2. pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa (aswaja)

20
Oleh : Abdul Mutholib, Lc.

Upload: setyo-mulyono

Post on 02-Jul-2015

221 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2. pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa (aswaja)

Oleh : Abdul Mutholib, Lc.

Page 2: 2. pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa (aswaja)

Kelahiran Teologi Islam

Pemikiran teologi mula-mula lahir sebagaipersoalan politik.

Yaitu siapa yang berhak menduduki jabatansebagai khalifah.

Bermula dari lahirnya gerakan oposan terhadappemerintahan Usman yang dianggap nepotis,

yang kemudian meledak dengan terjadinyapembunuhan khalifah Usman.

Page 3: 2. pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa (aswaja)

Ali ra. diangkat menjadi khalifah,

situasi perpecahan dikalangan para sahabatmakin menajam, diperparah pemberontakan

Mua’wiyah terhadap pemerintahan Ali.

Akhirnya pecah pertempuran antara pemerintahAli dengan pemberotak Mu’awiyah

Berkat kecerdikan seorang jendral Amr bin Ash berakhir dengan disetujuinya “tahkim” atau

arbitrase itulah yang menjadi sebab lahirnyagolongan khawarij dan Syiah.

Page 4: 2. pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa (aswaja)

Ahlus Sunnah Wal Jamaah

Khawarij

Syiah

Murjiah

Qadariah

Jabariah

Muktazilah

Jahmiah

Syiah ImamiahRafidhah Zaidiyah Ismailiyah

Page 5: 2. pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa (aswaja)

AHLUS SUNNAHmereka adalah orang-orang yang ittiba'

(mengikuti) kepada Sunnah Rasulullah danmengikuti Atsar (jejak Salaful Ummah)

Julukan Mereka :

Ahlul Hadits, Ahlul Atsar dan Ahlul Ittiba'. Di samping itu, mereka juga dikatakan sebagai

ath-Thaifah al-Manshuurah, al-FirqatunNaajiyah (golongan yang selamat), Ghuraba'

(orang asing).

Page 6: 2. pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa (aswaja)
Page 7: 2. pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa (aswaja)

Abu Hasan Al-Asy’ariNama Ali Ibn Ismail keluaga Abu Musa Al-Asy’ari.

Panggilan akrabnya Abu Al-Hasan,

lahir di Bashrah pada 260 H/875 M,

meninggal di Baghdad 324 H/935 M.

Guru : al-saji, Abu Halifah al-jumbi, Sahal Ibn , Abu

Ishak Al-Maruzi.

Sampai umur 40 tahun ia selalu menjadi pengikut setia

Imam Al-Jubai sebagai pembela Mu’tazilah.

Page 8: 2. pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa (aswaja)

Pada Usia 40 tahun Lebih

Alasan keluar dari mu’tazilah :

pertentangannya dengan Al-Jubai soalkeadilan Tuhan

Ketika Abu al-hasan bertanya kepada al-Jubai tentang nasib 3 orang bersaudara

wafat dalam tiga keadaan, yang satu matidalam takwa, yang kedua mati kafir, danyang ketiga meninggal saat masih kecil.

Page 9: 2. pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa (aswaja)

Al-Jubai menjawab yang takwa mendapat tempat sorgaterbaik, yang kafir mendapat tampat neraka yangburuk, yang kecil terselamatkan dari neraka.

Abu - Kalau si kecil ingin mendapatkan tempat yang lebihbaik di sorga, mungkinkah?

Jub - Tidak, karena tempat itu hanya dapat dicapai denganamal baik, sedang si kecil tak memiliki amal baik tersebut.

Abu - Kalau si kecil mengatakan kepada Tuhan, itu bukansalahku, sekiranya aku terus hidup aku akan mengerjakanamal baik seperti si takwa tersebut.

Page 10: 2. pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa (aswaja)

Jub - Allah akan menjawab , Aku tahu jika engkau terushidup, akan berbuat maksiat dan engkau akan masukneraka.

Abu - Sekiranya si kafir mengatakan ya Tuhanku sekiranyaEngkau tahu masa depanku, mengapa tidak Kau jagakepentinganku?

Jub - dalam dialog tersebut hanya diam tak menjawab.

Dalam dialog diatas tergambarkan begitu mudahnya sangguru dipatahkan logikanya dengan logika muridnya. Sangguru berangkat dari paradigma Tuhan harus dipahamimenurut batas-batas manusia, sedang si murid justru inginmembebaskan Tuhan tetap berada diatas batas-2 manusiatadi.

Page 11: 2. pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa (aswaja)
Page 12: 2. pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa (aswaja)

1. Sifat Allah, isbat bila takyif

(membenarkan tanpa mempersoalkanbentuknya)

Pandangannya menengahi mu'tazilah dan

mujassimah.

Mu'tazilah tak mengakui adanya sifat Tuhan

Mujassimah mempersamakan sifat Tuhan

dengan sifat Makhluk.

Page 13: 2. pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa (aswaja)

2. Kekuasaan Tuhan dan Perbuatan Manusia.

Mu'tazilah, manusialah yang mengerjakanperbuatannya sendiri,

Jabariyah manusia tak kuasa mengadakan/ menciptakan perbuatannya sendiri, bak buluyang terbawa angin kemana ia berhembus,

al-As'ari mengemukakan teori kasb,

yaitu suatu perbuatan yang timbul dari manusiadengan perantaraan daya yang diciptakan Allah.

Page 14: 2. pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa (aswaja)

3.Dosa besar.

Orang mukmin yang fasik, terserah Tuhan

apakah langsung diampuni dan langsung masuk

sorga, atau dijatuhi siksa karena

kefasikannya, tetapi kemudian dimasukkan

kedalam sorga karena imannya.

Sedang mu'tazilah, pendosa besar yang tidak

tobat tetap akan di neraka meski mereka punya

iman dan ketaatan.

Page 15: 2. pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa (aswaja)

4. Melihat Tuhan pada hari Kiamat.

Mu'tazilah Tuhan tak dapat dilahat dengan mata

kepala,

Musabbihah Tuhan dapat dilhat dengan cara

tertentu dan pada arah tertentu.

Asy'ari menyatakan Tuhan dapat dilihat , tapi

tidak menurut cara tertentu dan pada arah

tertentu.

Page 16: 2. pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa (aswaja)

5. Al-Quran adalah Kalamullah dan bukan

makhluk

6. iman adalam ucapan dan perbuatan, dapat

bertambah dan berkurang.

7. Iman mempunyai usul (pokok) dan furu’

(cabang).

Page 17: 2. pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa (aswaja)

8. Mencintai sahabat Rasul, Ahli Bait dan Isteri-isteri baginda tanpa meyakini adanya

kemaksuman terhadap mereka kecuali RasulSAW sendiri.

9. Membenarkan adanya karamah para wali

10. mentaati pemimpin selagi pemimpin itumentaati Allah dan Rasul.

Page 18: 2. pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa (aswaja)

Karya Imam Al-Asy'ari

Ajarannya terrangkum dalam tiga bukunya yang sampai kepada kita yaitu:

maqalat islamiyyin,

al-Ibanah 'an Ushul al-diniyah,

al-Luma' fi al-Raad'ala ahl al-Zaigh wa al-Bida

Hampir setiap pemikirannya merupakan penengahantara pendapat yang berlawanan secara

ekstrim (rasionalis mu'tazilah dan tekstualishanabilah).

Page 19: 2. pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa (aswaja)

Perkembangan Aliran Asy'ariyah

Perkembangan pemikiran asy'ariyah dalam

menge-mukakan dalil dan alasan : ia secara

bersama menggunakan akal dan naqal.

Sesudah ia mempercayai isi qur'an dan hadis, ia

mencari alasan penguatan pada akal pikiran, jadi

tidak menganggap akal pikiran sebagai hakim

atas nas-nas agama.

Page 20: 2. pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa (aswaja)

Pemikiran Asy'ariyah mendekati mu'tazilahkarena memegangi prinsip :

1. Pengetahuan yang didasarkan atas unsurnaqli tidak memberikan keyakinan kepada

kita, kecuali yang bertalian amalansyara'(salat, puasa, haji)

2. sedang akidah hanya dengan dalil akalpikiranlah yang memungkinkan kita mencapai

keyakinan.

3. kelanjutannya, apabila dalil naqli berisi halyang tak bisa diterima akal, maka dalil itu mesti

dita'wilkan, karena akal fikiran mesti harusdidahulukan daripada dalil naqli.