Download - 016 NAUTIKA
-
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bumi ini terdiri dari pada lautan dan daratan. Lautan merupakan
bagin besar dari bumi.Antar daratan dipisahkan oleh lautan yang luas,
oleh karena itu angkutan laut sangat dibutuhkan sebagai penghubung.
Kapal laut merupakan salah satu alat transportasi yang sangat
penting, yang digunakan untuk menghubungkan suatu pulau ke pulau
lainnya atau dari suatu negara dengan negara lainnya. Ada
bermacam-macam jenis dan bentuk kapal laut dibuat sesuai dengan
fungsinya, salah satu diantaranya adalah kapal tunda yang dirancang
khusus untuk menunda atau menowing tongkang, kapal atau
sejenisnya. Selain digunakan sebagai alat transportasi, pada
umumnya kapal tunda sering digunakan untuk menowing atau
menunda tongkang. Kapal tunda sangatlah penting, sebab digunakan
untuk melayani proyek besar di laut seperti pengeboran minyak lepas
pantai dan pemasangan pipa di laut yang memiliki peralatan sangat
mahal, serta dapat pula melayani daerah-daerah terpencil yang tidak
tersedianya pelabuhan untuk kapal barang lainnya. Dalam
pengangkutan barang biayanya lebih murah dari pada kapal barang. Kapal tunda merupakan kapal yang trayeknya dari suatu negara
ke negara lain dan jarak cukup jauh disebut Ocean Tug. Kapal jenis ini
ukurannya lebih besar daripada tug boat biasa, baik bodinya maupun
tenaga mesinnya serta alat-alat towingnya lebih lengkap. Kapal tunda
AHT TCL 4401 adalah Kapal tunda milik perusahaan Daiho
Transportation tempat penulis bekerja. Kapal ini berbentuk seperti kapal tunda pada umumnya, namun memiliki peralatan untuk
pekerjaan Anchor Handling (memindahkan jangkar pada pekerjaan
-
2
pengeboran lepas pantai) dan dapat digunakan untuk menarik
tongkang yang muatannya peralatan pengeboran minyak seperti
platform (Bangunan pada bagian atas sumur minyak) dan pipa-pipa
yang dipasang di bawah laut.
Bekerja di atas kapal Ocean Tug haruslah orang-orang yang
telah berpengalaman, sebab banyak hal-hal yang sangat penting
dibutuhkan untuk pelaksanaannya. Contohnya alat-alat towing (tunda),
pengetahuan dan pengalaman Nakhoda utamanya manouvering pada
waktu akan sandar atau berangkat, juga sangat menunjang pula ABK
(Anak Buah KapaI) yang berpengalaman sehingga dalam
melaksanakan perintah Nakhoda cepat dan aman dalam bekerja. Di
atas kapal AHT TCL 4401 penulis mendapatkan permasalahan
pelaksanaan menarik tongkang kurang efektif dan kurang terampilnya
ABK dalam melaksanakan order Nahkoda sehingga proses
penyandaran tongkang tidak efektif.
Berdasarkan uraian di atas penulis terdorong untuk memilih judul
makalah ini, yaitu: "Upaya Meningkatkan Efektifitas Towing Tongkang Di AHT TCL 4401" "
B. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan penulisan
Merujuk pada rumusan masalah, maka tujuan penulisan ini
adalah: a. Untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab kurang
lancarnya pekerjaan menarik tongkang di Kapal AHT TCL
4401. b. Untuk mendapatkan pemecahan di dalam meningkatkan
kelancaran atau efektivitas kerja menunda di Kapal AHT TCL
4401.
-
3
2. Manfaat Penulisan
Merujuk pada tujuan penulisan maka manfaat penulisan ini
adalah: a. Manfaat Bagi Dunia Akademis
Berguna sebagai bahan informasi tentang towing
tongkang yang dapat menyokong dan memperkaya konsep
serta perkembangan ilmu maritim.
b. Manfaat Bagi Dunia Praktis
Berguna sebagai bahan masukan bagi AHT TCL
4401 khususnya dalam upaya efisiensi pelayanan menunda
tongkang.
C. Ruang Lingkup
Untuk memberi batasan yang lebih sempit, maka penulis
memfokuskan dalam dua hal penting, yang berlaku di atas Kapal AHT
TCL 4401, yaitu: 1. Pemeliharaan alat-alat towing pada Kapal AHT TCL 4401 seperti
alat-alat menunda yang akan dibahas hanya khusus pada
shackle (segel), wire bridle (teraju tunda), serta towing wire (tali
kawat baja). 2. Persiapan dan hal-hal yang dilakukan untuk menyandarkan
tongkang dengan cepat dan aman.
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini metode yang digunakan oleh
penulis, yaitu:
-
4
1. Metode Pengumpulan Data
a. Studi Lapangan
Metode ini dilakukan berdasarkan pengalaman yang
penulis alami selama bekerja di Kapal AHT TCL 4401 periode
Januari 2013 sampai dengan Juni 2013.
b. Studi Kepustakaan
Mengkaji buku buku / kepustakaan yang telah
disediakan di perpustakaan BP3IP yang berhubungan dengan
pembahasan makalah ini.
2. Metode Analisis Data
Penulis menganalisis data dengan melakukan studi banding
terhadap landasan teori dan fakta yang terjadi di lapangan
sehingga dapat menemukan pemecahan atau solusi dari
permasalahan utama.
-
5
BAB II FAKTA DAN PERMASALAHAN
A. FAKTA
1. Obyek Penelitian
Menurut Arikunto (1991:2), penelitian merupakan kegiatan
yang dilakukan oleh siapa saja yang ingin meningkatkan hasil untuk
apa saja yang sedang ia tekuni. Sedangkan menurut Marzuki
(1983 : 5), penelitian adalah usaha untuk menemukan,
mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang
dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Untuk itu,
yang menjadi objek penelitian penulis yaitu Kapal AHT TCL 4401.
Dimana Kapal AHT TCL 4401 merupakan Kapal tunda yang
memang dirancang khusus untuk menowing tongkang untuk
pelayaran jarak jauh/pendek yang towingnya menggunakan tali
kawat baja. Di samping itu, Kapal AHT TCL 4401 mempunyai ciri
khas: badan Kapal kecil dengan daya mesin induk yang besar,
sistem baling-baling ganda dan mempunyai perlengkapan khusus
untuk menunda tongkang.
2. Fakta Kondisi (kejadian)
Pada saat pelaksanaan pengoperasiannya sering mengalami
hambatan-hambatan seperti:
a. Perlengkapan Peralatan Towing tidak Dapat Berfungsi
dengan Baik Dalam bekerja di atas Kapal Ocean Tug yang perlu
-
6
diperhatikan adalah peralatan towingnya. Sebab, peralatan
towing memegang peranan penting. Tidak diperhatikannya
perawatan terhadap perlengkapan menunda dapat
mengakibatkan fatal atau putusnya towing wire. Begitupun alat-
alat towing lainnya seperti shackle dapat macet sehingga sukar
untuk dibuka karena karat serta winchnya macet atau lengket
karena kering tidak diberi gemuk. Kurang diperhatikannya dengan cermat setelah towing
wire dari kapal dan stretcher apakah alat-alat towing sudah
terpasang dengan baik, apakah alat-alat towing yang
digunakan sudah lengkap, atau apakah alat-alat towing yang
digunakan masih baik kondisinya serta kelengkapan sertifikat
alat-alat towing. Begitu pula pada saat pelayaran towing wire
kurang diperhatikan dan dijaga sehingga dapat mengalami
kerusakan pula. Kerusakan kerusakan tersebut diantaranya
adalah :
1) Towing wire lecet atau luka serta kelihatannya berkarat
sehingga harus diganti yang baru.
2) Pada saat akan memakai wire bridle ditongkang, wire bridle
ternyata tidak dapat dipakai karena didapati wire bridle
berkarat sehingga harus diganti yang baru juga .
3) Shackle (segel) SWL 55 Ton yang digunakan untuk
menyambung towing wire dengan pennant wire dimana
shackle (segel) tersebut macet atau lengket karena karat
sehingga sukar untuk dibuka murnya. Setelah murnya
dipaksa untuk dibuka, malah shackle (segel) tersebut rusak
sehingga tidak dapat dipakai lagi.
-
7
b. Lambatnya Menyandarkan Tongkang Di Pelabuhan
Setelah sampai di pelabuhan tujuan maka Nakhoda harus
mempunyai rencana atau planing dimana sebelum memasuki
alur pelabuhan harus memendekkan towing wire. Tempat atau
lokasi untuk memendekkan towing wire harus bebas dari
tempat ramai Kapal-kapal lain sehingga dapat terhindar dari
hal-hal yang tidak diinginkan seperti menyenggol atau
mengganggu Kapal lain yang sedang berlayar atau yang
sedang berlabuh jangkar. Ada kalanya towing wire dihibob sampai habis tergulung di
drum towing winch dan diganti dengan tali cabang yang terbuat
dari tali polypropeline (sintetis). Ukuran 10 inchi dan panjang 60
meter. Digunakan untuk menowing tongkang ke dalam alur
pelabuhan hingga menyandarkan tongkang.
Dalam menyandarkan tongkang bila tidak memiliki
rencana, serta tidak ditunjang dengan awak kapal yang
berpengalaman dapat mengalami banyak kendala yang tidak
diinginkan, sehingga mengakibatkan lamanya waktu yang
digunakan untuk menyandarkan tongkang ke dermaga.
Dalam penulisan makalah ini, penulis melakukan
penelitian langsung selama penulis bekerja di atas Kapal AHT
TCL 4401 yang memiliki isi kotor GT 540 berbendera Singapura
milik perusahaan Daiho Transportation periode Januari 2013 sampai dengan Juni 2013 .
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan kondisi saat ini dari objek penelitian
-
8
yang sudah disampaikan dapat diidentifikasi masalah sebagai
berikut:
a. Kurang Berfungsinya Dengan Baik Peralatan Towing
Masalah ini memegang peranan yang cukup vital bagi
kelancaran pengoperasian kapal dan peralatannya. Banyak
alat - alat towing mengalami kerusakan yang cukup signifikan.
Peralatan towing memang sering mengalami kerusakan karena
kurangnya pemeliharaan dan penyimpanan yang salah. Penyimpanan alat - alat towing yang kurang benar
memang selalu mengakibatkan kerusakan pada alat - alat
tersebut,Banyak terjadi karat (Rusted) pada alat alat towing di
Kapal mengingat bahan untuk alat - alat towing adalah berasal
dari besi ataupun metal sehingga karena pengaruh air laut
maupun udara yang mengandung banyak garam,
mengakibatkan karat tersebut muncul pada bagian bagiannya.
Sebagai suatu contoh yang terjadi di tempat penulis bekerja
yaitu :
1) Towing wire lecet atau luka serta kelihatannya berkarat
sehingga harus diganti yang baru.
2) Pada saat akan memakai wire bridle ditongkang, wire bridle
ternyata tidak dapat dipakai karena didapati wire bridle
berkarat sehingga harus diganti yang baru juga .
3) Shackle (segel) SWL 55 Ton yang digunakan untuk
menyambung towing wire dengan pennant wire dimana
shackle (segel) tersebut macet atau lengket karena karat
sehingga sukar untuk dibuka murnya. Setelah murnya
dipaksa untuk dibuka, malah shackle (segel) tersebut rusak
sehingga tidak dapat dipakai lagi.
-
9
b. Terganggunya Penyandaran Tongkang di Pelabuhan
Memasuki pelabuhan tujuan dengan menggandeng
ataupun menunda tongkang sangat beresiko dan banyak
mengalami kendala-kendala. Banyaknya nelayan, alur yang
kadang kurang kita pahami maupun kondisi perairan yang
belum kita kenali seutuhnya. Perlu juga diketahui bahwa kendala-kendala umum yang
dihadapi AHT TCL 4401 ketika akan menyandarkan tongkang
dengan cepat dan aman adalah timbul dari kapal itu sendiri
maupun dari luar kapal. Pengaruh dari dalam kapal misalnya
faktor kemampuan mesin kapal serta alat-alat bantu lainnya
yang berhubungan dengan olah gerak kapal. Sedangkan
pengaruh dari luar kapal adalah situasi dan kondisi tempat
seperti arus kuat, lokasinya dangkal dan faktor alam lainnya.
Dan tidak kalah pentingnya adalah kemampuan dan kecakapan
kerja dari awak kapal utamanya Nakhoda dalam berolah gerak
kapal.
c. Kurangnya Pengetahuan dan keterampilan ABK yang bekerja di Kapal Tunda.
Perusahaan mengharapkan memiliki ABK yang sudah
terampil didalam pengoperasian kapal, terutama adalah
perwira yang berpengalaman dan diberikan pendidikan
tambahan yang sesuai dengan profesi Kapal tunda.
Kemahiran yang dimiliki perwira dan ABK akan keterampilan
menggunakan dan merawat peralatan kapal tetap dalam
keaadaan prima. Seperti yang telah diketahui bahwa kapal
tunda banyak memiliki kendala dalam pengoperasian baik di
tengah laut atau pelabuhan.
-
10
d. Berbahasa menjadi hambatan didalam berkomunikasi.
Kendala utama dan paling sering dijumpai pelaut
Indonesia bekerja diatas di kapal asing adalah kemampuan
bicara bahasa Inggris. Namun ada beberapa perbedaan
mendasar dalam budaya berucap di atas kapal.
e. Latar belakang ABK Yang Kurang Mendukung.
Penulis menyadari bahwa faktor pendidikan mempunyai
peranan yang cukup berpengaruh terhadap pola kerja ABK
itu sendiri, sehingga hasil yang diperoleh tidak memuaskan.
Dengan latar belakang pendidikan yang rendah ABK tidak
dibekali ketrampilan kerja diatas kapal, hal ini menjadi
kurang percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki,
sehingga setiap tugas atau pekerjaan yang diberikan lambat
untuk dapat dipahami yang berakibat suatu pekerjaan yang
dilakukan oleh ABK akan menjadi terlambat, karena
keterbatasan pengetahuan.
f. Tidak Lengkapnya Ketersediaannya Spare Part Dan Pemahaman Manual Book.
Sparepart yang tidak tersedia dapat mempengaruhi
ABK dalam menjalankan perawatan terhadap peralatan
kapal dan saat menjalankan keselamatan kerja pada kondisi
tidak beroperasi. Keaadaan seperti ini sering membuat Anak
Buah Kapal dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya, menjadi lalai. ABK pun sering tidak menata spare
part yang tersedia dengan baik dan benar, sehingga
keaadan spare part menjadi berantakan sehingga dalam
melaksanakan perawatan menjadi tidak disiplin.
-
11
2. Masalah Utama
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas maka
penulis mencari dua masalah utama yaitu :
a. Tidak Berfungsinya Dengan Baik Peralatan Towing. b. Terganggunya Penyandaran Tongkang Di Pelabuhan.
-
12
BAB III PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
Kapal tunda merupakan kapal yang trayeknya dari suatu negara
ke negara lain dan jarak cukup jauh disebut Ocean Tug. Ocean Tug
ukurannya lebih besar daripada tug boat biasa, baik bodinya maupun
tenaga mesinnya serta alat-alat menundanya lebih lengkap. Kapal
tunda AHT TCL 4401 adalah Ocean Tug milik perusahaan Daiho Transportation tempat penulis bekerja. Kapal ini digunakan untuk menowing tongkang yang muatannya peralatan pengeboran minyak
seperti platform dan pipa-pipa yang dipasang di bawah laut.
Dalam mengolah gerak kapal harus mengetahui terlebih dahulu
sifat-sifat kapal tunda tersebut supaya lebih mudah dalam mengolah
gerak, baik itu untuk menyandarkan tongkang maupun melepaskan
tongkang dari dermaga serta menunda tongkang untuk membawa ke
posisi berlabuh jangkar atau langsung ke tempat yang dituju atau
ditentukan. Mengolah gerak kapal sangat penting dan harus dikuasai
oleh seorang Nakhoda di kapa tunda. Bila akan sandar atau lepas
maka Nakhoda langsung mengolah gerak kapal dari anjungan dibantu
informasi dari tongkang oleh seorang Mualim dan Jurumudi.
Pada umumnya kapal tunda (tug boat) memiliki dua mesin,
dua propeller (baling-baling), dan dua kemudi yaitu :
1. Tenaga Mesin Induk (Main Engine Horse Power)
Tenaga mesin induk harus diketahui berapa kekuatannya,
apakah kedua mesinnya memiliki kekuatan yang sama ataukah
tidak. Karena bila tidak sama kekuatannya maka perlu diatur
antara mesin kiri dan kanan agar dalam mengolah gerak kapal
-
13
tetap normal. Caranya yaitu dengan mengatur handel telegraph
yang ada di anjungan dan diatur oleh Nakhoda ketika sedang
mengolah gerak. Kekuatan mesin merupakan hal penting untuk
diketahui karena bila terjadi hal-hal yang tidak dikehendaki,
misalnya sedang menunda di alur sempit dan tongkang merewang
ke pinggir, maka Nakhoda dapat memaksa atau bila perlu
membuat putaran maju penuh sekejap untuk menyentak supaya
tongkang dapat tertarik. Selanjutnya perlu diatur kecepatannya
sehingga kalau kandas tidak terlalu banyak. Ini dapat dipaksa
untuk membuat mesin maju penuh supaya terlepas dari kandas.
2. Putaran Propeller (Propeller Turning Power)
Putaran propeller penting untuk diketahui, apakah putaran
propeller itu putaran kiri atau kanan. Bila kapal memiliki dua mesin
induk maka baling-balingnya pasti dua. Putaran kedua propeller
harus diketahui, apakah ke dalam atau ke luar. Kapal dengan
baling-baling ganda umumnya berputar keluar untuk kedua baling-
balingnya (out turning propellers). Baling-baling ganda umumnya
dipakai di kapal penumpang besar, kapal perang, kapal tunda.
Baling-baling ganda lebih mudah mengolah gerak dibandingkan
dengan kapal baling-baling tunggal dengan ukuran yang sama.
Karena kalau kemudi rusak, kapal masih berlayar dengan
memakai baling-baling saja. Dan bila salah satu baling-baling
mengalami kerusakan, mesin dapat melanjutkan perjalanan
dengan kurang lebih setengah kekuatan semula.
3. Kemudi (rudder)
Dalam mengolah gerak kapal peranan kemudi cukup penting
karena bila kemudi kapal rusak pada saat mengolah gerak, maka
kapal tidak bisa merubah haluan ke kiri dan kanan secara cepat.
Seperti bila sedang menunda tongkang di alur sempit dan ramai,
-
14
bila akan berbelok di suatu tikungan maka peranan kemudi sangat
penting untuk mempercepat kapal berputar ke tempat yang
diinginkan. Bila kapal berlayar di alur pelayaran sempit maka tidak
boleh menggunakan maju penuh karena dapat mengakibatkan
kapal merewang bila sewaktu-waktu kecepatannya dikurangi.
Apalagi bila perairan sempit dan dangkal maka draft akan semakin
besar atau body kapal semakin masuk ke dalam air yang disebut
squat. Untuk mengurangi jangan terjadi squat maka kecepatan
kapal dikurangi sehingga draft menjadi lebih kecil. Menunda
tongkang di sungai dan di laut tidak sama caranya. Kalau
menunda tongkang di laut maka panjang tali tunda dan wire
adalah 350 meter, sedangkan di sungai hanya 75 meter, dengan
ukuran talinya 8-10 inci dan tali stretcher ditambah wire bridle
yang berbentuk tali cabang bila disambung tali stretcher.
Tali cabang ini khusus dibuat sendiri oleh ABK yang
fungsinya bila kapal akan sandar atau berangkat dari dermaga
agar lebih mudah ditarik dan dilepas dari bolder tongkang. Atau
bila kapal sedang menarik tongkang dari dermaga atau akan
menyandarkan tongkang ke dermaga dan tongkang akan
menabrak kapal lain, maka kapal bisa secepatnya mengolah
gerak bila tali cabang sudah dibuang dan ditarik oleh ABK.
Ada beberapa alasan mengapa pelaksanaan towing
tongkang di Kapal AHT TCL 4401 masih belum berjalan secara
maksimal seperti yang dikehendaki. Hal inilah yang seharusnya
mendapatkan perhatian lebih serius dari pihak perusahaan
sehingga permasalahan-permasalahan yang sama tidak akan
muncul lagi di masa mendatang.
Sebelum menganalisis penyebab dan menganalisis cara
pemecahan masalah dalam Upaya Meningkatkan Efektifitas Towing Tongkang Di Kapal AHT TCL 4401, maka perlu kita
mengetahui sketsa towing arrangement digambar 1.
-
15
Dari uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk
membahas lebih lanjut tentang pentingnya pelaksanaan pekerjaan
towing tongkang yang mana perlengkapan peralatan towing yaitu
wire bridle, penant wire, shackle dan towing wire sehingga :
1) Tidak berfungsi dengan baik
2) Lambatnya menyandarkan tongkang di pelabuhan.
Seharusnya perlengkapan peralatan tersebut dapat
berfungsi dengan baik agar tidak mengganggu kelancaran towing
tongkang.
Agar proses penyandaran tongkang tidak mengalami
keterlambatan, maka sebaiknya beberapa hari sebelum tiba di
pelabuhan tujuan Nakhoda harus mempunyai rencana dan
mempelajari situasi dan kondisi pelabuhan yang akan dituju
melalui peta-peta maupun daftar arus pasang surut. Setelah
kurang lebih 10 nautikal mile dari buoy luar, Nakhoda
memerintahkan untuk semua crew stand by untuk memendekkan
towing wire serta kecepatan mulai dikurangi. Towing wire
dipendekkan atau dihibob sambil maju pelan menuju buoy luar
dimana posisi pandu menunggu. Waktu sedang menuju ke lokasi
untuk sandar Mualim I beserta 3 (tiga) ABK naik ke tongkang
melalui kapal pandu atau boat service yang ada.
B. Analisis Penyebab Masalah Dari beberapa masalah yang di uraikan pada Bab II, maka
masalahnya, yaitu:
a. Kurang Berfungsinya Dengan baik Peralatan Towing. Tidak berfungsinya dengan baik peralatan towing disebabkan
oleh beberapa hal yaitu :
-
16
1) Segel dan Wire Bridle kurang terawat pada tongkang Peralatan towing seperti segel dan wire bridle kurang
terpelihara dan tidak dibersihkan setelah di gunakan. Segel dan
wire bridle juga kurang terawat dalam penyimpanannya
sehingga mengakibatkan segel dan wire bridle terkena air laut
dan hujan.Hal ini akan mengakibatkan segel dan wire bridle
menjadi mudah bekarat karena terkena air laut..
2) Towing wire kurang terpelihara terutama perawatan dan penyimpanannya di kapal.
Setelah digunakan sering kali towing wire tidak di
bersihkan, sehingga mengakibatkan towing wire menjadi
berkarat. Di dalam penyimpanan towing wire ditempatkan pada
tempat yang terbuka sehingga towing wire akan tampak kotor
dan kurang terawat.
b. Terganggunya Penyandaran Tongkang di Pelabuhan
Terganggunya penyandaran tongkang dipelabuhan, Adapun
penyebabnya adalah :
1) Kurangnya informasi tentang kondisi arus dan kedalaman di pelabuhan tempat sandar kapal.
Setiap pelabuhan mempunyai karakteristik yang berbeda-
beda. Perbedaan itu terjadi pada arus yang ada pada tempat
tersebut dan kedalaman yang ada. Sebuah tongkang biasanya
di sandarkan pada tempat yg kurang dalam atau dangkal,
sehingga menyebabkan sebagian tongkang ataupun kapal
mengalami kandas. Kekurangan informasi inilah yang akan
mengakibatkan kapal dan tongkang mengalami keterlambatan
dalam proses penyandaran.
-
17
2) Tidak tersedianya assist tug untuk membantu sandar di pelabuhan dan kurangnya persiapan ABK saat kapal akan sandar.
Tidak semua pelabuhan yang dimasuki mempunyai assist
tug, hal ini menyebabkan kapal dan tongkang lambat dalam
berolah gerak dalam penyandaran tongkang. Pada sebuah
kapal yang sedang menunda tongkang akan mengalami
keterlambatan ataupun kurang optimal apabila Nakhoda tidak
mempersiapkan ABK dengan baik saat kapal dan tongkang
akan sandar. Persiapan yang kurang akan mengakibatkan
banyak waktu terbuang dan keselamatan anak buah kapal akan
menjadi suatu resiko yang berbahaya.Keselamatan anak buah
kapal adalah yang paling utama di dalam melakukan olah gerak
di atas kapal.
C. Analisis Pemecahan Masalah
1. Melakukan Perawatan Peralatan Towing Agar Dapat Berfungsi Dengan Baik.
a. Melakukan Perawatan Secara Rutin pada Segel dan tali
Tunda tongkang
1) Melakukan perawatan secara rutin pada Shackle (segel)
Dalam menghindari rusaknya segel perlu suatu
perawatan yang secara berkala dan rutin sehingga segel
tetap terpelihara dengan baik. Segel diusahakan agar setiap
akan digunakan tidak mengalami hambatan atau siap untuk
digunakan sehingga perlengkapan peralatan yang digunakan
untuk menunda ini dapat terpenuhi dengan baik.
-
18
Perawatan segel ini sangatlah mudah akan tetapi
kadang-kadang terlupakan karena menganggap bahwa bila
tidak dipakai tidak akan mengalami kerusakan. Anggapan ini
adalah salah besar, sebab bila segel disimpan saja dan tidak
terpelihara dengan baik akan mengalami kerusakan yaitu
berkarat sehingga murnya lengket atau susah untuk dibuka
pada waktu akan digunakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan segel
sehingga tetap dapat digunakan setiap saat bila akan
digunakan adalah:
a) Segel harus dalam perawatan agar tidak berkarat. Dalam
perawatan agar tidak berkarat yaitu segel di cat. Dalam
pengecatan segel ada bagian-bagian yang tidak boleh di
cat, yaitu dratnya dan murnya bagian dalam. Segel di cat
dengan macam-macam warna sesuai dengan ukuran
besar kecilnya segel. Ini gunanya untuk memudahkan
pengenalan segel waktu akan digunakan.
Salah satu contoh segel swl 35 ton di cat warna biru
sedangkan segel 55 ton di cat warna kuning. Sehingga
dalam pengambilannya tinggal melihat warnanya
langsung di ketahui ukuran segel tersebut.
Dalam jangka waktu untuk mengecat segel tidak ada,
hanya bila di lihat catnya sudah menipis maka catnya di
dobel ulang. Juga segel sehabis digunakan sebelum
disimpan bila ada catnya luka di bersihkan dahulu baru
di cat lagi. Biasanya setiap kali segel habis di pakai
pastilah catnya ada yang luka atau lecet sehingga segel
sehabis digunakan di cat baru di simpan.
b) Segel disimpan terhindar dari percikan air laut dan air
hujan. Atau disimpan pada tempat tertutup seperti
store. Bila keadaan terpaksa di simpan di luar store
-
19
maka segel dibungkus karung atau kain atau bahan
lainnya yang tidak tembus air. Dalam keadaan
tersimpan sebaiknya segel di check sebulan sekali
untuk mengetahui kondisi segel apakah segel tidak
mengalami karat atau memerlukan perawatan.
c) Pada bagian ulir dan bagian dalam murnya selalu diberi
gemuk agar tidak kering. Juga murnya dicoba buka
tutup sehingga tetap lancar bila akan digunakan.
Sebaiknya sebulan sekali atau 2 (dua) minggu sekali
segel diberi gemuk agar tidak kering dan lengket.
d) Bila mendapati segel yang sudah rusak seperti bautnya
los, karatnya sudah terlalu tebal dan sudah kelihatan
aus karena gesekan, sebaiknya segel itu dibuang atau
dipisahkan dengan yang masih baru.
2) Melaksanakan perawatan secara berkala terhadap Wire Bridle (tali kawat baja tunda) tongkang
Pokok utama yang menyebabkan cepat rusaknya wire
bridle adalah berkaratnya wire bridle tersebut serta
tergeseknya wire bridle pada ujung tongkang atau peralatan
lainnya pada bagian tongkang depan yang menghambat wire
bridle waktu pelaksanaan towing. Kadang-kadang wire bridle pada waktu kapal towing
pendek bila merubah haluan ke kiri atau ke kanan, wire
bridle tergesek atau nyangkut pada ujung bagian depan kiri
atau kanan tongkang sehingga wire bridle luka atau rusak.
Dalam menghindari rusaknya wire bridle perlu adanya
perawatan atau pemeliharaan wire bridle yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut:
-
20
a) Wire bridle di simpan pada tempat yang tertutup dimana
terhindar dari air hujan dan percikan air laut seperti
disimpan dalam store. Bila disimpan di tempat yang
terbuka sebaiknya dibalut atau dibungkus dengan plastik
atau terpal. Cara membungkusnya adalah ambil plastik
atau terpal digunting ukuran agak kecil lalu dibalut pada
wire bridle, sellingga tertutup. Perlu diperhatikan
sebelum dibalut atau dibungkus harus diberi gemuk
sehingga tidak berkarat.
b) Pada ujungnya yaitu ada timbel di cat anti karat sehingga
tidak karat. Kalau dibiarkan berkarat mudah pecah dan
cepat aus karena gesekan.
c) Sering diberi gemuk atau minyak wire jangan dibiarkan
kering sehingga kelihatan kuning. Bila dibiarkan kering
dan kelihatan kuning maka lama akan berkarat,rusak
dan mudah putus.
d) Hindari terjadinya gesekan dalam pelaksanaan menunda
seperti gesekan pada ujung depan tongkang atau benda
lain yang ada di depan tongkang waktu dalam
perjalanan.Juga pada waktu menunda di mana towing
wire masih pendek jangan terjadi sentakan yang
berlebihan. Nanti setelah kedua wire bridle tegang pada
towing pertama dilaksanakan,maka putaran rpm
ditambah.
e) Bila wire bridle sudah ada luka atau salah satu bagian
wirenya menipis, maka wire bridle tersebut harus diganti
sebab dalam perjalanan akan bertambah kerusakannya.
f) Wire bridle sehabis dipakai dibersihkan dengan air tawar.
Bila ada lumpur atau pasir yang melekat dibuang.
Sebelum disimpan terlebih dahulu diberi gemuk atau
minyak wire.
-
21
Pemeliharaan wire bridle ini selambat-Iambatnya
sebulan sekali atau sebaiknya 2 (dua) minggu sekali
seperti pemberian gemuk atau minyak wire sehingga
tidak terjadi adanya karat.
b. Pemeliharaan secara rutin dan berkala terhadap Peralatan Towing Wire (Tali kawat baja) di kapal
Bila towing wire tidak digunakan dalam waktu lama atau
kapal tidak beroperasi maka towing wire dibuka dari
gulungannya kemudian digulung lagi sambiI diberi gemuk, atau
minyak wire agar bagian dalam dari gulungan wire tidak kering
atau tetap terpelihara. Adapun lamanya adalah 6 (enam) bulan
hingga setahun dilaksanakan pemeliharaan demikian. Saat akan berangkat towing wire perlu diperhatikan, sebab
waktu akan berangkat keluar dari pelabuhan berarti masih
menggunakan atau menunda tongkang dengan kondisi masih
pendek, sangat memerlukan perhatian khusus sebab dapat
menimbulkan terjadinya rusaknya towing wire karena gesekan
atau sentakan towing wire yang berlebihan.
Hal - hal yang perlu dipersiapkan waktu akan berangkat
atau berolah gerak tongkang keluar dermaga adalah:
1) Salah satu mualim atau mualim satu beserta seorang Juru
Mudi berada di atas tongkang dengan membawa radio
komunikasi untuk menginformasikan Nakhoda bahwa kondisi
towing wire aman dari buritan kapal.
2) Towing wire ditahan atau distopper ditengah-tengah kapal
bagian belakang agar tidak keluar dari bulwark atau
kesamping kapal dimana sering menyangkut pada dapra dan
-
22
juga mengurangi gesekan towing wire di buritan kapal waktu
berolah gerak.
3) Waktu mengolah gerak tongkang keluar dari dermaga harus
dengan hati-hati atau pelan agar tidak terjadi sentakan pada
towing wire.
4) Waktu merubah haluan dalam keadaan towing wire pendek
tidak secara drastis sehingga towing wire tidak tertekuk atau
terlipat pada stopper yang dapat merusak towing wire.
Komunikasi antara mualim satu di atas tongkang dengan
Nakhoda dianjungan tetap berlangsung agar posisi tongkang
dibelakang serta towing wire tetap lurus dibelakang. Setelah
bebas dari alur pelabuhan mualim satu beserta Juru Mudi
yang ada di atas tongkang diambil dengan berolah gerak ke
tongkang melalui buritan.
5) Setelah betul-betul bebas dari area pelabuhan maka towing
wire di area secara pelan dan teratur serta mesin maju pelan
agar tidak ada sentakan. Kecepatan waktu mengarea towing
wire sebaiknya sekitar 2 (dua) knot. Setelah agak panjang
kecepatan di tambah sekitar 3 (tiga) knot agar towing wire
tidak rapat di dasar laut.
6) Bila sudah cukup panjang, maka drum towing wire di stopper
atau ditahan dengan menggunakan segel agar drum towing
wire tertahan tidak berputar.
7) Towing wire di stopper atau ditahan berada pada tengah-
tengah deck belakang. Di stopper dengan memakai rantai
dan segel agar lebih kuat. Kegunaan dari stopper ini agar
towing wire tertahan tidak bergesek pada bagian buritan
kapal.
8) Pada bagian towing wire yang tepat bersentuhan dengan
buritan di pasangi dengan wire protector (pelindung tali
kawat baja). Wire protector ada yang terbuat dari besi dan
-
23
ada pula dari karet yang keras. Yang paling baik digunakan
adalah yang terbuat dari karet,karena lebih tahan lama dan
lebih baik serta mudah digunakan.
Selama dalam pelayaran towing wire sangat perlu
diperhatikan dan tetap dalam pemeliharaan. Sisa towing wire
yang masih ada pada drum towing ditutupi dengan terpal agar
terhindar dari percikan air laut. Towing wire sewaktu-waktu
dicheck utamanya pada saat cuaca buruk. Dicheck pada bagian-
bagian yang bersentuhan langsung dengan kapal yaitu pada
bulwark buritan.
Bila ada terlihat bagian wire yang terluka atau kelihatan
Iecet akibat gesekan maka segera diarea daerah yang lecet itu
agar tidak bertambah parah sebab bila dibiarkan akan terjadi
kerusakan yang dapat menimbulkan putusnya towing wire.
Bila dalam pelayaran di laut bebas menemui laut yang
berombak besar maka towing wire di area sekitar 400 hingga
500 meter agar towing wire tidak mengalami sentakan-sentakan
yang dapat mengakibatkan putusnya towing wire.
Dan sebaliknya bila dalam pelayaran menemui laut yang
agak dangkal sekitar 8-10 meter walaupun di laut bebas maka
towing wire dihibob atau diperpendek hingga sekitar 200 meter
agar towing wire tidak rapat di dasar laut dan terjadi gesekan
yang dapat merusak towing wire.
Juga bila towing wire rapat atau menyentuh dasar laut maka
towing wire dapat menyangkut pada benda-benda yang ada di
dasar laut seperti kerangka kapal atau batu karang yang dapat
merusak bahkan mengakibatkan putusnya towing wire.
Adapun pemeliharaan towing wire serta hal-hal yang perlu
diperhatikan pada saat towing wire dihibob adalah:
1) Kecepatan dikurangi atau mesin maju pelan sekali, jika perlu
hanya 1 mesin maju pelan sambil towing wire dihibob. Bila
-
24
mesin winch tidak mampu menghibob towing wire sambil
kapal jalan, maka kedua mesin kapal stop engine sambil
menghibob towing wire.
2) Pada saat towing wire dihibob salah seorang ABK
menyemprot towing wire dengan air tawar sehingga air laut
yang mengandung garam dan lumpur yang lengket pada
towing wire bersih. Bersamaan itu pula towing wire yang
sedang tergulung ke drum towing diberi gemuk atau minyak
wire oleh crew lainnya yang standby dekat drum towing.
3) Usahakan towing wire pada waktu dihibob, jangan sampai
rapat di dasar laut, jaga jarak tongkang dengan kapal sesuai
panjang towing wire yang masih tersisa sebab bila towing
wire masih panjang sedangkan jarak tongkang dengan kapal
dekat berarti towing wire menumpuk di dasar laut dimana
dapat mengakibatkan berbelitnya towing wire sehingga
susah untuk dihibob dan dapat merusak towing wire. Bahkan
bila towing wire tidak bisa dihibob karena berbelit ataupun
tersangkut pada dasar perairan maka towing wire tersebut
terpaksa harus di potong.
4) Gulungan towing wire pada drum towing harus rapi sehingga
tidak saling menindih miring yang dapat membuat lipatan
towing wire rusak atau gepeng.
5) Towing wire jangan paksa dihibob bila nyangkut pada rantai
dapra belakang sebab bila nyangkut lalu dipaksa hibob maka
towing wire akan luka atau rusak.
6) Bila towing wire sangat tegang jangan dihibob, tunggu
kondisinya agak slack, sebab bila dipaksa nantinya mesin
winch atau pipa hydrolic rusak atau pecah.
7) Towing wire dihibob sampai kira-kira 15 meter atau 20 meter
dari kapal, jadi untuk mernasuki area pelabuhan jarak antara
kapal dengan tongkang yaitu sekitar 60 meter dimana dari
-
25
tongkang sudah terdapat streacher dan bridle 45 meter
ditambah towing wire 15 meter.
8) Bila memungkinkan atau situasi di luar area suatu pelabuhan
aman sebaiknya sebelum masuk pelabuhan untuk sandar,
towing wire dihibob seluruhnya dan diganti dengan tali
towing yang besarnya 10 inch diameter dan
panjang sekitar 60-70 meter agar towing wire aman terhindar
dari banyaknya gesekan akibat kapal berolah gerak
sehingga towing wire tetap baik atau tahan lama.
2. Efisiensi Dalam Menyandarkan Tongkang di Pelabuhan
Untuk mendapatkan efisiensi dalam berolah gerak kapal
maupun tongkang dalam memasuki ataupun sandar di perairan
pelabuhan adalah dengan cara sebagai berikut:
a. Menggunakan Daftar Arus Pasang Surut Dalam Pergerakan
Arus Dan Berolah Gerak di Perairan Yang Dangkal.
1) Menggunakan Daftar Arus Pasang Surut Dalam Pergerakan Arus Pada Lokasi Tempat Sandar
Pada saat memasuki area lokasi tempat sandar, sering
dijumpai arus yang sangat kuat pada waktu air surut. Jika
kurang hati-hati menowing saat arus kuat pada waktu akan
sandar, maka akan susah untuk mengolah gerak
(menyandarkan tongkang) di pelabuhan. Untuk
memudahkan penyandaran tongkang, sebaiknya kapal dan
tongkang datang berlawanan dengan arus atau tiba di
pelabuhan tujuan. Pastikan kapal mengetahui kondisi dan
waktu pasang surut dari dermaga yang akan di masuki.
-
26
Gunakanlah daftar arus pasang surut (Tide tables current)
sesuai dengan publikasi yang digunakan di Negara tersebut.
Di dalam ilmu olah gerak kapal,untuk melakukan sandar
haruslah melawan dengan arah arus.dengan melawan arus
maka kapal akan lebih terkendali.Apabila kapal di kemudikan
dengan benar maka tongkang akan mengikuti gerakan kapal
dengan pasti.
2) Berolah Gerak Di Tempat Kurang Dalam atau Dangkal
Pada saat tongkang akan sandar di dermaga sering
ditemukannya lokasi menyandarkan tongkang kurang dalam
atau dangkal, jadi pada saat berolah gerak kita tidak bisa
menggunakan mesin sesuai yang diinginkan. Hal ini dapat di
ketahui dengan kelihatan airnya naik dan menjadi keruh.
Baling-baling terasa seperti kena pasir atau kemungkinan
kapal akan kandas. Jadi bila memungkinkan untuk
maneuver, maka sebaiknya menggunakan mesin rpm
rendah saja. Untuk ukuran Tug Boat seperti AHT TCL 4401 yang
drafnya 4,4 meter memang kurang aman memasuki lokasi
tersebut, jadi bila dipaksakan masuk juga harus menunggu
hingga air mencapai pasang tertinggi. Dengan di tambah air
pasang tinggi maka akan memungkinkan kapal dan
tongkang untuk dapat berolah gerak. Waktu yang aling baik
adalah kapal berolah gerak mendekati dermaga ialah 1 jam
sebelum pasang tertinggi. Untuk itu harus dikordinasikan
dengan pandu dan agen,atau langkah sebaiknya adalah
menyewa kapal tunda pelabuhan yang sarat kapalnya tidak
terlalu dalam untuk menyandarkan tongkang, sehingga
waktu yang digunakan menyandarkan tongkang tidak
memakan waktu lama.
-
27
b. Meminta Assist Tug Dan Menyiapkan ABK Baik Kapal dan Tongkang untuk Memasuki Pelabuhan / Sandar.
1) Meminta Assist Tug untuk Membantu Menyandarkan
Tongkang
Sering dijumpai pada suatu pelabuhan tidak
tersedianya atau kurangnya sarana pelabuhan seperti assist
tug/kapal tunda yang berfungsi untuk membantu
penyandaran tongkang. Kadang di pelabuhan pelabuhan
tertentu assist tugnya atau kapal tunda pelabuhan hanya
cukup bekerja pada pelabuhan utama saja seperti halnya
melayani kapal-kapal kargo dan kapal penumpang saja.
Dalam kondisi seperti ini maka Nakhoda harus
menyandarkan sendiri tongkangnya. Disinilah Nakhoda
harus bekerja sesuai pengalaman yang mana harus
menyandarkan tongkang tanpa dibantu assist tug, akibatnya
tongkang tidak dapat disandarkan dengan cepat dan aman.
Untuk memudahkan nakhoda di dalam menyandarkan
tongkang di pelabuhan semestinya menggunakan assist tug.
Hal ini di ambil demi kelancaran dan keselamatan kapal dan
tongkang dalam berolah gerak di perairan pelabuhan. Kapal
tunda (assis tug) biasanya membantu olah gerak tongkang
dengan terikat pada bagian sisi luar tongkang, jadi dapat
berfungsi untuk membantu mendorong tongkang mendekati
dermaga dan sebagai penahan laju tongkang agar tidak
membahayakan kapal.
-
28
2) Mempersiapkan Kapal Dan Tongkang Untuk Memasuki Pelabuhan / Sandar.
Sedapat mungkin sebelum memasuki suatu pelabuhan
dilakukan suatu persiapan-persiapan untuk mempermudah
dan mempercepat dalam menyandarkan tongkang di
pelabuhan. Pada kapal yang menunda memang agak rumit
persiapannya jika dibandingkan dengan kapal biasa.
Persiapan-persiapan tersebut harus selalu dilakukan oleh
Nakhoda yang di bantu oleh para perwira kapal maupun
anak buah kapal lainnya. Dengan pengalaman yang di
milikinya terhadap pengoperasian kapal tunda dan
memahami lokasi yang akan ia singgahi, maka seorang
Nakhoda dapat mengetahui karakter atau situasi lokasi. Adapun persiapan-persiapan nakhoda sebelum
memasuki suatu pelabuhan tujuan adalah: 1) Beberapa hari sebelum tiba di pelabuhan tujuan Nakhoda
harus mempunyai rencana pada posisi seberapa jauh dari
alur pelabuhan untuk memendekkan tali towing sehingga
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti
mengganggu alur pelayaran atau menyenggol kapal lain.
2) Sehari sebelum tiba di pelabuhan Nakhoda berkoordinasi
dengan Mualim I dan mengumpulkan seluruh awak kapal
dalam mendiskusikan untuk operasi menyandarkan
tongkang. Nakhoda mendengarkan input atau masukan
dari perwira-perwira dan anak buah kapal lainnya setelah
itu Nakhoda mempertimbangkannya kemudian mengambil
keputusan cara yang digunakan nantinya. Setelah itu
Nakhoda membagi tugas dan tempat masing-masing bila
akan menyandarkan tongkang.
3) Setelah kurang lebih 10 nautical mile dari buoy luar,
-
29
Nakhoda memerintahkan untuk semua crew stand by
untuk memendekkan towing wire serta kecepatan mulai
dikurangi. Semua anak buah kapal menempati posisinya
masing-masing seperti KKM berada pada winch control
dianjungan, Mualim I dan Juru Mudi mempersiapan
peralatan yang digunakan untuk membuka stopper towing
wire. Komunikasi antara Mualim I dan Nakhoda
dianjungan tetap dijaga melalui portable radio VHF.
4) Towing wire dipendekkan atau dihibob sambil maju pelan
menuju buoy luar dimana posisi pandu menunggu.
Nakhoda mengatur kecepatan sehingga towing wire dapat
dihibob dengan aman. Setelah towing wire sudah cukup
pendek maka persiapan berikutnya adalah menyiapkan
tali tambat untuk menyandarkan tongkang, alat-alat yang
akan digunakan untuk melepas sambungan towing wire
dengan tongkang seperti, palu besar, tang, mapring dan
linggis kecil.
5) Waktu sedang menuju ke lokasi untuk sandar. Mualim I
beserta 3 (tiga) ABK naik ke tongkang melalui boat pandu
atau service boat yang ada. Bila tidak ada boat pandu
ataupun service boat, maka Nakhoda melakukan
manouver mundur mendekat ke tongkang untuk
menaikkan Mualim I dan 3 (tiga) ABK ke atas tongkang.
Pastikan radio komunikasi, tali buangan, tali tambat untuk
tongkang, alat pemotong tali serta air minum di bawa ke
atas tongkang. Mualim I hendaklah melaporkan segala
sesuatu kepada nakhoda tentang pergerakan tongkang,
terutama jarak tongkang dengan dermaga maupun
dengan kapal yang ada di dermaga serta kecepatan
tongkang.
-
30
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari apa yang telah diuraikan pada tiap-tiap bab makalah ini,
maka penulis mencoba untuk memberikan kesimpulan sebagai
berikut:
1. Segel dan wire bridle kurang terawat serta towing wire kurang
terpelihara dalam perawatan dan penyimpanan.
2. Towing tongkang kurang terpelihara terutama perawatan dan
penyimpanan di kapal.
3. Kurangnya informasi tentang kondisi arus dan kedalaman di
pelabuhan tempat sandar kapal.
4. Tidak tersedianya assist tug untuk membantu sandar di
pelabuhan dan kurangnya persiapan ABK saat kapal akan
sandar.
B. Saran
Dari kesimpulan dalam pembahasan tersebut diatas untuk
mengatasi permasalahan yang terjadi maka disarankan sebagai
berikut :
1. Melaksanakan perawatan secara rutin pada segel dan wire bridle
tongkang.
2. Melaksanakan pemeliharaan secara rutin dan berkala terhadap
peralatan towing wire atau tali kawat baja di kapal.
-
31
3. Menggunakan daftar arus pasang surut dalam pergerakan atau
berolah gerak di perairan yang dangkal.
4. Meminta assist tug dan menyiapkan ABK baik kapal atau tongkang
saat kapal akan sandar.
-
32
DAFTAR PUSTAKA Arikunto,Sukarsimi. (1991). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta : Penerbit PT.Rineka Cipta.
Istopo, Capt. (1999). Kamus Istilah Pelayaran & Ensiklqpedi Maritim, Jakarta: BP3IP.
Moedjiman R, SH. (2009) Prosedur Penulisan Makalah, Jakarta : BP3IP.
Soekarsono, N, A, (1995). Sistem dan Perlenqkapan Kapal (Ship Outfittings), Jakarta: PT. Pamator Pressindo, Cetakan Pertama.
P. Joko Subagyo. (1984). Metode Penelitian , Jakarta: Penerbit Tarsito
.. (2001), SOLAS Concolited, London: International Maritime
Organization.
.. (1996), STCW 95, London: International Maritime
Organization.
.. (1972), Peraturan-peraturan Internasional untuk Mencegah
Pelanggaran di Laut 1972 (International Regulation for Preventing
Collission at Sea 1972), Pengalih bahasa: Paulus Wakidjo.