2. isi laporan kasus

28
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. 1 . Sebab-sebab terjadinya plasenta previa tak diketahui, tetapi faktor-faktor predisposisi antara lain umur dan paritas merupakan faktor predisposisi yang sangat penting karena vaskularisasi desidua yang berkurang mungkin karena infeksi, bekas-bekas luka endometrium bertambah dengan bertambahnya umur dan paritas serta besarnya plasenta, jika plasenta demikian besarnya, maka implantasinya akan meluas sampai segmen bawah rahim, misalnya pada eritroblastosis fetalis atau hamil kembar. 1,2 Gejala utama plasenta previa adalah perdarahan tanpa sebab, tanpa rasa nyeri dan biasanya berulang (painless, recurrent bleeding), darahnya berwarna merah segar, bagian terbawah janin tinggi (floating) dan sering dijumpai kelainan letak janin, perdarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya, tetapi perdarahan berikutnya biasanya lebih banyak. 2 1

Upload: nunasdfi

Post on 17-Dec-2015

22 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

beda

TRANSCRIPT

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.1. Sebab-sebab terjadinya plasenta previa tak diketahui, tetapi faktor-faktor predisposisi antara lain umur dan paritas merupakan faktor predisposisi yang sangat penting karena vaskularisasi desidua yang berkurang mungkin karena infeksi, bekas-bekas luka endometrium bertambah dengan bertambahnya umur dan paritas serta besarnya plasenta, jika plasenta demikian besarnya, maka implantasinya akan meluas sampai segmen bawah rahim, misalnya pada eritroblastosis fetalis atau hamil kembar.1,2

Gejala utama plasenta previa adalah perdarahan tanpa sebab, tanpa rasa nyeri dan biasanya berulang (painless, recurrent bleeding), darahnya berwarna merah segar, bagian terbawah janin tinggi (floating) dan sering dijumpai kelainan letak janin, perdarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya, tetapi perdarahan berikutnya biasanya lebih banyak.2

Insidens plasenta previa sekitar 1 dari 500 kelahiran hidup dan yang terjadi pada trimester II (16-20 minggu) sekitar 5%. Sekitar 90% kejadian plasenta previa ini ditindaklanjuti dengan terminasi per abdominam.3 Berdasarkan data kelahiran di Amerika Serikat pada tahun 2001, kejadian plasenta previa adalah 1 dari 305 persalinan (Martin and co workers, 2002). Sekitar 93.000 persalinan di Nova Scotia, Crane dkk (1999) menemukan insidens 0,33 % (1 dari 300). Di Parkland Hospital, insidennya adalah 0,26 % (1 dari 390) untuk lebih dari 169.000 persalinan selama 12 tahun terakhir3,4Di Indonesia, plasenta previa masih merupakan salah satu penyebab utama mortalitas maternal dan perinatal. Sebagian besar mortalitas tersebut disebabkan oleh keterlambatan penanganan, sehingga pasien tidak sempat mendapat penanganan yang adekuat sebelum sampai ke rumah sakit rujukan, atau sampai ke rumah sakit rujukan dalam kondisi yang sudah buruk. Belum semua rumah sakit rujukan memiliki fasilitas perawatan intensif yang memadai untuk menangani kasus eklampsia pada khususnya, sehingga pengetahuan mengenai pengenalan faktor resiko untuk dapat mendeteksi secara dini plasenta previa sangat diperlukan agar tidak terjadi keterlambatan penanganan pertama dan rujukan.Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengangkat laporan kasus mengenai pasien dengan plasenta previa. Kasus yang kami bahas yaitu pasien wanita, 35 tahun, dengan diagnosis masuk G1P0A0 hamil 37-38 minggu dengan HAP e.c. Susp. Plasenta Previa belum inpartu janin tunggal hidup letak lintang.BAB IITINJAUAN PUSTAKA

3. 1. DefinisiPlasenta previa adalah implantasi plasenta pada segmen bawah rahim (SBR) yang menutupi sebagian atau seluruh bagian orifisium uteri internum (OUI).2 Dari pengertian ini didapat dua hal yaitu :

implantasi plasenta letak rendah

implantasi plasenta sepanjang atau didepan orificium uteri internum3Plasenta previa merupakan salah satu penyebab perdarahan ante partum yang terjadi pada kehamilan lanjut (pada trimester III), selain dari solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas sumbernya.1

3. 2. Tipe Plasenta Previa 3Ada 4 tipe plasenta previa yaitu :

1. tipe 1 : plasenta letak rendah

pinggir plasenta berimplantasi di segmen bawah rahim

2. tipe 2 : plasenta previa marginal

plasenta mencapai OUI tetapi tidak menutup OUI

3. tipe 3 : plasenta previa parsial

plasenta menutupi sebagian OUI atau plasenta tidak menutupi OUI seluruhnya ketika berdilatasi

4. tipe 4 : plasenta previa totalis

plasenta menutupi seluruh OUI ketika berdilatasi penuh

Klasifikasi plasenta previa ini didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu. Karena klasifikasi ini tidak didasarkan pada keadaan anatomik melainkan fisiologik, maka klasifikasinya akan berubah setiap waktu. Plasenta previa totalis pada pembukaan 4 cm mungkin akan berubah menjadi plasenta previa parsialis pada pembukaan 8 cm. Tentu saja observasi seperti ini tidak akan terjadi dengan penanganan yang baik.1

Gambar 1. Plasenta Previa

Gambar 2. Tipe Plasenta Previa

3. 3. Epidemiologi

Insidens plasenta previa sekitar 1 dari 500 kelahiran hidup dan yang terjadi pada trimester II (16-20 minggu) sekitar 5%. Sekitar 90% kejadian plasenta previa ini ditindaklanjuti dengan terminasi per abdominam.3

Berdasarkan data kelahiran di Amerika Serikat pada tahun 2001, kejadian plasenta previa adalah 1 dari 305 persalinan (Martin and co workers, 2002). Sekitar 93.000 persalinan di Nova Scotia, Crane dkk (1999) menemukan insidens 0,33 % (1 dari 300). Di Parkland Hospital, insidennya adalah 0,26 % (1 dari 390) untuk lebih dari 169.000 persalinan selama 12 tahun terakhir.4

3. 4 Etiologi 2

Penyebab pasti plasenta previa masih belum bisa dipastikan. Beberapa hipotesis menyatakan bahwa kondisi berikut berkaitan dengan terjadinya plasenta previa :

adanya jaringan parut pada endometrium (uterus)

plasenta yang besar seperti pada kehamilan kembar (gemelli)

bentuk uterus yang abnormal

pembentukan plasenta yang abnormal

3. 5. PatofisiologiNormalnya plasenta berimplantasi di fundus uteri dan aliran darah di fundus lebih baik dari segmen bawah uterus. Adanya implantasi abnormal dapat diakibatkan jaringan parut / skar pada uterus dan kerusakan pada uterus.3 Vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atropi pada desidua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa, dimana plasenta yang letaknya normal akan memperluas permukaannya sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir.1

3.6. Faktor Resiko 3

1. Riwayat operasi seksio sesaria sebelumnya (dihubungkan dengan kejadian plasenta akreta)

2. paritas yang tinggi (multiparitas)

3. usia ibu tua

4. kehamilan kembar (gemelli)

5. merokok (penggunaan tembakau)

6. tindakan instrumentasi pada uterus

3.7. Gejala 3

a. Perdarahan bercak pada timester pertama dan kedua

b. perdarahan pervaginam pada usia kehamilan 27-32 minggu tanpa disertai nyeri (Sentinel bleed), dengan warna darah merah terang, jumlahnya bervariasi dari perdarahan sedikit sampai banyak. Hal ini dapat dipicu akibat hubungan seksual atau kontraksi uterus.c. Abdomen lemas, tidak nyeri tekan 3. 8 Screening dan Diagnosis 1,2

Pada setiap perdarahan ante partum, pertama kali harus dicurigai bahwa penyebabnya adalah plasenta previa sampai kemudian ternyata dugaan itu salah.

a. Anamnesis

Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung tanpa nyeri, tanpa penyebab, terutama pada multigravida. Banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari anamnesis melainkan dari pemeriksaan hematokrit.

b. Pemeriksaan luarBagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul. Apabila presentasi kepala, biasanya kepala masih terapung di atas pintu atas panggul atau mengolak ke samping dan sulit didorong ke dalam pintu atas panggul. Tidak jarang tedapat kelainan letak janin seperti letak lintang atau letak sungsang.

c. Pemeriksaan InspekuloPemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina, seperti erosio porsionis uteri, karsinoma poliposis servisis uteri, varises vulva, dan trauma. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai.

d. Penentuan letak plasenta tidak langsung

Penentuan letak plasenta secara tidak langsung ini dapat dilakukan dengan radiografi, radioisotop, dan ultrasonografi. Adanya plasenta previa dapat dideteksi melalui USG selama kunjungan Ante Natal Care atau setelah tejadinya perdarahan pervaginam.2

- Diagnosis sebelum usia kehamilan 20 minggu :

Dengan pemeriksaan ultrasonografi rutin (USG) keadaan plasenta letak rendah atau plasenta previa dapat diketahui

- Diagnosis setelah usia kehamilan 20 minggu :

Umumnya plasenta previa ini akan terdiagnosis jika sudah terjadi perdarahan per vaginam. Dokter dapat mengkonfirmasi melalui pemeriksaan abdominal ultrasonografi dan transvaginal ultrasonografi. Pemeriksaan tambahan lain dapat dengan MRI (Magnetic Resonance Imaging) dimana pemeriksaan ini tidak menggunakan radiasi sehingga cukup aman bagi janin.2

e. Penentuan letak plasenta secara langsung

Pemeriksaannya adalah secara langsung meraba plasenta melalui kanalis servikalis. Namun pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan banyak. Oleh karenanya pemeriksaan ini dilakukan apabila penanganan pasif ditinggalkan dan ditempuh penanganan aktif. Pemeriksaannya harus dilakukan dalam keadaan siap operasi. Pemeriksaan Dalam di Meja Operasi (PDMO) yaitu :

Perabaan fornises. Pemeriksaan ini hanya bermakna bila janin dalam presentasi kepala. Sambil mendorong sedikit kepala janin ke arah pintu atas panggul, perlahan-lahan seluruh fornises diraba dengan jari. Perabaannya terasa lunak apabila antara jari dan kepala janin terdapat plasenta, dan akan terasa padat / keras bila diantara jari dan kepala janin tidak terdapat plasenta.

Pemeriksaan melalui kanalis servikalis. Apabila kanalis servikalis telah terbuka, perlahan-lahan jari telunjuk dimasukkan ke dalam kanalis servikalis, dengan tujuan meraba kotiledon plasenta. 3.8. PenatalaksanaanPenatalaksanaan tergantung dari jumlah perdarahan uterus abnormal, apakah janin sudah viabel atau belum untuk hidup diluar uterus, besarnya plasenta yang menutupi serviks, posisi janin di dalam rahim, dan paritas.1

Pada kehamilan awal, transfusi dapat diberikan untuk menggantikan kehilangan darah ibu. Obat-obatan dapat diberikan untuk mencegah persalinan yang pre term, dan memperpanjang masa kehamilan sampai mencapai 36 minggu.

Tindakan operatif (seksio sesaria) merupakan penatalaksanaan pada kasus plasenta previa ini karena dapat mengurangi risiko kematian ibu dan bayi.

Berdasarkan usia kehamilan, ada dua tindakan yang dilakukan yaitu :

1. Tindakan Ekspektatif 5Tujuan : agar janin tidak lahir prematur dan upaya diagnosis dilakukan secara non invasif.

Syarat terapi ekspektatif :

kehamilan pre term dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti

belum ada tanda inpartu

keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal)

janin masih hidup

Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotika profilaksis

Pemeriksaan USG untuk menentukan implantasi plasenta, usia kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin.

Perbaiki anemia dengan pemberian Sulfas ferosus atau Ferous fumarat per oral 60 mg selama 1 bulan.

Pastikan tesedianya sarana untuk melakukan transfusi

Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien dapat dirawat jalan (kecuali rumah pasien di luar kota atau diperlukan waktu > 2 jam untuk mencapai rumah sakit) dengan pesan segera kembali ke rumah sakit jika terjadi perdarahan.

Jika perdarahan berulang, pertimbangkan manfaat dan risiko ibu dan janin untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut dibandingkan dengan terminasi kehamilan. 2. Tindakan Aktif 5 Rencanakan terminasi kehamilan jika :

janin matur

janin mati atau menderita anomali atau keadaan yang mengurangi kelangsungan hidupnya (misalnya anensefali)

pada perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi aktif tanpa memandang maturitas janin.

Jika terdapat plasenta letak rendah dan perdarahan yang terjadi sangat sedikit, persalinan per vaginam masih mungkin dilaksanakan. Jika tidak, tindakan melahirkan dengan seksio sesaria.

Pemilihan cara persalinan tergantung dari derajat plasenta previa, paritas, dan banyaknya perdarahan. Persalinan per vaginam dapat dilakukan pada multigravida dengan plasenta letak rendah, plasenta previa marginalis, atau plasenta previa parsialis pada pembukaan lebih dari 5 cm yang dapat ditanggulangi dengan pemecahan selaput ketuban. Persalinan per vaginam bertujuan agar bagian terbawah janin menekan plasenta dan bagian plasenta yang berdarah selama persalinan berlangsung, sehingga perdarahan berhenti. Apabila pemecahan selaput ketuban tidak berhasil, dapat dilakukan cara lain dengan pemasangan cunam Willett dan versi Braxton Hicks.1

Jika persalinan dengan seksio sesaria dan terjadi perdarahan dari tempat plasenta :

jahit tempat perdarahan

pasang infus oksitosin 10 IU dalam 500 ml cairan intravena (NaCl atau RL) dengan kecepatan 60 tetes per menit

Jika perdarahan terjadi pasca persalinan, segera lakukan penanganan yang sesuai (ligasi arteri atau histerektomi)3. 9 Prognosis Dengan penanganan yang baik seharusnya kematian ibu karena plasenta previa rendah sekali, atau tidak ada sama sekali. Sejak diperkenalkannya penanganan pasif pada tahun 1945, kematian perinatal berangsur-angsur dapat diperbaiki. Walaupun demikian, hingga kini kematian perinatal yang disebabkan prematuritas tetap memegang peranan utama.BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas PasienNama

: Ny. WJenis Kelamin: Perempuan

Umur

: 36 tahun

Status Nikah: Menikah

Agama

: IslamSuku/Bangsa: Palembang/Indonesia

Pendidikan

: SMAPekerjaan

: Ibu Rumah TanggaAlamat

: Kelurahan Air Batu, Talang KelapaMRS

: 27 Juni 2013/11.00 WIB

3.2 AnamnesisAnamnesis Umum (27 Juni 2013, pkl 11.30 WIB).

Riwayat Obstetri : G1 P0 A0

NoTempat BersalinTahunHasil KehamilanJenis PersalinanANAK

kelaminBeratKeadaan

1.

Hamil ini

Riwayat kehamilan sekarang

Haid

: Teratur, siklus 28 hari

Banyaknya

: Biasa

HPHT

: 14 Oktober 2012.

Taksiran persalinan

: 7 Juli 2013Lama hamil

: 37-38 MingguPeriksa hamil

: Tidak periksaRiwayat PersalinanDikirim oleh

: Sp.OG dengan Surat PengantarHis mulai sejak tanggal: -

Darah lendir sejak tanggal: -

Ketuban

: -

Riwayat Perkawinan

: 1 kali; lama 7 tahun

Riwayat Sosial ekonomi: Sedang

Riwayat gizi

: Sedang

Anamnesis Khusus

Keluhan Utama : Keluar darah dari kemaluan

Riwayat Perjalanan Penyakit :

1 hari yang lalu os mengeluh keluar darah dari kemaluan, warna merah segar, banyaknya 1-2x ganti celana dalam basah, nyeri (-). R/ perut mules yang menjalar ke pinggang (-), R/ trauma (-), R/ keluar air-air (-), R/ post koital (-), R/ keputihan(-), R/ minum jamu-jamuan / obat-obatan (-). Os mengaku hamil cukup bulan dan gerakan anak masih dirasakan.Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat penyakit ginjal sebelumnya disangkal

Riwayat penyakit anemia sebelumnya disangkal

Riwayat trauma pada abdomen sebelumnya disangkal

Riwayat pernah merokok sebelumnya (-) 3.3. Pemeriksaan Fisik

Status Present

Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan darah

: 130/90 mmHg.

Nadi

: 86 x/mnt

Frekuensi pernafasan

: 22 x/mnt

Suhu

: 37.0C

Berat badan

: 58 kg

Tinggi badan

: 152 cm

Bentuk badan

: Asthenikus

Konjungtiva palpebra : Pucat -/-Sklera

: Ikterik -/-

Gizi

: Sedang

Payudara hiperpigmentasi : (+/+)

Jantung

: Gallop (-), murmur (-)

Paru-paru

: Wheezing (-), ronki (-)

Hati dan lien

: Sulit dinilai

Edema pretibial

: (-/-)

Varices

: (-/-)

Refleks fisiologis

: (+/+)

Refleks patologis

: (-/-)

Status Obstetri

Pemeriksaan Luar :Tanggal : 27 Juni 2013, pukul 11.30 wib

Palpasi : Leopold I: 3 jari di bawah proccesus xiphoideus (31 cm)

Leopold II : teraba balotmen kepala pada fosa iliaka kanan dan bokong pada fosa iliaka kiri Leopold III : bagian terbawah janin (-) Leopold IV : -DJJ : 125x/menit

Pemeriksaan:

Tanggal 27 Juni 2013 pukul 13.00 WIB

Vaginal Toucher : tidak dilakukan Pemeriksaan USG : Kesan : terdapat jaringan lunak yang hiperekhoik menutupi hampir seluruh jalan lahir

Pemeriksaan Panggul: Tidak dilakukan

3.4. Pemeriksaan LaboratoriumTanggal 27 Juni 2013Darah

UrineHb

: 11,6 gr/dl

Sedimen : +Ht

: 34 gr%

sel epitel: 1-2/lpbLeukosit: 9300/mm3

leukosit: 0-1/lpb

LED

: 30 mm/jam

eritrosit: -

Trombosit: 240.000/mm3

silinder

: -

Hitung jenis: 1/0/0/61/11/7

kristal

: -

Gol. Darah: B

Protein : -

Bleeding Time: 2

Glukosa: -

Clooting Time: 6

Keton

: -

Nitrit

: -

3.5. Diagnosis KerjaG1 P0 A0 hamil 37-38 minggu dengan HAP e c Susp Plasenta Previa Partial belum inpartu, Janin Tunggal Hidup Letak Lintang dan Riwayat Infertilitas 7 Tahun/3.6. PrognosisIbu : dubia Anak : dubia 3.7. PenatalaksanaanAktif Infus RL gtt xx/mnt

Observasi DJJ, his, tanda vital ibu dan tanda-tanda perdarahan

Injeksi Ceftriaxone 1 gr i.v (skin test)

Pemeriksaan laboratoris darah rutin, urin rutin, dan crossmatch Pro Tranfusi Whole Blood durante Operasi

Terminasi Perabdominal (Sectio Cesarea)3.8. Follow UP

28 Juni 2013Pkl. 06.00S: kepala pusing O: KU: Baik, compos Mentis

VS: TD 130/90 mmHg, HR 84x/m, RR 21x/m, T 360C

Status Obstetri

TFU 3 jari bawah procesus xhipoideus, melintang, Puka, DJJ 135x/mnt, Pemeriksaan dalam : tidak dilakukan

A: G1 P0 A0 hamil 37-38 minggu dengan HAP e c Susp Plasenta Previa Partial

belum inpartu, Janin Tunggal Hidup Letak Lintang

P: -

IVFD RL gtt XX/mnt Injeksi antibiotik Ceftriaxone 2x1 gram IV Obeservasi Vital sign Informed consent dengan keluarga Diet rendah garam, rendah protein.28 Juni 2013

Pkl. 13.00

Dilakukan opersai SSTP dengan indikasi plasenta previa partial dan letak lintang.- Operasi dimulai

- pasien terlentang dalam anestesi spinal

-Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada daerah operasi

-Dilakukan insisi pfanenstil dari kulit hingga mukosa, fascia dirobek secara tumpul sampai menembus peritoneum

-Dilakukan insisi semilunar pada segmen bawah uterus, kemudian diperluas secara tumpul

-Ketuban dipecahkan, jernih

Pkl 13.15

Lahir Bayi perempuan, BB : 2600gr; PB : 48cm

Pkl.13.20-Plasenta dilahirkan lengkap, didapatkan 1 tali pusat dengan 1 plasenta

-Dilakukan penjahitan uterus secara jelujur dengan benang asucryl

-Dilakukan penjahitan plika secara jelujur dengan plain

-Perdarahan dirawat, luka operasi ditutup lapis demi lapis

Pkl 13.45

-Operan selesai

Pkl 14.00

- Pasien masuk recovery room

Pkl 15.00

- Pasien dipindahkan ke bangsal kebidanan29 Juni 2013S: Nyeri luka post op O: KU: Baik, compos Mentis

VS: TD 120/80 mmHg, HR 80x/m, RR 20x/m, T 36,60C

Status Obstetri

TFU sepusat, kontraksi baik, perdarahan (-), lochia rubra (+)A: P1 A0 Post SSTP hari ke-1

P :

- IVFD RL + Induxin 2 Amp gtt XX/mnt selama 12 jam

- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr (IV)

- Inj. Metronidazole 3 x 500 mg (Infus)

- Inj. Asam Traneksamat 3x250 mg (IV)

- Inj.Keterolac 3 x 30 mg (IV)

- Lactamam 3 x 1 tab

30 Juni 2013S: Nyeri luka post op berkurangO: KU: Baik, compos Mentis

VS: TD 120/80 mmHg, HR 78x/m, RR 22x/m, T 36,60C

Status Obstetri

TFU sepusat, kontraksi baik, perdarahan (-), lochia rubra (+)A: P1 A0 Post SSTP hari ke-2

P :

- IVFD RL gtt XX/mnt

- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr (IV)

- Inj. Metronidazole 3 x 500 mg (Infus)

- Inj. Asam Traneksamat 3x250 mg (IV)

- Inj.Keterolac 3 x 30 mg (IV)

- Lactamam 3 x 1 tab

1 Juli 2013S: Nyeri luka post op berkurangO: KU: Baik, compos Mentis

VS: TD 120/80 mmHg, HR 86x/m, RR 20x/m, T 36,40C

Status Obstetri

TFU 1 jari dibawah pusat, kontraksi baik, perdarahan (-), lochia rubra (+)A: P1 A0 Post SSTP hari ke-3P :

- Ciprofloxacin Tab 500 mg 2x1- Asam mefenamat Tab 500mg 3x1

-Becomp C Tab 1x1`

BAB IVANALISA KASUSBerdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik penderita didiagnosis dengan G1P0A0 hamil 37-38 minggu dengan pendarahan ante partum e.c susp plasenta previa partial belum inpartu janin tunggal hidup dengan letak lintang

Dari anamnesis, pasien ini hamil untuk yang pertama kalinya sehingga didiagnosa sebagai G1P0A0. Dari Hari Pertama Haid Terakhir yaitu Oktober 2012 maka taksiran persalinan menurut Naegele adalah Juli 2007, pada saat ini pasien sedang hamil 37-38 minggu.

Pada kasus ini pasien datang dengan keluhan utama pendarahan dari kemaluan sejak 1 hari SMRS. Kemungkinan diagnosis yang dapat difikirkan adalah abortus, plasenta previa, solutio plasenta dan plasenta letak rendah. Pada kasus ini dengan usia kehamilan 37-38 minggu diagnosa abortus dapat disingkirkan karena abortus terjadi pada usia kehamilan kurang 20 minggu. Plasenta letak rendah mulai pendarahan pada akhir kehamilan atau pada akhir persalinan, karena itu diagnosa ini dapat disingkirkan. Pendarahan yang terjadi berwarna merah segar banyaknya 1-2 kali ganti celana dalam tanpa keluhan nyeri pada perut yang menjalar ke pinggang. Sehingga diagnosa solutio plasenta dapat disingkirkan, karena pendarahan yang disebabkan oleh solutio plasenta selain biasanya didahului oleh trauma, darahnya berwarna merah tua dan disertai nyeri perut yang terus menerus..

Diagnosis belum inpartu dapat ditegakkan bila ada belum his yang teratur minimal dua sampai tiga kali dalam 10 menit lamanya 25 detik, belum adanya pendataran dan pembukaan cerviks dan disertai dengan keluarnya darah lendir. Pada kasus ini pasien belum inpartu sedangkan pendataran dan pembukaan cerviks tidak dapat dinilai karena tidak dilakukan vagina toucher. Vagina toucher tidak dilakukan karena ditakutkan dapat terjadi pendarahan yang lebih berat yang disebabkan tindakan tersebut. Keluarnya darah lendir tidak dapat dinilai karena adanya pendarahan pervaginam sehingga mengaburkan apakah sudah keluar darah lendir atau belum.

Diagnosis janin tunggal hidup letak lintang diperoleh dari diketahui dari pemeriksaan leopold I-II. Untuk mengetahui apakah janin masih hidup digunakan dopler untuk mendengar DJJ dan didapatkan DJJ 125 x/menit. Prognosis pada kasus plasenta previa adalah dubia. Ini berarti prognosis tidak dapat dipastikan mengingat Hb ibu yang sedikit rendah tapi tidak menjadi jaminan terhadap perdarahan yang mungkin terjadi kemudian dalam terminasi kehamilan. Prognosis janin juga tidak dapat dipastikan meskipun diyakini tidak didapatkan tanda gawat janin, tapi dengan alasan yang sama seperti ibu bahwa perdarahan selama terminasi kehamilan bisa saja terjadi dan janin tidak dalam masa prematur lagi tetapi dapat dipikirkan bahwa janin tersebut kemungkinan mengalami gangguan sirkulasi uteroplasentar dalam rahim ibunya. Penatalaksanaan pada kasus plasenta previa ada dua macam yaitu ekspektatif dan aktif. Kedua penatalaksanaan ini mempunyai indikasi masing-masing. Penatalaksaan ekspektatif dilakukan yaitu pada pendarahan yang sedikit Hb >8 gr % usia kehamilan 37 minggu atau TBJ >2500gram, inpartu dan janin mati. Pada penderita ini dilakukan penatalaksanaan aktif karena pada kasus ini karena sudah mencapai usia kehamilan >37 minggu, janin hidup. Kemudian pasien dirawat, dengan mobilisasi bertahap kemudian dilakukan juga observasi terhadap DJJ, his, vital sign ibu dan tanda-tanda pendarahan yang bertujuan untuk mengawasi keadaan janin dan ibu.

Pemberian RL gtt xx/mnt sebagai profilaksis untuk menggantikan cairan yang hilang akibat perdarahan. Injeksi ceftriaxone 1 gr i.v (skin test) sebagai profilaksis terhadap infeksi melalui jalan lahir akibat pendarahan tersebut. Rencana USG dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosa plasenta previa dan usia kehamilan secara pasti supaya dapat dilakukan penatalaksanaan selanjutnya. Penyebab plasenta previa pada pasien ini diduga karena riwayat umur.BAB V

KESIMPULAN

1. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnosis pasien pada kasus ini sudah tepat.

2. Etiologi pada pasien ini adalah umur. Hal ini berdasarkan hasil anamnesa dimana pasien telah berumur 36 tahun

3. Penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat, yaitu penatalaksanaan aktif, Infus RL gtt xx/mnt, Observasi DJJ, his, tanda vital ibu dan tanda-tanda perdarahan, Injeksi Ceftriaxone 1 gr i.v (skin test), Pemeriksaan laboratoris darah rutin, urin rutin, dan crossmatch, Pro Tranfusi Whole Blood durante Operasidan Terminasi Perabdominal (Sectio Cesarea)

1PAGE 2