124947-tesis0639 igu n09n-nilai dan budaya-literatur

18
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini penulis menguraikan tentang konsep anemia pada ibu hamil, konsep perilaku, nilai dan budaya, nilai dan budaya Madura, dan peran perawat maternitas. 2.1 Konsep Anemia Pada Ibu Hamil 2.1.1 Pengertian anemia Anemia adalah berkurangnya kualitas dan kuantitas sel darah merah, yang mengakibatkan berkurangnya kapasitas oksigen didalam darah. Hal ini sangat umum terjadi pada kehamilan (Pillitteri, 2003). Anemia adalah berkurangnya kapasitas pengikatan oksigen didalam darah yang disebabkan oleh berkurangnya sel darah merah, rendahnya konsentrasi haemoglobin, atau kombinasi keduanya (Cuningham, 2007). Walsh (2001) mendefinisikan anemia sebagai kadar haemoglobin kurang dari normal atau konsentrasi sel darah merah kurang dari normal. World Health Organization (WHO) merekomendasikan kadar Hb tidak boleh kurang dari 11 g/dl selama kehamilan (Coad, 2006) Anemia adalah permasalahan pada ibu hamil dan merupakam masalah kesehatan yang dialami oleh wanita diseluruh dunia terutama negara berkembang. Anemia dalam kehamilan biasanya disebabkan oleh kurangnya nutrisi seperti zat besi dan folat (Decherney, 2007). Anemia dalam kehamilan biasanya adalah anemia defisiensi besi (Walsh,2001). WHO melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75% serta semakin meningkat seiring dengan pertambah usia kehamilan. Anemia defisiensi besi dapat terjadi sebelum kehamilan yang disebabkan oleh tidak adekuatnya nutrisi dan kehilangan banyak darah saat 11 Universitas Indonesia Nilai dan budaya…, I Gusti Ayu Karnasih, FIK UI, 2009

Upload: sisca-rizkia-arifianti

Post on 25-Sep-2015

11 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

nkilo

TRANSCRIPT

  • BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    Dalam bab ini penulis menguraikan tentang konsep anemia pada ibu hamil,

    konsep perilaku, nilai dan budaya, nilai dan budaya Madura, dan peran perawat

    maternitas.

    2.1 Konsep Anemia Pada Ibu Hamil 2.1.1 Pengertian anemia

    Anemia adalah berkurangnya kualitas dan kuantitas sel darah merah, yang

    mengakibatkan berkurangnya kapasitas oksigen didalam darah. Hal ini

    sangat umum terjadi pada kehamilan (Pillitteri, 2003). Anemia adalah

    berkurangnya kapasitas pengikatan oksigen didalam darah yang disebabkan

    oleh berkurangnya sel darah merah, rendahnya konsentrasi haemoglobin,

    atau kombinasi keduanya (Cuningham, 2007).

    Walsh (2001) mendefinisikan anemia sebagai kadar haemoglobin kurang

    dari normal atau konsentrasi sel darah merah kurang dari normal. World

    Health Organization (WHO) merekomendasikan kadar Hb tidak boleh

    kurang dari 11 g/dl selama kehamilan (Coad, 2006)

    Anemia adalah permasalahan pada ibu hamil dan merupakam masalah

    kesehatan yang dialami oleh wanita diseluruh dunia terutama negara

    berkembang. Anemia dalam kehamilan biasanya disebabkan oleh kurangnya

    nutrisi seperti zat besi dan folat (Decherney, 2007). Anemia dalam

    kehamilan biasanya adalah anemia defisiensi besi (Walsh,2001). WHO

    melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi

    sekitar 35-75% serta semakin meningkat seiring dengan pertambah usia

    kehamilan. Anemia defisiensi besi dapat terjadi sebelum kehamilan yang

    disebabkan oleh tidak adekuatnya nutrisi dan kehilangan banyak darah saat

    11 Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih, FIK UI, 2009

  • 12

    menstruasi. Hemodilusi dan meningkatnya kebutuhan zat besi merupakan

    predisposisi anemia pada kehamilan (Walsh, 2001).

    2.1.2 Klasifikasi anemia Anemia dapat diklasifikasi berdasarkan konsentrasi hemoglobin dalam

    darah, dan berdasarkan penyebab anemia. WHO mengklasifikasikan

    anemia berdasarkan konsentrasi Hb yaitu normal (Hb11 gr/dl), anemia

    ringan (8-11 g/dl), dan anemia berat (kurang dari 8 g/dl). Klasifikasi anemia

    sesuai penyebabnya: 1). Anemia defisiensi besi, 2). Anemia defisiensi asam

    folat, 3). Haemoglobinopati, 4). Anemia karena perdarahan atau infeksi dan

    anemia aplastik (Coad,2006).

    2.1.3 Gejala anemia Menurut Walsh (2001), Ibu hamil dengan anemia ringan tidak menunjukan

    gejala, tetapi dengan berkembangnya anemia dan berkurangnya

    haemoglobin lebih lanjut dapat memberikan tanda dan gejala seperti cepat

    lelah, lemah, sakit kepala. Wanita dengan anemia berat dapat menunjukan

    gejala dispnea , palpitasi, dan edema mucosa pucat, stomatitis, bibir kering,

    glossitis dan kuku rapuh, nyeri abdomen, nyeri tulang, ikterus, cepat

    marah, pusing (Coad, 2003; Decherney, 2007).

    2.1.4 Etiologi Anemia defisiensi dapat disebabkan oleh beberapa faktor meliputi :

    a. Hemodilusi

    Selama kehamilan terjadi peningkatan volume darah total, peningkatan

    sebagian besar terjadi pada volume plasma, sedangkan volume sel darah

    merah tidak sebanding dengan peningkatan volume plasma. Hal tersebut

    berakibat terjadinya hemodilusi fisiologis sehingga kadar hemoglobin

    menurun (Walsh, 2001; Pillitteri, 2003; Coad, 2006; Cuningham, 2007).

    Kadar Hb mencapai titik terendah pada kehamilan 16-22 minggu (Walsh,

    2006). Volume plasma selama kehamilan meningkat 30%-50% (Pilliteri,

    20030

    Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih, FIK UI, 2009

  • 13

    Hipervolemia yang diinduksi oleh kehamilan mempunyai fungs penting:

    1). Untuk memenuhi kebutuhan uterus yang membesar dengan sistem

    vaskular yang sangat hipertrofi, 2). Melindungi ibu dan juga janinnya

    terhadap efek merusak dari terganggunya aliran balik vena pada posisi

    terlentang dan berdiri tegak, 3). Menjaga ibu dari efek samping kehilangan

    darah yang dikaitkan dengan persalinan (Cunningham, 2006).

    b.Meningkatnya kebutuhan zat besi pada kehamilan.

    Pada kehamilan terjadi adaptasi anatomi, fisiologis, dan biokimia

    (Cuningham, 2006), sebagai akibat adanya janin yang selalu berkembang

    dalam tubuh ibu (Decherney, 2007). Kondisi tersebut meningkatkan

    kebutuhan nutrisi yang seimbang dan meningkatnya kebutuhan spesifik

    seperti asam folat, kalsium, zinc. Zat besi berfungsi sebagai pembentuk

    Haemoglobin, kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan zat besi dapat

    menyebabkan terjadinya anemia (Cuningham, 2006).

    c. Asupan zat besi yang tidak adekuat

    Kurangnya zat besi dalam makanan ibu hamil. Ketidaksetaraan gender

    berdampak pada pemenuhan nutrisi ibu hamil dimana ibu selalu makan

    paling terakhir dan bukan makanan yang bernilai gizi tinggi. Menurut

    Maswita (2007), anemia merupakan salah satu penyebab angka

    kematian ibu bukan merupakan masalah medis dan kesehatan tetapi sangat

    kental dengan masalah ketidaksetaraan gender, nilai budaya,

    perekonomian perempuan serta rendahnya perhatian laki-laki terhadap ibu

    hamil dan melahirkan.

    Asupan zat besi juga dipengaruhi oleh sosial ekonomi masyarakat.

    Tingginya biaya kebutuhan hidup membuat masyarakat tidak memiliki

    kemampuan untuk membeli makanan yang mengandung zat besi tinggi

    seperti daging merah, ikan, kuning telor, sayuran hijau, aprikot, sereal,

    Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih, FIK UI, 2009

  • 14

    polong-polongan, prune, padi dengan beras yang masih kulit arinya

    (Walsh,2006).

    d.Gangguan pencernaan dan absorbsi

    Gangguan gastrointestinal seperti muntah dan diare akan mempengaruhi

    penyerapan zat besi dalam saluran pencernaan. Malabsorpsi zat besi

    berhubungan dengan makan makanan yang terlalu alkalis, kurang vitamin

    C . Zat besi dapat terhambat penyerapan karena mengkonsumsi tinggi

    zinc, teh, kopi, antasida dan tetracyclin (Walsh 2001).

    e. Kebutuhan nutrisi ibu hamil

    Kehamilan adalah kondisi ibu yang didalam tubuhnya berkembang janin.

    Perkembangan janin dan pemeliharaan kesehatan ibu sangat tergantung

    pada nutrisi yang dikonsumsi (Decherney, 2007). Dengan adanya janin

    didalam tubuh ibu maka nutrisi yang dibutuhkan ibu hamil berbeda

    dengan perempuan yang tidak hamil. Peningkatan kebutuhan tersebut

    berakibat pada peningkatan laju metabolik basal (basal metabolic rate)

    sekitar 20% selama masa hamil. Peningkatan ini sudah termasuk

    pemakaian energi untuk sintesis jaringan (Bobak, 2004). Nutrisi yang

    dibutuhkan oleh ibu hamil meliputi :.

    f. Protein

    Protein memiliki fungsi struktur dan fungsi fungsional. Didalam

    kehamilan kedua fungsi protein tersebut memegang peranan pada

    kehamilan untuk pertumbuhan janin dan pembentukan sel-sel pada ibu

    seperti uterus dan payudara, sedangkan fungsi fungsional adalah fungsi

    protein dalam mengatur fungsi tubuh yang diperankan hormon (Hollman,

    2000; Coad,2005). Protein juga berfungsi dalam menjaga tekanan darah

    dan keseimbangan air didalam sel (Hollman, 2000). Kebutuhan protein

    pada kondisi tidak hamil berdasarkan rekomendasi internasional yaitu

    Recomendation Diet Intake (RDI) adalah 60 gram/hari. Pada saat hamil

    kebutuhan protein meningkat terutama pada trimester kedua sebesar

    Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih, FIK UI, 2009

  • 15

    1gram/kg ditambah 20 gram perhari (Decherney at al, 2007). Sumber

    protein yang memiliki kualitas tinggi berasal dari protein hewani seperti

    daging, ikan, telur, ayam, keju. Sedangkan protein nabati kualitasnya

    kurang dibandingkan protein hewani (Coad, 2006).

    g.Karbohidrat

    Karbohidrat merupakan sumber energi untuk sel, terutama sel otak.

    Selama kehamilan janin sangat tergantung kepada ibunya untuk memenuhi

    kebutuhan energinya. Karbohidrat diklasifikasikan menjadi karbohidrat

    simpel dan karbohidrat komplek. Monosakarida dan disakarida masuk

    dalam karbohidrat simpel, sedangkan polisakarida termasuk dalam

    karbohidrat komplek (Howard,2002).

    Kebutuhan karbohidrat berdasarkan RDI adalah 130 gram perhari pada

    wanita yang tidak hamil, sedangkan pada wanita hamil kebutuhan

    meningkat menjadi 175 gram perhari (Trumbo, 2002). Masyarakat

    Indonesia sangat tergantung dengan nasi dalam memenuhi kebutuhan

    karbohidrat /energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Alternatif lain adalah

    jagung dan ubi serta singkong.

    h.Lemak

    Lemak dibutuhkan dalam diet sebagai sumber energi, isolator panas dan

    dan disimpan dalam tubuh untuk digunakan pada saat intake kurang

    (Coad, 2006). Asam lemak esential yang terkandung dalam lemak

    merupakan nutrisi yang penting untuk perkembangan kesehatan janin

    Asam lemak dapat memfasilitasi absorpsi beberapa vitamin yang larut

    dalam lemak dan kalsium yang sangat berguna pada masa kehamilan

    (Pilliteri,2003).

    i. Vitamin dan Mineral

    Vitamin dan mineral yang disebut micronutrien adalah zat organik yang

    digunakan oleh tubuh sebagai katalis dalam reaksi metabolisme intrasel

    Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih, FIK UI, 2009

  • 16

    (Varney, 2004). Vitamin dan mineral dibutuhkan dalam jumlah kecil

    (Decherney, 2007), dan secara normal dapat dipenuhi melalui makan

    makanan yang seimbang tanpa suplemen (Varney, 2004).

    Beberapa mineral yang sering dibutuhkan dalam kualitas besar yang tidak

    dapat dipenuhi melalui diet adalah: kalsium, zat besi dan asam folat

    (Varney, 2004). Kalsium diperlukan untuk pembentukan tulang dan gigi,

    membantu mengikat zat besi, membantu pembekuan darah dan mengatur

    denyut jantung (Bobak,2005). Satu persen kalsium tubuh terdapat dalam

    cairan ekstra sel, struktur sel dan membran sel.Kalsium di ekstrasel

    memainkan peran penting dalam mengantarkan syaraf, kontraksi otot,

    permiabel membran dan pembekuan darah. Fungsi kalsium tersebut sangat

    penting dalam kehamilan karena berfungsi menjaga kekuatan tulang dan

    pembentukan tulang dan gigi bayi (Arisman, 2007).

    Kebutuhan kalsium meningkat 1.5gram/hari pada akhir kehamilan dan

    masa laktasi (Decherney, 2007) sedangkan RDI merekomendasikan

    konsumsi kalsium 1200 mg perhari. Apabila kebutuhan kalsium tidak

    adekuat maka kebutuhan bayi akan diambilkan dari tulang ibu. Simpanan

    kalsium ibu dapat dihabiskan selama laktasi (Decherney, 2007).

    Zat besi dibutuhkan untuk membuat hemoglobin yang berfungsi mengikat

    oksigen dalam darah. Zat besi juga penting untuk metabolisme protein,

    pertumbuhan tulang, mencegah penyakit dan mencegah kelelahan Pada

    kehamilan terjadi haemodilusi fisiologis yaitu peningkatan volume plasma

    darah yang tidak disertai peningkatan sel darah merah. Kondisi tersebut

    dapat menimbulkan anemia (Decherney, 2007).

    Kebutuhan zat besi selama hamil dapat dipenuhi dari inake nutrisi dan dari

    cadangan zat besi yang dimiliki ibu (Pillitteri, 2003). Zat besi ada dua tipe

    yaitu heme dan non heme. Zat besi heme yang terkandung dalam daging,

    ikan, unggas diabsorbsi dengan lebih mudah dibandingkan dengan zat besi

    Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih, FIK UI, 2009

  • 17

    non heme yang terkandung dalam sayuran, buah, kacang-kacangan, dan

    padi-padian (Varney, 2004). Intake nutrisi yang tidak adekuat selama

    hamil dapat berdampak terjadinya anemia karena cadangan zat besi akan

    terkuras habis pada akhir kehamilan (Arisman, 2007).

    Asam folat yang juga disebut folat atau folasin adalah suatu koenzim yang

    dalam metabolisme asam nukleat (Arisman,2007), bekerja sama dengan

    vitamin B12 untuk memproduksi eritrosit, dan juga penting dalam

    memelihara sistem syaraf, saluran gastrointestinal dan leukosit, meliputi

    produksi choline dan metionin untuk perkembangan janin. Deficiency

    asam folat berhubungan dengan kejadian defek tabung neural dan

    penyakit autoimin (Varney, 2004; Pillitteri, 2003).

    Makanan yang mengandung asam folat adalah sayuran berwarna hijau,

    padi-padian, kacang, jeruk, brokoli,tuna, hati dan ginjal (Varney,2004). Di

    Indonesia suplemen asam folat yang diberikan adalah 200-300 mg/hari

    Depkes, 2007).

    Mineral yang dibutuhkan untuk perkembangan otak,kelenjar tiroid adalah

    zinc. Kebutuhan zinc meningkat 30%, apabila kadar zinc tidak adekuat

    maka akan terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan,

    keterlambatan maturitas seksual atau kemandulan, kelelahan (Coad,2006).

    Secara umum semua vitamin dibutuhkan oleh tubuh vitamin-vitamin

    yang berperan dalam penyerapan zat besi adalah vitamin C. Vitamin C

    penting untuk sel, jaringan, syaraf, gigi, kesehatan tulang, penyembuhan

    luka, metabolisme asam amino, dan memfasilitasi absorpsi zat besi

    (Pilliteri, 2003). Kehamilan dengan kadar vitamin C yang rendah beresiko

    tinggi mengalami infeksi dan ketuban pecah dini (Bobak, 2005).

    Vitamin B12 yang disebut cobalamin sangat penting untuk pembentukan

    tulang, eritrosit, sistem syaraf, perkembangan RNA dan DNA, mengatur

    Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih, FIK UI, 2009

  • 18

    nilai normal vitamin C di dalam darah, dan penting dalam metabolisme

    karbohidrat (Walsh, 2001). Kebutuhan vitamin B12 meningkat secara

    bermakna selama kehamilan. Defisiensi Vitamin B12 selama kehamilan

    dapat menyebabkan terjadinya anemia pernisiosa, gangguan pertumbuhan,

    kehilangan memori, gangguan syaraf dan ataksia (Varney, 2004).

    2.1.5 Kebutuhan Fe dalam kehamilan Menurut Sediaoetama (2000), zat besi (Fe) merupakan microelement yang

    esensial bagi tubuh. Zat ini terutama diperlukan dalam hemopoesis

    (pembentukan darah), yaitu dalam sintesa hemoglobin (Hb). Absorpsi zat

    besi terjadi di duodenum, dan zat besi diikat oleh transferin untuk

    ditransport ke hati, limpa, dan sumsum tulang. Pada tempat-tempat

    tersebutlah hemoglobin diproduksi dan kelebihannya disimpan dalam bentuk

    feritin (Pillitteri, 2003). Zat besi dibutuhkan tubuh sebagai komponen dari

    enzim pada semua jaringan tubuh dan untuk memproduksi haemoglobin

    darah yang berperan penting dalam transportasi oksigen.

    Kebutuhan zat besi dalam kehamilan meningkat sebagai dampak dari

    meningkatnya kebutuhan ibu dan janin. Diperkirakan kebutuhan zat besi

    pada kehamilan rata-rata 1000mg, 300 mg diperlukan untuk pertumbuhan

    janin dan plasenta, 500 mg digunakan untuk meningkatkan hemoglobin ibu,

    sedangkan 200 mg di ekskresi melalui urin, faeces, dan keringat (Walsh,

    2001).

    Zat besi selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan bayi dan peningkatan

    sel darah merah ibu, zat besi juga dibutuhkan untuk mencegah kehilangan

    zat besi sebagai akibat perdarahan dalam persalinan. Zat besi selama

    kehamilan didapatkan dari simpanan ibu, asupan dalam diet dan suplemen

    zat besi (Walsh, 2001). Kebutuhan zat besi pada trimester I relatif sedikit,

    kemudian meningkat pada trimester II dan III. Pada usia kehamilan 20

    minggu janin mulai menyimpan zat besi dalam heparnya untuk memenuhi

    Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih, FIK UI, 2009

  • 19

    kebutuhan zat besi 3 bulan pertama setelah kelahirannya, ketika kandungan

    zat besi dalam air susu ibu menurun (Pillitteri, 2003).

    Zat besi selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan bayi dan peningkatan

    sel darah merah ibu, zat besi juga dibutuhkan untuk mencegah kehilangan

    zat besi sebagai akibat perdarahan dalam persalinan. Peningkatan kebutuhan

    zat besi sebenarnya masih dapat dipenuhi dari cadangan besi dan asupan zat

    besi yang adekuat. Namun apabila cadangan besi sedikit atau ekstremnya

    tidak ada sama sekali maka pemberian suplemen zat besi sangat diperlukan.

    Menurut Pillitteri (2003), simpanan zat besi ibu rata-rata kurang dari

    kebutuhan ( 500 mg), oleh sebab itu seluruh ibu hamil harus diberikan tambahan zat besi untuk mencegah terjadinya anemia sebanyak 60 mg

    perhari. Sedangkan apabila ibu terdiagnosa mengalami anemia defisiensi

    besi maka harus diberikan zat besi untuk pengobatan dengan dosis 120-

    180mg perhari.

    2.1.6 Program pencegahan anemia Program pemerintah saat ini, setiap ibu hamil mendapatkan tablet besi 90

    tablet selama kehamilannya. Tablet besi yang diberikan mengandung FeSO4

    320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 0,25 mg. (Saifuddin, 2002). Program

    tersebut bertujuan mencegah dan menangani masalah anemia pada ibu hamil.

    Adapun program pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan dalam

    mencegah anemia meliputi:

    a. Pemberian tablet besi pada ibu hamil secara rutin sebanyak 90 tablet untuk

    meningkatkan kadar hemoglobin secara tepat. Tablet besi untuk ibu hamil

    sudah tersedia dan telah didistribusikan ke seluruh provinsi dan

    pemberiannya dapat melalui Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Posyandu

    dan Bidan di Desa. Dan secara teknis diberikan setiap bulan sebanyak 30

    tablet.

    b.Diterbitkannya buku pedoman pemberian zat besi bagi petugas tahun 1995,

    dan poster-poster mengenai tablet besi sudah dibagikan.

    Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih, FIK UI, 2009

  • 20

    c. Diterbitkan buku Pedoman Operasional Penanggulangan Anemia Gizi bagi

    petugas tahun 1996.

    2.1.7 Cara Minum Zat besi Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengkonsumsi tablet besi

    untuk meningkatkan efektifitas zat besi. Menurut Walsh (2001)

    penyerapan zat besi dapat terganggu oleh asupan nutrisi yang mengandung

    tinggi zinc, teh, kopi, dan antasida, serat adanya infeksi parasit, dan

    tetracycline. Makanan yang mengandung tinggi serat juga berdampak pada

    berkurangnya penyerapan zat besi oleh sebab itu ibu harus mengurangi

    mengkonsumsi makanan tersebut. Minum teh dan kopi juga harus dihindari

    pada saat minum tablet besi.

    Absorpsi tablet besi baik pada suasana asam, oleh sebab itu setelah minum

    tablet besi sebaiknya disertai makan buah-buahan, seperti pisang, pepaya,

    jeruk atau makanan yang mengandung vitamin C atau minum tablet besi

    bersama air jeruk. Tablet besi sebaiknya disimpan di tempat yang kering,

    terhindar dari sinar matahari langsung, dijauhkan dari jangkauan anak untuk

    mencegah overdosis. Tablet besi yang telah berubah warna sebaiknya tidak

    diminum (Walsh, 2001; Pillitteri, 2003; Decherney, 2007).

    Untuk mengurangi rasa mual yang merupakan gejala sampingan konsumsi

    tablet besi, sebaiknya tablet besi diminum setelah makan malam atau

    menjelang tidur. Disamping itu dosis tablet besi dapat dibagi dua, setengah

    diminum pagi hari dan setengahnya pada malam hari, untuk mengurangi

    efek mual, konstipasi, atau diare akibat zat besi-folat (Walsh, 2001).

    2.2 Konsep Perilaku 2.2.1 Perilaku manusia dan perilaku kesehatan

    Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat

    diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar, yang

    dilakukan dalam upaya beradaptasi dengan lingkungan (Notoatmodjo,

    Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih, FIK UI, 2009

  • 21

    2002). Respon setiap orang terhadap stimulus berbeda-beda tergantung

    dari karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang bersangkutan.

    Respon yang berbeda-beda dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor

    eksternal. Adapun faktor internal adalah karakteristik individu yang

    bersifat bawaan misalnya kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin,

    dan sebagainya. Faktor eksternal meliputi faktor diluar individu seperti

    lingkungan fisik, social, budaya , ekonomi, politik. Dari kedua

    faktor/domain diatas faktor eksternal lah yang paling dominan

    mempengaruhi perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2007).

    Menurut Notoatmojo (2007), perilaku manusia dapat dibedakan menjadi

    perilaku tertutup dan perilaku terbuka. Perilaku tertutup adalah respon

    manusia terhadap stimulus yang masih terbatas pada perhatian,

    persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap. Perilaku terbuka adalah

    respon manusia terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata. Dari

    penjelasan diatas maka perilaku yang dapat diamati oleh orang lain

    adalah perilaku terbuka, misalnya: seorang ibu mengkonsumsi zat besi

    pada saat hamil.

    Perilaku kesehatan adalah suatu respon terhadap stimulus atau objek

    yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

    makanan, dan minuman serta lingkungan ( Sugiyono, 2007). Perilaku

    kesehatan ditentukan oleh : 1) Pandangan terhadap bahaya penyakit dan

    persepsi terhadap kemungkinan akibat bila terserang penyakit; 2)

    dipandang dari sudut kebaikan dan kemanfaatan, serta persepsi terhadap

    pengorbanan, 3) Adanya kunci melakukan kegiatan yaitu faktor

    internal (gejala penyakit) dan eksternal (misalnya interaksi

    interpersonal, komunikasi masa).

    Perilaku kesehatan menurut Sugiyono (2007) dapat diklasifikasikan

    menjadi:

    Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih, FIK UI, 2009

  • 22

    a. Perilaku pemeliharaan kesehatan yaitu perilaku untuk memelihara

    atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk

    menyembuhkan penyakit

    a) Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila

    sakit serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari

    penyakit. Menurut Foster (2008), perilaku pencegahan berada jauh

    dibawah perilaku pengobatan yakni perhatian masyarakat langsung

    pada kebutuhan-kebutuhan kesehatan sebagaimana yang mereka

    persepsikan.

    b) Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan

    sehat. Perilaku ini didasari pada persepsi bahwa kesehatan bersifat

    dinamis, maka upaya mencapai kesehatan yang optimal perlu

    dilakukan.

    c) Perilaku gizi dan minuman. Perilaku seseorang terhadap makanan

    dan minuman dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang

    seperti ibu hamil yang asupan zat besinya kurang akan terjadi

    anemia defisiensi besi.

    b.Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan.

    Yang termasuk dalam perilaku ini adalah tindakan seseorang pada saat

    menderita penyakit atau kecelakaan.

    c. Perilaku kesehatan lingkungan.

    Kesehatan seseorang dipengaruhi bagaimana respon seseorang

    terhadap lingkungan baik lingkungan fisik maupun sosial budaya.

    2.2.2 Tiga faktor utama yang mempengaruhi perilaku manusia menurut

    Lawrence Green dalam Sugiyono (2007) adalah :

    Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor)

    a. Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

    kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang

    berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat,

    tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya. Untuk

    berperilaku mengkonsumsi tablet besi ibu harus memiliki pengetahuan

    Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih, FIK UI, 2009

  • 23

    dan kesadaran tentang manfaat zat besi. Di samping itu kepercayaan,

    tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau

    menghambat ibu dalam mengkonsumsi tablet besi.

    b.Faktor-faktor pemungkin atau pendukung (enambling factor)

    Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau

    fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: ketersediaan makanan

    yang bergizi. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti:

    puskesmas, rumah sakit, posyandu, polindes, dokter, bidan praktek

    swasta.

    c. Faktor Penguat/pendorong (reinforcing factors)

    yaitu faktor yang merupakan sumber pembentukan perilaku yang berasal

    dari orang lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku seperti

    keluarga, teman, guru atau petugas kesehatan.

    2.3 Konsep Nilai dan Budaya Nilai adalah sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai subyek, menyangkut

    baik dan buruk sebagai abstraksi, pandangan atau maksud dari pengalaman

    (Soelaeman, 2001). nilai disusun oleh empat unsur pokok yang saling

    berkaitan meliputi: nilai diukur dari kegunaan, keperluan/ kepentingan dari

    subyek untuk menjadi, penilaian dari subyek, dan kebutuhan dari subyek

    untuk menjadi lebih baik.

    Nilai dapat berlaku pada semua orang yang disebut nilai mutlak, dan nilai

    dapat berlaku hanya untuk beberapa kebudayaan yang diklasifikasikan

    menjadi nilai relatif (Soelaeman, 2001). Dari klasifikasi nilai tersebut dapat

    disimpulkan bahwa nilai berlaku karena nilai memiliki kualitas. mengemukan

    empat kualitas tentang nilai yaitu: 1) nilai adalah sesuatu yang abstrak yang

    ditarik dari pengalaman-pengalaman seseorang; 2) nilai memiliki suatu aspek

    emosi; 3) nilai berfungsi sebagai kriteria dalam memiliki tujuan; 4) nilai

    Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih, FIK UI, 2009

  • 24

    berhubungan dengan pilihan, dan pilihan merupakan persyaratan untuk

    mengambil suatu tindakan.

    Nilai membentuk landasan bagi hati nurani individu, dalam hal ini individu

    menjiwai dan menghayati suatu nilai. Individu memandang keliru perilaku

    yang tidak sesuai dengan nilai yang dianut. Disamping itu ada juga nilai yang

    diutamakan daripada nilai-nilai lain yang disebut nilai dominan. Suatu nilai

    dikatakan dominan tergantung dari luas tidaknya, dan lamanya pengaruh yang

    dirasakan, serta gigih tidaknya nilai tersebut dipertahankan, dan prestise dari

    orang-orang yang menganut nilai tersebut. Nilai dominan merupakan patokan

    bagi tingkah laku sehari-hari (Soelaeman, 2001).

    Menurut Soelaeman (2001) budaya dan kebudayaan memiliki arti yang sama

    yaitu keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya menusia dalam

    rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan

    belajar (Koentjaraningrat, 2002). Tiga wujud budaya menurut Soelaeman

    (2001) yaitu:

    a. Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia yang disebut dengan

    sistem budaya. Sistem budaya yang merupakan wujud abstrak dari

    kebudayaan memiliki fungsi memantapkan dan menata tindakan serta

    tingkah laku manusia.

    b. Kompleks aktivitas manusia yang saling berinteraksi, bersifat konkret,

    dapat diamati yang disebut dengan sistem sosial. Unsur-unsur yang

    membentuk sistem sosial adalah keyakinan, perasaan, tujuan, norma,

    status, tingkatan,pengaruh, sangsi, fasilitas, dan tekanan ketegangan.

    c. Budaya yang berwujud sebagai benda, baik benda bergerak maupun benda

    diam, karena aktivitas manusia tidak terlepas dari penggunaan peralatan

    dalam mencapai tujuan.

    Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih, FIK UI, 2009

  • 25

    Sedangkan menurut Koentjaraningrat (2003), kebudayaan dibedakan

    menjadi empat wujud yaitu: kebudayaan sebagai artifacts, kebudayaan

    sebagai sistem tingkah laku dan tindakan yang berpola, kebudayaan

    sebagai sistem gagasan, dan kebudayaan sebagai sistem gagasan yang

    ideologis.

    2.4 Nilai dan Budaya Suku Madura Suku Madura merupakan masyarakat yang sangat memegang teguh budaya

    nenek moyangnya. Hal tersebut dapat dilihat dari realitas yang ada,

    dimanapun masyarakat Madura berada mereka dengan mudah dapat dikenali

    dari identitas suku Madura seperti dari bahasa Madura yang digunakan

    dalam kehidupan sehari-harinya. Kondisi ini juga tampak pada masyarakat

    suku Madura di Jember ( Wiyata, 2002).

    Masyarakat Madura di Kabupaten Jember adalah masyarakat Madura yang

    merantau untuk meningkatkan pendapatan atau kesejahteraan mereka.

    Masyarakat Madura di Kabupaten Jember masih memegang system

    kebudayaan mereka, hal ini dapat dilihat dari pemukiman masyarakat Madura

    yang berkelompok berhubungan dengan kekerabatan dan ikatan

    kekeluargaan yang disebut tanean lanjang (Wiyata, 2002). Ciri masyarakat

    Madura yang juga masih dipegang teguh adalah upacara selamatan dalam

    setiap tahap peralihan kehidupan manusia. Salah satu upacara selamatan

    yang dilakukan adalah upacara selamatan pada usia kehamilan tiga bulan

    dan bulan ke lima atau ketujuh.

    Upacara selamatan pada usia bayi tiga bulan lebih sepuluh hari yang

    dinamakan nyebe dilakukan didasari keyakinan bahwa roh telah masuk ke

    tubuh bayi yang awalnya hanya berupa gumpalan darah. Menurut masyarakat

    madura kehamilan diawali dengan berhentinya menstruasi dan darah

    menstruasi akan menggumpal membentuk janin, saat usia kehamilan kurang

    dari tiga bulan sepuluh hari janin belum memiliki nyawa. Oleh sebab itu

    tujuan dilakukan upacara selamatan tiga bulanan atau majheng roh baji

    Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih, FIK UI, 2009

  • 26

    (menyelamati kedatangan roh bayi) adalah untuk kesempurnaan

    pertumbuhan dan perkembangan janin dan keselamatan ibu sampai

    melahirkan (Handayani, 2002).

    Sedangkan upacara selamatan tujuh bulanan merupakan serangkaian acara

    yang melambangkan symbol-symbol untuk memperlancar proses

    melahirkan. Rangkaian upacara ini hanya dilakukan pada kehamilan pertama

    sedangkan pada kehamilan kedua dan selanjutnya hanya memohon doa

    keselamatan kepada tetangga dan keluarga terdekat (Handayani, 2002).

    Selain upacara selamatan pada masa kehamilan, perilaku dan sikap mental

    masyarakat Madura masih sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai kultur Madura

    yang primodialistik seperti nilai kultur yang terungkap dalam pameo

    Buppa, Babu, Rato ( Ayah-Ibu, Guru, Raja). Makna dari ungkapan tersebut

    adalah orang pertama yang dihormati, diikuti , dipatuhi dan ditaati

    masyarakat madura adalah kedua orang tuanya. Setelah itu penghormatan,

    kepatuhan dan ketaatan diberikan kepada guru (dalam hal ini Kiai) dan

    terakhir kepada raja. (Wiyata, 2002). Perilaku dan sikap mental masyarakat

    tersebut sangat berpengaruh terhadap kepatuhan masyarakat dalam kegiatan

    pemerintahan maupun pembangunan.

    Ciri khas lain dari masyarakat Madura adalah sikap yang penuh samudana

    yaitu gugon tuhon. Gugon tuhon mengandung makna masyarakat Madura

    percaya terhadap ungkapan yang bermakna magis, dan meyakini apabila

    tidak diikuti akan tertimpa bahaya. Salah satu gugon tuhon yang masih

    dipercaya masyarakat Madura adalah mon baqna otaba binena baqna

    ngandung taq olle matege mokolan binatang ban nyale orang cacat, kediq

    bhajiqna/anqna cacat yang artinya jika kamu dan istrimu atau istrimu

    sedang hamil, tidak boleh membunuh atau memukul binatang dan mencela

    orang cacat , nanti bayimu atau anakmu cacat. Wibisono, 2001).

    Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih, FIK UI, 2009

  • 27

    2.5 Peran Perawat Maternitas Perawat maternitas sebagai bagian dari petugas kesehatan berperan

    memberikan asuhan keperawatan disepanjang kehidupan wanita secara

    komprehensif (Pillitteri, 2003). Asuhan keperawatan yang diberikan

    tergantung dari respon manusia terhadap stimulus yang ada.

    Leininger (2002), mengidentifikasi tiga prinsip pelayanan keperawatan yang

    menekankan sentuhan budaya pada pelayanan keperawatan terhadap klien

    meliputi:

    a. Cultural care preservation (maintenance), yaitu memberi bantuan,

    memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya untuk membantu

    individu menentukan kesehatan dan gaya hidup berkaitan dengan konsumsi

    tablet besi.

    b.Cultural care accommodation (negotiation), yaitu memberi bantuan,

    memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya yang merefleksikan

    cara-cara untuk beradaptasi, bernegosiasi atau mempertimbangkan

    kesehatan dan gaya hidup ibu hamil agar terbebas dari komplikasi akibat

    defisiensi zat besi.

    c. Cultural care repatterning (restructuring), yaitu merekonstruksi atau

    merubah desain untuk membantu perubahan kesehatan dan pola hidup klien

    kearah meningkatkan kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet besi

    Pendekatan budaya pada pelayanan keperawatan diharapkan dapat mencegah

    terjadinya permasalahan pada ibu hamil berkaitan dengan pencegahan

    terjadinya anemia melalui program pemberian tablet besi. Dengan pendekatan

    ini perawat dapat memahami budaya yang dianut klien dan dapat

    mengidentifikasi budaya-budaya yang mendukung perilaku kesehatan dan

    perilaku yang kurang mendukung sehingga perawat dapat memodifikasi

    asuhan keperawatan yang diberikan.

    Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih, FIK UI, 2009

  • 28

    2.6. Kerangka Teori Anemia dalam

    kehamilan 1. Hemodilusi 2. Meningkatnya

    kebutuhan 3. Simpanan zat besi

    tidak adekuat 4. Intake zat besi

    tidak memadai

    Defisiensi zat besi

    Perilaku Konsumsi tablet besi

    Supplement tablet besi

    Faktor predisposisi : - pengetahuan - sikap masyarakat - tradisi - kepercayaan - sistem nilai - budaya Madura

    Faktor Pendukung: Ketersediaan sarana prasaranan/ fasilitas kesehatan

    Faktor pendorong: Faktor pembentukan perilaku dari orang lain yang merupakan kelompok referensi

    Tidak anemia dalam

    kehamilan

    perilaku.

    Universitas Indonesia Nilai dan budaya, I Gusti Ayu Karnasih, FIK UI, 2009