20 kesungguhan imam abu hanifah menjaga amanah

3
Mutiara hikmah dari panggung sejarah Islam #20: Kesungguhan imam Abu Hanifah menjaga amanah Muhib Al-Majdi Rabu, 8 Agustus 2012 18:27:28 (Arrahmah.com) – Mayoritas kaum muslimin mengenal imam Abu Hanifah sebagai seorang ulama fiqih. Pendapat-pendapatnya di bidang fiqih diikuti oleh ratusan juta kaum muslimin di seluruh dunia. Pendapat-pendapatnya kemudian dikenal sebagai madzhab Hanafi. Abu Hanifah adalah nama panggilan untuk imam Nu'man bin Tsabit At-Taimi. Selain ahli di bidang fiqih, ia juga seorang ahli ibadah yang sangat jujur, amanah, wara', dan zuhud. Ia dikenal sangat berhati-hati dalam berfatwa. Ia tidak menginginkan jabatan dan rela dihukum cambuk oleh gubernur Kufah karena menolak diangkat menjadi hakim. Kisah kejujuran dan amanahnya telah diceritakan oleh banyak ulama dan orang shalih yang hidup sezaman dengan imam Abu Hanifah. Salah seorang kawan Abu Hanifah yang bernama Kharijah bin Mush'ab menuturkan pengalamannya bergaul dengan sang imam. Katanya, "Saya berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Saya menitipkan seorang budak perempuanku kepada Abu Hanifah. Di Makkah, aku tinggal kurang lebih empat bulan. Sepulang dari haji, saya segera menemui Abu Hanifah. Saya bertanya kepadanya, "Bagaimana engkau menilai pelayanan dan akhlak budak perempuan ini?" "Barangsiapa menghafal Al-Qur'an dan menjaga ilmu tentang halal dan haram bagi masyarakat, niscaya ia harus menjaga dirinya dari fitnah. Demi Allah, sejak engkau berangkat haji sampai engkau pulang dari haji saat ini, aku belum pernah melihat budak perempuan yang engkau titipkan itu," jawab imam Abu Hanifah. Jawaban Abu Hanifah sangat mengagetkan Kharijah bin Mush'ab. Setelah mengucapkan terima kasih kepada Abu Hanifah karena telah menjaga dan menampung budak perempuannya, Kharijah segera pulang membawa budaknya itu. Setiba di rumah, Kharijah langsung menanyai budak perempuannya tentang akhlak dan kegiatan harian Abu Hanifah selama di rumah. Jawaban yang diberikan oleh budak perempuan itu sungguh lebih mengejutkan lagi. Kata budak perempuan itu, "Aku tidak pernah melihat dan mendengar orang sehebat dia. Sejak aku tinggal di dalam

Upload: cikwan37

Post on 08-Nov-2015

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

xczC

TRANSCRIPT

  • Mutiara hikmah dari panggung sejarah Islam #20: Kesungguhan imam Abu Hanifah menjaga amanah Muhib Al-Majdi Rabu, 8 Agustus 2012 18:27:28

    (Arrahmah.com) Mayoritas kaum muslimin mengenal imam Abu Hanifah sebagai

    seorang ulama fiqih. Pendapat-pendapatnya di bidang fiqih diikuti oleh ratusan juta

    kaum muslimin di seluruh dunia. Pendapat-pendapatnya kemudian dikenal sebagai

    madzhab Hanafi.

    Abu Hanifah adalah nama panggilan untuk imam Nu'man bin Tsabit At-Taimi. Selain ahli

    di bidang fiqih, ia juga seorang ahli ibadah yang sangat jujur, amanah, wara', dan

    zuhud. Ia dikenal sangat berhati-hati dalam berfatwa. Ia tidak menginginkan jabatan

    dan rela dihukum cambuk oleh gubernur Kufah karena menolak diangkat menjadi hakim.

    Kisah kejujuran dan amanahnya telah diceritakan oleh banyak ulama dan orang shalih

    yang hidup sezaman dengan imam Abu Hanifah. Salah seorang kawan Abu Hanifah yang

    bernama Kharijah bin Mush'ab menuturkan pengalamannya bergaul dengan sang imam.

    Katanya, "Saya berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Saya menitipkan

    seorang budak perempuanku kepada Abu Hanifah. Di Makkah, aku tinggal kurang lebih

    empat bulan. Sepulang dari haji, saya segera menemui Abu Hanifah.

    Saya bertanya kepadanya, "Bagaimana engkau menilai pelayanan dan akhlak budak

    perempuan ini?"

    "Barangsiapa menghafal Al-Qur'an dan menjaga ilmu tentang halal dan haram bagi

    masyarakat, niscaya ia harus menjaga dirinya dari fitnah. Demi Allah, sejak engkau

    berangkat haji sampai engkau pulang dari haji saat ini, aku belum pernah melihat budak

    perempuan yang engkau titipkan itu," jawab imam Abu Hanifah.

    Jawaban Abu Hanifah sangat mengagetkan Kharijah bin Mush'ab. Setelah mengucapkan

    terima kasih kepada Abu Hanifah karena telah menjaga dan menampung budak

    perempuannya, Kharijah segera pulang membawa budaknya itu.

    Setiba di rumah, Kharijah langsung menanyai budak perempuannya tentang akhlak dan

    kegiatan harian Abu Hanifah selama di rumah. Jawaban yang diberikan oleh budak

    perempuan itu sungguh lebih mengejutkan lagi. Kata budak perempuan itu, "Aku tidak

    pernah melihat dan mendengar orang sehebat dia. Sejak aku tinggal di dalam

  • rumahnya, aku belum pernah melihatnya tidur di atas kasur (di waktu malam). Aku juga

    tidak pernah melihatnya mandi junub walau hanya sekali, baik di waktu siang maupun

    malam.

    Jika hari Jum'at, ia berangkat untuk shalat Subuh, lalu kembali ke rumahnya dan

    mengerjakan shalat Dhuha secara ringan. Hal itu karena ia berangkat pagi-pagi benar ke

    masjid jami' untuk shalat Jum'at. Ia akan mandi Jum'at, lalu memakai minyak wangi dan

    berangkat shalat Jum'at.

    Selain itu, aku tidak pernah melihatnya makan di waktu siang. Biasanya ia makan di

    waktu sore, tidur sedikit sekali di waktu malam, kemudian berangkat ke masjid untuk

    shalat Subuh."

    Pengalaman yang dilihat oleh budak perempuan itu selama empat bulan di rumah imam

    Abu Hanifah memang merupakan sebuah kenyataan yang sebenarnya. Budak itu tidak

    melebih-lebihkan ceritanya. Abu Hanifah biasa menghabiskan waktu malamnya dalam

    shalat malam, membaca Al-Qur'an dan sampai Shubuh wudhunya tidak batal. Di waktu

    malam, ia hanya sedikit tidur.

    Asad bin Amru berkata, "Sesungguhnya Abu Hanifah melaksanakan shalat Isya' dan

    Subuh dengan satu wudhu selama empat puluh tahun."

    Salah seorang muridnya, Abdul Hamid Al-Himani, pernah tinggal di rumah imam Abu

    Hanifah selama enam bulan penuh. Ia menceritakan pengalamannya tentang Abu

    Hanifah, "Saya tidak pernah melihatnya shalat Shubuh melainkan dengan wudhu shalat

    Isya', dan ia mengkhatamkan Al-Qur'an setiap malam pada waktu sahur." (Siyaru

    A'lam an-Nubala', 6/400)

    Bukti-bukti nyata tentang sifat amanah imam Abu Hanifah sangatlah banyak dan

    terkenal karena diabadikan oleh para sejarawan Islam dalam karya-karya mereka.

    Salah satu kisah di atas mengajarkan kepada kita bagaimana seorang ulama menjaga

    amanah dengan memberi tampungan rumah, makanan dan minuman kepada seorang

    budak perempuan milik kawannya selama empat bulan penuh. Gratis tanpa memungut

    biaya sedikit pun.

    Dalam waktu selama itu, sang ulama tidak pernah meminta sang budak perempuan itu

    untuk mengerjakan pekerjaan dalam rumahnya, baik pekerjaan ringan maupun berat.

    Padahal ia hanyalah seorang budak yang biasa disuruh-suruh secara gratis tanpa upah.

    Bahkan sang ulama tidak pernah sekalipun memandang wajah budak perempuan itu.

    Semua urusan yang berkaitan dengan kebutuhan budak itu diserahkannya kepada istri

    atau budaknya sendiri.

    Subhanallah, sebuah contoh yang sangat hebat tentang menjaga amanah, sekaligus

    menjaga diri dari fitnah godaan wanita. Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu 'anhuma

    bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam mengingatkan,

    "Setelah aku meninggal, aku tidak pernah meninggalkan sebuah fitnah (godaan) yang

    lebih berbahaya bagi kaum lelaki selain fitnah (godaan) kaum wanita." (HR. Bukhari

    no. 5096 dan Muslim no. 2741)

    Wallahu a'lam bish-shawab

    Referensi:

  • Abu Abdillah Husain bin Ali Ash-Shaimari Al-Hanafi, Akhbaru Abi Hanifah wa Ashabihi,

    1/50-51, Beirut: Dar 'Alamil Kutub, cet. 2, 1405 H.

    Muhammad bin Utsman Adz-Dzahabi, Siyaru A'lam an-Nubala', 6/390-403, Beirut:

    Muassasah Ar-Risalah, cet. 3, 1405 H

    (muhib almajdi/arrahmah.com)