lps-ileus obstrktif

38
Laporan Kasus ILEUS OBSTRUKTIF Oleh Afdal Rosihan Hasbi Yurna Afriyana Rika Ahyati Pembimbing Dr. Tjahyo K, SpB BAGIAN/SMF ILMU BEDAH

Upload: yurnaafriyana

Post on 05-Jul-2015

591 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lps-Ileus Obstrktif

Laporan Kasus

ILEUS OBSTRUKTIF

OlehAfdal Rosihan Hasbi

Yurna AfriyanaRika Ahyati

PembimbingDr. Tjahyo K, SpB

BAGIAN/SMF ILMU BEDAHFAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM

BANJARMASIN

Agustus, 2010

Page 2: Lps-Ileus Obstrktif

BAB I

PENDAHULUAN

Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan aliran normal isi usus

(apapun penyebabnya) sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan

kronik, partial atau total.1

Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang

sering dijumpai, merupakan 60–70% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan

appendicitis akuta. Penyebab yang paling sering dari obstruksi ileus adalah

adhesi/ streng, sedangkan diketahui bahwa operasi abdominalis dan operasi

obstetri-ginekologik makin sering dilaksanakan yang terutama didukung oleh

kemajuan di bidang diagnostik kelainan abdominalis. Gawat perut dapat

disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen berupa inflamasi, dan penyulitnya,

ileus obstruktif, iskemik, dan perdarahan. Sebagian kelainan dapat disebabkan

oleh cedera langsung atau tidak langsung yang mengakibatkan perforasi saluran

cerna atau perdarahan.

Ada 3 hal yang tetap menarik untuk diketahui/diselidiki tentang obstruksi

ileus, ialah:2,3,4

1. Makin meningkatnya keterdapatan obstruksi ileus.

1

Page 3: Lps-Ileus Obstrktif

2. Diagnosa obstruksi ileus sebenarnya mudah dan bersifat universil; tetapi untuk

mengetahui proses patologik yang sebenarnya di dalam rongga abdomen tetap

merupakan hal yang sulit.

3. Bahaya strangulasi yang amat ditakuti sering tidak disertai gambaran klinik

khas yang dapat mendukungnya.

Berikut dilaporkan sebuah kasus ileus obstuktif pada seorang laki-laki

berusia 38 tahun yang dirawat di Ruang Perawatan Bedah RSU Ulin Banjarmasin.

2

Page 4: Lps-Ileus Obstrktif

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya

obstruksi usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Ileus

Obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh

sumbatan mekanik.3,5,6

2.2 KLASIFIKASI ILEUS OBSTRUKTIF3.4

Menurut Lokasi Obstruksi:

Letak Tinggi: Duodenum-Jejunum

Letak Tengah: Ileum Terminal

Letak Rendah: Colon-Sigmoid-rectum

Menurut Stadium:

Parsial : menyumbat lumen sebagian

Simple/Komplit: menyumbat lumen sebagian/total

Strangulasi: Simple dengan jepitan vasa

2.3 ETIOLOGI1,7

3

Page 5: Lps-Ileus Obstrktif

Penyebab obstruksi pada usus halus dapat dibagi menjadi 3 yaitu obstruksi

pada ekstraluminal, obstruksi intrinsik dan obstruksi intraluminal. Obstruksi

ekstraluminal misalnya adhesi, hernia, karsinoma dan abses. Obstruksi intrinsik

pada dinding usus seperti tumor primer. Dan obstruksi intraluminal seperti

enteroliths, gallstones dan adanya benda asing. Penyebab tersebut dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

Adhesi, hernia inkarserata dan keganasan usus besar paling sering

menyebabkan obstruksi. Pada adhesi, onsetnya terjadi secara tiba-tiba dengan

keluhan perut membesar dan nyeri perut. Dari 60% kasus ileus obstruksi di USA,

4

Page 6: Lps-Ileus Obstrktif

penyebab terbanyak adhesi yaitu pascaoperasi ginekologik, appendektomi dan

reseksi kolorektal.

Ileus karena adhesi umumnya tidak disertai strangulasi. Adhesi umumnya

berasal dari rongga peritoneum akibat peritonitis setempat atau umum atau pasca

operasi. Adhesi dapat berupa perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal atau

multipel.

2.4 PATOGENESIS3,4 DAN PATOFOSIOLOGI4,5,6,8

Obstruksi mekanis terjadi karena 3 hal:

1. Penyempitan lumen usus

a. Strictura dinding usus

i. Penyebab kongenital (atresia, stenosis, imperforate anus)

ii. Penyebab acquired (peradangan, trauma, gangguan vaskuler pada

dinding dan ada tumor pada dindingnya)

b. Obturasi (sama sekali tertutup)

c. Kompresi dari luar usus (tumor, dll)

2. Adhesi (perlekatan) dan adanya band (ada jaringan seperti tali). Bisa

terbentuk secara kongenital atau peradangan, traumatic, atau neoplasma

3. Hernia (internal atau eksternal)

4. Volvulus

5. Isntussusepsi

5

Page 7: Lps-Ileus Obstrktif

Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama,

tanpa memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik

atau fungsional. Perbedaan utama adalah obstruksi paralitik dimana peristaltik

dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanik peristaltik mula-

mula diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya hilang.

Perubahan patofisiologi utama pada obstruksi usus dapat dijabarkan

sebagai berikut:

Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan

gas (70% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang

menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8

liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari8, tidak adanya

absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan

penyedotan usus setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama

cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang cairan

ekstrasel yang mengakibatkan syok-hipotensi, pengurangan curah jantung,

penurunan perfusi jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus

menerus mengakibatkan lingkaran setan penurunan absorpsi cairan dan

peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah

iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai

absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik

untuk menyebabkan bakteriemia.

Obstruksi Mekanik Simple.

6

Page 8: Lps-Ileus Obstrktif

Pada obstruksi simple, hambatan pasase muncul tanpa disertai gangguan

vaskuler dan neurologik. Makanan dan cairan yang ditelan, sekresi usus, dan

udara terkumpul dalam jumlah yang banyak jika obstruksinya komplit. Bagian

usus proksimal distensi, dan bagian distal kolaps. Fungsi sekresi dan absorpsi

membrane mukosa usus menurun, dan dinding usus menjadi udema dan kongesti.

Distensi intestinal yang berat, dengan sendirinya secara terus menerus dan

progresif akan mengacaukan peristaltik dan fungsi sekresi mukosa dan

meningkatkan resiko dehidrasi, iskemia, nekrosis, perforasi, peritonitis, dan

kematian.

Obstruksi Strangulata.

Pada obstruksi strangulata, kematian jaringan usus umumnya dihubungkan

dengan hernia inkarserata, volvulus, intussusepsi, dan oklusi vaskuler. Strangulasi

biasanya berawal dari obstruksi vena, yang kemudian diikuti oleh oklusi arteri,

menyebabkan iskemia yang cepat pada dinding usus. Usus menjadi udema dan

nekrosis, memacu usus menjadi gangrene dan perforasi.

2.5 MANIFESTASI KLINIK DAN DIAGNOSIS3,4,7

1. ANAMNESIS

Gejala Utama:

Nyeri-Kolik

Obstruksi usus halus: kolik dirasakan disekitar umbilicus

Obstruksi kolon: kolik dirasakan disekitar suprapubik.

7

Page 9: Lps-Ileus Obstrktif

Muntah

Stenosis Pilorus : Encer dan asam

Obstruksi usus halus : Berwarna kehijauan

Obstruksi kolon : onset muntah lama.

Perut Kembung (distensi)

Konstipasi

Tidak ada defekasi

Tidak ada flatus

Adanya benjolan di perut, inguinal, dan femoral yang tidak dapat kembali

menandakan adanya hernia inkarserata. Invaginasi dapat didahului oleh riwayat

buang air besar berupa lendir dan darah. Pada ileus paralitik e.c. peritonitis dapat

diketahui riwayat nyeri perut kanan bawah yang menetap. Riwayat operasi

sebelumnya dapat menjurus pada adanya adhesi usus. Onset keluhan yang

berlangsung cepat dapat dicurigai sebagai ileus letak tinggi dan onset yang lambat

dapat menjurus kepada ileus letak rendah.

2. PEMERIKSAAN FISIK

A. Strangulasi

Adanya strangulasi ditandai dengan adanya lokal peritonitis seperti:

Takikardia

Pireksia (demam)

Lokal tenderness dan guarding

8

Page 10: Lps-Ileus Obstrktif

Rebound tenderness

Nyeri local

Hilangnya suara usus local

Untuk mengetahui secara pasti hanya dengan laparotomi

B. Obstruksi

Inspeksi

Perut distensi, dapat ditemukan kontur dan steifung. Benjolan pada regio

inguinal, femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada

Intussusepsi dapat terlihat massa abdomen berbentuk sosis. Adanya adhesi

dapat dicurigai bila ada bekas luka operasi sebelumnya.

Auskultasi

Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborhygmi. Pada fase lanjut

bising usus dan peristaltik melemah sampai hilang.

Perkusi

Hipertimpani

Palpasi

Kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia.

Rectal Toucher

Isi rektum menyemprot: Hirschprung disease

Adanya darah dapat menyokong adanya strangulasi, neoplasma

Feses yang mengeras: skibala

Feses negatif: obstruksi usus letak tinggi

9

Page 11: Lps-Ileus Obstrktif

Ampula rekti kolaps: curiga obstruksi

Nyeri tekan: lokal atau general peritonitis

Radiologi

Foto Polos:

Pelebaran udara usus halus atau usus besar dengan gambaran anak tangga dan

air-fluid level. Penggunaan kontras dikontraindikasikan adanya perforasi-

peritonitis. Barium enema diindikasikan untuk invaginasi, dan endoskopi

disarankan pada kecurigaan volvulus.

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Laboratorium

Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan

diagnosis, tetapi sangat membantu memberikan penilaian berat ringannya dan

membantu dalam resusitasi. Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium

yang normal. Selanjutnya ditemukan adanya hemokonsentrasi, leukositosis

dan nilai elektrolit yang abnormal. Peningkatan serum amilase sering

didapatkan. Leukositosis menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi, tetapi

hanya terjadi pada 38%-50% obstruksi strangulasi (dibandingkan 27%-44%

pada obstruksi non strangulata). Hematokrit yang meningkat dapat timbul

pada dehidrasi. Selain itu dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit.

10

Page 12: Lps-Ileus Obstrktif

Analisa gas darah mungkin terganggu, dengan alkalosis metabolik bila muntah

berat, dan metabolik asidosis bila ada tanda-tanda shock, dehidrasi dan

ketosis.

B. Radiologik 3,7,9,10

Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran “step ladder” dan “air fluid

level” pada foto polos abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya suatu

obstruksi. Foto polos abdomen mempunyai tingkat sensitivitas 66% pada

obstruksi usus halus, sedangkan sensitivitas 84% pada obstruksi kolon.

Pada foto polos abdomen dapat ditemukan gambaran “step ladder dan air

fluid level” terutama pada obstruksi bagian distal. Pada kolon bisa saja tidak

tampak gas. Jika terjadi stangulasi dan nekrosis, maka akan terlihat gambaran

berupa hilangnya mukosa yang reguler dan adanya gas dalam dinding usus.

Udara bebas pada foto thoraks tegak menunjukkan adanya perforasi usus.

Penggunaan kontras tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan peritonitis

akibat adanya perforasi.

CT scan kadang-kadang digunakan untuk menegakkan diagnosa pada

obstruksi usus halus untuk mengidentifikasi pasien dengan obstruksi yang

komplit dan pada obstruksi usus besar yang dicurigai adanya abses maupun

keganasan.

2.6 PENATALAKSANAAN7,9,10,11

11

Page 13: Lps-Ileus Obstrktif

Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit

dan cairan, menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi,

mengatasi peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk

memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal

Resusitasi

Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda - tanda

vital, dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami

dehidrasi dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan

intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan

memonitor tanda - tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian

cairan intravena, diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT

digunakan untuk mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila

muntah dan mengurangi distensi abdomen.

Farmakologis

Pemberian obat - obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai

profilaksis. Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual

muntah.

Operatif

Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah

yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi.

2.7 Komplikasi

12

Page 14: Lps-Ileus Obstrktif

Komplikasi dari ileus antara lain terjadinya:9,10

nekrosis usus, perforasi usus,

Sepsis,

Syok-dehidrasi,

Abses Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi,

Pneumonia aspirasi dari proses muntah,

Gangguan elektrolit,

Meninggal

2.8 Prognosis9,10

Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan operasi

dapat segera dilakukan.

Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi strangulasi atau

komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas sampai sekitar 35% atau

40%.3

Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan dengan cepat.

13

Page 15: Lps-Ileus Obstrktif

BAB III

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama : Tn. M.S

Umur : 38 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku : Jawa

Alamat : Minamas RT 14 Kotabaru

MRS : 26 Juni 2010

No. RMK : 88-67-71

II. ANAMNESA (AUTOANAMNESA)

Keluhan Utama :

nyeri perut

Riwayat Penyakit Sekarang :

(autooanamnesa dengan pasien) & (alloanamnesa dengan keluaga pasien)

14

Page 16: Lps-Ileus Obstrktif

Pasien dirujuk dari RSUD Kotabaru.

Kira-kira 4 hari SMRS pasien mengeluh nyer perut. Nyeri perut terutama

dirasakan pada perut sebelah kiri. Nyeri bersifat hhilangg tmbul. BAB (+), buang

angin (+), perut terasa tegang/kembung, mual muntah (+). BAB darah (-).

Benjolan pada lipat paha (-). Makan-minum (</<). Panas (+) kira-kira 1 minggu

yang lalu. Panas naik turun. Panas biasanya tinggi pada sore hari. Pasien ada

minum obat oenurun anas dan obat sakit perut sebelumnya, namun keluhan tidak

berkurang sehingga kemudian pasien dibawa ke RSUD ULIN. Pasien juga ada

BAB encer selama 4 hari, frekuensi >5x sehari, ampas(-), darah (-), lendir (-).

Pasien juga ada riwayat diurut bagian perut sebelumnya.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat operasi pada bagian perut (-), kencing manis (-), darah tinggi (-),

asma (+)

III. PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS :

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Kompos mentis (GCS 4-5-6)

Tanda Vital :

TD= 110/70 mmHg N : 96 x/menit

R : 28 x/menit T : 37o C

15

Page 17: Lps-Ileus Obstrktif

Kepala dan Leher :

Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, refleks cahaya

(+/+), pembesaran kelenjar tidak ada.

Thorax :

Pulmo : I : gerak napas simetris, retraksi (-)

P : fremitus raba simetris, gerak napas simetris

P : sonor

A : suara napas vesikuler, ronki (-), wheezing (-)

Cor : I : iktus kordis tidak tampak

P: iktus kordis tidak teraba

P: batas jantung normal

A: S1 S2 tunggal, murmur (-)

Abdomen : lihat status lokalis

Ekstremitas :

Superior dan inferior: akral hangat, edema (-), parese (-)

STATUS LOKALIS:

Abdomen:

I : supel, defans muskuler (+)

P :nyeri tekan (+), nyeri tekan lepas (+)

P : hipertimpani

16

Page 18: Lps-Ileus Obstrktif

A : bising usus (+) menurun

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium:

PEMERIKSAAN 27-6-2010Hb - g/dl 13Lekosit - rb/dl 8,4Eritrosit - Juta/ul 4,83Ht - Volume% 36Trombosit - rb/dl 145GDS - Mg/dl 80SGOT - U/l 68SGPT- U/l 20Ureum- Mg/dl 199Kreatinin - Mg/dl 2,7Na 130K 3,4Cl 103Albumin – g/dl 2,3Total protein – g/dl 6,0Globulin – g/dl 3,7HbSAg (Elisa) negatif

Radiologis:

Terdapat gambaran air fluid level, dilatasi usus bagian proximal

V. RESUME

17

Page 19: Lps-Ileus Obstrktif

Penderita laki-laki, umur 28 tahun, datang dengan keluhan nyeri perut

bagian kiri, hilang timbul, mual muntah (+), BAB (+), riwayat BAB encer (+),

buang angin (+), riwayat demam (+).

VI. DIAGNOSA

Ileus obstruktif

VII. TINDAKAN

Direncanakan operasi sito laparotomi dengan kemungkinan kolostomi

Terapi pre-operasi:

IVFD RL:D5:Titofusin (1:1:1) 28 tts/menit

NGT, DC BC (Balance cairan)

Inj. Ceftriaxon 2x1 g

Inj. Antrain 3x1 amp

Metonidazol 3x500 mg

VIII.FOLLOW UP

Selama masa persiapan pre operasi dilakukan pemasangan NGT dan DC.

Follow up Juni-Juli 2010

Follow up 28 Juni

29 30 1 2 3 4 5 6

Subjektif

Kembung + + + + + + + - -Mual + - - - - - - - -Muntah + - - - - - - - -Buang angin - - + + + + + - -BAB - - + + + + + Cair Cair Nyeri perut - - - + + + + - -

18

Page 20: Lps-Ileus Obstrktif

Objektif -N 110 90 88 88 88 80 80 80 80RR 90 20 24 24 24 20 20 24 20

Abd:H/L/M sdeBising usus < <

Planning IVFD

RL:D5:Titofusin:Triofusin (1:1:1:1) 28 tts/menit

NGT, DC BC (Balance cairan)

Inj.Ceftriaxon 2x1 g

Inj.Antrain 3x1 amp

Metonidazol 3x500 mg

+ + + + + + + + +

Piracetam + + + + + + + +Drip Neurobat + +Balance cairan + + + + + + + + +Persiapan operasi + + + + + + + + +Terap diteruskan + + + + + + + + +Transfuse albumin (kolf) 3

19

Page 21: Lps-Ileus Obstrktif

BAB IV

PEMBAHASAN

Dilaporkan sebuah kasus ileus obstruktif pada seorang laki-laki yang datang

dengan keluhan nyeri perut. Dari anamnesa diketahui bahwa nyeri yang dirasakan

bersifat hilang timbul (kolik), disertai perut kembung, mual muntah. Pasien masih

dapat BAB dan buang angin (flatus). Terdapar riwayat BAB encer >5x sehari

(diare) tanpa disertai lendir maupun darah. Pada lipat paha tidak ditemukan

benjolan. Selain itu terdapat riwayat demam. Adanya nyeri kolik, muntah dan

distensi (perut kembung) menunjukkan gejala umum adanya obstruksi usus.

Dari pemeriksaan fisik ditemukan distensi (kembung) abdomen, nyeri tekan

nyeri tekan lepas, defans muskular, bising usus menurun. Distensi merupakan

tanda umum obstruksi. Dari pemeriksaan penunjang, Laboratorium menunjukkan

gangguan keseimbangan elektrolit (Na, Cl)). Dari foto radiologis terlihat air fluid

level. Gangguan keseimbangan elektrolit dan gambaran air fluid level mendukung

diagnosis ileus obstuktif.

20

Page 22: Lps-Ileus Obstrktif

Menurut stadiumnya, kasus ini dapat digolongkan obstruksi parsial dan

simple, sebab selain terdapat muntah, pasien juga masih dapat BAB dan flatus,

kondisi umum belum terdapat tanda-tanda syok maupun sepsis.

Lokasi dan penyebab sumbatan (intralumen atau ekstralumen; adhesi, hernia

atau keganasan) dapat dipekirakan melalui onset keluhan yang cepat atau lambat

serta gejala dan pemeriksaan fisik yang ada. Jika terdapat benjolan di perut,

inguinal, dan femoral yang tidak dapat kembali menandakan adanya hernia

inkarserata. Invaginasi dapat didahului oleh riwayat buang air besar berupa lendir

dan darah. Pada ileus paralitik e.c. peritonitis dapat diketahui riwayat nyeri perut

kanan bawah yang menetap. Riwayat operasi sebelumnya dapat menjurus pada

adanya adhesi usus. Onset keluhan yang berlangsung cepat dapat dicurigai sebagai

ileus letak tinggi dan onset yang lambat dapat menjurus kepada ileus letak rendah.

Namun lokasi dan penyebab sumbatan, dapat diketahui secara pasti melalui

laparotomi.

Untuk dapat melaksanakan penanggulangan penderita obstruksi ileus dengan

cara yang sebaik-baiknya, diperlukan konsultasi antara disiplin yang bekerja

dalam satu tim dengan tujuan untuk mencapai 4 keuntungan:2,3,4

1.      Bila penderita harus dioperasi, maka operasi dijalankan pada saat keadaan

umum penderita optimal.

2.      Dapat mencegah strangulasi yang terlambat.

3.      Mencegah laparotomi negatif.

4.      Penderita mendapat tindakan operatif yang sesuai dengan penyebab

obstruksinya

21

Page 23: Lps-Ileus Obstrktif

Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit

dan cairan, menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi,

mengatasi peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk

memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.

Pada kasus ini direncanakan operasi yang akan dilakukan setelah kondisi

optimum pasien tercapai. Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi

nasogastrik, untuk mencegah sepsis sekunder. Selama folluw up preoperasi,

pasien telah diberi tindakan rehidrasi, pemasangan kateter dan NGT hingga

tercapai balance cairan. Pasien juga menerima terapi obat-obatan berupa antibiotik

(sebagai profilaksis) dan antinyeri.

Berikut ini beberapa kondisi atau pertimbangan untuk dilakukan operasi.

Tindakan operasi berdasarkan situasi

Situations necessitating emergent operation

Incarcerated, strangulated hernias

Peritonitis

Pneumatosis cystoides intestinalis

Pneumoperitoneum

Suspected or proven intestinal strangulation

Closed-loop obstruction

Nonsigmoid colonic volvulus

Sigmoid volvulus associated with toxicity or peritoneal signs

Complete bowel obstruction

22

Page 24: Lps-Ileus Obstrktif

Situations necessitating urgent operation

Progressive bowel obstruction at any time after nonoperative measures are

started

Failure to improve with conservative therapy within 24—48 hr

Early postoperative technical complications

Situations in which delayed operation is usually safe

Immediate postoperative obstruction

Jika obstruksinya berhubungan dengan suatu simple obstruksi atau adhesi,

maka tindakan lisis yang dianjurkan. Jika terjadi obstruksi stangulasi maka

reseksi intestinal sangat diperlukan.

Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan

pada obstruksi ileus:

(a) Koreksi sederhana (simple correction).

Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana untuk membebaskan usus dari

jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh

streng/adhesi atau pada volvulus ringan.

(b) Tindakan operatif by-pass.

Membuat saluran usus baru yang “melewati” bagian usus yang tersumbat,

misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.

23

Page 25: Lps-Ileus Obstrktif

(c) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,

misalnya pada Ca stadium lanjut.

(d) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-

ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada

carcinomacolon, invaginasi, strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa

obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik

oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya,

misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja,

kemudian hari dilakukan reseksi usus dan anastomosis.

Pada kasus ini, hingga follow up 6 Julii 2010, kondisi umum pasien

mengalami kemajuan. Dengan demikian, diharapkan operasi yang telah

direncanakan dapat berjalan dengan baik.

24

Page 26: Lps-Ileus Obstrktif

BAB V

PENUTUP

Telah dilaporkan sebuah kasus ileus obstruktif pada seorang laki-laki berusia 38

tahun yang datang dengan keluhan nyeri perut. Anamnesa dan pemeriksaan fisik

serta penunjang mendukung diagnosis tersebut. Pada pasien direncanakan operasi

yang akan dilakukan setelah kondisi pasien optimal. Sampai dilaporkan saat ini,

pasien masih dirawat di ruang Bedah RSUD Ulin Banjarmasin.

25

Page 27: Lps-Ileus Obstrktif

DAFTAR PUSTAKA

1. Nining. Asuhan keperawatan ileus obstruktif. [Online].2009s. Available from:URL:http://ns-nining.blogspot.com/2009/03/asuhan-keperawatan-obstruksi-usus.html

2. Mana NM, Kartadinata : Obstruksi Ileus. Cermin Dunia Kedokteran 1983;29.

3. Sjamsuhidajat R, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC, 2003. H:181-192

4. Anonymous. Ileus. [Online].2007. Available from UR: http://medlinux.blogspot.com/2007/09/ileus.html.

5. Anonym. Mechanical Intestinal Obstruction. [Online].2008. Available from URL: http://www.Merck.com.

6. Anonym. Ileus. [Online].2009. Available from:URL: http://www.Merck.com.

7. Adialong. Obstruksi ileus. [Online].2008. Available from URL: http://adi-along.blog.friendster.com/2008/10/obstruksi-ileus/

8. Price, S.A. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Editor: Price, S.A., McCarty, L., Wilson. Editor terjemahan: Wijaya C. Jakarta: EGC, 1994.

9. Wilson LM, Lester LB. Usus kecil dan usus besar. Dalam : Price SA, Wilson LM,editor. Patofisiologi konsep klinis proses- proses penyakit. Alih bahasa: dr.Peter Anugerah. Jakarta: EGC;1995. Hal.389 - 412.

26

Page 28: Lps-Ileus Obstrktif

10. Nobie BA. Obstruction, small bowel. [Online] 2007. Available from: URL:http://www.emedicine.com

11. Manif Niko, Kartadinata. Obstruksi Ileus. Cermin Dunia Kedokteran 1983;29.

27