02520009

52
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Zodia (Evodia suaveolens Scheff) 2.1.1 Klasifikasi Untuk klasifikasi tanaman Zodia menurut sistem klasifikasi dari Cronquist (1981) adalah sebagai berikut : Divisi : Magnoliophyta Clas : Magnoliopsida Sub Clas : Rosidae Ordo : Sapindales Famili : Rutaceae Genus : Evodia Spesies : Evodia suaveolens Scheff 2.1.2 Morfologi Tanaman perdu ini berasal dari famili Rutaceae, sehingga mampu mencapai ketinggian 2 meter. Tinggi tanaman 0,3-2 m dan mempunyai bentuk daun runcing (lancet), tepi daun bergelombang (undulate) dan runcing (acutus) pada ujung dan pangkal daun (Backer, 1911). Panjang daun dewasa 20-30 cm. Daunnya cantik sekali, hijau agak kekuningan, pipih panjang tapi lentur, dan menyejukkan mata yang memandang (Harjanto, 2004). Gambar tanaman dapat dilihat pada lampiran 3 gambar 2.

Upload: harianto-pandiangan

Post on 13-Sep-2015

31 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Kajian pustaka tanaman penolak nyamuk

TRANSCRIPT

  • 8

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Zodia (Evodia suaveolens Scheff)

    2.1.1 Klasifikasi

    Untuk klasifikasi tanaman Zodia menurut sistem klasifikasi dari Cronquist

    (1981) adalah sebagai berikut :

    Divisi : Magnoliophyta

    Clas : Magnoliopsida

    Sub Clas : Rosidae

    Ordo : Sapindales

    Famili : Rutaceae

    Genus : Evodia

    Spesies : Evodia suaveolens Scheff

    2.1.2 Morfologi

    Tanaman perdu ini berasal dari famili Rutaceae, sehingga mampu

    mencapai ketinggian 2 meter. Tinggi tanaman 0,3-2 m dan mempunyai bentuk

    daun runcing (lancet), tepi daun bergelombang (undulate) dan runcing (acutus)

    pada ujung dan pangkal daun (Backer, 1911). Panjang daun dewasa 20-30 cm.

    Daunnya cantik sekali, hijau agak kekuningan, pipih panjang tapi lentur, dan

    menyejukkan mata yang memandang (Harjanto, 2004). Gambar tanaman dapat

    dilihat pada lampiran 3 gambar 2.

  • 9

    Bunga pada tanaman Zodia bersifat hermafrodit dan mempunyai warna

    putih agak kekuning-kuningan. Dan bunga inilah yang memancarkan aroma

    harum yang dibenci nyamuk. Di Jawa seringkali tanaman ini digunakan sebagai

    tanaman hias di kebun atau di taman. Karena bentuk Zodia cukup menarik inilah

    sehingga banyak digunakan sebagai tanaman hias (Dinata, 2005).

    2.1.3 Habitat dan Perbanyakan

    Zodia berasal dari Papua, namun saat ini sudah banyak tumbuh di Pulau

    Jawa. Tanaman ini tumbuh baik di ketinggian 400-1.000 m dpl (Dinata, 2005).

    Lazimnya tanaman ini ditanam di dalam pot, dan digunakan sebagai tanaman

    dalam ruangan (indoor plant). Namun baik juga bila langsung ditanam di halaman

    rumah. Bahkan bisa memberikan kesejukan tersendiri. Tinggi tanaman bila

    dibiarkan bebas di lapangan bisa mencapai 200 cm (Harjanto, 2004).

    Tanaman Zodia juga cukup mudah diperbanyak, baik melalui stek ranting

    maupun menggunakan bijinya (Dinata, 2005). Ketika sudah berbunga dan berbiji,

    biji yang jatuh dan menyebar di sekitar tanaman pun dapat tumbuh menjadi

    tanaman dalam jumlah yang cukup banyak.

    Fase pertumbuhan Zodia membutuhkan perhatian tersendiri, bila langsung

    terkena sinar matahari bisa mati sebaliknya bila kurang sinar matahari justru

    pertumbuhannya kurang sehat. Tanaman ini akan tumbuh subur bila

    dikembangkan di daerah yang cukup dingin (Harjanto, 2004)

  • 10

    2.1.4 Kandungan Bahan Aktif Zodia

    Menurut pendapat beberapa orang (Kardinan, 2003), tanaman ini bisa

    digunakan untuk mengusir nyamuk, baik di dalam ruangan maupun di

    pekarangan. Oleh masyarakat Papua, tanaman ini sudah lama digunakan sebagai

    penghalau serangga, khususnya nyamuk. Kenyataan ini juga diperkuat dari

    beberapa literatur yang menyebutkan bahwa tanaman ini menghasilkan aroma

    yang cukup tajam yang diduga disebabkan oleh kandungan evodiamine dan

    rutaecarpine sehingga tidak disukai serangga.

    Daun Zodia yang terasa pahit, kadang-kadang digunakan sebagai obat

    tradisional, antara lain sebagai tonik untuk menambah stamina tubuh, sementara

    rebusan kulit batangnya bermanfaat sebagai pereda demam malaria. Daun Zodia

    dapat disuling untuk menghasilkan minyak atsiri (essential oil) yang mengandung

    bahan aktif (komponen utama) evodiamine dan rutaecarpine. Diduga, kedua

    hahan aktif inilah yang membuat nyamuk tidak menyukai tanaman ini.

    Menurut Kardinan (2004), daun Zodia mampu menghalau nyamuk selama

    6 jam, dengan daya halau (daya proteksi) sebesar lebih dari 70 persen. Selain

    efektif mengusir nyamuk, belakangan ini para ilmuwan menemukan khasiat lain

    dari Zodia, misalnya penyembuh sakit kepala, disentri dan pembunuh sel kanker.

    Bunganya pun dapat dijadikan obat gosok untuk mengobati masuk angin.

    Zodia merupakan tanaman asli Indonesia yang berasal dari daerah Irian

    (Papua). Oleh penduduk setempat tanaman biasa digunakan untuk menghalau

    serangga. Zodia yang termasuk ke dalam keluarga Rutaceae, dikatakan

    mengandung evodiamine dan rutaecarpine. Dari beberapa literatur, tanaman ini

  • 11

    bermanfaat sebagai anti-kanker. Menurut hasil analisa yang dilakukan di Balai

    Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) dengan gas kromatografi, minyak

    yang disuling dari daun tanaman ini mengandung linalool (46%) dan a-pinene

    (13,26%) dimana linalool sudah sangat dikenal sebagai pengusir (repellent)

    nyamuk (Kardinan, 2004)

    2.2 Lavender (Lavandula latifolia Chaix).

    2.2.1 Klasifikasi

    Untuk klasifikasi tanaman Lavender menurut sistem klasifikasi dari

    Cronquist (1981) adalah sebagai berikut :

    Divisi : Magnoliophyta

    Clas : Magnoliopsida

    Sub Clas : Asteridae

    Ordo : Lamiales

    Famili : Lamiaceae

    Genus : Lavandula

    Spesies : Lavandula latifolia Chaix

    2.2.2 Morfologi

    Tanaman yang merupakan famili Lamiaceae ini berbentuk seperti semak

    atau pohon kecil. Daunnya bertulang sejajar; ujung runcing; tepi bergerigi,

    memiliki bunga kecil berwarna ungu kebiruan yang tumbuh di ujung cabang

    seperti yang tampak pada gambar pada lampiran 3 gambar 3. Dengan jumlah

  • 12

    bunga 2-10 tiap cabangnya (Backer, 1911). Aroma bunga tersebut sangat harum

    mirip kamper, yang tidak disukai serangga (Dinata, 2005). Bunga dari tanaman ini

    juga sering digosok-gosokkan ke tubuh untuk menghindari gigitan nyamuk.

    Kardinan, (2003) menemukan empat jenis lavender yang bentuk daunnya

    berbeda, tetapi warna bunganya sama, yaitu ungu kebiruan. Di Jawa tanaman ini

    banyak ditemukan di daerah pegunungan dan oleh sebagian masyarakat digunakan

    sebagai tanaman hias.

    2.2.3 Habitat dan Perbanyakan

    Lavender tumbuh baik di ketinggian 500-1.300 m dpl. Semakin tinggi

    tumbuhnya, semakin baik kualitas minyaknya (Dinata, 2005). Lavender sangat

    baik tumbuh di daerah Mediterania.

    Perbanyakan tanaman lavender biasanya dengan menggunakan bijinya.

    Biji-biji yang tua dan sehat disemaikan. Bila sudah tumbuh, dipindahkan ke

    polybag. Ketika tingginya mencapai 15-20 cm, dapat dipindahkan ke dalam pot

    atau ditanam di halaman rumah.

    Keberadaan tanaman lavender mengundang para penyuling minyak atsiri

    untuk menyuling bunganya. Minyak Lavender sering dipakai sebagai aromaterapi.

    Dibeberapa rumah, minyak Lavender ditempatkan di ruang tamu (Harjanto, 2004)

    2.2.4 Kandungan Bahan Aktif Lavender

    Minyak bunga Lavender dengan cara penyulingan uap dari bunga.

    Rendeman minyaknya sekitar 0,5%. Pengeringan bunga sebaiknya tidak di bawah

  • 13

    sinar matahari secara langsung, tetapi cukup dikeringanginkan, tujuannya untuk

    mengurangi kandungan minyak yang hilang. Rendeman minyak yang optimal

    diperoleh jika tanaman ditanam di lokasi 1000 m dpl. Komposisi utama minyak

    Lavender adalah linalool dan linalool asetat sebanyak 30-60% dengan kandungan

    yang bervariasi, tergantung dari jenis lavendernya. Sebagai contoh, lavender

    spesies Lavandula officinalis mengandung bahan aktif sebesar 50-55%, sementara

    L. latifolia hanya mengandung bahan aktif 2-3% (Kardinan, 2003).

    Lavender selain digunakan langsung untuk pengusir nyamuk, bunganya

    juga menghasilkan minyak yang digunakan sebagai bahan penolak serangga

    (repellent atau antifeedant), bahkan termasuk bahan yang sering digunakan

    sebagai lotion anti nyamuk. Komposisi utama dalam Lavender adalah linalool

    asetat (Dinata, 2005).

    2.3 Selasih (Ocimum basilicum)

    2.3.1 Klasifikasi

    Untuk klasifikasi tanaman Selasih menurut sistem klasifikasi dari

    Cronquist (1981) adalah sebagai berikut :

    Divisi : Magnoliophyta

    Clas : Magnoliopsida

    Sub Clas : Asteridae

    Ordo : Lamiales

    Famili : Lamiaceae

    Genus : Ocimum

  • 14

    Spesies : Ocimum basilicum

    2.3.2 Morfologi

    Selasih merupakan tanaman semusim yang tumbuh tegak, bercabang

    banyak bagian atas dan berbau harum. Batang tumbuhan ini berwarna kecoklatan

    bersegi empat. Daunnya tunggal, berhadapan, bertangkai yang panjangnya 0,5-5

    cm. Helai daunnya berbentuk bulat telur sampai memanjang, permukaan daunnya

    berambut halus dengan bintil-bintil kelenjar, tulang daunnya menyirip tepi

    daunnya bergerigi, panjangnya 3,3-7,5 cm, lebar 1,5-2,5 cm, berwarna hijau tua.

    Bunganya berwarna putih atau lembayung tersusun dalam tandan yang

    panjangnya 3-50 cm keluar ujung percabangan. Bijinya keras, coklat tua, dan bila

    dimasukkan ke dalam air akan mengembang sepeti selai, ciri-ciri ini dapat dilihat

    pada lampiran 3 gambar 4. Tinggi tumbuhan itu mencapai 50-80 cm

    (Wijayakusuma, 2000).

    2.3.3 Habitat dan Perbanyakan

    Tumbuhan Selasih tumbuh baik di tempat lembab dan teduh. Selasih

    tumbuh liar di jalan, sawah kering, hutan jati dan tepi ladang atau dapat juga di

    tanam di pekarangan rumah. Tumbuhan ini dapat ditemukan di daerah dataran

    rendah sampai ketinggian 450 meter, kadang-kadang juga Selasih tumbuh di

    ketinggian 1-1100 m dpl. Perbanyakan Selasih dapat dilakukan dengan biji.

    Tanaman ini mempunyai daya adaptasi yang cukup baik dengan lingkungan

  • 15

    sehingga mudah tumbuh di hampir semua tempat, bahkan mampu bersaing

    dengan jenis tanaman lainnya.

    Selasih memiliki nama lain, di Sumatera disebut selaseh, di Jawa kadang

    disebut telasih atau solasih sedangkan di Sulawesi akrab disebut kukuru atau

    amping (Wijayakusuma, 2000).

    Bagian tanaman yang paling banyak dimanfaatkan adalah daun karena

    produksi bunga dan bijinya terbatas. Meskipun demikian, jika disuling bagian

    daun, bunga dan bijinya dapat menghasilkan minyak yang antara lain

    mengandung eugenol, metil eugenol, geraniol, dan linalool. Rendemen minyak

    pada daunnya masih sangat terbatas, yakni 0,5-1%. Eugenol, geraniol, dan linalool

    berbau menyengat dan sangat tidak disukai nyamuk.

    2.3.4 Kandungan Bahan Aktif Selasih

    Bunga, biji dan daunnya merupakan bagian tanaman yang secara

    tradisional digunakan sebagai obat dan acara ritual keagamaan. Selasih dapat

    digunakan sebagai relaksan (menciptakan perasaan tenang) yang sangat berguna

    bagi orang yang sedang dihantui rasa cemas dan tegang. Selain itu, biji Selasih

    jika direndam ke dalam air akan mengembang dan berbentuk seperti jeli. Biji

    Selasih ini bermanfaat untuk menurunkan kolesterol, membantu pencernaan,

    mengobati kram usus, dan melancarkan buang air besar.

    Kandungan bahan aktif utama pada minyak hasil penyulingan sangat

    tergantung dari jenis Selasih. Contohnya, Selasih dari jenis O. sactum, O.

    tenuiflorum, dan O. minimum mengandung bahan utama metil eugenol (C12H14O2)

  • 16

    dan beberapa unsur mikro lainnya, seperti linalool (2%), terpineol (1%), eugenol

    (5%), sineol (4%), geraniol (3%) dan unsur mikro lainnya yang tidak

    terindentifikasi. Eugenol, linalool, dan geraniol dikenal sebagai zat penolak

    serangga sehingga zat-zat tersebut juga berfungsi sebagai pengusir nyamuk.

    Ketika panen, bau daun selasih tercium agak lama, misalnya ketika

    diangkut di dalam mobil atau terlalu lama disimpan di dalam ruangan dapat

    mengakibatkan pening dan mual. Perasaan pening dan mual ini kemungkinhan

    disebabkan oleh terhirupnya akumulasi komponen-komponen utama Selasih yang

    bersifat volatil (menguap). Hal inilah yang menyebabkan nyamuk enggan

    mendekati tanaman Selasih.

    2.4 Minyak Atsiri

    Minyak atsiri adalah senyawa mudah menguap yang tidak larut di dalam

    air yang berasal dari tanaman. Minyak atsiri dapat dipisahkan dari jaringan

    tanaman melalui proses destilasi. Pada proses ini jaringan tanaman dipanasi

    dengan air atau uap air. Minyak atsiri akan menguap dari jaringan bersama uap air

    yang terbentuk atau bersama uap air yang dilewatkan pada bahan. Campuran uap

    air dan minyak atsiri dikondensasikan pada suatu saluran yang suhunya relatif

    rendah. Hasil kondensasi berupa campuran air dan minyak atsiri yang sangat

    mudah dipisahkan kerena kedua bahan tidak dapat saling melarutkan (Hasbullah,

    2001).

    Minyak atsiri yang biasa kita kenal itu adalah merupakan campuran

    berbagai zat dalam tumbuhan yang berbau seperti tumbuhan asalnya dan dapat

  • 17

    menguap bersama-sama dengan uap air. Minyak atsiri merupakan cairan lembut,

    bersifat aromatik, dan mudah menguap pada suhu kamar. Minyak atsiri diperoleh

    dari ekstrak bunga, biji, daun, kulit batang, kayu, dan akar tumbuh-tumbuhan

    tertentu. Satu jenis minyak atsiri, umumnya memiliki beberapa khasiat berbeda,

    misalnya sebagai antiseptik dan antibakteri.

    Penelitian menunjukkan, minyak atsiri yang disemprotkan ke udara

    membantu menghilangkan bakteri, jamur, bau pengap, dan bau yang tidak

    mengenakkan. Selain menyegarkan udara, aroma alami minyak atsiri juga dapat

    mempengaruhi emosi dan pikiran, serta menciptakan suasana tenteram dan

    harmonis.

    Berbagai alkohol, aldehida, keton, dan ester yang mudah menguap atau

    atsiri terdapat dalam tumbuhan walaupun biasanya terdapat hanya sedikit sekali.

    Senyawa ini, walaupun konsentrasinya rendah, dari segi estetika dan niaga

    penting oleh karena peran yang diberikannya kepada citarasa dan bau makanan,

    bunga, parfum dan sebagainya (Robinson, 1995).

    Pada minyak atsiri yang bagian utamanya terpenoid, biasanya terpenoid itu

    terdapat pada fraksi atsiri yang tersuling-uap. Zat inilah penyebab wangi, harum,

    atau bau yang khas pada banyak tumbuhan. Secara ekonomi senyawa tersebut

    penting sebagai dasar wewangian alam dan juga untuk rempah-rempah sebagai

    senyawa citarasa dalam industri makanan (Harborne, 1987). Suku tumbuhan yang

    kaya akan minyak atsiri antara lain misalnya, suku Rutaceae, Evodia, sp dan

    Labiatae, Lavandula, sp. Golongan senyawa lainnya mungkin terdapat bersama-

    sama dengan terpena di dalam minyak atsiri.

  • 18

    Peran pada tumbuhan mungkin terletak pada daya tariknya untuk serangga

    penyerbuk dan hewan penyebar biji. Senyawa trans-2-heksenal (aldehida daun)

    sebagian besar menjadi penyebab bau khas daun yang diremas-remas. Dilaporkan

    pula senyawa ini bertindak sebagai antibiotika, hormon luka dan perangsang

    perkecambahan biji. Beberapa senyawa lain jenis ini, dilaporkan mempunyai

    peran sebagai penghambat fungus, dalam interaksi serangga-tumbuhan, dan

    sebagai penghambat perkecambahan biji (Robinson, 1995).

    Sifat fisik terpenting minyak atsiri adalah sangat mudah menguap pada

    suhu kamar sehingga sangat berpengaruh dalam menentukan metode analisis yang

    akan digunakan untuk menentukan komponen kimia dan komposisinya dalam

    minyak asal. Harus digunakan metode analisis yang dapat meminimalkan

    hilangnya sebagian komponen selama proses analisis berlangsung (Agusta, 2000).

    2.4.1 Sumber Minyak Atsiri

    Ditinjau dari sumber alami minyak atsiri, substansi mudah menguap ini

    dapat dijadikan sebagai sidik jari atau ciri khas dari suatu jenis tumbuhan karena

    setiap tumbuhan menghasilkan minyak atsiri dengan aroma yang spesifik.

    Memang ada beberapa jenis minyak atsiri yang memiliki aroma yang mirip, tetapi

    tidak persis sama, dan sangat tergantung dari komponen kimia penyusun minyak

    tersebut. Tidak semua jenis tumbuhan menghasilkan minyak atsiri. Hanya

    tumbuhan yang memiliki glandula sajalah yang bisa menghasilkan minyak atsiri

    (Agusta, 2000).

  • 19

    Masih menurut Agusta (2000), Rutaceae, Labiatae dan Lamiaceae adalah

    famili tumbuhan yang sangat populer sebagai penghasil minyak atsiri. Indonesia

    dengan hutan tropik yang begitu luas menyimpan ribuan spesies tumbuhan dari

    berpuluh famili, termasuk famili tumbuhan yang potensial sebagai penghasil

    minyak atsiri. Hal ini merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai harganya

    yang dimiliki oleh Indonesia.

    Puluhan bahkan ratusan spesies tumbuhan dari famili Labiatae ini berisi

    minyak atsiri spesifik (kimiawinya beragam, umumnya monoterpenoid,

    sesquiterpen atau diterpenoid) (Undang, 1991). Spesies yang paling populer dari

    famili tumbuhan ini sebagai penghasil minyak atsiri adalah Lavandula latifolia,

    Chaix. atau lavender dengan komponen utama dalam minyaknya adalah linalool

    asetat. Jenis tumbuhan ini bisa digunakan langsung untuk mengusir nyamuk,

    bunganya yang menghasilkan minyak yang digunakan sebagai bahan penolak

    serangga (repellant atau antifeedant), termasuk bahan yang sering digunakan

    sebagai lotion anti nyamuk (Dinata, 2005).

    Selanjutnya, minyak basil merupakan salah satu minyak atsiri yang banyak

    kegunaannya untuk tujuan aroma terapi. Minyak atsiri ini diisolasi dari selasih

    (Ocimim basilicum) yang merupakan salah satu tumbuhan famili Labiatae. Selain

    digunakan sebagai bahan parfum, minyak yang memiliki esdragol sebagai

    komponen utamanya ini juga digunakan sebagai salah satu bahan untuk terapi

    berbagai jenis penyakit seperti asma, sakit kepala, dan batuk (Agusta, 2000).

    Tumbuhan dari famili Rutaceae yang sangat populer akhir-akhir ini adalah

    Zodia (Evodia suaveolens Scheff.), dikatakan mengandung evodiamine dan

  • 20

    rutaecarpine. Dari beberapa literatur, tanaman ini bermanfaat sebagai anti kanker.

    Menurut hasil analisa yang dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan

    Obat (Balitro) dengan gas kromatografi, minyak yang disuling dari daun tanaman

    ini mengandung linalool dan a-penene dimana linalool sudah sangat dikenal

    sebagai pengusir (repellent) nyamuk (Kardinan, 2004).

    2.4.2 Kimia Minyak Atsiri

    Pada dasarnya semua minyak atsiri mengandung campuran senyawa kimia

    dan biasanya campuran tersebut sangat kompleks. Beberapa tipe senyawa organik

    mungkin terkandung dalam minyak atsiri, seperti hidrokarbon, alkohol, oksida,

    ester, aldehida, dan eter. Sangat sedikit sekali yang mengandung satu jenis

    komponen kimia yang persentasinya sangat tinggi (Agusta, 2000).

    Berdasarkan proses biosintesisnya atau pembentukan komponen minyak

    atsiri di dalam tumbuhan, minyak atsiri dapat dibedakan menjadi dua golongan.

    Golongan pertama adalah turunan terpena yang terbentuk dari asam asetat melalui

    jalur biosintesis asam mevalonat. Golongan kedua adalah senyawa aromatik yang

    terbentuk dari biosintesis asam sikimat melalui jalur fenil propenoid. Dari segi

    jumlah secara keseluruhan, terpenoid merupakan kandungan citarasa dan bau

    yang paling penting dalam tumbuhan (Robinson, 1995)

    Komponen kimia minyak atsiri sangat komplek, tetapi biasanya tidak

    melebihi 300 senyawa. Yang menentukan aroma minyak atsiri biasanya

    komponen yang presentasenya tinggi. Walaupun begitu kehilangan satu

  • 21

    komponen yang presentasenya kecil pun dapat memungkinkan terjadinya

    perubahan aroma minyak atsiri tersebut (Agusta, 2000).

    Kerumitan citarasa buah alami hanya dapat diketahui secara lengkap

    dengan penyelidikan modern menggunakan kromatografi gas. Senarai awal yang

    mengandung sekitar selusin komponen esens buah dibanjiri dengan penemuan

    berlusin-lusin komponen sebagian besar berupa terpenoid, tetapi selain itu hampir

    selalu terdapat senyawa berantai lurus. Tabel berikut menggambarkan struktur

    berbagai senyawa atsiri yang sering dijumpai.

    Tabel 1. Beberapa senyawa alkohol dan karbonat atsiri yang ditemukan dalam tumbuhan

    Senyawa Sumber CH3OH Metanol

    Tersebar luas, kadang-kadang bebas, tetapi biasanya sebagai ester

    CH3CH2OH Etanol

    Tersebar luas, bebas atau sebagai ester

    CH3

    CH3CHCH2OH Iso-butil alkohol

    Buah, bebas atau sebagai ester

    CH3CH2OH = CHCH2CH2C Cis-3-heksanol-1

    Bebas dalam banyak daun dan bunga

    CH3(CH2)5CHCH3 OH 2-oktanol

    Minyak geranium (Pelargonium sp.)

    CH3CHO Etanal, asetaldehida

    Banyak buah

    CH3(CH2)4CHO Heksanal, kaproaldehida

    Eucalytus sp.

    CH3(CH2)10CHO Dodekanal, lauraldehida

    Buah Citrus

    O CH3CCH Aseton

    Banyak minyak atsiri

    O CH3C(CH2)5CH3 2-oktanon

    Rue (Ruta sp.)

    OO

    Respberries (Rubus idaeus)

  • 22

    CH3C C CH3 Diasetil (2,3-butandion)

    Sumber : Robinson, 1995

    Mutu minyak selain tergantung dari jenis tanaman (spesies), iklim,

    ketinggian tanah dan umur tanaman, tetapi juga dipengaruhi oleh teknik

    isolasinya.

    Setiap minyak atsiri memiliki komposisi kimia yang sangat bervariasi,

    yang terdiri atas campuran senyawa hidrokarbon (terpen) yang bersifat kurang

    volatil dan berbau kurang sedap hingga berbagai senyawa teroksigenasi (alkohol,

    ester, hidrokarbon maupun turunan benzena) yang sangat volatil dan berbau

    sangat harum. Aroma yang dihasilkan masing-masing minyak sangat khas dan

    terutama dihasilkan oleh bau komponen utamanya yang berkombinasi dengan bau

    dari komponen-komponen minornya.

    Selain umumnya minyak atsiri terdiri dari campuran komplek dari

    berbagai senyawa, minyak atsiri juga mempunyai daya guna yang beraneka

    macam yang tergantung dari komponen penyusunnya, seperti antiseptik, obat-

    obatan, kosmetik, parfum dan bahan pemberi cita rasa dalam bahan pangan

    (Leung, 1980).

    2.4.3 Isolasi Minyak Atsiri

    Metode yang dapat dipakai untuk mengisolasi minyak atsiri adalah

    ekstraksi menggunakan pelarut organik, pengepresan dan penyulingan. Pemilihan

    metode umumnya disesuaikan dengan keadaan bahan sampel. Namun diantara

    ketiga metode ini yang paling banyak dipakai adalah metode penyulingan. Hal ini

  • 23

    karena selain metode ini hampir dapat dipakai untuk semua jenis bahan, tetapi

    metode ini juga mampu membebaskan senyawa-senyawa yang mempunyai titik

    didih tinggi melalui proses hidrodifusi.

    Pada proses penyulingan adakalanya dijumpai kondensasi uap oleh air,

    sebagai pendingin menghasilkan minyak yang tidak terpisah sempurna terhadap

    air, terutama apabila dalam minyak terdapat komponen yang larut dalam air atau

    rendemen minyak atsiri relatif sangat kecil. Sehingga perlu diikuti metode

    ekstraksi untuk memisahkan minyak atsirinya (Ketaren, 1990).

    .

    2.5 Tinjauan Mengenai Karakteristik Nyamuk Aedes aegypti

    Aedes aegypti merupakan nyamuk dari kelompok serangga yang tergolong

    famili Culicidae dengan ciri-ciri morfologi antara lain, tubuh terdiri dari kepala,

    toraks dan abdomen. Nyamuk A. aegypti memiliki tiga pasang tungkai pada toraks

    dan dua pasang sayap, mempunyai sepasang antena, mempunyai proboscis dan

    tipe mulutnya adalah haustelata (menghisap) fungsi tipe mulut tersebut untuk

    mengambil bahan makanan yang terlarut (Jumar, 2000). Ciri khas morfologi A.

    aegypti dewasa adalah bintik hitam dan putih pada badan dan kepala serta

    memiliki ring putih di kakinya yang dikenal dengan sebutan Black White

    Mosquito (Pusat Data dan Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh

    Indonesia, 2004).

    Nyamuk A. aegypti menyukai tempat yang teduh dan lembab, di semak-

    semak, dan di bawah kerindangan pepohonan, umumnya hidup di dataran rendah

    beriklim tropis sampai subtropik. Nyamuk sangat tertarik pada pakaian berwarna

  • 24

    gelap yang bergelantungan di ruangan yang tidak terang. Rangsangan bau rubuh

    manusia maupun hewan dapat terhirup dari jarak yang cukup jauh. Nyamuk A.

    aegypti termasuk serangga diurnal yaitu serangga yang aktif mencari makan pada

    waktu siang hari. Puncak waktu menghisap sekitar pukul 09.00-10.00 dan 16.00-

    17.00 WIB (Nadesul, 2004). Nyamuk A. aegypti mempunyai kemampuan terbang

    sejauh 50-100 meter (Pusat Data dan Informasi Perhimpunan Rumah Sakit

    Seluruh Indonesia, 2004).

    Nyamuk betina menghisap darah untuk kebutuhan reproduksi. Tiga hari

    setelah menghisap darah maka nyamuk akan bertelur. Selanjutnya akan

    menghisap lagi dan bertelur lagi. Nyamuk A. aegypti tergolong antrofilik yaitu

    paling suka darah manusia. Berbeda dengan spesies nyamuk lain yang biasanya

    cukup puas dengan menggigit/menghisap darah satu orang saja, maka nyamuk A.

    aegypti mempunyai kebiasaan menggigit berulang. Hal ini disebabkan karena

    nyamuk tersebut sensitif dan mudah terganggu (Mapata, 2000).

    Nyamuk mengalami metamorfosis sempurna (holometabola) yaitu telur,

    larva, pupa dan dewasa (Soedarto, 1990). Nyamuk betina mulai bertelur antara 1-

    8 hari setelah menghisap darah. Selama 8-10 hari dapat bertelur 1-7 kali dengan

    jumlah teleu seluruhnya 94-237 butir (Mujiman, 1987). Telur A. aegypti

    berukuran 50 milimikron, berwarna hitam, bulat panjang berbentuk ovoid dan

    dikeliling oleh suatu rangkaian ruang udara yang membantu agar telur bisa

    mengapung (Ricards dan Davies, 1960). Telur A. aegypti ketika tersiram air,

    tekanan oksigen yang lebih rendah memberikan kemungkinan terbesar untuk

    menetas, tetapi kemampuan respon telur bervariasi tergantung umur (Little, 1963).

  • 25

    Larva merupakan fase yang sangat aktif makan dan merupakan bentuk

    serangga muda diantara telur dan pupa pada holometabola (Jumar, 2000).

    Petumbuhan larva terdiri dari empat stadium, yaitu larva stadium 1, larva stadium

    2, larva stadium 3 dan larva stadium 4 (Anonymous, 2000). Perkembangan empat

    tingkat larva membutuhkan 5-10 hari dan kecepatan perkembangan larva

    tergantung dari ketersediaan makanan, suhu air dan spesies nyamuk (Lane dan

    Roger, 1993).

    Bentuk morfologi dari larva adalah tubuh panjang dan tanpa kaki dengan

    sejumlah rambut sederhana atau bercabang lateral yang tersususn secara simetrik

    sepanjang tubuhnya. Kepala larva nyamuk mempunyai mata majemuk, antena

    berbulu, dan bagian mulut digunakan untuk menghisap. Larva nyamuk

    mempunyai delapan abdomen serta dua lubang (spirakel) (Brown, 1979). Lubang

    anus dikelilingi empat tonjolan peraba yang lemas, yaitu insang anal yang

    berfungsi untuk osmoregulator (Lane dan Roger, 1993).

    Larva stadium 1 memiliki sepasang mata yang bulat hitam dan semakin

    bertambah besar sesuai dengan tahapan larva stadium berikutnya. Bagian

    punggung terlihat lebih besar daripada kepalanya. Larva yang terus-menerus

    makan akan tumbuh sangat cepat, sehingga kulit pembungkus tubuhnya menjadi

    sangat ketat dan sempit. Hal tersebut pertanda bahwa larva nyamuk harus

    mengganti kulit (ecdysis). Larva stadium 1 melakukan pengelupasan kulit (ecdysis

    atau molting), terturut-turut menjadi larva stadium 2, 3 dan 4. Larva stadium 4

    melakukan pengelupasan kulit dan berubah menjadi stadium pupa dalam waktu

    dua hari (Borror dkk, 1992).

  • 26

    Larva dan pupa memerlukan air untuk kehidupannya sedangkan telur pada

    beberapa spesies dapat tahan hidup dalam waktu lama tanpa air, meskipun harus

    tetap dalam lingkungan yang lembab (Soedarto, 1990). Stadium pupa tanpa

    makan berlangsung dua sampai lima hari, namun pada suhu rendah dapat

    mencapai sepuluh hari dan di bawah suhu 10 0C tidak ada perkembangan. Larva

    stadium 4 menjadi pupa yang bengkok dengan kepala besar yang berbentuk

    Tanda Tanya (Brown, 1979). Perubahan dari tingkat dewasa pada umumnya

    membutuhkan dua sampai tiga hari (Maricopa Country vector Control, tanpa

    tahun).

    Nemuk dewasa memiliki bercak-bercak putih keperakan atau putih

    kekuningan pada tubuhnya yang berwarna hitam. Pada bagian dorsal dari toraks

    terdapat bentuk yang khas berupa dua garis sejajar di bagian tengah dan dua garis

    lengkung di tepinya (Soedarto, 1990). Penelitian terbaru menyatakan bahwa

    nyamuk dewasa mempunyai kemampuan terbang sejauh 850 meter atau setengah

    mil atau lebih. jangka waktu hidup nyamuk dari dewasa adalah antara dua minggu

    sampai satu bulan lebih (Maricopa Country Vector Control, tanpa tahun). Lama

    siklus hidup nyamuk terutama tergantung pada suhu, sehingga silus hidup nyamuk

    A. aegypti secara normal 15-20 hari, namun bisa lebih pendek yaitu selama 11

    hari. Dewasa menolak untuk makan pada suhu di bawah 23 0C dan akan tetap

    aktif makan pada suhu 20 0C (Ricards dan Davies, 1960).

  • 27

    Gambar 1. Siklus Hidup Nyamuk (Kardinan, 2003)

    2.6 Usaha Pencegahan dan Pengendalian Vektor (Nyamuk)

    Beberapa usaha pencegahan dan pengendalian terhadap serangan nyamuk

    tidak akan berjalan efektif jika tidak dilakukan secara kontinu dan terpadu. Jika

    salah satu lingkungan saja tidak ikut berpartisipasi, lingkungan tersebut bisa

    menjadi sumber infeksi serangan nyamuk. Usaha-usaha pencegahan dan

    pengendalian yang bisa dilakukan sebagai berikut (Kardinan, 2003) :

    2.6.1 Pencegahan

    Usaha ini dapat dilakukan dengan menggunakan repellent atau pengusir,

    misalnya lotion yang digosokkan ke kulit sehingga nyamuk enggan mendekat.

    Banyak bahan tanaman yang bisa dijadikan lotion anti nyamuk. Hal lain yang

    dapat digunakan untuk mengusir nyamuk adalah menanam tanaman yang tidak

    disukai serangga, termasuk nyamuk. Tanaman ini bisa diletakkan di sekitar rumah

    atau di dalam ruangan. Selain itu juga tanaman dari anti nyamuk dapat disuling

  • 28

    terlebih dahulu sehingga menghasilkan minyak atsiri yang baunya juga tidak

    disukai nyamuk.

    2.6.2 Pengendalian Nyamuk

    1. Secara Kimia

    Cara ini dilakukan dengan menyemprotkan insektisida ke sarang-sarang

    nyamuk, seperti got, semak dan ruangan rumah. Banyak sekali jenis

    insektisida antinyamuk yang saat ini beredar di pasaran. Selain

    penyemprotan, bisa juga dilakukan penaburan insektisida butiran ke tempat

    jentik atau larva nyamuk biasa bersarang, seperti tempat penampungan air,

    genangan air, atau selokan yang airnya jernih. Penggunaan obat nyamuk

    bakar juga digolongkan ke dalam pengendalian secara kimia karena

    mengandung bahan beracun, misalnya piretrin.

    2. Secara Mekanis

    Cara ini bisa dilakukan dengan mengubur kaleng-kaleng atau wadah-

    wadah sejenis yang menampung air hujan dan membersihkan lingkungan

    yang berpotensi dijadikan sebagai sarang nyamuk, misalnya semak belukar

    dan got. Pengendalian secara mekanis lain yang bisa dilakukan adalah

    pemasangan kelambu dan pemasangan perangkap nyamuk, baik

    menggunakan cahaya, lem atau raket pemukul.

    3. Secara Biologi

    Cara ini bisa dilakukan dengan memelihara ikan yang relatif kuat dan

    tahan, misalnya ikan mujahir di bak atau tempat penampungan air lainnya

    sehingga bisa menjadi predator bagi jentik dan pupa nyamuk.

  • 29

    PROPOSAL SKRIPSI

    UJI DAYA REPELLENT MINYAK ATSIRI

    ZODIA (Evodia suaveolens, Scheff), SELASIH (Ocimum,

    spp.) dan LAVENDER (Lavandula latifolia, Chaix) PADA

    NYAMUK

  • 30

    Oleh :

    Luluk Zabida

    (02520009)

    Dosen Pembimbing :

    Evika Sandi Savitri, M.P

  • 31

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG

    FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    JURUSAN BIOLOGI

    2006

  • 29

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Waktu dan Tempat

    Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan 13 Januari 13 Februari 2007.

    Ekstraksi minyak atsiri dilakukan di Laboratorium Kimia Universitas

    Muhammadiyah Malang. Sedangkan untuk pengujian dialkukan di Desa

    Randegansari Driyorejo Gresik.

    3.2 Rancangan Penelitian

    Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode eksperimen,

    yaitu menguji ekstrak minyak atsiri Zodia (Evodia suaveolens, Scheff), Lavender

    (Lavandula latifolia, Chaix) dan Selasih (Ocimum, spp.) dengan berbagai

    konsentrasi terhadap pengendalian nyamuk. Sehingga rancangan yang digunakan

    adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial.

    3.3 Alat dan Bahan

    3.3.1 Alat

    Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai

    berikut : Serangkaian alat ekstraksi dengan metode perkolasi dan evaporasi, alat-

    alat gelas, centrifuge, timbangan analitik dan digital, sangkar nyamuk tempat

    pengujian.

  • 30

    3.3.2 Bahan

    Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

    Zodia, Bunga Lavender, daun Selasih, Sampel (Nyamuk Aedes aegypti) yang

    diperoleh dari SPVP Salatiga dan dikolonisasi (rearing) di Desa Randegansari

    Gresik, Aquades, Pelarut Organik (Etanol 95%).

    Minyak atsiri diekstrak dari daun Zodia, daun Selasih dan bunga Lavender

    di Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang. Dan hasil ekstraksi

    inilah yang digunakan untuk penelitian.

    3.4 Prosedur Penelitian

    Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap diantaranya adalah sebagai

    berikut :

    3.4.1 Penentuan Konsentrasi Minyak Atsiri

    Konsentrasi minyak atsiri dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

    Konsentrasi 0% = 0 ml minyak + 10 ml aquades Konsentrasi 10% = 1 ml minyak + 9 ml aquades Konsentrasi 30% = 3 ml minyak + 7 ml aquades Konsentrasi 50% = 5 ml minyak + 5 ml aquades Konsentrasi 70% = 7 ml minyak + 3 ml aquades Konsentrasi 90% = 9 ml minyak + 1 ml aquades

  • 31

    3.4.2 Kolonisasi Nyamuk

    Nyamuk uji yang digunakan adalah semua jenis nyamuk yang telah

    dikolonisasi di desa Randegansari Driyorejo Gresik. Kolonisasi nyamuk dimulai

    dengan menetaskan telur nyamuk yang berada pada kertas saring ke dalam baki

    plastik. Perkembangan dan pertumbuhan hewan coba diamati dari telur sampai

    menjadi nyamuk dewasa.

    Nyamuk yang dewasa diberi makan air madu 20% yang diresapkan ke

    dalam kapas yang digantungkan dalam sangkar nyamuk. Khusus untuk nyamuk

    betina diberi makanan berupa darah agar dapat menghasilkan telur. Cara

    pemberian makanan berupa darah ini dengan cara memasukkan tikus yang telah

    difiksasi dengan kandang kawat ke dalam sangkar nyamuk dan dibiarkan di dalam

    satu jam.

    Telur yang dihasilkan oleh nyamuk betina tadi kemudian dibiakkan lagi

    hingga jumlah nyamuk yang diinginkan tercapai.

    3.4.3 Pengujian Terhadap Objek Penelitian

    Untuk mengetahui bagaimana efek antiserangga (repellent) minyak atsiri

    dari Lavender (Lavandula latifolia, Chaix), Zodia (Evodia suaveolens, Scheff),

    dan Selasih (Ocimum, spp.) adalah melalui proses berikut :

    1. Menyiapkan 3 kotak masing-masing untuk lavender, zodia dan selasih yang

    berukuran 1x1 m dengan satu lubang yang digunakan untuk pengujian. Kotak

    tersebut berisi 100 populasi nyamuk.

  • 32

    2. Memasukkan tangan objek ke dalam kotak yang berisi nyamuk tadi melalui

    lubang yang telah disediakan dengan diolesi ekstrak minyak dengan bahan dan

    konsentrasi yang berbeda.

    3. Pengamatan dilakukan 2 kali, pada pukul 07.00-10.00 dan pukul 15.00-17.00.

    Pengamatan dilakukan selama 15 menit untuk masing-masing bahan dan

    masing-masing konsentrasi.

    4. Pengamatan diulang sampai 3 kali.

    5. Dari hasil pengamatan itu akan diperoleh jumlah nyamuk yang hinggap/

    menempel pada objek pada waktu yang ditentukan pada saat pengamatan.

    3.5 Analisis Data

    Data yang diperoleh berupa jumlah nyamuk yang hinggap/ menempel pada

    objek pada saat pengamatan berlangsung. Data yang diperoleh dari hasil

    pengamatan akan dianalisis dengan menggunakan Uji ANOVA berganda dan

    dilanjutkan dengan Uji Jarak Duncan (UJD) dengan taraf signifikasi sebesar 5%.

  • BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Pengaruh Pemberian Ekstrak dan Konsentrasi Minyak Atsiri Daun Zodia (E. suaveolens Scheff), Daun Selasih (O. basilicum) dan Bunga Lavender (L. latifolia Chaix).

    Berdasarkan hasil analisis terhadap pemberian ekstrak minyak atsiri daun

    Zodia (E. suaveolens Scheff), daun Selasih (O. basilicum) dan bunga Lavender (L.

    latifolia, Chaix) terhadap daya repellent nyamuk, pada pengamatan pukul 07.00-

    10.00 WIB dan pukul 15.00-17.00 WIB menunjukkan bahwa ekstrak minyak

    atsiri daun Zodia (E. suaveolens Scheff), daun Selasih (O. basilicum) dan buga

    Lavender (L. latifolia Chaix) dapat memberikan pengaruh yang berbeda-beda

    sebagai daya repellent nyamuk. Begitu juga dengan pengaruh pemberian

    konsentrasi ekstrak minyak atsiri, berdasarkan hasil analisis terhadap pemberian

    konsentrasi ekstrak minyak atsiri daun Zodia (E. suaveolens Scheff), daun Selasih

    (O. basilicum) dan bunga Lavender (L. latifolia Chaix), juga menunjukkan

    perbedaan yang sangat nyata sebagai daya repellent nyamuk. Perbedaan pengaruh

    itu dapat dilihat dari hasil analisis variansi dua faktor yang disajikan pada tabel 10

    dan 11 serta lampiran 2.

    Berdasarkan tabel 10 dan 11 pada lampiran 2 diketahui bahwa pemberian

    ekstrak minyak atsiri daun Zodia (E. suaveolens Scheff), daun Selasih (O.

    basilicum) dan bunga Lavender (L. latifolia Chaix) berpengaruh sebagai daya

    repellent nyamuk. Hal ini diketahui bahwa Fhitung > Ftabel yaitu sebesar 20,342

    dan 5,196.. Hal ini juga disebabkan karena setiap spesies tanaman mempunyai

    33

  • kandungan zat atau bahan yang berbeda dan dengan presentase kandungan zat

    yang berbeda pula. Zodia yang mengandung bahan aktif (komponen utama)

    evodiamine dan rutaecarpine merupakan bahan aktif yang sangat tidak disukai

    nyamuk. Hal ini seperti yang telah diungkapkan oleh Kardinan (2004), bahwa

    Zodia khususnya pada daun mampu menghalau nyamuk selama 6 jam dengan

    daya halau sebesar lebih dari 70%. Selain itu juga hasil analisa yang dilakukan di

    Balai Tanaman Rempah dan Obat (Ballitro) dengan gas kromatografi, minyak

    yang disuling dari tanaman ini mengandung linalool (46%) dan a-pinene

    (13,26%) dimana linalool ini sudah sangat dikenal sebagai pengusir (repellent)

    nyamuk.

    Tanaman Lavender yang biasanya digunakan sebagai tanaman hias

    ternyata juga mempunyai zat yang dapat digunakan sebagai repellent nyamuk

    (Dinata,2005). Lavender ini juga mempunyai komposisi utama yaitu minyak

    lavender yang mengandung bahan aktif linalool dan linalool asetat sebanyak 30-

    60% (Kardinan, 2003). Lavender digunakan langsung sebagai repellent nyamuk

    karena pada bunganya menghasilkan minyak yang digunakan sebagai bahan

    penolak serangga. Semakin tinggi Lavender tumbuh, semakin baik kualitas

    minyaknya (Dinata, 2005).

    Sedangkan untuk tanaman Selasih ini jika disuling bagian daun, bunga

    dan bijinya dapat menghasilkan minyak yang antara lain linalool (2%), terpineol

    (1%), eugenol (5%), sineol (4%), geraniol (3%) dan unsur mikro lainnya. Bagian

    tanaman yang paling banyak dimanfaatkan adalah daun karena produksi bunga

    dan bijinya terbatas. Rendemen minyak pada daun sebesar 0,5%-1% yang

    34

  • mengandung eugenol, geraniol dan linalool. Zat-zat tersebut juga digunakan

    sebagai repellent nyamuk (Kardinan, 2003). Komponen-komponen utama Selasih

    ini bersifat volatil (menguap) sehingga mudah tercium oleh serangga khususnya

    nyamuk dan akhirnya nyamuk enggan mendekat karena bau yang ditimbulkan

    oleh tanaman Selasih.

    Dari hasil analisis statistik yang tercantum dalam tabel 10 dan 11 pada

    lampiran 2 juga terlihat bahwa konsentrasi ekstrak minyak atsiri daun Zodia (E.

    suaveolens Scheff), daun Selasih (O. basilicum) dan bunga Lavender (L. latifolia

    Chaix) memberikan hasil yang sangat berbeda dan mempunyai pengaruh sebagai

    daya repellent nyamuk. Analisis variansi dua faktor menunjukkan bahwa Fhitung

    > F5% sebesar 41,379 dan 143,257, sehingga dilanjutkan dengan uji lanjut yaitu

    Uji Jarak Duncan (UJD0,05). Hasil UJD0,05 terhadap daya repellent nyamuk pada

    saat pengamatan (pukul 07.00-10.00 WIB dan 15.00-17.00) WIB disajikan pada

    tabel 2 dan 3.

    Tabel 2. Pengaruh Pemberian Beberapa Ekstrak Minyak Atsiri pada Pengamatan

    Pukul 07.00-10.00 WIB dan 15.00-17.00 WIB Presentase Daya Repellent Perlakuan 07.00-10.00 WIB 15.00-17.00 WIB

    Zodia Lavender Selasih

    86,06a 81,67b 80,22b

    84a 82,17ab 79,61b

    Ket : *Angka yang didampingi huruf yang tidak sama dalam kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.

    Dari tabel 2 diketahui bahwa pengaruh ekstrak minyak atsiri daun Zodia

    (E. suaveolens Scheff), berbeda nyata dengan Selasih (O. basilicum) dan bunga

    Lavender (L. latifolia Chaix) terhadap daya repellent nyamuk pada pengamatan

    07.00-10.00. WIB Sedangkan untuk pengamatan pukul 15.00-17.00 WIB ekstrak

    35

  • minyak atsiri bunga Lavender (L. latifolia Chaix) tidak berbeda nyata dengan

    ekstrak daun Selasih (O. basilicum) dan ekstrak daun Zodia (E. suaveolens

    Scheff). Tetapi ekstrak minyak atsiri daun Zodia (E. suavelens Scheff) berbeda

    nyata dengan ekstrak minyak atsiri daun Selasih (O. basilicum). Dari semua

    ekstrak yang ada, ekstrak minyak atsiri daun Zodia (E. suaveolens Scheff) yang

    paling efektif diantara yang lainnya, karena pada semua pengamatan ekstrak

    minyak atsiri daun Zodia yang mempunyai kemampuan sebagai daya repellent

    nyamuk paling besar dengan presentase jumlah nyamuk yang terusir paling

    banyak, yaitu sebesar 86,06% untuk pengamatan pukul 07.00-10.00 WIB dan

    84% untuk pengamatan pukul 15.00-17.00 WIB.

    Tabel 3. Pengaruh Pemberian Konsentrasi Beberapa Ekstrak Minyak Atsiri pada

    Pengamatan Pukul 07.00-10.00 WIB dan 15.00-17.00 WIB Peresentase Daya Repellent Perlakuan 07.00-10.00 WIB 15.00-17.00 WIB

    0% 10% 30% 50% 70% 90%

    61,67d 82c

    81,11c 87,44b

    90b 93,67a

    48,78c 86,11b 86,11b 90,89a

    89,33ab 90,33ab

    Ket : *Angka yang didampingi huruf yang tidak sama dalam kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.

    Untuk hasil uji Duncan 5% terhadap konsentrasi ekstrak minyak atsiri

    daun Zodia (E. suaveolens Scheff), daun Selasih (O. basilicum) dan bunga

    Lavender (L. latifolia Chaix) pada pengamatan pukul 07.00-10.00 WIB

    menunjukkan pada konsentrasi 90% berbeda nyata dengan kontrol dan konsentrasi

    10%, 30%, 50% dan 70%. Hal ini dapat dilihat dari presentase jumlah nyamuk

    yang terusir dari tangan pada konsentrasi 90% paling banyak bila dibandingkan

    36

  • dengan yang lainnya, yaitu sebesar 93,67%. Untuk konsentrasi 10% dan 30%

    tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, hal ini juga terjadi pada konsentrasi

    50% dan 70% yang tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.

    Pada pengamatan pukul 15.00-17.00 WIB menunjukkan bahwa pada

    konsentrasi 70% tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan konsentrasi

    90% dan 50%. Sedangkan untuk konsentrasi 10% dan 30% tidak berbeda nyata

    dengan konsentrsi 70% dan 90%, tetapi konsentrasi tersebut menunjukkan

    perbedaan yang nyata dengan konsentrasi 50% dan kontrol (0%). Semua

    keterangan diatas menunjukkan bahwa pemberian ekstrak dan konsentrasi yang

    berbeda dapat memberikan pengaruh yang berbeda pula dalam mengendalikan

    nyamuk pada semua pengamatan.

    Dari ketiga jenis tanaman diatas menunjukkan bahwa daun Zodia (E.

    suaveolens Scheff) memiliki kemampuan yang lebih baik sebagai daya repellent

    nyamuk bila dibandingkan dengan bunga Lavender (L. latifolia Chaix) dan daun

    Selasih (O. basilicum). Hal ini disebabkan karena kandungan zat yang berbeda

    diantara keduanya. Dari beberapa literatur sudah dijelaskan bahwa Zodia (E.

    suaveolens Shceff) memiliki komponen utama yaitu linalool yang sangat tinggi

    sebesar 46% dari minyak yang disuling dari daun tanaman tersebut (Kardinan,

    2004). Bila dibandingkan dengan Lavender (L. latifolia Chaix) 2-3% (Kardinan,

    2003) dan Selasih (O. basilicum) yang hanya sebesar 2%. Dimana linalool adalah

    salah satu bahan aktif utama pada minyak hasil penyulingan dari ketiga tanaman

    tersebut. Dari jumlah kandungan bahan aktif yang dimiliki oleh ketiga tanaman itu

    juga dapat disimpulkan bahwa tanaman Zodia secara efektif dapat digunakan

    37

  • sebagai daya repellent/pengusir nyamuk dengan rerata jumlah nyamuk paling

    sedikit.

    Selain itu juga perbedaan tersebut juga disebabkan oleh aroma yang

    ditimbulkan dari ketiga tanaman tersebut. Aroma yang dihasilkan dari tanaman

    Zodia (E. suaveolens Scheff) lebih tajam bila dibandingkan dengan yang lainnya.

    Aroma ini juga tidak lain karena ditimbulkan oleh kandungan bahan aktif yang

    berbeda yang terdapat pada ketiga tanaman tersebut.

    Untuk pengaruh pemberian konsentrasi yang berbeda juga telah

    menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka semakin

    banyak pula nyamuk yang terusir dari tangan pada saat pengamatan. Hal ini juga

    tidak lain disebabkan karena kandungan bahan aktif yang terdapat pada ketiga

    ekstrak minyak atsiri daun Zodia (E. suaveolens Scheff), daun Selasih (O.

    basilicum) dan bunga Lavender (L. latifolia Chaix), berbeda antara satu dengan

    yang lainnya.

    Pada pengamatan pukul 07.00-10.00 WIB, semakin tinggi konsentrasi

    semakin banyak jumlah nyamuk yang terusir dari tangan, tetapi pada pengamatan

    pukul 15.00-17.00 WIB perlakuan konsentrasi 70% tidak berbeda nyata dengan

    konsentrasi 50%, 90%, tetapi berbeda dengan konsentrasi 30%, 10% dan kontrol

    (0%). Hal ini diduga disebabkan karena aktifitas nyamuk dalam mencari makan

    pada pukul 15.00-17.00 WIB menurun, sehingga konsentrasi yang digunakan

    tidak menunjukkan pengaruh yang nyata sebagai daya repellent nyamuk.

    Aroma minyak atsiri daun Zodia (E. suaveolens Scheff), daun Selasih (O.

    basilicum) dan bunga Lavender (L. latifolia Chaix), dapat memberikan pengaruh

    38

  • pada sistem pernapasan atau dengan kata lain aroma merupakan sifat-sifat produk

    yang dirasakan oleh indera penciuman (Guenther, 1987). Tanaman Zodia (E.

    suaveolens Scheff) bila diletakkan pada ruangan secara terus-menerus dapat

    membuat mabuk. Artinya penghuni kamar tidak kuat dengan aroma tanaman yang

    menyengat itu (Indriasari, 2002). Aroma tersebut juga sering ditimbulkan oleh

    tanaman Selasih (O. basilicum), ketika panen bau daun selasih yang tercium agak

    lama bila disimpan dalam ruangan dapat mengakibatkan pening dan mual

    (Kardinan, 2003). Hal inilah yang menyebabkan nyamuk enggan mendekati

    apalagi menggigit tangan yang telah diolesi dengan ekstrak minyak atsiri daun

    Zodia (E. suaveolens Scheff), daun Selasih (O. basilicum) dan bunga Lavender (L.

    latifolia Chaix).

    4.2. Interaksi Spesies dengan Konsentrasi terhadap Daya Repellent Nyamuk pada Pengamatan Pukul 07.00-10.00 WIB

    Hasil analisis variansi dua faktor terhadap daya repellent nyamuk pada

    pengamatan pukul 07.00-10.00 WIB disajikan pada lampiran 2 tabel 10. Pada

    tabel tersebut terlihat bahwa interaksi ekstrak minyak atsiri daun Zodia (E.

    suaveolens Scheff), daun Selasih (O. basilicum) dan bunga Lavender (L. latifolia

    Chaix) dengan konsentrasi yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata

    terhadap daya repellent nyamuk pada pengamatan pukul 07.00-10.00 WIB. Hal

    ini bisa terlihat pada hasil analisis dua faktor yang memperlihatkan bahwa Fhitung

    lebih besar dari Ftabel yaitu sebesar 9,439. Karena mempunyai pengaruh maka

    dilanjutkan dengan uji Duncan 5%. Hasil uji Duncan terhadap pengendalian

    nyamuk pada pengamatan pukul 07.00-10.00 WIB disajikan pada tabel 4.

    39

  • Tabel 4. Pengaruh Interaksi Pemberian Konsentrasi Beberapa Ekstrak Minyak Atsiri pada Pengamatan Pukul 07.00-10.00 WIB.

    Presentase Daya Repellent Perlakuan Lavender Zodia Selasih 90% 70% 50% 30% 10% 0%

    93a 89ab

    86,33bc 71d

    81,33c 69,33d

    96,33a 93ab

    91,33abc 89,67bc 87,33c 58,67d

    91,67a 88ab

    84,67bc 82,67c 77,33d

    57e Ket : *Angka yang didampingi huruf yang tidak sama dalam kolom yang sama menunjukkan

    berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.

    Dari tabel diatas diketahui bahwa interaksi antara ekstrak minyak atsiri

    daun Zodia (E. suaveolens Scheff), daun Selasih (O. basilicum) dan bunga

    Lavender (L. latifolia Chaix) dengan konsentrasi berbeda nyata antara satu

    dengan yang lainnya. Hal ini bisa dilihat pada pengamatan pukul 07.00-10.00

    WIB bahwa ekstrak minyak atsiri bunga Lavender dengan konsentrasi 90%

    berbeda nyata dengan konsentrasi 10%, 30%, 50% dan kontrol (0%), tetapi pada

    konsentrasi 70% tidak menunjukkan perbedaan yang nyata sebagai daya repellent

    nyamuk. Konsentrasi 50% tidak berbeda dengan konsentrasi 10%. Pada perlakuan

    ekstrak minyak atsiri daun Zodia menunjukkan hasil yang stabil, artinya semakin

    tinggi konsentrasi ekstrak minyak atsiri yang digunakan maka kemampuan

    sebagai daya repellent nyamuk semakin besar. Hal ini dapat dilihat dari jumlah

    presentase nyamuk yang terusir dari tangan probandus pada saat pengamatan.

    Tetapi berdasarkan hasil uji Duncan kemampuan konsentrasi ekstrak tersebut

    hampir sama, pada 90% tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan

    konsentrasi 70% dan 50%. Sedangkan untuk konsentrasi 10% juga tidak

    menunjukkan perbedaan yang nyata dengan konsentrasi 30% dan 50%. Berbeda

    dengan perlakuan ekstrak minyak atsiri daun Selasih pada konsentrasi 90%

    40

  • berbeda nyata dengan konsentrasi 50%, 30%, 10% dan kontrol, tetapi tidak

    berbeda nyata pada konsentrasi 70%. Konsentrasi 70% tidak berbeda nyata

    dengan konsentrasi 50%.

    Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa interaksi antara spesies

    dan konsentrasi mempunyai pengaruh yang besar sebagai daya repellent nyamuk.

    Hal ini tidak lain juga disebabkan karena kandungan bahan aktif yang terdapat

    pada minyak atsiri masing-masing spesies yang digunakan. Perbedaan pengaruh

    ini juga disebabkan oleh perilaku hidup nyamuk itu sendiri. Pada pengamatan

    pukul 07.00-10.00 WIB merupakan waktu nyamuk mencari makan. Karena

    nyamuk A. aegypti merupakan serangga diurnal yaitu serangga yang aktif mencari

    makan pada waktu siang hari (Nadesul, 2004).

    Semakin tinggi konsentrasi ekstrak minyak atsiri daun Zodia (E.

    suaveolens Scheff), daun Selasih (O. basilicum) dan bunga Lavender (L. latifolia

    Chaix) maka semakin sedikit jumlah nyamuk yang menempel/menggigit tangan

    pada saat pengamatan. Hal ini disebabkan semakin tinggi konsentrasi yang

    digunakan maka semakin tinggi pula kandungan bahan aktif yang ada pada

    ekstrak tersebut. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa tiap-tiap

    tanaman ini mempunyai kandungan bahan aktif yang dapat mengusir nyamuk

    yang berbeda. Pada ekstrak minyak atsiri daun Zodia (E. suaveolens Scheff)

    sebesar 46%, daun Selasih (O. basilicum) 2% dan bunga Lavender (L. latifolia

    Chaix) 2-3%. Dari hasil uji Duncan 5% dan jumlah kandungan bahan aktif, maka

    dapat disimpulkan bahwa ekstrak minyak atsiri daun Zodia (E. suaveolens Scheff)

    41

  • dengan konsentrasi 90% yang paling efektif digunakan sebagai repellent/pengusir

    nyamuk dengan presentase nyamuk yang terusir sebesar 96,33, meskipun tidak

    menunjukkan perbedaan yang nyata diantara ekstrak minyak atsiri daun Selasih

    (O. basilicum) dan bunga Lavender (L. latifolia Chaix).

    4.3 Interaksi Spesies dengan Konsentrasi terhadap Daya Repellent Nyamuk pada Pengamatan Pukul 15.00-17.00 WIB

    Berdasarkan hasil analisis variansi dua faktor terhadap daya repellent

    nyamuk yang terdapat pada lampiran 2 tabel 11. Pada tabel tersebut terlihat bahwa

    interaksi antara ekstrak minyak atsiri daun Zodia (E. suaveolens Scheff), daun

    Selasih (O. basilicum) dan bunga Lavender (L. latifolia Chaix) dengan konsentrasi

    pada pengamatan pukul 15.00-17.00 WIB menunjukkan hasil yang berbeda nyata

    terhadap daya repellent nyamuk. Hal ini didukung oleh hasil analisis variansi dua

    faktor yang memperlihatkan bahwa Fhitung > Ftabel yaitu sebesar 3,026. Untuk

    mengetahui perlakuan yang terbaik antar konsentrasi maka dilanjutkan dengan uji

    Duncan sebesar 5%. Hasil uji Duncan 5% terhadap daya repellent nyamuk pada

    pengamatan pukul 15.00-17.00 WIB disajikan pada tabel 5 berikut :

    Tabel 5. Pengaruh Interaksi Pemberian Konsentrasi dan Beberapa Ekstrak Minyak Atsiri pada Pengamatan Pukul 15.00-17.00 WIB

    Presentase Daya Repellent Perlakuan Lavender Zodia Selasih 90% 70% 50% 30% 10% 0%

    91,33a 90,33a 90,33a

    89a 88,67a 42,33b

    91,67a 89a 94a

    87,33a 91,67a 50,67b

    88a 89a

    87,33a 82ab 78b

    53,33c Ket : *Angka yang didampingi huruf yang tidak sama dalam kolom yang sama menunjukkan

    berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%.

    42

  • Pada tabel diatas menunjukkan bahwa interaksi antara pemberian ekstrak

    minyak atsiri daun Zodia (E. suaveolens Scheff), daun Selasih (O. basilicum) dan

    bunga Lavender (L. latifolia Chaix) dengan konsentrasi pada pengamatan pukul

    15.00-17.00 WIB tidak mempunyai pengaruh yang sangat berarti. Hal ini dapat

    dilihat dari hasil uji Duncan 5% yang menunjukkan bahwa semua konsentrasi

    pada Lavender dan Zodia yang digunakan dalam pengamatan pukul 15.00-17.00

    WIB tidak menunjukkan perbedaan, artinya semua konsentrasi yang digunakan

    mampu sebagai daya repellent nyamuk.

    Pada ekstrak minyak atsiri bunga Lavender (L. latifolia Chaix)

    konsentrasi 0% (kontrol) menunjukkan perbedaan yang nyata dengan konsentrasi

    90%, 70%, 50%, 30% dan 10%. Tetapi keempat konsentrasi tersebut tidak

    menunjukkan perbedaan yang nyata. Untuk ekstrak minyak atsiri daun Zodia (E.

    suaveolens Sceff) juga menunjukkan hal yang sama konsentrasi 90%, 70%, 50%,

    30% dan 10% berbeda nyata dengan konsentrasi 0% (kontrol). Lain halnya denga

    pemberian konsentrasi ekstrak minyak atsiri daun Selasih (O. basilicum) pada

    konsentrasi 90%, 70%, 50% dan 30% tidak menunjukkan perbedaan yang nyata,

    tetapi berbeda nyata dengan konsentrasi 10% dan 0%.

    Kemampuan ekstrak minyak atsiri daun Zodia (E. suaveolens Scheff),

    daun Selasih (O. basilicum) dan bunga Lavender (L. latifolia Chaix) sebagai daya

    repellent nyamuk pada pengamatan pukul 15.00-17.00 WIB hampir sama. Hal ini

    didukung oleh fungsi awal dari ketiga ekstrak tanaman tersebut adalah sebagai

    repellent atau pengusir nyamuk karena kandungan bahan aktif yang ada di

    dalamnya, yaitu linalool. Linalool merupakan senyawa fenol yang mempunyai

    43

  • daya repelen nyamuk. Senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa minyak

    atsiri, yang tersusun atas senyawa terpenoid. Senyawa ini memiliki dan dapat

    menimbulkan bau/aroma khas (Istiqomah, dkk, 2004). Dan bau yang ditimbulkan

    oleh ketiga ekstrak minyak atsiri itulah yang menyebabkan nyamuk tidak mau

    mendekat.

    Kemampuan ketiga ekstrak minyak atsiri daun Zodia (E. suaveolens

    Scheff), daun Selasih (O, basilicum) dan bunga Lavender (L. latifolia Chaix)

    sebagai daya repellent nyamuk pada pengamatan antara pukul 07.00-10.00 WIB

    dan pukul 15.00-17.00 WIB tidak sama. Hal ini diduga disebabkan karena

    aktifitas nyamuk yang berlainan dan kebutuhan nyamuk untuk reproduksi. Karena

    nyamuk A. aegypti tergolong antrofilik yaitu paling suka makan darah, maka

    nyamuk A. aegypti betina menghisap darah untuk proses pematangan telurnya.

    Berbeda dengan spesies nyamuk lain yang biasanya cukup puas dengan

    menggigit/menghisap satu orang saja, maka nyamuk A. aegypti mempunyai

    kemampuan menggigit berulang. Hal ini disebabkan karena nyamuk tersebut

    sensitif dan mudah terganggu (Mapata, 2000). Dan menyebabkan hasil

    pengamatan pada pukul 07.00-10.00 WIB lebih sedikit yang terusir daripada

    pukul 15.00-17.00 WIB.

    Nyamuk betina menghisap darah untuk kebutuhan reproduksi. Tiga hari

    setelah menghisap darah maka nyamuk akan bertelur. Selanjutnya akan

    menghisap lagi dan bertelur lagi. Hal itu juga yang menyebabkan rerata jumlah

    nyamuk yang menempel/menggigit tangan pada saat pengamatan pukul 15.00-

    44

  • 17.00 WIB hampir sama dan lebih sedikit yang menempel/menggigit dari

    pengamatan pukul 07.00-10.00 WIB untuk tiap spesies dan konsentrasi.

    Ketika mengoleskan ekstrak minyak atsiri daun Zodia, bunga Lavender

    dan daun Selasih pada tangan, maka minyak atsiri yang terkandung dalam ekstrak

    daun Zodia, bunga Lavender dan daun Selasih meresap ke pori-pori lalu menguap

    ke udara. Bau ini akan terdeteksi oleh reseptor kimia (chemoreceptor) yang

    terdapat pada tubuh nyamuk dan menuju ke impuls saraf. Itulah yang kemudian

    diterjemahkan ke dalam otak sehingga nyamuk akan mengekspresikan untuk

    menghindar tanpa mengisap darah tangan lagi. Semakin banyak kandungan bahan

    aktif yang terdapat dalam ekstrak daun Zodia, bunga Lavender dan daun Selasih,

    maka semakin besar kemampuan ekstrak tersebut menolak nyamuk (Istiqomah,

    dkk, 2004).

    Tiap ekstrak minyak atsiri ada yang lebih baik yaitu ekstrak minyak atsiri

    daun Zodia (E. suaveolens Scheff) jika dibandingkan dengan minyak atsiri bunga

    Lavender (L. latifolia Chaix) dan daun Selasih (O. basilicum) sebagai daya

    repellent/pengusir nyamuk pada semua pengamatan (pukul 07.00-10.00 WIB dan

    15.00-17.00 WIB).

    45

  • BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan terhadap pengaruh ekstrak

    minyak atsiri daun Zodia (E. suaveolens Scheff), daun Selasih (O. basilicum) dan

    bunga Lavender (L. latifolia Chaix) dengan berbagai konsentrasi yang berbeda

    terhadap daya repellent nyamuk, maka dapat disimpulkan :

    1. Kemampuan ekstrak minyak atsiri daun Zodia (E. suaveolens Scheff), bunga

    Lavender (L. latifolia Chaix) dan daun Selasih (O. basilicum) mempunyai

    pengaruh terhadap daya repellent nyamuk A. aegypti pada pengamatan pukul

    07.00-10.00 WIB dan pukul 15.00-17.00 WIB.

    2. Pada pengamatan pukul 07.00-10.00 WIB pemberian minyak atsiri daun

    Zodia (E. suaveolens Scheff) efektif mengusir paling banyak pada konsentrasi

    90% dengan daya usir sebesar 96,33%, Selasih (O. basilicum) pada

    konsentrasi 90% dengan daya usir sebesar 91,67% dan bunga Lavender (L.

    latifolia Chaix) pada konsentrasi 90% dengan daya usir sebesar 93%.

    Sedangkan pada pengamatan pukul 15.00-17.00 WIB penggunaan ekstrak

    minyak atsiri daun Zodia (E. suaveolens Scheff) efektif mengusir pada

    konsentrasi 50% dengan daya usir sebesar 94%, dan bunga Lavender (L.

    latifolia Chaix) 90% dengan daya usir sebesar 91,33% dan daun Selasih (O.

    basilicum) 70% dengan daya usir sebesar 89%.

    46

  • 5.2. Saran

    Saran-saran buat penulis selanjutnya, agar memanfaatkan tanaman lain

    selain Zodia (E. suaveolens Scheff), Selasih (O. basilicum) dan Lavender (L.

    latifolia Chaix) yang belum banyak digunakan untuk mengendalikan nyamuk,

    khususnya nyamuk yang dapat menyebabkan penyakit seperti Aedes aegypti.

    47

  • DAFTAR PUSTAKA

    Agusta A., 2000, Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia, Penerbit ITB : Bandung.

    Anonymous, Ilmu Pengetahuan Populer, 1984, Jilid 6 Glorier International INC :

    PT. Widyadara Backer, C.A., 1911, Flora of Java, N.V. Boekh. Visser & Co. Borror, D. J., C. A. Triplehorn dan N. F. Johnson, 1992, Pengenalan Pelajaran

    Serangga. Edisi Keenam, terjemahan : S. Partosoedjono & M. D. Brotowidjoyo, Gajah Mada University Press : Jogjakarta.

    Cronquist. 1981. An Integrated System of Classification of Flowering Plants.

    Columbia University Press, New York. Dasuki A., 1991. Sistematika Tumbuhan Tinggi. Pusat Antar Universitas,

    Bandung.

    Dinata, A., 2005 : Tanaman Sebagai Pengusir Nyamuk, http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0205/17/cakrawala/penelitian 01.htm. diakses tanggal 11 Mei 2006.

    Gandahusada S., dan Pribadi W, 1996, Parasitologii Kedokteran, Edisi Kedua,

    Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia : Jakarta. Guenther, E., 1990, Minyak Atsiri, Jilid I, diterjemahkan oleh Ketaren, Jakarta :

    UI Press. Harborne. I.B., 1987, Metode Fitokimia, alih Bahasa : Padmawinata K. &

    Soediro I., Penerbit ITB : Bandung. Harjanto, I., 2004, Tanaman Harum Yang Dapat Mengusir Nyamuk, http://rumah-

    dme3.blogspot.com. diakses tanggal 11 Mei 2006. Hasbullah, 2001, Minyak Atsiri Jahe, Teknologi Tepat Guna Agroindustri,

    Sumatra Barat, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri : Sumatra Barat.

    Indriasari, L., 2002, Laris Manis Tanaman Anti Nyamuk, Harian Kompas Istiqomah, A. S., dkk, 2004, Jurnal Penelitian, Bunga Kenanga Repellent Nyamuk

    Aedes aegypti, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta.

    48

  • Jumar, 2000, Entomologi Pertanian, Penerbit Rineka Cipta : Jakarta. Kardinan, A., 2004, Tanaman Pengusir Nyamuk, Tabloid Sinar Tani,

    www.litbang.deptan.go.id. diakses tanggal 11 Mei 2006 Kardinan , A., 2003, Tanaman Obat Pengempur Kanker, PT. Agromedia Pustaka

    : Depok Kardinan, A., 2003, Tanaman Pengusir Dan Pembasmi Nyamuk, PT. Agromedia

    Pustaka : Depok Ketaren, S., 1990, Pengantar Teknologi Minyak Atsiri, Jakarta : PN Balai Pustaka. Lane R. P. dan N. C. Roger, 1993, Medical Insect and Arachnids, Chapman &

    Alall: London Leung A.Y., 1980, Encyclopedia of Common Natural in Gradients (used in food,

    drug and cosmetics), John Wiley & Sons Inc., New York Nurwiyanti R., 2005, Daya Bunuh Bacillus thuringiensis Isolat Bangkalan

    Madura terhadap Berbagai Instar Larva Nyamuk Aedes aegypti, Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Brawijaya, tidak diterbitkan : Skripsi.

    Ratnasari V., 2000, Identifikasi Populasi Nyamuk di Beberapa Daerah Kabupaten

    dan Kota Malang, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang : tidak diterbitkan, Skripsi.

    Ricards O. W. dan R. G. Davies, 1960, A General Textbook of Entomology,

    Methven & Co. LTD : London. Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Penerjemah :

    Padmawinata K., Penerbit ITB Bandung Sampurno, dkk., 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat,

    Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional : Jakarta.

    Sastrosupadi A., 2000, Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian, Penerbit

    Kanisius : Yogyakarta. Soedarto, 1990, Entomologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran, EGC :

    Jakarta.

    49

  • Wijaya, S. dkk., 2005, Jurnal Obat Bahan Alam : Uji Efek Bioinsektisida Ekstrak Etil Asetat Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap Nyamuk Aedes aegypti Linn. Vol 4 No. 1 Mei-November 2005. Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala: Surabaya.

    Wijayakusuma , H., 2000, Sehat Dengan Selasih, Suara Karya Online.

    www.pdpersi.co.id

    50

  • Lampiran 1. Hasil Pengamatan Uji Daya Repellent Minyak Atsiri Tabel 6. Persentase Nyamuk yang Menempel di Tangan pada Pengamatan Pukul 07.00-

    10.00 WIB. Perlakuan Presentase

    Spesies Konsentrasi I II III Total Rata-rata

    Lavender

    Zodia

    Selasih

    0% 10% 30% 50% 70% 90%

    0% 10% 30% 50% 70% 90%

    0% 10% 30% 50% 70% 90%

    30 22 31 16 11 7

    45 16 13 9 7 4

    40 24 21 15 12 9

    35 19 30 15 7 8

    42 13 12 10 6 5

    43 23 14 18 14 7

    27 15 26 10 15 6

    37 9 6 7 8 2

    46 21 17 13 10 9

    92 56 87 41 33 21

    124 38 31 26 21 11

    129 68 52 46 36 25

    30,67 18,67

    29 13,67

    11 7

    41,33 12,67 10,33 8,67

    7 3,67

    43

    22,67 17,33 15,33

    12 8,33

    Total 332 321 284 937 Tabel 7. Persentase Nyamuk yang Menempel di Tangan pada Pengamatan Pukul 15.00-

    17.00 WIB. Perlakuan Presentase

    Spesies Konsentrasi I II III Total Rata-rata

    Lavender

    Zodia

    Selasih

    0% 10% 30% 50% 70% 90%

    0% 10% 30% 50% 70% 90%

    0% 10% 30% 50% 70% 90%

    53 14 13 9

    10 8

    57 7

    12 6

    10 7

    42 24 19 13 12 17

    60 16 11 7

    11 10

    37 7

    12 5

    11 10

    55 19 20 16 13 8

    60 4 9

    10 8 8

    54 11 14 7

    12 8

    43 23 15 9 8

    11

    173 34 33 26 29 26

    148 25 38 18 33 25

    140 66 54 38 33 36

    57,67 11,33

    11 8,67 9,67 8,67

    49,33 8,33 12,67

    6 11

    8,33

    46,67 22 18

    12,67 11 12

    Total 327 318 317 962

    51

  • Tabel 8. Persentase jumlah nyamuk yang terusir dari tangan pada pengamatan 07.00-10.00 WIB

    Perlakuan Presentase Spesies Konsentrasi I II III

    Total Rata-rata

    Lavender

    Zodia

    Selasih

    0% 10% 30% 50% 70% 90%

    0% 10% 30% 50% 70% 90%

    0% 10% 30% 50% 70% 90%

    70 78 69 84 89 93

    55 84 87 91 93 96

    60 76 79 85 88 91

    65 81 70 85 93 92

    58 87 88 90 94 95

    57 77 86 82 86 93

    73 85 74 90 85 94

    63 91 94 93 92 98

    54 79 83 87 90 91

    208 244 213 259 267 279

    176 262 269 274 279 289

    171 232 248 254 264 275

    69,33 81,33

    71 86,33

    89 93

    58,67 87,33 89,67 91,33

    93 96,33

    57

    77,33 82,67 84,67

    88 91,67

    Total 1468 1479 1516 4463 Tabel 9. Persentase jumlah nyamuk yang terusir dari tangan pada pengamatan 15.00-

    17.00 WIB Perlakuan Presentase

    Spesies Konsentrasi I II III Total Rata-rata

    Lavender

    Zodia

    Selasih

    0% 10% 30% 50% 70% 90%

    0% 10% 30% 50% 70% 90%

    0% 10% 30% 50% 70% 90%

    47 86 87 91 90 92

    43 93 88 94 90 93

    58 76 81 87 88 83

    40 84 89 93 89 90

    63 93 88 95 89 90

    45 81 80 84 87 92

    40 96 91 90 92 92

    46 89 86 93 87 92

    57 77 85 91 92 89

    127 266 267 274 271 274

    152 275 262 282 266 275

    160 234 246 262 267 264

    42,33 88,67

    89 91,33 90,33 91,33

    50,67 91,67 87,33

    94 88,67 91,67

    53,33

    78 82

    87,33 89 88

    Total 1467 1472 1485 4424

    52

  • Lampiran 2. Hasil Analisis Variansi (ANOVA) Tabel 10. Analisis Variansi Pemberian Beberapa Ekstrak dan Konsentrasi Minyak Atsiri

    pada Nyamuk dengan Waktu Pengamatan Pukul 07.00-10.00 WIB SK db JK KT Fhitung F5%

    Spesies Konsentrasi

    Spesies*Konsentrasi Galat

    2 5

    10 36

    332,256 5773,204 770,852 294,003

    166,128 1154,641

    77,085 8,167

    20,342* 41,379* 9.439*

    3,26 2,48 2,10

    Total 53 7170,315 *Menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada = 5%

    Tabel 11. Analisis Variansi Pemberian Beberapa Ekstrak dan Konsentrasi Minyak Atsiri

    pada Nyamuk dengan Waktu Pengamatan Pukul 15.00-17.00 WIB. SK db JK KT Fhitung F5%

    Spesies Konsentrasi

    Spesies*Konsentrasi Galat

    2 5

    10 36

    174,926 12057,481 509,296

    606

    87,463 2411,496

    50,93 16,833

    5,196* 143,257*

    3,026*

    3,26 2,48 2,10

    Total 53 13347,704 *Menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada = 5%

    53

  • Lampiran 3. Foto-Foto Hasil Pengamatan

    Gambar 2. Zodia (Evodia suaveolens Scheff)

    Gambar 3. Selasih (Ocimum basilicum) (Kardinan, 2003)

    54

  • Gambar 4. Lavender (Lavandula latifolia) (Anonymous, 2006)

    Gambar 5. Serangkaian Alat Ekstraksi Minyak Atsiri

    55

  • Gambar 6. Pengujian dan Pengamatan Uji Daya Repellent Minyak Atsiri terhadap Nyamuk Aedes aegypti

    56