015 nautika
DESCRIPTION
Optimalisasi Pelaksanaan Anchor Handling Four Point Mooring Pada Kapal MSV . MEO GALAXYTRANSCRIPT
-
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan era globalisasi dan industrialisasi perkapalan
yang berorientasi pada komputerisasi dan sejalan dengan industri
perminyakan dunia pada saat ini telah banyak berkamebang industri
industry rancang bangun kapal khusus untuk melayani kegiatan
Offshore / kegiatan lepas pantai dibidang perminyakan. Kemajuan
teknologi dan datangnya era globalisasi menjadikan sarana angkut
khususnya pengoperasian pengeboran minyak lepas pantai,
menggunakan teknologi modern dalam melaksanakan setiap kegiatan
selama beroperasi. Kapal untuk kegiatan Anchor Handling, Supply /
Utility, Acommodation Work Boat adalah kapal yang dirancang khusus
yang harus dalam kondisi prima sebagai kapal kerja untuk menunjang
kegiatan operasi seperti pengeboran minyak lepas pantai,
pemeliharaan, perbaikan Oil Rig atau Flatform, transportasi,
accommodasi bagi pekerja pekerja lain yang turut serta dalam
kegiatan kegiatan kerja tersebut diatas.
Kegiatan Offshore / lepas pantai adalah suatu kegiatan khusus
yang tingkat kesulitan dan berisiko tinggi. Pengertian kegiatan khusus
adalah sifat pekerjaannya yang tidak dapat ditunda dan membutuhkan
(Sumber Daya Manusia) SDM yang benar-benar menguasai sifat
pekerjaan itu dari aspek kesalamatan kerja, dimana pekerjaan anchor
handling terdiri dari beberapa tahapan.
MSV . MEO GALAXY adalah salah satu jenis kapal yang telah
penulis utarakan diatas dan juga merupakan kapal pendukung
sebagai support vessel untuk melayani pekerjaan-pekerjaan
pemeliharaan, perbaikan rig dan penyelesain pekerjaan pemasangan
-
2
Oil Rig baru serta sebagai sarana accommodasi para tenaga ahli dan
pekerjaa yang akan melaksanakan pekerjaannya di atas Oil Rig. Juga
berfungsi storage peralatan peralatan pekerja, sebagai support
electric, sebagai penyedia kompresi. MSV . MEO GALAXY dilengkapi
dengan 4 (empat) jangkar yang berfungsi sebagai alat penahan posisi
kapal.
Selama penulis bekerja di atas kapal MSV. MEO GALAXY
banyak penyimpangan yang ditemukan diatas kapal khususnya
kualitas ABK yang bekerja di MSV. MEO GALAXY sehingga
menimbulkan hambatan dalam pengoperasian khususnya pada
kegiatan Anchor Handling.
Berdasarkan uraian diatas menurut penulis cukup menarik
untuk dituangkan ke dalam sebuah makalah, untuk itu penulis memilih
judul makalah ini adalah : Optimalisasi Pelaksanaan Anchor Handling Four Point Mooring Pada Kapal MSV . MEO GALAXY
B. Tujuan Dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengidentifikasi masalah dalam optimalisasi pelaksaan
anchor handling four point mooring
b. Untuk menganalisis penyebab masalah kurangnya keterampilan
awak kapal supply dan kurangnya pengetahuan ABK tentang
alat-alat kerja dan fungsingnya.
c. Untuk mencari pemecahan atau solusi dari permasalahan
tersebut
-
3
2. Manfaat Penulisan
a. Manfaat bagi dunia akademis
1) Sebagai bahan referensi dan bacaan ilmiah bagi pelaut
Indonesia yang berminat bekerja di kapal-kapal jenis
Offshore, Supplay / Anchor Handling Tug, khususnya pada
kapal jenis Acommodation Work Vessel Four Point Mooring
yang beroperasi diperairan lepas pantai, dengan membaca
makalah ini diharapkan para tenaga pelaut dapat memahami
tata cara pelaksanan dan bagaimana seharusnya bekerja di
kapal Anchor Handling, Acommodation Work Vessel Four
Point Mooring.
2) Bagi rekan seprofesi yang bekerja di kapal AHT agar dalam
pengoperasiannya kelak personel yang terlibat langsung
dapat mengetahui permasalahan / kendala apa saja yang
mungkin akan dijumpai, sehingga mampu mengoptimalisasi
pelaksaan pengerjaan pembuangan jangkar sesuai dengan
yang telah diprogramkan, sehingga kapal atau perusahaan
mendapatkan hasil guna dan daya guna yang maksimal.
3) Memberikan nilai tambah sebagai perbendaharaan bahan
bacaan yang bermutu diperpustakaan Balai Besar
Pendidikan Penyegaraan Peningkatan Illmu Pelayaran
(BP3IP) Jakarta.
b. Manfaat bagi dunia praktis
Sebagai masukan bagi perusahaan dimana penulis
bekerja agar selalau dapat mengoptimalkan dalam
pemeliharaan armadanya terutama pada Accommodation Work
Vessel Four Point Mooring MSV . MEO GALAXY.
-
4
C. Ruang Lingkup
Mengingat banyak sekali permasalahan yang terjadi dalam
optimalisasi pelaksanaan anchor handling four point mooring pada
kapal MSV . MEO GALAXY, maka dalam penilisan makalah ini penulis
membatasi pembahasan pada permasalahan kurangnya keterampilan
awak kapal supply dan kurangnya pengetahuan ABK tentang alat
alat kerja dan fungsinya.
D. Metode Penyajian
Dalam penulisan makalah ini penulis mengumpulkan data
dengan menggunakan beberapa metode sebagai berikut :
1. Studi Kepustakaan
Mengumpulkan data dan informasi dari beberapa literature
dan buku-buku referensi serta diskusi bersama rekan-rekan
sesama Pasis dan Dosen Pembimbing materei dan teknis
selama kurun waktu penulisan makalah ini. Penulisa
mengumpulkan pada informasi dari beberapa Literatur atau
sumber bacaan yang ada pada perpustakaan BP3IP dengan
periode III tahun 2014.
2. Studi Lapangan
Data-data yang terkumpul berdasarkan hasil pengamatan
internal pada lingkungan kerja dan pengalaman penulisa
selama bekerja sebagai Nakhoda di kapal MSV . MEO
GALAXY, periode 26 september 2014 s/d 26 february 2015.
-
5
BAB II FAKTA DAN PERMASALAHAN
A. Fakta
1. Objek Penelitian
Perusahaan Pelayaran dimana penulis pernah bekerja yaitu
Perusahaan Miclyn Express Offshore Pte Ltd yang berkantor pusat
di Singapura, Safety Management System sudah diterapkan, dan
sudah di Implementasikan kedalam sebuah peraturan sesuai
dengan SMS (Safety Manual System) yang berada diatas kapal.
Akan tetapi dalam pelaksanaannya belum berjalan secara optimal,
terutama dalam system control, lemahnya control dari pihak
managemen perusahaan dalam penerimaan crew untuk di
tempatkan bekerja diatas kapal, dalam hal ini pihak manajemen
tidak secara selektif dalam merekrut crew tersebut sehingga dalam
melaksanakan tanggung jawabnya, sebagai anak buah kapal
(Ships Crew) diatas kapal belum dapat bekerja secara maksimal.
Seperti kapal MSV . MEO GALAXY tempat penulis bekerja
yang dibangun pada tahun 2011 dan bermesin Caterpillar system
Twin Screw Propeller, yang digerakan dengan menggunakan 2
main engine, 3 buah Generator dan 2 thruster , telah banyak
mengalami perbaikan dari keadaan sebelumnya.
Seperti kecepatannya berkurang yang tadinya bisa 15 knots
sekarang hanya mampu 12.5 knots rata-rata, mesin jangkar sering
mengalami kendala baik dalam suku cadang (sperpart) yang tidak
cukup ada juga permasalahan dalam remote control system dari
-
6
anjungan maupun dari control manual ke mesin jangkar, sering
terjadi masalah, sehingga kapal / peralatan tidak bisa digunakan
saat kapal akan melaksanakan pembuangan jangkar.
System control dari pihak management perusaahan yang
sangat lemah terhadap hubungan kerja antara kinerja ABK dengan
pihak perusahaan, seperti yang pernah penulis alami selama
bekerja diperusahaan miclyn express offshore pte ltd yang
berkedudukan di Singapore. Dalam kenyataannya yang terjadi
adalah, pihak perusaahan hanya berpikir tentang bagaimana
caranya agar kapal tetap dapat beroperasi dan kadang kala
mengesampingkan masalah keselamatan.
Dalam kegiatannya pen charter terkadang hanya memberikan
perintah kepada Nakhoda sesuai dengan waktu yang mereka
tentukan tanpa memperhitungkan factor-faktor yang mempengaruhi
pada saat itu, seperti keadaan cuaca dan factor keselamtan kapal
dan muatannya maupun keselamatan ABK dan penumpang.
Semua ini diserahkan kepada Nakhoda dan tergantung pada
Nakhoda apakah bisa melaksanakan perintanya atau tidak, dalam
hal ini Nakhoda harus hati-hati dalam mengambil keputusan, harus
memperhitungkan factor cuaca, keselamatan, bentuk dan
bagaimana keadaan Oil Rig / Platform yang akan dikerjaan, dan
pekerjaan bawah air.
Seperti salah satu contoh yang penulis pernah alami di kapal
MSV . MEO GALAXY bekerja di lepas pantai Malaysia depat
Serawak. Pencharter selalu meminta pada Nakhoda untuk
menyuruh Crane Operator membongkar muatan ke Platform pada
saat musim ombak, sedangkan kapal goyang bersamaan dengan
crane, mengakibatkan barang yang di angkat dan tergantung
terayun-ayun, wire sling crane bisa putus yang bisa mengakibatkan
kecelakaan dan kerugian materi sehingga akhirnya berakibat buruk,
-
7
yang menghambat pada operasi kapal atau pada kegiatan
pengeboran itu sendiri.
2. Fakta Kondisi
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis selama
bekerja di atas kapal MSV . MEO GALAXY maka penulis
menemkan beberapa fakta diantarannya yaitu :
a. Tingkat Kesulitan dan Resiko Yang Cukup Tinggi
Kapal MSV. MEO GALAXY adalah jenis kapal Suplay /
Acommodation work vessel dengan menggunakan 4 (empat)
buah jangkar yang dilabuhkan ditempat yang telah ditentukan,
adalah salah satu jenis kapal yang digunakan untuk menunjang
kelancaran kegiatan pengeboran minyak lepas pantai. Dalam
pengoperasiannya kapal ini digunakan sebagai supply dan
storage material-material yang dibutuhkan oleh Oil Rig atau
platform, atau stasion-stasion lainnya. Juga sebagai
akommodasi bagi pekerja-pekerja yang bisa menampung
penumpang sampai 150 (seratus lima puluh) personil termasuk
crew kapal, tempat alat-alat pekerja ditempatkan diatas dek
seperti alat-alat penyelam, material basket maupun alat-alat
yang sesuai kebutuhan pekerjaan.
Dalam pengerjaan pembuangan jangkar, walaupun kapal
ini dapat berolah gerak sendiri akan tetapi tetap memerlukan
bantuan kapal jenis Anchor Handling Tug (AHT) untuk
membuang jangkar kapal, dan kelak kapal akan berlabuh
dengan empat jangkar, dengan posisi dua jangkar depan
bersama dua Mooring Buoy dan dua jangkar belakang bersama
dua Mooring Buoy yang jaraknya dari kapal disesuaikan dengan
kedalam air, dan biasanya selalu lebih dari 600 meter kemudian
sisi belakang kapal merapat ke dekat Oil Rig atau tempat yang
-
8
sudah ditentukan sesuai posisi yang diminta, hingga kapal tidak
bergerak untuk waktu yang cukup lama sampai pekerjaan
selesai.
Ada juga cara, karena kondisi yang ada maka kapal hanya
berlabuh dengan dua jangkar depan dengan dua buoy, dan
buritan atau belakangan kapal yang merapat mendekati oil rig
atau platform dan diikat dengan Soft Mooring Line atau tali
manila dari kedua sisi belakang kapal ke kaki Oil Rig atau
Platform.
Pada suatu kondisi / keadaan tertentu dimana kawat
jangkar (Anchor Wire) bersilangan dengan pipa-pipa didasar laut,
maka dibutuhkan sebut Mid Buoy guna mengangkat kawat
jangkar yang bersilangan, agar tidak bersentuhan langsung
dengan pipa-pipa dasar laut, dan tentunya sebelum pelaksaan
pembuangan jangkar dilakukan, Nakhoda telah membuat
Proposed Anchor Pattern Information Sheet dan diserahkan
kepada pencharter, apakah di terima dan disetujui, maka
diadakanlah pertemuan antara kapal jenis Anchor Handling Tug
(AHT) dengan Accommodation Work Vessel untuk membahas
rencaana pembuangan jangkar bersama surveyor
Faktor tingkat kesulitan dan resiko yang cukup tinggi dalam
pelaksanaan pembungan jangkar (Anchor Handling Four Point
Mooring), sejak dari persiapan, sampai pada pelaksanaannya,
yang pada pelaksanaan pembuangan jangkar harus dibantu oleh
1 (satu) atau 2 (dua) unit kapal jenis Anchor Handling Tug (AHT)
yang telah ditunjuk, sampai pada In Position dengan 4 jangkar
dengan jarak antara buritan kapal dengan Platform -/+ 10 meter,
seperti yang pernah penulis alami sebagai Nakhoda pada kapal
MSV . MEO GALAXY, memang diperlukan tenaga yang terampil
dan berpengalaman dibidangnya, sehingga kapal dapat
beroperasi secara maksimal sesuai dengan perencanaan yang
-
9
telah dibuat bersama-sama Team, Nakhoda dibantu Perwira
Deck dan mesin, serta seluruh anak buah kapal.
Nakhoda yang kelak nanti bertindak sebagai pimpinan
pelaksana pembuangan jangkar dan di damping oleh pencarter
(CSR / Company Senior Refresentative), yang bertindak sebagai
pemberi perintah (order), bila kapal harus bergerak untuk segera
melaksanakan kegiatan pembuangan jangkar.
Akan tetapi keputusan tetapi ditangan Nakhoda, dengan
pertimbangan keselamatan kapal, ABK dan penumpang kapal.
Apa bila Nakhoda menilai kondisi saat ini memungkinkan untuk
pelaksanaan pembuangan jangkar, maka kapal akan segera
bergerak mendekati posisi yang telah ditentukan, dan tentunya 1
(satu) untuk kapal Anchor Handling Tug (AHT MV. ARMADA
TUAH) sudah bersiap siap disekitar kapal guna membantu MSV .
MEO GALAXY dalam pelaksanaan pembuangan jangkar.
Sesuai dengan perjanjian kontrak kerja antara pemilik kapal
dengan pengguna kapal, MSV . MEO GALAXY mendapatkan
waktu 2 (dua) x 24 jam, guna mempersiapkan semua peralatan
yang akan dipergunakan, dan MSV . MEO GALAXY akan
dilengkapi dengan 1 Unit peralat DGPS (Digital Global
Positioning System) dan dibantu oleh 2 orang surveyor yang
ditunjuk dari pen charter. Adapun kegunaan dari peralatan DGPS
ini adalah sebagai alat pemantau (monitoring) pergerakan posisi
kapal, jangkar yang akan dibuang, pergerakan kapal AHT yang
membawa jangkar kapal untuk ditempatkan pada posisi yang
telah ditentukan, dengan toleransi kesalahan sekita 20 meter,
apabila dalam pelaksanaan terjadi kesalahan posisi penempatan
jangkar, jangkar yang telah dibuang harus di angkat kembali
untuk ditempatkan pada posisi yang sebenarnya yang telah
ditentukan.
-
10
b. Sumber Daya Manusia yang tidak cakap
Ialah hambatan yang timbul yang disebabkan oleh
rendahnya tingkat kompetensi yang dimiliki dengan terbatasnya
pendidikan keterampilan ABK yang di tempatkan di atas kapal
sehingga menimbulkan masalah-masalah di dlam pengoperasian
kapal khusunya pada saat pekerjaan anchor handling atau
pembuangan jangkar maupun angkat jangkar dan bongkar muat
material dengan menggunakan batang pemuat kapal, dari kapal
ke platform atau stasiun-stasiun lainnya demikian juga
sebaliknya hambatan tersebut terjadi dikarenakan ABK yang
ditempatkan diatas kapal belum diberikan pelatihan pelatihan
khusus yang berhubungan dengan pengoperasian kapal jenis Off
Shore khususnya untuk jenis kapal Anchor Handling. Four Point
Mooring yang akan bekerja dilepas pantai yang lokasinya
berdekatan dengan oil rig I platform.
Dari pengalaman sering kali terjadi hambatan-hambatan
operasional yang timbul disebabkan oleh sumber daya
manusianya yang kurang mampu atau terampil dalam bekerja
baik itu perwiranya maupun anak buah kapalnya, masalah ini
timbul dikarenakan :
1) Perusahaan atau agen tidak selektif dalam memilih atau
menerima anak buah kapal (ABK) yang akan naik kapal.
2) Tidak tersedianya waktu yang cukup untuk FamiliarizationI
pengenatan peratatan kesetamatan dan peratatan kerja.
3) Betum adanya pelatihan khusus dari badan pendidikan
mengenai kapat kapal jenis Off Shore khususnya untuk
kapat jenis Anchor Handling, Four Point Mooring.
4) Betum ada atau jarang nya perusahaan perusahaan yang
memberi pelatihan pelatihan kepada ABK yang baru
diterima.
-
11
B. Permasalahan
Dari fakta -fakta yang terjadi di atas kapal, maka pada makalah
ini penulis mengidentifikasi beberapa permasalahan yaitu :
1. Kurangnya Keterampilan Awak Kapal Supply
Pada dasarnya sumber daya manusia sangat memegang
peranan panting dalam pengoperasian kapal, sesuai dengan
pengalaman penulis pada saat pelaksanaan pembuangan jangkar
pada kapat MSV MEO GALAXY, diperairan lepas pantai Malaysia
Timur (Labuan!Serawak), dimana sering terhambatnya kegiatan
pelaksanaan pembuangan jangkar (Anchor handling four point
mooring) akibat dari pada faktor manusia itu sendiri, dimana
sebagian anak buah kapal maupun perwira kapal yang ada diatas
kapal belum begitu memahami pekerjaan dan tanggung jawab
masing - masing sehingga sering terjadi ketidak sesuaian dalam
pekerjaan. Berdasarkan penetitian beberapa ahli tenaga kerja
perburuhan telah mengungkapkan bahwa suksesnya suatu rencana
dan pekerjaan, erat kaitannya dengan kualitas tenaga kerja yang
dipergunakan. Tenaga kerja yang santai sudah tentu kurang
bertanggung jawab terhadap pekerjaannya dan tidak akan
mendatangkan hasil karya yang bermutu atau bernilai cukup. Untuk
mengatasi berbagai masalah sumber daya manusia diperlukan
upaya lebih sistematis dalam meningkatkan kapasitas sumber daya
manusia agar mampu bekerja dengan optimal dalam memberikan
pelayanan terbaik. Guna memperkecil hambatan I permasalahan
dan meminimalkan resiko kecelakaan yang mungkin akan dihadapi
selama pelaksanaan pembuangan jangkar pada kapal jenis
Accommodation Work Vessel Four Point Mooring MSV MEO
GALAXY; diperlukan tenaga pelaut dengan tingkat kompetensi
yang standar sesuai dengan tingkat jabatannya diatas kapal.
-
12
Sekedar menempatkan anak buah kapal yang terdidik saja,
tidak dapat menjamin bahwasanya anak buah kapal tersebut bisa
langsung menguasai pekerjaannya diatas kapal, akan tetapi anak
buah kapal tersebut sekiranya juga dibekali dengan pengalaman
yang dibutuhkan sesuai dengan jenis kapal yang akan dinaikinya.
Sehingga dalam tugasnya kelak ABK tersebut akan dapat
langsung memahami dan menguasai apa tugas dan tanggung
jawabnya.
2. Kurangnya Pengetahuan ABK Tentang Alat-Aiat Kerja dan
Fungsinya
Peralatan kea dikapal Anchor handling Four Point Mooring
memiliki kekhususan dimana disesuaikan dengan sifat kerja dari
kapal itu sendiri yang berkaitan dengan daerah operasinya di
lokasi kerja. Penggunaan alat- alat kerja tersebut harus benar-
benar dikuasai oleh anak buah kapal didalam melaksanakan tugas
dan pekejaannya. Sebagaimana kita ketahui jenis pekerjaan
offshore memiliki nilai dengan tingkat resiko I bahaya kecelakaan
yang cukup tinggi (High Risk). Jadi dibutuhkan personel yang benar
- benar terampil untuk bekerja di atas kapal jenis Supply khususnya
untuk jenis Four Point Mooring, mereka dituntut untuk mampu dan
mengetahui akan tugasnya serta berpengalaman dibidangnya
sesuai dengan jabatan yang diembannya.
Seorang anak buah kapal (ABK) yang akan naik kapal dituntut
untuk segera bisa bekerja sesuai dengan tingkat kompetensi dan
tingkat jabatan yang disandangnya diatas kapal. Seringnya penulis
jumpai selama bekerja di kapal MSV MEO GALAXY, adanya anak
buah kap.al (ABK) yang baru naik kapal tidak memiliki pengalaman
berlayar dikapal - kapal jenis offshore, bahkan pernah penulis
menerima seorang anak buah kapal (ABK) yang akan bekerja
dikapal MSV MEO GALAXY,, sama sekali belum pernah bekerja
-
13
dikapal. Mendapatkan kondisi seperti ini jelas akan menjadi
masalah yang harus diselesaikan dengan segera, karena apabila
tidak diatasi akan timbul kendala I hambatan dalam pengoperasian
kapal, karena akan terjadi ketidak seimbangan (Harmonisasi)
kerja antara personel diatas kapal.
Hal itu disebabkan karena kapal bukan untuk tempat latihan
(training), akan tetapi setiap personal yang akan bekerja diatas
kapal dituntut untuk siap bekerja diatas kapal, sesuai dengan
tingkat kompetensi yang dimiliki, mengetahui akan tugas dan
tanggung jawabnya serta mampu mengoperasikan peralatan I
perlengkapan kerja dan keselamatan yang ada,. terutama untuk
jenis kapal Offshore.
3. Keterbatasan Waktu untuk Pembiasaan atau Pengenalan
(Familiarization)
Familiarization I Pembiasaan sangat diperlukan bagi awak
kapal yang baru bertugas disuatu kapal, karena pada saat itu awak
kapal yang baru naik keatas kapal diberikan lnformasi tentang
SMS, pengenalan tentang peralatan keselamatan kerja sehingga
diharapkan personel yang baru naik keatas kapal dapat mengenali
dengan baik tentang tugas tugasnya yang berhubungan dengan
keselamatan dan perlindungan lingkungan dari pada pencemaran.
Akan tetapi dalam permasalahan ini yang penulis maksudkan
adalah pembiasaan I pengenalan (Familiarization) tentang
perlengkapan peralatan kerja pada kapal - kapal jenis Offshore.
Karena perlengkapan peralatan kerja yang ada diatas kapal jenis
Offshore memiliki spesifikasi tersendiri terutama pada kapal jenis
Anchor Handling Four Point Mooring. Jadi dibutuhkan waktu yang
cukup lama untuk seorang anak buah kapal yang baru bergabung I
bekerja diatas kapal untuk bisa mengenal, menguasai dan
mengoperasikan perlengkapan peralatan kerja tersebut.
-
14
Seperti yang pernah penulis alami; Sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat, bahwasanya pada tahapan terakhir
proses pembuangan jangkar, dibutuhkan Mid Buoy di kawat jangkar
No: P2, hal ini dilakukan karena kawat jangkar No: P2 bersilangan
langsung dengan pipa dasar laut. Anak buah kapal yang bertugas
memang melaksanakan tugasnya sesuai dengan apa yang telah
direncanakan. Akan tetapi 2 (dua) hari kemudian, Mualim Jaga
melaporkan pada Nakhoda bahwa, Mid Bouy hanyut, dan Nakhoda
segera memerintahkan untuk segera menurunkan Sekoci Cepat I
Fast Rescue Boat (FRC), untuk segera menangkap Mid Buoy
yang hanyut dan membawa kembali ke kapal. Setelah diadakan
investigasi ternyata pada saat pemasangan Mid Buoy, antara
Kawat Baja (yang diikatkan pada kawat Jangkar) dan Mid Buoy
tidak dipasang Pig Tael (Kili - kili), sehingga yang teradi Mid Buoy
tidak dapat terapung dan berputar dengan sempurna, (yang
berputar kawat baja) sehingga kawat baja putus dan Mid Buoy
hanyut. Pada kondisi seperti ini, kawat jangkar No: P2
bersinggungan langsung dengan pipa - pipa dasar taut, yang bisa
mengakibatkan rusaknya pipa tersebut. Pihak pencharter tentunya
tidak bisa menerima kondisi seperti ini karena akibat gesekan
langsung yang teradi antara Kawat jangkar dan Pipa dasar laut
akan merusak pipa dasar taut tersebut, dan pencharter
memerintahkan Nakhoda untuk mengangkat kembali jarigkar
(Retrive Anchore) No: P2, dan melabuhkannya kembati setelah
ditengkapi dengan Mid Bouy. Nakhoda memutuskan untuk
memanggil 1 (satu) unit AHT (Anchor Handling Tug) guna
menyelesaikan pemasangan Mid Buoy pada kawat jangkar No: P2.
Suatu kondisi yang tidak menguntungkan karena pen
Charter membebani semua biaya operasi tersebut kepada pihak
kapal, karena mereka mengetahui bahwasanya peristiwa tersebut
terjadi karena kesalahan kapal, dan butuh waktu yang cukup lama
-
15
menyelesaikan pekerjaan tersebut.
4. Kurangnya Pelatihan Terhadap Pemeliharaan Peralatan Kerja
Dengan mrmmnya Iatihan yang diberikan terhadap anak
buah kapal, misalnya tidak diadakannya latihan keterampilan kerja,
guna mensosiatisasikan tugas dan tanggung jawabnya dan juga
tidak I belum adanya kursus ketrampilan keterampilan khusus untuk
kapal jenis Offshore, kondisi seperti ini akan membuat anak buah
kapal gampang dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya
terutama tentang bagaimana cara perawatan peralatan, untuk
menyiapkan kapal selalu dalam kondisi prima dan dapat beroperasi
secara optimal. Bukan menjadi rahasia lagi bahwa pihak
perusahaan menginginkan target yang harus dipenuhi segera dan
secepat mungkin tercapainya maksud dan tujuan yaitu memperoleh
keuntungan semaksimal mungkin. Disamping itu untuk menjaga
hubungan baik antara perusahaan dengan relasi-relasinya,
perusahaan berusaha memberikan pelayanan secara cepat dan
tepat waktu. Seperti yang telah dijelaskan pada bab diatas
bahwasanya, kapal MSV MEO GALAXY, adalah kapal yang
dirancang khusus yang harus selalu dalam kondisi prima sebagai
kapal kerja untuk menunjang kegiatan operasi seperti pengeboran
minyak lepas pantai, untuk itu diperlukan tenaga yang terampil
dibidangnya khususnya dalam perawatan peralatan maupun
perlengkapan kerja. Karena kapal sudah dipersiapkan dan
dirancang serta sudah dilengkapi dengan sebaik - baiknya, tugas
kita sebagai pekerja diatas kapal untuk memelihara dan
merawatnya sesuai dengan prosedur yang telah digariskan dalam
Plan Maintenance System (PMS). Karena pada prinsipnya tidak laik
laut nya sebuah kapal, atau tidak siap nya sebuah kapal untuk
beroperasi bukan disebabkan karena faktor usia kapal itu, akan
tetapi tergantung pada personilnya menyiapkan dan merawat serta
-
16
memelihara kapalnya sehingga kapal tetap dalam kondisi prima
pada saat akan digunakan.
5. Kurangnya Perawatan Peralatan Dan Perlengkapan Kerja
Anak buah kapal dalam menjalankan perawatan dan
pemeliharaan terhadap perawatan mesin maupun perlengkapan
kerja kadang kala tidak mengikuti prosedur yang telah ditentukan
seperti yang telah digariskan dalam Plan Maintenance System
(PMS). Kurang kedisplinan anak buah kapal dalam menjaga
perawatan dan pemeliharaan terhadap peralatan mesin maupun
perlengkapan kerja diatas kapal. Apabila anak buah kapal dalam
menjalankan perawatan terhadap peralatan dan keselamatan kerja
pada saat kapal dalam keadaan tidak beroperasi, membuat anak
buah kapal menjadi !alai dalam melaksanakan tugas maupun
tanggung jawabnya dan tidak menata dengan baik, sehingga
keadaan peralatan-peralatan menjadi tidak benar dan tidak teratur.
Disisi lain dari pihak perusahaan pada saat kapal tidak di Charter,
pihak perusahaan tidak menempatkan anak buah kapal untuk
menjaga kondisi kapal tersebut, terutama untuk melakukan
perawatan dan pemeliharaan terhadap peralatan mesin
maupunperlengkapan kerja, agar kondisi kapal tetap dalam
keadaan normal dan prima, apabila kapal tersebut akan kembali
beroperasi.
Kelalaian pihak perusahaan dan anak buah kapal dalam
menjaga kondisi kapal tersebut membuat kondisi kapal mengalami
kerusakan, seperti kerusakan pada mesin jangkar (Anchor Winch)
atau kawat jangkar (Anchor Wire), sehingga sewaktu kapal tersebut
akan kembali beroperasi, akan mengalami gangguan dengan
adanya hambatan - hambatan seperti tersebut di atas.
-
17
Dari identifikasi masalah tersebut di atas, maka pada makalah
ini penulis membahas dua permasalahan utama yaitu :
1. Kurangnya Keterampilan Awak Kapal Supply
Sumber daya manusia merupakan hal yang paling penting
dalam pengoperasian kapal. Keterampilan awak kapal sangat
dibutuhkan di dalam melaksanakan tugas dan mengatasi masalah-
masalah yang te adi. Keterampilan awak kapal berpengaruh dalam
kualitas kerja. Meningkatnya kinerja awak kapal mencerminkan
ABK yang professional.
Namun Permasalahan yang terjadi di MSV MEO GALAXY
kurangnya keterampilan awak kapal supply dikarenakan Kurangnya
Pengalaman yang dimiliki oleh ABK dan Belum Adanya pendidikan
dan pelatihan khusus yang berkaitan dengan operasi kapal supply.
Upaya perbaikan manajemen sumber daya manusia akan sangat
membantu perbaikan produktivitas yang lebih baik dan efesien
untuk mencapai tujuan, dan secara tidak langsung dengan
memperbaiki kualitas kinerja sumber daya manusia.
2. Pengetahuan ABK Tentang Alat-Aiat Kerja dan Fungsinya
Untuk dapat bekerja diatas kapal jenis Offshore diperlukan
tenaga yang terampil dibidangnya, karena pada kapal jenis
Offshore memiliki spesipikasi tersendiri dalam pengoperasiannya,
yang rata - rata memiliki tingkat kesulitan dan resiko yang cukup
tinggi. Namun ada beberapa ABK yang masih belum mengetahu
dan memahati jenis-jenis alat kerj beserta fungsinya. Selain itu
mereka belum sepenuhnya memahami prosedur Cara Pelaksanaan
Pembuangan Jangkar (Anchor Handling Four Point Mooring).
-
18
BAB III PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
Dalam bagian ini penulis mengambil beberapa referensi dan
teori yang berhubungan dengan permasalahan maupun analisis
penyelesaian masalah tentang keteramplian dan pengetahuan ABK
kapal pada makalah ini, sebagai berikut :
ISM Code 6. Sumber daya dan personil
6.2 Perusahaan harus memastikari bahwa setiap kapal diawaki
oleh pelaut-pelaut yang memenuhi syarat bersertifikasi dan
secara medis sehat sesuai persyaratan baik nasional maupun
international.
6.3 Perusahaan harus menyusun prosedur yang memastikan agar
personil baru atau personil yang dipindahkan ketugas baru
yang berhubungan dengan keselamatan dan perlindungan
lingkungan diberikan penjelasan yang cukup terhadap tugas-
tugasnya. Petunjuk penting yang disiapkan sebelum berlayar,
harus disampaikan setelah sebelumnya diteliti dan
didokumentasikan,
6.4 Perusahaan harus memastikan agar seluruh personil yang
terlibat dalam SMS perusahaan memiliki pengertian yang cukup
luas atas aturan dan peraturan code dan garis panduan yang
berkaitan.
6.5 Perusahaan harus menyusun dan memelihara prosedur agar
dapat ditentukan pada setiap pelatihan yang diperlukan dalam
menunjang pelaksanaan SMS dan meyakini bahwa latihan
dimaksud diberikan kepada seluruh personil terkait.
-
19
Sumber daya manusia yang kurang terampil tentunya tidak
akan memberi manfaat dan tidak akan dapat mencapai hasil guna dan
daya guna yang maksimal, sesuai dengan harapan usaha perorangan,
badan usaha, perusahaan, lembaga, maupun instansi. Jadi untuk
mendapatkan hasil guna dan daya guna yang sebesar besarnya
perusahaan harus didukung dengan tenaga kerja yang terampil,
bukan saja terampil tapi harus berkemauan kerja keras dan disiplin,
yang mau I dapat bekerja dengan bijaksana, berkualitas tinggi dan
tepat guna.
Dengan menempatkan I memperkerjakan tenaga kerja yang
tidak terampil dalam bidangnya misalnya mempekerjakan seseorang
diatas kapal niaga khususnya di kapal kapal jenis Offshore yang
mempunyai - tingkat kesulitan dan resiko yang cukup tinggi,
perusahaan tidak akan mendapatkan hasil guna dan daya guna yang
maksimal, akan tetapi dapat menjadi kendala I hambatan dalam
pengoperasian kapal dan akan menjadi kendala I masalah besar yang
apabila tidak segera diatasi akan berakibat fatal dalam jangka pendek
maupun dalam jangka panjang.
Peningkatan pendidikan dan pelatihan bagi pekerja merupakan
sal?h satu upaya penting dalam rangka meningkatkan kualitas tenaga
kerja. Pengikutsertaan dalam program pendidikan dan pelatihan akan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pekerja yang pada
gilirannya berdampak pada perbaikan penampilan dalam melakukan
pekejaan.
Melalui pengkajian masalah, penyebab dan penentuan sasaran
dapa dilakukan dengan cara sistematis yaitu dengan mengkaji
hubungan sebab akibat antara masalah yang dihadapi dengan
penyebab timbulnya masalah. Dari apa yang telah penulis jelaskan
pada Bab II dan Bab Ill mengenai kondisi saat ini yang terjadi di
tempat penulis bekerja dan permasalahannya maka terlihat jelas
bahwa faktor sumber daya manusia adalah kendala I masalah utama
-
20
dalam pelaksanaan pengerjaan pembuangan jangkar khususnya
pada kapal MSV. MEO GALAXY sehingga dalam
pengoperasiannya tidak berjalan dengan baik sesuai yang
diharapkan.
B. Analisis Penyebab Masalah
1. Kurangnya Keterampilan Awak Kapal Supply
Dari permasalahan ini penulis menganalisa penyebab
penyebabnya yang menjadi faktor yang menghambat pelaksanaan
four point mooring yaitu :
a. Kurangnya Pengalaman yang dimiliki oleh ABK
Pengalaman ABK dalam melaksanakan tugas di atas
kapal sangat mendukung keberhasilan operasional suatu kapal,
tetapi apabila ABK yang bekerja di atas kapal belum
mengetahui prosedur kerja serta kurang terampil dalam bekerja
maka pasti dalam pengoperasian kapal nantinya akan
mendapat banyak hambatan atau kendala-kendala dalam
bekerja sehingga operasional kapal kurang lancar sehingga
perusahaan mendapat teguran dari pencharter dan diteruskan
kepada Nakhoda di atas kapal sebagai penanggung jawab
dalam operasional kapal.
Hal ini yang terjadi dimana tempat penulis bekerja,
sebagian dari ABK di atas kapal kurang memiliki pengalaman
dalam bekerja, khususnya untuk kapal jenis anchor handling
four point mooring sehingga Nakhoda sering mendapat teguran
dari pihak pencharter karena operasional kapal sering terlambat
dan kurang lancar. Kurangnya pengalaman dari pada ABK di
atas kapal juga akibat dari kesalahan perusahaan dalam
-
21
merekrut crew kapal, hal ini juga terjadi di atas kapal MSV.MEO
GALAXY dimana penulis bekerja.
Dalam perekrutan crew pihak perusahaan hanya
mengambil dari crew agen dan tidak mengadakan seleksi
yang sesuai dengan prosedur, pihak agent juga tidak
mengadakan seleksi atau test kepada crew yang hendak
bekerja di atas kapal dan hanya melihat data-data
pengalaman dari crew melalui pengalaman kerja yang ada di
buku pelaut crew, sehingga crew agent tidak bisa memastikan
apakah pengalaman yang ada di buku pelaut dari pada crew
benar-benar adalah sesuai dengan pengalaman yang crew
tersebut miliki dan meyakinkan bahwa nantinya crew tersebut
dapat bekerja di atas kapal dengan baik sesuai dengan
jabatannya di atas kapal.
b. Belum Adanya Pendidikan Khusus yang Berkaitan dengan Operasi Kapal Supply
Dengan dilaksanakannya pendidikan dan latihan khusus
tersebut diatas, maka pemecahan masalah kurangnya
keterampilan Awak kapal supply dapat teratasi dan mampu
memberikan pelayanan di pengeboran minyak dengan baik
serta bisa berbagi ilmu dan pengalaman kepada ternan
seprofesi yang ingin bekea di kapal supply.
2. ABK Kurang Menguasai Penggunaan Alat-Alat Kerja
Dari permasalahan kurangnya pemahaman dan pengetahuan
ABK dalam menggunakan alat-alat kerja maka penulis
menganalisa penyebab - penyebabnya yang menjadi faktor yang
menghambat pelaksanaan four point mooring yaitu :
-
22
a. Kurang Dipahaminya Fungsi Peralatan Kapal yang Digunakan
Nakhoda dituntut dan ditegaskan oleh perusahaan agar
selalu kapal dalam kondisi laik taut dan awak kapal bisa bekerja
dengan baik sesuai dengan kecakapan dan keterampilan yang
dimilki.Apabila terdapat Anak Buah Kapal yang kurang mengerti
fungsi peralatan diatas kapal yang digunakan sehubungan
kelancaran operasi kapal, dan biasanya terjadi pada Awak
kapal yang baru naik kapal. Masalah ini dapat dipecahkan
melalui sistem antara lain :
1) Mengadakan familiarisasi terhadap alat-alat yang ada di
anjungan seperti telegraf/ handel mesin kanan dan kiri yang
fungsinya mengolah gerak kapal dgn haluan dan buritan
kapal ke kanan atau ke kiri dengan rpm maksimum.
2) Familiarisasi pengguanaan bow thruster.
3) Familiarisasi alat-alat navigasi bantu.
4) Familiarisasi terhadap Azimuth Steerable Thrusters kapal
yang sangat membantu cepatnya mesin kapal mengolah
gerak.
Dengan melakukan familiarisasi terhadap awak kapal
yang baru dan serah terima jabatan dengan baik mampu
menghasilkan awak kapal yang terampil dalam menggunakan
peralatan kapal.
-
23
b. Kurangnya Pemahaman ABK Mengenai Cara Pelaksanaan Pembuangan Jangkar (Anchor Handling Four Point
Mooring)
Apabila Awak kapal kurang memahami System dan
prosedur untuk kapal supply yang telah dibuat oleh
perusahaan.
Hal tersebut dapat berakibat operasi kapal kurang lancar
serta berakibat fatal terhadap manusia sebagai subyek pelaku
dan offshore (Platform, Rig Barge, Work Boat, serta kapal
lainnya) sebagai obyek lingkungan kea. ABK yang baru
pertama kali bekeja di atas kapal supply kurang memahami
cara pelaksanaan pembuangan jangkar (Anchor Handling Four
Point Mooring) sehingga pekerjaan tersebut banyak
mengalami hambatan pada saat pelaksanaannya
C. Analisis Pemecahan Masalah
Dalam optimalisasi pelaksanaan anchor handling four point
mooring pada kapal supply Swissco Supporter, penulis mencari
pemecahan dari dua permasalahan utama yaitu :
1. Kurangnya Pengalaman yang Dimiliki Oleh ABK
Dari permasalahan tersebut di atas, penulis menganalisa
dan mencari solusi pemecahannya sebagai berikut :
-
24
a. Melakukan Penyeleksian Dalam Hal Penerimaan Crew (Recruitment)
Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat
penting dan berpengaruh terhadap efektifnya kerja di atas
kapal, tanpa adanya dukungan sumber daya manusia yang
terampil dan berkualitas, maka segala usaha sia-sia. Pada
dasarnya orang-orang yang bekea di atas kapal Supply
Vessel adalah pekerja yang profesional serta mempunyai
kemampuan kerja dalam kerja perorangan maupun kelompok.
Sesuai dengan pengalaman-pengalaman yang terjadi di
atas kapal MSV MEO GALAXY, maka Nakhoda sebagai
pemimpin tertinggi di atas kapal memberi masukan kepada
perusahaan sebagai pemilik kapal agar selektif dalam hal
penerimaan crew yang hendak bekerja di atas kapal, untuk
mendapatkan tenaga-tenaga yang berpengalaman dan
berkualitas maka pihak perusahaan harus benar-benar
melaksanakan hal-hal sebagai berikut :
1) Mengecek langsung kelengkapan dari pada dokumen crew
yang hendak dipekerjakan apakah dokumennya benar-benar
sesuai dengan STCW dan asli untuk jabatannya di atas
kapal.
2) Mengadakan seleksi I test langsung kepada crew yang akan
bekeja diatas kapal, sehingga pihak perusahaan mengetahui
dengan jelas pengalaman dan ketrampilan dari pada crew
tersebut sehingga nantinya dapat bekerja dengan baik di
atas kapal, utamanya untuk kapal Supply Vessel.
3) Mengadakan medical check up atau test kesehatan guna
untuk meyakinkan bahwa crew yang akan bekea di atas
kapal benar-benar dalam keadaan sehat.
-
25
Apabila ketiga hal tersebut di atas tadi dapat dilaksanakan
oleh perusahaan maka mutu dan kualitas kerja daripada crew
yang dapat tercapai.
b. Memberikan pendidikan bagi ABK Secara Baik dan Benar
Dengan menyediakan sarana lain untuk ABK berlatih alat
alat bantu anchor handling Adakalanya ABK merasa jenuh
untuk pelatihan dalam penggunaan Alat Alat bantu anchor
handling. Dikarenakan terlalu monoton dan terlalu banyak alat
alat yang perlu diketahui.Sarana lain yang berisi pengetahuan
seperti, video maintenance program, safety flash, buku-buku
tentang pelatihan dan penggunaan alat-alat bantu keselamatan
hendaknya tersedia di atas kapal sebagai pengetahuan ABK
untuk meningkatkan pengetahuan mereka, adapun untuk
kelengkapan video ataupun buku buku dapat meminta bantuan
kantor untuk pengadaan tersebut .
2. ABK Kurang Menguasai Penggunaan Alat-alat Kerja
Dari permasalahan tersebut di atas, penulis menganalisa dan
mencari solusi pemecahannya sebagai berikut :
a. Meningkatkan Kompetensi ABK
1) Mempersiapkan ABK dengan tingkat kompetensi yang
standar sesuai dengan jabatannya diatas kapal.
2) Memberikan pelatihan tambahan khususnya bagi ABK yang
akan bekerja diatas kapal jenis Offshore.
3) Memberikan bimbingan dan pelatihan sebelum ABK naik
atau bekerja diatas kapal.
-
26
4) Mengevaluasi dan mempersiapkan ekstemal dan internal
training yang dibutuhkan bagi ABK yang telah bekerja
diatas kapal guna peningkatan pengetahuan dan
kemampuan ABK.
5) Dalam pelaksanaan selama pembuangan jangkar cukup
banyak penulis temui permasalahan - permasalahan yang
terjadi, disebabkan karena jenis pekerjaannya yang memiliki
spesipikasi yang khusus dan tingkat kesulitan serta resiko
yang cukup tinggi, jadi memang dibutuhkan tenaga (awak
kapal) yang benar - benar terampil dan berpengalaman
dibidangnya, sehingga bisa memperkecil atau bila mungkin
menghilangkan permasalahan atau hambatan serta resiko
kecelakaan yang mungkin akan terjadi karena dalam jenis
pekerjaan Offshore ada pradigma yang selalu didengungkan;
II Safety First Zero Accident"
b. Melakukan Familiarisasi dan Pelatihan kepada ABK
Mengingat minimnya pengalaman dan ketrampilan dari
pada ABK yang bekerja di atas kapal MSV MEO GALAXY,
maka Nakhoda memerintahkan kepada perwiranya agar
mengadakan familiarisasi dan pelatihan kepada para ABK yang
baru naik di atas kapal agar mereka memahami prosedur
keselamatan dan bagaimana cara bekerja dengan baik dan
aman serta cara-cara pengoperasian alat-alat kerja di atas
kapal, khususnya pada saat kapal melaksanakan Anchor
Handling Four Point Mooring. Familiarisasi dan pelatihan ini
dilakukan di atas kapal guna untuk meningkatkan kualitas kerja
para ABK yang bekerja di atas kapal. Jadi kalau ABK yang
bekerja di atas kapal supply sudah dapat bekerja dengan baik
dan benar, maka dengan sendirinya tingkat kecelakaan kerja di
-
27
atas kapal bisa menurun.
Pada umumnya setiap perusahaan pelayaran telah
membuat atau menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab
dari masing-masing crew termasuk Nakhoda di atas kapal yang
disebut Job Description yang tujuannya adalah untuk menjamin
kelancaran pelaksanaan tugas di atas kapal. Perlu ada batas-
batas mengenai tugas dan wewenang dari masinQ- masing
pelaksana kerja yang dituangkan dalam bentuk uraian jabatan.
Selanjutnya Job Description tersebut berfungsi sebagai
pegangan atau panduan bagi Nakhoda dan awak kapal untuk
melaksanakan tugasnya masing-masing, jadi awak kapal yang
baru di atas kapal diharuskan untuk membaca, mempelajari
dan memahami Job Description ini ditambah dengan beberapa
kebijakan-kebijakan lain seperti : Company policy, HSE Policy,
No smooking policy, dan Drug and Alcohol policy. lni semua
kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh perusahaan yang harus
dipatuhi selama kita masih bekerja di atas kapalnya.
Dalam pelaksanaan ISM Code yang telah
direkomendasikan oleh IMO bahwa setiap pelaut sebelum
memangku jabatannya di atas kapal sudah harus mengikuti
familiarisasi dengan tugasnya, apalagi personil yang baru naik
atau dipindahkan pada tugas yang baru, maksudnya agar
semua personil kapal sadar akan keselamatan dan
perlindungan lingkungan hingga mereka terampil. dan cukup
untuk memahami tugas-tugas yang baru.
Dalam familiarisasi dan pelatihan ini seorang perwira dek
sesuai dengan bidangnya khususnya untuk kapal supply harus
belajar semua sifat kapalnya, apalagi personil yang baru, harus
betul-betul mengenal keadaan kapalnya secara menyeluruh
dan penulis sadar akan membutuhkan waktu agak lama karena
kapal supply memiliki karakteristik yang khusus serta melayani
-
28
tugas yang berat, berbahaya akan tetapi harus dilakukan
dengan cepat dan tetap aman.
Untuk perwira dek yang baru pertama kali bekerja di kapal
supply, Nakhoda mempunyai tugas tambahan untuk mendidik
perwira tersebut, serta membiasakan bekea selalu mengikuti
Safety Managemen System secara terus menerus dengan
tingkat kinerja yang efektif baik dalam operasi nprmal maupun
dalam operasi darurat.
Untuk melengkapi penulisan makalah ini penulis akan
mencoba menjelaskan secara terperici tentang tata cara
pelaksanaan pembuangan jangkar Four Point Mooring :
1) Persiapan Pelaksanaan Pembuangan Jangkar MSV MEO GALAXY, tiba di lokasi standby -/+ 500 Mile dari
lokasiplatform, Nakhoda bersama - sama dengan Surveyor
menentukan Posisi 4 (empat) jangkar yang akan di
tempatkan yang disesuaikan dengan mempertimbangkan
kondisi, pipa - pipa dasar . laut, bangunan dibawah air
sekitar Platform, kondisi perairan, cuaca dan arus pasang
surut. Setelah Nakhoda membuat posisi 4 (empat) buah
jangkar yang akan di buang (Anchor Pattern), usulan Anchor
Pattern diberikan ke CSR untuk mendapatkan persetujuan
dari Marine Coordinator, Petronas Caligari Bhd. Selama
rnasa persiapan, (biasanya kapal mendapatkan waktu 2 X
24 jam). Peralatan dan perlengkapan yang harus
dipersiapkan oleh ABK diantaranya :
a) Empat (4) utas tali kawat baja ukuran (50 Meter x 42
mm ).(Pennant Wire untuk Anchor Buoy No: P1 dan No:
S1).
b) Dua (2) utas tali kawat baja ukuran (100 Meter x 42 mm
-
29
). (Pennant Wire untuk Anchore Buoy No: P2 dan 82).
c) 8atu (1) utas tali kawat baja ukuran (80 Meter x 42 mm
).(Pennant Wire untuk Mid Buoy).
d) Lima (5) buah Pig Tael (kili - kili), yang terpasang pada
Anchor Buoy.
e) Lima (5) buah Anchor Buoy yang salah satunya
digunakan untuk Mid Buoy.
f) Dua (2) buah Jangkar (Mooring Anchor) jenis Flipper
Delta, yang kelak akan di transfer ke kapal AHT.
g) Dua (2) utas tali manila ukuran (100 Meter x 44 mm )
(masangger line), satu utas diletakkan di haluan kapal
dan yang lainnya di buritan kapal.
h) ABK deck mempersiapkan jangkar (Mooring Anchor)
No: P1. (Moring Anchor No: P1 dan 81, posisinya
selalu tergantung di haluan kapal). Pendant wire panjang
50 meter dipasang (connect) pada Moring Anchor No:
P1, dan Pennant Wire panjang 50 Meter yang lainnya
dipasang pada Anchore Buoy No: P1 (Anchor Buoy
digantung dilambung kiri kapal), setelah itu kedua ujung
Pennant Wire digabungkan dengan menggunakan
seckle dan diatur dengan sebaik baiknya diatas deck
haluan kapal yang disesuaikan dengan kondisi
bangunan kapal itu sendiri.
i) Untuk jangkar (Mooring Anchor) No: 81, hanya dipasang
1 utas Pendant Wire panjang 50 Meter, sedangkan
50 meter Pennant Wire yang lainnya berada di AHT
Armada 4, yang nantinya kedua Pendant Wire akan
digabungkan dengan seckle, dan jangkar (Mooring
Anchor No: 82) yang tergantung dihaluan kanan kapal
dapat ditarik oleh AHT Armada 4 untuk diletakkan diatas
decknya.
-
30
j) Untuk jangkar No: P2, ABK menyiapkan 1 (satu) utas
kawat baja (Pennant wire) ukuran panjang 80 meter
untuk mengikat Mid Buoy, (dari data yang diperoleh
dalam perairan adalah 60 meter, air pasang tertinggi
adalah 5 meter, maka kawat jangkar bebas dari pipa
dasar laut +/- 15 meter).
k) Pemeriksaan secara seksama sesuai dengan
prosudur yang ada (chek list) mengenai semua
perlengkapan peralatan kerja, seperti; mesin jangkar
(Winch Anchor dan kawat jangkar (Anchor Wire),
Tugger Winch dan Tugger Wire.
l) Setelah semua prosedur persiapan dijalankan dengan
baik, maka untuk seluruh anak buah kapal (ABK)
diberikan "Penjelasan tentang aspek keselamatan
kerja" dan "Penjelasan tentang pekerjaan yang akan
dilaksanakan" (11Safety Induction and Safety
Brieefing') yang dipimpin oleh Mualim I (Chief Officery
Setelah kapal mendapatkan Anchore Pattern
Approval, Nakhoda membuat tata cara pelaksanaan
pembuangan 4 jangkar (Four Point Mooring Procedure I
Naskah asli terlampir) untuk didiskusikan bersama sama
dengan, Nakhoda kapal AHT (Anchor Handling Tug) dan
semua pihak yang terlibat langsung dengan pelaksanaan
pembuangan jangkar. Setelah semua pihak mengerti
akan tugas - tugas nya sesuai dengan prosudur yang
telah dibuat, maka Nakhoda menentukan, kapan
pelaksanaan pembuangan jangkar dimulai dengan
mempertimbangkan, kesiapan anak buah kapal untuk
mempersiapkan dan menjalankan tugasnya masing -
masing, faktor cuaca, dan yang terpenting, arah dan
kekuatan arus diperairan tersebut. MSV MEO GALAXY,
-
31
tidak akan bergerak mendekati posisi Platform
sampai situasi dan kondisi memuaskan sesuai dengan :
a) Keadaan laut, jarak tampak, dan keadaan cuaca
cukup baik untuk pelaksanaan pembuangan jangkar.
b) Ramalan cuaca, dan pengamatan langsung keadaan
cuaca, cukup baik selama pelaksanaan pembuangan
jangkar, sampai pekerjaan selesai.
c) Arah dan kekuatan arus telah diketahui, guna
mempermudah kapal mengolah gerak mendekati
Platform.
d) Kecepatan angin tidak melebihi 25 Knot, dan tinggi
gelombang tidak melebihi 1.5 meter. AHT. Armada
Tua bergerak mendekati MSV MEO GALAXY, sebelah
lambung kanan belakang dan dengan menggunakan
Batang Pemuat sendiri akan memberikan 2 buah
jangkar (Mooring Anchot}, 3 buah Buoy (Mooring
Buoy), 2 x 100 meter dan 1 x 50 meter kawat baja
(Pennant Wire), dan selama pemindahan
perlengkapan tersebut MSV MEO GALAXY, akan
memberikan sisi dibawah angin pada AHT. Armada
Tua
2) Pelaksanaan Pembuangan Jangkar
Dalam pelaksanaan pembuangan jangkar Four Point
Mooring, ada beberapa tahap yang harus dilaksanakan
dimana apabila kapal sudah memulai satu tahapan
tertentu maka pembuangan jangkar pada tahapan tersebut
harus secepatnya dapat diselesaikan dengan tetap
mempertimbangkan faktor keselamatan. Kapal akan
-
32
bergerak atau memulai pengerjaan pembuangan jangkar
setelah mendapatkan ijin dari Platform Radio Room.
a) Tahapan Pertama
MSV MEO GALAXY, bergerak mendekati Posisi
Jangkar No: P1 dengan olah geraknya sendiri. Setelah
fer/it Anchor Wire No: P1 masuk dalam radius yang telah
ditentukan (20 Meter toleransi kesalahan, yang dapat
dilihat pada layar monitor I DGPS Screen Monitor). MSV
MEO GALAXY, akan mempertahankan posisinya
dengan bantuan mesin penggerak kapal dan Bow
Truster, dengan catatan posisi kapal harus
menghadap arus (Againt Current), atas perintah
Nakhoda, Mualim II yang bertugas dihaluan akan
membuang Anchor Bouy, setelah Anchor buoy berada
di-air, Anchor Wire No: P1 (kawat jangkar sebelah kiri),
jangkar di area memakai mesin jangkar sarnpai jangkar
menyentuh dasar laut.
Setelah jangkar menyentuh dasar laut, kawat
jangkar terus di area dan kapal bergerak mundur pelan,
dan diusahakan jangkar tidak menggaruk dengan
menjaga tegangan kawat jangkar (Tensiont), yang dapat
dilihat dari Tensiont Meter, diusahakan tegangan tidak
melebihi 15 Ton, karena dikhawatirkan jangkar
menggaruk.
Kapal akan tiba pada posisi yang telah
direncanakan (Parking area No: 1), pada posisi jarak
buritan kapal dengan platform sekitar 150 Meter, dan
panjang kawat jangkar No: P1 sekitar 500 Meter. (dapat
dilihat pada tensiont meter).
-
33
b) Tahapan Kedua
MSV MEO GALAXY, akan mempertahankan pada
posisi tersebut diatas (Parking area No: 1) dengan
bertahan pada satu jangkar, dan bila perlu menggunakan
mesin penggerak kapal dan Bow Truster. Nakhoda dapat
melanjutkan tahapan berikutnya sesuai dengan prosudur
yang telah ditentukan, dengan memperhatikan
perubahan arah arus, apabila pada saat itu arus berubah
arah maka, Nakhoda dapat merobah prosedur tahapan
pembuangan jangkar.
AHT Armada Tua, atas perintah Nakhoda MSV.
MEO GALAXY mendekat kesebelah kanan haluan kapal,
untuk menerima tali buangan (heaving line). Tali
buangan dipasangkan pada Tugger Wire dari AHT
Armada 4, dan ABK MSV MEO GALAXY, dapat menarik
tali buangan tadi untuk mendapatkan tugger wire dari
AHT Armada Tua (tugger wire relatif ringan dapat ditarik
secara manual karena wire yang digunakan berukuran %
inch ).
Tugger wire dipasangkan pada Pennant Wire
jangkar (Mooring Anchor No: S1) dengan menggunakan
seckle, selanjutnya AHT Armada Tua menarik tugger
wire nya dengan menggunakan tugger winch, sampai
pennant wire bisa disambungkan dengan 50 meter
pendant wire yang lainnya, yang telah tersusun
sedemikian rupa pada work wire AHT. Selanjutnya MSV
MEO GALAXY, meng area kawat jangkar S1 dan
AHT Armada Tua dapat menarik jangkar S1 untuk
diletakan diatas decknya.
AHT Armada Tua akan menggunakan procedur
-
34
kerja,- pelaksanaan pekerjaan Anchor Handling dengan
menggunakan semua perlengkapan standart yang
dibutuhkan, misalnya: Shark Jaws, mengoperasikan
Towing Pin dll. Sedemikian rupa sehingga apabila AHT
Armada Tua telah melaksanakan tugasnya, maka
Nakhoda AHT Armada Tua akan memberikan laporan
kepada MSV MEO GALAXY, bahwa dia telah siap untuk
membawa jangkar ketempat yang telah ditentukan.
SV. Swissco Supporter akan meng area kawat
jangkar No: S1 dan menjaga tegangan kawat jangkar
(agar kawat jangkar tidak terlalu banyak merewang, 10
sampai 15 Ton), dan AHT Armada Tua bergerak menuju
posisi jangkar No: S1 c;Jengan arahan Nakhoda MSV
MEO GALAXY, Setelah AHT Armada Tua tiba diposisi
jangkar No: S1 (posisi kapal dapat dimonitor dari DGPS
Screen Monitor yang juga dipasang pada AHT Armada
4), Nakhoda MSV MEO GALAXY, memerintahkan untuk
me let go S1 mooring Anchor, sementara itu kawat
jangkar tetap diare dengan cepat sampai tegangan
kawat jangkar mendekati 0 (not), hal ini dilakukan untuk
menghindari pergerakan liar dari jangkar saat di let go,
jadi diharapkan jangkar akan jatuh tepat pada posisi
yang telah ditentukan,
Saat jangkar menyentuh di dasar taut (Anchor on
the Bottom), Nakhoda AHT Armada Tua akan
memberikan laporan, maka MSV MEO GALAXY boleh
Stop mengarea kawat jangkar S1, setelah itu AHT
Armada Tua dapat me let go Anchor Buoy No: S1.
Tahapan kedua dari pelaksanaan pembuangan
jangkar telah selesai, AHT Armada Tua dapat bergerak
menuju lambung sebelah kanan belakang untuk
-
35
melanjutkan tahapan berikutnya, dan MSV MEO
GALAXY, akan mengatur panjang dan tegangan kawat
jangkar sesuai dengan kondisi perairan, berolah gerak
sendiri untuk mempertahankan posisinya dengan
menggunakan mesin penggeraknya sendiri dan dibantu
dengan Bow Thruster.
c) Tahapan Ketiga
Setelah 2 (dua) jangkar depan telah dilabuhkan,
kapal akan tetap bertahan pada posisinya (Parking Area
No: 1) dengan bertahan pada dua jangkar dan
mengusahakan tegangan kawat jangkar tidak melebihi
15 ton, dengan perhitungan arah arus masih belum
berubah-(arah arus dari depan). ApabiJa,pada tahapan
ini arah arus berubah, maka kapal masih dapat
mempertahan mempertahankan posisinya dengan
menggunakan mesin penggeraknya.
AHT Armada Tua mendekat di lambung sebelah
kanan belakang kapal, MSV MEO GALAXY akan
mengirimkan, tali buangan yang telah dihubungkan
dengan massangger line dan kawat jangkar (Anchor
Wire). Apabila kawat jangkar telah sampai di deck AHT
Armada Tua, ABK AHT Armada Tua akan
memasangkan kawat jangkar pada jangkar yang sudah
disiapkan sedemikian rupa, bila semua sudah
dilaksanakan sesuai dengan procedure dan dengan
menggunakan semua peralatan yang ada, maka AHT
Armada Tua bergerak menuju posisi jangkar No: S2.
MSV MEO GALAXY akan meng area kawat jangkar
No: S2 dan menjaga tegangan kawat jangkar (agar
-
36
kawat jangkar tidak terlalu banyak merewang, 10 sampai
15 Ton), dan AHT Armada Tua bergerak menuju posisi
jangkar No: S2 dengan arahan Nakhoda SV.Swissco
Supporter (Pergerakan AHT Armada Tua dapat dilihat
dari DGPS Screen Monitory . Setelah AHT Armada Tua
tiba diposisi jangkar No: S2, Nakhoda MSV MEO
GALAXY memerintahkan untuk me let go S2 Mooring
Anchor, setelah jangkar telah menyentuh dasar laut,
AHT Armada Tua boleh me let go Anchor Buoy No: S2.
Tahapan ketiga dari pelaksanaan pembuangan
jangkar telah selesai, AHT Armada Tua dapat bergerak
menuju lambung sebelah kiri belakang untuk
melanjutkan tahapan berikutnya, yaitu tahapan terakhir
pada pelaksanaan pembuangan jangkar Four Poin
Mooring pada kapal MSV MEO GALAXY.
d) Tahapan Keempat
Setelah itu AHT Armada Tua bergerak mendekati
SV. Swissco Supporter disebelah kiri belakang guna
mengambil kawat jangkar, (proses pengerjaan sama
seperti Tahapan Ketiga) dan dihubungkan dengan
jangkar (Menggunakan Shackle SWL 80 Ton). yang
telah dipersiapkan sebelumnya, dan AHT Armada Tua
bergerak menuju posisi jangkar P2, akan tetapi ditengah
perjalanan nanti sekitar 300 meter. jarak antara AHT
Armada Tua dengan MSV MEO GALAXY, (pergerakan
kapal dapat dilihat dari DGPS Screen Monitof). AHT
Armada Tua mengurangi kekuatan mesinnya untuk
bergerak dan mencoba untuk tetap mempertahankan
haluan dan posisinya, sementara itu MSV MEO GALAXY
-
37
akan memasang Mid Buoy (DP Buoy), yang akan
diikatkan pada kawat jangkar No: P2.
Pada kondisi saat itu Mid Buoy diperlukan
karena kawat jangkar bersilangan dengan pipa dasar
taut, agar tidak bersentuhan tangsung antara kawat
jangkar dengan pipa - pipa dasar taut, jadi kawat
jangkar harus diangkat sedikit diangkat dari dasar taut
dan ditahan dengan Mid Buoy, yang dihubungkan
dengan pennant wire yang panjangnya disesuaikan
dengan dalamnya perairan dan tinggi air pasang
maximum untuk perairan tersebut.
Setelah Mid Buoy terikat pada kawat jangkar
dengan menggunakan kuku macan (wire clip) maka
Pennant wire dan Mid Buoy di lego kelaut setelah itu
AHT Armada Tua bergerak menuju , posisi P2 tempat
jangkar terakhir yang akan dilabuhkan.
Setelah jangkar No: P2 dilabuhkan dan Anchor
Bouy NO: P2 di lego kelaut, maka AHT Armada Tua
selesai menjalankan tugasnya, akan tetapi AHT Armada
Tua tetap berada disekitar kapal untuk berjaga jaga
(Stand by), karena kapal belum selesai dalam
pengoperasiannya, sesuai dengan procedure yang
berlaku, AHT (Anchore Handling Tug) harus tetap
berada disekitar kapal sampai pekerjaan benar - benar
telah selesai.
e) Tahapan Kelima
Empat (4) Mooring Anchor sudah dilabuhkan
ditambah 1 Mid Buoy, MSV MEO GALAXY dengan
menggunakan kekukatan mesin jangkar bergerak
-
38
perlahan - lahan mendekati Platform pada posisi kurang
lebih 50 meter jarak dari buritan kapal ke Platform
(Parking Area No: 2), MSV MEO GALAXY akan
melakukan test ketegangan kawat jangkar (Test
Tensiont), untuk kawat Jangkar P1, 81, P2 and S2, yang
akan diberikan tegangan sampai 60
Ton, selama 15 menit. (Pembacaan bisa dilihat
pada Tensiont meter). Kegunaan dari test ketegangang
kawat jangkar untuk mengetahui apakah ke empat
jangkar sudah tertanam bagus didasar laut (Jangkar
sudah makan), Apabila ke empat kawat jangkar yang
diberi tegangan sebesar 60 ton selama kurang lebih 15
menit, Posisi kapal tidak berubah, dan tegangan kawat
jangkar tidak berubah, itu berarti jangkar sudah makan.
Apabila salah satu dari keempat jangkar ada yang
tidak tertanam dengan baik pada dasar laut, itu berarti
jangkar tidak makan, maka Nakhoda harus secepatnya
mengambil keputusan untuk segera mengangkat jangkar
yang tidak makan tadi, dan melabuhkan kembali- jangkar
tadi, karena kapal masih mempunyai 1 (satu) unit kapal
AHT yang tetap berjaga jaga disekitar kapal.
Setelah Test Tensiont dilakukan dan didapat,
kondisinya memuaskan MSV MEO GALAXY akan
bergerak mundur perlahan mendekati Platform
dengan menggunakan kekuatan ke empat kawat
jangkar, sampai jarak antara buritan kapal dengan
platform sekitar 8 meter, dan untuk posisi seperti ini
tangga penyebrangan yang akan dipasang dapat
mencapai platform.
Pekerjaan pembuangan 4 jangkar (Anchor Handling
Four Point Mooring) pada kapal MSV MEO GALAXY
-
39
telah selesai, dan Nakhoda bisa membebaskan (release)
kapal AHT Armada Tua untuk bisa meninggalkan lokasi.
Tingkat kesulitan dan resiko kecelakaan yang tinggi
dalam pengoperasian pembuangan jangkar (Four
Mooring Point), yang pernah penulis alami selama
bekerja dikapal MSV MEO GALAXY, dan untuk
memperkecil hambatan dan resiko kecelakaan yang
mungkin akan terjadi, pemecahannya adalah sebagai
berikut :
1) Hubungan baik antara semua instansi -yang terkait
tetap terjaga, agar terjalin hubungan kerja yang
harmonis, sehingga apa yang telah diprogramkan
dapat tercapai dengan hasil yang maksimal.
2) Awak kapal (termasuk Nakhoda) yang akan
bekerja dikapal harus dibekali dengan ilmu dan
pelatihan yang memadai, khususnya untuk
pelatihan jenis kapal Offshor I Anchore Handling Tug.
3) Nakhoda wajib membuat tata cara pelaksanaan
pembuangan jangkar (Mooring Procedure), yang
harus didiskusikan bersama - sama dengan semua
instansi yang terkait sebelum pelaksanaan
pembuangan jangkar dan memastikan semua
personel yang terlibat langsung dalam pelaksanaan
pembuangan jangkar mengerti dan memahami akan
tugas dan tanggung jawabnya.
4) Nakhoda dan Kepala Kamar Mesin memastikan
kembali dengan memeriksa langsung ke Deck Haluan
dan Buritan, apakah semua peralatan dan
perlengkapan sudah dipersiapkan dengan sebaik
baiknya, sesuai dengan Procedure dan rencana yang
-
40
akan dibuat.
5) Penjelasan secara terperinci kepada anak buah kapal
tentang asfek keselamatan dan jenis pekerjaan
yang akan dilaksanakan sesuai dengan procedure
yang telah dibuat oleh Nakhoda. ("Safety Induction
and Safety Briefing")
-
41
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari semua pembahasan diatas penulis menyimpulkan bahwa
hambatan - hambatan terjadi pada saat pelaksanaan pembuangan
jangkar (Anchor Handling Four Point Mooring) pada kapal MSV MEO
GALAXY sangat dipengaruhi oleh :
1. Rendahnya tingkat kompetensi anak buah kapal serta kurangnya
atau tidaadanya pelatihan sebelum naik kapal adalah penyebab
utama timbulnya permasalahan pada saat pelaksanaan
pembuangan jangkar (Anchor Handling Four Point Mooring) pada
kapal MSV MEO GALAXY.
2. Kurangnya koordinasi dalam pelaksanaan manajemen kerja
khususnya pembiasaan (Familiarization) prosedur kepada ABK
sehubungan dengan kemampuan dan latar belakang ABK yang
beraneka ragam sehingga proses persiapan dan pelaksanaan
pekerjaan tidak dapat berjalan dengan baik.
3. Faktor usia kapal bukanlah penyebab langsung ketidak siapan
kapal untuk sebuah operasi, akan tetapi tugas dan tanggung
jawab semua instansi terkait yang berhubungan dengan perawatan
dan perbaikan, mempunyai peranan yang sangat penting guna
menjaga keberadaan kapal agar tetap dalam kondisi prima.
B. Saran
Untuk memperkecil hambatan dan resiko kecelakaan yang
mungkin akan terjadi pada saat pelaksanaan pembuangan jangkar
-
42
(Anchor Handling Four Point Mooring) pada kapal MSV MEO
GALAXY, penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Peningkatan kompetensi tenaga petaut Indonesia adalah tanggung
jawab Pemerintah, untuk menyediakan sarana dan prasarana yang
memadai khususnya untuk jenis pendidikan dan pelatihan bagi
tenaga petaut Indonesia yang akan bekerja dikapal - kapal jenis
Offshore.
2. Pihak perusahaan sebaiknya mengadakan pelatihan I pengenalan
peralatan keselamatan dan atau peralatan kerja sebelum ABK
naik keatas kapal.
TRAINING BEFORE JOINT SHIP II
3. Sistim Kontrol dari pihak perusahaan seyogyanya dapat lebih
ditingkatkan secara berkala sehubungan dengan pelaksanaan Plan
Maintenance System (PMS), pada saat kapal tidak beroperasi, hal
ini disebabkan karena pada saat kapat tidak beroperasi, Nakhoda
dan Senior Officer serta Senior Engginer tidak berada diatas kapal.
-
43
DAFTAR PUSTAKA
H. Waluyo, Edi, Drs. MSC, Pengantar Metodologi Penelit/an Penerbit
BP31P, Jakarta.
Prof. Dr. Hj. Sedarmayanti, M.Pd., APU Manajemen Sumber Daya
Manusia , Penerbit PT. Refika Aditama.
Sedarmayanti, (2009), Sumber Daya Manusia dan Produktifitas Keda.
Mandar Maju, Bandung.
Yatim, Rozaimi, (2003), Kodefikasi manajemen Keselamatan lntemasional
OSM CODEJ. Penerbit Yayasan Bina Citra Samudra Jakarta.
BAB IPENDAHULUANBAB IIBAB IIIPEMBAHASANISM Code 6. Sumber daya dan personilBAB IVPENUTUPTRAINING BEFORE JOINT SHIP IIDAFTAR PUSTAKA