firman kasus mola isi
TRANSCRIPT
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
1/35
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 Latar belakang
World Health Organization Scientific Group on Gestational Trophoblastic
Diseases menerbitkan rekomendasi spesifik mengenai terminologi untuk
definisi, klasifikasi dan penentuan stadium penyakit trofoblastik. Secara
mendasar penyakit trofoblastik gestasional dapat dibagi menjadi mola hidatidosa
dan tumor trofoblastik gestasional. Istilah neoplasia trofoblastik gestasional tidak
lagi digunakan karena mola invasif bukan suatu neoplasma sejati.
(1)
Mola hidatidosa merupakan penyakit trofoblas gestasional terbanyak.
rekuensi mola umumnya pada !anita di "sia lebih tinggi (1 per 1#$
kehamilan) daripada !anita di negara%negara &arat ( 1 per #$$$ kehamilan) (#) (')
ilaporkan prevalensi mola hidatidosa di Indonesia ialah 1 dari 1$$ kehamilan
dan 1 dari #$$ kehamilan di Meksiko ().
rekuensi mola hidatidosa pada kehamilan yang terjadi pada a!al atau
akhir usia subur relatif lebih tinggi. *fek paling berat dijumpai pada !anita
dengan usia lebih dari + tahun dengan ferekuensi lesi relatif lebih dari 1$ kali
lipat dibandingkan dengan usia #$ sampai $ tahun. asus mola hidatidosa
banyak dijumpai pada !anita berusia +$ tahun atau lebih. (1)
ekambuhan mola hidatidosa dijumpai pada sekitar 1%# -. alam suatu
kajian terhadap penelitian pada hampir +$$$ kelahiran, frekuensi mola rekuren
adalah 1,' -. im dkk mendapatkan angka kekambuhan ,' - pada 11+ !anita
di Seoul, orea. uncker dkk menyimpulkan dalam kejadian mola hidatidosa
berulang tapi dari pasangan yang berbeda, mungkin permasalahan terdapat pada
oosit primer. (1)
1
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
2/35
II. 2 Tujuan
1. ujuan umum
Mengetahui dan memahami mekanisme terjadinya mola hidatidosa serta
mengetahui penatalaksanaan gejala dan keluhan yang timbul pada !anita
dengan mola hidatidosa
#. ujuan husus
a. Menjelaskan tentang mola hidatidosa pada kasus
b. Mengetahui terapi pada pasien dengan keluhan dan gejala mola
hidatidosa
2
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
3/35
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definii !"la Hi#ati#"a
Mola hidatidosa ialah kehamilan abnormal dengan ciri%ciri hampir seluruh
vili chorialis mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik. Secara
maskroskopik mola hidatidosa mudah dikenali berupa gelembung%gelembung
putih, tembus pandang, berisi cairan jernih dengan ukuran bervariasi dari
beberapa millimeter sampai 1 atau # cm. /ambaran histopatologik yang khas dari
mola hidatidosa ialah edem stroma vili, tidak ada pembuluh darah pada
vili0degenerasi hidropik dan proliferasi sel%sel trofoblas. (#) (+)
II.2. Pat"fii"l"gi !"la Hi#ati#"a
Mola hidatidosa diduga muncul dari trofoblas ekstraembrionik, yang
terbentuk pada peristi!a fertilisasi abnormal, mola muncul dari jaringan fetal pada
maternal host . aringan ini terbentuk dari sel sinsisiotrofoblas dan sitotrofoblas.
2ersamaan histologis antara vesikel mola dan vili korionik mendukung pernyataan
bah!a vesikel mola terbentuk dari vili korionik. 2enelitian morofologi lebih
mendalam tentang ini dari spesimen histerektomi yang mengandung mola
hidatidosa in toto menghasilkan konsep terbaru mengenai mola, yaitu berasal dari
transformasi embryonic inner cell mass pada stadium sebelum melekat pada
endoderm. 2ada stadium embriogenesis ini, inner cell mass memiliki kemampuan
untuk membentuk trofoblas, ektoderm atau endoderm. emampuan diferensiasi
inner cell mass untuk menjadi ektoderm embrionik dan endoderm terganggu
sehingga terbentuk jalur lain yang abnormal, jalur ini mengakibatkan perubahan
trofoblas (dari inner cell mass) untuk menjadi sitotrofoblas dan sinsisiotrofoblas.
iferensiasi yang adekuat akan mengakibatkan perubahan ekstraembrionik
mesoderm dan vesikel mola dengan loose primitive mesoderm yang berada dalam
inti villus. (') (3)
anin biasanya meninggal akan tetapi villus yang membesar dan
edematous tetap hidup dan terus tumbuh, gambaran yang ditunjukkan ialah
3
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
4/35
seperti buah anggur. aringan trofoblas pada villus kadang berproliferasi ringan,
namun kadang berproliferasi berat dan mengeluarkan hormon human chorionic
gonadotropin (45/) dalam jumlah yang lebih besar daripada kehamilan normal.
(#)
"da beberapa teori yang dianjurkan untuk menerangkan patogenesis dari
penyakit trofoblas. (6)
1. eori missed abortion
Mudigah mati pada kehamilan '%+ minggu (missed abortion). 4al ini
mengakibatkan gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan
dalam jaringan mesenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung%
gelembung. Menurut 7eynolds, kematian mudigah itu disebabkan kekurangangi8i berupa asam folat dan histidin. 4al ini kemudian menyebabkan gangguan
angiogenesis.
#. eori neoplasma
eori yang disampaikan oleh 2ark ini mengatakan bah!a sel trofoblas yang
abnormal memiliki fungsi yang abnormal pula, dimana terjadi resopsi cairan
yang berlebihan ke dalam villi sehingga timbul gelembung. 4al ini
menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigah.
II.$. %akt"r &iik" !"la Hi#ati#"a
"dapun faktor risiko terjadinya mola hidatidosa antara lain ialah 9 usia ibu,
ri!ayat abortus sebelumnya, ri!ayat mola sebelumnya, kondisi geografis yang
dikaikaitkan dengan nutrisi yang kurang baik, khususnya terjadi defisiensi diet
protein, asam folat dan karoten. (') (:)&erikut adalah tabel yang menggambarkan
meningkatnya risiko terjadinya mola hidatidosa pada usia yang lebih tua. (;)
abel 1. 4ubungan antara
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
5/35
7isiko terjadinya kekambuhan sebesar 1%# -. Setelah # atau lebih
kehamilan mola maka risiko kekambuhan dilaporkan sebanyak 1 dari 3,+ hinga 1
dari 16,+. (1$) ?vum pada !anita lanjut usia lebih rentan terhadap fertilisasi yang
abnormal. (3)
II.'. Klaifikai !"la Hi#ati#"a
Mola biasanya terletak di rongga uterus, namun kadang%kadang mola
terletak di tuba falopii dan bahkan ovarium. "da tidaknya janin atau unsur
embrionik pernah digunakan untuk mengklasifikasikan mola menjadi mola
sempurna (komplit) dan parsial. @amun seperti ditekankan oleh &enirschke dan
aufmann hal ini sulit dilakukan pada banyak kasus. (1)
Secara sitogenetik mola hidatidosa dapat dibedakan menjadi dua macam
yakni mola hidatidosa parsial dan sempurna atau komplit.
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
6/35
Cili korionik berubah menjadi suatu massa vesikel%vesikel jernih.
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
7/35
komplemen haploid ayah. anin pada mola parsial biasanya memiliki tanda%
tanda triploid yang mencakup malformasi kongenital multipel dan hambatan
pertumbuhan serta tidak viabel. alam laporan oleh Da!ler dkk :3 - mola
parsial bersifat triploid dan # - diploid. auniauG melaporkan bah!a :# -
janin dengan kariotipe triploid pada mola parsial memperlihatkan hambatan
pertumbuhan simetris. auniauG dkk juga melaporkan satu kasus mola parsial
dengan trisomi 1'. Dembet dkk baru%baru ini melaporkan satu kasus mola
hidatidosa parsial dengan kariotipe diploid dan janin hidup. (1)
/estasi kembar dengan mola sempurna serta janin dan plasenta normal
kadang%kadang salah didiagnosis sebagai mola parsial diploid. Sebaiknya
keduanya diupayakan untuk dibedakan, karena kehamilan kembar yang terdiri
dari satu janin normal dan satu mola sempurna memiliki kemungkinan +$ -
untuk menyebabkan penyakit trofoblastik persisten dibandingkan dengan
angka yang jauh lebih rendah pada mola parsial triploid. Can de af dkk
menjelaskan manfaat analisis sitogenetika interfase dan analisis sitometri @"
untuk membantu membedakan kedua hal ini. (1)
Mola hidatidosa mungkin diikuti oleh tumor trofoblastik nonmetastatik
pada sampai : - kasus. 7isiko koriokarsinoma yang berasal dari mola
parsial sangat rendah. Seckel dkk melaporkan '$$$ kasus mola parsial dan
mencatat hanya ' kasus koriokarsinoma. (1)
Cejerslev mengulas kehamilan dengan mola hidatidosa bersama dengan
janin normal. ari 11' kehamilan, +# (+-) janin berkembang sampai usia
gestasi #: mingggu dan angka kelangsungan hidupnya $ -. arena itu dalam
memberi konseling pada !anita yang hamil mola disertai janin, baik hasil
pemeriksaan sitogenetik maupun ultrasonografi resolusi tinggi penting untuk dilakukan. (1)
&erikut merupakan gambaran pola fertilisasi mola parsial dan mola
komplit 9
7
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
8/35
/ambar 1. 2ola fertilisasi mola komplit (") dan mola parsial (&)
!Schorge" #$$%& (3)
II. . Diagn"i !"la Hi#ati#"a
"danya mola hidatidosa harus dicurigai bila ada perempuan dengan
amenorea, perdarahan pervaginam, uterus yang lebih besar dari tuanya kehamilan
dan tidak ditemukan tanda kehamilan pasti seperti balotemen dan detak jantung
anak.
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
9/35
(ejala Tan#a
2ada permulaannya gejala mola hidatidosa tidak seberapa berbeda dengan
kehamilan biasa yaitu mual, muntah, pusing dan lain%lain, hanya saja derajat
keluhannya sering lebih hebat. Selanjutnya perkembangan lebih pesat, sehingga
pada umumnya besar uterus lebih besar dari umur kehamilan. "da pula kasus%
kasus yang uterusnya lebih kecil atau sama besar !alaupun jaringannya belum
dikeluarkan. alam hal ini perkembangan jaringan trofoblas tidak begitu aktif
sehingga perlu dipikirkan kemungkinan adanya jenis dying mole. (+)
2erdarahan merupakan gejala utama mola. &iasanya keluhan perdarahan
inilah yang menyebabkan mereka datang ke rumah sakit. /ejala perdarahan ini
biasanya terjadi antara bulan pertama sampai ketujuh dengan rata%rata 1#%1
minggu. Sifat perdarahan bisa intermiten, sedikit%sedikit atau sekaligus banyak
sehingga menyebabkan syok atau kematian. arena perdarahan ini umumnya
pasien mola hidatidosa masuk dalam keadaan anemia. (+)
Mola hidatidosa sering disertai dengan kista lutein, baik unilateral maupun
bilateral.
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
10/35
&erikut adalah gambar makroskopis mola hidatidosa 9
.
Pe)erikaan Penunjang
1. Pe)erikaan ,3(
adar h5/ pada mola jauh lebih tinggi daripada kehamilan biasa.
2emeriksaan h5/ merupakan cara yang paling bermanfaat baik untuk
diagnosis maupun untuk pemantauan pada penderita penyakit trofoblas.
Human chorionic gonadotropin adalah hormon glikoprotein yang dihasilkan
oleh plasenta yang memiliki aktivitas biologis mirip D4. Sebagian besar h5/
diproduksi di plasenta, tetapi sintesanya juga terjadi pada ginjal janin. &egitu
pula ada jaringan janin lain yang membentuk baik molekul h5/ maupun
molekul total h5/. Molekul h5/ memiliki # rantai asam amino yakni H h5/
terdiri atas ;# asam amino dan rantai h5/ terdiri atas 1+ asam amino yang
satu sama lain berikatan secara nonkovalen. Ikatan antara kedua rantai adalah
dengan gaya elektrostatik dan hidrofobik dan vitro ikatan itu dapat dipisahkan.
(11)
2ada kehamilan normal pemeriksaan terhadap h5/ dengan pereaksi
yang menggunakan antibodi monoklonal terhadap h5/ cukup dilakukan
secara kualitatif dengan menggunakan urin sebagai spesimen. 2emeriksaan
h5/ serum secara kuantitatif pada kehamilan normal menunjukkan kadar h5/
menunjukkan kadar h5/ mencapai puncaknya pada trimester pertama
kehamilan, yakni pada hari ke 3$%6$ kehamilan sebesar 1$$.$$$ mI
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
11/35
2ada penderita penyakit trofoblas gestasional pemeriksaan h5/ serum
harus dilakukan secara kuantitatif baik dengan pemeriksaan radio
immunoassay maupun enzyme immunoassay. 2emilihan pereaksi untuk
pemeriksaan h5/ secara kuantitatif pada penyakit trofoblas gestasional harus
spesifik terhadap h5/ , karena rantai H h5/ mirip dengan rantai H dari S4,
D4 dan S4 yang merupakan hormon%hormon glikoprotein yang dihasilkan
oleh lobus anterior hipofisis seperti sehinga dapat mengakibatkan terjadinya
reaksi silang dengan hormon hipofisis tersebut, dan mengakibatkan kadar yang
diperoleh bukan kadar 45/ saja ( false positive). (11)
&erikut adalah gambar kurva regresi h5/ normal yang menjadi parameter
dalam penatalaksanaan lanjutan mola hidatidosa.
/ambar 9 @ilai rata%rata dari ;+ - confidence limit yang menggambarkan
kurva regresi normal gonadotropin korionik subunit pasca mola.
('unningham, #$$+) (1)
2. Ultra"n"grafi
engan pemeriksaan
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
12/35
salju melainkan gambaran jaringan vesikuler yang memperlihatkan
adanya gelembung%gelembung mola dari berbagai ukuran. (11)
idak ditemukannya fetus baik secara klinis maupun radiologis
disertai dengan perdarahan mengakibatkan digunakannya istilah suspect
mola hidatidosa. 2ada kehamilan trimester I gambaran mola hidatidosa
tidak spesifik, sehingga seringkali sulit dibedakan dari kehamilan
anembrionik, missed abortion, abortus inkomplit atau mioma uteri.
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
13/35
sedangkan di tempat lain masih tampak villi yang normal.
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
14/35
II. 4. K")*likai !"la Hi#ati#"a
omplikasi mola hidatidosa berupa perdarahan, preeklampsia,
hipertiroidisme dan tirotoksikosis sedangkan komplikasi lanjut ialah terjadinya
tumor trofoblas gestasional pascamola, bisa berupa penyakit trofoblas ganas
jenis villosum (mola destruens) ataupun penyakit trofoblas ganas jenis non
villosum (koriokarsimoma). (11)
2erdarahan sering mengancam akibat terlambatnya diagnosis mola
ditegakkan, suatu hal yang sering dijumpai di negara%negara yang pelayanan
obstetrinya belum baik seperti Indonesia. 2ada penelitian Martaadisoebrata
hanya #,+ - dari 1#3 kasus mola yang tidadak disertai penyulit perdarahan. (11)
2reeklampsia pada mola hidatidosa berbeda dengan kehamilan nonmola, preeklampsia pada mola hidatidosa sudah terjadi pada trimester pertama
kehamilan. Menurut beberapa peneliti preeklampsia ditemukan pada penderita
mola yang ukuran uterusnya lebih dari # minggu. etika
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
15/35
• irotoksikosis subklinis 9 &ila S4 = $,1$ mI
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
16/35
tumpul untuk mengeluarkan sisa%sisa konseptus dan agar jaringan
miometrium yang ditumbuhi jaringan mola ikut terba!aF kerokan perlu
dilakukan secara hati%hati karena adanya bahaya perforasi. Sebelum
tindakan kuret sebaiknya disediakan darah untuk menjaga apabila terjadi
perdarahan yang banyak (11)
ujuh sampai sepuluh hari sesudahnya dilakukan kerokan ulangan
dengan kuret tajam agar ada kepastian bah!a uterus sudah benar%benar
kosong dan untuk memeriksa tingkat proliferasi sisa%sisa trofoblas dan
mengetahui ada tidaknya infiltrasi jaringan mola ke miometrium. Makin
tinggi tingkat proliferasi, makin perlu !aspada terhadap kemungkinan
keganasan.
(#) (11)
i 7S4S pada era 1;6$ kuretase dilakukan # kali dengan interval #
minggu. @amun de!asa ini, tindakan kuret cukup dilakukan satu kali saja,
asal bersih karena ukuran uterus pada kebanyakan kasus mola hidatidosa
tidak terlalu besar seringkali kuretase dengan sendok kuret dilakukan segera
setelah pengosongan uterus dengan kuret vakum. (6) (11)
irekomendasikan mengguanakan kanula 1# mm jika uterus lebih besar
dari usia gestasi 1 minggu, salah satu tangan diletakkan di fundus uteri dan
memijat fundus uteri untuk stimulasi kontraksi uterus dan menurunkan
risiko perforasi.
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
17/35
Meskipun kemungkinan metastasis setelah dilakukan histerektomi
menurun dari #$ - menjadi ',+ - namun histerektomi tidak dapat
mencegah metastasis, sehingga pasien tetap memerlukan tindak lanjut
dengan penilaian kadar h5/. (') Sebelum mola dikeluarkan sebaiknya
dilakukan pemeriksaan rontgen paru%paru untuk menentukan ada tidaknya
metastasis di tempat tersebut. Setelah mola dilahirkan, dapat ditemukan
bah!a kedua ovarium membesar mejadi kista teka%lutein. ista%kista ini
tumbuh karena pengaruh hormonal, nantinya akan mengecil sendiri. (#)
Induksi persalinan dengan prostaglandin, oksitosin, instilasi
intramniotik dari prostaglandin atau cairan hipertonik bukan metode yang
dapat dilakukan untuk evakuasi mola hidatidosa. (')
$. erapi profilaksis dengan sitostatika
erapi profilaksis ini masih kontroversial, kelompok yang setuju
menyatakan perlunya pemberian terapi profilaksis pada kasus mola dengan
risiko tinggi dan hal ini merupakan kebijakan yang masih diperlukan di negara%
negara yang sedang berkembang karena sebagian besar masyarakatnya
golongan sosio ekonomi rendah dan ketaatan penderita untuk mengikuti follo(
up secara ketat sulit diharapkan. /oldstein berpendapat bah!a pemberian
sitostatika profilaksis dapat menghindarkan keganasan dengan metastasis serta
mengurangi koriokarsinoma di uterus sebanyak ' kali. (6) (11)
riteria Mola 4idatidosa 7isiko inggi di 7S4S 9 (11)
•
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
18/35
% MethotreGate (MA) #$ mg0hari IM dan asam folat +mg0hari IM yang
diberikan 1# jam setelah pemberian MA, keduanya diberikan + hari
berturut%turut
% "ctinomycin $,+ mg0hari IC diberikan selama + hari berturut%turut.
elompok yang tidak setuju terhadap terapi profilaksis sitostatika ini
menyatakan bah!a pemberian sitostatika profilaksis dianggap memiliki efek
samping obat dan dapat terjadi resistensi bila kelak diperlukan pemberian
sitostatika untuk terapi /. (11) @amun berdasarkan pengalaman di 7S4S
ternyata efek samping MA pada 1: penderita yang memperoleh MA
profilaksis hanyalah berupa stomatitis (1$ -) dan rambut rontok (# -),
sedangkan sisanya tidak menunjukkan efek samping.
(11)
'. 2engamatan Danjutan
2engamatan lanjutan pada !anita dengan mola hidatidosa yang uterusnya
dikosongkan sangat penting karena adanya kemungkinan timbulnya tumor
ganas (sekitar #$ -). "njuran untuk semua penderita pascamola dilakukan
kemoterapi untuk mencegah timbulnya keganasan, masih belum diterima oleh
semua pihak. (#)
2ada penderita mola risiko rendah follo( up (pengamatan lanjutan)
dilakukan # minggu pasca evakuasi dan pada mola risiko tinggi dimulai #
minggu setelah mendapat kemoterapi profilaksis. 2ada pengamatan lanjutan
yang perlu dilakukan 9 (11)
• Mulai minggu ke # sampai minggu ke 1# pascaevakuasi penderita
dianjurkan untuk melakukan follo( up setiap # minggu. 2emeriksaan yang
dilakukan ialah 9 (11)
1. 2emeriksaan h5/ dengan cara 7I"0I7M" atau *I"#. 2emeriksaan klinis meliputi pemeriksaan 9
% &esar dan involusi uterus
% "da tidaknya perdarahan (per vaginam dan atau hemaptoe)
% "da tidaknya tanda%tanda metastasis (vagina, paru%paru, dll)
2ada kasus yang tidak menjadi ganas kadar h5/ cepat turun menjadi
negatif dan tetap negatif nantinya. 2ada a!al pascamola dapat dilakukan tes
kehamilan biasa, akan tetapi setelah tes hamil biasa menjadi negatif, maka
perlu dilakukan pemeriksaan radio%immunoassay h5/ dalam serum.
18
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
19/35
2emeriksaan yang peka ini dapat menemukan hormon dalam kuantitas
rendah. -ollo( up dilakukan dengan pola yang sama sampai minggu ke%1#
pascaevakuasi jaringan mola dan bila pada minggu ke%1# kadar h5/ K
+mI
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
20/35
"danya peningkatan titer h5/ menandakan adanya proliferasi trofoblast
yang kemungkinan besar maligna terkecuali !anita tersebut mengalami
kehamilan (1)
2enderita dianggap sembuh bila sampai dengan follo( up 1# bulan tidak
ada tanda pertumbuhan baru jaringan trofoblas atau bila penderita ternyata
sudah hamil normal lagi kurang dari 1# bulan setelah evakuasi mola. "danya
kehamilan normal dibuktikan dengan pemeriksaan, termasuk
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
21/35
ematian pada mola hidatidosa disebabkan karena perdarahan, infeksi,
eklampsia, payah jantung atau tirotoksikosis. i negara maju kematian karena
mola hampir tidak ada lagi, tetapi di negara berkembang masih cukup tinggi yakni
berkisar antara #,# dan +,6 -. Sebagian besar dari pasien mola akan sehat kembali
setelah jaringannya dikeluarkan, tetapi ada sekelompok !anita yang kemudian
menderita keganasan yakni koriokarsinoma. 2ersentase keganasan yang
dilaporkan berkisar antara +,+3 -. (6) ecenderungan terjadinya tumor trofoblas
meningkat sebesar $ - jika terdapat satu dari gejala diba!ah ini 9 (11)
% adar h5/ preevakuasi 1$$.$$$ mI#$ minggu
% ista teka lutein dengan diameter > 3 cm
Sedangkan yang tidak memiliki salah satu tanda diatas yang hanya memiliki
risiko sebesar -. *kspresi Human telomerase reverse transcriptase (h*7)
pada uterus yang mengalami mola komplit dinyatakan sebagai mar)er penyakit
yang persisten (1)
erjadinya proses keganasan bisa berlangsung antara 6 hari sampai ' tahun
pasca mola, tetapi yang paling banyak dalam 3 bulan. emampuan reproduksi
pascamola , tidak banyak berbeda dari kehamilan lainnya. "nak%anak yang
dilahirkan setelah mola hidatidosa ternyata umumnya normal. (6)
21
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
22/35
BAB III
KASUS
III.1 IDENTITAS PASIEN
@ama 9 @y. M
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
23/35
&. eluhan tambahan 9
@yeri (%), pusing (%)
5. 7i!ayat 2enyakit Sekarang 92asien datang ke I/ 7S dr Soedjono Magelang dengan keluhan
2erdarahan banyak sejak pagi, 1 pembalut nembus sejak pagi, flek '
hari yang lalu, perdarahan !arna coklat, dan sudah
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
24/35
4. 7i!ayat 2ersalinan 9
2erempuan, usia 3 tahun, spontan, bidan, #:$$ gr
4amil ini
I. 7i!ayat & 9 pil dan suntik
. 7i!ayat ?perasi 9 2asien belum pernah operasi sebelumnya
. 7i!ayat "@5 9
ontrol ke puskesmas 'G selama kehamilan, tidak rutin. 4amil saat ini
mual (%), muntah (%), perdarahan (%), ri!ayat trauma (%), ri!ayat infeksi
(%)
D. ebiasaan 4idup 9
Merokok (%), "lkohol (%), minum obat jamu (%)
III.$ PE!E&IKSAAN %ISIK
A. STATUS (ENE&ALIS
eadaan umum 9 ampak sakit ringan
esadaran 9 5ompos mentis
& 9 1+$cm && 9 +kg
anda Cital 9 9 1'$ 0 :$ mm4g
@ 9 1$3 G 0 menit
77 9 1: G 0 menit
Suhu 9 '6,# N 5
epala 9 @ormocephali, rambut hitam, tidak mudah rontok
Mata 9 5onjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
24
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
25/35
edema palpebra %0%
4 9 Sekret telinga %0%, sekret hidung %0%, tonsil tidak
hiperemis, 1 E 1
Deher 9 /& tidak membesar, tiroid tidak teraba membesar.
horaG 9
• Mammae 9 Simetris, membesar, areola mammae
hiperpigmentasi
• 2ulmo 9 Suara nafas vesikuler, ronki % 0 %, !hee8ing % 0 %
• 5or 9 S1%S# reguler, murmur (%), gallop (%)
"bdomen 9 Dihat status obstetri
*kstremitas 9 "kral hangat (O0O), edema (%0%)
B. STATUS 7BSTET&IK
Inspeksi 9 2erut tampak buncit, letak, striae gravidarum (O),
linea nigra (O), luka bekas S5 (%)
2alpasi 9 9 < setinggi # jari diatas pusat
"uskultasi 9 (%)
esan 9 < lebih besar diatas kehamilan
AN7(ENITAL
o Inspeksi 9 darah keluar dari vagina ber!arna merah
kecoklatan
3. PE!E&IKSAAN PENUNJAN(
25
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
26/35
Lab"rat"riu) 9
4ematologi tanggal #3%1$%1# (pkl $+.#6)
2emeriksaaan
4asil 7ange
4b :,60dD 11.$%1+.$
4t #3,; - '3.$%:.$
*ritrosit ',$$ '.+$%+.+$
M5C :;,6 :$.$%;;.$
M54 #;,$ #3.$%'#.$
M545 '#,' '#.$%'3.$
rombosit 1';.$$$0 uD 1+$.$$$%';$.$$$
Deukosit 3.+ ribu0uD .$%1$.$
US(
/ambaran seperti badai salju (sno! flake pattern)
III.' DIA(N7SIS
Mola hidatidosa pada sekundigravida
III. DIA(N7SIS BANDIN(
"bortus, *
III. 4 PENATALAKSANAAN
?bservasi keadaan umum dan vital sign
Injeksi cefotaksim
ransfusi # kolf
2eriksa Dab
7encana uretase
%"ll"8 u*
26
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
27/35
gl S ? " 2
#301$01
#
2kl
$3.$$
LI&
2erdarahan
pervaginam
u 0 es 9 Sakit
7ingan 0 5M
St. /eneralis 9
• 9 1'$ 0 :$
mm4g
• @ 9 1$$G0mnt
• S 9 '3,
• 2 9 # G0mnt
St. ginekologi 9
• 22C (O)
Daboratorium 9
4b :,6
Mola hidatidosa
pada
sekundigravida
% ?bservasi <
OC
% transfusi 275
# kantong
7encana
uretase besok
gl S ? " 2
27
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
28/35
#601$01#
2kl
$3.$$
LI&
2erdarahan
pervaginam
u 0 es 9 Sakit
7ingan 0 5M
St. /eneralis 9
• 9 1$ 0 :$
mm4g
• @ 9 ;3G0mnt
• S 9 '3,
• 2 9 # G0mnt
St. ginekologi 9
• 22C (O)
Mola hidatidosa
pada
sekundigravida
% ?bservasi <
OC
% uretase
anggal #6%1$%1#, pukul 1$.'$ LI& dilakukan kuretase
Dapooran tindakan kuretase 9
• esinfeksi• Stadium @arkose
• 2osisi pasien Ditotomi
• ilakukan kuretase
• 4asil 9
o aringan mola kurang lebih 16$$ cc
o 2erdarahan '$$ cc
• 2asang tampon
• ?perasi selesai
• < pasien baik
Instruksi post operasi 9
• ?bservasi
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
29/35
• Invitec per rectal ' tab
• "sam mefenamat 'G+$$mg
• S 1G1
• 2eriksa Dab 4b
gl S ? " 2
#:01$01#
2kl
$3.$$
LI&
eluhan (%) u 0 es 9 Sakit
7ingan 0 5M
St. /eneralis 9
• 9 1'$ 0 :$
mm4g
• @ 9 ;3G0mnt
• S 9 '6,#
• 2 9 # G0mnt
St. ginekologi 9
• 22C (O)
2ost kuretase
hari 1
% ?bservasi <
OC
% observasi
perdarahan
gl S ? " 2
29
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
30/35
#;01$01#
2kl
$3.$$
LI&
eluhan (%) u 0 es 9 Sakit
7ingan 0 5M
St. /eneralis 9
• 9 1'$ 0 :$
mm4g
• @ 9 ::G0mnt
• S 9 '3,
• 2 9 # G0mnt
St. ginekologi 9
• 22C (%)
2ost curetase % ?bservasi <
OC
% pasien boleh
pulang
30
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
31/35
BAB I9
ANALISIS KASUS
2enegakkan diagnosis pasien berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan ginekologik dan pemeriksaan penunjang.
&erdasarkan hasil anamnesis diperoleh adanya amenorhea, perdarahan
pervaginam . Ibu juga tidak merasakan gerakan janin kehamilan. 4al ini sesuai
dengan teori dimana dikatakan bah!a tanda dan gejala mola hidatidosa ialah
amenorhea, perdarahan pervaginam, dan tidak ditemukan tanda kehamilan pasti
seperti balotemen dan detak jantung anak. (#) (+) 2erdarahan pervaginam merupakan
gejala utama mola. Sifat perdarahan bisa intermiten, sedikit%sedikit atau sekaligus
banyak sehingga menyebabkan syok atau kematian. 2revalensi perdarahan
sebelumnya dilaporkan muncul pada ;6 - kasus, sekarang hanya didapatkan pada
: - kasus dengan derajat bervariasi dari flek hingga perdarahan masif selama
trimester pertama. 2erdarahan dapat terjadi selama beberapa minggu atau bulan
secara intermiten. "kibat perdarahan, maka anemia defisiensi besi dan anemia
delusional akibat hipervolemia seringkali terjadi pada beberapa kasus mola yang
besar. aringan mola dapat terpisah dari desidua dan menganggu pembuluh darah
maternal, yang akan mendistensi cavum endometrium dikarenakan kumpulan
darah. "nemia didapatkan pada setengah dari kasus , namun sekarang hanya : -
kasus saja terdapat anemia. (1')
2ada pemeriksaan fisik diperoleh < uteri yang lebih besar dibanding usia
kehamilan, (%) dan dari pemeriksaan ginekologi diperoleh fluGus darah
ber!arna merah kecoklatan.
2emeriksaan penunjang yang dilakukan pada kasus ini adalah
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
32/35
2enatalaksanaan pada kasus ini sesuai dengan literatur, dengan memperbaiki
keadaan umum dan melakukan evakuasi mola dengan vakum kuretase 2erbaikan
keadaan umum yang dilakukan ialah dengan memberikan Infus 7D dan transfuse
275. Setelah keadaan umum diperbaiki dilakukan vakum kuretase . untuk
memperbaiki kontraksi diberikan uterotonika. Cakum kuretase dilanjutkan dengan
kuretse dengan menggunakan sendok kuret biasa yang tumpul. indakan kuret
cukup dilakukan 1 kali saja. uret kedua dilakukan hanya bila terdapat indikasi + .
pada kasus ini setelah dilakukan kuretase, jaringan mola tidak dilakukan
pemeriksaan 2".
Setelah dilakukan kuretase, dan pasien diperbolehkan pulang. *dukasi
yang diberikan adalah agar pasien kontrol sesuai jad!al dari dokter untuk
melakukan pengamatan lanjutan kadar h5/ .
32
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
33/35
BAB 9
PENUTUP
Kei)*ulan
2ada pasien ini ditegakkan diagnosis mola hidatidosa berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
2enatalaksanaan mola hidatidosa pada kasus ini sudah sesuai dengan
literatur, yaitu perbaikan keadaan umum dan bila keadaan umum sudah
baik maka dilakukan evakuasi mola. *vakuasi mola pada kasus ini dengan
vakum kuretase Setelah dilakukan kuretase, dan pasien diperbolehkan pulang. *dukasi
yang diberikan adalah agar pasien kontrol sesuai jad!al dari dokter untuk
melakukan pengamatan lanjutan kadar h5/
33
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
34/35
DA%TA& PUSTAKA
1. 3unning,a)+ %. (ar0+ et al. Obstetri Williams. olume #./disi #1. akarta 92enerbit &uku edokteran */5, #$$+.
#. :inkn"j"atr"+ Hanifa+ Saifu##in+ Ab#ul Bari an# &a,i),a#,i+
Trijat)" 0lmu andungan./disi edua.. akarta 9 Bayasan &ina 2ustaka
Sar!ono 2ra!irohardjo, #$$6.
'. De 3,erne0+ Alan H. 'urrent Diagnosis 2 Treatment Obstetrics 2
Gynecology" Tenth /dition.
-
8/17/2019 Firman Kasus Mola ISI
35/35
anagement of Hydatidiform ole. Lurain+ J",n &. "merican ournal of
?bstetrics /ynecolog, #$1$, "merican ournal of ?bstetrics /ynecolog.
1' Berek+ JS. 9ere) 2 :ova);s Gynecology.16th edition. Dippincott Lilliams
Lilkins.