08e00896

Upload: tarmidi-midzi

Post on 14-Apr-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 08E00896

    1/14

    VITILIGO

    Penyaji:dr.Ramona Dumasari Lubis,SpKK

    NIP.132 308 599

    DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMINFAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA2008

    Ramona Dumasari Lubis : Vitiligo, 2008USU e-Repository 2009

    1

  • 7/29/2019 08E00896

    2/14

    PENDAHULUAN

    Asal mula istilah vitiligo tidak diketahui. Pada pertengahan abad ke-

    16, Hieronymous Mercurialis menduga istilah vitiligo berasal dari bahasa Latin

    yaitu kata vitium atau vitellum yang artinya cacat.

    1

    Vitiligo merupakan kelainan depigmentasi yang didapat disebabkan

    tidak adanya melanosit pada epidermis, membran mukosa, mata maupun

    bulbus dari rambut. Karakteristik lesi berupa makula ataupun bercak

    depigmentasi yang berbatas tegas dan biasanya asimptomatik. Kelainan ini

    cenderung progresif dan jarang mengalami regresi spontan. 1,2,3,4

    Vitiligo dapat mengenai semua usia, namun biasanya lebih sering

    pada usia 10 - 30 tahun. 1,2,4,5,6

    Pengobatan vitiligo mempunyai banyak pilihan dan bersifat individual.

    Repigmentasi biasanya membutuhkan jangka waktu yang lama sehingga

    membutuhkan kesabaran penderita, orang tua maupun dokter yang

    merawatnya. 1,2,3,4,5,6

    EPIDEMIOLOGI

    Insiden terjadinya vitiligo berkisar 1 - 2% populasi dunia, dimana 30%

    penderita mempunyai riwayat keluarga. Perkembangan awal dari lesi, sekitar

    25% penderita dijumpai pada usia dibawah 10 tahun, 50% terjadi sebelum

    usia 23 tahun dan kurang dari 10% terjadi pada usia lebih dari 42 tahun.

    Walaupun vitiligo relatif jarang dijumpai pada bayi tetapi kongenital vitiligo

    pernah dilaporkan dan kadang-kadang didiagnosa sebagai piebaldism. 1,2

    Pada banyak penelitian, vitiligo lebih banyak dijumpai pada wanita

    (dewasa) dibandingkan pada laki-laki (dewasa) yaitu 2-3 : 1. Sedangkan

    penelitian vitiligo pada anak-anak, dijumpai perbandingan yang hampir sama

    pada ke dua jenis kelamin. Kemungkinan hal ini disebabkan wanita (dewasa)

    lebih memberikan perhatian terhadap penyakitnya dibandingkan laki-laki

    (dewasa), sehingga lebih banyak mendapat pengobatan. 1,2

    Ramona Dumasari Lubis : Vitiligo, 2008USU e-Repository 2009

    2

  • 7/29/2019 08E00896

    3/14

    ETIOLOGI

    Pada vitiligo, penyebab hilangnya melanosit pada epidermis belum

    diketahui dengan pasti. Diduga merupakan penyakit herediter yang

    diturunkan secara autosomal dominan.

    1,3,4

    PATOGENESIS

    Patogenesis vitiligo belum dapat dijelaskan dengan pasti. Ada beberapa

    hipotesis yang dikemukakan yaitu :

    1. Autoimmune hipotesis

    Merupakan teori yang banyak diterima, dimana immune sistem tubuh akan

    menghancurkan melanosit. Pada vitiligo dapat dijumpai autoantibodi terhadapantigen sistem melanogenik yang disebut autoantibodi anti melanosit, yang

    bersifat toksik terhadap melanosit dan menghambat pembentukan melanin.

    2. Neurogenik hipotesis

    Beberapa bahan yang lepas dari ujung syaraf perifer pada kulit seperti

    Neuropeptide-Y, merupakan bahan toksik terhadap melanosit dan dapat

    menghambat proses melanogenesis. Kemungkinan Neuropeptide-Y

    memegang peranan dalam patogenesis vitiligo melalui mekanisme neuro-

    immunity atau neuronal terhadap melanosit.

    3. Self- destruct teori oleh Lerner

    Mekanisme pertahanan yang tidak sempurna pada sintesis melanin di dalam

    melanosit, menyebabkan menumpuknya bahan toksik (campuran phenolik)

    yang menghancurkan melanosit. Hipotesis ini berdasarkan pengaruh bahan

    toksik yang dihasilkan oleh campuran kimia (phenol) terhadap fungsi

    melanosit.

    4. Autocytotoxic hipotesis

    Berdasarkan observasi, sewaktu terjadinya sintesis melanin, terbentuk bahan

    kimia yang bersifat cytotoxic terhadap citoplasma dari sel sehingga

    menyebabkan timbulnya kerusakan struktur yang penting seperti

    mitochondria.

    5. Genetik hipotesis

    Vitiligo diperkirakan dapat diturunkan secara khromosom autosomal. Cacat

    genetik ini menyebabkan dijumpainya melanosit yang abnormal dan mudah

    Ramona Dumasari Lubis : Vitiligo, 2008USU e-Repository 2009

    3

  • 7/29/2019 08E00896

    4/14

    mengalami trauma, sehingga menghalangi pertumbuhan dan diferensiasi dari

    melanosit. 1,2,3,4,6

    KLASIFIKASI

    Lesi pada vitiligo dapat diklasifikasikan berdasarkan perluasan dan

    distribusi pada kulit. Secara luas vitiligo dapat dibagi atas :

    1. Tipe lokalisata

    Fokal : terdapat satu atau beberapa makula depigmentasi pada

    beberapa lokasi yang tersebar.

    Segmental : terdapat satu atau beberapa makula depigmentasi

    yang lokalisasinya unilateral pada satu areal tubuh. Sering

    dijumpai pada anak-anak.

    Mukosal : makula depigmentasi hanya terdapat pada membran

    mukosa.

    2. Tipe generalisata

    Merupakan tipe yang sering dijumpai, berupa makula depigmentasi

    yang distribusinya tersebar luas pada seluruh permukaan kulit. Pola

    yang sering dijumpai yaitu bilateral dan simetris.

    Acrofacial : makula depigmentasi yang terdapat pada distal

    ekstremitas dan wajah.

    Vulgaris : makula depigmentasi yang menyebar.

    Campuran : acrofacial dan vulgaris atau segmental dan

    acrofasial dan atau vulgaris.

    3. Tipe universalis : proses depigmentasi yang luas mengenai hampir

    seluruh tubuh dan hanya menyisakan sedikit daerah yang mempunyai

    pigmentasi yang normal. Tipe ini jarang ditemukan. 1,2,3,4,5

    FAKTOR PENCETUS

    Ada beberapa faktor pencetus terjadinya vitiligo yaitu :

    Trauma

    Vitiligo sering timbul pada tempat yang sering mengalami trauma

    disebut Koebner Phenomen (Isomorphic respon).

    Sinar matahari

    Ramona Dumasari Lubis : Vitiligo, 2008USU e-Repository 2009

    4

  • 7/29/2019 08E00896

    5/14

    Pada kulit yang terbakar / terpapar sinar matahari dapat terjadi vitiligo.

    Emosi dan stress

    Sekitar 40% penderita vitiligo, mengalami emosi dan stress lebih

    kurang 6 bulan sebelum timbul atau berkembangnya lesi vitiligo.1,3,5

    GAMBARAN KLINIS

    Lesi vitiligo biasanya asimptomatik dimana tidak dijumpai rasa gatal

    dan sakit, walaupun penderita dapat juga mengeluhkan terjadinya luka bakar

    akibat sinar matahari pada daerah yang mengalami depigmentasi.5

    Karakteristik lesi pada vitiligo yaitu berupa makula atau bercak putih

    seperti susu, berdiameter beberapa mm - cm dan berbentuk oval - bundar.

    Lesi biasanya berbatas tegas dengan pinggir yang hiperpigmentasi dan lesi

    lebih mudah dilihat pada penderita yang berkulit gelap atau agak

    kecoklatan.1,2,3,4,5,6

    Lokasi depigmentasi paling sering dijumpai pada wajah, leher dan kulit

    kepala dan daerah yang sering mendapat trauma seperti ekstensor dari

    lengan, bagian ventral dari pergelangan tangan, bagian dorsal dari tangan

    dan digital phalanges. Vitiligo juga dapat dijumpai pada bibir, genitalia,

    gingival, areola dan puting susu. 1,2,3,4,5,6,7

    Depigmentasi dapat juga mengenai rambut pada kulit kepala dimana

    rambut menjadi berwarna abu-abu ataupun putih, yang pada awalnya hanya

    melibatkan sebagian kecil dari rambut. Perubahan warna tersebut dapat juga

    terjadi pada rambut alis mata, bulu mata, pubis dan axilla. 1,2,3,6

    Dapat juga ditemukan variasi bentuk klinis vitiligo yaitu :

    Trichrome vitiligo : vitiligo dengan lesi yang berwarna coklat muda

    Quadrichrome vitiligo : adanya makula peri-follicular atau batas

    hiperpigmentasi yang terlihat pada proses repigmentasi vitiligo.

    Inflammatory vitiligo : lesi eritematosa dengan tepi yang meninggi.4,7

    .

    GAMBARAN HISTOPATOLOGIS

    Pada lesi yang mengalami depigmentasi, dilakukan biopsi pada pinggir

    lesi dan dilakukan pemeriksaan menggunakan mikroskop cahaya. Hasilnya

    menunjukkan hilangnya sebagian atau seluruh sel melanosit pada epidermis

    Ramona Dumasari Lubis : Vitiligo, 2008USU e-Repository 2009

    5

  • 7/29/2019 08E00896

    6/14

    dan pada batas melanosit tampak dendrit yang besar dan panjang.

    Pemeriksaan dapat juga dikonfirmasikan dengan menggunakan pewarnaan

    histokimia yaitu pewarnaan dopa untuk tyrosinase yang merupakan enzim

    khusus untuk melanosit dan pewarnaan Fontana-Mason untuk melanin. Pada

    pemeriksaan elektron mikroskop, dijumpai jumlah sel-sel langerhans

    meningkat pada daerah basal epidermis dibandingkan pada daerah tengah

    epidermis.1,3,4,5,6,8

    DIAGNOSIS

    Menegakkan diagnosa vitiligo pada umumnya berdasarkan gambaran

    klinis yang khas yaitu adanya lesi depigmentasi berupa makula atau bercak

    bewarna putih, berbatas tegas dengan pinggir yang hiperpigmentasi dan

    mempunyai distribusi yang khas. Penderita vitiligo dengan kulit yang terang

    (putih), agak sulit membedakan lesi vitiligo dengan kulit normal disekitarnya,

    untuk keadaan ini dapat digunakan lampu wood yang memberikan hasil yaitu

    makula yang amelanosit akan tampak putih berkilau. Pemeriksaan

    histopatologi, juga diperlukan untuk menetapkan diagnosis dan membedakan

    vitiligo dari penyakit depigmentasi yang lain.1,2,3,4,5,6

    DIAGNOSIS BANDING

    Beberapa penyakit yang mempunyai gambaran lesi seperti vitiligo yaitu :

    1. Tinea versicolor

    Lesi berupa bercak hipopigmentasi dengan skuama pada

    permukaanya. Lesi biasanya terdapat pada punggung atas dan dada yang

    dapat meluas ke leher dan lengan. Dengan pemeriksaan potassium hydroxide

    (KOH) menunjukan adanya hypa dan spora.1,2,3,4

    2. Pityriasis alba

    Lesi berupa bercak hipopigmentasi dan dijumpai adanya skuama. Lesi

    biasanya terdapat pada pipi, lengan dan paha bagian atas. Biasanya terdapat

    pada penderita dermatitis atopik.1,2,3,4

    Ramona Dumasari Lubis : Vitiligo, 2008USU e-Repository 2009

    6

  • 7/29/2019 08E00896

    7/14

    3. Tuberous sclerosis

    Berupa makula hipopigmentasi yang berbentuk ash-leaf. Pada umumnya

    terlihat sejak lahir atau masa bayi, dengan lokasi didaerah punggung dan

    ekstremitas.1,2,3,4

    4. Piebaldism

    Merupakan penyakit genetik yang diturunkan secara dominan autosomal.

    yang timbul sejak lahir atau segera setelah lahir, dimana tidak dijumpainya

    melanosit pada kulit dan rambut. Lokasi lesi selalu pada permukaan tubuh

    bagian ventral dan rambut bagian depan sering berwarna putih, kemudian

    bercak depigmentasi dapat meluas hingga ke dahi. Perkembangan lesi

    depigmentasi biasanya stabil. Riwayat keluarga selalu dijumpai pada penyakit

    ini.1,2,3,4

    5. Albinism

    Merupakan kelainan genetik yang sering terdeteksi pada saat lahir.

    Dijumpai adanya melanosit tetapi mengalami mutasi atau tidak mampu

    mensintesis melanin. Dapat mengenai seluruh permukaan kulit, rambut

    maupun mata. Penderita akan menderita kelainan pada mata seperti

    nystagmus, strabismus dan berkurangnya ketajaman penglihatan.1,2,3,4

    6. Lupus erythematosus

    Pada tipe sistemik maupun cutaneous, dapat dijumpai bercak

    depigmentasi dengan pinggir hiperpigmentasi. Kadang-kadang dijumpai plak

    berwarna merah dan bersisik. Penderita mempunyai riwayat penyakit yaitu

    terdapat lesi inflamasi yang dicetuskan oleh sinar matahari. Lokasi sering

    pada daerah yang terpapar sinar matahari seperti wajah, kulit kepala dan

    lengan. Pemeriksaan biopsi dan antinuclear antibodi (ANA) dapat digunakan

    untuk membantu menegakkan diagnosa.1,2,3,4,5

    7. Nevus depigmentosus

    Merupakan bercak hipopigmentasi yang besar, dijumpai pada semua

    umur, tidak mengalami depigmentasi dan biasanya tidak berkembang. Pada

    pemeriksaan histologi dijumpai melanosit dan melanin tetapi dengan jumlah

    sel dan pigmen yang berkurang dibandingkan pada kulit yang normal.1,2,3,4

    Ramona Dumasari Lubis : Vitiligo, 2008USU e-Repository 2009

    7

  • 7/29/2019 08E00896

    8/14

    PENATALAKSANAAN

    Prinsip pengobatan vitiligo adalah pembentukan cadangan baru

    melanosit, dimana diharapkan melanosit baru yang terbentuk akan tumbuh

    kedalam kulit yang mengalami depigmentasi.

    1,4

    Pengobatan vitiligo membutuhkan waktu, dimana sel baru yang

    terbentuk akan mengalami proliferasi dan kemudian bermigrasi ke dalam kulit

    yang mengalami depigmentasi, sehingga untuk melihat respon pengobatan

    dibutuhkan waktu minimal 3 bulan.1,4

    Metode pengobatan vitiligo dapat dibagi atas :

    1. Pengobatan secara umum yaitu :

    Memberikan keterangan mengenai penyakit, pengobatan yang

    diberikan dan menjelaskan perkembangan penyakit selanjutnya

    kepada penderita maupun orang tua.1,2,5

    Penggunaan tabir surya (SPF15-30) pada daerah yang terpapar sinar

    matahari. Melanosit merupakan pelindung alami terhadap sinar

    matahari yang tidak dijumpai pada penderita vitiligo. Penggunaan tabir

    surya mempunyai beberapa alasan yaitu :

    Kulit yang mengalami depigmentasi lebih rentan terhadap

    sinar matahari (sunburn) dan dapat mengakibatkan timbulnya

    kanker kulit.

    Trauma yang diakibatkan sinar matahari (sunburn) selanjutnya

    dapat memperluas daerah depigmentasi (Koebner phenomen).

    Pengaruh sinar matahari dapat mengakibatkan daerah kulit

    yang normal menjadi lebih gelap.

    Dianjurkan menghindari aktivitas diluar rumah pada tengah hari dan

    menggunakan tabir surya yang dapat melindungi dari sinar UVA dan

    UVB.1,2,3,5,6

    Camouflage Cosmetik

    Tujuan penggunaan kosmetik yaitu menyamarkankan bercak putih

    sehingga tidak terlalu kelihatan. Yang biasa digunakan adalah

    Covermark dan Dermablend.1,3,5,6

    Ramona Dumasari Lubis : Vitiligo, 2008USU e-Repository 2009

    8

  • 7/29/2019 08E00896

    9/14

    2. Repigmentasi vitiligo, dapat dilakukan dengan berbagai cara dan

    melihat usia dari penderita yaitu :

    A. Usia dibawah 12 tahun.

    Topikal steroid

    Penggunaan steroid diharapkan dapat meningkatkan mekanisme

    pertahanan terhadap autodestruksi melanosit dan menekan proses

    immunologis. Topikal steroid merupakan bentuk pengobatan yang paling

    mudah. Steroid yang aman digunakan pada anak adalah yang potensinya

    rendah. Respon pengobatan dilihat minimal 3 bulan. Penggunaan topikal

    steroid yang berpotensi kuat dalam jangka waktu lama, dapat menimbulkan

    efek samping yaitu terjadinya atrofi pada kulit, telangectasi. 1,2,3,4,5,6,7

    Topikal Tacrolimus

    Berdasarkan penelitian, topikal Tacrolimus 0,1% dapat digunakan

    sebagai alternatif pengobatan vitiligo pada anak. Tacrolimus adalah makrolid

    lakton yang diisolasi dari hasil fermentasi Streptomyces tsukubaensis.

    Merupakan suatu immunosupressor yang poten dan selektif. Mekanisme

    kerja berdasarkan inhibisi kalsineurin yang menyebabkan supresi dari aktivasi

    sel T dan inhibisi pelepasan sitokin. Berdasarkan penelitian, penggunaan

    topikal tacrolimus 0,1% memberikan hasil yang baik pada daerah wajah dan

    memiliki efek samping yang lebih minimal dibandingkan dengan topikal

    steroid poten yaitu adanya rasa panas atau terbakar dan rasa gatal, namun

    biasanya menghilang setelah beberapa hari pengobatan.9,10

    Topikal PUVA

    Diindikasikan pada anak yang berusia lebih dari 10 tahun dengan

    vitiligo tipe lokalisata atau pada lesi yang luasnya kurang dari 20%

    permukaan tubuh. Digunakan cream atau solution Methoxsalen (8-

    Methoxypsoralen, Oxsoralen) dengan konsentrasi 0,1 0,3 %. Dioleskan 15 -

    30 menit sebelum pemaparan pada lesi yang depigmentasi. Pemaparan

    menggunakan UV-A dengan dosis awal 0,12 joule dan pada pemaparan

    berikutnya dosis dapat ditingkatkan sebanyak 0,12 joule sampai terjadi

    eritema yang ringan. Pemaparan dapat juga menggunakan sinar matahari.

    Lamanya pemaparan pada awal pengobatan selama 5 menit pada

    Ramona Dumasari Lubis : Vitiligo, 2008USU e-Repository 2009

    9

  • 7/29/2019 08E00896

    10/14

    pengobatan berikutnya dapat ditambahkan 5 menit dan maksimum selama

    15-30 menit. Pengobatan diberikan satu atau dua kali seminggu tetapi tidak

    dalam 2 hari berturut- turut. Setelah selesai pemaparan, daerah tersebut

    dicuci dengan sabun dan dioleskan tabir surya. Efek samping yang dapat

    timbul adalah photoaging, reaksi phototoxic dan penggunaan yang lama

    dapat meningkatkan timbulnya resiko kanker kulit. Respon pengobatan dilihat

    selama 3-6 bulan.1,2,3,4,5,6,7

    B. Usia lebih dari12 tahun (remaja)

    SISTEMIK PUVA

    Indikasi penggunaan sistemik psoralen dengan pemaparan UV-A yaitu

    pada vitiligo tipe generalisata. Obat yang digunakan yaitu Methoxsalen (8-

    MOP, Oxsoralen), bekerja dengan cara menghambat mitosis yaitu dengan

    berikatan secara kovalen pada dasar pyrimidin dari DNA yang difotoaktivasi

    dengan UV-A. Dosis yang diberikan 0,2-0,4 mg/kg BB/ oral, diminum 2 jam

    sebelum pemaparan. Pemaparan menggunakan UV-A yang berspektrum

    320-400 nm. Dosis awal pemberian UV-A yaitu 4 joule. Pada setiap

    pengobatan dosis UV-A dapat ditingkatkan 2-3 joule sehingga lesi yang

    depigmentasi akan berubah menjadi merah jambu muda. Dosis tersebut akan

    dipertahankan pada level yang konstan pada kunjungan yang berikutnya,

    sehingga terjadi repigmentasi pada kulit. Pemaparan dapat juga

    menggunakan sinar matahari. Lamanya pemaparan pada awal pengobatan

    selama 5 menit, pada pengobatan berikutnya dapat ditambahkan 5 menit

    sehingga dicapai eritema ringan dan maksimum selama 30 menit. Terapi ini

    biasanya diberikan satu atau dua kali seminggu tetapi tidak dilakukan 2 hari

    berturut-turut.

    Efek samping yang dapat timbul yaitu mual, muntah, sakit kepala, kulit

    terbakar dan meningkatnya resiko terjadinya kanker kulit. Penderita yang

    mendapat pengobatan dengan psoralen secara sistemik, sebaiknya sewaktu

    dilakukan pemaparan menggunakan kacamata pelindung terhadap sinar

    matahari hingga sore hari, untuk menghindari terjadinya toksisitas pada mata.

    Terapi dilanjutkan minimum 3 bulan untuk menilai respon

    pengobatan.1,2,3,4,5,6,7

    Ramona Dumasari Lubis : Vitiligo, 2008USU e-Repository 2009

    10

  • 7/29/2019 08E00896

    11/14

    TERAPI BEDAH

    Pasien dengan area vitiligo yang tidak luas dan aktivitasnya stabil, dapat

    dilakukan transplantasi secara bedah yaitu :

    1. Autologous skin graft

    Sering dilakukan pada pasien dengan bercak depigmentasi yang tidak

    luas. Tekhnik ini menggunakan jaringan graft yang berasal dari pasien itu

    sendiri dengan pigmen yang normal, yang kemudian akan dipindahkan ke

    area depigmentasi pada tubuh pasien itu sendiri. Repigmentasi akan

    menyebar dalam waktu 4-6 minggu setelah dilakukan graft. Komplikasi yang

    dapat terjadi pada tempat donor dan resipien yaitu infeksi, parut, cobblestone

    appearance ataupun dijumpainya bercak-bercak pigmentasi atau tidak terjadi

    samasekali repigmentasi.1,2,3,4,5

    2. Suction blister

    Prosedur tekhnik ini yaitu dibentuknya bula pada kulit yang

    pigmentasinya normal mengunakan vakum suction dengan tekanan 150 Hg

    ataupun menggunakan alat pembekuan. Kemudian atap bula yang terbentuk

    dipotong dan dipindahkan pada daerah depigmentasi. Komplikasi tekhnik ini

    adalah timbulnya jaringan parut, cobble stone appearance ataupun terjadi

    repigmentasi yang tidak sempurna. Tetapi dengan tekhnik ini, resiko

    timbulnya jaringan parut lebih sedikit dibandingkan prosedur graft yang

    lain.1,2,4

    DEPIGMENTATION

    Terapi ini merupakan pilihan pada pasien yang gagal terapi PUVA atau

    pada vitiligo yang luas dimana melibatkan lebih dari 50% area permukaan

    tubuh atau mendekati vitligo tipe universalis. Pengobatan ini menggunakan

    bahan pemutih seperti 20% monobenzyl ether dari hydroquinone (Benzoquin

    20%), yang dioleskan pada daerah yang normal (dijumpai adanya melanosit).

    Dilakukan sekali atau dua kali sehari. Efek samping yang utama adalah

    timbulnya iritasi lokal pada kulit berupa kemerahan ataupun timbul rasa gatal.

    Oleh karena itu dilakukan test pengolesan hanya pada satu lengan bawah

    yang dioleskan sehari sekali. Apabila dalam 2 minggu tidak terjadi iritasi

    selanjutnya cream dapat dioleskan sehari dua kali. Kemudian setelah 2

    minggu pengolesan tidak terjadi iritasi maka cream tersebut dapat dioleskan

    Ramona Dumasari Lubis : Vitiligo, 2008USU e-Repository 2009

    11

  • 7/29/2019 08E00896

    12/14

    pada tempat dimana saja pada tubuh. Bahan ini bersifat cytotoxic terhadap

    melanosit dan menghancurkan melanosit. Depigmentasi bersifat permanen

    dan irreversible. Kulit penderita akan menjadi albinoid dan membutuhkan tabir

    surya. 1,4,7

    TATTOO (MIKROPIGMENTATION)

    Tattoo merupakan pigmen yang ditanamkan dengan menggunakan

    peralatan khusus yang bersifat permanen. Tekhnik ini memberikan respon

    yang terbaik pada daerah bibir dan pada orang yang berkulit gelap. Efek

    sampingnya yaitu dapat terjadi herpes simplex labialis. 1, 2,4,5,

    PROGNOSIS

    Perkembangan penyakit vitiligo sukar untuk diramalkan, dimana

    perkembangan dari lesi depigmentasi dapat menetap, meluas ataupun

    terjadinya repigmentasi. Biasanya perkembangan penyakit dari semua tipe

    vitiligo bertahap, dan bercak depigmentasi akan menetap seumur hidup

    kecuali diberi pengobatan. Sering diawali dengan perkembangan yang cepat

    dari lesi depigmentasi dalam beberapa bulan kemudian progresifitas lesi

    depigmentasi akan berhenti dalam beberapa bulan dan menetap dalam

    beberapa tahun. Repigmentasi spontan terjadi pada 10-20% pasien tetapi

    hasilnya jarang memuaskan secara kosmetik.1,7

    KESIMPULAN

    Vitiligo merupakan kelainan depigmentasi didapat yang disebabkan

    hilangnya melanosit pada epidermis, membran mukosa, mata dan rambut.

    Penyebab hilangnya melanosit belum diketahui dengan pasti dan banyak

    hipotesis yang mencoba untuk menjelaskannya. Vitiligo terbanyak dijumpai

    pada usia 10-30 tahun, walaupun pada bayi vitiligo jarang dijumpai tetapi

    kongenital vitiligo pernah dilaporkan. Gambaran klinis berupa makula atau

    bercak putih seperti susu, berbatas tegas, pinggir yang hiperpigmentasi,

    asimptomatik dan mempunyai distribusi lesi yang tertentu. Pemeriksaan

    menggunakan lampu wood, biopsi, pewarnaan khusus untuk melanosit dan

    melanin, dapat membantu menegakkan diagnosa vitiligo. Pengobatan pada

    Ramona Dumasari Lubis : Vitiligo, 2008USU e-Repository 2009

    12

  • 7/29/2019 08E00896

    13/14

    vitiligo sangat individual dan memiliki banyak pilihan sehingga membutuhkan

    kecermatan dalam memilih pengobatan dan terjadinya repigmentasi

    membutuhkan waktu yang lama, sehingga diperlukan kesabaran penderita,

    orang tua maupun dokter yang merawatnya.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Lamerson C, Nordlund J J. Vitiligo. In : Harper J, Oranje A, Prose

    N, editor.Textbook of Pediatric Dermatology. Vol 1, Blackwell

    Science, 2000 ; 880 - 88.2. Hann S K. Vitiligo. http://www.emedicne.com/ Oct 9, 2001.

    3. Hurwitz S. Disorders of Pigmentation : Vitiligo. In : Clinical Peditric

    Dermatology (A textbook of skin disorder of childhood and

    adolescence). 2 nd ed, Saunders Company, 1993 ; 458 - 465.

    4. Boissy R E, Nordlund J J. Vitiligo. In : Cutaneous Medicine And

    Surgery. Vol 2, W.B. Saunders Company, 1996 ; 1210 -16.

    5. Fleischer A B, Feldman S R. Vitiligo. In : 20 Common Problems In

    Dermatology. McGraw-Hill, 2000 ; 277 86.

    6. Berhrman R E, Kliegman R M. Vitiligo. In : Nelson Textbook of

    Pediatrics, 16 th ed, W.B. Saunders Company, 2000 ; 1988.

    7. Vitiligo. In : Handbook of Dermatology & Venereology.

    http://www.hkmj.org.hk/skin/vitiligo.htm.

    8. Lever W F. Pigmentary disorders : Vitiligo. In : Histopathology of the

    skin. 6 th ed, J.B. Lippincott Company, 1983 : 441 - 42.

    9. Vitiligo.http://www.skinsite.com/info vitiligo.htm.

    10. Lepe V, Moncada B. A double - blind Randomized Trial of 0,1%

    Tacrolimus vs 0,05% Clobetasol for the Treatment of Childhood

    Vitiligo. In : Archives of Dermatology, vol 139, May, 2003.

    Ramona Dumasari Lubis : Vitiligo, 2008USU e-Repository 2009

    13

    http://www.emedicne.com/http://www.hkmj.org.hk/skin/vitiligo.htmhttp://www.skinsite.com/info%20vitiligo.htmhttp://www.skinsite.com/info%20vitiligo.htmhttp://www.skinsite.com/info%20vitiligo.htmhttp://www.hkmj.org.hk/skin/vitiligo.htmhttp://www.emedicne.com/
  • 7/29/2019 08E00896

    14/14

    Ramona Dumasari Lubis : Vitiligo, 2008USU e-Repository 2009

    14