peranan keterlibatan hidup ... - repository.usd.ac.id · i peranan keterlibatan hidup menggereja...
TRANSCRIPT
i
PERANAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA
BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
DALAM RANGKA MENANGGAPI PANGGILAN SEBAGAI KATEKIS
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Maria Jajar Anur Arsuma
NIM: 111124016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada
orangtuaku Bernadus Sudarisman dan Anna Tatik Haryati
kembaranku Agnes Jajar Anur Umastuti, dan adikku Cicilia Novia Tri Risdiana
yang selalu mendukung, menyertai serta selalu mendoakan dalam usaha dan
perjuanganku selama kuliah, serta pihak-pihak lain yang selalu mendukung
melalui kasih, doa, dan perhatian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Hati yang gembira adalah obat yang manjur,
tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.”
(Ams 17:22)
“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya.”
(Pkh 3:11)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah PERANAN KETERLIBATAN HIDUP
MENGGEREJA BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU
PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM
RANGKA MENANGGAPI PANGGILAN SEBAGAI KATEKIS. Judul skripsi
ini dipilih bertolak dari pengalaman penulis selama menjalankan dan mengalami
proses dinamika perkuliahan di Prodi IPPAK. Pihak kampus memang benar-benar
mendukung dan mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi katekis. Hal demikian
tampak dalam kegiatan-kegiatan yang melekat pada mata kuliah tertentu yang
mengharuskan mahasiswa untuk terlibat langsung di tengah kehidupan jemaat.
Namun demikian, penulis melihat masih banyak mahasiswa yang belum mampu
menyadari akan panggilannya sebagai katekis. Bahkan ada beberapa mahasiswa
yang masih menyangkal diri tidak mau menjadi katekis atau guru agama. Hal ini
disebabkan karena motivasi dan tujuan kuliah di Prodi IPPAK hanya sebatas
tuntutan atau pilihan jurusan yang ditentukan oleh orangtua, semata-mata hanya
ingin kuliah, ingin mempunyai status, dsb. Kurangnya kesadaran diri dan motivasi
yang kuat ini mempengaruhi para calon katekis dalam menjalankan proses
kuliahnya dan keterlibatannya dalam kehidupan menggereja.
Kegiatan hidup menggereja merupakan hal yang amat penting dalam
kehidupan calon katekis. Untuk mengetahui kontribusi kegiatan hidup menggereja
penting bagi calon katekis, penulis tempuh dengan mengadakan penelitian di
lapangan. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa
Prodi IPPAK tahun ajaran 2015/2016 pada angkatan 2010 dan 2011. Alasan
penulis memilih mahasiswa angkatan 2010 dan 2011 karena mereka telah
menempuh dan mengalami keseluruhan proses dinamika perkuliahan di Prodi
IPPAK dengan melaksanakan semua mata kuliah praktek yang diprogramkan oleh
kampus. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa kegiatan hidup
menggereja memberikan kontribusi bagi mahasiswa-mahasiswi yang secara
khusus mereka terbantu dalam menanggapi panggilannya sebagai katekis dan
semakin dikembangkan dalam iman. Namun demikian, berdasarkan pengakuan
mereka ada sejumlah mahasiswa-mahasiswi belum menghayati sungguh-sungguh
panggilannya sebagai katekis walaupun mereka sudah mengalami keseluruhan
proses dinamika perkuliahan yang diprogramkan oleh kampus.
Mengingat mahasiswa Prodi IPPAK merupakan calon-calon katekis dan
akan menjadi seorang katekis, kemantapan dan penghayatan akan panggilan dan
perannya dalam kehidupan menggereja sangat penting. Untuk itu pada akhir
penulisan ini, penulis mengusulkan kegiatan rekoleksi bagi mahasiswa-mahasiswi
tingkat akhir sebagai upaya meningkatkan kesadaran akan panggilan dan perannya
sebagai calon katekis dalam kehidupan menggereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
The title of this thesis is THE ROLE OF THE CATHOLIC RELIGIUS
EDUCATION STUDENTS INVOLVEMENT IN CHURCH LIFE TO
RESPOND THE CALLING AS CATECHISTS. This title was chosen based on
the author's experiences the study in the dynamics of the process of studying in
Catholic Religious Education Study Program department. The campus is really
supportive and prepares the students to become catechists. Its thuss appears in the
activities inherent to the specific courses that require students to engage directly in
the center of community life. Nevertheless, the authors still believes that many
students have not been able to realize the vocation as catechists. Even some
students who still deny themselves do not want to become catechists or teachers.
This is due to their motivation in studying in study on the this study program only
limited to the demand or the choice of majors that are determined by parents, and
merely wante to study to have status, etc. Lack of self-awareness and a strong
motivation affects prospective catechists in talking parts in the college process and
involvement in church life.
Church life activities are very important in the life of the prospective
catechists. To determine the contribution of church life is important for
prospective catechists, by conducting a research in the field. The study was
conducted by distributing questionnaire to the students of the academic year
2015/2016 batch 2010 and 2011. The reason the author chose these batch of 2010
and 2011 was because they have been through and experienced the whole process
of dynamic lectures in The Study Program to implement all practical courses
programmed by the study program. Based on the research, the data showed that
activity church life contributes to the students in responding to their calling as
catechists and further developing the faith. However, based on the research data a
number of the students do not appreciate the earnest vocation as catechists even
though they have experienced the whole process of dynamic lectures programmed
by the study program.
Remembering that the students are candidates of catechists and will
become catechists, stability and appreciation will of calling play a role in life and
this is very important in church life. The author proposes a recollection of
activities for the students of final year as an effort to increase awareness of the
calling and its role as catechist candidates in the church life.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Bapa Yang Mahabaik, karena berkat kasih setia-
Nya dan penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
PERANAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA BAGI MAHASISWA
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN
AGAMA KATOLIK DALAM RANGKA MENANGGAPI PANGGILAN
SEBAGAI KATEKIS. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan kuliah dan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini
penulis dengan setulus hati mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd., selaku dosen pembimbing utama,
yang telah memberikan perhatian, memberi sumbangan pemikiran, bersedia
meluangkan waktu, membimbing penulis dengan penuh kesabaran sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Romo Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J., selaku Dosen Pembimbing Akademik
(DPA) sekaligus dosen penguji kedua, yang telah membantu, mengarahkan
serta memotivasi penulis selama perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini.
3. Romo Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A., selaku dosen penguji ketiga, yang
telah berkenan menguji serta memotivasi penulis selama menjalani kuliah di
Prodi PAK dan dalam penyelesaian skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
4. Romo Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed., selaku Kaprodi, yang
telah mengijinkan penulis melaksanakan penelitian di Prodi PAK.
5. Segenap romo, bapak, dan ibu dosen, serta karyawan-karyawati Prodi PAK-
USD Yogyakarta yang telah memberikan dukungan, semangat dan motivasi
kepada penulis sehingga lancar dalam menyelesaikan kuliah.
6. Orangtua, adik, serta keluarga besar penulis, yang selalu mendukung,
mendoakan, dan memberi semangat kepada penulis selama perkuliahan
sampai menyelesaikan skripsi ini.
7. Segenap teman-teman responden mahasiswa angkatan 2010 dan 2011 yang
telah bersedia membantu penulis memperoleh data dengan mengisi kuesioner
penelitian.
8. Teman-teman angkatan 2011 yang selalu memberi dorongan, semangat dan
perhatian kepada penulis selama kuliah, berjuang dan melangkah bersama.
9. Sahabatku (Sr. Festina Asnawati Mendrόfa. Sr. Emiliana Takndare, Sr.
Margareta Danawati, Stefanie Bui Moron, dan Theresia Sri Rahayu) yang
selalu memberi semangat, mengingatkan, dan setia menemani penulis selama
menyelesaikan skripsi ini.
10. Ade Mardiana yang setia menemani, selalu mengingatkan, memberi
semangat, dan membantu penulis selama kuliah sampai menyelesaikan skripsi
ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selama ini
dengan tulus telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT .......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................ x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xviii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xix
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 6
C. Tujuan Penulisan ................................................................................... 6
D. Manfaat Penulisan ................................................................................. 6
E. Metode Penulisan .................................................................................. 7
F. Sistematika Penulisan ........................................................................... 7
BAB II. PANGGILAN SEBAGAI KATEKIS DAN KETERLIBATAN
KATEKIS DALAM HIDUP MENGGEREJA ..................................... 9
A. Katekis sebagai Panggilan Allah .......................................................... 9
1. Pengertian Panggilan ........................................................................ 10
2. Pengertian Panggilan menurut Kitab Suci ....................................... 10
3. Pengertian Panggilan sebagai Katekis.............................................. 12
B. Peran Seorang Katekis .......................................................................... 13
C. Spiritualitas Katekis .............................................................................. 15
1. Keterbukaan terhadap Tuhan, Gereja dan Dunia ............................. 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
a. Keterbukaan terhadap Allah Tritunggal ...................................... 16
b. Keterbukaan terhadap Gereja ...................................................... 16
c. Keterbukaan terhadap Dunia ....................................................... 17
2. Keutuhan dan Keaslian Hidup.......................................................... 18
3. Semangat Misioner ........................................................................... 18
4. Devosi Kepada Bunda Maria ........................................................... 19
D. Katekis dalam Hidup Menggereja ........................................................ 19
1. Dinamika Hidup Menggereja ........................................................... 20
a. Pewartaan (Kerygma) .................................................................. 21
b. Liturgi (Liturgi) ........................................................................... 21
c. Persekutuan (Koinonia) ............................................................... 22
d. Pelayanan (Diakonia) .................................................................. 23
2. Keterlibatan Katekis dalam Hidup Menggereja ............................... 23
a. Keterlibatan Katekis dalam Tugas Pewartaan Kabar
Gembira (Kerygma) ..................................................................... 24
b. Keterlibatan Katekis dalam Perayaan Iman (Liturgi) .................. 31
c. Keterlibatan Katekis dalam Persekutuan Orang Beriman
(Koinonia).................................................................................... 32
d. Keterlibatan Katekis dalam Pelayanan Iman (Diakonia) ............ 33
BAB III. PENELITIAN TENTANG PERANAN KETERLIBATAN HIDUP
MENGGEREJA BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI
ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN
AGAMA KATOLIK ............................................................................ 34
A. Gambaran Umum Prodi IPPAK........................................................... 34
1. Sejarah Singkat Prodi IPPAK .......................................................... 34
2. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Prodi IPPAK .................................. 37
3. Beberapa Bentuk Kegiatan dan Perkuliahan Mahasiswa Prodi
IPPAK untuk Memupuk Panggilan sebagai Katekis........................ 39
a. Pembinaan Spiritualitas ............................................................... 40
b. Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Pradnyawidya ......................... 41
c. Dirigen ......................................................................................... 42
d. Pendidikan Iman Anak (PIA) ...................................................... 43
e. PPL PAK Pendidikan Dasar ........................................................ 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
f. PPL Pendidikan Menengah ......................................................... 44
g. PPL PAK Paroki .......................................................................... 45
h. PPL Pendidikan Kader ................................................................ 45
i. KBP (Karya Bakti Paroki) ........................................................... 46
B. Metodologi Penelitian ........................................................................... 46
1. Latar Belakang Penelitian ................................................................ 46
2. Rumusan Permasalahan.................................................................... 48
3. Tujuan Penelitian.............................................................................. 48
4. Manfaat Penelitian............................................................................ 49
5. Jenis Penelitian ................................................................................. 49
6. Variabel Penelitian ........................................................................... 50
7. Instrumen Penelitian ......................................................................... 51
8. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................... 51
9. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 52
10. Teknik Analisis Data ........................................................................ 52
C. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian ........................................... 53
1. Identitas dan Latar Belakang Responden ........................................ 53
2. Pemahaman Tentang Panggilan sebagai Katekis ............................ 56
a. Laporan Hasil Penelitian Pemahaman Tentang Panggilan
sebagai Katekis ............................................................................ 58
b. Pembahasan Hasil Penelitian Pemahaman Tentang Panggilan
sebagai Katekis ............................................................................ 60
3. Pemahaman dan Peranan Hidup Menggereja bagi Panggilan
sebagai Katekis ................................................................................. 62
a. Laporan Hasil Penelitian Pemahaman dan Peranan Hidup
Menggereja bagi Panggilan sebagai Katekis ............................... 64
b. Pembahasan Hasil Penelitian Pemahaman dan Peranan Hidup
Menggereja bagi Panggilan sebagai Katekis ............................... 65
4. Macam-macam Hidup Menggereja dan Program Kurikuler yang
Mendukung Keterlibatan Hidup Menggereja ................................... 67
a. Laporan Hasil Penelitian Macam-macam Hidup Menggereja
dan Program Kurikuler yang Mendukung Keterlibatan Hidup
Menggereja .................................................................................. 69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
b. Pembahasan Hasil Penelitian Macam-macam Hidup
Menggereja dan Program Kurikuler yang Mendukung
Keterlibatan Hidup Menggereja .................................................. 72
5. Bidang Karya Katekis dalam Rangka Pelayanan Hidup
Menggereja ...................................................................................... 73
a. Laporan Hasil Penelitian Bidang Karya Katekis dalam Rangka
Pelayanan Hidup Menggereja ...................................................... 76
b. Pembahasan Hasil Penelitian Bidang Karya Katekis dalam
Rangka Pelayanan Hidup Menggereja ........................................ 79
6. Usulan Kegiatan yang Dapat Mendukung Panggilan sebagai
Katekis .............................................................................................. 82
D. Kesimpulan Hasil Penelitian ................................................................ 83
BAB IV.USULAN KEGIATAN REKOLEKSI BAGI MAHASISWA
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN KESADARAN AKAN PANGGILAN
DAN PERANNYA SEBAGAI KATEKIS ......................................... 87
A. Latar Belakang Kegiatan....................................................................... 87
B. Rumusan Tema dan Tujuan .................................................................. 88
C. Peserta ................................................................................................... 89
D. Waktu Pelaksanaan ............................................................................... 90
E. Model Pelaksanaan ............................................................................... 90
F. Matriks Program Kegiatan Rekoleksi ................................................... 92
G. Contoh Persiapan Kegiatan Rekoleksi Sesi III ..................................... 95
BAB V. PENUTUP ............................................................................................. 107
A. Kesimpulan ........................................................................................... 107
B. Saran ..................................................................................................... 109
1. Bagi Seluruh Mahasiswa Prodi IPPAK ........................................... 109
2. Bagi Prodi IPPAK ........................................................................... 110
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 111
LAMPIRAN ........................................................................................................ 113
Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian ................................................................. (1)
Lampiran 2: Contoh Kuesioner .................................................................... (2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Lampiran 3: Contoh Isian Kuesioner ........................................................... (8)
Lampiran 4: Cerita “Keinginan menjadi Kristen Katolik” .......................... (16)
Lampiran 5: Lagu “Kau Dipanggil Tuhan” ................................................. (17)
Lampiran 6: Lagu “Bimbinglah Aku, Tuhanku” ......................................... (18)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Variabel Penelitian……………………………………………. 50
Tabel 2: Identitas dan Latar Belakang Responden (N=40)…………….. 54
Tabel 3: Pemahaman Tentang Panggilan sebagai Katekis (N=40)…….. 56
Tabel 4: Pemahaman dan Peranan Hidup Menggereja bagi Panggilan
sebagai Katekis (N=40)………………………………………..
62
Tabel 5: Macam-macam Hidup Menggereja dan Program Kurikuler
yang Mendukung Keterlibatan Hidup Menggereja (N=40)…...
68
Tabel 6: Bidang Karya Katekis dalam Rangka Pelayanan Hidup
Menggereja (N=40)………………………………………........
74
Tabel 7: Usulan Kegiatan yang Dapat Mendukung Panggilan sebagai
Katekis (N=40)………………………………………………...
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan
kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departmen Agama
Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985,
hal. 8.
B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
AA: Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang
Kerasulan Awam, 7 Desember 1965.
AG: Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kegiatan Misioner
Gereja, 7 Desember 1965.
CT: Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus
II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang
Katekese Masa Kini, 16 Oktober 1979.
EN: Evangelii Nuntiandi, Imbauan Apostolik Bapa Suci Paulus VI
tentang Karya Pewartaan Injil pada Jaman Modern, 8 Desember
1975.
KHK: Kitab Hukum Kanonik (Codex luris Canonici), diundangkan oleh
Paus Yohanes Paulus II, 25 Januari 1983.
LG: Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang
Gereja, 21 November 1964.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
C. Singkatan Lain
AKKI : Akademik Kateketik Katolik Indonesia
Art : Artikel
Bdk : Bandingkan
Depdikbud : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
DIY : Daerah Istimewa Yogyakarta
Dsb : Dan sebagainya
FIPA : Fakultas Ilmu Pendidikan Agama
FKIP : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
IPTEK : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Kan : Kanon
Komkat : Komisi Kateketik
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
LPTK : Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
Mendikbud : Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
OSMARU : Orientasi Mahasiswa Baru
PAK : Pendidikan Agama Katolik
PNS : Pegawai Negeri Sipil
Prodi : Program Studi
PS : Puji Syukur
PSM : Paduan Suara Mahasiswa
SD : Sekolah Dasar
SJ : Serikat Jesus
STFK : Sekolah Tinggi Filsafat Kateketik
UKM : Unit Kegiatan Mahasiswa
USD : Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peristiwa Pentakosta menjadi peristiwa pertobatan orang-orang yang
berada di kota Yerusalem dengan menyediakan diri untuk dibaptis dan menjadi
pengikut Kristus. Mereka datang dari berbagai bangsa di bawah kolong langit (Kis
2:1-13) untuk menerima pembaptisan dari para rasul. Jumlah orang yang
menyediakan diri untuk dibaptis pada hari itu sangat banyak, jumlahnya kira-kira
bertambah tiga ribu jiwa (Kis 2:41). Dengan bertambahnya umat yang dibaptis
pada saat itu, maka dibutuhkan pula para pelayan/murid untuk menjamin iman
mereka.
Seiring dengan perkembangan zaman, umat kristiani juga mengalami
perkembangan yang sangat luar biasa di berbagai penjuru dunia. Pada awalnya
umat kristiani mendapat pelayanan dari kaum klerus, biarawan/biarawati, dan
imam. Tetapi dengan melihat situasi semakin bertambahnya jumlah umat kristiani
tersebut, maka sangat dibutuhkan tambahan sebagai pelayan pastoral untuk
membantu mendampingi umat. Dengan demikian keterlibatan kaum awam
sangatlah diharapkan. Salah satu bentuk keterlibatan kaum awam Konsili Vatikan
II menegaskan:
Jadi kaum beriman kristiani, yang berkat baptis telah menjadi anggota
Tubuh Kristus, terhimpun menjadi umat Allah, dengan cara mereka
sendiri ikut mengemban tugas imamat, kenabian, dan rajawi Kristus, dan
dengan demikian sesuai dengan kemampuan mereka melaksanakan
persatuan segenap umat kristiani dalam Gereja dan di dunia (LG, art. 31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Berkat Sakramen Permandian kaum awam dipanggil untuk mengambil
bagian dalam tugas perutusan Yesus Kristus, yakni sebagai imam, nabi, dan raja
(Prasetya, 2007: 21). Salah satu wujud nyata dari keterlibatan kaum awam dalam
pelayan pastoral adalah menjadi seorang katekis. Dalam praktek misi yang
sebenarnya, panggilan katekis bersifat khusus, yakni untuk tugas katekese dan
umum, untuk bekerja sama dalam pelayanan kerasulan apa saja yang berguna
untuk membangun Gereja (Komisi Kateketik KWI, 1997: 15). Ada bermacam-
macam bentuk pelayanan sabda, salah satunya adalah katekese. Telaumbanua
(1999: 5) menyatakan katekese adalah usaha-usaha dari pihak Gereja untuk
menolong umat agar semakin memahami, menghayati, dan mewujudkan imannya
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam katekese terdapat unsur pewartaan,
pengajaran, pendidikan, pendalaman, pembinaan, pengukuhan serta pendewasaan
dengan maksud menghantar umat yang lain memasuki kepenuhan hidup Kristen.
Sebagai salah satu bentuk pelayanan sabda, kegiatan katekese senantiasa
menyentuh seluruh kalangan jemaat, mulai dari anak-anak, kaum muda, dan
orang-orang dewasa dalam iman (CT, art. 18). Dalam prosesnya, katekese selalu
mengalami tantangan dan katekese juga perlu ada pembaharuan yang bersifat
terus-menerus agar proses katekese tidak kehilangan rohnya. Pelaku sekaligus
pewarta sabda Allah dalam proses katekese ini disebut dengan katekis.
Menengok sejenak sejarah perkembangan Gereja pada zaman Konsili
Vatikan I, Gereja belum melibatkan jemaat dalam karya pelayanan pastoral.
Gereja masih mementingkan kesatuan organisatoris dan menekankan aspek
organisasi Gereja. Gereja masih dipahami bersifat piramidal, menempatkan
Hierarki pada posisi di atas seluruh umat beriman Katolik. Seperti yang diketahui
bahwa segala macam bentuk pelayanan pastoral hanya dilakukan oleh kaum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
berjubah (Prasetya, 2007: 14). Konsep Gereja yang demikian sangat
mempengaruhi proses katekese yang terjadi di tengah kehidupan jemaat. Dalam
perkembangan zaman selanjutnya, Gereja mulai membuka diri kepada seluruh
umat beriman. Maka muncullah suatu gerakan yang terwujud dalam bentuk
Konsili Vatikan II. Gereja sekarang lebih-lebih dipahami sebagai kesatuan iman
yang dibangun bersama-sama oleh seluruh umat beriman Katolik.
Setelah Konsili Vatikan II, patut disyukuri bahwa Gereja bukan lagi
dipahami sebagai kesatuan organisatoris dan bersifat yuridis, tetapi Gereja lebih
sebagai kesatuan iman yang dibangun bersama-sama oleh seluruh umat beriman
Katolik sehingga kehidupan dan perkembangan Gereja Katolik sungguh menjadi
tugas dan tanggungjawab bersama, yang secara khusus bagi kaum awam, yaitu
katekis. Kinerja atau tugas para katekis pertama-tama pada bidang kerygma atau
pewartaan. Katekis perlu menyadari bahwa tugas yang dipercayakan kepadanya
itu adalah perintah Yesus sendiri yaitu “Pergilah jadikanlah semua bangsa murid-
Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah
mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Mat
28:19-20). Dalam Injil Markus 16:15-16 Yesus memerintahkan: “Pergilah ke
seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan
dibaptis akan diselamatkan tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.”
Adapun bentuk-bentuk nyata tugas pewartaan yang dilakukan oleh katekis adalah
berkatekese, berbagi pengalaman hidup kristiani, dan penghayatan hidup beriman
(AG, art. 15).
Perlu disadari bahwa pembentukan kepribadian seorang katekis selama
masa pendidikan sangatlah penting sebab dalam pewartaan Sabda tidak cukup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
hanya memiliki pengetahuan yang tinggi, tetapi menuntut juga kesaksian hidup
dan penghayatan iman pribadi seorang katekis. Pembinaan pribadi sebagai
pewarta dapat dikembangkan terus menerus melalui kehidupan rohaninya.
Percuma saja apabila seorang pewarta pandai dan berpengetahuan tinggi tetapi
kehidupan rohaninya kurang karena dapat mempengaruhi pelayanannya dan
bahkan tidak dapat memenuhi kebutuhan dan harapan umat pada masa kini.
Dengan cara-cara dan usaha membina diri itulah, seorang katekis akan sanggup
mencerminkan Sabda yang diwartakannya dan bukannya mengutamakan ilmu
pengetahuan yang dimilikinya (Komisi Kateketik Keuskupan Padang, 1988: 7).
Berdasarkan pengalaman penulis selama mengikuti dinamika atau
perkuliahan di Prodi IPPAK-USD, memang pihak kampus benar-benar
mendukung dan mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi katekis, tetapi penulis
menyadari bahwa untuk menjawab panggilan hidup ini tidak mudah dan
membutuhkan proses yang panjang. Di mana sebagai seorang katekis harus
mampu berdinamika dan terlibat langsung di tengah kehidupan umat. Di Prodi
IPPAK, mahasiswa tidak hanya dibekali pengetahuan saja, melainkan juga diberi
kesempatan untuk terjun dan terlibat langsung di tengah kehidupan umat, baik
dalam kegiatan di lingkungan maupun dalam kegiatan lingkup paroki. Melalui
kegiatan-kegiatan itulah para calon katekis berhadapan langsung dengan realita
kehidupan umat dan mulai mengetahui situasi kehidupan umat. Dalam berproses
bersama dengan umat, para calon katekis juga tidak mungkin langsung terampil
terlibat dalam semua kegiatan. Proses demi proses pasti harus dilaluinya.
Misalnya dalam kegiatan pendalaman iman di lingkungan, awalnya para calon
katekis hanya menjadi peserta saja, lalu lama-kelamaan mulai terlibat dari hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
yang sederhana misalnya memimpin doa, memimpin lagu, membacakan bacaan
Kitab Suci, memberi renungan atau peneguhan, dsb. Melalui pengalaman dari hal
yang sederhana itulah, para calon katekis dapat belajar serta mempunyai
keberanian untuk memimpin secara penuh kegiatan tersebut.
Walaupun Prodi IPPAK sudah membantu mempersiapkan para calon
katekis sedemikian rupa, tetapi penulis melihat masih banyak mahasiswa yang
belum mampu menyadari akan panggilannya sebagai katekis. Bahkan ada
beberapa dari mahasiswa yang masih menyangkal diri tidak mau menjadi katekis
atau guru agama. Hal ini disebabkan karena motivasi dan tujuan kuliah di Prodi
IPPAK hanya sebatas tuntutan atau pilihan jurusan yang ditentukan oleh orangtua,
semata-mata hanya ingin kuliah, ingin mempunyai status, dsb. Kurangnya
kesadaran diri dan motivasi yang kuat ini mempengaruhi para calon katekis dalam
keterlibatannya di kegiatan hidup menggereja, seperti malas terlibat dalam
kegiatan lingkungan, kegiatan gereja, malas pergi ke gereja bahkan doa-doa
secara pribadi. Situasi ini sungguh memprihatinkan karena seharusnya sebagai
calon katekis mampu menjadi panutan yang dapat diteladani oleh umat kristiani
lainnya dan melihat perannya yang besar di kegiatan hidup menggereja.
Disadari bahwa kesadaran akan panggilan sebagai pewarta tidak bisa
dilepaskan dari keterlibatan hidup menggereja. Atas dasar itu, penulis tertarik
untuk menuliskan skripsi dengan judul PERANAN KETERLIBATAN HIDUP
MENGGEREJA BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU
PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM
RANGKA MENANGGAPI PANGGILAN SEBAGAI KATEKIS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan panggilan katekis dalam konteks hidup
menjemaat?
2. Apa yang dimaksud dengan hidup menggereja?
3. Sejauhmana mahasiswa Prodi IPPAK sudah terlibat dalam hidup menggereja
guna menanggapi panggilannya sebagai katekis?
4. Apa peranan kegiatan hidup menggereja bagi mahasiswa IPPAK dalam proses
menanggapi panggilan sebagai katekis?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan-rumusan masalah di atas, dapat dirumuskan tujuan
sebagai berikut:
1. Menjelaskan pengertian panggilan katekis beserta tugas dan tanggung
jawabnya.
2. Menjelaskan pengertian hidup menggereja.
3. Menguraikan bentuk-bentuk keterlibatan hidup menggereja mahasiswa dalam
rangka menanggapi panggilannya sebagai katekis.
4. Menerangkan peranan kegiatan hidup menggereja bagi proses menanggapi
panggilan sebagai katekis.
D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan pemaparan tujuan di atas, manfaat-manfaat yang dapat
diambil sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1. Bagi mahasiswa IPPAK
Penulisan ini dapat menjadi masukan guna meningkatkan keterlibatan hidup
menggereja bagi mahasiswa agar semakin memantapkan dalam menanggapi
panggilannya sebagai katekis.
2. Bagi penulis
Mengkondisikan penulis untuk mampu berpikir secara kritis dan sistematis
dalam menuangkan gagasan secara jelas dan baik. Menambah pengetahuan
serta wawasan mengenai pentingnya terlibat dalam hidup menggereja sehingga
penulis semakin dimantapkan untuk menjadi seorang katekis.
3. Bagi Prodi IPPAK
Prodi IPPAK semakin menyadari pentingnya memberi support dan
pendampingan sejak dini kepada mahasiswa melalui proses-proses kegiatan
kuliah dalam rangka memupuk panggilan sebagai katekis.
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan ini metode yang dipakai adalah deskriptif analisis yaitu
mengambil data melalui kuesioner dan studi pustaka, kemudian data tersebut
dianalisis, ditarik suatu kesimpulan serta merancang suatu program kegiatan
rekoleksi sebagai upaya meningkatkan kesadaran mahasiswa akan panggilan dan
perannya dalam kegiatan hidup menggereja.
F. Sistematika Penulisan
Sebagai gambaran umum tentang hal apa saja yang akan dibahas di dalam
penulisan skripsi ini, berikut adalah sistematika penulisan skripsi ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Bab I merupakan pendahuluan yang berisikan latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan skripsi secara keseluruhan.
Bab II penulis menguraikan panggilan sebagai katekis dan keterlibatan
katekis dalam hidup menggereja. Penulis membagi bab ini menjadi empat bagian
antara lain katekis sebagai panggilan Allah, peran seorang katekis, spiritualitas
katekis, dan katekis dalam hidup menggereja.
Bab III penulis menguraikan penelitian tentang peranan keterlibatan hidup
menggereja bagi mahasiswa program studi ilmu pendidikan kekhususan
pendidikan agama katolik. Untuk menjelaskan bab ini, penulis membagi menjadi
empat bagian antara lain gambaran umum Prodi IPPAK, metodologi penelitian,
laporan dan pembahasan hasil penelitian, dan kesimpulan hasil penelitian.
Bab IV menguraikan latar belakang usulan kegiatan rekoleksi bagi
mahasiswa IPPAK sebagai upaya meningkatkan kesadaran akan panggilan dan
perannya sebagai katekis, rumusan tema dan tujuan, peserta kegiatan, waktu
pelaksanaan, model pelaksanaan, matriks program kegiatan rekoleksi, dan contoh
persiapan kegiatan rekoleksi sesi III.
Bab V merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran. Dalam
bab ini penulis memberikan kesimpulan atas keseluruhan isi skripsi ini. Di
samping itu, penulis juga memberikan saran untuk seluruh mahasiswa Prodi
IPPAK dan Prodi IPPAK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
PANGGILAN SEBAGAI KATEKIS DAN KETERLIBATAN KATEKIS
DALAM HIDUP MENGGEREJA
Konsili Vatikan II yang diselenggarakan pada tahun 1962-1965,
merupakan salah satu tonggak sejarah bagi Gereja dalam memasuki era baru.
Melalui Konsili Vatikan II, Gereja mulai membuka pintu dan jendela lebar-lebar
sehingga dapat melihat dunia secara lebih luas. Begitu juga sebaliknya, Gereja
menerima masukkan-masukkan dari dunia. Dengan diadakannya Konsili Vatikan
II Gereja mengalami penyegaran dan pembaharuan. Salah satu hasil dari
penyegaran dan pembaharuan Konsili Vatikan II adalah dekrit tentang Kerasulan
Awam (Apostolicam Actuositatem) yang berisikan ajaran Gereja tentang kaum
awam dalam tugas sebagai pewarta Kabar Gembira.
Kita patut bersyukur juga dengan adanya penyegaran dan pembaharuan
Konsili Vatikan II, Gereja tidak lagi dipahami sebagai kesatuan organisatoris dan
bersifat yuridis, tetapi sekarang Gereja dipahami sebagai paguyuban umat
beriman akan Yesus Kristus. Paguyuban umat beriman inilah yang disebut Umat
Allah. Umat Allah adalah semua orang beriman, yang karena satu Tuhan, satu
iman, satu baptisan (Ef 4:5) mempunyai martabat yang sama untuk mengambil
bagian dalam tugas imamat, kenabian dan rajawi Yesus Kristus (Prasetya, 2007:
15).
A. Katekis sebagai Panggilan Allah
Kaum awam yang diutus oleh Allah untuk terlibat dalam kegiatan
mewartakan Kabar Gembira, biasanya disebut katekis. Sebagai katekis, ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
memenuhi misi khususnya yaitu mewartakan Kabar Gembira dan menyampaikan
ajaran Katolik yang berpusatkan pada diri dan pribadi Yesus Kristus, yang tampak
dalam sabda dan karya-Nya (Prasetya, 2007: 30). Sebagai kaum awam yang telah
menerima perutusan dari Allah, diharapkan mau mengambil bagian juga dalam
tugas perutusan Yesus Kristus sebagai imam, nabi, dan raja (Prasetya, 2007: 21).
Mengambil bagian dalam imamat Kristus dapat diwujudkan dalam
keterlibatannya di kegiatan liturgi dan peribadatan, mengambil bagian dalam
kenabian Kristus diwujudkan melalui keterlibatannya dalam kegiatan pewartaan,
dan mengambil bagian dalam rajawi Kristus diwujudkan dalam kegiatan
penggembalaan anggota Gereja (Prasetya, 2007: 22).
Dalam menguraikan katekis sebagai panggilan Allah, penulis membagi
pembahasan ke dalam tiga bagian yang meliputi: pengertian panggilan, pengertian
panggilan menurut Kitab Suci dan pengertian panggilan sebagai katekis.
1. Pengertian Panggilan
Panggilan berasal dari kata memanggil (vocatio, vocare) yang artinya
masuklah seorang yang memanggil serta yang dipanggil, dan isi atau tujuan
mengapa orang dipanggil. Yang memanggil ialah Allah sendiri, dan manusia yang
menerima panggilan itu. Panggilan dapat dipahami sebagai undangan Allah
kepada manusia supaya menyerahkan diri seluruhnya kepada pengabdian Ilahi
(Beding, 1962: 5). Panggilan tersebut menunjukkan hasrat dan keinginan
seseorang untuk mengabdikan hidupnya dalam pelayanan Allah.
2. Pengertian Panggilan menurut Kitab Suci
Dalam bukunya Dister (1987: 122-125) menguraikan mengenai panggilan
menurut Kitab Suci. Yesus mewartakan Kerajaan Allah kepada semua orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Dengan demikian, kita semua dipanggil-Nya mengikuti Dia yang sendiri
merupakan “jalan, kebenaran, dan hidup” (Yoh 14:6). Meskipun banyak yang
dipanggil, namun hanya sedikit yang dipilih (Mat 22:14). Cara yang Yesus
lakukan pertama kali yaitu mengumpulkan para murid bukan mereka yang
memilih Dia, tetapi Yesus sendirilah yang memanggil orang-orang yang
dikehendaki-Nya (Mrk 3:13). Para rasul mengambil bagian dalam hidup Yesus
maupun dalam tugas-Nya, seperti kita baca dalam Injil Mrk 3:14 “Ia menetapkan
dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil.”
Sebagai utusan, para rasul juga diberi kuasa yang besar yakni “Yesus
memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk
mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala
kelemahan” (Mat 10:1). Segala sesuatu harus ditinggalkan untuk mengikuti Yesus
yang memanggil orang menjadi “murid”-Nya, menjadi pembantu-Nya dalam
mewartakan Kerajaan Allah (Mrk 1:17-20; 2:14). Setelah Yesus wafat di kayu
salib, bangkit dan terangkat ke surga, para rasul baru menjalankan tugas
panggilannya yaitu mewartakan Injil (Dister, 1987: 125-126).
Para nabi dan para rasul mendapat panggilan, tugas dan tujuan yang sama
yaitu mewartakan karya keselamatan Allah. Pewartaan yang dilakukan para nabi
dan para murid bertujuan untuk membangun Kerajaan Allah di bumi yang tampak
dalam Gereja Kristus. Berdasarkan uraian panggilan para nabi dan para rasul,
dapat disimpulkan bahwa pengertian panggilan adalah ajakan dari Allah yang
ditujukan kepada manusia yang dipilih-Nya untuk masuk dan terlibat dalam tugas
Gereja yaitu mewartakan karya keselamatan Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
3. Pengertian Panggilan sebagai Katekis
Kata katekis berasal dari kata dasar katechein yang mempunyai beberapa
arti: mengomunikasikan, membagi informasi, dan mengajarkan hal-hal yang
berkaitan dengan iman (Indra Sanjaya, 2011: 16). Katekis adalah seorang awam
yang dipilih secara khusus oleh Gereja untuk memperkenalkan Kristus kepada
mereka yang belum mengenal-Nya sehingga menumbuhkan rasa cinta kepada-
Nya sampai pada mereka mengikuti-Nya (Komisi Kateketik KWI, 1997: 17).
Katekis adalah orang-orang yang dalam semangat Roh melibatkan diri dalam
perluasan dan perwujudan Kerajaan Allah yang menjadi inti dari pewartaan
Kristus (Komisi Kateketik KWI, 2005: 99).
Komisi Kateketik KWI (2005: 133) mengartikan katekis adalah orang
beriman yang dipanggil secara khusus oleh Allah serta mendapat penugasan dari
Gereja melalui missio canonika (tugas perutusan) dari Gereja terutama dalam
karya pewartaan Gereja untuk memperkenalkan, menumbuhkan, dan
mengembangkan iman umat di sekolah dan dalam komunitas basis, baik teritorial
maupun kategorial. Sedangkan dalam KHK, kan. 785 dikatakan bahwa katekis
adalah umat beriman kristiani awam yang sungguh-sungguh dibina dan unggul
dalam kehidupan kristianinya, mereka itu di bawah bimbingan seorang misionaris,
mencurahkan tenaganya di dalam pewartaan ajaran Injil dan dalam perayaan-
perayaan liturgi serta karya amal kasih.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa panggilan
sebagai katekis adalah orang beriman kristiani yang dipilih dan dipanggil oleh
Allah sendiri untuk melibatkan diri dalam perluasan dan perwujudan Kerajaan
Allah, melalui tugas dari Gereja yang dipercayakan kepadanya yakni dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
memperkenalkan Kristus melalui pewartaan ajaran Injil dan dalam perayaan
liturgi serta dalam karya amal kasil, sehingga dapat menumbuhkan dan
mengembangkan iman umat baik dalam komunitas basis, teritorial maupun
kategorial.
B. Peran Seorang Katekis
Seorang katekis yang menyadari panggilannya tentu akan menyadari pula
perannya dalam Gereja. Penulis melihat ada lima peran katekis dalam Gereja yang
terlibat dalam perwujudan dan perluasan Kerajaan Allah di dunia.
Dalam bukunya Komisi Kateketik KWI (2005: 99-100) menyatakan
bahwa:
Peran katekis yang pertama adalah berkatekese, artinya mewartakan visi
communio yang dikehendaki Allah bagi umat manusia dan mencari
langkah-langkah konkrit untuk mewujudkan communio tersebut. Katekis
yang benar adalah orang Kristen yang menghayati secara sungguh-
sungguh kekristenannya sebagai bagian dari upaya Allah mewujudkan
communio.
Dalam mewartakan visi, ia berperan mewartakan Yesus Kristus, baik bagi
orang yang belum beriman maupun orang yang sudah beriman kepada-Nya.
Mewartakan Yesus Kristus berarti mewartakan Kabar Gembira bagi semua orang
secara berkesinambungan dari tahap pengajaran sampai ke tahap pendewasaan
sehingga mereka terasa terbantu untuk semakin mengenal, mencintai dan
mengimani Yesus Kristus (CT, art. 20).
Peran kedua para katekis adalah mempertahankan kegandaan wajah Gereja
dengan tetap hadir sebagai agen pastoral yang awam. Communio para agen
pastoral Gereja tidak hanya terdiri dari para klerus, melainkan juga para awam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
yang tidak hanya terdiri dari laki-laki, melainkan juga perempuan. Pereduksian
Gereja pada kaum klerus dan pada kaum laki-laki perlu diatasi dengan
membentuk dan menghadirkan para katekis laki-laki dan perempuan yang
memiliki kepercayaan diri sebagai orang-orang yang mempunyai tanggungjawab
dan komitmen terhadap kehidupan Gereja dan masyarakat. Dengan demikian, ada
dua tuntutan bagi katekis yakni percaya diri dan berkomitmen. Percaya diri adalah
sikap yang lahir dari kesadaran akan panggilan diri sebagai sarana perwujudan
impian Allah bagi umat-Nya. Namun kepercayaan diri ini perlu dilengkapi dengan
komitmen yang jelas di dalam karya. Komitmen berarti kesetiaan melaksanakan
tanggung jawab, termasuk di dalamnya kesetiaan turut memikirkan bersama
rencana pastoral dan ketelatenan melaksanakannya (Komisi Kateketik KWI, 2005:
100-101).
Ketiga, peran katekis dalam mencegah pereduksian kekristenan pada
persoalan ibadah. Para katekis diharapkan menyadari dan menghargai
martabatnya sebagai awam, dan tidak membatasi pekerjaannya pada urusan
liturgi. Sehubungan dengan itu, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan
Awam (AA, art. 5) menyatakan bahwa:
Oleh sebab itu perutusan Gereja tidak saja membawakan warta Kristus
dan rahmat-Nya kepada manusia, tetapi juga meresapi dan
menyempurnakan tata dunia dengan semangat Injil. Jadi para awam yang
melaksanakan perutusan Gereja ini, menjalankan kerasulannya baik di
dalam Gereja maupun di dalam dunia, baik dalam tata rohani maupun
dalam tata dunia.
Peran keempat adalah pelayanan yang memberdayakan dan akan
membangun solidaritas umat beriman. Pada peran ini katekis memberikan
pelayanan kepada umat dan tugas katekis adalah membangkitkan kesadaran,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
semangat dan ketelatenan dalam pelayanan. Sebagai petugas pastoral dan juga
anggota masyarakat, seorang katekis memiliki peluang untuk menyemangati
masyarakat dengan semangat pelayanan yang menjiwainya (Komisi Kateketik
KWI, 2005: 103).
Peran terakhir adalah peran untuk menghidupi pluralitas bidang pelayanan
Gereja, baik internal maupun eksternal. Kenyataan menunjukkan bahwa para
katekis dapat menjalankan profesi apa saja. Para katekis paroki yang sudah tidak
bekerja lagi di paroki atau keuskupan, tetapi menekuni satu pekerjaan yang sama
sekali berbeda, tetap merasa dan menyebut diri sebagai katekis. Hal ini didasarkan
pada keyakinan dan komitmen akan panggilannya sebagai katekis (Komisi
Kateketik KWI, 2005: 104-105).
C. Spiritualitas Katekis
Setiap kegiatan akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh daya
dorong yang mendasarinya. Daya dorong tersebut adalah spiritualitas. Spiritualitas
bagi para katekis bersumber dari panggilan dan tugas perutusan mereka yang
mencakup suatu motivasi dan panggilan kepada kesucian hidup. Spiritualitas
katekis terkait erat dengan status mereka sebagai kaum awam Kristiani yang
berperan serta dalam tugas kenabian, imamat, dan rajawi Kristus. Dalam buku
yang berjudul Pedoman untuk Katekis (Komkat KWI, 1997: 23-30) diuraikan
tentang spiritualitas katekis yang dikondisikan sesuai panggilan kerasulan mereka
dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: terbuka terhadap sabda Tuhan, terhadap
Gereja, dan terhadap dunia; mempunyai kehidupan yang autentik, semangat
missioner, dan devosi kepada Bunda Maria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
1. Keterbukaan terhadap Tuhan, Gereja dan Dunia
Tugas katekis adalah menyampaikan sabda Tuhan. Sikap rohani yang
paling dasar adalah keterbukaan terhadap sabda, yang terkandung dalam wahyu,
diwartakan oleh Gereja, dirayakan dalam liturgi, dan dihayati dalam kehidupan
para santo (Komkat KWI, 1997: 23). Sikap ini berarti perjumpaan dengan Kristus,
yang bersemayam dalam sabda, dalam ekaristi, dan dalam saudara-saudari kita.
Keterbukaan terhadap sabda berarti terbuka terhadap Tuhan, Gereja, dan dunia.
a. Keterbukaan terhadap Allah Tritunggal
Para katekis harus membiarkan dirinya ditarik ke dalam lingkungan Bapa,
yang menyampaikan sabda. Putra pengejawantahan Sabda, yang berbicara hanya
tentang sabda yang didengar-Nya dari Bapa (bdk. Yoh 8:26; 12:49), dan Roh
Kudus yang menerangi pikiran untuk membantunya memahami sabda Tuhan dan
membuka hati untuk menerima sabda dengan cinta dan mempraktekkannya (bdk.
Yoh 16:12-14) (Komkat KWI, 1997: 24).
Maka spiritualitas katekis harus bersumber pada sabda Tuhan yang
menjadi sikap batin dalam tugasnya dengan penuh ketaatan dan tanggung jawab
terhadap tugas panggilan dan perutusannya mewartakan karya keselamatan Allah
dalam terang dan kekuatan Roh Kudus. Dengan demikian, seorang katekis dalam
menghayati tugasnya diselaraskan dengan sabda Tuhan yang diwujudnyatakan
dalam kasih kepada sesama agar semua orang mengenal kebenaran Allah dan
diselamatkan.
b. Keterbukaan terhadap Gereja
Keterbukaan katekis terhadap Gereja terungkap dalam cinta, pengabdian
terhadap pelayanannya, dan kesediaan untuk menderita. Lebih khusus lagi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
keterbukaan ini terungkap dalam keterikatan dan ketaatan terhadap Paus, pusat
persatuan dan ikatan persekutuan universal, dan juga terhadap uskup, bapak dan
pimpinan Gereja lokal (Komkat KWI, 1997: 24-25). Para katekis harus ikut secara
bertanggung jawab dalam perubahan-perubahan duniawi sepanjang perziarahan
Gereja, yang pada hakikatnya bersifat misioner dan bersama dengan Gereja
mendambakan persekutuan akhir dengan Kristus sang mempelai.
Para katekis adalah anggota Gereja yang ingin mereka bangun, dan dari
Gereja inilah mereka memperoleh amanat untuk menjadi katekis. Hanya dengan
sikap keterbukaan seorang katekis terhadap Gereja yang harus mereka layani
dengan penuh cinta, pengabdian dan ikut memanggul salib-Nya (ikut menderita)
bersama Kristus maka spiritualitas seorang katekis dalam pemahaman Gereja
yang harus tetap memperjuangkan terwujudnya karya keselamatan Allah akan
semakin dipahami dan diwujudnyatakan dalam keterikatan dan ketaatannya
terhadap Paus sebagai pemimpin Gereja.
c. Keterbukaan terhadap Dunia
Para katekis dipanggil untuk bekerja di dunia dan untuk dunia ini, tanpa
sepenuhnya menjadi milik dunia ini (bdk. Yoh 17:14-21). Ini berarti bahwa
mereka harus sepenuhnya terlibat dalam kehidupan masyarakat di sekitar mereka,
tanpa mundur karena takut akan kesulitan-kesulitan yang dihadapi atau menarik
diri karena lebih senang diam dan tidak berbuat apa-apa. Keterbukaan terhadap
dunia merupakan salah satu spiritualitas katekis atas dasar cinta rasuli Kristus
Gembala yang Baik, yang datang untuk “mengumpulkan dan menyatukan anak-
anak Allah yang terceraiberai” (Yoh 11:52). Para katekis harus dipenuhi dengan
cinta kepada saudara-saudarinya ketika mereka mewartakan bahwa Tuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
mencintai dan memberikan keselamatan-Nya kepada semua orang (Komkat KWI,
1997: 25).
2. Keutuhan dan Keaslian Hidup
Seorang katekis sebelum mewartakan sabda harus menjadikan dan
menghayati sabda itu sebagai miliknya. Apa yang diajarkan oleh katekis bukan
semata-mata ilmu atau teori belaka melainkan iman yang dihidupinya dan
dipraktekkan secara nyata dalam hidup sehari-hari. Oleh karena itu, dibutuhkan
keutuhan dan keaslian hidup. Seorang katekis hidup dalam doa, peka terhadap
pengalaman akan Tuhan, setia terhadap tindakan Roh Kudus dan keteraturan batin
dan lahiriah, yang disesuaikan dengan berbagai situasi pribadi maupun keluarga
dari setiap orang (Komkat KWI, 1997: 26).
3. Semangat Misioner
Seorang katekis dalam tugas perutusan-Nya mewartakan Kerajaan Allah
dan Injil (Mrk 16:15) serta membimbing dan menuntun sesamanya agar mengenal
Injil tersebut. Seorang katekis harus mempunyai semangat kerasulan yang tinggi,
berani dan semangat mewartakan Injil walaupun resikonya ditolak dan tidak
didengarkan. Walaupun demikian, seorang katekis mempunyai keyakinan bahwa
Kristus yang diwartakan selalu menyertainya. Seperti yang tertulis dalam Kitab
Suci pekerja sedikit dan tuaian banyak, katekis menjalankan tugas Allahlah yang
bertanggungjawab atas hasil yang dijalankan pekerja-Nya (Komkat KWI, 1997:
27-29).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
4. Devosi Kepada Bunda Maria
Spiritualitas katekis akan diperkaya oleh devosi yang mendalam kepada
bunda Tuhan. Sebelum menjelaskan kepada orang lain tempat Maria dalam
misteri Kristus dan Gereja, mereka harus merasakan kehadirannya dalam hati
mereka dan harus memberi kesaksian akan kesucian yang tulus dari Bunda Maria,
yang akan mereka sampaikan kepada umat. Mereka akan menemukan dalam diri
Bunda Maria suatu model yang sederhana dan efektif bagi dirinya sendiri dan bagi
orang lain. Perawan Maria dalam hidupnya telah memberi contoh mengenai kasih
ibu yang harus membangkitkan semangat semua orang yang ikut ambil bagian
dalam misi kerasulan Gereja demi kelahiran kembali umat manusia karena
pewartaan sabda selalu dikaitkan dengan doa, perayaan ekaristi, dan
pembangunan komunitas Kristiani (Komkat KWI, 1997: 29-30).
D. Katekis dalam Hidup Menggereja
Sebagai umat beriman yang telah dibaptis kita dipanggil untuk ikut ambil
bagian dalam tugas Gereja. Salah satu bentuk nyata keterlibatan umat beriman
dalam tugas Gereja yaitu menerima panggilan sebagai seorang katekis. Perlu
disadari bahwa masa depan Gereja juga berada dalam tangan katekis. Katekis
dituntut untuk mampu berperan secara aktif dalam setiap kegiatan hidup
menggereja, baik dalam lingkup Paroki maupun lingkungan tempat tinggalnya.
Untuk dapat berperan secara aktif katekis dituntut mampu memahami dan
menghayati peranannya dalam kegiatan hidup menggereja. Adanya peranan aktif
dari katekis akan membantu umat beriman untuk semakin menghayati imannya.
Pada bagian ini penulis akan memaparkan mengenai dinamika hidup menggereja
dan keterlibatan katekis dalam hidup menggereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
1. Dinamika Hidup Menggereja
Menengok sejenak sejarah Gereja, kita dapat melihat adanya perubahan
pemahaman Gereja tentang dirinya dan misinya. Perubahan pemahaman Gereja
tentang dirinya secara konsekuen membawa perubahan pada pemahaman tentang
misi dan sikap Gereja terhadap dunia dan agama-agama lain. Pada kehidupan
jemaat perdana sebagaimana dikisahkan dalam Kisah Para Rasul 2:41-47, kita
melihat kehidupan komunitas beriman yang ditandai oleh kerukunan dalam
persekutuan, berdoa bersama, sikap saling memperhatikan, solidaritas,
kepemilikan bersama, hubungan yang penuh kasih persaudaraan di antara
anggota. Berkat kesaksian khotbah Petrus dan rasul-rasul mereka menyediakan
diri untuk dibaptis dan bergabung dalam komunitas jemaat. Setelah dibaptis
mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul (kerygma) dan dalam persekutuan,
selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (liturgi). Mereka
membentuk persekutuan (koinonia) dan memiliki kepedulian serta rasa solidaritas
yang tinggi satu sama lain. Hal ini nampak dalam sikap mereka bahwa segala
kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang
menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai
dengan keperluan masing-masing (diakonia). Cara hidup jemaat semacam itulah
yang menimbulkan perhatian dan daya tarik bagi orang lain, sehingga mereka
disukai semua orang.
Dari gambaran dinamika jemaat perdana tersebut, dapat ditemukan corak
dinamika hidup menggereja yang diwarnai oleh kegiatan-kegiatan menggereja
dalam pewartaan, liturgi, persekutuan, dan pelayanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
a. Pewartaan (Kerygma)
Kerygma berarti pewartaan, mewartakan tentang Kabar Gembira bahwa
dalam Yesus Kristus Allah menyelamatkan manusia. Pewartaan akan Yesus
Kristus harus terus dijalankan tanpa henti agar umat beriman dapat senantiasa
berjumpa dengan Yesus Kristus dan mengenal-Nya (Ardhisubagyo, 1987: 27).
Melalui bidang karya ini, diharapkan dapat membantu Umat Allah untuk
mendalami kebenaran Firman Allah, menumbuhkan semangat untuk menghayati
hidup berdasarkan semangat Injili, dan mengusahakan pengenalan yang semakin
mendalam akan pokok iman Kristiani supaya tidak goyah dan tetap setia dalam
menghadapi tantangan hidup. Sebagai umat beriman, keterlibatan dalam bidang
pewartaan ini dapat diwujudkan melalui kegiatan pendalaman iman.
b. Liturgi (Liturgi)
Liturgi berarti ikut serta dalam perayaan ibadat resmi yang dilakukan
Yesus Kristus dalam Gereja-Nya kepada Allah Bapa. Kehidupan liturgi
ditingkatkan dalam Gereja untuk dapat mencapai tujuannya, yakni menjadi
sumber dan puncak kegiatan Gereja dalam arti yang tepat (Sumarno Ds., 2012:
57). Menurut Prasetya (2003: 53-54) bentuk partisipasi umat beriman dalam
bidang liturgi dapat diwujudkan melalui keterlibatannya sebagai petugas liturgi,
seperti:
1) Putra-putri altar atau misdinar, yaitu anak-anak yang bertugas
melayani altar atau melayani melayani Imam dalam tindak liturgi
yang sedang dirayakan.
2) Lektor, yaitu orang yang bertugas membacakan sabda Allah yang
ada dalam Kitab Suci dengan baik dan jelas.
3) Pemazmur, yaitu orang yang bertugas menyanyikan aneka mazmur
sebagai tanggapan atas sabda Allah yang telah didengarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
4) Dirigen, yaitu orang yang bertugas memimpin dan mengarahkan
para anggota koor atau umat beriman Katolik dalam menyanyikan
lagu secara benar dan baik.
5) Paduan suara, yaitu orang-orang yang bertugas menyanyikan aneka
lagu, dalam suasana kebersamaan, yang dapat membantu atau
mendukung kemeriahan dan keagungan tindak liturgi yang sedang
dirayakan.
6) Organis atau pemain alat musik lainnya, yaitu orang yang ahli dalam
mengiringi lagu-lagu yang dinyanyikan oleh anggota koor atau umat
beriman Katolik.
7) Pembaca doa umat, yaitu orang yang bertugas mewakili seluruh
umat beriman Katolik dalam menghaturkan doa di hadirat Allah,
baik itu ucapan terima kasih, ucapan syukur maupun permohonan.
8) Petugas kolekte, yaitu orang-orang yang bertugas mengumpulkan
sebagian dari harta kekayaan umat beriman Katolik, biasanya berupa
uang.
9) Petugas persembahan, yaitu orang-orang yang bertugas mewakili
umat beriman Katolik dalam mempersembahkan bahan-bahan
Ekaristi dan sebagian harta kekayaannya kepada Allah melalui
Gereja.
10) Komentator, yaitu orang yang bertugas membantu umat beriman
Katolik dalam memahami dan menghayati keseluruhan tindak liturgi
yang sedang dirayakan.
c. Persekutuan (Koinonia)
Kata koinonia pada dasarnya berarti persekutuan-persaudaraan. Pola dasar
koinonia ini adalah pengalaman jemaat kristiani perdana yang menanamkan hidup
sehati-sejiwa, milik bersama, hidup dalam kasih karunia yang berlimpah-limpah
(Ardhisubagyo, 1987: 24). Sebagai orang beriman, kita dipanggil dalam persatuan
erat dengan Allah Bapa dan sesama manusia melalui Yesus Kristus, Putera-Nya,
dalam kuasa Roh Kudus. Bidang karya ini, dapat menjadi sarana untuk
membentuk jemaat yang berpusat dan menampakkan kehadiran Kristus untuk
menyatukan jemaat sebagai Tubuh Mistik Kristus. Oleh karena itu diharapkan
dapat menciptakan kesatuan: antar umat, umat dengan paroki/keuskupan dan umat
dengan masyarakat. Paguyuban ini diwujudkan dalam menghayati hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
menggereja baik secara teritorial (keuskupan, paroki, stasi / lingkungan, keluarga)
maupun dalam kelompok-kelompok kategorial yang ada dalam Gereja.
d. Pelayanan (Diakonia)
Kata diakonia biasanya diartikan sebagai pelayanan. Pelayanan Gereja
yang didasari oleh Yesus sendiri, Sang Kepala Gereja, yang menyembuhkan,
memperhatikan orang-orang kecil dan mengampuni dosa (Ardhisubagyo, 1987:
30). Pelayanan yang diberikan oleh Gereja tidak hanya sebatas dalam lingkup
Gereja saja tetapi terbuka juga untuk masyarakat luas karena Gereja bukan sebuah
lingkungan tertutup yang kuatir akan pengaruh luar dan mengasingkan diri dari
masalah-masalah kehidupan masyarakat (Ardhisubagyo, 1987: 31). Melalui
bidang karya ini, umat beriman menyadari akan tanggung jawab pribadi mereka
akan kesejahteraan sesamanya. Oleh karenanya dibutuhkan adanya kerjasama
dalam kasih, keterbukaan yang penuh empati, partisipasi dan keikhlasan hati
untuk berbagi satu sama lain demi kepentingan seluruh jemaat.
2. Keterlibatan Katekis dalam Hidup Menggereja
Di atas telah diuraikan bahwa jemaat perdana yang percaya pada Tuhan
Yesus dan memberi diri dibaptis pertama-tama karena mendengar pewartaan dari
para rasul. Seorang katekis dipanggil secara khusus untuk melanjutkan karya
pewartaan seperti para rasul supaya Gereja sepanjang masa tetap hidup dan
berkembang seperti Gereja perdana. Keberadaan katekis sebagai seorang pewarta
diwujudkan melalui keterlibatannya dalam hidup menggereja baik di paroki
maupun di lingkungan. Keterlibatan katekis dalam Gereja pada umumnya sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
dengan peranan kaum awam yaitu sebagai kaum beriman kristiani yang
mempunyai martabat sebagai Umat Allah dan tugas perutusan di dunia yaitu
membangun Tubuh Kristus atau Gereja (Prasetya, 2007: 23). Melalui keterlibatan
inilah katekis mengambil bagian dalam mengembangkan pewartaan Kabar
Gembira melalui pengajaran iman (kerygma), perayaan iman (liturgi),
persekutuan sebagai orang beriman (koinonia), dan pelayanan iman (diakonia).
Keterlibatan katekis dalam tugas Gereja itu hendaknya dilakukan dengan penuh
tanggung jawab dan diharapkan mampu membantu umat beriman yang lain untuk
semakin mengenal, mencintai, dan mengimani Yesus Kristus.
a. Keterlibatan Katekis dalam Tugas Pewartaan Kabar Gembira
(Kerygma)
Salah satu bentuk keterlibatan katekis dalam karya tugas pewartaan
(kerygma) adalah Penginjilan (evangelisasi) berarti membawa Kabar Baik kepada
segala tingkat kemanusiaan, dan melalui pengaruh Injil merubah umat manusia
dari dalam dan membuatnya menjadi baru (EN, art. 18). Kerygma ialah
pernyataan lisan dan verbal Injil Yesus Kristus, dengan jalan menguraikan
kemampuan kreatif dan dinamis Sabda Allah (Sumarno Ds., 2012: 37). Pewartaan
Injil ini bertujuan untuk mewartakan Warta Gembira kepada segenap umat
manusia sehingga mereka semakin beriman dan mau bertobat. Isi evangelisasi
memberikan kesaksian mengenai kasih Bapa, mewartakan penebusan Yesus
Kristus, mewartakan kasih persaudaraan terhadap semua orang, saling berbagi dan
mengampuni, menghayati sakramen, hidup di tengah masyarakat dengan
menciptakan perdamaian dan keadilan. Gereja dalam usahanya untuk mewartakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Kabar Gembira dan memaklumkan Kerajaan Allah di dunia, mengikutsertakan
kaum awam yang biasanya disebut katekis atau guru agama (Prasetya, 2003: 68).
Keikutsertaan katekis dalam bidang pewartaan ini berarti ikut ambil bagian dalam
kenabian Kristus. Sebagai katekis, kaum awam memenuhi misi khususnya, yaitu
mewartakan Kabar Gembira dan menyampaikan ajaran Kristen yang berpusatkan
pada diri dan pribadi Yesus Kristus, yang nampak dalam sabda dan karya-Nya.
Keterlibatan katekis dalam bidang karya ini tidak cukup apabila hanya membaca
dan mendengarkan Sabda Tuhan, tetapi harus diwujudkannya melalui tindakan
nyata untuk memperluas Kerajaan Allah sehingga orang tidak mudah goyah dan
tetap setia dalam menjalani hidupnya.
Sebagai katekis, kaum awam diharapkan memahami kegiatan pewartaan
sebagai proses mewartakan Kabar Gembira yang terjadi secara
berkesinambungan, mulai dari tahap pengajaran sampai ke tahap pendewasaan.
Kedua tahap ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain karena mempunyai kekhasan
masing-masing.
1) Tahap Pengajaran
Pada tahap ini, kegiatan pewartaan dilakukan dengan mewartakan Injil
kepada orang lain yang belum mengenal Yesus Kristus, dengan tujuan agar orang
tersebut bertobat dan menyatakan imannya akan Yesus Kristus, sebagai anggota
Gereja. Dalam kegiatan ini diharapkan katekis mampu menyampaikan
pengakarannya atau misterinya secara sistematis dan terorganisir. Kegiatan
pewartaan ini senantiasa menyentuh seluruh kalangan jemaat, mulai dari
pembinaan iman anak-anak, kaum muda dan orang-orang dewasa dalam iman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen
(CT, art. 18). Tugas-tugas katekis dalam tahap pengajaran ini yaitu
mempersiapkan orang untuk menerima sakramen Baptis, mempersiapkan umat
beriman Katolik guna menerima Komuni Pertama dan sakramen Penguatan atau
Krisma dengan baik dan layak.
a) Persiapan Sakramen Baptis
Baptis adalah dasar dari seluruh kehidupan Kristen dan menjadi pintu
masuk untuk menerima sakramen-sakramen lainnya. Sebelum menerima
sakramen baptis, para katekumen wajib mengikuti katekese persiapan
pembaptisan (katekumenat). Katekese persiapan pembaptisan dilaksanakan
melalui empat masa dan tiga tahap, dengan materi yang tidak hanya berisi
penjelasan-penjelasan tentang ajaran Gereja dan hukum, melainkan merupakan
suatu pembinaan dalam seluruh hidup Kristiani, yang membantu para katekumen
untuk bersatu dengan Kristus, Guru mereka (Komkat Keuskupan Purwokerto,
2014: 50). Dalam tahap katekumenat, para katekumen diajak untuk mendalami
tentang penghayatan ajaran iman dan moral gereja dalam kehidupan sehari-hari,
seperti: doa pribadi, baca Injil, mengikuti kegiatan lingkungan, pelayanan
solidaritas di dalam keluarga atau kegiatan pribadi dan mengikuti misa mingguan.
Tugas-tugas yang dapat dilakukan seorang katekis dalam persiapan
Sakramen Baptis ini antara lain memikirkan serta menyusun program kerja
sebagai persiapan terlaksananya pengajaran bagi para calon penerima Sakramen
Baptis, mengemban tanggung jawab sebagai pemandu/pendamping, mengevaluasi
setiap proses pendampingan yang dilaksanakan. Memberikan perhatian kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
para katekumen yang menjadi tanggung jawabnya (misalnya kehadirannya dalam
Perayaan Ekaristi dan mulai terlibat dalam kegiatan menggereja), mengadakan
koordinasi dengan tim liturgi sehubungan dengan tahap-tahap penerimaan
Sakramen Baptis.
b) Persiapan Komuni Pertama
Ekaristi adalah sakramen yang dengannya umat Katolik mengambil bagian
dari Tubuh dan Darah Yesus Kristus untuk turut serta dalam pengorbanan diri-
Nya. Dalam KHK, kan. 897 mendefinisikan Ekaristi sebagai “Sakramen yang
terluhur”, di mana Kristus Tuhan dihadirkan, dikurbankan dan disantap dan
dengan mana Gereja selalu hidup dan berkembang. Ekaristi merupakan sumber
dan puncak seluruh hidup Kristiani, maka para calon Komuni Pertama perlu
dipersiapkan terlebih dahulu secara memadai melalui pertemuan-pertemuan yang
dipimpin oleh katekis. Katekis adalah orang yang dipercaya oleh Gereja untuk
membantu anak-anak mempersiapkan menyambut komuni pertama. Persiapan
bagi calon Komuni Pertama memerlukan keterampilan dan kemampuan katekis
untuk mengolah bahan-bahan yang ada. Tujuan dari pertemuan ini adalah agar
para calon penerima Komuni Pertama mampu memahami dan menghayati makna
Ekaristi dalam hidupnya, sehingga mampu memberikan kesaksian dalam sikap
dan tindakan nyata (Komkat Keuskupan Purwokerto, 2014: 79).
Kehadiran katekis bukan pertama-tama sebagai guru, tetapi sebagai orang
beriman yang membantu anak-anak untuk semakin menghayati imannya. Salah
satu unsur suasana iman adalah sikap penyerahan diri terhadap bimbingan Roh
yang berkarya pada setiap anak. Selain mempersiapkan pertemuan bagi calon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Komuni Pertama, katekis juga perlu memprogramkan rekoleksi menjelang
penerimaan Sakramen Ekaristi baik untuk anak maupun orangtua calon penerima
Komuni Pertama dengan tujuan supaya orangtua dapat mendampingi
pertumbuhan dan perkembangan iman putra-putrinya setelah menerima Komuni
Pertama. Mengagendakan penerimaan Sakramen Tobat bagi para calon penerima
Komuni Pertama, berkoordinasi dengan tim liturgi untuk mengadakan persiapan
sebelum penerimaan Komuni Pertama (gladi bersih untuk penyambutan Komuni
Pertama dalam perayaan Ekaristi, pengarahan-pengarahan terakhir supaya dalam
pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar).
c) Persiapan Sakramen Penguatan
Sakramen penguatan merupakan sakramen yang memberikan materai di
mana orang-orang yang dibaptis melanjutkan perjalanan inisiasi Kristiani dan
diperkaya dengan anugerah Roh Kudus serta dipersatukan secara lebih sempurna
dengan Gereja (Komkat Keuskupan Purwokerto, 2014: 59). Dalam pertemuan
katekese persiapan krisma, pembina (katekis) tidak berdiri sebagai pengajar, tetapi
pendamping; bukan juga sebagai guru, tetapi fasilitator yang bertugas membantu
para calon krisma menumbuhkan benih-benih (iman, Roh Kudus, tanggung jawab,
kesaksian) yang sudah ada dalam dirinya dapat tumbuh dan berkembang
(Mariyanto, 1987: 7). Jadi, fungsi pembina adalah membantu para calon, supaya
lewat proses dan keterlibatan aktif mereka menyadari, memahami, menemukan
nilai-nilai iman yang menjadi sasaran pembinaan/persiapan krisma ini.
Pendampingan persiapan penerimaan Sakramen Penguatan bertujuan agar para
calon semakin menyadari kehadiran Roh Kudus dalam Sakramen Penguatan dan
secara mendasar membarui hidupnya. Dengan menerima Sakramen Penguatan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
mereka mengemban tugas untuk mewartakan dan membela iman sebagai saksi
Kristus yang sejati baik melalui perkataan maupun perbuatan (LG, art. 11).
Tugas-tugas yang dapat dilakukan seorang katekis dalam persiapan
Sakramen Penguatan antara lain memikirkan serta menyusun program kerja
sebagai persiapan terlaksananya pendampingan calon penerima Sakramen
Penguatan, sebagai pemandu/pendamping, mengevaluasi setiap proses
pendampingan yang dilaksanakan. Selain itu katekis juga perlu memprogramkan
rekoleksi menjelang penerimaan Sakramen Penguatan bagi para calon penerima
Sakramen Penguatan tujuannya supaya peserta semakin memahami makna
Sakramen Penguatan yaitu bahwa dengan menerima Sakramen Penguatan mereka
diutus untuk memberi kesaksian imannya akan Kristus, memprogramkan
penerimaan Sakramen Tobat sebelum upacara penerimaan Sakramen Penguatan,
berkoordinasi dengan tim liturgi untuk mengadakan persiapan sebelum
penerimaan Sakramen Penguatan (gladi bersih dan pengarahan-pengarahan
terakhir supaya dalam pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar).
2) Tahap Pendewasaan
Pada tahap ini, kegiatan pewartaan dilihat sebagai komunikasi iman atau
persekutuan iman yang dilakukan di antara umat beriman Katolik, yang
membicarakan tentang iman Katolik, dan dalam usaha untuk mengembangkan
iman Katolik satu sama lain, baik yang menyangkut pengetahuan atau
penghayatannya. Melalui tahap ini, katekis berperan sebagai pemandu
pendalaman iman, pendalaman Kitab Suci, dan sebagainya (Prasetya, 2003: 73).
Kegiatan pewartaan dalam tahap ini bertujuan untuk mengembangkan iman
Katolik dan sebagai kegiatan yang berlandaskan pada kesaksian pribadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Kesaksian pribadi hendaknya diupayakan oleh katekis itu sendiri untuk
menghidupi, dengan penuh ketulusan hati, melalui apa yang diwartakan dan yang
dikatakannya. Kesaksian pribadi juga berkaitan erat dengan kehidupan dan
tindakan pribadi katekis itu sendiri, yang diharapkan mengarah pada kebenaran.
Dalam menjalankan kegiatan pewartaan, hendaknya katekis juga
menyadari bahwa dasar yang pertama dan utama adalah Roh Kudus yang berkarya
dalam diri katekis dan juga dalam diri para pendengarnya. Selain terbuka dan
mengandalkan karya Roh Kudus, kegiatan pewartaan ini diharapkan dapat
berlangsung dalam sikap dan semangat dialogal, yang menekankan pentingnya
hubungan pribadi antara katekis dengan pendengarnya serta menggunakan aneka
media komunikasi yang cocok dan memakai metode-metode yang sesuai sehingga
proses pewartaan ini dapat dibawakan dengan menarik. Upaya-upaya yang dapat
dilakukan misalnya menggunakan sarana-sarana audio visual, buku-buku kecil,
diskusi-diskusi, pelajaran-pelajaran. Media komunikasi yang dapat digunakan
misalnya televisi, radio, media cetak, rekaman tape, dll. Hal ini dirasa sangat
penting mengingat situasi zaman sekarang sangat maju dan berkembang, sehingga
tidaklah mencukupi apabila kegiatan pewartaan tidak menggunakan alat-alat yang
memadai.
Dari uraian di atas, terlihat jelas bahwa keberadaan dan peranan katekis
sungguh amat penting dalam kegiatan pewartaan. Oleh karenanya, seorang katekis
diharapkan mempunyai kepribadian yang bermutu, baik yang menyangkut
kehidupan rohani maupun pribadinya. Katekis juga diharapkan mempunyai
kematangan hidup rohani karena kehidupan rohaninya akan menjadi dasar
pewartaannya dan sekaligus mencerminkan isi pewartaan yang disampaikan
sebagai bentuk dan wujud kesaksian hidupnya. Selain hidup rohani dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
pribadinya, katekis juga perlu pembinaan, baik secara formal maupun informal,
agar katekis mempunyai ilmu pengetahuan yang cukup dan keterampilan
berpastoral agar isi pewartaannya sungguh berbobot dan dapat
dipertanggungjawabkan serta mempunyai berbagai keterampilan yang dapat
mendukung pewartaannya.
b. Keterlibatan Katekis dalam Perayaan Iman (Liturgi)
Liturgi Gereja adalah sebagai puncak perayaan iman umat, dan merupakan
tempat dimana umat beriman dapat mengungkapkan hubungan pribadinya dengan
Allah (Suroso, 2001: 9). Hubungan pribadi antara manusia dengan Allah dalam
Gereja dapat diwujudkan melalui perayaan liturgi. Dalam liturgi dan perayaan
sakramen-sakramen, umat mengungkapkan imannya serta menanggapi karya
keselamatan Allah dengan bersyukur, pujian dan doa. Dalam perayaan, umat
sungguh-sungguh merasakan kehadiran dan bimbingan Tuhan dalam hidupnya.
Sebagai umat beriman Katolik yang menerima panggilan sebagai katekis
sudah selayaknya mau terlibat secara aktif dalam kegiatan liturgi. Aktif dalam
kegiatan liturgi merupakan wujud keterlibatan katekis untuk mengambil bagian
dalam tugas imamat Kristus. Katekis dalam menjalankan tugas perutusan ini
diharapkan melakukannya dengan sepenuh hati sehingga dapat membantu umat
beriman Katolik lainnya untuk mengalami relasi yang akrab dengan Allah atau
mewujudkan kebersamaan dengan sesamanya dalam paguyuban (Prasetya, 2003:
50).
Partisipasi aktif katekis dalam bidang liturgi dapat diwujudkan dalam
memimpin ibadat sabda/doa bersama dengan bermacam-macam ujub/intensi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
devosi: kepada Bunda Maria, Hati Kudus Yesus, ziarah, dan menyusun buku
panduan misa. Keterlibatan tersebut tentunya harus didasarkan pada rasa tanggung
jawab serta semangat untuk merayakan iman bersama dengan umat. Selain
keterlibatan katekis yang sudah disebutkan di atas, juga bisa bekerjasama dengan
tim liturgi untuk mengupayakan peningkatan pemahaman dan penghayatan umat
dalam hal liturgi seperti: tata cara mengikuti misa, arti simbol-simbol gereja
dalam perayaan liturgi, cara memilih lagu yang sesuai dengan tahun liturgi, arti
gerakan-gerakan badan dalam misa, arti persiapan batin, penciptaan suasana
khusuk dan khidmat sepanjang misa berlangsung.
c. Keterlibatan Katekis dalam Persekutuan Orang Beriman (Koinonia)
Koinonia adalah usaha pelayanan Gereja untuk membentuk dan
membangun komunitas orang beriman secara menyeluruh (Suroso, 2001: 7).
Pelayanan yang termasuk dalam karya ini bertujuan untuk mempersatukan dan
saling melayani sebagai umat kristiani agar mereka hidup dalam persekutuan dan
persaudaraan sesuai dengan imannya akan Yesus Kristus. Selain itu, dalam
kebersamaannya mereka juga mengusahakan perdamaian dan kerukunan baik di
dalam komunitas itu sendiri maupun dengan komunitas lain (kelompok beriman
lain). Kekhasan koinonia Gereja adalah dalam usahanya untuk membangun dan
membentuk komunitas orang beriman agar menjadi lebih baik dan mendalam
dalam menghayati hidup berimannya (Suroso, 2001: 7-8).
Sebagai seorang katekis pelayanan dalam bidang koinonia yang dapat
dilakukan adalah mengadakan program pembinaan dan pelaksanaan
pendampingan baik untuk anak-anak, remaja maupun kaum muda, mengadakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
kunjungan pastoral untuk memberikan semangat bagi keluarga-keluarga yang
tidak aktif ke Gereja, mengunjungi orang sakit, dll.
d. Keterlibatan Katekis dalam Pelayanan Iman (Diakonia)
Menurut Kamus Liturgi (2004: 39) Diakonia berasal dari bahasa Yunani
yang berarti pelayanan. Diakonia merupakan merupakan salah satu segi hidup
Gereja yang membidangi pelayanan kepada masyarakat. Dalam kehidupan karya
pelayanan sangatlah penting karena merupakan perwujudan dari iman. Tindakan
pelayanan ini didasari oleh sikap Yesus yang datang ke dunia bukan untuk
dilayani melainkan untuk melayani umat manusia (Mrk 10:45).
Iman yang dimiliki jemaat akan menjadi iman yang mati apabila tanpa
tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat. Diakonia
merupakan suatu bentuk tindakan pelayanan kasih untuk mewujudkan iman dalam
masyarakat (Suroso, 2001: 8). Sebab pada dasarnya iman menuntut perwujudan
melalui perbuatan konkret dalam bentuk pelayanan kasih (bdk. Yak 2:17).
Seorang katekis perlu terlibat dalam pelayanan secara umum melalui bidang
kemasyarakatan (pendidikan, kesehatan, sosial dan ekonomi) bagi masyarakat
(Sumarno Ds., 2012: 58).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
BAB III
PENELITIAN TENTANG PERANAN KETERLIBATAN
HIDUP MENGGEREJA BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI
ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
A. Gambaran Umum Prodi IPPAK
Prodi IPPAK merupakan salah satu lembaga yang dipercaya Gereja untuk
mendidik para calon katekis. Di Prodi IPPAK katekis yang profesional selalu
diupayakan. Upaya tersebut nyata dalam bentuk dukungan dari Prodi kepada
mahasiswa melalui berbagai kegiatan, antara lain kegiatan dalam bidang liturgi,
pelayanan, pewartaan, dsb. Sebelum melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut,
mahasiswa sudah dibekali dengan berbagai mata kuliah-mata kuliah yang
mendukung. Prodi IPPAK memang sudah sejak awal melatih mahasiswa untuk
terlibat di dalam kegiatan menggereja dengan harapan agar mereka mulai terbiasa
dan akrab dengan kegiatan menggereja serta mempunyai gambaran mengenai
situasi umat yang akan dilayani. Selain itu, tujuan yang lain supaya mahasiswa
semakin mantap dan menghayati panggilan dirinya sebagai katekis. Sebagai calon
katekis, melibatkan diri dalam kegiatan menggereja sangat penting karena disadari
peran dan tanggung jawab katekis di tengah umat masa kini sangat besar.
Pada bagian ini penulis akan menguraikan mengenai sejarah singkat Prodi
IPPAK, visi, misi, tujuan dan sasaran Prodi IPPAK, dan beberapa bentuk kegiatan
mahasiswa Prodi IPPAK untuk memupuk panggilan sebagai katekis.
1. Sejarah Singkat Prodi IPPAK
Berdasarkan panduan program studi (2010: 1-3) dapat diuraikan sejarah
singkat Program Studi IPPAK sebagai berikut. Sejarah tersebut dimulai dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Majelis Agung Waligereja Indonesia (sekarang menjadi Konferensi Waligereja
Indonesia) yang merencanakan usaha-usaha untuk meningkatkan pelayanan di
bidang pendalaman hidup beriman dan untuk memperbarui pelaksanaan katekese
di Indonesia. MAWI menyerahkan rencana tersebut kepada Rm. P. F. Heselaars
S.J. yang kemudian bekerjasama dengan Rm. P.C. Carry S.J. Pada tahun 1960
Rm. P. Heselaars S.J.. mendirikan Pusat Kateketik dengan kegiatan-kegiatan
antara lain: penerbitan buku-buku, mengadakan penataran untuk guru-guru dan
ceramah untuk kelompok-kelompok kategorial lainnya. Pada saat itu disadari
bahwa kurangnya tenaga-tenaga lapangan yang terdidik, dapat menyebabkan
lambatnya usaha dalam pembaharuan katekese. Maka untuk mengatasi hal
tersebut, pada tanggal 1 Agustus 1962 Rm. F. Heselaars S.J. mendirikan Yayasan
Akademi Kateketik Katolik Indonesia (AKKI) yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi Kateketik dan disahkan dengan Akte Notaris R.M. Soerjanto
Partaningrat SH, nomor 3 tanggal 3 April 1964 di Yogyakarta.
Pusat Kateketik dan AKKI awalnya bertempat di Jl. P. Senopati 20
Yogyakarta. Atas prakarsa Bapak Justinus Kardinal Darmoyuwono Pr, kemudian
pada tahun 1968 kedua lembaga tersebut menempati gedung sendiri di Jl.
Abubakar Ali 1, Yogyakarta. Tempat yang baru ini dapat memenuhi kebutuhan
akan ruang-ruang kuliah, perpustakaan dan ruang baca, kesekretariatan, kantor
kerja staf, laboratorium audio visual, sanggar-sanggar kesenian, aula, ruang
pameran dan ruang rekreasi.
Pada tanggal 3 April 1964, AKKI disahkan dengan Akte Notaris R.M.
Soerjanto Partaningrat SH, nomor 3 di Yogyakarta. Pada tanggal 11 Mei 1965
AKKI memperoleh status terdaftar dari menteri PTIP dengan SK
No.108/B.Swt/P/65. Pada tahun 1966 diselenggarakan ujian tingkat Sarjana Muda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
untuk pertama kalinya. Pada tanggal 31 Desember 1969, AKKI memperoleh
kenaikkan status dari terdaftar menjadi diakui dari Menteri P dan K dengan SK
No. 0170 Tahun1969. Pada tahun 1969 dibuka tingkat sarjana lengkap yang
mendorong perubahan nama lembaga, maka pada tanggal 31 Maret 1971 dengan
Akte Notaris R.M. Soerjanto Partaningrat SH, lembaga AKKI berubah nama
menjadi Sekolah Tinggi Kateketik Pradnyawidya. Pada tanggal 23 Juni 1971,
tingkat sarjana Sekolah Tinggi Kateketik Pradnyawidya memperoleh status
terdaftar dari Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen P dan K dengan SK No:
227/DPT/B/71.
Pada semester gasal tahun akademik 1984-1985 dilaksanakan proses
perubahan jenjang dan program pendidikan, serta dilakukan penataan kembali
nama unit jurusan/program studi dengan status diakui di lingkungan Koordinasi
Perguruan Tinggi Swasta Wilayah V, DIY. Berdasarkan proses itu, Sekolah
Tinggi Kateketik Pradnyawidya yang semula terdiri dari dua unit yaitu sarjana
muda dan sarjana penuh dipadukan ke dalam bentuk baru berupa program sarjana
satu (S1) dengan nama Sekolah Tinggi Filsafat Kateketik Pradnyawidya. Program
sarjana satu ini berstatus diakui dengan SK Mendikbud No. 043/0/1985 tertanggal
28 Januari 1985. STFK Pradnyawidya memperoleh penetapan kembali status
diakui pada tanggal 14 Mei 1986 dengan SK Mendikbud No. 0362/0/1986. Pada
tahun akademik 1991/1992, tepatnya tanggal 26 Desember 1991, STFK
Pradnyawidya memperoleh status disamakan dengan SK No. 660/0/1991.
Dengan adanya peraturan dari pemerintah bahwa hanya lulusan dari LPTK
(Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) atau yang memiliki akta mengajar
dapat secara sah menjadi guru, maka STFK Pradnyawidya memerlukan perubahan
jalur dari jalur non kependidikan menjadi jalur pendidikan. Perubahan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
mengantar STFK Pradnyawidya ke dalam proses merger kepada FKIP USD.
Setelah melalui proses merger yang cukup lama, berdasar SK Mendikbud No.
08/D/O/1995 tertanggal 14 Februari 1995 STFK Pradnyawidya berubah menjadi
Fakultas Ilmu Pendidikan Agama (FIPA), Jurusan Pendidikan Agama Katolik,
Program Studi Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma dengan
status disamakan. Berdasarkan SK BAN PT Depdikbud RI No 002/BAN-PT/AK-
II/XII/1998 tertanggal 22 Desember 1998 FIPA USD telah terakreditasi dengan
mendapat nilai B. Pada tahun 1999, pemerintah mengadakan penataan kembali
nama-nama program studi di lingkungan PTS di seluruh Indonesia yang membuat
status FIPA USD berubah menjadi program studi dengan nama program studi
“Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik” (IPPAK) dan menjadi
bagian FKIP USD. Berdasarkan SK BAN PT Depdiknas RI nomor 014/BAN-
PT/Ak-VII/S1/IV/2004 IPPAK mendapat peringkat A.
2. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Prodi IPPAK
Visi adalah suatu gambaran tentang masa depan yang akan atau harus
terjadi dalam kurun masa depan yang dibayangkan. Visi tersebut perlu dituangkan
dalam sebuah rumusan yang berfungsi mengingatkan sekaligus juga sebagai
motivasi untuk mencapai tujuan. Prodi IPPAK sebagai lembaga pendidikan
memiliki visi, misi dan tujuan berdirinya lembaga ini sehingga pada akhirnya
akan mencapai sasaran yang sesuai dengan harapan.
Adapun visi Prodi IPPAK adalah terwujudnya Gereja yang
memperjuangkan masyarakat Indonesia yang semakin bermartabat (Staf Dosen
IPPAK, 2010: 4). Salah satu usaha dalam mewujudkan Gereja, Prodi IPPAK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
memprosesnya melalui berbagai kegiatan mata kuliah-mata kuliah yang
mengharuskan mahasiswa untuk terjun dan terlibat langsung dalam kegiatan
pelayanan hidup umat beriman, seperti kegiatan katekese baik anak-anak, remaja,
orangtua, maupun pelayanan hidup umat beriman lainnya. Dengan hadirnya para
calon katekis, diharapkan umat beriman semakin semangat dan berkembang
dalam imannya.
Misi Prodi IPPAK adalah pertama, mendidik kaum muda menjadi katekis
dalam konteks Gereja Indonesia yang memasyarakat. Kedua, mengembangkan
karya katekese dalam Gereja demi terwujudnya masyarakat Indonesia yang
semakin bermartabat (Staf Dosen IPPAK, 2010: 4). Yang ingin dicapai dalam
misi tersebut terlihat dalam profil alumni yang dihasilkan yakni guru agama,
katekis dan pengembang karya katekese. Guru agama adalah orang yang
berkiprah dalam lingkup persekolahan dengan segala kondisinya yang khas (kelas,
staf sekolah, kurikulum, dan lain-lain). Katekis adalah orang yang berkiprah
dalam bidang pelayanan umat beriman baik dalam lingkup keuskupan, paroki,
stasi, maupun lingkungan dan dengan kondisinya yang khas (pendalaman iman,
ibadat sabda, doa lingkungan, sie pewartaan, dan lain-lain). Pengembang karya
katekese dipahami sebagai orang yang mampu memikirkan secara lebih jauh dan
mendalam kegiatan katekese, merefleksikannya serta mencari jalan yang sesuai
dan lebih jauh. Orang ini bukan hanya sebagai pelaksana tetapi juga sebagai
pemikir. Lingkup yang digelutinya komisi kateketik, pengisian jurnal-jurnal
pastoral dan kateketik, dsb.
Tujuan Prodi IPPAK adalah menghasilkan lulusan yang beriman
mendalam, berkepribadian utuh, mampu berefleksi atas imannya dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
berkualifikasi untuk mengemban misi program studi IPPAK (Staf Dosen IPPAK,
2012: 1). Lulusan Prodi IPPAK biasanya dianggap memiliki keterampilan dan
memiliki kepribadian yang baik sehingga dijadikan panutan bagi umat dalam
kehidupan beriman mereka. Sebagai seorang katekis yang menjadi panutan umat
haruslah mempunyai iman yang kuat dan mampu bergulat dalam imannya.
Pengalaman pergulatan iman dalam hidupnya itu harus direfleksikan dengan
bantuan ilmunya agar dapat menjadi bekal dan sarana untuk diwartakan kepada
umat. Dalam mendampingi umat, katekis dituntut juga memiliki kemampuan
untuk berefleksi, berkomunikasi serta memiliki kepribadian yang utuh.
Sasaran Prodi IPPAK adalah menghasilkan lulusan yang kompeten untuk
menjadi guru agama di sekolah maupun fasilitator katekese dalam jemaat (Staf
Dosen IPPAK, 2012: 1). Situasi konkret jaman sekarang sudah semakin
berkembang, sehingga sulit bagi seorang katekis jika hanya mengandalkan jemaat
bagi kehidupannya. Salah satu cara yang dapat ditempuh oleh katekis demi
mencukupi kebutuhan hidupnya adalah bekerja di lembaga-lembaga pendidikan
formal yakni sekolah-sekolah, perguruan tinggi maupun di kantor Kementerian
Agama.
3. Beberapa Bentuk Kegiatan dan Perkuliahan Mahasiswa Prodi IPPAK
untuk Memupuk Panggilan sebagai Katekis
Prodi IPPAK merupakan salah satu lembaga yang mendidik dan
mempersiapkan calon-calon katekis profesional. Dalam proses pendampingan,
mahasiswa tidak hanya dibekali dengan ilmu pengetahun saja, tetapi mahasiswa
juga mulai dilatih untuk terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan menggereja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
baik dalam lingkup paroki maupun lingkungan. Bentuk-bentuk kegiatan
mahasiswa Prodi IPPAK dalam rangka memupuk panggilan sebagai katekis,
antara lain:
a. Pembinaan Spiritualitas
Pembinaan spiritualitas diselenggarakan seperti mata kuliah-mata kuliah
lain yang dilaksanakan selama empat tahun penuh. Materi yang disajikan dalam
pembinaan spiritualitas tiap semesternya cukup beragam, hal ini disebabkan
karena komposisi dan penekanan dari masing-masing semester berbeda-beda
sesuai tujuan dari tiap semesternya dan juga mengikuti perkembangan mahasiswa
yang didampingi. Dalam pembinaan spiritualitas tahun pertama diharapkan
mahasiswa mengenal teman-teman seangkatannya, nyaman dengan lingkungan
baru, mantap dengan pilihan prodinya, menumbuhkan nilai-nilai kedewasaan
manusiawi, dan menyadari kerinduan hatinya yang terdalam sehingga jati dirinya
semakin terarah pada Tuhan dan sesamanya (Silabus Pembinaan Spiritualitas I
dan II). Tahun kedua diharapkan mahasiswa memiliki kedewasaan kristiani yang
ditandai dengan mengenal dan meneladani pribadi dan karya-karya Yesus
sehingga semakin tertarik mengikuti-Nya (Silabus Pembinaan Spiritualitas III dan
IV). Dalam tahun ketiga diharapkan mahasiswa ketika di lapangan dapat
merencanakan ibadat, memimpin ibadat dan mempraktekkannya bersama umat
(Silabus Pembinaan Spiritualitas V dan VI). Tahun keempat diharapkan panggilan
hidup mahasiswa lebih terarah dan spiritualitas katekisnya berkembang sesuai
dengan kehendak Allah, sehingga mahasiswa siap dalam memasuki dunia kerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
sebagai guru agama dan katekis yang memiliki spiritualitas katekis (Silabus
Pembinaan Spiritualitas VII dan VIII).
Metode yang dipakai dalam perkuliahan juga cukup beragam seperti
bertolak dari pengalaman mahasiswa, audio visual, diskusi kelompok, dinamika
proses, dialog dengan harta kekayaan iman Gereja dan refleksi para tokoh,
pengolahan dan latihan doa pribadi dan bersama serta praktek ibadat. Di Prodi
IPPAK pembinaan spiritualitas menjadi dasar bagi mahasiswa dalam menyatukan
kecerdasan intelektual, emosional, afeksi maupun tindakan dan spiritual.
Pembinaan spiritualitas ini mengarah pada profil lulusan yang hendak dicapai
dalam visi dan misi Prodi yang bertujuan membantu mahasiswa dalam
memperkembangkan kedewasaan manusiawi maupun kedewasaan iman dalam
rangka mewujudkan katekis yang profesional, berspiritual, bertanggung jawab,
dan memiliki iman yang mendalam (Staf Dosen 2010: 73-74).
b. Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Pradnyawidya
Paduan suara mahasiswa Pradnyawidya secara struktur organisasi berada
di bawah naungan HIMKA (Himpunan Mahasiswa Kateketik). Kegiatan paduan
suara ini merupakan salah satu UKM yang ada di Prodi IPPAK, di mana
anggotanya terdiri dari mahasiswa tingkat awal sampai mahasiswa tingkat ke
empat, yang telah menempuh dan lolos berbagai seleksi dari para pengurus.
Jadwal latihan rutin kegiatan ini biasanya disepakati bersama. Latihan bersama
tidak hanya dilaksanakan ketika akan bertugas, namun dalam paduan suara ini
para anggota juga diperkenalkan dan dilatih untuk menyanyikan lagu-lagu yang
baru (belum dikenal). Tugas yang dilaksanakan oleh paduan suara Pradnyawidya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
tidak hanya di lingkup kampus, melainkan menerima tugas dari berbagai kegiatan
umat seperti koor manten, misa arwah, syukuran pesta perkawinan, dsb. Selain
itu, PSM Pradnyawidya juga melayani umat dalam bentuk pelayanan paduan
suara diberbagai Gereja maupun paroki.
Mahasiswa yang ikut ambil bagian menjadi anggota PSM Pradnyawidya
terbantu dalam melatih diri bernyanyi dan membaca not dengan benar. Selain itu,
mereka juga lebih banyak mengenal lagu-lagu rohani Gereja yang nantinya ketika
sudah menjadi katekis dapat memperkenalkan kepada umat, agar mereka semakin
menaruh perhatian kepada hal-hal yang spiritual, dan dengan demikian mereka
merasakan kedekatan yang akrab dengan Tuhan dan Gereja. Kecintaan terhadap
lagu-lagu rohani Gereja merupakan sebuah pertanda bahwa sebagai umat beriman
memiliki kesadaran spiritual, berupa kemauan untuk senantiasa mencari kehendak
Allah. Di samping itu, latihan koor atau latihan lagu-lagu rohani Gereja juga
bertujuan untuk mengajarkan umat beriman bagaimana membaca not secara lebih
baik dan tepat. Kiranya melalui latihan ini, mereka tidak merasa asing terhadap
lagu-lagu rohani Gereja dan not-not yang terdapat dalam lagu.
c. Dirigen
Mata kuliah dirigen diajarkan pada mahasiswa semester II dengan tujuan
agar mereka mampu dan terampil dalam memilih, menganalisis, dan
mempraktikkan secara sederhana lagu-lagu ibadat maupun lagu-lagu profan.
Melalui kuliah ini, mahasiswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan menulis
dan membaca musik, terutama not angka (Staf Dosen IPPAK, 2010: 52).
Pengetahuan yang diterima mahasiswa tentu akan sangat bermanfaat bagi para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
calon katekis nantinya yang akan menjalankan tugas pelayanan di tengah
kehidupan jemaat. Sebagai katekis tidaklah cukup bila hanya memiliki
pengetahuan saja tanpa disertai dengan keterampilan yang memadai karena
tugasnya bukan hanya di bidang pewartaan saja, melainkan ikut melaksanakan
tugas-tugas Gereja yang lainnya.
Dalam mengikuti mata kuliah dirigen selama satu semester mahasiswa
diajarkan tentang teknik dalam memberi aba-aba yang benar, teknik vokal, dan
membaca not. Pada akhir semester perkuliahan dirigen ditutup dengan konser
paduan suara dari mahasiswa peserta kuliah. Melalui konser itu mahasiswa diberi
kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan memberi aba-aba serta
keterampilannya dalam bernyanyi.
Untuk melakukan penilaian atas mata kuliah ini, mahasiswa harus
mengikuti ujian praktek memimpin lagu. Dosen membagi mahasiswa ke dalam
beberapa kelompok dan setiap mahasiswa diberi kesempatan untuk memimpin
lagu yang dinyanyikan bersama oleh anggota kelompoknya.
d. Pendidikan Iman Anak (PIA)
Mata kuliah pendidikan iman anak di Prodi IPPAK diajarkan pada
semester III. Mata kuliah ini ditujukan kepada mahasiswa agar mampu memahami
keadaan dan tahap-tahap perkembangan iman anak sehingga mampu menguraikan
peristiwa-peristiwa kehidupan anak berkaitan dengan perkembangan imannya
beserta latar belakangnya, sehingga mampu memikirkan arah dan pelaksanaan
Pendidikan Iman Anak (Staf Dosen IPPAK, 2010: 57). Melalui mata kuliah ini,
mahasiswa diberi kesempatan untuk melaksanakan Pendidikan Iman Anak baik di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
paroki maupun di lingkungan. Dalam prakteknya, mahasiswa dibagi menjadi
beberapa kelompok dan setiap kelompok mencari tempat masing-masing untuk
melaksanakan pendampingan. Langkah-langkah yang harus dilakukan mahasiswa
yakni membuat perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengembangannya.
e. PPL PAK Pendidikan Dasar
Mata kuliah ini ingin membantu mahasiswa dalam mengembangkan
kemampuan mengelola proses belajar mengajar pendidikan agama Katolik di SD
(Staf Dosen IPPAK, 2010: 64). Selama menjalankan PPL PAK Pendidikan Dasar,
mahasiswa diajak untuk mengamati pelaksanaan PAK di SD. Mahasiswa juga
diminta untuk membuat administrasi guru, antara lain: RPP (rencana pelaksanaan
pembelajaran), Prosem (program semester), Prota (program tahunan), dsb.
Perencanaan-perencanaan tersebut dilaksanakan mahasiswa baik secara
terbimbing maupun mandiri di dalam kelas. Setelah melaksanakan perencanaan
tersebut, mahasiswa diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasinya sehingga
mahasiswa mengerti hal-hal baik yang perlu dipertahankan dan hal-hal kurang
baik yang harus diperbaiki.
f. PPL Pendidikan Menengah
Mata kuliah ini merupakan program pengalaman lapangan mahasiswa
dalam melaksanakan pendidikan agama Katolik di jenjang pendidikan menengah.
Sama halnya dengan PPL PAK Pendidikan Dasar, dalam PPL Pendidikan
Menengah mahasiswa juga diminta untuk mempersiapkan administrasi guru
antara lain RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran), Prosem (program semester),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Prota (program tahunan), dsb. Dengan pelaksanaan PPL Pendidikan Menengah ini
mahasiswa terbantu dalam mengembangkan kemampuan dan keterampilan diri
menjadi guru pendidikan agama Katolik di jenjang pendidikan menengah (Staf
Dosen IPPAK, 2010: 71).
g. PPL PAK Paroki
Mata kuliah ini melatih mahasiswa untuk merencanakan, melaksanakan
dan mengevaluasi pelaksanaan pendidikan agama Katolik di paroki dengan
memperhatikan dan menggunakan berbagai model pendekatan pendidikan agama
Katolik, terutama katekese umat. Dalam proses kuliah, mahasiswa tidak hanya
dibekali pengetahuan saja tetapi mahasiswa diberikan kesempatan untuk terlibat
dalam kegiatan katekese umat di lingkungan-lingkungan. Hadirnya mahasiswa
dalam kegiatan katekese umat bukan sekedar menjadi peserta, tetapi mahasiswa
memimpin jalannya proses katekese. Dengan ikut ambil bagian dalam kegiatan
tersebut mahasiswa semakin mampu dan terampil dalam penanganan pendidikan
agama Katolik di paroki (Staf Dosen IPPAK, 2010: 69).
h. PPL Pendidikan Kader
Mata kuliah ini memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk
mengembangkan keterampilan dalam membuat perencanaan, melaksanakan dan
mengevaluasi pendampingan katekis berdasarkan teori-teori yang telah dipelajari
dalam mata kuliah Pendidikan Kader. Dengan pengalaman itu, mahasiswa
diharapkan mampu membekali katekis-katekis baru dan mendampingi para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
katekis lapangan, baik dalam lingkup paroki maupun sekolah, guna mendukung
dan mengembangkan karya katekese Gereja (Staf Dosen IPPAK, 2010: 72).
i. KBP (Karya Bakti Paroki)
Dalam kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu dan terampil dalam
melaksanakan dan mengevaluasi karya-karya pastoral Gereja dalam lingkup
paroki (Staf Dosen IPPAK, 2010: 72). Dengan melaksanakan KBP, mahasiswa
bisa tahu kemampuan yang dimilikinya dan mendapatkan banyak pengalaman.
Mahasiswa juga terbantu dalam memperkembangkan pribadinya sebagai seorang
pewarta dengan harapan mereka semakin mantap akan panggilan dirinya sebagai
katekis. Sebagai pelayan umat, mereka dituntut untuk selalu siap sedia. Selain itu
mahasiswa juga dapat lebih konkret melihat situasi dan kebutuhan hidup rohani
umat.
B. Metodologi Penelitian
Penelitian ini sebagai upaya awal untuk mengetahui secara lebih
mendalam mengenai keterlibatan mahasiswa Prodi IPPAK dalam hidup
menggereja. Pada bagian ini, penulis akan memaparkan mengenai latar belakang
penelitian, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, jenis
penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian, populasi dan sampel
penelitian, tempat dan waktu penelitian, dan teknik analisis data.
1. Latar Belakang Penelitian
Orang beriman yang dipilih dan dipanggil oleh Allah sendiri untuk ikut
ambil bagian dalam perwujudan Kerajaan Allah di dunia disebut katekis. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
menanggapi panggilannya tersebut, tentu saja tidak terlepas dari permasalahan
hidup yang ada di masyarakat sekarang ini. Salah satu contoh permasalahannya
yaitu pengaruh kemajuan IPTEK, yang secara langsung maupun tidak langsung
membawa dampak tersendiri bagi para calon katekis. Memang di satu pihak,
perkembangan IPTEK menawarkan suatu nilai positif yang menggembirakan,
yang salah satunya dapat digunakan sebagai sarana pewartaan Injil dan sebagai
sarana komunikasi bagi sesama umat beriman. Akan tetapi di lain pihak
perkembangan ilmu teknologi juga bisa membawa akibat negatif yang dapat
menghambat keaktifan para calon katekis dalam hidup menggereja.
Di dalam Gereja Katolik, ada berbagai bentuk kegiatan hidup menggereja
seperti: menjadi petugas liturgi, doa bersama di lingkungan, koor, ibadat sabda,
dan kegiatan-kegiatan lain dalam lingkup jemaat. Sebagai mahasiswa calon
katekis seharusnya bisa membagi waktu secara adil, baik untuk belajar maupun
untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja. Tak jarang pula karena
banyaknya tuntutan tugas yang harus dikerjakan mereka memilih untuk tetap di
kos atau tempat tinggalnya untuk menyelesaikan tugas-tugasnya, dari pada harus
berkumpul di gereja maupun di lingkungan untuk berdoa dan melakukan
kegiatan-kegiatan rohani lainnya. Di samping itu mereka mudah tergoda untuk
melakukan kegiatan-kegiatan profan yang bersifat rekreatif misalnya: main game,
chating, main bersama teman, dll. Kesenangan-kesenangan yang bersifat duniawi
ini sungguh menggiurkan sehingga dapat menyebabkan mereka kurang tertarik
pada kegiatan-kegiatan menggereja. Padahal dinamika yang telah diprogramkan
kampus untuk mahasiswa sangatlah membantu dalam berproses untuk
menumbuhkan benih panggilan dirinya sebagai katekis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Berbagai macam kegiatan yang diadakan dalam hidup menggereja
merupakan salah satu wadah bagi para calon katekis untuk melibatkan diri di
dalamnya supaya mereka mulai terbiasa dengan kehidupan menjemaat. Ketika
para calon katekis menyadari akan pentingnya terlibat dalam kegiatan hidup
menggereja, maka mereka pun dengan sendirinya akan terbantu dalam menyadari
panggilannya sebagai katekis dan mereka juga semakin merasakan manfaat dari
kegiatan-kegiatan tersebut.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana peran keterlibatan
hidup menggereja bagi mahasiswa Prodi IPPAK dalam memupuk panggilannya
sebagai katekis.
2. Rumusan Permasalahan
Bertolak dari latar belakang di atas, penulis mencoba merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
a. Bagaimana pemahaman mahasiswa Prodi IPPAK tentang panggilan sebagai
katekis?
b. Apa bentuk-bentuk keterlibatan mahasiswa Prodi IPPAK dalam kegiatan
hidup menggereja?
c. Bagaimana peran keterlibatan hidup menggereja mahasiswa Prodi IPPAK
terhadap panggilan dirinya sebagai katekis?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini dilaksanakan antara lain:
a. Mengetahui pemahaman mahasiswa Prodi IPPAK terhadap panggilan sebagai
katekis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
b. Mengetahui bentuk keterlibatan mahasiswa Prodi IPPAK dalam hidup
menggereja.
c. Mengetahui peranan keterlibatan hidup menggereja mahasiswa Prodi IPPAK
terhadap panggilan dirinya sebagai katekis.
4. Manfaat Penelitian
a. Membantu mahasiswa Prodi IPPAK lebih memahami dan menghayati
panggilan dirinya sebagai katekis.
b. Memberi masukkan bagi Prodi IPPAK berkaitan dengan program-program
keterlibatan hidup menggereja bagi mahasiswa.
c. Membantu menyadarkan mahasiswa Prodi IPPAK akan pentingnya
keterlibatan hidup menggereja dalam rangka menanggapi panggilannya
sebagai katekis.
5. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif.
Moleong (2011: 6) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Penulis dalam penelitian ini menggunakan metode survey. Menurut
Arikunto Suharsimi (1997: 90), survey merupakan salah satu pendekatan
penelitian yang pada umumnya digunakan untuk pengumpulan data yang luas dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
banyak. Survey dilakukan untuk penyelidikan dengan gerak ke arah yang meluas
dan merata, karena mampu membenarkan keadaan sampel yang diselidiki.
Penulis memilih penelitian ini karena metode penelitian kualitatif
memandang manusia sebagai instrumen utama dan mengutamakan proses
daripada hasil penelitian (Moleong, 2011: 11). Melalui penelitian kualitatif,
penulis dapat mengenal orang (subyek) secara pribadi. Latar belakang alamiah
yang mengharuskan penulis terlibat langsung dalam proses penelitian menjadi
suatu tantangan tersendiri untuk berproses bersama responden di mana penelitian
diadakan dan menyesuaikan diri dengan kenyataan-kenyataan yang ada di
lapangan.
6. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014: 2). Aspek-aspek yang
akan diteliti yakni berhubungan dengan peran keterlibatan hidup menggereja
mahasiswa Prodi IPPAK dalam rangka menanggapi panggilannya sebagai katekis.
Namun dalam variabel juga terdapat identitas responden yang dicantumkan
sebelum masuk pada bagian pertanyaan untuk penelitian. Maka dari itu penulis
mengelompokkan variabel penelitian ke dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Variabel Penelitian
No Variabel-variabel No. Item Jumlah
(1) (2) (3) (4)
1. Identitas Responden 1, 2, 3, 4 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
(1) (2) (3) (4)
2. Pemahaman tentang panggilan sebagai katekis. 1, 2, 3, 4,
5, 6, 7
7
3. Pemahaman dan peranan hidup menggereja bagi
panggilan sebagai katekis.
8, 9, 10,
11, 12, 13
6
4. Macam-macam hidup menggereja dan program
kurikuler yang mendukung keterlibatan hidup
menggereja.
14, 15, 16,
17, 18, 19
6
5. Bidang karya katekis dalam rangka pelayanan
hidup menggereja.
20, 21, 22,
23, 24, 25,
26, 27, 28,
29
10
6. Usulan kegiatan yang dapat mendukung panggilan
sebagai katekis.
30 1
Total 34
7. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau
hal-hal yang ia ketahui (Arikunto Suharsimi, 1997: 128-129). Kuesioner itu
sendiri ditujukan bagi mahasiswa Prodi IPPAK angkatan 2010 dan 2011.
8. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014: 61). Penelitian
ini mengambil populasi mahasiswa tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah 286
mahasiswa. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2014: 62). Penelitian ini mengambil sampel mahasiswa
angkatan 2010 dan 2011 dengan jumlah 40 orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Pengambilan sampelnya dilakukan dengan sampel bertujuan atau
purposive sample. Purposive sample atau sampel bertujuan adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu dan didasarkan atas tujuan
tertentu (Sugiyono, 2014: 68). Mengapa penulis memilih mahasiswa angkatan
2010 dan 2011? Karena mahasiswa angkatan 2010 dan 2011 telah menempuh dan
mengalami keseluruhan dinamika proses perkuliahan di Prodi IPPAK dengan
melaksanakan semua mata kuliah praktek yang diprogramkan oleh kampus. Jadi
mereka sangatlah tepat dijadikan sebagai sampel dalam penelitian yang penulis
lakukan ini.
9. Tempat dan Waktu Penelitian
Penulis melaksanakan penelitian ini di Prodi IPPAK USD dan waktu
penelitian dilaksanakan pada akhir bulan Oktober 2015 sampai dengan awal bulan
November 2015.
10. Teknik Analisis Data
Moleong (2011: 280) mendefinisikan analisis data sebagai proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema. Proses analisis data dimulai dengan
menelaah seluruh data yang tersedia dari sumber yakni kuesioner. Setelah
mendapat data, penulis mengadakan reduksi data dengan melakukan abstraksi.
Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan
pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya.
Selanjutnya penulis mengkategorisasikan serta melakukan koding. Sebagai tahap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
terakhir, penulis melakukan pemeriksaan data kembali setelah itu menafsirkan
data dan memaknai dalam bentuk teori yang sesungguhnya berdasarkan hasil
penelitian (Moleong, 2011: 247).
Penulis memperoleh prosentase suara responden dengan cara membagi
frekuensi suara masuk (F) dengan jumlah responden keseluruhan (N) kemudian
dikalikan dengan 100% atau dengan rumus:
F
x 100%
N
Keterangan:
F : Suara Masuk
N : Jumlah Responden
C. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penelitian yang disajikan dalam
bentuk tabel-tabel. Hasil penelitian yang penulis laporkan meliputi: identitas dan
latar belakang responden, pemahaman tentang panggilan sebagai katekis,
pemahaman dan peranan hidup menggereja bagi panggilan sebagai katekis,
macam-macam hidup menggereja dan program kurikuler yang mendukung
keterlibatan hidup menggereja, bidang karya katekis dalam rangka pelayanan
hidup menggereja dan usulan kegiatan yang dapat mendukung panggilan sebagai
katekis.
1. Identitas dan Latar Belakang Responden
Hasil penelitian yang penulis laporkan pada tabel 2, meliputi: umur, jenis
kelamin, keuskupan asal dan alasan mahasiswa studi di Prodi IPPAK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tabel 2.
Identitas dan Latar Belakang Responden
(N: 40)
No
Item Pernyataan
Jumlah
Mahasiswa
Persen
(%)
(1) (2) (3) (4)
1 Umur a. 20-25 29 72,5% b. 26-30 6 15% c. 31-35 1 2,5% d. 36-40 4 10% e. 41-45 - -
2 Jenis Kelamin a. Perempuan 18 45% b. Laki-laki 22 55%
3 Keuskupan tempat asal a. Keuskupan Agung Semarang 16 40% b. Keuskupan Agung Samarinda 1 2,5% c. Keuskupan Agung Palembang 4 10% d. Keuskupan Tanjung Karang 6 15% e. Keuskupan Atambua 1 2,5% f. Keuskupan Banjarmasin 1 2,5% g. Keuskupan Purwokerto 3 7,5% h. Keuskupan Bandung 2 5% i. Keuskupan Sintang 1 2,5% j. Keuskupan Larantuka 1 2,5% k. Keuskupan Amboina 1 2,5% l. Keuskupan Tanjung Selor 2 5% m. Keuskupan Agung Medan 1 2,5%
4 Alasan studi di Prodi IPPAK a. Inisiatif saya sendiri 18 45% b. Disuruh oleh orangtua 8 20% c. Ingin menjadi PNS 1 2,5% d. Semata-mata hanya ingin kuliah 4 10% e. Diutus oleh Keuskupan atau lembaga lain
(Sekolah, Ordo, Kongregasi) 9 22,5%
f. Alasan lainnya - -
Dari tabel 2, ditemukan mengenai identitas mahasiswa dari segi usia
sebagai berikut: 20-25 tahun berjumlah 29 (72,5%) mahasiswa, 26-30 tahun
berjumlah 6 (15%) mahasiswa, 31-35 tahun berjumlah 1 (2,5%) mahasiswa dan
36-40 tahun berjumlah 4 (10%) mahasiswa. Identitas mahasiswa dari segi jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
kelamin terdiri dari 18 (45%) mahasiswa adalah perempuan dan 22 (55%)
mahasiswa adalah laki-laki. Angkatan tersebut lebih didominasi oleh laki-laki. Hal
ini sangat baik karena akan ada saling kerja sama yang baik.
Identitas mahasiswa berdasarkan tempat asal keuskupan diperoleh data
sebagai berikut: 16 (40%) mahasiswa berasal dari Keuskupan Agung Semarang, 1
(2,5%) mahasiswa berasal dari Keuskupan Agung Samarinda, Keuskupan Agung
Palembang 4 (10%) mahasiswa, Keuskupan Tanjung Karang 6 (15%) mahasiswa,
Keuskupan Atambua 1 (2,5%) mahasiswa, Keuskupan Banjarmasin 1 (2,5%)
mahasiswa, Keuskupan Purwokerto 3 (7,5%) mahasiswa, Keuskupan Bandung 2
(5%) mahasiswa, Keuskupan Sintang 1 (2,5%) mahasiswa, Keuskupan Larantuka
1 (2,5%) mahasiswa, Keuskupan Amboina 1 (2,5%) mahasiswa, Keuskupan
Tanjung Selor 2 (5%) mahasiswa, dan Keuskupan Agung Medan 1 (2,5%)
mahasiswa. Melihat bahwa mereka berasal dari berbagai keuskupan, tentunya ada
keberagaman dalam diri mereka masing-masing. Keberagaman mahasiswa bisa
berpengaruh secara positif maupun negatif. Dari segi positif, mahasiswa dapat
saling memperkaya budaya, karakter, kepribadian dan sifat sehingga mereka dapat
saling melengkapi satu sama lain. Dari segi negatif, mahasiswa akan bergaul
hanya dengan orang-orang sesukunya, sekeuskupannya dan tidak mau terbuka
terhadap teman yang berasal dari suku yang lain.
Berdasarkan tabel 2 juga alasan mahasiswa studi di Prodi IPPAK,
menyatakan inisiatif diri sendiri 18 (45%) mahasiswa, alasan karena orangtua
menuntut untuk studi atau kuliah 8 (20%) mahasiswa, alasan karena ingin menjadi
PNS 1 (2,5%) mahasiswa, alasan semata-mata hanya ingin kuliah 4 (10%)
mahasiswa, alasan karena diutus oleh keuskupan atau lembaga lain (sekolah, ordo,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
kongregasi) 9 (22,5%) mahasiswa. Dari segi alasan mahasiswa studi memang
beragam. Dengan beragamnya alasan tentunya akan berpengaruh pada proses
studi mereka di IPPAK.
2. Pemahaman Tentang Panggilan sebagai Katekis
Tabel 3 memaparkan hasil penelitian penulis mengenai pemahaman
mahasiswa Prodi IPPAK terhadap panggilan dirinya sebagai katekis. Untuk lebih
jelas dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 3.
Pemahaman Tentang Panggilan sebagai Katekis
(N= 40)
No Item
Pertanyaan Alternatif jawaban Jumlah
Mahasiswa Persen
(%)
(1) (2) (3) (4) (5) 1 Menurut anda
apa pengertian katekis?
Katekis adalah orang yang berperan aktif dalam karya pewartaan Gereja
25 62,5%
Katekis adalah orang yang selalu memberdayakan umat beriman
1 2,5%
Katekis adalah orang yang semata-mata tidak bekerja sebatas liturgi saja
- -
Katekis adalah orang yang mencari langkah-langkah untuk
14 35%
membangun communio dalam komunitas terutama lewat katekese
2 Panggilan untuk Allah 26 65%
menjadi katekis Gereja 1 2,5%
berasal dari …. Orang lain 1 2,5%
Diri sendiri 12 30%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
(1) (2) (3) (4) (5) 3 Salah satu
bentuk tugas pelayanan
Menjadi dirigen di gereja saat petugas tidak ada
- -
katekis dalam paroki adalah….
Menjadi pemimpin lagu saat ikut dalam
2 5%
doa lingkungan Ikut mendukung
kegiatan lingkungan/paroki pada hari raya liturgi
10 25%
Ikut membantu team kerja pewartaan paroki
28 70%
4 Dalam menjalankan peran sebagai katekis hendaknya mempunyai sikap ….
Rendah hati 12 30%
Rela berkorban 10 25%
Tanggung jawab 14 35%
Percaya diri dan komitmen
4 10%
5 Kekhasan panggilan sebagai katekis, harus nampak dalam ….
Semangatnya 14 35%
Kecerdasannya - -
Kepribadiannya 23 57,5%
Keterampilannya - -
Jawaban lainnya Semua alternatif
jawaban 3 7,5%
6 Yang menjadikan
Kemauan masing-masing pribadi
3 7,5%
seorang katekis masuk dalam persatuan
Karena pengaruh kesaksian umat beriman yang lain
1 2,5%
dengan Kristus untuk melayani umat-Nya dengan
Karena rahmat dan kasih karunia yang Tuhan anugerahkan
33 82,5%
mewartakan Kabar Gembira adalah ….
Karena tuntutan dari Gereja untuk memenuhi tugas pelayanan
3 7,5%
7 Yang mendasari tugas pelayanan
Hubungan seorang katekis dengan umat
10 25%
seorang katekis adalah ….
Hubungan katekis dengan pastor paroki
- -
Hubungan seorang katekis dengan Sabda Allah
9 22,5%
Hubungan pribadi seorang katekis dengan Kristus
21 52,5%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
a. Laporan Hasil Penelitian Pemahaman Tentang Panggilan sebagai
Katekis
Hasil penelitian tabel 3 mengenai variabel pemahaman panggilan sebagai
katekis dapat diuraikan sebagai berikut: Nomor item 1 mengenai pemahaman
mahasiswa tentang pengertian katekis, sejumlah 25 mahasiswa (62,5%)
menyatakan katekis adalah orang yang berperan aktif dalam karya pewartaan
Gereja dan 14 mahasiswa (35%) menyatakan katekis adalah orang yang mencari
langkah-langkah untuk membangun communio dalam komunitas terutama lewat
katekese, sedangkan 1 mahasiswa (2,5%) menyatakan katekis adalah orang yang
selalu memberdayakan umat beriman.
Nomor item 2 mengenai pemahaman panggilan untuk menjadi katekis
berasal dari Allah, diperoleh data sebanyak 26 mahasiswa (65%) menyatakan
panggilan menjadi katekis berasal dari Allah dan 12 mahasiswa (30%)
menyatakan panggilan katekis berasal dari diri sendiri. Sedangkan yang
menyatakan panggilan katekis berasal dari gereja 1 mahasiswa (2,5%) dan 1
mahasiswa (2,5%) menyatakan panggilan katekis berasal dari orang lain.
Nomor item 3 mengenai bentuk tugas pelayanan katekis dalam paroki,
diperoleh data sebagai berikut: sebanyak 28 mahasiswa (70%) menyatakan
keterlibatan katekis dalam tugas pelayanan di paroki adalah ikut membantu team
kerja pewartaan dan 10 mahasiswa (25%) menyatakan ikut mendukung kegiatan
lingkungan/paroki pada hari raya liturgi, sedangkan 2 mahasiswa (5%)
menyatakan tugas katekis di paroki menjadi pemimpin lagu saat ikut doa
lingkungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Nomor item 4 mengenai sikap yang harus dimiliki oleh seorang katekis,
diperoleh data sebagai berikut: 14 mahasiswa (35%) menyatakan sikap yang harus
dimiliki oleh seorang katekis adalah tanggung jawab, 12 mahasiswa (30%)
menyatakan rendah hati dan 10 mahasiswa (25%) menyatakan rela berkorban.
Sedangkan 4 mahasiswa (10%) menyatakan sikap yang harus dimiliki seorang
katekis adalah percaya diri dan komitmen.
Nomor item 5 mengenai kekhasan panggilan katekis, diperoleh data
sebanyak 23 mahasiswa (57,5%) menyatakan kekhasan panggilan katekis nampak
dalam kepribadiannya dan 14 mahasiswa (35%) menyatakan kekhasan panggilan
sebagai katekis adalah semangatnya. Sedangkan jawaban lainnya 3 mahasiswa
(7,5%) menyatakan kekhasan panggilan katekis nampak dalam semangatnya,
kecerdasannya, kepribadiannya dan keterampilannya.
Nomor item 6 dengan pertanyaan yang menjadikan seorang katekis masuk
dalam persekutuan dengan Kristus untuk melayani umat-Nya dengan mewartakan
Kabar Gembira, diperoleh hasil sebagai berikut: sebanyak 33 mahasiswa (82,5%)
menyatakan karena rahmat dan kasih karunia yang Tuhan anugerahkan.
Sedangkan yang lain 3 mahasiswa (7,5%) menyatakan karena kemauan masing-
masing pribadi, 3 mahasiswa (7,5%) menyatakan karena tuntutan dari Gereja dan
1 mahasiswa (2,5%) menyatakan karena pengaruh kesaksian umat beriman yang
lain.
Nomor item 7 mengenai dasar pelayanan seorang katekis, diperoleh data
sebanyak 21 mahasiswa (52,5%) menyatakan dasar pelayanan katekis adalah
hubungan katekis dengan Kristus, 10 mahasiswa (25%) menyatakan hubungan
katekis dengan umat, dan 9 mahasiswa (22,5%) menyatakan hubungan katekis
dengan Sabda Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
b. Pembahasan Hasil Penelitian Pemahaman Tentang Panggilan sebagai
Katekis
Panggilan menjadi seorang katekis akan terus tumbuh dan berkembang
dalam diri para calon katekis apabila masing-masing mampu menyadari dan
menghayati panggilan tersebut. Sebagian besar mahasiswa sudah memahami
dengan benar siapa itu katekis. Mahasiswa memahami bahwa katekis adalah orang
yang aktif dalam karya pewartaan Gereja. Jadi telah disadari pula tugas katekis
tidak semata-mata hanya di bidang liturgi saja, melainkan mencakup keseluruhan
tugas Gereja. Panggilan yang diterima oleh katekis merupakan panggilan dari
Allah sendiri dan manusia yang menanggapi. Dalam menanggapi panggilan
tersebut, tentu bukan semata-mata karena kemauan atau dorongan diri sendiri saja,
tetapi Allah ikut berperan di dalamnya melalui Roh Kudus-Nya. Atas pernyataan
di atas, sebagian besar mahasiswa sudah menyadari bahwa panggilan menjadi
katekis berasal dari Allah sendiri.
Sebagai seorang katekis yang menerima panggilan khusus dari Allah, perlu
menyadari bahwa masa depan Gereja juga berada di tangannya. Katekis dituntut
untuk mampu berperan secara aktif dalam setiap kegiatan hidup menggereja, baik
dalam lingkup paroki maupun lingkungan tempat tinggalnya. Melihat hasil
penelitian yang diperoleh, sebagian besar mahasiswa sudah cukup mengerti peran
katekis di paroki yakni ikut membantu team kerja pewartaan. Supaya perannya
dapat dijalankan dengan baik, maka katekis juga harus memiliki sikap yang baik
pula. Sikap-sikap yang harus dimiliki katekis yakni percaya diri dan komitmen.
Sikap percaya diri merupakan sikap yang lahir dari kesadaran akan panggilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
dirinya sebagai katekis. Sedangkan komitmen adalah kesetiaan melaksanakan
tanggung jawab untuk memikirkan bersama rencana pastoral dan ketelatenan
melaksanakannya (Komisi Kateketik KWI, 2005: 100-101). Hasil penelitian yang
diperoleh menunjukkan bahwa mahasiswa masih perlu diberi pemahaman
mengenai sikap-sikap yang harus dimiliki seorang katekis untuk menjalankan
perannya. Selain harus memiliki sikap yang baik, katekis juga dituntut untuk
menampakkan kekhasan panggilannya. Kekhasan panggilannya dapat
diwujudnyatakan melalui kepribadiannya. Berdasarkan pernyataan itu, sebagian
besar mahasiswa sudah memahami bahwa kekhasan panggilan sebagai katekis
harus nampak dalam pribadinya. Karena sebagai seorang katekis diharapkan
mempunyai kepribadian yang bermutu, baik yang menyangkut kehidupan rohani
maupun pribadinya.
Tugas pelayanan seorang katekis tentunya tidak terlepas dari
kesatuannya dengan Tuhan. Sebagian besar mahasiswa dalam dirinya sudah
mempunyai kesadaran bahwa tugas katekis untuk mewartakan Kabar Gembira
digerakkan oleh kuasa Allah. Pelayanan seorang katekis di tengah jemaat juga
perlu didasari oleh hubungan pribadinya dengan Kristus. Atas pernyataan tersebut,
sebagian besar mahasiswa sudah memahami pelayanan katekis harus didasari
hubungan pribadinya dengan Kristus. Hubungan pribadi antara katekis dengan
Kristus dapat diwujudnyatakan dengan berdoa kepada-Nya. Melalui berdoa
itulah relasi dengan Kristus akan terjalin dan ia pun mendapatkan kekuatan untuk
mewartakan Kabar Gembira keselamatan di bumi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
3. Pemahaman dan Peranan Hidup Menggereja bagi Panggilan sebagai
Katekis
Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai pemahaman dan peranan hidup
menggereja mahasiswa Prodi IPPAK terhadap panggilan dirinya sebagai katekis.
Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 4.
Pemahaman dan Peranan Hidup Menggereja bagi Panggilan sebagai Katekis
(N= 40)
No
Item Pertanyaan Alternatif jawaban
Jumlah
Mahasiswa
Persen
(%)
(1) (2) (3) (4) (5)
8 Menurut anda
apa pengertian Selalu mematuhi
peraturan Gereja
- -
hidup
menggereja? Hidup yang
menampakkan
imannya kepada
Kristus
18 45%
Hidup yang
diwujudkan melalui
kegiatan menggereja
17 42,5%
Selalu melaksanakan
kewajibannya sebagai
anggota Gereja
5 12,5%
9 Alasan saya
terlibat dalam Memenuhi tugas /
tuntutan perkuliahan
- -
hidup
menggereja Memenuhi tugas yang
diberikan oleh Gereja
10 25%
adalah …. Sebagai latihan untuk
mengetahui dan
19 47,5%
merasakan hidup
menjemaat
Supaya tidak asing
ketika kelak harus
bertugas sebagai
katekis di tengah
jemaat
11 27,5%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
(1) (2) (3) (4) (5)
10 Manfaat yang
saya dapatkan
dari keterlibatan
Semakin menambah
pengalaman bersama
umat
2 5%
hidup
menggereja
dalam proses
menumbuhkan
panggilan
Semakin
memperkembangkan
iman dan
memantapkan
panggilan
28 70%
sebagai katekis
adalah …. Dapat meningkatkan
rasa percaya diri
karena lebih banyak
bergaul
- -
Mendapatkan
kesempatan untuk
menerapkan ilmu yang
diperoleh selama
kuliah
10 25%
11 Apa yang
melatarbelakangi Melaksanakan karena
diajak umat yang lain
1 2,5%
keinginan anda
untuk terlibat
dalam hidup
Melaksanakan
tergantung kemauan
dan suasana hati
3 7,5%
menggereja? Melaksanakan karena
malu dengan umat lain
yang aktif
- -
Melaksanakan dengan
tulus karena
menyadari sebagai
panggilan Tuhan
36 90%
12 Faktor yang
masih menjadi
hambatan saya
Kesibukan
mengerjakan tugas
kuliah
4 10%
untuk terlibat
aktif dalam
kegiatan hidup
menggereja
adalah ….
Kurangnya kesadaran
dari dalam diri
Belum menghayati
sungguh panggilan
sebagai katekis
Lebih tertarik pada
kegiatan yang tidak
bersifat rohani
8
25
3
20%
62,5%
7,5%
13 Keterampilan Berefleksi 9 22,5%
yang harus Berkatekese 16 40%
dimiliki seorang Bersosialisasi 7 17,5%
katekis Berkomunikasi 6 15%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
(1) (2) (3) (4) (5)
adalah …. Jawaban lainnya
Semua alternatif
jawaban
2 5%
a. Laporan Hasil Penelitian Pemahaman dan Peranan Hidup Menggereja
bagi Panggilan sebagai Katekis
Hasil penelitian tabel 4 mengenai variabel pemahaman dan peranan hidup
menggereja bagi panggilan katekis dapat diuraikan sebagai berikut: Nomor item 8
mengenai pemahaman mahasiswa tentang pengertian hidup menggereja, dapat
diperoleh data sebagai berikut: sebanyak 18 mahasiswa (45%) menyatakan hidup
menggereja adalah hidup yang menampakkan imannya kepada Kristus dan 17
mahasiswa (42,5%) menyatakan hidup menggereja adalah hidup yang diwujudkan
melalui kegiatan menggereja, sedangkan 5 mahasiswa (12,5%) menyatakan selalu
melaksanakannya sebagai kewajiban anggota Gereja.
Nomor item 9 mengenai motivasi mahasiswa terlibat dalam kegiatan hidup
menggereja, diperoleh data sejumlah 19 mahasiswa (47,5%) menyatakan
alasannya terlibat di kegiatan hidup menggereja sebagai latihan untuk mengetahui
dan merasakan hidup menjemaat dan 11 mahasiswa (27,5%) mengungkapkan agar
tidak asing ketika kelak harus bertugas sebagai katekis di tengah jemaat,
sedangkan 10 mahasiswa (25%) menyatakan untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh Gereja.
Nomor item 10 mengenai manfaat yang diperoleh mahasiswa dari terlibat
di kegiatan hidup menggereja, diperoleh data sebanyak 28 mahasiswa (70%)
menyatakan semakin dikembangkan dalam iman serta panggilannya dimantapkan
dan 10 mahasiswa (25%) menyatakan mendapatkan kesempatan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
menerapkan ilmu yang diperoleh selama kuliah serta 2 mahasiswa (5%)
menyatakan menambah pengalaman hidup dengan umat.
Nomor item 11 mengenai latarbelakang mahasiswa untuk terlibat dalam
hidup menggereja, diperoleh data sebagai berikut: sebanyak 36 mahasiswa (90%)
menyatakan tulus hati karena didasari panggilan Tuhan, tergantung dengan
kemauan dan suasana hati sebanyak 3 mahasiswa (7,5%) dan 1 mahasiswa (2,5%)
menyatakan melaksanakan karena diajak oleh umat.
Nomor item 12 mengenai faktor yang menghambat mahasiswa untuk
terlibat dalam kegiatan hidup menggereja, diperoleh data sebanyak 25 mahasiswa
(62,5%) mengungkapkan belum menghayati panggilannya sebagai katekis, 8
mahasiswa (20%) menyatakan kurangnya kesadaran diri, dan 4 mahasiswa (10%)
mengungkapkan karena banyak tugas kuliah yang harus dikerjakan dan 3
mahasiswa (7,5%) menyatakan lebih tertarik pada kegiatan yang tidak bersifat
rohani.
Nomor item 13 mengenai keterampilan yang harus dimiliki seorang
katekis, diperoleh data sebagai berikut: sejumlah 16 mahasiswa (40%)
menyatakan keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang katekis adalah
berkatekese, berefleksi 9 mahasiswa (22,5%), berkomunikasi 6 mahasiswa (15%),
bersosialisasi 7 mahasiswa (17,5%) dan lainnya 2 mahasiswa (5%) setuju bahwa
berkatekese, berefleksi dan berkomunikasi harus dikuasai oleh seorang katekis.
b. Pembahasan Hasil Penelitian Pemahaman dan Peranan Hidup
Menggereja bagi Panggilan sebagai Katekis
Berdasarkan hasil penelitian yang dipaparkan pada tabel 4, dapat diketahui
pemahaman dan peranan hidup menggereja bagi mahasiswa calon katekis. Hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
menggereja mahasiswa calon katekis dapat tercipta dengan baik apabila masing-
masing mampu memahami dan menghayati arti hidup menggereja itu sendiri.
Melihat hasil prosentase yang diperoleh, sebagian mahasiswa sudah memahami
dengan benar arti hidup menggereja. Walaupun masih ada mahasiswa yang
menyatakan melaksanakan kegiatan hidup menggereja hanya sebatas kewajiban
sebagai anggota Gereja, namun hal tersebut tidak berpengaruh kepada yang
lainnya. Hal ini menandakan sebagai langkah awal yang baik bagi para calon
katekis dalam membangun hidup menggereja, melihat perannya yang besar di
kehidupan Gereja.
Dengan memahami arti hidup menggereja, maka mahasiswa juga
mempunyai kesadaran dari dalam diri untuk terlibat di kegiatan hidup menggereja.
Dari hasil penelitian, pada umumnya mahasiswa telah menyadari bahwa terlibat
dalam kegiatan hidup menggereja bukan semata-mata hanya karena tuntutan
tugas, melainkan sungguh-sungguh disadari sebagai bagian dari tugas seorang
katekis. Keterlibatan dalam kegiatan hidup menggereja yang dilakukan oleh
mahasiswa calon katekis akan memberikan dampak positif bagi mereka. Sebagian
besar mahasiswa merasakan manfaat yang baik atas keterlibatannya di kegiatan
hidup menggereja yakni semakin dikembangkan dalam iman dan panggilannya
pun semakin dimantapkan. Hal ini tentunya menjadi motivasi mereka untuk
semakin terlibat aktif dalam kegiatan menggereja.
Keterlibatan calon katekis dalam kegiatan menggereja biasanya
dilatarbelakangi oleh berbagai macam hal. Prosentase yang diperoleh dari hasil
penelitian membuktikan bahwa mahasiswa calon katekis mulai menyadari terlibat
di kegiatan hidup menggereja harus didasari oleh ketulusan. Mengapa? karena
dengan mempunyai dasar itulah mahasiswa akan lebih senang dan semangat
dalam menjalankannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Gereja sangat mendukung mahasiswa calon katekis untuk mau ikut terlibat
dalam kegiatan hidup menggereja. Namun, dukungan tersebut seringkali kurang
mendapat respon yang baik dari para calon katekis. Hal tersebut biasanya
disebabkan karena berbagai macam faktor. Dari hasil penelitian yang diperoleh
menunjukkan sebagian besar mahasiswa belum menghayati sungguh
panggilannya sebagai katekis. Kenyataan ini tentu menimbulkan tanda tanya
apakah benar mahasiswa memilih Prodi IPPAK karena inisiatif sendiri atau malah
sebaliknya.
Katekis dalam menjalankan tugasnya harus didukung dengan
keterampilan. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar
mahasiswa mengungkapkan keterampilan utama yang harus dimiliki seorang
katekis yakni keterampilan berkatekese. Pada dasarnya katekese adalah bentuk
dari apa yang diwartakan oleh katekis. Katekese dapat dilakukan dengan baik,
apabila katekis memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Selain
komunikasi, katekis juga harus mampu untuk berefleksi. Jadi ada dua macam
keterampilan yang harus dimiliki katekis yakni berkomunikasi dan berefleksi.
Melihat hasil penelitian yang diperoleh, mahasiswa calon katekis perlu diberi
pemahaman kembali seputar keterampilan yang harus dimiliki oleh katekis.
Karena keterampilan inilah yang membantu katekis dalam menyampaikan nilai-
nilai Injili yang diproses dalam katekese.
4. Macam-macam Hidup Menggereja dan Program Kurikuler yang
Mendukung Keterlibatan Hidup Menggereja
Pada bagian ini akan memaparkan variabel tentang macam-macam hidup
menggereja dan program kurikuler yang mendukung keterlibatan hidup
menggereja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Tabel 5.
Macam-macam Hidup Menggereja dan Program Kurikuler
yang Mendukung Keterlibatan Hidup Menggereja
(N= 40)
No
Item Pertanyaan Alternatif jawaban
Jumlah
Mahasiswa
Persen
(%)
(1) (2) (3) (4) (5)
14 Corak dinamika Saling memperhatikan 1 2,5%
hidup
menggereja Rukun dalam
persekutuan
8 20%
jemaat perdana
berdasarkan Saling mengasihi satu
sama lain
19 47,5%
Kis 2:41-47
yang telah saya
hayati adalah ….
Tekun dalam
pengajaran para rasul
12 30%
15 Peran diri yang
pernah saya Menjadi fungsionaris
kelas
7 17,5%
jalankan sebagai
mahasiswa Menjadi pengurus
HIMKA
11 27,5%
IPPAK dalam
kegiatan kampus Membimbing retret
atau rekoleksi
11 27,5%
adalah …. Mewakili Prodi
mengikuti kegiatan di
luar kampus
2 5%
Jawaban lainnya
Semua alternatif
jawaban
4 10%
PSM Pradnyawidya 2 5%
Kepanitiaan
OSMARU
2 5%
Sie liturgi 1 2,5%
16 Program
pendampingan Retret 17 42,5%
spiritualitas
yang
mendukung saya
Camping rohani 11 27,5%
sebagai seorang
katekis yang Rekoleksi bersama 6 15%
profesional
adalah …. Perayaan Ekaristi
kampus
3 7,5%
Jawaban lainnya
Semua alternatif
jawaban
1 2,5%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
(1) (2) (3) (4) (5)
KBP 1 2,5% Proses dan dinamika
perkuliahan 1 2,5%
17 Kegiatan PPL PAK Paroki 7 17,5%
kurikuler yang Karya Bakti Paroki 29 72,5%
mendukung saya Pendidikan kaderisasi - -
sebagai katekis yang profesional
PPL PAK PD dan PPL PAK PM
4 10%
adalah …. Jawaban lainnya - -
18 Mata kuliah kompetensi
Liturgi 5 12,5%
utama Prodi IPPAK yang
Kitab Suci 14 35%
mendukung saya sebagai katekis
Ekklesiologi 3 7,5%
yang handal adalah ….
Spiritualitas Kristiani 13 32,5%
Jawaban lainnya
Semua alternatif jawaban
2 5%
PPL Kaderisasi, PPL PAK PM dan KBP
1 2,5%
Katekese 1 2,5% Pendidikan Agama
Katolik 1 2,5%
19 Mata kuliah Pastoral Paroki 22 55%
kompetensi penunjang Prodi
Persiapan Karya Bakti Paroki
14 35%
IPPAK yang mendukung
Metodologi penelitian pendidikan
2 5%
saya sebagai katekis yang handal adalah….
Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling
1 2,5%
Jawaban lainnya
Semua alternatif jawaban
1 2,5%
a. Laporan Hasil Penelitian Macam-macam Hidup Menggereja dan
Program Kurikuler yang Mendukung Keterlibatan Hidup Menggereja
Hasil penelitian tabel 5 mengenai variabel macam-macam hidup
menggereja dan program kurikuler yang mendukung keterlibatan hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
menggereja, dapat diuraikan sebagai berikut: Nomor item 14 mengenai corak
kehidupan jemaat perdana yang telah dihayati oleh mahasiswa, diperoleh hasil
sebagai berikut: 1 mahasiswa (2,5%) menjiwai kehidupan jemaat perdana sebagai
bentuk untuk saling memperhatikan satu sama lain, 8 mahasiswa (20%)
menjiwainya sebagai usaha dalam merukunkan antar jemaat, 19 mahasiswa
(47,5%) menjiwainya untuk saling mengasihi satu sama lain dan 12 mahasiswa
(30%) menjiwainya semakin bertekun dalam pengajaran.
Nomor item 15 mengenai peran diri sebagai mahasiswa Prodi IPPAK
dalam kegiatan kampus, diperoleh data sebagai berikut: sejumlah 7 mahasiswa
(17,5%) terlibat dalam fungsionaris kelas, 11 mahasiswa (27,5%) terlibat dalam
kepengurusan HIMKA, 11 mahasiswa (27,5%) terlibat dalam pembimbingan
retret atau rekoleksi, 2 mahasiswa (5%) mewakili Prodi mengikuti kegiatan di luar
kampus dan lainnya yakni 4 mahasiswa (10%) mengikuti semua kegiatan tersebut,
2 mahasiswa (5%) mengikuti kegiatan PSM Pradnyawidya, 2 mahasiswa (5%)
terlibat dalam kepanitiaan OSMARU dan 1 mahasiswa (2,5%) terlibat dalam seksi
liturgi.
Nomor item 16 mengenai program pendampingan spiritualitas yang
mendukung untuk menjadi katekis profesional, diperoleh data sebanyak 17
mahasiswa (42,5%) menyatakan kegiatan retret, camping rohani 11 mahasiswa
(27,5%), rekoleksi bersama 6 mahasiswa (15%), perayaan Ekaristi kampus 3
mahasiswa (7,5%). Sedangkan jawaban lainnya 1 mahasiswa (2,5%) menyatakan
semua kegiatan spiritualitas di atas mendukung untuk menjadi katekis profesional,
1 mahasiswa (2,5%) menyatakan Karya Bakti Paroki dan 1 mahasiswa (2,5%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
menyatakan proses dan dinamika perkuliahan mendukung menjadi katekis yang
profesional.
Nomor item 17 mengenai kegiatan kurikuler yang mendukung untuk
menjadi katekis yang profesional, diperoleh data sebagai berikut: sebanyak 7
mahasiswa (17,5%) menjawab PPL PAK Paroki, 29 mahasiswa (72,5%)
menjawab Karya Bakti Paroki, dan 4 mahasiswa (10%) menjawab PPL PAK PD
dan PPL PAK PM.
Nomor item 18 mengenai mata kuliah kompetensi utama Prodi IPPAK
yang mendukung untuk menjadi katekis yang handal, diperoleh data sebagai
berikut: 5 mahasiswa (12,5%) menjawab mata kuliah liturgi, 14 mahasiswa (35%)
menjawab mata kuliah Kitab Suci, 3 mahasiswa (7,5%) menjawab mata kuliah
ekklesiologi, dan 13 mahasiswa (32,5%) menjawab mata kuliah spiritualitas
kristiani. Sedangkan jawaban lainnya 2 mahasiswa (5%) menjawab semua mata
kuliah di atas mendukung, 1 mahasiswa (2,5%) menjawab mata kuliah PPL
kaderisasi, PPL PAK PM, dan KBP, 1 mahasiswa (2,5%) menjawab mata kuliah
katekese, dan 1 mahasiswa (2,5%) menjawab mata kuliah pendidikan agama
katolik.
Nomor item 19 mengenai mata kuliah kompetensi penunjang Prodi IPPAK
yang mendukung untuk menjadi katekis yang handal, diperoleh data sebagai
berikut: sebanyak 22 mahasiswa (55%) menjawab mata kuliah pastoral paroki, 14
mahasiswa (35%) menjawab mata kuliah persiapan karya bakti paroki, 2
mahasiswa (5%) menjawab mata kuliah metodologi penelitian pendidikan, dan 1
mahasiswa (2,5%) menjawab mata kuliah dasar-dasar bimbingan dan konseling.
Sedangkan jawaban lainnya 1 mahasiswa (2,5%) menjawab semua mata kuliah
yang menjadi alternatif jawaban mendukung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
b. Pembahasan Hasil Penelitian Macam-macam Hidup Menggereja dan
Program Kurikuler yang Mendukung Keterlibatan Hidup Menggereja
Kehidupan jemaat perdana dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa calon
katekis dalam menghayati kehidupan menggereja dewasa ini. Nilai-nilai
kehidupan jemaat sangat baik bagi mahasiswa calon katekis karena akan
membantu mereka dalam memahami macam-macam bentuk atau corak hidup
menggereja secara khusus dalam memahami umat. Corak kehidupan umat sangat
beragam, yakni ada yang senang dalam hal bersifat pengajaran, saling mengasihi
dalam bentuk perhatian, dan ada pula yang senang jika kerukunan menjadi
perhatian utama. Dari hasil penelitian, sebagian besar mahasiswa tertarik cara
hidup jemaat perdana yang dijiwai dengan semangat saling mengasihi dalam
persekutuan.
Prodi IPPAK sebagai lembaga pendidikan sangat terlibat dalam
pembentukan katekis yang profesional. Usaha tersebut diproses melalui kegiatan
kampus, kegiatan kurikuler, mata kuliah dan pendampingan spiritualitas.
Harapannya agar mahasiswa IPPAK menjadi orang-orang yang kompeten dalam
karya pewartaan. Kegiatan kampus yang banyak diikuti oleh mahasiswa yaitu
kepengurusan HIMKA dan menjadi pembimbing retret atau rekoleksi.
Keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan-kegiatan tersebut sangat baik karena
sebagai sarana untuk mempersiapkan mereka dalam menghadapi kegiatan-
kegiatan yang ada di Gereja.
Program pendampingan spiritualitas di Prodi IPPAK cukup beragam yang
diproses dalam bentuk kegiatan-kegiatan. Dari hasil penelitian, sebagian besar
mahasiswa mengungkapkan bahwa kegiatan retret mendukung mereka untuk
menjadi katekis yang profesional. Retret adalah bentuk kegiatan untuk mengolah
pengalaman-pengalaman. Dari pengolahan tersebut ada tindak lanjut yang lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
mendalam. Hal inilah yang menjadikan retret sangat membantu mahasiswa untuk
menjadi katekis yang profesional.
Kegiatan kurikuler yang dirasa membantu mahasiswa dalam menjadi
katekis yang profesional adalah Karya Bakti Paroki. Dalam kegiatan KBP semua
pengetahuan, keterampilan dan juga spiritualitas sungguh-sungguh diterapkan
dalam kehidupan bersama dengan umat. Di mana banyak tuntutan dari umat yang
semakin mendorong mahasiswa untuk melakukan sesuatu yang bersifat rohani,
pengetahuan maupun kegiatan-kegiatan.
Mata kuliah kompetensi utama Prodi IPPAK yang dirasa membantu
mahasiswa untuk menjadi katekis yang handal adalah mata kuliah Kitab Suci dan
spiritualitas kristiani. Kenyataan tersebut dapat dilihat berdasarkan prosentase
yang diperoleh dari data hasil penelitian. Sedangkan mata kuliah yang lainnya
seperti liturgi, ekklesiologi dan lainnya walaupun tidak besar jumlah
prosentasenya tetapi juga cukup membantu mahasiswa. Selain mata kuliah
kompetensi utama, ada juga mata kuliah kompetensi penunjang Prodi IPPAK
yang sama-sama dirasa mendukung mahasiswa untuk menjadi katekis yang
handal. Dari hasil penelitian, sebagian besar mahasiswa menyatakan mata kuliah
pastoral paroki dan persiapan karya bakti paroki mendukung untuk menjadi
katekis yang handal. Mata kuliah tersebut memang bukan menjadi sesuatu yang
utama tetapi sebagai penunjang. Walaupun sebagai mata kuliah penunjang, namun
cukup memberikan kontribusi yang baik bagi mahasiswa.
5. Bidang Karya Katekis dalam Rangka Pelayanan Hidup Menggereja
Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai bidang karya katekis dalam
pelayanan hidup menggereja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel
berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Tabel 6.
Bidang Karya Katekis dalam Rangka Pelayanan Hidup Menggereja
(N= 40)
No
Item Pertanyaan Alternatif jawaban
Jumlah
Mahasiswa
Persen
(%)
(1) (2) (3) (4) (5)
20 Sebagai calon Membimbing retret 5 12,5%
katekis tugas Membimbing rekoleksi 6 15%
dalam kegiatan
pewartaan yang Memberikan katekese
sakramen inisiasi
2 5%
pernah saya
lakukan adalah…. Memimpin pendalaman
iman di lingkungan
25 62,5%
Jawaban lainnya
Semua alternatif
jawaban
2 5%
21 Katekis dalam Para murid Yesus - -
mewartakan
Kabar Gembira
dan ajaran Kristen
Diri dan pribadi orang
kudus
- -
kepada umat
beriman Diri dan pribadi Yesus
Kristus
18 45%
berpusatkan
pada…. Sabda dan karya Yesus
Kristus
22 55%
22 Supaya semua
umat beriman
bertobat dan
menyatakan
imannya akan
Yesus Kristus,
maka kegiatan
pewartaan
hendaknya
diberikan
kepada….
Seluruh kalangan
jemaat
23 57,5%
Kaum muda dan orang
dewasa
1 2,5%
Semua orang yang telah
dibaptis
15 37,5%
Semua orang yang telah
menerima sakramen
penguatan
1 2,5%
23 Sebagai calon Menjadi petugas koor 10 25%
katekis tugas Menjadi petugas lektor 4 10%
yang sering saya
lakukan dalam Menjadi petugas
tatalaksana
3 7,5%
kegiatan liturgi
adalah …. Memimpin ibadat sabda
atau doa bersama
20 50%
Jawaban lainnya
Semua alternatif
jawaban
3 7,5%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
(1) (2) (3) (4) (5)
24 Aktif dalam
kegiatan liturgi
merupakan wujud
keterlibatan
katekis untuk
mengambil
bagian dalam
tugas Kristus
sebagai ….
Raja - -
Nabi 14 35%
Imam 19 47,5%
Penyelamat 7 17,5%
25 Sebagai calon Latihan koor 4 10%
katekis bentuk Sarasean di lingkungan 7 17,5%
keterlibatan saya
dalam
persekutuan
Pemandu pendalaman
iman
14 35%
orang beriman
adalah ….
Ikut doa Rosario di
lingkungan
12 30%
Jawaban lainnya
Semua alternatif
jawaban
2 5%
Komunitas
kategorial
1 2,5%
26 Untuk
mewujudnyatakan
iman dalam
kehidupan
Aktif dalam kegiatan
sosial kemasyarakatan
26 65%
sehari-hari di
tengah
masyarakat yang
Mengunjungi untuk
memberikan kasih bagi
yang sakit
3 7,5%
saya lakukan
sebagai calon
katekis adalah ….
Mengunjungi dan
menyapa yang tidak
aktif lagi di gereja
7 17,5%
Mengadakan kunjungan
ke panti asuhan atau
panti jompo
3 7,5%
Jawaban lainnya
Semua alternatif
jawaban benar
1 2,5%
27 Kata Martir
berasal dari
bahasa Yunani
Martyr yang
artinya ….
Saksi 23 57,5%
Pewarta 14 35%
Gembala - -
Orang kudus
3 7,5%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
(1) (2) (3) (4) (5)
28 Sejak awal Gereja
memahami
kemartiran
sebagai ….
Baptisan suci 12 30%
Baptisan batin 1 2,5%
Baptisan darah 27 67,5%
Baptisan darurat - -
29 Sebagai calon
katekis
keterlibatan saya
di bidang
Selalu mengusahakan
kehidupan yang baik
dan bersatu dalam
Gereja
1 2,5%
Martyria dapat
diwujudkan
dalam bentuk ….
Kesediaannya melayani
umat dengan tulus hati
tanpa mengharapkan
imbalan
11 27,5%
Kesanggupannya di
tempatkan dimana saja
meski tahu banyak
tantangan
6 15%
Sanggup menjadi saksi
kebenaran iman
meskipun mengalami
penderitaan
22 55%
a. Laporan Hasil Penelitian Bidang Karya Katekis dalam Rangka
Pelayanan Hidup Menggereja
Hasil penelitian tabel 6 mengenai variabel bidang karya katekis dalam
rangka pelayanan hidup menggereja dapat diuraikan sebagai berikut: Nomor item
20 mengenai tugas dalam kegiatan pewartaan yang pernah dilakukan sebagai
calon katekis, diperoleh data sebagai berikut: sejumlah 25 mahasiswa (62,5%)
menyatakan pernah memimpin pendalaman iman, 6 mahasiswa (15%)
menyatakan pernah membimbing rekoleksi, 5 mahasiswa (12,5%) menyatakan
pernah membimbing retret, dan 2 mahasiswa (5%) menyatakan pernah
memberikan katekese sakramen inisiasi. Sedangkan jawaban lainnya 2 mahasiswa
menyatakan pernah melakukan semua kegiatan yang ada pada alternatif jawaban.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Nomor item 21 mengenai pusat pewartaan seorang katekis, diperoleh data
sebagai berikut: sejumlah 22 mahasiswa (55%) menyatakan pusat pewartaan
katekis pada sabda dan karya Yesus Kristus, 18 mahasiswa (45%) menyatakan
pusat pewartaan katekis pada Diri dan pribadi Yesus Kristus.
Nomor item 22 dengan pertanyaan supaya semua umat beriman bertobat
dan menyatakan imannya akan Yesus Kristus, maka kegiatan pewartaan
hendaknya diberikan kepada seluruh kalangan jemaat 23 mahasiswa (57,5%),
diberikan kepada kaum muda dan orang dewasa 1 mahasiswa (2,5%), diberikan
kepada semua orang yang telah dibaptis 15 mahasiswa (37,5%), dan diberikan
kepada semua orang yang telah menerima sakramen penguatan 1 mahasiswa
(2,5%).
Nomor item 23 mengenai tugas dalam kegiatan liturgi yang sering
dilakukan sebagai calon katekis, diperoleh data sebanyak 10 mahasiswa (25%)
menyatakan sering menjadi petugas koor, 4 mahasiswa (10%) menyatakan sering
menjadi petugas lektor, 3 mahasiswa (7,5%) menyatakan sering menjadi petugas
tatalaksana, dan 20 mahasiswa (50%) menyatakan sering memimpin ibadat sabda
atau doa bersama. Sedangkan jawaban lainnya 3 mahasiswa (7,5%) menyatakan
sering melakukan semua kegiatan yang ada pada alternatif jawaban di atas.
Nomor item 24 mengenai pertanyaan kegiatan liturgi merupakan wujud
nyata tugas Kristus sebagai imam 19 mahasiswa (47,5%), sebagai nabi 14
mahasiswa (35%), dan sebagai penyelamat 7 mahasiswa (17,5%).
Nomor item 25 mengenai keterlibatan dalam koinonia yang sering diikuti
sebagai mahasiswa adalah sebagai pemandu pendalaman iman 14 mahasiswa
(35%), dan keikutsertaan dalam doa rosario 12 mahasiswa (30%). Sedangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
latihan koor 4 mahasiswa (10%), sarasean lingkungan 7 mahasiswa (17,5%) dan
kegiatan lainnya yakni semua diikuti 2 mahasiswa (5%) dan terlibat dalam
komunitas kategorial 1 mahasiswa (2,5%).
Nomor item 26 mengenai kegiatan pelayanan iman kepada masyarakat
yang dilakukan sebagai calon katekis, diperoleh data sebagai berikut: sebanyak 26
mahasiswa (65%) menyatakan aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, 3
mahasiswa (7,5%) menyatakan mengunjungi yang sakit, 7 mahasiswa (17,5%)
menyatakan mengunjungi dan menyapa yang tidak aktif lagi di gereja, dan 3
mahasiswa (7,5%) menyatakan mengadakan kunjungan ke panti asuhan atau panti
jompo. Sedangkan jawaban lainnya 1 mahasiswa (2,5%) menyatakan pernah
melakukan semua kegiatan pada alternatif jawaban.
Nomor item 27 mengenai pemahaman mahasiswa tentang arti kata martyr,
diperoleh data sebagai berikut: sebanyak 23 mahasiswa (57,5%) menyatakan
martyr adalah saksi, 14 mahasiswa (35%) menyatakan martyr adalah pewarta dan
3 mahasiswa (7,5%) menyatakan martyr adalah orang kudus.
Nomor item 28 mengenai pemahaman mahasiswa tentang kemartiran,
diperoleh data sebanyak 12 mahasiswa (30%) menyebut kemartiran sebagai
baptisan suci, 1 mahasiswa (2,5%) menyebut kemartiran sebagai baptisan batin,
dan 27 mahasiswa (67,5%) menyebut kemartiran sebagai baptisan darah.
Nomor item 29 mengenai keterlibatan dalam bidang Martyria yang
dilakukan sebagai calon katekis, sebanyak 22 mahasiswa (55%) sanggup menjadi
saksi kebenaran iman meskipun mengalami penderitaan, 11 mahasiswa (27,5%)
bersedia melayani umat dengan tulus hati tanpa mengharapkan imbalan, 6
mahasiswa (15%) sanggup ditempatkan di mana saja meski tahu banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
tantangan, dan 1 mahasiswa (2,5%) terlibat dalam usaha menciptakan kehidupan
yang baik dan bersatu dalam Gereja.
b. Pembahasan Hasil Penelitian Bidang Karya Katekis dalam Rangka
Pelayanan Hidup Menggereja
Keterlibatan katekis dalam hidup menggereja cukup beragam, yakni dalam
bidang pewartaan (kerygma), perayaan iman (liturgi), persekutuan sebagai orang
beriman (koinonia), pelayanan iman (diakonia) dan kesaksian iman (martyria).
Keterlibatan katekis ini diharapkan oleh mahasiswa calon katekis turut dilakukan
karena keterlibatan ini tidak akan terlepas dari kehidupan mahasiswa calon katekis
di mana kelak mereka akan terlibat dalam kehidupan tersebut.
Keterlibatan mahasiswa calon katekis dalam kehidupan menggereja dapat
terlihat dari hasil penelitian, salah satunya melalui bidang pewartaan (kerygma).
Keterlibatan dalam bidang pewartaan yang banyak dilakukan oleh mahasiswa
adalah memimpin pendalaman iman. Hal ini disebabkan karena ada mata kuliah
yang mengharuskan mahasiswa untuk melakukan kegiatan tersebut. Walaupun
bersifat wajib, namun memberikan kontribusi yang baik bagi mahasiswa calon
katekis di mana mereka akan semakin terampil dalam berkatekese di lingkungan.
Pewartaan yang dilakukan oleh katekis tidak akan terlepas dari pribadi
Yesus Kristus, karena pusat pewartaan katekis adalah Yesus Kristus sendiri. Dari
hasil penelitian, mahasiswa sudah memahami pusat pewartaan katekis adalah
Yesus (Kristosentris). Yang diwartakan katekis adalah Diri, pribadi, sabda dan
karya Yesus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Harapan atas pewartaan katekis adalah umat menyatakan imannya kepada
Allah dan pertobatan yang menyeluruh dari umat. Agar harapan tersebut terwujud
maka sasaran pewartaan katekis bukan hanya pada kelompok tertentu saja tetapi
seluruh kalangan jemaat, baik itu anak-anak, remaja, dewasa dan orangtua (CT,
art. 36, 37, dan 39). Melihat hasil penelitian yang diperoleh, sebagian besar
mahasiswa sepakat bahwa kegiatan pewartaan hendaknya diberikan kepada
seluruh kalangan jemaat. Mengapa? karena memang dalam kegiatan pewartaan
katekis akan bertemu dengan seluruh kalangan jemaat.
Keterlibatan mahasiswa calon katekis dalam hidup menggereja nampak
juga dalam bidang liturgi. Dari prosentase yang diperoleh terlihat dengan jelas
bahwa keterlibatan mahasiswa di bidang liturgi lebih cenderung mengurusi dalam
hal ibadat atau doa. Biasanya hal ini disebabkan karena minat mahasiswa itu
sendiri.
Keterlibatan katekis dalam hidup menggereja menandakan ia terlibat
dalam 3 tugas Kristus yakni sebagai imam, nabi dan raja. Keaktifan katekis dalam
bidang liturgi termasuk dalam tugas sebagai imam yakni merayakan iman.
Melihat hasil penelitian yang diperoleh, dalam diri mahasiswa masih kurang
memahami secara benar antara tugas sebagai imam, nabi dan raja. Tugas kenabian
yakni mewartakan, tugas imamat yakni memimpin ibadat dan tugas raja sebagai
pemimpin. Kekurangpahaman mahasiswa disebabkan karena mereka cenderung
memandang ketiga tugas itu sama.
Sebagai bentuk dari tugas katekis, mahasiswa calon katekis diharapkan
terlibat dalam persekutuan orang beriman (koinonia). Sebagian mahasiswa sudah
memahami secara benar kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam persekutuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
orang beriman walaupun masih ada yang salah memahami tetapi tidak
mempengaruhi yang lainnya.
Bentuk tugas katekis tidak hanya di dalam Gereja saja tetapi juga harus
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat yakni menerapkan sesuai
yang dipahami, diimani dan dihayati. Dari hasil penelitian, sebagian besar
mahasiswa dalam hidup bermasyarakat aktif dalam kegiatan sosial. Kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa merupakan bentuk kesadaran diri
sebagai ungkapan perwujudan iman. Di mana ada buah nyata atas iman mereka.
Keterlibatan katekis dalam bidang Martyria adalah berani memberikan
kesaksian atas iman. Maka martyr memiliki arti saksi. Dari hasil penelitian dapat
diketahui sebagian besar mahasiswa sudah memahami arti martyr. Namun
demikian, masih ada sebagian mahasiswa yang masih kurang memahami arti
martyr. Maka dari itu, mahasiswa perlu diberi pemahaman tentang apa itu martyr.
Dalam praktek hidup, martyr bisa dilakukan dengan berbagai macam
bentuk salah satunya dengan cara berkorban demi yang diimani. Banyak orang
mati demi yang diimaninya. Misalnya santo dan santa. Kematian para santo dan
santa dipahami sebagai baptisan darah. Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh dapat diketahui bahwa mahasiswa pada umumnya sudah memahami
akan pemahaman kemartiran sebagai baptisan darah.
Kemartiran santo dan santa terhadap imannya sangat luar biasa karena
mereka mau berkorban dan bahkan sampai mati demi yang diimaninya.
Keteladanan tersebut patut untuk ditiru. Keteladanan yang bisa ditiru oleh
mahasiswa tidak hanya melulu pada pengorbanan nyawa tetapi dimulai dari hal-
hal yang kecil dan tentunya sehubungan dengan keberadaan diri mereka sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
calon katekis. Dari hasil penelitian dapat diketahui keterlibatan mahasiswa dalam
bidang martyria. Mahasiswa lebih cenderung menyatakan siap ditempatkan di
mana saja. Hal ini membuktikan bahwa mahasiswa siap dengan segala
kemungkinan yang terjadi sehubungan dengan tugas dan panggilan mereka
sebagai katekis.
6. Usulan Kegiatan yang Dapat Mendukung Panggilan sebagai Katekis
Hasil penelitian penulis mengenai usulan kegiatan yang dapat mendukung
panggilan sebagai katekis dipaparkan secara rinci pada tabel 7 berikut ini.
Tabel 7.
Usulan Kegiatan yang Dapat Mendukung Panggilan sebagai Katekis
(N= 40)
No
Item Pertanyaan
Jumlah
Mahasiswa
Persen
(%)
(1) (2) (3) (4)
30 Berikanlah usulan-usulan kegiatan untuk
Prodi yang dapat mendukung mahasiswa
dalam menanggapi panggilan sebagai katekis!
Rekoleksi 24 60%
Retret 2 5%
Napak tilas 3 7,5%
Kegiatan dalam bentuk pelayanan pastoral 5 12,5%
Natalan bersama 1 2,5%
Live in 3 7,5%
Membuat perangkat alat peraga untuk
pendampingan
2 5%
Kesadaran untuk menjadi seorang katekis memang belum nampak dalam
diri mahasiswa, yang paling nampak adalah pemahaman mereka terhadap katekis
dan kehidupan menggereja katekis serta keterlibatan mereka dalam hidup
menggereja. Walaupun belum memiliki kesadaran tetapi ada arah yang cukup
jelas menuju pada kesadaran akan panggilan sebagai katekis. Pemahaman dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
keterlibatan mereka akan mendorong dan menumbuhkan panggilan mereka.
Kurangnya kesadaran dimungkinkan karena berbagai macam faktor yang muncul.
Entah itu dari pihak mahasiswa sendiri atau bisa juga dari pihak Prodi IPPAK.
Dari pihak mahasiswa sendiri diharapkan ada penjernihan motivasi dan kesadaran
diri bahwa saya di IPPAK mau menjadi apa. Untuk Prodi IPPAK sendiri
mahasiswa memberikan usulan yang harapannya dapat menumbuhkan motivasi,
dan menumbuhkan kesadaran akan panggilan mereka sebagai katekis. Usulan-
usulan tersebut meliputi rekoleksi 24 mahasiswa (60%), retret 2 mahasiswa (5%),
napak tilas 3 mahasiswa (7,5%), kegiatan dalam bentuk pelayan pastoral 5
mahasiswa (12,5%), natalan bersama 1 mahasiswa (2,5%), live in 3 mahasiswa
(7,5%) dan membuat perangkat alat peraga untuk pendampingan 2 mahasiswa
(5%).
D. Kesimpulan Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diketahui gambaran umum
mahasiswa angkatan 2010 dan 2011, pemahaman tentang panggilan sebagai
katekis, pemahaman dan peranan hidup menggereja bagi panggilan sebagai
katekis, macam-macam hidup menggereja dan program kurikuler yang
mendukung keterlibatan hidup menggereja, bidang karya katekis dalam rangka
pelayanan hidup menggereja, serta usulan kegiatan yang dapat mendukung
panggilan sebagai katekis.
Mahasiswa angkatan 2010 dan 2011 dari segi usia antara 20-25 tahun lebih
banyak dan didominasi oleh laki-laki. Mereka berasal dari berbagai keuskupan
yang ada di Indonesia. Hal ini menunjukkan adanya keberagaman dalam diri
mahasiswa yakni karakter, budaya dan suku. Dengan keberagaman itu diharapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
mahasiswa saling menghargai dan memperkaya satu sama lain. Dalam hal
motivasi mereka mempunyai motivasi yang cukup beragam. Motivasi mereka
ketika memilih Prodi IPPAK sebagian besar inisiatif diri sendiri. Adanya motivasi
dari dalam diri akan membantu mahasiswa dalam proses studi sehingga mereka
terbantu dalam memahami sosok katekis dan terdorong untuk menghidupi hidup
menggereja.
Sebagian besar mahasiswa telah memahami tentang panggilan katekis.
Panggilan menjadi katekis merupakan panggilan langsung dari Allah, di mana
melalui Gereja Allah memanggil katekis untuk menjalankan karya pewartaan.
Jadi, katekis adalah orang yang berperan dalam karya pewartaan Gereja.
Kekhasan panggilan katekis harus nampak dalam kepribadiannya. Seorang katekis
diharapkan mempunyai kepribadian yang baik dan kematangan hidup rohani,
karena akan menjadi dasar sekaligus mencerminkan isi pewartaannya sebagai
wujud kesaksian hidupnya. Dalam melaksanakan pelayanan, katekis perlu
mengembangkan terus menerus hubungan pribadinya dengan Kristus karena
Tuhanlah yang telah memanggilnya sebagai pewarta.
Tentang peranan hidup menggereja bagi panggilan sebagai katekis sudah
dipahami oleh sebagian besar mahasiswa. Mahasiswa memahami hidup
menggereja sebagai hidup yang diwujudkan melalui kegiatan menggereja.
Keterlibatan tersebut merupakan bentuk ungkapan iman kepada Yesus. Bentuk
kegiatan hidup menggereja pada dasarnya adalah kewajiban bagi anggota Gereja,
lebih dalam lagi sebagai ungkapan iman.
Para mahasiswa menyadari tentang peranan hidup menggereja bagi
panggilan sebagai katekis. Mahasiswa terdorong untuk terlibat dalam kegiatan
hidup menggereja seperti lazimnya seorang katekis. Dalam hal ini keterlibatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
mahasiswa didorong oleh keinginan untuk ikut terlibat dalam dinamika kehidupan
umat dan juga mengakrabkan diri dengan tugas-tugas gerejawi. Memang ini
bukanlah alasan yang baik tetapi ini menjadi langkah awal bagi mahasiswa
sendiri. Keikutsertaan mahasiswa dalam hidup menggereja karena ingin
menjalankan panggilan Tuhan dengan tulus. Dari segi pemahaman terhadap
keterampilan katekis mahasiswa menjelaskan ia harus mampu untuk berefleksi,
berkatekese dan berkomunikasi. Pemahamn tersebut ternyata belum menjadi milik
mahasiswa sehingga mereka belum sepenuhnya terlibat dalam kegiatan hidup
menggereja karena belum sungguh-sungguh menghayati panggilannya.
Pemahaman dengan penghayatan yang diproses secara seimbang akan
menumbuhkan panggilan yang bersumber dari ketulusan hati. Hal ini akan
berdampak pada kehidupan menggereja mereka. Mengingat kehidupan
menggereja dewasa ini sangat komplek, mahasiswa diharapkan jangan hanya
terpaku pada sebatas pemahaman tetapi perlu dialami dalam keterlibatan seperti
dalam kisah jemaat perdana, mereka hidup saling peduli dan mengasihi satu sama
lain.
Prodi IPPAK sebagai lembaga pendidikan sangat terlibat dalam
pembentukan katekis yang profesional. Usaha tersebut diproses melalui kegiatan
kampus, program kurikuler, mata kuliah dan pendampingan spiritualitas.
Harapannya agar mahasiswa IPPAK menjadi orang-orang yang kompeten dalam
karya pewartaan. Kegiatan kampus yang banyak diikuti oleh mahasiswa yaitu
kepengurusan HIMKA dan menjadi pembimbing retret atau rekoleksi. Di samping
itu, program pendampingan spiritualitas yang dirasa mendukung mahasiswa untuk
menjadi katekis yang profesional yaitu retret dan program kurikuler yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
mendukung yaitu karya bakti paroki. Salah satu mata kuliah kompetensi utama
yang dirasa membantu mahasiswa adalah Kitab Suci dan spiritualitas kristiani
sedangkan mata kuliah kompetensi penunjang yang dirasa membantu adalah
pastoral paroki.
Keterlibatan katekis dalam hidup menggereja cukup beragam, yakni dalam
bidang pewartaan (kerygma), perayaan iman (liturgi), persekutuan sebagai orang
beriman (koinonia), pelayanan iman (diakonia) dan kesaksian iman (martyria).
Keterlibatan katekis ini oleh mahasiswa calon katekis turut dilakukan karena
keterlibatan ini tidak akan terlepas dari kehidupan mahasiswa calon katekis di
mana kelak mereka akan terlibat dalam kehidupan tersebut. Walaupun mereka
banyak terlibat dalam berbagai macam bentuk kegiatan hidup menggereja, tetapi
mereka belum menghayati sungguh akan panggilannya sebagai seorang pewarta
(katekis). Untuk itu, diusulkan kepada Prodi IPPAK supaya menyelenggarakan
kegiatan pendampingan bagi mahasiswa untuk meneguhkan dan menegaskan
panggilan mahasiswa sebagai katekis. Kegiatan yang dimaksud diantaranya
adalah rekoleksi bagi mahasiswa tingkat akhir, mengintensifkan bimbingan
pribadi (mahasiswa dengan Dosen Pembimbing Akademik), dll.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
BAB IV
USULAN KEGIATAN REKOLEKSI BAGI MAHASISWA
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN
AGAMA KATOLIK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KESADARAN
AKAN PANGGILAN DAN PERANNYA SEBAGAI KATEKIS
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai usulan program sebagai tindak
lanjut dari hasil penelitian yang diperoleh. Penulis akan menguraikan usulan
program rekoleksi bagi mahasiswa-mahasiswi Prodi IPPAK tingkat akhir. Maka
dari itu, penulis perlu memikirkan dan merencanakan segala sesuatu yang
diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan ini antara lain: latar belakang kegiatan,
rumusan tema dan tujuan, penjabaran kegiatan dan contoh persiapan kegiatan.
A. Latar Belakang Kegiatan
Prodi IPPAK sebagai lembaga pendidikan sangat terlibat dalam
pembentukan katekis yang profesional. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap
mahasiswa-mahasiswi angkatan 2010 dan 2011 diperoleh data bahwa sebagian
besar mahasiswa-mahasiswi sudah baik dalam pemahaman teori dan mereka juga
sudah terlibat dalam kegiatan-kegiatan bidang karya katekis di kehidupan
menggereja. Namun demikian, berdasarkan pengakuan mereka ada sejumlah
mahasiswa-mahasiswi belum menghayati sungguh-sungguh panggilannya sebagai
katekis walaupun mereka sudah mengalami keseluruhan proses dinamika
perkuliahan yang diprogramkan oleh kampus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Oleh karena itu, penulis mengusulkan kegiatan rekoleksi bagi mahasiswa-
mahasiswi tingkat akhir yang telah menempuh dan mengalami keseluruhan proses
dinamika perkuliahan di Prodi IPPAK. Kegiatan rekoleksi ini diadakan sebagai
upaya meningkatkan kesadaran mahasiswa-mahasiswi untuk semakin mampu
menghayati dan mantap dengan panggilan hidupnya yakni sebagai seorang
katekis. Sebuah panggilan hidup tidaklah cukup apabila hanya dipahami sebatas
teori saja melainkan perlu ada pengolahan dalam diri masing-masing pribadi agar
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan hidup menggereja.
B. Rumusan Tema dan Tujuan
Tema beserta penjabaran masing-masing sesi dalam kegiatan rekoleksi
bagi mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD akan diuraikan pada bagian ini. Uraian
tema dan tujuan kegiatan serta judul kegiatan masing-masing sesi yang akan
digunakan dalam kegiatan rekoleksi ini adalah sebagai berikut:
Tema : Menjadi katekis yang sadar akan panggilan dan keterlibatannya
dalam hidup menggereja.
Tujuan : Mahasiswa calon katekis semakin menyadari panggilannya sebagai
katekis sehingga terdorong untuk menghayati dan menghidupi
panggilannya secara nyata dalam kehidupan menggereja.
Tema I : Panggilan seorang katekis
Tujuan I : Mahasiswa semakin menyadari akan identitasnya sebagai calon
katekis sehingga terdorong semakin memantapkan panggilannya
sebagai katekis dalam kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Tema II : Konsekuensi panggilan seorang katekis
Tujuan II : Mahasiswa calon katekis semakin menyadari akan konsekuensi
seseorang yang terpanggil menjadi seorang katekis sehingga
terdorong untuk semakin menghayati panggilannya sebagai calon
katekis.
Tema III : Kehidupan menggereja seorang katekis
Tujuan III : Mahasiswa calon katekis semakin menyadari dan memahami
bahwa terlibat dalam hidup menggereja bagi seorang katekis sangat
penting sehingga mereka terdorong untuk mau terlibat aktif dalam
kegiatan-kegiatan gerejani.
C. Peserta
Peserta yang ikut dalam kegiatan rekoleksi ini adalah mahasiswa-
mahasiswi tingkat akhir. Mengapa penulis memilih mahasiswa-mahasiswi tingkat
akhir? karena mereka telah mengalami seluruh proses dinamika perkuliahan di
Prodi IPPAK serta dianggap sudah cukup banyak mendapatkan pengalaman
selama masa kuliah. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dari responden
yaitu mahasiswa-mahasiswi angkatan 2010 dan 2011 menunjukkan bahwa ada
sejumlah mahasiswa-mahasiswi belum menghayati sungguh-sungguh
panggilannya sebagai seorang katekis. Hal tersebut terjadi karena seringkali
mahasiswa-mahasiswi kurang mengolah dalam diri setiap peristiwa-peristiwa
yang telah dialaminya selama masa kuliah sehingga mereka masih kesulitan
dalam mengembangkan dan menghidupi panggilannya sebagai calon katekis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
D. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan dimengerti dalam arti waktu kapan kegiatan rekoleksi
diadakan dan dalam arti berapa lama kegiatan rekoleksi itu akan berlangsung.
Rekoleksi bisa diadakan pagi, siang, sore atau malam hari. Waktu kapan rekoleksi
diadakan akan mempengaruhi bagi jalannya proses rekoleksi karena akan
mempengaruhi pada kesegaran peserta ataupun pendamping. Dari segi waktu,
rekoleksi bisa diadakan selama beberapa jam atau satu hari penuh
(Mangunhardjana, 1985: 33). Untuk kegiatan rekoleksi ini, penulis menyarankan
sebaiknya dilaksanakan pada akhir semester VIII (delapan) karena mahasiswa
telah selesai menjalankan semua kegiatan-kegiatan yang diprogramkan oleh
kampus.
E. Model Pelaksanaan
Program kegiatan rekoleksi ini diusulkan untuk Prodi IPPAKyang dikemas
dengan model katekese Shared Christian Praxis (SCP). Shared Christian Praxis
(SCP) dapat dimengerti sebagai katekese yang menekankan pada proses yang
bersifat diagonal dan partisipatif yang bermaksud mendorong peserta, berdasarkan
konfrontasi antara “tradisi” dan “visi” hidup mereka dengan “Tradisi” dan “Visi”
Kristiani, agar baik secara pribadi maupun bersama, mampu mengadakan
penegasan dan mengambil keputusan demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah
di dalam kehidupan manusia yang terlibat dalam dunia (Sumarno Ds., 2014: 14).
Model katekese ini memiliki lima langkah yang berurutan dan saling berkaitan
satu sama lain. Kelima langkah tersebut antara lain: mengungkapkan pengalaman
hidup peserta, mendalami pengalaman hidup peserta, menggali pengalaman iman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Kristiani, menerapkan iman Kristiani dalam situasi peserta konkrit, dan
mengusahakan suatu aksi konkrit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
F. Matriks Program Kegiatan Rekoleksi
Tema : Menjadi katekis yang sadar akan panggilan dan keterlibatannya dalam hidup menggereja.
Tujuan : Mahasiswa calon katekis semakin menyadari panggilannya sebagai katekis sehingga terdorong untuk menghayati dan
menghidupi panggilannya secara nyata dalam kehidupan menggereja.
No Waktu
Pelaksanaan Judul Sesi Tujuan
Uraian
Materi Metode Sarana Sumber Bahan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 08.00 – 10.00
WIB
Panggilan
seorang
katekis
Mahasiswa semakin
menyadari akan
identitasnya sebagai
calon katekis sehingga
terdorong semakin
memantapkan
panggilannya sebagai
katekis dalam
kehidupan sehari-hari.
- Panggilan
- Panggilan
Allah
- Dasar
panggilan
Allah
- Panggilan
Allah adalah
kekal
- Bernyanyi
- Ceramah
- Tanya
jawab
- Pemutaran
video
- Alat tulis
- Hand Out
- Speaker
- Laptop
- Video
“Panggilan
Samuel”
- Jess S. Brena,
SJ., “Gembira
Karena
Dipanggil dan
Dipilih”,
Kerawam
MAWI, hal. 15-
26.
- Philomena
Agudo, FMM.,
Ph.D., “Aku
Memilih
Engkau”,
Yogyakarta:
Kanisius, 1988,
hal. 21-22.
- Charles M.
Shelton, S.J.,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
“Spiritualitas
Kaum Muda”,
Yogyakarta:
Kanisius, 1990,
hal. 99-104.
2 10.30 – 12.30
WIB
Konsekuensi
panggilan
seorang
katekis
Mahasiswa calon
katekis semakin
menyadari akan
konsekuensi seseorang
yang terpanggil
menjadi seorang
katekis sehingga
terdorong untuk
semakin menghayati
panggilannya sebagai
calon katekis.
- Mengikuti
Jejak Yesus
Kristus
- Mengikuti
Yesus
Kristus
secara
radikal
- Salib sebagai
tantangan
bagi
pengikut
Yesus
Kristus
- Permainan
“lingkaran
berbelit”
- Tanya
jawab
- Ceramah
- Alat tulis
- Hand Out
- Laptop
- Kempis, A.
Thomas.
(1986).
Mengikuti Jejak
Kristus. Jakarta:
Yayasan Cipta
Loka Caraka.
- Van Breemen
G. Peter.
(1976).
Semangat
Kristiani.
Yogyakarta:
Kanisius.
3 13.30 – 15.00
WIB
Kehidupan
menggereja
seorang
katekis
Mahasiswa calon
katekis semakin
menyadari dan
memahami bahwa
terlibat dalam hidup
menggereja bagi
seorang katekis sangat
- Bidang karya
katekis
dalam hidup
menggereja
- Sharing
pengalaman
- Refleksi
pribadi
- Informasi
- Tanya
jawab
- Teks lagu
“Kau
dipanggil
Tuhan”
- “Bimbinglah
Aku,
Tuhanku”
- Kis 2:41-47
- Dianne Bergant
& Karris,
(2002). Tafsir
Perjanjian
Baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
penting sehingga
mereka terdorong
untuk mau terlibat
aktif dalam kegiatan-
kegiatan gerejani.
- Teks
pertanyaan
pendalaman
- Teks/Kitab
Suci
Perjanjian
Baru
- Laptop
- LCD
- Musik
instrumen
- Lilin
- Salib
Yogyakarta:
Kanisius. Hal
218.
- Sumarno Ds.,
(2014). Diktat
PPL PAK
Paroki. Hal: 31-
38.
4 15.00 – 16.00
WIB
- - - Misa Penutup - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
G. Contoh Persiapan Kegiatan Rekoleksi Sesi III
1. Identitas
a. Tema : Kehidupan menggereja seorang katekis
b. Tujuan : Bersama pendamping, peserta dapat menyadari dan
semakin memahami bahwa keterlibatan dalam hidup
menggereja bagi seorang katekis sangat penting sehingga
mereka terdorong untuk mau terlibat aktif dalam kegiatan-
kegiatan gerejani.
c. Peserta : Mahasiswa-mahasiswi IPPAK tingkat akhir
d. Tempat : Kampus IPPAK – USD
e. Hari/tanggal : Sabtu, 27 Agustus 2016
f. Waktu : Pukul 13.30 – 15.00 WIB
g. Model : Shared Christian Praxis (SCP)
h. Metode :
- Sharing pengalaman
- Refleksi pribadi
- Informasi
- Tanya jawab
i. Sarana :
- Teks lagu “Kau dipanggil Tuhan”
- Teks lagu “Bimbinglah Aku, Tuhanku”
- Teks pertanyaan pendalaman
- Teks/Kitab Suci Perjanjian Baru
- Laptop dan LCD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
- Musik instrumen
- Lilin dan Salib
j. Sumber Bahan :
- Kis. 2:41-47
- Bergant, Dianne &.Karris, Robert OFM. (2002). Tafsir
Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius. Hal 218.
- Sumarno Ds., (2014). Program Pengalaman Lapangan
Pendidikan Agama Katolik Paroki. Hal: 31-38.
2. Pemikiran Dasar
Katekis adalah orang awam yang melibatkan diri secara tulus dan total
dalam dinamika kehidupan menggereja. Walaupun sebagai orang awam
keterlibatannya dalam hidup menggereja sangat dirasakan dampak maupun
manfaatnya oleh Gereja sendiri di mana iman umat dapat terlayani dengan baik.
Keterlibatan katekis dalam kehidupan menggereja merupakan wujud nyata dari
iman dan kepercayaan katekis terhadap Allah yang hadir dalam rupa Yesus
Kristus seperti halnya para murid yang dipanggil oleh Yesus untuk mewartakan
Kerajaan Allah. Katekis juga dipanggil untuk mewartakan Kerajaan Allah di
dunia ini. Namun dalam kenyataan sekarang ini, banyak katekis yang kurang
melibatkan diri dalam kehidupan menggereja sehingga ada Gereja yang kurang
terlayani dengan baik. Hal tersebut disebabkan karena kurang adanya kesadaran
dari dalam diri seorang katekis.
Kisah Para Rasul 2:41-47 menggambarkan kehidupan komunitas beriman
yang ditandai oleh kerukunan dalam persekutuan, berdoa bersama, sikap saling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
memperhatikan, solidaritas, kepemilikan bersama, hubungan yang penuh kasih
persaudaraan di antara anggota. Berkat kesaksian khotbah Petrus dan rasul-rasul
mereka menyediakan diri untuk dibaptis dan bergabung dalam komunitas jemaat.
Setelah dibaptis mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul (kerygma) dan
dalam persekutuan, selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (liturgi).
Mereka membentuk persekutuan (koinonia) dan memiliki kepedulian serta rasa
solidaritas yang tinggi satu sama lain. Hal ini nampak dalam sikap mereka bahwa
segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka
yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang
sesuai dengan keperluan masing-masing (diakonia). Cara hidup jemaat semacam
itulah yang menimbulkan perhatian dan daya tarik bagi orang lain, sehingga
mereka disukai semua orang.
Dari pertemuan ini mengajak kita semua semakin menyadari dan
memahami bahwa keterlibatan katekis dalam kehidupan menggereja sangat
penting. Sebagai mahasiswa calon katekis diharapkan tahu akan keterlibatan
tersebut. Pada dasarnya bukan hanya tahu saja, tetapi mereka terdorong untuk mau
terlibat aktif secara nyata dalam kegiatan-kegiatan gerejani dan mampu
memperkembangkan iman umat yang dilayaninya.
3. Pengembangan Langkah-langkah
a. Pembukaan
1) Pengantar
Teman-teman yang terkasih dalam Kristus, pada sesi ketiga ini kita akan
bersama-sama melihat pentingnya keterlibatan katekis dalam kehidupan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
menggereja. Dalam kenyataan sekarang ini, banyak katekis yang kurang
melibatkan diri dalam kehidupan menggereja sehingga ada Gereja yang kurang
terlayani dengan baik. Hal tersebut disebabkan karena kurang adanya kesadaran
dari dalam diri seorang katekis.
Dengan demikian hidup menggereja juga turut berkembang seperti jemaat
perdana yang makin berkembang dalam iman karena adanya keterbukaan hati
untuk berbagi, baik berbagi pengalaman maupun apa saja yang ia miliki, semua
demi kemajuan dalam hidup bersama. Berbagi pengalaman iman itu tentu salah
satu hal yang sangat mendukung bagi hidup menggereja.
Dari pertemuan ini mengajak kita untuk semakin menyadari dan memahami
pentingnya terlibat dalam kehidupan menggereja. Sebagai calon katekis
diharapkan terdorong untuk mau terlibat aktif secara nyata dalam kegiatan-
kegiatan gerejani dan mampu memperkembangkan iman umat yang dilayaninya.
2) Lagu Pembukaan: Kau Dipanggil Tuhan “PS 683” [Lampiran 5: (17)]
3) Doa Pembukaan:
Allah Bapa yang penuh kasih, kami bersyukur dan berterimakasih kepada-
Mu, karena rahmat penyertaan-Mu yang selalu setia membimbing, menemani dan
menuntun hidup kami sampai saat ini. Bapa, kami sebagai calon katekis
menyadari terkadang masih menuruti kemauan diri sendiri sehingga menimbulkan
rasa malas untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja. Utuslah Roh Kudus-
Mu ke dalam diri kami masing-masing yang hadir di sini supaya kami mampu
memahami dan meresapi sabda-Mu yang akan kami dengarkan. Sehingga kasih-
Mu menjadi semakin bertambah dan menyelamatkan kami dalam setiap langkah
hidup yang kami jalani, dan memampukan kami semakin menyadari bahwa hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
ajaran-Mu lah yang mampu menuntun kami dalam menjalani kehidupan sehari-
hari. Terlebih menuntun kami untuk mau terlibat aktif dalam kegiatan hidup
menggereja sehingga umat-Mu dapat terlayani dengan baik. Serta kami mohon
berkat-Mu dalam pertemuan hari ini supaya kami diberikan kemampuan untuk
berbicara dan saling mendengarkan. Amin
b. Langkah I : Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta
1) Pendamping membagikan teks cerita yang berjudul “keinginan menjadi Kristen
Katolik” [Lampiran 4: (16)] kepada peserta dan memberi kesempatan untuk
membaca dan mempelajari sendiri-sendiri terlebih dahulu.
2) Peserta mengungkapkan isi cerita: pendamping memberikan kesempatan
kepada salah seorang peserta untuk menceritakan apa yang ia pahami setelah
membaca dan merenungkan teks cerita tersebut.
3) Intisari dari teks cerita “keinginan menjadi Kristen Katolik”
Cerita ini menggambarkan keinginan Pardi, Dikin dan Purwo menjadi
Katolik yang timbul karena terkesan melihat cara hidup guru-gurunya. Di mana
para guru itu hidup rukun dan saling menolong, juga ramah dan dekat dengan
semua murid. Dengan itu, timbullah keinginan di hati mereka untuk mengikuti
cara hidup para guru mereka dan menjadi Katolik. Melihat niat ketiga anak itu,
orangtua mereka dan tetangga lainnya merasa heran. Keinginan mereka menjadi
kuat karena mereka saling merasa dekat, bersahabat, dan bercita-cita sama.
Mereka tertarik menjadi Katolik karena teladan dan kesaksian cara hidup para
guru mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
4) Pengungkapan pengalaman: pendamping mengajak peserta untuk mendalami
teks cerita tersebut dengan tuntunan pertanyaan sebagai berikut.
a) Dari teks cerita tersebut menurut teman-teman ceritakanlah pengalaman apa
yang membuat Pardi, Dikin dan Purwo dipanggil menjadi Katolik atau
murid Kristus?
b) Ceritakan pengalaman teman-teman (sejak masa SMA sampai sekarang ini)
sebagai orang beriman yang dipanggil untuk terlibat dalam kegiatan-
kegiatan hidup menggereja!
5) Suatu arah rangkuman
Kalau kita amati keinginan Pardi, Dikin dan Purwo menjadi Katolik atau
mau mengikuti Yesus Kristus timbul karena ingin mengikuti cara hidup para guru
mereka, di mana mereka menunjukkan kesaksian dan keteladanan hidup yaitu
hidup rukun, saling menolong, ramah dan dekat dengan semua murid. Dengan
melihat cara hidup guru mereka, ketiga anak itu sangat terkesan hatinya, sehingga
timbul keinginan di hati untuk mengikuti cara hidup para guru mereka dan
menjadi Katolik.
Kesaksian seseorang dapat menumbuhkan keinginan orang lain untuk
mengikuti jalan hidup yang dipilihnya. Demikian juga dengan pengalaman kita
sebagai orang beriman. Kita bisa juga menunjukkan kesaksian hidup kepada orang
lain atau sesama kita melalui terlibat aktif dalam kegiatan hidup menggereja.
Bentuk keterlibatan nyata kita dalam kegiatan-kegiatan gerejani antara lain:
mengikuti pendalaman iman, menjadi petugas liturgis, ikut ambil bagian dalam
suatu paguyuban, bakti sosial, dsb.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
c. Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta
1) Pendamping mengajak peserta untuk merefleksikan sharing pengalaman
terhadap teks cerita yang telah dilakukan oleh peserta pada langkah
sebelumnya dengan dibantu pertanyaan berikut ini.
Makna/manfaat apa yang teman-teman dapatkan dengan terlibat di kegiatan
hidup menggereja?
2) Dari jawaban yang telah diungkapkan oleh peserta, pendamping memberikan
arah rangkuman sebagai berikut.
Teman-teman yang terkasih, dengan terlibat dalam kegiatan hidup
menggereja tentu banyak manfaat yang kita peroleh antara lain: kita menjadi
berani tampil di depan orang banyak, mengembangkan keterampilan yang
dimiliki, dan lebih dalam lagi sebagai calon-calon katekis tentu kita menjadi tidak
asing lagi dengan dinamika hidup menggereja.
d. Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani
1) Pendamping meminta kepada salah seorang peserta untuk membacakan teks
atau perikop Kitab Suci, yang diambil dari kutipan Kisah Para Rasul 2:41-47.
2) Pendamping memberikan waktu sesaat kepada peserta untuk hening sejenak
sambil secara pribadi merenungkan dan menanggapi pembacaan Kitab Suci
dengan dibantu beberapa pertanyaan sebagai berikut:
a) Dari bacaan Kitab Suci tersebut, ayat-ayat mana yang menunjukkan
dinamika kehidupan menggereja jemaat perdana?
b) Makna apa yang dipetik dari kehidupan jemaat perdana dalam hidup
menggereja?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
3) Pendamping memberikan peneguhan sebagai berikut:
Kisah Para Rasul 2:41-47 memberi gambaran yang ideal terhadap
kehidupan jemaat perdana. Unsur-unsur kehidupan jemaat perdana yang disoroti
dalan perikop ini adalah kerukunan dalam persekutuan, berdoa bersama, sikap
saling memperhatikan, solidaritas, kepemilikan bersama, hubungan yang penuh
kasih persaudaraan di antara anggota. Berkat kesaksian khotbah Petrus dan rasul-
rasul mereka menyediakan diri untuk dibaptis dan bergabung dalam komunitas
jemaat. Setelah dibaptis mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul (kerygma)
dan dalam persekutuan, selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa
(liturgi) (Ay 42). Kebersamaan begitu ditekankan, dengan adanya kebersamaan
akan membantu sesama yang berkekurangan terlebih kekurangan kebutuhan
rohani. Berbagi pengalaman iman itu tentu salah satu hal yang sangat mendukung
bagi hidup menggereja. Tidaklah cukup apabila hanya rajin ke gereja saja. Mereka
membentuk persekutuan (koinonia) dan memiliki kepedulian serta rasa solidaritas
yang tinggi satu sama lain (Ay 44). Hal ini nampak dalam sikap mereka bahwa
segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka
yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang
sesuai dengan keperluan masing-masing (diakonia) (Ay 45). Cara hidup jemaat
semacam itulah yang menimbulkan perhatian dan daya tarik bagi orang lain,
sehingga mereka disukai semua orang (Ay 47). Para rasul memberi kesaksian
dalam hidupnya, yang menunjukkan kedekatannya dengan Yesus. Ada
keterbukaan hati untuk berbagi baik berbagi pengalaman maupun apa saja yang ia
miliki, semua demi kemajuan dalam hidup bersama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Kebersamaan dan menganggap semua adalah milik bersama
mengungkapkan persahabatan yang ideal pada waktu itu. Yang pokok dan hendak
ditekankan adalah sikap ketekunan, kesetiaan, kebersamaan, kegembiraan dalam
suatu persekutuan/ kelompok demi terwujudnya kelompok yang sungguh berarti
dan berkembang demi kehidupan jemaat yang lebih luas lagi yakni gereja secara
keseluruhan (bukan hanya demi kelompok tertentu tetapi demi keutuhan dan
perkembangan seluruh jemaat).
Dari gambaran dinamika jemaat perdana tersebut, dapat ditemukan corak
dinamika hidup menggereja yang diwarnai oleh kegiatan-kegiatan menggereja.
Sebagai seorang katekis, kita dituntut untuk berperan aktif dalam tugas-tugas
Gereja tersebut. Keterlibatan katekis dalam tugas Gereja itu hendaknya dilakukan
dengan penuh tanggung jawab dan diharapkan mampu membantu umat beriman
yang lain untuk semakin mengenal, mencintai dan mengimani Yesus Kristus.
e. Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Peserta Konkret
1) Pengantar
Teman-teman kita hendak merenungkan sabda Tuhan pada hari ini dalam
hidup kita sebagai seorang katekis. Marilah kita hening sejenak untuk
merenungkan dan meresapkan sabda Tuhan.
2) Saat hening diiringi dengan lagu dari laptop dengan judul ”Hati sbagai Hamba”
(lagu instrumen) untuk mengiringi renungan secara pribadi pesan Injil dengan
situasi konkret.
a) Sejauhmana teman-teman berperan aktif sebagai mahasiswa tingkat akhir
dalam kegiatan hidup menggereja? (diberi jeda waktu secukupnya)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
3) Arah rangkuman penerapan pada situasi peserta
Teman-teman yang terkasih, kita tahu jemaat perdana telah memberikan
gambaran kehidupan menggereja. Mereka sehati sejiwa dan saling memberikan
diri. Para rasul memberikan kesaksian dalam hidupnya, yang menunjukkan
kedekatannya dengan Yesus. Ada keterbukaan hati untuk berbagi baik berbagi
pengalaman maupun apa saja yang ia miliki, semua demi kemajuan dalam hidup
bersama, mereka saling memperhatikan satu sama lain, tidak ada prasangka satu
sama lain, dan setia dalam kebersamaan. Oleh karena itu, sebagai calon katekis
kita dapat bercermin dari kehidupan jemaat perdana tersebut. Keterbukaan hati
untuk berbagi kepada sesama dapat kita wujudkan melalui keterlibatan kita dalam
kehidupan menggereja. Dengan terlibat dalam kehidupan menggereja berarti kita
ikut terlibat juga dalam mengembangkan iman umat. Dengan demikian, tidak ada
alasan bagi kita untuk tidak terlibat dalam kegiatan hidup menggereja.
f. Langkah V : Mengusahakan Suatu Aksi Konkret
1) Pengantar
Teman-teman, kita bersama-sama sudah menggali pengalaman dari cerita
“Keinginan menjadi Kristen Katolik” yang menceritakan tentang ketiga anak yang
ingin menjadi katolik karena teladan dan cara hidup guru-gurunya. Di mana para
guru itu hidup rukun dan saling menolong, juga ramah dan dekat dengan semua
murid. Demikian juga dengan pengalaman kita sebagai orang beriman. Kita bisa
juga menunjukkan kesaksian hidup kepada orang lain atau sesama kita melalui
terlibat aktif dalam kegiatan hidup menggereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Kisah Para Rasul 2:41-47 menggambarkan kehidupan jemaat perdana di
mana mereka pertama-tama mendengar pewartaan dari para rasul lalu
memberikan diri dibaptis. Sebagai seorang katekis, kita dipanggil secara khusus
untuk melanjutkan karya pewartaan seperti para rasul supaya Gereja sepanjang
masa tetap hidup dan berkembang seperti Gereja perdana.
Kehidupan jemaat perdana memberikan gambaran corak dinamika hidup
menggereja sampai sekarang ini. Untuk itu mari kita wujudkan hidup beriman kita
kepada Kristus dengan terlibat dalam kegiatan hidup menggereja untuk membantu
umat beriman lainnya semakin berkembang dalam iman.
Marilah kita memikirkan niat dan tindakan apa yang dapat kita lakukan
untuk melayani sesama melalui terlibat dalam kehidupan menggereja.
2) Membangun niat-niat konkret dalam bentuk keterlibatan baru (pribadi,
kelompok, atau bersama) untuk memperbaharui diri dalam hidup sehari-hari,
dengan bantuan pertanyaan sebagai berikut:
a) Niat-niat apa yang bisa kita usahakan sebagai mahasiswa tingkat akhir
dalam menjalankan peran kita di kegiatan hidup menggereja di lingkungan
setempat?
b) Hal-hal apa yang perlu kita perhatikan dalam mewujudkan usaha tersebut
(unsur-unsur yang mendukung dan menghambat)?
3) Selanjutnya peserta diberi kesempatan dalam suasana hening merenungkan
secara pribadi tentang niat-niat pribadi maupun bersama yang akan dilakukan.
4) Selanjutnya, peserta diberi kesempatan untuk mengungkapkan dan
mensharingkan niat atau keputusan pribadi. Kemudian peserta diajak
mendiskusikan dan mengambil keputusan bersama sehubungan dengan niat
atau tindakan yang bisa dilakukan secara bersama sebagai mahasiswa calon
katekis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
g. Penutup
1) Lilin dinyalakan dan salib diletakkan di tengah-tengah peserta agar peserta
dapat merasakan kehadiran Tuhan. Kemudian pendamping mengajak
peserta untuk memanjatkan doa permohonan secara spontan yang diawali
oleh pendamping terlebih dahulu. Kemudian diakhiri dengan doa Bapa
Kami bersama.
2) Doa Penutup
Allah sumber hidup kami, syukur kami ucapkan kepada-Mu atas
berkat bimbingan Roh-Mu yang menerangi hati dan budi kami sehingga
dapat melihat peran penting kami sebagai calon katekis dalam kehidupan
menggereja demi perkembangan Gereja. Terlebih kami juga Kau semangati
untuk bercermin dari kehidupan jemaat perdana yang mempunyai
keterbukaan hati untuk melayani sesama. Kami juga masih mohon berkat-
Mu untuk melaksanakan niat-niat yang telah kami bicarakan sehingga
seturut dengan ajaran-Mu. Semoga berkat-Mu dapat menguatkan kami
dalam mewujudkan niat, usaha dan semangat kami dalam melayani sesama
kami. Doa permohonan ini kami haturkan melalui perantaraan Tuhan kami
Yesus Kristus. Amin
3) Lagu penutup : Bimbinglah Aku, Tuhanku “PS 697” [Lampiran 6: (18)]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
BAB V
PENUTUP
Pada bagian ini disampaikan kesimpulan dan saran mengenai “Peranan
Keterlibatan Hidup Menggereja Bagi Mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan
Kekhususan Pendidikan Agama Katolik dalam Rangka Menanggapi Panggilan
sebagai Katekis”.
A. Kesimpulan
Panggilan untuk menjadi katekis pada dasarnya bersumber dari Allah
sendiri. Allah memanggil mereka untuk melibatkan diri dalam perluasan dan
perwujudan Kerajaan Allah di dunia melalui tugas dari Gereja yang dipercayakan
kepadanya. Salah satu tugas pokok seorang katekis yaitu mewartakan Sabda Allah
kepada umat beriman yang biasanya diproses melalui katekese. Sebagai orang
awam yang terpanggil, katekis harus menampakkan kekhasan panggilannya itu
yakni dengan mempunyai kepribadian yang bermutu dan mempunyai kematangan
hidup rohani. Kedua hal itulah yang akan menjadi dasar dan mencerminkan isi
pewartaan yang disampaikan sebagai bentuk dan wujud kesaksian hidupnya. Agar
perutusan dan tugasnya berjalan dengan lancar, katekis dituntut memiliki sikap
percaya diri dan komitmen.
Hidup menggereja adalah kehidupan yang menggambarkan dinamika
hidup beriman akan Yesus Kristus. Perikop Kisah Para Rasul 2: 41-47
menggambarkan dinamika hidup jemaat perdana yakni bertekun dalam pengajaran
rasul-rasul (kerygma), selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
(liturgia), membentuk persekutuan (koinonia), membagi-bagikan harta miliknya
kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing (diakonia), sehingga
mereka disukai semua orang. Dari gambaran dinamika jemaat perdana tersebut,
dapat ditemukan corak dinamika hidup menggereja yang diwarnai oleh kegiatan-
kegiatan menggereja antara lain: pewartaan (kerygma), perayaan iman (liturgi),
persekutuan sebagai orang beriman (koinonia), dan pelayanan iman (diakonia).
Hidup menggereja merupakan suatu hal yang amat penting dalam kehidupan
seorang katekis. Perlu disadari bahwa masa depan Gereja juga berada di tangan
katekis. Sebagai calon katekis, kita dituntut untuk mampu berperan secara aktif
dalam setiap kegiatan hidup menggereja dan mampu mencari peluang-peluang
untuk ikut ambil bagian dalam tugas-tugas sebagai seorang katekis. Dengan
terlibat dalam kegiatan hidup menggereja itulah diharapkan sebagai calon katekis
semakin memahami dan menghayati perannya dalam kegiatan hidup menggereja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa-
mahasiswi IPPAK sudah baik dalam hal pemahaman teori. Sedangkan dalam
prakteknya, sebagian besar mahasiswa juga sudah terlibat dalam kegiatan-
kegiatan bidang karya katekis di kehidupan menggereja. Prodi IPPAK sebagai
lembaga pendidikan sangat mendukung mahasiswa-mahasiswinya supaya
berkembang dalam kepribadiannya baik secara rohani maupun jasmani. Kegiatan-
kegiatan rohani yang diprogramkan Prodi cukup banyak guna membina iman
maupun spiritual mahasiswa sehingga diharapkan dapat membantu mahasiswa
dalam memantapkan panggilannya sebagai katekis. Namun demikian berdasarkan
pengakuan responden ada sejumlah mahasiswa-mahasiswi belum menghayati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
sungguh-sungguh panggilannya sebagai katekis walaupun mereka telah
mengalami keseluruhan proses dinamika perkuliahan di Prodi IPPAK.
Melihat kenyataan bahwa masih ada sejumlah mahasiswa-mahasiswi yang
belum menghayati sungguh-sungguh panggilannya sebagai katekis, penulis
mengusulkan kegiatan rekoleksi. Kegiatan rekoleksi ini ditujukan khususnya bagi
mahasiswa-mahasiswi Prodi IPPAK tingkat akhir yang telah menempuh
keseluruhan proses dinamika perkuliahan. Dengan rekoleksi ini diharapkan
membantu mahasiswa-mahasiswi IPPAK dalam menyadari panggilannya sebagai
katekis sehingga mereka pun terdorong untuk menghayati dan menghidupi
panggilannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari melalui keterlibatannya di
kehidupan menggereja.
B. Saran
Pada bagian ini dipaparkan beberapa saran sebagai upaya membantu
mahasiswa-mahasiswi dalam menanggapi dan memantapkan panggilannya
sebagai katekis. Beberapa saran tersebut adalah:
1. Bagi Seluruh Mahasiswa Prodi IPPAK
Bagi seluruh mahasiswa-mahasiswi IPPAK hendaknya menyadari sebagai
calon katekis sejak awal perlu melibatkan diri dan mencari peluang-peluang untuk
terlibat dalam kegiatan hidup menggereja. Selain itu, selagi masih ada kesempatan
mendapatkan pengalaman melalui kegiatan-kegiatan yang diprogramkan oleh
kampus, sedapat mungkin mahasiswa menggunakan kesempatan itu sebaik-
baiknya karena semua proses dinamika perkuliahan yang dialami selama masa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
kuliah akan sangat berguna dalam pelayanan kita nantinya baik di lingkup Gereja
maupun dalam masyarakat di zaman sekarang ini.
2. Bagi Prodi IPPAK
Prodi IPPAK telah memberikan perhatian dan dukungan yang cukup baik
kepada mahasiswa-mahasiswinya melalui pendampingan-pendampingan iman.
Namun, Prodi perlu sejak awal memprogram suatu kegiatan yang melekat pada
mata kuliah tertentu untuk mengajak mahasiswa terlibat dalam kehidupan
menjemaat. Selain itu, Prodi perlu juga mengadakan suatu pendampingan khusus
misalnya rekoleksi bagi mahasiswa tingkat akhir dan lebih mengefektifkan
bimbingan pribadi (mahasiswa dengan Dosen Pembimbing Akademik).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
DAFTAR PUSTAKA
Agudo, Philomena FMM. Ph.D. (1988). Aku Memilih Engkau. Yogyakarta: Kanisius.
Ardhisubagyo, Y. (1987). Menggereja di Kota. Seri Pastoral No. 136. Yogyakarta: Pusat Pastoral Yogyakarta.
Arikunto Suharsimi. (1997). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Beding, Alexander. (1962). Kepanggilan. Ende-Flores: Nusa Indah. Bergant, Dianne & Karris, Robert. (Ed.). (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru.
Yogyakarta: Kanisius. Brena, S. Jess. S.J. (1986). Gembira Karena Dipanggil: Teologi Panggilan
Awam. Bogor: Grafika Mardi Yuana. Dister, Nico Syukur. (1987). Kristologi: Sebuah Sketsa. Yogyakarta: Kanisius. Heryatno Wono Wulung, F.X. (2011). Pembinaan Spiritualitas I. Silabus Mata
Kuliah Pembinaan Spiritualitas I untuk mahasiswa semester I. Prodi IPPAK, manuskrip.
__________. (2012). Silabus Pembinaan Spiritualitas II. Silabus Mata Kuliah Pembinaan Spiritualitas II untuk mahasiswa semester II. Prodi IPPAK, manuskrip.
Indra Sanjaya. (2011). Belajar dari Yesus “Sang Katekis”. Yogyakarta: Kanisius. Kempis, A. Thomas. (1986). Mengikuti Jejak Kristus. Jakarta: Yayasan Cipta
Loka Caraka. Komisi Kateketik Keuskupan Purwokerto. (2014). Pedoman Sakramen Inisiasi.
Buku Panduan Sakramen Inisiasi Keuskupan Purwokerto. Komisi Kateketik KWI. (1997). Pedoman Untuk Katekis. Yogyakarta: Kanisius. __________. (2005). Identitas Katekis di tengah Arus Perubahan Jaman. Jakarta:
Komkat KWI. Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardawiryana,
Penerjemah). Jakarta: Obor (Dokumen asli diterbitkan tahun 1963-1965). Lembaga Alkitab Indonesia. (2006). Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: LBI. Mangunhardjana, A.M. (1985). Membimbing Rekoleksi. Yogyakarta: Kanisius. Mariyanto, Ernest. (1987). Persiapan Krisma Suci: Buku Pembina. Yogyakarta:
Kanisius. __________. (2004). Kamus Liturgi. Yogyakarta: Kanisius. Moleong, Lexy J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. O’Collins, Gerald., SJ. & Farrugia, Edward G., SJ. (1996). Kamus Teologi.
Yogyakarta: Kanisius. Paulus VI. (2011). Evangelii Nuntiandi (Mewartakan Injil). Seri Dokumen
Gerejani No. 6. (J. Hadiwikarta, Pr., Penerjemah). Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1975).
Prasetya, L. (2003). Keterlibatan Awam sebagai Anggota Gereja. Malang: Dioma. __________. (2007). Menjadi Katekis: Siapa Takut. Yogyakarta: Kanisius. Rukiyanto, dkk. (2013). Silabus Pembinaan Spiritualitas V. Silabus Mata Kuliah
Pembinaan Spiritualitas V untuk mahasiswa semester V. Prodi IPPAK, manuskrip.
__________. (2014). Silabus Pembinaan Spiritualitas VI. Silabus Mata Kuliah Pembinaan Spiritualitas VI untuk mahasiswa semester VI. Prodi IPPAK, manuskrip.
Shelton, Charles M., S.J. (1987). Spiritualitas Kaum Muda. Yogyakarta: Kanisius.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Staf Dosen IPPAK. (2010). Panduan Program Studi IPPAK. Manuskrip yang diterbitkan oleh dosen-dosen IPPAK. Yogyakarta: IPPAK-USD.
__________. (2012). Pedoman Penulisan Skripsi. Manuskrip yang diterbitkan oleh dosen-dosen IPPAK. Yogyakarta: IPPAK-USD.
Suhardiyanto, dkk. (2012). Silabus Pembinaan Spiritualitas III. Silabus Mata Kuliah Pembinaan Spiritualitas III untuk mahasiswa semester III. Prodi IPPAK, manuskrip.
__________. (2013). Silabus Pembinaan Spiritualitas IV. Silabus Mata Kuliah Pembinaan Spiritualitas IV untuk mahasiswa semester IV. Prodi IPPAK, manuskrip.
Sumarno Ds, M. (2012). Pengantar Pendidikan Agama Katolik Paroki. Diktat
Mata Kuliah Pengantar Pendidikan Agama Katolik Paroki untuk Mahasiswa
Semester III, Program Studi IPPAK, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
__________. (2014). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik
Paroki. Diktat Mata Kuliah Program Pengalaman Lapangan Pendidikan
Agama Katolik Paroki untuk Mahasiswa Semester VI, Program Studi
IPPAK, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
__________. (2014). Silabus Pembinaan Spiritualitas VII. Silabus Mata Kuliah
Pembinaan Spiritualitas VII untuk mahasiswa semester VII. Prodi IPPAK,
manuskrip.
__________. (2015). Silabus Pembinaan Spiritualitas VIII. Silabus Mata Kuliah
Pembinaan Spiritualitas VIII untuk mahasiswa semester VIII. Prodi IPPAK,
manuskrip.
Sugiyono. (2014). Statistika untuk Penelitian. Bandung: ALFABETA.
Suroso, Y. (2001). Materi Pokok Katekese. Buku Panduan Kursus Pelayanan
Umat Paroki Santo Yosep Purwokerto.
Telaumbanua, Marinus. (1999). Ilmu Kateketik. Jakarta: Obor.
Van Breemen, Peter G. (1976). Semangat Kristiani. Yogyakarta: Kanisius.
Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese).
(R. Hardawiryana, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI (Dokumen asli
diterbitkan tahun 1979).
__________. (2006). Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici). Bogor:
Grafika Mardi Yuana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(1)
Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
Lampiran 2 : Contoh Kuesioner
PERANAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA
BAGI MAHASISWA PRODI IPPAK
DALAM RANGKA MENANGGAPI PANGGILAN SEBAGAI KATEKIS
Pengantar
Dalam rangka penulisan skripsi dengan judul “Peranan Keterlibatan Hidup
Menggereja Bagi Mahasiswa Prodi IPPAK dalam Rangka Menanggapi Panggilan
sebagai Katekis”, penulis ingin mengetahui seberapa besar peranan keterlibatan
hidup menggereja bagi mahasiswa di Prodi IPPAK-USD Yogyakarta. Untuk
keperluan itu, penulis mohon kesediaan para mahasiswa/i IPPAK khususnya
angkatan 2010 dan 2011 yang sudah menempuh matakuliah Karya Bakti Paroki
untuk memberikan berbagai informasi yang kami perlukan dengan mengisi
kuesioner berikut ini. Demi terjaganya obyektivitas dan kelancaran dalam
pengisian kuesioner ini, diharapkan para responden memperhatikan beberapa
petunjuk berikut ini:
1. Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan dan pilihlah alternatif jawaban
yang menurut anda paling tepat.
2. Dalam beberapa nomor, tersedia kemungkinan untuk jawaban lain-lain.
Kalau anda memilih alternatif ini, anda diminta untuk menyebutkannya
dan tulislah sesingkat mungkin.
A. Identitas dan Latar Belakang Responden
1. Umur : …………………………………
2. Jenis kelamin : …………………………………
3. Tempat asal
a. Nama Paroki : …………………………………
b. Nama Keuskupan : …………………………………
4. Alasan studi di Prodi IPPAK USD (pilih salah satu) karena:
Inisiatif saya sendiri
Disuruh oleh orangtua
Ingin menjadi PNS
Semata-mata hanya ingin kuliah
Diutus oleh Keuskupan atau lembaga lain (Sekolah, Ordo, Kongregasi)
mengutus saya
Lain-lain
…………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………...
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
B. Berilah tanda cek (√) pada salah satu alternatif jawaban yang sesuai
dengan pemahaman dan pengalaman Anda!
1. Menurut Anda apa pengertian katekis?
katekis adalah orang yang berperan aktif dalam karya pewartaan
Gereja
katekis adalah orang yang selalu memberdayakan umat beriman
katekis adalah orang yang semata-mata tidak bekerja sebatas
liturgi saja
katekis adalah orang yang mencari langkah-langkah untuk
membangun communio dalam komunitas terutama lewat katekese
2. Panggilan untuk menjadi katekis berasal dari ….
Allah
Gereja
orang lain
diri sendiri
3. Salah satu bentuk tugas pelayanan katekis dalam paroki adalah ….
menjadi dirigen di gereja saat petugas tidak ada
menjadi pemimpin lagu saat ikut dalam doa lingkungan
ikut mendukung kegiatan lingkungan/paroki pada hari raya liturgi
ikut membantu team kerja pewartaan paroki
4. Dalam menjalankan peran sebagai katekis hendaknya mempunyai
sikap….
rendah hati
rela berkorban
tanggung jawab
percaya diri dan komitmen
5. Kekhasan panggilan sebagai katekis, harus nampak dalam ….
Semangatnya
Kecerdasannya
Kepribadiannya
Keterampilannya
Lain-lain ……………………………………………………………….
6. Yang menjadikan seorang katekis masuk dalam persatuan dengan Kristus
untuk melayani umat-Nya dengan mewartakan Kabar Gembira adalah ….
kemauan masing-masing pribadi
karena pengaruh kesaksian umat beriman yang lain
karena rahmat dan kasih karunia yang Tuhan anugerahkan
karena tuntutan dari Gereja untuk memenuhi tugas pelayanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
7. Yang mendasari tugas pelayanan seorang katekis adalah ….
hubungan seorang katekis dengan umat
hubungan katekis dengan pastor paroki
hubungan seorang katekis dengan Sabda Allah
hubungan pribadi seorang katekis dengan Kristus
8. Menurut Anda apa pengertian hidup menggereja?
selalu mematuhi peraturan Gereja
hidup yang menampakkan imannya kepada Kristus
hidup yang diwujudkan melalui kegiatan menggereja
selalu melaksanakan kewajibannya sebagai anggota Gereja
9. Alasan saya terlibat dalam hidup menggereja adalah ….
memenuhi tugas / tuntutan perkuliahan
memenuhi tugas yang diberikan oleh Gereja
sebagai latihan untuk mengetahui dan merasakan hidup menjemaat
supaya tidak asing ketika kelak harus bertugas sebagai katekis di
tengah jemaat
10. Manfaat yang saya dapatkan dari keterlibatan hidup menggereja dalam
proses menumbuhkan panggilan sebagai katekis adalah ….
semakin menambah pengalaman bersama umat
semakin memperkembangkan iman dan memantapkan panggilan
dapat meningkatkan rasa percaya diri karena lebih banyak bergaul
mendapatkan kesempatan untuk menerapkan ilmu yang diperoleh
selama kuliah
11. Apa yang melatarbelakangi keinginan Anda untuk terlibat dalam hidup
menggereja?
melaksanakan karena diajak umat yang lain
melaksanakan tergantung kemauan dan suasana hati
melaksanakan karena malu dengan umat lain yang aktif
melaksanakan dengan tulus karena menyadari sebagai panggilan
Tuhan
12. Faktor yang masih menjadi hambatan saya untuk terlibat aktif dalam
kegiatan hidup menggereja adalah ….
kesibukan mengerjakan tugas kuliah
kurangnya kesadaran dari dalam diri
belum menghayati sungguh panggilan sebagai katekis
lebih tertarik pada kegiatan yang tidak bersifat rohani
13. Keterampilan yang harus dimiliki seorang katekis adalah ….
berefleksi
berkatekese
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
bersosialisasi
berkomunikasi
Lain-lain ……………………………………………………………….
14. Corak dinamika hidup menggereja jemaat perdana berdasarkan Kis 2: 41-
47 yang telah saya hayati adalah ….
saling memperhatikan
rukun dalam persekutuan
saling mengasihi satu sama lain
tekun dalam pengajaran para rasul
15. Peran diri yang pernah saya jalankan sebagai mahasiswa IPPAK dalam
kegiatan kampus adalah ….
menjadi fungsionaris kelas
menjadi pengurus HIMKA
membimbing retret atau rekoleksi
mewakili Prodi mengikuti kegiatan di luar kampus
Lain-lain ……………………………………………………………….
16. Program pendampingan spiritualitas yang mendukung saya sebagai
seorang katekis yang profesional adalah ….
retret
camping rohani
rekoleksi bersama
perayaan Ekaristi kampus
Lain-lain ……………………………………………………………….
17. Kegiatan kurikuler yang mendukung saya sebagai katekis yang
profesional adalah ….
PPL PAK Paroki
Karya Bakti Paroki
Pendidikan kaderisasi
PPL PAK PD dan PPL PAK PM
Lain-lain ……………………………………………………………….
18. Mata Kuliah kompetensi utama Prodi IPPAK yang mendukung saya
sebagai katekis yang handal adalah ….
Liturgi
Kitab Suci
Ekklesiologi
Spiritualitas Kristiani
Lain-lain …………………………………………………………….....
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
19. Mata Kuliah kompetensi penunjang Prodi IPPAK yang mendukung saya
sebagai katekis yang handal adalah ….
Pastoral Paroki
Persiapan Karya Bakti Paroki
Metodologi penelitian pendidikan
Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling
Lain-lain ……………………………………………………………….
20. Sebagai calon katekis tugas dalam kegiatan pewartaan yang pernah saya
lakukan adalah ….
Membimbing retret
Membimbing rekoleksi
Memberikan katekese sakramen inisiasi
Memimpin pendalaman iman di lingkungan
Lain-lain ……………………………………………………………….
21. Katekis dalam mewartakan Kabar Gembira dan ajaran Kristen kepada
umat beriman berpusatkan pada ….
Para murid Yesus
Diri dan pribadi orang kudus
Diri dan pribadi Yesus Kristus
Sabda dan karya Yesus Kristus
22. Supaya semua umat beriman bertobat dan menyatakan imannya akan
Yesus Kristus, maka kegiatan pewartaan hendaknya diberikan kepada ….
Seluruh kalangan jemaat
Kaum muda dan orang dewasa
Semua orang yang telah dibaptis
Semua orang yang telah menerima sakramen penguatan
23. Sebagai calon katekis tugas yang sering saya lakukan dalam kegiatan
liturgi adalah ….
Menjadi petugas koor
Menjadi petugas lektor
Menjadi petugas tatalaksana
Memimpin ibadat sabda atau doa bersama
Lain-lain ……………………………………………………………….
24. Aktif dalam kegiatan liturgi merupakan wujud keterlibatan katekis untuk
mengambil bagian dalam tugas Kristus sebagai ….
Raja
Nabi
Imam
Penyelamat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(7)
25. Sebagai calon katekis bentuk keterlibatan saya dalam persekutuan orang
beriman adalah ….
Latihan koor
Sarasean di lingkungan
Pemandu pendalaman iman
Ikut doa Rosario di lingkungan
Lain-lain ……………………………………………………………….
26. Untuk mewujudnyatakan iman dalam kehidupan sehari-hari di tengah
masyarakat yang saya lakukan sebagai calon katekis adalah ….
Aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan
Mengunjungi untuk memberikan kasih bagi yang sakit
Mengunjungi dan menyapa yang tidak aktif lagi di gereja
Mengadakan kunjungan ke panti asuhan atau panti jompo
Lain-lain ……………………………………………………………….
27. Kata Martir berasal dari bahasa Yunani Martyr yang artinya ….
Saksi
Pewarta
Gembala
Orang kudus
28. Sejak awal Gereja memahami kemartiran sebagai ….
Baptisan suci
Baptisan batin
Baptisan darah
Baptisan darurat
29. Sebagai calon katekis keterlibatan saya di bidang Martyria dapat
diwujudkan dalam bentuk ….
Selalu mengusahakan kehidupan yang baik dan bersatu dalam Gereja
Kesediaannya melayani umat dengan tulus hati tanpa mengharapkan
imbalan
Kesanggupannya di tempatkan dimana saja meski tahu banyak
tantangan
Sanggup menjadi saksi kebenaran iman meskipun mengalami
penderitaan
30. Berikanlah usulan-usulan kegiatan untuk Prodi yang dapat mendukung
mahasiswa dalam menanggapi panggilan sebagai katekis!
……………………………………………………………………………..
.…………………………………………………………………………….
..……………………………………………………………………………
...…………………………………………………………………………...
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(8)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(9)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(11)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(12)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(13)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(14)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(15)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(16)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(17)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(18)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI