2. skripsii full bismillah baru

104
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran kehidupan modern pada masakini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan - kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman modern. Kemiskinan sebagai suatu penyakit sosial ekonomi tidak hanya dialami oleh negara-negara yang sedang berkembang, tetapi juga negara-negara maju, seperti Inggris dan Amerika Serikat. Negara Inggris mengalami kemiskinan di penghujung tahun 1700-an pada era kebangkitan revolusi industri yang muncul di Eropa. Pada masa itu kaum miskin di Inggris berasal dari tenaga-tenaga kerja pabrik yang sebelumnya sebagai petani yang mendapatkan upah rendah, sehingga kemampuan daya belinya juga rendah. Mereka umumnya tinggal di permukiman kumuh yang rawan terhadap penyakit sosial lainnya, seperti prostitusi, kriminalitas, pengangguran.

Upload: mawar-merindu

Post on 12-Aug-2015

69 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada

masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan,

tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran

kehidupan modern pada masakini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan,

pelayanan kesehatan, dan kemudahan - kemudahan lainnya yang tersedia pada

jaman modern.

Kemiskinan sebagai suatu penyakit sosial ekonomi tidak hanya dialami oleh

negara-negara yang sedang berkembang, tetapi juga negara-negara maju,

seperti Inggris dan Amerika Serikat. Negara Inggris mengalami kemiskinan di

penghujung tahun 1700-an pada era kebangkitan revolusi industri yang muncul

di Eropa. Pada masa itu kaum miskin di Inggris berasal dari tenaga-tenaga kerja

pabrik yang sebelumnya sebagai petani yang mendapatkan upah rendah,

sehingga kemampuan daya belinya juga rendah. Mereka umumnya tinggal di

permukiman kumuh yang rawan terhadap penyakit sosial lainnya, seperti

prostitusi, kriminalitas, pengangguran. Amerika Serikat sebagai negara maju juga

dihadapi masalah kemiskinan, terutama pada masa depresi dan resesi ekonomi

tahun 1930-an. Pada tahun 1960-an Amerika Serikat tercatat sebagai negara adi

daya dan terkaya di dunia. Sebagian besar penduduknya hidup dalam

kecukupan. Bahkan Amerika Serikat telah banyak memberi bantuan kepada

negaranegara lain. Namun, di balik keadaan itu tercatat sebanyak 32 juta orang

atau seperenam dari jumlah penduduknya tergolong miskin.

Page 2: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

2

Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alamnya

mempunyai 49,5 juta jiwa penduduk yang tergolong miskin (Survai Sosial

Ekonomi Nasional / Susenas, 1998). Jumlah penduduk miskin tersebut terdiri dari

17,6 juta jiwa di perkotaan dan 31,9 juta jiwa di perdesaan. Angka tersebut lebih

dari dua kali lipat banyaknya dibanding angka tahun 1996 (sebelum krisis

ekonomi) yang hanya mencatat jumlah penduduk miskin sebanyak 7,2 juta jiwa

di Perkotaan dan 15,3 juta jiwa perdesaan. Akibat krisis jumlah penduduk miskin

diperkirakan makin bertambah.

Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni

kemiskinan alamiah dan karena buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain

akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan

bencana alam. Kemiskinan "buatan" terjadi karena lembaga-lembaga yang ada

di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai

sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka tetap

miskin. Maka itulah sebabnya para pakar ekonomi sering mengkritik kebijakan

pembangunan yang melulu terfokus pada pertumbuhan ketimbang pemerataan.

Berbagai persoalan kemiskinan penduduk memang menarik untuk disimak dari

berbagai aspek, sosial, ekonomi, psikologi dan politik. Aspek sosial terutama

akibat terbatasnya interaksi sosial dan penguasaan informasi. Aspek ekonomi

akan tampak pada terbatasnya pemilikan alat produksi, upah kecil, daya tawar

rendah, tabungan nihil, lemah mengantisipasi peluang. Dari aspek psikologi

terutama akibat rasa rendah diri, fatalisme, malas, dan rasa terisolir. Sedangkan,

dari aspek politik berkaitan dengan kecilnya akses terhadap berbagai fasilitas

dan kesempatan, diskriminatif, posisi lemah dalam proses pengambil keputusan.

Page 3: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

3

Di Indonesia program-program penanggulangan kemiskinan sudah banyak

pula dilaksanakan, seperti : pengembangan desa tertinggal, perbaikan kampung,

gerakan terpadu pengentasan kemiskinan. Sekarang pemerintah menangani

program tersebut secara menyeluruh, terutama sejak krisis moneter dan ekonomi

yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997, melalui program-

program Jaring Pengaman Sosial (JPS). Dalam JPS ini masyarakat sasaran ikut

terlibat dalam berbagai kegiatan. Salah satu tujuan pembangunan nasional

adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan

kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh rakyat yang pada gilirannya

akan mewujudkan kesejahteraan penduduk Indonesia. Salah satu sasaran

pembangunan nasional adalah menurunkan tingkat kemiskinan. Kemiskinan

merupakan salah satu penyakit dalam ekonomi, sehingga harus disembuhkan

atau paling tidak dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang merupakan

permasalahan yang kompleks dan bersifat multidimensional. Oleh karena itu,

upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, mencakup

berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu (Nasir,

dkk 2008).

Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak

mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai

kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu. Dalam arti proper, kemiskinan

dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin

kelangsungan hidup. Dalam arti luas, Chambers (dalam Chriswardani, 2005)

mengatakan bahwa kemiskinan adalah suatu intergrated concept yang memiliki

lima dimensi, yaitu: 1) kemiskinan (proper), 2) ketidakberdayaan (powerless), 3)

kerentanan menghadapi situasi darurat (state of emergency), 4) ketergantungan

Page 4: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

4

(dependence), dan 5) keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun

sosiologis. Menurut BPS (2010), seseorang masuk dalam kriteria miskin jika

pendapatannya berada dibawah garis kemiskinan.

1.1.1Strategi Penanggulangan Kemiskinan

Strategi penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan dengan berbagai

cara. Di Jepang, solusi yang diterapkan adalah dengan menerapkan pajak

langsung yang progresif atas tanah dan terbatas pada rumah tangga petani pada

lapisan pendapatan yang tinggi, sedangkan Cina melakukannya melalui

pembentukan kerangka kelembagaan perdesaan dengan kerja sama kelompok

dan brigades di tingkat daerah yang paling rendah (communes). Di sisi lain,

solusi pemberantasan kemiskinan di Taiwan melalui mobilisasi sumber daya dari

sektor pertanian dengan mengandalkan mekanisme pasar.

Selain strategi di atas, ada juga Model Pertumbuhan Berbasis Teknologi

atau Rural-Led Development yang menyoroti potensi pesatnya pertumbuhan

dalam sector pertanian yang dibuka dengan kemajuan teknologi dan

kemungkinan sektor pertanian menjadi sektor yang memimpin. Di Indonesia,

salah satu strategi penanggulangan kemiskinan ditempuh melalui pemberdayaan

partisipatif masyarakat melalui P2KP. Sasaran dari program ini adalah kaum

miskin perkotaan yang sangat rentan terhadap krisis dibandingkan dengan

masyarakat perdesaan. Menurut BPS (2011), seseorang masuk dalam kriteria

miskin jika pendapatannya berada dibawah garis kemiskinan.

Page 5: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

5

Grafik 1.1. Tingkat Kemiskinan di Sulawesi Selatan Tahun 1999-2010

(ribuan jiwa)

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 20100

200

400

600

800

1000

1200

447.2341.4199999999

99

177.26176.95173.4 177.8 182 167.8 182

1112

963.6913.43

Tingkat Kemiskinan

Sumber : BPS Sulawesi Selatan

Tingkat kemiskinan di Sulawesi Selatan pada periode tahun 1999 hingga

tahun 2001 mengalami kecenderungan yang menurun, seperti terlihat pada

Grafik 1.1. Pada periode tahun 2001 sampai 2007 tingkat kemiskinan turun dari

sebesar 177,2 ribu jiwa pada tahun 2001 menjadi 167,8 pada tahun 2007.

Namun di tahun 2008 kenaikan tingkat kemiskinan sangat meningkat menjadi

1.1112 ribu jiwa yang dikarenakan harga barang-barang kebutuhan pokok

selama periode tersebut naik tinggi serta faktor krisis di Amerika yang berdampak

pada dunia salah termasuk Indonesia, yang digambarkan oleh inflasi umum

sebesar 17,95 persen, akibatnya penduduk yang tergolong tidak miskin namun

penghasilannya berada disekitar garis kemiskinan banyak yang bergeser

posisinya menjadi miskin. Terjadi penurunan tingkat kemiskinan yang cukup

pada periode tahun 2009 hingga 2010, dari 963,6 ribu jiwa di tahun 2009

menjadi 913,43 ribu jiwa persen di tahun 2010. (BPS, 2011).

Page 6: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

6

Usaha pemerintah dalam penanggulangan masalah kemiskinan sangatlah

serius, bahkan merupakan salah satu program prioritas, termasuk bagi

pemerintah provinsi Sulawesi Selatan. Upaya penanggulangan kemiskinan di

Sulawesi Selatan dilaksanakan melalui lima pilar yang disebut “Grand Strategy”.

Pertama, perluasan kesempatan kerja, ditujukan untuk menciptakan kondisi dan

lingkungan ekonomi, politik, dan sosial yang memungkinkan masyarakat miskin

dapat memperoleh kesempatan dalam pemenuhan hak-hak dasar dan

peningkatan taraf hidup secara berkelanjutan. Kedua, pemberdayaan

masyarakat, dilakukan untuk mempercepat kelembagaan sosial, politik, ekonomi,

dan budaya masyarakat dan memperluas partisipasi masyarakat miskin dalam

pengambilan keputusan kebijakan publik yang menjamin kehormatan,

perlindungan, dan pemenuhan hak-hak dasar. Ketiga, peningkatan kapasitas,

dilakukan untuk pengembangan kemampuan dasar dan kemampuan berusaha

masyarakat miskin agar dapat memanfaatkan perkembangan lingkungan.

Keempat, perlindungan sosial, dilakukan untuk memberikan perlindungan dan

rasa aman bagi kelomnpok rentan dan masyarakat miskin baik laki-laki maupun

perempuan yang disebabkan antara lain oleh bencana alam, dampak negatif

krisis ekonomi, dan konflik sosial. Kelima, kemitraan regional, dilakukan untuk

pengembangan dan menata ulang hubungan dan kerjasama lokal, regional,

nasional, dan internasional guna mendukung pelaksanaan ke empat strategi

diatas (Bappeda Sul-Sel, 2011).

Proses pembangunan memerlukan pendapatan nasional yang tinggi dan

pertumbuhan ekonomi yang cepat. Di banyak negara syarat utama bagi

terciptanya penurunan kemiskinan yang tetap adalah pertumbuhan ekonomi .

pertumbuhan ekonomi memang tidak cukup untuk mengentaskan kemiskinan

Page 7: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

7

tetapi biasanya pertumbuhan ekonomi merupakan sesuatu yang dibutuhkan,

walaupun begitu pertumbuhan ekonomi yang bagus pun menjadi tidak akan

berarti bagi penurunan masyarakat miskin jika tidak diiringi dengan pemerataan

pendapatan (Wongdesmiwati, 2009).

Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator untuk melihat keberhasilan

pembangunan dan merupakan syarat keharusan (necessary condition) bagi

pengurangan tingkat kemiskinan. Adapun syarat kecukupannya ialah bahwa

pertumbuhan ekonomi tersebut efektif dalam mengurangi tingkat kemiskinan.

Artinya, pertumbuhan tersebut hendaklah menyebar disetiap golongan

pendapatan, termasuk di golongan penduduk miskin. Secara langsung, hal ini

berarti pertumbuhan itu perlu dipastikan terjadi di sektor-sektor dimana penduduk

miskin bekerja yaitu sektor pertanian atau sektor yang padat karja. Adapun

secara tidak langsung, diperlukan pemerintah yang yang cukup efektif

mendistribusikan manfaat pertumbuhan yang mungkin didapatkan dari sektor

modern seperti jasa yang padat modal (Siregar dan Wahyuniarti, 2008).

Penelitian yang dilakukan Wongdesmiwati menemukan bahwa terdapat

hubungan yang negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kemiskinan.

Untuk menurunkan tingkat kemiskinan maka pertumbuhan ekonomi harus

ditingkatkan. Kebijakan upah minimum juga berpengaruh terhadap tingkat

kemiskinan. Gagasan upah minimum yang sudah dimulai dan dikembangkan

sejak awal tahun 1970-an bertujuan untuk mengusahakan agar dalam jangka

panjang besarnya upah minimum paling sedikit dapat memenuhi kebutuhan

hidup minimum (KHM), sehingga diharapkan dapat menjamin tenaga kerja untuk

memenuhi kebutuhan hidup beserta keluarga dan sekaligus dapat mendorong

peningkatan produktivitas kerja dan kesejahteraan buruh (Sumarsono, 2003).

Page 8: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

8

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Per-01/Men/1999,

Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok

termasuk tunjangan tetap. Yang dimaksud dengan tunjangan tetap adalah suatu

jumlah imbalan yang diterima pekerja secara tetap dan teratur pembayarannya,

yang tidak dikaitkan dengan kehadiran ataupun pencapaian prestasi tertentu.

Kebijakan penetapan upah minimum oleh pemerintah adalah kebijakan

yang diterapkan dengan tujuan sebagai jaring pengaman terhadap pekerja atau

buruh agar tidak diekspolitasi dalam bekerja dan mendapat upah yang dapat

memenuhi kebutuhan hidup minimum (KHM). Jika kebutuhan hidaup minimum

dapat terpenuhi, maka kesejahteraan pekerja meningkatkan dan terbebas dari

masalah kemiskinan.

Teori pertumbuhan baru menekankan pentingnya peranan pemerintah

terutama dalam meningkatkan pembangunan modal manusia (human capital)

dan mendorong penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan produktivitas

manusia. Kenyataannya dapat dilihat dengan melakukan investasi pendidikan

akan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang diperlihatkan

dengan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan seseorang. Semakin tinggi

tingkat pendidikan seseorang, maka pengetahuan dan keahlian juga akan

meningkat sehingga akan mendorong peningkatan produktivitas kerjanya.

Perusahaan akan memperoleh hasil yang lebih banyak dengan

memperkerjakan tenaga kerja dengan produktivitas yang tinggi, sehingga

perusahaan juga akan bersedia memberikan gaji yang lebih tinggi bagi yang

bersangkutan. Di sektor informal seperti pertanian, peningkatan ketrampilan dan

keahlian tenaga kerja akan mampu meningkatkan hasil pertanian, karena tenaga

kerja yang terampil mampu bekerja lebih efisien. Pada akhirnya seseorang yang

Page 9: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

9

memiliki produktivitas yang tinggi akan memperoleh kesejahteraan yang lebih

baik, yang diperlihatkan melalui peningkatan pendapatan maupun konsumsinya.

Rendahnya produktivitas kaum miskin dapat disebabkan oleh rendahnya akses

mereka untuk memperoleh pendidikan (Sitepu dan Sinaga, 2004).

Undang-Undang Dasar RI 1945 Pasal 31 ayat 2 menyebutkan bahwa

setiap warga Negara wajib mengikuti pendidkan dasar dan pemerintah wajib

membiayainya, dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia

7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan

bahwa pemerintah pusat dan daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar

minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, sedangkan

dalam ayat 3 menyebutkan bahwa wajib belajar merupakan tanggung jawab

negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pemerintah pusat,

daerah, dan masyarakat. Konsekuensinya, pemerintah pusat dan daerah wajib

memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat

pendidikan dasar (SD dan SMP) serta satuan pendidikan lain yang sederajat,

agar mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Keterkaitan kemiskinan dan pendidikan sangat besar karena pendidikan

memberikan kemampuan untuk berkembang lewat penguasaan ilmu dan

keterampilan. Pendidikan juga menanamkan kesadaran akan pentingnya

martabat manusia. Mendidik dan memberikan pengetahuan berarti menggapai

masa depan. Hal tersebut harusnya menjadi semangat untuk terus melakukan

upaya mencerdaskan bangsa (Suryawati, 2005).

Penelitian yang dilakukan oleh Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti

menemukan bahwa pendidikan berpengaruh negatif terhadap tingkat

Page 10: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

10

kemiskinan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan sangat penting dalam

menurunkan tingkat kemiskinan. Pembangunan bidang pendidikan di Takalar

selama ini telah dilakukan melalui upaya pengembangan dan relevansi

pendidikan sesuai dengan tujuan perkembangan iptek dan kebutuhan pasar

kerja, dengan memperhatikan sistem pendidikan nasional yang berjalan dan juga

sasaran komitmen-komitmen Internasional di bidang pendidikan. Faktor lain yang

juga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan adalah pengangguran. Salah satu

unsur yang menentukan kemakmuran suatu masyarakat adalah tingkat

pendapatan. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila kondisi

tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) dapat terwujud.

Pengangguran akan menimbulkan efek mengurangi pendapatan

masyarakat, dan itu akan mengurangi tingkat kemakmuran yang telah tercapai.

Semakin turunya tingkat kemakmuran akan menimbulkan masalah lain yaitu

kemiskinan (Sukirno, 2003). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian serta membahas masalah tersebut melalui

penelitian penulisan skripsi dengan judul penelitian : “Analisis Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Kab.Takalar 1999-2010".

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka masalah

pokok yang dikemukakan adalah :

1. Seberapa besar pengaruh pendidikan, upah minimum, pertumbuhan

ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Takalar 1999-2010 secara

langsung?

Page 11: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

11

2. Seberapa besar pengaruh pendidikan, upah minimum, pertumbuhan

ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Takalar 1999-2010 secara tidak

langsung melalui pengangguran?

3. Seberapa besar pengaruh pengangguran terhadap kemiskinan?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh

pendidikan, upah, dan pertumbuhan ekonomi secara langsung maupun tidak

langsung terhadap kemiskinan di Kabupaten Takalar 1999-2010 melalui

pengangguran.

Page 12: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Konsep Kemiskinan

Untuk merumuskan suatu definisi tentang kemiskinan dari sejumlah

pandangan dan pendekatan yang dinamis memang tidak mudah ,karena

formulasi dari para ahli dan penelitian dipengaruhi oleh focus kajian masing –

masing. Specker (1993) menyatakan bahwa kemiskinan mencakup (1)

kekurangan fasilitas fisik bagi kehidupan yang normal, (2) gangguan dan

tingginya resiko kesehatan ,(3) resiko keamanan dan kerawanan kehidupan

social ekonomi dan lingkungannya, (4) kekurangan pendapatan yang

mengakibatkan tidak bisa hidup layak, dan (5) kekurangan dalam kehidupan

social yang dapat ditunjukkan oleh ketersisihan social ,ketersisihan dalam

proses politik, dan kualitas pendidik yang rendah (dalam Wikipedia

ensiklopedia bebas, n.d.).

Konferensi Dunia untuk pembangunan social telah mendefinisikan

kemiskinan sebagai berikut: kemiskinan memiliki wujud yang majemuk,

termasuk rendahnya tingkat pendapatan dan sumber daya produktif yang

menjamin kehidupan berkesinambungan; kelaparan dan kekurangan gizi;

rendahnya tingkat kesehatan; keterbatasan dan kurangnya akses kepada

pendidikan dan layanan – layanan pokok lainnya, kondisi tak wajar dan

kematian akibat penyakit yang terus meningkat; kehidupan yang

bergelandang dan tempat tinggal yang tidak memadai; lingkungan yang tidak

aman; serta diskriminasi dan keterasingan social. Kemiskinan juga dapat

Page 13: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

13

dicirikan oleh rendahnya tingkat partisipasi dalam proses pengambilan

keputusan dalam kehidupan sipil, social dan budaya.

Maxwell (2007) menggunakan istilah kemiskinan untuk

menggambarkan keterbatasan pendapatan dan konsumsi ,keterbelakangan

derajat dan martabat manusia, ketersingkiran social, keadaan yang

menderita karena sakit ,kurangnya kemampuan dan ketidakberfungsian fisik

untuk bekerja, kerentanan (dalam menghadapi perubahan politik dan

ekonomi), tiadanya kelanjutan sumber kehidupan, tidak terpenuhinya

kebutuhan dasar, dan adanya perampasan relative (relative deprivation)

Agussalim (2000) dalam bukunya “mereduksi kemiskinan”

menjelaskan bahwa kemiskinan dapat diklasifikasikan berdasarkan

beberapa aspek, seperti tingkat keparahan dan penyebab. Berdasarkan

tingkat keparahan kemiskinan dapat dibedakan atas kemiskinan absolut dan

kemiskinan relatif. Seseorang dikatakan miskin secara absolut apabila

tingkat pendapatannya lebih rendah daripada garis kemiskinan absolut.

Dengan kata lain jumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan hidup minimum yang dicerminkan oleh garis kemiskinan absolut

tersebut.

Hidup dalam kemiskinan bukan hanya hidup dalam kekurangan uang

dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain, seperti tingkat

kesehatan dan pendidikan rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum,

kerentanan terhadap ancaman tindak kriminal, ketidak berdayaan dalam

menentukan jalan hidupnya sendiri (Suryawati, 2005). Kemiskinan dibagi

dalam empat bentuk, yaitu:

Page 14: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

14

a. Kemiskinan absolut, kondisi dimana seseorang memiliki pendapatan

di bawah garis kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan, perumahan, dan

pendidikan yang dibutuhkan untuk bisa hidup dan bekerja.

b. Kemiskinan relatif, kondisi miskin karena pengaruh kebijakan

pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat,

sehingga menyebabkan ketimpangan pada pendapatan.

c. Kemiskinan kultural, mengacu pada persoalan sikap seseorang atau

masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau

berusaha memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak

kreatif meskipun ada bantuan dari pihak luar.

d. Kemiskinan struktural, situasi miskin yang disebabkan oleh rendahnya

akses terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial

budaya dan sosial politik yang tidak mendukung pembebasan

kemiskinan, tetapi seringkali menyebabkan suburnya kemiskinan.

Kemiskinan juga dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

a. Kemiskinan alamiah, berkaitan dengan kelangkaan sumber daya alam

dan prasarana umum, serta keadaan tanah yang tandus.

b. Kemiskinan buatan, lebih banyak diakibatkan oleh sistem modernisasi

atau pembangunan yang membuat masyarakat tidak mendapat

menguasai sumber daya, sarana, dan fasilitas ekonomi yang ada

secara merata.

Menurut Nasikun (dalam Suryawati 2005), beberapa sumber dan proses

penyebab terjadinya kemiskinan, yaitu:

Page 15: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

15

a. Policy induces processes, yaitu proses pemiskinan yang dilestarikan,

direproduksi melalui pelaksanaan suatu kebijakan, diantaranya adalah

kebijakan anti kemiskinan, tetapi relitanya justru melestarikan.

b. Socio-economic dualism, negara bekas koloni mengalami kemiskinan

karena poal produksi kolonial, yaitu petani menjadi marjinal karena

tanah yang paling subur dikuasai petani sekala besar dan berorientasi

ekspor.

c. Population growth, prespektif yang didasari oleh teori Malthus , bahwa

pertambahan penduduk seperti deret ukur sedangkan pertambahan

pangan seperti deraet hitung.

d. Resaurces management and the environment, adalah unsur

mismanagement sumber daya alam dan lingkungan, seperti

manajemen pertanian yang asal tebang akan menurunkan

produktivitas.

e. Natural cycle and processes, kemiskinan terjadi karena siklus alam.

Misalnya tinggal dilahan kritis, dimana lahan itu jika turun hujan akan

terjadi banjir, akan tetapi jika musim kemarau kekurangan air,

sehingga tidak memungkinkan produktivitas yang maksimal dan terus-

menerus.

f. The marginalization of woman, peminggiran kaum perempuan karena

masih dianggap sebagai golongan kelas kedua, sehingga akses dan

penghargaan hasil kerja yang lebih rendah dari laki-laki.

g. Cultural and ethnic factors, bekerjanya faktor budaya dan etnik yang

memelihara kemiskinan. Misalnya pada pola konsumtif pda petani dan

Page 16: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

16

nelayan ketika panenj raya, serta adat istiadat yang konsumtif saat

upacara adat atau keagamaan.

h. Exploatif inetrmediation, keberadaan penolong yang menjadi

penodong, seperti rentenir.

i. Inetrnal political fragmentation and civil stratfe, suatu kebijakan yang

diterapkan pada suatu daerah yang fragmentasi politiknya kuat, dapat

menjadi penyebab kemiskinan.

j. Interbational processe, bekerjanya sistem internasional (kolonialisme

dan kapitalisme) membuat banyak negara menjadi miskin.

2.1.2 Ukuran Kemiskinan

Menurut BPS (Badan Pusat Statistik), tingkat kemiskinan didasarkan

pada jumlah rupiah konsumsi berupa makanan yaitu 2100 kalori per orang per

hari (dari 52 jenis komoditi yang dianggap mewakili pola konsumsi penduduk

yang berada dilapisan bawah), dan konsumsi nonmakanan (dari 45 jenis

komoditi makanan sesuai kesepakatan nasional dan tidak dibedakan antara

wilayah pedesaan dan perkotaan). Patokan kecukupan 2100 kalori ini berlaku

untuk semua umur, jenis kelamin, dan perkiraan tingkat kegiatan fisik, berat

badan, serta perkiraan status fisiologis penduduk, ukuran ini sering disebut

dengan garis kemiskinan. Penduduk yang memiliki pendapatan dibawah garis

kemiskinan dikatakan dalam kondisi miskin.

Menurut Salim (1984), orang miskin memiliki lima ciri. Pertama, mereka

umumnya tidak mempunyai faktor produksi sendiri, seperti tanah yang cukup,

modal maupun keterampilan, sehingga kemampuan memperoleh pendapatan

menjadi sangat terbatas. Kedua, tidak memiliki kemungkinan memperoleh aset

Page 17: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

17

produksi dengan kekuatan sendiri, kemungkinan untuk dapat digunakan

sebagai agunan. Ketiga, tingkat pendidikan yang rendah karena waktunya

habis dipakai untuk bekerja mencari penghasilan. Pada usia sekolah, mereka

itu harus membantu orangtua disawah atau menjadi buruh tani. Keempat,

kebanyakan tinggal dipedesaan yang serba terbatas fasilitasnya atau desa

tempat tinggalnya terisolir. Kelima, mereka yang tinggal dikota tidak

mempunyai tempat tinggal yang layak dan juga tidak memiliki keterampilan,

sehingga bekerja apa adanya.

Menurut Sayogyo, tingkat kemiskinan didasarkan jumlah rupiah

pengeluaran rumah tangga yang disetarakan dengan jumlah kilogram

konsumsi beras per orang per tahun dan dibagi wilayah pedesaan dan

perkotaan.

Daerah pedesaan:

a. Miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 320 kg nilai tukar

beras per orang per tahun.

b. Miskin sekali, bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 240 kg nilai

tukar beras per orang per tahun.

c. Paling miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 180 kg nilai

tukar beras per orang per tahun.

Daerah perkotaan:

a. Miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 480 kg nilai tukar

beras per orang per tahun.

b. Miskin sekali: bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 380 kg nilai

tukar beras per orang per tahun.

Page 18: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

18

c. Paling miskin, bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 270 kg nilai

tukar beras per orang per tahun.

Bank Dunia mengukur garis kemiskinan berdasarkan pada pendapatan

seseorang. Seseorang yang memiliki pendapatan kurang dari US$ 1 per hari

masuk dalam kategori miskin. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN), mengukur kemiskinan berdasarkan dua kriteria (Suryawati, 2005),

yaitu:

a) Kriteria Keluarga Pra Sejahtera (Pra KS) yaitu keluarga yang tidak

mempunyai kemampuan untuk menjalankan perintah agama dengan

baik, minimum makan dua kali sehari, membeli lebih dari satu stel

pakaian perorang per tahun, lantai rumah bersemen lebih dari 80%, dan

berobat ke Puskesmas bila sakit.

b) Kriteria Keluarga Sejahtera 1 (KS 1) yaitu keluarga yang tidak

berkemampuan untuk melaksanakan perintah agama dengan baik,

minimal satu kali per minggu makan daging/telor/ikan, membeli pakaian

satu stel per tahun, rata-rata luas lantai rumah 8 meter per segi per

anggota keluarga, tidak ada anggota keluarga umur 10 sampai 60 tahun

yang buta huruf, semua anak berumur antara 5 sampai 15 tahun

bersekolah, satu dari anggota keluarga mempunyai penghasilan rutin

atau tetap, dan tidak ada yang sakit selama tiga bulan.

Menurut Samuelson dan Nordhous (1997) bahwa penyebab dan terjadinya

penduduk miskin dinegara yang berpenghasilan rendah adalah karena dua

hal pokok yaitu rendahnya tingkat kesehatan dan gizi, dan lambatnya

perbaikan mutu pendidikan.

Page 19: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

19

2.2 Konsep Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang

dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi

kepada penduduknya yang ditentukan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-

penyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan), dan ideologis terhadap

berbagai tuntutan keadaan yang ada (Simon Kuznetz dalam Todaro, 2004).

Menurut Harrod-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu

proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti

barang-barang modal (gedung-gedung, peralatan dan material) yang rusak.

Namun untuk menumbuhkan perekonomian diperlukan investasi-investasi baru

sebagai tambahan stok modal. Jika dianggap ada hubungan ekonomis secara

langsung antara besarnya stok modal (K) dan output total (Y), maka setiap

tambahan bersih terhadap stok modal akan mengakibatkan kenaikan output total

sesuai dengan rasio output modal tersebut.

Menurut teori pertumbuhan Solow-Swan, pertumbuhan ekonomi tergantung

pada pertambahan penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja,

dan akumulasi modal) dan tingkat kemajuan teknologi.

Menurut Tarigan (2004) pertumbuhan ekonomi wilayah adalah

pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah, yaitu

kenaikan seluruh nilai tambah (value added) yang terjadi di wilayah tersebut.

Menurut pandangan kaum historis, diantaranya Friedrich List dan Rostow,

pertumbuhan ekonomi merupakan tahapan proses tumbuhnya perekonomian

mulai dari perekonomian bersifat tradisional yang bergerak di sektor pertanian

dimana produksi bersifat subsisten, hingga akhirnya menuju perekonomian

modern yang didominasi oleh sektor industri manufaktur. Menurut pandangan

Page 20: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

20

ekonom klasik, Adam Smith, David Ricardo, Thomas Robert Malthus dan John

Straurt Mill, maupun ekonom neo klasik, Robert Solow dan Trevor Swan,

mengemukakan bahwa pada dasarnya ada empat faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi yaitu (1) jumlah penduduk, (2) jumlah stok barang modal,

(3) luas tanah dan kekayaan alam, dan (4) tingkat teknologi yang digunakan.

Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang

apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi dari pada apa yang dicapai pada

masa sebelumnya (Kuncoro, 2003).

Sedangkan menurut Schumpeter, faktor utama yang menyebabkan

perkembangan ekonomi adalah proses inovasi, dan pelakunya adalah inovator

atau wiraswasta (entrepreneur). Kemajuan ekonomi suatu masyarakat hanya

bisa diterapkan dengan adanya inovasi oleh para entrepreneur.

Menurut Boediono, pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output

per kapita dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan

kenaikan output per kapita dimana ada dua sisi yang perlu diperhatikan, yaitu sisi

output totalnya (GDP) dan sisi jumlah penduduknya. Output per kapita adalah

output total dibagi dengan jumlah penduduk.

Menurut Nafziger, pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan

produksi suatu negara atau kenaikan pendapatan per kapita suatu negara,

sedangkan menurut Kuznets (Todaro, 2003), pertumbuhan ekonomi adalah

kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk

menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan

kapasitas itu sendiri ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau

penyesuaian-penyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan), dan ideologis

terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada.

Page 21: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

21

Menurut Todaro (2003), ada tiga faktor utama dalam pertumbuhan

ekonomi, yaitu Akumulasi Modal, Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja,

Kemajuan Teknologi :

1. Akumulasi modal termasuk semua investasi baru yang berwujud tanah

(lahan), peralatan fiskal, dan sumber daya manusia (human resources).

Akumulasi modal akan terjadi jika ada sebagian dari pendapatan

sekarang di tabung yang kemudian diinvestasikan kembali dengan tujuan

untuk memperbesar output di masa-masa mendatang. Investasi juga

harus disertai dengan investasi infrastruktur, yakni berupa jalan, listrik, air

bersih, fasilitas sanitasi, fasilitas komunikasi, demi menunjang aktivitas

ekonomi produktif. Investasi dalam pembinaan sumber daya manusia

bermuara pada peningkatan kualitas modal manusia, yang pada akhirnya

dapat berdampak positif terhadap angka produksi.

2. Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja. Pertumbuhan penduduk

dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angka kerja

(labor force) secara tradisional telah dianggap sebagai faktor yang positif

dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Artinya, semakin banyak

angkatan kerja semakin produktif tenaga kerja, sedangkan semakin

banyak penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestiknya.

3. Kemajuan Teknologi. Kemajuan teknologi disebabkan oleh teknologi

cara-cara baru dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan

pekerjaan-pekerjaan tradisional. Ada 3 klasifikasi kemajuan teknologi,

yakni Kemajuan teknologi yang bersifat netral, terjadi jika tingkat output

yang dicapai lebih tinggi pada kuantitas dan kombinasi-kombinasi input

yang sama, kemajuan teknologi yang bersifat hemat tenaga kerja (labor

Page 22: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

22

saving) atau hemat modal (capital saving), yaitu tingkat output yang lebih

tinggi bisa dicapai dengan jumlah tenaga kerja atau input modal yang

sama, dan kemajuan teknologi yang meningkatkan modal, terjadi jika

penggunaan teknologi tersebut memungkinkan kita memanfaatkan

barang modal yang ada secara lebih produktif.

Menurut Nugraheni, pengukuran akan kemajuan sebuah perekonomian

memerlukan alat ukur yang tepat, beberapa alat pengukur pertumbuhan ekonomi

antara lain yaitu :

a. Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB), atau di

tingkat regional disebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),

merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu

perekonomian dalam satu tahun dan dinyatakan dalam harga pasar. Baik

PDB atau PDRB merupakan ukuran yang global sifatnya, dan bukan

merupakan alat ukur pertumbuhan ekonomi yang tepat, karena belum

dapat mencerminkan kesejahteraan penduduk yang sesungguhnya,

padahal sesungguhnya kesejahteraan harus dinikmati oleh setiap

penduduk di negara atau daerah yang bersangkutan.

b. Produk Domestik Bruto Per kapita/Pendapatan Per kapita Produk

domestik bruto per kapita atau produk domestik regional bruto per kapita

pada skala daerah dapat digunakan sebagai pengukur pertumbuhan

ekonomi yang lebih baik karena lebih tepat mencerminkan kesejahteraan

penduduk suatu negara daripada nilai PDB atau PDRB saja. Produk

domestic bruto per kapita baik di tingkat nasional maupun di daerah

adalah jumlah PDB nasional atau PRDB suatu daerah dibagi dengan

Page 23: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

23

jumlah penduduk di Negara maupun di daerah yang bersangkutan, atau

dapat disebut juga sebagai PDB atau PDRB rata-rata.

Bank Dunia menggunakan Produk Nasional Bruto (PNB), bukan

PDB sebagai alat ukur perkembangan ekonomi suatu Negara yaitu

dengan memperhitungkan pendapatan bersih dan faktor produksi milik

orang asing. Walaupun PDB atau PNB per kapita merupakan alat

pengukur yang lebih baik. namun tetap belum mencerminkan

kesejahteraan penduduk secara tepat, karena PDB rata-rata tidak

mencerminkan kesejahteraan ekonomi yang sesungguhnya dirasakan

oleh setiap orang di suatu negara.

Dapat saja angka-angka rata-rata tersebut tinggi, namun

sesungguhnya ada penduduk atau sekolompok penduduk yang tidak

menerima pendapatan sama sekali. Oleh sebab itu, perlu diperhatikan

unsur distribusi pendapatan di antara penduduk suatu negara. Dengan

memperhatikan unsur distribusi pendapatan itu, maka PDB atau PNB per

kapita yang tinggi disertai distribusi pendapatan yang lebih merata akan

mencerminkan kesejahteraan ekonomi yang lebih baik daripada bila

pendapatan per kapitanya tinggi namun ada distribusi pendapatan yang

tidak merata. Meskipun demikian, demi sederhananya pengukuran,

pendapatan per kapita tetap merupakan alat pengukur yang unggul

dibanding dengan alat-alat pengukur yang lain.

2.3 Konsep Upah

Upah pada dasarnya merupakan sumber utama penghasilan seseorang,

oleh karenanya upah harus cukup untuk memenuhi kebutuhan pekerja dan

Page 24: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

24

keluarganya dengan wajar. Sebagai imbalan terhadap tenaga dan pikiran yang

diberikan pekerja kepada pengusaha, maka pengusaha akan memberikan

kepada pekerja dalam bentuk upah. Upah adalah suatu penerimaan sebagai

imbalan dari pengusaha kepada karyawan untuk suatu pekerjaan atau jasa yang

telah atau dilakukan dan dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang

ditetapkan atas dasar suatu persetujuan atau peraturan perundang-undangan

serta dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan

karyawan termasuk tunjangan, baik untuk karyawan itu sendiri maupun untuk

keluarganya. Jadi upah berfungsi sebagai imbalan atas usaha kerja yang

diberikan seseorang tersebut kepada pengusaha. Upah dibayar oleh pengusaha

sesuai atau sama dengan usaha kerja (produktivitas) yang diberikan kepada

pengusaha (Sumarsono, 2003).

Upah adalah sebuah kontrofersi , bagi yang mendukung kebijakan tersebut

mengemukakan bahwa upah minimum diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

pekerja agar sampai pada tingkat pendapatan "living wage", yang berarti bahwa

orang yang bekerja akan mendapatkan pendapatan yang layak untuk hidupnya.

Upah dapat mencegah pekerja dalam pasar monopsoni dari eksploitasi tenaga

kerja terutama yang low skilled. Upah dapat meningkatkan produktifitas tenaga

kerja dan mengurangi konsekuensi pengangguran seperti yang diperkirakan teori

ekonomi konverisional (Kusnaini, 1998).

Upah merupakan salah satu unsur untuk menentukan harga pokok dalam

perusahaan, karena ketidaktepatan dalam menentukan besarnya upah akan

sangat merugikan perusahaan. Oleh karenanya ada beberapa faktor penting

yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat upah yaitu sebagai berikut :

Page 25: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

25

1. Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja

Untuk pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tinggi dan jumlah

tenaga kerjanya langka, maka upah cenderung tinggi, sedangkan

untuk jabatan - jabatan yang mempunyai penawaran yang melimpah,

upahnya cenderung turun.

2. Organisasi Buruh

Ada tidaknya organisasi buruh serta kuat lemahnya organisasi buruh

akan mempengaruhi tingkat upah. Adanya serikat buruh yang kuat

akan meningkatkan tingkat upah demikian pula sebaliknya.

3. Kemampuan untuk Membayar

Pemberian upah tergantung pada kemampuan membayar dari

perusahaan. Bagi perusahaan, upah merupakan salah satu

komponen biaya produksi, tingginya upah akan mengakibatkan

tingginya biaya produksi, yang pada akhirnya akan mengurangi

keuntungan.

4. Produktivitas Kerja

Upah sebenarnya merupakan imbalan atas prestasi kerja karyawan.

Semakin tinggi prestasi kerja karyawan, maka semakin besar upah

yang mereka terima. Prestasi kerja ini dinyatakan sebagai

produktivitas kerja.

5. Biaya Hidup

Dikota besar dimana biaya hidup tinggi, upah kerja cenderung tinggi.

Biaya hidup juga merupakan batas penerimaan upah dari karyawan.

6. Pemerintah

Page 26: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

26

Pemerintah dengan peraturan-peraturannya mempengaruhi tinggi

rendahnya upah. Peraturan tentang upah umumnya merupakan batas

bawah dari tingkat upah yang harus dibayarkan.

Dalam pasar tenaga kerja sangat penting untuk menetapkan

besarnya upah yang harus dibayarkan perusahaan pada pekerjanya.

Undang-undang upah minimum menetapkan harga terendah tenaga

kerja yang harus dibayarkan (Mankiw, 2006).

Menurut Kaufman (2000), tujuan utama ditetapkannya upah minimum

adalah memenuhi standar hidup minimum seperti untuk kesehatan, efisiensi, dan

kesejahteraan pekerja. Upah minimum adalah usaha untuk mengangkat derajat

penduduk berpendapatan rendah, terutama pekerja miskin.

Menurut Rachman (2005), Tujuan penetapan upah minimum dapat

dibedakan secara mikro dan makro. Secara mikro tujuan penetapan upah

minimum yaitu (a) sebagai jaring pengaman agar upah tidak merosot, (b)

mengurangi kesenjangan antara upah terendah dan tertinggi di perusahaan, dan

(c) meningkatkan penghasilan pekerja pada tingkat paling bawah. Sedangkan

secara makro, penetapan upah minimum bertujuan untuk (a) pemerataan

pendapatan, (b) peningkatan daya beli pekerja dan perluasan kesempatan kerja,

(c) perubahan struktur biaya industri sektoral, (d) peningkatan produktivitas kerja

nasional, (d) peningkatan etos dan disiplin kerja, dan (e) memperlancar

komunikasi pekerja dan pengusaha dalam rangka hubungan bipartite.

Pada awalnya upah minimum ditentukan secara terpusat oleh

Departemen Tenaga Kerja untuk region atau wilayah-wilayah di seluruh

Indonesia. Dalam perkembangan otonomi daerah, kemudian mulai tahun 2001

Page 27: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

27

upah minimum ditetapkan oleh masing-masing provinsi. Upah Minimum ini dapat

dibedakan menjadi upah minimum regional dan upah minimum sektoral.

1. Upah Minimum Regional

Upah Minimum Regional adalah upah bulanan terendah yang

terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap bagi seorang pekerja

tingkat paling bawah dan bermasa kerja kurang dari satu tahun

yang berlaku di suatu daerah tertentu.

2. Upah Minimum Sektoral

Upah minimum sektoral adalah upah yang berlaku dalam suatu

provinsi berdasarkan kemampuan sektor.

2.4 Konsep Pendidikan

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sisitem Pendidikan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujutkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Tujuan pendidikan adalah mengembangkan potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,

berakhlakmulia, sehat berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga negara

yang demokratis serta bertanggung jawab. Jalur pendidikan:

1. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang tersetruktur dan

berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, menengah dan

tinggi.jenjang pendidikan formal:

Page 28: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

28

a. Pendidikan dasar, merupakan jenjang pendidikan yang

melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar

berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI)

atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah

Pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk

lain yang sederajat.

b. Pendidikan menengah, merupakan lanjutan pendidikan dasar.

Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah

umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan

menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA),

Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),

dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang

sederajat.

c. Pendidikan tinggi, merupakan jenjang pendidikan setelah

pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan

diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doctor yang

diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Perguruan tinggi

dapat berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut,

atau universitas.

2. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan

formal yang dapat dilaksanakan secara tersetruktur dan berjenjang.

Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang

memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,

penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka

mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan ini meliputi

Page 29: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

29

pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan

kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan

keaksaraan, dan lain-lain.

3. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluargadan lingkungan

yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan

formal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah

peserta didik lulus ujian sesuai dengan setandar nasional pendidikan.

Dalam upaya mencapai pembangunan ekonomi yang berkelanjutan

(sustainable development), sektor pendidikan memainkan peranan yang sangat

strategis khususnya dalam mendorong akumulasi modal yang dapat

mendukung proses produksi dan aktivitas ekonomi lainnya. Secara definisi,

seperti yang dilansir dalam World Commision on Environmental and

Development, 1997 dalam McKeown (dalam Dian Satria, 2008), bahwa

sustainable development adalah: “Sustainable development is development

that meets the needs of the present without comprimising the ability of future

generations to meet their own needs.” Dalam konteks ini, pendidikan dianggap

sebagai alat untuk mencapai target yang berkelanjutan, karena dengan

pendidikan aktivitas pembangunan dapat tercapai, sehingga peluang untuk

meningkatkan kualitas hidup di masa depan akan lebih baik. Di sisi lain,

dengan pendidikan, usaha pembangunan yang lebih hijau (greener

development) dengan memperhatikan aspek-aspek lingkungan juga mudah

tercapai.

Page 30: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

30

2.4.1Pembangunan Modal Manusia Melalui Pendidikan

Analisis atas investasi dalam bidang pendidikan menyatu dalam

pendekatan modal manusia. Modal manusia (human capital) adalah istilah

yang sering digunakan oleh para ekonom untuk pendidikan, kesehatan, dan

kapasitas manusia yang lain yang dapat meningkatkan produktivitas jika hal-hal

tersebut ditingkatkan. Pendidikan memainkan kunci dalam membentuk

kemampuan sebuah negara untuk menyerap teknologi moderen dan untuk

mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan

yang berkelanjutan (Todaro, 2004).

Pembangunan modal manusia diyakini tidak hanya dapat meningkatkan

produktivitas dan pertumbuhan, namun juga berperan sentral mempengaruhi

distribusi pendapatan di suatu perekonomian. (Becker, 1964; Schultz, 1981

dalam Dian Satria, 2008). Logika ini jugalah yang mendorong strategi

pengentasan kemiskinan yang bersentral pada pentingnya pembangunan

modal manusia (human capital). Romer, 1986; Lucas, 1988 menjelaskan

bahwa modal manusia tidak hanya diidentifikasi sebagai kontributor kunci

dalam pertumbuhan dan pengurangan kemiskinan, namun juga mendorong

tujuan pembangunan untuk meningkatkan human freedom secara umum.

Selain itu, fokus perkembangan global saat ini yang dicatat dalam millennium

development goals juga telah memposisikan perbaikkan kualitas modal

manusia dalam prioritas yang utama.

2.5 Konsep Pengangguran

Pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan

kerja, yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah

Page 31: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

31

tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkan (Sukirno,

1999). Jenis-jenis pengangguran:

1) Jenis-Jenis Pengangguran Berdasarkan Penyebabnya:

a. Pengangguran Alamiah

Pengangguran yang berlaku pada tingkat kesempatan kerja penuh.

Kesempatan kerja penuh adalah keadaan dimana sekitar 95 persen

dari angkatan kerja dalam suatu waktu sepenuhnya bekerja.

Pengangguran sebanyak lima persen inilah yang dinamakan

sebagai pengangguran alamiah.

b. Pengangguran Friksional

Suatu jenis pengangguran yang disebabkan oleh tindakan seorang

pekerja untuk meninggalkan pekerjaannya dan mencari kerja yang

lebih baik atau lebih sesuai dengan keinginannya.

c. Pengangguran Struktural

Pengangguran yang diakibatkan oleh pertumbuhan ekonomi. Tiga

sumber utama yang menjadi penyebab berlakunya pengangguran

sturtural adalah:

a) Perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi yang

semakin maju membuat permintaan barang dari industri yang

memproduksi barang-barang yang kuno menurun dan akhirnya

tutup dan pekerja di industri ini akan menganggur.

Pengangguran ini disebut juga sebagai pengangguran teknologi.

b) Kemunduran yang disebabkan oleh adanya persaingan dari luar

negeri atau daerah lain. Persaingan dari luar negeri yang

mampu menghasilkan produk yang lebih baik dan lebih murah

Page 32: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

32

akan membuat permintaan akan barang lokal menurun. Industri

local yang tidak mampu bersaing akan bangkrut sehingga timbul

pengangguran.

c) Kemunduran perkembangan ekonomi suatu kawasan sebagai

akibat dari pertumbuhan yang pesat dikawasan lain.

d. Pengangguran Konjungtur

Penganguran yang melebihi pengangguran alamiah. Pada

umumnya pengguran konjungtur berlaku sebagai akibat

pengurangan dalam permintaan agregat. Penurunan permintaaan

agregat mengakibatkan perusahaan mengurangi jumlah pekerja

atau gulung tikar, sehingga muncul pengangguran konjungtur.

2) Jenis-Jenis Pengangguran Berdasarkan Cirinya:

a. Pengangguran Terbuka

Pengguran ini tercipta sebagai akibat penambahan pertumbuhan

kesempatan kerja yang lebih rendah daripada pertumbuhan tenaga

kerja, akibatnya banyak tenaga kerja yang tidak memperoleh

pekerjaan. Menurut Badan Pusat Stsatistik (BPS), pengangguran

terbuka adalah adalah penduduk yang telah masuk dalam angkatan

kerja tetapi tidak memiliki pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan,

mempersiapkan usaha, serta sudah memiliki pekerjaan tetapi belum

mulai bekerja.

b. Pengangguran tersembunyi

Keadaan dimana suatu jenis kegiatan ekonomi dijalankan oleh

tenaga kerja yang jumlahnya melebihi dari yang diperlukan.

Page 33: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

33

c. Pengangguran Musiman

Keadaan pengangguran pada masa-masa tertentu dlam satu tahun.

Penganguran ini biasanya terjadi di sektor pertanian. Petani akan

mengganggur saat menunggu masa tanam dan saat jeda antara

musim tanam dan musim panen.

d. Setengah Menganggur

Keadaan dimana seseorang bekerja dibawah jam kerja normal.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), di Indonesia jam kerja normal

adalah 35 jam seminggu, jadi pekerja yang bekerja di bawah 35 jam

seminggu masuk dalam golongan setengah menganggur.

2.5.1Dampak Pengangguran

Salah satu faktor penting yang mementukan kemakmuran suatu

masyarakayat adalah tingkat pendapatan. Pendapatan masyarakat mencapai

maksimum apabila tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dapat tercapai.

Penganguran berdampak mengurangi pendapatan masyarakat, sehingga

akan menurunkan tingkat kemakmuran yang mereka capai. Ditinjau dari sudut

individu, pengangguran menimbulkan berbagai masalah ekonomi dan sosial

kepada yang mengalaminya. Keadaan pendapatan menyebabkan para

penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya.

Apabila pengangguran di suatu negara sangat buruk, kekacauan politik

dan social selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi kepada

kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam jangka

panjang Sukirno (2004).

Page 34: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

34

2.6 Hubungan Antar Variable Secara Langsung

2.6.1 Pendidikan Terhadap Tingkat Kemiskinan

Menurut McKeown bahwa sustainable development adalah: “Sustainable

development is development that meets the needs of the present without

comprimising the ability of future generations to meet their own needs.” Dalam

konteks ini, pendidikan dianggap sebagai alat untuk mencapai target yang

berkelanjutan, karena dengan pendidikan aktivitas pembangunan dapat tercapai,

sehingga peluang untuk meningkatkan kualitas hidup di masa depan akan lebih

baik.

Teori pertumbuhan baru menekankan pentingnya peranan pemerintah

terutama dalam meningkatkan pembangunan modal manusia (human capital)

dan mendorong penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan produktivitas

manusia. Kenyataannya dapat dilihat dengan melakukan investasi pendidikan

akan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang diperlihatkan

dengan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan seseorang. Semakin tinggi

tingkat pendidikan seseorang, maka pengetahuan dan keahlian juga akan

meningkat sehingga akan mendorong peningkatan produktivitas kerjanya.

Perusahaan akan memperoleh hasil yang lebih banyak dengan

memperkerjakan tenaga kerja dengan produktivitas yang tinggi, sehingga

perusahaan juga akan bersedia memberikan gaji yang lebih tinggi bagi yang

bersangkutan. Di sector informal seperti pertanian, peningkatan ketrampilan dan

keahlian tenaga kerja akan mampu meningkatkan hasil pertanian, karena tenaga

kerja yang terampil mampu bekerja lebih efisien. Pada akhirnya seseorang yang

memiliki produktivitas yang tinggi akan memperoleh kesejahteraan yang lebih

baik, yang diperlihatkan melalui peningkatan pendapatan maupun konsumsinya.

Page 35: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

35

Rendahnya produktivitas kaum miskin dapat disebabkan oleh rendahnya akses

mereka untuk memperoleh pendidikan (Rasidin K dan Bonar M, 2004).

Keterkaitan kemiskinan dan pendidikan sangat besar karena pendidikan

memberikan kemampuan untuk berkembang lewat penguasaan ilmu dan

keterampilan. Pendidikan juga menanamkan kesadaran akan pentingnya

martabat manusia. Mendidik dan memberikan pengetahuan berarti menggapai

masa depan.

Hal tersebut harusnya menjadi semangat untuk terus melakukan upaya

mencerdaskan bangsa. Siregar dan Wahyuniarti (2008), di dalam penelitiannya

menemukan bahwa pendidikan yang diukur dengan jumlah penduduk yang lulus

pendidikan SMP, SMA, dan diploma memiliki berpengaruh besar dan signifikan

terhadap penurunan jumlah penduduk miskin. Ini mencerminkan bahwa

pembangunan modal manusia (human capital) melalui pendidikan merupakan

determinan penting untuk menurunkan jumlah penduduk miskin.

2.6.2 Upah Minimum Terhadap Tingkat Kemiskinan

Tujuan utama ditetapkannya upah minimum adalah memenuhi standar

hidup minimum seperti untuk kesehatan, efisiensi, dan kesejahteraan pekerja.

Upah minimum adalah usaha untuk mengangkat derajat penduduk

berpendapatan rendah, terutama pekerja miskin. Semakin meningkat tingkat

upah minimum akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga

kesejahteraan juga meningkat dan sehingga terbebas dari kemiskinan (Kaufman

2000).

Penetapan tingkat upah yang dilakukan pemerintah pada suatu negara

akan memberikan pengaruh terhadap besarnya tingkat pengangguran yang ada.

Page 36: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

36

Semakin tinggi besaran upah yang ditetapkan oleh pemerintah, maka hal

tersebut akan berakibat pada penurunan jumlah orang yang bekerja pada negara

tersebut (Kaufman dan Hotckiss, 1999).

2.6.3 Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan

Mengenai hubungan antara pertumbuhan dan ketimpangan, awalnya dipicu

oleh sebuah hipotesis yang dikemukakan oleh Kuznets (1955) - dikenal dengan

Kuznets Hypothesis, yang menyatakan bahwa keterkaitan antara pertumbuhan

dan ketimpangan seperti U-shaped terbalik: pada tahap awal pembangunan

ekonomi, distribusi pendapatan cenderung buruk dan tidak akan meningkat

sampai negara tersebut mencapai status berpendapatan menengah (middle-

income). Namun sesudah fase tersebut, distribusi pendapatan akan terus

membaik atau ketimpangan akan terus menurun. Implikasi lain dari temuan ini,

menurut Adams (2003), adalah bahwa pada tahap awal proses pembangunan,

tingkat kemiskinan cenderung meningkat, dan butuh waktu beberapa tahun untuk

menjadi berkurang di negara-negara berkembang.

Siregar (2006) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan

syarat keharusan (necessary condition) bagi pengurangan kemiskinan. Adapun

syarat kecukupannya (necessary condition) ialah bahwa pertumbuhan tersebut

efektif dalam mengurangi kemiskinan. Artinya, pertumbuhan tersebut menyebar

di setiap golongan pendapatan ,termasuk digolongan penduduk miskin (growth

with equity).

Kraay (2002) mengatakan bahwa pertumbuhan akan memberikan manfaat

yang jauh lebih besar bagi si-miskin jika pertumbuhan tersebut disertai dengan

berbagai kebijakan seperti penegakan hukum, disiplin fiskal, keterbukaan dalam

Page 37: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

37

perdagangan internasional, dan strategi pengentasan kemiskinan. Pendapat ini

nampaknya mempertegas pendapat Bigsten dan Levin (2000) sebelumnya yang

menyatakan bahwa negara-negara yang berhasil dalam pertumbuhan

kemungkinan besar juga akan berhasil dalam menurunkan kemiskinan, apalagi

jika terdapat dukungan kebijakan dan lingkungan kelembagaan (institutional

environment) yang tepat.

Penelitian yang dilakukan Wongdesmiwati (2009), menemukan bahwa

terdapat hubungan yang negatif antara pertumbuhan ekonomi dan tingkat

kemiskinan. Kenaikan pertumbuhan ekonomi akan menurunkan tingkat

kemiskinan. Hubungan ini menunjukkan pentingnya mempercepat pertumbuhan

ekonomi untuk menurunkan tingkat kemiskinan.

2.7 Hubungan Antar Variable Secara Tidak Langsung

2.7.1 Hubungan Pendidikan Terhadap Pengangguran

Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin besar harapannya

pada jenis pekerjaan yang aman. Golongan ini menilai bahwa tingkat pekerjaan

yang stabil daripada pekerjaan yang beresiko tinggi sehingga lebih suka bekerja

pada perusahaan besar daripada membuka usaha sendiri. Gejala meningkatnya

pengangguran tenaga kerja terdidik diantaranya disebabkan adanya keinginan

memilih pekerjaan yang memiliki resiko terkecil atau aman. Dengan demikian

angkatan kerja terdidiklah suka memilih menganggur daripada menerima

pekerjaan yang tidak sesuai dengan keinginan mereka (Tobing, 2003).

Asumsi dasar dalam teori human capital adalah bahwa seseorang dapat

meningkatkan penghasilannya melalui peningkatan pendidikan. Hubungan

pendidiakn dan produktivitas kerja dapat tercermin dalam tingkat penghasilan

Page 38: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

38

yang diperoleh. Aspek lain adalah perbaikan gizi dan kesehatan yang dapat

dilakukan dengan ketersiediaan makanan yang cukup bergizi sesuai dengan

kebutuhan tubuh. Pendidikan dan kesehatan tersebut sangat penting dalam

peningkatan produktivitas, yang akhirnya dapat meningkatkan penghasilan

(Simanjuntak, 1985).

2.7.2 Hubungan Upah Terhadap Pengangguran

Menurut Robert Solow, membuktikan bahwa adanya hubungan negative

antara laju pertumbuhan inflasi dan laju pertumbuhan pengangguran (Tingkat

Pengangguran). Berdasarkan kurva philips juga menunjukkan hubungan

negative antara persentase perubahan tingkat upah dan tingkat pengangguran

dimana antara tingkat inflasi dan tingkat upah pekerja yang dibuktikan dengan

kenaikan tingkat yang tinggi mengakibatkan menurunnya tingkat pengangguran

begitupun sebaliknya tingkat pengangguran yang tinggi akan disertai dengan

menurunnya tingkat upah. Hal ini menunjukkan adanya hal negative antara

tingkat upah dan pengangguran (A.W Philips).

2.7.3 Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran

Dengan menggunakan analisis lintas Negara menunjukkan bahwa

kemiskinan disuatu Negara akan semakin rendah jika laju pertumbuhan

ekonominya pada tahun sebelum – sebelumnya tinggi, dan semakin tinggi laju

pertumbuhan ekonomi semakin cepat turunnya tingkat kemiskinan (Mills dan

Perna, 1993).

Page 39: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

39

2.8 Hubungan Pengangguran Dengan Tingkat Kemiskinan

Menurut Sukirno (2004), efek buruk dari pengangguran adalah mengurangi

pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran

yang telah dicapai seseorang. Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat

karena menganggur tentunya akan meningkatkan peluang mereka terjebak

dalam kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan. Apabila pengangguran di

suatu negara sangat buruk, kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan

menimbulkan efek yang buruk bagi kepada kesejahteraan masyarakat dan

prospek pembangunan ekonomi dalam jangka panjang.

Menurut Lincolin Arsyad (1997) yang menyatakan bahwa salah jika

beranggapan setiap orang yangtidak mempunyai pekerjaan adalah miskin, sedang yang

bekerja secara penuhadalah orang kaya. Hal ini karena kadangkala ada pekerja di

perkotaan yang tidak bekerja secara sukarela karena mencari pekerjaan yang

lebih baik yang lebih sesuai dengan tingkat pendidikannya. Mereka menolak

pekerjaan yang merekarasakan lebih rendah dan mereka bersikap demikian karena

mereka mempunyai sumber lain yang bisa membantu masalah keuangan mereka.

2.9 Tinjauan Empiris

Wongdesmiwati (2009) dalam jurnal “Pertumbuhan Ekonomi Dan

Pengentasan Kemiskinan Di Indonesia: Analisis Ekonometrika”, menggunakan

metode analisis regresi berganda dari tahun1990 hingga tahun 2004. Hasil dari

penelitian ini adalah variabel jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan

terhadap jumlah penduduk miskin.Variabel pertumbuhan ekonomi dan variabel

angka melek huruf berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah penduduk

Page 40: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

40

miskin. Variabel angka harapan hidup, penggunaan listrik, dan konsumsi

makanan tidak signifikan berpengaruh terhadap penduduk miskin.

Adit Agus Prastyo (2010), yang berjudul “ Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan (Studi 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)”

dimana variabel-variabel yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi,

pendidikan dan pengangguran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah panel data dengan pendekatan efek tetap (fixed effect model), dan

menggunakan jenis data sekunder. Variabel yang digunakan memiliki signifikansi

sebesar 0.982677% terhadap kemiskinan yang ada di jawa tengah pada periode

2003-2007.

Rasidin K. Sitepu dan Bonar M. Sinaga (2005), dalam junal “Dampak

Investasi Sumberdaya Manusia Terhadap Petumbuhan Ekonomi Dan

Kemiskinan Di Indonesia: Pendekatan Model Computable General Equilibrium”,

menggunakan metode Computable General Equilibrium (CGE), dan Foster-

Greer-Thorbecke method. Variabel yang digunakan adalah tingkat kemiskinan,

petumbuhan ekonomi, investasi pendidikan, dan investasi kesehatan. Hasil dari

penelitian ini adalah investasi sumberdaya manusia berdampak langsung pada

peningkatan pertumbuhan ekonomi. Investasi kesehatan dan investasi

pendidikan sama-sama dapat mengurangi kemiskinan, namun investasi

kesehatan memiliki persentase yang lebih besar.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini tidak sepenuhnya sama

dengan variabel yang digunakan dalam penelitian terdahulu. Variabel yang sama

adalah variabel pertumbuhan ekonomi dan variabel pendidikan., sedangkan

variabel upah minimum dan pengangguran diperoleh dari teori.

Page 41: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

41

Variabel upah minimum dan pengangguran merupakan variabel baru yang

tidak ada pada penelitian terdahulu. Pada penelitian terdahulu terdapat beberapa

variabel yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan, tetapi tidak digunakan

dalam penelitian ini dengan alasan keterbatasan data dan beberapa variabel

sudah terwakili oleh variabel yang lain.

2.10 Kerangka Pikir

Untuk memudahkan kegiatan penelitian yang akan dilakukan serta untuk

memperjelas akar pemikiran dalam penelitian ini, berikut ini gambar kerangka

pemikiran yang skematis:

(-) (-)

(-)

(-) (+)

(-)

(-)

Keterangan :

: Secara Tidak Langsung, Melalui Pengangguran

: Secara Langsung

Bahwa pertumbuhan ekonomi adalah indikator yang lazim digunakan untuk

melihat keberhasilan pembangunan dan merupakan syarat bagi pengurangan

Tingkat Kemiskinan

(Z)

Pertumbuhan Ekonomi (X3)

Pengangguran (Y)

Upah (X2)

Pendidikan (X1)

Page 42: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

42

kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas

perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada

suatu periode tertentu. Tambahan pendapatan dari aktivitas ekonomi akan

berpengaruh terhadap kemiskinan jika mampu menyebar di setiap golongan

pendapatan, termasuk golongan miskin.

Semakin banyak golongan miskin memperoleh manfaat dari pertumbuhan

ekonomi maka kesejahteraannya akan meningkat dan lepas dari kemiskinan.

Tujuan utama penetapan upah minimum adalah meningkatkan kesejahteraan

dan melindungi pekerja. Upah minimum mencerminkan pendapatan yang

diterima pekerja, adanya kenaikan tingkat upah minimum akan meningkatkan

pendapatan masyarakat. Penetapan upah minimum yang pantas dan tepat

diharapkan mendorong penduduk yang berada dibawah kemiskinan mampu

hidup layak sehingga tingkat kemiskinan akan turun.

Keterkaitan kemiskinan dan pendidikan sangat besar karena pendidikan

memberikan kemampuan untuk berkembang lewat penguasaan ilmu dan

keterampilan yang akan meningkatkan produktifitas. Semakin tinggi tingkat

pendidikan, maka pengetahuan dan keahliannya akan meningkat, sehingga akan

mendorong produktivitas kerjanya. Pada akhirnya seseorang yang memiliki

produktivitas yang tinggi akan memperoleh kesejahteraan yang lebih baik, yang

diperlihatkan melalui peningkatan pendapatan maupun konsumsinya.

Pengangguran akan menimbulkan berbagai masalah ekonomi dan social

kepada yang mengalaminya. Kondisi menganggur menyebabkan seseorang

tidak memiliki pendapatan, akibatnya kesejahteraan yang telah dicapai akan

semakin merosot. Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena

menganggur tentunya akan meningkatkan peluang terjebak dalam kemiskinan.

Page 43: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

43

2.11 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara/kesimpulan yang diambil untuk

menjawab permasalahan yang diajukan dalam suatu penelitian yang sebenarnya

masih harus diuji secara empiris. Hipotesis yang dimaksud merupakan dugaan

yang mungkin benar atau mengkin salah.

Dengan mengacu pada dasar pemikiran yang bersifat teoritis dan

berdasarkan studi empiris yang pernah dilakukan berkaitan dengan penelitian

dibidang ini, maka akan diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga secara langsung pendidikan, upah minimum dan pertumbuhan

ekonomi berpengaruh negatif (-) terhadap kemiskinan di Kabupaten

Takalar periode tahun 1999-2010.

2. Diduga secara tidak langsung upah, pertumbuhan ekonomi dan tingkat

pendidikan berpengaruh negatif (-) terhadap kemiskinan di Kabupaten

Takalar periode tahun 1999-2010 melalui pengangguran.

3. Di duga secara langsung pengangguran berhubungan positif (+)

terhadap kemiskinan di Kabupaten Takalar 1999-2010.

Page 44: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

44

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian klausal, dimana desain

klausal berguna untuk mengukur hubungan-hubungan antar variable riset atau

berguna untuk menganalisis bagaimana satu variabel, mempengaruhi variabel

lain (Umar, 2003).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi, upah

minimum, pendidikan, tingkat pengangguran sebagai variabel bebas terhadap

tingkat kemiskinan sebagai variabel terikat.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Sumber Data yang dipergunakan dalam penelitian ini diperoleh bersumber

dari : Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yaitu

data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya

diambil dari Badan Statistik, dokumen - dokumen perusahaan atau organisasi,

surat kabar dan majalah, ataupun publikasi lainnya (Marzuki, 2005). Contoh jenis

data seperti Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Takalar, Tingkat

Pengangguran, Jumlah penduduk berumur 10 tahun keatas yang lulus

pendidikan terakhir SMA keatas, Upah minimum dan Pertumbuhan ekonomi.

Data sekunder yang digunakan adalah data deret waktu (time-series data) untuk

kurun waktu tahun 1999 -2010. Secara umum data-data dalam penelitian ini

diperoleh dari Badan Pusat Statistik Takalar Dan Makassar (Sulawesi Selatan).

Page 45: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

45

Informasi lain bersumber dari studi kepustakaan lain berupa jurnal ilmiah dan

buku-buku teks.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh untuk penelitian ini diperoleh dari hasil studi pustaka

dan teknik dokumentasi. Studi pustaka merupakan teknik analisa untuk

mendapatkan informasi melalui catatan, literatur, dan lain-lain yang masih

relevan, dan teknik dokumentasi dilakukan dengan menelusuri dan

mendokumentasikan data-data dan informasi yang berkaitan dengan obyek

studi.

3.4 Metode Analisis Data

Adapun metode analisis yang digunakan untuk menguji adalah metode

regresi 2SLS atau metode regresi dua tahap. Metode ini untuk mengetahui

apakah variabel independen (pendidikan, upah, dan pertumbuhan ekonomi)

secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen (kemiskinan), namun

melalui variabel perantara (pengangguran). Adapun Pengaruh variabel

independen (pendidikan, upah, dan pertumbuhan ekonomi) secara individu

berpengaruh terhadap variabel perantara (pengangguran) dirumuskan sebagai

berikut:

Y = ƒ (X1, X2, X3)

℮Y1 = α0 X1α1 X2

α2 ℮ α3x3 + µ1

Y = Ln α0 + α1 Ln X1 + α2 Ln X2 + α3 X3 + µ1 ………….…(1)

Page 46: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

46

Pengaruh langsung variabel independen (pendidikan, upah, dan

pertumbuhan ekonomi) dan variable perantara (pengangguran) terhadap

variabel dependen (kemiskinan) dirumuskan sebagai berikut:

Z = ƒ (Y, X1, X2, X3 )

Z = β0 X1β1

X2β2

℮ β3 X3 + β4 Y + µ1

Ln Z = Ln β0 + β1 Ln X1 + β2 Ln X2 + β3 X3 + β4 Y +µ2 …………(2)

Untuk melihat pengaruh total Tingkat pendidikan ,Upah minimum ,dan

pertumbuhan ekonomi melalui variable perantara (Pengangguran) terhadap

Tingkat kemisikinan maka Subsitusi persamaan (1) ke dalam persamaan (2)

sehingga persamaannya menjadi:

Ln Z = Ln β0 + β1 Ln X1 + β2 Ln X2 + β3 X3 + β4 (Ln α0 + α1 Ln X1 +

α2 Ln X2 + α3 X3 + µ1) + µ2

= Ln β0 + β1 Ln X1 + β2 Ln X2 + β3 X3 + β4 Ln α0 + β4 α1 Ln X1

+ β4 α2 Ln X2 + β4α3 X3 + β4µ1 + µ2

= Ln β0 + β4 Ln α0 + β1 Ln X1 + β4 α1 Ln X1 + β2 Ln X2 + β4 α2

Ln X2 + β3 X3 + β4α3 X3 + β4µ1 + µ2

= (Ln β0 + β4 Ln α0) + (β1 + β4 α1) Ln X1 + (β2 + β4 α2) Ln X2 +

(β3 + β4 α3) X3 + (µ2 + β4 µ1) ………………………… (3)

Maka dapat disederhanakan menjadi :

Ln Z = δ0 + δ1 Ln X1 + δ2 Ln X2 + δ3 X3 + µ3 ………………. (4)

Page 47: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

47

dimana :

Z = Kemiskinan

Y = Pengangguran

X1 = Pendidikan

X2 = Upah

X3 = Pertumbuhan Ekonomi

δ0 = Ln β0 + β4 Ln α0 = Total konstanta

δ1 = (β1 + β4 α1) = Total pengaruh pendidikan terhadap

kemiskinan secara langsung maupun tidak

langsung melalui perngangguran

δ2 = (β2 + β4 α2) = Total pengaruh upah minimum terhadap

kemiskinan secara langsung maupun tidak

langsung melalui pengangguran.

δ3 = (β3 + β4 α3) = Total pengaruh pertumbuhan ekonomi

terhadap kemiskinan secara langsung

maupun tidak langsung melalui

pengangguran.

3.4.1 Analisis koefisien determinasi (R2)

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui besarnya proporsi sumbangan

pengaruh dari variable bebas terhadap variabel terikat. Semakin besar R2 maka

semakin kuat pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Page 48: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

48

3.4.2 Analisis koefisien Korelasi (R)

Analisis koefisien Korelasi digunakan untuk menunjukkan keeratan

hubungan antara variabel bebas terhadap dan terhadap variabel terikat

(Pertumbuhan Ekonomi).

3.4.3 Uji Statistik t

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel

bebas secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap

variabel terikat. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah masing-masing

variabel independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel

dependent secara nyata. Dimana jika thitung > ttabel Hi diterima (signifikan) dan jika

thitung < ttabel Ho diterima (tidak signifikan). Uji t digunakan untuk membuat

keputusan apakah hipotesis terbukti atau tidak, dimana tingkat signifikan yang

digunakan yaitu 5%.

3.4.4 Uji Statistik F

Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independent

secara signifikan terhadap variabel dependen. Dimana jika Fhitung < Ftabel, maka

Ho diterima atau variabel independen secara bersama-sama tidak memiliki

pengaruh terhadap variabel dependen (tidak signifikan) dengan kata lain

perubahan yang terjadi pada variabel terikat tidak dapat dijelaskan oleh

perubahan variabel independen,dimana tingkat signifikansi yang digunakan

yaitu 5 %.

Page 49: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

49

3.4 Definisi Operasional Variabel

Untuk lebih mengarahkan dalam pembahasan, maka penulis memberikan

batasan variabel yang meliputi:

Z = Tingkat Kemiskinan

Tingkat kemiskinan (K) adalah persentase penduduk yang berada di

bawah garis kemiskian di kabupaten/kota di Takalar 1999 – 2010

(dalam satuan persen).

Y = Pengangguran

persentase penduduk dalam angkatan kerja yang tidak memiliki

pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan di kabupaten/kota di

Takalar 1999-2010 yang diukur dalam satuan persen.

X1 = Pendidikan

Dinyatakan sebagai jumlah penduduk berumur 10 tahun keatas yang

lulus pendidikan terakhir SMA keatas di kabupaten/kota di Takalar

1999 - 2010, yang diukur dalam satuan jiwa.

X2 = Upah Minimum

Upah minimum yang berlaku di kabupaten/kota di Takalar 1999-2010

yang diukur dalam satuan rupiah.

X3 = Pertumbuhan Ekonomi

Dinyatakan sebagai perubahan PDRB atas dasar harga konstan di

kabupaten/kota di Takalar 1999-2010 (dalam satuan persen).

Page 50: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

50

BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Tentang Kemiskinan Di Kabupaten Takalar

Kabupaten  Takalar berada antara 5.3 - 5.33 derajat Lintang Selatan dan

antara 119.22-118.39 derajat  Bujur Timur. Kabupaten Takalar dengan ibukota

Pattalasang terletak 29 km arah selatan dari Kota Makassar ibukota Provinsi

Sulawesi Selatan. Luas wilayah Kabupaten Takalar adalah sekitar 566,51 km2.

Bagian Utara Kabupaten Takalar berbatasan dengan Kota Makassar dan

Kabupaten Gowa, bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Jeneponto dan

Kabupaten Gowa, bagian Selatan dibatasi oleh Laut Flores, sementara bagian

Barat dibatasi oleh Selat Makassar.

Jumlah penduduk miskin di Takalar mengalami penurunan setiap

tahunnya. Dalam lima tahun terakhir, Pemerintah Kabupaten Takalar mengklaim

berhasil menurunkan persentase kemiskinan hingga empat persen. Namun,

Badan Pusat Statistik Takalar punya data berbeda. Lembaga riset ini

menyebutkan bahwa angka kemiskinan di Takalar terus meningkat dari tahun ke

tahun. Versi Pemkab Takalar, dari 37.015 jiwa yang hidup dibawah garis

kemiskinan atau sekira 14,48 persen pada tahun 2007 silam, hingga 2011 lalu

angka kemiskinan menurun hingga 10,7 persen atau tersisa 29.118 jiwa. "Target

penurunan angka kemiskinan sesuai dengan program pemerintah. Untuk tahun

2012, angka kemiskinan diharapkan dapat berkurang hingga di bawah sepuluh

persen," kata Kasubid Litbang Bappeda Takalar, Jamaruddin.

Page 51: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

51

Meski angka kemiskinan menurun, pemkab rupanya masih menyiapkan

anggaran penanggulangan kemiskinan lebih banyak lagi untuk tahun ini. Tahun

2011 lalu, anggaran yang dialokasikan untuk penanggulangan kemiskinan di

Takalar mencapai Rp209 miliar lebih. Tahun ini, estimasi anggaran mencapai

Rp210 miliar lebih. Menurut Jamaruddin, anggaran tersebut tidak hanya berasal

dari APBD Takalar. Ada tambahan dana dari APBD provinsi dan APBN. Selain

itu, seluruh anggaran tersebut terbagi menjadi dua peruntukan, yakni

penanggulangan kemiskinan secara langsung dan tidak langsung. Alokasi

anggaran secara tidak langsung lebih banyak menyerap anggaran hingga 80

persen.

Versi Badan Pusat Statistik (BPS) Takalar, angka kemiskinan di Takalar

justru merangkak naik dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan banyaknya

penduduk yang berdomisili di pesisir pantai menjalani kehidupan yang tergolong

miskin. Pada tahun 2009, terdapat 28.333 jiwa atau sekira 11,06 persen. Tahun

2010 meningkat menjadi 30.100 jiwa atau 11,16 persen. Penduduk miskin naik

0,1 persen pada tahun 2010. "Data penduduk miskin pada 2011 belum rampung.

Namun dari data yang ada setiap tahunnya, penduduk miskin dipastikan selalu

bertambah," papar Kasi Statistik Sosial BPS Takalar, Abdul Kadir.

Page 52: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

52

4.2 Deskripsi Data

Tabel 4.1

Data Penelitian Tahun 1999 - 2010 (dalam Persen)

Tahun Pendidikan(X1)

Upah(X2)

Pertumbuhan Ekonomi

(X3)

Pengangguran(Y)

Kemiskinan(Z)

1999 8.86 5.58 4.57 3.19 9.072000 9.18 5.71 5.07 3.31 9.372001 9.84 5.88 5.09 3.65 10.092002 10.28 6.17 5.13 3.93 13.772003 10.49 6.39 5.32 4.08 14.092004 10.09 6.54 5.44 9.15 13.992005 10.21 6.68 5.58 8.97 12.432006 10.49 6.76 5.91 10.09 14.092007 10.23 6.75 6.04 12.37 13.82008 10.09 6.81 6.19 9.76 12.682009 10.41 6.91 6.58 9.24 12.442010 10.42 7.05 6.85 9.87 12.05

Pada tabel 4.1

Dapat dilihat perkembangan tingkat kemiskinan di Kabupaten Takalar (Z)

dari tahun 2000 – 2003. Pada tahun 2000 sampai 2004 terus mengalami

peningkatan yang signifikan dimana jumlah tingkat kemiskinan pada tahun 2000

sebesar 9.37 % dan mengalami peningkatan pada tahun 2003 sebesar 14,09 %.

Pada tahun 2004 mengalami penurunan yang cukup signifikan dimana pada

tahun 2004 turun menjadi 13,99 % dan pada tahun 2007 sebesar 13,8 %. Pada

tahun 2008 sampai 2010 cenderung mengalami kestabilan sebesar 12.68 % dan

pada tahun 2010 sebesar 12.05 %.

Page 53: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

53

Perkembangan pengangguran dari tahun 2000 – 2007 mengalami

peningkatan. Dimana pada tahun 2000 sebesar 3.11 % dan mengalami

peningkatan yang sangat signifikan pada tahun 2007 sebesar 12.37 %, dan pada

tahun 2008 – 2010 mengalami penurunan yang stabil pada tahun 2008 sebesar

9.76 % dan pada tahun 2010 sebesar 9.87 %.

Perkembangan pendidikan dari tahun 2000 – 2010 mengalami

peningkatan yang signifikan ,hal itu disebabkan karena penduduk yang berada

dukabupaten Takalar mulai menyadari pentingnya sebuah pendidikan untuk

kepentingan mereka dimasa yang akan datang terbukti pada tahun 2000 sebesar

9.18 % dan mengalami peningkatan terus – menerus sampai tahun 2010

sebesar 10.42 %.

Perkembangan upah dari tahun 2000 – 2010 juga mengalami

peningkatan dikarenakan pemerintah menyadari bahwa dengan pemberian upah

yang sesuai dengan hasil kerja mereka akan meningkatkan kesejahteraan bagi

mereka sendiri selain itu masyarakat juga akan lebih bertanggung jawab dengan

pekerjaan yang mereka geluti terjadi pada tahun 2000 sebesar 5.71% dan

meningkat terus menerus sampai tahun 2010 sebesar 7.05 %.

Perkembangan pertumbuhan ekonomi dari tahun 2000 – 2010 juga

mengalami peningkatan yang signifikan hal ini bisa dilihat dari data yang

diperoleh yaitu pada tahun 2000 sebesar 5.07 % dan mengalami peningkatan

sampai tahun 2010 yaitu sebesar 6.85 %.

Page 54: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

54

4.3 Analisis Data

Hasil penelitian dan pembahasan merupakan penggambaran tentang

hasil yang diperoleh dalam penelitian yang terdiri atas variable Independen,

variable Dependen dan variable Perantara.

Pada Bab ini, akan membahas hasil pengujian model atau persamaan

structural berdasarkan analisa secara statistic yang dilakukan dengan beberapa

uji statistik untuk mengetahui signifikan variable persamaan, meliputi Uji F

statistic dan Uji T statistic. Sedangkan analisa secara ekonomi yang secara

langsung akan dilakukan dengan melihat konsistensi variable terikat terhadap

variable bebas dan secara tidak langsung dengan melihat konsistensi variable

terikat terhadap variable bebas melalui variable perantara.

Analisis data yang dilakukan menggunakan metode TSLS (Two Stage

Least Square) dengan menggunakan program bantuan EViews.

4.4 Pembahasan

4.4.1 Hasil Estimasi

Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa metode analisis yang

digunakan untuk menguji hipotesa adalah metode regresi 2SLS atau metode

regresi dua tahap. Metode ini untuk mengetahui apakah variabel independen

(pendidikan, upah, dan pertumbuhan ekonomi) secara individu berpengaruh

terhadap variabel dependen (kemiskinan), namun melalui variabel perantara

(pengangguran). Pengolahan data dengan menggunakan software EViews versi

3. Melalui penggunaan software EViews dapat dilihat hasil yang menunjukkan

hubungan secara langsung dan tidak langsung variabel independen terhadap

Page 55: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

55

variabel dependen. Hasil estimasi berdasarkan data yang diolah pada penelitian

ini dapat diketahui pada tabel berikut.

Dependent Variable: ZMethod: Least SquaresDate: 11/07/12 Time: 07:33Sample: 1999 2010Included observations: 12

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -17.56468 6.167605 -2.847892 0.0248Y 0.174005 0.199179 0.873611 0.4113

X1 2.857588 1.189009 2.403337 0.0472X2 2.098001 2.946233 0.712096 0.4994X3 -2.408494 1.029664 -2.339106 0.0519

R-squared 0.883705 Mean dependent var 12.32250Adjusted R-squared 0.817251 S.D. dependent var 1.854097S.E. of regression 0.792612 Akaike info criterion 2.667370Sum squared resid 4.397633 Schwarz criterion 2.869415Log likelihood -11.00422 F-statistic 13.29792Durbin-Watson stat 2.575605 Prob(F-statistic) 0.002195

Dependent Variable: YMethod: Least SquaresDate: 11/07/12 Time: 07:34Sample: 1999 2010Included observations: 12

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -19.12640 8.609743 -2.221483 0.0570X1 -3.894375 1.599585 -2.434616 0.0409X2 11.85700 3.126729 3.792144 0.0053X3 -1.903009 1.699366 -1.119835 0.2953

R-squared 0.872274 Mean dependent var 7.300833Adjusted R-squared 0.824376 S.D. dependent var 3.357224S.E. of regression 1.406929 Akaike info criterion 3.781897Sum squared resid 15.83559 Schwarz criterion 3.943533Log likelihood -18.69138 F-statistic 18.21128Durbin-Watson stat 1.858354 Prob(F-statistic) 0.000621

Dependent Variable: Z

Page 56: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

56

Method: Least SquaresDate: 11/08/12 Time: 00:18Sample(adjusted): 2000 2010Included observations: 10Excluded observations: 1 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -18.39498 6.504424 -2.828073 0.0222Y 4.620180 1.159744 3.983791 0.0040

R-squared 0.664860 Mean dependent var 7.381000Adjusted R-squared 0.622967 S.D. dependent var 3.431117S.E. of regression 2.106809 Akaike info criterion 4.505083Sum squared resid 35.50916 Schwarz criterion 4.565600Log likelihood -20.52541 F-statistic 15.87059Durbin-Watson stat 1.414878 Prob(F-statistic) 0.004040

Jadi berdasarkan hasil estimasi melalui program EViews maka dapat di

lihat pengaruh total variable independen terhadap dependen melalui variable

perantara dapat dirumuskan sebagai berikut :

LnY = -19,126 – 3,894 LnX1 + 11,857 LnX2 – 1,903 X3………………...(1)

LnZ = -17,564 + 2,857 LnX1 + 2,098 LnX2 – 2,408 X3 + 0,174 Y……...(2)

Subtitusi persamaan 1 ke persamaan 2 :

LnZ = -17,564 + 2,857 LnX1 + 2,098 LnX2 – 2,408 X3 + 0,174 (-19,126 – 3,894

LnX1 + 11,857 LnX2 – 1,903 X3)

LnZ = -17,564 + 2,857 LnX1 + 2,098 LnX2 – 2,408X3 – 3,327 – 0,677 LnX1 +

2,063 LnX2 – 0,331 X3

LnZ = -20,891 + 2,181 LnX1 + 4,161 LnX2 – 2,739 X3

Secara tidak langsung variable fungsi Pendidikan (X1) dan Upah (X2)

berpengaruh secara signifikan terhadap Pengangguran (Y), sedangkan variable

Page 57: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

57

Pertumbuhan Ekonomi (X3) tidak berpengaruh siginifikan terhadap

Pengangguran (Y).

Sementara itu, secara langsung variabel independen yang berpengaruh

secara signifikan terhadap Kemiskinan (Z) antara lain Pendidikan (X1) dan

Pertumbuhan Ekonomi (X3). Sedangkan variable Upah (X2) tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap Kemiskinan (Z) melalui Pengangguran (Y).

Persamaan regresi untuk Estimasi secara tidak langsung sebagai berikut :

LnY = -19,126 – 3,894 LnX1 + 11,857 LnX2 – 1,903 X3

t = (-19,126) (-3,894) (11,857) (-1,903)

R2 = 0,872 R = 0,824 n = 12

Berdasarkan hasil pengujian diatas nilai koefisien determinasi (R2)

sebesar 0.872 atau 87,2% artinya dalam model tersebut variable bebas

pendidikan ,upah dan pertumbuhan ekonomi menjelaskan variable

pengangguran sebesar 87,2%. Nilai adjusted R-squared sebesar 0,824

menunjukkan bahwa semakin banyak variable independen yang dimasukkan

kedalam persamaan, akan semakin memperkecil nilai R-squared sebesar 0,824.

LnZ = -17,564 + 2,857 LnX1 + 2,098 LnX2 – 2,408 X3 + 0,174 Y

t = (-17,564) (2,857) (2,098) (-2,408) (0,174)

R2 = 0.883 R = 0,817 n = 12

Berdasarkan hasil pengujian diatas nilai koefisien determinasi (R2)

sebesar 0.883 atau 88,3% artinya dalam model tersebut variable bebas

Page 58: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

58

pendidikan ,upah dan pertumbuhan ekonomi menjelaskan variable

pengangguran sebesar 88,3%. Nilai adjusted R-squared sebesar 0,817

menunjukkan bahwa semakin banyak variable independen yang dimasukkan

kedalam persamaan, akan semakin memperkecil nilai R-squared sebesar 0,817.

4.4.2 Hubungan Pendidikan (X1) terhadap Kemiskinan (Z)

Variable Pendidikan (X1) dalam penelitian ini, secara langsung memilki

efek langsung (direct effect) sebesar 2,857 dan effect tidak langsung (indirect

effect) sebesar -3,894. Hal ini menunjukkan bahwa secara langsung pendidikan

memiliki hubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan.

Berdasarkan hasil pengolahan data, nilai koefisien variable pendidikan sebesar

2,857 artinya apabila terjadi kenaikan terhadap pendidikan (apresiasi) sebesar 1

% maka akan mengakibatkan kemiskinan naik sebesar 2,857%.

Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan secara langsung

pendidikan berpengaruh positif terhadap kemiskinan. Dimana diketahui bahwa

semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat di suatu daerah maka kemiskinan

disuatu daerah akan semakin rendah. Hal ini disebabkan karena apabila tingkat

pendidikan seseorang tinggi maka akan semakin besar pula peluang untuk

memperoleh pekerjaan yang lebih layak yang akan mempengaruhi pendapatan

orang tersebut sehingga apabila pendapatan meningkat maka dapat memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Keterkaitan kemiskinan dan pendidikan sangat besar

karena pendidikan memberikan kemampuan untuk berkembang lewat

penguasaan ilmu dan keterampilan. Pendidikan juga menanamkan kesadaran

akan pentingnya martabat manusia. Mendidik dan memberikan pengetahuan

Page 59: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

59

berarti menggapai masa depan. Hal tersebut harusnya menjadi semangat untuk

terus melakukan upaya mencerdaskan bangsa. (Siregar dan Wahyuniarti 2008)

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa secara langsung

Pendidikan berhubungan positif dan signifikan terhadap Kemiskinan. Menurut

penulis, hal ini terjadi karena sektor terbesar yang mendukung perekonomian

dikabupaten Takalar adalah sektor pertanian, dimana pada sektor pertanian

buruh yang bertugas untuk mengelolah persawahan tidak berpatok pada tingkat

pendidikan karena pada umumnya justru buru yang bekerja disektor pertanian

adalah mereka tidak mempunyai pendidikan yang tinggi bahkan ada buru yang

sama sekali tidak pernah merasakan bangku sekolah, sehingga dapat diketahui

bahwa berdasarkan penelitian diketahui bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan

maka akan semakin tinggi pula tingkat kemiskinan yang ada di Kabupaten

Takalar.

Secara tidak langsung melalui variable pengangguran, pendidikan

memiliki efek langsung (direct effect) sebesar 2,857 dan efek tidak langsung

(indirect effect) -3,894. Hal ini menunjukan bahwa secara tidak langsung

pendidikan memiliki hubungan yang negatif dan signifikan terhadap

pengangguran.

Berdasarkan hasil pengolahan data nilai koefisien variable pendidikan sebesar -

3,894, apabila meningkat sebesar 1 % maka akan mengakibatkan kemiskinan

turun sebesar 3,894%.

Page 60: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

60

untuk variable pendidikan itu dimana diketahui apabila semakin tinggi

pendidikan seseorang maka memberikan kemampuan untuk berkembang lewat

penguasaan ilmu dan keterampilan.

Menurut penulis, hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa

pendidikan berpengaruh negative dan signifikan terhadap pengangguran.

4.4.3 Hubungan Upah (X2) terhadap Kemiskinan (Z)

Variabel Upah dalam penelitian ini, secara langsung memiliki efek

langsung (direct effect) sebesar 2,098 dan efek tidak langsung (indirect effect)

sebesar 11,857. Hal ini menunjukkan bahwa secara langsung Upah memiliki

hubungan positif dan berpengaruh tidak signifikan terhadap kemiskinan.

Berdasarkan hasil pengolahan data, nilai koefisien variable upah sebesar 2,098

artinya apabila upah meningkat sebesar 1% maka akan mengakibatkan

Kemiskinan naik sebesar 2,098%.

Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa secara

langsung upah berpengaruh negative terhadap kemiskinan. Semakin meningkat

tingkat upah minimum akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga

kesejahteraan juga meningkat dan sehingga terbebas dari kemiskinan (Kaufman

2000).

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa secara langsung Upah

berhubungan positif dan signifikan terhadap Kemiskinan. Menurut penulis, hal ini

terjadi karena sektor terbesar yang mendukung perekonomian dikabupaten

Takalar adalah sektor pertanian, dimana pada sektor pertanian pemberian upah

Page 61: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

61

minimum yang diperoleh oleh buru yang bertugas untuk mengelolah persawahan

tidak sesuai dengan upah minimum regional (UMR) karena pada umumnya

masyarakat yang ada di kabupaten takalar berprofesi sebagai petani, sehingga

dapat diketahui bahwa berdasarkan penelitian diketahui bahwa semakin tinggi

tingkat upah maka akan semakin tinggi pula tingkat kemiskinan yang ada di

Kabupaten Takalar.

Secara tidak langsung ke variable pengangguran, upah memiliki efek

langsung (direct effect) sebesar 2,098 dan efek tidak langsung (indirect effect)

11,857. Hal ini menunjukan bahwa upah berpengaruh secara tidak langsung

memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap pengangguran.

Berdasarkan hasil pengolahan data, nilai koofisien variable upah sebesar

11,857. Artinya, apabila tingkat upah naik sebesar 1% maka kemiskinan akan

naik sebesar 11,857% ke variabel pengangguran. Hal ini tidak sesuai dengan

hipotesis yang menyatakan bahwa secara tidak langsung, upah berpengaruh

negatif terhadap variabel pengangguran.

Menurut Penulis, hal ini bisa terjadi jika dilihat dari sisi penawaran

terhadap tenaga kerja dimana upah memiliki hubungan yang kuat dengan

kenaikan pada jumlah pengangguran yang ada, dimana hubungan searah ini

disebabkan ketika pemerintah menaikkan upah minimum, maka kenaikan

penawaran tenaga kerja pun meningkat, akan tetapi perusahaan lebih memilih

mengurangi biaya produksi dengan mengurangi jumlah pekerja agar tidak terjadi

kebangkrutan dan defisit anggaran, sehingga jumlah pengangguran pun

meningkat seiring kenaikan upah yang ditetapkan oleh pemerintah, sehingga

Page 62: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

62

dapat diketahui bahwa secara tidak langsung upah berpengaruh positif dan

signifika terhadap kemiskinan melalui variabel pengangguran.

4.4.4 Hubungan Pertumbuhan Ekonomi (X3) terhadap Kemiskinan (Z)

Variable Pertumbuhan Ekonomi (X3) dalam penelitian ini, secara

langsung memilki efek langsung (direct effect) sebesar -2,408 dan effect tidak

langsung (indirect effect) sebesar -1,903. Hal ini menunjukkan bahwa secara

langsung pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan negatif dan signifikan

terhadap kemiskinan. Berdasarkan hasil pengolahan data, nilai koefisien variable

pertumbuhan ekonomi sebesar -2,408. Artinya apabila terjadi peningkatan

terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 1% maka akan mengakibatkan

kemiskinan menurun sebesar 2,408%. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang

menyatakan bahwa secara langsung pertumbuhan ekonomi berpengaruh

negative dan signifikan terhadap kemiskinan.

Sesuai dengan Penelitian yang dilakukan Wongdesmiwati (2009),

menemukan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara pertumbuhan

ekonomi dan tingkat kemiskinan. Kenaikan pertumbuhan ekonomi akan

menurunkan tingkat kemiskinan. Hubungan ini menunjukkan pentingnya

mempercepat pertumbuhan ekonomi untuk menurunkan tingkat kemiskinan.

Secara tidak langsung melalui variable pengangguran, pertumbuhan

ekonomi memiliki efek langsung (direct effect) sebesar -2,408 dan efek tidak

langsung (indirect effect) -1,903. Hal ini menunjukan bahwa pertumbuhan

ekonomi berpengaruh secara tidak langsung memiliki hubungan yang negatif dan

tidak signifikan terhadap variabel pengangguran.

Page 63: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

63

Berdasarkan hasil pengolahan data, nilai koofisien variable pertumbuhan

ekonomi sebesa -1,903 Artinya, apabila tingkat pertumbuhan ekonomi meningkat

1% maka pengangguran akan menurun sebesar 1,903% melalui variabel

pertumbuhan ekonomi. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis pada yang

menyatakan bahwa secara tidak langsung, pertumbuhan ekonomi berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap variable pengangguran.

Berdasarkan hasil dari penelitian bahwa pertumbuhan ekonomi

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pengagguran yang ada di

Kabupaten Takalar dimana diketahui bahwa semakin tinggi tingkat pertumbuhan

ekonomi yang ada disuatu daerah atau wilayah maka akan semakin kecil tingkat

pengangguran yang ada disuatu daerah tersebut.

4.4.5 Hubungan Pengangguran (Y) terhadap Kemiskinan (Z)

Variabel pengangguran dalam penelitian ini bertanda positif dan signifikan

terhadap kemiskinan. Dengan efek langsung (direct effect) sebesar 4,620 dan

efek tidak langsung (indirect effect) tidak ada. Dimana kenaikan tingkat

pengangguran terbuka sebanyak 1% maka akan menaikkan tingkat kemiskinan

sebesar 4,620%. Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis yang menjadi

menyatakan bahwa pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kemiskinan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa pengangguran berpengaruh

positif terhadap kemiskinan dimana sesuai dengan teori Menurut Sukirno (2004),

efek buruk dari pengangguran adalah mengurangi pendapatan masyarakat yang

pada akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang telah dicapai seseorang.

Page 64: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

64

Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan

meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki

pendapatan. Apabila pengangguran di suatu negara sangat buruk, kekacauan

politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi kepada

kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam jangka

panjang.

4.5 Pengujian Hipotesis

4.5.1 Uji t- Statik

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini yaitu dengan pengujian satu sisi (one

side) atau satu ujung (one tail), hal ini dilakukan karena pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat sudah ditetapkan. Tingkat keyakinan yang digunakan

sebesar 95% atau residu sebesar 5% (α = 5%). Pengujian hipotesis dilakukan

dengan criteria thitung > ttabel H0 ditolak dan H1 diterima.

Hasil perhitungan Estimasi secara tidak langsung bahwa variabel

pendidikan berpengaruh negative dan tidak signifikan, variable upah

berpengaruh positif dan signifikan serta variable pertumbuhan ekonomi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap variable pengangguran.

Tabel 4.2

Pengujian T-Statistik

Degree of freedom (Df* = (n – k)

Significance Level

T-tabel

7 0,05 (5%) 2,200985

Sumber: Damodar Gujarati, Basic Econometrics

Page 65: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

65

Berdasarkan tabel 4.2, hasil estimasi menunjukkan variabel independen

pendidikan, upah dan pertumbuhan ekonomi dengan nilai thitung 2,221 > ttabel

2,200985 menunjukkan signifikansi antara variabel independen pendidikan, upah

dan pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran.

Hipotesis H0 diterima, H1 ditolak artinya secara parsial variabel bebas

mempengaruhi variabel pembiayaan secara signifikan dengan tingkat

kepercayaan 95%.

Hasil perhitungan Estimasi secara langsung bahwa variabel pendidikan

berpengaruh positif dan signifikan, variable upah berpengaruh positif dan

signifikan serta variable pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan tidak

signifikan terhadap variable kemiskinan.

Tabel 4.3

Pengujian T-Statistik

Degree of freedom (Df* = (n – k)

Significance Level

T-tabel

7 0,05 (5%) 2,200985

Sumber: Damodar Gujarati, Basic Econometrics

Berdasarkan tabel 4.2, hasil estimasi menunjukkan variabel independen

pendidikan, upah dan pertumbuhan ekonomi dengan nilai thitung 374,77 > ttabel

2,200985 menunjukkan signifikansi antara variabel independen pendidikan, upah

dan pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran.

Page 66: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

66

Hipotesis H0 ditolak, H1 diterima artinya secara parsial variabel bebas

mempengaruhi variabel pembiayaan secara signifikan dengan tingkat

kepercayaan 95%.

4.5.2 Uji F-Statistik

Pengujian F-statistik digunakan untuk menguji signifikansi dari semua

variabel bebas sebagai suatu kesatuan atau mengukur pengaruh variabel bebas

secara bersama-sama.

Dengan demikian hasil uji F yang signifikan akan menunjukkan bahwa

variabel bebas secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap variabel tidak

bebasnya. Uji F-stat ini merupakan uji signifikansi satu arah (one tail

significance).

Hipotesisnya adalah :

Ho = Tidak ada pengaruh variabel X terhadap variabel Y

H1 = Ada pengaruh variabel X terhadap variabel Y

t-hit > t.tabel : Ho ditolak, H1 diterima

t-hit < t-tabel : Ho diterima, H1 ditolak

Pada hasil Estimasi persamaan secara tidak langsung didapat nilai F-Static

sebagai berikut:

Tabel 4.4

Pengujian F-Statistik

Df (k-1,n-k) Significance F-tabel

Page 67: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

67

= (5-1,12-5) LevelF (4,7) 0,05 (5%) 4,12

Sumber: Damodar Gujarati, Basic Econometrics

Dari hasil perhitungan diperoleh: Fhitung (18,211) > F-tabel (4,12)

Hipotesis H0 ditolak, H1 diterima artinya variabel bebas mempengaruhi variabel

tidak bebasnya dengan tingkat kepercayaan (confidence level) 95%. Dengan

kata lain, variabel pendidikan dan upah signifikan mempengaruhi

pengangguran pada tingkat kepercayaan 95%.

Pada hasil Estimasi persamaan secara langsung didapat nilai F-Static sebagai

berikut:

Tabel 4.5

Pengujian F-Statistik

Df (k-1,n-k)= (5-1,12-5)

Significance Level

F-tabel

F (4,7) 0,05 (5%) 4,12

Sumber: Damodar Gujarati, Basic Econometrics

Dari hasil perhitungan diperoleh: Fhitung (13,297) > F-tabel (4,12)

Hipotesis H0 ditolak, H1 diterima artinya variabel bebas mempengaruhi variabel

tidak bebasnya dengan tingkat kepercayaan (confidence level) 95%. Dengan

kata lain, variabel pendidikan dan pertumbuhan ekonomi signifikan

mempengaruhi kemiskinan pada tingkat kepercayaan 95%.

4.5.3 Koofisien Determinasi Majemuk (R2)

Page 68: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

68

Perhitungan yang dilakukan untuk mengukur proporsi atau prosentase

dari variasi total variabel dependen yang mampu dijelaskan oleh model regresi.

Dari hasil perhitungan Estimasi secara tidak langsung diperoleh nilai R2 sebesar

0,872 atau 87,2%, dimana terletak antara 0 dan 1. Ini berarti variabel

pengangguran dipengaruhi oleh variable pendidikan, upah dan pertumbuhan

ekonomi dan sisanya 12,8 % dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

Perhitungan yang dilakukan untuk mengukur proporsi atau prosentase

dari variasi total variabel dependen yang mampu dijelaskan oleh model regresi.

Dari hasil perhitungan Estimasi secara langsung diperoleh nilai R2 sebesar 0,883

atau 88,3%, dimana terletak antara 0 dan 1. Ini berarti variabel kemiskinan

dipengaruhi oleh variable pendidikan, upah dan pertumbuhan ekonomi dan

sisanya 11,7 % dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

Page 69: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

69

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan software EViews,

menunjukkan bahwa :

a. Baik secara langsung, hanya variabel pendidikan dan pertumbuhan

ekonomi yang berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di

Kabupaten Takalar.

b. Baik secara tidak langsung melalui variabel pengangguran, variabel

pendidikan dan upah yang berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan

di Kabupaten Takalar

c. Baik secara langsung, hanya variabel upah yang berpengaruh tidak

signifikan terhadap kemiskinan di Kabupaten Takalar.

d. Baik secara tidak langsung melalui variabel pengangguran, variabel

pertumbuhan ekonomi yang berpengaruh tidak signifikan terhadap

kemiskinan di Kabupaten Takalar.

Page 70: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

70

e. Secara langsung pengangguran berpengaruh signifikan terhadap

Kemiskinan.

2. Secara langsung maupun tidak langsung, dari ketiga variabel independen

yaitu variabel pendidikan, upah dan pertumbuhan ekonomi terdapat dua

variabel independen yanitu variabel pendidikan dan upah berdasarkan hasil

penelitian dan pengolahan data memiliki hasil yang tidak sesuai dengan

hipotesis penulis.

Page 71: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

71

5.2. Saran

Ada beberapa saran yang dapat diberikan sehubungan dengan penelitian

ini, yaitu :

1. Berdarkan kesimpulan diketahui bahwa variabel pendidikan memiliki hasil

yang tidak sesuai dengan hipotesis penulis namun untuk menurunkan

tingkat kemiskinan yang ada di kabupaten Takalar sebaiknya pemerintah

menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang layak bagi

masyarakat disamping itu pemerintah juga sebaiknya memberikan

kesempatan untuk masyarakat yang mempunyai pendidikan yang cukup

tinggi untuk bisa memajukan sektor pertanian yang ada di daerah

tersebut dengan memberikan semacam modal untuk mereka yang

memiliki pendidikan dan wawasan yang lebih tinggi untuk mengelola dan

menggunakan sumberdaya serta teknologi yang telah ada untuk

meningkatkan hasil pertanian di daerah tersebut dimana sesuai dengan

terapan ilmu yang pernah mereka dapatkan dibangku sekolah.

2. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan dari kesimpulan yang

ada diketahui bahwa variabel pendidikan dan upah memiliki hasil yang

tidak sesuai hipotesis penulis, namun untuk menurunkan tingkat

kemiskinan yang ada didaerah tersebut , bahwa seharusnya dalam

Page 72: 2. SkRipsii Full Bismillah Baru

72

penentuan upah harus di musyawarahkan antara seseorang yang

memiliki usaha dan pegawai atau buruh yang bekerja di ditempat

tersebut. upah yang baik adalah di mana pekerja menerima upah yang

lebih jika perusahaan mendapat keuntungan untuk meningkatkan

kesejahteraan pekerja, dengan meningkatnya kesejahteraan pekerja,

maka produktivitas pun akan meningkat, hal ini dapat meningkatkan

produksi dan menguntungkan perusahaan.

3. Pertumbuhan ekonomi memiliki keterkaitan yang cukup kuat dengan

pengangguran dan juga kemiskinan, maka untuk menekan angka

pengangguran, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Takalar seharusnya

berorientasi pada padat karya, sektor-sektor yang dominan seperti sektor

industri diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi, agar tenaga

kerja dapat terserap banyak, sehingga angka pengangguran pun dapat

berkurang dan angka kemiskinanpun juga akan mengalami penurunan.