02220080040_conclusion
DESCRIPTION
vdssdvsdTRANSCRIPT
52
BAB V
PERANCANGAN DESAIN RUMAH SUSUN
Pada bab perancangan desain rumah susun ini akan dibahas mengenai
proses dan perkembangan desain dalam merancang rumah susun. Proses
perancangan dimulai dari studi perancangan. Pada studi perancangan ini akan
dibahas mengenai jumlah unit yang dapat masuk kedalam tapak dan jenis unit
kamar. Studi ini diperlukan untuk menemukan jumlah unit dalam rumah susun
yang efektif dan maksimal. Dari pencarian jumlah unit ini baru di dapatkan masa
yang cocok untuk masuk kedalam tapak berdasarkan jumlah unit.
Proses perancangan berikutnya adalah mengenai pembentukan masa
bangunan. Proses ini dilakukan dengan mempertimbangkan keadaan sekitar lokasi
tapak Bukit Duri. Cara mempertimbangkannya adalah dengan menerapkan sistem
passive design Arsitektur Hijau dan dengan melihat potensi yang ada dalam lokasi
tapak.
Terkhir akan dibahas mengenai desain bangunan rumah susun. Pada bagian
terakhir ini, pembahasan akan dimulai dari penjelasan mengenai konsep
bangunan. Didalam konsep bangunan ini akan dijelaskan mengenai konsep
selubung bangunan. Setelah konsep baru akan dijelaskan mengenai keputusan
desain. Pembahasan selanjutnya akan menjelaskan tentang sistem arsitektur hijau
yang diterapkan kedalam bangunan. Pembahasan terakhir akan menjelaskan
tentang sistem utilitas yang diterapkan kedalam bangunan.
5.1 Studi Perancangan
Pada sub bab ini akan membahas mengenai tiga langkah yang diperlukan
untuk mendapatkan masa bangunan yang sesuai dengan tapak Bukit Duri.
Tahap pertama dalam melakukan perancangan rumah susun, perlu dilakukan
studi mengenai perbandingan antara luasan unit dengan sirkulasi. Perbandingan
ini di perlukan untuk menentukan jumlah unit yang maksimal dalam sebuah
53
tapak. Dalam mencari perbandingan antara luasan unit dengan luasan sirkulasi ini
diperlukan studi kasus sebagai referensi.
Setelah mendapatkan hasil perbandingan yang ideal, maka akan dilanjutkan
dengan menentukan besaran unit. Oleh sebab itu pembahasan kedua akan
membahas mengenai besaran unit yang ideal bagi pengguna rumah susun di Bukit
Duri.
Dari kedua tahap ini kemudian disimpulkan untuk mendapatkan tahap
ketiga. Kesimpulan dari kedua tahap tersebut baru dapat dihitung jumlah unit
yang dapat diterapkan kedalam tapak.
Setelah tahap ketiga selesai, maka baru dapat dicari bentukan masa yang
ideal untuk diterapkan kedalam tapak dengan jumlah yang maksimal dan sesuai
dengan bentuk yang menyesuaikan tapak.
5.1.1 Perbandingan Luasan Unit Dengan Luasan Sirkulasi
Rumah susun dibangun dengan tujuan untuk mengurangi jumlah kepadatan
penduduk. Hal ini berarti ada perbandingan yang efisien antara besaran tapak
dengan jumlah penduduk yang akan tinggal didalamnya. Oleh sebab itu perlu kita
ketahui jumlah yang efisien sebuah tapak dalam menampung penduduk. Tingkat
efisien sebuah bangunan rumah susun bergantung dari perbandingan antara
besaran jalur sirkulasi dengan besaran unit.
Oleh sebab itu penulis melakukan studi mengenai beberapa rumah susun.
Penulis melakukan studi mengenai besaran yang efektif sebuah tapak dalam
menampung ruang dengan menggunakan studi kasus. Ada 2 objek studi kasus.
Studi kasus yang pertama adalah rumah susun Tzu Chi, rumah susun ini dipilih
karena penulis merasa rumah susun ini efisien. Jalur sirkulasi dalam sebuh rumah
susun hanya 10% dari pembangunan gedung (gambar 5.1).
54
Gambar 5.1 . Analisa Unit Tzu ChiSumber : Analisa pribadi.
Dapat kita liihat dalam gambar bahwa luas unit dalam kotak hijau adalah 90
m2. Sedangkan luas sirkulasi adalah 10 m2. Jadi perbandingan jumlah unit dengan
sirkulasi adalah 90:10.
Gambar 5.2 . Analisa Unit Rumah Susun Baling-balingSumber : Analisa pribadi.
Studi kasus kedua adalah rumah susun baling-baling. Rumah susun ini
dipilih sebagai studi kasus karena penulis merasa bangunan ini menerapkan
sistem arsitektur hijau passive. Penerapan sistem ini ternyata membutuhkan luas
sirkulasi unit yang lebih besar. Luas sirkulasi unit lebih besar ini berfungsi agar
sirkulasi udara mengalir dengan baik.
Jika kita lihat pada gambar 5.2, maka dapat kita lihat bahwa besaran unit
55
rumah susun baling-baling 21 m2. Total besaran unit perlantai adalah 21 m2 x 16
unit. Hasilnya adalah 336 m2. Sedangkan besaran sirkulasi adalah 144 m2. Jadi
perbandigan antara lusan unit dengan luasan sirkulasi adalah 70:30.
Dari hasil pembahasan mengenai perbandingan luasan unit dengan sirkulasi
diatas , perancang memutuskan untuk menggunakan perbandingan 70:30 antara
luasan unit dengan luasan sirkulasi. Hal ini dikarenakan jarak sirkulasi yang luas
akan berpengaruh pada pengudaraan dan pemasukan cahaya. Agar dapat
memaksimalkan jalur sirkulasi, maka perancang akan menjadikan rumah susun
Tzu Chi sebagai referensi dalam pembuatan denah. Referensi pembuatan denah
ini dikaitkan dengan desain konsep pada gambar yang sudah di bahas
sebelumnya, yaitu pada bab 4 terakhir (gambar 5.3) pada perancangannya.
Gambar 5.3. Perbandingan Antara Rumah Susun Di Jakarta Dengan Rumah Susun Tzu Chi.Sumber : Analisa pribadi.
Biasanya rumah susun menggunakan lorong untuk dijadikan sebagai ruang
komunal. Jika rumah susun terdiri dari beberapa gedung, maka akan
menghabiskan ruang yang dijadikan sebagai lorong gambar 5.3 apat dilihat pada
gambar 5.3 konsep bahwa dengan tidak membuat lorong maka akan menghemat
jalur sirkulasi dalam membuat rumah susun. Rumah susun Tzuchi merancang
ruang komunalnya dibawah. Penghuni yang berada di paling atas harus turun
untuk bersosialisasi dengan tetangganya.
Pada penulisan ini, penulis memfokuskan penghuni agar dengan mudah
mengakses ruang komunal seperti di rumah kampung sebelumnya. Oleh sebab itu
penulis mencoba untuk menerapkan rancangan penduduk kampung lokal di Bukit
Duri. Rancangan ini sudah sempat disampaikan penulis pada Bab 4 terakhir.
(gambar 5.4)
56
Gambar 5.4. Perancangan Rumah Susun Dengan Menerapkan Rancangan Rumah Lokal diBukit Duri.
Sumber : Analisa pribadi.
Rancangan ini memiliki keuntungan lebih mudah dalam mengakses ke
ruang komunal. Hal ini dikarena kan karena lorong dilantai 3 dirancang seperti di
lorong lantai bawah. Dengan pembagian ruang komunal secara vertikal ini, maka
penghuni tidak terasa jauh dari tanah.
Penggabungan kedua desain ini menjadi seperti pada gambar 5.5.
Gambar 5.5. Desain Hasil Dari Pencampuran Referensi Tzu Chi Dengan Kampung.Sumber : Analisa pribadi.
Dengan menerapkan desain ini, perbandingan antara luasan unit dengan
sirkulasi berbanding 90:10 sama seperti Tzu Chi, Juga penghuni di lantai atas
tidak susah untuk mengakses ke ruang komunal.
5.1.2 Luasan Unit Rumah Susun
Luasan unit rumah susun mengambil referensi dari besaran rumah sehat.
Referensi ini dapat kita lihat pada tabel 5.1.
57
Tabel 5.1 Tabel Luasan Tempat Tinggal Per jiwa
Sumber : http://www.pu.go.id/satminkal/itjen/hukum/km403-02l1.pdf.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa besaran unit bergantung pada
standar luasan perjiwa. Menurut pendapat penulis, standar ini tidak dapat
diterapkan bagi jumlah penghuni rumah diatas 4 orang. Jumlah penghuni diatas 4
orang memiliki ruang berbagi yang lebih banyak, sehingga luasan peroranganya
bisa lebih kecil dari standar yang ditentukan. misalnya besaran ruang makan,
ruang dapur, dan ruang keluarga.
Berdasarkan survei yang pernah dilakukan oleh penulis, jumlah penghuni
rumah dalam satu rumah berkisar antara 1 – 6 orang. Oleh sebab itu perlu adanya
kategori bagi masing-masing jumlah penduduk.
Penulis mengkategorikan 3 jenis unit, yaitu:
1. Unit dengan jumlah penghuni 1 – 2 orang. Unit ini dikategorikan
menjadi 1 unit karena kemungkinan pemakainya adalah pekerja
(single) atau pasangan muda. Kedua penghuni ini sama sama
membutuhkan privasi indiviu.
2. Unit dengan jumlah 3-4 orang. Unit ini di kategorikan bersama
karena kemungkinan penghuninya adalah orang tua dengan
anaknya. Interaksi yang terjadi dalam rumah ini merupakan
interaksi antara orang tua dengan anaknya.
3. Unit dengan jumlah 5-6 orang. unit ini dikategorikan bersama
karena kemungkinan penghuni unit ini adalah orang tua dengan
58
anaknya yang lebih dari dua orang. Kemungkinan lainnya adalah
adanya tiga generasi dalam satu unit tempat tinggal. Adanya kakek
dan nenek, lalu kedua orang tua, dan kedua anak.
Dalam membuat unit ruangan diterapkan sistem modular. sistem ini
dimaksudkan agar dalam pembuatannya dipermudah. Dalam membuat modul
tentu dimulai dari modul terkecil, sehingga modul tersebut dapat di lipat gandakan
untuk membuat modul dengan ukuran besar. Modul ruangan terkecil dalam kasus
ini adalah unit dengan jumlah penghuni dari 1-2 orang.
Sebuah rumah tinggal membutuhkan tempat tidur. Tempat tidur untuk 2
orang biasanya berukuran 3 meter x 3 meter.
Gambar 5.6 . Besaran Kamar Tidur Minimal Untuk Penghuni 2 OrangSumber : Analisa pribadi.
Dengan hasil analisa pada gambar 5.6 maka dapat ditentukan untuk besaran
luas kamar adalah 3 meter x 3 meter. Program ruang dalam kamar biasanya
terdapat dapur dan kamar mandi. Oleh sebab itu ukuran unit akan dibesarkan.
Dengan bertambahnya luasan modul dan kamar mandi, penulis menganalisa
bahwa dengan besaran 4 meter x 5 meter merupakan ruang yang efektif dalam
menampung unit dengan penghuni 2 orang (gambar 5.7).
59
Gambar 5.7 . Besaran Unit Terkecil Dalam Modul.Sumber : Analisa pribadi.
Akan tetapi dalam perancangan rumah susun ini penulis ingin menerapkan
sistem toilet bersama. Jadi program toilet pada kamar akan ditiadakan, hanya saja
ukuran denah tidak dikurangi untuk menambah kenyamanan unit.
Bila besaran unit terkecil adalah 4 meter x 5 meter, maka besaran unit
lainnya tinggal melipat gandakan besaran unitnya. Luasan unit terkecil dalam
kasus ini adalah unit 20 m2. Unit dengan jumlah penghuni 3-4 orang memiliki
besaran unit berkisar antara 40 m2 . Sedangkan unit dengan jumlah penghuni 5-6
orang memiliki besaran unit berkisar antara 60 m2 .
Jika kita lihat lagi berdasarkan pedoman pada tabel 5.1 jika kita bandingkan
besaran yang penulis rancang dengan besaran yang ada pada gambar memiliki
kemiripan ukuran. Kemiripan ukuran ini diasumsikan bahwa besaran unit
dikalikan dengan luasan tempat tinggal perjiwa.
Unit dengan penghuni 1-2 orang (ukuran unit diasumsikan ke jumlah
penduduk terbanyak), berdasarkan tabel 5.1 memiliki besaran sekitar 14 m2
sampai dengan 24 m2. Sedangkan berdasarkan analisa penulis besaran unit untuk
jumlah satu sampai dengan 2 orang adalah 20 m2.Unit dengan penghuni 3-4
orang, berdasarkan tabel memiliki besaran dari 28 m2 sampai dengan 48 m2.
Sedangkan unit rancangaan penulis berada pada ukuran 40 m2. Unit terakhir
dengan penghuni 5-6 orang, berdasarkan tabel memiliki besaran dari 42 m2
sampai dengan 72 m2. Sedangakan unit rancangan penulis berada pada ukuran 60
60
m2. Jadi berdasarkan ukuran pada tabel 5.1, rancangan penulis mengenai besaran
ruang sudah sesuai dengan referensi.
5.1.3 Perhitungan Unit Yang Dapat Diterapkan Kedalam Tapak .
Setelah ditentukan bahwa ada tiga jenis unit, maka yang sekarang perlu
dilakukan adalah mencari perbandingan jenis dalam penerapan unit rumah susun.
Dalam melakukan perbandingan jumlah unit, penulis memasukan besaran unit
yang masuk kedalam potongan prinsip unit yang sudah dianalisa pada sub bab
5.1.1.
Gambar 5.8. Aksono Desain UnitSumber : Analisa pribadi.
Hasil dari memasukan unit kedalam potongan prinsip didapati bahwa: Unit
yang berisikan 5-6 orang berjumlah 2 unit, unit yang berisikan 3-4 berjumlah 4
unit, sedangkan unit yang berisikan 1-2 unit berjumlah 4 unit. Jadi perbandingan
jumlah unit adalah 2:6:2. Berarti unit 1 (1-2 orang) adalah 20% dari total lahan
yang dapat dibangun. Unit 2 (3-4 orang) adalah 60% dari total lahan yang dapat
dibangun. Sedangkan unit 3 (5-6 orang) adalah 20% dari total lahan yang dapat
dibangun.
61
Luas tapak adalah 15.000 m2.
KLB = 2
KDB = 50%
Tinggi = 4 lantai
Luas Lantai yang dapat dibangun = Luas tapak x KLB
= 15.000 m2 x 2
= 30.000 m2
Sirkulasi : Unit = 30 : 70
Besar luasan unit yang dapat diabangun = 70% x 30.000 m2
= 21.000 m2
Total luasan unit 1 = 20% x 21000 m2
= 4200 m2
Jumlah unit 1 = 4200 / 20
= 210 unit
Total luasan unit 2 = 60% x 21000 m2
= 12600 m2
Jumlah unit 2 = 12600 / 40
= 315 unit
Total luasan unit 3 =20% x 21000 m2
= 4200 m2
Jumlah unit 3 = 4200 / 60
62
= 70 unit
Jadi total unit adalah = unit 1 + unit 2 + unit 3
= 210 + 315 + 70
= 595 unit
Jadi total unit yang dapat dibangun pada luasan tapak sebesar 15.000
adalah 595 unit.
5.1.4 Alternatif Masa Bangunan Pada Tapak Bukit Duri
Merancang sebuah bangunan yang perlu diperhatikan adalah peraturan
yang terdapat didalam tapak tersebut. Peraturan ketentuan bangunan tersebut
didapat dari LRK1. Hasil dari peraturan ketentuan LRK telah dibahas diakhir Bab
4 pada penulisan ini.
Setelah melakukan analisa mengenai peraturan sesuai dengan LRK, lalu
selanjutnya adalah analisa bentuk yang menyesuikan dengan konteks. Analisa
bentukan ini dilakukan dengan melihat potensi dari daerah sekitar. Seperti yang
dapat kita lihat pada gambar 5.9, bahwa pada kenyataannya daerah hunian itu
dipakai sebagai daerah komersil. Alih fungsi ini dilakukan karena daerah jalan
tersebut ramai dilewati pengendara mobil dan motor. Dengan banyaknya
kendaraan yang lewat, sebagian besar perumahan didaerah tersebut dijadikan
tempat usaha.
1 http://www.tatakota-jakartaku.net/content/wilayah-jakarta-selatan
63
Gambar 5.9. Analisa KonteksSumber : Analisa pribadi.
Dalam menanggapi isu di Daerah Bukit Duri ini maka penulis membuat
sebuah diagram bangunan pada gambar 5.10. Pada perancangan rumah susun ini
pertama-tama bentuk bangunan dipengaruhi oleh peraturan tapak. Besar tapak
yang tersedia adalah 15.000 m2. Besaran tapak ini kemudian dikurangi oleh GSB
(Garis Sempadan Bangunan) sebanyak 3 meter dari batas tapak. Kemudian
berdasarkan ketinggian bangunan masa bangunan dapat dibangun setinggi 4
lantai. Menghitung dari besaran KLB maka didapat jumlah bangunan yang dapat
didesain adalah 30.000 m2.
Masa bangunan rumah susun ini dipengaruhi oleh keberadaan lingkungan
sekitar tapak Bukit Duri. Dalam merancang bangunan, rumah susun ini
memerlukan daerah komersil di area dekat jalan. Peletakan komersil didalam
tapak dekat jalan ini bertujuan untuk menyesuaikan kondisi sekitar tapak yang
membuka lapangan usaha di sepanjang jalan.
Perancangan masa rumah susun sengaja dirancang dengan beberapa
alternatif. Masing-masing alternatif ini memiliki keuntungan dan kerugian. Dari
masing-masing alternatif ini akan analisa sehingga didapat hasil yang terbaik
untuk dikembangkan lebih lanjut. Pembahasan ini akan dimulai dari alternatif
pertama (gambar dengan warna kotak biru pada gambar 5.10) kemudian alternatif
kedua (gambar dengan warna kotak merah pada gambar 5.10), dan terakhir
64
alternatif ketiga (gambar dengan warna kotak hijau pada gambar 5.9). Ketiga
alternatif ini di berikan karena masing-masing alternatif memiliki keunggulan
dalam menggapi tapak dan lingkungannya.
Gambar 5.10. Diagram Alternatif Desain.Sumber : Analisa pribadi.
65
Pada perancangan alternatif pertama, penulis meletakkan program komersil
di kedua sisi akses masuk pada tapak. Fungsi komersil pada akses masuk adalah
sebagai perantara bagi penghuni sebelum masuk ke daerah hunian rumah susun.
Perantara ini merupakan cara untuk memisahkan area privat dan area publik.
Kemudian untuk mempermudah akses masuk kedalam tapak, maka di kedua sisi
tapak diberi jalan (lihat gambar 5.10 kotak biru paling bawah).
Jalur di samping jalan pada tapak ini berfungsi untuk akses yang direlakan
untuk kepentingan publik dan akses masuk. Sebab jika kita lihat dalam gambar
5.11 (sebelah kiri), akses untuk masuk ke daerah perumahan disebelah kanan
tapak harus menempuh jarak yang jauh dari jalan besar. Bilamana area sebelah
tapak direlakan bagi area sekitar, maka jarak yang harus ditempuh penghuni untuk
masuk ke daerah perumahan disebelah kanan tapak lebih dekat.
Gambar 5.11. Akses Jalan Tersier.Sumber : Analisa pribadi.
Perancangan alternatif pertama ini memiliki area terbuka ditengah yang
dikelilingi oleh bangunan. Bentuk masa ini berorientasi kearah tengah. Sehingga
ruang terbuka ditengah dapat dipakai secara privat oleh penghuninya.
Pada perancangan alternatif kedua, perancang membuat akses ditengah
sebagai sirkulasi kedalam hunian. Dengan adanya sirkulasi ini perancang dapat
memasukan program komersil kedalam jalur sirkulasi ditengah. Jalur program
komersil yang dimasukan kedalam tapak, diharapkan penghuni rumah susun
lebih dapat bersosialisasi dengan sekitar dengan membuka banyak area publik.
Sirkulasi ini dapat diakses oleh publik. Desain alternatif ini mengharapkan
66
terbentuknya arcade ditengah-tengah rumah susun. Arcade merupakan area
berjalan terbuka yang terdapat tempat berjualan di sampingnya (seperti pada
gambar 5.12)
Gambar 5.12. Melbourne Lanes and Arcades Walking Tour .Sumber : http://www.viator.com/tours/Melbourne/Melbourne-Lanes-and-Arcades-
Walking-Tour/d384-3671ARCADES.
Perancangan pada alternatif kedua ini di desain berdasarkan orientasi
bangunan. Bagian bangunan yang lebih panjang diarahkan ke utara dan selatan,
sehingga terhindar dari pemanasan termal bangunan.
Pada perancangan alternatif ketiga, perancang membuat rancangan yang
serupa dengan rancangan alternatif dua. Perbedaan antara rancangan ketiga
dengan rancangan kedua, adalah program komersil tidak masuk kedalam sirkulasi
didalam tapak. Pada alternatif ketiga ini program komersil dalam tapak dihindari
karena dirasa mengganggu privasi penghuni. Pada perancangan desain alternatif
ketiga ini, penulis memasukan bukaan di tengah-tengah masa, sebagai ruang
terbuka hijau dan ruang komunal. Sehingga bentukan tidak terlihat padat. Masa
bangunan terbagi menjadi kecil-kecil dan dipisah oleh area terbuka.
Dari ketiga alternatif ini akan dipilih salah satu sebagai tolok ukur
perancangan rumah susun Bukit Duri. Penulis memilih desain alternatif ketiga
sebagai acuan dalam mendesain rumah susun. Pemilihan ini dilakukan karena
alternatif ketiga memberikan area terbuka yang terletak di beberapa tempat. Area
yang pada alternatif kedua adalah merupakan area komersil, pada alternatif ketiga
ini area tersebut berubah menjadi area terbuka. Area terbuka ini dapat disamakan
dengan keadaan di kampung. Kampung memiliki bukaan dibeberapa tempat,
sehingga dapat menampung aktivitas penduduk kampung yang organik.
67
Gambar 5.13. Alternatif Ketiga Yang Berpotensi Dalam Pembangunan Rumah Susun BukitDuri .
Sumber : Analisa Pribadi
Secara konsep akses masuk kedalam memberikan dampak yang baik pada
lingkungan sekitar. Akan tetapi sebagai desain hunian rumah susun, tempat ini
memiliki tingkat privasi yang rendah, karena jalur tempat tinggal rumah susun
jadi dapat diakses oleh publik. Oleh sebab itu akses ditengah bangunan yang
seharusnya dapat diakses oleh umum ini sebaiknya ditutup.
Bentuk bangunan rumah susun akan dirancang secara terpecah-pecah.
Perancangan secara terpecah-pecah ini berfungsi agar setiap unit mendapatkan sisi
terluar bangunan. Dengan mendaptkan sisi terluar bangunan diharapkan setiap
ruangan mendapatkan cahaya dengan cukup.
5.2 Masa Bangunan yang Disesuaikan Dengan Kemampuan Tapak Dalam
Menampung Total Unit.
Desain yang telah dipilih pada ketiga alternatif desain. Kemudian akan
dikembangkan dengan dilakukan studi bentuk. Studi bentuk ini dimulai dari
zoning masa terhadap sekitar dan kemampuannya dalam menampung unit yang
dapat ditampung oleh tapak. Studi mengenai bentuk dimulai dari mencoba
memecah bangunan agar banyak terdapat bukaan dalam tapak. Oleh sebab itu
untuk memaksimalkan unit dalam tapak sebagai desain awal tapak perlu di penuhi
dengan unit. Hasil dari analisa ini dapat dilihat pada gambar 5.14.
68
Gambar 5.14. Zoning Penempatan Unit dan Komersil .Sumber : Analisa Pribadi
Bangunan sengaja di buat sejajar agar cahaya dapat masuk kedalam sela-
sela bangunan. Pada penerapannya secara passive desain sisi terkecil bangunan
diarahkan ke barat dan timur. Orientasi bangunan ini dimaksudkan untuk
mengurangi pemanasan termal pada bangunan. Hasil analisa ini diterapkan
kedalam tapak.sehingga menghasilkan bentukan masa pada gambar 5.15
Gambar 5.15. Desain Dengan Percobaan Memasukan Jumlah Unit Kedalam Tapak .Sumber : Analisa Pribadi
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah unit yang dapat masuk kedalam tapak
dengan menggunakan sistem ini adalah 546 unit dalam tapak.secara bentuk
bangunan ini terlalu padat. Dibutuhkan ruang terbuka sebagai ruang komunal dan
penghijauan.
Kemudian untuk mencukupi jumlah unit kedalam tapak, maka sebagian unit
diletakan diatas daerah komersil. Dengan cara menggeser sebagian unit keatas
komersil, maka akan didapati bentukan unit sebagai berikut.
69
Gambar 5.16. Desain Dengan Mencoba Memasukan Bukaan Ditengah.Sumber : Analisa Pribadi
Perkembangan desain ini diawali dengan pemikiran ingin memberikan
ruang terbuka di tengah-tengah tapak, sesuai dengan analisa masa sebelumnya.
Jumlah unit yang dapat ditampung pada desain ini adalah 538 unit. Berdasarkan
perhitungan kemampuan tapak dalam menampung unit, tapak ini kurang
maksimal dalam penerapannya. Desain ini juga ternyata memiliki kekurangan
dalam jarak antar bangunan yang terlalu dekat. Cahaya matahari akan susah
menyinari di unit bagian bawah.
Usaha untuk mengurangi jumlah unit ternyata bertolak belakang dengan
penerapan sistem arsitektur hijau dalam menerima cahaya dalam bangunan.
Karena bangunan pasti akan berdempetan. Oleh sebab itu untuk menaggapi
permasalahan ini, maka penulis menaikan ketinggian bangunan menjadi 5 lantai,
Dengan bertambahnya jumlah lantai ini luasan dasar bangunan bisa dikurangi dan
diganti dengan ruang terbuka hijau.
Menaikan jumlah lantai merupakan salah satu solusi untuk menjawab
permasalahan memasukan jumlah unit secara maksimal dengan penerapan
bioklimatik dalam memasukan cahaya kedalam rumah susun.
70
Gambar 5.17. Zoning Masa Setelah Bangunan Menjadi 5 Lantai.Sumber : Analisa Pribadi
Pada desain zoning ini perlu jumlah unit yang dapat masuk adalah 552 unit
(gambar 5.18). Jumlah unit yang harus dipenuhi sudah mendekati. Konsep awal
dari desain ini adalah memberikan ruangan terbuka hijau yang lebih luas,
meskipun harus menaikan jumlah lantai menjadi 5 lantai.
Oleh sebab itu desain ini akan dijadikan tolok ukur dalam perancangan
rumah susun.
Gambar 5.18. Desain Proses Final.Sumber : Analisa Pribadi
71
5.3 Desain Bangunan Rumah Susun
Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai konsep bangunan. Kemudian
akan dijelaskan mengenai keputusan desain dan penjelasan sistem arsitektur hijau
yang diterapkan kedalam bangunan.Berikutnya akan menjelaskan mengenai
transportasi vertikal. Kemudian yang terakhir adalah penjelasan mengenai sistem
utilitas bangunan.
5.3.1 Konsep Selubung Bangunan
Perancangan rumah susun ini dimulai dari kebutuhan sebuah bangunan yang
efisien dalam menampung penghuninya. Kemudian dalam perancanganya
bangunan yang efisien tersebut belum tentu merupakan bangunan yang nyaman
dan sehat secara arsitektur hijau. Kesulitan dalam mendesain muncul setelah
kedua permaslahan ini bertemu.
Solusi dari penyelesaian kedua permasalahan ini adalah dengan membangunrumah susun secara mezanin seperti pada rumah susun Tzu Chi.
Gambar 5.19. Gambar Potongan Rumah Susun Bukit Duri.Sumber : Analisa Pribadi
72
Pembangunan rumah susun secara selang seling (mezanin) ternyata
menghemat ruang sirkulasi. Dengan penyusunan unit seperti pada gambar 5.19 ini
membuat interaksi antar penghuni lebih bebas. Interaksi ini terjadi secara bebas
karena dapat dilakukan secara horizontal (pada lantai yang sama) maupun
vertikal.
Ketertarikan penulis terhadap susunan selang-seling ini kemudian
diaplikasikan terhadap tampak bangunan. Dapat dilihat pada gambar 5.20 dan
5.21. Oleh sebab ketertarikan dengan bentuk selang-seling ini maka penulis
menjadikan konsep untuk diterapkan kedalam bangunan.
Gambar 5.20 Penerapan Desain Selang-Seling Pada Tampak Bangunan 1.Sumber : Analisa Pribadi
Gambar 5.21 Penerapan Desain Selang-Seling Pada Tampak Bangunan 2.Sumber : Analisa Pribadi
Bentuk selang-seling ini juga dimunculkan dengan menampilkan penataan
bata pada tembok. Pada tampak depan bangunan (gambar 5.21), selubung
bangunan diberi tambahan material untuk menegaskan bentuk selang-seling.
Tambahan material ini menggunakan GRC. Modul GRC ini disusun secara
selang-seling seperti pada penataan bata pada tembok.
73
5.3.2 Konsep Perancangan
Pada saat merancang rumah susun ini, dimulai dari beberapa tahap. Tahap
yang pertama adalah merancang unit dalam rumah susun, kemudian merancang
dan menata kumpulan unit (modul unit), kemudian merancang bagian servis dan
kemudian yang terakhir adalah merancang area komunal dan komersil.
Tahap pertama adalah tahap perancangan rumah susun. Tahap ini dimulai
dari merancang jenis dan ukuran unit. Unit pertama adalah unit dengan besaran
ruang 20 m2. Jenis unit ini memuat dua ranjang, tempat masak, dan meja (gambar
5.22). Unit ini merupakan unit terkecil dalam rumah susun.
Gambar 5.22 Rancangan Unit Rumah Susun Tipe 20 m2.Sumber : Pribadi
Unit kedua merupakan unit dengan besaran 40 m2. Unit dengan besaran ini
memiliki satu kamar tidur yang memuat 3 ranjang, satu ruang dapur dan tempat
makan. Unit ini memiliki balkon dengan ukuran 4m2 (gambar 5.23).
74
Gambar 5.23 Rancangan Unit Rumah Susun Tipe 40 m2.Sumber : Pribadi
Unit ketiga merupakan unit terbesar. Besaran unit ini adalah 40 m2 ditambah
dengan 10 m (mezanin). Unit dengan besaran ini memiliki tiga kamar tidur, satu
ruang dapur dan tempat makan. Unit ini memiliki teras karean berada di dasar
bangunan (gambar 5.24).
Gambar 5.24 Rancangan Unit Rumah Susun Tipe 40 m2 dengan Mezanin 10 m2.Sumber : Pribadi
75
Unit-unit yang sudah dirancang, kemudian dimasukan kedalam modul
bangunan. Modul bangunan terdiri dari 12 unit. Unit dengan luasan terbesar
diletakkan dibawah. Karena modulnya paling memungkinkan untuk memiliki
mezanin.
Unit dengan luasan sedang (40 m2) diletakan ditengah-tengah modul
bangunan karena merupakan fokus utama keluarga yang akan ditampung dalam
bangunan. Konsep peletakan unit ini lebih banyak dari jumlah unit dengan ukuran
besar. Konsep ini dimaksudkan agar kedepannya penduduk dengan jumlah
keluarga dengan jumlah anak yang banyak tidak punya cukup tempat.
Gambar 5.25 Modul Bangunan Dengan 12 Unit.Sumber : Pribadi
76
Unit dengan luasan kecil (20m2) diletakan diatas karena kemungkinannya
adalah penduduk yang tidak permanen (sewa) atau pasangan suami istri yang baru
menikah. Jadi diletakan diatas karena mereka tidak terlalu membutuhkan ruang
terbuka sebagai tempat bermain. Ruang terbuka dalam kasus ini adalah pada lantai
dasar.
Gambar 5.25 merupakan diagram peletakan unit dalam satu modul
bangunan. Modul bangunan ini akan terus diulang sepanjang tapak. Hanya saja
pada bagian depan dekat jalan, sebagian modul diubah dengan memasukan
program retail dibawah unit. Program retail dibawah unit dapat dilihat pada
gambar 5.26.
Gambar 5.26Retail Yang Berada Dibawah Unit .Sumber : Pribadi
Sekumpulan modul bangunan tersebut dirancang dan diletakkan kedalam
tapak. Cara menata modul ini adalah memanjang sejajar dengan arah matahari.
Bagian terkecil bangunan dihadapkan ke matahari. Dengan menghadapkan sisi
terkecil bangunan ke matahari, akan mengurangi panas yang masuk kedalam
bangunan (gambar 5.27).
Jarak antara bangunan memanjang ini membentuk sebuah lorong. Fungsi
lorong ini adalah untuk menerangi bagian bawah bangunan, yaitu unit bagian
bawah. Efek samping dari lorong ini adalah angin yang bergerak disela-sela
bangunan. Efek ini sama dengan yang dihasilkan pada saat rumah kampung
disusun berhimpit-himpitan lalu diberi jarak untuk jalur sirkulasi. Angin akan
mengalir melewati bangunan tersebut.
77
Gambar 5.27 Arah Matahari Pada Tapak.Sumber : Analisa Pribadi
Bagian tengah bangunan merupakan area servis. Area servis ini yang
mengakomodasi unit rumah susun disekitarnya. Area servis ini terdiri dari ruang
terbuka hijau, toilet umum, dan ruang komunal.
Toilet umum ini akan mengakomodasi lantai bawah sampai atas bangunan.
Dapat dilihat pada gambar 5. 28, toilet lantai pertama mengakomodasi unit lantai
satu sampai dua. Sedangkan unit lantai tiga sampai lima akan diakomodasi oleh
toilet lantai 3.
Gambar 5.28 Sistem Akomodasi Toilet.Sumber : Analisa Pribadi
78
Toilet ini berada dilantai pertama dan lantai ketiga karena pada lantai
dua,empat dan lima tidak terdapat lorong. Sedikitnya lorong dalam bangunan ini
berfungsi untuk memaksimalkan luasan lantai yang terbangun dengan unit,
daripada dengan sirkulasi. (gambar 5.29)
Gambar 5.29 Lorong Bangunan Menggunakan Material Berlubang.Sumber : Analisa Pribadi
Jembatan diantara bangunan ini berfungsi untuk akses ke toilet umum.
Selain itu fungsi jembatan ini juga untuk menghubungkan antar akses vertikal
gedung. Untuk menghindari kurangnya cahaya area dibawah jembatan ini,
material jembatan didesain dengan material yang berlubang. Dengan material
berlubang ini akan ada cahaya yang masuk ke bawah jembatan.
Pada ruangan diantara toilet (gambar 5.28), terdapat ruang komunal. Ruang
komunal ini berfungsi sebagai ruang berkumpulnya antara penghuni rumah susun.
Ruang ini berada dilantai dua juga dimaksudkan untuk memantau anak-anak
bermain di taman tengah bangunan (gambar 5.30). Ruang bermain ini merupakan
ruang terbuka yang berada ditengah-tengah bangunan.
Area terbuka rumah susun ini ditambah dengan area makan. Area tempat
makan ini dapat dinikmati bagi para penghuni yang ingin makan di area terbuka.
Area terbuka ini juga dapat dipakai sebagai tempat untuk menunggu menjaga
anak-anak yang sedang bermain disekitar lapangan terbuka ini.
79
Gambar 5.30 Posisi Ruang Komunal Yang Dapat Mengawasi Area Bermain.Sumber : Analisa Pribadi
Area terbuka yang berdekatan dengan toilet ini menguntungkan dalam
pembuatan biogas. Biogas merupakan sistem Arstektur Hijau yang sudah sempat
diterapkan oleh penduduk Bukit Duri. Sistem biogas dalam menghasilkan energi listrik
membutuhkan sampah organik. Penggunaan sampah organik dalam kasus Rumah Susun
Bukit Duri ini adalah dengan menggunakan sisa pembuangan dari toilet.
Gambar 5.31 Sistem Biogas.Sumber : http://evrinasp.wordpress.com/2012/11/25/energi-alternatif-untuk-masa-depan/
80
Sisa pembuangan dari toilet ini cukup untuk menyalakan lampu pada toilet
dan ruang komunal. Kemampuan biogas dalam rumah susun ini diharapkan
mengurangi beban pemakaian listrik pada penghuni rumah susun.
5.3.3 Sistem Transportasi Vertikal
Pada bangunan ini terdapat banyak sistem transportasi vertikal. Setiap
modul bangunan memilik masing-masing aksesnya sendiri.
\
Gambar 5.32 Sistem Transportasi Vertikal Pada Rumah Susun Bukit Duri.Sumber :Pribadi
Modul tangga didesain secara berulang, dengan maksud untuk
mempermudah akses penduduk ke unit. Banyaknya tangga dalam rumah susun
juga membuat semakin banyak kemungkinan pertemuan antar penghuni dalam
rumah susun.
Tangga yang langsung menuju lantai tiga, juga memakai modul yang sama
dengan modul tangga pada modul bangunan. Jadi pada pengerjaanya, pekerja
cukup membuat sebuah modul untuk diulang sejumlah tangga yang terdapat pada
Rumah Susun Bukit Duri.
Tangga yang diaplikasikan ke Rumah Susun memiliki besaran optrade
sebesar 17 cm. Sedangkan besaran antrade adalah 20 cm. Ketinggian 3,4 meter
81
merupakan ketinggian yang sesuai dengan kebutuhan rumah tinggal. Oleh sebab
itu dibutuhkan 20 anak tangga untuk sampai ke lantai berikutnya. Pada anak
tangga ke- 10, terdapat bordes. Bordes ini dimanfaatkan sebagai akses masuk unit
di seberangnya. Perbedaan jumlah anak tangga ada pada tangga paling bawah.
jumlah anak tangga ini berjumlah 20 anak tangga.
5.3.4 Konsep Struktur dan Utilitas
Sistem struktur pada bangunan ini menggunakan sistem rigid frame. Sistem
ini merupakan sistem yang cocok untuk diterapkan kedalam Rumah Susun Bukit
Duri ini. Kecocokan ini dirasakan karena Pembuatan rumah susun ini
menggunakan sistem modular. Besaran sistem modular unit terkecil adalah 5 x 4
m. Ditengah-tengah modul unit terdapat modul tangga dengan ukuran 2,6 x 3 m.
Oleh sebab itu struktur dibuat berdasarkan kedua besaran modul tersebut.
Gambar 5.33 Sistem Struktur Pada Rumah Susun Bukit Duri.Sumber :Pribadi
Sistem utilitas pada bangunan ini dibagi menjadi tiga bagian. Tiga bagian
ini digolongkan berdasarkan jenis sistem utilitas ini. Sistem ini yaitu;
1. Sistem utilitas air bersih. Sistem utilitas air bersih dimulai dari PDAM
menuju meteran. Air dari meteran akan mengalir ke Ground Water
82
Tank. Air dari Ground Water Tank akan disebar ke setiap modul
bangunan untuk dipompa ke roof tank. Penyebaran air dari roof tank ke
unit rumah susun adalah dengan menggunakan grafitasi bumi.
2. Sistem Utillitas air kotor. Sistem ini akan dibagi menjadi dua bagian,
yang pertama adalah sistem air kotor dari unit. Kemudian berikutnya
adalah sistem air kotor dari toilet. Sistem air kotor dari unit akan di
tampung ke bak kontrol pada bagian bawah bangunan, kemudian semua
air ini akan dialirkan ke Sewage Treatment Plant. Kemudian setelah
diolah oleh STP, maka air dapat dialirkan ke pembuangan air kota.
Sistem air kotor dari toilet akan ditampung ke digester biogas. Setelah
diolah, maka hasil dari digester ini akan mengalir ke tempat
penampungan bio gas untuk dipakai.
3. Sistem Utilitas Listrik. Sistem ini juga dibagi menjadi du bagian. Sistem
listrik unit, akan diterima dari PLN lalu masuk ke gardu listrik,
kemudian mengalir ke meteran. Kemudian disebar ke unit. Sedangkan
sistem listrik pada toilet dan ruang komunal menggunakan listrik dari
generator listrik yang dihasilkan oleh biogas.
83
BAB VI
KESIMPULAN
Pada bab kesimpulan ini akan membahas tentang permasalahan:
1. Solusi secara arsitektur bagi rumah susun yang menjawab
permasalahan:
i. Penghuni rumah susun merasa jauh dari tanah,
ii. Penghuni rumah susun merasa jauh dengan tetangga meskipun
secara fisik mereka berdekatan, dan
iii. Kebebasan hidup dirumah susun tidak terasa, tidak seperti di
kehidupan sebelumnya.
Solusi dalam menyelesaikan permasalahan ini adalah dengan menerapkan
ruang komunal. Dengan menerapkan ruang komunal yang lebih besar maka
permasalahan:
(1) Jauh dari tanah ini merupakan permasalahan yang ditemui pada bangunan
tinggi. Hal ini disebabkan karena ruang terbuka hanya mengarah keluar. Orientasi
keluar disebabkan karena tidak ada ruang untuk melakukan aktivitas didalam
rumah susun.
(2) Penghuni merasa jauh dengan tetangga meskipun secara fisik mereka
berdekatan ini merupakan permasalahan yang terjadi di bangunan bertingkat. Jauh
dari tetangga disebabkan karena tidak adanya ruang untuk berkumpul didalam
rumah susun, sehingga perlu ada ruang terbuka didalam gedung.
(3) Kebebasan hidup di rumah susun tidak terasa, tidak seperti di kehidupan
sebelumnya. Permasalahan ini merupakan permasalahan yang terjadi jika tempat
tinggal penghuni harus berpindah. Ruang untuk berkumpul yang ada diluar
gedung dirasa terlalu jauh dari unit rumah dan harus ditempuh secara vertikal. Hal
ini menyebabkan penghuni memilih untuk dirumah.
Ruang komunal ini dalam desain diaplikasikan dengan pembuatan jembatan
antar gedung. Jembatan ini mengambil referensi dari lorong yang terdapat dalam
kampung. Aktifitas yang dilakukan penduduk kampung banyak dilakukan di
84
dalam lorong tersebut. Penerapan lorong pada jembatan ini merupakan ruang
terbuka yang menyesuaikan dengan bangunan bertingkat.
2. Sistem bangunan yang cocok dapat membantu penghematan biaya dan
sistem bangunan yang tepat untuk menjawab permasalahan pemakaian
listrik
Untuk membantu penghematan biaya maka pada desain ini diterapkan salah
satu sistem arsitektur hijau. Sistem tersebut adalah biogas. Sistem biogas ini
merupakan sistem yang yang sudah pernah diterapkan di area Bukit Duri.
Sehingga dengan menerapkan sistem ini, diharapkan lebih mudah dalam
penerapannya.
Sistem biogas ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan listrik pada area
komunal. Sehingga area komunal tersebut tidak memberikan beban terhadap
pengeluaran biaya bangunan.