parsial 2012

9
Edisi2012 PengelolaanDanaMasjid, SudahBaikkah?

Upload: sef-ugm

Post on 07-Mar-2016

249 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Parsial 2012

Edisi�2012

Pengelolaan�Dana�Masjid,Sudah�Baikkah?

Page 2: Parsial 2012

shariaheconomics.org

MUKADIMAH

penting dalam berdirinya suatu peradaban. Fungsi dari masjid sangat luas hingga menjadi pusat aktivitas dan kebutuhan masyarakat yang tidak hanya mencakup aktivitas peribadatan. Dalam masa itu, masjid menjadi tempat pengobatan dan pendidikan, tempat penyelesaian sengketa, tempat latihan siasat perang, serta kegiatan sosial lainnya.

Seiring perkembangan zaman, fungsi masjid saat ini mungkin tidak sepenuhnya sama dengan fungsi yang dimiliki masjid di masa Rasulullah dan kekhalifahan. Secara umum, masjid saat ini tetap menjalankan kegiatan pokok yang berkaitan dengan keagamaan dan peribadatan, meski tidak menutup kemungkinan masjid melakukan kegiatan lain. Namun, harus diakui bahwa peran yang diambil masjid saat ini sudah tidak sebesar masjid pada masa Rasulullah.

PENERBIT Shariah Economics Forum,

Universitas Gadjah Mada KETUA UMUM

Ade Febriady SEKJEN

Gigih RahutomoKEPALA RISET DAN

PENGEMBANGAN Eros Arsindolingga

WAKIL KEPALA RISET DAN PENGEMBANGAN

Ratna YudhiyatiSTAF RISET DAN PENGEMBANGAN

Gita Danastri PutriRahmatdi

Harits Budi SusiloTraheka Erdyas BHerawan CarakaFaradilla Fajrin A

M. Andira BarmanaAldo Egi Ibrahim

Pendahuluan“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah

kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seorang pun di dalamnya di samping Allah.”(QS. Al-Jin: 18)

yat di atas menunjukkan kedudukan masjid Abagi Allah SWT yang mengisyaratkan arti penting keberadaannya di muka bumi.

Dalam pengertian menurut bahasa, masjid merupakan tempat bersujud atau beribadah. Sedangkan pengertian menurut istilah syara', masjid merupakan tempat beribadah kaum muslimin dan muslimat untuk menyembah dan memuji keesaan Allah dengan menyucikan dan mengagungkan kemuliannya. Masjid di era Rasulullah dan kekhalifahan mengambil peranan

Bayu NuswantoroM. Alif Timur GhifariNurul WakhidahZidnie Dzakya UrbayaniAnindita Dyah LaksmitaAmanda WijayantiM. Akbar Fadzkurrahman AAchmad Masyhadul ANovieka KurniawanIkhsan BriliantoM. Erwien WijanokoNadhya Azka AuliaMarkhatin Nurul LALAMATMusholla Al-Banna lt. 3, Sayap Barat Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Jalan Sosio Humaniora 1 Bulaksumur, Yogyakarta TELP+62813 9991 3992 +62856 4356 9858

Mukadimah............1

Pembukaan...........2

Metode Penelitian..3

Hasil Penelitian......3

Mengelola Amanah U m a t u n t u k K e s e j a h t e r a a n Umat......................5

Membentuk Masjid yang Ideal..............6

Keuntungan Masjid yang Ideal..............7

H a m b a t a n d a n Tantangan..............8

Penutup.................9

KONTEN

PENGELOLAAN DANA MASJID, SUDAH BAIKKAH?

Edisi Kepengurusan 2012 || Parsial || 2

Page 3: Parsial 2012

shariaheconomics.org

KAMPUSIANA

Dalam melaksanakan berbagai kegiatan, masjid menghimpun dan mengelola dana ziswaf (zakat, infaq, shodaqoh, dan wakaf) dari masyarakat. Pemanfaatan dan pengelolaan dana masyarakat tersebut menjadi penting untuk dikaji dalam rangka mengembalikan peran masjid yang lebih besar di masyarakat. Kegiatan yang dihasilkan dari dana masyarakat diharapkan mampu memberikan arti penting bagi lingkungan sekitar masjid. Sehingga, fungsi yang dijalankan masjid tidak hanya sebatas kegiatan keagamaan dan peribadatan, seperti halnya pada masjid di masa Rasulullah.

Tidak hanya mengenai pemanfaatan dan pegelolaan, isu mengenai transparansi juga perlu dikedepankan oleh masjid saat ini. Mengingat dana diperoleh dari masyarakat, masjid diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas kepada masyarakat terkait pemanfaatan dan pengelolaan dana ziswaf.

Oleh karena itu, Tim Risbang SEF UGM tertarik untuk melakukan penelitian dalam rangka memberikan gambaran mengenai pemanfaatan dan pengelolaan dana masyarakat yang dikelola oleh masjid. Apakah pemanfaatan dan pengelolaan dana sudah tepat sasaran dan difungsikan dengan baik? Bagaimana hubungan pengelolaan dana itu dengan pelaksanaan fungsi masjid ideal seperti yang dicontohkan di era Rasulullah serta langkah-langkah apa yang dapat diambil?

Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif

yang dilaksanakan dengan tujuan memperoleh gambaran secara nyata mengenai pemanfaatan dan pengelolaan dana masyarakat yang dikelola oleh masjid. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2012 dengan mengambil sampel

sebanyak 33 masjid yang berada di sekitar kampus UGM (± 3 km). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, yakni dengan memberikan beberapa pertanyaan secara langsung kepada pengurus masjid.

Hasil PenelitianBerdasarkan hasil riset yang kami lakukan dari

sampel sejumlah 33 masjid yang ada di sekitar UGM (± 3 km) hasil yang ditunjukkan adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan rutin dan non-rutin yang dilakukan masjid:

Dari total 33 masjid yang kami riset, 42% di antaranya rutin mengadakan pengajian, 25% rutin mengadakan TPA, 10% rutin mengadakan kajian, dan 23% rutin mengadakan kegiatan lain-lain di luar kategori yang sudah ada. Kegiatan lain-lain tersebut di antaranya adalah belajar Al-Quran bagi ibu-ibu, pelatihan bagi mahasiswa, belajar bahasa arab, pemberian beasiswa, serta ada yang telah memiliki klini kesehatan sendiri dan telah beroperasi secara rutin.

3 || Parsial || Edisi Kepengurusan 2012

Page 4: Parsial 2012

shariaheconomics.org

MUKADIMAH

3. Waktu Penghitungan Dana

Dana yang telah masuk dalam kas masjid akan dihitung secara berkala. Dari 33 sample yang kami ambil, 66% di antaranya melakukan perhitungan tiap satu minggu sekali, 22% melakukan penghitungan dana tiap satu bulan sekali, dan 12% sisanya menghitung dananya pada kesempatan lain yang tidak disebutkan.

4. Penyimpanan Dana

Dana yang dimiliki masjid yang belum digunakan akan disimpan oleh pihak masjid baik itu di bendahara maupun di bank. Dari riset yang kami lakukan, 38% sampel menyimpan dananya dibendahara masjid. Sedangkan 62% sisanya disimpan dibank. Namun sayangnya, Tim Risbang kurang dapat melakukan spesifikasi apakah bank yang digunakan tersebut adalah bank syariah atau bank konvensional.

5. Transparansi Dana

Sebagai lembaga yang dipercaya oleh masyarakat untuk mengelola uangnya, maka sudah menjadi kewajiban masjid untuk terbuka mengenai keuangannya. Dari 33 sampel, cara masjid-masjid ini

Sedangkan kegiatan non-rutin yang dilakukan 33 sampel masjid tersebut di antaranya ada penyelenggaraan perayaan hari besar, kujungan dan dialog, santunan bagi orang sakit atau terkena musibah, lomba TPA atau MTQ, festival, bakti sosial serta melakukan pendampingan usaha dan menerima kunjungan

2. Sumber pendanaan masjid

Dalam menye lenggarakan berbaga i kegiatannya, tentu dana sangat dibutuhkan untuk mendukung kelancaran kegiatan tersebut. Oleh karena itu, masjid memiliki berbagai sumber pendanaannya. Dari sample yang ada, maka proporsi sumber pendanaannya adalah sebagai berikut:

Proporsi paling besar sumber pendanaan masjid berasal dari infaq yaitu sejumlah 43%. Selanjutnya, sebesar 28% sumber pendanaan lain-lain. Sumber pendanaan lain-lain disini, sebagian besarnya berasal dari donatur tetap yang menyumbang secara rutin pada masjid tersebut, sebagian lainnya merupakan pendapatan unit usaha yang dimiliki masjid dan pendapatan dari dana bagi hasil uang yang disimpan di bank syariah. 13% selanjutnya berasal dari dana zakat maal. 9% berasal dari shadaqah dan 7% sisanya berasal dari dana wakaf.

Edisi Kepengurusan 2012 || || 4Parsial

Page 5: Parsial 2012

shariaheconomics.org

KAMPUSIANA

dalam melakuakan transparansi adalah sebagai berikut:

Sebanyak 69% melakukan pengumuman secara tertulis, baik itu di papan pengumuman masjid maupun di mading yang secara rutin dibuat. Beberapa diantaranya bahkan telah memiliki pembukuan sendiri yang disimpan bendahara dan dapat dilihat siapapun yang menginginkannya. Sedangkan 31% sisanya melakukan pengumuman lisan setiap hari jumat. Ada pula beberap masjid yang melakukan dua metode ini sekaligus.

6. Pemanfaatan Dana

Pemanfaatan dana masjid sebagian besar terserap pada kegiatan operasional yaitu 37%. Kemudian, sebanyak 29% masjid memanfaatkan dana

untuk kegiatan lain-lain yang didominasi oleh renovasi dan pembangunan masjid, santunan, dana membayar penjaga masjid. Hanya beberapa masjid yang berani menggunakan dana untuk melakukan kegiatan produktif, seperti memberikan modal usaha bagi warga yang membutuhkan dukungan dana serta membuat desa binaan. Selain itu, terdapat pula masjid yang menggunakan dana untuk memberdayakan klinik kesehatan yang dibuka gratis bagi warga yang butuh berobat. 21% lainnya digunakan untuk kegiatan-kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh masjid.

Mengelola Amanah Umat Untuk Kesejahteraan Umat

Dari analisis hasil riset tersebut, masih terdapat banyak potensi yang sebenarnya dapat digali dari pengelolaan dana masjid. Dana yang sudah dipercayakan umat tersebut sebaiknya tidak hanya disimpan di bank. Jika masjid belum memiliki target jangka panjang, lebih baik dana tersebut diberdayakan untuk mengembangkan umat. Jika masjid memiliki dana berlebih, masjid dapat memberikan bantuan modal usaha bagi umat yang membutuhkan tambahan modal usaha. Fungsi bank hendaknya sebatas sebagai tempat penyimpanan untuk menjaga keamanan dana tersebut.

Pemberdayaan umat dengan dana masjid bukan tanpa risiko. Terkadang, timbul kekhawatiran dari pihak takmir masjid jika usaha yang dimodali tidak berhasil atau orang yang diberi modal tidak amanah. Hal ini dapat ditanggulangi dengan dilakukannya survei untuk menilai usaha yang akan atau telah dijalankan oleh calon penerima bantuan. Mengingat calon penerima bantuan merupakan jemaah di masjid tersebut, tidak akan terlalu sulit bagi takmir untuk

5 || Parsial || Edisi Kepengurusan 2012

Page 6: Parsial 2012

shariaheconomics.org

MUKADIMAH

memakmurkan masjid. Untuk melakukan hal tersebut, diperlukan

keaktifan dan kreativitas dari pengurus masjid dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang mampu meramaikan masjid. Selain kegiatan keagamaan, kegiatan lain, seperti pendidikan dan pemberdayaan, dapat pula dilaksanakan sehingga menjadikan masjid tidak hanya sekedar pusat keagamaan.

Membentuk Masjid yang IdealBerdasarkan analisis hasil riset pada halaman

sebelumnya, kami mendapatkan beberapa karakteristik terkait bentuk masjid ideal. Karakteristik ini berkaitan dengan pengelolaan, transparansi, serta pemanfaatan dana masjid. Hasil identifikasi karakteristik masjid ideal ini diharapkan mampu meningkatkan peran masjid tidak hanya sebagai tempat beribadah, tetapi juga “penggerak” kehidupan masyarakat di sekitar masjid, baik dalam bentuk pendidikan karakter dari kegiatan keagamaan untuk anak-anak dan masyarakat maupun distribusi kekayaan ke go longan masyaraka t yang membutuhkan. Karakteristik masjid ideal tersebut yaitu:

1. Menjadikan masjid tidak hanya sebagai pusat kegiatan ibadah rutin, tetapi juga pusat pendidikan dan pelayanan masyarakat

Berdasarkan hasil riset, terlihat bagaimana masjid di Yogyakarta kebanyakan memiliki kegiatan rutin seperti Pengajian, TPA (Taman Pendidikan Al Quran), dan kajian. Kegiatan non rutin yang diselenggarakan pun berkaitan dengan implementasi aqidah seperti syukuran haji, dan sholat jenazah. Namun, hal yang menarik, terdapat masjid yang mampu menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan

bentuk tim khusus untuk melakukan penilaian dan pendampingan bagi penerima bantuan tersebut.

Persoalan kembali timbul ketika pihak takmir merasa tidak mampu untuk menjalankan program tersebut. Oleh sebab itu, perlu dibuka jaringan kerjasama antara pengurus masjid dengan pengusaha muslim.

Selain bantuan modal kepada usaha kecil, masjid juga dapat memberdayakan remaja di lingkungan sekitar. Dengan kegiatan ini, kaum remaja diharapkan dapat menyalurkan tenaga dan kreativitasnya dalam kegiatan yang positif. Para remaja ini dapat didanai untuk berorganisasi, meningkatkan softskill, sosialisasi bahaya narkoba dan pergaulan bebas serta pelatihan kewirausahaan. Pemberdayaan umat semacam ini, telah diterapkan oleh beberapa masjid yang menjadi sampel riset kami.

Namun, sebagian masjid menghadapi masalah kekurangan dana. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan mengajukan proposal kerjasama kepada pengusaha maupun mencari donator. Di sisi l a i n , p e n g u r u s m a s j i d h a r u s m a m p u menyelenggarakan kegiatan yang berkualitas agar dapat mengundang partisipasi umat.

Beberapa masjid menabung dana untuk keperluan renovasi masjid dalam rangka meningkatkan kenyamanan umat. Dalam hal ini, masjid memiliki target jangka panjang yang harus dipenuhi. Sehingga, tabungan tersebut dapat tidak digunakan untuk pemberdayaan umat.

Akan tetapi, saat ini, terdapat fenomena masjid megah yang sepi umat. Fenomena tersebut menunjukkan kurangnya manfaat yang diberikan masjid bagi umat di sekitarnya. Urgensi bukan pada membangun masjid menjadi megah, tetapi membangun umat agar menyadari kembali pentingnya

Edisi Kepengurusan 2012 || Parsial || 6

Page 7: Parsial 2012

shariaheconomics.org

KAMPUSIANA

sosial dengan lebih menarik, seperti pelatihan bahasa arab, kegiatan belajar gratis, pengobatan gratis, klinik kesehatan, desa binaan, beasiswa dan santunan rutin ke anak yatim dan golongan miskin. Fakta ini menunjukkan bagaimana masjid diharapkan bukan hanya sebagai tempat ritual ibadah, melainkan juga sebagai pusat pendidikan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar.

1. Memiliki komponen sumber pendanaan masjid yang komprehensif, menjadikan Masjid pusat distribusi kekayaan masyarakat yang terpercaya

Ada beberapa komponen yang dapat menjadi sumber pendanaan masjid di antaranya infaq, shadaqah, wakaf, serta wakaf. Beberapa masjid dibangun dari wakaf tanah masyarakat untuk tempat ibadah. Semakin banyak komponen yang menjadi sumber pendanaan masjid, tentu menunjukkan bagaimana masjid sebagai tempat yang dipercaya untuk mendistribusikan kekayaan.

2. Memiliki proses perhitungan dana secara rutin

Kebanyakan masjid di Yogyakarta melakukan proses perhitungan dana setiap minggu, biasanya hari Jumat. Proses perhitungan yang rutin dengan kecermatan menunjukkan bagaimana pengurus masjid berkomitmen untuk mengelola dana secara teliti dan hati-hati. Proses tabulasi pemasukan masjid yang tidak rutin berpotensi membuat pengelolaan dana mas j id men jad i t i dak j e l as se r ta rawan penyalahgunaan (hilang).

3. Memiliki transparansi pengelolaan dan pemanfaaatan dana secara jelas dan terstruktur

Ada dua jenis metode pelaporan pengelolaan dana masjid yang berkembang di Yogyakarta yaitu

melalui pengungkapan lisan lewat takmir ataupun dengan pengumuman tertulis di whiteboard masjid ataupun melalui print out yang ditempel di majalah dinding masjid. Masyarakat tentu mengingingkan adanya keterbukaan dalam pengelolaan dan pemanfaatan dana masjid. Sehingga, dengan pengungkapan secara jelas, rinci, dan terstruktur, masjid mampu memberikan kepercayaan serta persepsi baik dari publik sebagai insentif masyarakat dalam berpartisipasi membangun masjid tersebut.

4. Menjadikan pemberdayaan masyarakat sebagai orientasi pemanfaatan dana masjid

Kebanyakan mas j id d i Yogyaka r ta mempergunakan dana masjid untuk kegiatan operasional seperti pembayaran listrik dan perawatan masjid. Akibatnya, dana masjid dari masyarakat yang nominalnya cukup besar hanya tersimpan di rekening bank. Masjid tidak melakukan pendistribusian dana tersebut untuk membantu masyarakat sekitar ataupun untuk kegiatan yang bersifat produktif. Padahal, seperti yang telah diketahui, amanah dana dari masyarakat tersebut adalah untuk membantu golongan yang lebih membutuhkan dan kekurangan. Pemberdayaan masyarakat menjadi jawaban idealnya dana masjid itu dimanfaatkan.

Keuntungan Masjid yang IdealSetelah diidentifikasi kerakteristik masjid yang

ideal dalam pengelolaan, transparansi, dan pemanfaatan, hasil riset ini diharapkan dapat diimplementasikan dalam pengelolaan masjid ke depannya. Ada beberapa hal positif yang dapat diperoleh dari penerapan masjid yang ideal ini, di antaranya:

7 || Parsial || Edisi Kepengurusan 2012

Page 8: Parsial 2012

shariaheconomics.org

MUKADIMAH

Hambatan dan TantanganBanyaknya hal positif yang dirasakan tentu

menjadi trigger untuk tidak hanya menjadikan konsep masjid yang ideal ini sebagai bentuk rekomendasi, tetapi juga tuntutan untuk segera diimplementasikan. Namun, pada kenyataannya terkadang sulit menyatukan suatu idealisme dengan realita yang terjadi di lapangan. Banyak kekurangan yang menjadi hambatan ataupun tantangan, seperti:

1. Membutuhkan kepengurusan masjid (takmir) yang solid, professional, serta kompeten membentuk konsep masjid yang kompleks

Peningkatan fungsi masjid sebagai sarana pemberdayaan masyarakat membutuhkan effort yang lebih. Dalam hal ini, pengurus masjid menjadi garda terdepan yang diharapkan dapat solid, professional, serta kompeten. Sehingga, konsep masjid dengan fungsi yang lebih dari tempat ibadah dapat diimplementasikan.

2. Membutuhkan transfer i lmu terkait pengelolaan dana masjid yang transparan, akuntabel, serta terstruktur sehingga terwujud profesionalitas pengelolaan masjid

Laporan pengelolaan dana masjid adalah salah satu indikator profesionalitas dari masjid tersebut. Keterbukaan menjadi kunci bagaimana laporan penggunaan dana masjid dapat menjadi objek konsumsi publik. Tentunya publisitas laporan penggunaan dana masjid itu harus jelas, rinci, serta terstruktur.

Perlu adanya transfer ilmu terkait pelaporan ini, sehingga dalam pembuatan dan publikasinya bisa jelas, terpercaya, dan dapat dipertanggungjawabkan.

1. Masjid menjadi tempat yang dicintai oleh masyarakat

Dengan menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan, tidak hanya dalam pengamalan aqidah (ibadah) tetapi juga sentra pendidikan karakter dan pemberdayaan masyarakat kurang mampu, tentu membuat masyarakat semakin menganggap penting keberadaan masjid. Masjid dianggap memberikan banyak “penghidupan” dan dicintai oleh bagi masyarakat di sekitarnya.

2. Memberikan efek multiplier pembangunan serta pemberdayaan di wilayah sekitar masjid

Kegiatan pemberdayaan masyarakat sekitar oleh masjid tentu menggerakkan roda perekonomian di wilayah tersebut dan memicu masyarakat untuk meningkatkan taraf hidupnya sendiri lebih baik.

3. Mewujudkan kehidupan beragama dan religius di wilayah sekitar masjid tersebut

Dengan peningkatan fungsi, masjid mampu memberikan insentif bagi masyarakat untuk tidak hanya berusaha memperoleh manfaat dari masjidnya saja, tetapi juga ikut memakmurkan masjid melalui kegiatan keagamaan, kuliah shubuh, kajian dhuha, dan sholat berjamaah

4. Meningkatkan kesadaran serta partisipasi generasi muda untuk ikut memakmurkan masjid

Pendidikan karakter sejak dini melalui TPA di masjid bagi anak-anak tentu melahirkan generasi muda yang cinta masjid sejak kecil. Proyek pendidikan agama untuk anak-anak ini juga menggerakkan remaja dan golongan muda untuk ikut membina dan mengurus kegiatan masjid ini. Sehingga, keterpautan hati dengan masjid bisa dipupuk sejak dini.

Edisi Kepengurusan 2012 || Parsial || 8

Page 9: Parsial 2012

shariaheconomics.org

KAMPUSIANA

3. Membutuhkan sumber daya manusia dan modal yang cukup besar dalam kegiatan pendidikan karakter dan pemberdayaan masyarakat

Kegiatan pendidikan karakter berupa pendidikan agama dan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan produktif dan desa binaan tentu membutuhkan sumber daya manusia yang handal dan sarana khusus. Tentunya ini menjadi tantangan bagaimana masjid mampu mengalokasikan dananya tidak hanya untuk pembiayaan kegiatan operasional tetapi juga kegiatan lain yang lebih produktif.

4. Membutuhkan komitmen tinggi dari pengurus masjid serta masyarakat sekitar kaitannya dengan pemberdayaan masyarakat sekitar agar kegiatan ini dapat berlangsung kontinu, tidak bersifat temporer

Sustainabilitas atau kesinambungan menjadi kunci dari suatu proyek pemberdayaan masyarakat. Akan tetapi, bukan hal yang mudah dalam memandirikan suatu masyarakat selama satu tahun pemberdayaan. Kesinambungan ini juga mencakup materi, waktu, pikiran, dan komitmen dari pelaku. Dalam hal ini, pengurus masjid dituntut konsisten dan komitmen untuk menjalankan proyek ini secara berkelanjutan

PenutupKita sudah mengetahui bagaimana peran dan

pentingnya keberadaan masjid bagi masyarakat muslim. Akan tetapi, saat ini kita melihat bagaimana masyarakat berpendapat bahwa masjid hanyalah tempat beribadah semata. Stigma ini tetap menempel karena takmir sebagai pengelola masjid cenderung merasa terbatas dalam pengelolaan masjid karena mengkhawatirkan opini masyarakat dan takut

dianggap tidak amanah. Padahal, kekhawatiran ini seharusnya tidak perlu terjadi. Jika sudah berniat untuk memberdayakan masyarakat dan menjalankan b e r b a g a i p r o s e d u r t r a n s p a r a n s i d a n pertanggungjawaban, masalah tidak akan terjadi karena langkah dan inisiatif para takmir memang bertujuan untuk memajukan masjid dan masyarakat sekitar.

Sebuah tips ingin kami berikan sehubungan dengan rangkuman berbagai saran di atas. Pengelolaan masjid yang baik adalah ketika dampak dari kegiatan masjid tersebut dirasakan oleh masyarakat sekitar. Pembangunan fisik masjid mungkin kelihatan hebat, tetapi jika masyarakat merasa kurang berdampak maka menjadi kurang bermakna. Pengadaan kegiatan TPA mungkin terlihat sangat sederhana, tetapi jika banyak anak kecil di sekitar yang membutuhkan maka dampaknya akan luar biasa. Intinya, pengelolaan masjid yang baik adalah bagaimana masjid tersebut dapat berperan sebagai pemberdaya masyarakat.

Kami menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki banyak kekurangan, tetapi kami berharap bahwa tulisan ini tetap dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai fungsi sebenarnya masjid dan bagaimana menyikapi pengelolaan dana masjid.

Bagi takmir, kami berharap tulisan ini dapat menjadi pembanding sekaligus saran tentang alternatif lain pengelolaan masjid dan dana masjid. Adalah kewajiban bagi takmir untuk menjaga amanah jamaah disamping tetap harus melihat peluang dan berkewajiban membawa masjid menuju ke arah yang lebih baik. Masyarakat sendiri diharapkan dapat menyikapi dengan baik serta mendukung takmir sepenuhnya apapun hasil inisiatif takmir, mengingat bahwa semua kegiatan itu selalu memiliki risiko dan keberhasilannya ditentukan Allah semata.9 || || Edisi Kepengurusan 2012SEF Menyapa