016 nautika

Upload: muzayin-akhmad

Post on 14-Jan-2016

209 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Upaya Meningkatkan Efektifitas Towing Tongkang Di AHT TCL 4401

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Bumi ini terdiri dari pada lautan dan daratan. Lautan merupakan

    bagin besar dari bumi.Antar daratan dipisahkan oleh lautan yang luas,

    oleh karena itu angkutan laut sangat dibutuhkan sebagai penghubung.

    Kapal laut merupakan salah satu alat transportasi yang sangat

    penting, yang digunakan untuk menghubungkan suatu pulau ke pulau

    lainnya atau dari suatu negara dengan negara lainnya. Ada

    bermacam-macam jenis dan bentuk kapal laut dibuat sesuai dengan

    fungsinya, salah satu diantaranya adalah kapal tunda yang dirancang

    khusus untuk menunda atau menowing tongkang, kapal atau

    sejenisnya. Selain digunakan sebagai alat transportasi, pada

    umumnya kapal tunda sering digunakan untuk menowing atau

    menunda tongkang. Kapal tunda sangatlah penting, sebab digunakan

    untuk melayani proyek besar di laut seperti pengeboran minyak lepas

    pantai dan pemasangan pipa di laut yang memiliki peralatan sangat

    mahal, serta dapat pula melayani daerah-daerah terpencil yang tidak

    tersedianya pelabuhan untuk kapal barang lainnya. Dalam

    pengangkutan barang biayanya lebih murah dari pada kapal barang. Kapal tunda merupakan kapal yang trayeknya dari suatu negara

    ke negara lain dan jarak cukup jauh disebut Ocean Tug. Kapal jenis ini

    ukurannya lebih besar daripada tug boat biasa, baik bodinya maupun

    tenaga mesinnya serta alat-alat towingnya lebih lengkap. Kapal tunda

    AHT TCL 4401 adalah Kapal tunda milik perusahaan Daiho

    Transportation tempat penulis bekerja. Kapal ini berbentuk seperti kapal tunda pada umumnya, namun memiliki peralatan untuk

    pekerjaan Anchor Handling (memindahkan jangkar pada pekerjaan

  • 2

    pengeboran lepas pantai) dan dapat digunakan untuk menarik

    tongkang yang muatannya peralatan pengeboran minyak seperti

    platform (Bangunan pada bagian atas sumur minyak) dan pipa-pipa

    yang dipasang di bawah laut.

    Bekerja di atas kapal Ocean Tug haruslah orang-orang yang

    telah berpengalaman, sebab banyak hal-hal yang sangat penting

    dibutuhkan untuk pelaksanaannya. Contohnya alat-alat towing (tunda),

    pengetahuan dan pengalaman Nakhoda utamanya manouvering pada

    waktu akan sandar atau berangkat, juga sangat menunjang pula ABK

    (Anak Buah KapaI) yang berpengalaman sehingga dalam

    melaksanakan perintah Nakhoda cepat dan aman dalam bekerja. Di

    atas kapal AHT TCL 4401 penulis mendapatkan permasalahan

    pelaksanaan menarik tongkang kurang efektif dan kurang terampilnya

    ABK dalam melaksanakan order Nahkoda sehingga proses

    penyandaran tongkang tidak efektif.

    Berdasarkan uraian di atas penulis terdorong untuk memilih judul

    makalah ini, yaitu: "Upaya Meningkatkan Efektifitas Towing Tongkang Di AHT TCL 4401" "

    B. Tujuan dan Manfaat Penulisan

    1. Tujuan penulisan

    Merujuk pada rumusan masalah, maka tujuan penulisan ini

    adalah: a. Untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab kurang

    lancarnya pekerjaan menarik tongkang di Kapal AHT TCL

    4401. b. Untuk mendapatkan pemecahan di dalam meningkatkan

    kelancaran atau efektivitas kerja menunda di Kapal AHT TCL

    4401.

  • 3

    2. Manfaat Penulisan

    Merujuk pada tujuan penulisan maka manfaat penulisan ini

    adalah: a. Manfaat Bagi Dunia Akademis

    Berguna sebagai bahan informasi tentang towing

    tongkang yang dapat menyokong dan memperkaya konsep

    serta perkembangan ilmu maritim.

    b. Manfaat Bagi Dunia Praktis

    Berguna sebagai bahan masukan bagi AHT TCL

    4401 khususnya dalam upaya efisiensi pelayanan menunda

    tongkang.

    C. Ruang Lingkup

    Untuk memberi batasan yang lebih sempit, maka penulis

    memfokuskan dalam dua hal penting, yang berlaku di atas Kapal AHT

    TCL 4401, yaitu: 1. Pemeliharaan alat-alat towing pada Kapal AHT TCL 4401 seperti

    alat-alat menunda yang akan dibahas hanya khusus pada

    shackle (segel), wire bridle (teraju tunda), serta towing wire (tali

    kawat baja). 2. Persiapan dan hal-hal yang dilakukan untuk menyandarkan

    tongkang dengan cepat dan aman.

    D. Metode Penulisan

    Dalam penulisan makalah ini metode yang digunakan oleh

    penulis, yaitu:

  • 4

    1. Metode Pengumpulan Data

    a. Studi Lapangan

    Metode ini dilakukan berdasarkan pengalaman yang

    penulis alami selama bekerja di Kapal AHT TCL 4401 periode

    Januari 2013 sampai dengan Juni 2013.

    b. Studi Kepustakaan

    Mengkaji buku buku / kepustakaan yang telah

    disediakan di perpustakaan BP3IP yang berhubungan dengan

    pembahasan makalah ini.

    2. Metode Analisis Data

    Penulis menganalisis data dengan melakukan studi banding

    terhadap landasan teori dan fakta yang terjadi di lapangan

    sehingga dapat menemukan pemecahan atau solusi dari

    permasalahan utama.

  • 5

    BAB II FAKTA DAN PERMASALAHAN

    A. FAKTA

    1. Obyek Penelitian

    Menurut Arikunto (1991:2), penelitian merupakan kegiatan

    yang dilakukan oleh siapa saja yang ingin meningkatkan hasil untuk

    apa saja yang sedang ia tekuni. Sedangkan menurut Marzuki

    (1983 : 5), penelitian adalah usaha untuk menemukan,

    mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang

    dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Untuk itu,

    yang menjadi objek penelitian penulis yaitu Kapal AHT TCL 4401.

    Dimana Kapal AHT TCL 4401 merupakan Kapal tunda yang

    memang dirancang khusus untuk menowing tongkang untuk

    pelayaran jarak jauh/pendek yang towingnya menggunakan tali

    kawat baja. Di samping itu, Kapal AHT TCL 4401 mempunyai ciri

    khas: badan Kapal kecil dengan daya mesin induk yang besar,

    sistem baling-baling ganda dan mempunyai perlengkapan khusus

    untuk menunda tongkang.

    2. Fakta Kondisi (kejadian)

    Pada saat pelaksanaan pengoperasiannya sering mengalami

    hambatan-hambatan seperti:

    a. Perlengkapan Peralatan Towing tidak Dapat Berfungsi

    dengan Baik Dalam bekerja di atas Kapal Ocean Tug yang perlu

  • 6

    diperhatikan adalah peralatan towingnya. Sebab, peralatan

    towing memegang peranan penting. Tidak diperhatikannya

    perawatan terhadap perlengkapan menunda dapat

    mengakibatkan fatal atau putusnya towing wire. Begitupun alat-

    alat towing lainnya seperti shackle dapat macet sehingga sukar

    untuk dibuka karena karat serta winchnya macet atau lengket

    karena kering tidak diberi gemuk. Kurang diperhatikannya dengan cermat setelah towing

    wire dari kapal dan stretcher apakah alat-alat towing sudah

    terpasang dengan baik, apakah alat-alat towing yang

    digunakan sudah lengkap, atau apakah alat-alat towing yang

    digunakan masih baik kondisinya serta kelengkapan sertifikat

    alat-alat towing. Begitu pula pada saat pelayaran towing wire

    kurang diperhatikan dan dijaga sehingga dapat mengalami

    kerusakan pula. Kerusakan kerusakan tersebut diantaranya

    adalah :

    1) Towing wire lecet atau luka serta kelihatannya berkarat

    sehingga harus diganti yang baru.

    2) Pada saat akan memakai wire bridle ditongkang, wire bridle

    ternyata tidak dapat dipakai karena didapati wire bridle

    berkarat sehingga harus diganti yang baru juga .

    3) Shackle (segel) SWL 55 Ton yang digunakan untuk

    menyambung towing wire dengan pennant wire dimana

    shackle (segel) tersebut macet atau lengket karena karat

    sehingga sukar untuk dibuka murnya. Setelah murnya

    dipaksa untuk dibuka, malah shackle (segel) tersebut rusak

    sehingga tidak dapat dipakai lagi.

  • 7

    b. Lambatnya Menyandarkan Tongkang Di Pelabuhan

    Setelah sampai di pelabuhan tujuan maka Nakhoda harus

    mempunyai rencana atau planing dimana sebelum memasuki

    alur pelabuhan harus memendekkan towing wire. Tempat atau

    lokasi untuk memendekkan towing wire harus bebas dari

    tempat ramai Kapal-kapal lain sehingga dapat terhindar dari

    hal-hal yang tidak diinginkan seperti menyenggol atau

    mengganggu Kapal lain yang sedang berlayar atau yang

    sedang berlabuh jangkar. Ada kalanya towing wire dihibob sampai habis tergulung di

    drum towing winch dan diganti dengan tali cabang yang terbuat

    dari tali polypropeline (sintetis). Ukuran 10 inchi dan panjang 60

    meter. Digunakan untuk menowing tongkang ke dalam alur

    pelabuhan hingga menyandarkan tongkang.

    Dalam menyandarkan tongkang bila tidak memiliki

    rencana, serta tidak ditunjang dengan awak kapal yang

    berpengalaman dapat mengalami banyak kendala yang tidak

    diinginkan, sehingga mengakibatkan lamanya waktu yang

    digunakan untuk menyandarkan tongkang ke dermaga.

    Dalam penulisan makalah ini, penulis melakukan

    penelitian langsung selama penulis bekerja di atas Kapal AHT

    TCL 4401 yang memiliki isi kotor GT 540 berbendera Singapura

    milik perusahaan Daiho Transportation periode Januari 2013 sampai dengan Juni 2013 .

    B. Permasalahan

    1. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan pemaparan kondisi saat ini dari objek penelitian

  • 8

    yang sudah disampaikan dapat diidentifikasi masalah sebagai

    berikut:

    a. Kurang Berfungsinya Dengan Baik Peralatan Towing

    Masalah ini memegang peranan yang cukup vital bagi

    kelancaran pengoperasian kapal dan peralatannya. Banyak

    alat - alat towing mengalami kerusakan yang cukup signifikan.

    Peralatan towing memang sering mengalami kerusakan karena

    kurangnya pemeliharaan dan penyimpanan yang salah. Penyimpanan alat - alat towing yang kurang benar

    memang selalu mengakibatkan kerusakan pada alat - alat

    tersebut,Banyak terjadi karat (Rusted) pada alat alat towing di

    Kapal mengingat bahan untuk alat - alat towing adalah berasal

    dari besi ataupun metal sehingga karena pengaruh air laut

    maupun udara yang mengandung banyak garam,

    mengakibatkan karat tersebut muncul pada bagian bagiannya.

    Sebagai suatu contoh yang terjadi di tempat penulis bekerja

    yaitu :

    1) Towing wire lecet atau luka serta kelihatannya berkarat

    sehingga harus diganti yang baru.

    2) Pada saat akan memakai wire bridle ditongkang, wire bridle

    ternyata tidak dapat dipakai karena didapati wire bridle

    berkarat sehingga harus diganti yang baru juga .

    3) Shackle (segel) SWL 55 Ton yang digunakan untuk

    menyambung towing wire dengan pennant wire dimana

    shackle (segel) tersebut macet atau lengket karena karat

    sehingga sukar untuk dibuka murnya. Setelah murnya

    dipaksa untuk dibuka, malah shackle (segel) tersebut rusak

    sehingga tidak dapat dipakai lagi.

  • 9

    b. Terganggunya Penyandaran Tongkang di Pelabuhan

    Memasuki pelabuhan tujuan dengan menggandeng

    ataupun menunda tongkang sangat beresiko dan banyak

    mengalami kendala-kendala. Banyaknya nelayan, alur yang

    kadang kurang kita pahami maupun kondisi perairan yang

    belum kita kenali seutuhnya. Perlu juga diketahui bahwa kendala-kendala umum yang

    dihadapi AHT TCL 4401 ketika akan menyandarkan tongkang

    dengan cepat dan aman adalah timbul dari kapal itu sendiri

    maupun dari luar kapal. Pengaruh dari dalam kapal misalnya

    faktor kemampuan mesin kapal serta alat-alat bantu lainnya

    yang berhubungan dengan olah gerak kapal. Sedangkan

    pengaruh dari luar kapal adalah situasi dan kondisi tempat

    seperti arus kuat, lokasinya dangkal dan faktor alam lainnya.

    Dan tidak kalah pentingnya adalah kemampuan dan kecakapan

    kerja dari awak kapal utamanya Nakhoda dalam berolah gerak

    kapal.

    c. Kurangnya Pengetahuan dan keterampilan ABK yang bekerja di Kapal Tunda.

    Perusahaan mengharapkan memiliki ABK yang sudah

    terampil didalam pengoperasian kapal, terutama adalah

    perwira yang berpengalaman dan diberikan pendidikan

    tambahan yang sesuai dengan profesi Kapal tunda.

    Kemahiran yang dimiliki perwira dan ABK akan keterampilan

    menggunakan dan merawat peralatan kapal tetap dalam

    keaadaan prima. Seperti yang telah diketahui bahwa kapal

    tunda banyak memiliki kendala dalam pengoperasian baik di

    tengah laut atau pelabuhan.

  • 10

    d. Berbahasa menjadi hambatan didalam berkomunikasi.

    Kendala utama dan paling sering dijumpai pelaut

    Indonesia bekerja diatas di kapal asing adalah kemampuan

    bicara bahasa Inggris. Namun ada beberapa perbedaan

    mendasar dalam budaya berucap di atas kapal.

    e. Latar belakang ABK Yang Kurang Mendukung.

    Penulis menyadari bahwa faktor pendidikan mempunyai

    peranan yang cukup berpengaruh terhadap pola kerja ABK

    itu sendiri, sehingga hasil yang diperoleh tidak memuaskan.

    Dengan latar belakang pendidikan yang rendah ABK tidak

    dibekali ketrampilan kerja diatas kapal, hal ini menjadi

    kurang percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki,

    sehingga setiap tugas atau pekerjaan yang diberikan lambat

    untuk dapat dipahami yang berakibat suatu pekerjaan yang

    dilakukan oleh ABK akan menjadi terlambat, karena

    keterbatasan pengetahuan.

    f. Tidak Lengkapnya Ketersediaannya Spare Part Dan Pemahaman Manual Book.

    Sparepart yang tidak tersedia dapat mempengaruhi

    ABK dalam menjalankan perawatan terhadap peralatan

    kapal dan saat menjalankan keselamatan kerja pada kondisi

    tidak beroperasi. Keaadaan seperti ini sering membuat Anak

    Buah Kapal dalam melaksanakan tugas dan tanggung

    jawabnya, menjadi lalai. ABK pun sering tidak menata spare

    part yang tersedia dengan baik dan benar, sehingga

    keaadan spare part menjadi berantakan sehingga dalam

    melaksanakan perawatan menjadi tidak disiplin.

  • 11

    2. Masalah Utama

    Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas maka

    penulis mencari dua masalah utama yaitu :

    a. Tidak Berfungsinya Dengan Baik Peralatan Towing. b. Terganggunya Penyandaran Tongkang Di Pelabuhan.

  • 12

    BAB III PEMBAHASAN

    A. Landasan Teori

    Kapal tunda merupakan kapal yang trayeknya dari suatu negara

    ke negara lain dan jarak cukup jauh disebut Ocean Tug. Ocean Tug

    ukurannya lebih besar daripada tug boat biasa, baik bodinya maupun

    tenaga mesinnya serta alat-alat menundanya lebih lengkap. Kapal

    tunda AHT TCL 4401 adalah Ocean Tug milik perusahaan Daiho Transportation tempat penulis bekerja. Kapal ini digunakan untuk menowing tongkang yang muatannya peralatan pengeboran minyak

    seperti platform dan pipa-pipa yang dipasang di bawah laut.

    Dalam mengolah gerak kapal harus mengetahui terlebih dahulu

    sifat-sifat kapal tunda tersebut supaya lebih mudah dalam mengolah

    gerak, baik itu untuk menyandarkan tongkang maupun melepaskan

    tongkang dari dermaga serta menunda tongkang untuk membawa ke

    posisi berlabuh jangkar atau langsung ke tempat yang dituju atau

    ditentukan. Mengolah gerak kapal sangat penting dan harus dikuasai

    oleh seorang Nakhoda di kapa tunda. Bila akan sandar atau lepas

    maka Nakhoda langsung mengolah gerak kapal dari anjungan dibantu

    informasi dari tongkang oleh seorang Mualim dan Jurumudi.

    Pada umumnya kapal tunda (tug boat) memiliki dua mesin,

    dua propeller (baling-baling), dan dua kemudi yaitu :

    1. Tenaga Mesin Induk (Main Engine Horse Power)

    Tenaga mesin induk harus diketahui berapa kekuatannya,

    apakah kedua mesinnya memiliki kekuatan yang sama ataukah

    tidak. Karena bila tidak sama kekuatannya maka perlu diatur

    antara mesin kiri dan kanan agar dalam mengolah gerak kapal

  • 13

    tetap normal. Caranya yaitu dengan mengatur handel telegraph

    yang ada di anjungan dan diatur oleh Nakhoda ketika sedang

    mengolah gerak. Kekuatan mesin merupakan hal penting untuk

    diketahui karena bila terjadi hal-hal yang tidak dikehendaki,

    misalnya sedang menunda di alur sempit dan tongkang merewang

    ke pinggir, maka Nakhoda dapat memaksa atau bila perlu

    membuat putaran maju penuh sekejap untuk menyentak supaya

    tongkang dapat tertarik. Selanjutnya perlu diatur kecepatannya

    sehingga kalau kandas tidak terlalu banyak. Ini dapat dipaksa

    untuk membuat mesin maju penuh supaya terlepas dari kandas.

    2. Putaran Propeller (Propeller Turning Power)

    Putaran propeller penting untuk diketahui, apakah putaran

    propeller itu putaran kiri atau kanan. Bila kapal memiliki dua mesin

    induk maka baling-balingnya pasti dua. Putaran kedua propeller

    harus diketahui, apakah ke dalam atau ke luar. Kapal dengan

    baling-baling ganda umumnya berputar keluar untuk kedua baling-

    balingnya (out turning propellers). Baling-baling ganda umumnya

    dipakai di kapal penumpang besar, kapal perang, kapal tunda.

    Baling-baling ganda lebih mudah mengolah gerak dibandingkan

    dengan kapal baling-baling tunggal dengan ukuran yang sama.

    Karena kalau kemudi rusak, kapal masih berlayar dengan

    memakai baling-baling saja. Dan bila salah satu baling-baling

    mengalami kerusakan, mesin dapat melanjutkan perjalanan

    dengan kurang lebih setengah kekuatan semula.

    3. Kemudi (rudder)

    Dalam mengolah gerak kapal peranan kemudi cukup penting

    karena bila kemudi kapal rusak pada saat mengolah gerak, maka

    kapal tidak bisa merubah haluan ke kiri dan kanan secara cepat.

    Seperti bila sedang menunda tongkang di alur sempit dan ramai,

  • 14

    bila akan berbelok di suatu tikungan maka peranan kemudi sangat

    penting untuk mempercepat kapal berputar ke tempat yang

    diinginkan. Bila kapal berlayar di alur pelayaran sempit maka tidak

    boleh menggunakan maju penuh karena dapat mengakibatkan

    kapal merewang bila sewaktu-waktu kecepatannya dikurangi.

    Apalagi bila perairan sempit dan dangkal maka draft akan semakin

    besar atau body kapal semakin masuk ke dalam air yang disebut

    squat. Untuk mengurangi jangan terjadi squat maka kecepatan

    kapal dikurangi sehingga draft menjadi lebih kecil. Menunda

    tongkang di sungai dan di laut tidak sama caranya. Kalau

    menunda tongkang di laut maka panjang tali tunda dan wire

    adalah 350 meter, sedangkan di sungai hanya 75 meter, dengan

    ukuran talinya 8-10 inci dan tali stretcher ditambah wire bridle

    yang berbentuk tali cabang bila disambung tali stretcher.

    Tali cabang ini khusus dibuat sendiri oleh ABK yang

    fungsinya bila kapal akan sandar atau berangkat dari dermaga

    agar lebih mudah ditarik dan dilepas dari bolder tongkang. Atau

    bila kapal sedang menarik tongkang dari dermaga atau akan

    menyandarkan tongkang ke dermaga dan tongkang akan

    menabrak kapal lain, maka kapal bisa secepatnya mengolah

    gerak bila tali cabang sudah dibuang dan ditarik oleh ABK.

    Ada beberapa alasan mengapa pelaksanaan towing

    tongkang di Kapal AHT TCL 4401 masih belum berjalan secara

    maksimal seperti yang dikehendaki. Hal inilah yang seharusnya

    mendapatkan perhatian lebih serius dari pihak perusahaan

    sehingga permasalahan-permasalahan yang sama tidak akan

    muncul lagi di masa mendatang.

    Sebelum menganalisis penyebab dan menganalisis cara

    pemecahan masalah dalam Upaya Meningkatkan Efektifitas Towing Tongkang Di Kapal AHT TCL 4401, maka perlu kita

    mengetahui sketsa towing arrangement digambar 1.

  • 15

    Dari uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk

    membahas lebih lanjut tentang pentingnya pelaksanaan pekerjaan

    towing tongkang yang mana perlengkapan peralatan towing yaitu

    wire bridle, penant wire, shackle dan towing wire sehingga :

    1) Tidak berfungsi dengan baik

    2) Lambatnya menyandarkan tongkang di pelabuhan.

    Seharusnya perlengkapan peralatan tersebut dapat

    berfungsi dengan baik agar tidak mengganggu kelancaran towing

    tongkang.

    Agar proses penyandaran tongkang tidak mengalami

    keterlambatan, maka sebaiknya beberapa hari sebelum tiba di

    pelabuhan tujuan Nakhoda harus mempunyai rencana dan

    mempelajari situasi dan kondisi pelabuhan yang akan dituju

    melalui peta-peta maupun daftar arus pasang surut. Setelah

    kurang lebih 10 nautikal mile dari buoy luar, Nakhoda

    memerintahkan untuk semua crew stand by untuk memendekkan

    towing wire serta kecepatan mulai dikurangi. Towing wire

    dipendekkan atau dihibob sambil maju pelan menuju buoy luar

    dimana posisi pandu menunggu. Waktu sedang menuju ke lokasi

    untuk sandar Mualim I beserta 3 (tiga) ABK naik ke tongkang

    melalui kapal pandu atau boat service yang ada.

    B. Analisis Penyebab Masalah Dari beberapa masalah yang di uraikan pada Bab II, maka

    masalahnya, yaitu:

    a. Kurang Berfungsinya Dengan baik Peralatan Towing. Tidak berfungsinya dengan baik peralatan towing disebabkan

    oleh beberapa hal yaitu :

  • 16

    1) Segel dan Wire Bridle kurang terawat pada tongkang Peralatan towing seperti segel dan wire bridle kurang

    terpelihara dan tidak dibersihkan setelah di gunakan. Segel dan

    wire bridle juga kurang terawat dalam penyimpanannya

    sehingga mengakibatkan segel dan wire bridle terkena air laut

    dan hujan.Hal ini akan mengakibatkan segel dan wire bridle

    menjadi mudah bekarat karena terkena air laut..

    2) Towing wire kurang terpelihara terutama perawatan dan penyimpanannya di kapal.

    Setelah digunakan sering kali towing wire tidak di

    bersihkan, sehingga mengakibatkan towing wire menjadi

    berkarat. Di dalam penyimpanan towing wire ditempatkan pada

    tempat yang terbuka sehingga towing wire akan tampak kotor

    dan kurang terawat.

    b. Terganggunya Penyandaran Tongkang di Pelabuhan

    Terganggunya penyandaran tongkang dipelabuhan, Adapun

    penyebabnya adalah :

    1) Kurangnya informasi tentang kondisi arus dan kedalaman di pelabuhan tempat sandar kapal.

    Setiap pelabuhan mempunyai karakteristik yang berbeda-

    beda. Perbedaan itu terjadi pada arus yang ada pada tempat

    tersebut dan kedalaman yang ada. Sebuah tongkang biasanya

    di sandarkan pada tempat yg kurang dalam atau dangkal,

    sehingga menyebabkan sebagian tongkang ataupun kapal

    mengalami kandas. Kekurangan informasi inilah yang akan

    mengakibatkan kapal dan tongkang mengalami keterlambatan

    dalam proses penyandaran.

  • 17

    2) Tidak tersedianya assist tug untuk membantu sandar di pelabuhan dan kurangnya persiapan ABK saat kapal akan sandar.

    Tidak semua pelabuhan yang dimasuki mempunyai assist

    tug, hal ini menyebabkan kapal dan tongkang lambat dalam

    berolah gerak dalam penyandaran tongkang. Pada sebuah

    kapal yang sedang menunda tongkang akan mengalami

    keterlambatan ataupun kurang optimal apabila Nakhoda tidak

    mempersiapkan ABK dengan baik saat kapal dan tongkang

    akan sandar. Persiapan yang kurang akan mengakibatkan

    banyak waktu terbuang dan keselamatan anak buah kapal akan

    menjadi suatu resiko yang berbahaya.Keselamatan anak buah

    kapal adalah yang paling utama di dalam melakukan olah gerak

    di atas kapal.

    C. Analisis Pemecahan Masalah

    1. Melakukan Perawatan Peralatan Towing Agar Dapat Berfungsi Dengan Baik.

    a. Melakukan Perawatan Secara Rutin pada Segel dan tali

    Tunda tongkang

    1) Melakukan perawatan secara rutin pada Shackle (segel)

    Dalam menghindari rusaknya segel perlu suatu

    perawatan yang secara berkala dan rutin sehingga segel

    tetap terpelihara dengan baik. Segel diusahakan agar setiap

    akan digunakan tidak mengalami hambatan atau siap untuk

    digunakan sehingga perlengkapan peralatan yang digunakan

    untuk menunda ini dapat terpenuhi dengan baik.

  • 18

    Perawatan segel ini sangatlah mudah akan tetapi

    kadang-kadang terlupakan karena menganggap bahwa bila

    tidak dipakai tidak akan mengalami kerusakan. Anggapan ini

    adalah salah besar, sebab bila segel disimpan saja dan tidak

    terpelihara dengan baik akan mengalami kerusakan yaitu

    berkarat sehingga murnya lengket atau susah untuk dibuka

    pada waktu akan digunakan.

    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan segel

    sehingga tetap dapat digunakan setiap saat bila akan

    digunakan adalah:

    a) Segel harus dalam perawatan agar tidak berkarat. Dalam

    perawatan agar tidak berkarat yaitu segel di cat. Dalam

    pengecatan segel ada bagian-bagian yang tidak boleh di

    cat, yaitu dratnya dan murnya bagian dalam. Segel di cat

    dengan macam-macam warna sesuai dengan ukuran

    besar kecilnya segel. Ini gunanya untuk memudahkan

    pengenalan segel waktu akan digunakan.

    Salah satu contoh segel swl 35 ton di cat warna biru

    sedangkan segel 55 ton di cat warna kuning. Sehingga

    dalam pengambilannya tinggal melihat warnanya

    langsung di ketahui ukuran segel tersebut.

    Dalam jangka waktu untuk mengecat segel tidak ada,

    hanya bila di lihat catnya sudah menipis maka catnya di

    dobel ulang. Juga segel sehabis digunakan sebelum

    disimpan bila ada catnya luka di bersihkan dahulu baru

    di cat lagi. Biasanya setiap kali segel habis di pakai

    pastilah catnya ada yang luka atau lecet sehingga segel

    sehabis digunakan di cat baru di simpan.

    b) Segel disimpan terhindar dari percikan air laut dan air

    hujan. Atau disimpan pada tempat tertutup seperti

    store. Bila keadaan terpaksa di simpan di luar store

  • 19

    maka segel dibungkus karung atau kain atau bahan

    lainnya yang tidak tembus air. Dalam keadaan

    tersimpan sebaiknya segel di check sebulan sekali

    untuk mengetahui kondisi segel apakah segel tidak

    mengalami karat atau memerlukan perawatan.

    c) Pada bagian ulir dan bagian dalam murnya selalu diberi

    gemuk agar tidak kering. Juga murnya dicoba buka

    tutup sehingga tetap lancar bila akan digunakan.

    Sebaiknya sebulan sekali atau 2 (dua) minggu sekali

    segel diberi gemuk agar tidak kering dan lengket.

    d) Bila mendapati segel yang sudah rusak seperti bautnya

    los, karatnya sudah terlalu tebal dan sudah kelihatan

    aus karena gesekan, sebaiknya segel itu dibuang atau

    dipisahkan dengan yang masih baru.

    2) Melaksanakan perawatan secara berkala terhadap Wire Bridle (tali kawat baja tunda) tongkang

    Pokok utama yang menyebabkan cepat rusaknya wire

    bridle adalah berkaratnya wire bridle tersebut serta

    tergeseknya wire bridle pada ujung tongkang atau peralatan

    lainnya pada bagian tongkang depan yang menghambat wire

    bridle waktu pelaksanaan towing. Kadang-kadang wire bridle pada waktu kapal towing

    pendek bila merubah haluan ke kiri atau ke kanan, wire

    bridle tergesek atau nyangkut pada ujung bagian depan kiri

    atau kanan tongkang sehingga wire bridle luka atau rusak.

    Dalam menghindari rusaknya wire bridle perlu adanya

    perawatan atau pemeliharaan wire bridle yang perlu

    diperhatikan adalah sebagai berikut:

  • 20

    a) Wire bridle di simpan pada tempat yang tertutup dimana

    terhindar dari air hujan dan percikan air laut seperti

    disimpan dalam store. Bila disimpan di tempat yang

    terbuka sebaiknya dibalut atau dibungkus dengan plastik

    atau terpal. Cara membungkusnya adalah ambil plastik

    atau terpal digunting ukuran agak kecil lalu dibalut pada

    wire bridle, sellingga tertutup. Perlu diperhatikan

    sebelum dibalut atau dibungkus harus diberi gemuk

    sehingga tidak berkarat.

    b) Pada ujungnya yaitu ada timbel di cat anti karat sehingga

    tidak karat. Kalau dibiarkan berkarat mudah pecah dan

    cepat aus karena gesekan.

    c) Sering diberi gemuk atau minyak wire jangan dibiarkan

    kering sehingga kelihatan kuning. Bila dibiarkan kering

    dan kelihatan kuning maka lama akan berkarat,rusak

    dan mudah putus.

    d) Hindari terjadinya gesekan dalam pelaksanaan menunda

    seperti gesekan pada ujung depan tongkang atau benda

    lain yang ada di depan tongkang waktu dalam

    perjalanan.Juga pada waktu menunda di mana towing

    wire masih pendek jangan terjadi sentakan yang

    berlebihan. Nanti setelah kedua wire bridle tegang pada

    towing pertama dilaksanakan,maka putaran rpm

    ditambah.

    e) Bila wire bridle sudah ada luka atau salah satu bagian

    wirenya menipis, maka wire bridle tersebut harus diganti

    sebab dalam perjalanan akan bertambah kerusakannya.

    f) Wire bridle sehabis dipakai dibersihkan dengan air tawar.

    Bila ada lumpur atau pasir yang melekat dibuang.

    Sebelum disimpan terlebih dahulu diberi gemuk atau

    minyak wire.

  • 21

    Pemeliharaan wire bridle ini selambat-Iambatnya

    sebulan sekali atau sebaiknya 2 (dua) minggu sekali

    seperti pemberian gemuk atau minyak wire sehingga

    tidak terjadi adanya karat.

    b. Pemeliharaan secara rutin dan berkala terhadap Peralatan Towing Wire (Tali kawat baja) di kapal

    Bila towing wire tidak digunakan dalam waktu lama atau

    kapal tidak beroperasi maka towing wire dibuka dari

    gulungannya kemudian digulung lagi sambiI diberi gemuk, atau

    minyak wire agar bagian dalam dari gulungan wire tidak kering

    atau tetap terpelihara. Adapun lamanya adalah 6 (enam) bulan

    hingga setahun dilaksanakan pemeliharaan demikian. Saat akan berangkat towing wire perlu diperhatikan, sebab

    waktu akan berangkat keluar dari pelabuhan berarti masih

    menggunakan atau menunda tongkang dengan kondisi masih

    pendek, sangat memerlukan perhatian khusus sebab dapat

    menimbulkan terjadinya rusaknya towing wire karena gesekan

    atau sentakan towing wire yang berlebihan.

    Hal - hal yang perlu dipersiapkan waktu akan berangkat

    atau berolah gerak tongkang keluar dermaga adalah:

    1) Salah satu mualim atau mualim satu beserta seorang Juru

    Mudi berada di atas tongkang dengan membawa radio

    komunikasi untuk menginformasikan Nakhoda bahwa kondisi

    towing wire aman dari buritan kapal.

    2) Towing wire ditahan atau distopper ditengah-tengah kapal

    bagian belakang agar tidak keluar dari bulwark atau

    kesamping kapal dimana sering menyangkut pada dapra dan

  • 22

    juga mengurangi gesekan towing wire di buritan kapal waktu

    berolah gerak.

    3) Waktu mengolah gerak tongkang keluar dari dermaga harus

    dengan hati-hati atau pelan agar tidak terjadi sentakan pada

    towing wire.

    4) Waktu merubah haluan dalam keadaan towing wire pendek

    tidak secara drastis sehingga towing wire tidak tertekuk atau

    terlipat pada stopper yang dapat merusak towing wire.

    Komunikasi antara mualim satu di atas tongkang dengan

    Nakhoda dianjungan tetap berlangsung agar posisi tongkang

    dibelakang serta towing wire tetap lurus dibelakang. Setelah

    bebas dari alur pelabuhan mualim satu beserta Juru Mudi

    yang ada di atas tongkang diambil dengan berolah gerak ke

    tongkang melalui buritan.

    5) Setelah betul-betul bebas dari area pelabuhan maka towing

    wire di area secara pelan dan teratur serta mesin maju pelan

    agar tidak ada sentakan. Kecepatan waktu mengarea towing

    wire sebaiknya sekitar 2 (dua) knot. Setelah agak panjang

    kecepatan di tambah sekitar 3 (tiga) knot agar towing wire

    tidak rapat di dasar laut.

    6) Bila sudah cukup panjang, maka drum towing wire di stopper

    atau ditahan dengan menggunakan segel agar drum towing

    wire tertahan tidak berputar.

    7) Towing wire di stopper atau ditahan berada pada tengah-

    tengah deck belakang. Di stopper dengan memakai rantai

    dan segel agar lebih kuat. Kegunaan dari stopper ini agar

    towing wire tertahan tidak bergesek pada bagian buritan

    kapal.

    8) Pada bagian towing wire yang tepat bersentuhan dengan

    buritan di pasangi dengan wire protector (pelindung tali

    kawat baja). Wire protector ada yang terbuat dari besi dan

  • 23

    ada pula dari karet yang keras. Yang paling baik digunakan

    adalah yang terbuat dari karet,karena lebih tahan lama dan

    lebih baik serta mudah digunakan.

    Selama dalam pelayaran towing wire sangat perlu

    diperhatikan dan tetap dalam pemeliharaan. Sisa towing wire

    yang masih ada pada drum towing ditutupi dengan terpal agar

    terhindar dari percikan air laut. Towing wire sewaktu-waktu

    dicheck utamanya pada saat cuaca buruk. Dicheck pada bagian-

    bagian yang bersentuhan langsung dengan kapal yaitu pada

    bulwark buritan.

    Bila ada terlihat bagian wire yang terluka atau kelihatan

    Iecet akibat gesekan maka segera diarea daerah yang lecet itu

    agar tidak bertambah parah sebab bila dibiarkan akan terjadi

    kerusakan yang dapat menimbulkan putusnya towing wire.

    Bila dalam pelayaran di laut bebas menemui laut yang

    berombak besar maka towing wire di area sekitar 400 hingga

    500 meter agar towing wire tidak mengalami sentakan-sentakan

    yang dapat mengakibatkan putusnya towing wire.

    Dan sebaliknya bila dalam pelayaran menemui laut yang

    agak dangkal sekitar 8-10 meter walaupun di laut bebas maka

    towing wire dihibob atau diperpendek hingga sekitar 200 meter

    agar towing wire tidak rapat di dasar laut dan terjadi gesekan

    yang dapat merusak towing wire.

    Juga bila towing wire rapat atau menyentuh dasar laut maka

    towing wire dapat menyangkut pada benda-benda yang ada di

    dasar laut seperti kerangka kapal atau batu karang yang dapat

    merusak bahkan mengakibatkan putusnya towing wire.

    Adapun pemeliharaan towing wire serta hal-hal yang perlu

    diperhatikan pada saat towing wire dihibob adalah:

    1) Kecepatan dikurangi atau mesin maju pelan sekali, jika perlu

    hanya 1 mesin maju pelan sambil towing wire dihibob. Bila

  • 24

    mesin winch tidak mampu menghibob towing wire sambil

    kapal jalan, maka kedua mesin kapal stop engine sambil

    menghibob towing wire.

    2) Pada saat towing wire dihibob salah seorang ABK

    menyemprot towing wire dengan air tawar sehingga air laut

    yang mengandung garam dan lumpur yang lengket pada

    towing wire bersih. Bersamaan itu pula towing wire yang

    sedang tergulung ke drum towing diberi gemuk atau minyak

    wire oleh crew lainnya yang standby dekat drum towing.

    3) Usahakan towing wire pada waktu dihibob, jangan sampai

    rapat di dasar laut, jaga jarak tongkang dengan kapal sesuai

    panjang towing wire yang masih tersisa sebab bila towing

    wire masih panjang sedangkan jarak tongkang dengan kapal

    dekat berarti towing wire menumpuk di dasar laut dimana

    dapat mengakibatkan berbelitnya towing wire sehingga

    susah untuk dihibob dan dapat merusak towing wire. Bahkan

    bila towing wire tidak bisa dihibob karena berbelit ataupun

    tersangkut pada dasar perairan maka towing wire tersebut

    terpaksa harus di potong.

    4) Gulungan towing wire pada drum towing harus rapi sehingga

    tidak saling menindih miring yang dapat membuat lipatan

    towing wire rusak atau gepeng.

    5) Towing wire jangan paksa dihibob bila nyangkut pada rantai

    dapra belakang sebab bila nyangkut lalu dipaksa hibob maka

    towing wire akan luka atau rusak.

    6) Bila towing wire sangat tegang jangan dihibob, tunggu

    kondisinya agak slack, sebab bila dipaksa nantinya mesin

    winch atau pipa hydrolic rusak atau pecah.

    7) Towing wire dihibob sampai kira-kira 15 meter atau 20 meter

    dari kapal, jadi untuk mernasuki area pelabuhan jarak antara

    kapal dengan tongkang yaitu sekitar 60 meter dimana dari

  • 25

    tongkang sudah terdapat streacher dan bridle 45 meter

    ditambah towing wire 15 meter.

    8) Bila memungkinkan atau situasi di luar area suatu pelabuhan

    aman sebaiknya sebelum masuk pelabuhan untuk sandar,

    towing wire dihibob seluruhnya dan diganti dengan tali

    towing yang besarnya 10 inch diameter dan

    panjang sekitar 60-70 meter agar towing wire aman terhindar

    dari banyaknya gesekan akibat kapal berolah gerak

    sehingga towing wire tetap baik atau tahan lama.

    2. Efisiensi Dalam Menyandarkan Tongkang di Pelabuhan

    Untuk mendapatkan efisiensi dalam berolah gerak kapal

    maupun tongkang dalam memasuki ataupun sandar di perairan

    pelabuhan adalah dengan cara sebagai berikut:

    a. Menggunakan Daftar Arus Pasang Surut Dalam Pergerakan

    Arus Dan Berolah Gerak di Perairan Yang Dangkal.

    1) Menggunakan Daftar Arus Pasang Surut Dalam Pergerakan Arus Pada Lokasi Tempat Sandar

    Pada saat memasuki area lokasi tempat sandar, sering

    dijumpai arus yang sangat kuat pada waktu air surut. Jika

    kurang hati-hati menowing saat arus kuat pada waktu akan

    sandar, maka akan susah untuk mengolah gerak

    (menyandarkan tongkang) di pelabuhan. Untuk

    memudahkan penyandaran tongkang, sebaiknya kapal dan

    tongkang datang berlawanan dengan arus atau tiba di

    pelabuhan tujuan. Pastikan kapal mengetahui kondisi dan

    waktu pasang surut dari dermaga yang akan di masuki.

  • 26

    Gunakanlah daftar arus pasang surut (Tide tables current)

    sesuai dengan publikasi yang digunakan di Negara tersebut.

    Di dalam ilmu olah gerak kapal,untuk melakukan sandar

    haruslah melawan dengan arah arus.dengan melawan arus

    maka kapal akan lebih terkendali.Apabila kapal di kemudikan

    dengan benar maka tongkang akan mengikuti gerakan kapal

    dengan pasti.

    2) Berolah Gerak Di Tempat Kurang Dalam atau Dangkal

    Pada saat tongkang akan sandar di dermaga sering

    ditemukannya lokasi menyandarkan tongkang kurang dalam

    atau dangkal, jadi pada saat berolah gerak kita tidak bisa

    menggunakan mesin sesuai yang diinginkan. Hal ini dapat di

    ketahui dengan kelihatan airnya naik dan menjadi keruh.

    Baling-baling terasa seperti kena pasir atau kemungkinan

    kapal akan kandas. Jadi bila memungkinkan untuk

    maneuver, maka sebaiknya menggunakan mesin rpm

    rendah saja. Untuk ukuran Tug Boat seperti AHT TCL 4401 yang

    drafnya 4,4 meter memang kurang aman memasuki lokasi

    tersebut, jadi bila dipaksakan masuk juga harus menunggu

    hingga air mencapai pasang tertinggi. Dengan di tambah air

    pasang tinggi maka akan memungkinkan kapal dan

    tongkang untuk dapat berolah gerak. Waktu yang aling baik

    adalah kapal berolah gerak mendekati dermaga ialah 1 jam

    sebelum pasang tertinggi. Untuk itu harus dikordinasikan

    dengan pandu dan agen,atau langkah sebaiknya adalah

    menyewa kapal tunda pelabuhan yang sarat kapalnya tidak

    terlalu dalam untuk menyandarkan tongkang, sehingga

    waktu yang digunakan menyandarkan tongkang tidak

    memakan waktu lama.

  • 27

    b. Meminta Assist Tug Dan Menyiapkan ABK Baik Kapal dan Tongkang untuk Memasuki Pelabuhan / Sandar.

    1) Meminta Assist Tug untuk Membantu Menyandarkan

    Tongkang

    Sering dijumpai pada suatu pelabuhan tidak

    tersedianya atau kurangnya sarana pelabuhan seperti assist

    tug/kapal tunda yang berfungsi untuk membantu

    penyandaran tongkang. Kadang di pelabuhan pelabuhan

    tertentu assist tugnya atau kapal tunda pelabuhan hanya

    cukup bekerja pada pelabuhan utama saja seperti halnya

    melayani kapal-kapal kargo dan kapal penumpang saja.

    Dalam kondisi seperti ini maka Nakhoda harus

    menyandarkan sendiri tongkangnya. Disinilah Nakhoda

    harus bekerja sesuai pengalaman yang mana harus

    menyandarkan tongkang tanpa dibantu assist tug, akibatnya

    tongkang tidak dapat disandarkan dengan cepat dan aman.

    Untuk memudahkan nakhoda di dalam menyandarkan

    tongkang di pelabuhan semestinya menggunakan assist tug.

    Hal ini di ambil demi kelancaran dan keselamatan kapal dan

    tongkang dalam berolah gerak di perairan pelabuhan. Kapal

    tunda (assis tug) biasanya membantu olah gerak tongkang

    dengan terikat pada bagian sisi luar tongkang, jadi dapat

    berfungsi untuk membantu mendorong tongkang mendekati

    dermaga dan sebagai penahan laju tongkang agar tidak

    membahayakan kapal.

  • 28

    2) Mempersiapkan Kapal Dan Tongkang Untuk Memasuki Pelabuhan / Sandar.

    Sedapat mungkin sebelum memasuki suatu pelabuhan

    dilakukan suatu persiapan-persiapan untuk mempermudah

    dan mempercepat dalam menyandarkan tongkang di

    pelabuhan. Pada kapal yang menunda memang agak rumit

    persiapannya jika dibandingkan dengan kapal biasa.

    Persiapan-persiapan tersebut harus selalu dilakukan oleh

    Nakhoda yang di bantu oleh para perwira kapal maupun

    anak buah kapal lainnya. Dengan pengalaman yang di

    milikinya terhadap pengoperasian kapal tunda dan

    memahami lokasi yang akan ia singgahi, maka seorang

    Nakhoda dapat mengetahui karakter atau situasi lokasi. Adapun persiapan-persiapan nakhoda sebelum

    memasuki suatu pelabuhan tujuan adalah: 1) Beberapa hari sebelum tiba di pelabuhan tujuan Nakhoda

    harus mempunyai rencana pada posisi seberapa jauh dari

    alur pelabuhan untuk memendekkan tali towing sehingga

    tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti

    mengganggu alur pelayaran atau menyenggol kapal lain.

    2) Sehari sebelum tiba di pelabuhan Nakhoda berkoordinasi

    dengan Mualim I dan mengumpulkan seluruh awak kapal

    dalam mendiskusikan untuk operasi menyandarkan

    tongkang. Nakhoda mendengarkan input atau masukan

    dari perwira-perwira dan anak buah kapal lainnya setelah

    itu Nakhoda mempertimbangkannya kemudian mengambil

    keputusan cara yang digunakan nantinya. Setelah itu

    Nakhoda membagi tugas dan tempat masing-masing bila

    akan menyandarkan tongkang.

    3) Setelah kurang lebih 10 nautical mile dari buoy luar,

  • 29

    Nakhoda memerintahkan untuk semua crew stand by

    untuk memendekkan towing wire serta kecepatan mulai

    dikurangi. Semua anak buah kapal menempati posisinya

    masing-masing seperti KKM berada pada winch control

    dianjungan, Mualim I dan Juru Mudi mempersiapan

    peralatan yang digunakan untuk membuka stopper towing

    wire. Komunikasi antara Mualim I dan Nakhoda

    dianjungan tetap dijaga melalui portable radio VHF.

    4) Towing wire dipendekkan atau dihibob sambil maju pelan

    menuju buoy luar dimana posisi pandu menunggu.

    Nakhoda mengatur kecepatan sehingga towing wire dapat

    dihibob dengan aman. Setelah towing wire sudah cukup

    pendek maka persiapan berikutnya adalah menyiapkan

    tali tambat untuk menyandarkan tongkang, alat-alat yang

    akan digunakan untuk melepas sambungan towing wire

    dengan tongkang seperti, palu besar, tang, mapring dan

    linggis kecil.

    5) Waktu sedang menuju ke lokasi untuk sandar. Mualim I

    beserta 3 (tiga) ABK naik ke tongkang melalui boat pandu

    atau service boat yang ada. Bila tidak ada boat pandu

    ataupun service boat, maka Nakhoda melakukan

    manouver mundur mendekat ke tongkang untuk

    menaikkan Mualim I dan 3 (tiga) ABK ke atas tongkang.

    Pastikan radio komunikasi, tali buangan, tali tambat untuk

    tongkang, alat pemotong tali serta air minum di bawa ke

    atas tongkang. Mualim I hendaklah melaporkan segala

    sesuatu kepada nakhoda tentang pergerakan tongkang,

    terutama jarak tongkang dengan dermaga maupun

    dengan kapal yang ada di dermaga serta kecepatan

    tongkang.

  • 30

    BAB IV PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Dari apa yang telah diuraikan pada tiap-tiap bab makalah ini,

    maka penulis mencoba untuk memberikan kesimpulan sebagai

    berikut:

    1. Segel dan wire bridle kurang terawat serta towing wire kurang

    terpelihara dalam perawatan dan penyimpanan.

    2. Towing tongkang kurang terpelihara terutama perawatan dan

    penyimpanan di kapal.

    3. Kurangnya informasi tentang kondisi arus dan kedalaman di

    pelabuhan tempat sandar kapal.

    4. Tidak tersedianya assist tug untuk membantu sandar di

    pelabuhan dan kurangnya persiapan ABK saat kapal akan

    sandar.

    B. Saran

    Dari kesimpulan dalam pembahasan tersebut diatas untuk

    mengatasi permasalahan yang terjadi maka disarankan sebagai

    berikut :

    1. Melaksanakan perawatan secara rutin pada segel dan wire bridle

    tongkang.

    2. Melaksanakan pemeliharaan secara rutin dan berkala terhadap

    peralatan towing wire atau tali kawat baja di kapal.

  • 31

    3. Menggunakan daftar arus pasang surut dalam pergerakan atau

    berolah gerak di perairan yang dangkal.

    4. Meminta assist tug dan menyiapkan ABK baik kapal atau tongkang

    saat kapal akan sandar.

  • 32

    DAFTAR PUSTAKA Arikunto,Sukarsimi. (1991). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan

    Praktik. Jakarta : Penerbit PT.Rineka Cipta.

    Istopo, Capt. (1999). Kamus Istilah Pelayaran & Ensiklqpedi Maritim, Jakarta: BP3IP.

    Moedjiman R, SH. (2009) Prosedur Penulisan Makalah, Jakarta : BP3IP.

    Soekarsono, N, A, (1995). Sistem dan Perlenqkapan Kapal (Ship Outfittings), Jakarta: PT. Pamator Pressindo, Cetakan Pertama.

    P. Joko Subagyo. (1984). Metode Penelitian , Jakarta: Penerbit Tarsito

    .. (2001), SOLAS Concolited, London: International Maritime

    Organization.

    .. (1996), STCW 95, London: International Maritime

    Organization.

    .. (1972), Peraturan-peraturan Internasional untuk Mencegah

    Pelanggaran di Laut 1972 (International Regulation for Preventing

    Collission at Sea 1972), Pengalih bahasa: Paulus Wakidjo.