tugas 1 hanifah 15313051

18
SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat) Oleh: Hanifah Nurawaliah-15313051-Teknik Lingkungan ITB Sanitasi merupakan hal penting yang harus diketahui setiap orang karena menyangkut keberlangsungan hidup individu maupun kelompok. Sanitasi dan kesehatan merupakan dua hal yang saling berhubungan. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia mendefinisikan sanitasi sebagai upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Upaya untuk mencapai kondisi tersebut dapat diwujudkan salah satunya melalui pembangunan fasilitas sanitasi, misalnya pembangunan MCK untuk menghindari perilaku BABS (Buang Air Besar Sembarangan). Tentu saja, di samping aspek teknis yang harus sesuai dengan standar, sanitasi harus melibatkan peran serta masyarakat. Kini, pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum (PU) memiliki program nasional bernama Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS). Berikut ini penjelasan SANIMAS yang penulis rangkum berdasarkan kajian pustaka dari berbagai sumber. SANIMAS diperkenalkan oleh BORDA (Bremen Overseas Research and Development Association) sejak tahun 2003 dengan pilot project di Provinsi Bali, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur (sebanyak 25 lokasi) yang dilaksanakan sejak tahun 2003 hingga 2005. Melihat keberhasilan contoh-contoh tersebut (fasilitas yang dibangun sampai saat ini masih berfungsi dan terpelihara dengan baik), maka sejak tahun 2006 Departemen Pekerjaan Umum melalui Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Ditjen Cipta Karya telah melaksanakan replikasi kegiatan SANIMAS, yang hingga saat ini SANIMAS sudah dilaksanakan di lebih dari 400 lokasi yang tersebar di hampir seluruh provinsi di Indonesia. 1 Apa itu SANIMAS?

Upload: hanifah-nurawaliah

Post on 06-Dec-2015

240 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Infrastruktur dan SanitasiSanimas

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas 1 Hanifah 15313051

SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat)

Oleh: Hanifah Nurawaliah-15313051-Teknik Lingkungan ITB

Sanitasi merupakan hal penting yang harus diketahui setiap orang karena menyangkut

keberlangsungan hidup individu maupun kelompok. Sanitasi dan kesehatan merupakan dua hal yang

saling berhubungan. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia mendefinisikan sanitasi

sebagai upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan

kesehatan. Upaya untuk mencapai kondisi tersebut dapat diwujudkan salah satunya melalui

pembangunan fasilitas sanitasi, misalnya pembangunan MCK untuk menghindari perilaku BABS

(Buang Air Besar Sembarangan). Tentu saja, di samping aspek teknis yang harus sesuai dengan

standar, sanitasi harus melibatkan peran serta masyarakat. Kini, pemerintah melalui Kementerian

Pekerjaan Umum (PU) memiliki program nasional bernama Sanitasi Berbasis Masyarakat

(SANIMAS). Berikut ini penjelasan SANIMAS yang penulis rangkum berdasarkan kajian pustaka dari

berbagai sumber.

SANIMAS diperkenalkan oleh BORDA (Bremen Overseas Research and Development Association)

sejak tahun 2003 dengan pilot project di Provinsi Bali, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur

(sebanyak 25 lokasi) yang dilaksanakan sejak tahun 2003 hingga 2005. Melihat keberhasilan contoh-

contoh tersebut (fasilitas yang dibangun sampai saat ini masih berfungsi dan terpelihara dengan baik),

maka sejak tahun 2006 Departemen Pekerjaan Umum melalui Direktorat Pengembangan Penyehatan

Lingkungan Permukiman, Ditjen Cipta Karya telah melaksanakan replikasi kegiatan SANIMAS, yang

hingga saat ini SANIMAS sudah dilaksanakan di lebih dari 400 lokasi yang tersebar di hampir seluruh

provinsi di Indonesia.1

Apa itu SANIMAS?

SANIMAS atau Sanitasi Berbasis Masyarakat adalah program untuk menyediakan prasarana air

limbah bagi masyarakat di daerah kumuh padat perkotaan2. Dalam pelaksanaannya, SANIMAS

mengedepankan proses pemberdayaan masyarakat, yaitu melibatkan masyarakat secara penuh dalam

setiap tahapannya dengan pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive approach). Masyarakat

merupakan aktor utama pembangunan SANIMAS. Konsep pemberdayaan masyarakat diterapkan, baik

dalam proses perencanaan, pembangunan, operasional, maupun pemeliharaan. Pemberdayaan

dilakukan agar terwujud pemanfaatan yang berkelanjutan.

Pendekatan dan Prinsip SANIMAS

SANIMAS dirancang untuk memberdayakan masyarakat yang berada di lingkungan permukiman

padat, kumuh, dan miskin di perkotaan, difokuskan pada penanganan pembuangan air limbah rumah

tangga. Pendekatan SANIMAS dilakukan melalui keberpihakan pada warga berpenghasilan rendah,

otonomi dan desentralisasi, pendorongan prakarsa lokal dengan iklim keterbukaan, dan partisipatif

Page 2: Tugas 1 Hanifah 15313051

serta keswadayaan. Adapun prinsip dasar SANIMAS diantaranya program bersifat tanggap kebutuhan,

pengambilan keputusan di tangan masyarakat, masyarakat menentukan, dan pemerintah daerah hanya

memfasilitasi.2

Kajian Pelaksanaan Program SANIMAS: Kisah Sukses SANIMAS di Pondok Pesantren Nurul

Ulum, Blitar

Penulis mengkaji salah satu program SANIMAS yang dinilai berhasil. Berikut ini adalah uraian

bagaimana sebuah pesantren di Blitar, Jawa Timur berhasil membangun fasilitas SANIMAS di lokasi

pesantren yang dikutip dari Buku Kisah Sukses SANIMAS Indonesia hal 54-59 dengan sedikit

perubahan.

Sejak awal diterapkan di tahun 2003, SANIMAS sudah ada yang diaplikasikan di pesantren.

SANIMAS untuk pesantren memiliki berbagai kekhasan yang berbeda dengan implementasi di

masyarakat, maka para pengelola sanitasi pesantren bersepakat untuk menamakannya sebagai

SANITREN: Sanitasi Untuk Pesantren.

Pondok pesantren Nurul Ulum memiliki santri dengan jumlahnya yang ribuan, tersebar di berbagai

daerah provinsi di seluruh Indonesia. Dan santriwan/santriwati datang dari seluruh penjuru daerah dari

berbagai suku di Indonesia. Mereka adalah generasi muda yang pada 10-15 tahun mendatang akan

menjadi pemimpin masyarakat di berbagai bidang. Oleh karena itu, perbaikan sarana sanitasi untuk

mereka sangatlah penting, karena apabila pemahaman mereka tentang sanitasi sejak awal sudah benar,

maka mereka juga akan mengajarkan hal yang sama nantinya.

Alasan pondok pesantren mengikuti program SANIMAS atau Sanitren adalah karena jumlah MCK

yang ada di pondok tidak mencukupi kebutuhan santri. Dari total santri, yang “mondok” atau tinggal

di pondok sekitar 400an santri atau sekitar 64%. Namun hanya ada 5 kamar mandi dan toilet yang

dapat digunakan, sehingga setiap pagi dan sore santri-santri harus antri panjang sekali. Sementara

septictank dengan kapasitas 12 m3 selalu cepat penuh dan setiap 3 bulan sekali harus dikuras sehingga

memakan biaya yang tidak sedikit. Bahkan bau septictank yang sangat menyengat sampai ke ruang-

ruang kelas sehingga sangat mengganggu kegiatan belajar-mengajar. Dan luapan dari septictank ke

selokan sering menimbulkan protes warga sekitar. Oleh karena itu, ketika ada sosialisasi program

sanitren dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Blitar, maka PP Nurul Ulum langsung mengajukan diri

sebagai calon. Setelah melalui proses seleksi terbuka, ternyata PP Nurul Ulum dinyatakan paling siap

untuk implementasi Sanitren tahun 2007.

Proses selanjutnya adalah penyusunan rencana kerja pesantren untuk perbaikan sanitasi, yang

kemudian didokumentasikan dan dilegalisasi oleh berbagai pihak yang ikut berperan serta, yaitu :

wakil pondok, pemerintah kota Blitar, Dinas PU Provinsi Jawa Timur, dan Satker PPLP Jawa Timur

dan Borda. Berdasarkan dokumen tersebut dana dari berbagai sumber bisa dicairkan. Pondok

Page 3: Tugas 1 Hanifah 15313051

pesantren memilih sarana MCK Plus dengan biogas. Kemudian pipa air limbah juga dihubungkan

dengan seluruh kamar mandi dan toilet yang ada di pesantren dan disalurkan ke biodigester dan IPAL.

Total biaya menghabiskan Rp.337.500.000 yang berasal dari kontribusi berbagai sumber. Total waktu

yang dibutuhkan untuk membangun sarana sanitasi adalah 3.5 bulan.

Setelah biodigester cukup terisi, kemudian dipasang pipa penyambung gas dari biodigester ke dapur

dan disambungkan ke 5 unit kompor. Tiap hari kebutuhan masak sudah bisa memanfaatkan biogas,

dan telah terjadi penghematan biaya beli kayu bakar dan minyak sebesar Rp. 13.000.000/tahun.

Jumlah yang cukup besar dan bisa disimpan untuk kebutuhan lain.

Sekarang, setelah dibangun Sanitren, PP Nurul Ulum selain memiliki jumlah kamar mandi dan toilet

yang cukup, yakni sebanyak 12 kamar mandi dan WC serta ruang cuci, juga sudah tidak mencemari

lingkungan lagi. Bahkan banyak manfaat lain yang dirasakan. Sanitren di Pondok Pesantren Nurul

Ulum, Kota Blitar yang diresmikan penggunaannya pada tanggal 15 April 2008 ini pada saat

pelaksanaan pembangunannya melibatkan berbagai unsur pondok pesantren seperti: santri, pengurus

pondok, pengasuh serta wali/orang tua santri. Salah satu yang menonjol di sanitren adalah

ketersediaan lahan dan keterlibatan yang tinggi dari semua unsur pondok, termasuk orang tua/wali

santri.

Banyak manfaat dan pembelajaran yang didapat dari program SANIMAS di PP Nurul Ulum,

diantaranya:

a. Kebutuhan Toilet Santri tercukupi dan nyaman.

Dengan dibangunnya sarana MCK Plus ini, santri yang belajar di pesantren ini merasa lebih

nyaman. Jika dulu untuk sekitar 400an santri hanya ada 5 toilet, sekarang bertambah 12 lagi

sehingga mencukupi kebutuhan sanitasi dasar mereka. Selain itu, kondisi MCK lama yang

sangat kotor dan tidak terawat sering menimbulkan bau tidak sedap yang sampai tercium di

ruang belajar. Namun sekarang bau tak sedap di ruang belajar sudah hilang sehingga santri

dapat lebih maksimal dalam menuntut ilmu.

b. Pemanfaatan Biogas.

Pembangunan IPAL di pesantren ini juga dilengkapi dengan biodigester sehingga dapat

memproduksi biogas yang dimanfaatkan kantin untuk memasak. Karena jumlah air limbah

yang masuk ke IPAL cukup banyak, biogas yang diproduksi juga cukup besar. Hal ini

tentunya dapat mengurangi biaya produksi dan sekaligus meningkatkan pendapatan kantin.

c. Lingkungan yang bersih dan sehat.

Page 4: Tugas 1 Hanifah 15313051

MCK Plus yang dilengkapi dengan taman ini membuat lingkungan pesantren Nurul Ulum

terlihat bersih, asri dan sehat. Banyak santri diwaktu senggangnya duduk di taman ini sambil

membaca buku atau sekedar bercanda dengan temannya.

d. Pernah di satu pesantren yang sedang membangun sanitren tiba-tiba ada orang yang datang

dan protes. Tadinya semua pekerja bingung, kenapa orang ini datang tiba-tiba langsung

“marah-marah”. Ternyata dia protes karena di pondok pesantren tempat anaknya “nyantri”

(sekolah di pondok), sedang ada gotong royong tetapi dirinya tidak dikabari. Padahal kalau

dikabari dia bisa kirim beberapa anggota keluarganya untuk membantu, meskipun dia tinggal

cukup jauh dari pondok yakni sekitar 15 km. Hal seperti ini tentu tidak akan terjadi dalam

pelaksanaan SANIMAS di masyarakat perkotaan, bahkan kalau ada gotong-royong dan tidak

diundang, maka akan sangat “berbahagia”.

Gambar 1. MCK Plus di PP Nurul Ulum

(Sumber: Buku Kisah Sukses SANIMAS di Indonesia)

Referensi:

1. Direktorat Jenderal Cipta Karya. 2009. Kisah Sukses SANIMAS di Indonesia. Jakarta:

Kementerian Pekerjaan Umum RI.

2. Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL). Diambil dari

http://www.ampl.or.id/program/sanitasi-berbasis-masyarakat-SANIMAS-/3 pada tanggal 26

Agustus 2015 pukul 21.07 WIB.

3. Irman, Joy. Tujuan, Pendekatan, dan Prinsip SANIMAS. Diambil dari

http://www.slideshare.net/metrosanita/tujuan-pendekatan-dan-prinsip-sanimas-sanitasi-

berbasis-masyarakatSanitasi.net pada tanggal 27 Agustus 2015 pukul 10.00 WIB.

Lihat video tentang SANIMAS di: https://www.youtube.com/watch?v=Go93K1Xlo44

Page 5: Tugas 1 Hanifah 15313051

Gambar 2. Komentar penulis mengenai video SANIMAS

Si Kembar Dicuri, Si Kembar Diganti

Kajian Kondisi Tempat Sampah Kota Bandung

Oleh: Hanifah Nurawaliah (15313051)-Teknik Lingkungan ITB

Warga kota Bandung tentu saja mengetahui bagaimana desain tempat sampah kota kembang ini sejak

dipimpin oleh Ridwan Kamil. Uniknya, tong sampah baru kota Bandung pernah disebut sebagai

tempat sampah berbahan tapioka. Iya, beberapa sumber menyebutnya sebagai “tempat sampah

berbahan tapioka”. Tempat sampah tersebut berupa kantong yang terbuat dari tapioka dengan tujuan

agar kantong terurai bersamaan dengan terurainya sampah organik di dalamnnya. Terdapat dua jenis

kantong dengan warna yang berbeda, yakni hijau dan putih. Warna tersebut dibedakan untuk

memudahkan pemilahan sampah. Kedua kantong dilekatkan ring, lengkap dengan penutup yang sama-

sama berbahan besi. Ukuran kantong kira-kira hampir sama dengan trashbag pada umumnya. Intinya,

kedua kantong berukuran sama, kembar tapi tak sama, pun memesona karena mengandung kreatifitas

pada desainnya.

Sayangnya, “si kembar” tersebut sudah jarang ditemukan. Akhir-akhir ini, kita sering melihat

pemandangan yang berbeda. Tempat sampah berdesain seperti itu memang sering ditemukan di area

trotoar kota Bandung, bahkan di sekitar permukiman. Sekarang, tidak sedikit tempat sampah unik ini

rusak dan tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya. “Si kembar” sudah tidak mampu lagi

menampung sampah.

Page 6: Tugas 1 Hanifah 15313051

Anggota Komisi A DPRD Kota Bandung Lia Noer Hambali meminta Pemkot Bandung untuk

mengevaluasi pemasangan tempat sampah. Tempat sampah model baru yang diterapkan Pemkot

Bandung saat ini dinilai masih belum sempurna. Berdasarkan pantauan Lia, tempat sampah tersebut

malah dipergunakan warga sebagai tempat membuang sampah rumah tangga. (Baca

http://news.detik.com/jawabarat/2486950/dewan-minta-pemkot-evaluasi-tong-sampah-plastik)

"Seperti yang saya lihat di kawasan Cimincrang, dekat Gelora Bandung Lautan Api. Itu banyak yang

kereseknya sudah penuh dan di sekelilingnya ada tumpukan plastik sampah lain," kata Lia di Gedung

DPRD Kota Bandung, Jalan Aceh.

Tidak hanya volume tempat sampah yang dinilai belum mencukupi, kasus pencurian kantong tapioka

ini pun kerap kali terjadi. Demikian halnya dengan ring dan tutup besi tong sampah yang sudah rusak

dan berkarat. Hal ini membuat Kang Emil mengerutkan kepala dan berpikir lebih jauh lagi. Saat

launching 5.000 tempat sampah berbahan tapioka, beliau yakin bahwa tempat sampah ini lebih efisien

dan murah daripada tempah sampah pada umumnya. Dengan berbentuk kantong, petugas tong sampah

tidak perlu repot-repot memindahkan sampah dari satu tempat ke tempat lain.

Lalu, mengapa tempat sampah tersebut dipermasalahkan? Ya, kita tidak perlu menyebutkan siapa

yang salah. Tetapi, apa yang salah, bagian mana yang salah?

Kita harus mengapresiasi siapa saja yang berinovasi. Memiliki inovasi dalam upaya pengelolaan

lingkungan hidup tentu saja merupakan sebuah prestasi. Hanya, dalam hal ini kita harus memahami

beberapa hal yang menjadi poin penting dalam mengubah pola kebiasaan masyarakat dalam

membuang sampah. Sekali lagi, pola kebiasaan yang ramah lingkungan (green habit).

Ketika siapa pun ingin melakukan upaya pengelolaan sampah, mulailah dengan tujuan. What is

the goal?

Penulis yakin bahwa pemerintah kota Bandung sengaja menetapkan desain tempat sampah seperti itu

agar masyarakat mulai terbiasa memisahkan sampah. Ini merupakan hal penting dalam pengelolaan

sampah karena biasanya, permasalahan sampah sudah berawal dari tahap pembuangan sampah

pertama.

Rasanya, propaganda “Buanglah sampah pada tempatnya harus diganti dengan simpanlah sampah

sesuai tempatnya.” Sedikit aneh memang. Namun, penggunaan kata “simpan” tentu saja lebih beretika

daripada kata “buang”. Perlu kita ketahui, perlakuan kita terhadap sampah adalah hal penting. Benar,

sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan / atau proses alam yang berbentuk padat (UU-

18/2008 tentang Pengelolaan Sampah). Walaupun sampah dianggap tidak berguna lagi, namun

terkadang sampah dapat dimanfaatkan kembali dan bernilai jual tinggi. Oleh karena itu, tidak salah

jika penulis menyebut sampah bukanlah sesuatu yang bernilai rendah sehingga kita membuangnya

begitu saja. Dan “sesuai dengan tempatnya” adalah kalimat yang dirasa lebih edukatif karena secara

tidak langsung menginformasikan pentingnya memilah sampah.

Page 7: Tugas 1 Hanifah 15313051

Kembali kepada masalah desain tempat sampah kota Bandung yang kini jadi masalah. Dalam

menentukan volume wadah / tempat sampah, diperlukan pengukuran jumlah sampah. Hal ini dapat

dilakukan dengan melakukan sampling sampah secara langsung di sumbernya. Karena aktivitas

domestik bervariasi dari hari ke hari dengan siklus mingguan, sampling sampah di sumber harus

dilaksanakan selama satu minggu (umumnya 8 hari berturut-turut).1

Apakah pemerintah kota Bandung melakukan pengukuran terlebih dahulu?

Jelaslah bahwa mengukur jumlah sampah yang dapat ditampung wadah / tong sampah menjadi hal

yang esensial. Hal ini terbukti bahwa kegagalan “si kembar” dalam menampung sampah terjadi akibat

adanya ketidakseimbangan flow sampah yang masuk dengan flow sampah yang diangkut. Ini tentu saja

berhubungan langsung dengan penempatan tong sampah yang harus sesuai dengan peruntukannya.

Tempat sampah berbahan tapioka dipenuhi sampah rumah tangga? Ya iya, memang patas. Penempatan

tong sampahnya saja sudah bermasalah karena dekat dengan permukiman warga. Jika hanya ada

tempat sampah “itu”, ya mending buang “ke situ” aja. Inilah prinsip

Oleh karenanya, prinsip “keadilan” harus diterapkan pada semua aspek, termasuk pada tempat

sampah sekalipun. Peruntukkanlah segala sesuatu sesuai dengan kapasitasnya. Lain halnya jika

tempat sampah berbahan tapioka memang khusus untuk menyimpan sampah berukuran kecill dan

tidak merusak kantong.

Sekarang, apa langkah pemerintah kota Bandung selanjutnya?

Penulis memerhatikan bahwa pemerintah kota Bandung tidak tinggal diam. Kini, sudah bermunculan

desain tempat sampah yang berbeda dengan “si kembar” berbahan singkong yang dulu. Pemerintah

mulai menggunakan kembali tempat sampah berbahan fiber. Tentu saja, keunikannya tetap

dipertahankan walaupun tidak semua orang sadar apakah desain seperti itu bisa mengundang perhatian

untuk membuang sampah sesuai dengan tempatnya?

Sebenarnya, apa yang menjadi daya tarik seseorang untuk membuang sampah sesuai dengan

tempatnya (dalam hal ini memilahnya)? Bagaimana memaksimalkan fungsi tempat sampah?

Desain menarik, merupakan salah satu faktor yang bisa mengundang perhatian orang untuk

membuang sampah. Benarkah?

Penulis akan memberikan sebuah contoh bagaimana desain tempat sampah dapat memengaruhi

perilaku seseorang dalam membuang sampah. Salah satu aktivis Masjid Salman ITB, Ine (Mahasiswa

Teknik Industri ITB 2003) telah melakukan penelitian tentang ini. Selain meneliti habit pengunjung

masjid Salman dalam membuang sampah, beliau pun berhasil membuat tempat sampah untuk empat

jenis sampah dengan desain yang benar-benar menarik. Tempat sampah yang beliau desain kemudian

dievaluasi melalui penelitian tersebut, apakah tempat sampah yang didesain efektif mengubah

kebiasaan orang dalam membuang sampah?

Page 8: Tugas 1 Hanifah 15313051

Hasil pengematan terhadap perilaku pembuang sampah dilakukan selama 25 Juli 2015 sampai 3

Agustus 2015 didapatkan hasil sebagai berikut:

(Sumber: Mas’udah, Dedeh dan Fitrianti Fathonah. 2015. Laporan Penelitian Desain Tong

Sampah Paling Efektif.)

Selama masa pemantauan jumlah orang yang melirik tercatat setidaknya ada 488 orang. Bahkan,

tercatat ada 90 anak yang membaca-baca dan atau menyentuh-nyentuh tong, 20 orang memfoto

tong, sempat juga terlihat ada berfoto selfi di tong. Selama masa pemantauan jumlah orang yang

membaca info di tong setidaknya ada 116 orang. Hal ini berarti info yang disajikan di atas tong

menarik secara penampilan maupun isi. Ini menunjukkan desain tong menarik. Desain tong

memang dibuat semenarik mungkin agar orang tertarik dan menaruh perhatian terhadap tong pilah

ini.2

Gambar 1. Pengunjung membaca info di tong

No Perilaku Jumlah orangTong 1 Tong 2

1 Melihat ke arah tong sambil lewat 185 3032 Membaca info dan atau petunjuk di tong 39 77

3 Berdiskusi mengenai jenis sampah yang dibuang termasuk kemana atau tentang tong

8 18

4 Berhenti membaca petunjuk tong membuang dengan benar

86 57

5 Memfoto tong 6 146 Anak-anak yang membaca dan

memegang-megang tong55 35

7 Orang tua/dewasa yang membimbing anaknya untuk membuang sampah dengan benar

8 14

Page 9: Tugas 1 Hanifah 15313051

Selama masa pemantauan jumlah tercatat ada 31 pengunjung salman yang membimbing anaknya

memilah sampah. Ternyata desain tong ini tak hanya memotivasi orang untuk memilah sampah.

Tong ini juga membuat orang tua termotivasi untuk mengedukasi anaknya memilah sampah atau

mengajari mereka mengenai petunjuk yang tertera di tong.2

Gambar 2. Orangtua sedang membimbing anaknya membaca tulisan petunjuk di tong

Penulis yang sempat sedikit membantu Kak Ine dalam pengambilan data, melihat langsung bagaimana

sebuah tempat sampah dapat menarik perhatian siapa saja. Ada yang hanya lewat, membaca informasi

di tong smpah, bahkan mendekati tong sampah. Tong sampahnya bersih dan tidak bau.

Tempat sampah tersebut dibagi ke dalam empat jenis: tempat sampah untuk sampah organik, plastik

dan kaleng, kertas, dan lain-lain. Sampah yang bukan organik, berbahan plastik, kertas, atau kaleng

dikelompokkan menjadi sampah lain-lain. Ada satu buah tempat yang digunakan untuk menyimpan

sampah lain-lain.

Klasifikasi sampah dilakukan dengan output agar sampah dapat dimanfaatkan kembali (dalam hal ini

dijual dan dibuat kompos). Sampah kering seperti kertas, botol plastik, dan kaleng dijual ke pengepul.

Hasil penjualan digunakan untuk pengembangan sistem pengelolaan sampah di Salman dan bantuan

sosial.

Penjelasan di atas menyimpulkan bahwa desain saja tidak cukup untuk menarik perhatian orang agar

membuang sampah pada tempatnya. Aspek sanitasi harus selalu diperhatikan agar tempah sampah

berfungsi sebagaimana mestinya, yakni menghindarkan manusia (khususnya) dari penyebaran

Page 10: Tugas 1 Hanifah 15313051

penyakit. Amat disayangkan jika tempat sampah sudah berdesain bagus tetapi tidak mengundang

perhatian orang untuk membuang sampah. Angka 39-77 pengunjung Masjid yang hanya membaca

informasi pada tempat sampah (walaupun tidak membuang sampah) menunjukkan bahwa tempat

sampah di MAsjid Salman ITB berhasil mengundang orang-orang untuk mendekatinya. Tentu saja, ini

karena tempat sampah tersebut selalu dibersihkan setiap harinya.

Jadi, dalam menentukan tempat sampah, perhatikan tujuan pembuatan dan peletakan tempat sampah.

Jika ditujukan untuk mengubah habit setiap orang dalam membuang sampah, perhatikanlah apa saja

yang bisa menarik seseorang untuk membuang sampah dan alasan mengapa seseorang perlu

membuang sampah sesuai tempatnya. Tidak lupa pula, selalu maksimalkan peran atau fungsi tempat

sampah.

Penulis yakin, jika penentuan tempah sampah benar-benar dikaji dan digali dengan akal nurani, tidak

hanya demi kepentingan diri atau korupsi, masyarakat akan tercerdaskan sehingga bisa

memperlakukan sampah sebagaimana mestinya: Reduce, Reuse, Recycle. In addition, remind each

other.

Oleh karena itu, mari kita sama-sama menjaga fasilitas publik dengan baik. Hal penting dari

pembuatan tempat sampah tentu saja bukan hanya sebagai metode pengelolaan sampah, melainkan

sebuah pembentukan “karakter” demi mewujudkan masyarakat yang beradab, beretika, dan berbudi

luhur pada sesame, termasuk lingkungan.

“Si kembar” lagi-lagi berubah bentuk? Semoga saja desain tempat sampah benar-benar dipilih sesuai

peruntukannya. It’s not about design, it’s concerning with sustainability.

Gambar 3. Tempat sampah berbahan tapioka

Sumber: http://inspirasibangsa.com/bandung-luncurkan-5-000-tempat-sampah-berbahan-tapioka/

Page 11: Tugas 1 Hanifah 15313051

Gambar 4. Kondisi tempat sampah kota Bandung yang rusak

Sumber: greeners.co/Rifki A. Fahmi

Referensi:

1. Damanhuri, Enri dan Padmi, Tri. 2011. Diktat Kuliah TL-3104 Pengelolaan Sampah.

Bandung. Teknik Lingkungan ITB.2. Mas’udah, Dedeh dan Fitrianti Fathonah. 2015. Laporan Penelitian Desain Tong Sampah

Paling Efektif.

Page 12: Tugas 1 Hanifah 15313051

Mind Mapping

Ditulis kembali oleh :

Hanifah Nurawaliah (15313051)-Teknik Lingkungan ITB

Pengertian Metode Mind Mapping (Peta Pikiran)

Metode Mind Mapping (Peta Pikiran) adalah metode pembelajaran yang dikembangkan oleh Tony

Buzana, kepala Brain Foundation. Peta pikiran adalah metode mencatat kreatif yang memudahkan kita

mengingat banyak informasi. Setelah selesai, catatan yang dibuat membentuk sebuah pola gagasan

yang saling berkaitan, dengan topik utama di tengah, sementara subtopik dan perincian menjadi

cabang-cabangnya.

Prinsip Dasar Mind Mapping (Peta Pikiran)

Pemetaan pikiran menggunakan teknik curah gagasan dengan menggunakan kata

kunci bebas, simbol, gambar, dan melukiskannya secara kesatuan di sekitar Tema

Utamaseperti pohon dengan akar , ranting, dan daun-daunnya. Tahap pertama setelah tema ditentukan

dan kata kunci hasil curah gagasan dituliskan, dilukis, dan ditandai dengan warna atau simbol tertentu

adalah menyusun ulang kata kunci tersebut. Kemudian proses curah gagasan diteruskan kembali

secara bebas. Kata kunci yang digunakan disarankan hanya satu kata tunggal.

Tony Buzan mengusulkan menggunakan struktur dasar Pemetaan Pikiran sebagai berikut :

Mulai dari tengah dengan gambar Tema, gunakan minimal 3 warna.

Gunakan gambar, simbol, kode, dan dimensi diseluruh Peta Pikiran yang dibuat.

Pilih kata kunci dan tulis dengan huruf besar atau kecil .

Tiap kata/gambar harus sendiri dan mempunyai garis sendiri.

Garis-garis itu saling dikaitkan, mulai dari tengah yaitu gambar Tema Utama. Garis bagian tengah

tebal, organis, dan mengalir dari pusat keluar, menjulur seperti akar, atau pancaran cahaya.

Buat garis sama panjangnya dengan gambar/kata.

Gunakan warna – kode rahasia sendiri di peta pikiran yang dibuat.

Kembangkan gaya penuturan, penekanan tertentu, dan penampilan khas di Peta Pikiran yang

dibuat. Jadi peta pikiran setiap orang tidak harus sama, meskipun tema yang dibahas sama.

Gunakan kaidah asosiasi di peta pikiran yang dibuat.

Biarkan peta pikiran itu jelas, menggunakan hirarki yang runtun, urutan yang jelas dengan

jangkauan sampai ke cabang-cabang paling ujung.

Dengan cara yang lebih bebas, warna-warni, dan gambar, pemetaan pikiran menjadi berbeda dengan

metode curah gagasan yang sudah dikenal luas. Hasilnya bisa mencengangkan karena dapat

menemukan solusi inovatif untuk suatu Tema Utama yang menjadi fokus perhatian. Selain itu,

pemetaan pikiran juga dapat mengidentifikasi masalah di bagian sub-tema yang disusun oleh kata

kunci hasil curah gagasan.2

Page 13: Tugas 1 Hanifah 15313051

Gambar 1: Contoh Mind Mapping

(Sumber: http://www.muhammadnoer.com/wp-content/uploads/2009/03/IMG_0315-500x375.jpg)

Referensi:

1. Ahamad Munjin Nasih, S.Pd., M.Ag. dan Lilik Nur Kholidah, S,Pd., M.Pd.I., Metode Dan

Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009 ), hal.

110-111.

2. Tony Buzan, "Use both side your brain", Penerbit Ikon, 2003 (terjemahan)

3. Joyce Wycoff, "Menjadi Superkreatif dengan Pemetaan Pikiran ", Penerbit kaifa, 2002

(terjemahan)