09e02053

Upload: danielle-martin

Post on 04-Oct-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hukum

TRANSCRIPT

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    1

    PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PT.TELKOM DENGAN PENYELENGGARA WARUNG TELKOM

    DALAM PERSFEKTIF KUHPerdata DAN PERMENKOMINFO NO. 8 TAHUN 2006

    Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Persyaratan Dalam Rangka Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

    Disusun oleh :

    DONI FREDDI MANURUNG 030200195

    DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM DAGANG

    Disetujui oleh :

    Ketua Depertemen Hukum Keperdataan

    Prof. Dr. Tan Kamello S.H, M.S (131764556)

    Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

    H. Hasnil Basri Siregar S.H Ramli Siregar S.H, M.Hum (130279505) (131281010)

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    2

    DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................... ii Abstraksi .......................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................. 3

    C. Tujuan dan Manfaat Penulisan .............................................. 4

    D. Tinjauan Kepustakaan

    1. Pengertian Perusahaan ..................................................... 5

    2. Macam-Macam Perusahaan ............................................. 7

    3. TELKOM Sebagai Perusahaan Negara ............................ 10

    4. Penyelenggara Warung TELKOM Sebagai

    Perusahaan Swasta .......................................................... 13

    E. Metode Pengumpulan Data ................................................... 14

    F. Sistematika Penulisan............................................................ 15

    BAB II PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PT.

    TELKOM DENGAN PENYELENGGARA WARUNG

    TELKOM SEBAGAI SALAH SATU JENIS

    PERJANJIAN DALAM KUHPERDATA A. Perjanjian Secara Umum

    1. Istilah, Pengertian, dan Bentuk Perjanjian ........................ 18

    2. Jenis-Jenis dan Syarat Sahnya Perjanjian ......................... 23

    3. Asas-Asas Hukum Dalam Perjanjian .............................. 30

    4. Berakhirnya Suatu Perjanjian .......................................... 34

    B. Perjanjian Kerjasama

    1. Pengertian Perjanjian Kerjasama ..................................... 41

    2. Latar Belakang Perjanjian Kerjasama .............................. 42

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    3

    3. Perjanjian Kerjasama Antara PT. TELKOM dan

    Penyelenggara Warung TELKOM Menurut

    KUHPerdata .................................................................... 45

    BAB III PROSEDUR PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA

    PT. TELKOM DAN PENYELENGGARA WARUNG

    TELKOM

    a. Prosedur Pendirian Warung TELKOM ................................. 50

    b. Prosedur Pelaksanaan Warung TELKOM ............................. 54

    BAB IV ASPEK HUKUM PERJANJIAN KERJASAMA DAN

    KELUARNYA PERMEN No.08/Per/M.KOMINF/02/

    2006 TERHADAP POLA BAGI HASIL ANTARA

    PT.TELKOM DENGAN PENYELENGGARA

    WARUNG TELKOM

    A. Hubungan hukum Para Pihak (Hak dan Kewajiban) .............. 57

    B. Penyelesaian Masalah-masalah Yang Timbul dari

    Perjanjian .............................................................................. 62

    1. Wanprestasi Dan Akibat Hukumnya ................................ 63

    2. Masalah-Masalah Yang Timbul Di Luar

    Kekuasaaan Para Pihak .................................................... 68

    C. Tinjauan Terhadap Skema Bagi Hasil Antara PT.

    TELKOM Dengan Penyelenggara Warung TELKOM

    Sebelum Dan Setelah Keluarnya Permen

    No.08/PER/M.KOMINF/02/2006 ......................................... 71

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ........................................................................... 78

    B. Saran-Saran ........................................................................... 80

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 82

    Lampiran

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    4

    PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PT.TELKOM DENGAN PENYELENGGARA WARUNG TELKOM DALAM PERSFEKTIF

    KUHPerdata DAN PERMENKOMINFO NO. 8 TAHUN 2006

    Abstraksi

    PT. TELKOM sebagai Badan Usaha Milik Negara yang bertugas untuk menyelenggarakan jaringan telekomunikasi melakukan suatu upaya untuk menjawab kebutuhan akan alat komunikasi masyarakat. Di dalam pelaksanaannya PT. TELKOM melakukan kerjasama dengan Badan Usaha yang diatur menurut perundang-undangan. Kerjasama yang dilakukan oleh PT. TELKOM dengan Penyelenggara Warung TELKOM diikat oleh suatu Perjanjian Kerjasama (PKS) yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dengan prinsip saling menguntungkan. Namun permasalahannya, bagaimana proses terjadinya kerjasama tersebut, sejauh mana diatur mengenai hak-hak dan kewajiban-kewajibanpara pihak, dan bagaimana pola bagi hasil yang supaya kedua pihak sama-sama untung.. Untuk itu, maka diperlukan penelitian dengan cara mempelajari buku-buku sehubungan dengan permasalahan dan juga melakukan penelitian kepada PT. TELKOM dan mengolah data-data yang diperoleh baik baik yang tertulis seperti peraturan-peraturan PT. TELKOM maupun yang lisan yaitu melalui wawancara dengan pegawai PT. TELKOM tersebut. Untuk terjadinya suatu PKS, calon Penyelenggara Warung TELKOM harus terlebih dahulu mengajukan permohonan kepada PT. TELKOM dengan melengkapi dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk itu. PT. TELKOM akan terlebih dahulu melakukan analisa dengan berbagai pertimbangan untuk menyetujui permohonan tersebut. Apabila PT. TELKOM setuju, maka dilakukanlah PKS dan ditandatangani oleh kedua belah pihak. Dengan ditandatanganinya PKS tersebut, maka dengan sendirinya kedua belah pihak telah memiliki hubungan hukum dan tunduk kepada ketentuan dalam PKS tersebut. Dan para pihak telah menyepakati apa yang menjadi hak dan kewajiban masing-masing pihak dan bagaimana cara para pihak menyelesaikan masalah jika timbul dikemudian hari baik karena suatu wanprestasi maupun overmacht. Disamping itu para pihak juga telah menetapkan besaran pendapatan masing-masing pihak yaitu 70% untuk TELKOM dan untuk Penyelenggara Warung TELKOM sebesar 30% ditambah lagi 10% dari pendapatan Air Time. Namun dengan keluarnya Permenkominfo No 08 Tahun 2006, pendapatan 10% Penyelenggara Warung TELKOM menjadi tidak suatu kewajiban untuk memberikannya oleh Penyelenggara STB.

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    5

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Bagi negara kita, bidang telekomunikasi termasuk salah satu urat nadi

    nasional yang dapat menentukan kelangsungan hidup bangsa karena

    penyelenggaraan telekomunikasi mempunyai arti strategis dalam upaya

    memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, memperlancar kegiatan

    pemerintahan dan perekonomian, mendukung terciptanya tujuan pemerataan

    pembangunan dan hasil-hasilnya, serta meningkatkan hubungan antar bangsa,

    juga dapat memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa yang dalam rangka

    mewujudkan Wawasan Nusantara dan juga Ketahanan Nasional.

    Telekomunikasi dapat dijadikan sebagai prasarana paling dominan

    disamping energi dan perhubungan, karena telekomunikasi tergolong cabang

    produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak sebagaimana dimaksudkan

    dalam pasal 33 UUD 1945. Sehingga telah menjadi kebijaksanaan nasional

    bahwa penguasaan dan pengusahaan industri jasa telekomunikasi dikendalikan

    atau dijalankan sepenuhnya oleh negara untuk dimanfaatkan bagi sebesar-

    besarnya kemakmuran rakyat. Di dalam meningkatkan pembangunan dan

    penyelenggaraan jasa telekomunikasi tersebut pemerintah telah membentuk suatu

    Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mengurusi masalah telekomunikasi.1

    Hal tersebut sesuai dengan pasal 8 undang-undang No. 36 Tahun 1999

    tentang Telekomunikasi, yang menyatakan bahwa penyelenggaraan jaringan

    1 Telekomunikasi Indonesia (Sejarah, Perkembangan,dan Proyeksi ke Depan, PT. TELKOM dan Yayasan Ikatan Alumni Lemhanas (IKAL),1997, hal xxvii

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    6

    telekomunikasi dan atau jasa telekomunikasi dapat dilakukan oleh badan hukum

    yang didirikan untuk maksud tersebut berdasarkan peraturan perundang-undangan

    yang berlaku, yang selanjutnya untuk penyelenggaraan telekomunikasi dapat

    dilimpahkan kepada badan penyelenggara.

    Yang dimaksud dengan Badan Penyelenggara dalam hal ini adalah BUMN

    yaitu PT. TELKOM dan PT. INDOSAT, yang bentuk usahanya sesuai dengan

    peraturan perundang-undangan yang berlaku., yang bertindak selaku pemegang

    kuasa penyelanggaraan jaringan telekomunikasi yang meliputi penyelenggaraan

    jaringan telekomunikasi dalam negeri dan penyelenggaraan jaringan

    telekomunikasi internasional.

    Dalam hal ini kita akan membahas lebih jauh tentang PT. TELKOM yang

    mana dalam menyelenggarakan telekomunikasi melakukan kerjasama dengan

    mitra usahanya yaitu WARTEL (Warung Telekomunikasi) atau sekarang disebut

    dengan Warung TELKOM. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Komunikasi

    Dan Informatika Nomor : 05/PER/M.KOMINFO/I/2006 Tentang

    Penyelenggaraan Warung Telekomunikasi yang menyebutkan bahwa Warung

    Telekomunikasi dan/atau Warung TELKOM sebagai mitra usaha penyelenggara

    jaringan telekomunikasi merupakan kebutuhan untuk mengatasi tuntutan

    masyarakat akan pelayanan jasa telekomunikasi sehingga dapat meningkatkan

    aksesibilitas masyarakat dalam komunikasi.

    Atas dasar prinsip yang dianut dalam kerjasama antara PT.TELKOM

    dengan Badan Penyelenggara tersebut yang dalam hal ini adalah Warung

    TELKOM yaitu dengan prinsip saling menguntungkan atau bagi hasil. Penulis

    merasa tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang bentuk perjanjian tersebut

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    7

    ditinjau dari segi hukum perdatanya. Bersamaan dengan hal itu juga diawal 2007,

    beberapa media massa telah mengabarkan bahwa PT. TELKOM akan meninjau

    ulang pola bagi hasilnya dengan penyelenggara jasa telekomunikasi yaitu Warung

    TELKOM diakibatkan keluarnya Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi

    No 08 tahun 2006 tentang Interkoneksi.2

    B. Rumusan Masalah

    Dengan pemberitaan tersebut, penulis semakin tertarik ingin mengetahui

    lebih jauh tentang perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh PT. TELKOM

    dengan Penyelenggara Warung TELKOM, dan sejauh mana Permenkominfo No

    08 Tahun 2006 tentang Interkoneksi tersebut telah memberikan akibat hukum

    terhadap perjanjian kerjasama tersebut.

    Berdasarkan latar belakang seperti yang telah diuraikan diatas, maka ada

    beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini yaitu :

    1. Bagaimana proses Perjanjian Kerjasama antara PT. TELKOM dengan

    Penyelenggara Warung TELKOM?

    2. Apa hak dan kewajiban masing-masing yang menjadi akibat hukum terjadinya

    Perjanjian Kerjasama tersebut terhadap kedua belah pihak ?

    3. Bagaimana perubahan terhadap pola bagi hasil antara PT . TELKOM dengan

    Penyelenggara Warung TELKOM sebelum dan sesudah keluarnya PERMEN

    No.08/PER/M.KOMINF/02/2006 tentang Interkoneksi?

    2 Dikutip dari Harian Analisa edisi Jumat, 2 Februari 2007, Halaman 31, Kolom 1

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    8

    C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

    Di dalam setiap kita melakukan kegiatan pasti ada tujuan dan manfaat

    yang akan kita capai, begitu juga dengan penulisan skripsi ini. Adapun yang

    menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:

    1. Untuk mengetahui bagaimana terjadinya dan bentuk kerjasama yang

    dilakukan oleh PT.TELKOM dengan mitra usahanya yaitu Penyelenggara

    Warung TELKOM

    2. Untuk mengetahui apa-apa saja yang menjadi hak-hak dan kewajiban-

    kewajiban kedua belah pihak dan cara-cara apa atau bagaimana cara kedua

    belah pihak dalam menyelesaikan masalah yang timbul (mis : wanprestasi)

    didalam perjanjian untuk lebih memberikan kepastian hukum kepada kedua

    belah pihak baik PT. TELKOM maupun Penyelenggara Warung TELKOM.

    3. Untuk mengetahui seberapa besar aspek hukum yang diakibatkan keluarnya

    Permen No.08/PER/M.KOMINF/02/2006 tentang Interkoneksi tersebut, yang

    mana beberapa media cetak manyatakan bahwa dengan keluarnya Permen

    tersebut akan memberikan kerugian kepada pihak Penyelenggara Warung

    TELKOM.

    Sedangkan yang menjadi manfaat dari penulisan skripsi ini adalah :

    1. Secara akademis, penulisan skripsi ini bermanfaat untuk melengkapi dan

    memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana hukum.

    2. Disamping itu penulisan ini secara akademis juga bermanfaat untuk

    memperkaya dan memperdalam ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu hukum

    secara khusus dalam hal pembuatan perjanjian kerjasama.

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    9

    3. Secara praktisnya, penulisan skripsi ini bermanfaat juga dalam memberikan

    pemahaman dan juga kepastian hukum dalam perjanjian bagi hasil dalam

    kerjasama antara dua belah pihak yaitu dengan mengkaji bentuk perjanjian

    dan juga aspek hukum dari peraturan tentang perjanjian tersebut.

    D. Tinjauan Kepustakaan

    1. Pengertian Perusahaan

    Baik di dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHP) maupun di

    dalam Kitab Undang-Undang hukum Dagang (KUHD) tidak ada diatur mengenai

    pengertian tentang perusahaan. Hal ini menurut R. Soekardono:

    ..bahwa kekuasaan perundang-undangan berkehendak menyerahkan

    penetapan pengertian itu kepada dunia keilmuan dan kepada yurisprudensi.3

    3 R. Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, Jilid I, Cetakan IX, PT. Dian Rakyat, Jakarta, 1983,

    Hal 19

    Namun demikian, di dalamUndang-undang No 3 Tahun 1982 tentang

    Wajib Daftar Perusahaan memberika defenisi tentang perusahaan. Rumusan

    defenisi tentang perusahaan itu terdapat dalam Pasal 1 huruf b Undang-undang

    tersebut yang berbunyi:

    Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis

    usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan didirikan, bekerja serta

    berkedudukan dalam wilayah negara Indonesia untuk tujuan memperoleh

    keuntungan dan atau laba.

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    10

    Dikarenakan tidak adanya suatu pengertian yang baku mengenai

    perusahaan, maka untuk lebih jelasnya pengertian perusahaan itu, beberapa

    sarjana memberikan pengertian perusahaan sebagai berikut :

    1. Molengraaf berpendapat, perusahaan adalah keselutuhan perbuatan yang

    dilakukan secara terus menerus, bertindak keluar, untuk mendapatkan

    penghasilan, dengan cara memperniagakan barang-barang atau

    mengadakan perjanjian-perjanjian perdagangan.4

    2. Polak mengemukakan bahwa , baru ada perusahaan bila diperlukan adanya

    perhitungan-perhitungan tentang laba rugi yang dapat diperkirakan, dan

    segala sesuatu itu dicatat dalam pembukuan.

    5

    3. Sudargo Gautama, sepertu telah dikutip article 1618 Code Civil, the

    maatschap as a contrak where by two or more persons agree to contribute

    something together, to carry on a business together, in order to share in

    the profits accruing from the common effort.

    6

    Dari ketiga rumusan perusahaan diatas, dapat diuraikan bahwa perusahaan

    terdiri dari beberapa unsur-unsur yaitu :

    a. Badan Usaha

    Yaitu bentuk hukum yang menunjukkan legalitas perusahaan sebagai

    badan usaha yang menjalankan kegiatan ekonomi. Bentuk hukum itu

    secara formal termuat dalam akta pendirian, atau surat izin usaha.

    b. Kegiatan dalam bidang ekonomi

    4 Sentosa, Sembiring, Hukum Dagang, PT. Citra Adytia Bakti, Bandung, 2001, hal 6. 5 Ibid 6 Abdul, Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan (Teoti Dan Contoh Kasus), Prenada Media,

    Jakarta, 2005, hal 82

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    11

    Tidak dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan

    kepentingan umum dan kesusilaan, dan tidak dilakukan dengan cara

    melawan hukum.

    c. Terus menerus

    Kegiatan dalam bidang ekonomi itu dilakukan secara terus menerus

    artinya tidak terputus-putus dan tidak bersifat insidentil, bersifat tetap

    untuk jangka lama. Kegiatan tersebut dijalankan untuk jangka waktu

    yang ditetapkan dalam akta pendirian atau surat izin usaha.

    d. Terang-terangan

    Kegiatan perusahaan itu harus diketahui dan ditujukan kepada umum,

    diakui dan dibenarkan oleh undang-undang dan bebas berhubungan

    dengan pihak lain. Bentuk terang-terangan ini dapat dilihat dari akta

    pendirian perusahaan, surat izin usaha, surat izin tempat usaha dan akta

    pendaftaran perusahaan.

    e. Keuntungan dan atau laba

    Kegiatan perusahaan itu bertujuan untuk memperoleh keuntungan dan

    atau laba. Namun harus sesuai berdasarkan legalitas dan ketentuan

    undang-undang.

    f. Pembukuan

    Dari hasil usaha suatu perusahaan harus dibukukan dalam suatu

    pembukuan umtuk dapat mengetahui keuntungan dan atau laba. Dan

    disamping itu pembukuan berfungsi sebagai dasar perhitungan pajak

    perusahaan dan juga alat bukti pendukung.

    2. Macam-Macam Perusahaan

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    12

    Dilihat dari status kepemilikan modal perusahaan, maka perusahaan

    diklasifikasikan menjadi 2 (dua) yaitu7

    Perusahaan negara yang atau lazim disebut Badan Usaha Milik Negara

    (BUMN) dibagi menjadi 3 (tiga) bentuk yaitu

    :

    a. Perusahaan Negara

    b. Perusahaan Swasta

    Ad. 1. Perusahaan Negara

    Dalam pasal 1 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor

    19 Tahun 1960, yang dimaksud dengan Perusahaan Negara ialah semua

    perusahaan dalam bentuk apapun yang modalnya untuk seluruhnya merupakan

    kekayaan negara Republik Indonesia, kecuali jika ditentukan lain dengan atau

    berdasarkan undang-undang. Perusahaan Negara saat ini disebut dengan Badan

    Usaha Milik Negara (BUMN), istilah tersebut digunakan setelah keluarnya

    Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983.

    8

    1. Perusahaan Jawatan (Perjan)

    :

    Perusahaan jawatan adalah perusahaan milik negara yang seluruh

    modalnya berasal dari anggaran pendapatan dan Belanja Negara (APBN),

    yang bertujuan lebih mengutamakan pelayanan umum dari pada

    kepentingan komersil. Perusahaan jawatan ini dibentuk berdasarkan

    Indonesische Bedrijvenwet (IBW) Stb. 1927-419 dengan perubahannya,

    dan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1969.

    7 Ibid, hal 83 8 Johannes Ibrahim, Hukum Organisasi Perusahaan, PT. Refika Aditama, hal 23.

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    13

    2. Perusahaan Umum( Perum)

    Perusahaan Umum adalah perusahaan milik negara yang modalnya berasal

    dari harta kekayaan negara yang disisihkan, yang bertujuan lebih

    mengutamakan mewujudkan kesejahteraan umum daripada kepentingan

    komersial semata. Artinya sekalipun juga mencari keuntungan, tetapi hal

    itu diperuntukkan bagi kesejahteraan umum. Perusahaan umum ini

    dibentuk beradasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1960.

    khusus pengelolaan modal perusahaan ini diatur dalam Peraturan

    Pemerintah Nomor 26 tahun 1965.

    3. Perusahaan Perseroan ( Persero)

    Perusahaan Perseroan adalah perusahaan milik negara yang berbentuk

    perseroan terbatas dan sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh

    negara serta bertujuan untuk mencari keuntungan, tetapi tetap

    memperhatikan pelayanan umum. Karena persero ini adalah perseroan

    terbatas, maka semua ketentuan tentang perseroan terbatas yang terdapat

    dalam KUHD diberlakukan terhadap persero. Begitu pula halnya dengan

    semua aturan dan asas hukum perdata, berlaku terhadap persero. Namun

    demikian, karena persero ini adalah milik negara (BUMN) maka

    pengelolaannya sangat tergantung pada kebijaksanaan pemerintah.

    Ad. 2. Perusahaan Swasta

    Berdasarkan pada pengklasifikasian perusahaan sebelumnya dimana

    perusahaan swasta adalah merupakan salah satu dari klasifikasi perusahaan

    menurut status kepemilikan selain perusahaan negara, maka dapat disimpulkan

    pengertian perusahaan swasta itu sendiri.

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    14

    Perusahaan swasta adalah perusahaan yang modalnya dimiliki oleh pihak

    swasta dan bertujuan untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya bagi

    kepentingan itu sendiri.

    Adapun bentuk-bentuk perusahaan swasta itu adalah Perseroan Terbatas

    (PT), Perusahaan Comanditer (CV), Persekutuan Firma (Fa), Koperasi, Usaha

    Dagang (UD). Bentuk-bentuk perusahaan ini dapat diketahui dari anggaran dasar

    perusahaan yang disusun oleh pengusaha dan dituangkan dalam akte notaris yang

    lazim disebut Akte Pendirian Perusahaan. Ini akta pendirian perusahaan ini

    memuat Identitas perusahaan, alat perlengkapan, keanggotaan dasar dan tujuan

    perusahaan, hubungan hukum perusahaan. Akta ini tidak boleh bertentangan

    dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan. Suatu perusahaan dapat

    pula tanpa akta pendirian perusahaan. Namun hal ini hanya berlaku bagi

    perusahaan perseorangan dan minimal harus ada identitas perusahaan yang

    menunjukkan bentuk hukumnya, misalnya surat izin usaha, surat tanda

    pendaftaran perusahaan.

    3. TELKOM Sebagai Perusahaan Negara

    PT. TELKOM (Persero) adalah merupakan salah satu Perusahaan Negara

    (BUMN) yang bernaung dibawah Departemen Perhubungan. Hal ini dapat

    dibuktikan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1991 tanggal 1 Mei

    1991 tentang pengalihan bentuk Perusahaan umum Telekomunikasi Indonesia

    (Perumtel) menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Selanjutnya tertuang di

    dalam Anggaran Dasar Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Telekomunikasi

    Indonesia, sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris Imas Fatimah, SH. Nomor

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    15

    128 tanggal 24 September 1991 sebagaimana telah diubah beberapa kali dan

    terakhir dengan akta Nomor 111 tanggal 26 Februari 1993 yang telah disahkan

    dengan Keputusan Menteri Kehakiman Nomor C2-6870.HT.01.01 tahun 1991

    tamggal 19 November 1991 dan telah diumumkan dalam Berita Negara RI Tahun

    1992, tambahan berita negara RI Nomor 5.

    PT. TELKOM adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak

    dalam bidang jasa pelayanan telekomunikasi untuk umum dalam negeri. Pada

    awalnya bernama Post en Telegraafdienst sebuah perusahaan swasta yang

    menyelenggarakan jasa-jasa pos dan telekomunikasi yang didirikan dengan

    Staatdblad pada No. 52 tahun 1884.. penyelenggaraan telekomunikasi swasta ini

    berlangsung sampai tahun 1906 dan sejak itu diambil alih oleh pemerintah Hindia

    Belanda berdasarkan Stb N0. 395 Tahun 1906 dan diubah menjadi Post Telegraaf

    en Telefoondienst dan semenjak itu disebut dengan PTT-Dienst. PTT Dienst pada

    tahun 1927 ditetapkan menjadi Perusahaan Negara Pemerintah Hindia Belanda.

    Jawatan PTT berlangsung sampai dikeluarkannya Peraturan Pemerintah

    Pengganti Undang-Undang No. 19 tahun 1960 yang menetapkan jawatan PTT

    untuk tetap menjadi Perusahaan Negara. Kemudian berdasarkan Peraturan

    Pemerintah No 240 tahun 1961, Perusahaan Jawatan PTT berubah menjadi

    Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi. Dalam perkembangan selanjutnya

    Pemerintah memandang perlu untuk membagi PN Pos dan Telekomunikasi

    menjadi dua perusahaan yang berdiri sendiri yakni berdasarkan Peraturan

    Pemerintah No. 29 Tahun 1965 dibentuk PN. Pos dan Giro dan dengan Peraturan

    Pemerintah No. 30 Tahun 1965 didirikan PN. Telekomunikasi.

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    16

    Lapangan usaha PN. Pos dan Telekomunikasi ternyata berkembang pesat,

    maka pada tahun 1965 pemerintah mengadakan peninjauan kembali. Hasilnya

    berdasarkan SK Menteri Perhubungan No 129/ 1970 PN : Telekomunikasi

    berubah menjadi Perusahaan Umum telekomunikasi yang disingkat menjadi

    Perumtel. Keberadaan Perumtel dikukuhkan dengan Peraturan Pemerintah No 93

    Tahun 1974 yang menetapkan sebagai pengelolaan telekomunikasi umum dalam

    dan luar negeri.

    Namun pada saat itu hubungan telekomunikasi luar negeri juga

    diselenggarakan oleh PT. Indosat (Indonesia Satelite Corporation) yang pada saat

    itu berstatus perusahaan asing bagian dari American Cable dan Radio

    Corporation, sebuah perusahaan di negara bagian Delaware, AS. Pada akhir tahun

    1980, pemerintah mengambil kebijaksanaan dengan membeli seluruh saham PT.

    Indosat, dan kemudian diubah statusnya menjadi suatu BUMN berbentuk Persero.

    Pernyataan modal negara Republik Indonesia dituangkan dalam Peraturan

    Pemerintah No 52 Tahun 1980.

    Selanjutnya untuk lebih meningkatkan pelayanan jasa telekomunikasi

    untuk umum, maka dengan peraturan pemerintah No 53 Tahun 1980 diadakan

    perubahan atas Peraturan Pemerintah No 22 Tahun 1974, yakni dengan

    menetapkan Perumtel sebagai badan usaha yang diberi wewenang untuk

    menyelenggarakan telekomunikasi dalam negeri dan PT Indosat sebagai badan

    usaha yang diberi wewenang menyelenggarakan telekomunikasi umum

    internasional. Peraturan Pemerintah No 36 Tahun 1974 tentang Perumtel juga

    diubah dan dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No 54 Tahun 1980.

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    17

    Sehubungan dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah No 3 Tahun

    1983 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perjan, Perum dan Persero,

    diterbitkan Peraturan Pemerintah No 21 Tahun 1984 tentang Perumtel sebagai

    pengganti dari Peraturan Pemerintah No 36 Tahun 1970 jo Peraturan Pemerintah

    No 54 Tahun 1980.

    Satu hal yang juga sangat mengembirakan dalam sejarah perundang-

    undangan ini adalah ditetapkannya undang-undang No 3 Tahun 1989 tentang

    Telekomunikasi, yang memberikan angin segar dalam pengembangan dan

    pembangunan pertelekomunikasian di Indonesia. Yang saat ini telah diubah

    menjadi Undang-Undang No. 36 Tahun 1999

    Mengingat perkembangan yang begitu pesat ditambah dengan pola

    manajemen yang lebih terbuka, pemerintah melalui PP No 25 Tahun 1991 tanggal

    1 Mei 1991 menetapkan pengalihan bentuk perusahaan umum (Perum) menjadi

    Perusahaan Perseroan. Peralihan bentuk perusahaan tersebut ditandai dengan

    penandatanganan Akta Pendirian Perusahaan Persero (Persero PT.

    Telekomunikasi Indonesia) oleh Notaris Imas fatimah SH bersama-sama dengan

    Menparpostel Soesilo Soedarman yang bertindak selaku kuasa dari Menteri

    Keuangan sebagai pemegang saham, hari Selasa tanggal 24 September 1991 jam

    06.30 WIB di Depparpostel, Jl Kebon Sirih 36 Jakarta Pusat.

    4. Penyelenggara Warung TELKOM sebagai Perusahaan Swasta

    Penyelenggaraan telekomunikasi meliputi 3 hal yaitu Penyelenggaraan

    Jaringan Telekomunikasi, Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi, dan

    Penyelenggaraan Telekomunikasi Khusus. Berdasarkan Undang-undang Nomor

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    18

    36 Tahun 1999 tentang telekomunikasi telah disebutkan bahwa penyelenggaraan

    telekomunikasi dilakukan oleh Penyelenggara Telekomunikasi, selain dapat

    dilakukan oleh BUMN, juga dapat dilakukan badan lain dalam menyelenggarakan

    jasa telekomunikasi atas kerjasama dengan badan penyelenggara atau BUMN.

    Warung TELKOM adalah Outlet TELKOM yang pengelolaannya

    diserahkan kepada suatu Badan Usaha lain sebagai pengelola berdasarkan

    perjanjian kerjasama. Badan Usaha dimaksud terdiri dari Badan Usaha Milik

    Daerah (BUMD), Badan Usaha Swasta, Koperasi, ataupun Perorangan. Badan

    Usaha dimaksud harus berkedudukan dikota atau daerah hukum sesuai alamat

    Warung TELKOM tersebut berada. Pengelolaan dilakukan dengan cara

    memberikan hak berupa penggunaan dan pemanfaatan element brand Warung

    TELKOM dalam penjualan jasa telekomunikasi

    Tata cara pengelolaan harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan

    antara lain : Sambungan telekomunikasi hanya menggunakan jaringan akses

    TELKOM; Produk dan pelayanan yang dijual hanya prodk dan pelayanan

    TELKOM; Menggunakan identitas element brand TELKOM sesuai dengan

    House style Warung TELKOM berpedoman pada ketetentuan yang berlaku;

    Kualitas pelayanan harus memenuhi standar yang digunakan TELKOM. Lingkup

    kerjasama meliputi penjualan pruduk jasa dan pelayanan TELKOM, penggunaan

    dan pemanfaatan element-element brand warung TELKOM dan pembinaan

    manajemen operasional.

    E. Metode Pengumpulan Data

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    19

    Untuk memperoleh suatu kebenaran haruslah didukung oleh dalil-dalil,

    fakta-fakta atau data-data yang empiris yang diperoleh dari suatu karya ilmiah.

    Maka untuk memperoleh fakta-fakta atau data-data dalam menyusun

    skripsi ini, penulis melakukan dua metode yaitu :

    1. Library Research (penelitian kepustakaan), yaitu penelitian yang dilakukan

    dengan cara mempelajari dan sekaligus mentransfer data-data yang

    dibutuhkan sesuai dengan permasalahan yang ada yang berasal dari buku-

    buku, perundang-undangan, media cetak, artikel-artikel, dll.

    2. Field Research (penelitian lapangan), yaitu penelitian yang dilakukan dengan

    pengamatan secara langsung di lapangan dengan mengolah data-data tertulis

    yang diperoleh seperti peraturan-peraturan dan melakukan wawancara dengan

    pihak yang terkait dengan permasalahan yang ada.

    F. Sistematika Penulisan

    Penyusunan materi skripsi ini terdiri atas beberapa bab, yang mana dibagi

    lagi kedalam beberapa sub bab guna mempermudah dalam memahami isi tulisan.

    Adapun sistematika dari skripsi ini adalah sebagai berikut :

    BAB I PENDAHULUAN

    Yakni bab yang mengemukakan latar belakang dari penulisan,

    perumusan masalah, tujuan dan manfaat dilakukannya penulisan,

    tinjauan kepustakaan, metode pengumpulan data, dan kemudian

    sistematika penulisan.

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    20

    BAB II PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PT. TELKOM DENGAN

    PENYELENGGARA WARUNG TELKOM SEBAGAI SALAH

    SATU JENIS PERJANJIAN DALAM KUHPERDATA

    Di dalam bab ini akan terlebih dahulu dijelaskan mengenai ketentuan-

    ketentuan yang berlaku pada perjanjian pada umumnya seperti syarat

    sahnya perjanjian, asas-asas dalam perjanjian, dsb. Dilanjutkan dengan

    pembahasan mengenai perjanjian kerjasama yaitu yang dilakukan oleh

    PT. TELKOM dengan Penyelenggara Warung TELKOM. Misalnya

    mngenai latar belakang munculnya perjanjian.

    BAB III PROSEDUR PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PT. TELKOM

    DENGAN PENYELENGGARA WARUNG TELKOM

    Di dalam bab ini akan dijelaskan lebih lanjut lagi mengenai perjanjian

    kerjasama tersebut yaitu bagaimana prosedur untuk mendirikan suatu

    Warung TELKOM. Dan ketika suatu Perjanjian Kerjasama

    Penyelenggaraan Warung TELKOM telah dilakukan maka bagaimana

    pula prosedur pelaksanaan perjanjian tersebut.

    BAB IV ASPEK HUKUM PERJANJIAN KERJASAMA DAN KELUARNYA

    PERMEN No.08/Per/M.KOMINF/02/2006 TERHADAP POLA BAGI

    HASIL ANTARA PT.TELKOM DENGAN PENYELENGGARA

    WARUNG TELKOM

    Di dalam bab ini akan dijabarkan berbagai hal khusus mengenai

    perjanjian yang dilakukan oleh PT.TELKOM dengan Penyelenggara

    Warung TELKOM yang juga akan menjawab permasalahan yang telah

    dirumuskan diawal. Namun terlebih dahulu dijabarkan apa yang

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    21

    menjadi latar belakang terjadinya perjanjian kerjasama antara

    PT.TELKOM dengan Penyelenggara Warung TELKOM, setelah itu

    bagaimana bentuk perjanjian kerjasamanya, hubungan hukum atau hak

    dan kewajiban para pihak dan juga bagaimana pola bagi hasil yang

    dilakukan sebelun dan sesudah PERMEN

    No.08/Per/M.KOMINF/02/2006 tentang interkoneksi.

    BAB V PENUTUP

    Merupakan bab terakhir yang mana berisi kesimpulan dari semua yang

    telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya dan juga berisi saran-saran

    oleh penulis berdasarkan pemikiran penulis untuk kemajuan ilmu

    pengetahuan kedepannya.

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    22

    BAB II

    PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PT. TELKOM

    DENGAN PENYELENGGARA WARUNG TELKOM SEBAGAI

    SALAH SATU JENIS PERJANJIAN DALAM KUHPERDATA

    B. Perjanjian Secara Umum

    1. Istilah, Pengertian dan Bentuk Perjanjian

    Di dalam hukum perdata terdapat beberapa istilah yang sering diganakan

    atau disamaartikan dengan perjanjian. Ada beberapa istilah yang perlu

    diklarifikasi yaitu Perikatan, Perhutangan, Persetujuan,Perjanjian, dan Kontrak.

    Masing-masing istilah tersebut mempunyai penekanan yang berbeda-beda9

    9 Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Penerbit Cipta Adytia,

    Bandung, 2001, Hal 1.

    .

    Istilah perikatan merupakan istilah paling luas cakupannya. Istilah

    perikatan merupakan kesepadanan dari istilah Belanda Verbintenis. Istilah

    perikatan ini mencakup semua ketentuan dalam Buku III KUHPerdata. Karena itu

    istilah perikatan terdiri dari dua golongan besar, yaitu perikatan yang berasal dari

    undang-undang dan perikatan yang berasal dari perjanjian.

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    23

    Istilah perhutangan sebenarnya dimaksudkan sebagai padanan atau bahkan

    istilah lain dari perikatan. Akan tetapi karena istilah perhutangan ini berasal dari

    kata utang maka bagaimanapun juga pemakaian istilah perhutangan ini akan

    berkonotasi bahwa ikatan hukum tersebut merupakan ikatan yang berhubungan

    dengan pembayaran utang. Artinya salah satu pihak harus memberikan sejumlah

    uang untuk memenuhi prestasinya. Perhutangan timbul dari perjanjian

    (overeenkomst) dan undang-undang (wet)

    Istilah perjanjian merupakan kesepadanan dari persetujuan yang dalam

    bahasa Belanda disebut dengan vereenkomst atau Agreement dalam bahasa

    Inggris. Perjanjian memiliki cakupan yang lebih sempit dari istilah perikatan. Jika

    dengan istilah perikatan dimaksudkan untuk mencakup semua bentuk perikatan

    dalam buku III KUHPerdata, jadi termasuk ikatan hukum yang berasal dari

    perjanjian dan ikatan hukum yang terbit dari undang-undang. Maka istilah

    perjanjian hanya dimaksudkan sebagai pengaturan tentang ikatan hukum yang

    terbit dari perjanjian saja.

    Istilah kontrak dalam bahasa Inggris disebut dengan contract. Istilah

    kontrak dalam bahasa Indonesia sebenarnya sudah lama ada, dan bukan

    merupakan istilah yang asing. Misalnya dalam hukum kita sudah lama dikenal

    istilah Kebebasan Berkontrak bukan Kebebasan Berperjanjian atau

    Berperikatan atau Berperhutangan10

    Hanya saja dewasa ini istilah Hukum Kontrak ada konotasi tersendiri

    yaitu

    .

    11

    10 Ibid, hal 2 11 Ibid, hal 3

    :

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    24

    a. Hukum kontrak dimaksudkan sebagai hukum yang mengatur tentang

    perjanjian tertulis semata. Sehingga orang sering menanyakan mana

    kontraknya? diartikan bahwa yang ditanyakan adalah kontrak yang

    tertulis.

    b. Hukum kontrak dimaksudkan sebgai hukum yang mengatur tentang

    perjanjian dalam dunia bisnis semata.

    c. Hukum kontrak semata dimaksudkan sebagai hukum yang mengatur

    tentang perjanjian internasional.

    Untuk memberikan suatu pengertian perjanjian, tidaklah semudah

    menyebutkannya, sama halnya dengan memberikan defenisi hukum. Setiap

    sarjana tidak mempunyai kesepakatan/kesatuan pendapat karena hal ini tergantung

    dari sudut mana sarjana tersebut memandang. Dalam hal mengemukakan suatu

    pendapat atau pandangan tentang suatu masalah seorang ahli hukum akan berpijak

    dari berbagai sudut yang melatarbelakangi pemikirannya.

    Perjanjian merupakan sumber dari perikatan, yang dibuat sengaja atas

    kehendak para pihak secara sukarela maka segala sesuatu yang telah disepakati,

    disetujui oleh para pihak harus dilaksanakan oleh para pihak sebagaimana telah

    dikehendaki oleh mereka.

    Jadi perjanjian melahirkan suatu perikatan, yang meciptakan kewajiban

    pada salah satu atau lebih pihak dalam perjanjian. Kewajiban yang dibebankan

    pada debitor dalam perjanjian memberikan hak pada kreditor dalam perjanjian

    untuk menuntut pelaksanaan prestasi dalam perikatan yang lahir dalam perjanjian

    tersebut. Dalam hal debitor tidak melaksanakan perjanjian yang telah disepakti

    tersebut, maka kreditor berhak untuk menuntut pelaksanaan kembali pelaksanaan

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    25

    kembali perjanjian yang belum atau tidak sepenuhnya dilaksanakan atau yang

    telah dilaksanakan secara bertentangan atau tidak sesuai dengan yang

    diperjanjikan, dengan atau tidak disertai dengan penggantian berupa bunga,

    kerugian dan biaya yang telah dikeluarkan oleh kreditor12

    Apabila kita melihat pengertian perjanjian diatas maka dari suatu perjanjian lahirlah kewajiban atau prestasi dari satu atau lebih orang kepada satu orang atau lebih orang lainnya yang berhak atas prestasi tersebut. Rumusan tersbut memberikan konsekuensi hukum bahwa dalam suatu perjanjian akan selalui ada dua pihak, dimana satu pihak adalah pihak yang wajib berprestasi (debitor) dal pihak lainnya adalah pihak yang berhak atas prestasi tersebut (kreditor)

    .

    Di dalam pasal 1313 Buku III Titel dua KUHPerdata, disebutkan bahwa

    suatu perjanjian adalah suatu perbuatan mana satu orang atau lebih mengikatkan

    dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.

    13

    Prof. Dr. Wiryono Prodjodikoro, S.H memberikan rumusan perjanjian

    sebagai berikut: Perjanjian adalah suatu hubungan antara dua pihak, dalam

    . Para Sarjana Hukum Perdata pada umumnya berpendapat bahwa defenisi

    perjanjian yang terdapat di dalam ketentuan pasal 1313 diatas adalah tidak

    lengkap, dan pula terlalu luas. Tidak lengkap karena yang dirumuskan itu hanya

    mengenai perjanjian sepihak saja. Defenisi itu dikatakan terlalu luas karena dapat

    mencakup perbuatan di dalam lapangan hukum keluarga seperti janji kawin, yang

    merupakan perjanjian juga, tetapi sifatnya berbeda dengan perjanjian yang diatur

    dalam KUHPerdata Buku III ini, yang diatur dalam Buku III ini kriterianya dapat

    dinilai secara meteriil, dengan kata lain dengan uang.

    12 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir Dari Undang-Undang, PT. Raja

    Grafindo Persada, Jakarta, 2003, Hal. 91 13 Ibid, hal. 92

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    26

    mana satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melaksanakan janji

    tersebut.14

    Prof. R. Subekti, S.H mengatakan bahwa perjanjian adalah suatu peristiwa dimana dua orang berjanji kepada orang lain dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Selanjutnya dikemukakan bahwa istilah perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena kedua belah pihak itu bertujuan untuk melakukan sesuatu hal.

    15

    Yahya Harahap S.H berpendapat perjanjian mengandung pengertian suatu

    hubungan hukum kekayaan/harta antara uda orang atau lebih yang memberi

    kekuatan hak pada satu pihak untuk memperolah prestasi dan sekaligus

    mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasi.

    16

    Abdul Kadir Muhammad, S.H memberikan rumusan bahwa perjanjian

    adalah suatu perssetujuan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri

    untuk melaksanakan sesuatu dalam lapangan harta kekayaan.

    17

    Bentuk perjanjian dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu perjanjian

    tertulis dan perjanjian tak tertulis (lisan). Perjanjian Tertulis adalah perjanjian

    yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk tertulis. Sedangkan Perjanjian Tak

    Dari pendapat-pendapat beberapa sarjana tentang perjanjian dapat

    disimpulkan bahwa perjanjian mengandung pengertian sebagai suatu hubungan

    hukum yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dimana pihak yang satu

    mengikatkan diri kepada pihak yang lain dan sebaliknya untuk melakukan sesuatu

    hal yang telah diperjanjikan dimana para pihak dapat menuntut apabila ada salah

    satu pihak yang tidak menepati janjinya.

    14 Wiryono Prodjodokoro, Azas-Azas Hukum Perjanjian, PT. Bale, Bandung, 1982, Hal. 9. 15 Subekti, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, 1985, Hal. 1. 16 Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, PT. Alumni, Bandung, 1986, Hal 6. 17 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perjanjian, Penerbit Alumni, Bandung, 1986, Hal 78.

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    27

    Tertulis adalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam wujud lisan (cukup

    kesepakatan para pihak ).

    Ada tiga bentuk perjanjian tertulis, sebagaimana dikemukakan sebagai

    berikut18

    1. Perjanjian yang dibuat di bawah tangan yang ditandatangani oleh para

    pihak yang bersangkutan saja. Perjanjian itu hanya mengikat para pihak

    dalam perjanjian, tetapi tidak mempunyai kekuatan mengikat pihak ketiga.

    Dengan kata lain, jika perjanjian tersebut disangkal pihak ketiga maka

    para pihak atau salah satu pihak dari perjanjian itu berkewajiban

    mengajukan bukti-bukti yang diperlukan untuk bahwa keberatan pihak

    ketiga dimaksud tidak berdasar dan tidak dapat dibenarkan.

    :

    2. Perjanjian dengan akte notaris untuk melegalisir tanda tangan para pihak.

    Fungsi kesaaksian nitaris atas suatu dokumen semata-mata hanya untuk

    melegalisir kebenaran tandatangan para pihak. Akan tetapi kesaksian

    tersebut tidaklah mempengaruhi kekuatan hukum dari sisi perjanjian.

    3. Perjanjian yang dibuat dihadapan dan oleh notaris dalam bentuk akte

    notariel. Akte notariel adalah akta yang dibuat dihadapan dan dimuka

    perjabat yang berwenang untuk itu. Perjabat yang berwenang untuk itu

    adalah notaris, camat, PPAT, dan lain-lain. Jenis dokumen ini merupakan

    alat bukti yang sempurna bagi para pihak yang bersangkutan maupun

    pihak ketiga.

    18 Salim H.S, Hukum Kontrak Teori dan Praktek Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta,

    2003, Hal. 43.

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    28

    2. Jenis-Jenis dan Syarat Sahnya Perjanjian

    a. Jenis-Jenis Perjanjian

    Di dalam praktek hukum perdata, dikenal beberapa jenis perjanjian.

    Namun dalam hal ini akan dijelaskan beberapa yang relevan dengan permasalahan

    ini.

    1. Perjanjian positif, suatu perjanjian disebutkan positif apabila pelaksanaan

    prestasi yang dimaksudkan dalam isi perjanjian merupakan tindakan

    positif, baik yang berupa memberi/menyerahkan sesuatu barang atau

    melakukan sesuatu perbuatan.19

    2. Perjanjian negatif, suatu perjanjian yang apabila prestasi yang menjadi

    maksud perjanjian merupakan sesuatu tindakan negatif yaitu tidak

    melakukan sesuatu.

    20

    3. Perjanjian terus menerus, yaitu perjanjian dimana kewajiban pemenuhan

    dan pelaksanaan prestasi berlangsung dalam jangka waktu yang lama.

    21

    4. Perjanjian Bernama (Benoemd), perjanjian khusus adalah perjanjian yang

    mempunyai nama sendiri. Maksudnya ialah bahwa perjanjian-perjanjian

    tersebut diatur dan diberi nama oleh pembentuk undang-undang,

    berdasarkan tipe yang paling banyak terjadi sehari-hari.

    22

    5. Perjanjian Tidak Bernama (onbenoemde), diluar perjanjian bernama, tumbuh pula perjanjian tidak bernama yang tidak diatur di dalam KUHPerdata, tetapi terdapat di dalam masyarakat. Jumlah perjanjian ini tidak terbatas dengan nama yang disesuaikan dengan kebutuhan pihak-

    19 Yahya harahap, op cit, hal 15. 20 Ibid 21 Ibid 22 Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,

    2001, hal 67.

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    29

    pihak yang mengadakanya. Seperti perjanjian kerjasama, perjanjian pemasaran, perjanjian pengelolaan.23

    6. Perjanjian Timbal Balik adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban

    pokok bagi kedua belah pihak.24

    7. Perjanjian Bersyarat, suatu perjanjian adalah bersyarat apabila ia digantungkan pada suatu peristiwa yang masih akan datang dan masih belum tentu akan terjadi, baik secara menangguhkan lahirnya perikatan hingga terjadinya peristiwa semacam itu, maupun secara membatalkan perikatan menurut terjadinya atau tidak terjadinya peristiwa tersebut.

    25

    8. Perjanjian Dengan Ketetapan Waktu, lain halnya dengan pserjanjian yang

    bersyarat dimana suatu ketetapan waktu tidak menangguhkan lahirnya

    suatu perjanjian, melainkan hanya menangguhkan pelaksanaannya,

    ataupun menentukan lama waktu berlakunya suatu perjanjian26

    9. Perjanjian Dengan Ancaman Hukuman, yaitu perjanjian di mana

    ditentukan bahwa untuk jaminan pelaksanaan perjanjian, debitur

    diwajibkan untuk melaksanakan sesuatu apabila perjanjiannya tidak

    dipenuhi

    .

    27

    10. Perjanjian yang dapat dibagi dan yang tak dapat dibagi,. Suatu perikatan daikatakan dapat atau tidak dapat dibagi adalah sekedar prestasinya dapat dibagi menurut imbangan, pembagian mana tidak boleh mengurangi hakkekat prestasi itu. Soalnya dapat atau tidak dibaginya prestasi itu terbawa oleh sifat barang yang tersangkut di dalamnya, tetapi juga dapat disimpulkan dari maksudnya perikatan itu

    .

    28

    .

    b. Syarat-Syarat Sahnya Perjanjian

    23 Ibid 24 Ibid, hal 66. 25 Subekti, op cit, hal 4 26 Ibid, hal 6. 27 Ibid, hal 11. 28 Ibid, hal 9.

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    30

    Pada umunya suatu perjanjian dikatakan sah apabila telah memenuhi

    syarat-syarat sebagaimana ditentukan dalam pasal 1320 KUHPerdata. Syarat-

    syarat tersebut antara lain:

    1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya,

    2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian,

    3. Suatu hal tertentu,

    4. Suatu sebab yang halal.

    Ad.1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.

    Syarat pertama sahnya perjanjian adalah kesepakatan para pihak. Yang

    dimaksud dengan kesepakatan adalah persesuaian kehendak antara satu orang atau

    lebih dengan pihak lainnya. Dimana yang sesuai itu adalah pernyataanya, karena

    kehendak itu dapat dilihat/diketahui orang lain. Ada lima cara terjadinya

    persesuaian pernyataan kehendak, yaitu dengan29

    1. bahasa yang sempurna dan tertulis,

    :

    2. bahasa yang sempurna secara lisan,

    3. bahasa yang tidak sempurna asal dapat diterima oleh pihak lawan. Karena

    dalam kenyataanya seringkali seseorang menyampaikan dengan bahasa

    yang tidak sempurna tetapi dimengerti oleh pihak lawannya.

    4. bahasa isyarat asal dapat diterima oleh pihak lawannya,

    5. diam atau membisu, tetapi asal dipahami atau diterima pihak lawan.

    Pada dasarnya cara yang paling banyak dilakukan oleh para pihak adalah

    dengan bahasa yang sempurna secara lisan dan secara tertulis. Tujuan pembuatan

    perjanjian secara tertulis adalah agar memberikan kepastian hukum bagi para

    29 Salim H.S, op cit, hal. 33.

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    31

    pihak dan sebagai alat bukti yang sempurna dikala timbul sengketa di kemudian

    hari.

    Dalam ketentuan pasal 1321 KUHPerdata diaktakan bahwa tidak ada

    sepakat yang sah apabila sepakat itu diberikan karena kekhilafan, atau

    diperolehnya dengan paksaan atau penipuan. Jadi apabila kata sepakat diperoleh

    dengan kekhilafan, atau paksaan, atau penipuan maka dapat mengakibatkan

    batalnya perjanjian.

    Akibat perkembangan zaman dan juga teknologi, perjanjian antara para

    pihak tidak lagi dilakukan secara langsung bertatap muka, namun sudah banyak

    cara yang muncul seperti melalui surat ataupun melalui internet. Sehingga selalu

    dipertanyakan kapan terjadinya kata sepakat dalam suatu perjanjian. Mengenai hal

    tersebut ada beberapa teori yaitu30

    1. Teori kehendak (wilstheorie) mengajarkan bahwa kesepakatan terjadi pada

    saat kehendak pihak penerima dinyatakan, misalkan dengan menulis surat.

    :

    2. Teori pengiriman (verzendtheorie) mengajarkan bahwa kesepakatan terjadi

    pada saat kehendak yang dinyatakan itu dikirim oleh yang menerima

    tawaran.

    3. Teori pengetahuan (vernemingstheorie) mengajarkan bahwa pihak yang

    menawarkan seharusnya sudah mengetahui bahwa tawarannya diterima.

    4. Teori kepercayaan (vertrouwenstheorie) mengajarkan bahwa kesepakatan

    itu terjadi pada saat pernyataan kehendak dianggap layak diterima yang

    menawarkan.

    Ad.2. kecakapan untuk membuat suatu perjanjian

    30 Ibid, hal 40

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    32

    Kecakapan bertindak merupakan kecakapan atau kemampuan untuk

    melakukan perbuatan hukum. Orang-orang yang mengadakan perjanjian haruslah

    orang-orang yang cakap dan mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan

    hukum. Sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang. Orang yang cakap

    dan berwenang untuk melakukan perbuatan hukum adalah orang yang sudah

    dewasa artinya sudah mencapai umur 21 tahun dan atau sudah kawin. Sedangkan

    orang yang tidak cakap membuat perjanjian menurut pasal 1330 KUHPerdata

    adalah :

    1. orang yang belum dewasa ;

    2. mereka yang ditaruh dibawah pengampuan;

    3. orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-

    undang, dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang

    telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu.

    Menurut ketentuan pasal 330 KUHPerdata, belum dewasa adalah mereka

    yang belum mencapai umur 21 tahun dan tidak lebih dahulu kawin dan juga yang

    sudah kawin tetapi kemudian bercerai meskipun belum genap umur 21 tahun.

    Namun dengan keluarnya UU No. 1/1974 Tentang Perkawinan, maka ketentuan

    dewasa diubah sehingga menjadi 18 tahun (atau sudah pernah kawin). Dengan

    demikian , umur dewasa 21 tahun sebagimana ditentukan oleh KUHPerdata sudah

    tidak berlaku lagi. Hal ini juga telah dikuatkan oleh Mahkamah Agung dalam

    putusannya No.477 K/Sip/1976, tanggal 13 Oktober 1976.

    Pasal 433 KUHPerdata, mangatakan bahwa orang yang ditaruhkan dibawah

    pengampuan tersebut adalah setiap orang dewasa yang selalu barada dalam

    keadaan dungu, sakit otak (tidak waras pikirannya), mata gelap dan juga yang

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    33

    boros. Mereka akan tetap dibawah pengampuan sungguhpun kadang-kadang

    mereka dapat bertindak seperti orang yang cakap berbuat.

    KUHPerdata memandang bahwa seorang wanita yang telah bersuami tidak

    cakap untuk mengadakan perjanjian. Namun sejak tahun 1963 dengan Surat

    Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 1963 yang ditujukan kepada Ketua

    Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi di seluruh Indonesia, kedudukan wanita

    yang telah bersuami diangkat kederajat yang sama dengan pria, untuk

    mengadakan perbuatan hukum dan mengahdap di depan pengadilan, ia tidak

    memerlukan bantuan lagi dari suaminya. Dengan demikian maka sub 3 dari pasal

    1330 KUHPerdata sekarang sudah merupakan kata-kata hampa.

    Ad.3. Suatu hal tertentu

    Yang dimaksud dengan perihal tertentu tidak lain adalah perihal yang

    merupakan objek dari suatu perjanjian. Suatu perjanjian haruslah mempunyai

    objek tertentu, sekurang-kurangnya dapat ditentukan bahwa objek tertentu itu

    dapat berupa benda yang sekarang ada dan nanti akan ada.

    Ad.4. Suatu sebab yang halal

    Didalam pasal 1335 KUHPerdata menyatakan bahwa Suatu perjanjian tanpa

    sebab atau telah dibuat karena suatu sebab yang palsu atau terlarang, tidaklah

    mempunyai kekuatan. Sedangkan pasal 1320 KUHPerdata sendiri tidak

    memberikan pengertian atau defenisi sebab sebagaimana dimaksud. Yang

    dimaksud disini sebab bukanlah hubungan sebab akibat, sehingga pengertian

    kausa disini tidak mempunyai hubungan sama sekali dengan ajaran kausaliteit.

    Pasal 1336 dan 1337 KUHPerdata menerangkan mengenai sebab yang halal dan

    sebab yang terlarang yang mengatkan Jika tak dinyatakan sesuatu sebab, tetapi

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    34

    ada suatu sebab yang halal, atau pun jika ada suatu sebab lain dari pada yang

    dinyatakan, perjanjiannya namun demikian adalah sah dan Suatu sebab adalah

    terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang, atau apabila berlawanan dengan

    kesusilaan baik atau ketertiban umum. Menurut Yurisprudensi yang ditafsirkan

    dengan kausa adalah isi atau maksuddari perjanjian. Melalui syarat sebab, di

    dalam praktek maka ia merupakan upaya untuk menempatkan perjanjian dibawah

    pengawasan hakim.

    Di dalam perkembangan doktrin ilmu hukum keempat syarat yang diatur

    dalam pasal 1320 KUHPerdata tersebut digolongkan kepada dua jenis yaitu :

    1. dua syarat pertama digolongkan kepada syarat subyektif ;

    2. dan dua syarat berikutnya digolongkan kepada syarat obyektif.

    Suatu perjanjian yang cacat subyektif akibat hukumnya dapat dibatalkan

    sedangkan perjanjian yang cacat obyektif batal demi hukum.

    3. Asas-Asas Hukum Dalam Perjanjian

    Dalam rangka menciptakan keseimbangan dan memelihara hak-hak yang

    dimiliki oleh para pihak sebelum perjanjian yang dibuat menjadi perikatan yang

    mengikat para pihak, oleh KUHPerdata diberikan berbagai asas umum, yang

    merupakan pedoman atau patokan, serta menjadi batas atau rambu dalam

    mengatur dan membentuk perjanjian yang berlaku bagi para pihak, yang dapat

    dipaksakan pelaksanaan atau pemenuhannya.

    Asas hukum adalah suatu pemikiran yang bersifat umum dan abstrak yang melatarbelakangi hukum positif. Dengan demikian asas hukum tersebut tidak tertuang dalam hukum konkrit. Sudikno Mertokusumo memberikan penjelasan

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    35

    mengenai pengertian tersebut yaitu sebagai berikut Pengertian asas hukum atau prinsip hukum bukanlah peraturan hukum yang konkrit, melainkan merupakan pemikiran dasar yang umum sifatnya atau merupakan latar belakang dari peraturan yang konkrit yang terdapat dalam dan dibelakang setiap sistem hukum yang terjelma dalam peraturan perundang-undangan dan putusan hakim yang merupakan hukum positif dan dapat dikemukakan dengan mencari sifat-sifat umum dalam peraturan konkrit tersebut31

    Adapun asas-asas yang berlaku dalam lapangan hukum perjanjian adalah

    sebagai berikut

    .

    32

    Asas kebebasan berkontrak ini dibatasi oleh hukum yang sifatnya

    memaksa, sehingga para pihak yang membuat persetujuan harus menaati hukum

    yang bersifat memaksa tersebut. Asas kebebasan berkontrak ini merupakan

    konsekuensi dari dianutnya sistem terbuka dalam hukum perjanjian yang sifatnya

    sebagai hukum pelengkap. Hal ini berarti bahwa masyarakat atau para pihak

    :

    a. Asas kebebasan berkontrak

    Yang dimaksud dengan asas kebebasan berkontrak adalah bahwa para

    pihak bebas mengadakan perjanjian menurut kehendaknya sendiri, baik terhadap

    perjanjian yang sudah diatur dalam undang-undang, maupun yang belum ada

    pengaturannya. Dengan asas ini, sering disebut bahwa hukum perjanjian

    menganut sistem terbuka sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata yaitu

    Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi

    mereka yang membuatnya. Dengan menekan kata semua, Pasal tersebut

    seolah-olah berisikan suatu pernyataan kepada masyarakat bahwa setiap orang

    diperbolehkan membuat perjanjian yang berupa dan berisi apa saja, dan perjanjian

    itu akan mengikat mereka yang membuatnya seperti suatu undang-undang.

    31 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta, 1986, hal

    33. 32 Mariam Darus Badrulzaman, dkk, op cit, hal 83

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    36

    selain bebas membuat perjanjian apapun, mereka pada umumnya juga

    diperbolehkan untuk mengenyampingkan atau tidak mempergunakan peraturan-

    peraturan yang terdapat dalam Buku III KUHPerdata. Oleh karena itu bahwa para

    pihak dapat membuat peraturan-peraturan yang berlaku diantara mereka. Undang-

    undang hanya melengkapi saja apabila ada hal-hal yang belum diatur diantara

    mereka. Dengan demikian tepatlah jika hukum perjanjian sebagai hukum

    pelengkap, sehingga dapat dipergunakan untuk melengkapi perjanjian-perjanjian

    yang memang tidak lengkap.

    b. Asas kesepakatan (konsensuil)

    Maksud dari asas ini adalah bahwa untuk lahirnya suatu perjanjian cukup

    dengan dicapainya kata sepakat mengenai hal-hal pokok dari perjanjian tersebut,

    maka pada saat itu pula perjanjian sudah sah atau lahir dan mempunyai kekuatan

    mengikat tanpa harus diikuti oleh perbuatan hukum lain kecuali perjanjian yang

    bersifat formal. Asas konsensuil ini merupakan asas yang universal yang terdapat

    dalam KUHPerdata, khususnya dalam hukum perikatan. Dalam KUHPerdata asas

    ini dapat ditemukan dalam Pasal 1320 yang menentukan bahwa salah satu

    menentukan syarat sahnya perjanjian adalah kata sepakat. Karena dalam Pasal

    tersebut tidak disebutkan suatu formalitas tertentu disamping kesepakatan yang

    tercapai itu sudah sah atau mengikat apabila sudah tercapai kesepakatan

    mengenai hal-hal pokok dari perjanjian itu. Asas ini sangat erat hubungannya

    dengan asas kebebasan berkontrak.

    c. Asas Kepercayaan

    Seseorang atau satu pihak yang mengadakan perjanjian dengan pihak yang

    lain, yang seharusnya atau semestinya dapat menumbuhkan rasa kepercayaan

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    37

    diantara kedua pihak itu, bahwa satu sama lainnya akan memegang janjinya untuk

    memenuhi prestasinya dikemudian hari sesuai dengan kesepakatan yang mereka

    buat atau mereka capai dalam perjanjian. Tanpa adanya kepercayaan itu, maka

    perjanjian itu tidak dapat terwujud atau tidak mungkin diadakan oleh para pihak.

    Dengan adanya kepercayaan maka para pihak setuju untuk mengikatkan dirinya

    yang dituangkan dalam suatu perjanjian yang pada dasarnya mempunyai kekuatan

    hukum sebagai undang-undang.

    d. Asas kekuatan mengikat (Pacta Sunt Servanda)

    Asas kekuatan mengikat atau sering disebut asas pacta sunt servanda

    dapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, yang menegaskan bahwa

    semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi

    mereka yang membuatnya.

    Konsekuensi dari asas ini adalah bahwa sejak dipenuhinya syarat sahnya

    perjanjian, maka sejak saat itu pula perjanjian itu mengikat bagi para pihak.

    Mengikat sebagai undang-undang berarti pelanggaran terhadap perjanjian tersebut

    berakibat hukum sama dengan melanggar undang-undang. Mengikat artinya

    masing-masing pihak dalam perjanjian tersebut harus menghormati dan

    melaksanakan isi perjanjian, serta tidak boleh melakukan yang bertentangan

    dengan isi perjanjian.

    e. Asas Persamaan Hukum

    Menurut asas ini bahwa para pihak ditempatkan dalam persamaan derajat,

    tidak ada perbedaan, sekalipun ada perbedaan kulit, bangsa, kekayaan, kekuasaan,

    jabatan dan lain-lain. Dimana masing-masing pihak wajib ikut melihat adanya

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    38

    persamaan ini dan mengharuskan kedua pihak untuk menghormati satu sama

    lainnya sebagai manusia ciptaan Tuhan.

    f. Asas Keseimbangan

    Asas ini menghendaki kedua pihak memenuhi dan melaksanakan

    perjanjian itu. Asas keseimbangan ini merupakan kelanjutan dari asas persamaan.

    Kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat

    menuntut pelunasan prestasi melalui kekayaan debitur, namun kreditur memikul

    pula beban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik. Disini dapat

    dilihat bahwa kedudukan kreditur yang kuat diimbangi dengan kewajibannya

    untuk memperhatikan itikad baik, sehingga kedudukan kreditur dan debitur

    seimbang.

    g. Asas Kepastian Hukum

    Perjanjian sebagai suatu figur hukum harus mengandung kepastian hukum.

    Kepastian ini terungkap dari kekuatan mengikat perjanjian itu yaitu sebagai

    undang-undang bagi para pihak yang membuat perjanjian itu.

    h. Asas Moral

    Asas ini terlihat dalam perikatan wajar, dimana suatu perbuatan sukarela

    dari seseorang tidak menimbulkan hak baginya untuk menggugat kontra prestasi

    dari pihak debitur. Dimana seseorang yang melakukan sesuatu perbuatan dengan

    sukarela (moral) yang bersangkutan dengan kewajiban (hukum) untuk

    meneruskan dan menyelesaikan perbuatannya juga. Faktor-faktor yang

    memberikan motivasi pada yang bersangkutan yang akan melakukan perbuatan

    hukum itu berdasarkan pada kesusilaan (moral), sebagai panggilan dari hati

    nurani.

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    39

    i. Asas Kepatutan

    Asas ini dituangkan dalam Pasal 1339 KUHPerdata, asas kepatutan ini

    erat kaitannya dengan ketentuan mengenai isi perjanjian. Kesepakatan yang

    dituangkan dalam isi perjanjian menurut asas kepatutan ini harus melahirkan rasa

    keadilan baik kepada pihak yang mengadakan perjanjian maupun terhadap rasa

    keadilan dalam masyarakat.

    4. Berakhirnya Suatu Perjanjian

    Pasal 1381 KUH Perdata mengatur cara-cara hapus atau berakhirnya

    perjanjian, antara lain33

    a. Karena pembayaran

    :

    Mengenai hapusnya perikatan karena pembayaran diatur dalam Pasal 1382

    sampai dengan Pasal 1403 KUHPerdata. Yang dimaksud oleh undang-undang

    dengan perkataan pembayaran adalah pelaksanaan atau pemenuhan perjanjian

    secara sukarela, artinya tidak ada paksaan atau eksekusi. Alat pembayaran dapat

    diserahkan berupa uang dan barang.

    Pembayaran merupakan pelaksanaan perjanjian dalam arti yang

    sebenarnya, yaitu bahwa dengan pembayaran ini tercapailah tujuan perjanjian

    secara yang tergambar dalam alam pikiran kedua dalam pihak pada waktu

    membentuk persetujuan.34

    Waktu pembayaran yaitu tergantung pada apa yang telah ditetapkan dalam

    perjanjian, kalau tidak ditentukan maka pembayaran harus dilakukan segera

    33 Ibid, hal 116 34 Wirdjono Prodjodikoro, op cit, hal. 95.

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    40

    setelah perjanjian terjadi. Mengenai pembayaran yang dilakukan secara berkala

    (periodik), misalnya sewa rumah, cicilan atau angsuran, oleh undang-undang

    diberikan suatu keringanan bagi debitur dalam membuktikan debitur sudah

    membayar cicilan-cicilannya, yaitu dengan menunjukkan adanya tiga surat

    pembayaran (kuitansi), dari mana terbukti bahwa telah terjadi pembayaran cicilan

    tiga kali berturut-turut, menerbitkan suatu persangkutan bahwa cicilan-cicilan

    yang lebih dahulu telah dibayar lunas.

    b. Karena penawaran pembayaran tunai, diikuti penyimpanan atau penitipan

    (konsinyasi)

    Ketentuan tentang pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau

    penitipan barang diatur dalam Pasal 1404 sampai dengan Pasal 1412 KUHPerdata.

    Dalam Pasal 1404 KUHPerdata menegaskan bahwa adanya penawaran

    pembayaran tunai adalah untuk membantu pihak yang berutang apabila si

    berpiutang menolak menerima pembayaran dengan melakukan penitipan uang

    atau barang di panitera pengadilan.

    Hal ini dilakukan untuk mengakhiri perjanjian apabila si berpiutang

    (kreditur menolak pembayaran). Prosedur penawaran ini diatur oleh Pasal 1405

    KUHPerdata. Barang yang hendak dibayarkan itu diantarkan ada kreditur atau ia

    diperingatkan untuk mengambil barang itu disimpan di suatu tempat. Jika ia tetap

    menolaknya, maka barang itu disimpan di suatu tempat. Jika ia tetap menolaknya,

    maka barang itu disimpan di suatu tempat atas tanggungan si kreditur. Penawaran

    dan peringatan tersebut harus dilakukan secara resmi, misalnya oleh juru sita yang

    membuat proses ferbal dari perbuatan itu. Sedangkan penyimpanan dapat

    dilakukan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri, dengan memberitahukan kepada

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    41

    kreditur. Jika cara-cara yang ditetapkan oleh undang-undang dipenuhi, dengan

    disimpannya barang tersebut, si debitur telah dibebaskan dari hutangnya. Artinya,

    ia sudah dianggap membayar secara sah.

    c. Karena pembaharuan hutang (Novasi)

    Pembaharuan hutang atau novasi diatur dalam Pasal 1413 sampai dengan

    1424 KUHPerdata. Pembaharuan hutang adalah suatu perjanjian dengan mana

    perikatan yang sudah ada dihapuskan atau sekaligus diadakan suatu perikatan

    baru. Menurut Pasal 1413 KUHPerdata, ada 3 (tiga) macam jalan untuk

    melakukan suatu pembaharuan hutang atau novasi, yaitu:

    1. Debitur dan kreditur mengadakan perjanjian baru, yang menggantikan

    perjanjian lama yang dihapuskan karenanya.

    2. Apabila terjadi penggantian debitur, dengan demikian debitur lama

    dibebaskan dari perikatannya.

    3. Apabila terjadi penggantian kreditur, dengan demikian kreditur lama

    dibebaskan dari perikatannya.

    d. Karena perjumpaan hutang (Kompensasi)

    Menurut Pasal 1425 KUHPerdata, perjumpaan hutang ini adalah akibat

    dari suatu keadaan bahwa pada suatu ketika seorang A mempunyai utang kepada

    seorang B. Antara mereka terjadi perjumpaan dengan utang mana antara kedua

    orang tersebut dihapuskan dengan cara dan dalam hal-hal akan disebutkan atas

    kekuatan sendiri.

    Perjumpaan hutang (kompensasi) adalah suatu cara penghapusan hutang

    dengan jalan memperjumpakan atau memperhitungkan hutang piutang secara

    timbal balik antara debitur dan kreditur.

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    42

    Untuk terjadinya kompensasi, Pasal 1427 KUHPerdata menentukan bahwa

    hutang tersebut adalah :

    1. Kedua-duanya berpokok sejumlah uang atau sejumlah barang yag dapat

    dihabiskan atau diganti.

    2. Kedua-duanya dapat ditetapkan dan ditagih seketika.

    e. Karena percampuran hutang

    Menurut Pasal 1436 KUHPerdata, pencampuran hutang adalah akibat dari

    keadaan yaitu bahwa seorang A yang mula-mula adalah debitur dari B kemudian

    menjadi kreditur dari B. Misalnya B meninggal dunia dan adalah satu-satunya ahli

    waris, maka dengan sendirinya utang hapus. Percampuran hutang terjadi apabila

    kedudukan kreditur dan debitur berkumpul pada satu orang, maka terjadilah demi

    hukum penghapusan hutang piutang tersebut.

    f. Karena pembebasan hutang

    Pembebasan hutang dibuatnya suatu perjanjian baru dimana kreditur

    dengan sukarela membebaskan debitur dari segala kewajibannya. Pembebasan

    hutang ini perlu diterima baik terlebih dahulu oleh debitur, barulah dapat

    dikatakan bahwa perikatan hutang piutang telah hapus karena pembebasan, sebab

    ada juga kemungkinan debitur sering tidak suka dibebaskan hutangnya. Menurut

    Pasal 1439 KUHPerdata pengembalian sepucuk surat tanda piutang asli secara

    sukarela oleh si kreditur, merupakan suatu bukti tentang pembebasan utang.

    g. Karena musnahnya barang

    Jika barang tertentu yang menjadi objek perjanjian musnah, tidak lagi

    dapat diperdagangkan atau hilang sama sekali tidak diketahui apakah barang itu

    masih ada, maka hapuslah perikatannya, sepanjang barang tadi musnah atau

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    43

    hilang di luar kesalahan debitur dan sebelum ia lalai menyerahkan barang itu.

    Bahkan menurut Pasal 1444 KUHPerdata, debitur dapat bebas dari perikatan

    apabila ia dapat membuktikan bahwa musnah atau hilangnya barang tersebut juga

    dapat menemui nasib yang sama meskipun sudah berada di tangan kreditur.

    h. Karena pembatalan

    Perjanjian dibuat oleh orang-orang yang menurut undang-undang tidak

    cakap untuk bertindak sendiri, juga yang dibuat karena paksaan, kekhilafan atau

    penipuan ataupun mempunyai sebab yang bertentangan dengan undang-undang,

    kesusilaan atau ketertiban umum, dapat dibatalkan. Pembatalan ini pada umumnya

    berakibat dikembalikannya keadaan antara kedua belah pihak seperti sebelum

    perjanjian yang bersangkutan dibuat.

    Jangka waktu pengajuan tuntutan itu adalah lima tahun dihitung sejak (vide

    Pasal 1454 KUHPerdata) :

    1. Dalam hal kebelum-dewasaan, yaitu sejak hari kedewasaan.

    2. Dalam hal pengampuan, yaitu sejak hari pencabutan pengampuan.

    3. Dalam hal paksaan, yaitu sejak hari kapan paksaan itu berhenti.

    4. Dalam hal kekhilafan atau penipuan, yaitu sejak hari diketahuinya

    kekhilafan atau penipuan itu.

    5. Dalam hal kebatalan yang tersebut dalam Pasal 1341 KUHPerdata, sejak

    hari diketahuinya bahwa kesadaran yang diperlukan untuk pembatalan itu

    ada.

    i. Karena berlakunya suatu syarat batal

    Perikatan bersyarat adalah suatu perikatan yang nasibnya digantungkan

    pada suatu peristiwa yang masih akan datang dan masih belum tentu terjadi, baik

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    44

    secara menangguhkan lahirnya perikatan sehingga terjadi peristiwa, atau secara

    membatalkan perikatan menurut terjadi atau tidak terjadinya peristiwa tersebut.

    Perikatan dengan syarat batal adalah suatu perikatan yang justru akan berakhir

    atau dibatalkan apabila peristiwa yang dimaksud terjadi.

    Dalam hukum perjanjian pada dasarnya suatu syarat batal selamanya

    berlaku surut hingga saat lahirnya perjanjian. Menurut Pasal 1265 KUHPerdata,

    syarat batal adalah syarat yang apabila terpenuhi akan menghentikan dan

    membawa segala sesuatu kembali pada keadaan semula seolah-olah tidak pernah

    terjadi perjanjian. Syarat batal itu mewajibkan debitur untuk mengembalikan apa

    yang telah diterimanya, apabila peristiwa yang dimaksud itu terjadi.

    j. Karena lewat waktu (daluwarsa)

    Menurut Pasal 1946 KUHPerdata, daluwarsa atau lewat waktu adalah

    suatu alat untuk memperoleh suatu untuk dibebaskan dari suatu perikatan dengan

    lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang ditentukan oleh

    undang-undang.

    Pasal 1967 KUHPerdata menyatakan bahwa segala tuntutan hukum, baik

    yang bersifat kebendaan maupun yang bersifat perseorangan, hapus karena

    daluwarsa dengan lewatnya waktu tiga puluh tahun. Sedangkan siapa yang

    menunjukkan akan adanya daluwarsa itu tidak perlu menunjukkan suatu alasan

    hak, karena tidak dapat dimajukan terhadapnya suatu tangkisan yang didasarkan

    pada itikadnya yang buruk.

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    45

    Di samping hapusnya perjanjian berdasarkan Pasal 1381 KUHPerdata

    seperti tersebut di atas, maka ada sebab lain berakhirnya perjanjian yang diatur

    diluar KUHPerdata, yaitu 35

    C. Perjanjian Kerjasama

    :

    a. Jangka waktu yang ditentukan dalam perjanjian tersebut telah berakhir.

    b. Adanya persetujuan dari para pihak untuk mengakhiri perjanjian tersebut.

    Hal ini berbeda dengan pembatalan perjanjian, oleh karena dalam hal ini

    tiada suatu sebab yang membatalkan perjanjian tersebut, hanya saja para

    pihak dengan sukarela sepakat untuk mengakhiri perjanjian yang mereka

    buat.

    c. Ditentukan oleh undang-undang, misalnya perjanjian akan berakhir dengan

    meninggalnya salah satu pihak peserta perjanjian tersebut.

    d. Adanya putusan hakim yang menyatakan pailit.

    e. Karena di dalam isi perjanjian ditegaskan hal-hal yang menghapuskan

    perjanjian tersebut.

    1. Pengertian Perjanjian Kerjasama

    Seperti telah diterangkan dalam point sebelumnya bahwa ada beberapa

    jenis perjanjian dimana salah satunya adalah perjanjian tidak bernama

    (onbenoende overeenkomst) yaitu perjanjian-perjanjian yang tidak diatur di dalam

    KUHPerdata tetapi dikenal dalam hukum perdata dan terdapat didalam

    masyarakat. Misalnya Perjanjian Kerjasama Seperti Perjanjian Kerjasama Antara

    35 Yahya Harahap, op cit, hal 166

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    46

    PT. TELKOM dengan Penyelenggara Warung TELKOM. Di dalam KUHPerdata

    pasal 1319 dikatakan :

    semua perjanjian, baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak

    dikenal dengan suatu nama tertentu tunduk pada peraturan umum yang

    termuat dalam bab-bab ini dan bab-bab yang lain.

    Di dalam Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Nomor 5 Tahun

    2006 Tentang Penyelenggaraan Warung Telekomunikasi, menyebutkan bahwa :

    Perjanjian Kerjasama adalah kesepakatan untuk menyelenggarakan

    warung telekomunikasi antara penyelenggara jasa teleponi dasar dengan

    penyelenggara warung telekomunikasi. Sedangkan yang dimaksud

    dengan Penyelenggaraan Jasa Teleponi Dasar adalah penyelenggaraan jasa

    teleponi yang menggunakan teknologi circuit-switched yaitu telepon,

    faksimile, teleks, telegraf, dan data.

    Di dalam perjanjian kerjasama yang dilakukan Penyelenggara Jasa

    Teleponi Dasar yang dalam hal ini PT. TELKOM dengan Penyelenggara Warung

    TELKOM, terdapat beberapa ketentuan yang diatur di mana salah satunya adalah

    pola bagi hasil yang akan di peroleh oleh para pihak. Karena terdapat muatan bagi

    hasil yang tercantum didalam perjanjian tersebut, perjanjian ini sering juga disebut

    sebagai perjanjian bagi hasil.

    Istilah perjanjian bagi hasil dalam bahasa Inggris diartikan sebagai

    contract production sharing. Perjanjian atau kontrak ini biasa kita dapati pada

    perjanjian-perjanjian yang diadakan pada bidang minyak dan gas bumi dan jiga di

    bidang pertanian. Didalam pasal 1 angka 19 Undang-undang Nomor 22 Tahun

    2001 tentang Minyak dan Gas Bumi dikatakan Kontrak bagi hasil atau bentuk

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    47

    kerja sama lain dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang lebih

    menguntungkan negara dan hasilnya dipergunakan untuk kemakmuran rakyat

    Secara umum, tidak ada peraturan yang mengatur dan memberikan

    defenisi tentang perjanjian bagi hasil yang dapat dipakai secara umum terhadap

    perjanjian bagi hasil.

    2. Latar Belakang Perjanjian Kerjasama

    Manusia sebagai mahluk sosial akan melakukan hubungan dengan

    manusia lain atau mengadakan suatu komunikasi yang akan melahirkan bentuk

    pergaulan hidup yang meluas baik yang akan dilaksanakan antar tempat yang

    berbeda ataupun pada bangsa yang berbeda pula. Kemajuan teknologi khususnya

    dalam bidang informasi menyebabkan secara implisit dunia dirasakan semakin

    sempit. Jarak yang jauh tidak menjadi alasan untuk mengadakan komunikasi yang

    baik antar manusia. Para pengusaha, politisi, budayawan, mahasiswa bahkan

    segala profesi yang ada bahkan sampai rakyat biasa dapat melangsungkan

    komunikasi dengan rekannya hanya melalui sarana telekomunikasi.

    Kemajuan teknologi yang pesat, secara umum bila dilihat dari kacamata

    dunia usaha pada dasarnya adalah menguntungkan bagi para pemilik modal atau

    para investor untuk berlomba menanamkan investasi guna membangun berbagai

    proyek khususnya di bidang pertelekomunikasian, yang mana hasilnya akan

    dipasarkan kepada para konsumen atau pelanggan telekomunikasi.

    Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi pasal 1

    ayat 1 disebutkan bahwa :

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    48

    Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan atau

    penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat,

    tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio, atau

    sistem elektromagnetik lainnya.

    Telekomunikasi ini sudah memasyarakat dan selalu menyelimuti

    kebutuhan manusia disamping kebutuhan lainnya. Kebutuhan akan pemenuhan

    sarana telekomunikasi semakin meningkat. Oleh karena itu perlu dicari jalan

    keluar untuk mengetahui kesulitan tersebut.

    Pemerintah dalam hal ini Badan Penyelenggara Telekomunikasi membuka

    dan memanfaatkan peran serta pihak swasta dalam menyelenggarakan jasa

    telekomunikasi melalui dana, fasilitas, dan tenaga profesional yang dimiliki

    pemerintah tersebut. Pihak yang diminta peranannya juga akan memperoleh

    keuntungan lewat hasil kerjasama penyelenggaraan tersebut. Tujuan pemerintah

    membuka kesempatan kepada badan lain adalah untuk meningkatkan pelayanan

    jasa telekomunikasi kepada masyarakat.

    Dalam meningkatkan pelayanan jasa telekomunikasi

    tersebutpenyelenggaraan warung telekomunikasi, perlu adanya peran serta

    masyrakat di luar badan penyelenggara yang dapat berbentuk koperasi, BUMD,

    ataupun Badan Usaha Swasta Nasional maupun Perorangan yang menyatakan

    kesanggupannya dalam penyelenggaraan jasa telekomunikasi. Peran serta tersebut

    diwujudkan dengan bentuk perjanjian kerjasama penyelenggaraan Warung

    Telekomunikasi yang memuat hak dan kewajiban setiap pihak serta ketentuan-

    ketentuan lain termasuk pembagian pendapatan.

  • Doni Freddi Manurung : Perjanjian Kerjasama Antara PT.Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006, 2008. USU Repository 2009

    49

    Perjanjian kerjasama tersebut merupakan kesepakatan bersama yang merupakan hasil ciptaan kedua belah pihak, dengan motivasi untuk saling menguntungkan. Secara umum perjanjian di dasari oleh KUHPerdata. Hal ini dapat kita lihat dari asasnya yang dikenal dengan Asas Konsensualisme. Artinya ialah hukum untuk melahirkan perjanjian cukup dengan kata sepakat saja dan bahwa perjanjian itu (dan dengan demikian perikatan yang timbul karenanya) sudah dilahirkan pada saat atau detik tercapainya konsensus sebagaimana yang dikehendaki oleh para pihak, artinya apa yang mereka kehendaki sama dalam kebalikannya.36

    3. Perjanjian Kerjasama Antara PT. TELKOM dengan Penyelenggara

    Warung TELKOM menurut KUHPerdata

    Demikianlah antara PT.TELKOM dengan penyelenggara Warung

    TELKOM telah sepakat untuk mengikatkan diri dalam perjanjian kerjasama

    dalam hal pengelolaan Warung TELKOM, perjanjian mana dibuat untuk saling

    menguntungkan karena pada dasarnya pendapatan penyelenggara Warung

    TELKOM merupakan pendapatan PT. TELKOM juga sehingga di butuhkan pola

    bagi hasil.

    Dari penjelasan sebelumya, telah dibahas tentang bentuk dan jenis-jenis

    perjanjian yang terdapat dalam Hukum Perdata. Apabila dilihat Perjanjian

    Kerjasama antara TELKOM dengan Penyelenggara Warun