potensi penerapan nilai-nilai budaya lokal pada

22
LAPORAN PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK) POTENSI PENERAPAN NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL PADA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR Tim Pengusul Ketua Peneliti (Mimin Ninawati 0330116803) Nomor Surat Kontrak Penelitian : 727/ F. 03. 07/ 2019 Nilai Kontrak : Rp. 10.000.000,00 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA TAHUN 2020

Upload: others

Post on 14-Nov-2021

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: POTENSI PENERAPAN NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL PADA

i

LAPORAN

PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

POTENSI PENERAPAN NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL PADA

PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

Tim Pengusul

Ketua Peneliti (Mimin Ninawati 0330116803)

Nomor Surat Kontrak Penelitian : 727/ F. 03. 07/ 2019

Nilai Kontrak : Rp. 10.000.000,00

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

TAHUN 2020

Page 2: POTENSI PENERAPAN NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL PADA

ii

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN

PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)

Judul Penelitian POTENSI PENERAPAN NILAI-NILAI

BUDAYA LOKAL PADA

PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap Mimin Ninawati, SE, M.Pd

b. NPD/NIDN 0330116803

c. Jabatan Fungsional Lektor

d. Fakultas / Program Studi FKIP/PGSD

e. HP/Telepon 081280007714

f. Alamat Surel (Email) [email protected]

Lama Penelitian 6 bulan

Luaran Penelitian Jurnal Nasional Terakreditasi

Biaya Penelitian yang Diusulkan Rp 10.000.00.000,-

Jakarta, 12 April 2020

Mengetahui,

Ketua Program Studi

Ika Yatri, S.Pd., M.Pd

NIDN. 03008401

Menyetujui

Dekan FKIP-UHAMKA

Dr. Desvian Bandarsyah, M.Pd

NIDN. 0317126903

Ketua Peneliti,

Mimin Ninawati, SE, M.Pd

NIDN 0330116803

Ketua Lemlitbang UHAMKA

Prof. Dr. Suswandari, M.Pd

NIDN. 0020116601

Page 3: POTENSI PENERAPAN NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL PADA

iii

SURAT KONTRAK PENELITIAN

Page 4: POTENSI PENERAPAN NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL PADA

iv

Page 5: POTENSI PENERAPAN NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL PADA

v

RINGKASAN

Penerapan nilai-nilai budaya pada sekolah dasar penting untuk dilakukan karena sekolah dasar merupakan lembaga

formal yang menjadi peletak dasar pendidikan untuk jenjang sekolah yang lebih tinggi. Penerapan nilai-nilai budaya

juga penting diberikan pada pembelajaran siswa sekolah dasar karena nilai-nilai budaya tersebut akan tertanam lebih

kuat ketika dewasa karena nilai-nilai budaya tersebut ditanamkan kepada peserta didik sejak dini. Akhir-akhir ini,

banyak akademisi dan peneliti yang berupaya untuk memasukkan nilai-nilai budaya lokal dalam pembelajaran di

sekolah, khususnya di sekolah dasar. Namun apakah penerapan nilai-nilai budaya dalam pembelajaran siswa sekolah

dasar tersebut telah sesuai dengan manfaat yang diharapkan. Hal inilah yang masih perlu dikaji untuk melihat potensi

budaya lokal dalam pembelajaran siswa sekolah dasar. Tahpan dalam penelitian yaitu menyiapkan data,

mengumpulkan data, menganalisis data, menyusun laporan kemajuan, menyusun laporan akhir, dan publikasi luaran

penelitian. Hasil yang dapat diambil dalam penelitian ini yaitu nilai-nilai yang dapat diambil dari budaya lokal yang

dapat diterpkan di dalam proses pembelajaran yaitu nilai religius, nilai psikologis, dan nilai sosial. Nilai-nilai tersebut

sudah diterapkan secara rutin dan menjadi kebiasaan siswa pada waktu mengikuti proses pembelajaran

Kata kunci: Nilai-Nilai Budaya Lokal, Pembelajaran di sekolah dasar

Page 6: POTENSI PENERAPAN NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL PADA

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ………………………………………………………………… i

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………………. ii

SURAT KONTRAK PENELITIAN …………………………………………………… iii

RINGKASAN ………………………………………………………………………….. v

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………… vi

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………………… vii

BAB 1. PENDAHULUAN

- Latar Belakang …………………………………………………………………. 1

- Rumusan Masalah ……………………………………………………………… 2

- Tujuan …………………………………………………………………………. 2

- Manfaat ………………………………………………………………................ 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………………. 3

BAB 3. METODE PENELITIAN ……………………………………………………… 6

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………………… 8

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………………… 12

BAB 6 LUARAN YANG DICAPAI ……………………………………………………. 13

BAB 7 RENCANA TINDAK LANJUT DAN PROYEKSI HILIRISASI ……………… 14

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………… 15

LAMPIRAN …………………………………………………………………………….. 16

Page 7: POTENSI PENERAPAN NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL PADA

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki keanekaragaman

budaya di dalamnya karena terdiri atas berbagai etnis dan suku bangsa. Setiap

daerah memiliki budaya yang menjadi ciri khas dan menjadi kebanggaan daerah

tersebut. Indonesia juga merupakan negara kepulauan yang cukup luas dengan

penduduk yang tersebar di wilayah pegunungan, dataran rendah, serta pesisir pantai

dengan karakteristik lingkungan yang berbeda, sehingga tercipta keragaman budaya

di masing-masing wilayah. Kekayaan budaya beserta nilai-nilai yang ada di

dalamnya merupakan sebuah karunia yang harus disyukuri dan dilestarikan. Nilai

nilai budaya yang begitu kaya akan nilai-nilai karakter perlu dikenalkan kepada

generasi muda agar tercipta generasi yang memiliki identitas berdasarkan

kebudayaan nasional.

Salah satu cara yang digunakan untuk mengenalkan nilai-nilai budaya lokal

kepada generasi muda adalah melalui pembelajaran di sekolah. Pembelajaran di

sekolah perlu mengambil peran yang dapat mengoptimalkan pewarisan nilai-nilai

budaya kepada generasi muda Indonesia, sehingga generasi muda mengenal dan

mempunyai rasa memiliki budaya nasionalnya serta mengintegrasikannya dalam

kehidupannya untuk membentuk kekhasan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia

yang bermartabat (Rohaeti, 2011). Menerapkan nilai-nilai budaya ke dalam

pembelajaran di sekolah adalah sarana untuk mentransformasikan nilai-nilai

budaya tersebut menjadi bermakna dan sesuai dengan kondisi lingkungan dimana

siswa berada.

Integrasi nilai budaya dalam proses pembelajaran memiliki arti penting

dalam pembentukan kepribadian peserta didik (Syarif dkk., 2016). Integrasi nilai

budaya dengan pendidikan akan menjadi senjata ampuh dalam menghadapi

globalisasi yang dapat mengikis identitas bangsa ini. Namun, pendidikan kita saat

ini banyak berkiblat pada budaya Barat daripada budaya lokal. Hal ini tentu perlu

mendapat perhatian karena nilai dan pendidikan merupakan sesuatu yang tidak

Page 8: POTENSI PENERAPAN NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL PADA

2

dapat dipisahkan. Ketika transfer pengetahuan terjadi (misal melalui pembelajaran),

maka terjadi pula transfer nilai-nilai di dalamnya. Masalah utama dalam pendidikan

kita saat ini adalah pemberian materi pembelajaran murni tanpa adanya upaya untuk

mengintegrasikan dengan nilai-nilai budaya yang ada. Satu contoh sederhana

adalah penggunaan bahasa asing sebagai bahasa pengantar pembelajaran di kelas.

Kemampuan bahasa asing yang bagus tentu merupakan hal yang sangat baik karena

di era globalisasi ini siswa perlu menguasai bahasa asing agar dapat bersaing di

kancah globah. Namun, hal ini tidak berarti mengabaikan bahasa ibu bangsa ini

yaitu bahasa Indonesia. Bahasa sebagai alat penyampai materi dalam pembelajaran

memiliki pengaruh yang besar terhadap pembentukan karakter peserta didik

(Wuryandani, 2010). Salah satu cara untuk menyeimbangkan antara moral dan

intelektual, maka pendidikan memerlukan nilai-nilai budaya sebagai

implementasinya yaitu budaya lokal bangsa Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan di atas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah potensi nilai-nilai budaya lokal

dalam pembelajaran di sekolah dasar?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas maka tujuan

penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan, menganalisis, dan menjelaskan potensi

penerapan nilai-nilai budaya lokal dalam pembelajaran di sekolah dasar.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang telah dikemukakan di atas, Manfaat dari penelitian ini

yaitu:

1. Bagi guru

Guru dapat mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal di dalam pembelajaran

baik di dalam model pembelajaran, media, alat peraga, dan bahan ajar sehingga

Page 9: POTENSI PENERAPAN NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL PADA

3

inovasi di dalam pengelolaan pembelajaran dapat diimplementasikan dengan

optimal

2. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi di dalam mengembangkan

media, model, dan perangkat pembelajaran.

Page 10: POTENSI PENERAPAN NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL PADA

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Kearifan lokal merupakan suatu kegiatan atau produk keunggulan budaya

masyarakat maupun dalam arti luas dilihat dari aspek geografis wilayahnya.

Kearifan lokal disini merupakan hasil dari budaya masa lalu yang mempunyai

peranan penting dan menjadi pegangan hidup hingga dewasa ini. Kearifan lokal

merupakan ciri khas budaya setempat yang mempunyai nilai-nilai luhur di

dalamnya. Kearifan lokal adalah identitas atau kepribadian budaya sebuah bangsa

yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan mengolah

kebudayaan yang berasal dari luar/bangsa lai menjadi watak dan kemampuan

sendiri (Wibowo: 2015). Kearifan lokal yang ada biasanya mengajarkan kebaikan-

kebaikan bagi individu seperti ajakan untuk mencari ilmu, bekerja keras, tata cara

berbahasa yang baik, cara berinteraksi dengan orang lain, dan bahkan cara untuk

melestarikan lingkungan sekitar. Nilai-nilai luhur ini secara turun temurun dan

diwariskan serta masih dilestarikan hingga saat ini karena dianggap mempunyai

kebermanfaatan dalam kehidupan bermasyarakat dan mengandung nilai kebaikan

di dalamnya.

Nilai dalam hubungan sosial-budaya berkenaan dengan harga kepantasan

atau harga kebaikan, yang dapat dikatakan penting dan tidak penting, ataupun

mendalam dan dangkal, tetapi kualifikasi tersebut tak dapat diukur secara

kuantitatif (Sedyawati: 2007). Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai budaya

merupakan sesuatu yang dianggap baik, benar atau pantas, sebagaimana disepakati

di dalam masyarakat. Menurut Asriati (2012) membagi nilai luhur yang terkait

dengan kearifan lokal menjadi sembilan jenis yaitu: 1) cinta kepada Allah dan alam

semesta beserta isinya, 2) tanggung jawab, disiplin dan mandiri, 3) jujur, 4) hormat

dan santun, 5) kasih sayang dan peduli, 6) percaya diri, kreatif, kerja keras, dan

pantang menyerah, 7) keadilan dan kepemimpinan, 8) baik dan rendah hati, 9)

toleransi, cinta damai, dan persatuan. Keberadaan kearifan lokal ini bukan tanpa

fungsi. Kearifan lokal sangat banyak fungsinya. Seperti yang diruliskan Sartini

(2006), bahwa fungsi kearifan lokal adalah sebagai berikut: (1) Berfungsi untuk

konservasi dan pelestarian sumber daya alam, (2) Berfungsi untuk pengembangan

Page 11: POTENSI PENERAPAN NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL PADA

5

sumber daya manusia, (3) Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu

pengetahuan, (4) Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan, (5)

Bermakna sosial misalnya upacara integrasi komunal/kerabat, (6) Bermakna sosial,

misalnya pada upacara daur pertanian, (7) Bermakna etika dan moral, (8) Bermakna

politik

Sekolah Dasar merupakan lembaga pendidikan formal yang meletakkan

dasar-dasar pendidikan yang menentukkan kualitas pendidikan selanjutnya.

Pendidikan di Sekolah Dasar bertujuan untuk memberi bekal kemampuan dasar

kepada anak didik berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang bermanfaat

bagi dirinya sesuai dengan tingkat perkembangannya, dan mempersiapkan mereka

melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan sekolah menengah pertama

(Suharjo: 2006). Lembaga pendidikan formal tidak hanya memberikan pengajaran

dari aspek kognitif atau pengetahuan, namun pada proses dan akhir pembelajaran

siswa dituntut untuk mempunyai kemampuan dalam aspek keterampilan dan sikap,

sehingga pembelajaran kepada siswa dapat tercapai secara optimal sesuai dengan

tujuan yang sudah dirancang. Sehingga pembelajaran berbasis nilai-nilai budaya

lokal sangat cocok jika diterapkan pada pembelajaran di sekolah dasar. Terkait

dengan pembelajaran nilai-nilai kearifan lokal di Sekolah Dasar Menurut Sutarno

(2008) ada empat macam pembelajaran berbasis budaya, yaitu: (1) Belajar tentang

budaya, yaitu menempatkan budaya sebagai bidang ilmu. Budaya dipelajari dalam

program studi khusus, tentang budaya dan untuk budaya. Dalam hal ini, budaya

tidak terintegrasi dengan bidang ilmu, (2) Belajar dengan budaya, terjadi pada saat

budaya diperkenalkan kepada siswa sebagai cara atau metode untuk mempelajari

pokok bahasan tertentu. Belajar dengan budaya meliputi pemanfaatan beragam

untuk perwujudan budaya. Dalam belajar dengan budaya, budaya dan

perwujudannya menjadi media pembelajaran dalam proses belajar, menjadi konteks

dari contoh-contoh tentang konsep atau prinsip dalam suatu mata pelajaran, serta

menjadi konteks penerapan prinsip atau prosedur dalam suatu mata pelajaran, (3)

Belajar melalui budaya, merupakan strategi yang memberikan kesempatan siswa

untuk menunjukkan pencapaian pemahaman atau makna yang diciptakannya dalam

suatu mata pelajaran melalui ragam perwujudan budaya, (4) Belajar berbudaya,

Page 12: POTENSI PENERAPAN NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL PADA

6

merupakan bentuk mengejawantahkan budaya itu dalam perilaku nyata sehari-hari

siswa yang dihubungkan dengan nilai budaya lokal. Sehingga nilai budaya lokal

tersebut tidak dapat dipisahkan baik dari kehidupan social masyarakat maupun di

dalam bidang pendidikan.

Sementara itu Sutarno (2008) menuliskan ada tiga macam model

pembelajaran berbasis budaya, yaitu: (1) Model pembelajaran berbasis budaya

melalui permainan tradisional dan lagu-lagu daerah, (2) Model Pembelajaran

berbasis budaya melaui cerita rakyat, (3) Model pembelajaran berbasis budaya

melalui penggunaan alat-alat taradisional. Penanaman nilai budaya lokal tersebut

diterapkan pada bidang pendidikan yang diintegrasikan pada model, metode,

materi, maupun bahan ajar yang digunakan di dalam proses pembelajaran di

sekolah dasar.

Nilai-nilai budaya lokal dapat dimanfaatkan pada proses pembelajaran.

Dengan diintegrasikan nilai-nilai budaya lokal dapat mempengaruhi pola pikir dan

tingkah laku siswa. Wuryandani (2016) menyatakan bahwa Proses integrasi nilai-

nilai kearifan lokal dalam pembelajaran di Sekolah dasar dapat dilakukan untuk

semua bidang studi, proses mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal dalam

pembelajaran di Sekolah Dasar. Guru harus menyesuaikan dengan tingkat

perkembangan anak Sekolah Dasar, disesuaikan dengan materi/mata pelajaran yang

disampaikan, metode pembelajaran yang digunakan.

Nilai-nilai budaya lokal sudah mulai diterapkan pada proses pembelajaran

di sekolah dasar karena diharapkan akan mampu meningkatkan kualitas

pembelajaran. Shufa (2018) menyatakan bahwa pembelajaran di sekolah tingkat

dasar dikembangkan secara tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran untuk

mengembangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan serta mengapresiasi

keragaman budaya lokal. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan

pengintegrasian kearifan lokal dalam pembelajaran. Pengintegrasian kearifan lokal

dalam pembelajaran sebagai cara untuk meningkatkan rasa kearifan lokal

dilingkungannya serta sebagai upaya menjaga eksistensi kearifan lokal ditengah

derasnya arus globalisasi.

Page 13: POTENSI PENERAPAN NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL PADA

7

BAB 3

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi

kasus. Beberapa tahapan yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini meliputi:

a. Mendefinisikan dan merancang penelitian. Pada tahap ini

dilakukan kajian terhadap pengembangan teori atau konsep terhadap kasus yang

akan diteliti. Berdasarkan penemuan teori kemudian disusun pertanyaan-

pertanyaan dan proposisi penelitian. Berdasarkan proposisi penelitian itu

didapatkan jawaban sementara terhadap penelitian yang akan dilakukan. Proposisi

merupakan landasan bagi peneliti untuk menetapkan kasus pada umumnya. Pada

tahap ini dilakukan wawancara yang mendalam terhadap narasumber dan informan,

sehingga penelitian yang akan dilakukan tidak melenceng terlalu jauh terhadap

fokus kasus yang akan diteliti.

b. Menyiapkan dan mengumpulkan data. Pada tahap ini, peneliti

melakukan persiapan dan pengumpulan data berdasarkan protokol penelitian yang

telah dirancang sebelumnya. Pada penelitian studi kasus ini penelitian dilakukan

dengan melihat bagaimana potensi penerapan nilai-nilai lokal pada pembelajaran di

sekolah dasar. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu observasi,

wawancara, dan Mencatat Dokumen (Content Analysis). Pertama, Observasi pada

penelitian kualitatif sering disebut sebagai observasi berperan pasif . Observasi ini

akan dilakukan dengan cara formal dan informal, untuk mengamati kegiatan pokok.

Kedua wawancara, teknik wawancara dalam penelitian ini merupakan wawancara

mendalam. Wawancara ini bersifat lentur dan terbuka, sertatidak terstruktur ketat

dalam suasana formal dan bisa dilakukan berulang pada informan yang sama. Dan

teknik ketiga yaitu mencatat dokumen, Teknik ini akan dilakukan untuk

mengumpulkan data yang bersumber dari dokumen dan arsip. Sedangkan teknik

sampling pada penelitian ini yaitu purposive sampling, dengan

kecenderungan peneliti untuk memilih informasi dan masalahnya secara lebih

mendalam dan dapatdipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Sampling

pada penelitian ini yaitu 3 (tiga) sekolah dasar yang berada pada kategori 2 (dua)

Page 14: POTENSI PENERAPAN NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL PADA

8

sekolah dasar heterogen dan 1 (satu) sekolah dasar homogen. Maksud heterogen

disini yaitu seluruh siswa berasal dari latar belakang ekonomi, pekerjaan orang tua,

dan kemampuan intelektual yang beragam, sedangkan sekolah kategori homogen

siswa mempunyai latar belakang yang sama baik dari segi ekonomi, sosial kultural,

dan juga riwayat pendidikan orang tua siswa.

c. Menganalisis dan Menyimpulkan. Tahapan ini merupakan tahapan

terakhir dari proses penelitian. Dalam proses analisis data terdapat 4 komponen

utama yang dilakukan yaitu (1). Pengumpulan Data, Kegiatan ini digunakan untuk

memperoleh informasi yang berupa kalimat-kalimat yang dikumpulkan melalui

kegiatan observasi, wawancara, dan dokumen. Data yang diperoleh masih berupa

data yang mentah yang tidak teratur, sehingga diperlukan analisis agar data menjadi

teratur. (2) Reduksi Data, Merupakan suatu proses seleksi, pengfokusan

penyederhanaan dan abstraksi dari data mentah hasil penelitian, (3) Sajian Data,

sajian data penelitian berupa tabel hasil penelitian, yang diolah secara sistematis

sehingga mempermudah memahami informasi yang disajikan. (4) Penarikan

Kesimpulan, pada penarikan kesimpulan akhir dilakukan verifikasi berupa

pengulangan terhadap data mentah yang sudah diperoleh agar kesimpulan akhir

kuat dan dipertanggungjawabkan serta dapat mmenyusun pelaporan penelitian.

d. Pelaporan (Laporan Kemajuan dan Laporan akhir penelitian).

Pelaporan kemajuan yaitu 70 % dari tahap penelitian yang sudah dilakukan,

sedangkan laporan akhir yaitu semua penelitian sudah dilakukan secara keseluruhan

sampai proses penerbitan luaran penelitian.

e. Luaran penelitian. luaran penelitian dalam penelitian ini yaitu artikel

ilmiah yang diterbitkan pada jurnal nasional terindeks sinta 3 atau jurnal

internasional tidak terakreditasi. Sedangkan luaran tambahan yaitu draft prosiding

seminar internasional.

Page 15: POTENSI PENERAPAN NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL PADA

9

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian pada siswa sekolah dasar di SDN Cipete Utara 15 Pagi,

SDN Gandara Utara 3 Pagi, dan SD Muhammadiyah 11 Bidara Cina. Ada beberapa

nilai-nilai yang dapat diambil dari karifan lokal yaitu nilai religius, nilai psikologis,

dan nilai sosial. Nilai-nilai kearifan lokal dijadikan indikator untuk mengetahui

potensi-potensi kearifan lokal pada pembelajaran di sekolah dasar. Pertama,

masyarakat Indonesia tidak terlepas dari nilai religius salah satunya yaitu aspek

perilaku dalam kehidupan. Nilai religius yang dapat diambil dari kearifan lokal

yang sestiap hari dilihat dan dirasakan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu adat istiadat yang dapat diambil nilai religius misalnya upacara

pernikahan yaitu buka palang pintu. Beberapa hal yang dapat diambil dari upacara

palang pintu yaitu adab ketika masuk ke rumah orang yaitu harus mengucapkan

salam dan harus sopan santun, kemudian pembacaan sholawat nabi Muhammad.

Nilai-nilai religius tersebut diimplementasikan ke dalam pembelajaran di sekolah

dasar. Siswa sebelum dan sesudah pembelajaran diharuskan untuk mengucapkan

salam dan sopan santun baik dengan guru maupun sesama teman.

Nilai kearifan lokal yang kedua yaitu nilai psikologis. Salah satu adat

istiadat yang dapat diambil dan mengandung nilai psikologis adalah Upacara nujuh

bulanan pada ibu hamil. Pada upacara nujuh bulanan tersebut calon bayi yang ada

di dalam Rahim di doakan oleh para undangan yang hadir dibacakan doa dan ayat-

ayat Al-qur’an agar ibu tetap sehat dan bayi dapat terlahir dengan normal dan

sempurna. Kemudian para undangan memberikan nasehat kepada ibu hamil agar

tidak depresi, karena ibu hamil mempunyai tekanan-tekanan yang terkadang

membuat ibu hamil down. Nilai psikologis pada upacara tersebut ditemui dan

diadopsi di dalam pembelajaran di sekolah dasar. Pada proses pembelajaran siswa

diajarkan untuk mengawali dan mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan berdoa.

Kemudian siswa diajarkan untuk saling peduli jika ada teman yang sakit atau

tertimpa musibah, mendoakan dan menjenguk jika ada teman yang sakit, dan saling

menghargai jika ada perbedaan pendapat di forum diskusi kelas.

Page 16: POTENSI PENERAPAN NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL PADA

10

Nilai yang ketiga yaitu nilai sosial. Dilihat dari aspek sosial, upacara nujuh

bulanan ini memiliki nilai sosial yang tinggi. Acara ini dapat mempersatukan

kerukunan, kerjasama,saling membantu antar masyarakat,melestarikan nilai gotong

royong danmenghilangkan sifat individualisme. Karena pada hakikatnya manusia

itu adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, mereka akan saling

bergantung satu sama lain dan membutuhkan pertolongan dan bantuan dari orang

lain. Dari mulai membangun gubuk siraman, acara pengajian, membuat rurujakan,

sampai si ibu melakukan berbagai prosesi semuanya memerlukan bantuan dari

orang lain. Disinilah kerukunan antar tetangga akan tercipta. Dengan demikian

melalui tradisi ini akan terpeliharanya integritas sosial dikalangan komunitas dan

kerabat, serta dapat membangun nilai-nilai kebersamaan atau nilai-nilai gotong

royong. Sebagai suatu bentuk proses akomodasi sosial yang efektif, baik dilihat dari

kepentingan keluarga maupun tentang dan masyarakat. Adopsi dari upacar nujuh

bulanan yang dapat diimplementasikan di dalam pembelajaran yaitu saling

menolong dan saling membantu baik dalam tugas kelompok maupun diluar tugas

kelompok.

Ada beberapa integritas nilai-nilai budaya lokal yang diterapkan pada

pembelajaran di sekolah dasar. Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai budaya lokal

dan mata pelajaran Matematika mempunyai kaitan yang sangat erat agar proses

transfer pengetahuan dapat terlaksana secara optimal. Beberapa jenis budaya lokal

yang diterapkan terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu a) Tekstual, seperti nilai-nilai yang

terkandung di dalamnya, tata cara pelaksanaan tradisi atau ritual, serta ketentuan

khusus yang dituangkan ke dalam bentuk catatan terulis seperti primbon, kalender

dan prasasti, b) bangunan/ arsitektur misalnya, rumah limas, monumen, dan bentuk-

bentuk peninggalan budaya. Jenis Budaya tekstual dan bangunan ini dijadikan

sebagai Model, media maupun model peragaan dalam pembelajaran matematika.

Hasil penelitian yang dilaksanakan di SDN Cipete Utara 15 Pagi pada

proses pembelajaran Matematika menggunakan model pembelajaran berbasis

budaya lokal. Salah satu bentuk budaya lokal yang dapat dijadikan model yaitu

Tradisi paling pintu. Prosesi palang pintu dilakukan sebelum prosesi pernikahan

yaitu ketika keluarga mempelai datang kepada keluarga mempelai perempuan.

Page 17: POTENSI PENERAPAN NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL PADA

11

Kemudian masing-masing penjaga palang pintu mengadu pantun dan silat sebagai

syarat untuk dapat masuk ke dalam kediaman mempelai. Model ini menjadi

inspirasi bagi guru di SDN Cipete Utara 15 Pagi untuk menerapkan di dalam proses

pembelajaran. Siswa dibagi ke dalam 2 (dua) kelompok, setiap kelompok

mempunyai palang pintu yang saling melemparkan pertanyaan, sedangkan anggota

kelompok bertugas untuk membuat dan menjawab pertanyaan terkait soal

Matematika. Kelompok yang dapat menjawab pertanyaan paling banyak dapat

masuk ke wilayah kelompok lain. Penerapan model ini dapat diimplementasikan

pada setiap materi pelajaran Matematika.

Pada proses pembelajaran Matematika di SDN Gandara Utara 3 Pagi, dan

SD Muhammadiyah 11 Bidara Cina menggunakan media dan Alat Peraga

matematika. Guru mengggunakan media dan Alat Peraga yang sering dilihat oleh

siswa. Pada pembelajaran Geometri dan trigonometri guru membawa Diorama

bentuk rumah adat Betawi dan perangkat tajidor, sehingga siswa mampu

memahami materi geometri dan trigonometri dengan baik. Pada pada materi

Aljabar, materi Aritmatika dan materi geometri guru memakai kain khas Betawi.

Kemudian Untuk Jumlah penari jaipong yaitu berjumlah ganjil yaitu 1 orang, 3

orang, 5 orang, 7 orang dan seterusnya, hal ini diintegrasikan dalam pembelajaran

matematika masalah pola bilangan, serta digunakan dalam membelajarkan terkait

masalah kesimetrisan pola gerakan tari yang dilakukan.

Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki keanekaragaman

budaya di dalamnya karena terdiri atas berbagai etnis dan suku bangsa. Setiap

daerah memiliki budaya yang menjadi ciri khas dan menjadi kebanggaan daerah

tersebut. Indonesia juga merupakan negara kepulauan yang cukup luas dengan

penduduk yang tersebar di wilayah pegunungan, dataran rendah, serta pesisir pantai

dengan karakteristik lingkungan yang berbeda, sehingga tercipta keragaman budaya

di masing-masing wilayah. Kekayaan budaya beserta nilai-nilai yang ada di

dalamnya merupakan sebuah karunia yang harus dilestarikan. Nilai nilai budaya

yang begitu kaya akan nilai-nilai karakter perlu dikenalkan kepada generasi muda

agar tercipta generasi yang memiliki identitas berdasarkan kebudayaan nasional.

Page 18: POTENSI PENERAPAN NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL PADA

12

Salah satu cara yang digunakan untuk mengenalkan nilai-nilai budaya lokal

kepada generasi muda adalah melalui pembelajaran di sekolah. Pembelajaran di

sekolah perlu mengambil peran yang dapat mengoptimalkan pewarisan nilai-nilai

budaya kepada generasi muda Indonesia, sehingga generasi muda mengenal dan

mempunyai rasa memiliki budaya nasionalnya serta mengintegrasikannya dalam

kehidupannya untuk membentuk kekhasan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia

yang bermartabat (Rohaeti, 2011). Menerapkan nilai-nilai budaya ke dalam

pembelajaran di sekolah adalah sarana untuk mentransformasikan nilai-nilai

budaya tersebut menjadi bermakna dan sesuai dengan kondisi lingkungan dimana

siswa berada.

Integrasi nilai budaya dalam proses pembelajaran memiliki arti penting

dalam pembentukan kepribadian peserta didik (Syarif dkk., 2016). Integrasi nilai

budaya dengan pendidikan akan menjadi senjata ampuh dalam menghadapi

globalisasi yang dapat mengikis identitas bangsa ini. Namun, pendidikan kita saat

ini banyak berkiblat pada budaya Barat daripada budaya lokal. Hal ini tentu perlu

mendapat perhatian karena nilai dan pendidikan merupakan sesuatu yang tidak

dapat dipisahkan. Ketika transfer pengetahuan terjadi (misal melalui pembelajaran),

maka terjadi pula transfer nilai-nilai di dalamnya. Masalah utama dalam pendidikan

kita saat ini adalah pemberian materi pembelajaran murni tanpa adanya upaya untuk

mengintegrasikan dengan nilai-nilai budaya yang ada. Satu contoh sederhana

adalah penggunaan bahasa asing sebagai bahasa pengantar pembelajaran di kelas.

Kemampuan bahasa asing yang bagus tentu merupakan hal yang sangat baik karena

di era globalisasi ini siswa perlu menguasai bahasa asing agar dapat bersaing di

kancah globah. Namun, hal ini tidak berarti mengabaikan bahasa ibu bangsa ini

yaitu bahasa Indonesia. Bahasa sebagai alat penyampai materi dalam pembelajaran

memiliki pengaruh yang besar terhadap pembentukan karakter peserta didik

(Wuryandani, 2010). Salah satu cara untuk menyeimbangkan antara moral dan

intelektual, maka pendidikan memerlukan nilai-nilai budaya sebagai

implementasinya yaitu budaya lokal bangsa Indonesia.

Page 19: POTENSI PENERAPAN NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL PADA

13

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

Integrasi nilai-nilai budaya lokal dengan pembelajaran matematika

mempunyai dampak yang positif. Implementasi budaya lokal dalam pembelajaran

Matematika yaitu dengan menggunkan model pembelajaran berdasrkan aktivitas

kebudayaan, yang mana langkah-langkah di dalam aktivitas budaya tersebut dapat

diterapkan di dalam proses pembelajaran tidak hanya menanamkan nilai

kebudayaan namun juga mempermudah pemahaman materi Matematika oleh siswa.

Selain itu Media dan Alat peraga yang digunakan oleh guru dalam pemahaman

konsep Matematika seperti Bentuk rumah adat betawi, alat-alat tanjidor, dan tari

jaiponh.

Proses pembelajaran akan mencapai tujuan pembelajaran jika guru mampu

mengelola pembelajaran dengan baik. Penggunaan Model, media, dan alat peraga

tidak harus bernilai tinggi, namun juga harus mengandung nilai kebermanfaatan

untuk siswa dan kualitas pembelajaran. Sehingga penggunaan perangkat

pembelajaran yang dikaitkan dengan budaya lokal sangat sesuai digunakan di

dalam proses pembelajaran karena mampu meningkatkan pemahaman konsep

matematika siswa sekolah dasar.

Page 20: POTENSI PENERAPAN NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL PADA

14

BAB 6

LUARAN YANG DICAPAI

Luaran yang dicapai berisi Identitas luaran penelitian yang dicapai oleh peneliti

sesuai dengan skema penelitian yang dipilih.

Jurnal

IDENTITAS JURNAL

1 Nama Jurnal Jurnal MATH-UMB.EDU

2 Website Jurnal http://jurnal.umb.ac.id/index.php/math

3 Status Makalah Review

4 Jenis Jurnal Jurnal Nasional terakreditasi

4 Tanggal Submit 03 Januari 2020

5 Bukti Screenshot submit

Page 21: POTENSI PENERAPAN NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL PADA

15

BAB VIII

RENCANA TINDAK LANJUT DAN PROYEKSI HILIRISASI

Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan setelah selesai

penelitian rencana tindak lanjut yang dilakukan oleh peneliti meliputi:

1. Memetakan potensi-potensi budaya lokal yang dapat diterapkan pada proses

pembelajaran

2. Menyusun penelitian tindak lanjut berdasrkan hasil penelitian

3. Menyusun perangkat pembelajaran yang akan diterapkan pada siswa

sekolah dasar

4. Mengimplementasikan perangkat pembelajaran pada pembelajaran di

sekolah dasar.

Proyeksi hilirisasi dijelaskan pada gambar di bawah ini:

Page 22: POTENSI PENERAPAN NILAI-NILAI BUDAYA LOKAL PADA

16

DAFTAR PUSTAKA

Asriati, N. (2012). Mengembangkan Karakter Peserta Didik Berbasis Kearifan

Lokal Melalui Pembelajaran di Sekolah. Jurnal Pendidikan Psikologi dan

Humaniora, 3(2).

Efendi, A. (2014). Implementasi Kearifan Budaya Lokal Pada Masyarakat Adat

Kampung Kuta Sebagai Sumber Pembelajaran IPS. Sosio Didaktika, Volume

1 No. 2.

Rohaeti, E. E. (2011). Transformasi Budaya Melalui Pembelajaran Matematika

Bermakna di Sekolah. Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 16 No. 1: 139-147.

Sartini. (2006). Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah kajian Filsafati.

Yogyakarta: UGM

Sedyawati, E. (2007). Budaya Indonesia: kajian arkeologi, seni, dan sejarah.

Jakarta : Divisi Buku Perguruan Tinggi, Raja Grafindo Persada

Shufa, N. K. F. (2018). Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal Di Sekolah Dasar:

Sebuah Kerangka Konseptual. Inopendas Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 1

No. 1: 48-53

Suharjo. (2006). Mengenal pendidikan sekolah dasar teori dan praktek. Jakarta:

Dikti

Sutarno. (2008). Pendidikan Multikultural. Jakarta : Depdiknas.

Syarif, E., Sumarmi, Ach F., I Komang A. (2016). Integrasi Nilai Budaya Etnis

Bugis Makassar Dalam Proses Pembelajaran Sebagai Salah Satu Strategi

Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Jurnal Teori dan Praksis

Pembelajaran IPS, Volume 1 No. 1.

Wibowo, A dkk. (2015). Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Di Sekolah.

Yogyakarta: Pustaka pelajar

Wuryandani, W. (2010). Integrasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam

Pembelajaran untuk Menanamkan Nasionalisme di Sekolah Dasar.

Proceding Seminar Nasional Lembaga Penelitian UNY: 1-10.