mola hidatidosa.docxhgcghchc

25
MANAJEMEN KASUS I MOLA HIDATIDOSA Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Ujian Profesi Kedokteran Bagian Obstetrik Ginekologi RSUD Goeteng Purbalingga Disusun oleh : Amelia Rozianty (13712123) Pembimbing : dr. Agus Puji Mei Arso, Sp.OG SMF ILMU OBSTETRIK GINEKOLOGI RSUD GOETENG PURBALINGGA

Upload: diosukardi

Post on 21-Nov-2015

227 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

hgchgcgh

TRANSCRIPT

MANAJEMEN KASUS IMOLA HIDATIDOSA

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Ujian Profesi Kedokteran Bagian Obstetrik GinekologiRSUD Goeteng Purbalingga

Disusun oleh : Amelia Rozianty (13712123)Pembimbing : dr. Agus Puji Mei Arso, Sp.OG

SMF ILMU OBSTETRIK GINEKOLOGIRSUD GOETENG PURBALINGGAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIAYOGYAKARTA2014

UNIVERSITASISLAMINDONESIAFAKULTAS KEDOKTERANDEPARTEMEN ILMU OBSETRI GINEKOLOGI

STATUS PASIEN

Nama Dokter MudaAmelia RoziantyTanda Tangan

NIM13712123

Tanggal Presentasi

Rumah SakitRSU dr. R. Goeteng Taroenadibrata

Gelombang Periode26 Mei 9 Agustus 2014

A. IdentitasNama : Ny. KJenis Kelamin : PerempuanUmur : 31 tahunAlamat : Adiarsa 8/2Agama : IslamPekerjaan : IRTNomer RM: 56 80 06 Tanggal Masuk : 5 Juni 2014Tanggal Diperiksa: 6 Juni 2014Bangsal : VKNama Suami: Tn. BPekerjaan: Swasta

B. AnamnesisKeluhan Utama : Keluar darah dari jalan lahir

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke Bangsal VK RSUD Purbalingga rujukan dr. Agus PMA SP. OG G5P3A1 hamil 14 minggu dengan perdarahan pervaginam yang dirasakan sejak 4 Juni 2014.

Riwayat PerkawinanKawin: Menikah 2 kali Umur waktu kawin: 29 tahunUmur suami waktu kawin: 35 tahunLama perkawinan: 2 tahun

Riwayat menstruasiMenarche: Umur 14 tahunMentruasi: Teratur tiap bulanJumlah darah menstruasi: BiasaRasa sakit saat menstruasi: -Perdarahan di luar siklus: -HPHT: 25 Februari 2014

Riwayat fertilitasRiwayat Kehamilan Sekarang G5P3A1HPHT: 25 Februari 2014HPL : 6 Desember 2014Hamil: 14 mingguMual-muntah: -Sesak Nafas: -Perdarahan: +Hipertensi: -Kejang : -

Riwayat Keluarga BerencanaAKDR 1997 2001Susuk 2002 2005Suntik 2013Pil 2013

C. PEMERIKSAAN FISIKStatus GeneralisKU: Baik, compos mentisVital Sign: TD : 120/90 mmHg, N : 94, S : 36,7Berat Badan: 60 KgTinggi Badan: 156 CmGizi: BaikKepala: Edema periorbital (-), konjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-)Leher: Simetris, defiasi trakea (-), perbesaran kelenjar tiroid (-), perbesaran limfonodi (-)Dada: Auskultasi: vesikuler, ronki basah (-)Abdomen: Nyeri tekan (-)Extremitas: Edema (-)

Status ObstetriInspeksi: Linea nigra (+), Striae gravidarum (-)Palpasi Leopold I : TFU 34 cmLeopold II : Tidak dilakukanLeopold III: Tidak dilakukanLeopold IV: Tidak dilakukan

Vaginal Toucher: Pembukaan servik 1 cm, portio masih dibelakang, sarung tangan terdapat lendir darah.

Kesimpulan ANC Umur kehamilan (Minggu)14 minggu

TFU (cm)20 cm

Presentasi(-)

Turunnya bagian bawah(-)

Punggung(-)

DJJ(-)

D.PEMERIKSAAN PENUNJANGLaboratorium : Hb:9,3 AL:6,6Hmt:28AE: 3,0AT:99Masa perdarahan : 4,00Masa pembekuan : 4,30Golongan darah : OHBsAg: (-)

Urin : Protein urin (-)

E. DIAGNOSISMola hidatidosa

F. PROGNOSISDubia et bonam

G. PENATALAKSANAAN1. Terapi Pre kuret Infus RL 20 tpm Transfusi PRC 2 kolf2. Kuretase3. Terapi post kuret Drip oxytocin 10 IU 20 tpm Cefadroxil 2x500 mg Asam Mefenamat 3x500 mg Metilergomentrin 3x1

EDUKASI Makan tidak terdapat pantangan, makan makanan yang tinggi protein untuk mempercepat penyembuhan luka. Mobilisasi untuk pempercepat penyembuhan Tidak boleh mengurut bagian perut karena dapat mengakibatkan perdarahan.

MOLA HIDATIDOSA

PENDAHULUANMola hidatidosa merupakan salah satu penyakit trofoblast gestasional (PTG), yang meliputi berbagai penyakit yang berasal dari plasenta, yaitu mola hidatidosa parsial dan komplit, koriokarsinoma, mola invasif, dan placental site trophoblastic tumors. Mola hidatidosa adalah neoplasma jinak dari sel trofoblast. Pada mola hidatidosa kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan patologik. Kehamilan mola secara histologis ditandai dengan kelainan vili khorionik yang terdiri dari proliferasi trofoblast dengan derajat bervariasi dan edema stroma vilus. Mola biasanya terletak dirongga uterus, tetapi kadang-kadang terletak di tuba fallopi dan bahkan ovarium.Mola hidatidosa merupakan penyakit yang terjadi pada wanita dalam masa reproduksi, yakni antara umur 15 tahun sampai 45 tahun. Insidensinya lebih banyak ditemukan di Negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin jika dibandingkan dengan insidensi pada Negara-negara barat. Angka kejadian mola hidatidosa pada bagian barat Amerika Serikat ialah terjadi 1 kejadian kehamilan mola dari 1.000-1.500 kehamilan. Mola hidatidosa ditemukan kurang lebih 1 dari 600 kasus abortus medisinalis. Di Asia insidensi mola 15 kali lebih tinggi daripada di Amerika Serikat, dengan Jepang yang melaporkan bahwa terjadi 2 kejadian kehamilan mola dari 1.000 kehamilan. Di Negara-negara Timur Jauh beberapa sumber memperkirakan insidensi mola lebih tinggi lagi, yakni 1:120 kehamilan.

DEFINISIMola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dimana seluruh vili korialisnya mengalami perubahan hidrofobik. Mola hidatidosa juga dihubungkan dengan edema vesikular dari vili khorialis plasenta dan biasanya tidak disertai fetus yang intak. Secara histologi, ditemukan proliferasi trofoblast dengan berbagai tingkatan hyperplasia dan displasia. Vili khorialis terisi cairan, membengkak, dan hanya terdapat sedikit pembuluh darah.Mola hidatidosa dapat dibagi menjadi dua kategori, antara lain mola hidatidosa komplit dan mola hidatidosa parsial. Mola hidatidosa komplit tidak berisi jaringan fetus, dimana 90% biasanya terdiri dari kariotipe 46,XX dan 10% terdiri dari kariotipe 46,XY. Semua kromosomnya berasal dari sisi paternal. Ovum yang tidak bernukleus akan mengalami fertilisasi oleh sperma haploid yang kemudian berduplikasi sendiri, atau satu telur dibuahi oleh dua sperma. Pada mola yang komplit , vili khorialis memiliki ciri seperti buah anggur, dan terdapat hyperplasia tropoblastik. Sedangkan pada mola hidatidosa parsial, terdapat jaringan fetus. Eritrosit fetus dan pembuluh darah di vili khorilais masih didapatkan. Vili khorialis terdiri dari berbagai ukuran dan bentuk dengan stroma tropoblastik yang menonjol dan berkelok-kelok.

EPIDEMIOLOGIPrevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, dan Amerika Latin jika dibandingkan dengan Negara-negara barat. Di Negara-negara barat dilaporkan 1:200 atau 2000 kehamilan, sedangkan di Negara-negara berkembang sebesar 1:100 atau 600 kehamilan. Insidensi di Indonesia dilaporkan mencapai 1:85 kehamilan dan di RS dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta 1:31 persalinan dan 1:49 kehamilan.Pada pasien dengan mola hidatidosa, 20% kasus berkembang menjadi keganasan trofoblastik. Setelah mola sempurna berkembang, invasi uterus terjadi pada 15% pasien dan metastasis terjadi pada 4% kasus. Tidak ada kasus koriokarsinoma yang dilaporkan berasal dari mola parsial, walaupun pada 4% pasien, mola parsial dapat berkembang menjadi penyakit trofoblastik gestasional persisten non-metastatik yang membutuhkan kemoterapi.Insiden kehamilan mola beragam diantara kelompok-kelompok etnis dan biasanya tertinggi pada Negara-negar Amerika Latin, Timur Trngah dan Asia Timur. Mola hidatidosa biasnaya lebih sering dijumpai pada wanita usia reproduksi, yakni 15 hingga 45 tahun, dimana wanita pada umur remaja muda atau premenopausal yang paling beresiko. Wanita dengan umur 35 tahun keatas memiliki peningkatan resiko 3 kali lipat. Wanita denga usia lebih dari 40 tahun mengalami peningkatan sebanyak 7 kali lipat jika dibandingkan dengan wanita yang lebih muda. Peran graviditas, paritas, faktor reproduksi lain, status esterogen, kontrasepsi oral, dan faktor makanan dalam resiko penyakit trofoblastik gestasional masih belum jelas. Kekambuhan mola hidatidosa dijumpai pada sekitar 1-2% kasus. Dalam suatu kajian terhadap 12 penelitian yang total mencakup hampir 5.000 persalinan, frekuensi mola rekuren adalah 1,3%.

ETIOLOGIPenyebab pasti mola hidatidosa tidak diketahui, tetapi faktor-faktor yang mungkin dapat menyebabkan dan mendukung terjadinya mola, antara lain :1. Faktor ovum, di mana ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan2. Imunoselektif dari trofoblast3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah4. Paritas tinggi5. Kekurangan protein6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas

PATOFISIOLOGIUntuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan sebutir ovum, sesudah keluar dari ovarium diantarkan melalui tuba uterin ke uterus (pembuahan ovum secara normal terjadi dalam tuba uterin) sewaktu hamil yang secara normal berlangsung selama 40 minggu, uterus bertambah besar, tetapi dindingnya menjadi lebih tipis tetapi lebih kuat dan membesar sampai keluar pelvis, masuk ke dalam rongga abdomen pada masa fetus. Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi sempurna. Tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian. Seringkali perkembangan kehamilan mendapat gangguan. Demikian pula dengan penyakit trofoblast, yang merupakan kegagalan reproduksi. Di sini kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan patologik yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan, berupa degenerasi hidrofobik dari jonjot korion, sehingga menyerupai gelembung yang disebut mola hidatidosa. Sebagian dari vili berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih merupakan kista-kista kecil seperti anggur dan dapat mengisi seluruh cavum uteri. Secara histopatologik kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola, yaitu satu jenis tumbuh dan yang satu lagi menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai yang berdiameter lebih dari 1 cm. pada umumnya penderita mola hidatidosa akan menjadi baik kembali. Tetapi ada diantaranya yang kemudia mengalami degenerasi keganasan yang berupa karsinoma.Teori terjadinya penyakit trofoblast ada 2, yaitu teori missed abortion dan teori neoplasma. Teori missed abortion menyatakan bahwa janin mati pada kehamilan 3-5 minggu karena itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan masenkim dari vili dan akhirnya terbentuk gelembung-gelembung. Teori neoplasma menyatakan bahwa yang abnormal adalah sel-sel trofoblast dan juga fungsinya dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam vili sehingga timbul gelembung. Hal ini menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian janin.

KLASIFIKASIMola Hidatidosa SempurnaVili korionik berubah menjadi suatu massa vesikel-vesikel jernih. Ukuran vesikel bervariasi dari yang sulit dilihat, berdiameter sampai beberapa sentimeter dan sering berkelompok-kelompok menggantung pada tangkai kecil. Temuan histologik ditandai oleh adanya, antara lain : Degenarasi hidrofobik dan pembengkakan stroma vilus Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak Proliferasi epitel trofoblast dengan derajat bervariasi Tidak adanya janin dan amnionMola sempurna tidak memiliki jaringan fetus. 90% merupakan genitip 46XX dan sisanya 46XY. Vili korionik berubah menjadi suatu massa vesikel-vesikel jernih. Mola sempurna dapat dibagi 2 jenis, yaitu :

Mola Sempurna AndrogenetikHomozygous Merupakan 80% dari kejadian mola sempurna. Dua komplemen kromosom paternal identic, didapatkan dari duplikasi kromosom haploid seluruhnya dari ayah. Selalu perempuan, 46YY tidak pernah ditemukan.

HeterozygousMerupakan 20% dari kejaidan mola sempurna. Dapat laki-laki atau perempuan. Semua kromosom berasal dari kedua orangtua, kemungkinan besar terjadi karena pembuahan dua sperma.

Mola Sempurna BiparietalGenotip ayah dan ibu terlihat, tetapi gen maternal gagal memengaruhi janin sehingga hanya gen paternal yang terekspresi. Mola sempurna biparietal jarang ditemukan. Bentuk rekuren mola biparietal (yang merupakn familial dan sepertinya diturunkan sebagai autosomal resesif) pernah ditemukan. Telah ditemukan daerah kromosom yang menjadi calon yaitu 19q13. Presentasi klinis yang tipikal pada kehamilan mola sempurna dapat didiagnosis pda trimester pertama sebelum onset gejala dan tanda muncul. Gejala yang paling sringa terjadi pada mola sempurna adalah perdarahan pervaginam. Jaringan mola terpisah dari desidua dan menyebabkan perdarahan. Uterus dapat menjadi membesar akibat darah yang jumlahnya besar dan cairan merah gelap dapat keluar dari vagina. Gejala ini terjadi pada 97% kasus mola hidatidosa. Pasien juga melaporkan mual muntah yang hebat. Ini diakibatkan peningkatan kadar human chorionic gonadotropin (HCG). Sekitar 7% pasien juga datang dengan takikardi, tremor dan kulit hangat.

Mola Hidatidosa ParsialApabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang berkembang, dan mungkin tampak sebagai jaringan janin. Terjadi perkembangan hidatidosa yang berlangsung lambat pada sebagian vili yang biasanya avascular, sementara vili-vili berpembuluh lainnya dengan sirkulasi janin plasenta yang masih berfungsi tidak terkena. Pasien dengan mola parsial tidak memiliki manifestasi klinis yang sama pada mola sempurna. Pasien ini biasanya datang dengan tanda dan gejala yang mirip aborsi inkomplit atau missed abortion yakni perdarahan vagina dan hilangnya denyut jantung janin. Pada mola parsial, jaringan fetus biasnya didapatkan, eritrosit dan pembuluh darah fetus pada vili merupakan penemuan yang seringkali ada. Komplemen kromosomnya yaitu 69XXX atau 69XXY. Ini diakibatkan dari fertilisasi ovum haploid dan duplikasi kromosom haploid paternal atau akibat pembuahan dua sperma. Tetraploidi juga biasanya didapatkan. Seperti pada mola sempurna ditemukan jaringan trofoblastik hyperplasia dan pembengkakan vili chorionic.

MANIFESTASI KLINISa. Amenore dan tanda-tanda kehamilanb. Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan berat. Merupakan gejala utama dari mola hidatidosa, sifat perdarahan bisa intermiten selama beberapa minggu sampai beberapa bulan sehingga dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.c. Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai dengan usia kehamiland. Tidak dirasakan tanda-tanda adanya gerakan janin maupun ballontmente. Hyperemesis, pasien dapat mengalami mual muntah cukup beratf. Preeklamsi dan eklampsi sebelum minggu ke 24g. Keluar jaringan mola seperti buah anggur, merupakan diagnosa pastih. Gejala tirotoksikosis

DIAGNOSISDiagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, USG dan histologis. Pada mola hidatidosa yang komplet terdapat tanda dan gejala klasik yakni :a. Perdarahan vaginal. Gejala klasik yang paling sering pada mola komplet adalah perdarahan vaginal. Jaringan mola terpisah dari desidua, menyebabkan perdarahan. Uterus membesar (distensi) oleh karena jumlah darah yang banyak, dan cairan gelap bisa mengalir melalui vagina. Gejala ini terdapat dalam 97% kasus.b. Hyperemesis. Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang berat. Hal ini merupakan akibat dari peningkatan secara tajam hormon B-HCG.c. Hipertiroid. Setidaknya 7% penderita memiliki gejala takikardi, tremor dan kulit yang hangat.Kebanyakan mola sudah dapat dideteksi lebih awal pada trimester awal sebelum terjadi onset gejala klasik tersebut, akibat terdapatnya alat penunjang USG yang beresolusi tinggi. Gejala mola parsial tidak sama seperti mola komplet. Penderita biasanya mengeluhkan gejala seperti terjadinya abortus inkomplet atau missed abortion, seperti adanya perdarahan vaginal, tidak adanya denyut jantung janin. Dari pemeriksaan fisik pada kehamilan mola komplet didapatkan umur kehamilan yang tidak sesuai dengan besarnya uterus (tinggi fundus uteri). Pembesaran uterus yang tidak konsisten ini disebabkan oleh pertumbuhan trofoblastik yang eksesif dantertahannya darah dalam uterus. Didapatkan pula adanya gejala preeklamsia yang terjadi pada 27% kasus dengan kerakteristik hipertensi (TD > 140/90 mmHg), proteinuria (> 300 mg/dl), dan edema dengan hiperefleksia. Kejadian kejang jarang didapatkan. Kista theca lutein, yakni kista ovarii yang diameternya berukuran > 6 cm yang diikuti oleh pembesaran ovarium. Kista ini tidak selalu dapat teraba pada pemeriksaan bimanual melainkan hanya dapat diidentifikasi dengan USG. Kista ini berkembang sebagai respon terhadap tingginya kadar brta HCG dan akan langsung regresi bila mola telah dievakuasi.Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain kadar beta HCG yang normal. Bila didapatkan > 100.000 mIU/ml merupakan indikasi dari pertumbuhan trofoblastik yang banyak sekali dan kecurigaan terhadap kehamilan mola harus disingkirkan. Anemia merupakan komplikasi yang sering terjadi disertai dengan kecenderungan terjadinya koagulopati. Shingga pemeriksaan darah lengkap dan tes koagulasi dilakukan. Dilakukan juga pemeriksaa tes fungsi hat, BUN dan kreatinin serta tiroksin dan serum inhibin A dan activin.Pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan standar untuk mengidentifikasi kehamilan mola. Dari gambaran USG tampak gambaran badai salju (snow strom) yang mengindikasikan vili khorialis yang hidropik. Dengan resolusi yang tinggi didapatkan massa intrauterine yang kompleks dengan banyak kistta yang kecil-kecil. Bila telah ditegakkan diagnosis mola hidatidosa, maka pemeriksaan rontgen pulmo harus dilakukan karena paru-paru merupakan tempat metastasis pertama bagi PTG.Pemeriksaan histologis memperlihatkan pada mola komplet tidak terdapat jaringan fetus, terdapat proliferasi trofoblastik, vili yang hidropik, serta kromosom 46XX atau 46XY. Sebagai tambahan pada mola komplet memperlihatkan peningkatan faktor pertumbuhan, termasuk c-myc, epidermal growth factor, dan c-erb B-2, dibandingkan pada plesenta normal. Pada mola terdapat jaringan fetus beserta amnion dan eritrosit fetus.

KLINISAnamnesisAda kehamilan disertai gejala dan tanda kehamilan muda yang berlebihan, perdarahan pervaginam berulang cenderung berwarna coklat dank dang bergelembung seperti busa.

Pemeriksaan fisik Inspeksi: Wajah dan kadang-kadang badan kelihatan kekuningan yang disebut wajah mola (mola face) Palpasi: Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek. Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballontment dan gerakan janin. Auskultasi: Tidak terdengar bunyi denyut jantung janin Px Dalam: Memastikan besarnya uterus, uterus terasa lembek, terdapat perdarahan dalam kanalis servikalis

Hasil penemuan fisikMola sempurna Ukuran yang tidak sesuai dengan umur gestasi. Pembesaran uterus lebih besar daripada biasanya pada usia gestasi tertentu merupakan tanda yang klasik dari mola sempurna. Pembesaran tidak diharapkan disebabkan oleh pertumbuhan trofoblastik berlebih dan darah yang tertampung. Namun pasien yang datang dengan ukuran sesuai dengan umur kehamilan bahakan lebih kecil tidak jarang ditemukan. Preeklamsia. Sekitar 27% pasien dengan mola sempurna mengalami toxemia ditandai oleh adanya hipertensi (TD 140/90 mmHg), proteinuria (> 300 mg/dl), dan edema dengan hiperrefleksia. Kista teca lutein, merupakan kista ovarium dengan diameter lebih besar dari 6 cm dan diikuti dengan pembesaran ovarium. Kista ini biasanya tidak dapat diplapasi pada pemeriksaan bimanual namun dapat teridentifikasi dengan USG. Pasien biasanya mengeluhkan nyeri pelvis, karena adanya peningkatan ukuran ovarium, terdapat resiko torsi. Kista ini berkembang akibat adanya kadar beta-HCG yang tinggi dan kadarnya biasanya menurun setelah mola.

Mola Parsial Lebih sering tidak memperlihatkan tanda fisik. Paling sering ditemukan dengan USG Pembesaran uterus dan preeklamsia dilaporkan terjadi hanya pada 3% kasus Kista theca lutein, hyperemesis dan hipertiroidisme jarang terjadi

Mola kembar Gestasi kembar dengan mola sempurna dan janin dengan plasenta normal telah dilpaorkan. Kasus bayi lahir dengan sehat (dengan kembar mola) pada keadaan seperti ini juga dilaporkan. Wanita dengan gestasi normal dan mola beresiko untuk menjadi persisten dan cenderung dapat bermetastasis. Mengkahiri kehamilan merupakan pilihan yang direkomendasikan. Kehamilan dapat dilanjutkan selama status maternal stabil, tanpa perdarahan, tirotoksiskosis, atau hipertensi berat. Pasien sebaiknya diberitahu mengenai resiko dari moribiditas maternal akibat komplikasi mola kembar. Diagnosa genetic prenatal melalui sampling chorionic villus atau amniosentensis direkomendasikan untuk mengevaluasi kario tipe fetus.

PEMERIKSAAN PENUNJANGLaboratoriumPengukuran kadar HCG yang tinggi maka uji biologic dan imunologik (Galli Mainini dan Plano test) akan positif setelah titrasi. Galli Mainini 1/300 (+) maka suspek mola hidatidosa

Radiologik Foto polos abdomen-pelvis: tidak ditemukan tulang janin USG: ditemuan gambaran snow strom

Uji SondeTidak selalu dikerjakan, biasanya dilakukan sebagai tindakan awal kuretase

HistopatologikDari gelembung-gelembuk yang keluar, dikirim ke laboratorium PA

TATA LAKSANAEvakuasi1. Perbaikan keadaan umum2. Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap. Bila kanalis servikalis belum terbuka dipasang laminaria dan 12 jam kemudian dilakukan kuret.3. Memberikan obat-obatan antibiotic dan uterotoinika.4. 7-10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan kedua untuk membersihkan sisa-sisa jaringan.5. Histerektomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari 30 tahun, paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi pusat atau lebih.

Pengawasan lanjutan1. Ibu dianjurkan tidak hamil lagi dan dianjurkan memakai kontrasespsi oral pil2. Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun, yaitu setiap minggu pada triwulan pertama, setiap 2 minggu pada triwulan kedua, setiap bulan pada 6 bulan berikutnya, setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.3. Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan : Gejala klinis : keadaan umum, perdarahan Pemeriksaan dalam : keadaan serviks, uterus bertambah kecil atau tidak Laboratorium : reaksi biologis dan imunologis : 1x seminggu sampai hasil negative, 1x per dua minggu selama triwulan selanjutnya, 1x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya, 1x per tiga bulan selama tahun berikutnya. Kalau hasil reaksi titer masih positif maka harus dicurigai adanya keganasan4. Sitostatika profilaksis : Metoreksat 3x5 mg selama 5 hari

DAFTAR PUSTAKA1. Abdullah. M.N dkk. Mola Hidatidosa. Pedoman diagnosis dan terapi lab/upf. Kebidanan dan Penyakit Kandungan. RSUD dr. Soetomo Surabaya. 1994. Hal 25-28.2. Cuninngham. F.G. et al. Mola Hidatidosa. Penyakit Trofoblastik Gestasional Obstetri Williams. Edisi 21. Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran. ECG Jakarta. 2006. Hal 930-938.3. Lisa E Moore, 2008. Hydatidiform Mole. Download at 26 Juni 2014 available from : www.e-medicine.com.4. Martaadisoebrata. D, & Sumapraja, S. Penyakit Serta Kelainan Plasenta & Selaput Janin. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2002. Hal 341-348.5. Mochtar. R. Penyakit Trofoblas. Sinopsis Obstetric. Jilid I. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran. ECG Jakarta. 1998. Hal 238-243.