16363636633

66
SEMESTER V MODUL I GERIATRI & PEDIATRI Kelompok 4 Ketua : Muhammad Uraida (2012730141) Sekretaris : Febridayanti Nur F (2012730126) Anggota : Amalia Devi (2012730116) Ambiyo Budiman (2012730117 ) Anjar Puspitaningrum (2012730118) Fanny Nur L (2012730125) Hasepta Murfa Y (2012730131) Rani Meiliana S (2012730148) Reyhan Calabro (2012730149) Yutika Adnindya (2012730159) Tutor : dr. Yusnam PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2014/2015 1

Upload: sszh

Post on 06-Feb-2016

228 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

hshshshshshs

TRANSCRIPT

Page 1: 16363636633

SEMESTER V

MODUL I

GERIATRI & PEDIATRI

Kelompok 4

Ketua : Muhammad Uraida (2012730141)

Sekretaris : Febridayanti Nur F (2012730126)

Anggota : Amalia Devi (2012730116)

Ambiyo Budiman (2012730117 )

Anjar Puspitaningrum (2012730118)

Fanny Nur L (2012730125)

Hasepta Murfa Y (2012730131)

Rani Meiliana S (2012730148)

Reyhan Calabro (2012730149)

Yutika Adnindya (2012730159)

Tutor : dr. Yusnam

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2014/2015

1

Page 2: 16363636633

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG..................................................................................................................4

1.2 TUJUAN PEMBELAJARAN.......................................................................................................5

BAB 2 PEMBAHASAN........................................................................................................................6

2.1 Skenario.................................................................................................................................6

2.2 Kata sulit................................................................................................................................6

2.3 Kata / Kalimat Kunci...............................................................................................................6

2.4 Kata / Kalimat Kunci Tambahan.............................................................................................7

2.5 Mind map..............................................................................................................................8

2.6 Pertanyaan.............................................................................................................................8

BAB 3 Jawaban.................................................................................................................................9

3.1 NOMOR 1...............................................................................................................................9

3.2 NOMOR 2.............................................................................................................................10

3.3 NOMOR 3.............................................................................................................................11

3.4 NOMOR 4.............................................................................................................................13

3.5 NOMOR 5.............................................................................................................................26

3.6 NOMOR 6.............................................................................................................................30

3.7 NOMOR 7.............................................................................................................................32

3.8 NOMOR 8.............................................................................................................................40

3.9 NOMOR 9.............................................................................................................................43

3.10 NOMOR 10...........................................................................................................................49

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................51

2

Page 3: 16363636633

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan ridho-

Nya sehingga kelompok 4 bisa menyelesaikan laporan PBL pertama untuk modul pertama

pada sistem Geriatri dan Pediatri

Dalam penyusunan laporan ini, berdasarkan hasil brainstorming kelompok 4, dan mengacu

pada buku-buku serta website di internet. Masalah yang menyangkut pada skenario satu

pada modul , kami kemukakan dalam pembahasan laporan yang telah disusun.

Dan tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dr. Yusnam sebagai pembimbing

kelompok 4 atas tutorial pertama yang membantu pada saat diskusi kelompok kami, sehingga

dapat terselesaikannya laporan PBL pertama ini.

Akhir kata, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dengan suatu harapan

yang tinggi, semoga laporan yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi semuanya.

Wassalam.wr.wb

Jakarta, 06 Desember 2014

Kelompok 4

3

Page 4: 16363636633

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh masukan nutrisi, kekebalan tubuh, sinar matahari, lingkungan yang bersih, latihan jasmani dan keadaan kesehatan. Bagi pertumbuhan bayi yang penting adalah pemberian makanan yang berkualitas maupun kuantitasnya agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan baik. Makanan yang baik bagi bayi baru lahir sampai usia 6 bulan adalah ASI, tetapi pada kenyataanya pemberian ASI eksklusif banyak terdapat kendala (Pudjiadi, 2000).

Tubuh anak membutuhkan zat gizi yang sesuai untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Asupan zat gizi yang baik dapat diupayakan dengan memberikan ASI eksklusif sampai umur 6 bulan (Roesli, 2000). Setelah itu, periode pemberian makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). MP-ASI adalah makanan tambahan selain ASI yang diberikan pada bayi sampai usia 24 bulan, sehingga MP-ASI diberikan tepat waktunya, karena pada usia tersebut merupakan waktu yang sangat rawan terjadi malnutrisi (Muchtadi,2002).

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi,terutama pada bulan-bulan pertama hidupnya. ASI mengandung semua zat gizi untuk membangun dan penyediaan energi yang diperlukan (Pudjiadi, 2000). ASI juga mempunyai nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat manusia ataupun susu hewan, seperti susu sapi, susu kerbau, dan lain-lainnya. Air Susu Ibu sangat menguntungkan ditinjau dari berbagai segi, baik dari segi gizi, kesehatan, ekonomi, maupun sosiopsikologis. Bayi yang tidak dapat cukup ASI akan terganggu pertumbuhan dan kesehatannya (Muchtadi, 2002).

Bayi yang mendapatkan ASI paling sedikit 4 bulan, lebih sedikit mengalami kematian semasa bayi dan lebih sedikit mengalami sakit seperti infeksi, diare serta alergi pernafasan, karena ASI tersebut mengandung immunoglobulin yang resisten terhadap kuman patogen. Selain itu, ASI juga meningkatkan kesehatan bayi sepanjang hidupnya. Bukti eksperimental menyimpulkan bahwa air susu ibu adalah gizi terbaik untuk bayi. Bayi tidak memerlukan air tambahan atau susu formula, selama ibu mengikuti prisnsip demand feeding yaitu menyusui sesering dan selama yang bayi inginkan (Wilda, 2006).

Pemberian minuman tambahan (susu formula, air glukosa, dll) hanya akan mengurangi nafsu minum si bayi, dan juga dapat berakibat berkurangnya suplai ASI kecuali ada justifikasi medis dari dokter untuk pemberian minuman tambahan. Bayi-bayi yang mendapat tambahan makanan pada umur yang dini, mempunyai osmolitas plasma yang lebih tinggi daripada bayi-bayi yang 100% mendapat air susu ibu dan karena itu mudah mendapat hiperosmolitasdehidrasi. Negara maju di Eropa ataupun Amerika, dianjurkan pemberian makanan tambahan mulai umur 4-6 bulan. Makanan padat telah dianggap sebagai penyebab kegemukan pada bayi-bayi jika diberikan terlalu dini (Widodo, 2006).

Page 5: 16363636633

Kecenderungan ibu-ibu lebih pendek periode memberikan ASI-nya sering di jumpai di negara sedang berkembang, dan selanjutnya menggunakan makanan tambahan pengganti ASI. Penghentian menyusui di Indonesia didasarkan pada alasan-alasan antara lain hamil lagi, anak cukup umur mendapat makanan biasa, payudara sakit, air susu tidak keluar, lingkungan sosial budaya, ibu bekerja, pengaruh iklan makanan pengganti ASI, dan sebagainya. Kurangnya pemberian ASI oleh ibu dipengaruhi oleh perilaku dalam memberikan ASI secara eksklusif, dimana perilaku seseorang terhadap objek kesehatan, ada atau tidaknya dukungan masyarakat, informasi yang didapat serta situasi yang memungkinkan ibu mengambil keputusan untuk memberikan MP-ASI secepatnya atau tidak yang berdampak pada perilaku pemberian MPASI (Notoatmodjo, 2003). Selain itu dipengaruhi oleh faktor sosial budaya (ibu bekerja, meniru teman, ketinggalan zaman bila tidak menyusui, faktor psikologi (takut kehilangan daya tarik, tekanan batin), fisik ibu, kurangnya petugas kesehatan memberikan penyuluhan serta gencarnya promosi susu formula. Selain itu kecenderungan ibu tidak memberikan ASI eksklusif dikarenakan masih kurangnya pengetahuan ibu terhadap manfaat ASI pada anaknya, dimana sering dijumpai kebiasaan yang bertentangan dalam pemberian ASI (Arifin, 2008).

Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2005, menyebutkan bahwa kurang lebih 40% bayi usia kurang dari dua bulan sudah diberi MP-ASI. Disebutkan juga bahwa bayi usia 0-2 bulan mulai diberikan makanan pendamping cair (21,25%), makanan lunak/lembek (20,1%), dan makanan padat (13,7%). Pada bayi 3-5 bulan yang mulai diberi makanan pendamping cair (60,2%), lumat atau lembek (66,25%), dan padat (45,5%). Dari beberapa penelitian dinyatakan bahwa keadaan kurang gizi pada bayi dan anak disebabkan karena kebiasaan pemberian MP-ASI yang tidak tepat dan ketidaktahuan ibu tentang manfaat dan cara pemberian MP-ASI yang benar sehingga berpengaruh terhadap pemberian MP-ASI (Depkes RI, 2006).

1.2 TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mampu melakukan penilaian awal, segera setelah bayi lahir.2. Memahami konsep pertumbuhan , perkembangan dan tahap-tahap pertumbuhan

dan perkembangan.3. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak.4. Mampu mengaplikasikan parameter BB, PB/TB, LK ke dalam kurve pertumbuhan

WHO (Z SCORE atau CDC-NCHS )5. Mampu menggunakan instrument penilaian perkembangan Denver atau KPSP 6. Mampu menganalisa pertumbuhan dan perkembangan7. Mampu menentukan status gizi dan status perkembangan anak 8. Mengetahui jadwal dan jenis imunisasi sebagai kebutuhan dasar anak9. Menjelaskan adanya gangguan pertumbuhan dan 10. Menjelaskan adanya gangguan/keterlambatan perkembangan.11. Mengetahui penatalaksanaan awal gangguan pertumbuhan dan perkembangan

Page 6: 16363636633

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Skenario

Seorang anak laki-laki umur 24 bulan Berat badan 8,5 kg , Panjang badan 72 cm Lingkaran kepala 52 cm dibawa oleh ibunya karena batuk pilek sejak 3 hari , Pasien juga demam sejak 4 hari lalu,demam tidak tinggi . Riwayat kelahiran : Ditolong oleh Bidan dengan BB 2900 gram, Panjang badan 49 cm, lingkar kepala 33 cm. Pasien mendapat ASI hanya sampai usia 3 bulan, karena ibu pasien bekerja, selanjutnya hanya diberi susu formula. Ayah pasien juga tidak pernah pulang, jadi pasien hanya diasuh oleh neneknya saja yang sering batuk-batuk dan sudah berusia 72 tahun . Pasien jarang dibawa ke posyandu , Imunisasi yang dilakukan Hepatitis B saat usia 1 bulan. Penimbangan yang dilakukan umur 12 bulan saat berobat berat badan 6,7 kg, tinggi badan 65 cm, lingkar kepala 47,5 cm, kemudian saat berusia 17 bulan pasien dirawat lagi karena panas 2 minggu dan berat badannya 7,2 kg ,tinggi badan 67 cm dan lingkar kepala 50 cm, terakhir 1 bulan lalu saat berobat karena demam, berat badan pasien 7.8 kg, tinggi badan 72 cm lingkar kepala 51 cm . Saat ini bicara hanya mengoceh, tangan pasien belum bisa memegang sendok , memegang pinsil , pasien suka terlihat acuh. . Pasien juga jarang bertepuk tangan atau bergembira bila mendengar lagu. Pasien baru bisa membungkuk untuk berdiri , berdiri berpegangan namun tidak lama, bicara tidak jelas, hanya mengambil mainan yang besar besar (boneka) sedangkan mainan seperti pinsil warna sulit dipegang. Sering menangis tidak jelas dan cenderung pendiam . Pemeriksaan fisik tanda vital kesadaran cm , LN 120x/mnt isi kuat, LP 28 x/ mnt teratur, S 37.°C. Mata konjungtiva pucat, THT tonsil dan faring hiperemis, KGB leher teraba 1-2 buah sebesar 1 cm mobile kenyal nyeri (-) di leher kanan dan kiri , Jantung dan Paru hanya terdengar lender, perut tidak ada kelainan , kaki dan tangan tidak ada kelainan, genitalia normal, anus normal . Refleks Fisiologis normal, Refleks Patologis tidak ada, penilaian Suspensi horizontal dan vertical normal.

2.2 Kata sulit

2.3 Kata / Kalimat Kunci

Anak laki-laki umur 24 bulan, BB 8,5 kg, PB 72 cm, LK 52 cm Batuk pilek sejak 3 hari, Demam sejak 4 hari lalu (demam tidak tinggi) R. Kelahiran: Ditolong oleh bidan. BB 2900 gr, PB 49 cm, LK 33 cm ASI sampai usia 3 bulan Riwayat imunisasi : hepatitis B usia 1 tahun (12 bulan), imunisasi tidak lengkap Usia 12 bulan berobat, BB 6,7 kg, TB 65 cm, LK 47,5 cm Usia 23 bulan berobat, BB 7,2 kg, TB 72 cm, LK 51 cm Pada usia 24 bulan :

o Bicara hanya mengoceh, Bicara tidak jelas

o Belum bisa memegang benda-benda kecil

o Pasien baru bisa membungkuk untuk berdiri

o Acuh

Page 7: 16363636633

o Berdiri berpegangan tidak lama

o Jarang bergembira

o Hanya mengambil mainan besar

Pemeriksaan fisik :o Kesadaran CM

o Nadi 120 / menit isi kuat

o pernafasan 28 / menit teratur

o suhu 37˚C

o konjungtiva pucat

o tongsil faring hiperemis

o kelenjar getah bening teraba

o jantung paru terdengar lendir

2.4 Kata / Kalimat Kunci Tambahan

R. Kelahiran:o Bayi tidak langsung menangis

o Sianosis

o Takipneu

o Ketuban hijau

o Diventilator 7 hari

o Pulang dari RS pada hari ke 12.

R. Imunisasi:o Usia 2 bulan: DPT, Hepatitis II, Polio

o Usia 3 bulan: BCG

o Usia 4 bulan dst : tidak imunisasi karena demamsering kejang tanpa demam

o Usia 7, 13, 17, dan 19 bulan: kejang beberapa kali/hari sampai tertidur

R. Perkembangan: o Usia 3 bulan: Tengkurap, jarang tersenyum, dan mengoceh

o Usia 1 tahun: mulai duduk, mulai senyum, Bisa mengoceh tidak jelas,

R. Gizi:o Susu formula 7x/hari masing-masing 90-120 cc

o Makan 3x/hari, hanya 1-2 sendok

o Makan tahu, tempe, telur, ayam, dan jarang makan buah (jika makan buah

dimuntahkan)

Page 8: 16363636633

2.5 Mind map

2.6 Pertanyaan

Bagaimana pertumbuhan bayi ini mulai dari lahir sampai umur 24 bulan, dilihat di kurva pertumbuhan!

Bagaimana perkembangan bayi ini mulai dari lahir sampai umur 24 bulan, dilihat di kurva Denver!

Bagaimana status gizi anak tersebut? dilihat grafik pertumbuhan berdasarkan berat badan dan tinggi badan?

Bagaimana status imunisasi anak tersebut? Bagaimana faktor natal atau post natal dapat mempengaruhi perkembangan anak? Bagaimana cara mencukupi asih, asuh, asah anak tersebut? Bagaimana penatalaksanaan awal dan tindakan promotif dan preventif pada gangguan

awal pertumbuhan anak? Mengapa anak pada skenario sering kejang? Bagaimana alur diagnosis pada gangguan tumbuh kembang anak? Bagaimana hubungan ASI eksklusif terhadap tumbuh kembang anak?

Riwayat sekarang

Laki-laki 24 bulan

Riwayat Dahulu

Riwayat Perkembangan

Bicara hanya mengoceh tidak jelas, acuh, tidak bisa memegang benda kecil, jarang gembira, berdiri berpegangan, hanya mengambil benda besar

Riwayat lahir

Riwayat Psikososial

Penatalaksanaan awal

Deteksi

Imunisasi

Gangguan Pertumbuhan

Batuk , Pilek , Demam

Page 9: 16363636633

BAB 3 Jawaban

3.1 NOMOR 1

9

Page 10: 16363636633

3.2 NOMOR 2

Nama : Yutika Adnindya

NIM: 2012730159

2. Bagaimana perkembangan bayi ini dari lahir sampai usia 24 bulan beradasarkkan kurva Denver?

Perkembangan bayi ini berdasarkan kurva Denver terdapat suspect gangguan perkembangan baik dalam aspek Personal sosial, adaptif-motorik halus, bahasa, dan motoric kasar.

Pada usia 24 bulan, bayi baru bisa membungkuk untuk berdiri, dimana disini mengalami delay yang seharusnya sudah bias dilakukan pada usia 14 bulan. Lalu mulai berdiri dengan berpengangan, juga mengalami delay yang seharusnya mulai dilakukan pada usia 8 bulan. Hanya mengambil mainan besar, sendok dan pensil tidak dipegang, dimana seharusnya bayi sudah bias memegang sendok pada usia 18 bulan. Kemudian bayi jarang bertepuk tangan dan gembira saat mendengar lagu. Seharusnya pada usia 10.5 bulan bayi dapat bertepuk tangan dan pada usia 5.5 bulan bayi seharusnya bias menoleh ke arah suara. Dan terakhir, bayi jarang senyum, yang seharusnya pada usia 1 – 1.5 bulan bayi sudah bias tersenyum spontan.

Kemudian di usia 12 bulan, bayi ini baru bias duduk sendiri, dimana seharusnya sudah dilakukan sejak usia 6 – 7 bulan. Dan pada usia 12 bulan ini bayi mulai mengoceh tidak jelas, dimana seharusnya mulai dilakukan sejak usia 8 bulan.

Dari keterangan diatas, terdapat 8 delay. Maka kesannya terdapat gangguan perkembangan dari ke empat aspek.

10

Page 11: 16363636633

3.3 NOMOR 3

3.Status gizi pasien berdasarkan berat badan dan tinggi badan !

Jawab :

DIKETAHUI :

Anak laki-laki 24 bulan,BB 8,5 kg dan PB 72 cm

11

Page 12: 16363636633

Status gizi BB/TB

(% median)

BB/TB WHO 2006

Obesitas >120 > +3

Overweight >110 > +2 hingga +3 SD

Normal > 90 +2 SD hingga -2 SD

Gizi kurang 70-90 < -2 SD hingga -3 SD

Gizi buruk < 70 < - 3 SD

Kesimpulan :

BB/U = 8,5/12,5 X 100 % = 68%

Gizi buruk

TB/U = 72/87 X 100 % = 82,7 %

Gizi Kurang

BB/TB = 8,5/9,5 = 89,5 % Gizi Kurang

12

Page 13: 16363636633

3.4 NOMOR 4

IMUNISASI

DEFINISI

Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu.Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit.Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi.Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap penyakit.

Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-kanak.Vaksin secara umum cukup aman.Keuntungan perlindungan yang diberikan vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul.Dengan adanya vaksin maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah jarang ditemukan.

IMUNISASI BCG

Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis(TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan.Vaksin disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas, untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 mL. Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis.

Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan

(misalnya penderita leukemia, penderita yang menjalani pengobatan steroid jangka

panjang, penderita infeksi HIV).

Reaksi yang mungkin terjadi:

1. Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul

kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus).Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut.

1. Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.

Komplikasi yang mungkin timbul adalah:

1. Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat.

13

Page 14: 16363636633

2. Limfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.

IMUNISASI DPT

Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri,

pertusis dan tetanus.

DIFTERI adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat

menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal.

PERTUSIS (BATUK REJAN) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking.

Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak.TETANUS adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang

Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang dari 7 tahun. Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan

yang disuntikkan pada otot lengan atau paha. Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari 4 minggu.Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT. Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan booster vaksin Td pada usia 14-16 tahun kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya memberikan perlindungan selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan booster).

Hampir 85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang mengandung vaksin difteri, akan memperoleh perlindungan terhadap difteri selama 10 tahun. DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin.Pada kurang dari 1% penyuntikan, DPT menyebabkan komplikasi berikut:

1. demam tinggi (lebih dari 40,5° Celsius)

2. kejang - kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah

mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya)

3. syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).

Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi

14

Page 15: 16363636633

DPT bisa ditunda sampai anak sehat.Jika anak pernah mengalami kejang, penyakit otak atau perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering ditunda sampai kondisinya membaik atau kejangnya bisa dikendalikan.

1-2 hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan,

nyeri, kemerahan atau pembengkakan di tempat penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen (atau ibuprofen). Untuk

mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai yang bersangkutan.

IMUNISASI DT

Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh

kuman penyebab difteri dan tetanus. Vaksin DT dibuat untuk keperluan khusus,

misalnya pada anak yang tidak boleh atau tidak perlu menerima imunisasi pertusis,

tetapi masih perlu menerima imunisasi difteri dan tetanus.

Cara pemberian imunisasi dasar dan ulangan sama dengan imunisasi DPT. Vaksin

disuntikkan pada otot lengan atau paha sebanyak 0,5 mL.

Vaksin ini tidak boleh diberikan kepada anak yang sedang sakit berat atau menderita

demam tinggi.

Efek samping yang mungkin terjadi adalah demam ringan dan pembengkakan lokal di

tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung selama 1-2 hari.

IMUNISASI TT

Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap

penyakit tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan

(imunisasi pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus.

Kepada ibu hamil, imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat

kehamilan berumur 7 bulan dan 8 bulan. Vaksin ini disuntikkan pada otot paha atau

lengan sebanyak 0,5 mL.

Efek samping dari tetanus toksoid adalah reaksi lokal pada tempat penyuntikan,

yaitu berupa kemerahan, pembengkakan dan rasa nyeri.

15

Page 16: 16363636633

IMUNISASI POLIO

Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis.

Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua

lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan

dan otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian.

Terdapat 2 macam vaksin polio:

- IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan

- OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah

dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. Bentuk trivalen (TOPV)

efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen (MOPV) efektif

melawan 1 jenis polio.

Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV) dengan interval tidak

kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi

polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD

(12 tahun).

Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2

tetes (0,1 mL) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi

air gula.

Kontra indikasi pemberian vaksin polio:

- Diare berat

- Gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi,kortikosteroid)

- Kehamilan.

Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-kejang. Dosis

pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan

dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibobi sampai

pada tingkat yang tertingiu.

16

Page 17: 16363636633

Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi dasar, kepada orang dewasa tidak

perlu dilakukan pemberian booster secara rutin, kecuali jika dia hendak bepergian ke

daerah dimana polio masih banyak ditemukan. Kepada orang dewasa yang belum

pernah mendapatkan imunisasi polio dan perlu menjalani imunisasi, sebaiknya hanya

diberikan IPV.

Kepada orang yang pernah mengalami reaksi alergi hebat (anafilaktik) setelah

pemberian IPV, streptomisin, polimiksin B atau neomisin, tidak boleh diberikan IPV.

Sebaiknya diberikan OPV.

Kepada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita AIDS, infeksi

HIV, leukemia, kanker, limfoma), dianjurkan untuk diberikan IPV. IPV juga diberikan

kepada orang yang sedang menjalani terapi penyinaran, terapi kanker, kortikosteroid

atau obat imunosupresan lainnya.

IPV bisa diberikan kepada anak yang menderita diare. Jika anak sedang menderita

penyakit ringan atau berat, sebaiknya pelaksanaan imunisasi ditunda sampai mereka

benar-benar pulih. IPV bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan pada tempat

penyuntikan, yang biasanya berlangsung hanya selama beberapa hari.

IMUNISASI CAMPAK

Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek).

Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau

lebih. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan

kemudian.

Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL.

Kontra indikasi pemberian vaksin campak:

- infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38°Celsius

- gangguan sistem kekebalan

- pemakaian obat imunosupresan

- alergi terhadap protein telur

17

Page 18: 16363636633

- hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin

- wanita hamil.

Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare,

konjungtivitis dan gejala kataral serta ensefalitis (jarang).

IMUNISASI MMR

Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan

campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali.

Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata berair.

Campak juga menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga bisa

menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan

kematian.

Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah

satu maupun kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Gondongan bisa

menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan

pembengkakan otak. Kadang gondongan juga menyebabkan pembengkakan pada buah

zakar sehingga terjadi kemandulan.

Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan

pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa menyebakban

pembengkakan otak atau gangguan perdarahan.

Jika seorang wanita hamil menderita rubella, bisa terjadi keguguran atau

kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkannya (buta atau tuli).

Terdapat dugaan bahwa vaksin MMR bisa menyebabkan autisme, tetapi penelitian

membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara autisme dengan pemberian vaksin

MMR.

Vaksin MMR adalah vaksin 3-in-1 yang melindungi anak terhadap campak,

gondongan dan campak Jerman.

Vaksin tunggal untuk setiap komponen MMR hanya digunakan pada keadaan tertentu,

18

Page 19: 16363636633

misalnya jika dianggap perlu memberikan imunisasi kepada bayi yang berumur 9-12

bulan.

Suntikan pertama diberikan pada saat anak berumur 12-15 bulan. Suntikan

pertama mungkin tidak memberikan kekebalan seumur hidup yang adekuat, karena itu

diberikan suntikan kedua pada saat anak berumur 4-6 tahun (sebelum masuk SD) atau

pada saat anak berumur 11-13 tahun (sebelum masuk SMP).

Imunisasi MMR juga diberikan kepada orang dewasa yang berumur 18 tahun

atau lebih atau lahir sesudah tahun 1956 dan tidak yakin akan status imunisasinya atau

baru menerima 1 kali suntikan MMR sebelum masuk SD.

Dewasa yang lahir pada tahun 1956 atau sebelum tahun 1956, diduga telah memiliki

kekebalan karena banyak dari mereka yang telah menderita penyakit tersebut pada

masa kanak-kanak.

Pada 90-98% orang yang menerimanya, suntikan MMR akan memberikan

perlindungan seumur hidup terhadap campak, campak Jerman dan gondongan. Suntikan

kedua diberikan untuk memberikan perlindungan adekuat yang tidak dapat dipenuhi

oleh suntikan pertama.

Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh masing-masing komponen vaksin:

- Komponen campak

1-2 minggu setelah menjalani imunisasi, mungkin akan timbul ruam kulit. Hal ini terjadi pada sekitar 5% anak-anak yang menerima suntikan MMR. Demam 39,5° Celsius atau lebih tanpa gejala lainnya bisa terjadi pada 5-15% anak yang menerima suntikan MMR. Demam ini biasanya muncul dalam waktu 1-2 minggu setelah disuntik dan berlangsung hanya selama 1-2 hari. Efek samping tersebut jarang terjadi pada suntikan MMR kedua

- Komponen gondongan

Pembengkakan ringan pada kelenjar di pipi dan dan dibawah rahang, berlangsung selama beberapa hari dan terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah menerima suntikan MMR.

- Komponen campak Jerman

1. Pembengkakan kelenjar getah bening dan atau ruam kulit yang berlangsung selama 1-3 hari, timbul dalam waktu 1-2 mingu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini terjadi pada 14-15% anak yang mendapat suntikan MMR.

19

Page 20: 16363636633

2. Nyeri atau kekakuan sendi yang ringan selama beberapa hari, timbul dalam waktu 1-3 minggu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini hanya ditemukan pada 1% anak-anak yang menerima suntikan MMR, tetapi terjadi pada 25% orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Kadang nyeri/kekakuan sendi ini terus berlangsung selama beberapa bulan (hilangtimbul).

3. Artritis (pembengkakan sendi disertai nyeri) berlangsung selama 1 minggu dan terjadi pada kurang dari 1% anak-anak tetapi ditemukan pada 10% orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Jarang terjadi kerusakan sendi akibat artritis ini.

4. Nyeri atau mati rasa pada tangan atau kaki selama beberapa hari lebih sering ditemukan pada orang dewasa.

5. Meskipun jarang, setelah menerima suntikan MMR, anak-anak yang berumur dibawah 6 tahun bisa mengalami aktivitas kejang (misalnya kedutan). Hal ini biasanya terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah suntikan diberikan dan biasanya berhubungan dengan demam tinggi. Keuntungan dari vaksin MMR lebih besar jika dibandingkan dengan efek samping yang ditimbulkannya. Campak, gondongan dan campak Jerman merupakan penyakit yang bisa menimbulkan komplikasi yang sangat serius. Jika anak sakit, imunisasi sebaiknya ditunda sampai anak pulih.

Imunisasi MMR sebaiknya tidak diberikan kepada:

1. anak yang alergi terhadap telur, gelatin atau antibiotik neomisin

2. anak yang 3 bulan yang lalu menerima gamma globulin

3. anak yang mengalami gangguan kekebalan tubuh akibat kanker, leukemia, limfoma maupun akibat obat prednison, steroid, kemoterapi, terapi penyinaran atau obati imunosupresan.

4. wanita hamil atau wanita yang 3 bulan kemudian hamil.

IMUNISASI HIB

Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b. Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang bisa menyebabkan anak tersedak.Vaksin Hib diberikan sebanyak 3 kali suntikan, biasanya pada saat anak berumur 2, 4 dan 6 bulan.

IMUNISASI VARISELLA

Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air. Cacar air ditandai dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan mengering dan membentuk keropeng yang akan mengelupas. Setiap anak yang berumur 12-18 bulan dan belum pernah menderita cacar air dianjurkan untuk menjalani imunisasi varisella.Anak-anak yang mendapatkan suntikan varisella sebelum berumur 13 tahun hanya memerlukan 1 dosis vaksin. Kepada anak-anak yang berumur 13 tahun atau lebih, yang belum pernah mendapatkan vaksinasi varisella dan belum pernah menderita cacar air, sebaiknya diberikan 2 dosis vaksin dengan selang waktu 4-8 minggu. Cacar air disebabkan oleh virus varicella-zoster dan sangat menular.Biasanya infeksi bersifat ringan dan tidak berakibat fatal; tetapi pada sejumlah kasus terjadi penyakit yang sangat serius sehingga penderitanya harus dirawat di rumah sakit dan beberapa diantaranya meninggal.Cacar air pada orang dewasa cenderung

20

Page 21: 16363636633

menimbulkan komplikasi yang lebih serius.Vaksin ini 90-100% efektif mencegah terjadinya cacar air.Terdapat sejumlah kecil orang yang menderita cacar air meskipun telah mendapatkan suntikan varisella; tetapi kasusnya biasanya ringan, hanya menimbulkan beberapa lepuhan (kasus yang komplit biasanya menimbulkan 250-500 lepuhan yang terasa gatal) dan masa pemulihannya biasanya lebih cepat.Vaksin varisella memberikan kekebalan jangka panjang, diperkirakan selama 10-20 tahun, mungkin juga seumur hidup.

Efek samping dari vaksin varisella biasanya ringan, yaitu berupa:

1. demam

2. nyeri dan pembengkakan di tempat penyuntikan

3. ruam cacar air yang terlokalisir di tempat penyuntikan.

Efek samping yang lebih berat adalah:

1. kejang demam, yang bisa terjadi dalam waktu 1-6 minggu setelah penyuntikan

2. pneumonia

3. reaksi alergi sejati (anafilaksis), yang bisa menyebabkan gangguan pernafasan,

kaligata, bersin, denyut jantung yang cepat, pusing dan perubahan perilaku.

Hal ini bisa terjadi dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam setelah

suntikan dilakukan dan sangat jarang terjadi.

4. ensefalitis penurunan koordinasi otot.

Imunisasi varisella sebaiknya tidak diberikan kepada:

1. Wanita hamil atau wanita menyusui

2. Anak-anak atau orang dewasa yang memiliki sistem kekebalan yang lemah

atau yang memiliki riwayat keluarga dengan kelainan imunosupresif bawaan

3. Anak-anak atau orang dewasa yang alergi terhadap antibiotik neomisin atau

gelatin karena vaksin mengandung sejumlah kecil kedua bahan tersebut

4. Anak-anak atau orang dewasa yang menderita penyakit serius, kanker atau

gangguan sistem kekebalan tubuh (misalnya AIDS)

5. Anak-anak atau orang dewasa yang sedang mengkonsumsi kortikosteroid

6. Setiap orang yang baru saja menjalani transfusi darah atau komponen darah

lainnya

21

Page 22: 16363636633

7. Anak-anak atau orang dewasa yang 3-6 bulan yang lalu menerima suntikan

immunoglobulin.

IMUNISASI HBV

Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian.Dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki HBsAg negatif, bisa diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan.Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan HBV II dengan HBV III.Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah suntikan HBV III. Sebelum memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk memeriksa kadar HBsAg. Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha. Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG (hepatitis B immune globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan pada saat anak berumur 6 bulan.Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui, diberikan HBV I dalam waktu 12 jam setelah lahir.Pada saat persalinan, contoh darah ibu diambil untuk menentukan status HBsAgnya; jika positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih dari 1 minggu).Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-benar pulih.Vaksin HBV dapat diberikan kepada ibu hamil. Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa hari.

IMUNISASI PNEUMOKOKUS KONJUGATA

Imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri

yang sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit

yang lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah).

Kepada bayi dan balita diberikan 4 dosis vaksin. Vaksin ini juga dapat

digunakan pada anak-anak yang lebih besar yang memiliki resiko terhadap terjadinya infeksi pneumokokus.

22

Page 23: 16363636633

JADWAL IMUNISASI

- HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila status HbsAg-B ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.1 bulan Hepatitis B-2 Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan.

- Polio-0

Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio oral diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain)

Polio-1 : Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1

Polio-2 : Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2

Polio-3: Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3

Polio-4 : Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-4.

Polio-5 : Polio-5 diberikan bersamaan dengan DTP-5.

- 0-2 bulan BCG

BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan diberikan pada umur > 3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu dan BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif. 2 bulan DTP-1 : DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu, dapat dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1 diberikan secara kombinasi dengan Hib-1 (PRP-T) 4 bulan DTP-2 : DTP-2 (DTwp atau DTap) dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T). 6 bulan. DTP-3 :DTP-3 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-3 (PRP-T). 18 bulan DTP-4 : DTP-4 (DTwp atau DTap) diberikan 1 tahun setelah DTP-3. 5 tahun DTP-5 : DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwp/DTap) Hib-1 : Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval 2 bulan. Hib-1 dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-1. Hib-2 : Hib-2 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-2 Hib-3 Apabila mempergunakan Hib-OMP, Hib-3 pada umur 6 bulan tidak perlu diberikan. Hib-4 : Hib-4 diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRP-OMP).

- Hepatitis B-3

HB-3 diberikan umur 6 bulan.Untuk mendapatkan respons imun optimal, interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.2 tahun Hepatitis A Vaksin HepA direkomendasikan pada umur > 2 tahun, diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan.

- Campak

23

Page 24: 16363636633

Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2 merupakan program BIAS pada SD kelas 1, umur 6 tahun.Apabila telah mendapatkan MMR pada umur 15 bulan, campak-2 tidak perlu diberikan.15-18 bulan MMR.Apabila sampai umur 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan.6 tahun.MMR Diberikan untuk catch-up immunization pada anak yang belum mendapatkan MMR-1.2-3 tahun Tifoid Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk umur > 2 tahun.Imunisasi tifoid polisakarida injeksi perlu diulang setiap 3 tahun. 10 tahun dT/TT Menjelang pubertas, vaksin tetanus ke-5 (dT atau TT) diberikan untuk mendapatkan imunitas selama 25 tahun.

- Varisela

Vaksin varisela diberikan pada umur 10 tahun.

Rekomendasi ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Periode 2004*(*revisi September 2003)

vaks

in Umur pemberian imunisasibulan tahun

Lhr 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 2 3 5 6 10 12Program pengembangan imunisasi (PPI, diwajibkan)

B 1H 1 2 2 3P 0 1 2 3 4 5D 1 2

1

3

2

4 5 6 dT atau TT

C 1 2Program pengembangan imunisasi non PPI (non PPI, diwajibkan)

H 1 2 3 4M 1 2T Ulangan tiap 3

tahunh Diberikan 2

interval 6-12 bln

v 1

• : Kurang Sesuai

• : Sesuai

DAFTAR PUSTAKA

Markum, H. (1991). Ilmu Kesehatan Anak. Buku I. FKUI, Jakarta.

Cloherty, P. John (1981). Manual of Neonatal Care. USA.

http://www.pediatrik.com/isi03.php?

24

Page 25: 16363636633

page=html&hkategori=ePDT&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-

vwmu278.htm

http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?

id=&iddtl=930&idktg=19&idobat=&UID=2007051414570061.5.100.19.

25

Page 26: 16363636633

3.5 NOMOR 5

5.bagaimana faktor natal/postnatal dapat memengaruhi perkembangan anak?

Perdebatan mengenai alam dan pemeliharaannya sudah ada sejak dulu kala. Pada model yang pertama, kekuatan yang menentukan perkembangan ini terletak pada diri anak tersebut, ilmu biologi adalah suatu suratan takdir. Pada pendapat yang kedua, mengatakan bahwa perkembangan itu ditentukan oleh kekuatan yang ada di luar individu, anak tersebut akan mengalami perubahan yang tak terbatas, suatu “catatan yang masih kosong”. Sekarang ini, model Biopsikososial sudah diterima keberadaannya yaitu dengan mengenal pentingnya kekuatan kekuatan dari dalam maupun dari luar. Misalnya tinggi, yaitu suatu fungsi genetika dari si anak (biologis), kebiasaan makan (psikologis), dan pemberian nutrisi (sosial). Pengaruh biologis, psikologis, dan sosial pada perkembangan adalah terpusat, berurutan, dilihat dari perspektif teori besar, akan dibahas kemudian.

PENGARUH BIOLOGIS. Pengaruh biologis pada perkembangan meliputi faktor-faktor genetika, terpajan terhadap Teratogen di dalamrahim, rasa sakit sesudah melahirkan, terpajan terhadap zat kimia yang berbahaya, dan maturasi. Penyelidikan anak kembar mengemukakan bahwa adanya perbedaan besar pada IQ dan kepribadian disebabkan oleh faktor-faktor genetika. Perkembangan (biologis) yang berhubungan dengan pemajanan terhadap teratogen sebelum kelahiran seperti dengan air Raksa dan alkohol serta masalah-masalah medis sesudah kelahiran seperti meningitis telah dipelajari secara intensif. Penyakit yang kronis mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, khususnya penyakit yang ada hubungannya dengan perkembangan.

Pematang fisik dan saraf mendorong anak untuk maju dan membuat batasan yang rendah untuk tumbuhnya berbagai macam Kepandaian. Usia saat anak dapat berjalan sendiri, rata-rata sama di seluruh dunia, meskipun frekuensi latihan tiap anak itu berbeda. Hasil-hasil yang lain (seperti latihan untuk buang air atau belajar bicara) tidak terlalu terikat pada proses pematangan. Perubahan-perubahan pematangan dapat juga menciptakan suatu kemampuan untuk masalah-masalah tingkahlaku pada waktu yang dapat diramalkan. Contohnya, penurunan pertumbuhan dan jam tidur saat usia dua tahun umumnya menyangkut tidak adanya nafsu makan dan menolak untuk tidur siang.

Pada perubahan fisik dari segi ukuran, bagian-bagian tubuh, dan kekuatan, proses pematangan dipengaruhi oleh hormon. Perbedaan jenis kelamin, baik soma maupun saraf dimulai di rahim. Pengaruh hormon testosteron mungkin saja sudah tampak jelas pada masa anak dan berlanjut menjadi menonjol selama seluruh kehidupannya, khususnya dalam hubungannya dengan jenis kelamin laki laki dan tindakan yang agresif.

26

Page 27: 16363636633

PENGARUH PSIKOLOGIS: KASIH SAYANG DAN KESATUAN. Meskipun pentingnya pengenalan sifat-sifat bawaan, pengaruh dari lingkungan Pergaulan seorang anak berpengaruh langsung pada model-model perkembangan. Erik Erikson mengidentifikasi bahwa tahun pertama kehidupan adalah saat kepercayaan dasar itu muncul, berdasarkan pada seringnya seorang ibu mendengarkan apa yang dibutuhkan oleh anak. Penyelidikan tentang bayi di banyak rumah sakit dan tempat penitipan anak membuktikan betapa menyedihkan dampak terampas nya kasih sayang ibu dan hal ini mengacu pada pentingnya kasih sayang. Kasih sayang mengacu pada suatu kecenderungan biologis seorang anak untuk dekat dengan orang tuanya selama mengalami stres. Anak yang terjamin kasih sayangnya dapat mempergunakan orang tua mereka untuk menumbuhkan kembali pemikiran yang sehat setelah anak itu mengalami stress. Tidak terjaminnya kasih sayang seorang anak merupakan suatu tanda dari hubungan yang tidak serasi antara anak dan orang tua, mungkin prilakunya di masa depan serta cara untuk menghadapi berbagai macampersoalan.

Pada semua tingkat dan bidang dari perkembangan, kemajuannya dikembangkan oleh orang yang memberi perhatian secara dewasa, yang memperhatikan isyarat dan tanggapan anak, baik lisan maupun tulisan. Pada masa bayi ini, kesatuan respon dari perawat untuk menandai perhatian yang berlebihan atau berkurang, membantu menjaga bayi-bayi ini dalam keadaan yang waspada dan otomatis membantu mengembangkan pengaturan diri sendiri. Kesatuan tanggapan untuk gerak isyarat nonverbal menciptakan dasar untuk perkembangan perhatian dan hubungan timbal balik untuk perkembangan bahasa dan sosial selanjutnya. Pada semua tahap, proses belajar dikembangkan ketika tantangan-tantangan baru dibuat kesatuan kejadian pada suatu tingkat kemampuan anak, menjadi lebih keras daripada apa yang telah mereka kuasai. Tugas-tugas optimal demikian jatuh dalam zona perkembangan proksimal.

FAKTOR SOSIAL: SISTEM KELUARGA DAN MODEL EKOLOGI. Model perkembangan anak sekarang ini, mengenali akan pentingnya pengaruh yang datang dari luar hubungan antara ibu dan anak. Pengaruh-pengaruh ini dapat dibayangkan sebagai suatu kontribusi ke tingkat yang lebih tinggi atau lebih rendah dari stress yang berpengaruh pada hubungan antara ibu dan anak. Suatu ikatan perkawinan yang kasar dapat memperburuk depresi seorang ibu sehingga dapat merusak kemampuan ibu untuk menanggapi anak secara utuh.

Fungsi keluarga sebagai suatu sistem, baik dengan lebih atau kurang keras menetapkan batas-batas, subsistem, tugas tugas, dan aturan-aturan untuk berinteraksi. Pengaruh dari faktor-faktor ini pada perkembangan sering tidak tampak, tetapi sangat kuat. Dalam keluarga yang dengan keras penetapan subsistem orang tua, anak anak dapat terhindar dari mengambil keputusan yang dapat memperburuk keadaan. Jika batas antara orang tua dan anak lebih rapuh, anak-anak bisa saja mengalami pendewasaan, semacam persyaratan untuk memikul tanggung jawab melebihi usia mereka atau mengambil peranan dalam masalah keluarga.

27

Page 28: 16363636633

Individu dalam sistem ini mengambil peranan secara tersembunyi (implisit). Anak yang satu adalah “pembuat masalah”, yang lain adalah “bermusyawarah”, dan yang lainnya lagi adalah anak “baik”. Perubahan-perubahan pada sikap seorang individu, mempengaruhi anggota yang lain dalam suatu sistem, peran yang ada akan berubah sampai ditemukan suatu keseimbangan yang baru. Sesudah suatu perceraian, anak yang lebih tua biasanya akan mengambil peran sebagai orang tua dan menjadi kepala keluarga, Sementara itu, anak yang lebih muda akan mengambil alih peranan sebagai seorang pembangkang yang tidak bertanggungjawab. Kelahiran seorang anak, merupakan suatu peristiwa yang penting dari perkembangan, seperti halnya saat dapat berjalan sendiri atau saat pertama kalinya merasa ketakutan pada malam hari serta saat meninggalnya kakek atau nenek merupakan perubahan-perubahan yang membutuhkan kesepakatan peran didalam keluarga dan memiliki peluang untuk penyesuaian diri yang sehat atau malah penyelewengan fungsi.

Di dalam sistem keluarga, fungsi-fungsi dalam sistem yang lebih luas dari suatu keluarga besar, sumber budaya, budaya dan sosial masyarakat adalah bergantian. Model Ekologi menggambarkan hubungan ini seperti lingkaran dengan hubungan yang menyatu antara anak dan orang tua terletak di tengah masyarakat terletak disekelilingnya. Perubahan-perubahan beberapa tahap direfleksikan pada tahap atas dan tahap bawah. Kehilangan pekerjaan dengan gaji tinggi dari pusat kota merupakan suatu contoh dari perubahan sosial yang sudah tampak pengaruhnya pada keluarga dan anak.

PENYATUAN KONSEP: MODEL TRANSAKSIONAL, RISIKO DAN DAYA TAHAN. Pemikiran modern terpusat pada Pemahaman tentang bagaimana interaksi sosial dan biologi mempengaruhi perkembangan. Model transaksional menyatakan bahwa status seorang anak pada suatu waktu adalah merupakan fungsi dari keduanya yaitu pengaruh sosial dan biologi. Pengaruh-pengaruh tersebut adalah berlawanan arah. Dua faktor biologis seperti status tempramen dan kesehatan, keduanya mempengaruhi lingkungan pertumbuhan anak dan sebaliknya dipengaruhi olehnya(lingkungan pertumbuhan anak). Misalnya, bayi prematur bisa menyebabkan sedikit Tangisan dan tidur bayi yang lama, orang tua bayi yang tertekan dapat menjadikan ini sebagai perilaku yang baik, memulai perputaran yang menyebabkan rendahnya nutrisi dan melambatnya pertumbuhan. Kegagalan untuk tumbuh seorang anak bisa membuat orang tua merasa gagal menjadi orang tua. Pada tahap selanjutnya, menurunnya kehendak dan kurangnya perhatian berkaitan dengan kekurangan nutrisi bisa juga berinteraksi dengan kesedihan orang tua, menimbulkan perilaku agresif. Penyebab keagresifan bukan karena lahir prematur, kekurangan nutrisi atau kesedihan ibu saat mengandung, melainkan karena interaksi dari semua faktor tersebut.

Sebaliknya, anak dengan faktor biologis yang beresiko, dapat saja berkembang secara normal jika lingkungan pertumbuhan anak itu mendukung. Sebagai contoh, kelahiran prematur dengan tanda tanda elektroensevalografik neurologis yang belum matang bisa meningkatkan risiko daya tangkap yang lambat. Bagaimanapun, hubungan ini akan menjadi kenyataan jika ada interaksi yang jelek antara orang tua dan anak. Jika hubungan antara orang tua dan anak optimal, risiko ketidakmampuan perkembangan dapat diabaikan dari masalah kelahiran prematur.

28

Page 29: 16363636633

Salah satu implikasi dari model ini adalah beban perkembangan pada suatu waktu mempunyai batas kemampuan untuk memprediksi hasil yang akan didapat kemudian karena pada setiap tahap perkembangan dipengaruhi oleh keadaan pada masa lalu dan masa sekarang. Sampai pada tingkat tertentu, seperti IQ, cenderung untuk bertahan sepanjang waktu, kestabilan ini bisa menggambarkan kelanjutan dari kondisi lingkungan, asalkan hal itu melakukan kelanjutan dari faktor intrinsik pada diri si anak. Anggapan yang pasti perubahan tersebut adalah mungkin. Penafsiran demikian bertentangan dengan tendensi yang populer untuk melihat suatu kondisi awal tertentu, seperti pemberian obat menjelang melahirkan, sebagai tanda anak tetap hidup. Anak yang dibesarkan dalam kemelaratan bisa saja mendapatkan bahaya ganda karena mereka menghadapi peningkatan risiko biologi seperti keracunan timah, prematuritas, dan malnutrisi, juga meningkatnya risiko faktor sosial seperti padatnya penduduk, rendahnya pendidikan si ibu serta pemajakan terhadap kekerasan.

Kepentingan relatif faktor-faktor lingkungan dapat digambarkan dengan studi longitudinal, di mana hasil perkembangan pada usia 13 tahun terkait secara langsung kepada jumlah faktor risiko keluarga & sosial. Karena meningkatnya faktor risiko, persentase anak yang perkembangannya cepat menurun, tetapi tidak pernah sampai titik terendah. Faktor pelindung dapat membuat beberapa anak tahan meskipun tidak “kebal”. Faktor-faktor ini seperti faktor yang berisiko yaitu faktor biologis (bertemperamen keras, bakat Atletik) atau faktor sosial. Latar belakang pribadi seorang anak “yang membuatnya” meskipun ini beresiko besar biasanya diceritakan pada seseorang yang dapat dipercaya, seperti orang tua, kakek / nenek, atau pada gurunya, atau pada seseorang yang memiliki hubungan dekat dengan. Perkiraan secara klinis seharusnya meliputi berita perhitungan tidak hanya dari faktor yang berisiko tetapi juga terhadap perlindungannya.

29

Page 30: 16363636633

3.6 NOMOR 6

BAGAIMANA CARA AGAR KEBUTUHAN DASAR TUMBUH KEMBANG ANAK OPTIMAL ?

Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, Secara umum digolongkan menjadi 3 kebutuhan dasar (dikutip dari Titi 1993) ;

1. Kebutuhan fisis-biomedis (“ASUH”)

Meliputi :

a. Pangan / gizi merupakan kebutuhan terpenting

Untuk pertumbuhan dan perkembangan, terutama pertumbuhan otak. ASI(6bulan) adalah makanan yang ideal untuk bayi karena mempunya kadar laktosa yang tinggi yang di perlukan otak, dan pemberian makanan tambahan yang tepat akan memberikan hasil yang lebih baik dari pertumbuhan anak. Oleh karena itu, kebutuhan dan pemenuhannya sangat tergantung pada ibbu dan keluarga, dan seorang ibu pelu mengetahui pengetahuan tentang gizi.Pada umumnya kebutuhan energi adalah sbb :

- Bayi rata-rata : 110 kkalori/kg BB/hari

- Anak laki-laki 10-12 bulan : 60-70 kkalori/kg BB/hari

- Anak perempuan : 10-12tahun : 50-60 kkalori/kg BB/hari

b. Perawatan kesehatan dasar

Antara lain imunisaisi, pemberian ASI, penimbangan bayi/anak yang teratur, pengobatan jika sakit, dll.

c. Papan/pemukiman yang layak

Keadaan rumah yang layak, akan menjamin kesehatan penghuninya (ventilasi dan pencahayaan yang cukup, tidak penuh sesak, bebas polusi dsb

d. Hygiene perorangan, sanitasi lingkungan

Kebersihan, baik perorangan maupun lingkungan

e. Sandang pangan

Pakaian yang layak, bersih dan aman

f. Kesegaran jasmani, rekreasi

2. Kebutuhan emosi / kasih sayang (”ASIH”)

Pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu/pengganti ibu denggan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang

30

Page 31: 16363636633

yang selaras baik fisik, metal maupun psikososial. Berperannya dan kehadiran ibu/penggantinya sedini dan selanggeng mungkin, akan menjalin rasa aman bagi bayinya. Ini diwujudkan dengan kontak fisik (kulit/mata) dan psikis sedini mungkin, mislnya dengan menyusui bayi secepat mungkin segera setelah lahir. Kekukarangan kasih saying ibu pada tahun-tahun pertama kehidupan mempunyai dampak negative pada tumbuh kembang anak baik fisik, mental maupun social emosi yang disebut “Sindrom Deprivasi Maternal”. Kasih saying dari orang tuanya akan menciptakan ikatan yang erat (bonding) dan kepercayaan dasar (basic trust).

- Kasih sayang orang tua

- Rasa aman dan nyaman

- Kebutuhan akan sukses

- Pengawasan dan pembimbingan

- Dorongan

- Kebutuhan mendapatkan kesemptandan pengalaman

- Rasa memiliki

3. Kebutuhan akan stimulasi mental (“ASAH”)

Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan dan pelatihan) anak.

a. Bermain, mengajak anak bicara(dengan penuh kasih sayang) sehingga mendapatkan hubungan yang erat anatara ibu dan anak apabila dilakukan secara bersama.

b. Stimulasi mental (ASAH) ini akan menunjang perkembangan mental-psikososial antara lain moral-etika, kepribadian yang baik, kecerdasan, kemandirian, kreativitas dan keterampilan, agama, produktivitas dsb.

Referensi

- Buku ajar tumbuh kembang anak dan remaja edisi tahun 2002 (IDAI) hal : 13-19

31

Page 32: 16363636633

3.7 NOMOR 7

PENATALAKSANAAN UMUM PADA GANGGUAN TUMBUH KEMBANG BAYI

1. Pemberian pengetahuan kepada ibu tentang gizi bayi dan hal-hal yang terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.

a. Pemberian makanan padat pada usia 3 bulan berbahaya karena bisa menimbulkan pengendapan zat makanan pada lambung, menimbulkan infeksi dan juga bisa menyebabkan obstruksi usus karena pada umur 3 bulan, keadaan saluran pencernaan belum sempurna. gerakan peristaltik usus yang masih belum baik karena saraf-saraf intrinsik usus masih dalam proses pematangan.

b. Menjelaskan bahwa jendela kamar/lubang angin jangan selalu ditutup. Karena jendela kamar/lubang angin dapat menyebabkan :

œ Ventilasi ( pergerakan udara masuk ke dan keluar dari ruang tertutup ) menjadi berkurang sehingga oksigen berkurang yang mengakibatkan terjadi hambatan perkembangan otak

� Cahaya yang masuk berkurang → aktivasi vitamin D berkurang dan mengakibatkan terjadinya gangguan pertumbuhan tulang dan gigi

� Sanitasi buruk (debu) → batuk pilek

Solusi : pemasangan kawat nyamuk pada lubang angin

2. Penyusunan jadwal makanan bayi sesuai dengan kebutuhan kalori

3. Menasihati ibu agar mencukupi kebutuhan dasar bayi yaitu dari segi kebutuhan fisik-biomedis (asuh), kebutuhan emosi dan kasih saying (asih), kebutuhan akan stimulasi mental (asah).

Kebutuhan akan stimulasi ditujukan untuk merangsang fungsi sensorik, motorik, kognitif, komunikasi-bahasa, sosio-emosional, kemandirian dan kreativitas dengan cara rangsang suara, musik, gerakan, perabaan, bicara, menyanyi dan bermain. Semua ini dilakukan setiap kali berinteraksi dengan anak (memandikan, bermain dan lain sebagainya) dengan suasana yang nyaman, gembira, kasih sayang serta dorongan kepada anak untuk mencoba. Keterlibatan keluarga utamanya ayah juga diperlukan.

4. Mengobati batuk pilek pada bayi dengan menetapkan diagnosisnya dan memberikan obat yang sesuai

œ langkah awal cari penyebabnya dan singkirkan penyebabnya

œ apabila dikarenakan sanitasi yang buruk (debu), bersihkan ruangan si bayi. Pastikan udara yang masuk di ruangan cukup

œ apabila batuk bayi berdahak bisa diatasi dengan memberi bayi minum lebih banyak daripada biasanya. Tujuannya agar dahak menjadi encer dan mudah keluar

œ terapi kausatif : tergantung hasil diagnosis

32

Page 33: 16363636633

œ terapi simptomatik :

Ekspektoran/ mukolitik/ antitusif - Mengatasi batuk

- Pemilihan preparat tergantung jenis batuk

Sedativum Menenangkan bayi/anak

Antipiretikum Menurunkan panas

Ex : paracetamol

Efedrin tetes 1 % Mengatasi edema mukosa (kongesti hidung)

5. Melengkapi imunisasi yang masih kurang dan kalau perlu memberikan imunisasi lain yang tidak termasuk dalam program pengembangan imunisasi (PPI)

CARA AGAR KEBUTUHAN DASAR TUMBUH KEMBANG ANAK OPTIMAL

Secara garis besar dikelompokkan kedalam :

1. Kebutuhan fisis-biomedis (asuh) :

a. Nutrisi yang adekuat dan seimbang

Untuk pertumbuhan dan perkembangan, terutama pertumbuhan otak. ASI(6bulan) adalah makanan yang ideal untuk bayi karena mempunya kadar laktosa yang tinggi yang di perlukan otak, dan pemberian makanan tambahan yang tepat akan memberikan hasil yang lebih baik dari pertumbuhan anak. Oleh karena itu, kebutuhan dan pemenuhannya sangat tergantung pada ibbu dan keluarga, dan seorang ibu pelu mengetahui pengetahuan tentang gizi.

Pada umumnya kebutuhan energi adalah sbb :

• Bayi rata-rata : 110 kkalori/kg BB/hari

• Anak laki-laki 10-12 bulan : 60-70 kkalori/kg BB/hari

• Anak perempuan : 10-12tahun : 50-60 kkalori/kg BB/hari

b. Perawatan kesehatan dasar

• Imunisasi

• Pengobatan dini dan tepat yang dilakukan harus mendapatkan perhatian dari orang tua

c. Pakaian

• Pakaian yang layak, bersih dan aman

d. Perumahan

33

Page 34: 16363636633

• Keadaan rumah yang layak, akan menjamin kesehatan penghuninya (ventilasi dan pencahayaan yang cukup, tidak penuh sesak, bebas polusi dsb

e. Higieni diri dan sanitasi lingkungan

• Kebersihan, baik perorangan maupun lingkungan

2. Kebutuhan akan kasih sayang (asih)

• Kasih sayang orang tua

• Rasa aman dan nyaman

• Kebutuhan akan sukses

• Pengawasan dan pembimbingan

• Dorongan

• Kebutuhan mendapatkan kesemptandan pengalaman

• Rasa memiliki

3. Kebutuhan latihan/rangsangan/bermain (asah)

a. Merupakan cikal bakal proses pembelajaran anak : pendidikan dan pelatihan

• Bermain, mengajak anak bicara(dengan penuh kasih sayang) sehingga mendapatkan hubungan yang erat anatara ibu dan anak apbila dilakukan secara bersama.

• stimulasi mental :akan menunjang perkembangan mental-psikososial antara lain moral etika, kepribadian yang baik, kecerdasan< kemandirian, kreativitas dan keteramplian, produktivitas dsb

PENCEGAHAN PROMOTIF DAN PREVENTIF

Agar dapat mengetahui cara pencegahan, ada baiknya jika kita terlebih dahulu mengetahui bagaimana timbulnya suatu penyakit. Para ahli epidemiologi membagi menjadi 3 bagaimana timbulnya suatu penyakit. Bentuk terebut adalah :

1. The Epidemiologic Triangle : terdapat tiga faktor yaitu agen, induk semang, dan lingkungan yang saling mempengaruhi

2. The Web of Causation : suatu penyakit timbul akibat serangkaian proses sebab dan akibat

3. The Wheel : tidak menekankan terhadap agen melainkan faktor-faktor lain yang berperan terhadap timbulnya suatu penyakit

34

Page 35: 16363636633

Setelah mengetahui bagaimana suatu penyakit timbul, kita dapat melakukan pencegahan. Berdasarkan kapan seorang dokter melakukan upaya pencegahan, terdapat 3 tingkat pencegahan atau level of prevention yang terdiri dari :

1. Pencegahan Primer (Primary Prevention) :

Pencegahan awal dengan cara menghindari faktor-faktor risiko yang ada seperti melaksanakan imunisasi penyakit menular, menganjurkan masyarakat berhenti merokok, pemeriksaan dini virus hepatitis B, dan sebagainya

2. Pencegahan Sekunder (Secondary Prevention) :

tingkat pencegahan ini dilakukan dengan cara melakukan deteksi dini suatu penyakit saat penyakit itu belum timbul. Hal ini dilakukan agar jika ternyata ditemukan suatu kelainan, maka dapat dilakukan pengobatan dini yang menghentikan penyebaran penyakit lebih lanjut

3. Pencegahan Tersier (Tertiary Prevention) :

tingkat pencegahan dengan cara melakukan tindakan klinis langsung yang bertujuan mencegahan kerusakan lebih lanjut dan mengurangi komplikasi setelah penyakit itu dideteksi.

Pada anak hingga usia 2 tahun, sebaiknya lebih ditingkatkan pencegahan tingkat primer. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan cara mengikuti program imunisasi. Di Indonesia, terdapat suatu program yang dinamakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dimana terdapat suatu pekan pada saat balita umur 0-59 bulan yang bertempat tinggal di Indonesia mendapat 2 tetes vaksin polio oral.

Ternyata, hingga anak usia 2 tahun, tidak hanya vaksin polio yang harus diberikan. Jika merujuk kepada Red Book yang dikeluarkan oleh American Academy of Pediatrics, hingga usia 2 tahun imunisasi yang harus diberikan adalah imunisasi Hepatitis B, DTaP (Diphteria, Tetanus, Pertussis), H. Influenza type b, Polio, MMR (Measles, Mumps, Rubella), dan Varicella.

PROMOTIF

Promotif adalah upaya untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat sekitar guna menunrunkan tingkat masyarakat yang terserang penyakit khususnya pada anak balita. Pada awalnya, pelayanan kesehatan hanya bersifat kuratif atau hanya pengobatan untuk penyakitnya. Tetapi semakin berkembangnya pengetahuan, pihak medis merasa perlu adanya pelayanan yang bersifat preventif, promotif, dan rehabilitatif.

Teknis pelayanan bersifat promotif ini adalah dengan memberikan penjelasan mengenai penyakit/penyebab sakitnya supaya tidak kambuh lagi, yaitu dalam bentuk penyuluhan kesehatan yang bersifat konseling. Saat ini dikenal penyuluhan yang dinamakan Penyuluhan Kesehatan

35

Page 36: 16363636633

Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS). Penyuluhan ini adalah komunikasi dua arah yang ditujukan pada keluarga penderita, khususnya untuk membantu pelayanan penderita sebagai “consumer” yang sedang dirawat di rumah sakit. Tujuan dari PKMRS adalah :

1. Untuk penderita dan keluarga

memberikan pengetahuan tentang penyakitnya supaya mau bekerja sama dengan instasi yang ada dalam proses penyembuhan. Selain itu dapat juga mencegah kekambuhan, penularan, dan menjelaskan kepada keluarganya yang lain agar tidak terjangkit penyakit yang sama.

2. Untuk petugas / rumah sakit :

dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan pelayanan rumah sakit terhadap pasien.

Metoda dan media penyuluhan terdiri dari:

1. Langsung : wawancara, diskusi, demonstrasi, diskusi terfokus, dan ceramah

2. Tak Langsung : menggunakan media seperti video, poster, leaflet, kaset, dan lainnya

REHABILITATIF

Rehabilitasi medis adalah proses pelayanan medis yang bertujuan mengembangkan kesanggupan fungsional dan psikologik seseorang dan kalau perlu mengembangkan mekanisme kompensatorik sehingga memungkinkan bebas dari ketergantungan dan dapat menjalani kehidupan secara aktif di masyarakat.

Pelayanan rehabilitasi medis mencakup:

a. Fisioterapi, pengobatan dengan menggunakan latihan-latihan fisik; terutama menyangkut gangguan motorik kasar.

b. Ortotik-prostetiki, pelayanan dalam hal pembuatan alat-alat bantu dan alat-alat pengganti

c. Terapi okupasi, latihan-latihan ketrampilan dan latihan koordinasi dari otot-otot motorik halus.

d. Psikologi, membantu penderita yang mengalami gangguan psikis dan melakukan pemeriksaan/tes psikologi maupun perkembangan sosial anak.

e. Terapi wicara, memberikan latihan-latihan pada pasien yang mengalami gangguan bicara/tidak mampu bicara.

36

Page 37: 16363636633

f. Pembimbing Sosial Medis(PMS), membantu penderita dalam hal yang menjadi masalah-masalah sosial yang dihadapi selama sakit.

Tata Laksana Gangguan Bicara dan Bahasa pada Anak.

Diagnosis yang tepat terhadap gangguan bicara dan bahasa pada anak, sangat berpengaruh terhadap perbaikan dan perkembangan kemampuan bicara dan bahasa. Terapi sebaiknya dimulai saat diagnosis ditegakkan, namun hal ini menjadi sebuah dilema, diagnosis sering terlambat karena adanya variasi perkembangan normal atau orang tua baru mengeluhkan gangguan ini kepada dokter saat mencurigai adanya kelainan pada anaknya sehingga para dokter lebih sering dihadapkan pada aspek kuratif dan rehabilitatif dibandingkan preventif. Tata laksana dini terhadap gangguan ini akan membantu anak – anak dan orang tua untuk menghindari atau memperkecil kelainan di masa sekolah.

Gangguan bicara dan bahasa pada anak cenderung membaik seiring pertambahan usia, dan pada dasarnya perkembangan bahasa dilatarbelakangi perawatan primer orang tua dan keluarga terhadap anak. Usaha preventif pada masa neonatus, bayi dan balita dapat dilakukan dengan memberi pujian dan respon terhadap segala usaha anak untuk mengeluarkan suara, serta memberi tanda terhadap semua benda dan kata yang menggambarkan kehidupan sehari-hari.

Pola intonasi suara dapat diperbaiki sejalan dengan respon anak yang semakin mendekati pola orang dewasa. Secara umum, anak akan berusaha untuk lebih baik saat orang dewasa merespon apa yang diucapkannya tanpa menekan anak untuk mengucapkan suara atau kata tertentu. Sebagai motivasi ketika seorang anak berbicara satu kata secara jelas, pendengar sebaiknya merespon tanpa paksaan dengan memperluas hingga dua kata.

Beberapa cara yang dapat diterapkan untuk memberi semangat dalam proses perkembangan bahasa anak :

• Ekspresi kalimat seru

• Mengombinasikan ekspresi verbal dengan mengarahkan atau melakukan gerak isyarat untuk mendapatkan benda

• Mengoceh selama bermain

• Menirukan kata terakhir yang diucapkan anak

• Menirukan suara lingkungan

• Berusaha untuk bernyanyi

Tindakan kuratif penatalaksanaan gangguan bicara dan bahasa pada anak disesuaikan dengan penyebab kelainan tersebut. Penatalaksanaan dapat melibatkan multi disiplin ilmu dan terapi ini

37

Page 38: 16363636633

dilakukan oleh suatu tim khusus yang terdiri dari fisioterapis, dokter, guru, dan orang tua pasien. Beberapa jenis gangguan bicara dapat diterapi dengan terapi wicara, tetapi hal ini membutuhkan perhatian medis seorang dokter. Anak-anak usia sekolah yang memiliki gangguan bicara dapat diberikan pendidikan program khusus. Beberapa sekolah tertentu menyediakan terapi wicara kepada para murid selama jam sekolah, meskipun menambah hari belajar.

Konsultasi dengan psikoterapis anak diperlukan jika gangguan bicara dan bahasa diikuti oleh gangguan tingkah laku, sedangkan gangguannya bicaranya akan dievaluasi oleh ahli terapi wicara.

Anak tidak hanya membutuhkan stimulasi untuk aktifitas fisiknya, tetapi juga untuk meningkatkan kemampuan bahasa. Bila anak mengalami deprivasi yang berat terhadap kesempatan untuk mendapatkan pengalaman tersebut, maka akibatnya perkembangannya mengalami hambatan.

Beberapa cara menstimulasi anak diantaranya :

1. Berbicara

Setiap hari bicara dengan bayi sesering mungkin. Gunakan setiap kesempatan seperti waktu memandikan bayi, mengenakan pakaiannya, memberi makan dan lainlain. Anak tidak pernah terlalu muda untuk diajak bicara.

2. Mengenali berbagai suara

Ajak anak mendengarkan berbagai suara seperti musik, radio, televisi. Juga buatlah suara dari

kerincingan, mainan, kemudian perhatikan bagaiman reaksi anak terhadap suara yang berlainan.

3. Menunjuk dan menyebutkan nama gambar-gambar

Ajak anak melihat gambargambar, kemudian gambar ditunjuk dan namanya disebutkan, usahakan anak mengulangi katakata, lakukan setiap hari. Bila anak sudah bisa menyebutan nama gambar, kemudian dilatih untuk bercerita tentang gambar tersebut

4. Mengerjakan perintah sederhana

Mulai memberikan perintah kepada anak misal “letakkan gelas di meja”. Kalau perlu tunjukkan kepada anak cara mengerjakan perintah tadi, gunakan kata - kata yang sederhana. Terapi anak gagap diawali dengan mengurangi stres emosional disertai bimbingan dan konseling terhadap orang tua demi kemajuan anaknya. Hampir separuh anak gagap dapat mengatasinya, walaupun demikian rujukan ke ahli terapi wicara merupakan bantuan yang sangat penting bagi anak, dan terapi lebih efektif jika dimulai pada masa pra sekolah. Indikasi rujuk yaitu jika anak terlihat tidak nyaman atau cemas saat bicara atau kecurigaan adanya hubungan gangguan ini dengan kelainan neurologis

38

Page 39: 16363636633

ataupun psikis pada anak. Dalam perjalanan tata laksana gangguan bicara dan bahasa, orang tua diharapkan untuk selalu memberikan motivasi terhadap anak atas perkembangan kemampuan berbicara dan berbahasa anaknya walaupun baru memperlihatkan sedikit perbaikan

39

Page 40: 16363636633

3.8 NOMOR 8

8. Mengapa dapat terjadi kejang di skenario?

Pada skenario didapatkan anak kejang tanpa demam. Pada dasarnya kejang dapat dibagi menjadi kejang dengan demam dan kejang tanpa demam. Kejang karena demam terjadi akibat terganggunya keseimbangan potensial membran diotak akibat perubahan suhu pada tubuh. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah. Sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan yg sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh:

1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler

2. Rangsangan yg datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya.

3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.

Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak akan menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38 oC sedangkan anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi bila suhu mencapai 40 oC atau lebih. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa berulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada anak dengan ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu memperhatikan pada tingkat suhu berapa pasien menderita kejang. Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gajala sisa. Tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan

40

Page 41: 16363636633

peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.

Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi “matang” dikemukakan hari sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi.

Selanjutnya kejang tanpa demam dapat dikarenakan epilepsi. Dasar serangan epilepsi ialah gangguan fungsi neuron-neuron otak dan transmisi pada sinaps. Tiap sel hidup, termasuk neuron-neuron otak mempunyai kegiatan listrik yang disebabkan oleh adanya potensial membran sel. Potensial membran neuron bergantung pada permeabilitas selektif membran neuron, yakni membran sel mudah dilalui oleh ion K dari ruang ekstraseluler ke intraseluler dan kurang sekali oleh ion Ca, Na dan Cl, sehingga di dalam sel terdapat kosentrasi tinggi ion K dan kosentrasi rendah ion Ca, Na, dan Cl, sedangkan keadaan sebaliknya terdapat diruang ekstraseluler. Perbedaan konsentrasi ion-ion inilah yang menimbulkan potensial membran.

Ujung terminal neuron-neuron berhubungan dengan dendrit-dendrit dan badan-badan neuron yang lain, membentuk sinaps dan merubah polarisasi membran neuron berikutnya. Ada dua jenis neurotransmitter, yakni neurotransmitter eksitasi yang memudahkan depolarisasi atau lepas muatan listrik dan neurotransmitter inhibisi yang menimbulkan hiperpolarisasi sehingga sel neuron lebih stabil dan tidak mudah melepaskan listrik. Diantara neurotransmitter-neurotransmitter eksitasi dapat disebut glutamate,aspartat dan asetilkolin sedangkan neurotransmitter inhibisi yang terkenal ialah gamma amino butyric acid (GABA) dan glisin. Jika hasil pengaruh kedua jenis lepas muatan listrik dan terjadi transmisi impuls atau rangsang. Hal ini misalnya terjadi dalam keadaan fisiologik apabila potensial aksi tiba di neuron. Dalam keadaan istirahat, membran neuron mempunyai potensial listrik tertentu dan berada dalam keadaan polarisasi. Aksi potensial akan mencetuskan depolarisasi membran neuron dan seluruh sel akan melepas muatan listrik.

Oleh berbagai factor, diantaranya keadaan patologik, dapat merubah atau mengganggu fungsi membaran neuron sehingga membran mudah dilampaui oleh ion Ca dan Na dari ruangan ekstra ke intra seluler. Influks Ca akan mencetuskan letupan depolarisasi membran dan lepas muatan listrik berlebihan, tidak teratur dan terkendali. Lepas muatan listrik demikian oleh sejumlah besar neuron secara sinkron merupakan dasar suatu serangan epilepsy. Suatu sifat khas serangan epilepsy ialah bahwa beberapa saat serangan berhenti akibat pengaruh proses inhibisi. Di duga inhibisi ini adalah pengaruh neuron-neuron sekitar sarang epileptic. Selain itu juga system-sistem inhibisi pra dan pasca sinaptik yang menjamin agar neuron-neuron tidak terus-menerus berlepasmuatan memegang peranan. Keadaan lain yang dapat menyebabkan suatu serangan epilepsi terhenti ialah kelelahan neuron-neuron akibat habisnya zat-zat yang penting untuk fungsi otak.1,2

DAFTAR PUSTAKA

41

Page 42: 16363636633

1. Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Prose-Proses Penyakit. Ed: 6. Jakarta: EGC.

2. Tjahjadi, dkk. 2007. Gambaran Umum Mengenai Epilepsi. In: Kapita Selekta Neurologi. Ed: ke-2. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

3. Kusuma W. Jurnal Ilmiah Kedokteran. Volume I, Nomor 1, Januari 2007. ISSN 1978-2071.

4. Harsono (ed). 2007. Strategi Terapi Epilepsi. In: Kapita Selekta Neurologi. Ed: ke-2. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

5. Hendra Utama dan Vincent. 2007. Antieplipsi dan Antikonvulsi. In: Farmakologi dan Terapi. Ed: ke-5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI.

6. Brashers L.V. Aplikasi Klinis Patofisologi Pemeriksaan dan Manajemen. Cetakan pertama. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.h.309-15.

42

Page 43: 16363636633

3.9 NOMOR 9

Deteksi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Balita

Ketika mengamati balita memasuki ruang pemeriksaan bersama orang tuanya, sebenarnya kita sudah mulai ‘mendeteksi’ tumbuh kembangnya. Dengan mem- perhatikan penampilan wajah, bentuk kepala, tinggi badan, proporsi tubuh, pandangan matanya, suara, cara bicara, berjalan, perilaku, aktivitas dan interaksi dengan lingkungannya bisa didapatkan beberapa informasi penting berkaitan dengan tumbuh kembangnya. Tetapi deteksi dini gangguan tumbuh kembang balita sebaiknya dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisis dan skrining perkembangan yang sistematis agar lebih obyektif.

ANAMNESIS

Keluhan utama dari orangtua berupa kekhawatiran terhadap tumbuh kembang anak dapat mengarah kepada kecurigaan adanya gangguan tumbuh kembang,8 misalnya anaknya lebih pendek dari teman sebayanya, kepala kelihatan besar, umur 6 bulan belum bisa tengkurap, umur 8 bulan belum bisa duduk, umur 15 bulan belum bisa berdiri, 2 tahun belum bisa bicara dan lain lain. Glascoe (1996) melaporkan bahwa kecurigaan orangtua terhadap perkembangan anaknya (dengan membandingkan terhadap anak-anak lain) mempunyai korelasi yang cukup tinggi dengan gangguan perkembangan tertentu (walaupun mereka berpendidikan rendahdan belum berpengalaman mengasuh anak).

Coplan dkk,. melaporkan bahwa penilaian orangtua pada perkembangan bicara anaknya mempunyai korelasi yang kuat dengan hasil kemam- puan kognitif mereka. Namun orang tua tidak selalu benar, karena 20-25% orang tua tidak mengetahui bahwa anaknya terganggu perkembangannya, dan banyak orang tua yang khawatir pada perkembangan anaknya padahal tidak terganggu. Oleh karena itu kita harus melakukan pemeriksaan fisis dan skrining perkembangan untuk membuktikan apakah kecuriga- an orang tua itu benar. Selanjutnya anamnesis dapat diarahkan untuk mencari faktor-faktor risiko atau etiologi gangguan tumbuh kembang yang disebabkan oleh faktor intrinsik pada balita dan atau faktor lingkungan.

Faktor risiko pada balita (intrinsik, genetik- heredokonstitusional)

Faktor risiko yang harus ditanyakan antara lain retardasi pertumbuhan intra uterin, berat lahir rendah, prematuritas, infeksi intra uterin, gawat janin, asfiksia, perdarahan intrakranial, kejang neonatal, hiperbilirubinemia, hipoglikemia, infeksi, kelainan kongenital, temperamen, dan lain-lain.

Faktor risiko di lingkungan mikro

Faktor risiko pada ibu antara lain umur, tinggi badan,

pendidikan, kesehatan ibu selama hamil dan persalinan (kadar Hb, status gizi, penyakit, pengobatan), jumlah

anak dan jarak kehamilan, pengetahuan, sikap dan ketrampilan ibu dalam mencukupi kebutuhan bio- psikososial (‘asuh’, ‘asih’, ‘asah’) untuk tumbuh kembang balitanya, penyakit keturunan,

43

Page 44: 16363636633

penyakit menular, riwayat pernikahan (terpaksa, tidak direstui, single parent, perceraian dan lain-lain), merokok, alkoholism, narkoba, pekerjaan/penghasilan, dan lain- lain.2,3,7,10-12,15

Faktor risiko di lingkungan mini

• Ayah: umur, tinggi badan, pendidikan, pekerjaan/ penghasilan, pengetahuan, sikap dan ketrampilan ayah dalam mencukupi kebutuhan bio-psikososial (‘asuh’, ‘asih’, ‘asah’) untuk tumbuh kembang balitanya, penyakit, riwayat pernikahan (terpaksa, tidak direstui, perceraian dan lain-lain), komitmen perencanaan kehamilan, hubungan ayah-ibu dan anak dan lain-lain.

Saudara kandung/tiri yang tinggal serumah: jumlah, jarak umur, kesehatan (status gizi, imunisasi, kelainan bawaan, gangguan tumbuh kembang, penyimpangan perilaku), pendidikan, hubungan dengan ayah-ibu dan lain-lain.

Anggota keluarga lain serumah (nenek, kakek, paman, bibi, pengasuh anak, pembantu): pe- ngetahuan, sikap dan ketrampilan mencukupi kebutuhan tumbuh kembang balita. Sarana bermain, mainan (kubus, puzzle, kertas, pensil, boneka, bola dan lain-lain). Contoh nilai-nilai,aturan-aturan, penghargaan, hukuman dan lain- lain.

Sanitasi: cahaya, aliran udara, kebersihan lantai, kamar tidur, ruang bermain, sumber air, kakus, septic tank, selokan, pembuangan sampah dan lain- lain.10-12

Faktor risiko di lingkungan meso

Tetangga (tingkat ekonomi, sikap dan perilaku tetangga), teman bermain, sarana bermain, polusi, pelayanan kesehatan (kualitas pelayanan Posyandu), pendidikan (pendidikan usia dini, program bina keluarga dan balita dan lain-lain), sanitasi lingkungan, adat-budaya dan lain-lain dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan bio-psikososial untuk tumbuh kembang balita.

Faktor risiko di lingkungan makro

Program-program untuk meningkatkan pengetahu- an, sikap dan ketrampilan keluarga dalam men- cukupi kebutuhan biopsikososial untuk tumbuh kembang anaknya belum menjangkau semua keluarga (terutama keluarga berpenghasilan rendah), walaupun secara konseptual pemerintah, organisasi profesi, perguruan tinggi (iptek), LSM, WHO, Unicef dan lain-lain sejak lama peduli pada masalah ini. Demikian juga upaya deteksi dini belum mendapat prioritas penting di dalam program rutin dan belum didukung sarana intervensi, serta belum mampu menjangkau semua balita berisiko tinggi.

PEMERIKSAAN FISIS RUTIN

Tinggi badan

Tinggi badan dapat digunakan untuk mendeteksi gangguan pertumbuhan, yaitu dengan mengukur

panjang (tinggi) badan secara periodik, kemudian dihubungkan menjadi sebuah garis pada kurva pertumbuhan tertentu. Pada umumnya digunakan kurva pertumbuhan yang dipublikasi oleh United Stated National Center for Health Statitistic (NCHS) pada tahun 1979 berdasarkan data yang di- kumpulkan pada tahun 1963-1975.2 Sejak tahun 1983 oleh WHO kurva tersebut dianjurkan

44

Page 45: 16363636633

digunakan untuk menilai status gizi dan per- tumbuhan anak. Walaupun sejak tahun 2000 oleh US Centre for Disease Control (CDC) telah dipublikasikan kurva pertumbuhan baru berdasarkan data National Health and Nutrition Examination Survey tahun 1988-1994, namun di Indonesia umumnya masih menggunakan kurva tinggi badan NCHS 1979. Ada juga yang menggunakan kurva Jumadias atau Yayah-Husaini.16 Seorang anak dicurigai mengalami gangguan per- tumbuhan jika panjang (tinggi badan) selama beberapa periode selalu di bawah persentil 3 (- 2 SD) kurva pertumbuhan tinggi badan rata-rata anak pada usia tersebut sesuai dengan jenis kelaminnya. Namun keadaan tersebut belum tentu patologis, karena dapat disebabkan oleh faktor genetik/familial, atau lambat tumbuh konstistusional akibat keter- lambatan maturasi (usia) tulang lebih dari 2 tahun yang pada akhir masa remaja dapat mencapai pertumbuhan normal. Oleh karena itu dengan satu atau dua kali pengukuran, kita hanya dapat menyebutkan bahwa ia berperawakan pendek atau normal, namun belum dapat menyimpulkan status pertumbuhannya. Untuk menyimpulkan status pertumbuhan seorang anak harus dibandingkan prakiraan tinggi akhir anak tersebut dengan potensi tinggi akhir genetiknya.Prakiraan tinggi akhir anak dilakukan dengan melanjutkan kurva pertumbuhan anak tersebut dengan menarik garis lengkung sampai memotong garis umur 19-20 tahun sejajar dengan kurva terdekat. Potensi tinggi akhir genetiknya dihitung dari rata-rata tinggi badan kedua orangtuanya dengan rumus di bawah ini

Potensi tinggi genetik pada masa remaja akhir

Anak perempuan Anak laki-laki

(tinggi ayah-13 cm)+tinggi ibu + 8,5cm (tinggi ibu+13 cm) + tinggi ayah + 8,5cm

Dengan perhitungan di atas maka dapat ditentu- kan rentang potensi tinggi genetik pada akhir masa remaja/dewasa muda. Kalau prakiraan tinggi akhir ternyata masih masuk di dalam batas potensi genetik, maka pertumbuhan anak umumnya dalam batas normal. Jika prakiraan tinggi akhir di luar batas potensi tinggi genetik, maka perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk mencari faktor pe- nyebabnya.

Penyebab gangguan pertumbuhan tinggi badan

Gangguan pertumbuhan dapat diakibatkan oleh penyebab primer dan sekunder. Penyebab primer antara lain kelainan pertumbuhan tulang (osteo- kondroplasia, osteogenesis imperfekta), kelainan kromosom (sindrom Turner, Down, dan lain-lain), kelainan metabolik (mukopolisakaridosis, muko- lipidosis), dan faktor keturunan (genetik, familial). Gangguan pertumbuhan akibat penyebab primer umumnya sulit diperbaiki Penyebab sekunder antara lain retardasi per- tumbuhan intra uterin, malnutrisi kronik, penyakit-penyakit kronik (infeksi, kelainan jantung, paru, saluran cerna, hati, ginjal, darah dan lain-lain), kelainan endokrin (defisiensi GH, IGF- 1, hipotiroidisme, kelebihan glukokortikoid, diabetes melitus, diabetes insipidus, rickets hipo- postamemia) dan kelainan psikososial (sindrom deprivasi emosional). Ada perawakan pendek pada anak yang akhirnya pada masa dewasa dapat mencapai tinggi normal (dalam rentang mid- parental height), disebut lambat

45

Page 46: 16363636633

tumbuh kon- stistusional akibat keterlambatan maturasi (usia) tulang lebih dari 2 tahun. Gangguan pertumbuhan dapat berupa perawakan jangkung, antara lain disebabkan oleh kelainan endokrin (pituitary gigantism, sexual precocity, tirotoksikosis, sindrom Beckwith-Wiedeman), kelainan kromosom, dan variasi normal (genetik, kon- stitusional).

Berat badan

Berat badan dapat membantu mendeteksi gangguan pertumbuhan, yaitu dengan menimbang berat badan secara periodik, kemudian dihubungkan menjadi

sebuah garis pada kurva berat badan yang dipublikasi oleh United Stated National Center for Health Statitistic (NCHS) pada tahun 1979. Umumnya balita normal berat badannya selalu di atas persentil 5 kurva NCHS, namun bisa naik atau turun memotong 1-2 kurva persentil berat badan.2 Jika kurva berat badan anak mendatar atau menurun hingga memotong lebih dari 2 kurva persentil, disebut failure to thrive (gagal tumbuh), bisa disebabkan oleh faktor medik (organik, penyakit) atau non medik (psikososial). Berat badan berkaitan erat dengan masalah nutrisi (termasuk cairan, dehidrasi, retensi cairan). Obesitas dapat dijumpai dengan retardasi mental (sindroma Prader-Willi dan Beckwith-Wiedeman).

Kepala

Perhatikan ukuran, bentuk dan simetri kepala. Mikrosefali (lingkar kepala lebih kecil dari persentil 3) mempunyai korelasi kuat dengan gangguan per- kembangan kognitif, sedangkan mikrosefali progresif berkaitan dengan degenerasi SSP. Makrosefali (lingkar kepala lebih besar dari persentil 97) dapat disebabkan oleh hidrosefalus, neurofibromatosis dan lain-lain. Bentuk kepala yang ‘aneh’ sering berkaitan dengan sindrom dengan gangguan tumbuh kembang. Ubun-ubun besar biasanya menutup sebelum 18 bulan (selambat-lambatnya 29 bulan). Keterlambatan menutup dapat disebabkan oleh hipotiroidi dan peninggian tekanan intrakranial (hidresefalus, perdarahan subdural atau pseudotumor serebri).

Kelainan bagian dan organ tubuh lainnya

Kelainan yang dijumpai pada bagian-bagian tubuh dan atau organ tubuh (terutama kelainan mayor) harus diwaspadai kemungkinannya disertai sindrom yang berkaitan dengan gangguan tumbuh kembang anak (lihat lampiran).

Pemeriksaan neurologis dasar

Pemeriksaan beberapa fungsi syaraf kranial, sistem motorik (kekuatan otot, tonus otot, refleks-refleks), sistem sensorik, cara berjalan dan lain-lain dapat mendeteksi adanya gangguan tumbuh kembang anak.

Sari Pediatri, Vol. 3, No. 3, Desember 2001

Skrining Perkembangan

Menurut batasan WHO, skrining adalah prosedur yang relatif cepat, sederhana dan murah untuk populasi yang asimtomatik tetapi mempunyai risiko tinggi atau dicurigai mempunyai masalah.Blackman (1992) menganjurkan agar bayi atau anak dengan risiko tinggi (berdasarkan

46

Page 47: 16363636633

anamnesis atau pemeriksaan fisik rutin) harus dilakukan skrining perkembangan secara periodik. Sedangkan bayi atau anak dengan risiko rendah dimulai dengan kuesioner praskrining yang diisi atau dijawab oleh orangtua. Bila dari kuesioner dicurigai ada gangguan tumbuh kembang dilanjutkan dengan skrining.

Skrining perkembangan DENVER II

Skrining perkembangan yang banyak digunakan oleh profesi kesehatan adalah Denver II, antara lain karena mempunyai rentang usia yang cukup lebar (mulai bayi baru lahir sampai umur 6 tahun), mencakup semua aspek perkembangan dengan realiability cukup tinggi (interrates reability = 0.99, test-retest reability = 0.90).Sampai tahun 1990 metode ini telah digunakan lebih dari 54 negara dan telah dimodifikasi lebih dari 15 negara (Frankenburgh dkk, 1990). Walaupun secara eksplisit metode ini untuk mendeteksi 4 aspek perkembangan, tetapi di dalamnya sebenarnya terdapat aspek-aspek lain sebagai berikut:

• Gerak kasar • Gerak halus (di dalamnya terdapat aspek ko- ordinasi mata dan tangan, manipulasi benda-benda kecil, pemecahan masalah ), • Berbahasa (di dalamnya terdapat juga aspek pendengaran, penglihatan dan pemahaman, komunikasi verbal), • Personal sosial (di dalamnya terdapat juga aspek penglihatan, pendengaran, komunikasi, gerak halus dan kemandirian).

Uji Denver membutuhkan waktu cukup lama sekitar 30-45 menit. Kesimpulan hasil skrining Denver II hanya menyatakan bahwa balita tersebut: normal atau dicurigai ada gangguan tumbuh kembang pada aspek tertentu.21 Normal, jika ia dapat melakukan

semua kemampuan (atau berdasarkan laporan orangtuanya) pada semua persentil yang masuk dalam garis umurnya. Walaupun ada 1 ketidakmampuan atau menolak melakukan pada persentil 75-90 masih dianggap normal. Dicurigai ada gangguan tumbuh kembang jika ada 1 atau lebih ketidakmampuan pada persentil > 90, atau 2 (atau lebih) ketidakmampuan/ menolak pada persentil 75-90 yang masuk garis umurnya.21 Selain itu di dalam Denver II ada bagian terpisah untuk menilai perilaku anak secara sekilas.Tetapi Denver II tidak mampu mendeteksi gangguan emosional,21 atau gangguan-gangguan ringan.2 Tidak ada metoda skrining yang sempurna.

Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

Kuesioner ini diterjemahkan dan dimodifikasi dari Denver Prescreening Developmental Questionnaire (PDQ) oleh tim Depkes RI yang terdiri dari beberapa dokter spesialis anak, psikiater anak, neurolog, THT, mata dan lain-lain pada tahun 1986.Kuesioner ini untuk skrining pendahuluan bayi umur 3 bulan sampai anak umur 6 tahun yang dilakukan oleh orangtua. Setiap umur tertentu ada 10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan anak, yang harus diisi (atau dijawab) oleh orangtua dengan ya atau tidak, sehingga hanya membutuhkan waktu 10-15 menit (lihat lampiran).22 Jika jawaban ya sebanyak 6 atau kurang maka anak dicurigai ada gangguan perkembangan dan perlu dirujuk, atau dilakukan skrining dengan Denver II. Jika jawaban ya sebanyak 7-8, perlu diperiksa ulang 1 minggu kemudian. Jika jawaban ya 9-10, anak dianggap tidak ada gangguan, tetapi pada umur berikutnya sebaiknya dilakukan KPSP lagi.22 Untuk memperluas jangkauan skrining perkem- bangan Frankenburg dkk,. (1990) menganjurkan agar lebih banyak menggunakan PDQ, karena mudah, cepat, murah dan dapat dikerjakan sendiri oleh orangtua atau dibacakan oleh orang lain (misalnya paramedis atau kader kesehatan).20 Jika dengan PDQ dicurigai ada gangguan

47

Page 48: 16363636633

perkembangan, anak tersebut dirujuk untuk dilakukan skrining dengan Denver II yang lebih rumit, lama dan harus dilakukan oleh tenaga terlatih.20 Kuesioner ini sampai sekarang masih dianjurkan oleh Depkes untuk digunakan di tingkat pelayanan kesehatan primer (dokter keluarga,Puskesmas) sering disebut sebagai ‘buku hijau’ berjudul Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita Depkes RI 1994 yang telah diuji coba di beberapa propinsi, tetapi tampaknya jarang dimanfaatkan. Bahkan beberapa dokter Puskemas tidak tahu adanya buku tersebut, atau tidak tahu cara penggunaannya karena tidak pernah diajarkan.

Pemeriksaan Lanjutan

Pemeriksaan lanjutan untuk menentukan diagnosis dan etiologinya tergantung kepada jenis gangguan tumbuh kembangnya, misalnya pemeriksaan neurologis (klinis, EEG, BERA dan lain-lain), radiologis, mata, THT, psikiatris, psikologis, genetis (kromosom), endokrin dan lain-lain

48

Page 49: 16363636633

3.10NOMOR 10

Pengaruh ASI Eksklusif terhadap Tumbuh Kembang Anak Dan Dampak Dari Kekurangn ASI

Bayi normal sudah dapat disusui segera setelah lahir. Dengan mengisapnya bayi terjadi perangsangan dalam bentuk air susu ibudan secara tidak langsung rangsangan isap membantu memercepat pengecilan uterus. Walaupun air susu ibu yang berupa kolostrum itu hanya beberapa tetes yang dapat diisap namun sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi selama awal kehidupannya.

Pemberian ASI dianjurkan kepada setiap ibu yang melahirkan oleh karena :

a. ASI yang pertama (kolostrum) mengandung beberapa antibodi yang dapat mencegah infeksi pada bayi.

b. Bayi yang minum ASI jarang menderita Gastroenteritis

c. Lemak dan Protein ASI mudah dicerna dan diserap secara lengkap dalam saluran pencernaan. ASI merupakan susu paling baik untuk pertumbuhan dan tidak mungkin bayi akan menjadi gemuk berlebihan karena ASI (Obesitas)

d. Kemungkinan bayi menderita kejang karena Hipokalesemia sangat sedikit.

e. Pemberian ASI merupakan satu-satunya jalan yang paling baik untuk mengeratkan hubungan antara ibu dan bayi, dan ini sangat dibutuhkan bagi perkembangan bayi yang normal terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan.

f. ASI merupaka susu buatan alam yang lebih baik daripada susu buatan manapun juga oleh karena mengandung antibodi (colostrum mengandung 15 kali lebih banyak antibodi daripada ASI), segar, murah, tersedia setiap waktu, dan dalam suhu yang sebaik-baiknya untuk diminum.

Jika seorang anak mengonsumsi ASI secara tidak adekuat maka akan terjadi :

a. Kemungkinan imunitas bayi tidak akan sebaik bayi diberikan ASI secara adekuat

b. Kemungkinan terjadi kontaminasi dan kekeliruan dalam menyiapkan makanan. Susu Formula yang tidak dibuat dari air panas dengan suhu yang optimal dapat menyebabkan mikroorganisme contoh : Enterobacter sakazakii tidak mati

c. Bayi yang tidak mengonsumi ASI kecenderungan memiliki berat badan yang ideal dibandingkan yang tidak diberikan ASI

d. Kurangnya keterkaitan emosi antara ibu dan bayi, terlebih lagi bayi yang diberikan ASI kurang dari 6 bulan karena ditinggal bekerja, kemungkinan mengalami gangguan

49

Page 50: 16363636633

pertumbuhan dan perkembangan. Dikarenakan kurangnya perhatian orang tua melihat kemajuan pertumbuhan dan perkembangan si bayi.

e. Angka kejadian anak dengan penyakit seperti Gastroenteritis, Defisiensi Gizi, Meningitis serosa, Kwashiorkor, dan Bronkopneumonia meningkat

50

Page 51: 16363636633

DAFTAR PUSTAKA

51