eksistensi nilai-nilai budaya kerajaan binamu dan …

98
EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN BANGKALA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT JENEPONTO DI ABAD-21 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh Miranda 105381100616 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI TAHUN 2021

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN BANGKALA

DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

JENEPONTO DI ABAD-21

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

Miranda

105381100616

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

TAHUN 2021

Page 2: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …
Page 3: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …
Page 4: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …
Page 5: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …
Page 6: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Tiap kali ada pintu kebahagiaan yang

tertutup, pintu yang lain akan otomatis

terbuka. Sayangnya, banyak orang yang

terlalu focus pada pintu yang tertutup

hingga mengabaikan yang terbuka.

Kupersembahkan karya ini buat:

Kedua orang tuaku, saudaraku, dan sahabatku,

Atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis

mewujudkan harapan menjadi kenyataan.

Page 7: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

vii

ABSTRAK

Miranda, 2020, Eksistensi Nilai-nilai Budaya Kerajaan Binamu dan Bangkala Dalam

Kehidupan Masyarakat Jeneponto di Abad-21. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Kaharuddin dan Pembimbing II

Hadisaputra.

Kerajaan Binamu adalah salah satu Kerajaan yang pernah didirikan di Kabupaten

Jeneponto pada awal abad ke 17. Masyarakat Kerajaan Binamu berasal dari Suku Makassar.

Kerajaan Binamu berkuasa di wilayah Kabupaten Jeneponto bagian timur. Masyarakatnya

bekerja sebagai petani padi dan nelayan. Kerajaan ini menjadi kerajaan adat pada awal abad ke-

20. Kemudian Kerajaan Bangkala adalah salah satu kerajaan yang pernah didirikan di Kabupaten

Jeneponto pada abad ke-16 Masehi. Wilayah kekuasaannya meliputi Jeneponto bagian barat.

Masyarakat Kerajaan Bangkala bekerja sebagai petani dengan memanfaatkan Sungai Topa dan

Sungai Allu.

Skripsi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif yang mengarah pada

pendekatan etnografi. Yang bertujuan untuk mengungkap eksistensi nilai-nilai kerajaan binamu

dan bangkala dalam kehidupan masyarakat jeneponto di abad-21. Lokasi penelitian ini yaitu di

Kecamatan Binamu dan Kecamatan Bangkala. Informan dalam penelitian ini yaitu,

Budayawan/sejarawan, selain itu peneliti juga melibatkan keturunan para raja-raja Binamu dan

Bangkala. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tiga cara yaitu, observasi,

wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian dari Eksistensi Nilai-nilai Budaya Kerajaan Binamu dan Bangkala yaitu,

Nilai dan Tradisi di Jeneponto ini masih ada dan masih eksis di tengah-tengah masyarakat

Jeneponto. Meskipun ada Tradisi yang sedikit berubah karena perkembangan zaman. Meski

demikian masyarakat Jeneponto masih tetap melaksanakan tradisi yang dari dulu leluhur kita

lakukan. Pada zaman modern ini dengan kemajuan teknologi serba digital, tak disangkal menjadi

ancaman bagi nilai-nilai leluhur. Karena kurangnya pengenalan dan penghayatan terhadap nilai-

nilai budaya tersebut. Bahkan dampaknya adalah semakin merosotnya moralitas warga

masyarakat, kurangnya rasa hormat kepada sesama, sikap tidak ambil peduli, itu merupakan

perilaku yang mudah kita temukan sehari-hari di lingkungan sekitar kita.

Kata Kunci: Eksistensi, Nilai, Budaya.

Page 8: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

viii

ABSTRACT

Miranda, 2020, The Existence of Cultural Values of the Binamu Kingdom and Bangkala in the

Life of the Jeneponto People in the 21st Century. Thesis. Faculty of Teacher Training and

Education. Muhammadiyah Makassar University. Supervisor I Kaharuddin and Supervisor II

Hadisaputra.

The Binamu Kingdom is one of the Kingdoms that was founded in Jeneponto Regency in

the early 17th century. The people of the Binamu Kingdom come from the Makassar tribe. The

Binamu Kingdom rules in the eastern part of Jeneponto Regency. The people work as rice

farmers and fishermen. This kingdom in the early 20th century. Then the Kingdom of Bangkala

was one of the Kingdoms that was founded in Jeneponto Regency in the 16th century AD. His

territory includes western Jeneponto. The people of the Bangkala kingdom work as farmers by

utilizing the Topa River and the Allu River.

This thesis used descriptive qualitative research that leads to an ethnographic approach.

Which aims to reveal the existence of the values of your binamu kingdom and bangkala in the

life of the Jeneponto people in the 21st century. The location of this research is Binamu District

and Bangkala District. The informants in this study are cultural historians, besides that the

researchers also involved the kings of Binamu and Bangkala. Collecting data in this study using

three ways, namely, observation, interviews, and documentation.

The results of research on the Existence of cultural values of the Binamu and Bangkala

kingdoms, namely, the values and traditions in Jeneponto still exist and still exist in the midst of

the Jeneponto people. Although there are Traditions that have changed little because of the times.

Even so, the people of Jeneponto still carry out the traditions that our ancestors have long

practiced. In this modern era with advances in all-digital technology, it is undeniably a threat to

ancestral values. Dua to the lack of recognition and appreciation of these cultural values. In fact,

the impact is the decreasing morality of the community, a lack of respect for outhers, an attitude

of indifference, these are behaviors that are easy to find everyday in our environment.

Keywords: Existence, Values, Culture.

Page 9: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

ix

KATA PENGANTAR

حيم حمن الره الره بسم الله

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Rasulullah

SAW, keluarga dan sahabatnya. Selanjutnya, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang

tak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan proposal ini, baik

berupa dorongan moril maupun materil. Karena penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan

tersebut, sulit rasanya bagi penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi

penulis untuk menyelesaikan penulisan proposal ini. Disamping itu, izinkan penulis untuk

menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : Bapak

Prof. DR. H. Ambo Asse., M.Ag. selaku Rektor Unismuh Makassar, Bapak Erwin Akib, S.Pd.,

M.Pd., Ph.D Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Makassar, Bapak Drs. H. Nurdin, M.Si. Ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi dan Bapak

Kaharuddin, S.Pd.,M.Pd.,Ph.D, Sekertaris Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Bapak Kaharuddin, S.Pd.,M.Pd.,Ph.D,

sebagai pembimbing I, dan Bapak Hadisaputra, S.Pd., M.Si. selaku pembimbing II yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam meyelesaikan skripsi ini, Segenap

Dosen Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar atas bekal ilmu yang telah diberikan kepada penulis sejak pertama

menjadi mahasiswa. Dinas Pariwisata Kabupaten Bulukumba serta Masyarakat yang berada di

Pasir Putih Bira yang telah memberikan bantuan kepada penulis untuk mendapatkan informasi

mengenai respon masyarakat terhadap bisnis villa investor asing, yang mendukung penyelesaian

skripsi ini.

Page 10: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

x

Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis haturkan dengan

rendah hati dan rasa hormat kepada kedua orang tua penulis tercinta. Ayahanda Muchrin dan

Ibunda Nawariah degan segala pengorbanannya tak akan pernah penulis lupakan atas jasa-jasa

mereka. Doa restu, nasehat dan petunjuk dari mereka yang merupakan dorongan moril yang

paling efektif bagi kelanjutan studi penulis hingga saat ini.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan kritikan

dan saran bagi berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya membangun karena

penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan.

Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis.

Aamiin.

Makassar, Februari 2021

Penulis

Page 11: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN .................................................................................................... iv

SURAT PERJANJIAN ......................................................................................................... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................................... vi

ABSTRAK BAHASA INDONESIA .................................................................................. vii

ABSTRAK BAHASA INGGRIS ...................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ................................................................................................... 8

E. Definisi Operasional ................................................................................................ 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................................ 10

A. Kajian Konsep ........................................................................................................ 10

B. Kajian Teori ............................................................................................................ 15

Page 12: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

xii

C. Kerangka Konsep .................................................................................................... 16

D. Penelitian Relevan ................................................................................................. 18

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................................. 21

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ............................................................................ 21

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................................. 22

C. Informan Penelitian ................................................................................................. 23

D. Fokus Penelitian ..................................................................................................... 23

E. Instrumen Penelitian .............................................................................................. 23

F. Jenis dan Sumber Data ........................................................................................... 24

G. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................................... 24

H. Teknik Analisis Data .............................................................................................. 25

I. Teknik Keabsahan Data ......................................................................................... 26

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................................. 27

A. Sejarah Lokasi Penelitian ........................................................................................ 27

B. Keadaan Geografis .................................................................................................. 30

C. Keadaan Penduduk.................................................................................................. 32

D. Keadaan Pendidikan................................................................................................ 33

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................. 35

A. Hasil Penelitian ....................................................................................................... 35

1. Nilai-nilai Budaya yang di Warisan Kerajaan Binamu dan Bangkala .............. 35

2. Bagaimana Eksistensi Nilai Budaya Kerajaan Binamu dan Bangkala ............. 50

Pada Masyarakat Jeneponto di Abad-21

Page 13: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

xiii

B. Pembahasan............................................................................................................. 57

1. Nilai-nilai Budaya Warisan Kerajaan Binamu dan Bangkala ........................... 57

a) Nilai Simbolik Kebudayaan Warisan Kerajaan Binamu dan Bangkala ...... 57

Perspektif Teori

b) Warisan Nilai-nilai Budaya Perspektif Teori Solidaritas............................ 59

2. Bagaimana Eksistensi Nilai Budaya Kerajaan Binamu dan Bangkala ............. 62

Secara Teoritis

a) Eksistensi Nilai Budaya Secara Simbolik Secara Teoritik ......................... 62

b) Jalan Menjaga Eksistensi Nilai Warisan Budaya Secara Teoritik .............. 64

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 66

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 66

B. Saran ....................................................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 68

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 14: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Nama Tabel

Tabel 4.1 Luas Daerah dan Jumlah Pulau

Tabel 4.2 Luas Daerah dan Jumlah Pulau

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Page 15: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kabupaten Jeneponto hingga tahun 2019 masih dikategorikan sebagai salah satu daerah

tertinggal disulawesi selatan, padahal jika di tinjau dari sejarah, daerah tersebut perna berdiri

kerajaan yang cukup disegani. Caldwell, I., & Bougas, W. (2004) pernah menulusuri asal usul

dan perkembangan kerjaan Bangkala dan Binamu, ternyata di daerah tersebut banyak peristiwa

menarik yang terpublikasi secara luas. Historis Binamu dan Bangkala ternyata suatu kerajaan

kecil di sudut barat daya provinsi Sulawesi Selatan, yang selama ini bulum terpublikasi secara

luas.

Dari aspek pemahaman masyarakat terkait dengan Bangkala dan Binamu sebagai kerjaan

kecil di kabupaten jeneponto ternyata hanya sedikit yang diketahui tentang sejarah Bangkala

maupun Binamu. Kedua kerjaan Bangkala dan Binamu belum tersentuh survei arkeologi yang

layak karena kurangnya studi-studi yang dilakukan oleh peneliti dan ilmuan lainnya. Oleh karena

itu, berbagai pandangan agar kiranya merekonstruksi kembali sebagian asal-usul dan

perkembangan kedua daerah ini dari empat sumber yaitu, pertama Lontara, yang menggunakan

bahasa Bugis dan Makassar. Kedua kunjungan keketurunan kerajaan tersebut. Ketiga

mencermati tradisi lisan masa kini di Jeneponto. Dan keempat informasi dari berbagai informasi

referensi dan peninggalan-peninggalan kuno.

Dari hasil penelitian Macknight dan Caldwell, I., & Bougas, W. dalam

(Smartcitymakassar, 2019) bukti yang diperlihatkan sumber-sumber adanya kerajaan-kerajaan

kecil antara Bangkala dan Binamu. Ternyata pada abad ke 14 dari sisi permukiman dengan focus

Page 16: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

2

pada aspek pertanian yang tersebar di lembah-lembah empat sungai utama Jeneponto dari barat

ke timur, Topa, Allu, Tamanroya dan Jeneponto, telah menyatu untuk membentuk unit-unit

pemerintahan kecil sebagai bayangan dari kerajaan Bangkala dan Binamu. Seterusnya dilihat

dari latar belakang pada abad ke 15 telah kelihatan secara terang keberadaan dua kerajaan

tersebut yang perlu pendalam lewat penelitian. Seperti di abad 15 unit pemerintahan yang

berpusat di Sungai Topa dan Allu telah bersatu membentuk Kerajaan Bangkala, dan unit

pemerintahan yang terkonsentrasi di Sungai Tamanroya dan Jeneponto bergabung menjadi

Kerajaan Binamu.

Interpretasi berbagai pandangan para penulis terus bermunculan dengan penjelasan yang

kadang berbeda terus mengalir. Sejak awal dua kerjaan Bangkala dan Binamu, dalam proses

pengelolaan ekonomi mereka bersentuhan dengan rute perdagangan antar-pulau yang melewati

pantai Selatan Sulawesi selama, dan sebelum, milenium pertama. Sementara pada tahap proses

perkembangan sebagai awal proses perubahan kerajaan kecil ini yang terletak di lembah sungai,

maka masing-masing berdiri sendiri, dan kemudian bergabung membentuk suatu Kerajaan yang

dikenal dengan kerajaan Binamu dan Bangkala. Proses penyatuan antara kerajaan Bangkala dan

Binamu ternyata diawali oleh Tumanurung (mahluk yang turun dari langit berjenis kelamin

yang belum diketau pada masa itu) yang dipilih sebagai penguasa dan menikah dengan kalangan

elit lokal. Setelah membentuk institusi jabatan untuk penguasa (pakkaraengang).

Walaupun kerajaan Binamu dan Bangkala dua kerjaan kecil akan tetapi tersorot nilai

keberanian yang tidak bisa dipungkiri, hal tersebut kelihatan gambar macam secara simbolik

pada makam raja pertama Binamu yaitu Palengkei. Masyarakat Jeneponto memaknai gambar

tersebut dengan keberanian dan kecerdasan, Emba M, (2016). Memperhatikan makna simbolik

dan tanggapan masyarakat Jeneponto dapat digambarkan bahwa nilai-nilai tersebut masih

Page 17: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

3

mengalir dalam diri setiap generasi atau keturunannya. Oleh itu, masyarakat jeneponto

seharusnya bangga dan mempertahankan nilai ini kearah yang positif.

Sehubungan dengan makna di atas terkait tentang nilai keberania yang meledak pada

masa pertentangan kelompok kecil antara Tanatoa dan Bangkala yang di akibatkan persoalan

harga diri dan konflik kedua kelompok meledak tak terkendali. konflik terjadi karena persoalan

perempuan dimana putra penguasa tanatoa yang mempersunting Banrimanurung. Persoalan terus

terjadi karena orang tua dari putra tanatoa juga jatu cinta sama Banrimanurung yang akhirnya

karaeng Parurang lari dari tanatoa menuju panaikan dan bersiap untuk perang. Dari kisah

tersebut melahirkan sumpah bahwa tidak ada pria dari tanatoa yang dapat mempersunting

perempuan bangkala, akan tetapi pemuda dari bangkala dapat melamar wanita dari tanatoa.

Peristiwa ini menggambarkan dan mengajarkan pentingnya menperhatikan nilai-nilai tata krama

dan sikap saling menghargai dalam kehidupan sosial, baik itu dalam lingkungan keluarga

maupun masyarakat secara umum (Smartcitymakassar, 2019).

Dilihat dari aspek Kerajaan Binamu yang secara historis lebih penting untuk dipahami

seperti Kerajaan Binamu yang dikenal sekarang Turatea, yang berada pada lingkup belahan

timur Jeneponto. Di Binamu mengalir dua sungai utama, Sungai Jeneponto di timur dan

Tamanroya di barat. Kedua sungai ini mengalir ke selatan dari pegunungan rendah di pedalaman

menuju pantai. Di tepi lembah sungai ini terdapat dataran pesisir sungai yang sempit. Padi basah

ditanam pada dataran pesisir ini dan pada bagian lembah di hilir, yang terletak antara 12 hingga

20 kilometer dari laut, di bukit-bukit di selanya, serta di kantong-kantong dataran pantai di sela-

sela lembah sungai.

Page 18: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

4

Sementara ditinjau dari tradisi lisan Binamu juga mengandung dua tradisi lisan mengenai

asal-usul Binamu, masing-masing mengandung beberapa elemen dari cerita lain. Kedua cerita

tradisional ini menyatakan bahwa Kerajaan Binamu berawal di lembah Tamanroya. Sementara

cerita lainnya yang diungkap oleh Kaluppa dkk (1995) Cerita yang pertama adalah sebagai

berikut:

Pada masa dahulu kala, seorang wanita cantik turun dari surga di Layu, di Sungai

Tamanroya. Dia dikenal sebagai Tumanurunga ri Layu (‘Yang turun di Layu’).

Melihat pemunculannya, para pemimpin kaum dari empat daerah bersatu membentuk

Kerajaan Binamu. Keempat pemimpin itu membentuk sebuah dewan yang disebut

To′do′ Appaka (‘empat pilar/tonggak/penjamin’) mewakili daerah masing-masing:

Bangkala, Loe, Layu dan Lentu. Dewan ini bertemu dan meminta Tumanurunga ri

Layu untuk menjadi penguasa pertama Binamu. Dia menerima dan menjadi

penguasa pertama Binamu. Tak lama berselang, dia menikah dengan pemuda

setempat dan melahirkan tiga anak: Punta ri Ulua, Punta ri Tangnga dan Punta ri

Bongko. Setelah Tumanurunga ri Layu raib secara misterius, dewan To′do′ Appaka

memutuskan bahwa putra kedualah, Punta ri Tangnga yang berarti ‘Tuan kita (yang

dimakamkan di Tangnga), yang menjadi karaeng (raja) Binamu (Kaluppa dkk: 1995).

Empat komunitas yang disebutkan dalam cerita lisan ini letaknya berdekatan di sepanjang

Sungai Tamanroya dan cabang-cabangnya. Layu terletak di pertemuan Sungai Bontoramba dan

Pangkaje′ne, yang berjumpa dan membentuk Sungai Tamanroya. Posisi Layu strategis untuk

mengendalikan pergerakan barang ke pantai di hulu dan hilir kedua sungai ini, serta menguasai

lahan pertanian di sekelilingnya. Lentu berada setengah kilometer di utara Layu di Sungai

Bontoramba, sementara Batujala terletak lima kilometer di baratlaut Layu, yakni di Sungai

Maero, anak Sungai Tamanroya. Terakhir, Bangkala Loe berjarak lima kilometer di hulu Layu,

di Sungai Pangkaje′ne.

Tradisi lisan mengambarkan adanya penyatuan politik keempat pemukiman, fungsinya

adalah untuk menerangkan keutamaan Layu di antara pemukiman tetangga dan memberi

legitimasi kekuasaan bagi para penguasa Binamu, yang mengklaim diri sebagai keturunan

Page 19: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

5

Tumanurunga ri Layu. Namun cerita ini belum dilakukan pengujian ulang secara mendalam dari

ketepatan cerita tersebut. Tradisi lisan kedua mengaitkan munculnya tujuh tumanurung di Layu

dengan sejumlah permukiman di hilir Sungai Jeneponto, sebelah timur lembah Tamanroya. Pada

masa dahulu kala, tujuh tumanurung turun dari surga dan menampakkan diri di daerah Layu,

dekat Sungai Tamanroya. Tujuh tumanurung itu bersaudara, seorang wanita muda dan enam

kakak laki-laki. Kalau dicermati sejarah tumanurung diberbagai Kabupaten seperti yang ada di

Kabupaten Gowa dan Sinjai ternyata keberadaannya berbeda yang ada di Jeneponto,

perbedaanya di Jeneponto tumanurun terdiri dari 6 orang dan Gowa dan Sinjai hanya seorang.

Kemunculan tumanurung di dua Kerajaan kecil Bangkala dan Binamu, dewan To′do′ Appaka

memutuskan bahwa wanita ini harus menjadi penguasa Binamu. Dewan menyampaikan perihal

ini kepada penguasa Balang, dan atas persetujuannya wanita itu diangkat menjadi Karaeng

Binamu Suaka (1983).

Sementara dilihat dari Historis Kerajaan Bangkala yang menempati belahan barat

Jeneponto. Sebagaimana Kerajaan Binamu di timur, wilayah ini mempunyai dua sungai besar,

Allu dan Topa, mengalir dari timur laut ke barat daya dan lembah hilirnya cocok untuk

pengolahan sawah basah. Sungai Allu di timur dan Topa di barat. Tradisi historis lisan Kerajaan

Bangkala yang terkenal menempatkan asal-mula kerajaan ini di wilayah hilir lembah Sungai

Allu. Garis keturunan raja-raja Bangkala lahir dari perkawinan seorang tumanurung wanita dan

putra penguasa Tanatoa.

Menurut cerita dahulu kala, jannang (kepala kampung) Panaikang menemukan

tumanurung wanita, Banrimanurung, di dalam bambu. Dia membawanya pulang

dan merawatnya. Suatu hari, ketika putra penguasa Tanatoa, Karaeng Parurang,

keluar berburu dengan anjingnya, dia melihat sebuah mata air dekat rumah

Jannang Panaikang. Ketika dia diundang ke dalam rumah, dia melihat sehelai

rambut tersembul dari sebilah bambu. Dia menarik rambut itu dan bambu itu

pecah, tampaklah Banrimanurung. Sang Pangeran terpikat oleh kecantikannya

Page 20: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

6

lalu menikahinya. Ketika dia pulang ke orangtuanya di Tanatoa dengan isteri

baru, ayahnya juga jatuh hati pada Banrimanurung dan berkehendak

menikahinya. Karaeng Parurang lari dari Tanatoa bersama isterinya menuju

Panaikang dan bersiap untuk perang. Pertempuran ini berlangsung di

Kalimporo. Banrimanurung menang dengan menyihir tunas bambu menjadi

serdadu. Raja Tanatoa kalah. Banrimanurung dan Karaeng Parurang menetap di

kampung Bangkala, di mana Banrimanurung melahirkan seorang putra, Karaeng

Ujung Moncong. Banrimanurung lalu menghilang, sama misteriusnya ketika dia

muncul. Putranya, Karaeng Ujung Moncong, menjadi raja pertama Bangkala dan

dilantik di kampung Bangkala. Selanjutnya, dia digantikan oleh putranya,

Karaeng La′bua Talibannanna.

Sebagai hasil kedurhakaan penguasa Tanatoa, hingga kini tidak ada pria dari Tanatoa

yang dapat mempersunting wanita Bangkala, tetapi pemuda dari Bangkala dapat memperisteri

wanita dari Tanatoa. Beberapa versi cerita ini dapat kita dengar di Bangkala hingga kini.

Seluruhnya menuturkan bahwa Kerajaan Bangkala terbentuk ketika dua pemerintahan yang lebih

kecil, satu berpusat di hilir Sungai Allu, dan yang lain di lembah Sungai Topa, bergabung di

bawah satu penguasa. Seluruh versi menegaskan sengitnya peperangan di mana pemerintahan

“yunior” mengalahkan pemerintahan “senior”.

Dilihat dari aspek sosial politik Bangkala dan Binamu telah memperlihatkan nilai politik

yang berkualitas di masanya. Hal itu tergambar pada status sosial mereka, walaupun memiliki

akar kebangsawanan yang berbeda namun keduanya menunjukkan hubungan sosial politik yang

damai, bahkan keduanya memainkan peranan sosial politik secara berkesinambungan dalam

masa yang panjang Muhlis Hadrawi, 2017:118).

Berdasarkan latar belakang di atas terkait munculnya berbagai versi terkait kerajaan

Binamu dan Bangkala membuat peneliti untuk menelaah kembali historis terkait dengan dua

kerajaan tersebut. Selain dari itu, peneliti juga akan melihat perkembangannya sampai sekarang,

dengan melihat eksistensi dua kerajaan Binamu dan Bangkala di Kabupaten Jeneponto.

Page 21: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

7

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti menarik judul: Eksistensi Nilai Budaya Kerajaan

Binamu dan Bangkala pada masyarakat Jeneponto di Abad-21

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah pada penelitian ini yaitu

sebagai berikut:

1. Apa nilai-nilai budaya yang diwariskan Kerajaan Binamu dan Bangkala pada masyarakat

Jeneponto di Abad-21?

2. Bagaimana eksistensi nilai budaya kerajaan Binamu dan Bangkala pada masyarakat

Jeneponto di Abad-21?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan pada penelitian ini yaitu sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui Apa nilai-nilai budaya yang diwariskan Kerajaan Binamu dan

Bangkala?

2. Untuk mengetahui Bagaimana eksistensi nilai budaya kerajaan Binamu dan Bangkala

pada masyarakat Jeneponto di Abad-21?

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat pada dua poin di bawah ini:

Page 22: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

8

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan

yang pada prinsipnya dapat dijadikan sebagai sumber referensi dan bahan bacaan untuk

peneliti berikutnya dan penulis serta bahan ajar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat: sebagai wahana pengetahuan terkait dengan eksistensi nilai budaya dua

kerajaan antara Binamu dan Bangkala Kab. Jeneponto Sulawesi Selatan

b. Bagi peneliti lain: dapat digunakan sebagai bahan masukan ataupun perbandingan untuk

penelitian selanjutnya

E. Defenisi Operasional

1. Eksistensi

Eksistensi yang dimaksud oleh peneliti adalah keberadaan budaya yang diwariskan oleh

leluhur dan masih terjaga serta masih dijalankan secara turun-temurun oleh masyarakat

setempat.

2. Nilai

Nilai yang dimaksud disini adalah berupa nilai-nilai budaya yang memiliki makna hidup

secara filosofi secara historis yang sampai hari ini masi eksis ditengah-tengan

masyarakat Jeneponto.

3. Budaya

Budaya yang dimaksud disini adalah system atau adat istiadat yang masi berlaku dalam

masyarakat Jeneponto, yang merupakan hasil dari warisan terdahulu.

Page 23: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KAJIAN KONSEP

1. Pewarisan Nilai Sejarah (Historis)

Pewarisan Nilai Sejarah Nilai merupakan sesuatu yang abstrak, tetapi secara

fungsional mempunyai ciri mampu membedakan antara yang satu dengan yang lain.

Suatu nilai jika dihayati oleh seseorang, maka akan sangat berpengaruh terhadap cara

berpikir, cara bersikap maupun cara bertindak dalam mencapai tujuan hidupnya

(Ahmadi dan Uhbiyati, 1991: 69). Scheler (dalam Franz Magnis Suseno, 2000: 34)

mengatakan hahwa nilai adalah kualitas atau sifat yang membuat apa yang bernilai

menjadi bernilai. Misalnya, nilai “jujur” adalah sifat atau tindakan yang jujur. Jadi,

nilai (weit, value) tidak sama dengan apa yang bernilai (gutter, goods). Oleh karena

itu nilai selalu menjadi ukuran dalam menentukan kebenaran dan keadilan sehingga

tidak akan pernah lepas dari sumber asalnya, yaitu berupa agama, logika dan norma

yang berlaku dalam masyarakat umum.

Yvon Ambroise (1993: 21) menjelaskan bahwa nilai merupakan realitas

abstrak. Nilai yang dirasakan dalam diri berfungsi sebagai daya pendorong atau

prinsip-prinsip yang menjadi pedoman hidup. Sebab itu, nilai menduduki tempat

paling penting dalam kehidupan seseorang. Pada suatu tinggkat, orang akan lebih siap

untuk mengorbankan diri daripada mengorbankan nilai. Nilai yang menjadi realitas

abstrak dapat dilacak dari tiga realitas berikut :

Page 24: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

10

Sesuai dengan sifatnya sebagai makhluk sosial, nilai yang dimiliki atau diyakini

seseorang umumnya merupakan pancaran nilai bersama tempat seseorang hidup. Hal tersebut

tidak mengherankan, sebab “kelainan” yang dilakukan oleh seseorang dari lingkungannya

akan menyebabkan orang tersebut terisolasi, yang merupakan keadaan yang tidak pernah

diinginkan oleh siapa pun.

Dengan demikian kiranya dapat disimpulkan bahwa nilai atau nilai budaya itu tidak

lain merupakan konsep yang dimiliki bersama oleh bagian terbesar anggota suatu kelompok

sosial yang sangat berpengaruh terhadap perilaku anggota kelompok dalam berinteraksi

dengan lingkungannya. Menurut Koentjaraningrat (1977: 244-252) tiap sistem nilai budaya

dalam setiap kebudayaan berkaitan dengan lima masalah dasar kehidupan manusia Kelima

masalah dasar tersebut ialah; (1) Masalah yang berkaitan dengan hakikat hidup manusia; (2)

Masalah yang berkaitan dengan hakikat karya manusia; (3) Masalah yang berkaitan dengan

kedudukan manusia dalam ruang dan waktu; (4) Masalah yang berkaitan dengan hubungan

manusia dengan manusia yang lain; dan (5) Masalah hakikat hubungan manusia dengan

alamnya. Nilai budaya merupakan salah satu unsur dan hakikat kebudayaan. Oleh karena itu

Pola tingkah laku, pola pikir, dan

sikap

Nilai Seorang

pribadi atau kelompok

Page 25: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

11

ciri-ciri kebudayaan melekat pula pada ciri-ciri itu antara lain; (a) milik masyarakat, (b)

pemilikannya melalui proses belajar, (c) merupakan suatu konfigurasi, dan (d) dapat

mengalami pergeseran.

Seseorang atau individu dalam menanggapi lingkungannya biasanya akan menetapkan

suatu standar, sebagian besar bersifat sosial. Hal ini terjadi akibat proses sosialisasi yang

dialaminya. Dengan demikian penilaian terhadap orang lain atau objek dan kejadian-kejadian

yang bersifat universal, standar yang dipakai mungkin saja berbeda-beda, karena dimilikinya

latar belakang yang berbeda, sehingga ekspresi nilai antara orang yang satu dengan yang lain,

tidak selalu sama. Perbedaan itu dapat disebabkan oleh factor faktor individu, budaya, atau

waktu (Bock,1974:54). Dengan kata lain mungkin saja terjadi sesuatu yang dahulu dinilai

baik, sekarang dinilai tidak baik, sehingga nilai budaya tersebut ditinggalkan sama sekali,

begitu pula sebaliknya.

Sejarah adalah ilmu yang mempelajari kehidupan manusia di masa yang lampau dan

memberikan petunjuk dalam mereaksi terhadap masalah-masalah baru yang ada di masa

seakarang. Sejarah memiliki berberapa manfaat bagi kehidupan manusia pada masa sekarang.

Wasino (2007: 10-14) dan Noor (1995: 334-335) menyebutkan bahwa paling tidak ada

beberapa guna sejarah bagi manusia yang mempelajarinya, yakni (a) edukatif (untuk

pendidikan), (b) instruktif (memberikan pengajaran), (c) inspiratif (memberi ilham), serta (d)

rekreatif (memberikan kesenangan).

Sejarah memiliki fungsi pendidikan karena dengan memahami sejarah berarti telah

diambil satu manfaat atau hikmah dari terjadinya suatu peristiwa sejarah. Kaitan antara

sejarah dan pendidikan dapat diketahui dari sebuah kalimat bijak tentang peranan sejarah bagi

manusia yang berbunyi historia vitae magistra yang bermakna “sejarah adalah guru

kehidupan”. Makna sejarah sebagai guru kehidupan ini sangat dalam, karena memerlukan

Page 26: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

12

pemikiran mengapa sampai sejarah itu digunakan sebagai guru kehidupan. Maksud dari

kalimat tersebut adalah bahwa sejarah ini memiliki fungsi pendidikan, yang mengajarkan

bagaimana manusia seharusnya itu bertindak dengan melihat peristiwa yang telah terjadi

untuk kemudian diambil hikmahnya (Ahmad, 2007:17). Kuntowijoyo (1995:45)

menerangkan bahwa ada beberapa fungsi sejarah kaitannya dengan sarana pendidikan, yaitu

sebagai pendidikan moral, penalaran, politik, kebijakan, perubahan, masa depan, dan

keindahan.

2. Historis Lokal Pembentukan Nilai

Sejarah lokal memiliki arti khusus, yaitu sejarah dengan ruang lingkup spasial di

bawah sejarah nasional. Sejarah lokal barulah ada setelah adanya kesadaran sejarah nasional

(Abdullah, 2005:3). Sementara itu Widja I Gde, (1989:11) menyebut sejarah lokal adalah

suatu bentuk penulisan sejarah dalam lingkup yang terbatas yang meliputi suatu lokalitas

tertentu. Sejarah lokal diartikan sebagai studi tentang kehidupan masyarakat atau khususnya

komunitas dari suatu lingkungan sekitar (neighborhood) tertentu dalam dinamika

perkembangannya dalam berbagai aspek kehidupan manusia (Widja, 1989:13).

Dalam konteks pembelajaran sejarah, sejarah lokal diperlukan untuk membangkitkan

kesadaran sejarah nasional serta menghindarkan siswa tidak tahu atau tidak mengenal nilai

sejarah yang ada di sekitarnya. Pembelajaran sejarah hendaknya dimulai dari fakta-fakta

sejarah yang dekat dengan lingkungan tempat tinggal anak, baru kemudian pada fakta-fakta

yang jauh dari tempat tinggal anak (Wasino, 2005:1).

Salah satu pendekatan dalam penulisan sejarah lokal adalah dengan menggunakan

pendekatan sejarah sosial. Dengan mengunakan pendekatan ini sejarah lokal yang ditulis

akan memperhitungkan dan mempertimbangkan dengan baik ikatan structural, yaitu jaringan

peranan sosial yang saling bergantungan terhadap aktor sejarah lokal setempat. Penulisan

Page 27: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

13

sejarah lokal ini selalu mengaitkan antara gejala yang terjadi dimasyarakat sekarang dengan

struktur sosial kebudayaan sebelumnya (Abdullah, 2005:21)

Sejarah lokal sangat erat kaitanya dengan tradisi lisan. Tradisi lisan menyangkut

pesan-pesan yang berupa pernyataan-pernyataan lisan yang diucapkan, dinyanyikan atau

disampaikan lewat musik (alat bunyi-bunyian). Hal yang perlu diperhatikan dari tradisi lisan

adalah tradisi ini berasal dari generasi sebelumnya paling sedikit satu generasi sebelumnya.

Dalam hal ini tradisi lisan dibedakan dengan sejarah lisan. Ada beberapa jenis tradisi lisan, pertama :

Petuah-petuah yang sebenarnya merupakan rumusan kalimat yang dianggap punya arti

khusus bagi kelompok. Kedua adalah : kisah tentang kejadian disekitar kehidupan kelompok,

baik sebagai kisah perseorangan maupun kelompok. Sesuai dengan alam pemikiran alam

masyarakat magis religius, faktanya biasanya selalu diselimuti dengan unsur kepercayaan

atau terjadi pencampuradukan antara fakta dan kepercayaan. Ketiga adalah: cerita

kepahlawanan yang berisi tentang gambaran berbagai macam tindakan kepahlawanan yang

mengagumkan bagi kelompok pemilikya, biasanya berpusat pada tokoh tertentu dari

kelompok tersebut. Keempat adalah: dongeng yang umumnya bersifat fiksi belaka. Unsur

faktanya boleh dikatakan tidak ada, berfungsi untuk menyenangkan pendengarnya. Tradisi

lisan juga sangat berkaitan erat dengan Folklor atau cerita rakyat (Widja, 1989:57).

B. KAJIAN TEORI

1. Emile Durkheim

Teori Emile Durkheim yaitu Teori Sosiologi Budaya dengan pendekatan structural

fungsional memiliki nilai yang patut dipertahankan atau dilestarikan keberadaannya dan

diestafetkan dari generasi ke generasi mendatang. Kebudayaan itu sendiri adalah sesuatu

yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan meliputi sistem ide atau gagasan yang

Page 28: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

14

terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu

bersifat abstrak.

Fungsionalisme structural merupakan sebuah sudut pandang luas yang mencakup dan

atau termasuk kedalam sosiologi dan juga antropologi yang berupaya menafsirkan

(mengartikan) masyarakat sebagai sebuah struktur sosial dengan bagian yang saling

berhubungan. Fungsionalisme menafsirkan masyarakat secara keseluruhan dalam hal faungsi

atau guna dari elemen-elemen konstituen terutama norma, adat, tradisi dan institusi.

C. KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep dalam penelitian ini untuk mengupas nilai-nilai historis yang

terkandung dalam sejarah kerajaan Binamu dan Bangkala sebagai panutan dalam proses

kehidupan masyarakat di Kabupaten Jeneponto. Pentingnya memahami nilai historis

karena memiliki nilai manfaat bagi pewarisan budaya bagi generasi penerus sehingga

mereka tidak buta sejarah dan memahami sumber nilai-nilai budaya yang dijalan sekarang

ini.

Dalam kerang konsep ini, selain mendalami nilai historis Kerajaan Binamu dan

Bangkala juga akan lebih mendalami eksistensi nilai budaya kerajaan Binamu dan

Bangkala di Kabupaten Jeneponto. Cara memahami eksistesi nilai-nilai tersebut akan

dikupas lewat kajian literatus baik melalui jurnal, buku juga melalui media. Memahami

nilai historis suatu yang fundamental karena sangat berkaitan dengan perilaku hidup

dalam bermasyarakat.

Pentingnya mengungkap nilai-nilai historis juga bermanfaat dalam pewarisan

budaya lewat mata pelajaran muatan lokal di semua jenjang pendidikan di sekolah.

Melihat jejak sejarah tersebut yang bengitu panjang dan penuh dinamika dipastikan

mengandung nilai-nilai yang banyak dan bermanfaat bagi masyarakat dan generasi

Page 29: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

15

masyarakat jeneponto. Olehnya itu, nilai dan eksistensi nilai dalam ruang sosial

masyarakat Jeneponto sangat penting untuk dijelaskan secara ilmiah.

Jadi pengungkapan tersebut akan dimulai dari studi nilai historis Kerajaan Binamu

dan Bangkala yang dilanjukan pada mengetahui nilai historis Kerjaan Binamu dan

Bangkala dalam system kebudayaan masyarakat. seterusnya dilanjutkan pada eksistensi

nilai budaya Kerjaan Binamu dan Bangkala pada masyarakat

Gambar. 1. Kerangka Konsep Penelitian

D. PENELITIAN RELEVAN

1. Firdaus, D. W. (2017). Metode yang digunakan dalam studi ini menggunakan

pendekatan kualitatif dengan metode etnografi. Pewarisan nilai-nilai historis dan

kearifan lokal masyarakat kampung adat Kuta dalam pembelajaran sejarah ini

dilakukan melalui proses penerapan model pembelajaran kontekstual. Model

pembelajaran yang bisa digunakan agar hasil belajar bisa optimal dalam rangka

pewarisan nilai sejarah lokal adalah dengan menggunakan Contextual Teaching and

STUDI NILAI

HISTORIS

KERAJAAN

BINAMU DAN

BANGKALA

nilai historis kerjaan

Binamu dan Bangkala

dalam system

kebudayaan

masyarakat

eksistensi nilai

budaya kerjaan

Binamu dan Bangkala

pada masyarakat

NILAI DAN

EKSISTENSI

Page 30: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

16

Learning (CTL). Model Pembelajaran ini merupakan suatu sistem pengajaran yang

menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dan konteks dari

kehidupan sehari-hari siswa.

2. Yulianti, I. (2015). Internalisasinya nampak dari perilaku dan kesadaran peserta didik

terhadap nilai-nilai budaya Cikondang yang dihayati dan diaktualisasikan dalam

kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pewarisan nilai kearifan lokal sangat penting

untuk menjadikan pembelajaran sejarah semakin bermakna sehingga peserta didik

akan mengenal dan memahami nilai-nilai luhur yang terdapat dalam kebudayaannya.

Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa sekolah memiliki potensi yang besar

sebagai wahana bagi pewarisan nilai-nilai budaya yang teruji oleh zaman.

3. Amin, S. (2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Guru telah melakukan

Pewarisan nilai dalam pembelajaran sejarah formal melalui pemanfaatan bangunan

bersejarah dan folklore yang ada disekitar sekolah, namun hasil yang didapat belum

maksimal karena keterbatasan waktu belajar ; (2) Pewarisan nilai pada pembelajaran

sejarah jalur informal terjadi melalui cerita rakyat (folklore) yang diceritakan dalam

keluarga dan masyarakat saat acara ritual keagamaan (buka luhur); (3)

Kesinambungan pembelajaran sejarah jalur formal dan informal dalam upaya

pewarisan nilai terjadi karena adanya hubungan saling mengisi kelemahan dan saling

menguatkan (interdependency) yang membuat upaya pewarisan nilai sejarah lokal

jadi maksimal.

4. Rahayu, N. T., Setyarto, S., & Efendi, A. (2015). Hasil penelitian disimpulkan bahwa

secara teoretis model konseptual pewarisan nilai-nilai budaya Jawa melalui

pemanfaatan upacara ritual tepat untuk diaplikasikan di kalangan masyarakat

pendukung budaya Jawa. Pesan dalam proses pewarisan tersebut menghasilkan efek

kognitif dan afektif dalam arti dapat menambah pengetahuan tentang makna simbol

Page 31: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

17

yang digunakan dalam ritual dan mampu mengubah sikap kearah yang lebih positif

terhadap penyelenggaraan ritual.

5. Simanjuntak, D. H. (2016). Hasil penelitian ini adalah Museum Simalungun

mempunyai peranan museum Simalungun sangat penting sebagai sarana pewarisan

nilai budaya, karena melaluinya, generasi muda dapat melihat, mengetahui dan

mengenal kebudayaan Simalungun. Peninggalan-peninggalan sejarah dan benda-

benda yang bernilai budaya tinggi dan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di

museum Simalungun menjadi salah satu media untuk mewariskan budaya

Simalungun kepada generasi muda. Berbagai kegiatan di museum Simalungun seperti

pertunjukan memainkan alat musik tradisional, pertunjukan menari (manortor),

pertunjukan mandihar (Silat) dan pertunjukan lainnya.

Perbedaan penelitian peneliti dengan penelitian-penelitian yang dikutip di atas

yaitu, Bedanya hanya Eksistensi nilai dan Budaya yang ada di Masyarakat. Penelitian

yang dikutip diatas hanya sebatas melihatnya dari aspek Antropologi, makna dan symbol.

Sementara penelitian peneliti lebih mengarah pada kajian Sosiologi dengan metodologi

kualitatif. Jadi lebih melihat bagaimana Nilai dan Budaya itu eksis dalam masyarakat

Jeneponto, apakah ada instruktur yang memperkuat Eksistensi tersebut atau alami

berdasarkan gerak masyarakat.

Page 32: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

18

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif

deskriptif yang mengarah pada pendekatan etnografi Moleong, Lexy J. (2000). Peneliti ini

bermaksud untuk mengkaji secara mendalam terkait eksistensi nilai-nilai yang termudah

dalam kerajaan Binamu dan Bangkala Kab. Jeneponto abad 21. Miles, Matthew dan A.

Michael Huberman. (1992) dan Sugiyono. (2009) alasan memilih jenis dan pendekatan

ini untuk mengambarkan dan mendeskripsikan lebih memdalam eksistensi nilai-nilai

budaya Kerajaan Binamu dan Bangkala. Penelitian kualitatif juga digunakan karena

dengan metode tersebut peneliti lebih mudah mendalami suatu peristiwa seperti eksistensi

nilai-nilai budaya Kerajaan Binamu dan Bangkala.

Peneletian kualitatif menurut Gunawan, dkk dalam (Santana 2007:29) menyatakan

bahwa “memperoses pencarian gambaran data dari konteks kejadiannya langsung,

sebagai upaya melukiskan peristiwa seperti kenyataan, yang berarti membuat berbagai

kejadiannya, seperti mereka dan melibatkan perspektif (peneliti) yang partisipatif didalam

berbagai kejadiannya, serta menggunakan analisis deskriftif dalam gambaran eksistensi

nilai-nilai budaya Kerjaan Binamu dan Bangkala. Pendekatan kajian etnografi merupakan

suatu pendekatan yang memfokuskan pada proses pencarian dan meggambaran data

secara mendalam terkait suatu peristiwa sejarah.

Page 33: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

19

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kab. Jeneponto dengan cara melakukan

penelusuran ke keturunan para raja-jara Binamu dan Bangkala yang berkedudukan di

Kabupaten Jeneponto. Alasan pemilihan eksistensi nilai budaya Kerajaan di Jeneponto

karena selain masih kurangnya pengetahuan eksistensi nilai-nilai budaya juga karena

masih lemahnya penelitian-penelitian Kerajaan Binamu dan Bangkala di Kab.

Jeneponto. Waktu penelitian ini direncanakan kurang lebih 3 bulan.

2. Waktu Penelitian

No Jenis Kegiatan

Bulan I Bulan II Bulan III

I II III IV I II III IV I II III IV

1. Pengusulan Judul

2. Penyusunan Proposal

3. Konsultasi Pembimbing

4. Seminar Proposal

5.

Pengurusan surat Izin

Penelitian

6. Dst

C. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah Budayawan/sejarawan, selain itu peneliti juga

melibatkan keturunan para raja-raja Bangkala dan Binamu. Penentuan informan dalam

Page 34: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

20

penelitian ini adalah Purposive Sampling. Purposive Sampling yaitu, dimana peneliti

menentukan pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai

dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian.

Oleh karena itu, selain peneliti berfungsi sebagai informan utama, peneliti juga berfungsi

sebagai informan kunci, Moleong, Lexy J. (2000) dan Caldwell, I., & Bougas, W.

(2004).

D. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakan dan rumusan masalah dalam penelitian maka peneliti

menentukan focus pada dua bagian, yaitu:

1). Nilai-nilai budaya yang diwariskan Kerajaan Binamu dan Bangkala pada

masyarakat Jeneponto di Abad-21

2). Eksistensi nilai budaya Kerajaan Binamu dan Bangkala pada masyarakat

Jeneponto di Abad-21.

E. Instrumen Penelitian

Instrument penelitianyang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Instrumen wawancara berupa angket pertanyaan yang sudah disusun peneliti,

yang telah divalidasi oleh dosen pembimbing. Selain itu, peneliti menyediakan alat

perekam untuk kegiatan wawancara

b. Instrumen observasi adalah alat yang berupa format pencatatan yang telah

disediakan oleh peneliti dalam melakukan observasi. Selain itu peneliti juga

menyediakan kemerah dan alat pencatatan seperti pulpen.

c. Instrumen dokumen adalah format pencatatan data-data dokumen yang berupa

buku, jurnal dan benda. Format tersebut digunakan sebagai alat dalan mencatat sebagai

proses menyeleksi data yang telah dikumpulkan.

Page 35: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

21

F. Jenis dan Sumber Data

1. Data Sekunder: Data yang bersumber dari berbagai bahan pustaka seperti jurnal,

buku, media, blog dan lain-lain.

2. Data Primer: Data yang bersumber dari data wawancara lansung kepada beberapa

informan.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan peneliti terdiri dari:

1. Teknik observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan degan cara mengamati

berbagai kegiatan ritual kebudayaan masyarakat Jeneponto.

2. Teknik wawancara yaitu: pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan-

pertanyaan terkait dengan focus penelitian: nilai-nilai budaya yang diwariskan

Kerajaan Binamu dan Bangkala pada masyarakat Jeneponto di Abad-21 dan

eksistensi nilai budaya kerajaan Binamu dan Bangkala pada masyarakat Jeneponto di

Abad-21.

3. Teknik dokumen yaitu: pengumpulan data bahan pustakan berupa jurnal, buku yang

berkaiatan dengan focus penelitian.

H. Teknik Analisis Data

Dalam analisis data penelitian menggunakan analisis interaktif yang dikemukakan

oleh Hiberman dan Miles. Teknik analisis ini dijelaskan oleh Miles dan Huberman

(Sugiyono, 2011:334-343) dalam jurnal Yunita Dwi Rahmayanti, proses analisis data ini

menggunakan empat tahap yaitu:

a. Pengumpulan Data (Data Collection)

Analisis data pada tahap pertama, peneliti melakukan seleksi data dokumen dari

berbagai sumber dengan memperhatikan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang

harus dijawab sebagai hasil penelitian. Karena pada penelitian ini hanya

Page 36: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

22

menggunakan satu metode pengumpulan data yaitu data dokumen maka peneliti

dalam analisis data peneliti melakukan analisis data dokumen seperti buku, jurna,

blog, web dan buku. Setelah itu peneliti melakukan analisis konten (isi) berdasarkan

kebutuhan rumusan masalah dan tujuan penelitian.

b. Reduksi Data (Data Reduction)

Data yang sudah dikumpulkan oleh penelit kemudian catatan yang sudah

dikumpulkan dapat di reduksi dengan merangkum dari hasil catatan yang didapatkan

dan memilih hal-hal yang penting untuk diperoleh dalam bentuk data. Kemudian

disusun lebih sistematis sehingga dapat mudah dipahami.

c. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data dapat menunjukkan kumpulan data dalam bentuk catatan singkat

atau informasi yang didapat, untuk mudah memahami apa yang didapatkan pada

semua sumber dokumen. Dalam penyajian data ini berupa teks mengenai nilai historis

kerjaan Binamu dan Bangkala.

d. Penarikan Kesimpulan (Conclusions drawing/verifyin)

Suatu proses untuk menjawab permasalahan dan tujuan penelitian sehingga dapat

ditentukan saran dan masukan agar mudah menyelesaikan masalah dalam penelitian.

I. Teknik Keabsahan Data

a. Triangulasi Sumber: dilakukan dengan mencocokkan kembali data yang suda

diklasifikasi dengan sumber data yang lainya. Misalnya data yang suda diklasifikasi

yang sumbernya dari buku itu di cocokkan juga dengan data yang bersumber dari

jurnal atau blog untuk mencari kesamaan dan kemirikan makna, kalua itu ada maka

data itu sangat valit untuk diambil dan dianalisis.

Page 37: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

23

b. Triangulasi teknik: dilakukan dengan cara menganalisis data dari data umum sampai

pada data yang khusus (data terkecil). Proses ini dilakukan dengan membandingkan

data yang satu dengan data yang lainnya. Pada analisis ini peneliti tetap mencari

kesesuaian data yang satu dengan yang lainnya dan semua itu berdasarkan rumusan

masalah dan tujuan penelitian.

Page 38: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

24

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Lokasi Penelitian

Indonesia merupakan negara yang mejemuk yang kaya akan sejarah dan

kebudayaan. Namun kita dihadapkan pada persoalan rendahnya minat generasi

milenial terhadap sejarah. Sejarah kerap kali dianggap sebagai hal yang

membosankan dan tidak menarik. Karena adanya perkembangan zaman yang

begitu pesat, sehingga sejarah seperti dilupakan dan disangkal. Banyak yang

berpikiran bahwa sejarah itu identic dengan masa lalu. Padahal, sejarah berperang

penting dalam generasi milenial. Lantas mengapa sejarah itu penting untuk

dipelajari ? Karena jika sejarah tidak kita pelajari hidup akan menjadi kering tanpa

nuansa dan hikmah arti makna hidup.

Kecamatan Binamu adalah salah satu Kecamatan yang berada Kabupaten

Jeneponto, Sulawesi Selatan. Yang memiliki sejarah yang panjang dari awalnya

yang berbentuk Kerajaan dan sekarang menjadi salah satu Kecamatan di bumi

Turatea Jeneponto. Ilyas dkk. (2018) menyatakan bahwa secara Historis Kerajaan

Binamu atau Turatea yang melingkupi belahan Timur Jeneponto. Di Binamu

mengalir dua sungai utama, Sungai Jeneponto di timur dan Tamanroya di barat.

Kedua sungai ini mengalir ke Selatan dari pengunungan rendah di pedalaman

menuju pantai. Di tepi Lembah sungai ini terdapat dataran pesisir sungai yang

sempit. Padi basah ditanam pada dataran pesisir ini dan pada bagian lembah di

hilir, yang terletak antara 12 hingga 20 kilometer dari laut, di bukit-bukit di

selanya, serta di kantong-kantong dataran pantai di sela-sela lembah sungai.

Page 39: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

25

Binamu merupakan Kecamatan yang memiliki beberapa Kelurahan, antara

lain Empoang, Empoang Utara, Empoang Selatan, Sidenre, Balang, Balang Toa,

Balang beru, Panaikang, Monro-monro, Pabiringa, Biringkassi, dan Bontoa. Luas

daerah Binamu adalah 69,49 Km persegi, Jumlah penduduk 53.000 jiwa.

Adapun batas-batas wilayah adalah sebagai berikut :

a) Sebelah utara : Kecamatan Turatea

b) Sebelah timur : Kecamatan Batang

c) Sebelah selatan : Laut Flores

d) Sebelah barat : Kecamatan Tamalatea

Adapun raja-raja yang pernah memerintah di kerajaan Binamu secara berturut-

turut adalah sebagai berikut :

1. Raja ke 1 : Gaukang Dg Riolo (memerintah tahun 1607 M-1631 M)

2. Raja ke 2 : Bakiri Dg Lalang (memerintah tahun 1631 M-1660 M)

3. Raja ke 3 : Paungga Dg Gassing (memerintah tahun 1660 M-1678 M)

4. Raja ke 4 : Datu Mutara (memerintah tahun 1678 M-1696 M)

5. Raja ke 5 : Lapalang Dg Masse (memerintah tahun 1696 M-1713 M)

6. Raja ke 6 : Patakkoi Dg Ngunjung (memerintah tahun 1713 M-1731 M)

7. Raja ke 7 : Jakkolo Dg Rangka (memerintah tahun 1731 M-1747 M)

8. Raja ke 8 : Pa’dewakkang Dg Lurang (memerintah tahun 1747 M-1763 M)

9. Raja ke 9 : Ironggo Dg Bani (memerintah tahun 1763 M-1780 M)

10. Raja ke 10 : Sanre Dg Nyikko (memerintah tahun 1780 M-1796 M)

11. Raja ke 11 : Bebas Dg Lalo (memerintah tahun 1796 M-1814 M)

12. Raja ke 12 : Badullah Dg Tinggi (memerintah tahun 1814 M-1834 M)

Page 40: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

26

13. Raja ke 13 : Palanrangi Dg Liu (memerintah tahun 1834 M-1852 M)

14. Raja ke 14 : Patima Dg Sakking (memerintah tahun 1852 M-1869 M)

15. Raja ke 15 : Itia Dg Ni’ni (memerintah tahun 1869 M-1884 M)

16. Raja ke 16 : Mattewakkang Dg Jungge (memerintah tahun 1884 M-1900

M)

17. Raja ke 17 : Sanre Dg Nyikko (memerintah tahun 1900 M-1911 M)

18. Raja ke 18 : Langke Dg Lagu (memerintah tahun 1911 M-1921 M)

19. Raja ke 19 : Ilompo Dg Radja (memerintah tahun 1921 M-1923 M)

20. Raja ke 20 : Manggau Dg Sanggu (memerintah tahun 1923 M-1929 M)

21. Raja ke 21 : Mattewakkang Dg Radja (memerintah tahun 1929 M-1946 M)

Itulah susunan raja-raja di Kerajaan Binamu mulai dari yang pertama kali

terbentuk hingga berakhirnya Kerajaan Binamu itu sendiri masih di ada dan

disimpan dengan baik oleh keturunan raja Binamu itu sendiri.

Kerajaan Bangkala adalah salah satu Kerajaan yang pernah didirikan di

Kabupaten Jeneponto pada abad ke-16 Masehi. Wilayah kekuasaannya meliputi

Jeneponto bagian barat. Masyarakat Kerajaan Bangkala bekerja sebagai petani dengan

memanfaatkan Sungai Topa dan Sungai Allu. Kerajaan Bangkala menjalin hubungan

politik dengan Kerajaan Gowa, Kerajaan Tallo, Kerajaan Sanrobobe, dan Kerajaan

Marusu, Kerajaan Binamu serta para penguasa local di Jeneponto. (Hadrawi

2017:116).

Awal munculnya Kerajaan Bangkala berawal dari kampung inti Bangkala

yaitu lembah Topa. Masyarakat Bangkala menjadikan sungai Topa sebagai prasarana

utama dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Diprediksi bahwa sejak abad XIII,

masyarakat Bangkala menjadikan kegiatan pertanian sebagai sumber mata

Page 41: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

27

pencaharian utama. (Hadrawi 2017:123). Wilayah Bangkala mencakup 2 sungai, yaitu

sungai Allu dan sungai Topa yang berhulu di bagian utara dan bermuaradi bagian

selatan. Kedua sungai itu sangat penting fungsinya bagi aktivitas pertanian

masyarakatnya.

B. Keadaan Geografis

Kabupaten Jeneponto juga dikenal sebagai penghasil nener dan benur ikan

bandeng yang banyak dibudidayakan di Sulawesi Selatan. Rumput laut banyak

ditemukan di daerah Sidenre, Empoang Selatan, Pabiringa, dan Biring kassi.

Kemudian Jagung Kuning banyak ditemukan di Desa Sapanang, Balang beru,

Balang, Panaikang, Bontoa, dan Empoang Utara. Wilayah pesisir Kabupatan

Jeneponto yang merupakan sentra produksi garam satu-satunya di pulau Sulawesi.

Secara Geografis, Kabupaten Jeneponto terletask di 5⁰23’-5⁰42’

Lintang Selatan dan 119⁰29’ - 119⁰56’ Bujur Timur. Kabupaten ini berjarak

sekitar 91 Km dari Makassar. Luas wilayahnya 749,79 𝑘𝑚2 atau setara 20,4

persen luas wilayah Kabupaten Jeneponto. Sedangkan Kecamatan terkecil adalah

Arungkeke yakni seluas 29,91 𝑘𝑚2. Pemerintah daerah Jeneponto mencakup 113

desa/kelurahan dengan rincian 82 desa dan 31 kelurahan. (Badan Pusat Statistik

Kabupaten Jeneponto, 2020).

Tabel 4.1

Luas Daerah dan Jumlah Pulau Menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto

Kecamatan Ibukota Kecamatan Luas Total Area

(𝒌𝒎𝟐)

Page 42: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

28

Bangkala

Bangkala Barat

Tamalatea

Bontoramba

Binamu

Turatea

Batang

Arungkeke

Tarowang

Kelara

Rumbia

Allu

Bulujaya

Tanatea

Bontoramba

Bontosunggu

Paitana

Togo-togo

Tamanroya

Tarowang

Tolo

Rumbia

121,82

152,96

57,58

88,30

69,49

53,76

33,04

29,91

40,68

43,95

58,30

Kabupaten Jeneponto Jeneponto 749,79

Tabel 4.2

Kecamatan Persentase Terhadap Luas Jumlah Pulau-pulau

Bangkala

Bangkala Barat

Tamalatea

Bontoramba

Binamu

Turatea

Batang

Arungkeke

Tarowang

Kelara

Rumbia

16,25

20,40

7,68

11,78

9,27

7,17

4,41

3,99

5,43

5,86

7,78

1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

Kabupaten Jeneponto 100,00 1

Sumber: Tim Penyusun BPS Kabupaten Jeneponto, 2020:hlm 7

C. Keadaan Penduduk

Penduduk Kabupaten Jeneponto pada tahun 2019 berjumlah 363.792 orang

yang tersebar di 11 Kecamatn dengan jumlah penduduk terbesar di Kecamatan

Binamu yaitu sebanyak 57.022 orang. Secara keseluruhan, jumlah penduduk yang

berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari pada penduduk yang berjenis

Page 43: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

29

kelamin laki-laki, Pada tahun 2019 jumlah penduduk perempuan sebesar 188.185

orang laki-laki sebanyak sebanyak 175.607 orang.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Jeneponto yaitu 485,19. Hal ini berarti

setiap 1 𝑘𝑚2 terdapat sekitar 485-486 penduduk. Wilayah paling padat adalah

Kecamatan Binamu, dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 820,58. (Badan

Pusat Statistik Kabupaten Jeneponto, 2020).

Tabel 5.3

Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut

Kecamatan Di Kabupaten Jeneponto Tahun 2020

Kecamatan Penduduk Laju Pertumbuhan

Penduduk Per Tahun

Bangkala

Bangkala Barat

Tamalatea

Bontoramba

Binamu

Turatea

Batang

Arungkeke

Tarowang

Kelara

Rumbia

54.964

29.038

42.140

36.530

57.022

32.546

19.538

18.558

22.733

27.327

23.396

0,82

0,82

0,37

0,37

0,71

0,71

0,15

0,15

0,15

0,28

0,28

Kabupaten Jeneponto 363.792 0,50

Sumber: Tim Penyusun BPS Kabupaten Jeneponto, 2020:hlm 60

D. Keadaan Pendidikan

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan jeneponto, Saat ini sekolah formal SD,

SMP, dan SMA di Jeneponto angka partisipasi kasar (APK) cukup signifikan

sekitar seratus persen. Artinya, tidak ada lagi usia sekolah tidak sekolah di

Page 44: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

30

Kabupaten Jeneponto. Untuk mendorong peningkatan kualitas telah tersedia

anggaran sebesar 71 milyar untuk perbaikan sarana dan prasana sekolah.

Pada tahun 2019 jumlah PNS di Kabupaten Jeneponto berjumlah 5.548, terdiri

dari 2.438 perempuan dan 3.110 laki-laki. Tingkat pendidikan dari PNS juga

beragam, lulusan Sarjana/Doktor memiliki angka terbanyak, yaitu sebanyak 4.634

orang. Lalu, 734 orang merupakan lulusan SMA. Lulusan Diploma III sebanyak

271 orang, Lulusan Diploma I sebanyak 119 orang, lulusan SLTP/sederajat

sebanyak 40 orang. Dan lulusan SD sebanyak 20 orang.

Jenjang Pendidikan formal terdiri atas Pendidikan dasar, pendidikan

menengah, dan pendidikan tinggi. Jenis pendidikan yang di ajarkan mencakup

pendidikan umum, kejuruan akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.

Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jeneponto pada

tahun 2019 /2020 165 TK, 32 RA, 332 SD Sederajat, 117 SMP Sederajat, 78

SMA Sederajat, dan 5 Perguruan Tinggi. (Badan Pusat Statistik Kabupaten

Jeneponto, 2020).

Page 45: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

31

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Nilai-nilai Budaya Warisan Kerajaan Binamu dan Bangkala

Nilai budaya merupakan nilai-nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu

lingkungan sosial masyarakat, baik lingkup organisasi, lingkungan masyarakat secara

umum maupun komunitas, yang mengakar pada suatu kebiasaan kepercayaan, simbol-

simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai

acuan perilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi. Menurut M.

Jacobs dan B.j. Stern dalam Sriyan, (2020: 208) menyatakan kalau kebudayaan itu

mencakup keseluruhan ideologi dan religi bahkan berkaitan dengan kesenia juga benda

yang merupakan bagian dari warisan. Selanjutnya budaya juga merupakan bagian dari

pola perilaku yang dihasilkan dari hasil interaksi sosial.

a. Nilai Sombolik Kebudayaan Warisan Kerajaan Binamu dan Bangkala

Nilai-nilai budaya sebagiamana yang di wariskan kerajaan binamu tidak hanya

sekedar symbol, benda akan tetapi berbagai bentuk perilaku yang masih dijalankan

sampai hari ini oleh masyarakat jeneponto. Jeneponto memiliki aneka budaya dalam

masyarakat baik yang belum tertulis dalam sejarah maupun yang tertulis dalam barbagai

kitab sejarah dan hasil-hasil penelitian. Walaupun jeneponto dari aspek kebudayaan

hampir meiliki kemiripan budaya dengan daerah lain akan tetapi jeneponto secara sosial

memiliki karakter dan ciri tersendiri. Salah satu contoh dapat dilihat pada data hasil

observasi dan data wawancara serta data dokumen berikut ini;

Hasil pengamatan peneliti, masyarakat jeneponto secara perilaku

memiliki watak yang cukup keras, tapi konsisten terhadap nilai siri dalam

kehidupan mereka. Siri merupakan pedoman hidup yang siap ditukar

Page 46: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

32

dengan darah ketika itu bersentuhan dengan pelecehan hak hidup-nya.

Hal tersebut dapat dilihat pada konflik-konflik yang terjadi di Kab.

Jenepontoh. Watak keras tersebut bisa juga dihubungkan dengan sejarah

konflik yang pernah terjadi antar kerajaan Binamu dan Bangkala

sehingga watak keras telah megalir dalam darah dan watak pada

masyarakat Jeneponto (D. Observasi).

Masyarakat Jeneponto secara karakter dikenal sebagai kepribadian yang sangat

keras akan tetapi itu jika bersentuhan dengan hak hidup mereka. Ketika telah bersentuhan

dengan hak hidup dalam hal ini telah bersentuhan dengan siri masyarakat jeneponto tidak

segan-segan untuk menukarkan darah mereka demi mempertahankan harga diri mereka.

Perilaku siri ini pernah terjadi dimasa pertikaian antar raja Binamu dengan anaknya

sendiri karena persoalan perempuan. Anak raja yang memiliki istri yang cantik juga

disukai sama bapaknya dan ingin memperistri juga sehingga lahir pertantang yang

berujung pada pertempuran antara bapak dan anak. Konflik ini terjadi karena pertarungan

siri atau harga diri walaupun itu antar keluarga. Jadi hubungan keluarga nilai lebih rendah

dari pada siri itu sendiri karena siri tidak mengenal istilah hubungan keluarga kalau sudah

berkaitan dengan hak hidup.

Sementara pada aspek kepribadian yang cukup keras dalam diri masyarakat

jeneponto selain dapat dimaknai sebagai implikasi dari budaya siri juga bisa dimaknai

dari warisan perilaku masa lalu, dimana kedidup masalalu lebih cenderung diperhadapkan

suasana konflik. Fenomena konflik yang memiliki cerita yang cukup panjang dimana

pada tahap awal perkembangan kerajaan kecil yang terletak di Lembah sungai, Karajaan

Binamu dan Bangkala masing-masing berdiri sendiri karena egoisme kehebatan masing-

masing. Runtuhnya egoisme kekuatan atau kehebatan Binamu dan Bangkala sebagai

kerajaan atas kehadiran tumanurung, sehingga menyatu dibawah payung kekuasaan

tumanurung walaupun Binamu dan Bangkala tetap berdiri sendiri. Tumanurung yang

menyatukan dua kerajaan Binamu dan Bangkala merupakan makhluk yang dipersepsikan

oleh masyarakat Jeneponto adalah makhluk yang turun dari langit berjenis kelamin

Page 47: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

33

wanita yang menetap di Jeneponto sampai beranak cucu dari hasil pernikahan dengan

kalangan elit lokal.

Nilai-nilai budaya sebagiamana yang di wariskan kerajaan binamu tidak hanya

sekedar simbol, benda akan tetapi berbagai bentuk perilaku yang masih dijalankan sampai

hari ini oleh masyarakat jeneponto. Jenepontoh memiliki aneka budaya dalam masyarakat

baik yang belum tertulis dalam sejarah maupun yang tertulis dalam barbagai kitab sejarah

dan hasil-hasil penelitian. Walaupun jeneponto dari aspek kebudayaan hampir meiliki

kemiripan budaya dengan daerah lain akan tetapi jeneponto secara sosial memiliki

karakter dan ciri tersendiri. Salah satu contoh dapat dilihat pada data hasil observasi dan

data wawancara serta data dokumen berikut ini;

Sistem Nilai kebudayaan daerah kabupaten jeneponto dari aspek simbol

gelar sebagai ciri khas tersendiri. Kabupaten jeneponto memiliki dua

sistem gelar kebudayaan yang dikenal dengan adat istiadat yaitu karaeng

dengan ata (D.Observasi)

Jeneponto secara budaya memiliki simbol gelar karaeng dan ata yang merupakan

warisan kerajaan yang masih berlaku sampai sekarang ini. Simbol strata tersebut

kelihatan pada setiap acara-acara adat atau perkawinan dimana dari aspek jamuan dan

penghargaan yang memiliki status keturunan karaeng lebih mendapat penghormatan yang

lebih baik dibandingkan masyarakat lainnya. Kata karaeng bagi masyarakat jeneponto

merupakan istilah yang sakral diucapkan dan digunakan pada masyarakat. Kata karaeng

merupakan kata yang hanya digunakan pada individu yang berdarah bangsawan. Istilah

karaeng digunakan di Kabupaten Jeneponto mulai pada zaman kerajaan Binamu dan

Bangkala dan diwariskan dari nenek moyang sampai sekarang masih berlaku. Karaeng

merupakan sebuah gelar yang diberikan kepada seseorang yang dianggap kuat dan

terpercaya dalam masyarakat Kabupaten Jeneponto.

Page 48: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

34

Dari aspek perilaku secara adat istiadat seorang yang memiliki gelar karaeng

memiliki perlakuan khusus dan itu sangat berbeda dengan orang-orang yang tidak

termasuk pada kategori karaeng. Nilai derajat kakarengan sebagai nilai budaya

manusiaan yang dipahami, orang yang sangat dihargai dan dihormati oleh masyarakat

karena menganggap dirinya merupakan orang yang paling tangguh, berjasah dan pintar

sehingga gelar karaeng melekat sebagai derajat tertinggi khususnya di daerah Jeneponto.

Walaupun kesakralan penggunaan istilah karaeng pada zaman kerajaan tidak

sama dengan zaman sekarang, namun kata karaeng sebahagian besar masyarakat

jeneponto masih mengsakralkan hal tersebut. Hal itu kelihatan pada saat terjadi pesta

perkawinan, dimana yang dinggap keturunan karaeng itu didatangi (nibuntuli) bagi pihak

pembuat acara secara khusus.

Nilai budaya yang terbagun pada dimensi status sosial masyarakat Jeneponto

adalah istila Ata. Kata ata dalam kelompok masyarakat memiliki status sosial dengan

derajat yang sangat rendah dibandingkan dengan karaeng. Dari segi adat istiadat yang

dianut oleh seorang Ata sangat berbeda dengan seorang karaeng, seperti halnya pada

sistem perkawinan, kematian, dan acara-acara adat lainnya. Dalam sistem pernikahan

seorang Ata tidak boleh menjalin hubungan pernikahan kepada seorang yang berstatus

karaeng karena karaeng memiliki prinsip budaya yang menganggap dirinya lebih tinggi

derajatnya dibandingkan dengan seorang Ata.

Perspektif tersebut kenyataannya masih dipengang teguh sebahagian besar oleh

keturunan raja, walaupun sebahagian warga menilai suda tidak zamannya. Akan tetapi

proses implementasinya budaya karaeng dalam system pernikahan dilakukan dengan

model penjodohan sesama keturunan karaeng. Jadi nilai budaya system pernikahan

terkait diksi gelar dikalangan masyarakat jeneponto penganut status sosial karaeng itu

Page 49: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

35

masih berlaku walaupun sifatnya masih tertutup dikalangan masyarakt publik. Hal

tersebut sejalan dengan data observasi berikut.

Lokasi penelitian atau rumah adat Binamu terletak di Kelurahan Pabiringang,

Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto. Rumah adat di Kecamatan Binamu Kabupaten

Jeneponto, salah satu peninggalan nenek moyang/leluhur yang masih dilestarikan oleh

masyarakat hingga sampai sekarang ini, rumah adat Binamu memiliki ciri khas tersendiri,

mulai dari kepala rumah, tangga, jendela, pintu, dinding bagian depan di ukir sedemikian

rupa. Halamannya yang begitu luas di sisi bagian kanan terdapat para makam-makam

keturunan dari Raja Binamu.

Simbol rumah sebagai warisan budaya yang sampai harini ini masih

digunakan pada setiap rumah masyarakat asli jeneponto sebagai pembeda

strata sosial. (Wawancara/Karaeng Manisi/Menantu Keturunan Raja

Binamu/7/10/2020)

Strata sosial mayarakat jenoponto juga dapat dilihat dari aspek tempat tinggal,

sebagaimana pada hasil wawancara dengan keturunan raja, beliau menyampaikan bahwa

penanda status sosial kebangsawanan dapat dilihat dari aspek tempat tinggal. Symbol

kepala rumah yang bersusun empat mendakan kalau mereka memiliki status sosial yang

palingtinggi. Rumah yang memiliki kepala yang bersusun empat merupakan rumah

keturunan raja yang sekarang dipanggil karaeng. Sementara rumah yang bersusun di

bawa empat untuk suda bagian dari masyarakat biasa.

Rumah keturunan raja yang memiliki kepala bersusun empat tersebut menyerupai

symbol rumah adat kerajaan jeneponto yang dikenal dengan Balla Lompoa Binamu.

Rumah yang memiliki kepala bersusun empat merupakan rumah tradisional yang

diwariskan oleh zaman kerajaan yang sampai hari ini masyarakat masih mempertahankan

rumah kayu tersebut.

Page 50: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

36

Ikon sebagai symbol kerajaan jeneponto pada masanya terlihat dengan kehadiran

balla lompoa binamu sebagai cagar budaya. Sampai hari ini masyarakat Jeneponto masih

melestarikannya lewat bangunan tempat tinggal mereka. Balla lompoa jeneponto masih

original dari aspek fasilitas atau perangkat lainnya. Sebagai mana pada hasil wawancara

berikut ini:

ini tidak pernah dirubah papan apa dinding belumpi dirubah, karna ini

maunya pemerintah di ambil alih tapi saya tidak mau dimanaka mau

tinggal kalau di ambil alih bagaimana caranya baru ini lagi warisan baru

tempatnya juga luas sekali mau di tinggalkan jadi kalau di gantiki tidak

mungkin begini luasnya dikasikan ki. Penerusnya itu Karaeng Ngawing

tapi menikah Karaeng Ngawing anaknya lagi tapi di palopo sekarang

tinggal yang penerusnya ini. Setiap struktur bagunan balla lompoa

memiliki makna tersendiri, seperti tangga. (Wawancara/Karaeng

Manisi/Menantu Keturunan Raja Binamu/7/10/2020)

Dari hasil wawancara bersama menantu Raja Binamu bahwa keberadaan balla

lompoa karaeng Binamu ini secara arsitektur masih dipertahankan keasliannya serta

makna simbolik yang terkandung dalam desain rumah tersebut. Rumah balla lompoa yang

memiliki tujuh anak tangga dengan makna simbolik bahwa karaeng binamu merupakan

raja ketuju. Selain dari tangga tersebut, symbol rumah adat juga kelihatan pada kepala

rumah yang berlapis empat. Makna rumah yang berlapis empat menandakan bahwa raja

binamu dilantik oleh “Toddo Appaka”. Jadi makna simbolik dari kepala rumah adat yang

bersusun empat dalam bentuk segi tiga menandakan bahwa raja binamu dilantik oleh

“toddo appaka´ secara demokrasi.

Dari data hasil observasi awal peneliti melihat bahwa memang rumah adat

Binamu (Balla Lompoa) yang terletak di Kelurahan Pa’biringa Kecamatan Binamu,

rumah ini memiliki bentuk dasar segi empat bentuk dan bahan yang di gunakan juga

masih asli. Salah satu ciri khas dari rumah adat ini adalah bentuk tiangnya yang pendek

dan tidak seperti rumah adat Makassar lainnya. Beberapa Regalia (tanda kerajaan)

Kerajaan Binamu masih disimpan oleh pewaris Kerajaan Binamu dan pada waktu tertentu

Page 51: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

37

masih di gunakan untuk upacara-upacara adat. Selain aspek arsitekturnya yang tidak

kalah penting adalah aspek keruangannya karena tempat tersebut merupakan salah satu

tempat penting dalam sejarah Kerajaan Binamu.

Nilai sipakatau termasuk itu sampai sekarang masih melekat pada di

masyarakat jeneponto. (Wawancara/Ibulaeng Karaeng Ti’no/Keturunan

Karaeng Labbua Talibannangna/8/10/2020/2020)

Dari hasil wawancara dengan menantu keturunan Karaeng Labbua

Talibannangna bahwa, Nilai sipakatau dari aspek wujudnya adalah saling

menghargai baik dari aspek hubungan sosial, hubungan kerja, hubungan

bermasyarakat, bahkan hubungan adat istiadat. Artinya apapun yang akan

diperbuat harus lebih mengedepankan system demokrasi, seperti mendiskusikan

dan menampung berbagai masukan. Inilah sampai sekarang masih di pertahankan

di masyarakat Jeneponto. Karena filosofi sipakatau ini memandang manusia lain

sebagai mana ia memandang dirinya sebagai sesama manusia. Peneliti dapat

melihat bahwa nilai sipakatau tidak hanya sebatas nilai kultur yang di akui oleh

masyarakatnya, akan tetapi juga teraplikasi pada tindakannya. Artinya dalam

hidup dan kehidupan nilai-nilai tersebut senyatanya melekat dalam pergaulan

masyarakat.

Masih sampai sekarang di lakukan oleh masyarakat karna itu adalah salah

satu tradisi/kebiasaan kita turun temurun. Satu contoh itu seperti orang

perkawinan masih ada semacam mappaccing atau korontigi, terus masih ada

kendaraan adat seperti halnya marra’ masih itu itu turunan dari leluhur itu.

(Wawancara/Karaeng Bangkala/Keturunan Raja Bangkala/12/10/2020)

Dari hasil wawancara dengan keturunan raja Bangkala bahwa tradisi

seperti orang perkawinan masih ada mappaccing, terus kendaraan adat itu masih

ada dan itu merupakan turunan dari leluhur. Jadi upaya untuk melestarikan tradisi

kita adalah dengan melaksanakan tradisi/kebiasaan tersebut.

Page 52: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

38

Kebudayaan itu sangat penting dalam kemajuan suatu bangsa.

Keberagaman kebudayaan daerah merupakan kekayaan dan identitas bangsa yang

sangat diperlukan untuk memajukan kebudayaan Nasional Indonesia di tengah

dinamika perkembangan dunia. Dalam menjaga dan melestarikan budaya lokal

yang ada dalam masyarakat dan bermanfaat bagi kita semua khusunya kita

sebagai generasi muda dan mendukung kelestarian budaya dan ikut menjaga

budaya kita.

Ya, karena sampai sekarang di lakukan oleh masyarakat karna itu adalah

salah satu tradisi/kebiasaan kita turun temurun. Satu contoh itu seperti orang

perkawinan masih ada semacam mappaccing atau korontigi, terus masih ada

kendaraan adat seperti halnya marra’ masih itu itu turunan dari leluhur itu.

(Wawancara/Karaeng Bangkala/Keturunan Raja Bangkala/12/10/2020)

Tradisi ini sudah sering dilakukan oleh masyarakat (Perkawinan &

Sunatan), tradisi ini dari dulu sampai sekarang masih ada dan tetap dilakukan.

Karena masyarakat menganggap ini sangat penting bagi kehidupannya. Tradisi ini

sering dilakukan dengan meriah seperti pesta perkawinan, pesta sunatan, tujuh

bulanan, itu salah satu adat, dan di laksanakan, jadi untuk menjaga kelestariannya

maka harus di laksanakan.

Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau

dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan perkawinan

secara norma agama, norma hukum, dan norma sosial. Upacara pernikahan

memiliki banyak ragam dan variasi menurut tradisi dan suku bangsa, agama,

budaya, maupun kelas sosial. Penggunaan adat atau aturan tertentu kadang-kadang

berkaitan dengan aturan atau hukum agama tertentu.

Salah satunya adalah tradisi mappacci/mapaccing, adat mappacci

dilangsungkan sebagai ajang silaturahmi keluarga besar mempelai sekaligus

Page 53: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

39

memberikan doa restu kepada calon pengantin. Dalam tradisi ini acara mappacci

dilakukan oleh keluarga dekat calon pengantin dan disaksikan tamu undangan

pada malam tudang penni. Calon pengantin duduk diatas lamming yaitu

pelaminan dengan mengenakan pakaian adat. Didepan calon pengantin diletakkan

sebuah bantal sebagai simbol penghormatan. Di atas bantal tersebut diletakkan

daun pisang dibentuk segitiga. Daun pisang adalah simbol turun temurun atau

berkelanjutan. Kemudian diatas daun pisang diletakkan tujuh lembar sarung sutera

(lipa sabbe). Bagi yang bergelar bangsawan (keturunan raja) ditandai dengan 11

lembar sarung sutera. Masih di hadapan calon pengantin, ada daun nagka

sebanyak tujuh lembar di letakkan pada piring kecil. Di sampingnya ada

semangkuk beras yang diyakini masyarakat sebagai simbol berkembang biak.

Gula merah, kelapa, beberapa lilin, dan semangkuk daun pacci yang sudah di

tumbuk halus sebagai tanda penyucian. Inilah yang disebut mappacci atau

mappaccing yang berarti bersih.

Jadi upaya pelestarian adat budaya itu salah satunya kita harus laksanakan

setiap ada pesta adat. Seperti ada pesta perkawinan, pesta sunatan, termasuk

pesta nuju bulan (tujuh bulanan) nah itu salah satu adat itu, dan itu kita

laksanakan itulah, karna sudah kebiasaan maki maka kita laksanakan jadi,

untuk menjaga kelestariannya maka harus di laksanakan.

(Wawancara/Karaeng Bangkala/Keturunan Raja Bangkala/12/10/2020)

Dari hasil wawancara dengan keturunan raja Bangkala mengatakan bahwa

cara kita menjaga/mempertahankan budaya adalah kita harus laksanakan. Untuk

melestarikan budaya itu sendiri, sebaiknya kita tidak terpengaruh dengan budaya

negara lain. Kita boleh mempelajari budaya asing, namun harus dengan cermat.

Mengambil sisi positif yang bisa mengembangkan diri kita tanpa menghilangkan

jati diri kebudayaan sendiri.

Wujud itu yang saya katakan tadi anggaru biasanya di pengantin itu jarang di

lakukan, yang sering di lakukan itu di sambut dengan tari pa’dupa. Karna

Page 54: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

40

anggaru ini biasa dilakukan para keturunan raja saja. (Wawancara/Ibulaeng

Karaeng Ti’no/Keturunan Karaeng Labbua Talibannangna/8/10/2020)

Dari hasil wawancara bersama menantu Karaeng Labbua Talibannangna

dia mengatakan bahwa salah satu wujud kegiatan adat Kerajaan adalah anggaru.

Anggaru ini dulu dilakukan jika ada tamu penting/kehormatan yang datang. Dan

dilakukan juga saat acara pengantin tetapi hanya untuk para keturunan

Raja/Karaeng saja. Anggaru artinya sumpah yang di ucapkan abdi raja kepada

rajanya dulu, atau sebaliknya oleh raja kepada rakyatnya.

Sebenarnya sedikit ada perubahan, seperti halnya itu perubahan seperti

marra’ itu atau yang biasa di pake di angkutan pengantin atau pesta

pengantin, dulu kan tidak dikasi begituji modelnya jadi biasa ji. Sekarang di

renovasi di modifikasi supaya cantik kelihatan begitu, dulu kan masih istilah

tradisi. (Wawancara/Karaeng Bangkala/Keturunan Raja

Bangkala/12/10/2020)

Itu terjadi sesuai sifat dasar manusia itu juga yang menginginkan adanya

perubahan dan pola pikir masyarakat juga yang semakin berkembang

menemukan ide-ide baru. (Wawancara/AZA/Keturunan Raja

Binamu/16/10/2020).

Dari hasil wawancara dengan salah satu para Keturunan Raja Binamu dan

Bangkala, perubahan itu pasti ada karna seiring dengan perkembangan zaman, nah

salah satu yang menyebabkan ini terjadi adalah pola pikir masyarakat yang

semakin berkembang dan banyak menemukan ide-ide baru. Maka dari itu

sebaiknya menyampaikan hal tersebut kepada penerus generasi kita dan orang

lain. Salah satu caranya adalah mengajarkan kepada orang lain, baik di lingkungan

rumah atau sekolah. Dengan mengajarkan budaya kita ke orang lain, maka

semakin banyak orang yang mengetahui mengenai budaya daerah sendiri maupun

budaya daerah lain. Sehingga memperkaya diri sendiri dan orang lain dengan

pengetahuan kebudayaan.

Mungkin karna factor zaman juga sekarang semakin maju dan canggih, dulu

kita kalau mau mengundang ke acara misalnya acara nikahan itu kita datangi

Page 55: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

41

rumahnya dengan kata lain a’buritta. Sekarang lewat hp sudah selesai

masalah, tidak capek capekmi lagi kesana kemari. (Wawancara/Karaeng

Manisi/Menantu Keturunan Raja Binamu/7/10/2020)

Dari hasil wawancara dengan menantu Karaeng Raja Binamu itu sama

dengan informan yang lain, bahwa penyebab perubahan ini terjadi karna factor

zaman. Yang dimana salah satu factor yang menyebabkan perubahan itu terjadi

karna orang sudah banyak mendapatkan penemuan baru kemudian di

kembangkan. Tetapi tradisi ini tetap dilaksanakan dan hanya sedikit yang berubah.

Pada zaman modern ini dengan kemajuan teknologi serba digital, tak

disangkal menjadi ancaman bagi nilai-nilai leluhur. Karena kurangnya pengenalan

dan penghayatan terhadap nilai-nilai budaya tersebut. Bahkan dampaknya adalah

semakin merosotnya moralitas warga masyarakat, kurangnya rasa hormat kepada

sesama, sikap tidak ambil peduli, itu merupakan perilaku yang mudah kita

temukan sehari-hari di lingkungan sekitar kita.

Karna sekarang sudah canggih dan salah satunya itu pakaian pengantin,

dulu kan itu pengantin di pakaikan da’dasa sekarang sudah jarang saya lihat

karna di pakaikan jilbab. Sudah tidak adami juga saya liat anak-anak yang

pakai baju bodo untuk menyambut para tamu undangan.

(Wawancara/Ibulaeng Karaeng Ti’no/Keturunan Karaeng Labbua

Talibannangna/8/10/2020)

Dari hasil wawancara Menantu Karaeng Labbua Talibannangna bahwa

perubahan yang ada itu adalah salah satunya baju bodo (salah satu pakaian

tradisional perempuan suku Makassar) ini sering di pakai anak-anak atau Taulolo

(anak gadis yang beranjak remaja). Tapi sekarang sudah jarang sekali terlihat.

Berdasarkan wawancara yang di lakukan peneliti, peneliti dapat

mendeskripsikan bahwa seiring perkembangan zaman yang semakin modern ini,

perubahan adat budaya dapat terjadi karna factor perkembangan zaman yang

dimana, factor ini dapat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Yang

Page 56: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

42

mencakup perubahan budaya yang di dalamnya terdapat perubahan nilai-nilai dan

tata kehidupan dari tradisional ke modern.

b. Warisan Nilai-Nilai Budaya Sebagai Perekat Kepribadian

Warisan nilai budaya pada masyarakat jeneponto yang sampai hari ini

masih menjadi pengangan teguh masyarakat. Nilai-nilai budaya bagi generasi saat

sangat berarti dalam masyarakat, karena berkaitan erat dengan norma, keyakinan,

adat, praktik-praktik dan simbol-simbol. Oleh sebab itu, nilai-nilai sangat perlu

dirawat, dijaga dan diwariskan kepada generasi kegenerasi, baik melalui keluarga,

pendidikan atau organisasi-organisasi masyarakat.

Warisan budaya yang masih menjadi pengangan hidup dan tidak

bisa dilepas oleh setiap keturunan, yaitu sipakatau, kejujuran,

kebersamaan Wawancara/Karaeng Bangkala/Keturunan Raja

Bangkala/12/10/2020)

Nilai budaya yang harus diwariskan secara terus menerus oleh semua

keluarga atau generasi sebagaimana pada hasil wawancara keturunan raja adalah

prinsip sipakatau. Prinsip ini harus selalu dilestarikan dan dihidupkan dalam

bermasyarakat karena dengan prinsip ini akan menhadirkan rasa kekeluargaan

yang lebih aman, sprinsip menghargai satu sama lain juga akan selahu hidup dan

ini harus diterapkan dimana pun kita hidup dan berada.

Prinsip sipakatau memiliki makna yang sangat mendalam dalam setiap

pengambilan keputusan. Secara sejajar menurut keturunan raja dari hasil

wawancara, sikap sipakatau kalau dulu, setiap ingin melakukan sesuatu itu

didiskusikan terlebih dahulu dengan cara memanggil penasehat atau berbagai

perwakilan dengan tujuan agar tidak ada yang disepelehkan. Selain dari itu, setiap

ada perkara-perkara yang berhubungan dengan masyarakat para pengawal raja

menyampaikan kepada masyarakat terkait dengan keputusan yang akan

Page 57: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

43

dikeluarkan. Kalau ada protes atau tidak menemukan kesepakatan maka

masyarakat akan dikumpulakan untuk mendiskusikan secara bersama-sama.

Proses tersebut di atas selaian menanamkan sikap sipakatau secara tidak

langsung, juga menunjukan konsep demokrasi. Prinsip sipakatau disini lebih

mengarah pada konsep saling menghargai satu sama lain yang didalamnya juga

mengandung prinsip demokrasi dan keterbukaan.

Selain dari prinsip sipakatau yang menjadi warisan kerjaan binamu, juga

pronsip nilai kejujuran. Prinsip kejujuran ini dalam bahasa Jeneponto kepribadian

“lambusu” makna lambusu disini merupakan dari aspek perbuatan dan perkataan.

Lambusu dalam aspek perkataan diharapkan untuk selalu berkata yang benar

apapun itu, baik perkataan itu diperuntukkan kepada siapa saja agar kelak generasi

yang akan datang juga dapat mewarisi perkata-perkata tersebut. Sementara

lambusu dari aspek perbuatan, segala langka dan tingkah laku arus berjalan pada

suatu kebenaran bukan menipulasi yang dapat merugikan diri sendiri dan orang

lain. Salah satu contoh perbuatan lambusu adalah memberikan hak orang sesuai

dengan porsi yang sebenaranya.

Selanjutnya dari aspek passamaturukan (kebersamaan) merupakan bagian

dari warisan budaya yang juga menjadi pegangan hidup masyarakat jeneponto.

Nilai passamaturukan (kebersamaan) ini telah lahir dari zaman kerajaan dan masih

dipengang sampai hari ini. Nilai passamaturukan (kebersamaan) sering

terimplementasikan pada kegiatan-kegiatan angkat rumah, tanam padi, bahkan

biasa masuk pada rana konflik. Seperti contoh jeneponto terkenal dengan

kelompok massa bagi pelanggar nilai-nilai budaya.

Page 58: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

44

2. Bagaimana Eksistensi Nilai Budaya Kerajaan Binamu dan Bangkala Pada

Masyarakat Jeneponto di Abad-21

a. Eksistensi Nilai Budaya Secara Simbolik

Eksistensi nilai budaya yang di wariskan Kerajaan Binamu dan Bangkala

pada masyarakat Jeneponto saat ini, sampai sekarang masih ada dan masih eksis

di masyarakat Jeneponto meskipun ada sedikit perubahan karena factor kemajuan

zaman. Salah satu budaya yang masi bertahan sampai saat ini dapat dilihat pada

hasil observasi, wawancara dan data dokumen berikut:

Nilai siri yang masi mendaradangin, masi eksis sampai sekarang,

dan implementasi dari nilai siri tersebut kadang cenderung anarkis,

melampau nilai-nilai kemanusiaan. (D.1. Observasi)

Eksistensi budaya secara simbolik yang masik eksis sampai saat ini di

Kabupaten jeneponto adalah nilai siri. Dari hasil observasi peneliti baik secara

langsung maupun melalui mendia visual, implementasi nilai siri kadang

melampau nilai-nilai kemanusiaan. Pengimplementasian nilai siri yang melampau

batas tersebut eksis sampai sekarang dan jalannya hampir sama dimasa lalu

karena setiap persoalan yang menyentuh hak hidup kepribadian tidak bisa

dikompromi atau ditukar apapun kecuali kematian dan itu masi eksis sampai saat

ini.

Pelaksanaan siri tersebut yang melampau batas kemanusiaan mungkin

sejalan dengan makna dari kata atau istila siri yaitu salah satu budaya masyarakat

Bugis-Makassar yang dijunjung tinggi dan terpelihara sejak lama. Berbagai pihak

mengartikan konsep ini sebagai harga diri, kehormatan, martabat, etos dan malu.

Dari makna tersebutlah sehingga perlakuan yang menyentu kata siri mau tidak

mau, diterima tidak diterimah jawabannya adalah kematian. Sehingga perilaku

yang menyentu persoalan siri tidak mengenal tentang hukum dan kompromi,

Page 59: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

45

hukum merupakan persoalan kedua kalau persoalan menyentu tetantang siri.

Masalah tersebut masi eksis dikalangan masyarakat jeneponto sampai hari ini.

Nilai simbolik yang masih eksis sampai hari ini dikalangan masyakat

jeneponto mengenai nilai warisan kerajaan binamu berupa konstruksi rumah

masyarakat, hal tersebut dapat dilihat pada hasil data observasi berikut ini:

Nilai simbolik warisan budaya yang eksis saan ini seperti konstruksi

rumah masyarakat yang menyerupai rumah adat binamu. Dimana

rumah itu memiliki model atap, teras, dan tangga yang mirip dengan

rumah adat. (D.1. Observasi)

Eksistensi nilai budaya secara simbolik sebagaimana hasil observasi itu

kelihatan pada rumah masyarakat yang menyerupai rumah adat kerjaan binamu.

Kontruksi rumah mayarakat yang menyerupai rumah adat terlihat dari aspek

model atap yang berbentuk segi tiga yang bersusun empat. Selain dari atapnya,

rumah warga menyerupai teras rumah adat yang posisi tangga berada ditengah.

Selain itu, posis tangga juga menyerupai posisi tangga rumah adat balla lompoa.

Dari setiap rumah walapun memiliki kemiripan konstruksi atap akan

tetapi dari segi lapisan rumah warga dengan rumah keturunan raja memiliki

perbedaan jumlah lapisan. Kalau keturunan raja cenderung memiliki empat lapis

atap rumah, sementara rumah warga yang berstatus sosial biasa hanya

mengunakan tingan susun atap. Ini artinya bahwa kesadaran sosial masyarakat

terkait status sosial mereka masih tinggi dan itu merupakan salah satu bagian

penghargaan terhadap keturunan raja.

Selain hal di atas, simbol tradisi lainnya yang masi eksis saat ini, seperi

angngalle alio pada acara-acara kematian. Hal tersebut dapat dilihat pada data

berikut ini:

Page 60: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

46

budaya angngalle alio dilaksanakan pada hari puncak peringatan hari

kematian, seperti tallung ngallona, limang ngallona, tujuh ngallona,

salapang ngallona, atau hari-hari ganjil. Ada juga adakalanya tradisi

angngalle alio' dilaksanakan pada sampulo ngallona, ruampulo allona,

patampulo allonna, sibilangngan allonna dan tammu taunna. Ritual

tersebut dilakukan dalam bentuk membaca do’a-do’a dan menyajikan

sesajen (Data Observasi).

Budaya Angngalle alio merupakan tradisi pada acara kematian dengan

konsep peringatan hari kematian yang terbagi dalam beberapa pases aturan tradisi

masyarakat jeneponto. Pada peringatan kematian dikenal dengan hari kematian

tiga harinya, pase peringatan kematian berikutnya dikenal dengan pase peringatan

lima harinya, selanjutnya masuk pada pase peringatan kematian tuju harinya dan

pase Sembilan harinya. Bagi keluarga yang mampu cenderung juga melakukan

peringatan kematian keluarganya sampai pada pase sepulu harinya, dua pulu

harinya sampai pada keempat puluhnya. Tradisi ini dipandang sebagai tradisi dari

para terdahulunya yang sering dilakukan dizaman system kerajaan. Budaya ini

dari nilai manfaat secara sosial kekeluargaan sebagai jalan untuk merekatkan

kembali hubungan keluarga dari jauh mau pun yang dekat.

Salah satu budaya yang masih eksis dikalangan masyarakat jeneponto salah

satunya adalah Angngalle alio. Prinsip dasar dari tradisi angngalle alio yang

merupakan bagian dari kebudayaan karena di dalam acara tersebut terbangun

interaksi individu antara satu individu dengan individu lainnya. Secara prinsip

masyarakat Jeneponto tradisi Angngalle alio sebagai budaya sosial masyarakat

Turatea telah mendarah-daging secara structural warga masyarakat dan sangat

sukar diubah serta dihapuskan walaupun perkembangan pengetahuan dan

kemajuan pemahaman masyarakat terhadap hakikat nilai keagamaan Islam yang

mereka anut semakin berkembang.

Page 61: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

47

Angngalle alio merupakan salah satu tradisi masyarakat Jeneponto yang

tertua dan bersifat religius berkenaan keluarga yang meninggal dunia. Secara

kontekstual Angngalle alio merupakan bagian dari kekayaan kebudayaan

Indonesia sebagaimana pengertian tradisi atau kebudayaan sebagaimana yang

dimaksud oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2000:149) yang

mencakup hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti

kepercayaan, kesenian, adat istiadat. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Alo

Liliweri mengutip Edward T. Hall (2005: 36) menjelaskan bahwa kebudayaan

merupakan bagian dari komunikasi, artian bahwa hanya manusia berbudaya yang

berkomunikasi, dan ketika manusia berkomunikasi dia dipengaruhi oleh

kebudayaannya itu sendiri.

Persepsi masyarakat Jeneponto terhadap Angngalle alio sebagai

kepercayaan bahwa si mayit atau orang yang baru berpisah dengan rohnya, belum

sepenuhnya pergi meninggalkan dunia fana ini, tetapi masih berada di sekeliling

kediamannya dan masi menyaksikan berbagai aktifitas keluarga yang

ditinggalkannya.

b. Jalan Menjaga Eksistensi Nilai Warisan Budaya

Dimensi prinsip dalam melestarikan eksistensi budaya tersebut dapat

dilihat pada data hasil wawancara berikut ini:

Jadi, bagaimana kita menjaga eksistensi budaya warisan leluhur kita ini

adalah dengan melaksanakan dan tetap di sosialisasikan untuk

masyarakat bahwa ini harus di pertahankan tidak bisa tidak di

pertahankan karna apa, bagaimana pun juga itu kebiasaan kita tradisi.

(Wawancara/Karaeng Bangkala/Keturunan Raja Bangkala/12/10/2020).

Page 62: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

48

Dari hasil wawancara bersama keturunan Raja Bangkala bahwa Nilai

Budaya yang telah di turunkan oleh leluhur/nenek moyang kita ini harus di

pertahankan dan terus di adakan/dilaksanakan, terutama adat istiadat kita.

Kebudayaan itu sangat penting dalam kemajuan suatu bangsa.

Keberagaman kebudayaan daerah merupakan kekayaan dan identitas bangsa yang

sangat diperlukan untuk memajukan kebudayaan Nasional Indonesia di tengah

dinamika perkembangan dunia. Dalam menjaga dan melestarikan budaya lokal

yang ada dalam masyarakat dan bermanfaat bagi kita semua khusunya kita

sebagai generasi muda dan mendukung kelestarian budaya dan ikut menjaga

budaya kita.

Manfaat itu, sebenarnya begini satu hal mungkin manfaat nya itu beginiji.

Karna kebiasaan leluhur kita seakan-akan satu kebanggaan buat kita apa

bila kita laksanakan itu juga. Dan manfaatnya itulah kalo manfaat lain-

lain saya kira tidakji masalah ekonomi tidakji bahkan merugikan ekonomi

tidak. Cuman kebanggan kita kalau kita laksanakan. (Wawancara/Karaeng

Bangkala/Keturunan Raja Bangkala/12/10/2020)

Dari hasil wawancara dengan keturunan langsung Raja Bangkala

memberikan pendapat bahwa ini adalah subuah kebanggan bagi kita juga yang

melaksanakannya. Salah satu contoh tari paddupa, seiring dengan perkembangan

jaman banyak hal yang bisa membuat kebudayaan tersebut punah bahkan tidak di

kenal jika kita sendiri tidak berusaha untuk menjaga dan melestarikannya.

Tidak ada, itu juga tergantung perekonomian jika mau di adakan pesta

besar-besaran atau sederhana saja. (Wawancara/Ibulaeng Karaeng

Ti’no/Keturunan Karaeng Labbua Talibannangna/8/10/2020)

Dari hasil wawancara dengan menantu Keturunan Karaeng Labbua

Talibannangna bahwa selama ini tidak ada hambatan dalam melaksanakan tradisi

tersebut. Begitupun dengan informan yang lain jawabannya sama jika selama ini

Page 63: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

49

tidak ada hambatan karena sepanjang kita mau bekerja, mau melestarikan nilai-

nilai adat budaya kita itu saya kira tidak ada hambatan.

Ketaatan masyarakat Jeneponto masih terlihat jelas pada kehidupan sehari-

hari mereka yang masih memegang teguh kepercayaan para leluhurnya. Walaupun

demikian, masyarakat Jeneponto adalah penganut Agama Islam yang sangat

fanatic yang tidak menerima jika mereka dikatakan tidak beragama Islam.

Meskipun yang mereka lakukan adalah kepercayaan dari leluhur mereka yang

bukan bersumber dari Islam. Dan menurut masyarakat Jeneponto hanya satu

karaeng Allah Ta’ala yaitu Allah Swt.

Tradisi angngalle alio biasanya dilaksanakan pada hari puncak peringatan

hari kematian, yaitu; tallung ngallona (hari yang ketiga dari kematian seorang

anggota keluarga dari masyarakat turatea), limang ngallona (hari yang kelima),

tujuh ngallona (hari yang ke tujuh), salapang ngallona (hari yang kesembilan) atau

hari-hari ganjil sesudah hari yang ketiga dari kematian seseorang atau acara

tersebut dilakukan sesuai dengan kemampuan keluarga almarhum/ almarhumah.

Adakalanya tradisi angngalle alio' dilaksanakan pada sampulo ngallona (hari yang

ke sepuluh), ruampulo allona (hari yang kedua puluh) patampulo allonna (hari

yang ke empat puluh), sibilangngan allonna (hari yang keseratus) dan tammu

taunna (hari setahunnya dari kematian seseorang anggota masyarakat turatea)

(Jumateng Rate, 1983: 20-21).

Page 64: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

50

B. Pembahasan

1. Nilai-Nilai Budaya Warisan Kerajaan Binamu dan Bangkala

a. Nilai Sombolik Kebudayaan Warisan Kerajaan Binamu dan Bangkala

Perspektif Teori

Nilai budaya masyarakat jeneponto merupakan warisan kebudayaan dari

kerajaan yang sampai hari ini masih menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat.

Secara teori fungsionalisme struktural kebudayaan masyarakat jeneponto merupakan

bagian dari prinsip hidup yang menjadi kewajiban untuk dibudayakan secara

structural kekeluargaan dan struktur sosial masyarakat secara keseluruhan.

Salah satu konsep nilai kebudayaan yang diwarisinya adalah makna siri dalam

kehidupan mereka. Makna siri yang dipahami secara struktural sosial masyarakat

jeneponto adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar atau digantikan oleh nilai apapun.

Nilai siri dalam perspektif masyarakat jeneponto merupakan hal yang berkaitan

dengan harga diri, norma hidup dan tata nilai yang paling tinggi nilainya sehingga

semua persoalan yang berkaitan dengan siri maka taruhannya adalah nyawa.

Pandangan tersebut berlaku secara general dan di pahami oleh semua masyarakat

jeneponto, dalam teori stuktur fungsional menurut Adibah, I. Z. (2017). terjadinya

kesepakatan makna penegakan siri karena adanya sudut pandang yang sama terhadap

pemaknaan kata siri dalam kehidupan sosial masyarakat jeneponto.

Sementara dari aspek nilai budaya secara simbolik yang terbagun dalam

lingkungan sosial masyarakat kelihatan dari aspek konstruksi bangunan rumah yang

menyerupai rumah adat balla lompo binamu. Walaupun dalam konstruksi bangunan

warga tersebut memiliki pembeda dari rumah keturunan bangsawan, hal itu dilakukan

demi menjagan nilai etika status sosial antara gelar bangsawan dan non bangsawan.

Dalam pandangan teori strukutral fungsional Marzali, A. (2014) kesadar budaya atau

Page 65: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

51

nilai etis dapat tercipta karena adanya kesamaan pandangan sebagai penghargaan dan

nilai tatakrama, inilah yang terbagung di masyarakat jenepontoh sehingga bentuk dan

desain rumah tetap dalam konsep nilai etis.

Nilai budaya secara simbolik yang diwarisi oleh masyarakat jeneponto terkait

dengan acara-acara kematian, perkawinan dan symbol identitas karaeng. Semua ini

diterima oleh masyarakat jeneponto karena adanya nilai manfaat bagi mereka

sekaligus sebagai jalan untuk melastarikan nilai-nilai budaya tersebut. Penerimaan

budaya tersebut disadari oleh masyarakat jeneponto secara struktural, bahwa semua

yang dilakukan memiliki nilai tersendiri. Salah satu contoh pada acara peringatan hari

kematian yang secara struktur sosial masyarakat melihatnya selain mengenang

kebaikan masa hidup almarhum juga sebagai ajang untuk merekapkan kembali

keluarga jauh untuk kembali membangun kebersamaan dan silaturahin.

Sementara dari aspek ritual perkawinan secara simbolik juga sebagai ajang

untuk membangun nilai silaturahim antar sesama keluarga sehingga semua keluarga

menjadi bagian yang wajib untuk hadir. Pada proses acara terbagi atas dua, ada acara

pancing dan ada acara pesta. Makna pancing disini untuk memberikan doa atau

berkah secara khusus yang dilakukan oleh keluarga yang paling terdekat. Sementara

acara pesta merupakan acara peresmian secara umum untuk ajang silaturahim bagi

keluarga, sahabat atau pun teman yang lain. Contoh tersebut sejalan dengan konsep

teori struktural fungsional menurut Marzali, A. (2014) bahwa terjadinya konsep ritual

baik dari aspek perkawin maupun kematian, semua itu berangkat dari kesepakat

struktur keluarga dan masyarakat dalam wilaya tersebut.

Page 66: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

52

b. Warisan Nilai-Nilai Budaya Perspektif Teori Solidaritas

Warisan nilai budaya masyarakat jenponto yang selama ini diamalkan oleh

masyarakat seperti nilai sipakatau. Konsep sipakatau merupakan konsep yang

mengandung prinsip saling menghargai satu sama lain dalam lingkungan sosial

masyarakat. Konsep sipakatau mengandung nilai saling menghargai dengan

menumbuhkan nilai-nilai salaing mempercayai antara kelompok masyarakat.

Munculnya konsep kepercayaan dalam nilai sipakatau akan menumbuhkan jiwa

solidaritas antar masyarakat. Menurut Emile Durkheim solidaritas adalah perasaan

saling percaya antara para anggota dalam suatu kelompok atau komunitas. Kalau

orang saling percaya, maka mereka akan menjadi satu atau menjadi persahabatan,

menjadi saling hormat-menghormati, menjadi terdorong untuk bertanggung jawab dan

memperhatikan kepentingan sesamanya. Hal inilah yang menorong masyarakat

jeneponto sehingga meraka selalu ikut terdorong dalam hal kegiatan kemasyarakat

baik dari aspek gotongroyong maupun kegiatan ritual lainnya. Jiwa ini telah terbagun

sejak jaman kerajaan dimana setiap kegiatan kerajaan masyarakat selalu berbondong-

bondong ikut bekerja dalam kegiatan kemasyarakat, bahkan ikut berperang pun tidak

menjadi persoalan baginya.

Nilai simbol lain yang tertanam dalam masyarakat jeneponto adalah nilai

kebersamaan dan kejujuran. Dalam teori solidaritas mekanik terkait nilai kebersamaan

dan kejujuran terbagung karena adanya rasa solidaritas yang didasarkan pada suatu

kesadaran kolektif yang menunjuk kepada totalitas kepercayaan yang rata-rata ada

pada masyarakat yang sama, yaitu mempunyai kesadaran yang sama terkait tanggung

jawab untuk menjaga dan melindungi daerah masing-masing. Sehingga nilai tanggung

jawab secara bersama-sama menjadi nilai kewajiban yang tertanam secara kolektif.

Konsep nilai tersebut telah tertanam sejak dulu dan ini berangkat dari nilai-nilai yang

Page 67: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

53

dicermikan oleh para raja dan keturunannya. Sikap jujur dan kebersamaan menjadi

bagian dalam kehidupan mereka. Namun untuk zaman sekarang ini, nilai

kebersamaan tersebut sedikit mengalami kemunduran. Hal tersebut kelihatan dari

hasil wawancara karena tingginya tingkat kesibukan dan pemenuhan hak hidup

keluarga.

Walaupun nilai solidaritas kebersamaan sudah mulai terkikis akan tetapi

belum hilang secara keseluruhan, sebahagian daerah masing menjunjung nilai

tersebut, seperti bergotongroyong mengangkat rumah, dan tanam padi. Terbagunnya

sikap gotongroyong sebagaimana yang dicontohkan Emile Durkheim dalam Ritzer,

(2012) bahwa kelompok masyarakat yang berkumpul atas keinginan bersama, yaitu

adanya ikatan sosial yang mengikat individu itu dengan kelompoknya, tentu bukan

karena paksaan fisik, melainkan ikatan utamanya adalah kepercayaan bersama, cita-

cita dan komitmen moral. Orang yang sama-sama memiliki kepercayaan dan cita-cita

ini merasa bahwa mereka mestinya bersama-sama karena mereka berpikiran serupa.

Munculnya solidaritas sosial dalam masyarakat karena adanya nilai

keterbukaan dan nilai kejujuran pada lembaga pemerintah seperti pemerintah dusun

untuk saat ini. Selain dari itu, solidaritas itu didasarkan pada tingkat saling

ketergantungan yang tinggi. Saling ketergantungan itu bertambah sebagai hasil dari

bertambahnya kebutuhan masyarakat sehingga dapat memacu kesadaran kolektif yang

ada pada masyarakat sederhana.

Menurut George Ritzer, solidaritas organik dipersatukan oleh perbedaan-

perbedaan di antara orang-orang, oleh fakta bahwa semuanya mempunyai tugas-tugas

dan tanggung jawab yang berbeda (Ritzer, 2012: 145). Karena dalam masyarakat

organik melaksanakan setiap pekerjaan yang relatif sempit, mereka banyak

membutuhkan tenaga dari orang lain agar dapat memenuhi kelangsungan hidupnya.

Page 68: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

54

Oleh karena itu, masyarakat organik dalam pandangan Durkheim “dipersatukan oleh

spesialisasi orang-orang dan kebutuhan mereka untuk layanan-layanan dari banyak

orang lain”.

2. Bagaimana Eksistensi Nilai Budaya Kerajaan Binamu dan Bangkala

Secara Teoritis

Keberadaan atau eksistensi nilai budaya di Kabupaten Jeneponto, sesuai

sumber yang didapat peneliti dari hasil wawancara kepada Keturunan Raja

Binamu maupun Bangkala yaitu. Salah satu contoh yang pertama adat seperti

perkawinan, sunatan, mappaccing, tujuh bulanan, dan passili.

a. Eksistensi Nilai Budaya Secara Simbolik Secara Teoritik

Eksistensi budaya secara simbolik yang masih eksis sampai saat ini di

Kabupaten jeneponto adalah nilai siri. Dari hasil observasi peneliti baik secara

langsung maupun melalui mendia visual, implementasi nilai siri kadang

melampau nilai-nilai kemanusiaan. Pengimplementasian nilai siri yang melampau

batas tersebut eksis sampai sekarang dan jalannya hampir sama dimasa lalu karena

setiap persoalan yang menyentuh hak hidup kepribadian tidak bisa dikompromi.

Eksistensi nilai budaya secara simbolik sebagaimana hasil observasi itu

kelihatan pada rumah masyarakat yang menyerupai rumah adat kerjaan binamu.

Kontruksi rumah mayarakat yang menyerupai rumah adat terlihat dari aspek

model atap yang berbentuk segi tiga yang bersusun empat. Selain dari atapnya,

rumah warga menyerupai teras rumah adat yang posisi tangga berada ditengah.

Selain itu, posis tangga juga menyerupai posisi tangga rumah adat balla lompoa.

Dari setiap rumah walapun memiliki kemiripan konstruksi atap akan tetapi dari

segi lapisan rumah warga dengan rumah keturunan raja memiliki perbedaan

Page 69: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

55

jumlah lapisan. Kalau keturunan raja cenderung memiliki empat lapis atap rumah,

sementara rumah warga yang berstatus sosial biasa hanya mengunakan tingan

susun atap. Ini artinya bahwa kesadaran sosial masyarakat terkait istatus sosial

mereka masih tinggi dan itu merupakan salah satu bagian penghargaan terhadap

keturunan raja.

Angngalle alio merupakan salah satu tradisi masyarakat Jeneponto yang

tertua dan bersifat religius berkenaan keluarga yang meninggal dunia. Secara

kontekstual Angngalle alio merupakan bagian dari kekayaan kebudayaan

Indonesia sebagaimana pengertian tradisi atau kebudayaan sebagaimana yang

dimaksud oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2000:149) yang

mencakup hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti

kepercayaan, kesenian, adat istiadat. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Alo

Liliweri mengutip Edward T. Hall (2005: 36) menjelaskan bahwa kebudayaan

merupakan bagian dari komunikasi, artian bahwa hanya manusia berbudaya yang

berkomunikasi, dan ketika manusia berkomunikasi dia dipengaruhi oleh

kebudayaannya itu sendiri.

b. Jalan Menjaga Eksistensi Nilai Warisan Budaya Secara Teoritik

Eksistensi pewarisan budaya secara toeritis terbangun karena adanya

kepedulian masyarakat yang secara sadar dan kolektif terbagun dalam diri mereka.

Wujud dalam menjaga eksistensi warisan budaya tersebut dilakukan dalam bentuk

melakukan peringatan atau melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga.

Tujuan dari pelaksanaan tersebut agar setiap generasi dapat melihatnya dan

mengenalnya secara langsung sehingga kegenerasi berikutnya dapat

mempelajarinya dan melakukannya dimasa mendatang.

Page 70: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

56

Dari data wawancara bersama keturunan Raja Bangkala bahwa Nilai

Budaya yang telah di turunkan oleh leluhur/nenek moyang kita ini harus di

pertahankan dan terus di adakan/dilaksanakan, terutama adat istiadat kita.

Kebudayaan itu sangat penting dalam kemajuan suatu bangsa.

Keberagaman kebudayaan daerah merupakan kekayaan dan identitas bangsa yang

sangat diperlukan untuk memajukan kebudayaan Nasional Indonesia di tengah

dinamika perkembangan dunia. Dalam menjaga dan melestarikan budaya lokal

yang ada dalam masyarakat dan bermanfaat bagi kita semua khusunya kita

sebagai generasi muda dan mendukung kelestarian budaya dan ikut menjaga

budaya kita.

Dari hasil wawancara dengan keturunan langsung Raja Bangkala

memberikan pendapat bahwa ini adalah subuah kebanggan bagi kita juga yang

melaksanakannya. Salah satu contoh tari paddupa, seiring dengan perkembangan

jaman banyak hal yang bisa membuat kebudayaan tersebut punah bahkan tidak di

kenal jika kita sendiri tidak berusaha untuk menjaga dan melestarikannya.

Page 71: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

57

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan mengenai

Eksistensi Nilai-nilai Budaya Kerajaan Binamu dan Bangkala Dalam Kehidupan

Masyarakat Jeneponto di Abad-21. Maka dalam penelitian ini dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut.

1. Berdasarakan hasil observasi awal di Balla’ Lompoa Karaeng Binamu peneliti

dapat mengambil kesimpulan bahwa rumah ini memiliki bentuk dasar segi

empat bentuk dan bahan yang di gunakan juga masih asli. Salah satu ciri khas

dari rumah adat ini adalah bentuk tiangnya yang pendek dan tidak seperti

rumah adat Makassar lainnya. Beberapa Regalia (tanda kerajaan) Kerajaan

Binamu masih disimpan oleh pewaris Kerajaan Binamu dan pada waktu

tertentu masih di gunakan untuk upacara-upacara adat. Selain aspek

arsitekturnya yang tidak kalah penting adalah aspek keruangannya karena

tempat tersebut merupakan salah satu tempat penting dalam sejarah Kerajaan

Binamu.

2. Eksistensi Nilai Budaya pada masyarakat Jeneponto masih ada dan masih

eksis di tengah-tengah masyarakat Jeneponto, ini merupakan suatu kebanggan,

karena ini merupakan kebiasaan leluhur/nenek moyang. Jadi ini akan tetap di

adakan dan terus dilestarikan ke anak cucu.

Page 72: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

58

B. Saran

1. Di era globalisasi ini dapat menimbulkan perubahan pola hidup masyarakat yang

lebih modern. Akibatnya masyarakat cenderung untuk memilih kebudayaan baru

yang di nilai lebih praktis dibandingkan dengan budaya lokal. Salah satu factor

yang menyebabkan budaya lokal dilupakan di masa sekarang adalah, kurangnya

generasi penerus yang memiliki minat untuk belajar dan mewarisi kebudayaan itu

sendiri.

2. Untuk mengatasi hal ini, perlu kesadaran akan pentingnya budaya lokal sebagai

jati diri bangsa. Kewajiban bagi setiap lapisan masyarakat untuk

mempertahankannya, yang dimana peran generasi muda sangat diharapkan untuk

terus berusaha mewarisi budaya lokal dan akan menjadi kekuatan bagi eksistensi

budaya lokal itu sendiri walaupun di terpa arus globalisasi.

Page 73: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

59

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik, (Ed.). (2005). Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Adibah, I. Z. (2017). Struktural Fungsional Robert K. Merton: Aplikasinya Dalam Kehidupan

Keluarga. INSPIRASI: Jurnal Kajian dan Penelitian Pendidikan Islam, 1(2), 171-184

Ahmadi, H. Abu; Uhbiyati, Nur. Ilmu pendidikan. Rineka Cipta, 1991.

Ambroise, Yvon. Pendidikan Nilai. K Kaswardi (Peny.) Jakarta: Pendidikan KWI/MNPK &

Gramedia Widiasarana, 1993.

Amin, S. (2010). Pewarisan nilai sejarah lokal melalui pembelajaran sejarah jalur formal dan

informal pada siswa sma di Kudus Kulon (Doctoral dissertation, UNS (Sebelas Maret

University)).

Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan. (2020). Kabupaten Jeneponto Dalam Angka 2020.

(https://jenepontokab.bps.go.id/publication/2020/04/27kabupaten -jeneponto-dalam-

angka-2020.html diakses 27 April 2020)

Caldwell, I., & Bougas, W. (2004). The early history of Binamu and Bangkala, South

Sulawesi. Bijdragen tot de taal-, land-en volkenkunde/Journal of the Humanities and

Social Sciences of Southeast Asia, 160(4), 456-510.

Firdaus, D. W. (2017). Pewarisan Nilai-Nilai Historis Dan Kearifan Lokal Masyarakat Kampung

Adat Dalam Pembelajaran Sejarah. Jurnal Artefak, 4(2), 129-134.

Franz Magnis Suseno. (2002). 12 Tokoh Etika Abad ke20. Yogyakarta : Kanisius

Hadrawi, Muhlis (Desember 2017). “Bangkala Binamu: Suatu Kajian Naskah Lontara’ Dalam

Sosial-Politik Jeneponto Kuno”.

HALIM, Amran. Politik bahasa nasional. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1976.

Ilyas; et al. (November 2018). Jaringan Ulama Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat Awal Abad

XX.

Istiyanto, S. B. (2010). Pentingnya Komunikasi Artifaktual dalam Keberhasilan Modifikasi

Komunikasi Antarmanusia. Acta diurnA, 6(2), 12-22.

Joesoef, D. (1982). Aspek-Aspek Kebudayaan yang Harus Dikuasai Guru, dalam. Majalah

Kebudayaan, (1).

Page 74: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

60

Koentjaraningrat.1997. „Metode Wawancara‟. Dalam Koentjaraningrat (Ed.). Metode-Metode

Penelitian Masyarakat: Jakarta: Gramedia.

Kuntowijoyo. (1995). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Bentang Budaya.

Macknight, (1983). The rise of agriculture in South Sulawesi before 1600. RIMA. Review of

Indonesian and Malayan Affairs Sydney, 17, 92-116.

Marzali, A. (2014). Struktural-fungsionalisme. Antropologi Indonesia.

Miles, Matthew dan A. Michael Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif. Tjejep Rohendi

Rohidi (penerjemah). Jakarta. UI Press.

Moleong, Lexy J. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muhlis Hadrawi, (2017) Bangkala dan Binamu: Suatu Kajian Naska Lontara dalam Sosial

Politek Jeneponto Kuno. Jurnal Etnografi Indonesia, 2 (2), 116-118.

Rahayu, N. T., Setyarto, S., & Efendi, A. (2015). Model Pewarisan Nilai-Nilai Budaya Jawa

Melalui Pemanfaatan Upacara Ritual. Jurnal Ilmu Komunikasi, 12(1).

Santana, Septiawan. 2007. Menulis Ilmiah : Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Yayasan

Obor Indonesia

Simanjuntak, D. H. (2016). Peranan Museum Simalungun sebagai Media Pewarisan Nilai

Budaya. Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and

Cultural Anthropology), 2(2), 151-165.

Sugiyono. (2009). Metodologi Penelitian Kualitaif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Utama, Eka Jaya Putra. Materi Sejarah dalam Buku Teks Muatan Lokal Pendidikan Multikultur

Kalimantan Barat. 2011. PhD Thesis. UNS (Sebelas Maret University).

Wasino. (2007). “Kapitalisme dan Kapitalis Orang Jawa Dalam Perspektif Sejarah”. Pidato

Pengukuhan Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial Unnes. Semarang. 15 juni 2020.

Widja, I Gde. (1989). Sejarah Lokal Suatu Perspektif dalam Pengajaran Sejarah. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Yulianti, I. (2015). Pewarisan Nilai-Nilai Budaya Masyarakat Adat Cikondang Dalam

Pembelajaran Sejarah Di Madrasah Aliyah Al-Hijrah. Candrasangkala: Jurnal

Pendidikan dan Sejarah, 1(1), 112-133.

Joesoef, D. (1982). Aspek-Aspek Kebudayaan yang Harus Dikuasai Guru, dalam. Majalah

Kebudayaan, (1).

Page 75: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

61

Rahman, Rasyid, Heni Emawati, H., & Bakrie, I. (2017). studi aspek sosial, Ekonomi dan

Budaya Masyarakat Desa sedulang Terhadap Upaya Kelestarian Cagar Alam Muara

Kaman Sedulang kabupaten Kutai Kartanegara ProVinsi Kalimantan Timur. AGRIFOR,

16(1), 83-94.

Referensi Berita:

https://smartcitymakassar.com/2019/12/13/sejarah-kerajaan-binamu-dan-bangkala-jeneponto/

(diakses tanggal 20 Agustus 2020)

Emba M. (2016) Komplek makam raja-raja binamu bukti nyata kejayaan kerajaan di Jeneponto

https://makassr.tribunnews.com/2016/06/16/komplek-makam-raja-raja-binamu-bukti-

nyata-kejayaan-kerajaan-di-jeneponto (diakses tanggal 20 Agustus 2020)

.

Page 76: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …
Page 77: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …
Page 78: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …
Page 79: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …
Page 80: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …
Page 81: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …
Page 82: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …
Page 83: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …
Page 84: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

Hasil Wawancara

A. Identitas Diri

Nama : Saiful Mustamu, S.Sos. Karaeng Moncong

B. Hasil Wawancara

1. Nilai-nilai Budaya apa yang di Wariskan oleh Kerajaan Binamu dan Bangkala pada

masyarakat Jeneponto ?

Jadi begini, sampai sekarang nilai yang di wariskan itu oleh para leluhur kita yang

pertama masalah adat istiadat kita di bangkala ini masih kita laksanakan.

2. Apakah Budaya yang di Wariskan Oleh Kerajaan Binamu dan Bangkala masih eksis

atau masih ada ? (berikan contoh)

Masih sampai sekarang di lakukan oleh masyarakat karna itu adalah salah satu

tradisi/kebiasaan kita turun temurun. Satu contoh itu seperti orang perkawinan masih

ada semacam mappaccing atau korontigi, terus masih ada kendaraan adat seperti

halnya marra’ masih itu itu turunan dari leluhur itu.

3. Bagaimana upaya mempertahankan Nilai-nilai Budaya yang di Wariskan Kerajaan

Binamu dan Bangkala di masyarakat Jeneponto ?

Jadi upaya pelestarian adat budaya itu salah satunya kita harus laksanakan setiap

ada pesta adat. Seperti ada pesta perkawinan, pesta sunatan, peringatan kematian,

termasuk pesta nuju bulan (tujuh bulanan) nah itu salah satu adat itu, dan itu kita

laksanakan itulah, karna sudah kebiasaan maki maka kita laksanakan jadi, untuk

menjaga kelestariannya maka harus di laksanakan.

4. Apa wujud kegiatan Nilai-nilai Budaya yang di Wariskan Kerajaan Binamu dan

Bangkala itu di masyarakat Jeneponto ?

Wujud itulah, itulah artinya kan kita laksanakan jadi itulah wujud dari pada

melestarikan adat budaya itu. Wujudnya itu yang kita lestarikan dan beberapa alat-

alat budaya itu masih kita simpan, seperti halnya itu ada semacam lombak, koke, ada

lengu ada apa dan lain-lain sebagainya masih ada kita simpan itu.

5. Apakah semua kalangan masyarakat Jeneponto masih mempertahankan Nilai-nilai

Budaya yang di Wariskan Kerajaan Binamu dan Bangkala ?

Ya.. masih, masih di pertahankan karna itu memang sudah tradisi kebiasaan kita.

Page 85: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

6. Apakah ada perubahan Nilai-nilai Budaya yang di Wariskan oleh Kerajaan Binamu

dan Bangkala pada masyarakat Jeneponto ?

Sebenarnya sedikit ada perubahan, seperti halnya itu perubahan seperti marra’ itu

atau yang biasa di pake di angkutan pengantin atau pesta pengantin, dulu kan tidak

dikasi begituji modelnya jadi biasa ji. Sekarang di renovasi di modifikasi supaya

cantik kelihatan begitu, dulu kan masih istilah tradisi.

7. Sejak kapan perubahan itu terjadi ?

Ya mungkin karna masyarakat itu sendiri yang menginginkan perubahan itu terjadi,

mau yang lebih mudah dan praktis. Seperti yang saya katakana sebelumnya seperti

marra’ atau angkutan pengantin itu sudah berubah sekarang.

8. Factor apa saja yang menyebabkan perubahan itu terjadi ?

Ya factor perkembangan zaman yang semakin canggih salah satunya.

9. Bagaimana cara menjaga Eksistensi Budaya yang di Wariskan oleh Kerajaan Binamu

dan Bangkala agar tetap lestari ?

Dilaksanakan dan tetap di sosialisasikan untuk masyarakat bahwa ini harus di

pertahankan tidak bisa tidak di pertahankan, karna apa, bagaimana pun juga itu

kebiasaan kita tradisi.

10. Apa manfaat yang di peroleh masyarakat Jeneponto dari keberadaan Nilai-nilai

Budaya yang di wariskan oleh Kerajaan Binamu dan Bangkala di Jeneponto ?

Manfaat itu, sebenarnya begini satu hal mungkin manfaat nya itu beginiji. Karna

kebiasaan leluhur kita seakan-akan satu kebanggaan buat kita apa bila kita

laksanakan itu juga. Dan manfaatnya itulah kalo manfaat lain-lain saya kira tidakji

masalah ekonomi tidakji bahkan merugikan ekonomi tidak. Cuman kebanggan kita

kalau kita laksanakan.

11. Apakah ada hambatan dalam mempertahankan Eksistensi Nilai-nilai Budaya yang di

wariskan Kerajaan Binamu dan Bangkala di Jeneponto ?

Saya kira tidak, jadi hambatan itu tidak sepanjang kita mau bekerja, mau

melestarikan nilai-nilai adat budaya kita itu saya kira tidak ada hambatan.

12. Siapakah Keturunan Kerajaan Binamu dan Bangkala yang masih hidup sampai

sekarang ?

Page 86: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

Termasuk saya yang paling utama, jadi Saiful Mustamu Karaeng Moncong alias

Kareng Bangkala jadi Alhamdulillah saya turunan langsung.

Page 87: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

Hasil Wawancara

A. Identitas Diri

Nama : Ibulaeng Karaeng Ti’no

B. Hasil Wawancara

1. Nilai-nilai Budaya apa yang di Wariskan oleh Kerajaan Binamu dan Bangkala pada

masyarakat Jeneponto ?

Nilai sipakatau termasuk itu sampai sekarang masih melekat pada di masyarakat

jeneponto.

2. Apakah Budaya yang di Wariskan Oleh Kerajaan Binamu dan Bangkala masih eksis

atau masih ada ? (berikan contoh)

Ya, sebenarnya disini dirumah karaeng la’bua tali bannangna ada pakaian

pengantin, kris, semua lengkap tapi sudah tidak ada sekarang, di simpan sama

saudara yang tinggal di jeneponto lama. Salah satu contohnya ya itu pengantin yang

akan menikah harus memakai pakaian adat.

3. Bagaimana upaya mempertahankan Nilai-nilai Budaya yang di Wariskan Kerajaan

Binamu dan Bangkala di masyarakat Jeneponto ?

Kita harus adakan terus, seperti halnya anggaru itu di lakukan jika kita menyambut

tamu yang penting.

4. Apa wujud kegiatan Nilai-nilai Budaya yang di Wariskan Kerajaan Binamu dan

Bangkala itu di masyarakat Jeneponto ?

Wujud itu yang saya katakan tadi anggaru biasanya di pengantin itu jarang di

lakukan, yang sering di lakukan itu di sambut dengan tari pa’dupa. Karna anggaru

ini biasa dilakukan para keturunan raja saja.

5. Apakah semua kalangan masyarakat Jeneponto masih mempertahankan Nilai-nilai

Budaya yang di Wariskan Kerajaan Binamu dan Bangkala ?

Saya rasa iya karna ini juga kan warisan dari leluhur kita dan masyarakat juga pasti

tau itu, karna masyarakat atau kita semua kan ahli waris sekaligus pelaku dalam

upaya pelestarian tersebut.

6. Apakah ada perubahan Nilai-nilai Budaya yang di Wariskan oleh Kerajaan Binamu

dan Bangkala pada masyarakat Jeneponto ?

Page 88: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

Ada pasti ada itu karna sekarang kan sudah modern.

7. Sejak kapan perubahan itu terjadi ?

Karna sekarang sudah canggih dan salah satunya itu pakaian pengantin, dulu kan

itu pengantin di pakaikan da’dasa sekarang sudah jarang saya lihat karna di

pakaikan jilbab. Sudah tidak adami juga saya liat anak-anak yang pakai baju bodo

untuk menyambut para tamu undangan.

8. Factor apa saja yang menyebabkan perubahan itu terjadi ?

Factor zaman yang sekarang banyak penemuan baru, dan pemikiran masyarakat

yang semakin maju, nah itu.

9. Bagaimana cara menjaga Eksistensi Budaya yang di Wariskan oleh Kerajaan Binamu

dan Bangkala agar tetap lestari ?

Ya kita jaga, adakan terus tergantung masyarakat juga.

10. Apa manfaat yang di peroleh masyarakat jenepontodari keberadaan nilai-nilai budaya

yang diwariskan Kerajaan Binamu dan Bangkala di Jeneponto ?

Manfaat itu begini sebenarnya begini kita percaya bahwa saat hari pernikahan itu

malamnya di lakukan proses mappaccing sebelum akad kan? Nah kita percaya

bahwa mappaccing itu di maksudkan untuk membersihkan diri kita dari hal yang

tidak baik, makanya sampai sekarang masyarakat itu masih melakukannya.

11. Apakah ada hambatan dalam mempertahankan Eksistensi Nilai-nilai Budaya yang di

wariskan Kerajaan Binamu dan Bangkala di Jeneponto ?

Tidak ada, itu juga tergantung perekonomian jika mau di adakan pesta besar-

besaran atau sederhana saja.

12. Siapakah Keturunan Kerajaan Binamu dan Bangkala yang masih hidup sampai

sekarang ?

Saya sendiri termasuk keturunan karaeng la’bua talibannang na atau raja bangkala

ke tiga.

Page 89: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

Hasil Wawancara

A. Identitas Diri

Nama : Ari Zulkarnain Alhabib Karaeng Lagu

B. Hasil Wawancara

1. Nilai-nilai Budaya apa yang di Wariskan oleh Kerajaan Binamu dan Bangkala pada

masyarakat Jeneponto ?

Hm.. seperti nilai tata krama salah satunya, seperti yang kita ketahui bahwa nilai

sopan santun tabe’ saat kita lewat didepan orang-orang dan budaya

sipakatau/sipakainga.

2. Apakah Budaya yang di Wariskan Oleh Kerajaan Binamu dan Bangkala masih eksis

atau masih ada ? (berikan contoh)

Masih ada, contohnya a’buritta, a’buritta ini sama halnya dengan mengundang

tetapi a’buritta ini biasanya untuk keluarga saja. A’buritta kerumahnya kepala desa

juga itu biasanya diiringi dengan a’ganrang.

3. Bagaimana upaya mempertahankan Nilai-nilai Budaya yang di Wariskan Kerajaan

Binamu dan Bangkala di masyarakat Jeneponto ?

Dengan tetap melestarikan kebiasaan-kebiasaan yang pernah di lakukan dulu dan

ikut berpartisipasi apa bila ada kegiatan dalam rangka pelestarian kebudayaan,

misalnya tari tradisi. Inikan biasanya dilakukan jika menyambut pengantin.

4. Apa wujud kegiatan Nilai-nilai Budaya yang di Wariskan Kerajaan Binamu dan

Bangkala itu di masyarakat Jeneponto ?

Sepertinya wujud yang paling sering dan pastinya selalu ada itu korontigi.

5. Apakah semua kalangan masyarakat Jeneponto masih mempertahankan Nilai-nilai

Budaya yang di Wariskan Kerajaan Binamu dan Bangkala ?

Saya kira iya, karna setiap ada acara pernikahan pasti ada korongtigi, a’ganrang

juga, di pa’bajikang yang dimana ini adalah bagian dari prosesi adat perkawinan,

setelah berlangsungnya ijab Kabul pengantin laki-laki diantar ke kamar pengantin

wanita dengan di antar oleh orang tua atau wali nya.

6. Apakah ada perubahan Nilai-nilai Budaya yang di Wariskan oleh Kerajaan Binamu

dan Bangkala pada masyarakat Jeneponto ?

Page 90: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

Ada pastinya karna jaman sudah modern kan pasti adalah yang berubah sedikit.

7. Sejak kapan perubahan itu terjadi ?

Itu terjadi sesuai sifat dasar manusia itu juga yang menginginkan adanya perubahan

dan pola pikir masyarakat juga yang semakin berkembang menemukan ide-ide baru.

8. Factor apa saja yang menyebabkan perubahan budaya terjadi ?

Nah itu salah satu factor nya tadi karna pola pikir sekarang yang semakin

berkembang.

9. Bagaimana cara menjaga Eksistensi Budaya yang di Wariskan oleh Kerajaan Binamu

dan Bangkala agar tetap lestari ?

Dengan kita melaksanakan upacara adat, atau kebiasaan-kebiasaan Budaya

Kerajaan.

10. Apa manfaat yang di peroleh masyarakat jeneponto dari keberadaan nilai-nilai budaya

yang diwariskan Kerajaan Binamu dan Bangkala di Jeneponto ?

Ini dapat kita manfaatkan untuk pembelajaran atau pengenalan budaya kita terutama

sejak masih anak-anak atau masih dini kita ajarkan, karna sangat penting untuk

membangun kesadaran untuk mengetahui dirinya dan lingkungan hidup nya.

11. Apakah ada hambatan dalam mempertahankan Eksistensi Nilai-nilai Budaya yang di

wariskan Kerajaan Binamu dan Bangkala di Jeneponto ?

Sekiranya selama ini mungkin tidak ada karna masyarakat juga pasti sudah taulah

tentang adat istiadat kita.

12. Siapakah Keturunan Kerajaan Binamu dan Bangkala yang masih hidup sampai

sekarang ?

Kurang tau juga yah karna saya sendiri adalah keturunan raja binamu.

Page 91: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

Hasil Wawancara

A. Identitas Diri

Nama : Daeng Bollo

B. Hasil Wawancara

1. Nilai-nilai Budaya apa yang di Wariskan oleh Kerajaan Binamu dan Bangkala pada

masyarakat Jeneponto ?

Nilai sopan santun tentunya kan, seperi jika ada yang bertanya jalan terus tidak

kenal dengan kita pasti sopan sekali panggil kita karaeng.

2. Apakah Budaya yang di Wariskan Oleh Kerajaan Binamu dan Bangkala masih eksis

atau masih ada ? (berikan contoh)

Ada ada, contohnya setiap 17-san agustus pasti ada parade. Parade ini kan untuk

sekolah sekolah tapi masyarakat ikut berpartisipasi juga biasanya ada yang memakai

pakaian adat pengantin, baju bodo. Ini artinya kita bangga kan dengan adat budaya

kita.

3. Bagaimana upaya mempertahankan Nilai-nilai Budaya yang di Wariskan Kerajaan

Binamu dan Bangkala di masyarakat Jeneponto ?

Kita harus mengajarkan tradisi kita ini pada generasi penerus supaya tradisi kita

tidak musnah dan tetap dapat bertahan.

4. Apa wujud kegiatan Nilai-nilai Budaya yang di Wariskan Kerajaan Binamu dan

Bangkala itu di masyarakat Jeneponto ?

Wujud ? mungkin salah satunya itu ganrang masih di lestarikan sampai sekarang,

yang seperti suling juga itu apa namanya, karna kita disini pa pui’pui namanya. Dulu

itu kalau kesini raja pasti ada tradisi anggaru dulu, setelah itu di lanjut tari paddupa

yang diiringi dengan ganrang dan pa pui’pui.

5. Apakah semua kalangan masyarakat Jeneponto masih mempertahankan Nilai-nilai

Budaya yang di Wariskan Kerajaan Binamu dan Bangkala ?

Iya karna dari dulu sampai sekarang itu dilakukan seperti sebelumnya wujud itu kan

masih dilestarikan sampai sekarang.

6. Apakah ada perubahan Nilai-nilai Budaya yang di Wariskan oleh Kerajaan Binamu

dan Bangkala pada masyarakat Jeneponto ?

Page 92: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

Ada, salah satunya itu sempa yang ada di dalam di simpan peninggalannya karaeng

kalimporo, sempa atau pakkape’ tau bunting sekarang itu sudah tidak ada saya liat.

7. Sejak kapan perubahan itu terjadi ?

Seiring berjalannya waktu kita ketahui bahwa sekarang itu sudah cangging mi apa-

apa lah yang serba instan.

8. Factor apa saja yang menyebabkan perubahan budaya terjadi ?

Factor jaman toh, banyakmi yang sudah berubah termasuk alat-alat yang dipakai

orang terdahulu yang mengalami banyak perubahan seperti Kanjoli yang digunakan

sebagai penerang dan sekarang sudah diganti menjadi lilin yang lebih mudah

didapat dan lebih praktis tanpa harus mecari bahan-bahannya.

9. Bagaimana cara menjaga Eksistensi Budaya yang di Wariskan oleh Kerajaan Binamu

dan Bangkala agar tetap lestari ?

Dengan tetap melaksanakan tradisi adat dan tetap menjalankannya. Kalau

peninggalannya karaenga di dalam itu saya simpan baik-baik dengan air nya

tumanurung sampai sekarang itu ada di ember saya simpan.

10. Apa manfaat yang di peroleh masyarakat jenepontodari keberadaan nilai-nilai budaya

yang diwariskan Kerajaan Binamu dan Bangkala di Jeneponto ?

Manfaatnya dapat berguna bagi anak cucu kita kelak kita ajarkan budaya kita.

11. Apakah ada hambatan dalam mempertahankan Eksistensi Nilai-nilai Budaya yang di

wariskan Kerajaan Binamu dan Bangkala di Jeneponto ?

Tidak ada hambatan karna ini juga kan untuk kita ji kebiasaanta.

12. Siapakah Keturunan Kerajaan Binamu dan Bangkala yang masih hidup sampai

sekarang ?

Karaeng sitaba itu keturunan karaeng kalimporo

Page 93: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

Hasil Wawancara

A. Identitas Diri

Nama : Karaeng Manisi

B. Hasil Wawancara

1. Nilai-nilai Budaya apa yang di Wariskan oleh Kerajaan Binamu dan Bangkala pada

masyarakat Jeneponto ?

Tradisi passili itu masih adaji sampai sekarang, tapi ini biasa hanya di lakukan untuk

keturunan karaeng saja.

2. Apakah Budaya yang di Wariskan Oleh Kerajaan Binamu dan Bangkala masih eksis

atau masih ada ? (berikan contoh)

Ya masih eksis tentunya karna saya liat juga banyak anak-anak yang membuat

sanggar seni kan untuk pelestarian budaya. dan mereka disana belajar tari-tarian,

ada juga anggaru, sama a’ganrang itu adalah kan tradisi.

3. Bagaimana upaya mempertahankan Nilai-nilai Budaya yang di Wariskan Kerajaan

Binamu dan Bangkala di masyarakat Jeneponto ?

Sebisa mungkin kita pertahankan yah dan di wariskan ke anak cucu kita. ini juga

rumah adat peninggalannya Raja Binamu asli ini tidak pernah dirubah papan apa

dinding belumpi dirubah, karna ini maunya pemerintah di ambil alih tapi saya tidak

mau dimanaka mau tinggal kalau di ambil alih bagaimana caranya baru ini lagi

warisan baru tempatnya juga luas sekali mau di tinggalkan jadi kalau di gantiki tidak

mungkin begini luasnya dikasikan ki. Penerusnya itu Karaeng Ngawing tapi menikah

Karaeng Ngawing anaknya lagi tapi di palopo sekarang tinggal yang penerusnya ini.

4. Apa wujud kegiatan Nilai-nilai Budaya yang di Wariskan Kerajaan Binamu dan

Bangkala itu di masyarakat Jeneponto ?

Wujud kegiatan seperti kalau raja berkunjung kesini itu di sambut dengan tari

paddupa itu ditarikan dalam acara penyambutan tamu-tamu penting dan tamu

kehormatan. Ini juga biasa di bawakan pada acara resmi seperti acara pernikahan.

5. Apakah semua kalangan masyarakat Jeneponto masih mempertahankan Nilai-nilai

Budaya yang di Wariskan Kerajaan Binamu dan Bangkala ?

Masih karna sampai sekarang kalau ada pengantin selaluji di laksanakan tradisinya

mulai dari passili, mappaccing juga masih adaji itu.

Page 94: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

6. Apakah ada perubahan Nilai-nilai Budaya yang di Wariskan oleh Kerajaan Binamu

dan Bangkala pada masyarakat Jeneponto ?

Hm.. adalah perubahan tapi hanya sedikit.

7. Sejak kapan perubahan itu terjadi ?

Ini terjadi karena masyarakat juga kan sekarang sudah ada teknologi yang semakin

canggih, sekarang pengantin sudah di pakaikan jilbab semua sudah jarang sekali

saya liat di da’dasa sama anak-anak pengantar pengantin yang memakai baju bodo.

8. Factor apa saja yang menyebabkan perubahan budaya terjadi ?

Mungkin karna factor jaman juga sekarang semakin maju dan canggih, dulu kita

kalau mau mengundang ke acara misalnya acara nikahan itu kita datangi rumahnya

dengan kata lain a’buritta. Sekarang lewat hp sudah selesai masalah, tidak capek

capekmi lagi kesana kemari.

9. Bagaimana cara menjaga Eksistensi Budaya yang di Wariskan oleh Kerajaan Binamu

dan Bangkala agar tetap lestari ?

Kita sosialisasikan kepada generasi penerus kita untuk ikut berpartisipasi jika ada

acara acara adat, seperti yang saya bilang sebelumnya kalau sanggar seni itu juga

bagus untuk terus di adakan sebagai penerus tradisi kita.

10. Apa manfaat yang di peroleh masyarakat jeneponto dari keberadaan nilai-nilai budaya

yang di wariskan oleh kerajaan binamu dan bangkala?

Ini sangat bermanfaat yah, karna kalau bukan kita yang terus menjadi penerus

tradisi kita siapa lagi, kita seharusnya bangga dengan tradisi kita.

11. Apakah ada hambatan dalam mempertahankan Eksistensi Nilai-nilai Budaya yang di

wariskan Kerajaan Binamu dan Bangkala di Jeneponto ?

Sepertinya tidak ada yah, sekiranya saya liat ini selalu di lakukan turun temurun.

12. Siapakah Keturunan Kerajaan Binamu dan Bangkala yang masih hidup sampai

sekarang ?

Karang Ngawing salah satunya tapi tidak adai sekarang dia ke palopo.

Page 95: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

Pedoman Observasi

No Hari/Tanggal Tempat/ Kegiatan yang

diamati

Deskripsi (Apa yang dilihat dan

didengar)

1. 03/10/2020 Kecamatan Bangkala,

Rumah adat Kerajaan

Kalimporo

Peninggalan adat perkawinan atau

sunatan, mulai dari Lamming, alat yang

sering di pakai mappaccing, gendang, dll

masih ada sampai sekarang.

2. 07/10/2020 Rumah adat/balla lompoa

Kerajaan Binamu, dan

makam para Raja Binamu

Rumah adat yang masih berdiri kokoh

sampai sekarang dan tidak pernah di

ganti. Dan makam para Raja yang berada

disamping kanan Balla’ Lompoa Karaeng

Binamu.

3. 08/10/2020 Kecamatan Bangkala,

Rumah dan makam Karaeng

La’bua Tali Bannangna

Makam Karaeng Labbua Talibannangna

yang setiap malam di terangi lilin dan

lampu dan ada juga kelambu.

4. 12/10/2020 Allu, Kecamatan Bangkala.

Wawancara bersama

Keturunan Raja Bangkala

Tobak dan Lengu, Jadi tobak itu dulu

dipakai pada saat berperang jadi tangan

kanan memegang tobak dan tangan kiri

memegang lengu atau tameng.

5. 16/11/2020 Bontosunggu, Kecamatan

Binamu Wawancara

bersama Keturunan Raja

Binamu

Page 96: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

Pedoman Studi Dokumen

No Nama

Dokumen

(Rincikan

Nama

Dokumen)

Sumber (Diperoleh dari

mana)

Deskripsi Singkat Isi Dokumen

1. Silsilah Raja

2, Kerajaan

Binamu

Karaeng manisi, menantu

keturunan raja Binamu.

Sebelumnya ada yang disebut Kare yakni

Kare Balang, Kare Layu, Kare Tina’ro

dan Kare Ballarompo namun yang

dipercayakan oleh pihak Kerajaan hanya 2

Kare untuk memilih dan menetapkan

seorang Raja yaitu Kare Balang dan Kare

Layu. Akan tetapi karena pergeseran

waktu sehaingga ke Kare dibekukan dan

diganti dengan To’do Appaka atau Dewan

Adat.

2. Kitab

Patturioloang

Karaeng Bangkala,

Keturunan Raja Bangkala.

Patturioloang merupakan sebuah genre

teks lontara’ Makassar yang

membincangkan kisah-kisah kerajaan.

Teks Patturioloang mengandung sejarah

yang mencakup asal-usul kerajaan,

kehadiran raja pertama, istana,

pemerintahan, perkawinan, keturunannya,

tanah pusaka, politik, peperangan,

perundingan, kerjasama, hingga aperang

dan percintaannya. Keberadaannya juga

didasari oleh teks-teks lontara’ sebagai

tradisi yang mendasari kemunculan

Tumanurung. Tumanurung tersebut yang

datang dari tempat yang misterius,

kemudian diinisiasikan menjadi raja

pertama pada tiap-tiap kerajaan lokal.

Page 97: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …
Page 98: EKSISTENSI NILAI-NILAI BUDAYA KERAJAAN BINAMU DAN …

RIWAYAT HIDUP

Miranda. Lahir di Pungkaribo Desa Kalimporo, pada tanggal 27 Juli 1997.

Merupakan anak pertama dari pasangan Hamdan Dg Rowa dan Nursia Dg

Jinne. Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SDI 214 Pungkaribo

pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan Pendidikan

Sekolah Menengah Pertama di SMPN 2 Bangkala, Lulus pada tahun 2012.

Kemudian penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di

SMAN 7 Jeneponto pada tahun 2012 dan selesai pada tahun 2015. Dan pada tahun 2016 penulis

melanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan jurusan Pendidikan Sosiologi dan berhasil lulus di Program Strata 1 (S1)

Kependidikan. Pada tahun 2021 penulis menyelesaikan studi dengan gelar Sarjana Pendidikan

dengan menyusun karya ilmiah (skripsi) yang berjudul “Eksistensi Nilai-nilai Budaya Kerajaan

Binamu dan Bangkala dalam Kehidupan Masyarakat Jeneponto di Abad 21”