007 nautika

33
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi ini kegiatan bongkar muat merupakan kegiatan yang sangat penting. Sebagai sarana transportasi laut, kapal juga memegang peranan penting khususnya kapal-kapal tanker minyak yang didesain khusus untuk mengangkut muatan minyak sehingga dapat melayani permintaan konsumen dengan cepat, baik dalam persiapan pemuatan maupun pembongkarannya. Sebelum melaksanakan pemuatan, kapal terlebih dahulu memerlukan pencucian tangki (ruang muat), terutama apabila kapal akan memuat muatan yang ber!ainan jenis (berbeda dari muatan sebelumnya). Berdasarkan pengalaman penulis selama bekerja di atas kapal MT. Sulawesi Palm, beberapa kali mengalami pengulangan pencucian tangki (ruang muat) dikarenakan tangki ruang muat yang belum bersih. Dalam proses pembersihan tangki (ruang muat) di MT. Sulawesi Palm, penulis banyak menemukan kekurangan - kekurangan pada prosedur pencucian tangki (ruang muat). Oleh karenanya dengan Jatar belakang masalah tersebut penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam dan mengemukakan dalam bentuk makalah dengan judul "Upaya Meningkatkan Kelancaran Kerja dalam Pelaksanaan Tank Cleaning di Kapal MT. Sulawesi Palm". B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud penulisan a. Untuk mencari permasalahan mengenai upaya meningkatkan kelancaran kerja dalam pelaksanaan tank cleaning di kapal

Upload: muzayin-akhmad

Post on 06-Nov-2015

165 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Upaya Meningkatkan Kelancaran Kerja dalam Pelaksanaan Tank Cleaning di Kapal MT. Sulawesi Palm

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Dalam era globalisasi ini kegiatan bongkar muat merupakan

    kegiatan yang sangat penting. Sebagai sarana transportasi laut, kapal

    juga memegang peranan penting khususnya kapal-kapal tanker

    minyak yang didesain khusus untuk mengangkut muatan minyak

    sehingga dapat melayani permintaan konsumen dengan cepat, baik

    dalam persiapan pemuatan maupun pembongkarannya.

    Sebelum melaksanakan pemuatan, kapal terlebih dahulu

    memerlukan pencucian tangki (ruang muat), terutama apabila kapal

    akan memuat muatan yang ber!ainan jenis (berbeda dari muatan

    sebelumnya).

    Berdasarkan pengalaman penulis selama bekerja di atas kapal

    MT. Sulawesi Palm, beberapa kali mengalami pengulangan pencucian

    tangki (ruang muat) dikarenakan tangki ruang muat yang belum

    bersih. Dalam proses pembersihan tangki (ruang muat) di MT.

    Sulawesi Palm, penulis banyak menemukan kekurangan - kekurangan

    pada prosedur pencucian tangki (ruang muat). Oleh karenanya

    dengan Jatar belakang masalah tersebut penulis tertarik untuk

    mengkaji lebih dalam dan mengemukakan dalam bentuk makalah

    dengan judul "Upaya Meningkatkan Kelancaran Kerja dalam Pelaksanaan Tank Cleaning di Kapal MT. Sulawesi Palm".

    B. Maksud dan Tujuan

    1. Maksud penulisan

    a. Untuk mencari permasalahan mengenai upaya meningkatkan

    kelancaran kerja dalam pelaksanaan tank cleaning di kapal

  • 2

    MT. Sulawesi Palm.

    b. Untuk mencari penyebab dari permasalahan proses pencucian

    ruang muat dan kecelakaan yang terjadi pada saat kegiatan

    proses pencucian ruang muat

    c. Untuk mencari pemecahan atau solusi dari permasalahan

    tersebut.

    2. Tujuan penulisan

    a. Manfaat bagi dunia akademik

    Diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi diri sendiri

    (penulis) maupun bagi kawan - kawan satu profesi untuk

    mengetahui bagaimana upaya untuk meningkatkan

    kelancaran kerja dalam pelaksanaan tank cleaning. Bagi

    Jembaga pendidikan BP31P Jakarta sebagai bahan pedoman

    penyelesaian masalah dan untuk kelengkapan perpustakaan.

    b. Manfaat bagi dunia praktis

    1) Diharapkan dapat menjadi masukan I sumbang saran bagi

    perusahaan di mana penulis bekerja maupun perusahaan

    pelayaran sejenis lainnya dalam upaya meningkatkan

    kelancaran kerja pada proses tank cleaning di kapal.

    2) Untuk memberi pengetahuan dan gambaran bagi rekan

    pelaut maupun kepada pembaca, betapa pentingnya

    kebersihan tangki (ruang muat) di atas kapal tanker.

    C. Ruang Lingkup

    Agar pembahasan tidak melebar jauh, maka lingkup bahasan

    dalam penulisan makalah ini difokuskan pada masalah peningkatan

    kelancaran kerja dalam proses tank cleaning di kapal MT. Sulawesi

    Palm sewaktu penulis bekerja dalam kurun waktu Maret 2014 hingga

    Juli 2014. Pembahasan masalah difokuskan pada:

  • 3

    1. Ketidak-lancaran proses pencucian ruang muat akibat

    kurangnya ketrampilan ABK dan minimnya kelengkapan

    peralatan dalam pencucian tangki.

    2. Adanya beberapa kejadian kecelakaan kerja sebagai akibat

    tidak adanya pembagian jam kerja dan kurangnya kesadaran

    ABK terhadap aspek keselamatan kerja.

    D. Metode Penulisan

    1. Metode Pengumpulan Data a. Pengalaman Lapangan

    Berdasarkan pengalaman penulis saat bekerja di atas kapal

    MT. Sulawesi Palm sebagai Mualim I dan Mengadakan

    diskusi langsung dengan rekan - rekan Pasis ANT-1

    selama mengikuti pendidikan di BP31P Jakarta.

    b. Studi Kepustakaan

    1) Berdasarkan pada sumber - sumber bacaan yang ada

    kaitannya dengan judul makalah di perpustakaan BP31P

    dan sumber lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan

    kebenarannya.

    2) Buku-buku referensi tentang Oil Tanker dari IMO

    (International Maritime Organization)

    c. Metode Analisis Data

    Dalam hal ini penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu data

    yang ada pada fakta kondisi sebagaimana adanya, kemudian

    secara kualitatf dianalisis dan diambil kesimpulannya yang ada

    dipaparkan pada bab berikutnya.

  • 4

    BAB II FAKTA DAN PERMASALAHAN

    A. Fakta

    1. Obyek Penelitian Dalam penulisan makalah ini, penulis melakukan penelitian

    di atas kapal MT. Sulawesi Palm, yang dioperasikan oleh PACC

    Shipmanagement Singapore, dicharter oleh Pertamina. Kapal

    yang dibangun pada tahun 2008 ini mempunyai rute pelayaran

    yang singkat, yaitu Balikpapan dan Bitung.

    Kapal ini umumnya membawa muatan product oil (Gasoline,

    Gas Oil dan Kerosene) dan setiap voyage nya membawa muatan

    product oil yang berbeda dari muatan product oil sebelumnya.

    Untuk pengangkutannya, muatan ini memerlukan penanganan

    yang serius dimulai dari proses memuat di pelabuhan asal I

    loading port hingga proses pembongkaran di pelabuhan tujuan I

    discharging port.

    Untuk itu tangki (ruang muat) harus benar - benar bersih

    sebelum kegiatan pemuatan dilaksanakan dan juga untuk

    menghindari terjadinya penolakan pada waktu diperiksa oleh

    surveyor.

    2. Fakta Kondisi Dari pengalaman penulis yang berlayar di MT. Sulawesi

    Palm, ada beberapa kejadian yang berhubungan dengan

    keterlambatan kapal dalam menerima muatan yang dikarenakan

    oleh tangki (ruang muat) yang tidak layak.

    Adapun kejadian- kejadian tersebut adalah sebagai berikut:

  • 5

    a. Proses Pencucian Tangki Kurang Sempurna

    Pada awal April 2014, kapal dimana penulis bekerja,

    membawa muatan Gasoline dengan tujuan pelabuhan

    bongkar di Bitung. Setelah membongkar muatan, kapal

    mendapat instruksi (voyage instruction) dari pencharter agar

    melanjutkan pelayaran ke Balikpapan untuk memuat Gas oil

    tujuan pelabuhan bongkar Bitung.

    Setelah selesai bongkar muatan kapal menuju

    pelabuhan Balikpapan dan di dalam perjalanan melakukan

    cuci tangki (tank cleaning). Crew deck terlibat dalam kegiatan

    persiapan pencucian tangki (ruang muat). Penulis sebagai

    Mualim I bertanggungjawab dalam kegiatan pencucian tangki

    (ruang muat) ini dan memberikan perintah secara lisan

    kepada Pumpman mengenai tahap- tahap (procedure)

    pencucian ruang muat (cargo tank), dimana saat itu Pump

    man telah menyatakan bahwa ia paham karena pekerjaan ini

    memang sudah biasa mereka kerjakan.

    Setelah ruang muat (tank) selesai dicuci dan

    dikeringkan dari gas minyak dengan portable fan, maka

    Mualim I memeriksa kondisi tangki (ruang muat) tersebut dan

    didapati masih banyak sisa-sisa muatan sebelumnya,

    terutama pada bagian yang terlindung dan tidak terkena

    semprotan air dari butterworth machine.

    Akhirnya pencucian tangki (ruang muat) dengan

    butterwort machine diulang kembali dan hal ini menyebabkan

    terbuangnya waktu secara sia - sia yang seharusnya dapat

    digunakan untuk melakukan pekerjaan lainnya.

  • 6

    b. Lambatnya proses pencucian tangki (ruang muat) akibat dari kerusakan peralatan kerja

    Kondisi peralatan yang buruk dan terbatas sering

    memperlambat kegiatan pencucian tangki (ruang muat)

    di MT. Sulawesi Palm, padahal peralatan pencucian tangki

    (ruang muat) sangat mempengaruhi hasil dari pencucian

    tangki (ruang muat) itu sendiri.

    Pernah dalam perjalanan menuju pelabuhan Balikpapan

    dan sebelum melakukan pencucian tank, dilakukan

    pemeriksaan alat-alat yang akan digunakan untuk pencucian

    tangki (ruang muat). Pada proses pencucian tangki (ruang

    muat) diperlukan 3 (tiga) buah butterworth machine

    sementara di kapal MT. Sulawesi Palm memiliki 3 (tiga) buah

    butterworth machine, sewaktu diperiksa dan dicoba hanya 1

    (satu) buah yang dapat bekerja dan yang 2 (dua) lagi macet I

    tidak dapat berputar, sehingga Bosun harus memperbaikinya

    dahulu agar dapat digunakan.

    Untuk pencucian tangki (ruang muat) dengan air laut

    menggunakan butterworth machine bertekanan 5 (lima) bar,

    karena adanya kerusakan pada tank cleaning pump maka

    kecepatan air yang keluar melalui butterworth machine kurang

    maksimum sehingga dibutuhkan waktu lebih lama untuk

    mencuci tangki agar menghasilkan cucian tangki yang baik

    dan pengeringan ruang muat dengan free fan gas machine

    lebih lama agar gas yang masih di dalam tangki hilang

    sehingga tangki benar-benar siap memuat Gas oil.

  • 7

    c. Kecelakaan Kerja Pada Saat Proses Pencucian Tangki (Ruang Muat)

    Seorang crew deck mengalami kecelakaan pada saat

    proses pencucian tangki (ruang muat) akibat terpeleset pada

    saat pencucian tangki. lnstruksi dari Mualim I agar

    memakai peralatan safety (keselamatan) pada saat kegiatan

    tersebut diabaikan.

    Dan ternyata didapati crew tersebut tidak mengenakan

    safety helmet sehingga ketika terjatuh di main deck yang licin

    sehingga kakinya keseleo. Dan hal ini membuat ia tidak bisa

    ikut melaksanakan proses pencucian tangki (ruang muat).

    B. Permasalahan

    Dari pengamatan yang penulis lakukan selama bekerja di kapal

    MT. Sulawesi palm, ditemukan permasalahan dalam beberapa kali

    pelaksanaan proses pencucian tangki (ruang muat), maka penulis

    membagi ke dalam beberapa pokok permasalahan sebagai berikut :

    1. Keterampilan Crew Tentang Pembersihan Tangki Masih

    Kurang

    Kurangnya keterampilan khususnya crew tentang

    pembersihan tangki yang baik dan benar ditambah lagi dengan

    peralatan yang terbatas menyebabkan proses awal sebuah kapal

    tanker dalam melaksanakan operasional atau kegiatan memuat

    menyangkut persiapan ruang muat (tank cleaning) terlambat. Hal

    keterampilan crew ini masih terbawa dengan kebiasaan-kebiasaan

    sebelumnya tentang pembersihan tangki. Mereka menganggap

    bahwa jika waktu lalu mereka membersihkan tangki dan diterima

    oleh terminal, maka hal inilah yang seolah menjadi patokan

  • 8

    mereka dan mereka mengikuti cara tersebut untuk kelanjutannya

    walaupun sebenarnya cara tersebut kurang benar.

    Persiapan ini sangat penting dan harus

    benar-benar diperhatikan, terutama muatan yang berlainan jenis

    atau muatan yang sensitif atau muatan yang peka terhadap zat

    lainnya sehingga akan mudah rusak contohnya gas oil.

    Dalam melaksanakan pekerjaan pembersihan tangki

    muatan, banyak crew kapal yang tidak mengerti prosedur

    pelaksanaan pembersihan tangki muat, terutama mereka yang

    baru bekerja di kapal tanker, ataupun mereka yang sudah

    lama bekerja tetapi kurang memiliki perhatian dan pengetahuan

    tentang pekerjaannya.

    Umumnya perwira di kapal bila sudah dapat informasi

    muatan berikut dan harus mempersiapkan tangki, maka sesuai

    kebiasaan ia akan meneruskan order tersebut ke anak buah kapal

    yaitu Pumpman atau bawahannya untuk melaksanakan

    pembersihan tangki seperti biasa tanpa memberikan pengarahan

    atau instruksi sebelum bekerja, karena mereka menganggap

    bawahannya tersebut sudah tahu, sesuai kebiasaan yang pernah

    dilakukan sebelumnya.

    Dikarenakan tidak adanya petunjuk atau cara bagaimana

    membersihkan tangki yang baik dan benar, serta bagaimana

    pelaksanaannya dengan mempergunakan waktu yang tepat

    mengingat operasional kapal, terjadilah keterlambatan dalam

    mempersiapkan tangki muatan.

    2. Kurang optimalnya pelaksanaan prosedur persiapan Tangki

    Sebelum kapal tanker tiba di pelabuhan tujuan atau terminal

    untuk keamanan suatu operasi kapal tanker maka informasi

    mengenai semua sistem di kapal, peralatan kapal, manajemen

    keamanan dan keadaan darurat kapal mengenai ruang tertutup

  • 9

    atau operasi kapal dan hal - hal mengenai bahan berbahaya,

    sumber daya manusia ataupun jenis kapal harus dikomunikasikan

    dan terjaga dengan baik antara pihak kapal dengan darat karena

    semakin baik dan jelas informasi mengenai hal hal tersebut dapat

    dikomunikasikan maka semakin optimal persiapan

    Adanya keterlambatan khususnya dalam persiapan

    pencucian tangki muat dapat timbul sebagai salah satunya akibat

    dari kurangnya koordinasi atau komunikasi baik antara pihak yang

    bertanggung jawab dari terminal di pelabuhan tujuan dengan

    pihak kapal maupun antara para awak kapal itu sendiri baik

    karena kurang memadainya peralatan ataupun kurang terjalin dan

    terpelihara komunikasi yang baik.

    3. Proses pencucian ruang muat tidak berjalan dengan lancar

    MT. Sulawesi Palm merupakan kapal tanker yang dilengkapi

    dengan 4 cargo pump. Kapal ini selalu membawa muatan product

    oil yang bervariasi (berbeda dari voyage sebelumnya) setiap

    voyagenya, sehingga setiap voyage kapal ini melaksanakan

    pencucian tangki (ruang muat). Sebelum melaksanakan

    pencucian tangki (ruang muat), biasanya Mualim I mengumpulkan

    crew deck yang akan melaksanakan pencucian ruang muat

    (bosun dan para juru mudi), di sini Mualim I memberikan

    penjelasan mengenai prosedur pencucian tangki (ruang muat)

    yang akan dilaksanakan.

    Setelah semua crew deck mengerti, maka Mualim I akan

    berkoordinasi dengan Nakhoda untuk menentukan waktu

    pelaksanaan proses pencucian tangki (ruang muat) sesuai dengan

    ketentuan yang berlaku. Proses pencucian tangki melalui

    beberapa tahap yang harus dilalui agar mencapai hasil pencucian

    tangki yang baik dan bersih. Tahap awal yang harus disiapkan

    adalah alat-alat untuk mencuci tangki dan pengecekan alat-

  • 10

    alatnya sebelum digunakan seperti tank cleaning pump, hose,

    butterworth machine. Kapal MT. Sulawesi Palm ada 6 tangki port

    and starboard dalam pencucian tangki (ruang muat)

    menggunakan 2 butterworth machine selama 20 menit tiap tangki

    tapi pada saat pencucian tangki kadang ada masalah yang

    mengakibatkan terlambatnya proses pencucian tangki seperti tank

    cleaning pump yang kurang tekanannya sehingga penyemprotan

    tangki oleh butterworth machine kurang kencang, hose yang

    digunakan untuk menyambung dari pipa tank cleaning pump ke

    butterworth machine sudah bocor sehingga air tidak seluruhnya

    menuju butterworth machine untuk menyemprot tangki, Disamping

    itu butterworth machine yang digunakan untuk menyemprot

    tangki ada yang macet, ini kebiasaan crew deck sehabis

    pakai butterworth machine disimpan begitu saja seharusnya

    sehabis dipakai butterworth machine harus direndam di air tawar

    untuk menghilangkan air laut yang masih ada dan melekat di

    butterworth machine. lni beberapa faktor yang menyebabkan

    proses pencucian tangki tidak berjalan lancar, sehingga

    mengganggu kelancaran operasional kapal, khususnya kegiatan

    pencucian tangki (ruang muat).

    4. Sering terjadi kecelakaan kerja pada saat kegiatan proses

    pencucian tangki (ruang muat)

    Kecelakaan yang terjadi pada saat kegiatan proses

    pencucian tangki (ruang muat) disebabkan beberapa faktor

    diantaranya crew deck yang melaksanakan pekerjaan tersebut

    tidak sesuai dengan prosedur kerja tertulis. Prosedur kerja

    mencakup tata cara melakukan pekerjaan dan cara menghindari

    kecelakaan kerja termasuk penggunaan alat-alat keselamatan.

    Namun karena jadwal pelayaran yang padat menyebabkan crew

    deck bekerja dengan jalan pintas, tanpa memikirkan hasil yang

  • 11

    optimal dan keselamatan kerja mereka.

    Selain itu faktor pembagian kerja yang tidak teratur

    menyebabkan crew deck kelelahan sehingga konsentrasi kerja

    menurun dan kinerja crew deck tidak maksimal sehingga mereka

    tidak dapat mengantisipasi adanya bahaya kecelakaan kerja

    seperti terpeleset, jatuh dan bila crew deck tidak menggunakan

    alat keselamatan maka akan berakibat fatal.

    Akibat dari kurang memperhatikan keselamatan kerja dalam

    tugas dari pekerjaan anak buah kapal (bawahan) tersebut dapat

    mempengaruhi kelancaran jalannya operasi kapal dan dapat

    mengakibatkan kecelakaan di laut juga dapat mengakibatkan

    kerugian materi dan korban jiwa dari manusia atau crew deck itu

    sendiri.

    Dari identifikasi masalah tersebut di atas maka penulis membahas

    dua masalah utama yaitu :

    a. Proses pencucian ruang muat tidak berjalan dengan lancer

    b. Sering terjadi kecelakaan kerja pada saat kegiatan proses

    pencucian tangki (ruang muat)

  • 12

    BAB Ill PEMBAHASAN

    A. Landasan Teori

    Untuk dapat menganalisis penyebab dan pemecahan

    masalah yang dikemukakan pada bab II, maka penulis mengambil

    dasar teori I pemikiran dari buku-buku publikasi International Maritime

    Organization (IMO) sebagai berikut:

    1. The STCW 1995 Amandement

    Pelatihan di atas kapal harus berkaitan dengan prinsip prinsip

    yang terkait dengan penerapan pengoperasian kapal. Pelatihan

    dapat diselenggarakan di kapal oleh orang yang memenuhi syarat

    dan pengalaman dalam hal ini biasanya di dilakukan oleh DPA

    (Designated Person Ashore).

    2. IMO Publication, International Safety Guide for Oil Tankers

    and terminals, Fifth Edition 1998, Chapter 9

    a. Testing of tank cleaning hoses

    Semua selang yang dipergunakan untuk pencucian tangki

    (ruang muat) harus diperiksa electrical continuitynya dalam

    kondisi kering sebelum dipergunakan dan resistancenya tidak

    melebihi 6 ohm per meter panjangnya.

    b. Portable tank washing machines and hoses

    Penutup terluar dari mesin pencuci tangki (ruang muat)

    harus terbuat dari material yang apabila bersentuhan

    dengan dinding tangki (ruang muat) tidak akan menimbulkan

    percikan api. Dan semua bonding wire harus terhubung dari

  • 13

    mesin pencuci tangki ke semua selang - selang air hingga ke

    pipa - pipa air pengalir. Dan mesin pencuci tangki harus

    digantung dengan bantuan tali - tali pengikat, tidak hanya

    tergantung dengan selangnya saja.

    c. Removal of sludge, scale and sediment

    Sebelum pembuangan sludge. scale dan sediment dengan

    cara memasuki tangki (ruang muat) maka atmosfir dalam

    tangki (ruang muat) harus aman untuk dimasuki dan entry

    permit dibuatkan.

    3. Tanker Operations, a Handbook for the Person In Charge

    (PIC), Fourth Edition.

    Sistem pencucian tangki (ruang muat) muatan terdiri dari:

    sea chest, tank cleaning pump, heater dan pipa - pipa pengalir di

    atas dek.

    Pelaksanaan pencucian ruang muat yang baik yaitu melalui

    mesin pencuci permanen yang dialiri air dari hydrant dan selang

    pencuci tangki yang fleksibel. Mesin pencuci tangki mempunyai

    mata bor yang memancarkan air dengan tekanan tinggi,

    membersihkan dinding-dinding tangki (ruang muat) secara

    langsung berupa pancaran dan memercikkannya kembali. Mesin

    ini pada umumnya digerakkan oleh air pencuci yang mengalir di

    dalamnya dan dapat berputar baik secara tegak dan melintang

    hingga menutupi keseluruhan permukaan tangki (ruang muat)

    untuk mencapai pencucian secara efektif. Lama pencucian mesin

    ini tergantung dari faktor :

    a) Pengalaman.

    b) Ukuran tangki (ruang muat) dan konfigurasi dalamnya

    c) Waktu yang lewat sejak operasi pencuci yang terakhir.

  • 14

    d) Jenis muatan yang diangkut sebelumnya.

    e) Jenis tangki (ruang muat) apakah coated atau mild steel.

    f) Air pencucian, apakah panas atau dingin.

    g) Pembilasan atau pencucian penuh.

    4. Code of Safe Working Practices for Merchant Seamen,

    Consolidated Edition 2010

    Setiap ABK mempunyai tanggung jawab atas keselamatan

    kerja di atas kapal. Perusahan pelayaran bertanggung jawab

    untuk memastikan keselamatan kapalnya dan keselamatan ABK

    benar-benar diterapkan di atas kapal. Di dalam melaksanakan

    suatu pekerjaan, perwira yang ditunjuk di atas kapal sebagai

    Safety Officer harus melakukan inspeksi terhadap lingkungan

    pekerjaan yang akan dilakukan, apakah daerah pekerjaannya

    aman, apakah ada tersedia penerangan, daerah kerjanya bebas

    dari sampah dan barang-barang yang dapat terbakar, peranginan

    yang cukup, crew kapal yang akan bekerja nanti terlindung dari

    kebisingan, apakah ada peralatan kerja lain yang tidak dibutuhkan

    tergeletak di lingkungan tersebut. Setelah memastikan bahwa

    lingkungan kerja yang akan dilakukan nanti aman, maka ia

    mengeluarkan ijin bekerja terhadap ABK yang mana didalam

    pekerjaannya nanti harus memenuhi prosedur yang berlaku

    sesuai dengan peraturan dari perusahan seperti:

    a) ABK harus memakai Personal Protective Equipment

    didalam bekerja.

    b) Tanda keselamatan dipasang di sekitar lingkungan

    kerja.

    c) Alat-alat kerja mekanik dijaga bila diperlukan.

    d) Mengikuti urutan-urutan pekerjaan sesuai yang telah

    disepakati antar ABK.

  • 15

    B. Analisis Penyebab Masalah

    Dari permasalahan - permasalahan yang telah terjadi di atas,

    maka penulis membuat analisis - analisis penyebab sebagai berikut :

    1. Proses pencucian ruang muat tidak berjalan dengan lancer Penyebabnya adalah :

    a. Kurangnya pengetahuan ABK dalam proses pencucian

    tangki

    Sumber daya manusia yang perlu dibenahi dan ini

    menjadi tanggung jawab perusahaan yang telah mengirim

    crew kapal tanpa proses seleksi yang ketat. Kenyataan yang

    ada sesuai pengamatan penulls, jika diadakan pelatihan

    terhadap anak buah kapal tentang penanganan muatan dan

    pelatihan lainnya sering kali mereka merasa bosan. Jika

    diberikan penjelasan tentang sesuatu yang berhubungan

    dengan tugas tanggung jawabnya dalam pekerjaan kurang

    memperhatikan dan tidak tanggap terhadap apa yang

    dibicarakan. Oleh karena itu penulis berpendapat bahwa

    sumber daya manusia sebagian crew yang ada di atas kapal

    tanker MT. Sulawesi Palm dibawah standar atau sub-standar.

    Ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan

    keterampilan kerja di kapal tanker. Kita menyadari bahwa dewasa ini tenaga kerja banyak

    tersedia, tapi tenaga kerja yang betul-betul memenuhi

    persyaratan dan profesional untuk dipekerjakan di kapal

    tanker pengangkut minyak sulit didapat. Untuk memenuhi

    kelengkapan crew kapal, maka perusahaan menerima dan

  • 16

    memutasikan tenaga kerja yang ada meskipun belum

    berpengalaman dan keterampilan di kapal tanker.

    b. Minimnya peralatan untuk pencucian tangki (ruang muat)

    Seperti yang penulis alami di atas kapal MT. Sulawesi

    Palm, pernah terjadi masalah yang disebabkan oleh sarana

    peralatan untuk perlengkapan pencucian tangki (ruang muat)

    yang tidak berfungsi dengan baik dan kurang memadai,

    seperti:

    1) Selang pencucian tangki atau tank cleaning hose banyak

    rusak

    Karena sering menggunakan media air laut, maka kondisi

    selang sering bocor sebagian. Sehingga air laut yang

    dialirkan melalui selang ini tak dapat dialirkan secara total,

    dan tentunya pasti akan kurang memaksimalkan hasil

    yang dicapai dalam proses pencucian tangki (ruang muat).

    2) Mesin pencuci tangki portable (butterworth machine)

    Kondisi mesin pencuci tangki portable (butterworth

    machine) yang sudah lama I tua menyebabkan sering

    terjadi kemacetan dan daya putar I semprot kurang

    maksimal. Ditambah lagi dengan terbatasnya jumlah

    mesin pencuci tangki portable (butterworth machine)

    mengakibatkan keterlambatan dalam proses pencucian

    tangki (ruang muat).

    2. Terjadinya kecelakaan pada saat kegiatan proses pencucian tangki (ruang muat)

    Penyebabnya adalah :

  • 17

    a. Tidak Adanya Pembagian Jam Kerja

    Pada waktu melaksanakan pencucian tangki (ruang

    muat) harus dilakukan pembagian jam kerja karena waktu

    proses pencucian tangki (ruang muat) yang memakan waktu

    lama. Pembagian jam kerja yang tidak dilakukan dengan baik

    akan mengakibatkan crew deck yang melakukan pencucian

    tangki (ruang muat) kelelahan. Crew deck yang sudah

    kelelahan saat bekerja dalam kegiatan pencucian tangki

    (ruang muat) sering sekali tidak bisa berkosentrasi penuh dan

    pekerjaan yang dilakukan tidak bisa berjalan sebagaimana

    mestinya, sehingga dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan

    tentunya akan berpengaruh pada penundaan waktu.

    Berhubung dengan butterworth machine yang digunakan

    untuk mencuci tangki cuma 1 (satu) dan agar konsentrasi

    crew deck dalam mencuci tanki fokus pada mencuci tangki

    dan tidak kelelahan, salah satu crew deck untuk istirahat dan

    bergantian dengan crew deck yang lain agar dapat istirahat

    yang cukup dan tidak kelelahan dalam bekerja mencuci

    tangki. Setiap proses discharging selesai dilaksanakan maka

    crew deck harus menyiapkan alat - alat pencuci tangki (ruang

    muat).

    b. Kurangnya kesadaran ABK akan pentingnya keselamatan

    kerja

    Keselamatan kerja merupakan prioritas utama bagi

    seorang pelaut professional saat bekerja di atas kapal. Dalam

    proses pencucian tangki (ruang muat), faktor keselamatan

    adalah faktor yang sangat penting sekali diperhatikan oleh

    semua crew deck yang melaksanakan pencucian tangki

    (ruang muat).

  • 18

    Namun kondisi di lapangan, hal tersebut di atas sering

    sekali diabaikan oleh crew deck. lni jelas sekali terlihat pada

    saat proses pencucian tangki (ruang muat) berlangsung,

    masih ada saja crew deck yang tidak menggunakan helmet

    keselamatan (helm), sarung tangan (hand gloves) ataupun

    kaca mata (goggles).

    C. Analisa Pemecahan Masalah

    1. Proses pencucian ruang muat tidak berjalan dengan lancar Pemecahannya adalah :

    a. Mengadakan Training [Latihan] Bagi ABK

    Diadakannya pengarahan dan latihan serta dibantu

    dengan pemberian buku panduan kepada crew deck harus

    diselenggarakan secara berkesinambungan agar apa yang

    diharapkan dapat tercapai dan bila terdapat kekurangan -

    kekurangan maka dapat dipantau dan diambil tindakan

    selanjutnya. Dengan diberikannya pengetahuan dan

    penerangan dari informasi tentang sistematika kerja crew deck

    yang melaksanakan kegiatan pencucian tangki (ruang muat),

    diharapkan crew deck dapat bekerja dan mengerti tugasnya.

    Dalam hal pemberian penerangan atau informasi tentang

    sistematika kerja dapat dilakukan dengan cara:

    1) Ceramah atau diskusi

    Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi

    crew kapal, khususnya crew deck dalam pelaksanaan

    pencucian tangki (ruang muat) sangat penting dilakukan.

    Salah satu kegiatan yang harus diselenggarakan adalah

  • 19

    dengan menyampaikan dalam bentuk ceramah atau

    diskusi.

    Di dalam ceramah kita dapat memberikan pengertian

    yang terfokus pada masalah kerja, keselamatan kerja dan

    efek samping atas resiko kerja. Dalam diskusi ceramah,

    seorang moderator harus pandai berbicara dalam

    penyampaian informasi dan dilakukan oleh seorang

    perwira yang berpengalaman. Biasanya ceramah I diskusi

    di kapal sangat jarang dilaksanakan mungkin karena

    waktu yang sempit, tetapi bila dilaksanakan biasanya

    pada jam istirahat atau jadwal yang khusus yang telah

    dibuat. Atau bila perlu diadakan meeting setiap . minggu.

    Cara lain yang mungkin saja adalah ceramah I diskusi dan

    training yang dibuat oleh perusahaan sebelum crew naik

    ke kapal.

    2) Melalui film dan poster- poster

    Film dan poster adalah salah satu media informasi

    yang baik (media elektronik) dan umumnya mudah

    dimengerti oleh crew kapal. lnformasi yang diperoleh bisa

    berupa cara - cara kerja yang difilmkan melalui video atau

    slide. Karena melalui media film juga dapat

    memperlihatkan I menunjukkan suatu operasional kerja

    dan resikonya serta bagaimana cara pencegahannya.

    Mengenai waktu pelaksanaanya dapat diatur oleh

    Nakhoda atau Mualim I. Demikian juga mengenai

    perhatian - perhatian khusus akan kecelakaan kerja dapat

    ditempel di dinding atau tempat - tempat tertentu yang

    mudah dilihat oleh crew kapal.

  • 20

    3) Adanya buku panduan dan latihan yang terpadu Umumnya pada setiap kapal sudah ada buku

    panduan kerja dan keselamatan kapal. Bila buku - buku

    tersebut diperbanyak dan dibagikan kepada seluruh crew

    kapal (dijadikan inventaris crew) maka diharapkan crew

    kapal dapat mengerti akan prosedur kerja serta ada

    kesamaan I kekompakan dalam bekerja karena mereka

    dapat dari satu sumber yang sama. Setelah semua

    memilikinya, tinggal mengadakan latihan. Latihan harus

    diadakan secara terpadu dan berkesinambungan, yaitu

    dikerjakan oleh semua crew deck yang melaksanakan

    proses pencucian tangki (ruang muat) secara intensif baik

    penggunaan alat - alat maupun pengoperasiannya.

    b. Melengkapi peralatan pencucian

    Perusahaan perlu melengkapi peralatan pencucian

    dengan lengkap, karena kurangnya peralatan dapat

    mengakibatkan terhambatnya proses pencucian tangki (ruang

    muat). Dimana waktu yang seharusnya dapat dilaksanakan

    dengan cepat tetapi menjadi lebih lambat karena keterbatasan

    peralatan yang ada.

    Satu contoh yang nyata pada kegiatan pencucian tangki

    yang dilaksanakan hanya dengan menggunakan 1 unit mesin

    pencuci tangki (butterworth machine). Memang kegiatan

    pencucian tangki (ruang muat) dapat terlaksana tetapi dalam

    pelaksanaannya akan memakan waktu yang lebih lama.

    Dimana dalam pelaksanaan pencucian ruang muat dibutuhkan

    paling sedikitnya 4 (empat) jam penyemprotan. lni juga

    belum menghasilkan hasil pencucian yang optimal tetapi

    sudah mencukupi untuk suatu pencucian tangki. Belum lagi

  • 21

    apabila pencucian untuk ke semua tangki muatan (dua belas

    tangki muatan) maka akan begitu lama memakan waktu untuk

    proses pencucian .

    Apabila kapal memiliki 3 (tiga) unit mesin pencuci tangki

    (butterworth machine), dimana 1 (satu) unit untuk cadangan

    maka kegiatan pencucian dapat lebih cepat diselesaikan dan

    hasilnya juga akan lebih optimal karena waktu pelaksanaan

    pencucian yang cukup. Jadi, kelengkapan peralatan

    pencucian sangat mendukung keberhasilan kegiatan

    pencucian dan hasil yang optimal.

    Selain itu menyediakan pengadaan instalasi mesin

    pencuci tangki (butterworth machine) yang permanen. Dengan

    adanya instalasi mesin pencuci tangki (butterworth machine)

    yang permanen maka proses pencucian tangki (ruang muat)

    akan lebih cepat terselesaikan dan kegiatan penyemprotan

    akan lebih sempurna. Sehingga hasil pencucian tangki (ruang

    muat) akan menjadi lebih optimal.

    Pengadaan instalasi mesin pencuci tangki (butterworth

    machine) ini sangat mendukung pelaksanaan pencucian

    tangki (ruang muat). Penggunaan instalasi mesin pencuci

    tangki (butterworth machine) dalam pembersihan tangki -

    tangki ruang muat adalah untuk membersihkan sisa - sisa

    muatan yang sebelumnya setelah proses bongkar

    (discharging) selesai. Dengan instalasi mesin pencuci tangki

    (butterworth machine) ini maka proses pencucian dan

    penyemprotan akan lebih mudah dalam mengangkat sisa -

    sisa endapan dari sekat dan dasar tangki (ruang muat),

    karena pemyemprotan lebih teratur dan merata secara terus

    menerus. Hasilnya tangki (ruang muat) bagian dalam mulai

    dari atas hingga dasar tangki akan lebih bersih.

  • 22

    2. Terjadinya kecelakaan pada saat kegiatan proses pencucian tangki (ruang muat)

    Pemecahannya adalah :

    a. Melaksanakan prosedur-prosedur pencucian tangki (ruang muat) dengan baik dan benar

    Semua kegiatan pencucian tangki (ruang muat)

    mempunyai proseour sebagai acuan untuk menunjang

    keberhasilannya. Prosedur ini meliputi segala macam kegiatan

    yang berkaitan dengan pencucian tangki (ruang muat):

    1) Pembagian jam kerja bagi semua crew deck selama

    kegiatan pencucian tangki (ruang muat) berlangsung

    Kegiatan pencucian tangki (ruang muat)

    dilaksanakan selama 22- 24 jam, sehingga harus selalu

    ada crew deck yang bekerja selama jangka waktu

    tersebut. Untuk menghindari terjadinya kelelahan pada

    crew deck diperlukan pembagian jam kerja yang merata.

    Di kapal MT. Sulawesi palm. Crew deck yang

    melaksanakan pencucian tangki (ruang muat) dibagi

    menjadi 2 (dua) kelompok kerja yang masing - masing

    akan mendapatkan 12 (dua belas) jam kerja. Kelompok

    pertama akan bekerja selama 6 (enam) jam pertama dan

    6 (enam) jam ketiga, sedangkan kelompok kedua akan

    bekerja selama 6 (enam) jam kedua dan keempat

    maka kelompok yang satu untuk istirahat agar mendapat

    istirahat yang cukup dan tidak kelelahan jadi crew deck

    fokus dalam mencuci tangki (ruang muat).

    Dengan pengaturan jam kerja demikian maka tidak

  • 23

    ada kru dek yang mengalami kelelahan karena setelah

    bekerja selama 6 (enam) jam akan akan mendapatkan

    waktu istirahat yang cukup dan siap bekerja lagi.

    2) Menentukan waktu yang dibutuhkan bagi tiap - tiap tangki (ruang muat) yang akan dicuci

    Dalam menentukan waktu bagi tiap - tiap tangki

    (ruang muat) yang akan dicuci perlu diingat bahwa tidak

    ada waktu yang tepat untuk kegiatan pencucian tangki

    (ruang muat) yang dapat disarankan. Hal ini sepenuhnya

    tergantung pada jenis muatan yang akan dibersihkan.

    Ukuran daripada tangki (ruang muat) bukan sesuatu yang

    menentukan lamanya waktu bagi tiap - tiap tahapan

    pencucian tangki pada banyak kasus. Tangki - tangki yang

    lebih kecil biasanya terdapat banyak penghalang -

    penghalang seperti penguat- penguat melintang, penguat-

    penguat membujur yang tentu akan mempersulit proses

    pencucian.

    Dengan memperhatikan hal di atas maka untuk

    menentukan berapa lama sebuah tangki (ruang muat)

    harus dicuci selain dengan memperhitungkan besarnya

    ukuran tangki (ruang muat), banyaknya penghalang di

    dalam tangki dan posisi lubang - lubang untuk meletakkan

    butterworth machine, karakteristik muatan yang telah

    dibongkar dan muatan yang akan dimuat harus

    diperhitungkan.

  • 24

    3) Tahapan-tahapan dalam pelaksanaan pencucian tangki (ruang muat)

    Sebelum dimulainya kegiatan pencucian tangki

    (ruang muat) maka Mualim I memberi pengarahan kepada

    Bosun dan semua crew deck yang ikut dalam kegiatan

    pencucian tangki (ruang muat) mengenai prosedur

    pencucian tangki (ruang muat) yang akan dilaksanakan

    serta keselamatan kerja yang harus diperhatikan.

    Adapun tahapan-tahapan pencucian tangki (ruang

    muat) harus direncanakan dan dilaksanakan dengan

    sebaik-baiknya sesuai dengan panduan dari Tank

    Cleaning Guide, agar hasil dari pencucian tangki (ruang

    muat) akan sesuai dengan yang diinginkan.

    Tahapan-tahapan pencucian tangki (ruang muat)

    untuk kapal product tanker dapat digolongkan sebagai

    berikut :

    a) Pencucian ruang muat

    Pelaksanaan pencucian pada tangki (ruang

    muat) menggunakan mesin pencuci tangki

    (butterworth machine) dengan media air laut atau air

    tawar. Pada saat pencucian berlangsung mesin

    pencuci tangki (butterworth machine) harus

    ditempatkan pada posisi bagian atas, bagian tengah

    dan bagian dasar tangki (ruang muat) dengan jumlah

    mesin pencuci tangki (butterworth machine) yang

    memadai.

    Hal ini dilakukan agar seluruh bagian dalam

    tangki (ruang muat) dapat terjangkau oleh semprotan

    air bertekanan tinggi yang dikeluarkan dari nozzle-

  • 25

    nozzle mesin pencuci tangki.

    Dalam pelaksanaan pencucian tangki (ruang

    muat) utama maka air pencuci tangki di dalam jalur

    pipa pencucian tangki disemprotkan dengan tekanan

    tinggi ke dalam tangki (ruang muat) yang akan dicuci

    oleh mesin pencuci tangki (butterworth machine). Air

    yang digunakan dalam pencucian tangki utama ini

    bisa air panas atau air dingin selama 20 menit agar

    bercampur dengan sisa - sisa muatan yang ada.

    Sisa- sisa air cucian di dalam tangki (ruang

    muat) kemudian dihisap dengan menggunakan pompa

    muatan dan dikumpulkan ke dalam tangki slop

    ataupun dapat langsung dibuang ke laut melalui pipa

    pembuangan di bawah air.

    Selama pencucian dilaksanakan maka dasar

    tangki (ruang muat) harus dijaga jangan sampai air

    kotor hasil cucian banyak terakumulasi di dalam tangki

    (ruang muat) dengan cara menghisap sisa - sisa air

    pencuci secara terus - menerus dan juga dengan

    mengontrol putaran pompa.

    b) Pembilasan

    Setelah pencucian tangki (ruang muat) selesai

    maka tangki (ruang muat) harus dikontrol lagi

    mengenai kebersihannya, terutama pada bagian

    belakang gading - gading kapal, bagian belakang

    maupun bagian bawah pipa - pipa muat dan bagian

    sudut-sudut ruang kapal yang kemungkinan tidak

    terjangkau oleh semprotan mesin pencuci tangki

    (butterworth machine) bila kondisi tangki (ruang muat)

  • 26

    sudah bersih dan tidak ada sisa - sisa kotoran muatan

    maka dilanjutkan pembilasan tangki (ruang muat)

    dengan menggunakan semprotan air laut, sehingga

    tidak ada lagi sisa - sisa muatan di dalam tangki

    (ruang muat).

    c) Penyemprotan air tawar

    Setelah pembilasan selesai dan di dalam tangki

    (ruang muat) sudah tidak ditemukan lagi sisa - sisa air

    kotor maupun detergent hasil pencucian tangki (ruang

    muat) dengan menyemprotkan air tawar keseluruh

    ruangan tangki (ruang muat) secara merata. Hal ini

    bertujuan untuk menghilangkan sisa - sisa garam dari

    air laut yang menempel pada dinding dan dasar lantai

    tangki (ruang muat) hingga airnya dipompa keluar

    hingga bersih dan kering sebelum dilakukan

    pembersihan tahap berikutnya.

    d) Peranginan dan pengeringan tangki (ruang muat)

    Peranginan tangki (ruang muat) merupakan

    tahap akhir dari semua tahapan - tahapan pencucian

    tangki (ruang muat). Setelah tangki (ruang muat)

    cukup dingin maka kadar oksigen di dalam tangki

    (ruang muat) dicek dengan oxygen meter. Demikian

    juga halnya kadar gas- gas berbahaya dicek dengan

    combustible gas detector. Apabila semua hasil

    pengecekan baik dan aman bagi kru kapal yang akan

    masuk ke dalam tangki (ruang muat) maka kegiatan

    pengeringan tangki (ruang muat) dapat dilaksanakan.

    Pekerjaan ini berupa pengangkatan sisa - sisa

  • 27

    air yang tidak dapat dihisap oleh pampa muatan dan

    dilanjutkan dengan pengelapan bagian - bagian tangki

    (ruang muat) yang basah dengan menggunakan

    majun sehingga menjadi kering dan bersih. Setelah

    semua tahap - tahap dilaksanakan, maka Mualim I

    sebagai yang bertanggungjawab pada kegiatan ini

    akan memeriksa keadaan tangki (ruang muat) apakah

    sudah layak untuk disurvey atau belum.

    b. Pentingnya keselamatan kerja bagi crew deck dalam

    proses pencucian tangki (ruang muat)

    Keselamatan kerja adalah hal yang sangat penting dan

    harus diperhatikan oleh crew kapal, terutama pada saat

    pelaksanaan proses pencucian tangki (ruang muat). Dimana

    keselamatan kerja tidak hanya menyangkut pada proses dan

    hasil dari pekerjaan tetapi juga yang lebih penting adalah

    menyangkut jiwa individu yang melaksanakan kerja. Seperti

    kita ketahui bahwa bekerja di kapal tanker sangat

    mengutamakan unsur keselamatan. Kelalaian dalam bekerja

    kerap sekali menimbulkan kecelakaan kerja.

    Dari hasil penyelidikan ternyata faktor manusia dalam

    menimbulkan kesalahan I kecelakaan sangat dominan.

    Menurut data statistik dari tahun ke tahun bahwa 80 - 85%

    kecelakaan disebabkan oleh kesalahan manusia, sehingga

    ada suatu pendapat bahwa akhirnya langsung atau tidak

    langsung semua adalah karena faktor manusia. (Kajian

    Analisis Trend Kecelakaan Transportasi Laut tahun 2003 -

    2008). Kecelakaan kerja terjadi tanpa disangka dan terjadi

    dalam sekejap mata. Dalam setiap kejadian, empat faktor

    bergerak dalam satu kesatuan rantai, yaitu: faktor lingkungan,

    faktor bahaya, faktor peralatan dan perlengkapan dan faktor

  • 28

    manusia.

    Kesatuan rantai, yaitu : faktor lingkungan, faktor bahaya,

    faktor peralatan dan perlengkapan dan faktor manusia. Ada

    beberapa konsep yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

    kesadaran kru akan keselamatan kerja sebagai berikut:

    1) Education (Pemberian bekal pengetahuan dan keselamatan kerja)

    Crew deck yang bekerja atau melaksanakan proses

    pencucian tangki (ruang muat) dituntut untuk dapat

    menyiapkan tangki (ruang muat) yang layak sehingga

    dapat memuat muatan tepat waktu. Di kapal MT. Sulawesi

    Palm terdapat crew deck yang masih muda - muda

    dimana mereka minim sekali pengalaman dalam bekerja

    dan pengetahuan akan keselamatan, sehingga

    keselamatan mereka akan terancam dalam bekerja

    apabila tidak ada penanganan yang serius dari sekarang.

    Untuk itu diperlukan pelatihan dan bekal pengetahuan

    tentang lingkup pekerjaan dan resiko dari pekerjaan

    terutama mengenai pentingnya keselamatan kerja

    secara berjenjang dan berkesinambungan.

    2) Enforcement (Pemberian sanksi I teguran)

    Adanya crew yang sudah benar - benar mengetahui

    dengan jelas cara kerja, peraturan - peraturan, bahaya -

    bahaya akan keselamatan atau kerja serta mampu

    melakukannya tetapi kemauan yang tidak ada dimana

    akhirnya orang tersebut akan melakukan kesalahan atau

    mengakibatkan kecelakaan. Hal ini terjadi di kapal MT.

    Sulawesi Palm dimana seorang crew mengalami

  • 29

    kecelakaan pada saat pencucian tangki (ruang muat),

    crew deck tersebut sudah mengerti pentingnya

    penggunaan alat - alat keselamatan I pelindung pada

    pekerjaan pencucian tangki (ruang muat) tetapi ia tidak

    memakainya dan akhirnya ia mengalami kecelakaan.

    Untuk itu, enforcement (teguran I sanksi) merupakan

    salah satu cara untuk memberikan kesadaran, sehingga

    untuk kedepannya hal tersebut tidak terulang kembali.

    Sanksi I teguran ini juga harus dilaksanakan secara

    tegas bagi semua crew kapal yang melanggar; terutama

    crew deck pada saat melakukan kegiatan pencucian

    ruang muat yang benar - benar beresiko tinggi.

  • 30

    BAB IV PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan penjelasan yang telah penulis uraikan pada bab-

    bab sebelumnya, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan

    sebagai berikut :

    1. Tingkat pengetahuan dan keterampikan crew deck tentang tata

    cara pencucian tangki (ruang muat) minim.

    2. Perawatan alat-alt cuci tangki seperti butterworth machine tidak

    dijalankan secara berkesinambungan.

    3. Konsentrasi yang kurang dalam bekerja dan kelelahan

    mengakibatkan kecelakaan kerja pada saat pencucian tangki

    (ruang muat).

    4. Kesadaran crew kapal akan pentingnya keselamatan kerja dalam

    pencucian tangki muatan.

    B. Saran

    Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan

    saran-saran sebagai berikut:

    1. Sebaiknya perusahaan mengadakan training I latihan di atas

    kapal, khususnya dalam penanganan pencucian tangki (ruang

    muat) agar crew deck yang melaksanakan pekerjaan pencucian

    tangki mengerti akan tugas dan tanggung jawabnya sehingga

    proses pencucian tangki (ruang muat) tidak mengalami

    keterlambatan dan mengurangi resiko kecelakaan kerja di atas

    kapal.

  • 31

    2. Hendaknya ABK Memeriksa alat-alat untuk mencuci tangki secara

    berkesinambungan dan pemeliharaan alat-alat untuk mencuci

    tangki setelah digunakan untuk pencucian tangki seperti

    butterworth machine di rendam di air tawar sehingga alat-alat

    selalu siap digunakan untuk menunjang kelancaran proses .

    pencucian tangki (ruang muat).

    3. Hendaknya Crew deck memanfaatkan waktu untuk beristirahat

    yang cukup sesuai aturan (rest hours) yang telah dibuat

    untuk menghindari kelelahan kerja.

    4. Sebaiknya Perwira memberikan pendidikan dan pelatihan

    terhadap crew deck baik di kapal ataupun di darat dalam

    rangka meningkatkan kesadaran crew kapal tentang pentingnya

    keselamatan kerja melalui penggunaan alat-alat keselamatan

    khususnya dalam penanganan tank cleaning (pencucian tangki I

    ruang muat).

  • 32

    DAFTAR PUSTAKA

    Code of Safe Working Practices for Merchant Seamen , Consolidated

    Edition, 2010

    ________(1983), Konvensi lnternasional tentang Pencegahan

    Pencemaran dari Kapal.

    Sutiyar, (2010), Kamus lstilah Pelayaran & Perkapalan, Pustaka Beta.

    ________(1996), International Association of Ports and Harbors,

    International Safety Guide for Oil Tankers & Terminals,

    Fourth Edition, International Chamber of Shipping, Oil

    Companies International Marine Forum, International

    Association of Perth and Harbors, London, England.

    International Maritime Organization (IMO), "STCW Convention and STCW Code Including 2010 Manila Amendments" Third Consolidated edition 2011, IMO Publication, London.

    Huber, Mark (2001), Tanker Operations a Handbook For The Person in

    Charge (PIC) Tankers Edition, Cornell Maritime Press,

    Coentrevile, Maryland, United Stated of America.

    Marton, G.S, (1992), Tanker Operations A. Handbook for The Ships

    Officer, Cornell Maritime Press, Centreville Maryland, United

    Stated of America.

    Me. Guire, (1987), The Centre for Advance Studies, Hazardus Cargo

    Handling Unit, Inert Gas and Crude Oil Washing System,

    F.lnst, Pet. London, England.

  • 33