1355-2703-1-sm.pdf
TRANSCRIPT
-
EVALUASI PRODUKTIVITAS ANAK DOMBA LOKAL MENGGUNAKAN RUMUS
PRODUKTIVITAS MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI REPRODUKSI
(Kasus di Peternakan Rakyat Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten
Purwakarta)
Rini Ramdhiani Muchtar, Bandiati, S K P, Tita D. Lestari
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
Jatinangor, Sumedang
ABSTRAK
Penelitian Evaluasi Produktivitas Anak Domba Lokal Menggunakan Rumus
Produktivitas Melalui Penerapan Teknologi Reproduksi telah dilaksanakan di Desa Neglasari,
Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta pada bulan April 2012. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui jumlah produktivitas anak domba lokal yang diduga dengan menggunakan
rumus produktivitas serta mengetahui seberapa besar simpangan pendugaan produktivitas anak
domba lokal tersebut setelah ada penerapan teknologi reproduksi berupa sinkronisasi estrus dan
inseminasi buatan. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Pengambilan data dilakukan
melalui pengamatan dan pencatatan terhadap produktivitas anak, tingkat fertilitas dan lamb crop.
Data yang diperoleh merupakan data kelahiran anak domba (Cempe) dihitung menggunakan
rumus produktivitas. Data aktual yang didapat dibandingkan dengan data hasil perhitungan
rumus produktivitas untuk memperoleh persentase simpangan. Hasil penelitian menunjukkan
besarnya simpangan yang dihasilkan adalah sebesar 65,10% dengan persentase fertilitas 100%
serta lamb crop mencapai 89,04%.
Kata Kunci : Produktivitas anak, domba lokal, sinkronisasi estrus, inseminasi buatan.
PENDAHULUAN
Pemeliharaan domba memiliki
beberapa tujuan diantaranya untuk
memenuhi kebutuhan materi, adat, dan
hiburan. Masyarakat umumnya menjadikan
kegiatan beternak domba sebagai usaha
sampingan dari usaha pokok bertani. Domba
merupakan ternak yang memiliki potensi
untuk dikembangkan dan menjadi ternak
alternatif pemenuh kebutuhan daging.
Pemeliharan domba di Indonesia umumnya
diarahkan untuk produksi daging. Populasi
domba Nasional dari tahun 2008 hingga
2010 berturutturut sebesar 9.605.000,
10.199.000 dan 10.725.000 ekor. Penyebaran
populasi terbesar berada di Pulau Jawa
tepatnya Provinsi Jawa Barat. (Direktorat
Jendral Peternakan, 2010).
Upaya konservasi domba lokal
dilakukan untuk meningkatkan populasi
serta memelihara plasma nutfah domba lokal
di Indonesia. Hal tersebut dilakukan dengan
membentuk suatu populasi dasar domba
lokal yang berasal dari Desa Wanaraja Garut
yang diarahkan sebagai tipe pedaging.
Mengetahui produktivitas anak yang
dihasilkan diperlukan dalam pembentukan
populasi dasar, produktivitas anak dapat
dihitung menggunakan rumus produktivitas.
-
Produktivitas anak adalah jumlah anak yang
dihasilkan dari suatu populasi induk.
Produktivitas anak diperoleh dari hasil
perkalian koefisien-koefisien teknis di dalam
rumus produktivitas. Ratarata kelahiran
pertahun diketahui dari lamanya masa
kebuntingan selama 5 bulan. Rata-rata
kelahiran pertahun diperoleh dari
kemampuan domba beranak 3 kali selama
dua tahun. Jadi dalam satu tahun diperoleh
nilai sebesar 1,5 per tahun. Jumlah anak per
kelahiran adalah kemampuan menghasilkan
berapa banyak anak dari seekor induk. Nilai
dari jumlah anak sekelahiran adalah sebesar
150%, nilai fertilitas induk sebesar 90%,
lamb crop atau panen anak diketahui sebesar
80% (Mulliadi D, 2009)
Penerapan teknologi sinkronisasi estrus
dan inseminasi buatan diharapkan
memberikan nilai yang lebih signifikan
dengan meningkatkan nilai lamb crop dan
fertilitas induk serta dapat mengubah
perhitungan produktivitas anak domba lokal
yang dihitung berdasarkan rumus
produktivitas yang akan diseleksi untuk
menentukan populasi dasar. Sehubungan
dengan hal itu perlu diketahui pula seberapa
besar persentase simpangan yang diperoleh
dari pendugaan produktivitas anak domba
lokal menggunakan rumus produktivitas
dengan produktivitas anak domba lokal
aktual setelah ada penerapan teknologi
reproduksi.
BAHAN DAN METODE
Pada penelitian ini digunakan dua
ekor domba pejantan dan 28 ekor domba
betina dengan kriteria betina siap kawin.
Program manajemen reproduksi
mengaplikasikan teknologi reproduksi
ternak yaitu sinkronisasi estrus
menggunakan spons intra vagina yang
mengandung progesteron dan sistem
perkawinan dilakukan dengan inseminasi
buatan.
Penelitian ini merupakan suatu
kasus dengan menggunakan metode
studi kasus. Pengambilan data dilakukan
melalui pengamatan dan pencatatan
terhadap produktivitas anak, tingkat
fertilitas induk, dan lamb crop. Kasus
yang diamati adalah kasus peternakan
domba lokal yang menerapkan teknologi
reproduksi sinkronisasi estrus dan
inseminasi buatan di Desa Neglasari,
Kecamatan Darangdan, Kabupaten
Purwakarta.
Prosedur penelitian yang akan
dilakukan mengikuti alur sebagai
berikut:
1. Pengumpulan data yang merupakan
data kelahiran dari tahun 2010
hingga April 2012.
2. Analisis data, dengan kajian
penelitian yaitu jumlah produktivitas
anak.
-
3. Pengolahan data dengan Microsoft
Excel.
Adapun Variabel yang diamati dalam
penelitian ini adalah :
1. Produktivitas anak (Jumlah anak yang
dilahirkan)
2. Fertilitas betina yaitu kemampuan
betina untuk bunting dan mempertahan
kan kebuntingan.
Fertilitas betina
= Jumlah betina yang bunting
Jumlah betina yang dikawinkanx 100%
3. Lamb Crop adalah persentase ternak
hidup yang dapat disapih (Mulliadi D,
2009)
= Jumlah anak hidup hingga sapih
Jumlah anak yang dilahirkanx 100%
Analisis data yang dilakukan sebagai
berikut :
1. Menghitung dugaan jumlah produktivitas
anak yang akan digunakan untuk
populasi dasar yang dibutuhkan dihitung
berdasarkan rumus produktivitas yang
dikutip dari Hardjosubroto yang
dimodifikasi oleh Mulliadi D, 2009 :
Produktivitas Anak = A x B x C x D x E
Keterangan :
A = Ratarata kelahiran anak per tahun
B = Jumlah anak sekelahiran
C = Lamb Crop
D = Fertilitas betina
E = Jumlah induk pada populasi awal yang
akan diseleksi (ekor)
2. Persentase simpangan produktivitas anak
Besarnya persentase simpangan
pendugaan populasi dasar hasil rumus
produktivitas anak dengan data aktual di
lapangan.
% Simpangan = Y 1 Y
1
Y 1 x 100%
Keterangan :
Y1 = Produktivitas anak yang dihasilkan di lapangan (aktual).
Y 1 = Produktivitas anak yang diduga dengan rumus.
HASIL DAN PEMBAHSAN
Keadaan Umum
Desa Neglasari merupakan salah satu
wilayah di Kabupaten Purwakarta, yang
memiliki topografi berbukit dengan luas
wilayah 337,805 Ha (hektar). Desa ini
berada di ketinggian 600-700 meter di atas
permukaan laut, dengan ratarata curah
hujan 213,95 mm per tahun dan termperatur
harian 27-32C. Hampir seluruh lokasi di
Desa Neglasari merupakan lahan pertanian
dan tanah yang subur sehingga kondisi
tersebut mendukung pendayagunaan lahan
tanah secara optimal. Luas wilayah desa ini
dibagi menjadi dua bagian, yaitu luas
daratan 306,757 Ha (hektar) dan luas
-
pesawahan 31,048 Ha (hektar). Lahan
terbangun berupa lahan pemukiman
penduduk seluas 97,103 Ha (hektar).
Sebagian besar penggunaan lahan di desa ini
digunakan sebagai lahan perkebunan.
Penggunaan lahan lainnya adalah areal
peternakan dengan komoditas ternak seperti
sapi, kerbau, domba, kambing, kelinci, dan
aneka unggas.
RataRata Kelahiran per Tahun
Ratarata kelahiran per tahun di
peternakan domba lokal yang telah
menerapkan teknologi sinkronisasi estrus
dan inseminasi buatan yaitu domba beranak
3 kali selama dua tahun jadi dalam jangka
waktu satu tahun diperoleh nilai sebesar 1,5
per tahun. Adanya penerapan sinkronisasi
estrus dan inseminasi buatan ini
mengefisienkan siklus reproduksi. Jadwal
penerapan sinkronisasi estrus dan inseminasi
buatan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jadwal Program Sinkronisasi Estrus dan Inseminasi Buatan
Program sinkronisasi estrus dan inseminasi
buatan dilakukan beberapa kali dalam satu
periode bertujuan untuk mengefektifkan
program tersebut. Jarak antara program
dalam setiap periode adalah sekitar satu
minggu. Tujuan akhir adalah menghasilkan
domba betina yang birahi. Program
reproduksi yang dilakukan setiap periode
terdiri dari program sinkronisasi estrus
menggunakan spons intra vagina, pelepasan
spons intra vagina, pelaksanaan perkawinan
melalui inseminasi buatan selanjutnya
deteksi kebuntingan dengan tes urin
menggunakan cairan DEEA GestDect.
Adanya aplikasi teknologi reproduksi
memudahkan peternak untuk memprogram
dan memperkirakan waktu yang lebih efisien
untuk menghasilkan cempe. Diketahui
bahwa satu periode kebuntingan dimulai dari
terjadinya fertilisasi hingga kelahiran normal.
Perhitungan kebuntingan digunakan sebagai
patokan untuk melakukan program
perkawinan. Domba memiliki masa
kebuntingan selama 5 bulan dengan masa
Penerapan Teknologi Reproduksi Tenak
Periode Sinkronisasi Estrus Lepas Spons Inseminasi Buatan
I Sabtu, 19 Juni 2010 Sabtu, 3 Juli 2010 Senin, 5 Juli 2010
Sabtu, 26 Juni 2010 Sabtu, 10 Juli 2010 Senin, 12 Juli 2010
Senin, 12 Juli 2010 Senin, 26 Juli 2010 Rabu, 28 Juli 2010
II Senin, 7 Maret 2011 Senin, 21 Maret 2011 Rabu, 23 Maret 2011
Rabu, 23 Maret 2011 Rabu, 06 April 2011 Sabtu, 09 April 2011
III Kamis , 25 Agustus 2011 Kamis, 08 September 2011 Minggu, 11 September
2011
Minggu, 02 Oktober 2011 Minggu, 16 Oktober 2011 Selasa,19 Oktober 2011
-
kosong selama 40 hari hingga 60 hari
sehingga satu siklus induk dapat dikawinkan
lagi dua bulan pasca melahirkan. Dari
serangkaian program tersebut ditambah
dengan lamanya bunting dengan lamanya
waktu kosong maka dalam dua tahun ternak
tersebut dapat melahirkan sebanyak tiga kali
dalam dua tahun.
Jumlah Anak Se-Kelahiran
Domba lokal merupakan domba yang
memiliki kemampuan untuk menghasilkan
anak lebih dari satu yang disebut Prolifik.
Banyaknya anak atau fekunditas dapat
dinyatakan dalam tingkat ovulasi dan
banyak anak per kelahiran. Tingkat ovulasi
jelas menentukan jumlah anak per kelahiran.
Jumlah anak per kelahiran adalah hasil dari
tingkat ovulasi pada saat siklus terjadinya
pembuahan, dikurangi dengan jumlah sel
telur, janin dan anak dalam kandungan
(Tomaszewska, dkk. 1991). Persentase
jumlah anak sekelahiran yang diperoleh
pada peternakan domba lokal yang telah
menerapkan teknologi reproduksi
sinkronisasi estrus dan inseminasi buatan
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Persentase Jumlah Anak Se-Kelahiran
No Kelahiran Ke- Persentase (%)
Kelahiran Tunggal Kelahiran Kembar
1 I 50,00 50,83
2 II 42,86 57,14
3 III 42,86 57,14
Total 45,24 57,76
Berdasarkan Tabel 2. Hasil penelitian
menunjukan persentase kelahiran kembar
kurang dari 80% seperti yang diharapkan
rumus dengan jumlah anak sekelahiran
150%. Jumlah anak sekelahiran yang
dihasilkan pada peternakan tersebut hanya
mencapai 108.3% dengan kelahiran kembar
sebanyak 57,76% dan kelahiran tunggal
dalam tiga periode kelahiran mencapai
45,24%.
Kelahiran kembar kadang-kadang
banyak terjadi pada hewan unipara
(ovarium melepaskan satu ovum sewaktu
ovulasi). Kelahiran kembar pada domba
terjadi sebanyak 60-70%, sebagian besar
disebabkan karena status nutrisi pada saat
ovulasi selain karena keturunan (Sasongko,
2009).
Kelahiran kembar berkaitan dengan laju
ovulasi pada seekor induk. Laju ovulasi
adalah rataan jumlah sel telur yang
dihasilkan oleh seekor induk setiap siklus
birahi. Pada domba kondisi tubuh yang baik
serta peningkatan kualitas pakan sebelum
perkawinan mungkin meningkatkan jumlah
anak sekelahiran dengan meningkatkan laju
ovulasi. Kelahiran kembar pada peternakan
ini kurang dari 80% walaupun asupan
-
nutrisi yang baik telah diberikan, hal
tersebut dapat disebabkan oleh umur induk
yang masih muda, seperti diketahui domba
lokal yang menerapkan teknologi reproduksi
ini adalah induk betina yang baru siap
kawin. Umur induk mempengaruhi tingkat
ovulasi serta jumlah anak perkelahiran dan
biasanya lebih rendah pada saat pubertas.
Tingkat ovulasi meningkat dengan
bertambahnya umur induk (Tomaszewska,
dkk. 1991). Faktor lain yang berpengaruh
selain faktor genetik ialah faktor eksternal
seperti pakan serta temperatur yang tinggi
dapat menyebabkan adanya gangguan pada
ternak sehingga ternak mudah terkena stres
dan berpengaruh terhadap laju ovulasi
ternak tersebut.
Lamb Crop
Lamb crop pada peternakan domba
lokal yang telah menerapkan teknologi
reproduksi sinkronisasi estrus dan
inseminasi buatan selama tiga kali masa
kelahiran adalah 89.04% dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Persentase Lamb Crop
No Kelahiran
Ke
Jumlah Anak % Lamb Crop
Dilahirkan Mati Hidup Hingga
Sapih
1 I 48 6 42 87,50
2 II 48 4 44 91,67
3 III 50 6 44 88,00
Total 146 16 130 89,04
Hasil pengamatan terhadap lamb crop
setelah adanya penerapan teknologi
reproduksi menunjukan, pada kelahiran
pertama persentase lamb crop adalah
87,50%, kelahiran ke dua 91,67% dan
kelahiran ke-tiga adalah 88%. Sifat cempe
yang masih rentan terkena penyakit
didukung dengan cuaca di daerah tersebut
yang tidak menentu menyebabkan cempe
tersebut mudah terserang penyakit namun
pencegahan serta penanganan penyakit
yang dilakukan dengan baik oleh peternak
sangat berpengaruh dalam menekan angka
kematian cempe. Domba merupakan ternak
yang prolifik memiliki kemampuan untuk
melahirkan anak lebih dari satu. Bobot lahir
cempe yang rendah dihasilkan oleh induk
melahirkan anak lebih dari dua ekor
sehingga mengakibatkan pertumbuhan
cempe kurang pesat. Dengan bobot lahir
yang rendah dan pertumbuhan yang tidak
optimum mengakibatkan kemampuan
adaptasi dan kompetisi yang kurang.
Persaingan antara anak cempe untuk
mendapatkan air susu dari induknya sangat
tinggi pada cempe yang lahir lebih dari dua
ekor. Mencegah adanya persaingan antara
cempe untuk mendapatkan susu dari
induknya maka diberikanlah milk replacer
atau susu pengganti untuk memenuhi
-
asupan nutrisi cempe tersebut sehingga
tingkat kematian cempe dapat ditekan dan
menghasilkan tingkat lamb crop dalam tiga
kali masa kelahiran adalah sebesar 89.04%.
Perhatian terhadap kesehatan serta asupan
nutrisi bagi induk juga sangat diperhatikan
dengan penanganan penyakit yang tepat
hingga tambahan asupan nutrisi yang
diberikan seperti tambahan ampas tahu
serta leguminosa agar indukinduk tersebut
dapat memperhatikan dan menyusui
anaknya dengan baik.
Tingkat Fertilitas Induk
Tingkat persentase fertilitas domba
lokal yang telah diberikan perlakuan
sinkronisasi estrus dan inseminasi buatan
menunjukan hasil 100%. Dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4. Persentase Fertilitas Induk
No Kelahiran
Ke
Jumlah Betina yang di
Inseminasi buatan
Jumlah Betina
yang Bunting
Persentase
Fertilitas
1 I 28 28 100%
2 II 28 28 100%
3 III 28 28 100%
Nilai fertilitas induk yang tertera pada
Tabel 4 tersebut menunjukan keberhasilan
inseminasi buatan yang dilakukan.
Keberhasilan inseminasi buatan tersebut
tentunya didukung oleh ketepatan
penentuan birahi. Adanya penerapan
sinkronisasi estrus pada kelompok domba
lokal tersebut membantu dalam
menentukan waktu inseminasi buatan.
Pemberian perlakuan sinkronisasi estrus
menggunakan spons intra vagina yang
mengandung hormon progesteron pada
sekelompok domba betina akan
menyerentakan waktu birahi secara
bersamaan.
Lama estrus domba ratarata 30 jam
dengan kisaran 384 jam. Perkawinan
terbaik dilakukan pada pertengahan hingga
akhir periode estrus. Inseminasi buatan
harus segera dilakukan 2 hari setelah
pelepasan spons intra vagina. Selain itu tes
kebuntingan mengunakan DEEA GestDect
dengan menguji urin ternak betina yang
telah dikawinkan mempermudah peternak
melakukan program perkawinan. Jika
hasilnya negatif bunting maka ternak
tersebut dapat diprogram kembali sesegera
mungkin.
Produktivitas Anak Domba Lokal Aktual
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari
28 ekor induk domba lokal yang
menerapkan sistem teknologi reproduksi
sinkronisasi estrus dan inseminasi buatan
diperoleh hasil sebagai berikut Tabel 5.
-
Tabel 5. Populasi Dasar Domba Lokal Aktual
No Kelahiran ke Jumlah anak yang
dilahirkan
Jumlah anak yang hidup
hingga sapih
1 I 48 42
2 II 48 44
3 III 50 44
Total 146 130
Berdasarkan Tabel. 5 terlihat bahwa jumlah
anak yang lahir dari 28 ekor induk adalah
146 ekor cempe dalam 3 kali masa
kelahiran dan yang berhasil hidup hingga
sapih adalah 130 ekor cempe. Setiap
periode kelahiran, 28 ekor induk tersebut
dapat menghasilkan 48 hingga 50 ekor hal
ini menunjukan adanya kelahiran kembar
sehingga anak yang dihasilkan dua kali
jumlah induk. Namun tidak seluruhnya
anak yang dilahirkan dapat bertahan hidup
hingga sapih. Terjadi kematian diantara
tenggang waktu kelahiran hingga masa
sapih, kematian cempe tersebut disebabkan
oleh banyak faktor selain faktor internal
dari cempe tersebut seperti kemampuan
beradaptasi, faktor eksternal seperti faktor
lingkungan terutama cuaca daerah
peternakan dan suhu lingkungan yang
fluktuatif sehingga dapat menyebabkan
kematian. Faktor yang memengaruhi
tingkat kematian beberapa hari pertama
setelah kelahiran diantaranya disebabkan
oleh berbagai faktor genetik, lingkungan
serta interaksi antara keduanya.
Diantaranya adalah bobot lahir, jumlah
anak per kelahiran, keunggulan anaknya,
dan kemampuan iduk (Tomaszewska, dkk.
1991).
Produktivitas Anak Domba Lokal Hasil
Perhitungan Menggunakan Rumus
Produktivitas
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari
pendugaan produktivitas anak domba lokal
menggunakan rumus produktivitas dengan
28 jumlah induk ekor menunjukkan hasil
yang ditampilkan pada Tabel 6.
Tabel. 6 Pendugaan Produktivitas Anak Berdasarkan Rumus Produktivitas
Penerapan teknologi reproduksi pada
domba lokal dilapangan telah memenuhi
koefisien teknis yang berpengaruh dalam
pendugaan produktivitas anak menggunakan
No Koefisien Teknis
1 Ratarata Kelahiran per tahun 1.5
2 Jumlah Anak Sekelahiran (%) 150
3 Lamb Crop (%) 80
4 Fertilitas Induk (%) 90
5 Jumlah Induk(ekor) 28
6 Produktivitas Anak (ekor) 45,36
-
rumus produktivitas. Hasil produktivitas
anak yang diperoleh merupakan hasil dari
penerapan sinkronisasi estrus dan
inseminasi buatan yang telah berlangsung
selama tiga kali kelahiran dalam dua tahun.
Perhitungan produktivitas anak
menggunakan rumus produktivitas dengan
koefisien teknis yang telah ditetapkan
merupakan hasil perkalian dari koefisien
koefisien teknis tersebut. Ratarata
kelahiran dalam satu tahun adalah 1.5,
jumlah anak sekelahiran 150% yang
menandakan adanya kelahiran kembar
sebesar 80%, lamb crop 80% , fertilitas
induk 90% dengan jumlah induk 28 ekor
adalah 45,36 ekor cempe yang diduga
dihasilkan.
Simpangan Produktivitas Anak Domba
Lokal Berdasarkan Rumus Produktivitas
Terhadap Produktivitas Anak Domba
Lokal Sebenarnya.
Hasil simpangan produktivitas anak
domba lokal berdasarkan rumus
produktivitas terhadap produktivitas anak
domba lokal aktual dapat dilihat pada Tabel
7.
Tabel 7. Simpangan Produktivitas Anak Domba Lokal Berdasarkan Rumus Produktivitas
dengan Produktivitas Anak Domba Lokal Sebenarnya.
Produktivitas Anak % Simpangan
Rumus Produktivitas 45,36 ekor 65,10 %
Produktivitas Aktual 130 ekor
Hasil pengolahan pada Tabel. 7 didapatkan
persentase simpangan sebesar 65.10%
dengan koefisien teknis rumus yang telah
ditetapkan. Adanya simpangan antara
produktivitas anak aktual dengan
pendugaan produktivitas anak
menggunakan rumus produktivitas, bahwa
diduga ada beberapa koefisien yang
dipengaruhi oleh penerapan teknologi
reproduksi tersebut.
Penerapan teknologi reproduksi
sinkronisasi estrus dan inseminasi buatan
dapat meningkatkan nilai fertilitas induk
serta nilai lamb crop sehingga
menghasilkan produktivitas anak yang lebih
besar dibandingkan dengan pendugaan
menggunakan rumus produktivitas.
Simpangan yang dihasilkan menunjukan
bahwa manajemen pemeliharaan serta
manajemen perkawinan dengan menerapkan
teknologi reproduksi sinkronisasi estrus
pada peternakan ini sudah baik dengan
terbukti jumlah produktivitas anak domba
lokal aktual yang dihasilkan lebih besar
dibandingkan dengan yang diduga oleh
rumus.
KESIMPULAN
1. Penerapan teknologi reproduksi
sinkronisasi estrus dan inseminasi
buatan dapat meningkatkan persentase
-
nilai fertilitas induk sebesar 100% serta
lamb crop hingga mencapai 89,04%.
2. Adanya penerapan teknologi reproduksi
sinkronisasi estrus dan inseminasi
buatan menunjukan adanya simpangan
antara pendugaan produktivitas anak
domba lokal menggunakan rumus
produktivitas dengan produktivitas anak
aktual sebesar 65,10%.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jendral Peternakan. 2010.
Statistik Peternakan 2010.
Available online
at:http://www.datainfonak.22web.n
et/index.php?page=statistikpeterna
kan&action=info (diakses tanggal
28 Februari 2011 pukul 12.30)
Mulliadi, D. 2009. Modul Praktikum
Manajemen Pemuliaan Ternak.
Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran. Sumedang.
____________. 2009. Modul Kuliah
Manajemen Pemuliaan Ternak.
Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran. Sumedang.
Sasongko, Wr. 2009. Sapi Bali Beranak
Kembar Di Nusa Tenggara Barat.
Available online at : http://ntb.litb
ang.deptan.go.id/index.php?option
=com_frontpage&itemid=1
(diakses pada tanggal 25 Juni 2012).
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Transito.
Bandung.
Toelihere M.R.1979. Fisiologi reproduksi
pada ternak . Angkasa. Bandung
___________ .1985. Inseminasi Buatan
pada ternak. Angkasa. Bandung
Tomaszweska, M W, Mastika, I, M,
Djadjanegara, A, Gardiner S,
Wiradarya T. R., dan Putu, I G.
1991. Produksi Kambing dan
Domba di Indonesia. Sebelas Maret
University Press. Surakarta.
Tomaszweska, M W, Manika, Chaniago, T.
D., Putu, I. G. and Sutama, I.K,.
1991. Reproduksi, Tingkah
Lakudan Produksi Ternak di
Indonesia. PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.