16. kimia (ptk)

54
MODUL PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU (PLPG) WORKSHOP PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) KIMIA Oleh : Sri Yamtinah, S.Pd., M.Pd. Drs. Sulistyo Saputro, M.Si., Ph.D PANITIA SERTIFIKASI GURU RAYON 113 UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

Upload: lia-harianja

Post on 15-Jul-2015

250 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 16. kimia (ptk)

MODUL

PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU

(PLPG)

WORKSHOP PENELITIAN TINDAKANKELAS (PTK)

KIMIA

Oleh :Sri Yamtinah, S.Pd., M.Pd.

Drs. Sulistyo Saputro, M.Si., Ph.D

PANITIA SERTIFIKASI GURU RAYON 113

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

Page 2: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas rahmat dan

nikmat serta karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan modul ini

sesuai dengan rencana.

Modul ini dibuat sebagai bahan acuan dalam kegiatan workshop Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) pada Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Tahun

2012. Para praktisi pendidikan seperti guru dituntut untuk selalu berupaya

meningkatkan kemampuan profesionalnya melalui berbagai kegiatan. Salah satu

kegiatan yang dapat mewujudkan hal tersebut secara sederhana dan lebih bersifat

mandiri bagi mereka adalah dengan melakukan PTK. Kegiatannya dapat

dilakukan secara bersamaan dengan teman sejawat ketika melakukan tugas

pengajaran.

Penyusunan modul ini lebih ditekankan pada pertimbangan kepraktisan agar

guru mudah memahaminya dan sekaligus mempraktekkannya. Namun tentu

dalam penyajiannya masih memiliki kekurangan, sehingga kritik dan saran dari

para guru diperlukan untuk memperbaiki isi modul ini di masa yang akan datang.

Akhirnya, dengan harapan dan keyakinan penuh, semoga modul ini

memberikan manfaat pada kita semua, khususnya bagi peserta PLPG dalam upaya

meningkatkan kompetensi dan profesionalisme kinerjanya.

Penulis

Page 3: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

BAB I KONSEP PENELITIAN TINDAKAN KELAS ......................................... 4

BAB II MODEL-MODEL PENELITIAN TINDAKAN KELAS........................ 11

BAB III TAHAPAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ................................. 17

BAB IV PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS ... 21

BAB V PENYUSUNAN LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ...... 28

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 32

CONTOH PROPOSAL PTK ................................................................................ 33

Page 4: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 1

BAB I

PENDAHULUAN

Kemampuan mengelola proses pembelajaran merupakan hal yang sangat

penting untuk dimiliki seorang guru. Penguasaan terhadap materi pelajaran yang

tidak didukung dengan kemampuan mengelola pembelajaran tidak akan

membawa keberhasilan guru dalam pembelajaran di kelas. Hal tersebut

disebabkan pembelajaran bukan hanya sebuah transfer of knowledge semata dari

guru kepada siswa saja namun pembelajaran adalah sebuah proses interaksi multi

arah yang di dalamnya terdapat proses penemuan dan pembentukan struktur

kognitif siswa. Tugas guru adalah menjadi fasilitator dalam proses penemuan dan

pembentukan struktur kognitif siswa tersebut. Guru harus dapat mengelola

pembelajaran sehingga siswa akan dapat menemukan sendiri pengetahuannya

melalui pembentukan struktur kognitifnya, sesuai dengan falsafah

konstruktivistik.

Untuk menginternalisasi serta dapat menerapkan pembelajaran menurut

paradigma konstruktivistik, terlebih dulu guru diharapkan dapat merubah pikiran

sesuai dengan pandangan konstruktivistik. Guru konstruktivistik memiliki ciri-ciri

sebagai berikut :

1) Menghargai otonomi dan inisiatif siswa.

2) Menggunakan data primer dan bahan manipulatif dengan penekanan pada

keterampilan berpikir kritis.

3) Mengutamakan kinerja siswa berupa mengklasifikasi, mengananalisis,

memprediksi, dan mengkreasi dalam mengerjakan tugas.

4) Menyertakan respon siswa dalam pembelajaran dan mengubah model atau

strategi pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi pelajaran.

5) Menggali pemahaman siswa tentang konsep-konsep yang akan dibelajarkan

sebelum sharing pemahamannya tentang konsep-konsep tersebut

6) Menyediakan peluang kepada siswa untuk berdiskusi baik dengan dirinya

maupun dengan siswa yang lain.

Page 5: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 2

7) Mendorong sikap inquiry siswa dengan pertanyaan terbuka yang menuntut

mereka untuk berpikir kritis dan berdiskusi antar temannya.

8) Mengelaborasi respon awal siswa.

9) Menyertakan siswa dalam pengalaman-pengalaman yang dapat

menimbulkan kontradiksi terhadap hipotesis awal mereka dan kemudian

mendorong diskusi.

10) Menyediakan kesempatan yang cukup kepada siswa dalam memikirkan dan

mengerjakan tugas-tugas.

11) Menumbuhkan sikap ingin tahu siswa melalui penggunaan model

pembelajaran yang beragam (Santyasa, 2009).

Guru ibarat mesin motor dalam sebuah pembelajaran, gurulah yang menjadi

penggerak pembelajaran dalam kelas. Meskipun guru bukanlah satu-satunya

sumber belajar namun peran guru dalam kelas sangatlah penting. Guru yang

cenderung monoton dalam menyampaikan materi pelajaran membuat siswa tidak

aktif sehingga yang nampak adalah pembelajaran satu arah dari guru ke siswa.

Sehingga hasil pembelajaran menjadi kurang memuaskan yang ditandai dengan

tingginya tingkat ketidaktuntasan siswa.

Untuk dapat mengatasi persoalan yang ada di dalam kelasnya, seorang guru

perlu melakukan penelitian tindakan kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan pembelajaran apabila

diimplementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan baik di sini

berarti pihak yang terlibat (dosen dan guru) mencoba dengan sadar

mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah-

masalah pendidikan dan pembelajaran melalui tindakan bermakna yang

diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan

kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat

keberhasilannya. Diimplementasikan dengan benar berarti sesuai dengan kaidah-

kaidah penelitian tindakan (Herawati, 2008).

Penelitian tindakan kelas (PTK) memiliki tujuan utama yaitu memperbaiki

kualitas pembelajaran. PTK yang dikaitkan dengan pengelolaan kelas dapat

dilakukan dalam rangka: 1) meningkatkan kegiatan belajar-mengajar, 2)

meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar, 3) menerapkan pendekatan belajar-

Page 6: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 3

mengajar inovatif, dan 4) mengikutsertakan pihak ketiga dalam proses belajar-

mengajar.

Penelitian tindakan kelas yang dikaitkan dengan proses belajar mengajar

dapat dilakukan dalam rangka: 1). menerapkan berbagai metode mengajar, 2).

mengembangkan kurikulum, 3). meningkatkan peranan siswa dalam belajar, dan

3). memperbaiki metode evaluasi.

Penelitian tindakan kelas sebagai wahana peningkatan personal dan

profesional dapat dilakukan dalam rangka 1) meningkatkan hubungan antara

siswa, guru, dan orang tua, 2) meningkatkan “konsep diri” siswa dalam belajar, 3)

meningkatkan sifat dan kepribadian siswa, serta 4) meningkatkan kompetensi

guru secara profesional.

Page 7: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 4

BAB II

KONSEP PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Kompetensi Dasar :Memahami konsep dasar penelitian tindakan kelas

Indikator Kompetensi :1. Menjelaskan pengertian penelitian tindakan kelas2. Menjelaskan karakteristik penelitian tindakan kelas3. Menjelaskan prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas4. Membedakan penelitian tindakan kelas dan penelitian jenis lain

Materi :

A. Pengertian PTK

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research

merupakan suatu model penelitian yang dikembangkan di kelas. Ide tentang

penelitian tindakan pertama kali dikembangkan oleh Kurt dan Lewin pada tahun

1946. Menurut Hopkins (1993:44), PTK atau action research adalah suatu bentuk

penelaahan atau inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan

pendidikan tertentu dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk

memperbaiki rasionalitas dan kebenaran dari (a) praktik-praktik sosial atau

pendidikan yang mereka lakukan sendiri; (b) pemahaman mereka terhadap

praktik-praktik tersebut, dan (c) situasi di tempat praktik itu dilaksanakan.

Sedangkan Tim Pelatih Proyek PGSM (1999) mengemukakan bahwa Penelitian

Tindakan Kelas adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku

tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan

mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-

tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktik

pembelajaran tersebut dilakukan.

Sedangkan ditinjau dari segi semantik, Action Research diterjemahkan

menjadi penelitian tindakan, yang oleh Carr dan Kemmis dalam McNiff (1991)

didefinisikan sebagai berikut :

Page 8: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 5

Action Research is a form of self-reflective enquiry undertaken by

participants (teachers, students or principals, for example) in social (including

educational) situations in order to improve the rationality and justice of (a) their

own social or educational practices, (2) their understanding of these practices,

and the situations (and institutions) in which the practices are carried out.

Jika kita cermati pengertian di atas secara seksama, kita akan menemukan

sejumlah ide pokok sebagai berikut :

1. Penelitian tindakan adalah satu bentuk inkuiri atau penyelidikan yang

dilakukan melalui refleksi diri.

2. Penelitian tindakn dilakukan oleh peserta yang terlibat alam situasi yang

diteliti, seperti guru, siswa, atau kepala sekolah.

3. Penelitian tindakan dilakukan dalam situasi sosial, termasuk situasi

pendidikan.

4. Tujuan penelitian tindakan adalah memperbaiki : dasar pemikiran dan

kepantasan dari praktek-praktek, pemahaman terhadap praktek tersebut, serta

situasi atau lembaga tempat praktek tersebut dilaksanakan.

Definisi tersebut dirangkum lagi oleh Sukardi (2000) yang menyatakan

bahwa penelitian tindakan adalah studi sistematik tentang upaya memperbaiki

praktik pendidikan oleh sekelompok peneliti melalui kerja praktik mereka sendiri

dan merefleksikannya untuk mengetahui pengaruh-pengaruh kegiatan tersebut.

Atau bisa disederhanakan dengan kalimat yaitu upaya mengujicobakan ide dalam

praktik dengan tujuan memperbaiki atau mengubah sesuatu, mencoba

memperoleh pengaruh yang sebenarnya dalam situasi tersebut.

Agar PTK tidak lepas dari tujuan perbaikan diri sendiri, maka sebelum

seorang guru atau para Guru memulai merancang dan melaksanakan PTK, perlu

memperhatikan hal-hal berikut :

1. PTK adalah alat untuk memperbaiki atau menyempurnakan mutu

pelaksanaan tugas sehari-hari (mengajar yang mendidik), oleh karena itu

hendaknya sedapat mungkin memilih metode atau model pembelajaran yang

sesuai yang secara praktis tidak mengganggu atau menghambat komitmen

tugasnya sehari-hari.

Page 9: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 6

2. Teknik pengumpulan data jangan sampai banyak menyita waktu, sehingga

tugas utama guru tidak terbengkalai.

3. Metodologi penelitian hendaknya memberi kesempatan kepada guru untuk

merumuskan hipotesis yang kuat, dan menentukan strategi yang cocok

dengan suasana dan keadaan kelas tempatnya mengajar.

4. Masalah yang diangkat hendaknya merupakan masalah yang dirasakan dan

diangkat dari wilayah tugasnya sendiri serta benar-benar merupakan masalah

yang dapat dipecahkan melalui PTK oleh guru itu sendiri.

5. Sejauh mungkin, PTK dikembangkan ke arah meliputi ruang lingkup

sekolah. Dalam hal ini, seluruh staf sekolah diharapkan berpartisipasi dan

berkontribusi, sehingga pada gilirannya guru-guru lain ikut merasakan

pentingnya penelitian tersebut. Jika kepedulian seluruh staf berkembang,

maka seluruh staf itu dapat bekerja sama untuk menentukan masalah-

masalah sekolah yang layak dan harus diteliti melalui PTK.

B. Karakteristik PTK

Beberapa ahli telah memberikan kombinasi dari berbagai definisi tentang

PTK yang pada hakikatnya memunculkan empat karakteristik utama, yaitu:

1. Dilakukan oleh praktisi (guru kelas), dengan dilandasi dari kerisauan guru

terhadap kinerjanya dan kemudian memprakarsai diri melakukan perbaikan

2. Metode utamanya adalah refleksi diri dalam mengumpulkan data

3. Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran, yaitu interaksi guru dengan

siswa dalam kelas

4. Ditujukan untuk mengubah sesuatu yang terkait dengan pembelajaran.

Secara lebih terperinci, IGAK. Wardani, dkk. (2004) menjelaskan enam

karakteristik PTK yaitu :

1. Terfokus pada tujuan praktis, dalam pengertian diarahkan untuk

mengidentifikasi dan memecahkan masalah aktual yang spesifik. Dengan

demikian, PTK digunakan peneliti untuk memperoleh manfaat langsung

bagi dirinya dan pihak lain yang terlibat dalam penelitian tersebut.

Page 10: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 7

2. Merupakan penelitian yang reflektif-mandiri (self-reflektive) atau

kolaboratif. Dalam konteks ini, peneliti (atau kelompok peneliti) mengkaji

praktik yang dia/mereka lakukan (bukan praktik orang lain), untuk melihat

apa yang harus dilakukan dalam rangka memperbaiki praktik tersebut.

3. Bersifat kolaboratif karena dilaksanakan oleh individu dengan bantuan orang

lain (minimal sebagai observer) atau oleh sekelompok kolega, praktisi (guru)

atau peneliti.

4. Merupakan sebuah proses yang dinamis dan fleksibel yang melibatkan

pengulangan-pengulangan aktivitas (sehingga membentuk pola spiral) yang

maju-mundur diantara refleksi, penjaringan data, dan tindakan.

5. Merupakan suatu rencana tindakan. Meskipun merupakan proses yg dinamis

dan fleksibel, sebagai sebuah metode penelitian, PTK harus dirancang secara

sistematis yang memenuhi pola umum prosedur PTK.

6. Merupakan penelitian kebersamaan (sharing research). Berbeda dengan hasil

penelitian tradisional yang biasanya langsung dipublikasikan dalam jurnal

atau buku, peneliti PTK biasanya mendistribusikan laporan penelitiannya

kepada teman sejawat yang mungkin dapat memakai temuan tersebut.

Meskipun saat ini laporan PTK juga sudah dipublikasikan melalui jurnal,

biasanya para peneliti PTK lebih cenderung untuk membagikan informasi

tersebut dengan berbagai rekan sejawat untuk dipraktikkan atau dikaji ulang

di sekolah/kelas masing-masing.

C. Prinsip-prinsip PTK

Prinsip dasar yang melandasi penelitian tindakan kelas dikemukakan oleh

Hopkins (1993), yaitu :

1. Tugas guru yang utama adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik

dan berkualitas. Untuk itu, guru harus mempunyai komitmen dalam

mengupayakan perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran secara terus

menerus. Dalam menerapkan suatu tindakan untuk memperbaiki kualitas

pembelajaran ada kemungkinan tindakan yang dipilih tidak/kurang berhasil,

maka ia harus tetap berusaha mencari alternatif lain. Guru harus

menggunakan pertimbangan dan tanggungjawab profesionalnya dalam

Page 11: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 8

mengupayakan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi dalam

pembelajaran. Prinsip pertama ini berimplikasi pada sifat penelitian tindakan

sebagai suatu upaya yang berkelanjutan secara siklis sampai terjadinya

peningkatan, perbaikan, atau ‘kesembuhan’ sistem, proses, hasil, dan

sebagainya.

2. Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, yang tidak menuntut

kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data. Tahapan-tahapan

penelitian tindakan selaras dengan pelaksanaan pembelajaran, yaitu:

persiapan (planning), pelaksanaan pembelajaran (action), observasi kegiatan

pembelajaran (observation), evaluasi proses dan hasil pembelajaran

(evaluation), dan refleksi dari proses dan hasil pembelajaran (reflection).

Prinsip kedua ini menginsyaratkan agar proses dan hasil pembelajaran

direkam dan dilaporkan secara sistematik dan terkendali menurut kaidah

ilmiah.

3. Kegiatan meneliti, yang merupakan bagian integral dari pembelajaran, harus

diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah. Alur

pikir yang digunakan dimulai dari pendiagnosisan masalah dan faktor

penyebab timbulnya masalah, pemilihan tindakan yang sesuai dengan

permasalahan dan penyebabnya, merumuskan hipotesis tindakan yang tepat,

penetapan skenario tindakan, penetapan prosedur pengumpulan data dan

analisis data. Obyektivitas, reliabilitas , dan validitas proses, data, dan hasil

tetap dipertahankan selama penelitian berlangsung. Prinsip ketiga ini

mempersyaratkan bahwa dalam menyelenggarakan penelitian tindakan agar

tetap menggunakan kaidah-kaidah ilmiah.

4. Masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang riil dan

merisaukan tanggungjawab profesional dan komitmen terhadap pemerolehan

mutu pembelajaran. Prinsip ini menekankan bahwa diagnosis masalah

bersandar pada kejadian nyata yang berlangsung dalam konteks pembelajaran

yang sesungguhnya. Bila pendiagnosisan masalah berdasar pada kajian

akademik atau kajian literatur semata, maka penelitian tersebut dipandang

sudah melanggar prinsip ke-otentikan. Jadi masalah harus didiagnosis dari

kancah pembelajaran yang sesungguhnya, bukan sesuatu yang dibayangkan

akan terjadi secara akademik.

Page 12: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 9

5. Konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan

kualitas pembelajaran sangat diperlukan. Hal ini penting karena upaya

peningkatan kualitas pembelajaran tidak dapat dilakukan sambil lalu, tetapi

menuntut perencanaan dan pelaksanaan yang sungguh-sungguh. Oleh karena

itu, motivasi untuk memperbaiki kualitas harus tumbuh dari dalam (motivasi

intrinsik), bukan sesuatu yang bersifat instrumental.

6. Cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya dibatasi pada

masalah pembelajaran di ruang kelas, tetapi dapat diperluas pada tataran di

luar ruang kelas, misalnya: tataran sistem atau lembaga. Perspektif yang lebih

luas akan memberi sumbangan lebih signifikan terhadap upaya peningkatan

kualitas pendidikan.

D. Perbedaan PTK dengan Penelitian lain

Dengan memperhatikan karakteristik dan prinsip-prinsip yang ada pada

penelitian tindakan kelas, maka dapat diperbandingkan perbedaan PTK dan jenis

penelitian yang lain, yaitu :

Tabel 1. Perbedaan PTK dan Non PTKAspek PTK Non PTK

Peneliti Guru Orang luarRencanaPenelitian

Oleh guru (memungkinkandibantu orang luar) Oleh peneliti

Munculnyamasalah

Dirasakan oleh guru(mungkin dorongan orangluar)

Dirasakan oleh orang luar

Ciri utama Ada tindakan untukperbaikan yang berulang

Belum tentu ada tindakanperbaikan

Peran guru Sebagai guru dan peneliti Sebagai guru (subjekpenelitian)

Tempatpenelitian Kelas Kelas

Prosespengumpulandata

Oleh guru dan bantuanorang luar Oleh peneliti

Hasil penelitianLangsung dimafaatkan olehguru dan dirasakan olehsiswa

Menjadi milik peneliti danbelum tentu dimanfaatkanoleh guru

Page 13: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 10

Selain perbedaan-perbedaan di atas dapat pula dikemukaan perbedaan antara

PTK dan Non PTK jika dilihat dari berbagai dimensi atau sudut pandang, yaitu :

Tabel 2. Perbedaan karakteristik PTK dan penelitian kelas non PTK

Dimensi PTK Penelitian Non PTKMotivas Tindakan KebenaranSumbermasalah Diagnosis status Induktif - deduktif

Tujuan Memperbaiki praktik,sekarang dan di ini

Verifikasi dan menemukanpengetahuan yang dapatdigeneralisasi

Peneliti yangterlibat Pelaku dari dalam (guru) Orang yang berminat

Sampel Kasus khusus Sampel yang refresentatif

MetedologiLonggar tetapi berusahaobjektif, jujur, dan tidakmemihak

Baku dengan objektivitas danketidakmemihakan yangterintergrasi

Sampel Kasus khusus Sampel yang refresentatif

MetodologiLonggar tetapi berusahaobjektif, jujur, dan tidakmemihak

Baku dengan objektivitas danketidakmemihakan yangterintergrasi

Penafsiranhasilpenelitian

Untuk memahamipraktik melalui refleksioleh praktisi yangmembangun

Mendiskripsikan,mengabstraksikan, penyimpulandan pembentukan teori olehilmuwan

Hasil akhir Siswa belajar lebih baik(proses dan produk)

Pengetahuan, prosedur ataumateri yang diuji

SOAL LATIHAN :

1. Mengapa seorang guru yang ingin memperbaiki kualitas pembelajarannya

harus melakukan penelitian tindakan kelas ?

2. Telaahlah pendapat Hopkins, Kemmis dan Tim PGSM tentang PTK dan

analisislah kesamaan dari ketiga pendapat tersebut !

3. Buatlah sebuah rangkuman yang dapat menggambarkan karakteristik PTK

yang dikemukakan oleh Hopkins !

4. Jelaskan perbedaan yang prinsip antara PTK dan penelitian lain !

Page 14: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 11

BAB III

MODEL-MODEL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Kompetensi Dasar :Memahami model-model penelitian tindakan kelas

Indikator Kompetensi :1. Menjelaskan makna model penelitian tindakan kelas2. Menjelaskan macam-macam model penelitian tindakan kelas3. Memilih model penelitian tindakan kelas yang sesuai

Materi :

Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam

dunia pendidikan, di antaranya: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan

Mc Taggart dan (3) Model John Elliot.

1. Model Kurt Lewin

Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai

model penelitian tindakan yang lain, khususnya PTK. Dikatakan demikian, karena

dialah yang pertama kali memperkenalkan Action Research atau penelitian

tindakan.

Konsep pokok penelitian tindakan Model Kurt Lewin terdiri dari empat

komponen, yaitu ; a) perencanaan (planning), b) tindakan (acting), c) pengamatan

(observing), dan d) refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen tersebut

dipandang sebagai siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Page 15: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 12

Gambar 1. Riset aksi model Kurt Lewin(Sumber : Rochiati, 2007)

2. Model Kemmis & McTaggart

Model Kemmis & McTaggart merupakan pengembangan dari konsep dasar

yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin sebagaimana yang diutarakan di atas. Hanya

saja, komponen acting (tindakan) dengan observing (pengamatan) dijadikan

sebagai satu kesatuan. Disatukannya kedua komponen tersebut disebabkan oleh

adanya kenyataan bahwa antara implementasi acting dan observing merupakan

dua kegiatan yang tidak terpisahkan. Maksudnya, kedua kegiatan haruslah

dilakukan dalam satu kesatuan waktu, begitu berlangsungnya suatu tindakan

begitu pula observasi juga harus dilaksanakan. Untuk lebih tepatnya, berikut ini

dikemukakan bentuk designnya (Kemmis & McTaggart, 1990:14).

Page 16: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 13

Gambar 2. Riset aksi model Kemmis & Taggart(Sumber : Rochiati, 2007)

Apabila dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis & McTaggart

pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu

perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu ; perencanaan, tindakan,

pengamatan dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut

dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada kesempatan

ini adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan,

pengamatan dan refleksi.

Page 17: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 14

3. Model John Elliot

Apabila dibandingkan dua model yang sudah diutarakan di atas, yaitu Model

Kurt Lewin dan Kemmis-McTaggart, PTK Model John Elliot ini tampak lebih

detail dan rinci. Dikatakan demikian, oleh karena di dalam setiap siklus

dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu antara 3-5 aksi (tindakan).

Sementara itu, setiap aksi kemungkinan terdiri dari beberapa langkah, yang

terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. Maksud disusunnya secara

terinci pada PTK Model John Elliot ini, supaya terdapat kelancaran yang lebih

tinggi antara taraf-taraf di dalam pelaksanan aksi atau proses belajar-mengajar.

Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi atau tindakan

sehingga menjadi beberapa langkah oleh karena suatu pelajaran terdiri dari

beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran. Di dalam kenyataan praktik di

lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu

langkah, tetapi akan diselesaikan dalam beberapa rupa itulah yang menyebabkan

John Elliot menyusun model PTK yang berbeda secara skematis dengan kedua

model sebelumnya, yaitu seperti dikemukakan berikut ini.

Page 18: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 15

Gambar 3: Riset Aksi Model John Elliot

SOAL LATIHAN :

1. Perhatikan gambar model yang dikemukakan oleh Kurt Lewin, Kemmis &

Taggart dan John Eliot di atas. Berikan gagasan Anda tentang persamaan dan

perbedaan yang mendasar pada ketiga model tersebut !

Page 19: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 16

2. Jelaskan kelebihan dan kelemahan dari model Kurt Lewin, Kemmis & Taggart

dan John Eliot !

3. Cobalah untuk mengemukakan sebuah permasalahan yang akan diselesaikan

melalui PTK dan pilihlah sebuah model yang akan Anda gunakan berikut

alasan rasional pemilihan model tersebut !

Page 20: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 17

BAB IV

TAHAPAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Kompetensi Dasar :Memahami tahapan pelaksanaan penelitian tindakan kelas

Indikator Kompetensi :1. Menjelaskan kegiatan pra penelitian tindakan kelas2. Menganalisis permasalahan pembelajaran yang dialami3. Menjelaskan langkah-langkah kegiatan penelitian tindakan kelas

Materi :

A. Fokus Masalah

Kegiatan PTK sebelum pelaksanaan penyusunan rencana PTK merupakan

kegiatan yang mendasari pelaksanaan PTK, yang berupa kegiatan-kegiatan

sebagai berikut:

1. Identifikasi masalah

Kegiatan diawali dengan langkah mengidentifikasi bidang fokus masalah

yang akan diteliti, bidang masalah diteliti dan dikembangkan. Dalam pendidikan

dan kurikulum, bidang masalah yang dipilih adalah bidang masalah yang

memiliki sumbangan paling besar terhadap mutu hasil pendidikan, khususnya

mutu kemampuan dan pribadi siswa, misalnya implementasi kurikulum. Bidang

tersebut masih mencakup secara luas, cakupannya dapat terdiri dari berbagai sub

bidang atau segi, misalnya segi pembelajaran, segi praktik, pengelolaan

kurikulum, kegiatan ekstra kurikuler, penggunaan media, evaluasi, dll. Dalam segi

pembelajaran masih terdapat lagi masalah-masalah yang bisa diidentifikasi dan

dipilih sebagai fokus masalah, seperti pembelajaran pemecahan masalah,

pembelajaran konstektual, eksprensial, pembelajaran inkuiri-discoveri,

pembelajaran kooperatif, dan lain-lain. Dalam pemilihan fokus masalah atau

kegiatan yang ingin dipilih didasarkan atau urgensi dan mafaatnya, serta

kemampuan diri dalam melaksanakan kegiatan pemecahan masalah tersebut.

2. Pengumpulan data

Page 21: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 18

Langkah kedua ini merupakan langkah dengan melakukan kegiatan

pengumpulan data berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan yang menjadi fokus

masalah. Sebagai contoh masalah yang menjadi dasar adalah pembelajaran

kooperatif (pembelajaran yang menekankan aktivitas siswa dalam pembelajaran).

Dalam langkah ini seorang guru mengidentifikasi, menghimpun dokumen-

dokumen, mengingat-ingat kegiatan pembelajaran, serta hasil pembelajaran yang

berkenan dengan pemecahan masalah yang pernah dilakukannya. Topik-topik apa

yang dibahas, bagaimana langkah, bagaimana kegiatan guru dan siswa, buku

media, dan sumber belajar, keberhasilan yang dicapai, dan lain-lain.

3. Analisis dan interpretasi data

Hasil pengumpulan data kemudian dianalisis secara kualitatif , diuraikan,

dibandingkan, dikategorikan, disintesiskan, lalu diurutkan secara sistematis. Hasil

analisis diinterpretasikan dalam arti diberi makna, baik makna umum maupun

khusus.

4. Solusi permasalahan

Hasil masalah-masalah yang telah dijabarkan, kemudian dicarikan solusi

untuk mencari/mengembangkan cara perbaikan, yang dapat dilakukan dengan

mengkaji teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan, berdiskusi dengan teman

(guru lain) atau dengan pakar, serta guru dapat menggali pengalaman sendiri.

Pengembangan cara perbaikan atau tindakan harus sesuai dengan kemampuan dan

komitmen guru sebagai peneliti pelaksana, kemampuan siswa, fasilitas yang

tersedia, serta iklim belajar dan iklim kerja di sekolah.

B. Pelaksanaan PTK

Berdasarkan empat kegiatan awal, yaitu identifikasi masalah, pengumpulan

data, analisis dan interpretasi data, dan solusi permasalahan, maka langkah

selanjutnya adalah melakukan langkah-langkah umum PTK yang merupakan satu

daur atau siklus, yang terdiri dari kegiatan:

1. Perencanaan

Pelaksanaan tindakan dimulai dengan mempersiapkan rencana pembelajaran

dan skenario tindakan, termasuk bahan pelajaran dan tugas-tugas, menyiapkan alat

pendukung atau sarana lain yang diperlukan, mempersiapkan cara merekam dan

menganalisis data, dan melakukan simulasi pelaksanaan jika diperlukan.

Page 22: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 19

2. Pelaksanaan (Tindakan)

Fase tindakan merupakan tahapan pelaksanaan tindakan-tindakan (intervensi)

yang telah direncanakan. Pada fase ini peneliti peneliti sudah harus benar-benar

menguasai skenario pengajaran sebelum menerapkannya. Fokus perhatian peneliti

pada fase bukan pada bagaimana mengimplementasikan rencana atau pada proses

peningkatan keterampilan mengajar guru, tetapi pada proses menggunakan

strategi yang direncanakan untuk melihat seberapa jauh strategi itu mengatasi

masalah yang ingin diatasi. Peneliti disarankan untuk berkolaborasi dengan satu

atau lebih kolega yang mengampu mata pelajaran yang sama. Kolaborator tersebut

bertugas mengamati implementasi perencanaan dan melihat seberapa jauh strategi

itu memecahkan masalah.

3. Observasi

Observasi merupakan proses pengumpulan data mengenai tingkat

keberhasilan strategi yang digunakan untuk memecahkan masalah. Observasi

difokuskan pada data yang berhubungan dengan kriteria keberhasilan yang telah

ditentukan. Pertanyaan-pertanyaan yang lazim diajukan pada fase observasi

adalah: Seberapa efektif strategi yang digunakan memecahkan masalah?, bukan,

seberapa baik pengajaran guru?. Atau, seberapa baik strategi pengajaran itu

diimplementasikan oleh guru?. Kedua pertanyaan terakhir adalah pertanyaan

untuk observasi ketika mahasiswa melakukan praktik mengajar, bukan dalam

observasi PTK. Pada fase observasi ini, peneliti dan kolaborator juga menyepakati

sumber dan jenis data yang akan dikumpulkan serta teknik dan instrument yang

akan digunakan untuk mengumpulkan data tersebut. Proses penjaringan data

sesuai dengan kesepakatan yang diambil juga dilakukan pada fase observasi ini.

4. Refleksi

Refleksi merupakan proses analisis data dan diskusi (keduanya selalu

berlangsung tumpang tindih) untuk menentukan sejauh mana data yang dijaring

menunjukkan keberhasilan strategi mengatasi masalah. Refleksi juga

menunjukkan faktor-faktor apa saja yang mendukung keberhasilan strategi atau

persoalan-persoalan tambahan apa yang muncul selama proses implementasi

strategi. Analisis terhadap hasil observasi dilakukan dengan membandingkan data

yang terjaring dengan kriteria keberhasilan yang telah ditargetkan. Sebagai

contoh, sebuah strategi yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas hasil belajar

Page 23: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 20

siswa pada pembelajaran Sistem Periodik Unsur di SMA melalui model

pembelajaran kooperatif dengan metode STAD, kualitas hasil belajar dianggap

berhasil bila (1) para siswa tersebut menyenangi pembelajaran kooperatif tipe

STAD, (2) para siswa semakin aktif dalam pembelajaran, (3) para siswa

merasakan kepuasan dengan pembelajaran yang dilaksanakan seperti terungkap

melalui penilaian siswa yang memberikan nilai rata-rata 4,6 (dalam skala 5)

kepada guru melalui angket, (4) tingkat ketuntasan mencapai target yang

ditetapkan di awal. Refleksi yang dilakukan melalui proses analisis data dan

diskusi ini berfungsi untuk menilai kriteria keberhasilan yang mana yang sudah

tercapai, mana yang belum tercapai dan apa yang menyebabkan kriteria itu belum

tercapai. Hasil penilaian ini akan memperlihatkan unsur strategi yang perlu

diperbaiki. Dengan demikian peneliti dan kolaborator dapat memperbaiki strategi

tersebut secara optimal sehingga pengimplementasian strategi revisi ini nantinya

dapat mencapai semua target keberhasilan.

Strategi yang sudah diperbaiki (revised strategy) inilah yang menjadi fase

perencanaan (plan) pada siklus kedua, yang nantinya diimplemetasikan,

diobservasi, dan direfleksi kembali. Siklus tersebut dapat diulang beberapa kali

hingga seluruh kriteria keberhasilan tercapai. Jumlah siklus tidak dapat diprediksi

pada awal penelitian. Jika setelah siklus pertama semua kriteria keberhasilan dapat

dicapai maka penelitian dapat dihentikan. Namun selama kriteria-kriteria

keberhasilan itu belum tercapai, revisi terhadap strategi perlu dilakukan dan siklus

berikutnya dilaksanakan.

SOAL LATIHAN :

1. Berdasarkan permasalahan yang Anda kemukakan pada soal latihan bab

sebelumnhya, laporkan kegiatan awal yang dapat Anda lakukan sebelum Anda

melakukan PTK !

2. Dari kegiatan awal yang telah Anda laporkan, identifikasilah permasalahan-

permasalahan yang menjadi penyebab timbulnya masalah tersebut dan

telaahlah mana permasalahan yang dapat diselesaikan dengan PTK !

3. Jelaskan langkah-langkah utama dalam PTK berikut contoh kegiatan sehingga

dapat memperjelas jawaban Anda !

Page 24: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 21

BAB IV

PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN

KELAS

Kompetensi Dasar :Menyusun proposal penelitian tindakan kelas

Indikator Kompetensi :1. Menyusun latar belakang permasalahan2. Menemukan strategi tindakan yang sesuai dengan permasalahan3. Menyusun proposal lengkap

Materi :

Sebelum menyusun proposal penelitian, seorang guru yang akan menyusun

penelitian tindakan kelas harus merumuskan permasalahannya dengan jelas

terlebih dahulu. Sebagai contoh : guru menyadari bahwa hasil belajar siswa pada

materi hidrokarbon selalu rendah, siswa juga tidak memiliki keaktifan pada saat

pembelajaran. Guru mencoba melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang

selama ini dilakukan untuk menemukan penyebab permasalahan yang ada. Hasil

refleksi guru didapatkan bahwa beberapa permasalahan yang menjadi penyebab

adalah (1) guru selalu mengajar dengan metode yang monoton, (2) guru tidak

pernah menggunakan alat peraga atau media dalam pembelajaran, (3) siswa

berasal dari keluarga kurang mampu sehingga tidak memiliki buku-buku

penunjang, (4) sekolah berada di tepi jalan raya yang selalu bising.

Keempat permasalahan tersebut harus dianalisis, manakah yang dapat

diperbaiki melalui PTK. Permasalahan no 3 dan 4 bukanlah permasalahan yang

yang dapat diperbaiki oleh guru melalui PTK, sehingga permasalahan yang dapat

diangkat untuk dilakukan tindakan perbaikan adalah no 1 dan 2. Selanjutnya guru

melalui diskusi dengan teman sejawat dan atau kolaborator mencoba untuk

menemukan tindakan yang diyakini akan mampu memperbaiki permasalahan.

Misalnya diperoleh bahwa tindakan yang akan dilakukan adalah dengan

menggunakan model kooperatif dengan metode Teams Game Tournamen

dilengkapi dengan media kartu soal. Permasalahan dan tindakan yang

Page 25: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 22

direncanakan tersebut dikemas dalam judul yang dalam PTK harus memuat 3 hal

yaitu permasalahan, tindakan dan setting : Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada

Materi Hidrokarbon melalui Penerapan Model Kooperatif Metode TGT

Dilengkapi Media Kartu Huruf pada Siswa Kelas X SMA Al Muayyad (Sri

Yamtinah, 2008).

Untuk menyusun proposal, digunakan susunan Bab I, Bab II, dan Bab IIIsebagai berikut :

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahB. Identifikasi MasalahC. Pembatasan MasalahD. Rumusan MasalahE. Tujuan PenelitianF. Manfaat Penelitian

BAB IIKAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian TeoriB. Penelitian yang relevan (bila ada)C. Kerangka BerpikirD. Hipotesis Tindakan

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

A. Setting PenelitianB. Subyek PenelitianC. Sumber DataD. Teknik dan Alat Pengumpul DataE. Validasi DataF. Analisis dataG. Indikator KinerjaH. Prosedur Tindakan

Adapun penjelasan terhadap masing-masing komponen tersebut adalahsebagai berikut :

PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah

Pada latar belakang masalah, guru menuliskan kenyataan yang ada sebagai

kondisi awal, misalnya tentang rendahnya hasil belajar siswa yang

Page 26: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 23

ditunjukkan dengan data tentang rendahnya ketuntasan pada materi

hidrokarbon selama beberapa tahun dan rendahnya keaktifan siswa dalam

pembelajaran. Disampaikan juga tentang kemungkinan penyebab

permasalahan misalnya tentang metode pembelajaran guru yang selalu

monoton dan guru tidak pernah memanfaatkan media atau alat peraga.

Dituliskan pula harapan yang ingin dituju yaitu perbaikan hasil belajar siswa

dan perbaikan kualitas pembelajaran.

Setelah itu dituliskan pula adanya kesenjangan antara kenyataan dan harapan

yang kemudian dilanjutkan dengan menuliskan cara pemecahan masalah

atau solusi yang akan dilakukan. Guru harus dapat meyakinkan bahwa

tindakan yang akan dilakukan merupakan tindakan yang jitu untuk

menyelesaikan permasalahan.

B. Identifikasi MasalahBeberapa hal yang umum dituliskan pada identifikasi masalah adalah :

(1) umumnya dalam bentuk kalimat tanya, (2). Kalimat tanya dimulai dari

yang kompleks (holistic) sampai pada yang spesifik (atomistic), (3).

Pertanyaan mengacu pada variable pada permasalahan pokok, (4).

Permasalahan dalam identifikasi masalah lebih banyak daripada banyaknya

rumusan masalah.

C. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan penelitian menjadi lebih terfokus, maka diperlukan

pembatasan permasalahan yang akan diteliti. Pembatasan masalah juga

menjelaskan atau membatasi variable terikat, misalnya untuk siswa mana,

kelas berapa, semester kapan, materi apa, dsb.

D. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dikembangkan dari identifikasi dan pembatasan

masalah. Dituliskan dalam bentuk kalimat tanya yang mengacu pada

permasalahan yang hendak diteliti. Kalimat tanya yang ada pada rumusan

masalah harus dijawab.

Contoh rumusan masalah non PTK :

1. Bagaimana hubungan antara metode TGT dan media kartu soal dengan

hasil belajar siswa ?

Page 27: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 24

2. Apakah terdapat pengaruh metode TGT dan media kartu soal terhadap

hasil belajar siswa ?

Contoh rumusan masalah PTK :

1. Apakah penerapan metode TGT dan media kartu soal dapat

meningkatkan hasil belajar siswa ?

2. Dapatkah penerapan metode TGT dan media kartu soal meningkatkan

keaktifan siswa dalam pembelajaran ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan PTK hendaknya dirumuskan secara jelas dengan memaparkan

sasaran antara dan akhir tindakan perbaikan. Perumusan tujuan harus

konsisten dengan hakekat permasalahan yang dikemukakan dalam bagian –

bagian sebelumnya.

F. Manfaat Penelitian

Dalam bagian ini, perlu dipaparkan secara spesifik keuntungan –

keuntungan yang dijanjikan, khususnya bagi siswa sebagai pewaris langsung

(direct beneficiaries) hasil PTK, di samping bagi guru pelaksana PTK, bagi

rekan – rekan guru lainnya.

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESISA. Kajian Teori

Kebenaran menurut metode ilmiah dapat berupa kebenaran berdasarkan

teori dan empiris. Kajian teori sebagai dasar untuk mencari kebenaran

berdasarkan teori/buku referensi/buku rujukan. Terdapat dua hal yang harus

diperhatikan ketika menuliskan teori yaitu relevansi dan kemutakhiran.

B. Penelitian yang relevan (bila ada)

Pada bagian ini dikemukakan tentang penelitian yang telah dilakukan

baik oleh diri sendiri maupun orang lain, yang relevan dengan permasalahan

yang sedang kita teliti. Mengemukakan penelitian lain yang relevan

disamping untuk menghinadri duplikasi juga digunakan sebagai pijakan

untuk lebih meyakinkan kita bahwa tindakan yang akan dilakukan memang

tepat untuk menangani masalah.

C. Kerangka Berpikir

Page 28: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 25

Berisi analisis, kajian dan simpulan secara deduksi tentang focus

permasalahan berdasar teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan.

Kerangka berpikir merupakan pandangan dan pendapat peneliti terhadap

teori yang dikemukakan. Juga merupakan penjelasan sementara terhadap

gejala yang menjadi focus permasalahan dengan menggunakan alur pikir

yang logis..

Kerangka berpikir bukan menyampaikan kumpulan teori tetapi teori yang

dipilih secara selektif untuk membangun kerangka argumentasi tentang

keyakinan terhadap tindakan yang akan dilakukan.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir dapat dibuat hipotesis tindakan. Pada

PTK hipotesis yang diajukan adalah hipotesis tindakan bukan hipotesis

statistik.

METODOLOGI PENELITIANA. Setting Penelitian

Setting penelitian mengungkapkan 2 hal, yaitu waktu penelitian dan

tempat penelitian. Pada saat mengungkapkan waktu penelitian diuraikan

tentang kapan penelitian dilakukan, meliputi persiapan penyusunan proposal,

penyusunan instrument, pengumpulan data, analisis data, pembahasan dan

laporan. Dapat diuraikan dalam bentuk narasi atau dalam bentuk table dan

sampaikan pula alasan mengapa tindakan dilakukan pada waktu tersebut.

Tempat penelitian disebutkan sekolah dan kelas mana yang menjadi tempat

penelitian dan berikan alasan mengapa penelitian dilakukan di tempat tersebut.

B. Subyek PenelitianPenelitian tindakan kelas tidak menggunakan teknik sampling karena

memang tujuannya tidak untuk melakukan generalisasi, sehingga tidak

mengenal populasi dan sampel, yang digunakan adalah subyek penelitian.

Subyek penelitian adalah orang-orang yang menjadi focus kajian dalam

penelitian, jika peneliti seorang guru maka subyeknya adalah siswa. Jika

kepala sekolah yang menjadi peneliti, maka subyeknya bisa guru dan siswa.

Jika pengawas yang menjadi peneliti, maka subyeknya adalah guru atau

kepala sekolah.

Page 29: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 26

C. Sumber DataSumber data dari subyek penelitian merupakan sumber data primer

(misalnya nilai ulangan harian). Sumber data dari selain subyek penelitian

merupakan sumber data sekunder (misalnya data hasil pengamatan yang

dilakukan oleh teman sejawat).

D. Teknik dan Alat Pengumpul DataTeknik pengumpulan data dapat berbentuk teknik tes maupun non tes,

bisa dipilih lebih dari satu teknik. Alat pengumpulan data tergantung pada

teknik yang digunakan. Teknik tes menggunakan alat berupa butir soal tes.

Teknik non tes dapat menggunakan pedoman dan lembar observasi, pedoman

dan lembar wawancara, dll. Semua instrument atau alat pengumpul data harus

memenuhi persyaratan sebagai instrument yang baik yaitu valid dan reliabel.

Alat pengumpul data yang valid akan memberikan data atau hasil yang valid.

E. Validasi DataSelain instrumen yang harus valid sebelum digunakan untuk penelitian,

maka data yang dihasilkan dalam penelitian juga harus valid. Validasi data

dilakukan dengan teknik triangulasi, yaitu menggunakan beberapa metode

untuk pengambilan data sebuah variabel. Hal ini digunakan agar data yang

diperoleh merupakan data yang valid.

F. Analisis dataTeknik analisis data yang digunakan dalam PTK disesuaikan dengan jenis

data yang diperoleh. Data yang diperoleh pada PTK meliputi 2 jenis yaitu data

kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif dianalisis dengan teknik analisis

deskriptif kualitatif, sedangkan data kuantitatif dianalisis dengan teknik

statistik deskriptif. Analisis data kuantitatif digunakan untuk membandingkan

dengan target yang telah ditetapkan di awal (pada indicator kinerja). Hasil

analisis kualitatif dan kuantitatif digunakan untuk merefleksi tiap-tiap siklus.

G. Indikator KinerjaIndikator kinerja merupakan kondisi akhir siklus atau target yang

diharapkan untuk dicapai. Penetapan indicator kinerja didasarkan pada

pengalaman atas pencapaian pada masa sebelum dilakukan tindakan. Hal yang

penting adalah penetapan indicator kinerja dengan alasan yang rasional,

Page 30: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 27

artinya tidak menetapkan indikator yang terlalu tinggi. Misalnya : jika rata-

rata ulangan biasanya hanya mencapai 50 maka indikator kinerja cukup

dengan 56 atau 60.

H. Prosedur TindakanMerupakan langkah-langkah yang harus dilalui oleh peneliti, sesuai

dengan model yang telah dipilih. Tahapan dalam PTK yaitu perencanaan,

tindakan, observasi dan refleksi masing-masing dijelaskan secara singkat

untuk setiap siklus.

SOAL LATIHAN :

1. Buatlah sebuah paragraph latar belakang masalah dari permasalahan yang

telah Anda kemukakan sebelumnya !

2. Pilihlah strategi yang Anda yakini tepat untuk menyembuhkan atau

memperbaiki permasalahan yang telah Anda kemukakan beserta alasan

rasional pemilihan strategi tersebut !

3. Susunlah proposal lengkap berdasarkan permasalahan yang telah Anda

kemukakan tersebut !

Page 31: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 28

BAB V

PENYUSUNAN LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN

KELAS

Kompetensi Dasar :Menuliskan laporan penelitian tindakan kelas

Indikator Kompetensi :1. Menyusun laporan hasil penelitian tindakan kelas2. Mendiseminasikan laporan hasil PTK

Materi :Laporan penelitian tindakan kelas terdiri dari 3 bagian yaitu bagian pembuka,

bagian isi, dan bagian penunjang. Adapun secara rinci format penulisan laporan

adalah sebagai berikut :

A. BAGIAN PEMBUKA1. Halaman Judul2. Halaman Pengesahan3. Kata Pengantar4. Daftar Isi5. Daftar Tabel (bila ada)6. Daftar Gambar (bila ada)7. Daftar Lampiran8. Abstrak atau ringkasan

B. BAGIAN INTIBab I. Pendahuluan (isi lengkap seperti pada proposal)Bab II. Kajian Teori dan Pengajuan Hipotesis (isi lengkap seperti padaproposal)Bab III. Metodologi Penelitian (isi lengkap seperti pada proposal)Bab IV. Hasil Tindakan dan Pembahasan

A. Deskripsi Kondisi AwalB. Deskripsi Siklus I

1. Perencanaan2. Tindakan3. Observasi4. Refleksi

C. Deskripsi Siklus II (seperti deskripsi siklus I)D. Pembahasan Tiap Siklus dan Antar SiklusE. Hasil Penelitian

Page 32: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 29

BAB V. PENUTUPA. SimpulanB. Implikasi/RekomendasiC. Saran

C. BAGIAN PENUNJANG1. DAFTAR PUSTAKA2. LAMPIRAN-LAMPIRAN

Penjelasan bab IV dan V sebagai berikut :HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASANA. Deskripsi Kondisi Awal

Pada bagian ini dideskripsikan semua hasil pengamatan dari kondisi awal

sebelum tindakan. Deskripsi dapat disajikan pula dalam bentuk table/daftar,

maupun dalam grafik/diagram.

B. Deskripsi Hasil Siklus I

1. Perencanaan Tindakan

Pada bagian ini dituliskan seluruh kegiatan yang dilakukan oleh peneliti

dalam mempersiapkan tindakan pada pembelajaran, misalnya penyusunan

perangkat pembelajaran, media pembelajaran dan asesmen pembelajaran.

2. Pelaksanaan Tindakan

Uraian pada pelaksanaan tindakan berisi kegiatan-kegiatan yang

berlangsung pada saat tindakan dilaksanakan. Pada bagian ini jika

memungkinkan disajikan foto kegiatan pada saat proses tindakan. Uraian

kegiatan hendaknya terperinci mulai dari kegiatan awal sampai kegiatan

akhir dari proses pembelajaran tersebut.

3. Hasil Observasi

Hasil pengamatan dari rekan sejawat yang bertindak sebagai observer

disajikan pada bagian ini. Uraian hasil observasi didasarkan pada poin-

poin pedoman observasi yang telah disiapkan di awal. Selain memaparkan

hasil observasi dengan data kualitatif, disajikan pula hasil pengamatan

berupa nilai hasil tes siklus I.

4. Refleksi

Uraian refleksi didasarkan pada hasil observasi, yang membandingkan

antara hasil yang diperoleh dengan target/indicator kinerja yang telah

ditetapkan sebelumnya, sehingga dapat disimpulkan apakah tindakan yang

Page 33: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 30

dilakukan pada siklus I dapat dianggap berhasil ataukah masih harus

dilanjutkan pada siklus II. Pada refleksi inilah akan dapat dilaporkan

keunggulan-keunggulan yang ada pada pelaksanaan siklus I juga

kelemahan-kelemahan yang ditemukan. Jika ternyata siklus I belum

dianggap berhasil karena belum dapat mencapai target yang ditetapkan,

maka untuk memasuki siklus II, peneliti harus mencermati kelebihan dan

kelemahan pelaksanaan tindakan siklus I.

C. Deskripsi Hasil Siklus II (uraian sama dengan deskripsi hasil siklus I)

D. Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus

Pada bagian ini dibahas mengenai kondisi awal, pelaksanaan tindakan siklus I,

siklus II dan seterusnya. Juga dibahas hasil observasi pada kondisi awal, siklus

I, siklus II dan seterusnya. Secara empirik kebenaran diperoleh dari hasil

analisis data yang diperoleh dari bab II dan bab IV, sehingga hasil penelitian

pada bab IV ini merupakan kebenaran empirik.

PENUTUP

A. Simpulan

Merupakan sintesis dari temuan-temuan penelitian, bersifat terpadu dan

menyeluruh, mengemukakan seluruh hasil penelitian sebagai kesatuan yang

utuh dari data yang bersifat terpisah. Simpulan ini harus menjawab rumusan

masalah yang ada pada bab I.

B. Implikasi

Diuraikan dampak teoritis dan praktis yang dapat diperoleh dari temuan

penelitian yang telah dilakukan, sehingga dapat digunakan sebagai bagian

penyusunan kebijakan. Implikasi ini lebih condong pada saran penerapan.

C. Saran

Dengan berdasarkan simpulan yang telah diperoleh, peneliti dapat

memberikan saran untuk pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penelitian

tindakan kelas.

SOAL LATIHAN :

1. Susunlah laporan penelitian yang telah Anda lakukan !

Page 34: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 31

2. Buatlah rancangan diseminasi pada sasaran yang tepat dan alasan rasional

mengapa dipilih kelompok sasaran tersebut !

Page 35: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 32

DAFTAR PUSTAKA

Herawati Susilo, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas: Sebagai SaranaPengembangan Keprofesionalan Guru dan Calon Guru. Malang: UM.

Hopkins, D. 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research, Buckingham: OpenUniversity Press.

IGAK. Wardani, Kuswaya Wihardit, dan Noehi Nasution. 2004. PenelitianTindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

I Wayan Santyasa. 2009. Metodologi Penelitian Tindakan Kelas. Makalah.Singaraja: UNDHIKSA.

Kemmis, S. dan McTaggart, R. 1983. The Action Research Planner, ThirdEdition. Victoria: Deakin University.

McNiff, J. 1991. Action Research: Principles and Practice. London: McMillan.

Rochiati Wiriaatmadja. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas: UntukMeningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Program PascasarjanaUPI dan PT. Remaja Rosdakarya.

Sri Yamtinah, dkk. 2008. Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada MateriHidrokarbon melalui Penerapan Model Kooperatif Metode TGT DilengkapiMedia Kartu Huruf pada Siswa Kelas X SMA Al Muayyad. LaporanPenelitian tidak dipublikasikan.

Sukardi. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya.Jakarta: Bumi Aksara.

Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Action Research),Jakarta: Ditjen Dikti, Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah(Secondary School Teacher Development Project).

Page 36: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 33

CONTOH PROPOSAL PTK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada tahun pelajaran 2007/2008 mata pelajaran kimia menjadi salah satu

dari 6 (enam) mata pelajaran yang masuk dalam daftar Ujian Nasional. Ini

tentunya menjadi tantangan baru bagi para guru kimia, padahal mata pelajaran

kimia selama ini dianggap sebagai mata pelajaran sulit bagi siswa. Hal ini

disebabkan karena sebagian besar materi ilmu kimia merupakan konsep-konsep

yang abstrak, sehingga tidak mudah bagi guru untuk membuat siswa memahami

konsep - konsep kimia dengan segera. Belum lagi bagi guru yang mengajar di

sekolah yang belum memiliki fasilitas laboratorium dan media-media

pembelajaran, tentunya akan sangat sulit mengajarkan konsep-konsep kimia. Di

samping itu guru juga dihadapkan pada keterbatasan waktu, di mana alokasi jam

pelajaran kimia hanya 2 jam pelajaran per minggu (meskipun beberapa sekolah

menambah menjadi 3 jam pelajaran per minggu) dengan beban materi yang cukup

banyak sesuai dengan Standar Isi yang telah ditetapkan pemerintah.

Para guru sering berdiskusi utuk mencari strategi pembelajaran yang

memudahkan penanaman konsep pada siswa. Di SMA Al Muayyad Surakarta,

pembelajaran kimia yang dilakukan masih didominasi dengan metode ceramah,

dilanjutkan dengan contoh soal dan diakhiri dengan latihan soal yang harus

dikerjakan siswa secara mandiri. Belum nampak adanya variasi metode

pembelajaran maupun inovasi-inovasi dalam metode maupun media

pembelajaran. Pada saat guru sedang mengajarkan materi redoks, guru mengajar

dengan metode ceramah disertai contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari.

Hampir tidak ada siswa yang bertanya ketika dijelaskan oleh guru meskipun guru

memberi kesempatan, akan tetapi pada saat ulangan harian persentase siswa yang

mencapai batas ketuntasan (nilai 60) tidak lebih dari 55%, itupun dengan

perolehan nilai yang tidak bisa dikatakan bagus, karena rerata nilai mereka yang

mencapai ketuntasan belajar hanya 62,5. Ini berarti sekitar 45% siswa masih

belum memahami konsep dengan baik.

Page 37: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 34

Guru mencoba untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi di

kelas, didapatkan bahwa di samping hasil belajar yang rendah, masalah yang

terjadi dalam proses pembelajaran adalah kurang aktifnya siswa di kelas, siswa

dalam keadaan lelah dan mengantuk, dan beberapa siswa sering absen. Sebagai

gambaran, bahwa SMA Al Muayyad adalah lembaga pendidikan yang bernaung

di bawah payung Pondok Pesantren. Pendidikan di pondok pesantren Al Muayyad

ini menerapkan 3 jenis kurikulum , yaitu kurikulum sekolah (SMA) , kurikulum

madrasah, dan kurikulum pondok. Seluruh siswa diwajibkan untuk menempuh 3

kurikulum ini sekaligus. Dengan demikian siswa tidak mempunyai waktu

istirahat yang cukup, apalagi waktu untuk belajar mandiri. Sehingga waktu tatap

muka dengan gurulah satu-satunya kesempatan bagi siswa untuk belajar. Hal ini

menjadi tantangan tersendiri bagi guru-guru di SMA Al Muayyad terutama guru-

guru mata pelajaran MIPA, jika guru hanya menerapkan metode ceramah di kelas

siswa tidak akan bisa belajar dengan baik. Dari yang dilakukan selama ini guru

cenderung menyampaikan informasi (transfer of knowledge) sehingga kegiatan

siswa lebih banyak mencatat dan menghafal. Pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan guru belum dapat menuntun siswa menemukan konsep yang dipelajari

tetapi masih terbatas pada penyelesaian soal-soal yang ada pada buku. Untuk

memperbaiki kualitas proses belajar kimia di kelas itu, perlu dicari suatu metode

yang dapat membuat suasana bahwa siswa tidak malas tetapi aktif mempelajari

ilmu kimia.

Paradigma pembelajaran bergeser dari Behavioristik ke arah

Konstruktivisme. Dengan pendekatan konstruktivisme, siswa belajar untuk

mengkonstruk sendiri pengetahuannya, dengan bantuan guru sebagai fasilitator.

Salah satu model pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivis

adalah pembelajaran kooperatif. Dengan pembelajaran kooperatif siswa

diharapkan dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran, bekerja sama antar

teman, sehingga dapat meningkatkan kualitas proses maupun prestasi belajar

siswa. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan yang termasuk ke

dalam model kooperatif adalah metode STAD.

Materi koloid merupakan salah satu materi di kelas XI IPA yang selama

ini hanya diajarkan dengan metode ceramah, sehingga hasilnya kurang

Page 38: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 35

memuaskan, baik dalam hal kualitas proses maupun prestasi siswa. Kurangnya

fasilitas sarana bahan-bahan kimia menyebabkan materi pembuatan koloid hanya

disampaikan dengan metode ceramah sehingga siswa tidak melakukan secara

langsung pembuatan koloid. Dengan demikian perlu dicari media yang dapat

digunakan untuk mengatasinya. Oleh karena materi pembuatan koloid ini akan

lebih baik jika pembelajaran diberikan secara visual, maka pembelajaran akan

diberikan dengan media VCD. Dengan demikian penelitian ini akan berusaha

memecahkan masalah tentang masih rendahnya kualitas proses dan prestasi

belajar kimia pada materi koloid di SMA Al Muayyad dengan menggunakan

pembelajaran kooperatif model STAD disertai media VCD.

B. Identifikasi Masalah

Dalam pembelajaran kimia di sekolah, banyak dijumpai kendala yang

dihadapi para guru, yang yang tidak jarang menyebabkan rendahnya prestasi

belajar para siswa. Beberapa kendala yang sering dirasakan sebagai permasalahan

pembelajaran kimia adalah :

1. banyaknya materi kimia yang memuat konsep-konsep abstrak, sehingga

sulit untuk menyampaikan konsep-konsep semacam ini.

2. kemampuan guru-guru kimia, terutama guru-guru muda yang belum

berpengalaman dalam mengajar.

3. kurangnya pengetahuan guru akan model-model pembelajaran yang baru,

sehingga sebagian guru tetap bertahan dengan gaya mengajar

konvensional.

4. materi kajian yang harus diajarkan cukup banyak,sehingga para guru lebih

berorientasi menghabiskan materi.

5. kurangnya kemampuan guru dalam mengembangkan media pembelajaran

yang dapat meningkatkan keaktifan siswa.

C. Pembatasan Masalah

Banyaknya permasalahan dalam pembelajaran kimia sangat menarik untuk

dikaji, akan tetapi agar dapat mengkaji permasalahan secara mendalam maka pada

penelitian ini hanya akan dikaji tentang kualitas proses pembelajaran meliputi :

Page 39: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 36

keaktifan belajar siswa dan interaksi siswa dalam kerja kelompok. Juga akan

dikaji tentang kualitas hasil yaitu prestasi belajar siswa pada materi Koloid dengan

menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning metode STAD disertai

media VCD

D. Perumusan Masalah

Masalah yang akan dicari penyelesaiannya dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

a. Apakah penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning metode

STAD disertai media VCD dapat meningkatkan kualitas proses meliputi

keaktifan siswa dan interaksi dalam kerja kelompok pada siswa kelas XI SMA

Al Muayyad dalam mempelajari materi Koloid ?

b. Apakah penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning metode

STAD disertai media VCD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI

SMA Al Muayyad dalam mempelajari materi Koloid ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, dapat

dirumuskan tujuan penelitian ini adalah :

a. Penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning metode STAD

disertai media VCD dapat meningkatkan kualitas proses meliputi keaktifan

siswa dan interaksi dalam kerja kelompok pada siswa kelas XI SMA Al

Muayyad dalam mempelajari materi Koloid.

b. Penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning metode STAD

disertai media VCD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI SMA

Al Muayyad dalam mempelajari materi Koloid.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan mempunyai kontribusi relatif besar bagi guru

di sekolah, pengembang, dan lembaga khususnya Program Studi Pendidikan

Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret. Kontribusi pada masing-masing

komponen dapat dijelaskan sebagai berikut :

Page 40: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 37

c. Bagi Peserta Didik

Pengembangan inovasi pembelajaran yang akan dilakukan akan bermanfaat

bagi peserta didik dalam beberapa hal, diantaranya : peningkatan teknik belajar

peserta didik secara kooperatif, saling bekerja sama dan memiliki rasa

ketergantungan positif ( positive interdependence) serta meningkatkan semangat

dan motivasi peserta didik dalam belajar karena menerima teknik pembelajaran

yang baru.

d. Bagi Guru

Pembelajaran konstruktivistik dengan model pembelajaran Cooperative

Learning metode STAD disertai media VCD merupakan hal baru yang belum

umum dilakukan oleh guru di sekolah. Sehingga penelitian ini akan dapat

memberikan pengalaman langsung pada guru-guru kimia yang terlibat sehingga

memperoleh pengalaman baru untuk menerapkan metode baru dalam

pembelajaran. Sehingga permasalahan rendahnya kualitas proses dan hasil belajar

kimia dapat teratasi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Konstruktivisme dalam Pembelajaran

Selama ini proses pembelajaran kimia yang dilakukan oleh para guru

kimia umumnya dan guru kimia di SMA Al Muayyad khususnya masih

didominasi oleh kegiatan ceramah yang dilanjutkan dengan latihan soal-soal. Pada

pembelajaran ini, guru menjelaskan konsep-konsep kimia secara rinci dengan

menulis di papan tulis, dan setelah guru selesai menjelaskan siswa mencatat apa

yang dijelaskan oleh guru. Setelah itu guru memberikan contoh-contoh soal untuk

dikerjakan bersama-sama (lebih banyak dikerjakan guru sendiri). Selanjutnya

setelah selesai latihan soal yang dikerjakan, guru memerintahkan siswa untuk

mengerjakan soal-soal latihan yang ada pada akhir bab dari buku. Pembelajaran

yang umum dilakukan seperti ini hanya mendorong siswa untuk sekedar

Page 41: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 38

menghafal konsep yang diberikan guru. Dan ketika diadakan ulangan harian

‘hafalan’ ini dengan mudah hilang, sehingga prestasi siswapun menjadi rendah.

Dalam teori konstruktivisme, peserta didik harus menemukan sendiri dan

memecahkan informasi baru dengan aturan lama dan merevisinya apabila aturan

itu tidak sesuai lagi. Hal ini sangat mutlak diperlukan dalam pembelajaran kimia

yang memiliki sifat dinamis. Menurut Van Glaser dalam Paul (1996) dikatakan

bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realitas), pengetahuan

ini dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang sewaktu ia berinteraksi dengan

lingkungannya. Pandangan konstruktivisme menyatakan bahwa peserta didik

diberi kesempatan agar menggunakan suatu teknik sendiri dalam belajar secara

sadar dan pendidik dalam hal ini membimbing peserta didik ke tingkat

pengetahuan ke arah yang lebih tinggi ( Daiute dalam Strommen,2003). Dengan

demikian agar peserta didik benar-benar memahami materi, mereka harus bekerja

sama untuk memecahkan masalah dan kesulitan yang ada dengan ide-ide dan

kemampuannya.

Ide pokok pada teori konstruktivisme adalah peserta didik secara aktif

membangun pengetahuan mereka sendiri. Pembelajaran merupakan kerja mental

aktif, dan bukanlah menerima pelajaran secara pasif. Dalam kerja mental peserta

didik ini, pendidik memegang peranan penting dengan cara memberi dukungan,

tantangan berfikir, namun dalam hal ini peserta didik tetap merupakan kunci

pembelajaran. Menurut Kamii dalam Dahar (1989) bahwa prinsip yang paling

umum dan esensial yang dapat diturunkan dari konstruktivisme adalah bahwa

siswa memperoleh banyak pengetahuan di luar sekolah dan pendidikan

seharusnya memperhatikan hal itu dan menunjang proses alamiah itu.

Pendekatan dalam pembelajaran konstruktivisme dapat menggunakan

pembelajaran secara kooperatif ekstensif. Menurut teori ini peserta didik akan

lebih mudah menemukan dan mengerti akan konsep-konsep yang sulit jika

mereka dapat membicarakan dan mendiskusikan masalah tersebut dengan

temannya. Peserta didik secara rutin bekerja dalam kelompok yang terdiri dari

sekitar empat orang untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah.

Dalam hal ini penekanannya pada aspek sosial dalam pembelajaran dan

penggunaan kelompok-kelompok yang sederajat untuk menghasilkan pemikiran

Page 42: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 39

dan tantangan miskonsepsi peserta didik sebagai unsur kuncinya. Pada sistem

pengajaran ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama

dengan temannya dalam tugas-tugas terstruktur dan inilah yang disebut dengan

pengajaran gotong-royong atau Cooperative Learning (Slavin R.E, 1995).

Pembelajaran ini bisa menimbulkan keagresifan dalam sistem kompetisi dan

hilangnya keterasingan individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.

Pada prakteknya pembelajaran seperti ini juga membutuhkan lingkungan

belajar yang konstruktivis. Model desain lingkungan belajar konstruktivistik

(Jonassen dalam Reigeluth (Ed), 1999) terdiri dari pemberian masalah (konteks,

representasi, manipulasi ruang), kasus-kasus berhubungan, sumber-sumber

informasi, cognitive tool, pemodelan yang dinamis, percakapan dan kolaborasi,

dan dukungan kontekstual. Penciptaan lingkungan konstruktivistik dapat

dilakukan melalui penerapan model pembelajaran berorientasi konstruktivistik

oleh guru, penyediaan bahan ajar yang dapat mendorong siswa belajar, atau

penciptaan kondisi sekolah yang kondusif untuk belajar. Terdapat beberapa model

pembelajaran berorientasi konstruktivistik yang dapat diterapkan oleh guru seperti

pembelajaran kooperatif, siklus belajar (learning cycle), problem posing, problem

solving, pembelajaran berbasis masalah, peta konsep dan lain-lain. Model-model

tersebut menyediakan lingkungan yang dapat mendorong siswa belajar (stimulate

to learning) sehingga pembelajaran di sekolah berpusat pada siswa (student

centered). Pada pengembangan ini, pemecahan masalah rendahnya kualitas proses

pembelajaran kimia di SMA Al Muayyad Surakarta (pembelajaran masih berpusat

pada guru, kurang aktifnya siswa, dan prestasi belajar yang rendah ) akan

digunakan model peta konsep dan penerapan teknik Cooperative Learning model

STAD dengan pengembangan teknik collective responsibility.

2. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang

berdasarkan faham konstruktivisme sosiologis. Pada pembelajaran kooperatif

diyakini bahwa keberhasilan peserta didik tercapai jika setiap anggota

kelompoknya berhasil. Sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan pada

anak didik untuk bekerja sama dengan temannya dalam tugas-tugas terstruktur

Page 43: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 40

disebt dengan sistem gotong royong atau cooperative learning ( Lie dalam Paul

Suparno, 1997).

Sistem pembelajaran kooperatif dapat dibuat model-model tertentu antara

lain :

1). Student Teams Achievement Divisions (STAD)

2). Teams Games Tournaments (STAD)

3). Team Assisted Individualization (TAI)

4). Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

Menurut Slavin (1995) keberhasilan dari proses belajar kooperatif adalah karena

adanya lima prinsip yaitu :

1). Adanya sumbangan dari ketua kelompok

Tugas dari ketua kelompok adalah memberikan sumbangan

pengetahuannya untuk anggota kelompoknya, karena ketua kelompok dianggap

berkemampuan lebih dibandingkan dengan anggota yang lain. Anggota

diharapkan memperhatikan, mempelajari informasi yang diberikan ketua

kelompok.

2). Heterogenitas kelompok

Kelompok belajar lebih efektif bila mempunyai anggota kelompok yang

heterogen, baik dari jenis kelamin, latar belakang sosial atau kecerdasan.

3). Ketergantungan pribadi yang positif

Setiap anggota kelompok belajar untuk berkembang dan bekerja sama satu

sama lain. Ketergantungan pribadi ini bisa memberikan motivasi bagi setiap

individu karena pada awalnya mereka harus bisa membangun pengetahuan sendiri

sebelum mereka bekerja sama dengan temannya.

4). Keterampilan bekerja sama

Dalam proses bekerja sama perlu adanya keterampilan khusus sehingga

kelompok tersebut berhasil membawa nama kelompoknya misalnya adanya

komunikasi yang baik antar anggota kelompok.

5). Otonomi kelompok

Setiap kelompok memiliki tujuan agar menjadi yang terbaik jika mereka

mengalami kesulitan dalam proses pemecahan masalah maka mereka dapat

bertanya kepada gurunya.

Page 44: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 41

3. Cooperative Learning Model STAD (Student Teams Achievement

Divisions)

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk pembelajaran yag

berdasarkan faham konstruktivisme sosiologis. Pada pembelajaran kooperatif

diyakini bahwa keberhasilan peserta didik tercapai jika setiap anggota

kelompoknya berhasil. Sistem pengajaran yang memberikan kesempatan pada

anak didik untuk bekerja sama dengan temannya dalam tugas-tugas terstruktur

disebut sebagai sistem gotong royong atau cooperative learning ( Anita Lie,

2004). Beberapa model cooperative learning yaitu : STAD (Student Teams

Achievement Divisions), STAD (Team Games Tournament), TAI ( Team Assisted

Individualization), CIRC ( Cooperative Integrated Reading dan Composition).

Model pembelajaran STAD merupakan metode yang berdasar pada teori belajar

konstruktivisme dan berlandaskan pada teori belajar kognitif. Pembelajaran

merupakan kerja mental yang aktif dan bukanlah menerima pelajaran secara pasif.

Dalam kerja mental peserta didik ini, pendidik memegang peranan penting dengan

cara memberi dukungan, tantangan berpikir namun tetap merupakan kunci

pembelajaran. Menurut teori ini peserta didik akan lebih mudah menemukan dan

mengerti akan konsep-konsep yang sulit jika mereka dapat membicarakan dan

mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya.

Penelitian yang dilakukan oleh Rukoyah (2003) menyatakan bahwa model

STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Demikian pula penelitian yang

dilakukan Sri Yamtinah (2006) dihasilkan bahwa model STAD yang

dikembangkan dengan teknik Collective Responsibility cukup dapat meningkatkan

hasil belajar siswa, namun hasil yang didapatkan masih belum menggembirakan

karena siswa masih mengalami kesulitan dalam memberikan penjelasan kepada

teman yang membutuhkan.

Secara umum metode STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu :

a. Presentasi Kelas

Tahap awal dalam STAD adalah tahap pengenalan awal dalam presentasi

kelas. Presentasi ini bisa dilakukan dengan pengajaran langsung atau pengajaran

diskusi dengan guru, tetapi bisa juga dengan presentasi menggunakan media

Page 45: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 42

audiovisual. Presentasi kelas dalam STAD berbeda dengan pembelajaran kelas

biasa, karena dalam STAD terdapat penekanan pada materi, karena materi dalam

presentasi kelas ini akan sangat menentukan kesiapan siswa dalam kuis dan

menentukan skor individu yang nanti akan berpengaruh pada skor kelompok.

b. Tim / kelompok

Tim terdiri dari 4-5 siswa yang mewakili bagiannya baik jenis

kelamin,suku,atau etnik dalam kelas untuk menjalankan aktivitas

akademik.Fungsi utama dari tim adalah membentuk semua tim agar mengingat

materi yang telah diberikan dan lebih memahami materi yang nantinya digunakan

dalam persiapan mengerjakan quis sehingga bisa mengerjakan dengan

baik.Sesudah guru mempresentasikan materi,tim segera mempelajari lembar kerja

atau materi lain.Dalam hal ini siswa biasanya menggunakan cara pembelajaran

diskusi tentang masalah-masalah yang ada,membandingkan soal-soal yang

ada.Tim merupakan hal yang penting yang perlu ditonjolkan dalam STAD.Dalam

setiap langkah,titik beratnya terletak pada ingatan tim agar bisa bekerja yang

terbaik demi timnya dan cara yang terbaik dalam tim adalah dengan adanya kerja

sama yang baik.

c. Kuis

Setelah 1-2 periode dari presentasi guru dan 1-2 periode dari ketua

tim,siswa mengerjakan kuis secara individu.Siswa tidak boleh meminta ataupun

memberikan bantuan pada siswa lain,hal ini dimaksudkan untuk mengetahui

pemahaman materi secara individu.

d. Skor Perbaikan Siswa

Hal ini dimaksudkan untuk memberikan nilai pada setiap siswa jika

mereka mengerjakan sampai selesai.Beberapa siswa dapat memperoleh nilai

maksimal untuk kelompoknya dalam sistem seorang tetapi tidak semua siswa

dapat mengerjakan dengan baik.Masing-masing siswa diberikan skor

”cukup”yang berasal dari rata-rata siswa pada kuis yang sama.Setelah siswa

mendapatkan nilai maka siswa berhak mendapatkan urutan tingkatan nilai dari

skor kuis dan berusaha untuk melampaui skor cukup.

e. Pengakuan Tim

Page 46: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 43

Tim mendapat penghargaan jika dapat melampaui kriteria yang telah

ditentukan. Skor tim ini akan digunakan untuk menentukan tingkatan pemahaman

siswa (Slavin, 1995 : 71-73)

4. Media Pembelajaran VCD

Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima pesan

sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian

peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi ( Arief S. Sadiman,

1996 :5)

Media pembelajaran yang tepat dan efektif akan dapat menunjang

tercapainya tujuan pembelajaran yang efektif. Media pembelajaran yang tepat

adalah media pembelajaran yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan.

Media pembelajaran yang efektif adalah media pembelajaran yang memanfaatkan

semua potensi yang mendorong tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Tingkat

keefektifan media pembelajaran dilihat dari tingkat pemahaman siswa yang

diperoleh setelah proses belajar mengajar.

Secara umum , media pembelajaran mempunyai kegunaan :

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistik, mengatasi

keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera

2. Dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat

diatasi sikap pasif siswa.

3. Dengan sifat unik pada tiap siswa serta lingkungan dan pengalaman yang

berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pembelajaran ditentukan sama

untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana

semuanya itu harus diatasi sendiri.

Zaenal Abidin (1997 : 26-27) mengklasifikasikan media pembelajaran

berdasarkan bentuknya yaitu :

1. Media pandang (visual media) yaitu media yang dapat dilihat, misalnya foto,

OHP, grafik, benda nyata.

2. Media dengar (audio media) yaitu media untuk didengar suaranya, misalnya

tape recorder, radio, telepon.

Page 47: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 44

Media Video Compact Disk (VCD) adalah media audiovisual yang

merupakan perkembangan teknologi dari media video dan termasuk salah satu

media yang lengkap, yaitu menggunakan kemampuan audio ( suara), visual

(gambar) dan mempunyai kegunaan untuk mengatasi hambatan dalam

berkomunikasi , keterbatasan fisik dalam kelas, sikap pasif siswa serta

menyatukan pengamatan siswa.

Media VCD adalah bagian dari media audio visual yang secara

keseluruhan adalah penyalur pesan yang dapat ditampilkan lewat suara dan

gambar. Dalam media audiovisual lebih condong didominasi dengan teori

realisme. Lebih banyak sifat bahan audiovisual yang realistis maka makin

memudahkan pengajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

B. Kerangka Berpikir

Sebagai sekolah yang berada di bawah payung pondok pesantren, di mana

para siswa mempunyai kewajiban menempuh 3 jenis kurikulum (Kurikulum

Sekolah / Nasional, Kurikulum Madrasah Dinniyah, dan Kurikulum Pondok)

sekaligus, adalah merupakan tantangan tersendiri bagi guru untuk dapat

membelajarkan siswanya dengan kualitas pembelajaran dan hasil belajar yang

tinggi. Kurangnya sarana laboratorium juga merupakan kendala yang cukup

berarti bagi pembelajaran kimia. Oleh karena siswa yang dihadapi adalah siswa

yang memiliki beban pelajaran yang sangat banyak (mengingat 3 kurikulum),

siswa dalam keadaan lelah karena penuhnya kegiatan, serta sarana prasarana

sekolah yang kurang mendukung maka diperlukan suatu inovasi pembelajaran

yang dapat meningkatkan kualitas proses dan prestasi belajar siswa. Penggunaan

metode Cooperative Learning model STAD disertai media VCD diharapkan akan

dapat mengoptimalkan proses pembelajaran di kelas.

Secara skematis, kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan

sebagai berikut :

Kondisi awal :

Siswa kurang aktif Siswa lelah Sarana laboratorium

kurang Prestasi rendah Pembelajaran

ceramah saja

PembelajaranKooperatifMetode STADDisertai MediaVCD

Kualitas Proses (keaktifan,interaksi kelompok) meningkat

Prestasi Belajar Meningkat

Page 48: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 45

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, dapat diajukan hipotesis

tindakan sebagai berikut :

a. Penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning metode STAD

disertai media VCD dapat meningkatkan kualitas proses meliputi keaktifan

siswa dan interaksi dalam kelompok pada siswa kelas XI SMA Al Muayyad

dalam mempelajari materi Koloid.

b. Penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning metode STAD

disertai media VCD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI SMA

Al Muayyad dalam mempelajari materi Koloid.

BAB III

METODOLOGI PENELITAN

A. Setting Penelitian

Penelitian dilakukan di kelas XI IPA SMA Al Muayyad Surakarta, yang

merupakan salah satu lembaga pendidikan di bawah naungan Pondok Pesantren

Al Muayyad Surakarta, yang beralamat di Jln. K.H. Samanhudi No 64 Surakarta.

Pondok pesantren ini memiliki unit-unit sekolah umum yaitu SMP, SMA, dan

MA. Oleh karena berada di bawah naungan pondok pesantren, maka seorang

siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa dan sebagai santri. Kewajiban seorang

siswa adalah menempuh 3 kurikulum sekaligus yaitu kurikulum Nasional (SMA),

kurikulum Dinniyah (MDW), dan kurikulum pondok (kitab). Kondisi ini

menyebabkan beban yang harus ditanggung seorang siswa jauh lebih berat

dibandingkan dengan siswa di sekolah umum.

Pelaksanaan penelitian pada bulan Mei- Juni 2008, yang disesuaikan dengan

alokasi waktu yang telah disusun oleh guru. Pelaksanaan penelitian ada pada

waktu yang kurang efektif, karena bersamaan dengan pelaksanaan ujian nasional

kelas XII sehingga beberapa pertemuan tidak sesuai dengan jadwal yang telah

direncanakan.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Al Muayyad

Surakarta pada semester genap 2007/2008 dengan jumlah siswa sebanyak 21

Page 49: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 46

orang terdiri dari 9 siswa putra dan 12 siswa putri. Pada pelaksanaan

pembelajaran, siswa putra dan putri meskipun berada dalam 1 kelas, namun

dipisahkan oleh pembatas yang terbuat dari tripleks yang biasa disebut satir.

Dengan demikian dalam pembentukan kelompok, maka kelompok putra dan putri

juga dipisahkan.

Pemilihan subyek penelitian ini dengan dasar pemikiran bahwa siswa-siswa

pada kelas XI IPA memiliki potensi kemampuan akademik yang cukup bagus

berdasarkan nilai ulangan harian guru , namun cara belajar yang mereka gunakan

selama ini masih individual, sehingga diharapkan dengan mempergunakan model

pembelajaran Cooperative Learning metode STAD disertai media VCD ini akan

meningkatkan keaktifan siswa belajar dan interaksi siswa dalam kerja kelompok

yang pada ujungnya akan meningkatkan prestasi belajar. Materi pokok yang

digunakan dalam penelitian ini adalah materi koloid.

C. Variabel Penelitian

Variabel yang menjadi faktor yang diselidiki dalam penelitian ini adalah

terdiri dari variabel kualitatif berupa keaktifan siswa belajar dan interaksi siswa

dalam kerja kelompok. Sedangkan variabel tindakan berupa penggunaan model

pembelajaran Cooperative Learning metode STAD disertai media VCD. Variabel

yang juga diamati yang berupa variabel kuantitatif adalah prestasi siswa yang

berasal dari ulangan harian atau tes akhir siklus yang dibandingkan dengan nilai

batas tuntas untuk mata pelajaran kimia yaitu 65.

D. Teknik Pengumpulan data

1. Data Penelitian

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data informasi

tentang keadaan siswa dilihat dari aspek kualitatif dan kuantitatif. Aspek kualitatif

berupa hasil observasi dengan berpedoman pada lembar pengamatan yang

menggambarkan proses belajar di kelas yang difokuskan pada keaktifan siswa

belajar dan interaksi siswa dalam kerja kelompok yang diamati oleh observer.

Aspek kuantitatif yang dimaksud adalah hasil penilaian belajar dari materi Koloid

berupa nilai yang diperoleh siswa dari penilaian kemampuan berupa aspek

kognitif .

Page 50: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 47

2. Sumber Data

Data penelitian ini dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi:

a. Narasumber yaitu, guru bidang studi dan siswa SMA Al-Muayyad Surakarta

b. Hasil Observasi peneliti di kelas XI IPA SMA Al-Muayyad Surakarta.

c. Arsip atau dokumen kelas XI IPA SMA Al-Muayyad Surakarta.

d. Hasil tes siklus

E. Uji Validitas Data

Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data antara lain

menurut Lather dalam Supardi (2006: 128) antara lain :

a. Face validity (validitas muka), setiap anggota kelompok peneliti tindakan

saling mengecek/menilai/memutuskan validitas suatu instrumen dan data

dalam proses kolaborasi dalam penelitian tindakan. Dalam hal ini anggota

kelompok mengadakan diskusi untuk memutuskan kevalidan instrument-

instrumen yang akan digunakan.

b. Triangulation (triangulasi), menggunakan berbagai sumber data untuk

meningkatkan kualitas penelitian. Dalam hal ini peneliti mengadakan diskusi

baik dengan guru maupun siswa untuk melakukan triangulasi.

c. Critical Reflection (refleksi kritis), setiap tahap siklus penelitian tindakan

dirancang untuk meningkatkan kualitas pemahaman.

d. Catalytic validity (validitas pengetahuan) yang dihasilkan oleh peneliti

tindakan bergantung pada kemampuan peneliti sendiri dalam mendorong pada

adanya perubahan (improvement).

F. Indikator Kinerja

Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan

dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian (Sarwiji Suwandi,

2007:36).

Indikator yang dijadikan sebagai pedoman untuk menentukan keberhasilan

penelitian ini didasarkan pada diskusi antara guru dengan peneliti, dengan

memperhatikan kondisi awal dari siswa berdasarkan informasi yang diberikan

oleh guru.

Berikut ini tabel indikator keberhasilan kinerja dalam upaya meningkatkan

kualitas proses dan hasil belajar siswa.

Page 51: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 48

siswaseluruh tuntassiswa

Tabel 3. Indikator Keberhasilan kinerja Siklus I

Aspek yang Dinilai Target Cara Penilaian (X 100%)

Keaktifan belajarsiswa

50 % aktif

Dihitung dari :

uruhansiswakesellajarandalampembesiswaaktif

Interaksi siswadalam kerjakelompok

30 % bekerjasamaDihitung dari

:

ompokseluruhkel

tiferaksiposirkelompokbe int

Hasil belajar(prestasi belajar)

60 % tuntas

Dihitung dari :

G. Prosedur Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas

(classroom action research) yang berusaha mengkaji dan merefleksikan secara

mendalam beberapa aspek dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu keaktifan siswa

belajar dan interaksi siswa dalam kerja kelompok serta prestasi belajar siswa.

Keaktifan siswa belajar dan interaksi siswa dalam kerja kelompok dinilai penting

untuk diamati karena dua hal tersebut merupakan modal penting yang dapat

dipergunakan untuk keberhasilan belajar siswa melalui kooperatif.

Penelitian ini dibagi dalam dua siklus yang disesuaikan dengan alokasi

waktu dan topik yang dipilih. Masing-masing siklus terdiri dari empat langkah

(Kemmis dan Mc Taggart, 1988) berikut: a) perencanaan, yaitu merumuskan

masalah, menentukan tujuan dan metode penelitian serta membuat rencana

tindakan, b) tindakan, yang dilakukan sebagai upaya perubahan yang dilakukan,

c) observasi, dilakukan secara sistematis untuk mengamati hasil atau dampak

tindakan terhadap proses belajar mengajar, dan d) refleksi, yaitu mengkaji dan

mempertimbangkan hasil atau dampak tindakan yang dilakukan. Pemilihan

Kualitas Proses Belajar

Kualitas Hasil Belajar

Page 52: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 49

metode Kemmis dan Mc Taggart ini dikarenakan metode ini lebih mudah untuk

diaplikasikan dalam penelitian.

Adapun rancangan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bagan

sebagai berikut :

2. Langkah-langkah Penelitian

PelaksanaanTindakan I

Refleksi I

PerencanaanTindakan II

PelaksanaanTindakan II

Observasi II

Refleksi II

Terselesaikan

SIKLUS I

SIKLUS II

Observasi I

Permasalahan

Belumterselesaikan/

munculmasalah baru

SIKLUS III

PerencanaanTindakan I Terselesaikan

Page 53: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 50

Prosedur dan langkah-langkah yang akan digunakan dalam penelitian ini

mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart yaitu model

spiral. Perencanaan Kemmis menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai

dengan rencana tindakan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing)

dan refleksi (reflecting). Kegiatan ini disebut dengan satu siklus kegiatan

pemecahan masalah (Suharsimi Arikunto, dkk, 2006:117).

Berikut pemaparan tentang hal-hal yang dilakukan dalam tiap-tiap langkah

tersebut :

1. Tahap perencanaan (Planning)

Kegiatan yang dilakukan meliputi :

a. Penyusunan perangkat pembelajaran

b. Penyusunan perangkat evaluasi

c. Penyusunan perangkat observasi.

d. Penyusunan angket balikan siswa.

2. Tahap pelaksanaan atau tindakan (Acting)

Tindakan dilakukan peneliti untuk memperbaiki masalah. Kegiatan yang

dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini antara lain :

a. Menyelenggarakan pendistribusian pembagian kelompok.

b. Melaksanakan PBM sesuai langkah-langkah yang telah disusun dalam

Rancangan Pembelajaran.

c. Melakukan kegiatan pemantauan proses belajar melalui observasi

langsung

d. Menyelenggarakan evaluasi ( tes akhir siklus) untuk menilai hasil belajar

siswa.

3. Tahap Observasi dan Evaluasi

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses observasi adalah :

a. Pengumpulan data.

b. Sumber data.

c. Critical friend dalam penelitian.

d. Analisis data.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam observasi adalah sebagai

berikut :

Page 54: 16. kimia (ptk)

Modul PLPG PTK Kimia 51

a. Pelaksanaan pengamatan baik oleh guru maupun peneliti sendiri.

b. Mencatat semua hasil pengamatan ke dalam lembar observasi.

c. Diskusi dengan guru (sebagai critical friend) terhadap hasil pengamatan

setelah proses pembelajaran selesai.

d. Membuat kesimpulan hasil pengamatan.

4. Tahap Refleksi (Reflecting)

Refleksi adalah kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan yang

terjadi pada siswa, suasana kelas dan guru. Langkah-langkah dalam kegiatan

analisis dapat dilakukan sebagai berikut :

a. Menganalisis tanggapan siswa pada lembar angket.

b. Menganalisis pengamatan dengan lembar monitoring.

c. Menganalisis hasil tes yang diberikan kepada siswa

d. Mendiskusikan dengan guru dan tim peneliti untuk melihat kekurangan-

kekurangan maupun kelebihan dari pelaksanaan siklus 1.

e. Berdasarkan hasil refleksi peneliti mencoba untuk mengatasi kekurangan

atau kelemahan yang terjadi akibat tindakan yang telah dilakukan.

Dari data hasil refleksi, baik keberhasilan maupun kegagalan dalam

pelaksanaan tindakan maka peneliti dengan guru mengadakan diskusi untuk

mengambil kesepakatan menentukan tindakan perbaikan berikutnya (siklus 2)

dalam proses yang dilaksanakan oleh peneliti.

Dengan adanya penelitian ini diharapkan ada tindak lanjut dari guru

yang bersangkutan untuk melakukan perbaikan serta mengembangkan strategi

yang tepat agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif sehingga

tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dapat tercapai secara maksimal.