mempengaruhi minat pemirsa untuk menonton siaran TVRI Jawa

Tengah.

Minimnya anggaran untuk pengelolaan program siaran. Anggaran TVRI Jawa Tengah

selama ini ditopang oleh dana APBN dan APBD. Sayangnya, anggaran terbesar justru

terserap untuk operasional SDM bukan pada program siaran. Di era penyiaran TV digital,

program siaran yang akan ditampilkan akan lebih beragam sehingga membutuhkan

anggaran yang lebih besar pula.

3.4. Kesiapan Teknologi Penyiaran (MACHINES)

1. Teknologi Penyiaran Sekarang

Pada penyiaran analog terdapat dua peralatan utama yakni peralatan produksi (studio) dan

peralatan penyiaran (transmiter). Dalam menghadapi migrasi penyiaran analog ke

penyiaran digital, TVRI daerah (Bali, Jawa Tengah, Yogyakarta), Televisi lokal Bali (Alam TV,

BMC, Dewata), Televisi lokal Jawa Tengah (TV KU, PRO TV, Cakra TV), Televisi lokal

Yogyakarta (Jogja TV, ADI TV) memiliki peralatan :

Pada dasarnya sebagian besar peralatan (teknologi) produksi penyiaran yang

digunakan lembaga penyiaran TV lokal di wilayah penelitian telah beralih mengunakan

peralatan digital :

“… proyeksinya kita sudah digital. Digital dalam artian peralatannya sudah digital. Kalau frekuensi, kita sama saja dengan stasiun TV yang lain. Teknologinya juga mengarah kesana (digital). Teknologinya mungkin lebih baru”. (Raden Julianto,

BMC)

Untuk lembaga penyiaran publik daerah, TVRI daerah, memang masih menggunakan

peralatan (teknologi) penyiaran lama (sebagian besar masih analog)

”(peralatan studio) studio kita masih analog” (TVRI Bali)

Page 12: 2011 Summary Kesiapan Lpp Lps Dalam Penyiaran Tv Digital

Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Yogyakarta | 2012

12

Peralatan produksi (studio) yang digunakan TV lokal mulai beralih ke peralatan

(teknologi) digital terutama untuk pengadaan peralatan baru sedangkan TVRI daerah

masih sebagian besar menggunakan peralatan analog.

Peralatan transmisi yang digunakan oleh TV lokal dilokasi penelitian, bersiaran di

channel UHF dengan menggunakan transmisi yang bersifat digital ready (go digital)

“…kami di alam tv kami sebetulnya sudah melakukan itu pemancar kami sudah e.. bukan digital tapi go digital” (Amir Rabik, CEO AlamTV)

“Dari sisi persiapan alat, beberapa alat masih analog, ada beberapa juga yang sudah

digital. Seperti tx, tx kita masih analog. Pada waktu saya ikut seminar, alat tersebut bisa digunakan dengan penambahan alat, yang jadi permasalahan,vendor mana

yang dipakai untuk menentukan alat, kan ada dari amerika, korea. Ini yang belum jelas bagi kita”. (Dedi, Penanggung Jawab Teknik Semarang CakraTV)

Peralatan transmisi yang di miliki oleh TVRI daerah (Bali, Jawa Tengah, Yogyakarta)

masih menggunakan transmiter analog yang bersiaran di channel UHF dan sebagian

masih bersiaran di channel VHF. Akan ada pemberian bantuan transmisi oleh

pemerintah pusat akan diberikan diantaranya pada TVRI Bali, TVRI Yogyakarta dan TVRI

Jawa Tengah pada tahun 2012. Peralatan (teknologi) transmisi yang digunakan TV lokal

rata-rata dapat beralih ke digital (digital ready/go digital) dengan penambahan

perangkat (support) dapat menjadi digital sedangkan untuk TVRI daerah (Bali, Jawa

Tengah, Yogyakarta) rencananya pada tahun 2012 akan mendapat bantuan transmitter

dari pemerintah

2. Teknologi Penyiaran Televisi Digital

Dimaksud dengan Penyiaran Televisi Digital Terestrial Penerimaan Tetap Tidak Berbayar

(Free to Air) adalah penyiaran dengan menggunakan teknologi digital yang dipancarkan

secara terestrial dan diterima dengan perangkat penerimaan tetap. Terdapat perbedaan

siaran analog dan digital, perbedaannya :

Perbedaan peralatan (teknologi) penyiaran digital dan penyiaran analog adalah adanya

peralatan (teknologi) Multiplekser. Multiplekser merupakan suatu sistem perangkat untuk

menyalurkan beberapa program siaran dari para Penyelenggara Program Siaran yang kemudian

dipancarkan kepada masyarakat/pemirsa melalui suatu perangkat transmisi. Perangkat

multiplekser antar lain encoder, multiplekser. Teknologi multiplakser ini tidak banyak (belum)

Page 13: 2011 Summary Kesiapan Lpp Lps Dalam Penyiaran Tv Digital

Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Yogyakarta | 2012

13

disinggung oleh TV daerah maupun TVRI daerah, mereka hanya menyinggung peralatan

produksi (studio) dan transmitter, karena multipleker hanya digunakan dalam penyiaran digital

dan diatur dalam penyelenggaraan tersendiri.

3.5. Kesiapan Pemasaran (MARKETS)

Di era penyiaran TV analog, stasiun TV lokal memasarkan produknya dalam bentuk jam siaran

dan pemasangan iklan. Pengguna jasa ini cukup banyak baik dari instansi pemerintah,

pendidikan, maupun perusahaan. Penayangan umumnya dilakukan secara live karena

menekankan pada interaksi dengan masyarakat selaku audiens sekaligus target yang diharapkan

dari pihak penyewa.

“Kalau dilihat dari sisi pemasukan, iklan TV tidak terlalu banyak. Kita bermain di sisi program. Misal dialog dengan UKM dari kabupaten. TV lokal biasanya cenderung jualan ke program. Jualannya sngat retail ke pemkab, masyarakat, instansi, pendidikan. Kalau

iklan nasional belum masuk ke TV lokal”(Raden Julianto, Dir. BMC) Porsi kue iklan di stasiun TV lokal masih sangat kecil karena pasar lokal enggan berpromosi

melalui media elektronik TV. Pemasang iklan merasa pengeluaran untuk beriklan di TV tidak

berbanding lurus dengan penambahan pendapatan. Hanya pemain bisnis lokal skala besar saja

yang mau memasang iklan di TV dan jumlahnya tidak banyak. Jika diperhatikan, iklan di stasiun

TV lokal cenderung berupa iklan internal yakni informasi penayangan program siaran serta

informasi layanan masyarakat dari pemerintah daerah. Pemasaran di stasiun TV lokal

diutamakan pada penjualan slot program siaran. Adanya pemasukan dari penjualan slot

program siaran ini memberi keuntungan ganda bagi stasiun TV lokal. Selain mendapatkan

penghasilan, stasiun TV mendapat konten program siaran.

Era penyiaran TV digital merubah struktur industri penyiaran yang memberi peluang lebih luas.

Stasiun TV dapat memberikan nilai tambah pada program siaran yang ditawarkan untuk

memberi pengalaman baru dalam menonton TV. Pemasaran di era siaran TV digital lebih

menekankan pada layanan dari pada konten siaran (sevice proposition dan service delivery).

Layanan yang bisa dipasarkan antara lain videon on demand (VOD), personal video recorder

(PCR), electronic program guide (EPG), interactive service, layanan konten siaran kustomisasi

untuk keperluan khusus.

Peluang bisnis penyiaran TV digital yang semakin luas ini tentunya akan membuka celah pasar

baru bagi stasiun TV lokal. Jika di era TV digital stasiun TV lokal beralih ke penyelenggara

Page 14: 2011 Summary Kesiapan Lpp Lps Dalam Penyiaran Tv Digital

Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Yogyakarta | 2012

14

program siaran, peluang bisnis yang tercipta akan lebih luas serta menumbuhkan ragam industri

kreatif penyiaran digital.

Dalam penyiaran TV Digital, ada perubahan struktur industri, ada penyelenggara infrastruktur dan penyelenggara konten (siaran). Semua penyelenggara penyiaran mengalami tarnsformasi menjadi penyelenggara konten. Jadi, tidak ada lembaga

penyiaran yang ditutup. (Anang Latief, KemKominfo)

Dari penelusuran, sebagian besar stasiun TV lokal belum memikirkan dan belum merencanakan

aspek pemasaran di era siaran TV digital baik dari aspek fungsional, kualitas, maupun harga.

Stasiun TV lokal masih bingung bagaimana seharusnya melangkah, mengelola pemasaran

program siaran, karena dari sosialisasi yang dilaksanakan selama ini belum ada pembahasan

tentang bagaimana pemasaran dilakukan. Hingga saat ini, stasiun TV lokal merencanakan tidak

ada perubahan pada sisi pemasaran di era siaran TV digital seperti yang diungkapkan di TVRI

Bali, Dewata TV, AlamTV, ADITV, PROTV, dan JogjaTV. Dari aspek fungsional, terkait layanan

siaran TV digital, stasiun TV lokal belum merencanakan model layanan yang akan diberikan.

Service proposition dan service delivery apa yang akan diberikan ke audiens sehingga muncul

peluang untuk memasarkan layanan tersebut. Meski Semarang Cakra TV sudah memahami

service delivery yang akan diberikan, model pemasarannya masih tanda tanya. Aspek fungsional

yang belum jelas akan membawa pada ketidaktahuan aspek kualitas layanan. Jika kedua aspek

tersebut tidak muncul, maka aspek harga pun tidak akan pernah diketahui. Terhadap hal

semacan ini, stasiun TV lokal menunggu aturan yang jelas dari pemerintah dan akan

menyesuaikan mekanisme pemasaran nantinya dengan aturan yang berlaku.

“Dari sisi anggaran dan marketing, lembaga belum bisa memperhitungkan terkait dengan penyiaran digital” (Agung Alit Sumantri, Manager Pengendali Sistem Internal

Dewata TV) “Dari segi marketing tidak akan berbeda” (Dedi, Penanggung Jawab Teknik CAKRATV)

Selain menunggu aturan dari pemerintah, stasiun TV lokal yang bergabung dalam jaringan juga

menunggu kesepakatan bersama. BMC contohnya, permasalahan pemasaran diserahkan

sepenuhnya pada mekanisme jaringan. Dengan adanya kebijakan dari jaringan yang kuat, maka

perubahan pemasarananya sepenuhnya tergantung dari jaringan. Hal serupa juga disampaikan

oleh JogjaTV dan Semarang CakraTV yang bergabung dalam jaringan Bali Post Group.

Belum adanya rencana pemasaran di era penyiaran TV digital dilatarbelakangi pula oleh

kesiapan masyarakat dalam menerima penyiaran TV digital. Stasiun TV lokal berharap,

Page 15: 2011 Summary Kesiapan Lpp Lps Dalam Penyiaran Tv Digital

Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Yogyakarta | 2012

15

masyarakat pun siap sepenuhnya menerima siaran TV digital sehingga bagaimana pemasaran ini

berlangsung dapat menjadi lebih jelas.

Adanya aturan pelaksanaan simulcast siaran TV analog dan siaran TV digital juga akan

menimbulkan keraguan dalam pemasaran oleh stasiun TV lokal. Bagaimana memasarkan

program siaran maupun iklan dalam dua mekanisme siaran yang berbeda serta dua tipikal

audiens yang berbeda. Sedangkan, pemerintah sendiri membebaskan bagi masyarakat untuk

memilih tipe penyiaran TV yang diinginkan sesuai kesanggupan. Pemerintah belum berencana

mensubsidi pembelian perangkat STB

“Pemerintah tidak bisa memaksakan masyarakat untuk membeli STB karena menonton TV bukan

bagian dari gaya hidup. Berbeda dengan membeli hand phone, karena merupakan bagian dari gaya

hidup, masyarakat rela mengeluarkan uang ratusan ribu untuk membelinya.” (Anang, Kemkominfo)

Tanggapan cukup tajam datang dari stasiun Semarang CakraTV. Semarang CakraTV memahami

akan terjadi zona wilayah siaran di era penyiaran digital sehingga peluang untuk memperoleh

market share yang lebih besar akan bisa dicapai. Selama ini, stasiun TV nasional mengudara di

seluruh wilayah Indonesia tanpa ada batasan pembagian area siaran. Akibatnya, stasiun TV lokal

tidak bisa memasarkan produknya secara optimal. Semarang CakraTV berharap pembagian area

di era siaran TV digital benar-benar dilaksanakan agar stasiun TV di daerah juga dapat

memperoleh pemasukan. Untuk menutupi biaya operasional selama ini, tidak bisa hanya

dipenuhi dari penjualan program siaran. Maka berjaringan dengan stasiun TV lain menjadi

pilihan sehingga dapat memperluas peluang pemasukan dari daerah lain.

4. KESIMPULAN

Perkembangan global di bidang teknologi telah membawa perubahan signifikan terhadap

kemajuan dunia penyiaran. Di bidang pertelevisian, sebagai dampak kemajuan teknologi kini telah

beranjak migrasi dari televisi analog ke televisi digital. Tak ubahnya di Indonesia, untuk menyesuaikan

dengan perkembangan global teknologi komunikasi dan informatika, kini pemerintah telah berupaya

mencanangkan kebijakan baru di bidang penyiaran televisi digital.

Berbagai regulasi yang mengatur pokok-pokok penyelenggaraan lembaga penyiara televisi telah

diterbitkan. Beberapa perwakilan lembaga penyiaran televisi di daerah telah mengikuti beberapa kali

sosialisasi yang berkait dengan program pengembangan televisi digital di tanah air, namun informasi

yang diperoleh baru bersifat umum, sehingga masih perlu penjelasan detail, bagaimana konkritnya

dilapangan. Berbagai aturan pokok memang telah diterbitkan, namun untuk implementasi sampai pada

Page 16: 2011 Summary Kesiapan Lpp Lps Dalam Penyiaran Tv Digital

Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Yogyakarta | 2012

16

tahap yang lebih riil sesuai kebutuhan lapangan masih perlu pengaturan lebih lanjut dan segera

diwujudkan, agar bisa menjadi acuan konkrit bagi lembaga penyiaran televisi yang akan melakukan

perubagan program dari TV analog ke sisten Digital.

Hasil analisis berdasar data riil dari statemen para penyelenggara lembaga penyiaran televisi di

daerah menyimpulkan, bahwa pada prinsipnya stasiun TV lokal telah mengetahui adanya rencana

implementasi kebijakan penerapan program televisi digital di Indonesia. Pada umumnya siap

melaksanakan perubahan menuju migrasi dari sistem analog ke sistem digital. Namun demikian, stasiun

tv lokal masih memerlukan penjelasan lebih lanjut bagaimana implementasi dilapangan secara riil,

apakah stasiun tv lokal nantinya harus melakukan sinergi atau penggabungan melalui konsorsium, atau

bisa berdiri sendiri dengan berbagai konsekuensinya. Penjelasan ini, masih sangat ditunggu karena

stasiun tv lokal belum memahami secara detail aturan mainnya (businesss plan) yang akan diterapkan.

5. REKOMENDASI

Dari hasil temuan, tim peneliti BPPKI Yogyakarta memberikan beberapa rekomendasi sebagai

berikut:

1. Perlu adanya aturan implementasi penyiaran TV digital yang lebih jelas, menyangkut seluruh

aspek penyelenggaraan penyiaran TV tidak sebatas aspek teknologi (termasuk standarisasi

perangkat) penyiaran TV digital.

2. Perlu adanya sosialisasi tentang implementasi penyiaran TV digital yang lebih komprehensif

menyangkut setiap aspek penyelenggaraan penyiaran TV kepada stasiun TV lokal.

3. Perlu adanya bimbingan teknis implementasi penyiaran TV digital bagi stasiun TV lokal

4. Perlu adanya kejelasan tentang pelaksanaan konsorsium stasiun TV lokal dalam implementasi

penyiaran TV digital sehingga stasiun TV lokal dapat mengetahui focus bisnis yang diambil

serta mengalihkan infrastruktur penyiaran yang dimiliki saat ini agar dapat membuka peluang

bisnis baru.

5. Perlu adanya aturan model bisnis penyiaran TV digital yang jelas sehingga stasiun TV lokal

dapat memposisikan diri dengan jelas baik sebagai penyelenggara konten, penyelenggara

siaran, penyelenggara multiplekser, maupun penyedia menara termasuk nilai bisnis/harga

yang berkenaan dengan model bisnis tersebut.

6. Perlu dipikirkan anggaran yang harus disiapkan stasiun TVRI daerah sebagai lokomotif

impelementasi penyiaran TV digital serta bagaimana pemenuhan anggaran tersebut.

Page 17: 2011 Summary Kesiapan Lpp Lps Dalam Penyiaran Tv Digital

Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Yogyakarta | 2012

17

7. Stasiun TV lokal merekomendasikan implementasi penyiaran TV digital secara serentak tanpa

adanya tahap simulcast. Hal ini perlu dipikirkan oleh Kemkominfo agar dapat memutuskan

langkah yang tepat tanpa membebani pihak mana pun baik stasiun TV lokal maupun

masyarakat.

8. Stasiun TV lokal perlu meningkatkan kompetensi SDM agar dapat menghadapi dan

memenuhi kebutuhan penyiaran TV digital.