1_proposal mangrove paket 1
DESCRIPTION
Proposal Mangrove Paket 1TRANSCRIPT
DAFTAR ISIDAFTAR ISI......................................................................... i
DAFTAR GAMBAR..............................................................iii
DAFTAR TABEL................................................................. iv
I ORGANISASI PENYEDIA JASA KONSULTANSI.................1I.1 DAFTAR PENGALAMAN KERJA 7 (TUJUH) TAHUN TERAKHIR.........................4
I.2 URAIAN PENGALAMAN KERJA SEJENIS 7 (TUJUH) TAHUN TERAKHIR...........19
II PENDAHULUAN...........................................................21II.1 LATAR BELAKANG..................................................................................21
II.2 TUJUAN..................................................................................................21
II.3 SASARAN...............................................................................................21
II.4 LOKASI KEGIATAN..................................................................................22
II.5 SUMBER PENDANAAN............................................................................23
II.6 REFERENSI HUKUM................................................................................23
II.7 LINGKUP PEKERJAAN..............................................................................23
II.8 KELUARAN.............................................................................................23
II.9 JANGKA WAKTU KEGIATAN.....................................................................24
III TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA..................................................................26
III.1 PEMAHAMAN TERHADAP KAK.................................................................26
III.1.1 Identifikasi Tutupan Lahan..............................................................26
III.2.1 Kawasan Mangrove.........................................................................28
III.3.1 Data Inderaja Sistem Pasif..............................................................35
III.2 TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK..............................................36
IV PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI...................38IV.1 PENDEKATAN.........................................................................................38
IV.2 METODE.................................................................................................39
IV.1.2 Sumber Data dan Peta Kerja...........................................................42
IV.2.2 Peralatan yang Digunakan..............................................................43
IV.3.2 Pra-pengolahan Dijital.....................................................................44
IV.4.2 Pengolahan Citra............................................................................47
IV.5.2 Survei Lapangan.............................................................................51
IV.6.2 Pasca Survei...................................................................................54
V RENCANA KERJA.........................................................56V.1 TAHAP PERSIAPAN.................................................................................56
i
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
V.2 TAHAP PELAKSANAAN............................................................................56
V.3 TAHAP PELAPORAN................................................................................57
VI TENAGA AHLI..............................................................60VI.1 KOMPOSISI TIM DAN PENUGASAN..........................................................60
VI.2 JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI.......................................................62
ii
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
DAFTAR GAMBARGambar 1. Struktur Organisasi PT. KACINDO DANATYA........................................3Gambar 2. Zonasi Mangrove di Indonesia (Bengen, 1999).................................31Gambar 3. Tipologi Nilai Ekonomi Total Sumberdaya Alam (Barton, 1994)........37Gambar 4. Bagan Alir Inventarisasi Pemetaan Ekosistem Mangrove..................48Gambar 5. Gambaran Indeks NPL dalam pemetaan mangrove..........................50Gambar 6. Proses Rektifikasi untuk Koreksi Geometri Citra...............................53
iii
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
DAFTAR TABELTabel 1. Daftar Pengalaman Kerja 7 (Tujuh) Tahun Terakhir................................4Tabel 2. Uraian Pengalaman Kerja Sejenis 7 (Tujuh) Tahun Terakhir..................19Tabel 3. Uraian Pengalaman Kerja Sejenis 7 (Tujuh) Tahun Terakhir..................20Tabel 6. Jadwal pelaksanaan pekerjaan Pemetaan mangrove Wilayah...............59Tabel 7. Komposisi Tim dan Penugasan..............................................................60Tabel 8. Jadwal Penugasan Tenaga Ahli..............................................................62
iv
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
I ORGANISASI PENYEDIA JASA KONSULTANSI
Misi pembangunan ekonomi nasional diarahkan untuk kepentingan masyarakat luas
dan bersifat lestari (sustainable people centred development). Pengelolaan SDA,
SDM, informasi, teknologi dan finansial harus diupayakan menjadi suatu sinergi
yang harmonis tidak hanya menguntungkan kelompok tertentu saja serta tidak
bersifat eksplotatif dan ekstraktif terhadap alam, tanpa memperhatian aspek
kelestariannya. Sejalan dengan tuntutan globalisasi dan arus reformasi ekonomi
Indonesia, maka peranan pemerintah daerah semakin menentukan arah
pembangunan. Pemberdayaan potensi yang berkaitan dengan pengembangan
daerah menjadi sangat strategis untuk lebih diperhatikan. Sejalan dengan hal itulah
dikembangkan visi dan misi PT. KACINDO DANATYA.
Visi PT. KACINDO DANATYA adalah menjadi lembaga yang handal (center of
excellence) dalam pengkajian dan pengembangan potensi sumberdaya regional
secara komprehensif melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat, penguatan
basis daerah dalam pembangunan nasional. Misi PT. KACINDO DANATYA adalah
1. Memberdayakan potensi masyarakat dalam pengembangan dan pengelolaan sumberdaya regional untuk memperkuat basis ekonomi daerah dalam pembangunan nasional.
2. Melakukan pengkajian potensi sumberdaya regional secara komprehensif dan integratif (pendekatan holistik).
PT. KACINDO DANATYA, yang beralamat di Jl. Pondok Kelapa I A/5/26-27, Keluruhan
Pondok Kelapa, Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur 13450 dan mempunyai
studio di Jl. Pandawa Raya B2 No. 6 Bumi Indraprasta, Bogor 16153 adalah
perusahaan konsultan Indonesia yang melayani jasa konsultansi dari berbagai
sektor. Melalui dukungan dan keterlibatan para pengelola dan staf ahli yang telah
berpengalaman lebih dari 10 tahun, PT. Kacindo Danatya kebijakan operasi
berpegang pada prinsip kualitas, efektivitas, efisiensi dan profesionalisme.
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
1
PT. KACINDO DANATYA didirikan pada tahun 1993 dengan Akta Notaris Agus
Madjid, SH No. 72 Tahun 1993 dan Akta Perubahan oleh Notaris Jelly Eviana, SH No.
2 Tahun 2005. Pendirian PT. KACINDO DANATYA telah mendapat persetujuan
dengan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. C-25653
HT.01.04.TH.2005, tertanggal 15 September 2005.
Jasa layanan konsultansi yang disediakan PT. KACINDO DANATYA meliputi kegiatan,
yang diklasifikasi sebagai berikut :
3. Jasa Survey;4. Studi Makro;5. Studi Kelayakan;6. Perencanaan Umum dan Studi Mikro lainnya;7. Konsultansi Produksi;8. Konsutansi Operasi, Pemeliharaan dan Rehabilitasi;9. Jasa Bantuan dan Nasehat Teknis;10. Jasa Penelitian;11. Teknologi dan Sistem Informasi;12. Jasa Perencanaan Sistem Akuntansi;13. Pelatihan dan Pengembangan SDM;14. Konsultansi Manajemen;
Rekanan yang menggunakan jasa konsultansi PT. KACINDO DANATYA meliputi
lembaga/instansi pemerintah dan perusahaan-perusahaan swasta. Lingkup layanan
yang dilaksanakan pada umumnya adalah aspek-aspek Sosial Ekonomi, Keteknikan,
Finansial, Lingkungan Hidup dan Manajemen.
Dalam melaksanakan kegiatan layanan konsultansi, PT. KACINDO DANATYA
mengadakan kerjasama dengan lembaga sejenis, yang memiliki kualifikasi dan
pengalaman luas. Upaya ini kami lakukan untuk tetap mempertahankan citra
profesionalisme jasa konsultansi dalam memberikan alternatif terbaik pemecah
masalah.
Struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada Gambar 1.
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
2
Gambar 1. Struktur Organisasi PT. KACINDO DANATYA
PT. KACINDO DANATYA didukung peneliti, yang berkualifikasi profesor, doktor,
master dan sarjana, serta staf asisten peneliti dan staf administrasi berkualifikasi
sarjana. Guna membantu seluruh kegiatan, PT. KACINDO DANATYA memiliki
berbagai prasarana dan sarana pendukung seperti kantor pusat dan studio sebagai
tempat operasional kegiatan. Alamat kantor:
Kantor Pusat:
Jl. Pondok Kelapa I A/5/26-27 RT.001/004 Kelurahan Pondok Kelapa, Kec. Duren Sawit, Jakarta Timur 13450Telepon/Fax : +62-21- 8640721
Studio:
Jl. Pandawa Raya B2 no. 5-6 Kompleks Bumi Indraprasta Bogor – Indonesia, 16153 Telp.: +62-251-8347410, 8361764, 8349340; Fax: +62-251-8349340,
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
3
I.1 DAFTAR PENGALAMAN KERJA 7 (TUJUH) TAHUN TERAKHIRTabel 1. Daftar Pengalaman Kerja 7 (Tujuh) Tahun Terakhir
No Nama Paket Pekerjaan
Bidang/ Sub Bidang Pekerjaan
Lokasi
Pemberi Tugas/Pejabat Pembuat Komitmen Kontrak Tanggal Selesai
Menurut
NamaAlamat/No. Telepon
Nilai (Rp) No/Tgl. Kontrak BA. Serah Terima
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10Pengukuran Kinerja Layanan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Pedesaan KPU/USO Paket 2 Wilayah Jambi, Riau, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka, Belitung, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung
Teknologi Komunikasi dan Informasi
Jambi, Riau, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung
Balai Telekomunikasi dan Informatika Pedesaan Kementerian Komunikasi dan Informatika
Menara Ravindo Lt. 5 Jl. Kebun Sirih No. 75 Jakarta 10340
13.570.297.964
2071/PPK-RUTIN/BTIP/KOMINFO/5/201024 Mei 2010
24/12/ 2013
24/12/ 2013
Pengembangan Aplikasi Data Warehouse Dan Koneksitas NIK /C.05
Telematika Jakarta Kementerian Dalam Negeri
Jln.Taman Makam Pahlawan Kalibata No 17 Jakarta Selatan
491.450.000 027/ 890 / IK01 JULI 2011
31/12/2011
31/12/2011
Sistem Informasi Kearsipan (SIK) Kementerian Kehutanan Tahun 2011
Telematika Jakarta Kementerian Kehutanan
Gedung Manggala Wanabakti Blok I Lantai 3 jl.Gatot Subroto
95.865.000 SPK.177/PPK – TUK / VI /201127 Juni 2011
27 Juli 2011
27 Juli 2011
4
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
No Nama Paket Pekerjaan
Bidang/ Sub Bidang Pekerjaan
Lokasi
Pemberi Tugas/Pejabat Pembuat Komitmen Kontrak Tanggal Selesai
Menurut
NamaAlamat/No. Telepon
Nilai (Rp) No/Tgl. Kontrak BA. Serah Terima
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10Penyusunan Modul Pelatihan Pengembangan Pupuk Organik
Pengembangan Pertanian dan pedesaan/Perikanan
Jakarta Kementerian Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI
Jl. M T. Haryono Cikoko Kav.52 Jakarta
119.707.000 SPPP.1187/BBPLK/VI/2011 27/09/2011
27/09/2011
Peningkatan Kapasitas Lembaga dan Tokoh Adat Dalam Pengelolaan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
Pengembangan Pertanian dan pedesaan/Perikanan
Wakatobi, Jepara
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Jl.Medan Merdeka Timur no 16
368.000.000 SPK.13/PPK/KP3K.5/VI/2011 24/10/2011
24/10/2011
Integrasi Sistem Pengelolaan Keuangan Kementerian Lingkungan Hidup
Telematika Jakarta Kementerian Lingkungan Hidup
JL,D.I. Panjaitan Kebon Nanas Jakarta
1.882.925.000
01.06/SP/PPBJ-SES/LH/09/ 2011 12/12/2011
12/12/2011
Kajian Peta Jalan Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral dalam Pengembangan Ekonomi Kreatif 2011 - 2016
Energi Jakarta Sekretariat Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 18 Jakarta Pusat 10110
785.750.000 01/SPK/PKT.14/P2K.NF/VII/ 2011 12/12/2011
12/12/2011
Penelitian Pola Pembiayaan / Lending Model Usaha Kecil Tahun 2011
Keuangan BengkuluBandung Yogyakarta
Bank Indonesia Gedung DLT, 8 JL. Mh Thamrin No 2 Jakarta
83.O58.800 13/99/DKBU/BPBU
5
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
No Nama Paket Pekerjaan
Bidang/ Sub Bidang Pekerjaan
Lokasi
Pemberi Tugas/Pejabat Pembuat Komitmen Kontrak Tanggal Selesai
Menurut
NamaAlamat/No. Telepon
Nilai (Rp) No/Tgl. Kontrak BA. Serah Terima
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10Penyusunan Rencana Induk Penanganan Induk Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
Pengembangan Pertanian dan pedesaan/Perikanan
Depok BAPPEDA Depok
JL.Margonda Raya No 54 Depok
107.992.500 006/PPK –PMKS /BAPP/VI.2011 24/09/2011
24/09/2011
Bantuan Konsultasi Penerapan HKI Kegiatan Pengembangan Klaster IKM Fashion Tahun 2011
Industri Jakarta Kementerian Perindustrian R I
JL.Jend.Gatot Subroto KAV. 52-53 Jakarta
136.500.000 3.4/IKM.4/ KONTRAK –JK/SU/07/2011
30/11/2011
30/11/2011
Penyempurnaan dan Penerbitan Peraturan Pemerintah Tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Aministrasi dan Besar Denda Administratif Atas Pelanggaran UU Perfilman
Pariwisata Jakarta Kementerian Kebudayaan ndan Pariwisata
JL.Medan Merdeka Barat NO 17
769.000.000 135a/KONTRAK /SD/NBSSF/VII/2011
08/10/2011
08/10/2011
Pengembangan Distribusi CENTRE Untuk mendukung Logistik Kawasan Indonesia Timur
Perdagangan Jakarta Kementerian Perdagangan RI
JL.M .I Ridwan No 5 Jakarta
1.455.843.400
120.01/pdn.4.3/ppk/spbj/6/ 2011 09/12/2011
09/12/2011
Optimalisasi Pembinaan dan Pengembangan Desa Mandiri Energi
Energi Nasional di lokasi terpilih
Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian
Gedung Plasa Sentris, Jl.
1.807.546.400
10/KK/JL/OPPD/DMO/P2K-NF/2010081/KD/e/IX/20107 Sep 2010
8/12/ 2010
8/12/ 2010
6
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
No Nama Paket Pekerjaan
Bidang/ Sub Bidang Pekerjaan
Lokasi
Pemberi Tugas/Pejabat Pembuat Komitmen Kontrak Tanggal Selesai
Menurut
NamaAlamat/No. Telepon
Nilai (Rp) No/Tgl. Kontrak BA. Serah Terima
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10Berbasis Bahan Bakar Nabati
Energi dan Sumberdaya Mineral
HR Rasuna Said Kav. B-5 Jakarta
Penyusunan Cetak Biru Pengembangan Sistem Distribusi Nasional
Ekonomi, perdagangan
Nasional Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Departemen Perdagangan RI
Jl. M.I. Ridwan Rais No 5 Jakarta 10110
4.773.485.000
117.02/PDN.3.5/PPK/SKPPBJ/6/201022 Jun 2010
6/12/ 2010
6 /12/ 2010
Pekerjaan Penyusunan Master Plan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
Manajemen Pendidikan
Jakarta Payakumbuh
Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
310.000.000 201/K4.16/KU/20101 Sep 2010
29/11/ 2010
29/11/ 2010
Penyusunan Modul Pelatihan Pengembangan Energi Alternatif Tahun 2010
Energi, ketenagakerjaan
Jakarta Balai Besar Pengembangan Latihan Ketransmigrasian, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Jl. MT Haryono Kav. 52 Jakarta Selatan
99.514.000 1199/BBPLK/PPK/VI/20108 Juni 2010
5/09/ 2010
5/09/ 2010
Fasilitasi Exit Strategy COREMAP Phase II
Pengembangan Pertanian dan pedesaan/Perikanan
Nasional Satker Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang
Jl. Tebet Timur Dalam II No. 45 Tebet Jakarta
533.951.000 SPMK.27/COREMAP/KP3K/VII/201023 Juli 2010
23/11/ 2010
23/11/ 2010
7
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
No Nama Paket Pekerjaan
Bidang/ Sub Bidang Pekerjaan
Lokasi
Pemberi Tugas/Pejabat Pembuat Komitmen Kontrak Tanggal Selesai
Menurut
NamaAlamat/No. Telepon
Nilai (Rp) No/Tgl. Kontrak BA. Serah Terima
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10(Coremap II) Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan
Selatan
Kajian Strategi Pencapaian Indeks Pembangunan Manusia 80 (IPM 80) di Kota Depok
Kependudukan Pengembangan regional
Depok, Jawa Barat
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Depok
Jl. Margonda Raya No. 54 Depok
84.650.000 008/KPA-IPM/P.Sos/BAP/VII/20106 Juli 2010
6/10/ 2010
6/10/ 2010
Rancangan Pembentukan Lembaga Pengembangan dan Pengawasan Koperasi Jasa Keuangan (KSP/UPS – KOPERASI & KJKS/UJKS-KOPERASI)
Ekonomi Jakarta Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Jl. HR. Rasuna Said Kav. 3-4 Jakarta Selatan
220.000.000 408/SPK/P2K-DEP.3/V/201026 Mei 2010
26/07/2010
26/07/2010
Penyempurnaan Standar Operasioanl Manajemen dan Standar Operasional Prosedur KSP/UPS Koperasi
Ekonomi Jakarta Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Jl. HR. Rasuna Said Kav. 3-4 Jakarta Selatan
163.000.000 413/SPK/P2K-DEP.3/V/201026 Mei 2010
26/07/2010
26/07/2010
8
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
No Nama Paket Pekerjaan
Bidang/ Sub Bidang Pekerjaan
Lokasi
Pemberi Tugas/Pejabat Pembuat Komitmen Kontrak Tanggal Selesai
Menurut
NamaAlamat/No. Telepon
Nilai (Rp) No/Tgl. Kontrak BA. Serah Terima
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10Kajian Ekonomi Kreatif Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral
Ekonomi dan Energi
Jakarta Sekretariat Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 18 Jakarta Pusat 10110
550.800.000 - Desember 2010
Desember 2010
1 Penyusunan Database dan Profil LKM
Pengembangan Pertanian dan pedesaan/Perikanan
Jakarta Departemen Kelautan dan Perikanan
Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Lt. 8 Jakarta Pusat
283.000.000 004/SPKK/PL/JS/PKK_PMP/III/200927 Maret 2009
27/07/09 27/07/09
Program Desa Mandiri Energi: Pengadaan dan Pemasangan Perlatan BBN berbasis Sorgum di Kabupaten Banyumas, Propinis Jawa Tengah
Energi Purbalingga DitJen Listrik dan Pemanfaatan Energi Dept ESDM
Jl. HR Rasuna Said Blok X2 Kav 7-8 Jaksel
972.640.000 24/P2K/DNE-STM/VII/200921 Juli 2009
7/12/09 7/12/09
Program Desa Mandiri Energi: Pengadaan dan Pemasangan Perlatan BBN berbasis Singkong di Kabupaten Banyumas, Propinis Jawa Tengah
Energi Banyumas DitJen Listrik dan Pemanfaatan Energi Dept ESDM
Jl. HR Rasuna Said Blok X2 Kav 7-8 Jaksel
983.740.000 23/P2K/DNE-STM/VII/200921 Juli 2009
7/12/09 7/12/09
Fasilitasi Pengembangan Terpadu Borneo Adventure (Heart Of
Pariwisata Kalimantan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Jl. Medan Merdeka Barat No.
777.750.000 No.: 15D/SPP/PPK/DPDP/V/20097 Mei 2009
11/05/09 12/10/09
9
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
No Nama Paket Pekerjaan
Bidang/ Sub Bidang Pekerjaan
Lokasi
Pemberi Tugas/Pejabat Pembuat Komitmen Kontrak Tanggal Selesai
Menurut
NamaAlamat/No. Telepon
Nilai (Rp) No/Tgl. Kontrak BA. Serah Terima
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10Borneo) 17
JakartaTemu Teknis POKMASWAS
Pengembangan Pertanian dan pedesaan/Perikanan
Sorong, Makasar, Jakarta
Departemen Kelautan dan Perikanan
Jl. Medan Merdeka Timur Lt. 9, Jakarta Pusat
540.375.000 No : SP3-40/COREMAP/KP3K/V/200914 Mei 2009
14/09/09 14/09/09
Riset Aksi Pola Pengembangan Pembiayaan LPDB KUMKM untuk Pengembangan Komoditi Unggulan Berbasis Link Program maupun Link Bisnis
Pengembangan Riset Pembiayaan
Jakarta Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Gdg. Smesco, Jl. Jend. Gatot Subroto Kav 94 Jakarta
417.752.500 No : 99/SPK-P2K/LPDB/20091 Juni 2009
30/11/09 30/11/09
Economic Instruments In Environmental Management
Ekonomi Jakarta, Balikpapan, Mataram, Makassar
The Royal Danish Embassy
Jl. DI Panjaitan Kav. 24 Kebon Nanas 13410 Jakarta
663.500.000 104.INDO.1.MFS.4-1/131/0665 Juni 2009
15/6/09 31/12/09
Kajian Arus Energi Internasional untuk Optimalisasi Penyediaan Energi dan Ketahanan Energi Nasional
Energi Jakarta Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
Jl. Medan Merdeka Barat No. 8 Jakarta
628.600.000 No : 01/SPK/DEN-OPEKEN/P2K.NF/20099 Juli 2009
09/07/09 9/07/09
10
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
No Nama Paket Pekerjaan
Bidang/ Sub Bidang Pekerjaan
Lokasi
Pemberi Tugas/Pejabat Pembuat Komitmen Kontrak Tanggal Selesai
Menurut
NamaAlamat/No. Telepon
Nilai (Rp) No/Tgl. Kontrak BA. Serah Terima
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10Pengukuran Kinerja Layanan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan KPU/USO Wilayah Sulawesi, Maluku Utara, Maluku, Irian Jaya Barat dan Papua
Telekomunikasi
Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Irian Jaya Barat, Papua
Pejabat Pembuat Komitmen Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan
Jl. Kebon Sirih No. 75, Jakarta
2.316.160.000
No : 73/PPK-RUTIN/BTIP/KOMINFO/07/200917 Juni 2009
18/12/09 18/12/09
Inventarisasi dan Pemetaan Sumber Pencemar EMISI di DKI Jakarta
Lingkungan Jakarta Badan Pengelola Lingkungan Hidup
Jakarta 217.882.500 No : 5900/-1.774.1281 Juli 2009
20/11/09 20/11/09
Fasiltasi kegiatan pilot project pengelolaan KKLD Biak-Numfor
Pengembangan perdesaan
Biak, Numfor Departemen Kelautan dan Perikanan
Jl. Medan Merdeka Timur Lt. 9, Jakarta Pusat
1.614.374.885
SP3-52/COREMAP/KP3K/VII/2009 15/07/09 15/12/09
Bimtek Transplantasi Karang
Pengembangan Perdesaan
Sabang, Pangkep, Pandeglang
Departemen Kelautan dan Perikanan
Jl. Medan Merdeka Timur Lt. 9 Jakarta Pusat
494.367.500 SP3.1164/PPK-KTNL/VI/2009 12/06/09 12/10/09
Kajian Pembangunan Perdesaan Melalui Program SURADI
Pengembangan Perdesaan
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi
Kementrian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal
Jl. Abdul Muis No. 7 Jakarta Pusat
1.804.781.000
No : 016:/SPK/PPKK-PDT/IX/20098 September 2009
31/12/09 31/12/09
11
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
No Nama Paket Pekerjaan
Bidang/ Sub Bidang Pekerjaan
Lokasi
Pemberi Tugas/Pejabat Pembuat Komitmen Kontrak Tanggal Selesai
Menurut
NamaAlamat/No. Telepon
Nilai (Rp) No/Tgl. Kontrak BA. Serah Terima
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10Utara, NTT, Lampung, Bengkulu, Maluku Utara, Maluku
Jasa Penyempurnaan Aplikasi Sistem Informasi Kersipan (SIK) Departemen Kehutanan
Telemamatika
Jakarta Departemen Kehutanan
Gdg. Manggala Wanabakti Blok I Lantai 3, Gatot Subroto – Senayan
223.960.000 No : SPK 6.1/PPK-TUD/XI/20096 November 2009
05/12/09 05/12/09
Pendatatan Pengguna dan Implementasi Sistem Pengawasan Pendistribusian Minyak Tanah Bersubsidi Wilayah VII
Energi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara
Badan Pengaturan Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas)
Jl. Kapten P. Tendean No. 08 Jakarta
8.025.792.610
No.:106/P2K/BBM/BPHMIGAS/07/200821 Juli 2008
19/12/08 19/12/08
1.1 Provide Technhical Facilitation for Local Goverments1.2 Prepare Information Material1.3 Develop concept and Questionares for economic valuation of
Economi Jakarta, Bogor, Yogyakarta, Medan
Danida (Environment Support Programme)
Jl. DI Panjaitan Kav. 24. Kebon Nanas, Jakarta Timur
237.150.000 No. 104.Indo.1.MFS.4-1/132/134/060
25/11/08 26/11/08
12
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
No Nama Paket Pekerjaan
Bidang/ Sub Bidang Pekerjaan
Lokasi
Pemberi Tugas/Pejabat Pembuat Komitmen Kontrak Tanggal Selesai
Menurut
NamaAlamat/No. Telepon
Nilai (Rp) No/Tgl. Kontrak BA. Serah Terima
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10environment1.4 Consult with relevant stakeholder (FGD)Asistensi Pengembangan Kebijakan dan Pengembangan MCA/KKLD
Pengembangan Pertanian dan pedesaan/Perikanan
Biak, Raja Ampat, Wakatobi, Buton, Pangkep, Selayar, Sikka
Satker Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang Tahap II (COREMAP II) DKP
Jl. Tebet Raya No. 91 Jakarta Selatan
219.450.000 No.:SP3-35/COREMAP/KP3K/VII/20083 Juni 2008
03/11/08 03/11/08
Perencanaan dan Pendayagunaan Kawasan Teluk Palu, Sulawesi Tengah
Pengembangan Pertanian dan pedesaan/Perikanan
Palu, Sulawesi Tengah
Departemen Kelautan dan Perikanan
Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Lt. 9 Jakarta Pusat
283.500.000 No.:08/PPK-RPPL/PL/VI/20082 Juni 2008
29/10/08 29/10/08
Revitalisasi Kemitraan Usaha Mikro di Desa Mitra
Pengembangan Pertanian dan pedesaan/Perikanan
Sumatera Utara, Sulawesi Tenggara, Jawa Timur
Departemen Kelautan dan Perikanan
Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Lt. 8 Jakarta Pusat
233.000.000 No.:004/SPKK/PL/JS/PPKPMPN/20087 Mei 2008
07/08/08 07/08/08
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (Rippda) Pulau Sumba
Pariwisata Nusa Tenggara Timur
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Jl. Medan Merdeka Barat 17 Jakarta
490.620.000 No.:50/SPP/PPK.2/DPDP/VII/200814 Juli 2008
10/12/08 10/12/08
13
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
No Nama Paket Pekerjaan
Bidang/ Sub Bidang Pekerjaan
Lokasi
Pemberi Tugas/Pejabat Pembuat Komitmen Kontrak Tanggal Selesai
Menurut
NamaAlamat/No. Telepon
Nilai (Rp) No/Tgl. Kontrak BA. Serah Terima
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10NTTPembekalan Teknis Pengelolaan Cadangan Pangan Pemerintah Desa (LPPD) Bagi Aparat Daerah Tahap I dan Tahap II
Pengembangan Pertanian dan pedesaan/Perikanan
Jakarta Departemen Dalam Negeri
Jl. Raya Pasar Minggu KM 19 Jakarta
546.000.000 No.:412.32/263/IV8 Juli 2008
08/09/08 08/09/08
Penyusunan Pedoman Penugasan Survei Pendahuluan
Energi NAD, Jawa Barat, Jawa Tengah
Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral
Jl. Prof. Supomo, SH No. 10 Jakarta 12870
277.860.000 6/111/91.04/P2K-II/DJB/2008 12/09/08 12/11/08
Rencana Pengembangan Kawasan Perbatasan Nusa Tenggara Timur
Kependudukan
Nusa Tenggara Timur
Departemen Dalam Negeri
Jl. Taman Makam Pahlawan No. 20 Kalibata Jak-Sel
765.905.000 No.:2855/Dit.PIN/SD.III/200827 Juni 2008
26/11/08 26/11/08
Studi Kajian Dampak Pembangunan dan pengembangan serta kajian sertifikasi areal pelabuhan dan penentu wilayah kerja dan pengoperasian pelabuhan perikanan pantai pengembangan
Pengembangan Pertanian dan pedesaan
Bali Pelabuhan Perikanan Pantai Pengambengan
Bali 210.000.000 No. 014/PPK.SP/PL.410/VI/2008No.
014/PPK.SPP/PL.410/VI/2008
12/06/08 12/09/08
14
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
No Nama Paket Pekerjaan
Bidang/ Sub Bidang Pekerjaan
Lokasi
Pemberi Tugas/Pejabat Pembuat Komitmen Kontrak Tanggal Selesai
Menurut
NamaAlamat/No. Telepon
Nilai (Rp) No/Tgl. Kontrak BA. Serah Terima
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10Kajian Perilaku Perkembangan Harga Energi Internasional
Energi Jakarta Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 18 Jakarta
459.800.000 No.:01/SPK/SJI-PHEI/P2K.NF/200815 September 2008
12/12/08 12/12/08
Penyusunan Modul Pelatihan Budidaya, Pasca Panen dan Produksi Bahan Alam
Pengembangan Pertanian dan pedesaan/Perikanan
Jakarta Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI
Jl. Percetakan Negara 23 Jakarta Pusat
79.848.000 No.: PL.00.06.44-154119 Agustus 2008
27/10/08 27/10/08
Penyusunan Perencanaan Tenaga Kerja Daerah (PTKD) Kabupaten Bogor
Kependudukan
Kab. Bogor Pemerintah Kabupaten Bogor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Jl. Bersih No. 2 Cibinong 16914
145.925.000 027.396/Kontrak/Disnakertrans/X/200730 Oktober 2007
31/12/07 31/12/07
Penyusunan/Pengembangan Sistem dan Mekanisme Kerja Lembaga Pendanaan Lingkungan Hidup
Pemantauan, Evaluasi dan Penelitian
Jakarta Kementerian Negara Lingkungan Hidup
Jl. DI.Panjaitan, Kebon Nanas Jakarta 13410
174.381.900 SPKK-09/Dep VII/LH/08/200714 Agustus 2007
14/12/07 14/12/07
Penyusunan Road Map Pembangunan Ketahanan Pangan 2008 – 2011
Pemantauan, Evaluasi dan Penelitian
Serang Pemerintah Provinsi Banten Biro Perekonomian Daerah
Gedung Dinas Kesehatan Lt. 3 KP3B, Jl. Syekh Nawawi Al Bentani,
61.800.000 027/016-KPJK/SL/PPBJ-EKON/20075 Juli 2007
02/10/07 02/10/07
15
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
No Nama Paket Pekerjaan
Bidang/ Sub Bidang Pekerjaan
Lokasi
Pemberi Tugas/Pejabat Pembuat Komitmen Kontrak Tanggal Selesai
Menurut
NamaAlamat/No. Telepon
Nilai (Rp) No/Tgl. Kontrak BA. Serah Terima
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10Palima-Curug, Serang
Kajian Model Kerawanan Pangan
Telematika Jakarta Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
Jl. Medan Merdeka Barat No. 3 Jakarta Pusat
300.520.000 SP-301/KMK/DEP II/VI/200714 Juni 2007
14/09/07 14/09/07
Dukungan Pengembangan Pariwisata Daerah Perbatasan Pulau Jemur, Riau
Pariwisata Provinsi Riau Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Jl. Medan Merdeka Barat no. 17 Jakarta Pusat
285.000.000 No.:07/SPP-P.Jemur/PPK /VIII/200714 Agustus 2007
14/12/07 14/12/07
Penyusunan Master Plan Pengembangan Pariwisata di Destinasi Unggulan Kabupaten Sangihe
Pariwisata Kabupaten Sangihe
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Jl. Medan Merdeka Barat no. 17 Jakarta Pusat
276.140.000 No.:23.A/SPP/PPK/MP/VIII/200714 Agustus 2007
14/12/07 14/12/07
Penyusunan Master Plan Pengembangan Pariwisata di Destinasi Unggulan Kabupaten Talaud
Pariwisata Kabupaten Talaud
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Jl. Medan Merdeka Barat no. 17 Jakarta Pusat
276.590.000 No.:23.B/SPP/PPK/MP/VIII/200714 Agustus 2007
14/12/07 14/12/07
Skenario Kebijakan Energi pada Sektor Transportasi Darat dan Kereta Api
Energi DKI Jakarta, Jawa Barat, Sulawesi Selatan,medan, makasar
Pusat Kajian Strategis Pelayanan Jasa Perhubungan, Sektetariat
Gedung Cipta lt. 6 Departemen Perhubung
390.500.000 No. 192/BTU.PKSPW/VI/0729 juni 2007
29/11/07 29/11/07
16
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
No Nama Paket Pekerjaan
Bidang/ Sub Bidang Pekerjaan
Lokasi
Pemberi Tugas/Pejabat Pembuat Komitmen Kontrak Tanggal Selesai
Menurut
NamaAlamat/No. Telepon
Nilai (Rp) No/Tgl. Kontrak BA. Serah Terima
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10Jenderal Departemen Perhubungan
an, Jl Medan Merdeka Barat no 8 Jakarta
Pengembangan Kemitraan dalam rangka Akses Dana Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL)
Pengembangan Pertanian dan pedesaan/Perikanan
DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, dan Papua
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau Kecil
Jl.Medan Merdeka Timur No. 16 Jakarta Pusat
339.059.200 Nomor 002/SPKK/PL/JS/PPK_PMP/IV/0727 April 2007
26/08/07 26/08/07
Kajian Pengembangan Pengarusutamaan Gender Bagi LSM (Pemetaan Program LSM yang Responsif Gender)
Pemantauan, Evaluasi dan Penelitian
DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten
Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan
Jl. Merdeka Barat 15 Jakarta
98.200.000 05A/KONTRAK/PUG-LSM/DEP.V/VII/200628 Agustus 2006
28/12/06 28/12/06
Kajian Isu Gender Bidang Pengembangan dan Peningkatan SDM PNS Pusat
Pemantauan, Evaluasi dan Penelitian
Jakarta Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan
Jl. Merdeka Barat 15 Jakarta
303.365.000 KONTRAK-45/PWPAB/DEP.1/VI/200615 Juni 2006
14/12/06 14/12/06
Pemetaan Anak Jalanan di Propinsi
Telematika Surabaya, Bandung, Medan, Makassar
Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan
Jl. Merdeka Barat 15 Jakarta
198.000.000 SPK-17/PWPAB/DEP.4/VI/200613 Juni 2006
12/11/06 12/11/06
17
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
No Nama Paket Pekerjaan
Bidang/ Sub Bidang Pekerjaan
Lokasi
Pemberi Tugas/Pejabat Pembuat Komitmen Kontrak Tanggal Selesai
Menurut
NamaAlamat/No. Telepon
Nilai (Rp) No/Tgl. Kontrak BA. Serah Terima
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10Penyusunan Kapasitas Daerah dan Investasi Kota Samarinda
Telematika lainnya
Kota Samarinda
Pemerintah Kota Samarinda, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Jl. Dahlia No. 81 Komplek Balai Kota
845.000.000 07/KDI/Bapp/VII/200625 Juli 2006
23/11/06 23/11/06
Pengembangan Mata Pencaharian Alternatif (pengembangan Peternakan)
Pengembangan Pertanian dan Pedesaan /Perikanan
Kab. Nias, Kab. Nias Selatan, Kab. Simeulue dan Kota Sabang
Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang (COREMAP II)
Jl. Tebet Raya No. 91 Jakarta Selatan
1.638.037.500
SP3-13/COREMAP/KP3K/V/200630 Mei 2006
30/10/06 30/10/06
Pengembangan Model LKM (Perbankan)
Ekonomi NAD (Nanggroe Aceh Darusalam)
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir & Pulau-pulau Kecil
Jl.Medan Merdeka Timur No. 16 Jakarta Pusat
237.750.000 007/SPKK/PL/JS/PPK_PMP/IV/20066 April 2006
26/08/06 26/08/06
18
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
I.2 URAIAN PENGALAMAN KERJA SEJENIS 7 (TUJUH) TAHUN TERAKHIR
Tabel 2. Uraian Pengalaman Kerja Sejenis 7 (Tujuh) Tahun TerakhirNama Tugas: Asistensi Pengembangan Kebijakan dan Pengambangan Marine Conservation Area/Kawasan Konservasi Laut Daerah (MCA/KKLD)
Negara: Indonesia
Lokasi Proyek:Biak, Raja Ampat, Wakatobi, Buton, Pangkep, Selayar, Sikka
Tenaga ahli yang disediakan Perusahaan:2 orang
Nama Pemberi Kerja: Satker Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang Tahap II (COREMAP II), Departemen Kelautan dan Perikanan
Jumlah Staf: 2 orang
Alamat:Jl. Medan Merdeka Barat No. 15 Jakarta 10110
Jumlah orang-bulan staf profesional: 4 OBLama pekerjaan: 2 bulan
Tanggal Mulai KerjaJuli 2008
Tanggal Selesai pekerjaanNovember 2008
Perkiraan Nilai Kontrak : Rp. 219.450.000
Nama perusahaan asosiasi : - Jumlah bulan profesional yang disediakan oleh perusahaan asosiasi : -
Nama staf senior (Direktur/Pimpinan Proyek/Koordinator, Pimpinan Tim) yang terlibat dan peran yang dijalaninya:Agus Rahmat Ishma, SH (Ahli Kebijakan Publik)Penjelasan Singkat Proyek:Tujuan dari kegiatan ini adalah :1. Memantapkan kebijakan serta menyempurnakan beberapa pedoman yang telah disusun
bidang kebijakan dan pengembangan MCA/KKLD;2. Memfasilitasi percepatan penyusunan rencana pengolahan terumbu karang dan Rancangan
Peraturan Daerah di Kabupaten lokasi COREMAP WB;3. Mengakselerasi dan memfasilitasi penyiapan lokasi MCA/KKLD dan menyusun draft keputusan
Bupati tentang percadangan lokasi MCA/KKLD melakukan koordinator dalam pelaksanaan COREMAP II di daerah;
4. Mengoptimalkan strategi pengembangan jejaring kawasan konservasi laut;5. Melakukan sinkronisasi dan pemecahan masalah bidang kelembagaan COREMAP II.Penjelasan tentang layanan jasa yang dilakukan sebenarnya oleh para staf ahli anda:1. Inventarisasi permasalahan kelembagaan dan pengembangna MCA di daerah dan strategi
pemecahannya.2. Pertemuan teknis dan fasilitasi pemasalahan kebijakan pengelolaan terumbu karang dan
pengembangan MCA.3. Perjalanan dinas dalam rangka asistensi kebijakan dan pengelolaan MCA.4. Workshop di Jakarta.5. Pelaporan.
19
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
Tabel 3. Uraian Pengalaman Kerja Sejenis 7 (Tujuh) Tahun Terakhir
20
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
II PENDAHULUAN
II.1 LATAR BELAKANG
Sebagai negara kepulauan (archipelagic state), Indonesia memiliki kekayaan wilayah
laut dan pesisir yang sangat besar. Wilayah laut dan pesisir di Indonesia memiliki
kekhasan ekosistem terumbu karang, mangrove, rumput laut maupun ikan di
dalamnya. Wilayah pesisir memiliki permasalahan pemanfaatan lahan karena wilayah
ini mengalami tekanan pertumbuhan penduduk dan juga limbah yang berasal dari
wilayah daratan.
Mangrove yang memberikan banyak jasa ekosistem justru menjadi bagian yang
mendapat ancaman akibat perubahan pemanfaatan lahan pesisir. Sayangnya, sebagai
bagian dari koridor mangrove nasional, mangrove di Pulau Sumatra belum terpetakan
pada skala menengah.
Informasi geospasial yang akurat didukung dengan metode dan teknologi
pengumpulan data yang handal belum dilakukan guna memberikan infromasi terkait
luasan mangrove Pulau Sumatra pada skala menengah. Bakosurtanal (2009) telah
melakukan pemetaan mangrove seluruh Indonesia pada skala tinjau yang telah
diintegrasikan dengan informasi geospasial dasar.
Selanjutnya, Bakosurtanal (2012) juga telah melakukan kegiatan pendetilan pemetaan
mangrove Pulau Jawa tahun 2012 menghasilkan 45 NLP yang meliputi 14 kabupaten
dan kota. Akan tetapi, informasi geospasial mangrove di Pulau Sumatra belum tersedia
guna melengkapi/mengisi kekosongan informasi koridor mangrove nasional wilayah
barat.
II.2 TUJUAN
Tujuan dari kegiatan ini adalah mengintegrasikan dan memetakan mangrove di Pulau Sumatra beserta membangun basisdatanya.
II.3 SASARANSasaran dari kegiatan pemetaan mangrove ini adalah tersusunnya : 1. Peta Mangrove Pulau Sumatra skala 1:50.0002. Data Geospasial mangrove yang terdiri dari informasi, diantaranya, Kerapatan
Pohon, Kerapatan Tajuk, Species Dominan, dan Kandungan Carbon organic
21
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
3. Buku ilmiah populer Mangrove Pulau Sumatra (Provinsi Sumatra Barat, Jambi,
Bengkulu, Sumatra Selatan, Lampung dan Kep.Riau)
4. Laporan kegiatan
II.4 LOKASI KEGIATAN
Lokasi pemetaan dijelaskan pada indeks di bawah ini.
Gambar Indeks Lokasi Kegiatan Pemetaan Mangrove
II.5 SUMBER PENDANAAN
22
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan: APBN 2013 BIG Kode Anggaran
3547.005.002.014.536111.
II.6 REFERENSI HUKUM
Referensi Hukum antara lain :
1) UU no 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial
2) UU no 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
3) UU no 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang Nasional
4) UU no 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
5) UU no 5 Tahun 1990 tentang Sumber Daya Alam, Ekosistem, dan Konservasi
6) Perpres 73 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem
Mangrove
II.7 LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup kegiatan ini adalah pemetaan mangrove Pulau Sumatra (Provinsi Sumatra
Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatra Selatan, Lampung dan Kep.Riau) melalui interpretasi
citra satelit dan pengolahan data dengan sistem informasi geografis, disajikan dalam
peta skala 1:50.000.
II.8 KELUARANOutput dari kegiatan ini adalah :
1. Album Peta Mangrove Pulau Sumatra (Provinsi Sumatra Barat, Jambi, Bengkulu,
Sumatra Selatan, Lampung dan Kep.Riau) format peta RBI Skala 1 : 50.000 sesuai
spesifikasi teknis pencetakan SNI 6502.2:2010. Volume 5 (lima) Eksemplar yang
memuat:
a) Peta Mangrove format seamless Provinsi
b) Peta Mangrove format NLP (114 NLP)
2. Album Peta Mangrove Pulau Sumatra (Provinsi Sumatra Barat, Jambi, Bengkulu,
Sumatra Selatan, Lampung dan Kep.Riau) format A3. Volume 5 (lima) Eksemplar
yang memuat:
a) Peta Mangrove format seamless Provinsi
b) Peta Mangrove format NLP (114 NLP)
23
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
3. Buku Ilmiah Populer A5 120 gram art-paper, cover art-carton 260 gr dove/dove
finishing laminasi sebanyak 50 eksemplar. Yang berisi: Pendahuluan, Deskripsi
Wilayah, Metode Survei, Hasil & Pembahasan dan Kesimpulan & Rekomendasi.
4. Laporan Bulanan. Format A4. Volume 2 Buku/Bulan.
- Laporan 1 : Pendahuluan
- Laporan 2 : Kompilasi data dan Pre-processing
- Laporan 3 : Pra-survei
- Laporan 4 : Survei Lapangan
- Laporan 5 : Re-interpretasi
- Laporan 6 : Analisa data dan finalisasi
5. Laporan Akhir Pekerjaan. Format A4 Volume 5 Buku.
6. External hardisk yang memuat:
a) Data Geospasial Tematik Mangrove Pulau Sumatra (Provinsi Sumatera Barat,
Jambi, Bengkulu, Sumatra Selatan, Lampung dan Kep.Riau) digital per NLP
(114 NLP) dan seamless format geodatabase/shapefile
b) Seluruh citra yang digunakan dalam pemetaan baik raw data maupun citra
terkoreksi
c) Buku Ilmiah populer (Raw Data, PDF)
d) Backup Hasil Pra-survei dan Survei Lapangan (Titik GCP, Titik pengambilan
data, Foto, Video, dan Tally Sheet hasil pengambilan data) (format MSWord,
PDF, JPG, MOV/AVI dan Shapefiles)
Layout peta per NLP (114 NLP) dan Seamless per kab/provinsi siap cetak (mxd
package dan PDF)
II.9 JANGKA WAKTU KEGIATAN
Jangka waktu penyelesaian pekerjaan adalah tujuh (7) bulan.
24
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
III TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA
III.1 PEMAHAMAN TERHADAP KAK
III.1.1 Identifikasi Tutupan Lahan
Banyak konsep yang digunakan untuk menamakan penutup lahan. Pakar yang satu
dengan lainnya memberi nama berlainan, antara lain : (a) penutup lahan, (b)
penggunaan lahan, (c) penutup lahan, (d) bentuk penggunaan lahan, dan
sebagainya. Berbagai sebutan tersebut pada intinya bertujuan untuk
mengklasifikasikan kenampakan yang menutup permukaan bumi di suatu wilayah,
secara spasial/keruangan. Namun demikian, yang perlu pahami adalah istilah
penutup lahan sering diartikan sama dengan penutup lahan, dan dibedakan dengan
penggunaan lahan. Campbell (1983) dan Van Gils et al (1990) menjelaskan
perbedaan keduanya dalam dikotomi konkret-abstrak, dimana penutup lahan
bersifat konkret, sedangkan penggunaan lahan lebih bersifat abstrak (Projo
Danoedoro. 2003).
Dari definisi di atas, jelaslah bahwa dalam konteks regional hingga nasional
visualisasi penutup permukaan bumi lebih diarahkan ke aspek penutup lahan atau
penutup lahan, sedangkan pada tingkat lokal lebih berorientasi pada penggunaan
lahan (Suroso.2000). Penutup lahan atau penutup lahan, merupakan salah satu
aspek penting dalam perencanaan suatu wilayah. Hal ini disebabkan karena
informasi penutup lahan dapat digunakan sebagai dasar analisis sistem penggunaan
lahan dalam konteks manajemen lahan berkelanjutan. Karena pentingnya informasi
penutup lahan tersebut, maka banyak ahli dan atau instansi yang
mengklasifikasikan penutup lahan sesuai dengan tujuan masing-masing.
Bervariasinya sistem klasifikasi penutup lahan, sangat terasa di Indonesia. Hal ini
disebabkan karena tingkat heterogenitas jenis penutup lahan di Indonesia cukup
tinggi, dan diperkuat lagi dengan banyaknya jenis penutup lahan yang bercampur
antara jenis satu dengan lainnya pada satu wilayah membuat batas klasifikasi yang
25
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
kabur (vague). Siklus penutup lahan yang bergantung dari musim menambah andil
sulitnya menentukan klasifikasi penutup lahan di Indonesia.
Peringatan harus menjangkau semua orang yang terancam bahaya. Pesan yang jelas
dan berisi informasi yang sederhana namun berguna sangatlah penting untuk
melakukan tanggapan yang tepat, yang akan membantu menyelamatkan jiwa dan
kehidupan. Sistem komunikasi tingkat regional, nasional, dan masyarakat harus
diidentifikasi dahulu, dan pemegang kewenangan yang sesuai harus terbentuk.
Penggunaan berbagai saluran komunikasi sangat perlu untuk memastikan agar
sebanyak mungkin orang yang diberi peringatan, guna menghindari terjadinya
kegagalan di suatu saluran, dan sekaligus untukmemperkuat pesan peringatan.
Klasifikasi dalam pembuatan peta penutup lahan ini menggunakan klasifikasi tingkat
provinsi, yaitu pada skala 1:250.000 (BAKOSURTANAL, 2004). Klasifikasi penutup
lahan beserta pengertiannya sebagai berikut:
1. Pemukiman: areal lahan yang digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan, serta merupakan bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik yang merupakan pemukiman perkotaan maupun pedesaan.
2. Sawah: areal/bidang lahan yang diusahakan untuk kegiatan pertanian lahan basah atau lahan kering, digenangi air secara periodik atau terus menerus dengan vegetasi yang diusahakan antara lain berupa padi, tebu, tembakau, rosella, sayur sauran.
3. Pertanian Lahan Kering: areal yang tidak pernah diairi, yang ditanami dengan jenis tanaman umur pendek dan tanaman keras yang mungkin ada pada pematang-pematang.
4. Kebun: areal/bidang lahan yang diusahakan untuk budidaya berbagai jenis tanaman keras atau kombinasi dengan tanaman semusim, dominasi dari setiap jenis tanaman yang diusahakan kurang jelas terlihat.
5. Perkebunan: areal/bidang lahan yang ditanami jenis tanaman keras dengan tanaman sejenis, dan cara pengambilan hasil bukan dengan menebang pohon.
6. Pertambangan: areal lahan untuk usaha pertambangan (eksploitasi bahan galian atau mineral) yang dilakukan secara terbuka atau dapat diidentifikasi dari permukaan bumi.
26
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
7. Industri dan Pariwisata. 8. Industri: areal lahan yang digunakan untuk kegiatan ekonomi berupa proses
pengolahan bahan baku menjadi barang jadi atau setengah jadi dan/atau barang setengah jadi menjadi barang jadi.
9. Pariwisata: areal lahan yang digunakan untuk memberikan jasa pelayanan yang sifatnya rekreatif, baik in door maupun out door.
Dalam rangka menanggulangi permasalahan interpretasi tutupan lahan yang
beragam, pada tahun 2010 telah terbit Standar Nasional Indonesia tentang
klasifikasi tutupan lahan (SNI 7645:2010) yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi
Nasional Indonesia (BSNI). SNI 7645:2010 merupakan hasil kolaborasi Bakosurtanal
bekerja sama dengan kementerian terkait.
SNI 7645:2010 berisi kumpulan klasifikasi dan deskripsi penutupan lahan di
Indonesia pada peta tematik penutup lahan skala 1:1.000.000, 1:250.000 dan
1:50.000 atau 1:25.000. Penetapan klasifikasi penutup lahan dalam standar ini
dimaksudkan untuk mengakomodir keberagaman kelas penutup lahan yang
pendetailan kelasnya bervariasi antar-shareholders. Kelas-kelas penutup lahan yang
dimuat dalam standar ini merupakan kelas-kelas umum yang melibatkan berbagai
sektor. Dalam hubungannya dengan pemetaan kawasan mangrove sesuai dengan
yang diamanatkan dalam Kerangka Acuan kerja (KAK), maka standar peta yang akan
digunakan dengan skala 150.000.
Kelas penutup lahan untuk hutan mangrove/hutan bakau (1.2.2.1.1) diatur dalam
kelas hutan lahan basah (1.2.2) tepatnya pada hutan lahan basah primer (1.2.2.1)
dengan pembagian berdasarkan kerapatannya, yakni: hutan bakau rapat (1) jika
kerapatannya >70%; hutan bakau sedang (2) jika kerapatannya 41% - 70%; dan
hutan bakau jarang (3) jika kerapatannya 10% - 40%.
III.2.1 Kawasan Mangrove
Ekosistem mangrove adalah salah satu obyek yang bisa diidentifikasi dengan
menggunakan teknologi penginderaan jauh. Letak geografi ekosistem mangrove
yang berada pada daerah peralihan darat dan laut memberikan efek perekaman
yang khas jika dibandingkan obyek vegetasi darat lainnya. Efek perekaman tersebut
27
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
sangat erat kaitannya dengan karakteritik spektral ekosistem mangrove, hingga
dalam identifikasi memerlukan suatu transformasi tersendiri. Pada umumnya untuk
deteksi vegetasi digunakan transformasi indeks vegetasi (Danoedoro, 1996).
Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut
atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari
ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Hutan mangrove merupakan
bagian yang penting dari hutan pasang surut, luasnya sekitar 4,25 juta ha. Hutan
bakau terutama terdapat di Kalimantan, Sumatera, Irian Jaya dan kepulauan Aru,
dan sedikit di Sulawesi bagian Selatan serta Jawa bagian Utara. Rhizophora,
Avicenia, Sonneratia dan Ceriops adalah genera utamanya. Pada umumnya
mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjo yang disebut akar nafas
(pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap
keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob. Hutan mangrove juga
merupakan habitat bagi beberapa satwa liar yang diantaranya terancam punah,
seperti harimau sumatera (Panthera tigris sumatranensis), bekantan (Nasalis
larvatus), wilwo (Mycteria cinerea), bubut hitam (Centropus nigrorufus), dan bangau
tongtong (Leptoptilus javanicus), dan tempat persinggahan bagi burung-burung
migran.
Saat ini, di seluruh dunia terjadi peningkatan berkurangnya luas hutan mangrove
yang disebabkan oleh pemanfaatan yang tidak berkelanjutan serta pengalihan
peruntukan. Tidak terkecuali di Indonesia. Luas asal hutan mangrove di Indonesia
4,13 juta ha. Pada 5 – 9 tahun yang lalu, luas yang tersisa tinggal 2,49 juta ha
(60%). Dari sisa ini, 58% di antaranya terdapat di Irian Jaya (Papua) dan hanya 11%
di Jawa. Laju mengurangnya hutan mangrove sangat beragam antar propinsi. Dari
10% di Papua sampai hampir 100% di Jawa Timur. Luas hutan mangrove di
Indonesia sekarang, nampaknya belum ada data yang tepat yang dapat dicatat.
Angka yang menunjukkan luas hutan mangrove kita sebesar 4,25 juta ha masih
dipakai di berbagai forum. Menurut catatan dari sisa hutan mangrove yang 4,25 juta
ha tinggal sekitar 3,24 juta ha karena adanya konversi hutan ini untuk berbagai
kepentingan, terutama untuk tambak. (Romimohtarto, 2000).
28
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
Berdasarkan laporan deforestasi hutan Indonesia tahun 2008 dari Pusat
Inventarisasi dan Perpetaan Hutan, Badan Planologi Kehutanan menyebutkan
bahwa angka deforestasi hutan mangrove di pulau kalimantan (di dalam dan di luar
kawasan hutan) selama periode 2003-2006 tercatat 4,9 ribu hektar untuk hutan
mangrove primer dan 23,9 ribu hektar untuk hutan mangrove sekunder.
Ditjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (1999) mencatat kerusakan hutan
mangrove dipicu beberapa hal mendasar antara lain:
1. Pengelolaan hutan mangrove yang kurang terencana dengan baik sehingga menimbulkan konflik kepentingan di dalamnya.
2. Tekanan kebutuhan ekonomi yang melebihi carrying capacity kawasan mangrove.
3. Pembukaan areal pemukiman penduduk di kawasan pesisir yang mengkonversi hutan mangrove secara berlebihan.
Rehabilitasi dan pengembangan kawasan hutan mangrove sangat penting
dilaksanakan mengingat fungsi yang dimiliki sangat penting antara lain:
1. Fungsi Fisik yang mengendalikan abrasi pantai, mengurangi tiupan angin kencang dan terjangan ombak laut, menyerap dan mengurangi polutan dari badan air, mempercepat laju sedimentasi dan mengendalikan intrusi air laut ke daratan.
2. Fungsi biologis sebagai tempat habitat berbagai jenis flora dan fauna, tempat asuhan, tempat memijah dan tempat mencari makan berbagai jenis biota akuatik. Hutan mangrove merupakan daerah Perikanan yang subur dibandingkan dataran lumpur sehingga merupakan daerah subur bagi penyediaan bahan makanan bagi biota perairan seperti udang, ikan, kepiting dan lainnya.
3. Fungsi ekonomis sebagai penghasil kayu, industri rumah tangga dan jasa rekreasi.
Kegiatan rehabilitasi akan dapat memulihkan dan meningkatkan daya dukung,
produktifitas dan peranan kedua formasi hutan tersebut dalam mendukung sistem
penyangga kehidupan. Selain itu, rehabilitasi hutan mangrove dan hutan pantai
sangat diperlukan dalam upaya pengendalian bencana tsunami yang sewaktu-waktu
mungkin terjadi lagi. Berdasarkan hasil penelitian Mazda dan Wolanski (1997) serta
29
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
Mazda dan Magi (1997) terbukti bahwa vegetasi mangrove, terutama
perakarannya, dapat meredam energi gelombang dengan cara menurunkan tinggi
gelombang saat melaluinya.
Dalam upaya untuk mendukung kegiatan rehabilitasi hutan tersebut, maka
diperlukan data potensi dan persebaran hutan mangrove, sehingga dapat diketahui
tingkat kerusakan/kekritisan hutan mangrove.
Secara sederhana zonasi ekosistem mangrove dapat dibagi ke dalam daerah-
daerah sebagai berikut (Bengen, 1999):
1. Daerah yang paling dekat dengan laut, dengan substrat agak berpasir, sering ditumbuhi oleh api-api (Avicennia sp). Pada zona ini biasa berasosiasi bogem/perepat (Sonneratia sp) yang dominan tumbuh pada lumpur dalam yang kaya akan bahan organik.
2. Lebih ke darat, ekosistem mangrove umumnya didominasi oleh bakau (Rhizophora sp). Dijumpai juga tancang (Bruguiera sp) dan nyirih/siri (Xylocarpus sp).
3. Zona berikutnya didominasi oleh tancang (Bruguiera sp).4. Zona transisi antara ekosistem mangrove dengan hutan dataran rendah, biasa
ditumbuhi oleh nipah (Nypa fruticans), dan beberapa spesies palem lainnya.
Gambar 2. Zonasi Mangrove di Indonesia (Bengen, 1999)
Jenis-jenis pohon mangrove cenderung tumbuh dalam zona-zona atau jalur-jalur.
Berdasarkan hal tersebut, ekosistem mangrove dapat dibagi ke dalam beberapa
mintakat (zona), yaitu Sonneratia, Avicennia (yang menjorok ke laut), Rhizophora,
Bruguiera, Ceriops dan asosiasi Nypa. Pembagian zona tersebut mulai dari bagian
yang paling kuat mengalami pengaruh angin dan ombak, yakni zone terdepan
yang digenangi air berkadar garam tinggi dan ditumbuhi pohon pioner
30
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
(misalnya Sonneratia Sp.) dan ditanah lebih padat tumbuh Avicennia. Makin dekat
ke darat makin tinggi letak tanah dan dengan melalui beberapa zone peralihan
akhirnya sampailah pada bentuk klimaks.
Ekosistem mangrove telah menarik perhatian berbagai ahli biologi sejak abad 19
(misalnya Funghung 1853; Goebe, 1886, Haberlandt 1895, Karsten 1891;
Scbtwer 1898; Went 1892), terutama karena kekhasannya, yaitu kehadiran
berbagai macam bentuk akar, seperti akar papas, akar tunjang dan akar lutut.
Schiwer (1898) menganggap ekosistem mangrove ini sebagai vegetasi xerofil
yang secara fisiologi habitatnya kering karena kadar garam yang tinggi dalam air
rawa.
Steenis (1958) mengemukakan bahwa faktor utama yang mengakibatkan adanya
"ecological preference" berbagai jenis mangrove adalah kombinasi faktor berikut :
1. Tipe tanah : keras atau lembek, kandungan pasir dan list dalam berbagai perbandingan.
2. Salinitas : variasi harian dan nilai rata-rata pertahun secara kasar sebanding dengan frekuensi,kedalaman dan j angka waktu genangan.
3. Ketahanan jenis terhadap arus dan ombak.4. Kombinasi perkecambahan dan pertumbuhan semai dalam hubungannya
dengan amplitudo ekologi jenis-jenis mangrove terhadap tiga faktor diatas.
Steenis (1958 sependapat dengan Gunning 1944), dan ditegaskan pula oleh
Soerianegara (1971) serta Kartawinata & Waluyo (1977), bahwa faktor utama
yang menyebabkan adanya zonasi ekosistem mangrove adalah sifat-sifat
tanah (ke dalam mineralogi dan fisik) dan bukan hanya faktor salinitas. Pengaruh
faktor ini jelas pada penyebaran Rhizophora, R. mucronata tumbuh pada lumpur
yang dalam dan lembek, R. stylosa pada pantai pasir atau terumbu karang, R.
apiculata pada keadaan transisi atau "indiferent”.
Mengenai pengaruh salinitas, Steenis (1958) mengatakan bahwa faktor ini bukan
faktor utama dan berhubungan erat dengan faktor pasang surut. Meskipun demikian
pengaruh nyata dapat terlihat pula, misalnya bila salinitas berkurang karena estuaria
dan goba yang tertutup, hutan Rhizophora mati dan diganti oleh jenis yang
31
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
tumbuh di tempat yang kurang asin seperti Lumnitzera (Luytjes 1923). Hal yang
sama tentang Bruguiera cylindrica dilaporkan oleh Watson (1928) di Malaya.
Pengaruh kecepatan arus dapat terlihat sepanjang sungai yang mengalami
pasang surut setiap hari. Pada tepian yang dipengaruhi oleh aliran yang deras,
misalnya pada belokan, biasanya tumbuh jenis-jenis yang mempunyai sistem
perakaran yang tahan terhadap keadaan demikian, seperti Nypa fruticans yang
berakar serabut.
Manfaat dan nilai penting dapat lebih mudah dipahami dengan melakukan
penggolongan ekosistem mangrove ke dalam tiga fungsi utama (Japar et.al., 1998).
Tiga fungsi utama tersebut adalah fungsi fisik-kimiawi, fungsi biologis dan fungsi
ekonomis:
1. Ekosistem mangrove secara fisik menjaga dan menstabilkan garis pantai serta tepian sungai, pelindung terhadap hempasan gelombang dan arus, serta mempercepat pembentukan lahan baru. Ekosistem mangrove juga merupakan sumber zat hara, unsur-unsur hara yang terkandung di dalamnya adalah nitrogen, magnesium, natrium, kalsium, posfor dan sulfur.
2. Fungsi biologis dari ekosistem mangrove adalah tempat asuhan, tempat mencari makan, tempat berkembang biak beberapa udang, ikan, burung, biawak, ular, serta sebagai tempat tumpangan tumbuhan epifit dan parasit seperti anggrek, paku pakis, dan berbagai hidupan lainnya.
3. Fungsi ekonomis dari ekosistem mangrove adalah ekosistem mangrove dapat dijadikan tempat rekreasi, tambak udang dan ikan, kolam garam dan dimanfaatkan produksi kayunya (Japar et. al., 1998).
Dalam rangka pengelolaan dan pelestarian ekosistem mangrove agar tetap lestari,
terdapat dua konsep utama yaitu:
1. Perlindungan ekosistem mangrove dan 2. Rehabilitasi ekosistem mangrove.
Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam rangka upaya perlindungan terhadap
keberadaan ekosistem mangrove adalah dengan menunjuk suatu kawasan
mangrove menjadi hutan konservasi, dan sebagai sabuk hijau di sepanjang pantai
dan tepi sungai.
32
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
Kegiatan penghijauan yang dilakukan terhadap ekosistem mangrove yang telah
gundul, merupakan salah satu kegiatan rehabilitasi yang bertujuan bukan saja untuk
mengembalikan nilai estetika, namun yang paling utama untuk mengembalikan
fungsi ekologis kawasan ekosistem mangrove tersebut.
Pengelolaan ekosistem mangrove secara lestari adalah merupakan upaya
bagaimana menggabungkan antara kepentingan ekologis (konservasi ekosistem
mangrove) dengan kepentingan sosial ekonomi masyarakat di sekitar ekosistem
mangrove. Dengan demikian strategi yang diterapkan harus mampu mengatasi
masalah sosial ekonomi masyarakat, selain tujuan konservasi ekosistem mangrove
tercapai.
Salah satu strategi pengelolaan sumber daya alam yang menjadi andalan saat ini
adalah pengelolaan sumber daya alam (termasuk ekosistem mangrove) berbasis
masyarakat (community based management). Raharjo, 1996 dalam Bengen, 2000
menyatakan pengelolaan berbasis masyarakat mengandung arti keterlibatan
langsung masyarakat dalam mengelola sumber daya alam di suatu kawasan.
Pengelolaan berbasis masyakat juga mengandung arti suatu pendekatan dari bawah
(bottom-up approach). Dengan demikian diharapkan kebutuhan dan kepentingan
masyarakat di sekitar hutan terakomodir dalam program pengelolaan SDA secara
lestari.
Mengingat pentingnya fungsi ekologis dan ekonomi dari ekosistem mangrove, maka
tantangan yang dihadapi oleh penentu kebijakan adalah bagaimana memberikan
nilai yang komprehensif terhadap ekosistem mangrove itu sendiri. Dalam hal ini
ekosistem mangrove dibedakan produknya menjadi produk atau manfaat yang
dapat diambil langsung (extractive) dan yang pemanfaatannya tidak perlu
mengambil barang sumberdaya secara langsung (non-extractive), manfaat yang
bersifat pelayanan lingkungan (services) serta manfaat yang bersifat
keanekaragaman hayati (biodiversity).
33
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
III.3.1 Data Inderaja Sistem Pasif
Berdasarkan jenis data penginderaan jauh (inderaja) yang tertuang dalam KAK
terlihat bahwa terdapat 2 (dua) jenis data inderaja atau citra satelit yang akan
digunakan, yaitu: citra SPOT dan citra ALOS. Keduanya merupakan data inderaja
dengan sensor perekaman jenis pasif. Detektor yang digunakan dalam sensor
inderaja adalah detektor elektronik dengan menggunakan tenaga elektromagnetik
yang luas, yaitu spektrum tampak, ultraviolet, inframerah dekat, inframerah termal,
dan gelombang mikro.
Komponen dasar pengambilan data inderaja sistem pasif meliputi: sumber tenaga,
atmosfer, interaksi tenaga dengan obyek di permukaan bumi, sensor, sistem
pengolahan data, dan berbagai penggunaan data. Sumber tenaga utama dari sistem
pasif adalah matahari.
Citra satelit SPOT merupakan program satelit Perancis yang telah berkembang di
seluruh dunia yang merupakan satelit inderaja pertama yang menggunakan 2 (dua)
sensor bentuk sapu (pushbroom) dengan teknik penyiaman (scanning), dan
dilengkapi telemetri untuk mengirimkan data ke stasiun penerima data di bumi.
Teknologi satelit SPOT telah berkembang mulai dari SPOT 1 sampai dengan SPOT 5
saat ini yang telah dilengkapi dengan sensor multispektral. Citra SPOT multispektral
direkam dengan resolusi tinggi High Resolution Visible (HRV) yang menggunakan 3
(tiga) julat atau range panjang gelombang, yaitu: HRV-1 atau panjang gelombang
biru (0,43 – 0,47) µm, HRV-2 atau panjang gelombang hijau (0,50 – 0,59) µm, dan
HRV-3 atau panjang gelombang merah (0,61 – 0,73) µm. Selain itu, pada generasi
SPOT 4 dan SPOT 5 telah dilengkapi dengan HRV-4 atau panjang gelombang
inframerah dekat (0,79 – 0,89) µm dan HRV-5 atau panjang gelombang inframerah
pendek (1,58 – 1,75) µm.
Dibandingkan dengan pendahulunya, SPOT-5 menawarkan kemampuan sangat
ditingkatkan, yang memberikan solusi pencitraan tambahan biaya yang efektif.
Berkat meter ditingkatkan SPOT-5's 5-dan resolusi 2,5 meter dan petak imaging
luas, yang meliputi 60 x 60 km atau 60 km x 120 km dalam mode kembar-
34
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
instrumen, satelit SPOT-5 menyediakan keseimbangan yang ideal antara resolusi
tinggi dan wide-area cakupan. Cakupan yang ditawarkan oleh SPOT-5 adalah aset
utama untuk aplikasi seperti pemetaan skala menengah (di 1:25 000 dan 1:10 000
lokal), perencanaan perkotaan dan pedesaan, minyak dan gas bumi, dan bencana
alam. Fitur penting lainnya SPOT-5 adalah kemampuan akuisisi belum pernah terjadi
sebelumnya dari HRS on-board instrumen melihat stereo, yang dapat meliputi area
yang luas dalam satu lulus. sepasang citra stereo sangat penting untuk aplikasi yang
panggilan untuk pemodelan 3D medan dan lingkungan komputer, seperti database
simulator penerbangan, koridor pipa, dan perencanaan jaringan telepon mobile.
Sementara, citra ALOS (Advanced Land Observation Satellite) yang diluncurkan oleh
Japan Aerospace Exploration Agency pada 24 Januari2006. Peluncuran ALOS
menggunakan roket H-II A di Tanegashima Space Center, Jepang. Jangka waktu misi
satelit ini adalah 3-5 tahun. ALOS memiliki 3 (tiga) instrumen, yaitu: pankromatik
untuk Stereo Mapping , PRISM untuk digital elevation mapping (DEM) dengan
resolusi 2,5 meter (0,52 – 0,77) µm, dan Advanced Visible Near Infrared Radiometer
type 2 (AVNIR-2) digunakan untuk observasi tutupan lahan (land coverage
observation ) serta Phased Array type L-band Synthetic Aperture Radar (PALSAR)
untuk observasi lahan dan pembuatan peta hingga skala 1 : 25.000. AVNIR-2 dengan
resolusi spasial 10 meter memiliki 4 kanal, yaitu: Kanal 1 atau panjang gelombang
biru (0,42 – 0,50) µm, Kanal 2 atau panjang gelombang hijau (0,52 – 0,60) µm, Kanal
3 atau panjang gelombang merah (0,61 – 0,69) µm, dan Kanal 4 atau panjang
gelombang inframerah dekat (0,76 – 0,89) µm. Penggunaan citra ini biasanya untuk
pembuatan peta, survey sumberdaya alam maupun pengamatan kebencanaan.
III.2 TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK
Secara umum KAK sudah memberikan petunjuk yang jelas kepada konsultan dalam
mempersiapkan proposal. Namun, konsultan akan memberikan beberapa sumbang
saran agar pelaksanaan pekerjaan menjadi lebih baik dan lancar, yaitu:
1. Informasi kebutuhan dan pelaksanaan yang tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) memiliki kesan yang minimalis. Sehingga tidak mampu
35
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
mengapresiasikan kebutuhan dan penggunaan secara jelas dan sistematis. Informasi mendasar terhadap perubahan luas, kondisi hutan mangrove dan pemanfaatan mangrove secara spasial belum mampu dijelaskan secara detail dan konsisten dalam uraian bagian Maksud dan Tujuan maupun dalam Lingkup dan Sasaran.
2. Tampaknya, pertimbangan teknis dan need assessment-nya tidak dilaksanakan dengan baik dan terarah. Sehingga, sajian informasi kebutuhan data satelit dan vektor serta dan analisa yang dibutuhkan untuk menghasilkan output sesuai dengan yang disyaratkan yang dituangkan dalam KAK bersifat minimal. Kesan “apa adanya” dapat langsung terinterprestasikan. Hal ini juga ditunjukkan dengan tidak terdapatnya deskripsi pengguna akhir sampai dengan gambaran (mekanisme) awal terhadap peta yang akan dibangun.
3. Uraian ruang lingkup pekerjaan akan lebih terarah jika terdapat deskripsi berkenaan dengan parameter-parameter, wujud dan arahan keluaran yang diinginkan sampai dengan keterkaitan dengan kebutuhan hardware, software dan analisa yang akan digunakan; sebagai contoh adalah keluaran yang bersifat rekomendasi. Keluaran dengan kapabilitas tersebut akan lebih memiliki daya guna yang menyeluruh.
4. Untuk menjaga agar peta mangrove ini dapat terwujud sebagai sebuah informasi spasial yang akan terintegrasi dengan sumber daya pesisir laut lainya, diperlukan sumber daya manusia yang siap berperan dan dapat dihandalkan dalam pengelolaannya.
5. Pada dasarnya, penjelasan pada KAK telah meberikan keterangan pokok kebutuhan model analisanya. Batasan dan obyek yang dimodelkan telah tersebut dengan baik.
6. Namun demikian, cakupan uraian begitu sederhana dan praktis belum mampu memberikan deskripsi yang jelas dan lugas terhadap kebutuhan masukan (data) pemrosesan dan keluaran yang diinginkan. Jika merujuk pada jabaran KAK, maka informasi yang dibutuhkan secara lengkap dan menyeluruh belum terurai.
36
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
IV PENDEKATAN TEKNIS DAN METODOLOGI
IV.1 PENDEKATAN
Pendekatan yang digunakan dalam pembuatan peta penutup lahan nasional ini
adalah dengan interpretasi citra satelit. Dalam teori penginderaan jauh, terdapat
dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk proses interpretasi citra satelit yaitu
interpretasi otomatis atau yang juga disebut dengan klasifikasi multispektral dan
interpretasi visual/manual. Interpretasi otomatis (klasifikasi multispektral) hanya
bisa dilakukan pada citra satelit format digital dengan bantuan sistem komputer.
Interpretasi otomatis ini semata-mata hanya mengandalkan nilai kecerahan untuk
membedakan obyek-obyek yang terekam pada citra. Garis besar proses interpretasi
otomatis ini adalah, interpreter harus memilih sekelompok nilai kecerahan yang
homogen sebagai daerah contoh (sampel area) dan dianggap mewakili obyek
tertentu. Diambil beberapa sampel untuk mewakili setiap kelas penutup lahan.
Berdasarkan sampel-sampel ini komputer akan mencocokan nilai kecerahan sampel
(dengan aturan matematis tertentu) dengan nilai-nilai kecerahan pada keseluruhan
citra dan menggolongkannya ke dalam kelas penutup lahan tertentu. Dalam
mengkelaskan nilai-nilai spektral citra menggunakan banyak feature tersebut,
dikenal istilah klasifikasi terbimbing (supervised classification) dan klasifikasi tak
terbimbing (unsupervised classification). Istilah 'klasifikasi terbimbing' digunakan,
karena metode ini mengelompokan nilai pixel berdasarkan informasi penutup lahan
aktual di pemukan bumi, sedangkan istilah 'klasifikasi tak terbimbing' digunakan,
karena proses pengkelasannya hanya mendasarkan pada infomasi gugus-gugus
spektral yang tidak bertumpang susun, pada ambang jarak (threshold distance)
tertentu, dan saluran-saluran yang digunakan.
Kelebihan dari teknik interpretasi otomatis ini adalah cepat, karena dilakukan
dengan bantuan komputer. Namun dalam pelaksanaannya teknik ini akan optimal
jika daerah kajian memiliki obyek-obyek yang relatif homogen dengan cakupan yang
luas. Disamping itu karena teknik ini mengandalkan nilai kecerahan, maka gangguan
37
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
atmosfir seperti hamburan dan awan juga harus sekecil mungkin. Sayangnya kondisi
ini sulit ditemui di daerah tropis seperti Indonesia. Penutup lahan di Indonesia
sebagian besar adalah heterogen dan gangguan atmosfir seperti hamburan dan
awan juga cukup tinggi.
Disisi lain terdapat teknik interpretasi visual (manual) citra satelit yang merupakan
adaptasi dari teknik interpretasi foto udara. Citra satelit yang dimaksudkan disini
adalah citra satelit pada saluran tampak dan perluasannya. Adaptasi teknik ini bisa
dilakukan karena baik citra satelit dan foto udara, sama-sama merupakan rekaman
nilai pantulan dari obyek. Namun karena perbedaan karakteristik spasial dan
spektralnya, maka tidak keseluruhan kunci interpretasi dalam teknik interpretasi
visual ini bisa digunakan. Kelebihan dari teknik interpretasi visual ini dibandingkan
dengan interpretasi otomatis adalah dasar interpretasi tidak semata-mata kepada
nilai kecerahan, tetapi konteks keruangan pada daerah yang dikaji juga ikut
dipertimbangkan. Interpretasi manual ini peranan interpreter dalam mengontrol
hasil klasifikasi menjadi sangat dominan, sehingga hasil klasifikasi yang diperoleh
relatif lebih masuk akal.
Umumnya citra satelit yang digunakan untuk mendukung kegiatan pembuatan peta
mangrove skala 1 : 50.000 adalah citra satelit SPOT/ ALOS. Pemilihan citra SPOT
sebagai aktiva dan citra ALOS sebagai pasiva dikarenakan resolusi spasial citra
kurang dari 20 meter sesuai untuk pemetaan pada skala 1 : 50.000 serta dapat
diperoleh langsung dari pemberi pekerjaan. Sedangkan peta tematik pendukung
sebagai data sekunder yaitu peta kawasan mangrove dari instansi terkait yang
digunakan sebagai batasan (boundary) untuk membedakan secara jelas dengan
jenis penutup lahan lainnya. Selain peta tematik, peta dasar yakni peta Rupabumi
Indonesia (RBI) dan peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) dari Bakourtanal juga
tetap dibutuhkan sebagai basemap.
Citra satelit dapat diinterpretasi melalui beberapa cara: [a] interpretasi manual
(manual interpretation), dan [b] interpretasi dijital (digital interpretation).
Interpretasi manual dilakukan secara visual menggunakan meja dijitasi (digitation
tablet) ataupun dijitasi melalui layar (on screen digitation), sementara interpretasi
38
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
dijital dilakukan menggunakan sistem yang terkomputerisasi berdasarkan dengan
atau tanpa menggunakan sampel atau alghoritma yang telah pengguna tetapkan.
Terkait dengan interpretasi digital, ada 2 (dua) kelompok ektraksi data: [a] berbasis
piksel (pixel based classification), dan [b] berbasis objek (object based classification).
Interpretasi berbasis piksel meliputi klasifikasi terbimbing (supervised classification)
dan klasifikasi tidak terbimbing (un-supervised classification).
Klasifikasi berbasis objek atau analisis citra berbasis obyek (object based image
analysis/OBIA) adalah interpretasi citra yang menggabungkan informasi spektral
dan informasi spasial. Pendekatan ini membuat segmentasi piksel menjadi objek
sesuai dengan rona dan mengklasifikasikannya sebagai gambar secara keseluruhan.
Klasifikasi berbasis piksel menggunakan nilai spektral, sementara klasifikasi berbasis
objek juga menggunakan informasi tekstur dan konteks dalam menentukan segmen
kelas objeknya. Atas pertimbangan hal tersebut diatas, pada usulan teknis ini, akan
coba disampaikan teknik metode klasifikasi citra dengan metode digital berbasis
objek.
IV.2 METODE Proses inventarisasi dan pemetaan mangrove dengan teknik inderaja secara umum
sama dengan pemetaan liputan lahan, penekanannya terdapat dalam ektraksi
informasi dan survei lapangan. Metode kerja pemetaan mangrove dapat dilihat
pada gambar berikut.
39
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
Gambar xx. Metode Kerja pemetaan mangrove
1. Persiapan Akuisisi Data Geospasial
Tahapan pekerjaan ini merupakan tahap awal yang dilakukan untuk mempersiapkan pelaksanaan akuisisi data geospasial tematik (DGT) mangrove untuk proses akuisisi selanjutnya. Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada tahapan ini antara lain :
a. Pengumpulan DGT pesisir dan laut b. Integrasi DGT pesisir dan lautc. Pengolahan citra DGT mangroved. Penyusunan peta kerja DGT mangrovee. Penentuan lokasi sampel f. Akuisisi Pendahuluan DGT pesisir dan lautg. Perencanaan akuisisi DGT pesisir dan laut
2. Akuisisi Data Geospasial
Tahapan pekerjaan ini merupakan tahap pengambilan data geospasial penunjang dengan tiitk berat pada data primer di lapangan baik yang berupa data fisik mangrove seperti kerapatan tegakan dan kandungan karbon organik. Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada tahapan ini antara lain :
Ground Thruthing DGT mangrove Pengambilan DGT mangrove Dokumentasi akuisisi SGT pesisir dan laut Keselamatan kerja pemetaan mangrove
40
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
3. Pengolahan Data Geospasial
Tahapan pekerjaan ini merupakan tahap pengolahan data geospasial data geospasial mangrove dengan tiitk berat pada pengolahan data hasil akuisisi, analisa, dan uji akurasi menjadi produk tematik yang siap pakai. Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada tahapan ini antara lain :
Pengolahan data hasil akuisis SGT mangrove Re-Interpretasi citra pemetaan mangrove Uji Akurasi DGT pesisir dan laut
4. Penyajian Informasi Geospasial Tematik
Tahapan pekerjaan ini merupakan tahap akhir yaitu menyajikan hasil pengolahan berupa informasi geospasial tematik (IGT) mangrove. Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada tahapan ini antara lain :
Penyusunan Basisdata DGT pesisir dan laut Penyajian Peta DGT pesisir dan laut Penyusunan Laporan, termasuk laporan akademis dan buku ilmiah populer
Klasifikasi berdasarkan obyek banyak menarik perhatian di bidang
penginderaan jauh dekade terakhir ini karena tidak seperti metode klasifikasi klasik
yang beroperasi secara langsung pada piksel tunggal, pendekatan ini beroperasi
pada obyek yang sebelumnya telah dikelompokkan melalui proses segmentasi. Ide
dasar dari proses ini adalah mengelompokkan piksel-piksel berdampingan menjadi
obyek spektral yang homogen melalui segmentasi kemudian dilanjutkan proses
klasifikasi pada obyek sebagai unit proses terkecil (Schirokauer et. al, 2006).
Klasifikasi berbasis objek (object oriented classifictaion) adalah interpretasi
citra yang menggabungkan informasi spektral dan informasi spasial. Pendekatan ini
membuat segmentasi piksel menjadi objek sesuai dengan rona dan
mengklasifikasikannya sebagai gambar secara keseluruhan. Klasifikasi berbasis
pixel menggunakan nilai spektral, sementara klaisfikasi berbasis objek juga
41
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
menggunakan informasi tekstur dan konteks dalam menentukan segmen kelas
objeknya. Atas pertimbangan hal tersebut diatas, pada panduan teknis ini, akan
coba disampaikan teknik metode klasifikasi citra dengan metode digital berbasis
objek. Perangkat yang digunakan adalah perangkat lunak ENVI dan ArcGIS. Tahapan
yang dilakukan dalam interpretasi ini digambarkan pada diagram dibawah ini:
Peta Mangrove K/L 2
Peta Mangrove K/L 2
Peta Digital RBIPeta Digital RBI
Peta Mangrove K/L I
Peta Mangrove K/L I
Klasifikasi HybridKlasifikasi Hybrid
Citra pendukung 2011/2012
Citra pendukung 2011/2012
Citra Hi-Res 2011/2013
Citra Hi-Res 2011/2013
Peta Tentatif Mangrove
Peta Tentatif Mangrove
Data editingData editing
Penghitungan AkurasiPenghitungan Akurasi
Pemprosesan Citra (Klasifikasi)Pemprosesan Citra (Klasifikasi)
Koreksi GeometriKoreksi Geometri
Survei LapanganSurvei Lapangan
Prasurvei LapanganPrasurvei Lapangan
Buku IlmiahBuku IlmiahData DigitalData DigitalPeta CetakPeta Cetak
SegmentasiSegmentasi
Identifikasi Training AreaIdentifikasi Training Area
YaYa
TidakTidak
42
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
Gambar 3. Bagan Alir Inventarisasi Pemetaan Ekosistem Mangrove
IV.2.1. Sumber Data dan Peta Kerja
Secara umum bahan-bahan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah sebagai
berikut:
1. Peta RBI skala 1:50.000 BAKOSURTANAL sebanyak 114 NPL (Nomor Lembar
Peta yang meliputi 18 NLP Provinsi Sumatera Barat (0714-62, 0714-64, 0715-
31, 0715-32, 0715-33, 0715-52, 0715-53, 0715-54, 0716-11, 0716-12, 0716-14,
0716-21, 0813-42, 0813-44, 0813-51, 0814-12, 0814-13, dan 0814-41); 10 NPL
Provinsi Jambi (0915-32, 1014-24, 1014-43, 1014-44, 1014-52, 1014-53, 1014-
54, 1015-11, 1015-12, dan 1015-21); 9 Provinsi Bengkulu (0812-61, 0812-62,
0813-22, 0813-23, 0911-44, 0911-51, 0911-53, 0912-12, dan 0912-13); 22
Provinsi Sumatera Selatan (1013-33, 1013-54, 1013-61, 1013-62, 1013-63,
1013-64, 1014-22, 1014-31, 1014-33, 1111-54, 1112-22, 1112-24, 1112-52,
1112-61, 1112-63, 1113-22, 1113-23, 1113-24, 1113-31, 1113-41, 1113-42,
dan 1113-51); 22 Provinsi Lampung (1010-22, 1010-24, 1010-31, 1010-33,
1010-44, 1010-61, 1110-11, 1110-13, 1110-14, 1110-21, 1110-22, 1110-23,
1110-24, 1110-42, 1110-52, 1110-54, 1111-22, 1111-23, 1111-24, 1111-51,
1111-52, dan 1111-53); dan 33 Provinsi Kep.Riau (0916-64, 0917-32, 1015-24,
1015-33, 1015-51, 1015-52, 1015-54, 1015-61, 1015-62, 1015-63, 1015-64,
1016-21, 1016-22, 1016-24, 1016-31, 1016-32, 1016-33, 1016-41, 1016-42,
1016-43, 1016-44, 1016-51, 1016-52, 1016-53, 1016-54, 1016-61, 1016-62,
1016-63, 1016-64, 1017-12, 1017-21, 1017-22, dan 1017-31).
2. Data sekunder(Sistem lahan, Data Statistik Wilayah, dan Peta Mangrove
Existing BIG dan K/L lain)
43
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
3. Citra satelit, menyediakan kekurangan citra untuk area yang tertutup awan
atau belum tercover menggunakan citra SPOT5/ALOS/Worldview-2 (alternatif
citra free download ataupun sumber lainnya yang sesuai untuk pemetaan
skala 1 : 50.000)
IV.2.2. Peralatan yang Digunakan
Peralatan dalam penelitian meliputi peralatan yang digunakan di laboratorium dan
peralatan yang digunakan untuk survei lapangan, adalah sebagai berikut:
1. Seperangkat komputer pengolah data dengan spesifikasi Processor dengan Ram 8 GB, Hardisk 750 GB, Monitor SVGA 17”, Plotter A0, Printer Deskjet.
2. Perangkat lunak pengolahan data citra digital dan GIS: software PCI Geomatica V9.1 atau ERDAS 8.6 atau ER Mapper 7.0 atau ENVI 4.8, ARC GIS ver 9/10, Global Mapper 12, Microsoft Office.
3. Peralatan survei lapangan: PDA/Tablet Computer dengan GPS (Penampil Interpretasi Citra di lapangan), GPS receiver handheld masing-masing dengan akurasi ≤10m, , kamera DSLR dengan standar dan lensa FishEye, plastik sampel, meteran, dan bor sedimen.
4. Data logger/computer portable device.
IV.2.3. Pra-pengolahan Dijital
Pra-pengolahan atau preprocessing data inderaja secara dijital merupakan tahap
pengolahan awal data inderaja yang berisikan koreksi atau restorasi terhadap
gangguan-gangguan yang terjadi pada saat perekaman. Tahapan pra-pengolahan
mencakup rektifikasi (pembetulan) dan restorasi (pemulihan) citra agar data
inderaja sesuai dengan bentuk aslinya.
Citra hasil rekaman sensor inderaja mengalami berbagai distrosi (gangguan) yang
disebabkan oleh gerakan sensor, faktor media antara, dan faktor obyeknya sendiri,
sehingga perlu dibetulkan atau dipulihkan kembali. Prosedur operasional pemulihan
meliputi berbagai koreksi yaitu: koreksi radiometrik, koreksi geometrik, dan koreksi
atmosferik.
1. Koreksi Radiometrik
44
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
Koreksi radiometrik merupakan perbaikan kesalahan radiometrik yang berupa pergesera nilai atau derajat keabuan elemen gambar atau picture element (pixel) pada citra, agar mendekati nilai yang seharusnya. Penyebab kesalahan radiometrik dapat dibedakan dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu:
a. Kesalahan pada sistem optik.
Kesalahan ini dapat disebabkan oleh: (a) bagian optik pembentuk citra buram, dan (b) perubahan kekuatan sinyal.Adapun koreksi bising periodik dapat dihilangkan dengan menggunakan bnd-pass filter atau notch filter. Sementara koreksi bising sisir dapat dilakukan dengan membuang elemen gambar dan menggantikannya dengan nilai rata-rata tetangganya, melalui Turkey Median flter.
b. Kesalahan karena gangguan energi radiasi elektromagnetik pada atmosfer
Disebabkan oleh: (a) pengaruh hamburan dan serapan, (b) tanggapan (response) amplitudo yang tidak linier, dan (c) terjadinya bising (noise) pada waktu transmisi data. Koreksi gangguan ini dapat dilakukan dengan model linier dan model kalibrasi bayangan awan.
c. Kesalahan karena pengaruh sudut elevasi matahari
Menyebabkan (a) perubahan pencahayaan pada permukaan bumi, karena sifat obyek dan kepekaan obyek menerima tenaga dari luar tidak sama, (b) perubahan radiasi dari permukaan obyek karena perubahan sudut pengamatan sensor. Koreksi gangguan ini bergantung pada data pantulan (reflektansi) masing-masing obyek. Pembentukan citra sangat bagus dengan sudut elevasi matahari 30°.
2. Koreksi Geometrik
Koreksi geometrik dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak seperti ERMapper atau ERDAS Imagine atau software sejenis lainnya dengan referensi mengacu pada informasi geografis dari Peta RBI atau LPI skala 1 : 50.000. Hasil akurasi titik koreksi atau Root Means Square (RMS) yang diperoleh dari koreksi geometrik berkisar antara 0,6 – 0,9, artinya kisaran akurasi geometrik kurang dari 1 (satu) piksel (> 30 meter). Koreksi geometri dimana path dan row data citra satelit mempunyai sistem koordinat UTM
45
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
(Universal Transverse Mercator) yang belum tentu sama dengan basemap atau sistem proyeksi yang digunakan. Sehingga sebelum dilakukan pendugaan maka terlebih dahulu dilakukan koreksi secara geometris berdasarkan Ground Control Point (GCP) sebagai titik kontrol atau referensi. Setelah dilakukan koreksi secara geometrik, maka perlu melakukan koreksi secara atmosferik (radiometrik), untuk melihat sejauh mana citra tersebut layak untuk digunakan dalam proses interpretasi citra satelit. Sehingga citra satelti dapat dikatakan layak (clear) jika kondisi tutupan awan <20 % yang digunakan sebagai acuan untuk penentuan histogram. Hal ini penting untuk mempertajam luas cakupan penutupan lahan yang dapat diidentifikasi termasuk waktu, jam dan tanggal pengambilan citra tersebut untuk mengetahui pola-pola penutupan lahan saat melakukan klasifikasi dimana panduannya dapat diestimasi dari rekaman kejadian yang terjadi pada saat citra diprogram. Pada saat pengambilan image kondisi masih dalam sistem UTM, agar kondisinya sesuai dengan koordinat datum, maka untuk itu dilakukan registrasi melalui koreksi geometri/radiometri.
Gambar 4. Proses Rektifikasi untuk Koreksi Geometri Citra
Pada kenyataanya, untuk melakukan perbaikan dari 2 (dua) buah data inderaja yang berbeda resolusi spasial (ukuran pixel) dapat dilakukan dengan teknik Resampling. Teknik ini merupakan sutu proses transformasi citra dengan memberikan nilai pixel citra terkoreksi. Proses resampling dimulai dengan melakukan transformasi sistem koordinat, kemudian dilakukan proses rekonstruksi yang mengubah (konvolusi) sunyal bentuk diskrit (titik-tiitk) menjadi diskrit kontinyu (titik-titik yang saling berhubugan) yang beraturan.
sudah terkoreksi
belum terkoreksi
46
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
Tahapan selanjutnya dilakukan penyesuaian nilai pixel pada transformasi spasial dengan proses pembesaran dan pengecilan resolusi citra.
3. Citra Komposit Warna
Sehubungan dengan tema yang dikerjakan dalam survei dan pemetaan ini, maka terlebih dahulu diketahui karekteristik band atau saluran dalam citra yang digunakan untuk survei dan pemetaan tersebut. Secara umum, band yang digunakan untuk indentifikasi ekosistem mangrove adalah band yang bekerja pada panjang gelombang/spektrum infra merah dekat, merah, dan hijau, yang tersusun dalam komposit warna RGB warna semu (false colour composite). Karena ketiga band tersebut baik untuk membedakan vegetasi dengan kenampakan air dan tanah.
4. Penajaman Citra
Penajaman citra bertujuan untuk peningkatan mutu citra, yaitu: menguatkan kontras penampakan yang tergambar dalam citra dijital. Penajaman citra dilakukan sebelum penampilan citra atau sebelum interpretasi dilakukan, dengan maksud menambah jumlah informasi yang dapat diinterpretasi secara dijital. Beberapa terapan penajaman, seperti penajaman titik, penajaman lokal (area), penajaman tepi serta penajaman tambahan dapat dilakukan dengan cara filtering. Teknik penajaman kontras data inderaja dapat dilakukan dengan grey-level thresholding, level slicing, dan contrast streching (Purwadhi, 2001).
Secara umum teknik penajaman di dalam aplikasi inderaja dapat dikategorikan kedalam 3 (tiga) cara, yaitu:
1. Manipulasi kontras (contrast manipulation), merupakan proses pengolahan citra yang menggunakan teknik pemetaan tingkat keabuan, yang bertujuan untuk meningkatkan mutu citra melalui perbaikan kotras citra (modifikasi histogram).
2. Manipulasi kenampakan spasial (spatial features manipulation), mencakup penggunaan filter pasial (spatial fitering), penajaman tepi (edge enhancement), dan penggunaan analisis Fourier (fourier analysis).
3. Manipulasi multi-citra (multi-image manipulation), mencakup multispketral “band rasioing”, komponen utama (principal component), komponen baku atau kanonik (canonical component), komponen vegetasi, transformasi warna berdasarkan kontras intensitas saturasi
47
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
(intensity hue saturation color space transformation), dan perentangandekorelasi (decorelation streching).
IV.2.4. Pengolahan Citra
1. Interpretasi Mangrove
Interpretasi dilakukan secara digital dengan citra komposit RGB. interpretasi hanya untuk melihat kenampakan mangrove dan membedakannya dengan kenampakan yang lain. Interpretasi mangrove menggunakan standar SNI 7645:2010. Acuan lain yang digunakan dalam menghitung luas da pemanfaatan kawasan mangrove menggunakan peta kawasan ekosistem mangrove yang dikeluarkan oleh Kementerian Kehutanan.
Pada tahap awal, informasi yang diperoleh dari berbagai sumber tentang sebaran mangrove di daerah penelitian dijadikan dasar penetapan lokasi dan di-match-kan dengan lokasi pada citra satelite. Berikutnya, kenampakan dari kawasan mangrove pada citra satellite diamati dan dianalisis secara visual melalui analisis RGB dengan berbagai kombinasi band. Lokasi yang mempunyai kenampakan serupa dengan kawasan mangrove tersebut diindikasikan potensial untuk ditemukan tegakan mangrove. Kepastian mengenai lokasi ini selanjutkan diverifikasi melalui survei lapangan.
Selain analisis secara visual, metode klasifikasi dilakukan berdasarkan obyek atau berbasis obyek (object based image analysis / OBIA) untuk memperoleh persentase kelas penutupan tajuk mangrove secara lebih baik. Kelas penutupan tajuk dibedakan menjadi : mangrove lebat (70% - 100%), mangrove sedang (50% - 69%), mangrove jarang (< 50%) dan non-mangrove.
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada didaerah perkotaan dengan biaya yang lebih sedikit dan dalam waktu yang relatif singkat. Citra yang cukup banyak digunakan untuk kajian perkotaan adalah citra satelit dengan resolusi spasial menengah. Ekstraksi informasi dengan menggunakan citra penginderaan jauh dengan resolusi spasial menengah lebih sering dengan menggunakan ekstraksi berbasis piksel. Setiap piksel mempunyai informasi spektral suatu obyek dipermukaan bumi, namun kurang memperhatikan aspek spasial. Dewasa ini berkembang berbagai macam
48
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
ekstraksi informasi citra penginderaan jauh, salah satu berupa object-based image analysis (OBIA).
Hurd et al,. (2006) mengungkapkan OBIA merupakan pendekatan yang proses klasifikasinya tidak hanya mempertimbangkan aspek spektral namun aspek spasial objek. Objek dibentuk melalui proses segmentasi yang merupakan proses pengelompokan piksel berdekatan dengan kualitas yang sama (kesamaan spektral). Secara umum proses klasifikasi dengan metode OBIA melalui dua tahapan utama yaitu segmentasi citra dan klasifikasi tiap segmen (Xiaoxia et al,. 2004).Pendekatan OBIA dinilai lebih unggul dari klasifikasi berbasis piksel karena tidak hanya mempertimbangkan aspek spektral tetapi juga spasial. Kenampakan penggunaan lahan pada suatu wilayah salah satunya terkait pada pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya. Semakin meningkatnya jumlah penduduk dan semakin intensifnya aktivitas penduduk di suatu tempat berdampak pada meningkatnya perubahan penutup lahan. Mengacu pada kondisi tersebut dibutuhkan suatu metode yang lebih representatasif untuk ekstraksi informasi penggunaan lahan. OBIA dengan spesifikasi yang proses analisisnya berdasarkan pada kenampakan spektral dan spasial dianggap mampu dalam mengadomodir citra dengan kenampakan objek pada citra resolusi spasial menengah.
Proses klasifikasi berorientasi objek diawali dengan tahapan segemetasi citra, yaitu dengan region growing dan bay detection/ basin detection, dan tipe algoritma segmentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan algoritma region growing. Pemilihan algoritma segmentasi region growing dikarenakan penelitian terdahulu yang menunjukkan hasil segmentasi yang bagus. Algortima segmentasi ini membentuk segmen tertutup yang bersifat homogenitas pada tiap segmennya dan heterogenitas antar segmen sehingga dapat diharapkan memberikan hasil klasifikasi yang dapat dipertanggungjawabkan.
Tujuan akhir dari segmentasi adalah menyederhanakan dan atau merubah representasi suatu citra ke dalam gambaran yang lebih mempunyai arti dan lebih mudah untuk di analisa. Segmentasi citra secara khusus digunakan untuk melokalisasi objek atau batas (bisa berupa garis, kurva, dll) dalam citra. Hasil
49
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
dari segmentasi citra adalah sekumpulan wilayah yang melingkupi citra tersebut, atau sekumpulan kontur yang diekstrak dari citra (pada deteksi tepi). Contoh segmentasi dapat dilihat dalam gambar berikut : Tiap piksel dalam suatu wilayah mempunyai kesamaan karakteristik atau propeti yang dapat dihitung (computed property), seperti : warna (color), intensitas (intensity), dan tekstur (texture).
Gambar xx. Hasil segmentasi citra
2. Pemotongan
Langkah ini merupakan cara untuk memotong citra dengan hasil interpretasi kenampakan mangrove sehingga kenampakan citra yang tersisa hanya kenampakan mangrove. Pemotogan citra hasil interpretasi ini memanfaatkan peta RBI dan LPI skala 1:50.000 serta peta kawasan mangrove.
3. Indeks Vegetasi
Identifikasi obyek dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh dilaksanakan dengan beberapa pendekatan antara lain; karakteristik spektral citra, visualisasi, floristik, geografi dan phsygonomik (Hartono, 1998), . Khususnya pada sistem satelit (citra satelit) lebih banyak didasarkan atas karakteristik spektral. Obyek yang berbeda akan memberikan pantulan spektral yang berbeda pula, bahkan obyek yang sama dengan kondisi dan kerapatan yang berbeda akan memberikan nilai spektral yang berbeda. (swain, 1978). Indeks vegetasi merupakan suatu algoritma yang diterapkan terhadap citra satelit, untuk menonjolkan aspek kerapatan vegetasi ataupun aspek lain yang
50
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
berkaitan dengan kerapatan, misalnya biomassa, Leaf Area Index (LAI), konsentrasi klorofil. Atau lebih praktis, indeks vegetasi adalah merupakan suatu transformasi matematis yang melibatkan beberapa saluran sekaligus untuk menghasilkan citra baru yang lebih representatif dalam menyajikan aspek-aspek yang berkaitan dengan vegetasi (Danoedoro, 1996). Selanjutnya dikatakan Jensen (1998) bahwa metode analisa indeks vegetasi ada beberapa macam antara lain ; NDVI (Normalized Difference Vegetation Index), GI (Green Indeks) dan WI (Wetness Index). Berdasarkan hasil beberapa penelitian, diantaranya dari Ahmad Faizal dan Muhammad Anshar Amran (disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan MAIN XIV) mengenai model transformasi index vegetasi yang efektif untuk prediksi kerapatan mangrove Rhizophora mucronata. Pada kajian tersebut melakukan pengkajian terhadap identifikasi jenis dan kerapatan ekosistem mangrove dengan menggunakan transformasi indeks vegetasi serta menguji beberapa indeks vegetasi (NDVI, GI dan WI) dalam hal efektifitas dalam identifikasi jenis dan kerapatan mengrove jenis Rhizophora mucronata. Adapun hasil klasifikasi citra Landsat komposit 453 daerah penelitian didapatkan stratifikasi kelas yang terdiri dari 5 (lima) kelas mangrove masing-masing Rhizopora nucronota, Nypa fruticans, Avicenis alba, Ceriop decandra, dan Acanthus ilicifolius, satu kelas tambak, dan satu kelas daratan untuk vegetasi lain berupa kebun campuran atau sawah, dan satu kelas lahan terbuka (Non Vegetasi Mangrove).
Hasil transformasi indeks vegetasi didapatkan nilai digital citra yang sangat bervariasi. Transformasi NDVI menghasilkan citra dengan nilai digital - 0,6 – 0,42, nilai tersebut berdasarkan kriteria kerapatan mangrove jenis Rhizophora mucronata menyebar untuk semua kerapatan. Sedangkan hasil trasnformasi indeks GI dan WI masing-masing didapatkan nilai indeks vegetasi dengan kisaran 0 - 104 dan -96 – 79. Nilai negatif yang didapatkan indeks vegetasi transformasi WI adalah nilai lahan yang tidak tertutupi oleh vegetasi yang kemungkinan besar adalah perairan disekitar mangrove atau lahan kosong yang tidak ditumbuhi oleh vegetasi. Khususnya untuk jenis Rhizophora mucronata, hasil cross cek dengan hasil klasifikasi multispektral, maka didapatkan nilai indeks masing-masing untuk tiap transformasi. Nilai digital jenis Rhizophora mucronata pada Indeks NDVI didapatkan range nilai 1,5 -
51
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
0,42; GI dengan nilai 0 - 104; dan indeks WI 0 - 79. Nilai-nilai tersebut dikelaskan berdasarkan kategori kerapatan; jarang, sedang dan lebat.
Hasil transformasi NDVI untuk Rhizophora mucronata diperoleh nilai digital kelas kerapatan jarang dengan kisaran 0,04 – 0,18, kerapatan sedang dengan kisaran 0,15 - 0,2 dan kerapatan rapat dengan kisaran 0.27 - 0,33. Nilai digital tersebut ditentukan berdasarkan kriteria kerapatan mangrove. Berdasarkan data yang ada dapat diasumsikan kondisi mangrove di lokasi penelitian cukup baik dengan nilai rasio maksimum 0,33, karena rasio nilai NDVI -1 sampai dengan 1, semakin tinggi nilai maksimal maka kondisi mangrove semakin baik (Dewanti, 1999). Greeness Index (GI) nilai Maksimun kelas mangrove jarang adalah 24,71 sedangkan nilai minimunnya adalah 8,12. Kelas mangrove sedang niali maksimunnya adalah 33,57 dan niali minimunnya adalah 24. Kelas rapat nilai maksimunnya 42,88 dan nilai minimunnya adalah 17,68.
Wetness Index (WI) nilai Maksimun kelas mangrove jarang adalah 34.42 sedangkan nilai minimunnya adalah 27,91. Kelas mangrove sedang nilai maksimunnya adalah 33,24 dan niali minimunnya adalah 24,63 Kelas rapat nilai maksimunnya 20,88 dan nilai minimunnya adalah 11,12.
Proses NDVI ini berfungsi untuk menentukan kelas kerapatan hutan mangrove menjadi 3 kelas yaitu kelas kerapatan rendah, kelas kerapatan sedang dan kelas keraptan tinggi. Proses NDVI memanfaatkan beberapa saluran dari citra satelit antara lain ; band 3 (TM 3) yang lebih dikenal dengan saluran merah dan band 4 yang lebih dikenal dengan saluran inframerah dekat. Kelebihan kedua saluran ini untuk identifikasi vegetasi adalah obyek akan memberikan tanggapan spektral yang tinggi (Swain, 1978). Transformasi NDVI mengikuti persamaan berikut (Jensen, 1998)
(1)
4. Kerapatan Jenis
52
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
Jumlah tegakan jenis i dalam suatu unit area, yang perhitungannya menurut oleh Bengen (2000):
(2)
Dimana, Di adalah kerapatan jenis i, ni adalah jumlah total tegakan dari jenis i dan A adalah luas total area pengambilan sampel (kelas). Kerapatan jenis pohon dinyatakan dalam satuan jumlah pohon per hektar, dibedakan menjadi : mangrove rapat (> 660 pohon per Ha), mangrove sedang (330 – 659 pohon per Ha), mangrove jarang (< 329 pohon per Ha) , dan non-mangrove.
5. Evaluasi Kekritisan Mangrove
Evaluasi kekritisan mangrove dilakukan dengan menggabungkan hasil analisis jenis penggunaan lahan (Jpl), kerapatan tajuk (Kt) dan tingkat abrasi (Kta) dengan menghitung Total Nilai Skor (TNS) sebagai berikut :
TNS = (Jpl x 45) + (Kt x 35) + (Kta x 20)
Kriteria kekeritisan yang digunakan adalah :
a. TNS 100 – 166 : rusak berat
b. TNS 167 – 233 : rusak
c. TNS 234 – 300 : tidak rusak
IV.2.5. Pembuatan Peta Kerja
Terdapat 12 Tahapan dalam penyusunan peta kerja untuk akuisisi DGT mangrove,
antara lain :
1. Persiapan : penyiapan data, perangkat keras, perangkat lunak, data bantu (sekunder)
Perangkat keras bagi suatu sistem informasi terdiri atas komputer (pusat pengolah, unit masukan/keluaran), peralatan penyiapan data, dan terminal masukan/keluaran. Sedangkan perangkat lunak merupakan sistem pengoperasian dan sistem manajemen data yang memungkinkan pengoperasian sistem komputer tersebut.
53
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
2. Membuat geodatabase peta kerja
Geodatabase adalah database relasional yang memuat informasi geografi. Geodatabase terdiri atas feature classes (spatial) dan tabel (non-spatial).
3. Input atau konversi data IGD dan IGT Mangrove
IGD (Informasi Geospasial Dasar) merupakan data geospasial yang sudah diolah sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam perumusan. Sedangkan IGT (Informasi Geospasial Tematik) merupakan informasi geospasial yang menggambarkan satu atau lebih tema tertentu yang mengacu pada IGD.
4. Verifikasi topolagi dan editing Data
Topologi didefinisikan oleh user sesuai dengan karakteristik data seperti polyline, polygon maupun point/titik. Setiap karakteristik data tertentu mempunyai rule/aturan tertentu dalam editingnya.
5. Verifikasi proyeksi dan datum
Suatu datum merupakan sekumpulan konstanta yang menentukan sistem koordinat yang digunakan untuk titik control geodesi, misalnya untuk hitungan koordinat titik-titik di bumi. Sedangkan proyeksi peta adalah metode yang digunakan untuk mengubah dari permukaan lengkung (3D) menjadi permukaan datar (2D).
6. Penyusunan layer IGD dan IGT kelautan
IGD SUMBER DAYA ALAM pesisir dan KELAUTAN BERUPA Peta Lingkungan Laut Nasional (LLN) dan Peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) Serta IGT BERUPA PETA POLA ARUS, BARIMETRI, DAN LAIN-LAIN.
7. Tumpangsusun data dan analisa menggunakan layer status kawasan hutan
peta kawasan hutan merupakan penunjukan suatu kawasan/wilayah/areal tertentu baik secara partial atau dalam wilayah provinsi dengan Keputusan Menteri Kehutanan sebagai kawasan hutan dengan fungsi pokok tertentu, luas perkiraan, dan titik-titik koordinat batas yang dituangkan dalam bentuk peta.
8. Penyusunan layout peta kerja
Layout peta merupakan sebuah tahapan akhir dalam pembuatan sebuah peta. Hal yang harus diingat dalam membuat layout adalah unsur-unsur peta harus
54
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
masuk dalam peta seperti peta utama, judul peta, arah mata angin, skala (batang dan angka), keterangan (legend), riwayat peta, inset peta, pembuat peta, grid dan koordinat sistem koordinat yang dipakai, dan hal lainnya yang bisa saja ditambahkan seperti tabel, logo, gambar.
9. Print Peta Kerja Proof (contoh)
Proses proof (cetak percobaan) merupakan bentuk kegiatan menghasilkan peta kerja hard (di print secara digital) yang berfungsi sebagai acuan dalam penyusunan selanjutnya.
10. Kontrol Kualitas Data Digital dan Peta Kerja Hardcopy
Pengecekan terhadap hasil print peta kerja contoh yang menilai kualitas hasil sementara yang didapatkan dari data digital yang berhasil di print. Selain kontrol kualitas terhadap data spasial, dilakukan pengecekan data tekstual digital terhadap sumber data analog yang diperoleh.
11. Perbaikan data spasial, pembenahan geodatabase dan metadata
Hasil kontrol kualitas diterima dan ditindaklanjuti oleh tim input/digitasi peta dan tim kompilasi data tekstual dengan meng-edit kesalahan atau perbedaan dengan sumber datanya. Apabila tahapan ini sudah dilalui dan dilakukan perbaikan sesuai dengan sumber datanya, maka kegiatan dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya.
12. Print Peta Kerja
Peta kerja final yang siap untuk dijadikan acuan dalam pelaksanaan teknis maupun penentuan lokasi pengambilan sampel.
IV.2.6. Survei Lapangan
Beberapa persiapan sebelum kerja lapang adalah penentuan titik sampel,
pembuatan rute perjalanan, penyiapan kendaraan yang akan dipakai dan penyiapan
peralatan survei serta pendukung untuk dokumentasi. Untuk kelengkapan survei
lapangan tiga bahan yang paling penting adalah :
1. Peta tentative yang akan dicek lapangan2. Peta rupabumi untuk memandu perjalanan lapangan3. Citra inderaja yang digunakan untuk interpretasi (hard-copy)
55
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
Kegiatan survei lapangan meliputi:
1. Pembuatan Titik Sampel Lapangan
Titik sampel ditentukan pada setiap lokasi pemetaan dengan prinsip persebaran yang merata, keterwakilan dan dapat dijangkau. Tiap lokasi ditentukan beberapa titik sampel tergantung dari luas lokasi, keseragaman penutup lahan, keraguan atau belum tuntasnya pengenalan penutup lahan dalam proses interpretasi.Kegiatan survei lapangan ini meliputi berbagai kegiatan, baik penentuan posisi lapangan di dalam peta. Titik lokasi tersebut digunakan sebagai titik kontrol atau Ground Control Point (GCP). Pengecekan hasil analisis data satelit maupun pengumpulan data lapangan seperti kerapatan, Diameter at Breast Height (DBH), tinggi dan famili hutan mangrove. Secara garis besar kegiatan-kegiatan di lapangan tersebut, antara lain:
a. Pengukuran koordinat titik kontrol dengan menggunakan alat GPS guna membuat citra terkoreksi maupun mengetahui posisi lokasi pembuatan training area di lapangan.
b. Pengecekan kebenaran klasifikasi dan analisis indeks vegetasi dari beberapa kelas sampel dan hasil analisis yang meragukan.
c. Pengamatan jenis vegetasi yang dominan ataupun komposisi jenis pada tiap-tiap kelas penggunaan/ penutupan lahan.
d. Penentuan rute perjalanan dibuat untuk kelancaran kerja di lapangan, yaitu untuk penentuan base camp terdekat dari masing-masing titik sampel serta penentuan jenis kendaraan yang akan digunakan mencapai lokasi sampel.
e. Untuk mangrove diperhatikan ukuran, jumlah dan bentuk petak contoh beserta cara meletakkan petak contoh tersebut, kriteria stadium pertumbuhan dan ukuran petak contohnya serta parameter yang diukur.
f. Kriteria stadium pertumbuhan pancang dan pohon sebagai berikut :
Semai : Permudaan dengan tinggi 1 m sampai
dengan DBH kurang dari 2 cm.
Pancang : Permudaan dengan tinggi 1,5 m sampai
56
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
dengan DBH kurang dari 10 cm.
Pohon : Pohon dewasa DBH 10 cm dan lebih.
Ukuran petak-petak kecil sesuai dengan tingkat pertumbuhannya : Semai : 1 m x 1 m
Pancang : 5 m x 5 m
Pohon : 10 m x10 m
Secara umum gambaran umum petak contoh di lapangan dapat dilihat pada Gambar berikut:
Gambar Desain pengamatan vegetasi di lapangan dengan metode jalurKeterangan :A: petak untuk pengamatan semai (1 m x 1 m) *bisa tidak dilakukan pengukuranB: petak untuk pengamatan pancang (5 m x 5 m)C: petak untuk pengamatan pohon (10 m x10 m)
Kerapatan mangrove berdasarkan stasium ini selanjutnya akan didukung dengan perhitungan Indeks Nilai Penting (INP), dengan formulasi :
INP = Kerapatan relatif (KR) + Frekuensi Relatif (FR) (untuk semai dan pancang)
INP = Kerapatan relatif (KR) + Frekuensi Relatif (FR) + Dominasi Relatif (DR) (untuk pohon)
Dimana :
57
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
2. Parameter yang Diukur
Dalam analisis vegetasi ada beberapa parameter vegetasi yang diukur secara langsung di lapangan, yaitu :
a. Nama species (lokal dan ilmiah)
b. Penutupan tajuk (covering) untuk mengetahui prosentase penutupan vegetasi terhadap lahan
c. Diameter batang, untuk mengetahui luas bidang dasar untuk menduga volume pohon dan tegakan
d. Tinggi pohon, baik tinggi pohon bebas cabang maupun tinggi total
e. Pemetaan lokasi individu pohon.
3. Peralatan Survei
Alat dan bahan yang diperlukan dalam survei lapangan untuk pemetaan ekosistem mangrove adalah :
a. GPS Handheld untuk mentukan koordinat pengambilan sampel
b. Kompas untuk menentukan arah transek garis.
c. Meteran dari bahan plastik atau fiberglass 50 m.
d. Tali untuk membuat transek garis dan petak contoh (plot).
e. Alat hitung atau band tally counter.
f. Gunting atau pisau pemotong ranting dan cabang tumbuh-tumbuhan.
g. Kantong plastik yang porous dan kertas koran untuk pembuatan koleksi vegetasi bagi keperluan analisis laboratorium.
58
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
h. Label dan alat-alat tulis (pensil, spidol) yang tahan air untuk pencatatan data.
i. Data sheets seperti yang seperti disajikan pada tabel isian ekosistem mangrove.
j. Buku-buku floristik untuk determinasi jenis mangrove.
k. Kamera untuk dokumentasi
4. Keselataman Kerja Pemetaan Mangrove
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk proses keselamatan kerja pemetaan mangrove di lapangan, yaitu :
1. Persiapan alat / perlengkapan keselamatan kerja
2. Memakai alat yang diperlukan
3. Melihat kondisi cuaca
4. Melihat kondisi perairan sekitar
5. Memastikan tidak adanya biota berbahaya
IV.1.2 Pasca Survei
1. Pengolahan Data Lapangan dan Re-interpretasi Citra
Tahap pasca lapangan dalam pemetaan mangrove meliputi kegiatan pengolahan dan analisis data setelah mendapatkan hasil sampel di lapangan. Dilakukan pula interpretasi ulang untuk membenahi hasil interpretasi awal sesuai dengan hasil cek lapangan.
2. Prosedur Analisis Data
Data-data mengenai jenis, jumlah tegakan dan diameter pohon yang telah dicatat pada tabel isian mangrove, diolah lebih lanjut untuk memperoleh kerapatan jenis, frekuensi jenis, luas area penutupan, dan nilai penting jenis.Kerapatan jenis (D) adalah jumlah tegakan jenis i dalam suatu unit area, dihitung dengan persamaan berikut:
Di = ni / A (3)
Dimana,
Di : adalah kerapatan jenis i,
59
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
ni : adalah jumlah total tegakan dari jenis i dan
A : adalah luas total area pengambilan contoh (luas total petak contoh/
plot)
Penutupan jenis (Ci) adalah luas penutupan jenis i dalam suatu unit area, dihitung dengan persamaan berikut:
Ci = Σ BA/ A (4)
Dimana,
BA = π dbh2/ 4 (cm2),
π = 3,1416 suatu konstanta dan
dbh = diameter pohon dari jenis i,
A = luas total area pengambilan contoh (luas total petak
contoh/plot)
IV.2.2 Visualisasi IGT
1. Fitur
Fitur yang digambarkan pada peta mengacu pada SNI 6502.2-2010 Spesifikasi penyajian peta rupa bumi skala 1: 25.000, SNI 6502.3-2010 Spesifikasi penyajian peta rupa bumi skala 1: 50.000, dan SNI 19-6726-2002 Peta dasar lingkungan pantai Indonesia Skala 1:50.000. Simbolisasi untuk mangrove disajikan sebagai berikut.
Tabel xx. Simbol dan warna mangrove
60
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
2. Struktur
Jenis data dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu data spasial dan atribut. Data atribut mencakup semua data yang berfungsi untuk mendetailkan karakteristik mangrove. Struktur dan format data untuk peta mangrove disajikan sebagai berikut.
Tabel xx. Sstruktur Data mangrove
61
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
V RENCANA KERJA
Kesuksesan suatu kegiatan tidak terlepas dari pendekatan dan metodologi yang
digunakan. Kegiatan Pembinaan dan Pendampingan Lanjutan Desa Mandiri Energi
Berbasis Bahan Bakar Nabati secara umum terdiri dari beberapa tahapan kegiatan
yaitu :
V.1 TAHAP PERSIAPAN
Tahapan persiapan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1. Koordinasi internal, bertujuan untuk menyamakan pemahaman dan persepsi terhadap subtansi akan dilaksanakan serta menyusun rencana kegiatan
2. Koordinasi eksternal
a. Bertujuan untuk menyampaikan metodologi dan rencana kerja, tugas dan fungsi konsultan dalam kegiatan kepada pemberi proyek
b. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait lainnya antara lain Pemerintah Daerah tempat pelaksanaan kegiatan, serta stakeholders lainnya.
3. Pembahasan rencana kerja, yaitu:
a. Penyampaian rencana pelaksanaan kegiatan pemetaan mangrove
b. Penyusunan Jadwal kegiatan yang akan dilakukan secara lebih detail
V.2 TAHAP PELAKSANAAN
Pelaksanaan kegiatan Pemetaan Mangrove Wilayah akan dilaksanakan dalam
tahapan-tahapan pekerjaan sebagai berikut:
a. Pembuatan peta kerja. Pada tahapan ini kegiatan yang akan dilaksanakan adalah:
c. Pengumpulan data sekunder (data BPS, Kehutanan, dll) dan studi literatur yang diperlukan dalam analisa pemetaan
d. Penyusunan peta kerja dengan sumber peta rupa bumi indonesia yang sudah disiapkan
62
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
4. Interpretasi citra. Maksud tahap kegiatan Interpretasi citra adalah melakukan Pengolahan citra, citra yang digunakan citra ALOS dan atau citra SPOT atau citra lainnya dengan resolusi spasial sejenis, meliputi:
a. Sebaran mangrove
b. Kerapatan Mangrove
5. Validasi Lapangan. Pada tahapan ini konsultan akan melaksanakan kegiatan berupa:
a. Survei lapangan
b. Validasi data, hasil analisa data inderaja
c. Inventarisasi kondisi mangrove
d. Pengumpulan data sekunder di lapangan
6. Analisa dan Penyajian Data. Dalam tahapan ini kegiatan yang akan dilaksanakan oleh tim konsultan adalah:
a. Reinterpretasi citra
b. Analisis hasil survei lapangan
c. Penyajian data dalam peta
d. Pengemasan data spasial ke dalam format digital, yang dilengkapi atribut data yang lengkap
e. Penyusunan laporan hasil analis pemetaan mangrove
f. Pencetakan dan Penjilidan Laporan Pemetaan mangrove
g. Pencetakan Album Peta
V.3 TAHAP PELAPORAN
Laporan yang akan disampaikan dalam kegiatan ini adalah:
1. Album Peta Mangrove Pulau Sumatra (Provinsi Sumatra Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatra Selatan, Lampung dan Kep.Riau) format peta RBI Skala 1 : 50.000 sesuai spesifikasi teknis pencetakan SNI 6502.2:2010. Volume 5 (lima) Eksemplar yang memuat:a) Peta Mangrove format seamless Provinsib) Peta Mangrove format NLP (114 NLP)
63
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
2. Album Peta Mangrove Pulau Sumatra (Provinsi Sumatra Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatra Selatan, Lampung dan Kep.Riau) format A3. Volume 5 (lima) Eksemplar yang memuat:a) Peta Mangrove format seamless Provinsib) Peta Mangrove format NLP (114 NLP)
3. Buku Ilmiah Populer A5 120 gram art-paper, cover art-carton 260 gr dove/dove finishing laminasi sebanyak 50 eksemplar. Yang berisi: Pendahuluan, Deskripsi Wilayah, Metode Survei, Hasil & Pembahasan dan Kesimpulan & Rekomendasi.
4. Laporan Bulanan. Format A4. Volume 2 Buku/Bulan.
Laporan 1 : Pendahuluan Laporan 2 : Kompilasi data dan Pre-processing Laporan 3 : Pra-survei Laporan 4 : Survei Lapangan Laporan 5 : Re-interpretasi Laporan 6 : Analisa data dan finalisasi
5. Laporan Akhir Pekerjaan. Format A4 Volume 5 Buku6. External hardisk yang memuat:
a. Data Geospasial Tematik Mangrove Pulau Sumatra (Provinsi Sumatra Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatra Selatan, Lampung dan Kep.Riau) digital per NLP (114 NLP) dan seamless format geodatabase/shapefile
b. Seluruh citra yang digunakan dalam pemetaan baik raw data maupun citra terkoreksi
a. Buku Ilmiah populer (Raw Data, PDF)c. Backup Hasil Pra-survei dan Survei Lapangan (Titik GCP, Titik pengambilan
data, Foto, Video, dan Tally Sheet hasil pengambilan data) (format MSWord, PDF, JPG, MOV/AVI dan Shapefiles)
d. Layout peta per NLP (114 NLP) dan Seamless per kab/provinsi siap cetak (mxd package dan PDF)
64
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
Tabel 4. Jadwal pelaksanaan pekerjaan Pemetaan mangrove Wilayah
65
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
VI TENAGA AHLI
VI.1 KOMPOSISI TIM DAN PENUGASANTabel 5. Komposisi Tim dan Penugasan
Tenaga Ahli (Personil Inti)
Nama Personil PerusahaanLingkup Keahlian Posisi diusulkan Uraian Pekerjaan
Jumlah Orang Bulan
PT. Kacindo Danatya
Penginderaan Jauh
Koordinator Tim - Bertanggungjawab dalam melakukan koordinasi terhadap tim kerja dan hasil pekerjaan, menyiapkan rencana detil persiapan kegiatan, integrasi hasil pekerjaan dan penyusunan laporan.
- menyiapkan bahan supervisi dan berkoordinasi dengan tim supervisi lapangan dan kontrol kualitas.
5 OB
PT. Kacindo Danatya
Penginderaan Jauh
Tenaga Ahli Penginderaan Jauh
- Melakukan analisis data inderaja, validasi lapangan hasil dari analisis data indraja tersebut, serta melakukan uji keakutan data inderaja. Analisis data inderaja yahg dilakukan identifikasi sebaran mangrove dan kerapatan mangrove dari data inderaja.
2 OB
PT. Kacindo Danatya
GIS Tenaga Ahli GIS - melakukan analisis kondisi data, menentukan kompilasi data yang harus dilakukan menyiapkan template untuk lay-out pencetakan peta.
2.5 OB
66
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
- melakukan survei lapangan dan membuat deskripsi.
PT. Kacindo Danatya
Mangrove Tenaga Ahli Mangrove
- Melakukan survey lapangan untuk mengetahui kondisi mangrove eksisting, baik dalam kerapatan, jenis mangrove, dan pemanfaatan mangrove baik bagi mansyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung
2.5 OB
Tenaga Pendukung (Personil Lainnya)
PT. Kacindo Danatya
RS/GIS Operator RD/GIS - Melakukan pekerjaan pengolahan dan kompilasi data dibawah pengarahan ahli RS, SIG, dan Mangrove
4 OB
PT. Kacindo Danatya
RS/GIS Operator RD/GIS - Melakukan pekerjaan pengolahan dan kompilasi data dibawah pengarahan ahli RS, SIG, dan Mangrove
4 OB
PT. Kacindo Danatya
Adminstrasi Administrasi - Melakukan hal yang terkait dengan administrasi, baik dalam pencairan dana,dan koordinasi dalam pertemuan rapat maupun dengan supervise kegiatan ., dan menyiapkan berkas-berkas yang dibutuhkan dalam masa konstruksi.
5 OB
67
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA
VI.2 JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLITabel 6. Jadwal Penugasan Tenaga Ahli
No
Nama PersonilMasukan Personil Jumlah Orang
Bulan I II III IV V
Tenaga Ahli
1 5 OB
2 2 OB
3 2.5 OB
4 2.5 OB
Tenaga Pendukung
1 4 OB
2 4 OB
3 5 OB
TOTAL 25 OB
68
PEMETAAN MANGROVE WILAYAH
PEMETAAN NERACA MANGROVE WILAYAH
2012
PT. KACINDO DANATYA