usaha meningkatkan kemampuan berkatekese umat … · untuk mewartakan nilai-nilai kerajaan allah...

151
i USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT BAGI PARA KATEKIS SUKARELA DI PAROKI KELUARGA SUCI TERING KEUSKUPAN AGUNG SAMARINDA S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh: Hermas Hului NIM: 061124047 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011

Upload: others

Post on 08-Oct-2019

17 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

��

i��

USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT BAGI PARA KATEKIS SUKARELA

DI PAROKI KELUARGA SUCI TERING KEUSKUPAN AGUNG SAMARINDA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh: Hermas Hului

NIM: 061124047

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2011

Page 2: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan
Page 3: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan
Page 4: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

��

iv��

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk orang-orang tercinta di hati:

Bapak dan ibuku (Petrus Liah, Yuliana Siti),

saudara-saudaraku (Simon Meleng, Ingai dan Stefanus Lawing)

di desa Tering Lama, Kecamatan Tering, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur.

Page 5: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

��

v��

MOTTO

“Jagalah hati kita terhadap kebencian, supaya kita tidak hidup dalam kegelapan”

(1 Yoh 2:11)

Page 6: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan
Page 7: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan
Page 8: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

��

viii��

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT BAGI PARA KATEKIS SUKARELA DI PAROKI KELUARGA SUCI TERING KEUSKUPAN AGUNG SAMARINDA. Judul skripsi ini dipilih berdasarkan fakta bahwa pelaksanaan katekese umat orang dewasa di Paroki Keluarga Suci Tering sangat memprihatinkan. Ini disebabkan oleh katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering belum mendapat pendidikan yang memadai di bidang kateketik. Selama proses pelaksanaan katekese umat para peserta cenderung pasif dan hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh katekis. Bertitik tolak dari kenyataan ini penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk membantu para katekis sukarela dalam berkatekese umat di Paroki Keluarga Suci Tering. Untuk itu perlu diadakan pendampingan guna menambah pengetahuan dan wawasan katekis sukarela dalam berkatekese umat yang dialogal partisipatif.

Persoalan yang mendasar dalam skripsi ini adalah keprihatinan katekis sukarela dalam melaksanakan proses berkatekese bekaitan dengan keterbatasan wawasan maupun metode dalam berkatekese umat yang dialogal partisipatif. Oleh karena itu penelitian dengan menyebarkan angket kepada para katekis sukarela di Paroki Keluarga Suci Tering, telah dilaksanakan. Kemudian studi pustaka diperlukan untuk memperoleh pemikiran-pemikiran dan gagasan-gagasan yang dapat dipergunakan untuk memahami katekese umat dengan model Shared Christian Praxis sebagai sumbangan katekese bagi para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering.

Katekis adalah orang beriman yang secara khusus dipanggil oleh Gereja untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan kemampuan yang memadai khususnya kemampuan dalam berkatekese umat yang dialogal partisipatif. Katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering tidak dididik secara khusus di bidang katekese, khususnya katekese yang melibatkan umat, sehingga proses pelaksanaan katekese umat selama ini di Paroki Keluarga Suci Tering sangat memperihatinkan karena katekese yang melibatkan umat kurang diperhatikan oleh para katekis sukarela selaku penggerak umat.

Untuk membantu para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering yang tidak mendapat pendidikan formal dalam bidang katekese, penulis menawarkan program katekese umat model Shared Christian Praxis, sekaligus dengan penjabaran program. Sebagai tindak lanjut, penulis mengusulkan program pendampingan bagi katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering selama empat bulan yang diadakan pada setiap hari Minggu pertama dan Minggu ketiga dengan sembilan judul pertemuan.

Page 9: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

��

ix��

ABSTRACT

This thesis entitled AN ATTEMPT TO INCREASE THE ABILITY OF

CATECHESIS OF THE FAITHFUL TO THE VOLUNTARY CATECHISTS IN THE PARISH OF HOLY FAMILY IN TERING, ARCHDIOCE THE OF SAMARINDA. The title of this thesis was chosen based on the fact that the performance of adults catechesis in the Parish of Holy Family in Tering is really miserable. This fact is caused by voluntary catechists in the Parish of Holy Family who have not got adequate education in catechesis. During the process of catechesis, the audiences tend to be passive and only listen to what the catechist is talking about. Based on this fact, this thesis is intended to help voluntary catechists in catechesis in the Parish of Holy Family in Tering. Thus it needs to conduct the assistance in order to add the knowledge and perception of voluntary catechists in dialogical participative catechesis.

The main problem in this thesis is the apprehension of voluntary catechesis in implementing catechism process relating to the limitation of perception or method in catechesis of the faithful dialogical participative. Thus this research had distributed questionnaire to the voluntary catechists in the Parish of Holy Family in Tering. Then the literatures are needed to have considerations and concepts which can be used to know the community catechesis of the faithful by Shared Christian Praxis model as catechesis contribution to the voluntary catechists of the Parish of Holy Family in Tering.

Catechist is a faithful person who is specifically called by the Church to convey the values of the Kingdom of God and involved in Church life. The task assigned to them needs the sufficient competence in particularly catechesis of the faithful. The process of community catechesis of the faithful up to now in the Parish of Holy in Tering is very poor because the catechesis of the faithful has not been applied by the voluntary catechist as the community activator.

To help the voluntary catechists in the Parish of Holy Family in Tering which had not had formal education in catechesis field, the author offers the program of catechesis of the faithful of Shared Christian Praxis model, as well as by describing the program. As follow up, the author submit an assistance program to the voluntary catechists in the Parish of Holy Family in Tering for four months which is conducted every first Sunday and third Sunday with nine meeting topics.

Page 10: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

��

x��

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa karena berkat kasih-Nya penulis

dapat menyelsaikan skripsi yang berjudul USAHA MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT BAGI PARA KATEKIS SUKARELA

DI PAROKI KELUARGA SUCI TERING KEUSKUPAN AGUNG SAMARINDA.

Penyusunan skripsi ini dengan suatu keprihatinan dan harapan penulis

terhadap kenyataan hidup menggereja secara khusus dalam pelaksanaan karya

katekese di mana para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering kurang

mendapat pengetahuan dan pendidikan yang memadai berkaitan dengan tugas

mereka sebagai penggerak umat khususnya dalam pelaksanaan karya katekese yang

dialogal partisipatif. Selain itu di Paroki Keluarga Suci Tering tidak ada tenaga ahli

dalam bidang katekese sehingga pembinaan para katekis sukarela tidak pernah

diadakan. Oleh karena itu, maksud penyusunan skripsi untuk membantu memberikan

sumbangan pemikiran dan pengetahuan serta wawasan kepada para katekis sukarela

Paroki Keluarga Suci Tering selaku penggerak umat sehingga mereka mampu

mengembangkan dan meningkatkan karya katekese yang dialogal partisipatif. Selain

itu, skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta. Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak

baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Pada kesempatan ini dengan

tulus hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A. selaku dosen pembimbing utama, yang dengan

keterbukaan hati memberikan perhatian, meluangkan waktu, kesabaran,

Page 11: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

��

xi��

memberikan masukan dan kritik-kritikan sehingga penulis dapat lebih termotivasi

dalam menuangkan gagasan-gagasn dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

2. Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J., selaku dosen wali, yang terus mendampingi penulis

sampai akhir penulisan skripsi ini.

3. Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd. selaku dosen penguji, yang dengan sabar

mendampingi penulis dari awal sampai akhir penulisan skripsi ini.

4. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis

selama belajar sampai selesainya skripsi ini.

5. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi IPPAK, dan seluruh karyawan

bagian lain, yang telah memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini.

6. Para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering, yang telah memberikan

semangat dan dukungan kepada penulis dengan memberikan masukan informasi

untuk melangkapi materi skripsi ini.

7. Gregorius Syamsudin MSF, selaku pastor Paroki Keluarga Suci Tering, yang atas

kesediannya menerima dan membantu penulis selama mengadakan penelitian dan

observasi lapangan.

8. Bupati Kutai Barat Bapak Ismail Thomas dan Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai

Barat, yang sudah membantu dan memberikan beasiswa dari awal studi di Prodi

IPPAK-FKIP-USD Yogyakarta sampai akhir skripsi ini.

9. Bapak, ibu, dan saudara-saudaraku, yang memberikan semangat dan dukungan

moral, material, dan spiritual selama penulis menempuh studi di Yogyakarta.

10. Agatha Eka Setya Wardani, yang selalu mendukung dan memberikan semangat,

motivasi dan perhatian yang tulus sehingga terselesainya skripsi ini.

Page 12: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan
Page 13: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

��

xiii��

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ......................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN KARYA .................................... vii

ABSTRAK .......................................................................................................... viii

ABSTRACT .......................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ......................................................................................... x

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii

DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3

C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 4

D. Manfaat Penulisan ............................................................................... 4

E. Metode Penulisan ................................................................................ 5

F. Sistematika Penulisan .......................................................................... 6

BAB II. GAMBARAN UMUM KEMAMPUAN PARA KATEKIS SUKARE- LA DALAM BERKATEKESE UMAT DI PAROKI KELUARGA SUCI TERING ..................................................................................... 8

A. Gambaran Umum Paroki Keluarga Suci Tering .................................. 8

1. Keadaan geografis Paroki Keluarga Suci Tering ............................. 9

2. Situasi umat Paroki Keluarga Suci Tering ....................................... 10

3. Situasi katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering .................... 11

B. Penelitian Mengenai Kemampuan Katekis Sukarela di Paroki Keluarga Suci Tering ............................................................................ 12

1. Jenis dan metode penelitian ............................................................. 13

2. Tempat dan waktu penelitian .......................................................... 13

Page 14: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

��

xiv��

3. Tujuan penelitian ............................................................................ 13

4. Responden ....................................................................................... 14

5. Variable penelitian .......................................................................... 14

6. Hasil penelitian ............................................................................... 15

a. Identitas responden ...................................................................... 15

b. Pengetahuan katekis sukarela tentang katekese ........................... 17

c. Kemampuan katekis dalam berkatekese ...................................... 24

d. Kesulitan/permasalahan yang dihadapi oleh katekis dalam berkatekese .................................................................................. 32

e. Harapan katekis sukarela ............................................................ 35

7. Rangkuman hasil penelitian ............................................................. 37

a. Permasalahan pokok ................................................................... 37

b. Harapan ....................................................................................... 39

BAB III. KEMAMPUAN KATEKIS DALAM BERKATEKESE UMAT ........ 42

A. Katekese Umat dalam Gereja ................................................................. 43

1. Gambaran umum katekese ................................................................ 44

a. Pengertian katekese ....................................................................... 45

b. Peranan katekese .. ........................................................................ 46

c. Tujuan katekese .......................................................................... 47

d. Metode katekese ............................................................................ 48

2. Pengertian katekese umat .................................................................. 49

a. Arti katekese umat ........................................................................ 49

b. Isi katekese umat ........................................................................... 50

c. Peranan pemimpin katekese umat ................................................. 51

d. Suasana katekese umat .................................................................. 52

e. Ciri-ciri katekese umat .................................................................. 53

f. Tujuan katekese umat ................................................................... 54

3. Model katekese umat ......................................................................... 55

a. Model pengalaman hidup .............................................................. 56

b. Model biblis .................................................................................. 60

c. Model campuran: Biblis dan pengalaman hidup .......................... 63

Page 15: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

��

xv��

B. Shared Christian Praxis: Alternatif Katekese Umat Model Pengalam- an Hidup ................................................................................................ 66

1. Pengertian Shared Christian Praxis ................................................... 67 a. Shared ........................................................................................... 67

b. Christian ........................................................................................ 68

c. Praxis ............................................................................................. 69

2. Langkah-langkah Shared Christian Praxis ..................................... 70

a. Langkah 0 : Pemusatan aktivitas ................................................... 70

b. Langkah I : Pengungkapan pengalaman hidup faktual ................. 72

c. Langkah II : Mendalami pengalaman hidup peserta ..................... 74

d. Langkah III : Menggali pengalaman iman Kristiani ..................... 75

e. Langkah IV : Menerapkan iman Kristiani dalam situasi peserta konkrit ............................................................................... 77

f. Langkah V : Mengusahakan aksi konkrit .................................... 79

3. Refleksi atas kekuatan dan kelemahan katekese model SCP ............. 80

a. Kekuatan katekese model SCP ...................................................... 80

b. Kelemahan katekese model SCP ................................................... 82

4. Peranan katekis dalam katekese umat model SCP ............................ 82

a. Katekis sebagai motivator ............................................................ 83

b. Katekis sebagai fasilitator ............................................................. 84

c. Katekis sebagai mediator .............................................................. 84

d. Katekis sebagai komunikator ....................................................... 85

C. Kemampuan yang Dibutuhkan oleh Katekis dalam Berkatekese Umat. ...................................................................................................... 85

1. Spiritualitas katekis ............................................................................ 86

2. Kemampuan katekis dalam berkomunikasi ...................................... 88

3. Kemampuan katekis dalam berefleksi .............................................. 90

4. Kemampuan katekis dalam berkatekese umat ................................... 90

BAB IV. USULAN PROGRAM PENDAMPINGAN UNTUK PARA KATE- KIS SUKARELA DENGAN KATEKESE MODEL SCP .................. 93

A. Latar Belakang Pemilihan Program ....................................................... 93

B. Alasan Pemilihan Tema/Tujuan ............................................................. 94

C. Rumusan Tema dan Tujuan ................................................................... 94

Page 16: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

��

xvi��

D. Penjabaran Program Pendampingan ...................................................... 96

E. Petunjuk Pelaksanaan Program .............................................................. 100

F. Contoh Persiapan ................................................................................... 100

BAB V. PENUTUP ............................................................................................ 117

A. Kesimpulan ........................................................................................... 117

B. Saran ...................................................................................................... 120

1. Bagi Paroki Keluarga Suci Tering ..................................................... 120

2. Bagi katekis Profesional .................................................................... 120

3. Bagi katekis sukarela ......................................................................... 121

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 122

LAMPIRAN ........................................................................................................ 124

Lampiran 1: Daftar kuesioner ................................................................... (1)

Lampiran 2: Pedoman wawancara ............................................................ (6)

Lampiran 3: Hasil wawancara .................................................................. (7)

Lampiran 4: Teks cerita “Menjawab Panggilan Kristus” ......................... (10)

Page 17: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

��

xvii��

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat

(Dipersembahkan kepada Umat Katolik oleh Dirjen Bimas Katolik Departemen

Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985,

h. 8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

AG : Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang kegiatan Missioner

Gereja, Desember 1965.

CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II

kepada uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese

masa kini, 16 Oktober 1979.

GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang

Gereja di dunia dewasa ini, 7 Desember 1965.

C. Singkatan Lain

Art : Artikel

Ay : Ayat

H : Halaman

IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Kan : Kanon

KHK : Kitab Hukum Kanonik

Page 18: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

��

xviii��

Komkat : Komisi Kateketik

KSPB : Kitab Suci Perjanjian Baru

KSPL : Kitab Suci Perjanjian Lama

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

Lamp : Lampiran

LBI : Lembaga Biblika Indonesia

MB : Madah Bakti (Buku Doa dan Nyanyian Umum)

Mgr : Monsinyur

MSF : Missionarii Sanctae Familiae

No : Nomor

PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia

SCP : Shared Christian Praxis

SJ : Sociatis Jesu (Serikat Yesus)

USD. : Universitas Sanata Dharma

Page 19: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

1  

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tahun 2009 Paroki Keluarga Suci Tering terdiri dari 3.926 umat yang

digembalakan oleh pastor Gregorius Syamsudin MSF dibantu oleh bruder dan para

suster yang bertugas di Paroki Keluarga Suci Tering. Dalam karya pastoral Gereja,

para penggerak, seperti katekis sukarela, suster dan guru agama menjadi wakil

pastor dalam membantu melayani umat di stasi-stasi atau di lingkungan sekitar

pusat paroki. Dalam melaksanakan tugas sebagai pewarta, mereka dengan rendah

hati dan penuh rasa persaudaraan melayani umat setempat. Tetapi sebagian besar

para katekis tidak dididik secara khusus di bidang katekese untuk mewartakan nilai-

nilai Kerajaan Allah serta mengembangkan iman umat. Dalam proses berkatekese

para katekis belum menggunakan metode katekese yang menarik untuk melibatkan

para peserta. Kenyataan katekese yang dilaksanakan selama ini hanya terbatas pada

penerimaan sakramen-sakramen yang dilaksanakan umat cenderung pasif dan tidak

dilibatkan. Katekese melibatkan para peserta cenderung kurang diperhatikan oleh

para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering selaku penggerak umat.

Katekis adalah seorang awam yang dipilih secara khusus oleh Gereja sesuai

dengan kebutuhan setempat, untuk memperkenalkan Kristus, bagi mereka yang

belum mengenal-Nya. Katekis, sebagai pewarta kabar gembira, diharapkan mampu

menjadi pewarta yang berkualitas demi perkembangan iman umat semakin

mengenal dan mengikuti Yesus Kristus yang menyelamatkan (Komkat KWI, 1997:

17). Oleh sebab itu, pendidikan mereka harus diperhatikan dan disesuaikan dengan

Page 20: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

2  

situasi konkrit umat. Para katekis harus benar-benar dipersiapkan agar semakin

mampu melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Katekese umat yang

dilaksanakan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan atau situasi konkrit yang

terjadi di tengah umat, bukan pemikiran dan ajaran yang abstrak, melainkan situasi

nyata yang benar-benar terjadi di dalam masyarakat.

Berdasarkan latar belakang di atas, pendampingan berupa kaderisasi/kursus

bagi para katekis sukarela diperlukan dalam upaya memperluas pengetahuan dan

wawasan mereka mengenai katekese umat yang melibatkan para peserta. Melihat

permasalahan di atas, penulis merasa terpanggil untuk ambil bagian dalam

membantu para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering untuk meningkatkan

kemampuan berkatekese umat yang dialogal partisipatif.

Penulis melihat katekese umat model Shared Christian Praxis (SCP) sangat

cocok karena sesuai dengan kebutuhan para katekis sukarela sebagai penggerak

umat. Katekese merupakan alternatif untuk meningkatkan karya pastoral para

katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering selaku penggerak umat. Untuk itu

penulis memilih judul skripsi USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN

BERKATEKESE UMAT BAGI PARA KATEKIS SUKARELA DI PAROKI

KELUARGA SUCI TERING KEUSKUPAN AGUNG SAMARINDA. Katekese

umat model SCP dipilih sebagai alternatif untuk membantu para katekis sukarela

Paroki Keluarga Suci Tering agar mampu berkatekese yang melibatkan para

peserta.

Katekese umat model SCP merupakan salah satu bentuk katekese umat

dialogal partisipatif yang bermaksud mendorong para peserta untuk terlibat, baik

secara pribadi atau bersama dan mampu mengadakan penegasan serta mengambil

Page 21: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

3  

keputusan demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan setiap

manusia yang terlibat dalam dunia (Sumarno Ds, 2009: 14).

Langkah-langkah katekese model SCP merupakan satu kesatuan yang

menyeluruh, bukan langkah-langkah yang terlepas. Katekese model SCP bertujuan

untuk mendorong para peserta agar menemukan nilai-nilai Kerajaan Allah dalam

kehidupan mereka sehari-hari. Maka katekese umat model SCP dirasa sangat cocok

untuk membantu para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering, selaku

penggerak umat, dalam meningkatkan pengetahuan dan wawasan serta kemampuan

berkatekese umat yang melibatkan para peserta.

B. Rumusan Permasalahan

Permasalahan yang dialami katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering

dalam berkatekese umat, antara lain berkaitan dengan keterampilan dan

pengetahuan serta wawasan mengenai katekese umat yang dialogal partisipatif.

Bertitik tolak dari permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka ditemukan

beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Kesulitan apa saja yang dihadapi dan dialami para katekis sukarela dalam

melaksanakan kegiatan katekese umat di Paroki Keluarga Suci Tering?

2. Model dan metode katekese macam apa yang dapat dilakukan dalam berkatekese

umat agar para peserta semakin terlibat?

3. Sejauh mana katekese umat model SCP bisa membantu katekis sukarela Paroki

Keluarga Suci Tering dalam upaya mengembangkan katekese umat yang

melibatkan para peserta?

Page 22: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

4  

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang hendak dicapai lewat skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi/dihadapi katekis sukarela

Paroki Keluarga Suci Tering dalam pelaksanaan kegiatan katekese.

2. Memberi masukan kepada para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering

selaku penggerak umat berupa sumbangan pemikiran yang meliputi metode dan

model-model katekese umat yang melibatkan para peserta, sehingga mereka

mampu mencari jalan pemecahan untuk mengembangkan katekese umat yang

dialogal partisipatif.

3. Mengusulkan katekese model SCP sebagai salah satu cara membantu para

katekis sukarela dalam melaksanakan proses katekese umat yang dialogal

partisipatif.

4. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Sarjana Strata 1 Program Studi Ilmu

Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

- Semakin memiliki pengetahuan, wawasan dan ketrampilan tentang katekese

umat model SCP.

- Semakin trampil dalam melaksanakan proses katekese umat yang dialogal

partisipatif.

- Mampu menggunakan katekese umat model SCP dengan baik sesuai dengan

kebutuhan dan situasi konkrit umat setempat.

Page 23: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

5  

2. Bagi Gereja

- Mengetahui model katekese umat yang dapat melibatkan para peserta dalam

proses berkatekese umat.

- Mengembangkan katekese umat yang dialogal partisipatif, dengan demikian

mampu membantu para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering dalam

berkatekese umat yang melibatkan peserta.

- Semakin mampu memperkembangkan iman umat melalui katekese umat yang

dialogal partisipatif.

3. Bagi Katekis

- Mendapat pengetahuan baru di bidang katekese umat yang dialogal

partisipatif.

- Menambah pengetahuan serta ketrampilan para katekis dalam menggunakan

SCP sebagai penggerak umat di Paroki Keluarga Suci Tering.

- Mampu melaksanakan katekese yang dialogal partisipatif, dengan demikian

nilai-nilai Kerajaan Allah dapat diwujudkan di tengah kehidupan umat.

E. Metode Penulisan

Berhubungan dengan masalah yang dipaparkan di atas, dalam penulisan

skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis dengan memanfaatkan

studi pustaka. Supaya mengetahui permasalahan/kesulitan yang dialami oleh para

katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering selaku penggerak umat, penulis

mengadakan penelitian sederhana melalui observasi lapangan dengan menyebarkan

angket/kuesioner dan melakukan wawancara. Dalam penyebaran angket/kuesioner

Page 24: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

6  

penulis mendatangi langsung setiap rumah para katekis sukarela Paroki Keluarga

Suci Tering.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini berlangsung sebagai berikut:

Bab I berisikan pendahuluan yang meliputi latar belakang penulisan,

rumusan permasalahan, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika

penulisan.

Bab II memaparkan gambaran umum kemampuan para katekis sukarela

dalam berkatekese umat di Paroki Keluarga Suci Tering yang diuraikan dalam dua

bagian yaitu, pertama gambaran umum Paroki Keluarga Suci Tering, keadaan

geografis, situasi umat dan situasi katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering,

sedangkan pada bagian kedua penulis mengadakan penelitian mengenai

kemampuan katekis suka rela yang meliputi jenis dan metode penelitian, tempat dan

waktu penelitian, tujuan penelitian, responden, variable penelitian, hasil penelitian

dan rangkuman.

Bab III memaparkan kegiatan katekese dan kemampuan katekis dalam

berkatekese umat, yang diuraikan dalam tiga bagian. Pertama katekese umat dalam

Gereja yang meliputi gambaran umum katekese, pengertian katekese umat, model

katekese umat. Kedua SCP sebagai alternatif katekese umat model pengalaman

hidup yang meliputi pengertian Shared Christian Praxis, langkah-langkah SCP,

refleksi atas kekuatan dan kelemahan katekese umat model SCP dan peranan

katekis dalam katekese umat model SCP. Ketiga kemampuan yang dibutuhkan oleh

katekis dalam berkatekese umat yang meliputi spiritualitas katekis, kemampuan

Page 25: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

7  

katekis dalam berkomunikasi, kemampuan katekis dalam berefleksi, kemampuan

katekis dalam berkatekese umat.

Bab IV membahas usulan program pendampingan bagi para katekis

sukarela dengan katekese model SCP yang terdiri dari latar belakang pemilihan

program, alasan pemilihan tema/tujuan, rumusan tujuan, penjabaran program

pendampingan, petunjuk pelaksanaan program, contoh persiapan.

Bab V akan ditutup dengan membuat kesimpulan berdasarkan uraian-uraian

yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Selanjutnya penulis memberi

catatan penting berupa saran-saran yang ditujukan pada penggerak umat dan

dilanjut dengan penutup.

Page 26: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

8  

BAB II

GAMBARAN UMUM KEMAMPUAN

PARA KATEKIS SUKARELA DALAM BERKATEKESE UMAT

DI PAROKI KELUARGA SUCI TERING

Kemampuan yang dibutuhkan oleh seorang pembina katekese umat dalam

melaksanakan proses berkatekese umat adalah kemampuan berkomunikasi yang

berfungsi untuk mengumpulkan, menyatukan, mengungkapkan diri untuk berbicara

dan mendengarkan, menciptakan suasana yang memudahkan peserta untuk

mengungkapkan diri dan mendengar pendapat orang lain. Selain kemampuan

berkomunikasi katekis juga harus memiliki kemampuan berefleksi yang berfungsi

untuk menemukan nilai-nilai manusiawi dari pengalaman dan Kitab Suci kemudian

memadukannya dengan pengalaman hidup sehari-hari yang dialami secara nyata

(Lalu, 2005: 121).

A. Gambaran Umum Paroki Keluarga Suci Tering

Tahun 1928 desa Tering dibuka sebagai Stasi pusat Misi di wilayah bantaran

sungai Mahakam. Sepanjang sejarah perkembangannya mengalami pertambahan

penduduk yang semakin pesat seiring tingginya laju urbanisasi yang terjadi di

Tering (Steenbrink, 2006: 515).

Mgr. Florentinus Sului MSF Uskup Keuskupan Agung Samarinda

memaparkan sejarah singkat perpindahan Misi dalam buku Kenangan 90 tahun

Gereja Katolik Kalimantan Timur yang ditulis oleh Pastor Yan Suir. Desa Laham

sebagai Pusat Misi yang pertama tidak lagi menjadi tempat yang strategis karena

Page 27: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

9  

sulit dijangkau, para misionaris cenderung memilih Tering sebuah kampung di hilir

Long Iram yang cukup banyak umatnya dan tempatnya sangat strategis menjadi

tempat baru karya misi. Maka pada tahun 1928 seorang Pastor dan seorang Bruder

yang namanya Icid menetap di Tering untuk mendirikan pos misi permanen kedua

di Tering, 15 km sebelah Timur Long Iram di bantaran sungai Mahakam. Pada

tahun 1933 pusat misi dipindahkan dari Laham ke Tering setelah Gereja, Pastoran,

Asrama putra dan putri serta susteran selesai dibangun (Steenbrink, 2006: 515).

Tering dipilih menjadi pusat misi karena keadaan geografis desa Tering sangat

mendukung untuk pusat karya pastoral, tempatnya mudah dijangkau karena

berdekatan dengan pinggiran sungai Mahakam. Pinggiran sungai Mahakam

merupakan jalur alternatif yang menghubungkan daerah satu dengan daerah lain.

1. Keadaan geografis Paroki Keluarga Suci Tering

Gereja Paroki Keluarga Suci Tering berada di desa Tering, Kecamatan

Tering, Kabupaten Kutai Barat, Propinsi Kalimantan Timur. Wilayah Paroki

Keluarga Suci Tering merupakan wilayah dataran rendah berada di pinggiran

sungai Mahakam. Air yang menjulur di sepanjang sungai Mahakam merupakan

jalur jalan raya utama yang menghubungkan daerah satu dengan daerah yang lain.

Transport utama yang digunakan masyarakat setempat Kapal Motor, Speed Boat

dan Sampan [Lampiran 3: (8)].

Wilayah Paroki Keluarga Suci Tering di bagian utara berbatasan dengan

Paroki Melapeh, Paroki Barong Tongkok. Sedangkan di bagian barat Paroki

keluarga Suci Tering berbatasan dengan Paroki Long Hubung Paroki Laham dan

Paroki Memahak Besar. Di timur berbatasan dengan Paroki Melak.

Page 28: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

10  

Paroki Keluarga Suci Tering memiliki delapan stasi, kedelapan stasi tersebut

adalah Jelemuq, Kelubaq, Muara Mujan, Muyud Aked, Tering Pasar, Tukul,

Kelian, Dali. Pada hari Minggu di setiap stasi selalu dilayani seorang pastor dalam

merayakan Ekaristi. Di stasi-stasi yang tidak sempat dilayani oleh pastor, selalu

diambil alih oleh para katekis sukarela dalam merayakan ibadat sabda [Lampiran 3:

(8)].

2. Situasi umat Paroki Keluarga Suci Tering  

Menurut statistik keadaan Paroki Keluarga Suci Tering tahun 2009 terdiri

dari 3.926 umat yang digembalakan oleh seorang pastor Gregorius Syamsudin MSF 

dibantu oleh bruder, suster yang bertugas di Paroki Keluarga Suci Tering. Demikian

pula Dewan Pastoral Paroki berperan membantu mensukseskan kegiatan-kegiatan

yang ada di paroki. Tetapi yang menjadi ujung tombak pelaksanaan kerasulan di

tengah umat adalah katekis sukarela (ketua lingkungan). Mereka bekerja di

lingkungan-lingkungan basis secara sukarela guna membantu sesama umat beriman

dalam menemukan nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan mereka sehari-

hari.

Paroki Keluarga Suci Tering merupakan daerah yang banyak dihuni suku

dayak, relasi antara sesama bisa dikatakan sangat akrab, hal ini bisa dilihat ketika

ada kegiatan gotong royong semua warga terlibat aktif. Tetapi keaktifan umat

Paroki Keluarga Suci Tering dalam merayakan perayaan sakramen-sakramen sangat

rendah, hal ini dapat dilihat dari keaktifan umat yang sangat kurang dalam

menghadiri perayaan sakramen-sakramen seperti Ekaristi, pengakuan dosa serta

sakramen lainnya [Lampiran 3: (8)].

Page 29: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

11  

3. Situasi katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering

Katekis dalam tugas pastoralnya mengajar agama, serta mempersiapkan

pembabtisan dan komuni pertama serta menggerakan kelompok-kelompok lain

untuk dapat mengembangkan imannya secara baik dan mendalam sehingga nilai-

nilai Kerajaan Allah terwujud dalam kehidupan bersama. Dalam kegiatan hidup

menggereja katekis harus tunduk pada hirarki serta setia dalam melaksanakan

tugas-tugas yang telah dipercayakan kepadanya. Sikap yang harus dimiliki sebagai

seorang pewarta terbuka terhadap Kristus dan menyerahkan diri sepenuhnya dalam

iman serta mampu menghayati imannya dengan sebaik-baiknya. Pada dasarnya

tugas seorang katekis adalah mewartakan dan menyampaikan sabda Tuhan kepada

sesama umat beriman, oleh karena itu, sikap rohani yang paling dasar adalah

keterbukaan terhadap sabda, yang terkandung dalam wahyu, diwartakan oleh

Gereja, dirayakan dalam liturgi dan dihayati. Sikap ini selalu berarti perjumpaan

dengan Kristus, yang bersemayam dalam sabda, dalam Ekaristi dan dalam saudara-

saudari kita. Terbuka terhadap sabda berarti terbuka terhadap Tuhan, Gereja dan

dunia (Komkat KWI, 1997: 23).

Di Paroki Keluarga Suci Tering jumlah katekis sukarela yang bertugas 30

orang, mereka dipilih secara khusus oleh Gereja untuk memperkenalkan Kristus

kepada umat. Pendidikan formal katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering rata-

rata SMP dan SMA. Sebagian besar pekerjaan katekis sukarela Paroki Keluarga

Suci Tering adalah sebagai petani dan nelayan. Pekerjaan sebagai petani dan

nelayan kadang membuat katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering enggan

terlibat dalam hidup menggereja karena sibuk dengan pekerjaan mereka sehari-hari

[Lampiran 3: (8-9)]. Sehingga dalam proses pelaksanaan katekese para katekis

Page 30: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

12  

mengalami hambatan dan kesulitan untuk melibatkan para peserta, faktor yang

menghambat perkembangan kearah keterlibatan umat adalah sebagian besar para

katekis kurang mengetahui metode berkatekese umat yang dialogal partisipatif,

sehingga dalam melaksanakan proses berkatekese keterlibatan para peserta kurang

diperhatikan. Selain itu di Paroki Keluarga Suci Tering tidak ada tenaga ahli dalam

bidang katekese, hal ini tentu menghambat para katekis dalam mewartakan nilai-

nilai Kerajan Allah di tengah umat.

Melihat permasalahan di atas, penulis merasa terdorong untuk meneliti

terlebih dahulu proses pelaksanaan katekese di Paroki Keluarga Suci Tering,

khususnya karya katekese umat yang dilaksanakan. Dari hasil pengamatan tersebut

akan dicari jalan pemecahannya untuk menjadi sebuah sumbangan pemikiran bagi

katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering selaku penggerak umat.

B. Penelitian Mengenai Kemampuan Katekis Sukarela di Paroki Keluarga

Suci Tering

Penelitian mengenai kemampuan katekis sukarela di Paroki Keluarga Suci

Tering, pertama-tama dengan menghadap dosen pembimbing skripsi untuk

diadakan penelitian. Kemudian mengajukan proposal penelitian untuk menyatakan

apa saja yang akan dilakukan dalam penelitian, jenis dan metode penelitian, tempat

dan waktu penelitian, tujuan penelitian, responden, variable penelitian serta hasil

penelitian. Setelah disetujui proposal yang ditulis, maka penulis membuat kuesioner

untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan katekis mengenai katekese umat,

kemudian penulis mengedarkan kuesioner kepada para katekis sukarela di Paroki

Keluarga Suci Tering, dengan mendatangi setiap rumah para katekis sukarela.

Page 31: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

13  

1. Jenis dan metode penelitian

Penulisan skripsi ini menggunakan jenis penelitian terapan yang

diselenggarakan untuk mengungkapkan masalah yang terjadi sebagaimana adanya

dan merupakan penyikapan fakta dalam proses pelaksanaan katekese sehingga

mencari sesuatu yang lebih baik (Hermawan Wasito, 1992:10).

Metode penelitian yang akan penulis gunakan adalah metode deskriptif

analisis berdasarkan penelitian sederhana yaitu melalui observasi lapangan dengan

menyebarkan kuesioner/angket dan melakukan wawancara.

2. Tempat dan waktu penelitian

Tempat yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah di Paroki

Keluarga Suci Tering Keuskupan Agung Samarinda. Waktu penelitian sekitar 2

(dua) bulan, pada bulan Juni-Juli 2010. Pada tanggal 23 Agustus 2010 memeriksa,

menghitung data yang terkumpul.

3. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah ingin:

a. Mengetahui metode dan model-model katekese yang digunakan selama ini,

serta kesulitan/permasalahan apa saja yang dialami katekis sukarela Paroki

Keluarga Suci Tering dalam berkatekese umat.

b. Mengetahui sejauh mana kemampuan katekis sukarela dalam berkatekese umat

di Paroki Keluarga Suci Tering.

c. Menawarkan katekese model Shared Christian Praxis (SCP) sebagai salah satu

cara melibatkan para peserta.

Page 32: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

14  

4. Responden

Responden dalam penelitian ini adalah para katekis sukarela. Sedangkan

penelitian ini dilaksanakan di Paroki Keluarga Suci Tering, jumlah keseluruhan

katekis sukarela yang ada di Paroki Keluarga Suci Tering adalah 30 orang, ini

termasuk katekis sukarela yang ada di stasi-stasi sekitar maupun lingkungan.

Penelitian dilakukan terhadap para katekis sukarela, karena merekalah yang

menjadi sasaran utama dalam skripsi ini, setelah melihat sejauh mana kemampuan

dan kesulitan katekis sukarela dalam berkatekese umat, penulis menawarkan

katekese umat model SCP sebagai usaha meningkatkan kemampuan para katekis

sukarela Paroki Keluarga Suci Tering dalam berkatekse umat yang melibatkan

peserta.

5. Variable penelitian

Variable adalah suatu dimensi konsep yang dapat diukur (Hagidorn, 1982:

29).

a. Variable tersebut dapat dilihat dalam sebuah tabel berikut:

No Variable No Item Jumlah (1) (2) (3) (4) 1 Identitas responden. 1, 2, 3, 4 4 2 Pengetahuan katekis sukarela tentang

katekese. 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14 11

3 Kemampuan katekis dalam berkatekese.

15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24

10

4 Kesulitan/permasalahan yang dihadapi oleh katekis dalam berkatekese.

25, 26, 27 2

5 Harapan katekis sukarela. 28, 29, 30 3 Jumlah 30

Pengolahan data menggunakan tabel distribusi frequensi relatif yang

diperoleh dari hasil bagi jumlah jawaban yang dipilih responden dengan jumlah

Page 33: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

15  

seluruh responden, kemudian dikalikan dengan seratus (F: N x 100). F

menunjukkan frequensi dan N menunjukkan jumlah responden.

6. Hasil penelitian

Penelitian ini dapat berjalan dengan baik karena setiap katekis sukarela yang

ada di Paroki Keluarga Suci Tering, baik mereka yang di pusat paroki/gereja

maupun di stasi-stasi dapat dihubungi/ditemui untuk mengisi kuesioner yang

penulis bagikan. Dari hasil yang sudah terkumpul penulis akan melaporkan hasil

data frequensi jawaban yang diberikan oleh responden terhadap setiap pertanyaan

yang penulis buat. Di sini penulis akan mencoba untuk menganalisis dan

menafsirkan serta mengungkapkan fakta yang diperoleh di lapangan. Penulis akan

menyimpulkan data yang sudah terkumpul, tujuannya adalah untuk melihat sejauh

mana pelaksanaan, kemampuan, kesulitan/permasalahan yang dialami katekis

sukarela di Paroki Keluarga Suci Tering selama ini dalam berkatekese umat.

Setelah melihat permasalahan yang dialami, penulis menawarkan katekese umat

model SCP untuk membantu para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering

dalam melaksanakan proses katekese umat yang dialogal partisipatif.

a. Identitas responden

Tabel 1: Identitas responden

(N=30) No

Item Aspek yang diungkap Frequensi %

(1) (2) (4) (5) 1 Usia:

a. Kurang dari 30 tahun. b. 30-40 tahun. c. 41-50 tahun. d. Di atas 50 tahun.

2

10 11 7

6,67% 33,33% 36,67% 23,33%

Page 34: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

16  

(1) (2) (4) (5) 2 Jenis kelamin:

a. Laki-laki. b. Perempuan.

23 7

76,67% 23,33%

3 Pendidikan terakhir: a. SD. b. SMP. c. SMA. d. Perguruan Tinggi.

5

13 9 3

16,67% 43,33% 30,00% 10,00%

4 Lama menjadi katekis sukarela: a. 1-5 tahun. b. 5-9 tahun. c. 10-14 tahun. d. Di atas 15 tahun.

2

12 9 7

6,67% 40,00% 30,00% 23,33%

Dari tabel 1 no. item 1 memperlihatkan katekis sukarela yang berusia kurang

dari 30 tahun, berjumlah 2 orang (6,67%) yang berusia 30-40 tahun, berjumlah 10

orang (33,33%), disusul dengan katekis sukarela yang berusia 41-50 tahun 11 orang

(37,67%). Katekis yang berusia di atas 50 tahun, berjumlah 7 orang (23,33%). Bisa

dikatakan sebagian besar para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering berusia

antara 41-50 tahun dengan jumlah 11 orang (36,67%), langsung diikuti oleh mereka

yang berusia 30-40 tahun, sebanyak 10 orang (33,33%) dengan selisih satu

responden. Tampak di sini bahwa para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci

Tering didominasi dari mereka yang berusia 41-51 tahun dan diikuti oleh mereka

yang berusia 30-40 tahun, sedangkan dari kalangan generasi muda yang berusia di

bawah 30 tahun jumlahnya sangat terbatas yang menjadi katekis sukarela Paroki

Keluarga Suci Tering.

Melihat tabel 1 no. item 2 di atas katekis sukarela pria, berjumlah 23 orang

(76,67%) dan wanita, berjumlah 7 orang (23,33%). Hal ini menunjukkan di Paroki

Keluarga Suci Tering, pelayan katekis lebih banyak dilaksanakan oleh kaum pria.

Status pendidikan terakhir yang ditempuh oleh katekis sukarela Paroki Keluarga

Suci Tering, sebagian besar berpendidikan SMP dan SMA, katekis sukarela yang

Page 35: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

17  

berpendidikan SMP, berjumlah 13 orang katekis (43,33%) dan yang berpendidikan

SMA, berjumlah 9 orang katekis (30,00%). Hampir dikatakan tidak terlalu

menyolok bagi mereka yang berpendidikan di perguruan tinggi, sebanyak 3 orang

katekis (10,00%), sedangkan SD sebanyak dan 5 orang katekis (16,67%). Sebagian

besar katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering berpendidikan SMP dan SMA,

sedangkan bagi mereka yang berpendidikan di perguruan tinggi jumlahnya sangat

terbatas.

Tabel 1 no. item 4 memperlihatkan sebagian besar para katekis sukarela

Paroki Keluarga Suci Tering sudah berkarya 5-9 tahun, sebanyak 13 orang katekis

(43,33%), sedangkan 10-14 tahun, sebanyak 9 orang katekis (30,00%), katekis

sukarela yang sudah mengabdi di atas 15 tahun, berjumlah 7 orang katekis

(23,33%) dan katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering yang mengabdi 1-5

tahun, berjumlah 2 orang katekis (6,67%).

b. Pengetahuan katekis sukarela tentang katekese

Tabel 2: Pengetahuan katekis sukarela berkaitan dengan katekese

(N=30) No Aspek yang diungkap Frequensi %

(1) (2) (3) (4) 5 Pengertian katekese:

a. Sebagai pengajaran. b. Sebagai pendalaman. c. Sebagai pendidikan d. Sebagai persekutuan.

12 9 1 8

40,00% 30,00% 3,33% 26,67%

6 Peranan katekese: a. Membuat umat bahagia dalam kehidupan sehari-hari. b. Membangkitkan semangat umat untuk pergi ke Gereja. c. Mematangkan sikap iman/menumbuhkan kepekaan dan

kesedian umat untuk berserah diri kepada Allah. d. Melibatkan umat dalam hidup menggereja agar

mendapatkan kebahagian dalam relasi dengan sesama.

8

10 8

4

26,67% 33,33% 26,67% 13,33%

7 Tujuan katekese:

Page 36: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

18  

(1) (2) (3) (4) 7

a. Menyadarkan umat agar tetap mengingat akan kebaikan

Tuhan yang telah diberikan. b. Membawa umat pada perjumpaan dengan pribadi Kristus untuk mendapat kehidupan yang sejati. c. Mematangkan iman umat agar dapat mencintai Tuhan

dalam kehidupannya sehari-hari. d. Mengembangkan keberanian umat untuk dapat terlibat

dalam setiap kegiatan Gereja.

5

4

13

8

16,67% 13,33% 43,33% 26,67%

8 Metode katekese: a. Cara pelayanan yang kreatif agar manusia dapat

bertemu dengan Tuhan dalam kehidupannya sehari-hari. b. Salah satu usaha yang baik untuk dapat mengumpulkan

umat dalam proses berkatekese. c. Cara membuat umat terlibat dalam proses katekese. d. Agar umat semakin sadar dan mampu untuk melibatkan

diri dalam kehidupan menggereja.

5

10

8 7

16,67% 33,33%

26,67% 23,33%

9

Pengertian Katekese Umat: a. Umat bersaksi akan iman Yesus Kristus, pengantara

Allah yang bersabda kepada umat agar melakukan pertobatan secara serentak.

b. Bersaksi tentang iman akan Yesus Kristus yang menyelamatkan setiap pribadi manusia.

c. Pelayanan terhadap umat yang melaksanakan proses katekese agar umat semakin berkembang dalam iman. d. Komunikasi iman atau tukar pengalaman iman antar

anggota jemaat melalui kesaksian iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna.

3

8

13

6

10,00%

26,67%

43,33%

20,00%

10 Isi Katekese Umat: a. Pelayanan Sabda yang diberikan oleh Gereja terhadap

umat setempat agar tetap beriman. b. Supaya dalam terang Injil, iman umat semakin diresapi

melalui pengalaman sehari-hari mereka. c. Dalam proses katekese umat kita bersaksi tentang iman

akan Yesus Kristus, pengantara Allah yang bersabda kepada kita menghadapi sabda Allah.

d. Komunikasi iman iman yang dilakukan setiap peserta yang hadir dalam proses katekese umat.

11

8

4

7

36,67%

26,67%

13,33%

23,33%

11

Suasana dalam proses Katekese Umat: a. Peserta berdialog dalam suasana yang terbuka, ditandai

sikap saling menghargai dan saling mendengarkan, proses terencana ini berjalan terus menerus.

b. Peserta berdialog dengan peserta yang memilki jabatan yang sama dengannya.

c. Setiap peserta dituntut untuk dapat sharing pengalaman imannya agar semua mendapat jatah.

d. Peserta harus saling menanggapi sharing pengalaman iman setiap peserta yang sharing.

2

9

6

13

6,67%

30,00%

20,00% 43,33% 

12

Dalam Katekese Umat kita bersaksi tentang: a. Kegiatan umat sehari-hari dalam Gereja. b. Iman kita akan Yesus Kristus yang menyelamatkan.

12 4

40,00% 13,33%

Page 37: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

19  

(1) (2) (3) (4) c. Kepercayaan kita terhadap Gereja yang menyelamatkan.

d. Kejadian-kejadian yang terjadi dalam masyarakat. 8 6

26,67% 20,00%

13 Tugas pemimpin Katekese Umat: a. Menentukan siapa yang harus sharing dalam proses

Katekese Umat. b. Mengkritik sharing yang diungkapkan oleh para peserta. c. Sebagai pengkotbah yang harus berbicara terus menerus

dalam proses Katekese Umat. d. Sebagai fasilitator dan pemudah proses Katekese Umat.

14

4 5

7

46,67% 13,33% 16,67% 23,33%

14 Manfaat Katekese Umat: a. Iman peserta semakin diteguhkan dan dihayati secara

sempurna sehingga menemukan nilai-nilai Kerajaan Allah.

b. Mengantar umat kepada pertobatan yang sejati dan menemukan kebahagiaan.

c. Menyadarkan umat untuk terlibat dalam hidup menggereja.

d. Iman dan kepercayaan umat semakin berkembang dalam hidup menggereja.

8

6

13

3

26,67% 20,00% 43,33% 10,00%

Tabel 2 no. item 5 memperlihatkan sebagian besar katekis sukarela Paroki

Keluarga Suci Tering memahami pengertian katekese sebagai pengajaran, sebanyak

12 orang katekis (40,00%), sebagai pendalaman 9 orang katekis (30,00%), sebagai

persekutuan 8 orang katekis (26,67%) kemudian sebagai pendidikan 1 orang katekis

(3,33%). Pemahaman katekis sukarela mengenai peranan katekese selama ini

merupakan upaya membangkitkan semangat umat pergi ke Gereja sebanyak 10

orang katekis (33,66%) dan 8 orang katekis (26,67%) memahami peranan katekese

sebagai usaha membuat umat bahagia dalam kehidupan sehari-hari, sama dengan

mematangkan sikap iman/menumbuhkan kepekaan dan kesedian umat untuk

berserah diri kepada Allah sebanyak 8 orang katekis (26,67%). Sedangkan 4 orang

katekis (13,33%) memahami peranan katekese sebagai salah satu usaha melibatkan

umat dalam hidup menggereja agar mendapatkan kebahagian melalui relasi dengan

sesama. Dari data yang diperoleh pada tabel 2 no. item 6 menunjukan katekis

Page 38: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

20  

sukarela Paroki Keluarga Suci Tering memiliki pemahaman yang berbeda-beda

mengenai peranan katekese.

Pemahaman katekis terhadap tujuan katekese terutama untuk mematangkan

iman umat agar mencintai Tuhan dalam kehidupannya sehari-hari, sebanyak 13

orang katekis (43,33%), disusul dengan katekis yang menyatakan tujuan katekese

adalah upaya mengembangkan keberanian umat untuk terlibat dalam setiap

kegiatan Gereja, berjumlah 8 orang katekis (26,67%). Selanjutnya 5 orang katekis

(16,67%) memahami tujuan katekese adalah usaha menyadarkan umat agar tetap

mengingat kebaikan Tuhan. Sebagian kecil saja yang bertujuan membawa umat

pada perjumpaan dengan pribadi Kristus untuk mendapat kehidupan yang sejati,

berjumlah 4 orang katekis (13,33%). Data yang diperoleh dari tabel 2 no. item 7

memperlihatkan pelaksanaan katekese yang dilaksanakan selama ini di Paroki

Keluarga Suci Tering, hanya untuk mematangkan iman umat agar mencintai Tuhan

dalam kehidupannya sehari-hari, jarang katekese yang dilaksanakan untuk

membawa umat pada perjumpaan dengan pribadi Kristus agar mendapat kehidupan

yang sejati.

Dari data yang diperoleh pada tabel 2 no. item 8 sebagian besar katekis

sukarela memahami metode katekese sebagai salah satu usaha mengumpulkan umat

agar mengikuti proses berkatekese umat, sebanyak 10 orang katekis (33,33%), 8

orang katekis (26,67%) memahami metode katekese sebagai usaha membuat umat

terlibat dalam proses katekese umat yang dilaksanakan, disusul 7 orang katekis

(23,33%) memahami metode katekese sebagai upaya yang dilakukan agar umat

semakin sadar dan mampu melibatkan diri dalam hidup menggereja. Sedangkan 5

orang katekis (16,67%) memahami metode katekese sebagai cara pelayanan yang

Page 39: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

21  

kreatif agar manusia dapat bertemu dengan Tuhan dalam kehidupannya sehari-hari.

Metode katekese yang dipahami selama ini tampak hanya dilakukan untuk

mengumpulkan umat agar mengikuti proses berkatekese. Sebagian kecil saja yang

menyatakan metode katekese merupakan cara pelayanan yang kreatif agar manusia

bertemu dengan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.

Dilihat dari data yang ditemukan pada tabel 2 no. item 9, sebagian besar

katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering memahami pengertian katekese umat

sebagai pelayanan yang diberikan kepada umat untuk melaksanakan proses

berkatekese umat sehingga para peserta semakin berkembang dalam iman,

sebanyak 13 orang katekis (43,33%), kita bersaksi tentang iman akan Yesus Kristus

yang menyelamatkan setiap pribadi manusia, sebanyak 8 orang katekis (26,67%).

Sebagian kecil saja yang memahami pengertian katekese umat sebagai komunikasi

iman atau tukar pengalaman iman antar anggota jemaat melalui kesaksian iman

masing-masing diteguhkan dan dihayati secara sempurna, sebanyak 6 orang katekis

(20,00%). Kemudian peserta bersaksi akan iman Yesus Kristus, pengantara Allah

yang bersabda kepada umat agar melakukan pertobatan secara serentak, sebanyak 3

orang katekis (10,00%). Dari data yang diperoleh memperlihatkan sebagian besar

katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering perlu diberikan

pembinaan/pendampingan guna menambah pengetahuan mereka berhubungan

dengan pengertian katekese umat.

Data yang diperoleh pada tabel 2 no. item 10 sebagian katekis sukarela

Paroki Keluarga Suci Tering memahami isi yang ada dalam proses katekese umat

adalah pelayanan sabda yang diberikan oleh Gereja kepada umat setempat agar

tetap beriman, sebanyak 11 orang katekis (36,67%), selanjutnya supaya dalam

Page 40: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

22  

terang Injil iman semakin diresapi melalui pengalaman sehari-hari, sebanyak 8

orang katekis (26,67%). Disusul 7 orang katekis (23,33%) memahami isi katekese

umat sebagai komunikasi iman yang dilakukan setiap peserta yang hadir dalam

proses katekese umat. Sebagian kecil saja katekis yang menyatakan isi yang ada

dalam proses katekese umat kita bersaksi tentang iman akan Yesus Kristus,

pengantara Allah yang bersabda kepada kita, sebanyak 4 orang katekis (13,33%).

Keadaan ini menunjukan bahwa para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering

kurang mengetahui isi yang ada dalam proses katekese umat. Untuk membantu para

katekis yang kurang memiliki pengetahuan mengenai isi katekese umat maka perlu

diadakan pendampingan guna menambah pengetahuan dan wawasan katekis

sukarela dalam berkatekese umat.

Dari data yang diperoleh pada tabel 1 no. item 11 sebagian kecil saja katekis

sukarela Paroki Keluarga Suci Tering yang menyatakan suasana yang dibangun

dalam proses katekese umat peserta berdialog dalam suasana yang terbuka, ditandai

sikap saling menghargai, saling mendengarkan satu dengan yang lain, sebanyak 2

orang katekis (6,67%) dan sebagian katekis menyatakan suasana yang dibangun

dalam proses katekese umat pendamping mengajak para peserta untuk saling

menanggapi sharing pengalaman iman peserta yang lain, sebanyak 13 orang katekis

(43,33%), peserta berdialog dengan sesama peserta yang memilki jabatan yang

sama dengannya, berjumlah 9 orang katekis (30,00%), selanjutnya setiap peserta

dituntut untuk sharing pengalaman imannya agar semua mendapat jatah, sebanyak 6

orang katekis (20,00%).

Data yang diperoleh pada tabel 2 no. item 12 katekis sukarela Paroki

Keluarga Suci Tering menyatakan proses katekese umat merupakan kegiatan umat

Page 41: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

23  

sehari-hari dalam Gereja, sebanyak 12 orang katekis (40,00%), membahas tentang

kepercayaan terhadap Gereja yang menyelamatkan, sebanyak 8 orang katekis

(26,67%), mengangkat kejadian-kejadian yang terjadi dalam masyarakat, berjumlah

6 orang katekis (20,00%). Hanya 4 orang katekis (13,33%) yang menyatakan dalam

proses katekese umat kita bersaksi tentang iman akan Yesus Kristus yang

menyelamatkan.

Tugas seorang pemimpin katekese umat adalah sebagai fasilitator/ pemudah

yang mengusahakan proses katekese umat berjalan dengan baik, sebanyak 7 orang

katekis (23,33%) dan 14 orang katekis (46,67%) menyatakan tugas pembina

katekese umat adalah menentukan siapa yang harus sharing dalam proses katekese

umat. Hal ini memperlihatkan katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering kurang

memahami tugas mereka sebagai pemimpin katekese umat. Sedangkan 4 orang

katekis (13,33%) menyatakan tugas seorang pemimpin katekese umat adalah

mengkritik sharing yang diungkapkan oleh para peserta katekese umat. Kemudian 5

orang katekis (16,67%) menyatakan tugas seorang pemimpin dalam proses katekese

umat adalah sebagai pengkotbah yang harus berbicara terus menerus dalam proses

pelaksanaan katekese umat. Data yang diperoleh pada tabel 2 no. item 13

mengungkapkan para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering kurang

memahami tugasnya sebagai pembina katekese umat.

Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 2 no. item 14, sebagian besar

para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering memahami manfaat katekese

umat yang dilaksanakan selama ini adalah untuk menyadarkan umat agar terlibat

dalam hidup menggereja, sebanyak 13 orang katekis (43,33%), iman peserta

semakin diteguhkan dan dihayati secara sempurna sehingga menemukan nilai-nilai

Page 42: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

24  

Kerajaan Allah, sebanyak 8 orang katekis (26,67%). Sedangkan 6 orang katekis

(20,00%) memahami manfaat katekese umat yang dilaksanakan selama ini

merupakan upaya mengantar umat kepada pertobatan yang sejati untuk menemukan

kebahagian dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian 3 orang katekis (10,00%)

memahami manfaat katekese umat sebagai upaya mengembangkan iman dan

kepercayaan umat agar terlibat dalam hidup menggereja.

c. Kemampuan katekis dalam berkatekese

Tabel 3: Kemampuan katekis dalam melaksanakan katekese umat

(N=30) No

Item Aspek yang diungkap frequensi %

(1) (2) (3) (4) 15 Langkah yang dilakukan sebelum melaksanakan kegiatan

Katekese Umat: a. Langkah pertama mengamati dan menyadari fonemena

tertentu dalam masyarakat yang diangkat dalam tema katekese umat, kedua menyadari dan merefleksikan situasi yang telah dianalisis dalam terang Kitab Suci dan ketiga memikirkan dan merencanakan aksi untuk bertindak.

b. Langkah pertama merefleksikan apa yang sudah dilihat dalam masyarakat, kedua memikirkan aksi apa yang hendak dibuat, ketiga menyadari suatu kejadiaan yang terjadi di tengah masyarakat.

c. Langkah pertama menyadari dan merefleksikan kejadian yang terjadi, kedua memikirkan dan merencanakan aksi untuk bertindak, ketiga menyadari dan merefleksikan situasi yang telah dianalisis dalam terang Kitab Suci.

d. Langkah pertama melakukan refleksi atas apa yang terjadi di dalam masyarakat, kedua melaksanakan katekese umat dengan menggunakan Kitab Suci, ketiga merencanakan aksi konkrit untuk pertobatan.

5

7

16

2

16,67% 23,33%

53,33% 6,67%

16

Dari proses dan langkah Katekese Umat pembina harus menguasai cara-cara: a. Menganalisa relasi umat dengan sesamanya serta

mampu melihat kebiasaan umat setempat. b. Menganalisa situasi umat dan menafsirkan Kitab Suci

serta mampu menyusun rencana tindak lanjut. c. Menafsirkan apa yang akan terjadi setelah melaksanakan

Katekese Umat.

12 6

5

40,00% 20,00% 16,67%

Page 43: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

25  

(1) (2) (3) (4) d. Menafsirkan Kitab Suci dan sejauhmana pengetahuan

peserta tentang Tuhan. 7 23,33%

17 Keunggulan Katekese Umat: a. Dalam Katekese Umat semua peserta terlibat aktif

berfikir, berbicara, berkomunikasi, umat yang menjadi subjek dalam berkatekese.

b. Dalam Katekese Umat fasilitator yang menjadi orang yang pertama/utama.

c. Dalam katekese Umat peserta harus sharing dan mengungkapkan pengalaman imannya.

d. Katekese Umat mempunyai susunan yang teratur dan terarah sehingga prosesnya dapat berjalan dengan baik.

2

16 9 3

6,67%

53,33% 30,00%

10,00%

18

Seorang Pembina Katekese Umat sebagai saksi iman diharapkan: a. Seorang pribadi yang rela mengumpulkan, menyatukan

dan membimbing kelompok umat dasar untuk melaksa- nakan Katekese Umat sebagai suatu proses komunikasi iman semakin berkembang.

b. Seorang pribadi yang berani berjuang demi perkembangan iman umat setempat.

c. Seorang pribadi yang melaksanakan tugasnya demi perkembangan Gereja.

d. Seorang pribadi yang memiliki motivasi untuk terus memperkembangkan Gereja.

5

7

16

2

16,67%

23,33% 53,33% 6,67%

19 Kemampuan/keterampilan yang dibutuhkan oleh katekis dalam berkatekese umat: a. Kemampuan/keterampilan berkomunikasi dan

berefleksi. b. Kemampuan/keterampilan membawa umat untuk

bertobat. c. Kemampuan /keterampilan menyadarkan umat untuk

terlibat dalam hidup menggereja. d. Kemampuan melihat perubahan pada umat.

3

15

10 2

10,00%

50,00%

33,33%

6,67%20  

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan teks Kitab Suci dalam Katekese Umat: a. Menggunakan teks Kitab Suci yang disenangi oleh umat

agar proses katekese umat dapat berjalan dengan baik dan lancar.

b. Menggunakan teks Kitab Suci sesuai dengan masalah yang terjadi sekarang dan memperhatikan pengalaman iman Kitab Suci yang berkaitan dengan pengalaman peserta Katekese Umat.

c. Menggunakan teks Kitab Suci yang sesuai keinginan umat.

d. Menggunakan teks Kitab Suci dengan cermat dan teliti agar dapat mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah.

4 9

11

6

13,33%

30,00%

36,67% 20,00%

21

Makna Kitab Suci dalam Katekese Umat: a. Mengkritik sikap setiap peserta yang hadir dalam

pelaksanaan Katekese Umat. b. Mengkritik sikap kita dan peserta, menegur,

3 7

10,00%

23,33%

Page 44: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

26  

(1) (2) (3) (4)

meneguhkan, memberi banyak kemungkinan, membuka wawasan dan memberi insprirasi, semangat dalam menjalankan kehidupan yang lebih baik.

c. Mengajari umat untuk dapat mengenal siapa saja tokoh- tokoh yang ada dalam Kitab Suci.

d. Menyadarkan umat untuk dapat melakukan pertobatan dan melibatkan diri dalam hidup menggereja.

9

11

30,00% 36,67%

22

Metode Katekese umat yang sering anda gunakan selama ini: a. Ceramah. b. Dialog. c. Sharing. d. Menjelaskan.

14 6 3 7

46,67% 20,00% 10,00% 23,33%

23

 

Tanggapan peserta terhadap sharing dalam proses katekese umat yang pernah anda laksanakan selama ini: a. Tidak menanggapi. b. Aktif, terlibat dalam sharing. c. Pasif, tidak terbiasa sharing. d. Tidak pernah melaksanakan kegiatan sharing.

3 7

12 8

10,00% 23,33% 40,00% 26,67%

24 Usaha apa yang dilakukan supaya peserta dapat terlibat dan tertarik dalam kegiatan berkatekese umat: a. Mempersiapkan bahan dengan baik sebelum

melaksanakan katekese. b. Memberi tugas dengan menghafal doa-doa. c. Melibatkan peserta dengan tanya jawab sharing

pengalaman iman. d. Tidak ada.

6

14 7 3

20,00%

46,67% 23,33% 10,00%

Dari data yang diperoleh pada tabel 3 no. item 15, langkah yang banyak

digunakan katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering sebelum melaksanakan

kegiatan katekese umat, pertama menyadari dan merefleksikan kejadian yang

terjadi, kemudian memikirkan dan merencanakan aksi untuk bertindak, selanjutnya

menyadari dan merefleksikan situasi yang telah dianalisis dalam terang Kitab Suci,

sebanyak 16 orang katekis (53,33%) dan 7 orang katekis (23,33%) sebelum

melaksanakan katekese umat terlebih dahulu merefleksikan apa yang sudah dilihat

dalam masyarakat dan memikirkan aksi yang hendak dibuat kemudian mencoba

menyadari kejadiaan yang terjadi di tengah masyarakat. 5 orang katekis (16,67%)

sebelum melaksanakan katekese umat terlebih dahulu mengamati dan menyadari

Page 45: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

27  

fonemena tertentu dalam masyarakat yang diangkat dalam katekese umat, kemudian

menyadari dan merefleksikan situasi yang telah dianalisis dalam terang Kitab Suci,

setelah itu memikirkan dan merencanakan aksi untuk bertindak. Sedangkan 2 orang

katekis (6,67%) sebelum melaksanakan kegiatan katekese umat terlebih dahulu

melakukan refleksi atas apa yang terjadi di dalam masyarakat kemudian

melaksanakan katekese umat dengan menggunakan Kitab Suci pada akhir

pertemuan merencanakan aksi konkrit untuk pertobatan. Katekis sebagai pembina

katekese umat sebaiknya menguasai cara-cara yang berkaitan dengan proses

katekese umat.

Pada tabel 3 no. item 16, sebagian besar katekis sukarela Paroki Keluarga

Suci Tering menyatakan sebagai pembina katekese umat cara-cara yang harus

dikuasai agar dapat melaksanakan proses katekese umat terlebih dahulu

menganalisa relasi umat dengan sesamanya serta mampu melihat kebiasaan umat

setempat, sebanyak 12 orang katekis (40,00%) dan 6 orang katekis (20.00%)

menyatakan cara-cara yang harus dikuasai oleh pembina katekese umat sebelum

melaksanakan proses katekese umat adalah terlebih dahulu menganalisa situasi

umat dan menafsirkan Kitab Suci serta mampu menyusun rencana tindak lanjut.

Kemudian 5 orang katekis (16,67%) menyatakan cara-cara yang harus dikuasai

sebelum melaksanakan proses katekese umat, seorang katekis harus mampu

menafsirkan apa yang akan terjadi setelah melaksanakan katekese umat. Sedangkan

7 orang katekis (23,33%) menyatakan sebagai pembina katekese umat cara-cara

yang harus dikuasi agar katekese umat dapat berjalan dengan baik, seorang katekis

harus mampu menafsirkan Kitab Suci dan mampu menafsirkan sejauhmana

pengetahuan para peserta tentang Tuhan. Data yang diperoleh sebagian besar

Page 46: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

28  

katekis (40,00%) sebelum melaksanakan proses katekese umat terlebih dahulu

menganalisa relasi umat dengan sesamanya kemudian melihat kebiasaan umat

setempat. Jarang sekali para katekis sukarela sebelum melaksanakan proses

katekese umat menganalisa terlebih dahulu situasi umat dan menafsirkan Kitab Suci

serta mampu menyusun rencana tindak lanjut. Data yang diperoleh menunjukkan

bahwa katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering kurang mengetahui cara-cara

yang harus dikuasai sebelum melaksanakan proses katekese, untuk membantu para

katekis sukarela yang tidak mendapat pendidikan berhubungan dengan tugas

sebagai pewarta iman maka perlu diadakan pendampingan guna menambah

wawasan dan pengetahuan katekis dalam berkatekese.

Data yang diperoleh pada tabel 3 no. item 17 sebagian besar katekis

menyatakan keunggulan katekese umat terletak pada fasilitator menjadi orang

pertama/utama, sebanyak 16 orang katekis (53,33%) dan 9 orang katekis (30,00%)

menyatakan keunggulan katekese umat peserta harus sharing dan mengungkapkan

pengalaman imannya. Kemudian 3 orang katekis (10,00%) menyatakan keunggulan

katekese umat terletak pada susunannya yang teratur dan terarah sehingga

prosesnya dapat berjalan dengan baik. Hampir sangat kurang katekis sukarela yang

menyatakan keunggulan katekese umat semua peserta terlibat aktif berfikir,

berbicara, berkomunikasi, umat yang menjadi subjek dalam berkatekese, sebanyak

2 orang katekis (6,67%). Data yang diperoleh memperlihatkan katekis sukarela

Paroki Keluarga Suci Tering perlu diberikan pendampingan guna menambah

pengetahuan berkaitan dengan tugas mereka sebagai pembina katekese umat.

Data yang diperoleh pada tabel 3 no. item 18 memperlihatkan sebagian

besar katekis menyatakan sebagai pembina katekese umat, katekis diharapkan

Page 47: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

29  

seorang pribadi yang melaksanakan tugasnya demi perkembangan Gereja, sebanyak

16 orang katekis (53,33%). Kemudian 7 orang katekis (23,33%) menyatakan

sebagai pembina katekese umat katekis harus memiliki pribadi yang berani

berjuang demi perkembangan iman umat setempat. Diikuti oleh 5 orang katekis

(16,67%) menyatakan sebagai pembina katekese umat seorang katekis dituntut

memiliki pribadi yang rela mengumpulkan, menyatukan dan membimbing

kelompok umat dasar untuk melaksanakan kegiatan katekese sebagai proses

komunikasi iman.

Data yang diperoleh pada tabel 3 no. item 19 memperlihatkan sebagian

besar katekis memiliki pemahaman bahwa kemampuan/keterampilan yang

dibutuhkan seorang pembina katekese umat dalam berkatekese umat adalah

kemampuan/keterampilan membawa umat untuk bertobat, sebanyak 15 orang

katekis (50,00%), kemampuan/keterampilan menyadarkan umat untuk terlibat

dalam hidup menggereja, sebanyak 10 orang katekis (33,33%), sedangkan 3 orang

katekis (10,00%) memiliki pemahaman bahwa kemampuan/keterampilan yang

dibutuhkan dalam berkatekese umat adalah kemampuan/keterampilan

berkomunikasi dan berefleksi. Disusul dengan katekis yang memahami

kemampuan/keterampilan yang dibutuhkan dalam berkatekese umat adalah

kemampuan melihat perubahan yang terjadi pada umat, berjumlah 2 orang katekis

(6,67%).

Dalam proses katekese umat hal-hal yang perlu diperhatikan oleh seorang

katekis dalam menggunakan teks Kitab Suci. Sebagian katekis menyatakan hal

yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan proses katekese umat, teks Kitab Suci

harus sesuai dengan keinginan umat, sebanyak 11 orang katekis (36,67%), teks

Page 48: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

30  

Kitab Suci harus sesuai dengan masalah yang terjadi sekarang dan memperhatikan

pengalaman iman Kitab Suci yang berhubungan dengan pengalaman para peserta

katekese umat, sebanyak 9 orang katekis (30,00%). Kemudian 4 orang katekis

(13,33%) menggunakan teks Kitab Suci yang disenangi oleh umat agar proses

katekese umat dapat berjalan dengan baik dan 6 orang katekis (20,00%)

menggunakan teks Kitab Suci dengan cermat dan teliti agar dapat mewartakan

nilai-nilai Kerajaan Allah.

Dari data yang diperoleh pada tabel 3 no. item 20 sebagian besar katekis

sukarela Paroki Keluarga Suci Tering memilih menggunakan teks Kitab Suci

dengan melihat apa yang diinginkan oleh umat setempat. Kemudian disusul dengan

9 orang katekis (30,00%) memilih menggunakan teks Kitab Suci sesuai dengan

masalah yang terjadi sekarang dan memperhatikan pengalaman iman Kitab Suci

yang berhubungan dengan pengalaman peserta katekese umat. Jumlah ini

mengungkapkan katekis di Paroki Keluarga Suci Tering dalam memilih teks Kitab

Suci masih berfokus pada keinginan para peserta, dan tidak memperhatikan situasi

konkrit yang terjadi di masyarakat. Maka untuk membantu para katekis sukarela

yang kurang memiliki pengetahuan berkaitan dengan penggunaan Kitab Suci perlu

diadakan pendampingan guna menambah pengetahuan dan wawasan para katekis

sukarela Paroki Keluarga Suci Tering dalam melaksanakan katekese umat.

Data yang diperoleh pada tabel 3 no. item 21 menemukan 11 orang katekis

(36,67%) menyatakan makna Kitab Suci dalam katekese umat merupakan upaya

menyadarkan umat agar melakukan pertobatan dan melibatkan diri dalam hidup

menggereja, kemudian 9 orang katekis (30,00%) mengungkapkan makna Kitab

Suci merupakan usaha mengajari umat agar mengenal siapa tokoh-tokoh yang ada

Page 49: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

31  

dalam Kitab Suci, sedangkan katekis yang menyatakan makna Kitab Suci dalam

proses katekese umat adalah mengkritik sikap setiap peserta yang hadir dalam

pelaksanaan katekese umat, sebanyak 3 orang katekis (10,00%). Hampir sangat

kurang mereka yang menyatakan makna Kitab Suci sebagai upaya mengkritik sikap

kita dan peserta, menegur, meneguhkan, memberi banyak kemungkinan, membuka

wawasan dan memberi inspirasi serta semangat dalam menjalankan kehidupan yang

lebih baik, sebanyak 7 orang katekis (23,33%).

Data yang diperoleh pada tabel 3 no. item 22 metode katekese yang sering

digunakan katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering dalam melaksanakan

proses katekese umat adalah metode ceramah, sebanyak 14 orang katekis (46,67%),

metode menjelaskan, sebanyak 7 orang katekis (23,33%) dan metode dialog,

sebanyak 6 orang katekis (20,00%). Sedangkan metode sharing digunakan 3 orang

katekis (10,00%). Tanggapan para peserta terhadap sharing dalam proses katekese

umat yang pernah dilaksanakan selama ini di Paroki Keluarga Suci Tering, 12

orang katekis (40,00%) menyatakan peserta pasif, tidak terbiasa sharing dan 8

orang katekis (26,67%) tidak pernah melakukan kegiatan sharing dalam proses

berkatekese umat, sedangkan katekis yang menyatakan peserta terlibat dalam

sharing, sebanyak 7 orang katekis (23,33%). Dari data yang diperoleh pada tabel 2

no. item 23, memperlihatkan para peserta kurang terlibat aktif dalam proses

katekese umat, dan untuk membantu para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci

Tering supaya dapat membuat para peserta terlibat aktif dalam proses pelaksanaan

katekese umat, perlu diadakan pendampingan guna membantu para katekis sukarela

agar semakin mampu melibatkan para peserta dalam proses pelaksanaan katekese

umat. Adapun usaha yang dilakukan oleh para katekis sukarela Paroki Keluarga

Page 50: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

32  

Suci Tering supaya para peserta terlibat aktif dan tertarik dalam proses kegiatan

katekese umat. Sebagian katekis sukarela berusaha memberi tugas kepada para

peserta dengan menghafal doa-doa, sebanyak 14 orang katekis (46,67%) dan 7

orang katekis (23,33%) berusaha melibatkan para peserta dalam proses katekese

umat dengan melakukan tanya jawab dan mengajak para peserta untuk sharing

pengalaman iman, kemudian 6 orang katekis (20,00%) sebelum melaksanakan

proses katekese umat terlebih dahulu mempersiapkan bahan dengan sebaik

mungkin, sedangkan 3 orang katekis menyatakan tidak ada usaha/upaya yang

dilakukan untuk melibatkan para peserta. Data yang ditemukan pada tabel 3 no.

item 24 sebagian besar para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering hanya

memberikan tugas kepada para peserta dan kurang berusaha membuat para peserta

tertarik dengan bahan katekese yang sudah dipersiapkan. Melihat permasalahan di

atas maka perlu diadakan pendampingan guna membantu para katekis sukarela agar

mampu memotivasi para peserta untuk terlibat aktif dalam proses katekese umat.

d. Kesulitan/permasalahan yang dihadapi oleh katekis dalam berkatekese

Tabel 4: Kesulitan yang menghambat katekis dalam berkatekese umat

(N=30) No

Item Aspek yang diungkap Frequensi %

(1) (2) (3) (4) 25 Permasalahan pokok yang dihadapi oleh katekis sukarela

dalam berkatekese umat selama ini: a. Terlalu sibuk bekerja. b. Kurangnya pengetahuan akan iman dan proses

katekese yang melibatkan peserta. c. Kurang mengerti bagaimana berkatekese umat yang baik dan benar. d. Kurang pengalaman tentang katekese umat.

5 10

7

8

16,67% 33,33%

23,33%

26,67%

26 Hambatan yang membuat katekis sukarela kesulitan dalam berkatekese umat di tengah umat:

Page 51: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

33  

(1) (2) (3) (4) a. Tidak mendapat pendidikan yang berhubungan

dengan berkatekese umat. b. Tidak memiliki sarana prasarana yang berkaitan

dengan proses katekese umat. c. Tidak mengetahui bagaimana menggunakan metode

katekese yang cocok. d. Tidak memiliki buku pegangan tentang berkatekese

umat.

12

2

7

9

40,00% 6,67%

23,33%

30,00%

27 Kesulitan yang paling menghambat para katekis sukarela dalam berkatekese umat: a. Tidak memiliki ketrampilan yang cukup. b. Tidak mengetahui katekese yang cocok untuk sekarangc. Tidak memiliki pengetahuan yang memadai. d. Kurangnya pengetahuan tentang macam-macam

metode dan sarana katekese umat.

11 15 3 1

36,67%50,00% 10,00% 3,33%

Data yang diperoleh dari tabel 4 no. item 25 memperlihatkan permasalahan

yang dihadapi/dialami oleh katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering dalam

melaksanakan proses katekese umat. 10 orang katekis (33,33%) menyatakan kurang

pengetahuan akan iman dan proses katekese umat yang melibatkan para peserta,

kemudian 8 orang katekis (26,67%) menyatakan permasalahan yang dialami dalam

melaksanakan proses katekese umat kurang pengalaman tentang katekese umat.

Sedangkan 7 orang katekis (23,33%) menyatakan permasalahan yang dihadapi

adalah kurang mengerti bagaimana berkatekese umat yang baik dan benar, disusul

dengan 5 orang katekis (16,67%) menyatakan terlalu sibuk dengan pekerjaan. Data

yang diperoleh sebagian besar katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering

memerlukan pendampingan khusus guna menambah pengetahuan dan wawasan

mereka dalam berkatekese umat yang dialogal partisipatif.

Data yang diperoleh memperlihatkan hambatan yang dialami katekis

sukarela Paroki Keluarga Suci Tering dalam melaksanakan proses katekese umat

selama ini disebabkan oleh para katekis sukarela tidak mendapat pendidikan

memadai berhubungan dengan proses katekese umat, sebanyak 12 orang katekis

Page 52: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

34  

(40,00%). Kemudian 9 orang katekis (30,00%) menyatakan hambatan yang mereka

alami selama ini adalah tidak memiliki buku pegangan yang berhubungan dengan

proses katekese umat dan 7 orang katekis (23,33%) menyatakan hambatan yang

mereka alami ketika melaksanakan katekese umat adalah tidak mengetahui

bagaimana menggunakan metode katekese umat yang cocok untuk jaman sekarang.

Disusul 2 orang katekis (6,67%) menyatakan hambatan yang dialami adalah tidak

memiliki saranaprasarana yang berhubungan dengan proses katekese umat. Dari

data yang diperoleh pada tabel 4 no. item 26 hambatan yang dialami katekis

sukarela Paroki Keluarga Suci Tering dalam melaksanakan proses katekese umat

selama ini disebabkan katekis sukarela tidak mendapat pendidikan yang memadai di

bidang katekese, tidak memiliki buku pegangan yang berhubungan dengan proses

berkatekese umat, kemudian tidak mengetahui metode katekese yang cocok untuk

jaman sekarang. Data yang diperoleh memperlihatkan sebagian besar katekis

sukarela Paroki Keluarga Suci Tering mengalami kesulitan/hambatan dalam

melaksanakan proses katekese umat, hal ini tentu sangat menghambat para katekis

sukarela dalam melaksanakan proses berkatekese umat yang dialogal partisipatif.

Dari data yang diperoleh pada tabel 4 no. item 27, memperlihatkan

kesulitan yang menghambat para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering

dalam berkatekese umat mereka tidak mengetahui katekese yang cocok untuk

jaman sekarang, sebanyak 15 orang katekis (50,00%), tidak memiliki ketrampilan

di bidang katekese umat, sebanyak 11 orang katekis (36,67%), tidak memiliki

pengetahuan mengenai katekese, sebanyak 3 orang katekis (10,00%) disusul 1

orang katekis (3,33%) menyatakan kesulitan yang paling menghambat ketika

berkatekese umat kurangnya pengetahuan akan macam-macam metode dan sarana

Page 53: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

35  

berhubungan dengan proses pelaksanaan katekese umat. Data yang diperoleh

memperlihatkan sebagian besar katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering

mengalami kesulitan dalam melaksanakan proses berkatekese umat, hal ini

disebabkan oleh para katekis sukarela tidak memiliki pengetahuan yang memadai di

bidang katekese, untuk membantu para katekis sukarela yang sebagian besar tidak

mendapat pendidikan, perlu diadakan pendampingan guna menambah pengetahuan

para katekis.

e. Harapan katekis sukarela

Tabel 5: Harapan katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering

(N=30) No

item Aspek yang diungkap frequensi %

(1) (2) (3) (4) 28

Kaderisasi berhubungan dengan katekese umat yang melibatkan para peserta dirasa: a. Penting. b. Sangat penting. c. Tidak penting. d. Kurang penting.

5 25 0 0

16,67% 83,33% 0,00% 0,00%

29 Pendampingan khusus terhadap katekis sukarela dirasa: a. Penting. b. Sangat penting. c. Tidak penting. d. Kurang penting.

6 24 0 0

20,00% 80,00% 0,00% 0,00%

30

Jika diberikan model katekese umat yang dapat melibatkan umat: a. Setuju. b. Sangat setuju. c. Tidak setuju. d. Kurang setuju

2 28 0 0

6,67% 93,33% 0,00%

0,00%

Dari data ditemukan pada tabel 5 no. item 28, hampir semua katekis

sukarela Paroki Keluarga Suci Tering menyatakan kaderisasi yang berhubungan

dengan katekese umat sangat penting, sebanyak 25 orang katekis (83,33%).

Kemudian 5 orang katekis (17,67%) menyatakan kaderisasi katekese umat

Page 54: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

36  

merupakan hal yang penting. Data yang diperoleh memperlihatkan bahwa para

katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering sangat membutuhkan kaderisasi yang

berhubungan dengan katekese umat, maka untuk merealisasikan hal tersebut perlu

diadakannya pendampingan, agar para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci

Tering semakin memahami katekese umat yang dialogal partisipatif.

Data yang diperoleh pada tabel 5 no. item 29, sebagian besar katekis

sukarela Paroki Keluarga Suci Tering menyatakan pendampingan khusus terhadap

katekis sukarela sangat penting karena dapat menambah pengetahuan dan wawasan

dalam berkatekese umat yang dialogal partisipatif, sebanyak 24 orang katekis

(80,00%), dan 6 orang katekis (20,00%) menyatakan pendampingan khusus

berhubungan dengan katekese umat merupakan hal yang penting bagi katekis

sukarela. Data yang diperoleh menunjukan para katekis sukarela Paroki Keluarga

Suci Tering sangat membutuhkan pendampingan berhubungan dengan katekese

khususnya katekese yang dialogal partisipatif, untuk membantu para katekis

sukarela yang kurang memiliki pengetahuan, perlu diadakan pendampingan guna

menambah pengetahuan dan wawasan para katekis sukarela dalam melaksanakan

katekese umat yang dialogal partisipatif.

Data yang diperoleh pada tabel 5 no. item 30 memperlihatkan 28 orang

katekis (93,33%) sangat setuju jika diberikan model katekese umat yang melibatkan

seluruh peserta. Kemudian 2 orang katekis (6,67%) menyatakan setuju jika

diberikan model katekese umat yang melibatkan peserta, untuk membantu para

katekis sukarela agar dapat melaksanakan proses berkatekese umat yang melibatkan

para peserta, perlu diadakan pendampingan guna menambah pengetahuan serta

memperkenalkan model katekese umat yang dialogal partisipatif.

Page 55: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

37  

7. Rangkuman hasil penelitian

Data yang sudah diperoleh memperlihatkan sebagian besar para katekis

sukarela Paroki Keluarga Suci Tering kurang mendapat pendidikan di bidang

katekese, khususnya katekese yang melibatkan peserta, bahkan selama ini tidak

pernah diadakan pendampingan khusus berkaitan dengan tugas mereka sebagai

pewarta iman di tengah kehidupan umat, dengan demikian permasalahan mendasar

yang dialami para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering selama ini adalah

tidak memiliki pengetahuan/wawasan yang memadai di bidang katekese, khususnya

katekese umat yang dialogal partisipatif.

a. Permasalahan pokok

Jika dilihat pada tabel 1, data yang diperoleh memperlihatkan para katekis

sukarela Paroki Keluarga Suci Tering didominasi oleh para kaum pria (76,67%).

Umur para katekis kebanyakan di atas 30-40 tahun. Pendidikan mereka rata-rata

antara SMP hingga SMA. Lamanya mereka berkarya selama 5-9 tahun (40,00%).

Dari data ditemukan pada tabel 2, rata-rata katekis kurang memiliki

pengetahuan mengenai pengertian katekese, peranan katekese, tujuan katekese,

metode katekese, isi katekese dengan demikian proses katekese umat yang

dilaksanakan selama ini di Paroki Keluarga Suci Tering kurang berjalan dengan

baik. Oleh karena pengetahuan mereka terhadap katekese sangat terbatas maka pada

tabel 2 no. item 13, sebagian besar katekis sukarela menyatakan tugas sebagai

seorang pembina katekese umat adalah sebagai penentu siapa yang harus sharing

dalam proses katekese umat, hal ini memperlihatkan katekis sukarela Paroki

Keluarga Suci Tering kurang memahami tugas dan tanggung jawabnya sebagai

Page 56: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

38  

pembina katekese umat. Sedangkan pada tabel 3 dari no. item 15-24

memperlihatkan kemampuan katekis dalam berkatekese umat selama ini masih

sangat terbatas.

Dari data yang diperoleh, pada tabel 3 no. item 17 memperlihatkan

(53,33%) katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering kurang memahami

mengenai keunggulan katekese umat. Oleh karena pengenalan mereka terhadap

katekese sangat terbatas maka dalam proses kegiatan katekese umat mereka

menggunakan metode ceramah no. item 22 (46,67%) adapun sebagian katekis

(23,33%) menyertakannya dalam bentuk menjelaskan. Metode ceramah yang

digunakan membuat para peserta menjadi pasif dan tidak terbiasa sharing no item

23. Sedangkan pada no. item 24 mereka tidak melakukan usaha supaya para peserta

telibat dalam proses katekese umat, melainkan hanya sekedar memberi tugas

dengan menghafal doa-doa.

Pada tabel 4 dari no. item 25-27 memperlihatkan katekis sukarela Paroki

Keluarga Suci Tering mengalami berbagai permasalahan dan hambatan dalam

melaksanakan proses katekese umat. Permasalahan pokok yang dialami para katekis

dalam melaksanakan proses katekese umat, kurangnya pengetahuan mereka tentang

iman dan proses katekese khususnya katekese yang dialogal partisipatif item 25

(33,33%), permasalahan yang dialami para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci

Tering tentu disebabkan oleh para katekis tidak mendapat pendidikan yang

memadai di bidang katekese, no. item 26 (40,00%). Dari data yang ditemukan

kesulitan yang paling menghambat para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci

Tering dalam berkatekese umat, mereka tidak mengetahui katekese yang cocok

untuk jaman sekarang item 27: (50,00%), tidak memiliki ketrampilan yang cukup

Page 57: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

39  

berhubungan dengan katekese (36,67%), tidak memiliki pengetahuan yang

memadai (10,00%). Permasalahan dan hambatan yang dialami para katekis sukarela

Paroki Keluarga Suci Tering selama ini tentu sangat menghambat terlaksananya

proses katekese umat yang dialogal partisipatif. Kesulitan dan hambatan yang

dialami katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering membuat mereka sadar

bahwa pengkaderan yang berhubungan dengan katekese khususnya katekese yang

dialogal partisipatif dirasa sangat penting diadakan (80,00%).

b. Harapan

Dari data yang diperoleh sebagian besar katekis Paroki Keluarga Suci

Tering tidak dididik secara khusus di bidang katekese, khususnya katekese umat

yang dialogal partisipatif, sehingga dalam pelaksanaan proses berkatekese mereka

mengalami banyak kesulitan dan hambatan. Permasalahan ini menyebabkan karya

pastoral para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering tidak terlaksana dengan

baik.

Meskipun demikian para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering tidak

menyerah begitu saja, hal ini dapat kita lihat pada tabel 5 no. item 30 (93,33)

sebagian besar para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering sangat

mengharapkan adanya pendampingan yang berhubungan dengan tugas mereka

sebagai pembina katekese umat.

Pada tabel 5 no. item 30 (93,33%) para katekis sangat setuju diberikan

pendampingan model katekese umat yang dialogal partisipatif. Harapan para

katekis untuk mendapatkan pengetahuan serta wawasan yang memadai di bidang

katekese umat yang dialogal partisipatif tentu merupakan hal yang sangat positif

Page 58: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

40  

bagi perkembangan Gereja, umat, dan katekis itu sendiri. Jika para katekis sukarela

Paroki Keluarga Suci Tering memiliki pengetahuan dan wawasan yang memadai

berhubungan dengan katekese umat maupun proses pelaksanaan katekese umat,

maka nilai-nilai Kerajaan Allah akan semakin terwujud dalam kehidupan setiap

umat.

Dari hasil wawancara jumlah katekis sukarela yang bertugas di Paroki

Keluarga Suci Tering adalah 30 orang, mereka ditunjuk oleh Gereja secara

langsung untuk melayani sesama umat beriman dan memperkenalkan Kristus

kepada umat. Mereka dipilih karena semangat serta keaktifan dan keterlibatan

mereka dalam kegiatan hidup menggereja, mereka mengabdikan diri untuk

perkembangan Gereja dan umat setempat agar menemukan nilai-nilai Kerajaan

Allah dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi yang menjadi hambatan terbesar para

katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering dalam berkatekese, sebagian besar

para katekis sukarela kurang mengetahui metode berkatekese yang dialogal

partisipatif. Katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering sebagian besar tidak

memiliki pengetahuan dan wawasan di bidang katekese khususnya katekese yang

dialogal partisipatif, sehingga dalam proses berkatekese keterlibatan umat kurang

diperhatikan, hal ini membuat umat menjadi pasif dan tidak terbiasa sharing dalam

proses berkatekese umat. Selain itu di Paroki Keluarga Suci Tering tidak ada

katekis profesional atau katekis ahli di bidang katekese [Lampiran 3: (9)]. Para

katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering juga tidak pernah didik secara khusus

di bidang katekese sehingga pengetahuan mereka mengenai katekese sangat

terbatas.

Page 59: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

41  

Maka untuk mambantu para katekis yang rata-rata kurang memiliki

pengetahuan dan wawasan di bidang katekese khususnya katekese yang dialogal

partisipatif perlu diadakan pendampingan supaya para katekis sukarela mampu

melaksanakan katekese yang melibatkan para peserta. Jika seorang katekis memiliki

pengetahuan yang memadai di bidang katekese, khususnya katekese yang

melibatkan peserta maka nilai-nilai Kerajaan Allah akan dapat diwartakan dengan

baik di tengah kehidupan umat.

Page 60: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

42  

BAB III

KEMAMPUAN KATEKIS DALAM BERKATEKESE UMAT

Kehidupan seorang katekis tidak dapat dilepaskan dari kehidupan sehari-

hari, baik dalam keluarga, lingkungan, Gereja maupun dalam masyarakat. Katekis

sebagai anggota masyarakat atau umat beriman Katolik, harus memenuhi beberapa

kriteria atau persyaratan untuk dapat melaksanakan tugas perutusan dengan baik

dan penuh tanggung jawab. Ia diharapkan menjadi seorang pribadi yang bermutu

dan kreatif, baik dalam hidup rohani maupun hidup pribadi, sehingga ia mampu

membawa orang lain untuk mengenal dan mengimani Yesus Kristus. Kriteria atau

persyaratan yang diperlukan untuk menjadi seorang katekis ialah memiliki hidup

rohani yang mendalam yaitu mempunyai kebiasaan berdoa, membaca Kitab Suci,

mempunyai kebiasaan devosi, dan memiliki nama baik sebagai pribadi dan

keluarga, dalam hidup iman dan moral, diterima oleh umat di mana ia tinggal,

mempunyai komitmen yang tinggi untuk mewartakan kabar gembira (Komkat

KWI, 1997: 42).

PKKI III memberi perhatian khusus pada para pembina katekese umat,

karena keberhasilan katekese umat sangat tergantung pada pembina atau fasilitator

katekese umat. Dalam proses katekese umat seorang katekis mempunyai peran yang

sangat penting, karena tanpa seorang katekis kegiatan katekese umat tidak dapat

berjalan dengan baik. Seorang katekis harus menyadari bahwa kehadirannya dalam

proses berkatekese umat tidak lebih hanya sebagai pengarah dan pemudah. Ia

adalah pelayan yang menciptakan suasana komunikatif dan membangkitkan gairah

peserta supaya para peserta berani berbicara secara terbuka (Lalu, 2005: 71).

Page 61: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

43  

Katekis sebagai pembina katekese umat yang baik, harus memiliki motivasi yang

kuat, kreatif, rela mengumpulkan umat, rendah hati, tidak mudah menyerah,

memiliki semangat juang yang tinggi.

Katekese umat dalam Gereja menekankan adanya keterlibatan seluruh umat

dalam kegiatan hidup menggereja. Tugas perutusan seluruh karya pastoral

mengandung muatan, mengarah dan memberikan sumbangan bagi kematangan

iman, maka model katekese yang diberikan harus sesuai dengan situasi/kebutuhan

umat setempat. Salah satu model katekese umat yang cocok adalah katekese umat

model SCP sebagai alternatif katekese umat model pengalaman hidup. Katekese

umat model pengalaman hidup menekankan proses berkatekese yang bersifat

dialogal dan partisipatif yang bermaksud mendorong peserta untuk menemukan

nilai-nilai Kerajaan Allah dalam kehidupannya sehari-hari (Sumarno Ds, 2009: 14).

A. Katekese Umat dalam Gereja

Gereja dipercaya untuk menjaga kabar baik yang harus diwartakan. Janji-

janji Perjanjian Baru dalam Yesus Kristus, ajaran Tuhan dan para Rasul, Sabda

kehidupan, sumber-sumber rahmat, dan keramahan Allah yang penuh kasih, jalan

menuju keselamatan, semua hal itu dipercayakan kepada Gereja. Gereja mengutus

para pewarta Injil untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah umat

Kristiani. Mewartakan Injil sesungguhnya merupakan rahmat dan panggilan yang

khas bagi Gereja. Perutusan Gereja untuk mewartakan Injil kepada semua orang

terwujud melalui beberapa hal seperti evangelisasi, katekese, liturgi, dan

sebagainya. Evangelisasi diperlukan untuk membangkitkan iman, sehingga

seseorang ingin mengenal lebih dalam tentang iman katolik. Paus Yohanes Paulus

Page 62: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

44  

II, dalam anjuran apostolik tentang katekese masa kini menekankan pentingnya

penyelenggaraan katekese sebagai hakikat perutusan Gereja. Penyelenggaraan

katekese oleh Gereja selalu dipandang sebagai salah satu tugasnya yang amat

penting. Sebab sebelum Kristus naik menghadap Bapa-Nya sesudah kebangkitan-

Nya, Ia menyampaikan kepada para Rasul perintah-Nya yang terakhir, yakni

menjadikan semua bangsa murid-murid-Nya, dan mengajar mereka mematuhi

segala sesuatu yang telah diperintahkan-Nya (CT, art. 1). Sejak Gereja awali, tugas

berkatekese telah dipercayakan kepada Gereja, tugas ini lalu diteruskan oleh Gereja

sampai sekarang. Tugas mewartakan Injil ke segala bangsa merupakan tugas hakiki

Gereja, yang bertujuan membantu semua orang beriman agar imannya semakin

mendalam dan berkembang. Oleh sebab itu, gambaran umum katekese jaman

sekarang selalu berusaha mencari pendekatan yang lebih relevan untuk dapat

membantu umat dalam menghayati imannya.

Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia pertama merumuskan

pengertian katekese umat dengan menekankan pada keterlibatan umat. Katekese

umat merupakan komunikasi iman umat, oleh umat, dari umat, untuk umat dengan

tekanan utama adalah keterlibatan umat (Lalu, 2005: 3).

1. Gambaran umum katekese

Pendampingan para katekis sukarela dalam meningkatkan kemampuan

berkatekese umat merupakan salah satu bentuk pelayanan Gereja yang dapat

diwujudkan melalui katekese. Sudah menjadi tugas dan kewajiban Gereja

memberikan perhatian kepada para katekis sukarela yang tidak mendapat

pendidikan di bidang katekese khususnya katekese yang melibatkan umat. Katekese

Page 63: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

45  

merupakan suatu pengajaran, pendalaman, dan pendidikan iman yang mengantar

jemaat menuju pada kedewasaan iman (Telaumbanua, 1999: 4).

a. Pengertian katekese

Katekese mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan iman

orang Kristiani, melalui pengajaran, pendalaman, pendidikan diharapkan iman

orang Kristiani semakin tumbuh dan berkembang sehingga mampu menjadi dewasa

dalam iman dan semakin mengikuti Yesus Kristus (Telaumbanua, 1999: 4).

Dalam CT, Paus Yohanes Paulus II menjelaskan bahwa katekese adalah:

pembinaan anak-anak, kaum muda, serta orang dewasa dalam iman yang khususnya

mencakup penyampaian ajaran Kristiani yang pada umumnya diberikan secara

organis dan sistematis dengan maksud mengantar para pendengar memasuki

kepenuhan hidup Kristiani (CT, art. 18). Katekese merupakan usaha pembinaan

iman umat, baik tua maupun muda. Proses pembinaan iman merupakan

penyampaian ajaran Kristiani secara umum melalui pembinaan, pendidikan,

pewartaan yang diberikan secara organis dan sistematis dengan maksud mengantar

pendengar ke dalam kepenuhan hidup Kristiani menuju pada

kematangan/kedewasaan iman yang lebih mendalam, dengan perkembangan iman

tersebut umat diharapkan semakin akrab dengan Allah, sesama, diri sendiri dengan

harapan dapat menemukan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah hidup

bermasyarakat. Dengan kata lain katekese merupakan usaha-usaha dari pihak

Gereja untuk menolong umat agar semakin memahami, menghayati dan

mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pelaksanaannya

katekese mencakup unsur pewartaan, pengajaran, pendidikan, pendalaman,

Page 64: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

46  

pembinaan serta pendewasaan iman. Usaha pembinaan katekese tersebut

merupakan tujuan katekese yang diungkapkan oleh Paus Yohanes Paulus (CT, art.

20), katekese bertujuan dengan bantuan Allah umat mampu mengembangkan iman

yang mulai tumbuh, agar dari hari ke hari iman semakin mekar menuju kepenuhan

serta makin memantapkan peri hidup Kristiani umat beriman baik muda ataupun

tua. Tujuan katekese merupakan tahap pengajaran dan pendewasaan iman peserta

dengan disertai rahmat Roh Allah. Proses itu diharapkan bisa mengantar orang

menuju pada kesempurnaan, kedewasaan dan kepenuhan iman yang berkaitan

dengan seluruh aspek kehidupan manusia Kristiani. Hanya berkat rahmat dan

pertolongan Roh Allah semuanya itu dapat terjadi sehingga peserta merasakan

kepenuhan iman Kristiani yang mendalam serta merasakan kedamaian maupun

ketenangan dan menemukan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah kehidupan sehari-

harinya yang sesuai dengan ajaran maupun kehendak Tuhan.

b. Peranan katekese

Katekese mengajarkan umat untuk memiliki sikap percaya sepenuhnya

kepada Allah yang menyelamatkan serta mengajak setiap umat untuk mempunyai

pengharapan akan Allah yang menyelamatkan. Tugas katekese menghadirkan sabda

Allah dan mewartakan diri Kristus agar manusia bertemu secara pribadi dengan

Kristus (Telaumbanua, 1999: 9). Selain menghadirkan dan mewartakan sabda

Allah, katekese juga mempunyai peranan yang sangat mempengaruhi iman orang

Kristiani, yaitu mematangkan sikap iman, secara konkrit hal ini berarti

menumbuhkan kepekaan dan kesediaan umat untuk mendengar dan berserah diri

kepada Allah dalam Kristus, serta percaya sepenuhnya kepada Allah yang

Page 65: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

47  

menyelamatkan. Hal ini berarti membimbing seseorang kepada penyerahan diri

secara pribadi untuk mencintai Kristus dengan tulus tanpa paksaan. Mematangkan

cinta kasih merupakan tugas dan peranan katekese, artinya katekese selalu

membimbing umat beriman menuju pada kesempurnaan cinta, dan mengajarkan

umat untuk dapat saling mengasihi kepada sesama, maka betapa pentingnya

memiliki sikap cinta kasih. Cinta itu terarah kepada Kristus melalui Dia kepada

Bapa dalam Roh Kudus, memampukan seseorang untuk dapat melihat dan

merasakan penderitaan orang lain sehingga dapat hidup solider dengan sesama.

c. Tujuan katekese

Tujuan katekese membawa umat sampai pada perjumpaan pribadi dengan

Kristus, melalui perjumpaan hati dan budi dengan saudara-saudari seiman untuk

mendapatkan kebahagian dan keselamatan yang abadi dalam kehidupan sehari-hari.

Anjuran Apostolik CT art. 20 menegaskan sebagai berikut:

Tujuan khas katekese: berkat bantuan Allah mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh dan memekarkan menuju kepenuhannya serta makin memantapkan peri hidup Kristiani umat beriman, muda ataupun tua. Kenyataan itu berarti merangsang pada taraf pengetahuan maupun penghayatan, pertumbuhan benih iman yang ditaburkan oleh Roh Kudus melalui pewartaan awal, dan yang dikaruniakan secara efektif melalui baptis.

Tujuan ini memungkinkan seseorang dimekarkan dalam iman menuju

kepenuhan Kristiani melalui taraf pengetahuan seseorang diajak untuk sampai

kepada penghayatan dan pengertian tentang misteri Kristus yang sejati. Katekese

merupakan kesatuan dan kemesraan, dengan Yesus Kristus. Kegiatan mewartakan

kabar gembira dapat dimengerti sebagai usaha mempererat kesatuan manusia

dengan Allah. Mulai dengan pertobatan ‘awal’ seseorang kepada Tuhan yang

Page 66: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

48  

digerakan oleh Roh Kudus melalui pewartaan Injil yang pertama, katekese berusaha

mengukuhkan dan mematangkan kesetiaan pertama ini. Dengan demikian katekese

bermaksud membimbing, membina dan mengembangkan iman umat agar semakin

hari semakin akrab dengan sesama serta semakin mengenal cinta kasih Tuhan.

d. Metode katekese

Salah satu sarana pewartaan adalah katekese. Katekese menjadi karya

ampuh yang memuat segi pemahaman dan pengetahuan iman. Kekhasan tersebut

tampak melalui rumusan, bentuk dan metode katekese, serta isi dari pemahaman

dan pengetahuan iman itu sendiri untuk membentuk pola-pola hidup Kristiani yang

sejati. Metode katekese yang dimaksud di sini adalah cara pelayanan yang kreatif

agar manusia dapat bertemu dengan Tuhan.

Dalam proses pertemuan katekese pembimbing dapat memilih serta

menggunakan berbagai macam metode tujuannya agar pertemuan dapat terlaksana

dengan baik, maka pembimbing harus memahami metode-metode yang akan

digunakan. Pembimbing harus trampil menerapkan metode yang akan digunakan

dalam praktek dan segala pewartaan. Peserta diteguhkan dalam semangat dan

keyakinan pribadi atas pewartaan itu. Metode yang digunakan harus benar-benar

berfungsi/sesuai dengan situasi peserta sehingga pesan yang mau disampaikan

dalam pertemuan dapat diterima dengan baik oleh peserta. Untuk tercapai tujuan

yang diiginkan pembimbing bisa menggunakan metode misalnya, dinamika

kelompok, sharing, tanya jawab, dialog, dan lain-lain. Metode maupun bahasa yang

dipakai harus sungguh merupakan upaya untuk menyampaikan keseluruhan, dan

bukan hanya sebagian dari “sabda kehidupan kekal” (CT, art. 31).

Page 67: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

49  

Perkembangan jaman menuntut katekese mengenakan metode-metode yang

bermacam ragam untuk dapat mencapai tujuan yang khas, yakni pembinaan. Pada

tingkat yang lebih umum, keanekaan itu dibutuhkan untuk menanggapi lingkungan

sosio-budaya, yang bagi Gereja menjadi gelanggang karya ampuh katekese (CT,

art. 51).

2. Pengertian katekese umat

Dalam proses pelaksanaan katekese umat tekanan utama terletak pada

keterlibatan umat secara aktif dalam proses katekese umat dan suasana yang

dibangun adalah suasana kekeluargaan artinya harus ada saling percaya,

keterbukaan, saling mengerti, saling mendengarkan dan saling meneguhkan iman

satu dengan yang lain (Huber, 1981: 15).

a. Arti katekese umat

Kegiatan katekese selalu berusaha menolong umat agar semakin memahami,

menghayati dan selanjutnya membangkitkan imannya serta mewujudkan imannya

dalam tindakan konkrit sehari-hari. Katekese umat merupakan hasil dari pertemuan

yang dilaksanakan para utusan dari setiap Keuskupan se-Indonesia mereka

mencoba membuat gagasan tentang katekese umat dan saling menyumbang

pemikiran. Rumus ini dihasilkan oleh sebuah pertemuan yang lamanya satu

minggu. Dalam pertemuan PKKI II di Klender pengertian katekese umat dimengerti

sebagai berikut:

Katekese Umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman penghayatan iman antar anggota jemaat/ kelompok. Melalui kesaksian iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna. Dalam katekese umat tekanan terutama diletakkan pada penghayatan iman,

Page 68: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

50  

meskipun pengetahuan tidak dilupakan. Katekese umat mengandaikan ada perencanaan (Huber, 1981: 15; bdk. Lalu, 2005: 67).

Yang menjadi tekanan dalam kegiatan katekese umat adalah komunikasi

iman yang bukan satu arah saja antara pembimbing dengan para peserta melainkan

komunikasi antar peserta itu sendiri. Yang disharingkan tidak jauh dari pengalaman

iman (penghayatan iman) yang dialami peserta dalam kehidupannya sehari-hari.

Dengan tukar pengalaman iman, mereka semakin dikuatkan serta dapat saling

membantu dan saling meneguhkan satu dengan yang lain serta disadarkan bahwa

mereka hidup tidaklah sendirian. Arah katekese jaman sekarang menuntut agar para

peserta lebih aktif dan semakin mampu mengungkapkan diri demi pembangunan

jemaat. Unsur pengetahuan tentang iman Kristiani tidak dilupakan dalam katekese

umat karena pengetahuan juga merupakan hal yang penting dalam menghayati iman

(Huber, 1981: 15; bdk. Lalu, 2005: 68).

b. Isi katekese umat

PKKI II di Klender menjelaskan isi katekese umat adalah:

Dalam katekese umat itu kita bersaksi tentang iman kita akan Yesus Kristus, pengantara Allah yang bersabda kepada kita dan pengantara kita menanggapi Sabda Allah. Yesus Kristus tampil sebagai pola hidup kita dalam Kitab Suci, khususnya dalam Perjanjian Baru, yang mendasari penghayatan iman Gereja di sepanjang tradisinya (Huber, 1981: 15; bdk. Lalu, 2005: 68).

Yesus merupakan hal yang utama yang harus ada dalam proses katekese

umat, karena Dia yang menjadi pola dan penentu utama dalam proses katekese

umat, Yesus adalah perantara manusia kepada Allah Bapa. Dengan Kristus umat

dapat berjumpa dengan Allah dan melalui Yesus pulalah Allah mendatangi umat-

Nya. Manusia akan mendapat keselamatan/kedamaian jika mau mengikuti apa yang

Page 69: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

51  

menjadi kehendak Allah. Dalam proses pelaksanaan katekese umat, para peserta

menjadi subjek dan bukan sebagai objek, karena umatlah yang berkatekese, katekis

hanyalah sebagai pengarah (fasilitator). PKKI II 1980 di Klender menjelaskan, yang

berkatekese ialah umat, artinya semua orang beriman secara pribadi memilih

Kristus dan secara bebas berkumpul untuk lebih memahami Kristus, Kristus

menjadi pola hidup pribadi maupun pola kehidupan kelompok. Penekanan pada

seluruh umat ini justru merupakan salah satu unsur yang memberi arah pada

katekese sekarang.

Dalam proses pelaksanaan katekese umat tekanan utama terletak pada

keterlibatan para peserta, ini bisa terjadi kalau ada komunikasi yang baik antara

peserta yang hadir dalam proses pelaksanaan katekese umat, yang dikomunikasikan

adalah tentang pengalaman iman Yesus Kristus. Yang berkatekese di sini ialah

umat, artinya semua orang beriman yang secara pribadi memilih Kristus secara

bebas berkumpul untuk lebih memahami akan kebaikan Kristus, Kristus menjadi

inti pokok utama. Dalam proses katekese yang menjemaat adalah pemimpin

katekese bertindak terutama sebagai pengarah dan pemudah (fasilitator). Ia adalah

pelayan yang menciptakan suasana yang komunikatif. Ia membangkitkan gairah

supaya para peserta berani mengungkapkan dan berbicara secara terbuka (Huber,

1981: 21; bdk. Lalu, 2005: 71).

c. Peranan pemimpin katekese umat

Sikap menggurui dan menyalahkan tidak tepat diberlakukan dalam proses

katekese umat. Dalam proses katekese umat, seringkali ditemukan pula tanggapan

yang kurang atau tidak sesuai dengan topik yang dibicarakan. Bila situasi ini terjadi,

Page 70: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

52  

seorang katekis/fasilitator katekese umat harus secara cermat dan bijak

menanganinya, agar proses tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai.

Dalam pelaksanaan katekese umat pemimpin bertindak terutama sebagai

pengarah dan pemudah (fasilitator). Ia adalah pelayan yang siap menciptakan

suasana yang menyenangkan atau suasana yang komunikatif. Ia berupaya

membangkitkan gairah para peserta supaya berani berbicara secara terbuka dan

jujur dalam mensharingkan pengalaman imannya (Huber, 1981:15; bdk. Lalu, 2005:

71). Dalam katekese yang menjemaat pemimpin katekese umat bertindak terutama

hanya sebagai pengarah dan pemudah (fasilitator), pemimpin katekese bukanlah

sosok pemimpin yang paling hebat, seakan-akan paling pandai dalam

menyampaikan pengetahuan tentang iman kepada peserta, pemimpin katekese umat

tidak membawa diri sebagai pembesar. Justru di sini pemimpin katekese hanya

sebagai pelayan dan pemudah, ia adalah pelayan yang siap menciptakan suasana

yang komunikatif, ia membangkitkan gairah supaya peserta berani berbicara secara

terbuka tanpa harus takut atau ragu-ragu bahwa yang dibicarakan salah (Huber,

1981: 21; bdk. Lalu, 2005: 71).

d. Suasana katekese umat

Proses katekese umat dapat berjalan dengan baik, kalau suasana pertemuan

terjalin hubungan yang baik antar para peserta dan fasilitator. Suasana yang

dibangun dalam proses katekese umat adalah suasana kekeluargaan artinya harus

ada saling percaya, keterbukaan, saling mengerti, saling mendengarkan dan saling

meneguhkan iman satu dengan yang lain. Katekese umat merupakan komunikasi

iman dari para peserta sebagai sesama dalam iman yang sederajat, yang saling

Page 71: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

53  

bersaksi tentang iman mereka. Di sini para peserta berdialog dalam suasana yang

terbuka, ditandai sikap saling menghargai dan saling mendengarkan satu dengan

yang lain, proses terencana ini berjalan terus menerus (Huber, 1981: 22; bdk. Lalu,

2005: 71).

Katekese umat sebagai bentuk komunikasi iman artinya yang berkomunikasi

adalah para peserta dalam iman yang sederajat kemudian bersaksi tentang

pengalaman iman dengan suasana yang terbuka dan saling menghargai satu dengan

yang lain, saling mendengarkan sharing pengalaman iman antar sesama peserta dan

saling meneguhkan iman satu dengan yang lain. Suasana yang diciptakan dalam

katekese umat menjadi hal yang penting, sebab pembinaan iman yang membuat

iman sungguh dikembangkan pertama-tama dapat diwujudkan dengan membangun

suasana yang lebih akrab satu dengan yang lain, hal ini dapat membuat umat

semakin merasakan makna kebersamaan dan menemukan nilai-nilai Kerajaan Allah

di tengah-tengah kehidupan bersama.

e. Ciri-ciri katekese umat

Katekese merupakan salah satu bentuk pelayanan Sabda, yang memberikan

pelayanan terhadap umat untuk mengembangkan diri menjadi anggota Gereja yang

utuh dan memiliki tanggung jawab. Sebagai bentuk pelayanan Sabda, katekese

memiliki ciri-ciri yang dapat membedakan dengan pelayanan sabda yang lain.

Dalam kegiatan katekese ada macam-macam penekanan. Catechesi

Tradendae memberi perhatian utama kepada anak-anak dan kaum muda di mana

“iman yang mulai tumbuh” dari hari kehari mekar menuju kepenuhan hidup sebagai

orang Kristiani yang bertanggung jawab atas tugas dan panggilannya.

Page 72: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

54  

Anjuran Apostolik CT, art. 19 ciri katekese adalah:

Sebagai momen yang terbedakan dari pemakluman awal Injil yang mengantar kepada pertobatan, mempunyai sasaran rangkap, yakni mematangkan iman awal dan membina murid Kristus yang sejati melalui pengertian yang lebih mendalam dan lebih sistematis tentang pribadi maupun amanat Tuhan kita Yesus Kristus.

Katekese merupakan tahap pengajaran dan pendewasaan iman, artinya masa

orang Kristiani, sesudah dalam iman menerima pribadi Yesus Kristus seutuhnya

melalui pertobatan hati yang jujur tanpa paksaan dari orang lain dan berusaha

mengenal Yesus Kristus yang menyelamatkan, menjadi tumpuan kepercayaannya

dalam kehidupan sehari-hari, serta mampu mengikuti segala yang diperintahkan-

Nya. Katekese harus senantiasa berusaha membantu umat dan memantapkan serta

mengajarkan iman agar semakin berkembang, tetapi juga tiada hentinya

membangkitkan iman peserta dengan bantuan rahmat, untuk membuka hati peserta,

untuk bertobat serta menimbulkan sikap penyerahan diri seutuhnya kepada Yesus

Kristus yang menyelamatkan.

f. Tujuan katekese umat

PKKI II di Klender menjelaskan tujuan katekese umat sebagai berikut

(Huber, 1981: 16; bdk. Lalu, 2005: 73-74).

• Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman kita sehari-hari.

• Dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari;

• Dengan demikian kita sempurna beriman, berharap mengamalkan cinta kasih, dan semakin dikukuhkan hidup Kristiani kita;

• Kita semakin bersatu dalam Kristus, makin menjamaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengkokohkan Gereja semesta;

• Sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah umat.

Page 73: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

55  

Kelima rumusan ini menyoroti tujuh katekese umat dari sudut yang berbeda-

beda. Ketiga sorotan yang pertama sangat memperhatikan dari pihak para peserta,

sedangkan kedua lainnya tujuannya adalah mengarah pada perkembangan Gereja

dan berpuncak pada hidup umat di tengah-tengah masyarakat. Tujuan bagi

kehidupan peserta adalah untuk mendewasakan iman umat agar semakin mampu

memandang hidup yang dijalani merupakan sebagai sejarah penyelamatan Allah

yang menyelamatkan, dan mampu menumbuhkan pertobatan. Tujuan bagi hidup

menggereja ialah agar iman, harapan dan cinta kasih dapat terwujud dalam

kehidupan sehari-hari dengan baik. Dengan demikian tujuan katekese, selain

bersifat personal dalam arti mengembangkan iman secara pribadi, juga ekklesial,

yakni demi kepentingan bersama dan Gereja universal, yang memiliki tujuan

mengembangkan iman dan kepercayaan masyarakat maupun memperkembangkan

Gereja. Oleh sebab itu, tugas setiap orang Kristiani adalah mewartakan serta

menjadi saksi Kristus di tengah dunia melalui tindakan konkrit sehari-hari dengan

sesama (Huber, 1981: 23; bdk. Lalu, 2005: 74).

3. Model katekese umat

Ada bermacam-macam model katekese umat yang ditawarkan baik tingkat

Keuskupan atau paroki di Indonesia. Model katekese yang ditawarkan memiliki

tujuan untuk memperkembangkan iman umat agar semakin mengimani Yesus

Kristus dan mengikuti-Nya.

Langkah-langkah yang terjadi dalam pendalaman iman pada umumnya

mengandung tiga unsur dasar yaitu: pengalaman hidup konkrit, teks Kitab Suci atau

Tradisi, dan penerapan konkrit pada hidup para peserta katekese umat. Dalam

Page 74: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

56  

langkah-langkah pendalaman iman atau katekese umat pada umumnya terdapat tiga

model, yakni model pengalaman hidup yang lebih bertolak pada pengalaman hidup

konkrit sehari-hari para para peserta, sedangkan model biblis lebih menekankan

pada Kitab Suci/Tradisi; dan model campuran biblis dan pengalaman hidup yang

lebih bertolak pada hubungan antara Kitab Suci atau Tradisi dengan pengalaman

hidup konkrit yang dialami secara nyata oleh para peserta katekese umat (Sumarno

Ds, 2009: 11).

a. Model pengalaman hidup

Katekese model pengalaman hidup merupakan model katekese umat yang

bertitik tolak dari pengalaman para peserta yang dialami dalam kehidupan mereka

sehari-hari (Sumarno Ds, 2009: 11-12). Pengalaman umat menjadi salah satu

tekanan yang utama/menjadi perhatian utama dalam proses katekese umat model

pengalaman hidup.

1) Introduksi

Di sini Introduksi selalu berisikan lagu dan pembukaan yang sesuai dengan

tema yang diambil/diangkat dalam katekese umat yang akan dilaksanakan. Tugas

katekis di sini adalah menghubungkan dengan tema yang sudah dibahas atau yang

sudah dibicarakan dalam pertemuan-pertemuan sebelumnya (Sumarno Ds, 2009:

11).

2) Penyajian suatu pengalaman hidup

Dalam proses penyajian pengalaman hidup, seorang pendamping katekese

umat/katekis dapat mengambil suatu peristiwa konkrit yang terjadi di dalam atau di

Page 75: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

57  

tengah kehidupan masyarakat tetapi harus sesuai dengan tema dan situasi para

peserta secara konkrit. Pengalaman ini bisa diambil misalnya dari surat kabar, cerita

yang masih relevan dengan situasi konkrit para peserta katekese umat (Sumarno Ds,

2009: 11).

3) Pendalaman pengalaman hidup

Tugas pendamping mencoba mengajak para peserta untuk mengaktualisasi

pengalaman dalam situasi hidup mereka secara nyata. Biasanya terjadi dalam

kelompok kecil dengan pertanyaan-pertanyaan pendalaman yang merangsang para

peserta untuk mengambil perhatian dalam sikap hidup moral konkrit sesuai dengan

tema (Sumarno Ds, 2009: 11).

4) Rangkuman pendalaman pengalaman hidup

Seorang pendamping berusaha secara kreatif mencari gambaran umum dari

sikap-sikap yang dapat diambil oleh peserta berhubungan dengan tema dalam

penyajian pengalaman hidup dan dengan teks Kitab Suci atau Tradisi yang hendak

dipakai dalam langkah berikutnya (Sumarno Ds, 2009: 11).

5) Pembacaan Kitab Suci atau Tradisi

Pendamping memberikan kesempatan kepada peserta untuk membaca teks

Kitab Suci atau Tradisi serta memberikan kesempatan merefleksikan teks tersebut

dengan dibantu beberapa pertanyaan pendalaman, misalnya: kata atau kalimat mana

yang penting menurut peserta? Apakah pesan inti dari teks tersebut? Apa arti atau

makna pesan teks tersebut bagi hidup konkrit para peserta? (Sumarno Ds, 2009:

Page 76: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

58  

11). Di sini peserta berusaha mencari pesan apa yang disampaikan oleh teks Kitab

Suci/Tradisi.

6) Pendalaman teks Kitab Suci atau Tradisi

Peran pendamping di sini berusaha mengajak para peserta untuk menjawab

bersama-sama pertanyaan-pertanyaan yang telah direnungkan secara pribadi

maupun bersama setelah pembacaan teks Kitab Suci atau Tradisi. Kemudian

pendamping membaca sekali lagi teks Kitab Suci atau Tradisi yang dipersiapkan

agar para peserta semakin memahami dan mengerti apa yang mau disampaikan dan

menjadi pesan inti dari teks Kitab Suci atau Tradisi yang sedang dibahas dalam

proses katekese umat.

Pada kesempatan ini seorang pendamping/katekis berusaha membantu para

peserta agar tidak merasa ragu dan malu ataupun takut untuk mengungkapkan

pendapat/tafsiran mereka sehubungan dengan tema yang dapat diambil dan dipetik

serta digali dari pembacaan teks Kitab Suci atau Tradisi yang sedang dibahas dalam

proses pelaksanaan katekese (Sumarno Ds, 2009: 12).

7) Rangkuman pendalaman teks Kitab Suci atau Tradisi

Pendamping merangkum jawaban para peserta, terutama pesan inti dari teks

yang berhubungan dengan tema. Kemudian pendamping merangkum jawaban

peserta dengan hasil persiapan pribadi yang telah diperoleh berdasarkan renungan

atau pembacaan lebih mendalam dari sumber-sumber lain, terutama yang

berhubungan dengan tema sehingga peserta semakin diperkaya dengan informasi

atau masukan pengetahuan iman (Sumarno Ds, 2009: 12).

Page 77: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

59  

8) Penerapan dalam hidup konkrit

Pendamping mengajak peserta mengambil beberapa kesimpulan praktis

yang berhubungan dengan tema untuk diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-

hari, baik dalam kehidupan bermasyarakat, Gereja, lingkungan, wilayah, paroki,

maupun di dalam kehidupan berkeluarga. Kemudian pendamping mengajak peserta

untuk hening sejenak, merenungkan serta mengumpulkan buah-buah pribadi dari

katekese umat untuk hidup sehari-hari, yang berupa niat atau tindakan apa yang

akan diambil untuk selanjutnya (Sumarno Ds, 2009: 12).

9) Penutup

Doa penutup dapat dimulai dengan mengungkapkan doa-doa spontan yang

merupakan hasil buah-buah katekese dan bisa juga doa-doa umat lainnya secara

bebas. Di sini katekis bisa mengakhiri katekese dengan doa penutup yang

merangkum keseluruhan tema dan tujuan katekese. Kemudian diakhiri dengan

nyanyian yang sesuai dengan tema (Sumarno Ds, 2009: 12).

Kekuatan model ini para peserta merasa dihormati, hargai karena tema yang

diangkat sesuai dengan situasi/pengalaman konkrit yang dialami oleh peserta,

kesesuaian ini membantu peserta untuk dapat mengungkapkan pengalaman yang

dialami dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga membawa peserta pada

pengalaman bersama Allah.

Kelemahan model ini seakan-akan menomorduakan Kitab Suci sebagai

sumber iman umat Kristiani, sehingga peserta tidak mengerti ajaran-ajaran Gereja

bila penekanannya pada pengalaman hidup, dan tidak semua peserta dapat

Page 78: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

60  

memahami bahwa pengalaman hidup sehari-hari itu adalah merupakan rahmat

Allah yang menyapa mereka.

b. Model Biblis

Model biblis merupakan model katekese umat yang sepenuhnya bertitik

tolak pada Kitab Suci, Kitab Suci yang menjadi perhatian utama dalam proses

pelaksanaan katekese umat model biblis. Kitab Suci atau Tradisi tersebut menjadi

penerang bagi setiap peserta dan membantu peserta dalam melihat pengalaman

hidup sehari-hari sebagai pengalaman iman yang menyelamatkan (Sumarno Ds,

2009: 12-13).

1) Doa dan lagu pembukaan

Doa dan lagu pembukaan dapat dipilih sesuai dengan tema Kitab Suci atau

Tradisi yang ditentukan untuk pertemuan katekese yang dilaksanakan. Kemudian

katekis mencoba menghubungkan tema katekese dengan tema-tema katekese

sebelumnya (Sumarno Ds, 2009: 12).

2) Pembacaan Kitab Suci atau Tradisi

Kitab Suci dibaca oleh salah satu peserta yang hadir dalam proses

pelaksanaan katekese umat model biblis. Peserta diajak untuk memperhatikan dan

mendengarkan Kitab Suci yang dibacakan. Situasi yang diciptakan saat membaca

teks Kitab Suci adalah suasana hening, saat hening peserta diajak untuk

merefleksikan pertanyaan-pertanyaan pendalaman, misalnya: kata atau kalimat

mana yang penting menurut peserta? Apakah pesan inti dari teks tersebut? Apakah

arti pesan tersebut bagi hidup konkrit peserta? (Sumarno Ds, 2009: 12).

Page 79: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

61  

3) Pendalaman teks Kitab Suci atau Tradisi

Dalam proses pendalaman teks Kitab Suci atau Tradisi, seorang

pendamping katekese umat mengajak para peserta membentuk kelompok kecil

untuk mengungkapkan hasil renungan pribadi dari jawaban-jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan yang telah ditulis pendamping. Kemudian pendamping

membuat rangkuman dari jawaban-jawaban para peserta, terutama pesan inti teks

yang berhubungan dengan tema yang dibahas. Akhirnya pendamping mencoba

menghubungkan rangkuman jawaban para peserta dengan hasil persiapan pribadi,

yang diolah berdasar renungan maupun pembacaan lebih mendalam dari sumber-

sumber lain, terutama yang berhubungan dengan tema yang dibahas, sehingga para

peserta semakin diteguhkan dan semakin diperkaya. Peranan pendamping di sini

menjadi nara sumber yang mampu menampilkan isi atau pesan inti teks Kitab Suci

yang relevan dan mudah ditangkap oleh para peserta (Sumarno Ds, 2009: 12-13).

4) Pendalaman pengalaman hidup

Di sini peserta dapat menghubungkan pesan inti teks Kitab Suci atau Tradisi

dengan pengalaman hidup yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari sesuai

dengan tema sebagaimana terdapat dalam peristiwa yang ada dalam kebudayaan,

dalam tradisi setempat, dalam hidup bermasyarakat, menggereja dan berkeluarga

(Sumarno Ds, 2009: 13).

5) Penerapan dalam hidup peserta

Di sini pendamping mengajak para peserta merefleksikan serta memikirkan

apa yang sebaiknya dilaksanakan dalam kehidupan konkrit sehari-hari peserta

Page 80: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

62  

dalam situasi dan kondisi setempat. Semangat serta kekuatan mana yang bisa

diambil dan diwujudkan dalam praktek hidup sehari-hari untuk menghadapi setiap

permasalahan yang dialami oleh para peserta (Sumarno Ds, 2009: 13).

6) Doa penutup

Dalam doa penutup pendamping mengajak para peserta melakukan refleksi

pribadi dalam keheningan, misalnya merenung dalam hati tentang kesulitan-

kesulitan yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, apabila hendak mewujudkan

pesan inti, sarana dan cara-cara mana yang bisa ditempuh untuk mengatasi kesulitan

tersebut, setelah itu katekis menutup katekese dengan doa penutup yang

merangkum keseluruhan proses dan tujuan (Sumarno Ds, 2009: 13). Katekese

model biblis selalu berusaha membantu dan mengajak para peserta untuk dapat

merasakan rahmat dan kehadiran Allah dalam kehidupannya sehari-hari.

Kekuatan katekese model biblis, Kitab Suci sebagai pedoman hidup beriman

Kristiani semakin dihayati dan dipahami para peserta sehingga dari pemahaman itu

para peserta dapat mewujudkan dalam kehidupan mereka sehari-hari dan

menemukan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah kehidupan sehari-hari. Di sini

Kitab Suci menjadi bahan utama dalam proses katekese umat yang sedang

dilaksankan.

Kelemahan model biblis situasi hidup peserta kurang disentuh karena

bersifat ajaran dan tidak jarang umat mengalami kesulitan untuk memahami pesan

inti yang disampaikan Kitab Suci sehingga peserta kurang antusias mensharingkan

pengalaman imannya. Model biblis lebih bertolak pada pengalaman Kitab Suci atau

Tradisi, peserta harus dapat menghubungkan pesan inti teks Kitab Suci atau Tradisi

Page 81: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

63  

dengan pengalaman yang dialami dalam kehidupannya sehari-hari sesuai dengan

tema yang diangkat.

c. Model campuran: Biblis dan pengalaman hidup

Model campuran: merupakan gabungan antara model biblis dengan model

pengalaman hidup. Kedua model ini digabung menjadi satu kesatuan yang saling

berkaitan atau berhubungan. Model biblis dan pengalaman hidup pada umumnya

mempunyai langkah-langkah yang berurutan sebagai berikut (Sumarno Ds, 2009:

13).

1) Doa pembukaan

Di sini doa diungkapkan dari tema pokok katekese yang akan dilaksanakan,

demikian juga lagu hendaknya disesuaikan dengan tema dan tujuan yang

diharapkan dalam katekese, sehingga menjadi lebih jelas apa yang mau

disampaikan serta dapat dimengerti oleh para peserta yang hadir dalam proses

katekese. Doa pembukaan mengarahkan para peserta untuk semakin mengerti apa

yang akan dibahas dalam proses katekese yang sedang berlangsung (Sumarno Ds,

2009: 13).

2) Pembacaan teks Kitab Suci/Tradisi

Pendamping meminta para peserta membaca langsung dari teks Kitab Suci.

Bila perlu katekis mengulangi pembacaan secara pelan-pelan agar para peserta lebih

memahami apa yang mau disampaikan oleh teks Kitab Suci tersebut (Sumarno Ds,

2009: 13). Setelah pembacaan, para peserta diberi kesempatan untuk hening sejenak

merenungkan isi dari bacaan teks Kitab Suci tersebut.

Page 82: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

64  

3) Penyajian pengalaman hidup

Proses penyajian pengalaman hidup dapat disampaikan melalui sarana

media komunikasi yang dipersiapkan oleh pemimpin/pendamping, bila mungkin

dengan sarana audio-visiual, atau dengan sarana lain yang dapat membangkitkan

semangat para peserta yang hadir dalam proses pelaksanaan katekese umat model

campuran (Sumarno Ds, 2009: 13).

4) Pendalaman pengalaman hidup dan teks biblis atau Tradisi

Di sini peran seorang pendamping adalah mengajak para peserta untuk

mengungkapkan pengalaman hidupnya dalam kelompok kecil, kesan-kesan pribadi

serta hal-hal yang mengesankan dalam proses berkatekese yang dilaksanakan.

Kemudian para peserta diajak untuk secara objektif mencari apa yang sebetulnya

terjadi dalam penyajian pengalaman hidup tadi, setelah itu para peserta diajak

menemukan sendiri apa yang menjadi tema dan pesan pokok dari penyajian

pengalaman hidup tadi.

Langkah berikutnya pendamping mengundang para peserta untuk

merefleksikan dan menganalisa pesan tersebut untuk hidup sehari dan

mengkonfrontasikan dalam hubungannya dengan teks Kitab Suci atau Tradisi yang

dibacakan. Kemudian pendamping merangkum refleksi pengalaman pribadi atau

kelompok dengan menarik perhatian serta kesimpulan umum sehubungan dengan

tema (Sumarno Ds, 2009: 14). Kalau bisa seorang pendamping katekese umat

mengajak para peserta memikirkan tindakan konkrit, baik secara pribadi atau

bersama untuk memikirkan niat apa yang hendak dibuat/dilakukan untuk menjadi

lebih baik.

Page 83: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

65  

5) Penerapan meditatif

Di sini Pendamping membuat pertanyaan reflektif yang mengubungkan

pengalaman-pengalaman konkrit dalam hidup dan situasi para peserta. Pendamping

berusaha merangsang peserta untuk dapat menarik pelajaran-pelajaran nyata dalam

hidup pribadi baik dalam keluarga, dalam hidup bermasyarakat dan dalam hidup

menggereja (Sumarno Ds, 2009: 12).

6) Evaluasi singkat

Pendamping mengajak para peserta untuk melakukan evaluasi bersama atas

kegiatan katekese yang dilaksanakan, sehingga untuk pertemuan berikutnya

menjadi pertemuan yang lebih baik, menarik, mendalam, lebih sesuai, dan lebih

relevan sesuai dengan kebutuhan peserta yang hadir dalam kegiatan tersebut

(Sumarno Ds, 2009: 14).

7) Doa penutup

Situasi yang diciptakan dalam doa penutup adalah suasana hening dan

dilanjutkan dengan doa-doa spontan dari peserta. Di sini pendamping bisa

mengakhiri dengan doa penutup yang merangkum keseluruhan isi yang telah

tercapai selama proses katekese berlangsung (Sumarno Ds, 2009: 14).

Model katekese campuran selalu berusaha mengajak peserta untuk saling

mengkomunikasikan pengalaman imannya, baik pengalaman pribadi maupun

pengalaman berdasarkan pembacaan Kitab Suci. Melalui pengalaman-pengalaman

hidup yang dialami peserta diajak mengungkapkan dan mengambil suatu tindakan

konkrit baik dalam hidup menggereja maupun dalam kehidupan bermasyarakat.

Page 84: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

66  

Kekuatan katekese umat model biblis dan pengalaman hidup para peserta

disadarkan agar memahami bahwa pesan-pesan yang ada dalam Kitab Suci tidak

jauh beda dengan pengalaman-pengalaman yang dialami dalam kehidupan sehari-

hari. Sehingga Kitab Suci dimengerti sebagai sesuatu yang hidup sesuai dengan

jamannya saat ini.

Kelemahannya, tidak semua para peserta yang hadir mampu

menghubungkan pengalamannya dengan pesan inti dari teks Kitab Suci atau

Tradisi, karena merasa sulit menghubungkan pesan inti teks Kitab Suci dengan

pengalaman yang dialami dalam kehidupannya sehari-hari muncul rasa jenuh/bosan

dari para peserta. Peran seorang katekis sangat dibutuhkan untuk membantu para

peserta agar dapat menghubungkan pengalamannya dengan pesan inti teks Kitab

Suci sehingga pertemuan menjadi menarik dan menyenangkan.

B. Shared Christian Praxis: Alternatif Katekese Umat Model Pengalaman

Hidup

Katekese umat model SCP merupakan suatu alternatif katekese umat model

pengalaman hidup. Katekese umat model pengalaman hidup menekankan proses

berkatekese yang bersifat dialogal dan partisipatif yang bermaksud mendorong para

peserta, berdasarkan konfrontasi antara “Tradisi” dan “Visi” hidup mereka dengan

“Tradisi” dan “Visi” Kristiani, agar baik secara pribadi maupun bersama mampu

mengadakan penegasan dan mengambil suatu keputusan demi terwujudnya nilai-

nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan setiap manusia yang terlibat dalam dunia.

Katekese umat model SCP ini bermula dari pengalaman hidup para peserta,

yang direfleksi secara kritis dan dikonfrontasikan dengan pengalaman iman dan visi

Page 85: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

67  

Kristiani supaya muncul sikap dan kesadaran baru yang memberi motivasi pada

keterlibatan baru demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah dalam kehidupan

sehari-hari umat (Sumarno Ds, 2009: 14-15). Oleh karena itu, katekese umat model

SCP sangat cocok untuk membantu para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci

Tering selaku penggerak umat dalam meningkatkan kemampuan berkatekese yang

dialogal partisipatif demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah bagi kehidupan

umat setempat, maka katekese umat model SCP ditawarkan untuk menjawab

kebutuhan para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering, yang rata-rata kurang

memiliki pengetahuan dan ketrampilan memadai dalam bidang katekese, khususnya

katekese umat yang melibatkan para peserta.

1. Pengertian Shared Christian Praxis

Menurut Thomas H. Groome yang disadur oleh Drs. FX. Heryatno W.W,

SJ., M.Ed. dan Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A. pengertian katekese umat Model

SCP dapat digali dari kata-kata Shared, Christian, Praxis sebagai berikut:

a. Shared

Shared atau sharing menunjuk pada komunikasi timbal balik, sikap

partisipasi aktif dan kritis dari semua peserta. Sharing berarti barbagi rasa,

pengalaman, pengetahuan, perasaan saling menerima oleh peserta dan saling

terbuka. Sharing yang dilaksanakan menekankan hubungan antar pengalaman

faktual peserta dengan Tradisi dan visi Kristiani. Sharing juga merupakan suatu

proses katekese umat yang menekankan unsur dialogal partisipatif peserta yang

ditandai suasana kekeluargaan, kebersamaan, persaudaraan dan saling menghargai

serta mencintai satu sama lain (Groome, 1997: 4-5). Dalam sharing semua peserta

Page 86: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

68  

diberi kesempatan untuk ikut ambil bagian/terlibat aktif, terbuka, serta siap

mendengar pengalaman orang lain dan berkomunikasi dengan kebebasan hati.

Ada dua unsur yang harus diperhatikan dalam dialog yakni: membicarakan

dan mendengarkan. Membicarakan bukan berarti berbicara terus menerus tanpa

memberi kesempatan kepada peserta lain, dan bukan pula tukar pendapat serta

memberikan nasihat kepada peserta lain, melainkan membicarakan berarti

menyampaikan atau mengungkapkan pengalaman hidup yang didasari oleh sikap

keterbukaan, kejujuran dan kerendahan hati untuk mengungkapkan pengalaman dan

pengetahuan yang nyata dalam dirinya. Mendengarkan berarti mendengar dengan

hati dan rasa, penuh perhatian tentang apa yang disharingkan oleh sesama.

Mendengarkan memang bukan hal yang mudah, menuntut perhatian dan hati untuk

saling berbagi dan saling memperhatikan sharing satu dengan yang lain. Dengan

saling mendengarkan/memperhatikan, maka peserta akan menemukan diri sendiri

dan kehendak Allah. Syarat-syarat yang diperlukan dalam sharing antara lain: cinta

akan dunia dan manusia yang menjadi dasar berkomunikasi, rendah hati, mau

memberi dan menerima pengalaman pribadi, memiliki rasa saling percaya sehingga

dapat mensharingkan pengalaman iman dengan jujur, terbuka dan tanpa ragu-ragu

dan menerima serta mau mendengar sharing orang lain. Selain itu yang terpenting

adalah menyadari bahwa apa yang disharingkan bukan hanya dialog antar peserta

namun dialogal juga dengan Tuhan (Sumarno Ds, 2009: 16).

b. Christian

Kekayaan model iman yang ditekankan dalam model ini meliputi 2 (dua)

unsur pokok yaitu pengalaman hidup iman Kristiani (tradisi dan visinya). Tradisi

Page 87: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

69  

Kristiani mengungkapkan realitas iman jemaat Kristiani yang hidup dan sungguh

dihayati. Hal ini mau mengungkapkan tanggapan manusia terhadap perwahyuan diri

Allah yang terlaksana dalam hidup mereka sehari-hari, sebagai realitas iman dalam

sejarah, tradisi senantiasa mengundang ketrlibatan praxis. Sedangkan visi Kristiani

menggaris-bawahi tuntutan dan janji Allah yang terkandung dalam tradisi, tanggung

jawab dan pengutusan orang Kristiani sebagai jalan untuk menghidupi semangat

dan sikap kemuridan mereka (Groome, 1997: 2-3).

Christian berarti mengusahakan agar kekayaan iman Kristiani sepanjang

sejarah dan visinya semakin terjangkau/terwujud, dekat, dan relavan untuk

kehidupan pribadi para peserta (Groome, 1997: 2-3). Hal ini lebih berarti kepada

penghayatan Tradisi iman Kristiani sebagai sumber pewartaan iman. Visi Kristiani

yang paling hakiki adalah terwujudnya nilai-nilai kerajaan Allah dalam kehidupan

setiap manusia .

c. Praxis

Praxis adalah suatu tindakan yang sudah direfleksikan teoritis teologis dan

sekaligus suatu refleksi teologis yang didukung oleh praktek. Praxis merupakan

ungkapan pribadi yang merupakan ungkapan fisik, emosional, intelektual,

spiritualitas dan hidup kita. Praxis mempunyai tiga unsur pembentuk yang saling

berkaitan: aktifitas, refleksi dan kreatifitas. Tiga unsur pembentuk ini berfungsi

untuk membangkitkan pengembangan imajinasi. Meneguhkan kehendak dan

mendorong praxis baru yang dapat dipertanggung jawabkan secara etis dan moral

(Sumarno Ds, 2009: 15-16). Secara singkat tiga unsur ini dapat dijelaskan sebagai

berikut: Aktifitas kegiatan mental dan fisik, kesadaran, tindakan, personal dan

Page 88: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

70  

sosial, hidup pribadi dan tindakan publik bersama yang semuanya merupakan

medan masa kini untuk perwujudan diri manusia.

Refleksi menekankan refleksi kritis terhadap tindakan historis pribadi dan

sosial dalam masa lampau ”Tradisi” dan ”Visi” iman Kristiani sepanjang sejarah.

Kreatifitas merupakan perpaduan antara aktifitas dan refleksi yang menekankan

sifat transenden manusia dalam dinamika menuju masa depan yang lebih baik untuk

praxis baru (Sumarno Ds, 2009: 15-16).

Praxis merupakan seluruh keterlibatan manusia dalam dunia dan segala

perbuatan manusia yang selalu memiliki tujuan untuk mencapai transformasi

kehidupan, yang meliputi kesatuan antar praktek dan teori akan membentuk suatu

kreatifitas, sedangkan refleksi kritis dan kesadaran historis mengarah pada suatu

keterlibatan baru. Praxis mempunyai tiga komponen yang saling berkaitan:

aktifitas, refleksi, dan kreatifitas. Ketiga komponen ini berfungsi membangkitan

berkembangnya imanjinasi, meneguhkan kehendak, dan mendorong praxis baru

yang secara etis dan moral dapat dipertanggung jawabkan dengan baik (Groome,

1997: 2).

2. Langkah-langkah Shared Christian Praxis

Thomas H. Groome mengemukakan 5 (lima) langkah pokok, yang dikutip

oleh Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A. didahului dengan langkah 0, sebagai berikut:

a. Langkah 0: Pemusatan aktivitas

1) Kekhasan

Langkah nol atau pemusatan aktivitas merupakan kegiatan awal untuk

mencari serta mengarahkan para peserta untuk menemukan topik yang akan

Page 89: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

71  

menjadi proses dalam pengembangan langkah berikut melalui lagu, cerita, bahasa

foto, simbol-simbol puisi, film, poster, permainan, cergam yang menunjang para

peserta menemukan salah satu aspek yang bisa menjadi topik dasar untuk

pertemuan yang akan dilaksanakan. Di sini pendamping mengajak para peserta

mengungkapkan keyakinan bahwa Allah senantiasa terlibat dan aktif mewahyukan

diri dan kehendak-Nya di tengah kehidupan sehari-hari. Melalui refleksi, sejarah

hidup manusia dapat menjadi medan perjumpaan antara perwahyuan Allah dan

tanggapan manusia terhadap-Nya (Sumarno Ds, 2009: 18).

2) Tujuan

Tujuan langkah nol adalah berusaha memotivasi para peserta supaya

menemukan topik pertemuan yang bertolak dari kehidupan konkrit yang

selanjutnya menjadi tema dasar pertemuan. Maksudnya supaya tema dasar yang

diangkat sungguh-sungguh mencerminkan pokok-pokok hidup, keprihatian,

permasalahan dan kebutuhan para peserta. Tema dasar hendaknya sungguh-

sungguh mendorong para peserta untuk terlibat aktif dalam pertemuan yang

dilaksanakan. Pemilihan tema dasar harus konsisten dengan model SCP yang

menekankan partisipasi dan dialogal. Tema dasar tidak bertentangan dengan iman

Kristiani (Sumarno Ds, 2009: 19).

3) Peran pendamping

Di sini pendamping bertugas dan bertanggung jawab menciptakan

lingkungan psikososial dan fisik yang mendukung (kondusif) serta memilih sarana

yang tepat dan cocok, serta membantu para peserta merumuskan prioritas tema

Page 90: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

72  

yang tepat sehingga proses pelaksanaan katekese umat dapat berjalan dengan baik

(Sumarno Ds, 2009: 19).

4) Peran peserta

Di sini para peserta mengambil bagian dalam menentukan tema pertemuan

yang akan dilaksanakan. Keterlibatan para peserta sangat memungkinkan proses

katekese berjalan dengan baik, oleh sebab itu peran dan keaktifan para peserta

sangat dibutuhkan dalam langkah nol. Langkah nol merupakan tahap mengajak

peserta supaya betul-betul bertolak dari pengalaman praxis yang dialami secara

nyata dalam kehidupannya sehari-hari. Melalui dialog diharapkan munculnya tema-

tema pokok yang akan menjadi arah pertemuan berikutnya (Sumarno Ds, 2009: 18).

b. Langkah I : Mengungkapkan pengalaman hidup peserta

1) Kekhasan

Setelah peserta menemukan topik/tema pembicaraan, para peserta diajak

mengungkapkan pengalaman hidupnya melalui sharing. Pengalaman yang

disharingkan bisa berupa pengalaman pribadi yang pernah dialami secara nyata,

tetapi sesuai dengan tema. Isinya bisa diambil dari pengalaman para peserta itu

sendiri, atau kehidupan dan permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat, cara

yang dipakai adalah sharing, peserta membagikan pengalaman hidup yang sungguh-

sungguh dialami dan tidak boleh ditanggapi sebagai suatu laporan. Dalam dialog

peserta boleh diam, karena diam pun merupakan salah satu cara berdialog. Bentuk

yang digunakan bisa dari lambang, tarian, nyanyian, puisi, pantonim dan

sebagainya yang penting bersangkutan dengan tema dan tujuan yang hendak

Page 91: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

73  

dicapai, dan bentuknya bisa dimengerti oleh para peserta lain dan betul-betul

mengungkapkan pengalaman hidup faktual (Sumarno Ds, 2009: 19).

2) Tujuan

Berdasarkan tema dasar yang sudah dipilih bersama para peserta, maka

langkah pertama ini mempunyai tujuan yang khas yaitu membantu para peserta

untuk mengungkapkan pengalaman hidup faktual (fakta) yang dialami dalam

kehidupannya sehari-hari bersama orang lain secara nyata (Sumarno Ds, 2009: 19).

3) Peran pendamping

Di sini pendamping berperan sebagai fasilitator yang menciptakan suasana

pertemuan menjadi hangat dan mendukung peserta untuk membagikan praxis

hidupnya berkaitan dengan tema dasar, merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang

jelas, terarah, tidak menyinggung harga diri seseorang, bersikap ramah, sabar,

bersahabat, peka terhadap latar belakang keadaan dan permasalahan peserta,

memiliki sikap terbuka dan objektif misalnya, gambarkan, atau lukiskan, atau

ceritakan apa yang anda temui, lihat, dengar dan lakukan (Sumarno Ds, 2009: 19).

4) Peran peserta

Peran peserta di sini berusaha melibatkan diri misalnya mengungkapkan

pengalaman hidup faktual yang dialami dalam kehidupannya sehari-hari secara

nyata. Para peserta mengungkapkan pengalaman hidupnya masing-masing melalui

sharing, yang disharingkan harus sesuai dengan tema yang sudah digali bersama.

Karena langkah ini mengungkapakan pengalaman para peserta maka pertanyaan

yang dibuat biasanya diawali dengan; apa, kapan, yang mana. Selain dengan kata

Page 92: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

74  

tanya, pengungkapan pengalaman dapat dibantu dengan kata perintah seperti;

ceritakanlah, uangkapkanlah, atau sebutkanlah (Sumarno Ds, 2009: 19).

c. Langkah II: Mendalami pengalaman hidup peserta

1) Kekhasan

Kekhasan langkah dua ini berangkat dari pengalaman yang telah

diceritakan atau disharingkan oleh para peserta dalam proses berkatekese umat. Di

sini para peserta berusaha merefleksikan pengalaman yang pernah dialami secara

kritis praksis baru yang mengarah pada transformasi kehidupan, baik secara

personal maupun sosial (Sumarno Ds, 2009: 20).

2) Tujuan

Tujuan langkah ini memperdalam saat refleksi dan mengantar para peserta

katekese umat pada kesadaran yang kritis akan pengalaman hidup secara nyata yang

pernah dialami dalam kehidupannya sehari-hari dan tindakannya yang meliputi:

alasan, minat, asumsi, ideologi (Sumarno Ds, 2009: 20).

3) Peran pendamping

Pada langkah pertama ini pendamping berusaha menciptakan suasana

pertemuan yang menghormati, mendukung setiap gagasan serta sambung saran

peserta. Mendorong peserta supaya mengadakan dialogal dan penegasan bersama

yang bertujuan memperdalam, menguji pemahaman, kenangan dan imajinasi

peserta, serta mengajak setiap peserta untuk berbicara tetapi tidak memaksa dan

menggunakan pertanyaan yang menggali tidak menginterogasi dan mengganggu

harga diri dan apa yang dirahasiakan peserta. Menyadari kondisi peserta lebih-lebih

Page 93: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

75  

mereka yang tidak biasa melakukan refleksi kritis terhadap pengalaman hidupnya

(Sumarno Ds, 2009: 20).

4) Peran peserta

Dalam proses berkatekese umat peran dan keaktifan para peserta selalu

menjadi tekanan utama dalam proses katekese umat. Pada langkah ini para peserta

melakukan dialogal serta refleksi secara kritis dan mendalam akan pengalaman

hidup yang pernah dialami secara nyata. Peran peserta sangat dibutuhkan pada

langkah ini karena peran dan keterlibatan peserta dapat menentukan berhasilnya

proses katekese umat yang dilaksanakan (Sumarno Ds, 2009: 20).

d. Langkah III: Menggali pengalaman iman Kristiani

1) Kekhasan

Tradisi dan visi Kristiani mengungkapkan pewahyuan dari Allah di dalam

kehidupan manusia yang memuncak dalam pribadi Yesus Kristus. Pengalaman

pewahyuan tersebut perlu ditanggapi oleh katekis sebagai penggerak umat untuk

membantu kepentingan hidup para peserta. Tradisi mengungkapkan tanggapan

iman jemaat Kristiani sepanjang sejarah perwahyuan ilahi, seperti terungkap dalam

Kitab Suci, dogma, pengajaran Gereja, liturgi, spiritulitas, devosi, seni dalam

Gereja, kepemimpinan dan kehidupan jemaat beriman. Visi Kristiani

mengungkapkan janji dan tanggung jawab yang berasal dari Tradisi yang bertujuan

untuk mendorong jemaat beriman supaya berpartisipasi di dalam menegakkan

terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah kehidupan manusia.

Tradisi dan visi Kristiani mengungkapkan perwahyuan diri dan kehendak Allah

yang memuncak dalam misteri hidup dan karya Yesus Kristus serta

Page 94: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

76  

mengungkapkan tanggapan manusia atas perwahyuan tersebut (Sumarno Ds, 2009:

20-21).

2) Tujuan

Langkah ini bertujuan mengkomunikasikan nilai-nilai Tradisi dan visi

Kristiani yang terdapat dalam Kitab Suci agar lebih terjangkau dan lebih mengena

dalam kehidupan para peserta yang konteks dan latar belakang kebudayaannya

berlainan. Peserta diajak untuk mengambil bagian atau berpartisipasi di dalam

menegakkan terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah kehidupan

manusia (Sumarno Ds, 2009: 20).

3) Peran pendamping

Peran seorang pendamping di sini mencoba menafsirkan teks Kitab Suci

yang sudah disiapkan dalam pertemuan katekese yang akan dilaksanakan,

pendamping harus mengetahui cara dan isi tafsiran yang bertujuan memberi

informasi serta membantu para peserta agar nilai-nilai Tradisi dan visi Kristiani

menjadi miliknya.

Seorang pendamping katekese umat diharapkan dapat menggunakan

metode yang tepat/sesuai dengan situasi konkrit para peserta, misalnya: diskusi

kelompok, memanfaatkan produk-produk audio visual atau media yang ada serta

bersikap tidak mendikte tetapi mengantar peserta ke tingkat kesadaran yang lebih

baik; tidak mengulang-ulang rumusan; tidak bersikap sebagai “guru”, ada kalanya

bersikap sebagai “murid” yang siap belajar dari peserta itu sendiri (Sumarno Ds,

2009: 21).

Page 95: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

77  

4) Peran peserta

Peran peserta di sini mencoba melibatkan diri dalam mengambil/menarik

makna dari perikop Kitab Suci yang disediakan oleh pendamping dan berusaha

menemukan nilai-nilai Tradisi dan visi Kristiani serta berpartisipasi menegakkan

terwujudnya nilai-nilai Kerajaan (Sumarno Ds, 2009: 20). Pada langkah ini peserta

diajak untuk menarik makna dari perikop Kitab Suci sehubungan dengan tema atau

tujuan. Untuk menemukan makna Kitab Suci pertanyaan yang dapat diajukan

misalnya, ayat mana yang menarik, sikap-sikap/nilai-nilai apa yang ingin

ditanamkan berdasarkan perikop tersebut.

e. Langkah IV: Menerapkan iman Kristiani dalam situasi peserta konkrit

1) Kekhasan

Pada langkah ini para peserta yang hadir dalam proses pelaksanaan

katekese umat diberikan motivasi untuk mengadakan penilaian dan penegasan

antara Tradisi dan visi peserta dengan nilai Tradisi dan visi Kristiani. Para peserta

mendialogkan hasil pengolahan mereka pada langkah pertama dan kedua dengan isi

pokok langkah ketiga. Mereka bertanya, bagaimana nilai-nilai Tradisi dan Visi

Kristiani meneguhkan, mengkritik, memberi semangat, serta mengundang para

peserta untuk melangkah pada kehidupan yang lebih baik dengan semangat baru,

iman yang baru demi terwujud nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan

sehari-hari. Dialog di sini ialah perasaan, sikap, intuisi, persepsi, evaluasi dan

penegasannya yang menyatakan kebenaran nilai, serta kesadaran yang diyakini.

Cara yang digunakan misalnya dengan tulisan, penjelasan, simbol (Sumarno Ds,

2009: 21).

Page 96: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

78  

2) Tujuan

Tujuan langkah empat ini yaitu mengajak para peserta, berdasar nilai

Tradisi dan visi Kristiani, menemukan dirinya sendiri nilai hidup yang hendak

digaris bawahi, sikap-sikap pribadi yang picik yang hendak dihilangkan, dan nilai-

nilai baru yang hendak diperkembangkan/diperjuangkan. Di satu pihak peserta

mengintegrasikan nilai-nilai hidup mereka ke dalam Tradisi dan visi Kristiani, di

lain pihak mempersonalisasikan dan memperkaya dinamika Tradisi dan visi

Kristiani (Sumarno Ds, 2009: 21).

3) Peran pendamping

Peranan pendamping adalah menghormati kebebasan dan hasil penegasan

para peserta, termasuk peserta yang menolak tafsiran pendamping. Meyakinkan

peserta bahwa mereka mampu mempertemukan nilai pengalaman hidup dan visi

mereka dengan nilai Tradisi dan visi Kristiani serta mendorong peserta untuk

merubah sikap dari pendengar pasif menjadi pihak yang aktif (Sumarno Ds, 2009:

21).

4) Peran peserta

Peran dan keterlibatan para peserta sangat dibutuhkan, peran dan

keterlibatan tersebut memungkinkan proses katekese umat berjalan dengan baik dan

lancar. Pada langkah empat peserta diharapkan mendialogkan hasil pengolahan

mereka pada langkah pertama dan kedua dengan isi pokok langkah ketiga. Peserta

mencari pesan-pesan yang ada dalam visi dan Tradisi Kristiani kemudian

menyesuaikan pesan-pesan dengan visi dan tradisi peserta (Sumarno Ds, 2009: 21).

Page 97: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

79  

f. Langkah V: Mengusahakan aksi konkrit

1) Kekhasan

Karena dipengaruhi oleh topik dasar, maka keputusan dapat beraneka

ragam bentuk dan sifatnya; subyek dan arahnya. Bentuknya, ada yang menekankan

aspek kognitif (pemahaman), aspek afektif (perasaan), dan tingkah laku (praktis-

politis). Sifatnya, bisa lebih menyangkut tingkat personal, interpersonal, atau sosial

politis. Subyeknya, dapat bersifat aktivitas pribadi atau tindakan bersama. Arahnya,

dapat lebih intern untuk kepentingan kelompok atau ekstern untuk kepentingan di

luar kelompok (Sumarno Ds, 2009: 22). Di sini peserta diberi peluang untuk

mengambil keputusan, bagaimana berdasarkan rahmat Allah menghayati iman

Kristiani. Pada langkah kelima tentunya para peserta diharapkan menemukan

makna dan keterlibatan baru yang dapat diterapkan dalam hidup sebagai wujud

partisipasinya demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah.

2) Tujuan

Tujuan langkah kelima mengajak peserta agar sampai pada keputusan

praktis yang dipahami sebagai tanggapan jemaat terhadap pewahyuan Allah yang

terus berlangsung di dalam sejarah kehidupan manusia dalam kontinuitasnya

dengan Tradisi Gereja sepanjang sejarah dan visi Kristiani. Keprihatinannya adalah

praktis, yakni mendorong keterlibatan baru dengan jalan mengusahakan metanoia

atau pertobatan pribadi dan sosial yang kontinyu (Sumarno Ds, 2009: 22).

3) Peran peserta

Berdasarkan makna baru yang telah ditemukan dalam proses pelaksanaan

katekese umat, peserta berusaha menentukan dan melaksanakan tindakan-tindakan

Page 98: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

80  

konkrit sebagai salah satu cara untuk mewujudkan apa yang hendak mereka

lakukan kedepan agar terwujud nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah kehidupan

mereka sehari-hari (Sumarno Ds, 2009: 22).

4) Peran pendamping

Peran pendamping di sini adalah merangkum keseluruhan proses dari awal

pertemuan hingga akhir sebagai peneguhan serta menyadari hakikat praxis inovatif

dan transformatif dari langkah ini. Pendaming merumuskan pertanyaan operasional

yang membantu peserta ke arah aksinya dan menekankan sikap optimis yang

realistis pada peserta dan mengusahakan supaya peserta sampai pada keputusan

pribadi dan bersama (Sumarno Ds, 2009: 22).

3. Refleksi atas kekuatan dan kelemahan katekese model SCP

Katekese umat model SCP selalu menekankan proses berkatekese umat

yang dialogal partisipatif di mana para peserta dilibatkan secara aktif untuk ambil

bagian dalam mengkomunikasikan pengalaman imannya, sehingga saling

memperkaya dan meneguhkan iman para peserta yang hadir dalam proses katekese

umat. Melalui komunikasi iman atau sharing pengalaman iman, para peserta

diharapkan semakin memahami, mengenal Tradisi Kristiani, dan diharapkan dapat

mengambil keputusan baru demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam

kehidupan sehari-hari (Sumarno Ds, 2009: 14).

a. Kekuatan katekese model SCP

Katekese model SCP menekankan proses katekese umat yang bersifat

dialogal dan partisipatif, yang bermaksud mendorong peserta untuk aktif terlibat

Page 99: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

81  

dalam proses katekese umat yang berdasarkan konfrontasi antara “Tradisi” dan

“Visi” hidup mereka dengan “Tradisi” dan “Visi” Kristiani, baik secara pribadi

maupun bersama, mampu mengadakan penegasan dan mengambil keputusan demi

terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia yang terlibat

dalam dunia. Di sini peserta sebagai subyek yang bebas dan bertanggung jawab

untuk mengungkapkan/mensharingkan pengalaman-pengalaman imannya yang

dialami secara nyata dalam kehidupan sehari-hari (Sumarno Ds, 2009: 14).

Partisipasi peserta sangat diharapkan dalam setiap langkah. Peserta adalah

subjek atau pelaku utama dalam proses katekese umat model SCP. Dengan

partisipasi peserta proses katekese umat dapat berjalan dengan baik. Keterlibatan

merupakan tekanan utama dalam katekese model SCP yang bersifat dialogal

patisipatif. Hal ini memungkinkan terbentuknya rasa persaudaraan dan

kebersamaan yang akrab antara peserta dan juga terbuka terhadap kehendak Allah.

Keterlibatan yang sangat ditekankan dalam katekese model SCP adalah keterlibatan

yang bersifat dialogal partisipatif. Dialogal yang demikian memungkinkan setiap

peserta merasa diterima dan dihargai, sehingga sharing yang terjadi dalam proses

katekese umat model SCP penuh dengan suasana persaudaraan dan keterbukaan.

Yang paling pokok adalah setiap langkah dalam katekese umat model SCP

memiliki sifat yang mengalir bukan langkah yang terlepas melainkan satu kesatuan.

Kendatipun demikian, pendamping dapat juga menggunakan kombinasi langkah

dengan memberikan tekanan pada langkah-langkah tersebut. Artinya langkah-

langkah SCP tidak selalu berurutan, tetapi bisa juga digabung beberapa

langkah/mulai dari langkah tertentu (tidak harus mulai dengan pengungkapan

pengalaman factual) tergantung kreatifitas pendamping terhadap situasi konkrit atau

Page 100: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

82  

keadaan para peserta (Sumarno Ds, 2009: 24). Dalam proses pelaksasnaan katekese

umat model SCP jumlah peserta yang ideal untuk melaksanakan proses katekese

umat model SCP adalah 12 orang. Jika mungkin seluruh para peserta yang hadir

dalam proses pelaksanaan katekese umat model SCP harus dapat berkontak

terhadap para peserta yang lain sehingga proses katekese umat dapat berjalan

dengan baik dan lancar sesuai dengan yang diharapkan. Di dalam proses

pelaksanaan katekese umat model SCP semua anggota/peserta mempunyai

kesempatan yang sama untuk mengungkapkan pengalaman iman yang pernah

mereka alami secara nyata dan disharingkan kepada para peserta yang lain

(Sumarno Ds, 2009: 24).

b. Kelemahan katekese model SCP

Katekese umat model SCP yang selalu menekankan keterlibatan para

peserta sebagai pelaku utama yang harus aktif terlibat dalam proses berkatekese

umat menjadi hambatan tersendiri, karena tidak semua para peserta yang hadir

dalam proses katekese umat mau melibatkan dirinya secara aktif, sehingga proses

pelaksanaan katekese umat kadang tidak dapat berjalan sesuai dengan yang

diharapkan.

4. Peranan katekis dalam katekese umat model SCP

Katekese umat model SCP menekankan dialogal partisipatif yang berusaha

membantu dan mendorong para peserta berdasar komunikasi antar Tradisi dan visi

hidup mereka dengan Tradisi dan visi Kristiani, sehingga baik secara pribadi

maupun bersama mampu mengadakan penegasan pengambilan keputusan demi

Page 101: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

83  

terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan setiap manusia

(Groome, 1997: 1).

Katekese umat dengan model SCP sangat menekankan peran dan

keberadaan para peserta sebagai subjek yang utama serta bebas dan bertanggung

jawab tetapi yang paling pokok adalah katekese umat model SCP memiliki

langkah-langkah yang merupakan satu kesatuan yang menyeluruh dengan tetap

mengindahkan peran para pendamping sebagai motivator, fasilitator, mediator dan

komunikator.

a. Katekis sebagai motivator

Dalam proses katekese umat model SCP peran katekis sangat diharapkan

untuk memberi semangat dan berusaha membangkitkan gairah para peserta untuk

berani berbicara dan berbagi pengalaman faktual yang pernah mereka alami.

Supaya hal tersebut terlaksana dengan baik, maka seorang pendamping/katekis

harus mampu menciptakan lingkungan yang psikososial dan fisik yang kondusif

yang sungguh mendukung suasana pertemuan menjadi penuh rasa persaudaraan,

persahabatan dan kesediaan untuk saling menghormati dan saling percaya satu

dengan yang lain.

Suasana yang baik memungkinkan para peserta katekese umat menjadi

krasan karena mereka dihargai, dimengerti, dan diterima dicintai. Selain itu katekis

seoarang katekis hendaknya memilih sarana yang tepat agar para peserta mau

terlibat aktif dalam proses katekese umat, sarana yang tepat sangat membantu

katekis dalam mencapai tujuan yang diharapkan dalam proses katekese umat

(Groome, 1997: 40).

Page 102: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

84  

b. Katekis sebagai fasilitator

Pembina katekese umat adalah orang yang mampu dan rela menjalankan

katekese dalam kelompok dasar. Dalam proses katekese umat, seorang katekis

berperan sebagai fasilitator/pemudah yang menciptakan suasana pertemuan menjadi

hangat/kondusif dan mendukung para peserta untuk membagikan praxis hidupnya

yang berhubungan dengan tema dasar yang sudah dipilih. Kemudian seorang

katekis harus mampu merumuskan pertanyan-pertanyaan yang jelas, terarah, tidak

menyinggung harga diri seseorang, sesuai dengan latar belakang peserta dan

bersifat terbuka dan objektif (Sumarno, 2009: 19). Di sini peran utama seorang

katekis/pembina katekese umat adalah menterjemahkan isi dan langkah-langkah

pelaksanaan kegiatan katekese umat yang sudah dipersiapkan, sehingga para peserta

terbantu dan dipermudah untuk bekerja secara mandiri dengan lebih bijaksana dan

lebih merangsang para peserta untuk lebih efektif, kreatif dan efisien dalam

menghasilkan pengetahuan yang baru.

c. Katekis sebagai mediator

Terjemahan yang cocok untuk mediasi adalah sarana. Mengingat media

sangat luas artinya dibanding hanya sebagai alat yang dapat mempermudah proses

pelaksanaan katekese umat, tugas katekis sebagai pembina katekese umat model

SCP berperan sebagai alat dan sarana untuk membantu para peserta agar dapat

berpikir, sehingga melalui sharing pengalaman iman, alat atau sarana yang tersedia

dapat membantu para peserta menganalisa pengalaman faktualnya.

Dalam katekese umat model SCP sarana yang dipakai bisa bermacam-

macam, seperti simbol, keyakinan cerita, bahasa foto, poster, video, kaset suara,

Page 103: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

85  

film, telenovela atau sarana-sarana lainnya yang menunjang peserta untuk

berpartisipasi dalam proses katekese model umat SCP (Sumarno Ds, 2009: 18).

d. Katekis sebagai komunikator

Komunikasi yang terjadi dalam katekese umat adalah komunikasi antar

orang-orang dengan pengalaman tertentu dan pada situasi yang dilatar belakangi

kebudayaan tertentu. Dalam katekese umat model Shared Charistian Praxis katekis

berperan menginterpretasikan dan mengkomunikasikan aspek-aspek Tradisi dan

visi Kristiani dengan Tradisi dan visi peserta.

Pendamping harus mengerti apa dan bagaimana caranya mengusahakan

supaya nilai Tradisi dan visi Kristiani menjadi terjangkau untuk kehidupan peserta.

Dengan demikian di sini katekis sebagai pendamping harus mampu menjadi

penghubung yang menghubungkan makna-makna Tradisi dan visi Kristiani dengan

hasil pengalaman faktual peserta (Groome, 1997: 21).

C. Kemampuan yang Dibutuhkan oleh Katekis dalam Berkatekese Umat

Katekis sebagai pembina katekese umat mempunyai peran yang sangat

penting dalam mensukseskan proses pelaksanaan katekese. Hal ini ditegaskan

dalam pertemuan-pertemuan PKKI III, yang menjelaskan bahwa salah satu kunci

keberhasilan katekese umat ialah pembina katekese umat yang disebut “Pemudah”

atau “Fasilitator” (Lalu, 2005: 6). Ketrampilan serta kepekaan merupakan modal

yang sangat dibutuhkan oleh seorang pembina katekese umat. Pembina katekese

umat diharapkan trampil dalam berkomunikasi, berefleksi maupun dalam

memimpin proses katekese umat. Oleh sebab itu, seorang katekis membutuhkan

Page 104: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

86  

spiritualitas kemuridan Yesus. Spiritualitas sangat membantu seorang katekis untuk

membawa dan mengantar peserta menemukan nilai-nilai Kerajaan Allah.

Spiritualitas merupakan hubungan seorang pribadi dengan Tuhan. Bagaimana

berhubungan dengan Tuhan orang dapat bercermin pada Yesus Kristus itu sendiri

dan mengikuti jejak-Nya yang selalu menyelamatkan (Lalu, 2005: 117).

1. Spiritualitas katekis

Katekis adalah orang beriman yang secara khusus mendapat tugas untuk

memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus, atau dapat dikatakan secara khusus

membawa umat ke arah yang diimani yaitu Yesus Kristus yang telah sengsara,

wafat, dan bangkit (Suhardo, 1972: 10). Seorang katekis harus mencintai tugasnya

sebagai panggilan khusus dan memiliki kegembiraan dalam menjalankan panggilan

dan perutusannya.

Sejatinya, spiritualitas katekis adalah hidup dalam Roh Kudus. Roh Kudus

membantu dan memperbarui katekis terus-menerus dalam identitas khusus mereka

dalam panggilan dan tugas perutusannya. Dengan bantuan dan pembaruan dari Roh

Kudus, seorang katekis mengalami suatu motivasi yang baru dan khusus, suatu

panggilan kepada kesucian hidup. Katekis adalah orang yang mewartakan hidup

Yesus Kristus di dalam hidupnya, hal itu berarti pewartaan katekis bukan hanya

melalui ucapan kata saja, melainkan juga melalui seluruh aspek kehidupan dan

perbuatannya sehari-hari. Oleh sebab itu, spiritualitas katekis memiliki ciri-ciri

terbuka terhadap sabda Tuhan, terhadap Gereja dan dunia, mempunyai kehidupan

yang baik, bersemangat misioner, dan menaruh hormat dan devosi kepada Bunda

Maria (Komkat KWI, 1997: 22).

Page 105: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

87  

Buku pedoman untuk katekis tentang spiritualitas katekis mengungkapkan

pada dasarnya tugas seorang katekis adalah menyampaikan sabda Tuhan. Oleh

karena itu, sikap rohani yang paling dasar adalah keterbukaan terhadap sabda yang

terkandung dalam wahyu, diwariskan oleh Gereja, dirayakan dalam liturgi dan

dihayati dalam kehidupan para Santo. Sikap ini selalu berarti perjumpaan dengan

Kristus, yang bersemayam dalam sabda, dalam ekaristi, dan dalam sesama manusia.

Keterbukaan terhadap sabda berarti terbuka juga terhadap Tuhan, Gereja, dan

dunia. Sebelum seorang katekis mewartakan sabda, seorang katekis harus

menjadikan sabda itu milik mereka sendiri dan menghayatinya secara mendalam

agar dapat mewartakan sabda tersebut dengan baik. Seorang katekis selalu

diharapkan menjadi pembawa suka cita atas nama Gereja yang menyelamatkan

seluruh umatnya.

Spiritualitas seorang katekis bersumber pada katekis ulung dan sejati, yakni

Yesus Kristus yang menyelamatkan, Dialah Guru sejati, sang Gembala Agung yang

mengajar dengan sempurna baik melalui perkataan dan perbuatan kepada umat-Nya

(Komkat KWI, 1997: 22). Spiritualitas dapat juga dirumuskan sebagai hidup

berdasarkan kekuatan Roh Kudus dengan mengembangkan iman, harapan dan cinta

kasih atau usaha mengintegrasikan segala segi kehidupan ke dalam cara hidup yang

secara sadar bertumpu pada iman akan Yesus Kristus. Spiritualitas atau kehidupan

rohani mencakup seluruh kehendak orang beriman dan tampak sebagai buah Roh

Kudus dalam doa, kegembiraan rohani, pengorbanan dan pelayanan terhadap

sesama manusia. Spiritualitas atau kehidupan rohani yang sejati tidak tumbuh

begitu saja semua memerlukan waktu dan proses untuk mencapai bentuk dan cara

yang sempurna (Lalu, 2005: 115).

Page 106: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

88  

Spiritualitas adalah hubungan seorang pribadi dengan Tuhan. Bagaimana

berhubungan dengan Tuhan orang dapat bercermin pada Yesus Kristus. Maka

spritualitas dapat disebut mengikuti jejak Kristus. Semangat dan roh pengabdian

kepada Allah dan kepada sesama ini diwariskan Yesus kepada murid-murid dan

pengikut-pengikut-Nya dan Roh Kristus ini masih terus terhembus dalam Gereja

sepanjang masa (Lalu, 2005: 117). Katekis sebagai pembina katekese umat harus

memiliki spiritualitas yang bersumber pada spritualitas kemuridan Yesus yang

terobsesi pada pengembangan Kerajaan Allah.

2. Kemampuan katekis dalam berkomunikasi

Komunikasi adalah suatu proses interaksi antara dua atau lebih orang yang

berlangsung secara timbal balik yang di dalamnya suatu perbuatan atau ide menjadi

umum baik secara langsung maupun lewat perantara, dengan efek tertentu bagi

yang memberi atau yang menerima informasi. Dalam pengertian itu terkandung tiga

unsur yang penting: relasi, proses interaksi, dan efek. Tujuan dasar komunikasi

adalah merangkul segala yang berbeda-beda ke dalam satu keberhasilan

(Iswarahadi, 2010: 44).

Gagasan mengenai berbagai kemampuan katekis dalam buku Katekese umat

yang dirumusan PKKI II 1980 di Klender yaitu: komunikasi yang terjadi dalam

katekese umat adalah komunikasi antar orang-orang dengan pengalaman tertentu

pada situasi tertentu yang dilatarbelakangi kebudayaan tertentu. Maka secara praktis

kemampuan/ketrampilan yang perlu ditekankan antara lain yaitu kemampuan

berkomunikasi, berelasi, mengumpulkan, menyatukan dan mengarahkan kelompok

sampai kepada suatu tindakan yang nyata. Kemampuan berkomunikasi merupakan

Page 107: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

89  

kemampuan yang sangat dibutuhkan oleh seorang katekis. Jika seorang katekis

mampu berkomunikasi dengan baik, maka relasi dengan sesama juga akan terjalin

dengan baik. Relasi yang baik memudahkan seorang katekis dalam

mengumpulkan/menyatukan umat setempat untuk bersama-sama menemukan nilai-

nilai Kerajaan Allah (Lalu, 2005: 121).

Kemampuan/keterampilan mengungkapkan diri, berbicara serta

mendengarkan orang lain merupakan kemampuan yang harus dimiliki seorang

pendamping/pembina katekese umat. Kemampuan ini merupakan cara untuk

membantu dan mempermudah seorang katekis dalam melaksanakan tugasnya

sebagai pembina katekese umat (Lalu, 2005: 121).

Kemampuan/ketrampilan menciptakan suasana yang memudahkan para

peserta untuk mengungkapkan diri dan mendengarkan pengalaman orang lain juga

merupakan kemampuan yang sangat dibutuhkan oleh seorang katekis/pembina

umat. Seorang katekis harus mampu menciptakan suasana yang akrab karena

dengan suasana yang akrab akan menciptakan suasana kekeluargaan yang

memudahkan para peserta untuk mengungkapkan pengalaman iman yang mereka

miliki (Lalu, 2005: 121).

Komunikasi yang dikembangkan dalam proses pelaksanaan katekese umat

hendaknya menjadi komunikasi iman. Komunikasi iman bukanlah hanya sekedar

informasi belaka, melainkan suatu kesaksian iman, itu berarti bahwa pembina

katekese umat adalah seorang yang mampu serta menyadari dan memberi kesaksian

tentang pengalaman imannya. Komunikasi iman berpusat pada Yesus Kristus yang

dialami dan dihayati oleh umat Kristiani. Iman memberikan daya kekuatan untuk

Page 108: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

90  

memahami arti dan makna Yesus sebagai komunikasi penyelamatan Allah di dunia

(Darminta, 2007: 37).

3. Kemampuan katekis dalam berefleksi

Komunikasi iman bukan hanya sekedar informasi belaka, melainkan suatu

kesaksian iman, itu berarti bahwa pembina katekese umat adalah seorang yang

menyadari dan mampu memberi kesaksian tentang pengalaman imannya.

Komunikasi iman berpusat pada kehadiran Kristus yang dialami dan dihayati oleh

umat Kristiani di mana-mana sejak jaman para rasul (Lalu, 2005: 121). Pembina

katekese umat dilatih untuk trampil menemukan nilai-nilai manusiawi dalam

pengalaman hidup sehari-hari dan mampu trampil menemukan nilai-nilai Kristiani

dan Kitab Suci, ajaran Gereja dan Tradisi Kristiani serta mampu memadukan nilai-

nilai Kristiani dengan nilai-nilai manusiawi dalam pengalaman hidup sehari-hari

(Lalu, 2005: 8). Kemampuan berefleksi memungkinkan seorang katekis untuk dapat

memaknai setiap permasalahan/peristiwa-peristiwa yang menyakitkan menjadi

peristiwa yang menyenangkan, dengan demikian iman semakin berkembang dan

mampu mewartakan nilai-nilai Kerjaan Allah di tengah sesama.

4. Kemampuan katekis dalam berkatekese umat

Katekis adalah orang yang dipanggil untuk melayani sesama umat beriman,

tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan pengetahuan dan wawasan

yang memadai agar dapat melaksanakan tugas dengan baik. Oleh sebab itu, para

katekis perlu dipersiapkan sedemikian rupa, melalui pembinaan dan pendidikan

yang tepat, sehingga menjadi pejuang-pejuang misi yang tangguh dan bertanggung

Page 109: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

91  

jawab dalam melaksanakan tugasnya. Hal yang patut diperhatikan berkenaan

dengan hal itu adalah seorang katekis harus bersukacita di dalam tugas pelayanan

yang diberikan kepadanya, memiliki motivasi yang baik untuk membangun Gereja,

mampu menjalankan tugas dan panggilannya sebagai pembina katekese umat,

memahami dan menguasai langkah-langkah yang ada dalam proses katekese umat,

mampu menafsirkan Kitab Suci dengan baik agar Tradisi Kristiani dapat dipahami

dan dimengerti oleh para peserta, mampu menggunakan sarana prasarana yang

dibutuhkan dalam proses berkatekese, mampu menciptakan suasana yang

memudahkan peserta mengungkapkan diri dan terampil dalam memadukan nilai-

nilai Kristiani dengan nilai-nilai manusiawi dalam pengalaman hidup sehari-hari,

mampu merumuskan pertanyaan dengan jelas dan sesuai dengan tema yang

diangkat dalam proses katekese umat, mampu berkomunikasi dengan baik dan

terampil dalam berefleksi (Lalu, 2005: 121).

Kualitas yang harus dimiliki oleh seorang katekis adalah iman yang

terungkap dalam kesalehannya dan kehidupannya sehari-hari, cinta akan Gereja dan

menjalin hubungan erat dengan para imam, cinta akan saudara-saudarinya dan

bersedia memberi pelayanan dengan murah hati, hormat akan umat, mempunyai

kualitas manusiawi, bersikap jujur, rendah hati, bisa menyesuaikan diri, memiliki

kepekaan dan komitmen, mencintai tugasnya, percaya dengan Tuhan dalam situasi

apapun (Lalu, 2005: 114). Katekis sebagai pembina katekese umat diharapkan

memiliki pengetahuan yang menyangkut isi, metode, peserta, dan konteks. Dalam

proses menyangkut isi katekese umat, tema yang diangkat tidak jauh dari kehidupan

yang nyata, kemudian hidup nyata itu diterangi dengan ajaran iman Katolik seperti

yang terdapat dalam Kitab Suci dan Tradisi Gereja. Hidup nyata yang diangkat

Page 110: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

92  

dalam katekese umat selalu bersifat aktual dan konkrit sesuai dengan konteks yang

terjadi. Katekis sebagai pembina umat diharapkan memiliki pengertian yang tepat

tentang Kitab Suci sebagai kitab iman, sehingga tidak salah dalam menggunakan

Kitab Suci. Seorang katekis tidak boleh menganggap sepele membaca teks Kitab

Suci. Teks harus dibaca dengan teliti dan khidmat, sehingga teks itu sendiri sudah

mulai “bersuara” dalam hati (Heselaars, 1976: 12).

Selain memiliki pengetahuan tentang isi Kitab Suci katekis dituntut

mengenal pribadi, pewartaan dan tindakan Yesus, khususnya mengenal dan

mengetahui apa yang diwartakan dan bagaimana tindakan Yesus dalam

hubungannya menyangkut Kerajaan Allah (Lalu, 2005: 118). Supaya proses

katekese umat dapat berjalan baik maka seorang katekis harus mengenal dengan

setiap pribadi, latar belakang para peserta, misalnya bagaimana daya

nalarnya/tangkapnya, status sosialnya, ekonominya, budayanya apakah peserta

datang dari latar belakang budaya tradisional atau modern. Selain mengenal latar

belakang (konteks) dari peserta katekese umat, ada baiknya seorang katekis

memiliki pengetahuan menyangkut konteks yang bersifat nasional dan global,

misalnya pengaruh globalisasi dalam wujud materialisme, konsumerisme,

individualisme. Mengenal konteks bukan supaya ditumpahruahkan kepada peserta

katekese umat, tetapi untuk pembina katekese umat sendiri supaya ia bisa tepat dan

peka mengarahkan keseluruhan proses katekese umat secara relevan sesuai dengan

situasi konkrit peserta (Lalu, 2005: 119). Seorang katekis hendaknya melayani

tanpa pamrih, berkorban, mengutamakan pelayanan kepada umat, mampu

bekerjasama dengan Pastor Paroki dan dengan siapa saja sehingga nilai-nilai

Kerajaan Allah dapat diwartakan dengan baik sesuai dengan kehendak Allah.

Page 111: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

93  

BAB IV

USULAN PROGRAM PENDAMPINGAN

PARA KATEKIS SUKARELA DENGAN KATEKESE MODEL SCP

Katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering, perlu diberikan

pendampingan, guna memberikan gambaran yang jelas mengenai katekese umat

model SCP dalam upaya menambah wawasan dan pengetahuan para katekis

sukarela Paroki Keluarga Suci Tering dalam meningkatkan kemampuan

berkatekese umat yang melibatkan para peserta. Maka pada bagian ini akan dibuat

contoh penjabaran program (SP). Di dalam pembuatan contoh program

pendampingan, penulis memilih tema yang cocok dengan situasi/permasalahan

yang ditemukan dalam bab II.

A. Latar Belakang Pemilihan Program

Dari hasil penelitian ditemukan sebagian besar katekis sukarela Paroki

Keluarga Suci Tering membutuhkan pendampingan khusus di bidang katekese

umat, guna menambah pengetahuan dan wawasan katekis dalam berkatekese umat

yang dialogal partisipatif. Demikian dalam PKKI III menjelaskan kunci

keberhasilan katekese sebagian terletak pada pembina katekese umat yang biasa

disebut “Pemudah” atau “Fasilitator” (Lalu, 2005: 6). Maka untuk menjadi

fasilitator yang baik seorang katekis harus memiliki pengetahuan dan wawasan

yang memadai agar semakin mampu membantu umat menemukan nilai-nilai

Kerajaan Allah. Bertolak dari penjelasan di atas, sebagai salah satu usaha yang

dilakukan untuk membantu para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering

Page 112: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

94  

supaya dapat melayani umat dengan baik, maka dilakukan pendampingan khusus

berhubungan dengan katekese umat, khususnya katekese umat model SCP yang

menekankan partisipasi peserta sebagai subjek yang bebas dan bertanggung jawab.

B. Alasan Pemilihan Tema/Tujuan

Dari hasil penelitian yang ditemukan dalam bab II sebagian besar katekis

Paroki Keluarga Suci Tering kurang memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam

melaksanakan proses berkatekese umat yang dialogal partisipatif. Selain itu di

Paroki Keluarga Suci Tering tidak memiliki katekis yang ahli dalam bidang

katekese. Maka tema yang dapat dipilih berdasarkan permasalahan yang dialami

para katekis sukarela Paroki Keluraga Suci Tering.

Tema umum yang diusulkan adalah ”Peningkatan kemampuan

berkatekese umat bagi katekis sukarela di Paroki Keluarga Suci Tering

melalui pemahaman, pengetahuan, ketrampilan dalam katekese umat model

SCP”. Harapannya dengan mendalami dan mempelajari tema tersebut katekis

semakin mampu melaksanakan proses katekese yang dialogal partisipatif. Tema di

atas masih sangat umum dan luas, oleh sebab itu tema tersebut dibagi lagi dalam

tiga sub tema yang terdiri dari 9 kali pertemuan. Tiap-tiap pertemuan akan diberi

judul masing-masing sesuai dengan permasalahan konkrit yang dialami katekis

sukarela Paroki Keluarga Suci Tering.

C. Rumusan Tema dan Tujuan

Tema umum : Peningkatan kemampuan berkatekese umat bagi katekis

sukarela di Paroki Keluarga Suci Tering melalui pemahaman,

Page 113: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

95  

pengetahuan, ketrampilan dalam katekese umat model SCP.

Tujuan Umum

: Membantu para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering

agar mampu berkatekese umat dengan baik, melalui

pemahaman, pengetahuan, ketrampilan dalam katekese umat

model SCP.

Tema 1 : Penghayatan para katekis sukarela dalam upaya mengembangkan

ketrampilan berkatekese yang dialogal partisipatif.

Tujuan 1 : Membantu para katekis agar menyadari tugas dan tanggung jawab

sebagai pewarta iman melalui pemahaman, panggilan dan

spiritualitas sebagai pewarta dalam Gereja sehingga semakin

mampu trampil dalam berkatekese yang dialogal partisipatif.

Tema 2 : Usaha meningkatkan pengetahuan katekis dalam berkatekese

umat model SCP.

Tujuan 2 : Membantu para katekis sukarela agar dapat memahami katekese

secara umum, langkah-langkah dan peranan serta tujuan katekese

umat model SCP.

Tema 3 : Katekese umat model SCP sebagai upaya membantu para

katekis sukarela dalam melaksanakan katekese umat yang

dialogal partisipatif.

Tujuan 3 : Membantu meningkatkan kemampuan katekis sukarela dalam

berkatekese umat model SCP.

Page 114: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

96  

Page 115: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

97  

Page 116: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

98  

Page 117: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

99  

D. Penjabaran Program pendampingan

…………….;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;

Page 118: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

100  

E. Petunjuk Pelaksanaan Program

Tema yang sudah diusulkan di atas dapat dikembangkan dengan menambah

judul-judul pertemuan yang baru, dengan demikian masih terbuka untuk menambah

tema lain yang berhubungan dengan situasi konkrit para peserta. Pelaksanaan

katekese akan direncanakan sembilan kali pertemuan. Diadakan dalam satu bulan

dua kali pertemuan yaitu pada hari Minggu pertama dan Minggu ketiga. Pertemuan

diadakan secara rutin dalam waktu empat bulan. Alokasi waktu yang digunakan

dalam setiap pertemuan 95 menit. Peserta yang diprioritaskan dalam pendampingan

ini adalah para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering yang memiliki

semangat dalam mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah. Adapun tempat

pelaksanaan program pendampingan ini di Aula Paroki Keluarga Suci Tering.

F. Contoh Persiapan

1. Identitas

- Tema : Menjadi pengikut Yesus merupakan panggilan

- Tujuan : Para katekis dibantu untuk menyadari dan menghayati panggilan

menjadi seorang katekis merupakan anugerah dari Allah

- Peserta : Para katekis sukarela

- Tempat : Aula Paroki Keluarga Suci Tering

- Waktu : + 95 menit

- Model : Shared Christian Praxis

- Metode : - Refleksi

‐ Pertanyaan

‐ Informasi

Page 119: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

101  

‐ Tanya jawab

‐ Penugasan

- Sarana : - Teks KS

- Teks cerita “Menjawab Panggilan Kristus”

- Teks lagu

- Laptop

- Gitar

- Buku Madah Bakti

- Lilin

- Salib

- Speaker aktif

- Sumber bahan : - Mrk 1:16-20.

- Suharyo, Ign. Pr. Membaca Kitab Suci: Paham-Paham

Dasar. Yogyakarta: Kanisius 1991, hh. 74-76.

2. Pemikiran Dasar

Dalam kehidupan ini kita menyadari bahwa kita dipanggil untuk mengikuti

Yesus Kristus dengan berbagai macam cara, lewat pengalaman hidup yang kita

alami. Melalui keteladanan dan kesaksian seseorang dapat menumbuhkan keinginan

orang lain untuk mengikuti jalan hidup yang dipilihnya, tetapi ada juga karena

kesadaran seseorang yang percaya bahwa hidup mengikuti Yesus merupakan sarana

menuju Keselamatan. Seseorang yang ingin mengikuti Yesus hendaknya menyadari

akan konsekuensi dari pilihan yang diambilnya, untuk hidup sesuai dengan ajaran

Yesus. Namun pada kenyataannya panggilan hidup untuk mengikuti Yesus Kristus

Page 120: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

102  

itu tidak mudah, kita harus menempuh jalan hidup yang berluka-liku bahkan

pengalaman hidup yang pahit misalnya siap untuk dihina, ditolak, dijauhi, dianggap

sok suci, didiskriminasi. Dalam kenyataan hidup tidak banyak orang Katolik yang

mampu memberi teladan yang baik dalam hidup menggereja. Sebagai orang yang

terpanggil menjadi katekis sukarela kita harus yakin dan tetap percaya bahwa

Tuhan akan senantiasa memberikan kekuatan dan Rahmat-Nya yang dapat

memampukan kita untuk tahan uji dalam menghadapi segala tantangan untuk

menjadi pengikut-Nya yang setia dan hidup sesuai dengan ajaran Yesus dalam

hidup sehari-hari. Menjadi pengikut Kristus merupakan panggilan yang datang dari

Allah secara langsung, tetapi kadang juga orang yang terpanggil tidak menyadari

hal tersebut, orang seperti ini kadang kurang serius melaksanakan tugas yang

dipercakan kapadanya. Itu nampak dalam perjuangan, pergulatan dan pengalaman

hidup sehari-hari yang kadang tidak menunjukkan sikap-sikap yang cocok sebagai

pewarta iman.

Yesus dalam memilih para murid-Nya yang pertama digambarkan dalam

Mrk 1:16-20, yang menceritakan bahwa Yesus memilih para pengikut-Nya tanpa

syarat. Panggilan itu kepada Simon dan Andreas sebagai orang-orang sederhana

yang pekerjaannya hanya sebagai penjala ikan. Mereka menyadari bahwa itu

merupakan panggilan untuk melayani sesama, karena Yesus datang secara langsung

menyapa mereka, sehingga saat bertemu dengan Yesus yang pertama kalinya dan

mengundang mereka untuk mengikuti-Nya, tanpa komentar dan tanya jawab

apapun, mereka langsung mengikuti Yesus untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan

Allah di dalam kehidupan bersama. Walaupun mereka orang-orang sederhana yang

hanya sebagai penjala ikan, tetapi hidupnya sudah dibangun oleh perjuangan

Page 121: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

103  

menempuh air dan angin setiap hari. Maka bilamana mengalami gelombang-

gelombang hidup yang berat sekalipun mereka sudah kuat dalam mengalaminya

dan mengarungi perahu hidup untuk menuju tujuan yakni sebagai pengikut Yesus

dalam mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah.

Sebagai katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering kita merupakan orang

yang terpanggil oleh Allah untuk terlibat dalam pelayan Gereja khususnya

mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah umat. Walaupun kita manusia

lemah dan berdosa yang terkadang tidak mampu melaksanakan tugas pengabdian

sebagai katekis sukarela dengan baik, namun jika kita percaya bahwa oleh kasih

karunia Allah melalui Yesus Kristus dan kekuatan Roh-Nya kita dimampukan

untuk menjadi pewarta iman dan menjadi saksi Kristus yang handal. Dari

pertemuan ini kita berharap akan semakin mampu menyadari menjadi pengikut

Yesus merupakan panggilan yang datang dari Allah. Karena Dia memanggil kita,

maka Dia pasti membimbing dan memberkati kita dalam setiap langkah dan

perjalanan kita sehari-hari sebagai katekis sukarela di Paroki Keluarga Suci Tering

dalam melayani sesama. Semoga kita semakin mampu memperjuangkan panggilan

kita dalam pengalaman apapun, dengan demikian kita selalu dapat melaksanakan

tugas dan tanggung jawab kita dengan baik.

3. Pengembangan Langkah-langkah

a. Pembukaan

1) Pengantar

Bapak/ibu yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, kita berkumpul

sebagai orang-orang yang telah dipanggil Yesus untuk menjadi katekis sukarela,

Page 122: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

104  

tugas kita adalah melayani sesama khususnya dalam iman. Saat ini kita akan lebih

mendalami dan merefleksikan sejauh mana kita menyadari panggilan Tuhan bagi

hidup kita sebagai katekis sukarela di Paroki Keluarga Suci Tering, sehingga kita

semakin menyadari bahwa menjadi pengikut Yesus merupakan panggilan yang

datang dari Allah, karena kita menyadari bahwa Tuhan yang memanggil dan Ia

yang akan menguatkan kita dalam panggilan itu. Maka dalam pertemuan ini kita

akan melihat sejarah panggilan murid-murid Yesus, sehingga lewat panggilan itu

kitapun makin menyadari bahwa menjadi pengikut Yesus merupakan suatu

panggilan. Para murid Yesus yang pertama menanggapi panggilan-Nya dan

langsung mengikuti Yesus yang memanggilnya tanpa memberi komentar apapun.

Kita pun sebagai katekis/pengikut Yesus yang dipanggil untuk mewartakan nilai-

nilai Kerajaan Allah diharapkan dapat semakin menyadari dan mengikuti-Nya

dengan sungguh-sungguh dan hidup seturut kehendak-Nya, sehingga dalam

perjalanan hidup sehari-hari kita dapat melaksanakan tugas kita dengan baik dan

penuh tanggung jawab.

2) Lagu Pembukaan: Madah Bakti, No. 456 (Panggilan Tuhan).

3) Doa Pembukaan

Allah Bapa kami yang Mahabaik, kami bersyukur karena kami boleh

berkumpul pada saat ini untuk merenungkan sejarah panggilan kami khususnya

sebagai katekis sukarela. Engkau memanggil kami menjadi pengikut-Mu yang

untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah masyarakat kami di mana

kami berada. Saat ini kami akan menggali dan merefleksikan sejauhmana kami

sungguh menyadari bahwa menjadi pengikut Yesus merupakan suatu panggilan,

Page 123: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

105  

sehingga kami semakin menyadari dan melaksanakan tugas dengan baik dan penuh

tanggung jawab. Bantulah kami agar kami dapat melayani sesama kami dan

mampukanlah kami untuk dapat berjuang di tengah kesulitan yang kadang membuat

kami lemah dan tak berdaya untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan kepada

kami. Kami persembahkan seluruh pembicaraan kami saat ini kepada-Mu, semoga

Engkau berkenan memberkati dan mengutus Roh-Mu, agar pendalaman ini

menyemangati kami untuk dapat melayani sesama kami, demi Kristus Tuhan dan

pengantara kami. Amin.

b. Langkah I: Mengungkap Pengalaman hidup peserta

1) Membagikan teks cerita “Menjawab panggilan Kristus” kepada peserta dan

meminta salah seorang peserta untuk membacakan cerita tersebut [Lampiran 4:

(10)].

2) Penceritaan kembali isi cerita:

Pendamping meminta salah satu peserta untuk mencoba menceritakan

kembali dengan singkat tentang isi pokok dari cerita “Menjawab panggilan

Kristus”. Intisari cerita tersebut adalah: Bapak Agus adalah seorang yang sederhana

dan tidak berpendidikan. Semasa mudanya ia mengabdikan dirinya untuk

kepentingan Gereja lewat pelayanan yang sederhana seperti membunyikan lonceng,

membersihkan halaman Gereja dan mengajar agama semampunya.

3) Pengungkapan pengalaman:

Peserta diajak untuk mendalami cerita tersebut dengan tuntunan beberapa

pertanyaan:

Page 124: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

106  

• Ceritakanlah suka duka bapak Agus dalam menjalani panggilan sebagai

koster?

• Ceritakanlah kesulitan bapak/ibu masing-masing dalam menjalani panggilan

sebagai katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering?

4) Suatu contoh arah rangkuman

Dalam artikel tadi dikisahkan mengenai tugas pengabdian bapak Agus. Ia

adalah orang yang sangat sederhana bahkan tidak berpendidikan. Sejak masa

mudanya ia mengabdikan dirinya untuk kepentingan Gereja. Kelebihan bapak Agus

ialah ia melaksanakan tugas dengan penuh rasa kegembiraan, jujur, tekun dan setia

serta penuh syukur. Walaupun dia tidak terbebaskan oleh kesulitan dan penderitaan

hidup, namun ia tetap setia melaksanakan tugas-tugasnya yang telah dipercayakan

kepadanya dengan sebaik mungkin.

Sebagai katekis sukarela kita juga dipanggil Tuhan untuk ambil bagian

dalam karya cinta kasih-Nya. Mungkin banyak diantara kita yang sudah ambil

bagian dalam karya kerasulan itu. Tetapi apakah kita sudah sungguh-sungguh

melaksanakannya dengan baik dan penuh tanggung jawab.

Kita semua yang hadir di sini tentu pernah mengalami kesulitan dalam

menjalankan tugas sebagai katekis sukarela di Paroki Keluarga Suci Tering.

Kesulitan yang kita alami terkadang membuat kita lemah dan tidak berdaya, bahkan

membuat kita menyerah begitu saja. Tetapi sebagai orang yang terpanggil kita tidak

boleh takut dan menyerah dalam menghadapi kesulitan maupun hambatan, sebab

Tuhan selalu membimbing dan menyertai kita. Meskipun kita banyak mengalami

tantangan, hambatan dan kesulitan, tetapi kalau kita percaya dan menyadari bahwa

Page 125: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

107  

Tuhan berkarya dalam kehidupan kita, maka tugas yang dipercayakan kepada kita

akan terlaksana dengan baik.

c. Langkah II: Mendalami Pengalaman hidup peserta

1) Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman atau cerita di atas

dengan dibantu pertanyaan sebagai berikut:

• Cara apa yang dipakai bapak Agus dalam menghadapi kesulitan dalam

melaksanakan tugas sebagai koster?

• Cara manakah yang telah bapak/ibu lakukan dalam menghadapi kesulitan-

dalam menjalani tugas sebagai katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering?

2) Dari jawaban yang telah diungkapkan oleh peserta, pendamping memberikan

arahan rangkuman singkat misalnya:

Bapak Agus dalam menjalankan tugasnya tidak luput dari tantangan atau

kesulitan yang dihadapi khususnya kesulitan dalam ekonomi. Walaupun bertahun-

tahun bekerja sebagai koster ia tidak pernah mengharapkan gaji untuk kehidupannya,

untuk menambah kebutuhan ekonomi keluarga ia berusaha mencari waktu kosong

dengan bekerja sebagai buruh kecil suatu pelabuhan yang ada saat-saat tertentu baru

mendapat sedikit uang. Namun ia tidak pernah putus asa bahkan ia semakin setia,

tekun dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas yang telah dipercayakan

kepadanya. Seorang yang sudah menyadari tugas dan panggilannya, pasti setia, taat,

tekun dan bertanggung jawab serta berani mengambil resiko dalam melaksanakan

tugas sebagai pewarta iman.

Sebagai katekis sukarela kita tentu tidak lepas dari permasalahan dan

kesulitan entah dalam keluarga, masyarakat, Gereja dan dalam pelayanan kita

Page 126: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

108  

sebagai katekis sukarela. Kesulitan yang kita alami kadang membuat kita lemah dan

menyerah begitu saja. Tetapi sebagai orang yang terpanggil menjadi pengikut

Kristus kita harus menyadari bahwa untuk menghadapi segala kesulitan kita harus

memiliki sikap tekun, taat, semangat, tidak mudah menyerah, bertanggung jawab,

dan menyerahkan seluruh hidup kita kepada Kristus, dengan demikian segala

persoalan, kesulitan dan hambatan dapat kita atasi dengan baik sehingga nilai-nilai

Kerajaan Allah dapat terwujud dalam kehidupan sesama. Dalam karya kerasulan

bentuk apa saja yang kita lakukan perlu kita syukuri, karena dengan mensyukuri kita

semakin mampu ambil bagian dalam pewartaan.

d. Langkah III: Menggali Pengalaman iman Kristiani

1) Salah seorang peserta dimohon bantuannya untuk membacakan kisah Yesus

memanggil murid-murid yang pertama dari Mrk 1:16-20. Peserta yang lain

mengikuti membaca dari teks fotocopy yang dibagikan.

2) Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi

merenungkan dan menanggapi pembacaan Kitab Suci yang dibantu dengan

beberapa pertanyaan sebagai berikut:

• Ayat-ayat mana yang berhubungan dengan panggilan?

• Sikap-sikap mana yang ingin ditanamkan oleh Yesus kepada para murid-Nya

dalam menghadapi panggilan?

Peserta diajak untuk sendiri mencari dan menemukan pesan inti dari

perikope/teks Kitab Suci sehubungan dengan jawaban atas 2 (dua)

pertanyaan di atas.

Page 127: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

109  

3) Pendamping memberikan tafsir dari Mrk 1:16-20 dan menghubungkannya

dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan tujuan, misalnya

sebagai berikut:

Ayat 16: dalam ayat ini tertulis: “Yesus sedang berjalan menyusur Danau

Galilea” yaitu tempat di mana orang-orang Galilea hidup dan bekerja. Dalam Injil

Markus, Danau Galilea merupakan pada umumnya tempat karya Yesus dalam

bagian pertama. Di daerah pesisir danau itu Yesus memberi ajaran dan instruksi

kepada murid-murid-Nya. Petrus yang dipanggil sebagai yang paling pertama dari

semua murid, dan sebagai yang pertama mengakui Yesus sebagai Mesias.

Ayat 17: Yesus berkata kepada mereka, mari, ikutilah Aku, kata-kata Yesus

kepada kedua bersaudara itu merupakan satu undangan sacara harafiah yang

berarti ‘berjalan di belakang Yesus’, untuk menempuh jalan-Nya. Dalam Injil

panggilan merupakan ajakan untuk menjadi pengikut Yesus. Yesus memanggil

orang untuk mengikuti-Nya, di tempat orang itu berada, dalam situasinya sendiri

yang konkrit. Kemudian Yesus berkata: “kamu akan kujadikan penjala manusia”.

Partisipasi dalam tugas perutusan Yesus tidak mulai serentak (“kamu akan”).

Dengan bertolak dari pekerjaan mereka sebagai penjala ikan, dinubuatkan bahwa

mereka akan menjadi “penjala manusia”, maksudnya untuk menyelamatkan orang-

orang yang tersesat dan kebinasaan. Tugas mereka nanti sama seperti Yesus, yaitu

memberitakan Kabar Baik tentang Kerajaan Allah.

Ayat 20: Ayat ini mengatakan bahwa kedua bersaudara itu, teman Simon,

dipanggil Yesus di tengah-tengah pekerjaan mereka sehari-hari. Dengan segera

mereka menanggapi panggilan itu, meninggalkan ayah mereka Zebedeus dan

orang-orang upahannya. Tentang keempat orang itu tidak hanya dikatakan, bahwa

Page 128: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

110  

mereka mengikuti Yesus dalam arti ‘menjadi pendukung, penganut, percaya

kepada-Nya’, melainkan terutama bahwa mereka “pergi di belakang Yesus”.

Secara harafiah mereka mengikuti Yesus, menyertai-Nya, berjalan-jalan bersama-

sama dengan-Nya, menjadi rombongan pengiring Yesus dalam perjalananNya

berkeliling ke mana-mana di Palestina.

Sikap yang ingin ditanamkan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya adalah

sikap percaya, tekun dalam segala pekerjaan dan setia mengikuti Dia untuk

menyelamatkan orang-orang yang tersesat dan kebinasaan. Tugas mereka sama

seperti Yesus, yaitu memberitakan Kabar Baik tentang nilai-nilai Kerajaan Allah

di tengah kehidupan sesama. Menjadi pengikut Kristus bukanlah sesuatu yang

timbul dari dirinya sendiri, tetapi merupakan prakarsa Tuhan yang menjumpai dan

memilih manusia untuk menjadi pengikut-Nya. Akhirnya bisa dikatakan bahwa

panggilan yang kita terima sebagai katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering

merupakan ajakan untuk kita bergabung dengan Yesus: baik mengambil bagian

dalam hidup-Nya, maupun ikut serta dalam mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah.

e. Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam situasi konkrit peserta

1) Pengantar

Dalam pembicaraan-pembicaraan tadi, kita sudah menemukan sikap-sikap

apa yang dibuat oleh murid-murid Yesus yang pertama dalam menanggapi

panggilan Yesus. Mereka sangat antusias dalam menanggapi panggilan Yesus

bahkan meninggalkan segala sesuatu termasuk ayahnya dan langsung mengikuti

Yesus yang memanggilnya tanpa komentar apapun. Kita sebagai katekis sukarela

Paroki Keluarga Suci Tering yang berkumpul di sini merupakan orang-orang yang

Page 129: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

111  

dipanggil Yesus untuk mengikuti-Nya dan mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah di

tengah kehidupan umat. Meskipun dalam perjalanan kita sehari-hari kita mengalami

banyak kesulitan dan hambatan. Terkadang kesulitan dan hambatan yang kita alami

melemahkan dan membuat semangat kita surut. Namun dalam pertemuan ini, saat

berahmat bagi kita di mana Yesus memberikan semangat dan ikut terlibat dalam

karya pelayanan kita sebagai katekis sukarela. Oleh sebab itu, dalam situai apapun

kita tetap harus tabah, tekun, setia dalam menjalani tugas yang telah dipercayakan

kepada kita dan tetap mengikuti Dia, sebab Dialah yang menuntun dan menyertai

setiap langkah dan tugas panggilan kita terima saat ini sebagai katekis sukarela

Paroki Keluarga Suci Tering. Sebagai bahan refleksi agar kita dapat bersikap sabar

dan lemah lembut dalam melaksanakan tugas kita sebagai katekis sukarela yang

terkadang mengalami hambatan dan kesulitan, maka marilah kita mencoba

merenungkan pertanyaaan-pertanyaan sebagai berikut:

• Apakah dengan pertemuan ini bapak/ibu semakin disadarkan, ditegur dan

diteguhkan akan panggilan sebagai katekis sukarela Paroki Keluarga Suci

Tering?

• Sikap-sikap apa yang dapat kita lakukan agar semakin mampu melaksanakan

tugas sebagai katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering?

Saat hening diiringi dengan musik instrumental. Untuk mengiringi renungan.

Kemudian diberi kesempatan untuk mengungkapkan hasil renungan pribadinya.

Sebagai bahan renungan dalam langkah konfrontasi ini dapat diberi arah

rangkuman singkat dari hasil-hasil renungan pribadi mereka, misalnya sebagai

berikut:

Page 130: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

112  

2) Suatu contoh arah rangkuman penerapan pada situasi peserta

Yesus telah memberikan teladan bagi kita bahwa Ia memanggil para murid-

murid-Nya yang pertama tanpa syarat. Panggilan itu pertama dari pihak Yesus dan

para murid menanggapinya dengan segala keterbukaan dan kerendahan hati dalam

melaksanakan tugas panggilan yang mereka terima. Karena Yesus yang memanggil

maka segala persoalan dan hambatan dapat diatasi dan diselesaikan dengan baik.

Bila kita kembali pada diri kita, pada hidup kita, kitapun merupakan orang

yang dipanggil oleh Yesus. Menjadi katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering

merupakan panggilan meskipun panggilan kita tidak berhadapan langsung dengan

Yesus tetapi Dia memanggil kita dengan segala keberadaan, kelemahan dan

kebaikan kita. Kita menyadari diri sebagai manusia yang penuh keterbatasan dan

kekurangan tentu kita kadang merasa tidak mampu dalam melakukan kehendak-

Nya, kesulitan dan hambatan yang kita alami terkadang membuat kita menyerah,

tetapi kalau kita percaya bahwa Dia senantiasa membimbing dan memberkati setiap

pekerjaan/pelayanan kita maka hambatan dan kesulitan akan dapat teratasi dengan

baik. Menjadi katekis sukarela merupakan anugerah yang begitu besar diberikan

oleh-Nya kepada kita secara cuma-cuma, oleh karena itu, sikap yang harus kita

miliki untuk melaksanakan tugas yang telah dipercayakan kepada kita adalah sikap

percaya sepenuhnya kepada-Nya, tekun, setia, tulus dalam melayani, bertanggung

jawab, rela berkorban dan senantiasa bersyukur atas apa yang sudah diberikan-Nya

kepada kita.

Maka marilah kita selalu mendekatkan diri pada Yesus dan mengikuti

sertakan Dia dalam seluruh karya pelayanan kita sebagai katekis sukarela Paroki

Keluarga Suci Tering, agar kita semakin mampu melaksanakan tugas kita sebagai

Page 131: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

113  

katekis sukarela dengan sebaik mungkin dan penuh tanggung jawab. Dengan

demikian kita menjadi pengikut Kristus yang senantiasa berkorban demi

terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah umat dan sesama.

f. Langkah V: Mengusahakan Suatu aksi konkrit

1) Pengantar

Menjadi pengikut Yesus merupakan panggilan yang datang Allah, Dia

memanggil kita menjadi katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering bukan karena

kita memiliki kehebatan dan kekuatan, tetapi panggilan itu merupakan anugerah

terbesar yang diberikan oleh-Nya kepada kita. Panggilan yang kita terima

merupakan suatu kepercayaan Allah terhadap diri kita, Dia memanggil kita karena

Dia percaya bahwa kita mampu mewartakan cinta kasih di tengah kehidupan

bersama. Panggilan hidup sebagai katekis sukarela merupakan anugerah yang

diberikan secara cuma-cuma oleh Allah. Tugas panggilan itu bermacam-macam,

entah itu karya yang besar maupun karya yang kecil dan sederhana, semua itu demi

kemuliaan Tuhan, jika dilaksanakan dengan baik, tekun, setia, taat dan penuh rasa

tanggung jawab maka nilai-nilai Kerajaan Allah akan semakin terwujud dalam diri

setiap manusia yang terlibat.

Bapak Agus adalah orang yang setia, jujur, dan tekun serta bertanggung

jawab dalam melaksanakan tugasnya, meskipun ia tidak terbebaskan oleh kesulitan

dan penderitaan hidup tetapi ia tetap setia dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

Demikian pengalaman kita menjadi katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering,

terkadang kita mengalami banyak kesulitan, hambatan, tantangan ataupun peristiwa

hidup yang kita anggap sebagai penghambat untuk melaksanakan tugas panggilan

Page 132: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

114  

kita sebagai katekis sukarela. Tetapi lewat Injil Markus yang kita dalami, Yesuslah

yang berinisatif untuk memanggil murid-murid-Nya untuk mengikuti Dia dalam

mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah. Kita telah menemukan cara pandang baru,

bahwa kitapun sebagai katekis sukarela merupakan orang yang terpanggil untuk

mengikuti Yesus dalam melayani sesama agar semakin mengikuti Dia dengan

sepenuh hati. Dengan kesadaran itu kita dapat melihat bahwa kesulitan, hambatan

dan tantangan bukanlah sesuatu yang menghambat kita untuk melaksanakan tugas

kita sebagai pewarta iman, tetapi merupakan sesuatu yang mematangkan panggilan

kita untuk dapat semakin melayani sesama dengan baik, sehingga dalam

mengalaminya kita tetap sabar, kuat, tekun dan setia serta bertanggung jawab dalam

melaksanakan tugas kita sebagai katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering.

2) Membangun niat-niat

Maka marilah kita senantiasa bersyukur atas kesempatan yang penuh rahmat

ini, dengan memikirkan niat-niat dan bentuk keterlibatan kita yang baru (pribadi,

kelompok atau bersama) untuk lebih menyemangati kita, khususnya dalam

menghayati panggilan kita sebagai katekis sukarela yang ditugaskan untuk

mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah.

• Niat apa yang hendak kita bangun agar semakin menyadari tugas panggilan

sebagai seorang katekis sukarela di Paroki Keluarga Suci Tering merupakan

panggilan dari Allah ?

• Hal-hal apa yang perlu kita perhatikan dalam mewujudkan niat-niat tersebut?

Selanjutnya peserta diberi kesempatan dalam suasana hening memikirkan

sendiri-sendiri tentang niat-niat pribadi dan bersama yang akan dilakukan.

Page 133: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

115  

Sambil merenungkan niat tersebut dapat diputarkan musik instrumental.

Kemudian niat-niat pribadi diungkapkan dan niat-niat kelompok didiskusikan.

g. Penutup

Setelah selesai merumuskan niat pribadi dan bersama kemudian bersama-

sama menyanyikan lagu dari MB. 459 “Kucoba Maju”.

Kesempatan hening sejenak untuk merenungkan isi lagu tersebut. Sementara

itu lilin diletakkan di tengah peserta untuk kemudian dinyalakan. Kesempatan doa

umat spontan yang diawali oleh pendamping dengan menghubungkan kebutuhan,

situasi dan keadaan yang dialami oleh para peserta, khususnya mendoakan niat-niat

yang sudah dibangun baik secara pribadi maupun bersama/kelompok. Setelah itu

doa umat disusul secara spontan oleh para peserta yang lain. Doa umat diakhiri

dengan doa Bapa kami dan semua peserta berpegangan tangan. Akhirnya ditutup

dengan doa penutup dari pendamping yang merangkum keseluruhan langkah dalam

SCP dalam kelima langkah ini, misalnya, sebagai berikut:

1) Doa Penutup

Allah Bapa yang Mahabaik, kami mengucap syukur karena Engkau

memanggil kami menjadi pengikut-Mu untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan

Allah. Engkau telah mengetahui segala kekurangan dan kelebihan serta perjuangan

kami masing-masing selama ini dalam menjadi katekis sukarela Paroki Keluarga

Suci Tering. Sudilah kiranya Engkau membuat kami semakin berani menyadari dan

menghayati menjadi pengikut Yesus merupakan panggilan yang Engkau berikan

secara cuma-cuma yang kepada kami dan berilah kekuatan kepada kami agar dapat

menghadapi segala kesulitan, tantangan, hambatan yang terkadang membuat kami

Page 134: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

116  

lemah dan menyerah dalam melaksanakan tugas kami sebagai pewarta nilai-nilai

Kerajaan Allah. Bapa berilah semangat kepada kami semua yang hadir di sini agar

dapat melaksankan tugas karya kerasulan kami dengan sebaik mungkin dan penuh

tanggung jawab. Kami mohon kepada-Mu berkatilah niat-niat yang sudah kami

rencanakan bersama, semoga niat-niat yang kami rencanakan ini dapat bermanfaat

baik bagi keluarga kami, Gereja dan masyarakat/umat setempat dengan demikian

nilai-nilai Kerajaan Allah semakin terwujud dan dampingilah kami selalu dalam

mengalami segala tantangan dan kesulitan, Engkau mampukan kami menjadi

pewarta yang senantiasa membawa kabar gembira dan menjadi teladan yang baik

bagi sesama kami. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami. Amin

2) Penutup MB No. 465 “Aku dengar bisikan suara-Mu”

Page 135: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

117  

BAB V

PENUTUP

Untuk menutup penulisan skripsi ini, penulis akan membuat kesimpulan dan

saran yang penting diperhatikan oleh siapa saja yang dipercayakan dalam

pembinaan katekis sukarela selaku penggerak umat, dengan demikian semakin

mampu melaksanakan katekese yang dialogal partisipatif.

A. Kesimpulan

Katekis sukarela adalah rasul awam yang dipanggil secara khusus oleh

Gereja untuk melayani sesama agar semakin mengenal dan mencintai Yesus

Kristus. Dalam melaksanakan tugas sebagai pewarta, para katekis dengan rendah

hati dan penuh rasa persaudaraan dalam melayani umat setempat. Meskipun

demikiam para katekis tidak dididik secara khusus di bidang pewartaan/pelayanan.

Dengan demikian tugas yang dipercayakan kepada mereka terkadang tidak dapat

dilaksanakan dengan baik.

Hal ini disebabkan oleh faktor kurangnya pengetahuan dan wawasan para

katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering mengenai katekese umat yang

dialogal partisipatif. Selain itu di Paroki Keluarga Suci Tering tidak memiliki

katekis yang ahli di bidang katekese, dengan demikian pembinaan katekis sukarela

Paroki Keluarga Suci Tering kurang mendapatkan perhatian. Melihat permasalahan

tersebut, penulis merasa terdorong untuk menulis katekese umat model SCP sebagai

usaha meningkatkan kemampuan berkatekese umat yang dialogal partisipatif.

Tugas seorang katekis sangat besar peranannya dalam mengembangkan Gereja.

Mereka adalah pembantu hirarki dan berperan sebagai penggerak hidup menggereja

Page 136: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

118  

umat setempat. Mereka membantu imam dalam pelayanan khususnya di stasi-stasi

yang sulit dijangkau.

Katekis sebagai pewarta nilai-nilai Kerajaan Allah juga memiliki

spiritualitas yang merupakan daya pendorong dan penyemangat untuk dapat

melaksanakan tugas dengan sebaik mungkin. Pada dasarnya katekis adalah orang

yang menyampaikan sabda, dan sabda itu terkandung dalam wahyu diwartakan oleh

Gereja dan dihayati dalam liturgi. Hidup dalam sabda mengandaikan adanya

keterbukaan pada sabda, Gereja dan dunia. Sikap terbuka pada sabda merupakan

sikap yang mendalam dan pribadi. Sikap seorang katekis terhadap Gereja terungkap

dalam sikap dan cintanya terhadap Gereja, mengabdi dan berani berkorban demi

perkembangan Gereja. Selain terbuka terhadap Gereja seorang katekis juga

diharapkan terbuka pada dunia karena dunia merupakan tempat terciptanya kasih

karunia Allah yang kekal dan abadi. Sikap terbuka pada dunia merupakan ciri

spiritualitas katekis atas dasar cinta rasuli Kristus Gembala yang baik, yang datang

menyelamatkan, mengumpulkan dan menyatukan anak-anak Allah yang tercerai

berai.

Katekis sebagai penggerak umat sudah sepantasnya mendapat pendidikan

yang layak di bidang katekese, khususnya katekese yang dialogal partisipatif. Hal

yang perlu diketahui adalah gambaran Gereja jaman sekarang dan jenis

kepemimpinan yang ada, khususnya jenis kepemimpinan yang berhubungan dengan

tugas sebagai pewarta iman/nilai-nilai Kerajaan Allah. Seorang katekis dituntut dan

diharapkan mampu menggerakkan umat agar terlibat aktif dalam kegiatan hidup

menggereja. Sebagian besar para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering

tidak pernah dididik secara khusus di bidang katekese bahkan belum pernah

Page 137: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

119  

mendapatkan pendidikan mengenai katekese, serta tidak pernah mengikuti kegiatan

apapun dalam rangka memperdalam pengetahuan dan wawasan dalam berkatekese

umat, sehingga proses pelaksanaan katekese yang dilaksanakan selama ini tidak

berjalan dengan baik. Kesulitan paling menghambat para katekis sukarela Paroki

Keluarga Suci Tering dalam berkatekese umat adalah tidak memiliki pengetahuan,

ketrampilan, sarana yang memadai, serta kurang memahami metode katekese yang

cocok untuk jaman sekarang. Hal tersebut menunjukan para katekis sukarela Paroki

Keluarga Suci Tering sangat membutuhkan pendampingan khusus berhubungan

dengan katekese, khususnya katekese yang dialogal partisipatif. Sebagai penggerak

umat pendidikan para katekis perlu diperhatikan dan dilaksanakan dengan baik dan

sesuai dengan kebutuhan setempat sehingga mereka mampu melaksanakan tugas-

tugas yang telah dipercayakan kepada mereka dengan sebaik-baiknya dan penuh

tanggung jawab.

Bertitik tolak dari permasalahan di atas, penulis mencoba menawarkan

katekese umat model Shared Charistian Praxis (SCP) yang diharapkan dapat

membantu dan menambah pengetahuan serta wawasan para katekis sukarela Paroki

Keluarga Suci Tering dalam berkatekese umat yang dialogal partisipatif. Metode

SCP merupakan salah satu bentuk katekese umat yang dialogal partisipatif yang

bermaksud membantu serta mendorong setiap para peserta untuk terlibat aktif ambil

bagian dalam proses pelaksanaan katekese umat yang dilaksanakan, sehingga baik

secara pribadi atau bersama, mampu mengadakan penegasan dan mengambil suatu

keputusan demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan setiap

manusia yang terlibat dalam dunia.

Page 138: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

120  

B. Saran

Jika diperhatikan dengan seksama katekis yang tidak mendapat pendidikan

tidak hanya terbatas di Paroki Keluarga Suci Tering, tetapi hampir semua paroki,

khususnya paroki yang berada di pedalaman, mereka tidak memiliki pengetahuan

yang memadai mengenai katekese umat yang dialogal partisipatif. Oleh karena itu,

bagian akhir skripsi ini ada bebarapa saran penting yang perlu diperhatikan oleh

Gereja, Paroki Keluarga Suci Tering maupun para katekis sukarela Paroki Keluarga

Suci Tering serta katekis pada umumnya dan para pendamping umat yang merasa

terpanggil untuk melayani sesama.

1. Bagi Paroki Keluarga Suci Tering

- Gereja perlu mengadakan pembinaan seperti kaderisasi bagi para katekis

sukarela, sehingga mereka mampu mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah

dengan baik di tengah umat.

- Mengadakan pertemuan dengan para katekis sukarela, sehingga mereka

semakin mampu melaksanakan tugas mereka dengan baik dan penuh

tanggung jawab.

2. Bagi katekis Profesional

- Mengadakan pengkaderan/kursus-kursus terhadap katekis sukarela yang tidak

mendapat pendidikan di bidang katekese.

- Membantu para katekis sukarela agar lebih memahami katekese yang dialogal

partisipatif, sehingga mereka mampu membawa dan membantu umat untuk

terlibat aktif dalam kehidupan menggereja.

Page 139: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

121  

3. Bagi katekis sukarela

- Mengikuti pertemuan/pembinaan demi menambah pengetahuan dan wawasan

agar semakin mampu trampil dalam berkatekese umat yang dialogal

partisipatif.

- Memiliki semangat pelayanan, sehingga mampu mewartakan nilai-nilai

Kerajaan Allah dan patut menjadi teladan bagi umat.

Page 140: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

122  

DAFTAR PUSTAKA

Adisusanto, F.X. SJ. (1997). Menyusuri Sejarah Pewartaan Gereja III. (Seri Puskat No. 354): Yogyakarta. Puskat.

Afra Siauwarjaya. (1987). Membangun Gereja Indonesia 2: Katekese Umat dalam Pembangunan Gereja Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.

Darminta, J. SJ. (2007). Spiritualitas Kristiani. Diktat Mata Kuliah Spiritualitas Dasar Kristiani untuk Mahasiswa Semester V, IPPAK-FKIP-USD Yogyakarta.

Groome, Thomas H. (1997). Shared Christian Praxis: Suatu Model Berkatekese (F.X. Heryatno Wono Wulung, Penyadur). Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat. (Buku asli diterbitkan 1997).

Hagidron, Robert. (1982). Metode Riset Sosial. Jakarta: Erlangga. Hermawan Wasito. (1992). Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia. Heselaars, F. SJ. (1976). Penghayatan Kitab Suci untuk Katekis. (Seri Puskat No.

268). Yogyakarta: Puskat Bagian Publikasi. Huber, Th. SJ. (1981). Katekese Umat: Hasil PKKI II. Yogyakarta: Kanisius. Iswarahadi, Y.I. SJ. (2010). Media dan Pewartaan Iman Usaha Mencari Model

Pewartaan Iman pada Jaman Digital. Yogyakarta: Studio Audio Visual Puskat.

Komisi Kateketik KWI. (1997). Pedoman untuk Katekis. Dokumen Mengenai Arah Panggilan, Pembinaan dan Promosi Katekis di Wilayah-wilayah yang Berada di Wilayah-wilayah CEP. Yogyakarta: Kanisius.

. (2005). Identitas Katekis di Tengah Arus Perubahan Jaman. Jakarta: Komisi Kateketik KWI.

Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi.Yogyakarta: Kanisius.

. (2006). Kitab Hukum Kanonik, Edisi Resmi Gereja. Bogor: Grafika. Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardiwiryana, S.J,

Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966).

Lalu, Yosep. (2005). Katekese Umat. Jakarta: Komisi Kateketik KWI. Leks, Stefan. (1987). Mempelajari Alkitab Secara Pribadi: Sebuah Pegangan.

Yogyakarta: Kanisius. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya. Setyakarjana, J.S. SJ. (1997). Arah Katekese di Indonesia. Yogyakarta: Pusat

Kateketik. Steenbrink, Karel. (2006). Orang-orang Katolik di Indonesia 1808-1942.

Pertumbuhan yang Spektakuler dari Minoritas yang Percaya Diri 1903-1942. Maumere: Penerbit Ledalero.

Suhardo, E. BA. (1972). Sukses Katekis dalam Kepemimpinan. (Seri Puskat No. 108). Yogyakarta: Puskat Bagian Publikasi.

Suharyo, Ign. Pr. (1991). Membaca Kitab Suci: Paham-paham Dasar. Yogyakarta: Kanisius.

Sumarno Ds, M. SJ. M.A. (2009). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki. Diktat Mata Kuliah Program Pengalaman

Page 141: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

123  

Lapangan Pendidikan Agama Katolik Paroki. untuk Mahasiswa Semester VI, IPPAK-FKIP-USD Yogyakarta.

Sutrisno Hadi. (1989). Meteodologi Research 2. Yogyakarta: Andi. Telaumbanua, M. OFMCap. (1999). Ilmu Kateketik. Hakikat, Metode, dan Peserta

Katekese Gerejawi. Jakarta: Obor. Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae. (R. Hardawiryana, S.J,

Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI. Wharton, Paul J. (1994). 111 Cerita dan Perumpamaan Bagi Para Pengkotbah dan

Guru. Yogyakarta: Kanisius.  

Page 142: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

(1)��

Lampiran 1: Daftar kuesioner

Berilah tanda silang (x) pada pernyataan di bawah ini dengan tepat dan benar sesuai dengan kenyataan yang ada.Identitas responden:

1. Usia:a. Kurang dari 30 tahun. c. 41-50 tahun. b. 30-40 tahun. d. Di atas 50 tahun.

2. Jenis kelamin: a. Laki-laki.b. Perempuan.

3. Pendidikan terakhir: a. SD. c. SMA b. SMP. d. Perguruan Tinggi.

4. Lama menjadi katekis sukarela: a. 1-5 tahun. c. 10-14 tahun. b. 5-9 tahun. d. Di atas 15 tahun .

5. Pengertian katekese: a. Sebagai pengajaran. c. Sebagai pendidikan b. Sebagai pendalaman. d. Sebagai persekutuan.

6. Peranan katekese: a. Membuat umat bahagia dalam kehidupan sehari-hari. b. Membangkitkan semangat umat untuk pergi ke Gereja. c. Mematangkan sikap iman/menumbuhkan kepekaan dan kesedian umat untuk

berserah diri kepada Allah. d. Melibatkan umat dalam hidup menggereja agar mendapatkan kebahagian

dalam relasi dengan sesama.

7. Tujuan katekese: a. Menyadarkan umat agar tetap mengingat akan kebaikan Tuhan yang telah

diberikan.b. Membawa umat pada perjumpaan dengan pribadi Kristus untuk mendapat

kehidupan yang sejati.c. Mematangkan iman umat agar dapat mencintai Tuhan dalam kehidupannya

sehari-hari. d. Mengembangkan keberanian umat untuk dapat terlibat dalam setiap kegiatan

Gereja.

Page 143: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

(2)��

8. Metode katekese: a. Cara pelayanan yang kreatif agar manusia dapat bertemu dengan Tuhan dalam

kehidupannya sehari-hari. b. Salah satu usaha yang baik untuk dapat mengumpulkan umat dalam

prosesberkatekese. c. Cara membuat umat terlibat dalam proses katekese. d. Agar umat semakin sadar dan mampu untuk melibatkan diri dalam kehidupan

menggereja.

9. Pengertian Katekese Umat: a. Umat bersaksi akan iman Yesus Kristus, pengantara Allah yang bersabda

kepada umat agar melakukan pertobatan secara serentak. b. Bersaksi tentang iman akan Yesus Kristus yang menyelamatkan setiap

pribadi manusia. c. Pelayanan terhadap umat yang melaksanakan proses katekese agar umat

semakin berkembang dalam iman. d. Komunikasi iman atau tukar pengalaman iman antar anggota jemaat melalui

kesaksian iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna.

10. Isi Katekese Umat: a. Pelayanan Sabda yang diberikan oleh Gereja terhadap umat setempat agar tetap

beriman. b. Supaya dalam terang Injil, iman umat semakin diresapi melalui pengalaman sehari-

hari mereka. c. Dalam proses katekese umat kita bersaksi tentang iman akan Yesus Kristus,

pengantara Allah yang bersabda kepada kita menghadapi sabda Allah. d. Komunikasi iman iman yang dilakukan setiap peserta yang hadir dalam proses

katekese umat.

11. Suasana dalam proses Katekese Umat: a. Peserta berdialog dalam suasana yang terbuka, ditandai sikap saling

menghargai dan saling mendengarkan, proses terencana ini berjalan terus menerus.

b. Peserta berdialog dengan peserta yang memilki jabatan yang sama dengannya. c. Setiap peserta dituntut untuk dapat sharing pengalaman imannya agar semua

mendapat jatah. d. Peserta harus saling menanggapi sharing pengalaman iman setiap peserta

yang sharing.

12. Dalam Katekese Umat kita bersaksi tentang: a. Kegiatan umat sehari-hari dalam Gereja. b. Iman kita akan Yesus Kristus yang menyelamatkan. c. Kepercayaan kita terhadap Gereja yang menyelamatkan. d. Kejadian-kejadian yang terjadi dalam masyarakat

13. Tugas pemimpin Katekese Umat:

Page 144: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

(3)��

a. Menentukan siapa yang harus sharing dalam proses Katekese Umat. b. Mengkritik sharing yang diungkapkan oleh para peserta. c. Sebagai pengkotbah yang harus berbicara terus menerus dalam proses

Katekese Umat. d. Sebagai fasilitator/pengarah dan pemudah proses Katekese Umat.

14. Manfaat Katekese Umat: a. Iman peserta semakin diteguhkan dan dihayati secara sempurna sehingga

menemukan nilai-nilai Kerajaan Allah. b. Mengantar umat kepada pertobatan yang sejati dan menemukan kebahagiaan. c. Menyadarkan umat untuk terlibat dalam hidup menggereja d. Iman dan kepercayaan umat semakin berkembang dalam hidup menggereja.

15. Langkah yang dilakukan sebelum melaksanakan kegiatan Katekese Umat: a. Langkah pertama mengamati dan menyadari fonemena tertentu dalam

masyarakat yang diangkat dalam tema katekese umat, kedua menyadari dan merefleksikan situasi yang telah dianalisis dalam terang Kitab Suci dan ketiga memikirkan dan merencanakan aksi untuk bertindak.

b. Langkah pertama merefleksikan apa yang sudah dilihat dalam masyarakat, kedua memikirkan aksi apa yang hendak dibuat, ketiga menyadari suatu kejadiaan yang terjadi di tengah masyarakat.

c. Langkah pertama menyadari dan merefleksikan kejadian yang terjadi, keduamemikirkan dan merencanakan aksi untuk bertindak, ketiga menyadari dan merefleksikan situasi yang telah dianalisis dalam terang Kitab Suci.

d. Langkah pertama melakukan refleksi atas apa yang terjadi di dalam masyarakat, kedua melaksanakan katekese umat dengan menggunakan Kitab Suci, ketiga merencanakan aksi konkrit untuk pertobatan.

16. Dari proses dan langkah Katekese Umat pembina harus menguasai cara-cara: a. Menganalisa relasi umat dengan sesamanya serta mampu melihat kebiasaan

umat setempat. b. Menganalisa situasi umat dan menafsirkan Kitab Suci serta mampu

menyusun rencana tindak lanjut. c. Menafsirkan apa yang akan terjadi setelah melaksanakan Katekese Umat. d. Menafsirkan Kitab Suci dan sejauhmana pengetahuan peserta tentang Tuhan.

17. Keunggulan Katekese Umat: a. Dalam Katekese Umat semua peserta terlibat aktif berfikir, berbicara,

berkomunikasi, umat yang menjadi subjek dalam berkatekese.b. Dalam Katekese Umat fasilitator yang menjadi orang yang pertama/utama. c. Dalam katekese Umat peserta harus sharing dan mengungkapkan pengalaman

imannya. d. Katekese Umat mempunyai susunan yang teratur dan terarah sehingga

prosesnya dapat berjalan dengan baik.

18. Seorang Pembina Katekese Umat sebagai saksi iman diharapkan:

Page 145: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

(4)��

a. Seorang pribadi yang rela mengumpulkan, menyatukan dan membimbing kelompok umat dasar untuk melaksanakan Katekese Umat sebagai suatu proses komunikasi iman semakin berkembang.

b. Seorang pribadi yang berani berjuang demi perkembangan iman umat setempat.

c. Seorang pribadi yang melaksanakan tugasnya demi perkembangan Gereja. d. Seorang pribadi yang memiliki motivasi untuk terus memperkembangkan

Gereja.

19. Kemampuan/keterampilan yang dibutuhkan oleh katekis dalam berkatekese umat: a. Kemampuan/keterampilan berkomunikasi dan berefleksi. b. Kemampuan/keterampilan membawa umat untuk bertobat. c. Kemampuan /keterampilan menyadarkan umat untuk terlibat dalam hidup

menggereja. d. Kemampuan melihat perubahan pada umat.

20. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan teks Kitab Suci dalam Katekese Umat:

a. Menggunakan teks Kitab Suci yang disenangi oleh umat agar proses katekese umat dapat berjalan dengan baik dan lancar.

b. Menggunakan teks Kitab Suci sesuai dengan masalah yang terjadi sekarang dan memperhatikan pengalaman iman Kitab Suci yang berkaitan dengan pengalaman peserta Katekese Umat.

c. Menggunakan teks Kitab Suci yang sesuai keinginan umat. d. Menggunakan teks Kitab Suci dengan cermat dan teliti agar dapat

mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah.

21. Makna Kitab Suci dalam Katekese Umat: a. Mengkritik sikap setiap peserta yang hadir dalam pelaksanaan Katekese

Umat. b. Mengkritik sikap kita dan peserta, menegur, meneguhkan, memberi banyak

kemungkinan, membuka wawasan dan memberi insprirasi, semangat dalam menjalankan kehidupan yang lebih baik.

c. Mengajari umat untuk dapat mengenal siapa saja tokoh- tokoh yang ada dalam Kitab Suci.

d. Menyadarkan umat untuk dapat melakukan pertobatan dan melibatkan diri dalam hidup menggereja.

22. Metode Katekese umat yang sering anda gunakan selama ini: a. Ceramah. c. Sharing. b. Dialog. d. Menjelaskan.

23. Tanggapan peserta terhadap sharing dalam proses katekese umat yang pernah anda laksanakan selama ini:

a. Tidak menanggapi. b. Aktif, terlibat dalam sharing. c. Pasif, tidak terbiasa sharing.

Page 146: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

(5)��

d. Tidak pernah melaksanakan kegiatan sharing.

24. Usaha apa yang dilakukan supaya peserta dapat terlibat dan tertarik dalam kegiatan berkatekese umat:

a. Mempersiapkan bahan dengan baik sebelum melaksanakan katekese. b. Memberi tugas dengan menghafal doa-doa. c. Melibatkan peserta dengan Tanya jawab sharing pengalaman iman. d. Tidak ada.

25. Permasalahan pokok yang dihadapi oleh katekis sukarela dalam berkatekese umat selama ini:

a. Terlalu sibuk bekerja.b. Kurangnya pengetahuan akan iman dan proses katekese yang melibatkan

peserta.c. Kurang mengerti bagaimana berkatekese umat yang baik dan benar. d. Kurang pengalaman tentang katekese umat.

26. Hambatan yang membuat katekis sukarela kesulitan dalam berkatekese umat di tengah umat:

a. Tidak mendapat pendidikan yang berhubungan dengan berkatekese umat. b. Tidak memiliki sarana prasarana yang berkaitan dengan proses katekese

umat. c. Tidak mengetahui bagaimana menggunakan metode katekese yang cocok. d. Tidak memiliki buku pegangan tentang berkatekese umat.

27. Kesulitan yang paling menghambat para katekis sukarela dalam berkatekese umat:

a. Tidak memiliki ketrampilan yang cukup. b. Tidak mengetahui katekese yang cocok untuk sekarang.c. Tidak memiliki pengetahuan yang memadai. d. Kurangnya pengetahuan tentang macam-macam metode dan sarana katekese

umat.

28. Kaderisasi berhubungan dengan katekese umat yang melibatkan para peserta dirasa:

a. Penting. c. Tidak penting. b. Sangat penting. d. Kurang penting.

29. Pendampingan khusus terhadap katekis sukarela dirasa: a. Penting. c. Tidak penting. b. Sangat penting. d. Kurang penting.

30. Jika diberikan model katekese umat yang dapat melibatkan umat: a. Setuju. c. Tidak setuju. b. Sangat setuju. d. Kurang setuju.

Page 147: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

(6)��

Lampiran 2: Pedoman wawancara

1. Sejauh pengetahuan bapak Bonifasius sebagai dewan paroki bagaimana Sejarah masuknya agama katolik di desa Tering?

2. Mengapa Tering dipilih menjadi pusat misi yang kedua setelah kampung Laham?

3. Menurut pengamatan bapak Bonifasius bagaimana keadaan dan situasi Geografis Paroki Keluarga Suci Tering?

4. Menurut pengamatan bapak Bonifasius bagaimana relasi umat di Paroki Keluarga Suci Tering dengan sesama?

5. Menurut pengamatan bapak Bonifasius bagaimana relasi umat di Paroki Keluarga Suci Tering dengan sesama?

6. Jika kita perhatikan umat di Paroki Keluarga Suci Tering jarang sekali ke Gereja, sebenarnya Faktor apa yang menyebabkan umat kurang terlibat dalam kegiatan hidup menggereja?

7. Apakah katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering memiliki semangat dalam mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah umat?

8. Selama bapak Bonifasius menjabat sebagai dewan paroki, apakah katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering pernah mendapat pendampingan berkaitan dengan tugas mereka sebagai pewarta iman?

Page 148: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

(7)��

Lampiran 3: Hasil wawancara

A. Identitas

1. Nama : Bonifasius 2. Tugas : Dewan Paroki Keluarga Suci Tering 3. Alamat : Tering Lama 4. Tanggal 23 Juli 2010 5. Waktu 19:00

B. Hasil wawancara

1. Sejauh pengetahuan bapak Bonifasius sebagai dewan paroki bagaimana Sejarah masuknya agama katolik di desa Tering?

Pak Bonifasius mengatakan, pastor Paroki Keluarga Suci Tering adalah Imam kelahiran Tamiang Layang Barito Timur, Kalimantan Tengah, 23 Mei 1971, ia menjadi pastor Paroki Keluarga Suci Tering, sejak tahun 2007. Ia ditahbiskan imam pada 24 September 2000. Jumlah umat yang harus ia layani di paroki yang sudah berusia 75 tahun ini sebanyak 3.926 jiwa.

Pak Bonisfasius juga menguraikan tentang sejarah gereja katolik Kalimantan Timur khususnya gereja Paroki Keluarga Suci Tering. Ia mengatakan bahwa seratus tahun yang lalu Allah telah mengirim Misionarisnya pertama ke bumi Kalimantan ini dan iapun memberikan rahmat iman kepada penduduk asli untuk menanggapi pewartaan kekal yang ditawarkannya yang berawal dari kampung Laham dan sekitarnya pada tahun 1907. Selanjutnya 26 tahun kemudian pada tahun 1933 para misonaris melanjutkan misi mereka di dalam pengembangan iman Katolik di kampung Tering. “Memang tidak mudah untuk merubah peradaban awal yang begitu melekat dengan berbagai kebudayaan dan kepercayaan yang telah ditanamkan oleh nenek moyang pada saat itu. Namun karena usaha serta pekerjaan mereka yang sangat berani dan dibantu oleh tokoh-tokoh awam sehingga dapat menjadi orang Katolik yang begitu perkembangannya. Sepanjang sejarah perkembangannya mengalami pertambahan umat yang semakin pesat.

2. Mengapa Tering dipilih menjadi pusat misi yang kedua setelah kampung Laham?

Tering dipilih menjadi pusat misi karena umat di Paroki Keluarga Suci Tering lumayan banyak dan keadaan geografis sangat mendukung untuk pusat karya pastoral, tempatnya mudah dijangkau karena berdekatan dengan pinggiran sungai Mahakam. Pinggiran sungai Mahakam merupakan jalur alternatif yang menghubungkan daerah satu dengan daerah yang lain. Tering menjadi pusat misi setelah kampung Laham, jelasnya.

3. Menurut pengamatan bapak Bonifasius bagaimana keadaan dan situasi Geografis Paroki Keluarga Suci Tering?

Bapak Bonifasius mengatakan keadaan geogrfis gereja Paroki Keluarga Suci Tering berada di desa Tering, Kecamatan Tering Kabupaten Kutai Barat,

Page 149: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

(8)��

Propinsi Kalimantan Timur. Wilayah Paroki Keluarga Suci Tering merupakan wilayah dataran rendah berada dekat dengan pinggiran sungai Mahakam. Air yang menjulur di sepanjang sungai Mahakam merupakan jalur jalan raya utama yang menghubungkan daerah satu dengan daerah yang lain. Transport utama yang sering digunakan masyarakat setempat Kapal Motor, Speed Boat dan Sampan.

Bapak Bonifasius juga menjelaskan, wilayah Paroki Keluarga Suci Tering di bagian utara berbatasan dengan Paroki Melapeh, Paroki Barong Tongkok. Sedangkan di bagian barat Paroki keluarga Suci Tering berbatasan dengan Paroki Long Hubung, Paroki Laham dan Paroki Memahak Besar. Di timur berbatasan dengan Paroki Melak dan di paroki Keluarga Suci Tering sendiri memiliki delapan stasi, kedelapan stasi tersebut adalah Jelemuq, Kelubaq, Muara Mujan, Muyud Aked, Tering Pasar, Tukul, Kelian, Dali. Setiap Minggu di setiap stasi selalu dilayani oleh seorang pastor dalam merayakan Ekaristi. Di stasi-stasi yang tidak sempat dilayani oleh pastor, selalu diambil alih oleh para katekis sukarela dalam merayakan ibadat sabda, jelasnya.

4. Menurut pengamatan bapak Bonifasius bagaimana relasi umat di Paroki Keluarga Suci Tering dengan sesama?

Bapak Bonifasius menjawab/mengatakan Paroki Keluarga Suci Tering merupakan daerah yang dihuni suku dayak, relasi antara sesama sangat akrab, karena kalau ada kegiatan gotong royong semua warga terlibat aktif. Tetapi keaktifan umat dalam merayakan perayaan sakramen-sakramen sangat rendah, jelasnya. Hal ini dilihat dari keaktifan umat sangat kurang dalam menghadiri perayaan sakramen-sakramen seperti Ekaristi, pengakuan dosa serta sakramen lainnya. Bahkan doa-doa rutin yang dilaksanakan di lingkungan jumlah umat yang hadir sangat terbatas, jelasnya.

5. Jika kita perhatikan umat di Paroki Keluarga Suci Tering jarang sekali ke Gereja, sebenarnya Faktor apa yang menyebabkan umat kurang terlibat dalam kegiatan hidup menggereja?

Umat Paroki Keluarga Suci Tering enggan untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja, kemungkinan besar yang mempengaruhi kurang keterlibatan umat dalam kegitan hidup menggereja karena kesibukan sehari-hari yang sebagian besar umat Paroki Keluarga Suci Tering pekerjaannya sebagai petani dan nelayan. Tetapi faktor yang paling menghambat perkembangan kearah keterlibatan umat adalah sebagian besar disebabkan oleh kurangnya kesadaran umat mengenai makna dan arti hidup menggereja yang sesungguhnya, mereka tidak menyadari dan mengetahui bahwa dalam kehidupan mereka sehari-hari Allah selalu berkarya dan membimbing dan memberkati setiap pekerjaan yang mereka lakukan.

6. Berapa jumlah keseluruhan Katekis sukarela yang bertugas di Paroki Keluarga Suci Tering?

Di Paroki Keluarga Suci Tering jumlah katekis yang bertugas 30 orang, mereka ditunjuk oleh Gereja untuk melayani sesama umat beriman dan memperkenalkan Kristus kepada umat. Pak Bonifasius juga mengatakan pendidikan formal katekis Paroki Keluarga Suci Tering rata-rata SMP dan SMA dan sebagian besar pekerjaan mereka sebagai petani dan nelayan. Pekerjaan

Page 150: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

(9)��

sebagai petani dan nelayan kadang membuat katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering kurang terlibat dalam kegiatan yang ada di Gereja. Kegiatan katekese yang mencakup unsur pewartaan, pengajaran, pendidikan, pendalaman iman menuju kepenuhan Kristiani. Kepenuhan hidup Kristiani mengandaikan bahwa dalam hidup sehari-hari orang memiliki mentalitas iman yang mendalam artinya bertindak seturut perintah-perintah Allah.

7. Apakah katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering memiliki semangat dalam mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah umat?

Para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering dipilih langsung oleh Gereja untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah kehidupan bersama. Mereka dipilih karena semangat serta keaktifan dan keterlibatan mereka dalam kegiatan hidup menggereja. Semangat yang dimiliki para katekis sukarela sangat mendukung terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah kehidupan setiap umat. Tetapi semangat para katekis sukarela terkadang terhambat karena pekerjaan mereka sehari-hari sebagai petani dan nelayan yang harus mencari nafkah untuk keluarga mereka, hal ini kadang membuat para katekis sukarela tidak dapat terlibat aktif dalam kegiata hidup menggereja, meskipun demikian mereka tetap berusaha terlibat dalam setiap kagiatan menggereja.

8. Selama bapak Bonifasius menjabat sebagai dewan paroki, apakah katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering pernah mendapat pendampingan berkaitan dengan tugas mereka sebagai pewarta iman?

Bapak Bonifasius mengatakan faktor yang menghambat perkembangan kearah keterlibatan umat adalah sebagian besar para katekis kurang mengetahui metode berkatekese yang dialogal partisipatif, sehingga dalam melaksanakan proses berkatekese selama ini keterlibatan umat kurang diperhatikan, dengan demikian umat menjadi pasif dan enggan terlibat dalam kegiatan hidup menggereja. Selain itu di Paroki Keluarga Suci Tering tidak ada katekis profesional atau katekis ahli dalam bidang katekese. Bapak Bonifasius menambahkan, para katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering tidak pernah mendapat pendidikan berkaitan dengan katekese khususnya katekese yang melibatkan para peserta dalam proses pelaksanaan katekese, selain itu para katekis Paroki Keluarga Suci Tering tidak pernah mendapat pendampingan khusus berkaitan dengan tugas dan tangung jawab mereka sebagai pembina umat, hal ini disebabkan karena tidak ada tenaga ahli dalam bidang katekese, sehingga katekis sukarela Paroki Keluarga Suci Tering tidak pernah mendapat pengetahuan dan wawasan berkaitan dengan katekese, khususnya katekese yang dialogal partisipatif.

Page 151: USAHA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERKATEKESE UMAT … · untuk mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah dan terlibat dalam kehidupan menggereja. Tugas yang dipercayakan kepada mereka membutuhkan

(10)��

Lampiran 4: Menjawab Panggilan Kristus

Cerita dikutip dari: Majalah Hidup No. 30 Tahun ke-60. 23 Juli 2006. h. 16.

Agus adalah seorang bapa yang sejak masa muda sampai tua mengabdikan seluruh hidupnya untuk kepentingan Gereja. Tugas sangat sederhana sebagai pelayan pastoral/koster. Setiap pagi dan sore hari ia membunyikan lonceng Gereja untuk perayaan Ekaristi dan untuk doa-doa anjleus pada jam-jam yang ditentukan oleh Gereja. Selain itu, ia membersihkan halaman Gereja dan rumah pastor. Karena tekun dan bertanggungjawab, maka dia dipercaya oleh pastor untuk mengajar agama bagi orang dewasa terlebih anak-anak. Pengajaran yang diberikan bukan untuk memperoleh nilai tetapi yang ditekan adalah nilai-nilai hidup kristiani dalam diri anak agar menjadi orang katolik yang sungguh beriman baik. Bapak Agus dalam menjalankan tugasnya tidak luput dari tantangan atau kesulitan yang dihadapi khususnya kesulitan dalam ekonomi. Walaupun bertahun-tahun bekerja sebagai koster ia tidak pernah mengharapkan gaji untuk kehidupannya. Pelayanannya hanya semata-mata untuk kepentingan pengabdian saja. Oleh karena itu, untuk menambah kebutuhan ekonomi keluarga ia berusaha mencari waktu kosong dengan bekerja sebagai buruh kecil di pelabuhan yang ada saat-saat tertentu baru mendapat sedikit uang. Meskipun demikian kesulitan terus dialaminya ketika putra sulung dan istrinya meninggal dunia. Namun ia tidak putus asa bahkan ia semakin setia dalam tugasnya dan bersyukur bahwa ia dipercaya Tuhan untuk mengabdikan hidupnya dan menjadi saksi bagi semua orang.