diferensial parsial

51
Tugas Kelompok Mata Kuliah Kalkulus (Revisi) APLIKASI DIFERENSIAL PARSIAL Dosen Pengampu: Dr. Martua Manullang, M.Pd Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kalkulus Oleh Kelompok II Mawarni Nehe (8156172022) Adryna Mona Sidabalok (8156172056) Mashitah Puteri (8156172066) Siti Hadijah (8156172073) Program Studi Pendidikan Matematika 1

Upload: rose-nehe

Post on 11-Jan-2017

1.208 views

Category:

Education


25 download

TRANSCRIPT

Page 1: Diferensial Parsial

Tugas Kelompok Mata Kuliah Kalkulus (Revisi)

APLIKASI DIFERENSIAL PARSIAL

Dosen Pengampu: Dr. Martua Manullang, M.Pd

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kalkulus

Oleh Kelompok II

Mawarni Nehe (8156172022)

Adryna Mona Sidabalok (8156172056)

Mashitah Puteri (8156172066)

Siti Hadijah (8156172073)

Program Studi Pendidikan Matematika

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN (UNIMED)

MEDAN2015

1

Page 2: Diferensial Parsial

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persamaan diferensial adalah persamaan matematika untuk fungsi satu variabel atau

lebih, yang menghubungkan nilai fungsi itu sendiri dan turunannya dalam berbagai orde.

Persamaan diferensial muncul dalam berbagai bidang sains dan teknologi, bilamana

hubungan deterministik yang melibatkan besaran yang berubah secara kontinu dimodelkan

oleh fungsi matematika dan laju perubahannya dinyatakan sebagai turunan diketahui atau

dipostulatkan.Persamaan diferensial memegang peranan penting dalam rekayasa, fisika, ilmu

ekonomi dan berbagai macam disiplin ilmu.

Ini terlihat misalnya pada mekanika klasik, di mana gerakan sebuah benda diberikan

oleh posisi dan kecepatannya terhadap waktu. Hukum Newton memungkinkan kita

mengetahui hubungan posisi, kecepatan, percepatan dan berbagai gaya yang bertindak

terhadap benda tersebut, dan menyatakannya sebagai persamaan diferensial posisi sebagai

fungsi waktu. Dalam banyak kasus, persamaan diferensial ini dapat dipecahkan secara

eksplisit, dan menghasilkan hukum gerak.

Contoh pemodelan masalah dunia nyata menggunakan persamaan diferensial adalah

penentuan kecepatan bola yang jatuh bebas di udara, hanya dengan memperhitungkan

gravitasi dan tahanan udara. Percepatan bola tersebut ke arah tanah adalah percepatan karena

gravitasi dikurangi dengan perlambatan karena gesekan udara. Mencari kecepatan sebagai

fungsi waktu mensyaratkan pemecahan sebuah persamaan diferensial.

Teori persamaan diferensial sudah cukup berkembang, dan metode yang digunakan

bervariasi sesuai jenis persamaan. Persamaan diferensial biasa (PDB) adalah persamaan

diferensial di mana fungsi yang tidak diketahui (variabel terikat) adalah fungsi dari variabel

bebas tunggal. Dalam bentuk paling sederhana fungsi yang tidak diketahui ini adalah fungsi

riil atau fungsi kompleks, namun secara umum bisa juga berupa fungsi vektor maupun

matriks. Lebih jauh lagi, persamaan diferensial biasa digolongkan berdasarkan orde tertinggi

dari turunan terhadap variabel terikat yang muncul dalam persamaan tersebut.

Persamaan diferensial parsial (PDP) adalah persamaan diferensial di mana fungsi yang

tidak diketahui adalah fungsi dari banyak variabel bebas, dan persamaan tersebut juga

2

Page 3: Diferensial Parsial

melibatkan turunan parsial. Orde persamaan didefinisikan seperti pada persamaan diferensial

biasa, namun klasifikasi lebih jauh ke dalam persamaan eliptik, hiperbolik, dan parabolik,

terutama untuk persamaan diferensial linear orde dua, sangatlah penting. Beberapa pesamaan

diferensial parsial tidak dapat digolongkan dalam kategori-kategori tadi, dan dinamakan

sebagai jenis campuran.

Melihat seberapa besar penting persamaan diferensial dari berbagai macam ilmu,

Maka kami menulis makalah yang berjudul aplikasi persamaan diferensial parsial.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah apakah defenisi dari turunan parsial dan apa saja

aplikasi dari turunan parsial.

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui apakah defenisi dari

turunan parsial dan apa saja aplikasi dari turunan parsial

3

Page 4: Diferensial Parsial

BAB II

PEMBAHASAN

DIFERENSIAL (TURUNAN) PARSIAL

A. Turunan Parsial

Persamaan diferensial parsial adalah persamaan yang memuat satu atau lebih

turunan parsial dengan dua atau lebih vaiabel bebas. Orde dari PD parsial: tingkat

tertinggi dari derivatif yang ada dalam PD. Derajat dari PD parsial: pangkat tertinggi dari

turunan tingkat tertinggi yang ada dalam PD.

PD parsial dikatakan linier jika hanya memuat derajat pertama dari variabel –

variabel bebasnya dan derivatif – derivatif parsialnya. Beberapa contoh PD Parsial yang

penting:

a.

∂2u∂ t2 =c2 ∂2u

∂ x2persamaan gelombang satu dimensi

b.

∂2 u∂ x2 +

∂2 u∂ y2=0

persamaan laplace dua dimensi

c.

∂2 u∂ x2 + ∂2 u

∂ y2= f ( x , y ) persamaan poisson dua dimensi

d.

∂2u∂ x2 + ∂2 u

∂ y2 +∂2 u∂ z2=0

persamaan laplace tiga dimensi

1. Turunan parsial dari fungsi dua variabel

Fungsi f(x,y) merupakan fungsi dua variabel, diturunkan terhadap variabel x maupun

y. Dalam turunan parsial kita dapat menurunkan secara bertahap pada variabel mana

yang dimaksud.

Contoh 1:

f (x,y) = x2 + 3xy – 4y2

cari turunan terhadap x atau ∂ f∂ x

,serta terhadap y atau

∂ f∂ y

Penyelesaian:

∂ f∂ x

=2x+3 y dan

∂ f∂ y

=3 x−8 y

4

Page 5: Diferensial Parsial

Jika f merupakan fungsi dari dua variabel dan (x,y) adalah titik dari domain fungsi

maka turunan parsial:

∂ f ( x , y )∂ x

= limΔx→0

f ( x+ Δx , y )− f ( x , y )Δx

∂ f ( x , y )∂ y

= limΔx→ 0

f ( x , y+Δy )− f ( x , y )Δy

Contoh 2:

z = f (x,y) = 5x2-7xy+2y2. Cari ∂ z∂ x dan

∂ z∂ y .

Penyelesaian:

z = f (x,y) = 5x2-7xy+2y2

f ( x+ Δx , y )=5 ( x+ Δx )2−7 ( x+ Δx ) y+2 y2

= 5x2+10xΔx+5 Δx2−7 xy−7 Δ xy+2 y2

∂ z∂ x

= limΔx→0

f ( x+ Δx , y )−f ( x , y )Δx

=[5 x2+10 xΔx+5 Δx2−7 xy−7 Δ xy+2 y2 ]−[5 x2−7 xy+2 y2 ]Δx

= limΔx→0

10 xΔx+5 Δx2−7 Δ xyΔx

= limΔx→ 0

(10 x+5 Δx−7 y )=10 x−7 y

∂ z∂ y = lim

Δy→0

f ( x , y+Δy )− f ( x , y )Δy =

[5 x2−7 x ( y+Δy )+2 ( y+Δy )2]−[5x2−7 xy+2 y2]Δy

= limΔy→ 0

2 Δy2+4 yΔy−7 xΔyΔy

= limΔy →0

2 Δy+4 y−7 x=4 y−7 x

Seandainya f merupakan fungsi dari tiga variabel dan (x, y, z) adalah titik domain

dari fungsi, maka turunan parsial.

∂ f ( x , y , z )∂ x

dan ∂ f ( x , y , z )∂ y

serta ∂ f ( x , y , z )∂ z

Contoh 3:

W = f (x,y,z) = xy2z

5

Page 6: Diferensial Parsial

Cari

∂W∂ x

, ∂W∂ y

dan ∂W∂ z

Penyelesaian:

∂W∂ x

= y2 z ,∂W∂ y

=2 xyz , ∂W∂ z

=xy 2

Jika z merupakan fungsi dari tiga variabel dan (x,y,z) adalah titik domain dari fungsi,

maka turunan dapat dinyatakan dengan:

Turunan terhadap x yaitu:

∂ z∂ x

=∂ f ( x , y , z )

∂ x=f x ( x , y , z )=f 1 (x , y , z )

Turunan terhadap y yaitu:

∂ z∂ y

=∂ f (x , y , z )

∂ y=f y ( x , y , z )=f 2 ( x , y , z )

Turuanan terhadap z yaitu:

∂ z∂ z

=∂ f ( x , y , z )

∂ z=f z ( x , y , z )=f 3 ( x , y , z )

Contoh 4:

F(x,y) = xey + y ln x

Cari:

a . f x ( x , y )b . f y ( x , y )

Penyelesaian:

6

Page 7: Diferensial Parsial

a . f x ( x , y )=∂ ( xe y+ y ln x )∂ x

f x (x , y )=∂ ( xe y )∂ x

+∂ ( y ln x )∂ x

=e y ∂ x∂ x

+ y∂ (ln x )∂ x

=e y+ yx

b . f y ( x , y )=∂ ( xe y+ y ln x )∂ y

=∂ ( xe y )∂ y

+∂ ( y ln x )∂ y

f y (x , y )=x ∂ (e y )∂ y

+ln x ∂ ( y )∂ y

=xe y +ln x

Contoh 5:

f ( x , y , z )=exy 2z3

Cari:

a) fz(x,y,z)

b) f3(1,2,3)

Penyelesaian:

a) fz(x,y,z) = ∂ (exy2

z3 )∂ z

=exy 2 ∂ ( z3 )∂ z

=3 z2 exy2

b) f3(1,2,3) = 27e4

2. Interpretasi pada geometri

f merupakan fungsi dari dua variabel serta memiliki f1 dan f2. Persamaan grafik dari f

= (x,y) ditunjukkan pada gambar. Apabila zo = (xo,yo), juga titik P = (xo,yo,zo) yang

merupakan sebuah titik di permukaan. Yang mana bidang x = xo memotong

melintang bidang CPD dari permukaan, suatu titik disepanjang garis APB. Koordinat

titik x pada z dalam persamaan z = f(x, yo) yang mana koordinat y tetap dengan y =

yo, kemiringan merupakan garis tangen untuk APB pada suatu titik koordinat z untuk

perubahan nilai x, kemiringan diberikan dengan ∂ z∂ x

=f 1( x0 , yo ). Perpotongan

f 1( x0 , yo) . ditunjukkan dengan garis kemiringan tangeen untuk APB pada titik P,

secara sama f 2( x0 , yo ) . ditunjukkan dengan garis kemiringan tangen CPD pada titik

P.

7

Page 8: Diferensial Parsial

tan α=f x (xo , yo )= f 1 (xo , yo)=∂ z∂ x

tan α=f y (xo , yo )= f 2 (xo , y o)=∂ z∂ y

Contoh 6:

Cari kemiringan pada garis tangensial untuk bidang lintang yang memotong dari

permukaan z = 4x2y – xy3 dengan bidang y = 2 pada titik (3,2,48).

Penyelesaian:

Dalam hal ini y konstan karena kemiringan merupakan turunan terhadap x, sehingga

kemiringan = ∂ z∂ x

∂ z∂ x

=∂ (4 x2 y−xy3 )

∂ x=8 xy− y3

Untuk x = 3 dan y = 2 maka:

∂ z∂ x

=8 xy− y3=8 (3 )(2)−8=40

Jadi sudut; α = tan -1 (40) = 88, 570

3. Penggunaan turunan parsial

Penggunaan turunan parsial sudah banyak digunakan secara umum. Terlebih pada

bidang ilmu rekayasa (teknik) dan fisika.

Contoh 7:

8

Page 9: Diferensial Parsial

Sebuah silinder memiliki radius r dan tinggi h, jika volume dari silinder itu V = πr2h.

a. Hitung luas dari alas silinder jika r = 5 cm

b. Luas selimut dari silinder, jika r = 5 dan h = 10 cm

Penyelesaian:

a. Luas dari alas silinder jika r = 5 cm

∂V∂h

= ∂∂h

( πr2 h )=πr2=3 ,14 (5 )2=78 ,5 cm2

c. Luas selimut dari silinder, jika r = 5 dan h = 10 cm

∂V∂ r

= ∂∂r

(πr 2h )=2π rh=2 . (3 ,14 ) (5 )=31 ,4cm

Contoh 8:

Sebuah benda bergerak sejauh s, jika jarak s memenuhi persamaan s = t2 – 10 t – 25

(meter).

a. Hitung kecepatan v benda itu pada t = 2 menit ( dalam m/detik)

b. Menit keberapa benda itu berhenti (v = 0)

Penyelesaian:

a. Kecepatan v benda itu pada t = 2 menit ( dalam m/detik).

Kecepatan merupakan turunan jarak s terhadap waktu t, maka:

v=∂ s∂ t

= ∂∂ t

(t 2 - 10 t - 25 )=2 t−10=2(2 )−10=−6 m/menit≈-0,1m/detik

Tanda minus berarti terjadi perlambatan, dalam soal ini terjadi perlambatan

sebesar 0,1 m/detik

b. Menit keberapa benda itu berhenti (v = 0)

v = 2t – 10

0 = 2t – 10

t = 5 menit

benda akan berhenti pada menit ke 5.

B. Turunan Parsial Tingkat Tinggi

1. Persamaan dari bentuk tingkat kedua turunan parsial

Bentuk lain dalam penulisan diferensial, seandainyaW merupakan fungsi dari dua

variabel dan (x,y) adalah titik domain dari fungsi, maka turunan dapat dinyatakan

sebagai berikut:

9

Page 10: Diferensial Parsial

Turunan terhadap x

∂W∂ x

=∂ f ( x , y )

∂ x= f x ( x , y )=f 1 (x , y )

∂ f x ( x , y )∂ x

=∂2 f ( x , y )

∂ x2 = f x [f x ( x , y ) ]=f xx ( x , y )=f 11 atau ∂2 W∂ x∂ x

=∂2 W∂ x2

Jika turunan kedua terhadap x diturunkan kembali terhadap x, maka akan

menghasilkan turunan ketiga terhadap x, yaitu:

∂ f xx ( x , y )∂ x

=∂3 f ( x , y )

∂ x3 =f x [f xx ( x , y ) ]=f xxx ( x , y )=f 111 atau ∂3 W

∂ x3

Turunan terhadap y

∂W∂ y

=∂ f ( x , y )

∂ y=f y ( x , y )=f 2 ( x , y )

∂ f y ( x , y )∂ y

=∂2 f ( x , y )

∂ y2 =f y [ f y ( x , y ) ]=f yy ( x , y )=f 22 atau ∂2 W

∂ y2

Jika turunan kedua terhadap y diturunkan kembali terhadap y, maka akan

menghasilkan turunan ketiga terhadap y, yaitu:

∂ f yy ( x , y )∂ y

=∂3 f ( x , y )

∂ y3 = f y [ f yy ( x , y ) ]= f yyy (x , y )= f 222 atau ∂3 W

∂ y3

Turunan terhadap z

Turunan terhadap z, jika W merupakan fungsi dari tiga variabel dan (x,y,z) adalah

titik domain dari fungsi, maka turunan dapat dinyatakan dengan:

∂W∂ z

=∂ f ( x , y , z )

∂ z=f z ( x , y , z )=f 3 (x , y , z )

∂ f z ( x , y )∂ z

=∂2 f ( x , y )

∂ z2 =f z [ f z ( x , y ) ]=f zz (x , y )=f 33 atau ∂2 W∂ z2

Jika turunan kedua terhadap z diturunkan kembali terhadap z, maka akan

menghasilkan turunan ketiga terhadap y, yaitu:

∂ f zz ( x , y )∂ z

=∂3 f ( x , y )

∂ z3 = f z [f zz (x , y ) ]= f zzz ( x , y )=f 333 atau ∂3 W∂ z3

10

Page 11: Diferensial Parsial

Empat turunan parsial yang menjadi dasar turunan parsial disebut dengan turunan

parsial tingkat kedua. Fungsi f 1 dapat diperluas, subkrit pertama serta kedua ( f 1)1 ,

( f 1)2 , ( f 2)1 , dan ( f 2)2 atau dapat ditulis dengan ( f x )x , ( f x ) y , ( f y )x ,dan ( f y )y

Jika W = f ( x , y , z ) ,jika suatu fungsi diturunkan terhadap z kemudian diturunkan

terhadap y dan diturunkan lagi terhadap x, maka dapat ditulis notasinya sebagai

berikut:

∂3W∂ x ∂ y ∂ z

= ∂∂ x ( ∂

∂ y (∂ W∂ z ))= f zyx= f 321

∂4 W∂ x ∂ z2 ∂ z

= ∂∂ x ( ∂

∂ z2 (∂W∂ y ))=f yzzx= f 2331

Contoh 9:

Jika W = f ( x , y , z )=5 x2−12 xy+14 y2+6 zxy−7 z3

Cari f 12 , f 23 , f 13 , f 123 , f 321 serta f 221

Penyelesaian:

f 12=∂

∂ y ( ∂∂ x

(5 x2−12 xy+14 y2+6 zxy−7 z3 ))= ∂∂ y

(10 x−12 y+6 zy )=−12+6 z

f 23=∂∂ z ( ∂

∂ y(5 x2−12 xy+14 y2+6 zxy−7 z3))= ∂

∂ z(−12 x+28 y+6 zx )=6 x

f 13=∂∂ z ( ∂

∂ x(5 x2−12 xy+14 y 2+6 zxy−7 z3 ))= ∂

∂ z(10 x−12 y+6 zy )=6 y

f 123=∂∂ z (∂∂ y (∂∂ x

(5 x2−12 xy+14 y2+6 zxy−7 z3 )))=∂∂ z (∂∂ y

(10 x−12 y+6 zy )) =∂

∂ z(−12+6 z )=6

11

Page 12: Diferensial Parsial

f 312=∂∂ y (∂∂ x (∂∂ z

( 5 x2−12 xy+14 y2+6 zxy−7 z3 )))=∂∂ y (∂∂ x

(6 zx−21 z2)) =∂

∂ y(6 z )=0

f 221=∂∂ x (∂∂ y (∂∂ y

(5 x2−12 xy+14 y2+6 zxy−7 z3)))=∂∂ x (∂∂ y

(−12 x+28 y+6 zx )) =∂

∂ x(28 )=0

2. Harga ekstrem

Mengetahui harga ekstrem dari suatu fungsi y = f(x) dengan cara mengetahui

kemiringan garis atau gradien

∂ y∂ x . Harga ekstrem didapat jika

∂ y∂ x

=0serta;

∂2 y∂ x2

< 0 untuk titik x maksimum

∂2 y∂ x2

> 0 untuk titik x minimum

Contoh 10:

Multipleks luasnya 1,5 m2, direncanakan untuk membuat kotak tertutup dengan alas

berbentuk bujursangkar yang diharapakan memiliki volume maksimum. Tentukan

ukuran dari kotak itu.

Penyelesaian:

Asumsi dari alas adalah x dan tinggi kotak y, sehingga; Luas alas dan penutup = 2x2

dan keempat bidang lainnya 4xy di sini volumenya, V = x2y.

Luas alas dan penutup + 4 luas bidang sisi atau kita nyatakan:

2x2+4xy = 1,5 maka y=1,5−2 x2

4 x .. . .. .. . .. .. . .. .. . .. .. . .. .. pers (1)

Pers (1) disubstitusikan ke V = x2y

= x2( 1,5−2 x2

4 x )

V =

32 x−2 x3

4=

38

x−12

x3

Agar diperoleh harga maksimum, maka

∂V∂ x

=0 dan ∂2 V

∂ x2< 0

12

Page 13: Diferensial Parsial

∂V∂ x

= 38− 3

2x2=3

2 ( 14−x2)=0 , ∂

2 V∂ x2 =−3 x

<0, untuk x bil. bulat positif

32 (14 −x2)=0

(14 −x2) = 0

(12 −x)(12 + x)=0

x1=12

atau x2=−12

Harga x positif maka untuk x= 1

2→ y=

1,5−2( 12 )2

4 ( 12 )

=12=0,5

Jadi ukuran kotak maksimum, jika ukuran sisi alas maupun penutup masing – masing

0,5 m serta tinggi 0,5 m.

Cek bahan yang tersedia 1,5 m2

Luas alas dan penutup + 4 luas bidang sisi, yakni:

2x2+ 4xy = 1,5

2 (0,5)2 + 4(0,5)(0,5) = 1,5 (terbukti)

Contoh 11:

Sebuah besi beton dengan panjang 10m dirancang berbentuk nmenyerupai huruf U

dengan cara membengkokkan bagian ujung-ujungnya, jika L menyatakan luas

penampang dari bentuk rancangan itu , tentukan luas penampang yang maksimum!

Jawab :

Misalkan bagian ujung yang dibengkokkan masing-masing mempunyai panjang x,

maka panjang bagian yang lurus adalah (10 – 2 x) . luas penampang bentuk

rancangan L sebagai fungsi x ditentukan sebagai berikut.

L (x) = ( 10 – 2x ) (x)= 10x –2 x2

Turunan pertama dan kedua dari L(x) terhadap x bertutut-turut adalah

L’ (x) = 10–4x dan L”(x) = - 4

Syarat perlu ekstrim diperoleh dari L’ (x) = 0

13

Page 14: Diferensial Parsial

10 – 4x = 0 ↔ x = 2,5

karena L “(x) = -4 , maka berdasarkan uji turunan kedua akan terjadi nilai balik

maksimum pada x = 2,5 dan nilai balik maksimum itu adalah

L (2,5) = 10(2,5) – 2 ¿= 12,5

Jadi luas penampung yang maksimum adalah L = 12,5 m2dicapai jika ujung-ujung

kawat dibengkokkan sepanjang x = 2,5 m

3. Metode Pengali Lagrange

Metode lagrange digunakan untuk optimasi (menentukan harga maksimum dan

minimum) sebuah fungsi f(x,y) yang terkendala, misalnya oleh sebuah fungsi g(x,y)

= konstan. Oleh karena itu, f (x,y) menjadi fungsi dari hanya salah satu variabel

dalam hal ini variabel x, dengan syarat untuk harga maksimum dan minimum jika:

∂ f∂ x

=0 atau d f =0 , secara umum didefinisikan:

F (x , y )= f ( x , y )+λg( x , y )dimana λ : pengali lagrange

Contoh 12:

Gunakan metode Lagrange untuk mencari nilai-nilai maksimum dan minimum dari

f ( x , y )= y2−x2 pada ellips x2

4+ y2=1

Penyelesaian:

Misalkan persamaan kendala ditulis sebagai:

g(x,y) = x2+4 y2−4=0

Jadi persamaan Lagrange adalah:

(1) 2x = λ 2x

(2) -2y = λ 8y

(3) x2+4 y2=4

Yang harus diselesaikan secara simultan.

Dari persamaan (3) x dan y keduanya tidak dapat sama dengan nol.

(i) Jika x ≠0

Dari (1), maka λ = 1, kemudian dari persamaan (2), maka y = 0

Jadi dengan persamaan (3) didapat x = ±2

14

Page 15: Diferensial Parsial

Akibatnya titik kritisnya adalah (-2,0) dan (2,0)

(ii) Jika y ≠0

Dari (2), maka λ = - 14 , kemudian dari persamaan (1), maka x = 0

Jadi dengan persamaan (3) didapat x = ± 1

Akibatnya titik kritisnya adalah (0,-1) dan (0,1)

Sekarang untuk f(x,y) = y2−x2

f(-2,0) = -4

f(2,0) = -4

f(0,-1) = 1

f(0,1) = 1

Jadi, nilai minimum dari f(x,y) pada ellips yang diberikan adalah -4, sedangkan nilai

maksimum adalah 1.

Contoh 13:

Tentukan volume maksimum dari sebuah kotak tanpa tutup yang memiliki luas

permukaan 12 cm2

Penyelesaian:

Misalkan: x, y, z berturut-turut meruoakan panjang, lebar dan tinggi.

Akan dicari volume maksimum, yaitu:

Maks V = xyz

Dengan kendala: g(x,y,z) = 2xz + 2yz + xy = 12

1. Menyelesaikan persamaan

∇ v=∇ g

Yaitu: V x=gx → yz = λ (2z + y) ...(1)

V y=g y → xz = λ (2z + x) ...(2)

V z=gz → xy = λ (2x + 2y) ...(3)

2xz + 2yz + xy = 12 ...(4)

Dengan mengalikan (1) dengan x, (2) dengan y, dan (3) dengan z diperoleh:

xyz =λ (2xz + xy) ...(5)

xzy = λ (2yz + yx) ...(6)

xyz = λ (2xz + 2yz) ...(7)

15

Page 16: Diferensial Parsial

Persamaan (5) dan (6) mempunyai nilai sama, sehingga:

λ (2xz + xy) = λ (2yz + xy)

↔ λ (2xz + xy) - λ (2yz + xy) = 0

↔ λ (2xz + xy - 2yz + xy) = 0

↔ 2λ (xz - yz) = 0

λ = 0 (TM) atau (xz - yz) = 0

Jadi, (xz - yz) = 0 atau x = y

Dari persamaan (6) dan (7) diperoleh:

(xy – 2xz) = 0 atau y = 2z

Dari persamaan (8) dan (9) diperoleh:

x = y = 2z

Maka dari persamaan (4), diperoleh:

2xz + 2yz + xy = 12

↔ 4z2+4 z2+4 z2=12

↔ 12z2 = 12

↔ z = 1

Jadi , x=2 , y=2 , z=1

∴ Volume maksimum V(2,2,1) = 4 cm3

Contoh 14 :

Sebatang kawat dibengkokkan berbentuk kurva y = 2 - x² seperti ditunjukkan oleh

gambar dibawah. Tentukan jarak ekstremnya dari titik pusat (0,0) ke titik P atau ke

kawat itu.

Solusi:

d² = x² + y²

16

Page 17: Diferensial Parsial

Fungsi yang akan dicari harga ekstremnya yaitu f(x,y) = x² + y² , sedangkan fungsi

terkendalinya yaitu; y = 2 - x².

Atau dinyatakan dengan g(x,y) = y + x² = 2

Dengan metode lagreng;

f(x,y) = f(x,y) + λ g(x,y)

= (x² + y²) + λ (y + x²)

= x² + y² + λy + λ x²

∂ f∂ x

=2x+2 λx=0

= x( 1+ λ) = 0 maka x = 0 dan λ = -1

∂ f∂ y

=2 y+λ=0 maka λ = -2y

Sekarang kita ingin mengetahui nilai ekstremnya : f(x,y) = x² + y²

Jika;

1. x = 0, y = 2 - x² jadi y = 2 serta λ = -2y = - 4 maka titik P (0,2)

2. λ = - 1 maka y = - λ2 =

12

y = 2 - x² maka x² = 2 - 12 maka x = √ 3

2 maka titik P (√ 3

2 ,

12 )

jarak eksrem;

pada titik (0,2) maka d = √ x ²+ y ²=√0 ²+2 ²

= 2 ( maksimum)

Pada titik (√ 32

, 12 ) maka d = √ x ²+ y ²=√(√ 3

2 )2

+(12)²

= √2≈1,414 (minimum)

Contoh 14:

Tentukan dan sederhanakan persamaan bidang singgung terhadap permukaan

√ x+√ y+√z=a di ( x0 , y0, z0 ). Kemudian dengan sumbu koordinatnya adalah a2

Jawab :

F ( x , y , z )

17

Page 18: Diferensial Parsial

Misalkan ¿√ x+√ y+√ z

∇F ( x , y , z )= 12√ x

i+ 12√ y

j+ 12√ z

k

∇F ( x , y , z )= 12√ x

i+ 12√ y

j+ 12√ z

k

Maka persamaan bidang singgungnya adalah:

12√x (x−x0 )+1

2√ y ( y− y0 )+12√z (z−z0 )=0

x√ x0

−x0

√x0+ y√ y0

−y0

√ y0+z√z0

−z0

√ z0 = 0

x0

√ x0+

y0

√ y0+

z0

√ z0 =x

√ x0+ y√ y0

+ z√z0

√ x0+√ y0+√z0 =x√x0

+ y√ y0

+z√ z0

Kita ketahui : √ x+√ y+√z=a

x=x0

y= y0

z=z0

Maka √ x0+√ y0+√z0=a , subsitusikan ke 1

a= x√x0

+ y√ y0

+ z√ z0

Perpotongan dengan sumbu koordinatnya adalah

x=a √x0

y=a√ y0

z=a√z0

Maka jumlah perpotongan bidang ini dengan sumbu koordinatnya adalah

x+ y+z =a√x0+a√ y0+a√ z0

=a (√x0+√ y0+√ z0) =a . a=a2 ( terbukti)

18

Page 19: Diferensial Parsial

4. Diferensial Total

Diferensial total adalah perubahan fungsi f (x , y ) terhadap pertambahan salah satu

variabelnya x atau y. Misalkan fungsi f (x , y ) mempunyai turunan parsial di (x , y ).

Pertambahan fungsi f (x , y ) jika x ditambah menjadi x+∆ x dan y menjadi y+∆ y adalah

∆ f =f ( x+∆ x , y+∆ y )−f ( x , y )

Jika ditambah dan dikurangi f ( x , y+∆ y ) di ruas kanan, diperoleh

∆ f = [ f ( x+∆ x , y+∆ y )−f ( x , y+∆ y ) ]+ [ f ( x , y+∆ y )−f ( x , y ) ] pers (*)

pertambahan x dalam fungsi f ( x , y+∆ y )

dengan mempertahankan y+∆ y tetap.

Teorema nilai rata-rata kalkulus

Jika f (x) memiliki turunan f ’ (x ) pada setiap titik dalam selang [x - ∆x, x+ ∆x] maka :

[ f (x+∆ x )−f (x)]=f ’(ξ )∆ x

Dengan ξ=x+∆ x (0<¿1) sebuah titik dalam selang [ x−∆ x , x+∆ x ].

Dengan demikian,

[ f (x+∆ x , y+∆ y )– f (x , y+∆ y )]=f x (x+1 ∆ x, y+∆ y )∆ x

dengan 0 < q1 < 1

Dengan cara yang sama, untuk suku kedua pers.(*), menghasilkan

[ f (x , y+∆ y )– f (x , y)]=f y (x , y+2∆ y)∆ y

dengan 0 < q2 < 1

Jika turunan parsial f x (x , y) dan f y (x , y) kontinu di (x , y ), maka

f x (x+1∆ x , y+∆ y )=f x(x , y)+ε1

f y (x , y+2∆ y)=f y (x , y )+ε 2

dengan lim ε1= 0 dan lim ε2 = 0 , bila ∆x dan ∆y menuju nol. Pers.(*) teralihkan

menjadi :

∆ f =f x( x , y)∆ x+ f y (x , y)∆ y+ε1 ∆ x+ε 2∆ y

Dengan mengambil limit ∆x ®0 dan ∆y®0, diperoleh turunan total fungsi f(x,y) :

df =∂ f∂ x

dx+ ∂ f∂ y

dy

Untuk f (x , y , z , ...) , turunan totalnya

19

Page 20: Diferensial Parsial

df =∂ f∂ x

dx+ ∂ f∂ y

dy+ ∂ f∂ z

dz+…

Contoh 15:

Hitunglah diferensial total fungsi f (x , y )=xy 2– sin (xy ).

Penyelesaian :

f x= y2 – y cos (xy) dan f y=2 xy−xcos (xy )

Sehingga turunan totalnya :

df =( y 2 – y cos(xy ))dx+¿

Contoh 16:

z = x2+4xy – y2 dengan x = r cos 2t dan y = r sin2t. Tentukan

∂ z∂r

Mengingat,

∂ z∂ x

=2 x+4 y ∂ z∂ y

=4 x−2 y

∂ x∂r

=cos 2t ∂ y∂ r

=sin 2t

∂ x∂ t

=−2 r sin 2t ∂ y∂ t

=2r cos2 t

Jawab :

∂ z∂r

=∂ z∂ x

∂ x∂ r

+ ∂ z∂ y

∂ y∂r

=(2x+4 y )cos 2t +(4 x−2 y ) sin 2 t

∂ z∂ t

=∂ z∂ x

∂ x∂ t

+ ∂ z∂ y

∂ y∂ t

=(2x+4 y ) (−2 r sin 2 t )+( 4 x−2 y ) (2 r cos2 t )

5. Aturan Rantai

Aturan Rantai untuk fungsi-fungsi komposisi satu peubah sekarang sudah dikenal oleh

semua pembaca. Jika y = f(x(t)), dengan f dan x keduanya fungsi yang dapat

didiferensialkan, maka

dydt

=∂ y∂ x

dxdt

y=f (u) dan u=φ(x)

y=f ¿, composite fungsi

20

Page 21: Diferensial Parsial

2 fungsi : dydx

= ∂ y∂u

dudx

3 fungsi : dydx

= ∂ y∂u

dudv

dvdx

Rumus 1

(Aturan Rantai). Andaikan x=x (t) dan y= y (t ) dapat didiferensialkan di t dan andaikan

z=f (x , y )dapat didiferensialkan di (x (t) , y (t)). Makaz=f (x (t)) dapat didiferensialkan

di t, maka :

dzdt

=∂ z∂ x

dxdt

+ ∂ z∂ y

dydt

Rumus 2

(Aturan Rantai). Misalkan x=x (s , t) dan y= y (s ,t )mempunyai turunan peetama di (s , t)

dan misalkan z=f (x , y )dapat didiferensialkan di (x (s , t ) , y (s , t)). Maka

z=f (x (s , t) , y (s , t)) mempunyai turunan parsial pertama yang diberikan oleh,

Jika, z=f (x , y ) , x=x (s , t) , y= y (s , t), maka

(1)∂ z∂ s

= ∂ z∂ x

∂ x∂ s

+ ∂ z∂ y

∂ y∂s

(2)∂ z∂ t

= ∂ z∂ x

∂ x∂ t

+ ∂ z∂ y

∂ y∂ t

Rumus 3

Jika, w=f (x , y , z) , x=x (r , s , t) , y= y (r , s , t ) , z=(r , s ,t ) maka

(1)∂ w∂ r

=∂ w∂ x

∂ x∂ r

+ ∂ w∂ y

∂ y∂ r

+ ∂ w∂ z

∂ z∂r

(2)∂ w∂ s

=∂ w∂ x

∂ x∂ s

+ ∂ w∂ y

∂ y∂ s

+ ∂ w∂ z

∂ z∂ s

(3)∂ w∂ t

=∂ w∂ x

∂ x∂ t

+ ∂ w∂ y

∂ y∂ t

+ ∂ w∂ z

∂ z∂ t

Aturan Rantai Untuk Fungsi Komposisi

1. Misal u dan v fungsi-fungsi yang didefinisikan u = u(x,y) dan v = v(x,y) dengan u dan v

kontinu, mempunyai turunan parsial pertama di (x,y). F fungsi dari u dan v yang

mempunyai turunan pertama yang kontinu dalam daerah terbuka D yang memuat (u,v),

maka:

21

Page 22: Diferensial Parsial

∂ F∂ x

=∂ F∂u

∂ u∂ x

+ ∂ F∂ v

∂ v∂ x dan

∂ F∂ y

= ∂ F∂u

∂ u∂ y

+ ∂ F∂ v

∂ v∂ y

2. Misal F fungsi dari u, v dan w dengan u, v dan w fungsi-fungsi kontinu dua variable u

= u(x,y), v = v(x,y) dan w = w(x,y) yang mempunyai turunan parsial pertama dan semua

turunan parsial pertama fungsi F kontinu, maka:

∂ F∂ x

=∂ F∂u

∂ u∂ x

+ ∂ F∂ v

∂ v∂ x

+ ∂ F∂ w

∂ w∂ x dan ∂ F

∂ y=∂ F

∂u∂u∂ y

+ ∂ F∂ v

∂ v∂ y

+ ∂F∂w

∂w∂ y

Contoh 17:

z=4 xy+x2− y2 dengan x=t cos t ,dan y=sin t .Mengingat,

∂ z∂ x

=4 y+2 x ∂ z∂ y

=4 x−2 y

dxdt

=cot−t sin t dydt

=sin t−t cos t

Jawab :

dzdt

=∂ z∂ x

dxdt

+ ∂ z∂ y

dydt

¿ (4 y+2 x ) (cot−t sin t )+(4 y−2 y)(sin t−t cos t)

¿ ( 4 t−2 t2 ) sin 2t +(2 t+4 t 2 ) cos2t

6. Diferensial Implisit

Aturan hubungan sebuah fungsi mungki tidak eksplisit. Sebagai contoh, aturan

y= f (x ) adalh implisit terhadap persamaan x2+4 xy5+7 xy+8=0. Lebih lanjut, tidak ada

alasan untuk percaya bahwa persamaan ini dapat diselesaikan untuk y dalam bentuk x. Akan

tetapi, dengan mengasumsukan domain yang sama (yang dijelaskan oleh variabel bebas x)

angggota persamaan dari ruas kiri dapat diartikan sebagai komposisi fungsi-fungsi dan

didiferensiasi dengan benar. (aturan diferensiasi berikut ini ditulis untuk untuk anda cek

kebenarannya).

Contoh 18:

Diferensiasi terhadap x menghasilkan

22

Page 23: Diferensial Parsial

2 x+4( y5+5 xy 4 dydx )+7 ( y+x dy

dx )=0

Perhatikanlah bahwa persamaan ini dapat diselesaikan untuk dydx sebagai fungsi dari x dan y

(tetapi tidak untuk x semata).

Diberikan, F (x , y )=c maka

dydx

=−(∂ F /∂ x )(∂ F /∂ y)

dxdy

=−(∂ F /∂ y )(∂ F /∂ x)

Hitung, dydx dari 3 xy2+3 y3=x3

Misalkan, F (x , y )= 3 xy2+3 y3=x3, maka :

∂ F∂ x

=3 y2−3 x2=3( y2−x2)

∂ F∂ x = 6xy + 9 y2

Demikian pula, jikaF (x , y , z )=c , maka

∂ z∂ x

=−(∂ F /∂ x)(∂ F /∂ z )

∂ z∂ y

=−(∂ F/∂ y )(∂ F /∂ z )

Misal z = F(x,y) dan y = g(x), maka z = F(x, g(x)) menyatakan fungsi satu variable, sehingga

berdasarkan aturan rantai diperoleh:

∂ z∂ x

=∂ F∂ x

∂ x∂ x

+ ∂ F∂ y

∂ y∂ x

∂ z∂ x

=∂ F∂ x

+ ∂ F∂ y

∂ y∂ x

Jika z = 0 maka F(x,y) = 0 mendefinisikan y secara implisit sebagai fungsi x dan (*) menjadi

0= ∂ F∂ x

+ ∂ F∂ y

∂ y∂ x

∂ y∂x

=

−∂ F∂ x∂ F∂ y

asalkan ∂ F∂ y

≠ 0

23

Page 24: Diferensial Parsial

Analog dengan hal tersebut, jika z fungsi implisit variabel x dan y yang didefinisikan oleh

persamaan F(x,y,z) = 0 maka :

∂ z∂ x

=

−∂ F∂ x∂F∂z

dan ∂ z∂ y

=

−∂ F∂ y∂ F∂ z

asalkan ∂ F∂ z

≠ 0

C. Aplikasi Diferensial Parsial

Bidang Singgung Dan Garis Normal

a. Bidang singgung kepada sebuah permukaan

Misalkan F(x,y,z) = 0 adalah persamaan sebuah permukaan S seperti yangf

diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 2

Misalkan kita ingin mencari persamaan suatu bidang singgung kepada S di titik P(x0, y0, z0).

Sebuah vektor yang normal kepada S dititik ini adalah N0= ∇ F|

P' dengan indeks bawah P

yang menunjukkan bahwa gradien tersebut harus di hitung di titik P(x0, y0, z0). Jika r0 dan r

adalah vektor – vektor yang digambarkan berturut – turut dari O ke P(x0, y0, z0) dan ke Q(x,

y, z) pada bidang tersebut, maka persamaan bidang tersebut adalah

Karena r-r0 tegak lurus kepada No, di dalam bentuk siku- siku maka persamaan ini adalah∂ F∂ x

|P' ( x−x0 )+∂ F

∂ y|

P' ( y− y0 )+∂ F∂ z

|P' ( z−z0 )=0. . .. .. . .. .. . .. .(2)

b. Garis Normal kepada sebuah sebuah permukaan

24

(r-r0). N0 = (r-r0).∇ F|

P' = 0 ...................(1)

Page 25: Diferensial Parsial

Misalkan kita memerlukan persamaan untuk garis normal kepada permukaan S di

P(x0, y0, z0). Jika dimisalkan sekarang r adalah vektor yang di tarik dari O didalam

gambar 3 keseberang titik (x, y, z) pada normal N0, maka kita melihat bahwa r –

r0kolinier dengan N0 sehingga syarat yang diperlukan adalah

Di dalam bentuk siku – siku maka persamaan ini adalah

x−x0

∂ F∂ x

|P

=y− y0

∂ F∂ y

|P

=z−z0

∂ F∂ z

|P

. .. . .. .. . .. .. . .. .. .. . .. .. (4 )

c. Garis singgung kepada sebuah kurva

Misalkan persamaan parameterik dari kurva C

(Gambar 3) adalah x = f(u), y = g(u), z = h(u) di

mana kita akan memisahkan bahwa f,g, dan h

diferensiabel kontinu, kecuali dinyatakan sifat yang

lain dari itu. Persamaan garis singgung kepada C di

titik P (x0, y0, z0) di mana u = u0. Jika R = f(u)i +

g(u)j+h(u)k, maka sebuah vektor yang menyinggung

kepada C di titik P diberikan oleh

T 0=dRdu

|r=0 .. .. . .. .. . .. .. . .. .. .. (5 )

Di dalam bentuk siku – siku maka persamaan ini menjadi

x−x0

f ' (u0)=

y− y0

g ' (u0)=

z−z0

h '(u0).. .. . .. .. . .. .. .. .(6 )

Bentuk parameteriknya didapatkan dengan menetapkan setiap nilai banding sama

dengan u. Jika kurva C tersebut diberikan sebagai perpotongan dari dua permukaan

dengan persamaan F(x,y,z) = 0 dan G(x,y,z) = 0, maka persamaan garis singgung

yang bersangkutan adalah

x−x0

|F y F zG y G z

|P

=y− y0

|F z F xG z G x

|P

=z−z0

|F x F yG x G y

|P

. .. . .. .. . .. .. . .. .(7)

d. Bidang Normal kepada sebuah Kurva

Misalkan persamaan untuk bidang normal kepada kurva C di P(x0, y0, z0) dari

(Gambar 3) yakni bidang yang tegak lurus kepada garis yang menyinggung C di titik

25

(r-r0). N0 = (r-r0).∇ F|

P ' = 0 ...................(3)

Page 26: Diferensial Parsial

ini. Dengan memisalkan r adalah vektor dari O kesebarang titik (x,y,z) pada bidang

ini, maka jelaslah bahwa r – r0 tegak lurus kepada T0. Maka persamaan yang

diperlukan adalah

(r−r0 ) .T 0=(r−r0 ) . dRdu

|r=0 . .. . .. .. . .. .. .. . .. .. .(8 )

Di dalam bentuk siku –siku maka persamaan ini menjadi

f ' (u0 )( x−x0 )+g ' (u0 )( y− y0 )+h' (u0 )( z−z0 )=0 . .. .. . .. .. . .. .. .(9 )

Bila kurva tersebut mempunyai persamaan parametrik x = f(u), y = g(u), z = h(u) dan

persamaan ini menjadi

|F y F z

Gz G z

|P

( x−x0)+|F z Fx

Gz Gx

|P

( y− y0)+|Fx F y

Gx F y

|P

( z−z0 )=0 . .. . .. .. . .. .. .. (10 )

Contoh 19:

Carilah persamaan untuk (a) bidang singgung dan (b) garis normal kepada

permukaan x2 yz+3 y2=2 xz2−8 z di titik (1, 2, -1).

Penyelesaian:

a) Persamaan permukaan tersebut adalah

F = x2 yz+3 y2−2 xz2+8 z=0

N0=∇ F|( 1,2 ,−1 )= (2 xyz−2 z2 )i+( x2 z+6 y ) j+( x2 y−4 xz+8 ) k|(1,2 ,−1 )

= -6i+11j+14kDengan melihat pada gambar 2, maka:

Vektor O keseberang titik (x,y,z) pada bidang singgung adalah r = xi+yj+zk

Veektor O ke titik (1, 2, -1) pada bidang singgung adalah r0 = i+2j-k

Vektor r – r0 = (x-1) i + (y-2)j + (z+1)k terletak pada bidang singgung dan

dengan demikian maka akan tegak lurus kepada N0.

Maka persamaan yang diperlukan adalah

(r – r0) . N0 = ((x-1) i + (y-2)j + (z+1)k).(-6i+11j+14k) = 0

-6(x-1) +11 (y-2) +14 (z+1) = 0

6x -11y -14 z + 2 = 0

26

Page 27: Diferensial Parsial

b) Misalkan r = xi+yj+zk adalah vektor dari O ke sebarang titik (x,y,z) dari

normal N0. Vektor dari O ke titik (1,2,-1) pada normal adalah r0 = i + 2j –k.

Vektor r – r0 = (x-1)i + (y-2)j + (z+1)k kolinier N0.

Maka, (r – r0) x N0 = 0 yakni

|i j k

x−1 y−2 z+1−6 11 14

|=0

Yang ekivalen dengan persamaan – persamaan

11 (x – 1) = -6 (y – 2), 14 (y-2) = 11 (z+1), 14(x-1) = -6 (z+1)

Persamaan – persamaan ini dapat di tuliskan sebagai

x−1−6

= y−211

= z+114

Yang seringkali dinamakan bentuk standar untuk sebuah garis. Dengan

menetapkan setiap nilai banding ini sama dengan parameter t, maka kita

memperoleh

x = 1 – 6t, y = 2 + 11 t, z = 14 t – 1

yang dinamakan persamaan parametrik untuk garis tersebut.

Contoh 20:

Carilah persamaan untuk a) garis singgung dan b) bidang normalkepada kurva

x = t – cos t, y = 3 + sin 2t, z = 1 + cos 3t di titik di mana t =

12

π .

Penyelesain:

a) Vektor dari titik asal O (lihat gambar 3) ke sebarang titik dari kurva C adalah

R = (t-cos t)i + (3+sin 2t)j+(1+cos 3t)k. Maka sebuah vektor yang

menyinggung kepada C di titik di mana t =

12

πadalah

To =

dRdt

|t= 1

2 π=(1+sin t ) i+2cos2 t j-3sin3t k|

t= 12 π

=2i−2 j+3k

Vektor dari O ke titik di mana t =

12

π adalah r0 =

12

πi+3 j+k

Vektor dari O ke seberang titik (x, y, z) pada garis singgung tersebut adalah

r = xi + yj + zk. Maka r – r0 = ( x− 12 π )i+( y−3 ) j+( z−1 ) k koliner dengan

T0, sehingga persamaan yang diperlukan adalah

27

Page 28: Diferensial Parsial

(r−r0 ) x T 0=0

|i j kx−1

2 π y−3 z−12 −2 3

|=0

dan persamaan yang diperlukan adalah

x−12 π

2=

y−3−2

=z−1

3=0

atau di

dalam bentuk parametrik x = 2t +

12

π, y = 3 – 2t, z = 3t +1

b) Misalkan r = xi + yj + zk adalah vektor dari O kesebarang titik (x, y, z) dari

bidang normal tersebut. Vektor dari O ke titik di mana t =

12

π adalah r0

=

12

πi+3 j+k . Vektor r – r0 = ( x− 1

2 π )i+ ( y−3 ) j+( z−1 ) k terletak di

dalam bidang normal tersebut yang berarti bahwa vektor itu tegak lurus

kepada T0. Maka persamaan yang diperlukan adalah (r – r0) . T0 = 0 atau 2

( x - 12 π ) – 2 (y-3)+3(z-1) = 0

Hubungan Maxwell dalam Termodinamika

Termodinamika merupakan cabang Fisika yang paling banyak menggunakan perumusan

turunan dan diferensial parsial. Misalnya, hukum I Termodinamika dapat dituliskan

dalam bentuk diferensial berikut:

d Q=dU +dW ………....(1)

dengan d Q menyatakan sejumlah kecil kalor yang keluar/masuk sistem, dU menyatakan

selisih infinitesimal energi dalam sistem dan d W menyatakan sejumlah kecil kerja yang

diterima/dilakukan sistem. Perlu dicatat bahwa d Q dan d W bukan menyatakan selisih,

sehingga operator diferensialnya dituliskan sebagai d . Untuk sistem yang bersifat

reversibel atau prosesnya dapat dibalik arahnya, maka berlaku hubungan:

d Q=TdS…………………(2)

Dengan T adalah temperatur dan dS adalah selisih infinitesimal entropi (S) sistem. Sementara

itu, sejumlah kecil usaha dapat dituliskan sebagai:

d W=PdV …………………(3)

dengan P adalah tekanan dan dV adalah selisih infinitesimal volume (V ) sistem. Berdasarkan

hubungan pada persamaan (2) dan (3), maka persamaan (1) dapat dituliskan kembali sebagai:

dU =TdS−PdV……………(4)

28

Page 29: Diferensial Parsial

Dari perumusan ini jelas terlihat bahwa energi dalam merupakan fungsi dari entropi dan volume, U=U (S , V ).Tinjau kembali definisi diferensial total yang telah dijelaskan sebelumnya yang ditulis ulang sebagai berikut :

df =( ∂ f∂ x )

ydx+( ∂ f

∂ y )xdy……(5)

Dengan ( ∂ f∂ x )

ymenyatakan turunan parsial f terhadap x dengan y konstan dan ( ∂ f

∂ y )x

menyatakan turunan parsial f terhadap y dengan x konstan. Selanjutnya kita asumsikan bahwa

kita berhubungan dengan fungsi f yang bersifat konservatif sehingga memenuhi kondisi

berikut:

∂2 f∂ x ∂ y

= ∂2 f∂ y ∂ x

…………………(6)

Maka dari sini kita dapatkan diferensial total dari fungsi U =U (S ,V ) adalah :

dU =( ∂ U∂ S )

VdS+( ∂U

∂ V )SdV

Bandingkan dengan persamaan 4 yang kita peroleh :

( ∂ U∂ S )

V=T ,( ∂ U

∂ V )=−P

Selanjutnya berdasarkan kondisi 6 dan turnan parsial berikut :

∂∂V ( ∂ U

∂ S )= ∂2U∂V ∂ S

=( ∂ T∂ V )

S

∂∂ S (∂ U

∂V )= ∂2U∂ S ∂ V

=( ∂T∂ S )

V

Diperoleh hubungan berikut :

( ∂T∂ V )

S=−( ∂ P

∂ S )V

yang dikenal sebagai salah satu dari empat buah “Hubungan Maxwell” (Maxwell Relations)

dalam Termodinamika. Pada hubungan ini diperlihatkan bahwa pada proses reversibel,

perubahan temperatur terhadap volume pada entropi tetap sama dengan negatif perubahan

tekanan terhadap entropi pada volume tetap.

7. Diferensiasi Integral (aturan Leibniz)

Gottfried Wilhelm Leibniz adalah salah seorang dari dua penemu utama kalkulus

(yang lainnya adalah Isaac newton). Cara penulisannya (notasinya) untuk turunan masih

29

Page 30: Diferensial Parsial

dipakai secara luas, khususnya dalam bidang terapan seperti halnya Fisika, kimia, dan

ekonomi. Daya tariknya terletak dalam bentuknya, sebuah bentuk yang seringmengemukakan

hasil-hasil yang benar dan kadang-kadang menunjukkan bagaimana membuktikannya.

Setelah kita menuasai notasi Leibniz, kita akanmenggunakannya untuk menyatakan kembali

Aturan rantai dan kemudian benar-benar membuktikan aturan tersebut.

Pertambahan

Jika nilai sebuah variabel x berganti dari x 1 ke x2 makax2 – x 1, perubahan dalam x

disebut suatu pertambahan dari x dan biasanya dinyatakan olh ∆ x.

Jika x1=4,1 dan x2=5,7 maka ∆ x=x 2 – x1=5,7– 4,1=1,6

Jika x1 = c dan x2 = c+h, maka ∆ x=x 2– x1=c+h– c=h

Andaikan bahwa y= f (x ) menentukan sebuah fungsi. Jika x berubah dari x1 ke x2

maka y 1 berubah dari 1=f (x 1)ke y 2=f (x 2) . Jadi bersesuaian dengan pertambahan

∆ x=x 2– x1 dalam x, terdapat pertambahan dalam y yang diberikan oleh

∆ y= y2 – y1=f (x 2) – f (x1)

Contoh:

Jika y = f(x) = 2 – x2. Carilah ∆ y jika x berubah dari 0,4 ke 1,3

Penyelesaian :

∆ y=f (1,3 ) – f (0,4 )=[2– (1,3 )2 ] – [2 – ( 0,4 ) 2 ]=0,31 –1,84=−1,53

Lambang dy/dx turunan

Andaikan variabel bebas beralih dari x ke x+∆ x. Perubahan yang terjadi dalam

variabel tak bebas y akan berupa

∆ y = f (x+∆ x) – f(x)

ΔyΔx =

f ( x+∆ x )−f (x)∆ x

Soal dan Pembahasan

a. Carilah f x (1,2 ) dan f y (1,2 ) jika f ( x , y )=x2 y+3 y3.

Penyelesaian:

Untuk mencari f x (x , y ) kita anggap y sebagai konstanta dan kita

diferensialkan fungsi ini terhadapx didapat

f x ( x , y )=2 xy+0

f x (1,2 )=2 ∙1 ∙2=4

f y ( x , y )=x2+9 y2

f y (1,2 )=12+9∙ 22=37

30

Page 31: Diferensial Parsial

Jika z = f(x,y), kita gunakan cara penulisan lain.

f x ( x , y )= ∂z∂ x

=∂ f ( x , y )

∂ x f y ( x , y )= ∂ z

∂ y=

∂ f ( x , y )∂ y

f x ( x0, y0 )= ∂ z∂ x|( x0 , y0)

f y ( x0 , y0 )= ∂ z∂ y|( x0 , y0)

Lambang ∂ adalah lambang khas dalam matematika dan disebut tanda

turunan parsial.

b. Jika z=x2 sin ( xy 2) , cari ∂ z∂ x dan

∂ z∂ y .

Penyelesaian :

∂ z∂ x

=x2 ∂∂ x [sin ( xy2 ) ]+sin ( xy2 ) ∂

∂ x(x2)

¿ x2cos ( xy2) ∂∂ x

( xy2 )+sin ( xy2 ).2 x

¿ x2cos ( xy2 ). y2+2x sin (xy2)

¿ x2 y2 cos ( xy2 )+2 x sin( xy2)

∂ z∂ y

=x2 cos ( xy2 ) .2xy=2x3 ycos ( xy2 )

c. Cari keempat turunan parsial kedua dari

f ( x , y )=x ey−sin( xy )+x3 y2

Penyelesaian :

f x ( x , y )=ey− 1y

cos ( xy )+3 x2 y2

f y ( x , y )=xe y+ xy2 cos ( x

y )+2 x3 y

f xx ( x , y )= 1y2 sin( x

y )+6 x y2

f yy ( x , y )=xe y+ x2

y 4 sin( xy )−2 x

y3 cos ( xy )+2 x3

f xy ( x , y )=e y+ xy3 sin( x

y )+ 1y2 cos ( x

y )+6 x2 y

f yx (x , y )=e y+ xy3 sin( x

y )+ 1y2 cos( x

y )+6x2 y

d. Jika f (x , y , z)=xy+2 yz+3 zx, cari f x , f y , f z

31

Page 32: Diferensial Parsial

Penyelesaian :

Untuk memperoleh f x, kita pandang y dan z sebagai konstanta dan turunkan

terhadap peubahx. Jadi,

f x ( x , y , z )= y+3 z

Untuk mencari f y, kita anggap x dan z sebagai konstanta dan turunkan

terhadapy:

f y ( x , y , z )=x+2 z

Serupa halnya,

f z ( x , y , z )=2 y+3x

8. Beberapa Contoh Aplikasi Turunan Dalam Berbagai Bidang

Pada bidang Tekhnik

Pada bidang Tekhnik penggunaan turunan dapat membantu programer dalam

pembuatan aplikasi dari mesin – mesin yang handal.

Contoh: Para Enginer dalam membuat / mendisain mesin – mesin pesawat terbang.

Pada Matematika

Contoh: Tentukan letak titik P(a,b) pada semua permukaan bidang V: x – y + 2z = 2,

yang jaraknya terdekat ke titik awal 0.

Penyelesaian:

Jarak sebuah titik P (x,y,z) ke titik asal O adalah: |OP|=√x2+ y2+z2 Karena |OP|

minimum, dan jika fungsi : F(x, y, z) = x2+y2+z2 maka kita dapat mengambil f sebagai

fungsi yang hendak dicari nilai ekstremnya.

Karena titik P(x, y, z) haruslah terletak pada bidang : x-y+2z = 2, maka persamaan

bidang ini adalah persamaan kendala.

Φ(x, y, z) = x-y+2z-2 = 0.

Cara jelas untuk memecahkan persoalan ekstrem terkendala ini adalah cara eliminasi,

yaitu memecahkan dahulu persaman kendala bagi salah satu variabel kemudian

dsisipkan ke dalam fungsi.

Dari persamaan kendal kita peroleh :

y = x + 2z -2

Sisipkan ke dalam fungsi kuadrat jarak f, memberikan :

F(x, y ,z) = x2 + ( x+ 2z – 2)2 + z2 = 2x2 + 4xz + 5z2 - 4x - 8z +4

32

Page 33: Diferensial Parsial

Penerapan syarat eksrem, memberikan :

Fx = 4x + 4z – 4 = 0, fz = 4x + 10z – 8 = 0

Pemecahannya memberikan : x =

13 , dan z =

23 . Untuk menyelidiki jenis ekstrem

yang bersangkutan, dalam variabel ( x, z), kita hitung lagi turunan parsial keduanya:

Fxx = 4, fzz = 10, fxz = fzx, = 4. Karena D = fxxfzz – f2zz = (4) (10) – 42 = 24 > 0, dan

fxx > 0, maka ( 1

3, 2

3 ) adalah titik ekstrem minimum fungsi f(x, z). Koordinat dari titik

pada bidang : x- y + 2z = 2 adalah y = -

13 .

Jadi titik terdekat yang kita cari adalah : P ( 1

3,−1

3, 23 ).

Pada bidang Ekonomi

Pada bidang ekonomi fungsi turunan dipakai untuk mencari biaya marjinal,

yaitu dengan cara menurunkannya dari persamaan biaya total. Bisa ditulis biaya

marjinal = biaya total’. Para matematikawan mengenal biaya marjinal sebagai dc/dx,

turunan C terhadap x. dengan demikian dapat didefinisikan harga marjinal sebagai

dp/dx, pendapatan marjinal sebagai

dRdX , dan keuntungan marjinal sebagai

dpdx .

Contoh:

Sebuah perusahaan mempunyai biaya 3200 + 3,25x – 0,0003x2 dengan jumlah

persatuan x=1000. tentukan biaya rata-rata dan biaya marjinal?

Penyelasaian

biaya rata-rata = C ( x )

x

=3200+3,25 x -0,0003 x2

x

¿3200+3 , 25 (1000 )−0 , 0003 (1000 )2

1000

¿3200+3250−3001000

=6 ,15

Maka biaya rata-rata persatuan yaitu 6,15 x 1000 = Rp.6150

Biaya marjinal:

33

Page 34: Diferensial Parsial

dcdx

=3 ,25−0 ,0006 x

=3 , 25−0 ,0006 (1000 ) = 2,65

maka biaya marjinalnya, 2,65 x 1000 = Rp.2650 Pada x=1000

Dari hasil di atas, dapat dikatakan bahwa dibutuhkan Rp.6150 untuk

memproduksi 1000 barang pertama dan membutuhkan Rp. 2,65 untuk membuat 1

barang setelah barang yang ke 1000, hanya dibutuhkan Rp. 2650 untuk membuat

1000 barang yang sama.

Pada bidang fisika

Peubah Variabel

Hampir semua fenomena-fenomena di dalam Fisika harus digambarkan melalui

persamaan diferensial. Jika fenomena tersebut melibatkan beberapa variabel, baik

berupa besaran pokok ataupun besaran turunan, maka persamaan diferensial yang

terkait akan berbentuk persamaan diferensial parsial. Persamaan diferensial terkait

tersebut kadang – kadan akan lebih mudah dicari solusinya jika kita menyatakan

dalam bentuk variable – variable baru yang merupakan fungsi dari variabel lama.

Untuk jelasnya, tinjau sebagai contoh persamaan gelombang berikut:

∂2Ψ∂ x2 =

1v2

∂2Ψ∂ t 2 …………………….(7)

Dengan Ψ menyatakan fungsi gelombang dan v merupakan laju perambatan

gelombang. Dalam pengalaman sehari-hari, kita sering menjumpai gundukan air yang

merambat di dalam kolam atau perambatan gelombang air laut di pantai. Persamaan

gelombang memiliki solusi yang dapat menggambarkan perambatan dua gelombang

yang saling berlawanan arah, oleh karena itu untuk menggambarkannya kita dapat

mendefinisikan variabel baru berikut:

r=x+vt…………………………..(8a)

s= x – vt…………………………….(8b)

Sekarag kita misalkan Ψ = Ψ (r , s), dengan r=r (x ,t ) dan s=s (x , t) seperti yang

diberikan oleh persamaan (8). Diferensial total Ψ , r dan s adalah:

d Ψ=∂ Ψ∂ r

dr+ ∂Ψ∂ s

ds……………….,(9a)

34

Page 35: Diferensial Parsial

d r= ∂ r∂ x

dx+ ∂r∂ t

dt………………….. (9b)

d s= ∂ s∂ x

dx+ ∂ s∂ t

dt ……………………….(9c)

Dari ketiga diferensial total kita dapatkan:

d Ψ=( ∂Ψ∂ r

∂ r∂ x

+ ∂Ψ∂ s

∂ s∂ x )dx+( ∂ Ψ

∂r∂ r∂ t

+ ∂ Ψ∂ s

∂ s∂ t )dt………(10)

yang sekarang merupakan diferensial total terhadap x dan t , sehingga dengan

demikian kita peroleh:

∂Ψ∂ x

=∂Ψ∂r

∂ r∂ x

+ ∂ Ψ∂ s

∂ s∂ x ………………………………………..(11a)

∂Ψ∂t

= ∂Ψ∂r

∂ r∂ t

+ ∂Ψ∂ s

∂ s∂ t …………………………………………(11b)

Berdasarkan persamaan (8):

∂r∂ x

=1 , ∂ r∂ t

=v , ∂ s∂ x

=1 , ∂ s∂t

=−v ………………………………. (12)

sehingga persamaan (11) memiliki bentuk sebagai berikut:

∂Ψ∂ x

=( ∂∂r

+ ∂∂ s)Ψ ...............................................................................(13a)

∂Ψ∂t

=v ( ∂∂ r

− ∂∂s )Ψ ……………………………………………(13b)

Akan berguna jika kita menyatakan operator pada persamaan (13) sebagai berikut:

∂∂ x = ∂

∂ r+ ∂

∂ s …………………………………………………..(14a)

∂∂ t

=v ( ∂∂r

− ∂∂ s )………………………………………………..(14b)

35

Page 36: Diferensial Parsial

Untuk mencari turunan parsial kedua dari fungsi Ψ terhadap x dan t , kita dapat

menggunakan penulisan operator pada persamaan (14) sebagai berikut:

∂2Ψ∂ x2 =

∂∂ x ( ∂ Ψ

∂ x )=( ∂∂ r

+ ∂∂ s )( ∂Ψ

∂ s+ ∂ Ψ

∂ s )=∂2 Ψ∂ r2 +2 ∂2Ψ

∂ r ∂ s+ ∂2Ψ

∂ s2 ………....(15a)

∂2Ψ∂t 2 = ∂

∂ x ( ∂ Ψ∂ t )=v2( ∂

∂r− ∂

∂ s )( ∂ Ψ∂ s

− ∂Ψ∂ s )=v2( ∂2Ψ

∂r 2 −2 ∂2Ψ∂ r∂ s

+ ∂2Ψ∂ s2 )………….(15b)

Selanjutnya substitusikan persamaan (15) ke dalam persamaan gelombang (7)

diperoleh bentuk persamaan diferensial untuk gelombang dalam variabel r dan s

sebagai berikut:

∂2Ψ∂ r ∂ s

=0 ……………………………………………………………………………(16)

Persamaan gelombang (16) jelas lebih sederhana dari persamaan (7). Pemecahan dari

persamaan (64) tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:

Ψ =Ψ ( x+vt )+Ψ +¿( x−vt )¿…………………………………………..(17)

yang tidak lain menggambarkan gelombang yang merambat ke arah x negatif

(diwakili oleh fungsi Ψ−¿¿) dan gelombang yang merambat ke arah x positif (diwakili

oleh fungsi Ψ +¿ ¿).

9. Beberapa cara penulisan turunan

Penulisan turunan menggunakan

∂ f∂ x merupakan penulisan cara leibniz. Untuk

menyatakan turunan ada beberapa cara, seperti halnya ditunjukkan pada tabel berikut:

36

Page 37: Diferensial Parsial

Tabel. Penulisan Turunan Derivative

DerivativeCara penulisan

Notasi Newton Notasi Lagrange

Notasi Euler Leibniz

Pertama f’(x) y’ Dxy∂ y∂ x

Kedua f’’(x) y’’ Dx²y ∂2 y∂ x2

Ketiga f’’’(x) y’’’ Dx³y ∂3 y∂ x3

Keempat f’’’’(x) y’’’’ Dx4y ∂4 y∂ x4

Kelima f’’’’’(x) y'’’’’ Dx5y ∂5 y∂ x5

Ke-n fn(x) yn Dx6y ∂n y∂ xn

37

Page 38: Diferensial Parsial

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dalam makalah ini adalah :

1. Persamaan diferensial parsial adalah persamaan yang memuat satu atau lebih

turunan parsial dengan dua atau lebih vaiabel bebas. Orde dari PD parsial: tingkat

tertinggi dari derivatif yang ada dalam PD. Derajat dari PD parsial: pangkat tertinggi

dari turunan tingkat tertinggi yang ada dalam PD.Jika f merupakan fungsi dari dua

variabel dan (x,y) adalah titik dari domain fungsi maka turunan parsial:

∂ f ( x , y )∂ x

= limΔx→0

f ( x+ Δx , y )− f ( x , y )Δx

∂ f ( x , y )∂ y

= limΔx→ 0

f ( x , y+Δy )− f ( x , y )Δy

2. Aplikasi dari turunan parsial dapat digunakan dalam bidang fisika, ilmu teknik, dan

geometri.

3. Metode lagrange digunakan untuk optimasi (menentukan harga maksimum dan

minimum) sebuah fungsi f(x,y) yang terkendala

38

Page 39: Diferensial Parsial

DAFTAR PUSTAKA

Sutarman E. 2013. Matematika Teknik. Penerbit Andi Yogyakarta. Bandung.

Spiegel R. Murray. 1984. Kalkulus Lanjutan. Terjemahan: Pantur Silaban. Penerbit Erlangga. Bandung.

J. Purcell. Edwin, Dale Vanberg, C. 1987. Calculus With Analytic Geometry, 5th edition. Terjemahan : Drs. I. Nyoman Susila, M.Sc. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Prayudi. 2009. Kalkulus Lanjut. Yogyakarta : Graha Ilmu

39