proposal akhir 4 feb 015

43
LAPORAN PROPOSAL PENELITIAN Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu dalam Pemberian Imunisasi Dasar di Kabupaten Mempawah, Kal-Bar Oleh Kelompok PBL 1B Dosen Pembimbing : dr. Felicia Kurniawan Jerrell Francie (2013-060-022) Devina Astriani (2013-060-026) Wilonia Deana (2013-060-029) Lisye Konny (2013-060-042) Citra Anabella (2013-060-045) Carissa Faustina (2013-060-050)

Upload: elisabethlisyekonny

Post on 20-Nov-2015

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

contoh proposal

TRANSCRIPT

LAPORAN PROPOSAL PENELITIAN

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu dalam Pemberian Imunisasi Dasar di Kabupaten Mempawah, Kal-Bar

Oleh Kelompok PBL 1B

Dosen Pembimbing : dr. Felicia Kurniawan

Jerrell Francie (2013-060-022)Devina Astriani (2013-060-026)Wilonia Deana (2013-060-029)Lisye Konny (2013-060-042)Citra Anabella (2013-060-045)Carissa Faustina (2013-060-050)Fakultas Kedokteran

Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Jakarta

2015BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Imunisasi merupakan suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan cara memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah penyakit tertentu. Adapun tujuan imunisasi adalah untuk merangsang sistem imunologi tubuh dalam pembentukan antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).1Menurut Depkes RI (2001), tujuan pemberian imunisasi adalah untuk mencegah penyakit dan kematian bayi dan anak-anak yang disebabkan oleh wabah yang sering muncul. Pemerintah Indonesia sangat mendorong pelaksanaan program imunisasi sebagai cara untuk menurunkan angka kesakitan, kematian pada bayi, balita/anak-anak pra sekolah. Tujuan pemberian imunisasi pada anak yaitu agar anak-anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta mengurangi kecacatan akibat penyakit.2Menurut World Health Organization (WHO) jumlah bayi di dunia yang diberi imunisasi sama dengan jumlah bayi yang meninggal akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, yakni masing-masing 3 juta orang atau setiap 10 detik, 1 bayi meninggal. Tak kurang dari 30 juta anak masih tidak mendapatkan akses mudah untuk mendapatkan imunisasi dasar, antara lain anak-anak yang berada di negara sub-sahara Afrika, Amerika Latin dan Asia, termasuk Indonesia.3Indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan imunisasi adalah Universal Child Immunization atau yang biasa disingkat UCI. UCI adalah gambaran suatu desa/kelurahan dimana 80% dari jumlah bayi (0-11 bulan) yang ada di desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap. Target UCI pada Renstra tahun 2013 adalah sebesar 95%. Pada tahun 2013 terdapat 9 provinsi yang memiliki persentase desa UCI melebihi target 95%. Namun masih banyak provinsi yang belum mencapai target.4Belum tercapainya target imunisasi pada beberapa provinsi seperti Kalimantan Barat (69,65%), Sulawesi Tenggara (56,50%), Papua Barat (41,21%), dan Papua (13,05%), diperkirakan berhubungan dengan sikap dan perilaku masyarakat.

Menurut Lawrence Green, perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 3 faktor : (1) Faktor-faktor predisposisi (Predisposing Factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. (2) Faktor-faktor pendukung (Enabling Factors), yang terwujud dalam fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya. (3)Faktor-faktor pendorong (Renforcing Factors) yang terwujud dalam sikap dan erilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.5Seorang ibu yang enggan mengimunisasi anaknya di posyandu dapat disebabkan karena ia tidak atau belum mengetahui manfaat imunisasi bagi anaknya (predisposing factors), juga karena tempat tinggal yang jauh dari posyandu atau puskesmas tempat imunisasi (enabling factors). Sebab lain, mungkin dikarenakan para petugas kesehatan atau tokoh masyarakat lain disekitarnya yang tidak pernah mengimunisasikan anaknya (reinforcing factors).Berdasarkan penelitian terhadap 33 responden di Desa Taraitak Satu, Kecamatan Langowan Utara, dari 6 ibu dengan pengetahuan kurang terdapat perilaku pemberian imunisasi dasar pada bayi yang negatif, yaitu sebanyak 5 orang dan perilaku positif 1 orang. Selain itu dari 27 ibu dengan pengetahuan baik terdapat perilaku pemberian imunisasi dasar pada bayi yang negatif, yaitu sebanyak 4 orang dan perilaku positif sebanyak 23 orang. Selain pengetahuan, menurut penelitian tersebut pendidikan juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam perilaku pemberian imunisasi. Terdapat 15 ibu yang memiliki tingkat pendidikan dasar dengan perilaku pemberian imunisasi dasar pada bayi negatif yaitu sebanyak 8 orang dan positif 7 orang, sedangkan dari 18 ibu yang memiliki tingkat pendidikan menengah terdapat perilaku pemberian imunisasi dasar pada bayi yang negatif, yaitu sebanyak 1 orang dan positif sebanyak 17 orang.6

Menurut penelitian sejenis yang dilakukan di wilayah Puskesmas Bajeng, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, pendidikan ibu (P=0,048), pengetahuan ibu (P=0,027), sikap ibu (P=0,042), ketepatan pelayanan (P=0,044), dukungan keluarga (P=0,042) berhubungan dengan tindakan pemberian imunisasi dasar pada bayi. Sedangkan pekerjaan ibu (P=0,385) tidak berhubungan dengan tindakan pemberian imunisasi dasar pada bayi.7

Berdasarkan berbagai hasil penelitian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara faktor-faktor dari teori perilaku kesehatan dengan perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar pada bayi di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, sebagai salah satu kabupaten di provinsi tersebut yang memiliki angka kematian bayi karena PD3I yang tinggi. 1.2. Rumusan Masalah

Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar di Kabupaten Mempawah, Kal-Bar?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar di Kabupaten Mempawah, Kal-Bar. 1.3 2. Tujuan Khusus

- Mengetahui pengaruh usia ibu terhadap perilaku pemberian imunisasi dasar di

Kabupaten Mempawah, Kal-Bar.

- Mengetahui pengaruh agama ibu terhadap perilaku pemberian imunisasi dasar di Kabupaten

Mempawah, Kal-Bar.

- Mengetahui pengaruh tingkat pendidikan ibu terhadap perilaku pemberian imunisasi dasar di Kabupaten Mempawah, Kal-Bar.

- Mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan ibu terhadap perilaku pemberian imunisasi dasar di Kabupaten Mempawah, Kal-Bar.- Mengetahui pengaruh tingkat ekonomi ibu terhadap perilaku pemberian imunisasi dasar di Kabupaten Mempawah, Kal-Bar.

- Mengetahui pengaruh ketersediaan fasilitas kesehatan terhadap perilaku Ibu dalam pemberian imunisasi dasar di Kabupaten Mempawah, Kal-Bar.

- Mengetahui pengaruh dukungan keluarga terhadap perilaku Ibu dalam pemberian imunisasi dasar di Kabupaten Mempawah, Kal-Bar.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bidang AkademikMemberikan pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar di Kabupaten Mempawah, Kal-Bar.1.4.2 Bidang Pelayanan Masyarakat

Memberikan masukan kepada para penyedia pelayanan kesehatan ataupun pada pemerintah tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar lengkap sehingga dapat diberikan pencegahan ataupun intervensi yang nantinya dapat meningkatkan angka imunisasi di Kabupaten Mempawah, Kal-Bar.1.4.3 Bidang PenelitianSebagai dasar pengembangan penelitian selanjutnya.Bab II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Imunisasi2.1.1 Definisi Imunisasi

Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila ia kelak terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut.182.1.2 Program Imunisasi

Upaya imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Mulai tahun 1977, upaya imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi (PPI) dalam rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Tujuan umum duadakannya program imunisasi ini adalah turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat PD3I.18 Sasaran program imunisasi terbagi dalam tiga bagian, yaitu berdasarkan usia yang diimunisasi, tingkat kekebalan yang ditimbulkan, serta wilayah atau lokasi dari ketiga bagian sasaran tersebut, pemerintah mengutamakan imunisasi dasar sebagai imunisasi yang wajib diberikan untuk bayi dan balita dengan fokusa pada bayi untuk menurunkan angka mortaltas bayi akibat PD3I. Oleh karena itu imunisasi dasar diberikan secara gratis oleh pemerintah.182.1.2.1 Tempat Pelaksanaan Imunisasi Dasar

Berdasarkan tempat pelayanan, imunisasi rutin dibagi menjadi :

a. Pelayanan imunisasi didalam gedung (komponen statis), yaitu di puskesmas, puskesmas pembantu, rumah sakit, rumah bersalin, dan polindes.

b. Pelayanan imunisasi diluar gedung, yaitu di posyandu, kunjungan rumah dan sekolah

c. Pelayanan imunisasi rutin yang diselenggarakan oleh swasta sepeti rumah sakit swasta, dokter praktik, dan bidan praktik.182.1.2.2 Manfaat Imunisasi Dasar

a. Untuk anak : Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.

b. Untuk keluarga : Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila naak sakit, mendorog pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.

c. Untuk negara : Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.192.1.2.3 Jenis-jenis Imunisasi Dasara. Imunisasi BCG : Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan. Vaksin disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas, untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 mL. Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis. Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita leukemia, penderita yang menjalani pengobatan steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV).

b. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang dari 7 tahun. Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot lengan atau paha. DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin. c. Imunisasi Polio : Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis. Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian.

Terdapat 2 macam vaksin polio:

IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan

OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.

Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen(MOPV) efektif melawan 1 jenis polio.Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu.Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun).Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula. d. Imunisasi Campak : Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek). Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian. Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL. Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis dan gejala kataral serta ensefalitis (jarang).

e. Imunisasi Hepatitis B : Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian. Dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki HBsAg negatif, bisa diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan HBV II dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah suntikan HBV III. Sebelum memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk memeriksa kadar HBsAg. Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha. Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG (hepatitis B immune globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan pada saat anak berumur 6 bulan. Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui, diberikan HBV I dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan, contoh darah ibu diambil untuk menentukan status HBsAgnya; jika positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih dari 1 minggu).182.1.2.4 Pemberian Imunisasi Dasar

Kekebalan imunisasi dasar perlu diulang pada DPT, Polio, Hepatitis agar dapat melindungi dari paparan penyakit. Pemberian imunisasi dasar pada BCG dan campak tidak perlu diulang karena kekebalan yang diperoleh dapat melindungi dari paparan bibit penyakit dalam waktu cukup lama. Berikut ini adalah jadwal pemberian imunisasi dasar pada bayi yang dapat dilihat pada tabel berikut.18Tabel 2.1.2.4 Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Bayi Dengan Menggunakan Vaksin DPT dan HB dalam Bentuk Terpisah, Menurut Penyakit, Cara pemberian dan Waktu pemberianNo.Jenis VaksinPenyakit yang berusaha DicegahCara PemberianWaktu Pemberian

1.BCG (Bacille Calmette Guerin)TBC : penyakit yang menyerang paru-paru, selaput otak,tulang, kelenjar getah bening dan ususSuntikan intrakutan di daerah lengan kanan atas1 bulan

2.HB 0Hepatitis B yang menyerang hati, dapat menyebabkan serosis dan kanker hatiSuntikan intramuskuler di anterolateral paha0 bulan

3.PolioPolio, kelumpuhan satu atau dua kakiDiteteskan di mulutDibrikan 4x:Umur 1 bulanUmur 2 bulanUmur 3 bulanUmur 4 bulan

4.DPTDifetri menular melalui batuk/ bersin, Pertusis/batuk 100 hari,Tetanus menyebabkan kontraksi hebat pada ototSuntikan intramuskuler di pahaDiberikan 3x :Umur 2 bulanUmur 3 bulan

Umur 4 bulan

5.CampakCampak ditandai dengan demam, konjungtivitis, batuk, pilek dan rashSuntikan subkutan pada lengan kiri atasUmur 9 bulan

Sumber : Kepmenkes RI Nomor 1611/MENKES/SK/XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan imunisasi2.2 Perilaku

2.2.1 Definisi

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. 5 Menurut Skinner, perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori S-O-R atau Stimulus Organisme Respon.52.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Notoatmodjo, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, antara lain :

1. Faktor predisposisi (presdisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

2. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau saran-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.

3. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.5 2.2.3 Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku

Pengetahuan adalah hasil tahu yang berasal dari proses penginderaan manusia terhadap suatu obyek dan pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media postes, kerabat dekat, dan sebagainya.5 Menurut Notoatmodjo pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan yakni:

1. Awareness, proses seseorang menyadari dalam diri dan mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).

2. Interest, proses tertarik terhadap stimulus atau obyek tersebut. Sikap subyek sudah mulai muncul.

3. Evaluation, menimbang-nimbang terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Sikap subyek sudah lebih nyata.

4. Trial, sikap dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5. Adaption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau diadopsi perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaraan dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat selaras.9 2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan dan berdampak pada Perilaku

1. Umur

Singgih mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Abu Ahmadi mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini, maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.102. Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu model untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.113.Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorangdapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikir seseorang.12 4. Sosial Budaya

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena hubungan ini seeorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.

5. Pendidikan

Menurut Notoatmodjo, pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. 56.Informasi

Menurut Wied, informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.112.3 Epidemiologi Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat

2.3.1 Ekonomi (Pendapatan Regional)

Pertumbuhan ekonomi berguna untuk melihat pertumbuhan barang dan jasa yang dihasilkan tanpa adanya pengaruh inflasi. Untuk mencari pertumbuhan, maka digunakan PDRB ADHK. Pada tahun 2013 Kabupaten Mempawah mengalami pertumbuhan sebesar 3,17%, masih berada di bawah laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat yang mencapai 5,83%. Pertumbuhan Kabupaten Mempawah cenderung melambat dibandingkan tahun sebelumnya.162.3.2 Kondisi Kesehatan2.3.2.1 Keberadaan Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) yang telah lama dikembangkan untuk menjangkau pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Berdasarkan data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat tahun 2011, jumlah posyandu di Kabupaten Mempawah masih sangat sedikit, yakni 204 buah dari total 4341 posyandu di seluruh provinsi Kalimantan Barat. Rata-rata posyandu di kabupaten lain adalah 300 hingga 400 buah.172.3.2.2 Pemberian Imunisasi Dasar

Cakupan pemberian imunisasi DPT, HB, campak, polio, dan BCG pada bayi di Kabupaten Mempawah hanya mencapai 87% dari total 5232 bayi yang terdaftar. Berarti terdapat kurang lebih 1000 bayi yang tidak mendapatkan imunisasi.172.3.2.3 PD3IJumlah Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) di Kabupaten Mempawah pada tahun 2011 antara lain difteri adalah 1 kasus dengan kematian, pertusis dengan 21 kasus, tetanus neonatorum 1 kasus dengan kematian, campak 32 kasus, dan Hepatitis B 50 kasus.172.3.3 APS (Angka Partisipasi Sekolah)APS adalah persentase penduduk yang sedang bersekolah terhadap penduduk pada kelompok usia sekolah tertentu. APS penduduk usia 7-12 tahun mencapai hampir 100 persen, artinya hampir semua penduduk pada usia tersebut telah ikut berpartisipasi dalam pendidikan. APS terlihat menurun drastis pada penduduk usia 16-18 tahun yaitu hanya mencapai rata-rata 48 persen, yang berarti kurang dari separuh dari penduduk usia tersebut yang masih aktif mengikuti pendidikan formal. Tingkat pendidikan masih merupakan permasalahn mendasar yang dihadapi tenaga kerja di Kabupaten Mempawah. Pada tahun 2013, lebih dari 40 persen tenaga kerja belum pernah menamatkan pendidikan dasar.17BAB III

Kerangka Konsep

3.1 Kerangka Teori

3.2. Kerangka Penelitian Variabel independen

Variabel dependen

Variabel Pengganggu

3.3 Variabel dan Definisi OperasionalSebelum suatu variabel diukur dalam penelitian ini, maka terlebih dahulu disusun batasan-batasan atau definisi operasional terhadap variabel yang bersangkutan. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Variabel Bebasa. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan ibu yang ingin diteliti adalah adalah pengetahuan seputar imunisasi, yaitu: pengertian imunisasi, manfaat imunisasi, jenis-jenis imunisasi untuk bayi berusia 0-11 bulan, waktu imunisasi, jumlah imunisasi yang diberikan, dan tempat yang melayani imunisasi.

1) Alat Ukur : Kuisioner 2) Skala Ukur : Ordinal3) Hasil Ukur : Pengetahuan ibu dianggap di atas rata-rata bila total skor wawancara 55 - 100% dan dianggap di bawah rata-rata jika skor wawancara