123-dfadf-ikakartika-99-2-246.farm-i

Upload: eni

Post on 05-Jul-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 123-dfadf-ikakartika-99-2-246.farm-i

    1/24

    IDENTIFIKASI FORMALIN PADA IKAN ASIN TENGGIRI DENGAN

    METODE PEREAKSI WARNA

    KARYA TULIS ILMIAH

     Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

    memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi

    Oleh :

    IKA KARTIKASARI

    NPM : 09.71.10888

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA

    FAKULTAS ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI D-III FARMASI

    2013

  • 8/16/2019 123-dfadf-ikakartika-99-2-246.farm-i

    2/24

      1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.  Latar Belakang

    Secara umum kesehatan merupakan hal yang paling utama yang

    sangat diperlukan dalam diri setiap orang. Karena kesehatan merupakan

    faktor utama penentu kelangsungan hidup kita. Tanpa adanya kesehatan,

    seluruh aktivitas yang akan kita lakukan tidak akan berjalan dengan lancar.

    Kesehatan juga sangat berhubungan dengan makanan. Makanan sangat

    mempengaruhi kesehatan seseorang. Manusia membutuhkan makanan

    sebagai sumber tenaga untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Oleh karena

    itu, makanan yang dikonsumsi haruslah bergizi, aman, sehat, dan tidak

    menimbulkan gangguan kesehatan serta layak untuk dikonsumsi.

    Zaman sekarang ini banyak bahan pengawet yang digunakan oleh

    sebagian orang khususnya para pedagang, untuk di campurkan ke berbagai

    macam makanan dan minuman terutama Formalin. Formalin adalah bahan

    kimia beracun yang tidak berwarna dan mempunyai bau yang sangat

    menyengat. Formalin yang dicampurkan pada makanan dapat menjadi racun

     bagi tubuh kita karena sebenarnya bukan merupakan bahan tambahan

     pangan.

    Fungsi formalin adalah sebagai pembunuh kuman sehingga kerap

    digunakan untuk pembersih lantai, kapal, gudang, pakaian, pembasmi lalat,

    dan berbagai serangga lain. Bahan pengawet pada pembuatan sutra buatan,

     pewarna, bahan peledak, bahan pengawet produk kosmetik (dalam jumlah

    yang sangat kecil) ataupun sebagai pengeras kuku serta cairan pembalesam

    (pengawet mayat). (Yuliarti,2007).Formalin juga biasa digunakan sebagai pengawet tambahan untuk

    mencegah kebusukan. Padahal zat beracun ini sangat berbahaya jika terhirup,

    mengenai kulit apalagi jika sampai tertelan. Bahkan sebagian ikan asin ada

     juga yang terbuat dari ikan laut yang memiliki protein yang tinggi, selain itu

     juga mengandung kalsium yang tinggi. Tujuan digunakannya formalin adalah

  • 8/16/2019 123-dfadf-ikakartika-99-2-246.farm-i

    3/24

      2

    untuk pembalsem atau pengawet mayat, tetapi masyarakat sering

    menyalahgunakannya sebagai pengawet ikan untuk mencegah kebusukan.

    Padahal dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 tahun 2012 formalin

    adalah salah satu tambahan makanan yang dilarang.

    Ikan asin merupakan makanan yang mudah ditemukan di pasar-pasar

    tradisional bahkan dipasar modern sekalipun hanya kualitas keamanan dan

    kebersihan pangan yang membedakan. Ikan asin selain memiliki rasa yang

    enak, juga sangat praktis dan awet atau tahan lama. Jika ada ikan asin yang

    awet dan tahan lama dengan jangka waktu yang cukup panjang maka itu

    meletakkan kecurigaan tersendiri. Karena ikan asin yang awet dan tahan lama

    itu bukan karena proses penggaraman dan penjemuran alami, tetapi akibat

    adanya bahan pengawet yaitu formalin. Jalan pintas yang dilakukan seorang

     produsen yang tidak bertanggung jawab ini, tentu saja sangat berbahaya dan

    merugikan bagi kesehatan manusia.

    Pasar Kahayan merupakan pasar tradisional yang berada di kota

    Palangkaraya. Pasar Kahayan buka setiap hari dan tidak pernah sepi dari

     pengunjung yang berbelanja bahan-bahan pangan untuk sehari-hari. Hampir

    semua pangan tersedia di pasar tersebut. Salah satu bahan pangan yang dijual

    yaitu, ikan asin. Namun yang masih diragukan, apakah ikan tersebut

    mengandung bahan berbahaya seperti formalin atau tidak.

    Oleh karena itu, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan

     penelitian dengan judul “IDENTIFIKASI FORMALIN PADA IKAN ASIN

    TENGGIRI DENGAN METODE PEREAKSI WARNA”

    B.  Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah dalam

     penelitian ini adalah Apakah ikan asin yang dijual aman dikonsumsi dan

    mengandung bahan berbahaya (formalin) atau tidak ?

    C.  Batasan Masalah

    Agar masalah ini tidak meluas dari permasalahan diatas, maka

     permasalahan tersebut harus dibatasi. Batasan masalah dalam penelitian ini

    adalah Ikan asin tenggiri yang dijual di pasar Kahayan Kota Palangka Raya.

  • 8/16/2019 123-dfadf-ikakartika-99-2-246.farm-i

    4/24

      3

    D.  Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut,

    rumusan masalah yang timbul adalah apakah ikan asin tenggiri yang dijual

    di Pasar Kahayan Kota Palangka Raya mengandung bahan formalin ?

    E. 

    Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ikan asin

    tenggiri yang dijual dipasar Kahayan Kota Palangka Raya mengandung

     bahan berbahaya formalin yang dapat merusak kesehatan.

    F.  Manfaat Penelitian

    1. 

    Agar masyarakat dapat berhati-hati dan tidak salah dalam memilih

     produk pangan yang akan di konsumsi.

    2. 

    Agar masyarakat dan penjual bisa mendapat pemahaman tentang

    formalin dan bahaya yang ditimbulkan.

    3. 

    Bagi peneliti dapat menambah wawasan tentang formalin.

  • 8/16/2019 123-dfadf-ikakartika-99-2-246.farm-i

    5/24

      4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A.  Kota Palangka Raya

    Palangka Raya adalah ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah, yang

    memiliki 5 (lima) kecamatan, yaitu Kecamatan Pahandut, Jekan Raya,

    Sebangau, Bukit Batu, dan Rakumpit.

    Kota Palangka Raya memiliki rancangan desain, ruas jalan yang lebar

    dan disamping kiri dan kanan terdapat taman jalan pendestrian serta bundaran.

    Jumlah penduduk yang tidak padat membuat kota ini sangat nyaman strategis,

    aman dari gempa dan tsunami.

    Kota Palangka Raya juga terdapat tempat pusat belanja seperti Mall

    Palangka Raya, swalayan, dan beberapa pasar tradisional lainnya, yaitu pasar

    Kahayan, Pasar Blauran, Pasar Lombok, Pasar Payang, Pasar Datah Manuah,

    Pasar Pagi dan Pasar Shubuh. (Anonim,2010).

    Salah satu pasar tradisional yang ada di Palangka Raya yaitu Pasar

    Kahayan yang berada dijalan Cilik Riwut KM 1. Kebutuhan pangan yang

    disediakan di pasar ini hampir semua ada, misalnya seperti, ayam, beras, tahu,

    tempe, ikan segar, daging segar, ikan asin, dan sebagainya.

    B.  Ikan Asin

    Ikan asin menjadi makanan yang sangat popular, dan sangat mudah

    ditemukan di pasar. Selain rasanya yang enak, ikan asin juga sangat praktis

    dan awet atau tahan lama, sayangnya yang membuat ikan asin awet dan tahan

    lama bukan karena proses penggaraman dan penjemuran yang alami, tetapi

    akibat adanya campuran pengawet. Sebagian ikan asin juga ada yang terbuat

    dari ikan laut yang memiliki protein tinggi, selain itu juga mengandung

    kalsium yang tinggi terutama untuk ikan asin yang dikonsumsi sampai

    ketulang-tulangnya, kalsium juga bagus untuk pertumbuhan tulang, apalagi

     bagi anak-anak yang mengalami masa pertumbuhan. (Anonim,2012)

  • 8/16/2019 123-dfadf-ikakartika-99-2-246.farm-i

    6/24

      5

    Cara pembuatan ikan asin murni

    a. 

    Bahan baku (ikan yang segar)

    1. 

    Ikan.

    Pilihlah ikan yang masih segar karena kesegaran ikan sangat

    menetukan mutu produk hasil yang dihasilkan. Bahan baku untuk

     pembuatan ikan asin dapat dikelompokan menjadi 2 bagian ikan

    yang berukuran besar, seperti tenggiri, tongkol, kakap, dll,

     berukuran sedang seperti, kembung, dll. Ukuran kecil, seperti teri.

    2. 

    Garam.

    Ikan yang mengalami proses penggaraman menjadi awet karena

    garam dapat menghambat atau membunuh bakteri penyebab

     pembusukan pada ikan, oleh karena itu, kemurnian garam sangat

    menentukan. Garam yang dipakai adalah garam dapur (NaCl)

    murni, artinya garam yang sebanyak mungkin menggandung NaCl

    dan sekecil mungkin unsur-unsur lainnya.

     b. 

    Metode penggaraman

    1.  Penggaraman kering (dry salting ).

    Pada penggaraman kering dapat digunakan baik untuk ikan ukuran

     besar maupun kecil. Penggaraman ini menggunakan garam

     berbentuk Kristal. Ikan yang akan diolah ditaburi garam lalu

    disusun secara berlapis-lapis. Setiap lapisan ikan diselingi lapisan

    garam.

    2. 

    Penggaraman basah (wet salting ).

    Proses penggaraman dengan metode garam sebagian menggunakan

    larutan garam sebagai media untuk merendam ikan.

    3. 

    Penggaraman kedap air (kench salting).

    Penggaraman ini hampir serupa dengan penggaraman kering.

    Bedanya cara ini menggunakan kedap air. Ikan hanya ditumpuk

    dilantai atau menggunakan keranjang.

  • 8/16/2019 123-dfadf-ikakartika-99-2-246.farm-i

    7/24

      6

    c. 

    Membuat ikan asin dengan penggaraman kering

    1. 

    Lakukan penyiangan ikan yang akan diolah kemudian dicuci agar

     bersih hingga bebas dari sisa-sisa kotoran.

    2. 

    Sediakan sejumlah garam Kristal sesuai berat ikan, untuk ikan

     berukuran besar jumlah garam yang disediakan berkisar antara 20-

    30% dari berat ikan, untuk ikan berukuran besar 15-20%,

    sedangkan ikan yang berukuran kecil 5%.

    3. 

    Taburkan garam kedalam wadah / bak setebal 1-5 cm, tergantung

     jumlah garam dan ikan yang akan diolah.

    4. 

    Susunlah ikan diatas lapisan garam tersebut dengan cara bagian

     perut menghadap ke dasar bak selanjutnya ditaburkan kembali

    garam pada lapisan ikan tersebut, lakukan penyusunan ikan dan

    garam secara berlapis-lapis hingga lapisan teratas adalah susunan

    dengan lapisan lebih banyak/tebal.

    5.  Tutuplah tumpukan ikan dan garam tersebut dengan keranjang/

    ayaman bambu dan beri pemberat diatas.

    6. 

    Biarlan selama beberapa hari untuk terjadi proses penggaraman.

    7. 

    Selanjutnya cucilah dengan air bersih dan tiriskan, susunlah ikan

    diatas tempat penjemuran.

    8.  Pada saat penjemuran/pengeringan, ikan sekali-kali dibalik agar

    ikan cepat kering.

    C. 

    Bahan Tambahan Makanan

    Bahan tambahan makanan adalah bahan yang biasanya tidak

    digunakan sebagai makanan, dan biasanya merupakan unsur khas makanan,

    mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja

    ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi (organoleptik) pada

     pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan,

     penyimpanan, atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan atau

    diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak langsung) suatu komponen atau

    mempengaruhi sifat khas makanan tersebut. (Sartono, 2002)

  • 8/16/2019 123-dfadf-ikakartika-99-2-246.farm-i

    8/24

      7

    Peraturan Menteri Kesehatan No. 033 Tahun 2012 menyebutkan BTP

    yang dilarang digunakan dalam makanan terdiri atas beberapa golongan

    sebagai berikut :

    1. 

    Asam Borat ( Boric Acid  ) dan senyawanya

    2. 

    Asam Salisilat dan garamnya ( Salicylic Acid and its salt  )

    3. 

    Dietilpirokarbonat ( Diethylpirocarbonate DEPC )

    4.  Dulsin ( Dulcin )

    5. 

    Formalin ( Formaldehid  )

    6. 

    Kalium bromat ( Potassium Bromate )

    7. 

    Kalsium Klorat ( Potassium Chlorate )

    8. 

    Kloramfenikol ( Choramphenicol  )

    9. 

    Minyak Nabati yang dibrominasi ( Brominated vegetable oils )

    10. 

     Nitrofurazon ( Nitrofurazone )

    11. 

    Dulkamara ( Dulcamara )

    12. Kokain ( Cocaine ) 

    13.  Nitrobenzen ( Nitrobenzene ) 

    14. 

    Sinamil Antranilat ( Cinnamyl Anthranilate ) 

    15. 

    Dihidrosafrol ( Dihydrosafrole ) 

    16. 

    Biji Tonka ( Tonka Bean ) 

    17. Minyak Kalamus ( Calamus Oil ) 

    18. 

    Minyak Tansi ( Tansy Oil ) 

    19. 

    Minyak Sasafras ( Sasafras Oil ) 

    D.  Pengawet

    Pengawet merupakan salah satu bentuk Bahan Tambahan Makanan

    (BTM). Penambahan pengawet dimaksudkan untuk menghambat atau

    menghentikan aktivitas mikroorganisme seperti bakteri, kapang dan khamir

    sehingga produk makanan dapat disimpan lebih lama. Selain itu, suatu

     pengawet ditambahkan dengan tujuan untuk lebih meningkatkan citra rasa,

    memperbaiki warna, tekstur, sebagai bahan penstabil, pencegah lengket

    maupun memperkaya vitamin serta mineral. (Nurheti Yuliarti, 2007)

  • 8/16/2019 123-dfadf-ikakartika-99-2-246.farm-i

    9/24

      8

    Zat pengawet terdiri atas senyawa organik dan senyawa anorganik

    dalam bentuk asam atau garam.

    1. 

    Pengawet Organik

    Zat pengawet organik lebih banyak dipakai daripada zat

     pengawet anorganik karena pengawet organik lebih mudah dibuat dan

    dapat terdegradasi sehingga mudah dieksresikan. Bahan pengawet

    organic yang sering digunakan adalah : Asam sorbat, asam propianat,

    dan asam benzoat.

    a. 

    Asam sorbat

    Asam sorbat tergolong asam lemak monokarboksilat yang

     berantai lurus dan mempunyai ikatan tidak jenuh. Bentuk yang

    digunakan umumnya garam Na- atau K- sorbat.

    Asam sorbat dapat dianalisis secara kuantitafif dengan metode

    spektrofotometri UV. Adanya ikatan rangkap terkonjugasi pada asam

    sorbat membuat senyawa ini mampu menyerap sinar ultraviolet.

     b.  Asam propianat

    Asam propianat (CH3CH2COOH) yang mempunyai struktur

    yang terdiri atas 3 atom karbon tidak dapat dimetabolisme oleh

     bakteri. Manusia dan hewan tingkat tinggi dapat memetabolisme

    asam ini sebagaimana asam lemak. Propianat biasanya digunakan

    dalam bentuk garam Ca- dan Na-. Bentuk efektifnya adalah bentuk

    tidak terdisosiasi. Propianat efektif terdapat kapang dan beberapa

    khamir pada pH di atas 5

    c.  Asam banzoat

    Asam benzoat merupakan bahan pengawet yang luas

     penggunaannya dan sering digunakan pada bahan makanan yang

    asam. Bahan ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan khamir

    dan bakteri. Karena kelarutan garamnya lebih besar, maka biasa

    digunakan dalam bentuk garamnya (Natrium benzoat). Sementara itu

    dalam bahan makanan (yang bersifat asam), garam benzoat akan

  • 8/16/2019 123-dfadf-ikakartika-99-2-246.farm-i

    10/24

      9

    menjadi bentuk efektifnya yakni asam benzoat. (Abdul Rohman dan

    Sumantri, 2007).

    2. 

    Pengawet Anorganik

    Pengawet anorganik yang masih sering dipakai dalam bahan

    makanan adalah : Nitrit, nitrat, dan sulfit.

    a. 

     Nitrit dan nitrat

    Penggunaan natrium nitrit dalam ikan dan daging ternyata

    menimbulkan efek yang membahayakan kesehatan. Nitrit dapat

     berikatan dengan amino atau amida dengan membentuk turunan

    nitrosamin yang bersifat toksik (karsinogenik ).

    Garam nitrit dan nitrat pada umumnya digunakan untuk

     proses curing   daging untuk memperoleh warna yang baik dan

    mencegah pertumbuhan mikroba. Mekanismenya belum diketahui

    tetapi diduga bahwa nitrit bereaksi dengan gugus sulfhidril dan

    membentuk senyawa yang tidak dapat dimetabolisme oleh mikroba

    dalam keadaan anaerob. Dalam daging nitrit akan membentuk

    nitroksida yang dengan pigmen daging akan membentuk

    nitrosomioglobin yang berwarna merah cerah.

    Pembentukan nitrokosida akan terlalu banyak bila hanya

    menggunakan garam nitrit, karena itu biasanya digunakan campuran

    garam nitrat dan garam nitrit. Garam nitrat akan terenduksi oleh oleh

     bakteri nitrat menghasilkan nitrit. Peranan garam nitrat sendiri

    sebagai bahan pengawet masih dipertanyakan. Dari penelitian yang

    telah dilakukan, didapat bahwa nitrat tidak dapat mencegah

    kebusukan, bahkan akan mempercepat pembusukan bila dalam

    keadaaan aerobik. (Winarno, 1991)

     b. 

    Sulfit

    Sulfit digunakan sebagai pengawet dalam bentuk SO2 , garam

     Na- atau K-sulfit, bisulfit, dan metabisulfit. Bentuk efektifnya

    sebagai pengawet adalah bentuk tidak terdisosiasi pada pH di bawah

    3. Analisis kuantitatif sulfit dapat dilakukan dengan cara alkalimetri

  • 8/16/2019 123-dfadf-ikakartika-99-2-246.farm-i

    11/24

      10

    dengan mengubah sulfit menjadi asam sulfat lalu menitrasinya

    dengan larutan baku NaOH.

    Larutan hydrogen peroksida 0,2% (b/v) dibuat dengan

    melarutkan 0,7 ml hydrogen peroksida kedalam 100,0 ml air.

    Larutan ini dibuat baru setiap kali akan digunakan. Larutan NaOH

    0,01 N dibakukan dengan kalium biftalat yang telah dikeringkan

     pada suhu 110oC. indikator campuran dibuat dengan mencampur 50

    ml indikator metil merah 0.03% dalam alkohol dan 50 ml larutan

    metilen biru 0,05% dalam alkohol lalu disaring. (Abdul Rohman dan

    Sumantri, 2007).

    E. Formalin

    Formaldehid merupakan nama lain dari formalin (larutan

    Formaldehid 35-40% dalam air). (Abdul Rohman dan Sumantri,2007)

    Formalin atau formaldehida adalah bahan kimia yang digunakan sebagai

     pengawet. Fungsi formalin adalah sebagai desinfektan namun oleh sebagian

    orang disalahgunakan untuk mengawetkan ikan untuk mencegah kerugian.

    Formalin dapat berguna sebagai desinfektan karena membunuh sebagian

     besar bakteri dan jamur (termasuk spora mereka). Hal ini juga digunakan

    sebagai pengawet dalam vaksin, dimana formalin digunakan untuk

    membunuh virus dan bakteri yang tidak diinginkan yang mencemari vaksin

    selama produksi. (Anonim,2011)

    Formalin adalah bahan kimia beracun yang tidak berwarna dengan

     bau yang sangat menyengat. Formalin juga digunakan sebagai pembunuh

    kuman dan pengawet mayat. Formalin digunakan sebagai pengawet

    tambahan untuk mencegah kebusukan. Padahal zat beracun ini sangat

     berbahaya jika terhirup, mengenai kulit,apalagi tertelan. (Anonim,2012)

    Formalin mempunyai banyak nama kimia yang biasa kita dengar di

    masyarakat, diantaranya Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid,

    Oxomethane polyoxymethylene glycols, Methanol, Formoform,

    Superlysoform, Formic aldehyde, Formalith, Tetraoxymethylene, Methyl

  • 8/16/2019 123-dfadf-ikakartika-99-2-246.farm-i

    12/24

      11

    oxide, Karsan, Trioxane, Oxymethylene dan Methylene glycol. (Nurheti

    Yuliarti, 2007)

    1. 

    Fungsi Formalin

    Formalin sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-

    hari. Apabila digunakan secara benar, formalin akan banyak dirasakan

    manfaatnya, misalnya sebagai antibakteri atau pembunuh kuman dalam

     berbagai jenis keperluan industri, yakni pembersih lantai, kapal, gudang,

    dan pakaian, pembasmi lalat maupun berbagai serangga lainnya.

    Dalam industri perikanan, formalin digunakan untuk

    menghilangkan bakteri yang biasa hidup disisik ikan. Formalin diketahui

    sering digunakan dan efektif dalam pengobatan penyakit ikan akibat

    ektoparasit seperti flukendan kulit berlendir. Meskipun demikian, bahan

    ini juga sangat beracun bagi ikan. Ambang batas amannya sangat rendah

    sehingga terkadang ikan yang diobati malah mati akibat formalin daripada

    akibat penyakitnya. Formalin banyak digunakan dalam pengawetan

    sampel ikan untuk keperluan penelitian dan identifikasi. Di dunia

    kedokteran Formalin digunakan dalam pengawetan mayat yang akan

    dipelajari dalam pendidikan mahasiswa kedokteran maupun kedokteran

    hewan. Untuk pengawetan biasanya digunakan Formalin dengan

    konsentrasi 10%. (Nurheti Yuliarti,2007)

    2.  Tanda makanan mengandung formalin

    Makanan yang mengandung formalin umumnya awet dan dapat

     bertahan lebih lama. Formalin dapat dikenali dari bau yang agak

    menyengat dan kadang-kadang menimbulkan pedih pada mata. Bahan

    makanan yang mengandung formalin ketika sedang dimasak kadang-

    kadang masih mengeluarkan bau khas formalin yang menusuk. Ikan asin

    yang mengandung formalin akan lebih putih dan bersih dan lebih tahan

    lama dibandingkan ikan asin tanpa pengawet yang agak berwarna lebih

    coklat. Mi basah yang mengandung formalin akan lebih awet dan ketika

    dimasak masih akan tercium bau formalin. Tahu yang mengandung

    formalin akan lebih kenyal dan berbau formalin sedangkan yang tidak

  • 8/16/2019 123-dfadf-ikakartika-99-2-246.farm-i

    13/24

      12

    mengandung formalin akan lebih mudah pecah dan berbau khas kedelai.

    Ikan dan ayam yang mengandung formalin akan lebih putih dagingnya dan

    awet. (Anonim.2006)

    3.  Penggunaan formalin yang benar

    a. 

    Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih lantai,

    kapal, gudang, dan pakaian.

     b.  Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain.

    c. 

    Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca, dan

     bahan peledak.

    d. 

    Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan

    gelatin dan kertas.

    e. 

    Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

    f. 

    Bahan untuk pembuatan produk parfum.

    g. 

    Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku.

    h.  Pencegah korosi untuk sumur minyak.

    i.  Bahan untuk insulasi busa.

     j. 

    Bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood).

    k. 

    Cairan pembalsam ( pengawet mayat ).

    l. 

    Dalam konsentrasi yang sangat kecil ( < 1% ) digunakan sebagai

     pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah

    tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampo

    mobil, lilin dan pembersih karpet. ( Anonim,2012).

    4.  Gangguan kesehatan karena penggunaan formalin

    Umumnya formalin masuk kedalam tubuh manusia melalui dua

     jalan, yakni melalui mulut dan saluran pernapasan. Kontak dengan

    formalin bisa mengakibatkan luka bakar jika mengenai kulit, iritasi pada

    saluran pernapasan bila menghirup uapnya dalam konsentrasi yang tinggi,

    maupun reaksi alergi dan bahaya kanker pada manusia. Jika kandungan

    formalin dalam tubuh tinggi maka akan bereaksi secara kimia dengan

    hampir semua zat di dalam tubuh sehingga menekan fungsi sel dan

    menyebabkan kematian sel yang berujung pada kerusakan organ tubuh.

  • 8/16/2019 123-dfadf-ikakartika-99-2-246.farm-i

    14/24

      13

    Dampak formalin bagi kesehatan ada 2 macam yaitu dampak akut

    (jangka pendek) dan dampak kronis (jangka panjang). Dampak akut

    merupakan efek pada kesehatan manusia langsung terlihat merupakan

    akibat jangka pendek yang terjadi biasanya bila terpapar formalin dalam

     jumlah yang banyak: seperti iritasi, alergi, kemerahan, mata berair, mual,

    muntah, rasa terbakar, sakit perut, pusing bersin, radang tenggorokan, sakit

    dada yang berlebihan, lelah, jantung berdebar, sakit kepala, diare, dan pada

    konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian.

    Sedangkan dampak kronis merupakan efek pada kesehatan

    manusia terlihat setelah terkena dalam jangka waktu yang lama dan

     berulang, biasanya jika mengkonsumsi formalin dalam jumlah yang kecil

    dan terakumulasi dalam jaringan seperti: mata berair, gangguan pada

     pencernaan, hati, ginjal, pankreas, sistem saraf pusat, menstruasi dan pada

    hewan percobaan dapat menyebabkan kanker, sedangkan pada manusia

    diduga bersifat karsinogen  (menyebabkan kanker). (Nurheti Yuliarti,

    2007).

    5.  Ciri-ciri makanan mengandung formalin.

    Makanan dapat diduga mengandung formalin apabila memiliki

    ciri-ciri sebagai berikut:

    a. Tahu yang bentuknya sangat bagus, tekstur lebih kenyal, tidak mudah

    hancur atau rusak, awet beberapa hari dan tidak mudah busuk, dan

     beraroma menyengat khas formalin.

     b. Mie basah yang awet beberapa hari dan tidak mudah basi, lebih

     berminyak, beraroma menyengat karena mengandung formalin.

    c. 

    Ayam potong yang berwarna putih bersih, awet, dan tidak mudah busuk.

    d. 

    Ikan asin yang mengandung formalin tidak rusak sampai lebih dari

    sebulan, warna bersih dan cerah, tidak dihinggapi lalat bila tidak ditutupi

    atau ditempatkan ditempat terbuka. (Nurheti Yuliarti,2007)

    6.  Cara identifikasi formalin ( Analisis Makanan )

    Analisis kualitatif formalin dapat dilakukan dengan beberapa cara yakni :

    a. 

    Uji dengan asam kromatropat

  • 8/16/2019 123-dfadf-ikakartika-99-2-246.farm-i

    15/24

      14

    Pereaksi dibuat dengan melarutkan asam 1,8-dihidroksinaftalen-

    3,6-disulfonat dalam H2SO4 72% ( kira-kira 500 mg/100 ml).

    Sebanyak 5 ml pereaksi asam kromatropat ini dimasukkan ke

    dalam tabung reaksi, lalu ditambah 1 ml hasil destilasi sambil diaduk.

    Larutan dimasukan kedalam penangas air mendidih selama 15 menit

    dan diamati perubahan warna yang terjadi. Adanya formaldehid

    ditunjukkan dengan timbulnya warna ungu terang sampai ungu tua.

    (Abdul Rahman dan Sumantri,2007)

     b. 

    Uji Hehner-Fulton

    Sebanyak 5 mL larutan hasil destilasi ditambah 6 ml H2SO4

    dan didinginkan. Sebanyak 5 ml campuran ini dimasukan kedalam

    tabung reaksi lalu ditambah 1 ml susu bebas aldehid secara perlahan-

    lahan sambil didinginkan. Campuran selanjutnya ditambah 0,5 ml

     pereaksi (dibuat dengan mencampur 1 bagian air bron jenuh ke dalam

    1 bagian asam sulfat pekat dan dibiarkan dingin). Adanya

    formaldehid ditunjukkan dengan timbulnya warna merah muda ungu.

    (Abdul Rahman dan Sumantri, 2007)

    c. 

    Uji dengan FeCl3 (untuk sampel susu dan olahannya)

    Prosedur analisis kualitatif formalin dengan FeCl (untuk

    sampel susu dan olahannya). Sebanyak 5 gram sampel ditimbang

    lalu ditambah 50 ml aquades sdan dimasukkan kedalam corong

     pisah. Campuran ditambah 1-2 ml asam asetat 4 N lalu dikocok

    dengan 2 x 20 ml eter. Lapisan eter dipisahkan dan diuapkan dengan

    rotavapor sampai kering. Residu ditambah 10-20 ml aquades lalu

    diaduk dan dituang kedalam 3 ml asam sulfat yang telah ditetesi

    dengan 2 tetes FeCl3 10% secara perlahan-lahan. Timbulnya warna

    merah lembayung menunjukan adanya formaldehid. (Abdul Rahman

    dan Sumantri,2007)

    d. 

    Uji dengan fenilhidrazin

    Larutan uji (yang mengandung formalin ) ditambah 10 tetes

    fenilhidrazin HCl 5%, 2 tetes larutan natrium prusid 0,5% kemudian

  • 8/16/2019 123-dfadf-ikakartika-99-2-246.farm-i

    16/24

      15

    ditambah 10 tetes natrium hidroksida. Timbulnya warna biru yang

    kemudian berubah menjadi hijau dan akhirnya kuning-merah

    menunjukkan adanya formalin. (Abdul Rahman dan Sumantri,2007)

    e. 

    Dengan menggunakan pereaksi Nash’s

    Larutan uji yang mengandung formalin ditambah dengan

     pereaksi Nash’s lalu diinkubasi dalam penangas air pada suhu 370C ±

    10  C selama 30 menit. Timbulnya warna kuning yang intens

    menunjukkan adanya formalin.

    Pereaksi Nash’s dibuat dengan melarutkan 150 gram

    ammonium asetat, 3 ml asam asetat, 2 ml asetil aseton dengan

    aquades sampai 1000,0 ml. Cara ini juga digunakan untuk

    melakukan uji kuantitatif untuk mengetahui kandungan formalin

    yang ditambahkan dalam makanan. (Abdul Rahman dan

    Sumantri,2007)

  • 8/16/2019 123-dfadf-ikakartika-99-2-246.farm-i

    17/24

      16

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A.  Tempat dan Waktu

    1. 

    Tempat

    Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Universitas

    Muhammadiyah palangkaraya Jl. RTA. Milono km 1,5 Palangkaraya.

    2. 

    Waktu

    Penelitian ini dilakukan pada tanggal 20 Agustus 2012 sampai 24 Juni

    2013.

    B.  Metode/Pendekatan Penelitian

    Metode/pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah eksperimen/percobaan.

    C.  Populasi dan Sampel

    1.  Populasi

    Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

    diteliti. (Soekidjo Notoatmodjo, 1993 )

    Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan asin tenggiri

    yang dijual di pasar Kahayan Kota Palangka Raya pada pedagang tetap.

    2.  Sampel

    Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

    diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. (Soekidjo Notoatmodjo,

    1993). Sampel atau objek yang digunakan pada penelitian ini adalah 5

    sampel ikan asin tenggiri yang dijual di pasar Kahayan Kota Palangka

    Raya.

    D.  Teknik Pengambilan Sampel

    Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

     purposive sampling . Pengambilan sampel secara  purposive didasarkan pada

  • 8/16/2019 123-dfadf-ikakartika-99-2-246.farm-i

    18/24

      17

    suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri-

    ciri khusus yang dimiliki oleh sampel itu. (Soekidjo Notoatmodjo,2002)

    E. 

    Alat dan Bahan

    a. 

    Alat

    1. 

    Mortir dan Stamper

    2. 

    Tabung Reaksi

    3.  Beaker Gelas

    4. 

    Gelas Ukur

    5. 

    Pipet Volume

    6. 

     Neraca analitik

    7. 

    Hot plate

    8. 

    Labu Ukur

    9. 

    Destilasi

    10. 

    Batang pengaduk

     b. Bahan

    1.  Ikan asin telang

    2. 

    Aquades

    3. 

    Formalin

    4. 

    Asam kromatropat (K 10H8O8S2) 

    5.  Asam sulfat (H2SO4)

    6. 

    Asam fosfat

    F. 

    Prosedur kerja

    A.  Pembuatan Larutan Formalin Stock Induk (370 ppm)

    1.  Ambil 1 ml formalin dari sediaan formalin 37%.

    2. 

    Masukkan kedalam labu ukur 1000 ml.

    3. 

    Tambahkan aquades hingga batas.

    B.  Pembuatan Asam Kromatropat 0,5% dalam asam sulfat 60%

    1. Ambil 63 ml asam sulfat dari sediaan asam sulfat 95%.

    2. Masukkan kedalam labu ukur 100 ml yang sudah diisi aquades 37 ml.

    3. Tambahkan asam kromatropat 0,5 g.

  • 8/16/2019 123-dfadf-ikakartika-99-2-246.farm-i

    19/24

      18

    C.  Preparasi sampel

    1.  Pembuatan kontrol positif

    a. 

    Diambil sediaan Formalin 1 ml, masukkan dalam tabung reaksi.

     b. 

    Ditambahkan 5 ml pereaksi (asam kromatropat) dan tutup bibir

    tabung reaksi menggunakan kapas.

    c. 

    Dimasukkan kedalam penangas air mendidih selama 15 menit.

    d.  Diamati perubahan warna yang terjadi akan membentuk warna

    ungu.

    2.  Pembuatan Kontrol Negatif

    a. 

    Diambil 1 ml aquades, masukkan dalam tabung reaksi.

     b. 

    Ditambahkan 5 ml pereaksi (asam kromatropat) dan tutup bibir

    tabung reaksi menggunakan kapas.

    c. 

    Dimasukkan kedalam penangas air mendidih selama 15 menit.

    d. 

    Diamati perubahan warna yang terjadi, maka akan membentuk

    warna kuning keruh.

    3.  Identifikasi Sampel (Ikan Asin Tenggiri)

    a. 

    Dipotong kecil-kecil ke 5 sampel ikan asin tenggiri, lalu ditimbang

    sebanyak 25 gram.

     b. 

    Dimasukkan kedalam labu destilasi.

    c.  Ditambahkan aquades kurang lebih 100 ml dan ditetesi 1 ml asam

    fosfat pekat.

    d. 

    Didestilasi dan hasil destilasi ditampung.

    e.  Diambil 1 ml hasil destilasi dan masukkan kedalam tabung reaksi.

    f.  Ditambahkan dengan 5 ml pereaksi asam kromatropat dan tutup

     bibir tabung reaksi menggunakan kapas.

    g. 

    Dimasukkan kedalam penangas air mendidih selama 15 menit.

    h. 

    Diamati perubahan warna yang terjadi.

  • 8/16/2019 123-dfadf-ikakartika-99-2-246.farm-i

    20/24

      19

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A.  Hasil

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan di laboratorium Kimia

    Universitas Muhammadiyah Palangkaraya yaitu identifikasi formalin pada

    sampel ikan asin tenggiri. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah

    ikan asin tersebut mengandung bahan berbahaya seperti formalin. Untuk

    mengidentifikasi formalin tersebut dilakukan dengan metode pereaksi warna.

    Sampel diambil sebanyak 5 sampel ikan asin tenggiri dari pasar Kahayan

    Palangka Raya.

    Tabel 1. Hasil uji identifikasi formalin pada ikan asin tenggiri yang

    dijual di pasar kahayan dengan metode pereaksi warna :

     No Sampel Reaksi Warna Hasil

    1. Kontrol

    Positif

    Terjadi perubahan warna menjadi

    ungu

    Positif

    2. Kontrol

     Negatif

    Tidak terjadi perubahan warna

    menjadi ungu

     Negatif

    3. Sampel 1 Tidak terjadi perubahan warna

    menjadi ungu

     Negatif

    4. Sampel 2 Tidak terjadi perubahan warna

    menjadi ungu

     Negatif

    5. Sampel 3 Tidak terjadi perubahan warna

    menjadi ungu

     Negatif

    6. Sampel 4 Tidak terjadi perubahan warna

    menjadi ungu

     Negatif

    7. Sampel 5 Tidak terjadi perubahan warna

    menjadi ungu

     Negatif

  • 8/16/2019 123-dfadf-ikakartika-99-2-246.farm-i

    21/24

      20

    B.  Pembahasan

    Pada penelitian ini sampel ikan asin tenggiri diperoleh dari pasar

    Kahayan Palangka Raya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah

    ikan asin tersebut mengandung bahan berbahaya formalin.

    Identifikasi formalin pada sampel ikan asin tenggiri di pasar Kahayan

    dilakukan dengan metode pereaksi warna menggunakan asam kromatropat.

    Identifikasi dilakukan dengan cara menimbang 25 gram sampel ikan asin

    tenggiri dimasukkan kedalam labu destilasi ditambahkan 100 ml aquades dan

    ditetesi 1 ml asam fosfat pekat, kemudian didestilasi dan hasil destilasi

    ditampung. Kemudian dipipet sebanyak 1 ml lalu dimasukkan kedalam tabung

    reaksi ditambahkan 5 ml pereaksi asam kromatropat, tutup bibir tabung reaksi

    dengan menggunakan kapas. Selanjutnya dimasukkan kedalam penangas air

    mendidih selama 15 menit. Diamati perubahan warna yang terjadi. Dari hasil

    identifikasi formalin pada sampel ikan asin tenggiri yaitu sampel 1, sampel 2,

    sampel 3, sampel 4, dan sampel 5 setelah diuji dengan reagen asam

    kromatopat tidak menunjukkan perubahan warna menjadi ungu seperti yang

    terjadi pada kontrol positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel

    tersebut tidak terdeteksi mengandung formalin. Hal ini ditunjukan dengan

    tidak adanya perubahan warna yang terjadi setelah penambahan reagen asam

    kromatropat 0,5% dalam asam sulfat 60% dan pemanasan dalam tabung reaksi

    selama 15 menit pada sampel.

    Gambar 1. Reaksi asam kromatropat dengan formaldehida (Sartono,

    2002)

  • 8/16/2019 123-dfadf-ikakartika-99-2-246.farm-i

    22/24

      21

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka didapat hasil dari

    identifikasi formalin pada 5 sampel ikan asin tenggiri menunjukkan bahwa

    sampel 1, 2, 3, 4 dan 5 tidak terdeteksi mengandung formalin.

    Formalin yang dicampurkan dimakanan dapat menjadi racun dalam

    tubuh manusia yang akibatnya dapat menyebabkan gangguan kesehatan

    karena formalin bukan merupakan bahan tambahan makanan, melainkan

    sebagai antibakteri atau pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk

     pembersih lantai, kapal, gudang, dan pakaian, pembasmi lalat maupun

     berbagai serangga lainnya.

    Penggunaan pengawet alami sebenarnya sudah dilakukan oleh produsen

    ikan asin dengan menggunakan garam atau NaCl serta dengan pengeringan

    menggunakan sinar matahari yang bertujuan untuk mengurangi kadar air pada

     produk ikan asin. Larutan garam mampu menghambat pertumbuhan aktivitas

     bakteri penyebab pembusukan, sehingga makanan tersebut jadi lebih awet.

  • 8/16/2019 123-dfadf-ikakartika-99-2-246.farm-i

    23/24

      22

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A.  Kesimpulan

    Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 5 sampel ikan asin tenggiri

    yang dijual di pasar kahayan Palangkaraya dengan menggunakan metode

     pereaksi warna disimpulkan bahwa semua sampel tidak terdeteksi

    mengandung formalin.

    B.  Saran

    1. 

    Dilakukan pengarahan kepada produsen dan masyarakat tentang bahaya

    mengkonsumsi makanan yang mengandung formalin.

    2. 

    Identifikasi formalin masih bisa dilakukan pada pangan dan jenis makanan

    yang lainnya yang diduga mengandung formalin.

    3. 

    Dapat dilakukan penelitian tentang LOD (limit of detection).

  • 8/16/2019 123-dfadf-ikakartika-99-2-246.farm-i

    24/24

      23

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2006.  Bahaya Formalin Dalam Makanan. http://www.rnw.nl/bahasa-Indonesia/article/bahaya-formalin-dalam-makanan. (Diakses Tanggal 10

    Mei 2012)

    Anonim. 2011. Formalin Pada Ikan Asin (ikan berformalin dan tidak berformalin)

    ciri-ciri ikan berformalin. ikan-berformalin-dan-tidak-berformalin-ciri-ciri-

    ikan-berformalin.

    Anonim. 2012.  Makanan Ikan asin. http://www.deteak.com/makanan-ikan-asin.

    (Diakses Tanggal 10 Mei 2012)

    Anonim. 1999. Peraturan Menteri Kesehatan No.1168/Menkes/Per/X/1999

    Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan No.722/Menkes/Per/IX/1988 Tentang Bahan Tambahan Makanan.Depkes

    RI Jakarta.

     Notoatmodjo, Soekidjo. 1993.  Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta; PT

    Rineka Cipta.

     Notoatmodjo, Soekidjo.2002. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Reisi.

    Jakarta; PT Rineka Cipta.

    Sartono. 2002. Racun dan Keracunan. Jakarta; Widya Medika

    Sumantri dan Abdul Rohman. 2007.  Analisis Makanan. Yogyakarta; Penerbit

    UGM

    Winarno, F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

    Utama.

    Yuliarti, Nurheti. 2007.  Awas Bahaya Dibalik Lezatnya Makanan. Yogyakarta;

    Penerbit Andi