repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41456...strategi....
TRANSCRIPT
STRATEGI PEMBINAAN KANTOR KEMENTRIAN AGAMA
KOTA PONTIANAK DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI
JAMAAH MENGIKUTI MANASIK HAJI TAHUN
KEBERANGKATAN 2017
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Khairul Umamul Arifin
NIM: 1112053100011
KONSENTRASI MANAJEMEN HAJI DAN UMRAH
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018 M
i
ABSTRAK
Khairul Umamul Arifin, “Strategi Pembinaan Kantor Kementrian
Agama Kota Pontianak Dalam Meningkatkan Partisipasi
Jamaah Mengikuti Manasik Haji Tahun Keberangkatan
2017” di bawah bimbingan Dra. Hj. Mastanah, M.Si.
Ibadah haji merupakan salah satu ibadah yang mampu
menarik perhatian, terutama dari begitu lamanya daftar tunggu
disetiap daerah untuk dapat berangkat pada tahun tersebut, selain
dari hal itu pelaksanaan pembinaan juga menjadi sorotan yang
menarik dengan berbagai permasalahannya.
Rumusan masalah dari penelitian ini ingin mengetahui
bagaimana strategi Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak
dalam mengajak, kepada jamaah calon haji agar mengikuti
kegiatan manasik haji yang diberikan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode
pendekatan kualitatif, teknik pengumpulan data berupa observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi. Melakukan wawancara oleh
pihak Karyawan dan Staff Kementerian Agama Kota Pontianak,
KUA Kecamata Pontianak Kota.
Dari hasil penelitian penulis temukan bahwa strategi yang
digunakan Kementrian Agama Kota Pontianak untuk
meningkatkan partisipasi jamaah dalam mengikuti kegiatan
manasik haji dengan memantapkan dari segi unsur – unsur
manajemen yang lebih baik.
Kata Kunci : Strategi, Kementrian Agama, Manasik Haji
ii
KATA PENGANTAR
بسم للاه الرحمن الرحيم
Alhamdulillahi Robbal’alamin, puji syukur kehadirat Ilahi
Robbi penulis ucapkan atas segala kenikmatan yang berikan
dengan keridhoan dan keberkahan-Nya di dalam setiap langkah
perjuangan penulis, penulis dapat melewati proses perjuangan
yang penuh halangan dan menghadapi berbagai masalah yang pada
akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan baik.
Sholawat serta salam terlimpah curahkan kepada baginda Nabi
besar Muhammad SAW, sang penuntun akhlak dan ilmu bagi
segenap manusia, tak lupa pula kepada keluarga, para sahabat,
serta tabi’in dan tabi’ut tabi’in, semoga kita menjadi pengikut-Nya
yang setia hingga yaumil qiyamah dan kelak kita semua
dibangkitkan dibawah panji Beliau dan berkumpul bersama di
surga Allah SWT, Amin
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima
kasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah
memberikan kemudahan dengan sabar membantu serta
membimbing terwujudnya skripsi ini. Dengan penuh rasa hormat
dan ketulusan, penulis mengucapkan:
1. Dr. Arief Subhan, MA, sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
2. Suparto, M.Ed Ph,D, selaku Wakil Dekan 1 (satu) Fakultas
Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Hj. Raudhonah, M.Ag, selaku Wakil Dekan II (dua)
Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Suhaimi, M.Si, selaku Wakil Dekan III (tiga) Fakultas
Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Drs. Cecep Castrawijaya, MA, selaku Ketua Jurusan
Manajemen Dakwah (MD).
6. Drs. Sugiharto, MA, Sekertasi Jurusan Manajemen
Dakwah (MD).
7. Dra. Hj. Mastanah, M.Si, sebagai pembimbing skripsi yang
sangat banyak membantu dan memberikan ilmu ketika
penulis berkonsultasi, seperti ibu kandung penulis sendiri
yang teramat sangat sabar dalam membimbing dan
mengarahkan penulis agar menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah membalas ketulusan beliau, semoga Allah
berkahi beliau, Amin.
8. Seluruh Tim Penguji Sidang Munaqosyah baik Ketua
Sidang, Sekertaris, Penguji I/II, dan Pembimbing.
9. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, yang selama ini memberikan ilmunya dengan
tulus, menjadi ilmu yang berkah untuk kami dan semoga
segala ilmu yang bermanfaatnya dapat terbalaskan baik di
iv
dunia dan menjadi wasilah menuju surga-Nya Allah SWT
kelak.
10. Seluruh Staf Perpustakaan baik Perpustakaan Umum
maupun Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu
Komunikasi.
11. Kedua orang tua penulis, Ayahanda H. Muhammad Nur
dan Ibunda Hj. Maisarah, yang terus menerus memberikan
ilmu yang berharga tentang kehidupan dan doa yang terus
diberikan kepada penulis agar menjadi anak yang sholeh
yang berguna bagi agama, bangsa dan negara, serta tak
pernah lelah dan mengeluh dalam mendidik dan
membesarkan penulis, sehingga penulis tumbuh menjadi
anak yang mandiri, kuat dan tegar dalam menjalani manis
pahitnya kehidupan yang selama ini penulis jalani.
12. Saudara – saudara penulis, Aband H. Irfan Affandi, H.
Rudinal Mukhtar, H. Hamzah Arani, Kakak Witri Nur
Aulia dan Adik Shufia Nur Azkiya yang tak pernah
hentinya memberikan dukungan sehingga skripsi ini
mampu diselesaikan.
13. H. Azharudin Nawawi, selaku Kepala Kantor Kementrian
Agama Kota Pontianak dan H. Syamsul Bahri, S. Ag, M.Si
selaku Kepala Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah
Kementrian Agama Kota Pontianak, Mastur, S.Ag Kepala
KUA Kecamatan Pontianak Kota yang telah memberikan
izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan telah
membantu memberikan fasilitas, menerima dan melayani
penulis selama penulis melaksanakan penelitian.
v
14. KH. Muhammad Junaidi HMS, selaku Mudirul Ma’had
Hidayatul Mubtadi-ien Pasir Putih, dan serta pengurus
PPHM Arjuna yang selalu memberikan dukungan spiritual
kepada penulis.
15. Teman – Teman Manajemen Haji dan Umrh. Untuk
sahabat karib penulis, Lukmanul Hakim, S.Sos dan Farhan
Setiadi, S.Sos, Iman Taufik Muas, S.Sos, Farouq Audah,
S.Sos, Nurul Hidayat S.Sos para pejuang skripsi bersama.
Juga untuk Komunitas Pencinta Persija “Jakampus UIN”,
dan Wanabut.
Serta kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan
namanya satu persatu, penulis mengucapkan banyak terimakasih
dan semoga Allah SWT memberkahi, memudahkan dan meridhoi
semua aktifitas kita. Amin.
Penulis berharap dan berdo’a kepada Allah SWT, semoga
seluruh pengorbanan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini akan
menjadi wasilah untuk menuju jannah-Nya Allah SWT dan
bersama Rasulullah SAW.
Jakarta, 5 Maret 2018
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ....................................... 10
1. Batasan Masalah........................................................ 10
2. Rumusan Masalah ..................................................... 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................... 10
1. Tujuan Penelitian ...................................................... 10
2. Manfaat Penelitian .................................................... 11
a. Manfaat Akademik .............................................. 11
b. Manfaat Praktisi .................................................. 11
D. Metodologi Penelitian ..................................................... 11
1. Pendekatan Penelitian ............................................... 11
2. Subjek dan Objek ...................................................... 12
3. Jenis Penelitian .......................................................... 13
4. Teknik Pengumpulan Data ........................................ 13
5. Teknik Analisis Data ................................................. 17
6. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................... 17
E. Teknik Penulisan ............................................................. 18
F. Tinjauan Pustaka ............................................................. 18
G. Sistematika Penulisan ..................................................... 19
vii
BAB II LANDASAN TEORI ................................................... 21
A. Strategi ............................................................................ 21
1. Pengertian Strategi .................................................... 21
2. Ciri - Ciri Strategi ..................................................... 26
3. Fungsi Strategi .......................................................... 27
4. Kategori Strategi ....................................................... 28
5. Tahapan - Tahapan Strategi ..................................... 28
6. Faktor – Faktor Strategi ............................................ 33
B. Partisipasi ........................................................................ 33
1. Pengertian Partisipasi ................................................ 33
2. Tujuan Partisipasi ...................................................... 36
3. Tingkatan Partisipasi ................................................. 37
4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi ...... 38
5. Tahapan Partisipasi ................................................... 39
6. Jenis Partisipasi ......................................................... 41
C. Pembinaan Manasik Haji ................................................ 42
1. Pengertian Manasik Haji ........................................... 42
2. Strategi Pembinaa Manasik Haji ............................... 44
3. Fungsi dan Tujuan Manasik Haji .............................. 48
4. Aspek Manasik Haji .................................................. 49
5. Pembinaan Haji Kabupaten/Kota .............................. 54
BAB III GAMBARAN UMUM................................................ 58
A. Sejarah Singkat dan Perkembangannya .......................... 58
B. Visi dan Misi .................................................................. 61
C. Tugas Pokok dan Fungsi ................................................. 64
viii
D. Struktur dan Tata Kerja Kantor Kementrian Agama Kota
Pontianak ......................................................................... 66
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA ... 69
A. Strategi Pembinaan Kantor Kementrian Agama Kota
Pontianak dalam Meningkatkan Partisipasi Jamaah
Mengikuti Manasik Haji ................................................. 69
1. Man (Sumber Daya Manusia) ................................... 70
2. Money (Biaya) ........................................................... 73
3. Materials (Bahan - Bahan) ........................................ 74
4. Market (Pasar) .......................................................... 81
5. Methode (Metode) ..................................................... 82
B. Penyelenggaraan Manasik Haji Kantor Kementrian Agama
Kota Pontianak Tahun Keberangkatan 2017................... 88
1. Perencanaan .............................................................. 89
2. Pelaporan dan Evaluasi Kerja .................................. 95
BAB V PENUTUP .........................................................................
A. Kesimpulan ..................................................................... 97
B. Saran ................................................................................ 98
DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 99
LAMPIRAN ............................................................................. 106
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ibadah haji merupakan ibadah yang paling unik di
antara ibadah – ibadah lain dalam Islam. Keunikan itu
tampak jelas pada tata caranya yang mungkin tidak lazim
dalam ritual ibadah lainnya. Selain ritual doa, yang lazim
ada dalam ajaran agama Islam, dalam ibadah haji pun ada
ritual unik lain seperti berlari-lari kecil dan melempar batu.
Ibadah haji merupakan salah satu jenis ibadah
mahdhoh yang tatacara pelaksanannya dianggap paling
rumit, tidak sebagaimana ibadah – ibadah mahdhoh
lainnya. Pelaksanaan ibadah haji juga membutuhkan segala
bentuk kemampuan yang berkaitan dengan persiapan fisik,
non fisik, mental, kesadaran diri, semangat keagamaan,
ketulusan hati, perjuangan dan pengorbanan. Oleh karena
itu, pelaksanaan ibadah haji memiliki perbedaan yang
sangat signifikan dibanding dengan keempat rukun Islam
lainnya.1 Pengorbanan yang jelas tampak ialah ketika para
calon jamaah haji ini harus menunggu waktu yang cukup
lama, jarak yang cukup jauh, dan tentunya dengan biaya
yang tidak sedikit pula. Bahkan di Indonesia untuk
berangkat haji, seseorang harus menunggu waktu
keberangkatan hingga bertahun-tahun.
1 M. Shaleh Putuheba, Histografi Haji Indonesia, (Yogyakarta: PT.
LKIS Pelangi Aksara Yogyakarta, 2007), h. 5
2
Pijakan umat Islam dalam melaksanakan ibadah
berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits yang mengatur
segala hukum peribadatan Islam. Ibadah haji merupakan
salah satu rukun Islam yang wajib ditunaikan oleh setiap
muslim, baik laki – laki maupun perempuan, bila sudah
mampu.2
Sebagaimana yang termaktub dalam Al-Qur’an
Surah Al-Baqarah ayat 197:
ت فمن فرض فيهن ٱلحج فل رفث ول فسوق علوم ٱلحج أشهر م
دوا فإن ول جدال في ٱلحج وما تفع وتزو لوا من خير يعلمه ٱلل
ب أولي ٱللب وٱتقون ي اد ٱلتقوى )١٩٧(خير ٱلز
Artinya:
(Musim) haji adalah beberapa bulan yang
dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam
bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats,
berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa
mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa
kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan
sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan
bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.
(QS. Al-Baqarah: 197)3
2 H.M. Isa Mansur, Upaya Menggapai Haji Mabrur, (Kudus: menara
Kudus, 1997), h. 1 3 Sumber dari Al-Qur’an
3
Ada beberapa riwayat yang menjelaskan tentang
ashbab al-nuzul yang masih berkaitan dengan ayat diatas,
disebutkan dalam hadits yang dikeluarkan oleh ‘Abd ibn
Hamid, Bukhari, Abu Dawud, Nasa’i, Ibn al-Mundzir, Ibn
Hibban, dan Baihaqi (dalam sunannya), diriwayatkan dari
Ibn Abbas, ia berkata: “Pernah ada sekelompok penduduk
Yaman yang berhaji sedangkan mereka tak membawa
bekal, dan mereka hanya berkata: “Kami Adalah orang –
orang yang tawakkal” Kemudian mereka dikenai (bekal),
sehingga akhirnya mereka meminta – minta, maka Allah
menurunkan ayat: watazawwadu fa inna khair al-zadi al-
taqwa.4
Kewajiban berhaji juga disampaikan oleh Rasulullah
SAW dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas
ra.,
عن ابن عباس رضي هللا عنه قل:خطبنا رسول هللا صلى
ج فقام القرع الح هللا عليه وسلم فقل: )ان هللا كتب عليكم
ابس فقل:أفي كل عام يا رسول هللا؟ قل: لو قلتها بن خ
ع( رواه الخمسة، لوجبت، ة، فما زاد فهوتطو الحج مر
. غيرالت رمذي
Artinya:
4 Abu al-Fida Ismail Ibn Katsir al-Damasyqi, Tafsir al-Quran al-Azim
(Kairo: Maktabah Aulad al-Syaikh li al-Turats, 1421 H/2000m) cet. 1, j. II, h.
248. Lihat pula; Jalal al-Din al-Turki (Kairo: Markaz. Hijr li al-Buhuts wa al-
Dirasat al-Arabiyyah wa al-Islamiyyah, 1424H/2003M) cet. 1, j. II, h. 390.
4
Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata: “Rasulullah SAW
berkhutbah dihadapan kami, seraya beliau bersabda:
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kamu menunaikan
haji.” Maka berdirilah al-Aqra’ bin Khabis seraya
berkata: “ apakah dalam setiap tahun, wahai Rasulullah?”
Beliau bersabda: “Seandainya aku mengatakannya, ia
menjadi wajib. Kewajiban haji sekali selebihnya adalah
sunat.” (HR. Imam lima selain Tirmidzi/Bulughul Maram:
741)5
Dengan jumlah pemeluk agama Islam terbesar
didunia maka wajar pula jumlah jama’ah haji Indonesia
mencapai 210 ribu tiap tahunnya, jumlah ini merupakan
yang terbesar dibanding negara-negara lainnya. Dari
banyaknya jumlah tersebut tentu berbagai macam latar
belakang setiap jama’ah dari segi ekonomi, pendidikan,
dan budaya yang berbeda. Oleh karena itu dengan
kebijakan dan legalitas pemerintah Indonesia dalam hal ini
Kementrian Agama senantiasa berusaha meningkatkan
pelayanan dan pemenuhan kebutuhan jama’ah haji
Indonesia dari tahun ke tahun, sekaligus ikut mendorong
partisipasi masyarakat meningkatkan kualitas ibadah
hajinya sebagaimana yang dituntunkan oleh syari’at.6
5 Ahmad Muhammad Yusuf, Ensiklopedi Tematis Ayat Al-Qur’an &
Hadits, (Jakarta: Widya Cahaya, 2009), h. 364. 6 Muhammad Ilyas Abdul Ghani, sambutan Menteri Agama RI, Prof.
Dr. H. Said Agil Husin Al-Munawar, MA, buku Sejarah Mekah, (Madinah: Al-
Rasheed Printers, 2003), cet ke II, h. 8
5
Profil jamaah haji Indonesia sangat beragam
kebanyakan mereka baru pertama kali menunaikan ibadah
haji. Namun disisi lain, kondisi Arab Saudi sangat berbeda
dengan tanah air, terutama terkait sosial budaya, alam, dan
bahasanya. Dalam penyelenggaraan haji tiap tahun selalu
ditemukan berbagai hal yang menjadi ajang pujian dan
kritik berbagai kalangan yang disampaikan secara lisan
maupun tertulis, wacana selalu muncul kepermukaan
sebagian besar adalah ketidakpuasan terhadap pelayanan
penyelenggaraan haji yang dilaksanakan oleh pemerintah
walaupun disisi lain pemerintah terus berinovasi dan
penyempurnaan di berbagai aspek baik manajerial, sumber
daya manusia, pola operasional, diversifikasi angkutan,
diversifikasi pemondokan dan memberikan kesempatan
yang lebih luas kepada masyarakat untuk berperan serta
dalam penyelenggaraan haji.7
Penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas
nasional dan menjadi tanggungjawab pemerintah dibawah
koordinasi Menteri Agama, dalam teknis pelaksanaannya
diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah.8
Penyelanggaraan ibadah haji di Indonesia ini
dilaksanakan oleh pemerintah atas amanat Undang –
7 Achmad Nidjam dan Alatief Hanan, Manajemen Haji : Studi kasus
dan Telaah Implementasi Knowledge Workers, , (Jakarta : Zikrul Hakim,
2001) 8 Kementrian Agama RI, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji
dan Umrah, Deasin Program, (Jakarta, 2010), h. 13
6
Undang RI Nomor 13 Tahun 2008 dan Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 79 tahun 2012.9 Pada Undang –
Undang RI Nomor 13 pasal 6 menyebutkan bahwa mulai
dari pendaftaran sampai pada pemulangan jamaah haji.
Dibentuknya adalah sebagai upaya penyempurnaan sistem
dan manajemen penyelenggaraan ibadah haji oleh
pemerintah agar pelaksanaannya dapat lebih aman, tertib,
dan lancar, dengan menjunjung tinggi sistem keadilan,
transparansi dan akuntabilitas publik.10 Juga
mengamanatkan bahwa pemerintah dalam hal ini
Kementrian Agama RI, berkewajiban melakukan
pembinaan, pelayanan, dan perlindungan dengan
menyediakan pelayanan administrasi, bimbingan ibadah
haji, akomodasi, transportasi, pelayanan kesehatan,
keamanan, dan hal – hal lain yang diperlukan oleh calon
jamaah haji.11
Dalam pasal 29 juga dijelaskan poin pertama dalam
rangka pembinaan ibadah haji, menteri menetapkan
mekanisme dan prosedur pembinaan ibadah haji pedoman
pembinaan, tuntunan manasik, dan panduan perjalanan.
dan poin kedua yaitu pembinaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan tanpa memungut biaya tambahan
dari jamaah diluar BPH yang ditetapkan. sebagaimana
9 H. Ahmad Kartono, Solusi Hukum dalam Permasalahan Ibadah
Haji, (Jakarta: T.pn, 2015) h.11 10 Undang – Undang RI Nomor 13 Tahun 2008 Tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji 11 Kementrian Agama, Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Ibadah Haji
2011, h. 3
7
dijelaskan pada pasal 30 poin pertama dalam rangka
pembinaan ibadah haji, masyarakat dapat memberikan
bimbingan ibadah haji, baik dilakukan secara persorangan
maupun dengan membentuk kelompok bimbingan. poin
kedua ketentuan lebih lanjut mengenai bimbingan haji oleh
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan peraturan menteri.12
Dalam upaya memperbaiki kualitas pelayanan ibadah
haji, Kementrian Agama (Kemenag) telah melakukan
peningkatan pada manasik haji. Manasik haji merupakan
komponen penting dalan pelaksanaan ritual ibadah haji,
karena manasik haji merupakan salah satu penentu sah atau
tidaknya suatu ibadah haji. Bimbingan manasik haji
tersebut berupa pemberian pengetahuan tentang tatacara
pelaksanaan ibadah haji yang sesuai tuntunan agama, juga
agar calon jamaah haji lebih siap dan mandiri dalam
menunaikan ibadah haji sehingga mendapat predikat
sebagai haji yang mabrur.
Pembinaan dalam penyelenggaraan ibadah haji
adalah program pemerintah dalam mengatur dan
mengarahkan calon jamaah haji agar dapat memiliki bekal
yang cukup pada sebelum, ketika dan setelah pelaksanaan
haji.
Namun kenyataan yang terjadi, masih banyak
ditemukan jamaah yang tidak mengikuti kegiatan
12 Kementrian Agama RI, Data dan Profil Penyelenggaraan Ibadah
Haji Khusus
8
bimbingan manasik haji ini, tentu akan berdampak kepada
jamaah haji itu sendiri baik kegiatan yang tidak terlaksana
dengan benar bahkan sampai pada hal – hal yang tidak
diinginkan. Berbagai macam alasan jamaah yang tidak
mengikuti mengikuti kegiatan bimbingan manasik haji
yang diberikan oleh pemeintah. Pada tahun 2016 jumlah
pertemuan pembinaan jamaah haji adalah sebanyak
delapan kali pertemuan, enam kali bimbingan di KUA
Kecamatan dan dua kali di Kabupaten/Kota.13
Berkaca dari kenyataan yang terjadi bahwa calon
jamaah haji Kota Pontianak sebelum tahun 2017 sangat
kurang antusias dalam mengikuti kegiatan manasik haji,
pada musim haji tahun 2015 sempat terjadi insiden yang
menyebabkan beberapa jamaah asal Indonesia khususnya
Kalimantan Barat menjadi korban insiden Mina dan jumlah
tersebut tidak sedikit, memang tidak dapat dikatakan
penyebabnya kejadian tersebut dikarenakan tidak ikut
sertanya jamaah tersebut dalam mengikuti kegiatan
manasik haji, namun yang untuk salah satu penyebab yang
bisa diangkat ialah kurangnya pemahaman tentang
pelaksanaan melontar jumrah, yang dimana pengetahuan
tersebut didapat pada kegiatan manasik haji.
Dari jumlah pertemuan tersebut belum mampu
memberikan pemahaman mendalam kepada jamaah terkait
13 Keputusan Dirjen Penyelenggaraan Haji Umrah tahun 2015 Nomor
D/222/2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Manasik Haji oleh
Kementrian Agama Kabupaten / Kota dan KUA Kecamatan
9
pelaksanaan kegiatan ibadah haji maupun informasi
lainnya hal ini disampaikan dari jamaah yang sudah
mengikuti setiap kegiatan bimbingan manasik haji, karena
ketika berada di tanah suci banyak jamaah yang tidak
mampu mengingat pelajaran yang diberikan ketika
bimbingan manasik haji, apatah lagi bagi jamaah yang
belum mengikuti atau bahkan yang tidak mengikuti
kegiatan bimbingan manasik haji tersebut apakah mampu
membantu jamaah agar melaksanakan segala runtutan
kegiatan manasik haji.
Inilah yang menjadi tantangan untuk Kantor
Kementrian Agama Kota Pontianak dalam menyikapi
permasalahan ini, bagaimana strategi agar para calon
jamaah mengikuti segala kegiatan pelaksanaan ibadah haji
tahun berangkat agar menjadi baik dan sempurna disegala
macam aspek – aspeknya. Dengan jumlah pertemuan yang
hanya delapan kali tersebut penulis tertarik untuk meneliti
bagaimana strategi yang digunakan Kantor Kementrian
Agama Kota Pontianak dalam meningkatkan partisipasi
jamaah dalam mengikuti kegiatan bimbingan manasik haji
ini guna memberikan pembinaan kepada calon jamaah haji
pada tahun keberangkatan 2017, penulis jadikan sebagai
bahan sekaligus objek skripsi dengan judul “STRATEGI
PEMBINAAN KANTOR KEMENTRIAN AGAMA
KOTA PONTIANAK DALAM MENINGKATKAN
PARTISIPASI JAMAAH MENGIKUTI MANASIK
HAJI TAHUN KEBERANGKATAN 2017”
10
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Batasan masalah adalah usaha untuk menetapkan
batasan – batasan dari masalah penelitian yang akan
diteliti. Batasan masalah ini berfungsi untuk
menentukan faktor mana saja dan apa saja yang akan
masuk dalam ruang lingkup penelitian. Pembatasan ini
dilakukan agar terhindar dari perluasan pembahasan
yang tidak ada kaitannya dengan masalah yang akan
diteliti tentang Strategi Pembinaan Kantor Kementrian
Agama Kota Pontianak Meningkatkan Partisipasi
Jamaah Dalam Mengikuti Manasik Haji Tahun
Keberangkatan 2017.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, makan
penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana strategi pembinaan kantor Kementrian
Agama Kota Pontianak meningkatkan partisipasi
jamaah dalam mengikuti manasik haji tahun
keberangkatan 2017?
b. Bagaimana pelaksanaan penyelenggaraan
bimbingan manasik haji Kementrian Agama Kota
Pontianak?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk menjelaskan strategi yang digunakan Kantor
Kementrian Agama Kota Pontianak dalam
11
meningkatkan partisipasi jamaah mengikuti
bimbingan manasik haji.
b. Untuk menjelaskan penyelenggaraan bimbingan
manasik haji yang dilaksanakan pada Kantor
Kementrian Agama Kota Pontianak.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Agar apa yang dilakukan oleh Kantor Kementrian
Agama Kota Pontianak dapat bermanfaat secara
akademis bahwa tahapan tahapan strategi yang
digunakan mampu meningkatkan jumlah
partisipasi jamaah dalam mengikuti kegiatan
manasik haji.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini penulis berharap dapat memberikan
pengetahuan kepada calon jamaah haji Kota
Pontianak akan pentingnya dan dibutuhkannya
manasik haji terhadap pelaksanaan ibadah haji baik
dari tata cara ibadah, pelayanan kesehatan, dan
kondisi Arab Saudi.
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang
menghasilkan data deskriptif, berupa data – data
tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilau yang
12
diamati. metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postposotivisme, digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci, pengambilan sample sumber data dilakukan
secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan
dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.14 Dengan
memilih metode ini penulis berharap mendapatkan
data – data yang akurat dan lengkap tentang strategi
peningkatan partisipasi bimbingan manasik haji Kota
Pontianak tahun keberangkatan 2017.
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek dalam penelitian ini adalah orang atau
sekelompok orang Kantor Kementrian Agama
Kota Pontianak yang dimana mereka terdiri dari
pegawai yang dapat dijadikan sebagai informasi
penelitian ini.
b. Objek penelitian ini adalah strategi pembinaan
Kementrian Agama Kota Pontianak dalam
meningkatkan partisipasi jamaah mengkuti
manasik haji di Kota Pontianak.
14 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, (Bandung ; Alfabeta, 2013), h. 15
13
3. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai penulis adalah
jenis penelitian deskriptif yang mengacu pada data
yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, buku,
dan angka-angka. Selain itu jenis penelitian yang
diperlukan untuk membantu menyelesaikan penelitian
ini berupa studi pustaka dan riset lapangan.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk kepentingan penelitian ini, teknik
pengumpulan data dilakukan sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan
yang sistematis terhadap gejala – gejala yang
diteliti.15 Penulis mengadakan pengamatan secara
langsung mengenai obyek penelitian melalui
pengamatan dan penelitian dengan sistematika dari
pemilihan data, pencatatan dan sebagainya dengan
maksud memperoleh gambaran yang jelas
mengenai kejadian atau peristiwa yang terjadi di
Kemenag Kota Pontianak tentunya yang berkaitan
dengan pembahasan skripsi ini. Pada penelitian ini
penulis bertindak sebagai penonton saja tidak
berperan aktif atau tergabung dalam kehidupan
orang yang diobservasi tersebut dan secara terpisah
15 Husaini Usman dan Purnomo Akbar Setiady, Metodologi Penelitian
Sosial, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), h. 53
14
dan tanpa harus terjun langsung ke lapangan
(Margono, 2005 : 161-162).16
b. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data
dengan menggunakan tanya jawab sepihak yang
dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan
dengan tujuan penelitian.17
Wawancara juga disebut sebagai kegiatan
tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara
langsung, untuk mendapatkan data dari tangan
pertama sebagai pelengkap pengumpulan data
lainnya. Pewawancara disebut interviewer
sedangkan yang diwawancarai disebut
interviewee.18
Metode wawancara ini memiliki 3 macam
tipe, yaitu sebagai berikut:
1) Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur ini biasanya
dilakukan oleh peneliti dengan cara
mempersiapkan bahan pertanyaan terlebih
dahulu. Kelemahan jenis wawancara ini adalah
16 www.sarjanaku.com/2013/01/metode-pengumpulan-data-
teknik.html?m=1 (Metode Pengumpulan Data artikel diakses 31 Maret 2018) 17 Sutrisno Hadi, Metode Research III, (yogyakarta: Yayasan
Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1984), h. 193 18 Husaini Usman dan Purnomo Akbar Setiady, Metodologi Penelitian
Sosial, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), h. 55
15
biasanya penulis bagitu terikat dengan
pertanyaan – pertanyaan yang dibuatnya.19
2) Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur bersifat
lebih luwes dan terbuka, pelaksanaannya lebih
bebas karena dalam melakukan wawancara
dilakukan secara ilmiah untuk menggali ide dan
gagasan informan secara terbuka dan tidak
menggunakan pedoman wawancara (Sugioni,
2006: 233).20
3) Wawancara Semi Terstruktur
Wawancara semi terstruktur adalah
kompromi antara wawancara terstruktur dan
tidak terstruktur. Pewawancara sudah
menyiapkan topik dan daftar pertanyaan
pemandu wawancara sebelum aktivitas
wawancara dilakukan.21
Dalam metode ini penulis menggunakan
wawancara semi terstruktur, dengan diawali dengan
meminta waktu untuk melakukan wawancara
kepada para pegawai di Kantor Kementrian Agama
Kota Pontianak, untuk mengetahui proses
pembinaan yang diberikan kepada calon jamaah
19 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2009) h. 107 20 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013) h. 163 21 Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Indeks, 2012) h. 36
16
haji. Kemudian kepada Kepala KUA Kecamatan
yaitu Kecamatan Pontianak Kota, dan jamaah calon
haji.
Metode ini dilakukan oleh peneliti dengan
cara meminta informasi atau menggali informasi
baik secara langsung maupun tidak langsung
kepada responden (orang yang diwawancara atau
yang dimintai informasi) dari pihak Kantor
Kementrian Agama Kota Pontianak dan beberapa
pihak yang terkait.
c. Telaah Dokumen
Dokumentasi adalah pengambilan data yang
diperoleh melalui dokumen seperti data-data, arsip-
arsip, gambar-gambar ataupun bentuk lainnya.22
Dokumentasi merupakan bagian dimana peneliti
meminta data kepada lembaga yang diteliti yakni
Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak sesuai
dengan judul yang dibahas. Dalam kaidah
metodologi penelitian, menurut cara perolehannya
sumber data dibagi menjadi dua, yakni data primer
dan data sekunder. Data primer adalah data yang
diperoleh secara langsung dari objek penelitian
perorangan, kelompok atau organisasi. Sedangkan
data sekunder merupakan data yang diperoleh
dalam bentuk yang sudah jadi atau tersedia melalui
22 Husaini Usman dan Purnomo Akbar Setiady, Metodologi Penelitian
Sosial......h. 57
17
publikasi dan informasi yang dikeluarkan berbagai
organisasi atau perusahaan.23
5. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Patton, adalah proses
mengatur uraian data, mengorganisasikannya kedalam
suatu pola, kategori dan suatu uraian dasar.24 Dalam
hal ini penulis menggunakan analisis deskriptif
interpretative yaitu penulis mencoba memaparkan
semua data informasi yang diperoleh, kemudian
menganalisa setiap data dan fakta yang ditemukan
lebih dekat, mendalam, mengakar dan menyeluruh
serta menggambarkan objek penelitian dengan apa
yang ada sesuai dengan kenyataan.
6. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Kementrian
Agama Kota Pontianak, Jl. Zainuddin, Kecamatan
Pontianak Kota, Kota Pontianak, Kalimantan Barat
78243. Adapun alasan dan pertimbangan penulis
dalam memilih lokasi penelitian adalah sebagai
berikut:
23 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Publik Relations dan Komunikasi,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 29-30 24 Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1993), h. 103.
18
a. Lembaga tersebut terjangkau bagi penulis serta
mempermudah penulis dalam melakukan
penelitian.
b. Pihak Kementrian Agama menyediakan sarana
bagi penulis dan memberikan data dan informasi
dengan baik dan benar.
Dalam penelitian ini penulis membatasi waktu
penelitian pada bulan September - Desember 2017.
E. Teknis Penulisan
Adapun teknik penulisan yang dijadikan pedoman
dalam menulis metode penulisan skripsi ini, penulis
menggunakan buku pedoman penulisan skripsi, tesis,
disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam beberapa skripsi yang penulis baca, banyak
pendapat yang harus diperhatikan dan menjadi
pertimbangan selanjutnya, penulis akhirnya menemukan
beberapa skripsi yang memberikan inspirasi yang
mendasari dilakukannya penelitian ini, diantaranya;
a. Muhammad ‘Antar Musallam, “ Evaluasi
Penyelenggaraan Pelatihan Manasik Haji pada
Calon Jamaah Haji Kantor Kementerian Agama
Jakarta Selatan pada tahun 2014”, karya ilmiah ini
berisi tentang evaluasi penyelenggaraan pelatihan
manasik haji yang dilakukan oleh kantor
19
Kementerian Agama Jakarta Selatan pada tahun
2014.
b. Farhan Setiadi, “Strategi Promosi PT Lintas
Iskandaria Tour And Travel Dalam
Meningkatkan Penjualan Produk Visa Umroh”,
karya ilmiah ini berisi tentang strategi yang
digunakan PT Lintas Iskandaria dalam meningkatkan
penjualan produk visa umroh.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada karya ilmiah skripsi ini
terdiri dari lima (5) BAB Hal ini dilakukan untuk
mempermudah jalannya penulisan. Penyusunannya
sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Membahas Tentang Latar Belakang Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan
dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka,
Metodologi Penelitian dan Sistematika
Penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Dalam bab ini meliputi teori strategi dan
partisipasi (pengertian strategi, tahapan –
tahapan strategi, pengertian partisipasi),
bimbingan manasik haji (pengertian bimbingan
manasik haji, fungsi bimbingan manasik haji,
dan tujuan bimbingan manasik haji).
20
BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG
KEMENTRAIAN AGAMA KOTA
PONTIANAK
Membahas gambaran umum tentang sejarah
berdirinya Kantor Kementrian Agama Kota
Pontianak, Visi, Misi, Struktur Organisasi
Kemenag Kota Pontianak, Program Pembinaan
Bimbingan Manasik Haji.
BAB IV : ANALISA HASIL PENELITIAN
Yaitu membahas tentang hasil penelitian tentang
Strategi Pembinaan Kemenag Kota Pontianak
dalam meningkatkan partisipasi jamaah
mengikuti kegiatan manasik haji, dan Proses
pelaksanaan bimbingan manasik haji yang
dilaksanakan oleh Kementrian Agama Kota
Pontianak tahun keberangkatan 2017
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini merupakan isi tentang kesimpulan
berdasarkan hasil dari pelaksanaan penelitian,
dan saran – saran dari uraian pembahasan bab
sebelumnya serta penulis juga tidak lupa
memasukkan daftar pustaka dan lampiran –
lampiran.
21
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Agar mengetahui pengertian strategi lebih jauh
lagi penulis memberikan pengertian melalui dua
perspektif yaitu: pertama perspektif etimologi dan yang
kedua perspektif terminologi
a. Perspektif Etimologi
Istilah strategi bersal dari bahasa Yunani
strategia (stratos yang berarti militer dan ag yang
berarti memimpin maka dapat diartikan sebagai
”the art of the general” atau seni seorang panglima
yang biasanya digunakan dalam peperangan.
Konsep ini relevan dengan situasi pada zaman
dahulu yang sering diwarnai perang dimana jendral
dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatan
perang.1 Oleh karena itu pengertian yang paling
umum dan tua tentang istilah strategi selalu
dikaitkan dengan pekerjaan para jendral dalam
peperangan. Hal ini terlihat dari apa yang dimuat
dalam oxford pocket dictionary “Strategi adalah
seni perang, khususnya perencanaan gerakan
pasukan, kapal dan sebagainya menuju posisi yang
1 Hendrawan Supratikno, Advanced Strategic Management: Back to
Basic Approach, (Jakarta: PT. Gravindo Utama, 2003), h. 19
22
layak”. Rencana tindakan atau kebijakan dalam
bisnis atau politik dan sebagainya”.
Seiring berkembangnya penggunaan kata strategi
dalam manajemen atau suatu organisasi diartikan
sebagai kiat, cara atau taktik utama yang
dirancang secara sistematik dalam melaksanakan
fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategi
organisasi.2
b. Perspektif Terminologi
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai
strategi penulis memaparkan sejumlah para pakar
mengenai pengertian strategi, diantaranya:
1) Menurut Hamel dan Prahalad, mereka
mendefinisikan strategi yang terjemahannya
sebagai berikut :
”Strategi merupakan tindakan yang bersifat
incremental (senantiasa meningkat) dan terus
menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut
pandang tentang apa yang diharapkan oleh para
pelanggan di masa depan. Dengan demikian,
strategi hampir dimulai dari apa yang terjadi.3
2) Menurut Chaldler yang dikutip Supriyono,
strategi adalah penentuan dasar goals jangka
2 Hadari Nawawi, Manajemen Strategi Non Profit Bidang
Pemerintahan Dengan Ilustrasi Dibidang Pendidikan, (Yogyakarta: Gajah
Mada Universitas Press, 2006), Cet ke-1, h.147 3 Husein Umar, Strategic Management in Action (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 31
23
panjang dan tujuan perusahaan serta pemakaian
cara-cara bertindak dan alokasi sumber-sumber
yang diperlukan4
3) Menurut Prof. Dr. Onong Uchyana Efendi,
MA., strategi pada hakikatnya adalah
perencanaan (planning) dan manajemen untuk
mencapai tujuan tersebut, strategi tidak
berfungsi sebagai peta jalan yang hanya
memberi arah saja, melainkan harus mampu
menunjukkan bagaimana taktik
operasionalnya.5
4) Menurut Gerry Johnson dan Kevan Schools
dalam bukunya Exploring Strategy
mendefinisikan strategi sebagai arah dan
cakupan jangka panjang organisasi untuk
mendapatkan keunggulan melalui konfigurasi
sumberdaya dalam lingkungan yang berubah
untuk mencapai kebutuhan pasar dan memenuhi
harapan peamangku kepentingan
(Stakeholder).6
4 Supriyono, Manajemen Strategi dan Kebijaksanaan Bisnis
(Yogyakarta: BPFE, 1986) h. 9 5 Onong Uchyana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1992), cet. Ke-4, h. 32 6 Jemsly Hutabarat dan Martani Huseini, Strategi : Pendekatan
Komprehensif dan Terintegrasi “Strategic Excellence” dan “Operational
Excellence” Secara Simultan (Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia, 2012)
hal. 14
24
5) Menurut Prof. Dr. A.M. Kardiman, strategi
adalah penentuan tujuan utama dan berjangka
dan sasaran dari suatu perusahaan atau
organisasi serta pemilihn cara-cara bertindak
dan mengalokasikan sumber daya yang
diperlukan untuk mewujudkan tujuan tersebut.
Jadi strategi menyangkut soal pengaturan
berbagai sumber daya yang dimiliki perusahaan
agar dalam jangka panjang tidak kalah
bersaing.7
6) Menurut M. Bahri Ghazali, M.A dalam bukunya
mengatakan strategi adalah langkah-langkah
operasional dalam menuju terlaksananya suatu
kegiatan yang merupakan taktik untuk
mencapai suatu tujuan dari kegiatan.
Pelaksanaan dakwah dapat dilaksanakan
melalui modifikasi kegiatan dakwah sesuai
dengan situasi dan kondisi lingkungan dakwah
tersebut.8
7) Menurut Minzberg dan Waters (1983), strategi
adalah pola umum tentang keputusan atau
tindakan (Strategic are realized as patterns in
stream of decisions or action). Hardy, Langley,
dan Rose dalam Sudjana (1986)
7 A.M. Kardiman, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: PT.
Pronhalindo, t.t madrie), h. 58 8 M. Bahri Ghazali. Dakwah Komunikatif: Membangun Karakter Ilmu
Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), cet 1, h. 21.
25
Mengemukakan strategi dipahami sebagai
rencana atau kehendak yang mendahului dan
mengendalikan kegiatan (Strategies is
perceived as a plan or a set of explicit intentio
proceeding and controlong action)9
8) Menurut Asmuni Syukir, bahwa strategi dalam
ilmu dakwah adalah sebagai metode, siasat, dan
taktik yang digunakan dalam proses kegiatan
dakwah.10
9) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) edisi ketiga, Strategi adalah ilmu dan
seni menggunakan sumber daya bangsa untuk
melaksanakan kebijaksanaan tertentu di perang
dan damai.11
Setelah penulis menyimak beberapa
pengertian strategi menurut ahli diatas, penulis
menggunakan pengertian strategi menurut Prof. Dr.
Onong Uchyana Efendi, MA., yang mengatakan
bahwa srategi pada hakikatnya adalah perencanaan
(Planning), dan manajemen untuk mencapai tujuan
tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta
jalanyang hanya memberikan arah saja, melainkan
harus mampu menunjukkan bagaimana taktik
9 Abdul Majid, M.Pd., Strategi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, cet 3 2014) hal. 3. 10 Asmuni Syukir, Dasar – Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya:
Al Ikhlas, 1995), hal. 32 11 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: PT Balai
Pustaka, cet 3, 2005), hal. 1092.
26
operasionalnya. Jika dihubungkan dengan judul
penulis yang lebih ke strategi peningkatan maka
pengertian tersebut selaras dengan maksud penelitian
ini, yaitu untuk mengetahui apa langkah – langkah
yang direncanakan dan dilaksanakan oleh Kemenag
Kota Pontianak dalam mencapai tujuan yakni tingkat
partisipasi jamaah dalam kegiatan bimbingan manasik
haji yang dimulai dari perencanaan yang dilakukan
serta manajemen untuk mencapai tujuan tersebut.
2. Ciri – Ciri Strategi
Robert H. Hayes dan Steven C. Wheelwright telah
mendifinisikan beberapa ciri utama strategi yang
mebedakannya dari jenis perencanaan umumnya
yaitu:
a) Wawasan Waktu (Time Horizon)
Pada umumnya kata strategi dipergunakan
untuk menggambarkan kegiatan yang meliputi
cakrawala waktu yang jauh didepan, yaitu
waktu yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan tersebut dan juga waktu yang
dipergunakan untuk mengamati dampaknya.
b) Dampak (Impact)
Dampak sangat berarti yang dapat dilihat dari
hasil akhir.
c) Perumusan Upaya (Concerfation of effort)
Sebuah strategi yang efektif biasanya
mengharuskan pemusatan kegiatan, upaya,
27
atau perhatian terhadap rentang sasaran yang
sempit dengan memfokuskan perhatian pada
kegiatan yang dipilih.
d) Pola Keputusan (Patern of decisions)
Walaupun sebagian perusahaan hanya perlu
mengambil sejumlah kecil keputusan utama
untuk menerapkan strategi yang pilihannya,
kebanyakan strategi mensyaratkan bawa
sederetan keputusan tertentu diambil
sepanjang waktu.
e) Peresapan (Persasiveness)
Sebuah strategi mencakup suatu spektrum
kegiatan yang luas mulai dar proses sumber
daya sampai dengan operasi harian,
konsistensi sepanjang waktu dalam kegiatan –
kegiatan ini mengharuskan semua tingkatan
perusahaan bertindak secara naluri dengan
cara – cara yang akan memperkuat strategi.12
3. Fungsi Strategi
Strategi memiliki dua fungsi yaitu pertaa
degan menyebarluaskan pesan komunikasi yang
bersifat informasi, persuasif, dan istruktif secara
sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil
yang ptimal, keuda menjembatani ”cultural gap”
12 www.fourseasonnews.com/2012/06//ciri-ciri-strategi.html Andy,
“Ciri – ciri Strategi”, diakses 31 Maret, dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.
28
yaitu kondisi yang terjadi akibat kemudahan
diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya
media yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan
merusak nilai – nilai yang dibangun.13
4. Kategori Strategi
Mintzberg (1991) membagi strategi sebagai
sebuah pola kedalam lima kategori yaitu: strategi
yang direncanakan perusahaan melalui proses
perencanaan (Intended Strategy) yang diterjemahkan
kedalam suatu tindakan strategi yang disengaja
(Delibarate Strategy) dan sering kali berubah menjadi
strategi yang tidak dapat direalisasikan (Unrealized
Strategy) akibat terjadinya perubahan lingkungan
perusahaan. Sebaiknya strategi yang tidak
dimaksudkan sebelumnya dapat muncul menjadi
alternatif strategi (Emerging Strategy) yang apabila
diimplementasikan perusahaan dapat menjadi strategi
yang dapat direalisasikan (Realized Strategy).14
5. Tahapan-Tahapan Strategi
Perumusan strategi ada tahapan-tahapan yang
harus ditempuh, yaitu:
a. Pengamatan Lingkungan
Pengamatan lingkungan adalah pemantauan,
pengevaluasian dan penyebaran informasi dari
13 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 33. 14 Ismail Solihin, Manajemen Strategik, (Jakarta: Erlangga, 2016), h.
26.
29
lingkungan eksternal kepada orang – orang kunci
dalam perusahaan. Pengamatan lingkungan
merupakan alat manajemen untuk menghindari
kejutan strategis dan memastikan kesehatan
manajemen dalam jangka panjang.15
b. Perumusan Strategi
Perumusan Strategi adalah pengembangan
rencana jangka panjang untuk manajemen efektif
dari kesempatan dan ancaman lingkungan, dilihat
dari kekuatan dan kelemahan perusahaan,
menentukan misi perusahaan, menentukan tujuan
– tujuan yang dapat dicapai, pengembangan
strategi dan penetapan pedoman kebijakan.16
1) Menentukan misi
Misi organisasi adalah tujuan dan alasan
mengapa organisasi hidup. Misi yang disusun
dengan baik mendefinisikan tujuan mendasar
dan unik yang membedakan suatu perusahaan
dengan perusahaan lain.
2) Menentukan tujuan – tujuan yang dapat
dicapai
Tujuan adalah hasil akhir aktivitas
perencanaan. Tujuan merumuskan apa yang
akan diselesaikan dan kapan akan
15 David Thomas I., Wheleen, Manajemen Strategisi, (Yogyakarta:
Andi, 2003), h. 9 16 Hunger, J, David, Manajemen Strategis, (Yogyakarta: Andi, 2003),
hal, 12.
30
diselesaikan, dan sebaiknya diukur jika
memungkinkan. Pencapaian tujuan
perusahaan merupakan hasil dari
penyelesaian misi.
3) Pengembangan strategi
Strategi perusahaan merupakan rumusan
perencanaan komprehensif tentang
bagaimana perusahaan akan mencapai misi
dan tujuaannya.
4) Penetapan pedoman kebijakan
Kebijakan menyediakan pedoman luas untuk
pengambilan keputusan organisasi secara
keseluruhan. Kebijakan juga merupakan
kebijakan luas yang menghubungkan
perumusan strategi dan implementasi.
Kebijakan akan memberikan arahan yang
jelas kepada seluruh manajer organisasi.
Perumusan strategi dilakukan
menganalisis situasi. Analisis situasi
mengharuskan para manajer untuk menemukan
kesesuaian srategis antara peluang – peluang
eksternal dan kekuatan – kekuatan internal
disamping memperhatikan ancaman – ancaman
dan kelemahan – kelemahan internal.
Teknik perumusan yang penting dapat
dipadukan menjadi erangka kerja diantaranya:
31
1) Tahap Input (Masukan)
Dalam tahap ini proses yang dilakukan adalah
meringkas informasi sebagai masukan awal,
dasar yang diperlukan untuk merumuskan
strategi.
2) Tahap Pencocokan
Proses yang dilakukan adalah memfokuskan
pada menghasilkan strategi alternatif yang
layak dengan memadukan faktor – faktor
eksternal dan internal.17
3) Tahap Keputusan
Menggunakan satu macam teknik, diperoleh
dari satu input sasaran dalam mengevaluasi
strategi alternatif yang telah diidentifikasikan
dalam tahap ke-2.18
Perumusan strategi haruslah selalu
melihat kearah depan dengan tujuan, artinya
peran perencanaan amatlah penting dan
mempunyai andil yang besar baik intern maupun
ekstern.
c. Implementasi Strategi
Strategi tidak berhenti pada dokumen
saja, ia harus diwujudkan dengan pelaksanaan
atau implementasinya. Para praktisi sering juga
17 Fred R. David, Manajamen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo,
2002), h. 183 18 Fred R. David, Manajamen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo,
2002), h. 198
32
menyebut dengan istilah eksekusi. Strategi tidak
ada artinya tanpa eksekusi.19
Implementasi strategi adalah proses
dimana strategi dan kebijakan alam tindakan
melalui pengembangan program, anggaran, dan
prosedur. Untuk mendukung implementasi
strategi yang telah disusun, para manajer devisi
dan wilayah fungsional haus bekerja sama
dengan rekan manajer lainnya dalam
mengembangkan program anggaran, dan
prosedur yang diperlukan.20
d. Evaluasi Strategi
Evaluasi strategi adalah tahap akhir
manajemen strategi, yaitu proses dimana manajer
membandingkan hasil-hasil yang diperoleh
dengan tingkat pencapaian tujuan. Tahap akhir
dalam strategi adalah mengevaluasi strategi yang
telah dirumuskan sebelumnya.21 Evaluasi strategi
adalah proses yang melalui aktivitas – aktivitas
perusahaan dan hasil kinerja dimonitor dan
kinerja sesungguhnya dibandingkan dengan
kinerja yang diinginkan. Para manajer di semua
level menggunakan informasi hasil inerja untuk
19 M. Taufiq Amir, Manajemen Strategik : Konsep dan Aplikasi
(Depok: PT Rajagrafindo Persada, cet 2, 2012), hal, 192. 20 David Thomas I.,...... h. 194 21 Fred R David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo,
2002), hal, 5.
33
melakukan tindakan perbaikan dan memecahkan
masalah.22
6. Faktor – Faktor Strategi
a) Lingkungan
Lingkungan tidak pernah berada pada suatu
kondisi dan selalu terjadi perubahan yang
dipengaruhi sangat luas terhadap segala sendi
kehidupan manusia. Sebagai individu dan
masyarakat, tidak hanya kepada cara berfikir,
tetapi juga tingkah laku, kebiasaan, kebutuhan,
dan pandangan hidup.
b) Lingkungan Organisasi
Lingkungan organisasi mencakup segala
sumber dan daya kebijakan organisasi yang ada.
c) Kepemimpinan
Seorang pemimpin adalah orang yang
tertinggi dalam mengambil suatu keputusan. Oleh
karena itu, pemimpin dalam menilai
perkembangan yang ada dalam lingkungan, baik
internal ataupun eksternal sangat berbeda.23
B. Partisipasi
1. Pengertian Partisipasi
a. Perspektif Etimologi
22 Hunger, J, David, Manajemen Strategis, (Yogyakarta: Andi, 2003),
hal, 19. 23 Sondang P. Siagian, Manajemen Modern, (Jakarta: Masagung,
1994), cet ke-2, h. 9.
34
Partisipasi sebagai suatu konsep dalam
pengembangan masyarakat, digunakan secara
umum dan luas. Didalam kamus besar bahasa
Indonesia partisipasi adalah perihal turut berperan
serta dalam suatu kegiatan (keikutsertaan).24
b. Perspektif Terminologi
Definisi yang dikemukakan oleh berbagai
ilmuwan atau lembaga belum terdapat satu
kesepakatan, sedangkan teori-teori yang
dipergunakan pada umumnya langsung
menyangkut kepada penerapannya atau
aplikasinya. Namun demikian, tulisan ini akan
mengemukakan beberapa definisi dan pendapat
tentang partisipasi masyarakat ditinjau dari
berbagai disiplin ilmu.
1) Menurut Gordon Allport dalam bukunya yang
berjudul The Phychology of Participation, dan
dikutip oleh Santoso menyatakan: “The person
who participates is ego-involved instead of
merely task-involved” yang terjemahannya
ialah “partisipasi adalah keterlibatan ego atau
diri sendiri/pribadi/personalitas(kejiwaan) lebih
dari pada hanya jasmaniah/fisik saja”.25
24 Pusat Bahasa – Depdiknas RI – Organizational Body, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 831 25 Santoso, Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam
Pembangunan Nasional (Bandung: Penerbit Alumni, 1988), h. 12 .
35
2) Sedangkan dalam kamus sosiologi
”Participation” ialah setiap proses identifikasi
atau menjadi peserta suatu proses komunikasi
atau kegiatan bersama dalam suatu situasi sosial
tertentu.26
3) Definisi lain menyebutkan partisipasi adalah
kerja sama antara rakyat dan pemerintah dalam
merencanakan, melaksanakan, melestarikan,
dan mengembangkan hasil pembangunan.27
Suatu definisi partisipatif baik deskriptif
maupun normatif terutama harus menekankan
bahwa segala perkembangan masyarakat dan
pembangunan merupakan proses yang hanya
bisa berhasil jika hanya dijalankan bukan saja
bagi tetapi juga bersama dengan dan oleh rakyat
sendiri, terlebih orang miskin.28
4) Verhangen menyatakan sebagai suatu kegiatan,
partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari
interaksi dan komunikasi yang berkaitan
26 Soejono Soekanto, Kamus Sosiologi (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1993), h. 355. 27 Loekman Soetrisno, Menuju Masyarakat Partisipatif (Yogyakarta:
Kanisius, 1995), h. 207. 28 Johannes Muller, Perkembangan Masyarakat Lintas-Ilmu (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 256.
36
dengan pembagian kewenangan,
tanggungjawab, dan manfaat.29
Dari beberapa pengertian yang telah di
kemukakan, dapatlah disimpulkan bahwa
pengertian partisipasi yaitu sebagai proses
keterlibatan dan keikut – sertaan seseorang atau
kelompok orang secara sadar dalam suatu proses
kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
2. Tujuan Partisipasi
Menurut Henry Sanoff mengatakan bahwa tujuan
utama dari partisipasi masyarakat adalah:
a. Melibatkan masyarakat dalam mendesain proses
pengambilan keputusan dan sebagai hasilnya
meningkatkan kepercayaan mereka.
b. Menyalurkan dan memfasilitasi masyarakat dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan guna
meningkatkan mutu atau kualitas dari perencanaan
keputusannya; meningkatkan rasa kebersamaan
(sense of community) dengan mengajak masyarakat
untuk mencapai tujuan bersama.30
29 Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Permberdayaan
Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan Publik, (Bandung: Alfabeta, 2003),
h. 81. 30 Tantan H, dkk., “Dasar – Dasar Pengembangan Masyarakat
Islam”, (Ciputat: UIN Jakarta Press 2013), h. 48.
37
3. Tingkatan Partisipasi
Untuk menumbuhkan kegiatan partisipasi
diperlukan suatu keterampilan dan pengetahuan agar
dapat mencapai berbagai tingkatannya, dan untuk itu
selalu dapat ditemukan titik tolaknya unruk
mengawalinya. Maka pada dasarnya nampak adanya
tingkatan, yaitu:
a. Tingkat saling mengerti, tujuannya adalah untuk
membantu para anggota kelompok agar memahami
masing – masing fungsi dan sikap, sehingga dapat
mengembangkan kerjasama yang lebih baik.
b. Tingkat penasihatan/sugesti, yang dibangun atas
dasar saling mengerti oleh karena itu para anggota
kelompok pada hakekatnya sudah cenderung siap
untuk memberikan suatu usul/saran kalau telah
mamahami masalah dan ataupun situasi yang
dihadapkan kepada masyarakat.
c. Tingkat otoritas, Otoritas pada dasarnya
memberikan kepada kelompok suatu wewenang
untuk memantapkan keputusannya.31
Sedangkan menurut Hoofsteede seperti dikutip
Khairuddin membagi partisipasi menjadi tiga
tingkatan, yaitu:
1) Partisipasi inisiasi (inisiation participation)
adalah partisipasi yang mengandung inisiatif
31 Santoso Sastropoetro, ”Partisipasi Komunikasi, Persuasif dan
Disiplin dalam Pengembangan Nasional”, (Bandung: Alumni, 1986) h. 49.
38
dari pemimpin, baik formal maupun informal,
ataupun dari anggota masyarakat mengenai
suatu proyek yang nantinya proyek tersebut
merupakan kebutuhan – kebutuhan bagi
masyarakat.
2) Partisipasi legitimasi (legitimation
participation) adalah partisipasi pada tingat
pembicaraan atau pembuatan keputusan
tentang proyek tersebut.
3) Partisipasi eksekusi (execution participation)
adalah partisipasi tingkat pelaksanaan.32
4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi
Menurut Jim Ife dan Frank Tesoriero, kondisi –
kondisi yang mendorong partisipasi adalah sebagai
berikut:
a. Orang yang berpatisipasi apabila mereka merasa
bahwa isu atau aktivitis tersebut penting.
b. Orang yang merasa bahwa aksi mereka akan
membuat perubahan.
c. Berbagai bentuk partisipasi harus diakui dan
dihargai.
d. Orang yang bisa berpartisipasi, dan didukung
dalam partisipasinya.
e. Struktur dan proses tidak boleh mengucilkan.
32 Abu Huraerah dan Mety Melawati, “Pengorganisasian &
Pengembangan Masyarakat: Model Strategi Pengembangan Berbasis
Kerakyatan” (Bandung: PT. Humaniora Utama Press, 2008). h. 115.
39
f. Adanya kemampuan untuk menggunakan
keputusan, kemampuan dalam suatu kegiatan akan
mempengaruhi tingkat partisipasi yang akan
dilakukan dan biasanya terkait dengan jabatan yang
diduduki.
g. Adanya kemampuan untuk berpartisipasi.33
Ada bermacam – macam faktor yang
mendorong kerelaan untuk terlibat ini, bisa karena
kepentingan bisa karena solidaritas, bisa karena
memang mempunyai tujuan yang sama, bisa juga
karena ingin meakukan langkah bersama walaupun
tujuannya berbeda. Partisipasi akhirnya harus
membuahkan kesepakatan tentang tujuan yang hendak
dicapai dan ditindak yang akan dilakukan bersama.
Artinya, apa yang semula bersifat individual harus
sukarela diubah dan diolah menjadi dan kepentingan
kolektif.34
5. Tahapan Partisipasi
Terdapat empat tahap dalam partisipasi, yaitu
tahap perencanaan, pelaksanaan, pelembagaan, dan
monitoring evaluasi program, dari keempat tahap
tersebut saling berkaitan dan harus beraturan, karena
33 Jim Ife dan Frank Tesoriero, “Comunity Development, Alternatif
Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi Community Development”,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008) h. 310-312. 34 Sumarto Sj Hetifah, “Inovasi Partisipasi dan Good Governence, 20
Prakarsa Inovatif dan Partisipatif di Indonesia”, (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2008), h. 188.
40
dalam tahapan masing – masing memiliki fungsi yang
berbeda.
a. Tahapan Perencanaan
Partisipasi masyarakat dalam tahap
perencanaan dalam pemberdayaan, indikatornya
dapat dilihat, padd keikutsertaan anggota
masyarakat dalam musyawarah penentuan
program, identifikasi, dan masalah, ataupun
pembuatan formula kegiatan/program
kemasyarakatan tersebut.
b. Tahap Pelaksanaan
Partisipasi tahap ini, anggota masyarakat
adalah ikut serta dalam pelaksanaan program yang
telah direncanakan sebelumnya. Rangkaian
kegiatan dalam pelaksanaan diikuti secara seksama
dan cermat. Warga masyarakat aktif sebagai
pelaksana maupun pemanfaat program.
c. Tahap Pelembagaan
Partisipasi pada tahap ini anggota
masyarakat ikut serta merumuskan keberlanjutan
atau pelembagaan program. Langkah
partisipasinya, masyarakat ikut serta dalam
merumuskan dan membuat model – model
pendanaan program, pembuat lembaga – lembaga
pengelola program dan melakukan pengatur SDM
bagi program tersebut. Partisipasi pada tahap ini
memiliki makna penting, karena masyarakat yang
41
akan melanjutkan program ini perlu dipersiapkan
agar mereka dapat membuat, berkarya, dan bekerja
bagi kesinambungan program tersebut. Dengan
demikian, masyarakat dapat terbiasa dan sudah
memiliki kapasitas serta jaringan dalam melakukan
operasionalnya.
d. Tahap Monitoring dan Evaluasi
Pada tahap monitoring dan evaluasi,
masyarakat ikut serta mengawasi pelaksanaan
program. Pengawasan ini menjadi pentng agar
program pemberdayaan tersebut dapat memiliki
kinerja administrasi, artinya tata pelaksanaan dapat
dipertanggungjawabkan dengan dokumen –
dokumen pelaporan yang semestinya berlaku atau
sesuai dengan perundang – undangan.35
6. Jenis Partisipasi
a. Kehadiran, jenis partisipasi ini mudah ditentukan
tolak ukurnya, hanya berdasarkan kuantitas
kehadiran tanpa banyak berperan dalam
pengambilan keputusan yang bersifat voting atau
pengambilan suara berdasarkan kehadiran.
b. Referentasi, jenis partisipasi ini mengandung
aktifitas tertentu untuk menentukan masalah dan
perumusannya, memilih metode serta ikut terlibat
dalam membuat keputusan untuk pemecahan
35 Tantan H, dkk., “Dasar – Dasar Pengembangan Masyarakat
Islam”, (Ciputat: UIN Jakarta Press 2013), h. 33-34.
42
masalah. Partisipasi ini setingkat lebih tinggi dari
kehadiran karena sudah terbentuk suatu totalitas
yang utuh untuk terlibat secara menyeluruh dalam
suatu keinginan.
c. Pemilikan dan Pengendalian, jenis pastisipasi ini
merupakan varian tertinggi secara kualitatif disertai
rasa memiliki terhadap kegiatan ini karena telah
terlibat secara mental dan emosional memberikan
semangat pada yang lainnya.36
C. Pembinaan Manasik Haji
1. Pengertian Manasik Haji
Pengertian manasik adalah tata cara pelaksanaan
ibadah haji. Kata manasik merupakan bentuk jamak
dari kata mansak yang memiliki maka perbuatan dan
syiar dalam ibadah haji.37 Lalu menurut Kamus Istilah
Haji dan Umrah, manasik adalah hal-hal peribadatan
yang berkaitan dengan ibadah haji: melaksanakan
ihram, miqat yang telah ditentukan, thawaf, sa’i, wuquf
di Arafah, mabit di Muzdalifah, melempar jumrah, dan
lain sebagainya.38
Baginda Rasulullah SAW bersabda yang
diriwayatkan oleh Al-Imam Abul Husain Muslim bin
36 Madrie, Beberapa Faktor Penentu Partisipasi dalam Pembangunan
Pedesaan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1986), h. 40-41. 37 Deden Imadudin, Mengenal Haji (Jakarta: PT Mitra Aksara
Panjaitan, 2011), h. 8. 38 Dr. H. Sumuran Harahap, Kamus Istilah Haji dan Umrah (Jakarta:
Mitra Abadi Press, 2008), h. 362.
43
al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi atau yang lebih
dikenal dengan Imam Muslim, yang berbunyi:
تى خذوا عني مناسككم فإني ال أدرى لعلى أن ال أحج بعد حج
هذه.
Artinya:
“Ambillah dariku tata cara haji (manasik) kalian,
karena sesungguhnya, mungkin saja aku tidak berhaji
setelah hajiku ini .” (HR. Muslim dan lainnya).39
Jadi manasik merupakan tatacara pelaksanaan
ibadah haji atau umrah sesuai dengan rukun dan
syaratnya, dan merupakan hak yang tidak bisa diabaikan
bagi seorang muslim yang hendak melaksanakan ibadah
haji ke tanah suci, dilakukan sebelum perjalanan haji
baik itu manasik yang diberikan oleh pemerintah
(Kecamatan/Kota) maupun lembaga swasta (KBIH).
Dengan mengikuti manasik, setiap calon jamaah haji
akan mendapatkan pengetahuan tatacara beribadah haji
yang sesuai dengan anjuran Rasulullah SAW.
Kemudian untuk pengertian haji secara bahasa
sendiri adalah menyengaja. Dalam bahasa arab haji
dibaca dengan hajj atau hijj, meskipun pada dasarnya
kata haji sering dibaca hajj. Jika dibaca hajj, berarti
keterikatan kemampuan dengan gerakan-gerakan
39 Muhammad bin Abdul Aziz al Musnad, Fatwa – Fatwa Haji dan
Umrah, (Jakarta: PT Imam Asy-Syafi’i, 2017), hal. 4.
44
khusus. Jika dibaca hijj, berarti gerakan-gerakan
khusus. Jadi, najul mahjul berarti laki-laki yang
menyengaja. Hanya saja kata hajj dan hijj kemudian
biasa diartikan sebagai sengaja pergi ke Mekkah untuk
melangsungkan manasik haji.40
Adapun menurut istilah, haji artinya sengaja
mengunjungi Baitullah (Ka’bah) untuk melaksanakan
ibadah haji dengan syarat dan ketentuan yang telah
ditentukan Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu,
seseorang yang pergi ke Mekkah untuk bekerja belum
tentu ia dapat berhaji.41
Dari berbagai definisi diatas, penulis
menyimpulkan bahwa bimbingan manasik haji itu
adalah upaya pembekalan, arahan, petunjuk, pedoman
serta pelatihan kepada para calon jamaah haji sesuai
dengan syarat, rukun dan wajib haji sehingga
diharapkan dalam pelaksanaannya tidak salah.
Dengan mengikuti kegiatan bimbingan manasik
haji, jamaah akan mendapatkan pengetahuan tentang
seputar ibadah haji, baik itu menyangkut soal ibadah,
budaya orang arab, serta cuaca di tanah suci.
2. Strategi Pembinaan Manasik Haji
Strategi pembinaan manasik haji merupakan
proses menentukan cara dalam fungsi actuating yakni
40 Al-jawharu, al-shahhah, Jilid 1, (al-jawhari, Ismail ibn Hammad, al-
shahhah Taj al-Lugha wa Shahhah al-arabiyyah, Kairo, 1376 H-1957M), h. 303. 41 Udin Wahyudin, Fiqih, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2008),
h. 81.
45
pada kegiatan pelatihan dan bimbingan yang ditujukan
kepada para jamaah haji dengan mencakup beberapa hal
diantaranya:
a. Man (Sumber Daya Manusia)
Manusia memiliki peran yang sangat penting
dalam melakukan beberapa aktifitas, karena
manusialah yang mejalankan semua program yang
direncanakan.42
Dalam kegiatan dakwah, sumber daya manusia
harus memiliki bekal pengetahuan, pemahaman dan
pengalaman agama yang luas dan benar serta
memiliki khazanah ilmu tentang Al-Quran dan
Hadits, karena keduanya merupakan landasan
pokok dan sumber ajaran Islam yang harus
disampaikan kepada khalayak.43
Sama halnya dengan sumber daya manusia
yang bergerak dibidang ibadah haji dan umrah,
dimana pembimbing haji dan umrah harus
mempunyai persyaratan diantaranya sudah pernah
melakukan ibadah haji dan umrah, menguasai
materi dan pengembangan wawasan yang relevan
dengan maeri yang diajarkan, memiliki kemampuan
42 Manulang, Dasar – Dasar Manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1996), h. 15 43 Muhammad Munir, Manajemen Dakwah (Jakarta: Kencana, 2006),
h. 22
46
dan ketereampilan melatih, membimbing, membina
jamaah serta memiliki akhlakul karimah.44
b. Money (Uang)
Uang yang digunakan sebagai sarana
manajemen dan harus digunakan sedemikian rupa
agar tujuan yang diinginkan bisa tercapai dengan
baik.45 Dalam setiap kegiatan pembinaan, unsur
uang merupakan sesuatu yang sangat penting,
apabila jumlah pemasukan dan pengeluaran
seimbang maka pembinaan akan berjalan dengan
lancar.
c. Matherials (Materi)
Unsur ketiga ialah berhubungan dengan
bahan – bahan yakni sarana dan prasarana. Dengan
adanya sarana dan prasarana yang lengkap maka
akan mempermudah jamaah dalam mengikuti
kegiatan pembinaan.
d. Methods (Metode)
Metode dapat diartikan dengan cara yang
digunakan dalam usaha untuk mencapai suatu
tujuan. Dengan cara kerja yang baik akan
memperlancar dan mempermudah pelaksanaan
pekerjaan.
44 Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji
dan Umrah, Desain Pola Penyuluhan dan Bimbingan Jamaah Haji (Jakarta:
Departemen Agama RI, 2011), h. 59 45 Manulang, Dasar...... h. 16
47
Dalam kegiatan dakwah seperti pembinaan manasik
haji ini secara garis besar ada beberapa metode
yakni:
1) Bil Hikmah, yaitu berdakwah atau penyampaian
dengan memperhatikan situasi dan kondisi
sasaran dakwah dengan menitik beratkan pada
kemampuan mereka, sehingga mudah
dimengerti dan mereka tidak merasa bosan
dengan apa yang disampaikan.
2) Mau’izatul hasanah, yaitu berdakwah atau
penyampaian dengan memberikan nasihat –
nasihat atau menyampaikan ajaran Islam
dengan rasa kasih sayang, sehingga apa yang
disampaikan menyentuh hati.
3) Mujadalah, yaitu dakwah atau penyampaian
dengan cara bertukar pikiran atau tanya jawab
dengan cara yang sebaik mungkin dengan tidak
memberikan tekanan yang memberatkan
e. Market (Pasar)
Dalam hal ini kata pasar bukan berarti secara
harfiahnya tempat melakukan transaksi penjualan
akan tetapi pasar disini lebih kepada menjual produk
yaitu manasik haji, bagaimana produk tersebut dapat
tersebarluaskan yang merupakan tujuan dari Kantor
Kementrian Agama Kota Pontianak agar manasik
haji yang dilaksanakan dapat diketahui oleh seluruh
jamaah calon haji, dan juga manasik haji ini harus
48
memiliki kualitas yang baik agar para calon jamaah
merasa apa yang dilakukan oleh Pemerintah benar –
benar memiliki manfaat yang lebih terkait
pelaksanaan ibadah haji.
3. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Manasik Haji
Bimbingan manasik haji itu mempunyai fungsi
dan tujuan, menurut Latif Hasan fungsi dari bimbingan
manasik haji adalah:
a. Agar semua calon jamaah mampu memahami
semua informasi tentang pelaksanaan ibadah
haji, tuntunan perjalanan, petunjuk kesehatan
dan mampu mengamalkannya pada saat
pelaksanaan ibadah haji di tanah suci.
b. Agar jamaah haji dapat mandiri dalam
melaksanakan ibadah haji, baik secara mandiri,
regu atau rombongan.
c. Agar para jamaah haji mempunyai kesiapan
menunaikan ibadah haji baik mental, fisik,
kesehatan maupun petunjuk ibadah haji lain.46
Tujuan dalam bimbingan manasik adalah supaya
jamaah yang niat berangkat menunaikan ibadah haji
merasa aman, tertib dan sah. Aman dalam arti jamaah
tidak merasa khawatir terhadap dirinya dan harta
bendanya. Tertib dalam arti melaksanakan dan
46 Achmad Nidjam dan Alatief Hanan, Manajemen Haji : Studi kasus
dan Telaah
Implementasi Knowledge Workers, (Jakarta : Zikrul Hakim, 2001) h.
17.
49
memenuhi syarat, rukun, dan wajib sesuai dengan
tuntunan agama. Sah dalam arti tidak ada kekurangan
dalam menjalankan ibadah dan manasik.47
Tujuan lainnya agar masyarakat umumnya dapat
memahami manasik haji, disamping itu diharapkan
calon jamaah haji dapat memahami tentang proses
pelaksanaan haji dan dapat mempraktekkan manasik
haji secara benar sesuai dengan syariat Islam.
4. Aspek Bimbingan Manasik Haji
Dalam keputusan Direktur Jendral
Penyelenggaraan Haji dan Umrah Nomor D/222/2015
tentang Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Manasik
Haji oleh Kementerian Agama Kabupate/Kota dan
KUA Kecamatan disebutkan bahwa ruang lingkup
bimbingan manasik haji terdiri dari 6 aspek, yaitu:
a) Jamaah Haji
Dalam UU No. 13 Tahun 2008 disebutkan
bahwa Jemaah Haji adalah Warga Negara
Indonesia yang beragama Islam dan telah
mendaftarkan diri untuk menunaikan Ibadah Haji
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Sedangkan jamaah haji yang berhak mendapatkan
bimbingan haji adalah jamaah haji yang berhak
melunasi BPIH dalam alokasi kuota keberangkatan
haji tahun berjalan.
47Achmad Nidjam dan Alatief Hanan, Manajemen Haji,......h.19.
50
Adapun jamaah haji yang mengikuti manasik
haji pada kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH)
tetap wajib mengikuti bimbingan yang
dilaksanakan oleh KUA kecamatan dan
Kementerian Agama Kabupaten/kota.48
Jumlah jamaah haji yang mengikuti
bimbingan haji dalam satu kecamatan ditetapkan
paling sedikit 45 orang, jika jumlah peserta
bimbingan kurang dari 45 orang maka kantor
Kementerian Agama Kabupaten/kota dapat
melakukan penggabungan kegiatan bimbingan
lebih dari 1 kecamatan dan dilaksanakan oleh KUA
kecamatan yang jumlah jamaahnya paling banyak.
b) Pembimbing Manasik Haji
Pembimbing adalah orang yang memiliki
kompetensi memberikan bimbingan manasik haji
yang dilakasanakan oleh kementerian agama
Kabupaten/kota dan KUA Kecamatan. Adapun
standar kualifikasi pembimbing haji, meliputi:
a. Pendidikan minimal S-1 atau
sederajat/pesantren
b. Memiliki pemahaman yang matang mengenai
fiqih haji
c. Memiliki pengalaman melaksanakan ibadah
haji
48 Ali Rokhmad, Manajemen Haji: Membangun Tata Kelola Haji
Indonesia,(Jakarta: Media Dakwah, 2016), h.153
51
d. Memiliki kemampuan leadership
(kepemimpinan)
e. Memiliki akhlakul karimah
f. Diutamakan mampu berkomunikasi dengan
bahasa Arab
g. Diutamakan telah lulus sertifikiasi.
Standar Petugas pembimbing manasik,
meliputi: pendidikan minimal S1 sederajat, sudah
pernah berhaji, lulus sertifikasi pembimbing
manasik haji yang dilakukan pemerintah, mampu
berkomunikasi dengan bahasa Arab, berakhlak
mulia, dan kemampuan memimpin (leadership).49
c) Sarana Bimbingan Manasik Haji
Kementerian Agama Kebupaten/kota wajib
menyediakan sarana pembelajaran dalam bentuk
alat peraga dan perlengkapan lainnya. alat peraga
yang harus disediakan sekurang-kurangnya adalah
berbentuk Ka’bah Mini, dan perlengkapan yang
perlu disediakan minimal berbentuk buku panduan
manasik.
Sarana-prasarana dalam bimbingan manasik
haji meliputi: Miniatur Masjidil Haram dan Masjid
Nabawi, miniatur Ka’bah, manequin (untuk kain
49 Ali Rokhmad, Manajemen Haji: Membangun Tata Kelola Haji
Indonesia, ..... h.151
52
ihram), buku paket bimbingan manasik haji, dan
DVD manasik, perjalanan dan hikmah haji.50
d) Materi Bimbingan Manasik Haji
Adapun materi bimbingan manasik haji di
Kabupaten/kota ialah menyesuaikan dengan
kurikulum yang ditetapkan oleh Direktorat Jendral
Haji Dan Umrah. adapun materi bimbingan
manasik haji yang telah di tetapkan meliputi,
Kebijakan penyelenggaraan ibadah haji di tanah air,
taklimatul hajj (peraturan penyelenggaraan haji
pemerintah Arab Saudi), tata cara haji (manasik
ibadah) praktik lapangan, fiqih haji, manasik
keselamatan dan perjalanan penerbangan, hikmah
ibadah haji, Arba’in dan ziarah, akhlaq dan sosial
budaya Arab Saudi, hak dan kewajiban jamaah,
pembentukan kepala regu, kepala rombongan dan
kloter, dan melestarikan haji mabrur.
e) Metode dan Bentuk Bimbingan Manasik Haji
Ada beberapa metode dalam bimbingan
manasik haji tingkat kabupaten/kota yang menjadi
aturan untuk diterapkan, yaitu: ceramah, tanya
jawab, praktik manasik dan simulasi.
Pelaksanaan bimbingan manasik haji bisa
dilakukan dengan berbagai metode tatap muka,
media cetak dan elektronik, internet, konsultasi
50 Ali Rokhmad, Manajemen Haji: Membangun Tata Kelola Haji
Indonesia, ..... h.152
53
telepon, dan penerbitan buku-buku dan leaflet sejak
sebelum masa pendaftaran haji, periode
pendaftaran, sampai saat pemberangkatan, selama
di Arab Saudi sampai setelah kembali ke tanah air.51
Dengan metode-metode yang telah ditetapkan
oleh pemerintah, ini menjadikan salah satu strategi
pemerintah untuk dapat melaksanakan bimbingan
manasik dengan maksimal. metode tatap muka
masih menjadi metode unggulan, walaupun sudah
sedikit tergeser oleh media internet, namun tatap
muka sangat penting karena untuk prakteknya
pembimbing/pembina harus bisa dilihat langsung
oleh jamaah.
f) Biaya Penyelenggaraan Bimbingan Manasik Haji
Biaya penyelenggaraan bimbingan manasik
haji terdiri dari biaya bimbingan dan operasional
pelaksanaan bimbingan pada Kementerian Agama
Kabupaten/Kota dan KUA kecamatan yang
besarnya ditetapkan oleh direktur Jendral
Penyelenggaraan Haji dan Umrah.
Penggunaan biaya manasik haji dan
operasional haji oleh Kementerian Agama
kabupaten/kota dan KUA kecamatan diatur sebagai
berikut, biaya bimbingan manasik haji digunakan
untuk keperluan konsumsi berupa makan dan snack
51 Achmad Nidjam dan Alatief Hanan, Manajemen Haji,...... h.73
54
serta belanja bahan, dan biaya operasional haji
digunakan untuk sarana prasarana bimbingan,
penyediaan tempat, honorarium dan transport
panitia, honorarium dan transport narasumber dan
sosialisasi kebijakan ibadah haji.
5. Pembinaan Haji Kabupaten/Kota
Pembinaan haji atau biasa disebut dengan
bimbingan manasik haji pelaksanaannya adalah oleh
pemerintah dalam hal ini yang bertanggung jawab
adalah Kementrian Agama. Dalam Peraturan Menteri
Agama No. 14 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji Reguler terdapat 15 pasal yang mengatur
tentang pembinaan haji. Pasal tersebut mengemukakan
bahwa pemerintah wajib memberikan bimbingan haji
kepada para jamaah sejak sebelum keberangkatan,
selama perjalanan selama di Arab Saudi, sampai
kepulangan ke Indonesia.
Pasal berikutnya disebutkan bahwa bimbingan
dilakukan secara langsung dan tidak langsung, dimana
bimbingan secara langsung adalah bimbingan dengan
cara tatap muka yang dilaksanakan ditingkat
Kabupaten/Kota dan KUA Kecamatan. Sedangkan
Bimbingan secara tidak langsung diberikan melalui
media, dengan materi meliputi manasik haji, perjalanan
dan pelayanan haji, kesehatan serta hak dan kewajiban
jamaah haji.
55
Dalam keputusan Direktur Jendral Bimbingan
Masyarakat dan Penyelenggaraan Haji Nomor 348
tahun 2003 Tentang Perubahan Keputusan Direktur
Jendral Bimbingan Masyarakat dan Penyelenggaraan
Haji Nomor 222 Tahun 2002 Tentang petunjuk
Pelaksanaan Penyelenggaraan Haji dan Umrah, pada
pasal 14 ayat 6 disebutka bahwa bimbingan massal
dilakukkan secara massal terhadap calon jamaah haji di
daerah Kabupaten/Kota yang dilakukan pemerintah.
Peraturan Menteri Agama mengenai bimbingan
manasik haji ini diperjelas lebih lanjut lagi dengan
dikeluarkannya keputusan Direktur Jendral
Penyelenggaraan Haji dan Umrah Nomor D / 157 /
2016 tentang Pedoman Pelaksanaan Bimbingan
Manasik Haji oleh Kementrian Agama
Kabupaten/Kota dan KUA Kecamatan. Yang Mana
untuk tingkat Kabupaten/ Kota ada dua kali pertemuan
yang pertama materinya mengenai kebijakan
pemerintah tentang penyelenggaraan ibadah haji, dan
teknis kesehatan. yang kedua pembentukan kloter dan
pemantapan manasik haji dan enam kali pertemuan di
KUA Kecamatan. Adapun tugas Kantor Kementrian
Agama Kota Pontianak ke KUA Kecamatan adalah
sebagai pengawas pelaksanaan kegiatan bimbingan
manasik haji di tiap – tiap wilayah.
Dalam pembinaan calon jamaah haji ini ada pula
kelompok masyarakat yang mengadakan pembinaan
56
haji atau manasik haji kepada para calon jamaah haji
yang dinamakan dengan Kelompok Bimbingan Ibadah
Haji atau yang sering disebut KBIH. Sesuai dengan
peraturan pemerintah no 79 Tahun 2012 yang
menyatakan bahwa selain pemerintah, masyarakat juga
dapat melakukan bimbingan kepada jamaah haji, baik
perseorangan maupun kelompok bimbingan/KBIH.
Kelompok bimbingan adalah lembaga sosial
keagamaan yang mendapat izin operasional pemerintah
untuk melaksanakan bimbingan/pembinaan terhadap
jamaah haji sebelum keberangkatan ke Arab Saudi, saat
perjalanan, dan selama di Arab Saudi.
KBIH tidak serta merta melaksanakan bimbingan
kepada jamaah, pemerintah melalui keputusan Dirjan
PHU No. D/799/2013 menetapkan Pedoman
Operasional Kelompok Bimbingan, Antara lain:
a. Melaksanakan bimbingan manasik haji di tanah
air paling sedikit 15 kali.
b. Pelaksanaan bimbingan di Arab Saudi
dikoordinasikan kepada petugas kloter (TPIH)
c. Materi bimbingan manasik haji berpedoman
kepada buku paket bimbingan manasik haji
yang diterbitkan oleh Kementrian Agama.
d. Perlengkapan bimbingan manasik haji meliputi,
ihram, miniatur Ka’bah, tempat Sa’i, tempat
Wukuf, Jamarat dan Audio Visual manasik dan
perjalanan haji.
57
e. Menyusun rencana kegiatan bimbingan ditanah
air dan di Arab Saudi.
Kehadiran dari kelompok bimbingan ini
memberikan manfaat yang cukup mambantu visi
pemerintah untuk menciptakan kemandirian
jamaah haji dalam pelaksanaan ibadah haji. Karena
dengan tambahan pertemuan manasik di kelompok
bimbingan ini sehingga membuat jamaah haji
memiliki pengetahuan dan pemahaman lebih
tentang pelaksanaan ibadah haji.
58
BAB III
GAMBARAN UMUM KANTOR KEMENTRIAN AGAMA
KOTA PONTIANAK1
A. Sejarah dan Perkembangannya
Kalimantan Barat yang semula merupakan daerah
Karesidenan, sejak tahun 1946 – 1950 statusnya
mengalami berbagai perubahan. Tahun 1948 terbentuk
Daerah Istimewa Kalimantan Barat, Tahun 1949 menjadi
Daerah Bagian RIS dan Tahun 1950 kembali menjadi
Daerah Karesidenan yang berkedudukan di Pontianak.
Selama tahun 1946 – 1950 di Kalimantan Barat, Urusan
Agama belum dikelola oleh Jawatan/Koordinator Urusan
Agama. Baru pada tahun 1951, Urusan Agama dikelola
oleh Koordinator Urusan Agama dan Koordinator
Penerangan Agama. Kegiatannya meliputi : Urusan Agama
Islam, Katholik dan Kristen Protestan. Kepala Koordinator
Urusan Agama adalah H.M. Akib (1950 – 1957),
sedangkan Kepala Koordinator Penerangan Agama adalah
A. Mawardi Dja’far (1950 – 1957).
Pada tahun 1957, Kalimantan Barat dibentuk
Provinsi tersendiri sesuai Undang – Undang Nomor 25
Tahun 1956, yang berlaku efektif 1 Januari 1957. Dengan
perubahan status Kalimantan Barat dari Karesidenan
1 Wawancara pribadi dengan Bapak H. Syamsul Bahri, Kepala Seksi
PHU Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak (Pontianak: 18 Desember
2017)
59
menjadi Provinsi, Kantor Agama di Pontianak yang semula
menjadi bagian Jawatan Agama di Banjarmasin (1950 –
1957) secara bertahap dibentuk Kantor tersendiri di
Pontianak. Kantor – Kantor itu antara lain bernama Kantor
Urusan Agama, Kantor Penerangan Agama, Kantor
Pendidikan Agama, Bagian Urusan Agama Katholik dan
Bagian Urusan Agama Kristen Protestan. Masing – masing
Kantor berdiri sendiri – sendiri dan berinduk ke
Kementrian Agama di Jakarta.
Berdasarkan KMA Nomor 53 yang dikeluarkan
tanggal 12 Agustus 1971 tentang Struktur Organisasi,
Tugas, Wewenang dan Tata Kerja Instansi Kementrian
Agama Daerah, maka di Kalimantan Barat dibentuk Kantor
Perwakilan Kementrian Agama Provinsi Kalimantan
Barat. Dengan demikian masing – masing Jawatan/Urusan
Agama yang selama ini berdiri sendiri bergabung menjadi
satu dalam koordinasi Kantor Perwakilan Kementrian
Agama Provinsi Kalimantan Barat.
Dengan terbentuknya Kantor Perwakilan
Kementrian Agama Provinsi Kalimantan Barat, maka di
Daerah Tingkat II se Kalimantan Barat berdasarkan KMA
No. 53 Tahun 1971 dibentuk Perwakilan Kementrian
Agama Kabupaten/setingkat termasuklah Kantor
Perwakilan Kementrian Agama Kota Madya Pontianak.
Pada Tahun 1975, KMA No. 53 Tahun 1971 mengalami
penyempurnaan. Dengan keluarnya KMA Nomor 18
Tahun 1975 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
60
Kementrian Agama, Kantor Perwakilan Kementrian
Agama Provinsi Kalimantan Barat berubah menjadi Kantor
Wilayah Kementrian Agama. Sesuai dengan perubahan
tersebut, Kantor Perwakilan Kementrian Agama Kota
Madya Pontianak pun berubah menjadi Kantor Kementrian
Agama Kota Madya Pontianak.
Perubahan Struktur kemudian terjadi lagi dengan
keluarnya KMA Nomor 45 Tahun 1981 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementrian Agama
Provinsi, Kantor Kementrian Agama
Kotamadya/Kabupaten, Balai Pendidikan dan Latihan
Pegawai Teknis Keagamaan Kementrian Agama.
Berdasarkan KMA itu Susunan Organisasi Kantor
Kementrian Agama Kotamadya/Kabupaten mengalami
perubahan sesuai dengan Tipologinya masing – masing.
Seiring dengan perkembangan dan perubahan yang
terjadi dengan dikeluarkannya KMA Nomor 373 Tahun
2002 Tentang Susunan dan Tata Kerja Kantor Wilayah
Kementrian Agama Provinsi dan Kantor Kementrian
Agama Kabupaten/Kota, Struktur Kantor Kementrian
Agama Kota Pontianak mengalami perubahan termasuk
dalam Typology 1-E.
Walau telah keluar KMA Nomor 1 Tahun 2006,
namun struktur organisasi Kantor Kementrian Agama Kota
61
Pontianak tetap mengacu pada KMA Nomor 373 Tahun
2002 sampai sekarang.2
Perjalanan Kantor Kementrian Agama Kota
Pontianak dalam sejarahnya telah berulangkali mengalami
pergantian pejabat. Para pejabat yang pernah bertugas
memimpin Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak
adalah sebagai berikut :3
1) H. Misbahuddin, BA ( 1971 – 1974 )
2) Drs. H. A. Rahim Diar ( 1974 – 1981 )
3) Drs. H. Moh. Nasir ( 1981 – 1990 )
4) Drs. H. Zahri Abdullah ( 1990 – 1991 )
5) Drs. H. Agus Salim Amar ( 1991 – 1999 )
6) Drs. H. Atmaturida ( 1999 – 2000 )
7) H. Ponidjan Sagiman, SH ( 2000 – 2005 )
8) Drs. H. M. Ali. M ( 2005 – 2008 )
9) H. Asy’ari, S.Ag ( 2008 – 2011 )
10) Drs. H. Andi Ja’far, M.Si ( 2011 – 2016 )
11) Drs. H. Jawani ( 2016 – 2017 )
12) H. Azharuddin Nawawi ( 2017 – sekarang )
B. Visi dan Misi
1. Visi
Arti visi itu sendiri adalah cara pandang jauh
kedepan kemana instansi harus dibawa agar tetap eksis,
2 Dokumentasi Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak (Diperoleh
tanggal 18 Desember 2017) 3 Dokumentasi Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak (Diperoleh
tanggal 18 Desember 2017)
62
antisipatif dan inovatif yang memuat gambaran tentang
keadaan masa depan yang diinginkan oleh instansi dan
bagi suatu organisasi. Tujuan penetapan visi adalah:
a) Mencerminkan apa yang ingin dicapai suatu
organisasi
b) Memberikan arah dan fokus strategi yang jelas
c) Menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan
strategi
d) Memiliki orientasi terhadap masa depan.
Dengan alur pikir demikian maka ditetapkan
Visi Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak yaitu
”Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak Terdepan
Dalam Mewujudkan Masyarakat Yang Taat Beragama,
Cerdas, Bermutu dan Sejahtera”. Misi merupakan
pernyataan yang mnetapkan tujuan dan sasaran yang
ingin dicapai oleh organisasi. Pernyataan ini membawa
organisasi itu ada, apa yang harus dilakukan, dan
bagaimana cara melakukannya.4
2. Misi
Untuk mewujudkan Visi diatas, Kantor
Kementrian Agama Kota Pontianak sesuai dengan
4 Dokumentasi Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak (Diperoleh
tanggal 18 Desember 2017) (Diperoleh tanggal 18 Desember 2017) (Diperoleh tanggal 18 Desember 2017)
63
tugas pokok dan fungsinya telah menetapkan misi
sebagai berikut:
1. Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama dan
Pendidikan Keagamaan
2. Meningkatkan Pelayanan Haji dan Umrah
3. Meningkatkan Pelayanan Nikah dan Rujuk
4. Meningkatkan Pelayanan Zakat, Infaq dan Sadaqah
5. Meningkatkan Peran Serta Lembaga Keagamaan
6. Meningkatkan Kerukunan Umat Beragama
7. Meningkatkan Penghayatan dan Pengamalan
Ajaran Agama
Dari visi dan misi yang telah ditetapkan, maka
tujuan dan sasaran Kantor Kementrian Agama Kota
Pontianak adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan kualitas Pelayanan, Penyuluhan
dan Bimbingan Calon Jama’ah Haji
2) Terwujudnya Peningkatan Pelayanan Nikah dan
Rujuk
3) Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Keluarga
Sakinah
4) Meningkatkan Pemahaman, Penghayatan,
Pengamalan dan Pengembangan nilai - nilai Agama
5) Meningkatkan Pemahaman, Pengamalan Zakat dan
Wakaf
64
6) Meningkatkan Kualitas Kerukunan Umat
Beragama
7) Meningkatkan Peranan Lembaga Sosial
Keagamaan dan Lembaga Pendidikan Tradisional
8) Meningkatkan Generasi yang Agamis
9) Terwujudnya Masyarakat yang harmonis dalam
keanekaragaman keyakinan keagamaan.5
C. Tugas Pokok dan Fungsi
Tugas dan fungsi Kantor Kementrian Agama Kota
Pontianak sesuai dengan KMA Nomor 373 Tahun 2002
adalah melaksanakan tugas pokok dan fungsi Kementrian
Agama dalam wilayah Kota Pontianak berdasarkan
kebijakan Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama
Provinsi Kalimantan Barat dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Salah satu fungsinya adalah
perumusan visi, misi serta kebijakan teknis di bidang
pelayanan dan bimbingan kehidupan beragama di Kota
Pontianak.
Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak
mempunyai tugas melaksanakan tugas pokok dan fungsi
Kementrian Agama dalam wilayah Kota Pontianak
berdasarkan kebijakan Kepala Kantor Wilayah Kementrian
Agama Provinsi Kalimantan Barat dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
5 Dokumentasi Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak (Diperoleh
tanggal 18 Desember 2017) (Diperoleh tanggal 18 Desember 2017) (Diperoleh tanggal 18 Desember 2017)
65
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
di atas, Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak
menyelenggarakan fungsi:
1. Perumusan visi, misi serta kebijakan teknis di bidang
pelayanan dan bimbingan kehidupan beragama di Kota
Pontianak
2. Pembinaan, pelayanan dan bimbingan di bidang
bimbingan masyarakat Islam, pelayanan haji dan
umroh, pengembangan zakat dan wakaf, pendidikan
agama dan keagamaan, pondok pesantren,
pendidikan agama Islam pada masyarakat dan
pemberdayaan masjid, urusan agama, pendidikan
agama, bimbingan masyarakat Budha sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
3. Pelaksanaan kebijakan teknis di bidang pengelolaan
administrasi dan informasi keagamaan.
4. Pelayanan dan bimbingan di bidang kerukunan umat
beragama.
5. Pengkoordinasian perencanaan, pengendalian dan
pengawasan program.
6. Pelaksanaan koordinasi dengan pemerintah daerah,
instansi terkait dan lembaga masyarakat dalam
rangka pelaksanaan tugas Kementrian Agama di Kota
Pontianak.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah
dibuat, Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak
66
merumuskan kebijakan yang terkait erat dengan tugas
pokok dan fungsi lembaga. Kebijakan telah disesuaikan
dengan memperhatikan sumber-sumber internal yang
tersedia, baik SDM maupun sarana penunjang. Kebijakan-
kebijakan yang telah dibuat tersebut akan direview setiap
tahun setelah memperhatikan berbagai perubahan yang
terjadi.
Dari kebijakan tersebut diturunkan beberapa
program. Program merupakan penjabaran lebih lanjut dari
setiap kebijakan yang digariskan.
Dalam mendukung kebijakan tersebut, terdapat
program yang sifatnya berkelanjutan secara terus menerus
dan berkesinambungan dan sebagian yang lain terdapat
program yang hanya dilakukan 1 atau 2 tahun atau kurang
dari 5 tahun.6
D. Struktur dan Tata Kerja Kantor Kementrian Agama
Kota Pontianak
Kementrian Agama merupakan salah satu
komponen penyelenggaraan sebagian tugas kenegaraan
dengan menyelenggarakan sebagian tugas umum
Pemerintahan dan Pembangunan di Bidang Agama.
Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak
merupakan instansi vertikal Kementrian Agama yang
berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada
6 Dokumentasi Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak (Diperoleh
tanggal 18 Desember 2017)
67
Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi
Kalimantan Barat. Kantor Kementrian Agama Kota
Pontianak merupakan unit eselon III yang berkedudukan
dibawah Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi.
Kalimantan Barat sesuai dengan KMA Nomor 373
Tahun 2002 tentang Susunan dan Tata Kerja Kantor
Wilayah Kementrian Agama Provinsi dan Kantor
Kementrian Agama Kabupaten /Kota dan termasuk dalam
Typelogy I-E mempunyai susunan organisasi sebagai
berikut :
a. Subbagian Tata Usaha
b. Seksi Urusan Agama Islam
c. Seksi Pendidikan Agama Islam pada Masyarakat dan
Pemberdayaan Masjid
d. Seksi Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada
Sekolah Umum
e. Seksi Pendidikan Keagamaan pada Pondok Pesantren
f. Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah
g. Penyelenggaraan Zakat dan Wakaf
h. Penyelenggaraan Bimbingan Masyarakat Budha
i. Kelompok Jabatan Fungsional
68
STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA
KANTOR KEMENTRIAN AGAMA KOTA PONTIANA
Tipologi 1E Kep. Menag No.373/2007
Gambar 3.1 Struktur Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak
Sumber : Dokumentasi Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak
KEPALA KANTOR DEP. AGAMA KOTA PONTIANAK
H. AZHARUDIN NAWAWI
KASI MAPENDA
H. MAKPUL, S.Ag, M.Ag
KASI PEKAPONTREN
H. ERNAN, S.Ag, M.Sis
KASI HAJI & UMRAH
H. SYAMSUL BAHRI, S.Ag
KASI URAIS
USMAN R, S.PDi
KUA KEC. PTK BARAT
H. MUSLIMIN, S.Ag
KUA KEC. PTK TIMUR
H. MASRI, S.Ag, M.Si
KUA KEC. PTK KOTA
MASTUR, S.Ag
KUA KEC. PTK UTARA
HARYADI, SHI
KUA KEC. PTK TENGGARA
H. MUKHLIS, S.Ag
KUA KEC. PTK SELATAN
Sy. KHALID, S.Ag
KASI PENAMAS
BUSRAH
PENY. ZAKAT & WAKAF
PENY. BIMAS BUDHA
KA.SUBBAG TATA USAHA
SUNARDI, SH, M.Si
69
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA
A. Strategi Pembinaan Kantor Kementrian Agama Kota
Pontianak dalam Meningkatkan Partisipasi Jamaah
Mengikuti Manasik Haji
Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang
berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan
implementasi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu.
Didalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja,
memiliki tema, mengidentifikasi factor pendukung yang
sesuai prinsip – prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional,
efisien dalam pendanaan dan memiliki taktik untuk
mencapai tujuan secara efektif.
Tujuan penyelenggaraan ibadah haji sebagaimana
tertuang dalam Undang – Undang No. 17 Tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, yang menyatakan
bahwa; Penyelenggaraan Haji bertujuan memberikan
pembinaan, pelayanan, dan perlindungan yang sebaik –
baiknya melalui system dan manajemen penyelenggaraan
yang baik agar pelaksanaan haji dapat berjalan aman, tertib,
lancar dan nyaman sesuai dengan tuntunan agama, serta
jamaah haji dapat melaksanakan ibadah haji secara mandiri
sehingga diperoleh haji mabrur.1
Untuk melaksanakan Undang – Undang tersebut
berbagai usaha telah dilakukan oleh Kantor Kementrian
1 Direktorat Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Kementrian
Agama RI, Modul Pembelajaran Manasik Haji, 2010, h. 1
70
Agama Kota Pontianak dalam rangka peningkatan pelayanan
dibidang haji, yaitu pelayanan manasik haji. oleh karena itu
bagi Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak dirasa perlu
untuk memiliki strategi guna meningkatkan jumlah
partisipasi jamaah dalam mengikuti kegiatan manasik haji
yang telah menjadi bagian dari program kerja Kantor
Kementrian Agama Kota Pontianak.
Dalam menentukan strategi pembinaan, Kantor
Kementrian Agama Kota Pontianak sangat memperhatikan
unsur – unsur yang menjadi perhatian dalam pembinaan
manasik haji yaitu seperti: Man, Money, Materials, Market
dan Methods. Kelima unsur tersebut yang paling
berpengaruh dalam meningkatkan antusias calon jamaah haji
dalam mengikuti kegiatan manasik haji yang diberikan oleh
pemerintah, berdasarkan perbandingan antara bab II dan bab
III menunjukkan hal – hal sebagai berikut:
1. Man (Sumber Daya Manusia)
Sumber daya manusia yang merupakan sarana
terpenting dan utama untuk mencapai tujuan yang
direncanakan. Tanpa adanya pengelola serta
pembimbing tidak akan mungkin tujuan yang
direncanakan dapat tercapai dan terealisasi. Berdasarkan
pada bab III bahwasanya sumber daya manusia yang
akan melaksanakan tugas sebagai panitia maupun pada
bagian pemateri sebagai penggerak utama dari proses
manasik haji tersebut. Tanpa adanya sumber daya
manusia yang memadai tentunya organisasi tidak bias
71
bergerak secara maksimal dalam merealisasikan program
– programnya.
Dalam bimbingan manasik haji yang menjadi
penggerak adalah panitia pelaksana dan pembimbing
manasik haji, dalam hal ini Kantor Kementrian Agama
Kota Pontianak telah menyiapkan panitia dengan
menempatkan pegawai bagian seksi PHU yang aktif,
memahami setiap tugas, serta bertanggung jawab sebagai
panitia pelaksana, sehingga dapat meminimalisir setiap
permasalahan teknis pada proses manasik haji
berlangsung.
Pada wawancara penulis, Kepala Seksi PHU
Kementrian Agama Kota Pontianak via telepon yang
menyatakan “Susunan kepanitian sesuai dengan surat
keputusan dari kepala kantor Kementrian Agama Kota
Pontianak, dan panitia yang ditunjuk semua staf dari
seksi PHU serta penanggung jawab ialah kepala kantor
sendiri bapak Drs. H. Jawani”.2
Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak telah
menanamkan rasa tanggung jawab kepada seluruh
pegawai atas pekerjaannya masing – masing, baik
dengan cara pemberian tugas maupun lain – ain sebagai
motivasi. Hal ini diharapkan mampu menciptakan
kedisiplinan, etos kerja, serta meningkatkan
2 Wawancara pribadi dengan Bapak H. Syamsul Bahri, Kepala Seksi
PHU Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak (Pontianak: 31 Maret 2018)
72
produktivitas kerja yang professional sesuai dengan misi
Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak.
Sumber daya manusia selain panitia yang mampu
menjadi pendorong tercapainya tujuan strategi ialah
pembimbing yang merupakan hal sangat utama dan
penting dalam pelaksanaan manasik haji, dimana
pembimbing merupakan salah satu yang sangat
dibutuhkan oleh para calon jamaah haji agar calon jamaah
haji dapat mengetahui berbagai ilmu manasik haji yang
harus dimiliki oleh setiap jamaah serta mengembangkan
potensi calon jamaah haji untuk dapat melaksanakan
ibadah haji secara mandiri sesuai dengan tuntunan agama
sehingga akan mendapatkan haji yang mabrur. Oleh
Karena itu Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak
menyiapkan pembimbing yang professional di bidang
pelaksanaan ibadah haji.
Dari penuturan pada bab II terkait persyaratan
pembimbing manasik haji, Kantor Kementrian Agama
Kota Pontianak menunjuk narasumber bimbingan
manasik haji dibuka oleh Walikota Pontianak bapak H.
Sutarmidji, dan diisi oleh Kepala Kantor Kementrian
Agama Kota Pontianak bapak Drs. H. Jawani dengan
materi seputar kebijakan pemerintah tentang
penyelenggaraan haji dan umrah, serta dari pihak Dinas
Kesehatan Kota Pontianak dengan materi seputar
kebijakan teknis kesehatan haji. Dan untuk materi
73
pemantapan manasik haji berbasis qalbu ditunjuklah Dr.
H. Wajidi Sayidi, M. Ag sebagai pembimbing materi.
2. Money (Biaya)
Dalam kegiatan pembinaan manasik haji yang
dilaksanakan oleh pihak Kementrian Agama Kota
Pontianak baik di tingkat manasik haji massal maupun
tingkat KUA kecamatan, biaya atau anggaran adalah
salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan, karena pada
pelaksanaannya memang telah disediakan anggaran biaya
bagi setiap jamaah untuk setiap pertemuan sebesar Rp.
50.000 biaya ini digunakan untuk konsumsi, penyediaan
sarana-prasarana dan transport kegiatan. Dan tidak hanya
untuk calon jamaah terdapat pula anggaran yang
diberikan untuk menunjang operasional pelaksanaan
pembinaan manasik haji yang diselenggarakan di Kota
Pontianak sesuai dengan Surat Edaran Dirjen PHU tahun
2016 Nomor: B-16.2469/Dj/Dt.II.I/Hj.01/05/2016
Adapun dana tambahan dari pemerintah yakni sebesar
Rp. 8.000.000,- untuk menunjang keberlangsungan
penyelenggaraan bimbingan manasik haji untuk
pengadaan barang, pemeliharaan inventaris, transportasi,
rapat – rapat koordinasi, publikasi dan dokumentasi.
Untuk ditingkat kecamatan, pemerintah
memberikan biaya penunjang sebesar Rp. 3.500.000,-
biaya ini untuk menunjang kebutuhan, honorarium, dan
transport kegiatan.
74
3. Materials (Bahan - bahan)
Untuk meningkatkan partisipasi dan minat calon
jamaah haji dalam mengikuti kegiatan manasik haji yang
diberikan pemerintah tentu tidak lepas dari bahan –
bahan yang diberikan dalam hal ini bahan yang diberikan
berupa sarana dan prasarana guna meningkatkan jumlah
kehadiran calon jamaah haji dalam mengikuti kegiatan
manasik, beberapa sarana dan prasarana yang diberikan
berupa buku panduan pelaksanaan manasik haji, alat
peraga, poster – poster informasi haji, serta alat bantu
dalam bentuk elektronik seperti pengeras suara, bahan
tayang terlampir, pemutar video. Dengan tersedianya
bahan – bahan tersebut mampu meningkatkan rasa
ketertarikan calon jamaah haji akan manasik haji dan
berdampak pada kehadiran jamaah pada setiap
pertemuan baik pada tingkat Kota maupun KUA
Kecamatan.
Tak hanya sarana dan prasarana yang merupakan
bahan – bahan dalam upaya meningkatkan kehadiran
calon jamaah haji mengiktu kegiatan manasik haji yaitu
materi atau isi dari penyampaian dari setiap pertemuan
yang berlangsunng, materi adalah salah satu hal pokok
yang harus disampaikan oleh pihak penyelenggara
kepada calon jamaah, dimana materi merupakan bekal
yang harus diketahui oleh jamaah agar pada pelaksanaan
ibadah haji dapat terlaksana dengan lancar dan benar
sesusai syariat.
75
Materi bimbingan manasik haji di Kota Pontianak
meyesuaikan dengan kurikulum yang ditetapkan dan
diberikan oleh Direktorat Jendral Penyelenggara Haji dan
Umrah.
Adapun materi yang diberikan saat manasik haji
pada Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak yaitu:
a. Kebijakan pemerintah tentang penyelenggaraan
ibadah haji
b. Kebijakan teknis pelayanan kesehatan jamaah haji
c. Bimbingan perjalanan haji
d. Bimbingan keselamatan penerbangan
e. Hikmah haji dan pelestarian haji
f. Arbai’in dan Ziarah
g. Akhlak sosial dan budaya Arab Saudi
h. Hak dan kewajiban jamaah
i. Pembentukan ketua regu, ketua rombongan dan ketua
kloter
Sedangkan ditingkat kecamatan materinya
meliputi: Bimbingan tata cara pelaksanaan manasik haji,
proses perjalanan ibadah haji, bimbingan pelaksanaan
umrah, bimbingan pelaksanaan ibadah ibadah haji dan
ibadah umrah, adab dalam berhaji, serta pelaksanaan
arbai’in, ziarah, dan hikmah haji.3
3 Wawancara pribadi dengan Bapak H. Syamsul Bahri, Kepala Seksi
PHU Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak (Pontianak: 18 Desember
2017)
76
Dalam upaya meningkatkan kehadiran calon jamaah haji
dalam mengikuti kegiatan manasik haji strategi yang
digunakan oleh Kantor Kementrian Agama Kota
Pontianak terkait dengan materi pembahasan ialah
dengan pemilihan materi yang tepat disetiap pertemuan
materi dianggap menjadi hal yang berpengaruh karena
membuat calon jamaah merasa tertarik dan tidak bosan
sehingga tingkat kehadiran pada kegiatan selanjutnya
akan meningkat disebabkan dari rasa ketertarikan
tersebut.
Tabel 4.1 Kurikulum Materi Kegiatan Manasik Haji Tingkat Kota
Hari/Tanggal Waktu Materi Pokok Bahasan JPL Narasumber Moderator
Selasa
25 Juli 2017
07.30
s.d
Selesai
Pembukaan
Coffe break
Kebijakan
Pemerintah
dalam
Penyelnggaran
Ibadah haji
Pembentukan
Kloter dan
Keselamatan
Penerbangan
Pembukaan Manasik
dan Pelepasan calon
jamaah
1. Kebijakan
pembinaan,
pelayanan, dan
perlindungan
2. Proses perjalanan
dan keselamatan
pernebangan
3. Hak dan
Kewajidan jamaah
Pengenalan perangkat
kloter, wewenang dan
kewajiban.
1. Aturan barang
bawaan jamaah saat
keberangkatan dan
pemulangan
2. Barang bawaan
yang perlu dan tidak
2
2
Walikota
Pontianak
Panitia
Kepala
Kanwil Prov.
Kalimantan
Barat
Kabid PHU
Panitia
Panitia
Mulyadi, S.
Pd. I
Mulyadi, S.
Pd.i
Rabu
26 Juli 2017
07.30
s.d
Selesai
Kebijakan
Teknis
Kesehatan Haji
[[[
Coffe break
Pemantapan
Manasik Haji
Berbasis Qalbu
Dan
Pelayanan kesehatan
jamaah sebelum
keberangkatan,
selama perjalanan dan
di Arab Saudi
1. Manasik haji
berbasis qalbu
2. Mewujudkan
Kemabruran Haji
2
2
Kadis
Kesehatan
Kota
Pontianak
Panitia
Dr. H. Wajidi
Sayadi, M. Ag
Mulyadi, S.
Pd. I
Mulyadi , S.
Pd. I
77
Tabel 4.2 Kurikulum Kegiatan Manasik Haji Tingkat Kecamatan4
KURIKULUM / SILABI
BIMBINGAN MANASIK HAJI JAMAAH REGULER TAHUN 1438
H/ 2017 M
NO MATER
I
TUJUAN POKOK BAHASAN METODE REFERENSI
1 BIMBI
NGAN
PERJA
LANAN
IBADA
H HAJI
JAMAAH HAJI
MENGETAHUI
PROSES
PERJALANAN
IBADAH HAJI
(GELOMBANG I
DAN II) DAN
PELAYANAN
AKOMODASI,
KATERING DAN
TRANSPORTASI
DI ARAB SAUDI
1. PERSIAPAN
SEBELUM
BERANGKAT KE
ASRAMA HAJI
2. KEGIATAN DI
ASRAMA HAJI
3. KEGIATAN SELAMA
DI PESAWAT
4. KEGIATAN DI
BANDARA ARAB
SAUDI PADA SAAT
KEDATANGAN DAN
PEMULANGAN
CERAMA
H, TANYA
JAWAB,
SIMULASI
1. BUKU
PAKET
BIMBINGA
N
MANASIK
HAJI
2. BUKU
TA’LIMAT
UL HAJJ
3. PEDOMAN
STANDAR
PELAYAN
AN
4 Dokumentasi Kantor KUA Kecamatan Pontianak Kota (Diperoleh
tanggal 19 Desember 2017)
Melestarikan
Kemabruran Haj
3. Menuju kesehatan
pribadi dan perubahan
mental
4. Pembentukan
karakter bangsa
melalui haji mabrur
78
5. KEGIATAN DALAM
PERJALANAN
MENUJU
PEMONDOKAN
6. KEGIATAN DI
PEMONDOKAN
MAKKAH/MADINAH
7. KEGIATAN DI
ARAFAH,
MUZDALIFAH DAN
MINA
8. KEGIAAN ZIARAH
DI MAKKAH DAN
MADINAH
AKOMODA
SI JAMAAH
HAJI
INDONESI
A DI ARAB
SAUDI
4. STANDAR
LAYANAN
TRANSPOR
TASI
2 BIMBI
NGAN
KESEH
ATAN
HAJI
JAMAAH HAJI
MENGETAHUI
MAKNA
KESEHATAN
(TATA CARA
MEMELIHARA) /
MENJAGA
KESEHATAN DAN
PENCEGAHAN
PENYAKIT DAN
HAK HAK
JAMAAH HAJI
DALAM
PELAYANAN
KESEHATAN
1. PELAYANAN
KESEHATAN
TERHADAP
JAMAAH HAJI DI
TANAH AIR DAN
ARAB SAUDI
2. JENIS OBAT –
OBATAN YANG
BOLEH DIBAWA
KE TANAH SUCI
3. PENANGANAN
DINI TERHADAP
JAMAAH HAJI
CERAMA
H, TANYA
JAWAB,
SIMULASI
CERAMA
H, TANYA
PEDOMAN
MANASIK
KESEHATAN
BUKU
PAKET
BIMBINGAN
79
BIMBI
NGAN
PELAK
SANAA
N
IBADA
H HAJI
JAMAAH HAJI
DAPAT MEMILIKI
AKHLAKUL
KARIMAH DAN
MEMAHAMI
ADAT ISTIADAT
BANGSA ARAB,
NIAT HAJI DAN
UMRAH, SERTA
SHALAT ARBA’IN
1. ETIKA DAN
AKHLAKUL
KARIMAH
SELAMA
PELAKSANAAN
IBADAH HAJI
2. PENGERTIAN HAJI
IFRAD, TAMATTU’,
QIRAN
3. PELAKSANAAN
SHALAT ARBA’IN
JAWAB,
SIMULASI
MANASIK
HAJI
3
BIMBI
NGAN
PELAK
SANAA
N
IBADA
H HAJI
DAN
UMRA
H
JAMAAH HAJI
DAPAT
MENGETAHUI
TATA CARA DAN
URUTAN
PELAKSANAAN
MANASIK HAJI
DAN UMRAH
1. BERPAKAIAN DAN
SHALAT SUNNAH
IHRAM
2. NIAT DAN
BACAAN
TALBIYAH
3. THAWAF
4. SA’I
5. TAHALLUL
CERAMA
H, TANYA
JAWAB,
SIMULASI
BUKU
PAKET
BIMBINGAN
MANASIK
HAJI
4 BIMBI
NGAN
PELAK
SANAA
N
IBADA
JAMAAH HAJI
DAPAT
MEMPRAKTIKKA
N TATA CARA
DAN URUTAN
1. PRAKTIK
MEMAKAI
PAKAIAN IHRAM
2. PRAKTIK NIAT
DAN SHALAT
SUNNAH IHRAM
TANYA
JAWAB,
SIMULASI
BUKU
PAKET
BIMBINGAN
MANASIK
HAJI
80
H HAJI
DAN
UMRA
H
PELAKSANAAN
IBADAH UMRAH
3. PRAKTIK THAWAF
4. PRAKTIK SA’I
5. PRAKTIK
TAHALLUL
5 BIMBI
NGAN
PELAK
SANAA
N
IBADA
H HAJI
/
MANA
SIK
HAJI
BIMBI
NGAN
PELAK
SANAA
N
IBADA
H HAJI
/
MANA
SIK
HAJI
JAMAAH HAJI
DAPAT
MENGETAHUI
TATA CARA DAN
URUTAN
PELAKSANAAN
IBADAH HAJI
JAMAAH HAJI
DAPAT
MEMPRAKTIKKA
N TATA CARA
DAN URUTAN
PELAKSANAAN
IBADAH HAJI
1. IHRAM/MIQAT
2. WUKUF DI
ARAFAH
3. MABIT DI
MUZDALIFAH
4. MABIT DI MINA
5. MELONTAR
JAMARAT
6. THAWAF
IFADHAH, SA’I
7. TAHALLUL AWAL,
TSANI
1. PRAKTIK
MEMAKAI IHRAM
2. PRAKTIK NIAT
DAN SHALAT
SUNNAH IHRAM
3. PRAKTIK WUKUF,
MABIT
MUZDALIFAH
DAN MINA
4. PRAKTIK
MELEMPAR
JAMARAT
CERAMA
H, TANYA
JAWAB,
SIMULASI
TANYA
JAWAB,
SIMULASI
BUKU
PAKET
BIMBINGAN
MANASIK
HAJI
BUKU
PAKET
BIMBINGAN
MANASIK
HAJI
81
5. PRAKTIK THAWAF
IFADHAH
6. PRAKTIK
TAHALLUL
6
IBADA
H DAN
KEGIA
TAN
SELAM
A DI
PESAW
AT
JAMAAH HAJI
DAPAT
MENGETAHUI
KONDISI DI
PESAWAT,
KEGIATAN
IBADAH DI
PESAWAT DAN
MENJAGA
KESELAMATAN
DALAM
PENERBANGAN
1. BERSUCI
(WUDHU/TAYAMU
M) DI PESAWAT
2. SHALAT DI
PESAWAT
3. MAKAN, MINUM
DAN ISTIRAHAT
DI PESAWAT
4. MEMBACA AL-
QURAN, ZIKIR
DAN DO’A
5. TATA CARA
MENGGUNAKAN
FASILITAS
PESAWAT
6. MENJAGA
KESELAMATAN
PENERBANGAN
CERAMA
H, TANYA
JAWAB,
SIMULASI
BUKU
PAKET
BIMBINGAN
MANASIK
HAJI
4. Market (Pasar)
Strategi yang digunakan dalam upaya
meningkatkan jumlah partisipasi calon jamaah haji
dalam mengikuti kegiatan manasik haji terkait
82
pemasaran atau proses penjualan produk atau dalam
bahasa lain menyebarluaskan kegiatan manasik haji ini
dengan melalui poster – poster yang ditampilkan pada
kantor Kementrian Agama Kota Pontianak yang
berhubungan dengan jadwal kegiatan, narasumber, serta
informasi lain yang berhubungan dengan pelaksanaan
manasik haji. Tak hanya berhenti pada itu saja, Kantor
Kementrian Agama Kota Pontianak bergerak pro-aktif
dalam menginformasikan kegiatan – kegiatan manasik
haji melalui website resmi, dan serta undangan.
5. Methods (Metode)
Selanjutnya strategi dalam upaya meningatkan
kehadiran jamaah calon haji pada kegiatan manasik haji
ialah dari sisi metode, dan metode yang digunakan saat
pelaksanaan pembinaan manasik pada Kementrian Kota
Pontianak adalah metode ceramah dan tanya jawab
antara pemateri dan calon jamaah haji, praktik manasik
dan simulasi.
Pelaksanaan bimbingan manasik haji bisa
dilakukan dengan berbagai metode tatap muka, media
cetak dan elektronik, internet, konsultasi telepon, dan
penerbitan buku – buku, baik sebelum masa pendaftaran
haji, periode pendaftaran, sampai saat pemberangkatan,
83
selama di Arab Saudi sampai setelah kembali ke tanah
air.5
Adapun beberapa metode bimbingan calon jamaah
haji antara lain:
a) Ceramah
Metode ceramah adalah penerangan secara
lisan bahan pembelajaran kepada sekelompok
pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu dalam jumlah yang relative besar. Dengan
metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya
inspirasi bagi pendengarnya.6 Dalam hal manasik
haji metode ceramah selalu menjadi unggulan para
pembimbing dalam menjelaskan atau menerangkan
materi tentang haji.
Dalam metode ini, yang perlu diperhatikan
ialah hendaknya ceramah yang diberikan oleh guru
mudah dimengerti oleh siswanya, mudah diterima
serta mampu menstimulasi pendengar untuk
melakukan hal – hal yang baik dan benar dari isi
ceramah yang diberikan guru.
5 Achmad Nidjam dan Alatief Hanan, Manajemen Haji : Studi Kasus
dan Telaah Implementasi Knowledge workers, (Jakarta : Zikrul Hakim, 2001)
cet. I, hal. 73 6 Muhammad Anas, Mengenal Metodologi Pembelajaran, (Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012), h. 21.
84
Gambar 4.1 Penyampaian Materi dengan Metode Ceramah
b) Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyampian
pelajaran melalui interaksi dua arah dari guru
kepada siswa atau dari siswa kepada gutu agar
diperoleh jawaban kepastian materi. Dalam metode
tanya jawab, guru dan siswa sama-sama aktif agar
tidak tergantung pada keaktifan guru.7
Dalam hal bimbingan manasik haji, metode
ini merupakan strategi mengukur sejauh mana
pemahaman calon jamaah terhadap materi yang
telah disampaikan pembimbing, serta dapat
membangkitkan respon para calon jamaah.
7 Muhammad Anas, Mengenal Metodologi Pembelajaran,...... h. 17.
85
Gambar 4.2 Seorang Peserta Bertanya Kepada Pembimbing
c) Simulasi / Praktik Manasik Haji
Dalam metode simulasi, Udin Syaefudin
menyatakan bahwa simulasi merupakan replika
atau visualisasi dari perilaku sebuah sistem,
misalnya sebuah perencanaan pendidikan, yang
erjalan pada kurun waktu yang tertentu. Jadi dapat
dikatakan bahwa simulasi itu adalah sebuah model
yang berisi seperangkat variabel yang menampilkan
ciri utama dari sistem kehidupan yang sebenarnya.
Simulasi memungkinkan keputusan-keputusan
86
yang menentukan bagaimana ciri-ciri utama itu bisa
dimodifikasi secara nyata.8
Gambar 4.5 Simulasi Thawaf Di Asrama Haji Pontianak
Dalam bimbingan manasik haji, metode
simulasi merupakan metode yang tepat untuk
mengkondisikan keadaan pada saat berhaji seperti
melaksanakan rukun dan wajib haji. Metode ini
sangat membantu para jamaah dalam menambah
pengetahuannya serta dapat mempunyai gambaran
apa saja yang dilakukan selama ditanah suci.
Metode yang digunakan dalam setiap
pertemuan bimbingan manasik rata – rata
menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan
8 Syaefudin, Perencanaan Pendidikan Pendekatan Komprehensif,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 129.
87
diskusi, namun beberapa materi harus disampaikan
dengan metode simulasi/praktik, contohnya ketika
mempraktikan penggunaan ihram, thawah, sa’i dan
sebagainya. Dan ketika pertemuan ke-enam praktik
memakai kain ihram, thawaf, sa’i, shalat sunnah
dan niat, wukuf, melontar jumrah, tahallul.
Penggunaan beberapa metode diatas dapat
membantu peserta manask haji untuk memahami
materi bimbingan yang telah diberikan. Umpan
balik dari peserta akan bangkit sejalan dengan
metode pembinaan manasik haji yang sesuai
dengan kondisi peserta. Jadi penggunaan metode
yang bervariasi ini adalah strategi yang digunakan
oleh Kementrian Agama Kota Pontianak dalam
menghimbau kepada setiap jamaah bahwa kegiatan
manasik haji tidak monoton dan bervariasi dalam
penyampaian nya.
Untuk meningkatkan partisipasi jamaah
dalam kegiatan bimbingan manasik haji Kantor
Kementrian Agama Kota Pontianak menganjurkan
kepada seluruh jamaah yang tergabung di Kota
Pontianak untuk bergabung dengan KBIH. Karena
KBIH sangat berperan yakni sebagai penyambung
lidah dari pihak pemerintah Kantor Kementrian
Agama Kota Pontianak kepada para calon jamaah
haji, setiap informasi yang disampaikan oleh Kantor
Kementrian Agama Kota Pontianak pasti pihak
88
KBIH terlebih dahulu menerima informasi tersebut
dan diteruskan kepada para calon jamaah haji untuk
segala kegiatan terkait pelaksanaan ibadah haji
namun pihak pemerintah tetap melaksanakan
tugasnya seperti mengundang para calon jamaah
haji untuk mengikuti kegiatan bimbingan manasik.9
Peran KBIH juga dapat memperjelas dan
mempermudah kegiatan manasik haji dengan
pertemuan dengan jumlah yang banyak dan
keefektifan setiap materi yang disampaikan secara
baik dan tepat dalam memilih metode serta sarana
yang digunakan, mengikat tali silaturrahim diantara
jamaah baik ketika bergabung, selama di tanah suci,
maupun ketika setibanya di tanah air, ini dibuktikan
dengan adanya kegiatan pertemuan pasca haji yang
dilakukan oleh KBIH, dan yang terpenting ialah
mencegah daripada hal – hal yang tidak diinginkan
ketika dalam perjalanan dan pelaksanaan ibadah
haji.
B. Penyelenggaraan Manasik Haji Kantor Kementrian
Agama Kota Pontianak Tahun Keberangkatan 2017
Penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas
nasional yang menajadi kewajiban pemerintah. Tugas ini
dibagi kepada wilayah – wilayah provinsi, kota/kabupaten,
9 Wawancara pribadi dengan Bapak H. Syamsul Bahri, Kepala Seksi
PHU Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak (Pontianak: 18 Desember
2017)
89
sampai tingkat kecamatan, dan juga pemerintah melibatkan
instansi diluar pemerintah. Semua lapisan elemen yang
bergerak menyelenggarakan manasik haji sudah diatur oleh
Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri, Keputusan
Dirjen untuk menjadi pedoman dalam setiap
pelaksanaannya.
Penyelenggaraan manasik haji kota Pontianak ini
memiliki beberapa tahapan – tahapan dalam
pelaksanaannya, yang pertama perencanaan program
pembinaan calon jamaah haji kota Pontianak tahun 2017,
yang kedua pembentukan panitia pelaksana program
manasik haji, dan yang ketiga penetapan program
pembinaan calon jamaah haji.
a. Perencanaan
Tahapan yang pertama ialah perencanaan
program pembinaan calon jamaah haji, proses
perencanaan ini sudah ditetapkan oleh Kementrian
Agama Kota Pontianak dalam beberapa proses antara
lain:
1) Pendataan dan Pendaftaran Jamaah Haji Per-
Kecamatan
Program perencanaan pembinaan calon haji
ini dimulai dari terbitnya Surat Edaran Kementrian
Agama RI kepada Kantor Wilayah Kementrian
Agama Provinsi yang tertuang dalam Surat Edaran
Dirjen Haji tahun 2017 Nomor: B-
10.2391/Dj/Dt.II.I/Hj.01/04/2017 dan selanjutnya
90
diterbitkan Surat Edaran Dirjen Haji tahun 2017
Nomor 16.2469/Dj/Dt.II.I/Hj.01/04/2017 tentang
biaya pelaksanaan bimbingan manasik haji tingkat
Kota/Kabupaten dan KUA Kecamatan. Dalam UU
No. 13 Tahun 2008 bahwa Jamaah Haji adalah
Warga Negara Indonesia yang beragama Islam dan
telah mendaftarkan diri untuk menunaikan Ibadah
Haji sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Sedangkan yang berhak menerima bimbingan
manasik haji ialah jamaah haji yang telah melunasi
BPIH dalam alokasi keberangkatan tahun berjalan.
Pada tahun 2017 jumlah kuota jamaah haji
Kota Pontianak berjumlah 651 jamaah. Jumlah
kuota jamaah haji ini diterbitkan setelah ada
rumusan Kementrian Agama Provinsi Kalimantan
Barat, jumlah kuota ini sudah termasuk
pengembalian kuota pemotongan akibat perbaikan
Masjidil Haram yang sebelumnya kuota jamaah
Kota Pontianak sejumlah 431 jamaah.
Sehubungan kuota haji Kota Pontianak
sebanyak 651 (enam ratus lima puluh satu) maka
kegiatan bimbingan manasik haji massal
dilaksanakan di Aula Masjid Raya Mujahiddin,
yang beralamat Jalan Jendral Ahmad Yani,
Pontianak. Pemilihan tempat kegiatan bimbingan
manasik haji massal di Masjid Raya Mujahiddin ini
atas dasar kapasitas yang mampu menampung
91
seluruh jamaah, serta memiliki letak yang strategis
karena berada di pusat Kota Pontianak. Sedangkan
untuk kegiatan bimbingan manasik haji klasikal
dilakukan di setiap kecamatan yang dimana
kegaiatan tersebut dilaksanakan di masjid – masjid
sesuai dengan keputusan Kepala Kantor Urusan
Agama disetiap kecamatan, salah satu contoh
kecamatan Pontianak Kota melaksanakan kegiatan
bimbingan manasik haji di Masjid Al-Muwaffaqah,
Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo.10
Waktu pelaksanaan bimbingan manasik haji
yang dilaksanakan oleh Kantor Kementrian Agama
Kota Pontianak yang pertama pada tanggal 25 Juli
2017, kegiatan tersebut dapat dibilang mundur dari
jadwal yang ditentukan oleh Dirjen
Penyelenggaraan Haji dan Umrah dikarenakan
pencairan dana alokasi kegiatan bimbingan
manasik haji sedikit terlambat.11
Setelah diketahui jumlah jamaah haji
perkecamatan, lalu pihak Kementrian Agama Kota
Pontinak membuat Manifest, dan nantinya manifest
ini akan terus digunakan untuk proses absensi dan
pengecekan jamaah haji tahun keberangkatan, dan
10 Wawancara pribadi dengan Bapak H. Syamsul Bahri, Kepala Seksi
PHU Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak (Pontianak: 18 Desember
2017) 11 Wawancara pribadi dengan Bapak H. Syamsul Bahri, Kepala Seksi
PHU Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak (Pontianak: 18 Desember
2017)
92
juga menjadi dokumen ketika pelaksanaan program
pembinaan haji Kota dan Kecamatan.
Berikut daftar wilayah kegiatan bimbingan
manasik haji tingkat KUA Kecamatan di Kota
Pontianak yang terbagi dalam enam wilayah:
a. Wilayah 1: Kecamatan Pontianak Barat
b. Wilayah 2: Kecamatan Pontianak Kota
c. Wilayah 3: Kecamatan Pontianak Timur
d. Wilayah 4: Kecamatan Pontianak Utara
e. Wilayah 5: Kecamatan Pontianak Selatan
f. Wilayah 6: Kecamatan Pontianak Tenggara
Ganbar 4.6 jumlah jamaah haji Kota Pontianak Per Kecamatan
Dari enam wilayah tersebut Kecamatan
Pontianak Barat memiliki jumlah jamaah lebih dari
150 orang. Wilayah Kecamatan Pontianak Barat
KEC. PONTIANAK KOTA24%
KEC. PONTIANAK BARAT
34%
KEC. PONTIANAK TIMUR
11%
KEC. PONTIANAK UTARA
10%
KEC. PONTIANAK SELATAN
11%
KEC. PONTIANAK TENGGARA
10%
JUMLAH JAMAAH PER KECAMATAN
KEC. PONTIANAK KOTA KEC. PONTIANAK BARATKEC. PONTIANAK TIMUR KEC. PONTIANAK UTARAKEC. PONTIANAK SELATAN KEC. PONTIANAK TENGGARA
93
193 jamaah, Kecamatan Pontianak Kota 133
jamaah, Kecamatan Pontianak Timur 62 jamaah,
Kecamatan Pontianak Selatan 62 jamaah,
Kecamatan Pontianak Utara 58 jamaah, Kecamatan
Pontianak Tenggara 53 jamaah. Data tersebut
belum diperbaharui dengan penambahan kuota
sejumlah 58 jamaah.12
2) Pembentukan Panitia Pelaksana Program Manasik
Haji
a) Panitia Pembinaan Haji Kota
Pembentukan kepanitian dalam
pelaksanaan program bimbingan manasik haji
diputuskan oleh Kepala Kantor Kementrian
Agama Kota Pontianak. Kepanitian yang
diputuskan ini berlaku pada seluruh program
bimbingan manasik haji tingkat Kota
Pontianak.
Kepanitiaan bimbingan manasik haji Kota
Pontianak ditetapkan dalam Surat Keputusan
Kepala Kantor Kementrian Agama Kota
Pontianak Nomor: 170 Tahun 2017 yang
ditetapkan pada tanggal 06 Juli 2017.
b) Panitia Bimbingan Calon Jamaah Haji Tingkat
KUA Kecamatan
12 Dokumentasi Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak
(Diperoleh tanggal 19 Desember 2017
94
Bimbingan calon jamaah haji tingkat
KUA Kecamatan pada tahun 2017 di Kota
Pontianak sebanyak 6 kali pertemuan, pada
setiap pertemuannya berbeda – beda materi
yang disampaikan kepada jamaah, sesuai
dengan pedoman yang telah ditetapkan oleh
Kementrian Agama RI.
Kota Pontianak terdapat 6 kecamatan yang
dimana tiap kecamatan melaksanakan kegiatan
manasik haji. Dan panitia dari tiap – tiap
pelaksanaan manasik haji ialah staf dari Kantor
Urusan Agama di kecamatan tersebut.
3) Penetapan Program Penyelenggaraan Manasik Haji
Program pembinaan haji sejatinya
ditetapkan oleh Kementrian Agama pusat, namun
berkaita dengan teknis program adalah bagian dari
tugas wilayah pelaksana. Kementrian Agama Kota
Pontianak menetapkan teknis program setelah
melakukan rapat bersama, adapun yang menjadi
tugas program pembinaan haji pada tingkat kota ini
berkaitan dengan pembagian wilayah untuk
kecamatan, dan tempat pelaksaan, sedangkan untuk
waktu, metode dan materi adalah mengikuti
ketentuan yang ditetapkan oleh Kantor Wilayah
Provinsi Kalimantan Barat. Adapun mengenai
narasumber untuk wilayah kecamatan ditentukan
95
oleh panitia wilayah itu sendiri sesuai dengan
materi pertemuan.
Program penyelenggaraan manasik haji kota
Pontianak antara lain:
a) Pembuatan dan Pendistribusian Undangan
Manasik Haji
b) Penyimpanan dan pengarsipan data calon
jamaah haji yang mengikuti bimbingan
manasik haji
b. Pelaporan dan Evaluasi Kerja
Sesuai dengan Surat Keputusan Dirjen PHU
Nomor D/157/ 2016 pada bab IX bahwa setiap akhir
kegiatan bimbingan, Kantor Kementrian Agama
Kota/Kabupaten maupun KUA Kecamatan wajib
membuat laporan pertanggung jawaban. Laporan yang
dimaksud adalah laporan pelaksanaan kegiatan dan
laporan keuangan yang wajib dibuat selambat –
lambatnya 2 minggu setelah kegiatan dilaksanakan.
Laporan ini dibuat secara berjenjang yang
meliputi, KUA Kecamatan menyiapkan laporan
pelaksanaan kegiatan bimbingan manasik haji di
wilayah kecamatan kepada Kantor Kementrian Agama
Kota Kota Pontianak, setelah itu Kementrian Agama
Kota Pontianak membuat laporan pelaksanaan kegiatan
bimbingn manasik haji tingkat Kota dan
mengkompilasikannya dengan pelaksanaan bimbingan
manasik haji tingkat KUA Kecamatan diwilayahnya,
96
selanjutnya melaporkan ke Kanwil Kementrian Agama
Provinsi Kalimantan Barat, kemudian Kanwil
Kementrian Agama Provinsi Kalimantan Barat
membuat laporan akhir seluruh pelaksanaan bimbingan
manasik haji diwilayahnya dan melaporkan kepada
Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Cq. Direktorat
Pembinaan Haji.13
Laporan Pertanggungjawaban bimbingan manasik
haji harus melampirkan daftar hadir peserta dan
narasumber, bahan/materi bimbingan, kwitansi
pengeluaran, dan dokumentasi.
Adapun mengenai laporan akhir, Kementrian Agama
Kota Pontianak mengumpulkan laporan kegiatan dari 6
kecamatan yang melaksanakan kegiatan bimbingan
manasik haji, lalu kumpulkan dan dikompilasikan
dengan kegiatan manasik haji massal tingkat kota, dan
hasilnya dilaporkan dan diserahkan ke Kanwil
Kementrian Agama Provinsi Kalimantan Barat untuk
dilaporkan kepada Dirjen PHU.
13 Keputusan Direktur Jendral Penyelenggaraan Haji dan Umrah
Nomor D/157/2016, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Manasik Haji Oleh
Kantor Kementrian Agama Kota/Kabupaten dan KUA Kecamatan. h. 7
97
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah meneliti, membahas dan menguraikan tentang
Strategi Pembinaan Kantor Kementrian Agama Kota
Pontianak dalam Meningkatkan Partisipasi Jamaah
Mengikuti Manasik Haji Tahun Keberangkatan 2017,
maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1. Formulasi yang digunakan adalah perencanaan
kegiatan dan persiapan yang matang serta meninjau
aspek – aspek manajemen yang telah diuraikan menjadi
strategi yang digunakan oleh Kantor Kementrian
Agama Kota Pontianak dalam upaya meningkatkan
jumlah jamaah mengikuti kegiatan manasik haji. Serta
peran penting KBIH juga tak dapat dilepaskan dari
upaya peningkatan partisipasi jamaah dalam mengikuti
kegiatan manasik haji.
2. Dampak dari strategi yang digunakan oleh Kantor
Kementrian Agama Kota Pontianak dapat merubah
pola pikir masyarakat bahwa kegiatan manasik haji
menarik dan penting untuk diikuti setiap calon jamaah
haji.
3. Penyelenggaran yang dilakukan oleh Kantor
Kementrian Agama sesuai dengan pedoman yang
diberikan oleh Kementrian Agama RI melalui Dirjen
PHU Cq. Pembinaan Haji
98
B. Saran
1. Kegiatan bimbingan manasik haji ini ditambah
kuantitasnya agar lebih diterimanya dan difahami
dengan baik oleh para calon jamaah haji, karena
manasik haji ini merupakan hal penting yang
didapatkan setiap calon jamaah haji.
2. Meningkatkan sarana pra-sarana menjadi salah satu
saran agar kenyamanan dan partisipasi calon jamaah
haji meningkat dalam mengikuti setiap kegiatan, salah
satunya gedung yang representatif untuk kegiatan
bimbingan manasik haji.
3. Pengevaluasian pada setiap kegiatan agar kegiatan
bimbingan manasik haji terus mengalami perbaikan
sesuai dengan masyarakat dewasa ini.
99
Daftar Pustaka
A, Hallen. Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Jakarta: Ciputat
pers, 2002
Al-Damasyqi, Abu al-Fida Ismail Ibn Katsir. Tafsir al-Turan al-
Azim, Kairo: Maktabah Aulad al-Syaikh li al-Turats, cet. 1,
j. II, 1421 H/2000 M
Al-shahhah, Al-jawharu. Jilid 1, al-jawhari, Ismail ibn Hammad,
al-shahhah Taj al-Lugha wa Shahhah al-arabiyyah, Kairo,
1376 H-1957M
Amir, M. Taufiq. Manajemen Strategik: Konsep dan Aplikasi,
Depok: PT Rajagrafindo Persada
Amir, Samsul Munir. Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta:
Amzah, 2010
Anas, Muhammad. Mengenal Metodologi Pembelajaran, Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012
David Hunger, J, Manajemen Strategis, Yogyakarta: Andi, 2003
David, Fred R. Manajamen Strategi Konsep, Jakarta: Prenhalindo,
2002
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005
Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sambutan Menteri Agama RI,
Prof. Dr. H. Said Agil Al-Munawar, Husin. Buku Sejarah
Mekah, Madinah: Al-RasheedPrinters, 2003
Ghazali, M. Bahri. Dakwah Komunikatif: Membangun Karakter
Ilmu Komunikasi Dakwah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,
1997
100
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Bumi
Aksara, 2013
H., Tantan, dkk. “Dasar – Dasar Pengembangan Masyarakat
Islam”, Ciputat: UIN Jakarta Press 2013
Hadi, Sutrisno. Metode Research III, Yogyakarta: Yayasan
Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1984
Harahap, Sumuran. Kamus Istilah Haji dan Umrah, Jakarta: Mitra
Abadi Press, 2008
Hetifah, Sumarto Sj. “Inovasi Partisipasi dan Good Governence,
20 Prakarsa Inovatif dan Partisipatif di Indonesia”,
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008
Hunger, & J. David. Manajemen Strategis, Yogyakarta: Andi,
2003
Huraerah, Abu dan Mety Melawati. “Pengorganisasian &
Pengembangan Masyarakat: Model Strategi
Pengembangan Berbasis Kerakyatan”, Bandung: PT.
Humaniora Utama Press, 2008
Hutabarat, Jemsly dan Martani Huseini. Strategi: Pendekatan
Komprehensif dan Terintegrasi “Strategic Excellence” dan
“Operational Excellence” Secara Simultan Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia, 2012
Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial, Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2009
Ife, Jim dan Frank Tesoriero. “Comunity Development, Alternatif
Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi Community
Development”, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008
101
Imadudin, Deden. Mengenal Haji, Jakarta: PT Mitra Aksara
Panjaitan, 2011
Kardiman, A. M. Pengantar Ilmu Manajemen, Jakarta: PT.
Pronhalindo, t.t
Kartono, Ahmad. Solusi Hukum dalam Permasalahan Ibadah
Haji, Jakarta: T.pn, 2015
Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji
dan Umrah, Desain Pola Penyuluhan dan Bimbingan
Jamaah Haji (Jakarta: Departemen Agama RI, 2011
Kementrian Agama RI, Data dan Profil Penyelenggaraan Ibadah
Haji Khusus, Jakarta: Dirjen Penyelenggaraan Haji dan
Umrah 2013
Kementrian Agama RI, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji
dan Umrah, Desain Program, Jakarta, 2010
Keputusan Dirjen Penyelenggaraan Haji Umrah tahun 2015
Nomor D/222/2015 tentang Pedoman Pelaksanaan
Bimbingan Manasik Haji oleh Kementrian Agama
Kabupaten / Kota dan KUA Kecamatan
Madrie. Beberapa Faktor Penentu Partisipasi dalam
Pembangunan Pedesaan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1986
Majid, Abdul. Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014
Mansur, Isa. Upaya Menggapai Haji Mabrur, Kudus: menara
Kudus, 1997
Manulang, Dasar – Dasar Manajemen, Jakarta: Ghalia Indonesia,
1996
102
Mardikanto, Totok dan Poerwoko Soebiato. Permberdayaan
Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan Publik, Bandung:
Alfabeta, 2003
Moeloeng, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1993
Muller, Johannes. Perkembangan Masyarakat Lintas-Ilmu,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006
Munir, Muhammad, Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana, 2006
Musnad, Muhammad bin Abdul Aziz al. Fatwa – Fatwa Haji dan
Umrah, Jakarta: PT Imam Asy-Syafi’i, 2017
Nawawi, Hadari. Manajemen Strategi Non Profit Bidang
Pemerintahan Dengan Ilustrasi Dibidang Pendidikan,
Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press, 2006
Nidjam, Achmad dan Alatief Hanan. Manajemen Haji: Studi kasus
dan Telaah Implementasi Knowledge Workers, Jakarta:
Zikrul Hakim, 2001
Pusat Bahasa – Depdiknas RI – Organizational Body. Kamus
Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: PT Balai
Pustaka, cet 3, 2005
Putuheba, M. Shaleh. Histografi Haji Indonesia, Yogyakarta: PT.
LKIS Pelangi Aksara Yogyakarta, 2007
Rokhmad, Ali. Manajemen Haji: Membangun Tata Kelola Haji
Indonesia, Jakarta: Media Dakwah, 2016
Ruslan, Rosady. Metode Penelitian Publik Relations dan
Komunikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003
103
Santoso. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam
Pembangunan Nasional, Bandung: Penerbit Alumni, 1988
Sarosa, Samiaji. Penelitian Kualitatif, Jakarta: Indeks, 2012
Sastropoetro, Santoso. ”Partisipasi Komunikasi, Persuasif dan
Disiplin dalam Pengembangan Nasional”, Bandung:
Alumni, 1986
Siagian, Sondang P. Manajemen Modern, Jakarta: Masagung,
1994
Soekanto, Soejono. Kamus Sosiologi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1993
Soetrisno, Loekman. Menuju Masyarakat Partisipatif,
Yogyakarta: Kanisius, 1995
Solihin, Ismail, Manajemen Strategik, Jakarta: Erlangga, 2016
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2013
Sukardi, Dewa Ketut. Pengantar Pelaksanaan Program
Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka
Cipta, 2008
Supi, Zainal. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Ibadah Haji,
Jakarta: Kementrian Agama RI Direktorat Jendral
Penyelenggaraan Haji dan Umrah 2011
Supratikno, Hendrawan. Advanced Strategic Management: Back
to Basic Approach, Jakarta: PT. Gravindo Utama, 2003
Supriyono. Manajemen Strategi dan Kebijaksanaan Bisnis,
Yogyakarta: BPFE, 1986
Syaefudin. Perencanaan Pendidikan Pendekatan Komprehensif,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005
104
Syukir, Asmuni. Dasar – Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya:
Al Ikhlas, 1995
Thomas David, Wheleen, Manajemen Strategisi, Yogyakarta:
Andi, 2003
Umar, Husein. Strategic Management in Action, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2001
Umar, M. dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, Bandung: CV
Pustaka Setia, 1998
Undang – Undang RI Nomor 13 Tahun 2008 Tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji
Usman, Husaini dan Purnomo Akbar Setiady. Metodologi
Penelitian Sosial, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003
Wahyudin, Udin. FiTih, Bandung: Grafindo Media Pratama, 2008
Walgito, Bimo. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung:
CV. Ilmu, 1975
Yusuf, Ahmad Muhammad. Ensiklopedi Tematis Ayat Al-Tur’an
& Hadits, Jakarta: Widya Cahaya, 2009
105
Internet
Artikel diakses pada 31 Maret 2018
www.sarjanaku.com/2013/01/metode-pengumpulan-
data-teknik.html?m=1
Artikel diakses pada 31 Maret 2018
www.fourseasonnews.com/2012/06//ciri-ciri-
strategi.html
106
HASIL PENELITIAN WAWANCARA
STRATEGI PEMBINAAN KANTOR KEMENAG
KOTA PONTIANAK DALAM MENINGKATKAN
PARTISIPASI JAMAAH MENGIKUTI MANASIK
HAJI TAHUN KEBERANGKATAN 2017
Data Wawancara
Nama Lengkap : H. Syamsul Bahri, S. Ag, M. Si
Jabatan : Kepala Seksi Haji
Tanggal dan Tempat : 18 Desember 2017, Kantor Kementrian
Agama Kota Pontianak
Pertanyaan dan Jawaban Penelitian:
Keterangan: T (Tanya), J (Jawab)
1. T: Bagaimana upaya peningkatan jumlah jamaah yang
mengikuti manasik haji pada tahun 2017?
J: Tentu dengan peningkatan kualitas pelayanan baik dari
pemilihan sumber daya yang handal di bidang manasik haji,
penggunaan metode yang tepat, serta sarana dan prasana yang
tersedia juga menjadi upaya agar para jamaah tertarik dengan
kegiatan manasik haji.
2. T: Untuk apa upaya tersebut dilaksanakan?
J: Yang pasti untuk meningkatkan kualitas pelayanan
penyelenggaraan ibadah haji sesuai dengan misi Kementrian
Agama Kota Pontianak, dan juga untuk meningkatkan minat
setiap jamaah mengikuti kegiatan manasik haji dengan
pelayanan yang itu.
107
3. T: Bagaimana proses pelaksanaan kegiatan bimbingan manasik
haji di kota pontianak?
J: Untuk Kegiatan bimbingan manasik haji di kota pontianak
ini sudah sesuai prosedur yang di berikan oleh Ditjen PHU
Kementrian Agama RI Cq Bina Haji, mulai dari SK Kanwil
yang diberikan ke Kantor Kota kemudian membentuk panitia
dikeluarkannya SK panitia, menyusun rancangan kegiatan dan
serta pelaksanaannya semua sudah sesuai dengan prosedur
yang diberikan oleh pusat.
4. T: Siapa saja yang menjadi masuk kedalam kepanitiaan
tersebut?
J: Yang menjadi panitia penyelenggaraan bimbingan manasik
haji ini ialah staff pegawai Kantor Kementrian Agama Kota
Pontianak yang berada dibawah seksi kepengurusan haji dan
umrah, ditambah kepala kantor selaku penanggung jawab.
5. T: Berapa jumlah kuota jamaah haji dan siapa saja peserta
bimbingan manasik haji yang dilaksanakan oleh Kantor
Kementrian Agama Kota Pontianak dalam bimbingan manasik
haji ini?
J: Untuk kuota haji Kota Pontianak sesuai dengan kuputusan
Gubernur ialah 651 orang, sedangkan peserta bimbingan
manasik haji ini sudah tentu para calon jamaah haji yang sudah
mendaftar dan melunasi BPIH ditahun berjalan, dan jumlah
total yang mengikuti kegiatan bimbingan manasik haji ini ada
662 jamaah, hal ini dikarenakan ada penambahan kuota
pengajuan untuk lansia dan terpisah mahram pendamping yang
disetujui oleh pusat.
108
6. T: Dimana kegiatan bimbingan manasik haji ini dilaksanakan?
J: Untuk kegiatan bimbingan manasik haji massal diadakan di
aula Masjid Raya Mujahidin panitia beralasan karena akses
menuju tempat tersebut sangat mudah karena berada dipusat
kota sehingga semua jamaah dari berbagai kecamatan tidak
merasa keberatan, dan juga aula Masjid Raya Mujahidin ini
besar jadi mampu menampung seluruh peserta bimbingan
manasik haji massal dan yang terpenting ini berada di
kompleks Masjid jadi untuk pelaksanaan sholat tinggal naik ke
lantai atas aula. Sedangkan kegiatan di tingkat KUA
Kecamatan bimbingan manasik haji dilaksanakan di mesjid
sekitar Kecamatan tersebut seperti Kecamatan Pontianak Kota
di Masjid Al-MuwaffaTah jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo.
7. T: Materi apa saja yang disampaikan ketika kegiatan
bimbingan manasik haji berlangsung?
J: Untuk materi yang disampaikan yaitu kita bagi menjadi 2
hari yaitu tanggal 25 Juli 2017 dan 26 Juli 2017, dihari pertama
para calon jamaah akan mendapatkan materi seputar kebijakan
pemerintah tentang penyelenggaraan ibadah haji tahun 2017,
pembentukan kloter serta keselamatan penerbangan. Untuk
hari kedua materi yang disampaikan adalah terkait kebijakan
teknis kesehatan haji dan pemantapan manasik haji berbasis
Talbu dan melestarikan kemabruran haji. Dan untuk kegiatan
disetiap KUA Kecamatan juga sudah dipersiapkan untuk
pemantapan kegiatan manasik haji oleh setiap Kepala Kantor
KUA masing – masing wilayah.
109
8. T: Siapa saja yang mengisi materi ketika bimbingan manasik
haji tersebut?
J: Pada pelaksanaan bimbingan manasik haji massal
narasumbernya ialah: Kepala Kanwil Kementrian Agama
Provinsi Kalimantan Barat, Kepala Bidang Penyelenggaraan
Haji dan Umrah, Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak, DR.
H. Wajidi Sayadi, M.Ag. Sedangkan untuk setiap pertemuan
yang dilaksanakan di setiap KUA Kecamatan juga sudah
ditentukan oleh setiap Kepala Kantor KUA
9. T: Bagaimana standar penetapan pembimbing manasik haji di
Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak?
J: Pihak Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak dan KUA
Kecamatan tidak sembarangan dalam menentukan siapa saja
yang berhak dalam menyampaikan materi terkait pelaksanaan
ibadah haji karena inti dari bimbingan manasik haji itu ialah
manasik tersebut mampu tersampaikan kepada seluruh peserta,
ada beberapa kriteria yang panitia tetapkan untuk menjadi
seorang narasumber atau pembimbing manasik haji
10. T: Adakah kendala yang dialami selama kegiatan bimbingan
manasik haji ini berlangusng?
J: Ada beberapa kendala yang kami alami yakni masih belum
tersedianya gedung yang representatif untuk pelaksanaan
bimbingan manasik haji, dan keterlambatan turun nya dana
anggaran untuk pelaksanaan kegiatan bimbingan manasik haji
ini menyebabkan mundurnya jadwal dari yang semula
dijadwalkan
110
11. T: Apakah para jamaah merasa keberatan dengan adanya
anjuran untuk bergabung dengan KBIH?
J: Itulah sebabnya dari awal kami hanya masih dalam tahap
anjuran yang bersifat mengajak tidak sampai mewajibkan
kepada seluruh jamaah untuk bergabing dengan KBIH, karena
setiap jamaah punya cara masing – masing dalam
mempersiapkan diri untuk berangkat ke tanah suci.
Interview
111
Nama Lengkap : Mastur S. Ag
Sebagai : Kepala KUA Kecamatan Pontianak Kota
Tanggal dan Tempat : Kantor Urusan Agama Kec. Pontiank Kota
1. T: Bagaimana upaya yang dilakukan oleh KUA Kecamatan
Pontianak Kota dalam meningkatkan kualitas pelayanan
manasik haji tahun 2017?
J: Dengan cara pemilihan narasumber yang bagus yang
menguasai metode penyampaian, kegiatan yang dilaksanakan
sesuai dengan jadwal dari segi materi dan waktu, dan juga
pengeluaran anggaran untuk setiap pertemuan ternasuk upaya
peningkatan kualitas pelayanan.
2. T: Bagaimana kegiatan bimbingan manasik haji ini dari tahun
ke tahun?
J: Dari segi pelaksanaan selama masa jabatan saya mulai tahun
2015, terjadi peningkatan baik kehadiran, pelayanan
bimbingan manasik yang diberikan hasil evaluasi dari tiap
tahun dari pihak KUA Kec Pontianak Kota
3. T: Bagaimana cara KUA Kec Pontianak dalam meningkatkan
kehadiran calon jamaah haji untuk mengikuti kegiatan
bimbingan manasik haji tahun 2017?
J: Informasi jangan tidak tersampaikan, karena kalau saya
melihat antusias jamaah Kec Pontianak Kota ini sudah
lumayan bagus persentase kehadiran bisa dikatakan 95%
dibanding tahun lalu yang dari jumlah jamaah 112 hanya 65%
4. T: Bagaimana tahapan penyelenggaran bimbingan manasik
haji di Kec. Pontianak Kota?
112
J: Yang pertama pembentukan panitia, kemudian perencaan
program kegiatan jadwal, tempat serta pemateri yang akan
ditugaskan untuk menyampaikan sesuai dengan bidangnya
masing – masing, contohnya pembimbing manasik haji kita
menunjuk H. Jalaludin Ahmad, Lc, Dr. H. Wajidi Sayadi, M.
Ag, dan kesehatan haji ditunjuk Dr, Hj. Sri Samaria
5. T: Kapan kegiatan bimbingan manasik haji dimulai dan dimana
lokasinya?
J: Kegiatan Bimbingan Manasik Haji tahun 1438 H / 2017 M
dipusatkan di Masjid Muwafaqah jalan DR. Wahidin
Sudirohusodo Kelurahan Sungai Jawi yang dibuka dan
dimulai secara resmi pada tanggal 08 Mei 2017 oleh Bapak
Camat Kecamatan Pontianak Kota dan berakhir pada tanggal
15 Mei 2016 dengan 8 kali pertemuan dengan jumlah 32 jam
pelajaran
6. T: Apa langkah selanjutnya dari pihak KUA Kec. Pontianak
Kota setelah kegiatan bimbingan manasik haji tersebut?
J: Evaluasi dari setiap panitia apa saja kekurangan pelaksanaan
tahun ini, kemudian membuat LPJ dan diserahkan kepada
Kantor Kementrian Agama Kota Pontianak.
Interview
113
Nama Narasumber : H. Budi Lestiono Sanjaya
Sebagai : Jamaah haji Kecamatan Pontianak Kota
Tanggal dan Tempat : Kediaman narasumber, 24 Desember 2017
Pertanyaan dan Jawaban Penelitian
1. T: Apakah bapak benar menerima bimbingan manasik haji
yang diberikan pemerintah sebanyak 8 kali?
J: Iya benar, saya mendapatkan pembinaan bimbingan manasik
haji sebanyak 8 kali, yang pertemuan pertama itu di Masjid
Raya Mujahidin dengan jumlah peserta yang banyak, itu
diadakannya 2 hari disana, kemudian yang selebihnya
diadakan di Masjid Al-Muwafaqah 6 kali pertemuan.
2. T: Bagaimana menurut bapak kegiatan bimbingan manasik haji
yang diadakan?
J: Menurut saya kegiatan yang diberikan pemerintah ini secara
keseluruhan sudah bisa dikatakan baik mengarah ke sempurna,
terutama kegiatan yang dilaksanakan di tingkat KUA
Kecamatan, karena disini dari segi waktu kita dituntut selalu
disiplin tepat waktu sesuai jadwal, Sedangkan untuk kegiatan
yang di Kota juga baik pelayanan bimbingan manasik haji yang
diberikan cuma sayangnya masih kurang disiplin waktu.
3. T: Dari segi materi bagaimana tanggapan bapak terkait hal ini?
J: Materi yang diberikan cukup jelas terlebih ketika kegiatan
pada tingkat Kecamatan karena disitulah diterangkan baik
114
rangkaian ibadah dan ziarah selama berada ditanah suci, bagi
kami sangat bermanfaat dan sangat menambah ilmu bagi kami
yang baru pertama kali melaksanakan ibadah haji ini, kalau di
tingkat Kota materi yang disampaikan masih bersifat umum
tapi materi yang disampaikan juga menambah pengetahuan
kami.
4. T: Benarkah dari pihak Kementrian Agama Kota Pontianak
menganjurkan untuk mengikuti KBIH?
J: Iya benar kita dianjurkan untuk bergabung ke KBIH yang
ada di Kota Pontianak, alasan yang waktu itu disampaikan agar
para jamaah lebih mampu mendalami setiap kegiatan –
kegiatan yang akan dilakukan selama ditanah suci, juga agar
para jamaah masih terawasi dan terbimbing dengan lebih dekat
disana.
5. T: Bagaimana tanggapan bapak terkait anjuran ini?
J: Kami sangat menyambut baik anjuran ini karena kalau hanya
menerima bimbingan manasik yang 6 kali di kecamatan kurang
cukup bagi kami, bayangkan saja dengan kondisi dan situasi
yang berbeda dan waktu hampir 39 hari ditanah suci tidak
sebanding dengan 6 kali pertemuan tersebut banyak hal yang
harus kami ketahui agar selama pelaksanaan ibadah haji
berjalan lancar dan tidak ada hambatan, dengan bergabung ke
KBIH banyak hal yang lebih dalam dijelaskan oleh pihak
KBIH terkait pelaksanaan ibadah haji, ibadah haji ini berbeda
dengan ibadah lainnya baik lokasi kondisi, situasi dan yang
terpenting kita disana diawasi oleh pembimbing KBIH jadi
setiap kegiatan ibadah dan ziarah Insyaallah sesuai tuntunan
115
dan terjaga keselamatan jadi tidak bisa dilepaskan KBIH ini
dari pelaksanaan ibadah haji.
6. T: Bukankah mengikuti KBIH akan menambah biaya yang
dikeluarkan?
J: Iya memang benar kita bergabung ke KBIH tidak gratis ada
biaya yang dikeluarkan namun seperti yang saya sampaikan
tadi bahwa manfaat yang sangat besar dirasakan selama disana
7. T: Bagaimana cara bapak agar tetap mengikuti kegiatan yang
diberikan oleh pemerintah, sedangkan bapak sudah bergabung
ke KBIH?
J: Bergabungnya saya di KBIH tidak serta merta membuat saya
tidak mau mengikuti kegiatan yang diberikan pemerintah,
karena hak saya mendapatkan itu dan tidak merugikan juga
kalau saya ikut semua kegiatan bahkan malah menambah
pengetahuan saya akui secara drastis pemahaman saya
bertambah dengan mengikuti semua kegiatan bimbingan
manasik haji. Dari KBIH juga terus mengingatkan kepada
kami agar selalu mengikuti kegiatan terkait pelaksanaan ibadah
haji intinya KBIH itu berperan besar bagi kami dan
keberadaannya sangat dibutuhkan tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan pelaksanaan ibadah haji.
Interview
Budi Lestiono Sanjaya
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125