2. bab i pendahuluan kejang parsial sederhana
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Epilepsi atau lebih dikenal dengan istilah kejang merupakan salah satu
penyakit di bidang neurologi yang dapat mengenai semua kalangan usia dan
menyebabkan mortalitas. Populasi epilepsi aktif yaitu penderita dengan bangkitan
yang tidak terkontrol atau yang memerlukan pengobatan diperkirakan antara 4
hingga 10 per 1000 penduduk per tahun dan di negara berkembang diperkirakan 6
hingga 10 per 1000 penduduk. Insiden kejang parsial pada orang yang lebih muda
dari 60 tahun adalah 20 kasus per 100.000 orang per tahun. Angka ini meningkat
80 kasus per 100.000 orang per tahun pada orang berusia 60-80 tahun1,2.
Istilah epilepsi di kalangan masyarakat Indonesia telah dikenal secara luas
dengan sebutan sawan, ayan, sekalor, dan celengan. Stigma yang mengakibatkan
diskriminasi pada penderita epilepsi masih terjadi dikalangan masyarakat akibat
rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit ini. Masyarakat sering
menganggap penyakit ini seperti penyakit gila, kutukan, atau penyakit turunan
sehingga penderita sering tidak diobati atau disembunyikan. Oleh karena itu,
banyak penderita epilepsi yang tidak terdiagnosis dan tidak mendapatkan
pengobatan yang tepat. Dampak klinik dan psikososial yang dapat timbul dari
kejadian ini dapat merugikan penderita tersebut2.
Permasalahan yang sering timbul di kalangan masyarakat untuk
penanggulangan epilepsi adalah menentukan diagnosis epilepsi secara pasti.
Diagnosis dan pengobatan epilepsi tidak dapat dipisahkan karena pengobatan
yang sesuai dan tepat dapat dilakukan jika diagnosis epilepsi sudah ditegakkan
secara pasti. Penyebab penyakit ini bermacam-macam meliputi faktor-faktor
perinatal, malformasi otak kongenital, faktor genetik, penyakit infeksi (ensefalitis,
meningitis), penyakit demam, gangguan metabolisme, dan sebagainya. Kejang
parsial dapat dibagi menjadi kejang parsial sederhana, kejang parsial kompleks,
dan kejang parsial yang berkembang menjadi kejang umum3.
1