repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...strategi....

137
STRATEGI PEMBINAAN KANTOR KEMENTRIAN AGAMA KOTA PONTIANAK DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI JAMAAH MENGIKUTI MANASIK HAJI TAHUN KEBERANGKATAN 2017 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh Khairul Umamul Arifin NIM: 1112053100011 KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMRAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H / 2018 M  

Upload: lykhuong

Post on 15-Jul-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

STRATEGI PEMBINAAN KANTOR KEMENTRIAN AGAMA

KOTA PONTIANAK DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI

JAMAAH MENGIKUTI MANASIK HAJI TAHUN

KEBERANGKATAN 2017

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Khairul Umamul Arifin

NIM: 1112053100011

KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMRAH

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H / 2018 M

 

Page 2: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

 

Page 3: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

 

Page 4: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

 

Page 5: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

i

ABSTRAK

Khairul Umamul Arifin, “Strategi Pembinaan Kantor Kementrian

Agama Kota Pontianak Dalam Meningkatkan Partisipasi

Jamaah Mengikuti Manasik Haji Tahun Keberangkatan

2017” di bawah bimbingan Dra. Hj. Mastanah, M.Si.

Ibadah haji merupakan salah satu ibadah yang mampu

menarik perhatian, terutama dari begitu lamanya daftar tunggu

disetiap daerah untuk dapat berangkat pada tahun tersebut, selain

dari hal itu pelaksanaan pembinaan juga menjadi sorotan yang

menarik dengan berbagai permasalahannya.

Rumusan masalah dari penelitian ini ingin mengetahui

bagaimana strategi Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak

dalam mengajak, kepada jamaah calon haji agar mengikuti

kegiatan manasik haji yang diberikan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode

pendekatan kualitatif, teknik pengumpulan data berupa observasi,

wawancara, dan studi dokumentasi. Melakukan wawancara oleh

pihak Karyawan dan Staff Kementerian Agama Kota Pontianak,

KUA Kecamata Pontianak Kota.

Dari hasil penelitian penulis temukan bahwa strategi yang

digunakan Kementrian Agama Kota Pontianak untuk

meningkatkan partisipasi jamaah dalam mengikuti kegiatan

manasik haji dengan memantapkan dari segi unsur – unsur

manajemen yang lebih baik.

Kata Kunci : Strategi, Kementrian Agama, Manasik Haji

 

Page 6: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

ii

KATA PENGANTAR

بسم للاه الرحمن الرحيم

Alhamdulillahi Robbal’alamin, puji syukur kehadirat Ilahi

Robbi penulis ucapkan atas segala kenikmatan yang berikan

dengan keridhoan dan keberkahan-Nya di dalam setiap langkah

perjuangan penulis, penulis dapat melewati proses perjuangan

yang penuh halangan dan menghadapi berbagai masalah yang pada

akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan baik.

Sholawat serta salam terlimpah curahkan kepada baginda Nabi

besar Muhammad SAW, sang penuntun akhlak dan ilmu bagi

segenap manusia, tak lupa pula kepada keluarga, para sahabat,

serta tabi’in dan tabi’ut tabi’in, semoga kita menjadi pengikut-Nya

yang setia hingga yaumil qiyamah dan kelak kita semua

dibangkitkan dibawah panji Beliau dan berkumpul bersama di

surga Allah SWT, Amin

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima

kasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah

memberikan kemudahan dengan sabar membantu serta

membimbing terwujudnya skripsi ini. Dengan penuh rasa hormat

dan ketulusan, penulis mengucapkan:

1. Dr. Arief Subhan, MA, sebagai Dekan Fakultas Ilmu

Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

 

Page 7: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

iii

2. Suparto, M.Ed Ph,D, selaku Wakil Dekan 1 (satu) Fakultas

Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Hj. Raudhonah, M.Ag, selaku Wakil Dekan II (dua)

Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Suhaimi, M.Si, selaku Wakil Dekan III (tiga) Fakultas

Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Drs. Cecep Castrawijaya, MA, selaku Ketua Jurusan

Manajemen Dakwah (MD).

6. Drs. Sugiharto, MA, Sekertasi Jurusan Manajemen

Dakwah (MD).

7. Dra. Hj. Mastanah, M.Si, sebagai pembimbing skripsi yang

sangat banyak membantu dan memberikan ilmu ketika

penulis berkonsultasi, seperti ibu kandung penulis sendiri

yang teramat sangat sabar dalam membimbing dan

mengarahkan penulis agar menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah membalas ketulusan beliau, semoga Allah

berkahi beliau, Amin.

8. Seluruh Tim Penguji Sidang Munaqosyah baik Ketua

Sidang, Sekertaris, Penguji I/II, dan Pembimbing.

9. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, yang selama ini memberikan ilmunya dengan

tulus, menjadi ilmu yang berkah untuk kami dan semoga

segala ilmu yang bermanfaatnya dapat terbalaskan baik di

 

Page 8: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

iv

dunia dan menjadi wasilah menuju surga-Nya Allah SWT

kelak.

10. Seluruh Staf Perpustakaan baik Perpustakaan Umum

maupun Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu

Komunikasi.

11. Kedua orang tua penulis, Ayahanda H. Muhammad Nur

dan Ibunda Hj. Maisarah, yang terus menerus memberikan

ilmu yang berharga tentang kehidupan dan doa yang terus

diberikan kepada penulis agar menjadi anak yang sholeh

yang berguna bagi agama, bangsa dan negara, serta tak

pernah lelah dan mengeluh dalam mendidik dan

membesarkan penulis, sehingga penulis tumbuh menjadi

anak yang mandiri, kuat dan tegar dalam menjalani manis

pahitnya kehidupan yang selama ini penulis jalani.

12. Saudara – saudara penulis, Aband H. Irfan Affandi, H.

Rudinal Mukhtar, H. Hamzah Arani, Kakak Witri Nur

Aulia dan Adik Shufia Nur Azkiya yang tak pernah

hentinya memberikan dukungan sehingga skripsi ini

mampu diselesaikan.

13. H. Azharudin Nawawi, selaku Kepala Kantor Kementrian

Agama Kota Pontianak dan H. Syamsul Bahri, S. Ag, M.Si

selaku Kepala Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah

Kementrian Agama Kota Pontianak, Mastur, S.Ag Kepala

KUA Kecamatan Pontianak Kota yang telah memberikan

izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan telah

membantu memberikan fasilitas, menerima dan melayani

penulis selama penulis melaksanakan penelitian.

 

Page 9: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

v

14. KH. Muhammad Junaidi HMS, selaku Mudirul Ma’had

Hidayatul Mubtadi-ien Pasir Putih, dan serta pengurus

PPHM Arjuna yang selalu memberikan dukungan spiritual

kepada penulis.

15. Teman – Teman Manajemen Haji dan Umrh. Untuk

sahabat karib penulis, Lukmanul Hakim, S.Sos dan Farhan

Setiadi, S.Sos, Iman Taufik Muas, S.Sos, Farouq Audah,

S.Sos, Nurul Hidayat S.Sos para pejuang skripsi bersama.

Juga untuk Komunitas Pencinta Persija “Jakampus UIN”,

dan Wanabut.

Serta kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan

namanya satu persatu, penulis mengucapkan banyak terimakasih

dan semoga Allah SWT memberkahi, memudahkan dan meridhoi

semua aktifitas kita. Amin.

Penulis berharap dan berdo’a kepada Allah SWT, semoga

seluruh pengorbanan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini akan

menjadi wasilah untuk menuju jannah-Nya Allah SWT dan

bersama Rasulullah SAW.

Jakarta, 5 Maret 2018

Penulis

 

Page 10: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ....................................... 10

1. Batasan Masalah........................................................ 10

2. Rumusan Masalah ..................................................... 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................... 10

1. Tujuan Penelitian ...................................................... 10

2. Manfaat Penelitian .................................................... 11

a. Manfaat Akademik .............................................. 11

b. Manfaat Praktisi .................................................. 11

D. Metodologi Penelitian ..................................................... 11

1. Pendekatan Penelitian ............................................... 11

2. Subjek dan Objek ...................................................... 12

3. Jenis Penelitian .......................................................... 13

4. Teknik Pengumpulan Data ........................................ 13

5. Teknik Analisis Data ................................................. 17

6. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................... 17

E. Teknik Penulisan ............................................................. 18

F. Tinjauan Pustaka ............................................................. 18

G. Sistematika Penulisan ..................................................... 19

 

Page 11: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

vii

BAB II LANDASAN TEORI ................................................... 21

A. Strategi ............................................................................ 21

1. Pengertian Strategi .................................................... 21

2. Ciri - Ciri Strategi ..................................................... 26

3. Fungsi Strategi .......................................................... 27

4. Kategori Strategi ....................................................... 28

5. Tahapan - Tahapan Strategi ..................................... 28

6. Faktor – Faktor Strategi ............................................ 33

B. Partisipasi ........................................................................ 33

1. Pengertian Partisipasi ................................................ 33

2. Tujuan Partisipasi ...................................................... 36

3. Tingkatan Partisipasi ................................................. 37

4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi ...... 38

5. Tahapan Partisipasi ................................................... 39

6. Jenis Partisipasi ......................................................... 41

C. Pembinaan Manasik Haji ................................................ 42

1. Pengertian Manasik Haji ........................................... 42

2. Strategi Pembinaa Manasik Haji ............................... 44

3. Fungsi dan Tujuan Manasik Haji .............................. 48

4. Aspek Manasik Haji .................................................. 49

5. Pembinaan Haji Kabupaten/Kota .............................. 54

BAB III GAMBARAN UMUM................................................ 58

A. Sejarah Singkat dan Perkembangannya .......................... 58

B. Visi dan Misi .................................................................. 61

C. Tugas Pokok dan Fungsi ................................................. 64

 

Page 12: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

viii

D. Struktur dan Tata Kerja Kantor Kementrian Agama Kota

Pontianak ......................................................................... 66

BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA ... 69

A. Strategi Pembinaan Kantor Kementrian Agama Kota

Pontianak dalam Meningkatkan Partisipasi Jamaah

Mengikuti Manasik Haji ................................................. 69

1. Man (Sumber Daya Manusia) ................................... 70

2. Money (Biaya) ........................................................... 73

3. Materials (Bahan - Bahan) ........................................ 74

4. Market (Pasar) .......................................................... 81

5. Methode (Metode) ..................................................... 82

B. Penyelenggaraan Manasik Haji Kantor Kementrian Agama

Kota Pontianak Tahun Keberangkatan 2017................... 88

1. Perencanaan .............................................................. 89

2. Pelaporan dan Evaluasi Kerja .................................. 95

BAB V PENUTUP .........................................................................

A. Kesimpulan ..................................................................... 97

B. Saran ................................................................................ 98

DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 99

LAMPIRAN ............................................................................. 106

 

Page 13: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ibadah haji merupakan ibadah yang paling unik di

antara ibadah – ibadah lain dalam Islam. Keunikan itu

tampak jelas pada tata caranya yang mungkin tidak lazim

dalam ritual ibadah lainnya. Selain ritual doa, yang lazim

ada dalam ajaran agama Islam, dalam ibadah haji pun ada

ritual unik lain seperti berlari-lari kecil dan melempar batu.

Ibadah haji merupakan salah satu jenis ibadah

mahdhoh yang tatacara pelaksanannya dianggap paling

rumit, tidak sebagaimana ibadah – ibadah mahdhoh

lainnya. Pelaksanaan ibadah haji juga membutuhkan segala

bentuk kemampuan yang berkaitan dengan persiapan fisik,

non fisik, mental, kesadaran diri, semangat keagamaan,

ketulusan hati, perjuangan dan pengorbanan. Oleh karena

itu, pelaksanaan ibadah haji memiliki perbedaan yang

sangat signifikan dibanding dengan keempat rukun Islam

lainnya.1 Pengorbanan yang jelas tampak ialah ketika para

calon jamaah haji ini harus menunggu waktu yang cukup

lama, jarak yang cukup jauh, dan tentunya dengan biaya

yang tidak sedikit pula. Bahkan di Indonesia untuk

berangkat haji, seseorang harus menunggu waktu

keberangkatan hingga bertahun-tahun.

1 M. Shaleh Putuheba, Histografi Haji Indonesia, (Yogyakarta: PT.

LKIS Pelangi Aksara Yogyakarta, 2007), h. 5

 

Page 14: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

2

Pijakan umat Islam dalam melaksanakan ibadah

berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits yang mengatur

segala hukum peribadatan Islam. Ibadah haji merupakan

salah satu rukun Islam yang wajib ditunaikan oleh setiap

muslim, baik laki – laki maupun perempuan, bila sudah

mampu.2

Sebagaimana yang termaktub dalam Al-Qur’an

Surah Al-Baqarah ayat 197:

ت فمن فرض فيهن ٱلحج فل رفث ول فسوق علوم ٱلحج أشهر م

دوا فإن ول جدال في ٱلحج وما تفع وتزو لوا من خير يعلمه ٱلل

ب أولي ٱللب وٱتقون ي اد ٱلتقوى )١٩٧(خير ٱلز

Artinya:

(Musim) haji adalah beberapa bulan yang

dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam

bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats,

berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa

mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa

kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan

sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan

bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.

(QS. Al-Baqarah: 197)3

2 H.M. Isa Mansur, Upaya Menggapai Haji Mabrur, (Kudus: menara

Kudus, 1997), h. 1 3 Sumber dari Al-Qur’an

 

Page 15: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

3

Ada beberapa riwayat yang menjelaskan tentang

ashbab al-nuzul yang masih berkaitan dengan ayat diatas,

disebutkan dalam hadits yang dikeluarkan oleh ‘Abd ibn

Hamid, Bukhari, Abu Dawud, Nasa’i, Ibn al-Mundzir, Ibn

Hibban, dan Baihaqi (dalam sunannya), diriwayatkan dari

Ibn Abbas, ia berkata: “Pernah ada sekelompok penduduk

Yaman yang berhaji sedangkan mereka tak membawa

bekal, dan mereka hanya berkata: “Kami Adalah orang –

orang yang tawakkal” Kemudian mereka dikenai (bekal),

sehingga akhirnya mereka meminta – minta, maka Allah

menurunkan ayat: watazawwadu fa inna khair al-zadi al-

taqwa.4

Kewajiban berhaji juga disampaikan oleh Rasulullah

SAW dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas

ra.,

عن ابن عباس رضي هللا عنه قل:خطبنا رسول هللا صلى

ج فقام القرع الح هللا عليه وسلم فقل: )ان هللا كتب عليكم

ابس فقل:أفي كل عام يا رسول هللا؟ قل: لو قلتها بن خ

ع( رواه الخمسة، لوجبت، ة، فما زاد فهوتطو الحج مر

. غيرالت رمذي

Artinya:

4 Abu al-Fida Ismail Ibn Katsir al-Damasyqi, Tafsir al-Quran al-Azim

(Kairo: Maktabah Aulad al-Syaikh li al-Turats, 1421 H/2000m) cet. 1, j. II, h.

248. Lihat pula; Jalal al-Din al-Turki (Kairo: Markaz. Hijr li al-Buhuts wa al-

Dirasat al-Arabiyyah wa al-Islamiyyah, 1424H/2003M) cet. 1, j. II, h. 390.

 

Page 16: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

4

Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata: “Rasulullah SAW

berkhutbah dihadapan kami, seraya beliau bersabda:

“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kamu menunaikan

haji.” Maka berdirilah al-Aqra’ bin Khabis seraya

berkata: “ apakah dalam setiap tahun, wahai Rasulullah?”

Beliau bersabda: “Seandainya aku mengatakannya, ia

menjadi wajib. Kewajiban haji sekali selebihnya adalah

sunat.” (HR. Imam lima selain Tirmidzi/Bulughul Maram:

741)5

Dengan jumlah pemeluk agama Islam terbesar

didunia maka wajar pula jumlah jama’ah haji Indonesia

mencapai 210 ribu tiap tahunnya, jumlah ini merupakan

yang terbesar dibanding negara-negara lainnya. Dari

banyaknya jumlah tersebut tentu berbagai macam latar

belakang setiap jama’ah dari segi ekonomi, pendidikan,

dan budaya yang berbeda. Oleh karena itu dengan

kebijakan dan legalitas pemerintah Indonesia dalam hal ini

Kementrian Agama senantiasa berusaha meningkatkan

pelayanan dan pemenuhan kebutuhan jama’ah haji

Indonesia dari tahun ke tahun, sekaligus ikut mendorong

partisipasi masyarakat meningkatkan kualitas ibadah

hajinya sebagaimana yang dituntunkan oleh syari’at.6

5 Ahmad Muhammad Yusuf, Ensiklopedi Tematis Ayat Al-Qur’an &

Hadits, (Jakarta: Widya Cahaya, 2009), h. 364. 6 Muhammad Ilyas Abdul Ghani, sambutan Menteri Agama RI, Prof.

Dr. H. Said Agil Husin Al-Munawar, MA, buku Sejarah Mekah, (Madinah: Al-

Rasheed Printers, 2003), cet ke II, h. 8

 

Page 17: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

5

Profil jamaah haji Indonesia sangat beragam

kebanyakan mereka baru pertama kali menunaikan ibadah

haji. Namun disisi lain, kondisi Arab Saudi sangat berbeda

dengan tanah air, terutama terkait sosial budaya, alam, dan

bahasanya. Dalam penyelenggaraan haji tiap tahun selalu

ditemukan berbagai hal yang menjadi ajang pujian dan

kritik berbagai kalangan yang disampaikan secara lisan

maupun tertulis, wacana selalu muncul kepermukaan

sebagian besar adalah ketidakpuasan terhadap pelayanan

penyelenggaraan haji yang dilaksanakan oleh pemerintah

walaupun disisi lain pemerintah terus berinovasi dan

penyempurnaan di berbagai aspek baik manajerial, sumber

daya manusia, pola operasional, diversifikasi angkutan,

diversifikasi pemondokan dan memberikan kesempatan

yang lebih luas kepada masyarakat untuk berperan serta

dalam penyelenggaraan haji.7

Penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas

nasional dan menjadi tanggungjawab pemerintah dibawah

koordinasi Menteri Agama, dalam teknis pelaksanaannya

diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Penyelenggaraan

Haji dan Umrah.8

Penyelanggaraan ibadah haji di Indonesia ini

dilaksanakan oleh pemerintah atas amanat Undang –

7 Achmad Nidjam dan Alatief Hanan, Manajemen Haji : Studi kasus

dan Telaah Implementasi Knowledge Workers, , (Jakarta : Zikrul Hakim,

2001) 8 Kementrian Agama RI, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji

dan Umrah, Deasin Program, (Jakarta, 2010), h. 13

 

Page 18: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

6

Undang RI Nomor 13 Tahun 2008 dan Peraturan

Pemerintah (PP) Nomor 79 tahun 2012.9 Pada Undang –

Undang RI Nomor 13 pasal 6 menyebutkan bahwa mulai

dari pendaftaran sampai pada pemulangan jamaah haji.

Dibentuknya adalah sebagai upaya penyempurnaan sistem

dan manajemen penyelenggaraan ibadah haji oleh

pemerintah agar pelaksanaannya dapat lebih aman, tertib,

dan lancar, dengan menjunjung tinggi sistem keadilan,

transparansi dan akuntabilitas publik.10 Juga

mengamanatkan bahwa pemerintah dalam hal ini

Kementrian Agama RI, berkewajiban melakukan

pembinaan, pelayanan, dan perlindungan dengan

menyediakan pelayanan administrasi, bimbingan ibadah

haji, akomodasi, transportasi, pelayanan kesehatan,

keamanan, dan hal – hal lain yang diperlukan oleh calon

jamaah haji.11

Dalam pasal 29 juga dijelaskan poin pertama dalam

rangka pembinaan ibadah haji, menteri menetapkan

mekanisme dan prosedur pembinaan ibadah haji pedoman

pembinaan, tuntunan manasik, dan panduan perjalanan.

dan poin kedua yaitu pembinaan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan tanpa memungut biaya tambahan

dari jamaah diluar BPH yang ditetapkan. sebagaimana

9 H. Ahmad Kartono, Solusi Hukum dalam Permasalahan Ibadah

Haji, (Jakarta: T.pn, 2015) h.11 10 Undang – Undang RI Nomor 13 Tahun 2008 Tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji 11 Kementrian Agama, Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Ibadah Haji

2011, h. 3

 

Page 19: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

7

dijelaskan pada pasal 30 poin pertama dalam rangka

pembinaan ibadah haji, masyarakat dapat memberikan

bimbingan ibadah haji, baik dilakukan secara persorangan

maupun dengan membentuk kelompok bimbingan. poin

kedua ketentuan lebih lanjut mengenai bimbingan haji oleh

masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

dengan peraturan menteri.12

Dalam upaya memperbaiki kualitas pelayanan ibadah

haji, Kementrian Agama (Kemenag) telah melakukan

peningkatan pada manasik haji. Manasik haji merupakan

komponen penting dalan pelaksanaan ritual ibadah haji,

karena manasik haji merupakan salah satu penentu sah atau

tidaknya suatu ibadah haji. Bimbingan manasik haji

tersebut berupa pemberian pengetahuan tentang tatacara

pelaksanaan ibadah haji yang sesuai tuntunan agama, juga

agar calon jamaah haji lebih siap dan mandiri dalam

menunaikan ibadah haji sehingga mendapat predikat

sebagai haji yang mabrur.

Pembinaan dalam penyelenggaraan ibadah haji

adalah program pemerintah dalam mengatur dan

mengarahkan calon jamaah haji agar dapat memiliki bekal

yang cukup pada sebelum, ketika dan setelah pelaksanaan

haji.

Namun kenyataan yang terjadi, masih banyak

ditemukan jamaah yang tidak mengikuti kegiatan

12 Kementrian Agama RI, Data dan Profil Penyelenggaraan Ibadah

Haji Khusus

 

Page 20: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

8

bimbingan manasik haji ini, tentu akan berdampak kepada

jamaah haji itu sendiri baik kegiatan yang tidak terlaksana

dengan benar bahkan sampai pada hal – hal yang tidak

diinginkan. Berbagai macam alasan jamaah yang tidak

mengikuti mengikuti kegiatan bimbingan manasik haji

yang diberikan oleh pemeintah. Pada tahun 2016 jumlah

pertemuan pembinaan jamaah haji adalah sebanyak

delapan kali pertemuan, enam kali bimbingan di KUA

Kecamatan dan dua kali di Kabupaten/Kota.13

Berkaca dari kenyataan yang terjadi bahwa calon

jamaah haji Kota Pontianak sebelum tahun 2017 sangat

kurang antusias dalam mengikuti kegiatan manasik haji,

pada musim haji tahun 2015 sempat terjadi insiden yang

menyebabkan beberapa jamaah asal Indonesia khususnya

Kalimantan Barat menjadi korban insiden Mina dan jumlah

tersebut tidak sedikit, memang tidak dapat dikatakan

penyebabnya kejadian tersebut dikarenakan tidak ikut

sertanya jamaah tersebut dalam mengikuti kegiatan

manasik haji, namun yang untuk salah satu penyebab yang

bisa diangkat ialah kurangnya pemahaman tentang

pelaksanaan melontar jumrah, yang dimana pengetahuan

tersebut didapat pada kegiatan manasik haji.

Dari jumlah pertemuan tersebut belum mampu

memberikan pemahaman mendalam kepada jamaah terkait

13 Keputusan Dirjen Penyelenggaraan Haji Umrah tahun 2015 Nomor

D/222/2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Manasik Haji oleh

Kementrian Agama Kabupaten / Kota dan KUA Kecamatan

 

Page 21: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

9

pelaksanaan kegiatan ibadah haji maupun informasi

lainnya hal ini disampaikan dari jamaah yang sudah

mengikuti setiap kegiatan bimbingan manasik haji, karena

ketika berada di tanah suci banyak jamaah yang tidak

mampu mengingat pelajaran yang diberikan ketika

bimbingan manasik haji, apatah lagi bagi jamaah yang

belum mengikuti atau bahkan yang tidak mengikuti

kegiatan bimbingan manasik haji tersebut apakah mampu

membantu jamaah agar melaksanakan segala runtutan

kegiatan manasik haji.

Inilah yang menjadi tantangan untuk Kantor

Kementrian Agama Kota Pontianak dalam menyikapi

permasalahan ini, bagaimana strategi agar para calon

jamaah mengikuti segala kegiatan pelaksanaan ibadah haji

tahun berangkat agar menjadi baik dan sempurna disegala

macam aspek – aspeknya. Dengan jumlah pertemuan yang

hanya delapan kali tersebut penulis tertarik untuk meneliti

bagaimana strategi yang digunakan Kantor Kementrian

Agama Kota Pontianak dalam meningkatkan partisipasi

jamaah dalam mengikuti kegiatan bimbingan manasik haji

ini guna memberikan pembinaan kepada calon jamaah haji

pada tahun keberangkatan 2017, penulis jadikan sebagai

bahan sekaligus objek skripsi dengan judul “STRATEGI

PEMBINAAN KANTOR KEMENTRIAN AGAMA

KOTA PONTIANAK DALAM MENINGKATKAN

PARTISIPASI JAMAAH MENGIKUTI MANASIK

HAJI TAHUN KEBERANGKATAN 2017”

 

Page 22: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

10

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Batasan masalah adalah usaha untuk menetapkan

batasan – batasan dari masalah penelitian yang akan

diteliti. Batasan masalah ini berfungsi untuk

menentukan faktor mana saja dan apa saja yang akan

masuk dalam ruang lingkup penelitian. Pembatasan ini

dilakukan agar terhindar dari perluasan pembahasan

yang tidak ada kaitannya dengan masalah yang akan

diteliti tentang Strategi Pembinaan Kantor Kementrian

Agama Kota Pontianak Meningkatkan Partisipasi

Jamaah Dalam Mengikuti Manasik Haji Tahun

Keberangkatan 2017.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, makan

penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana strategi pembinaan kantor Kementrian

Agama Kota Pontianak meningkatkan partisipasi

jamaah dalam mengikuti manasik haji tahun

keberangkatan 2017?

b. Bagaimana pelaksanaan penyelenggaraan

bimbingan manasik haji Kementrian Agama Kota

Pontianak?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menjelaskan strategi yang digunakan Kantor

Kementrian Agama Kota Pontianak dalam

 

Page 23: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

11

meningkatkan partisipasi jamaah mengikuti

bimbingan manasik haji.

b. Untuk menjelaskan penyelenggaraan bimbingan

manasik haji yang dilaksanakan pada Kantor

Kementrian Agama Kota Pontianak.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Agar apa yang dilakukan oleh Kantor Kementrian

Agama Kota Pontianak dapat bermanfaat secara

akademis bahwa tahapan tahapan strategi yang

digunakan mampu meningkatkan jumlah

partisipasi jamaah dalam mengikuti kegiatan

manasik haji.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini penulis berharap dapat memberikan

pengetahuan kepada calon jamaah haji Kota

Pontianak akan pentingnya dan dibutuhkannya

manasik haji terhadap pelaksanaan ibadah haji baik

dari tata cara ibadah, pelayanan kesehatan, dan

kondisi Arab Saudi.

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang

menghasilkan data deskriptif, berupa data – data

tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilau yang

 

Page 24: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

12

diamati. metode penelitian kualitatif adalah metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postposotivisme, digunakan untuk meneliti pada

kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah

eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen

kunci, pengambilan sample sumber data dilakukan

secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan

dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna dari pada generalisasi.14 Dengan

memilih metode ini penulis berharap mendapatkan

data – data yang akurat dan lengkap tentang strategi

peningkatan partisipasi bimbingan manasik haji Kota

Pontianak tahun keberangkatan 2017.

2. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek dalam penelitian ini adalah orang atau

sekelompok orang Kantor Kementrian Agama

Kota Pontianak yang dimana mereka terdiri dari

pegawai yang dapat dijadikan sebagai informasi

penelitian ini.

b. Objek penelitian ini adalah strategi pembinaan

Kementrian Agama Kota Pontianak dalam

meningkatkan partisipasi jamaah mengkuti

manasik haji di Kota Pontianak.

14 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D, (Bandung ; Alfabeta, 2013), h. 15

 

Page 25: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

13

3. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai penulis adalah

jenis penelitian deskriptif yang mengacu pada data

yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, buku,

dan angka-angka. Selain itu jenis penelitian yang

diperlukan untuk membantu menyelesaikan penelitian

ini berupa studi pustaka dan riset lapangan.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk kepentingan penelitian ini, teknik

pengumpulan data dilakukan sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan

yang sistematis terhadap gejala – gejala yang

diteliti.15 Penulis mengadakan pengamatan secara

langsung mengenai obyek penelitian melalui

pengamatan dan penelitian dengan sistematika dari

pemilihan data, pencatatan dan sebagainya dengan

maksud memperoleh gambaran yang jelas

mengenai kejadian atau peristiwa yang terjadi di

Kemenag Kota Pontianak tentunya yang berkaitan

dengan pembahasan skripsi ini. Pada penelitian ini

penulis bertindak sebagai penonton saja tidak

berperan aktif atau tergabung dalam kehidupan

orang yang diobservasi tersebut dan secara terpisah

15 Husaini Usman dan Purnomo Akbar Setiady, Metodologi Penelitian

Sosial, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), h. 53

 

Page 26: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

14

dan tanpa harus terjun langsung ke lapangan

(Margono, 2005 : 161-162).16

b. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data

dengan menggunakan tanya jawab sepihak yang

dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan

dengan tujuan penelitian.17

Wawancara juga disebut sebagai kegiatan

tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara

langsung, untuk mendapatkan data dari tangan

pertama sebagai pelengkap pengumpulan data

lainnya. Pewawancara disebut interviewer

sedangkan yang diwawancarai disebut

interviewee.18

Metode wawancara ini memiliki 3 macam

tipe, yaitu sebagai berikut:

1) Wawancara Terstruktur

Wawancara terstruktur ini biasanya

dilakukan oleh peneliti dengan cara

mempersiapkan bahan pertanyaan terlebih

dahulu. Kelemahan jenis wawancara ini adalah

16 www.sarjanaku.com/2013/01/metode-pengumpulan-data-

teknik.html?m=1 (Metode Pengumpulan Data artikel diakses 31 Maret 2018) 17 Sutrisno Hadi, Metode Research III, (yogyakarta: Yayasan

Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1984), h. 193 18 Husaini Usman dan Purnomo Akbar Setiady, Metodologi Penelitian

Sosial, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), h. 55

 

Page 27: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

15

biasanya penulis bagitu terikat dengan

pertanyaan – pertanyaan yang dibuatnya.19

2) Wawancara Tidak Terstruktur

Wawancara tidak terstruktur bersifat

lebih luwes dan terbuka, pelaksanaannya lebih

bebas karena dalam melakukan wawancara

dilakukan secara ilmiah untuk menggali ide dan

gagasan informan secara terbuka dan tidak

menggunakan pedoman wawancara (Sugioni,

2006: 233).20

3) Wawancara Semi Terstruktur

Wawancara semi terstruktur adalah

kompromi antara wawancara terstruktur dan

tidak terstruktur. Pewawancara sudah

menyiapkan topik dan daftar pertanyaan

pemandu wawancara sebelum aktivitas

wawancara dilakukan.21

Dalam metode ini penulis menggunakan

wawancara semi terstruktur, dengan diawali dengan

meminta waktu untuk melakukan wawancara

kepada para pegawai di Kantor Kementrian Agama

Kota Pontianak, untuk mengetahui proses

pembinaan yang diberikan kepada calon jamaah

19 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Jakarta: Penerbit

Erlangga, 2009) h. 107 20 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2013) h. 163 21 Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Indeks, 2012) h. 36

 

Page 28: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

16

haji. Kemudian kepada Kepala KUA Kecamatan

yaitu Kecamatan Pontianak Kota, dan jamaah calon

haji.

Metode ini dilakukan oleh peneliti dengan

cara meminta informasi atau menggali informasi

baik secara langsung maupun tidak langsung

kepada responden (orang yang diwawancara atau

yang dimintai informasi) dari pihak Kantor

Kementrian Agama Kota Pontianak dan beberapa

pihak yang terkait.

c. Telaah Dokumen

Dokumentasi adalah pengambilan data yang

diperoleh melalui dokumen seperti data-data, arsip-

arsip, gambar-gambar ataupun bentuk lainnya.22

Dokumentasi merupakan bagian dimana peneliti

meminta data kepada lembaga yang diteliti yakni

Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak sesuai

dengan judul yang dibahas. Dalam kaidah

metodologi penelitian, menurut cara perolehannya

sumber data dibagi menjadi dua, yakni data primer

dan data sekunder. Data primer adalah data yang

diperoleh secara langsung dari objek penelitian

perorangan, kelompok atau organisasi. Sedangkan

data sekunder merupakan data yang diperoleh

dalam bentuk yang sudah jadi atau tersedia melalui

22 Husaini Usman dan Purnomo Akbar Setiady, Metodologi Penelitian

Sosial......h. 57

 

Page 29: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

17

publikasi dan informasi yang dikeluarkan berbagai

organisasi atau perusahaan.23

5. Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Patton, adalah proses

mengatur uraian data, mengorganisasikannya kedalam

suatu pola, kategori dan suatu uraian dasar.24 Dalam

hal ini penulis menggunakan analisis deskriptif

interpretative yaitu penulis mencoba memaparkan

semua data informasi yang diperoleh, kemudian

menganalisa setiap data dan fakta yang ditemukan

lebih dekat, mendalam, mengakar dan menyeluruh

serta menggambarkan objek penelitian dengan apa

yang ada sesuai dengan kenyataan.

6. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Kementrian

Agama Kota Pontianak, Jl. Zainuddin, Kecamatan

Pontianak Kota, Kota Pontianak, Kalimantan Barat

78243. Adapun alasan dan pertimbangan penulis

dalam memilih lokasi penelitian adalah sebagai

berikut:

23 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Publik Relations dan Komunikasi,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 29-30 24 Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 1993), h. 103.

 

Page 30: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

18

a. Lembaga tersebut terjangkau bagi penulis serta

mempermudah penulis dalam melakukan

penelitian.

b. Pihak Kementrian Agama menyediakan sarana

bagi penulis dan memberikan data dan informasi

dengan baik dan benar.

Dalam penelitian ini penulis membatasi waktu

penelitian pada bulan September - Desember 2017.

E. Teknis Penulisan

Adapun teknik penulisan yang dijadikan pedoman

dalam menulis metode penulisan skripsi ini, penulis

menggunakan buku pedoman penulisan skripsi, tesis,

disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Tinjauan Pustaka

Dalam beberapa skripsi yang penulis baca, banyak

pendapat yang harus diperhatikan dan menjadi

pertimbangan selanjutnya, penulis akhirnya menemukan

beberapa skripsi yang memberikan inspirasi yang

mendasari dilakukannya penelitian ini, diantaranya;

a. Muhammad ‘Antar Musallam, “ Evaluasi

Penyelenggaraan Pelatihan Manasik Haji pada

Calon Jamaah Haji Kantor Kementerian Agama

Jakarta Selatan pada tahun 2014”, karya ilmiah ini

berisi tentang evaluasi penyelenggaraan pelatihan

manasik haji yang dilakukan oleh kantor

 

Page 31: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

19

Kementerian Agama Jakarta Selatan pada tahun

2014.

b. Farhan Setiadi, “Strategi Promosi PT Lintas

Iskandaria Tour And Travel Dalam

Meningkatkan Penjualan Produk Visa Umroh”,

karya ilmiah ini berisi tentang strategi yang

digunakan PT Lintas Iskandaria dalam meningkatkan

penjualan produk visa umroh.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada karya ilmiah skripsi ini

terdiri dari lima (5) BAB Hal ini dilakukan untuk

mempermudah jalannya penulisan. Penyusunannya

sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Membahas Tentang Latar Belakang Masalah,

Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan

dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka,

Metodologi Penelitian dan Sistematika

Penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Dalam bab ini meliputi teori strategi dan

partisipasi (pengertian strategi, tahapan –

tahapan strategi, pengertian partisipasi),

bimbingan manasik haji (pengertian bimbingan

manasik haji, fungsi bimbingan manasik haji,

dan tujuan bimbingan manasik haji).

 

Page 32: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

20

BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG

KEMENTRAIAN AGAMA KOTA

PONTIANAK

Membahas gambaran umum tentang sejarah

berdirinya Kantor Kementrian Agama Kota

Pontianak, Visi, Misi, Struktur Organisasi

Kemenag Kota Pontianak, Program Pembinaan

Bimbingan Manasik Haji.

BAB IV : ANALISA HASIL PENELITIAN

Yaitu membahas tentang hasil penelitian tentang

Strategi Pembinaan Kemenag Kota Pontianak

dalam meningkatkan partisipasi jamaah

mengikuti kegiatan manasik haji, dan Proses

pelaksanaan bimbingan manasik haji yang

dilaksanakan oleh Kementrian Agama Kota

Pontianak tahun keberangkatan 2017

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini merupakan isi tentang kesimpulan

berdasarkan hasil dari pelaksanaan penelitian,

dan saran – saran dari uraian pembahasan bab

sebelumnya serta penulis juga tidak lupa

memasukkan daftar pustaka dan lampiran –

lampiran.

 

Page 33: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

21

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Strategi

1. Pengertian Strategi

Agar mengetahui pengertian strategi lebih jauh

lagi penulis memberikan pengertian melalui dua

perspektif yaitu: pertama perspektif etimologi dan yang

kedua perspektif terminologi

a. Perspektif Etimologi

Istilah strategi bersal dari bahasa Yunani

strategia (stratos yang berarti militer dan ag yang

berarti memimpin maka dapat diartikan sebagai

”the art of the general” atau seni seorang panglima

yang biasanya digunakan dalam peperangan.

Konsep ini relevan dengan situasi pada zaman

dahulu yang sering diwarnai perang dimana jendral

dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatan

perang.1 Oleh karena itu pengertian yang paling

umum dan tua tentang istilah strategi selalu

dikaitkan dengan pekerjaan para jendral dalam

peperangan. Hal ini terlihat dari apa yang dimuat

dalam oxford pocket dictionary “Strategi adalah

seni perang, khususnya perencanaan gerakan

pasukan, kapal dan sebagainya menuju posisi yang

1 Hendrawan Supratikno, Advanced Strategic Management: Back to

Basic Approach, (Jakarta: PT. Gravindo Utama, 2003), h. 19

 

Page 34: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

22

layak”. Rencana tindakan atau kebijakan dalam

bisnis atau politik dan sebagainya”.

Seiring berkembangnya penggunaan kata strategi

dalam manajemen atau suatu organisasi diartikan

sebagai kiat, cara atau taktik utama yang

dirancang secara sistematik dalam melaksanakan

fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategi

organisasi.2

b. Perspektif Terminologi

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai

strategi penulis memaparkan sejumlah para pakar

mengenai pengertian strategi, diantaranya:

1) Menurut Hamel dan Prahalad, mereka

mendefinisikan strategi yang terjemahannya

sebagai berikut :

”Strategi merupakan tindakan yang bersifat

incremental (senantiasa meningkat) dan terus

menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut

pandang tentang apa yang diharapkan oleh para

pelanggan di masa depan. Dengan demikian,

strategi hampir dimulai dari apa yang terjadi.3

2) Menurut Chaldler yang dikutip Supriyono,

strategi adalah penentuan dasar goals jangka

2 Hadari Nawawi, Manajemen Strategi Non Profit Bidang

Pemerintahan Dengan Ilustrasi Dibidang Pendidikan, (Yogyakarta: Gajah

Mada Universitas Press, 2006), Cet ke-1, h.147 3 Husein Umar, Strategic Management in Action (Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 31

 

Page 35: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

23

panjang dan tujuan perusahaan serta pemakaian

cara-cara bertindak dan alokasi sumber-sumber

yang diperlukan4

3) Menurut Prof. Dr. Onong Uchyana Efendi,

MA., strategi pada hakikatnya adalah

perencanaan (planning) dan manajemen untuk

mencapai tujuan tersebut, strategi tidak

berfungsi sebagai peta jalan yang hanya

memberi arah saja, melainkan harus mampu

menunjukkan bagaimana taktik

operasionalnya.5

4) Menurut Gerry Johnson dan Kevan Schools

dalam bukunya Exploring Strategy

mendefinisikan strategi sebagai arah dan

cakupan jangka panjang organisasi untuk

mendapatkan keunggulan melalui konfigurasi

sumberdaya dalam lingkungan yang berubah

untuk mencapai kebutuhan pasar dan memenuhi

harapan peamangku kepentingan

(Stakeholder).6

4 Supriyono, Manajemen Strategi dan Kebijaksanaan Bisnis

(Yogyakarta: BPFE, 1986) h. 9 5 Onong Uchyana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 1992), cet. Ke-4, h. 32 6 Jemsly Hutabarat dan Martani Huseini, Strategi : Pendekatan

Komprehensif dan Terintegrasi “Strategic Excellence” dan “Operational

Excellence” Secara Simultan (Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia, 2012)

hal. 14

 

Page 36: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

24

5) Menurut Prof. Dr. A.M. Kardiman, strategi

adalah penentuan tujuan utama dan berjangka

dan sasaran dari suatu perusahaan atau

organisasi serta pemilihn cara-cara bertindak

dan mengalokasikan sumber daya yang

diperlukan untuk mewujudkan tujuan tersebut.

Jadi strategi menyangkut soal pengaturan

berbagai sumber daya yang dimiliki perusahaan

agar dalam jangka panjang tidak kalah

bersaing.7

6) Menurut M. Bahri Ghazali, M.A dalam bukunya

mengatakan strategi adalah langkah-langkah

operasional dalam menuju terlaksananya suatu

kegiatan yang merupakan taktik untuk

mencapai suatu tujuan dari kegiatan.

Pelaksanaan dakwah dapat dilaksanakan

melalui modifikasi kegiatan dakwah sesuai

dengan situasi dan kondisi lingkungan dakwah

tersebut.8

7) Menurut Minzberg dan Waters (1983), strategi

adalah pola umum tentang keputusan atau

tindakan (Strategic are realized as patterns in

stream of decisions or action). Hardy, Langley,

dan Rose dalam Sudjana (1986)

7 A.M. Kardiman, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: PT.

Pronhalindo, t.t madrie), h. 58 8 M. Bahri Ghazali. Dakwah Komunikatif: Membangun Karakter Ilmu

Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), cet 1, h. 21.

 

Page 37: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

25

Mengemukakan strategi dipahami sebagai

rencana atau kehendak yang mendahului dan

mengendalikan kegiatan (Strategies is

perceived as a plan or a set of explicit intentio

proceeding and controlong action)9

8) Menurut Asmuni Syukir, bahwa strategi dalam

ilmu dakwah adalah sebagai metode, siasat, dan

taktik yang digunakan dalam proses kegiatan

dakwah.10

9) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) edisi ketiga, Strategi adalah ilmu dan

seni menggunakan sumber daya bangsa untuk

melaksanakan kebijaksanaan tertentu di perang

dan damai.11

Setelah penulis menyimak beberapa

pengertian strategi menurut ahli diatas, penulis

menggunakan pengertian strategi menurut Prof. Dr.

Onong Uchyana Efendi, MA., yang mengatakan

bahwa srategi pada hakikatnya adalah perencanaan

(Planning), dan manajemen untuk mencapai tujuan

tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta

jalanyang hanya memberikan arah saja, melainkan

harus mampu menunjukkan bagaimana taktik

9 Abdul Majid, M.Pd., Strategi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, cet 3 2014) hal. 3. 10 Asmuni Syukir, Dasar – Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya:

Al Ikhlas, 1995), hal. 32 11 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: PT Balai

Pustaka, cet 3, 2005), hal. 1092.

 

Page 38: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

26

operasionalnya. Jika dihubungkan dengan judul

penulis yang lebih ke strategi peningkatan maka

pengertian tersebut selaras dengan maksud penelitian

ini, yaitu untuk mengetahui apa langkah – langkah

yang direncanakan dan dilaksanakan oleh Kemenag

Kota Pontianak dalam mencapai tujuan yakni tingkat

partisipasi jamaah dalam kegiatan bimbingan manasik

haji yang dimulai dari perencanaan yang dilakukan

serta manajemen untuk mencapai tujuan tersebut.

2. Ciri – Ciri Strategi

Robert H. Hayes dan Steven C. Wheelwright telah

mendifinisikan beberapa ciri utama strategi yang

mebedakannya dari jenis perencanaan umumnya

yaitu:

a) Wawasan Waktu (Time Horizon)

Pada umumnya kata strategi dipergunakan

untuk menggambarkan kegiatan yang meliputi

cakrawala waktu yang jauh didepan, yaitu

waktu yang diperlukan untuk melaksanakan

kegiatan tersebut dan juga waktu yang

dipergunakan untuk mengamati dampaknya.

b) Dampak (Impact)

Dampak sangat berarti yang dapat dilihat dari

hasil akhir.

c) Perumusan Upaya (Concerfation of effort)

Sebuah strategi yang efektif biasanya

mengharuskan pemusatan kegiatan, upaya,

 

Page 39: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

27

atau perhatian terhadap rentang sasaran yang

sempit dengan memfokuskan perhatian pada

kegiatan yang dipilih.

d) Pola Keputusan (Patern of decisions)

Walaupun sebagian perusahaan hanya perlu

mengambil sejumlah kecil keputusan utama

untuk menerapkan strategi yang pilihannya,

kebanyakan strategi mensyaratkan bawa

sederetan keputusan tertentu diambil

sepanjang waktu.

e) Peresapan (Persasiveness)

Sebuah strategi mencakup suatu spektrum

kegiatan yang luas mulai dar proses sumber

daya sampai dengan operasi harian,

konsistensi sepanjang waktu dalam kegiatan –

kegiatan ini mengharuskan semua tingkatan

perusahaan bertindak secara naluri dengan

cara – cara yang akan memperkuat strategi.12

3. Fungsi Strategi

Strategi memiliki dua fungsi yaitu pertaa

degan menyebarluaskan pesan komunikasi yang

bersifat informasi, persuasif, dan istruktif secara

sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil

yang ptimal, keuda menjembatani ”cultural gap”

12 www.fourseasonnews.com/2012/06//ciri-ciri-strategi.html Andy,

“Ciri – ciri Strategi”, diakses 31 Maret, dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah.

 

Page 40: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

28

yaitu kondisi yang terjadi akibat kemudahan

diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya

media yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan

merusak nilai – nilai yang dibangun.13

4. Kategori Strategi

Mintzberg (1991) membagi strategi sebagai

sebuah pola kedalam lima kategori yaitu: strategi

yang direncanakan perusahaan melalui proses

perencanaan (Intended Strategy) yang diterjemahkan

kedalam suatu tindakan strategi yang disengaja

(Delibarate Strategy) dan sering kali berubah menjadi

strategi yang tidak dapat direalisasikan (Unrealized

Strategy) akibat terjadinya perubahan lingkungan

perusahaan. Sebaiknya strategi yang tidak

dimaksudkan sebelumnya dapat muncul menjadi

alternatif strategi (Emerging Strategy) yang apabila

diimplementasikan perusahaan dapat menjadi strategi

yang dapat direalisasikan (Realized Strategy).14

5. Tahapan-Tahapan Strategi

Perumusan strategi ada tahapan-tahapan yang

harus ditempuh, yaitu:

a. Pengamatan Lingkungan

Pengamatan lingkungan adalah pemantauan,

pengevaluasian dan penyebaran informasi dari

13 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 33. 14 Ismail Solihin, Manajemen Strategik, (Jakarta: Erlangga, 2016), h.

26.

 

Page 41: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

29

lingkungan eksternal kepada orang – orang kunci

dalam perusahaan. Pengamatan lingkungan

merupakan alat manajemen untuk menghindari

kejutan strategis dan memastikan kesehatan

manajemen dalam jangka panjang.15

b. Perumusan Strategi

Perumusan Strategi adalah pengembangan

rencana jangka panjang untuk manajemen efektif

dari kesempatan dan ancaman lingkungan, dilihat

dari kekuatan dan kelemahan perusahaan,

menentukan misi perusahaan, menentukan tujuan

– tujuan yang dapat dicapai, pengembangan

strategi dan penetapan pedoman kebijakan.16

1) Menentukan misi

Misi organisasi adalah tujuan dan alasan

mengapa organisasi hidup. Misi yang disusun

dengan baik mendefinisikan tujuan mendasar

dan unik yang membedakan suatu perusahaan

dengan perusahaan lain.

2) Menentukan tujuan – tujuan yang dapat

dicapai

Tujuan adalah hasil akhir aktivitas

perencanaan. Tujuan merumuskan apa yang

akan diselesaikan dan kapan akan

15 David Thomas I., Wheleen, Manajemen Strategisi, (Yogyakarta:

Andi, 2003), h. 9 16 Hunger, J, David, Manajemen Strategis, (Yogyakarta: Andi, 2003),

hal, 12.

 

Page 42: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

30

diselesaikan, dan sebaiknya diukur jika

memungkinkan. Pencapaian tujuan

perusahaan merupakan hasil dari

penyelesaian misi.

3) Pengembangan strategi

Strategi perusahaan merupakan rumusan

perencanaan komprehensif tentang

bagaimana perusahaan akan mencapai misi

dan tujuaannya.

4) Penetapan pedoman kebijakan

Kebijakan menyediakan pedoman luas untuk

pengambilan keputusan organisasi secara

keseluruhan. Kebijakan juga merupakan

kebijakan luas yang menghubungkan

perumusan strategi dan implementasi.

Kebijakan akan memberikan arahan yang

jelas kepada seluruh manajer organisasi.

Perumusan strategi dilakukan

menganalisis situasi. Analisis situasi

mengharuskan para manajer untuk menemukan

kesesuaian srategis antara peluang – peluang

eksternal dan kekuatan – kekuatan internal

disamping memperhatikan ancaman – ancaman

dan kelemahan – kelemahan internal.

Teknik perumusan yang penting dapat

dipadukan menjadi erangka kerja diantaranya:

 

Page 43: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

31

1) Tahap Input (Masukan)

Dalam tahap ini proses yang dilakukan adalah

meringkas informasi sebagai masukan awal,

dasar yang diperlukan untuk merumuskan

strategi.

2) Tahap Pencocokan

Proses yang dilakukan adalah memfokuskan

pada menghasilkan strategi alternatif yang

layak dengan memadukan faktor – faktor

eksternal dan internal.17

3) Tahap Keputusan

Menggunakan satu macam teknik, diperoleh

dari satu input sasaran dalam mengevaluasi

strategi alternatif yang telah diidentifikasikan

dalam tahap ke-2.18

Perumusan strategi haruslah selalu

melihat kearah depan dengan tujuan, artinya

peran perencanaan amatlah penting dan

mempunyai andil yang besar baik intern maupun

ekstern.

c. Implementasi Strategi

Strategi tidak berhenti pada dokumen

saja, ia harus diwujudkan dengan pelaksanaan

atau implementasinya. Para praktisi sering juga

17 Fred R. David, Manajamen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo,

2002), h. 183 18 Fred R. David, Manajamen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo,

2002), h. 198

 

Page 44: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

32

menyebut dengan istilah eksekusi. Strategi tidak

ada artinya tanpa eksekusi.19

Implementasi strategi adalah proses

dimana strategi dan kebijakan alam tindakan

melalui pengembangan program, anggaran, dan

prosedur. Untuk mendukung implementasi

strategi yang telah disusun, para manajer devisi

dan wilayah fungsional haus bekerja sama

dengan rekan manajer lainnya dalam

mengembangkan program anggaran, dan

prosedur yang diperlukan.20

d. Evaluasi Strategi

Evaluasi strategi adalah tahap akhir

manajemen strategi, yaitu proses dimana manajer

membandingkan hasil-hasil yang diperoleh

dengan tingkat pencapaian tujuan. Tahap akhir

dalam strategi adalah mengevaluasi strategi yang

telah dirumuskan sebelumnya.21 Evaluasi strategi

adalah proses yang melalui aktivitas – aktivitas

perusahaan dan hasil kinerja dimonitor dan

kinerja sesungguhnya dibandingkan dengan

kinerja yang diinginkan. Para manajer di semua

level menggunakan informasi hasil inerja untuk

19 M. Taufiq Amir, Manajemen Strategik : Konsep dan Aplikasi

(Depok: PT Rajagrafindo Persada, cet 2, 2012), hal, 192. 20 David Thomas I.,...... h. 194 21 Fred R David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo,

2002), hal, 5.

 

Page 45: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

33

melakukan tindakan perbaikan dan memecahkan

masalah.22

6. Faktor – Faktor Strategi

a) Lingkungan

Lingkungan tidak pernah berada pada suatu

kondisi dan selalu terjadi perubahan yang

dipengaruhi sangat luas terhadap segala sendi

kehidupan manusia. Sebagai individu dan

masyarakat, tidak hanya kepada cara berfikir,

tetapi juga tingkah laku, kebiasaan, kebutuhan,

dan pandangan hidup.

b) Lingkungan Organisasi

Lingkungan organisasi mencakup segala

sumber dan daya kebijakan organisasi yang ada.

c) Kepemimpinan

Seorang pemimpin adalah orang yang

tertinggi dalam mengambil suatu keputusan. Oleh

karena itu, pemimpin dalam menilai

perkembangan yang ada dalam lingkungan, baik

internal ataupun eksternal sangat berbeda.23

B. Partisipasi

1. Pengertian Partisipasi

a. Perspektif Etimologi

22 Hunger, J, David, Manajemen Strategis, (Yogyakarta: Andi, 2003),

hal, 19. 23 Sondang P. Siagian, Manajemen Modern, (Jakarta: Masagung,

1994), cet ke-2, h. 9.

 

Page 46: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

34

Partisipasi sebagai suatu konsep dalam

pengembangan masyarakat, digunakan secara

umum dan luas. Didalam kamus besar bahasa

Indonesia partisipasi adalah perihal turut berperan

serta dalam suatu kegiatan (keikutsertaan).24

b. Perspektif Terminologi

Definisi yang dikemukakan oleh berbagai

ilmuwan atau lembaga belum terdapat satu

kesepakatan, sedangkan teori-teori yang

dipergunakan pada umumnya langsung

menyangkut kepada penerapannya atau

aplikasinya. Namun demikian, tulisan ini akan

mengemukakan beberapa definisi dan pendapat

tentang partisipasi masyarakat ditinjau dari

berbagai disiplin ilmu.

1) Menurut Gordon Allport dalam bukunya yang

berjudul The Phychology of Participation, dan

dikutip oleh Santoso menyatakan: “The person

who participates is ego-involved instead of

merely task-involved” yang terjemahannya

ialah “partisipasi adalah keterlibatan ego atau

diri sendiri/pribadi/personalitas(kejiwaan) lebih

dari pada hanya jasmaniah/fisik saja”.25

24 Pusat Bahasa – Depdiknas RI – Organizational Body, Kamus Besar

Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 831 25 Santoso, Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam

Pembangunan Nasional (Bandung: Penerbit Alumni, 1988), h. 12 .

 

Page 47: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

35

2) Sedangkan dalam kamus sosiologi

”Participation” ialah setiap proses identifikasi

atau menjadi peserta suatu proses komunikasi

atau kegiatan bersama dalam suatu situasi sosial

tertentu.26

3) Definisi lain menyebutkan partisipasi adalah

kerja sama antara rakyat dan pemerintah dalam

merencanakan, melaksanakan, melestarikan,

dan mengembangkan hasil pembangunan.27

Suatu definisi partisipatif baik deskriptif

maupun normatif terutama harus menekankan

bahwa segala perkembangan masyarakat dan

pembangunan merupakan proses yang hanya

bisa berhasil jika hanya dijalankan bukan saja

bagi tetapi juga bersama dengan dan oleh rakyat

sendiri, terlebih orang miskin.28

4) Verhangen menyatakan sebagai suatu kegiatan,

partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari

interaksi dan komunikasi yang berkaitan

26 Soejono Soekanto, Kamus Sosiologi (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 1993), h. 355. 27 Loekman Soetrisno, Menuju Masyarakat Partisipatif (Yogyakarta:

Kanisius, 1995), h. 207. 28 Johannes Muller, Perkembangan Masyarakat Lintas-Ilmu (Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 256.

 

Page 48: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

36

dengan pembagian kewenangan,

tanggungjawab, dan manfaat.29

Dari beberapa pengertian yang telah di

kemukakan, dapatlah disimpulkan bahwa

pengertian partisipasi yaitu sebagai proses

keterlibatan dan keikut – sertaan seseorang atau

kelompok orang secara sadar dalam suatu proses

kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan.

2. Tujuan Partisipasi

Menurut Henry Sanoff mengatakan bahwa tujuan

utama dari partisipasi masyarakat adalah:

a. Melibatkan masyarakat dalam mendesain proses

pengambilan keputusan dan sebagai hasilnya

meningkatkan kepercayaan mereka.

b. Menyalurkan dan memfasilitasi masyarakat dalam

perencanaan dan pengambilan keputusan guna

meningkatkan mutu atau kualitas dari perencanaan

keputusannya; meningkatkan rasa kebersamaan

(sense of community) dengan mengajak masyarakat

untuk mencapai tujuan bersama.30

29 Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Permberdayaan

Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan Publik, (Bandung: Alfabeta, 2003),

h. 81. 30 Tantan H, dkk., “Dasar – Dasar Pengembangan Masyarakat

Islam”, (Ciputat: UIN Jakarta Press 2013), h. 48.

 

Page 49: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

37

3. Tingkatan Partisipasi

Untuk menumbuhkan kegiatan partisipasi

diperlukan suatu keterampilan dan pengetahuan agar

dapat mencapai berbagai tingkatannya, dan untuk itu

selalu dapat ditemukan titik tolaknya unruk

mengawalinya. Maka pada dasarnya nampak adanya

tingkatan, yaitu:

a. Tingkat saling mengerti, tujuannya adalah untuk

membantu para anggota kelompok agar memahami

masing – masing fungsi dan sikap, sehingga dapat

mengembangkan kerjasama yang lebih baik.

b. Tingkat penasihatan/sugesti, yang dibangun atas

dasar saling mengerti oleh karena itu para anggota

kelompok pada hakekatnya sudah cenderung siap

untuk memberikan suatu usul/saran kalau telah

mamahami masalah dan ataupun situasi yang

dihadapkan kepada masyarakat.

c. Tingkat otoritas, Otoritas pada dasarnya

memberikan kepada kelompok suatu wewenang

untuk memantapkan keputusannya.31

Sedangkan menurut Hoofsteede seperti dikutip

Khairuddin membagi partisipasi menjadi tiga

tingkatan, yaitu:

1) Partisipasi inisiasi (inisiation participation)

adalah partisipasi yang mengandung inisiatif

31 Santoso Sastropoetro, ”Partisipasi Komunikasi, Persuasif dan

Disiplin dalam Pengembangan Nasional”, (Bandung: Alumni, 1986) h. 49.

 

Page 50: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

38

dari pemimpin, baik formal maupun informal,

ataupun dari anggota masyarakat mengenai

suatu proyek yang nantinya proyek tersebut

merupakan kebutuhan – kebutuhan bagi

masyarakat.

2) Partisipasi legitimasi (legitimation

participation) adalah partisipasi pada tingat

pembicaraan atau pembuatan keputusan

tentang proyek tersebut.

3) Partisipasi eksekusi (execution participation)

adalah partisipasi tingkat pelaksanaan.32

4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Menurut Jim Ife dan Frank Tesoriero, kondisi –

kondisi yang mendorong partisipasi adalah sebagai

berikut:

a. Orang yang berpatisipasi apabila mereka merasa

bahwa isu atau aktivitis tersebut penting.

b. Orang yang merasa bahwa aksi mereka akan

membuat perubahan.

c. Berbagai bentuk partisipasi harus diakui dan

dihargai.

d. Orang yang bisa berpartisipasi, dan didukung

dalam partisipasinya.

e. Struktur dan proses tidak boleh mengucilkan.

32 Abu Huraerah dan Mety Melawati, “Pengorganisasian &

Pengembangan Masyarakat: Model Strategi Pengembangan Berbasis

Kerakyatan” (Bandung: PT. Humaniora Utama Press, 2008). h. 115.

 

Page 51: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

39

f. Adanya kemampuan untuk menggunakan

keputusan, kemampuan dalam suatu kegiatan akan

mempengaruhi tingkat partisipasi yang akan

dilakukan dan biasanya terkait dengan jabatan yang

diduduki.

g. Adanya kemampuan untuk berpartisipasi.33

Ada bermacam – macam faktor yang

mendorong kerelaan untuk terlibat ini, bisa karena

kepentingan bisa karena solidaritas, bisa karena

memang mempunyai tujuan yang sama, bisa juga

karena ingin meakukan langkah bersama walaupun

tujuannya berbeda. Partisipasi akhirnya harus

membuahkan kesepakatan tentang tujuan yang hendak

dicapai dan ditindak yang akan dilakukan bersama.

Artinya, apa yang semula bersifat individual harus

sukarela diubah dan diolah menjadi dan kepentingan

kolektif.34

5. Tahapan Partisipasi

Terdapat empat tahap dalam partisipasi, yaitu

tahap perencanaan, pelaksanaan, pelembagaan, dan

monitoring evaluasi program, dari keempat tahap

tersebut saling berkaitan dan harus beraturan, karena

33 Jim Ife dan Frank Tesoriero, “Comunity Development, Alternatif

Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi Community Development”,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008) h. 310-312. 34 Sumarto Sj Hetifah, “Inovasi Partisipasi dan Good Governence, 20

Prakarsa Inovatif dan Partisipatif di Indonesia”, (Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2008), h. 188.

 

Page 52: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

40

dalam tahapan masing – masing memiliki fungsi yang

berbeda.

a. Tahapan Perencanaan

Partisipasi masyarakat dalam tahap

perencanaan dalam pemberdayaan, indikatornya

dapat dilihat, padd keikutsertaan anggota

masyarakat dalam musyawarah penentuan

program, identifikasi, dan masalah, ataupun

pembuatan formula kegiatan/program

kemasyarakatan tersebut.

b. Tahap Pelaksanaan

Partisipasi tahap ini, anggota masyarakat

adalah ikut serta dalam pelaksanaan program yang

telah direncanakan sebelumnya. Rangkaian

kegiatan dalam pelaksanaan diikuti secara seksama

dan cermat. Warga masyarakat aktif sebagai

pelaksana maupun pemanfaat program.

c. Tahap Pelembagaan

Partisipasi pada tahap ini anggota

masyarakat ikut serta merumuskan keberlanjutan

atau pelembagaan program. Langkah

partisipasinya, masyarakat ikut serta dalam

merumuskan dan membuat model – model

pendanaan program, pembuat lembaga – lembaga

pengelola program dan melakukan pengatur SDM

bagi program tersebut. Partisipasi pada tahap ini

memiliki makna penting, karena masyarakat yang

 

Page 53: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

41

akan melanjutkan program ini perlu dipersiapkan

agar mereka dapat membuat, berkarya, dan bekerja

bagi kesinambungan program tersebut. Dengan

demikian, masyarakat dapat terbiasa dan sudah

memiliki kapasitas serta jaringan dalam melakukan

operasionalnya.

d. Tahap Monitoring dan Evaluasi

Pada tahap monitoring dan evaluasi,

masyarakat ikut serta mengawasi pelaksanaan

program. Pengawasan ini menjadi pentng agar

program pemberdayaan tersebut dapat memiliki

kinerja administrasi, artinya tata pelaksanaan dapat

dipertanggungjawabkan dengan dokumen –

dokumen pelaporan yang semestinya berlaku atau

sesuai dengan perundang – undangan.35

6. Jenis Partisipasi

a. Kehadiran, jenis partisipasi ini mudah ditentukan

tolak ukurnya, hanya berdasarkan kuantitas

kehadiran tanpa banyak berperan dalam

pengambilan keputusan yang bersifat voting atau

pengambilan suara berdasarkan kehadiran.

b. Referentasi, jenis partisipasi ini mengandung

aktifitas tertentu untuk menentukan masalah dan

perumusannya, memilih metode serta ikut terlibat

dalam membuat keputusan untuk pemecahan

35 Tantan H, dkk., “Dasar – Dasar Pengembangan Masyarakat

Islam”, (Ciputat: UIN Jakarta Press 2013), h. 33-34.

 

Page 54: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

42

masalah. Partisipasi ini setingkat lebih tinggi dari

kehadiran karena sudah terbentuk suatu totalitas

yang utuh untuk terlibat secara menyeluruh dalam

suatu keinginan.

c. Pemilikan dan Pengendalian, jenis pastisipasi ini

merupakan varian tertinggi secara kualitatif disertai

rasa memiliki terhadap kegiatan ini karena telah

terlibat secara mental dan emosional memberikan

semangat pada yang lainnya.36

C. Pembinaan Manasik Haji

1. Pengertian Manasik Haji

Pengertian manasik adalah tata cara pelaksanaan

ibadah haji. Kata manasik merupakan bentuk jamak

dari kata mansak yang memiliki maka perbuatan dan

syiar dalam ibadah haji.37 Lalu menurut Kamus Istilah

Haji dan Umrah, manasik adalah hal-hal peribadatan

yang berkaitan dengan ibadah haji: melaksanakan

ihram, miqat yang telah ditentukan, thawaf, sa’i, wuquf

di Arafah, mabit di Muzdalifah, melempar jumrah, dan

lain sebagainya.38

Baginda Rasulullah SAW bersabda yang

diriwayatkan oleh Al-Imam Abul Husain Muslim bin

36 Madrie, Beberapa Faktor Penentu Partisipasi dalam Pembangunan

Pedesaan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1986), h. 40-41. 37 Deden Imadudin, Mengenal Haji (Jakarta: PT Mitra Aksara

Panjaitan, 2011), h. 8. 38 Dr. H. Sumuran Harahap, Kamus Istilah Haji dan Umrah (Jakarta:

Mitra Abadi Press, 2008), h. 362.

 

Page 55: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

43

al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi atau yang lebih

dikenal dengan Imam Muslim, yang berbunyi:

تى خذوا عني مناسككم فإني ال أدرى لعلى أن ال أحج بعد حج

هذه.

Artinya:

“Ambillah dariku tata cara haji (manasik) kalian,

karena sesungguhnya, mungkin saja aku tidak berhaji

setelah hajiku ini .” (HR. Muslim dan lainnya).39

Jadi manasik merupakan tatacara pelaksanaan

ibadah haji atau umrah sesuai dengan rukun dan

syaratnya, dan merupakan hak yang tidak bisa diabaikan

bagi seorang muslim yang hendak melaksanakan ibadah

haji ke tanah suci, dilakukan sebelum perjalanan haji

baik itu manasik yang diberikan oleh pemerintah

(Kecamatan/Kota) maupun lembaga swasta (KBIH).

Dengan mengikuti manasik, setiap calon jamaah haji

akan mendapatkan pengetahuan tatacara beribadah haji

yang sesuai dengan anjuran Rasulullah SAW.

Kemudian untuk pengertian haji secara bahasa

sendiri adalah menyengaja. Dalam bahasa arab haji

dibaca dengan hajj atau hijj, meskipun pada dasarnya

kata haji sering dibaca hajj. Jika dibaca hajj, berarti

keterikatan kemampuan dengan gerakan-gerakan

39 Muhammad bin Abdul Aziz al Musnad, Fatwa – Fatwa Haji dan

Umrah, (Jakarta: PT Imam Asy-Syafi’i, 2017), hal. 4.

 

Page 56: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

44

khusus. Jika dibaca hijj, berarti gerakan-gerakan

khusus. Jadi, najul mahjul berarti laki-laki yang

menyengaja. Hanya saja kata hajj dan hijj kemudian

biasa diartikan sebagai sengaja pergi ke Mekkah untuk

melangsungkan manasik haji.40

Adapun menurut istilah, haji artinya sengaja

mengunjungi Baitullah (Ka’bah) untuk melaksanakan

ibadah haji dengan syarat dan ketentuan yang telah

ditentukan Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu,

seseorang yang pergi ke Mekkah untuk bekerja belum

tentu ia dapat berhaji.41

Dari berbagai definisi diatas, penulis

menyimpulkan bahwa bimbingan manasik haji itu

adalah upaya pembekalan, arahan, petunjuk, pedoman

serta pelatihan kepada para calon jamaah haji sesuai

dengan syarat, rukun dan wajib haji sehingga

diharapkan dalam pelaksanaannya tidak salah.

Dengan mengikuti kegiatan bimbingan manasik

haji, jamaah akan mendapatkan pengetahuan tentang

seputar ibadah haji, baik itu menyangkut soal ibadah,

budaya orang arab, serta cuaca di tanah suci.

2. Strategi Pembinaan Manasik Haji

Strategi pembinaan manasik haji merupakan

proses menentukan cara dalam fungsi actuating yakni

40 Al-jawharu, al-shahhah, Jilid 1, (al-jawhari, Ismail ibn Hammad, al-

shahhah Taj al-Lugha wa Shahhah al-arabiyyah, Kairo, 1376 H-1957M), h. 303. 41 Udin Wahyudin, Fiqih, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2008),

h. 81.

 

Page 57: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

45

pada kegiatan pelatihan dan bimbingan yang ditujukan

kepada para jamaah haji dengan mencakup beberapa hal

diantaranya:

a. Man (Sumber Daya Manusia)

Manusia memiliki peran yang sangat penting

dalam melakukan beberapa aktifitas, karena

manusialah yang mejalankan semua program yang

direncanakan.42

Dalam kegiatan dakwah, sumber daya manusia

harus memiliki bekal pengetahuan, pemahaman dan

pengalaman agama yang luas dan benar serta

memiliki khazanah ilmu tentang Al-Quran dan

Hadits, karena keduanya merupakan landasan

pokok dan sumber ajaran Islam yang harus

disampaikan kepada khalayak.43

Sama halnya dengan sumber daya manusia

yang bergerak dibidang ibadah haji dan umrah,

dimana pembimbing haji dan umrah harus

mempunyai persyaratan diantaranya sudah pernah

melakukan ibadah haji dan umrah, menguasai

materi dan pengembangan wawasan yang relevan

dengan maeri yang diajarkan, memiliki kemampuan

42 Manulang, Dasar – Dasar Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia,

1996), h. 15 43 Muhammad Munir, Manajemen Dakwah (Jakarta: Kencana, 2006),

h. 22

 

Page 58: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

46

dan ketereampilan melatih, membimbing, membina

jamaah serta memiliki akhlakul karimah.44

b. Money (Uang)

Uang yang digunakan sebagai sarana

manajemen dan harus digunakan sedemikian rupa

agar tujuan yang diinginkan bisa tercapai dengan

baik.45 Dalam setiap kegiatan pembinaan, unsur

uang merupakan sesuatu yang sangat penting,

apabila jumlah pemasukan dan pengeluaran

seimbang maka pembinaan akan berjalan dengan

lancar.

c. Matherials (Materi)

Unsur ketiga ialah berhubungan dengan

bahan – bahan yakni sarana dan prasarana. Dengan

adanya sarana dan prasarana yang lengkap maka

akan mempermudah jamaah dalam mengikuti

kegiatan pembinaan.

d. Methods (Metode)

Metode dapat diartikan dengan cara yang

digunakan dalam usaha untuk mencapai suatu

tujuan. Dengan cara kerja yang baik akan

memperlancar dan mempermudah pelaksanaan

pekerjaan.

44 Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji

dan Umrah, Desain Pola Penyuluhan dan Bimbingan Jamaah Haji (Jakarta:

Departemen Agama RI, 2011), h. 59 45 Manulang, Dasar...... h. 16

 

Page 59: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

47

Dalam kegiatan dakwah seperti pembinaan manasik

haji ini secara garis besar ada beberapa metode

yakni:

1) Bil Hikmah, yaitu berdakwah atau penyampaian

dengan memperhatikan situasi dan kondisi

sasaran dakwah dengan menitik beratkan pada

kemampuan mereka, sehingga mudah

dimengerti dan mereka tidak merasa bosan

dengan apa yang disampaikan.

2) Mau’izatul hasanah, yaitu berdakwah atau

penyampaian dengan memberikan nasihat –

nasihat atau menyampaikan ajaran Islam

dengan rasa kasih sayang, sehingga apa yang

disampaikan menyentuh hati.

3) Mujadalah, yaitu dakwah atau penyampaian

dengan cara bertukar pikiran atau tanya jawab

dengan cara yang sebaik mungkin dengan tidak

memberikan tekanan yang memberatkan

e. Market (Pasar)

Dalam hal ini kata pasar bukan berarti secara

harfiahnya tempat melakukan transaksi penjualan

akan tetapi pasar disini lebih kepada menjual produk

yaitu manasik haji, bagaimana produk tersebut dapat

tersebarluaskan yang merupakan tujuan dari Kantor

Kementrian Agama Kota Pontianak agar manasik

haji yang dilaksanakan dapat diketahui oleh seluruh

jamaah calon haji, dan juga manasik haji ini harus

 

Page 60: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

48

memiliki kualitas yang baik agar para calon jamaah

merasa apa yang dilakukan oleh Pemerintah benar –

benar memiliki manfaat yang lebih terkait

pelaksanaan ibadah haji.

3. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Manasik Haji

Bimbingan manasik haji itu mempunyai fungsi

dan tujuan, menurut Latif Hasan fungsi dari bimbingan

manasik haji adalah:

a. Agar semua calon jamaah mampu memahami

semua informasi tentang pelaksanaan ibadah

haji, tuntunan perjalanan, petunjuk kesehatan

dan mampu mengamalkannya pada saat

pelaksanaan ibadah haji di tanah suci.

b. Agar jamaah haji dapat mandiri dalam

melaksanakan ibadah haji, baik secara mandiri,

regu atau rombongan.

c. Agar para jamaah haji mempunyai kesiapan

menunaikan ibadah haji baik mental, fisik,

kesehatan maupun petunjuk ibadah haji lain.46

Tujuan dalam bimbingan manasik adalah supaya

jamaah yang niat berangkat menunaikan ibadah haji

merasa aman, tertib dan sah. Aman dalam arti jamaah

tidak merasa khawatir terhadap dirinya dan harta

bendanya. Tertib dalam arti melaksanakan dan

46 Achmad Nidjam dan Alatief Hanan, Manajemen Haji : Studi kasus

dan Telaah

Implementasi Knowledge Workers, (Jakarta : Zikrul Hakim, 2001) h.

17.

 

Page 61: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

49

memenuhi syarat, rukun, dan wajib sesuai dengan

tuntunan agama. Sah dalam arti tidak ada kekurangan

dalam menjalankan ibadah dan manasik.47

Tujuan lainnya agar masyarakat umumnya dapat

memahami manasik haji, disamping itu diharapkan

calon jamaah haji dapat memahami tentang proses

pelaksanaan haji dan dapat mempraktekkan manasik

haji secara benar sesuai dengan syariat Islam.

4. Aspek Bimbingan Manasik Haji

Dalam keputusan Direktur Jendral

Penyelenggaraan Haji dan Umrah Nomor D/222/2015

tentang Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Manasik

Haji oleh Kementerian Agama Kabupate/Kota dan

KUA Kecamatan disebutkan bahwa ruang lingkup

bimbingan manasik haji terdiri dari 6 aspek, yaitu:

a) Jamaah Haji

Dalam UU No. 13 Tahun 2008 disebutkan

bahwa Jemaah Haji adalah Warga Negara

Indonesia yang beragama Islam dan telah

mendaftarkan diri untuk menunaikan Ibadah Haji

sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

Sedangkan jamaah haji yang berhak mendapatkan

bimbingan haji adalah jamaah haji yang berhak

melunasi BPIH dalam alokasi kuota keberangkatan

haji tahun berjalan.

47Achmad Nidjam dan Alatief Hanan, Manajemen Haji,......h.19.

 

Page 62: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

50

Adapun jamaah haji yang mengikuti manasik

haji pada kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH)

tetap wajib mengikuti bimbingan yang

dilaksanakan oleh KUA kecamatan dan

Kementerian Agama Kabupaten/kota.48

Jumlah jamaah haji yang mengikuti

bimbingan haji dalam satu kecamatan ditetapkan

paling sedikit 45 orang, jika jumlah peserta

bimbingan kurang dari 45 orang maka kantor

Kementerian Agama Kabupaten/kota dapat

melakukan penggabungan kegiatan bimbingan

lebih dari 1 kecamatan dan dilaksanakan oleh KUA

kecamatan yang jumlah jamaahnya paling banyak.

b) Pembimbing Manasik Haji

Pembimbing adalah orang yang memiliki

kompetensi memberikan bimbingan manasik haji

yang dilakasanakan oleh kementerian agama

Kabupaten/kota dan KUA Kecamatan. Adapun

standar kualifikasi pembimbing haji, meliputi:

a. Pendidikan minimal S-1 atau

sederajat/pesantren

b. Memiliki pemahaman yang matang mengenai

fiqih haji

c. Memiliki pengalaman melaksanakan ibadah

haji

48 Ali Rokhmad, Manajemen Haji: Membangun Tata Kelola Haji

Indonesia,(Jakarta: Media Dakwah, 2016), h.153

 

Page 63: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

51

d. Memiliki kemampuan leadership

(kepemimpinan)

e. Memiliki akhlakul karimah

f. Diutamakan mampu berkomunikasi dengan

bahasa Arab

g. Diutamakan telah lulus sertifikiasi.

Standar Petugas pembimbing manasik,

meliputi: pendidikan minimal S1 sederajat, sudah

pernah berhaji, lulus sertifikasi pembimbing

manasik haji yang dilakukan pemerintah, mampu

berkomunikasi dengan bahasa Arab, berakhlak

mulia, dan kemampuan memimpin (leadership).49

c) Sarana Bimbingan Manasik Haji

Kementerian Agama Kebupaten/kota wajib

menyediakan sarana pembelajaran dalam bentuk

alat peraga dan perlengkapan lainnya. alat peraga

yang harus disediakan sekurang-kurangnya adalah

berbentuk Ka’bah Mini, dan perlengkapan yang

perlu disediakan minimal berbentuk buku panduan

manasik.

Sarana-prasarana dalam bimbingan manasik

haji meliputi: Miniatur Masjidil Haram dan Masjid

Nabawi, miniatur Ka’bah, manequin (untuk kain

49 Ali Rokhmad, Manajemen Haji: Membangun Tata Kelola Haji

Indonesia, ..... h.151

 

Page 64: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

52

ihram), buku paket bimbingan manasik haji, dan

DVD manasik, perjalanan dan hikmah haji.50

d) Materi Bimbingan Manasik Haji

Adapun materi bimbingan manasik haji di

Kabupaten/kota ialah menyesuaikan dengan

kurikulum yang ditetapkan oleh Direktorat Jendral

Haji Dan Umrah. adapun materi bimbingan

manasik haji yang telah di tetapkan meliputi,

Kebijakan penyelenggaraan ibadah haji di tanah air,

taklimatul hajj (peraturan penyelenggaraan haji

pemerintah Arab Saudi), tata cara haji (manasik

ibadah) praktik lapangan, fiqih haji, manasik

keselamatan dan perjalanan penerbangan, hikmah

ibadah haji, Arba’in dan ziarah, akhlaq dan sosial

budaya Arab Saudi, hak dan kewajiban jamaah,

pembentukan kepala regu, kepala rombongan dan

kloter, dan melestarikan haji mabrur.

e) Metode dan Bentuk Bimbingan Manasik Haji

Ada beberapa metode dalam bimbingan

manasik haji tingkat kabupaten/kota yang menjadi

aturan untuk diterapkan, yaitu: ceramah, tanya

jawab, praktik manasik dan simulasi.

Pelaksanaan bimbingan manasik haji bisa

dilakukan dengan berbagai metode tatap muka,

media cetak dan elektronik, internet, konsultasi

50 Ali Rokhmad, Manajemen Haji: Membangun Tata Kelola Haji

Indonesia, ..... h.152

 

Page 65: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

53

telepon, dan penerbitan buku-buku dan leaflet sejak

sebelum masa pendaftaran haji, periode

pendaftaran, sampai saat pemberangkatan, selama

di Arab Saudi sampai setelah kembali ke tanah air.51

Dengan metode-metode yang telah ditetapkan

oleh pemerintah, ini menjadikan salah satu strategi

pemerintah untuk dapat melaksanakan bimbingan

manasik dengan maksimal. metode tatap muka

masih menjadi metode unggulan, walaupun sudah

sedikit tergeser oleh media internet, namun tatap

muka sangat penting karena untuk prakteknya

pembimbing/pembina harus bisa dilihat langsung

oleh jamaah.

f) Biaya Penyelenggaraan Bimbingan Manasik Haji

Biaya penyelenggaraan bimbingan manasik

haji terdiri dari biaya bimbingan dan operasional

pelaksanaan bimbingan pada Kementerian Agama

Kabupaten/Kota dan KUA kecamatan yang

besarnya ditetapkan oleh direktur Jendral

Penyelenggaraan Haji dan Umrah.

Penggunaan biaya manasik haji dan

operasional haji oleh Kementerian Agama

kabupaten/kota dan KUA kecamatan diatur sebagai

berikut, biaya bimbingan manasik haji digunakan

untuk keperluan konsumsi berupa makan dan snack

51 Achmad Nidjam dan Alatief Hanan, Manajemen Haji,...... h.73

 

Page 66: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

54

serta belanja bahan, dan biaya operasional haji

digunakan untuk sarana prasarana bimbingan,

penyediaan tempat, honorarium dan transport

panitia, honorarium dan transport narasumber dan

sosialisasi kebijakan ibadah haji.

5. Pembinaan Haji Kabupaten/Kota

Pembinaan haji atau biasa disebut dengan

bimbingan manasik haji pelaksanaannya adalah oleh

pemerintah dalam hal ini yang bertanggung jawab

adalah Kementrian Agama. Dalam Peraturan Menteri

Agama No. 14 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan

Ibadah Haji Reguler terdapat 15 pasal yang mengatur

tentang pembinaan haji. Pasal tersebut mengemukakan

bahwa pemerintah wajib memberikan bimbingan haji

kepada para jamaah sejak sebelum keberangkatan,

selama perjalanan selama di Arab Saudi, sampai

kepulangan ke Indonesia.

Pasal berikutnya disebutkan bahwa bimbingan

dilakukan secara langsung dan tidak langsung, dimana

bimbingan secara langsung adalah bimbingan dengan

cara tatap muka yang dilaksanakan ditingkat

Kabupaten/Kota dan KUA Kecamatan. Sedangkan

Bimbingan secara tidak langsung diberikan melalui

media, dengan materi meliputi manasik haji, perjalanan

dan pelayanan haji, kesehatan serta hak dan kewajiban

jamaah haji.

 

Page 67: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

55

Dalam keputusan Direktur Jendral Bimbingan

Masyarakat dan Penyelenggaraan Haji Nomor 348

tahun 2003 Tentang Perubahan Keputusan Direktur

Jendral Bimbingan Masyarakat dan Penyelenggaraan

Haji Nomor 222 Tahun 2002 Tentang petunjuk

Pelaksanaan Penyelenggaraan Haji dan Umrah, pada

pasal 14 ayat 6 disebutka bahwa bimbingan massal

dilakukkan secara massal terhadap calon jamaah haji di

daerah Kabupaten/Kota yang dilakukan pemerintah.

Peraturan Menteri Agama mengenai bimbingan

manasik haji ini diperjelas lebih lanjut lagi dengan

dikeluarkannya keputusan Direktur Jendral

Penyelenggaraan Haji dan Umrah Nomor D / 157 /

2016 tentang Pedoman Pelaksanaan Bimbingan

Manasik Haji oleh Kementrian Agama

Kabupaten/Kota dan KUA Kecamatan. Yang Mana

untuk tingkat Kabupaten/ Kota ada dua kali pertemuan

yang pertama materinya mengenai kebijakan

pemerintah tentang penyelenggaraan ibadah haji, dan

teknis kesehatan. yang kedua pembentukan kloter dan

pemantapan manasik haji dan enam kali pertemuan di

KUA Kecamatan. Adapun tugas Kantor Kementrian

Agama Kota Pontianak ke KUA Kecamatan adalah

sebagai pengawas pelaksanaan kegiatan bimbingan

manasik haji di tiap – tiap wilayah.

Dalam pembinaan calon jamaah haji ini ada pula

kelompok masyarakat yang mengadakan pembinaan

 

Page 68: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

56

haji atau manasik haji kepada para calon jamaah haji

yang dinamakan dengan Kelompok Bimbingan Ibadah

Haji atau yang sering disebut KBIH. Sesuai dengan

peraturan pemerintah no 79 Tahun 2012 yang

menyatakan bahwa selain pemerintah, masyarakat juga

dapat melakukan bimbingan kepada jamaah haji, baik

perseorangan maupun kelompok bimbingan/KBIH.

Kelompok bimbingan adalah lembaga sosial

keagamaan yang mendapat izin operasional pemerintah

untuk melaksanakan bimbingan/pembinaan terhadap

jamaah haji sebelum keberangkatan ke Arab Saudi, saat

perjalanan, dan selama di Arab Saudi.

KBIH tidak serta merta melaksanakan bimbingan

kepada jamaah, pemerintah melalui keputusan Dirjan

PHU No. D/799/2013 menetapkan Pedoman

Operasional Kelompok Bimbingan, Antara lain:

a. Melaksanakan bimbingan manasik haji di tanah

air paling sedikit 15 kali.

b. Pelaksanaan bimbingan di Arab Saudi

dikoordinasikan kepada petugas kloter (TPIH)

c. Materi bimbingan manasik haji berpedoman

kepada buku paket bimbingan manasik haji

yang diterbitkan oleh Kementrian Agama.

d. Perlengkapan bimbingan manasik haji meliputi,

ihram, miniatur Ka’bah, tempat Sa’i, tempat

Wukuf, Jamarat dan Audio Visual manasik dan

perjalanan haji.

 

Page 69: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

57

e. Menyusun rencana kegiatan bimbingan ditanah

air dan di Arab Saudi.

Kehadiran dari kelompok bimbingan ini

memberikan manfaat yang cukup mambantu visi

pemerintah untuk menciptakan kemandirian

jamaah haji dalam pelaksanaan ibadah haji. Karena

dengan tambahan pertemuan manasik di kelompok

bimbingan ini sehingga membuat jamaah haji

memiliki pengetahuan dan pemahaman lebih

tentang pelaksanaan ibadah haji.

 

Page 70: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

58

BAB III

GAMBARAN UMUM KANTOR KEMENTRIAN AGAMA

KOTA PONTIANAK1

A. Sejarah dan Perkembangannya

Kalimantan Barat yang semula merupakan daerah

Karesidenan, sejak tahun 1946 – 1950 statusnya

mengalami berbagai perubahan. Tahun 1948 terbentuk

Daerah Istimewa Kalimantan Barat, Tahun 1949 menjadi

Daerah Bagian RIS dan Tahun 1950 kembali menjadi

Daerah Karesidenan yang berkedudukan di Pontianak.

Selama tahun 1946 – 1950 di Kalimantan Barat, Urusan

Agama belum dikelola oleh Jawatan/Koordinator Urusan

Agama. Baru pada tahun 1951, Urusan Agama dikelola

oleh Koordinator Urusan Agama dan Koordinator

Penerangan Agama. Kegiatannya meliputi : Urusan Agama

Islam, Katholik dan Kristen Protestan. Kepala Koordinator

Urusan Agama adalah H.M. Akib (1950 – 1957),

sedangkan Kepala Koordinator Penerangan Agama adalah

A. Mawardi Dja’far (1950 – 1957).

Pada tahun 1957, Kalimantan Barat dibentuk

Provinsi tersendiri sesuai Undang – Undang Nomor 25

Tahun 1956, yang berlaku efektif 1 Januari 1957. Dengan

perubahan status Kalimantan Barat dari Karesidenan

1 Wawancara pribadi dengan Bapak H. Syamsul Bahri, Kepala Seksi

PHU Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak (Pontianak: 18 Desember

2017)

 

Page 71: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

59

menjadi Provinsi, Kantor Agama di Pontianak yang semula

menjadi bagian Jawatan Agama di Banjarmasin (1950 –

1957) secara bertahap dibentuk Kantor tersendiri di

Pontianak. Kantor – Kantor itu antara lain bernama Kantor

Urusan Agama, Kantor Penerangan Agama, Kantor

Pendidikan Agama, Bagian Urusan Agama Katholik dan

Bagian Urusan Agama Kristen Protestan. Masing – masing

Kantor berdiri sendiri – sendiri dan berinduk ke

Kementrian Agama di Jakarta.

Berdasarkan KMA Nomor 53 yang dikeluarkan

tanggal 12 Agustus 1971 tentang Struktur Organisasi,

Tugas, Wewenang dan Tata Kerja Instansi Kementrian

Agama Daerah, maka di Kalimantan Barat dibentuk Kantor

Perwakilan Kementrian Agama Provinsi Kalimantan

Barat. Dengan demikian masing – masing Jawatan/Urusan

Agama yang selama ini berdiri sendiri bergabung menjadi

satu dalam koordinasi Kantor Perwakilan Kementrian

Agama Provinsi Kalimantan Barat.

Dengan terbentuknya Kantor Perwakilan

Kementrian Agama Provinsi Kalimantan Barat, maka di

Daerah Tingkat II se Kalimantan Barat berdasarkan KMA

No. 53 Tahun 1971 dibentuk Perwakilan Kementrian

Agama Kabupaten/setingkat termasuklah Kantor

Perwakilan Kementrian Agama Kota Madya Pontianak.

Pada Tahun 1975, KMA No. 53 Tahun 1971 mengalami

penyempurnaan. Dengan keluarnya KMA Nomor 18

Tahun 1975 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja

 

Page 72: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

60

Kementrian Agama, Kantor Perwakilan Kementrian

Agama Provinsi Kalimantan Barat berubah menjadi Kantor

Wilayah Kementrian Agama. Sesuai dengan perubahan

tersebut, Kantor Perwakilan Kementrian Agama Kota

Madya Pontianak pun berubah menjadi Kantor Kementrian

Agama Kota Madya Pontianak.

Perubahan Struktur kemudian terjadi lagi dengan

keluarnya KMA Nomor 45 Tahun 1981 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementrian Agama

Provinsi, Kantor Kementrian Agama

Kotamadya/Kabupaten, Balai Pendidikan dan Latihan

Pegawai Teknis Keagamaan Kementrian Agama.

Berdasarkan KMA itu Susunan Organisasi Kantor

Kementrian Agama Kotamadya/Kabupaten mengalami

perubahan sesuai dengan Tipologinya masing – masing.

Seiring dengan perkembangan dan perubahan yang

terjadi dengan dikeluarkannya KMA Nomor 373 Tahun

2002 Tentang Susunan dan Tata Kerja Kantor Wilayah

Kementrian Agama Provinsi dan Kantor Kementrian

Agama Kabupaten/Kota, Struktur Kantor Kementrian

Agama Kota Pontianak mengalami perubahan termasuk

dalam Typology 1-E.

Walau telah keluar KMA Nomor 1 Tahun 2006,

namun struktur organisasi Kantor Kementrian Agama Kota

 

Page 73: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

61

Pontianak tetap mengacu pada KMA Nomor 373 Tahun

2002 sampai sekarang.2

Perjalanan Kantor Kementrian Agama Kota

Pontianak dalam sejarahnya telah berulangkali mengalami

pergantian pejabat. Para pejabat yang pernah bertugas

memimpin Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak

adalah sebagai berikut :3

1) H. Misbahuddin, BA ( 1971 – 1974 )

2) Drs. H. A. Rahim Diar ( 1974 – 1981 )

3) Drs. H. Moh. Nasir ( 1981 – 1990 )

4) Drs. H. Zahri Abdullah ( 1990 – 1991 )

5) Drs. H. Agus Salim Amar ( 1991 – 1999 )

6) Drs. H. Atmaturida ( 1999 – 2000 )

7) H. Ponidjan Sagiman, SH ( 2000 – 2005 )

8) Drs. H. M. Ali. M ( 2005 – 2008 )

9) H. Asy’ari, S.Ag ( 2008 – 2011 )

10) Drs. H. Andi Ja’far, M.Si ( 2011 – 2016 )

11) Drs. H. Jawani ( 2016 – 2017 )

12) H. Azharuddin Nawawi ( 2017 – sekarang )

B. Visi dan Misi

1. Visi

Arti visi itu sendiri adalah cara pandang jauh

kedepan kemana instansi harus dibawa agar tetap eksis,

2 Dokumentasi Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak (Diperoleh

tanggal 18 Desember 2017) 3 Dokumentasi Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak (Diperoleh

tanggal 18 Desember 2017)

 

Page 74: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

62

antisipatif dan inovatif yang memuat gambaran tentang

keadaan masa depan yang diinginkan oleh instansi dan

bagi suatu organisasi. Tujuan penetapan visi adalah:

a) Mencerminkan apa yang ingin dicapai suatu

organisasi

b) Memberikan arah dan fokus strategi yang jelas

c) Menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan

strategi

d) Memiliki orientasi terhadap masa depan.

Dengan alur pikir demikian maka ditetapkan

Visi Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak yaitu

”Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak Terdepan

Dalam Mewujudkan Masyarakat Yang Taat Beragama,

Cerdas, Bermutu dan Sejahtera”. Misi merupakan

pernyataan yang mnetapkan tujuan dan sasaran yang

ingin dicapai oleh organisasi. Pernyataan ini membawa

organisasi itu ada, apa yang harus dilakukan, dan

bagaimana cara melakukannya.4

2. Misi

Untuk mewujudkan Visi diatas, Kantor

Kementrian Agama Kota Pontianak sesuai dengan

4 Dokumentasi Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak (Diperoleh

tanggal 18 Desember 2017) (Diperoleh tanggal 18 Desember 2017) (Diperoleh tanggal 18 Desember 2017)

 

Page 75: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

63

tugas pokok dan fungsinya telah menetapkan misi

sebagai berikut:

1. Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama dan

Pendidikan Keagamaan

2. Meningkatkan Pelayanan Haji dan Umrah

3. Meningkatkan Pelayanan Nikah dan Rujuk

4. Meningkatkan Pelayanan Zakat, Infaq dan Sadaqah

5. Meningkatkan Peran Serta Lembaga Keagamaan

6. Meningkatkan Kerukunan Umat Beragama

7. Meningkatkan Penghayatan dan Pengamalan

Ajaran Agama

Dari visi dan misi yang telah ditetapkan, maka

tujuan dan sasaran Kantor Kementrian Agama Kota

Pontianak adalah sebagai berikut :

1) Meningkatkan kualitas Pelayanan, Penyuluhan

dan Bimbingan Calon Jama’ah Haji

2) Terwujudnya Peningkatan Pelayanan Nikah dan

Rujuk

3) Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Keluarga

Sakinah

4) Meningkatkan Pemahaman, Penghayatan,

Pengamalan dan Pengembangan nilai - nilai Agama

5) Meningkatkan Pemahaman, Pengamalan Zakat dan

Wakaf

 

Page 76: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

64

6) Meningkatkan Kualitas Kerukunan Umat

Beragama

7) Meningkatkan Peranan Lembaga Sosial

Keagamaan dan Lembaga Pendidikan Tradisional

8) Meningkatkan Generasi yang Agamis

9) Terwujudnya Masyarakat yang harmonis dalam

keanekaragaman keyakinan keagamaan.5

C. Tugas Pokok dan Fungsi

Tugas dan fungsi Kantor Kementrian Agama Kota

Pontianak sesuai dengan KMA Nomor 373 Tahun 2002

adalah melaksanakan tugas pokok dan fungsi Kementrian

Agama dalam wilayah Kota Pontianak berdasarkan

kebijakan Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama

Provinsi Kalimantan Barat dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Salah satu fungsinya adalah

perumusan visi, misi serta kebijakan teknis di bidang

pelayanan dan bimbingan kehidupan beragama di Kota

Pontianak.

Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak

mempunyai tugas melaksanakan tugas pokok dan fungsi

Kementrian Agama dalam wilayah Kota Pontianak

berdasarkan kebijakan Kepala Kantor Wilayah Kementrian

Agama Provinsi Kalimantan Barat dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

5 Dokumentasi Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak (Diperoleh

tanggal 18 Desember 2017) (Diperoleh tanggal 18 Desember 2017) (Diperoleh tanggal 18 Desember 2017)

 

Page 77: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

65

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud

di atas, Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak

menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan visi, misi serta kebijakan teknis di bidang

pelayanan dan bimbingan kehidupan beragama di Kota

Pontianak

2. Pembinaan, pelayanan dan bimbingan di bidang

bimbingan masyarakat Islam, pelayanan haji dan

umroh, pengembangan zakat dan wakaf, pendidikan

agama dan keagamaan, pondok pesantren,

pendidikan agama Islam pada masyarakat dan

pemberdayaan masjid, urusan agama, pendidikan

agama, bimbingan masyarakat Budha sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

3. Pelaksanaan kebijakan teknis di bidang pengelolaan

administrasi dan informasi keagamaan.

4. Pelayanan dan bimbingan di bidang kerukunan umat

beragama.

5. Pengkoordinasian perencanaan, pengendalian dan

pengawasan program.

6. Pelaksanaan koordinasi dengan pemerintah daerah,

instansi terkait dan lembaga masyarakat dalam

rangka pelaksanaan tugas Kementrian Agama di Kota

Pontianak.

Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah

dibuat, Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak

 

Page 78: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

66

merumuskan kebijakan yang terkait erat dengan tugas

pokok dan fungsi lembaga. Kebijakan telah disesuaikan

dengan memperhatikan sumber-sumber internal yang

tersedia, baik SDM maupun sarana penunjang. Kebijakan-

kebijakan yang telah dibuat tersebut akan direview setiap

tahun setelah memperhatikan berbagai perubahan yang

terjadi.

Dari kebijakan tersebut diturunkan beberapa

program. Program merupakan penjabaran lebih lanjut dari

setiap kebijakan yang digariskan.

Dalam mendukung kebijakan tersebut, terdapat

program yang sifatnya berkelanjutan secara terus menerus

dan berkesinambungan dan sebagian yang lain terdapat

program yang hanya dilakukan 1 atau 2 tahun atau kurang

dari 5 tahun.6

D. Struktur dan Tata Kerja Kantor Kementrian Agama

Kota Pontianak

Kementrian Agama merupakan salah satu

komponen penyelenggaraan sebagian tugas kenegaraan

dengan menyelenggarakan sebagian tugas umum

Pemerintahan dan Pembangunan di Bidang Agama.

Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak

merupakan instansi vertikal Kementrian Agama yang

berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada

6 Dokumentasi Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak (Diperoleh

tanggal 18 Desember 2017)

 

Page 79: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

67

Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi

Kalimantan Barat. Kantor Kementrian Agama Kota

Pontianak merupakan unit eselon III yang berkedudukan

dibawah Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi.

Kalimantan Barat sesuai dengan KMA Nomor 373

Tahun 2002 tentang Susunan dan Tata Kerja Kantor

Wilayah Kementrian Agama Provinsi dan Kantor

Kementrian Agama Kabupaten /Kota dan termasuk dalam

Typelogy I-E mempunyai susunan organisasi sebagai

berikut :

a. Subbagian Tata Usaha

b. Seksi Urusan Agama Islam

c. Seksi Pendidikan Agama Islam pada Masyarakat dan

Pemberdayaan Masjid

d. Seksi Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada

Sekolah Umum

e. Seksi Pendidikan Keagamaan pada Pondok Pesantren

f. Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah

g. Penyelenggaraan Zakat dan Wakaf

h. Penyelenggaraan Bimbingan Masyarakat Budha

i. Kelompok Jabatan Fungsional

 

Page 80: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

68

STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA

KANTOR KEMENTRIAN AGAMA KOTA PONTIANA

Tipologi 1E Kep. Menag No.373/2007

Gambar 3.1 Struktur Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak

Sumber : Dokumentasi Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak

KEPALA KANTOR DEP. AGAMA KOTA PONTIANAK

H. AZHARUDIN NAWAWI

KASI MAPENDA

H. MAKPUL, S.Ag, M.Ag

KASI PEKAPONTREN

H. ERNAN, S.Ag, M.Sis

KASI HAJI & UMRAH

H. SYAMSUL BAHRI, S.Ag

KASI URAIS

USMAN R, S.PDi

KUA KEC. PTK BARAT

H. MUSLIMIN, S.Ag

KUA KEC. PTK TIMUR

H. MASRI, S.Ag, M.Si

KUA KEC. PTK KOTA

MASTUR, S.Ag

KUA KEC. PTK UTARA

HARYADI, SHI

KUA KEC. PTK TENGGARA

H. MUKHLIS, S.Ag

KUA KEC. PTK SELATAN

Sy. KHALID, S.Ag

KASI PENAMAS

BUSRAH

PENY. ZAKAT & WAKAF

PENY. BIMAS BUDHA

KA.SUBBAG TATA USAHA

SUNARDI, SH, M.Si

 

Page 81: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

69

BAB IV

TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA

A. Strategi Pembinaan Kantor Kementrian Agama Kota

Pontianak dalam Meningkatkan Partisipasi Jamaah

Mengikuti Manasik Haji

Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang

berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan

implementasi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu.

Didalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja,

memiliki tema, mengidentifikasi factor pendukung yang

sesuai prinsip – prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional,

efisien dalam pendanaan dan memiliki taktik untuk

mencapai tujuan secara efektif.

Tujuan penyelenggaraan ibadah haji sebagaimana

tertuang dalam Undang – Undang No. 17 Tahun 1999

tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, yang menyatakan

bahwa; Penyelenggaraan Haji bertujuan memberikan

pembinaan, pelayanan, dan perlindungan yang sebaik –

baiknya melalui system dan manajemen penyelenggaraan

yang baik agar pelaksanaan haji dapat berjalan aman, tertib,

lancar dan nyaman sesuai dengan tuntunan agama, serta

jamaah haji dapat melaksanakan ibadah haji secara mandiri

sehingga diperoleh haji mabrur.1

Untuk melaksanakan Undang – Undang tersebut

berbagai usaha telah dilakukan oleh Kantor Kementrian

1 Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Kementrian

Agama RI, Modul Pembelajaran Manasik Haji, 2010, h. 1

 

Page 82: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

70

Agama Kota Pontianak dalam rangka peningkatan pelayanan

dibidang haji, yaitu pelayanan manasik haji. oleh karena itu

bagi Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak dirasa perlu

untuk memiliki strategi guna meningkatkan jumlah

partisipasi jamaah dalam mengikuti kegiatan manasik haji

yang telah menjadi bagian dari program kerja Kantor

Kementrian Agama Kota Pontianak.

Dalam menentukan strategi pembinaan, Kantor

Kementrian Agama Kota Pontianak sangat memperhatikan

unsur – unsur yang menjadi perhatian dalam pembinaan

manasik haji yaitu seperti: Man, Money, Materials, Market

dan Methods. Kelima unsur tersebut yang paling

berpengaruh dalam meningkatkan antusias calon jamaah haji

dalam mengikuti kegiatan manasik haji yang diberikan oleh

pemerintah, berdasarkan perbandingan antara bab II dan bab

III menunjukkan hal – hal sebagai berikut:

1. Man (Sumber Daya Manusia)

Sumber daya manusia yang merupakan sarana

terpenting dan utama untuk mencapai tujuan yang

direncanakan. Tanpa adanya pengelola serta

pembimbing tidak akan mungkin tujuan yang

direncanakan dapat tercapai dan terealisasi. Berdasarkan

pada bab III bahwasanya sumber daya manusia yang

akan melaksanakan tugas sebagai panitia maupun pada

bagian pemateri sebagai penggerak utama dari proses

manasik haji tersebut. Tanpa adanya sumber daya

manusia yang memadai tentunya organisasi tidak bias

 

Page 83: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

71

bergerak secara maksimal dalam merealisasikan program

– programnya.

Dalam bimbingan manasik haji yang menjadi

penggerak adalah panitia pelaksana dan pembimbing

manasik haji, dalam hal ini Kantor Kementrian Agama

Kota Pontianak telah menyiapkan panitia dengan

menempatkan pegawai bagian seksi PHU yang aktif,

memahami setiap tugas, serta bertanggung jawab sebagai

panitia pelaksana, sehingga dapat meminimalisir setiap

permasalahan teknis pada proses manasik haji

berlangsung.

Pada wawancara penulis, Kepala Seksi PHU

Kementrian Agama Kota Pontianak via telepon yang

menyatakan “Susunan kepanitian sesuai dengan surat

keputusan dari kepala kantor Kementrian Agama Kota

Pontianak, dan panitia yang ditunjuk semua staf dari

seksi PHU serta penanggung jawab ialah kepala kantor

sendiri bapak Drs. H. Jawani”.2

Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak telah

menanamkan rasa tanggung jawab kepada seluruh

pegawai atas pekerjaannya masing – masing, baik

dengan cara pemberian tugas maupun lain – ain sebagai

motivasi. Hal ini diharapkan mampu menciptakan

kedisiplinan, etos kerja, serta meningkatkan

2 Wawancara pribadi dengan Bapak H. Syamsul Bahri, Kepala Seksi

PHU Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak (Pontianak: 31 Maret 2018)

 

Page 84: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

72

produktivitas kerja yang professional sesuai dengan misi

Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak.

Sumber daya manusia selain panitia yang mampu

menjadi pendorong tercapainya tujuan strategi ialah

pembimbing yang merupakan hal sangat utama dan

penting dalam pelaksanaan manasik haji, dimana

pembimbing merupakan salah satu yang sangat

dibutuhkan oleh para calon jamaah haji agar calon jamaah

haji dapat mengetahui berbagai ilmu manasik haji yang

harus dimiliki oleh setiap jamaah serta mengembangkan

potensi calon jamaah haji untuk dapat melaksanakan

ibadah haji secara mandiri sesuai dengan tuntunan agama

sehingga akan mendapatkan haji yang mabrur. Oleh

Karena itu Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak

menyiapkan pembimbing yang professional di bidang

pelaksanaan ibadah haji.

Dari penuturan pada bab II terkait persyaratan

pembimbing manasik haji, Kantor Kementrian Agama

Kota Pontianak menunjuk narasumber bimbingan

manasik haji dibuka oleh Walikota Pontianak bapak H.

Sutarmidji, dan diisi oleh Kepala Kantor Kementrian

Agama Kota Pontianak bapak Drs. H. Jawani dengan

materi seputar kebijakan pemerintah tentang

penyelenggaraan haji dan umrah, serta dari pihak Dinas

Kesehatan Kota Pontianak dengan materi seputar

kebijakan teknis kesehatan haji. Dan untuk materi

 

Page 85: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

73

pemantapan manasik haji berbasis qalbu ditunjuklah Dr.

H. Wajidi Sayidi, M. Ag sebagai pembimbing materi.

2. Money (Biaya)

Dalam kegiatan pembinaan manasik haji yang

dilaksanakan oleh pihak Kementrian Agama Kota

Pontianak baik di tingkat manasik haji massal maupun

tingkat KUA kecamatan, biaya atau anggaran adalah

salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan, karena pada

pelaksanaannya memang telah disediakan anggaran biaya

bagi setiap jamaah untuk setiap pertemuan sebesar Rp.

50.000 biaya ini digunakan untuk konsumsi, penyediaan

sarana-prasarana dan transport kegiatan. Dan tidak hanya

untuk calon jamaah terdapat pula anggaran yang

diberikan untuk menunjang operasional pelaksanaan

pembinaan manasik haji yang diselenggarakan di Kota

Pontianak sesuai dengan Surat Edaran Dirjen PHU tahun

2016 Nomor: B-16.2469/Dj/Dt.II.I/Hj.01/05/2016

Adapun dana tambahan dari pemerintah yakni sebesar

Rp. 8.000.000,- untuk menunjang keberlangsungan

penyelenggaraan bimbingan manasik haji untuk

pengadaan barang, pemeliharaan inventaris, transportasi,

rapat – rapat koordinasi, publikasi dan dokumentasi.

Untuk ditingkat kecamatan, pemerintah

memberikan biaya penunjang sebesar Rp. 3.500.000,-

biaya ini untuk menunjang kebutuhan, honorarium, dan

transport kegiatan.

 

Page 86: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

74

3. Materials (Bahan - bahan)

Untuk meningkatkan partisipasi dan minat calon

jamaah haji dalam mengikuti kegiatan manasik haji yang

diberikan pemerintah tentu tidak lepas dari bahan –

bahan yang diberikan dalam hal ini bahan yang diberikan

berupa sarana dan prasarana guna meningkatkan jumlah

kehadiran calon jamaah haji dalam mengikuti kegiatan

manasik, beberapa sarana dan prasarana yang diberikan

berupa buku panduan pelaksanaan manasik haji, alat

peraga, poster – poster informasi haji, serta alat bantu

dalam bentuk elektronik seperti pengeras suara, bahan

tayang terlampir, pemutar video. Dengan tersedianya

bahan – bahan tersebut mampu meningkatkan rasa

ketertarikan calon jamaah haji akan manasik haji dan

berdampak pada kehadiran jamaah pada setiap

pertemuan baik pada tingkat Kota maupun KUA

Kecamatan.

Tak hanya sarana dan prasarana yang merupakan

bahan – bahan dalam upaya meningkatkan kehadiran

calon jamaah haji mengiktu kegiatan manasik haji yaitu

materi atau isi dari penyampaian dari setiap pertemuan

yang berlangsunng, materi adalah salah satu hal pokok

yang harus disampaikan oleh pihak penyelenggara

kepada calon jamaah, dimana materi merupakan bekal

yang harus diketahui oleh jamaah agar pada pelaksanaan

ibadah haji dapat terlaksana dengan lancar dan benar

sesusai syariat.

 

Page 87: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

75

Materi bimbingan manasik haji di Kota Pontianak

meyesuaikan dengan kurikulum yang ditetapkan dan

diberikan oleh Direktorat Jendral Penyelenggara Haji dan

Umrah.

Adapun materi yang diberikan saat manasik haji

pada Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak yaitu:

a. Kebijakan pemerintah tentang penyelenggaraan

ibadah haji

b. Kebijakan teknis pelayanan kesehatan jamaah haji

c. Bimbingan perjalanan haji

d. Bimbingan keselamatan penerbangan

e. Hikmah haji dan pelestarian haji

f. Arbai’in dan Ziarah

g. Akhlak sosial dan budaya Arab Saudi

h. Hak dan kewajiban jamaah

i. Pembentukan ketua regu, ketua rombongan dan ketua

kloter

Sedangkan ditingkat kecamatan materinya

meliputi: Bimbingan tata cara pelaksanaan manasik haji,

proses perjalanan ibadah haji, bimbingan pelaksanaan

umrah, bimbingan pelaksanaan ibadah ibadah haji dan

ibadah umrah, adab dalam berhaji, serta pelaksanaan

arbai’in, ziarah, dan hikmah haji.3

3 Wawancara pribadi dengan Bapak H. Syamsul Bahri, Kepala Seksi

PHU Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak (Pontianak: 18 Desember

2017)

 

Page 88: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

76

Dalam upaya meningkatkan kehadiran calon jamaah haji

dalam mengikuti kegiatan manasik haji strategi yang

digunakan oleh Kantor Kementrian Agama Kota

Pontianak terkait dengan materi pembahasan ialah

dengan pemilihan materi yang tepat disetiap pertemuan

materi dianggap menjadi hal yang berpengaruh karena

membuat calon jamaah merasa tertarik dan tidak bosan

sehingga tingkat kehadiran pada kegiatan selanjutnya

akan meningkat disebabkan dari rasa ketertarikan

tersebut.

Tabel 4.1 Kurikulum Materi Kegiatan Manasik Haji Tingkat Kota

Hari/Tanggal Waktu Materi Pokok Bahasan JPL Narasumber Moderator

Selasa

25 Juli 2017

07.30

s.d

Selesai

Pembukaan

Coffe break

Kebijakan

Pemerintah

dalam

Penyelnggaran

Ibadah haji

Pembentukan

Kloter dan

Keselamatan

Penerbangan

Pembukaan Manasik

dan Pelepasan calon

jamaah

1. Kebijakan

pembinaan,

pelayanan, dan

perlindungan

2. Proses perjalanan

dan keselamatan

pernebangan

3. Hak dan

Kewajidan jamaah

Pengenalan perangkat

kloter, wewenang dan

kewajiban.

1. Aturan barang

bawaan jamaah saat

keberangkatan dan

pemulangan

2. Barang bawaan

yang perlu dan tidak

2

2

Walikota

Pontianak

Panitia

Kepala

Kanwil Prov.

Kalimantan

Barat

Kabid PHU

Panitia

Panitia

Mulyadi, S.

Pd. I

Mulyadi, S.

Pd.i

Rabu

26 Juli 2017

07.30

s.d

Selesai

Kebijakan

Teknis

Kesehatan Haji

[[[

Coffe break

Pemantapan

Manasik Haji

Berbasis Qalbu

Dan

Pelayanan kesehatan

jamaah sebelum

keberangkatan,

selama perjalanan dan

di Arab Saudi

1. Manasik haji

berbasis qalbu

2. Mewujudkan

Kemabruran Haji

2

2

Kadis

Kesehatan

Kota

Pontianak

Panitia

Dr. H. Wajidi

Sayadi, M. Ag

Mulyadi, S.

Pd. I

Mulyadi , S.

Pd. I

 

Page 89: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

77

Tabel 4.2 Kurikulum Kegiatan Manasik Haji Tingkat Kecamatan4

KURIKULUM / SILABI

BIMBINGAN MANASIK HAJI JAMAAH REGULER TAHUN 1438

H/ 2017 M

NO MATER

I

TUJUAN POKOK BAHASAN METODE REFERENSI

1 BIMBI

NGAN

PERJA

LANAN

IBADA

H HAJI

JAMAAH HAJI

MENGETAHUI

PROSES

PERJALANAN

IBADAH HAJI

(GELOMBANG I

DAN II) DAN

PELAYANAN

AKOMODASI,

KATERING DAN

TRANSPORTASI

DI ARAB SAUDI

1. PERSIAPAN

SEBELUM

BERANGKAT KE

ASRAMA HAJI

2. KEGIATAN DI

ASRAMA HAJI

3. KEGIATAN SELAMA

DI PESAWAT

4. KEGIATAN DI

BANDARA ARAB

SAUDI PADA SAAT

KEDATANGAN DAN

PEMULANGAN

CERAMA

H, TANYA

JAWAB,

SIMULASI

1. BUKU

PAKET

BIMBINGA

N

MANASIK

HAJI

2. BUKU

TA’LIMAT

UL HAJJ

3. PEDOMAN

STANDAR

PELAYAN

AN

4 Dokumentasi Kantor KUA Kecamatan Pontianak Kota (Diperoleh

tanggal 19 Desember 2017)

Melestarikan

Kemabruran Haj

3. Menuju kesehatan

pribadi dan perubahan

mental

4. Pembentukan

karakter bangsa

melalui haji mabrur

 

Page 90: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

78

5. KEGIATAN DALAM

PERJALANAN

MENUJU

PEMONDOKAN

6. KEGIATAN DI

PEMONDOKAN

MAKKAH/MADINAH

7. KEGIATAN DI

ARAFAH,

MUZDALIFAH DAN

MINA

8. KEGIAAN ZIARAH

DI MAKKAH DAN

MADINAH

AKOMODA

SI JAMAAH

HAJI

INDONESI

A DI ARAB

SAUDI

4. STANDAR

LAYANAN

TRANSPOR

TASI

2 BIMBI

NGAN

KESEH

ATAN

HAJI

JAMAAH HAJI

MENGETAHUI

MAKNA

KESEHATAN

(TATA CARA

MEMELIHARA) /

MENJAGA

KESEHATAN DAN

PENCEGAHAN

PENYAKIT DAN

HAK HAK

JAMAAH HAJI

DALAM

PELAYANAN

KESEHATAN

1. PELAYANAN

KESEHATAN

TERHADAP

JAMAAH HAJI DI

TANAH AIR DAN

ARAB SAUDI

2. JENIS OBAT –

OBATAN YANG

BOLEH DIBAWA

KE TANAH SUCI

3. PENANGANAN

DINI TERHADAP

JAMAAH HAJI

CERAMA

H, TANYA

JAWAB,

SIMULASI

CERAMA

H, TANYA

PEDOMAN

MANASIK

KESEHATAN

BUKU

PAKET

BIMBINGAN

 

Page 91: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

79

BIMBI

NGAN

PELAK

SANAA

N

IBADA

H HAJI

JAMAAH HAJI

DAPAT MEMILIKI

AKHLAKUL

KARIMAH DAN

MEMAHAMI

ADAT ISTIADAT

BANGSA ARAB,

NIAT HAJI DAN

UMRAH, SERTA

SHALAT ARBA’IN

1. ETIKA DAN

AKHLAKUL

KARIMAH

SELAMA

PELAKSANAAN

IBADAH HAJI

2. PENGERTIAN HAJI

IFRAD, TAMATTU’,

QIRAN

3. PELAKSANAAN

SHALAT ARBA’IN

JAWAB,

SIMULASI

MANASIK

HAJI

3

BIMBI

NGAN

PELAK

SANAA

N

IBADA

H HAJI

DAN

UMRA

H

JAMAAH HAJI

DAPAT

MENGETAHUI

TATA CARA DAN

URUTAN

PELAKSANAAN

MANASIK HAJI

DAN UMRAH

1. BERPAKAIAN DAN

SHALAT SUNNAH

IHRAM

2. NIAT DAN

BACAAN

TALBIYAH

3. THAWAF

4. SA’I

5. TAHALLUL

CERAMA

H, TANYA

JAWAB,

SIMULASI

BUKU

PAKET

BIMBINGAN

MANASIK

HAJI

4 BIMBI

NGAN

PELAK

SANAA

N

IBADA

JAMAAH HAJI

DAPAT

MEMPRAKTIKKA

N TATA CARA

DAN URUTAN

1. PRAKTIK

MEMAKAI

PAKAIAN IHRAM

2. PRAKTIK NIAT

DAN SHALAT

SUNNAH IHRAM

TANYA

JAWAB,

SIMULASI

BUKU

PAKET

BIMBINGAN

MANASIK

HAJI

 

Page 92: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

80

H HAJI

DAN

UMRA

H

PELAKSANAAN

IBADAH UMRAH

3. PRAKTIK THAWAF

4. PRAKTIK SA’I

5. PRAKTIK

TAHALLUL

5 BIMBI

NGAN

PELAK

SANAA

N

IBADA

H HAJI

/

MANA

SIK

HAJI

BIMBI

NGAN

PELAK

SANAA

N

IBADA

H HAJI

/

MANA

SIK

HAJI

JAMAAH HAJI

DAPAT

MENGETAHUI

TATA CARA DAN

URUTAN

PELAKSANAAN

IBADAH HAJI

JAMAAH HAJI

DAPAT

MEMPRAKTIKKA

N TATA CARA

DAN URUTAN

PELAKSANAAN

IBADAH HAJI

1. IHRAM/MIQAT

2. WUKUF DI

ARAFAH

3. MABIT DI

MUZDALIFAH

4. MABIT DI MINA

5. MELONTAR

JAMARAT

6. THAWAF

IFADHAH, SA’I

7. TAHALLUL AWAL,

TSANI

1. PRAKTIK

MEMAKAI IHRAM

2. PRAKTIK NIAT

DAN SHALAT

SUNNAH IHRAM

3. PRAKTIK WUKUF,

MABIT

MUZDALIFAH

DAN MINA

4. PRAKTIK

MELEMPAR

JAMARAT

CERAMA

H, TANYA

JAWAB,

SIMULASI

TANYA

JAWAB,

SIMULASI

BUKU

PAKET

BIMBINGAN

MANASIK

HAJI

BUKU

PAKET

BIMBINGAN

MANASIK

HAJI

 

Page 93: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

81

5. PRAKTIK THAWAF

IFADHAH

6. PRAKTIK

TAHALLUL

6

IBADA

H DAN

KEGIA

TAN

SELAM

A DI

PESAW

AT

JAMAAH HAJI

DAPAT

MENGETAHUI

KONDISI DI

PESAWAT,

KEGIATAN

IBADAH DI

PESAWAT DAN

MENJAGA

KESELAMATAN

DALAM

PENERBANGAN

1. BERSUCI

(WUDHU/TAYAMU

M) DI PESAWAT

2. SHALAT DI

PESAWAT

3. MAKAN, MINUM

DAN ISTIRAHAT

DI PESAWAT

4. MEMBACA AL-

QURAN, ZIKIR

DAN DO’A

5. TATA CARA

MENGGUNAKAN

FASILITAS

PESAWAT

6. MENJAGA

KESELAMATAN

PENERBANGAN

CERAMA

H, TANYA

JAWAB,

SIMULASI

BUKU

PAKET

BIMBINGAN

MANASIK

HAJI

4. Market (Pasar)

Strategi yang digunakan dalam upaya

meningkatkan jumlah partisipasi calon jamaah haji

dalam mengikuti kegiatan manasik haji terkait

 

Page 94: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

82

pemasaran atau proses penjualan produk atau dalam

bahasa lain menyebarluaskan kegiatan manasik haji ini

dengan melalui poster – poster yang ditampilkan pada

kantor Kementrian Agama Kota Pontianak yang

berhubungan dengan jadwal kegiatan, narasumber, serta

informasi lain yang berhubungan dengan pelaksanaan

manasik haji. Tak hanya berhenti pada itu saja, Kantor

Kementrian Agama Kota Pontianak bergerak pro-aktif

dalam menginformasikan kegiatan – kegiatan manasik

haji melalui website resmi, dan serta undangan.

5. Methods (Metode)

Selanjutnya strategi dalam upaya meningatkan

kehadiran jamaah calon haji pada kegiatan manasik haji

ialah dari sisi metode, dan metode yang digunakan saat

pelaksanaan pembinaan manasik pada Kementrian Kota

Pontianak adalah metode ceramah dan tanya jawab

antara pemateri dan calon jamaah haji, praktik manasik

dan simulasi.

Pelaksanaan bimbingan manasik haji bisa

dilakukan dengan berbagai metode tatap muka, media

cetak dan elektronik, internet, konsultasi telepon, dan

penerbitan buku – buku, baik sebelum masa pendaftaran

haji, periode pendaftaran, sampai saat pemberangkatan,

 

Page 95: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

83

selama di Arab Saudi sampai setelah kembali ke tanah

air.5

Adapun beberapa metode bimbingan calon jamaah

haji antara lain:

a) Ceramah

Metode ceramah adalah penerangan secara

lisan bahan pembelajaran kepada sekelompok

pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran

tertentu dalam jumlah yang relative besar. Dengan

metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya

inspirasi bagi pendengarnya.6 Dalam hal manasik

haji metode ceramah selalu menjadi unggulan para

pembimbing dalam menjelaskan atau menerangkan

materi tentang haji.

Dalam metode ini, yang perlu diperhatikan

ialah hendaknya ceramah yang diberikan oleh guru

mudah dimengerti oleh siswanya, mudah diterima

serta mampu menstimulasi pendengar untuk

melakukan hal – hal yang baik dan benar dari isi

ceramah yang diberikan guru.

5 Achmad Nidjam dan Alatief Hanan, Manajemen Haji : Studi Kasus

dan Telaah Implementasi Knowledge workers, (Jakarta : Zikrul Hakim, 2001)

cet. I, hal. 73 6 Muhammad Anas, Mengenal Metodologi Pembelajaran, (Jakarta:

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012), h. 21.

 

Page 96: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

84

Gambar 4.1 Penyampaian Materi dengan Metode Ceramah

b) Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyampian

pelajaran melalui interaksi dua arah dari guru

kepada siswa atau dari siswa kepada gutu agar

diperoleh jawaban kepastian materi. Dalam metode

tanya jawab, guru dan siswa sama-sama aktif agar

tidak tergantung pada keaktifan guru.7

Dalam hal bimbingan manasik haji, metode

ini merupakan strategi mengukur sejauh mana

pemahaman calon jamaah terhadap materi yang

telah disampaikan pembimbing, serta dapat

membangkitkan respon para calon jamaah.

7 Muhammad Anas, Mengenal Metodologi Pembelajaran,...... h. 17.

 

Page 97: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

85

Gambar 4.2 Seorang Peserta Bertanya Kepada Pembimbing

c) Simulasi / Praktik Manasik Haji

Dalam metode simulasi, Udin Syaefudin

menyatakan bahwa simulasi merupakan replika

atau visualisasi dari perilaku sebuah sistem,

misalnya sebuah perencanaan pendidikan, yang

erjalan pada kurun waktu yang tertentu. Jadi dapat

dikatakan bahwa simulasi itu adalah sebuah model

yang berisi seperangkat variabel yang menampilkan

ciri utama dari sistem kehidupan yang sebenarnya.

Simulasi memungkinkan keputusan-keputusan

 

Page 98: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

86

yang menentukan bagaimana ciri-ciri utama itu bisa

dimodifikasi secara nyata.8

Gambar 4.5 Simulasi Thawaf Di Asrama Haji Pontianak

Dalam bimbingan manasik haji, metode

simulasi merupakan metode yang tepat untuk

mengkondisikan keadaan pada saat berhaji seperti

melaksanakan rukun dan wajib haji. Metode ini

sangat membantu para jamaah dalam menambah

pengetahuannya serta dapat mempunyai gambaran

apa saja yang dilakukan selama ditanah suci.

Metode yang digunakan dalam setiap

pertemuan bimbingan manasik rata – rata

menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan

8 Syaefudin, Perencanaan Pendidikan Pendekatan Komprehensif,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 129.

 

Page 99: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

87

diskusi, namun beberapa materi harus disampaikan

dengan metode simulasi/praktik, contohnya ketika

mempraktikan penggunaan ihram, thawah, sa’i dan

sebagainya. Dan ketika pertemuan ke-enam praktik

memakai kain ihram, thawaf, sa’i, shalat sunnah

dan niat, wukuf, melontar jumrah, tahallul.

Penggunaan beberapa metode diatas dapat

membantu peserta manask haji untuk memahami

materi bimbingan yang telah diberikan. Umpan

balik dari peserta akan bangkit sejalan dengan

metode pembinaan manasik haji yang sesuai

dengan kondisi peserta. Jadi penggunaan metode

yang bervariasi ini adalah strategi yang digunakan

oleh Kementrian Agama Kota Pontianak dalam

menghimbau kepada setiap jamaah bahwa kegiatan

manasik haji tidak monoton dan bervariasi dalam

penyampaian nya.

Untuk meningkatkan partisipasi jamaah

dalam kegiatan bimbingan manasik haji Kantor

Kementrian Agama Kota Pontianak menganjurkan

kepada seluruh jamaah yang tergabung di Kota

Pontianak untuk bergabung dengan KBIH. Karena

KBIH sangat berperan yakni sebagai penyambung

lidah dari pihak pemerintah Kantor Kementrian

Agama Kota Pontianak kepada para calon jamaah

haji, setiap informasi yang disampaikan oleh Kantor

Kementrian Agama Kota Pontianak pasti pihak

 

Page 100: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

88

KBIH terlebih dahulu menerima informasi tersebut

dan diteruskan kepada para calon jamaah haji untuk

segala kegiatan terkait pelaksanaan ibadah haji

namun pihak pemerintah tetap melaksanakan

tugasnya seperti mengundang para calon jamaah

haji untuk mengikuti kegiatan bimbingan manasik.9

Peran KBIH juga dapat memperjelas dan

mempermudah kegiatan manasik haji dengan

pertemuan dengan jumlah yang banyak dan

keefektifan setiap materi yang disampaikan secara

baik dan tepat dalam memilih metode serta sarana

yang digunakan, mengikat tali silaturrahim diantara

jamaah baik ketika bergabung, selama di tanah suci,

maupun ketika setibanya di tanah air, ini dibuktikan

dengan adanya kegiatan pertemuan pasca haji yang

dilakukan oleh KBIH, dan yang terpenting ialah

mencegah daripada hal – hal yang tidak diinginkan

ketika dalam perjalanan dan pelaksanaan ibadah

haji.

B. Penyelenggaraan Manasik Haji Kantor Kementrian

Agama Kota Pontianak Tahun Keberangkatan 2017

Penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas

nasional yang menajadi kewajiban pemerintah. Tugas ini

dibagi kepada wilayah – wilayah provinsi, kota/kabupaten,

9 Wawancara pribadi dengan Bapak H. Syamsul Bahri, Kepala Seksi

PHU Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak (Pontianak: 18 Desember

2017)

 

Page 101: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

89

sampai tingkat kecamatan, dan juga pemerintah melibatkan

instansi diluar pemerintah. Semua lapisan elemen yang

bergerak menyelenggarakan manasik haji sudah diatur oleh

Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri, Keputusan

Dirjen untuk menjadi pedoman dalam setiap

pelaksanaannya.

Penyelenggaraan manasik haji kota Pontianak ini

memiliki beberapa tahapan – tahapan dalam

pelaksanaannya, yang pertama perencanaan program

pembinaan calon jamaah haji kota Pontianak tahun 2017,

yang kedua pembentukan panitia pelaksana program

manasik haji, dan yang ketiga penetapan program

pembinaan calon jamaah haji.

a. Perencanaan

Tahapan yang pertama ialah perencanaan

program pembinaan calon jamaah haji, proses

perencanaan ini sudah ditetapkan oleh Kementrian

Agama Kota Pontianak dalam beberapa proses antara

lain:

1) Pendataan dan Pendaftaran Jamaah Haji Per-

Kecamatan

Program perencanaan pembinaan calon haji

ini dimulai dari terbitnya Surat Edaran Kementrian

Agama RI kepada Kantor Wilayah Kementrian

Agama Provinsi yang tertuang dalam Surat Edaran

Dirjen Haji tahun 2017 Nomor: B-

10.2391/Dj/Dt.II.I/Hj.01/04/2017 dan selanjutnya

 

Page 102: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

90

diterbitkan Surat Edaran Dirjen Haji tahun 2017

Nomor 16.2469/Dj/Dt.II.I/Hj.01/04/2017 tentang

biaya pelaksanaan bimbingan manasik haji tingkat

Kota/Kabupaten dan KUA Kecamatan. Dalam UU

No. 13 Tahun 2008 bahwa Jamaah Haji adalah

Warga Negara Indonesia yang beragama Islam dan

telah mendaftarkan diri untuk menunaikan Ibadah

Haji sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

Sedangkan yang berhak menerima bimbingan

manasik haji ialah jamaah haji yang telah melunasi

BPIH dalam alokasi keberangkatan tahun berjalan.

Pada tahun 2017 jumlah kuota jamaah haji

Kota Pontianak berjumlah 651 jamaah. Jumlah

kuota jamaah haji ini diterbitkan setelah ada

rumusan Kementrian Agama Provinsi Kalimantan

Barat, jumlah kuota ini sudah termasuk

pengembalian kuota pemotongan akibat perbaikan

Masjidil Haram yang sebelumnya kuota jamaah

Kota Pontianak sejumlah 431 jamaah.

Sehubungan kuota haji Kota Pontianak

sebanyak 651 (enam ratus lima puluh satu) maka

kegiatan bimbingan manasik haji massal

dilaksanakan di Aula Masjid Raya Mujahiddin,

yang beralamat Jalan Jendral Ahmad Yani,

Pontianak. Pemilihan tempat kegiatan bimbingan

manasik haji massal di Masjid Raya Mujahiddin ini

atas dasar kapasitas yang mampu menampung

 

Page 103: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

91

seluruh jamaah, serta memiliki letak yang strategis

karena berada di pusat Kota Pontianak. Sedangkan

untuk kegiatan bimbingan manasik haji klasikal

dilakukan di setiap kecamatan yang dimana

kegaiatan tersebut dilaksanakan di masjid – masjid

sesuai dengan keputusan Kepala Kantor Urusan

Agama disetiap kecamatan, salah satu contoh

kecamatan Pontianak Kota melaksanakan kegiatan

bimbingan manasik haji di Masjid Al-Muwaffaqah,

Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo.10

Waktu pelaksanaan bimbingan manasik haji

yang dilaksanakan oleh Kantor Kementrian Agama

Kota Pontianak yang pertama pada tanggal 25 Juli

2017, kegiatan tersebut dapat dibilang mundur dari

jadwal yang ditentukan oleh Dirjen

Penyelenggaraan Haji dan Umrah dikarenakan

pencairan dana alokasi kegiatan bimbingan

manasik haji sedikit terlambat.11

Setelah diketahui jumlah jamaah haji

perkecamatan, lalu pihak Kementrian Agama Kota

Pontinak membuat Manifest, dan nantinya manifest

ini akan terus digunakan untuk proses absensi dan

pengecekan jamaah haji tahun keberangkatan, dan

10 Wawancara pribadi dengan Bapak H. Syamsul Bahri, Kepala Seksi

PHU Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak (Pontianak: 18 Desember

2017) 11 Wawancara pribadi dengan Bapak H. Syamsul Bahri, Kepala Seksi

PHU Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak (Pontianak: 18 Desember

2017)

 

Page 104: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

92

juga menjadi dokumen ketika pelaksanaan program

pembinaan haji Kota dan Kecamatan.

Berikut daftar wilayah kegiatan bimbingan

manasik haji tingkat KUA Kecamatan di Kota

Pontianak yang terbagi dalam enam wilayah:

a. Wilayah 1: Kecamatan Pontianak Barat

b. Wilayah 2: Kecamatan Pontianak Kota

c. Wilayah 3: Kecamatan Pontianak Timur

d. Wilayah 4: Kecamatan Pontianak Utara

e. Wilayah 5: Kecamatan Pontianak Selatan

f. Wilayah 6: Kecamatan Pontianak Tenggara

Ganbar 4.6 jumlah jamaah haji Kota Pontianak Per Kecamatan

Dari enam wilayah tersebut Kecamatan

Pontianak Barat memiliki jumlah jamaah lebih dari

150 orang. Wilayah Kecamatan Pontianak Barat

KEC. PONTIANAK KOTA24%

KEC. PONTIANAK BARAT

34%

KEC. PONTIANAK TIMUR

11%

KEC. PONTIANAK UTARA

10%

KEC. PONTIANAK SELATAN

11%

KEC. PONTIANAK TENGGARA

10%

JUMLAH JAMAAH PER KECAMATAN

KEC. PONTIANAK KOTA KEC. PONTIANAK BARATKEC. PONTIANAK TIMUR KEC. PONTIANAK UTARAKEC. PONTIANAK SELATAN KEC. PONTIANAK TENGGARA

 

Page 105: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

93

193 jamaah, Kecamatan Pontianak Kota 133

jamaah, Kecamatan Pontianak Timur 62 jamaah,

Kecamatan Pontianak Selatan 62 jamaah,

Kecamatan Pontianak Utara 58 jamaah, Kecamatan

Pontianak Tenggara 53 jamaah. Data tersebut

belum diperbaharui dengan penambahan kuota

sejumlah 58 jamaah.12

2) Pembentukan Panitia Pelaksana Program Manasik

Haji

a) Panitia Pembinaan Haji Kota

Pembentukan kepanitian dalam

pelaksanaan program bimbingan manasik haji

diputuskan oleh Kepala Kantor Kementrian

Agama Kota Pontianak. Kepanitian yang

diputuskan ini berlaku pada seluruh program

bimbingan manasik haji tingkat Kota

Pontianak.

Kepanitiaan bimbingan manasik haji Kota

Pontianak ditetapkan dalam Surat Keputusan

Kepala Kantor Kementrian Agama Kota

Pontianak Nomor: 170 Tahun 2017 yang

ditetapkan pada tanggal 06 Juli 2017.

b) Panitia Bimbingan Calon Jamaah Haji Tingkat

KUA Kecamatan

12 Dokumentasi Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak

(Diperoleh tanggal 19 Desember 2017

 

Page 106: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

94

Bimbingan calon jamaah haji tingkat

KUA Kecamatan pada tahun 2017 di Kota

Pontianak sebanyak 6 kali pertemuan, pada

setiap pertemuannya berbeda – beda materi

yang disampaikan kepada jamaah, sesuai

dengan pedoman yang telah ditetapkan oleh

Kementrian Agama RI.

Kota Pontianak terdapat 6 kecamatan yang

dimana tiap kecamatan melaksanakan kegiatan

manasik haji. Dan panitia dari tiap – tiap

pelaksanaan manasik haji ialah staf dari Kantor

Urusan Agama di kecamatan tersebut.

3) Penetapan Program Penyelenggaraan Manasik Haji

Program pembinaan haji sejatinya

ditetapkan oleh Kementrian Agama pusat, namun

berkaita dengan teknis program adalah bagian dari

tugas wilayah pelaksana. Kementrian Agama Kota

Pontianak menetapkan teknis program setelah

melakukan rapat bersama, adapun yang menjadi

tugas program pembinaan haji pada tingkat kota ini

berkaitan dengan pembagian wilayah untuk

kecamatan, dan tempat pelaksaan, sedangkan untuk

waktu, metode dan materi adalah mengikuti

ketentuan yang ditetapkan oleh Kantor Wilayah

Provinsi Kalimantan Barat. Adapun mengenai

narasumber untuk wilayah kecamatan ditentukan

 

Page 107: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

95

oleh panitia wilayah itu sendiri sesuai dengan

materi pertemuan.

Program penyelenggaraan manasik haji kota

Pontianak antara lain:

a) Pembuatan dan Pendistribusian Undangan

Manasik Haji

b) Penyimpanan dan pengarsipan data calon

jamaah haji yang mengikuti bimbingan

manasik haji

b. Pelaporan dan Evaluasi Kerja

Sesuai dengan Surat Keputusan Dirjen PHU

Nomor D/157/ 2016 pada bab IX bahwa setiap akhir

kegiatan bimbingan, Kantor Kementrian Agama

Kota/Kabupaten maupun KUA Kecamatan wajib

membuat laporan pertanggung jawaban. Laporan yang

dimaksud adalah laporan pelaksanaan kegiatan dan

laporan keuangan yang wajib dibuat selambat –

lambatnya 2 minggu setelah kegiatan dilaksanakan.

Laporan ini dibuat secara berjenjang yang

meliputi, KUA Kecamatan menyiapkan laporan

pelaksanaan kegiatan bimbingan manasik haji di

wilayah kecamatan kepada Kantor Kementrian Agama

Kota Kota Pontianak, setelah itu Kementrian Agama

Kota Pontianak membuat laporan pelaksanaan kegiatan

bimbingn manasik haji tingkat Kota dan

mengkompilasikannya dengan pelaksanaan bimbingan

manasik haji tingkat KUA Kecamatan diwilayahnya,

 

Page 108: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

96

selanjutnya melaporkan ke Kanwil Kementrian Agama

Provinsi Kalimantan Barat, kemudian Kanwil

Kementrian Agama Provinsi Kalimantan Barat

membuat laporan akhir seluruh pelaksanaan bimbingan

manasik haji diwilayahnya dan melaporkan kepada

Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Cq. Direktorat

Pembinaan Haji.13

Laporan Pertanggungjawaban bimbingan manasik

haji harus melampirkan daftar hadir peserta dan

narasumber, bahan/materi bimbingan, kwitansi

pengeluaran, dan dokumentasi.

Adapun mengenai laporan akhir, Kementrian Agama

Kota Pontianak mengumpulkan laporan kegiatan dari 6

kecamatan yang melaksanakan kegiatan bimbingan

manasik haji, lalu kumpulkan dan dikompilasikan

dengan kegiatan manasik haji massal tingkat kota, dan

hasilnya dilaporkan dan diserahkan ke Kanwil

Kementrian Agama Provinsi Kalimantan Barat untuk

dilaporkan kepada Dirjen PHU.

13 Keputusan Direktur Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah

Nomor D/157/2016, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Manasik Haji Oleh

Kantor Kementrian Agama Kota/Kabupaten dan KUA Kecamatan. h. 7

 

Page 109: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

97

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah meneliti, membahas dan menguraikan tentang

Strategi Pembinaan Kantor Kementrian Agama Kota

Pontianak dalam Meningkatkan Partisipasi Jamaah

Mengikuti Manasik Haji Tahun Keberangkatan 2017,

maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:

1. Formulasi yang digunakan adalah perencanaan

kegiatan dan persiapan yang matang serta meninjau

aspek – aspek manajemen yang telah diuraikan menjadi

strategi yang digunakan oleh Kantor Kementrian

Agama Kota Pontianak dalam upaya meningkatkan

jumlah jamaah mengikuti kegiatan manasik haji. Serta

peran penting KBIH juga tak dapat dilepaskan dari

upaya peningkatan partisipasi jamaah dalam mengikuti

kegiatan manasik haji.

2. Dampak dari strategi yang digunakan oleh Kantor

Kementrian Agama Kota Pontianak dapat merubah

pola pikir masyarakat bahwa kegiatan manasik haji

menarik dan penting untuk diikuti setiap calon jamaah

haji.

3. Penyelenggaran yang dilakukan oleh Kantor

Kementrian Agama sesuai dengan pedoman yang

diberikan oleh Kementrian Agama RI melalui Dirjen

PHU Cq. Pembinaan Haji

 

Page 110: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

98

B. Saran

1. Kegiatan bimbingan manasik haji ini ditambah

kuantitasnya agar lebih diterimanya dan difahami

dengan baik oleh para calon jamaah haji, karena

manasik haji ini merupakan hal penting yang

didapatkan setiap calon jamaah haji.

2. Meningkatkan sarana pra-sarana menjadi salah satu

saran agar kenyamanan dan partisipasi calon jamaah

haji meningkat dalam mengikuti setiap kegiatan, salah

satunya gedung yang representatif untuk kegiatan

bimbingan manasik haji.

3. Pengevaluasian pada setiap kegiatan agar kegiatan

bimbingan manasik haji terus mengalami perbaikan

sesuai dengan masyarakat dewasa ini.

 

Page 111: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

99

Daftar Pustaka

A, Hallen. Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Jakarta: Ciputat

pers, 2002

Al-Damasyqi, Abu al-Fida Ismail Ibn Katsir. Tafsir al-Turan al-

Azim, Kairo: Maktabah Aulad al-Syaikh li al-Turats, cet. 1,

j. II, 1421 H/2000 M

Al-shahhah, Al-jawharu. Jilid 1, al-jawhari, Ismail ibn Hammad,

al-shahhah Taj al-Lugha wa Shahhah al-arabiyyah, Kairo,

1376 H-1957M

Amir, M. Taufiq. Manajemen Strategik: Konsep dan Aplikasi,

Depok: PT Rajagrafindo Persada

Amir, Samsul Munir. Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta:

Amzah, 2010

Anas, Muhammad. Mengenal Metodologi Pembelajaran, Jakarta:

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012

David Hunger, J, Manajemen Strategis, Yogyakarta: Andi, 2003

David, Fred R. Manajamen Strategi Konsep, Jakarta: Prenhalindo,

2002

Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005

Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sambutan Menteri Agama RI,

Prof. Dr. H. Said Agil Al-Munawar, Husin. Buku Sejarah

Mekah, Madinah: Al-RasheedPrinters, 2003

Ghazali, M. Bahri. Dakwah Komunikatif: Membangun Karakter

Ilmu Komunikasi Dakwah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,

1997

 

Page 112: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

100

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Bumi

Aksara, 2013

H., Tantan, dkk. “Dasar – Dasar Pengembangan Masyarakat

Islam”, Ciputat: UIN Jakarta Press 2013

Hadi, Sutrisno. Metode Research III, Yogyakarta: Yayasan

Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1984

Harahap, Sumuran. Kamus Istilah Haji dan Umrah, Jakarta: Mitra

Abadi Press, 2008

Hetifah, Sumarto Sj. “Inovasi Partisipasi dan Good Governence,

20 Prakarsa Inovatif dan Partisipatif di Indonesia”,

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008

Hunger, & J. David. Manajemen Strategis, Yogyakarta: Andi,

2003

Huraerah, Abu dan Mety Melawati. “Pengorganisasian &

Pengembangan Masyarakat: Model Strategi

Pengembangan Berbasis Kerakyatan”, Bandung: PT.

Humaniora Utama Press, 2008

Hutabarat, Jemsly dan Martani Huseini. Strategi: Pendekatan

Komprehensif dan Terintegrasi “Strategic Excellence” dan

“Operational Excellence” Secara Simultan Jakarta:

Penerbit Universitas Indonesia, 2012

Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial, Jakarta:

Penerbit Erlangga, 2009

Ife, Jim dan Frank Tesoriero. “Comunity Development, Alternatif

Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi Community

Development”, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008

 

Page 113: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

101

Imadudin, Deden. Mengenal Haji, Jakarta: PT Mitra Aksara

Panjaitan, 2011

Kardiman, A. M. Pengantar Ilmu Manajemen, Jakarta: PT.

Pronhalindo, t.t

Kartono, Ahmad. Solusi Hukum dalam Permasalahan Ibadah

Haji, Jakarta: T.pn, 2015

Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji

dan Umrah, Desain Pola Penyuluhan dan Bimbingan

Jamaah Haji (Jakarta: Departemen Agama RI, 2011

Kementrian Agama RI, Data dan Profil Penyelenggaraan Ibadah

Haji Khusus, Jakarta: Dirjen Penyelenggaraan Haji dan

Umrah 2013

Kementrian Agama RI, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji

dan Umrah, Desain Program, Jakarta, 2010

Keputusan Dirjen Penyelenggaraan Haji Umrah tahun 2015

Nomor D/222/2015 tentang Pedoman Pelaksanaan

Bimbingan Manasik Haji oleh Kementrian Agama

Kabupaten / Kota dan KUA Kecamatan

Madrie. Beberapa Faktor Penentu Partisipasi dalam

Pembangunan Pedesaan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

1986

Majid, Abdul. Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2014

Mansur, Isa. Upaya Menggapai Haji Mabrur, Kudus: menara

Kudus, 1997

Manulang, Dasar – Dasar Manajemen, Jakarta: Ghalia Indonesia,

1996

 

Page 114: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

102

Mardikanto, Totok dan Poerwoko Soebiato. Permberdayaan

Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan Publik, Bandung:

Alfabeta, 2003

Moeloeng, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 1993

Muller, Johannes. Perkembangan Masyarakat Lintas-Ilmu,

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006

Munir, Muhammad, Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana, 2006

Musnad, Muhammad bin Abdul Aziz al. Fatwa – Fatwa Haji dan

Umrah, Jakarta: PT Imam Asy-Syafi’i, 2017

Nawawi, Hadari. Manajemen Strategi Non Profit Bidang

Pemerintahan Dengan Ilustrasi Dibidang Pendidikan,

Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press, 2006

Nidjam, Achmad dan Alatief Hanan. Manajemen Haji: Studi kasus

dan Telaah Implementasi Knowledge Workers, Jakarta:

Zikrul Hakim, 2001

Pusat Bahasa – Depdiknas RI – Organizational Body. Kamus

Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: PT Balai

Pustaka, cet 3, 2005

Putuheba, M. Shaleh. Histografi Haji Indonesia, Yogyakarta: PT.

LKIS Pelangi Aksara Yogyakarta, 2007

Rokhmad, Ali. Manajemen Haji: Membangun Tata Kelola Haji

Indonesia, Jakarta: Media Dakwah, 2016

Ruslan, Rosady. Metode Penelitian Publik Relations dan

Komunikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003

 

Page 115: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

103

Santoso. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam

Pembangunan Nasional, Bandung: Penerbit Alumni, 1988

Sarosa, Samiaji. Penelitian Kualitatif, Jakarta: Indeks, 2012

Sastropoetro, Santoso. ”Partisipasi Komunikasi, Persuasif dan

Disiplin dalam Pengembangan Nasional”, Bandung:

Alumni, 1986

Siagian, Sondang P. Manajemen Modern, Jakarta: Masagung,

1994

Soekanto, Soejono. Kamus Sosiologi. Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 1993

Soetrisno, Loekman. Menuju Masyarakat Partisipatif,

Yogyakarta: Kanisius, 1995

Solihin, Ismail, Manajemen Strategik, Jakarta: Erlangga, 2016

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif

dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2013

Sukardi, Dewa Ketut. Pengantar Pelaksanaan Program

Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka

Cipta, 2008

Supi, Zainal. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Ibadah Haji,

Jakarta: Kementrian Agama RI Direktorat Jendral

Penyelenggaraan Haji dan Umrah 2011

Supratikno, Hendrawan. Advanced Strategic Management: Back

to Basic Approach, Jakarta: PT. Gravindo Utama, 2003

Supriyono. Manajemen Strategi dan Kebijaksanaan Bisnis,

Yogyakarta: BPFE, 1986

Syaefudin. Perencanaan Pendidikan Pendekatan Komprehensif,

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005

 

Page 116: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

104

Syukir, Asmuni. Dasar – Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya:

Al Ikhlas, 1995

Thomas David, Wheleen, Manajemen Strategisi, Yogyakarta:

Andi, 2003

Umar, Husein. Strategic Management in Action, Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2001

Umar, M. dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, Bandung: CV

Pustaka Setia, 1998

Undang – Undang RI Nomor 13 Tahun 2008 Tentang

Penyelenggaraan Ibadah Haji

Usman, Husaini dan Purnomo Akbar Setiady. Metodologi

Penelitian Sosial, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003

Wahyudin, Udin. FiTih, Bandung: Grafindo Media Pratama, 2008

Walgito, Bimo. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung:

CV. Ilmu, 1975

Yusuf, Ahmad Muhammad. Ensiklopedi Tematis Ayat Al-Tur’an

& Hadits, Jakarta: Widya Cahaya, 2009

 

Page 117: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

105

Internet

Artikel diakses pada 31 Maret 2018

www.sarjanaku.com/2013/01/metode-pengumpulan-

data-teknik.html?m=1

Artikel diakses pada 31 Maret 2018

www.fourseasonnews.com/2012/06//ciri-ciri-

strategi.html

 

Page 118: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

106

HASIL PENELITIAN WAWANCARA

STRATEGI PEMBINAAN KANTOR KEMENAG

KOTA PONTIANAK DALAM MENINGKATKAN

PARTISIPASI JAMAAH MENGIKUTI MANASIK

HAJI TAHUN KEBERANGKATAN 2017

Data Wawancara

Nama Lengkap : H. Syamsul Bahri, S. Ag, M. Si

Jabatan : Kepala Seksi Haji

Tanggal dan Tempat : 18 Desember 2017, Kantor Kementrian

Agama Kota Pontianak

Pertanyaan dan Jawaban Penelitian:

Keterangan: T (Tanya), J (Jawab)

1. T: Bagaimana upaya peningkatan jumlah jamaah yang

mengikuti manasik haji pada tahun 2017?

J: Tentu dengan peningkatan kualitas pelayanan baik dari

pemilihan sumber daya yang handal di bidang manasik haji,

penggunaan metode yang tepat, serta sarana dan prasana yang

tersedia juga menjadi upaya agar para jamaah tertarik dengan

kegiatan manasik haji.

2. T: Untuk apa upaya tersebut dilaksanakan?

J: Yang pasti untuk meningkatkan kualitas pelayanan

penyelenggaraan ibadah haji sesuai dengan misi Kementrian

Agama Kota Pontianak, dan juga untuk meningkatkan minat

setiap jamaah mengikuti kegiatan manasik haji dengan

pelayanan yang itu.

 

Page 119: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

107

3. T: Bagaimana proses pelaksanaan kegiatan bimbingan manasik

haji di kota pontianak?

J: Untuk Kegiatan bimbingan manasik haji di kota pontianak

ini sudah sesuai prosedur yang di berikan oleh Ditjen PHU

Kementrian Agama RI Cq Bina Haji, mulai dari SK Kanwil

yang diberikan ke Kantor Kota kemudian membentuk panitia

dikeluarkannya SK panitia, menyusun rancangan kegiatan dan

serta pelaksanaannya semua sudah sesuai dengan prosedur

yang diberikan oleh pusat.

4. T: Siapa saja yang menjadi masuk kedalam kepanitiaan

tersebut?

J: Yang menjadi panitia penyelenggaraan bimbingan manasik

haji ini ialah staff pegawai Kantor Kementrian Agama Kota

Pontianak yang berada dibawah seksi kepengurusan haji dan

umrah, ditambah kepala kantor selaku penanggung jawab.

5. T: Berapa jumlah kuota jamaah haji dan siapa saja peserta

bimbingan manasik haji yang dilaksanakan oleh Kantor

Kementrian Agama Kota Pontianak dalam bimbingan manasik

haji ini?

J: Untuk kuota haji Kota Pontianak sesuai dengan kuputusan

Gubernur ialah 651 orang, sedangkan peserta bimbingan

manasik haji ini sudah tentu para calon jamaah haji yang sudah

mendaftar dan melunasi BPIH ditahun berjalan, dan jumlah

total yang mengikuti kegiatan bimbingan manasik haji ini ada

662 jamaah, hal ini dikarenakan ada penambahan kuota

pengajuan untuk lansia dan terpisah mahram pendamping yang

disetujui oleh pusat.

 

Page 120: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

108

6. T: Dimana kegiatan bimbingan manasik haji ini dilaksanakan?

J: Untuk kegiatan bimbingan manasik haji massal diadakan di

aula Masjid Raya Mujahidin panitia beralasan karena akses

menuju tempat tersebut sangat mudah karena berada dipusat

kota sehingga semua jamaah dari berbagai kecamatan tidak

merasa keberatan, dan juga aula Masjid Raya Mujahidin ini

besar jadi mampu menampung seluruh peserta bimbingan

manasik haji massal dan yang terpenting ini berada di

kompleks Masjid jadi untuk pelaksanaan sholat tinggal naik ke

lantai atas aula. Sedangkan kegiatan di tingkat KUA

Kecamatan bimbingan manasik haji dilaksanakan di mesjid

sekitar Kecamatan tersebut seperti Kecamatan Pontianak Kota

di Masjid Al-MuwaffaTah jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo.

7. T: Materi apa saja yang disampaikan ketika kegiatan

bimbingan manasik haji berlangsung?

J: Untuk materi yang disampaikan yaitu kita bagi menjadi 2

hari yaitu tanggal 25 Juli 2017 dan 26 Juli 2017, dihari pertama

para calon jamaah akan mendapatkan materi seputar kebijakan

pemerintah tentang penyelenggaraan ibadah haji tahun 2017,

pembentukan kloter serta keselamatan penerbangan. Untuk

hari kedua materi yang disampaikan adalah terkait kebijakan

teknis kesehatan haji dan pemantapan manasik haji berbasis

Talbu dan melestarikan kemabruran haji. Dan untuk kegiatan

disetiap KUA Kecamatan juga sudah dipersiapkan untuk

pemantapan kegiatan manasik haji oleh setiap Kepala Kantor

KUA masing – masing wilayah.

 

Page 121: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

109

8. T: Siapa saja yang mengisi materi ketika bimbingan manasik

haji tersebut?

J: Pada pelaksanaan bimbingan manasik haji massal

narasumbernya ialah: Kepala Kanwil Kementrian Agama

Provinsi Kalimantan Barat, Kepala Bidang Penyelenggaraan

Haji dan Umrah, Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak, DR.

H. Wajidi Sayadi, M.Ag. Sedangkan untuk setiap pertemuan

yang dilaksanakan di setiap KUA Kecamatan juga sudah

ditentukan oleh setiap Kepala Kantor KUA

9. T: Bagaimana standar penetapan pembimbing manasik haji di

Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak?

J: Pihak Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak dan KUA

Kecamatan tidak sembarangan dalam menentukan siapa saja

yang berhak dalam menyampaikan materi terkait pelaksanaan

ibadah haji karena inti dari bimbingan manasik haji itu ialah

manasik tersebut mampu tersampaikan kepada seluruh peserta,

ada beberapa kriteria yang panitia tetapkan untuk menjadi

seorang narasumber atau pembimbing manasik haji

10. T: Adakah kendala yang dialami selama kegiatan bimbingan

manasik haji ini berlangusng?

J: Ada beberapa kendala yang kami alami yakni masih belum

tersedianya gedung yang representatif untuk pelaksanaan

bimbingan manasik haji, dan keterlambatan turun nya dana

anggaran untuk pelaksanaan kegiatan bimbingan manasik haji

ini menyebabkan mundurnya jadwal dari yang semula

dijadwalkan

 

Page 122: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

110

11. T: Apakah para jamaah merasa keberatan dengan adanya

anjuran untuk bergabung dengan KBIH?

J: Itulah sebabnya dari awal kami hanya masih dalam tahap

anjuran yang bersifat mengajak tidak sampai mewajibkan

kepada seluruh jamaah untuk bergabing dengan KBIH, karena

setiap jamaah punya cara masing – masing dalam

mempersiapkan diri untuk berangkat ke tanah suci.

Interview

 

Page 123: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

111

Nama Lengkap : Mastur S. Ag

Sebagai : Kepala KUA Kecamatan Pontianak Kota

Tanggal dan Tempat : Kantor Urusan Agama Kec. Pontiank Kota

1. T: Bagaimana upaya yang dilakukan oleh KUA Kecamatan

Pontianak Kota dalam meningkatkan kualitas pelayanan

manasik haji tahun 2017?

J: Dengan cara pemilihan narasumber yang bagus yang

menguasai metode penyampaian, kegiatan yang dilaksanakan

sesuai dengan jadwal dari segi materi dan waktu, dan juga

pengeluaran anggaran untuk setiap pertemuan ternasuk upaya

peningkatan kualitas pelayanan.

2. T: Bagaimana kegiatan bimbingan manasik haji ini dari tahun

ke tahun?

J: Dari segi pelaksanaan selama masa jabatan saya mulai tahun

2015, terjadi peningkatan baik kehadiran, pelayanan

bimbingan manasik yang diberikan hasil evaluasi dari tiap

tahun dari pihak KUA Kec Pontianak Kota

3. T: Bagaimana cara KUA Kec Pontianak dalam meningkatkan

kehadiran calon jamaah haji untuk mengikuti kegiatan

bimbingan manasik haji tahun 2017?

J: Informasi jangan tidak tersampaikan, karena kalau saya

melihat antusias jamaah Kec Pontianak Kota ini sudah

lumayan bagus persentase kehadiran bisa dikatakan 95%

dibanding tahun lalu yang dari jumlah jamaah 112 hanya 65%

4. T: Bagaimana tahapan penyelenggaran bimbingan manasik

haji di Kec. Pontianak Kota?

 

Page 124: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

112

J: Yang pertama pembentukan panitia, kemudian perencaan

program kegiatan jadwal, tempat serta pemateri yang akan

ditugaskan untuk menyampaikan sesuai dengan bidangnya

masing – masing, contohnya pembimbing manasik haji kita

menunjuk H. Jalaludin Ahmad, Lc, Dr. H. Wajidi Sayadi, M.

Ag, dan kesehatan haji ditunjuk Dr, Hj. Sri Samaria

5. T: Kapan kegiatan bimbingan manasik haji dimulai dan dimana

lokasinya?

J: Kegiatan Bimbingan Manasik Haji tahun 1438 H / 2017 M

dipusatkan di Masjid Muwafaqah jalan DR. Wahidin

Sudirohusodo Kelurahan Sungai Jawi yang dibuka dan

dimulai secara resmi pada tanggal 08 Mei 2017 oleh Bapak

Camat Kecamatan Pontianak Kota dan berakhir pada tanggal

15 Mei 2016 dengan 8 kali pertemuan dengan jumlah 32 jam

pelajaran

6. T: Apa langkah selanjutnya dari pihak KUA Kec. Pontianak

Kota setelah kegiatan bimbingan manasik haji tersebut?

J: Evaluasi dari setiap panitia apa saja kekurangan pelaksanaan

tahun ini, kemudian membuat LPJ dan diserahkan kepada

Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak.

Interview

 

Page 125: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

113

Nama Narasumber : H. Budi Lestiono Sanjaya

Sebagai : Jamaah haji Kecamatan Pontianak Kota

Tanggal dan Tempat : Kediaman narasumber, 24 Desember 2017

Pertanyaan dan Jawaban Penelitian

1. T: Apakah bapak benar menerima bimbingan manasik haji

yang diberikan pemerintah sebanyak 8 kali?

J: Iya benar, saya mendapatkan pembinaan bimbingan manasik

haji sebanyak 8 kali, yang pertemuan pertama itu di Masjid

Raya Mujahidin dengan jumlah peserta yang banyak, itu

diadakannya 2 hari disana, kemudian yang selebihnya

diadakan di Masjid Al-Muwafaqah 6 kali pertemuan.

2. T: Bagaimana menurut bapak kegiatan bimbingan manasik haji

yang diadakan?

J: Menurut saya kegiatan yang diberikan pemerintah ini secara

keseluruhan sudah bisa dikatakan baik mengarah ke sempurna,

terutama kegiatan yang dilaksanakan di tingkat KUA

Kecamatan, karena disini dari segi waktu kita dituntut selalu

disiplin tepat waktu sesuai jadwal, Sedangkan untuk kegiatan

yang di Kota juga baik pelayanan bimbingan manasik haji yang

diberikan cuma sayangnya masih kurang disiplin waktu.

3. T: Dari segi materi bagaimana tanggapan bapak terkait hal ini?

J: Materi yang diberikan cukup jelas terlebih ketika kegiatan

pada tingkat Kecamatan karena disitulah diterangkan baik

 

Page 126: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

114

rangkaian ibadah dan ziarah selama berada ditanah suci, bagi

kami sangat bermanfaat dan sangat menambah ilmu bagi kami

yang baru pertama kali melaksanakan ibadah haji ini, kalau di

tingkat Kota materi yang disampaikan masih bersifat umum

tapi materi yang disampaikan juga menambah pengetahuan

kami.

4. T: Benarkah dari pihak Kementrian Agama Kota Pontianak

menganjurkan untuk mengikuti KBIH?

J: Iya benar kita dianjurkan untuk bergabung ke KBIH yang

ada di Kota Pontianak, alasan yang waktu itu disampaikan agar

para jamaah lebih mampu mendalami setiap kegiatan –

kegiatan yang akan dilakukan selama ditanah suci, juga agar

para jamaah masih terawasi dan terbimbing dengan lebih dekat

disana.

5. T: Bagaimana tanggapan bapak terkait anjuran ini?

J: Kami sangat menyambut baik anjuran ini karena kalau hanya

menerima bimbingan manasik yang 6 kali di kecamatan kurang

cukup bagi kami, bayangkan saja dengan kondisi dan situasi

yang berbeda dan waktu hampir 39 hari ditanah suci tidak

sebanding dengan 6 kali pertemuan tersebut banyak hal yang

harus kami ketahui agar selama pelaksanaan ibadah haji

berjalan lancar dan tidak ada hambatan, dengan bergabung ke

KBIH banyak hal yang lebih dalam dijelaskan oleh pihak

KBIH terkait pelaksanaan ibadah haji, ibadah haji ini berbeda

dengan ibadah lainnya baik lokasi kondisi, situasi dan yang

terpenting kita disana diawasi oleh pembimbing KBIH jadi

setiap kegiatan ibadah dan ziarah Insyaallah sesuai tuntunan

 

Page 127: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

115

dan terjaga keselamatan jadi tidak bisa dilepaskan KBIH ini

dari pelaksanaan ibadah haji.

6. T: Bukankah mengikuti KBIH akan menambah biaya yang

dikeluarkan?

J: Iya memang benar kita bergabung ke KBIH tidak gratis ada

biaya yang dikeluarkan namun seperti yang saya sampaikan

tadi bahwa manfaat yang sangat besar dirasakan selama disana

7. T: Bagaimana cara bapak agar tetap mengikuti kegiatan yang

diberikan oleh pemerintah, sedangkan bapak sudah bergabung

ke KBIH?

J: Bergabungnya saya di KBIH tidak serta merta membuat saya

tidak mau mengikuti kegiatan yang diberikan pemerintah,

karena hak saya mendapatkan itu dan tidak merugikan juga

kalau saya ikut semua kegiatan bahkan malah menambah

pengetahuan saya akui secara drastis pemahaman saya

bertambah dengan mengikuti semua kegiatan bimbingan

manasik haji. Dari KBIH juga terus mengingatkan kepada

kami agar selalu mengikuti kegiatan terkait pelaksanaan ibadah

haji intinya KBIH itu berperan besar bagi kami dan

keberadaannya sangat dibutuhkan tidak dapat dipisahkan dari

kegiatan pelaksanaan ibadah haji.

Interview

Budi Lestiono Sanjaya

 

Page 128: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

116

 

Page 129: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

117

 

Page 130: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

118

 

Page 131: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

119

 

Page 132: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

120

 

Page 133: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

121

 

Page 134: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

122

 

Page 135: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

123

 

Page 136: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

124

 

Page 137: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...STRATEGI. PEMBINAAN. KANTOR . KEMEN. TRIAN AGAMA . KOTA PONTIANAK. DALAM. MENINGKATKAN PARTISIPASI

125