thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34983.doc · web viewbab i pendahuluan latar belakang...

34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar adalah kerusakan jaringan karena kontak dengan agens, termal, kimiawi, atau listrik (Wong, 2008). Luka bakar tidak hanya akan mengakibatkan kerusakan kulit, tetapi juga mempengaruhi seluruh sistem tubuh pasien. Pada pasien dengan luka bakar luas (mayor) tubuh tidak mampu lagi untuk mengkompensasi sehingga timbul berbagai macam komplikasi yang memerlukan penanganan khusus (Effendi, 1999 dalam Rahmawati, 2009). Luka bakar yang disebabkan oleh agen termal adalah luka bakar yang paling sering terjadi (Betz dan Sowden, 2004). Luka akibat tersiram air panas merupakan salah satu contoh luka bakar termal yang biasanya menyebabkan luka pada sebagian lapisan kulit atau luka bakar derajat II. Luka bakar derajat II mengenai epidermis dan sebagian dermis yang 1

Upload: nguyencong

Post on 17-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34983.doc · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Luka bakar adalah kerusakan jaringan karena kontak dengan agens, termal, kimiawi,

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Luka bakar adalah kerusakan jaringan karena kontak dengan agens,

termal, kimiawi, atau listrik (Wong, 2008). Luka bakar tidak hanya akan

mengakibatkan kerusakan kulit, tetapi juga mempengaruhi seluruh sistem

tubuh pasien. Pada pasien dengan luka bakar luas (mayor) tubuh tidak mampu

lagi untuk mengkompensasi sehingga timbul berbagai macam komplikasi

yang memerlukan penanganan khusus (Effendi, 1999 dalam Rahmawati,

2009).

Luka bakar yang disebabkan oleh agen termal adalah luka bakar yang

paling sering terjadi (Betz dan Sowden, 2004). Luka akibat tersiram air panas

merupakan salah satu contoh luka bakar termal yang biasanya menyebabkan

luka pada sebagian lapisan kulit atau luka bakar derajat II. Luka bakar derajat

II mengenai epidermis dan sebagian dermis yang menyebabkan kulit menjadi

tidak elastis dan merah.

Prevalensi kejadian luka bakar didunia adalah pada tahun 2007-2009

tercatat per 100.000 orang yaitu negara yang mempunyai prevalensi terendah

adalah Singapura (0,05%) dan prevalensi tertinggi adalah Finlandia (1,98%)

(The World Fire Data Statistic Center, 2012). Luka bakar dan cedera yang

berhubungan dengannya masih merupakan penyebab kematian dan kecacatan

utama di Amerika serikat. Wawasan klinik dan perawatan luka bakar

1

Page 2: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34983.doc · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Luka bakar adalah kerusakan jaringan karena kontak dengan agens, termal, kimiawi,

2

mengacu pada fisiologi cairan dan elektrolid, infeksi bedah, pemeliharaan

nutrisi, pemantauan kardiopulmonar, dan perawatan luka, dimana taksatupun

dapat diatasi sebagai kondisi-kondisi yang terpisah tanpa pemahaman proses

penyakit secara keseluruhan (Schwartz, 2000). Terdapat sekitar 1,2 juta orang

menderita luka bakar setiap tahunnya di Amerika serikat, sekitar 6000 orang

dirawat di rumah sakit dan 5000 orang meninggal. Angka mortilitas akibat

luka bakar menurun sejak tahun 1971 hingga 40%. Hal ini terjadi karena

kemajuan pengetahuan tentang resusitasi, perawatan luka, pengendalian

infeksi, dan penatalaksanaan cedera inhalasi.

Di Indonesia angka kejadian luka bakar cukup tinggi, lebih dari 250

jiwa per tahun meninggal akibat luka bakar. Jumlah anak-anak dan lansia

cukup tinggi di Indonesia serta ketidak berdayaan anak-anak dan lansia untuk

menghindari terjadinya kebakaran, maka usia anak-anak dan lansia

menyumbang angka kematian tertinggi akibat luka bakar yang terjadi di

Indonesia. Prevalensi luka bakar di Indonesia tahun 2008 adalah 2,2%.

(Departemen Kesehatan RI, 2008).

Penyembuahan luka merupakan suatu hubungan yang kompleks

antara aksi seluler dan biokimia yang akan mengawali proses pemulihan

integritas struktural dan fungsional dengan menumbuhkan kembali kekuatan

pada jaringan yang terluka tersebut meliputi interaksi sel-sel berkelanjutan

dan sel-sel matriks yang menyebabkan terjadinya proses inflamasi, kontraksi

luka, reepitelisasi, remodeling jaringan, dan pembentukan jaringan granulasi

dengan angiogenesis. Normalnya perkembangan fase-fase penyembuhan luka

Page 3: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34983.doc · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Luka bakar adalah kerusakan jaringan karena kontak dengan agens, termal, kimiawi,

3

dapat diprediksi, sesuai dengan waktu yang diharapkan (Thakur, et al, 2011.

Selama fase proliferasi, terdapat proses reparasi aktif dari jaringan

yang rusak. Terbentuknya berbagai sitokin yang mengontrol pembentukan

kolagen dan pembuluh darah baru. Fase ini disebut fase granulasi sebab

gambaran luka yang sedang menyembuh menunjukan gambaran granular.

Pada fase tersebut, luka mulai berkontraksi, kemudian berlanjut dan luka

tertutupi oleh jaringan regeneratif sehingga mulai tampak lapisan permukaan

kulit (epitelisasi). Reepitelisasi merupakan tahapan perbaikan luka yang

meliputi mobilisasi, migrasi, mitosis, dan diferensiasi sel epitel.

Penyembuhan luka sangat dipengaruhi oleh re-epitelisasi, karena semakin

cepat proses reepitelisasi maka semakin cepat pula luka tertutup sehingga

semakin cepat penyembuhan luka. Kecepatan dari penyembuhan luka dapat

dipengaruhi dari zat-zat yang terdapat dalam obat yang diberikan, jika obat

tersebut mempunyai kemampuan untuk meningkatkan penyembuhan dengan

cara merangsang lebih cepat pertumbuhan sel-sel baru pada kulit (Prasetyo,

2010).

Kolagen merupakan protein matriks ekstraseluler yang berperan

dalam formasi skar pada fase penyembuhan jaringan ikat (Rangaraj, 2011).

Lebih dari 50% jaringan kulit terdiri dari kolagen (Friess, 1998). Sintesis

kolagen pada fase proliferasi dapat optimal jika masa inflamasi tidak

mengalami perpanjangan (Gauglitz, 2011). Sebuah penelitian oleh

Novriansyah (2008) juga menyatakan bahwa tingginya densitas kolagen pada

fase proliferasi merupakan tanda proses penyembuhan luka terjadi lebih cepat

Page 4: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34983.doc · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Luka bakar adalah kerusakan jaringan karena kontak dengan agens, termal, kimiawi,

4

dan menurunkan potensi terbentuknya skar yang buruk (Novriansyah, 2008).

Pengembangan dan penelitian tentang metode perawatan luka telah

mengalami banyak perubahan dari konsep tradisional berkembang mengalami

perbaikan penambahan secara luas secara trial and error. Penerapan prinsip

utama dalam perawatan luka utama dalam perawatan yang dari zaman Mesir

sampai sekarang tetap digunakan yaitu pembersihan luka (wound cleansing),

penutupan luka (wound closure), dan perlindungan luka (wound coverage),

(Asmussen & Sollner , 1995 dalam Perdanakusumah DS, (1998).

Pengetahuan tentang perawatan luka terutama dari pengalaman

empiris, membawa perubahan perkembangan dari konsep tradisional menjadi

modern dengan tidak meninggalkan fungsinya terus digali alternatif

penggunaan produk untuk pengelolaan luka meliputi topical agent dan

pembalut (dressing). Pengembangan topical agen melalui penelitian terutama

yang berasal dari bahan alami (herbal) sebagai terapi alternatif terus

dilakukan yang berhubungan dengan material perawatan luka yang tersedia.

Material perawatan luka meliputi pembersihan (cleansing) penutupan

(dressing) dan perlindungan terhadap luka. Hal tersebut mengupayakan

terjadinya kondisi ideal luka supaya proses penyembuhan luka tidak

mengalami gangguan (Asmussen & Sollner (1995) dalam Perdanakusumah

DS, 1998).

Terapi alternatif saat ini sudah diterima pada area pelayanan kesehatan

dan sudah dibahas dalam literatur-literatur. Hal penting yang harus dingat

dalam mempertimbangkan pilihan terapi alternatif pada perawatan luka

Page 5: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34983.doc · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Luka bakar adalah kerusakan jaringan karena kontak dengan agens, termal, kimiawi,

5

adalah didasarkan pada prinsip manajemen luka yaitu mengontrol dan

mengurangi faktor penyebab, memberi dukungan pada sistemik dalam

mengurangi keberadaan dan potensial kofaktor dan mempertahankan

lingkungan pada area lokal luka serta adekuatnya asupan nutrisi (Rosland

dkk, 2000 dalam Suriadi, 2007).

Permasalahan yang dihadapi dalam penatalaksanaan luka bakar adalah

proses inflamasi berkepanjangan menyebabkan kerapuhan jaringan yang

menimbulkan diskonfigurasi struktur jaringan dan berakhir dengan

deformitas bentuk dan gangguan fungsi. Hal ini dapat dicegah dengan

penatalaksaan luka fase awal yang meliputi kehilangan dan atau kerusakan

epitel maupun jaringan yang menjadi struktur di bawahnya (Moenajat, 2003).

Seiring perkembangan zaman yang semakin canggih seperti sekarang

ini, pemakaian dan pendayagunaan obat tradisional di Indonesia mengalami

kemajuan yang sangat pesat. Penelitian-penelitian mengenai tanaman obat

yang mulai meluas ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surat

Asy-Syu’araa ayat ke 7 :

�لى أو ا إ ير و� ل ض�ٱو� و�أ و� ��ر�يم ��ل ز ك نا ف�يها م�ن ك ب أ ج� ك و� و ن و�

٧ “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah

banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik”

�ت ب �ه� ني عٱ لكم ب ��ونٱ وو�ل��ز ت خ�ي��لٱ وو�لز نبٱ ولن و أ وم�نو�مرٱكل �لث رون ت ق يتفك �ك ألية ل �ن ف�ي ذل ج� إ ١١و�

Page 6: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34983.doc · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Luka bakar adalah kerusakan jaringan karena kontak dengan agens, termal, kimiawi,

6

“Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan”.

Obat-obatan tradisional kembali digunakan masyarakat sebagai salah satu

alternatif pengobatan, di samping obat-obatan modern yang berkembang di

pasar. Berbagai obat tradisional telah diyakini memiliki khasiat untuk

penyakit tertentu seperti tanaman Anredera cordifolia (Ten.) Steenis atau lebih

sering dikenal sebagai binahong merupakan salah satu obat tradisional salah

satunya digunakan untuk luka luar: luka operasi, luka tersayat, memar, luka

bakar, borok, luka akibat kecelakaan, luka karena benda tajam (Rochani,

2009).

Saat ini sedang ini sedang dikembangkan terapi luka bakar melalui

pemberian topikal dengan ekstrak herbal (Gauglitz, 2011). Terapi topikal

dinilai efektif mengatasi komplikasi luka bakar karena mudah diserap kulit

dan fungsi melembabkan bertahan lebih lama (Friess, 1998). Terapi

komplementer melalui pemberian topikal adalah terapi suportif untuk proteksi

integumen, yang merupakan salah satu dari 14 komponen basic nursing care

dalam teori keperawatan Virginia Handerson (Paker, 2001). Pemberian terapi

suportif pada luka bakar dapat membantu mengatasi masalah keperawatan

seperti kerusakan integritas kulit, nyeri akut, resiko infeksi, dan gangguan

body image (Herdman, 2012).

Teori basic nursing care memaparkan bahwa seorang perawat wajib

mengetahui keilmuan dasar yang menyangkut kehidupan manusia, termasuk

dari segi anatomi biologi untuk mendukung kemampuan perawat pada proses

Page 7: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34983.doc · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Luka bakar adalah kerusakan jaringan karena kontak dengan agens, termal, kimiawi,

7

peningkatan kesehatan pasien, dalam hal ini yaitu meminimalisir terjadinya

skar akibat luka bakar (Parker, 2001). Teori tersebut sejalan dengan peran

perawat dalam Permenkes (2010), yang menyebutkan bahwa pelaksanaan

tindakan keperawatan komplementer merupakan area praktik perawat,

sehingga penelitian terkait dengan topikal untuk perawatan luka perlu

dikembangkan (Snyder, 2010).

Setiap tanaman memproduksi senyawa kimia yang mempunyai fungsi

sendiri-sendiri, seperti dalam daun binahong mempunyai kandungan

Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa

kompleks terhadap protein extraseluler yang mengganggu integritas membran

sel bakteri. Antibakteri merupakan zat yang dapat menghambat atau

membunuh bakteri dengan penyebab infeksi. Infeksi disebabkan oleh bakteri

atau mikroorganisme yang patogen, dimana mikroba masuk ke dalam

jaringan tubuh dan berkembang biak di dalam jaringan. Di antara bakteri

yang dapat menyebabkan infeksi adalah Staphylococcus aureus.

Staphylococcus aureus dapat menyebabkan pneumonia, meningitis, empiema,

endokarditis atau sepsis dengan supurasi di tiap organ (Jawetz et al, 2001).

Adanya senyawa flavonoid, dimana secara farmakologi senyawa

flavonoid berfungsi sebagai zat anti inflamasi, anti oksidan, analgesik dan

anti bakteri. sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai

manfaat tanaman binahong sebagai obat antibiotik alami terhadap

pertumbuhan bakteri S. aureus (Manoi, dkk., 2009).

Penelitian mengenai aktivitas antibakteri daun Binahong dan

Page 8: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34983.doc · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Luka bakar adalah kerusakan jaringan karena kontak dengan agens, termal, kimiawi,

8

kandungan metabolit sekundernya pernah dilakukan, bahwa dalam simplisia

daun Binahong terkandung senyawa alkaloid, polifenol dan saponin

(Hidayati, 2009). Menurut Tshikalange, dkk, (2007), ekstrak air akar

Binahong dengan dosis 50 mg/ml memiliki daya hambat terhadap bakteri

Gram-positif (B.pumilus,B.subtilis dan S.aureus) serta bakteri Gram-negatif

(Enterobacter cloacae, E.coli, Klebsiellapneumonia, Serratia marcescens,

dan Enterobacter aerogenes) pada dosis 60 mg/ml, tetapi tidak pada bakteri

B.sereus.

Penggunaan daun binahong untuk menyembuhkan luka bakar dapat

dipermudah dengan membuat dalam bentuk sediaan seperti salep, krim dan

gel. Pada penelitian ini menggunakan sediaan salep karena memiliki beberapa

kelebihan seperti sebagai pelindung untuk mencegah kontak permukaan kulit

dengan rangsang kulit, stabil dalam penggunaan dan penyimpanan, mudah

dipakai, mudah terdistribusi merata, sebagai efek antiinflamasi dalam

inflamasi akut yang dapat menyejukkan dan sebagai vasokonstriksi, dan

sebagai efek proteksi terhadap iritasi mekanik, panas, dan kimia (Ansel,

1985).

Salep adalah bentuk sediaan yang lunak, tidak bergerak dan tergolong

sediaan semi padat, biasanya mengandung obat untuk pemakaian pada kulit

atau pada membran mukosa. Sediaan semi padat terdiri dari salep, krim,

pasta, jeli. Dasar salep berminyak terdiri dari minyak hidrofob seperti vaselin.

Sifat dasar salep ini: tidak mengandung air, hidrofob, tidak larut air, tidak

tercuci oleh air. Salep basis tercuci bersifat anhidrus, larut dalam air dan

Page 9: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34983.doc · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Luka bakar adalah kerusakan jaringan karena kontak dengan agens, termal, kimiawi,

9

mudah dihilangkan dari kulit dengan dicuci dengan air (Anief, 1997). Dalam

penelitian ini menggunakan salep ekstrak daun binahong karena telah terbukti

memiliki efek antinflamasi, antimikroba dan antioksidan (Niswah, 2013).

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dikaji lebih lanjut dan

dilakukan penelitian tentang pengaruh perawatan secara topikal dengan salep

ekstrak daun binahong dalam mempercepat proses penyembuhan luka bakar

derajat II karena termal. Dipilih sediaan salep karena salep memiliki fungsi

sebagai bahan pembawa obat-obat topikal, bahan pelumas kulit dan sebagai

pelindung kulit.

B. Rumusan Masalah

Kemajuan dan perkembangan dibidang keperawatan komplementer

terus digalakkan, sehingga perawatpun berpartisipasi secara aktif dalam

kajian ilmiah dengan pengembangan penelitian-penelitian khususnya

dibidang woundcare, baik cleansing, debridemant teknik dressing, terus

diberkembang sesuai dengan kemajuan dan pengembangan kemajuan

dibidang keperawatan dan kesehatan sesuai dengan tuntutan jaman dan

masyarakat sebagai konsumen.. Berdasarkan uraian dalam latar belakang di

atas dapat, dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut “Apakah

perawatan secara topikal dengan salep ekstrak daun binahong (Anredera

cordifolia (Ten.) Steenis) dapat mempercepat proses penyembuhan luka bakar

derajat II karena termal pada tikus putih (Rattus novergicus).?”

Page 10: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34983.doc · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Luka bakar adalah kerusakan jaringan karena kontak dengan agens, termal, kimiawi,

10

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui pengaruh perawatan secara topikal dengan salep ekstrak daun

binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dalam mempercepat proses

penyembuhan luka bakar derajat II karena termal pada tikus putih (Rattus

novergicus).

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi perawatan secara topikal dengan Silver sulfadiazin

cream dalam mempercepat proses penyembuhan luka bakar derajat II

karena termal pada tikus putih (Rattus novergicus).

b. Mengidentifikasi perawatan secara topikal dengan salep ekstrak daun

binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) konsentrasi 10 %, 20%

dan 40% dalam mempercepat proses penyembuhan luka bakar derajat

II karena termal pada tikus putih (Rattus novergicus).

c. Mengidentifikasi gambaran histologi perawatan secara topikal dengan

salep ektrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)

konsentrasi 10 %, 20% dan 40% dalam meningkatkan ketebalan

kolagen, epiteliasasi dan angiogenesis pada proses penyembuhan luka

bakar derajat II karena termal pada tikus putih (Rattus novergicus).

d. Membandingkan proses penyembuhan luka bakar derajat II karena

termal yang dirawat dengan salep ekstrak daun binahong (Anredera

cordifolia (Ten.) Steenis) (10%, 20%, 40%), Silver sulfadiazine cream

dan dasar salep pada tikus putih (Rattus novergicus).

Page 11: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34983.doc · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Luka bakar adalah kerusakan jaringan karena kontak dengan agens, termal, kimiawi,

11

e. Membandingkan gambaran histologi proses penyembuhan luka bakar

derajat II karena termal yang dirawat dengan salep ekstrak daun

binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) (10%, 20%, 40%), Silver

sulfadiasin cream dan dasar salep pada tikus putih (Rattus novergicus)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Melalui penelitian ini, peneliti dapat menambah pengetahuan serta

wawasan tentang perawatan luka bakar, salep ekstrak daun binahong dan

proses-proses penelitian.

2. Bagi profesi keperawatan

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam

memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien yang memerlukan per-

awatan luka pada umumnya, secara khusus untuk luka bakar derajat II

yang disebabkan akibat termal

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan

dibidang Ilmu Keperawatan pada khususnya dibidang wound dressing

dan ilmu kesehatan pada umumnya.

3. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi pada masyarakat mengenai manfaat daun binahong

sebagai alternatif terapi unttahui perawatan luka bakar derajat II karena

termal.

Page 12: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34983.doc · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Luka bakar adalah kerusakan jaringan karena kontak dengan agens, termal, kimiawi,

12

4. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar ilmiah dalam perawatan

luka bakar dengan herbal yang efisien dan efektif dirumah sakit.

5. Bagi peneliti lain

Sebagai dasar penelitian lain untuk mengembangkan dan melakukan

penelitian tentang variasi sediaan dari binahong terhadap luka bakar pada

khususnya dan berbagai jenis luka pada umumnya.

E. Penelitian terkait

1. Penelitian Annisa Nur Muslimah. (2007) .Uji Aktivitas Antibakteri Ekstra

Air Daun Binahong (Anredera Scandens (L.) Moq.) Terhadap Bakteri

Klebiella Pneumoniae Dan Bacillus Subcutis ATCC 6633 Beserta Skrining

Fitokimianya Dengan Metode Uji Tabung.

Penelitian dibagi dalam dua pengujian, yaitu uji bakteri dan skrining

fitokimia dengan metode uji tabung. Uji aktivitas antibakteri dilakukan

dengan dua metode yaitu difusi agar untuk mengetahui besar aktivitas

hambatannya dan dilusi cair untuk mengetahui nilai KHM (Kadar Hambat

Minimum) yang dilanjutkan dengan uji konfirmasi dengan penggoresan di

media agar untuk mengetahui nilai KBM (Kadar Bunuh Minimum).

Pengujian aktifitas antibakteri dilakukan pada kadar 100% b/v, 75% b/v,

50% b/v, 25 % b/v, dan 12,5% b/v.

Berdasarkan penelitian uji aktivitas anti bakteri dengan mengunakan

metode difusi agar, diperoleh hasil bahwa ekstra air daun tanaman

Page 13: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34983.doc · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Luka bakar adalah kerusakan jaringan karena kontak dengan agens, termal, kimiawi,

13

binahong, memiliki aktivitas penghambat terhadap bakteri B. Subtilis,

tetapi tidak memiliki aktivitas penghambat terhadap bakteri K.

Pneumoniae. Aktivitas penghambat terhadap bakteri subtilis tersebut

terlihat pada kadar 25% b/v, 50% b/v, 75% b/v dan 100% b/v. Sementara

itu, dengan metode dilusi cair, KHM terlihat ada kadar 75% b/v untuk

B.Subtilis dan tidak terlihat pada semua kadar untuk B.Pneumoniae.

Setelah dilakukan uji konfirmasi KNM dengan penggoresan pada agar,

terlihat masih adanya pertumbuhan bakteri, baik B pneumoniae maupun B.

Subtilis. Berdasarkan skrining fitokimia dengan menggunakan metode uji

tabung, diperoleh hasil bahwa daun binahong mengandunng senyawa

alkaloid.

2. Penelitian Niswah Paju. (2013). Uji Efektivitas Salep Ekstrak Daun

Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) pada Kelinci (Oryctolagus

cuniculus) yang Terinfeksi Bakteri Staphylococcus aureus

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas salep ekstrak daun

Binahong pada luka yang terinfeksi bakteri Staphylococcus aureus dan

untuk mengetahui perbedaan efektivitas salep ekstrak daun Binahong

sebagai antibakteri dengan konsentrasi 10%, 20% dan 40%. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian eksperimental. Subjek penelitian berupa

kelinci berjumlah 5 ekor yang dibagi dalam 5 kelompok perlakuan yaitu

kontrol negatif, kontrol positif, salep ekstrak daun Binahong 10%, salep

ekstrak daun binahong 20% dan salep ekstrak daun Binahong 40% dengan

membuat luka infeksi pada punggung kelinci dengan panjang luka yang

Page 14: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34983.doc · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Luka bakar adalah kerusakan jaringan karena kontak dengan agens, termal, kimiawi,

14

dibuat 2,5 cm. Hasil dari penelitian dan hasil analisis statistik bahwa salep

ekstrak daun Binahong memiliki efektivitas pada penyembuhan luka yang

terinfeksi bakteri Staphylococcus aureus dan terdapat perbedaan

efektivitas pada setiap kosentrasi. Konsentrasi salep ekstrak daun

Binahong 10% telah memberikan efek penyembuhan, sedangkan pada

konsentrasi 20% dan 40% memberikan efek penyembuhan yang lebih

efekif. Perbedaan dengan penelitian sekarang terletak pada jenis maupun

jumlah sampel serta variabel dependennya dimana penelitian terdahulu

menggunakan kelinci yang berjumlah 30 ekor yang di buat luka infeksi

sedang penelitian sekarang menggunakan 35 ekor tikus putih dan dibuat

luka bakar derajat II karena termal.

3. Penelitian Miladia Inatin.(2012). Ekstrak etanol daun Anredera cordifolia

(Ten.) Steenis (Basellaceae) memperbaiki penyembuhan luka pada

marmut.

Penyembuhan luka merupakan suatu proses normal sebagai

respon adanya cidera pada jaringan kulit. Secara tradisional Anredera

cordifolia (Ten.) Steenis sering digunakan untuk mengobati berbagai jenis

penyakit, termasuk penyakit kulis, hipertensi, peradangan dan gout.

Penelitian ini bertujuan untuk menilai aktivitas penyembuhan luka daun

binahong atau Anredera cordifolia (Ten.) Steenis terhadap luka eksisi

buatan pada marmut. Sebanyak 30 ekor marmut (umur 3-4 bulan, berat

1,5-2 kg dikelompokkan secara acak menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu

kelompok I diberi olesan akuades (kontrol negatif), kelompok II diberi

Page 15: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34983.doc · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Luka bakar adalah kerusakan jaringan karena kontak dengan agens, termal, kimiawi,

15

povidone iodine 10% (kontrol positif), kelompok III-V diberi ekstrak

etanol daun binahong dengan konsentrasi masing-masing 10%, 20%, dan

40%. Pada seluruh hewan uji dibuat luka eksisi sepanjang 2 cm, dan

dioleskan perlakuan sesuai kelompoknya, dua kali sehari selama 15 hari.

Pada akhir hari ke-15, diukur penyembuhan luka dari tiap kelompok

(dalam persen, dibandingkan dengan luka awal). Data persen

penyembuhan luka dianalisis dengan Anova satu jalan untuk melihat

adanya perbedaan antar kelompok perlakuan Studi menunjukkan bahwa

ekstrak etanol daun binahong mampu menyembuhkan luka mulai

konsentrasi 20%. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak, efek penyembuhan

luka semakin besar.

Uji statistik menunjukkan bahwa pada kelompok ekstrak etanol

konsentrasi 20% dan 40%, terdapat perbedaan signifikan dengan kontrol

negatif (akuades) (p=0,000), maupun kontrol positif (p=0,000). Ekstrak

etanol daun binahong mampu menyembuhkan luka lebih baik daripada

povidone iodine. Daun binahong berpotensi pada penyembuhan luka.

Perbedaan dengan penelitian sekarang terletak pada jenis maupun jumlah

sampel serta variabel dependennya dimana penelitian terdahulu

menggunakan marmut yang berjumlah 30 ekor yang di buat luka eksisi

sedang penelitian sekarang menggunakan 35 ekor tikus putih dan dibuat

luka bakar derajat II karena termal.

4. Yi yan lee (2012). Daya Hambat Ekstrak Daun Binahong (Anredera

cordifolia (Ten.) Steenis)Terhadap Poli Bakteri Pada Stomatitisaftosa

Page 16: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34983.doc · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Luka bakar adalah kerusakan jaringan karena kontak dengan agens, termal, kimiawi,

16

Rekuren (SAR).

Binahong memiliki beragam khasiat, salah satu merupakan

antibakteri karena Binahong mengandung senyawa kimia yaitu flavonoid,

terpenoid, saponin dan minyak atsiri. Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui daya hambat ekstrak daun Binahong terhadap polibakteri pada

SAR. Metode penelitian ini dilakukan dengan penderita laki-laki, 21 tahun

yang memiliki stomatitis aftosa rekuren, ukuran lesi ulser adalah sekitar

8mm dan penderita tidak memiliki penyakit sistemik. Lesi diusap dengan

cotton bud yang steril. Cotton bud tersebut kemudian diinkubasi dengan

teknik spreading pada Muller Hinton agar supaya bakteri tumbuh.

Ekstrak daun binahong diencerkan dengan konsentrasi yang

berbeda yaitu: 100%, 50%, 25%, 12.5%, 6.25%, 3.125%. Paper disc yang

sterile kemudian dicelupkan ke dalam ekstrak daun binahong dan

diletakkan pada media agar yang ada bakteri. Setelah 24jam dengan suhu

37 derajat celcius, pembentukan daya hambat diukur. Hasil. Konsentrasi

hambat minimal dalam penelitian ini didapatkan pada pemberian ekstrak

daun Binahong dengan konsentrasi 6.25%. Simpulan. Ekstrak daun

Binahong pada penelitian ini dapat menghambat pertumbuhan polibakteri

SAR. Perbedaan dengan penelitian yang sekarang adalah terletah pada

jenis dan jumlah sampel, variabel independent dan variabel dependennya.

5. I Gede Oka Darsana. (2012). Potensi Daun Binahong (Anredera Cordifolia

(Tenore) Steenis) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Escherichia

Coli secara In Vitro.

Page 17: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34983.doc · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Luka bakar adalah kerusakan jaringan karena kontak dengan agens, termal, kimiawi,

17

Penelitian ini menguji respon Escherichia coli ATCC kode (Tipe

Koleksi Budaya Amerika) 25922 diperoleh dari Daerah Laboratorium

binahong daun jus dengan uji penentuan kemampuan penghambatan

pertumbuhan Escherichia coli oleh standar Kirby-Bauer disc

menggunakan lima perlakuan yaitu ekstrak daun binahong (0%, 25%,

50%, 75% dan 100%) dan negatif kontrol NaCl fisiologis 0,9% dan

kontrol positif dengan oksitetrasiklin dengan pengulangan sebanyak empat

kali. Reaksi penghambatan pertumbuhan Escherichia coli dengan ekstak

daun binahong dan antibiotik ditunjukkan oleh pembentukan daerah

penghambatan selanjutnya diukur sebagai diameter lingkaran

penghambatan.

Data diperoleh, akan diuji dengan Analisis Ragam (Uji F),

dilanjutkan dengan uji Duncan pengolahan data kemudian dapat

melanjutkan untuk menentukan analisis regresi. Dan semua data diolah

dengan menggunakan SPSS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) pada

konsentrasi 0% menunjukkan resistivitas rata-rata (0,000 mm), konsentrasi

25% (7,225 mm), konsentrasi 50% (8,325 mm) konsentrasi 75% (10,125

mm) dan konsentrasi 100% (12,325 mm). Selain itu, jus daun binahong

dapat menghambat pertumbuhan Escherichia Coli ATCC 25922, dan daun

binahong jus signifikan secara statistik (P <0,01) terhadap bakteri

Escherichia coli dan ada perbedaan yang sangat signifikan (P <0,01) pada

setiap diameter konsentrasi. Selain itu, peningkatan konsentrasi jus daun

Page 18: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34983.doc · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Luka bakar adalah kerusakan jaringan karena kontak dengan agens, termal, kimiawi,

18

binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) meningkatkan

penghambatan terhadap pertumbuhan Escherichia coli secara in vitro.

6. Rahmawati Lina (2012). Isolasi, Identifikasi Dan Uji Aktivitas Antioksidan

Senyawa Flavonoid Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis).

Daun binahong mengandung flavonoid yang menunjukkan

aktivitas antioksidan. Penelitian ini bertujuan mengisolasi,

mengidentifikasi dan menguji aktivitas antioksidan senyawa flavonoid

daun binahong. Penelitian dimulai dengan isolasi senyawa flavonoid yang

dilakukan dengan cara maserasi, partisi, kromatografi kolom, KLT

preparatif, uji kemurnian dilakukan dengan KLT dan Identifikasi struktur

flavonoid dengan menganalisis isolat flavonoid menggunakan

spektroskopi UV-vis dengan pereaksi geser.

Tahap kedua aktivitas antioksidan dengan metode DPPH.

Besarnya aktivitas antioksidan ditentukan dengan nilai IC50. Isolat

Flavonoid dari Ekstrak Etil asetat daun Binahong berupa serbuk yang

berwarna kuning pucat. Berdasarkan karakterisasi menggunakan

spektrometer UV-vis dengan pereaksi geser diusulkan isolat adalah 3, 5,

3’,4’- tetrahidroksiflavonol. Aktivitas antioksidan ekstrak etil asetat dan

fraksi C memiliki nilai IC50 sebesar 1458,5 ppm dan 3230,8 ppm. Hasil

ini menunjukan bahwa ekstrak etil asetat dan fraksi C daun binahong

mempunyai aktivitas rendah sebagai antioksidan. Perbedaan dengan

penelitian yang sekarang terletak pada tujuan, sampel, variabel dependen

maupun variabel independen serta metode penelitiannya.

Page 19: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34983.doc · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Luka bakar adalah kerusakan jaringan karena kontak dengan agens, termal, kimiawi,

19

7. S.H.Yuliani.(2012). Efektifitas Gel Ekstrak Daun Binahong Terhadap

Proses Penyembuhan Luka.

Binahong (Anredera Cordifolia (Ten) Steenis) telah

digunakan sebagai penyembuhan luka dalam pengobatan tradisional

Indonesia dan relevan untuk mengembangkan bentuk sediaan binahong

menggunakan pendekatan formulasi teknologi. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui penyembuhan luka formula gel ekstrak etanol

Binahong. Desain faktorial Metode 3 faktor dan II tingkat dipekerjakan

untuk mencapai studi ini. Tiga faktor yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Carbopol, Na-CMC dan Ca-alginat dengan tingkat rendah dan

tinggi untuk masing-masing faktor.

Penyembuhan luka gel ekstrak etanol Binahong dievaluasi

untuk viskositas yaitu sifat fisik mereka, spreadability, extrudability dan

sifat bioadhesive. Hasil dari penelitian ini adalah carbopol dan Ca-alginat

yang mempengaruhi sifat fisik gel penyembuhan luka ekstrak etanol

Binahong. Na-CMC mempengaruhi sifat fisik gel kecuali sifat

bioadhesive. Carbopol memberikan kontribusi terbesar terhadap viskositas,

extrudability spreadability, dan sifat bioadhesive gel. Perbedaan dengan

penelitian sekarang terletak pada metode penelitian, sample dan variabel

dependennya.

Page 20: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34983.doc · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Luka bakar adalah kerusakan jaringan karena kontak dengan agens, termal, kimiawi,

20

8. Arliek Rio Julia (2012) ”Pengaruh Ekstrak Biji Kedelai (Glycine Max)

Terhadap Ketebalan Granulasi Fase Proliferasi Pada Perawatan Luka

Bakar Derajat IIa Tikus (Rattus novergicus) Galur Wistar”

Luka bakar merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

serius dan memerlukan penanganan secara tepat. Penyembuhan luka terdiri

dari beberapa fase, salah satunya fase proliferasi dimana terjadi

pertumbuhan jaringan granulasi. Pembentukan ketebalan jaringan

granulasi harus maksimal untuk membantu proses penyembuhan luka.

Ekstrak biji kedelai (Glycine max) merupakan alternatif bahan yang dapat

digunakan untuk perawatan luka bakar karena memiliki efek antiinflamasi

dan estrogen-like. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

ekstrak biji kedelai terhadap ketebalan granulasi fase proliferasi pada

perawatan luka bakar derajat IIA tikus (Rattus novergicus) galur wistar.

Studi eksperimental menggunakan Control Group Post Test Design dengan

sampel yang dipilih secara random menggunakan Rancangan Acak

Kelompok (RAK) dan dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok NS

0,9%, ekstrak biji kedelai konsentrasi 40%, 60%, dan 80%. Semua sampel

diinduksi dengan luka bakar derajat IIA dan dilakukan perawatan selama

15 hari.

Analisis data pada variabel menggunakan uji One Way Anova

dengan p = 0,049 (p < 0,05). Uji Post Hoc menunjukkan tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok

perlakuan, akan tetapi terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok

Page 21: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34983.doc · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Luka bakar adalah kerusakan jaringan karena kontak dengan agens, termal, kimiawi,

21

perlakuan ekstrak biji kedelai 60% dengan kelompok perlakuan ekstrak

biji kedelai 80% dengan p = 0,038 (p < 0,05). Kesimpulan pada penelitian

ini yaitu perawatan luka bakar menggunakan ekstrak biji kedelai

berpengaruh terhadap ketebalan granulasi. Perbedaan dengan penelitian

saat ini adalah pada metode, jumlah sample dan sediaan yang digunakan.

9. Arif Mz (2012) “Perbandingan Tingkat Kesembuhan Luka Bakar dengan

Pemberian Madu dan Pemberian Gentamisin Topikal pada Tikus Putih

(Rattus Norvegicus)”

Madu diduga berperan sebagai antibakteri dan saat ini sudah

dimanfaatkan sebagai penanganan korban luka bakar. Penelitian ini

bertujuan membandingkan tingkat kesembuhan luka bakar dengan

pemberian madu dan gentamisin topikal. Pada penelitian menggunakan 9

ekor tikus jantan galur Spraque dawley dijadikan subyek penelitian. Tikus

dibagi menjadi 3 kelompok secara random yaitu: K1 (kontrol), K2 (madu

100%), K3 (Gentamisin Topikal Gel 0,1%×10gr) setelah 14 hari

pengamatan. Dari hasil penelitian luka bakar pada kulit tikus menunjukann

rata-rata kesembuhan kulit secara histopatologis pada K1, K2, dan K3

adalah 0,817±2,57, 0,774±4,23, dan 0,691±4,27 dengan nilai P=0,001

pada uji Kruskal-Wallis. Pada analisa Mann-Whitney test nilai p pada tiap

kelompok adalah: antara K1 dan K2 p=0,001 kemudian K1 dan K3

p=0,001, untuk uji kelompok K2 dan K3 p=0,936.

Pada hasil uji klinis didapat rata-rata 50,70±15,28 pada K1,

94,48±6,07 pada K2 dan K3, 92,14±6,85. Pada uji ANOVA didapatkan

Page 22: thesis.umy.ac.idthesis.umy.ac.id/datapublik/t34983.doc · Web viewBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Luka bakar adalah kerusakan jaringan karena kontak dengan agens, termal, kimiawi,

22

p=0,039, dilanjutkan pada uji post hoc terdapat perbedaan bermakna pada

kelompok K1 terhadap kelompok K2 dan K3 dengan nilai p=0,001. Dan

tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok K2 dan K3 dengan

nilai p=0,585. Simpulan, madu dapat dijadikan sebagai obat alternatif pada

luka bakar sebagai pengganti antibiotik gentamisin topikal, terutama di

daerah terpencil. Perbedaan dengan penelitian saat ini adalah metode,

jumlah sampel dan sediaan.