185752359 materi laporan pendahuluan meningitis

Upload: snakdecade

Post on 08-Mar-2016

19 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

185752359 Materi Laporan Pendahuluan Meningitis

TRANSCRIPT

kumpulan askep dnispucha

LAPORAN PENDAHULUAN

MENINGITIS

A. Konsep Dasar Penyakit1. Definisia. Meningitis merupakan infeksi dari selaput otak ( meningen ).Dalam keadaan normal sawar darah otak merupakan mekanisme proteksi yang efektif,tetapi jika invasi mikroorganisme luar sawar ini akan rusak. Daerah yang terlibat biasanya adalah piameter dan arachnoid meter yaitu bagian yang terdekat dengan jaringan otak.

b. Meningitis adalah inflamasi akut pada meningens. (Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi 3).c. Meningitis adalah peradangan pada selaput meningens, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem syaraf pusat.2. Etiologia. Bakteri: Haemophilus Influenza (tipe B), Streptococcus pneumoniae, Nisseria meningitis, -hemolysis streptococcus, Staphilococcus aureu, Eccericia coli.

b. Faktor Predisposisi: Jenis kelamin, laki-laki lebih seriing dibandingkan dengan wanita.c. Factor maternal: rupture membrane fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir masa kehamilan.d. Factor imunologi: defisiensi mekanisme imun, defisiensi immunoglobulin, anak yang mendapatkan obat-obatan imunosupresi.

e. Anak dengan kelainan system syaraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan system persyarafan.3. Manifestasi Klinika. Neonatus

1) Suhu di bawah suhu tubuh normal,

2) Demam,

3) Pucat,

4) Letargie,

5) Irritabilitas,

6) Kurang makan dan minum,

7) Kejang,

8) Tonus otot berkurang,

9) Diare dan muntah,

10) Reflek menghisap berkurang,

11) Menangis lemah,

12) Fontanel menonjol,

13) Opistotonus.

b. Bayi dan anak kecil

1) Demam,

2) Malas untuk makan,

3) Muntah,

4) Mudah terstimulasi,

5) Kejang,

6) Sering menangis,

7) Ubun-ubun menonjol,

8) Kaku kuduk,

9) Tanda kerning dan brudzinsky positif,

10) Pucat,

11) Peningkatan tekanan intracranial,

12) Peningkatan lingkar kepala.

c. Anak-anak dan remaja

1) Sakit kepala,

2) Demam,

3) Muntah,

4) Irritabilitas,

5) Fotofobia,

6) Kaku kuduk,

7) Tanda kerning dan brudzinsky positif,

8) Opistotonus,

9) Peteki,

10) Syok,

11) Konfusi,

12) Kejang,

13) Stupor,

14) Delirium,

15) Septicemia.

4. Klasifikasia. Meningitis Purulenta (Pingenik).

Adalah radang selaput otak yang menimbulkan eksudasi berupa pus. Penyebab meningitis puruenta ini adalah jenis Pneumococcus, H. Influenza, Staphylococcus, Meningococcus, E. Coli, Streptococcus, dan Salmonella.Angka kejadian tertinggi pada usia 2 bulan sampai pada usia 2 tahun. Meningitis purulenta ini pada umumnya sebagai akibat dari komplikasi. Kuman secara homogen masuk ke otak misalnya penyakit pneumonia dapat pula sebagai perluasan perkontinuitas pada peradangan organ atau jaringan di dekat selaput otak misalnya otitis media mastoiditis, dan sebagainya.b. Meningitis Virus.

Disebabkan oleh sejumlah virus yang berbeda misalnya virus poliomeilitis meningitis tuberkulosa. Terjadi akibat komplikasi penyebaran tuberkulosa primer biasanya dari paru. Meningitis bukan karena terinfeksinya selaput otak langsung oleh penyebaran hematogen tetapi biasanya sekunder melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsum tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah ke rongga arachnoid, kadang dapat juga terjadi perkontinuitatum dari mastoiditis atau spandilitis. Penyakit ini mengenai anak anak dari semua umur tetapi lebih sering diantara umur 1 dan 5 tahun. Cairan serebrospinal memperlihatkan lebih sedikit sel dan ditemukan pula jumlah klorida yang sangat rendah. 5. Pemeriksaan Diagnostika. Pungsi lumbal dan kultur CSS dengan hasil sebagai berikut:

1) Jumlah leukosit (CBC): meningkat.

2) Kadar glukosa: menurun (bacterial); normal (virus).3) Protein: tinggi (bacterial); sedikit meningkat (virus). 4) Identifikasi organisme penyebab : Meningococcus, bakteri gram-positif (Streptococcus, stafilococcus, pneumococcus, H. influenza) atau virus (virus coksakie, virus ECHO).5) Asam laktat : meningkat (bacterial).

6) Glukosa serum : meningkat.

b. Kultur darah: untuk menetapkan prganisme penyebab.

c. Kultur urine: untuk menetapkan organisme penyebab.

d. Kultur nasofaring: untuk menetapkan organisme penyebab.

e. Elektrolit serum: meningkat jika anak dehidrasi; natrium serum (Na+) naik; kalium serum (K+) turun.

f. Osmolaritas urine: meningkat dengan sekresi ADH.6. PenatalaksanaanPenatalaksanaan secara medis yang dapat dilakukan pada pasien dengan meningitis adalah sebagai berikut:

a. Obat anti inflamasi

1) Meningitis Tuberkulosa:

a) Isoniazid 10 20 mg/kg/24 jam oral, 2 kali sehari maksimal 500 gr selama 1 tahun.

b) Rifamfisin 10 15 mg/kg/ 24 jam oral, 1 kali sehari selama 1 tahun.

c) Streptomisin sulfat 20 40 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu, 1 2 kali sehari, selama 3 bulan.

2) Meningitis bacterial, umur < 2 bulan:

a) Sefalosporin generasi ke 3

b) ampisilina 150 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 6 kali sehari.

c) Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari.

3) Meningitis bacterial, umur > 2 bulan:

a) Ampisilina 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari.

b) Sefalosforin generasi ke 3.

b. Pengobatan Simtomatik

1) Diazepam IV : 0.2 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4 0.6/mg/kg/dosis kemudian klien dilanjutkan dengan.

2) Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.

3) Turunkan panas :

Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis.

Kompres air PAM atau es.

c. Pengobatan suportif

1) Cairan intravena.

2) Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar antara 30 50%.

Sedangkan penatalaksaan secara ilmu keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien meningitis adalah sebagai berikut :

a. Pada waktu kejang

1) Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.

2) Hisap lender

3) Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi.

4) Hindarkan penderita dari rodapaksa (misalnya jatuh).

b. Bila penderita tidak sadar lama.

1) Beri makanan melalui sonda.

2) Cegah dekubitus dan pnemunia ortostatik dengan merubah posisi penderita sesering mungkin.

3) Cegah kekeringan kornea dengan boor water atau saleb antibiotika.

c. Pada inkontinensia urine lakukan katerisasi.

Pada inkontinensia alvi lakukan lavement.d. Pemantauan ketat.

1) Tekanan darah

2) Respirasi

3) Nadi

4) Produksi air kemih

5) Faal hemostasis untuk mengetahui secara dini adanya DC.7. PatofifiologiEfek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan serebrospinal yang dapat menyebabkan obstruksi dan selanjutnya terjadi hidrosefalus dan peningkatan tekanan intracranial. Efek patologi dari peradangan tersebut adalah hiperemi pada meningens, edema dan eksudasi yang kesemuanya itu menyebabkan peningkatan tekanan intracranial.Organisme masuk melalui sel darah merah pada blood brain barier. Masuknya organisme tersebut dapat melalui trauma penetrasi, prosedur pembedahan/pecahnya abses serebral atau kelainan syaraf pusat. Othortea / rhinorthea akibat fraktur dasar tengkorak dapat menimbulkan meningitis, dimana terjadi hubungan antara CSF dan dunia luar.Masuknya organism eke susunan syaraf pusat melalui ruang sub aracnoid, CSF dan ventrikel.

Dari reaksi peradangan muncullah eksudasi dan perkembangan infeksi pada ventrikel, edema dan skar jaringan sekeliling vantrikel menyebabkan obstruksi pada CSF dan menimbulkan hidrosefalus.Meningitis bakteri : netrofil, inonosit, limfosit, dan yang lainnya merupakan sel respon radang. Eksudat terdiri dari bakteri fibrin dan lekosit yang dibentuk di ruang sub arachnoid. Penumpukan pada CSF akan bertambah dan mengganggu aliran CSF di sekitar otak dan medulla spinalis. Terjadi vasodilatasi yang cepat dari pembuluh darah dan jaringan otak dapat menjadi infark.Meningitis virus sebagai akibat dari penyakit virus seperti meales, mump, herpes simplek, dan herpes zoster. Pembentukan eksudat pada umumnya tidak terjadi dan tidak ada mikroosganisme pada kultur CSF.8. Pathway

9. KomplikasiKomplikasi yang dapat diakibatkan dari pengobatan yang tidak adekuat pada penyakit meningitis adalah sebagai berikut:

a. Cacat neurologist berupa paralysis, parestesi.b. Hidrosephalus

c. Buta dan tuli.

d. Retardasi mental.

e. Esufi subdural.B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan1. Pengkajiana. Riwayat Penyakit

Proses persalinan atau selama dalam kandungan masa lalu, penyakit kronik, tumor , anemia, imunosupresi, splencetomi, infeksi telinga, mastoiditis, sinusitis, lumbal pungsi, trauma kepala, kondisi kehidupan yang ramai, racun / obat, ketidakcocokan dengan perubahan kebiasaan, demam, mual, muntah , sakit kepala, fotophobia, diplopia, sakit punggung.

b. Data dasar pemeriksaan pasien:

1. Aktivitas / Istirahat

a) Gejala: Perasaan tak enak atau malaise, keterbatasan yang ditimbulkan oleh kondisinya.

b) Tanda: Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter, kelemahan secara umum, keterbatasan dalam rentang gerak dan hipotonia.

2. Sirkulasi

a) Gejala: Adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis, beberapa penyakit jantung kongenital ( abses otak)b) Tanda:

1) Tekanan darah meningkat, nadi menurun dan tekanan nadi berat ( berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh pada pusat vasomotor).

2) Takikardi, disritmia ( pada fase akut), seperti disritmia sinus (pada meningitis)

3. Eliminasi

Tanda : Adanya inkontinensia ( retensi ).

4. Makanan/ Cairan

1) Gejala: Kehilangan nafsu makan, kesulitan menelan ( pada periode akut ).

2) Tanda : Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa kering.

5. Hygiene

Tanda

: Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri ( pada periode akut).

6. Neurosensori

1) Gejala :a) Sakit kepala ( mungkin merupakan gejala pertama dan biasanya berat ).

b) Parestesia , terasa kaku pada semua persyarafan yang terkena, kehilangan sensasi ( kerusakan pada syaraf kranial) . hiperalgesia / meningkatnya sensitifitas pada nyeri (meningitis).timbul kejang (meningitis bakteri atau abses otak)

c) Gangguan dalam penglihatan, seperti diplopia ( fase awal dari beberapa infeksi).

d) Fotopobia ( pada meningitis ). e) Ketulian ( pada meningitis / encepalitis ) atau mungkin hipersensitif terhadap kebisingan.

f) Adanya halusinasi penciuman atau sentuhan.

2) Tanda :a) Status mental / tingkat kesadaran, letargi sampai kebingungan yang berat hingga koma, delusi dan halusinasi / psikosis organik (enchepalitis).

b) Kehilangan memori, sulit dalam mengambil keputusan (dapat merupakan gajala awal berkambangnya hidrosefalus, yang mengikuti meningitis bakterial).

c) Afasia / kesulitan dalam berkomunikasi.

d) Mata (ukuran/ reaksi pupil) : anisokor atau tidak berespon terhadap cahaya (peningkatan TIK), histagmus (bola mata bergerak terus menerus).

e) Ptosis (kelopak mata atas jatuh). Karakteristik fasial (wajah), perubahan pada fungsi motorik dan sensorik (saraf kranial ke V dan ke VII terkena).

f) Kejang umum atau lokal (pada abses otak), kejang lobus temporal, otot mengalami hipotonia/ flaksis paralisis (pada fase akut meningitis), spastik (enchepalitis).

g) Hemiparese atau hemiplegia (meningitis atau enchepalitis).

h) Tanda Brundzinski positif dan atau tanda kernig positif merupakan indikasi adanya iritasi meningeal (fase akut).

i) Rigiditas nukal (iritasi meningieal).

j) Reflek tendon terganggu, babinski positif.

k) Reflek abdominal menurun atau tidak ada, refleks kemastetik hilang pada laki-laki. 7. Nyeri / Kenyamanan.

1) Gejala : Sakit kepala (berdenyut dengan hebat, frontal) mungkin akan diperburuk oleh ketegangan, leher/punggung kaku, nyeri pada gerakan okuler, fotosensitifitas, sakit, tenggorokan nyeri.

2) Tanda : Tampak terus terjaga, perilaku distraksi,/gelisah, menangis, mengaduh/mengeluh.

8. Pernapasan

1) Gejala : Adanya riwayat infeksi sinus atau paru (abses otak).

2) Tanda : Peningkatan kerja pernafasan (episode awal), perubahan mental (letargi sampai koma), dan gelisah.

9. Keamanan

1) Gejala :a) Adanya riwayat infeksi saluran nafas atas / infeksi lain, meliputi : mastoiditis, telinga tengah, sinus, abses gigi, infeksi pelvis, abdomrn atau kulit : fungsi lumbal, pembedahan : fraktur pada tengkorak / cedera kepala, anemia sel sabit.

b) Imunisasi yang baru saja berlangsung, terpajan pada meningitis, terpajan oleh campak, chicken pox, herpes simpleks, mononukleosis, gigitan binatang, benda asing yang terbawa.

2) Tanda : a) Suhu meningkat, diaforesis, menggigil.

b) Adanya ras, purpura menyeluruh, perdarahan subkutan.

c) Kelemahan secara umum : tonus otot flaksit atau spastik, paralisis atau paresis.

d) Gangguan sensasi.c. Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik dipengaruhi oleh umur anak, asal usul, iritasi, lemah pusing, ataksia, bredzinsky positif dan tanda-tanda kernig positif, ptosis, pendengaran berkurang, takikardia, disritmia, tekanan darah meningkat, sesak, muntah dan diare.

d. Faktor perkembangan psikososial

Umur, tingkat perkembangan, kebiasaan (sebagai contoh : apa kesenagan anak, kebiasaan waktu tidur), interraksi keluarga, pola hidup, pengalaman sebelumnya dan opname (masuk rumah sakit), kepercayaan agama.2. Diagnosa Keperawatana. Tidak efektifnya jalan nafas b/d depresi pada SSP yang mengatur pusat nafas.

b. Kerusakan perfusi jaringan serebral b/d proses peradangan, peningkatan TIK.

c. Gangguan keseimbangan volume cairan b/d penurunan intake cairan, kehilangan cairan abnormal.

d. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, nausea dan vomiting.

e. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d iritasi selaput otak.

f. Cemas b/d hospitalisasi, aktual/potensial terhadap perubahan fungsi tubuh.

g. Defisit pengetahuan b/d prognosis, hospitalisasi dan perawatan. 3. Intervensi Keperawatana. Tidak efektifnya jalan nafas b/d depresi pada SSP yang mengatur pusat nafas.

Tujuan : Anak akan memperoleh oksigen yang adekuat.Intervensi :

a) Auskultasi suara nafas setiap 4 jam, kaji adanya suara tambahan, misalnya : wheezing, krakels.

b) Monitor frekuensi, irama dan kualitas pernafasan.

c) Observasi kulit, membran mukosa apakah cianosis atau tidak.

d) Monitor gas darah arteri untuk mengetahui adanya hipoksia, rontgen dada untuk infiltrasi.

e) Rubah posisi klien setiap 2 jam.

f) Monitor adanya penurunan refleks menelan.

g) Observasi peningkatan iritasi dan kekacauan.

Kriteria Evaluasi :

a) Arteri gas darah dalam batas normal

b) Tidak ada suara nafas tambahan

c) Tanda dan orientasi sesuai usia anak

d) Masalah pernafasan tidak terjadi dengan pertukaran udara yang baik.

b. Kerusakan perfusi jaringan serebral b/d proses peradangan, peningkatan TIK.

Tujuan : Perfusi jaringan serebral semakin adekuat.

Intervensi :

a) Observasi status neurologis setiap 1 sampai 2 jam dan yang penting sampai stabil misalnya :gerakan yang simetris, reflek menelan, respon pupil, kemampuan motorik, reflek tendon, fokus mata, respon verbal.

b) Monitor tanda-tanda peningkatan TIK (misalnya : peningkatan nyeri dada, penonjolan ubun-ubun, peningkatan tekanan darah, nadi menurun, nafas irreguler, iritabilitas, kekacauan, perubahan pupil).

c) Kolaborasi dalam pemberian obat anti kejang dan monitor efektifitasnya.

d) Posisi tidur 30 .

e) Kolaborasi dalm pemberian antibiotik.

f) Ciptakan suasana lingkungan yang tenang.

g) Orientasikan secara verbal terhadap orang / tempat / waktu / situasi, misalnya dengan mainan, gambar binatang, obyek yang disukai, TV, radio.

h) Latihan ROM aktif dan pasif.

i) Monitor adanya tanda / gejala syok septik.

Kriteria evaluasi :

a) TTV dalam batas normal.

b) Klien dapat beristirahat dengan tenang.

c) Klien terbebas dari kejang.

c. Gangguan keseimbangan volume cairan b/d penurunan intake cairan, kehilangan cairan abnormal.

Tujuan : Anak akan memperoleh cairan adekuat dan elektrolit seimbang.

Intervensi :

a) Monitor TTV sedikitnya setiap 4 jam.

b) Monitor hasil laboratorium, khususnya elektrolit dan urine.

c) Observasi adanya tanda-tanda dehidrasi ( misalnya : membran mukosa kering, nadi meningkat, berat badan menurun, cairan yang keluar lebih banyak dari pada cairan yang masuk).

d) Catat intake dan output cairan setiap saat.

e) Beri cairan yang sering tapi dalam jumlah kecil untuk meminimalkan distensi lambung.

f) Kolaborasi dalam pemberian cairan per parenteral dan antibiotik.

g) Monitor adanya tanda-tanda retensi cairan (misalnya : penurunan output urine, penurunan konsentrasi serum sodium, anoreksia, nausea).

Kriteria Evaluasi :

a) TTV dalam batas normal.

b) Nilai cairan dan elektrolit dalam batas normal.

d. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, nausea dan vomiting.

Tujuan : Nutrisi anak terpenuhi secara adekuat, nausea dan vomiting berkurang.

Intervensi :

a) Tanyakan pada anak atau orang tua tentang makanan kesukaan.

b) Anjurkan anak untuk makan sedikit tapi sering.

c) Anjurkan anak untuk makan lebih pelan.

d) Menjaga konsumsi nutrisi secara adekuat.

e) Monitor berat badan.

f) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan.

g) Batasi intake cairan selama makan, 1 jam sebelum dan sesudah makan untuk meminimalkan distensi.

h) Lakukan oral hygiene yang baik.

Kriteria Evaluasi :

a) 75 % makanan / diet dikonsumsi anak.

b) Partisipasi dalam menyeleksi makanan.

c) Berat badan dalam batas normal.

e. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d iritasi selaput otak.

Tujuan : Anak dapat beradaptasi dengan nyeri.

Intervensi :

a) Kaji tingkat nyeri klien.

b) Evaluasi indikasi nyeri, lokasi, durasi.

c) Kolaborasi dalam pemberian analgesik.

d) Anjurkan pada anak yang lebih besar untuk mencegah pergerakan yang dapat meningkatkan TIK (misalnya : batuk, menyisikan ingus, bersin).

e) Batasi pengunjung. Kriteria Evaluasi :

a) Anak mengungkapkan nyerinya berkurang.

b) Anak beristirahat dengan tenang.

c) Partisipasi dalam toleransi aktivitas.f. Cemas b/d hospitalisasi, aktual/potensial terhadap perubahan fungsi tubuh.

Tujuan : Anak / keluarga dapat mendemonstrasikan adaptasi yang positif terhadap sakit dan hospitalisasi.

Intervensi :

a) Orientasikan klien / keluarga terhadap unit dan kegiatan RS.

b) Terangkan semua prosedur dan rasionalnya.

c) Ciptakan hubungan saling percaya.

d) Memberikan kesempatan pada orang tua untuk mengungkapkan perasaannya.

e) Observasi mekanisme koping anak/orang tua.

f) Beri dukungan anak atau keluarga dalam proses adaptasi.

a) Libatkan anak atau orang tua dalam perawatan dan dalam membuat keputusan.

Kriteria Evaluasi:

a) Partisipasi anak atau orang tua dalam perawatan dan pengambilan keputusan.

b) Anak atau keluarga dapat berinteraksi lebih dekat dengan perawat atau dokter.

g. Defisit pengetahuan b/d prognosis, hospitalisasi dan perawatan.

Tujuan : Meningkatkan pengetahuan orang tua.

Intervensi :

a) Kaji pengetahuan keluarga tentang penyakit.

b) Deskripsikan tentang sakit dan hubungannya dengan gejala penyakit.

c) Jawab pertanyaan dengan jujur dan komplit.

d) Terangkan tentang semua prosedur perawatan dan rasionalnya.

e) Diskusikan tentang tanda dan gejala komplikasi.

f) Gunakan bahasa yang mudah dimengerti anak /keluarga.

g) Review kembali tentang perawatan.

Kriteria Evaluasi :

a) Mengerti tentang sakit dan perawatannya.

b) Tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.DAFTAR PUSTAKAGreenberg, Cindy Smith. 1988, Nursing Care Planning Guides For Children. USA : California State University.

L. Betz, Cecily, Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatric. Jakarta : EGC.

Mayers, Marlene, A. Jacobson. 1995. Pediatric Nursing. USA : Mc. Graw. Hill.Suriadi, S. Kp, dkk. 2001. Askep Pada Anak, Edisi 1. Jakarta: PT Fajar Interpratama.

Kelmpok Kerja. 2002. Askep Pada Pasien Dengan Meningitis. Kepanjen: Akper Kab. Malang.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Perubahan tingkat kesadaran

Pengetahuan kurang

Gangguan nyaman nyeri

Resti infeksi

Cemas

Gejala rangsangan meningeal : kaku kuduk, regiditis, kernig, brudzinski I&II(+) leher, punggung sakit

Gejala TIK meningkat : muntah, nyeri kepala, morning cry, penurunan kesadaran, Cheyene stokes, kejang, serebral a/paresis, UUB tegang dan menonjol

Gejala infeksi akut (meningococcus) : lesu, mudah terangsang,anoreksi, sakit kepala, ptechiae, herpes labialis

Meningitis purulenta, timbul gejala

inflamasi

Melalui aliran darah ke selaput meningen

Luka Terbuka, trauma

Pneumonia, otitis media, sinusitis

Pintu masuk kuman (Pneumococcus, influenzae, Staphylococcus, Streptococcus, E. Coli, Meningococcus, Salmonella)

Menjadi patogen dalam cairan serebrospinal & parenkim otak

Hiperemi, oedema otak,vasidilator Vaskuler darah

Depresi SSP pengatur pernafasan

Tidak efektif jalan nafas

Perfusi jaringan serebral

peradangan

Nutrisi dan Cairan/elektrolit kurang

PAGE