02520009
DESCRIPTION
Kajian pustaka tanaman penolak nyamukTRANSCRIPT
-
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Zodia (Evodia suaveolens Scheff)
2.1.1 Klasifikasi
Untuk klasifikasi tanaman Zodia menurut sistem klasifikasi dari Cronquist
(1981) adalah sebagai berikut :
Divisi : Magnoliophyta
Clas : Magnoliopsida
Sub Clas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae
Genus : Evodia
Spesies : Evodia suaveolens Scheff
2.1.2 Morfologi
Tanaman perdu ini berasal dari famili Rutaceae, sehingga mampu
mencapai ketinggian 2 meter. Tinggi tanaman 0,3-2 m dan mempunyai bentuk
daun runcing (lancet), tepi daun bergelombang (undulate) dan runcing (acutus)
pada ujung dan pangkal daun (Backer, 1911). Panjang daun dewasa 20-30 cm.
Daunnya cantik sekali, hijau agak kekuningan, pipih panjang tapi lentur, dan
menyejukkan mata yang memandang (Harjanto, 2004). Gambar tanaman dapat
dilihat pada lampiran 3 gambar 2.
-
9
Bunga pada tanaman Zodia bersifat hermafrodit dan mempunyai warna
putih agak kekuning-kuningan. Dan bunga inilah yang memancarkan aroma
harum yang dibenci nyamuk. Di Jawa seringkali tanaman ini digunakan sebagai
tanaman hias di kebun atau di taman. Karena bentuk Zodia cukup menarik inilah
sehingga banyak digunakan sebagai tanaman hias (Dinata, 2005).
2.1.3 Habitat dan Perbanyakan
Zodia berasal dari Papua, namun saat ini sudah banyak tumbuh di Pulau
Jawa. Tanaman ini tumbuh baik di ketinggian 400-1.000 m dpl (Dinata, 2005).
Lazimnya tanaman ini ditanam di dalam pot, dan digunakan sebagai tanaman
dalam ruangan (indoor plant). Namun baik juga bila langsung ditanam di halaman
rumah. Bahkan bisa memberikan kesejukan tersendiri. Tinggi tanaman bila
dibiarkan bebas di lapangan bisa mencapai 200 cm (Harjanto, 2004).
Tanaman Zodia juga cukup mudah diperbanyak, baik melalui stek ranting
maupun menggunakan bijinya (Dinata, 2005). Ketika sudah berbunga dan berbiji,
biji yang jatuh dan menyebar di sekitar tanaman pun dapat tumbuh menjadi
tanaman dalam jumlah yang cukup banyak.
Fase pertumbuhan Zodia membutuhkan perhatian tersendiri, bila langsung
terkena sinar matahari bisa mati sebaliknya bila kurang sinar matahari justru
pertumbuhannya kurang sehat. Tanaman ini akan tumbuh subur bila
dikembangkan di daerah yang cukup dingin (Harjanto, 2004)
-
10
2.1.4 Kandungan Bahan Aktif Zodia
Menurut pendapat beberapa orang (Kardinan, 2003), tanaman ini bisa
digunakan untuk mengusir nyamuk, baik di dalam ruangan maupun di
pekarangan. Oleh masyarakat Papua, tanaman ini sudah lama digunakan sebagai
penghalau serangga, khususnya nyamuk. Kenyataan ini juga diperkuat dari
beberapa literatur yang menyebutkan bahwa tanaman ini menghasilkan aroma
yang cukup tajam yang diduga disebabkan oleh kandungan evodiamine dan
rutaecarpine sehingga tidak disukai serangga.
Daun Zodia yang terasa pahit, kadang-kadang digunakan sebagai obat
tradisional, antara lain sebagai tonik untuk menambah stamina tubuh, sementara
rebusan kulit batangnya bermanfaat sebagai pereda demam malaria. Daun Zodia
dapat disuling untuk menghasilkan minyak atsiri (essential oil) yang mengandung
bahan aktif (komponen utama) evodiamine dan rutaecarpine. Diduga, kedua
hahan aktif inilah yang membuat nyamuk tidak menyukai tanaman ini.
Menurut Kardinan (2004), daun Zodia mampu menghalau nyamuk selama
6 jam, dengan daya halau (daya proteksi) sebesar lebih dari 70 persen. Selain
efektif mengusir nyamuk, belakangan ini para ilmuwan menemukan khasiat lain
dari Zodia, misalnya penyembuh sakit kepala, disentri dan pembunuh sel kanker.
Bunganya pun dapat dijadikan obat gosok untuk mengobati masuk angin.
Zodia merupakan tanaman asli Indonesia yang berasal dari daerah Irian
(Papua). Oleh penduduk setempat tanaman biasa digunakan untuk menghalau
serangga. Zodia yang termasuk ke dalam keluarga Rutaceae, dikatakan
mengandung evodiamine dan rutaecarpine. Dari beberapa literatur, tanaman ini
-
11
bermanfaat sebagai anti-kanker. Menurut hasil analisa yang dilakukan di Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) dengan gas kromatografi, minyak
yang disuling dari daun tanaman ini mengandung linalool (46%) dan a-pinene
(13,26%) dimana linalool sudah sangat dikenal sebagai pengusir (repellent)
nyamuk (Kardinan, 2004)
2.2 Lavender (Lavandula latifolia Chaix).
2.2.1 Klasifikasi
Untuk klasifikasi tanaman Lavender menurut sistem klasifikasi dari
Cronquist (1981) adalah sebagai berikut :
Divisi : Magnoliophyta
Clas : Magnoliopsida
Sub Clas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Lavandula
Spesies : Lavandula latifolia Chaix
2.2.2 Morfologi
Tanaman yang merupakan famili Lamiaceae ini berbentuk seperti semak
atau pohon kecil. Daunnya bertulang sejajar; ujung runcing; tepi bergerigi,
memiliki bunga kecil berwarna ungu kebiruan yang tumbuh di ujung cabang
seperti yang tampak pada gambar pada lampiran 3 gambar 3. Dengan jumlah
-
12
bunga 2-10 tiap cabangnya (Backer, 1911). Aroma bunga tersebut sangat harum
mirip kamper, yang tidak disukai serangga (Dinata, 2005). Bunga dari tanaman ini
juga sering digosok-gosokkan ke tubuh untuk menghindari gigitan nyamuk.
Kardinan, (2003) menemukan empat jenis lavender yang bentuk daunnya
berbeda, tetapi warna bunganya sama, yaitu ungu kebiruan. Di Jawa tanaman ini
banyak ditemukan di daerah pegunungan dan oleh sebagian masyarakat digunakan
sebagai tanaman hias.
2.2.3 Habitat dan Perbanyakan
Lavender tumbuh baik di ketinggian 500-1.300 m dpl. Semakin tinggi
tumbuhnya, semakin baik kualitas minyaknya (Dinata, 2005). Lavender sangat
baik tumbuh di daerah Mediterania.
Perbanyakan tanaman lavender biasanya dengan menggunakan bijinya.
Biji-biji yang tua dan sehat disemaikan. Bila sudah tumbuh, dipindahkan ke
polybag. Ketika tingginya mencapai 15-20 cm, dapat dipindahkan ke dalam pot
atau ditanam di halaman rumah.
Keberadaan tanaman lavender mengundang para penyuling minyak atsiri
untuk menyuling bunganya. Minyak Lavender sering dipakai sebagai aromaterapi.
Dibeberapa rumah, minyak Lavender ditempatkan di ruang tamu (Harjanto, 2004)
2.2.4 Kandungan Bahan Aktif Lavender
Minyak bunga Lavender dengan cara penyulingan uap dari bunga.
Rendeman minyaknya sekitar 0,5%. Pengeringan bunga sebaiknya tidak di bawah
-
13
sinar matahari secara langsung, tetapi cukup dikeringanginkan, tujuannya untuk
mengurangi kandungan minyak yang hilang. Rendeman minyak yang optimal
diperoleh jika tanaman ditanam di lokasi 1000 m dpl. Komposisi utama minyak
Lavender adalah linalool dan linalool asetat sebanyak 30-60% dengan kandungan
yang bervariasi, tergantung dari jenis lavendernya. Sebagai contoh, lavender
spesies Lavandula officinalis mengandung bahan aktif sebesar 50-55%, sementara
L. latifolia hanya mengandung bahan aktif 2-3% (Kardinan, 2003).
Lavender selain digunakan langsung untuk pengusir nyamuk, bunganya
juga menghasilkan minyak yang digunakan sebagai bahan penolak serangga
(repellent atau antifeedant), bahkan termasuk bahan yang sering digunakan
sebagai lotion anti nyamuk. Komposisi utama dalam Lavender adalah linalool
asetat (Dinata, 2005).
2.3 Selasih (Ocimum basilicum)
2.3.1 Klasifikasi
Untuk klasifikasi tanaman Selasih menurut sistem klasifikasi dari
Cronquist (1981) adalah sebagai berikut :
Divisi : Magnoliophyta
Clas : Magnoliopsida
Sub Clas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Ocimum
-
14
Spesies : Ocimum basilicum
2.3.2 Morfologi
Selasih merupakan tanaman semusim yang tumbuh tegak, bercabang
banyak bagian atas dan berbau harum. Batang tumbuhan ini berwarna kecoklatan
bersegi empat. Daunnya tunggal, berhadapan, bertangkai yang panjangnya 0,5-5
cm. Helai daunnya berbentuk bulat telur sampai memanjang, permukaan daunnya
berambut halus dengan bintil-bintil kelenjar, tulang daunnya menyirip tepi
daunnya bergerigi, panjangnya 3,3-7,5 cm, lebar 1,5-2,5 cm, berwarna hijau tua.
Bunganya berwarna putih atau lembayung tersusun dalam tandan yang
panjangnya 3-50 cm keluar ujung percabangan. Bijinya keras, coklat tua, dan bila
dimasukkan ke dalam air akan mengembang sepeti selai, ciri-ciri ini dapat dilihat
pada lampiran 3 gambar 4. Tinggi tumbuhan itu mencapai 50-80 cm
(Wijayakusuma, 2000).
2.3.3 Habitat dan Perbanyakan
Tumbuhan Selasih tumbuh baik di tempat lembab dan teduh. Selasih
tumbuh liar di jalan, sawah kering, hutan jati dan tepi ladang atau dapat juga di
tanam di pekarangan rumah. Tumbuhan ini dapat ditemukan di daerah dataran
rendah sampai ketinggian 450 meter, kadang-kadang juga Selasih tumbuh di
ketinggian 1-1100 m dpl. Perbanyakan Selasih dapat dilakukan dengan biji.
Tanaman ini mempunyai daya adaptasi yang cukup baik dengan lingkungan
-
15
sehingga mudah tumbuh di hampir semua tempat, bahkan mampu bersaing
dengan jenis tanaman lainnya.
Selasih memiliki nama lain, di Sumatera disebut selaseh, di Jawa kadang
disebut telasih atau solasih sedangkan di Sulawesi akrab disebut kukuru atau
amping (Wijayakusuma, 2000).
Bagian tanaman yang paling banyak dimanfaatkan adalah daun karena
produksi bunga dan bijinya terbatas. Meskipun demikian, jika disuling bagian
daun, bunga dan bijinya dapat menghasilkan minyak yang antara lain
mengandung eugenol, metil eugenol, geraniol, dan linalool. Rendemen minyak
pada daunnya masih sangat terbatas, yakni 0,5-1%. Eugenol, geraniol, dan linalool
berbau menyengat dan sangat tidak disukai nyamuk.
2.3.4 Kandungan Bahan Aktif Selasih
Bunga, biji dan daunnya merupakan bagian tanaman yang secara
tradisional digunakan sebagai obat dan acara ritual keagamaan. Selasih dapat
digunakan sebagai relaksan (menciptakan perasaan tenang) yang sangat berguna
bagi orang yang sedang dihantui rasa cemas dan tegang. Selain itu, biji Selasih
jika direndam ke dalam air akan mengembang dan berbentuk seperti jeli. Biji
Selasih ini bermanfaat untuk menurunkan kolesterol, membantu pencernaan,
mengobati kram usus, dan melancarkan buang air besar.
Kandungan bahan aktif utama pada minyak hasil penyulingan sangat
tergantung dari jenis Selasih. Contohnya, Selasih dari jenis O. sactum, O.
tenuiflorum, dan O. minimum mengandung bahan utama metil eugenol (C12H14O2)
-
16
dan beberapa unsur mikro lainnya, seperti linalool (2%), terpineol (1%), eugenol
(5%), sineol (4%), geraniol (3%) dan unsur mikro lainnya yang tidak
terindentifikasi. Eugenol, linalool, dan geraniol dikenal sebagai zat penolak
serangga sehingga zat-zat tersebut juga berfungsi sebagai pengusir nyamuk.
Ketika panen, bau daun selasih tercium agak lama, misalnya ketika
diangkut di dalam mobil atau terlalu lama disimpan di dalam ruangan dapat
mengakibatkan pening dan mual. Perasaan pening dan mual ini kemungkinhan
disebabkan oleh terhirupnya akumulasi komponen-komponen utama Selasih yang
bersifat volatil (menguap). Hal inilah yang menyebabkan nyamuk enggan
mendekati tanaman Selasih.
2.4 Minyak Atsiri
Minyak atsiri adalah senyawa mudah menguap yang tidak larut di dalam
air yang berasal dari tanaman. Minyak atsiri dapat dipisahkan dari jaringan
tanaman melalui proses destilasi. Pada proses ini jaringan tanaman dipanasi
dengan air atau uap air. Minyak atsiri akan menguap dari jaringan bersama uap air
yang terbentuk atau bersama uap air yang dilewatkan pada bahan. Campuran uap
air dan minyak atsiri dikondensasikan pada suatu saluran yang suhunya relatif
rendah. Hasil kondensasi berupa campuran air dan minyak atsiri yang sangat
mudah dipisahkan kerena kedua bahan tidak dapat saling melarutkan (Hasbullah,
2001).
Minyak atsiri yang biasa kita kenal itu adalah merupakan campuran
berbagai zat dalam tumbuhan yang berbau seperti tumbuhan asalnya dan dapat
-
17
menguap bersama-sama dengan uap air. Minyak atsiri merupakan cairan lembut,
bersifat aromatik, dan mudah menguap pada suhu kamar. Minyak atsiri diperoleh
dari ekstrak bunga, biji, daun, kulit batang, kayu, dan akar tumbuh-tumbuhan
tertentu. Satu jenis minyak atsiri, umumnya memiliki beberapa khasiat berbeda,
misalnya sebagai antiseptik dan antibakteri.
Penelitian menunjukkan, minyak atsiri yang disemprotkan ke udara
membantu menghilangkan bakteri, jamur, bau pengap, dan bau yang tidak
mengenakkan. Selain menyegarkan udara, aroma alami minyak atsiri juga dapat
mempengaruhi emosi dan pikiran, serta menciptakan suasana tenteram dan
harmonis.
Berbagai alkohol, aldehida, keton, dan ester yang mudah menguap atau
atsiri terdapat dalam tumbuhan walaupun biasanya terdapat hanya sedikit sekali.
Senyawa ini, walaupun konsentrasinya rendah, dari segi estetika dan niaga
penting oleh karena peran yang diberikannya kepada citarasa dan bau makanan,
bunga, parfum dan sebagainya (Robinson, 1995).
Pada minyak atsiri yang bagian utamanya terpenoid, biasanya terpenoid itu
terdapat pada fraksi atsiri yang tersuling-uap. Zat inilah penyebab wangi, harum,
atau bau yang khas pada banyak tumbuhan. Secara ekonomi senyawa tersebut
penting sebagai dasar wewangian alam dan juga untuk rempah-rempah sebagai
senyawa citarasa dalam industri makanan (Harborne, 1987). Suku tumbuhan yang
kaya akan minyak atsiri antara lain misalnya, suku Rutaceae, Evodia, sp dan
Labiatae, Lavandula, sp. Golongan senyawa lainnya mungkin terdapat bersama-
sama dengan terpena di dalam minyak atsiri.
-
18
Peran pada tumbuhan mungkin terletak pada daya tariknya untuk serangga
penyerbuk dan hewan penyebar biji. Senyawa trans-2-heksenal (aldehida daun)
sebagian besar menjadi penyebab bau khas daun yang diremas-remas. Dilaporkan
pula senyawa ini bertindak sebagai antibiotika, hormon luka dan perangsang
perkecambahan biji. Beberapa senyawa lain jenis ini, dilaporkan mempunyai
peran sebagai penghambat fungus, dalam interaksi serangga-tumbuhan, dan
sebagai penghambat perkecambahan biji (Robinson, 1995).
Sifat fisik terpenting minyak atsiri adalah sangat mudah menguap pada
suhu kamar sehingga sangat berpengaruh dalam menentukan metode analisis yang
akan digunakan untuk menentukan komponen kimia dan komposisinya dalam
minyak asal. Harus digunakan metode analisis yang dapat meminimalkan
hilangnya sebagian komponen selama proses analisis berlangsung (Agusta, 2000).
2.4.1 Sumber Minyak Atsiri
Ditinjau dari sumber alami minyak atsiri, substansi mudah menguap ini
dapat dijadikan sebagai sidik jari atau ciri khas dari suatu jenis tumbuhan karena
setiap tumbuhan menghasilkan minyak atsiri dengan aroma yang spesifik.
Memang ada beberapa jenis minyak atsiri yang memiliki aroma yang mirip, tetapi
tidak persis sama, dan sangat tergantung dari komponen kimia penyusun minyak
tersebut. Tidak semua jenis tumbuhan menghasilkan minyak atsiri. Hanya
tumbuhan yang memiliki glandula sajalah yang bisa menghasilkan minyak atsiri
(Agusta, 2000).
-
19
Masih menurut Agusta (2000), Rutaceae, Labiatae dan Lamiaceae adalah
famili tumbuhan yang sangat populer sebagai penghasil minyak atsiri. Indonesia
dengan hutan tropik yang begitu luas menyimpan ribuan spesies tumbuhan dari
berpuluh famili, termasuk famili tumbuhan yang potensial sebagai penghasil
minyak atsiri. Hal ini merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai harganya
yang dimiliki oleh Indonesia.
Puluhan bahkan ratusan spesies tumbuhan dari famili Labiatae ini berisi
minyak atsiri spesifik (kimiawinya beragam, umumnya monoterpenoid,
sesquiterpen atau diterpenoid) (Undang, 1991). Spesies yang paling populer dari
famili tumbuhan ini sebagai penghasil minyak atsiri adalah Lavandula latifolia,
Chaix. atau lavender dengan komponen utama dalam minyaknya adalah linalool
asetat. Jenis tumbuhan ini bisa digunakan langsung untuk mengusir nyamuk,
bunganya yang menghasilkan minyak yang digunakan sebagai bahan penolak
serangga (repellant atau antifeedant), termasuk bahan yang sering digunakan
sebagai lotion anti nyamuk (Dinata, 2005).
Selanjutnya, minyak basil merupakan salah satu minyak atsiri yang banyak
kegunaannya untuk tujuan aroma terapi. Minyak atsiri ini diisolasi dari selasih
(Ocimim basilicum) yang merupakan salah satu tumbuhan famili Labiatae. Selain
digunakan sebagai bahan parfum, minyak yang memiliki esdragol sebagai
komponen utamanya ini juga digunakan sebagai salah satu bahan untuk terapi
berbagai jenis penyakit seperti asma, sakit kepala, dan batuk (Agusta, 2000).
Tumbuhan dari famili Rutaceae yang sangat populer akhir-akhir ini adalah
Zodia (Evodia suaveolens Scheff.), dikatakan mengandung evodiamine dan
-
20
rutaecarpine. Dari beberapa literatur, tanaman ini bermanfaat sebagai anti kanker.
Menurut hasil analisa yang dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat (Balitro) dengan gas kromatografi, minyak yang disuling dari daun tanaman
ini mengandung linalool dan a-penene dimana linalool sudah sangat dikenal
sebagai pengusir (repellent) nyamuk (Kardinan, 2004).
2.4.2 Kimia Minyak Atsiri
Pada dasarnya semua minyak atsiri mengandung campuran senyawa kimia
dan biasanya campuran tersebut sangat kompleks. Beberapa tipe senyawa organik
mungkin terkandung dalam minyak atsiri, seperti hidrokarbon, alkohol, oksida,
ester, aldehida, dan eter. Sangat sedikit sekali yang mengandung satu jenis
komponen kimia yang persentasinya sangat tinggi (Agusta, 2000).
Berdasarkan proses biosintesisnya atau pembentukan komponen minyak
atsiri di dalam tumbuhan, minyak atsiri dapat dibedakan menjadi dua golongan.
Golongan pertama adalah turunan terpena yang terbentuk dari asam asetat melalui
jalur biosintesis asam mevalonat. Golongan kedua adalah senyawa aromatik yang
terbentuk dari biosintesis asam sikimat melalui jalur fenil propenoid. Dari segi
jumlah secara keseluruhan, terpenoid merupakan kandungan citarasa dan bau
yang paling penting dalam tumbuhan (Robinson, 1995)
Komponen kimia minyak atsiri sangat komplek, tetapi biasanya tidak
melebihi 300 senyawa. Yang menentukan aroma minyak atsiri biasanya
komponen yang presentasenya tinggi. Walaupun begitu kehilangan satu
-
21
komponen yang presentasenya kecil pun dapat memungkinkan terjadinya
perubahan aroma minyak atsiri tersebut (Agusta, 2000).
Kerumitan citarasa buah alami hanya dapat diketahui secara lengkap
dengan penyelidikan modern menggunakan kromatografi gas. Senarai awal yang
mengandung sekitar selusin komponen esens buah dibanjiri dengan penemuan
berlusin-lusin komponen sebagian besar berupa terpenoid, tetapi selain itu hampir
selalu terdapat senyawa berantai lurus. Tabel berikut menggambarkan struktur
berbagai senyawa atsiri yang sering dijumpai.
Tabel 1. Beberapa senyawa alkohol dan karbonat atsiri yang ditemukan dalam tumbuhan
Senyawa Sumber CH3OH Metanol
Tersebar luas, kadang-kadang bebas, tetapi biasanya sebagai ester
CH3CH2OH Etanol
Tersebar luas, bebas atau sebagai ester
CH3
CH3CHCH2OH Iso-butil alkohol
Buah, bebas atau sebagai ester
CH3CH2OH = CHCH2CH2C Cis-3-heksanol-1
Bebas dalam banyak daun dan bunga
CH3(CH2)5CHCH3 OH 2-oktanol
Minyak geranium (Pelargonium sp.)
CH3CHO Etanal, asetaldehida
Banyak buah
CH3(CH2)4CHO Heksanal, kaproaldehida
Eucalytus sp.
CH3(CH2)10CHO Dodekanal, lauraldehida
Buah Citrus
O CH3CCH Aseton
Banyak minyak atsiri
O CH3C(CH2)5CH3 2-oktanon
Rue (Ruta sp.)
OO
Respberries (Rubus idaeus)
-
22
CH3C C CH3 Diasetil (2,3-butandion)
Sumber : Robinson, 1995
Mutu minyak selain tergantung dari jenis tanaman (spesies), iklim,
ketinggian tanah dan umur tanaman, tetapi juga dipengaruhi oleh teknik
isolasinya.
Setiap minyak atsiri memiliki komposisi kimia yang sangat bervariasi,
yang terdiri atas campuran senyawa hidrokarbon (terpen) yang bersifat kurang
volatil dan berbau kurang sedap hingga berbagai senyawa teroksigenasi (alkohol,
ester, hidrokarbon maupun turunan benzena) yang sangat volatil dan berbau
sangat harum. Aroma yang dihasilkan masing-masing minyak sangat khas dan
terutama dihasilkan oleh bau komponen utamanya yang berkombinasi dengan bau
dari komponen-komponen minornya.
Selain umumnya minyak atsiri terdiri dari campuran komplek dari
berbagai senyawa, minyak atsiri juga mempunyai daya guna yang beraneka
macam yang tergantung dari komponen penyusunnya, seperti antiseptik, obat-
obatan, kosmetik, parfum dan bahan pemberi cita rasa dalam bahan pangan
(Leung, 1980).
2.4.3 Isolasi Minyak Atsiri
Metode yang dapat dipakai untuk mengisolasi minyak atsiri adalah
ekstraksi menggunakan pelarut organik, pengepresan dan penyulingan. Pemilihan
metode umumnya disesuaikan dengan keadaan bahan sampel. Namun diantara
ketiga metode ini yang paling banyak dipakai adalah metode penyulingan. Hal ini
-
23
karena selain metode ini hampir dapat dipakai untuk semua jenis bahan, tetapi
metode ini juga mampu membebaskan senyawa-senyawa yang mempunyai titik
didih tinggi melalui proses hidrodifusi.
Pada proses penyulingan adakalanya dijumpai kondensasi uap oleh air,
sebagai pendingin menghasilkan minyak yang tidak terpisah sempurna terhadap
air, terutama apabila dalam minyak terdapat komponen yang larut dalam air atau
rendemen minyak atsiri relatif sangat kecil. Sehingga perlu diikuti metode
ekstraksi untuk memisahkan minyak atsirinya (Ketaren, 1990).
.
2.5 Tinjauan Mengenai Karakteristik Nyamuk Aedes aegypti
Aedes aegypti merupakan nyamuk dari kelompok serangga yang tergolong
famili Culicidae dengan ciri-ciri morfologi antara lain, tubuh terdiri dari kepala,
toraks dan abdomen. Nyamuk A. aegypti memiliki tiga pasang tungkai pada toraks
dan dua pasang sayap, mempunyai sepasang antena, mempunyai proboscis dan
tipe mulutnya adalah haustelata (menghisap) fungsi tipe mulut tersebut untuk
mengambil bahan makanan yang terlarut (Jumar, 2000). Ciri khas morfologi A.
aegypti dewasa adalah bintik hitam dan putih pada badan dan kepala serta
memiliki ring putih di kakinya yang dikenal dengan sebutan Black White
Mosquito (Pusat Data dan Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia, 2004).
Nyamuk A. aegypti menyukai tempat yang teduh dan lembab, di semak-
semak, dan di bawah kerindangan pepohonan, umumnya hidup di dataran rendah
beriklim tropis sampai subtropik. Nyamuk sangat tertarik pada pakaian berwarna
-
24
gelap yang bergelantungan di ruangan yang tidak terang. Rangsangan bau rubuh
manusia maupun hewan dapat terhirup dari jarak yang cukup jauh. Nyamuk A.
aegypti termasuk serangga diurnal yaitu serangga yang aktif mencari makan pada
waktu siang hari. Puncak waktu menghisap sekitar pukul 09.00-10.00 dan 16.00-
17.00 WIB (Nadesul, 2004). Nyamuk A. aegypti mempunyai kemampuan terbang
sejauh 50-100 meter (Pusat Data dan Informasi Perhimpunan Rumah Sakit
Seluruh Indonesia, 2004).
Nyamuk betina menghisap darah untuk kebutuhan reproduksi. Tiga hari
setelah menghisap darah maka nyamuk akan bertelur. Selanjutnya akan
menghisap lagi dan bertelur lagi. Nyamuk A. aegypti tergolong antrofilik yaitu
paling suka darah manusia. Berbeda dengan spesies nyamuk lain yang biasanya
cukup puas dengan menggigit/menghisap darah satu orang saja, maka nyamuk A.
aegypti mempunyai kebiasaan menggigit berulang. Hal ini disebabkan karena
nyamuk tersebut sensitif dan mudah terganggu (Mapata, 2000).
Nyamuk mengalami metamorfosis sempurna (holometabola) yaitu telur,
larva, pupa dan dewasa (Soedarto, 1990). Nyamuk betina mulai bertelur antara 1-
8 hari setelah menghisap darah. Selama 8-10 hari dapat bertelur 1-7 kali dengan
jumlah teleu seluruhnya 94-237 butir (Mujiman, 1987). Telur A. aegypti
berukuran 50 milimikron, berwarna hitam, bulat panjang berbentuk ovoid dan
dikeliling oleh suatu rangkaian ruang udara yang membantu agar telur bisa
mengapung (Ricards dan Davies, 1960). Telur A. aegypti ketika tersiram air,
tekanan oksigen yang lebih rendah memberikan kemungkinan terbesar untuk
menetas, tetapi kemampuan respon telur bervariasi tergantung umur (Little, 1963).
-
25
Larva merupakan fase yang sangat aktif makan dan merupakan bentuk
serangga muda diantara telur dan pupa pada holometabola (Jumar, 2000).
Petumbuhan larva terdiri dari empat stadium, yaitu larva stadium 1, larva stadium
2, larva stadium 3 dan larva stadium 4 (Anonymous, 2000). Perkembangan empat
tingkat larva membutuhkan 5-10 hari dan kecepatan perkembangan larva
tergantung dari ketersediaan makanan, suhu air dan spesies nyamuk (Lane dan
Roger, 1993).
Bentuk morfologi dari larva adalah tubuh panjang dan tanpa kaki dengan
sejumlah rambut sederhana atau bercabang lateral yang tersususn secara simetrik
sepanjang tubuhnya. Kepala larva nyamuk mempunyai mata majemuk, antena
berbulu, dan bagian mulut digunakan untuk menghisap. Larva nyamuk
mempunyai delapan abdomen serta dua lubang (spirakel) (Brown, 1979). Lubang
anus dikelilingi empat tonjolan peraba yang lemas, yaitu insang anal yang
berfungsi untuk osmoregulator (Lane dan Roger, 1993).
Larva stadium 1 memiliki sepasang mata yang bulat hitam dan semakin
bertambah besar sesuai dengan tahapan larva stadium berikutnya. Bagian
punggung terlihat lebih besar daripada kepalanya. Larva yang terus-menerus
makan akan tumbuh sangat cepat, sehingga kulit pembungkus tubuhnya menjadi
sangat ketat dan sempit. Hal tersebut pertanda bahwa larva nyamuk harus
mengganti kulit (ecdysis). Larva stadium 1 melakukan pengelupasan kulit (ecdysis
atau molting), terturut-turut menjadi larva stadium 2, 3 dan 4. Larva stadium 4
melakukan pengelupasan kulit dan berubah menjadi stadium pupa dalam waktu
dua hari (Borror dkk, 1992).
-
26
Larva dan pupa memerlukan air untuk kehidupannya sedangkan telur pada
beberapa spesies dapat tahan hidup dalam waktu lama tanpa air, meskipun harus
tetap dalam lingkungan yang lembab (Soedarto, 1990). Stadium pupa tanpa
makan berlangsung dua sampai lima hari, namun pada suhu rendah dapat
mencapai sepuluh hari dan di bawah suhu 10 0C tidak ada perkembangan. Larva
stadium 4 menjadi pupa yang bengkok dengan kepala besar yang berbentuk
Tanda Tanya (Brown, 1979). Perubahan dari tingkat dewasa pada umumnya
membutuhkan dua sampai tiga hari (Maricopa Country vector Control, tanpa
tahun).
Nemuk dewasa memiliki bercak-bercak putih keperakan atau putih
kekuningan pada tubuhnya yang berwarna hitam. Pada bagian dorsal dari toraks
terdapat bentuk yang khas berupa dua garis sejajar di bagian tengah dan dua garis
lengkung di tepinya (Soedarto, 1990). Penelitian terbaru menyatakan bahwa
nyamuk dewasa mempunyai kemampuan terbang sejauh 850 meter atau setengah
mil atau lebih. jangka waktu hidup nyamuk dari dewasa adalah antara dua minggu
sampai satu bulan lebih (Maricopa Country Vector Control, tanpa tahun). Lama
siklus hidup nyamuk terutama tergantung pada suhu, sehingga silus hidup nyamuk
A. aegypti secara normal 15-20 hari, namun bisa lebih pendek yaitu selama 11
hari. Dewasa menolak untuk makan pada suhu di bawah 23 0C dan akan tetap
aktif makan pada suhu 20 0C (Ricards dan Davies, 1960).
-
27
Gambar 1. Siklus Hidup Nyamuk (Kardinan, 2003)
2.6 Usaha Pencegahan dan Pengendalian Vektor (Nyamuk)
Beberapa usaha pencegahan dan pengendalian terhadap serangan nyamuk
tidak akan berjalan efektif jika tidak dilakukan secara kontinu dan terpadu. Jika
salah satu lingkungan saja tidak ikut berpartisipasi, lingkungan tersebut bisa
menjadi sumber infeksi serangan nyamuk. Usaha-usaha pencegahan dan
pengendalian yang bisa dilakukan sebagai berikut (Kardinan, 2003) :
2.6.1 Pencegahan
Usaha ini dapat dilakukan dengan menggunakan repellent atau pengusir,
misalnya lotion yang digosokkan ke kulit sehingga nyamuk enggan mendekat.
Banyak bahan tanaman yang bisa dijadikan lotion anti nyamuk. Hal lain yang
dapat digunakan untuk mengusir nyamuk adalah menanam tanaman yang tidak
disukai serangga, termasuk nyamuk. Tanaman ini bisa diletakkan di sekitar rumah
atau di dalam ruangan. Selain itu juga tanaman dari anti nyamuk dapat disuling
-
28
terlebih dahulu sehingga menghasilkan minyak atsiri yang baunya juga tidak
disukai nyamuk.
2.6.2 Pengendalian Nyamuk
1. Secara Kimia
Cara ini dilakukan dengan menyemprotkan insektisida ke sarang-sarang
nyamuk, seperti got, semak dan ruangan rumah. Banyak sekali jenis
insektisida antinyamuk yang saat ini beredar di pasaran. Selain
penyemprotan, bisa juga dilakukan penaburan insektisida butiran ke tempat
jentik atau larva nyamuk biasa bersarang, seperti tempat penampungan air,
genangan air, atau selokan yang airnya jernih. Penggunaan obat nyamuk
bakar juga digolongkan ke dalam pengendalian secara kimia karena
mengandung bahan beracun, misalnya piretrin.
2. Secara Mekanis
Cara ini bisa dilakukan dengan mengubur kaleng-kaleng atau wadah-
wadah sejenis yang menampung air hujan dan membersihkan lingkungan
yang berpotensi dijadikan sebagai sarang nyamuk, misalnya semak belukar
dan got. Pengendalian secara mekanis lain yang bisa dilakukan adalah
pemasangan kelambu dan pemasangan perangkap nyamuk, baik
menggunakan cahaya, lem atau raket pemukul.
3. Secara Biologi
Cara ini bisa dilakukan dengan memelihara ikan yang relatif kuat dan
tahan, misalnya ikan mujahir di bak atau tempat penampungan air lainnya
sehingga bisa menjadi predator bagi jentik dan pupa nyamuk.
-
29
PROPOSAL SKRIPSI
UJI DAYA REPELLENT MINYAK ATSIRI
ZODIA (Evodia suaveolens, Scheff), SELASIH (Ocimum,
spp.) dan LAVENDER (Lavandula latifolia, Chaix) PADA
NYAMUK
-
30
Oleh :
Luluk Zabida
(02520009)
Dosen Pembimbing :
Evika Sandi Savitri, M.P
-
31
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
2006
-
29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan 13 Januari 13 Februari 2007.
Ekstraksi minyak atsiri dilakukan di Laboratorium Kimia Universitas
Muhammadiyah Malang. Sedangkan untuk pengujian dialkukan di Desa
Randegansari Driyorejo Gresik.
3.2 Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode eksperimen,
yaitu menguji ekstrak minyak atsiri Zodia (Evodia suaveolens, Scheff), Lavender
(Lavandula latifolia, Chaix) dan Selasih (Ocimum, spp.) dengan berbagai
konsentrasi terhadap pengendalian nyamuk. Sehingga rancangan yang digunakan
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial.
3.3 Alat dan Bahan
3.3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai
berikut : Serangkaian alat ekstraksi dengan metode perkolasi dan evaporasi, alat-
alat gelas, centrifuge, timbangan analitik dan digital, sangkar nyamuk tempat
pengujian.
-
30
3.3.2 Bahan
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun
Zodia, Bunga Lavender, daun Selasih, Sampel (Nyamuk Aedes aegypti) yang
diperoleh dari SPVP Salatiga dan dikolonisasi (rearing) di Desa Randegansari
Gresik, Aquades, Pelarut Organik (Etanol 95%).
Minyak atsiri diekstrak dari daun Zodia, daun Selasih dan bunga Lavender
di Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang. Dan hasil ekstraksi
inilah yang digunakan untuk penelitian.
3.4 Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap diantaranya adalah sebagai
berikut :
3.4.1 Penentuan Konsentrasi Minyak Atsiri
Konsentrasi minyak atsiri dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Konsentrasi 0% = 0 ml minyak + 10 ml aquades Konsentrasi 10% = 1 ml minyak + 9 ml aquades Konsentrasi 30% = 3 ml minyak + 7 ml aquades Konsentrasi 50% = 5 ml minyak + 5 ml aquades Konsentrasi 70% = 7 ml minyak + 3 ml aquades Konsentrasi 90% = 9 ml minyak + 1 ml aquades
-
31
3.4.2 Kolonisasi Nyamuk
Nyamuk uji yang digunakan adalah semua jenis nyamuk yang telah
dikolonisasi di desa Randegansari Driyorejo Gresik. Kolonisasi nyamuk dimulai
dengan menetaskan telur nyamuk yang berada pada kertas saring ke dalam baki
plastik. Perkembangan dan pertumbuhan hewan coba diamati dari telur sampai
menjadi nyamuk dewasa.
Nyamuk yang dewasa diberi makan air madu 20% yang diresapkan ke
dalam kapas yang digantungkan dalam sangkar nyamuk. Khusus untuk nyamuk
betina diberi makanan berupa darah agar dapat menghasilkan telur. Cara
pemberian makanan berupa darah ini dengan cara memasukkan tikus yang telah
difiksasi dengan kandang kawat ke dalam sangkar nyamuk dan dibiarkan di dalam
satu jam.
Telur yang dihasilkan oleh nyamuk betina tadi kemudian dibiakkan lagi
hingga jumlah nyamuk yang diinginkan tercapai.
3.4.3 Pengujian Terhadap Objek Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana efek antiserangga (repellent) minyak atsiri
dari Lavender (Lavandula latifolia, Chaix), Zodia (Evodia suaveolens, Scheff),
dan Selasih (Ocimum, spp.) adalah melalui proses berikut :
1. Menyiapkan 3 kotak masing-masing untuk lavender, zodia dan selasih yang
berukuran 1x1 m dengan satu lubang yang digunakan untuk pengujian. Kotak
tersebut berisi 100 populasi nyamuk.
-
32
2. Memasukkan tangan objek ke dalam kotak yang berisi nyamuk tadi melalui
lubang yang telah disediakan dengan diolesi ekstrak minyak dengan bahan dan
konsentrasi yang berbeda.
3. Pengamatan dilakukan 2 kali, pada pukul 07.00-10.00 dan pukul 15.00-17.00.
Pengamatan dilakukan selama 15 menit untuk masing-masing bahan dan
masing-masing konsentrasi.
4. Pengamatan diulang sampai 3 kali.
5. Dari hasil pengamatan itu akan diperoleh jumlah nyamuk yang hinggap/
menempel pada objek pada waktu yang ditentukan pada saat pengamatan.
3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh berupa jumlah nyamuk yang hinggap/ menempel pada
objek pada saat pengamatan berlangsung. Data yang diperoleh dari hasil
pengamatan akan dianalisis dengan menggunakan Uji ANOVA berganda dan
dilanjutkan dengan Uji Jarak Duncan (UJD) dengan taraf signifikasi sebesar 5%.
-
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengaruh Pemberian Ekstrak dan Konsentrasi Minyak Atsiri Daun Zodia (E. suaveolens Scheff), Daun Selasih (O. basilicum) dan Bunga Lavender (L. latifolia Chaix).
Berdasarkan hasil analisis terhadap pemberian ekstrak minyak atsiri daun
Zodia (E. suaveolens Scheff), daun Selasih (O. basilicum) dan bunga Lavender (L.
latifolia, Chaix) terhadap daya repellent nyamuk, pada pengamatan pukul 07.00-
10.00 WIB dan pukul 15.00-17.00 WIB menunjukkan bahwa ekstrak minyak
atsiri daun Zodia (E. suaveolens Scheff), daun Selasih (O. basilicum) dan buga
Lavender (L. latifolia Chaix) dapat memberikan pengaruh yang berbeda-beda
sebagai daya repellent nyamuk. Begitu juga dengan pengaruh pemberian
konsentrasi ekstrak minyak atsiri, berdasarkan hasil analisis terhadap pemberian
konsentrasi ekstrak minyak atsiri daun Zodia (E. suaveolens Scheff), daun Selasih
(O. basilicum) dan bunga Lavender (L. latifolia Chaix), juga menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata sebagai daya repellent nyamuk. Perbedaan pengaruh
itu dapat dilihat dari hasil analisis variansi dua faktor yang disajikan pada tabel 10
dan 11 serta lampiran 2.
Berdasarkan tabel 10 dan 11 pada lampiran 2 diketahui bahwa pemberian
ekstrak minyak atsiri daun Zodia (E. suaveolens Scheff), daun Selasih (O.
basilicum) dan bunga Lavender (L. latifolia Chaix) berpengaruh sebagai daya
repellent nyamuk. Hal ini diketahui bahwa Fhitung > Ftabel yaitu sebesar 20,342
dan 5,196.. Hal ini juga disebabkan karena setiap spesies tanaman mempunyai
33
-
kandungan zat atau bahan yang berbeda dan dengan presentase kandungan zat
yang berbeda pula. Zodia yang mengandung bahan aktif (komponen utama)
evodiamine dan rutaecarpine merupakan bahan aktif yang sangat tidak disukai
nyamuk. Hal ini seperti yang telah diungkapkan oleh Kardinan (2004), bahwa
Zodia khususnya pada daun mampu menghalau nyamuk selama 6 jam dengan
daya halau sebesar lebih dari 70%. Selain itu juga hasil analisa yang dilakukan di
Balai Tanaman Rempah dan Obat (Ballitro) dengan gas kromatografi, minyak
yang disuling dari tanaman ini mengandung linalool (46%) dan a-pinene
(13,26%) dimana linalool ini sudah sangat dikenal sebagai pengusir (repellent)
nyamuk.
Tanaman Lavender yang biasanya digunakan sebagai tanaman hias
ternyata juga mempunyai zat yang dapat digunakan sebagai repellent nyamuk
(Dinata,2005). Lavender ini juga mempunyai komposisi utama yaitu minyak
lavender yang mengandung bahan aktif linalool dan linalool asetat sebanyak 30-
60% (Kardinan, 2003). Lavender digunakan langsung sebagai repellent nyamuk
karena pada bunganya menghasilkan minyak yang digunakan sebagai bahan
penolak serangga. Semakin tinggi Lavender tumbuh, semakin baik kualitas
minyaknya (Dinata, 2005).
Sedangkan untuk tanaman Selasih ini jika disuling bagian daun, bunga
dan bijinya dapat menghasilkan minyak yang antara lain linalool (2%), terpineol
(1%), eugenol (5%), sineol (4%), geraniol (3%) dan unsur mikro lainnya. Bagian
tanaman yang paling banyak dimanfaatkan adalah daun karena produksi bunga
dan bijinya terbatas. Rendemen minyak pada daun sebesar 0,5%-1% yang
34
-
mengandung eugenol, geraniol dan linalool. Zat-zat tersebut juga digunakan
sebagai repellent nyamuk (Kardinan, 2003). Komponen-komponen utama Selasih
ini bersifat volatil (menguap) sehingga mudah tercium oleh serangga khususnya
nyamuk dan akhirnya nyamuk enggan mendekat karena bau yang ditimbulkan
oleh tanaman Selasih.
Dari hasil analisis statistik yang tercantum dalam tabel 10 dan 11 pada
lampiran 2 juga terlihat bahwa konsentrasi ekstrak minyak atsiri daun Zodia (E.
suaveolens Scheff), daun Selasih (O. basilicum) dan bunga Lavender (L. latifolia
Chaix) memberikan hasil yang sangat berbeda dan mempunyai pengaruh sebagai
daya repellent nyamuk. Analisis variansi dua faktor menunjukkan bahwa Fhitung
> F5% sebesar 41,379 dan 143,257, sehingga dilanjutkan dengan uji lanjut yaitu
Uji Jarak Duncan (UJD0,05). Hasil UJD0,05 terhadap daya repellent nyamuk pada
saat pengamatan (pukul 07.00-10.00 WIB dan 15.00-17.00) WIB disajikan pada
tabel 2 dan 3.
Tabel 2. Pengaruh Pemberian Beberapa Ekstrak Minyak Atsiri pada Pengamatan
Pukul 07.00-10.00 WIB dan 15.00-17.00 WIB Presentase Daya Repellent Perlakuan 07.00-10.00 WIB 15.00-17.00 WIB
Zodia Lavender Selasih
86,06a 81,67b 80,22b
84a 82,17ab 79,61b
Ket : *Angka yang didampingi huruf yang tidak sama dalam kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.
Dari tabel 2 diketahui bahwa pengaruh ekstrak minyak atsiri daun Zodia
(E. suaveolens Scheff), berbeda nyata dengan Selasih (O. basilicum) dan bunga
Lavender (L. latifolia Chaix) terhadap daya repellent nyamuk pada pengamatan
07.00-10.00. WIB Sedangkan untuk pengamatan pukul 15.00-17.00 WIB ekstrak
35
-
minyak atsiri bunga Lavender (L. latifolia Chaix) tidak berbeda nyata dengan
ekstrak daun Selasih (O. basilicum) dan ekstrak daun Zodia (E. suaveolens
Scheff). Tetapi ekstrak minyak atsiri daun Zodia (E. suavelens Scheff) berbeda
nyata dengan ekstrak minyak atsiri daun Selasih (O. basilicum). Dari semua
ekstrak yang ada, ekstrak minyak atsiri daun Zodia (E. suaveolens Scheff) yang
paling efektif diantara yang lainnya, karena pada semua pengamatan ekstrak
minyak atsiri daun Zodia yang mempunyai kemampuan sebagai daya repellent
nyamuk paling besar dengan presentase jumlah nyamuk yang terusir paling
banyak, yaitu sebesar 86,06% untuk pengamatan pukul 07.00-10.00 WIB dan
84% untuk pengamatan pukul 15.00-17.00 WIB.
Tabel 3. Pengaruh Pemberian Konsentrasi Beberapa Ekstrak Minyak Atsiri pada
Pengamatan Pukul 07.00-10.00 WIB dan 15.00-17.00 WIB Peresentase Daya Repellent Perlakuan 07.00-10.00 WIB 15.00-17.00 WIB
0% 10% 30% 50% 70% 90%
61,67d 82c
81,11c 87,44b
90b 93,67a
48,78c 86,11b 86,11b 90,89a
89,33ab 90,33ab
Ket : *Angka yang didampingi huruf yang tidak sama dalam kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.
Untuk hasil uji Duncan 5% terhadap konsentrasi ekstrak minyak atsiri
daun Zodia (E. suaveolens Scheff), daun Selasih (O. basilicum) dan bunga
Lavender (L. latifolia Chaix) pada pengamatan pukul 07.00-10.00 WIB
menunjukkan pada konsentrasi 90% berbeda nyata dengan kontrol dan konsentrasi
10%, 30%, 50% dan 70%. Hal ini dapat dilihat dari presentase jumlah nyamuk
yang terusir dari tangan pada konsentrasi 90% paling banyak bila dibandingkan
36
-
dengan yang lainnya, yaitu sebesar 93,67%. Untuk konsentrasi 10% dan 30%
tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, hal ini juga terjadi pada konsentrasi
50% dan 70% yang tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.
Pada pengamatan pukul 15.00-17.00 WIB menunjukkan bahwa pada
konsentrasi 70% tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan konsentrasi
90% dan 50%. Sedangkan untuk konsentrasi 10% dan 30% tidak berbeda nyata
dengan konsentrsi 70% dan 90%, tetapi konsentrasi tersebut menunjukkan
perbedaan yang nyata dengan konsentrasi 50% dan kontrol (0%). Semua
keterangan diatas menunjukkan bahwa pemberian ekstrak dan konsentrasi yang
berbeda dapat memberikan pengaruh yang berbeda pula dalam mengendalikan
nyamuk pada semua pengamatan.
Dari ketiga jenis tanaman diatas menunjukkan bahwa daun Zodia (E.
suaveolens Scheff) memiliki kemampuan yang lebih baik sebagai daya repellent
nyamuk bila dibandingkan dengan bunga Lavender (L. latifolia Chaix) dan daun
Selasih (O. basilicum). Hal ini disebabkan karena kandungan zat yang berbeda
diantara keduanya. Dari beberapa literatur sudah dijelaskan bahwa Zodia (E.
suaveolens Shceff) memiliki komponen utama yaitu linalool yang sangat tinggi
sebesar 46% dari minyak yang disuling dari daun tanaman tersebut (Kardinan,
2004). Bila dibandingkan dengan Lavender (L. latifolia Chaix) 2-3% (Kardinan,
2003) dan Selasih (O. basilicum) yang hanya sebesar 2%. Dimana linalool adalah
salah satu bahan aktif utama pada minyak hasil penyulingan dari ketiga tanaman
tersebut. Dari jumlah kandungan bahan aktif yang dimiliki oleh ketiga tanaman itu
juga dapat disimpulkan bahwa tanaman Zodia secara efektif dapat digunakan
37
-
sebagai daya repellent/pengusir nyamuk dengan rerata jumlah nyamuk paling
sedikit.
Selain itu juga perbedaan tersebut juga disebabkan oleh aroma yang
ditimbulkan dari ketiga tanaman tersebut. Aroma yang dihasilkan dari tanaman
Zodia (E. suaveolens Scheff) lebih tajam bila dibandingkan dengan yang lainnya.
Aroma ini juga tidak lain karena ditimbulkan oleh kandungan bahan aktif yang
berbeda yang terdapat pada ketiga tanaman tersebut.
Untuk pengaruh pemberian konsentrasi yang berbeda juga telah
menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka semakin
banyak pula nyamuk yang terusir dari tangan pada saat pengamatan. Hal ini juga
tidak lain disebabkan karena kandungan bahan aktif yang terdapat pada ketiga
ekstrak minyak atsiri daun Zodia (E. suaveolens Scheff), daun Selasih (O.
basilicum) dan bunga Lavender (L. latifolia Chaix), berbeda antara satu dengan
yang lainnya.
Pada pengamatan pukul 07.00-10.00 WIB, semakin tinggi konsentrasi
semakin banyak jumlah nyamuk yang terusir dari tangan, tetapi pada pengamatan
pukul 15.00-17.00 WIB perlakuan konsentrasi 70% tidak berbeda nyata dengan
konsentrasi 50%, 90%, tetapi berbeda dengan konsentrasi 30%, 10% dan kontrol
(0%). Hal ini diduga disebabkan karena aktifitas nyamuk dalam mencari makan
pada pukul 15.00-17.00 WIB menurun, sehingga konsentrasi yang digunakan
tidak menunjukkan pengaruh yang nyata sebagai daya repellent nyamuk.
Aroma minyak atsiri daun Zodia (E. suaveolens Scheff), daun Selasih (O.
basilicum) dan bunga Lavender (L. latifolia Chaix), dapat memberikan pengaruh
38
-
pada sistem pernapasan atau dengan kata lain aroma merupakan sifat-sifat produk
yang dirasakan oleh indera penciuman (Guenther, 1987). Tanaman Zodia (E.
suaveolens Scheff) bila diletakkan pada ruangan secara terus-menerus dapat
membuat mabuk. Artinya penghuni kamar tidak kuat dengan aroma tanaman yang
menyengat itu (Indriasari, 2002). Aroma tersebut juga sering ditimbulkan oleh
tanaman Selasih (O. basilicum), ketika panen bau daun selasih yang tercium agak
lama bila disimpan dalam ruangan dapat mengakibatkan pening dan mual
(Kardinan, 2003). Hal inilah yang menyebabkan nyamuk enggan mendekati
apalagi menggigit tangan yang telah diolesi dengan ekstrak minyak atsiri daun
Zodia (E. suaveolens Scheff), daun Selasih (O. basilicum) dan bunga Lavender (L.
latifolia Chaix).
4.2. Interaksi Spesies dengan Konsentrasi terhadap Daya Repellent Nyamuk pada Pengamatan Pukul 07.00-10.00 WIB
Hasil analisis variansi dua faktor terhadap daya repellent nyamuk pada
pengamatan pukul 07.00-10.00 WIB disajikan pada lampiran 2 tabel 10. Pada
tabel tersebut terlihat bahwa interaksi ekstrak minyak atsiri daun Zodia (E.
suaveolens Scheff), daun Selasih (O. basilicum) dan bunga Lavender (L. latifolia
Chaix) dengan konsentrasi yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata
terhadap daya repellent nyamuk pada pengamatan pukul 07.00-10.00 WIB. Hal
ini bisa terlihat pada hasil analisis dua faktor yang memperlihatkan bahwa Fhitung
lebih besar dari Ftabel yaitu sebesar 9,439. Karena mempunyai pengaruh maka
dilanjutkan dengan uji Duncan 5%. Hasil uji Duncan terhadap pengendalian
nyamuk pada pengamatan pukul 07.00-10.00 WIB disajikan pada tabel 4.
39
-
Tabel 4. Pengaruh Interaksi Pemberian Konsentrasi Beberapa Ekstrak Minyak Atsiri pada Pengamatan Pukul 07.00-10.00 WIB.
Presentase Daya Repellent Perlakuan Lavender Zodia Selasih 90% 70% 50% 30% 10% 0%
93a 89ab
86,33bc 71d
81,33c 69,33d
96,33a 93ab
91,33abc 89,67bc 87,33c 58,67d
91,67a 88ab
84,67bc 82,67c 77,33d
57e Ket : *Angka yang didampingi huruf yang tidak sama dalam kolom yang sama menunjukkan
berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.
Dari tabel diatas diketahui bahwa interaksi antara ekstrak minyak atsiri
daun Zodia (E. suaveolens Scheff), daun Selasih (O. basilicum) dan bunga
Lavender (L. latifolia Chaix) dengan konsentrasi berbeda nyata antara satu
dengan yang lainnya. Hal ini bisa dilihat pada pengamatan pukul 07.00-10.00
WIB bahwa ekstrak minyak atsiri bunga Lavender dengan konsentrasi 90%
berbeda nyata dengan konsentrasi 10%, 30%, 50% dan kontrol (0%), tetapi pada
konsentrasi 70% tidak menunjukkan perbedaan yang nyata sebagai daya repellent
nyamuk. Konsentrasi 50% tidak berbeda dengan konsentrasi 10%. Pada perlakuan
ekstrak minyak atsiri daun Zodia menunjukkan hasil yang stabil, artinya semakin
tinggi konsentrasi ekstrak minyak atsiri yang digunakan maka kemampuan
sebagai daya repellent nyamuk semakin besar. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
presentase nyamuk yang terusir dari tangan probandus pada saat pengamatan.
Tetapi berdasarkan hasil uji Duncan kemampuan konsentrasi ekstrak tersebut
hampir sama, pada 90% tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan
konsentrasi 70% dan 50%. Sedangkan untuk konsentrasi 10% juga tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata dengan konsentrasi 30% dan 50%. Berbeda
dengan perlakuan ekstrak minyak atsiri daun Selasih pada konsentrasi 90%
40
-
berbeda nyata dengan konsentrasi 50%, 30%, 10% dan kontrol, tetapi tidak
berbeda nyata pada konsentrasi 70%. Konsentrasi 70% tidak berbeda nyata
dengan konsentrasi 50%.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa interaksi antara spesies
dan konsentrasi mempunyai pengaruh yang besar sebagai daya repellent nyamuk.
Hal ini tidak lain juga disebabkan karena kandungan bahan aktif yang terdapat
pada minyak atsiri masing-masing spesies yang digunakan. Perbedaan pengaruh
ini juga disebabkan oleh perilaku hidup nyamuk itu sendiri. Pada pengamatan
pukul 07.00-10.00 WIB merupakan waktu nyamuk mencari makan. Karena
nyamuk A. aegypti merupakan serangga diurnal yaitu serangga yang aktif mencari
makan pada waktu siang hari (Nadesul, 2004).
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak minyak atsiri daun Zodia (E.
suaveolens Scheff), daun Selasih (O. basilicum) dan bunga Lavender (L. latifolia
Chaix) maka semakin sedikit jumlah nyamuk yang menempel/menggigit tangan
pada saat pengamatan. Hal ini disebabkan semakin tinggi konsentrasi yang
digunakan maka semakin tinggi pula kandungan bahan aktif yang ada pada
ekstrak tersebut. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa tiap-tiap
tanaman ini mempunyai kandungan bahan aktif yang dapat mengusir nyamuk
yang berbeda. Pada ekstrak minyak atsiri daun Zodia (E. suaveolens Scheff)
sebesar 46%, daun Selasih (O. basilicum) 2% dan bunga Lavender (L. latifolia
Chaix) 2-3%. Dari hasil uji Duncan 5% dan jumlah kandungan bahan aktif, maka
dapat disimpulkan bahwa ekstrak minyak atsiri daun Zodia (E. suaveolens Scheff)
41
-
dengan konsentrasi 90% yang paling efektif digunakan sebagai repellent/pengusir
nyamuk dengan presentase nyamuk yang terusir sebesar 96,33, meskipun tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata diantara ekstrak minyak atsiri daun Selasih
(O. basilicum) dan bunga Lavender (L. latifolia Chaix).
4.3 Interaksi Spesies dengan Konsentrasi terhadap Daya Repellent Nyamuk pada Pengamatan Pukul 15.00-17.00 WIB
Berdasarkan hasil analisis variansi dua faktor terhadap daya repellent
nyamuk yang terdapat pada lampiran 2 tabel 11. Pada tabel tersebut terlihat bahwa
interaksi antara ekstrak minyak atsiri daun Zodia (E. suaveolens Scheff), daun
Selasih (O. basilicum) dan bunga Lavender (L. latifolia Chaix) dengan konsentrasi
pada pengamatan pukul 15.00-17.00 WIB menunjukkan hasil yang berbeda nyata
terhadap daya repellent nyamuk. Hal ini didukung oleh hasil analisis variansi dua
faktor yang memperlihatkan bahwa Fhitung > Ftabel yaitu sebesar 3,026. Untuk
mengetahui perlakuan yang terbaik antar konsentrasi maka dilanjutkan dengan uji
Duncan sebesar 5%. Hasil uji Duncan 5% terhadap daya repellent nyamuk pada
pengamatan pukul 15.00-17.00 WIB disajikan pada tabel 5 berikut :
Tabel 5. Pengaruh Interaksi Pemberian Konsentrasi dan Beberapa Ekstrak Minyak Atsiri pada Pengamatan Pukul 15.00-17.00 WIB
Presentase Daya Repellent Perlakuan Lavender Zodia Selasih 90% 70% 50% 30% 10% 0%
91,33a 90,33a 90,33a
89a 88,67a 42,33b
91,67a 89a 94a
87,33a 91,67a 50,67b
88a 89a
87,33a 82ab 78b
53,33c Ket : *Angka yang didampingi huruf yang tidak sama dalam kolom yang sama menunjukkan
berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.
42
-
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa interaksi antara pemberian ekstrak
minyak atsiri daun Zodia (E. suaveolens Scheff), daun Selasih (O. basilicum) dan
bunga Lavender (L. latifolia Chaix) dengan konsentrasi pada pengamatan pukul
15.00-17.00 WIB tidak mempunyai pengaruh yang sangat berarti. Hal ini dapat
dilihat dari hasil uji Duncan 5% yang menunjukkan bahwa semua konsentrasi
pada Lavender dan Zodia yang digunakan dalam pengamatan pukul 15.00-17.00
WIB tidak menunjukkan perbedaan, artinya semua konsentrasi yang digunakan
mampu sebagai daya repellent nyamuk.
Pada ekstrak minyak atsiri bunga Lavender (L. latifolia Chaix)
konsentrasi 0% (kontrol) menunjukkan perbedaan yang nyata dengan konsentrasi
90%, 70%, 50%, 30% dan 10%. Tetapi keempat konsentrasi tersebut tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata. Untuk ekstrak minyak atsiri daun Zodia (E.
suaveolens Sceff) juga menunjukkan hal yang sama konsentrasi 90%, 70%, 50%,
30% dan 10% berbeda nyata dengan konsentrasi 0% (kontrol). Lain halnya denga
pemberian konsentrasi ekstrak minyak atsiri daun Selasih (O. basilicum) pada
konsentrasi 90%, 70%, 50% dan 30% tidak menunjukkan perbedaan yang nyata,
tetapi berbeda nyata dengan konsentrasi 10% dan 0%.
Kemampuan ekstrak minyak atsiri daun Zodia (E. suaveolens Scheff),
daun Selasih (O. basilicum) dan bunga Lavender (L. latifolia Chaix) sebagai daya
repellent nyamuk pada pengamatan pukul 15.00-17.00 WIB hampir sama. Hal ini
didukung oleh fungsi awal dari ketiga ekstrak tanaman tersebut adalah sebagai
repellent atau pengusir nyamuk karena kandungan bahan aktif yang ada di
dalamnya, yaitu linalool. Linalool merupakan senyawa fenol yang mempunyai
43
-
daya repelen nyamuk. Senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa minyak
atsiri, yang tersusun atas senyawa terpenoid. Senyawa ini memiliki dan dapat
menimbulkan bau/aroma khas (Istiqomah, dkk, 2004). Dan bau yang ditimbulkan
oleh ketiga ekstrak minyak atsiri itulah yang menyebabkan nyamuk tidak mau
mendekat.
Kemampuan ketiga ekstrak minyak atsiri daun Zodia (E. suaveolens
Scheff), daun Selasih (O, basilicum) dan bunga Lavender (L. latifolia Chaix)
sebagai daya repellent nyamuk pada pengamatan antara pukul 07.00-10.00 WIB
dan pukul 15.00-17.00 WIB tidak sama. Hal ini diduga disebabkan karena
aktifitas nyamuk yang berlainan dan kebutuhan nyamuk untuk reproduksi. Karena
nyamuk A. aegypti tergolong antrofilik yaitu paling suka makan darah, maka
nyamuk A. aegypti betina menghisap darah untuk proses pematangan telurnya.
Berbeda dengan spesies nyamuk lain yang biasanya cukup puas dengan
menggigit/menghisap satu orang saja, maka nyamuk A. aegypti mempunyai
kemampuan menggigit berulang. Hal ini disebabkan karena nyamuk tersebut
sensitif dan mudah terganggu (Mapata, 2000). Dan menyebabkan hasil
pengamatan pada pukul 07.00-10.00 WIB lebih sedikit yang terusir daripada
pukul 15.00-17.00 WIB.
Nyamuk betina menghisap darah untuk kebutuhan reproduksi. Tiga hari
setelah menghisap darah maka nyamuk akan bertelur. Selanjutnya akan
menghisap lagi dan bertelur lagi. Hal itu juga yang menyebabkan rerata jumlah
nyamuk yang menempel/menggigit tangan pada saat pengamatan pukul 15.00-
44
-
17.00 WIB hampir sama dan lebih sedikit yang menempel/menggigit dari
pengamatan pukul 07.00-10.00 WIB untuk tiap spesies dan konsentrasi.
Ketika mengoleskan ekstrak minyak atsiri daun Zodia, bunga Lavender
dan daun Selasih pada tangan, maka minyak atsiri yang terkandung dalam ekstrak
daun Zodia, bunga Lavender dan daun Selasih meresap ke pori-pori lalu menguap
ke udara. Bau ini akan terdeteksi oleh reseptor kimia (chemoreceptor) yang
terdapat pada tubuh nyamuk dan menuju ke impuls saraf. Itulah yang kemudian
diterjemahkan ke dalam otak sehingga nyamuk akan mengekspresikan untuk
menghindar tanpa mengisap darah tangan lagi. Semakin banyak kandungan bahan
aktif yang terdapat dalam ekstrak daun Zodia, bunga Lavender dan daun Selasih,
maka semakin besar kemampuan ekstrak tersebut menolak nyamuk (Istiqomah,
dkk, 2004).
Tiap ekstrak minyak atsiri ada yang lebih baik yaitu ekstrak minyak atsiri
daun Zodia (E. suaveolens Scheff) jika dibandingkan dengan minyak atsiri bunga
Lavender (L. latifolia Chaix) dan daun Selasih (O. basilicum) sebagai daya
repellent/pengusir nyamuk pada semua pengamatan (pukul 07.00-10.00 WIB dan
15.00-17.00 WIB).
45
-
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan terhadap pengaruh ekstrak
minyak atsiri daun Zodia (E. suaveolens Scheff), daun Selasih (O. basilicum) dan
bunga Lavender (L. latifolia Chaix) dengan berbagai konsentrasi yang berbeda
terhadap daya repellent nyamuk, maka dapat disimpulkan :
1. Kemampuan ekstrak minyak atsiri daun Zodia (E. suaveolens Scheff), bunga
Lavender (L. latifolia Chaix) dan daun Selasih (O. basilicum) mempunyai
pengaruh terhadap daya repellent nyamuk A. aegypti pada pengamatan pukul
07.00-10.00 WIB dan pukul 15.00-17.00 WIB.
2. Pada pengamatan pukul 07.00-10.00 WIB pemberian minyak atsiri daun
Zodia (E. suaveolens Scheff) efektif mengusir paling banyak pada konsentrasi
90% dengan daya usir sebesar 96,33%, Selasih (O. basilicum) pada
konsentrasi 90% dengan daya usir sebesar 91,67% dan bunga Lavender (L.
latifolia Chaix) pada konsentrasi 90% dengan daya usir sebesar 93%.
Sedangkan pada pengamatan pukul 15.00-17.00 WIB penggunaan ekstrak
minyak atsiri daun Zodia (E. suaveolens Scheff) efektif mengusir pada
konsentrasi 50% dengan daya usir sebesar 94%, dan bunga Lavender (L.
latifolia Chaix) 90% dengan daya usir sebesar 91,33% dan daun Selasih (O.
basilicum) 70% dengan daya usir sebesar 89%.
46
-
5.2. Saran
Saran-saran buat penulis selanjutnya, agar memanfaatkan tanaman lain
selain Zodia (E. suaveolens Scheff), Selasih (O. basilicum) dan Lavender (L.
latifolia Chaix) yang belum banyak digunakan untuk mengendalikan nyamuk,
khususnya nyamuk yang dapat menyebabkan penyakit seperti Aedes aegypti.
47
-
DAFTAR PUSTAKA
Agusta A., 2000, Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia, Penerbit ITB : Bandung.
Anonymous, Ilmu Pengetahuan Populer, 1984, Jilid 6 Glorier International INC :
PT. Widyadara Backer, C.A., 1911, Flora of Java, N.V. Boekh. Visser & Co. Borror, D. J., C. A. Triplehorn dan N. F. Johnson, 1992, Pengenalan Pelajaran
Serangga. Edisi Keenam, terjemahan : S. Partosoedjono & M. D. Brotowidjoyo, Gajah Mada University Press : Jogjakarta.
Cronquist. 1981. An Integrated System of Classification of Flowering Plants.
Columbia University Press, New York. Dasuki A., 1991. Sistematika Tumbuhan Tinggi. Pusat Antar Universitas,
Bandung.
Dinata, A., 2005 : Tanaman Sebagai Pengusir Nyamuk, http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0205/17/cakrawala/penelitian 01.htm. diakses tanggal 11 Mei 2006.
Gandahusada S., dan Pribadi W, 1996, Parasitologii Kedokteran, Edisi Kedua,
Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia : Jakarta. Guenther, E., 1990, Minyak Atsiri, Jilid I, diterjemahkan oleh Ketaren, Jakarta :
UI Press. Harborne. I.B., 1987, Metode Fitokimia, alih Bahasa : Padmawinata K. &
Soediro I., Penerbit ITB : Bandung. Harjanto, I., 2004, Tanaman Harum Yang Dapat Mengusir Nyamuk, http://rumah-
dme3.blogspot.com. diakses tanggal 11 Mei 2006. Hasbullah, 2001, Minyak Atsiri Jahe, Teknologi Tepat Guna Agroindustri,
Sumatra Barat, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri : Sumatra Barat.
Indriasari, L., 2002, Laris Manis Tanaman Anti Nyamuk, Harian Kompas Istiqomah, A. S., dkk, 2004, Jurnal Penelitian, Bunga Kenanga Repellent Nyamuk
Aedes aegypti, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta.
48
-
Jumar, 2000, Entomologi Pertanian, Penerbit Rineka Cipta : Jakarta. Kardinan, A., 2004, Tanaman Pengusir Nyamuk, Tabloid Sinar Tani,
www.litbang.deptan.go.id. diakses tanggal 11 Mei 2006 Kardinan , A., 2003, Tanaman Obat Pengempur Kanker, PT. Agromedia Pustaka
: Depok Kardinan, A., 2003, Tanaman Pengusir Dan Pembasmi Nyamuk, PT. Agromedia
Pustaka : Depok Ketaren, S., 1990, Pengantar Teknologi Minyak Atsiri, Jakarta : PN Balai Pustaka. Lane R. P. dan N. C. Roger, 1993, Medical Insect and Arachnids, Chapman &
Alall: London Leung A.Y., 1980, Encyclopedia of Common Natural in Gradients (used in food,
drug and cosmetics), John Wiley & Sons Inc., New York Nurwiyanti R., 2005, Daya Bunuh Bacillus thuringiensis Isolat Bangkalan
Madura terhadap Berbagai Instar Larva Nyamuk Aedes aegypti, Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Brawijaya, tidak diterbitkan : Skripsi.
Ratnasari V., 2000, Identifikasi Populasi Nyamuk di Beberapa Daerah Kabupaten
dan Kota Malang, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang : tidak diterbitkan, Skripsi.
Ricards O. W. dan R. G. Davies, 1960, A General Textbook of Entomology,
Methven & Co. LTD : London. Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Penerjemah :
Padmawinata K., Penerbit ITB Bandung Sampurno, dkk., 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat,
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional : Jakarta.
Sastrosupadi A., 2000, Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian, Penerbit
Kanisius : Yogyakarta. Soedarto, 1990, Entomologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran, EGC :
Jakarta.
49
-
Wijaya, S. dkk., 2005, Jurnal Obat Bahan Alam : Uji Efek Bioinsektisida Ekstrak Etil Asetat Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap Nyamuk Aedes aegypti Linn. Vol 4 No. 1 Mei-November 2005. Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala: Surabaya.
Wijayakusuma , H., 2000, Sehat Dengan Selasih, Suara Karya Online.
www.pdpersi.co.id
50
-
Lampiran 1. Hasil Pengamatan Uji Daya Repellent Minyak Atsiri Tabel 6. Persentase Nyamuk yang Menempel di Tangan pada Pengamatan Pukul 07.00-
10.00 WIB. Perlakuan Presentase
Spesies Konsentrasi I II III Total Rata-rata
Lavender
Zodia
Selasih
0% 10% 30% 50% 70% 90%
0% 10% 30% 50% 70% 90%
0% 10% 30% 50% 70% 90%
30 22 31 16 11 7
45 16 13 9 7 4
40 24 21 15 12 9
35 19 30 15 7 8
42 13 12 10 6 5
43 23 14 18 14 7
27 15 26 10 15 6
37 9 6 7 8 2
46 21 17 13 10 9
92 56 87 41 33 21
124 38 31 26 21 11
129 68 52 46 36 25
30,67 18,67
29 13,67
11 7
41,33 12,67 10,33 8,67
7 3,67
43
22,67 17,33 15,33
12 8,33
Total 332 321 284 937 Tabel 7. Persentase Nyamuk yang Menempel di Tangan pada Pengamatan Pukul 15.00-
17.00 WIB. Perlakuan Presentase
Spesies Konsentrasi I II III Total Rata-rata
Lavender
Zodia
Selasih
0% 10% 30% 50% 70% 90%
0% 10% 30% 50% 70% 90%
0% 10% 30% 50% 70% 90%
53 14 13 9
10 8
57 7
12 6
10 7
42 24 19 13 12 17
60 16 11 7
11 10
37 7
12 5
11 10
55 19 20 16 13 8
60 4 9
10 8 8
54 11 14 7
12 8
43 23 15 9 8
11
173 34 33 26 29 26
148 25 38 18 33 25
140 66 54 38 33 36
57,67 11,33
11 8,67 9,67 8,67
49,33 8,33 12,67
6 11
8,33
46,67 22 18
12,67 11 12
Total 327 318 317 962
51
-
Tabel 8. Persentase jumlah nyamuk yang terusir dari tangan pada pengamatan 07.00-10.00 WIB
Perlakuan Presentase Spesies Konsentrasi I II III
Total Rata-rata
Lavender
Zodia
Selasih
0% 10% 30% 50% 70% 90%
0% 10% 30% 50% 70% 90%
0% 10% 30% 50% 70% 90%
70 78 69 84 89 93
55 84 87 91 93 96
60 76 79 85 88 91
65 81 70 85 93 92
58 87 88 90 94 95
57 77 86 82 86 93
73 85 74 90 85 94
63 91 94 93 92 98
54 79 83 87 90 91
208 244 213 259 267 279
176 262 269 274 279 289
171 232 248 254 264 275
69,33 81,33
71 86,33
89 93
58,67 87,33 89,67 91,33
93 96,33
57
77,33 82,67 84,67
88 91,67
Total 1468 1479 1516 4463 Tabel 9. Persentase jumlah nyamuk yang terusir dari tangan pada pengamatan 15.00-
17.00 WIB Perlakuan Presentase
Spesies Konsentrasi I II III Total Rata-rata
Lavender
Zodia
Selasih
0% 10% 30% 50% 70% 90%
0% 10% 30% 50% 70% 90%
0% 10% 30% 50% 70% 90%
47 86 87 91 90 92
43 93 88 94 90 93
58 76 81 87 88 83
40 84 89 93 89 90
63 93 88 95 89 90
45 81 80 84 87 92
40 96 91 90 92 92
46 89 86 93 87 92
57 77 85 91 92 89
127 266 267 274 271 274
152 275 262 282 266 275
160 234 246 262 267 264
42,33 88,67
89 91,33 90,33 91,33
50,67 91,67 87,33
94 88,67 91,67
53,33
78 82
87,33 89 88
Total 1467 1472 1485 4424
52
-
Lampiran 2. Hasil Analisis Variansi (ANOVA) Tabel 10. Analisis Variansi Pemberian Beberapa Ekstrak dan Konsentrasi Minyak Atsiri
pada Nyamuk dengan Waktu Pengamatan Pukul 07.00-10.00 WIB SK db JK KT Fhitung F5%
Spesies Konsentrasi
Spesies*Konsentrasi Galat
2 5
10 36
332,256 5773,204 770,852 294,003
166,128 1154,641
77,085 8,167
20,342* 41,379* 9.439*
3,26 2,48 2,10
Total 53 7170,315 *Menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada = 5%
Tabel 11. Analisis Variansi Pemberian Beberapa Ekstrak dan Konsentrasi Minyak Atsiri
pada Nyamuk dengan Waktu Pengamatan Pukul 15.00-17.00 WIB. SK db JK KT Fhitung F5%
Spesies Konsentrasi
Spesies*Konsentrasi Galat
2 5
10 36
174,926 12057,481 509,296
606
87,463 2411,496
50,93 16,833
5,196* 143,257*
3,026*
3,26 2,48 2,10
Total 53 13347,704 *Menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada = 5%
53
-
Lampiran 3. Foto-Foto Hasil Pengamatan
Gambar 2. Zodia (Evodia suaveolens Scheff)
Gambar 3. Selasih (Ocimum basilicum) (Kardinan, 2003)
54
-
Gambar 4. Lavender (Lavandula latifolia) (Anonymous, 2006)
Gambar 5. Serangkaian Alat Ekstraksi Minyak Atsiri
55
-
Gambar 6. Pengujian dan Pengamatan Uji Daya Repellent Minyak Atsiri terhadap Nyamuk Aedes aegypti
56